4. perancangan bangunan 4.1 masalah desain...mengarah pada pemulihan psikososial penderita kanker....
TRANSCRIPT
54 Universitas Kristen Petra
4. PERANCANGAN BANGUNAN
4.1 Masalah Desain
Bagaimana menciptakan suatu fasilitas yang dapat mampu membawa para wanita terpanggil untuk deteksi dini dan meningkatkan kualitas hidup wanita penderita kanker melalui terapi yang diberikan serta menerapkannya dalam desain
RUMUSAN masalah DESAIN
PSIKOLOGI MANUSIA khususnya wanita penderita
kanker
1.Memahami: àapa yang dirasakan wanita sebelum memutuskan untuk memeriksakan dirinya à apa yang dirasakan wanita setelah tervonis kanker àapa yang dirasakan wanita pender ita kanker saat menjalani pengobatan àapa yang dialami wanita penderita kanker yang sudah tidak dapat disembuhkan 2. Memberikan ‘rumah’ yang mampu memahami wanita khususnya penderita kanker
Mengapa WANITA?
à Wanita memiliki resiko
kanker lebih tinggi dari pria
dan beberapa jenis kanker yang
menyerang masih bisa di
deteksi dini
àWanita merupakan sosok
manusia yang mengandalkan
perasaan dibandingkan laki-
laki sehingga lebih mudah
PALIATIF????
Palliumà ‘JUBAH’ à melindungi
penderita dari berbaga i penderitaan yang
disebabkan oleh penyakit yang dideritanya.
Mengajak untuk deteksi dini kemudian
mulai menuntun penderita yang tervonis
dalam mengambil langkah perawatan
hingga mengcover masalah psikososial
yang dihadapi
LATAR BELAKANG
meningkatnya jumlah penderita kanker yang
cukup pesat à diimbangi dengan fasilitas
yang menangani kanker pada tiap rumah sakit,
tetapi masih sedikit fasilitas memadai yang
mengatasi beban hidup yang dialami
GRIYA PERAWATAN PALIATIF WANITA
PENDERITA KANKER DI SURABAYA
INTI DESAIN
BAGAIMANA MENERAPKAN DESAIN BANGUNAN TERAPI (PENATAAN DAN ATMOSFER RUANG, FASAD, MATERIAL) ITU SENDIRI MENJADI MEDIA TERAPI DAN MEMBERI
PENGARUH MENTAL PENDERITA ????
55 Universitas Kristen Petra
4.2 Pendekatan Desain
Griya Perawatan Paliatif Wanita Penderita Kanker di Surabaya ini
hendak diwujudkan dengan menggunakan sentuhan-sentuhan arsitektur yang
mampu mencerminkan tujuan dan kegiatan-kegiatan pada gedung ini. Adapun
beberapa hal yang mempengaruhi pendekatan perancangan yaitu:
- memperhatikan psikologi manusia khususnya wanita baik sebelum menerima
maupun sesudah menerima vonis menderita penyakit kanker payudara dan
kanker rahim
Fakta: wanita adalah sosok yang memiliki tingkat kesensitifan lebih tinggi
dibandingkan pria. Wanita lebih mengandalkan perasaan dibandingkan logika
dalam menghadapi suatu hal dan pengambilan keputusan. Oleh karena itu, tingkat
depresi yang dihadapi wanita lebih mudah meningkat. Seringkali para wanita yang
mengidap kanker baru terdeteksi pada saat stadium lanjut dan hal ini
menyebabkan proses penyembuhan lebih sulit. Pada saat proses pengobatan dan
penyembuhan, penderita juga akan mengalami proses-proses sulit yang mampu
menciptakan rasa putus asa dan stres yang pada akhirnya mengarah pada depresi
dimana mampu menghambat proses penyembuhan tersebut.
Oleh karena itu, sarana yang disediakan dan suasana yang dihadirkan
perlu memperhatikan psikologi pengguna sekaligus mampu menciptakan rasa
senang, tenang dan penghadiran harapan bagi pengguna. Alam juga mampu
berperan didalamnya dikarenakan alam sendiri memiliki daya penyembuhan bagi
pasien baik secara nyata ataupun berupa stimuli.
4.3 Konsep Desain
Griya Perawatan Paliatif ini ingin memberikan pelayanan yang lebih
mengarah pada pemulihan psikososial penderita kanker. Untuk menggambarkan
proses pemulihan psikososial penderita kanker dalam desain bangunan,maka
perancangan menggunakan pendekatan psikologi. Dalam hal ini, pendekatan
psikologi diacukan pada kondisi psikis wanita baik yang pra maupun pasca kanker
dimana merupakan obyek utama dalam perawatan paliatif ini.
