kajian teoritis dan hipotesis -...

24
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak Purwadiatmo (2003:15) menyatakan bahwa kepatuhan wajib pajak adalah wajib pajak mempunyai kesediaan untuk mematuhi kewajiban perpajakannya sesuai aturan yang berlaku tanpa diadakan pemeriksaan, investigasi saksama, peringatan atau pun ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi. Selanjutnya menurut Nurmantu (2003:148) kepatuhan wajib pajak badan adalah suatu pemenuhan kewajiban perpajakan, yang harus dilakukan oleh wajib pajak badan melalui tingkat pelaporan SPT, laporan penyelesaian tunggakan pajak dan laporan perkembangan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang. Berkaitan dengan itu, kewajiban pajak dapat dibagi dengan dua kategori, yaitu pemenuhan kewajiban hukum pajak materil dan hukum pajak formal. Hukum pajak material membuat norma-norma yang menerangkan keadaan- keadaan, perbuatan-perbuatan dan peristiwa hukum yang harus dikenakan pajak, siapa-siapa yang harus dikenakan pajak, seberapa besar pajaknya, dengan perkataan lain segala sesuatu tentang timbulnya, besarnya, dan hapusnya utang pajak dan hubungan pajak antara pemerintah dan wajib pajak. Sedangkan hukum pajak formal adalah aturan-aturan mengenai cara-cara untuk menjelmahkan hukum material tersebut di atas menjadi suatu kenyataan. Bagian hukum ini memuat cara-cara

Upload: tranlien

Post on 01-May-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4688/5/2012-1-62201-241408074-bab2...Menghitung, membayar dan melaporkan pajak ... Mulai tahun pajak 2009, tarif

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

Purwadiatmo (2003:15) menyatakan bahwa kepatuhan wajib pajak adalah

wajib pajak mempunyai kesediaan untuk mematuhi kewajiban perpajakannya sesuai

aturan yang berlaku tanpa diadakan pemeriksaan, investigasi saksama, peringatan

atau pun ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi.

Selanjutnya menurut Nurmantu (2003:148) kepatuhan wajib pajak badan adalah

suatu pemenuhan kewajiban perpajakan, yang harus dilakukan oleh wajib pajak

badan melalui tingkat pelaporan SPT, laporan penyelesaian tunggakan pajak dan

laporan perkembangan pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang.

Berkaitan dengan itu, kewajiban pajak dapat dibagi dengan dua kategori, yaitu

pemenuhan kewajiban hukum pajak materil dan hukum pajak formal.

Hukum pajak material membuat norma-norma yang menerangkan keadaan-

keadaan, perbuatan-perbuatan dan peristiwa hukum yang harus dikenakan pajak,

siapa-siapa yang harus dikenakan pajak, seberapa besar pajaknya, dengan perkataan

lain segala sesuatu tentang timbulnya, besarnya, dan hapusnya utang pajak dan

hubungan pajak antara pemerintah dan wajib pajak. Sedangkan hukum pajak formal

adalah aturan-aturan mengenai cara-cara untuk menjelmahkan hukum material

tersebut di atas menjadi suatu kenyataan. Bagian hukum ini memuat cara-cara

Page 2: KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4688/5/2012-1-62201-241408074-bab2...Menghitung, membayar dan melaporkan pajak ... Mulai tahun pajak 2009, tarif

penyelenggaraan mengenai penetapan suatu utang pajak, kontrol oleh pemerintah

terhadap penyelenggaraannya, kewajiban para wajib pajak, kewajiban pihak ketiga,

dan prosedur dalam pemungutannya. Kepatuhan wajib pajak dan kesadaran wajib

pajak dalam memenuhi kewajibannya perpajakan baik formal maupun materil

meliputi: ( Brotodiharjo, 2003:44)

1. Wajib pajak paham dan berusaha untuk memahami undang-undang pajak.

2. Mengisi formulir dengan tepat

3. Menghitung, membayar dan melaporkan pajak pada tepat waktu.

2.1.2 Hal-Hal Yang Mempengaruhi Patuh Tidaknya Wajib Pajak

Gunadi (2009:29) menyatakan ada empat hal yang mempengaruhi patuh

tidaknya wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya yaitu:

1. Tarif

Mulai tahun pajak 2009, tarif PPh badan menganut sistem tarif tunggal

atau single tax yaitu 28% dan akan menjadi 25% pada tahun 2010. Jadi

berapapun penghasilan kena pajaknya, tarif yang dikenakan adalah satu yaitu

28% atau 25%. Khusus untuk perusahaan terbuka yang memenuhi syarat

tertentu, tarif PPh Badannya adalah 5% lebih rendah dari tarif umum.

