eps rata-rata -...
TRANSCRIPT
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian
4.1.1 Earning Per Share (EPS)
EPS dihitung dengan membandingkan laba bersih dengan jumklah saham
yang beredar. Nilai EPS tertinggi untuk keseluruhan perusahaan sampel yang
diteliti pada tahun 2007-2011 ditunjukkan oleh Astra Internasional Tbk, yaitu
berturut-turut 1610,35; 2270,30; 2480,02; 3548,6; 5206,31, sedangkan EPS per
tahun terendah untuk perusahaan yang diteliti dari tahun 2007-2011 diperoleh
Energi Mega Persada Tbk yaitu berturut-turut 8,03; -2,43; -120,09; -1,54; -0,8.
Nilai EPS pada perusahaan Indeks LQ45 dapat dilihat pada lampiran 1, halaman
96. Nilai rata-rata EPS dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
347,24 384,35
340,86
436,26
532,52
0
100
200
300
400
500
600
2007 2008 2009 2010 2011
EPS Rata-Rata
57
Berdasarkan data yang telah diolah seperti yang ada dalam grafik di atas,
dapat diketahui bahwa nilai rata-rata EPS untuk perusahaan Indeks LQ45 mulai
dari tahun 2007 hingga 2011 mengalami kenaikan, yaitu berturut-turut 347,24;
384,35; 340,86; 436,26; 532,52. Meskipun di tahun 2009 mengalami penurunan,
tetapi penurunan yang terjadi tidak cukup berarti.
4.1.2 Return On Equity (ROE)
ROE dihitung dengan membandingkan laba bersih dengan jumlah modal
sendiri. Nilai ROE tertinggi untuk perusahaan sampel yang diteliti pada tahun
2007-2011 dicapai oleh Astra Agro Lestari Tbk yaitu berturt-turut 71,77%;
76,60%; 40,16%; 41,10%; 39,55%. Sedangkan ROE terendah ditunjukkan oleh
perusahaan Bakrie & Brother Tbk yaitu sebesar 12,33%; -208,45%; -26,69%; -
79,56; 0,08%. Nilai rata-rata ROE sejak tahun 2007-2011 dari perusahaan sampel
dapat dilihat dari grafik berikut ini:
32,85
18,88 19,21 20,98
18,65
0
5
10
15
20
25
30
35
2007 2008 2009 2010 2011
ROE Rata-Rata
58
Berdasarkan data yang ditunjukkan pada grafik di atas, dapat diketahui
bahwa nilai rata-rata ROE mengalami penurunan dari tahun 2007 ke 2008, yaitu
32,85%; 18,88%. Kemudian di tahun 2009 hingga 2010 mengalami kenaikan
yaitu masing-masing sebesar 19,21%; 20,98%. Di tahun terakhir pengamatan,
yaitu 2011, nilai ROE rata-rata turun hingga menjadi 18,65%.
4.1.3 Harga Saham Masa Lalu
Nilai harga saham masa lalu tertinggi untuk masing-masing perusahaan
yang diteliti pada tahun 2006-2010 ditunjukkan oleh Astra Internasional Tbk yaitu
berturut-turut 15.700; 27.300; 10.550; 34.700; 54.550, sedangkan harga saham
masa lalu terendah selama periode pengamatan untuk perusahaan sampel
ditunjukkan oleh Bakrie & Brothers Tbk yaitu sebesar 155; 290; 50; 85; 65. Nilai
rata-rata dari harga saham masa lalu dari tahun 2006-2010 dapat dilihat pada
grafik di bawah ini :
5,492.42
10,391.08
2,840.38
5,832.25
7,791.13
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
2006 2007 2008 2009 2010
Harga Saham Masa Lalu Rata-Rata
59
Berdasarkan data yang telah diolah seperti yang terlihat dalam grafik di
atas, diketahui bahwa nilai rata-rata harga saham masa lalu mengalami kenaikan
mulai dari tahun 2006 hingga 2010. Pada tahun 2006 sampai dengan 2007, harga
saham masa lalu mengalami kenaikan yaitu dengan nilai berturut-turut 5492,42;
10.391,08. Sementara di tahun 2009 mengalami penurunan yang cukup besar
yaitu sebesar 2840,38. Setelah itu, ditahun 2010 hingga 2011, harga saham masa
lalu terus meningkat, yaitu berturut-turut sebesar 5832,25; 7791,13.
