skripsidigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/digital... · 2021. 2. 2. · dan daftar...
TRANSCRIPT
-
SKRIPSI
PENGARUH SANKSI PERPAJAKAN, TINGKAT
PENDAPATAN DAN KESADARAN WAJIB PAJAK
TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
(Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Maros)
ARDIANSYAH
DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2017
-
ii
SKRIPSI
PENGARUH SANKSI PERPAJAKAN, TINGKAT
PENDAPATAN DAN KESADARAN WAJIB PAJAK
TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
(Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Maros)
sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar sarjana Akuntansi
disusun dan diajukan oleh
ARDIANSYAH A31113009
kepada
DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2017
-
iii
SKRIPSI
PENGARUH SANKSI PERPAJAKAN, TINGKAT
PENDAPATAN DAN KESADARAN WAJIB PAJAK
TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
(Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Maros)
disusun dan diajukan oleh
ARDIANSYAH A31113009
telah diperiksa dan disetujui untuk diuji
Makassar, 10 November 2017
Pembimbing I,
Dr. Hj. Andi Kusumawati, S.E., M.Si., Ak., CA
Pembimbing II,
Dr. H. Syarifuddin Rasyid, S.E., M.Si. NIP. 19660405 199203 2 003 NIP. 19650307 199403 1 003
Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin
Prof. Dr. Hj. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA NIP. 19650925 199002 2 001
-
iv
SKRIPSI
PENGARUH SANKSI PERPAJAKAN, TINGKAT
PENDAPATAN DAN KESADARAN WAJIB PAJAK
TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
(Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Maros)
disusun dan diajukan oleh
ARDIANSYAH A31113009
telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi
pada tanggal 7 Desember 2017 dan dinyatakan telah memenuhi syarat kelulusan
Menyetujui, Panitia Penguji
No. Nama Penguji Jabatan Tanda Tangan
1 Dr. Hj. Andi Kusumawati, S.E., M.Si., Ak., CA Ketua 1 ……………..
2 Dr. H. Syarifuddin Rasyid, S.E., M.Si. Sekertaris 2 ……………..
3 Dr. Yohanis Rura, S.E., Ak., M.SA., CA Anggota 3 ……………..
4 Drs. Rusman Thoeng, Ak., M.Com., BAP., CA Anggota 4 ……………..
5 Drs. M. Christian Mangiwa, Ak., M.Si., CA Anggota 5 ……………..
Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin
Prof. Dr. Hj. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA NIP. 19650925 199002 2 001
-
v
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini,
nama : Ardiansyah
NIM : A31113009
departemen/program studi : Akuntansi/Strata 1 (S1)
dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul
Pengaruh Sanksi Perpajakan, Tingkat Pendapatan dan Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
(Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Maros)
adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya didalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik disuatu perguruan tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila dikemudian hari ternyata didalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU. No. 20 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan Pasal 70).
Makassar, 9 Oktober 2017
Yang membuat pernyataan,
Ardiansyah
-
vi
PRAKATA
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji dan syukur hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, Pencipta
dan Pemilik semesta alam. Segala puji bagi Allah yang kepada-Nya kita
memohon petunjuk dan pertolongan serta hanya kepada-Nya kita bersyukur atas
segala limpahan rahmat, nikmat dan karunia-Nya sehingga peneliti berhasil
merampungkan penelitian ini menjadi sebuah skripsi, bermula dari penetapan
judul hingga terselesaikan dan melewati tahap uji. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad bin Abdullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabat beliau.
Ucapan terima kasih dengan tulus peneliti haturkan, kepada:
1. Kedua orang tua peneliti Hakdir dan Supiati atas doa yang senantiasa
mengiringi langkah peneliti dalam penelitian skripsi ini serta atas
pengorbanan yang tulus dan kasih kepada peneliti yang tiada henti-
hentinya.
2. Kedua saudara peneliti Muhammad Kasim Said Aburaerah dan
Ferdiansyah yang senantiasa membantu langkah peneliti dalam
penelitian dan pengurusan skripsi ini
3. Ibu Prof. Dr. Hj. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA, selaku ketua
Departemen Akuntansi Universitas Hasanuddin Makassar.
4. Bapak dan ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Hasanuddin Makassar yang sudah banyak meluangkan waktu untuk
-
vii
mengajar, membimbing dan membuka wawasan peneliti selama duduk
dibangku kuliah sampai selesainya penelitian skripsi ini.
5. Ibu Dra. Hj. Nurleni, M.Si., Ak., CA, selaku Penasehat Akademik yang
selama ini memberikan nasihat akademik yang sangat bermanfaat
untuk peneliti dari awal perkuliahan hingga akhir.
6. Ibu Dr. Hj. Andi Kusumawati, S.E., M.Si., Ak., CA dan Bapak Dr. H.
Syarifuddin Rasyid, S.E., M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan
bimbingan dan arahan yang sangat bermanfaat sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
7. Tim penguji peneliti, Bapak Dr. Yohanis Rura, S.E., M.SA., Ak., CA,
Bapak Drs. Rusman Thoeng, M.Com., BAP., Ak., CA, dan Bapak Drs.
M. Christian Mangiwa, M.Si., Ak., CA, yang telah meluangkan waktu
untuk memperbaiki dan mendiskusikan kekurangan yang ada dalam
skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
8. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Maros, Bapak Media Oloan Silaban
selaku kepala pelayanan di KPP Pratama Maros dan seluruh petugas
pajak yang telah memberikan izin penelitian serta membantu
memberikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
9. Kantor DJP Sulawesi Selatan Barat dan Tenggara dan seluruh
petugas pajak yang telah memberikan izin penelitian di KPP Pratama
Maros.
10. Para responden yang telah sangat membantu atas terselesaikannya
skripsi ini peneliti mengucapkan terima kasih.
11. Teman terbaik saya Nia Pratiwi, Rovita Yani dan Mardayanti yang
selalu ada menemani peneliti dalam bertukar pikiran.
-
viii
12. Seluruh rekan Bonafide yang turut serta dalam penyelesaian skripsi ini
yang tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu.
Peneliti menyadari adanya kekurangan maupun kesalahan dalam skripsi
ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat peneliti harapkan dari semua pihak.
Harapan peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya
dan bagi para pembaca serta masyarakat pada umumnya.
Makassar, 15 Oktober 2017
Peneliti
-
ix
ABSTRAK
Pengaruh Sanksi Perpajakan, Tingkat Pendapatan dan Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
(Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Maros)
The Effect of Tax Penalties, Income Level and Taxpayers Awareness towards the Compliance of the individual taxpayer
(Studies in Pratama Tax Office Maros)
Ardiansyah Andi Kusumawati
Syarifuddin Rasyid
Jumlah wajib pajak dari tahun ke tahun semakin bertambah namun tidak diimbangi dengan kepatuhan dalam membayar pajak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris dan menganalisis pengaruh sanksi perpajakan, tingkat pendapatan dan kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Penelitian ini dilakukan dengan metode survey terhadap wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Maros. Sampel diperoleh menggunakan teknik sampling insidental. Metode pengumpulan data melalui kuesioner, dan selanjutnya data dianalisis menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil uji regresi ditemukan bahwa variabel sanksi perpajakan, tingkat pendapatan dan kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Kata Kunci : sanksi perpajakan, tingkat pendapatan, kesadaran wajib pajak,
kepatuhan wajib pajak.
The number of tax payers is increase for years but it is not balanced with the level of tax compliance. This study aims to empirically examine and analyze the impact of tax penalties, income level and taxpayers awareness towards the compliance of the individual taxpayer. This study was conducted by using a
survey of individual taxpayers in Pratama Tax Office Maros. Samples were obtained by sampling incidental technic. Data were collected through questionnaires and then the data were analyzed by using multiple linear regression analysis. The results of regression test found that the effect of tax penalties, income level and taxpayers awareness is positive influenced towards the compliance of the individual taxpayer. Keywords : tax penalties, income level, taxpayers awareness, compliance of
the individual taxpayer.
