kamus tematik keseharian dalam berorganisasi...
TRANSCRIPT
KAMUS TEMATIK KESEHARIAN DALAM BERORGANISASI
DI PONDOK PESANTREN MODERN (INDONESIA-ARAB)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Sastra (S.Hum)
Oleh
Anisa Noor Anom
NIM: 11150240000028
PROGRAM STUDI TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
KAMUS TEMATIK KESEHARIAN DALAM BERORGANISASI
DI PONDOK PESANTREN MODERN INDONESIA-ARAB
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Humaniora
(S.Hum)
Oleh
Anisa Noor Aom
NIM: 11150240000028
Pembimbing,
Umi Kulsum, M.A.
NIP:197507232009012005
PROGRAM STUDI TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/2020
i
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Anisa Noor Anom
NIM :11150240000028
Program Studi : Tarjamah
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya
sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis
saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari
hasil karya atau hasil penelitian orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau replikasi maka
skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang
untuk menyuasun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya
dibatalkan.
Demikian pernyataan ini di buat dengan segala akibat yang timbul
dikemudian hari menjadi tanggup jawab saya.
Jakarta, 17 Maret 2020
ANISA NOOR ANOM
ii
ABSTRAK
Kamus Tematik Keseharian dalam Berorganisasi di Pondok Pesantren
Modern (Indonesia-Arab)
Oleh:
Anisa Noor Anom
11150240000028
Penelitian ini memfokuskan pada kajian leksikologi
leksikografi dan morfologi yang terdapat pada kamus Temaik
“Keseharian dalam berorganisasi” di pondok pesantren modern
(Indonesia-Arab). kamus ini ditargetkan kepada santri yang
sedang belajar dalam berorganisasi baik dalam segi penulisan
maupun lisan. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif. Data primer yang di
ambil oleh peneliti dalam melakukan proses penelitian berupa
kosakata yang terdapat pada kamus ma’hadi kamus saku
Indonesia-Arab karangan Heri Gusnadi As. Sedangkan data
sekunder di ambil dari kamus Al-Munawwir, kamus Hans
Wehr, serta teks-teks online maupun offline yang berkaitan
tentang keseharian dalam berorganisasi di pondok pesantren.
diawali dengan mengumpulkan dan menentukan kosakata yang
sesuai pada tema, kemudian peneliti menterjemahkan kosakata
dengan tepat kedalam bahasa Arab sehingga mendapatkan hasil
yang terbaik. Setelah melakukan penterjemahan peneliti
menganalisis data dan dibandingkan ke beberapa kamus baik
bahasa Inggris maupun bahasa Arab. selanjutnya peneliti
melakukan google research pada gambar untuk memastikan
keabsahan terjemahan tersebut
Kata kunci: leksikografi dan morfologi, metode kualitatif,
menterjemahkan.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah SWT, tuhan
sejagat raya, atas karunia dan kasih sayang-Nya yang tak
terhingga, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora pada
jurusan Tarjamah, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan salam pun tak
luput untuk selalu dilimpahcurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW, yang dari beliau arti pengorbanan,
kesabaran, kasih sayang, dan suri tauladan yang hakiki
mesti direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun skripsi ini, dalam proses penyusunannya
sudah tentu mengalami berbagai kendala dan hambatan.
Namun, dengan adanya dukungan baik moril maupun
materil dari berbagai pihak, peneliti akhirnya dapat juga
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, ucapan
terimakasih yang tak terhingga peneliti hanturkan kepada:
1. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Drs. Saiful Umam, M.A, Ph.D.;
2. Ketua dan Sekertaris Prodi Tarjamah, Dr. Darsita Suparno,
M.Hum, dan Dr. Ulil Abshar, S.S., M.Hum. yang telah banyak
memberikan arahan, dukungan, dan motivasi kepada peneliti;
3. Dosen pembimbing skripsi peneliti, Umi Kulsum, MA. yang
telah sabar meluangkan waktunya memberikan banyak
dukungan, masukan, dan motivasi kepada peneliti;
4. Dosen penguji 1, Dr. Darsita S, M. Hum. dan dosen penguji 2,
Dr. Mauidlotun Nisa, Lc., S.Pd.I., M.Hum. yang telah
iv
meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan saran
yang positif demi kesempurnaan skripsi ini;
5. Dosen pembimbing akademik, Bapak Dr. Ahmad Syatibi,
M.Ag.yang telah membimbing peneliti dengan baik selama
masa studi di Jurusan Tarjamah;
6. Seluruh dosen Fakultas Adab dan Humaniora, khususnya para
dosen di Prodi Tarjamah yang telah memberikan banyak ilmu
dan motivasi kepada peneliti. Barakallah fii hayatikum;
7. Untuk teman-teman jurusan seperjuangan terima kasih banyak
yang telah membantu peneliti selama perkuliahan hingga
mencapai titik ini. Teruntuk suami saya Muhammad Irfan
Aminullah yang telah memberi dukungan penuh untuk
menuntaskan persyaratan akhir program S1.
Semua pihak yang ikut andil dalam membantu terlaksananya
penelitian skripsi ini, semoga selalu diberikan keberkahan dan
dilimpahkan rahmat-Nya dalam hidup. Pada akhirnya, peneliti
berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi khalayak ramai,
khususnya bagi para akademisi yang menggeluti bidang
penerjemahan Arab-Indonesia, sejarah kebudayaan Islam dan
biografi.
Jakarta, 17 Maret 2020
Penelit
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................. v
PEDOMAN TRANSLITRASI ................................................... 1viii
BAB I
PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Batasan Rumusan Masalah ................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 4
E. Tinjauan Pustaka .................................................................. 4
F. Metodologi Penelitian .......................................................... 7
1. Metodelogi penelitian ............................... 7
2. Sumber data ................................................................... 7
3. Tehnik pengumpulan data .............................................. 7
4. Analisis data................................................................... 8
G. Sistematika Penulisan .......................................................... 9
BAB II
KAJIAN TEORI ........................................................................ 10
A. Morfologi Indonesia ............................................................. 10
1. Lema dan sub lema......................................................... 10
2. Proses pembentukan kata ............................................... 11
3. Susunan lema dan sublema ............................................. 15
B. Morfologi Arab .................................................................... 18
vi
1. Akar (asl) dan (wazn) pola ............................................. 16
2. Kelas kata ..................................................................... 19
C. Leksikologi dan Leksikografi ............................................... 20
D. Kamus .................................................................................. 21
1. Fungsi kamus ................................................................. 22
2. Jenis-jenis kamus............................................................ 22
a. Berdasarkan bahasa sasaran ...................................... 23
b. Berdasarkan ukurannya ............................................. 23
c. berdasarkan isinya .................................................... 25
d. Kamus ideal .............................................................. 27
E. Sistematika Penyusunan Kamus ........................................... 28
F. Makna .................................................................................. 18
BAB III
GAMBARAN UMUM KAMUS ORGANISASI PONDOK
PESANTREN MODERN INDONESIA-ARAB ........................ 31
A. Latar Belakang Penulisan Kamus ......................................... 21
B. Penyajian Data ..................................................................... 32
C. Proses Penyusunan Kamus ................................................... 32
D. Kelebihan, kekurangan serta perbedaan kamus Organisasi Pondok
Pesantren Modern Indonesia-Arab dengan Kamus Lain ....... 33
BAB IV
ANALISIS ................................................................................ 35
ANALISIS KOSAKATA KAMUS KEORGANISASIAN
PONDOK PESANTREN MODERN INDONESIA-ARAB......... 35
A. Analisis dan pertanggungjawaban ...................................... 37
vii
BAB V
PENUTUP ................................................................................. 87
A. Kesimpulan .......................................................................... 87
B. Saran.................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 89
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah mengalihaksarakan suatu tulisan ke dalam aksara
lain. Misalnya, dari aksara Arab ke aksara Latin. Peneliti menggunakan
pedoman transliterasi berdasarkan pada Keputusan Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Nomor: 507 Tahun 2017 Tentang “Pedoman Penelitian
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta”. Berikut daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin:
A. Konsonan
Huruf
Arab
Huruf
Latin Keterangan
ا Tidak dilambangkan
بB Be
تT Te
ثTs te dan es
جJ Je
حH h dengan garis bawah
خKh ka dan ha
دD De
ذDz de dan zet
رR Er
ix
زZ Zet
سS Es
شSy es dan ye
صS es dengan garis di bawah
ضD de dengan garis di bawah
طT te dengan garis di bawah
ظZ zet dengan garis bawah
ع‘ koma terbalik di atas hadap kanan
غGh ge dan ha
فF Ef
قQ Ki
كK Ka
لL El
مM Em
نN En
وW We
هH Ha
x
ء` Apostrof
يY Ye
B. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia,
terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkaP atau
diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai
berikut:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin Keterangan
A Fathah
I Kasrah
U Dammah
Adapun vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah
sebagai berikut:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin Keterangan
ي Ai a dan i
و Au a dan u
xi
C. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam
bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin Keterangan
ا Â a dengan topi di atas
ي Î i dengan topi di atas
و Û u dengan topi di atas
D. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan
dengan huruf, yaitu ال, dialihaksarakan menjadi huruf /I/, baik diikuti
huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-
rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân.
E. Syaddah (Tasydȋd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan tanda ( ), dalam alih aksara ini dilambangkan
dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda
syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima
tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-
huruf syamsiyyah. Misalnya kata "الضرورة" tidak ditulis ad-darûrah
melaikan al-darûrah. Demikian seterusnya.
F. Ta Marbȗtah
xii
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbȗtah
terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang
sama juga berlaku jika ta marbȗtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t)
(lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbȗtah tersebut diikuti kata
benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat
contoh 3).
Contoh:
No. Kata Arab Alih Aksara
1 Tarîqah طريقة
2 الجامعة الالجامعة الإسلامية
al-jâmi’ah al-islâmiyyah
3 Wahdat al-wujûd وحدة الوجود
G. Huruf Kapital
Meskipun dalam tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal,
dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan
mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD) bahasa Indonesia, antara lain untuk menuliskan permulaan
kalimat, huruf awal, nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain.
Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka
yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut,
bukan huruf awal kata sandangnya. (Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî
bukan Al- Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi)
Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat
diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf
cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul
xiii
buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam alih
aksaranya. Demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penelitian nama, untuk nama-nama tokoh
yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak
dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab.
Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak ‘Abd al-Samad al-
Palimbâni; Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.
H. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi’il), kata benda (ism), maupun huruf
(harf) ditulis secara terpisah. Berikutnya adalah beberapa contoh alih
aksara atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman
pada ketentuan-ketentuan di atas:
Kata Arab Alih Aksara
ذهب الأستاذdzahaba al-ustâdzu
ثبت الأجرtsabata al-ajru
الحركة العصريةal-harakah al-‘asriyyah
اشهد ان لا إله إلا اللهasyhadu an lâ ilâha illâ Allâh
مولانا ملك الصالحMaulânâ Malik al-Sâlih
يعث ركم اللهyu’atstsirukum Allâh
المظاهر العقلي ةal-mazâhir al-‘aqliyyah
1
BAB I
A. Latar Belakang Masalah
Pesantren sebagai subsistem pendidikan nasional yang
merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia.
Pesantren juga sebagai lembaga pengasuhan alternatif yang
keberadaannya khas. Satu sisi pesantren merupakan sistem
pendidikan Islam, di pihak lain membangun kelekatan
dengan peserta didik/santri seutuhnya yaitu dengan merawat,
membimbing, menjaga, dan memantau perkembangan
santri.1
Ada berbagai variasi pesantren yang mengarah pada
perbedaan secara kategorial. Pengkatagorian pesantren dapat
dilihat dari berbagai perspektif, salah satunya adalah
rangkaian kurikulum, keterbukaan terhadap perubahan,
sistem pendidikan, dan tingkat kemajuan. Perspektif seperti
ini kemudian melahirkan adanya variasi pesantren, salah
satunya adalah pesantren khalaf (modern). Yang dimaksud
pesantren modern atau pesantren khalaf adalah pesantren
yang telah melakukan pembaharuan (modernisasi) dalam
sistem pendidikan, kelembagaan, pemikiran dan fungsi.2
Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan di
pondok pesantren modern juga mengalami pembaruan dan
pengembangan, khususnya kurikulum dan metode
pembelajarannya. Sebagian pesantren telah
mengakomodasikan program pendidikan madrasah atau
sekolah, dan sebagiannya lagi tetap mempertahankan pola
pendidikan khas pesantren yang telah lama berlaku di
pesantren, baik kurikulum maupun metode
pembelajarannya.3
1 Achmad Muchaddam Fahham, Pendidikan Pesantren: Pola Pengasuhan,
Pembentukan Karakter, dan Perlindungan Anak ( Jakarta: P3DI, 2015), h.v. diakses pada
tanggal 02 juli 2019 Pukul 09:09 WIB. 2 A. Malik M, Tunaya Thaha, Modernisasi Pesantren (Jakarta: Balai Penelitian dan
Pengembangan Agama, 2007), h. 9. 3http://simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/pedoman%20pesantren-
2002.pdf. Pedoman Pondok Pesantren: Panduan Teknis Penyelenggaraan Program Wajib
2
Membahas mengenai pembelajaran di pondok pesantren
salah satunya adalah berbahasa. Pada pondok pesantren
modern lebih mengarahkan pada ketrampilan bahasa yakni
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Hal ini seiring
dengan diciptakannya lingkungan dan hari wajib berbahasa
yang diberlakukan di pondok pesantren tersebut. Pada sistem
pembelajaran muhadatsah (percakapan) dalam bahasa Arab
dilaksanakan dengan memberlakukan lingkungan berbahasa
Arab dan hari berbahasa Arab. Setiap santri wajib berbahasa
Arab pada lingkungan dan hari berbahasa Arab yang telah
ditentukan sehingga santri yang kedapatan tidak
menggunakan bahasa Arab maka akan dikenakan sanksi yang
berlaku.4 Tidak hanya itu untuk aktivitas sehari-hari, santri
juga diwajibkan berbahasa Arab, salah satunya seperti
aktivitas saat berorganisasi.
Pengorganisasian dalam suatu pesantren diatur dan
dibagikan tugas-tugas pada seluruh anggota serta pengelola
pesantren untuk dilaksanakan, supaya mencapai tujuan yang
diharapkan bersama.5 Tentunya dari organisasi-organisasi ini
akan memuat beragam istilah kosakata-kosakata yang
dibutuhkan oleh santri.
Secara bahasa, pondok pesantren terdiri dari dua kata,
yaitu “pondok” dan “pesantren”. Istilah “pondok” menurut
Zamakhsyari Dhofier berasal dari Bahasa Arab فندددق (dibaca:
funduk) yang berarti penginapan, asrama atau wisma
sederhana, karena pondok memang sebagai tempat
penampungan sederhana dari para pelajar/santri yang jauh
dari tempat asalnya. Sedangkan istilah “pesantren” berasal
Belajar Pendidikan Dasar Pada Pondok Pesantren Salafiyah, h. 2. Diakses 21 agustus 2019
Pukul 00:05 WIB. 4 Abu Maskur, h. 65-67. 5 Kompr, Manajemen & Kepemimpinan Pondok Pesantren (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2018), h. 110.
3
dari kata “santri” yang mendapat awalan “pe-“ dan akhiran “-
an” sehingga menjadi kata pesantrian atau pesantren.6
Setelah disimak seksama, kewajiban santri untuk
menggunakan bahasa Arab sehari-hari sangat membutuhkan
sebuah kamus. Kata kamus berarti buku acuan yang memuat
kata dan ungkapkan, biasanya menurut abjad berikut
keterangan tentang makna, pemakaian atau terjemahan
KBBI. Sedangkan kamus menurut Ahmad Abdul Ghafur
Attar adalah sebuah buku yang memuat sejumlah besar
kosakata yang disertai penjelasnya dan interprestasinya atau
penafsiran makna dari kosakata tersebut semua isinya
disusun sistematika tertentu, baik bedasarkan huruf hijayah
(lafal) atau tema (makna).7
Dalam Bahasa Arab ada beberapa istilah yang dapat
digunakan untuk penyebutan kamus, yaitu mu’jam, qamus,
fihris, mausu’ah, (ensiklopedia) dan musrid (indeks,
glosarium).8 Mu’jam dan qamus adalah sebuah karya tulis
buku yang memberikan informasi tentang pelafalan,
kosakata, struktur dan kata-kata entri dengan tujuan untuk
menjelaskannya disajikan dengan susunan tertentu.9
Dapat disimpulkan bahwa kamus sangat berperan penting
dalam kegiatan di pondok pesantren modern. Maka dari itu
peneliti beralasan ingin mengambil judul “Kamus Temaik
“Keseharian dalam berorganisasi” di pondok pesantren
modern (Indonesia-Arab)” sebagai syarat kelulusan untun
mendapatkan gelar sarjana dan semoga penelitian yang
peneliti buat dapat bermanfaat bagi khalayak luas.
