laporan kegiatan fome

21
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Sejak tahun 1970-an sampai 2005, kurikulum pendidikan dokter di Indonesia berorientasi pada masyarakat atau dikenal dengan COME (Community Oriented Medical Education), dengan lama pendidikan 4 tahun untuk tingkat sarjana ditambah 2 tahun untuk tingkat profesi. Hal ini didasarkan pada kebutuhan nasional pada saat tersebut untuk mengisi pusat-pusat pelayanan primer diseluruh Indonesia. Lulusan dokter pada masa tersebut langsung ditempatkan didaerah terutama di daerah terpencil, untukm menjadi dokter yang memberikan pelayanan bagi masyarakat atau yang dikenal dengan dokter impress atau dokter puskesmas. Lulusan dokter yang dihasilkan sebelum tahun 2005 atau dokter yang mengikuti pendidikan KIPDI I dan II adalah dokter dengan kompetensi dokter komunitas. Setelah tahun 2005, terjadi perubahan orientasi pendidikan kedokteran yang bertujuan mencetak dokter dengan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga, dengan lama pendidikan tiga setengah tahun untuk tingkat sarjana, satu tahun untuk tingkat profesi dan satu tahun untuk internship. Jadi kompetensi lulusan dokter dengan KIPDI III atau dengan system PBL adalah sebagai dokter dengan pendekatan dokter keluarga. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas menyikapi hal tersebut dengan melaksanakan FOME (Family Oriented Medical Education) untuk dapat melahirkan dokter dengan kompetensi sebagai dokter dengan pendekatan dokter keluarga yang dimulai pelaksanaan nya pertama kali untuk angkatan tahun 2009. Setelah program FOME berjalan satu tahun masih didapatkan berbagai kekurangan yang harus senantiasa diperbaiki dan di lengkapi. Pada tahun kedua program ini direncanakan kegiatan yang dilaksanakan lebih berbasis kepada pendekatan keluarga dilapangan dan meminimalkan pemberian materi secara perkuliahan, sehingga mahasiswa

Upload: oshamonita

Post on 29-Nov-2015

96 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

I.1 Latar belakang Sejak tahun 1970-an sampai 2005, kurikulum pendidikan dokter di Indonesia berorientasi

pada masyarakat atau dikenal dengan COME (Community Oriented Medical Education), dengan lama pendidikan 4 tahun untuk tingkat sarjana ditambah 2 tahun untuk tingkat profesi. Hal ini didasarkan pada kebutuhan nasional pada saat tersebut untuk mengisi pusat-pusat pelayanan primer diseluruh Indonesia. Lulusan dokter pada masa tersebut langsung ditempatkan didaerah terutama di daerah terpencil, untukm menjadi dokter yang memberikan pelayanan bagi masyarakat atau yang dikenal dengan dokter impress atau dokter puskesmas. Lulusan dokter yang dihasilkan sebelum tahun 2005 atau dokter yang mengikuti pendidikan KIPDI I dan II adalah dokter dengan kompetensi dokter komunitas.

Setelah tahun 2005, terjadi perubahan orientasi pendidikan kedokteran yang bertujuan mencetak dokter dengan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga, dengan lama pendidikan tiga setengah tahun untuk tingkat sarjana, satu tahun untuk tingkat profesi dan satu tahun untuk internship. Jadi kompetensi lulusan dokter dengan KIPDI III atau dengan system PBL adalah sebagai dokter dengan pendekatan dokter keluarga.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas menyikapi hal tersebut dengan melaksanakan FOME (Family Oriented Medical Education) untuk dapat melahirkan dokter dengan kompetensi sebagai dokter dengan pendekatan dokter keluarga yang dimulai pelaksanaan nya pertama kali untuk angkatan tahun 2009. Setelah program FOME berjalan satu tahun masih didapatkan berbagai kekurangan yang harus senantiasa diperbaiki dan di lengkapi. Pada tahun kedua program ini direncanakan kegiatan yang dilaksanakan lebih berbasis kepada pendekatan keluarga dilapangan dan meminimalkan pemberian materi secara perkuliahan, sehingga mahasiswa diharapkan mendapat kesempatan yang lebih luas untuk praktek lapangan dan berinteraksi dengan keluarga sesuai dengan yang di harapkan.