Adapun dampak psikis wanita terhadap kanker:
56 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.1 Psikologi wanita penderita kanker
Psikologi Wanita Pra dan Pasca kanker ini menunjukkan perlunya sebuah
penanganan yang lebih dari sekedar pengobatan fisik seperti yang telah diutarakan
pada tujuan paliatif. Paliatif memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
penderita kanker dan bukan menyembuhkan. Maka konsep desain dari griya
perawatan paliatif ini diambil dari penggabungan antara psikologi wanita pra dan
pasca kanker dengan ‘PALIATIF’ itu sendiri. Penggabungan ini menghasilkan
kata kunci ‘PROTECTED ’.
57 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.2. Konsep
Kata kunci ‘PROTECTED’ ini masih merupakan bahasa verbal yang
perlu divisualisasikan secara intangible, yaitu seperti bentukan terselubung, stabil,
tidak melukai, melingkupi. Bentukan dasar yang mampu mewakili kriteria-kriteria
tersebut adalah LINGKARAN dengan berbagai aplikasinya. Pada gambar di atas,
aplikasi-aplikasi bentukan lingkaran mampu mewakili konsep ‘PROTECTED’
secara intangible.
4.4 Aplikasi Konsep pada Zona
Griya Perawatan Paliatif ini sangat berkonsentrasi pada psikologi yang
menjadi pende katan dalam desain. Maka aktivitas dan hubungan ruang yang
terjadi dalam griya ini terbagi menjadi 2 golongan besar, yaitu : PRA dan
PASCA wanita penderita kanker.
58 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.3 Hubungan Ruang
Griya Perawatan Paliatif sangat berkonsentrasi pada aktivitas terapinya
dimana menjadi fasilitas utamanya. Sesuai konsep terlindungnya, ada 2 partisipan
dalam perwujudan konsep yaitu objek pelindung dan objek terlindung. Kombinasi
antara aktivitas yang terjadi dengan perwujudan konsep menghasilkan 3 zona :
• Zona Publik : zona ‘PENERIMA’ dimana difungsikan sebagai tuan rumah dan
pendukung terselenggaranya aktivitas lainnya. Zona ini menjadi ‘lapisan
pelindung’ terluar.Zona ini terdiri dari : lobby, kantor pengurus, perpustakaan,
ruang seminar, ruang informasi, galeri dan servis
• Zona Semi Privat: zona ‘PERANTARA’ dimana menjadi area persiapan
sebelum benar-benar melalui proses terapi. Zona ini menjadi ‘ lapisan barrier’ .
Zona ini terdiri dari: area konsultasi, area pemeriksaan, area volunteer dan area
hunian.
• Zona Privat : zona ‘TERAPI’ dimana menjadi area yang paling utama dan
terlindung. Zona ini menjadi ‘lapisan terlindung’. Zona ini terdiri dari: Pain
therapy, Physical Treatment, Mental treatment, Spiritual Needs, Food Therapy,
Social Needs
59 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.4 Zona Bangunan
Berdasarkan analisa tapak, penempatan zona publik dan servis berada di
sisi luar yang berbatasan langsung dengan jalan karena tidak membutuhkan
privasi terlalu tinggi. Zona publik dan servis ini dapat menjadi obyek pelindung.
Sedangkan zona privat / te rapi ditempatkan pada posisi di tengah dan dapat
menjadi objek terlindung.
Gambar 4.5 Zona Perspektif
60 Universitas Kristen Petra
Griya ini terdiri dari beberapa massa yang ditata sesuai dengan konsep
desain. Penempatan massa zona publik ditempatkan di paling luar tapak yang
berbatasan langsung dengan lahan tetangga yang kemudian diikuti dengan zona
lainnya yang mengarah ke dalam tapak. Pola organisasi massa yang terbentuk
adalah sistem cluster yang mengarah ke dalam tapak dan tidak bersekuen. Griya
ini sifatnya informatif dan ramah sehingga sekuen tidak dimunculkan sehingga
pengunjung bebas mengeksplor informasi di tiap massa.
Gambar 4.6 Pola Organisasi Massa
4.5 Aplikasi Konsep pada Massa Bangunan
Konsep desain yang diperoleh melalui pendekatan psikologi
diaplikasikan ke dalam bentuk bangunan sehingga bangunan dapat mencerminkan
konsep yang digunakan. Pengaplikasian konsep ke dalam desain dilakukan
61 Universitas Kristen Petra
dengan mencari ciri khas dan menvisualisasikan bahasa verbal konsep
‘PROTECTED’.