Secara umum, perubahan tarif PPh badan ini menguntungkan bagi

perusahaan-perushaan besar yang biasanya kena tarif lapisan tertinggi 30%.

Namun bagi perusahaan-perusahaan kecil, yang biasanya kena tarif dengan

lapisan kena pajak rendah tentu saja akan merugikan karena akan mengalami

kenaikan tarif. Namun demikian, ada ketentuan baru dalam Pasal 31E yang

Page 3: KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4688/5/2012-1-62201-241408074-bab2...Menghitung, membayar dan melaporkan pajak ... Mulai tahun pajak 2009, tarif

memberikan fasilitas pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif umum untuk

wajib pajak badan yang omzetnya tidak lebih dari Rp50 Milyar yang

dikenakan terhadap penghasilan kena pajak dari bagian omzet sampai dengan

Rp4,8 Milyar.

2. Pelaksanaan penagihan yang rapi, konsisten dan konsekuen

3. Ada tidaknya sanksi yang melanggar

4. Pelaksanaan sanksi secara konsisten, konsekuen dan tanpa pandang bulu

2.1.3 Kriteria Wajib Pajak Patuh

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.192/Pmk.03/2007 tentang

tata cara penetapan wajib pajak dengan kriteria tertentu dalam rangka pengembalian

pendahuluan kelebihan pembayaran pajak, Menteri Keuangan Republik Indonesia,

menimbang bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 17C ayat (7) perlu

menetapkan peraturan wajib pajak dengan kriteria tertentu yang selanjutnya disebut

sebagai wajib pajak patuh adalah wajib pajak yang memenuhi persyaratan sebagai

berikut :

a. Tepat waktu dalam menyampaikan surat pemberitahuan.

b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali

tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda

pembayaran pajak.

c. Laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik atau lembaga pengawasan

keuangan pemerintah dengan pendapat wajar tanpa pengecualian selama

3 (tiga) tahun berturut-turut.

Page 4: KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4688/5/2012-1-62201-241408074-bab2...Menghitung, membayar dan melaporkan pajak ... Mulai tahun pajak 2009, tarif

d. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana dibidang

perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.

2.1.4 Keuntungan Menjadi Wajib Pajak Patuh

Keuntungan menjadi wajib pajak patuh adalah adanya perlakuan khusus untuk

restitusi PPh dan PPN. Untuk restitusi PPh paling lama 3 bulan dapat diterbitkan surat

keputusan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak. Sedangkan PPN paling lama

1 bulan. Selain itu, wajib pajak patuh mendapat perlakuan khusus dari Direktorat

Jenderal Bea dan Cukai. P-11/BC/2005 dan P 24/BC/2007 menyebutkan bahwa

wajib pajak patuh mendapat fasilitas mitra utama sehingga atas impor yang

dilakukan. Hanya saja, pada pasal 6 Peraturan Dirjen Pajak Nomor 1/PJ/2008

menyebutkan wajib pajak patuh yang tidak menghendaki diterbitkan surat keputusan

pengembalian pendahuluan kelebihan pajak harus membuat pernyataan tertulis

bersamaan dengan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).” Pasal

3 ayat (1) Peraturan Dirjen Pajak Nomor 1/PJ/2008 mengatur bahwa wajib pajak

dapat mengajukan permohonan pengembalian dengan SPT atau surat terpisah.

Artinya, jika ada permohonan pengembalian baik melalui SPT saja atau dengan surat

tersendiri, kantor pelayanan pajak otomatis akan memberikan pengembalian

pendahuluan kelebihan pembayaran pajak bagi wajib pajak patuh kecuali ada

pernyataan tertulis bahwa wajib pajak patuh tersebut menolak. Jika wajib pajak patuh

menolak, maka pengembalian pembayaran pajak akan diberikan penuh (bukan

pendahuluan).

Page 5: KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4688/5/2012-1-62201-241408074-bab2...Menghitung, membayar dan melaporkan pajak ... Mulai tahun pajak 2009, tarif

2.1.5 Wajib Pajak Badan

Direktorat Jendral Pajak dalam undang-undang perpajakan No. 36 tahun 2008

menjelaskan wajib pajak badan adalah orang atau badan yang menurut ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban

perpajakan. Badan adalah perseroan terbatas, perseroan komanditer, badan usaha

milik negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan,

perseroan atau perkumpulan lainnya, firma, kongsi, perkumpulan koperasi, yayasan

atau lembaga, dan bentuk usaha tetap.

