tesisrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40367... · 2018. 7. 24. · vii kata...
TRANSCRIPT
-
ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN NON DISTRESS PADA
PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAM INDEKS SAHAM
SYARIAH INDONESIA
Tesis
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Master
Ekonomi (M. E) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Program Studi Magister Perbankan Syariah
Diajukan oleh :
Wahyudin Akhmad
NIM : 21150850000004
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2018 M
-
1
-
2
-
iv
-
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Wahyudin Akhmad
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 2 April 1992
3. Usia : 26 tahun
4. Jenis kelamin : Laki-laki
5. Alamat : Jl. Peta Selatan no. 61 RT 07/ RW 01
Kalideres, Jakarta Barat.
6. Telepon : 089634531026 / 082208221649
7. E-mail : [email protected]
8. Agama : Islam
9. Kewarganegaraan : Indonesia
10. Status : Menikah
II. IDENTITAS ISTRI
1. Nama Istri : Nurul Wahdah
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 30 Desember 1992
3. Usia : 25 tahun
4. Agama : Islam
5. Jenis kelamin : Perempuan
6. Pendidikan : S1-PGSD
7. Pekerjaan : Guru
III. IDENTITAS ANAK
1. Nama Anak : Halwa Askanah Zhafirah
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 09 Oktober 2017
3. Usia : 9 Bulan
4. Agama : Islam
5. Jenis kelamin : Perempuan
-
vi
IV. PENDIDIKAN
1. SDN 09 Jakarta Barat Tahun 1998-2004
2. SMPN 204 Jakarta Barat Tahun 2004-2007
3. SMAN 95 Jakarta Barat Tahun 2007-2010
4. S1-Ekonomi (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Tahun 2010-2014
5. S2-Ekonomi (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Tahun 2015-2018
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Masripin
2. Ibu : Siti Masuroh
3. Alamat : Jl. Tanjung Pura IV no.60 RT 04/ RW 05
Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat.
-
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, nikmat, hidayah dan karunia-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul “Analisis Financial
Distress dan Non Distress Pada Perusahaan yang Terdaftar Dalam Indeks
Saham Syariah Indonesia”. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada
junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya. Penyusunan Tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat guna
mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa sejak awal penyusunan hingga
terselesaikannya Tesis ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi
dukungan baik moril maupun materil. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini,
secara khusus penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Teristimewa untuk kedua orang tuaku, Ayahanda Masripin dan Ibunda
Siti Masuroh. Terimakasih atas segala doa, kasih sayang, bantuan moril
maupun materil, dan sudah mendidik penulis dari kecil sampai sekarang
ini. Untuk Bapak yang selalu memberikan nasihat yang baik-baik kepada
penulis dan Mamah yang selalu berdoa untuk anak-anaknya. Semoga
Allah SWT selalu memberikan kesehatan, panjang umur dan dilancarkan
segala usahanya kepada kedua orang tuaku.
2. Untuk adik-adikku Abdul Manan, dan Umar Syarif. Terimakasih atas
bantuan moril yang memotivasi. Terimakasih atas semua support yang
telah diberikan kepada penulis.Untuk adikku Umar Syarif yang lucu,
pintar dan nakal. Selalu membuat tersenyum penulis di sela-sela waktu
pengerjaan tesis.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
-
viii
4. Dr. Herni Ali HT, SE, MM. Selaku Ketua Program Magister Perbankan
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM., selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan
penulisan tesis ini serta motivasinya yang begitu besar bagi penulis. Semoga
beliau diberikan kesehatan, dilancarkan segala urusannya dan setiap ilmu
yang Bapak berikan kepada penulis bisa bermanfaat untuk seterusnya. Amin.
6. Untuk Nurul Wahdah “Istriku” yang selalu memotivasi, support, membantu
baik moril dan doa kepada penulis. Terimakasih atas curahan waktu, tenaga,
masukan dan sendau gurah serta canda tawa untuk penulis. Sehingga penulis
dapat termotivasi untuk menyelesaikan tesis ini.
7. Untuk Halwa Askanah Zhafirah “Anakku” yang selalu memberikan
semangat, keceriaan, canda tawa dan motivasi yang lebih kepada penulis.
Sehingga penulis dapat termotivasi untuk menyelesaikan tesis ini.
8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmunya
yang bermanfaat buat penulis. Serta para staff dan karyawan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan pelayanan yang terbaik bagi
mahasiswa.
9. Seluruh teman-teman Magister Perbankan Syariah Batch 3 yang selalu
memotivasi penulis. Terimakasih untuk kebersamannya selama ini sejak
memulai menimba ilmu di UIN.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Hal ini
dikarenakan terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran, masukan dan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga penulisan
tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak serta menambah wacana
pemikiran bagi kita semua.
Jakarta, 23 Mei 2018
Penulis
(Wahyudin Akhmad)
-
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN TESIS ........................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN TESIS ........................................... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN .................................................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xv
ABSTRACT ............................................................................................ xvi
ABSTRAK ............................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian .................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................... 12
C. Batasan Masalah ................................................................. 12
D. Rumusan Masalah ............................................................... 13
E. Tujuan Penelitian ............................................................... 13
F. Manfaat Penelitian ............................................................. 14
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Financial Distress
1. Definisi Financial Distress ....................................... 16
2. Penyebab dan Tanda-Tanda Terjadi Financial Distress ...19
-
x
3. Cara Mengatasi dan Menghindari Financial Distress. ......22
B. Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan .................................. 26
2. Laporan Keuangan Syariah ...................................... 28
a. Tujuan dalam Akuntansi Syariah ........................ 31
b. Keterbatasan-Keterbatasan Laporan Keuangan ... 32
3. Teknis Analisis Laporan Keuangan .......................... 33
4. Tujuan Laporan Keuangan ....................................... 34
5. Jenis Laporan Keuangan .......................................... 35
6. Pemakai Laporan Keuangan ..................................... 36
C. Analisis Laporan Keuangan .........................................................39
1. Kegiatan Analisis Laporan Keuangan. .............................40
2. Tujuan dan Manfat Analisis Laporan Keuangan ..............40
D. Analisis Rasio Keuangan ..................................................... 41
1. Cara Menganalisis Rasio Keuangan ......................... 43
2. Keunggulan Analisis Rasio Keuangan ...................... 44
3. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan .................... 45
4. Rasio Likuiditas. .............................................................47
a. Jenis-Jenis Rasio Likuiditas ................................ 50
b. Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas.................. 53
5. Rasio Solvabilitas ..................................................... 54
a. Jenis-Jenis Rasio Solvabilitas.............................. 54
b. Tujuan dan Manfaat Rasio Solvabilitas ............... 55
6. Rasio Profitabilitas ................................................... 56
a. Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas ............................ 57
b. Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas ............. 59
7. Rasio Aktivitas ...................................................... 59
a. Jenis-Jenis Rasio Aktivitas .................................. 61
-
xi
b. Tujuan dan Manfaat Rasio Aktivitas ................... 63
8. Growth Ratio (Rasio Pertumbuhan).......................... 64
a. Jenis-Jenis Rasio Pertumbuhan ........................... 65
b. Tujuan dan Manfaat Rasio Pertumbuhan ............. 67
E. Indeks Saham Syariah Indonesia ......................................... 67
a. Perkembangan Produk Syariah di Pasar Modal
Indonesia ………………………………………..67
b. Fatwa DSN No. 40/DSN-MUI/X/2003…..………69
F. Penelitian Terdahulu ........................................................... 75
G. Hubungan Antar Variabel ................................................... 87
H. Kerangka Pikir .................................................................... 87
I. Hipotesis Penelitian ............................................................ 89
BAB III METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian.................................................................. 93
1. Populasi Penelitian ................................................... 93
2. Sampel Penelitian ..................................................... 94
B. Jenis dan Sumber Data ........................................................ 94
C. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 95
D. Hasil Pengumpulan Objek Data .......................................... 95
E. Variabel Operasional Penelitian .......................................... 97
1. Dependent Variable ................................................. 97
2. Independent Variabel ............................................... 97
F. Teknik Analisis Data........................................................... 101
1. Analisis Kuantitatif .................................................. 102
2. Analisis Binary Logistic Regression ......................... 102
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
-
xii
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................... 107
B. Hasil Analisis dan Pembahasan ........................................... 108
1. Hasil Pehitungan Perusahaan.................................... 110
2. Statistik Deskriptif .................................................. 122
3. Uji Binary Logistic .................................................. 129
4. Interpretasi Hasil Penelitian ..................................... 139
BAB V PENUTUPAN
A. Kesimpulan ......................................................................... 161
B. Keterbatasan dan Saran ........................................................ 163
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 165
LAMPIRAN .................................................................................. 169
-
xiii
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 81
2.2 Hubungan Antar Variabel ................................................................. 87
2.3 Kerangka Berpikir ............................................................................. 88
3.1 Sampel Penelitian ................................................................................ 96
3.2 Klasifikasi Jumalah Observasi............................................................ 97
3.3 Operasional Variabel .......................................................................... 100
4.1 Hasil Perhitungan Sektor Pertanian ................................................. 110
4.2 Hasil Perhitungan Perusahaan Sektor Pertambangan....................... 113
4.3 Hasil Perhitungan Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia….119
4.4.a Statistik Deskriptif Kategori Distress .................................................. 122
4.4.b Statistik Deskriptif Kategori Non Distress............................................126
4.5 Case Proccesing Summary...................................................................... 130
4.6 Dependent Variable Encoding................................................................ 130
4.7 Classification Table................................................................................. 131
4.8 Hosmer and Lemeshow Test................................................................... 132
4.9 Block 0: Begining Block ......................................................................... 134
4.10 Block 1: Method = Enter......................................................................... 134
4.11 Omnibus Tests of Model Coefficients..................................................... 135
4.12 Model Summary....................................................................................... 136
4.13 Variabel in the Equation ........................................................................ 137
-
xiv
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
4.1 Grafik Perhitungan Perusahaan Sektor Pertanian ........................... 111
4.2 Grafik Perhitungan Perusahaan Sektor Pertambangan.................... 114
4.3 Grafik Perhitungan Perusahaan Industri Dasar dan Kimia ............. 120
-
xv
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Halaman
1 Hasil Perhitungan Sektor Pertanian ....................................................162
2 Hasil Perhitungan Perusahaan Sektor Pertambangan .........................163
3 Hasil Perhitungan Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia .......164
4 Statistik Deskriptif Kategori Distress ....................................................167
5 Statistik Deskriptif Kategori Non Distress ............................................167
6 Case Proccesing Summary .....................................................................168
7 Dependent Variable Encoding.................................................................168
8 Classification Table .................................................................................168
9 Hosmer and Lemeshow Test ....................................................................169
10 Block 0: Begining Block ........................................................................169
11 Block 1: Method = Enter ........................................................................170
12 Omnibus Tests of Model Coefficients ....................................................170
13 Model Summary .....................................................................................170
14 Variabel in the Equation ........................................................................171
-
xvi
ANALYSIS FINANCIAL DISTRESS AND NON DISTRESS AT THE
COMPANIES REGISTERED IN INDONESIA ISLAMIC STOCK INDEX
Wahyudin Akhmad
ABSTRACT
This research have a purpose to test if Financial ratios can predict
significant financial distress situation on three companies sector is Agriculture,
Mining and Chemicals Industry that listed in Indonesia Islamic Stock Indexs. The
financial ratio wich used in this research there ten ratio is Current ratio, Quick
ratio, Debt to Equity ratio, Debt ratio, Return on Equity ratio, Return on Assets
ratio, Total Assets Turnover ratio, Fixed Assets Turnover ratio, Sales of Growth
ratio, Net Income to Growth ratio.The Sampling method in this research is
Purposive Sampling Method. Samples that have been gotten for this research are
131 companies, 42 companies in non financial distress situation and 14 companies
in financial distress situation. This study considered the cuantitative research.
