ptk smp plsv kb 25 gw

31
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII.6 SMP NEGERI 25 KOTA BEKASI PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KELUARGA BAHAGIA ( KB ) DI SUSUN OLEH : RIYADI BANGUN BAWONO NIP : 19780905 200604 1 012 SMP NEGERI 25 KOTA BEKASI Jl. Raya Jaya Wijaya, Perum. Harapan Jaya, Kel. Harapan Jaya,

Upload: riyadi-bangun

Post on 24-Jun-2015

505 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: PTK SMP PLSV KB 25 GW

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

SISWA KELAS VII.6 SMP NEGERI 25 KOTA BEKASI

PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE KELUARGA BAHAGIA ( KB )

DI SUSUN OLEH :

RIYADI BANGUN BAWONO

NIP : 19780905 200604 1 012

SMP NEGERI 25 KOTA BEKASIJl. Raya Jaya Wijaya, Perum. Harapan Jaya, Kel. Harapan Jaya,

Kec. Bekasi Utara, Kota Bekasi, 17124, Telp. (021) 88960671

BEKASI

Page 2: PTK SMP PLSV KB 25 GW

2010FORMAT IDENTITAS DAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII.6 SMP NEGERI 25 KOTA BEKASI PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KELUARGA BAHAGIA ( KB )

2. Mata Pelajaran : MATEMATIKA

3. Peneliti : RIYADI BANGUN BAWONO, S.Pd NIP. 19780905 200604 1 012

4. Observer/Pengamat : 1. HERI WIDODO, S.Pd, M.Pd NIP. 19720305 199903 1 002

2. JULI JULIATI SURJANI, S.Pd NIP. 19700714 200003 2 003

5. Lokasi Penelitian : SMP NEGERI 25 KOTA BEKASI BEKASI

6. Waktu Penelitian : SEPTEMBER 2009

Bekasi, 31 September 2009Observer 1

Heri Widodo, S.Pd, M.PdNIP. 19720305 199903 1 002

Observer 2

Juli Juliati Surjani, S.PdNIP. 19700714 200003 2 003

Peneliti

Riyadi Bangun Bawono, S.PdNIP. 19780905 200604 1 012

Mengetahui :Kepala SMP Negeri 25

Kota Bekasi

Drs. Beben Subendi

Page 3: PTK SMP PLSV KB 25 GW

NIP. 19500903 197903 1 001

LEMBAR PENGESAHANUSULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

1. Judul Penelitian : Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII. 6 SMP Negeri 25 Kota Bekasi Pada Pokok Bahasan Persamaan Linier Satu Variabel Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Keluarga Bahagia (KB)

2. Ketua Penelitiana. Nama : Riyadi Bangun Bawono, S.Pd., M.Pd.b. Jenis kelamin : Laki-lakic. Pangkat/Golongan/NIP : Penata Muda / IIIa / 480133524d. Sekolah : SMP Negeri 25 Kota Bekasi e. Alamat Sekolah : Jl. Raya Jaya Wijaya, Perum. Harapan Jaya,

Bekasi Utara, Kota Bekasi, Telp. (021) 88960671, 17124. f. Alamat Rumah : Jl. Al-Bahar, Gg. H. Iger No. 113, Rt. 002/001, Harapan

Jaya, Bekasi Utara, Kota Bekasi, 17124 g. No. Telepon/HP : (021) 88965853 – 081317145821

3. Nama Anggota Peneliti : 1. Heri Widodo, S.Pd, M.Pd.2. Juli Juliati Surjani, S.Pd.

4. Lama Penelitian : 2 Bulan

MengetahuiKepala SMP Negeri 25 Kota Bekasi

Dra. Beben SubendiNIP. 19500903 197903 1 001

Bekasi, 31 September 2009Ketua Peneliti

Riyadi Bangun Bawono, S.Pd.NIP. 19780905 200604 1 012

Mengetahui :Kepala Dinas Pendidikan

Kota Bekasi

Drs. H. Kodrato, MM., M.B.A.Pembina Utama

Pengawas

Drs. H. Abd. Kohhar M., MM.Pembina Utama Muda

Page 4: PTK SMP PLSV KB 25 GW

NIP. 480 059 214 NIP. 130 803 421

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII. 2 SMP NEGERI 25 KOTA BEKASI PADA POKOK BAHASAN

PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KELUARGA BAHAGIA (KB)

A. Judul : MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII.2 SMP NEGERI 25 KOTA BEKASI PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KELUARGA BAHAGIA ( KB )

B. Latar Belakang MasalahPerkembangan dan kemajuan suatu negara ditentukan oleh berbagai aspek.

Salah satu aspek yang sangat penting adalah aspek pendidikan, karena melalui kegiatan pendidikan suatu negara bisa memperoleh penambahan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pendidikan dewasa ini telah menjadi kebutuhan masyrakat yang semakin hari semakin terasa arti pentingnya. Namun cukup banyak permasalahan yang dihadapi dalam proses pemenuhan akan pendidikan, salah satu permasalahan yang mendasar yang terjadi di dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah kualitas pendidikan. Prestasi belajar siswa di Indonesia dari suatu lembaga pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu dapat dilihat dari kualitas lulusan yang dihasilkan. Salah satu indikator untuk melihat kualitas pendidikan adalah prestasi belajar yang dicapai oleh siswa.

