135217223 contoh laporan fome
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Sejak tahun 1970-an sampai 2005, kurikulum pendidikan dokter di Indonesia berorientasi
pada masyarakat atau dikenal dengan COME (Community Oriented Medical Education),
dengan lama pendidikan 4 tahun untuk tingkat sarjana ditambah 2 tahun untuk tingkat
profesi. Hal ini didasarkan pada kebutuhan nasional pada saat tersebut untuk mengisi pusat-
pusat pelayanan primer diseluruh Indonesia. Lulusan dokter pada masa tersebut langsung
ditempatkan didaerah terutama di daerah terpencil, untukm menjadi dokter yang memberikan
pelayanan bagi masyarakat atau yang dikenal dengan dokter impress atau dokter puskesmas.
Lulusan dokter yang dihasilkan sebelum tahun 2005 atau dokter yang mengikuti pendidikan
KIPDI I dan II adalah dokter dengan kompetensi dokter komunitas.
Setelah tahun 2005, terjadi perubahan orientasi pendidikan kedokteran yang bertujuan
mencetak dokter dengan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga, dengan lama pendidikan
tiga setengah tahun untuk tingkat sarjana, satu tahun untuk tingkat profesi dan satu tahun
untuk internship. Jadi kompetensi lulusan dokter dengan KIPDI III atau dengan system PBL
adalah sebagai dokter dengan pendekatan dokter keluarga.
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas menyikapi hal tersebut dengan melaksanakan
FOME (Family Oriented Medical Education) untuk dapat melahirkan dokter dengan
kompetensi sebagai dokter dengan pendekatan dokter keluarga yang dimulai pelaksanaan nya
pertama kali untuk angkatan tahun 2009. Setelah program FOME berjalan satu tahun masih
didapatkan berbagai kekurangan yang harus senantiasa diperbaiki dan di lengkapi. Pada tahun
kedua program ini direncanakan kegiatan yang dilaksanakan lebih berbasis kepada
pendekatan keluarga dilapangan dan meminimalkan pemberian materi secara perkuliahan,
sehingga mahasiswa diharapkan mendapat kesempatan yang lebih luas untuk praktek
lapangan dan berinteraksi dengan keluarga sesuai dengan yang di harapkan.
I.2 Definisi
Family oriented medical education (FOME) merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan
untuk mendidik mahasiswa dengan prinsip-prinsip dasar pelayanan dengan pendekatan
keluarga yaitu : holistic, komprehensif, kontinyu, koordinatif, kolaboratif, dan family center
I.3 Tujuan
Tujuan umum
Family oriented medical education (FOME) memberikan kesempatan kepada mahasiswa
untuk mengenal masalah kesehatan keluarga secara komprehensif dan holistik,
mengidentifikasi factor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan keluarga, dapat
memberikan solusi secara promotif dan preventif serta dapat menimbulkan rasa empati
terhadap pasien.
Tujuan khusus
Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan memahami masalah kesehatan setiap keluarga
Mahasiswa dapat mengidentifikasi factor-faktor yang berhubungan dengan masalah
kesehatan keluarga (internal dan eksternal)
Mahasiswa mampu mengetahui masalah kesehatan keluarga yang mempunyai indikasi
untuk dirujuk ke puskemas atau rumah sakit
Mahasiswa mampu merasakan empati terhadap keluarga yang mengalami masalah
kesehatan, terutama keluarga miskin
Mahasiswa mampu memberikan solusi secara promotif dan preventif dalam penanganan
masalah kesehatan keluarga binaan
I.4 Waktu Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan pada semester 3 hingga semester 4 pada tahun ajaran 2011-
2012
BAB II
TEORI
II.1 Definisi Air Susu Ibu (ASI)
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-
garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi
bayinya.
Sedangkan ASI Ekslusif adalah perilaku dimana hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI)
saja kepada bayi sampai umur 4 (empat) bulan tanpa makanan dan ataupun minuman lain
kecuali sirup obat.
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi
kebutuhan gizi bayi selama 4 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama
dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal.
II.2 Manfaat Air Susu Ibu
ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai berikut:
ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah
dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan pencernaan bayi.
ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan. Didalam
usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat. yang bermanfaat untuk:
Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan asam
organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin.
Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.
Memudahkan penyerahan herbagai jenis mineral, seperti calsium, magnesium.
ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama
5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4,
Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin.
ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada
bayi.
Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayi.
Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui dengan bayi juga dapat
memberikan keuntungan bagi ibu, yaitu:
Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan “kehidupan” kepada
bayinya.
Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat,
bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak.
Dengan menyusui bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan
pengembalian keukuran sebelum hamil
Mempercepat berhentinya pendarahan post partum.
Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk beberpa bulan
(menjarangkan kehamilan)
Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang.
II.3 Waktu Pemberian ASI
Golongan Umur
(Bulan)
Pola Pemberian ASI/MP-ASI
ASI MP-ASI
Makanan
Lumat
Makanan
Lembik
Makanan
Keluarga
0 – 4
4 – 6
6 – 12
12 – 24
II.4 Penatalaksanaan
Posisi badan ibu dan badan bayi
Ibu harus duduk dengan santai
Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala
Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ke ibu
Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu
Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu
Dengan posisi ini maka telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan leher dan
lengan bayi
Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan
lengan ibu bagian dalam
Posisi mulut bayi dan puting susu ibu
Keluarkan ASI sedikit oleskan pada puting susu dan areola
Pegang payudara dengan pegangan seperti membentuk huruf C yaitu payudara
dipegang dengan ibu jari dibagian atas dan jari yang lain menopang dibawah atau
dengan pegangan seperti gunting (puting susu dan areola dijepit oleh jari telunjuk dan
jari tengah seperti gunting) dibelakang areola
Sentuh pipi/bibir bayi untuk merangsang rooting refleks (refleks menghisap)
Tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar, dan lidah menjulur kebawah
Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan menekan bahu belakang bayi
bukan belakang kepala
Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadap-hadapan dengan hidung bayi
Kemudian arahkan puting susu keatas menyusuri langit-langit mulut bayi
Usahakan sebagian besar areola masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada
diantara pertemuan langit-langit yang keras (palatum durum) dan langit-langit yang
lunak (palatum molle)
Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan memerah
sehingga ASI akan keluar
Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara tidak perlu
dipegang atau disangga lagi
Beberapa ibu sering meletakan jarinya pada payudara dengan hidung bayi dengan
maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal ini tidak perlu karena hidung bayi
telah dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu
Dianjurkan tangan ibu yang bebas untuk mengelus-elus bayi
BAB III
GAMBARAN KELUARGA
Berkas Keluarga Binaan
Kelompok : 20
Nama Mahasiswa : Neila Azka
Pembimbing : drs. Endrinaldi, MS
III.1 Data Demografi Keluarga
Kepala Keluarga : Sofian Hadi
Alamat : Jalan Purus III, Gg. Lima, No. 31, Padang
No telp : 085265416201
Tabel 1. Anggota keluarga yang tinggal serumah atau yang memiliki hubungan dekat dengan keluarga
No Nama Kedudukan
dalam keluarga
Gender Umur Pendidikan Pekerjaan Berpartisipasi
dalam pembinaan
Keterangan
tambahan
1 Sofian Hadi Kepala
Keluarga
Laki-laki 35 thn - Pelayan
rumah
maka
Tidak Bekerja dari pagi
hingga sore hari
sehingga sulit
untuk ditemui
2 Gusmira Istri Perempuan 35 thn - Ibu rumah
tangga
Ya
3 Tiara Putri A Anak Perempuan 10 thn 4 SD Siswa Ya
4 Intan Kemala
Citra
Anak Perempuan 7 thn 2 SD Siswa Ya
5 Rafa Arjuna
Putra
Anak Laki-laki 2 thn - Ya
Tabel 2. Fungsi-fungsi dalam keluarga
Fungsi Keluarga Penilaian Kesimpulan pembina untuk
fungsi keluarga yang
bersangkutan
Biologis
Terhadap fungsi biologis didapatkan hasil:
Tidak terdapat ANC yang sempurna
dari keluarga ini, karena ibu sendiri
tidak melakukan ANC untuk
memantau perkembangan
kandungannya selama 3 kali
kehamilannya.