Subyek pajak badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia,

kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:

1. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan

2. Pembiayaannya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara

atau anggaran pendapatan dan belanja daerah

3. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran pemerintah pusat atau

Pemerintah Daerah

4. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional Negara

2.1.5.1 Kewajiban Dan Hak Wajib Pajak Badan

Untuk menjamin kepastian hukum kepada wajib pajak dalam melaksanakan

kewajibannya, diatur dalam undang-undang secara tegas hak-hak dan kewajiban

wajib pajak dalam suatu hukum pajak formal.

Hak-hak wajib pajak yang diatur dalam undang-undang No.6 tahun 1983 yang

telah diubah dengan undang-undang No.36 tahun 2008 adalah sebagai berikut :

Page 6: KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4688/5/2012-1-62201-241408074-bab2...Menghitung, membayar dan melaporkan pajak ... Mulai tahun pajak 2009, tarif

1. Menunda pemasukan surat pemberitahuan tahunan

2. Membetulkan atau mengadakan koreksi terhadap surat pemberitahuan yang

telah disampaikan kepada fiskus

3. Mengajukan permohonan untuk menunda pembayaran pajak atas suatu

ketetapan maupun mengajukan permohonan pengurangan besarnya angsuran

pajak

4. Meminta kembali (restitusi) atau mengadakan kompensasi terhadap kelebihan

pembayaran pajak

5. Mengajukan permohonan untuk penghapusan sanksi admistrasi

6. Mengajukan keberatatan atas suatu ketetapan pajak

7. Mengajukan banding kepada badan peradilan pajak yang lebih tinggi

Kewajiban wajib pajak yang diatur dalam undang-undang No.6 tahun 1983

yang telah diubah dengan undang-undang No.36 tahun 2008 adalah sebagai berikut:

1. Wajib mendaftarkan diri atau melaporkan usahanya untuk memperoleh

NPWP sebagai tanda atau identitas wajib pajak

2. Wajib membayar pajak

3. Wajib menyampaikan surat pemberitahun tahunan (SPT)

4. Wajib menyelenggarakan pembukuan terdiri dari catatan mengenai harta,

kewajiban, modal, penghasilan dan biaya serta penjualan pembelian sehingga

dapat dihitung besar pajak yang terutang

5. Wajib memberikan kepada aparatur pajak serta pemeriksaan dalam hal:

Page 7: KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4688/5/2012-1-62201-241408074-bab2...Menghitung, membayar dan melaporkan pajak ... Mulai tahun pajak 2009, tarif

a. Memperlihatkan catatan sebagai dasarnya dan dokumen lain yang

berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh

b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat yang dipandang

perlu memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan

c. Memberikan keterangan yang diperlukan

d. Meniadakan kewajiban untuk merahasiakan.

2.1.6 Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT)

2.1.6.1 Pengertian SPT

Mardiasmo (2011:40) menjelaskan surat pemberitahuan tahunan (SPT)

menurut ketentuan umum dan tata cara perpajakan menyebut bahwa pengertian surat

pemberitahuan (SPT) adalah surat yang diperoleh wajib pajak digunakan untuk

melaporkan, perhitungkan dan atau membayar pajak menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

2.1.6.2 Fungsi SPT

Fungsi surat pemberitahuan bagi wajib pajak adalah sebagai sarana untuk

melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang

sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:

a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan

melalui pemotongan atau pihak lain dalam 1 tahun pajak atau bagian

tahun pajak.

b. Penghasilan yang merupakan objek pajak atau bukan objek pajak

Page 8: KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4688/5/2012-1-62201-241408074-bab2...Menghitung, membayar dan melaporkan pajak ... Mulai tahun pajak 2009, tarif

c. Harta dan kewajiban

d. Pembayaran dari pemotongan dan pemungut pajak orang pribadi atau

badan dalam masa pajak.

Bagi pengusaha kena pajak, fungsi surat pemberitahuan adalah sebagian sarana

untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan pajak pertambahan

nilai dan penjualan tas barang mewah yang sebenarnya terutang untuk melaporkan

tentang:

a. Pengkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran

b. Pembayaran atau pelunasan yang telah dilaksanakan sendiri oleh pengusaha

kena pajak melalui pihak lain dalam satu masa pajak, sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan.

Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi SPT adalah sebagai sarana untuk

melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut.

2.1.6.3 Jenis SPT

Jenis SPT dibedakan menjadi dua bila diperhatikan saat pelaporannya:

1. SPT masa adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk

melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak yang terutang dalam

suatu Masa Pajak atau pada suatu saat. SPT masa terdiri dari 2 (dua)

macam yaitu SPT masa untuk Pajak Penghasilan (PPh) dan SPT

masauntuk pajak pertambahan nilai.