-
x
DAFTAR ISI
halaman HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i HALAMAN JUDUL ............................................................................................ ii HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................. v HALAMAN PRAKATA ....................................................................................... vi HALAMAN ABSTRAK ....................................................................................... ix DAFTAR ISI ...................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 9 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 9 1.4 Kegunaan Penelitian .................................................................... 10
1.4.1 Kegunaan Teoretis .............................................................. 10 1.4.2 Kegunaan Praktis ................................................................ 10
1.5 Sistematika Penulisan .................................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 12 2.1 LandasanTeori Dan Konsep ......................................................... 12
2.1.1 Pengertian Pajak ................................................................. 12 2.1.2 Wajib Pajak ......................................................................... 13 2.1.3 Fungsi Pajak ....................................................................... 16 2.1.4 Pengelompokan Pajak ........................................................ 16 2.1.5 Syarat Pemungutan Pajak ................................................... 17 2.1.6 Sanksi Perpajakan .............................................................. 18 2.1.7 Tingkat Pendapatan ............................................................ 27 2.1.8 Kesadaran Wajib Pajak ....................................................... 29 2.1.9 Kepatuhan Wajib Pajak ....................................................... 30
2.2 Penelitian Terdahulu .................................................................... 31 2.3 Kerangka Penelitian ..................................................................... 33 2.4 Perumusan Hipotesis ................................................................... 34 2.4.1 Pengaruh Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi .................................................. 34 2.4.2 Pengaruh Tingkat Pendapatan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi .................................................. 35 2.4.3 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi .................................................. 36 BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 38
3.1 Rancangan Penelitian .................................................................. 38 3.2 Tempat dan Waktu ....................................................................... 38 3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................... 38
3.3.1 Populasi ............................................................................ 38 3.3.2 Sampel ............................................................................. 38
-
xi
3.4 Jenis dan Sumber Data ................................................................ 40 3.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 40 3.6 Variabel Penelitian dan Definisi operasional ................................. 41
3.6.1 Variabel Dependen .............................................................. 41 3.6.2 Variabel Independen ........................................................... 41
3.7 Instrumen penelitian .................................................................... 43 3.8 Analisis data ................................................................................. 44
3.8.1 Uji Asumsi Klasik ................................................................. 45 3.8.1.1 Uji Normalitas ............................................................. 45 3.8.1.2 Uji Multikolinearitas .................................................... 45 3.8.1.3 Uji Heteroskedastisitas ............................................... 46
3.8.2 Uji Hipotesis ........................................................................ 46
BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................ 47 4.1 Deskripsi Data dan Responden ...................................................... 47
4.2 Hasil Analisis Deskriptif .................................................................. 49 4.3 Uji Kualitas Data ............................................................................. 51
4.4 Uji Asumsi Klasik ............................................................................ 53 4.5 Analisis Regresi Linear Berganda .................................................. 56 4.6 Hasil Pengujian Hipotesis ............................................................... 57 4.7 Pembahasan .................................................................................. 58
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 61 5.1 Kesimpulan .................................................................................... 61 5.2 Keterbatasan Penelitian ................................................................. 61
5.2 Saran ............................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 63
LAMPIRAN ....................................................................................................... 67
-
xii
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1. 1 Tingkat Kepatuhan Pajak Indonesia Tahun 2013 ............................ 1 Tabel 1. 2 Tingkat Kepatuhan Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Maros .................................... 5 Tabel 2. 1 Sanksi Administrasi Berupa Denda ................................................. 19 Tabel 2. 2 Sanksi Administrasi Berupa Bunga ................................................. 23 Tabel 2. 3 Sanksi Administrasi Berupa Kenaikan ............................................. 24 Tabel 3. 1 Tabel Skor ...................................................................................... 42 Tabel 3. 2 Tabel Variabel Penelitian ................................................................ 43 Tabel 4. 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .................................................................................. 47 Tabel 4. 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ............................................................................................... 48 Tabel 4. 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ...................................................................................... 48 Tabel 4. 4 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ...................................................... 49 Tabel 4. 5 Kriteria Skor Jawaban Responden Berdasarkan Persentase Skor Aktual ................................................................... 50 Tabel 4. 6 Hasil Uji Validitas ............................................................................ 51 Tabel 4. 7 Hasil Uji Reliabilitas ......................................................................... 52 Tabel 4. 8 Uji Multikolinearitas ......................................................................... 54 Tabel 4. 9 Persamaan Regresi Linear Berganda ............................................. 56
-
xiii
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian ...................................................................... 34 Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas ....................................................................... 53 Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ......................................................... 55
-
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1 Biodata ........................................................................................... 68 Lampiran 2 Kuesioner ....................................................................................... 69 Lampiran 3 Hasil Data Olahan SPSS ............................................................... 73 Lampiran 4 Data Tabulasi ................................................................................. 76
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Umumnya kita mengetahui bahwa pajak merupakan iuran wajib oleh rakyat
kepada negara. Dari pajak ini akan digunakan untuk membiayai kegiatan
pemerintahan. Pajak pun memiliki aturan tersendiri yang telah diatur dalam undang-
undang yang mana tiap wajib pajak harus mengetahui semua peraturan yang
berlaku. Kendalanya disini tidak semua wajib pajak memiliki akses baik terhadap
informasi perpajakan. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah dalam pajak ini sangat
penting, karena dapat mempengaruhi laju pertumbuhan negara itu sendiri. Direktorat
Jenderal Pajak telah melakukan berbagai usaha dalam meningkatkan pendapatan
pajak demi kesejahteraan bangsa. Namun, usaha yang telah dilakukan pemerintah
belum berhasil sepenuhnya. Kepatuhan wajib pajak tingkat persentasenya masih
berada pada posisi 60-an persen, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Tingkat Kepatuhan Pajak Indonesia Tahun 2013
Jenis WP Jumlah WP Wajib SPT (a)
Jumlah SPT Tahunan (b)
Kepatuhan (b/a x 100 %)
WP Badan
1.184.816 676.405 57,09 %
WP OP Non
Karyawan
2.054.732 837.228 40,7 %
WP OP Karyawan
14.920.292 9.431.934 63,21 %
Sumber:www.pajak.go.id. (2017)
-
2
Beberapa fenomena kasus-kasus yang terjadi dalam dunia perpajakan
Indonesia belakangan ini membuat masyarakat dan wajib pajak khawatir untuk
membayar pajak. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak,
karena para wajib pajak tidak ingin pajak yang telah dibayarkan disalahgunakan oleh
aparat pajak itu sendiri. Oleh karena itu, beberapa masyarakat dan wajib pajak
berusaha menghindari pajak (Arum, 2012).
Salah satu cara untuk mengoptimalkan pendapatan pajak adalah dengan
mengembalikan kepercayaan masyarakat dan meningkatkan kesadaran terhadap
kepatuhan peran wajib pajak. Bangsa yang sejahtera tentunya menjadi idaman bagi
tiap negara di dunia. Bangsa yang sejahtera bisa diwujudkan melalui pemerintahan
yang baik yang mampu melaksanakan pembangunan disegala bidang. Selain
kekayaan alam dan sumber daya manusia juga sangat dibutuhkan kekayaan modal
yang menjadi salah satu penyokong berdirinya negara yang sejahtera. Kekayaan
modal salah satunya bersumber dari pembiayaan pajak. Menurut Undang-Undang
Nomor 16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 6
tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat
1 bahwa “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Pajak memiliki fungsi salah satunya yaitu fungsi anggaran yang mana pajak
merupakan pemasukan keuangan negara yang mengumpulkan dana atau uang ke
kas negara untuk membiayai pembangunan nasional atau pengeluaran negara.
Kontribusi pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tiap
tahun semakin meningkat. Hal tersebut menunjukkan bahwa peran pajak semakin
besar dalam hal APBN. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Pajak terus berupaya
-
3
untuk melakukan peningkatan penerimaan pajak. Penerimaan pajak yang meliputi
pemasukan pajak serta bea dan cukai merupakan tulang punggung anggaran
negara.
Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan norma-norma hukum untuk
menutup biaya produksi barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan
umum. Pemungutan pajak di Indonesia dilakukan berdasarkan kesepakatan
rakyat dengan pemerintah. Di dunia ada beberapa negara yang sama sekali tidak
menerapkan pajak dinegaranya misalnya Uni Emirat Arab. Pajak di Indonesia
dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang merupakan salah satu
direktorat jenderal yang ada dibawah naungan Kementerian Keuangan Republik
Indonesia. Peraturan perundang-undangan perpajakan saat ini menganut sistem
self assesment yang menggantikan sistem official assesment yang diterapkan
secara bersamaan dengan sistem withholding. Dibanding sistem sebelumnya,
sistem self assesment ini mengubah paradigma pajak selama ini sehingga
pembayaran pajak tidak lagi dipandang sebagai beban melainkan sebuah tugas
kenegaraan. Harahap (2004) dalam Supadmi (2009) menyatakan bahwa
dianutnya Self Assessment System membawa misi dan konsekuensi perubahan
sikap (kesadaran) warga masyarakat untuk membayar pajak secara sukarela
(voluntary compliance). Kepatuhan memenuhi kewajiban pajak secara sukarela
merupakan tulang punggung dari Self Assessment System (Supadmi, 2009).
