2.1 pengertian adat istiadat -...

21
6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Adat Istiadat Di Indonesia, istilah adat seringkali digunakan oleh masyarakat umum dalam bentuknya yang sederhana, namun istilah yang lebih rumit seperti adat- istiadat atau adat kebiasaan sering digunakan juga. Karenanya sebagaimana yang di sampaikan Snouck Hurgronje (dalam Ratno Lukito 2012 : 3) Seseorang mesti sadar akan perbedaan antara istilah adat yang digunakan dalam dialek Melayu maupun Minangkabau. Jika dalam bahasa Melayu istilah adat-istiadat mempunyai arti sebagai institusi manusia secara keseluruhan, maka dalam istilah Minangkabau ia digunakan untuk menunjuk kepada kategori tertentu yang berbeda dari institusi lain. Sebagai pemenuhan kebutuhan hidupnya, manusia tidak pernah berhenti beraktifitas. Adapun aktifitas ini adalah sebagai realisasi hasil pemikiran manusia yang kemudian diaplikasikan dalam berbagai segi kehidupan yang nyata. Dan karena hasil aktifitas ini bersifat abstrak maka dapatlah hal ini digolongkan dalam wujud ideal kebudayaan, yang menurut Koetjaraningrat (1980:19) bahwa adat adalah tata kelakuan atau secara singkat adat dalam arti khusus, atau dalam jamaknya disebut adat istiadat. Sehubungan dengan pengertian adat istiadat diatas, Syah (dalam Nurlina Ibrahim 2009:5) mengemukakan bahwa : Adat adalah kaidah-kaidah sosial yang tradisional yang sakral ini berarti bahwa adat adalah ketentuan leluhur dan ditaati secara turun temurun. Ia merupakan tradisi yang mengatur masyarakat penduduk asli Indonesia yang dirasakan oleh anggota-anggotanya sangat mengikat. Sebagai kaidah- kaidah sosial yang dianggap sakral, maka pelaksanaan adat ini hendaknya dilaksanakan berdasarkan norma-norma adat yang berlaku, disetiap daerah

Upload: dinhkhanh

Post on 12-May-2019

263 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2.1 Pengertian Adat Istiadat - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2354/5/2013-1-87201-231409019-bab2-25072013123450.pdf · dilaksanakan berdasarkan norma-norma adat yang berlaku,

6

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Adat Istiadat

Di Indonesia, istilah adat seringkali digunakan oleh masyarakat umum

dalam bentuknya yang sederhana, namun istilah yang lebih rumit seperti adat-

istiadat atau adat kebiasaan sering digunakan juga. Karenanya sebagaimana yang

di sampaikan Snouck Hurgronje (dalam Ratno Lukito 2012 : 3)

Seseorang mesti sadar akan perbedaan antara istilah adat yang digunakan

dalam dialek Melayu maupun Minangkabau. Jika dalam bahasa Melayu

istilah adat-istiadat mempunyai arti sebagai institusi manusia secara

keseluruhan, maka dalam istilah Minangkabau ia digunakan untuk

menunjuk kepada kategori tertentu yang berbeda dari institusi lain.

Sebagai pemenuhan kebutuhan hidupnya, manusia tidak pernah berhenti

beraktifitas. Adapun aktifitas ini adalah sebagai realisasi hasil pemikiran manusia

yang kemudian diaplikasikan dalam berbagai segi kehidupan yang nyata. Dan

karena hasil aktifitas ini bersifat abstrak maka dapatlah hal ini digolongkan dalam

wujud ideal kebudayaan, yang menurut Koetjaraningrat (1980:19) bahwa adat

adalah tata kelakuan atau secara singkat adat dalam arti khusus, atau dalam

jamaknya disebut adat istiadat.

Sehubungan dengan pengertian adat istiadat diatas, Syah (dalam Nurlina

Ibrahim 2009:5) mengemukakan bahwa :

Adat adalah kaidah-kaidah sosial yang tradisional yang sakral ini berarti

bahwa adat adalah ketentuan leluhur dan ditaati secara turun temurun. Ia

merupakan tradisi yang mengatur masyarakat penduduk asli Indonesia

yang dirasakan oleh anggota-anggotanya sangat mengikat. Sebagai kaidah-

kaidah sosial yang dianggap sakral, maka pelaksanaan adat ini hendaknya

dilaksanakan berdasarkan norma-norma adat yang berlaku, disetiap daerah

Page 2: 2.1 Pengertian Adat Istiadat - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2354/5/2013-1-87201-231409019-bab2-25072013123450.pdf · dilaksanakan berdasarkan norma-norma adat yang berlaku,

26

yang tanpa memperhatikan adanya stratifikasi dalam kehidupan

masyarakat.

Orang Minang terbiasa membedakan antara tiga kata : adat-istiadat, adat

nan diatakan, dan adat nan teradat, yang masing-masing mempunyai arti yang

berbeda pula. Sebagaimana yang dijelaskan Snouck Hurgronje juga (Ratno

Lukito 2012:3),

Bagi sebagian orang adat-istiadat mempunyai makna sebagai “

keseluruhan hukum dari masyarakat pendahulu maupun kebiasaan yang

disusun oleh para tetua, yang berbeda dari apa yang disusun oleh generasi

kemudian dan berbeda dari adat yang dapat berubah.” Sebaliknya dua

istilah lain yaitu adat nan diadatkan dan adat nan teradat,

mengindikasikan kebiasaan yang diturunkan dan ditentukan melalui

kesepakatan (mufakat), yang karenanya tidak dapat diklaim mempunyai

arti yang sama dengan adat yang tidak pernah berubah-ubah.