6 Abu Maskur, Jurnal Metode Pembelajaran Bahasa Asing Arab di Pondok
Pesantren Modern (Studi Kasus di Pondok Pesantren Roudlatul Qurro Cirebon. Diakses
pada tanggal 09 September 2019 Pukul 20:16 WIB. 7 Ahmad Abdul Ghafur Attar, Muqaddimah al-Shihah (bairut: Dar Al-Ilm Lil
Malayn, 10790, h. 138. 8 Taufiqurochman, Leksikografi Bahasa Arab (Malang: malang pres, 2008). h. 2. 9 Moch. Syarif Hidayatullah, Cakrawala Linguistik Arab (pamulang: Alkitabah,
2012), h. 86.
4
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Batasan penelitian
1. peneliti membatasi hanya kosakata yang berkaitan
dengan keseharian dalam berorganisasi di pondok
pesantren modern saja.
Rumusan masalah
1. Bagaimana proses penyusunan kosakata keseharian
dalam berorganisasi di pondok pesantren modern
(Indonesia-Arab)?
C. Tujuan penelitian
1. Tersusunnya Kamus Temaik “Keseharian dalam
berorganisasi” di pondok pesantren modern
(Indonesia-Arab).
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai pengetahuan mengenal kosakata istilah
keorganisasian pondok pesantren modern.
2. Mempermudah proses pembelajaran mahasiswa pada
kosakata istilah keorganisasian pondok pesantren
modern.
3. Mempermudah santri menterjemahkan berita-berita
tentang keorganisasian pondok pesantren modern.
4. mempermudah santri berkomunikasi menggunakan
berbahasa Arab.
5. Memberi wawasan kepada pembaca tentang teori
pembuatan kamus Istilah atau kamus khusus.
E. Tinjauan Pustaka
Sejauh ini peneliti belum menemukan penelitian pada
kamus tematik ‘keseharian dalam berorganisasi” di pondok
pesantren modern Indonesia-Arab, namun ada beberapa
peneliti terdahulu merujuk tentang kamus yaitu:
5
Pertama, mahasiswa Astiwi Purmawati (2007).
Fakultas Sains dan Teknologi Program studi ilmu
Komputer Jurusan Matematika Universitas Sanata Darma
Jogjakarta. Dengan judul Kamus Arab – Indonesia dan
Indonesia – Arab Berbasis Web.10 Dari kedua ilmiah di
atas sama-sama mempunyai relevasi dan perbedaannya.
Relevasi dari kedua ilmiyah tersebut ialah sama-sama
membuat sebuah kamus. adapun perbedaannya adalah
terletak pada hasil. peneliti menghasilkan kamus cetak
sedangkan saudara Astiwi menghasilkan kamus aplikasi.
Kedua, mahasiswa Ali (2014). Fakultas Adab dan
Humaniora Jurusan Tarjamah Bahasa Arab Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul
Kamus Mutarjim Aplikasi Kamus Arab-Indonesia erbasis
android.11 Dalam hal ini penelitian yang penulis lakukan
serupa dengan apa yang sudah diteliti oleh saudara Ali
yaitu sama-sama membuat kamus. Adapun perbedaannya
terletak pada hasil. Saudara Ali menghasilkan kamus
aplikasi sedangkan peneliti menghasilkan produksi kamus
cetak.
Ketiga, mahasiswa Moh. Sofwan Zauri Azizi
(2016) Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan Jurusan
Pendidikan Bahasa Arab Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Jogjakarta. Dengan Judul Kamus Bahasa Arab
Online Sebagai Sumber Pembelajaran Bahasa Arab.12 Dari
kedua ilmiah di atas ada relevasi dan juga perbedaannya.
Relevasi dari kedua ilmiah di atas sama-sama membuat
sebuah kamus. Namun perbedaan dari kedua ilmiah
tersebut terletak pada hasil. Peneliti menghasilkan kamus
10 Astiwi Purnawati, Kamus Arab – Indonesia dan Indonesia – Arab Berbasis Web.
Diakses pada tanggal 16 Juli 2019 pukul 13:16. https://repository.usd.ac.id/2184/. 11 Ali, Kamus Mutarjim Aplikasi Kamus Arab-Indonesia Berbasis Android. 12 Moh. Sofwan Zauri Azizi, Kamus Bahasa Arab Online Sebagai Sumber
Pembelajaran Bahasa Arab. diakses pada tanggal 16 Juli 2019 pukul 13:04. http://digilib.uin-suka.ac.id/21944/.
6
cetak sedangkan saudara Sofwan menghasilkan kamus
aplikasi. Perbedaan lainnya peneliti membuat kamus
khusus sedangkan kamus yang di buat oleh saudara Sofwan
bertema Umum.
Keempat, mahasiswa Hany Yulia Rachmawati
(2017). Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan Tarjamah
Bahasa Arab Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Dengan judul Produk Kamus Saku Linguistik
Modern Tiga Bahasa (Indonesia-Inggris-Arab).13 Dalam
hal ini penelitian yang penulis lakukan mempunyai relevasi
yaitu sama-sama memproduksi sebuah kamus. Namun
adapun perbedaannya terletak pada tema dan hasil, Yaitu
saudara Hany memfokuskan pada kosakata linguistik
modern sedangkan peniliti memfokuskan pada kosakata
“keseharian dalam berorganisasi” di pondok pesantren
modern.
Kelima, mahasiswa Muhammad Aldi Darmawan
(2017). Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan Tarjamah
Bahasa Arab Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Dengan judul Produk Kamus Cilik Tiga Bahasa
Bergambar, Indonesia, Inggris, Arab (Analisis
Leksikografi & Semiotika).14 Dalam hal ini penelitian yang
penliti lakukan serupa dengan apa yang sudah diteliti oleh
saudara Aldi yaitu sama-sama membuat kamus. Adapun
perbedaannya terletak pada hasil, saudara Aldi
memfokuskan pada kosakata umum dan bergambar
sedangkan peneliti memfokuskan kosakata khusus dalam
berorganisasi di pondok pesantren modern.
13. Hany Yulia Rachmawati, Produk Kamus Saku Linguistik Modern Tiga Bahasa
(Indonesia-Inggris-Arab). Diakses pada tanggal 06 Agustus 2019 pukul 13:22.
https://www.academia.edu/35688085/SKRIPSI_HANY.docx 14. Muhammad Aldi Darmawan, produk kamus cilik tiga Bahasa Bergambar,
Indonesia, Inggris, Arab (Analisis leksikografi & semiotika). Diakses pada tanggal 06
Agustus 2019 pukul 22:09. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/35219
7
F. Metodologi Penelitian
a. Metode penelitian
Metode yang akan digunakan oleh peneliti adalah
metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah. (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna daripada generalisasi.15
b. Sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari primer dan sekunder. Sumber data primer yang
peneliti digunakan adalah kamus -saku Indonesia معهدددددي
Arab karya Heri Gusnadi. As, kamus mahmud yunus karya
Mahmud Yunus, dan dari beberapa buku yang berbasis
pondok pesantren. Sedangkan sumber data sekunder dalam
penelitian ini yaitu kamus Al-Munawwir, kamus Hans
Wehr Dictionary, KBBI, kamus Indonesia-Inggris, serta
media internet dan literatur-literatur terkait dengan
penelitian ini, diantaranya Kamus Offline.
c. Teknik pengumpulan data
Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam rangka
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Membaca beberapa artikel dan kamus yang berkaitan
tentang pondok pesantren.
2. Mengambil kosakata yang berkaitan dengan
“keseharian dalam berorganisasi” di pondok pesantren.
15 Sugiono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D” (bandung: Alfabeta,
2016), h. 213.
8
3. Menentukan kosakata keseharian dalam berorganisasi di
pondok pesantren modern pada artikel dan kamus.
4. Menentukan padanan kosakata “keseharian dalam
berorganisasi” di pondok pesantren modern pada artikel
dan kamus.
5. Menentukan terjemahan kosakata “keseharian dalam
berorganisasi” di pondok pesantren modern kedalam
Bahasa sasaran (bahasa Arab).
6. Mengumpulkan kosakata “keseharian dalam
berorganisasi” di pondok pesantren yang sudah
diterjemahkan.
7. Mengurutkan kosakata “keseharian dalam
berorganisasi” di pondok pesantren modern yang sudah
diterjemahkan kedalam bahasa Arab sesuai dengan
urutan entri.
8. Menganalasis kosakata “keseharian dalam
berorganisasi” di pondok pesantren modern dan
menguraikan penjelasannya dengan metode semantik.
d. Analisis data
Tahapan selanjutnya adalah analisis data. Analisis data
bertujuan untuk mengelola data yang telah terkumpul
sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan
penelitian. Proses analisis data pada penelitian ini yaitu
mencari istilah-istilah kosakata keseharian dalam
berorganisasi di pondok pesantren modern pada beberapa
objek-objek yang terkait, Setelah kosakata keseharian
dalam berorganisasi di pondok pesantren modern itu
terkumpul kemudian peneliti mencari padanan-padanan
yang tepat pada kosakata tersebut. Setelah itu peneliti
mencari padanannya yang tepat pada bahasa Arab,
kemudian memberi makna sesuai teori semantik leksikal,
dan menyusunnya sesuai dengan teori perkamusan dan cara
penyusunannya, sehingga terbentuklah kamus tematik
“keseharian dalam berorganisasi” di pondok pesantren
modern Indonesia-Arab.
9
G. Sistematika penulisan
Bab I pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah,
batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian
sistematika penelitian.
Bab II kajian teori yang terdiri dari sub-bab: pertama,
lema dan sublema. Kedua, proses pembentukan kata, terdiri
dari: bentuk kata, afiksasi, pembentukan kata awalan dan
pembentukan kata pada kata dasar dengan kata dasar.
Ketiga, leksikologi dan leksikografi. Keempat, kamus,
yang terdiri dari: fungsi kamus dan jenis-jenis kamus.
Kelima, sistematika penulisan kamus. Keenam, makna,
yang terdiri dari: jenis-jenis makna.
Bab III gambaran umum kamus keorganisasian Pondok
Pesantren Modern yang terdiri dari sub-bab: pertama, latar
belakang penulisan kamus. Kedua, penyajian data pada
kmaus. Ketiga, proses pembuatan kamus. Keempat,
kelebihan, kekurangan serta perbedaan kamus tematik
keseharian dalam berorganisasi” di pondok pesantren
modern Indonesia-arab dengan kamus lain.
Bab IV analilis kamus tematik “keseharian dalam
berorganisasi” di pondok pesantren modern Indonesia-arab
yang terdiri-dari sub-bab: analisis tampilan, analisis isi
pada masing-masing lema.
Bab V penutup yaitu kesimpulan.
10
BAB II
KERANGKA TEORI
Setiap penelitian pasti melewati landasan teori atau sering
didengar sebagai kerangka teori, yang artinya adalah
seperangkat konsep yang berfungsi untuk melihat
fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan
antara variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan
fenomena. Melihat hasil permasalahan pada penelitian ini,
peneliti mengambil beberapa teori salah satu dari teori
tersebut adalah pada ilmu morfologi Indonesia, morfologi
Arab, leksikologi dan leksikografi yang terakhir adalah
tentang pekamusan.
A. Morfologi Indonesia
1. Lema dan Sublema
Lema adalah kata atau frasa masukan dalam kamus di
luar definisi atau penjelasan lain yang diberikan dalam
entri. Butiran masukan: entri.16 Sublema adalah masukan
kamus berikut keterangannya yang merupakan bagian yang
diturunkan dari lema: subentri17. Data yang dikumpulkan
dari korpus akan menjadi lema dan sublema dalam kamus
yang akan disusun. Lema (entri) dalam bahasa Indonesia
berupa morsen dasar, baik yang bebas seperti (batu, pergi,
dan pulang) maupun yang terikat seperti (juang, henti, dan
abai). Sedangkan sublema (subentri) berupa bentuk
turunan, baik yang berimbuhan, yang berulang, maupun
yang berkomposisi (seperti membatu, batu-batuan, dan
16 KBBI Online 17 KBBI Online
11
batu loncatan). Masalah lema dan sublema ini akan muncul
kalau akan disusun atau didaftarkan di dalam kamus. 18
2. Proses Pembentukan Kata
(a) Bentuk Kata
Dalam Bahasa Indonesia secara umum bentuk kata itu
terdiri atas dua macam, yaitu kata dasar dan kata bentukan.
Kata dasar merupakan suatu kata yang utuh dan belum
mendapat imbuhan apapun. Dalam proses pembentukan
kata, kata dasar dapat diartikan sebagai kata yang menjadi
dasar bagi bentukan kata lain yang lebih luas, dalam
pengertian ini, kata dasar lazim pula disebut sebagai bentuk
dasar kata, terkait dengan itu, untuk menghindari
penyebutan yang berbeda-beda, kata yang menjadi dasar
bagi bentukan kata lain yang lebih luas disebut kata dasar. 19
Berbeda dengan itu, kata bentukan merupakan
merupakan kata yang sudah di bentuk dari kata dasar
dengan menambahkan imbuhan tertentu. Kata bentuk
seperti ini lazim pula disebut dengan beberapa istilah yang
berbeda-beda, misalnya ada yang menyebutnya sebagai
kata turunan, kata berimbuhan, da nada pula yang
menyebutnya kata jadian. Sehubungan dengan itu, untuk
menghindari penggunaan istilah yang berbeda-beda, istilah
yang digunakan adalah kata bentukan.
(b) Afiksasi/Imbuhan
Afiksasi atau disebut dengan kata berimbuhan adalah
kata-kata yang telah berubah bentuk dan makna. Perubahan
ini dikarenakan kata-kata tersebut telah diberi imbuhan
18 Abdul Chaer, Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. ( Jakarta: Rineka Cipta,
2007), h. 217. 19 Mustakim, Bentuk dan Pilihan Kata. (Jakarta: pusat pembinaan dan
pemasyarakatan badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2015), h. 3.
12
yang berupa awalan (prefiks), akhiran (sufiks) sisipan
(infiks), dan awalan akhiran (konfiks). Imbuhan-imbuhan
tersebut memberikan perubahan pada kata dasarnya.20
Afiksasi merujuk kepada suatu runtutan perubahan yang
dilalui oleh bentuk dasar atau sebuah leksem sehingga
leksem menjadi kata, entah kata tunggal ataupun kata
kompleks.21 Berikut beberapa contoh imbuhan.
a. Awalan
Me- → Menulis
di- → ditulis
pe- → penulis
ber- → berlari
ter- → tercatat
se- → serupa
b. Akhiran
-an → tulisan
-I → taati
-kan → tumbuhkan
c. Sisipan
-el- → geletar
-em- → gemuruh
-er- → gerigi
d. Gabungan Imbuhan
Meng-..-kan → menemukan
Meng-..-i → memandangi
Peng-..-an → pendidikan
Ke,-..-an → kehujanan
Se-..-nya → seandainya
20. Melvina Yosephine, Yulius Denny Prabowo. Pengembangan Aplikasi
Pemeriksaan Kata Dasar dan Imbuhan pada Bahasa Indonesia. (Jakarta: Kalbi Scientia), h.
123. 21 Darsita Suparno, Buku Morfologi Bahasa Indonesia. h 24. Diakses pada tanggal
4 Desember 2014. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/33994
13
Per-..an → peraturan
(c) Pembentukan Kata dengan Awalan
Di antara beberapa awalan yang dapat digunakan
sebagai pembentuk kata dalam bahasa Indonesia, meng-
dan peng- merupakan awalan yang paling banyak
menimbulkan masalah. Dikatakan demikian karena awalan
itu dapat mengalami perubahan bentuk jika digabungkan
dengan kata dasar yang berawal dengan fonem tertentu.
Awalan meng- misalnya, dapat berubah bentuknya menjadi
me-, meny-, men-, mem-, dan menge-, begitu pula halnya
dengan awalan peng-, seperti awalan meng-, awalan peng-,
juga dapat berubah menjadi pe-, peny-, pen-, pem-, dan
penge-. 22
Peruahan dan peluluhan dalam proses pembentukan
kata tersebut terjadi karena fonem-fonem yang
bersangkutan, baik fonem nasal maupun fonem lain pada
awal kata dasar, mengalami proses nasalisasi, yaitu proses
penyesuaian fonem (bunyi) dengan fonem-fonem yang
homorgan atau sebunyi. Jadi proses nasalisasi dan asimilasi
bunyi itulah yang meyebabkan timbulnya perubahan dan
peluluhan.