Masyarakat diberi kepercayaan dan tanggung jawab penuh untuk menghitung
sekaligus menentukan sendiri utang pajaknya. Sehingga peran serta dan
kesadaran masyarakat sangat dibutuhkan, karena petugas pajak lebih banyak
berada dalam tatanan pembinaan dan pengarahan. Peran penerimaan pajak
sangat penting bagi pembangunan, karena pajak merupakan salah satu
-
4
sumber penerimaan negara yang paling utama dari dalam negeri untuk
mendanai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Setiap tahun muncul basis pemajakan yang akan terus bertambah seiring
kinerja Ditjen Pajak dalam kegiatan ekstensifikasi dan pengawasan. Sebagai
contoh, wajib pajak badan atau pengusaha yang mengikuti program amnesti
pajak secara otomatis akan menjadi basis pemajakan baru. Karena, dengan
mengikuti amnesti pajak, berarti secara tidak langsung wajib pajak mengakui
kekeliruan dalam menghitung kemampuan finansialnya. Mereka ini akan menjadi
pembayar pajak baru atau membayar pajak lebih besar pada tahun berikutnya.
Sehingga, basis pemajakan akan menjadi lebih luas, baik secara kuantitas
maupun kualitasnya.
Pola seperti itu akan terus berjalan karena tingkat kepatuhan wajib pajak
dalam hal melaporkan pajaknya masih rendah termasuk untuk kategori wajib
pajak orang pribadi yang masih perlu ditingkatkan lagi. Sesuai dengan data yang
terdapat pada tabel 1.1 bahwa wajib pajak yang melaporkan SPT nya hanya
berada pada kisaran 60-an persen dan itu pun masih didominasi oleh wajib pajak
orang pribadi karyawan bukan wajib pajak pengusaha. Selain tabel-tabel
sebelumnya, pada tabel berikut ini juga menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan
wajib pajak masih fluktuatif dan juga berada pada tingkat 60-an persen. Tingkat
persentase kepatuhan wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Maros
ditunjukkan pada Tabel 1.2.
-
5
Tabel 1.2 Tingkat Kepatuhan Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Maros Tahun 2013-2016
Tahun Jumlah WP (a) Jumlah SPT
Tahunan (b)
Kepatuhan
(b/a x 100 %)
2013 56.699 29.132 51,38 %
2014 62.600 29.318 46,83 %
2015 69.159 20.602 29,78 %
2016 75.819 33.632 44,35 %
Sumber: KPP Pratama Maros (2017)
Menurut Ritongga (2011) bahwa kesadaran adalah perilaku atau sikap
terhadap suatu objek yang melibatkan anggapan dan perasaan serta
kecenderungan untuk bertindak sesuai objek tersebut. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak merupakan
perilaku wajib pajak berupa pandangan atau perasaan yang melibatkan
pengetahuan, keyakinan, dan penalaran disertai kecenderungan untuk bertindak
sesuai peraturan yang diberikan oleh sistem dan ketentuan pajak tersebut.
Hasil penelitian yang dilakukan Nugroho, Andini dan Raharjo (2016)
menemukan bahwa kesadaran perpajakan dan pengetahuan perpajakan secara
simultan berpengaruh terhadap kewajiban membayar Pph orang pribadi di KPP
Pratama Semarang Candi
Kepatuhan wajib pajak dapat pula ditingkatkan melalui pengenaan sanksi
perpajakan. Undang-Undang dan peraturan telah mengatur bagaimana
pelaksanaan ketentuan umum dan tata cara perpajakan, termasuk sanksi yang
akan dikenakan apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakannya.
Pengenaan sanksi bertujuan untuk mencegah ketidakpatuhan wajib pajak.
Ketegasan Direktorat Jenderal Pajak dalam menerapkan sanksi kepada wajib
-
6
pajak yang tidak memenuhi kewajibannya sangat diperlukan sehingga terbentuk
perilaku kepatuhan wajib pajak.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sulislawati dan Budiartha (2013)
menyimpulkan bahwa kesadaran wajib pajak, sanksi perpajakan dan akuntabilitas
pelayanan publik berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak kendaraan bermotor. Selain itu penelitian yang telah dilakukan
Pujiwidodo di KPP Pratama Tigaraksa (2016) menyimpulkan bahwa persepsi
sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi memiliki
pengaruh yang lemah yaitu sebesar 0,36%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh
variable lain.
Kepatuhan wajib pajak adalah salah satu keadaan dimana wajib pajak
memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.
Faktor ekonomi merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam hal
melaksanakan kewajiban perpajakan. Masyarakat yang memiliki pendapatan
rendah atau masuk dalam kategori masyarakat miskin akan menemukan
kesulitan untuk membayar pajak. Bagi sebagian besar masyarakat, pajak masih
dianggap sebagai sebuah beban dan biaya yang harus ditanggung dalam
kegiatan ekonominya. Oleh karena itu, masyarakat akan lebih cenderung untuk
memenuhi kebutuhan pokoknya terlebih dahulu dibanding memenuhi kewajiban
perpajakannya.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Putri (2016) menyimpulkan
bahwa variabel pendapatan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak
dalam membayar PBB.
Rasio kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan pemenuhan kewajiban
perpajakannya dari tahun ke tahun masih menunjukkan persentase yang tidak
mengalami peningkatan secara berarti. Hal ini didasarkan pada perbandingan
-
7
jumlah wajib pajak yang melaporkan SPT sedikit sekali dengan jumlah total wajib
pajak efektif seperti yang tertera dalam beberapa tabel kepatuhan wajib pajak
yang telah dibahas sebelumnya. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang telah
dilakukan oleh Simarora dan Suryaman (2015) bahwa pada tahun 2011 jumlah
WPOP efektif yang terdaftar di KPP Pratama Cibinong adalah 162.206 namun
yang melapor SPT hanya 67.119 dengan tingkat kepatuhan pajak yang diperoleh
hanya mencapai 41,38%. Selain itu pada tahun 2013 terdaftar sebesar 69.256
WPOP namun hanya 33.371 yang melaporkan SPT nya pada KPP Pratama
Malang Utara, yang mana rasio kepatuhannya hanya mencapai 48,19%
(Adiatama, Handayani, dan Hidayat, 2015:2). Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian mengenai faktor-faktor yang menyebabkan kepatuhan wajib pajak
masih rendah.
Penelitian ini merujuk pada penelitian yang dilakukan Irmawati (2015)
dengan judul “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi Perpajakan dan
Pemahaman Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”. Perbedaan
Penelitian yang dilakukan Irmawati dengan penelitian kali ini yaitu terletak pada
objek dan variabelnya. Pada penelitian terdahulu objeknya mencakup wajib pajak
secara keseluruhan sementara pada penelitian kali ini lebih berfokus kepada
wajib pajak orang pribadi. Hal yang mendasari penelitian kali ini untuk lebih
berfokus kepada wajib pajak orang pribadi yaitu bahwa dari data yang dihimpun
peneliti dari KPP Pratama Maros terbukti bahwa terdapat banyak sekali jumlah
wajib pajak orang pribadi yaitu mencapai 75.819 namun tidak sampai
setengahnya yang sudah melaporkan SPT Tahunannya. Hal lain yang mendasari
yaitu bahwa kepatuhan baik kayawan maupun non karyawan tidaklah mudah
diamati dikarenakan tergantung atas kesadaran dan kemauan pibadi untuk
melaporkan SPT (www.pajak.go.id). Oleh karena itu mendorong peneliti pada
http://www.pajak.go.id/
-
8
penelitian kali ini untuk mengangkat judul yang lebih berfokus kepada Wajib Pajak
Orang Pribadi. Perbedaan kedua yaitu terletak pada variabelnya dengan
mengganti pemahaman perpajakan yang dirasa peneliti jika wajib pajak telah
memahami mengenai sanksi perpajakan maka mereka telah cukup mengerti
tentang pajak itu juga. Maka dari itu peneliti mengganti dengan variabel tingkat
pendapatan, dikarenakan salah satu faktor pendukung wajib pajak memenuhi
kewajiban perpajakannya adalah pendapatan dari wajib pajak itu sendiri. Memiliki
pendapatan yang lebih maka akan membuat wajib pajak tidak merasa terbebani
dengan adanya pemungutan pajak dan wajib pajak akan semakin taat dalam
melaksanakan kewajibannya dalam membayar pajak.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan pengujian mengenai
pengaruh dari sanksi perpajakan, tingkat pendapatan dan kesadaran wajib pajak
terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Oleh karena itu, peneliti
termotivasi untuk melakukan penelitian mengenai kepatuhan wajib pajak orang
pribadi dengan mengganti variabel pemahaman perpajakan dengan variabel
tingkat pendapatan.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka akan dilakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Sanksi Perpajakan, Tingkat Pendapatan
dan Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
(Studi Kasus di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Maros)”.