Menurut Soerjono Soekanto (1981 : 73)

Adat istiadat mempunyai ikatan dan pengaruh yang kuat dalam

masyarakat. Kekuatan mengikatnya tergantung pada masyarakat (atau

bagian masyarakat) yang mendukung adat istiadat tersebut yang terutama

berpangkal tolak pada perasaan keadilannya.

Suatu hal yang perlu diperhatikan bahwa sepertinya terdapat perbedaan

adat istiadat dan kebiasaan. Ditinjau dari fungsinya kebudayaan mempunyai

fungsi yang sama yaitu berfungsi untuk mengkaji tentang tingkah laku manusia

dalam kehidupannya. Sedangkan di tinjau dari segi perbedaannya adat istiadat

merupakan kumpulan dari beberapa tingkah laku atau kebiasaan yang berlaku

dalam masyarakat. Sedangkan kebiasaan hanya merupakan bagian dari adat

istiadat yang hanya menyangkut beberapa segi kehidupan manusia saja.

Menurut manahon (dalam Nurlina Ibrahim 2009 : 6)

Bahwa adat istiadat adalah merupakan suasana peraturan yang mengatur

cara-cara bergaul antara masyarakat besar yang kecil terlebih pula

mengatur akhlak supaya anggota masyarakat saling hormat menghormati.

Page 3: 2.1 Pengertian Adat Istiadat - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2354/5/2013-1-87201-231409019-bab2-25072013123450.pdf · dilaksanakan berdasarkan norma-norma adat yang berlaku,

26

Konsep ini menggambarkan bahwa adat istiadat adalah sebagai aturan

yang memberikan batasan kepada anggota masyarakat yang berada dalam

suatu daerah tertentu untuk saling mengadakan interaksi ataupun mengenai

satu sama lain dan tanpa memperhatikan status-statusnya dalam

masyarakat.

Secara lebih khusus M. Nasroen (dalam Soerjono Soekanto 1981 : 70)

menjelaskan adat merupakan suatu system pandangan hidup yang kekal, segar

serta actual, oleh karena didasarkan pada :

1. Ketentuan-ketentuan yang terdapat pada alam yang nyata dan juga pada nilai

positif, teladan baik serta keadaan yang berkembang.

2. Kebersamaan dalam arti, seseorang untuk kepentingan bersama dan

kepentingan bersama untuk seseorang.

3. Kemakmuran yang merata

4. Pertimbangan pertentangan, yakni pertentangan dihadapi secara nyata serta

dengan mufakat berdasarkan alur dan kepatutan.

5. Meletakan sesuatu pada tempatnya dan menempuh jalan tengah.

6. Menyesuaikan diri dengan kenyataan.

7. Segala sesuatunya berguna menurut tempat, waktu dan keadaan.

2.2 Hukum Adat

Istilah hukum adat bukan rangkaian dari istilah hukum istilah melainkan

sebagai terjemahan dari istilah-istilah buatan orang Belanda yang di sebut Adotre

cht. Pertama kalinya Adotre cht, di pakai oleh Hungriniyc buku karangannya yang

berjudul : orang-orang aceh dengan maksud untuk menyatakan adanya adat-adat

yang mempunyai akibat hukum.

Page 4: 2.1 Pengertian Adat Istiadat - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2354/5/2013-1-87201-231409019-bab2-25072013123450.pdf · dilaksanakan berdasarkan norma-norma adat yang berlaku,

26

Menurut Bushar Muhammad (Dewi Wulansari 2010:5)

Hukum adat adalah hukum yang mengatur tingkah laku manusia Indonesia

dalam hubungan satu sama lain baik yang merupakan keseluruhan

kelaziman, kebiasaan dan kesusilaan yang benar-benar hidup di

masyarakat adat karena dianut dan dipertahankan oleh anggota masyarakat

itu, maupun yang merupakan keseluruhan peraturan-peraturan yang

mengenai sanksi atas pelanggaran yang ditetapkan dalam keputusan para

penguasa adat (mereka yang mempunyai kewibawaan dan berkuasa

memberi keputusan dalam masyarakat adat itu yaitu dalam keputusan

lurah, penghulu, wali tanah, kepala adat dan hakim.

Sedangkan menurut R. M. Soeripto (Dewi Wulansari 2010 : 6)

Hukum adat adalah semua aturan-aturan/peraturan-peraturan adat tingkah

laku yang bersifat hukum disegala segi kehidupan orang Indonesia, yang

pada umumnya tidak tertulis yang oleh masyarakat dianggap patut dan

mengikat para anggota masyarakat yang bersifat hukum oleh karena ada

kesadaran keadilan umum, bahwa aturan-aturan/peraturan itu harus

dipertahankan oleh para petugas hokum dan petugas masyarakat dengan

upaya memaksa atau ancaman hukuman (sanksi).

Dalam hukum adat, misalnya jika sistem kekerabatan diartikan secara

kaku maka pengertian, pengetahuan dan pemahaman terhenti pada mozaik system

kekerabatan matrilineal, patrilineal, dan bilineal. Namun jika didekati dengan

pendekatan dinamisional misalnya pemangku system kekerabatan yang berbeda

tersebut malakukan perkawinan lintas adat atau dengan kata lain terjadi

perkawinan antara dua orang yang berbeda system kekerabatan maka implikasi –

implikasi hukumnya menjadi menarik untuk dibahas, seperti lahirnya bangunan

baru rumah tangga yang membahas hubungan antara orang tua biologis atau orang

tua adat dengan anak – anak warisan.

Soerjono Soekanto (dalam Dewi Wulansari 2010:6) mengemukakan

bahwa:

Hukum adat adalah kompleks adat-adat yang kebanyakan tidak dikitabkan,

tidak dikodifikasikan dan bersifat paksaan memiliki sanksi dari hokum itu.