Types of data used is secondary data obtained from the Indonesian capital market
directory and www.idx.co.id. The statistic method that used in this research is
regression of binary logistic test. Financial ratios that have significant results and
can be used to predict financial distress situation are Debt to Equity Ratio, Debt to
Asset Ratio, ROE (Return on Equity) and ROA (Return on Assets) and Financial
ratios that haven’t significant result are Current Ratio, Quick Ratio, Total Asset
Turn Over Ratio, Fixed Asset Turn Over Ratio, Sales Growth Ratio and Net Income
Growth Ratio.
Key Words : Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio, Return on Equity, Return
on Assets, Financial distress and Binary Logistic.
-
xvii
ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN NON DISTRESS PADA
PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAM INDEKS SAHAM SYARIAH
INDONESIA
Wahyudin Akhmad
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan terhadap
kondisi financial distress pada perusahaan sektor pertanian, pertambangan dan
sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar dalam Indeks Saham Syariah
Indonesia. Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
sepuluh rasio yaitu rasio lancar, rasio cepat, rasio hutang terhadap modal sendiri,
rasio hutang terhadap total aktiva, rasio laba bersih terhadap modal sendiri, laba
bersih terhadap total aktiva, total penjualan terhadap total aktiva, total penjualan
terhadap total aktiva tetap , rasio pertumbuhan penjualan, rasio pertumbuhan laba
bersih. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Sampel
yang diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 131 perusahaan, 42 perusahaan
merupakan perusahaan yang tidak mengalami kondisi financial distress dan 14
perusahaan yang mengalami kondisi financial distress. Penelitian ini tergolong
penelitian kuantitatif. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang
diperoleh dari Indonesian capital market directory dan www.idx.co.id. Metode
analisis yang digunakan adalah analisis regresi binary logistik. Rasio keuangan
yang mempunyai pengaruh untuk memprediksi kondisi financial distress adalah
Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio, ROE (Return on Equity) dan ROA
(Return on Assets). Adapun rasio keuangan yang tidak memiliki pengaruh untuk
memprediksi financial distress adalah Current Ratio, Quick Ratio, Total Asset Turn
Over Ratio, Fixed Asset Turn Over Ratio, Sales Growth dan Net Income Growth.
Kata Kunci : Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio, Return on Equity, Return
on Assets, Financial distress dan Binary Logistic.
http://www.idx.co.id/
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Di tengah meningkatnya gejolak perekonomian dunia sebagai dampak krisis
utang di Eropa dan permasalahan fiskal di AS, kinerja perekonomian domestic tetap
kondusif, dengan laju pertumbuhan GDP mencapai 6,5% (yoy), dan dengan sumber
pertumbuhan yang relative makin berimbang seiring meningkatnya peran ekspor dan
investasi. Sementara itu inflasi tahun 2011 tercatat sebesar 3,79% (yoy) atau lebih
rendah dari tahun sebelumnya (6,96%). Perkembangan tersebut tidak terlepas dari
upaya Bank Indonesia dan pemerintah dalam mengendalikan pergerkan harga barang
dan jasa secara umum. Bauran kebijakan moneter dan kebijakan makroprudensial
yang telah ditempuh Bank Indonesia serta penguatan koordinasi dengan pemerintah
telah dapat menjaga keseimbangan permintaan dan pasokan barang khususnya bahan
pangan, serta memelihara stabilitas nilai tukar dan ekspektasi inflasi (Bank Indonesia:
Laporan Perkembangan Perbankan Syariah 2011 : 1).
Ekonomi global terus mengalami penurunan sejalan dengan dampak krisis di
negara maju yang mulai dirasakan negara-negara emerging market. Selama periode
laporan, ekonomi global tercatat tumbuh melambat menjadi 3,2 % lebih rendah dari
tahun 2011 sebesar 3,9%. Memburuknya pertumbuhan ekonomi di negara maju
terutama disebabkan oleh kinerja ekonomi negara-negara di kawasan Eropa yang
-
2
masih dihadapkan pada permasalahan utang, kontraksi fiskal, terbatasnya ruang
kebijakan moneter, tingkat penganguran yang meningkat tajam, rapuhnya sektor
keuangan, serta merosotnya kepercayaan pasar. seluruh problematika tersebut
membentuk sebuah lingkaran permasalahan (vicious circle) yang menyebabkan
pemulihan krisis Eropa berjalan lambat. Lesunya perekonomian di negara maju mulai
berdampak pada melambatnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara emerging
market. Pertumbuhan China dan India sebagai motor penggerak perekonomian di
negara emerging market mengalami perlambatan terutama di pertengahan tahun 2012
(Bank Indonesia: Laporan Perekonomian Indonesia 2012, hal:25).
Menurut (Darmin Nasution, 2012:21) Sejak krisis 2008 dampak global
dominan dirasakan melalui jalur keuangan, maka sejak tahun 2012 Indonesia mulai
terkena imbasnya, baik melalui jalur pasar keuangan maupun jalur perdagangan.
Dengan melambatnya ekonomi beberapa negara mitra dagang Indonesia, terutama
China, serta merosotnya harga komoditas global, nilai ekspor Indonesia menunjukan
penurunan terutama sejak pertengahan 2012. Namun, ditengah melambatnya kinerja
ekspor, perekonomian domestic secara keseluruhan dapat tetap tumbuh tinggi karena
kuatnya permintaan domestic. Dalam delapan tahun terakhir, perekonomian
Indonesia dapat tumbuh tinggi stabil dengan tingat pertumbuhan rata-rata 6,0% per
tahun. Kuatnya permintaan domestik ditopang oleh dua kekuatan structural. Pertama,
struktur demografi yang menguntungkan karena kelompok masyarakat
berpenghasilan menengah berada dalam fase sedang tumbuh. Kedua, kegiatan
-
3
konsumsi dan investasi dimungkinkan terus tumbuh karena lingkungan ekonomi
makro dan sistem keuangan yang dapat dipertahankan kondusif.
Namun keadaan sebaliknya terjadi pada ekonomi global terus mengalami
penurunan sejalan dengan dampak krisis di negara maju yang mulai dirasakan negara-
negara emerging market. Selama periode laporan, ekonomi global tercatat tumbuh
melambat menjadi 3,2%, lebih rendah dari tahun 2011 sebesar 3,9%. Memburuknya
pertumbuhan ekonomi di negara maju terutama sisebabkan oleh kinerja ekonomi
negara-negara di kawasan Eropa yang masih dihadapka pada permasalahan utang,
kontraksi fiskal, terbatasnya ruang kebijakan moneter, tingkat pengangguran yang
meningkat tajam, rapuhnya sektor keuangan, serta merosotnya kepercayaan pasar.
Seluruh problematika tersebut membentuk sebuah lingkaran permasalahan (vicious
circle) yang menyebabkan pemulihan krisis Eropa berjalan lambat. Lesunya
perekonomian di negara maju mulai berdampak pada melambatnya pertumbuhan
ekonomi di negara-negara emerging market. Pertumbuhan ekonomi China dan India
sebagai motor penggerak perekonomian di negara emerging market mengalami
perlambatan terutama di pertengahan tahun 2012 (Bank Indonesia: Laporan
Perekonomian 2012).