-
9
1.2 Rumusan Masalah
Dalam latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Apakah Sanksi Perpajakan berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi?
b. Apakah Tingkat Pendapatan berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi?
c. Apakah Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan
bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut.
a. Untuk menganalisis pengaruh sanksi perpajakan terhadap kepatuhan
wajib pajak orang pribadi.
b. Untuk menganalisis pengaruh tingkat pendapatan terhadap kepatuhan
wajib pajak orang pribadi.
c. Untuk menganalisis pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan
wajib pajak orang pribadi.
-
10
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para akademisi sebagai
referensi untuk menambah pengetahuan para akademisi mengenai pengaruh
sanksi perpajakan dan kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak
orang pribadi.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Dengan penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi.
1. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin
Bermanfaat untuk pengembangan ilmu di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin.
2. Instansi
Bagi instansi, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk
meningkatkan keahliannya dalam melaksanakan tugasnya, dalam hal ini
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Maros.
3. Peneliti
Diharapkan dari penelitian ini memberi wawasan tambahan kepada
peneliti. Begitupun hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya berkaitan dengan
pengaruh sanksi perpajakan, tingkat pendapatan dan kesadaran wajib
pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
4. Bagi Masyarakat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap layanan pajak.
-
11
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, pembahasan proses dan penyajian hasil penelitian akan
disusun dengan gambaran sistematika sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi penjelasan mengenai landasan teori yang membahas
tentang teori-teori dan konsep-konsep umum yang akan digunakan
dalam penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini.
Dan bab ini juga menggambarkan kerangka penelitian dan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari rancangan penelitian, tempat dan waktu penelitian,
populasi dan sampel, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan
data, variabel penelitian dan definisi operasional, instrumen penelitian,
dan analisis data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan tentang uraian deskriptif sampel penelitian, hasil
analisis data dan uraian mengenai hasil pengujian hipotesis serta
pembahasan hasil analisis yang dikaitkan dengan teori yang berlaku.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab akhir tentang kesimpulan yang diperoleh dari
pelaksanaan penelitian, keterbatasan dan saran yang nantinya dapat
dijadikan acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya.
-
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Pengertian Pajak
Sebagaimana yang berbunyi pada pasal 1 angka 1 UU KUP, Pajak
adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Menurut Soemitro (2011), Pajak
adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat imbalan jasa (Kontra-Prestasi) yang
langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar keperluan
umum. Pajak menurut Andriani dalam Suprianto (2011) menyatakan bahwa pajak
adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang
wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, yang tidak mendapatkan
prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara
yang menyelenggarakan pemerintahan.
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur
sebagai berikut.
1. Iuran dari rakyat kepada negara
Iuran tersebut berupa uang dan hanya negara yang berhak
memungut pajak.
-
13
2. Berdasarkan Undang-Undang
Pemungutan pajak dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang mengaturnya.
3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara
langsung dapat ditunjuk.
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
2.1.2 Wajib Pajak
Wajib Pajak adalah Orang Pribadi dan Badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
(UU No.28 Tahun 2007 Tentang KUP, UU No.36 Tahun 2008 Tentang PPh dan
UU No.42 Tahun 2009 Tentang PPN dan PPnBM serta peraturan
pelaksanaannya).
Menurut Wikipedia, Wajib Pajak sering disingkat dengan sebutan WP
adalah orang pribadi atau badan (subjek pajak) yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan
kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu.
Wajib pajak bisa berupa wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan.
Wajib pajak dibedakan menjadi dua yaitu wajib pajak orang pribadi dan
wajib pajak badan. Di Indonesia, setiap orang wajib mendaftarkan diri dan
mempunyai NPWP yang berguna untuk sarana dalam administrasi perpajakan,
tanda pengenal diri atau identitas WP dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya, untuk dicantumkan dalam setiap dokumen perpajakan, dan
menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasi
-
14
perpajakan. Sehingga dalam rangka memberikan kepastian hukum kepada wajib
pajak dalam rangka melaksanakan kewajiban perpajakannya, undang-undang
mengatur secara tegas hak dan kewajiban wajib pajak dalam satu hukum pajak
formal. Jadi dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa wajib pajak, sering
disingkat dengan sebutan WP adalah orang wajib pajak dan atau badan yang
merupakan subjek pajak yang mana menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan,
termasuk pemungutan pajak atau pemotongan pajak tertentu. Wajib pajak bisa
berupa wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan.
Wajib Pajak Orang Pribadi
Wajib pajak orang pribadi adalah subjek pajak yang memiliki
penghasilan atas usaha sendiri atau memiliki pekerjaan tidak bebas
(karyawan) yang penghasilannya di atas pendapatan tidak kena pajak
(PTKP), yaitu Rp 15.840.000,00.
Setiap orang Wajib Pajak mendaftarkan diri dan mempunyai nomor pokok
wajib pajak (NPWP), kecuali ditentukan dalam Undang-Undang.
Syarat Subjektif dan Syarat Objektif Wajib Pajak
UU No.16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan (untuk selanjutnya disebut UU KUP) tepatnya dipenjelasan
Pasal 2 ayat (1) UU KUP, berikut definisinya.
1. Syarat subjektif adalah syarat yang sesuai dengan ketentuan
mengenai subjek pajak dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan
1984 dan perubahannya.
-
15
2. Syarat objektif adalah syarat bagi subjek pajak menerima atau
memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan
pemotongan atau pemungutan sesuai dengan Penghasilan 1984
dan perubahannya.
Wajib Pajak tidak mendapat imbalan secara langsung sesuai
penjelasan definisi pajak sebelumnya, namun wajib pajak tetap
memiliki hak maupun kewajiban, diantaranya.
1. Kewajiban Wajib Pajak.
a. Wajib untuk mendaftarkan dirinya sebagai wajib pajak.
b. Wajib melakukan pembayaran, pemotongan atau
pemungutan dan pelaporan pajak.
c. Wajib dalam hal pemeriksaan.
d. Wajib memberikan data.
2. Hak Wajib Pajak.
a. Berhak atas kelebihan pembayaran pajak.
b. Berhak dilakukan pemeriksaan.
c. Berhak untuk mengajukan keberatan, banding dan
peninjauan kembali.
d. Berhak mendapat jaminan kerahasiaan bagi wajib pajak.
e. Berhak untuk pengangsuran atau penundaan pembayaran.
f. Berhak untuk penundaan pelaporan SPT Tahunan.
g. Berhak untuk pengurangan PPh Pasal 25.
h. Berhak untuk pengurangan PBB.
i. Berhak untuk pembebasan pajak.
-
16
j. Berhak mendapat pengembalian pendahuluan kelebihan
pembayaran pajak.
k. Berhak untuk mendapatkan insentif perpajakan.
2.1.3 Fungsi Pajak
Menurut Mardiasmo (2011), ada dua fungsi pemungutan pajak,
diantaranya.
1. Fungsi Penerimaan (Budgetair)
Pajak sebagai sumber dana pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya.
2. Fungsi Mengatur (Regulered)
Pajak sebagai alat untuk mengukur atau melaksanakan
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
2.1.4 Pengelompokan Pajak
Menurut Mardiasmo (2011), pajak dikelompokkan menjadi beberapa
diantaranya.
1. Pajak Menurut Golongannya
a. Pajak Langsung
Pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak
dapat dibebaskan atau dilimpahkan kepada orang lain.
b. Pajak Tidak Langsung
Pajak yang dapat dibebaskan atau dilimpahkan kepada
orang lain atau kebalikan dari pajak langsung.
-
17
2. Pajak Menurut Sifatnya
a. Pajak Subjektif
Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya.
Dalam artian memperhatikan keadaan wajib pajak
b. Pajak Objektif
Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya.
Dalam artian tanpa memperhatikan keadaan wajib pajak
atau kebalikan dari pajak subjektif.
3. Menurut Lembaga Pemungutnya
a. Pajak Pusat
Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan
untuk mebiayai rumah tangga negara.
b. Pajak Daerah
Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
2.1.5 Syarat Pemungutan Pajak
Menurut Mardiasmo (2011), agar pajak tidak menimbulkan hambatan terhadap
pelaksanaan pemungutannya, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat-
syarat dibawah ini.
1. Pemungutan pajak harus adil.
2. Pemungutan pajak harus sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
3. Tidak mengganggu jalannya perekonomian.
4. Pemungutan pajak harus efisien.
5. Pemungutan pajak harus sederhana.
-
18
2.1.6 Sanksi Perpajakan
Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada
orang yang melanggar peraturan. Peraturan atau Undang-Undang merupakan
rambu-rambu bagi seseorang untuk melakukan sesuatu mengenai apa yang
harus dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan. Sanksi diperlukan
agar peraturan atau Undang-Undang tidak dilanggar (Arum, 2012).
