1.1 1.1.1 gambarana umum lokasi...
TRANSCRIPT
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil Penelitian.
1.1.1 Gambarana Umum Lokasi Penelitian.
Kecamatan Paguat merupakan salah satu Kecamatan yang berada diwilayah Kabupaten
Pohuwato propinsi Gorontalo. Kecamatan ini mempunyai luas sebesar 549,92 Km2
dengan
wilayah administrasi mencakup 8 desa yakni desa Soginti, Sipayo, Siduan, Bunuyo, Pentadu,
Libuo, Maleo dan desa Bumbulan. Secara geografi Luas wilayah Kecamatan Paguat secara
keseluruhan adalah ± 1.935 Ha, yang berada pada ketinggian 3.5 meter dari permukaan laut.
Dengan curah hujan rata-rata 110 mm/tahun. Wilayah ini secara keseluruhan terdiri dari dataran
rendah, pegunungan-pegunungan dan danau dengan suhu ± 28 %0C. Adapun batasan–batas
wilayah adalah sebagai berikut:
a) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Buol
b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini
c) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Marisa
d) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Boalemo
Menurut data yang diperoleh dilapangan bahwa dilihat dari status sosialnya di kecamatan
tersebut memiliki berbagai tingkatan penduduk yang terbagi dalam tingkatan penduduk menurut
mata pencaharian dengan tingkatan penduduk menurut kelompok pendidikan. Untuk tingkatan
penduduk menurut mata pencaharian dalam masyarakat kecamatan Paguat, jumlah para petani
yang dominan.
Faktor alamnya yang luas menyebabkan para petani banyak kesehariannya bekerja
dikebun memelihara tanaman kelapa, jagung dan padi. Tanaman jagung, kelapa dengan padi
merupakan tanaman penghasil yang diandalkan oleh para petani yang berada di kecamatan
Paguat. Setelah petani, urutan kedua adalah para guru dan Selain itu mata pencaharian
masyarakat kecamatan Paguat ada sebagai buruh, pertukangan, nelayan dan wiraswasta.
Tingkatan penduduk menurut kelompok pendidikan, dapat dilihat dengan adanya
perkembangan pendidikan di kecamatan Paguat. dewasa ini perkembangan pendidikan di
Kecamatan Paguat sangat cepat dibandingkan dengan keadaan pendidikan di daerah-daerah
lainnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya berbagai macam prestasi yang telah diraih
ditingkat sekolah maupun swasta.
1.1.2 Sejarah Terbentuknya Kampung Empat Di Kecamatan Paguat (Soginti, Sipayo,
Siduan Dan Bunuyo).
Pada umumnya setiap bangsa atau suku memiliki proses sejarah dan corak sifat
kebudayaan masing-masing demikian pula dengan keberadaan kampung empat di kecamatan
Pagaut. Keberadaan kampung empat tidak lepas dari sejarah panjang keberadaan kerajaan
Gorontalo dan Kerajaan Ogomojolo sebuah kerajaan yang ada di wilayah Teluk Tomini.
Sebelum membahas sejarah terbentuknya kampung empat perlu diketahui terlebih dahulu pada
awal abad ke XV bahwa pada waktu itu suku gorontalo dan Tomini mempunyai aliran
kepercayaan yang berbeda, yaitu sebagai berikut :
a. Suku Gorontalo menganut kepercayaan animisme dengan bertuhan kepada gunung
Tilongkabila dan Longgibila (Tuhan Suami / Istri). Rusmanto Hatibie (52 tahun) wawancara
tanggal 29 Mey 2013 mengatakan bahwa “ Masyarakat suku Gorontalo pada jaman dahulu
sangat percaya dengan kekuatan benda-benda gaib dan memuja benda tersebut seperti tuhan
dengan memberikan sesajian berupa nasi kuning dan membakar alama (Kemenyang).
b. Adapun kepercayaan suku Tomini sejak abad ke- XIV yaitu agama islam yang disebarkan
oleh Mubaligh-mubaligh Ternate, sewaktu kembali dari Aceh mempelajari ajaran agama
islam kemudian mereka menuju pulang ke Ternate mendapat halangan yaitu gelombang
ombak dan badai yang kencang sehingga mereka kesasar dan berlabu kepulau Tomini.
Pada tahun 1515 penguasa Gorontalo adalah Raja Amay, pada suatu hari Raja serta
perangkatnya mengadakan perjalanan pelayaran dengan tujuan pokok untuk memperluas wilayah
yang dikuasai, namun dibalik itu ada rahasia Tuhan, dengan tak terduga perjalanan ini sampai
tiba diwilayah Kerajaan “Ogomojolo” (kerajaan Tomini) yang mempunyai delapan perangkat
raja-raja yaitu:
1. Tamalate
2. Lemboo
3. Siendeng
4. Hulangata
5. Siduan
6. Sipayo
7. Soginti
8. Bunuyo
Pada waktu itu raja Amay bertemu dengan raja Ogomojolo. kemudian raja Amay melihat
putri raja Ogomojolo yang cantik dan rupawan bernama Owutango, sehingga Raja Amay berniat
melamar putri Owutango dan langsung menyampaikannya pada raja Ogomojolo sebagi ayah dari
putri tersebut. kemudian raja Ogomojolo menerima lamaran ini dengan syarat-syarat sebagai
berikut :
