110703012-ptk-bk smp

57
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan yang begitu pesat, maka berkembang pula ilmu pendidikan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan tersebut. Tidak mudah mentransformasikan materi yang begitu padat dan sulit menjadi dengan mudah diterima oleh para siswa. Untuk itu diperlukan media pembantu agar siswa dengan mudah menyerap materi yang diberikan oleh guru. Masalahnya adalah sekarang bagaimana agar dalam proses transformasi sikap dan nilai tersebut dapat berjalan dengan lancar, mudah diterima oleh siswa dan dapat menyatu raga dengan pribadi siswa. Dalam beberapa wacana disebutkan bahwa agar proses belajar mengajar berlangsung baik dan dapat dengan mudah diterima oleh siswa, siswa harus dibawa pada situasi yang konkrit, agar siswa dapat mengamati sendiri, menanggapi sendiri dan memiliki pengalaman sendiri yang bersifat nyata. Dalam proses belajar mengajar untuk dapat membawa siswa dalam situasi yang konkrit, diperlukan suatu alat bantu pembelajaran yang tepat, yaitu dengan menggunakan media pembelajaran. Dalam hal ini media pembelajaran bisa berupa buku- buku pustaka, benda tiruan, benda-benda peninggalan, peta, gambar, foto, OHP, alat dan sarana apa saja yang dapat membantu 1

Upload: joe-sangpremancinta

Post on 29-Oct-2015

409 views

Category:

Documents


22 download

TRANSCRIPT

Page 1: 110703012-PTK-BK SMP

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan yang begitu

pesat, maka berkembang pula ilmu pendidikan sesuai dengan kemajuan ilmu

pengetahuan tersebut. Tidak mudah mentransformasikan materi yang begitu

padat dan sulit menjadi dengan mudah diterima oleh para siswa. Untuk itu

diperlukan media pembantu agar siswa dengan mudah menyerap materi

yang diberikan oleh guru.

Masalahnya adalah sekarang bagaimana agar dalam proses

transformasi sikap dan nilai tersebut dapat berjalan dengan lancar, mudah

diterima oleh siswa dan dapat menyatu raga dengan pribadi siswa. Dalam

beberapa wacana disebutkan bahwa agar proses belajar mengajar

berlangsung baik dan dapat dengan mudah diterima oleh siswa, siswa harus

dibawa pada situasi yang konkrit, agar siswa dapat mengamati sendiri,

menanggapi sendiri dan memiliki pengalaman sendiri yang bersifat nyata.

Dalam proses belajar mengajar untuk dapat membawa siswa

dalam situasi yang konkrit, diperlukan suatu alat bantu pembelajaran yang

tepat, yaitu dengan menggunakan media pembelajaran. Dalam hal ini media

pembelajaran bisa berupa buku-buku pustaka, benda tiruan, benda-benda

peninggalan, peta, gambar, foto, OHP, alat dan sarana apa saja yang dapat

membantu guru dan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Prinsipnya

media pembelajaran akan sangat berguna bagi siswa, sebab ia akan memiliki

pengalaman langsung, memiliki tanggapan yang kuat dan dengan demikian

sesuatu yang mereka pelajari akan mudah diterima dan mudah dipahami.

Situasi yang demikian tentu potensial untuk meningkatkan prestasi

belajarnya. Inilah yang mendorong penulis untuk menyusun karya ini, apa

1

Page 2: 110703012-PTK-BK SMP

benar media pembelajaran mempunyai kontribusi yang positif terhadap

prestasi belajar siswa.

Media Pendidikan (pengajaran) merupakan alat yang digunakan

guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang

disampaikan kepada siswa, dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri

siswa. Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme, tentu akan

membosankan, sebaliknya pengajaran akan lebih menarik bila siswa gembira

dalam belajar atau senang karena merasa tertarik dan mengerti pelajaran

yang diterimanya. Dengan demikian kegiatan belajar akan lebih efektif.

Belajar yang efektif harus dimulai dari pengalaman langsung

atau pengalaman kongkrit dan menuju kepada pengalaman yang lebih

abstrak. Belajar akan lebih efektif jika dibantu dengan alat peraga dalam

pengajaran dari pada tanpa dibantu dengan alat pengajaran. Agar proses

belajar mengajar dapat berhasil dengan baik, siswa sebaiknya diajak untuk

memanfaatkan semua alat inderanya. Guru berusaha untuk menampilkan

rangsangan (stimulus), yang dapat diproses dengan berbagai indera.

Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah

informasi, maka semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti

dan dapat dipertahankan dalam ingatan.

Hamalik (1986) mengatakan bahwa pemakaian media

pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan

dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan

belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa.

Dengan demikian, siswa diharapkan akan dapat menerima dan

menyerap dengan mudah dan baik pesan-pesan dalam materi yang

disajikan. Untuk memanfaatkan semua alat indera indera dalam kegiatan

belajar mengajar diperlukan rangsangan (stimulus). Sedangkan rangsangan

tersebut dapat direaliasasikan dengan penggunaan peraga dalam

2

Page 3: 110703012-PTK-BK SMP

pendidikan. Peraga dalam pengajaran bisa disebut dengan media

pengajaran.

Hal ini ditegaskan oleh Arsyad (2003), yang mengatakan bahwa,

kegiatan belajar mengajar pemakaian kata media pengajaran digantikan oleh

istilah seperti alat pandang-dengar, bahan pengajaran, komunikasi pandang

dengar, pendidikan alat peraga pandang, teknologi pendidikan, alat peraga,

dan media penjelas. Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi semakin

mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil

teknologi dalam proses belajar. Guru dituntut agar menggunakan alat-alat

yang dapat disediakan oleh sekolah, tidak menutup kemungkinan bahwa

alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru

harus dapat menggunakan alat yang murah dan efisien meskipun sederhana

dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan

pengajaran yang diharapkan (Arsyad, 2003).

Untuk itu dalam menggunakan media pengajaran guru harus

memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media

pengajaran, seperti apa yang disampaikan oleh Hamalik (1994), bahwa

dalam mengunakan media pengajaran guru harus memahami tentang: (1)

media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar

mengajar, (2) fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, (3)

seluk beluk proses belajar, (4) hubungan antara Model Pembelajaran dengan

media pendidikan, (5) nilai atau manfaat media pendidikan dalam

pengajaran, (6) pemilihan dan penggunaan media pendidikan, (7) berbagai

jenis alat dan teknik media pendidikan, (8) media pendidikan dalam setiap

mata pelajaran, dan (9) usaha inovasi dalam pendidikan.

Fenomena-fenomena tersebut di atas, mendorong peneliti untuk

melakukan suatu penelitian tindakan (action research) dalam kegiatan

belajar mengajar dengan menggunakan media pengajaran pada siswa Kelas

VIII SMP. Beberapa alasan pentingnya media pengajaran digunakan dalam

3

Page 4: 110703012-PTK-BK SMP

kegiatan belajar mengajar dalam penelitian tindakan ini, adalah: (1) dengan

media pengajaran siswa belajar akan lebih kongkrit dan tidak verbalisme, (2)

siswa lebih memiliki motivasi dalam belajar, sebab dengan media

pengajaran, kegiatan belajar akan lebih menarik, (3) kegiatan belajar lebih

bervariatif, (4) siswa dapat melakukan kegiatan belajar sendiri dengan media

pengajaran yang dihadapi, dan (5) dengan media pengajaran kegiatan

belajar siswa akan lebih membawa pemikiran siswa kepada kehidupan

sehari-hari.

Dengan penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti

tersebut, maka muncul beberapa permasalahan dalam kegiatan penelitian

ini. Mengapa media pengajaran sangat penting digunakan dalam upaya

meningkatkan minat belajar siswa dalam rangkaian kegiatan belajar

mengajar? Apakah dampak penggunaan media pengajaran dalam kegiatan

belajar mengajar? Hal ini perlu dibuktikan dalam penelitian tindakan ini,

khususnya pada upaya meningkatkan minat belajar siswa Kelas VIII-D SMP

Negeri 1 Pucanglaban, Kabupaten Tulungagung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang penelitian tindakan yang

berjudul “Upaya Peningkatan Minat Belajar Bidang Bimbingan Sosial Melalui

Model Pembelajaran Media Pendidikan Materi Berkomunikasi Secara Sehat

dan Dinamis Dengan Teman Sebaya Siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1

Pucanglaban Kabupaten Tulungagung Tahun Pelajaran 2009/2010” tersebut,

maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah Penggunaan Media pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar

dapat meningkatkan minat belajar siswa Kelas VIII-D ?

2. Bagaimanakah dampak penggunaan media pengajaran dalam kegiatan

belajar mengajar pada siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Pucanglaban,

Kabupaten Tulungagung ?