Page 5: 2.1 Pengertian Adat Istiadat - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2354/5/2013-1-87201-231409019-bab2-25072013123450.pdf · dilaksanakan berdasarkan norma-norma adat yang berlaku,

26

Hukum adat pada hakikatnya merupakan hokum kebiasaan, artinya

kebiasaan-kebiasaan yang mempunyai akibat hokum. Berbeda dengan

kebiasaan belaka, kebiasaan yang merupakan hukum adat adalah

perbuatan-perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama yang

menuju pada “rechtsvardigeordening dersamenlebing”.

Berdasarkan uraian diatas jelas bahwa hukum adat berdasarkan asas-asas

yang mengutamakan kekeluargaan dan kerukunan dalam kehidupan masyarakat.

Misalnya saja pada pembukaan UUD 1945 antara lain pada alinea ketiga

dinyatakan bahwa pernyataan kemerdekaan Negara kita adalah atas berkat rahmat

ALLAH Yang Maha kuasa kemudian pada alinea keempat di tunjukan bahwa

Negara Republik Indinesia termasuk dalam susunan Negara berdasarkan

pancasila.

Seopomo (dalam Renol Hasan 2008 : 10) mengemukakan bahwa hukum

adat merupakan hukum non statuteir yang sebagian besar adalah hukum kebiasaan

dan sebagian kecil hukum islam. Hukum adat itu melengkapi hukum yang

berdasarkan keputusan-keputusan yang berisi asas-asas hukum dalam lingkungan

di mana memutuskan perkara. Hukum adat merupakan hukum yang hidup, karena

ia menjalankan proses hukum yang netral dari rakyat sesuai dengan fitrahnya

sendiri.

2.3 Ciri Khas Hukum Adat

Sukanto (dalam Nurlina Ibrahim 2009:8) pada umumnya adat memiliki

ciri-ciri khas sebagai berikut :

1. Keagamaan (Magiscg Religious)

Page 6: 2.1 Pengertian Adat Istiadat - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2354/5/2013-1-87201-231409019-bab2-25072013123450.pdf · dilaksanakan berdasarkan norma-norma adat yang berlaku,

26

Adat menghendaki agar setiap manusia percaya dan taqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa dengan mengakui segala sesuatu terjadi karena berkat

dan rahmat Tuhan, dan yang ada di muka bumi tidak ada yang kekal abadi

selalu, ada awal ada akhirnya. Oleh karena itu hukum adat selalu menghendaki

agar setiap perbuatan mendapat ridho dari Tuhan dan di jauhkan dari segala

ancaman kemarahan Tuhan.

2. Kebersamaan (Comunal)

Sifat kebersamaan dalam hukum adat ini mengandung arti bahwa manusia

menurut hukum adat merupakan makhluk dalam ikatan kemasyarakatan yang

erat seluruh lapisan makhluk diliputi oleh rasa kebersamaan anggota baik

sesama keluarga, kerabat, tetangga yang didasarkan pada tolong-menolong

saling membantu satu sama lain.

Sifat-sifat kebersamaan dapat dilihat dari kenyataan sehari-hari, seperti

hukum kampung, rukun tetangga atau rukun warga, di mana jika ada yang

sakit atau meninggal dunia maka berduyun-duyunlah para tetangga

mendatangi sanak saudara untuk turut serta berduka cita.

3. Serba kongkrit

Serba kongkrit mengandung hubungan-hubungan hukum dilakukan

tidak samar-samar antara kata dan perbuatan berjalan serasi, jelas dan nyata.

Misalnya dalam perjanjian jual beli, perjanjian baru terjadi jika jelas dan nyata

pembeli telah membayar harganya dan penjual telah menyerahkan barang

yang telah dijualnya.

Page 7: 2.1 Pengertian Adat Istiadat - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2354/5/2013-1-87201-231409019-bab2-25072013123450.pdf · dilaksanakan berdasarkan norma-norma adat yang berlaku,

26

4. Sangat visual

Hukum adat bercorak sangat visual mengandung arti hubungan-

hubungan hukum itu dianggap terjadi jika sudah ada tanda ikatan yang

nampak, jika belum ada tanda-tanda maka hubungan itu baru merupakan

omong kosong saja, baru sekedar menyampaikan keinginan atas menaruh

perhatian.

5. Tidak dikodifikasi

Hal ini mengandung arti tidak dihimpun dalam suatu atau beberapa kitab

undang-undang menurut system tertentu, sebagaimana halnya dengan hukum

yang berasal dari Eropa. Hal ini tidak berarti bahwa tidak ada hukum adat

yang tertulis dan dibuat menjadi buku, namun tidak sedikit hukum adat yang

tidak pernah dicatat, dibukukan menurut cara setempat.

6. Tradisional

Traditional disini mengandung arti turun-temurun sejak dahulu hingga

sekarang tetap dipertahankan dan dihormati, misalnya orang Minangkabau

tetap mempertahankan Datuk Parpatihman Sebatan. Hukum adat yang

traditional ini disesuaikan dengan tradisi kepercayaana alam saat ini masih

besar pengaruhnya terhadap alam pikiran masyarakat.

7. Dapat berubah dan mampu menyesuaikan diri

Perubahan hukum dilakukan tidak dengan cara melengkapi atau

menghilangkan ketentuan yang ada, tetapi membiarkan saja membuat

ketentuan-ketentuan yang baru. Hal ini juga menggambarkan bahwa adat

mudah dan mampu menyesuaikan dengan keadaan yang baru. Kemampuan

Page 8: 2.1 Pengertian Adat Istiadat - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2354/5/2013-1-87201-231409019-bab2-25072013123450.pdf · dilaksanakan berdasarkan norma-norma adat yang berlaku,

26

menyesuaikan diri ini bukan saja dikarenakan sifat hukum yang tidak tertulis

dan tidak dikualifikasi melainkan karena sifat keterbukaannya.

