tesisrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40367... · 2018. 7. 24. · vii kata...

197
ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN NON DISTRESS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAM INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA Tesis Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Master Ekonomi (M. E) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Magister Perbankan Syariah Diajukan oleh : Wahyudin Akhmad NIM : 21150850000004 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2018 M

Upload: others

Post on 13-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN NON DISTRESS PADA

    PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAM INDEKS SAHAM

    SYARIAH INDONESIA

    Tesis

    Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Master

    Ekonomi (M. E) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Program Studi Magister Perbankan Syariah

    Diajukan oleh :

    Wahyudin Akhmad

    NIM : 21150850000004

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1438 H/2018 M

  • 1

  • 2

  • iv

  • v

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    I. IDENTITAS PRIBADI

    1. Nama : Wahyudin Akhmad

    2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 2 April 1992

    3. Usia : 26 tahun

    4. Jenis kelamin : Laki-laki

    5. Alamat : Jl. Peta Selatan no. 61 RT 07/ RW 01

    Kalideres, Jakarta Barat.

    6. Telepon : 089634531026 / 082208221649

    7. E-mail : [email protected]

    8. Agama : Islam

    9. Kewarganegaraan : Indonesia

    10. Status : Menikah

    II. IDENTITAS ISTRI

    1. Nama Istri : Nurul Wahdah

    2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 30 Desember 1992

    3. Usia : 25 tahun

    4. Agama : Islam

    5. Jenis kelamin : Perempuan

    6. Pendidikan : S1-PGSD

    7. Pekerjaan : Guru

    III. IDENTITAS ANAK

    1. Nama Anak : Halwa Askanah Zhafirah

    2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 09 Oktober 2017

    3. Usia : 9 Bulan

    4. Agama : Islam

    5. Jenis kelamin : Perempuan

  • vi

    IV. PENDIDIKAN

    1. SDN 09 Jakarta Barat Tahun 1998-2004

    2. SMPN 204 Jakarta Barat Tahun 2004-2007

    3. SMAN 95 Jakarta Barat Tahun 2007-2010

    4. S1-Ekonomi (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Tahun 2010-2014

    5. S2-Ekonomi (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Tahun 2015-2018

    V. LATAR BELAKANG KELUARGA

    1. Ayah : Masripin

    2. Ibu : Siti Masuroh

    3. Alamat : Jl. Tanjung Pura IV no.60 RT 04/ RW 05

    Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat.

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah

    memberikan rahmat, nikmat, hidayah dan karunia-Nya kepada penulis,

    sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul “Analisis Financial

    Distress dan Non Distress Pada Perusahaan yang Terdaftar Dalam Indeks

    Saham Syariah Indonesia”. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada

    junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para

    sahabatnya. Penyusunan Tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat guna

    mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    Penulis menyadari bahwa sejak awal penyusunan hingga

    terselesaikannya Tesis ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi

    dukungan baik moril maupun materil. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini,

    secara khusus penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya

    kepada:

    1. Teristimewa untuk kedua orang tuaku, Ayahanda Masripin dan Ibunda

    Siti Masuroh. Terimakasih atas segala doa, kasih sayang, bantuan moril

    maupun materil, dan sudah mendidik penulis dari kecil sampai sekarang

    ini. Untuk Bapak yang selalu memberikan nasihat yang baik-baik kepada

    penulis dan Mamah yang selalu berdoa untuk anak-anaknya. Semoga

    Allah SWT selalu memberikan kesehatan, panjang umur dan dilancarkan

    segala usahanya kepada kedua orang tuaku.

    2. Untuk adik-adikku Abdul Manan, dan Umar Syarif. Terimakasih atas

    bantuan moril yang memotivasi. Terimakasih atas semua support yang

    telah diberikan kepada penulis.Untuk adikku Umar Syarif yang lucu,

    pintar dan nakal. Selalu membuat tersenyum penulis di sela-sela waktu

    pengerjaan tesis.

    3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

    dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

  • viii

    4. Dr. Herni Ali HT, SE, MM. Selaku Ketua Program Magister Perbankan

    Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    5. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM., selaku dosen pembimbing yang telah

    meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan

    penulisan tesis ini serta motivasinya yang begitu besar bagi penulis. Semoga

    beliau diberikan kesehatan, dilancarkan segala urusannya dan setiap ilmu

    yang Bapak berikan kepada penulis bisa bermanfaat untuk seterusnya. Amin.

    6. Untuk Nurul Wahdah “Istriku” yang selalu memotivasi, support, membantu

    baik moril dan doa kepada penulis. Terimakasih atas curahan waktu, tenaga,

    masukan dan sendau gurah serta canda tawa untuk penulis. Sehingga penulis

    dapat termotivasi untuk menyelesaikan tesis ini.

    7. Untuk Halwa Askanah Zhafirah “Anakku” yang selalu memberikan

    semangat, keceriaan, canda tawa dan motivasi yang lebih kepada penulis.

    Sehingga penulis dapat termotivasi untuk menyelesaikan tesis ini.

    8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmunya

    yang bermanfaat buat penulis. Serta para staff dan karyawan Fakultas

    Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan pelayanan yang terbaik bagi

    mahasiswa.

    9. Seluruh teman-teman Magister Perbankan Syariah Batch 3 yang selalu

    memotivasi penulis. Terimakasih untuk kebersamannya selama ini sejak

    memulai menimba ilmu di UIN.

    Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Hal ini

    dikarenakan terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh

    karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran, masukan dan kritik yang

    membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga penulisan

    tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak serta menambah wacana

    pemikiran bagi kita semua.

    Jakarta, 23 Mei 2018

    Penulis

    (Wahyudin Akhmad)

  • ix

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ..............................................................................

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN TESIS ........................................... ii

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN TESIS ........................................... iii

    SURAT PERNYATAAN KEASLIAN .................................................. iv

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................... v

    KATA PENGANTAR ........................................................................... viii

    DAFTAR ISI .......................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL .................................................................................. xiii

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiv

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xv

    ABSTRACT ............................................................................................ xvi

    ABSTRAK ............................................................................................. xvii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Penelitian .................................................... 1

    B. Identifikasi Masalah ........................................................... 12

    C. Batasan Masalah ................................................................. 12

    D. Rumusan Masalah ............................................................... 13

    E. Tujuan Penelitian ............................................................... 13

    F. Manfaat Penelitian ............................................................. 14

    BAB II KAJIAN TEORITIS

    A. Financial Distress

    1. Definisi Financial Distress ....................................... 16

    2. Penyebab dan Tanda-Tanda Terjadi Financial Distress ...19

  • x

    3. Cara Mengatasi dan Menghindari Financial Distress. ......22

    B. Laporan Keuangan

    1. Pengertian Laporan Keuangan .................................. 26

    2. Laporan Keuangan Syariah ...................................... 28

    a. Tujuan dalam Akuntansi Syariah ........................ 31

    b. Keterbatasan-Keterbatasan Laporan Keuangan ... 32

    3. Teknis Analisis Laporan Keuangan .......................... 33

    4. Tujuan Laporan Keuangan ....................................... 34

    5. Jenis Laporan Keuangan .......................................... 35

    6. Pemakai Laporan Keuangan ..................................... 36

    C. Analisis Laporan Keuangan .........................................................39

    1. Kegiatan Analisis Laporan Keuangan. .............................40

    2. Tujuan dan Manfat Analisis Laporan Keuangan ..............40

    D. Analisis Rasio Keuangan ..................................................... 41

    1. Cara Menganalisis Rasio Keuangan ......................... 43

    2. Keunggulan Analisis Rasio Keuangan ...................... 44

    3. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan .................... 45

    4. Rasio Likuiditas. .............................................................47

    a. Jenis-Jenis Rasio Likuiditas ................................ 50

    b. Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas.................. 53

    5. Rasio Solvabilitas ..................................................... 54

    a. Jenis-Jenis Rasio Solvabilitas.............................. 54

    b. Tujuan dan Manfaat Rasio Solvabilitas ............... 55

    6. Rasio Profitabilitas ................................................... 56

    a. Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas ............................ 57

    b. Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas ............. 59

    7. Rasio Aktivitas ...................................................... 59

    a. Jenis-Jenis Rasio Aktivitas .................................. 61

  • xi

    b. Tujuan dan Manfaat Rasio Aktivitas ................... 63

    8. Growth Ratio (Rasio Pertumbuhan).......................... 64

    a. Jenis-Jenis Rasio Pertumbuhan ........................... 65

    b. Tujuan dan Manfaat Rasio Pertumbuhan ............. 67

    E. Indeks Saham Syariah Indonesia ......................................... 67

    a. Perkembangan Produk Syariah di Pasar Modal

    Indonesia ………………………………………..67

    b. Fatwa DSN No. 40/DSN-MUI/X/2003…..………69

    F. Penelitian Terdahulu ........................................................... 75

    G. Hubungan Antar Variabel ................................................... 87

    H. Kerangka Pikir .................................................................... 87

    I. Hipotesis Penelitian ............................................................ 89

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Objek Penelitian.................................................................. 93

    1. Populasi Penelitian ................................................... 93

    2. Sampel Penelitian ..................................................... 94

    B. Jenis dan Sumber Data ........................................................ 94

    C. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 95

    D. Hasil Pengumpulan Objek Data .......................................... 95

    E. Variabel Operasional Penelitian .......................................... 97

    1. Dependent Variable ................................................. 97

    2. Independent Variabel ............................................... 97

    F. Teknik Analisis Data........................................................... 101

    1. Analisis Kuantitatif .................................................. 102

    2. Analisis Binary Logistic Regression ......................... 102

    BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

  • xii

    A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................... 107

    B. Hasil Analisis dan Pembahasan ........................................... 108

    1. Hasil Pehitungan Perusahaan.................................... 110

    2. Statistik Deskriptif .................................................. 122

    3. Uji Binary Logistic .................................................. 129

    4. Interpretasi Hasil Penelitian ..................................... 139

    BAB V PENUTUPAN

    A. Kesimpulan ......................................................................... 161

    B. Keterbatasan dan Saran ........................................................ 163

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 165

    LAMPIRAN .................................................................................. 169

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    No Keterangan Halaman

    2.1 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 81

    2.2 Hubungan Antar Variabel ................................................................. 87

    2.3 Kerangka Berpikir ............................................................................. 88

    3.1 Sampel Penelitian ................................................................................ 96

    3.2 Klasifikasi Jumalah Observasi............................................................ 97

    3.3 Operasional Variabel .......................................................................... 100

    4.1 Hasil Perhitungan Sektor Pertanian ................................................. 110

    4.2 Hasil Perhitungan Perusahaan Sektor Pertambangan....................... 113

    4.3 Hasil Perhitungan Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia….119

    4.4.a Statistik Deskriptif Kategori Distress .................................................. 122

