2.1.2 fungsi dan manfaat batu bata -...
TRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Batu bata
Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah
dibersihkan dari kerikil dan batu-batu lainnya. Tanah ini banyak ditemui di sekitar
kita. Itulah salah satu penyebab, batu bata mudah didapatkan. Adakalanya, kita
melihat batu bata yang warna dan tingkat kekerasannya berbeda. Perbedaan ini
disebabkan perbedaan bahan baku tanah yang digunakan serta perbedaan teknik
pembakaran yang diterapkan (batamerahgarut.com, 2012)
2.1.1 Jenis-jenis batu bata
Secara umum, ada 2 jenis batu bata, yaitu (batamerahgarut.com, 2012) :
a. Batu Bata Konvensional
Batu bata ini dibuat dengan cara tradisional dan menggunakan alat-alat yang
sederhana. Tanah liat atau tanah lempung yang telah dibersihkan, diberi sedikit air
dan selanjutnya dicetak menjadi bentuk kotak-kotak. Cetakan batu bata biasanya
terbuat dari kayu yang secara sederhana dibuat menjadi kotak.
Adonan yang telah dicetak, dikeluarkan dan dijemur di bawah matahari sampai
kering. Batu bata yang sudah kering kemudian disusun menyerupai bangunan yang
tinggi kemudian dibakar dalam jangka waktu yang cukup lama, kurang lebih selama
1 hari sampai batu terlihat hangus. Suhu api pada saat pembakaran dapat mencapai
1000 derajat Celcius. Dalam pembakaran batu bata biasa menggunakan rumput
atau sekam yang akan membuat batu bata memilki lubang-lubang kecil menyerupai
pori-pori.
Salah satu ciri dari batu bata konvensional adalah bentuk yang tidak selalu
sama, tidak rapi dan bertekstur kasar. Ini dapat dipahami karena pembuatan batu
bata konvensional menggunakan alat-alat yang sederhana dan lebih mengutamakan
sumber daya manusia dalam pembuatannya.
Batu bata ini dibuat dengan cara tradisional dan menggunakan alat-alat yang
sederhana. Tanah liat atau tanah lempung yang telah dibersihkan, diberi sedikit air
dan selanjutnya dicetak menjadi bentuk kotak-kotak. Cetakan batu bata biasanya
terbuat dari kayu yang secara sederhana dibuat menjadi kotak. Adonan yang telah
dicetak, dikeluarkan dan dijemur di bawah matahari sampai kering. Batu bata yang
sudah kering kemudian disusun menyerupai bangunan yang tinggi kemudian dibakar
dalam jangka waktu yang cukup lama, kurang lebih selama 1 hari sampai batu
terlihat hangus. Suhu api pada saat pembakaran dapat mencapai 1000 derajat
Celcius. Dalam pembakaran batu bata biasa menggunakan rumput atau sekam yang
akan membuat batu bata memilki lubang-lubang kecil menyerupai pori-pori. Salah
satu ciri dari batu bata konvensional adalah bentuk yang tidak selalu sama, tidak rapi
dan bertekstur kasar. Ini dapat dipahami karena pembuatan batu bata konvensional
menggunakan alat-alat yang sederhana dan lebih mengutamakan sumber daya
manusia dalam pembuatannya.
b. Batu bata press
Pembuatan batu-bata ini menggunakan bantuan mesin-mesin. Hasilnya
adalah batu-bata yang memiliki tekstur halus, memiliki ukuran yang sama dan
terlihat lebih rapi
2.1.2 Fungsi dan manfaat batu bata
a) Batu bata bisa juga berfungsi sebagai gewel, mempunyai nilai yang lebih
ekonomis dari pada kita mengguakan kuda-kuda dari kayu. Dinding yang
menggunakan bahan batu bata memiliki daya serap terhadap panas cukup baik
sehingga terasa nyaman. Harganya yang relatif murah dan banyak tersedia
menjadi pilihan terbaik sampai saat dewasa ini untuk bangunan rumah tinggal.
Yang tidak kalah penting dalam menjaga mutu dari dinding adalah spesi atau
perekat antar bata. campuran yang baik akan menyebabkan dinding kita awet
dan bisa bertahan terhadap resapan air dari tanah maupun air hujan. Semakin
baik kualitas spesi yang digunakan untuk merekatkan bata semakin berkualitas
pula dinding yang kita dapat (Dunia Teknik Sipil, 2013).