Sampai sekarang pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu diperlukan sebuah strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkontruksikan di benak mereka sendiri.

Dalam proses belajar, anak belajar dari pengalaman sendiri, mengkonstruksi pengetahuan kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Melalui proses belajar yang mengalami sendiri, menemukan sendiri, secara berkelompok seperti bermain, maka anak menjadi senang, sehingga tumbuhlah minat untuk belajar, khususnya belajar matematika.

Prestasi belajar siswa di Indonesia, khususnya prestasi belajar matematika siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) masih tergolong rendah. Hartadji (2001: 4) menjelaskan salah satu hasil yang menunjukkan hasil tersebut, yaitu hasil survei dari asosiasi penilaian pendidikan internasional The Third Internasional Mathematics and

Page 5: PTK SMP PLSV KB 25 GW

Science Study tahun 1999 bahwa prestasi belajar matematika anak Indonesia untuk SMP berada pada urutan 34 dari 38 negara, dimana Malaysia diurutan ke-14 dan Singapura diurutan teratas. Kenyataan ini perlu mendapat perhatian mengingat dalam GBPP dijelaskan bahwa tujuan umum pendidikan matematika pada jenjang pendidikan menengah adalah memberi tekanan pada penalaran dan pembentukan sikap siswa serta juga memberi tekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika.

Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya untuk mencapai tujuan umum pendidikan matematika, penambahan secara terus menerus baik dalam segi materi, metode evaluasi harus dilaksanakan oleh semua pihak, terutama guru.Salah satu perubahan yang terlihat jelas telah dilakukan di Indonesia yaitu telah berulang kali terjadi perubahan kurikulum pendidikan dasar dan menengah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Saat ini Indonesia sedang melakukan perubahan mendasar dalam kurikulum, yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP.

Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.

Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan oleh kepala sekolah setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah. Dengan kata lain, pemberlakuan KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam arti tidak ada intervensi dari Dinas Pendidikan atau Departemen Pendidikan Nasional. Penyusunan KTSP selain melibatkan guru dan karyawan juga melibatkan komite sekolah serta bila perlu para ahli dari perguruan tinggi setempat. Dengan keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan KTSP maka KTSP yang disusun akan sesuai dengan aspirasi masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat.

Depdiknas (2006 : 7) mengemukakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki stressing yang berbeda dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya.

Page 6: PTK SMP PLSV KB 25 GW

Perbedaan tersebut terlihat pada penekanan keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan. Dalam Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah dinyatakan bahwa:

Daerah memiliki potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum harus memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan daerah.

Pada SMP Negeri 25 Kota Bekasi, kurikulum tingkat satuan pendidikan telah mulai diterapkan pada tahun pelajaran 2007/2008, namun demikian dari hasil wawancara dan observasi penulis terhadap guru matematika pada tanggal 20 Agustus 2009 dan tanggal 24 Agustus 2009 diperoleh keterangan bahwa prestasi belajar matematika khususnya untuk kelas VII masih sangat rendah, hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan harian siswa yang hanya berkisar antara 40 – 60. Dan dari hasil wawancara ini pula ditambahkan oleh guru matematika bahwa pokok bahasan yang dianggap paling sulit dipahami siswa adalah pokok bahasan persamaan linear satu variabel. Menurut guru tersebut, siswa sering kali mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal sehingga guru seringkali melakukan pengajaran remidial, dan siswa yang mengikuti remedial mencapai 70 % dari jumlah siswa dalam satu kelas jika diadakan kuis atau ulangan blok untuk soal materi persamaan linear satu variabel.

Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari dalam siswa atau yang berasal dari luar diri siswa. Jika fokus perhatian diarahkan pada kegiatan belajar di sekolah, maka rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi dari luar diri siswa. Model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar di kelas merupakan salah satu faktor dari luar diri siswa. Dari hasil observasi penulis, terlihat metode pembelajaran yang digunakan guru matematika di SMP Negeri 25 Kota Bekasi khususnya di kelas VII sudah cukup bervariasi antara lain menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi dalam satu pertemuan. Namun demikian, terlihat siswa masih kurang aktif dalam proses belajar mengajar. Hal ini mungkin disebabkan oleh guru terlalu jauh membimbing siswa dalam menemukan penyelesaian suatu masalah sehingga motivasi siswa untuk belajar kurang. Sementara kegiatan pembelajaran yang diinginkan dalam kurikulum berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa, dan guru sebagai fasilitator, motivator dan kreator.