I.2 Definisi

Family oriented medical education (FOME) merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mendidik mahasiswa dengan prinsip-prinsip dasar pelayanan dengan pendekatan keluarga yaitu : holistic, komprehensif, kontinyu, koordinatif, kolaboratif, dan family center

I.3 TujuanTujuan umum Family oriented medical education (FOME) memberikan kesempatan kepada mahasiswa

untuk mengenal masalah kesehatan keluarga secara komprehensif dan holistik, mengidentifikasi factor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan keluarga, dapat memberikan solusi secara promotif dan preventif serta dapat menimbulkan rasa empati terhadap pasien.

Tujuan khusus Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan memahami masalah kesehatan setiap keluarga Mahasiswa dapat mengidentifikasi factor-faktor yang berhubungan dengan masalah

kesehatan keluarga (internal dan eksternal) Mahasiswa mampu mengetahui masalah kesehatan keluarga yang mempunyai indikasi untuk

dirujuk ke puskemas atau rumah sakit Mahasiswa mampu merasakan empati terhadap keluarga yang mengalami masalah kesehatan,

terutama keluarga miskin Mahasiswa mampu memberikan solusi secara promotif dan preventif dalam penanganan

masalah kesehatan keluarga binaan

I.4 Waktu PelaksanaanAdapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan ini, yaitu:

Waktu : setiap hari Sabtu atau Minggu, selama 1 tahun dimulai pada semester III

Tempat : Jalan Purus I No. 52, Padang

BAB II

ISI

LAPORAN KEGIATAN FOME

Berkas Keluarga Binaan

Kelompok : 20

Nama Mahasiswa : OSHARINANDA MONITA

Pembimbing : Dra. Gusti Revilla, M.Kes

Data Demografi Keluarga

Kepala Keluarga : Ibu Ana

Alamat : Jl.Purus I No.52, Padang

No telp : 081363039463

Tabel 1. Anggota keluarga yang tinggal serumah atau yang memiliki hubungan dekat dengan

keluarga

No Nama Kedudukan dalam keluarga

Gender Umur Pendidikan Pekerjaan Berpartisipasi dalam

pembinaan

Ket tambahan

1 Rodiah Ibu P 81 Sekolah

Kebidanan

Mantan

Bidan

Ya Menyambut dengan

hangat tetapi sedikit susah

berkomunikasi karena

faktor usia

2 Ana Anak P 46 SMA Koordinator

Sales

Ya Menyambut dengan

hangat dan memberikan

informasi serta tanggapan

yang baik

Tabel 2. Fungsi-fungsi dalam keluarga

Fungsi Keluarga Penilaian Kesimpulan pembina untuk fungsi keluarga yang

bersangkutan

Biologisadalah sikap dan perilaku keluarga selama ini dalam menghadapi resiko masalah biologis, pencegahan, cara mengatasinya dan beradaptasi dengan masalah biologis (masalah fisik jasmaniah)

Keadaan Nenek Rodiah :Penglihatan nenek sudah mulai berkurang atau rabun, sehingga nenek selalu memakai kacamata untuk melihat. Selain itu, nenek juga mulai lupa dengan lingkungan sekitar dan gerakan nenek terbatas karena pengaruh umur. Tetapi nenek masih bisa menjawab beberapa pertanyaan walaupun si penanya harus menggunakan suara yang keras. Ingatan nenek tentang masa lalunya masih sangat bagus.

Keadaan Ibu Ana :Ibu Ana merupakan anak bungsu nenek Rodiah. Pernah mempunyai riwayat penyakit kuning semasa kecil dan sering jatuh sakit. Ibu Ana menderita Diabetes Melitus Tipe II dengan berat badan diatas BMI.Dalam fungsi biologis, keluarga ini cukup mengerti dengan masalah kesehatan karena nenek mantan bidan dan ibu Ana yang peduli dengan kesehatan dan makanan.

Keluarga ini mempunyai riwayat penyakit kanker, karena almarhum suami nenek Rodiah meninggal akibat kanker paru, sedangkan anak perempuan pertamanya meninggal karena kanker payudara.

