hasil penelitian dan pembahasan gambaran umum...

39
42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah singkat Terbentuknya Kecamatan Toili Toili merupakan daerah transmigrasi yang didatangkan oleh pemerintah pusat dari daerah asalnya yakni dari Jawa Timur, Jawa Barat dan Provinsi Bali. Berdasarkan administrasi Toili ketika itu masih wilayah kecamatan Batui. Jarak antara Toili dengan pusat pemerintahan kecamatan Batui kurang lebih 50 km, maka dengan pertimbangan jarak Toili dimekarkan menjadi kecamatan sendiri dengan surat keputusan Bupati Banggai Nomor : 43/tahun 1996 tanggal 24 Juni 1996, yang diresmikan oleh Gubernur Sulawesi Tengah pada tanggal 7 Januari 1997. Toili berasal dari kesepakatan dua suku yaitu suku Toili dan suku Towana. Adapun arti pemberian nama Toili adalah dua suku yang mengalir rotan (Tonoili) untuk membuat ruangan rumah dan alat rumah tangga. Dengan perkembangan Daerah Kabupaten Banggai dan wilayah kecamatan Toili serta pertimbangan jarak untuk pendekatan pelayanan public maka kecamatan Toili dimekarkan menjadi kecamatan Toili Barat. Dan selang beberapa tahun kemudian kecamatan Toili dimekarkan lagi menjadi kecamatan Moilong. Kecamatan Toili merupakan salah satu kecamatan yang terletak disebelah Barat Ibu Kota Kabupaten Banggai, telah enam kali melakukan pergantian kepemimpinan yaitu : - Tahun 1997 – 2001 : Drs. Mahmud Daeng Masiki - Tahun 2001 – 2002 : Yusran Lalusu, SH

Upload: dangkhuong

Post on 30-Apr-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah singkat Terbentuknya Kecamatan Toili

Toili merupakan daerah transmigrasi yang didatangkan oleh pemerintah

pusat dari daerah asalnya yakni dari Jawa Timur, Jawa Barat dan Provinsi Bali.

Berdasarkan administrasi Toili ketika itu masih wilayah kecamatan Batui. Jarak

antara Toili dengan pusat pemerintahan kecamatan Batui kurang lebih 50 km,

maka dengan pertimbangan jarak Toili dimekarkan menjadi kecamatan sendiri

dengan surat keputusan Bupati Banggai Nomor : 43/tahun 1996 tanggal 24 Juni

1996, yang diresmikan oleh Gubernur Sulawesi Tengah pada tanggal 7 Januari

1997.

Toili berasal dari kesepakatan dua suku yaitu suku Toili dan suku Towana.

Adapun arti pemberian nama Toili adalah dua suku yang mengalir rotan (Tonoili)

untuk membuat ruangan rumah dan alat rumah tangga. Dengan perkembangan

Daerah Kabupaten Banggai dan wilayah kecamatan Toili serta pertimbangan jarak

untuk pendekatan pelayanan public maka kecamatan Toili dimekarkan menjadi

kecamatan Toili Barat. Dan selang beberapa tahun kemudian kecamatan Toili

dimekarkan lagi menjadi kecamatan Moilong. Kecamatan Toili merupakan salah

satu kecamatan yang terletak disebelah Barat Ibu Kota Kabupaten Banggai, telah

enam kali melakukan pergantian kepemimpinan yaitu :

- Tahun 1997 – 2001 : Drs. Mahmud Daeng Masiki

- Tahun 2001 – 2002 : Yusran Lalusu, SH

43

- Tahun 2002 – 2004 : Drs. Haris Hakim

- Tahun 2004 – 2008 : Drs. Martono Suling

- Tahun 2008 – 2010 : M. Yunus Hi Said, SE

- Tahun 2010 – sekarang : Drs. Subhan Hanusi

( Sumber Data Kecamatan Toili )

4.1.2 Keadaan Geografis Kecamatan Toili

Kecamatan Toili dengan Ibu Kota Kecamatan Kelurahan Cendana yang

merupakan bagian wilayah Kabupaten Banggai dengan jarak kurang lebih 98 km

dengan pusat pemerintahan Kabupaten Banggai, dan kurang lebih 692 Km dari

Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah, Kecamatan Toili memiliki luas wilayah

sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bunta

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Moilong

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Peling

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Toili Barat

Kecamatan Toili memiliki dua iklim (musim) yakni musim kemarau dan

musim penghujan, musim kemarau terjadi antara bulan Oktober sampai dengan

bulan Maret, sementara musim penghujan antara bulan April sampai bulan

September, curah hujan rata-rata di Kecamatan Toili 1880 mm pertahun dengan

suhu udara rata-rata 30oc.

Kecamatan Toili hanya dikenal dua musim, yaitu musim kemarau dan

penghujan. Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin bertiup dari

Australia dan tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim

44

kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember sampai dengan Maret arus angin yang

banyak mengandung uap air berhembus dari Asia dan Samudera Pasifik sehingga

terjadi musim hujan. Keadaan seperti itu berganti setiap setengah tahun setelah

melewati masa peralihan pada bulan April – Mei dan Oktober – November.

Suhu udara di Kecamatan Toili antara lain ditentukan oleh tinggi

rendahnya tempat tersebut dari permukaan air laut dan jaraknya dari pantai. Pada

tahun 2010, suhu udara rata-rata berkisar antara 26,8oC sampai 29,4oC. Suhu

udara maksimum terjadi pada bulan Februari yaitu sebesar 36oC, sedangkan suhu

udara minimum terjadi pada bulan Juni yaitu sebesar 20oC.

Kecamatan Toili mempunyai kelembaban udara relatif tinggi di mana pada

tahun 2012 rata-rata berkisar antara 72 persen sampai 81 persen. Curah hujan di

Kecamatan Toiliantara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim dan

perputaran/pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam

menurut bulan. Rata-rata curah hujan selama tahun 2012 berkisar antara 3,4 mm

sampai 284,9 mm.

Kecepatan angin di Kecamatan Toili umumnya merata setiap bulannya,

yaitu berkisar antara 4 knot hingga 6 knot. Faktor lain yang mempengaruhi hujan

dan arah/kecepatan angin adalah perbedaan tekanan udara.