Konsep ‘PROTECTED’ ini dikarakteristikkan sebagai sesuatu yang
terselubung, stabil, melingkupi, tidak melukai. Dari karakteristik tersebut,
perancangan dimulai dari bentukan dasar yang mampu menjadi patokan dalam
perkembangannya. Bentukan dasar yang dipilih adalah lingkaran. Menurut DK
Ching, Lingkaran adalah sesuatu yang terpusat, berarah ke dalam dan pada
umumnya bersifat stabil. Adapun aplikasi dari bentukan lingkaran yang mampu
mendukung karakter dari konsep sebagai berikut:
• TERSELUBUNG, mampu melindungi keseluruhan, ada perantara
Gambar 4.7 Aplikasi lingkaran 1
• 'STABIL', melingkupi yang labil (dinetralisir)
Gambar 4.8 Aplikasi lingkaran 2
62 Universitas Kristen Petra
• 'TIDAK BERSUDUT, aman dari 'benturan',lembut (tidak tajam)
Gambar 4.9. Aplikasi lingkaran 3
4.5.1 Aplikasi Bentuk Zona Publik
Bentuk bangunan mengikuti karakteristik dari konsep yang kemudian
diaplikasikan dengan secara berproses. Zona publik ini merupakan ‘kulit terluar’
dari penataan massa dan fungsinya sebagai pelindung. Maka bentukan dominan
yang dipakai adalah BUSUR yang merupakan bagian dari lingkaran. Bentukan
busur ini mampu mengekspresikan seolah-olah ‘merangkul’ bangunan lain yang
ada di dalam. Bentukan busur ini juga mampu member kesan introvert dimana
busur ini hadir dengan 2 arah baik horisontal maupun vertikal.
Gambar 4.10 Bangunan lobby dan kantor pengurus
63 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.11 Bangunan informasi dan galeri
Gambar 4.12 Bangunan servis
4.5.2 Aplikasi Bentuk Zona Semi Privat
Area ini merupakan perantara zona publik dengan zona privat. Zona ini
kebanyakan memiliki fungsi yang sudah mengarah pada terapi dan membutuhkan
keprivasian tingkat sedang. Aplikasi bentuk pada zona ini masih merupakan
transformasi bentuk lingkaran. Sesuai dengan fungsi Griya Perawatan Paliatif,
aplikasi bentuk bangunan antar zona dibuat mengalami proses ‘pemulihan’. Zona
publik yang masih berupa busur dimana sebagai zona awal, sedangkan zona semi
privat ini mulai memasuki proses terapi maka transformasi bentuk menjadi
lingkaran-tabung yang benar-benar tertutup.
64 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.13 Bangunan hunian
Gambar 4.14 Bangunan konsultasi dan pemeriksaan
65 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.15 Bangunan volunteer
4.5.3 Aplikasi Bentuk Zona Privat
Zona privat ini merupakan zona paling utama dimana terdapat aktivitas
terapi pemulihan penderita kanker. Pada aplikasi bentuknya, zona ini mengalami
penyempurnaan utuh dari bentukan dasar lingkaran, yaitu bola. Bola ini
merupakan bentukan yang mampu melingkupi dari segala sisi dan tidak memiliki
sudut tajam. Bola ini merupakan bentukan paling aman dan secara eksterior
mampu mencerminkan bentukan yang lembut dan bayangan akan ruang
dalamnya.
Gambar 4.16 Transformasi bentuk bola
Bentukan bola ini jika ditempatkan pada lahan datar cenderung
menggelinding dan menjadi tidak stabil. Maka dari itu, bentukan bola ini
‘dipotong’ pada bagian bawahnya untuk menimbulka n kestabilan.
66 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.17 Bangunan terapi
4.6 Konsep Ekspresi
Fungsi utama pada proyek ini adalah fasilitas TERAPI. Maka ekspresi
pada TERAPI dibuat menonjol dengan penggunaan warna paling muda dan
bentukan yang lebih ekstrim
Gambar 4.18 Tampak selatan
Bentukan bangunan yang berorientasi ke dalam terkesan sangat introvert.