Sanksi dalam perpajakan menjadi penting karena pemerintah Indonesia
memilih menerapkan self assessment system dalam rangka pelaksanaan
pemungutan pajak. Pemerintah telah menyiapkan rambu-rambu yang diatur
dalam Undang-Undang Perpajakan yang berlaku agar pelaksanaan pemungutan
pajak dapat tertib dan sesuai dengan target yang diharapkan. Apabila kewajiban
perpajakan tidak dilaksanakan, maka ada konsekuensi hukum yang bisa terjadi
karena pajak mengandung unsur pemaksaan. Konsekuensi tersebut adalah
pengenaan sanksi-sanksi perpajakan.
Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum
Dan Tata Cara Perpajakan disebutkan bahwa ada dua macam sanksi, yaitu.
1. Sanksi administrasi yang terdiri dari.
a. Sanksi administrasi berupa denda.
Sanksi denda adalah jenis sanksi yang paling banyak ditemukan
dalam UU perpajakan. Terkait besarannya denda dapat ditetapkan
sebesar jumlah tertentu, persentase dari jumlah tertentu, atau
suatu angka perkalian dari jumlah tertentu. Pada sejumlah
pelanggaran, sanksi denda ini akan ditambah dengan sanksi
pidana. Pelanggaran yang juga dikenai sanksi pidana ini adalah
pelanggaran yang sifatnya disengaja.
-
19
Tabel 2.1 Sanksi Administrasi Berupa Denda
No Perilaku Sanksi Sumber Hukum
1 SPT tidak disampaikan sesuai atas waktu penyampaian atau batas waktu perpanjangan penyampaian SPT
a. Rp500.000,- SPT Masa PPN b. Rp100.000,- SPT Masa Lainnya c. Rp1.000.000,- SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan d. Rp100.000,- SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi
Pasal 7 ayat (1) UU KUP
2 Meskipun telah dilakukan pemeriksaan, tetapi belum dilakukan tindakan penyidikan, Wajib Pajak dengan kemauan sendiri mengungkapkan ketidakbenaran tentang data yang Dilaporkan dengan SPT dan disertai dengan pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya
150% dari jumlah pajak yang kurang bayar
Pasal 8 ayat (3) UU KUP
3 Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP, tetapi tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu
2% dari dasar pengenaan pajak
Pasal 14 ayat (4) UU KUP
4 PKP tidak mengisi faktur pajak secara lengkap sesuai dengan ketentuan Pasal 13 ayat (5) UU Nomor 42 Tahun 2008 tentang Perubahan Ketiga atas UU nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, (UU PPN), selain: a. identitas pembeli, dalam hak
penyerahan dilakukan oleh PKP pada umumnya, dan
b. identitas pembeli serta nama dan tanda tangan, dalam hal penyerahan
2% dari dasar pengenaan pajak
Pasal 14 ayat (4) UU KUP
5 PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur pajak
2% dari dasar pengenaan pajak
Pasal 4 ayat (4) UU KUP
6 Keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian
50% dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum
Pasal 25 ayat (9) UU KUP
7 Permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian
100% dari jumlah pajak berdasar hasil banding dikurangi dengan pembayaran
Pasal 21ayat (5d) UU KUP
-
20
pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan
8 Setiap orang yang karena kealpaan: a. tidak menyampaikan SPT, b. menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A UU KUP
Didenda paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar atau dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bualan atau paling lama 1 (satu) tahun
Pasal 33 UU KUP
9 Setiap orang yang dengan sengaja: a. tidak mendaftarkan diri untuk
diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan PKP
b. menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak MPWP atau Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
c. tidak manyampaikan SPT d. menyampaikan SPT dan atau
keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap
e. menolak untuk dilakukan pemeriksaan
f. memperlihatkan pembukuan, pencatatan atau dokuman lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya
g. tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak memperlihatkan atau meminjam buku, catatan atau dokumen lain
h. tidak menyimpan buku, catatan atau dokumen lain yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau diselenggarakan secara program aplikasi online di Indonesia, atau tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara
Didenda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar, dan dipidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun. pidana diatas ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan
Pasal 25 ayat (9) UU KUP
10 Setiap Orang yang: a. melakukan Percobaan
penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan
Pasal 39 ayat (3) UU
-
21
menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau pengukuhan PKP atau
b. menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap, dalam rangka mengajukan permohonan restitusi atau melkukan kompensasi pajak atau pengkreditan pajak
paling lama 2 (dua) tahun Didenda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan, paling banyak 4 (empat) kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan, dan dipidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 2 tahun
KUP
11 Setiap orang yang dengan sengaja: a. menerbitkan dan atau
menggunakan faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak dan atau bukti setiran pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya, atau
b. menerbitkan faktur pajak belum dikukuhkan sebagai PKP
Didenda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan atau bukti setoran pajak dan paling banyak 6 (enam) kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan atau bukti setoran pajak, serta pidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) dan paling lama 6 tahun.
Pasal 39A UU KUP
12 Bank, akuntan publik, notaris, konsultan pajak, kantor administrasi, dan atau pihak ketiga lainnya, yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang sedang diperiksa, ditagih pajaknya dan disidik karena adanya tindak pidanan perpajakan dengan sengaja tidak memberi keterangan tau bukti, atau memberikan keterangan atau bukti yang tidak benar
Didenda paling banyak Rp25.000.000,- dan dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun
Pasal 41A UU KUP
13 Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi atau mempersulit penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan
Paling Banyak Rp75.000.000,- dan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun
Pasal 41B UU KUP
14 Setiap orang dalam instansi Didenda paling banyak Pasal 41C
-
22
pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain, yang dengan sengaja tidak memberikan data dan informasi yang berkaitan dengan perpajakan kepada Direktorat Jenderal Pajak
Rp1.000.000,- dan dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun
ayat (1) UU KUP
15 Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan tidak terpenuhinya kewajiban pejabat dan pihak lain di instransi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan lainnya
Didenda paling banyak Rp800.000,- dan dipidana dengan pidana kurungan paling lama 10 bulan
Pasal 41C ayat (2) UU KUP
16 Setiap orang yang dengan sengaja tidak menerikan data dan informasi yang diminta oleh Direktur Jenderal Pajak
Didenda paling banyak Rp800.000,- dan dipidana dengan pidana kurungan paling lama 10 bulan
Pasal 41C ayat (3) UU KUP
17 Setiap orang yang dengan sengaja menyalahguinakan data dan informasi perpajakan, sehingga menimbulkan kerugian pada Negara
Didenda paling banyak Rp500.000,- dan dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun
Pasal 41C ayat (4) UU KUP
18 Wajib Pajak yang sedang dilakukan tindakan penyidikan pajak namun kemudian memilih untuk melunasi utang pajak yang tidak atau kurang dibayar atau tidak seharusnya dikembalikan
Didenda 4 (empat) kali jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, atau yang tidak seharusnya dikembalikan
Pasal 448 UU KUP
Sumber: Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Marjan, 2014)
b. Sanksi administrasi berupa bunga.
Sanksi administrasi berupa bunga dikenakan atas pelanggaran
yang menyebabkan utang pajak menjadi lebih besar. Jumlah
bunga dihitung berdasarkan persentase tertentu dari suatu jumlah,
mulai dari saat bunga itu menjadi hak/kewajiban sampai dengan
saat diterima dibayarkan. Besarnya bunga akan dihitung secara
tetap dari pokok pajak yang tidak/kurang dibayar. Tetapi, dalam
hal wajib pajak hanya membayar sebagian atau tidak membayar
sanksi bunga yang terdapat dalam surat ketetapan pajak yang
telah diterbitkan, maka sanksi bunga tersebut dapat ditagih
kembali dengan disertai bunga lagi.
-
23
Tabel 2.2 Sanksi Administrasi Berupa Bunga
No Perilaku Sanksi Sumber Hukum
1 Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Pasal 8 ayat (2) UU KUP Tahunan yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar .
2% perbulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak saat penyampaian SPT berakhir sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
Pasal 8 ayat (2) UU KUP
2 Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Masa yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar
2% perbulan atas jumlah yang kurang dibayar, dihitung sejak jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung. Penuh 1 (satu) bulan.
Pasal 8 ayat (2a) UU KUP
3 Pembayaran atau penyetoran Pasal 9 ayat (2a) UU KUP pajak berdasarkan SPT Masa yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak
2%perbulan dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
Pasal 9 ayat (2a) UU KUP
4 Pembayaran atau penyetoran pajak berdasarkan SPT Tahunan yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo penyampaian SPT Tahunan
2% perbulan dihitung mulai dari berakhirnya batas waktu penyampaian SPT Tahunan sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1(satu) bulan.