Meskipun kaidahnya sudah jelas seperti itu, dalam
kenyataan dalam berbahasa masih ditemukan kata-kata
bentukan yang bentukannya menyimpang dari kaidah.
Beberapa kata bentukan dangan awalan meng- (-kan) dan
peng- (-an) yang pembentukannya tidak sesuai dengan
kaidah, antara lain adalah mengetrapkan, mentrapkan,
menterapkan, pengetrapkan, pentrapkan, penglepasan, dan
pengrusakan. Bentukan kata tersebut dikatakan tidak tepat
22 Mustakim, Bentuk dan Pilihan Kata. h. 9.
14
karena proses pembentukannya tidak sesuai dengan kaidah
yang berlaku. 23
Agar dapat membentuk kata dengan benar dan mampu
mengecek lebenaran bentukan kata, selain harus
memahami proses pengimbuhan. Kita juga dituntut untuk
lebih “akrab” dengan kamus. Dengan menggunakan sebuah
kamus, kita dapat mengecek kata dasar dari bentukan kata
itu benar.
a. Perubahan awalan ber-
Selain awalan meng- dan peng-, awalan ber- juga dapat
berubah sesuai dengan lingkungan bunyi yang
dimasukinya. Dalam hal ini, awalan ber- dapat berubah
menjadi be- dan bel- atau tetap menjadi ber-, awalan ber-
berubah menjadi be- jika digabungkan dengan kata dasar
yang berawal dengan fonem /r/ atau kata dasar yang suku
kata pertamanya mengandung bunyi er-. Awalan ber-
berubah menjadi bel- jika digabungkan dengan kata ajar,
dan awalan ber- tetap menjadi ber- jika digabungkan
dengan kata dasar selain yang telah disebutkan itu.
b. Perubahan awalan per-
Seperti halnya awalan ber-, awalan per-, juga dapat
berubah menjadi pe- dan pel- atau tetap menjadi pe- dan
pel- atau tetap menjadi per-. Dalam hal ini awalan per-
berubah menjadi pe- jika dgabungkan dengan kata yang
mempunyai pertalian bentuk dengan kata lain yang
berawalan per- atau jika digabungkan dengan kata yang
berawal dengan fonem /r/. selain itu awalan per- berubah
menjadi pel- jika digabungkan dengan kata dasar ajar, dan
awalan per- tidak berubah jika digabungkan dengan kata
dasar tapa dan tanda.
c. Perubahan awalan ter-
23 Mustakim, Bentuk dan Pilihan Kata, h. 13.
15
Berbeda halnya dengan awalan ber-, awalan ter- hanya
dapat berubah menjadi te- jika digabungkan dengan kata
dasar yang berawalan dengan fonem /r/ atau suku kata
pertamanya (er). Awalan ter- tetap menjadi ter- jika
digabungkan dengan kata dasar yang lain.
(d) Pembentukan Kata dengan Kata Dasar dan Kata Dasar
Disamping dengan pengimbuhan, pengembangan kata
dalam bahasa Indonesiajuga dapat dilakukan dengan
menggabungkan kata dasar dengan kata dasar. Misalnya
dari kata dasar tanda dan kata dasar tangan dapat
digabungkan sehingga menjadi tanda tangan. Beberapa
kata lain yang dibentuk dengan penggabungan kata dasar
dan kata daar dapat dilihat pada contoh berikut24. Norma:
norma agama, norma sosial, norma asusila.
e. Susunan lema dan sublema
Prinsip utama susunan lema dan sublema adalah
mudah diikuti. Yang mudah diikuti adalah kalau lema dan
sublema itu disusun secara alfabetis, baik secara vertikal
maupun horizontal. Kalau yang ada misalnya, hanya lema
pokok (main entry) saja, tentu masalahnya akan menjadi
lebih mudah. Namun kalau disamping lema pokok terdapat
juga sejumlah sublema, yang dalam bahasa Indonesia
berupa kata bekomposisi, maka kesulitan akan banyak
bermunculan.
Masalah-masalah yang muncul dalam penyusunan
lema dan sublema pada kamus sebagai berikut.
a. Bentuk dasar terikat
Di dalam bahasa Indonesia ada sejumlah bentuk
dasar yang merupakan morfem dasar terikat. Artinya
bentuk dasar ini tidak pernah digunakan dalam pertuturan
24 Mustakim, Bentuk dan Pilihan Kata, h. 38.
16
tanpa terlebih dahulu diberi proses morfologi, baik afiksasi,
reduplikasi, maupun komposisi. Bentuk-bentuk seperti ini
cukup banyak, misalnya abai, henti, juang. Bentuk ini baru
digunakan misalnya setelah menjadi bentuk mengabaikan,
berhenti, berjuang.
Bentuk-bentuk tersebut didaftarkan sebagai lema, tetapi
tidak diberi makna karena memang tidak digunakan dalam
pertuturan. Yang diberi makna adalah kata turunannya.
Perihal contoh:
Abai, Mengabaikan……
Henti, berhenti……
Menghentikan…….
Juang, berjuang…….
Memperjuangkan……
Kuyup – basah…….
Kita lihat lema abai tidak diberi makna atau keterangan
apa-apa, yang diberi makna adalah bentuk berafiks
mengabaikan. Lema henti juga tidak diberi makna, yang
diberi makna adalah sublema berhenti dan menghentikan.
Begitu juga halnya dengan lema juang. Lema kuyup
hanya bisa muncul dengan dasar basah dalam komposisi
basah kuyup.
b. Kata berimbuhan bertahap
Bentuk dasar dalam proses afiksasi bukan hanya
berbentuk morfem dasar saja, tetapi banyak juga bentuk
turunan artinya telah mengalami proses morfologi yang
lain. Misalnya kata memberlakukan bentuk dasarnya adalah
kata berlaku (yang berasal dari akar laku diberi prefiks
ber), kata persetujuan bentuk dasarnya adalah setuju (yang
berasal dari akar tuju diberi prefiks se-) dan kata
17
kemenarikan bentuk dasarnya adalah menarik (yang berasal
dari akar tarik diberi prefiks me-).
Kalau kata memberlakukan diletakan dibawah lema
berlaku, kata persetujuan dibawah lema setuju, dan kata
kemenarikan di bawah lema menarik, hal ini memang tepat
sebab bentuk-bentuk dasar itulah yang langsung
menurunkan kata memberlakukan, persetujuan, dan
kemenarikan. Namun, morfem dasarnya adalah laku, tuju,
dan tarik. Contoh kata laku, berlaku, melakukan,
perlakuan, memberlakukan, dan kelakuan, maka susunan
lemanya menjadi:
Laku……
Berlaku…..
Memperlakukan…
Melakukan….
Kelakuan…..
Perlakuan….
Lebih menjadi masalah lagi kalau bentuk dasar sebuah kata
berafiks adalah gabungan kata yang mempunyai sejumlah
kata turunan. Misalnya kita menemukan kata tanda tangan,
menandatangani, dan penandatanganan. Sebagai
gabungan kata, bentuk tanda tangan seharusnya berada di
bawah lema tanda bersama dengan bentuk tanda jadi,
tanda bukti, dan tanda masuk. Namun, kata tanda tangan
itu memiliki kata turunan lagi yaitu menandatangani, dan
penandatanganan. Jadi, di mana kata menandatangani dan
menandatangankan ini harus diletakkan, di bawah lema
tanda atau di bawah sublema tanda tangan? Dalam hal ini
kamus besar menempatkan kata menandatangani dan
menandatangankan di bawah lema tanda tangan, bukan di
bawah lema tanda.
18
c. Tempat gabungan kata
Dalam bahasa Indonesia, penggabungan kata merupakan
proses yang sangat produktif. Proses ini dilakukan untuk
mewadahi suatu konsep yang belum ada kosakatanya
secara monomorfemis. Gabungan kata ini tidak dijadikan
lema maupun sublema, tetapi diperlakukan sebagai contoh
yang harus diberi makna. Umpamanya ada deretan data:
air, berair, mengalir, mengairi, diairi, pengairan, perairan,
air batu, air mata, air aki, air putih, mata air, jambu air,
cacar air, tanah air, bermain air basah, dan air ada pasang
surutnya.
B. Morfologi Arab
Morfologi atau tata bentuk kata adalah bagian dari tata
bahasa yang mempelajari bentuk-bentuk kata dan segala
hal proses pembentukannya. Morfologi
mengidentifikasikan satuan-satuan bahasa sebagai satuan
gramatikal. Dalam bahasa Arab, ilmu ini lebih dikenal
dengan ilm sharaf, yang merupakan satuan gramatikal yang
membahas masalah struktur intern kata. 25
1. Akar (ashl) dan pola (wazn)
Holes berkata bahasa Arab memiliki prinsip akar dan
pola. Maksud dari akar adalah adal sebuah kata, contoh,
kata kataba mempunyai asal KTB. Dari asal kata ini
nantinya akan melahirkan beberapa pola atau bentuk kata,
atau yang disebut juga dengan pola (wazn). Contoh pada
pola kata kataba adalah yaktubu ‘menulis’, kitab ‘buku’
maktab ‘meja’ maktabah ‘perpustakaan’. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa akar kata adalah asal dari suatu
kata.
Akar kata dalam bahasa Arab juga berhubungan dengan
nomina primitive (ism jamid). Menurut Hay wood dan
25 Moch. Syarif Hidayatullah, Cakrawala Linguistik Arab), h. 54
19
nahmad, akar nomina dalam bahasa Arab terbagi menjadi
lima. Pertama, tsuna’i berakar dua konsonan atau bilateral,
seperti partikel أب/ab/a-ayah. Kedua, tsulasi: berakar tiga
konsonan atau bilateral, seperti بقددددر/baqar/sapi. Ketiga,
ruba’i berakar empat atau kuadilateral, contoh: عقددرب/aqrab/
kalajengking. Keempat, khumasi: berakar lima atau
pentaliteral, contoh: برهددددان/burhan/bukti. Kelima, sudasi:
berakal enam atau heksaliteral. Contoh:
ankabut/laba-laba. 26/عنكبوت
2. Kelas kata ( aqsam Al-kalimah)
Ni’mah membagi kelas kata dalam bahasa Arab menjadi
tiga pertama, nomina, verba, dan partikel. Nomina (ism)
adalah kata yang mengacu pada makna yang terkandung
didalamnya tanpa menunjukan hubungan dengan waktu
atau kata. Verba (fi’il) adalah kata yang mengacu pada
suatu peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu. Partikel
(harf) adalah kata yang hanya mempunyai makna bila
berdampingan dengan kata lain. 27
3. Nomina (ism)
Nomina terbagi menjadi dua yang pertama nomina prinitif dan
nomina derivatif. Nomina primitive merupakan kata benda,
seperti رجل/rajul/’lelaki’, عين/ain/’mata’. Nomina derevatif bisa
merupakan kata benda atau adjektiva, deverba yang
diderivasikan dari verba, seperti تقسيم/taq:sim/’divisi’ ( dari
qasam/’berbagi’), atau denominatif yang diderivasikan dari/قسم
nomina, seperti مأسد/ma’sadah/’tempat yang dipenuhi singa
(dari أسد/asad/’singa’). Perkembangan mutakhirnya, nomina
juga dibentuk dari pronominal dan artikel (departikulatif),
seperti أنانية/ananiyyah/’egoisme’,كيفية/kayfiyyah/’kualitas’.
26 Moch. Syarif Hidayatullah, Cakrawala Linguistik Arab, h. 56. 27 Moch. Syarif Hidayatullah, Cakrawala Linguistik Arab, h. 57.
20
Nomina sendiri mempunyai beberapa ciri berikut: (1). Kata
yang berharakat bernunasi (tanwin ), seperti
ل ج rajulun/’seseorang lelaki’. (2). Kata yang dibubuhi artikel/ر
alif lam (ال), seperti ل ج al-rajulu/’lelaki itu (3) kata yang/الر
didahului preposisi jar (من, إلى, على), seperti من الرجل/min al-
rajul/’dari lelaki itu’ dan partikel sumpah (ب, و, ت), seperti
.’billa:hi/’demi allah/بالله
4. Verba (fi’il)
Verba atau kata kerja adalah jenis kata yang mengandung
makna dasar perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang
bukan sifat atau kualitas. Berdasarkan bentuknya, verba dapat
dibagi dua macam, pertama verba asal, yang dapat berdiri
sendiri tanpa afiks, contohnya, katab, qara’a, ja’a, dan lain
sebagainya. Kedua verba turunan, yaitu verba yang telah
mengalami afiksasi, reduplikasi, atau berupa penggabungan
paduan bentuk dasar. Contohnya, yaktub, yaqra’.
C. Leksikologi dan Leksikografi
Ada dua bidang ilmu yang berkaitan tentang kamus,
yaitu leksikologi dan leksikografi. Kedua istilah itu
seringkali disinonimkan padahal keduanya benar-benar
merupakan dua istilah yang berbeda. Leksikologi dan
leksikografi adalah dua buah kegiatan dalam bidang
liguistik yang saling berkaitan. Yang petama, leksikologi,
bersifat kajian ilmiah teoritis; sedangkan yang kedua,
leksikografi, lebih bersifat kegiatan praktik, meskipun juga
tidak terlepas dari ilmiah teoritis. Urutan kegiatan
keduanya tidak bisa dibalik karena tidak mungkin bisa
dilakukan kegiatan leksikografi tanpa terlebih dahulu
dilakukan kajian leksikologi. Kedua kegiatan itu bisa saja
dilakukan oleh dua pihak yang berlainan. Namun, jelas
21
kegiatan leksikografi baru bisa dilaksanakan setelah ada
hasil dari kegiatan leksikologi.28
Berikut beberapa pendapat dari para ahli linguistik
tentang leksikologi dan leksikografi. Pertama, Leksikologi
berkaitan dengan kata-kata yang akan dijadikan entri dalam
kamus. Al-Kasimi (1977) berpendapat bahwa leksikologi
mengacu pada kajian kata dan maknnya. Menurut Svensen
(1993) menyatakan bahwa leksikologi merupakan cabang
linguistik yang mengkaji kosakata bahasa, struktur, dan
karakteristik kata, serta makna kata. Pendapat itu diperkuat
oleh Hatmann (2001) yang menyatakan bahwa leksikologi
merupakan studi butir kosakata (leksem) suatu bahasa
termasuk makna dan hubungan makna, serta pergeseran
bentuk dan maknanya.
Kedua, leksikografi menurut Svensen menyatakan
bahwa secara umum leksikografi dapat dipahami sebagai
cabang linguistik yang mencakup observasi, koleksi data,
seleksi data, dan dekskripsi unit kata baik bentuk dasar
maupun bentuk berimbuhan dalam suatu bahasa. Lebih
lanjut Svensen juga menyatakan bahwa leksikografi juga
mencakup pengembangan dan deksripsi teori yang menjadi
dasar aktivitas kerja leksikografi, yang selanjutnya oleh
Hausmann disebut metalekksikograf (metalexicography)29
D. Kamus
Secara etimologi, kata kamus berasal dari kata dalam
bahasa Arab, yaitu qamus (bentuk jamaknya qawamus).
Bahasa Arab menyerap kata qamus dari kata dalam bahasa
Yunani kuno, okeanos, yang berarti “lautan”. Padanan kata
kamus dalam bahasa Inggris adalah dictionary, mulai
digunakan dalam karya tulis pada tahun 1526, dan berasal
28 Abdul Chaer, Leksikologi & Leksikografi Indonesia. (Jakarta: Rineka Cipta,
2007), h 1. 29 Teguh Setiawan, Leksikografi. ( Yogyakarta: Ombak Anggota IKAPI, 2015), h.
11.