Dalam era perekonomian yang sangat maju pesat seperti sekarang ini, di mana
persaingan bisnis yang turbulen sangat di rasakan oleh semua sektor usaha. Baik
dinegara maju maupun negara berkembang sektor perekonomian sangat memegang
peran penting dalam keberlangsungan suatu negara. Dalam menghadapi kodisi seperti
-
4
ini setiap sektor usaha dituntut untuk melakukan inovasi, efisiensi dan efektivitas
dalam menjalankan operasional perusahaan. Selain hal tersebut perusahaan harus
mampu mengatur keuangan dengan baik agar terciptanya keberlangsungan bisnis
tanpa adanya kendala dalam hal likuiditas perusahaan.
Perusahaan yang tidak melakukan manajemen dengan baik akan menemui
kesulitan-kesulitan dalam melakukan kegiatan operasionalnya, dan berujung pada
rentan mengalami financial distress. Hal ini tentu diakibat dari sulitnya mewujudkan
kinerja keuangan perusahaan yang baik dan stabil. Kinerja perusahaan yang kurang
baik akan menyebabkan sulitnya perusahaan dalam mencapai dan mempertahankan
laba perusahaan, bahkan jika keadaan buruknya kinerja keuangan perusahaan terjadi
secara terus menerus dalam beberapa periode tertentu maka bukan tidak mungkin
perusahaan akan mengalami kerugian. Kerugian yang terjadi secara terus menerus
akan mengancam keberlangsungan operasional suatu perusahaan. Menurut
Prawironegoro (2009:311) financial distress atau kegagalan ialah ketidak mampuan
mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Dalam dunia bisnis sasaran itu berupa
penjualan, laba kotor, laba operasi, laba bersih, pendapatan bersih per saham, dan
sebagainya. Kegagalan yang terus menerus dapat meruntuhkan organisasi bisnis, jika
kegagalan itu tidak cepat diatasi.
Apabila kondisi finansial ini diketahui, maka sebaiknya dapat dilakukan
tindakan alternatif untuk memperbaiki situasi tersebut sehingga perusahaan tidak
masuk pada kondisi finansial yang semakin sulit agar dapat terhindar dari
-
5
kebangkrutan atau likuidasi. Kondisi financial distress ini terjadi sebelum adanya
kebangkrutan serta memicu kondisi keuangan perusahaan yang semakin memburuk,
jika manajemen perusahaan berhasil mengambil keputusan yang tepat dalam
menghadapi kondisi seperti ini maka dapat beranjak meninggalkan situasi ini dan
perusahaan akan tetap survive, dapat mencapai kinerja perusahaan yang positif yang
memungkinkan perusahaan dalam meraih keuntungan dan tidak mengalami kondisi
financial distress dan sebaliknya jika manajemen perusahaan salah dalam mengambil
kebijakan dalam menghadapi situasi ini maka dapat terjadi kemungkinan perusahaan
akan terjerumus dalam kondisi keuangan yang sulit dan akan mengalami kondisi
financial distress.
Proses pemulihan perekonomian Global sudah mulai dirasakan pada akhir
tahun 2012, walaupun dibeberapa bagian dunia masih ada yang justru baru memasuki
krisis keuangan dan perekonomian. Namun secara umum arah perkembangan
perekonomian pada tahun 2013 diprakirakan akan lebih baik dari pada tahun 2012.
Terlebih untuk kinerja perekonomian Indonesia dengan tingkat konsumsi domestic
relative tinggi dan kelas menengah yang meningkat serta ditunjang oleh kondisi
makro ekonomi yang relative terjaga dengan baik, merupakan beberapa faktor
penyebab perekonomian nasional tidak terlalu terpengaruh oleh krisis perekonomian
global. (Bank Indonesia: Laporan Perkembangan Perbankan Syariah 2012).
Perekonomian dengan menggunakan sistem syariah di Indonesia dalam dua
dasawarsa terakhir menunjukan perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan
-
6
tersebut selain karena semakin meningkatnya kesadaran umat islam Indonesia untuk
menetapkan ajaran agamanya dalam bidang ekonomi, juga disebabkan semakin
meluasnya kesadaran masyarakat tentang kelemahan dari sistem ekonomi kapitalis,
karena semakin menunjukan ketidak adilan dan kesenjangan yang semakin lebar
(Supyadillah, 2013:1).
Menurut Presiden Indonesia Saudi Arabia Business Council (ISABC)
Muhamad Hasan Gaido menegaskan Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim
Terbesar di dunia, sudah semestinya menjadi sentral kegiatan ekonomi syariah.
Karena itu pihaknya terus mendorong pemerintah untuk mewujudkan Indonesia
sebagai pusat ekonomi syariah di dunia. Jangan sampai negeri ini hanya dijadikan
sebagai pasar dari kegiatan ekonomi syariah dunia. Kita harus rebut pangsa pasar
syariah dengan terus mendorong pemerintah dan swasta untuk mewujudkan sebagai
sentral ekonomi syariah di berbagai sector, kata Hasan Gaido saat pertemuan
Silaturahmi dan Rapat Pleno Pengurus ISABC di Hotel d‟Arcici Jakarta, Senin
(17/7). Menurutnya, Indonesia yang berpenduduk 270 juta jiwa, di mana 87 persen
adalah Muslim, merupakan market yang besar. Karena itu pihaknya tengah
merancang langkah-langkah apa saja yang akan dilakukan dalam mewujudkan hal
tersebut. Di antaranya adalah melakukan koresponden dan manggandeng pihak-pihak
terkait seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), Kementrian Perdagangan,
Kementerian Perdagangan, Kementerian Pariwisata, Kamar Dagang dan Industri
(Kadin), dan yang lainnya. “kita akan sosialisasikan terus bahwa Indonesia sangat
-
7
berpotensi menjadi sentral ekonomi syariah. Mulai dari kegiatan usaha perhotelan
berkonsep syariah, restoran halal, perbankan syariah termasuk kegiatan ekspor dan
impor yang dilandasi prinsip-prinsip syariah,” ujar Ketua Bilateral Kadin Komite
Tetap Timur Tengan itu (www.republika.co.id).
Faktor biaya merupakan salah satu penentu kestabilan, perkembangan dan
kontinuitas perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Dampak dari
kondisi ekonomi yang kurang stabil seperti ini memicu terhambatnya pertumbuhan
ekonomi. Dalam hal ini apabila harga rupiah terdepresiasi terhadap USD yang
merupakan hard currency sebagai patokan perdagangan internasional, maka
menyebabkan harga bahan baku yang di import dari luar negri akan mengalami
kenaikan harga dan membuat barang dan jasa yang di export keluar negri akan
mengalami penurunan harga dan akan menjadi lebih murah dari sebelumnya. Jika
harga bahan baku mengalami kenaikan maka akan menyebabkan biaya produksi
suatu perusahaan akan mengalami kenaikan yang akan membebankan keuangan
perusahaan. Keadaan seperti ini kurang mendukung bagi perkembangan industri
terutama industri non keuangan, dimana manajemen keuangan dituntut mengambil
kebijakan-kebijakan yang tepat dalam menghadapi iklim ekonomi seperti ini agar
kinerja keuangan perusahaan tetap baik. Dalam Brigham dan Houston (2009:94)
menyatakan bahwa jika manajemen ingin memaksimalkan nilai perusahaan, mereka
harus mengambil keuntungan dari kekuatan-kekuatan perusahaan dan memperbaiki
kelemahan-kelemahannya. Analisis laporan keuangan akan melibatkan (1)
-
8
membandingkan kinerja perusahaan dengan kinerja dari perusahaan-perusahaan lain
dalam industri yang sama dan (2) mengevaluasi tren posisi keuangan perusahaan dari
waktu ke waktu studi-studi ini akan membantu manajemen mengidentifikasi berbagai
kekurangan yang mereka miliki dan kemudian mengambil tindakan untuk
meningkatkan kinerjanya.
Berdasarkan hal tersebut setiap perusahaan harus memiliki manajemen yang
handal dalam pengelolaan perusahaan. Dimana keberhasilan operasi dan
kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang tergantung dari keputusan
manajemen perusahaan. manajemen yang ada harus melakukan penilaian terhadap
kinerja keuangan perperiode dan melakukan evaluasi untuk menilai atas naik
turunnya kinerja keuangan perusahaan manajemen perusahaan harus mampu
meningkatkan kinerja keuangan, karena hal ini berdampak pada keberlangsungan
suatu perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Menurut Moeljadi (2006:10) tujuan manajemen keuangan sebenarnya
tercermin dari kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh manajemen keuangan. Dalam
hal ini kegiatan manajemen keuangan terbatas pada kegiatan terhadap pengelolaan
keuangan perusahaan yang meliputi perencanaan sumber keuangan (pembelanjaan),
perencanaan alokasi keuangan (investasi), serta penentuan struktur aktiva (kekayaan),
keuangan, dan modal perusahaan. Dengan demikian maka tugas pokok manajemen
keuangan adalah merencanakan perolehan dan penggunaan dana tersebut untuk
memaksimalkan nilai perusahaan. Adapun fungsi pembuatan keputusan dari
-
9
manajemen keuangan dapat dibagi menjadi tiga area utama, yaitu keputusan investasi
atau penggunaan dana, keputusan pendanaan atau mendapatkan dana, dan keputusan
manajemen aktiva, termasuk mengatur pembagian keuntungan.