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang banyak digunakan dalam penerapan materi pelajaran berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi. Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, namun terdapat beberapa tipe dari model tersebut. Salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif yang dianggap penulis dapat memotivasi siswa dalam peran aktif mengikuti proses belajar mengajar adalah model pembelajaran kooperatif tipe Keluarga Bahagia (KB) yang diadopsi dari tipe Teams-Games-Tournament (TGT), selanjutnya TGT kita sebut dengan KB. Menurut

Page 7: PTK SMP PLSV KB 25 GW

Wartono dkk (2004) pembelajaran kooperatif tipe Keluarga Bahagia (KB) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang masih berkaitan dengan STAD (Student Team Acluevment Division) yang merupakan tipe lainnya dari pembelajaran kooperatif.

Dalam pembelajaran kooperatif tipe Keluarga Bahagia (KB), semua siswa dalam setiap kelompok diharuskan untuk berusaha memahami dan menguasai materi yang sedang diajarkan dan selalu aktif ketika kerja kelompok, sehingga saat ditunjuk oleh guru untuk mempersentasikan jawabannya, mereka dapat menyumbangkan skor untuk kelompoknya, sedangkan dalam STAD, semua siswa diharapkan berperan aktif dalam kelompoknya, namun demikian anggota dalam suatu kelompok bebas memilih anggotanya untuk mempersentasikan hasil kerja mereka, sehingga hanya sebagian siswa saja yang berperan aktif dalam kelompoknya.

Lebih lanjut Wartono dkk (2004) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran kooperatif tipe Keluarga Bahagia (KB) siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan skor pada tim mereka, permainan ini disusun dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan pelajaran yang dirancang untuk mengetes kemampuan pengetahuan siswa, pertanyaan-pertanyaan ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka yang dimainkan pada meja-meja turnamen yang diisi wakil-wakil kelompok yang berbeda namun mempunyai kemampuan yang setara yang ditunjuk oleh guru. Tiap wakil dari kelompok-kelompok tersebut akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut. Turnamen ini memungkinkan siswa dari semua tingkat untuk menyumbangkan skor-skor bagi kelompoknya bila mereka berusaha dengan maksimal. Dengan demikian siswa akan termotivasi untuk berperan aktif dalam proses belajar mengajar.

Selanjutnya, dari hasil wawancara lebih lanjut yang dilakukan penulis terhadap guru matematika, diperoleh keterangan bahwa siswa-siswa kelas VII.6 merupakan siswa-siswa dengan prestasi belajar terendah di kelas VII, berdasarkan nilai matematikanya saat awal pendaftaran di sekolah tersebut dan dari rata-rata nilai kuis, ulangan blok dan ulangan harian matematikanya.

Atas alasan yang telah dikemukakan, maka penulis berkeinginan untuk mengadakan suatu penelitian tindakan kelas dengan judul “Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII.6 SMP Negeri 25 Kota Bekasi pada Pokok Bahasan Persamaan Linear Satu Variabel Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Keluarga Bahagia (KB)”.

C. Rumusan MasalahBerdasarkan uraian pada latar belakang, maka masalah dalam penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut: apakah prestasi belajar matematika siswa kelas VII.6 SMP Negeri 25 Kota Bekasi pada pokok bahasan persamaan linear satu variabel dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran kooperatif Tipe Keluarga Bahagia (KB) ?

D. Pemecahan Masalah

Page 8: PTK SMP PLSV KB 25 GW

Dalam upaya memecahkan permasalahan tentang rendahnya prestasi belajar matematika siswa kelas VII.6 SMP Negeri 25 Kota Bekasi pada pokok bahasan persamaan linear satu variabel akan dilakukan proses belajar mengajar dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Keluarga Bahagia (KB).

E. Tujuan PenelitianSesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya maka

tujuan dari penelitian ini adalah : meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas VII.6 SMP Negeri 25 Kota Bekasi pada pokok bahasan persamaan linear satu variabel dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran kooperatif Tipe Keluarga Bahagia (KB).

F. Manfaat PenelitianManfaat yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Bagi guru: Dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran matematika di kelas, sehingga materi pelajaran matematika yang dianggap sulit bagi siswa dapat dipahami lebih muda oleh siswa.

2. Bagi siswa: Dapat meningkatkan prestasi belajar matematikanya, khususnya pada pokok bahasan persamaan linear satu variabel.

3. Bagi sekolah: Sebagai masukkan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran matematika pada khususnya.

G. Kajian Pustaka 1. Proses Belajar Mengajar Matematika

Belajar dan Mengajar adalah dua peristiwa yang berbeda tetapi antara keduanya terdapat keterkaitan yang saling mempengaruhi dan menunjang satu sama lain dalam keberhasilan proses belajar mengajar. Untuk memperoleh pengertian yang obyektif tentang proses belajar mengajar matematika maka perlu lebih dahulu dikemukakan mengenai proses belajar mengajar itu sendiri, khususnya pengertian belajar dan mengajar secara umum.