4

Page 5: 110703012-PTK-BK SMP

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan ini adalah mengetahui dan

mendeskripsikan: (1) Penggunaan Media pengajaran dalam kegiatan belajar

mengajar dapat meningkatkan minat belajar siswa Kelas VIII-D, dan (2)

Dampak Penggunaan Media pengajaran dalam Kegiatan Belajar Mengajar

pada Siswa Kelas VIII-D.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan pada rumusan tujuan penelitan tindakan tersebut,

maka tujuan penelitian tindakan ini, diharapkan bermanfaat bagi :

1. Guru Bimbingan dan Konseling

Sebagai masukan pengetahuan kepada guru dalam upaya

meningkatkan hasil belajar yang optimal dengan menggunakan media

pengajaran yang tepat. Salah satunya adalah penggunaan media bermedia

pengajaran dalam pembelajaran siswa Kelas VIII SMP.

2.Siswa SMP

Siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar tidak

verbalisme terhadap materi yang diajarkan guru, bila guru menggunakan

media pengajaran dalam proses belajar mengajarnya.

3.Lembaga SMP

Lembaga sekolah perlu memperhatikan kebutuhan media yang

digunakan dalam proses belajar mengajar, dengan harapan tujuan

pembelajaran yang dilakukan di lembaga tersebut dapat tercapai secara

optimal.

4.Literatur

Sebagai acuan dan referensi kegiatan ilmiah lainnya yang sesuai

dengan topik pembahasan yang sesuai dengan permasalahan penelitian

tindakan ini.

5

Page 6: 110703012-PTK-BK SMP

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang

berjudul “Upaya Peningkatan Minat Belajar Bidang Bimbingan Sosial Melalui

Model Pembelajaran Media Pendidikan Materi Berkomunikasi Secara Sehat

dan Dinamis Dengan Teman Sebaya Siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1

Pucanglaban Tahun Pelajaran 2009/2010” yang dilakukan oleh peneliti, dapat

dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut :

“Jika proses belajar mengajar siswa Kelas VIII SMP menggunakan

media pengajaran dalam menyampaikan materi pembelajaran, maka

dimungkinkan minat belajar dan hasil belajar siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1

Pucanglaban, Kabupaten Tulungagung akan lebih baik dibandingkan dengan

proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru sebelumnya”.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada permasalahan dampak

penggunaan media pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar siswa Kelas

VIII-D SMP Negeri 1 Pucanglaban, Kabupaten Tulungagung terhadap upaya

peningkatan minat belajarnya.

G. Penegasan Istilah

Agar dalam pembahasan penelitian tindakan ini mengarah pada

uraian yang lebih spesifik sesuai dengan ruang lingkup penelitian, maka akan

ditegaskan beberapa istilah dalam penelitian ini. Diantaranya :

1.Media Pengajaran

Media pengajaran yang dimaksud adalah peraga yang digunakan

oleh guru dalam proses belajar mengajar, dengan tujuan memperlancar

kegiatan belajar dalam usaha pencapaian tujuan pembelajaran.

2.Minat Belajar

6

Page 7: 110703012-PTK-BK SMP

Minat belajar adalah kecenderungan dimana seseorang

mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai keinginan untuk

mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut.

Minat belajar yang dimaksud dalam penelitian tindakan ini adalah

minat belajar siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Pucanglaban, Kabupaten

Tulungagung, dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Media Pendidikan

Menurut Arsyad (2003), dalam kegiatan belajar mengajar

pemakaian kata media pengajaran digantikan oleh istilah seperti alat

pandang-dengar, bahan pengajaran, komunikasi pandang dengar, pendidikan

alat peraga pandang, teknologi pendidikan, alat peraga, dan media penjelas.

7

Page 8: 110703012-PTK-BK SMP

Namun dari beberapa istilah tersebut media pendidikan memiliki

keterbatasan didalamnya meliputi: (1) media pendidikan memiliki pengertian

fisik yang dikenal dengan istilah hardware, (2) media pendidikan yang

memiliki pengertian non fisik yang dikenal sebagai soflware, (3) penekanan

media pendidikan terhadap visual dan audio, (4) media pendidikan memiliki

pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar

kelas, media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi

guru dan siswa dalarn proses pembelajaran.

Berikut ini akan dijelaskan tentang, (a) ciri-ciri media pendidikan,

(b) manfaat dan fungsi media pendidikan, dan (c) media berbasis visual

(bermedia pengajaran). Adapun penjabarannya sebagai berikut :

1.Ciri-ciri Media Pendidikan

Menurut Gerlach & Ely (1971) ada tiga ciri media yang

merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang

dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu

melakukannya. Ciri-ciri tersebut meliputi: (a) ciri fiksatif, (b) ciri

manipulatif, dan (c) ciri distributif.

a. Ciri Fiksatif (Fixative Property)

Ciri ini mengmedia pengajarankan kemampuan media merekan,

menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksikan suatu peristiwa atau

objek. Dengan ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman

kejadian atau objek yang terjadi pada satu waktu tertentu

ditransportasikan tanpa mengenal waktu.

Ciri ini amat penting bagi guru karena kejadian-kejadian telah

direkam dengan format media yang ada dapat digunakan setiap saat.

Demikian pula kegiatan siswa dapat direkam untuk kemudian dianalisis

dan dikritik oleh siswa sejawat baik secara perorangan atau kelompok.

8

Page 9: 110703012-PTK-BK SMP

b. Ciri Manipulatif (Manipulative Property)

Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena

media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-

hari, dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit

dengan teknik pengambilan media pengajaran time-lapse recording.

Kemampuan media dari ciri manipulatif memerlukan perhatian

yang sungguh-sungguh oleh karena apabila terjadi kesalahan dalam

pengaturan kembali urutan kejadian atau pemotongan bagian-bagian

yang salah, maka akan terjadi pula kesalahan penafsiran yang tentu saja

akan membingungkan dan bahkan menyesatkan sehingga dapat

mengubah sikap mereka kearah yang tidak diinginkan.

c. Ciri Distributif (Distributive Property)

Ciri ini memungkinkan suatu objek atau kejadian

ditransportasikan melalui ruang, secara bersamaan kejadian tersebut

disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman

yang relatif sama mengenai kejadian itu.

Sekali informasi direkam dalam format media apa saja, informasi

dapat direproduksi beberapa kali dan siap digunakan secara bersamaan

diberbagai tempat atau digunakan secara berulang-ulang di suatu

tempat.

2.Bagaimana Memilih Media pengajaran ?

Beberapa kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa

media merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan.

Untuk itu ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih

media. Diantaranya:

a.Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah

ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah satu atau

gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

9

Page 10: 110703012-PTK-BK SMP

Tujuan ini dapat dimedia pengajarankan dalam bentuk tugas yang harus

dikerjakan atau dipertunjukkan oleh siswa, seperti menghafal,

melakukan kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik atau pemakaian

prinsip-prinsip seperti sebab dan akibat, melakukan tugas yang

melibatkan pemahaman konsep-konsep atau hubungan-hubungan

perubahan, dan mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan pemikiran

pada tingkatan lebih tinggi.

b.Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi

Media yang berbeda, misalnya film dan grafik memerlukan

simbol dan kode yang berbeda, dan oleh karena itu memerlukan proses

dan keterampilan mental yang berbeda untuk memahaminya. Agar

dapat membantu proses pembelajaran secara efektif, media harus

selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan

kemampuan mental siswa. Televisi, misalnya, tepat untuk

mempertunjukkan proses dan transformasi yang memerlukan

manipulasi ruang dan waktu.

c. Praktis, luwes, dan bertahan

Jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumber daya lainnya untuk

memproduksi, tidak perlu dipaksakan. Media yang mahal dan memakan

waktu lama untuk memproduksinya bukanlah jaminan sebagai media

yang terbaik. Kriteria ini menuntun para guru/instruktur untuk memilih

media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru.

Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan di mana pun dan kapan

pun dengan peralatan yang tersedia di sekitarnya, serta mudah

dipindahkan dan dibawa ke mana-mana.

d.Guru terampil menggunakannya

Ini merupakan salah satu kriteria utama. Apa pun media itu, guru

harus mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran. Nilai dan

manfaat media amat ditentukan oleh guru yang menggunakannya. 10

Page 11: 110703012-PTK-BK SMP

Proyektor transparansi (OHP), proyektor slide dan film, komputer, dan

peralatan canggih lainnya tidak akan mempunyai arti apa-apa jika guru

belum dapat menggunakannya dalam proses pembelajaran ssebagai

upaya mempertinggi mutu dan hasil belajar.

e.Pengelompokan sasaran

Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama

efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perseorangan. Ada

media yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang,

kelompok kecil dan perseorangan.

f. Mutu Teknis

Pengembangan visual baik media pengajaran maupun fotograf

harus memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya, visual pada slide

harus jelas dan ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen

lain yang berupa latar belakang.