Manajer keuangan harus mampu mengambil tiga keputusan tersebut secara
efektif dan efisien. Efektif dalam keputusan investasi akan tercermin dalam
pencapaian tingkat keuntungan yang optimal. Efisien dalam pembiayaan investasi
akan tercermin dalam perolehan dana dengan biaya minimum. Sedangkan kebijakan
dividen yang optimal akan tercermin dalam peningkatan kemakmuran pemilik
perusahaan. ketiga keputusan tersebut secara simultan akan turut menyumbangkan
pencapaian tujuan perusahaan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional.
Persaingan bagi perusahaan dapat berpengaruh positif yaitu dorongan untuk
selalu meningkatkan mutu produk yang dihasilkan, akan tetapi persaingan juga
menimbulkan dampak negatif bagi perusahaan, yaitu produk mereka akan tergusur
dari pasar apabila perusahaan gagal meningkatkan kualitas produk-produk yang
dihasilkan, tentu dengan menggunakan biaya yang seefisien mungkin. Moeljadi
(2006:65) menjelaskan, dalam manajemen keuangan harus ada perencanaan dan
peramalan keuangan untuk memfungsikan dana secara efektif dan efisien. Hal itu
dilakukan untuk mencegah kerugian dalam perusahaan. Dalam menghadapi dampak
krisis global ini, dimana harga bahan baku yang semakin meningkat perusahaan harus
melakukan efisiensi biaya produksi tanpa menurunkan kualitas produk agar mampu
bersaing secara harga oleh produk –produk lain.
-
10
Analisis terhadap laporan keuangan dapat memberikan pandangan yang lebih
baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan. Perusahaan dapat
menganalisis laporan keuangan dengan membandingkan rasio-rasio keuangannya
selama beberapa tahun untuk mengetahui bagaimana perkembangan kinerja
perusahaan dari tahun ke tahun. Pada umumnya analisis rasio dijadikan tolak ukur
kinerja keuangan perusahaan oleh pengguna laporan keuangan perusahaan, Selain
itu, dengan melakukan analisis terhadap rasio keuangan pihak manajemen dapat
mengambil tindakan dan kebijakan yang tepat demi kelangsungan perusahaannya.
Menurut Margaretha (2014:11) rasio adalah perbandingan unsur-unsur/ elemen-
elemen atau pos-pos dari laporan keuangan. Pihak-pihak yang berkepentingan dengan
analisis keuangan adalah manajer, analis kredit, dan analis sekuritas.
Banyak manfaat yang didapat dari analisis rasio, menurut Harahap (2013:298)
analisis rasio ini memiliki keunggulan dibanding teknik analisis lainnya. Keunggulan
tersebut adalah :
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan
laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan
keputusan dan model prediksi (Z-score).
-
11
5. Menstandarisir size perusahaan.
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau
melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau ”time series”.
7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa
yang akan datang.
Mengingat pentingnya analisa rasio Likuiditas, rasio Solvabilitas, rasio
Rentabilitas, rasio Aktivitas dan rasio Pertumbuhan tersebut bagi pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun perkembangan perusahaan yang
telah diuraikan sebelumnya, maka judul tesis yang disusun penulis adalah :
” ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DAN NON DISTRESS PADA
PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAM INDEKS SAHAM SYARIAH
INDONESIA”.
-
12
B. Identifikasi Masalah
a. Banyaknya perusahaan yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah
Indonesia yang mengalami financial distress.
b. Beberapa sektor usaha pada Indeks Saham Syariah Indonesia memiliki
kinerja keuangan yang tidak optimal.
c. Banyaknya perusahaan yang memiliki kesulitan dalam menciptakan laba
bersih yang optimal.
d. Rata-rata perusahaan yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia
sulit menciptakan pertumbuhan penjualan dan laba bersih dari tahun
sebelumnya.
C. Batasan Masalah
Berkaitan dengan luasnya pembahasan yang akan dilakukan dalam penelitian
meliputi analisis kuantitatif laporan keuangan pada perusahaan yang terdaftar pada
Indeks Saham Syariah Indonesia dengan mengukur tingkat kesehatan keuangan
perusahaan dengan melihat pendapatan atau laba yang diperoleh selama tahun
penelitian. Dengan menggunakan rasio-rasio keuangan sebagai variabel dependent
yang di analisis menggunakan metode regresi binary logistic.
Adapun periode yang diteliti adalah tahun 2012 sampai dengan tahun 2015
dengan melihat laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Indeks Saham Syariah
-
13
Indonesia, meliputi laporan neraca keuangan, laporan laba rugi dan laporan tahunan
perusahaan yang terpublikasi (Annual Report).
D. Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
a. Apa penyebab terjadinya financial distress pada perusahaan yang terdaftar
pada Indeks Saham Syariah Indonesia?
b. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan yang terdaftar di Indeks Saham
syariah Indonesia?
c. Apakah rasio keuangan berpengaruh terhadap financial distress pada
perusahaan di Indeks Saham Syariah Indonesia?
d. Apakah perusahaan yang terdaftar dapat meningkatkan pertumbuhan
penjualan dan menciptakan pertumbuhan laba bersih?
E. Tujuan Penelitian
a. Menganalisa penyebab terjadinya financial distress pada perusahaan yang
terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia.
b. Menganalisa kinerja keuangan pada sektor pertanian, pertambangan dan
sektor industri dasar dan kimia.
-
14
c. Menghitung dan menganalisa rasio-rasio keuangan pada perusahaan yang
terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia.
d. Menganalisa pertumbuhan penjualan dan laba bersih perusahaan dengan
menilai rasio pertumbuhan perusahaan.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian analisis rasio rasio Keuangan untuk memperediksi kondisi
financial distress pada Perusahaan yang berada di Indeks Saham Syariah
Indonesia digunakan untuk memperdalam pengetahuan dibidang
manajemen keuangan khususnya menganalisa terjadinya kondisi financial
distress pada perusahaan.
2. Manfaat Praktis
Bagi pihak manajemen, dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai
bahan masukan dalam mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan.
3. Bagi Penulis
Dengan adanya penelitian ini dapat menambah wawasan dan
memperdalam pengetahuan dibidang manajemen keuangan, serta
mengimplementasikan konsep dan teori dalam praktek yang sebenarnya,
-
15
khususnya mengenai konsep rasio likuiditas, Leverage, rentabilitas,
aktivitas dan pertumbuhan.
4. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini dapat menjadi alternatif pengukuran kinerja
perusahaan atau masukan pemikiran kepada perusahaan di bidang
perbankan, terutama bagi Perusahaan yang berada di Indeks Saham
Syariah Indonesia agar lebih dapat memaksimalkan kinerja keungannya
pada situasi ekonomi yang kurang baik atau tidak stabil agar dapat
terhindar dari kondisi financial distress melalui analisis rasio Likuiditas,
rasio Leverage, rasio Rentabilitas, rasio Aktivitas, dan Rasio
Pertumbuhan.
5. Bagi Investor, calon investor dan masyarakat
Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai kinerja keuangan
perusahaan yang akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan pengambilan
keputusan dalam penanaman modal.
-
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Financial Distress
1. Definisi Financial Distress
Menurut Rodoni dan Ali (2010:171) financial distress pada dasarnya sukar
untuk didefinisikan secara tepat. Hal ini disebabkan oleh bermacam-macam kejadian
kejatuhan perusahaan pada saat financial distress. Peristiwa kejatuhan perusahaan
yang disebabkan financial distress hampir tidak ada akhirnya, seperti berikut ini :
terjadinya pengurangan deviden, penutupan perusahaan, kerugian-kerugian,
pemecatan, pengunduran diri direksi dan jatuhnya harga saham.
Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan. Tidak ada istilah yang tepat
mengenai financial distress dari studi-studi yang ada sebelumnya. Setiap studi
mengambil masing-masing definisinya sendiri. Dalam penelitian terdahulu dalam
Rodoni dan Ali (2010:171) financial distress dapat diartikan sebagai berikut :
a. Jika beberapa tahun perusahaan mengalami laba bersih operasi (net operating
income) negatif, digunakan oleh Holfer (1980) dan Whitaker (1999).
b. Adanya pemberhentian tenaga kerja atau menghilangkan pembayaran
deviden, digunakan oleh Lau (1987) dan Hill, et al. (1996).
c. Arus kas hasil operasi perusahaan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban
perusahaan, digunakan oleh Karen Wruck (1990).
-
17
d. Rendahnya Interest Coverage Ratio, atau EBITDA negatif, digunakan oleh
Asquith, et.al.(1991) dan pindando, et al. (2006).
e. Perubahan harga ekuitas atau EBIT negatif, digunakan oleh Jhon, et.al (1992)
dalam platt (2004).
f. Stock-based insolvency yaitu kekayaan bersih negatif dan nilai asset kurang
dari nilai hutang dan flow-based insolvency yaitu arus kas yang berjalan tidak
cukup untuk memenuhi kewajiban, digunakan oleh Altman (1993).
g. Adanya arus kas yang lebih kecil dari hutang jangka panjang saat ini
digunakan oleh Whitaker (1999).
h. Perusahaan diberhentikan operasinya atas wewenang pemerintah dan
perusahaan tersebut dipersyaratkan untuk melakukan perencanaan
restrukturisasi, digunakan oleh Tirapat dan Nittayagasetwat (1999).
i. Negatif EBITDA Interest Coverage, Negatif EBIT, Negatif Net Income
digunakan oleh Platt (2004).
j. Beberapa tahun mengalami laba bersih operasi (Net Operating Income
Negatif) dan selama lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran
deviden, digunakan oleh Almilia dan Kristijadi (2003).
k. Perusahaan mengalami delisted akibat laba bersih dan nilai buku ekuitas
negatif berturut-turut, serta perusahaan tersebut telah dimerger, digunakan
oleh Almilia (2004).
l. Perusahaan yang selama dua tahun berturut-turut mengalami laba bersih (net
income) negatif dan nilai buku ekuitas negatif, digunakan oleh Almilia (2006).