4.1.4 Harga Saham Saat Ini
Nilai harga saham saat ini tertinggi untuk perusahaan sampel yang diteliti
pada tahun 2007-2011 ditunjukkan oleh Astra Internasional Tbk yaitu berturut-
turut sebesar 27.300; 10.550; 34.700; 54.550; 74.000, sedangkan harga saham saat
ini terendah selama periode pengamatan dicapai oleh Bakrie & Brothers Tbk yaitu
sebesar 290; 50; 85; 65; 69. Nilai rata-rata dari harga saham saat ini mulai dari
tahun 2007 hingga 2011 untuk perusahaan sampel dapat dilihat pada grafik
berikut ini :
9,693.96
2,840.38
5,832.25
7,791.13 8,163.00
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
2007 2008 2009 2010 2011
Harga Saham Saat Ini Rata-Rata
60
Berdasarkan data yang telah diolah seperti yang terlihat dalam grafik di
atas, bahwa nilai rata-rata harga saham saat ini mengalami penurunan dari tahun
2007 hingga 2008 yaitu dengan nilai berturut-turut 9.693,96; 2.840,38. Kemudian
ditahun selanjutnya, yaitu 2009 hingga 2011 harga saham saat ini terus mengalami
peningkatan yaitu berturut-turut sebesar 5.832,25; 7.791,13; 8.163,00.
4.2 Hasil Persyaratan Pengujian
4.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel
yang digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam
penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Untuk melakukan
pengujian asumsi normalitas data tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
pengujian metode Jarque Berra (JB). Adapun hipotesis yang akan diuji adalah :
H0 : Data variabel yang diamati berdistribusi normal
H1 : Data variabel yang diamati tidak berdistribusi normal
: 5%
Statistik uji :
22 1
36 4
n kJB S K
Dimana : n adalah jumlah observasi ; k adalah jumlah variabel bebas (k
akan sama dengan nol untuk pengujian data tunggal) ; S adalah
nilai Skewness; dan K adalah nilai Kurtosis.
Kriteria uji : Jika nilai probabilitas dari statistik JB lebih kecil dari tingkat
signifikansi yang digunakan maka H0 ditolak. Sebaliknya jika nilai
61
probabilitas dari statistik JB lebih besar dari tingkat signifikansi
yang digunakan maka H0 diterima
Hasil pengujian normalitas dengan menggunakan E-Views adalah sebagai
berikut :
No Nama Perusahaan
Kode
Emiten
Nilai
Jarque-
Berra
Probabilitas
1 Astra Agro Lestari Tbk AALI 0.916 0.632
2 Aneka Tambang (Persero) Tbk ANTM 0.704 0.703
3 Astra Internasional Tbk ASII 0.336 0.845
4 Bank Central Asia Tbk BBCA 0.462 0.794
5 Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN 0.234 0.890
6 Bank Mandiri (Persero) Tbk BMRI 0.458 0.795
7 Bakrie & Brothers Tbk BNBR 1.741 0.419
8 Bank Niaga Tbk BNGA 0.416 0.812
9 Bank Internasional Indonesia Tbk BNII 0.485 0.785
10 Citra Marga Nusaphala Persada Tbk CMNP 0.648 0.723
11 Energi Mega Pesada Tbk ENRG 1.840 0.398
12 International Nickel Indonesia Tbk INCO 1.882 0.390
13 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 0.474 0.789
14 Indah Kiat Pulp & Paper Tbk INKP 0.595 0.743
15 Indosat Tbk ISAT 1.341 0.511
16 Kalbe Farma Tbk KLBF 0.612 0.737
62
17 Medeo Energi Internasional Tbk MEDC 0.764 0.683
18 Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PGAS 0.387 0.824
19 Bank Pan Indonesia Tbk PNBN 0.628 0.731
20 Panin Live Tbk PNLF 0.434 0.805
21 Tambang Batubara Bukit Asam Tbk PTBA 0.262 0.877
22 Telekomunikasi Indonesia Tbk TLKM 0.911 0.634
23 Bakrie Sumatera Plantations Tbk UNSP 1.700 0.427
24 United Tractors Tbk UNTR 0.431 0.806
Berdasarkan hasil di atas terlihat bahwa nilai Jarque-Berra untuk
variabel harga saham pada seluruh perusahaan yang diamati mempunyai nilai
signifikansi diatas 0.05 sehingga Ho diterima. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa data harga saham untuk seluruh perusahaan yang diamati
telah berdistribusi normal.