2.4 Ekologi Budaya

Ekologi budaya adalah yang terakhir di antara pendekatan-pendekatan

yang pada hakekatnya bersifat metodologis (dalam David Kaplan 1999:101

disebut “orientasi teoretik”). Pendekatan alias ancangan, atau pun metodologi,

atau orientasi ekologi-budaya, merupakan perhatian pokok para antropolog yang

dikenal sebagai kelompok evolusionis-budaya. Suatu ciri dalam ekologi budaya

ialah perhatian mengenai adaptasi pada dua tataran :

Pertama sehubungan dengan cara system budaya beradaptasi terhadap

lingkungan totalnya, dan kedua sebagai konsekuensi adaptasi sistematik

itu. Ekologi budaya menyatakan bahwa di pentingnya proses-proses

adaptasi akan memungkinkan kita melihat cara kemunculan, pemeliharaan

dan transformasi berbagai konfigurasi budaya (David Kaplan 1999 : 101).

Julian Steward dalam bukunya Roger M keeng (1999:146) mendalilkan

bahwa:

Ada bagian inti dari sistem sosial budaya, yang khususnya tanggap

terhadap adaptasi ekologis, pembagian kerja, ukuran dan stabilitas dari

kelompok-kelompok local dan penyebarannya dalam suatu wilayah dan

ketentuan-ketentuan pemukiman. Berbagai penyesuaian terhadap tekanan

ekologis secara langsung mempengaruhi unsure-unsur inti dari struktur

sosial ini, jadi iklim yang bermusim, tersedianya air, atau kesuburan tanah

akan menentukan beberapa banyak orang dapat tinggal disuatu

pemukiman, berapa lama mereka bisa menetap, bagaimana penyebaran

mereka, dan bagaimana penduduk mengatur upaya produktif mereka.

Pengaruh pada struktur social ini kemudian bercabang-cabang melalui

suatu budaya agar perkembangan perubahan dalam berbagai bidang hanya

secara sekunder dikaitkan dengan ekologi dalam gagasan kosmologi, pola

suksesi politik, seni dan sebagainya.

Page 9: 2.1 Pengertian Adat Istiadat - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2354/5/2013-1-87201-231409019-bab2-25072013123450.pdf · dilaksanakan berdasarkan norma-norma adat yang berlaku,

26

Umumnya ekologi kultural cenderung menekankan teknologi dan ilmu

ekonomi dalam analisis mereka terhadap adaptasi budaya, karena dalam segi-segi

budaya itulah kelihatan jelas perbedaan di antara budaya-budaya di samping

perbedaan dari waktu ke waktu di dalam sesuatu budaya. Apakah kesadaran moral

manusia atau mutu kehidupan sosialnya telah berubah atau maju sepanjang

beberapa ribu tahun yang lalu, adalah soal yang mudah memancing perselisihan

pendapat. Akan tetapi jelas sekali bahwa penguasaan manusia atas lingkungannya

telah meningkat hebat sejak zaman palaeolithic. Dapat di katakana bahwa

peningkatan ini sebagian besar terjadi karena perbaikan sarana teknologi yang

dapat digunakan manusia dank arena pertumbuhan pengetahuan ilmiah. Budaya-

budaya modern sekarang ini sanggup menganut filsafat moral yang usianya telah

2000 tahun.

Demikianlah maka berbeda dengan ekologi umum, ekologi budaya tidak

sekedar membicarakan interaksi bentuk-bentuk kehidupan dalam suatu ekosistem

tertentu, melainkan membahas cara manusia (berkat budaya sebagai sarananya)

memanipulasi dan membentuk ekosistem itu sendiri. Para ekolog budaya

menekankan bahwa berbagai corak manipulasi lingkungan (adaptasi nonpasif)

telah menghasilkan berbagai ragam konfigurasi dan system budaya.

Dari pembahasan diatas menjadi jelas bahwa dua konsep sentral dalam

ekologi-budaya ialah lingkungan (environment) dan adaptasi (adaptation). Kata

lingkungan umumnya disama-artikan dengan ciri-ciri atau hal-hal menonjol yang

menandai habitat alami: cuaca, flora dan fauna, tanah, pola hujan, dan bahkan

ada-tidaknya mineral di bawah tanah. Salah satu kaidah dasar ekologi-budaya

Page 10: 2.1 Pengertian Adat Istiadat - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2354/5/2013-1-87201-231409019-bab2-25072013123450.pdf · dilaksanakan berdasarkan norma-norma adat yang berlaku,

26

adalah pembedaan antara lingkungan-sebagaimana-adanya dengan lingkungan

efektif, yakni lingkungan sebagimana dikonseptualisasikan, dimanfaatkan dan

dimodifikasi oleh manusia.

Adaptasi merupakan proses yang menghubungkan sistem budaya dengan

lingkungannya. Budaya dan lingkungan berinteraksi dalam sesuatu sistem tunggal

tidaklah berarti bahwa pengaruh kausal dari budaya ke lingkungan niscaya sama

besar dengan pengaruh lingkungan terhadap budaya. Dengan kemajuan teknologi,

maka faktor dinamik dalam kepaduan budaya dan lingkungan makin lama makin

didominasi oleh budaya dan bukannya oleh lingkungan sebagai lingkungan itu

sendiri.

Konsep adaptasi menurut para antropolog adalah bahwa suatu budaya

yang sedang bekerja, dan mengganggap bahwa warga budaya itu telah melakukan

semacam adaptasi terhadap lingkungannya secara berhasil baik. Seandainya tidak

demikian, budaya itu niscaya sudah lenyap, dan kalaupun ada peninggalannya itu

hanya akan berupa kenangan arkeologis tentang kegagalan budaya itu beradaptasi.