2.1.3 Kelebihan & Kekurangan
a) Kelebihan dinding bata merah (Dunia Teknik Sipil, 2013) :
1) Kedap air, sehingga jarang terjadi rembesan pada tembol akibat air hujan.
2) Keretakan relatif jarang terjadi.
3) Kuat dan tahan lama.
4) Penggunanaan rangka beton pengakunya lebih luas, antara 9–12 m2.
b) Kekurangan dinding bata merah
1) Waktu pemasangan lebih lama dibandingkan batako dan bahan dinding
lainnya.
Biaya lebih tinggi
2.2 Postur Kerja
Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja
yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula. Pada saat bekerja
sebaiknya postur dilakukan secara alamiah sehingga dapat meminimalisasi
timbulnya cidera dalam bekerja. Kenyamanan tercipta apabila pekerja telah
melakukan postur kerja yang baik dan aman. Postur kerja yang baik sangat
ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat bekerja (Desi kusmindari 2013)
a) Posisi duduk
Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang
lengan bawah dan tangan, jarak lekuk lutut dan garis punggung, serta jarak lekuk
lutut dan telapak kaki. Posisi duduk pada otot rangka (musculoskletal) dan tulang
belakang terutama pada pinggang harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar
terhindar dari nyeri dan cepat lelah Pada posisi duduk, tekanan tulang belakang
akan meningkat dibanding berdiri atau berbaring, jika posisi duduk tidak benar.
Tekanan posisi tidak duduk 100%, maka tekanan akan meningkat menjadi 140% bila
sikap duduk tegang dan kaku, dan tekanan akan meningkat menjadi 190% apabila
saat duduk dilakukan membungkuk kedepan. Oleh karena itu perlu sikap duduk
yang benar dapat relaksasi (tidak statis) (Ulfa Muthia, 2013).
b) Posisi berdiri
Ukuran tubuh yang penting dalam bekerja dengan posisi berdiri adalah tinggi
badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, panjang lengan. Bekerja
dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan mengakibatkan
penumpukan darah dan beragai cairan tubuh pada kaki dan ini akan membuat
bertambahnya biola berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai, seperti
pembersih (clerks), dokter gigi, penjaga tiket, tukang cukur pasti memerlukan sepatu
ketika bekerja (Ulfa Muthia, 2013).
Ukuran tubuh yang penting dalam bekerja dengan posisi berdiri adalah tinggi
badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, panjang lengan. Bekerja
dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan mengakibatkan
penumpukan darah dan beragai cairan tubuh pada kaki dan ini akan membuat
bertambahnya biola berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai, seperti
pembersih (clerks), dokter gigi, penjaga tiket, tukang cukur pasti memerlukan sepatu
ketika bekerja (Ulfa Muthia, 2013)
2.3 Pengertian Ergonomi
a) Ergonomi
Istlah “ergonomi” berasal dari dari bahasa latin yaitu ERGON (kerja) dan
NOMOS (hokum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek
manusia dalam lingkungan kerjanya yang dapat ditinjau secara atonomi, fisiologi,
psikologi, enginerring, manajemen dan desain/perancangan. Ergonomi berkenan
pula dengan optimasi, efesiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan
manusia di tempat kerja, di rumah, dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi di
butuhkan sistem dimana manusia, fasilitas kerjanya dan lingkunganya saling
beriteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerjanya dengan
manusianya (Eko Nurmianto 2004).
b) Sejarah ergonomi
Ergonomi telah menjadi bagian dari perkembangan budaya manusia sejak
4000 tahun yang lalu. Perkembangan ilmu ergonomi dimulai saat manusia
merancang benda-benda sederhana, seperti batu untuk membantu tangan dalam
melakukan pekerjaannya, sampai dilakukannya perbaikan atau perubahan pada alat
bantu tersebut untuk memudahkan penggunanya. Pada awalnya perkembangan
tersebut masih tidak teratur dan tidak terarah, bahkan kadang-kadang terjadi secara
kebetulan (Merulla romadhani, 2011)
2.4 Kuisioner Body Map
Body map adalah sebuah alat survey berupa kuesioner yang menggunakan
banyak pilihan jawaban, terdiri dari dua bagian yaitu bagian umum dan bagian
terperinci. Bagian umum menggambarkan bagian tubuh, yang dilihat dari bagian
depan dan bagian belakang. Responden yang mengisi kuesioner ini diminta untuk
memberikan tanda ada tidaknya gangguan muskuloskeletal pada bagian-bagian
area tubuh tersebut (Herdiana Dian, 2009).