2. SPT tahunan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk

melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam suatu

Page 9: KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4688/5/2012-1-62201-241408074-bab2...Menghitung, membayar dan melaporkan pajak ... Mulai tahun pajak 2009, tarif

tahun pajak. SPT tahunan juga dapat dibedakan menjadi 2 yaitu SPT

tahunan untuk wajib pajak perseorangan dan wajib pajak badan.

2.1.6.4 Batas Waktu Penyampaian SPT

Batas waktu penyampaian surat pemberitahuan adalah:

1. Untuk surat pemberitahuan masa, paling lambat 20 (dua pulu) hari

setelah akhir masa pajak.

2. Untuk surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan wajib pajak

orang pribadi, paling lambat 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

3. Untuk surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan wajib pajak

orang badan, paling lambat 4 (empat) bulan setelah akhir tahun pajak.

Penjelasan ayat ini mengatur tentang batas waktu penyampaian surat pemberitahuan

yang dianggap cukup memadai bagi wajib pajak untuk mempersiapkan segala sesuatu

yang berhubungan dengan pembayaran pajak dan penyelesaian pembukuannya.

2.1.6.5 Sanksi Terlambat atau Tidak Menyampaikan SPT

Mardiasmo (2011:48) menjelaskan apabila surat pemberitahuan tidak

disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) atau

batas waktu perpanjangan penyampaian surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 ayat (4), dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar

Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk surat pemberitahuan masa pajak

pertambahan nilai, Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk surat pemberitahuan

masa lainnya, dan sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk surat

pemberitahuan tahunan pajak penghasilan wajib pajak badan serta sebesar

Page 10: KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4688/5/2012-1-62201-241408074-bab2...Menghitung, membayar dan melaporkan pajak ... Mulai tahun pajak 2009, tarif

Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk surat pemberitahuan tahunan pajak

penghasilan wajib pajak orang pribadi.

Penjelasan maksud pengenaan sanksi administrasi berupa denda sebagaimana

diatur pada ayat ini adalah untuk kepentingan tertib administrasi perpajakan dan

meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban menyampaikan

surat pemberitahuan.

2.1.7 Pajak Penghasilan Pasal 25

2.1.7.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 25

Waluyo (2007:88) mengemukakan mengenai pajak penghasilan pasal 25 yaitu

angsuran pajak penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak setiap bulan

dalam tahun pajak berjalan. Pelunasan PPh 25 dilakukan oleh wajib pajak pada masa

bulan dan akhir tahun. PPh pasal 25 masa bulanan adalah angsuran PPh yang

diperkirakan akan terutang dari wajib pajak pada akhir tahun. Wajib pajak yang harus

memperhitungkan, membayar dan melaporkan PPh pasal 25 masa bulan adalah wajib

pajak perseorangan maupun badan termasuk BUT. Sementara itu, wajib pajak

perseorangan yang hanya memperoleh penghasilan dari satu pemberi kerja berupa

gaji dan sejenisnya yang sudah dipotong PPh pasal 21 tidak lagi berkewajiban

melaporkan PPh pasal 25 masa bulanan, kecuali wajib pajak dan tanggungannya

tersebut memperoleh penghasilan lainnya.

Pajak penghasilan disingkat (PPh) dikenakan kepada wajib pajak dalam suatu

periode tertentu yang dinamakan tahun pajak. Berdasarkan hal ini maka perhitungan

Page 11: KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4688/5/2012-1-62201-241408074-bab2...Menghitung, membayar dan melaporkan pajak ... Mulai tahun pajak 2009, tarif

PPh dilakukan setahun sekali yang dituangkan dalam SPT tahunan. Karena

perhitungan PPh dilakukan setahun sekali, maka perhitungan ini harus dilakukan

setelah setahun berakhir agar semua data penghasilan dalam satu tahun sudah bisa

diketahui. Untuk perusahaan, tentu saja data penghasilan ini harus menunggu laporan

keuangan selesai dibuat.

Cara seperti itu tentu saja jumlah PPh terutang yang wajib dibayar baru dapat

diketahuai ketika suatu tahunan pajak telah berakhir. Agar pembayaran pajak tidak

dilakukan sekaligus yang tentunya akan memberatkan, maka dibuatlah mekanisme

pembayaran pajak dimuka atau pembayaran pajak cicilan setiap bulan. Pembayaran

cicilan ini dinamakan pajak penghasilan 25.

2.1.7.2 Subjek Dan Objek Pajak PPh Pasal 25

A. Subjek Pajak

Ismawan (2009:69) menyatakan bahwa subjek pajak penghasilan (PPh) adalah

orang pribadi warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang

berhak, badan, dan bentuk usaha tetap (BUT).

Subjek Pajak terdiri dari:

1. Subjek pajak dalam negeri adalah :

a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau yang berada di

Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu

12 (dua belas) bulan, atau yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia

dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.