Wilayah Kecamatan Toili mempunyai ketinggian 10 meter dari atas

permukaan laut dengan bentuk permukaan tanah sebagai berikut :

- Daratan : 95%

- Perbukitan : 5%

- Pegunungan : 0%

45

Desa – desa yang termasuk dalam wilayah administrasi di Kecamatan

Tolili, Cendana (kelurahan), Piondo, Bukit Jaya, Tolisu, Sindang Baru, Mekar

Kencana, Marga Kencana, Tirta Kencana, Mulyasari, Tirtasari, Tirta Jaya, Tohiti

Sari, Sari Bhuana, Jaya Kencana, Sentral Sari, Sentral Timur, Singkoyo, Tanah

Abang, Rusa Kencana, Mansahang, Benteng, Samalore, dan Uwe Mea. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 2. Desa –desa yang termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Toili

No Nama Keterangan

1 Cendana Kelurahan

2. Piondo Desa

3. Bukit Jaya Desa

4. Tolisu Desa

5. Sindang Baru Desa

6. Mekar Kencana Desa

7. Marga Kencana Desa

8. Tirta Kencana Desa

9. Mulyasari Desa

10. Tirtasari Desa

11. Tirta Jaya Desa

12. Tohiti Sari Desa

13. Sari Bhuana Desa

46

14. Jaya Kencana Desa

15. Sentral Sari Desa

16. Sentral Timur Desa

17. Singkoyo Desa

18. Tanah Abang Desa

19. Rusa Kencana Desa

20. Mansahang Desa

21. Benteng Desa

22. Samalore Desa

23. Uwe Mea Desa

( Sumber : Data pemerintah Kecamatan Toili )

Kondisi tanah di wilayah Kecamatan Toili adalah potensial, hal ini dapat

di lihat dari luas areal lahan yang dipakai untuk lahan pertanian. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 3. Luas Lahan Pertanian Kecamatan Toili

Lahan Sawah dan Lahan Kering Potensial Fungsional

Luas Lahan Sawah 8.583,25 ha 3.230,75 ha

Luas Lahan Kering 5.528,50 ha 1.689,10 ha

( Sumber : Data pemerintah Kecamatan Toili )

47

4.1.3 Keadaan Sosial Ekonomi

Perkembangan sosial ekonomi masyarakat Kecamatan Toili terjadi dalam

bentuk perubahan baik kualitatif maupun kuantitatif. Sebab-sebab perkembangan

itu dapat ditinjau dari beberapa hal, antara lain pengaruh kemajuan dibidang

pendidikan yaitu dengan adanya sekolah-sekolah unggulan sampai dengan

perguruan tinggi. Perkembangan lain bisa kita lihat dengan terbukanya

komunikasi dan transportasi darat, laut, yang makin membaik sehingga

mempercepat arus informasi dari luar.

Kecamatan Toili memiliki jumlah 22 Desa dan 1 kelurahan dengan jumlah

penduduk 32.376 jiwa, dengan rincian jumlah penduduk yang berjenis kelamin

laki-laki berjumlah 16. 595 jiwa, jumlah penduduk yang berjenis kelamin

perempuan berjumlah 15. 781 jiwa, dan jumlah kepala keluarga berjumlah 8.824.

Rincian jumlah penduduk di Kecamatan Toili menurut jenis kelamin dapat

dijelaskan pada tabel berikut :

Tabel 4. Jumlah Penduduk Kecamatan Toili Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Persentase Jumlah

Laki – laki 60% 16. 595

Perempuan 40% 15. 781

Jumlah Total 32.376

( Sumber : Data olahan dari Kecamatan Toili )

Kecamatan Toili merupakan daerah yang penduduknya multi etnis atau

sangat beragam. suku bangsa yang terdapat di Kecamatan Toili di kelompokkan

menjadi dua bagian, yakni masyarakat transmigrasi yang terdiri dari Suku Sasak,

48

Bali dan Jawa. sedangkan kelompok yang satunya lagi lebih sering dipanggil

dengan Orang kampung atau tuan tanah yang terdiri dari suku banggai, saluan,

bugis, Taa dan Bajo. Adapun Objek wisata yang dapat meningkatkan pendapatan

ekonomi terletak di Kecamatan Toili adalah pantai pandanwangi dan bendungan

mantawa yang menjadi primadona bagi masyarakat Kecamatan Toili dan

pendatang.

Sumber penghasilan masyarakat di Kecamatan Toli lebih banyak pada

bidang pertanian lahan sawah dengang jumlah presentase 70 %, sedangkan 20%

dan 10% terbagi pada bidang lahan perkebunan dan perikanan. Adapun rincian

mata pencaharian dan sumber penghasilan penduduk kecamatan Toili dapat

digambarkan pada tabel berikut:

Tabel 5. Sumber Penghasilan Sebagian Besar Penduduk Menurut Desa

di Kecamatan Toili

No. Desa Sumber Penghasilan

1. Cendana (kelurahan) Pertanian Lahan Sawah

2. Piondo Pertanian Lahan Sawah

3. Bukit Jaya Pertanian Lahan Sawah

4. Tolisu Pertanian Lahan Sawah

5. Sindang Baru Pertanian Lahan Sawah

49

6. Mekar Kencana Pertanian Lahan Sawah

7. Marga Kencana Pertanian Lahan Sawah

8. Tirta Kencana Pertanian Lahan Sawah

9. Mulyasari Pertanian Lahan Sawah

10. Tirtasari Pertanian Lahan Sawah

11. Tirta Jaya Pertanian Lahan Sawah

12. Tohiti Sari Pertanian Lahan Sawah

13. Sari Bhuana Pertanian Lahan Sawah

14. Jaya Kencana Pertanian Lahan Sawah

15. Sentral Sari Pertanian Lahan Sawah

16. Sentral Timur Pertanian Lahan Sawah

17. Singkoyo Pertanian Lahan Sawah

18. Tanah Abang Perikanan

19. Rusa Kencana Lahan Perkebunan

20. Mansahang Pertanian Lahan Sawah

21. Benteng Lahan Perkebunan

50

22. Samalore Lahan Perkebunan

23. Uwe Mea Lahan Perkebunan

Keterangan :

- Luas Lahan Sawah = 8.583,25 ha

- Luas lahan perkebunan = 5.528,50 ha

( Sumber data pemerintah Kecamatan Toili )

Adapun mata pencaharian penduduk di Kecamatan Toili menurut jenis

pekerjaan dapat dibagi dalam beberapa kategori yakni, petani, pedagang,

PNS/TNI/Polri/Pensiunan, buruh dan tukang, dengan jumlah presentase dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 6. Jumlah Mata Pencaharian Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan

No. Mata Pencaharian Persentase

1. Petani 85%

2. Pedagang 4%

3. PNS/TNI/Polri/Pensiunan 3%

4. Buruh 6%

5. Tukang 2%

( Sumber data pemerintah Kecamatan Toili )

51

4.1.4 Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Toili

Pendidikan nasional adalah suatu sistem yang memuat teori praktek

pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat

bangsa yang bersangkutan guna diabdikan kepada bangsa itu untuk merealisasikan

cita-cita nasionalnya.

Pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan

menentukan teori dan pratek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan

dan dijiwai oleh flisafat bangsa Indonesia yang diabdikan demi kepentingan

bangsa dan negara Indonesia guna memperlanar mencapai cita-cita nasional

Indonesia.

Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi

peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi

itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar

pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan

menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis.

guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.

Pendidikan merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk

mengembangkan sumber daya manusia Indonesia menjadi manusia yang memiliki

ilmu pengetahuan dan tekonologi. Di samping itu pendidikan juga dapat

menghindari manusia dari kemiskinan, keterbelakangan dan lebih hidup dinamis.