    4.4.b Statistik Deskriptif Kategori Non Distress............................................126

    4.5 Case Proccesing Summary...................................................................... 130

    4.6 Dependent Variable Encoding................................................................ 130

    4.7 Classification Table................................................................................. 131

    4.8 Hosmer and Lemeshow Test................................................................... 132

    4.9 Block 0: Begining Block ......................................................................... 134

    4.10 Block 1: Method = Enter......................................................................... 134

    4.11 Omnibus Tests of Model Coefficients..................................................... 135

    4.12 Model Summary....................................................................................... 136

    4.13 Variabel in the Equation ........................................................................ 137

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    No Keterangan Halaman

    4.1 Grafik Perhitungan Perusahaan Sektor Pertanian ........................... 111

    4.2 Grafik Perhitungan Perusahaan Sektor Pertambangan.................... 114

    4.3 Grafik Perhitungan Perusahaan Industri Dasar dan Kimia ............. 120

  • xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    No Keterangan Halaman

    1 Hasil Perhitungan Sektor Pertanian ....................................................162

    2 Hasil Perhitungan Perusahaan Sektor Pertambangan .........................163

    3 Hasil Perhitungan Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia .......164

    4 Statistik Deskriptif Kategori Distress ....................................................167

    5 Statistik Deskriptif Kategori Non Distress ............................................167

    6 Case Proccesing Summary .....................................................................168

    7 Dependent Variable Encoding.................................................................168

    8 Classification Table .................................................................................168

    9 Hosmer and Lemeshow Test ....................................................................169

    10 Block 0: Begining Block ........................................................................169

    11 Block 1: Method = Enter ........................................................................170

    12 Omnibus Tests of Model Coefficients ....................................................170

    13 Model Summary .....................................................................................170

    14 Variabel in the Equation ........................................................................171

  • xvi

    ANALYSIS FINANCIAL DISTRESS AND NON DISTRESS AT THE

    COMPANIES REGISTERED IN INDONESIA ISLAMIC STOCK INDEX

    Wahyudin Akhmad

    ABSTRACT

    This research have a purpose to test if Financial ratios can predict

    significant financial distress situation on three companies sector is Agriculture,

    Mining and Chemicals Industry that listed in Indonesia Islamic Stock Indexs. The

    financial ratio wich used in this research there ten ratio is Current ratio, Quick

    ratio, Debt to Equity ratio, Debt ratio, Return on Equity ratio, Return on Assets

    ratio, Total Assets Turnover ratio, Fixed Assets Turnover ratio, Sales of Growth

    ratio, Net Income to Growth ratio.The Sampling method in this research is

    Purposive Sampling Method. Samples that have been gotten for this research are

    131 companies, 42 companies in non financial distress situation and 14 companies

    in financial distress situation. This study considered the cuantitative research.

    Types of data used is secondary data obtained from the Indonesian capital market

    directory and www.idx.co.id. The statistic method that used in this research is

    regression of binary logistic test. Financial ratios that have significant results and

    can be used to predict financial distress situation are Debt to Equity Ratio, Debt to

    Asset Ratio, ROE (Return on Equity) and ROA (Return on Assets) and Financial

    ratios that haven’t significant result are Current Ratio, Quick Ratio, Total Asset

    Turn Over Ratio, Fixed Asset Turn Over Ratio, Sales Growth Ratio and Net Income

    Growth Ratio.

    Key Words : Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio, Return on Equity, Return

    on Assets, Financial distress and Binary Logistic.

  • xvii

    ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN NON DISTRESS PADA

    PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAM INDEKS SAHAM SYARIAH

    INDONESIA

    Wahyudin Akhmad

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan terhadap

    kondisi financial distress pada perusahaan sektor pertanian, pertambangan dan

    sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar dalam Indeks Saham Syariah

    Indonesia. Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

    sepuluh rasio yaitu rasio lancar, rasio cepat, rasio hutang terhadap modal sendiri,

    rasio hutang terhadap total aktiva, rasio laba bersih terhadap modal sendiri, laba

    bersih terhadap total aktiva, total penjualan terhadap total aktiva, total penjualan

    terhadap total aktiva tetap , rasio pertumbuhan penjualan, rasio pertumbuhan laba

    bersih. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Sampel

    yang diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 131 perusahaan, 42 perusahaan

    merupakan perusahaan yang tidak mengalami kondisi financial distress dan 14

    perusahaan yang mengalami kondisi financial distress. Penelitian ini tergolong

    penelitian kuantitatif. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang

    diperoleh dari Indonesian capital market directory dan www.idx.co.id. Metode

    analisis yang digunakan adalah analisis regresi binary logistik. Rasio keuangan

    yang mempunyai pengaruh untuk memprediksi kondisi financial distress adalah

    Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio, ROE (Return on Equity) dan ROA

    (Return on Assets). Adapun rasio keuangan yang tidak memiliki pengaruh untuk

    memprediksi financial distress adalah Current Ratio, Quick Ratio, Total Asset Turn

    Over Ratio, Fixed Asset Turn Over Ratio, Sales Growth dan Net Income Growth.

    Kata Kunci : Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio, Return on Equity, Return

    on Assets, Financial distress dan Binary Logistic.

    http://www.idx.co.id/

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Penelitian

    Di tengah meningkatnya gejolak perekonomian dunia sebagai dampak krisis

    utang di Eropa dan permasalahan fiskal di AS, kinerja perekonomian domestic tetap

    kondusif, dengan laju pertumbuhan GDP mencapai 6,5% (yoy), dan dengan sumber

    pertumbuhan yang relative makin berimbang seiring meningkatnya peran ekspor dan

    investasi. Sementara itu inflasi tahun 2011 tercatat sebesar 3,79% (yoy) atau lebih

    rendah dari tahun sebelumnya (6,96%). Perkembangan tersebut tidak terlepas dari

    upaya Bank Indonesia dan pemerintah dalam mengendalikan pergerkan harga barang

    dan jasa secara umum. Bauran kebijakan moneter dan kebijakan makroprudensial

    yang telah ditempuh Bank Indonesia serta penguatan koordinasi dengan pemerintah

    telah dapat menjaga keseimbangan permintaan dan pasokan barang khususnya bahan

    pangan, serta memelihara stabilitas nilai tukar dan ekspektasi inflasi (Bank Indonesia:

    Laporan Perkembangan Perbankan Syariah 2011 : 1).

    Ekonomi global terus mengalami penurunan sejalan dengan dampak krisis di

    negara maju yang mulai dirasakan negara-negara emerging market. Selama periode

    laporan, ekonomi global tercatat tumbuh melambat menjadi 3,2 % lebih rendah dari

    tahun 2011 sebesar 3,9%. Memburuknya pertumbuhan ekonomi di negara maju

    terutama disebabkan oleh kinerja ekonomi negara-negara di kawasan Eropa yang

  • 2

    masih dihadapkan pada permasalahan utang, kontraksi fiskal, terbatasnya ruang

    kebijakan moneter, tingkat penganguran yang meningkat tajam, rapuhnya sektor

    keuangan, serta merosotnya kepercayaan pasar. seluruh problematika tersebut

    membentuk sebuah lingkaran permasalahan (vicious circle) yang menyebabkan

    pemulihan krisis Eropa berjalan lambat. Lesunya perekonomian di negara maju mulai

    berdampak pada melambatnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara emerging

    market. Pertumbuhan China dan India sebagai motor penggerak perekonomian di

    negara emerging market mengalami perlambatan terutama di pertengahan tahun 2012

    (Bank Indonesia: Laporan Perekonomian Indonesia 2012, hal:25).

    Menurut (Darmin Nasution, 2012:21) Sejak krisis 2008 dampak global

    dominan dirasakan melalui jalur keuangan, maka sejak tahun 2012 Indonesia mulai

    terkena imbasnya, baik melalui jalur pasar keuangan maupun jalur perdagangan.

    Dengan melambatnya ekonomi beberapa negara mitra dagang Indonesia, terutama

    China, serta merosotnya harga komoditas global, nilai ekspor Indonesia menunjukan

    penurunan terutama sejak pertengahan 2012. Namun, ditengah melambatnya kinerja

    ekspor, perekonomian domestic secara keseluruhan dapat tetap tumbuh tinggi karena

    kuatnya permintaan domestic. Dalam delapan tahun terakhir, perekonomian

    Indonesia dapat tumbuh tinggi stabil dengan tingat pertumbuhan rata-rata 6,0% per

    tahun. Kuatnya permintaan domestik ditopang oleh dua kekuatan structural. Pertama,

    struktur demografi yang menguntungkan karena kelompok masyarakat

    berpenghasilan menengah berada dalam fase sedang tumbuh. Kedua, kegiatan

  • 3

    konsumsi dan investasi dimungkinkan terus tumbuh karena lingkungan ekonomi

    makro dan sistem keuangan yang dapat dipertahankan kondusif.

    Namun keadaan sebaliknya terjadi pada ekonomi global terus mengalami

    penurunan sejalan dengan dampak krisis di negara maju yang mulai dirasakan negara-

    negara emerging market. Selama periode laporan, ekonomi global tercatat tumbuh

    melambat menjadi 3,2%, lebih rendah dari tahun 2011 sebesar 3,9%. Memburuknya

    pertumbuhan ekonomi di negara maju terutama sisebabkan oleh kinerja ekonomi

    negara-negara di kawasan Eropa yang masih dihadapka pada permasalahan utang,

    kontraksi fiskal, terbatasnya ruang kebijakan moneter, tingkat pengangguran yang

    meningkat tajam, rapuhnya sektor keuangan, serta merosotnya kepercayaan pasar.

