laporan fome finish.docx

47
Kegiatan I. Family Oriented Medical Education (Fome) Terhadap An.A dengan Tuberkulosis Paru TAHAP I KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama kepala keluarga : Tn. N Alamat lengkap : Karang Jati, Jati Sari, Sragen Bentuk keluarga : Nuclear family Tabel 1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah (Data Primer) No . Nama Keduduka n L / P Umur Pendidik an Terakhir Pekerja an Pasi en Klin ik Ke t 1 An. A Anak Tn. N (pasien) P 2 tahu n 10 bula n - - Ya TB 2 Tn. N Kepala Keluarga P 34 tahu n SMP Wirasas ta Tida k - 3 Ny. S Ibu pasien P 32 tahu n SMP Ibu Rumah Tangga Tida k - 4 An. R Kakak pasien P 8 tahu n SD Pelajar Tida k - 1

Upload: ogi-kurniawan

Post on 16-Nov-2015

243 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Kegiatan I. Family Oriented Medical Education (Fome) Terhadap An.A dengan Tuberkulosis Paru

TAHAP IKARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama kepala keluarga: Tn. NAlamat lengkap: Karang Jati, Jati Sari, SragenBentuk keluarga: Nuclear familyTabel 1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah (Data Primer)No.NamaKedudukanL/PUmurPendidikan TerakhirPekerjaanPasien KlinikKet

1An. AAnak Tn. N (pasien)P2 tahun 10 bulan--YaTB

2Tn. NKepala KeluargaP34 tahunSMPWirasastaTidak-

3 Ny. SIbu pasienP32 tahunSMPIbu Rumah TanggaTidak-

4An. RKakak pasienP8 tahunSDPelajarTidak-

5An. HKakak pasienP2 tahun 10 bulan--YaTB

Keterangan: An. A tinggal bersama kedua orang tuanya Tn. N (34 tahun) dan Ny. S (32 tahun). An. A juga mempunyai 2 orang kakak yang tinggal serumah yaitu An. R (8 tahun) dan An. H (2 tahun 10 bulan).

TAHAP IISTATUS PASIEN

A. IDENTITAS PENDERITANama: An. AUmur: 2 tahun 10 bulanJenis kelamin: PerempuanAgama: IslamTanggal pemeriksaan:14 Oktober 2014, 21 Oktober 2014, 29 Oktober 2014

B. ANAMNESIS1. Keluhan utama Batuk2. Riwayat Penyakit SekarangKurang lebih sejak 3 bulan yang lalu pasien mengeluh batuk. Keluhan batuk disertai dahak. Batuk dirasakan terus menerus. Pasien dibawa berobat ke puskesmas. Selama 3 minggu pengobatan batuk tidak kunjung membaik. Dan nafsu makan pasien menurun, walaupun tidak diikuti penurunan berat badan yang drastis. Sehingga orang tua langsung membawa pasien ke dokter umum dan dilakukan foto rontgen. Dari hasil foto rontgen pasien dinyatakan TB paru. Pasien kembali ke dokter, membawa hasil foto rontgen, oleh dokter pasien diberikan obat dan disarankan untuk berobat di Puskesmas daerahnya. Kemudian oleh keluarga, pasien direncanakan menjalani pengobatan di Puskesmas Kalijambe. Di Puskesmas Kalijambe, pasien direncanakan menjalani pengobatan selama 6 bulan.Selama 2 minggu awal pengobatan, pasien mengeluh mual dan muntah, namun setelah itu keluhan berkurang dan pasien terus melanjutkan pengobatan. Pasien rutin kontrol ke Puskesmas setiap 2 minggu sekali dan tidak pernah putus obat. Saat ini pasien sedang menjalani pengobatan tahap lanjutan bulan ke-3. Keluhan batuk dan demam sudah dirasakan berkurang, saat ini berat badan pasien 12 kg. BAK 3-4 kali sehari berwarna agak kemerahan sejak pengobatan, BAB 1 kali sehari tanpa keluhan.

