kajian pustaka dan hipotesis -...

35
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam rangka melaksanakan urusan pemerintah daerah, sekarang ini pada setiap daerah dibentuk Perangkat Daerah atau Satuan Kerja Perangkat Daerah, dimana Perangkat Daerah ini juga disebut dengan unit-unit kerja. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah organisasi/lembaga pada pemerintah daerah yang bertanggung jawab kepada Gubernur/bupati/walikota dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang terdiri dari sekretaris daerah, dinas daerah dan lembaga teknis daerah, kecamatan, dan satuan polisi pamong praja sesuai dengan kebutuhan. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 disebutkan bahwa Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran atau pengguna barang. SKPD adalah entitas (konsep) akuntansi unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang yang diwajibkan menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabung pada entitas pelaporan. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku pengguna anggaran harus menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, asset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pendapatan dan belanja, yang berada dalam tanggung jawabnya. Hal ini berarti bahwa setiap SKPD harus membuat laporan keuangan 8

Upload: hakien

Post on 08-Aug-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Dalam rangka melaksanakan urusan pemerintah daerah, sekarang ini pada

setiap daerah dibentuk Perangkat Daerah atau Satuan Kerja Perangkat Daerah,

dimana Perangkat Daerah ini juga disebut dengan unit-unit kerja. Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) adalah organisasi/lembaga pada pemerintah daerah

yang bertanggung jawab kepada Gubernur/bupati/walikota dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan yang terdiri dari sekretaris daerah, dinas daerah

dan lembaga teknis daerah, kecamatan, dan satuan polisi pamong praja sesuai

dengan kebutuhan. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun

2006 disebutkan bahwa Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya

disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku

pengguna anggaran atau pengguna barang.

SKPD adalah entitas (konsep) akuntansi unit pemerintahan pengguna

anggaran/pengguna barang yang diwajibkan menyelenggarakan akuntansi dan

menyusun laporan keuangan untuk digabung pada entitas pelaporan. Kepala

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku pengguna anggaran harus

menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, asset, utang, dan ekuitas

dana, termasuk transaksi pendapatan dan belanja, yang berada dalam tanggung

jawabnya. Hal ini berarti bahwa setiap SKPD harus membuat laporan keuangan

8

Page 2: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

9

unit kerja. Sedangkan laporan keuangan yang harus dibuat setiap unit kerja adalah

laporan realisasi anggaran, neraca, dan catatan atas laporan keuangan. laporan

keuangan tersebut disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan daerah

(PPKD) sebagai dasar penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.

Mardiasmo (2002: 159) laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari

proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara

data keuangan atau aktifitas suatu perusahaaan dengan pihak-pihak yang

berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Berdasarkan

pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah laporan

yang menyajikan informasi yang akan digunakan oleh pihak-pihak yang

berkepentingan mengenai, posisi keuangan, kinerja perusahaan/organisasi,

perubahan ekuitas, arus kas dan informasi lain yang merupakan hasil dari proses

akuntansi selama periode akuntansi dari suatu kesatuan usaha.

Laporan keuangan pemerintah daerah berdasarkan PP No.24 tahun 2005

tentang SAP adalah merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi

keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.

Menurut Mahmudi (2010: 1) definisi laporan keuangan adalah Laporan keuangan

sektor publik pada hakekatnya merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban

pemerintah kepada rakyat atas pengelolaan dana publik baik dari pajak, retribusi

atau transaksi lainnya. Laporan keuangan merupakan suatu pernyataan entitas

pelaporan yang terkandung di dalam komponen laporan keuangan. Laporan

keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan

Page 3: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

10

negara/daerah selama suatu periode. laporan keuangan pemerintah daerah adalah

pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

Halim (2007) menyatakan bahwa laporan keuangan daerah dapat diartikan

sebagai semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula

segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan

daerah sepanjang belum dimiliki oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta

pihak-pihak lain sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Pemerintah daerah

selaku pengelola dana publik harus menyediakan informasi keuangan yang

diperlukan secara akurat, relevan, tepat waktu, dan dapat dipercaya. Untuk itu,

pemerintah daerah dituntut untuk memiliki sistem informasi akuntansi yang

handal.

Darise (2008: 54) mengatakan dasar hukum penyusunan laporan keuangan

pemerintah pemerintah daerah diatur dalam pasal 31 undang-undang nomor 17

tahun 2003 tentang keuangan negara dan pasal 184 undang-undang nomor 32

tahun 2004 tentang pemerintah dan pasal 99, pasal 100 dan pasal 101 peraturan

pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah

menyatakan :

a. Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang

pertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat

6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

b. Laporan keuangan sekurang-kurangnya meliputi :

a. Laporan realisasi anggaran

Page 4: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

11

b. Neraca

c. Laporan arus kas

d. Catatan atas laporan keuangan yang dilampiri dengan laporan keuangan

badan usaha milik daerah

Laporan keuangan sebagaimana dimaksud disusun dan disajikan sesuai

dengan standar akuntansi pemerintahan sebagaimana diatur dalam peraturan

pemerintah nomor 24 tahun 2005 tentang standar akuntansi pemerintahan.

2.1.2 Tujuan penyajian laporan keuangan Pemerintah

Tujuan penyajian laporan keuangan sektor publik menurut Governmental

Accounting Standard Board (GASB, 1998) adalah untuk membantu memenuhi

kewajiban pemerintah untuk menjadi akuntabel secara publik. Untuk membantu

memenuhi kebutuhan para pengguna laporan yang mempunyai keterbatasan

kewenangan, keterbatasan kemampuan atau sumber daya untuk memperoleh

informasi dan oleh sebab itu mereka menyandarkan pada laporan sebagai sumber

informasi penting. Untuk tujuan tersebut, pelaporan keuangan harus

mempertimbangkan kebutuhan para pengguna dan keputusan yang mereka buat.

Menurut Erlina (2008) dalam Abas (2011) tujuan umum laporan keuangan

adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggran, arus

kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para

pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber

daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk

menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk

Page 5: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

12

menunjukan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan

kepadanya.

Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (2005) peranan laporan

keuangan pemerintah daerah yaitu laporan keuangan disusun untuk menyediakan

informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang

dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan

keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan,

belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggran yang telah ditetapkan, menilai

kondisi keuangan, mengevaluasi efektifitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan,

dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

2.1.3 Komponen Laporan Keuangan

Menurut Mahmudi (2010) jenis laporan keuangan pokok yang harus

dibuat pemerintah daerah meliputi:

”1. Laporan Realisasi Anggaran2. Neraca3. Laporan Arus Kas4. Catatan atas Laporan Keuangan.

2.1.3.1 Laporan Realisasi Anggaran

Menurut Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005, mengatakan Laporan

realisasi anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian

sumberdaya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang

menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu

periode pelaporan.

Pengertian laporan realisasi anggaran menurut Indra Bastian (2006) adalah

Laporan realisasi anggaran adalah laporan yang menyajikan informasi realisasi

Page 6: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

13

pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiayaan yang masing-masing

diperbandingkan dengan anggaran dalam satu periode. Sedangkan pengertian

laporan realisasi anggaran menurut Nurlan Darise (2008) adalah Laporan realisasi

anggaran menyajikan iktisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya

ekonomi yang dikelola oleh pemerintah daerah yang menggambarkan

perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan realisasi anggaran

merupakan laporan yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian

sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah daerah dan mebandingkan

anggaran dengan realisasi dalam satu periode.

Laporan realisasi anggaran menurut Mahmudi (2010) dapat dikelempokan

menjadi enam bagian yaitu:

1) Pendapatan, pendapatan daerah terdiri atas tiga komponen yaitu: Pendapatan

asl daerah, pendapatan transfer, dan lain lain pendapatan yang sah.

2) Belanja, Pos belanja diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu belanja operasi,

belanja modal dan belanja tak terduga.

3) Tranfes, transfer pada umumnya juga merupakan bagian dari belanja

pemerintah daerah. Untuk pemerintah profinsi pengeluaran transfer berupa

transfer/bagi hasil pendapatan ke kabupaten/kota. Untuk pemerintah

kabupaten/kota pengeluaran transfer berupa transfer/ bagi hasil pendapatan ke

desa.

4) Srusplus/defisit, selisih antara pendapatan dan belanja dicatat dalam pos

surplus/defisit.

Page 7: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

14

5) Pembiayaan, pembiyaan dikategorikan menjadi dua yaitu penerimaan

pembiyaan dan pengeluaran pembiyaan.

6) Silpa/Sikpa adalah selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan

pengeluaran daerah selama periode anggaran.

2.1.3.2 Neraca Daerah

Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 2005, menyatakan Neraca

menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai asset,

kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.

Selanjutnya di dalam Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 Pasal 85 Ayat

(2), mengemukakan Posisi aktiva sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) tidak

termasuk pada pengertian aktiva sumber daya seperti hutan, sungai, kekayaan di

dasar laut, dan kandungan pertambangan, serta harta peninggalan sejarah yang

menjadi asset nasional.

Tujuan neraca adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan

daerah pada saat tertentu, biasanya pada akhir tahun anggaran. Posisi keuangan

daerah adalah keadaan asset, kewajiban, dan ekuitas dana yang dimiliki

pemerintah daerah pada akhir periode akuntansi. Menurut Mahmudi (2010) unsur

yang dicakup oleh neraca terdiri dari asset, kewajiban, dan ekuitas dana. Masing-

masing unsur didefinisikan sebagai berikut:

a. Asset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh

pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat

ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik

oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,

Page 8: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

15

termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa

bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena

alasan sejarah dan budaya.

b. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang

penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi

pemerintah.

c. Ekuitas dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih

antara aset dan kewajiban pemerintah.

2.1.3.3 Laporan Aliran Kas

Di dalam Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 Pasal 81 Ayat (1),

mengatakan laporan aliran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

menyajikan informasi mengenai sumber dan penggunaan kas dalam aktivitas

operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pembiayaan.

Selanjutnya di dalam Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 2005 Pasal

84 Ayat (2), mengemukakan laporan aliran arus kas sebagaimana yang dimaksud

pada ayat (1) dapat disusun dengan metode langsung maupun tidak langsung.

Tujuan laporan aliran kas adalah menyajikan informasi mengenai kemampuan

dalam memperoleh kas dan menilai penggunaan kas untuk memenuhi kebutuhan

daerah dalam suatu periode akuntansi.

Laporan aliran kas menggambarkan saldo awal, penerimaan,

pengeluaran dan saldo akhir kas daerah dalam suatu periode akuntansi tahun

berkenaan. Laporan aliran kas menyajikan informasi mengenai penerimaan dan

pengeluaran kas yang berkaitan dengan aktifitas operasi, investasi dan

Page 9: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

16

pembiayaan. Unsur yang dicakup dalam laporan aliran kas terdiri dari penerimaan

dan pengeluaran kas, yang masing-masing didefinisikan sebagai berikut:

a. Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara Umum

Negara/Daerah.

b. Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara Umum

Negara/Daerah.

Laporan arus kas dibagi dalam empat aktivitas utama yaitu arus kas dari

aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas intvestasi, arus kas dari kativitas

pembiyaan dan arus kas dari aktivitas non anggaran (Mahmudi, 2006).

2.1.3.4 Catatan atas Laporan Keuangan

Menurut Bastian (2009) catatan atas laporan keuangan adalah catatan yang

dimaksudkan agar laporan keuangan dapat dipahamai oleh pembaca secara luas,

tidak terbatas hanya untuk pembaca tertentu maupun manajemen entitas

palaporan. Sedangkan catatan atas laporan keuangan menurut Nurlan Darise

(2008) adalah catatan atas laporan keuangan meliputii penjelasan naratif atau

rincian dari angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran, neraca, dan

laporan arus kas.

Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian

dari angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran, neraca, dan laporan arus

kas. Catatan atas Laporan keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan

akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang

diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam standar akuntansi

pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan

Page 10: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

17

penyajian laporan keuangan secara wajar. Catatan atas laporan keuangan

mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:

a. Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan ekonomi makro,

pencapaian target Undang-undang APBN/Perda APBD, berikut kendala dan

hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target.

b. Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan.

c. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan

kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-

transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya.

d. Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh standar akuntansi

Pemerintahan yang belum disajikan pada lembar muka laporan keuangan.

e. Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul

sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan

rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, dan

f. Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang

wajar, yang tidak disajikan pada lembar muka laporan keuangan.