Tingkat pendidikan di Kecamatan Toili dirinci menjadi beberapa kategori,

antara lain; (1) tidak / belum pernah sekolah sebanyak 120 orang, (2) tidak / tamat

SD sebanyak 72 orang, (3) SD sebanyak 13.253 orang, (4) SMP sebanyak

52

10.121orang, (5) SMA/MA/SMK sebanyak 8.118 orang, (6) Sarjana sebanyak 526

orang, (7) PASCASARJANA sebanyak 45 orang. Tingkat pendidikan penduduk

di Kecamatan Toili dapat dilihat secara rinci pada tabel di bawah ini :

Tabel 7. Tingkat Pendidikan Penduduk di Kecamatan Toili

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

1. SD 13.253 orang

2. SLTP/MTS 10.121 orang

3. SLTA/MA 8.118 orang

4. SARJANA 526 orang

5. PASCA SARJANA 45 orang

Jumlah 32.063 orang

( Sumber data pemerintah Kecamatan Toili )

Tingkat pendidikan di Kecamatan Toili sangat banyak dipengaruhi oleh

tingkat ekonomi dan pendapatan dari masyarakat. Banyak diantara masyarakat

yang ada di Kecamatan Tolili sudah memiliki kesadaran yang tinggi akan betapa

pentingnya nilai-nilai pendidikan bagi anak, hal ini terbukti dari hasil presentase

tinggat pendidikan yang sudah semakin meningkat.

53

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Perkembangan wanita Jawa di daerah transmigrasi Kecamatan Toili

Bedasarkan hasil observasi yang dilakukan ( 12 Maret 2013 ), ditemukan

bahwa awal kedatangan wanita Jawa di kecamatan Toili adalah tahun 1974

dengan keikutsertaanya dalam program transmigrasi yang dicanangkan oleh

pemerintah pusat dalam hal ini departemen transmigrasi dan tenaga kerja. Jika

dicermati perkembangan wanita Jawa di Kecamatan Toili, ada bukti kemajuan

nyata yang telah dialami. Namun ada pula cukup bukti bahwa sebahagian kecil

wanita Jawa di Kecamatan Toili belum sepenuhnya bebas dari diskriminasi,

eksploitasi, dan kekerasan.

Seperti yang diperkuat oleh pendapat Muksin ( Wawancara, 18 Maret

2013 ) bahwa masih ada pula wanita Jawa yang mengalami pelecehan, menjadi

korban kekerasan, mengalami marginalisasi baik di rumah tangga atau di tempat

kerja. Terhadap perlakuan yang tidak adil tersebut, hukum belum berpihak

sepenuhnya. Akibatnya masyarakat semakin tidak percaya pada pemerintah dan

lembaga penegak hukum. Pemerkosaan belum lama ini terjadi mempunyai makna

ganda. Pertama, hal ini menunjukkan perilaku kekerasan dari masyarakat yang

bertentangan dengan hukum. Kedua, perilaku masyarakat ini juga dapat menjadi

indikasi dari adanya ketidak percayaan masyarakat terhadap penegakan keadilan

oleh lembaga peradilan.

Sesuai wawancara dengan Moasri ( 25 Maret 2013 ) mengatakan bahwa

pada tahun 80-an di Kecamatan Toili mengalami masa perkembangan

perekonomian, karena para penduduknnya termasuk wanita Jawa sudah mulai

54

berusaha untuk meningkatkan pondasi ekonominya dengan bertumpu pada sektor

pertanian tanaman pangan dengan komoditas padi. Selanjutnya listrik di daerah ini

sudah dalam masa proses pemasangan karena masih gelap, dulu masih

menggunakan damar templek dan oblek atau lampu dinding dan lampu meja, dan

jalan-jalan sedikit-dikit mulai diberi batu dan berpasir, walaupun sebentar-

sebentar bisa berlubang lagi dan pengaspalan sering tidak merata, dan sedikit-

sedikit mulai dibangun rumah-rumah secara permanen walaupun masih sederhana

yang masih terbuat dari papan dan banyak kita jumpai sawah mereka berdekatan

dengan rumah, dan sawah banyak mulai berisi dengan padi.

Dominasi pria di Kecamatan Toili meliputi berbagai aspek kehidupan

antara lain bidang sosial, politik, sosio-kultural, religius. Dalam lingkungan

keluarga, pria menjadi kepala keluarga mempunyai kekuasaan sebagai pemberi

keputusan, sebagai pencari nafkah, jabatannya menentukan status keluarga,

penentu garis keturunan, pemimpin kerabat. Meskipun terdapat banyak perbedaan

posisi sosial wanita Jawa di Kecamatan Toili, dalam bidang pertanian, perkebunan

dan organisasi sosial tempat wanita Jawa di Kecamatan Toili mempunyai fungsi

sosial dan ekonomi yang sangat penting, dan posisi mereka sama sekali tidak

direndahkan.

Pandangan mengenai anggapan rendahnya kedudukan wanita Jawa di

kecamatan Toili awalnya disebabkan oleh karena sejak awal menurut adat tradisi

selalu ditekankan perbedaan perlakuan antara pria dan wanita, salah satunya

dalam hal pendidikan. Di kecamatan Toili bagi banyak keluarga petani, sekolah

hanya merupakan suatu hal yang baru. Anak dari keluarga petani di kecamatan

55

Toili sebahagian belum memaknai akan betapa pentingnya pendidikan. Bagi

mereka seorang anak, apalagi anak wanita hanya berkewajiban untuk membantu

orang tuanya meningkatkan ekonomi keluarga dengan melakukan pekerjaan di

sawah atau perkebunan-perkebunan swasta atau di pabrik. Akan tetapi pada

perkembangan saat ini sudah banyak wanita Jawa di kecamatan Toili yang sudah

sadar akan betapa pentingnya pendidikan, hal ini terbukti dari data yang

ditemukan di lapangan menunjukan 40% wanita Jawa di Kecamatan Toili sudah

mengecam dunia pendidikan bahkan hingga ke perguruan tinggi.

4.2.2 Peran dan kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi Kecamatan Toili dalam keluarga, masyarakat, dan organisasi

4.2.2.1 Peran dan Kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatn Toili dalam Keluarga

Berdasarkan hasil observasi ( 14 Maret 2013) peran dan kedudukan

wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili dalam keluarga sangat

nampak lebih dominan dari kaum pria, peran dan kedudukan wanita Jawa dapat

dilihat dari segala bentuk aspek aktivitas wanita Jawa dalam keluarga itu sendiri.

Hal ini seperti yang di perkuat oleh Sumiati ( wawancara, 30 Maret 2013) pada

awalnya wanita Jawa di Kecamatan Toili masih mempunyai harapan atas hasil

yang mereka terima dari ladang yang mereka usahakan meskipun hasil itu harus

dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka, yaitu kebutuhan akan makanan.

Namun, setelah lebih kurang empat tahun di lokasi, pendapatan rumah tangga dari

hasil pertanian tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan yang paling mendasar

tersebut. Hal ini disebabkan adanya gangguan alam, seperti berkurangnya

56

kesuburan tanah akibat kekeringan yang berkepanjangan dan gangguan hama

seperti babi hutan.