    Seluruh problematika tersebut membentuk sebuah lingkaran permasalahan (vicious

    circle) yang menyebabkan pemulihan krisis Eropa berjalan lambat. Lesunya

    perekonomian di negara maju mulai berdampak pada melambatnya pertumbuhan

    ekonomi di negara-negara emerging market. Pertumbuhan ekonomi China dan India

    sebagai motor penggerak perekonomian di negara emerging market mengalami

    perlambatan terutama di pertengahan tahun 2012 (Bank Indonesia: Laporan

    Perekonomian 2012).

    Dalam era perekonomian yang sangat maju pesat seperti sekarang ini, di mana

    persaingan bisnis yang turbulen sangat di rasakan oleh semua sektor usaha. Baik

    dinegara maju maupun negara berkembang sektor perekonomian sangat memegang

    peran penting dalam keberlangsungan suatu negara. Dalam menghadapi kodisi seperti

  • 4

    ini setiap sektor usaha dituntut untuk melakukan inovasi, efisiensi dan efektivitas

    dalam menjalankan operasional perusahaan. Selain hal tersebut perusahaan harus

    mampu mengatur keuangan dengan baik agar terciptanya keberlangsungan bisnis

    tanpa adanya kendala dalam hal likuiditas perusahaan.

    Perusahaan yang tidak melakukan manajemen dengan baik akan menemui

    kesulitan-kesulitan dalam melakukan kegiatan operasionalnya, dan berujung pada

    rentan mengalami financial distress. Hal ini tentu diakibat dari sulitnya mewujudkan

    kinerja keuangan perusahaan yang baik dan stabil. Kinerja perusahaan yang kurang

    baik akan menyebabkan sulitnya perusahaan dalam mencapai dan mempertahankan

    laba perusahaan, bahkan jika keadaan buruknya kinerja keuangan perusahaan terjadi

    secara terus menerus dalam beberapa periode tertentu maka bukan tidak mungkin

    perusahaan akan mengalami kerugian. Kerugian yang terjadi secara terus menerus

    akan mengancam keberlangsungan operasional suatu perusahaan. Menurut

    Prawironegoro (2009:311) financial distress atau kegagalan ialah ketidak mampuan

    mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Dalam dunia bisnis sasaran itu berupa

    penjualan, laba kotor, laba operasi, laba bersih, pendapatan bersih per saham, dan

    sebagainya. Kegagalan yang terus menerus dapat meruntuhkan organisasi bisnis, jika

    kegagalan itu tidak cepat diatasi.

    Apabila kondisi finansial ini diketahui, maka sebaiknya dapat dilakukan

    tindakan alternatif untuk memperbaiki situasi tersebut sehingga perusahaan tidak

    masuk pada kondisi finansial yang semakin sulit agar dapat terhindar dari

  • 5

    kebangkrutan atau likuidasi. Kondisi financial distress ini terjadi sebelum adanya

    kebangkrutan serta memicu kondisi keuangan perusahaan yang semakin memburuk,

    jika manajemen perusahaan berhasil mengambil keputusan yang tepat dalam

    menghadapi kondisi seperti ini maka dapat beranjak meninggalkan situasi ini dan

    perusahaan akan tetap survive, dapat mencapai kinerja perusahaan yang positif yang

    memungkinkan perusahaan dalam meraih keuntungan dan tidak mengalami kondisi

    financial distress dan sebaliknya jika manajemen perusahaan salah dalam mengambil

    kebijakan dalam menghadapi situasi ini maka dapat terjadi kemungkinan perusahaan

    akan terjerumus dalam kondisi keuangan yang sulit dan akan mengalami kondisi

    financial distress.

    Proses pemulihan perekonomian Global sudah mulai dirasakan pada akhir

    tahun 2012, walaupun dibeberapa bagian dunia masih ada yang justru baru memasuki

    krisis keuangan dan perekonomian. Namun secara umum arah perkembangan

    perekonomian pada tahun 2013 diprakirakan akan lebih baik dari pada tahun 2012.

    Terlebih untuk kinerja perekonomian Indonesia dengan tingkat konsumsi domestic

    relative tinggi dan kelas menengah yang meningkat serta ditunjang oleh kondisi

    makro ekonomi yang relative terjaga dengan baik, merupakan beberapa faktor

    penyebab perekonomian nasional tidak terlalu terpengaruh oleh krisis perekonomian

    global. (Bank Indonesia: Laporan Perkembangan Perbankan Syariah 2012).

    Perekonomian dengan menggunakan sistem syariah di Indonesia dalam dua

    dasawarsa terakhir menunjukan perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan

  • 6

    tersebut selain karena semakin meningkatnya kesadaran umat islam Indonesia untuk

    menetapkan ajaran agamanya dalam bidang ekonomi, juga disebabkan semakin

    meluasnya kesadaran masyarakat tentang kelemahan dari sistem ekonomi kapitalis,

    karena semakin menunjukan ketidak adilan dan kesenjangan yang semakin lebar

    (Supyadillah, 2013:1).

    Menurut Presiden Indonesia Saudi Arabia Business Council (ISABC)

    Muhamad Hasan Gaido menegaskan Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim

    Terbesar di dunia, sudah semestinya menjadi sentral kegiatan ekonomi syariah.

    Karena itu pihaknya terus mendorong pemerintah untuk mewujudkan Indonesia

    sebagai pusat ekonomi syariah di dunia. Jangan sampai negeri ini hanya dijadikan

    sebagai pasar dari kegiatan ekonomi syariah dunia. Kita harus rebut pangsa pasar

    syariah dengan terus mendorong pemerintah dan swasta untuk mewujudkan sebagai

    sentral ekonomi syariah di berbagai sector, kata Hasan Gaido saat pertemuan

    Silaturahmi dan Rapat Pleno Pengurus ISABC di Hotel d‟Arcici Jakarta, Senin

    (17/7). Menurutnya, Indonesia yang berpenduduk 270 juta jiwa, di mana 87 persen

    adalah Muslim, merupakan market yang besar. Karena itu pihaknya tengah

    merancang langkah-langkah apa saja yang akan dilakukan dalam mewujudkan hal

    tersebut. Di antaranya adalah melakukan koresponden dan manggandeng pihak-pihak

    terkait seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), Kementrian Perdagangan,

    Kementerian Perdagangan, Kementerian Pariwisata, Kamar Dagang dan Industri

    (Kadin), dan yang lainnya. “kita akan sosialisasikan terus bahwa Indonesia sangat

  • 7

    berpotensi menjadi sentral ekonomi syariah. Mulai dari kegiatan usaha perhotelan

    berkonsep syariah, restoran halal, perbankan syariah termasuk kegiatan ekspor dan

    impor yang dilandasi prinsip-prinsip syariah,” ujar Ketua Bilateral Kadin Komite

    Tetap Timur Tengan itu (www.republika.co.id).

    Faktor biaya merupakan salah satu penentu kestabilan, perkembangan dan

    kontinuitas perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Dampak dari

    kondisi ekonomi yang kurang stabil seperti ini memicu terhambatnya pertumbuhan

    ekonomi. Dalam hal ini apabila harga rupiah terdepresiasi terhadap USD yang

    merupakan hard currency sebagai patokan perdagangan internasional, maka

    menyebabkan harga bahan baku yang di import dari luar negri akan mengalami

    kenaikan harga dan membuat barang dan jasa yang di export keluar negri akan

    mengalami penurunan harga dan akan menjadi lebih murah dari sebelumnya. Jika

    harga bahan baku mengalami kenaikan maka akan menyebabkan biaya produksi

    suatu perusahaan akan mengalami kenaikan yang akan membebankan keuangan

    perusahaan. Keadaan seperti ini kurang mendukung bagi perkembangan industri

    terutama industri non keuangan, dimana manajemen keuangan dituntut mengambil

    kebijakan-kebijakan yang tepat dalam menghadapi iklim ekonomi seperti ini agar

    kinerja keuangan perusahaan tetap baik. Dalam Brigham dan Houston (2009:94)

    menyatakan bahwa jika manajemen ingin memaksimalkan nilai perusahaan, mereka

    harus mengambil keuntungan dari kekuatan-kekuatan perusahaan dan memperbaiki

    kelemahan-kelemahannya. Analisis laporan keuangan akan melibatkan (1)

  • 8

    membandingkan kinerja perusahaan dengan kinerja dari perusahaan-perusahaan lain

    dalam industri yang sama dan (2) mengevaluasi tren posisi keuangan perusahaan dari

    waktu ke waktu studi-studi ini akan membantu manajemen mengidentifikasi berbagai

    kekurangan yang mereka miliki dan kemudian mengambil tindakan untuk

    meningkatkan kinerjanya.

    Berdasarkan hal tersebut setiap perusahaan harus memiliki manajemen yang

    handal dalam pengelolaan perusahaan. Dimana keberhasilan operasi dan

    kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang tergantung dari keputusan

    manajemen perusahaan. manajemen yang ada harus melakukan penilaian terhadap

    kinerja keuangan perperiode dan melakukan evaluasi untuk menilai atas naik

    turunnya kinerja keuangan perusahaan manajemen perusahaan harus mampu

    meningkatkan kinerja keuangan, karena hal ini berdampak pada keberlangsungan

    suatu perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

    Menurut Moeljadi (2006:10) tujuan manajemen keuangan sebenarnya

    tercermin dari kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh manajemen keuangan. Dalam

    hal ini kegiatan manajemen keuangan terbatas pada kegiatan terhadap pengelolaan

    keuangan perusahaan yang meliputi perencanaan sumber keuangan (pembelanjaan),

    perencanaan alokasi keuangan (investasi), serta penentuan struktur aktiva (kekayaan),

    keuangan, dan modal perusahaan. Dengan demikian maka tugas pokok manajemen

    keuangan adalah merencanakan perolehan dan penggunaan dana tersebut untuk

    memaksimalkan nilai perusahaan. Adapun fungsi pembuatan keputusan dari

  • 9

    manajemen keuangan dapat dibagi menjadi tiga area utama, yaitu keputusan investasi

    atau penggunaan dana, keputusan pendanaan atau mendapatkan dana, dan keputusan

    manajemen aktiva, termasuk mengatur pembagian keuntungan.