Untuk tetap mampu mengundang pengunjung, area IN & OUT SITE diberikan
elemen yang menarik dan diorientasikan dengan sudut pandang dari jalan
Gambar 4.19 Tampak timur
67 Universitas Kristen Petra
WARNA - penggunaan warna hangat dan netral seperti oranye, krem dan
coklat untuk mengesankan sebuah GRIYA daripada sebuah rumah sakit. Warna
ini juga sekaligus sebagai terapi penderita untuk lebih merasa hangat,terlindung
dengan warna coklat dan krem tetapi juga termotivasi dengan warna kuning dan
oranye
MATERIAL - pemilihan material mengadopsi dari tipologi sebuah
GRIYA TROPIS. Penggunaan material beton, perpaduan atap tegola dan ijuk ,
elemen kayu dan batu alam mampu mendukung pencapaian image GRIYA
Gambar 4.20 Tampak utara
4.7 Pola Sirkulasi
Griya Perawatan Paliatif ini merupakan fasilitas kesehatan sehingga
diperlukan mobilitas kendaraan dan akses parkir yang tidak membingungkan dan
mudah pencapaiannya. Oleh karena itu, area arkir dibagi pada beberapa tempat
dan didekatkan pada massa-massa tertentu seperti massa lobby, massa
perpustakaan dan seminar, massa hunian dan servis untuk memudahkan
pencapaiannya.
Letak drop off sengaja disembunyikan untuk menguatkan kesan introvert
sebagai salah satu aplikasi konse p desain.
68 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.21 Pola Sirkulasi dalam Tapak
4.8 Penataan Ruang
Pola penataan ruang juga masih mencerminkan konsep ‘PROTECTED’
dimana pembagian ruang mengikuti layout luar bangunan. Untuk memunculkan
konsep ‘PROTECTED’ tersebut, antar ruang muncul banyak foyer sehingga akses
tidak langsung ke dalam ruang.
4.9 Pendalaman Karakter Ruang
Pemulihan terutama secara psikologi bagi penderita kanker menuntut
tidak hanya proses terapinya saja tetapi juga perlu adanya dukungan penciptaan
atmosfer ruang terapi dimana mampu membantu penderita menstimulasi sesuatu
yang menyenangkan sekaligus menenangkan.
Salah satu terapi yang sangat penting adalah terapi makanan dimana
terapi ini dapat dilakukan oleh wanita pra maupun pasca kanker. Tujuan dari
terapi makanan ini adalah menanamkan pola dan menu makanan sehat bagi
penderita pra dan terutama pasca kanker.Terapi makanan disini lebih mengarah
pada proses penerimaan dan membiasakan penderita lebih mau memilih makanan
sehat.
Area in & out mobil utama
Akses in & out sepeda motor
utama
Akses out mobil (servis& khusus hunian)
Area drop off
69 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.22 Larangan kebiasaan makanan
Adapun karakter pada terapi makanan ini adalah:
• edukasi (memberikan info mengenai menu sehat)
• persuasif ( memberikan daya tarik untuk menu sehat)
• kelompok (dituntut adanya sharring)
• hangat (memberikan suasans yang akrab)
Rangkaian kegiatan pa da terapi makanan:
1. melihat jadwal dan menu hari ini à mendaftar edukasi DEMO MASAK
mengikuti demo masak /melihat
2. mengikuti edukasi otodidak à mengikuti jadwal MAKAN MENU SEHAT
sambil menikmati GALERI SEHAT pada area ruang makan
Desain Ruang terapi makanan secara keseluruhan:
• SKALA-memadukan skala intim dan skala yang renggang sehingga mampu
memberikan efek yang melindungi tetapi tidak mengikat dan menekan
• MATERIAL&PERABOT - menggunakan elemen lembut, tumpul agar tidak
berpotensi melukai pengguna yang merupakan penderita, juga memperhatikan
pengguna kursi roda
• POLA PENATAAN - cenderung berkelompok untuk menciptakan suasana
sharring dan hangat, menghindari 2atau cuma 1 org
• WARNA - menggunakan warna cerah, semangat dan hangat seperti kuning,
oranye dan coklat yang diharapkan mampu membangkitkan semangat pengguna
untuk melakukan terapi
70 Universitas Kristen Petra
• PENCAHAYAAN- menggunakan penerangan task lighting dengan teknik direct
lighting pada proses edukasi sehingga mampu melihat dengan jelas apa yang
dipelajari. Sedangkan pada proses makan menggunakan teknik indirect lighting
sehingga mampu menyamarkan makanan dan menjadikan ruang lebih terkesan
hangat
• UTILITAS - pengguna cenderung rentan dalam kesehatan yang tidak bisa
berada pada kondisi berlebihan. Maka penggunaan AC diusahakan tidak
langsung mengenai pengguna. Juga tetap menyediakan ventilasi udara terutama
pada area demo dan masak sehingga udara masih sehat.
4.9.1 Area Demo (edukasi)
Area ini ditujukan untuk pembelajaran sehingga perlu menggunakan
warna yang mampu memotivasi seperti kuning dan oranye.
Sistem penghawaan menggunakan penghawaan alami sehingga
memungkinkan pertukaran udara dari dalam yang kurang sehat akibat asap dan
uap air masakan.