3. Riwayat Penyakit Dahulua. Riwayat penyakit serupa : disangkalb. Riwayat alwrgi obat/makanan: disangkalc. Riwayat mondok sebelumnya: 5 bulan yang lalu, sakit DBDd. Riwayat kontak penderita TB : tetangga pasien ada yang mengalami keluhan serupa, batuk berbulan-bulan tetapi tidak menjalani pengobatan e. Riwayat OAT sebelumnya: disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluargaa. Riwayat penyakit serupa: disangkalb. Riwayat alergi obat/makanan: disangkal

5. Riwayat Kehamilan dan PrenatalPemeriksaan rutin : bidan Frekuensi : trimester I : 1x/bulan Trimester II : 2x/bulanTrimester III: 3x/bulanTidak ada keluhan selama kehamilan. Obat-obatan yang diminum selama kehamilan : vitamin dan pil penambah darah dari bidan. 6. Riwayat Kelahiran :Pasien lahir di bidan, pada usia kehamilan, 38 minggu,. Lahir spontan, menangis kuat. Berat badan lahir 2800 gram, panjang badan 49cm.7. Riwayat PostnatalTidak mengikuti posyandu dan tidak imunisasi8. Riwayat Perkembangan dan PertumbuhanKesan pertumbuhan dan perkembangan baik sesuai dengan umurnya.9. Riwayat Nutrisi dan Kebiasaan Makan Anak0-6 bulan : ASI eksklusif6-12 bulan : ASI dan MP-ASI12 bulan-sekarang: susu formula, nasi dengan sayur mayur dan lauk pauk, 3x sehari. Saat sakit sempat mengalami penurunan nafsu makan sehingga makan kurang lebih sehari sekali tetapi sekarang berangsur membaik.8. Anamnesis SistemKeluhan Utama: batuka. Kulit : gatal (-).b. Kepala : sakit kepala (-), leher cengeng (-), berputar (-), luka (-), benjolan (-)c. Mata: pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatankabur (-)d. Hidung: tersumbat (-), mimisan (-)e. Telinga: pendengaran berkurang (-), berdenging (-), keluar cairan (-)f. Mulut:sariawan (-), mulut terasa asam (-), mukosa basah (+), papil lidah atropi (-)g. Tenggorokan:sakit menelan (-), serak (-)h. Pernafasan: sesak nafas (-), batuk (+), mengi (-), batuk darah (-), dahak (+), nyeri dada (-)i. Kardiovaskuler : berdebar-debar (-)j. Gastrointestinal:mual (-), muntah (-), mudah haus (-), diare (-), nafsu makan menurun (-), nyeri perut (-), BAB 1 kali tidak ada keluhan.k. Genitourinaria : BAK 3-4 kali sehari, jumlah dalam batas normall. Muskuloskeletal: nyeri sendi (-), nyeri otot (-)m. Ekstremitas: Atas : bengkak (-), luka (-), ujung jari tangan dingin (-) Bawah : bengkak (-), luka (-), ujung jari kaki dingin (-)

C. PEMERIKSAAN FISIKTanggal 14 Oktober 2014a. Keadaan UmumBaik, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan cukupb. Tanda VitalBB:12 kgTB: 88cmTensi:100/60 mmHgNadi:94 x/menit, reguler, isi cukup, simetrisPernafasan :24x/menitSuhu :36,5 oC per axilerc. KulitSawo matang, ikterik (-), sianosis (-), pucat (-), petechie (-)d. KepalaBentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut hitam dan sukar dicabut.e. MataKonjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm)f. HidungNafas cuping hidung (-), sekret (-)g. MulutBibir pucat (-), bibir kering (-), gusi berdarah (-)h. Telingasekret (-)i. LeherKGB tidak membesar j. ThoraksNormochest, simetris, retraksi (-)-Cor: I :ictus cordis tak tampakP: ictus cordis tak kuat angkatP: batas jantung kesan tidak melebarA:BJ III intensitas normal, regular, bising (-)

- Pulmo:I:pengembangan dada kanan = dada kiriP:fremitus raba kanan = kiriP:sonor/sonorA:suara dasar vesikuler (+ N/+ N)ronkhi basah kasar (-/-), wheezing (-/-)k. AbdomenI: dinding perut sejajar dinding dadaP: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak terabaP: timpani seluruh lapang perutA: bising usus (+) normall. Ektremitas: akral dinginoedem- -- -- -- -