4.2.2 Asumsi Non Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan salah satu pelanggaran kondisi ideal yang
disebabkan adanya hubungan linear diantara variabel regresor. Multikolinearitas
bisa dideteksi dengan melihat nilai R2, dimana nilai R
2 tinggi sedangkan tidak ada
satupun koefisien regresi (secara parsial) yang signifikan. Selain itu,
multikolinearitas dapat juga dideteksi dengan menggunakan indikator Variance
Inflation Factor (VIF) yang dirumuskan sebagai berikut :
2
.
1
1i
i y
VIFR
63
dengan ketentuan sebagai berikut :
0 10VIF , tidak terdapat multikolinearitas
10 30VIF , multikolinearitas rendah
30VIF , multikolinearitas tinggi
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan sebalumnya,
diperoleh nilai Variance Inflation Factor (VIF) untuk masing-masing variabel
adalah sebagai berikut :
Variabel
Nilai R-
Square
VIF Kesimpulan
Earning Per Share 0.4304 0.5282 Non Multikolinearitas
Return Of Equity 0.0126 0.0126 Non Multikolinearitas
Harga Saham Masa Lalu 0.3937 0.4659 Non Multikolinearitas
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh ternyata nilai VIF untuk semua
variabel berada dibawah 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi gejala multikolinearitas antara variabel bebasnya.
4.2.3 Asumsi Non Autokorelasi
Autokorelasi merupakan pelanggaran asumsi non-autokorelasi. Hal ini
disebabkan karena adanya korelasi antar gangguan/error pada setiap pengamatan.
Autokorelasi mengakibatkan OLS menghasilkan taksiran yang tak bias namun
tidak efisien (underestimated) dan peramalan dengan OLS akan menghasilkan
taksiran yang keliru. Autokorelasi bisa dideteksi dengan pengujian Durbin-
Watson dengan rumus :
64
n
i
i
n
i
ii
e
ee
d
1
2
2
2
1
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, maka dilakukan
pengujian Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut (Makridakis
dkk, 1983) :
Jika nilai : 1.65 < DW < 2.35 maka dapat disimpulkan tidak terjadi
autokorelasi.
Jika nilai : 1.21 < DW < 1.65 atau 2.35 < DW < 2.79, tidak dapat
diambil kesimpulan.
Jika nilai : DW < 1.21 atau DW > 2.79, maka dapat disimpulkan
terjadi autokorelasi
Dari hasil analisis dengan E-Views sebelumnya didapat nilai Durbin
Watson sebesar 2,028. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa dalam
model yang dibangun tidak terdapat gejala autokorelasi.