Winkel (1991: 36) mengemukakan belajar adalah suatu aktifitas mentalis psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap.

Menurut Cronbach, Harold Spears dan Geoch yang dikutip dan diterjemahkan oleh Tabrani Rusyan A, et al (1994 : 34) “ belajar itu senantiasa merupakan perubahan dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati,

Page 9: PTK SMP PLSV KB 25 GW

mendengarkan, meniru dan sebagainya”. Sedangkan menurut Burton W.H, seperti yang dikutip dan diterjemahkan oleh Tabrani Rusyan A, et al (1994 : 34) dalam bukunya “The Guidance of Learning” menyatakan “belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi individu dengan individu, individu dengan lingkungannya yang berupa aspek pengetahuan, sikap dan keterampilannya”.

Belajar merupakan perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya adanya interaksi individu, individu dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku itu berupa aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan.

Purwoto (1997 : 24) menyatakan bahwa “belajar adalah suatu proses yang berlangsung dari keadaan tidak tahu menjadi tahu, atau dari tahu menjadi lebih tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, dari belum cerdas menjadi cerdas, dari sikap belum baik menjadi baik, dari pasif menjadi aktif, dari tidak teliti menjadi teliti dan seterusnta”.

Selanjutnya Hamalik (2003: 27) mendefinisikan belajar sebagai: (1) modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengakuan, (2) suatu proses perubahan tingkahlaku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Menurut Hutabarak (1995: 11) dalam Fathurrahman (2001 : 55) belajar adalah kegiatan yang dilakukan untuk menguasai pengetahuan, kemampuan, kebiasaan, keterampilan dan sikap melalui hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungannya.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu yang mengakibatkan bertambahnya pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap yang diperoleh melalui interaksi individu dengan lingkungannya.

Selanjutnya, mengajar didefinisikan oleh Engkoswara (1998: 1) sebagai suatu upaya menanamkan sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan dasar dari seseorang yang telah mengetahui dan menguasainya kepada seseorang. Sedangkan Roestiyah (1994: 44) mengatakan bahwa mengajar adalah proses interaksi siswa dengan siswa dan konsultasi guru dan guru bertindak selaku organisator belajar siswa sehingga tujuan belajar dapat tercapai.

Hudoyo (1988: 5) mendefinisikan belajar sebagai suatu kegiatan dimana pengajar menyampaikan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki kepada peserta didik.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu kegiatan dimana pengajar menyampaikan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki serta menanamkan sikap dan nilai-nilai kepada peserta didik dan menciptakan kondisi belajar bagi sehingga tujuan belajar dapat tercapai secara optimal.

Berdasarkan definisi belajar dan mengajar di atas dapat dikatakan bahwa kegiatan belajar dan mengajar mempunyai keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan

Page 10: PTK SMP PLSV KB 25 GW

satu sama lain. Belajar merupakan proses perubahan, sedangkan mengajar merupakan proses pengaturan agar perubahan itu terjadi.

Berkaitan dengan proses belajar mengajar matematika, harus memperhatikan karakteristik matematika. Sumarmo (2002: 2) mengemukakan beberapa karakteristik matematika yaitu materi matematika menekankan penalaran yang bersifat deduktif, materi matematika bersifat hirarkis dan terstruktur. Sedangkan menurut Hudoyo (1988: 3) pelajaran matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak, sehingga pemahamannya membutuhkan daya nalar yang tinggi dibutuhkan ketekunan, keuletan, perhatian dan motivasi yang tinggi untuk dapat memahami materi pelajaran matematika.

Menurut Gagne dalam Russefendi (1979: 138) dalam belajar matematika ada dua aspek yang dapat dipahami siswa, objek langsung dan objek tidak langsung. Objek langsung antara lain fakta, keterampilan, konsep dan aturan, sedangkan objek tidak langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, mandiri (belajar, bekerja dan lain-lain), bersikap positif terhadap matematika.Jadi, belajar matematika itu bertujuan untuk: (1) melatih cara berpikir dan bernalar; (2) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

2. Prestasi Belajar matematikaPrestasi belajar merupakan ukuran mengenai tingkat keberhasilan siswa

setelah mengalami proses belajar. Menurut Poerwadharmnita (1984: 169) prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari sesuatu yang telah dilakukan. Sehubungan dengan hal tersebut Winkel (1991: 102) mengemukakan bahwa prestasi belajar bukti keberhasilan suatu usaha yang dapat dicapai, lanjut Winkel (1991: 102), prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa menghasilkan penalaran-penalaran dalam pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai setelah melakukan kegiatan belajar yang dapat diukur dengan menggunakan suatu alat evaluasi (tes). Seorang siswa yang belajar matematika, berarti bahwa siswa tersebut melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan yaitu belajar matematika, sehingga hasil yang diperoleh dari kegiatan belajar matematika adalah prestasi belajar matematika.