Mahmudi (2010) menjelaskan catatan atas laporan keuangan (Calk)

merupakan penjelasan secara lebih rinci atas elemen-elemen dalam laporan

keuangan, baik elemen neraca, laporan realisasi anggaran maupun laporan arus

kas. Bagi para pengguna laporan keuangan pemerintah daerah, catatan atas

laporan keuangan ini sangat penting untuk dibaca dan dimanfaatkan sebagai dasar

pertimbangan pengambilan keputusan.

Page 11: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

18

2.1.4 Kewajaran Penyajian Laporan Keuangan

Menurut Tata (2004) pendapat kewajaran adalah suatu pernyataan yang

diberikan oleh Penilai Bisnis yang menyatakan bahwa suatu transaksi adalah

wajar atau tidak wajar berkaitan rencana perusahaan, rencana transaksi atau

penawaran umum (right issue) yang bersifat transaksi material, transaksi benturan

kepentingan, perubahan kegiatan usaha, perjanjian pinjam-meminjam atau

transaksi ekonomis lainnya. Prosedur yang digunakan dalam memberika Opini

Kewajaran meliputi: analisis transaksi, analisa harga transaksi, analisis kualitatif

dan kuantitatif yang terkait dengan rencana transaksi, analisis atas kewajaran nilai

transaksi, dan analisis atas faktor-faktor lain yang relevan.

Opini kewajaran dilakukan dengan melakukan analisa mendalam atas:

nilai dan obyek transaksi, pihak-pihak yang melakukan transaksi, kondisi

fundamental industri, dampak keuangan dan operasional serta analisa lainnya.

Opini kewajaran dilakukan untuk menyakinkan bahwa transaksi yang dilakukan

apakah wajar atau tidak wajar bagi perusahaan.

Laporan keuangan daerah pada dasarnya merupakan asersi atau pernyataan

dari pihak manajemen pemerintah daerah yang menginformasikan kepada pihak

lain, yaitu pemangku kepentingan yang ada tentang kondisi keuangan pemerintah

daerah (Mahmudi, 2007). Agar dapat menyediakan informasi yang berguna dan

bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, maka informasi yang disajikan

dalam pelaporan keuangan harus memenuhi karakteristik kualitatif sehingga

dapat digunakan dalam pengambilan keputusan (Obaidat, 2007) dalam Hapsari

(2007).

Page 12: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

19

Agar dapat memenuhi karakteristik kualitatif maka informasi dalam

laporan keuangan harus disajikan secara wajar berdasarkan prinsip akuntansi yang

berlaku umum. Pada saat ini, pemerintah di Indonesia sudah mempunyai standar

akuntansi pemerintahan (SAP) yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang

diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan (PP Nomor 24

tahun 2005). Di dalamnya terdapat kerangka konseptual akuntansi pemerintahan

yang memuat karakteristik kualitatif laporan keuangan pemerintah. Karakteristik

kualitatif itu dapat diartikan sebagai ukuran-ukuran normatif yang perlu

diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya.

Adapun kriteria dan unsur-unsur pembentuk kualitas laporan keuangan yang

menjadikan informasi dalam laporan keuangan pemerintah mempunyai nilai atau

manfaat terdiri dari relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami.

Penilaian kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan

pemerintah daerah salah satunya berdasarkan kesesuaian terhadap standar

akuntansi pemerintah yang ada. Oleh karena itu, salah satu topik menarik dalam

akuntansi pemerintahan adalah berkaitan dengan standar akuntansi pemerintahan

itu sendiri. Di Indonesia, standar akuntansi pemerintahan (SAP) telah ditetapkan

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005 yang

disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang sekarang

telah menjadi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010.

KSAP sendiri merupakan salah satu kompartemen yang berada di bawah Ikatan

Akuntan Indonesia (IAI). Terbitnya SAP ini juga mengukuhkan peran penting

akuntansi dalam pelaporan keuangan di pemerintahan. Jadi dapat dikatakan

Page 13: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

20

Indonesia memasuki babak baru dalam pelaporan keuangan kegiatan pemerintah

Indonesia. Namun, regulasi akuntansi pemerintahan di Indonesia menggunakan

referensi International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) dengan

memperhatikan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, (Sari, et al,

2010).

Sari, et, all (2010) dalam jurnalnya menjelaskan di Indonesia, pemeriksaan

menurut amanat UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara meliputi tiga jenis yaitu pemeriksaan

keuangan, pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan yang bertujuan

untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) bahwa

laporan keuangan telah disajikan secara wajar dalam semua hal yang material,

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis

akuntansi komprehensif lainnya.

Representasi kewajaran kemudian dituangkan dalam bentuk opini dengan

mempertimbangkan kriteria kesesuaian laporan keuangan dengan Standar

Akuntansi Pemerintahan (SAP); kecukupan pengungkapan; kepatuhan terhadap

peraturan perundang-undangan; dan efektivitas pengendalian intern (BPK, 2009).

2.1.4.1 Kesesuain laporan keuangan dengan standar akuntansi pemerintah

(SAP).

Menurut Mahsun dkk (2006: 42) standar akuntansi pemerintahan (SAP),

adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan

menyajikan laporan keuangan pemerintah, dengan demikian SAP merupakan

Page 14: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

21

persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan

kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia. Menurut Renyowijoyo

(2008:171) dalam Santoso (2009) salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan

transparansi dan akuntanbilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian

laporan pertanggungjawaban keuangan negara yang memenuhi prinsip tepat

waktu, dan disusun mengikuti standar akuntansi pemerintahan yang diterima

secara umum. Hal itu diatur dalam Undang-Undang No 17 tahun 2003 tentang

Keuangan Negara yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi

pemerintahan yang ditetapkan dengan peraturan pemerintahan.