-
18
Adapun definisi-definisi lain dari financial distress atau kegagalan keuangan
yang diderita oleh perusahaan dikemukakan oleh beberapa sumber sebagai berikut:
Menurut Luciana (2006) suatu perusahaan yang dikategorikan mengalami
financial distress adalah jika perusahaan tersebut mengalami laba operasi negatif
selama dua tahun berturut-turut. Perusahaan yang mengalami laba operasi selama
lebih dari setahun menunjukan telah terjadi tahap penurunan kondisi keuangan suatu
perusahaan. Jika tidak ada tindakan perbaikan yang dilakukan manajemen perusahaan
maka perusahaan dapat mengalami kebangkrutan.
Menurut Prawironegoro (2009:311) financial distress atau kegagalan ialah
ketidak mampuan mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Dalam dunia bisnis
sasaran itu berupa penjualan, laba kotor, laba operasi, laba bersih, pendapatan bersih
per saham, dan sebagainya. Kegagalan yang terus menerus dapat meruntuhkan
organisasi bisnis, jika kegagalan itu tidak cepat diatasi.
Didalam Martin, Keown, Petty dan Scott (1995:376) istilah kegagalan
(failure) digunakan dalam berbagai macam konteks. Kegagalan ekonomi (economic
failure) berarti biaya yang ditanggung suatu perusahaan melebihi pendapatannya.
Definisi lainnya, tingkat hasil investasi (return of investment- ROI) internal lebih
kecil dari biaya modal (cost of capital) perusahaan.
-
19
2. Penyebab dan Tanda-Tanda Terjadinya Financial Distress
Menurut Brigham dan Houston (2001:33) ancaman kebangkrutan bukan
hanya kebangkrutan itu sendiri, tetapi juga berbagai masalah yang ditimbulkannya,
seperti karyawan penting keluar, pemasok menolak memberikan kredit, pelanggan
mencari perusahaan lain yang lebih stabil, dan pemberi pinjaman meminta suku
bunga yang lebih tinggi serta menetapkan syarat-syarat yang lebih ketat dari pada
kontrak pinjaman.
Menurut Siegel dan Shim (2003:370) menyatakan bahwa banyak faktor
kuantitatif digunakan dalam meramalkan kegagalan perusahaan termasuk:
a. Rasio arus kas terhadap utang total yang rendah.
b. Rasio utang terhadap ekuitas dan utang terhadap aktiva total yang tinggi.
c. Laba atas investasi yang rendah.
d. Margin laba rendah.
e. Rasio laba ditahan terhadap aktiva total rendah.
f. Rasio modal kerja terhadap aktiva total dan modal kerja terhadap aktiva total
dan modal kerja terhadap penjualan yang rendah.
g. Rasio aktiva tetap terhadap utang jangka panjang rendah.
h. Rasio peliputan bunga tidak mencukupi.
i. Penghasilan tidak mantap.
j. Besaran perusahaan kecil diukur dengan penjualan dan/atau aktiva total.
k. Penurunan tajam dalam harga saham, harga obligasi dan penghasilan.
-
20
l. Penambahan berarti dalam Beta (Beta adalah variabilitas dalam harga saham
perusahaan dibandingkan dengan indeks pasar).
m. Kesenjangan besar antara harga pasar perrsaham dan harga buku per saham.
n. Pengurangan dalam pembayaran deviden.
o. Kenaikan berarti dalam biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan.
p. Biaya tetap terhadap struktur biaya total tinggi (juga dinamakan leverage
operasi tinggi).
q. Gagal mempertahankan aktiva modal (misalnya, penurunan dalam rasio
perbaikan terhadap aktiva tetap).
Menurut Siegel dan Shim (2003:372) menyatakan bahwa faktor-faktor
kualitatif yang meramalkan kegagalan, antara lain:
a. Sistem pelaporan keuangan buruk dan tidak mampu mengendalikan biaya.
b. Perusahaan masih baru.
c. Industy menurun.
d. Tingkat persaingan tinggi.
e. Tidak mampu mendapatkan pendanaan yang mencukupi dan pembatasan
pinjaman yang ketat atas pendanaan apa pun yang diperoleh.
f. Tidak mampu memenuhi kewajiban yang sudah jatuh tempo.
g. Manajemen buruk.
h. Berusaha dalam bidang-bidang yang tidak dikuasai manajemen.
-
21
i. Perusahaan gagal untuk selalu memutakhirkan diri, khususnya dalam bidang
yang berorientasikan teknologi.
j. Risiko bisnis tinggi, seperti korelasi positif dalam jalur produk, berarti bahwa
permintaan akan semua produk perusahaan sama-sama bergerak naik atau
turun, atau rentan terhadap pemogokan.
k. Peliputan asuransi tidak memadai.
l. Tindakan penjualan (misalnya, tidak menyatakan persediaan sebenarnya
dengan tujuan menghindari kebangkrutan).
m. Operasi bisnis berdaur.
n. Tidak mampu menyesuaikan produksi untuk memenuhi kebutuhankonsumsi.
o. Rentan terhadap peraturan pemerintah yang ketat (misalnya, undang-undang
pengendali sewa yang berdampak pada pemilik gedung).
p. Rentan terhadap kekurangan energi.
q. Rentan terhadap pemasok yang tidak dapat diandalkan.
r. Perjanjian utang dan/atau sewa yang dinegosiasi kembali.
s. Sistem akuntansi dan laporan keuangan yang tidak sempurna.
Menurut Prawironegoro (2009:312) menyatakan bahwa kegagalan belum
merupakan kehancuran suatu organisasi bisnis. Kegagalan hanya ketidak mampuan
mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Pada umumnya suatu organisasi bisnis gagal
karena:
a. Kemampuan manajerial yang buruk; manajemen tidak mampu memimpin dan
memotivasi karyawan bekerja sesuai dengan program kerja yang ditetapkan;
-
22
harga saham rendah dan hutang tinggi; rasio harga saham terhadap nilai utang
rendah (market value to book value of debt rendah).
b. Ketidak mampuan mengelola pasar, sehingga pangsa pasarnya sempit;
perputaran hartanya lambat (assets turn over rendah).
c. Ketidak mampuan mengelola proses produksi; produk banyak gagal
(rusak,cacat), biaya produksinya tinggi, beban pemasaran tinggi, dan beban
administrasi tinggi, sehingga laba operasi terhadap total harta rendah
(operating profit to total assets rendah).
d. Ketidak mampuan mengelola keuangan, sehingga kekurangan modal kerja;
rasio modal kerja terhadap total harta kecil (working capital to total assets
ratio kecil).
e. Ketidak mampuan menyediakan laba ditahan, sehingga rasio laba ditahan,
sehingga rasio laba ditahan terhadap total harta kecil (retained earning to total
assets ratio kecil); perusahaan tidak mampu memenuhi kebutuhan modal
kerja dan tidak mampu mengadakan perluasan usaha.
3. Cara Mengatasi dan Menghindari Financial Distress
Menurut Rodoni dan Ali (2010:174) financial distress pada perusahaan dapat
diatasi dengan beberapa cara yaitu :
a. Berhubungan dengan aset perusahaan yaitu dengan menjual aset-aset utama,
melakukan merger dengan perusahaan lain, menurunkan pengeluaran dan
pengembangan.
-
23
b. Berhubungan dengan restrukturisasi keuangan yaitu dengan menerbitkan
sekuritas baru, mengadakan negoisasi dengan bank dan kreditor, dan bankrut.
Financial distress dapat melibatkan restrukturisasi aset ataupun restrukturisasi
keuangan.
Menurut Siegel dan Shim (2003:373) perusahaan mempunyai banyak cara
keuangan dan kuantitatif untuk meminimalkan potensi kegagalan. Masalah likuiditas
dan keadaan solvabel dapat diperkecil dengan:
a. Menghindari utang yang berat. Bila utang berlebihan, danailah dengan
ekuitas.
b. Membubarkan divisi dan jalur produk yang merugi.
c. Mengelola aset agar memberi hasil maksimal dan risiko minimal.
d. Memperpanjang tanggal-tanggal jatuh tempo utang dan membuat tanggal-
tanggal itu jatuh bergiliran.
e. Menggunakan teknik kuantitatif seperti analisis regresi multipel untuk
menghitung korelasi (hubungan) antara variabel dan kemungkinan terjadi
kegagalan bisnis.
f. Pastikan ada penyangga keamanan antara status aktual dan persyaratan yang
harus ditaati (misalnya, modal kerja) sehubungan dengan perjanjian pinjaman.
g. Usahakan adanya korelasi negatif antara produk dan investasi.
h. Menurunkan pembayaran deviden.
-
24
Faktor-faktor bukan keuangan yang meminimalkan potensi kegagalan
mencakup:
a. Diversifikasi vertikal dan horizontal jalur produk dan operasi.
b. Mendanai aset dengan utang yang jatuh tempo serupa (ihedging).
c. Berdiversifikasi secara geografis.
d. Mempunyai asuransi yang mencukupi.
e. Memperkuat usaha pemasaran.
f. Memulai program pengurangan biaya.
g. Meningkatkan produktivitas (misalnya, menggunakan analisis ragam yang
terinci dan tepat waktu).
h. Meminimalkan pengaruh buruk dari inflasi dan resesi terhadap entitas
(misalnya, harga berdasarkan masuk belakangan, keluar pertama).
i. Berinvestasi dalam aset serba guna daripada yang berguna tunggal, karena
risikonya lebih rendah.
j. Hindari memasuki industri yang mempunyai tingkat kegagalan tinggi dalam
sejarahnya.
k. Mempunyai banyak proyek daripada hanya beberapa saja, yang sangat
mempengaruhi operasi.
l. Memperkenalkan jalur produk yang hanya sedikit terpengaruh oleh siklus
bisnis dan mempunyai permintaan mantap.
m. Hindari berpindah dari bisnis padat karya ke bisnis padat modal, karena yang
tersebut terakhir mempunyai leverage operasi tinggi.