3.Manfaat dan Fungsi Media Pendidikan

Media pendidikan yang digunakan dalam kegiatan belajar

mengajar memiliki manfaat dan fungsi dalam upaya pencapaian hasil

belajar yang optimal. Adapun manfaat dan fungsi media pengajaran

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a.Manfaat Media Pendidikan

Menurut Sudjana & Rival (1992), beberapa manfaat dari media

pengajaran dalam proses belajar siswa. Diantaranya, (1) pengajaran

akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan

motivasi belajar, (2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya

sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya

menguasai dan mencapai tujuan pengajaran, (3) metode akan lebih

bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan

kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak

kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam

11

Page 12: 110703012-PTK-BK SMP

pelajaran, dan (4) siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar

sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain

seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan

sebagainya.

Pendapat tersebut senada disampaikan oleh Encyclopedia of'

Educational Research yang dikutip oleh Hamalik (1994), yang merinci

manfaat media pendidikan. Diantaranya, (1) meletakkan dasar-dasar

yang kongkrit untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme, (2)

memperbesar perhatian siswa, (3) meletakkan dasar-dasar yang penting

untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih

mantap, (4) memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan

kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa, (5) menumbuhkan

pemikiran yang teratur dan terus-menerus terutama melalui media

pengajaran hidup, (6) membantu tumbuhnya pengertian yang dapat

membantu perkembangan kemampuan berbahasa, dan (7) memberikan

pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan

membantu efisiensi dan keragaan yang lebih banyak dalam belajar.

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa

manfaat dari penggunaan media pengajaran dalam proses belajar

mengajar adalah sebagai berikut :

1)Media pengajaran dapat memperjelas penyajian dan informasi

sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil

belajar.

2)Media pengajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian

anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang

lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan memungkinkan

siswa untuk belajar sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

3)Media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan

waktu: (a) obyek atau benda terlalu besar ditampilkan, dapat diganti

12

Page 13: 110703012-PTK-BK SMP

dengan media pengajaran, slide, dan model, (b) obyek atau benda

yang terlalu kecil dapat ditampilkan dengan media pengajaran, slide,

dan model, (c) kejadian yang telah berlangsung dimasa lalu dapat

ditampilkan melalui rekaman video, slide disamping secara verbal, (d)

obyek yang rumit dapat ditampilkan secara kongkrit melalui media

pengajaran, slide dan lain-lain, (e) kejadian yang dapat

membahayakan dapat disimulasikan melalui media komputer, dan (f)

peristiwa alam dapat disajikan melalui film, video, slide dan

sebagainya.

4)Media pengajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada

siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka.

b.Fungsi Media Pendidikan

Menurut Kemp & Dayton (1985) media pengajaran dapat

memenuhi tiga fungsi utama bila media itu digunakan untuk

perorangan, kelompok, atau kelompok yang besar jumlahnya, yaitu (a)

memotivasi minat dan tindakan, (b) menyajikan informasi, dan (c)

memberi instruksi.

Untuk memenuhi fungsi motivasi, media pengajaran dapat

direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Hasil yang diharapkan

adalah melahirkan minat dan merangsang para siswa untuk bertindak.

Pencapaian tujuan ini akan mempengaruhi sikap, nilai, dan emosi.

Tujuan informasi, artinya media pengajaran dapat digunakan

dalam rangka menyajikan informasi dihadapan sekelompok siswa.

Penyajian ini dapat pula berbentuk hiburan, drama, atau teknik motivasi.

Partisipasi yang diharapkan dari siswa hanya terbatas pada persetujuan

atau ketidaksetujuan mereka secara mental, dan sebaliknya.

Media berfungsi sebagai media instruksi, dimana informasi yang

terdapat dalam media tersebut harus melibatkan siswa baik dari benak

atau mental maupun bentuk aktivitas yang nyata sehingga

13

Page 14: 110703012-PTK-BK SMP

pembelajaran dapat terjadi. Di samping menyenangkan, media

pengajaran harus dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan

dan memenuhi kebutuhan perorangan siswa. Hal ini ditegaskan oleh

Dale (1969) dengan kerucut pengalamannya.

Dasar pengembangan kerucut tersebut bukanlah tingkat

kesulitan, melainkan tingkat keabstrakan, jumlah jenis indra yang turut

serta selama penerimaan isi pengajaran atau pesan. Pengalaman

langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna

mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman

itu oleh karena ia melibatkan indra pengelihatan, pendengaran, perasan,

penciuman, dan peraba, yang dikenal dengan istilah learning by doing.

4.Media Berbasis Visual

Visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang ingin disampaikan

kepada siswa dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk. Salah

satunya adalah dalam bentuk media pengajaran. Jika mengamati bahan

pelajaran dalam bentuk media pengajaran, akan ditemukan gagasan

untuk merancang bahan visual yang menyangkut penataan elemen-

elemen visual yang akan ditampilkan. Tatanan elemen-elemen itu harus

dapat menampilkan visual yang menarik dan dapat dimengerti dengan

jelas, dan menarik perhatian sehingga mampu menyampaikan pesan

yang diinginkan oleh penggunannya.

14

Page 15: 110703012-PTK-BK SMP

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses

penataan visualisaisi media pengajaran tersebut, diantaranya, (a)

kesederhanaan, (b) keterpaduan, (c) penekanan, dan (d) keseimbangan.

a. Kesederhanaan

Penyampaian visual melalui media pengajaran, harus

memudahkan siswa untuk memahami maksud dan isi yang

terkandung didalam visual tersebut. Bentuk kalimat ringkas, tetapi

padat dan jelas, serta mudah dimengerti.

b. Keterpaduan

Keterpaduan mengacu pada hubungan antara elemen-elemen

visual yang diamati. Elemen tersebut harus saling terkait dan

menyatu sebagai suatu keseluruhan sehingga visual itu merupakan

suatu bentuk menyeluruh yang dapat dikenal dan dapat membantu

pemahaman pesan dan informasi yang dikandungnya.

c. Penekanan

Meskipun penyajian visual dirancang sesederhana mungkin,

sering kali konsep yang ingin disajikan memerlukan penekanan

terhadap salah satu unsur yang akan menjadi pusat perhatian siswa.

Dengan menggunakan ukuran, hubungan, perspektif, warna, atau

ruang penekanan dapat diberikan kepada unsur terpenting.

d. Keseimbangan

Bentuk dan pola yang dipilih sebaiknya menempati ruang

penayangan yang memberikan persepsi keseimbangan meskipun

tidak seluruhnya simetris.

Berdasarkan penjelasan media visual tersebut, kegiatan belajar

mengajar yang dilakukan oleh siswa Kelas VIII SMP, sangat tepat bila

guru dalam menyampaikan materi pembelajaran melalui media

bermedia pengajaran. Sebab dengan media bermedia pengajaran, siswa

SMP yang umumnya merasa bosan atau jenuh dengan bimbingan dan

15

Page 16: 110703012-PTK-BK SMP

koseling ini, maka dengan visual yang digunakan guru, setidaknya dapat

membantu menghilangkan verbalisme yang ada pada siswa, khususnya

adalah siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Pucanglaban, Kabupaten

Tulungagung.

B. Minat Belajar

Minat berkaitan erat dengan perasaan individu, objek, dan

aktivitas. Ada dua hal yang diperhatikan kaitannya dengan minat, yaitu:

minat sebagai dorongan dan minat sebagai kebutuhan. Minat adalah

kecenderungan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu

dan disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun

membuktikan lebih lanjut. Minat belajar adalah suatu dorongan atau

keinginan individu dalam hal ini siswa, sebagai upaya untuk mencapai hasil

belajar yang dilakukan. Membangkitkan minat belajar pada siswa sulit

dilaksanakan bila proses belajar hanya menekankan pada satuan-satuan

kurikulum, sistem kenaikan kelas, sistem ujian, yang mengutamakan

kontinuitas dan pendalaman belajar (Sukmadinata, 2001).

Minat belajar pada siswa ada yang bersifat sementara (jangka

pendek) dan bersifat menetap (jangka panjang). Beberapa hal yang dapat

diusahakan untuk membangkitkan minat belajar siswa secara menetap

(jangka panjang) yaitu, pemilihan bahan pengajaran yang berarti bagi anak,

menciptakan kegiatan belajar yang dapat membangkitkan dorongan untuk

menemukan, menterjemahkan materi pembelajaran sesuai dengan tingkat

perkembangan siswa, dan materi disampaikan dalam bentuk siswa aktif,

anak banyak terlibat dalam proses belajar.

Minat belajar selalu berkaitan erat dengan motivasi. Hal ini

ditegaskan oleh Hamalik (2002) yang mengatakan bahwa memotivasi

belajar penting artinya dalam proses belajar siswa, karena fungsinya yang

mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar. Karena itu,

16

Page 17: 110703012-PTK-BK SMP

prinsip-prinsip penggerakan motivasi belajar sangat erat hubungannya

dengan minat belajar siswa itu sendiri.