Pengumpulan data awal menggunakan kuisioner, data kuesioner berupa
respon dari para responden yang diambil melalui kuesioner body map yang terdiri
dari 28 pertanyaan. Peneliti juga menggunakan kuesioner body map yang terdiri dari
28 pertanyaan dari kondisi sistem kerja dapat di lihat pada tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1 presentase Pengolahan Data Boddy map Sikap dan Posisi Tubuh Pada Saat membuat batu bata
No Jenis keluhan Tingkat keluhan Presentase (%)
TS AS S SS TS AS S SS
1 Sakit kaku leher bagian atas
2 Sakit kaku leher bagian bawah
3 Sakit di bahu kiri
4 Sakit di bahu kanan
5 Sakit lengan atas kiri
6 Sakit di punggung
7 Sakit lengan atas kanan
8 Sakit pada pinggang
9 Sakit pada bokong
10 Sakit pada pantat
11 Sakit pada siku kiri
12 Sakit pada siku kanan
13 Sakit lengan bawah kiri
14 Sakit lengan bawah kanan
15 Sakit pada pergelangan tangan
kiri
16 Sakit pada pergelangan tangan
kanan
17 Sakit pada tangan kiri
18 Sakit pada tangan kanan
19 Sakit pada paha kiri
20 Sakit pada paha kanan
21 Sakit pada lutut kiri
22 Sakit pada lutut kanan
23 Sakit pada betis kiri
24 Sakit pada betis kanan
25 Sakit pada pergelangan kaki kiri
26 Sakit pada pergelangan kaki
kanan
27 Sakit pada kaki kiri
28 Sakit pada kaki kakanan
Sumber : Herdiana Dian (2009)
Keterangan : TS = Tidak Sakit S = Sakit
AS = Agak Sakit SS = Sangat Sakit
2.5 REBA
Rapid Entire Body Assesment (REBA) merupakan suatu metode penilaian
postur untuk menilai faktor resiko gangguan tubuh keseluruhan. Penilaian postur
tubuh dibagi dalam 2 grup, yaitu grup A dan B. Grup A menilai postur tubuh kanan
dan kiri dari batang tubuh (trunk ), leher (neck ), dan kaki (legs), sedangkan grup B
menilai postur tubuh kananserta kiri dan lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower
arm), dan pergelangan tangan (wrist ) (Ergonomi fit, 2013).
Rapid Entire Body Assessment adalah sebuah metode yang dikembangkan
dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja
atau postur leher, punggung, lengan pergelangan tangan dan kaki seorang operator.
Selain itu metode ini juga dipengaruhi faktor coupling, beban eksternal yang
ditopang oleh tubuh serta aktifitas pekerja. Salah satu hal yang membedakan
metode REBA dengan metode analisa lainnya adalah dalam metode ini yang
menjadi fokus analisis adalah seluruh bagian tubuh pekerja. Melalui fokus terhadap
keseluruhan postur tubuh ini, diharapkan bisa mengurangi potensi terjadinya
musculoskeletal disorders pada tubuh perkerja. Dalam metode REBA ini, analisis
terhadap keseluruhan postur tubuh pekerja dikelompokkan menjadi dua bagian.
Bagian pertama atau Group A terdiri dari bagian punggung, leher, kaki. Sedangkan
bagian kedua atau Group B terdiri dari lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan
tangan (Ergonomi fit, 2013)
Penilaian postur dan pergerakan kerja menggunakan metode REBA melalui
tahapan–tahapan sebagai berikut (Ergonomi fit, 2013):
1. Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto.
Untuk mendapatkan gambaran sikap (postur) pekerja dari leher, punggung,
lengan, pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci dilakukan dengan
merekam atau memotret postur tubuh pekerja. Hal ini dilakukan supaya peneliti
mendapatkan data postur tubuh secara detail (valid), sehingga dari hasil rekaman
dan hasil foto bisa didapatkan data akurat untuk tahap perhitungan serta analisis
selanjutnya.