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG Foto thorax bulan Agustus 2014: Tampak vaskuler kasar, hilus kiri menebal, infiltrat di parakardial kanan. Kesan: TB paru primer. E. RESUMEPada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak baik, compos mentis, status gizi kesan cukup. Tanda vital T: 100/60 mmHg, N: 94x/menit, RR: 24x/menit, S: 36,5C peraxiller, BB: 12 kg, TB: 88cm. Pemeriksaan status lokalis di daerah thoraks dan pulmo dalam batas normal.Hasil pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen thoraks TB paru primer.F. CLINICAL ASSESSMENT1. Diagnosis HolistikAn. A yang berusia 2 tahun 10 bulan dalam extended family dengan diagnosis tuberkulosis paru kasus baru dalam pengobatan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) tahap lanjutan bulan ketiga. Pasien cukup harmonis bergaul dengan teman-teman sebayanya maupun tetangganya. 2. Diagnosis BiologisTuberkulosis paru kasus baru dalam pengobatan OAT tahap lanjutan bulan ketiga.

3. Diagnosis PsikologisHubungan An. A dengan kedua orang tuanya sangat baik, secara kedua orang tua sehari-hari hanya dirumah. An. A juga sangat dekat dengan kedua saudaranya, sehari-hari An. A bermain-main dengan mereka. 4. Diagnosis Sosial Ekonomi dan BudayaPasien aktif bergaul dengan teman sebayanya dan tetangganya. Untuk kebutuhan sehari-hari pasien dibiayai oleh orang tuanya yang bekerja sebagai pengrajin kayu.

G. PENATALAKSANAANa. Medikamentosa Pengobatan OAT fase lanjutan selama 3 bulan dilanjutkan. OAT yaitu Rifampisin, Isoniazid, Pyrazinamid

b. Non MedikamentosaPromotif :a. Pemahaman tentang TB, cara penularan dan pengobatanb. Saran untuk meningkatkan frekuensi makan dengan porsi sedikit-sedikit, namun tetap memenuhi kecukupan gizi yaitu makanan 4 sehat 5 sempurna.c. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makanPreventif :a. Menggunakan masker jika keluar rumah. Ketika batuk ditutup dengan tangan atau kain.b. Pemisahan alat makan, minum dan mandi dari anggota keluarga yang lain utnuk mencegah penularan.c. Jika pasien mengeluarkan dahak, dahak harus dibuang di tempat yang aman. Dahak yang dikeluarkan disimpan dalam toples tersendiri untuk kemudian dibakar. Jika buang dahak di luar rumah, usahakan dibuang di tempat sampah yang terkena matahari langsung.d. Mengusahakan ventilasi dan pencahayaan rumah yang baik. e. Mewujudkan PHBS untuk menghindari kemungkinan terkena penyakit lain.f. Membuka jendela atau pintu di pagi hari untuk sirkulasi udara dan cahaya matahari.Kuratif :a. Edukasi cara minum OATb. Jika mual atau muntah dapat melapor ke Puskesmas.c. Kontrol rutin ke Puskesmas setiap 2 minggu.d. Jika diperlukan dapat mengkonsumsi madu untuk mengurangi rasa asam di mulut.Rehabilitatif :a. Mengurangi aktivitas berat. Jika merasa lelah saat bekerja, istirahat dahulu, jangan memaksakan diri.b. Latihan cara batuk efektif.

1

22

I. FLOW SHEETNama : An. ADiagnosis : Tuberkulosis paru kasus baru dalam pengobatan OAT tahap lanjutan bulan ke tigaTabel 2. Flow Sheet Follow Up An. ANOTglTD

Nadi/ RR/TPulmoKeluhanTerapiPlanningTarget

114 Okt 2014100/60N: 94RR: 24T: 36,5CPD ka = kiFR ka = kisonor/ sonorBatukMedikamentosa: Pengobatan fase lanjutan selama 3 bulan OAT yaitu Rifampisin, Isoniazid, Pyrazinamid