4.3 Hasil Analisis Data
4.3.1 Hasil Analisis Regresi Data Panel
Setelah persyaratan normalitas data dipenuhi maka langkah selanjutnya
adalah melakukan estimasi terhadap model analisis regresi antara harga saham
saat ini, dengan nilai EPS, ROE dan harga saham sebelumnya. Adapun teknik
regresi yang akan digunakan adalah analisis regresi data panel. Hasil estimasi dari
model yang dianalisis dengan menggunakan bantuan E-Views adalah sebagai
berikut :
65
Dependent Variable: HSSI?
Method: Pooled Least Squares
Date: 01/26/13 Time: 08:04
Sample: 2007 2011
Included observations: 5
Cross-sections included: 24
Total pool (balanced) observations: 120
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -1228.048 1399.509 -0.877485 0.3825
EPS? 17.72646 2.784994 6.364990 0.0000
ROE? 60.54660 35.32727 1.713877 0.0899
HSML? -0.074751 0.097303 -0.768236 0.4443
Fixed Effects (Cross)
_AALI—C -3126.696
_ANTM—C -1926.932
_ASII—C -12471.90
_BBCA—C 372.5558
_BDMN—C -465.8693
_BMRI—C -1245.410
_BNBR—C 5929.277
_BNGA—C 111.7830
_BNII—C 1020.607
_CMNP—C 394.1651
_ENRG—C 3068.322
_INCO—C 14224.93
_INDF—C -1412.617
66
_INKP—C 1370.383
_ISAT—C 2599.771
_KLBF—C -313.8621
_MEDC—C -1611.980
_PGAS—C -1366.093
_PNBN—C 393.2150
_PNLF—C 438.1276
_PTBA—C -236.7398
_TLKM—C -3912.159
_UNSP—C 345.2449
_UNTR—C -2178.125
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.696310 Mean dependent var 6864.142
Adjusted R-squared 0.611407 S.D. dependent var 13253.42
S.E. of regression 8261.818 Akaike info criterion 21.07178
Sum squared resid 6.35E+09 Schwarz criterion 21.69897
Log likelihood -1237.307 F-statistic 8.201265
Durbin-Watson stat 2.028480 Prob(F-statistic) 0.000000
4.3.2 Pengujian Regresi Data Panel Secara Keseluruhan
Setelah diperoleh model persamaan regresi taksiran maka langkah
selanjutnya adalah melakukan pengujian signifikansi koefisien regresi secara
bersama-sama (Testing The Overall Significance of Regression). Pengujian secara
67
simultan dilakukan dengan melakukan pengujian F. Langkah-langkah
pengujiannya adalah sebagai berikut :
1. Hipotesis
H0 : 0 1 2 3 0
H1 : Sekurang-kurangnya ada sebuah 0i
2. Taraf signifikansi
α = 0.05
3. Statistik Uji
Re / 1
Re /
JK gresi N kF
JK sidu NT N k
4. Kriteria pengujian :
Tolak Ho jika ; 1 ,hit N k NT N kF F
atau p-value α. Terima Ho dalam hal
lainya.
Dengan menggunakan output hasil analisis E-Views diatas didapat nilai
F-hitung sebesar 8,201. Adapun nilai F-tabel pada tingkat signifikansi 5% dan
derajat bebas pembilang (df1) sebesar N+k-1 = 24+3-1 = 26 dan derajat bebas
penyebut (df2) sebesar NT-N-k = 24*5-24-5 = 120-24-5 = 91 adalah sebesar
1,611. Jika dibandingkan kedua nilai F ini, maka nilai F-hitung masih lebih besar
dari F-tabel sehingga Ho ditolak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi yang
dihasilkan sudah cocok dengan data. Atau dengan kata lain, seluruh variabel bebas
dalam model (EPS, ROE dan harga saham masa lalu) secara bersama-sama atau
68
simultan berpengaruh terhadap harga saham saat ini dari perusahaan-perusahaan
yang diamati selama periode 2007-2011.