Page 12: KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4688/5/2012-1-62201-241408074-bab2...Menghitung, membayar dan melaporkan pajak ... Mulai tahun pajak 2009, tarif

b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, meliputi

perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha

milik negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma,

kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,

organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi yang sejenis,

lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana.

c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.

2. Subjek pajak luar negeri adalah :

a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di

Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka

waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak

bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha.

b. Melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.

B. Objek Pajak Penghasilan

Objek pajak penghasilan adalah penghasilan yaitu setiap tambahan

kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal

dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau

untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam

bentuk apapun.

Page 13: KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4688/5/2012-1-62201-241408074-bab2...Menghitung, membayar dan melaporkan pajak ... Mulai tahun pajak 2009, tarif

2.1.7.3 Cara Menghitung Besarnya PPh Pasal 25

Effendi (2002:19) menjelaskan besarnya angsuran PPh pasal 25 dihitung

sesuai ketentuan. Pada umumnya cara menghitung PPh pasal 25 didasarkan pada data

SPT tahun sebelumnya. Artinya kita mengasumsi bahwa penghasilan tahun ini sama

dengan penghasilan tahun sebelumnya, Tentu saja nanti akan ada perbedaan dengan

kondisi sebenarnya ketika tahun pajak sekarang sudah berakhir. Selisih tersebutlah

yang kita bayar sebagai kekurangan pajak akhir tahun. Kekurangan pajak akhir tahun

ini bisa dinamakan PPh pasal 29. Apabila selisih menunjukan lebih bayar, maka

kondisi ini dinamakan restitusi atau wajib pajak meminta kelebihan membayar pajak

yang telah dilakukan.

umumnya angsuran pajak ini adalah sebesar pajak penghasilan terutang

menurut SPT tahunan pajak penghasilan tahun lalu dikurangi dengan kredit pajak

penghasilan pasal 21, 22, 23, dan pasal 24, dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam

bagian tahun pajak.

Misalnya SPT tahun 2008 menunjukan data sebagai berikut:

Pajak penghasilan terutang Rp. 50.000.000

Kredit pajak PPh pasal 21, 22, 23 dan 24 Rp. 35.000.000

Maka PPh pasal 25 tahun 2009 yang harus dibayar tiap bulan adalah sebagai berikut:

Pajak penghasilan terutang Rp. 50.000.000

Kredit pajak PPh pasal 21, 22, 23, dan 24 Rp. 35.000.000

Selisih Rp. 15.000.000

PPh pasal 25 = 15.000.000 : 12 = Rp. 1.250.000

Page 14: KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4688/5/2012-1-62201-241408074-bab2...Menghitung, membayar dan melaporkan pajak ... Mulai tahun pajak 2009, tarif

2.1.7.4 Penyetoran Dan Pelaporan PPh Pasal 25

Peraturan Dirjen Nomor PER-22/PJ/2008 mengatur tentang tata cara

pembayaran dan pelaporan PPh Pasal 25. Kalau dicermati sebagian besar isi dari

ketentuan ini sebenarnya adalah sekedar kompilasi ketentuan dalam KUP tentang PPh

Pasal 25 yang tersebar di peratura-peraturan lain. Satu hal yang baru adalah masalah

pelaporan PPh Pasal 25 bagi wajib pajak yang membayar PPh Pasal 25 melalui

sistem MPN atau modul penerimaan negara.

Beberapa hal penting yang perlu diketahui dalam pelaporan dan penyetoran PPh pasal

25 adalah sebagai berikut :

1. Jatuh tempo pembayaran PPh Pasal 25 adalah tanggal 15 bulan berikutnya

setelah masa pajak berakhir. Dalam hal tanggal jatuh tempo bertepatan dengan

hari libur, maka pembayaran PPh Pasal 25 dapat dilakukan pada hari kerja

berikutnya.

2. Dalam pengertian hari libur termasuk hari Sabtu, hari libur nasional, hari

pemilihan umum yang diliburkan dan cuti bersama secara nasional.

Pembayaran dilakukan di bank persepsi atau bank devisa persepsi atau kantor

pos persepsi dengan menggunakan SSP atau sarana administrasi lain.

Pengesahan dilakukan oleh pejabat kantor penerima pembayaran atau melalui

validasi sistem modul penerimaan negara dengan adanya nomor transaksi

penerimaan negara (NTPN).

3. Wajib Pajak yang melakukan pembayaran dengan validasi NTPN dianggap

telah menyampaikan SPT PPh Pasal 25 sesuai dengan tanggal validasi.