Hasil wawancara dengan Sumiati ( 30 Maret 2013 ) mengatakan bahwa

keadaan serba tidak pasti. Tersebut, menuntut peranan wanita Jawa di kecamatan

Toili dalam mempertahankan kelangsungan hidup rumah tangganya ditinjau dan

kedudukannya sebagai istri dan ibu bagi keluarga transmigran. Dalam

menghadapi gangguaan alam yang berakibat pada segala aspek kehidupan para

transmigran khususnya wanita Jawa di Kecamatan Toili harus bisa menyesuaikan

diri atau beradaptasi terlebih dahulu pada lingkungannya. Adaptasi ini diperlukan

agar kehidupan rumah tangga tetap tenang sehingga tercipta suasana kerasan bagi

anggota rumah tangga yang pada akhirnya juga akan berguna untuk mengurangi

rasa penyesalan karena harus meninggalkan daerah asalnya.

Untuk tetap bertahan di daerah yang baru, wanita Jawa di kecamatan Toili

melakukan berbagai pekerjaan baik pekerjaan yang bernilai ekonomis maupun

non ekonomis. Pekerjaan ekonomis mereka lakukan agar dapat membantu

ekonomi keluarga yang jika diharapkan kepada pendapatan suami saja dirasakan

tidak mencukupi, sementara pekerjaan yang tidak bernilai ekonomis dilakukan

agar kehidupan rumah tangga tetap berlangsung. Kaum wanita Jawa di kecamatan

Toili tidak lagi hanya mengerjakan pekerjaan domestik dalam keluarga, tetapi

juga sudah masuk ke dalam pekerjaan yang produktif sementara kaum pria tetap

bertahan dalam lingkungan publiknya sebagai kepala keluarga.

Sesuai wawacara dengan Sumiati ( 30 Maret 2013 ) mengatakan bahwa

untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga wanita Jawa di kecamatan Toili pada

57

umumnya bekerja sendiri, terlebih-lebih pada awal penempatan mereka karena

sewaktu berangkat ke daerah transmigrasi sebagian besar transmigran hanya

membawa istri dan anak-anak atau balita. Salah satu alasan mereka berbuat seperti

itu adalah karena anak-anak sedang dalam masa sekolah sehingga dirasakan tidak

mungkin untuk dipindahkan serta masih adanya perasaan ragu apakah di daerah

yang baru nantinya mereka dapat membiayai kebutuhan keluarga jika mempunyai

tanggungan yang lebih besar.

Pekerjaan rumah tangga yang lakukan wanita Jawa di kecamatan Toili

antara lain, mengasuh anak, memasak, mencuci, membersihkan rumah,

mengambil air dan mencari kayu bakar. Disamping mengerjakan pekerjaan

rumah tangga, wanita Jawa di kecamatan Toili juga membantu pekerjaan suami di

ladang. Sebagai daerah baru tenaga wanita sangat dibutuhkan untuk membantu

pekerjaan di ladang, Wanita Jawa di kecamatan Toili merupakan tenaga inti

selain tenaga suami. Wanita Jawa di kecamatan Toili melakukan pekerjaan

hampir sama dengan yang dilakukan oleh suami, yaitu ikut membakar pohon yang

sudah mati, mencangkul ladang, menanam, menyiang hingga memanen hasil.

Hasil wawancara dengan Sumiati ( 30 Maret 2013 ) mengatakan bahwa

pekerjaan di ladang ini dilakukan oleh wanita Jawa di kecamatan Toili setelah

mereka menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Bahkan tidak jarang mereka

melakukan lebih dari satu pekerjaan sekaligus seperti mengasuh anak sambil

bertanam. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa wanita Jawa di daerah

transmigrasi kecamatan Toili berperan ganda dan bahkan lebih.

58

Keadaan seperti ini terus berlanjut hingga sekarang. Pada saat penghasilan

dari lahan pertanian sudah semakin sedikit, maka wanita Jawa di kecamatan Toili

mulai mencari strategi lain untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya

misalnya dengan berjualan barang-barang kebutuhan sehari-hari, membuat atap

rumah dan membuat tahu. Peranan wanita Jawa di kecamatan Toili dalam

perekonomian rumah. tangga terbukti relatif besar. Meskipun dalam rumah tangga

wanita Jawa di kecamatan Toili juga menyumbangkan penghasilan mereka tetap

dianggap hanya membantu suami dalam mencari nafkah.

Pengambilan keputusan dalam rumah tangga masih didominasi oleh

suami. Dominasi suami atas pengeluaran rumah tangga diperlihatkan dari wanita

Jawa di kecamatan Toili yang menyatakan bahwa mereka harus meminta izin

terlebih dahulu jika akan mengeluarkan uang dalam jumlah relatif besar. Keadaan

ini semakin dikuatkan dengan adanya anggapan bahwa keikutsertaan istri dalam

bekerja hanyalah disebabkan oleh situasi pada saat itu yang memungkinkan

wanita Jawa di kecamatan Toili untuk bekerja.

Hasil observasi ( 14 Maret 2013 ) menemukan saat ini wanita Jawa di

kecamatan Toili banyak yang bekerja sebagai buruh di perusahaan perkebunan

kelapa sawit yang bernaung di bawah perusahaan PT. Kurnia Luwuk Sejati.

Wanita Jawa di kecamatan Toili masuk dalam pekerjaan ini karena semakin

menyempitnya peluang bagi mereka untuk dapat membantu ekonomi keluarga.

Sebagai buruh wanita Jawa di kecamatan Toili di upah dengan sistem upah harian.

Pekerjaan rutin yang dilakukan oleh wanita Jawa di kecamatan Toili adalah

sebagai berikut: mereka biasanya meninggalkan rumah pada pukul enam pagi

59

setelah menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dan kembali ke rumah pada pukul

empat sore.

Setelah pulang ke rumah mereka juga harus mengerjakan pekerjaan rumah

tangga seperti memasak dan mengajar anak. Pendapatan yang relatif tetap dari

pekerjaan ini menjadikan wanita Jawa di kecamatan Toili bertahan dengan

kondisi yang demikian itu. Bekerja sebagai buruh dapat dilakukan oleh wanita

Jawa di kecamatan Toili sendiri maupun bersama-sama, namun pekerjaan rumah

tangga tetap dikerjakan oleh istri.

Ngatminah mengatakan ( wawancara, 11 April 2013 ) bahwa peranan

wanita Jawa di kecamatan Toili dalam keluarga dalam membantu suami

mencukupi kebutuhan hidup keluarga relatif berimbang. Begitu pula curahan

waktu kerja mereka relatif berimbang dengan suami mereka. Bahkan, lebih dari

itu wanita Jawa di kecamatan Toili juga harus memainkan peranan yang

berhubungan dengan kegiatan sosial dilingkungan masyarakatnya.

Kesemuanya ini dilakukan untuk menciptakan rasa kerasan berada di

daerah baru karena secara psikologis mereka telah terlepas dari ikatan-ikatan

tradisional yang biasanya mengikat mereka, yaitu jauh dari keluarga dan jauh dari

sanak famili. Keberhasilan wanita Jawa daerah transmigasi kecamatan Toili

sangat ditentukan dari kesiapan mereka dalam menghadapi kehidupan di daerah

baru. Namun, secara teknis sering kali dalam keberangkatan ke daerah yang baru

wanita Jawa belum dipersiapkan secara baik sebagaimana hal itu dilakukan

terhadap laki-laki.