Menghadapi anggota keluarga yang sakit :Kalau masih ringan penyakitnya, diberi obat warung saja. Tetapi kalau sudah mengganggu aktivitas Ibu Ana langsung berobat ke puskesmas atau bidan. Berhubung Ibu Ana menderita DM, jika beliau sudah mulai merasa pusing, maka beliau langsung ke rumah sakit untuk mengetahui kadar gula darahnya.

Kebiasaan hidup bersih dan sehat :Lingkungan sekitar rumah yang tidak terlalu bersih, tetapi ibu Ana sudah berusaha menerapkan kebiasaan hidup sehat dengan tidak jajan sembarangan.

Fungsi biologis keluarga Ibu Ana cukup baik, Ibu Ana sudah mulai mengontrol pola makannya agar gula darahnya tetap stabil.

Psikologisadalah sikap dan perilaku keluarga selama ini dalam membangun hubungan psikologis internal antar anggota keluarga. Termasuk dalam hal memelihara kepuasan psikologis seluruh anggota keluarga dan manajemen keluarga dalam menghadapi masalah psikologis.

Nenek Rodiah trauma dengan gempa yang terjadi tahun 2009 lalu di Padang, sehingga beliau selalu duduk di depan pintu sepanjang hari dan tidak mau tidur di dalam kamar karena takut akan terjadinya gempa.

Ibu Ana pernah menikah sekali sebelumnya, tetapi sudah bercerai dan tidak mempunyai anak. Ibu Ana trauma dengan perceraian sehingga beliau masih belum mau menikah lagi dan menyibukkan diri dengan pekerjaan serta tinggal bersama nenek Rodiah.

Fungsi keluarga tidak baik karena keluarga ini mengalami trauma yang cukup membuat mereka tidak mau lagi mencoba hal yang baru. Tetapi nenek Rodiah dalam perannya sebagai ibu dari Ibu Ana sudah berusaha membujuk Ibu Ana agar menikah lagi dan mempunyai keluarga sendiri. Dan juga ketakutan Nenek terhadap gempa susah dihilangkan karena trauma yang cukup hebat sebelumnya sehingga susah membujuk nenek untuk tidur di dalam kamar

Sosialadalah sikap dan perilaku keluarga selama ini dalam mempersiapkan anggota keluarga untuk terjun ke tangah masyarakat. Termasuk di dalamnya pendidikan formal dan informal untuk dapat mandiri.

Ibu Ana merupakan kader di daerah tempat tinggalnya. Beliau sangat peduli dengan masalah kesehatan di sekitar lingkungannya. Jika ada posyandu maka beliau ditunjuk oleh masyarakat sekitar untuk menjadi kader. Sebelumnya Ibu Ana juga merupakan relawan di LPM yang ada di Padang, membantu agar anak-anak jalanan dapat memiliki semangat hidup walaupun dalam keadaan yang susah.

Fungsi sosial keluarga Ibu Ana sangat bagus karena Ibu Ana memiliki peran yang cukup besar di lingkungan masyarakat. Beliau peduli dengan orang lain dan lingkungannya.

Ekonomi &Pemenuhan kebutuhan

adalah sikap dan perilaku keluarga selama ini dalam usaha pemenuhan kebutuhan primer, sekunder dan tertier.

Kebutuhan hidup keluarga ini dapat terpenuhi karena Ibu Ana bekerja sehari-sehari sebagai coordinator sales yang nantinya akan memantau sales-sales baru bekerja. Dan juga Nenek Rodiah selalu mendapatkan kiriman uang dari anak-anaknya yang lain. Untuk masalah makan, ada anak ke-lima Nenek Rodiah yang selalu mengantar makanan setiap pagi ke rumah Nenek. Ibu Ana jarang memasak karena kesibukan pekerjaan yang mengharuskan beliau berangkat jam 7 pagi dan pulang jam 6 sore.

Fungsi ekonomi keluarga Ibu Ana cukup bagus karena Ibu Ana memiliki pekerjaan tetap dan masih ada anak-anak Nenek Rodiah yang membantu perekonomian keluarga ini.