Berkaitan dengan minat belajar, dapat dikatakan apabila dalam

kegiatan belajar mengajar tersebut terdapat kondisi yang menyenangkan,

maka siswa akan lebih senang melanjutkan belajarnya jika kondisi

pengajarannya dengan demikian dapat dipastikan bahwa minat belajarnya

meningkat pula.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk

menyenangkan proses pengajaran, diantaranya: (1) hindari pengulangan hal-

hal yang telah diketahui, (2) suasana fisik kelas jangan membosankan, (3)

hindarkan terjadi frustasi yang dikarenakan situasi kelas, (4) hindarkan

suasana kelas yang bersifat emosional sebagai akibat adanya kontak

personal, (5) siapkan tugas menantang, (6) berilah pengetahuan tentang

hasil yang dicapai siswa, dan (7) beri hadiah/pujian dari usaha yang

dilakukan oleh siswa.

Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk menggerakkan

atau membangkitkan motivasi belajar siswanya, ialah sebagai berikut: (a)

memberi angka. Umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil

pekerjaannya, yakni berupa angka yang diberikan oleh guru. Murid yang

mendapat angkanya baik, akan mendorong motivasi belajarnya menjadi

besar, sebaliknya murid yang mendapat angka kurang, mungkin

menimbulkan frustasi atau dapat juga menjadi pendorong agar belajar lebih

baik, (b) Pujian. Pemberian pujian kepada murid atas hal-hal yang telah

dilakukan dengan berhasil besar manfaatnya sebagai pendorong belajar.

Pujian menimbulkan rasa puas dan senang, (c) Hadiah. Cara ini dapat juga

dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu, misalnya pemberian hadiah

pada akhir tahun kepada para siswa yang mendapat atau menunjukkan hasil

belajar yang baik, memberikan hadiah bagi para pemenang sayembara atau

pertandingan olahraga, (d) Kerja kelompok. Dalam kerja kelompok di mana

17

Page 18: 110703012-PTK-BK SMP

melakukan kerja sama dalam belajar, setiap anggota kelompok turutnya,

kadang-kadang perasaan untuk mempertahankan nama baik kelompok

menjadi pendorong yang kuat dalam perbuatan belajar, dan (e) Persaingan.

Baik kerja kelompok maupun persaingan memberikan motif-motif sosial

kepada murid. Hanya saja persaingan individual akan menimbulkan

pengaruh yang tidak baik, seperti: rusaknya hubungan persahabatan,

perkelahian, pertentangan, persaingan antar kelompok belajar.

C. Pengertian Bimbingan

Mengacu pada Peraturan Pemerintah No.29/1990 tentang

Pendidikan Menengah, pasal 27 ayat 1, dikatakan bahwa “Bimbingan

merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya

menentukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.

”Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi, mengandung makna bahwa

guru pembimbing seyogyanya mampu menfasilitasi siswa agar dengan

keinginan dan kemampuannya dapat mengenal kekuatan kelemahan dirinya

sendiri serta mampu menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal

pengembangan lebih lanjut.

Tumbuhnya keinginan siswa untuk mengenal kekuatan dan

kelemahan diri menjadi sangat penting, karena hal itu menunjukkan adanya

motivasi dari dalam siswa dan bukan keinginan atau bahkan paksaan dari

guru pembimbing atau dari pihak lain.

Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan, mengandung

makna bahwa guru pembimbing mampu menfasilitasi siswa untuk mengenal

lingkungannya dengan baik, termasuk lingkungan yang ada diluar sekolah.

Bimbingan agar siswa mampu merencanakan masa depannya,

mengandung makna bahwa pembimbing seyogyanya mampu memfasilitasi

siswa agar dapat menyusun rencana masa depannya dengan pertimbangan

18

Page 19: 110703012-PTK-BK SMP

yang matang terhadap karakteristik pribadi serta pengenalan yang benar

tentang lingkungannya.

D. Bimbingan Sosial Materi Berkomunikasi Secara Sehat dan Dinamis dengan Teman Sebaya

Komunikasi ialah penyampaian pesan sedemikian rupa sehingga

diterima seperti yang diinginkan si pengirim.

Dalam model ini akan membahas bagaimana anda dapat

memahami proses komunikasi berlangsung, mempelajari kemampuan

berkomunikasi secara lisan (mendengarkan dan berbicara satu sama lain),

mendiskusikan sebab-sebab kegagalan komunikasi dan mengembangkan

komunikasi efektif dalam suatu percakapan.

Bagaimanakah proses komunikasi berlangsung?

Ada pengirim pesan

Ada pesan yang akan disampaikan

Ada si penerima pesan

Ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pesan

Komunikasi berlangsung efektif, bila sebuah pesan yang

diformulasikan oleh si pengirim pesan (komunikator) ditafsirkan dengan

benar oleh si pengirim pesan (komunikator). Sebaliknya komunikasi

berlangsung tidak efektif jika sebuah pesan yang diterima oleh si penerima

pesan (komunikan) kacau (tidak sesuai dengan yang dimaksud si pengirim

pesan)

19

Page 20: 110703012-PTK-BK SMP

Komunikasi Efektif? Jadilah Pembicara Asertif!

Ada tiga macam perilaku berbicara dalam berkomunikasi yakni:

perilaku agresif, perilaku pasif, dan perilaku asertif.

Perilaku Bicara Perilaku Non Verbal Perilaku Verbal

AgresifBicara keras dan cepat, menatap pembicara adalah sikap kasar

“Lakukan sesuai dengan perintah”

PasifBicara pelan, terlihat gugup, dan gelisah

“Anu ini hanya menurut saya lho.

Asertif

Santai, percaya diri, cocok dengan orang lain

“Menurut saya lebih baik begini, bagaimana menurut anda?”

Santun Berkomunikasi

Dalam berinteraksi dengan orang lain, perilaku sesuai sopan

santun dapat mendorong terjadinya saling menghormati dan menghargai.

Ada beberapa etika berkomunikasi:

Sopan santun berkenalan

Sopan santun berbicara

Sopan santun bertelepon

20

Page 21: 110703012-PTK-BK SMP

Sopan santun berkirim surat

Sopan santun memberi salam

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian

tindakan. Penelitian tindakan merupakan merupakan intervensi skala kecil

terhadap tindakan dunia nyata dan pemeriksaan cermat terhadap pengaruh

intervensi tersebut (Cohen dan Mantion, (1980) yang dikutip oleh Zuriah,

(2003).

Rancangan dalam penelitian ini direncanakan melalui beberapa

tahap perencanaan, diantarannya: (1) refleksi awal, (2) peneliti merumuskan

permasalahan secara operasional, (3) peneliti merumuskan hipotesis

tindakan, dan (4) menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan.

21

Page 22: 110703012-PTK-BK SMP

Rancangan penelitian tindakan ini, dilakukan secara kolaboratif

antara peneliti dengan guru-guru SMP Negeri 1 Pucanglaban, Kabupaten

Tulungagung.

B. Subjek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut adalah faktor

perbedaan kemampuan belajar antara siswa, dan kondisi lingkungan objek

penelitian. Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1

Pucanglaban, Kabupaten Tulungagung tahun pelajaran 2009/2010 dengan

jumlah siswa 37.

C. Langkah-langkah Penelitian

Menurut Zuriah (2003) mengatakan bahwa langkah-langkah

penelitian tindakan terdiri atas empat tahap. Adapun penjelasannya sebagai

berikut.

1. Tahap 1. Refleksi Awal

Merupakan fase refleksi awal yang berarti melakukan refleksi

terhadap situasi yang sebenarnya, setelah merumuskan tema penelitian.

2. Tahap 2. Perencanaan

Merupakan fase perencanaan yang dilakukan setelah melakukan

fase pertama, perlu mereview analisis awal yang harus dilakukan, tentang

penggunaan media pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar pada

siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Pucanglaban, Kabupaten Tulungagung.

Dalam tahap ini diharapkan (a) dapat menerjemahkan media pengajaran

yang jelas tentang penggunaan media pengajaran dalam proses belajar

mengajar, dan alasan pemilihan tema tersebut, (b) draf kerja tindakan tiap

individu dan kelompok, (c) media pengajaran tentang pihak yang terlibat,

(d) garis besar rencana program kerja (time achedirlle), (e) memonitor

22

Page 23: 110703012-PTK-BK SMP

perubahan saat penelitian berlangsung, dan (f) media pengajaran awal

tentang efisiensi data yang terkumpul. Tahap ini memastikan bahwa siswa

Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Pucanglaban, Kabupaten Tulungagung dijadikan

sebagai obyek penelitian dengan pertimbangan karakteristik yang dimiliki

kelas ini sesuai dengan permasalahan yang akan di bahas.

3.Tahap 3. Tindakan Observasi

Tahap ini merupakan tahap penjabaran rencana ke dalam

tindakan dan mengamati jalannya tindakan. Menurut Nasution (1988) yang

dimaksud dengan observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan selama

di lapangan, peneliti berusaha berinteraksi dengan subjek secara aktif,

sebab observasi adalah kegiatan selektif dari suatu proses aktif.

Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan obyek penelitian sebelum

peneliti melakukan penelitian sesuai dengan kenyataan yang ada.

4. Tahap 4. Refleksi Akhir

Tahap ini terdiri dari: (a) menganalisis, (b) melakukan sintesis, (c)

memberikan makna, (d) eksplanasi, dan (e) membuat kesimpulan.

D. Instrumen Penelitian

Menurut Zuriah (2003), ada 5 jenis instrumen yang digunakan

dalam penelitian tindakan. Diantaranya observasi, wawancara, catatan

lapangan, angket, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini instrumen yang

digunakan meliputi: (1) observasi, (2) wawancara, dan (3) dokumentasi.

1.Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Zuriah,

2003).

Ada dua jenis observasi yang dilakukan, diantaranya: (a)

Observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan dimana observer

berada bersama objek yang diselidiki, dan (b) Observasi tidak langsung,

23

Page 24: 110703012-PTK-BK SMP

yaitu observasi atau pengamatan yang dilakukan tidak pada saat

berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diteliti. Dengan menggunakan

teknik ini, melakukan catatan terhadap hasil observasi dengan

menggunakan daftar cek (chek list).

Dalam penelitian ini metode observasi yang dilakukan oleh

peneliti adalah pengamatan berperan serta. Menurut Bogdan & Biklen

(1982) ketiga teknik tersebut merupakan teknik-teknik dasar yang

digunakan dalam penelitian kualitatif.

Menurut Bogdan (1973) dalam Moleong (2001) mendifinisikan

bahwa secara tepat pengamatan berperan serta sebagai penelitian yang

bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara

peneliti dengan subjek dalam lingkungan subjek, dan selama itu data

dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan

berlaku tanpa gangguan.

Spradley (1980) membagi tiga tahap pengamatan berperan

serta dalam penelitian kualitaif, diantaranya; a) dimulai dari pengamatan-

pengamatan yang bersifat memeriksa (descriptive observations) secara

luas, dengan melukiskan situasi sosial secara umum yang ada di lokasi

penelitian, b) kemudian dilanjutkan dengan pengamatan-pengamatan

yang lebih terfokus (focused observations) untuk menemukan kategori-

kategori utama tentang fokus penelitian, dan c) setelah itu diadakan

pengamatan-pengamatan yang bersifat selektif (selective observations)

untuk menemukan kategori-kategori yang lebih rinci tentang sub-sub fokus

penelitian.

Selanjutnya Spradley (1980) menjabarkan lima tipe keterlibatan

peneliti dalam partisipasi observasi sebagai berikut, diantaranya: (a) tidak

berpartisipasi (non participation). Pada tipe ini peneliti dalam melakukan

penelitian tidak berpartisipasi. Artinya peneliti hanya melakukan

pengamatan (melihat) secara pasif dan menjauhi agar tidak terlibat dalam

24

Page 25: 110703012-PTK-BK SMP

aktivitas obyek penelitian, (b) partisipasi pasif (passive participation).

Tahap ini peneliti ikut atau berada dalam obyek penelitian, tetapi tidak

berpartisipasi atau interaksi dengan obyek penelitian. Peneliti hanya

mondar-mandir sebagai penonton saja, (c) partisipasi moderat (moderat

participation). Peneliti sudah pada konteks untuk menjaga keseimbangan

antara seseorang yang berada di dalam (insider) dan menjadi seseorang

yang berada di luar (outsider) ataupun terlibat dan mengamati, (d)

partisipasi aktif (active participation). Pada tahap ini peneliti secara aktif

melakukan apa yang dilakukan oleh personal-personal sekolah, dan (e)

Partisipasi secara total (complete or ordinary participation). Tipe ini

merupakan tahap tertinggi dalam keterlibatan peneliti sebagai observer

partisipant. Peneliti total melakukan seperti apa yang dikerjakan oleh

personal-personal sekolah dalam memperoleh data penelitian.

2.Wawancara

Wawancara merupakan salah satu prosedur terpenting untuk

mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, sebab banyak informasi

yang diperoleh peneliti melalui wawancara.

Menurut Arifin (1999) yang dimaksud dengan wawancara adalah

suatu percakapan yang bertujuan memperoleh konstruksi yang terjadi

sekarang tentang orang, kejadian, aktivitas, organisasi, perasaan,

motivasi, pembakuan, kerisauan dan sebagainya.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan peneliti untuk

memperoleh data sesuai dengan kenyataan pada saat peneliti melakukan

wawancara. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada guru dan

siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Pucanglaban, Kabupaten Tulungagung.

Wawancara dalam penelitian ini menggunakan jenis wawancara mendalam

yang tidak terstruktur. Sebab dalam wawacara tidak terstruktur akan

diperoleh informasi sebanyak-banyaknya yang rahasia, dan sensitif

25

Page 26: 110703012-PTK-BK SMP

sifatnya sekalipun serta memungkinkan sekali dicatat semua respons

afektif informan yang tampak selama wawancara berlangsung.

3.Dokumentasi

Menurut Zuriah (2003) teknik ini adalah cara mengumpulkan

data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan

termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum

lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Guba & Lincoln (1981) mengatakan bahwa dokumen dan record

dapat digunakan untuk keperluan penelitian karena: (1) merupakan

sumber yang stabil, kaya dan mendorong, (2) berguna sebagai bukti untuk

suatu pengujian, (3) sifatnya alamiah sesuai dengan konteks, (4) hasil

pengkajian akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas

pengetahuan yang diselidiki.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses pengorganisasian dan pengurutan

data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat

ditemukan tema seperti yang disarankan oleh data. Miles dan Hubermen

(1984) mengatakan analisis data perlu dilakukan secara terus menerus

selama penelitian berlangsung. Selanjutnya Nasution (1988) mengatakan

bahwa analisis data adalah proses menyusun, mengkategorikan data,

mencari pola atau tema dengan maksud untuk memahami maknanya.

Selanjutnya Miles & Hubermen (1984) menerapkan tiga alur

kegiatan dalam analisis deskriptif yang menjadi satu kesatuan yang tak

dapat terpisahkan, yaitu:

26

Page 27: 110703012-PTK-BK SMP

(1) Reduksi data, pada teknik ini peneliti melakukan proses pemilahan,

pemusatan perhatian untuk penyederhanaan, pengabstrakan, dan

transformasi data mentah atau data kasar yang muncul dari catatan-

catatan di lapangan,

(2) Penyajian data, teknik ini memaparkan hasil temuan secara narasi, dan

(3) Penarikan kesimpulan atau verifikasi, teknik ini peneliti berusaha agar

dapat mengmedia pengajarankan Kerepresentatifan suatu peristiwa,

kejadian atau suatu subjek.

Teknis analisis data dalam penelitian ini, adalah analisis data

kualitatif yang bersifat linear (mengalir) maupun bersifat sirkuler. Adapun

teknik analisis data yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(1) Menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan. Penelaahan dilakukan

dengan cara menganalisis, mensintesis, memaknai, menerangkan, dan

menyimpulkan. Kegiatan penelaahan pada prinsipnya dilaksanakan sejak

awal data dikumpulkan,

(2) Mereduksi data yang didalamnya melibatkan kegiatan mengkategorikan

dan pengklasifikasian, dan

(3) Menyimpulkan dan menferivikasi. Dari kegialan reduksi selanjutnya

dilakukan penyimpulan terakhir dan selanjutnya diikuti kegiatan ferivikasi

atau pengujian terhadap temuan penelitian.

Dalam kegiatan analisis data tersebut, akan didapatkan dua jenis

data yaitu, data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil

obeservasi yang dilakukan pada setiap tahap kegiatan, dan data kuantitatif

berupa hasil belajar atau prestasi belajar yang didapatkan oleh siswa dalam

melakukan proses pembelajaran dengan penggunaan media pengajaran.

F. Penyiapan Partisipan

Penelitian ini dilandasi prinsip kolaboratif, partisipatoris, dan

kooperatif, maka kegiatan penyiapan partisipan dipandang perlu dilakukan.