60

Ketidaksiapan wanita Jawa daerah transmigasi kecamatan Toili

menghadapi situasi dan kondisi di daerah yang baru sering kali menjadi pemicu

para transmigran itu untuk kembali ke daerah asalnya setelah mencoba untuk tetap

bertahan selama beberapa waktu. Wanita Jawa daerah transmigasi kecamatan

Toili yang tidak siap akan merasa kecewa dan terasing, sehingga tidak

mempunyai harapan untuk dapat terus bertahan. Peluang lain tidak dapat mereka

temukan sementara pendapatan keluarga yang diupayakan oleh suami tidak

mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Namun, keadaan

sebaliknya terjadi pada mereka yang dapat menyesuaikan diri dan beradaptasi

dengan lingkungannya akan tetap bertahan. Salah satu pendorong bagi Wanita

Jawa daerah transmigasi kecamatan Toili untuk tetap bertahan adalah karena di

daerah yang baru mereka mempunyai tanah sementara di daerah asal hal itu sudah

tidak memungkinkan lagi.

Tabel 8. Prosentase peran dan kedudukan pria dan wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili dalam keluarga

No

Peran dan Kedudukan Dalam Keluarga

Pengambilan Keputusan

Ekonomi Keluarga

Pendidikan Anak

1 Pria Jawa 90% 40% 40%

2 Wanita Jawa 10% 60% 60%

Sumber : Data olahan dari hasil observasi dan wawancara

61

Hasil wawancara dengan Sumiati (wawancara, 30 Maret 2013)

mengatakan bahwa ternyata ada kriteria laki-laki Jawa dalam memilih wanita

Jawa ideal yang dapat dijadikan istri. Walaupun seiring waktu, kriteria-kriteria ini

sudah jarang digunakan sebagai patokan baku. Berikut ini adalah beberapa

kriterianya:

1. Kusuma Wicitra.

Ibaratnya bunga mekar yang sangat mempesona, yang siap untuk dipetik.

Wanita yang ideal sebaiknya mempersiapkan dirinya dengan ilmu

pengetahuan dan agama, mengharumkan dirinya dengan perbuatan baik,

menjaga kehormatan dan kesucian dirinya.

2. Padma Sari.

Ibaratnya bunga teratai yang sedang mekar di kolam. Bunga teratai dalam

budaya Jawa merupakan simbul kemesraan, sehingga yang dimaksudkan

dengan wanita ideal dalam konsep ini adalah wanita cantik yang penuh

kasih mesra hanya bila bersama dengan suaminya.

3. Sri Pagulingan.

Ibaratnya cahaya yang sangat indah di peraduan/singgasana raja. Wanita

yang ideal sebaiknya tidak hanya cantik jasmaninya, namun juga dapat

mempersembahkan dan menunjukkan kecantikannya hanya kepada

suaminya ketika berolah asmara di peraduan.

4. Sri Tumurun.

Ibaratnya bidadari nirwana yang turun ke dunia. Wanita yang ideal

sebaiknya cantik raga dan jiwanya. Ini dibuktikan dengan kesediannya

62

untuk “turun”, berinteraksi dengan rakyat jelata, kaum yang terpinggirkan

untuk menebarkan cahaya cinta dan berbagi kasih.

5. Sesotya Sinangling.

Ibaratnya intan yang amat indah, berkilauan. Wanita yang ideal sebaiknya

selalu dapat menjadi perhiasan hanya bagi suaminya, sehingga dapat

memperindah dan mencerahkan hidup dan masa depan suaminya, juga

keluarganya.

6. Traju Mas.

Ibaratnya alat untuk menimbang emas. Ini merupakan simbol wanita setia

yang selalu dapat memberikan saran, pertimbangan, nasihat, demi

terciptanya keluarga yang sakinah.

7. Gedhong Kencana.

Ibaratnya gedung atau rumah yang terbuat dari emas, dan berhiaskan

emas. Ini merupakan simbol wanita yang berhati teduh dan berjiwa teguh

sehingga dapat memberikan kehangatan dan kedamaian bagi suami dan

keluarganya.

8. Sawur Sari.

Ibaratnya bunga yang harum semerbak. Wanita yang ideal sebaiknya

dikenal karena kebaikan hatinya, keluhuran budi pekertinya, kehalusan

perasaannya, keluasan ilmunya, kemuliaan akhlaknya. Kecantikan fisik

dan kekayaan harta yang dimiliki wanita hanya sebagai pelengkap, bukan

syarat mutlak seorang wanita ideal.

63

9. Pandhan Kanginan.

Ibaratnya pandhan wangi yang tertiup angin. Ini merupakan simbol wanita

yang amat menggairahkan, menawan, dan memikat hati. Dapat dilukiskan sebagai

tinggi semampai, berparas cantik, berkulit kuning langsat, berbibir merah alami,

berpayudara montok, murah senyum, tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus,

dapat memberikan keturunan.

4.2.2.2 Peran dan Kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatn Toili dalam masyarakat

Sesuai dengan hasil wawancara dengan ( Ngatminah, 11 April 2013 )

wanita Jawa di daerah tranmigrasi kecamatan Toili tidak mengalami kesulitan

yang berarti dalam bermasyarakat. Hal ini dalam artian penyesuaian diri wanita

Jawa terhadap sesama penduduk atau peserta yang mengikuti program

transmigrasi. Wanita Jawa di kecamatan Toili hanya mengalami kesulitan dengan

bahasa daerah setempat, apalagi peserta yang berasal dari luar Sulawesi. Tetapi

lambat laun dan seiring berjalannya waktu semua kesulitan itu dapat teratasi oleh

wanita Jawa karena sifat kekeluargaan. Wanita Jawa di kecamatan Toili menjadi

kebingungan untuk memahami bahasa itu, tapi yang sering kali kita temukan

adalah interaksi antara orang Jawa dan pribumi lambat laun ada orang pribumi

bisa bahasa Jawa karena akibat pergaulannya dengan orang Jawa, dan orang Jawa

bisa menggunakan bahasa daerah masyarakat pribumi.

Berdasarkan hasil observasi ( 14 Maret 2013 ) ditemukan adanya kerja

sama wanita Jawa di kecamatan Toili yang terjalin antara penduduk sesama

transmigrasi dan pribumi dalam masyarakat adalah gotong royong pembersihan

jalan yang sering berumput dan pembangunan jalan yang sering berlubang.

64

Mereka juga bergotong royong dalam pembangunan tempat ibadah dan mereka

akan saling bahu membahu dalam bergotong-royong, dan jika ada hajatan

terutama orang Jawa dengan adatnnya yang sangat kental sekali, dan mereka tidak

akan meninggalkan tradisi yang sudah melekat sejak jaman nenek moyang

mereka, kerja sama yang terjalin yaitu menggarap persawahan dengan warga-

warga setempat.

Hasil wawancara dengan Muksin ( 18 Maret 2013 ) bahwa wanita Jawa di

kecamatan Toili dalam masyarakat hampir tidak perna ada konflik fisik yang

terjadi hanya konflik non fisik yang terjadi seperti perbedaan pendapat yang

terjadi dalam suatu musyawarah yang dilakukan. Contohnnya dalam musyawarah

pemilihan kepala desa, pembentukan struktur organisasi, ,misalnnya organisasi

dalam masyarakat untuk pembentukan kelompok tani, pembagian lahan, untuk

sejumlah warga untuk membuat perumahan dan musyawarah lainnya.