Data Risiko Internal KeluargaTabel 3. Perilaku kesehatan keluarga

Perilaku Sikap & perilaku keluarga yang menggambarkan perilaku tsb

Kesimpulan pembina untuk perilaku ybs

kebersihan pribadi & lingkunganapakah tampilan individual dan lingkungan bersih dan terawat, bagaimana kebiasaan perawatan kebersihannya

Kebersihan pribadi cukup bersih karena Nenek Rodiah tidak melakukan apa-apa selain makan dan shalat. Ibu Ana juga berpenampilan cukup bersih. Tetapi untuk lingkungan rumahnya bisa dikatakan tidak rapi karena kain yang bertumpuk dimana-mana dan barang-barang yang tidak tersusun rapi. Berhubung yang tinggal di rumah tsb adalah Nenek Rodiah dan Ibu Ana yang notabene cukup sibuk, maka rumah tsb tidak sempat dibersihkan.

Kebersihan pribadi cukup bersih tetapi kebersihan lingkungannya kurang

pencegahan spesifiktermasuk perilaku imunisasi anggota keluarga, ANC, gerakan pencegahan penyakit lain yang telah dianjurkan (baik penyakit menular maupunt tidak menular)

Ibu Ana mulai memperhatikan pola makannya berhubung beliau menderita Diabetes Melitus Tipe 2. Beliau juga sering mengikuti seminar atau melihat poster yang berkaitan dengan DM.Tetapi Ibu Ana jarang berolahraga karena sibuk dengan pekerjaannya.

Pencegahan untuk penyakit kurang karena gaya hidup dalam keseharian beliau pun kurang baik. Setelah menderita DM, baru lah Ibu Ana peduli dengan pola makanannya.

gizi keluargapengaturan makanan keluarga, mulai cara pengadaan, kuantitas dan kualitas makanan serta perilaku terhadap diet yang dianjurkan bagi penyakit tertentu pada anggota keluarga

Anak nenek Rodiah mengantarkan makanan ke rumah nenek Rodiah setiap hari. Anak Nenek Rodiah sangat peduli dengan pola makan, selalu ada sayur/serat di setiap makanan yang diantarkan.

Pemenuhan gizi keluarga ini sudah cukup baik.

latihan jasmani / aktifitas fisik kegiatan keseharian untuk meggambarkan apakah sedentary life atau cukup atau teratur dalam latihan jasmani. Physical exercise tidak selalu harus berupa olahraga seperti sepak bola, badminton,dsb.

Kegiatan fisik sehari-hari ibu Ana kurang karena kesibukan pekerjaannya dan juga karena Ibu Ana tidak suka berolahraga.

Motivasi Ibu Ana untuk melakukan aktivitas fisik atau olahraga kurang.

penggunaan pelayanan kesehatanperilaku keluarga apakah datang ke posyandu, puskesmas, dsb untuk preventif juga, atau hanya kuratif, atau kuratif ke pengobatan komplimenter dan alternatif, sebutkan jenisnya dan berapa keseringannya

Bila sakit, Ibu Ana pergi ke bidan atau puskesmas terdekat. Tetapi ketika Ibu Ana mengetahui bahwa beliau menderita DM Tipe 2, Ibu Ana menjadi lebih cepat tanggap jika merasa pusing dan langsung memeriksakan kadar gula darahnya.

Ibu Ana memilih pergi ke bidan bila merasa sakit karena biaya yang terjangkau dan tidak memerlukan administrasi yang merepotkan.

kebiasaan / perilaku lainnya yang buruk untuk kesehatanmisalnya merokok, minum alkohol, bergadang,dsb sebutkan keseringannya dan banyaknya setiap kali dan jenis yang dikonsumsi

kebiasaan / perilaku Ibu Ana yang sering makan tengah malam karena tidak tahan menahan lapar

Dalam menjaga kesehatan Ibu Ana dapat dikatakan tidak terlalu baik bila dilihat dari perilaku buruk yang dapat menyebabkan masalah pada kesehatan