4.3.3 Pengujian Secara Parsial
Setelah diketahui bahwa terdapat variabel independen yang berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen maka dilakukan penyelidikan lebih
lanjut untuk mengetahui secara spesifik variabel independen manakah yang
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Untuk keperluan itu
dilakukan pengujian koefisien regresi secara individual (Testing Individual
Regression Coefficient). Pengujian hipotesis secara parsial menggunakan uji t.
Jika nilai t-hitung yang diperoleh lebh besar dari nilai t-tabel pada tingkat
signifikansi tertentu dan derajat bebas (NT-N-k) maka Ho ditolak.
Hasil pengujian signfikansi pengaruh dari masing-masing variabel bebas
adalah sebagai berikut :
1. Pengujian Pengaruh EPS terhadap Harga Saham
Ho : 2 0 (tidak terdapat pengaruh variabel Earning Per Share
terhadap harga saham)
H1 : 2 0 (terdapat pengaruh variabel Earning Per Share
terhadap harga saham)
: 5%
Dari hasil analisis sebelumnya diketahui nilai absolut t-hitung untuk
variabel EPS sebesar 6,365. Sedangkan nilai t-tabel pada tingkat
signfikansi 5% dan derajat bebas 96 sebesar 1,985. Jika dibandingkan
69
dengan nilai t-hitung yang diperoleh maka nilai t-tabel masih lebih kecil
dari t-hitung sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan
terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel EPS terhadap harga saham
dari perusahaan-perusahaan yang diamati selama periode 2007-2011 pada
tingkat kepercayaan 5%.
Koefisien regresi variabel EPS yang positif menunjukkan pengaruh yang
positif dari EPS terhadap harga saham. Semakin tinggi nilai EPS yang
dimiliki suatu perusahaan maka akan meningkatkan harga saham
perusahaan tersebut.
2. Pengujian Pengaruh ROE terhadap Harga Saham
Ho : 3 0 (tidak terdapat pengaruh variabel Return of Equity
terhadap harga saham)
H1 : 3 0 (terdapat pengaruh variabel Return of Equity terhadap
harga saham)
: 5%
Dari hasil analisis sebelumnya diketahui nilai t-hitung untuk variabel ROE
sebesar 6,743. Sedangkan nilai t-tabel pada tingkat signfikansi 5% dan
derajat bebas 96 sebesar 1,985. Jika dibandingkan dengan nilai t-hitung
yang diperoleh maka nilai t-tabel masih lebih kecil dari t-hitung sehingga
Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang
signifikan dari variabel ROE terhadap harga saham dari perusahaan-
70
perusahaan yang diamati selama periode 2007-2011 pada tingkat
kepercayaan 5%.
Koefisien regresi variabel ROE yang positif menunjukkan pengaruh yang
positif dari ROE terhadap harga saham. Semakin tinggi nilai ROE yang
dimiliki suatu perusahaan maka akan meningkatkan harga saham
perusahaan tersebut.
3. Pengujian Pengaruh Harga Saham Sebelumnya terhadap Harga
Saham Saat Ini
Ho : 4 0 (tidak terdapat pengaruh dari harga saham sebelumnya
terhadap harga saham saat ini)
H1 : 4 0 (terdapat pengaruh dari harga saham sebelumnya
terhadap harga saham saat ini)
: 5%
Dari hasil analisis sebelumnya diketahui nilai absolut t-hitung untuk harga
saham sebelumnya sebesar 0,768. Sedangkan nilai t-tabel pada tingkat
signfikansi 5% dan derajat bebas 96 sebesar 1,985. Jika dibandingkan
dengan nilai t-hitung yang diperoleh maka nilai t-tabel masih lebih besar
dari t-hitung sehingga Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari harga saham
sebelumnya terhadap harga saham perusahaan pada saat ini.