3. Persamaan Linear Satu VariabelPersamaan linear adalah kalimat terbuka yang memiliki hubungan sama

dengan dan peubahnya berpangkat satu (M. Cholik, dkk, 2003: 164). Menurut Sugijono (1998: 88) kalimat terbuka adalah kalimat yang belum diketahui nilai kebenarannya (benar atau salah). Lanjut Sugijono (1999: 98) variabel atau peubah adalah lambang (simbol) yang terdapat pada kalimat terbuka yang dapat diganti oleh sebarang anggota dari himpunan semesta, sehingga menjadi kalimat benar atau salah.

Page 11: PTK SMP PLSV KB 25 GW

Persamaan linear satu variabel adalah persamaan yang terdiri dari satu variabel dan pangkat tertinggi dari variabel tersebut ada satu.

Contoh Persamaan linear satu variabel:a. 2x + 6 = 8 c. 3t – 7 = 2t + 8b. 2 – 3a =5 d. 2p + 3p + 1 = 21

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT)Konsep model pembelajaran pertama kali dikembangkan oleh Bruce dan

Koleganya. Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi pembelajaran atau prinsip pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu jenis model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Slavin dalam Allyn dan Bacon (1999, Geogle. Kooperatif. 3 Februari 2006), pembelajaran kooperatif merujuk pada kaidah pengajaran yang memerlukan siswa dari kemampuan yang heterogen untuk bekerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan tertentu.

Lima unsur asas pembelajaran kooperatif menurut Slavin dalam Allyn dan Bacon ((1999, Geogle. Kooperatif. 3 Februari 2006) adalah:1. Saling bergantung antara satu sama lain secara positif.2. Saling berinteraksi secara langsung.3. Akuntabilitas individu atas pembelajaran diri sendiri4. Kemahiran kooperatif 5. Pemprosesan kelompok.

Beberapa cara pembelajaran kooperatif telah dikembangkan tokoh-tokoh pendidikan misal; jigsaw, TGT / KB, STAD, Belajar Bersama (Learning Together), NHT (Numbered Heads Together) dan Meja Bulat (Round Table).

Lebih lanjut Nur dkk (2000), mengemukakan tiga tujuan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu;a. Berkaitan dengan hasil belajar akademik, salah satu tujuannya adalah untuk

meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.b. Berkaitan dengan penerimaan terhadap perbedaan individu, pembelajaran

kooperatif bertujuan untuk melatih siswa menghargai satu sama lain dalam keadaan perbedaan latar belakang dan kondisi yang ada pada siswa.

c. Berkaitan dengan pengembangan keterampilan sosial, pembelajaran kooperatif mengajarkan siswa ketrampilan kerja sama, hal ini sangat penting karena saat ini sebagian lapangan kerja dilakukan dalam organisasi yang membutuhkan kerja sama dengan orang lain.

Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif menurut Ismail (2000: 23) adalah sebagai berikut:a. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa

Page 12: PTK SMP PLSV KB 25 GW

b. Menyajikan informasic. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.d. Membimbing kelompok belajar untuk menemukan penyelesaian suatu masalah.e. Melakukan evaluasi.f. Memberikan penghargaan.

Berdasarkan asas pembelajaran kooperatif, tujuan dan langkah-langkah pelaksanaan yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok yang memungkinkan siswa memperoleh prestasi belajar yang lebih baik, dibanding model pembelajaran yang lain.

Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif Keluarga Bahagia (KB) (Wartono, 2004: 16). Selanjutnya Wartono, dkk (2004: 16) menjelaskan dalam Keluarga Bahagia (KB) siswa memainkan permainan pengacakan kartu dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh poin pada skor tim mereka. Permainan ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud adalah pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi pelajaran yang dirancang untuk mengetes kemampuan siswa dari Penyampaian pelajaran siswa di kelas. Setiap wakil kelompok akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut. Permainan ini dimainkan pada meja-meja turnamen.

Berdasarkan langkah-langkah yang dikemukakan Ismail (2002: 23) dan Wartono (2004: 16), dapat disimpulkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Keluarga Bahagia (KB)yaitu sebagai berikut:

No Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1Guru menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar.

Siswa memberi perhatian penuh

2 Guru memotivasi siswa. Siswa memberi perhatian penuh.

3Guru menginformasikan model pembelajaran yang digunakan.

Siswa memberi perhatian penuh.

4Guru mengawali pembelajaran dengan mengecek pemahaman dasar siswa tentang persamaan linear satu variabel.

Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru

5Guru mengelompokkan siswa yang terdiri dari 4 atau lebih 5 orang siswa yang heterogen.

Siswa mengikuti petunjuk guru untuk berkumpul dengan anggota kelompok yang telah ditentukan.