Dalam menghadapi anggota keluarga
yang sakit biasanya keluarga ini
menggunakan layanan jasa puskesmas
dan bidan
Keluarga ini tidak melakukan KB di
lihat dari jumlah anak yang sudah 3
Dari hasil pengamatan
didapatkan :
Untuk ANC dirasakan
kurang sekali dan
berdampak buruk pada
kelahiran anak ke-3 dimana
anak keluarga ini lahir
dalam keadaan sungsang
Untuk pelaksanaan KB
dirasa keluarga ini masih
kurang dalam
pengetahuaannya dalam
menggunakan alat
kontrasepsi
Psikologis
Dalam fungsi psikologis terlihat bahwa
orangtua dalam keluarga ini mampu untuk
tetap menjaga komunikasi dengan anak-
anaknya.
Dalam penilaian psikologis
yang dinilai dari komunikasi
keluarga terlihat baik.
Sosial
Dalam fungsi social di dapatkan :
Pada pendidikan formal dan informal
orangtua anak-anak tersebut yang
walaupun hanya memiliki tingkat
pendidikan rendah tetap sadar akan
pendidikan anak-anaknya dan berusaha
untuk menyekolahkan anaknya dan
memberikan pendidikan agama melalui
TPA yang ada di lingkungan rumahnya
Hubungan keluarga ini dengan
tetangga sekitar terlihat baik yang
dinilai dari adanya komunikasi antar
tetangga
Riwayat pekerjaan sendiri dapat di
nilai merupakan tingkat pekerjaan
kelas menengah ke bawah Karena
ayahnya yang hanya bekerja sebagai
pelayan dirumah makan dan ibunya
yang bekerja sambilan untuk membuat
ketupat
Dalam komuikasi dan
hubungan social dengan
tetangga sekitar dapat dinilai
baik, dan adanya perhatian
terhadap pendidikan anak juga
dinilai baik
Ekonomi &
Pemenuhan
kebutuhan
Untuk pemenuhan kebutuhan hidup
keluarga ini lebih memprioritaskan kepada
pemenuhan kebutuhan untuk makan
sehari-hari dan juga pendidikan anaknya
Dari segi ekonomi dapat di
nilai bahwa keluarga ini
termasuk dalam ekonomi
menengah
III.2 Data Risiko Internal Keluarga
Tabel 3. Perilaku kesehatan keluarga
Perilaku Sikap & perilaku keluarga yang
menggambarkan perilaku tsb
Kesimpulan pembina untuk
perilaku ybs
Kebersihan Pribadi &
Lingkungan
Setiap hari pada pagi hari sang ibu
dari keluarga tersebut
membersihkan rumah dan dalam
setiap kali kunjungan rumah
tersebut berada dalam keadaan rapi
Perhatian keluarga terhadap
kebersihan rumah dan
lingkungan baik
Pencegahan Spesifik
Dalam tindakan pencegahan dari
segi imunisasi di dapatkan bahwa
imunisasi dilakukan dengan
lengkap, namun ANC tidak
dilakukan dengan baik, dan dalam
pencegahan penyakit didapatkan
keluarga ini terlihat lalai karena
masih menggunakan prinsip
mengobati penyakit yang dinilai
dari tidak adanya perhatian orang
tua terhadap kebersihan anak-
anaknya saat anak-anaknya bermain
tanpa menggunakan sandal
Masih kurangnya perhatian
keluarga terhadap terhadap
tindakan pencegahan penyakit
yang mungkin di karenakan
kurangnya pendidikan terhadap
upaya pencegahan penyakit
gizi keluarga
Dalam kecukupan gizi dapat dilihat
adanya pemenuhan gizi diberikan
/disediakan dirumah, namun anak-
anak dari keluarga ini masih sering
mengkonsumsi jajanan di pinggir
jalan yang ada di sekolahnya
Dalam pemenuhan gizi dapat
disimpulkan bahwa pemberian
gizi pada anak tercukupi
latihan jasmani /
aktifitas fisik
Tidak ada kegiatan olah raga dari
keluarga ini dikarenakan ayah nya
yang sibuk bekerja dari pagi sampai
sore, dan ibunya yang sibuk dengan
kegiatan rumah tangga dan
mengurus anak ke-3 nya yang masih
kecil
Kurangnya kegiatan olahraga
mungkin dikarenakan
kesibukan dari orang tua dan
tidak adanya perhatian akan
pentingnya latihan jasmani
penggunaan pelayanan
kesehatan
Dalam penggunaan layanan
kesehatan keluarga ini lebih
memilih untuk berobat ke bidan dan
puskesmas di daerah setempat
Dalam penggunaan pelayanan
kesehatan dirasa cukup baik
karena adanya tindakan
pengobatan untuk mencegah
semakin parahnya penyakit
kebiasaan / perilaku
lainnya yang buruk
untuk kesehatan
Tidak ada ditemukan kebiasaan
minum alcohol atau pun merokok
dalam keluarga ini.