1. Raja Amay wajib masuk agama islam;
2. Jika mendapat keturunan harus dididik dengan ajaran islam.
3. Seluruh rakyat Gorontalo harus menganut agama islam.
Persyaratan ini diterima oleh raja Amay dengan keyakinan dan tanggung jawab, maka untuk
mengislamkan masyarakat Gorontalo. raja Amay meminta kepada raja Ogomojolo
mendantangkan para mubaligh- mubaligh dari Tomini untuk memberikan Fatwa ajaran Islam di
wilayah Gorontalo, dan hal ini diperkenankan oleh raja Ogomojolo, dan pesta perkawinan raja
Amay dan Putri Owutango terus dilangsungkan dengan meriah.
Sebagaimana biasanya sesudah perkawinan dilangsungkan diantara kedua belah pihak
keluarga kerajaan mengadakan silaturahmi, raja Amay memboyong permaisurinya dan
berangkatlah kedelapan perangkat kerajaan dengan segala perlengkapan kerajaan bersama raja
Amay dan permaisurinya ke Gorontalo sampai tiba disana dengan selamat. Selain dari pada
kewajiban silaturahmi kekeluargaan ini, perangkat Kerajaan Ogomojolo mempunyai misi
masing-masing dengan ketentuan tugas sebagai berikut:
- Raja Siduan, Sipayo, Soginti, Dan Bunuyo bertugas mubaligh dan akhli mantra.
- Raja Siendeng mengajar cara membuat garam
- Raja Tamalate mengajar anyam-anyaman hingga terkenal Tolu “Wanduwo lo Tamalate”.
Tempat pertama dari ke VIII raja serta perangkatnya adalah diberi nama “Hunto” artinya
Ilohutonga Lo olongiya Walu dengan membangun masjid pertama diwilayah hukum Gorontalo
ditempat domisili tersebut, dan sampai saat ini nama masjid tetap diabadikan “Mas’jid Hunto”
serta sekarang pintu gerbangnya sudah dituliskan “ Sultan Amay ”.
Seiring dengan perubahan waktu hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun
berganti tahun. Dalam masa 10 tahun sampai dengan tahun 1525 raja Amay bersama permaisuri
dianugrahi tiga orang anak yaitu yang pertama anak laki-laki yang diberi nama Matolodula,
yang kedua anak perempuan yang diberi nama Yadihulawa dan yg ketiga diberi nama Telepulio.
Kemudian setelah beberapa tahun menjalankan hubungan suami istri, rahasia suratan
Tuhan memang tak terduga, pada saat inilah Raja Amay dan permaisurinya terjadi perceraian,
hingga Permaisuri mengajak kedelapan perangkat raja untuk kembali pulang ke Tomini,
walaupun usaha raja Amay untuk menghambat perjalanan itu sampai diperintahkan pengawalnya
untuk merusak kedelapan bahtera milik kedelapan raja dari Tomini, akan tetapi hanya empat
buah bahtera yang sempat dirusakkan yakni milik Siendeng, Tamalate, Lemboo, Hulangato dan
mereka ini tidak dapat berangkat lagi, sedangkan Siduan, Sipayo, Soginti, Bunuyo selamat dan
kemudian mereka berangkatlah dari Gorontalo bersama Permaisuri menuju pulau Tomini.
Dalam pelayaranya oleh karena keadaan cuaca yang buruk serta gelombang ombak di
Paguyaman maka keempat bahktera ini terpaksa mencari perlindungan dipantai Paguyaman, dan
bertepatan ditempat persinggahan ini sementara berada putra raja Ternate bernama Babullah,
dan dengan pertemuan ini berlaku pula rahasia suratan Tuhan yakni permaisuri kawin dengan
Babullah dan terjadilah perpisahan perjalanan permaisuri dengan masyarakatnya. Permaisuri
sudah ikut suaminya ke Ternate dan ke empat bahtera meneruskan perjalanan ke tujuan semula
yakni pulau Tomini.
Akan tetapi kehendak Tuhan berbeda dengan keinginan para hamba-hambanya yang
kebetulan sudah berada diperairan Paguat, ada halangan gangguan bajak laut oleh suku Mindano
dan hingga terpaksa mendarat kepantai dan memasak makanan dari bahan sagu dengan sebutan
Pumbulo dan tempat ini dinamakan Upilo mumbulo dan dari kota ini oleh penjaga disebut
“Bumbulan”. Dan dari tempat ini masyarakat rantau ini mencari tempat yang aman kedarat, pada
saat itu masyarakat rantau bertemu dengan penjaga pantai yang bernama Tibumbu, kalau bahasa
Daerah Sulawesi Selatan orang dari langit (Mannuruni) itulah yang dimaksud Tibumbu, setelah
itu Tibumbu menyarankan kepada empat raja itu untuk menjauhkan diri 8 Km dari pantai kearah
utara dan tempat ini diberi nama: Molopoga sekarang sudah jadi wilayah desa Padengo.