22
dari kata bahasa Latin, yaitu dictionarium. Kata yang
diturunkan dari kata diction yang berarti “kata” atau
“berkata”. Padanannya dalam bahasa Belanda adalah
woordenboek, yang dibedakan dari woordenschat, dalam
bahasa Indonesia dipadankan dengan perbendaharaan kata
atau kosakata.30
Kamus adalah buku referensi yang memuat daftar kata
atau gabungan kata dengan keterangan mengenai berbagai
segi maknanya dan penggunaannya dalam bahasa; biasanya
disusun menurut urutan abjad Yunani-Romawi, kemudian
menurut abjad bahasa bersangkutan: dalam tradisi Arab
menurut urutan dan jumlah konsonan.31
1. Fungsi Kamus
Selanjutnya fungsi kamus dapat disebutkan sebagai
berikut:
a. Menjelaskan arti kata. Baik arti kata itu berlaku dan
terpakai pada masa sekarang saja, maupun arti kata itu
sesuai dangan perkembangan dari masa kemasa.
b. Menerangkan cara melafalkan kata.
c. Menerangkan cara menuliskan kata, lebih-lebih bila
huruf alphabet yang ditulis tidak diwakili sepenuhnya
oleh suara yang dilafalkan.
d. Menentukan fungsi morfologik dari kata, yaitu apakah
kata itu isim, fi’il, harf.
e. Menentukan tempat tekanan pada suku kata.32
2. Jenis-jenis Kamus
Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk menyebut
nama jenis kamus., di antaranya berdasarkan bahasa
sasaran, ukuran tebal tipis kamus, sifat kamus, dan isi
30 Abdul Chaer, Leksikologi & leksikografi Indonesia, h. 179.
` 31 Harimurti Kridalaksana. Kamus Linguistik, h. 107. 32 Moh. Matsna. HS, Kajian Semantik Arab Klasik dan Kontemporer. (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2016), h. 216.
23
kamus.di sini perlu dijelaskan dulu definisi bahasa sasaran
adalah bahasa yang digunakan untuk menjelaskan makna
kata-kata yang dikamuskan. Sedangkan bahasa yang
dikamuskan disebut bahasa sumber.
a. Berdasarkan Bahasa Sasaran
Berdasarkan bahasa sasaranya dapat dibedakan adanya
kamus ekabahasa (monolingual), kamus dwibahasa
(bilingual), dan Kamus aneka bahasa (multilingual).
(1) Kamus Ekabahasa
Kamus ekabahada adalah kamus yang bahasa
sumbernya sama dengan bahasa sasarannya. atau dengan
kata lain, kata-kata yang dikamuskan dijelaskan maknanya
dengan kata-katadari bahasa yang sama.
(2) Kamus Dwibahasa
Kamus dwibahasa adalah kamus yang bahasa
sumbernya tidak sama dengan bahasa sasarannya. Dengan
kata lain, kata-kata dari bahasa yang dikamuskan dijelaskan
dengan kata-kata dari bahasa sain.
(3) Kamus Aneka Bahasa
Kamus aneka bahasa adalah kamus yang kata-kata
bahasa sumber dijelaskan dengan padanannya dalam tiga
bahasa atau lebih. Biasanya kata-kata bahasa sumber itu
hanya dijelaskan dengan padanan kata dari bahasa-bahasa
sasaran. Jadi, kalau bahasa sumbernya bahasa A, maka
diberikan padanannya dalam bahasa B, C, D, dan
sebagainya.33
b. Bedasarkan Ukurannya
Yang dimaksud dengan ukuran di sini adalah tebal-
tipisnya sebuah kamus. Tebal-tipisnya tentu berkaitan
33 Abdul Chaer, Leksikologi & Leksikografi Indonesia, h. 198.
24
dengan banyaknya lema yang disajikan dan banyak
sedikitnya informasi yang diberikan. Sedikit banyaknya
lema yang disajikan dan sedikit banyaknya informasi yang
diberikan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai
kamus tersebut. Maka berdasarkan ukurannya akan kita
bicarakan adanya kamus besar dan kamus terbatas.
(1) Kamus Besar
Kamus besar adalah kamus yang memuat semua
kosakata, termasuk gabungan kata, idiom, ungkapan,
peribahasa, akronim, singkatan, dan semua bentuk
gramatika dari bahasa tersebut, baik yang masih digunakan
maupun yang sudah arkais. Setiap lema dijelaskan
maknanya seluas-luasnya berserta dengan segala informasi
yang akan berkenan dengan lema tersebut.
(2) Kamus Terbatas
Kalau dalam kamus bersar semua kata yang ada dalam
suatu bahasa didaftarkan sebagai lema, maka dalam kamus
terbatas ini jumlah kata yang dimasukkan sebagai lema
dibatasi, begitu juga dengan makna dan keterangan-
keterangan lain dibatasi. Banyaknya kata yang dijadikan
lema tergantung dari tujuan kamus itu. Ke dalam kamus
kelompok kamus terbatas ini adalah:
(3) Kamus saku
Disebut kamus saku atau kamus kantong karena
ukurannya yang kecil dan tidak tebal sehingga dapat
dimasukkan ke dalam saku baju. Isi kamus saku ini bisa
berupa kosakata umum, bisa juga berupa kosakata khusus,
seperti istilah-istilah kepariwisataan, pertanian, politik dan
lain-lain.kamus ini digunakan untuk awal mempelajari
suatu bahasa, atau untuk kegunaan praktis dalam suatu
kegiatan.
(4) Kamus Pelajar
25
Kamus pelajar juga merupakan kamus terbatas, yang
jumlah lemanya ditentukan oleh tingkat pendidikan di
mana kamus itu digunakan. Jadi, lema kamus sekolah dasar
lebih terbatas dari pada kamus sekolah menengah pertama:
kamus sekolah menengah pertama lebih terbatas dari pada
kamus sekolah menengah atas, dan seterusnya. Begitu juga
dengan penjelasan mengenai maknanya.
c. Bedasarkan Isinya
Berdasarkan isinya dapat dibedakan adanya kamus
umum dan kamus khusus. Dalam kamus umum dimuat
kata-kata yang umum digunakan atau yang ada dalam suatu
bahasa.
Kamus khusus adalah kamus yang lemanya terbatas
mengenai satu bidang ilmu atau bidang kegiatan. Dalah hal
ini kekhususan itu dapat dibagi dua, yaitu yang berkenaan
dengan bahasa itu sendiri dan yang berkenaan dengan
bidang kegiatan atau keilmuan.
Yang berkaitan dengan bidang kebahasaan mencakup
kamus lafal, kamus ejaan, kamus sinonim, kamus antonim,
kamus harmonim, kamus idiom/ungkapa, kamus kata
serapan, dan kamus peribahasa. Lalu, yang berkaitan
dengan kegiatan atau keilmuan, misalnya kamus istilah
olahraga, pertanian, kimia, perdagangan keamanan, dan
komputer. Kamus yang berkenaan dengan bidang keilmuan
atau kegiatan itu lazim disebut dengan nama kamus istilah.
Berikut akan dibicarakan kamus-kamus berdasarkan isinya
tersebut.
(1). Kamus Lafal
Kamus lafal adalah kamus berisi lema-lema yang
disusun dari a sampai z disertai dengan petunjuk cara
mengucapkan lema-lema tersebut dan tidak ada keterangan
yang lain. Kamus lafal ini belum ada. Dianggap kurang
26
bermanfaat keberadaannya karena sistem ejaan bahasa
Indonesia cukup sempurna.
(2). Kamus Ejaan
Kamus ejaan aadalah kamus yang mendaftarkan lema
dengan ejaan yang benar, sesuai dengan pedoman ejaan,
serta pemenggalan kata ataas suku katanya. Kamus ejaan
berfungsi menunjang pemakaian bahassa baku tulis. Kalau
misalnya ada sebuah kata yang memiliki variasi ejaan (
yang baku dan tidak baku ), maka variasi ejaan itu pun
didaftarkan, tetapi dirujuk silang pada kata yang ejaannya
baku.
(3). Kamus Sinonim
Kamus sinonim adalah kamus yang penjelaskan makna
lemanya hanya berupa sinonim dari kata-kata tersebut, baik
dalam bentuk sebuah kata maupun dalam bentuk gabungan
kata. Penjelasan dalam bentuk definisi atau keterangan
yang panjang lebar tidak ada.
(4). Kamus Antonim
Kamus antonim adalah kamus yang penjelasan lemanya
dalam bentuk kata yang merupakan kebalikannya,
lawannya, atau kontrasnya.di dalam bahasa Indonesia
kamus antonim belum ada, tetapi di dalam bahasa Inggris
sudah banyak.
(5). Kamus Hanonim
Kamus hanonim adalah kamus yang mendaftar bentuk-
bentuk yang berhamonim beserta debgan makna atau
penjelasan konsepnya. Bentu-bentuk kata yanh
berhomonim bukanlah sebuah kata, melaikan dua buah kata
atau lebih. Maka setiap kata didaftarkan sebagai lema
tersendiri disertai dengan maknanya.
(6). Kamus Ungkapan / Idiom
27
Kamus ungkapan atau kamus idiom adalah kamus yang
memuat satuan-satuan bahasa berupa kata atau gabungan
kata yang maknanya tidak dapat diprediksi dari unsur-
unsur pembentukannya, baik secara leksikal maupun
gramatikal.
(7). Kamus Singkatan / Akronim
Kamus singkatan atau kamus akronim adalah kamus
yang hanya memuat singkatan kata dan akronim yang ada
dalam satu bahasa. Setiap lema yang berupa singkatan atau
akronim itu hanya dijelasankan dengan kepanjangannya
saja.
(8). Kamua Istilah
Kamus istilah adalah kamus yang hanya memuat kata-
kata atau gabungan kata yang menjadi istilah dalam suatu
bidang ilmu atau kegiatan tertentu.
d. Kamus yang Ideal
Meskipun dikatakan tidak akan ada kamus yang
sempurna namun apabila hal-hal berikut ada dalaam sebuah
kamus, maka dapat dikatakan bahwa kamus tersebut adalah
kamus yang baik, yang ideal, atau yang bisa diharapkan.
1) Kelengkapan Lema
2) Sistematika Susunan Lema
3) Glossnya Lengkap, Tepat, dan Jelas
4) Petunjuk Lafal dan Ejaan
5) Informasi Kategori Kata
6) Informasi Variasi Kata
7) Invormasi Asal-usul Kata
8) Informasi Bidang Pemakaian
9) Informasi Wilayah Pemakaian
10) Informasi Kelas sosial
28
11) Informasi Kata-kata Baku34
E. Sistematika Penyusunan Kamus
Menyusun kamus tidak hanya sekedar mengumpulkan
kata-kata saja, kemudian menulisnya, tetapi harus
memerhatikan beberapa hal, sehingga kamus yang tersusun
justru memberikan kemudahan bagi pembacanya. Berikut
tahap penyusunannya:
a. Mengumpulkan berbagai pengetahuan tentang kata,
makna kata, karakter morfologis dan sintaksis. Kamus
hendaknya hanya menghimpun kata-kata yang berlaku,
yang dalam istilah al-khalil disebut ‘al-musta’mal’.
Dengan demikian, fungsi kamus adalah mencatat
bahasa, bukan membuat bentuk atau pola baru.
b. Memilih entri.
c. Mengurutkannya berdasarkan sistematika tertentu.
d. Menulis materi kamus.
Penulisan berdasarkan ejaan, yaitu apabila kata yang
ditulis sama dengan diucapkan.
Penulisan berdasarkan suara, yaitu apabila kata ditulis
tidak percis sama dengan yang diucapkan.
e. Mencetak kamus dalam bentuk dan model yang
menarik.35
F. Makna
Makna merupakan kajian yang penting dalam bahasa,
karena berbahasa tujuannya adalah menyampaikan makna.
Makna merupakan tujuan akhir antara penutur dan
pendengar dan antara penulis dan pembaca.36 Makna
adalah merupakan suatu konsep, pengertian, ide, atau
gagasan yang terdapat dalam sebuah satuan ujaran, baik
34. Abdul Chaer. Leksikologi & Leksikografi Indonesia. h. 210. 35 Moh. Matsna. HS. Kajian Semantik Arab Klasik dan Kontemporer. h. 219. 36 Khalil Ahmad. Amayirah, fi al-lughawi, (Cairo: Maktabab al’Manar, 1987), cet.
1, h. 13.
29
berupa sebuah kata, gabungan kata, maupun satuan yang
lebih besar lagi.37 Makna juga bersifat konvensional.
Artinya makna yang diberikan terhadap suatu kata
didasarkan kepada kesepakatan bersama oleh oleh suatu
kelompok masyarakat pemilik bahasa itu. Meskipun sifat
kesepakatan ini tidak dilakukan secara ekspilisit formal,
namun, para anggota masyarakat bahasa itu akan patuh
pada konvensi itu, sebab jika konvensi itu tidak dipatuhi
maka komunikasi akan terganggu.
Menurut Ibn al-Sarraj, maksud dari makna secara
etimologi berkisaran pada tujuan dan perhatian terhadap
kalimat (al-kalam), karena pada dasarnya kalimat dibuat
untuk menjelaskan makna,38 walaupun makna merupakan
inti dari studi linguistik, akan tetapi tidak didapati definisi
yang pasti secara terminology tentang makna tersebut.
Menurut Verhaar, persoalan makna menyentuh
sebagian besar tataran linguistik. Mulai dari hal yang yang
paling rendah, yaitu leksikal di mana di dalamnya ada
makna dan disebut dengan makna leksikal. Pada tataran
morfologi dan sintaksis juga ada makna yang disebut
dengan makna struktural. Berdasarkan hal tersebut, ia
membagi makna kepada dua jenis, yaitu makna leksikal
dan makna gramatikal. Fayiz al-Dayah membagi makna
kepada empat jenis, yaitu makna leksikal, makna
morfologis, makna gramatikal, dan makna kontekstual.39
5. Jenis-Jenis Makna
a. Makna Leksikal
Kata leksikal adalah bentuk adjektiva dan kata leksikon.
Aka secara harfiah, makna leksikal berarti makna yang
37 Abdul Chaer, Leksikologi & Leksikografi Indonesia, h. 116. 38 Ibn al-Sarraj, Al-Ushul fi al-Nahwi, Tahqiq ‘Abd. Al-Husein al-Fatla, (Beirut:
mu’ssasah al-Risalah, 1987), jilid 1, h. 73. 39 Ibn al-Sarraj, Al-Ushul fi al-Nahwi, Tahqiq ‘Abd. Al-Husein al-Fatla. jilid 1, h.
20.
30
bersifat leksikon. Namun, yang dimaksud sebenarnya
adalah makna secara inheren dimiliki oleh setiapleksem
(sebagai satuan leksikon). Kalau leksem ini kita ‘samakan’
konsepnya dengan kata, maka makna leksikal berarti sama
dengan kata.40
b. Makna Gramatikal
makna leksikal lazim dipertentangkan dengan gramatikal,
yakni makna terjadi sebagai hasil proses gramatiak. Dalam
bahasa Indonesia dikenal adanya proses gramatikal yang
afiksasi, reduplikasi, komposisi atau fraselog, dan proses
pengkalimatan. Proses-proses ini dalam buku-buku tata
bahasa tertentu dibicarakan dilihat dari segi bentuk, fungsi,
dan maknanya.41
c. Makna Kontekstual
Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau
kata yang berada di dalam satu konteks. Makna konteks
dapat juga berkenaan dengan situasinya, yakni tempat,
waktu, dan lingkungan penggunaan bahasa tersebut.
Konteks merupakan elemen (jauhar) dari makna yang
dimaksud dalam struktur teks atau pembicaraan, sebab
konteks tidak hanya memperhatikan kalimat saja, tetapi
juga teks tertulis dan pembicaraan secara keseluruhan lewat
hubungan antara kosakata-kosakata dalam suatu teks.42
40 Abdul Chaer, Leksikologi & Leksikografi Indonesia, h. 117. 41 Abdul Chaer, Leksikologi & Leksikografi Indonesia h. 118. 42 Moh. Matsna. HS, Kajian Semantik Arab Klasik dan Kontemporer, h. 46.
31
BAB III
GAMBARAN UMUM KAMUS TEMATIK “KESEHARIAN
DALAM BERORGANISASI” Di PONDOK PESANTREN
MODERN INDONESIA-ARAB
A. Latar Belakang Penulisan Kamus
Kamus dalam istilah yang dikenal sekarang adalah
buku yang menghimpun sejumlah besar kata yang
dilengkapi dengan penjelasannya. Artinya, disusun secara
khusus, baik berdasarkan urutan hijaiyah atau berdasarkan
tema.43 kamus tidak bisa terlepas dari dunia pendidikan,
baik bagi kalangan pelajar ataupun mahasiswa. Terlebih
lagi pada pesantren modern. Persantren modern terkenal
dengan pembelajaran bahasa asing, Salah satu bahasa asing
yang dipelajari adalah bahasa Arab. Santri di pondok
pesantren modern diwajibkan untuk berbahasa Arab.
karena pengetahuan bahasa Asing yang dimiliki santri
masih minim maka diwajibkan memiliki kamus. Salah satu
kamus tersebut adalah kamus Indonesia-Arab.