Dalam menjaga perilaku
seperti tidak merokok dan tidak
mengkonsumsi alcohol
disimpulkan sangat baik
III.3 Data Sarana Pelayanan Kesehatan dan Lingkungan Kehidupan Keluarga
Tabel 4. Faktor pelayanan kesehatan
Faktor Keterangan Kesimpulan pembina untuk
faktor pelayanan kesehatan
Pusat pelayanan
kesehatan yang
digunakan oleh
keluarga
Puskesmas dan bidan
Dalam pelayanan kesehatan
keluarga ini lebih memilih ke
puskesmas dan bidan, bukan ke
rumah sakit umum dikarenakan
jarak tempuh yang jauh,
pelayanan yang dianggap
kurang baik, dan proses
administrasi yang sulit
Cara mencapai
pusat pelayanan
kesehatan tersebut
Dengan berjalan kaki atau
menggunakan ojek
Tarif pelayanan
kesehatan tersebut
dirasakan
sangat mahal
mahal
terjangkau
murah
gratis
Kualitas pelayanan
kesehatan tersebut
dirasakan
sangat baik
baik
biasa
tidak memuaskan
Buruk
Tabel 5. Lingkungan tempat tinggal
Kepemilikan rumah : menumpang /kontrak/ hibah/ milik sendiri Daerah perumahan : kumuh / padat bersih / berjauhan/ mewah
Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan pembina untuk lingkungan tempat
tinggal
Luas rumah : 12 x 6 m2 Untuk rumah tinggal keluarga ini sendiri dapat dinilai bahwa rumah bersih namun agak gelap walaupun di siang hari karena sinar matahari yang tidak masuk karena lingkungan perumahan yang sangat berdekatan
Jumlah orang dalam satu rumah : 5 org
Luas Halaman rumah : 3 x 6 m2
Bertingkat / tidak bertingkat
Lantai rumah dari : tanah / semen / keramik / lain-lain*
Dinding rumah dari : papan / tembok / kombinasi*
Penerangan di dalam rumah Jendela ada Listrik : ada/tidak Bila tidak, malam hari menggunakan………………
Ventilasi Kelembapan rumah : lembap/tidak* Bantuan ventilasi di dalam rumah : ada/tidak* Bila ada, yaitu : AC / Kipas angin / exhaust fan*
Kebersihan di dalam rumah : bersih
Tata letak Barang dalam rumah : tertata rapi
III.4 Skor kemampuan keluarga dalam penyelesaian masalah dan Rencana Penatalaksanaan
No Kegiatan Sasaran Waktu Hasil yang
diharapkan
Coping
score
awal
1 Masalah internal :
Pemberian ASI pada
anak hingga mencapai
usia 2 tahun
Penggunaan sandal saat
bermain bagi anak-anak
Ibu dan
anak-anak
dari
keluarga
binaan
Dilakukan
pada
pertemuan
ke-2 dan ke-
3
Hasil yang diharapkan
adalah :
Anak dapat
diberikan ASI
hingga usia
mencapai 2 tahun
Anak mau
menggunakan
sandal saat bermain
dan membersihkan
badan selesai
bermain
1
2 Masalah eksternal
Lingkungan masyarakat di
sekitar keluarga yang tidak
bersih sehingga
mempengaruhi lingkungan
di sekitar rumah keluarga
binaan
Kurangnya pencahayaan
rumah sehingga rumah
sedikit lembab karena
lingkungan yang padat
Seluruh
anggota
keluarga
Dilakukan
pada
pertemuan
ke-2 dan ke-
3
Keluarga secara
bersama
membersihkan
halaman rumahnya
Dibukanya jendela
dari pagi hingga
sore hari sehingga
sirkulasi udara
mampu
mengurangi
kelembapan rumah
1
Keterangan Coping score:
1 = Tidak dilakukan, menolak, tidak ada partisipasi