Page 15: KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4688/5/2012-1-62201-241408074-bab2...Menghitung, membayar dan melaporkan pajak ... Mulai tahun pajak 2009, tarif

Ketentuan ini rasanya bisa diartikan bahwa wajib pajak yang telah membayar

PPh Pasal 25 dengan sistem MPN tidak perlu lagi melaporkan SSP lembar

ketiga ke Kantor Pelayanan Pajak. Kalau memang demikian, hal ini

merupakan suatu kemajuan yang berarti dimana satu prosedur pelaporan bisa

dihilangkan sehingga bisa menghemat biaya administrasi.

4. Bagi wajib pajak yang PPh Pasal 25nya nihil, PPh Pasal 25nya Dollar, dan

yang pembayarannya tidak secara online dan tidak mendapat NTPN, tetap

diharuskan melaporkan SSP lembar ketiganya di KPP tempat wajib pajak

tersebut terdaftar.

Sanksi keterlambatan pembayaran mengacu kepada Pasal 9 ayat (2a) UU KUP

dan sanksi keterlambatan lapor mengacu kepada Pasal 7 ayat (1) UU KUP.

2.1.7.5 Hal-Hal Tertentu Untuk Penghitungan Besarnya Angsuran PPh Pasal 25

Direktur Jendral Pajak diberi wewenang untuk menyesuaikan besarnya

angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak dalam tahun berjalan,

apabila:

1. Wajib pajak berhak atas kompetensi kerugian

2. Wajib pajak memperoleh penghasilan tidak teratur

3. SPT tahunan PPh tahun yang lalu disampaikan setelah lewat batas waktu

yang ditentukan

4. Wajib pajak diberi perpanjangan waktu penyampaikan SPT tahunan PPh

5. Wajib pajak membetulkan SPT tahunan PPh yang mengakibatkan

angsuran bulanan lebih besar dari angsuran bulanan sebelum pembetulan

Page 16: KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4688/5/2012-1-62201-241408074-bab2...Menghitung, membayar dan melaporkan pajak ... Mulai tahun pajak 2009, tarif

6. Terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan wajib pajak

2.1.7.6 Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 25

Peningkatan penerimaan negara diarahkan pada target penerimaan perpajakan.

Dalam upaya meningkatkan penerimaan dari sektor perpajakan dibutuhkan langkah-

langkah penyempurnaan kebijakan perpajakan, salah satunya melalui moderilisasi

atau pembaharuan kembali sistem adiministrasi perpajakan.

Purnomo (2005:12) menjelaskan penerimaan menjelaskan penerimaan

penghasilan pasal 25 adalah angsuran pajak penghasilan yang harus dibayar oleh

wajib pajak untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan. Angsuran pajak

penghasilan pasal 25 dapat dijadikan kredit pajak terhadap pajak yang terutang atas

seluruh penghasilan wajib pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan dalam surat

pemberitahuan tahunan (SPT)

Pengertian penerimaan pajak menurut Direktorat Jendral Pajak tahun 2009

penerimaan pajak yaitu pajak yang diterima oleh pemerintah atau fikus yang

disetorkan oleh wajib pajak sebagai salah satu kewajiban wajib pajak kepada

pemerintah yang dibayarkan melalui kantor pelayanan pajak yang sesuai dengan

daerah tempat wajib pajak berada atau bank yang menerima pembayaran pajak.

2.1.7.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Penghasilan

Pasal 25 Badan

Ismawan (2009:125) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi

penerimaan pajak pasal 25 badan yaitu:

Page 17: KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4688/5/2012-1-62201-241408074-bab2...Menghitung, membayar dan melaporkan pajak ... Mulai tahun pajak 2009, tarif

a. Moderisasi Pajak

Moderisasi pajak dilakukan bertujuan untuk menerapkan “good

governance” dan pelayanan prima kepada masyarakat. Demikian juga dengan

tuntutan pelayanan yang lebih baik dari stockholders perpajakan. Dengan

demikian diharapkan dapat memberikan kepuasan pada wajib pajak yang

kemudian akan meningkatkan penerimaan pajak khususnya pajak penghasilan

pasal 25 badan.

b. Sunset Policy

Kebijakan perpajakan untuk menghapus sanksi perpajakan yang

mengakibatkan menunggaknya kewajiban pajak, akan tetapi pokok pajak yang

menunggak tetap harus dipenuhi. Sehingga dapat diharapkan dengan adanya

sunset policy tersebut dapat meringankan wajib pajaknya serta diharapkan

dapat meningkatkan penerimaan pajak (PPh pasal 25 badan)

c. Mutu Pelayanan Dan Kualitas Pajak

Untuk meningkatkan pelayanan pada wajib pajak maka dibentuk

tempat pelayanan terpadu (TPT) disetiap KPP, tujuannya untuk memudahkan

pengawasan terhadap pelayanan yang diberikan kepada wajib pajak. Contoh

account representative (AR), help desk, complain center, call center. Serta

didukung sumber daya manusia yang berkwalitas tinggi melalui pendidikan

dan pelatihan. Mapping serta fit and propert tes yang diharapkan nantinya

akan mempengaruhi peningkatan penerimaan pajak khususnya pajak

penghasilan pasal 25 badan.