Pasal 9 ayat (2b) UU KUP
5 Dari hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar
2% perbulan dari jumlah pajak yang tidak atau kurang bayar, paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak sampai dengan diterbitkannya SKPKB.
Pasal 13 ayat (2) UU KUP
6 Apabila Wajib Pajak diterbitkan NPWP dan atau dikukuhkan PKP secara jabatan
paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak sampai dengan diterbitkannya SKPKB.
Pasal 13 ayat (2) UU KUP
7 SKPKB yang diterbitkan setelah melewati jangka waktu 5 (lima) tahun, yang diterima oleh Wajib Pajak yang dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana
48% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar.
Pasal 13 ayat (5) UU KUP
-
24
lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
8 Dari penelitian rutin: a. PPh dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar. b. SPT salah tulis/salah hitung sehingga terdapat kekurangan pembayaran pajak.
2%perbulan untuk selama-lamanya 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak atau bagian tahun pajak atau tahun pajak sampai diterbitkannya STP.
Pasal 14 ayat (3) UU KUP
9 Bagi PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan pembelian Pajak Masukan
2%perbulan dari jumlah yang ditagih kembali, dihitung dari tanggal penerbitan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak sampai dengan tanggal penerbitan STP, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1(satu) bulan
Pasal 14 ayat (5) UU KUP
Sumber: Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Marjan, 2014)
c. Sanksi administrasi berupa kenaikan.
Jika melihat bentuknya, bisa jadi sanksi administrasi berupa
kenaikan adalah sanksi yang paling ditakuti oleh wajib pajak. Hal
ini karena bila dikenakan sanksi tersebut, jumlah pajak yang harus
dibayar bisa menjadi berlipat ganda. Sanksi berupa kenaikan pada
dasarnya dihitung dengan angka persentase tertentu dari jumlah
pajak yang tidak/kurang dibayar.
Tabel 2.3
Sanksi Administrasi Berupa Kenaikan
No Perilaku Sanksi Sumber Hukum
1 Wajib Pajak mengungkapkan ketidakbenaran pengisisn SPT setelah jangka waktu pembetulan SPT berakhir dan belum pernah diterbitkan surat ketetapan pajak, yang mengakibatkan pajak kurang bayar.
50% dari pajak yang kurang dibayar.
Pasal 8 ayat (5) UU KUP
2 SPT tidak disampaikan sesuai jangka waktu penyampaian dan setelah ditegur secara tertulis SPT tetap tidak
a. 50% dari PPh yang tidak atau kurang bayar dalam satu
Pasal 13 ayat (1) huruf b UU
-
25
disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran.
tahun pajak b. 100% dari PPh yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut tidak atau kurang disetor.
KUP
3 Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai PPN dan PPn BM, ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif 0%.
100% dari PPN atas barang dan jasa dan Ph BM yang tidak atau kurang dibayar
Pasal 13 ayat (1) huruf c UU KUP
4 Apabila Wajib Pajak tidak melakukan pembukuan atau ketika diperiksa wajib pajak tidak: a. memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak, b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan.
a. 50% dari PPh yang tidak atau kurang bayar dalam satu tahun pajak b. 100% dari PPh yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut tidak atau kurang disetor, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetor.
Pasal 13 ayat (3) UU KUP
5 Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPT atau Menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. Kealpaan yang dilakukan ini adalah kealpaan yang dilakukan ini adalah kealpaan yang pertama kali dilakukan oleh Wajib Pajak
sanksi kenaikan sebesar 200% dari jumlah pajak yang kurang dibayar yang ditetapkan melalui Penerbitan SKPKB
Pasal 134 UU KUP
6 Diterbitkan SKPKBT, karena ditemukan data baru dan atau data yang semula belum terungkap
100% dari jumlah kekurangan pajak
Pasal 15 ayat (2) UU KUP
7 Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Pajak dengan kriteria tertentu yang telah mendapat pengembalian pendahuluan kelebihan pajak, diterbitkan SKPKB
100% dari jumlah kekurangan pajak
Pasal 17C ayat (5) UU KUP
Sumber: Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Marjan, 2014)
2. Sanksi pidana yang terdiri dari.
a. Pidana kurungan.
Sanksi ini biasa terjadi karena adanya tindak pidana yang
dilakukan karena kealpaan. Batas maksimum hukuman kurungan
-
26
ialah 1 (satu) tahun, pekerjaan yang harus dilakukan oleh para
tahanan kurungan biasanya lebih sedikit dan lebih ringan, selain di
penjara negara, dalam kasus tertentu diizinkan menjalaninya di
rumah sendiri dengan pengawasan yang berwajib, kebebasan
tahanan kurungan lebih banyak, pada dasarnya tidak ada
pembagian atas kelas-kelas, dan dapat menjadi pengganti
hukuman denda.
b. Pidana penjara.
Sanksi ini biasa terjadi karena adanya tidak pidana yang dilakukan
dengan sengaja. Batas maksimum penjara ialah seumur hidup,
pekerjaan yang dilakukan oleh tahanan penjara biasnya lebih
banyak dan lebih berat, terhukum menjalani di gedung atau di
rumah penjara, kebebasan para tahanan penjara amat terbatas,
dibagi atas kelas-kelas menurut kualitas dan kuantitas kejahatan
dari yang tergolong berat sampai dengan yang teringan, dan tidak
dapat menjadi pengganti hukuman denda.
Muliari dan Setiawan (2010) menjelaskan bahwa sanksi perpajakan
merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain
sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar
norma perpajakan. Pandangan tentang sanksi perpajakan tersebut diukur
dengan indikator sebagai berikut.
1. Sanksi pidana yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak cukup
berat.
2. Sanksi adminstrasi yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak
sangat ringan.
-
27
3. Pengenaan sanksi yang cukup berat merupakan salah satu sarana
mendidik wajib pajak.
4. Sanksi pajak harus dikenakan kepada pelanggarnya tanpa toleransi.
5. Pengenaan sanksi atas pelanggaran pajak dapat dinegosiasikan.
Arum (2012) bahwa pemberian sanksi (law enforcement) tanpa pandang
bulu dan dilaksanakan secara konsekuen merupakan cara yang paling efektif
dari keempat hal di atas. Namun, sekarang ini banyak wajib pajak yang
menganggap remeh sanksi perpajakan. Wajib pajak berpikir bahwa sanksi
perpajakan yang dikenakan tidaklah menakutkan. Wajib pajak bahkan tidak
segan untuk menyuap aparat pajak agar dapat terbebas dari sanksi. Pengenaan
sanksi perpajakan bertujuan untuk menciptakan kepatuhan wajib pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya. Beberapa hasil penelitian yang
dilakukan seperti Muliari dan Setiawan (2010) dan Arum (2012) mengenai sanksi
perpajakan menunjukkan bahwa sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap
kepatuhan wajib pajak. Semakin tinggi atau beratnya sanksi, maka akan semakin
merugikan wajib pajak. Oleh sebab itu, sanksi perpajakan diduga akan
berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak.
2.1.7 Tingkat Pendapatan
a. Pengertian Pendapatan
Dalam pemungutan pajak perlu memperhatikan kemampuan wajib pajak
dalam membayar pajak, kemampuan membayar itu sendiri dipengaruhi oleh
tingkat pendapatan, oleh karena itu pajak harus dipungut pada saat yang tepat,
yaitu pada saat wajib pajak mempunyai uang. Pendapatan menurut Lumbatoruan
dalam Hswidar (2016:18) adalah tanggung jumlah uang atau nilai yang selama
tahun takwin diperoleh seseorang dari.
-
28
a) Usaha dan tenaga;
b) Barang tak bergerak;
c) Harta bergerak;
d) Hak atas pembayaran berkala, dan;
e) Tambahan harta yang ternyata dalam tahun takwin kecuali jika hal
sebaliknya dibuktikan oleh wajib pajak.
Faktor ekonomi merupakan hal yang sangat fundamental dalam hal ini
melaksanakan kewajiban. Masyarakat yang miskin akan menemukan kesulitan
untuk membayar pajak. Kebanyakan mereka akan memenuhi kebutuhan hidup
terlebih dahulu sebelum membayar pajak. Karenanya, tingkat pendapatan
seseorang dapat memengaruhi bagaimana seseorang tersebut memiliki
kesadaran dan kepatuhan akan ketentuan hukum dan kewajibannya.