6Guru membagi LKS kepada masing-masing kelompok

Siswa menerima dan memastikan setiap anggota kelompoknya sudah memiliki LKS.

7Guru meminta setiap kelompok menyelesaikan soal-soal LKS.

Siswa secara kelompok menyelesaikan LKS.

Page 13: PTK SMP PLSV KB 25 GW

8Guru memantau kerja dari kelompok selama diskusi berlangsung.

Siswa aktif dalam kelompoknya ketika diskusi dalam menyelesaikan soal.

9Guru menunjuk wakil dari kelompok menuju meja turnamen.

Siswa yang ditunjuk guru mewakili kelompoknya menuju meja turnamen.

10

Guru meminta setiap wakil kelompok melakukan permainan di meja turnamen dengan mengambil sebuah kartu yang telah diacak dan diberi angka

Siswa di meja turnamen memilih kartu yang telah diacak.

11

Guru meminta wakil tiap kelompok mempresentasikan jawabannya dari soal yang telah dipilih melalui pengacakan kartu.

Siswa yang mewakili kelompoknya mempresentasikan jawabannya.

12Guru memberi skor untuk masing-masing kelompok sesuai dengan jawaban mereka.

Siswa menerima skor untuk kelompoknya sesuai dengan hasil presentasenya.

13

Guru memberikan penghargaan pada kelompok yang memperoleh skor tinggi. Siswa mampu memberikan gambaran tentang persamaan linear satu variabel.

H. Hipotesis TindakanBerdasarkan kajian pustaka, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini

adalah “dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Keluarga Bahagia, prestasi belajar matematika siswa kelas VII.6 SMP Negeri 25 Kota Bekasi pada pokok bahasan persamaan linear satu variabel dapat ditingkatkan”.

I. Rencana, Prosedur dan Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian tindakan kelas. Ciri utama dari penelitian tindakan kelas yakni adanya tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar di kelas.

2. Setting PenelitianPenelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan Agustus sampai Oktober 2009

pada semester ganjil tahun ajaran 2009/2010 di kelas VII.6 SMP Negeri 25 Kota Bekasi.

3. Definisi Operasional1. Prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah

mempelajari materi matematika pada pokok bahasan Persamaan Linear Satu Variabel dalam kurun waktu tertentu yang diukur dengan menggunakan tes.

Page 14: PTK SMP PLSV KB 25 GW

2. Pembelajaran kooperatif tipe Keluarga Bahagia (KB) adalah suatu model pembelajaran yang mengutamakan peran aktif semua anggota kelompok/tim dalam menemukan suatu penyelesaian masalah, sehingga ketika wakil dari setiap kelompok melakukan permainan pengacakan kartu untuk menulis nomor soal dan melakukan pertandingan/turnamen melalui presentasi jawaban dari soal yang dipilih, wakil dari setiap kelompok tersebut dapat memberikan skor maksimal bagi kelompoknya.

4. Faktor yang DiselidikiUntuk menjawab permasalahan yang timbul, ada beberapa faktor yang ingin

diselidiki. Faktor-faktor tersebut adalah: a. Faktor siswa, yaitu melihat minat dan kemampuan siswa dalam mempelajari

matematika, khususnya pada saat mempelajari pokok bahasan Persamaan Linear Satu Variabel.

b. Faktor guru, yaitu melihat bagaimana materi pelajaran disiapkan, teknik yang digunakan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Keluarga Bahagia (KB).

c. Faktor sumber belajar, yaitu melihat apakah sumber pelajaran dapat mendukung pelaksanaan model pembelajaran yang akan diterapkan.

5. Prosedur PelaksanaanProsedur penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari 3 (tiga) siklus,

dengan tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai pada faktor-faktor yang diselidiki.

Adapun pelaksanaan tindakan tersebut mengikuti prosedur penelitian tindakan kelas berikut, yaitu (1) perencanaan; (2) pelaksanaan tindakan pelaksanaan; (3) observasi dan evaluasi; (4) refleksi.

Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini diuraikan sebagai berikut:a. Perencanaan, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi:

1) Membuat rencana pembelajaran.2) Membuat lembar observasi, untuk melihat kondisi belajar mengajar di kelas

ketika model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament diaplikasikan.

3) Membuat alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka membantu siswa lebih memahami materi pelajaran yang diajarkan.

4) Membuat alat evaluasi untuk melihat apabila prestasi belajar met siswa dengan menggunakan model pembelajaran yang diterapkan dapat ditingkatkan.

5) Membuat jurnal, untuk mengetahui refleksi diri.b. Pelaksanaan tindakan, kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah

melaksanakan rencana pembelajaran yang telah dibuat.