Page 18: KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4688/5/2012-1-62201-241408074-bab2...Menghitung, membayar dan melaporkan pajak ... Mulai tahun pajak 2009, tarif

d. Penerapan Sanksi Pajak Sesuai Undang-Undang

Untuk menegakan kedisiplinan wajib pajak memenuhi hak dan

kewajiban, diperlukan adanya sanksi administrasi maupun pidana. Dasar

hukum sanksi ini diatur dalam masing masing pasal UU KUP yang

diharapkan wajib pajak akan patuh dalam melaksanakan kewajiban pajaknya

serta akan mempengaruhi penerimaan pajak khususnya pajak penghasilan

pasal 25 badan.

e. Self Assessment system

Ada suatu system pemungutan perpajakan yang member wewenang

kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung,

memperhitungkan, membayar dan melaporkan besarnya pajak yang terutang.

Dalam hal ini wajib pajak diberikan kepercayaan dengan menerapkan self

assessment sehingga dapat meningkatkan pajak penhasilan.

2.1.8 Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap Penerimaan Pajak

Penghasilan Pasal 25.

Nurmantu (2003:81) menuturkan wajib pajak dikategorikan sebagai wajib

pajak patuh apabila wajib pajak tersebut melakukan pemenuhan kewajiban pajaknya

sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, mulai dari menghitung,

menentukan, menyetor sampai melaporkan kawajiban pajaknya. Apabila wajib pajak

tidak melakukan pemenuhan kewajiban pajaknya sesuai dengan peraturan yang

berlaku maka wajib pajak dikenakan sanksi yang berupa sanksi denda dan bunga.

Page 19: KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4688/5/2012-1-62201-241408074-bab2...Menghitung, membayar dan melaporkan pajak ... Mulai tahun pajak 2009, tarif

Penerapan sanksi perpajakan ini dilaksanakan bukan untuk menakut-nakuti

wajib pajak atau masyarakat, tetapi dalam rangka menjalankan tugas sesuai dengan

undang-undang perpajakan, demi menjamin ketersedianya dana pembangunan yang

bersumber dari sektor pajak, maka diperlukan peran serta masyarakat agar menjadi

wajib pajak patuh. Apabila masyarakat sudah menjadi wajib pajak patuh, maka secara

langsung penerimaan pajak penghasilan khususnya PPh pasal 25 akan menjadi lebih

baik dapat meningkatkan sesuai dengan jumlah wajib pajak yang terdaftar. Dengan

berbagai upaya Dirjen Pajak baik secara intensifikasi maupun ekstensifikasi.

Intensifikasi merupakan upaya peningkatan penerimaan pajak dengan

memaksimalkan pembayaran pajak dari wajib pajak yang sudah ada, sedangkan

ekstensifikasi merupakan peningkatan pajak dengan mencari wajib pajak yang baru.

Upaya ini dapat berpengaruh untuk penambahan jumlah wajib pajak dan dapat

menambah jumlah wajib pajak dan dapat menimbulkan pengaruh kepatuhan wajib

pajak sehingga secara otomatis penerimaan pajak juga akan meningkat. Dan yang

dimaksud dengan kepatuhan wajib pajak badan yaitu jumlah SPT PPh tahunan yang

dilaporkan wajib pajak badan tepat waktu sebelum jatuh tempo dalam tahun pajak.

2.1.9 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berkaitan dengan pengaruh kepatuhan wajib pajak badan

terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25 sudah banyak sebagaimana yang

ditunjukan pada tabel 2 berikut:

Page 20: KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4688/5/2012-1-62201-241408074-bab2...Menghitung, membayar dan melaporkan pajak ... Mulai tahun pajak 2009, tarif

Tabel 2. Penelitian Terdahulu

No Nama Judul penelitian Variabel Penelitian Hasil penelitian

1 Menurut

Lukmanul

(2010:54 )