Artinya kegagalannya untuk lestari sebagai sebentuk budaya yang hidup. Dua

budaya dalam lingkungan yang sama, salah satunya mampu melebarkan sayapnya

dengan merugikan budaya lainnya. Hal ini berarti kelestarian budaya yang

pertama mampu beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya dibanding

dengan adaptasi budaya yang digusurnya.

Ekologi Budaya adalah sebuah cara pandang memahami persoalan

lingkungan hidup dalam perpektif budaya. Atau sebaliknya, bagaimana

memahami kebudayaan dalam perspektif lingkungan hidup. Ulang-alik antara

Page 11: 2.1 Pengertian Adat Istiadat - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2354/5/2013-1-87201-231409019-bab2-25072013123450.pdf · dilaksanakan berdasarkan norma-norma adat yang berlaku,

26

lingkungan hidup (ekologi) dan budaya itulah yang menjadi bidang garap Ekologi

Budaya

Menurut Julian Steward (dalam Ihromi 2006:70)

Ekologi budaya yaitu analisa mengenai hubungan antara suatu kebudayaan

alam dengan sekitarnya atau lingkungannya. Steward merasa bahwa

penjelasan untuk beberapa aspek-aspek variasi kebudayaan dapat dicari

dalam adaptasi masyarakat terhadap lingkungannya.

Teori ekologi berbeda dengan teori yang lain. Teori ekologi menempatkan

tekanan yang kuat pada landasan perkembangan biologis. Teori ini mengajukan

suatu pandangan bahwa lingkungan sangat kuat mempengaruhi perkembangan.

Teori ekologi ( ecological theory) ialah pandangan sosio kultural tentang

perkembangan yang terdiri dari lima sistem lingkungan mulai dari masukan

interaksi langsung dengan agen-agen sosial (social agent) yang berkembang baik

hingga masukkan kebudayaan yang berbasis luas. Kelima sistem dalam teori

ekologi bronfenbrenner ialah mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem,

dan kronosistem.

Mikrosistem (micrisystem) dalam teori ekologi Bronfebrenner ialah setting

dalam mana individu hidup. Mikrosistem adalah yang paling dekat dengan pribadi

anak yaitu meliputi keluarga, guru, individu, teman-teman sebaya, sekolah,

lingkungan dan sebagainya yang sehari-hari ditemui anak. Dalam mikrositem

inilah interaksi yang paling langsung dengan agen-agen sosial berlangsung,

misalnya; dengan orang tua, teman sebaya dan guru. Individu tidak dipandang

sebagai penerima pengalaman yang pasif dalam setting ini, tetapi sebagai

seseorang yang menolong membangun setting. Bronfrenbrenner menunjukkan

Page 12: 2.1 Pengertian Adat Istiadat - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2354/5/2013-1-87201-231409019-bab2-25072013123450.pdf · dilaksanakan berdasarkan norma-norma adat yang berlaku,

26

bahwa kebanyakan penelitian tentang dampak-dampak sosiokultural berfokus

pada mikrosistem.

Mesosistem adalah interaksi antar faktor-faktor dalam sistem mikro

meliputi hubungan antara beberapa mikrosistem atau beberapa konteks misal

hubungan orangtua-guru, orangtua-teman, antar teman, gru-teman, dapat juga

hubungan antara pengalaman sekolah dengan pengalaman keluarga, pengalaman

sekolah dengan pengalaman keagamaan dan pengalaman keluarga dengan

pengalaman teman sebaya. Misalnya anak-anak yang orang tuanya menolak

mereka dapat mengalami kesulitan mengembangkan hubungan positif dengan

guru. Para developmentalis semakin yakin pentingnya mengamati perilaku dalam

setting majemukuntuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang

perkembangan individu.

Eksosistem dalam teori Bronfenbrenner dilibatkan ketika pengalaman-

pengalaman dalam setting sosial lain – dimana individu tidak memiliki peran yang

aktif – mempengaruhi apa yang individu alami dalam konteks yang dekat. Atau

sederhananya menurut eksosistem melibatkan pengalaman individu yang tak

memiliki peran aktif di dalamnya. Misalnya, pengalaman kerja dapat

mempengaruhi hubungan seorang perempuan dengan suami dan anaknya. Seorang

ibu dapat menerima promosi yang menuntutnya melakukan lebih banyak

perjalanan yang dapat meningkatkan konflik perkawinan dan perubahan pola

interaksi orang tua-anak. Maka diketahui bahwa eksosistem tidak langsung

menyentuh pribadi anak akan tetapi masih besar pengaruhnya seperti koran,

televisi, dokter, keluarga besar, dll.

Page 13: 2.1 Pengertian Adat Istiadat - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2354/5/2013-1-87201-231409019-bab2-25072013123450.pdf · dilaksanakan berdasarkan norma-norma adat yang berlaku,

26

Makrosistem meliputi kebudayaan dimana individu hidup. Kita ketahui

bahwa kebudayaan mengacu pada pola prilaku, keyakinan, dan semua produk lain

dari sekelompok manusia yang diteruskan dari generasi ke generasi. Kita ketahui

pula bahwa studi lintas budaya – perbandingan antara satu kebudayaan dengan

satu atau lebih kebudayaan lain – memberi informasi tentang generalitas

perkembangan. Makrosistem terdiri dari ideologi negara, pemerintah, tradisi,

agama, hukum, adat istiadat, budaya, dll.