Kondisi keuangan adalah kemampuan keuangan individu dalam
memenuhi segala kebutuhannya. Apabila individu tersebut dapat memenuhi
semua kebutuhan tersebut, baik itu kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier
berdasarkan pendapatan yang dimiliki tanpa bantuan dari pihak luar berupa
pinjaman, dapat dikatakan bahwa kondisi keuangan individu tersebut sangat
baik. Akan tetapi, jika individu tersebut seringkali melakukan pinjaman dari pihak
luar yang biasa diperoleh dari keluarga, teman, maupun bank, dapat dikatakan
bahwa kondisi keuangan individu tersebut sangat buruk (Agustiantono dalam
Haswidar 2016:19).
b. Jenis-jenis dan Sumber Pendapatan
Menurut Gilarso dalam Haswidar (2016:19) jenis pendapatan yang
diperoleh seorang dikategorikan menjadi.
a) Pendapatan pokok, yaitu pendapatan yang diperoleh dari upah sebagai
kerja pokok;
-
29
b) Pendapatan tambahan yaitu pendapatan yang diperoleh dari luar
pendapatan pokok;
c) Pendapatan lain-lain yaitu pendapatan yang diperoleh dari luar
pendapatan pokok dan tambahan.
2.1.8 Kesadaran Wajib Pajak
Menurut Wikipedia, kesadaran adalah kesadaran akan perbuatan. Sadar
artinya merasa, tau atau ingat (kepada keadaan yang sebenarnya). Kesadaran
untuk mematuhi ketentuan (hukum pajak) yang berlaku tentu menyangkut faktor-
faktor apakah ketentuan tersebut telah diketahui, diakui, dihargai dan ditaati. Bila
seseorang hanya mengetahui berarti kesadaran wajib pajak tersebut masih
rendah. Kesadaran wajib pajak adalah pengetahuan wajib pajak bahwa perilaku
wajib pajak diatur oleh ketentuan dan peraturan perpajakan, sehingga ada
kecenderungan untuk sadar akan kewajibannya. Kesadaran wajib pajak adalah
suatu kondisi dimana wajib pajak mengetahui, memahami dan melaksanakan
ketentuan perpajakan dengan benar dan sukarela. Pengetahuan dan tentang
perpajakan sangat penting karena dapat membantu wajib pajak dalam mematuhi
aturan perpajakan serta dapat menyadari kewajibannya sebagai warga negara
yang melibatkan pajak dalam aturan pemerintahannya.
Menurut Ritongga (2011) kesadaran adalah perilaku atau sikap terhadap
suatu objek yang melibatkan anggapan dan perasaan serta kecenderungan
untuk bertindak sesuai objek tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak merupakan perilaku wajib pajak
berupa pandangan atau perasaan yang melibatkan pengetahuan, keyakinan dan
penalaran disertai kecenderungan yang diberikan oleh sistem dan ketentuan
pajak tersebut.
-
30
Wajib pajak harus melaksanakan aturan itu dengan benar dan sukarela.
Jadi dapat didefinisikan, kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi dimana
wajib pajak mengetahui, mengakui, menghargai dan menaati ketentuan
perpajakan yang berlaku serta memiliki kesungguhan dan keinginan untuk
memenuhi kewajiban pajaknya.
Wajib pajak dikatakan memiliki kesadaran apabila (Manik Asri, 2009) :
1. Mengetahui adanya Undang-Undang dan ketentuan perpajakan.
2. Mengetahui fungsi pajak untuk pembiayaan negara.
3. Memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Memahami fungsi pajak untuk pembiayaan Negara.
5. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan sukarela.
6. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan benar.
2.1.9 Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989), berarti
tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Menurut Viqania dalam Irmawati
(2012), Kepatuhan adalah motivasi seseorang, kelompok atau organisasi untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Jadi,
kepatuhan pajak merupakan kepatuhan wajib pajak terhadap peraturan
perpajakan.
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:138) mengatakan bahwa kepatuhan
wajib pajak dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak
memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.
Kepatuhan wajib pajak (Wahyu Santoso, 2008) adalah wajib pajak mempunyai
kesediaan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan
-
31
yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama,
peringatan, penerapan sanksi hukum maupun administrasi.
Menurut Norman D. Nowak, kepatuhan wajib pajak adalah suatu iklim
kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercemin dalam
situasi dimana :
1. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.
3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar.
4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.
Jadi dapat didefinisikan bahwa kepatuhan wajib pajak adalah rasa
bersalah dan rasa malu presepsi wajib pajak atas kewajaran dan keadilan beban
pajak yang wajib pajak tanggung dan berpengaruh kepuasan terhadap
pelayanan pemerintah.
Terdapat beberapa hal penting yang berkaitan dengan kepatuhan wajib
pajak yang mana hal ini memberikan dorongan bagi wajib pajak untuk menjadi
wajib pajak yang patuh, diantaranya :
1. Program pelayanan yang baik kepada wajib pajak.
2. Prosedur yang sederhana dan memudahkan wajib pajak.
3. Program pemantauan kepatuhan dan verifikasi yang efektif.
4. Pemantauan law enforcement secara tegas dan adil.
2.2 Penelitian Terdahulu
1. Penelitian yang dilakukan oleh Arum (2012) bertujuan untuk menganalisis
pengaruh kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus, dan sanksi pajak
terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan
-
32
usaha dan pekerjaan bebas. Penelitian ini menggunakan kesadaran wajib
pajak, pelayanan fiskus dan sanksi pajak sebagai variabel independen
dan kepatuhan wajib pajak sebagai variabel dependen. Teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi
berganda. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, penelitian Arum
(2012) menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus, dan
sanksi pajak memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak.
2. Penelitian Nugroho (2012) bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kemauan untuk membayar pajak. Penelitian ini
menggunakan kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus, dan sanksi pajak
sebagai variabel independen dan kepatuhan wajib pajak sebagai variabel
dependen. Teknik analisis data yang digunakan dalam penellitian ini
adalah teknik analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil analisis yang
dilakukan, penelitian Nugroho (2012) menunjukkan bahwa pengetahuan
dan akan peraturan perpajakan, pelayanan fiskus yang berkualitas, dan
persepsi atas efektivitas sistem perpajakan berpengaruh positif terhadap
kesadaran membayar pajak, demikian pula dengan kesadaran membayar
pajak berpengaruh positif terhadap kemauan membayar pajak.
3. Haswidar (2016) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mencari
pengaruh tingkat pendapatan, pengetahuan dan kesadaran wajib pajak
terhadap kepatuhan membayar pajak bumi dan bangunan. Penelitian itu
dilakukan di Kecamatan Pammana, Kabupaten Wajo. Penelitian ini
menggunakan tingkat pendapatan, pengetahuan dan kesadaran wajib
pajak sebagai variabel independen sementara untuk variabel dependen
yaitu kepatuhan wajib pajak. Teknik analisis data yang digunakan dalam
-
33
penellitian ini adalah teknik analisis regresi linier berganda. Berdasarkan
hasil analisis yang dilakukan, penelitian Haswidar (2016) menunjukkan
bahwa tingkat pendapatan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak, tingkat pengetahuan dan kesadaran wajib pajak berpengaruh
positif terhadap kepatuhan wajib pajak.
4. Irmawati (2015) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mencari
pengaruh kesadaran wajib pajak, sanksi perpajakan dan pemahaman
perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian itu melibatkan
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu. Penelitian ini
menggunakan kesadaran wajib pajak, sanksi perpajakan dan
pemahaman perpajakan sebagai variabel independen sementara untuk
variabel dependen yaitu kepatuhan wajib pajak. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penellitian ini adalah teknik analisis regresi berganda.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, penelitian Irmawati (2015)
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara kesadaran wajib
pajak dengan kepatuhan wajib pajak dan pemahaman perpajakan dengan
kepatuhan wajib pajak, sementara terdapat pengaruh negatif antara
sanksi perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak.
2.3 Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian mengenai pengaruh sanksi perpajakan, tingkat
pendapatan dan kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang
pribadi, dapat digambarkan sebagai berikut :
-
34
Gambar 2.1
Kerangka Penelitian
2.4 Pengembangan Hipotesis
2.4.1 Pengaruh Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi
Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada
orang yang melanggar peraturan. Peraturan atau Undang-Undang merupakan
rambu-rambu bagi seseorang untuk melakukan sesuatu mengenai apa yang
harus dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan. Sanksi pajak
merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan
Sanksi
Perpajakan
(X1)
Kepatuhan Wajib
Pajak Orang
Pribadi (Y)
Kesadaran Wajib
Pajak
(X3)
Tingkat
Pendapatan
(X2)
-
35
perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain
sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar
norma perpajakan (Mardiasmo, 2006 dalam Muliari dan Setiawan, 2010).