Page 15: PTK SMP PLSV KB 25 GW

c. Observasi dan evaluasi, pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan serta melakukan evaluasi.

d. Refleksi, pada tahap ini hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi sebelumnya dikumpulkan dan dianalisis. Kemudian dari hasil tersebut akan dilihat apakah telah memenuhi target, maka penelitian akan dilanjutkan paad siklus berikutnya dan kelemahan-kelemahan/kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya akan diperbaiki pad siklus berikutnya.

Pada penelitian ini penulis berencana melaksanakan prosedur penelitian sebanyak 3 (tiga) siklus dan setiap siklus terdiri dari 2 (dua) kali pertemuan. Jumlah pertemuan ini disesuaikan dengan kepadatan materi yang ada.

Materi-materi pelajaran pada pokok bahasan Persamaan Linear Satu Variabel setiap siklus dapat dirinci sebagai berikut:• Siklus I

Pertemuan 1 Pokok Bahasan : Persamaan Linear Satu VariabelSub Pokok Bahasan : a. Kalimat Benar dan Kalimat Salah

b. Kalimat Terbukac. Himpunan Kalimat Terbuka

Pertemuan 2Pokok Bahasan : Persamaan Linear Satu VariabelSub Pokok Bahasan : Berbagai Bentuk Persamaan Linear Satu Variabel

• Siklus IIPertemuan 1Pokok Bahasan : Persamaan Linear Satu VariabelSub Pokok Bahasan : a. Pengertian Persamaan Linear Satu Variabe

b. Bentuk Setara Persamaan Linear Satu Variabel

Pertemuan 2Pokok Bahasan : Persamaan Linear Satu VariabelSub Pokok Bahasan : Penyelesaian Persamaan Linear Satu Variabel dengan

cara Substitusi

• Siklus IIIPertemuan 1 Pokok Bahasan : Persamaan Linear Satu VariabelSub Pokok Bahasan : a. Penyelesaian Persamaan Linear Satu Variabel Dengan

Cara Menambahkan Atau Mengurangi Kedua Persamaan Dengan Bilangan Yang Sama

Page 16: PTK SMP PLSV KB 25 GW

b. Penyelesaian Persamaan Linear Satu Variabel dengan cara mengalikan atau membagi kedua ruas persamaan dengan nilai yang sama

Pertemuan 2Pokok Bahasan : Persamaan Linear Satu VariabelSub Pokok Bahasan : Menyelesaikan soal-soal cerita

6. Data dan Teknik Pengambilan Dataa. Sumber data, yaitu guru dan siswa. b. Jenis data: jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif.

Data tersebut diperoleh dari tes hasil belajar, lembar observasi dan jurnal.c. Teknik pengambilan data.

1) Lembar observasi, digunakan untuk memperoleh data mengenai kondisi pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games tournament.

2) Jurnal, digunakan untuk memperoleh data mengenai refleksi diri.3) Tes, digunakan untuk memperoleh data mengenai prestasi belajar matematika.

7. Indikator kinerjaSebagai indikator keberhasilan dari penelitian tindakan kelas ini adalah jika

minimal 80% siswa telah memperoleh nilai ≥ 65 (ketentuan dari sekolah). Seorang siswa dikatakan telah mencapai ketuntasan belajar secara individu apabila siswa tersebut telah mencapai ketentuan belajar secara individual apabila siswa tersebut telah mendapat nilai ≥ 65 (ketentuan dari sekolah).

Kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa sesuai tujuan akhir penelitian ini yaitu dikelompokkan ke dalam 5 kategori, dengan kriteria sebagai berikut:

a. Tingkat keberhasilan belajar siswa yang hasil belajarnya diatas KKM dalam %( > 81%) : sangat tinggi(61 – 80%) : tinggi(41 – 60%) : sedang(21 – 40%) : rendah( < 20%) : sangat rendah

Hasil belajar siswa secara klasikal > 85 % siswa daiatas KKM : tuntas< 85 % siswa daiatas KKM : belum tuntas

b. Tingkat keaktifan siswa dalam presentasi kelompok dalam % ( > 81%) : sangat baik(61 – 80%) : baik

Page 17: PTK SMP PLSV KB 25 GW

(41 – 60%) : cukup(21 – 40%) : kurang( < 20%) : sangat kurang

c. Skala sikap siswa No Pernyataan Skor

SS S R TS STS5 4 3 2 1

SS = Sangat SetujuS = SetujuR = Ragu-raguTS = Tidak SetujuSTS = Sangat Tidak Setuju

8. Rancangan dan Model Penelitian Tindakan kelasRancangan dari model pembelajaran tindakan kelas di atas merupakan

gambaran secara umum. Namun, dalam penelitian ini akan dilaksanakan beberapa siklus hingga mencapai indikator penelitian yang telah ditetapkan.

Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan dengan langkah dan dalam rentang waktu 3 bulan, dengan jadwal kegiatan seperti tertuang dalam tabel berikut:

No KegiatanAgustus September Oktober

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 31 Tahap persiapan

a. Studi eksplorasi xb. Identifikasi & rumusan masalah xc. Instrumen penelitian x

2 Siklus 1a. Perencanaan xb. Tindakan & Obs. TM 1 xc. Tindakan & Obs. TM 2 xd. Analisis & refleksi x

No KegiatanAgustus September Oktober

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 33 Siklus 2

a. Perencanaan xb. Tindakan & Obs. TM 1 xc. Tindakan & Obs. TM 2 xd. Analisis & refleksi x

Page 18: PTK SMP PLSV KB 25 GW

4 Siklus 3a. Perencanaan xb. Tindakan & Obs. TM 1 xc. Tindakan & Obs. TM 2 xd. Analisis & refleksi x

5 Tahap Penyelesaiana. Penyusunan draft laporan x xb. Seminar lokal xc. Perbaikan draft laporan xd. Seminar xe. Laporan akhir x

RENCANA ANGGARAN BIAYA

Jumlah dan rincian biaya yang diusulkan:

No Jenis PengeluaranRincian

PengeluaranJumlah (Rp)

Page 19: PTK SMP PLSV KB 25 GW

1 Upah Pelaksanaan :a. Penulisb. Observer

(Orang x Jam x Rp)1 x 20 x 15.0002 x 20 x 5.000

300.000200.000 500.000

3 Biaya Pembuatan Instrumen :a. Penggandaan Skala Sikap b. Rencana Pembelajaran

(Paket x Rp)50 x 10 x 15010 x 30 x 150

75.00045.000 120.000

4 Biaya Pengumpulan Data Pengolahan Data

(Orang x Jam x Rp)1 x 20 x 10.000 200.000 200.000

5 Penulisan Laporan

Penggandaan Laporan

(Jumlah x Rp)1 x 50.000(Exp x Rp)4 x 50.000

50.000

200.000 250.000

6 Biaya Seminar LokalTransport Lokal PersonaliaKonsumsiNara Sumber

(Orang x Rp)1 x 25.0001 x 15.000

1 x 100.000

25.00015.000

100.000 140.000

7 Lain-lain2 rim Kertas HVS1 lusin bolpoin1 pak spidol witheboard

(Satuan x Rp)2 x 60.0001 x 50.0001 x 80.000

120.00050.00080.000 250.000

8 TransportStudi awalKonsumsi studi awal

(Orang x Rp)1 x 25.0001 x 15.000

25.00015.000 40.000

Jumlah Anggaran 1.500.000

Satu Juta Lima Ratus Ribu Rupiah.

DAFTAR PUSTAKA

Adiawan, M, Cholik dan Sugiono, 2003. Matematika Untuk SLTP Kelas 2. Jakarta: Erlangga.

Allyn dan Bacon, 1999. Coperatif Learning Theory Rosearch Practice. (Onlinb. www,Google Com. Kooperatif. Diaskes 3 Februari 2006).

Page 20: PTK SMP PLSV KB 25 GW

Engkoswara, 1988. Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: DepdikbudHartadji, Nursyafi’i, 2001. Pengembangan dan Uji Coba Perangkat CTL. Jakarta :

Depdiknas. Hudoyo, Herman, 1988. Belajar Mengajar Matematika. Jakarta : P2 LPTK.Ibrahim, M. Dkk, 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri

Surabaya : University Perss.Ismail, 2002. Model-Model Pembelajaran. Jakarta : Depdiknas.Kusrini, dkk, 2003. Matematika Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Kelas I. Jakarta :

Depdiknas.Nur, Muhamad dkk, 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press

UNESA. Pupuh Fathurrahman, 2001. Strategi Belajar Mengajar, Bandung : Tunas Nusantara.Purwoto, 1997. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Surakarta : UNS Press.Rahardi, Moersetyo. Penerapan Model Belajar Kooperatif Tipe Teams Games

Tournament Dalam Pembelajaran Matematika Sekolah Menengah Umum Conline, www Google. Com (Http:// TGT.Com).

Roestiyah, N. K, 1994. Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem. Jakarta : Rineka Cipta.

Russefendi, E. T, 1979. Pengajaran Matematika Modern. Bandung : Tarsito.Tabrani Rusyan A., Atang Kusdinar, Zainal Arifin, 1994. Pendekatan Proses Belajar

Mengajar. Bandung : Remaja Karya.Sugiyono, 1998. Metode Penelitian Administrasi, Bandung : AlvabetaSumarmo,U (2002). Alternatif Pembelajaran Matematika dalam Menerapkan Kurikulum

Berbasis Kompetensi . Makalah pada Seminar Matematika Tingkat Nasional. Bandung

Wartono, dkk. 2004. Materi Penelitian Terintegrasi Sains. Jakarta : Depdiknas. Winkel, W. S, 1991, Psikologi Pendidikan, Bandung : Alumni. WJS. Poerwadharminta. 1984. Kamus Lengkap. Bandung : Angkasa Offset.