Kronosistem meliputi pemolaan peristiwa-peristiwa sepanjang rangkaian

kehidupan dan keadaan sosiohistoris. Misal, dalam mempelajari dampak

perceraian terhadap anak-anak, para peneliti menemukan bahwa dampak negatif

sering memuncak pada tahun pertama setelah percaraian. Atau dengan

mempertimbangkan keadaan sosiohistoris, dewasa ini, kaum perempuan

tampaknya sangat didorong untuk meniti karier dibanding pada 20 atau 30 tahun

lalu.

2.5 Struktural Fungsional

Dalam salah satu bentuknya, fungsionalisme adalah penekanan dominan

dalam studi antropologi khususnya penelitian etnografis, selama beberapa

dasawarsa silam. (Sudah barang tentu menonjolkan fungsionalisme dan kerja

lapangan lapangan dalam antropologi secara bersamaan ini bukan hal kebetulan).

Dalam fungsionalisme ada kaidah yang bersifat mendasar bagi suatu antropologi

yang berorientasi pada teori, yakni diktum metodologi bahwa kita harus

mengesplorasi ciri sistematik budaya. Artinya kita harus mengetahui bagaimana

Page 14: 2.1 Pengertian Adat Istiadat - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2354/5/2013-1-87201-231409019-bab2-25072013123450.pdf · dilaksanakan berdasarkan norma-norma adat yang berlaku,

26

perkaitan antara stitusi-institusi atau struktur-struktur suatu masyarakat sehingga

membentuk suatu sistem yang bulat. Kemungkinan lain ialah memandang budaya

sebagai sehimpun ciri yang berdiri sendiri, khas dan tanpa kaitan, yang muncul di

sana sini karena kemunculan historis.

Kiranya perwujudan metologi seperti metodologi fungsionalisme inilah yang

diuraikan oleh Kingsley Davis (dalam David Kaplan 1999:76) yang menyatakan

bahwa :

Fungsionalisme sinonim dengan analisis sosiologis dan antropologis. Akan

tetapi karena semua ilmu berkepentingan dengan pengisolasian system secara

konseptual dan pengeksplorasian variabel dalam system tersebut, pandangan

fungsionalisme bukan hanya sinonim bagi ilmu social saja. Dalam arti yang

lebih luas , sinonim dengan semua ilmu.

Dalam teori fungsionalisme struktural dikenal sebagai integration approach,

order approach, dan equilibrium approach, menekankan keteraturan sebagai

sumber integrasi dan keseimbangan. Menurut teori ini masyarakat merupakan

suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang saling

berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada

suatu bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian yang lain. Asumsi

dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam sisitem sosial, fungsional terhadap

yang lain, secara ekstrim dapat digambarkan bahwa semua peristiwa dan semua

struktur adalah fungsional bagi masyarakat.

Adapun dalam ilmu antropolog biasanya bekerja dengan menggunakan asumsi

yang tersirat, yakni mengenai batasan unit yang sedang diamati (desa, suku dan

komunitas). Robert marton (dalam David Kaplan 1999:79) menyebutkan asumsi

tersirat itu sebagai :

Page 15: 2.1 Pengertian Adat Istiadat - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2354/5/2013-1-87201-231409019-bab2-25072013123450.pdf · dilaksanakan berdasarkan norma-norma adat yang berlaku,

26

1) Postulat keutuhan fungsional masyarakat, yakni bahwa segala sesuatu

berhubungan fungsional dengan segala sesuatu yang lain.

2) Postulat fungsionalisme universal, yaitu bahwa segala unsur budaya

melaksanakan sesuatu fungsi dan tidak ada satu pun unsure lain yang

melaksanakan fungsi yang sama itu.

Dalam upaya menjernihkan konsep fungsi Marton (dalam David Kaplan

1999:79) telah memperkenalkan perbedaan antara fungsi manifest dan fungsi laten

(fungsi tampak dan fungsi terselubung), dalam suatu tindak atau unsure budaya.

Fungsi manifest ialah konsekuensi objektif yang memberikan sumbangan pada

penyesuaian atau adaptasi system yang dikehendaki dan disadari oleh

partisipan system tersebut. Sebaliknya fungsi laten adalah konsekuensi

objektif dari suatu budaya yang tidak dikehendaki maupun disadari oleh warga

masyarakat.

Teori fungsionalisme struktural memiliki titik prioritas pada keteraturan sosial dan

sedikit memperhatikan masalah perubahan sosial. Titik prioritas itu antara lain :

1. Sistem memiliki property keteraturan dan bagian-bagian yang saling

tergantung.

2. Sistem cenderung bergerak kea rah mempertahankan keteraturan-diri atau

keseimbangan.

3. Sistem mungkin statis atau bergerak dalam proses perubahan yang teratur.

4. Sifat dasar bagian suatu system berpengaruh terhadap bentuk bagian-bagian

yang lain.

5. Sistem memelihara batas-batas dengan lingkungannya.

6. Alokasi dan integrasi merupakan dua proses fundamental yang diperlukan

untuk memelihara keseimbangan system.

7. Sistem cenderung menuju kearah pemeliharaan keseimbangan-diri yang

meliputi pemeliharaan batas dan pemeliharaan hubungan antara bagian-bagian

Page 16: 2.1 Pengertian Adat Istiadat - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2354/5/2013-1-87201-231409019-bab2-25072013123450.pdf · dilaksanakan berdasarkan norma-norma adat yang berlaku,

26

dengan keseluruhan system, mengendalikan lingkungan yang berbeda-beda

dan mengendalikan kecenderungan untuk merubah system dari dalam.