-
25
n. Hindari kontrak biaya tetap jangka panjang dengan pelanggan, sebaliknya
masukan klausul-klausul penyesuaian inflasi dan indeks biaya energi dalam
kontrak.
o. Hindari pasar yang sedang menurun atau sudah sangat tinggi persaingannya.
p. Sesuaikan diri dengan perubahan teknologi.
Menurut Prawironegoro (2009:312) menyatakan bahwa teknik mengatasi
kegagalan sebagai berikut:
a. Segera mengganti tim manajemen yang kurang profesional supaya mampu
menaikkan harga pasar saham (harga pasar saham biasa) dan mengefektifkan
pengoperasian harta.
b. Meningkatkan daya saing dengan jalan: (1) sumber daya manusia memiliki
kemampuan yang memadai, (2) modal kerja cukup, (3) metode kerja tepat,
agar dapat meluaskan pangsa pasar dan dapat meningkatkan perputaran harta
atau asset turn over.
c. Mengadakan rekayasa proses bisnis agar dapat mengurangi beban terhadap
pendapatan sehingga laba operasi dapat meningkat, atau mengadakan
penghematan biaya secara menyeluruh.
d. Bergabung dengan organisasi lain (merger) yang lebih kuat.
e. Minta perlindungan pemerintah (proteksi pemerintah). Pemerintah harus
melindungi dan membantu menyelamatkan perusahaan yang gagal dan
cenderung bangkrut dengan alasan agar tidak terjadi pengangguran (pemasok
dan buruh tidak bekerja).
-
26
f. Mengadakan pendekatan kepada kreditur agar bersedia memperpanjang
kreditnya dan menunda atau memperkecil pembayaran hutang dan bunga.
Manajemen harus mampu meyakinkan kreditur bahwa bisnisnya masih
mempunyai prospek baik dana pinjaman itu benar-benar digunakan sesuai
dengan perjanjian.
g. Dapat mengadakan diskusi dengan kreditur dan investor tentang cara-cara
mengadakan penghematan biaya, khususnya biaya overhead pabrik, biaya
pemasaran, dan biaya administrasi kantor pusat. Dengan mengadakan
penghematan biaya, memungkinkan perusahaan dapat memperoleh laba.
h. Pada prinsipnya untuk menghindari kebangkrutan, harus diadakan
musyawarah yang saling menguntungkan antara dibitur dan kreditur.
B. Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh
informasi perihal keuangan suatu perusahaan, yang pada umumnya digunakan oleh
pihak-pihak tertentu yang berkepentingan terhadap perusahaan atau laporan keuangan
perusahaan tersebut untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan. Laporan
keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi pengguna dalam proses
pengambilan keputusan di masa yang akan datang.
Adapun teori-teori yang mengemukakan definisi tentang laporan keuangan yaitu:
-
27
1. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) (2004 : 2), dalam Standar Akuntansi
Keuangan menyebutkan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari
proses pelaporan keuangan, yang meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan
yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
2. Harahap (2013:105) laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan
hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.
Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah neraca atau laporan
laba/rugi, atau hasil usaha, laporan arus kas, laporan perubahan posisi
keuangan.
3. Fraser dan Ormiston (2008:8) laporan keuangan merupakan suatu laporan
tahunan korporat terdiri dari empat laporan keuangan pokok yang terdiri dari :
a. Neraca menunjukan posisi keuangan – aktiva, hutang, dan ekuitas
pemegang saham – suatu perusahaan pada tanggal tertentu, seperti
pada akhir triwulan atau akhir tahun.
b. Laporan Laba Rugi menyajikan hasil usaha – pendapatan, beban, laba
atau rugi bersih dan laba atau rugi persaham – untuk periode akuntansi
tertentu.
c. Laporan Ekuitas Pemegang Saham merekonsiliasi saldo awal dan
akhir semua akun yang ada dalam seksi ekuitas pemegang saham pada
neraca. Beberapa perusahaan menyajikan laporan saldo laba, sering
-
28
kali dikombinasikan dengan laporan rugi-laba yang merekonsiliasi
saldo awal dan akhir akun saldo laba.
Analisa atas laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya sebagai upaya
pengamatan dan penilai terhadap kondisi keuangan suatu perusahaan untuk menilai
kinerja keuangan suatu perusahaan agar pengguna laporan keuangan dapat
mengambil kebijakan atau keputusan suatu tindakan dimasa depan baik jangka
pendek maupun jangka panjang berdasarkan hasil analisa laporan keuangan tersebut
guna memperoleh suatu manfaat atau keuntungan bagi penggunanya.
2 Akuntansi Syariah
Dalam Iwan dan Gaffikin (2001:25) dasar munculnya akuntansi syari‟ah
adalah Al-Quran surat Al Baqarah : 282 yang menyatakan bahwa:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang
penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan
hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi
sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya
atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka
hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua
-
29
orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka
(boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai,
supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi
itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu
jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya.
Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih
dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali
jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka
tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila
kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika
kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan
pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al Baqarah: 282).
Selanjutnya dalam catatan kaki dari ayat tersebut Muamalah diartikan seperti
kegiatan berjual-beli, berutang-piutang, sewa-menyewa, dan sebagainya. Berutang-
piutang tertentu mempunyai pengertian yang luas dalam bisnis. pendirian perusahaan
oleh pemilik modal menyangkut utang-piutang antara dia dengan manajemennya.
Pengelolaan harta pemilik modal oleh manajemen merupakan hubungan utang-
piutang (agency relationship). Hubungan transaksi dagang mempunyai konteks
utang-piutang, pinjaman kepada lembaga keuangan mempunyai hubungan utang-
piutang. Oleh karena itu, maka setiap lembaga perusahaan sarat dengan kegiatan
muamalah sebagaimana dimaksudkan ayat diatas. Oleh karena itu, dapat dipastikan
-
30
bahwa pemeliharaan akuntansi wajib hukumnya dalam suatu perusahaan. Harahap
(1992:4) menyatakan bahwa tekanan Islam dalam melakukan pencatatan adalah:
a. Menjadi bukti dilakukannya transaksi (muamalah) yang menjadi dasar
nantinya dalam menyelesaikan persoalan selanjutnya.
b. Menjaga agar tidak terjadi manipulasi, atau penipuan baik dalam transaksi
maupun dari hasil itu (laba). Dalam akuntansi tujuan pencatatan adalah:
pertanggung jawaban atau sebagai bukti transaksi, penentuan pendapatan,
dan informasi yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan dan
lain-lain.
Dari ayat tersebut (QS. Al Baqarah:282) dapat kita ketahui bahwa sejak
munculnya peradaban Islam, telah ada perintah untuk melakukan pencatatan yang
penekanannya adalah untuk tujuan kebenaran, kepastian, keterbukaan, keadilan antara
dua pihak yang mempunyai hubungan muamalah. Konsep Islam dan hakikat
akuntansi mempunyai persamaan yang searah dan telah terbukti bahwa akuntansi ada
dalam Islam dan bahkan memberikan andil dalam perkembangannya (meidawati
1998:201 dalam Iwan dan Gaffikin (2001:26). Hal ini dapat dilihat bahwa:
1. Yang dicatat akuntansi adalah transaksi (muamalah).
2. Dasar pencatatan transaksi adalah bukti (evidence) seperti faktur, cek,
kuitansi, dan lain-lain.
3. Bukti yang menjadi dasar pencatatan akan diklasifikasikan secara teratur
dengan menggunakan aturan umum yang disebut Standar Akuntansi
Keuangan.
-
31
4. Untuk mencapai tingkat kepercayaan yang lebih tinggi, laporan keuangan
yang akan dihasilkan harus diperiksa oleh pihak yang independen.
Dari hal tersebut, proses pencatatan sampai tersusunnya laporan keuangan
dalam akuntansi harus dilakukan dengan benar sehingga informasi yang
dihasilkan dapat digunakan oleh pihak umum.
a. Tujuan dalam akuntansi syari’ah
berdasarkan pada tujuan ekonom Islam, yaitu pemerataan kesejahteraan bagi
seluruh ummat. Kesejahteraan seharusnya didistribusikan kepada seluruh masyarakat
dan tidak hanya diperuntukan hanya pada seseorang atau segolongan orang saja. Oleh
karena itu, islam menyediakan sarana untuk pemerataan kesejahteraan dengan sistem
zakat, infak, sodaqoh, dan sistem tanpa bunga.
Tujuan akuntansi syari‟ah sejalan dengan Qura‟an, Hadis, dan ketentuan-
ketentuan syari‟ah lainnya. Dari pandangan makro tujuan akuntansi syari‟ah
(Hameed, 2000:17 dalam Iwan dan Gaffikin (2001:27) adalah
1. Merupakan dasar dalam perhitungan zakat.
2. Memberikan dasar dalam pembagian keuantungan, distribusi kesejahteraan
dan pengungkapan terhadap kejadian dan nilai-nilai.