Lebih tegas lagi Muksin ( wawancara, 18 Maret 2013 ) menyatakan bahwa

asimilasi wanita Jawa di kecamatan toili dan masyarakat pribumi telah terjadi

pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnnya ciri khas kebudayaan

asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Suatu asimilasi wanita Jawa di

kecamatan Toili dan masyarakat pribumi ditandai oleh usaha-usaha mengurangi

perbedaan antara orang atau kelompok, untuk mengurangi perbedaan itu, asimilasi

meliputi usaha-usaha mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan

memperhatikan kepentingan serta tujuan bersama.

Hasil wawancara dengan Afrida Irmaika ( 8 April 2013 ) asimilasi yang

terjadi dikalangan wanita Jawa di kecamatan Toili antara lain: Percampuran

65

budaya/tradisi etos kerja Jawa yang digabung dengan budaya/tradisi pribumi yang

akan membentuk sehingga sebagian akan meninggalkan tradisi yang asli. Yaitu

budaya/tradisi etos kerja orang pribumi yang masih ada didaerah itu akibat

bercampur dengan budaya Jawa sehingga sebagian meninggalkan kebudayaan

aslinya.

Dijelaskan oleh Afrida Irmaika, ( wawancara, 8 April 2013 ) bahwa wanita

Jawa di Kecamatan Toili telah mengalami perkawinan campuran antara suku-suku

Jawa dengan penduduk pribumi itu sendiri. Pada awalnnya memang masih kental

terasa kesukuannya dan masing-masing berkeras untuk tidak menikah dengan

suku lain. Tetapi lambat laun dan seiring berjalannya waktu semua itu sekarang

sudah berubah. Disini terlihat bahwa wanita Jawa yang ada di kecamatan Toili

cukup terbuka dengan suku lain, mereka tidak melarang anak-anak mereka

menikah dengan warga yang berasal dari suku lain. Hal tersebut menjadikan

hubungan antar suku semakin erat, serta interaksi antara kedua belah pihak

semakin lancar karena mereka saling menghargai. Perkawinan campuran ini

merupakan cara mereka beradaptasi dengan lingkungan sekitar .

Hasil observasi ( 15 Maret 2013 ) ditemukan bahwa telah terjadi

komunikasi yang jelas dan lancar antara wanita Jawa yang ada di kecamatan Toili

terhadap kelompok-kelompok atau suku yang lain dengan kebudayaan yang

berbeda. Sebagai contoh bila yang muslim merayakaan idul fitri pasti yang non-

muslim akan berkunjung kerumah yang muslim dan begitu pula sebaliknya. Selain

itu toleransi yang terjadi dikampung yaitu, bila ada acara selamatan atau acara

pengantenan antara orang Jawa dan orang kampung pasti saling membantu dalam

66

mempersiapkan semua bahan-bahan makanan dan apa yang dibutuhkan pasti

mereka saling membantu, walaupun mereka berbeda bahasa dan tradisi mereka

hapal dengan bahasa yang digunakan satu sama lainnya

Selain itu wanita Jawa di kecamatan Toili telah melakukan interaksi atau

bersosialisasi dengan peserta lain dari luar daerah atau penduduk setempat,

mereka saling bertukar pengalaman saling bahu membahu melakukan berbagai

aktivitas sehingga rasa kekerabatan mereka semakin erat satu sama lainnya

termasuk wanita Jawa itu sendiri. Dengan demikian masalah yang di hadapi di

kecamatan Toili akan dapat di selesaikan dengan mudah secara bersama dan

mereka saling mengenal, mereka pun melakukan percampuran kebudayaan

dengan perkawinan campuran misalnnya antara orang pribumi dengan orang Jawa

walaupun mereka belum tau bahasa masing-masing mereka berbeda prinsip dan

perbedaan adat istiadat.

Tabel 9. Prosentase peran dan kedudukan wanita di daerah transmigrasi kecamatan Toili dalam masyarakat

No

Peran dan

Kedudukan Dalam Masyarakat

Prosentase Peran dan Kedudukan Dalam Masyarakat

Keterangan

1 Wanita Pribumi 20% -

2 Wanita Jawa 50% -

3 Wanita Bali 20% -

Wanita Bugis 10% -

Sumber : Data olahan dari hasil observasi dan wawancara

67

4.2.2.3 Peran dan Kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatn Toili dalam organisasi

Hasil observasi (17 Maret 2013) ditemukan bahwa wanita Jawa

memegang peranan penting dalam pembangunan di Kecamatan Toili. Saat ini

tidak sedikit pembangunan yang mendapat dukungan dari wanita. Dengan

jumlah yang demikian banyak, pantas bila wanita Jawa dan wanita dari suku-

suku lain dijadikan salah satu komponen pembangunan desa di Kecamatan

Toili.

Hasil observasi di atas diperkuat oleh wawancara dengan Ngatminah (

11 April 2013 ) bahwa peran wanita Jawa dalam pembangunan desa di

Kecamatan Toili sangat besar dan merupakan aset desa yang potensial dan

kontributor yang signifikan dalam pembanguan desa baik sebagai agen

perubahan maupun subjek pembangunan.

Pembinaan kelembagaan dan organisasi wanita di Kecamatan Toili

dilakukan untuk memantapkan fungsinya dalam berpartisipasi dalam

pembangunan. Pembinaan ini antara lain mencakup pembinaan kelompok PKK,

kelompok wanita tani ( KWT) dan PNPM Mandiri. Di samping itu, terus

dilanjutkan kegiatan-kegiatan yang mendukung perencanaan pembangunan

yang berwawasan gender, dan partisipasi wanita dalam berbagai kegiatan di

kecamatan Toili.

Hasil wawancara dengan Afrida Irmaika, ( wawancara, 8 April 2013 )

menjelaskan bahwa kegiatan wanita Jawa di kecamatan Toili dalam organisasi

diselenggarakan melalui kelompok pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK).

68

Kelompok PKK telah mencakup seluruh desa dan kelurahan yang ada di

Kecamatan Toili. Sementara itu, jumlah organisasi wanita selain PKK sudah

semakin bertambah, ini membuktikan bahwa kesadaran wanita Jawa di

Kecamatan Toili dalam mengasah kemampuan berorganisasi sudah semakin

meningkat. Peningkatan peranan wanita Jawa dalam pembangunan di Kecamatan

Toili perlu adanya tindak lanjut yang berkesinambungan dan tidak

mengesampingkan kodrat wanita sebagaimana mestinya sebagai ibu rumah

tangga.

Sebagai bagian dari kegiatan pemantauan dan evaluasi program

peningkatan peranan wanita di kecamatan Toili dilakukan lokakarya yang bertujuan

untuk memberikan kesamaan persepsi bagi perencana tingkat desa dan kecamatan,

agar dalam merencanakan dan melaporkan kegiatan pembangunan hendaknya

menggunakan data-data statistik yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.