Terdapat berbagai macam kegiatan di pondok
pesantren modern salah satunya adalah belajar
berorganisasi. Kegiatan organisasi di pondok pesantren
merupakan kegiatan yang sangat diminati oleh santri
pondok, oleh karena itu santri di pondok pesantren
membentuk wadah organisasi tersendiri yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan kegiatan yang dilakukan.44 Adapun
bagian-bagian organisasi yang ada di pondok pesantren
secara umum terdiri dari: ketua. sekertaris, bendahara,
keamanan, ibadah, pengajaran, kesenian, olahraga,
kesehatan, kebersihan, dan pramuka.
43 Akhmad Saehudin, Tradisi Penyusunan Kamus Arab Telaah Kritis tentang
Sejarah Leksikografi Arab, h. 222. 44 Umar Sidiq, Organisasi Pembelajaran Pada Pondok Pesantren di Era Global.
Jurusan Tarbiyah Pdodi PAI STAIN Ponorogo, h. 123.
32
Pada setiap bagian-bagian organisasi pondok pesantren
yang ada di atas, terdapat padanan kosakata-kosakata
bahasa Arab yang harus diketahui dan di hafal oleh santri.
Maka dari itu peneliti akan menyusun kamus yang terdiri
dari kosakata-kosakata “keseharian dalam berorganisasi” di
pondok pesantren modern.
B. Penyajian Data
kamus ini berbentuk mini yang bisa disebut juga kamus
saku. Kamus saku atau kamus kantong karena ukurannya
yang kecil dan tidak tebal sehingga dapat dimasukkan ke
dalam saku baju. Isi kamus ini berkaitan tentang keseharian
dalam berorganisasi di pondok pesantren modern. Kamus
ini juga termasuk kamus khusus. Kamus khusus adalah
kamus yang lemanya terbatas mengenai satu bidang ilmu
atau bidang kegiatan.45
Jumlah kosakata pada kamus ini berjumlah kurang
lebih 964 kosakata dan disusun secara alfabetis. Tidak
semua bagian dalam organisasi ini dicantumkan karena
peneliti memprioritaskan pada bagian kosakata yang sering
digunakan.
Model penyajian kamus ini terdapat beberapa kata
afiksasi, contoh: Bantah, membantah, bantahan, dan juga
terdapat pembentukan kata dengan kata dasar dan kata
dasar, contoh: media, media informasi, media komunikasi,
media massa. Adanya dua pembentukan kata tersebut agar
pengguna kamus mudah untuk mencari kosakata sesuai
yang diinginkan.
C. Proses Penyusunan Kamus
Proses penyusunan kamus dan pembuatan kamus ini,
memakan waktu sekitar hampir tiga bulan untuk
menyelesaikannya. Menyusun kamus tidak hanya sekedar
mengumpulkan kata-kata saja, kemudian menulisnya,
45 Abdul Chaer, Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. ( Jakarta: Rineka Cipta,
2007), h. 202.
33
tetapi harus memerhatikan beberapa hal, sehingga kamus
yang tersusun justru memberikan kemudahan bagi
pembacanya.46
Waktu hampir tiga bulan proses penyusunan kamus ini,
bukan waktu yang sedikit karena ada beberapa
pertimbangan dalam memilih kosakata yang tepat. Dari
kosakata yang sudah tepat dan tersusun lalu beralih pada
kepencarian ukuran kamus, mendesain kamus dan ukuran
font yang akan dipakai. Proses selanjutnya adalah editing
agar kamus menjadi rapi dan menarik. Terakhir adalah
proses pencetakkan.
D. Kelebihan, keterbatasan serta perbedaan Kamus
Tematik “keseharian dalam Berorganisasi” di
Pondok Pesantren Modern Indonesia-Arab dengan
Kamus Lain
Setiap manusia pasti ada keterbatasan dan kelebihan,
begitu pula dengan kamus ini. Kelebihan dari kamus ini
yang pertama, mempunyai model yang sangat unik karena
kamus ini berbentuk mini, sehingga mudah dibawa ke
manapun. Kedua, isi kosakata pada kamus ini tersusun
alfabetis dan tersusun sesuai bagian-bagian dari
organisasinya, sehingga mudah untuk santri mencari
kosakata yang diinginkan. Ketiga, kamus ini diberi
kosakata imbuhan, ketika santri membutuhkan kosakata
untuk percakapan atau ingin membuat insya sudah pasti
lebih mudah.
keterbatasan yang penulis temukan dari kamus ini salah
satunya adalah jumlah entri yang hanya terdapat 946 entri,
sedangkan syarat kamus kecil memuat tidak kurang dari
10.000 entri.47 keterbatasan yang lain yaitu, tidak disertai
penjelasan dari setiap kosakatanya. Akan tetapi menurut
46 Moh. Matsna. HS, Kajian Semantik Arab Klasik dan Kontemporer. (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2016), h. 218. 47 Moh. Matsna. HS, Kajian Semantik Arab Klasik dan Kontemporer, h. 218.
34
peneliti kamus tersebut sudah cukup untuk dipublikasikan
kepada para santri.
Adanya perbedaan kamus ini dengan kamus-kamus
yang lain yaitu terletak pada kosakata. kamus ini lebih
fokus pada kosakata-kosakata yang bersangkutan dengan
organisasi pondok pesantren modern. Perbedaan yang
ditemukan selanjutnya yaitu, kamus ini lebih
diperuntukkan bagi pondok pesantren modern.
35
BAB IV
ANALISIS KOSAKATA KAMUS TEMATIK
‘KESEHARIAN DALAM BERORGANISASI” DI PONDOK
PESANTREN MODERN INDONESIA-ARAB
Untuk melakukan analisis ini peneliti harus
menentukan populasi dan sampel datanya. Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Jadi poulasi bukan hanya orang,
tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi
juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek
yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat
yang dimiliki oleh subjek atau objek. Sedangkan, sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristk yang dimiliki
oleh populasi tersebut.48
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan
entri kamus organisasi pondok pesantren modern
(Indonesia-Arab). sampel dari penelitian ini adalah
beberapa entri yang sudah dipilih secara acak dengan
menggunakan sistem simple random sampling. Dikatakan
simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel
dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi tersebut.49 Istilah kata yang
akan dijadikan sampel sebanyak 20 kosakata sebagai
berikut.
48 Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D, h. 80. 49 Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D, h. 82.
36
Bahasa Indonesia Bahasa Arab
Perpustakaan كت ب ة م Ceramah ات اض ر ة ج م ح ر اض ح م
Tenis ت ن س
Surat izin يح ت صر
Demam مى ح
Lonceng اس س ج أ جر ر ج
Kemah ة يم الخ
Fomulir ات ار ة ج ا ست م ار ا ست ئم
Terukir / yang diukir نق وس م
Pertandingan ة ز ب ار م
Wewenang ا خت ص اص
Kompas ل ة ة –ب وص لا ب وص
Pencemaran ث ت ل و
Papan tulis ة س بور
Salep ره م م
Kalkulator ب ة اس ح
Penyanyi غ ن ي م
Sapu كن س ة م
A. Analisis kosakata dan pertanggungjawaban
Setelah ditentukan sampel kosakata yang dipilih secara
acak untuk penelitian ini, maka dilakukan analisis pada
37
sampel tersebut satu-persatu berdasarkan cara terbentuknya
dan pemadanan kosakata tersebut.
1. Data pertama
Perpustakaan كت ب ة م
Istilah kata ‘perpustakaan’ merupakan istilah yang
berkaitan pada bagian pengajaran. Kata dasar
‘perpustakaan’ ialah dari kata ‘pustaka’. Perubahan kata
‘pustaka’ menjadi ‘perpustakaan’ karena adanya
penambahan imbuhan per- di awal kata dan an- di akhir
kata. Kata berimbuhan ini lazim disebut sebagai gabungan
imbuhan (konfiks).50 Kata ‘perpustakaan’ dalam kamus
besar bahasa Indonesia adalah koleksi buku, majalah, dan
bahan kepustakaan lain yang disimpan untuk dibaca,
dipelajari, dibicarakan.51
Setelah menganalisis kata ‘perpustakaan’ peneliti mencari
padanan kata dalam bahasa Arab. Kata ‘perpustakaan’ diartikan
sebagai كت ب ة كت ب ةkata Istilah. 52م -bisa ditemukan pada kamus م
kamus berbahasa Arab.53 seperti pada kamus hans wehr, kata
50 Melvina Yosephine, Yulius Denny Prabowo. Pengembangan Aplikasi
Pemeriksaan Kata Dasar dan Imbuhan pada Bahasa Indonesia. (Jakarta: Kalbi Scientia). h.
123. 51 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/perpustakaan diakes pada tanggal 24
September 2019 Pukul 18:13 PM. 52 https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/perpustakaan/ diakses pada tanggal 24
September 2019 pukul 18:30 PM. 53 Ahmad Warson Munawwir. Kamus Al-munawwir Arab-Indonesia. h. 1188.
38
كت ب ة diartikan library,54 Kata library jika diterjemahkan dalam م
bahasa Indonesia menjadi ‘perpustakaan’.55
kata كت ب ة فع ل mauzun dari wazan م perubahan bentuk kata ,م
ini bisa dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1
ف عل اسم مكان الن هي
ف عل الأ مر
م ا س فع ول م
ل م ف اع صد ر ا س ف عل م ع ار م ض
ف عل اض م
فع ول ا فع ل لا ت فع ل مفعل ل م ف ع ل ي فع ل ف علا ف اع
كت وب ا كت ب لا ت كت ب مكتب/مكتبة ت اب ة ك ات ب م ك ت ب ي كت ب ك
Kata كت ب ة merupakan isim makan (nama tempat) dari wazan م
-ي فع ل ف ع ل . Kata كت ب ة –ك ت ب berjenis muannats dari asal fi’il م
كت ب ة yang artinya ‘menulis’56. Pembentukan kata ي كت ب dari م
fi’il ي كت ب –ك ت ب disebut sebagai isim musytaq.
Setelah menganalisais padanan kata كت ب ة kemudian peneliti ,م
memastikan kata tersebut menggunakan google search dengan
cara meletakkan kata كت ب ة di penelusuran gambar sebagai م
berikut:
54 J Militon Cowan. Hans Wehr A Dictionary Of Modern Written Arabic. (New
York: Ithaca) h. 813. 55 John M. Echols. Kamus Inggris – Indonesia. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka). h.
356. 56 Ahmad Warson Munawwir. Kamus Al-munawwir Arab-Indonesia. h. 1187.
39
Gambar 1
Setelah melakukan cara intertekstualitas pada kata
‘perpustakaan’ dengan cara membandingkan antara
beberapa kamus cetak maupun kamus aplikasi dan juga
menggunakan google search, peneliti berkesimpulan
bahwa kata ‘perpustakaan’ memiliki arti 57كت ب دددة dalam م
bahasa Arab.
2. data kedua
57 https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/perpustakaan diakses pada tanggal 13
November 2019 pukul 14:38 PM.
40
Ceramah ات اض ر ة ج م ح ر اض ح م
Istilah kata ‘ceramah’ merupakan istilah yang berkaitan pada
bagian ibadah. Istilah kata ‘ceramah’ dalam kamus besar bahasa
Indonesia adalah pidato oleh seseorang di hadapan banyak
pendengar, mengenai suatu hal, pengetahuan, dan sebagainya.58
Kata ‘ceramah’ diartikan sebagai Istilah. 59 ة ر اض ح م
kata ة ر اض ح bisa ditemukan pada kamus-kamus berbahasa م
Arab.60 . seperti pada kamus hans wehr, kata ة ر اض ح diartikan م
sebagai lecture61, kata lecture jika diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia menjadi ‘ceramah’, ‘kuliah’. 62
Kata ة ر اض ح ل ة mauzun dari wazan م ف اع perubahan bentuk ,م
kata ini bisa dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2
ف عل
الن هي
ف عل
الأ مر
م ا س
فع ول م
م ا س
ل ف اع ف عل مصدر
ع ار م ض
اض Tambahan ف عل م
ل ل لا ت ف اع ف اع ل ف اع ل م ف اع ل مفاعلة م ا ف اع ل ي ف اع
لا ر اض ر ح اض ح ر م اض ح ر محاضرة م اض ر ي ح اض ا ح
58 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/ceramah diakses pada tanggal 7 Oktober 2019
pukul 11:10 AM. 59 https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/ceramah/ diakses pada tanggal 7 Oktober
2019 pukul 11:19 AM. 60 Ahmad Warson Munawwir. Kamus Al-munawwir Arab-Indonesia. h. 274. 61 J Militon Cowan. Hans Wehr A Dictionary Of Modern Written Arabic. h. 185. 62 John M. Echols, Kamus Inggris – Indonesia. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka), h.
353.
41
ر اض ت ح
Kata ة ر اض ل merupakan isim masdar dari wazan م ح ي ف اع –
wazan ini memiliki makna musyarakah (saling melakukan ,ف اع ل
sesuatu),63 Seperti pada kata ة ر اض ح .’yang artinya ‘ceramah م
Kata ة ر اض ح tegolong kelompok tsulatsy mazid dengan م
tambahan satu huruf ziyadah atau bisa disebut tsulatsy mazid
biharfin. Kata tersebut juga punya sebutan lain yaitu fi’il ruba’iy
karena total hurufnya ada 4.64 Kata ة ر اض ح berjenis muannats م
dari fi’il ر اض ر -ح اض yang berarti ‘menyampaikan’ atau ي ح
‘memberikan kuliah’.65 Pembentukan kata ة ر اض ح dari fi’il م
ر اض ر -ح اض ي ح disebut sebagai isim musytaq.
Setelah menganalisais padanan kata ة ر اض ح kemudian ,م
peneliti memastikan kata tersebut menggunakan google search
dengan cara meletakkan kata ة ر اض ح di penelusuran gambar م
sebagai berikut:
Gambar 2
63 Abu Razin, Ilmu Sharaf untuk Pemula. Bisa Learning Centre. 2017, h. 82. 64 Abu Razin, Ilmu Sharaf untuk Pemula. Bisa Learning Centre. 2017, h. 65. 65 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-munawwir Arab-Indonesia, h. 273
42
Setelah melakukan cara intertekstualitas pada kata
‘ceramah’ dengan cara membandingkan antara beberapa
kamus cetak maupun kamus aplikasi dan juga
menggunakan google search, peneliti berkesimpulan
bahwa kata ‘ceramah’ memiliki arti ة ددر اض ح dalam dalam م
bahasa Arab.
3. data ketiga
Tenis ت ن س
Istilah kata ‘tenis’ merupakan istilah yang berkaitan
pada bagian olahraga. Kata ‘tenis’ dalam kamus besar
43
bahasa Indonesia adalah olahraga yang menggunakan bola
(sebesar kepalan) sebagai benda yang dipukul dan raket
sebagai pemukulnya, dimainkan oleh dua pemain (dua
pasang), di lapangan yang dibatasi oleh jaring setinggi kira-
kira satu meter.66
Kata ‘tenis’ memiliki padanan kata 67.ت دددن س Istilah
kata ت دددن س bisa ditemukan pada kamus-kamus berbahasa
Arab.68 seperti pada kamus hans wehr, kata ت ددن س
diartikan ‘tennis’69, kata tennis jika diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia menjadi ‘tenis’. 70
kata ت ددن س merupakan fi-il berjenis mudzakkar. Kata
mengandung kata serapan adaptasi yang artinya kata ت ددن س
serapan yang semakin mirip dengan sistem sruktural pada
bahasa penerima.71 Contoh pada kata ت ددن س berasal dari
bahasa Inggris yang diartikan ‘tennis’72. Kata tersebut
memiliki perbedaan fonem, kata ‘tennis’ memiliki fonem
/t/, /e/, /n/, /n/, /i/, dan /s/ sedangkan fonem dalam bahasa
Arab menjadi Perubahan fonem . /س/ dan /ت,/ /ن,/
66 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/tenis diakses pada tanggal 30 November 2019
pukul 08:57 AM. 67 https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/tenis/ di akses pada tanggal 30 November
2019 pukul 09:00 PM. 68 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-munawwir Arab-Indonesia, h. 140. 69 J Militon Cowan. Hans Wehr A Dictionary Of Modern Written Arabic, h. 98. 70 John M. Echols, Kamus Inggris – Indonesia, h 583. 71 Indiyah Imran, Kata Serapan dalam Bahasa Indonesia. ( proceeding seminar
Nasional Pesat: Auditorium Ubiversitas Gunadarma), h. 19. 72 https://www.almaany.com/id/dict/ar-en/تنس/ diakses pada tanggal 30 November
2019 pukul 09:27 AM.
44
tersebut disesuaikan dengan aturan bahasa masing-masing.
Walaupun kedua fonem di atas mempunyai perbedaan
tetapi tidak akan merubah arti dan maknanya.