SAP dinyatakan dalam Pernyataan standar akuntansi pemerintah, yang

selanjutnya disebut PSAP. PSAP tersebut dilengkapi dengan interprestasi standar

pernyataan akuntansi pemerintah (IPSAP), yang merupakan klarifikasi, penjelasan

dan uraian lebih lanjut atas pernyataan SAP serta dilengkapi pula dengan bulletin

teknis, yaitu informasi yang diterbitkan oleh komite standar akuntansi pemerintah

yang memberikan arahan/pedoman secara tepat waktu untuk mengatasi masalah-

masalah akuntansi maupun pelaporan keuangan yang timbul. Sedangkan

kerangka konseptual akuntansi penerintah adalah prinsip-prinsip yang mendasari

penyusunan dan pengembangan standar akuntansi pemerintah bagi komite standar

akuntansi pemerintahan, penyusunan laporan keuagan, dan dan pemeriksaaan

dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum diatur secara jelas

dalam pernyataan standar akuntansi pemerintah. (Mahsun, dkk, 2006: 43).

Page 15: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

22

Dalam penelitian ini kesesuaian laporan keuangan dengan standar

akuntansi pemerintah di ukur dengan:

1. Laporan keuangan disusun berdasarkan asumsi dasar

Menurut Mursyidi (2009) asumsi dasar dalam laporan keuangan pemerintah

adalah anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu

dibuktikan agar standar akuntansi dapat diterapkan, asumsi dasar dalam

laporan keuangan terdiri dari:

a. Asumsi kemandirian entitas, baik entitas pelaporan maupun akuntansi,

berbrti bahwa setiap unit organisasi dianggap sebagai unit yang mandiri

dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan sehingga

tidak terjadi kekacauan antara unit instansi pemerintah dan pelaporan

keuangan

b. Asumsi kesinambungan entitas, laporan keuangan disusun dengan asumsi

bahwa entitas pelaporan akan berlanjut keberadaannya. Dengan demikian,

pemerintah diasumsikan tidak bermaksud melakukan likuidasi atas entitas

pelaporan dalam jangka pendek.

c. Asumsi kerukunan dalam satuan uang, laporan keuangan entitas pelaporan

harus menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan

satuan uang.

2. Laporan keuangan memuat karakteristik laporan keuangan

Karakteristik laporan kuangan menurut Mursyidi (2009) adalah ukuran-ukuran

normative yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat

memenuhi tujuannya. Adapun keempat karakteristik tersebut adalah 1).

Page 16: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

23

Relevan, Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi dalam

laporan keuangan termuat didalamnya dapat mempengaruhi keputusan

penggunaan dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau

masa kini, dan memprediksi masa depan. 2) Andal, informasi dalam laporan

keuangan bebas dari pengertian menyesatkandan kesalahan material. 3). Dapat

dibandingkan, infoemasi dalam laporan keuanganakan lebih berguna jika

dapat dibandingkan dengan laporan keuangan sebelumnya dan laporan

keuangan instansi lain, dan 4). Dapat dipahami, informasi yang diasjikan

dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh penggunanya.

3. Berdasarkan Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan, prinsip akuntansi dan

pelaporan keuangan dimaksud sebagai ketentuan yang dapat dipahami dan

ditaati oleh pembuat standar dalam penyusunan standar akuntansi, oleh

penyelenggara akuntansi dan pelapoan keuangan dalam melakukan

kegiatannya.

4. Penyajian Unsur laporan keuangan, laporan keuangan dalam suatu entitas

harus menyajian unsure laporan keuangan sesuai dengan kegiatan entitas

pelaporannya.

2.1.4.2 Kecukupan Pengungkapan Laporan keuangan

Konsep full disclosure (pengungkapan lengkap) mewajibkan agar

laporan keuangan didesain dan disajikan sebagai kumpulan potret dari kejadian

ekonomi yang mempengaruhi instansi pemerintah untuk suatu periode dan berisi

cukup informasi. Yang menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan

oleh pengguna laporan keuangan sehingga membuat pemakai laporan keuangan

Page 17: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

24

paham dan tidak salah tafsir terhadap laporan keuangan tersebut, (Mahmudi,

2010).

Menurut Mahsun, dkk, (2006: 59) laporan keuangan menyajikan secara

lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan

oleh pengguna laporan keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka laporan

keuangan atau catatan atas laporan keuangan. Pengungkapan lengkap merupakan

bagian dari prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan, sehingga terdapat di dalam

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 pada lampiran II paragraf 50,

mengatakan Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang

dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan

keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka laporan keuangan atau catatan

atas laporan keuangan.

2.1.4.3 Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan

Akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah harus menunjukkan

ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, antara lain:

a. Undang-undang Dasar Republik Indonesia khususnya yang mengatur

mengenai keuangan Negara, UU No. 17 tahun 2003.

b. Undang-undang Perbendaharaan Indonesia, UU No. 1 tahun 2004.

c. Undang-undang APBN,

d. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintah daerah, UU

No. 22 tahun 1999

e. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perimbangan keuangan

pusat dan daerah,

Page 18: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

25

f. Ketentuan perundang-undangan yang mengatur tentang pelaksanaan

APBN/APBD,

g. Peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang keuangan pusat

dan daerah.

Apabila terdapat pertentangan antara standar akuntansi keuangan

pemerintah dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, maka yang

berlaku adalah peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

2.1.4.4 Efektivitas Pengendalian Intern

Di tahun 1994, Committee Of American Institute Of Accountants (sekarang

bernama The American Institute Of certified Public Accountant atau AICPA)

memberikan definisi pengendalian intern dalam Bastian (2009: 51) adalah rencana

organisasi dan semua metode serta ketentuan-ketentuan yang terkoordinasi yang

dianut perusahaan untuk melindungi harta miliknya, mengecek kecermatan dan

keandalan data akuntansi, mengingatkan efisiensi usaha, dan mendorong

ditaatinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkan. Kemudian ditahun 1998,

AICPA mengklasifikasikan pengendalian intern dalam pengendalian akuntansi

(Accounting Control) dan pengendalian administrasi (administrative control).