Berikut sejenak menelusuri ruang lingkup daerah Gorontalo sepeninggalan permaisuri
bersama sebagian masyarakatnya ini:
1. Pada masa itu terjadi pergantian raja Amay pada Tahun 1550, dan yang naik tahta kerajaan
itu ialah putranya sendiri yaitu Motolodula.
2. Dengan penguasa raja muda ini seluruh anggota masyarakat diislamkan dengan istilah
Moduhu Momanto dan Mopolihu Lo Limo.
Pengertian dari istilah ini:
a. Moduhu semua babi-babi dimusnakan
b. Darahnya menjadi sumpahan haram sampai hari kiamat
c. Mandi lemon (bersuci).
I. Timbul perebutan kekuasaan kelompok-kelompok masyarakat diantaranya berdiri Otonom
Limboto-Suwawa sehingga terjadi perang-perangan lokal bunuh-membunuh ditambah
dengan serangan dari Ternate yang dipimpin oleh: Sahari Bula (putra Babula) sebagai balas
dendam Ibunya.
II. Pada abad ke-XVI ini raja Gorontalo sudah dijabat oleh seorang wanita yang bernama
“MOLIYE istri dari EYATO” dan Eyato seorang yang bijaksana pada waktu hingga ia dapat
mendamaikan Gorontalo dengan Tamalate, Gorontalo dengan Limboto dan Suwawa, hingga
untuk penghargaan jasanya raja Moliye turun tahta dan direbut raja Eyato sedang penguasa
Limboto adalah raja Huhuhu Popa.
Oleh kedua penguasa ini (Eyato dan Popa) timbul harsat bersama ingin mengetahui jelas
keberadaan dari ke-IV raja bersama masyarakatnya apakah sudah sampai dipulau Tomini, maka
berangkatlah kedua penguasa ini bersama perangkatnya dengan sebuah bahtera menuju pulau
Tomini akan tetapi setelah sampai diujung Tanjung Molosipat masuk Tomini ada berita bahwa
ke empat bahtera dari Siduan, Sipayo, Soginti dan Bunuyo sepanjang waktu tak ada beritanya
kesana, hingga baktera kedua penguasa ini balik kembali, dan tempat itu diabadikan, dengan
nama Popa Eyato sekarang sudah nama wilayah itu adalah Popayato. Sebab maksud untuk
mencari berita keberadan dari ke empat Raja bersama masyarakatnya yang pada waktu itu belum
terbuka wilayah Marisa, yang didapati hanyalah masyarakat Randangan dari kerajaan Naimu
dengan rajanya Hilala dan limonu dengan hubungan lalu lintasnya sungai Randangan, maka
bahtera kedua penguasa ini masuk sungai Randangan, tapi dipertengahan perjalanan sungai
dihalangi oleh sebatang pohon besar melintang keseberang hingga tiang layar bahtera ini tak bisa
masuk maka perjalanan balik kembali dan tempat ini di abadikan “Mohimbodulo Teya” dengan
julukan “Imbodu”.
Setelah balik menyusuri pantai sampai diujung tanjung Libuo, kebetulan ada beberapa
orang yang sedang mencari ikan, maka kedua penguasa ini bertanya kepada orang-orang tersebut
kalau berasal dari mana, jawaban orang-orang ini, kami orang Sipayo. Dengan penuh
kegembiraan kedua penguasa ini karena sesuatu yang dicari sudah ditemui, maka bahtera ini
didaratkan ditempat itu dengan istilah “Pilopohuatiyo” yang kemudian diabadikan tempat itu
dengan kata “Pohuwato” oleh lidah penjajah disebut Paguat.
Kedua penguasa ini, orang-orang Sipayo terjadi musyawarah dengan raja Popa.
Selanjutnya raja Popa bersama dengan orang-orang Sipayo pergi ke Malopoga untuk
mengundang ke empat raja-raja bersama perangkatnya untuk mengadakan pertemuan
musyawarah ditempat itu, sedang raja Eyato menunggu ditempat bahtera.
Dengan kunjungan raja popa ini ke Molopoga, masyarakat memberikan julukan
“Tipopaeya” yang kemudian menjadi Popaya.
Raja Popa kembali dari Molopoga bersama ke empat raja serta perangkatnya dan
kemudian bermusyawarah ditempat bahtera dengan pokok-pokok hasil keputusan musyawarah
sebagai berikut :
1. Wilayah ini adalah Otonomisasi dari kerajaan empat yang sama martabatnya dengan
Goronlalo dan Limboto;
2. Untuk pengamanan wilayah ditempatkan empat orang Udulaa bersama perangkatnya dari
empat penjuru utara- timur selatan dan barat dengan istilah Tato Inggimo.