3. Untuk meyakinkan bahwa usaha yang dilakukan perusahaan bersifat Islami
dan hasil (laba) yang diperoleh tidak merugikan masyarakat.
-
32
b. Keterbatasan-Keterbatasan Laporan Keuangan
Dalam Muhammad (2005:257) pengambilan keputusan ekonomi tidak dapat
semata-mata didasarkan atas informasi yang terdapat dalam laporan keuangan.
Hal ini disebabkan karena laporan keuangan memiliki keterbatasan, antara lain:
1. Bersifat historis yang menunjukan transaksi dan peristiwa yang telah lampau.
2. Bersifat umum, baik dari sisi informasi maupun manfaat bagi pihak pengguna.
Biasanya informasi khusus yang dibutuhkan oleh pihak tertentu tidak dapat
secara langsung dipenuhi semata-mata dari laporan keuangan saja.
3. Bersifat konservatif dalam menghadapi ketidak pastian. Apabila terdapta
beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu
pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai
aktiva yang paling bersih.
4. Lebih menekankan pada penyajian suatu peristiwa atau transaksi sesuai
subtansinya dan realitas ekonomi daripada bentuk hukumnya (formalitas).
5. Disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan pemakai laporan
diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang
dilaporkan.
6. Tidak luput dari penggunaan berbagai pertimbangan dan taksiran.
7. Hanya melaporkan informasi yang material.
8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan sehingga
menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber daya ekonomis dan tingkat
kesuksesan antar bank.
-
33
9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan
umumnya diabaikan.
3. Teknis Analisis Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2013:20) teknis analisis laporan keuangan dapat digunakan
dengan berbagai metode antara lain.
a. Metode Komperatif;
b. Analisis Tren;
c. Laporan Keuangan bentuk Commond Size;
d. Metode Index Time Seris;
e. Analisis Rasio
f. Teknik Analisis Lain Seperti :
Analisis sumber dan penggunaan dana
Analisis break even
Analisis gross profit
Dupont Analysis
g. Model analisis seperti :
Bankruptcy model
Net cash flow prediction model
Take over prediction model
-
34
3. Tujuan Laporan Keuangan
Dalam Harahap (2013:18) salah satu tugas penting setelah akhir tahun adalah
menganalisis laporan keuangan perusahaan. analisis ini didasarkan pada laporan
keuangan yang sudah disusun. Tujuan laporan keuangan menurut Bernstein (1983)
adalah sebagai berikut :
a. screening
Analisis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi
perusahaan dari laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan.
b. Understanding
Memahami perusahaan, kondisi keuangan, dan hasil usahanya.
c. Forcasting
Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa
yang akan datang.
d. Diagnosis
Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah
yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain
dalam perusahaan.
e. Evaluation
Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola
perusahaan.
-
35
Standar Akuntansi Keuangan (2004:4), tujuan laporan keuangan adalah
sebagai berikut:
1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atas
sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
4. Jenis Laporan Keuangan
Menurut Asnawi dan Wijaya (2006:215) jenis laporan keuangan terdiri dari 4
laporan yaitu: neraca (balance sheet), laporan laba rugi (income statement), laporan
perubahan modal (the statement of stockholders equity), serta laporan arus kas
(statement of cash flows). Keempat laporan ini merupakan kesatuan, sehingga
sebaiknya tidak dianalisis secara terpisah.
a. Neraca menunjukan kekayaan pada tanggal tertera di neraca. Jadi neraca
menunjukan posisi kekayaan pada tanggal tertentu.
b. Laporan rugi laba merupakan ringkasan kegiatan selama satu periode.
Ringkasan ini menunjukan aktivitas menghasilkan (revenue) serta biaya
(exspense) dari aktivitas tersebut.
c. Laporan arus kas merupakan laporan keuangan ketiga. Secara teoritis, laporan
ini menunjukan arus kas keluar dan arus kas masuk, dan dibedakan menjadi
tiga aktivitas yaitu: (i) aktivitas operasi (operating activities); (ii) aktivitas
-
36
investasi (investing activities); (iii) dan aktivitas pendaan (financing
activities).
d. Laporan perubahan modal memuat detail dari transaksi yang mempengaruhi
ekuitas (dalam neraca) selama periode akuntansi.
5. Pemakai Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan alat yang sangat bermanfaat bagi para
pengguna untuk menilai prestasi dan kondisi keuangan suatu perusahaan, karena
dapat memberikan informasi yang dibutuhkan para pemakainya, informasi yang di
dapat oleh pihak eksternal perusahaan di dapat melalui informasi yang dipublikasikan
kepada umum oleh perusahaan. dalam. Dengan menganalisis informasi perusahaan
berupa laporan keuangan, seseorang dapat melakukan tindakan keputusan ekonomi
menyangkut perihal perusahaan yang diharapkan akan menghasilkan keuntungan baik
jangka pendek maupun jangka panjang bagi penggunanya.
Menurut Prastowo (2012:3) para pemakai laporan keuangan ini menggunakan
laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda,
yang meliputi :
a. Investor
Para investor (dan penasihatnya) berkepentingan terhadap risiko yang melekat
dan hasil pengembangan dari investasi yang dilakukannya. Investor ini
membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli,
menahan atau menjual investasi tersebut. Selain itu, mereka juga tertarik pada
-
37
informasi yang memungkinkan melakukan penilaian terhadap kemampuan
perusahaan dalam membayar deviden.
b. Kreditor (pemberi pinjaman)
Para kreditor tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan
mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar
pada saat jatuh tempo.
c. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah hutang yang akan
dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada
perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek dibanding kreditor.
d. Shareholder (para pemegang saham)
para pemegang saham berkepentingan dengan informasi mengenai kemajuan
perusahaan, pembagian keuntungan yang akan diperoleh, dan penambahan
modal untuk business plan selanjutnya.
e. Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan
hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka
panjang dengan atau bergantung dengan perusahaan.
f. Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan oleh karenanya
-
38
berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Selain itu, mereka juga
membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan
kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan
nasional dan statistik lainnya.
g. Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakilinya tertarik pada informasi
mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik pada
informasi yang memungkinkan mereka melakukan penilaian atas kemampuan
perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan
kerja.
h. Masyarakat
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara, seperti
pemberian kontribusi pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang
yang dipekerjakan dan perlindungan kepada para penanam modal domestik.
Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan
informasi kecendrungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran
perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
Menurut Moeljadi (2006:43) analisis keuangan diperlukan oleh berbagai
pihak, seperti para pemegang saham atau investor, kreditor, dan para manajer karena
melalui hasil keuangan ini mereka akan lebih mengetahui posisi perusahaan yang
bersangkutan daripada perusahaan lainnya dalam satu kelompok industri.
-
39
C. Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan sangat bermanfaat untuk menilai kinerja perusahaan, hal
ini dilakukan oleh pengguna laporan keuangan melalui analisa terhadapat laporan
keuangan suatu perusahaan yang telah dipublikasikan kepada umum oleh pihak
perusahaan. Adapun beberapa definisi analisis laporan keuangan menurut beberapa
ahli yaitu:
Menurut Moeljadi (2006:43) analisis keuangan merupakan suatu penilaian
terhadap kinerja perusahaan pada waktu yang lalu dan proyek pada masa datang.
Melalui analisis keuangan diharapkan dapat diketahui kekuatan dan kelemahan
perusahaan dengan menggunakan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan
(financial statment). Laporan keuangan terdiri atas (a) neraca (balance sheet), (b)
laporan rugi laba (income statement), (c) laporan sumber dan penggunaan dana
(source and use of founds), dan (d) laporan sumber dan penggunaan kas (cash flow
statement).
Menurut Prawironegoro (2009:47) analisis laporan keuangan ialah kegiatan
membandingkan kinerja perusahaan dalam bentuk angka-angka keuangan dengan
perusahaan sejenis atau dengan angka-angka keuangan periode sebelumnya. Hasilnya
baik, wajar, atau buruk.
Menurut Prawironegoro (2009:47) Kegiatan perusahaan dapat disajikan dalam
laporan keuangan terdiri dari :
a. Laporan posisi keuangan (Balance Sheet)
-
40
b. Laporan Rugi-Laba (Income Statement)
c. Laporan Laba Ditahan (Retained Earning Statement)
d. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana (Source and Application of Fund atau
lazim disebut Cash Flow Statement).
1. Kegiatan Analisis Laporan Keuangan
Menurut Moeljadi (2006:43) menyatakan bahwa terdapat tiga macam alat
analisis keuangan suatu perusahaan, yakni (a) analisis horizontal, (b) analisis vertikal,
dan (c) analisis rasio. Dalam penelitian ini alat analisis keuangan yang digunakan
adalah analisis rasio sesuai dengan kebutuhan penelitian. Analisis rasio akan
memberikan gambaran umum terhadap kinerja perusahaan yang akan dijadikan tolak
ukur pengambilan keputusan oleh penggunanya.
2. Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2013:67) kegiatan dalam analisis laporan keuangan dapat
dilakukan dengan cara menentukan dan mengukur antara pos-pos yang ada dalam
satu laporan keuangan. Kemudian, analisis laporan keuangan juga dapat dilakukan
dengan menganalisis laporan keuangan yang dimiliki dalam satu periode. Di samping
itu, analisis laporan keuangan dapat dilakukan pula antara beberapa periode (misalkan
tiga tahun).
Analisis laporan keuangan yang dilakukan untuk beberapa periode adalah
menganalisis antara pos-pos yang ada dalam satu laporan. Atau dapat pula dilakukan
-
41
antara satu laporan dengan laporan yang lainnya. Hal ini dilakukan agar lebih tepat
dalam menilai kemajuan atau kinerja manajemen dari periode ke periode selanjutnya.