    Manajer keuangan harus mampu mengambil tiga keputusan tersebut secara

    efektif dan efisien. Efektif dalam keputusan investasi akan tercermin dalam

    pencapaian tingkat keuntungan yang optimal. Efisien dalam pembiayaan investasi

    akan tercermin dalam perolehan dana dengan biaya minimum. Sedangkan kebijakan

    dividen yang optimal akan tercermin dalam peningkatan kemakmuran pemilik

    perusahaan. ketiga keputusan tersebut secara simultan akan turut menyumbangkan

    pencapaian tujuan perusahaan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional.

    Persaingan bagi perusahaan dapat berpengaruh positif yaitu dorongan untuk

    selalu meningkatkan mutu produk yang dihasilkan, akan tetapi persaingan juga

    menimbulkan dampak negatif bagi perusahaan, yaitu produk mereka akan tergusur

    dari pasar apabila perusahaan gagal meningkatkan kualitas produk-produk yang

    dihasilkan, tentu dengan menggunakan biaya yang seefisien mungkin. Moeljadi

    (2006:65) menjelaskan, dalam manajemen keuangan harus ada perencanaan dan

    peramalan keuangan untuk memfungsikan dana secara efektif dan efisien. Hal itu

    dilakukan untuk mencegah kerugian dalam perusahaan. Dalam menghadapi dampak

    krisis global ini, dimana harga bahan baku yang semakin meningkat perusahaan harus

    melakukan efisiensi biaya produksi tanpa menurunkan kualitas produk agar mampu

    bersaing secara harga oleh produk –produk lain.

  • 10

    Analisis terhadap laporan keuangan dapat memberikan pandangan yang lebih

    baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan. Perusahaan dapat

    menganalisis laporan keuangan dengan membandingkan rasio-rasio keuangannya

    selama beberapa tahun untuk mengetahui bagaimana perkembangan kinerja

    perusahaan dari tahun ke tahun. Pada umumnya analisis rasio dijadikan tolak ukur

    kinerja keuangan perusahaan oleh pengguna laporan keuangan perusahaan, Selain

    itu, dengan melakukan analisis terhadap rasio keuangan pihak manajemen dapat

    mengambil tindakan dan kebijakan yang tepat demi kelangsungan perusahaannya.

    Menurut Margaretha (2014:11) rasio adalah perbandingan unsur-unsur/ elemen-

    elemen atau pos-pos dari laporan keuangan. Pihak-pihak yang berkepentingan dengan

    analisis keuangan adalah manajer, analis kredit, dan analis sekuritas.

    Banyak manfaat yang didapat dari analisis rasio, menurut Harahap (2013:298)

    analisis rasio ini memiliki keunggulan dibanding teknik analisis lainnya. Keunggulan

    tersebut adalah :

    1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah

    dibaca dan ditafsirkan.

    2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan

    laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

    3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

    4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan

    keputusan dan model prediksi (Z-score).

  • 11

    5. Menstandarisir size perusahaan.

    6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau

    melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau ”time series”.

    7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa

    yang akan datang.

    Mengingat pentingnya analisa rasio Likuiditas, rasio Solvabilitas, rasio

    Rentabilitas, rasio Aktivitas dan rasio Pertumbuhan tersebut bagi pihak-pihak yang

    berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun perkembangan perusahaan yang

    telah diuraikan sebelumnya, maka judul tesis yang disusun penulis adalah :

    ” ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN NON DISTRESS PADA

    PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAM INDEKS SAHAM SYARIAH

    INDONESIA”.

  • 12

    B. Identifikasi Masalah

    a. Banyaknya perusahaan yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah

    Indonesia yang mengalami financial distress.

    b. Beberapa sektor usaha pada Indeks Saham Syariah Indonesia memiliki

    kinerja keuangan yang tidak optimal.

    c. Banyaknya perusahaan yang memiliki kesulitan dalam menciptakan laba

    bersih yang optimal.

    d. Rata-rata perusahaan yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia

    sulit menciptakan pertumbuhan penjualan dan laba bersih dari tahun

    sebelumnya.

    C. Batasan Masalah

    Berkaitan dengan luasnya pembahasan yang akan dilakukan dalam penelitian

    meliputi analisis kuantitatif laporan keuangan pada perusahaan yang terdaftar pada

    Indeks Saham Syariah Indonesia dengan mengukur tingkat kesehatan keuangan

    perusahaan dengan melihat pendapatan atau laba yang diperoleh selama tahun

    penelitian. Dengan menggunakan rasio-rasio keuangan sebagai variabel dependent

    yang di analisis menggunakan metode regresi binary logistic.

    Adapun periode yang diteliti adalah tahun 2012 sampai dengan tahun 2015

    dengan melihat laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Indeks Saham Syariah

  • 13

    Indonesia, meliputi laporan neraca keuangan, laporan laba rugi dan laporan tahunan

    perusahaan yang terpublikasi (Annual Report).

    D. Rumusan Masalah

    Dari pembatasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

    adalah:

    a. Apa penyebab terjadinya financial distress pada perusahaan yang terdaftar

    pada Indeks Saham Syariah Indonesia?

    b. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan yang terdaftar di Indeks Saham

    syariah Indonesia?

    c. Apakah rasio keuangan berpengaruh terhadap financial distress pada

    perusahaan di Indeks Saham Syariah Indonesia?

    d. Apakah perusahaan yang terdaftar dapat meningkatkan pertumbuhan

    penjualan dan menciptakan pertumbuhan laba bersih?

    E. Tujuan Penelitian

    a. Menganalisa penyebab terjadinya financial distress pada perusahaan yang

    terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia.

    b. Menganalisa kinerja keuangan pada sektor pertanian, pertambangan dan

    sektor industri dasar dan kimia.

  • 14

    c. Menghitung dan menganalisa rasio-rasio keuangan pada perusahaan yang

    terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia.

    d. Menganalisa pertumbuhan penjualan dan laba bersih perusahaan dengan

    menilai rasio pertumbuhan perusahaan.

    F. Manfaat Penelitian

    Manfaat dari penelitian ini adalah :

    1. Manfaat Teoritis

    Hasil penelitian analisis rasio rasio Keuangan untuk memperediksi kondisi

    financial distress pada Perusahaan yang berada di Indeks Saham Syariah

    Indonesia digunakan untuk memperdalam pengetahuan dibidang

    manajemen keuangan khususnya menganalisa terjadinya kondisi financial

    distress pada perusahaan.

    2. Manfaat Praktis

    Bagi pihak manajemen, dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai

    bahan masukan dalam mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan.

    3. Bagi Penulis

    Dengan adanya penelitian ini dapat menambah wawasan dan

    memperdalam pengetahuan dibidang manajemen keuangan, serta

    mengimplementasikan konsep dan teori dalam praktek yang sebenarnya,

  • 15

    khususnya mengenai konsep rasio likuiditas, Leverage, rentabilitas,

    aktivitas dan pertumbuhan.

    4. Bagi Perusahaan

    Hasil penelitian ini dapat menjadi alternatif pengukuran kinerja

    perusahaan atau masukan pemikiran kepada perusahaan di bidang

    perbankan, terutama bagi Perusahaan yang berada di Indeks Saham

    Syariah Indonesia agar lebih dapat memaksimalkan kinerja keungannya

    pada situasi ekonomi yang kurang baik atau tidak stabil agar dapat

    terhindar dari kondisi financial distress melalui analisis rasio Likuiditas,

    rasio Leverage, rasio Rentabilitas, rasio Aktivitas, dan Rasio

    Pertumbuhan.

    5. Bagi Investor, calon investor dan masyarakat

    Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai kinerja keuangan

    perusahaan yang akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan pengambilan

    keputusan dalam penanaman modal.

  • 16

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Financial Distress

    1. Definisi Financial Distress

    Menurut Rodoni dan Ali (2010:171) financial distress pada dasarnya sukar

    untuk didefinisikan secara tepat. Hal ini disebabkan oleh bermacam-macam kejadian

    kejatuhan perusahaan pada saat financial distress. Peristiwa kejatuhan perusahaan

    yang disebabkan financial distress hampir tidak ada akhirnya, seperti berikut ini :

    terjadinya pengurangan deviden, penutupan perusahaan, kerugian-kerugian,

    pemecatan, pengunduran diri direksi dan jatuhnya harga saham.

    Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan. Tidak ada istilah yang tepat

    mengenai financial distress dari studi-studi yang ada sebelumnya. Setiap studi

    mengambil masing-masing definisinya sendiri. Dalam penelitian terdahulu dalam

    Rodoni dan Ali (2010:171) financial distress dapat diartikan sebagai berikut :

    a. Jika beberapa tahun perusahaan mengalami laba bersih operasi (net operating

    income) negatif, digunakan oleh Holfer (1980) dan Whitaker (1999).

    b. Adanya pemberhentian tenaga kerja atau menghilangkan pembayaran

    deviden, digunakan oleh Lau (1987) dan Hill, et al. (1996).

    c. Arus kas hasil operasi perusahaan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban

    perusahaan, digunakan oleh Karen Wruck (1990).

  • 17

    d. Rendahnya Interest Coverage Ratio, atau EBITDA negatif, digunakan oleh

    Asquith, et.al.(1991) dan pindando, et al. (2006).

    e. Perubahan harga ekuitas atau EBIT negatif, digunakan oleh Jhon, et.al (1992)

    dalam platt (2004).

    f. Stock-based insolvency yaitu kekayaan bersih negatif dan nilai asset kurang

    dari nilai hutang dan flow-based insolvency yaitu arus kas yang berjalan tidak

    cukup untuk memenuhi kewajiban, digunakan oleh Altman (1993).

    g. Adanya arus kas yang lebih kecil dari hutang jangka panjang saat ini

    digunakan oleh Whitaker (1999).

    h. Perusahaan diberhentikan operasinya atas wewenang pemerintah dan

    perusahaan tersebut dipersyaratkan untuk melakukan perencanaan

    restrukturisasi, digunakan oleh Tirapat dan Nittayagasetwat (1999).

    i. Negatif EBITDA Interest Coverage, Negatif EBIT, Negatif Net Income

    digunakan oleh Platt (2004).

    j. Beberapa tahun mengalami laba bersih operasi (Net Operating Income

    Negatif) dan selama lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran

    deviden, digunakan oleh Almilia dan Kristijadi (2003).

    k. Perusahaan mengalami delisted akibat laba bersih dan nilai buku ekuitas

    negatif berturut-turut, serta perusahaan tersebut telah dimerger, digunakan

    oleh Almilia (2004).

    l. Perusahaan yang selama dua tahun berturut-turut mengalami laba bersih (net

    income) negatif dan nilai buku ekuitas negatif, digunakan oleh Almilia (2006).