27

Page 28: 110703012-PTK-BK SMP

Kegiatan pelatihan diawali dengan kegiatan diskusi tentang penggunaan

media pengajaran dalam proses belajar mengajar siswa Kelas VIII-D SMP

Negeri 1 Pucanglaban, Kabupaten Tulungagung.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pada kegiatan penelitian tindakan yang dilakukan

oleh peneliti dalam penelitian yang berjudul “Upaya Peningkatan Minat Belajar

Bidang Bimbingan Sosial Melalui Model Pembelajaran Media Pendidikan Materi Berkomunikasi

Secara Sehat dan Dinamis Dengan Teman Sebaya Siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1

Pucanglaban Tahun Pelajaran 2009/2010”, maka akan dipaparkan paparan data dan

hasil penelitian. Adapun penjabarannya sebagai berikut :

A. Paparan Data

Berdasarkan hasil dari pengamatan dan observasi peneliti maka,

dapat dipaparkan hasil penelitian tindakan (action research) berdasarkan

desain pembelajaran dengan media pengajaran (peraga) yang digunakan

sebagai strategi belajar siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Pucanglaban,

Kabupaten Tulungagung. Adapun uraiannya meliputi beberapa hal sebagai

berikut :

1.Minat Belajar Siswa

Dengan penggunaan media pengajaran (peraga) dalam kegiatan

belajar mengajar untuk siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Pucanglaban

28

Page 29: 110703012-PTK-BK SMP

didapatkan hasil penelitian tindakan yang menyatakan bahwa dengan

menggunakan media pengajaran, minat belajar siswa Kelas VIII-D SMP

Negeri 1 Pucanglaban menunjukkan kemajuan yang berarti. Hal ini

dibuktikan dari catatan hasil observasi peneliti selama kegiatan penelitian

tindakan kelas berlangsung, pada saat wawancara dengan santai (tanpa

menunjukkan melakukan penelitian) maka, dari 37 siswa yang

mengatakan senang terhadap kegiatan belajar mengajar dengan cara ini

ada 24 siswa. Sedang akan 13 siswa lainnya tidak memiliki minat terhadap

kegiatan belajar tersebut.

TABEL 1DATA SISWA KELAS VIII-D SMP NEGERI 1 PUCANGLABAN

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

NO NAMA L/P1 ALINA NIRMALA P2 ANDIK HERWANTORO L3 ANGGA DWI RIYANTO P4 DENIKO ARIO BUDI FIRNANDA L

5DESKA CITA ANGGA TRIA PRATAMA P

6 DESY KRITINA HANDAYANI P7 DEVA ADE NUGRAHA L8 DHE HARIKA SEPTI KUSUMA L9 DONY SISWANTO P

10 DWI TRIBOWO L11 EVA PUSPITASARI P12 EVI SUSANTI P13 FEBRI HERMAWAN L14 GATOT SUWAJI L15 GINANJAR TRI WAHYUDI L16 HARY K. L17 HERI SETIAWAN L18 IRWAN TRI CAHYONO L19 LILIS EKA W. P20 LINA DESI ARIWATI P21 LUKI FERNANDO L22 MERIYANA NURI W. P23 MURTINI P24 NANIK PUJIASTUTI P25 NINDA PUJI ASTUTI P26 NINIK PURWATI P27 SRIANI P28 SUDARTATIK P29 SUFIYA DWI RAHAYU P30 SUPARLAN L31 SUYATIN P32 TRI RAHAYU LESTARI P33 TATI RUKMAWATI P34 TIKO ASEGAP L35 UMI LATIFAH P36 UMI ROFIAH P

29

Page 30: 110703012-PTK-BK SMP

37 WIJI RAHAYU P

Data hasil catatan observasi tersebut bila didistribusikan dalam

tabel adalah sebagai berikut :

Tabel 1Pernyataan Minat Belajar Siswa Terhadap Media Pengajaran

Siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Pucanglaban

NO PERNYATAAN YA TIDAK KETERANGAN

1.

2.

Senang

Tidak Senang

24 siswa

-

-

13 siswa

Data diperoleh

dari

Dari tabel tersebut, membuktikan bahwa minat siswa Kelas VIII-D

SMP Negeri 1 Pucanglaban, Kabupaten Tulungagung dalam belajar

tergolong tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh teknik pembelajaran yang

digunakan oleh guru, yaitu media pengajaran. Dari 37 siswa, sebanyak 24

siswa yang memiliki minat belajar terhadap materi yang diajarkan melalui

media pengajaran dengan prosentase 64.86%.

Tabel tersebut bila dipaparkan dalam bentuk grafik, didapatkan

hasil sebagai berikut:

Grafik 1Hasil Observasi dan Wawancara Minat Belajar Siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Pucanglaban

64.86%

35.14%

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

90.00%

100.00%

24 siswa 13 siswa

2. Prestasi Belajar Siswa

30

Page 31: 110703012-PTK-BK SMP

Berdasarkan pada hasil kegiatan penelitian, maka untuk

membuktikan keefektifan media pengajaran (peraga) dalam kegiatan

belajar mengajar, maka akan dipaparkan hasil belajar yang didapatkan

oleh siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Pucanglaban dalam belajar.

Dari data tersebut dapat didistribusikan frekuensi hasil belajar

siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Pucanglaban sebagai berikut :

Tabe1 2 Prosentase Hasil Belajar

Siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Pucanglaban

No Nilai FrekwensiFrekwensi

(%)

KategoriPrestasi Belajar

1.2.3.

8,01 - 10,006,01 - 8,000,01 - 6,00

15175

40.5445.9513.51

BaikSedangKurang

T o t a 1 : 37 100%

Dari trekuensi data tersebut diketahui kategori kurang dalam

prestasi belajar adalah 0,01-6,00 dengan frekuensi 5 dan prosentase

13.51%, kategori nilai sedang adalah 6,01-8,00 dengan frekuensi 17 dan

prosentase 45.95%, sedangkan kategori hasil belajar baik 8,01-10,00

dengan frekuensi 15 prosentase 40.54%

Dari data prosentase hasil belajar tersebut, dapat dipaparkan

dalam bentuk grafik sebagai berikut :

Grafik 2 Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Pucanglaban,

Tahun Pelajaran 2009/2010

31

Page 32: 110703012-PTK-BK SMP

45.95%

13.51%40.54%

15 siswa 17 siswa 5 siswa

Hasil pemaparan data penelitian tersebut membuktikan bahwa

pendekatan pembelajaran dengan media pengajaran (peraga) dalam

kegiatan belajar mengajar, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa

dalam kegiatan belajar mengajar sehingga berpengaruh terhadap minat

belajar siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Pucanglaban, Kabupaten

Tulungagung dalam belajar.

B. Refleksi

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari

atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa

lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya, sebagai struktur

pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari

pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian,

aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Dalam penelitian tindakan

(action research) ini refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan praktiksi adalah

dengan cara mendiskusikan hasil kegiatan yang dilakukan dalam penelitian

ini. Kegiatan tersebut meliputi: (1) analisis, (2) sintesis, (3) pemaknaan, (4)

penjelasan, dan (5) penyimpulan data dari informasi yang dikumpulkan.

Berdasarkan data selama penelitian tindakan berlangsung, maka

dapat dapat direfleksikan sebagai berikut :

32

Page 33: 110703012-PTK-BK SMP

(1) Penggunaan media pengajaran dalam proses belajar mengaiar dapat

memperjelas penyajian dan informasi sehingga dapat memperlancar dan

meningkatkan motivasi, aktivitas dan hasil belajar,

(2) Media pengajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak

sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih

langsung antara siswa dan lingkungannya, memungkinkan siswa untuk

belajar sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya,

(3) Pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu

artinya :

a. Obyek atau benda terlalu besar ditampilkan, dapat diganti dengan

media pengajaran, slide, dan model;

b. Obyek atau benda yang terlalu kecil dapat ditampilkan dengan media

pengajaran, slide, dan model;

c. Kejadian yang telah berlangsung dimasa lalu dapat ditampilkan

melalui rekaman video, slide disamping secara verbal;

d. Obyek yang rumit dapat ditampilkan secara kongkrit melalui media

pengajaran, slide dan lain-lain;

e. Kejadian yang dapat membahayakan dapat disimulasikan melalui

media komputer, dan

f. Peristiwa alam dapat disajikan melalui film, video, slide dan

sebagainya.

(4) Media pengajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada

siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka,

(5) Penggunaan media pengajaran dapat digunakan untuk perorangan,

kelompok, atau kelompok yang besar jumlahnya, dengan memiliki tiga

fungsi utama diantaranya :

a. memotivasi minat dan tindakan,

b. menyajikan informasi, dan

c. memberi instruksi.

33

Page 34: 110703012-PTK-BK SMP

C. Hasil Penelitian

Berdasarkan pada paparan data observasi dan catatan selama

penelitian tindakan yang berjudul “Upaya Peningkatan Minat Belajar Bidang

Bimbingan Sosial Melalui Model Pembelajaran Media Pendidikan Materi

Berkomunikasi Secara Sehat dan Dinamis Dengan Teman Sebaya Siswa Kelas

VIII-D SMP Negeri 1 Pucanglaban Tahun Pelajaran 2009/2010” maka

didapatkan hasil penelitian sebagai berikut :

l. Dengan menggunaan Media pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar

pada siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Pucanglaban, Kabupaten

Tulungagung, dalam penyampaian mata pelajaran menjadi lebih baku.