Pengendalian akuntansi meliputi rencanan organisasi dan semua metode

serta prosedur yang berkaitan dengn data akuntansi, dan berhubungan langsung

dengan pengamanan terhadap kekayaan suatu organisasi dan keandalan catatan

keuangan. Selanjutnya pada tahun 1972, perbaikan definisi pengendalian intern

dilakukan dengan memasukan pengendalian administrasi. Akibatnya,

pengendalian intern tidak terbatas hanya pada rencana organisasi, namun juga

Page 19: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

26

prosedur dan catatan yang berkaitan dengan proses keputusan yang mengarah

pada otorisasi manajemen atas transaksi. Otorisasi merupakan suatu fungsi

manajemen yang secara langsung berhubungan dengan tanggungjawan untuk

mencapai tujuan organisasi dan sekaligus, merupakan titik awal untuk

menetapkan pengendalian akuntansi atas transaksi, (Bastian, 2009: 51)

Menrut Bastian (2009) pengendalian akuntansi dirancang sebagai rencana

organisasi, prosedur serta catatan yang berkaitan dengan prngamanan aktiva atau

kekayaan dan keandalan catatan keuanga yang menjamin:

1. Transaksi dilaksanakan sesuai dengan otorisasi umum dan otorisasi khusus

manajemen.

2. Praktik pencatatan transaksi ditujukan untuk pelaporan keuangan yang

didasarkan pada prinsip akuntansi berterima umum atau peraturan lain yang

diterapkan pada pelaporan organisasi terkait dalam kerangka

pertanggungjawaban aktiva/kekayaan.

3. Akses terhadap aktiva/kekayaan yang dicatat dibandingkan dengan

aktiva/kekayaan yang ada pada interval waktu yang wajar dan tindakannya

yang tepat diambil jika terjadi perbedaan.

2.1.5 Akuntabilitas

Hapsari (2010) dalam jurnalnya menjelaskan fenomena yang terjadi

dalam perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah menguatnya

tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah.

Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggung

jawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam

Page 20: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

27

mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu

media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik. Pada dasarnya,

akuntabilitas adalah pemberian informasi dan pengungkapan (disclosure) atas

aktivitas dan kinerja finansial kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Pemerintah, baik pusat maupun daerah, harus dapat menjadi subyek pemberi

informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik yaitu hak untuk tahu, hak

untuk diberi informasi, dan hak untuk didengar aspirasinya.

2.1.5.1 Pengertian Akuntabilitas

Akuntabilitas publik merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban atas

segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh seseorang pemegang amanah terhadap

orang atau badan yang meminta pertanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas ini

dilakukan sebagai bentuk transparansi daripada kegiatan operasional suatu

perusahaan.

Menurut Mardiasmo (2002: 20) dalam bukunya Akuntansi Sektor Publik

menyatakan bahwa Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang

amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan,

melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi

tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak

dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.

Makna atau pengertian akuntabilitas dilihat dari aspek manajemen

pemerintah adalah sebagai berikut:

Menurut Tim Studi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-BPKP (2004),

seperti yang dikutip oleh Ulum (2008: 56) dalam bukunya ”Sebuah Pengantar

Page 21: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

28

Akuntansi Sektor Publik adalah Akuntabilitas adalah perwujudan kewajiban untuk

mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan atas pelaksanaan misi

organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah

ditetapkan melalui suatu media pertanggungjawaban secara periodik.

Ulum (2008 :58) mendefinisikan akuntabilitas adalah suatu

pertanggungjawaban oleh pihak-pihak yang diberi kepercayaan oleh

masyarakat/individu di mana nantinya terdapat keberhasilan atau kegagalan di

dalam pelaksanaan tugasnya tersebut dalam pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan. Pertanggungjawaban tersebut berkaitan langsung dengan aktivitas

birokrasi dalam memberikan pelayanan sebagai kontra prestasi atas hak-hak yang

telah dipungut langsung maupun tidak langsung dari masyarakat.

Pertanggungjawaban perlu dilakukan melalui media yang selanjutnya dapat

dikomunikasikan kepada pihak internal maupun pihak eksternal (publik) secara

periodik maupun secara tak terduga sebagai suatu kewajiban hukum dan bukan

karena sukarela. Menurut Ulum (2008 :41), mengemukakan dua jenis

akuntabilitas yaitu Akuntabilitas Keuangan dan Akuntabilitas Kinerja.

2.1.5.2 Akuntabilitas Keuangan

Akuntabilitas Keuangan adalah keuangan yang harus dikelola secara tertib,

taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis transparan,

dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan , dan

manfaat untuk masyarakat (Loina, 2004) dalam Mutakin (2008). Secara tertib

adalah bahwa keuangan harus dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang

didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

Page 22: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

29

Taat pada peraturan perundang-undangan adalah bahwa pengelolaan keuangan

harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Efektif merupakan

pencapaian hasil program dengan target yang telah d tetapkan, yaitu dengan cara

membandingkan keluaran dengan hasil. Efisien merupakan pencapaian keluaran

yang maksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah

untuk mencapai keluaran tertentu. Ekonomis merupakan perolehan masukan

dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga yang terendah,

(Mutakin, 2008).

Transparan merupakan prinsip keterbukaan yang memungkinkan

masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya

tentang keuangan publik. Bertanggungjawab merupakan perwujudan kewajiban

seseorang untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian

sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam

rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Keadilan adalah keseimbangan

distribusi kewenangan dan pendanaannya dan/ atau keseimbangan distribusi hak

dan kewajiban berdasarkan pertimbangan yang objektif. Kepatutan adalah

tindakan atau sikap yang dilakukan dengan wajar dan proporsional. Manfaat untuk

masyarakat adalah bahwa keuangan daerah diutamakan untuk pemenuhan

kebutuhan masyarakat.

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 Tahun 2006 Pasal 4 dalam

Akuntabilitas Keuangan meliputi :

1. Keuangan Daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-

undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggungjawab

Page 23: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

30

dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk

masyarkat.

2. Secara tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa keuangan

daerah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang didukung dengan

bukti-bukti administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

3. Taat pada peaturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

adalah bahwa pengelolaan keuangan daerah harus berpedoman pada peraturan

perundang-undangan

4. Efektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupaka hasil pencapaian hasil

program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara

membandingkan keluaran dengan hasil.

5. Efisien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pencapain keluaran

yang meksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah

untuk mencapai keluaran tertentu.

6. Ekonomis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perolehan

masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga yang

terendah

7. Transparan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan prinsip

keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan

mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tenteng keuangan daerah.

8. Bertanggungjawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

perwujudan kewajiban seseorang untuk mempertanggungjawabkan

pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang

Page 24: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

31

dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan.