71
4.3.4 Interpretasi Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi mencerminkan besarnya pengaruh perubahan
variabel bebas dalam menjalankan perubahan pada variabel tidak bebas secara
bersama-sama, dengan tujuan untuk mengukur kebenaran dan kebaikan hubungan
antar variable dalam model yang digunakan. Besarnya nilai R2 berkisar antara 0<
R2
<1. Jika nilai R2 semaikn mendekati satu maka model yang diusulkan
dikatakan baik karena semakin tinggi variasi variabel dependen yang dapat
dijelaskan oleh variabel independen.
Berdasarkan hasil estimasi model persamaan regresi yang telah dilakukan
di atas diperoleh nilai koefisien determinasi R2
sebesar 0,6963. Nilai ini berarti
bahwa sebesar 69,63% perubahan harga saham saat ini dari perusahaan-
perusahaan yang diamati selama periode 2007-2011 dipengaruhi oleh variabel-
variabel bebas dalam model (EPS, ROE dan harga saham masa lalu), sedangkan
sisanya sebesar 30,37% dipengaruhi oleh variabel lain.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
4.4.1 Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Saat Ini
Salah satu indikator keberhasilan perusahaan ditunjukkan dengan besarnya
EPS. Pada umumnya, investor akan mengharapkan pengembalian dari
investasinya dalam bentuk EPS. Oleh karena itu, investor maupun calon investor
tertarik dengan angka yang ditunjukkan oleh EPS yang tinggi, karena sesuai
dengan yang telah dijelaskan dalam kajian teori, bahwa EPS mencerminkan
pendapatan yang akan diterima investor untuk setiap lembar saham.
72
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001) EPS merupakan rasio yang
menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau
pemegang saham per lembar saham. Para pemegang saham biasanya lebih tertarik
pada angka EPS yang dilaporkan perusahaan. Hal ini dikarenakan oleh EPS
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk dapat menghasilkan keuntungan
per lembar saham bagi pemegangnya. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang
dihasilkan oleh Khanagha (2011), dimana diperoleh bahwa EPS merupakan
informasi yang relevan bagi investor dalam pengambilan keputusan. Semakin
tinggi nilai EPS, maka akan menggembirakan pemegang saham, karena secara
otomatis akan semakin besar pula laba yang disediakan untuk pemegang saham.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham saat ini, yang artinya
bahwa hasil penelitian yang ada tersebut sesuai dengan teori yang ada. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Erina (2003) yang
juga menemukan adanya pengaruh yang signifikan dari EPS terhadap harga
saham. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Bayu yang juga
menunjukkan hal yang sama. Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini
adalah Menaje (2012), Hatta dan Dwiyanto (2009), Ebrahimi dan Chadegani
(2011), Seetharaman dan Raj (2011), serta Salehi dan Derakhshan (2009).
Hasil positif signifikan menunjukkan implikasi bahwa EPS merupakan
informasi yang sangat dibutuhkan oleh investor dan calon investor, karena EPS
yang tinggi menunjukkan kinerja yang baik pada suatu perusahaan. Potensi
kinerja yang baik ini akan menyebabkan peningkatan jumlah permintaan terhadap
73
saham perusahaan tersebut. selain itu juga EPS merupakan tolak ukur
profitabilitas perusahaan.
4.4.2 Pengaruh Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham Saat Ini
ROE adalah rasio perbandingan antara keuntungan bersih yang diperoleh
dengan ekuitas pemegang saham. ROE merupakan ukuran yang menunjukkan
jumlah laba yang tersedia bagi pemegang saham. Rasio ini merupakan salah satu
indikator bagi investor atau calon investor untuk menentukan profitabilitas
perusahaan sehingga dapat menentukan strategi investasi atas modal yang mereka
miliki. Secara umum, semakin tinggi keuntungan bersih yang dihasilkan
perusahaan, akan semakin tinggi pula ROE yang dihasilkan, dan semakin baik
profitabilitas perusahaan. Nilai ROE yang tinggi ini mengindikasikan bahwa
perusahaan mampu memperoleh tingkat laba yang tinggi dibandingkan tingkat
ekuitasnya.