Untuk memastikan lebih detail maka peneliti
melakukan google search pada gambar seperti di bawah
ini:
Gambar 3
Setelah melakukan cara intertekstualitas pada kata
‘tenis’ dengan membandingkan antara beberapa kamus
45
cetak maupun kamus aplikasi dan juga menggunakan
google search, peneliti berkesimpulan bahwa kata ‘tenis’
memiliki arti ت ن س dalam bahasa Arab.
4. Data keempat
Surat izin يح ت صر
Istilah kata ‘surat izin’ merupakan istilah yang berkaitan
pada bagian keamanan. Kata ‘surat izin’ menunjukan bentuk kata
majemuk. Jika kedua kata ini di pisah mempunyai arti yang
berbeda. Contoh kata ‘surat’ dalam kamus besar bahasa Indoneisa
adalah kertas dan sebagainya yang bertulis73. Sedangkan izin
adalah pernyataan mengabulkan.74 Perbedaan kedua kata tersebut
jika digabungkan memiliki pengertian baru dan fungsi khusus.
kata ‘surat izin’ mempunyai fungsi khusus, yaitu surat yang berisi
keterangan bahwa pemegang surat itu diberi izin melakukan
sesuatu.75 Kata ‘surat izin’ ini mengandung majemuk subordinatif,
73 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/surat diakses pada tanggal 18 September 2019
pukul 13:45 PM. 74 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/izin diakses pada tanggal 18 September 2019
pukul 13:50 PM. 75 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/suratizin diakses pada tanggal 16 September
2019 pukul 01:57 PM.
46
karena komponennya ada yang menjadi induk dan ada menjadi
pengawas.76
Setelah menganalisis kata ‘surat izin’ peneliti mencari
padanan kata dalam bahasa Arab. Kata ‘ceramah’ diartikan
sebagai يح يحkata Istilah. 77ت صددر bisa ditemukan ت صددر
pada kamus-kamus berbahasa Arab.78 seperti pada kamus
hans wehr, kata يح ,diartikan sebagai permission ت صددددر
license79, kata tersebut jika diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia adalah ‘izin’80 ‘surat izin’. 81
Kata يح ددديلا mauzun dari wazan ت صدددر perubahan ,ت فع
bentuk kata ini bisa dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3
ف عل
الن هي
فع ول ف عل الأ مر م م م ا س ا س
ل ف اع ف عل مصدر
ع ار م ض
ف عل
اض م
Tambahan
ل ل لا ت ف ع ف عل ف ع ل م ف ع ل تفعيل م ف عل ي ف ع
ح ر ح لا ت ص ر ح ص ر ح م ص ر ح تصريح م ص ر ح ي ص ر ص
76 Basyaruddin, Kata majemuk Bahasa Indonesia Suatu Kajian Linguistik
Transformasional Generatif. Khairiah: Universitas Negri Medan. Diakses pada tanggal 26
September 2019 pukul 11:29 AM. 77 https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/suratizin diakses pada tanggal 13
November 2019 pukul 17:16PM. 78 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-munawwir Arab-Indonesia, h. 772. 79 J Militon Cowan, Hans Wehr A Dictionary Of Modern Written Arabic, h. 511. 80 John M. Echols, Kamus Inggris – Indonesia, h. 425. 81 John M. Echols, Kamus Inggris – Indonesia, h. 356.
47
Kata يح merupakan isim masdar dari wazan ت صددر
ددددل -ف عددددل ي ف ع Wazan ini bisa bermakna ta’diyah, dalam
bahasa Indonesia ta’diyah ini sama dengan benefaktif,
yaitu melakukan perbuatan untuk orang lain,82 seperti pada
kata يح يح yang artinya ‘surat izin’. Kata ت صددر ت صددر
berjenis mudzakkar dari fi’il. ح ددر ح -ص ددر yang artinya ي ص
‘mendeklarasikan’, ‘menjelaskan’, ‘menerangkan’,
‘menyatakan’, dan ‘mengumumkan’.83 Pembentukan kata
يح ح dari fi’il ت صدر ددر ح -ص در ي ص disebut sebagai isim
musytaq.
Setelah menganalisais padanan kata يح kemudian ,ت صددر
peneliti memastikan kata tersebut menggunakan google
search dengan cara meletakkan kata يح di ت صدددددر
penelusuran sebagai berikut
82 Abu Razin, Ilmu Sharaf untuk Pemula. Bisa Learning Centre. 2017, h. 67. 83 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-munawwir Arab-Indonesia, h. 771.
48
Gambar 4
Setelah melakukan cara intertekstualitas pada kata
‘surat izin’ dengan membandingkan antara beberapa kamus
cetak maupun kamus aplikasi dan juga menggunakan
google search, peneliti berkesimpulan bahwa kata ‘surat
izin’ memiliki arti يح .dalam bahasa Arab ت صر
49
5. Data kelima
Demam مى ح
Istilah kata ‘demam’ merupakan istilah yang berkaitan
pada bagian kesehatan. istilah kata ‘demam’ dalam kamus
besar bahasa Indonesia adalah sakit yang menyebabkan
suhu badan menjadi lebih tinggi dari pada biasanya.84 Kata
‘demam’ memiliki padanan bahasa Arab ‘دددى م Istilah 85 ح
kata دددى م ح bisa ditemukan pada kamus-kamus berbahasa
Arab.86 seperti pada kamus hans wehr kata ددى م ح diartikan
sebagai fever87. kata tersebut jika diterjemahkan kedalam
bahasa Indonesia menjadi ‘demam’.88
Kata ددى م ح mauzun dari wazan ف عددلا, perubahan bentuk
kata ini bisa dilihat pada tabel berikut:
84 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/demam diakses pada tanggal 24 September
2019 Pukul 18:15 PM. 85 https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/demam/ diakses pada tanggal 24
Desember 2019 pukul 18:30 pm. 86 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-munawwir Arab-Indonesia, h. 1455. 87 J Militon Cowan, Hans Wehr (A Dictionary Of Modern Written Arabic), h. 203. 88 John M. Echols, Kamus Inggris – Indonesia, h. 238.
50
Tabel 4
ف عل الن هي
فع ول ف عل الأ مر م م ل ا س م ف اع ف عل مصدر ا س ع ار م ض
اض ف عل م
فع ول ا فع ل لا ت فع ل ل م ف ع ل ي فع ل فعل ف اع
م م لا ت ح وم ح حم ام م ىحم ح م م ي ح ح
Kata دددى م ح merupakan isim masdar dari wazan - ف ع دددل
ددى Kata ي فع ددل م ح berjenis mudzakkar dari fi’il ددم ددم - ي ح ح
yang berarti ‘panas’’.89 Pembentukan kata ددى م ح dari fi’il
م م - ح ي ح disebut sebagai isim musytaq.
Setelah menganalisais padanan kata ددددى م kemudian ,ح
peneliti memastikan kata tersebut menggunakan google
search dengan cara meletakkan kata دددى م ح di penelusuran
sebagai berikut:
89 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-munawwir Arab-Indonesia, h. 298.
51
Gambar 5
Setelah melakukan cara intertekstualitas pada kata
‘demam’ dengan membandingkan antara beberapa kamus
cetak maupun kamus aplikasi dan juga menggunakan
google search, peneliti berkesimpulan bahwa kata ‘demam’
memiliki arti مى ح dalam bahasa Arab.
6. Data keenam
Lonceng اس س ج أ جر ر ج
52
Istilah kata ‘lonceng’ merupakan istilah yang
berkaitan pada bagian ibadah. Istilah kata ‘lonceng’ adalah
alat yang terbuat dari logam berongga, berbentuk setengah
bulatan (atau kerucut) dapat bergetar dan menghasilkan
bunyi dering saat dipukul atau terpukul.90 Kata ‘lonceng’
memiliki padanan kata س ددر س Istilah kata 91.ج ددر ج
bisa ditemukan pada kamus-kamus berbahasa Arab.92
Seperti pada kamus hans wehr, kata جررس diartikan
sebagai bell.93 Kata bell jika di terjemahkan dalam bahasa
Indonesia menjadi ‘lonceng’.94
kata س ددر yang merupakan isim alat yang berjenis ج
mudzakkar. Kata Kata ‘ س دددر juga merupakan isim ’ج
jamid, isim yang tidak di bentuk dari kata lain.95
Setelah menganalisais padanan kata س دددر kemudian ج
peneliti memastikan kata tersebut menggunakan google
search dengan cara meletakkan kata س ددر di penelusuran ج
gambar sebagai berikut:
90 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/lonceng diakses pada tanggal 7 Oktober 2019
pukul 14:50 PM. 91 https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/lonceng/ diakses pada tanggal 27
November 2019 pukul 21:56 PM. 92 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-munawwir Arab-Indonesia, h. 184. 93 J Militon Cowan, Hans Wehr A Dictionary Of Modern Written Arabic, h. 120. 94 John M. Echols, Kamus Inggris – Indonesia, h. 60. 95 Abu Razin, Ilmu Sharaf untuk Pemula. Bisa Learning Centre. 2017. h. 15.
53
Gambar 6
Setelah melakukan cara intertekstualitas pada kata
‘lonceng’ dengan membandingkan antara beberapa kamus
cetak maupun kamus aplikasi dan juga menggunakan
google search, peneliti berkesimpulan bahwa kata
‘lonceng’ memiliki arti س ر .dalam bahasa Arab ج
7. Data ketujuh
Salep ره م م
Istilah kata ‘salep’ merupakan istilah yang berkaitan
pada bagian kesehatan. Kata salep dalam kamus besar
bahasa Indonesia adalah obat luar yang terbuat dari
54
campuran obat dengan zat yang berkonsistensi, seperti
mentega, untuk dioleskan pada kulit (untuk kudis, luka,
borok, dan sebagainya.96 Kata ‘salep’ diartikan sebagai
ددره م ددره م Istilah kata 97.م -bisa ditemukan pada kamus م
kamus berbahasa Arab.98 salah satunya adalah kamus Al-
bisri, kata salep diartikan sebagai ره م 99.م
Kata دددره م perubahan ,ف عل دددل mauzun dari wazan م
bentuk kata ini bisa dilihat pada tabel berikut:
Tebel 5
ف عل الن هي
ف عل الأ مر
م ا س فع ول م
م ا س ل ف اع
ف عل مصدرع ار م ض
ف عل اض م
ف عل ل ف عل ل لا ت ف عل ل ف عل ل م ف عل ل ي ف عل ل فعلل م
م ره ت م م لا ره ره م م م م م ره م م مرهم م ره ره م ي م م
Kata دددره م merupakan isim masdar dari wazan م
دددل -ي ف عل ف عل دددل . Kata دددره م berjenis mudzakkar dari fi’il م
م ددره ددره م -ي م yang artinya ‘menyalep’100 wazan ini disebut م
96 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/salep diakses pada tanggal 1 Desember 2019
pukul 02:22 AM. 97 https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/salep/ diakses pada tanggal 1 Desember
2019 pukul 02:24 AM. 98 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-munawwir Arab-Indonesia, h. 1330. 99 Adib Bisri, Kamus Indonesia-Arab Arab-Indonesia Al Bisri. (Surabaya: Pustaka
Progressif), h. 305. 100 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-munawwir Arab-Indonesia, h. 1330.
55
dengan fi’il ruba’i mujarrad yang artinya kata kerja yang
memiliki empat huruf asli.
Setelah menganalisais padanan kata ددددره م kemudian م
peneliti memastikan kata tersebut menggunakan google
search dengan cara meletakkan kata ددره م di penelusuran م
gambar sebagai berikut:
Gambar 7
Setelah melakukan cara intertekstualitas pada kata
‘salep’ dengan membandingkan antara beberapa kamus
cetak maupun kamus aplikasi dan juga menggunakan
google search, peneliti berkesimpulan bahwa kata ‘salep’
memiliki arti ره م .dalam bahasa Arab م
8. Data kedelapan
56
Kemah ة يم الخ
Istilah kata ‘kemah’ merupakan istilah yang berkaitan
pada bagian pramuka. istilah kata ‘kemah’ dalam kamus
besar bahasa Indonesia adalah tempat tinggal darurat,
biasanya merupakan tenda yang ujungnya hampir
menyentuh tanah dibuat dari kain terpal dan sebagainya.101
Kata ‘kemah’ memiliki padanan kata ددة يم Istilah kata 102.خ
ددددة يم bisa ditemukan kamus-kamus berbahasa Arab.103 خ
seperti pada kamus hans wehr, kata ددة يم diartikan sebagai خ
tent, tarpaulin, arbor, dan pavilion.104 Kata tersebut jika di
terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘tenda’,105
‘kain terpal’,106 ‘rumah kecil’,107 ‘paviliyun’.108
Kata ة يم يلا mauzun dari wazan خ perubahan bentuk kata ,ت فع
ini bisa dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6
م ف عل الأ مر ف عل الن هي ا س
فع ول م
م ا س
ل ف اع ف عل مصدر
ع ار م ض
ف عل
اض م
Tambahan
101 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kemah diakses pada tanggal 30 September
2019 Pukul 20:09 PM. 102 https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/kemah/ diakses pada tanggal 29
November 2019 pukul 07:15 PM. 103 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-munawwir Arab-Indonesia, h. 381. 104 J Militon Cowan, Hans Wehr A Dictionary Of Modern Written Arabic, h. 269. 105 John M. Echols, Kamus Inggris – Indonesia, h. 583. 106 John M. Echols, Kamus Inggris – Indonesia, h 580. 107 John M. Echols, Kamus Inggris – Indonesia, h 36. 108 John M. Echols, Kamus Inggris – Indonesia, h 421.
57
ل ل لا ت ف ع ف عل ف ع ل م ف ع ل تفعيل م ف عل ي ف ع
يم يم لا ت خ يم خ خ ي م م خ ي م خيمة م يم ي خ خ
kata دددة يم yang merupakan isim masdar dari wazan خ
ددل -ي ف ع ف عددل . Kata tersebut berjenis muannats dari fi’I دديم -خ
دددددي م .yang artinya berkemah, memasang tenda109 ي خ
Pembentukan kata ‘ ددة يم دديم dari fi’il ’الخ ددي م -خ ي خ
disebut sebagai isim musytaq.
Setelah menganalisais padanan kata ددددة يم kemudian خ
peneliti memastikan kata tersebut menggunakan google
search dengan cara meletakkan kata ددة يم di penelusuran خ
sebagai berikut:
Gambar 8
109 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-munawwir Arab-Indonesia, h. 381.
58
Setelah melakukan cara intertekstualitas pada kata
‘kemah’ dengan membandingkan antara beberapa kamus
cetak maupun kamus aplikasi dan juga menggunakan
google search, peneliti berkesimpulan bahwa kata ‘kemah’
memiliki arti ة يم .dalam bahasa Arab خ
9. Data kesembilan
Fomulir ات ار ة ج ا ست م ار ا ست ئم
59
Istilah kata ‘formulir’ merupakan istilah yang
berkaitan pada bagian sekretaris. istilah kata ‘formulir’
dalam kamus besar bahasa Indoneisa adalah lembaran isian
atau surat isian yang telah diisi harus diserahkan kepada
bagian pendaftaran.110 Kata ‘formulir’ dalam bahasa Arab
sebagai ة ار ة kata Istilah .111ا سدددت ئم ار bisa ا سدددت ئم
ditemukan pada buku-buku dan kamus-kamus berbahasa
Arab.112 seperti pada kamus hans wehr, kata ة ار ا سدددت ئم
diartikan sebagai, form, blank113, jika di terjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia kedua kata tersebut memiliki arti
yang sama yaitu ‘formulir’,114
Kata ة ار ا سدددت ئم mauzun dari wazan ا سدددت فع الا,
perubahan bentuk kata ini bisa dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9
م ف عل الأ مر ف عل الن هي ا س
فع ول م
ل م ف اع ف عل مصدر ا س
ع ار م ض
ف عل
اض م
Tambahan
ل ل لا ت ست فع ست فع ل ا ست فع ل م ست فع ل استفعال م ا س ت ا ست فع ل ي ست فع
110 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/formulir/ diakses pada tanggal 6 Oktober
2019 pukul 19:40 PM. 111 https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/formulir/ diakses pada tanggal 6 Oktober
2019 pukul 19 58 PM. 112 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-munawwir Arab-Indonesia, h. 38. 113 J Militon Cowan, Hans Wehr A Dictionary Of Modern Written Arabic. h 27. 114 John M. Echols, Kamus Inggris – Indonesia, h 67.