3. Tentang perwalian hukum adat kemasyarakatan masing-masing dengan tata caranya
sendiri tidak saling mendaulati yakni Udula’a dengan adat-istiadat Gorontalo, Limboto
dan ke empat Kerajaan dengan adat istiadatnya sendiri (Tomini) dengan Wilayahnya
disebut Uwililinga.
4. Faktor hukum kemasyarakatan wilayah kedudukan kerajaan empat disebu Tiyombu
Tiyamo sedang Wilayah kedudukan Udala’a disebut Wombu Wala’o. kalau di Gorontalo
Tiyombu Tiyamo adalah Suwawa. Akan tetapi kalau di Pohuwato Tiyombu Tiyamo
adalah Raja Empat.
Dari sinilah sejarah kampung empat yakni Siduan, Soginti, Sipayo dan Bunuyo dikenal
oleh masyarakat yang memiliki sejarah dan perjalanan panjang samapai terbentuknya kampung
empat yang dikenal oleh masyarakat khususnya masyarakat Gorontalo.
4.2 Profil Kampung Empat di Kecamatan Paguat ( Desa Soginti, Sipayo, Siduan
Dan Bunuyo).
4.2.1 Profil Desa Soginti.
Desa Soginti merupakan desa yang terletak di kecamatan Paguat yang termasuk bagian
dari kampung empat yang dikenal oleh masyarakat dalam hal ini yaitu desa Soginti, Sipayo,
Siduan dan Bunuyo. Kampung empat memiliki sejarah yang sangat panjang dan layak untuk
diketahui oleh masyarakat khusunya masyarakat yang berada di daerah tersebut. Nama desa
Soginti diambil dari nama keempat parjurit raja Amay yaitu Soginti yang berlayar ke pulau
Tomini yang kemudian terdampar diwilayah Paguat dan menduduki wilayah di daerah tersebut.
Ditinjau dari segi penduduk sebagai salah satu alternatif sumber daya, maka Desa
Limehe Barat memiliki potensi yang cukup besar sebagai faktor-faktor penggerak pembangunan.
Dengan luas wilayah + 377, 34 Km2 yang terbagi atas (4) empat dusun yaitu Dusun Sombar I
dengan luas + 53, 62 Km2, Dusun Sombar II seluas + 75, 59 Km
2, Dusun Buah-Buah I + 122, 09
Km2, dan Dusun Buah-Buah II seluas + 123, 54 Km
2. desa Soginti memiliki batas-batas wilayah
pada umumnya yaitu:
a. Sebelah utara berbatasan dengan desa Popaya.
b. Sebelah selatan berbatasan dengan desa Sipayo.
c. Sebelah timur berbatasan dengan desa Kemiri.
d. Sebelah barat berbatasan dengan hutan lindung.
Lingkungan geografis pada umumnya mempunyai pengaruh dalam kehidupan
masyarakat karena lingkungan geografis sangat mendukung dalam kehidupan manusia
khususnya masyarakat desa Soginti kecamatan Paguat. Lingkungan geografis yang dimaksud
disini adalah keadaan iklim, alam, hasil bumi, dan sebagainya.
Pertumbuhan penduduk di desa Soginti cukup memadai yang mana jumlah penduduk
1.590 orang dengan jumlah laki-laki 799 orang dan jumlah perempuan 791 orang. Masyarakat
Soginti terdiri dari beberapa etnik didalamnya yaitu suku Gorontalo, Bugis, Buton, Sunda dan
Ternate. Namun suku yang lebih banyak yaitu didominasi oleh suku Gorontalo. Dengan melihat
keadaan penduduk yang ada untuk lebih jelas dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain yaitu:
a. Aspek Ekonomi dan Mata Pencaharian.
Masyarakat desa Soginti lebih cenderung mengaharapkan hasil alam. Keadaan ekonomi
di desa Soginti Kecamatan Paguat tergantung dari sektor pertanian, karena sektor ini sampai
dengan sekarang masih mendominasi perekonomian masyarakat desa.
Hal ini tercermin dari besarnya kontribusi sektor pertanian yang mayoritasnya
masyarakat diwilayah ini adalah petani, baik sebagai pemilik lahan sekaligus maupun penggarap
lahan pertanian. Keadaan masyarakat yang seperti ini dapat mengakibatkan jumlah petani yang
semakin banyak dibanding profesi lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel keadaan
penduduk dan mata pencaharian berikut :
Tabel. Keadaan masyarakat dan mata pencaharian
No Uraian Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Jumlah Penduduk Desa
Jumlah Kepala Keluarga (KK)
Jumlah Penduduk Laki-Laki
Jumlah Penduduk Perempuan
Jumlah Petani
Buruh tani
Wiraswasta
Jumlah PNS
Dukun Kampung Terlatih
Pembantu Rumah Tangga
Montir
Karyawan Perusahaan Swasta
Pensiun PNS
Arsitek
1590 orang
418 kk
799 orang
791 orang
160 orang
50 orang
85 orang
76 orang
2 Orang
12 Orang
1 Orang
3 Orang
5 Orang
1 Orang
Keadaan penduduk dan mata pencaharian masyarakat di atas nampak jelas sangat
didominasi oleh pertanian sehingganya di daerah Soginti sudah sulit mencari lahan ataupun tanah
yang kosong untuk membuka lahan baru maupun untuk lokasi pembangunan. Disisi lain ada juga
sebagian masyarakat berprofesi petani masih pengangguran ataupun tidak mempunyai pekerjaan
yang diakibatkan oleh tidak adanya ketersediaan lahan untuk pertanian. Kemampuan ataupun
kreatifitas yang terbatas seperti ini dipengaruhi besar oleh tingkat pendidikan masyarakat, karena
pendidikan merupakan salah satu penentu maju mundurnya perkembangan ekonomi dan
pembangunan disetiap daerah.