2 = Mau melakukan tapi tidak mampu, tak ada sumber (hanya keinginan) penyelesaian
masalah dilakukan sepenuhnya oleh provider
3 = Mau melakukan, namun perlu penggalian sumber yang belum dimanfaatkan sehingga
penyelesaian masalah dilakukan sebagian besar oleh provider
4 = Mau melakukan namun tak sepenuhnya, masih tergantung pada upaya provider
5 = Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Tindak lanjut dan hasil intervensi
Tanggal INTERVENSI YANG DILAKUKAN, KEMAJUAN MASALAH
KESEHATAN KELUARGA, KESESUAIAN DENGAN HASIL YANG
DIHARAPKAN & RENCANA SELANJUTNYA
Kedatangan
pertama
Dalam kedatangan pertama pembina hanya melakukan perkenalan diri terhadap
keluarga dan belum melakukan tindakan apapun
TINDAK
LANJUT I
Dalam pertemuan kedua pembina melakukan wawancara dengan keluarga yang
bersangkutan mengenai biodata dan masalah yang ada untuk melakukan
tindakan intervensi selanjutnya.
Dalam pertemuan ke-2 ini pembina menemukan bahwa anak ke-3 masih dalam
usia yang perlu di berikan ASI, masuknya papilla mamae dari payudar si ibu ,
kurangnya kebersihan dari anak-anak tersebut yang tidak menggunakan sandal
saat bermain.
TINDAK
LANJUT II
Dalam pertemuan ke-3 pembina mencoba untuk tetap menggalakkan ASI agar
tetap diberikan kepada anaknya yang ke-3 hingga cukup mencapai usia 2
tahun, dan juga mencoba memberikan penjelasan singkat kepada si ibu untuk
mencoba menarik papilla mamae nya pada saat mandi secara manual
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan Pembinaan Keluarga pada Pembinaan Keluarga Saat ini (keadaan kesehatan
keluarga pada saat berakhirnya pembinaan pertama, faktor-faktor pendukung dan penghambat
partisipasi keluarga, indikator keberhasilan, serta rencana pembinaan keluarga selanjutnya)
Masalah kesehatan keluarga pada saat berakhirnya pembinaan pertama dan coping score
akhir
Tidak ditemukan adanya masalah kesehatan pada akhir pembinaan
Keluarga dapat dinasehati mengenai pemberian ASI dan menjaga kebersihan rumah
Namun dalam masalah kelembapan rumah dan pemakaian sandal oleh anak-anak saat
bermain tidak berhasil dilakukan
Faktor pendukung terselesaikannya masalah kesehatan keluarga :
Adanya sikap mau menerima dari ibu dan anak-anak di keluarga binaan terhadap
pembina sehingga mudah untuk melakukan pembinaan
Faktor penghambat terselesaikannya masalah kesehatan keluarga :
Sulitnya untuk bertemu dengan kepala keluarga sehingga pembinaan hanya dapat
dilakukan pada ibu dan anak-anak dalam keluarga tersebut
Dikarenakan sulit untuk mengadakan komunikasi dengan keluarga karena masih
rendahnya kemampuan pembina dalam komunikasi dan kurang komunikatifnya keluarga
sehingga sulit untuk menemukan masalah kesehatan dan menyampaikan apa yang
pembinaan yang ingin dilakukan
Rencana pembinaan keluarga selanjutnya :
Untuk perencanaan penbinaan keluarga selanjutnya adalah berusaha untuk tetap bisa
menghubungi keluarga sehingga dapat mengontrol pembinaan yang telah dijalankan
sebelumnya