Setiap siswa yang melihat atau mendengar penyajian melalui media

menerima pesan yang sama, meskipun guru menafsirkan isi pelajaran

dengan cara yang berbeda-beda, dengan penggunaan media ragam hasil

tafsiran itu dapat dikurangi sehingga informasi yang sama dapat

disampaikan kepada siswa sebagai landasan untuk pengkajian, latihan,

dan aplikasi lebih lanjut.

2. Pengajaran lebih menarik, sebab kejelasan dan keruntutan pesan, daya

tarik image yang berubah-ubah dapat menyebabkan siswa tertawa dan

berfikir, yang kesemuanya menunjukkan bahwa media memiliki aspek

motivasi dan meningkatkan minat belajar siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1

Pucanglaban, Kabupaten Tulungagung.

3. Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, pembelajaran lebih

interaktif dan menarik, sebab waktu pengajaran hanya membutuhkan

waktu yang singkat dalam mengantarkan pesan-pesan isi pelajaran dalam

jumlah yang cukup banyak dan siswa dapat menyerap isi pelajaran secara

optimal.

4. Dengan menggunakan media pengajaran dalam Kegiatan belajar mengajar

pada siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Pucanglaban, Kabupaten

34

Page 35: 110703012-PTK-BK SMP

Tulungagung, tugas dan peran guru berubah kearah yang lebih positif.

Artinya beban guru untuk menjelaskan yang berulang-ulang mengenai isi

pelajaran dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan sehingga guru dapat

memusatkan perhatian kepada aspek penting lain dalam proses belajar

mengajar.

Dari uraian hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa

dengan menggunakan media bermedia pengajaran dalam kegiatan belajar

mengajar, menunjukkan bahwa aktivitas, motivasi, dan prestasi belajar siswa

Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Pucanglaban, Kabupaten Tulungagung mengalami

peningkatan. Sehingga dapat ditegaskan bahwa dengan penggunaan media

pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar memiliki dampak positif

terhadap belajar siswa, sebab umumnya siswa SMP lebih senang melihat

media pengajaran dari pada memperhatikan tulisan yang belum dimengerti

dan dipahami. Pada akhirnya media bermedia pengajaran merupakan solusi

terbaik bagi siswa Kelas VIII-D dalam mencapai tujuan belajar.

Bagaimana memilih media pengajaran yang baik?

Dalam memilih media pengajaran yang baik harus didasarkan

pada kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media

merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Untuk itu

ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media.

Diantaranya :

1. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah

ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan

dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan ini dapat

dimedia pengajarankan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan atau

dipertunjukkan oleh siswa, seperti menghafal, melakukan kegiatan yang

melibatkan kegiatan fisik atau pemakaian prinsip-prinsip seperti sebab dan

akibat, melakukan tugas yang melibatkan pemahaman konsep-konsep

35

Page 36: 110703012-PTK-BK SMP

atau hubungan-hubungan perubahan, dan mengerjakan tugas-tugas yang

melibatkan pemikiran pada tingkatan lebih tinggi.

2. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi

Media yang berbeda, misalnya film dan grafik memerlukan

simbol dan kode yang berbeda, oleh karena itu memerlukan proses dan

keterampilan mental yang berbeda untuk memahaminya. Agar dapat

membantu proses pembelajaran secara efektif, media harus selaras sesuai

dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa.

Televisi, misalnya, tepat untuk mempertunjukkan proses transformasi yang

memerlukan manipulasi ruang dan waktu.

3. Praktis, luwes, dan bertahan

Jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumber daya lainnya untuk

memproduksi, tidak perlu dipaksakan. Media yang mahal dan memakan

waktu lama untuk memproduksinya bukanlah jaminan sebagai media yang

terbaik. Kriteria ini menuntun para guru/instruktur untuk memilih media

yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru. Media

yang dipilih sebaiknya dapat digunakan di mana pun dan kapan pun

dengan peralatan yang tersedia di sekitarnya, serta mudah dipindahkan

dan dibawa ke mana saja.

4. Guru terampil menggunakannya

Ini merupakan salah satu kriteria utama. Apa pun media itu, guru

harus mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran. Nilai dan

manfaat media amat ditentukan oleh guru yang menggunakannya.

Proyektor transparansi (OHP), proyektor slide dan film, komputer, dan

peralatan canggih lainnya tidak akan mempunyai arti apa-apa jika guru

belum dapat menggunakannya dalam proses pembelajaran ssebagai

upaya mempertinggi mutu dan hasil belajar.36

Page 37: 110703012-PTK-BK SMP

5. Pengelompokan Sasaran

Media yang elektif untuk kelompok besar belum tentu sama

efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perseorangan. Ada

media yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang,

kelompok kecil dan perseorangan.

6. Mutu teknis

Pengembangan visual baik media pengajaran maupun fotografi

harus memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya, visual pada slide

harus jelas dan ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen lain

yang berupa latar belakang.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan catatan dan observasi hasil penelitian tindakan

tersebut, dalam penelitian tindakan yang berjudul “Upaya Peningkatan Minat

Belajar Bidang Bimbingan Sosial Melalui Model Pembelajaran Media

Pendidikan Materi Berkomunikasi Secara Sehat dan Dinamis Dengan Teman

37

Page 38: 110703012-PTK-BK SMP

Sebaya Siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Pucanglaban” dapat disimpulkan

bahwa penggunaan media pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar

dapat :

l. Memperjelas penyajian dan informasi sehingga dapat memperlancar dan

meningkatkan motivasi, aktivitas dan hasil belajar.

2. Menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa

dan lingkungannya, dan memungkinkan siswa untuk belajar sendiri sesuai

dengan kemampuan dan minatnya, sehingga berpengaruh positif terhadap

aktivitas belajarnya di kelas.

3. Memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-

peristiwa di lingkungan mereka, sehingga konsep tujuan yang

direncanakan guru akan lebih baik bila dibandingkan dengan pemahaman

isi pelajaran yang berbeda dari setiap siswa .

4. Digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok yang besar

jumlahnya, dengan memiliki tiga fungsi utama diantaranya, (a) memotivasi

minat dan tindakan, (b) menyajikan informasi, dan (c) member instruksi.

B. Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian tersebut, maka dapat

dirumuskan beberapa saran sebagai berikut:

1. Guru hendaknya lebih kreatif dalam melakukan inovasi dalam kegiatan

belajar mengajar. Salah satunya adalah inovasi dalam menggunakan

media pengajaran,

2. Lembaga sekolah hendaknya memberika kesempatan kepada guru, dalam

upaya meningkatkan motivasi belajar siswa dengan melengkapi sarana

penunjang dalam kegiatan belajar mengajar. Sarana yang dimaksudkan

adalah media pengajaran,

3. Siswa akan lebih memahami dan menerima hasil belajar bila, dalam

penyampaian materi pelajaran yang dilakukan oleh guru bersifat konkrit,

38

Page 39: 110703012-PTK-BK SMP

artinya siswa tidak verbalisme terhadap materi yang disampaikan oleh

guru, sehingga dalam hal ini guru dituntut untuk lebih aktif dan kreatif

dalam menggunakan media pengajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, A. 2003. Media Pengajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Bogdan, R. C.., & Biklen, S. h. 1982. Qualitative Research In Education.

Boston: Allyll & Bacon

Bruner., J., S. 1966. Toward a Theory of Instruction. Cambridge: Havard

University

Dale, E. 1969. Audiovisual Methos in Teaching. (Third Edition). New York: The

Dryden Press, Holt, Rinehart and Winston, Inc

Guba, IJ. G., L Lincoln, Y- S. 1981. Effective Evaluation. San Fransisco: Jossey-

Bass Publishers

E-lamalik, O. 1994. Media Pendidikan. (Cetatkan ke-7). Bandung: Penerbit PT

Citra Aditya Abadi

Kemp, J., E., dttn Dayton, I)., K. 1985. Planning dan Produrcing Instructional

Media. (Fifth Edition). New York: Harper & Row, Publisher.

Miles, M. B., :S Hubermen, A.M. 1984. Analisis Data Qualitatif. Terjemahan

oleh Tietjep Rohendi Rohidi. Universitas Indonesia, Jakarta

Moleong, L. J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja '

Rosdakarya.

Nasution, S. 1988. Metode Penelitian Nuturalistik Kualitatif. Bandung:

Penerbit Tarsito

Spradley, J., P. 1980. Participant Observation. New York: Holt, Rinehart and

Winston

Sudjana, N. dan Rival, A. 1990. Media Pengajaran. Bandung: Penerbit CV.

Sinar Baru Bandung.