  • 18

    Adapun definisi-definisi lain dari financial distress atau kegagalan keuangan

    yang diderita oleh perusahaan dikemukakan oleh beberapa sumber sebagai berikut:

    Menurut Luciana (2006) suatu perusahaan yang dikategorikan mengalami

    financial distress adalah jika perusahaan tersebut mengalami laba operasi negatif

    selama dua tahun berturut-turut. Perusahaan yang mengalami laba operasi selama

    lebih dari setahun menunjukan telah terjadi tahap penurunan kondisi keuangan suatu

    perusahaan. Jika tidak ada tindakan perbaikan yang dilakukan manajemen perusahaan

    maka perusahaan dapat mengalami kebangkrutan.

    Menurut Prawironegoro (2009:311) financial distress atau kegagalan ialah

    ketidak mampuan mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Dalam dunia bisnis

    sasaran itu berupa penjualan, laba kotor, laba operasi, laba bersih, pendapatan bersih

    per saham, dan sebagainya. Kegagalan yang terus menerus dapat meruntuhkan

    organisasi bisnis, jika kegagalan itu tidak cepat diatasi.

    Didalam Martin, Keown, Petty dan Scott (1995:376) istilah kegagalan

    (failure) digunakan dalam berbagai macam konteks. Kegagalan ekonomi (economic

    failure) berarti biaya yang ditanggung suatu perusahaan melebihi pendapatannya.

    Definisi lainnya, tingkat hasil investasi (return of investment- ROI) internal lebih

    kecil dari biaya modal (cost of capital) perusahaan.

  • 19

    2. Penyebab dan Tanda-Tanda Terjadinya Financial Distress

    Menurut Brigham dan Houston (2001:33) ancaman kebangkrutan bukan

    hanya kebangkrutan itu sendiri, tetapi juga berbagai masalah yang ditimbulkannya,

    seperti karyawan penting keluar, pemasok menolak memberikan kredit, pelanggan

    mencari perusahaan lain yang lebih stabil, dan pemberi pinjaman meminta suku

    bunga yang lebih tinggi serta menetapkan syarat-syarat yang lebih ketat dari pada

    kontrak pinjaman.

    Menurut Siegel dan Shim (2003:370) menyatakan bahwa banyak faktor

    kuantitatif digunakan dalam meramalkan kegagalan perusahaan termasuk:

    a. Rasio arus kas terhadap utang total yang rendah.

    b. Rasio utang terhadap ekuitas dan utang terhadap aktiva total yang tinggi.

    c. Laba atas investasi yang rendah.

    d. Margin laba rendah.

    e. Rasio laba ditahan terhadap aktiva total rendah.

    f. Rasio modal kerja terhadap aktiva total dan modal kerja terhadap aktiva total

    dan modal kerja terhadap penjualan yang rendah.

    g. Rasio aktiva tetap terhadap utang jangka panjang rendah.

    h. Rasio peliputan bunga tidak mencukupi.

    i. Penghasilan tidak mantap.

    j. Besaran perusahaan kecil diukur dengan penjualan dan/atau aktiva total.

    k. Penurunan tajam dalam harga saham, harga obligasi dan penghasilan.

  • 20

    l. Penambahan berarti dalam Beta (Beta adalah variabilitas dalam harga saham

    perusahaan dibandingkan dengan indeks pasar).

    m. Kesenjangan besar antara harga pasar perrsaham dan harga buku per saham.

    n. Pengurangan dalam pembayaran deviden.

    o. Kenaikan berarti dalam biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan.

    p. Biaya tetap terhadap struktur biaya total tinggi (juga dinamakan leverage

    operasi tinggi).

    q. Gagal mempertahankan aktiva modal (misalnya, penurunan dalam rasio

    perbaikan terhadap aktiva tetap).

    Menurut Siegel dan Shim (2003:372) menyatakan bahwa faktor-faktor

    kualitatif yang meramalkan kegagalan, antara lain:

    a. Sistem pelaporan keuangan buruk dan tidak mampu mengendalikan biaya.

    b. Perusahaan masih baru.

    c. Industy menurun.

    d. Tingkat persaingan tinggi.

    e. Tidak mampu mendapatkan pendanaan yang mencukupi dan pembatasan

    pinjaman yang ketat atas pendanaan apa pun yang diperoleh.

    f. Tidak mampu memenuhi kewajiban yang sudah jatuh tempo.

    g. Manajemen buruk.

    h. Berusaha dalam bidang-bidang yang tidak dikuasai manajemen.

  • 21

    i. Perusahaan gagal untuk selalu memutakhirkan diri, khususnya dalam bidang

    yang berorientasikan teknologi.

    j. Risiko bisnis tinggi, seperti korelasi positif dalam jalur produk, berarti bahwa

    permintaan akan semua produk perusahaan sama-sama bergerak naik atau

    turun, atau rentan terhadap pemogokan.

    k. Peliputan asuransi tidak memadai.

    l. Tindakan penjualan (misalnya, tidak menyatakan persediaan sebenarnya

    dengan tujuan menghindari kebangkrutan).

    m. Operasi bisnis berdaur.

    n. Tidak mampu menyesuaikan produksi untuk memenuhi kebutuhankonsumsi.

    o. Rentan terhadap peraturan pemerintah yang ketat (misalnya, undang-undang

    pengendali sewa yang berdampak pada pemilik gedung).

    p. Rentan terhadap kekurangan energi.

    q. Rentan terhadap pemasok yang tidak dapat diandalkan.

    r. Perjanjian utang dan/atau sewa yang dinegosiasi kembali.

    s. Sistem akuntansi dan laporan keuangan yang tidak sempurna.

    Menurut Prawironegoro (2009:312) menyatakan bahwa kegagalan belum

    merupakan kehancuran suatu organisasi bisnis. Kegagalan hanya ketidak mampuan

    mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Pada umumnya suatu organisasi bisnis gagal

    karena:

    a. Kemampuan manajerial yang buruk; manajemen tidak mampu memimpin dan

    memotivasi karyawan bekerja sesuai dengan program kerja yang ditetapkan;

  • 22

    harga saham rendah dan hutang tinggi; rasio harga saham terhadap nilai utang

    rendah (market value to book value of debt rendah).

    b. Ketidak mampuan mengelola pasar, sehingga pangsa pasarnya sempit;

    perputaran hartanya lambat (assets turn over rendah).

    c. Ketidak mampuan mengelola proses produksi; produk banyak gagal

    (rusak,cacat), biaya produksinya tinggi, beban pemasaran tinggi, dan beban

    administrasi tinggi, sehingga laba operasi terhadap total harta rendah

    (operating profit to total assets rendah).

    d. Ketidak mampuan mengelola keuangan, sehingga kekurangan modal kerja;

    rasio modal kerja terhadap total harta kecil (working capital to total assets

    ratio kecil).

    e. Ketidak mampuan menyediakan laba ditahan, sehingga rasio laba ditahan,

    sehingga rasio laba ditahan terhadap total harta kecil (retained earning to total

    assets ratio kecil); perusahaan tidak mampu memenuhi kebutuhan modal

    kerja dan tidak mampu mengadakan perluasan usaha.

    3. Cara Mengatasi dan Menghindari Financial Distress

    Menurut Rodoni dan Ali (2010:174) financial distress pada perusahaan dapat

    diatasi dengan beberapa cara yaitu :

    a. Berhubungan dengan aset perusahaan yaitu dengan menjual aset-aset utama,

    melakukan merger dengan perusahaan lain, menurunkan pengeluaran dan

    pengembangan.

  • 23

    b. Berhubungan dengan restrukturisasi keuangan yaitu dengan menerbitkan

    sekuritas baru, mengadakan negoisasi dengan bank dan kreditor, dan bankrut.

    Financial distress dapat melibatkan restrukturisasi aset ataupun restrukturisasi

    keuangan.

    Menurut Siegel dan Shim (2003:373) perusahaan mempunyai banyak cara

    keuangan dan kuantitatif untuk meminimalkan potensi kegagalan. Masalah likuiditas

    dan keadaan solvabel dapat diperkecil dengan:

    a. Menghindari utang yang berat. Bila utang berlebihan, danailah dengan

    ekuitas.

    b. Membubarkan divisi dan jalur produk yang merugi.

    c. Mengelola aset agar memberi hasil maksimal dan risiko minimal.

    d. Memperpanjang tanggal-tanggal jatuh tempo utang dan membuat tanggal-

    tanggal itu jatuh bergiliran.

    e. Menggunakan teknik kuantitatif seperti analisis regresi multipel untuk

    menghitung korelasi (hubungan) antara variabel dan kemungkinan terjadi

    kegagalan bisnis.

    f. Pastikan ada penyangga keamanan antara status aktual dan persyaratan yang

    harus ditaati (misalnya, modal kerja) sehubungan dengan perjanjian pinjaman.

    g. Usahakan adanya korelasi negatif antara produk dan investasi.

    h. Menurunkan pembayaran deviden.

  • 24

    Faktor-faktor bukan keuangan yang meminimalkan potensi kegagalan

    mencakup:

    a. Diversifikasi vertikal dan horizontal jalur produk dan operasi.

    b. Mendanai aset dengan utang yang jatuh tempo serupa (ihedging).

    c. Berdiversifikasi secara geografis.

    d. Mempunyai asuransi yang mencukupi.

    e. Memperkuat usaha pemasaran.

    f. Memulai program pengurangan biaya.

    g. Meningkatkan produktivitas (misalnya, menggunakan analisis ragam yang

    terinci dan tepat waktu).

    h. Meminimalkan pengaruh buruk dari inflasi dan resesi terhadap entitas

    (misalnya, harga berdasarkan masuk belakangan, keluar pertama).

    i. Berinvestasi dalam aset serba guna daripada yang berguna tunggal, karena

    risikonya lebih rendah.

    j. Hindari memasuki industri yang mempunyai tingkat kegagalan tinggi dalam

    sejarahnya.

    k. Mempunyai banyak proyek daripada hanya beberapa saja, yang sangat

    mempengaruhi operasi.

    l. Memperkenalkan jalur produk yang hanya sedikit terpengaruh oleh siklus

    bisnis dan mempunyai permintaan mantap.

    m. Hindari berpindah dari bisnis padat karya ke bisnis padat modal, karena yang

    tersebut terakhir mempunyai leverage operasi tinggi.