9. Keadilan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) adalah keseimbangan distribusi

kewenangan dan pendanaannya dan/atau keseimbangan distribusi hak dan

kewajiban berdasarkan pertimbangan objektif.

2.1.6 Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

terhadap Akuntabilitas Keuangan.

Menurut Harahap (2005) memberikan pengertian laporan keuangan adalah

Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses akuntansi. Laporan

keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai

salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Disamping sebagai suatu

informasi, laporan keuangan juga sebagai pertanggungjawaban atau

accountability dan juga dapat menggambarkan indikator kesuksesan suatu

organisasi/instansi mencapai tujuannya.

Bastian (2007) menyatakan Agar akuntabilitas publik terjamin, diperlukan

sistem akuntansi yang baik transparansi, adil, efektif dan efisien. Pengembangan

sebuah sistem sistem akuntansi merupakan pendukung terciptanya pengelolaan

keuangan daerah dianggap tepat untuk dapat diimplementasikan di daerah,

sehingga dapat menghasilkan sistem akuntansi keuangan daerah (SAKD) yang

diharapkan dapat mengganti sistem akuntansi yang selama ini diterapkan di

pemerintah daerah.

Mardiasmo (2004) Menjelaskan salah satu alat untuk memfalsilitasi

terciptanya akuntabilitas dan transparansi adalah melalui penyajian laporan

Page 25: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

32

keuangan pemerintah. Dalam era otonomi daerah dan desentralisasi, pemerintah

daerah diharapkan dapat menyajikan laporan keuangan yang terdiri atas laporan

realisasi anggaran, neraca, dan LAK. Laporan keuangan tersebut merupakan

komponen penting untuk menciptakan akuntabilitas sektor publik dan merupakan

salah satu alat ukur kinerja financial pemerintah.

2.1.7 Keterkaitan antara komponen kewajaran penyajian laporan

keuangan (kesesuaian dengan SAP, Kecukupan Pengungkapan,

Kepatuhan terhadap perundang-undangan dan efektivitas

pengendalian intern)

Hubungan antara kesesuaian SAP dengan kecukupan pengungkapan,

kecukupan pengungkapan merupakan salah satu prinsip dari prinsip akuntansi

dan pelaporan keuangan, prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksud

sebagai ketentuan yang dipahami dan ditaati oleh pembuat standar dan

penyusunan standar akuntansi pemerintah, oleh penyelenggara akuntansi dan

pelaporan keuangan dalam melakukan kegiatannya, serta oleh pengguna laporan

keuangan dalam memahami laporan keuangan yang disajikan (Mahsun, 2006: 58).

Jadi dengan kata lain bahwa Standar akuntansi pemerintah (SAP) harus disusun

atau harus sesuai dengan Prinsip akuntansi dan laporan keuangan dimana salah

satu prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan tersebut adalah prinsip kecakupan

pengungkapan lengkap.

Hubungan SAP dengan peraturan perundang-undangan, SAP diterapkan

dilingkungan pemerintah , yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan satuan

organisasi dilingkungan pemerintah pusat/daerah, jika menurut peraturan

Page 26: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

33

perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan

keuangan. Laporan keuangan yang sesuai peraturan perundang-undangan yaitu

harus seuai dengan SAP. Karena SAP ditetapkan dengan peraturan perundang-

undangan. (Mahsun ,dkk, 2006: 70). Menurut Mursyidi (2009: 21) SAP

dikukuhkan dengan peraturan pemerintah (PP) Nomor tahun 2005 tentang Standar

akuntansi Pemerintah.

Hubungan SAP dengan sistem pengendalian intern, sistem pengendalian

intern merupakan salah satu bagian dari kegiatan pengawasan yang berfungsi

melakukan penilaian independen atas pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi

Pemerintah. Untuk itu agar terciptanya akuntabilitas dan transparansi dalam

pengelolaan keuangan maka diperlukan pengendalian intern hang memadai.

Menuru Hamdani (2011) bahwa Sistem Akuntasi dan Standar Akuntasi

Pemerintahan (SAP) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem

pengendalian intern. Kualitas laporan keuangan tidak hanya diukur dari

kesesuaian dengan SAP saja, tetapi juga dari sistem pengendalian internnya.

Untuk itu, pemerintah daerah harus mendesain, mengoperasikan dan memelihara

sistem pengendalian intern yang baik dalam rangka menghasilkan informasi

keuangan yang andal.

Hubungan antara kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan

dengan kecukupan pengungkapan. Laporan keuangan harus menyajikan dan

mengungkapkan informasi secara lengkap. Pengungkapan disini dalam arti yang

seluas-luasnya, meliputi pos-pos yang disajikan dalam setiap lembar muka

laporan keuangan maupun dalam Calk. Pengungkapan yang disyaratkan dalam

Page 27: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

34

perrnyataan standar akuntansi pemerintah harus sesuai dengan ketentuan/

peraturaan perudang-undangan yang berlaku, pengungkapan secara lengkap harus

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hubungan antara kecukupan pengungkapan dengan efektivitas

pengendalian intern, kecakupan pengungkapan lengkap merupakan bagian dari

prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan, sehingga terdapat di dalam Peraturan

Pemerintah No. 24 Tahun 2005 pada lampiran II paragraf 50, mengatakan

Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh

pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan dapat

ditempatkan pada lembar muka laporan keuangan atau catatan atas laporan

keuangan. Sedangkan sistem pengendalian intern adalah proses yang integral pada

tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan

seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan

organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,

pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Maka dari penjelasan tersebut efektivitas pengendalian intern sangat diperlukan

dalam hal pengungkapan laporan keuangan secara lengkap, apabili efektivitas

pengendalian intern ini telah dilaksanakan dengan baik maka akan berimbas pula

pada kecakupan pengungkapan laporan keuangan, salah satu yang menjadi

pertimbangan BPK dalam menilai kewajaran laporan keuangan adalah efektivitas

pengendalian intern, efektivitas pengendalian intern dilakukan untuk memberikan

keyakinan tercapainya tujuan perusahaan salah satunya keandalan laporan keuangan,

sedangkan syarat dalam keandalan laporan keuangan yaitu kecakupan

Page 28: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

35

pengungkapnya yaitu laporan keuangan harus disajikan secara lengkap, jujur serta

harus dapat duji kebenarannya.