Data Sarana Pelayanan Kesehatan dan Lingkungan Kehidupan Keluarga

Tabel 4. Faktor pelayanan kesehatan

Faktor Keterangan Kesimpulan pembina untuk

faktor pelayanan kesehatan

Pusat pelayanan kesehatan

yang digunakan oleh

keluarga

Puskesmas dan Bidan Puskesmas terdekat dengan rumah

Ibu Ana cukup memakan waktu

lama untuk kesana, sehingga Ibu

Ana lebih sering ke bidan untuk

berobat

Cara mencapai pusat

pelayanan kesehatan

tersebut

Jalan kaki

Naik ojek

Tarif pelayanan

kesehatan tersebut

dirasakan

sangat mahal

mahal

terjangkau

murah

gratis

Kualitas pelayanan

kesehatan tersebut

dirasakan

sangat baik

baik

biasa

tidak memuaskan

buruk

Tabel 5. Lingkungan tempat tinggal

Kepemilikan rumah : menumpang /kontrak/ hibah/ milik sendiri

Daerah perumahan : padat kumuh / padat bersih / berjauhan/ mewah

Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan pembina untuk

lingkungan tempat tinggal

Luas rumah : ……6….x…5……m2 Rumah hanya dihuni oleh Nenek

Rodiah dan Ibu Ana. Ibu Ana

yang sibuk tidak begitu

memperhatikan kebersihan

rumahnya. Terdapat retal-retak

di dinding rumah karena gempa

tahun 2009 dan genteng bocor

yang belum diperbaiki serta

lantai dapur yang masih terdiri

dari tanah, bukan semen.

Tumpukan kain dan barang-

barang yang tidak beraturan

membuat rumah ini telihat lebih

sumpek dan bisa menjadi sarang

nyamuk nantinya.

Jumlah orang dalam satu rumah : ……2……… org

Luas Halaman rumah : 0 x 0 m2 (rumah langsung

berbatasan dengan jalan, tidak ada pagar)

Bertingkat / tidak bertingkat

Lantai rumah dari : tanah / semen / keramik / lain-lain*

Dinding rumah dari : papan / tembok / kombinasi*

Penerangan di dalam rumah

Jendela

Listrik : ada/tidak

Bila tidak, malam hari menggunakan lampu minyak

Ventilasi

Kelembapan rumah : lembap/tidak*

Bantuan ventilasi di dalam rumah : ada/tidak*

Bila ada, yaitu : AC / Kipas angin / exhaust fan*

Kebersihan di dalam rumah : kurang

Tata letak Barang dalam rumah : tidak rapi

Skor kemampuan keluarga dalam penyelesaian masalah dan Rencana Penatalaksanaan

No Kegiatan Sasaran Waktu Hasil yang diharapkan Coping score

awal

Masalah internal:

- Masalah ekonomi :Ibu Ana yang tidak memiliki suami harus memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri sehingga diharapkan Ibu Ana lebih berhemat dan menabung untuk biaya pengobatannya.

- Masalah psikologis :Nenek yang tidak mau tidur di dalam kamar. Membujuk Nenek untuk tidur di dalam kamar karena banyaknya nyamuk dan udara yang lebih dingin di luar

Masalah eksternal:

- Masalah kebersihan WCDapur yang berdekatan dengan WC. Lantai dapur dan WC yang masih berupa tanah. Nenek Rodiah disarankan memakai sandal dan berhati-hati karena dikhawatirkan nenek terjatuh di kamar mandi

- Masalah Kebersihan rumahDiharapkan agar Ibu Ana dapat membersihkan rumah minimal menyapu sekali sehari dan menyusun kain minimal seminggu sekali.

Ibu Ana

Nenek Rodiah

Nenek Rodiah

Ibu Ana

Pada

kunjungan

ke 2

Pada kunjungan ke 2

Pada kunjungan ke 2

Pada kunjunagn ke 2

Ibu Ana memiliki tabungan

sehingga biaya pengobatan

penyakitnya, DM, tidak

terlalu berat.

Nenek mau tidur di dalam kamar

WC diberi sekat dengan dapur sehingga kuman-kuman dari WC tidak sampai ke dapur.

Nenek Rodiah selalu memakai sandal ke kamar mandi

Rumah terlihat lebih rapi dan bersih

2

1

4

3

Keterangan Coping score:

1 = Tidak dilakukan, menolak, tidak ada partisipasi

2 = Mau melakukan tapi tidak mampu, tak ada sumber (hanya keinginan) penyelesaian masalah

dilakukan sepenuhnya oleh provider

3 = Mau melakukan, namun perlu penggalian sumber yang belum dimanfaatkan sehingga

penyelesaian masalah dilakukan sebagian besar oleh provider

4 = Mau melakukan namun tak sepenuhnya, masih tergantung pada upaya provider

5 = Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga

Tindak lanjut dan hasil intervensi

Tanggal INTERVENSI YANG DILAKUKAN, KEMAJUAN MASALAH KESEHATAN KELUARGA, KESESUAIAN DENGAN HASIL YANG DIHARAPKAN &

RENCANA SELANJUTNYAkedatangan Kunjungan pertama :Saya masih berdiri di dekat pintu masuk rumah. Berkenalan

lalu berbincang-bincang tentang anggota keluarga (nama,jumlah anggota keluarga,asal, jenjang pendidikan Nenek, riwayat penyakit keluarga). Belum sempat berbincang-bincang dengan Ibu Ana karena beliau masih bekerja

Kunjungan kedua :Saya masih berbincang-bincang dan bertanya lebih lanjut tentang riwayat penyakit keluarga ini langsung dengan Ibu Ana. Kebetulan Ibu Ana sedang berada di rumah. Ibu Ana juga menceritakan kisah hidupnya dan pengalamannya di bidang kesehatan

Kunjungan ketiga : Saya mulai membawa informasi-informasi tentang penyakit Diabetes Melitus untuk Ibu Ana. Pada kunjungan ketiga saya baru masuk menelusuri rumah Ibu Ana, tetapi tidak diizinkan untuk mengambil foto

Kunjungan keempat : Pada kunjungan keempat saya tidak bertemu dengan ibu Ana, hanya Nenek Rodiah saja. Jadi hanya silahturahmi kembali karena Nenek sudah lupa dengan kedatangan saya sebelumnya. Saya melihat nenek masih tidur di luar, tetapi rumah tidak terlalu berantakan seperti kunjungan kedua saya sebelumnya

TINDAK LANJUT I

Memberikan informasi-informasi tentang DM Membujuk Nenek Rodiah agar mau tidur di dalam kamar Memberikan saran dalam tata letak barang yang ada di rumah tsb

TINDAK LANJUT II

Melakukan penyuluhan kecil-kecilan tentang DM Memberikan leaflet tentang DM Mengingatkan ibu Ana untuk tetap menjaga pola makannya agar gula darahnya tidak

naik

Kesimpulan Pembinaan Keluarga pada Pembinaan Keluarga Saat ini

(keadaan kesehatan keluarga pada saat berakhirnya pembinaan pertama, faktor-faktor

pendukung dan penghambat partisipasi keluarga, indikator keberhasilan, serta rencana

pembinaan keluarga selanjutnya)

Masalah kesehatan keluarga pada saat berakhirnya pembinaan pertama dan coping

score akhir

Saya belum behasil melakukan perubahan yang banyak dalam keluarga Ibu Ana ini.

Masalah kesehatan yang ada susah untuk saya intervensi karena ilmu saya yang belum

cukup. Saya hanya bisa memberikan informasi tentang penyakitnya dan memberikan saran

untuk kebersihan rumah dan lingkungannya.

Faktor pendukung terselesaikannya masalah kesehatan keluarga :

Respon ibu terhadap saya sangat baik sehingga ibu mau diajak berkerjasama walaupun

tidak maksimal. Tetapi untuk Nenek Rodiah tidak bisa terselesaikan karena terkendala

factor usia

Faktor penghambat terselesaikannya masalah kesehatan keluarga :

Kurang pedulinya ibu Ana dengan aktivitas fisik dan pola makan

Kekurangan orang dalam mengurus dan membersihkan rumah

Susah melakukan komunikasi efektif dengan nenek Rodiah karena usianya yang

sudah tua

Saya kurang rajin turun FOME (tidak teratur) sehingga tidak bisa mengawasi apakah

keluarga sudah melakukan apa yag saya beritahu.

Rencana pembinaan keluarga selanjutnya :

Tetap menjalin silahturahmi dengan keluarga FOME walaupun FOME sudah selesai sambil

memfollow up tentang pola makan Ibu Ana dan kebersihan lingkungan rumahnya serta

melihat keadaan Nenek

Demikianlah, laporan kegiatan FOME ini disampaikan , sesuai dengan keadaan yang

sesungguhnya.

Padang, 22 Juni 2012

Pembimbing Lapangan Mahasiswa

(Dra. Gusti Revilla, M.Kes) (OSHARINANDA

MONITA)

BAB III

LAMPIRAN

Foto bersama Nenek Rodiah