  • 25

    n. Hindari kontrak biaya tetap jangka panjang dengan pelanggan, sebaliknya

    masukan klausul-klausul penyesuaian inflasi dan indeks biaya energi dalam

    kontrak.

    o. Hindari pasar yang sedang menurun atau sudah sangat tinggi persaingannya.

    p. Sesuaikan diri dengan perubahan teknologi.

    Menurut Prawironegoro (2009:312) menyatakan bahwa teknik mengatasi

    kegagalan sebagai berikut:

    a. Segera mengganti tim manajemen yang kurang profesional supaya mampu

    menaikkan harga pasar saham (harga pasar saham biasa) dan mengefektifkan

    pengoperasian harta.

    b. Meningkatkan daya saing dengan jalan: (1) sumber daya manusia memiliki

    kemampuan yang memadai, (2) modal kerja cukup, (3) metode kerja tepat,

    agar dapat meluaskan pangsa pasar dan dapat meningkatkan perputaran harta

    atau asset turn over.

    c. Mengadakan rekayasa proses bisnis agar dapat mengurangi beban terhadap

    pendapatan sehingga laba operasi dapat meningkat, atau mengadakan

    penghematan biaya secara menyeluruh.

    d. Bergabung dengan organisasi lain (merger) yang lebih kuat.

    e. Minta perlindungan pemerintah (proteksi pemerintah). Pemerintah harus

    melindungi dan membantu menyelamatkan perusahaan yang gagal dan

    cenderung bangkrut dengan alasan agar tidak terjadi pengangguran (pemasok

    dan buruh tidak bekerja).

  • 26

    f. Mengadakan pendekatan kepada kreditur agar bersedia memperpanjang

    kreditnya dan menunda atau memperkecil pembayaran hutang dan bunga.

    Manajemen harus mampu meyakinkan kreditur bahwa bisnisnya masih

    mempunyai prospek baik dana pinjaman itu benar-benar digunakan sesuai

    dengan perjanjian.

    g. Dapat mengadakan diskusi dengan kreditur dan investor tentang cara-cara

    mengadakan penghematan biaya, khususnya biaya overhead pabrik, biaya

    pemasaran, dan biaya administrasi kantor pusat. Dengan mengadakan

    penghematan biaya, memungkinkan perusahaan dapat memperoleh laba.

    h. Pada prinsipnya untuk menghindari kebangkrutan, harus diadakan

    musyawarah yang saling menguntungkan antara dibitur dan kreditur.

    B. Laporan Keuangan

    1. Pengertian Laporan Keuangan

    Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh

    informasi perihal keuangan suatu perusahaan, yang pada umumnya digunakan oleh

    pihak-pihak tertentu yang berkepentingan terhadap perusahaan atau laporan keuangan

    perusahaan tersebut untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan. Laporan

    keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi pengguna dalam proses

    pengambilan keputusan di masa yang akan datang.

    Adapun teori-teori yang mengemukakan definisi tentang laporan keuangan yaitu:

  • 27

    1. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) (2004 : 2), dalam Standar Akuntansi

    Keuangan menyebutkan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari

    proses pelaporan keuangan, yang meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan

    perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan

    yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

    2. Harahap (2013:105) laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan

    hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.

    Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah neraca atau laporan

    laba/rugi, atau hasil usaha, laporan arus kas, laporan perubahan posisi

    keuangan.

    3. Fraser dan Ormiston (2008:8) laporan keuangan merupakan suatu laporan

    tahunan korporat terdiri dari empat laporan keuangan pokok yang terdiri dari :

    a. Neraca menunjukan posisi keuangan – aktiva, hutang, dan ekuitas

    pemegang saham – suatu perusahaan pada tanggal tertentu, seperti

    pada akhir triwulan atau akhir tahun.

    b. Laporan Laba Rugi menyajikan hasil usaha – pendapatan, beban, laba

    atau rugi bersih dan laba atau rugi persaham – untuk periode akuntansi

    tertentu.

    c. Laporan Ekuitas Pemegang Saham merekonsiliasi saldo awal dan

    akhir semua akun yang ada dalam seksi ekuitas pemegang saham pada

    neraca. Beberapa perusahaan menyajikan laporan saldo laba, sering

  • 28

    kali dikombinasikan dengan laporan rugi-laba yang merekonsiliasi

    saldo awal dan akhir akun saldo laba.

    Analisa atas laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya sebagai upaya

    pengamatan dan penilai terhadap kondisi keuangan suatu perusahaan untuk menilai

    kinerja keuangan suatu perusahaan agar pengguna laporan keuangan dapat

    mengambil kebijakan atau keputusan suatu tindakan dimasa depan baik jangka

    pendek maupun jangka panjang berdasarkan hasil analisa laporan keuangan tersebut

    guna memperoleh suatu manfaat atau keuntungan bagi penggunanya.

    2 Akuntansi Syariah

    Dalam Iwan dan Gaffikin (2001:25) dasar munculnya akuntansi syari‟ah

    adalah Al-Quran surat Al Baqarah : 282 yang menyatakan bahwa:

    Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk

    waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang

    penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan

    menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan

    hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan

    hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi

    sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya

    atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka

    hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua

  • 29

    orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka

    (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai,

    supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi

    itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu

    jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya.

    Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih

    dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali

    jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka

    tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila

    kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika

    kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan

    pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha

    Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al Baqarah: 282).

    Selanjutnya dalam catatan kaki dari ayat tersebut Muamalah diartikan seperti

    kegiatan berjual-beli, berutang-piutang, sewa-menyewa, dan sebagainya. Berutang-

    piutang tertentu mempunyai pengertian yang luas dalam bisnis. pendirian perusahaan

    oleh pemilik modal menyangkut utang-piutang antara dia dengan manajemennya.

    Pengelolaan harta pemilik modal oleh manajemen merupakan hubungan utang-

    piutang (agency relationship). Hubungan transaksi dagang mempunyai konteks

    utang-piutang, pinjaman kepada lembaga keuangan mempunyai hubungan utang-

    piutang. Oleh karena itu, maka setiap lembaga perusahaan sarat dengan kegiatan

    muamalah sebagaimana dimaksudkan ayat diatas. Oleh karena itu, dapat dipastikan

  • 30

    bahwa pemeliharaan akuntansi wajib hukumnya dalam suatu perusahaan. Harahap

    (1992:4) menyatakan bahwa tekanan Islam dalam melakukan pencatatan adalah:

    a. Menjadi bukti dilakukannya transaksi (muamalah) yang menjadi dasar

    nantinya dalam menyelesaikan persoalan selanjutnya.

    b. Menjaga agar tidak terjadi manipulasi, atau penipuan baik dalam transaksi

    maupun dari hasil itu (laba). Dalam akuntansi tujuan pencatatan adalah:

    pertanggung jawaban atau sebagai bukti transaksi, penentuan pendapatan,

    dan informasi yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan dan

    lain-lain.

    Dari ayat tersebut (QS. Al Baqarah:282) dapat kita ketahui bahwa sejak

    munculnya peradaban Islam, telah ada perintah untuk melakukan pencatatan yang

    penekanannya adalah untuk tujuan kebenaran, kepastian, keterbukaan, keadilan antara

    dua pihak yang mempunyai hubungan muamalah. Konsep Islam dan hakikat

    akuntansi mempunyai persamaan yang searah dan telah terbukti bahwa akuntansi ada

    dalam Islam dan bahkan memberikan andil dalam perkembangannya (meidawati

    1998:201 dalam Iwan dan Gaffikin (2001:26). Hal ini dapat dilihat bahwa:

    1. Yang dicatat akuntansi adalah transaksi (muamalah).

    2. Dasar pencatatan transaksi adalah bukti (evidence) seperti faktur, cek,

    kuitansi, dan lain-lain.

    3. Bukti yang menjadi dasar pencatatan akan diklasifikasikan secara teratur

    dengan menggunakan aturan umum yang disebut Standar Akuntansi

    Keuangan.

  • 31

    4. Untuk mencapai tingkat kepercayaan yang lebih tinggi, laporan keuangan

    yang akan dihasilkan harus diperiksa oleh pihak yang independen.

    Dari hal tersebut, proses pencatatan sampai tersusunnya laporan keuangan

    dalam akuntansi harus dilakukan dengan benar sehingga informasi yang

    dihasilkan dapat digunakan oleh pihak umum.

    a. Tujuan dalam akuntansi syari’ah

    berdasarkan pada tujuan ekonom Islam, yaitu pemerataan kesejahteraan bagi

    seluruh ummat. Kesejahteraan seharusnya didistribusikan kepada seluruh masyarakat

    dan tidak hanya diperuntukan hanya pada seseorang atau segolongan orang saja. Oleh

    karena itu, islam menyediakan sarana untuk pemerataan kesejahteraan dengan sistem

    zakat, infak, sodaqoh, dan sistem tanpa bunga.

    Tujuan akuntansi syari‟ah sejalan dengan Qura‟an, Hadis, dan ketentuan-

    ketentuan syari‟ah lainnya. Dari pandangan makro tujuan akuntansi syari‟ah

    (Hameed, 2000:17 dalam Iwan dan Gaffikin (2001:27) adalah

    1. Merupakan dasar dalam perhitungan zakat.

    2. Memberikan dasar dalam pembagian keuantungan, distribusi kesejahteraan

    dan pengungkapan terhadap kejadian dan nilai-nilai.

    3. Untuk meyakinkan bahwa usaha yang dilakukan perusahaan bersifat Islami

    dan hasil (laba) yang diperoleh tidak merugikan masyarakat.