Sedangkan hubungan kepatuhan peraturan perundang-undangan dengan

efektivitas pengendalian intern dijelaskan lebih lanjut Peraturan Pemerintah Nomor

60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern menjelaskan sistem

pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang

dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk

memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan

yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara,

dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Dari penjelasan tersebut

dapat dipahami bahwa pengendalian intern dilakukan untuk memenuhi ketaatan

terhadap peraturan perundan-undangan. Menurut Pakaya (2011) salah satu tujuan

dari sistem pengendalian intern adalah untuk menciptakan ketaatan terhadap

peraturan perundang-undangan dimana setiap kegiatan dan transaksi merupakan

suatu perbuatan hukum. Oleh karena itu, pelaksanaan transaksi atau kegiatan

harus taat terhadap kebijakan, prosedur dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Pelanggaran terhadap aspek hukum dapat mengakibatkan tindakan pidana

maupun perdata berupa kerugian.

2.2 Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian telah dilakukan terkait dengan penyajian laporan

keuangan laporan keuangan terhadap akuntabilitas SKPD. Mulyana, (2006)

melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Penyajian Neraca Daerah dan

Aksesibilitas Laporan Keuangan terhadap Transparansi dan Akuntabilitas

Page 29: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

36

Pengelolaan Keuangan Daerah. Hasil penelitian menyebutkan bahwa penyajian

neraca daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap transparansi dan

akuntabilitas keuangan daerah. Iqbal, (2009) melakukan penelitian dengan judul

Pengaruh Penyajian Neraca SKPD dan Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD

terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD di

Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara. Secara parsial dan simultan, Penyajian

Neraca SKPD (X1) dan Aksesibilitas Laporan Keuangan (X2), berpengaruh

secara positif dan signifikan terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan

Keuangan Daerah.

Peneltian dari Pautina (2011) melakukan dengan judul Pengaruh laporan

keuangan Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD Pada Pemerintah

Kota Gorontalo hasil penelitian membuktikan Secara parsial Penyajian Laporan

Realisasi Anggaran berpengaruh signifikan dan positif terhadap akuntabilitas

pengelolaan keuangan SKPD.

Penelitian Abas (2011) dengan judul Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP) Terhadap Kualitas Laporan Keuangan, Secara parsial atau

secara individual penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan.

Penelitian Aruwa (2007) tentang keuangan pelaporan pemerintah dan

pegaruhnya terhadap akuntabilitas publik di Nigeria, penelitian ini menguji peran

pelaporan keuangan pemerintah terhadap akuntabilitas publik di Nigeria yaitu

akuntabilitas fiskal, akuntabilitas manajerial, akuntabilitas program, dan

akuntabilitas individu dalam konteks akuntabilitas publik di Nigeria. Wawancara

Page 30: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

37

pribadi dan Kuesioner Evaluasi Akuntabilitas digunakan sebagai instrumen

penelitian. Statistik deskriptif digunakan dalam menganalisis data. Makalah ini

mengungkapkan bahwa effective implementation kebijakan dan program

pembangunan yang berlabuh pada kemurnian tindakan, kejujuran tujuan dan

integritas, yang merupakan keunggulan penting dari transparansi accountability.

Pelaporan keuangan adalah indeks terbaik dari akuntabilitas. Namun, akuntabilitas

dan transparansi di Nigeria masih perlu banyak perbaikan. Akuntabilitas dan alat

kontrol dalam pelayanan publik memiliki beberapa komponen teknis minimum

yang harus menimbulkan standar ditoleransi akuntabilitas dan transparency.

Dengan pelaporan keuangan yang disusun sesuai peraturan yang wajar, prosedur

akuntansi yang memadai, sanksi ketat dan audit keuangan hal tersebut dapa

meningkatkan akuntabilitas atau pertanggung jawaban kepada publik.

Penelelitian Evans dan lisa (2004) yang meneliti masalah kewajaran penyajian

laporan keuangan pada Negara-negara Eropa. Hasil penelitian mengatakan bahwa

salah satu persyaratan penyajian secara wajar Laporan Keuangan adalah standar

Dewan Standar Akuntansi Internasional. Hasil penelitiannya mengatakan

Kegagalan negara-negara Eropa untuk memenuhi kebutuhan tersebu. Kegagalan

negara-negara Eropa untuk memenuhi persyaratan penyajian secara wajar

Laporan Keuangan tersebut adalah kebingungan menerapkan Standar Akuntansi

Internasional.

Page 31: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

38

Tabel 1 Tinjauan Penelitian TerdahuluNo Nama Judul Variabel

PenelitanHasil penelitian

1 IndriyaniPautina(2011)

Pengaruh penyajianlaporan keuanganterhadap akuntabilitasPengelolaan keuangandaerah padaPemerintah KotaGorontalo

Penyajian lporankeuangan, akuntabilitaskeuangan

Secara parsial Penyajian LaporanRealisasi Anggaran berpengaruhsignifikan dan positif terhadapakuntabilitas pengelolaan keuanganSKPD

2 BambangSantoso(2009)

Pengaruh penyajiandan aksesibilitaslaporan keuanganterhadap akuntabilitasPengelolaan keuangandaerah padaPemerintah KabupatenBanjarnegara.

Penyajian laporankeuangan, aksesbilitaslaporan keuangan,akuntabilitaspengelolaan keuangandaerah.

Hasil penelitian menunjukkanbahwa penyajian dan aksesbilitaslaporan keuangan secara simultanberpengaruh signifikan terhadapakuntabilitas pengelolaan keuangandaerah.Secara parsial, penyajian danaksesbilitas laporan keuanganberpengaruh positif signifikanterhadap akuntabilitas pengelolaankeuangan daerah.

3 Junita PutriRajana Hrp(2009)

Pengaruh PemahamanSAP, Pendidikan danPelatihan TerhadapPenyusunan LaporanKeuangan SKPD KotaPematangSiantar.

Pemahaman SAP, latarbelakangpendidikan,stratapendidikan, pelatihan,penyusunan laporankeuangan SKPD.