D. Analisis Rasio Keuangan
Dalam mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan salah satunya adalah
dengan melakukan analisis rasio. Analisis rasio keuangan ini sering digunakan pihak-
pihak yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan baik pihak eksternal maupun
internal guna mencapai suatu hasil kesimpulan sebagai tolak ukur didalam
mengambil keputusan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Adapun definisi
dari analisis rasio keuangan menurut beberapa sumber sebagai berikut :
Dalam Keown, Martin, Petty dan Scott (2011:74) menyatakan bahwa rasio
keuangan membantu kita untuk mengidentifikasi beberapa kelemahan dan kekuatan
keuangan perusahaan. Rasio tersebut memberikan dua cara bagaimana membuat
perbandingan dan data keuangan perusahaan yang berarti : (1) kita dapat meneliti
rasio antar-waktu (katakanlah untuk lima tahun terakhir) untuk meneliti arah
pergerakannya; dan (2) kita dapat membandingkan rasio perusahaan dengan rasio
perusahaan lainnya.
Selain dari rasio yang telah digolongkan tersebut. analis dapat menghitung
rasio yang lain sesuai dengan kebutuhan dalam mengevaluasi kinerja suatu
perusahaan berdasarkan laporan keuangannya. Dari berbagai buku, banyak penulis
yang memberikan berbagai macam perhitungan rasio yang dapat dijadikan acuan
analisis sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Pada umumnya rasio yang populer
-
42
dan sering digunakan adalah : rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio rentabilitas dan
rasio aktivitas atau produktivitas. Namun disamping itu masih banyak lagi rasio yang
dapat dihitung dari laporan keuangan yang dapat memberikan informasi bagi analis,
seperti: rasio leverage, rasio pasar modal, rasio pertumbuhan, rasio nilai pasar dan
sebagainya.
Menurut Prawironegoro (2009:47) menyatakan bahwa analisis kinerja
keuangan dapat disajikan dengan perhitungan berikut:
a. Analisis Arus Kas (cash flow analisis)
b. Analisis Likuiditas (liquidity analysis or working capital analysis)
c. Analisis Leverage (leverage analysis or debt manajemen analysis)
d. Analisis Profitabilitas (profitability analysis)
e. Analisis Aktivitas (activity analysis)
f. Analisis Penilaian (valuation analysis)
g. Analisis Pertumbuhan (growth analysis)
h. Analisis Kebangkrutan (bankruptcy analysis)
i. Analisis Sistem Du Pont.
Menurut Jumingan (2011:120) berdasarkan sumber datanya, dari mana rasio
itu dibuat, maka rasio itu dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
1. Rasio-rasio neraca (balance sheet ratios), yaitu rasio yang disusun dari data
yang berasal dari neraca, misalkan rasio lancar (currebt ratio), rasio tunai
-
43
(quick ratio), rasio modal sendiri dengan total aktiva, rasio tetap dengan utang
jangka panjang, dan sebagainya.
2. Rasio-rasio laporan laba-rugi (income statement ratios), yaitu rasio-rasio yang
disusun dari data yang berasal dari laporan perhitungan laba rugi, misalnya
rasio laba bruto dengan penjualan neto, rasio laba usaha dengan penjualan
neto, operating ratio, dan sebagainya.
3. Rasio-rasio antar laporan (inter-statement ratios), yaitu rasio-rasio yang
disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba-rugi, misalnya
rasio penjualan neto dengan aktiva usaha, rasio penjualan kredit dengan
piutang rata-rata, rasio harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata dan
sebagainya.
1. Cara Menganalisis Rasio Keuangan
Menurut Margaretha (2014:11) ada beberapa cara dalam melakukan analisis
rasio keuangan, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Analisis Horizontal/ trend analysis, yaitu membandingkan rasio-rasio
keuangan perusahaan dari tahun-tahun yang lalu dengan tujuan agar dapat
melihat trend dari rasio-rasio perusahaan selama kurun waktu tertentu.
b. Analisis Vertikal, yaitu membandingkan data rasio keuangan perusahaan
dengan rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri untuk
waktu yang sama.
-
44
c. Kombinasi dari analisis horizontal dan analisis vertikal. Adapun jenis-jenis
rasio keuangan yang digunakan adalah:
1) Liquidity ratio;
2) Asset management ratio;
3) Debt management ratio;
4) Profitability ratio;
5) Market value ratio.
2. Keunggulan Analisis Rasio Keuangan
Harahap (2013:298) analisis rasio ini memiliki keunggulan dibanding teknik
analisis lainnya. Keunggulan tersebut adalah :
a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca
dan ditafsirkan.
b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan
laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
c. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan
keputusan dan model prediksi (Z-score).
e. Menstandarisir size perusahaan.
f. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau
melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau ”time series”.
-
45
g. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang
akan datang.
3. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Menurut Keown, Martin, Petty dan Scott (2011:91) menyatakan beberapa
kelemahan penting yang mungkin ditemui dalam menghitung dan
menginterpretasikan rasio keuangan:
a. Kadang-kadang sulit untuk mengidentifikasikan kategori industri, jika
perusahaan berusaha dalam beberapa bidang usaha. Jika kita harus memilih
sendiri kumpulan perusahaan pembanding dan membuat norma khusus yang
sesuai.
b. Angka rata-rata industri yang diterbitkan hanya merupakan perkiraan saja dan
hanya memberikan petunjukan umum karena bukan merupakan hasil
penelitian dari seluruh perusahaan dalam industri ataupun bahkan sekedar
sampel yang mewakili dalam industri.
c. Perbedaan praktik akuntansi antar-perusahaan dapat menghasilkan perbedaan
dalam perhitungan rasio. Sebagai tambahan, perusahaan mungkin memilih
metode yang berbeda dalam penyusutan aktiva tetap mereka.
d. Suatu industri kebanyakan tidak menyediakan suatu target atau nilai rasio
yang diinginkan. Yang paling baik, suatu industri menyediakan petunjuk
posisi keuangan dari rata-rata perusahaan yang ada dalam industri, termasuk
-
46
yang buruk dan yang memilih membandingkan rasio perusahaan kita dengan
menentukan sendiri kelompok pembanding atau dengan pesaing tunggal.
e. Banyak perusahaan mengalami perubahan-perubahan dalam operasi mereka.
Jadi, masukan neraca dan rasio yang berkaitan dengan neraca tersebut juga
akan berubah-ubah menurut tahun ketika laporan tersebut dibuat.
Menurut Syamryn (2011:427) mengatakan bahwa ada beberapa faktor
keterbatasan dari analisis rasio diantaranya yaitu:
f. Faktor yang pertama, penyebab kelemahan analisis rasio keuangan
berhubungan dengan indikasi bidang usaha bagi perusahaan yang akan
dianalisis. Terhadap sebuah perusahaan yang menjalankan kegiatan dalam
banyak lini bisnis, kadang-kadang sulit mengidentifikasi kategori industri
yang menjadi bidang usaha perusahaan yang bersangkutan. Hal ini
menyebabkan kesulitan dalam memilih jenis industri yang dapat dijadikan
sebagai bahan pembanding.
g. Faktor yang kedua, berhubungan dengan penggunaan rata-rata industri
sebagai alat ukur kewajaran suatu kinerja yang dicapai. Rata-rata industri
yang dipublikasikan hanya merupakan aproksimasi dan menyediakan
pedoman umum kepada para pemakai dibanding dengan rasio rata-rata yang
ditentukan secara ilmiah, dari semua atau bahkan suatu sampel perusahaan
yang representatif dalam kelompok industri tertentu. Dengan demikian suatu
-
47
rata-rata industri tidak dapat sepenuhnya dijadikan target atau standar rasio
yang dikehendaki.
h. Faktor ketiga, berhubungan dengan perbedaan interpretasi di antara praktisi
akuntansi. Para praktisi akuntansi diperusahaan-perusahaan sering
memberikan interpretasi yang berbeda atas transaksi sejenis yang terjadi.
i. Faktor lain yang menjadi kelemahan dari analisis rasio keuangan
berhubungan dengan fluktuasi kegiatan bisnis yang musiman. Dalam
praktiknya banyak bisnis yang volume aktivitasnya dipengaruhi oleh musim,
baik yang disebabkan faktor alam maupun perubahan perilaku konsumen.
Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut analisis rasio keuangan dapat
membuat interpretasi tambahan untuk menyesuaikan hasil analisisnya
sehingga lebih mendekati keadaan yang sebenarnya.
4. Rasio Likuiditas
Perusahaan yang tidak mampu membayar kewajibannya baik kewajiban
jangka panjang maupun jangka pendek, terutama utang jangka pendek (yang sudah
jatuh tempo) disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, bisa disebabkan jika
perusahaan sedang tidak memiliki dana dengan keadaan keuangan yang defisit. Atau
kedua, mungkin dikarenakan perusahaan memiliki dana, namun saat jatuh tempo
perusahaan tidak memiliki dana yang cukup. Untuk membayar kewajiban secara tunai
harus menunggu dalam waktu tertentu, untuk mencairkan aktivanya terutama aktiva
-
48
lancar, seperti: menagih piutang, menjual persediaan, menjual surat-surat berharga
atau aktiva lainnya.
Hal ini dapat terjadi akibat manajemen perusahaan yang kurang optimal
dalam menjalankan usahanya sehingga menyebabkan perusahaan kekurangan atau
tidak mampu dalam membayar kewajibannya tersebut. kemungkinan penyebab
lainnya adalah kurangnya pemanfaatan informasi