  • 32

    b. Keterbatasan-Keterbatasan Laporan Keuangan

    Dalam Muhammad (2005:257) pengambilan keputusan ekonomi tidak dapat

    semata-mata didasarkan atas informasi yang terdapat dalam laporan keuangan.

    Hal ini disebabkan karena laporan keuangan memiliki keterbatasan, antara lain:

    1. Bersifat historis yang menunjukan transaksi dan peristiwa yang telah lampau.

    2. Bersifat umum, baik dari sisi informasi maupun manfaat bagi pihak pengguna.

    Biasanya informasi khusus yang dibutuhkan oleh pihak tertentu tidak dapat

    secara langsung dipenuhi semata-mata dari laporan keuangan saja.

    3. Bersifat konservatif dalam menghadapi ketidak pastian. Apabila terdapta

    beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu

    pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai

    aktiva yang paling bersih.

    4. Lebih menekankan pada penyajian suatu peristiwa atau transaksi sesuai

    subtansinya dan realitas ekonomi daripada bentuk hukumnya (formalitas).

    5. Disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan pemakai laporan

    diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang

    dilaporkan.

    6. Tidak luput dari penggunaan berbagai pertimbangan dan taksiran.

    7. Hanya melaporkan informasi yang material.

    8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan sehingga

    menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber daya ekonomis dan tingkat

    kesuksesan antar bank.

  • 33

    9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan

    umumnya diabaikan.

    3. Teknis Analisis Laporan Keuangan

    Menurut Harahap (2013:20) teknis analisis laporan keuangan dapat digunakan

    dengan berbagai metode antara lain.

    a. Metode Komperatif;

    b. Analisis Tren;

    c. Laporan Keuangan bentuk Commond Size;

    d. Metode Index Time Seris;

    e. Analisis Rasio

    f. Teknik Analisis Lain Seperti :

    Analisis sumber dan penggunaan dana

    Analisis break even

    Analisis gross profit

    Dupont Analysis

    g. Model analisis seperti :

    Bankruptcy model

    Net cash flow prediction model

    Take over prediction model

  • 34

    3. Tujuan Laporan Keuangan

    Dalam Harahap (2013:18) salah satu tugas penting setelah akhir tahun adalah

    menganalisis laporan keuangan perusahaan. analisis ini didasarkan pada laporan

    keuangan yang sudah disusun. Tujuan laporan keuangan menurut Bernstein (1983)

    adalah sebagai berikut :

    a. screening

    Analisis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi

    perusahaan dari laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan.

    b. Understanding

    Memahami perusahaan, kondisi keuangan, dan hasil usahanya.

    c. Forcasting

    Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa

    yang akan datang.

    d. Diagnosis

    Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah

    yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain

    dalam perusahaan.

    e. Evaluation

    Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola

    perusahaan.

  • 35

    Standar Akuntansi Keuangan (2004:4), tujuan laporan keuangan adalah

    sebagai berikut:

    1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta

    perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah

    besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

    2. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atas

    sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

    4. Jenis Laporan Keuangan

    Menurut Asnawi dan Wijaya (2006:215) jenis laporan keuangan terdiri dari 4

    laporan yaitu: neraca (balance sheet), laporan laba rugi (income statement), laporan

    perubahan modal (the statement of stockholders equity), serta laporan arus kas

    (statement of cash flows). Keempat laporan ini merupakan kesatuan, sehingga

    sebaiknya tidak dianalisis secara terpisah.

    a. Neraca menunjukan kekayaan pada tanggal tertera di neraca. Jadi neraca

    menunjukan posisi kekayaan pada tanggal tertentu.

    b. Laporan rugi laba merupakan ringkasan kegiatan selama satu periode.

    Ringkasan ini menunjukan aktivitas menghasilkan (revenue) serta biaya

    (exspense) dari aktivitas tersebut.

    c. Laporan arus kas merupakan laporan keuangan ketiga. Secara teoritis, laporan

    ini menunjukan arus kas keluar dan arus kas masuk, dan dibedakan menjadi

    tiga aktivitas yaitu: (i) aktivitas operasi (operating activities); (ii) aktivitas

  • 36

    investasi (investing activities); (iii) dan aktivitas pendaan (financing

    activities).

    d. Laporan perubahan modal memuat detail dari transaksi yang mempengaruhi

    ekuitas (dalam neraca) selama periode akuntansi.

    5. Pemakai Laporan Keuangan

    Laporan keuangan merupakan alat yang sangat bermanfaat bagi para

    pengguna untuk menilai prestasi dan kondisi keuangan suatu perusahaan, karena

    dapat memberikan informasi yang dibutuhkan para pemakainya, informasi yang di

    dapat oleh pihak eksternal perusahaan di dapat melalui informasi yang dipublikasikan

    kepada umum oleh perusahaan. dalam. Dengan menganalisis informasi perusahaan

    berupa laporan keuangan, seseorang dapat melakukan tindakan keputusan ekonomi

    menyangkut perihal perusahaan yang diharapkan akan menghasilkan keuntungan baik

    jangka pendek maupun jangka panjang bagi penggunanya.

    Menurut Prastowo (2012:3) para pemakai laporan keuangan ini menggunakan

    laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda,

    yang meliputi :

    a. Investor

    Para investor (dan penasihatnya) berkepentingan terhadap risiko yang melekat

    dan hasil pengembangan dari investasi yang dilakukannya. Investor ini

    membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli,

    menahan atau menjual investasi tersebut. Selain itu, mereka juga tertarik pada

  • 37

    informasi yang memungkinkan melakukan penilaian terhadap kemampuan

    perusahaan dalam membayar deviden.

    b. Kreditor (pemberi pinjaman)

    Para kreditor tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan

    mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar

    pada saat jatuh tempo.

    c. Pemasok dan kreditor usaha lainnya

    Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang

    memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah hutang yang akan

    dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada

    perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek dibanding kreditor.

    d. Shareholder (para pemegang saham)

    para pemegang saham berkepentingan dengan informasi mengenai kemajuan

    perusahaan, pembagian keuntungan yang akan diperoleh, dan penambahan

    modal untuk business plan selanjutnya.

    e. Pelanggan

    Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan

    hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka

    panjang dengan atau bergantung dengan perusahaan.

    f. Pemerintah

    Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya

    berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan oleh karenanya

  • 38

    berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Selain itu, mereka juga

    membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan

    kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan

    nasional dan statistik lainnya.

    g. Karyawan

    Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakilinya tertarik pada informasi

    mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik pada

    informasi yang memungkinkan mereka melakukan penilaian atas kemampuan

    perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan

    kerja.

    h. Masyarakat

    Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara, seperti

    pemberian kontribusi pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang

    yang dipekerjakan dan perlindungan kepada para penanam modal domestik.

    Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan

    informasi kecendrungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran

    perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

    Menurut Moeljadi (2006:43) analisis keuangan diperlukan oleh berbagai

    pihak, seperti para pemegang saham atau investor, kreditor, dan para manajer karena

    melalui hasil keuangan ini mereka akan lebih mengetahui posisi perusahaan yang

    bersangkutan daripada perusahaan lainnya dalam satu kelompok industri.

  • 39

    C. Analisis Laporan Keuangan

    Laporan keuangan sangat bermanfaat untuk menilai kinerja perusahaan, hal

    ini dilakukan oleh pengguna laporan keuangan melalui analisa terhadapat laporan

    keuangan suatu perusahaan yang telah dipublikasikan kepada umum oleh pihak

    perusahaan. Adapun beberapa definisi analisis laporan keuangan menurut beberapa

    ahli yaitu:

    Menurut Moeljadi (2006:43) analisis keuangan merupakan suatu penilaian

    terhadap kinerja perusahaan pada waktu yang lalu dan proyek pada masa datang.

    Melalui analisis keuangan diharapkan dapat diketahui kekuatan dan kelemahan

    perusahaan dengan menggunakan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan

    (financial statment). Laporan keuangan terdiri atas (a) neraca (balance sheet), (b)

    laporan rugi laba (income statement), (c) laporan sumber dan penggunaan dana

    (source and use of founds), dan (d) laporan sumber dan penggunaan kas (cash flow

    statement).

    Menurut Prawironegoro (2009:47) analisis laporan keuangan ialah kegiatan

    membandingkan kinerja perusahaan dalam bentuk angka-angka keuangan dengan

    perusahaan sejenis atau dengan angka-angka keuangan periode sebelumnya. Hasilnya

    baik, wajar, atau buruk.

    Menurut Prawironegoro (2009:47) Kegiatan perusahaan dapat disajikan dalam

    laporan keuangan terdiri dari :

    a. Laporan posisi keuangan (Balance Sheet)

  • 40

    b. Laporan Rugi-Laba (Income Statement)

    c. Laporan Laba Ditahan (Retained Earning Statement)

    d. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana (Source and Application of Fund atau

    lazim disebut Cash Flow Statement).

    1. Kegiatan Analisis Laporan Keuangan

    Menurut Moeljadi (2006:43) menyatakan bahwa terdapat tiga macam alat

    analisis keuangan suatu perusahaan, yakni (a) analisis horizontal, (b) analisis vertikal,

    dan (c) analisis rasio. Dalam penelitian ini alat analisis keuangan yang digunakan

    adalah analisis rasio sesuai dengan kebutuhan penelitian. Analisis rasio akan

    memberikan gambaran umum terhadap kinerja perusahaan yang akan dijadikan tolak

    ukur pengambilan keputusan oleh penggunanya.

    2. Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan

    Menurut Kasmir (2013:67) kegiatan dalam analisis laporan keuangan dapat

    dilakukan dengan cara menentukan dan mengukur antara pos-pos yang ada dalam

    satu laporan keuangan. Kemudian, analisis laporan keuangan juga dapat dilakukan

    dengan menganalisis laporan keuangan yang dimiliki dalam satu periode. Di samping

    itu, analisis laporan keuangan dapat dilakukan pula antara beberapa periode (misalkan

    tiga tahun).