a. Aspek Pendidikan
Berbicara tentang pendidikan, maka hal ini merupakan suatu hal yang amat penting bagi
manusia, karena siapapun juga tidak mampu membangun apabila masyarakat terdiri dari
individu-individu yang memiliki tingkat pendidikan rendah yang setara dengan pendidikan dasar
bahkan tidak pernah bersekolah. Untuk menyikapi hal ini agar pembangunan dapat berhasil
dengan baik, maka bidang pendidikan harus mendapat perhatian yang serius dari pemerintah dan
warga masyarakat apalagi melihat kondisi pendidikan yang ada di desa Soginti kecamatan
Paguat yang masih rendah. Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang keadaan pendidikan
masyarakat Soginti Kecamatan Paguat dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel. Keadaan Pendidikan
No Uraian Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tamat S1
SLTP/Sederajat
SD/Ibtidaiyah
SLTA/Sederajat
D3
Tidak Tamat SLTP
Tidak Tamat SLTA
TK
90 orang
143 orang
769 orang
164 orang
2 orang
1 orang
123 Orang
98 Orang
Dengan melihat tabel di atas sudah jelas tingkat pendidikan masyarakat desa Soginti
masih rendah namun disisi lain mulai nampak persaingan masyarakat terhadap tingkat
pendidikan, hal ini merupakan wujud positiif yang baik dan harus ditingkatkan meskipun secara
bertahap sedikit demi sedikit.
b. Agama dan Kepercayaan
Masyarakat di desa Soginti Kecamatan Paguat adalah mayoritas beragama Islam, untuk
masyarakat pemeluk agama Kristen Protestan, Katolik, Hindu dan Budha tidak ada. Samsudin
Paleo (52 tahun) wawancara 29 Mei 2013 mengatakan bahwa “Masyarakat desa Soginti
memegang erat nilai-nilai keislaman sejak dahulu karena wilayah Soginti memiliki sejarah yang
erat dengan sejarah masuknya agama islam di Gorontalo” dari pernyataan ini nampak jelas
masyarakat desa Soginti dikenal dengan masyarakat yang agamais selalu menjunjung tinggi
nilai-nilai keislaman dalam menjalani kehidupannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel. Agama dan Kepercayaan
No Jenis Agama Jumlah Pemeluk
1.
2.
3.
4.
Islam
Kristiani
Mesjid
Gereja
1590
-
2
-
4.2.2 Profil Desa Sipayo.
Desa Sipayo merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Paguat, kata Sipayo
ini merupakan nama dari salah satu ke empat pengawal raja Amay yang berlayar kepulau
tomini, yang akhirnya berlabu diwilayah Paguat dan tinggal di daerah tersebut hingga
membangun sebuah desa yang diberi namanya sendiri yaitu sipayo. Rais Monoarfa (45)
wawancara tanggal 15 Mei 2013 mengatakan bahwa desa Sipayo ini memiliki hubungan erat
dengan kerajaan empat pada waktu itu yaitu Soginti, Sipayo, Bunuyo dan Siduan namun wilayah
ini diduduki oleh Sipayo sehingga desa ini dikatakan desa Sipayo”.
Topografi dari desa ini yaitu berbukit dan dataran dengan curah hujan rata-rata 0,15 mm
dengan suhu rata-rata 320. luas wilayah desa Sipayo yaitu 2.278 Ha. Desa Sipayo ini memiliki
batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah barat berbatasan dengan kelurahan Libuo.
b. Sebelah timur berbatasan dengan desa Kemiri.
c. Sebelah utara berbatasan dengan desa Soginti.
d. Sebelah timur berbatasan dengan desa Siduan.