60
ر ر لا ت ست ئم ر ا ست ئم ست ئم ر م ست ئم مار ئ است م
ة
ر ر ي ست أم ا س ت ا ست أم
Kata ة ار merupakan isim masdar berwazan ا سددت ئم
ل -ي سددددت فع ا سددددت فع ل , Ini adalah kelompok tsulatsy mazid
dengan tambahan 3 huruf ziadah atau disebut juga dengan
fi’il sudasiy karena total hurufnya ada 6. Wazan ini
umumnya memiliki makna thalab yaitu meminta
sesuatu115, seperti pada kata ة ار yang artinya ا سدددت ئم
‘formulir’116. Kata ة ار ا سددت ئم berjenis muannats dari
fi’il ر ر –ا سدددددت أم ي سدددددت أم yang berarti ‘berkonsultasi’,
‘merintah’ dan ‘perintah’.117 Pembentukan kata ة ار ا سدددت ئم
dari fi’il ر ر –ا سددت أم ي سددت أم disebut sebagai isim
musytaq.
Setelah menganalisais padanan kata ة ار ,ا سددددددت ئم
kemudian peneliti memastikan kata tersebut menggunakan
google search dengan cara meletakkan kata ة ار ا سددت ئم di
penelusuran sebagai berikut:
Gambar 9
115 Abu Razin, Ilmu Sharaf untuk Pemula. Bisa Learning Centre, 2017, h. 82. 116 https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/formulir/ diakses pada tanggal 13
November 2019 pada pukul 19:47 PM. 117 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-munawwir Arab-Indonesia, h. 38.
61
Setelah melakukan cara intertekstualitas pada kata
‘formulir’ dengan membandingkan antara beberapa kamus
cetak maupun kamus aplikasi dan juga menggunakan
google search, peneliti berkesimpulan bahwa kata
‘formulir’ memiliki arti ة ار ا ست ئم dalam bahasa Arab.
10. Data kesepuluh
Terukir / yang diukir نق وس م
Istilah kata ‘terukir’ merupakan istilah yang berkaitan
pada bagian kesenian. kata ‘terukir’ adalah sesuatu yang
62
sudah diukirkan.118 Kata dasar ‘terukir’ ialah dari kata
‘ukir’. Perubahan kata ukir menjadi ‘terukir’ karena adanya
penambahan imbuhan ter. Kata berimbuhan ini terletak
pada awal kata yang disebut (prefiks)119.
Setelah menganalisis kata ‘terukir’ peneliti mencari
padanan kata dalam bahasa Arab. Kata ‘terukir’ memiliki
padanan bahasa Arab ‘ نق ددوش م 120 Istilah kata نق ددوش bisa م
ditemukan pada kamus-kamus berbahasa Arab.121 .seperti
pada kamus hans wehr, kata نق دددوش ,diartikan sebagai م
engraved, sculptured,122 kata tersebut jika diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia menjadi ‘diukir’,123 ‘dipahat’.124
Kata نق ددوش فع ددول mauzun dari wazan م perubahan ,م
bentuk kata ini bisa dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8
رف عل الأ م ف عل الن هي اسم
مفعول
م ا س
ل ف اع
صد ر ف عل م
ع ار م ض
ف عل
اض م
ل مفعول ا فع ل لا ت فع ل ف ع ل ي فع ل ف علا ف اع
118 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/diukir/ diakses pada tanggal 13 November
2019 pukul 11:10 PM. 119 Pangadilan Rambe. Analisis Kemampuan Mahasiswa Pendidikan bahasa Arab
dalam Memahami Bentuk-Bentuk Kosakata (studi analisis prmbelajaran bahasa Arab dari
segi Morfologi). (Kutubkhanah: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan). 2015. h. 4. 120 https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/diukir/ diakses pada tanggal 13
November 2019 pukul 11:21 AM. 121 Ahmad Warson Munawwir. Kamus Al-munawwir Arab-Indonesia. h. 1455. 122 J Militon Cowan, Hans Wehr A Dictionary Of Modern Written Arabic. (New
York: Ithaca), h . 991. 123 John M. Echols, Kamus Inggris – Indonesia, h. 214. 124 John M. Echols, Kamus Inggris – Indonesia, h. 507.
63
ن ق ش ي نق ش ن قش ا ن اق ش منقوش ا نق ش لا ت نق ش
Kata نق وش ي فع ل merupakan isim maf’ul dari wazan م – ف ع ل .
Kata نق وش ي نق ش – ن ق ش berjenis mudzakkar dari fi’il م yang
berarti ‘mengukir’125. Pembentukan kata نق وس ن ق ش dari fi’il م
ي نق ش – disebut sebagai isim musytaq. Setelah menganalisais
padanan kata نق وش kemudian peneliti memastikan kata tersebut ,م
menggunakan google search dengan cara meletakkan kata نق وش م
di penelusuran sebagai berikut:
Gambar 10
125 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-munawwir Arab-Indonesia, h. 1455.
64
Setelah melakukan cara intertekstualitas pada kata
‘diukir’ dengan membandingkan antara beberapa kamus
cetak maupun kamus aplikasi dan juga menggunakan
google search, peneliti berkesimpulan bahwa kata ‘diukir’
memiliki arti نق وش .dalam bahasa Arab م
11. Data kesebelas
65
turnamen ة ز ب ار م
Istilah kata ‘turnamen’ merupakan istilah yang
berkaitan pada bagian olahraga. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia Adalah pertandingan (tenis dan sebagainya) yang
diikuti oleh beberapa regu.. 126
Setelah menganalisis kata ‘turnamen’ peneliti mencari
padanan kata dalam bahasa Arab. Kata ‘turnamen’ dalam
bahasa Arab sebagai ة ز ب ددار ة kata Istilah .127م ز ب ددار م
bisa ditemukan pada buku-buku dan kamus-kamus
berbahasa Arab.128 seperti pada kamus hans wehr, kata
ة ز ب ددار diartikan sebagai competition, match, duel129 م
kata tersebut jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia
menjadi ‘persaingan’,130 ‘pertangingan’,131 ‘duel’.132
. Kata ة ز ب دددار ل دددة mauzun dari wazan م ف اع ,م
perubahan bentuk kata ini bisa dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9
126 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/turnamen diakses pada tanggal 19 Oktober
2019 pukul 13:09 PM. 127 https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/pertandingan/ diakses pada tanggal 19
Oktober 2019 pukul 13:45 PM. 128 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-munawwir Arab-Indonesia, h. 74 129 J Militon Cowan. Hans Wehr A Dictionary Of Modern Written Arabic. h 52. 130 John M. Echols, Kamus Inggris – Indonesia, h 132. 131 John M. Echols, Kamus Inggris – Indonesia, h 374. 132 John M. Echols, Kamus Inggris – Indonesia, h 202.
66
م ف عل الأ مر ف عل الن هي ا س فع ول م
م ا س ل ف اع
مصدر
ميمى
ف عل ع ار م ض
ف عل اض م
Tambahan
ل ل لا ت ف اع ف اع ل ف اع ل م ف اع ل مفاعلة م ا ف اع ل ي ف اع
ز ز لا ت ب ار ز ب ار ب ار ز م ب ار ز مبارزة م ز ي ب ار ا ب ار
Kata ة ز ب ددار merupakan isim masdar dari wazan م
ددددل ددددل -ف اع ي ف اع , wazan ini memiliki makna musyarakah
(saling melakukan sesuatu), Seperti pada kata ة ز ب دددار م
yang artinya ‘turnamen’133. Kata ة ز ب دددار berjenis م
muannats dari fi’il ز ز - ي ب ددار yang berarti ‘tanding’.134 ب ددار
Pembentukan kata ة ز ب دار ز dari fi’il م ز - ب دار ي ب ددار
disebut sebagai isim musytaq.
Setelah menganalisais padanan kata ة ز ب دددار kemudian ,م
peneliti memastikan kata tersebut menggunakan google
search dengan cara meletakkan kata ة ز ب دددار di م
penelusuran sebagai berikut:
Gambar 11
133 https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/pertandingan/ diakses pada tanggal
14 November 2019 pukul 01:07 PM. 134 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-munawwir Arab-Indonesia, h. 74.
67
Setelah melakukan cara intertekstualitas pada kata
‘turnamen’ dengan membandingkan antara beberapa kamus
cetak maupun kamus aplikasi dan juga menggunakan
google search, peneliti berkesimpulan bahwa kata
‘turnamen’ memiliki arti ة ز ب ار .dalam bahasa Arab م
12. Data kedua belas
Wewenang ت ص اص خ ا
68
Istilah kata ‘wewenang’ merupakan istilah yang
berkaitan pada bagian ketua. Istilah kata ‘wewenang’
dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah kekuasaan,
membuat keputusan, memerintah dan melimpahkan
tanggung jawab kepada orang lain.135
Setelah menganalisis kata ‘wewenang’ peneliti mencari
padanan kata dalam bahasa Arab. Kata ‘wewenang’ dalam
bahasa Arab sebagai kata Istilah .136 دددداص ا خ ت ص
ددداص خ ا ت ص bisa ditemukan pada kamus-kamus berbahasa
Arab.137 Seperti pada kamus hans wehr, kata ددداص ا خ ت ص
diartikan sebagai jurisdiotion, competence, bailiwich138
kata tersebut jika di terjemahkan dalam bahasa Indonesia
menjadi ‘yuridikasi’,139 ‘wewenang’,140 ‘ daerah
kekuasaan’.141
Kata ددددداص خ ا ت ص mauzun dari wazan لا دددددلا ,ا فع
perubahan bentuk kata ini bisa dilihat pada tabel berikut:
Tabel 10
135 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/wewenang diakses pada tanggal 25
september 2019 pukul 14:27 PM. 136 https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/wewenang/ diakses pada tanggal 25
september 2019 pukul 14:49 PM. 137 Ahmad Warson Munawwir Kamus Al-munawwir Arab-Indonesia, h. 344. 138 J Militon Cowan. Hans Wehr A Dictionary Of Modern Written Arabic. h 241. 139 John M. Echols, Kamus Inggris – Indonesia, h 338. 140 John M. Echols, Kamus Inggris – Indonesia, h 132. 141 John M. Echols, Kamus Inggris – Indonesia, h 51.
69
الأ مرف عل ف عل الن هي م ا س فع ول م
ل م ف اع ف عل مصدر ا س ع ار م ض
ف عل اض م
Tambahan
ل نف ع ل ا نف ل لا ت فع ل م نف ع -ا ا فع ل ي فع ل افعلل م
ص خت ص ص ا خت ص لا ت خص ص م خت ص -ا ا خت ص ي خت ص اختصاص م
Kata ددداص merupakan isim masdar dari wazan ا خت ص
ي فع دددل -ا فع دددل . Ini adalah kelompok tsulatsy mazid dengan
tambahan 2 huruf ziyadah atau disebut juga dengan fi’il
khumasiy karena total hurufnya ada 5. Kata
دددددداص -ا خددددددت ص berjenis mudzakkar dari fi’ilا خت ص
’berarti ‘mengkhususkan’ dan ‘mengutamakanي خددددددت ص
Pembentukan kata داص ي خددت ص -ا خدت ص dari fi’il ا خت ص
disebut sebagai isim musytaq.
Untuk memastikan kata tesebut lebih detail peneliti
melakukan cara google serch dengan mencari situs-situs
yang berkaitan pada kata ددددداص ا خت ص , dan peneliti
menemukan pada situs https://www.maroclaw.com/ dengan
judul حدددود اختصدداص القاصددي المنتدددب بمناسددبة تحقيدد ديددن
Yang berarti ‘Batas wewenang hakim yang عمدددومي142.
ditugaskan pada kesempatan pencapaian hutang publik’.
142 https://www.maroclaw.com/ حدود-اختصاص-القاضي-المنتدب-بمناسبة-تح/
70
Setelah melakukan cara intertekstualitas pada kata
‘wewenang’ dengan membandingkan antara beberapa
kamus cetak maupun kamus aplikasi dan juga
menggunakan google search, peneliti berkesimpulan
bahwa kata ‘wewenang’ memiliki arti ددداص dalam ا خت ص
bahasa Arab.
13. Data ketiga belas
Kompas ل ة ة –ب وص لا ب وص
Istilah kata ‘kompas’ merupakan istilah yang
berkaitan pada bagian pramuka. Istilah kata ‘kompas’
dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah alat untuk
mengetahui arah mata angin (biasanya berbentuk seperti
jam yang berjarum besi berani yang menunjuk arah utara
dan selatan).143 Kata ‘kompas’ memiliki padanan kata
دددل ة .ب وص 144 Istilah kata دددل ة bisa ditemukan pada ب وص
kamus-kamus berbahasa Arab.145 seperti pada kamus hans
wehr, kata ددددل ة diartikan sebagai compass146 kata ب وص
143 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kompas diakses pada tanggal 4 Oktober
2019 pukul 16:06 PM. 144 https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/kompas/ diakses pada tanggal 30
November 2019 pukul 10:44 PM. 145 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-munawwir Arab-Indonesia, h. 119. 146 J Militon Cowan, Hans Wehr A Dictionary Of Modern Written Arabic, h 82.
71
compass jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
menjadi ‘kompas’.147
Kata ددددل ة yang merupakan isim alat yang ب وص
berjenis muanannats. Kata Kata دددل ة juga merupakan ب وص
isim jamid, isim yang tidak di bentuk dari kata lain.
Setelah menganalisais padanan kata دددل ة kemudian ب وص
peneliti memastikan kata tersebut menggunakan google
search dengan cara meletakkan kata ددل ة di penelusuran ب وص
sebagai berikut:
Gambar 12
147 John M. Echols, Kamus Inggris – Indonesia. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka), h.
132.
72
Setelah melakukan cara intertekstualitas pada kata
‘kompas’ dengan membandingkan antara beberapa kamus
cetak maupun kamus aplikasi dan juga menggunakan
google search, peneliti berkesimpulan bahwa kata
‘kompas’ memiliki arti ل ة .dalam bahasa Arab ب وص
14. Data keempat belas
Pencemaran يث ت لو
Istilah kata ‘pencemaran’ merupakan istilah yang
berkaitan pada bagian kesehatan. kata dasar ‘pencemaran’
ialah dari kata ‘cemar’. Perubahan kata ‘cemar’ menjadi
‘pencemaran’ karena adanya penambahan imbuhan di awal
kata peng- dan akhir kata -an. Kata tersebut lazim disebut
73
sebagai gabungan imbuhan (konfiks).148 kata ‘pencemaran’
dalam kamus besar bahasa Indoneisa adalah proses, cara,
perbuatan pengotoran lingkungan.149
Setelah menganalisis kata ‘pencemaran’ peneliti
mencari padanan kata dalam bahasa Arab. Kata
‘pencemaran’ diartikan sebagai kata Istilah. 150 يدددث ت لو
يددددث bisa ditemukan pada kamus-kamus berbahasa ت لو
Arab.151
kata يدددث ددديلا mauzun dari wazan ت لو perubahan ,ت فع
bentuk kata ini bisa dilihat pada tabel berikut:
Tabel 11
ف عل الن هي
ف عل الأ مر
م ا س فع ول م
م ا س ل ف اع
ف عل مصدرع ار م ض
اض Tambahan ف عل م
ل ل لا ت ف ع ف عل ف ع ل م ف ع ل تفعيل م ف عل ي ف ع
ث ت ل و ث لا ث ل و ت ل و ث م ت ل و ث ي تلو م ث ث ي ل و ل و
Kata يددث -ف عددل merupakan isim masdar dari wazan ت لو
ددددددل seperti pada kata .ي ف ع يددددددث yang artinya ت لو
148 Melvina Yosephine, Yulius Denny Prabowo, Pengembangan Aplikasi
Pemeriksaan Kata Dasar dan Imbuhan pada Bahasa Indonesia. (Jakarta: Kalbi Scientia), h.
123. 149 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/pencemaran diakses pada tanggal 15 Oktober
12:15 PM. 150 J Militon Cowan, Hans Wehr A Dictionary Of Modern Written Arabic. h. 1295. 151 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-munawwir Arab-Indonesia. h. 1295
74
‘pencemaran’152. Kata يددث berjenis mudzakkar dari fi’il ت لو
ث ث - ل ددو ل ددو yang artinya ‘cemar’ Pembentukan kata ث ت ل ددو
dari fi’il ث ث - ل و ل و disebut sebagai isim musytaq.
Setelah menganalisais padanan kataيددددث ت لو
kemudian
peneliti memastikan kata tersebut menggunakan google
search dengan cara meletakkan kata يددث di penelusuran ت لو
sebagai berikut:
Gambar 13
152 https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/pencemaran diakses pada tanggal 14
November 2019 pukul 10:11.