Hasil penelitian yaitu bahwapemahaman SAP, latar belakangpendidikan,strata pendidikan danpelatihan secara simultan tidakberpengaruh signifikan terhadappenyusunan laporan keuangandaerah. Secara parsial, pemahamanSAP dan latar belakang pendidikantidak mempunyai pengaruh yangsignifikan serta memiliki hubunganyang negatif terhadap penyusunanlaporan keuangan daerah.Sedangkan strata pendidikan danpelatihan mempunyai hubunganyang positif namun tidakmempunyai pengaruh signifikanterhadap penyusunan laporankeuangan daerah.

4 Saufi IqbalNasution(2009)

Penyajian NeracaSKPD dan AksesbilitasLaporan KeuanganSKPD TerhadapTransparansi danAkuntabilitasPengelolaan KeuanganSKPD ProvinsiSumatra Utara.

Penyajian neracaSKPD, aksesbilitaslaporan keuangan,akuntabilitaspengelolaan keuanganSKPD.

Penyajian neraca SKPD danaksesbilitas laporan keuanganSKPD secara simultan berpengaruhpositif dan signifikan terhadaptransparansi dan akuntabilitaskeuangan SKPD Provinsi SumatraUtara.Secara parsial Penyajian neracaSKPD dan aksesbilitas laporankeuangan SKPD berpengaruhsecara positif dan signifikanterhadap transparansi danakuntabilitas keuangan SKPD.

Page 32: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

39

2.3 Kerangka Pikir

Pembuatan laporan keuangan (PP No. 24 Tahun 2005) yang sekarang

telah menjadi (PP No.71 Tahun 2010) adalah suatu bentuk kebutuhan

transparansi yang merupakan syarat pendukung adanya akuntabilitas yang berupa

keterbukaan (opennes) pemerintah atas aktivitas pengelolaan sumber daya public,

pada saat ini pemerintah sudah mempunyai Standar Akuntansi Pemerintahan

(SAP) yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam

menyusun dan menyajikan laporan keuangan. Berdasarkan penelitian Aruwa

(2005) degan judul kualitas isi informasi dari laporan keuangan pemerintah,

Keuangan Pemerintah adalah kecukupan laporan pelaporan keuangan dalam

memenuhi kebutuhan informasi dari kelompok pengguna yang beragam di negara

ini, pemanfaatan laporan, dan kepatuhan dari laporan dengan persyaratan hukum.

Untuk mencapai tujuan dari makalah ini, tiga hipotesis yang dirumuskan dan

diuji. Atas dasar hipotesis, wawancara pribadi dan pemerintah kuesioner laporan

evaluasi keuangan yang digunakan sebagai instrumen penelitian. Statistik

deskriptif dan parametrik dipekerjakan dalam menganalisis data dan menguji

hipotesis, masing-masing. bahwa laporan keuangan pemerintah, dalam bentuknya

yang sekarang, secara signifikan sesuai dengan peraturan perundangan tetapi tidak

Ada tinggi kelompok pengguna untuk Laporan Keuangan Pemerintah lebih

komprehensif dan informatif Keuangan. Akibatnya, untuk meningkatkan kualitas

laporan keuangan, dianjurkan bahwa laporan keuangan harus disederhanakan

dengan laporan keuangan khusus berdasarkan permintaan pengguna.

Page 33: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

40

Untuk menciptakan laporan keuangan yang berkualitas perlu adanya

pertanggungjawaban atas pembuatan laporan keuangan di pemerintah pusat

maupun daerah. Menurut Urip Santoso dan Yohanes Joni Pambelum tahun 2008

Secara teoritis penerapan Akuntansi Sektor publik dan Pengawasan terhadap

Kualitas laporan keuangan instansi Pemerintah akan berpengaruh terhadap

Akuntabilitas Instansi Pemerintah baik secara parsial maupun secara bersama-

sama. Konsep akuntabilitas juga muncul sebagai jawaban terhadap permasalahan

informasi yang relevan. Menurut konsep ini kelanggengan organisasi ditentukan

oleh kemampuan untuk menciptakan informasi yang berkualitas, informasi yang

terbuka, seimbang dan merata bagi semua pihak yang berkepentingan yang

tercermin di dalam laporan keuangan. Jika penguasaan informasi seimbang, maka

pihak-pihak yang terkait dalam suatu transaksi/kontrak dapat mengambil

keputusan ekonomi yang wajar.

Menurut Mahmudi (2010) bahwa penyajian laporan keuangan adalah salah

satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas pengelolaan keuangan public. Dengan

demikian, tidak adanya laporan keuangan menunjukan lemahnya akuntabilitas.

Lebih lanjut lemahnya akuntabilitas tersebut mengindikasikan lemahnya sistem

yang selanjutnya berimbas pada membudayakan korupsi sistematik.

Dari pernyataan pengaruh laporan keuangan terhadap akuntabilitas

pengelolaan keuangan SKPD maka hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai

berikut :

Page 34: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

41

Gambar 1: Kerangka Pikir

Pengaruh Kewajaran Penyajian Laporan KeuanganPemerintah Daerah Terhadap Akuntabilitas Keuangan

Pemerintah Daerah (Studi Pada Dinas Pendapatan PengelolaanKeuangan dan Aset Daerah Kota Gorontalo)

Kesesuaian DenganSAP (X1)

Kecukupanpengungkapan (X2)

Kepatuhan terhadapperundang-undangan

(X3)

EfektivitasPengendalian Intern

(X4)

Kewajaran PenyajianLaporan Keuangan (X)

AkuntabilitasKeuangan Pemerintah

Daerah (Y)

Page 35: KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/2322/6/2012-2-62201-241407017-bab2-05022013025442.pdfpertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan

42

2.4 Hipotesis

Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini di duga ;

1. Kewajaran penyajian laporan keuangan pemerintah daerah berupa kesesuaian

laporan keuangan dengan SAP, kecukupan pengungkapan, kepatuhan terhadap

perundang-undangan, dan efektivitas pengendalian intern berpengaruh secara

parsial terhadap akuntabilitas keuangan pemerintah daerah

2. Kewajaran penyajian laporan keuangan pemerintah daerah berupa kesesuaian

laporan keuangan dengan SAP, kecakupan pengungkapan, kepatuhan terhadap

perundang-undangan, dan efektivitas pengendalian intern berpengaruh secara

simultan terhadap akuntabilitas keuangan pemerintah daerah.