Hasil pengujian ini menunjukkan adanya pengaruh ROE terhadap harga
saham saat ini. Hasil ini menentang hasil penelitian dari Erina (2003) dan
Anastasia et al. (2007) dimana hasil penelitian mereka menemukan bahwa ROE
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham saat ini. Hasil penelitian
ini lebih memperkuat teori yang ada serta penelitian yang dilakukan oleh Salehi
dan Derakshan (2012) yang menyatakan bahwa ROE dan harga saham
mempunyai hubungan positif serta ROE menjadi pedoman bagi investor dalam
pengambilan keputusan yang optimal. Penelitian lain yang sejalan dengan
penelitian ini adalah Martani dkk (2009), Khanagha (2011), Arabsalehi dan
74
Mahmoodi (2012). Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai ROE
yang dimiliki suatu perusahaan maka akan meningkatkan harga saham perusahaan
tersebut.
4.4.3 Pengaruh Harga Saham Masa Lalu Terhadap Harga Saham Saat Ini
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh harga
saham masa lalu terhadap harga saham saat ini. Sehingga penelitian ini menentang
hasil penelitian Erina (2003) mengenai Analisis Pengaruh Fundamental dan
Teknikal Terhadap Harga Saham yang menghasilkan bahwa harga saham masa
lalu berpengharuh terhadap harga saham. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak
adanya pengaruh signifikan antara harga saham masa lalu terhadap harga saham
saat ini, yang mengimplikasikan bahwa teknik analisis teknikal selama ini tidak
sepenuhnya dijadikan sebagai salah satu cara untuk menaksir harga saham.
Analisis teknikal ini lebih menekankan kepada tingkah laku pemodal di masa
yang akan datang berdasarkan kebiasaan di masa lalu. Selama ini investor
beranggapan bahwa harga saham masa lalu mencerminkan informasi yang relevan
terhadap harga saham di masa yang akan datang, sehingga terdapat pola berulang
yang dapat dijadikan prediksi harga saham di masa depan. Sedangkan, sesuai
dengan hasil analisis penelitian ini, penulis menemukan bahwa ternyata adanya
harga saham yang tercipta di masa lalu tidak memberikan jaminan yang baik
terhadap investor mengenai harga saham yang akan terbentuk saat ini. Tidak
adanya pengaruh tersebut mungkin dikarenakan oleh data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data tahunan, sehingga data tersebut belum cukup
75
menggambarkan keadaan harga saham yang terbentuk dari waktu ke waktu. Untuk
dapat menganalisis harga saham dengan menggunakan analisis teknikal, butuh
data historis yang cukup banyak mengenai pergerakan harga saham. Dengan
adanya data yang up-date dan lengkap (data harian), technician dapat lebih
mengetahui dan mudah untuk menentukan pola yang terbentuk pada harga saham
masa lalu, dan hal tersebut menjadikan investor akan memperoleh capital gain
yang lebih besar.
4.4.4 Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE), dan
Harga Saham Masa Lalu Secara Simultan Terhadap Harga Saham
Saat Ini
Variabel-variabel dalam penelitian ini secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap harga saham. Hal ini juga dapat dibuktikan dari output hasil
analisis E-Views yang menunjukkan nilai F-hitung sebesar 8,201 yang lebih besar
daripada nilai F-tabel 1,611, sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa seluruh variabel bebas dalam model (EPS, ROE dan harga
saham masa lalu) secara bersama-sama atau simultan berpengaruh terhadap harga
saham saat ini dari perusahaan-perusahaan yang diamati selama periode 2007-
2011.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien determinasi R2
sebesar 0,6963. Nilai ini berarti bahwa sebesar 69,63% perubahan harga saham
saat ini dari perusahaan-perusahaan yang diamati selama periode 2007-2011
dipengaruhi oleh variabel-variabel bebas dalam model (EPS, ROE dan harga
76