Jumlah penduduk masyarakat desa Sipayo sampai tahun 2012 adalah 1556 jiwa yang
terdiri dari 436 kepala keluarga. dengan jumlah penduduk laki-laki terdiri dari 765 jiwa dan
jumlah penduduk perempuan terdiri dari 791 jiwa. Hal ini dapat dilihat dari keadaan penduduk
dan propil desa yang ada dan terdiri dari sebagai berikut :
a. Keadaan masyarakat dan ekonomi
Sistem perkonomian masyarakat desa Sipayo sudah bisa dikatakan maju dan berkembang
dengan baik sebab mata pencaharian masyarakat beraneka ragam disana nampak para pedagang,
petani, pegawai negeri, nelayan, jasa dan sebagainya yang sudah hal ini dapat dilihat dari tabel
keadaan masyarakat dan ekonomi sebagai berikut:
Tabel. Keadaan masyarakat dan ekonomi
No Uraian Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Jumlah Penduduk Desa
Jumlah Kepala Keluarga (KK)
Jumlah Penduduk Laki-Laki
Jumlah Penduduk Perempuan
Jumlah Petani
Jumlah Nelayan
Jumlah Peternak
Jumlah PNS
Pedagang
Jumlah TNI
Jumlah Penganggur
Jumlah Warga Miskin
Jumlah Pakir Miskin (Lansia,
Yatim Piatu, dan Cacat)
1556 Jiwa
436 Jiwa
765 Jiwa
791 Jiwa
248 Jiwa
1 Jiwa
101 Jiwa
71 Jiwa
41 Jiwa
1 Jiwa
182 Jiwa
55 Jiwa
9 Jiwa
b. Keadaan Pendidikan Masyarakat.
Faktor pendidikan merupakan salah satu penentu maju mundurnya suatu daerah, yang
melipatkan semua elemen masyarakat khususnya di daerah desa Sipayo, untuk lebih jelas dapat
dilihat dari tabel berikut.
Tabel. Keadaan Pendidikan
No Uraian Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Jumlah Warga Buta Huruf
Tidak Tamat SD
Tidak Tamat SMP
Tidak Tamat SMA
Tamat S1
Jumlah Sekolah TK
Jumlah Sekolah SD/Ibtidaiyah
Jumlah Guru SD
Jumlah Guru SMP/MTs
Jumlah Guru TK
6 Jiwa
358 Jiwa
1 Jiwa
1 Jiwa
25 Jiwa
1 Jiwa
2 Jiwa
8 Jiwa
16 Jiwa
4 Jiwa
Dari tabel di atas terlihat bahwa masih cukup tinggi warga yang buta huruf dan tidak
tamat sekolah SD, SMP dan SMA, sementara itu fasilitas pendidikan yang tersedia hanya
sekolah TK dan sekolah dasar ada di desa Sipayo. Sementara Guru yang ada di desa Sipayo ini
masih kurang khususnya guru yang ada disekolah SD, TK, dan SMP/MTS. Nampaknya
pengembangan pendidikan kedepan agar lebih baik dan berkembang sesuai harapan.
c. Agama dan Kepercayaan
Masyarakat dilingkungan desa Sipayo terdiri dari berbagai suku dan agama. Agama yang
dianut yaitu agama Islam dan Kristen. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel. Agama dan Kepercayaan
No Jenis Agama Jumlah Pemeluk
1.
2.
3.
4.
Islam
Kristiani
Mesjid
Gereja
1522
34
2
-
Tabel di atas dapat menggambarkan bahwa agama yang dianut oleh masyarakat desa
Sipayo lebih banyak agama Islam. Rustam Olii (40 tahun) wawancara tanggal 15 Mei 2013
mengatakan bahwa “ Masyarakat desa Sipayo lebih banyak dominan dengan agama islam karena
sejarah terbentuknya wilayah ini sangat erat dengan sejarah masuknya agama islam ke Gorontalo
yang disebarkan oleh pendakwa dari Ternate dipualu Tomini”.
Namun di desa Sipayo juga ada yang beragama non muslim. bentuk kehidupan
keagamaan dapat dilihat dari adanya masjid dan setiap hari raya agama dirayakan dengan
meriah. Namun dengan adanya perbedaan ini yang ada pada masyarakat desa Sipayo selalu akur
dan saling menghormati satu sama lainnya.
4.2.3 Profil Desa Bunuyo.
Desa Bunuyo merupakan desa yang terletak di kecamatan Paguat yang sangat erat
hubungannya dengan kerajaan Empat yaitu raja Bunuyo, Sipayo, Siduan dan Soginti. Dengan
adanya kerajaan ini masing-masing raja memberikan wilayah kekuasaanya dengan nama sendiri.
Wilayah desa Bunuyo memiliki luas sebesar + 315 Ha, (31,5 Km²) yang dibagi menjadi tiga
dusun yaitu dusun selatan, dusun sentral, dan dusun tengah) dengan batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kemiri-Molamahu
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Molamahu
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bumbulan
Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Siduan
Jarak Desa Bunuyo ke Ibu Kota Kecamatan 5 Km demikian pula dengan Ibu Kota
Kabupaten jaraknya 20 km biasa ditempuh dengan kenderaan bermotor selama 30 menit,
topografi desa pada umumnya dataran rata, dengan curah hujan rata-rata 100 – 130 mm/tahun
dan suhu rata-rata berkisar antara 28 Cc sampai dengan 33
Cc.