Non Medikamentosa:a. Obat diminum sesuai aturanb. Kontrol rutin setiap 2 mingguc. 15Edukasi cara penularan 15TB, cara membuang dahakMedikamentosa: melanjutkan pengobatan sebelumnyaNon Medikamentosa:Promotif :a. Pemahaman tentang TB, cara penularan dan pengobatanb. Saran untuk meningkatkan frekuensi makan dengan porsi sedikit sedikitc. Mencuci tangan dengan sabun Preventif :a. Menggunakan masker jika keluar rumah. Ketika batuk ditutup dengan tangan atau kain.b. Pemisahan alat makan, minum dan mandi dari anggota keluarga yang lain.c. Jika pasien mengeluarkan dahak, dahak harus dibuang di tempat yang aman.d. Mengusahakan ventilasi dan pencahayaan rumah yang baik.e. Mewujudkan PHBSf. Membuka jendela atau pintu di pagi hari untuk sirkulasi udara dan cahaya matahari.Kuratif :a. Edukasi cara minum OATb. Jika mual atau muntah dapat melapor ke Puskesmas.c. Kontrol rutin ke Puskesmas setiap 2 minggu.d. Jika diperlukan dapat mengkonsumsi madu untuk mengurangi rasa asam di mulut.Rehabilitatif :a. Istirahat jika merasa kelelahan. Mengurangi aktivitas berat.b. Latihan cara batuk efektif. Menambah pengetahuan pasien tentang TB Meminimalisir efek samping akibat OAT

221 Okt 2014100/70N: 98RR: 24T: 36,5CPD ka = kiFR ka = kisonor/ sonorBatuk Medikamentosa: Pengobatan fase lanjutan selama 3 bulan OAT yaitu Rifampisin, Isoniazid, Pyrazinamid

Non Medikamentosa:a. Obat diminum sesuai aturanb. Kontrol rutin setiap 2 mingguc. Edukasi cara membuang dahakMedikamentosa: melanjutkan pengobatan sebelumnyaNon Medikamentosa:Promotif :a. Pemahaman tentang TB, cara penularan dan pengobatanb. Saran untuk meningkatkan frekuensi makan dengan porsi sedikit sedikitc. Mencuci tangan dengan sabun Preventif :a. Menggunakan masker jika keluar rumah. Ketika batuk ditutup dengan tangan atau kain.b. Pemisahan alat makan, minum dan mandi dari anggota keluarga yang lain.c. Jika pasien mengeluarkan dahak, dahak harus dibuang di tempat yang aman.d. Mengusahakan ventilasi dan pencahayaan rumah yang baik.e. Mewujudkan PHBSf. Membuka jendela atau pintu di pagi hari untuk sirkulasi udara dan cahaya matahari.Kuratif :a. Edukasi cara minum OATb. Jika mual atau muntah dapat melapor ke Puskesmas.c. Kontrol rutin ke Puskesmas setiap 2 minggu.d. Jika diperlukan dapat mengkonsumsi madu untuk mengurangi rasa asam di mulut.Rehabilitatif :a. Istirahat jika merasa kelelahan. Mengurangi aktivitas berat.b. Latihan cara batuk efektif.

329 Okt 2014100/60N: 92RR: 20T: 36,5CPD ka = kiFR ka = kisonor/ sonorBatuk, Medikamentosa: Pengobatan fase lanjutan selama 3 bulan OAT yaitu Rifampisin, Isoniazid, Pyrazinamid

Non Medikamentosa:a. Obat diminum sesuai aturanb. Kontrol rutin setiap 2 mingguc. Edukasi cara membuang dahak

Medikamentosa: melanjutkan pengobatan sebelumnyaNon Medikamentosa:Promotif :a. Pemahaman tentang TB, cara penularan dan pengobatanb. Saran untuk meningkatkan frekuensi makan dengan porsi sedikit sedikitc. Mencuci tangan dengan sabun Preventif :a. Menggunakan masker jika keluar rumah. Ketika batuk ditutup dengan tangan atau kain.b. Pemisahan alat makan, minum dan mandi dari anggota keluarga yang lain.c. Jika pasien mengeluarkan dahak, dahak harus dibuang di tempat yang aman.d. Mengusahakan ventilasi dan pencahayaan rumah yang baik.e. Mewujudkan PHBSf. Membuka jendela atau pintu di pagi hari untuk sirkulasi udara dan cahaya matahari.Kuratif :a. Edukasi cara minum OATb. Jika mual atau muntah dapat melapor ke Puskesmas.c. Kontrol rutin ke Puskesmas setiap 2 minggu.