75
Setelah melakukan cara intertekstualitas pada kata
‘pencemaran’ dengan membandingkan antara beberapa
kamus cetak maupun kamus aplikasi dan juga
menggunakan google search, peneliti berkesimpulan
bahwa kata ‘pencemaran’ memiliki arti يدددث dalam ت لو
bahasa Arab.
15. Data kelima belas
Papan tulis ة س ب ور
76
Istilah kata ‘papan tulis’ merupakan istilah yang
berkaitan pada bagian pengajaran. Kata ‘papan tulis’ dalam
kamus besar bahasa Indonesia adalah papan untuk menulis
di depan kelas,153 papan tulis biasanya terbuat dari kayu
dengan permukaan yang bisa ditulis ulang dengan
menggunakan kapur atau spidol. Kata ‘papan tulis’
memiliki padanan kata ة ددبور ة Istilah kata 154.س ددبور س
bisa ditemukan kamus-kamus berbahasa Arab.155 contoh
pada kamus hans wehr, kata ة دددبور diartikan sebagai س
blackboard.156 Jika diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia ‘papan tulis’.157
Kata ة ددددبور menunjukan pada isim alat (nama س
benda), yang berjenis muannats Kata Kata ة دددبور juga س
merupakan isim jamid, isim yang tidak di bentuk dari kata
lain.
Agar mudah di pahami peneliti melakukan google
research bisa di lihat pada gambar berikut.
Gambar 14
153 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/magrib diakses pada tanggal 30 November
2019 pukul 10:34 AM. 154 https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/papantulis diakses pada tanggal 30
November 2019 pukul 10:52AM. 155 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-munawwir Arab-Indonesia, h. 604. 156J Militon Cowan, Hans Wehr A Dictionary Of Modern Written Arabic, h 494. 157John M. Echols, Kamus Inggris – Indonesia, h. 67.
77
Setelah melakukan cara intertekstualitas pada kata
‘papan tulis’ dengan membandingkan antara beberapa
kamus cetak maupun kamus aplikasi dan juga
menggunakan google search, peneliti berkesimpulan
bahwa kata ‘papan tulis’ memiliki arti ة ددبور dalam bahasa س
Arab.
16. Data keenam belas
Kalkulator ب ة اس ح
Istilah kata kalkulator merupakan istilah yang
berkaitan pada bagian bendahara. Kata ‘kalkulator’ dalam
78
kamus besar bahasa Indonesia adalah alat hitung
elektronik.158 Kata ‘kalkulator’ memiliki padanan kata
دددب ة اس دددب ة Istilah kata 159.ح اس -bisa ditemukan kamus ح
kamus berbahasa Arab.160 seperti pada kamus hans wehr,
kata ددب ة اس ’diartikan sebagai calculator.161 kata ‘kalkulator ح
menunjukan isim alat berjenis muannats dari fi’il سددب -ح
دددب ة Kata .ي حسدددب اس disebut sebagai kata sama’i yang ح
artinya dipakai tergantung dari penggunaannya di kalangan
orang arab.
Untuk memastikan lebih detail kata’ kalkulator’
berpadanan dengan دددب ة اس maka peneliti melakukan cara ح
google search pada gambar sebagai berikut:
Gambar 15
158 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kalkulator diakses pada tanggal 3 Desember
2019 pukul 09:35 AM. 159 https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/kalkulator/ diakses pada tanggal 3
Desember 2019 pukul 09 37 AM. 160 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-munawwir Arab-Indonesia, h 262. 161 J Militon Cowan, Hans Wehr A Dictionary Of Modern Written Arabic, h. 176.
79
Setelah melakukan cara intertekstualitas pada kata
‘kalkulator’ dengan membandingkan antara beberapa
kamus cetak maupun kamus aplikasi dan juga
menggunakan google search, peneliti berkesimpulan
bahwa kata ‘kalkulator’ memiliki arti ددب ة اس dalam bahasa ح
Arab.
17. Data ketujuh belas
80
Penyanyi غ ن ي م
Istilah kata ‘penyanyi’ merupakan istilah yang
berkaitan pada bagian kesenian. Kata ‘penyanyi’ dalam
kamus besar bahasa Indonesia adalah orang yang
pekerjaannya menyanyi.162 Kata ‘penyanyi’ memiliki
padanan kata غ ن ددددي غ ن ددددي Istilah kata 163.م bisa م
ditemukan pada kamus-kamus berbahasa Arab.164 seperti
pada kamus hans wehr ditemukan kata غ ن ددي yang artinya م
singer, vocalist165. Kata tersebut jika diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia memiliki arti yang sama yaitu
‘penyanyi’.166
Kata غ ن ددي ددل mauzun dari wazan م ف ع perubahan bentuk ,م
kata ini bisa dilihat pada tabel berikut:
Tabel 12
162 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/penyanyi diakses pada tanggal 3 Desember
2019 pukul 10:48 AM. 163 https://www.almaany.com/id/dict/ar-id/penyanyi/ diakses pada tanggal 3
Desember 2019 pukul 10;50 AM. 164 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-munawwir Arab-Indonesia, h. 1021. 165 J Militon Cowan. Hans Wehr A Dictionary Of Modern Written Arabic, h. 687. 166 John M. Echols, Kamus Inggris – Indonesia, h. 631.
81
ف عل ف عل الن هي الأ مر
فع ول م م اسم ا س
فاعل
صد ر ف عل م ع ار م ض
ف عل اض م
Tambahan
ل ل لا ت ف ع ف عل ف ع ل م يلا مفع ل ت فع ف عل ي ف ع
غ ني غ ن ي لا ت غ ن ي غ ني ي غ ن ي ت غن يي مغن ي م
Kata غ ن ددي merupakan isim fa’il berjenis mudzakkar م
dari fi’il غ ندددي-ي غ ن دددي yang artinya ‘menyanyi’.167 Untuk
memastikan lebih detail arti kata ‘penyanyi’ peneliti
melakukan google search pada gambar, bisa dilihat di
bawah ini:
Gambar 16
167 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-munawwir Arab-Indonesia, h. 1021.
82
Setelah melakukan cara intertekstualitas pada kata
‘penyanyi’ dengan membandingkan antara beberapa kamus
cetak maupun kamus aplikasi dan juga menggunakan
google search, peneliti berkesimpulan bahwa kata
‘penyanyi’ memiliki arti غ ن ي .dalam bahasa Arab م
18. Data kedelapan belas
Sapu كن س ة م
Istilah kata ‘sapu’ merupakan istilah yang berkaitan
pada bagian kebersihan. Istilah kata ‘sapu’ dalam kamus
besar bahasa Indonesia adalah alat rumah tangga dibuat
dari ijuk (lidi, sabut dan bebagainya) yang diikat sebagai
83
berkas, diberi tangkai pendek atau panjang untuk
membersihkan debu sampah dan sebagainya.168 Kata ‘sapu’
memiliki padanan kata ددة كن س ددة kata Istilah. 169م كن س م
bisa ditemukan pada buku-buku dan kamus-kamus
berbahasa Arab.170 salah satu kamus tersebut adalah kamus
hans wehr, kata دددة كن س م diartikan sebagai sweeper,
broom.171 Kata tersebut jika diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia menjadi menyapu/alat sapu,172
Kata دددة كن س فع دددل mauzun dari wazan م perubahan ,م
bentuk kata ini bisa dilihat pada tabel berikut:
Tabel 13
الةاسم ف عل الن هي
ف عل الأ مر
م ا س فع ول م
ل م ف اع صد ر ا س ف عل م ع ار م ض
ف عل اض م
فعل م فع ول ا فع ل لا ت فع ل ل م ف ع ل ي فع ل ف علا ف اع
كن وس ا كن س لا ت كن س مكنسة ك ن س ي كن س ك ان س ك ان س م
Kata ددددة كن س yang merupakan isim alat berjenis م
muannats dari fi’il ددن س -ي كددن س .yang artinya ‘menyapu’173 ك
Pembentukan kata ‘ ددة كن س ددن س dari fi’il ’م ي كددن س -ك
168 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/sapu diakses pada tanggal 14 Oktober 2019
10:16 PM. 169 J Militon Cowan, Hans Wehr A Dictionary Of Modern Written Arabic, h. 843. 170 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-munawwir Arab-Indonesia, h. 1233. 171 John M. Echols, Kamus Inggris – Indonesia, h. 843. 172 John M. Echols, Kamus Inggris – Indonesia, h. 573. 173 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-munawwir Arab-Indonesia, h. 1233.
84
disebut sebagai isim musytaq. Setelah menganalisais
padanan kata دددة كن س kemudian peneliti memastikan kata م
tersebut menggunakan google search dengan cara
meletakkan kata كن س ة :di penelusuran sebagai berikut م
Gambar 17
Setelah melakukan cara intertekstualitas pada kata
‘sapu’ dengan membandingkan antara beberapa kamus
cetak maupun kamus aplikasi dan juga menggunakan
google search, peneliti berkesimpulan bahwa kata ‘sapu’
memiliki arti كن س ة .dalam bahasa Arab م
85
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan hasil penelitian yang sudah
dikerjakan, peneliti dapat menyimpulkan bahwasanya
kamus ini merupakan kamus tematik, karena peneliti hanya
86
membahas kosakata yang berkaitan pada bidang-bidang
tertentu. Dalam menyusun Kamus Tematik “Keseharian
dalam Berorganisasi di Pondok Pesantren Modern ini
peneliti menggunakan beberapa teori, diantaranya adalah
ilmu morfologi, leksikologi dan leksikografi.
Kamus Tematik “Kegiatan dalam Berorganisasi” di
Pondok Pesantren Modern ini mengandung beberapa
proses morfologis, salah satunya ialah proses pembentukan
kata. Adanya proses tersebut dapat memberikan
pemahanan pada perubahan serta memperkaya kosakata.
Setiap pembuatan kamus. tidak akan terlepas dari
teori leksikologi dan leksikografi. sebab mencakup pada
pengumpulan data, seleksi data, serta mendeskripsikan
kata. Pemakaian dan pemilihan kosakata yang terdapat
pada Kamus Tematik “Kegiatan dalam Berorganisasi’ di
Pondok Pesantren Modern Indonesia-Arab untuk bahasa
Indonesianya diambil dari Kamus Al’mahadi Kamus Saku
Indonesia-Arab karya Heri Gusnadi As. Dan kamus
Mahmud Yunus. Sedangkan bahasa Arabnya di ambil pada
kamus yang sudah ternama yaitu kamus al’asri dan kamus
al’munawwir.
Dari penjelasan di atas, secara analisis serta
penyusunan pada Kamus Tematik “Keseharian dalam
Berorganisas” Di pondok Pesantren Modern telah tersusun
mengikuti metode yang baik dan benar. Maka dari itu
kamus ini sudah dapat dipakai dalam realitas di masyarakat
khususnya untuk para santri.
87
B. Saran
Peneliti sangat menyadari bahwasannya kamus
Keorganisasian Pondok Pesantren Modern Indonesia-Arab
masih sangat jauh dari kata sempurna. Maka dari itu
peneliti membuat beberapa saran yang ingin disampaikan
sebagai berikut:
Kamus Keorganisasian Pondok Pesantren Modern
Indonesia-Arab ini perlu dikembangkan menjadi lebih baik
lagi. Misalkan, pertama, menambahkan beberapa bidang
lagi agar terlihat lebih lengkap dan sempurna. Kedua,
memperluas kosakata pada setiap bidang. Ketiga,
meningkatkan kreatifitas pada kamus seperti pada model
dan bentuk agar lebih nyaman dan indah saat digunakan.
Keempat, menghadikan kembali kamus-kamus praktis
untuk para santri agar mempermudah mereka dalam
menguasai bahasa-bahasa Arab.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Bisri, KH. Adib. Al Bisri Kamus Indonesia-Arab Arab-Indonesia,
Surabaya: Pustaka Progressif.1999.
Chaer, Abdul. Leksikologi & Leksikografi Indonesia, Jakarta:
Rineka Cipta. 2007.
88
Echols, John M. kamus Inggris-Indonesia An English-Indonesian
Dictionary. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.1976.
Hidayatullah Moch, Syarif. Cakrawala Linguistik Arab,
Tangerang Selatan: Alkitabah. 2012.
Taufiqurochman, H.R. Leksikografi Bahasa Arab, UIN Malang
Press. 2008.
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D,
Bandung: Alfabeta. 2016.
HS Moh, Matsna. Kajian Semantik Arab Klasik dan Kontemporer.
Jakarta: Prenadamedia Group. 2016.
Krisdalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik Edisi Keempat. PT
Gramedia Pustaka Utama. 2008.
Kompri. Manajemen & Kepemimpinan Pondok Pesantren.
Jakarta: Prenadamedia Group. 2018..
Munawwir, Achmad Warson. Kamus Al-Munawwir Arab-
Indonesia. Surabaya: Pustaka Progressif. 1997.
Setiawan, Teguh. Leksikografi. Jogyakarta: Ombak. 2015.
Fahham Achmad, Muchaddam. Pendidikan Pesantren: Pola
Pengasuhan, Pembentukan Karakter, dan Perlindungan
89
Anak. Jakarta: P3DI Setjen DPR RI dan Azza Grafika.
2015.
Mustakim. Bentuk Pilihan Kata. Jakarta: pusat pembinaan dan
pemasyarakatan badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015.
Thaha, A. Malik M Tunaya. Modernisasi Pesantren. Jakarta: Balai
Penelitian dan Pengembangan Agama. 2007.
Razin, Abu. Ilmu sharaf untuk Pemula. Jakarta: Maktabah Bisa.
2017.
Werh, Hans. A Dictionary The Hans Wehr Dictionary Of Modern
Written Arabic ed. J Milton cowan third edition, new york:
spoken langue service. 1976.
Jurnal:
Basyaruddin. Kata majemuk Bahasa Indonesia Suatu Kajian
Linguistik Transformasional Generatif. Khairiah:
Universitas Negri Medan. 2015.
Imran, Indiyah. Kata Serapan dalam Bahasa Indonesia.
Proceeding Seminar Nasional Pesat: Auditorium
Uvinersitas Gunadarma. 2005.
Karimi, Milzam. Verba Trilateral (Fi’il Tsulasi) dalam Surat Al-
Ala. Universitas Indonesia Liberary. 2015.
90
Maskur, Abu. Metode Pembelajaran Bahasa Asing Arab di
Pondok Pesantren Modern (Studi Kasus di Pondok
Pesantren Roudlatul Qurro Cirebon. El-Banar: Jurnal
Pendidikan dan Pengajaran. 2018.
Rambe, Pengadilan. Analisis Kemampuan Mahasiswa Pendidikan
Bahasa Arab dalam Memahami Bentuk-Bentuk Kosakata
(Studi Analisis Pembelajaran Bahasa Arab dari Segi
Morfologi) Kutubkhanah: jurnal Penelitian Sosial
Keagamaan. 2015.
Saehudin, Akhmad. Tradisi Penyusunan Kamus Arab. buletin al-
Turas: Mimbar Sejarah, Sastra, Budaya, dan Agama. 2005.
Sidiq, Umar. Organisasi Pembelajaran Pada Pondok Pesantren di
Era Global. Cendekia: Jurnal Kependidikan dan
Kemasyarakatan. 2014.
Yosephine, Melvina. Pengembangan Aplikasi Pemeriksaan Kata
Dasar dan Imbuhan pada Bahasa Indonesia. Kalbi
Scientia: Jurnal Sains dan Teknologi. 2017.
Skripsi:
Purnawati, Astiwi. Kamus Arab – Indonesia dan Indonesia –
Arab Berbasis Web. 2007.
https://repository.usd.ac.id/2184/.
Ali. Kamus Mutarjim Aplikasi Kamus Arab-Indonesia Berbasis
Android.
91
Azizi. Moh. Sofwan Zauri. Kamus Bahasa Arab Online Sebagai
Sumber Pembelajaran Bahasa Arab. 2016.
http://digilib.uin-suka.ac.id/21944/
Rachmawati, Hany Yulia. Produk Kamus Saku Linguistik Modern
Tiga Bahasa (Indonesia-Inggris-Arab). 2017.
https://www.academia.edu/35688085/SKRIPSI_HANY.do
cx.
Darmawan, Muhammad Aldi. produk kamus cilik tiga Bahasa
Bergambar, Indonesia, Inggris, Arab (Analisis leksikografi
& semiotika). 2014.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/352
19.
Website:
Al Maany daring https://www.almaany.com/
https://www.maroclaw.com/-حدددددددددددود-اختصدددددددددداص-القاضددددددددددي-المنتدددددددددددب/
بمناسبة-تح
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring
https://kbbi.kemdikbud.com