Sanksi pajak dibuat dengan tujuan agar wajib pajak takut untuk
melanggar undang-undang Perpajakan. Wajib pajak akan mematuhi pembayaran
pajaknya bila memandang bahwa sanksi akan lebih banyak merugikannya
(Jatmiko, 2006).
Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Pujiwidodo (2016)
menyimpulkan bahwa persepsi sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib
pajak orang pribadi pada KPP Pratama Tigaraksa memiliki pengaruh yang
signifikan. Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Pranata dan Setiawan (2015)
menyimpulkan bahwa sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan
wajib pajak dalam membayar pajak restoran di Dinas Pendapatan Kota
Denpasar. Oleh sebab itu, pandangan wajib pajak mengenai sanksi perpajakan
diduga akan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.
Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis yaitu sebagai berikut.
H1 : Sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib
pajak orang pribadi
2.4.2 Pengaruh Tingkat Pendapatan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi
Pendapatan wajib pajak adalah penghasilan yang diperoleh wajib pajak
dari bekerja dan akhir bulan mendapat gaji. Pendapatan merupakan tambahan
kekayaan atau harta yang diperoleh baik dalam maupun dari luar negara yang
dipungut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Wajib pajak akan lebih memilih
menggunakan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dari pada
menggunakan untuk membayar pajak.
-
36
Kontribusi masyarakat bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia salah satunya dengan memberikan kontribusi berupa pembayaran
pajak kepada negara (Putri dan Isgiyarta, 2013). Wajib pajak dapat melakukan
pembayaran pajak tersebut dengan menyisihkan sebagian pendapatan yang
diperolehnya. Apabila wajib pajak memiliki pendapatan yang cukup bahkan lebih
maka wajib pajak selain mampu untuk memenuhi kebutuhannya juga mampu
memenuhi kewajban perpajakannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2016) mengatakan bahwa variabel
pendapatan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayar PBB sehingga peneliti menyimpulkan untuk merumuskan hipotesis
untuk variabel pendapatan sebagai berikut.
H2 : Tingkat pendapatan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
orang pribadi
2.4.3 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi
Kesadaran wajib pajak adalah kerelaan memenuhi kewajibannya,
termasuk rela memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi pemerintah
dengan cara membayar kewajiban pajaknya. Kesadaran perpajakan
berkonsekuensi logis untuk wajib pajak untuk wajib pajak, yaitu kerelaan wajib
pajak memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi perpajakan, dengan
cara membayar kewajiban pajaknya secara tepat waktu dan tepat jumlah
(Utomo, 2011).
Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak maka pamahaman dan
pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat meningkatkan
kepatuhan (Muliari dan Setiawan, 2010). Kesadaran wajib pajak atas fungsi
-
37
perpajakan sebagai pembiayaan negara sangat diperlukan untuk meningkatkan
kepatuhan wajib pajak (Jatmiko, 2006).
Wajib pajak yang menyadari akan pentingnya pajak bagi negara maka
akan membayar pajaknya secara tepat waktu maupun tepat jumlah. Kesadaran
perpajakan wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang
pribadi.
H3 : Kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib
pajak orang pribadi
-
38
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian kausal dimana
penelitian dengan analisis langsung berpengaruh pada variabel independen
terhadap variabel dependen dan pengaruh variabel independen dengan variabel
dependen.
3.2 Tempat dan Waktu
Penelitian dan pengumpulan data dalam rangka penyusunan
penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama di Wilayah
Maros yaitu : KPP Pratama Maros yang beralamat di Jalan Jenderal
Sudirman Km. 28 Maros. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 4
September sampai 27 September 2017.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang
terdaftar di KPP Pratama Maros. Jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu
75.819 wajib pajak.
3.3.2 Sampel Penlitian
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik
Sampling Insidental. Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan
-
39
ditemui itu cocok sebagai sumber data. Sampel dalam penelitian ini adalah Wajib
Pajak Orang Pribadi yang Memiliki Kegiatan Usaha yang sedang melakukan
kewajiban di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Maros.
Penentuan sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin berikut
(Sujarweni, 2014;16).
N n = 1 + N.e2
n = jumlah sampel
N = populasi
e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan, dalam penelitian ini adalah 0,1.
Berdasarkan data dari KPP Pratama Maros hingga akhir tahun 2016,
tercatat sebanyak 75.819 wajib pajak orang pribadi. Oleh karena itu, jumlah
sampel untuk penelitian dengan margin of error sebesar 10% adalah :
75.819 n = 1 + 75.819 (0,1)2
n = 99,9
n= 100
Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah sampel yang diambil
dalam penelitian ini adalah sebanyak 99,9 yang dibulatkan menjadi 100 Wajib
Pajak Orang Pribadi.
Dalam pengisian kuesioner disampaikan bahwa responden diberikan
kebebasan dalam mengisi identitas maupun tidak mengisi, kecuali berkenaan
dengan hal-hal yang diperlukan dalam penelitian. Hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi rendahnya respond rate dari responden. Peneliti juga
memberikan jaminan kerahasiaan atas jawaban yang diberikan responden.
-
40
3.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli, tidak melalui perantara. Data primer diperoleh dengan
menggunakan daftar pertanyaan yang telah terstruktur dengan tujuan untuk
mengumpulkan informasi dari wajib pajak orang pribadi yang melaporkan
pajaknya di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Maros sebagai responden
dalam penelitian ini. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini bersumber
dari penelitian terdahulu yaitu menggunakan kuesioner Irmawati (2015) untuk
Pengaruh Sanksi Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi. Sementara kuesioner untuk pengaruh Tingkat
Pendapatan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi diambil dari
penelitian Ernawati dalam Haswidar (2016).
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan kuesioner. Pembagian kuesioner dilakukan dengan cara
langsung, pertimbangan yang mendasari dilakukannya survei lapangan adalah
rendahnya respon dari sampel dalam penelitian ini dalam memberikan jawaban
jika dilakukan mail survey. Dalam penelitian ini, kuesioner yang akan dibagikan
berjumlah 100 buah sesuai dengan hasil rumus pengambilan sampel yang
diberikan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Maros. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik Sampling
Insidental. Dalam hal ini peneliti memberikan kuesioner berdasarkan petunjuk
dari staf yang berada di KPP Pratama Maros yang bertugas dalam penanganan
wajib pajak dan dalam hal ini staf tersebut telah mengetahui kriteria wajib pajak
yang dijadikan responden.
-
41
3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Variabel Dependen
dan Variabel Independen. Variabel dependennya (Y) adalah Kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi, sedangkan variabel independen (X) diwakili oleh Sanksi
Perpajakan, Tingkat Pendapatan dan Kesadaran Wajib Pajak.
3.6.1 Variabel Dependen
Kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak
perpajakannya (Rahayu, 2010:138)
Kepatuhan wajib pajak menjadi aspek penting mengingat sistem
perpajakan Indonesia menganut self assessment system dimana dalam
prosesnya secara mutlak memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk
menghitung, membayar dan melaporkan kewajibannya.
3.6.2 Variabel Independen
1. Sanksi Perpajakan
Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada
orang yang melanggar peraturan. Peraturan atau Undang-Undang merupakan
rambu-rambu bagi seseorang untuk melakukan sesuatu mengenai apa yang
harus dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan. Sanksi diperlukan
agar peraturan atau Undang-Undang tidak dilanggar (Arum, 2012).
Sanksi dalam perpajakan menjadi penting karena pemerintah Indonesia
memilih menerapkan self assessment system dalam rangka pelaksanaan
pemungutan pajak. Pemerintah telah menyiapkan rambu-rambu yang diatur
dalam Undang-Undang Perpajakan yang berlaku agar pelaksanaan pemungutan
pajak dapat tertib dan sesuai dengan target yang diharapkan. Apabila kewajiban
perpajakan tidak dilaksanakan, maka ada konsekuensi hukum yang bisa terjadi
-
42
kerena pajak mengandung unsur pemaksaan. Konsekuensi tersebut adalah
pengenaan sanksi-sanksi perpajakan.
2. Tingkat Pendapatan
Pendapatan berasal dari kata dapat yang berarti berbuat sesuatu agar
menghasilkan sesuatu, artinya bahwa pendapatan merupakan hasil perolehan untuk
pencarian suatu pekerjaan sehingga memperoleh penghasilan. Adapun indikator
untuk mengukur tingkat pendapatan yaitu, tingkat pendapatan, tinggi rendahnya
pendapatan, dan penghasilan dikenakan pajak.
3. Kesadaran Wajib Pajak
Kesadaran wajib pajak adalah pengetahuan wajib pajak bahwa pe