22d. Jika diperlukan dapat mengkonsumsi madu untuk mengurangi rasa asam di mulut.Rehabilitatif :a. Istirahat jika merasa kelelahan. Mengurangi aktivitas berat.b. Latihan cara batuk efektif.

TAHAP IIIIDENTIFIKASI FUNGSI - FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK1. Fungsi BiologisKeluarga An. A (2 tahun 10 bulan) merupakan tipe extended family yang terdiri atas 5 orang anggota keluarga. Pasien tinggal satu rumah bersama kedua orang tuanya Tn. N (34 tahun) dan Ny.S (32 tahun). Saudara kembar pasien , An. H juga dilakukan pemeriksaan foto rontgen setelah pasien didiagnosis TB paru, dari hasil pemeriksaan foto rontgen ternyata AN. H juga dinyatakan TB paru. Beberapa hari kemudian ayah pasien mengalami keluhan batuk-batuk, akhirnya ayah pasien memeriksakan dahaknya di Puskesmas Kalijambe tetapi hasilnya negatif. Ibu pasien dan kakak pasien tidak mengalami keluhan serupa ataupun rutin berobat di layanan kesehatan.Pasien terinfeksi TB pada saat bulan Agustus 2014. Tetangga pasien juga ada yang mengalami keluhan serupa, batuk terus menerus,sudah berbulan-bulan tetapi tidak menjalani pengobatan.2. Fungsi PsikologisHubungan pasien dengan kedua orang tua dan saudaranya sangat baik. Hubungan pasien dengan teman sebayanya dan tetangganya juga dekat, sering bermain bersama, mereka tidak pernah mengucilkan pasien.3. Fungsi SosialKeluarga pasien ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat, hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Tidak ada hambatan hubungan keluarga dengan masyarakat di sekitar rumah. Keluarga pasien cukup aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan di lingkungannya, misalnya kerja bakti dan membantu tetangga yang sedang hajatan.4. Fungsi EkonomiPenghasilan keluarga An. A berasal dari penghasilan ayah pasien Tn.N sebagai pengerajin kayu dan usaha dagang kelontong ibu pasien Ny. S. Penghasilan perbulan Rp 1.000.000,00 sampai Rp 2.000.000,00. Penghasilan dirasakan cukup untuk memenuhi kebutuhan pasien.5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan BeradaptasiPenderita cukup terbuka sehingga bila mengalami keluhan atau kesulitan penderita bercerita pada orang tuanya.

B. FUNGSI FISIOLOGISUntuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain, meliputi adaptation, partnership, growth, affection, dan resolve.

Skoring :Hampir selalu/sering: 2 poinKadang kadang : 1 poinHampir tak pernah/jarang: 0 poinKriteria nilai APGAR :8 10: baik6-7: cukup1 -5: burukTabel 2. Skor APGAR keluarga An. AKodeA.P.G.A.R Tn. NNy. SAn. R

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah 222

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya222

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru 221

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll 222

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama 222

Jumlah10109

APGAR score keluarga An. A adalah (10+10+9) : 3 = 9,67Kesimpulan :Fungsi fisiologis keluarga pasien An. A baik

C. FUNGSI PATOLOGISTabel 3. SCREEMSUMBERPATOLOGIKET

SOCIALIkut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya-

CULTURALMenggunakan aturan-aturan sesuai masyarakat dalam kehidupan sehari-hari-

RELIGIONMenjalankan Ibadah ke masjid secara teratur-

ECONOMYPenghasilan cukup-

EDUCATIONTingkat pendidikan keluarga tergolong rendah+

MEDICALDalam mencari pelayanan kesehatan keluarga An.A pergi ke Puskesmas-

Kesimpulan: Fungsi patologis keluarga An. A mengalami gangguan pada area pendidikan.D. GENOGRAM

Gambar 1. Genogram keluarga An. A

: Laki-laki yang telah meninggal : Pasien : Wanita yang telah meninggal : Laki-laki yang masih hidup : Tinggal dalam satu rumah : Wanita yang masih hidup : Keluarga pasien yang menderita penyakit serupa : Keluarga pasien yang menderita penyakit lain (hipertensi dan DM) :Keterangan :

Kesimpulan :An. A tinggal bersama dengan kedua orang tuanya yaitu dengan Tn. N dan Ny.S. An. A mempunyai saudara kembar bernama An. H dan seorang kakak perempuan bernama An. R. Dari data yang didapt diketahui bahwa An. H menderita penyakit serupa dengan saudara kandungnya. Hal ini mengindikasikan adanya penyakit menular dalam keluarga tersebut. Selain itu, dari genogram juga tidak terlihat adanya penyakit yang diturunkan, yaitu hipertensi ataupun diabetes.

E. INFORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA

An. HAn. R

Ny.STn. N

Gambar 2. Pola interaksi keluarga An. AKeterangan:: Hubungan Harmonis: Hubungan Tidak HarmonisKesimpulan: Hubungan antara An. A dengan seluruh anggota keluarganya harmonis.

F. FAKTOR PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN KELUARGA1. Pengetahuan An. A diketahui menderita TB paru sejak 3 bulan yang lalu. Orang tua An. A dan keluarganya memiliki pengetahuan yang cukup tentang kesehatan. Namun pasien dan keluarga belum cukup memahami tentang TB. 2. Sikap Kegiatan sanitasi pada keluarga ini kurang baik, sumber air untuk kebutuhan sehari-hari menggunakan sumber air dari sumur. Sisa dari kegiatan sehari-hari dialirkan ke selokan yang ada di belakang rumahnya. Sikap keluarga dan penderita sendiri terhadap penyakit yang dideritanya cukup positif. Orang tua penderita sangat menyadari bahwa sakit yang dideritanya pasien memerlukan kontrol rutin. Keluarga juga mendukung penderita dalam melawan penyakitnya. Hal ini dapat dilihat dari keluarga yang memperhatikan asupan makan dan kebersihan sereta menyarankan agar pasien banyak beristirahat. Selain itu, keluarga juga selalu meminumkan obatnya secara rutin.3. Tindakan Keluarga cukup menyadari pentingnya kesehatan sehingga ketika sakit, anggota keluarga ini memanfaatkan BPJS yang dimiliki untuk berobat ke Puskesmas yang kebetulan letaknya dekat dengan rumah dan dapat diakses dengan sepeda motor.G. FAKTOR NON PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN KELUARGA 1. Lingkungan Rumah yang dihuni keluarga ini adalah rumah sendiri dengan kondisi cukup memadai, ukuran 10x8 m2. Kebersihan lingkungan rumah kurang baik. Lingkungan dalam rumah kurang bersih, ventilasi tidak cukup dan pencahayaan kurang baik. Jendela dan pintu sudah cukup dalam hal jumlah dan penempatan, dan sering dibuka. Dan tetangga pasien juga ada yang mengalami keluhan serupa berbulan-bulan tetapi tidak melakukan pengobatan.2. Keturunan Keluarga pasien, lebih tepatnya saudara kembarnya mengalami keluhan serupa dan dinyatakan terdiagnosis TB paru dan sudah melakukan pengobatan. Sedangkan kedua orang tua dan kakak pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa. Penyakit TB paru yang diderita oleh pasien bukan termasuk penyakit yang diturunkan, tetapi merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui droplet sehingga keluarga dan orang sekitar yang kontak langsung dengan pasien dapat memiliki risiko untuk tertular penyakit yang sama.3. Pelayanan Kesehatan Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan sudah cukup baik. Letak Puskesmas yang dekat dengan rumah ditambah kemudahan aksesnya yang bisa ditempuh dengan sepeda motor menyebabkan keluarga ini merasa nyaman berobat di Puskesmas.

An. APemahaman:Keluarga cukup memahami penyakit penderitaKeturunan:TB paru tidak berhubungan dengan keturunanPelayanan Kesehatan:Jika sakit keluarga An. A berobat ke PuskesmasTindakan:Pasien kontrol penyakitnya ke Puskesmas secara rutinSikap:Keluarga cukup perhatian terhadap penyakit penderitaLingkungan:Kebersihan lingkungan tempat tinggal An. A belum sepenuhnya terjaga