2. Setelah didapatkan hasil rekaman dan foto postur tubuh dari pekerja dilakukan
perhitungan nilai. Perhitungan nilai melalui metode REBA ini dimulai dengan
menganalisis posisi neck, trunk, dan leg dengan memberikan score pada masing-
masing komponen. Ketiga komponen tersebut kemudian dikombinasikan ke
dalam sebuah tabel untuk mendapatkan nilai akhir pada bagian pertama atau
score A dan ditambah dengan score untuk force atau load. Selanjutnya dilakukan
scoring pada bagian upper arm, lower arm, dan wrist kemudian ketiga komponen
tersebut dikombinasikan untuk mendapatkan nilai akhir pada bagian kedua atau
score B dan ditambah dengan coupling score. Setelah diperoleh grand score A
dan grand score B, kedua nilai tersebut dikombinasikan ke dalam tabel C, melalui
tabel kombinasi akhir ini kemudian ditambahkan dengan activity score akan
didapat nilai akhir yang akan menggambarkan hasil analisis postur kerja.
3. Dari final REBA score dapat diperoleh skala dari level tiap aksi yang akan
memberikan panduan untuk resiko dari tiap level dan aksi yang dibutuhkan.
Perhitungan analisis postur ini dilakukan untuk kedua sisi tubuh, kiri dan kanan
dapat kta lihat pada Gambar di bawah ini :
Gambar 1. Peta REBA Scoring Sumber : ergonomi-fit.blogspot.com (2012).
Tabel 2.Skor pergerakan punggung (batang tubuh)
Sumber : : Ergonomi-Rapid Entire Boddy Assesment (2012)
Gambar 2. Skor pergerakan punggung Sumber : Ergonomi-Rapid Entire Boddy Assesment (2012)
Tabel 3 Skor pergerakan leher
Sumber : : Ergonomi-Rapid Entire Boddy Assesment (2012)
Gambar 3. Skor pergerakan Leher Sumber : Ergonomi-Rapid Entire Boddy Assesment (2012)
Tabel 4 Skor pergerakan kaki
Sumber : : Ergonomi-Rapid Entire Boddy Assesment (2012)
Gambar 4. Skor pergerakan kaki Sumber : Ergonomi-Rapid Entire Boddy Assesment (2012)
Tabel 5. Skor pergerakan lengan atas
Sumber : Ergonomi-Rapid Entire Boddy Assesment (2012)
Gambar 5. Skor lengan atas Sumber : Ergonomi-Rapid Entire Boddy Assesment (2012)
Tabel 6 Skor pergerakan lengan bawah
Sumber : Ergonomi-Rapid Entire Boddy Assesment (2012)
Gambar 6. Skor lengan bawah
Sumber : Ergonomi-Rapid Entire Boddy Assesment (2012)
Tabel 7 Skor pergerakan pergelangan tangan
Sumber : Ergonomi-Rapid Entire Boddy Assesment (2012)
Gambar 7. Skor pergelangan tangan Sumber : Ergonomi-Rapid Entire Boddy Assesment (2012)
2.6 Tabel menghitung Reba score
a. Tabel Menghitung Grup A
Tabel A menghitung, punggung, leher dan, kaki
Tabel 8. tabel menghitung grup A
Punggung
1 2 3 4 5
Kaki
1 1 2 2 3 4
leher = 1 2 2 3 4 5 6
3 3 4 5 6 7
4 4 5 6 7 8
Kaki
1 1 3 4 5 6
leher = 2 2 2 4 5 6 7
3 3 5 6 7 8
4 4 6 7 8 9
kaki
1 3 4 5 6 7
leher = 3 2 3 5 6 7 8
3 5 6 7 8 9
4 6 7 8 9 9
Sumber : Modul 10 REBA (2012)
b. Tabel Menghitung Grup B
Tabel B menghitung, lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan
Tabel 9. tabel menghitung grup B
lengan atas
1 2 3 4 5 6
Lengan bawah = 1
Pergelangan
1 1 1 3 4 6 7
2 2 2 4 5 7 8
3 3 3 5 5 8 8
lengan bawah = 2
pergelangan
1 1 2 4 5 7 8
2 2 3 5 6 8 9
3 3 4 5 7 8 9
Sumber : Modul 10 REBA (2012)
c. Tabel Menghitung Grup C
Hasil score yang diperoleh dari table A dan table B digunakan untuk menilai
table C sehingga skor dari table C
Tabel 10. tabel C
Score A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Score B
1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12
2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12
5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12
6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12
7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12
8 5 6 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12
9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12
10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12