Pengaruh kepatuhan

wajib pajak badan

terhadap penerimaan

pajak penghasilan

pasal 25 pada Kantor

Pelayan Pajak

Pratama Setia Budi

Satu Dan Dua

-Kepatuhan wajib

pajak

-Penerimaan PPh 25

Berdasarakan hasil

penelitian yang dilakukan

pada KPP setia budi satu

dan dua ada pengaruh

yang positif yang kuat

antara kepatuhan wajib

pajak terhadap penerimaan

penghasilan pasal 25

2 Sari

(2006:60)

pengaruh kepatuhan

wajib pajak dan

pemeriksaan pajak

terhadap penerimaan

pph 25 wajib pajak

badan Pada KPP

Denpasar Timur

- Kepatuhan wajib

pajak

- Pemeriksaan pajak

- Penerimaan PPh 25

Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan

pada KPP Denpasar

Timur, diperoleh hasil

bahwa Kepatuhan wajib

pajak dan pemeriksaan

pajak secara simultan

berpengaruh signifikan

terhadap penerimaan pajak

penghasilan pasal 25

Page 21: KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4688/5/2012-1-62201-241408074-bab2...Menghitung, membayar dan melaporkan pajak ... Mulai tahun pajak 2009, tarif

3 Wijaya

(2005:79)

Hubungan antara

jumlah pembayaran

masa angsuran pajak

penghasilan pasal 25

dan jumlah wajib

pajak badan dengan

penerimaan pajak

penghasialn pasal 25

-Pembayaran

angsuran PPh pasal

25

- Jumlah wajib pajak

badan

-Penerimaan PPh

badan pasal 25

Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan

pada KPP Bayuangi

membuktikan bahwa

pembayaran angsuran

pajak

penghasilan pasal 25

badan yang dilaporkan

tepat waktu dan jumlah

wajib pajak

badan yang aktif

berhubungan secara

simultan dengan

penerimaan pajak

penghasilan pasal 25

badan.

2.1.10 Kerangka Pikir

Studi tentang pengaruh kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak

penghsilan pasal 25 sudah banyak dilakukan, sebagai contoh penelitian yang pernah

dilakukan oleh Lukmanul (2010), Sari (2006) yang menyatakan bahwa ada pengaruh

Page 22: KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4688/5/2012-1-62201-241408074-bab2...Menghitung, membayar dan melaporkan pajak ... Mulai tahun pajak 2009, tarif

yang positif dan kuat antara kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan

penghasilan pasal 25.

Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan No. 36 Tahun 2008, menetapkan

wajib pajak tergolong badan yaitu perusahan, firma, perseroan terbatas dan koprasi.

Wajib pajak badan dikategorikan sebagai wajib pajak patuh apabila wajib pajak

tersebut melakukan pemenuhan kewajiban pajaknya sesuai dengan perundang-

undangan yang berlaku, mulai dari keakuratan perhitungan pajak penghasilan,

ketetapan waktu dalam melaporkan pajak yang terutang, dan kelengkapan dalam

menyetorkan SPT tahunan.

Melihat beberapa hasil penelitian di atas telah menunjukan bahwa kepatuhan

wajib pajak badan berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan. Apabila

masyarakat sudah menjadi wajib pajak patuh, maka secara langsung penerimaan

pajak penghasilan khususnya PPh pasal 25 akan menjadi lebih baik dapat

meningkatkan sesuai dengan jumlah wajib pajak yang terdaftar.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran yang

dapat dilihat pada gambar 1 sebagai berikut:

Page 23: KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4688/5/2012-1-62201-241408074-bab2...Menghitung, membayar dan melaporkan pajak ... Mulai tahun pajak 2009, tarif

Gambar 1 Kerangka Pikir

Permasalahan penelitian

Berdasarakan fenomena dan kajian teoritis serta studi empiris secara ringkas, peneltian ini adalah sebagai berikut:

Apakah kepatuhan wajib pajak badan berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25

Dasar teori

1. Kepatuhan wajib pajak badan. ( Purdawarmito 2003)

2. Pajak penghasilan pasal 25 ( Waluyo 2007)

3. Pengaruh kepatuhan wajib pajak badan terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25 ( Nurmantu 2003:81)

Penelitian terdahulu

1. Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan pasal 25 pada Kantor Pelayan Pajak Pratama setia budi satu dan dua. ( Muh Lukmanul 2010)

2. Pengaruh Kepatuhan Wajib dan pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan PPh 25 wajib pajak badan pada KPP Denpasar Timur.( Sari Ratna 2006)

Diduga kepatuhan wajib pajak badan berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25

Kepatuhan wajib pajak badan

Penerimaan pajak penghasilan pasal 25

Page 24: KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/4688/5/2012-1-62201-241408074-bab2...Menghitung, membayar dan melaporkan pajak ... Mulai tahun pajak 2009, tarif

2.11 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini diduga bahwa kepatuhan wajib pajak badan

berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan pasal 25 pada kantor Pelayan

Pajak Pratama Gorontalo