Pencahayaan menggunakan lampu pijar dengan teknik task lighting tepat
pada area masak dengan pemilihan lampu hemat tenaga sehingga tidak
menambah panas ruang dan tidak mudah pecah.
71 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.23 Denah dan contoh material
Material banyak menggunakan permukaan yang halus untuk
memudahkan maintenance terutama pada lantai agar tidak menyulitkan
pengguna kursi roda.
Gambar 4.24. Perspektif interior ruang demo
72 Universitas Kristen Petra
4.9.2 Area Makan (kelompok)
Pada area makan yang juga berfungsi sebagai galeri edukasi
menggunakan lampu CFL (halogen hemat energi) yang memiliki color rendering
dimana membuat benda lebih menarik untuk dilihat. Juga menggunakan skylight
pada pagi hingga siang hari dimana cahaya matahari memiliki color rendering
terbaik untuk benda tetapi dibiaskan agar silau dan panas yang dihasilkan tidak
menganggu aktivitas di dalamnya. Lampu ini sangat berperan penting agar
mampu membuat makanan sehat lebih menarik untuk dimakan.
Gambar 4.25 Potongan
Area ini memainkan skala ruang untuk memberikan variasi bagi
pengguna ruang sehingga akan teras tidak membosankan dan betah tetap
melakukan terapi.
73 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.26 Denah
Gambar 4.27 Contoh Material
MATERIAL - banyak menggunakan perpaduan kayu dari warna dan
jenisnya untuk mengesankan suasana hangat sehingga terapi tidak terasa kaku.
Pemberian warna hijau sebagai aksen penyegar juga merupakan simbolisasi dari
warna dominan sayuran yang menjadi topik utama dalam menu sehat
74 Universitas Kristen Petra
Gambar4.28 Perspektif interior
4.10 Sistem Utilitas
4.10.1 Sistem Distribusi Air Bersih
Sistem Distribusi menggunakan sistem up feed dengan pertimbangan
bahwa bangunan berupa massa banyak dan bentukan tidak datar serta penggunaan
air hanya pada jam tertentu saja.T andon ditempatkan di area servis dekat dengan
pompa.
75 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.29 Utilitas Air Bersih
Adapun skema Distribusi Air Bersih sebagai berikut:
PDAM à METERAN AIR à TANDON BAWAH à POMPA àSHAFT TIAP
MASSA à KRAN WASTAFEL,KLOSET,URINOIR,SHOWER
4.10.2 Sistem Pembuangan Air Kotor dan Kotoran
Griya Perawatan Paliatif ini berada di daerah Surabaya Barat yang
memiliki kondisi tanah tidak stabil (bergerak) sehingga sangat tidak cocok
menggunakan septitank dikarenakan peluang bocor sangat besar. Selain itu,
fasilitas ini bermassa banyak maka dipertimbangkan air kotor dan kotoran
dibuang ke STP.
Tandon
bawah
meteran
76 Universitas Kristen Petra
Gambar 4.30 Utilitas Air Kotor dan Kotoran
Adapun skema sistem air kotor dan kotoran :
Wastafel,floor drain àpipa air kotor pada shaft tiap massa
STP
Kloset àpipa kotoran pada shaft tiap massa
4.10.3 Sistem Distribusi Listrik
Listrik diambil dari PLN serta disediakan GENSET. GENSET disini
berfungsi sebagai cadangan tenaga apabila sewaktu-waktu terjadi pemadaman
listrik. Penempatan Gardu pemindah listrik PLN berada pada area servis. Ruang
PLN didekatkan dengan ruang trafo, ruang MDP ( Main Distribution Panel) dan
ruang Genset.
STP
77 Universitas Kristen Petra
Adapun skema distribusi listrik:
R.GENSET
Tiang listrik PLN à R.PLN à R.TRAFO à R.MDP
PANEL TIAP MASSA
4.10.4 Sistem Pembuangan Air Hujan
Air hujan ditampung di talang kemudian dialirkan menuju bak kontrol
kemudian dibuang menuju saluran kota.
4.11 Sistem Struktur dan Bahan
Konstruksi bangunan menggunakan perpaduan baja, beton dan kayu.
Penggunaan baja pada massa yang memiliki bentang yang cukup lebar seperti
pada massa bola berkisar ±20 meter, sedangkan kontruksi beton digunakan pada
massa-masa kecil yang hanya memiliki 1 tingkat. Kontruksi kayu hanya
digunakan pada atap saja yang beberapa masih menggunakan struktur
konvensional demi memberikan image ‘griya’.
Gambar 4.31 Aksono Struktur