Zuriah, N. 2003. Penelitian Tidakan dalam Bidang Pendidikun dan Sosial. Edisi

Pertama. Malang: Bayu Media Publishing

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMPN 1 PucanglabanKelas/Semester : VIII / GanjilJenis Layanan : Informasi, Pembelajaran dan Bimb. Kelp.Alokasi waktu : 1 X 40 menit

39

Page 40: 110703012-PTK-BK SMP

Pertemuan : 4

A. Tugas Perkembangan : Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai pria atau wanita

B. Kompetensi Dasar : Memahami pola hubungan sosial dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai pria atau wanita

C. Indikator : Melatih diri untuk mengatur pola hubungan yang sehat dengan teman sebaya

D. Bidang Bimbingan : Sosial

E. Fungsi Bimbingan : Pemahaman

F. Pengalaman Layanan : 1. Penjelasan tentang cara membentuk pola hubungan yang sehat;

2. Penjelasan tentang bentuk-bentuk pola hubungan teman sebaya;

3. Memberikan contoh model pertemanan yang ada di masyarakat sebaya;

4. Penjelasan tentang beberapa bentuk pola hubungan sebaya yang berbentuk kelompok;

5. Siswa mengerjakan LKS.

G. Materi layanan :

“Pola hubungan yang sehat”

Semua anak harus berteman, baik laki-laki maupun perempuan. Berteman adalah salah satu bentuk pola hubungan sosial sebaya. Banyak model pertemanan yang ada di masyarakat sebaya, antara lain teman kecil, teman sekolah, teman pena, teman dekat, teman karib atau sahabat, teman curahan hati, teman belajar, teman bekerja dan lain-lain. Selain dari berteman, bentuk pola hubungan sosial sebaya bisa berupa kelompok atau organosasi misalnya OSIS (organisasi siswa intra sekolah), remaja masjid, group musik sebaya, study club atau kelompok belajar, club olah raga dan lain-lain.

Peran pribadi pria dan wanita dalam kelompok ini tidak dibedakan, hanya dibatasi oleh etika pergaulan. Pergaulan antara pria dan wanita, baik dalam berteman maupun organisasi, harus ada batas etika pergaulan atau tata-krama yang menjaga hubungan tersebut tetap pada garis yang diperbolehkan, sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Sebab tanpa batas etika pergaulan, remaja akan terjerumus ke dalam pergaulan bebas yang berdampak negatif terhadap masa depan mereka.

Pria, karena sudah kodratnya harus melindungi wanita. Bukan malah menyakiti atau mencelakakannya. Apalagi sampai melecehkan, menggaanggu tanpa etiket, sangat tidak sopan. Sebaliknya wanita harus menghormati pria. Bagaimanapun bentuknya, tidak boleh mengolok-olok, menghina atau merendahkan, walaupun mungkin tubuh si wanita lebih besar dan tinggi daripada teman prianya. Sebab pertumbuhan dan perkembangan anak satu dengan yang lain tidak sama. Yang paling penting dalam hal ini adalah kita harus bisa menerima kodrat, sebagai laki-laki atau perempuan dan bersikap sesuai dengan peran yang menunutut kita. Menjadi wanita sejati atau pria sejati, dengan kriteria di atas. Saling menghormati dan saling menjaga hubungan antar teman sangat diperlukan dalam membentuk pola hubungan sebaya ini.

Perlu diingat, beberapa ciri psychis remaja adalah emosional, belum bisa mengendalikan diri, mudah terpengaruh, hanya tahu kesenangan tanpa

40

Page 41: 110703012-PTK-BK SMP

memikirkan akibat buruk dari perilakunya. Karena itu kewaspadaan dan kehati-hatian dalam berteman sangat dibutuhkan.

Pola hubungan soisial dengan teman sebaya terbentuk karena interaksi individu dan pemenuhan kebutuhan berkelompok. Semakin dewasa usia seseorang, hubungan sosialnya akan semakin luas.

Di sekolah siswa wajib mengikuti atau wajib menjadi anggota OSIS. Dalam organisasi inilah semua aspirasi dan kreativitas siswa di tampung dan dikembangkan. OSIS adalah wadah seluruh kegiatan siswa di lingkungan sekolah. Di sini siswa dapat melatih diri dalam berbagai hal, antara lain tentang keorganisasian, membentuk pola hubungan dengan teman sebaya. Bekerja sama dengan orang lain sampai berkompetisi melalui berbagai lomba yang diadakan di sekolah ataupun di luar sekolah. Kesempatan untuk mengembangkan bakat dan kemampuan terbuka lebar, dengan bimbingan dan arahan dari para pembina OSIS. Pola hubungan sosial dengan teman sebaya di dalam siswa intra sekolah akan tergambar melalui kerja sama dalam pelaksanaan program OSIS di sekolah. Melalui beberapa bidang garapan yang ada dalam struktur organisasi.

H. Evaluasi

1. Berikanlah contoh bentuk pola hubungan teman sebaya;2. Berikanlah contoh bentuk pola hubungan teman sebaya yang berupa kelompok.

I. Tindak lanjut

1. Siswa yang belum memahami materi diberi Layanan Bimbingan kelompok kecil;

2. Siswa yang memiliki masalah sehingga tidak aktif dalam layanan di kelas akan diberi Layanan Konseling;

3. Siswa yang memiliki masalah setelah layanan materi di kelas akan diberi Layanan Konseling.

41

Page 42: 110703012-PTK-BK SMP

LAMPIRAN SOAL

Tugas 1

Menjadi pendengar yang baik, kamu butuh terus menerus belajar. Pada

kesempatan ini diadakan suatu latihan untuk mendengarkan orang lain

secara baik dan benar. Caranya demikian:

1. Bentuklah kelompok yang terdiri dari tiga anggota. Ketiga orang ini coba

mengidentifikasi dirinya sebagai pembicara, pendengar, dan peninjau.

2. Pembicaraan menyampaikan suatu topik pembicaraan selama tiga menit.

Peninjau mencatat apa yang disampaikan pembicara dan bagaimana

pendengar itu mendengar . Setelah tiga menit, pendengar mengulangi

dengan kata-katanya sendiri apa yang telah disampaikan oleh pembicara.

Kemudian, peninjau memberikan tanggapannya baik terhadap pembicara

maupun pendengar. Waktu seluruhnya diusahakan 7 menit, 3 menit

untuk pembicara dan 2 menit untuk pendengar dan 2 menit untuk

peninjau. Ulangi latihan ini secara bergilir dan berganti posisi.

Pertanyaan :

1. Bagaimana perasaankamu saat tampil dalam

latihan?............................................ ............................................................

.....................................................................................................................

.............................................................................................

2. Kesulitan apa saja yang kamu alami pada setiap

peran......................................... ..................................................................

.....................................................................................................................

.......................................................................................

3. Apakah kamu berpikir bahwa dirimu adalah seorang pembicara,

pendengar yang

baik...............................................................................................................

.....................................................................................................................

...................................

42

Page 43: 110703012-PTK-BK SMP

4. Apa saja rintangan yang menghambat kamu mendengar yang baik dalam

latihan

ini.................................................................................................................

.....................................................................................................................

...................................

5. Bagaimana kamu dapat memperbaiki keterampilan untuk mendengar

pada masa yang akan

datang..........................................................................................................

.....................................................................................................................

..................

Tugas 2

Pendengar yang baik

Apakah anda pendengar yang baik?

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memilih salah satu jawaban yang

cocok (sering, kadang-kadang, jarang), jawaban anda dibalas kemudian.

No.

Pernyataan Sering Kadang Jarang

1 Saya tetap mengadakan kontak mata dengan sipembicara.

2 Saya tahu apa yang akan dikatakan sipembicara sebelum dia menyelesaikan percakapan

43

Page 44: 110703012-PTK-BK SMP

3 Saya mencoba untuk menye-suaikan pikiran dan perasaan saya dengan sipembicara

4 Saya mempunyai kesulitan dalam menemukan kesempatan untuk mendengarkan teman yang datang pada saya dengan persoalannya.

5 Saya mengajukan pertanyaan untuk kejelasan dan pengertian

6 Saya mengajukan pertanyaan untuk kejelasan dan pengertian.

7 Saya tidak menghakimi apa yang dikatakan si pembicara sebelum dia datang

8 Saya dapat tersinggung dengan mudah oleh teman yang tidak dapat mengekspresikan diri mereka sendiri dengan jelas

9 Saya tahu bahwa sangat susah untuk bersikap tertarik pada pembicara yang sangat membosankan.

10 Karena saya tidak kenal dengan dia, maka saya tidak perlu mendengarkan pembicaraannya.

11 Meskipun saya tidak kenal dengan pembicara, karena topik pembica-raannya sangat menarik saya tetap mendengarkan.

12.

Saya akam mendengarkan dengan baik bila pembicara berpenampilan menarik.

13 Untuk menghargai lawan bicara saya selalu meng“iya”kan apa yang dibicarakan.

14 Saya tidak bisa mengatakan “ya” apabila saya tidak sependapat.

15 Terhadap pembicara yang menjadi idola, saya mengikutinya

16 Agar lawan bicara saya senang, saya akan

17 Saya sulit menerima pembicaraan orang lain

18 Dalam segala kegiatan saya ingin mendominasi pembicaraan

20 Saya selalu menjadi pendengar yang baik dalam segala pembica-raan

44

Page 45: 110703012-PTK-BK SMP

45