Kesepakatan yang dihasilkan dalam lokakarya tersebut dituangkan dalam bentuk

implementasi kemasyarakat di setiap desa yang ada di kecamatan Toili.

Selanjutnya, untuk mendukung perencanaan pembangunan yang berwawasan,

pada tahun 2012 telah disusun pedoman pelatihan perencanaan yang melibatkan

dinas peternakan Kabupaten Banggai. Di samping itu, pada tahun yang sama akan

dilakukan pelatihan penyuluh pertanian bagi organisasi kelompok tani dibawah

binaan Departemen Pertanian Kabupaten Banggai.

Tidak dapat dipungkiri bahwa selain wanita Jawa yang ada di kecamatan

Toili ada juga peran wanita dari suku-suku lain, sebab dari keseluruhan wanita

yang ada di kecamatan Toili memiliki kompetensi dan kemauan untuk

69

berkembang. Hal ini sangatlah dibutuhkan dalam proses pembangunan yang

berkesinambungan di kecamatan Toili itu sendiri.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Perkembangan wanita Jawa di daerah transmigrasi Kecamatan Toili

Transmigrasi pada dasarnya merupakan pembangunan wilayah dalam

rangka peningkatan taraf hidup serta pemanfaatan sumber daya alam dan manusia

dalam menciptakan kesatuan dan persatuan bangsa melalui program terpadu dan

lintas sektoral. Menurut undang-undang nomor 3 tahun 1972 tentang ketentuan-

ketentuan pokok transmigrasi, yang dimaksud transmigrasi adalah pemindahan

atau kepindahan penduduk dari satu daerah untuk menetap kedaerah lain yang

ditetapkan dalam wilayah republik Indonesia guna kepentingan pembangunan

Negara atau atas alasan-alasan yang dipandang perlu oleh pemerintah berdasarkan

ketentuan-ketentuan yang diatur oleh undang-undang.

Perkembangannya semenjak masih bernama kolonialisme di zaman

pemerintahan Hindia Belanda, zaman kemerdekaan dan tahap-tahap awal repelita

kebijakan transmigrasi lebih bersifat demografi sentris. Indonesia adalah Negara

yang subur dan memiliki banyak kekayaan yang melimpah. potensi

keanekaragaman hayati tersebut merupakan salah satu yang terbesar di dunia

setelah Zaire dan Brazil. Kekayaan sumber daya alam ini adalah anugerah dari

sang pencipta yang harus bisa dimanfaatkan seefesien mungkin sebesar-besarnya

untuk kemakmuran rakyat. Untuk dapat memanfaatkan kekayaan alam yang

melimpah tersebut, pasti diperlukan sumber daya manusia yang melimpah pula.

70

Menurut Petrice Levang ( 202:10) pola transmigrasi sebenarnnya sudah cukup lama di kenal oleh bangsa Indonesia. Menurut sejarah, program transmigrasi awalnnya di selenggarakan oleh pemerintah kolonial Belanda pada masa penjajahan dengan nama kolonialisasi pertanian. Pada masa itu secara tidak langsung pemerintahan kolonial belanda telah menerapkan pola transmigrasi dengan membawa banyak orang pribumi untuk melakukan ekspansi ke pulau-pulau yang memiliki potensi sumber daya alam yang besar seperti sumatera dan Kalimantan.orang-orang pribumi tersebut pada awalnnya pekerja sebagai petani di daerah asalnya. Atau tukang pembantu untuk menjagakan kebun karet merawat dan membersihkan.

Penyelenggaraan transmigrasi menurut undang-undang Nomor 15 tahun

1997 tentang ketransmigrasian bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

transmigran dan masyarakat sekitarnya, serta meningkatkan dan melakukan

pemerataan pembangunan di daerah dan juga memperkukuh persatuan dan

kesatuan bangsa.

Menurut (CIDA,1997) berbicara mengenai konsep perempuan dan pengambilan keputusan akan sangat berbeda dengan berbicara mengenai konsep perempuan, kemiskinan, dan pengambilan keputusan. Persoalan perempuan miskin tidak hanya terkait dengan ketidaksetaraan relasi gender antara laki-laki dan perempuan ,tetapi juga ketidaksetaraan relasi kekuasaan antara kelompok miskin dan kelompok yang lebih kuat. Bagi perempuan miskin, persoalan kemiskinan secara ekonomi seringkali meminggirkan persoalan-persoalan gender menjadi sesuatu yang dinilai wajar karena ada beban-beban persoalan yang dianggap lebih berat, yaitu kemiskinan itu sendiri. Fenomenafenomena tersebut tampak nyata terutama dalam studi-studi mikro yang dilakukan mengenai kehidupan petani, pengusaha kecil, dan buruh. Proses kapitalisasi yang masuk ke sendi-sendi kehidupan masyarakat telah membebani kelompok miskin yang sejak semula memang hampir tidak memiliki posisi tawar.

Pada awal tahun 1974 Kecamatan Toili adalah salah satu daerah yang

memiliki jumlah penduduk yang terkecil dibandingkan daerah lain di Kabupaten

Banggai, pertumbuham pembangunannya masih kecil dan perekonomian masih

belum berkembang, maka oleh karena itu pemerintah pusat atau Departemen

71

Transmigrasi dan Tenaga Kerja di putuskanlah untuk membangun daerah

transmigrasi.

Selain karena kurangnnya jumlah penduduk di Kecamatan Toili, yang

menjadi alasan pemerintah daerah untuk menjadikan kecamatan Toili sebagai

tujuan transmigrasi, alasan pemerintah daerah untuk menjadikan Kecamatan Toili

sebagai tujuan transmigrsi, karena tempatnnya dipedalaman sangat

menguntungkan bagi pertanian, jenis tanamamn yang ditanam bermacam-macam,

dan juga jarang penduduknnya. Unit pemukiman transmigrasi Kecamatan Toili

sangat banyak lahan kosong dan tanaman hutan.

Latar belakang awal pembentukan unit pemukiman transmigrasi di

Kecamatan Toili disebabkan karena banyak sumber daya alam dan lahan yang

sangat berpotensi tetapi belum dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk

kepentingan daerah dan masih sangat kecil perekonomiannya karena daerahnnya

yang masih tergolong wilayah terpencil.

Jika dicermati perkembangan wanita Jawa di Kecamatan Toili, ada bukti

kemajuan nyata yang telah dialami. Namun ada pula cukup bukti bahwa sebagian

kecil wanita Jawa di Kecamatan Toili belum sepenuhnya bebas dari diskriminasi,

eksploitasi, dan kekerasan. Masih ada pula wanita Jawa yang mengalami

pelecehan, menjadi korban kekerasan, mengalami marginalisasi baik di rumah

tangga atau di tempat kerja. Terhadap perlakuan yang tidak adil tersebut, hukum

belum berpihak sepenuhnya. Akibatnya masyarakat semakin tidak percaya pada

pemerintah dan lembaga penegak hukum. Pemerkosaan belum lama ini terjadi

mempunyai makna ganda. Pertama, hal ini menunjukkan perilaku kekerasan dari

72

masyarakat yang bertentangan dengan hukum. Kedua, perilaku masyarakat ini

juga dapat menjadi indikasi dari adanya ketidak percayaan masyarakat

pemerintah.