Dalam hal ini Raymond Firth (dalam David Kaplan 1999:83) mengemukakan

bahwa satu diantara masalah-masalah pokok analisis fungsional adalah :

Kesulitan dipihak pengamat untuk memperkirakan fungsi-fungsi dalam

situasi empirik. Banyak hal bergantung pada pandangan pengamat tentang

karakter keseluruhan hubungan-hubungan sosial, dan bergantung pula

pada teori yang menurut pengamat dapat diterapkan. Contohnya orang

dapat membahas “fungsi protes” dan fungsi “penekan” yang dimiliki

serikat-serikat dengan sebagai fungsi introvert yang melayani

kepentingannya sendiri dan keterpeliharaannya solidaritas internalya.

Akan tetapi orang dapat memandangnya sebagai sesuatu yang

disfungsional dari titik pandang bahwa masyarakat adalah suatu

keseluruhan yang bulat, dan ada praktek-praktek tertentu yang bersifat

menghambat atau mengganggu keutuhan itu. Sebaliknya orang dapat

memandangnya sebagai bagian dari proses keseluruhan dimana kelompok-

kelompok serta-merta mengungkapkan diri serta bekerja ditengah

masyarakat, memberikan keyakinan diri dan energy kepada anggota-

anggotanya, dan mempersembahkan hasil karyanya kepada masyarakat

yang mengandalkan upaya kelompok-kelompok tersebut.

Dalam fungsionalis struktural dikenal juga teori tentang Stuktur sosial dan

anomie yakni analisis mengenai hubungan antar kultur, struktur, dan anomie.

Kultur sebagai seperangkat nilai normative yang terorganisir, yang menentukan

perilaku bersama anggota masyarakat atau anggota kelompok. Struktur sosial

adalah seperangkat hubungan sosial yang terorganisir yang dengan berbagai cara

melibatkan anggota masyarakat atau kelompok didalamnya. Anomie terjadi bila

ada keputusan hubungan antara norma kultural dan tujuan dengan kapasitas yang

terstruktur secara sosial dari anggota kelompok untuk bertindak sesuai dengan

nilai kultural. Artinya bahwa karena posisi mereka didalam struktur sosial

Page 17: 2.1 Pengertian Adat Istiadat - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2354/5/2013-1-87201-231409019-bab2-25072013123450.pdf · dilaksanakan berdasarkan norma-norma adat yang berlaku,

26

masyarakat beberapa orang tidak mampu bertindak sesuai dengan nilai normative.

Kultur menghendaki tipe prilaku tertentu yang justru dicegah oleh struktur sosial.

Teori Fungsionalisme struktural adalah sebuah sudut pandang luas dalam

sosiologi dan antropologi yang berupaya menafsirkan masyarakat sebagai sebuah

struktur dengan bagian-bagian yang saling berhubungan. Fungsionalisme

menafsirkan masyarakat secara keseluruhan dalam hal fungsi dari elemen-elemen

konstituennya; terutama norma, adat, tradisi dan institusi. Sebuah analogi umum

yang dipopulerkan Herbert Spencer http://rifghy.blogspot.com/2012/06/teori-

fungsionalisme-struktural-dan.html (di akses tanggal 11 juli 2013)

Menampilkan bagian-bagian masyarakat ini sebagai “organ” yang bekerja

demi berfungsinya seluruh “badan” secara wajar. Dalam arti paling

mendasar, istilah ini menekankan “upaya untuk menghubungkan, sebisa

mungkin, dengan setiap fitur, adat, atau praktik, dampaknya terhadap

berfungsinya suatu sistem yang stabil dan kohesif.

Selain itu, 2 macam mekanisme yang dapat mengintergrasikan sistem-

sistem personal ke dalam sistem sosial, yaitu mekanisme sosialisasi dan

mekanisme kontrol sosial. Melalui operasi kedua mekanisme ini, sistem personal

akan menjadi terstruktur dan secara harmonis terlihat di dalam struktur sistem

sosial.

Didalam pengertiannya yang secara abstrak mekanisme sosial dipandang

sebagai cara dimana pola-pola kultural, seperti nilai-nilai, kepercayaan-

kepercayaan, bahasa serta simbol-simbol lain diinternalisasikan ke dalam sistem

personal. Mekanisme kontrol sosial melibatkan cara-cara di mana tindakan-

tindakan sosial diorganisasikan didalam sistem sosial untuk mengurangi

Page 18: 2.1 Pengertian Adat Istiadat - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2354/5/2013-1-87201-231409019-bab2-25072013123450.pdf · dilaksanakan berdasarkan norma-norma adat yang berlaku,

26

ketegangan dan penyimpangan. Ada beberapa mekanisme spesifik dari kontrol

sosial, antara lain: a) institusionalisasi, yang membuat pengharapan-pengharapan

didalam masyarakat menjadi jelas dan terkontrol, b) adanya sanksi, dimana

anggota masyarakat terikat di dalamnya, c) aktivitas-aktivitas keagamaan, dimana

ketegangan dan penyimpangan dapat diredam dan dikurangi, d) struktur kutub

pengamanan, dimana kecenderungan-kecenderungan penyimpangan dapat

diarahkan ke kondisi normal kembali, e) struktur-struktur reintegrasi, dan f)

sistem yang memiliki kemampuan dalam menggunakan kekuasaan dan tekanan.

Menurut pandangan Melinowski (dalam Ihromi 2006:62)

Tentang kebudayaan, semua unsur kebudayaan akhirnya dapat dipandang

sebagai hal yang memenuhi kebutuhan dasar para warga masyarakat.

Pendekatan yang fungsional mempunyai suatu nilai praktis yang penting. Nilai

yang praktis dari teori tersebut diatas (teori fungsionalisme) adalah bahwa

teori ini mengajar tentang kepentingan relatif dari berbagai kebiasaan yang

beragam itu.