: Faktor Perilaku: Faktor Non Perilaku

Gambar 3. Faktor Perilaku dan Non Perilaku

H. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH

Gambar 4a. Denah tempat tinggal pasien di Kalijambe Keterangan :a. Tempat tinggal pasien di Kalijambe Luas rumah 10x8 m2. Lantai masih menggunakan tanah, pencahayaan dan ventilasi bagian depan, tengah, dan belakang rumah kurang cukup baik. Terdiri dari 2 kamar tidur, ruang keluarga, ruang tamu, kamar mandi, dapur di bagian belakang rumah. Dinding terbuat dari batu bata. Tetapi pada bagian belakang yaitu di dapur masih mengunakan anyaman bambu sebagai dinding. Atap terbuat dari genteng dengan langit-langit tanpa adanya internit Penggunaan air untuk mandi, mencuci, dan memasak dengan air dari sumur Saluran air langsung menuju selokan di belakang rumah Saluran jamban menuju septic tank di belakang rumah. Dekat dengan Puskesmas.

34TAHAP IVDIAGNOSIS HOLISTIK

A. Diagnosis BiologisTuberkulosis paru kasus baru dalam pengobatan OAT tahap lanjutan bulan ketiga.B. Diagnosis PsikologisHubungan An. A dengan keluarganya cukup baik. Hal itu dapat terlihat dari dukungan keluarga selama pasien menjalani pengobatan.C. Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya1. Pasien memiliki komunikasi yang baik dengan tetangga dan teman sebayanya di sekitar tempat tinggalnya.2. Untuk kondisi rumah pasien, kebersihan lingkungan rumah kurang baik. Lingkungan dalam rumah kurang bersih, ventilasi dan pencahayaan kurang baik.3. Untuk status ekonomi keluarga pasien, tingkat kesejahteraan pasien sudah cukup baik.

TAHAP VPEMBAHASAN DAN SARAN KOMPREHENSIF

A. PEMBAHASANTuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.Saat ini TB masih merupakan masalah kesehatan yang sangat penting karena morbiditas dan mortalitasnya tinggi. Diperkirakan di seluruh dunia 1,8 milyar orang terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis, dengan 8-10 juta kasus baru dan 3 juta kematian per tahun. Penyakit ini biasanya mengenai paru, tetapi dapat menyerang semua organ atau jaringan tubuh, misalnya pada lymph node, pleura dan area osteoartikular. Resiko meningkatnya penyakit TB ini disebabkan antara lain oleh faktor lingkungan rumah, suhu rumah, pencahayaan rumah dan kepadatan penghuni rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan (Nurhidayah dkk, 2007). Selain itu jenis lantai dan dinding, serta kebiasaan dan perilaku penghuni juga turut mempengaruhi terjadinya penyakit TB (Depkes, 2009; Tobing, 2009). Pada umumnya penularan TB paru terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak (droplet) berada dalam waktu yang lama. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan gelap dan lembab. Jika terdapat ventilasi, maka jumlah percikan dapat berkurang. Selain itu sinar matahari langsung dapat membunuh bakteri (Depkes, 2009). Faktor risiko lain yang memungkinkan seseorang menjadi sakit TB paru adalah adanya daya tahan tubuh yang rendah, seperti adanya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (Depkes, 2009). Stress yang kronis juga dapat menjadi salah satu penyebab menurunnya imunitas akibat adanya perubahan pada regulasi sistem imun (Segerstom & Miller, 2004).Pasien adalah An. A yang berusia 2 tahun 4 bulan dengan TB paru dalam pengobatan OAT tahap lanjutan bulan ketiga. Dari fungsi holistik, pasien tidak mengalami gangguan. Pasien tinggal satu rumah dengan kedua orangtua dan kakaknya. Dari segi ekonomi, pasien masih dibiayai oleh keluarganya dan masih cukup untuk pengobatan dan kebutuhan sehari-hari.Tidak didapatkan gangguan pada fungsi fisiologis pada keluarga An.A. Dari segi fungsi patologis, gangguan ditemukan pada kondisi pendidikan yang menyebabkan kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit yang diderita, dalam hal ini yaitu TB.