    Analisis laporan keuangan yang dilakukan untuk beberapa periode adalah

    menganalisis antara pos-pos yang ada dalam satu laporan. Atau dapat pula dilakukan

  • 41

    antara satu laporan dengan laporan yang lainnya. Hal ini dilakukan agar lebih tepat

    dalam menilai kemajuan atau kinerja manajemen dari periode ke periode selanjutnya.

    D. Analisis Rasio Keuangan

    Dalam mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan salah satunya adalah

    dengan melakukan analisis rasio. Analisis rasio keuangan ini sering digunakan pihak-

    pihak yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan baik pihak eksternal maupun

    internal guna mencapai suatu hasil kesimpulan sebagai tolak ukur didalam

    mengambil keputusan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Adapun definisi

    dari analisis rasio keuangan menurut beberapa sumber sebagai berikut :

    Dalam Keown, Martin, Petty dan Scott (2011:74) menyatakan bahwa rasio

    keuangan membantu kita untuk mengidentifikasi beberapa kelemahan dan kekuatan

    keuangan perusahaan. Rasio tersebut memberikan dua cara bagaimana membuat

    perbandingan dan data keuangan perusahaan yang berarti : (1) kita dapat meneliti

    rasio antar-waktu (katakanlah untuk lima tahun terakhir) untuk meneliti arah

    pergerakannya; dan (2) kita dapat membandingkan rasio perusahaan dengan rasio

    perusahaan lainnya.

    Selain dari rasio yang telah digolongkan tersebut. analis dapat menghitung

    rasio yang lain sesuai dengan kebutuhan dalam mengevaluasi kinerja suatu

    perusahaan berdasarkan laporan keuangannya. Dari berbagai buku, banyak penulis

    yang memberikan berbagai macam perhitungan rasio yang dapat dijadikan acuan

    analisis sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Pada umumnya rasio yang populer

  • 42

    dan sering digunakan adalah : rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio rentabilitas dan

    rasio aktivitas atau produktivitas. Namun disamping itu masih banyak lagi rasio yang

    dapat dihitung dari laporan keuangan yang dapat memberikan informasi bagi analis,

    seperti: rasio leverage, rasio pasar modal, rasio pertumbuhan, rasio nilai pasar dan

    sebagainya.

    Menurut Prawironegoro (2009:47) menyatakan bahwa analisis kinerja

    keuangan dapat disajikan dengan perhitungan berikut:

    a. Analisis Arus Kas (cash flow analisis)

    b. Analisis Likuiditas (liquidity analysis or working capital analysis)

    c. Analisis Leverage (leverage analysis or debt manajemen analysis)

    d. Analisis Profitabilitas (profitability analysis)

    e. Analisis Aktivitas (activity analysis)

    f. Analisis Penilaian (valuation analysis)

    g. Analisis Pertumbuhan (growth analysis)

    h. Analisis Kebangkrutan (bankruptcy analysis)

    i. Analisis Sistem Du Pont.

    Menurut Jumingan (2011:120) berdasarkan sumber datanya, dari mana rasio

    itu dibuat, maka rasio itu dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:

    1. Rasio-rasio neraca (balance sheet ratios), yaitu rasio yang disusun dari data

    yang berasal dari neraca, misalkan rasio lancar (currebt ratio), rasio tunai

  • 43

    (quick ratio), rasio modal sendiri dengan total aktiva, rasio tetap dengan utang

    jangka panjang, dan sebagainya.

    2. Rasio-rasio laporan laba-rugi (income statement ratios), yaitu rasio-rasio yang

    disusun dari data yang berasal dari laporan perhitungan laba rugi, misalnya

    rasio laba bruto dengan penjualan neto, rasio laba usaha dengan penjualan

    neto, operating ratio, dan sebagainya.

    3. Rasio-rasio antar laporan (inter-statement ratios), yaitu rasio-rasio yang

    disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba-rugi, misalnya

    rasio penjualan neto dengan aktiva usaha, rasio penjualan kredit dengan

    piutang rata-rata, rasio harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata dan

    sebagainya.

    1. Cara Menganalisis Rasio Keuangan

    Menurut Margaretha (2014:11) ada beberapa cara dalam melakukan analisis

    rasio keuangan, diantaranya adalah sebagai berikut:

    a. Analisis Horizontal/ trend analysis, yaitu membandingkan rasio-rasio

    keuangan perusahaan dari tahun-tahun yang lalu dengan tujuan agar dapat

    melihat trend dari rasio-rasio perusahaan selama kurun waktu tertentu.

    b. Analisis Vertikal, yaitu membandingkan data rasio keuangan perusahaan

    dengan rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri untuk

    waktu yang sama.

  • 44

    c. Kombinasi dari analisis horizontal dan analisis vertikal. Adapun jenis-jenis

    rasio keuangan yang digunakan adalah:

    1) Liquidity ratio;

    2) Asset management ratio;

    3) Debt management ratio;

    4) Profitability ratio;

    5) Market value ratio.

    2. Keunggulan Analisis Rasio Keuangan

    Harahap (2013:298) analisis rasio ini memiliki keunggulan dibanding teknik

    analisis lainnya. Keunggulan tersebut adalah :

    a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca

    dan ditafsirkan.

    b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan

    laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

    c. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

    d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan

    keputusan dan model prediksi (Z-score).

    e. Menstandarisir size perusahaan.

    f. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau

    melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau ”time series”.

  • 45

    g. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang

    akan datang.

    3. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan

    Menurut Keown, Martin, Petty dan Scott (2011:91) menyatakan beberapa

    kelemahan penting yang mungkin ditemui dalam menghitung dan

    menginterpretasikan rasio keuangan:

    a. Kadang-kadang sulit untuk mengidentifikasikan kategori industri, jika

    perusahaan berusaha dalam beberapa bidang usaha. Jika kita harus memilih

    sendiri kumpulan perusahaan pembanding dan membuat norma khusus yang

    sesuai.

    b. Angka rata-rata industri yang diterbitkan hanya merupakan perkiraan saja dan

    hanya memberikan petunjukan umum karena bukan merupakan hasil

    penelitian dari seluruh perusahaan dalam industri ataupun bahkan sekedar

    sampel yang mewakili dalam industri.

    c. Perbedaan praktik akuntansi antar-perusahaan dapat menghasilkan perbedaan

    dalam perhitungan rasio. Sebagai tambahan, perusahaan mungkin memilih

    metode yang berbeda dalam penyusutan aktiva tetap mereka.

    d. Suatu industri kebanyakan tidak menyediakan suatu target atau nilai rasio

    yang diinginkan. Yang paling baik, suatu industri menyediakan petunjuk

    posisi keuangan dari rata-rata perusahaan yang ada dalam industri, termasuk

  • 46

    yang buruk dan yang memilih membandingkan rasio perusahaan kita dengan

    menentukan sendiri kelompok pembanding atau dengan pesaing tunggal.

    e. Banyak perusahaan mengalami perubahan-perubahan dalam operasi mereka.

    Jadi, masukan neraca dan rasio yang berkaitan dengan neraca tersebut juga

    akan berubah-ubah menurut tahun ketika laporan tersebut dibuat.

    Menurut Syamryn (2011:427) mengatakan bahwa ada beberapa faktor

    keterbatasan dari analisis rasio diantaranya yaitu:

    f. Faktor yang pertama, penyebab kelemahan analisis rasio keuangan

    berhubungan dengan indikasi bidang usaha bagi perusahaan yang akan

    dianalisis. Terhadap sebuah perusahaan yang menjalankan kegiatan dalam

    banyak lini bisnis, kadang-kadang sulit mengidentifikasi kategori industri

    yang menjadi bidang usaha perusahaan yang bersangkutan. Hal ini

    menyebabkan kesulitan dalam memilih jenis industri yang dapat dijadikan

    sebagai bahan pembanding.

    g. Faktor yang kedua, berhubungan dengan penggunaan rata-rata industri

    sebagai alat ukur kewajaran suatu kinerja yang dicapai. Rata-rata industri

    yang dipublikasikan hanya merupakan aproksimasi dan menyediakan

    pedoman umum kepada para pemakai dibanding dengan rasio rata-rata yang

    ditentukan secara ilmiah, dari semua atau bahkan suatu sampel perusahaan

    yang representatif dalam kelompok industri tertentu. Dengan demikian suatu

  • 47

    rata-rata industri tidak dapat sepenuhnya dijadikan target atau standar rasio

    yang dikehendaki.

    h. Faktor ketiga, berhubungan dengan perbedaan interpretasi di antara praktisi

    akuntansi. Para praktisi akuntansi diperusahaan-perusahaan sering

    memberikan interpretasi yang berbeda atas transaksi sejenis yang terjadi.

    i. Faktor lain yang menjadi kelemahan dari analisis rasio keuangan

    berhubungan dengan fluktuasi kegiatan bisnis yang musiman. Dalam

    praktiknya banyak bisnis yang volume aktivitasnya dipengaruhi oleh musim,

    baik yang disebabkan faktor alam maupun perubahan perilaku konsumen.

    Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut analisis rasio keuangan dapat

    membuat interpretasi tambahan untuk menyesuaikan hasil analisisnya

    sehingga lebih mendekati keadaan yang sebenarnya.

    4. Rasio Likuiditas

    Perusahaan yang tidak mampu membayar kewajibannya baik kewajiban

    jangka panjang maupun jangka pendek, terutama utang jangka pendek (yang sudah

    jatuh tempo) disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, bisa disebabkan jika

    perusahaan sedang tidak memiliki dana dengan keadaan keuangan yang defisit. Atau

    kedua, mungkin dikarenakan perusahaan memiliki dana, namun saat jatuh tempo

    perusahaan tidak memiliki dana yang cukup. Untuk membayar kewajiban secara tunai

    harus menunggu dalam waktu tertentu, untuk mencairkan aktivanya terutama aktiva

  • 48

    lancar, seperti: menagih piutang, menjual persediaan, menjual surat-surat berharga

    atau aktiva lainnya.

    Hal ini dapat terjadi akibat manajemen perusahaan yang kurang optimal

    dalam menjalankan usahanya sehingga menyebabkan perusahaan kekurangan atau

    tidak mampu dalam membayar kewajibannya tersebut. kemungkinan penyebab

    lainnya adalah kurangnya pemanfaatan informasi