Desa bunuyo mempunyai posisi yang cukup strategis setelah adanya fasilitas umum yang
dibangun oleh pemerintah kabupaten pohuwato diantaranya pembangunan pelabuhan feri, yang
jaraknya tidak jauh dari desa Bunuyo, yang mana nantinya akan menciptakan lapangan kerja
baru untuk perekonomian masyarakat dari sektor jasa dan memudahkan jalur transportasi
khusunya untuk penyebrangan. Sistem perekonomian di desa Bunuyo sudah dikatakan maju hal
ini dapat didukung oleh poosisi wilayah yang terletak dijalan trans yang dapat memudahkan
masyarakat beraktifitas untuk pengembangan ekonomi, khususnya para petani pedagang dan
sebagainya.
Kehidupan masyarakat masih tergolong pada masyarakat dibawah garis menengah
kebawah khususnya masyarakat yang tergolong keluarga miskin yang berdasarkan data statistik
ditahun 2008 masih mencapai 110 Kepala keluarga Miskin sebagai pengundang masalah ditinjau
dari aspek kondisi sosial ekonomi yang ada sangat memprihatikan. Adapun penyebab dari
kemiskinan, dikarenakan pendidikan dan keterampilan pada umumnya masih sangat rendah.
Mata pencaharian pada umumnya masih berkisar sebagai pekerja buruh bangunan, buruh tani,
dan pekerja serambutan. Keadaan ini akan mempengaruhi kondisi sosial keluarga maupun
mental dari anak-anak keluarga, sehingga kehidupannya agak terganggu dan tidak bisa
berkembang secara layak dan hidup tidak secara wajar.
Mengingat potensi yang dimiliki antara lain minat untuk bekerja dan berusaha cukup
besar maka secara eksternal lembaga-lembaga desa dan organisasi sosial sementara membantu
dan membina untuk memberdayakan kelompok masyarakat yang tergolong tidak mampu.
Tingkat perekonomian desa Bunuyo dilihat dari tata guna yang dimanfaatkan oleh
penduduk desa Bunuyo yang sebagian besar adalah lahan pertanian, menunjukkan bahwa
masyarakat mayoritas bekerja sebagai petani dan buruh tani. Tanaman unggulan meliputi
tanaman pangan yaitu padi dan jagung dan tanaman Tahunan berupa Kelapa dan lain-lain.
Selain komoditas pertanian, sebagian penduduk juga bekerja pada bidang perikanan
berupa pembudi daya Ikan Tawar,dan mengembangkan sektor industri kecil antara lain Moubiler
serta bergerak pada bidang sektor usaha kecil dan menengah, Kios, pedangan Keliling dan lain-
lain.
Diantara mata pencaharian tersebut di atas, penduduk masyarakat juga berprofesi sebagai
Guru, PNS, TNI/Polri, Karyawan swasta, tenaga medis, jasa transportasi serta nelayan.
Hal lain yang dikembangkan sebagai salah satu usaha untuk mendobrak perekonimian
masyarakat untuk mendukung usaha peningkatan hasil usaha dibidang pertanian dan usaha
penyelamatan lingkungan dimasing-masing dusun yang ada di desa adalah membentuk
kelompok tani dan kelompok Budi daya Ikan tawar, kelompok ternak serta Persatuan Petani
Pemakai Air (P3A) sesuai dengan usaha masing-masing yang ada didalam kelompok
masyarakat. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel. Keadaan masyarakat dan mata pencaharian
No Uraian Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Jumlah Penduduk Desa
Jumlah Kepala Keluarga (KK)
Jumlah Penduduk Laki-Laki
Jumlah Penduduk Perempuan
Jumlah Petani
Jumlah Nelayan
Jumlah Swasta
Jumlah PNS
1209 Jiwa
335 Jiwa
602 Jiwa
607 Jiwa
206 Jiwa
2 Jiwa
35 Jiwa
37 Jiwa
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Jumlah Pedagang
Jumlah TNI
Jumlah Penganggur
Jumlah Pensiunan
Jumlah Wiraswasta
Jumlah Transportasi
Jumlah Pengrajin
Jumlah Tukang Kayu
Jumlah Tukang batu
Jumlah Ibu Rumah Tangga
Jumlah Tidak Produktif
45 Jiwa
4 Jiwa
32 Jiwa
3 Jiwa
26 Jiwa
27 Jiwa
3 Jiwa
10 Jiwa
17 Jiwa
321 Jiwa
441 Jiwa
b. Keadaan Pendidikan masyarakat
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting yang harus diraih oleh
masyarakat sebab pendidikan ini merupakan salah satu faktor penentu perkembangan daerah
khususnya di desa Bunuyo. Masyarakat desa Bunuyo dilihat dari sistem pendidikan bisa
dikatakan maju, namun masih ada sebagian warga masyarakat yang memiliki pendidikan yang
masih rendah. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. Keadaan Pendidikan
No Uraian Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Jumlah Warga Buta Huruf
Tidak Tamat SD
Tamat S1
SLTP/Sederajat
SD/Ibtidaiyah
SLTA/Sederajat
D2
13 Jiwa
32 Jiwa
9 Jiwa
31 Jiwa
189 Jiwa
21 Jiwa
4 Jiwa
c. Agama dan Kepercayaan
Masyarakat desa Bunuyo memiliki keharmonisan yang sangat kuat meskipun mereka
memiliki perbedaan agama. Masyarakat dilingkungan desa Bunuyo terdiri dari berbagai suku dan
agama, agama yang dianut yaitu agama Islam dan Kristen. Hal ini dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel. Agama dan Kepercayaan
No Jenis Agama Jumlah Pemeluk
1.