Pembahasan tersebut diatas adalah gambaran tentang teori fungsional

structural, seperti yang telah kita ketahui bersama adalah teori fungsional

structural melahirkan sebuah reaksi sehingga lahirlah teori konflik yang

berkembang sebagai reaksi terhadap fungsionalisme structural dan akibat berbagai

kritik dari teori fungsional structural. Masalah mendasar dalam teori konflik

adalah teori tersebut tak pernah berhasil memisahkan dirinya dari akar structural

fungsionalnya. Teori ini lebih merupakan sejenis fungsionalisme structural yang

angkuh ketimbang teori yang benar-benar berpandangan kritis terhadap

masyarakat.

Page 19: 2.1 Pengertian Adat Istiadat - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2354/5/2013-1-87201-231409019-bab2-25072013123450.pdf · dilaksanakan berdasarkan norma-norma adat yang berlaku,

26

Dalam penelitian ini, walaupun menggunakan jenis atau desain penelitian

kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus, pendekatannya tetap objektif,

karena peneliti tetap dalam posisi outsider yang menggambarkan, menganalisa

dan menginterpretasikan hasil penelitian sebagaimana yang dikemukakan oleh

informan. Oleh karena penelitian ini lebih menekankan pada metode kualitatif-

studi kasus; maka fungsi dan kedudukan teori-teori di sini lebih merupakan

”rambu-rambu” yang membatasi wilayah fenomena yang diteliti.

Salah satu pendekatan sosiologi komunikasi yang digunakan untuk

menelaah sistem politik dalam hal ini fungsi komunikasi politik pada Partai

Persatuan Pembangunan sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya

adalah teori struktural fungsional sebagai teori umum (general theory) dalam

disiplin ilmu komunikasi. Model struktural fungsional mempunyai ciri sebagai

berikut: (1) sistem dipandang sebagai satu kesatuan yang terdiri dari unsur-unsur

yang saling berkaitan; (2) adanya spesifikasi lingkungan yakni spesifikasi faktor-

faktor eksternal yang bisa mempengaruhi sistem; (3) adanya ciri-ciri, sifat-sifat

yang dipandang esensial untuk kelangsungan sistem; (4) adanya spesifikasi jalan

yang menentukan perbedaan nilai; dan (5) adanya aturan tentang bagaimana

bagian-bagian secara kolektif beroperasi sesuai ciri-cirinya untuk menjaga

eksistensi sistem.

Untuk mengetahui aktifitas sosial, norma dan kepercayaan tertentu dalam

suatu masyarakat, sebenarnya dapat dilihat bagaimana satuan atau bagian tertentu

itu dalam lingkup keseluruhan masyarakat, seperti melihat sebagian dari seluruh

masyarakat dan manakah yang berfungsi secara khusus dari sistem ekonomi

Page 20: 2.1 Pengertian Adat Istiadat - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2354/5/2013-1-87201-231409019-bab2-25072013123450.pdf · dilaksanakan berdasarkan norma-norma adat yang berlaku,

26

ataukah politik; asumsi yang kedua, fungsional itu bersifat sejagat atau universal;

andaian ini bersifat positif karena unsur-unsur organisasi sosial atau tingkah laku

itu haruslah memenuhi fungsi yang berfaedah apabila masih berwujud dalam

jangka waktu tertentu.

Keadaan itu kemudian mengandung makna bahwa tidaklah semua unsur

memenuhi fungsi yang positif. Mungkin tidak semua unsur itu berfungsi bagi

seluruh masyarakat, tetapi pada sisi lain ada unsur yang berfungsi pada bagian

yang satu dan tidak berfungsi pada bagian lainnya. Unsur yang tidak berfungsi

pada bagian tertentu memiliki nilai negatif dan menimbulkan ketidakpahaman

sistem. Sehingga tidak berfungsi (disfungsional) atau menceraiberaikan

kemampuan keseluruhan sistem sosial; asumsi yangketiga, tanpa kekecualian

(indispensibility) yang termasuk dalam dua konsep, yaitu: kebutuhan yang

berfungsi dan konsep praktis, institusi sosial, yang dengan perspektif fungsional

ini mengungkapkan suatu pendekatan tentang kehidupan sosial atau kehidupan

diri kita sendiri dalam suatu masyarakat. Dalam analisis sosial terdapat suatu

perbedaan antara fungsi yang tampak (manifest), dan fungsi terpendam (latent).

Fungsi yang tampak adalah tindakan tingkah laku sosial yang dialami oleh para

individu tersebut. Karena itu selalu ada kemungkinan dari sebagian sistem

kepercayaan, adat kebiasaan, dan tingkah laku sosial lainnya yang tidak atau

kurang berfungsi bagi sebagian anggota masyarakat lainnya.

Walaupun teori struktural fungsional banyak manfaatnya, namum kritik

dan revisi atas teori ini masih terus berlangsung, diantaranya kekurangan teori ini

sebagai berikut: (1) keyakinan bahwasanya ada masyarakat yang tanpa lapisan

Page 21: 2.1 Pengertian Adat Istiadat - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2354/5/2013-1-87201-231409019-bab2-25072013123450.pdf · dilaksanakan berdasarkan norma-norma adat yang berlaku,

26

sosial harus diabaikan; (2) beberapa tindakan dan institusi sosial tampak tidak

nyata hubungannya dengan tindakan dan institusi sosial lainnya; (3) teori ini

beranjak dari pengalaman lapangan formatif untuk menemukan bahwa masyarakat

itu dapat dipahami sebagai suatu sistem yang berkaitan dan rasional, tanpa melihat

kaitan unsur-unsur budaya yang diteliti masa silam; (4) pertimbangan teori ini

sebagian terletak hanya pada gambaran eksplanasi yang memerlukan fakta yang

diketahui dan mampu diobservasi, terutama kebudayaan material atau benda-

benda yang tampak.