Berdasarkan faktor perilaku, keluarga An. A dilihat dari segi sikap dan tindakan keluarga pasien sudah cukup baik, yakni keluarga pasien memiliki kesadaran mau berobat teratur dan kontrol secara rutin ke sarana pelayanan kesehatan. Selain itu, kedua orang tua dan kakak pasien yang tinggal serumah dengan An. A mendukung kesembuhan pasien dengan berperan sebagai Pengawas Minum Obat (PMO) yang meminumkan obat secara teratur sesuai jadwal. Kedua orang tua pasien juga selalu memberikan makanan yang bergizi dan mengontrol kegiatan pasien agar dapat beristirahat.Dari faktor non perilaku, didapatkan lingkungan tempat tinggal pasien memberikan pengaruh negatif terhadap kesehatan An. A yang ditunjukkan dengan kurangnya pencahayaan dan ventilasi. Ditambah dengan kondisi tempat tinggal yang lembap. Ruangan yang gelap dan lembab tanpa pencahayaan dari sinar matahari menjadi tempat yang sesuai bagi bakteri Mycobacterium tuberculosis untuk tetap hidup (CDC, 2011). Kondisi rumah yang demikian juga meningkatkan risiko penularan TB terhadap orang-orang yang tinggal serumah. Selain itu, tetangga pasien juga ada yang mengalami keluhan serupa berbula-bulan tetapi tidak melakukan pengobatan. Hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor kemungkinan pasien mendapatkan infeksi kuman TBC.

B. SARAN KOMPREHENSIF1. Promotifa. Pemahaman tentang TB, cara penularan, dan pengobatannya.b. Biasakan mencuci tangan sebelum dan sesudah makanc. Asupan makanan harus tetap dijaga meskipun nafsu makan menurun.Memenuhi kecukupan gizi dengan memakan makanan 4 sehat 5sempurna.

2. Preventifa. Pemisahan alat makan, minum, dan mandi dari anggota keluarga lain untuk mencegah penularanb. Penderita menggunakan alat pengaman (menutup mulut dengan kain atau masker terutama saat batuk) agar tidak menularkan penyakit.c. Ketika batuk, ditutup dengan tangan atau kain agar droplet tidak mudah tersebar.d. Jika pasien mengeluarkan dahak, dahak harus dibuang ditempat aman. Dahak yang dikeluarkan disimpan dalam toples tersendiri untuk kemudian dibakar. Jika buang dahak di luar rumah, usahakan dibuang di tempat sampah yang terkena matahari langsung.e. Mengusahakan ventilasi dan pencahayaan rumah yang baik.f. Mewujudkan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) untuk menghindari kemungkinan terkena penyakit lain.3. Kuratifa. Saat ini penderita memasuki pengobatan fase lanjutan, sehingga diberikan pengobatan mengandung 3 macam obat yaitu: Rifampisin, Isoniazid, dan Pyrazinamideb. Obat diminum sebelum tidur supaya efek mual dari obat tidak dirasakan oleh pasien. Setelah minum obat diusahakan minum madu untuk mengurangi rasa asam pada mulut. Jika merasakan mual, muntah atau perut terasa sebah dapat melaporkan kepada puskesmas.c. Kontrol rutin ke Puskesmas setiap 2 minggu.4. Rehabilitatifa. Istirahat cukup.b. Cara batuk efektif agar lebih mudah mengeluarkan dahak.

36DAFTAR PUSTAKA

Amelda. 2010. Skripsi Dukungan keluarga terhadap perilaku minum obat pasien TB paru.http://repository usu.ac.id. diperoleh Mei 2014.CDC. 2011. TB elimination: The difference between latent TB infection and TB disease. http://www.cdc.gov/tb/publications/factsheets/general/LTBIandActiveTB.pdf - Diunduh Juli 2014Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Situasi Epidemiologi Tuberculosis Indonesia. Jakarta : DEPKES RI.Nurhidayah, I., Mamat L., Windy R. 2007. Hubungan antara Karakteristik Lingkungan Rumah dengan Kejadian Tuberkulosis (TB) apad Anak di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang. Bandung: UNPAD.Segerstrom SC & Miller GE. 2004. Psychological stress and the human immnune system: A meta-analytic study of 30 years of inquiry. Psychol Bull, 130(4): 601-30Tobing, T.L. 2009. Pengaruh Perilaku Penderita TB Paru dan Kondisi Rumah Terhadap Pencegahan Potensi Penularan TB Paru pada Keluarga di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Medan.

LAMPIRAN

Gambar 5. Foto Pasien An. Gambar 1 4. Kondisi Rumah Keluarga Pasien