2.
3.
4.
5.
Islam
Kristen Protestan
Kristen Katolik
Mesjid
Gereja
1197
8
4
2
-
Dengan melihat kondisi agama yang berbeda, pemerintah seharusnya dapat membangun
rumah-rumah ibadah sesuai dengan keadaan masyarakat karena hal ini dapat menimbulkan
kecemburuan sosial terhadap masyarakat lain yang memiliki rumah ibadah. Sementara warga
lain sulit melakukan ibadah mereka yang sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
4.2.4 Profil Desa Siduan.
Wilayah desa Siduan merupakan wilayah yang terletak di kecamatan Paguat Kabuapaten
Pohuwato. Desa Siduan ini termasuk desa yang memiliki banyak sejarah, karena desa ini
termasuk desa yang diketahui oleh masyarakat yang penuh dengan sejarah, dalam hal ini yaitu
kampung empat. Arifin Lagona (56 tahun, wawancara tanggal 29 Mei 2013) mengatakan bahwa
“Nama desa Siduan ini diambil dari salah satu nama raja empat pada waktu itu yaitu raja Siduan
yang kebetulan pada waktu menduduki wilayah ini”.
Desa Siduan ini memiliki luas wilayah 79.50 Ha dengan curah hujan 15 mm dan suhu
rata-rata 37 0C. desa Siduan memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan desa Sipayo.
b. Sebelah selatan berbatasan dengan desa Pentadu.
c. Sebelah timur berbatasan dengan desa Bunuyo.
d. Sebelah barat berbatasan dengan desa Buhu jaya.
Keadaan masyarakat di desa Siduan masih sebagian besar mengharapakan alam yang
ada dan lebih cenderung pada pertanian. Dilihat dari penelitian yang ada warga masyarakat desa
Siduan lebih suka berkebun, ladang dan sawah. Hal ini didukung oleh adanya lokasi pertanian
yang ada untuk bertani. Disisi lain ada juga warga masyarakat yang punya profesi lain seperti
pegawai negeri, nelayan, peternak, pedagang dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel. Keadaan masyarakat dan mata pencaharian
No Uraian Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Jumlah Penduduk Desa
Jumlah Kepala Keluarga (KK)
Jumlah Penduduk Laki-Laki
Jumlah Penduduk Perempuan
Jumlah Petani
Jumlah Nelayan
Buruh Tani
Jumlah PNS
Jumlah Pedagang
Jumlah TNI
Jumlah Montir
Jumlah Pensiunan
Pembantu Rumah Tangga
Karyawan Perusahaan
Jumlah Dokter
Jumlah Peternak
1741 Jiwa
454 Jiwa
874 Jiwa
867 Jiwa
62 Jiwa
7 Jiwa
68 Jiwa
101 Jiwa
7 Jiwa
1 Jiwa
4 Jiwa
8 Jiwa
2 Jiwa
3 Jiwa
2 Jiwa
73 Jiwa
Dengan melihat tabel keadaan penduduk dan mata pencaharian di atas nampak jelas
masyarakat memiliki profesi ataupun mata pencaharian yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan masyarakat yang ada, karena pendidikan sangat menentukan profesi
ataupun pekerjaan yang bisa dilakukan masyarakat. Di desa Siduan warga masyarakat memiliki
tingkat pendidikan yang berbeda-beda dari jenjang sekolah dasar sampai jenjang perguruan
tinggi. Untuk lebih jelasnya, tingkat pendidikan masyarakat di desa Siduan dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel. Keadaan Pendidikan
No Uraian Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Jumlah TK
Tidak Tamat SD
Tamat S1
SLTP/Sederajat
SD/Ibtidaiyah
SMA/Sederajat
D1
D2
D3
55 Jiwa
12 Jiwa
19 Jiwa
388 Jiwa
508 Jiwa
137 Jiwa
14 Jiwa
9 Jiwa
19 Jiwa
Dengan melihat tabel tingkat pendidikan warga masyarakat desa Siduan nampak jelas
persaingan pendidikan mulai ketat. Hal ini didukung oleh perkembangan jaman dan tingkat
kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan. Warga masyarakat selain mementingkan
kepentingan pendidikan, mereka juga tidak lupa melakukan kepentingan agama karena warga
masyarakat desa Siduan menjunjung nilai-nilai keagamaan yang tinggi sesuai dengan
kepercayaan masing-masing namun mereka rukun dan saling menghargai antara satu sama lain
didalam perbedaan. Warga masyarakat desa Siduan memiliki agama yang berbeda-beda yaitu
agama islam, kristen protestan, katolik dan hindu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel. Agama dan Kepercayaan
No Jenis Agama Jumlah Pemeluk
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Islam
Kristen Protestan
Kristen Katolik
Hindu
Mesjid
Gereja
1719
11
10
1
3
-