Wanita Jawa yang ada di Kecamatan Toili seperti juga laki-laki, adalah

warga negara, dengan hak-hak kewarga negaraan yang sama. Tidak boleh ada

diskriminasi oleh negara karena perbedaan jenis kelamin, seperti juga tidak

dibenarkan adanya diskriminasi karena perbedaan agama, suku, bahasa, kelas

ekonomi, dan sebagainya, karena hal ini bertentangan dengan prinsip-prinsip

demokrasi dan hak-hak asasi manusia yang universal.

Inilah prinsip yang dikhotbahkan para penganjur demokrasi, tapi yang

hingga sekarang masih merupakan tanda tanya. Pengingkaran hak-hak

kewarganegaraan karena perbedaan alami atau sosial ini masih terjadi di banyak

bagian dunia. Oleh sebab itu perlu adanya gerakan baru untuk dijadikan sebagai

momentum untuk melakukan revitalisasi terhadap perjuangan kesetaraan gender

yang ada di Kecamatan Toili. Upaya seperti ini perlu diletakkan dalam konteks

keadilan sosial yang lebih luas, yaitu membebaskan manusia dari segala bentuk

diskriminasi atas dasar jenis kelamin, suku, atau agama.

Ketimpangan gender tidak hanya menjadi masalah perempuan, tetapi

masalah semua anak bangsa. Demikian juga masyarakat yang berkeadilan gender

tidak hanya akan menguntungkan wanita Jawa di Kecamatan Toili, tetapi juga

laki-laki, karena majunya wanita Jawa di Kecamatan Toili akan menjadi variabel

penting dari kemajuan masyarakat secara keseluruhan, laki-laki dan Wanita.

73

Berdasarkan deskripsi di atas maka ada beberapa hal yang perlu digaris

bawahi dan menjadi solusi dari berbagai persoalan tentang wanita Jawa di

kecamatan Toili sebagai berikut :

1. Menghilangkan diskriminasi antara pria dan wanita dalam hal peran dan

kedudukannya.

2. Perlu adanya sosialisai terhadap pentingnya dunia pendidikan bagi semua

pria dan wanita di kecamatan Toili

3. Memberikan kesempatan kepada wanita Jawa di kecamatan Toili untuk

mengecam pendidikan yang lebih tinggi.

4.3.2 Peran dan kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili dalam keluarga, masyarakat, dan organisasi

4.3.2.1 Peran dan kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili dalam keluarga

Wanita memiliki potensi yang besar untuk berkiprah dalam pembangunan

di pedesaan. Anggapan bahwa kaum perempuan selayaknya mengurus rumah

tangga dan keluarga, sementara kaum pria diharapkan lebih banyak berperan di

sektor publik, ditepis oleh Elizabeth (2007:126) yang menyatakan bahwa :

Perempuan sekarang tidak lagi menjadi teman hidup saja atau mengurus rumah tangga, tetapi ikut serta dalam menciptakan ketahanan ekonomi rumah tangganya. peran perempuan dalam menopang kehidupan dan penghidupan keluarga semakin nyata. Mereka tidak saja bekerja mengurus keluarga tetapi sudah banyak yang bekerja di luar rumah sebagai pekerja di sektor formal maupun informal. Dari sisi jumlah, menunjukkan 50% dari total penduduk Indonesia adalah perempuan, lebih dari 70% perempuan (sekitar 82,6 juta orang) berada di perdesaan dan 55% diantaranya hidup dari pertanian.

Transmigran pada umumnya memiliki pendapatan yang terbatas.

Keikutsertaan perempuan dalam kegiatan mencari nafkah seringkali karena

74

pendapatan suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dan

memenuhi kekurangan tenaga kerja.

Menurut Kimtrans (7: 2009) data empiris di lapangan menunjukkan bahwa banyak perempuan di Permukiman Transmigrasi yang bekerja di lahan usaha untuk memenuhi kekurangan tenaga kerja keluarga di lahan pekarangan maupun di lahan usaha.

Adapun jenis pekerjaan wanita Jawa di kecamatan Toili diantaranya,

penanaman, penyiangan, panen dan pasca panen. Jika pengolahan lahan dilakukan

secara gotong royong, wanita Jawa di kecamatan Toili tetap mempunyai peranan

sebagai penyumbang tenaga kerja tidak langsung, seperti menyediakan makanan

dan minuman bagi pekerja. Di perkebunan kelapa sawit, wanita Jawa di

kecamatan Toili umumnya bekerja di bidang pembibitan dengan memperoleh

imbalan berupa upah.

Keterlibatan perempuan dalam mencari nafkah dapat memberikan

kontribusi bagi pendapatan keluarga, tetapi sekaligus menyebabkan waktu yang

dicurahkan untuk kegiatan rumah tangga dan kehidupan sosial di luar rumah

semakin berkurang sehingga diperlukan pembagian waktu yang memungkinkan

keduanya dapat berjalan tanpa ada yang harus dikorbankan. Oleh karena itu,

diperlukan penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi waktu

kerja dan kontribusi perempuan terhadap pendapatan keluarga.

Peran dan kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili

dalam keluarga sangat menonjol, hal ini disebabkan karena peran ganda wanita

Jawa itu sendiri. adapaun peran ganda wanita Jawa di kecamatan Toili dalam

keluarga adalah : pertama, sebagai ibu rumah tangga dalam mengurus segala

75

bentuk aktivitas dalam keluarga. kedua, sebagai patner suami dalam hal

memenuhi kebutuhan ekonomi keluagra.

Peran yang di jalankan oleh para wanita Jawa di kecamatan Toili ini tidak

terlepas dari adanya dukungan sosial baik dukungan dari lingkungan keluarga

maupun lingkungan tempatnya bekerja. Dukungan sosial dapat berpengaruh

positif terhadap individu. Dukungan sosial juga menjadi alasan mengapa wanita

memilih untuk tetap berada dalam peran gandanya ini. Dukungan sosial dapat

didefinisikan sebagai tersedianya hubungan yang didalamnya terkandung isi

pemberitahuan bantuan.

Dukungan sosial dapat berasal dari suami, teman seprofesi maupun

keluarga inti yang dapat memberi kontribusi pada keluarga. Pengertian keluarga

dalam hal ini memegang peranan yang sangat penting. Dukungan suami dan anak-

anak berpengaruh besar bagi mereka yang memutuskan untuk terus berkarir.

Semua tampaknya kembali pada dasar pemikiran tentang konsep rasa bahagia

bagi wanita. Apakah rasa bahagia itu ada dalam keluarga atau pekerjaan.

Alangkah baiknya bila kedua hal tersebut berjalan seimbang. Sehingga, ungkapan

''be a woman'' yang menekankan agar seorang wanita dapat menjalankan

perannya dengan sungguh-sungguh dapat terwujudnya, karir, keluarga, dan anak-

anak dapat menjadi wujud yang harmonis dalam diri seorang wanita.

76

4.3.2.2 Peran dan kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili dalam masyarakat

Peningkatan peranan wanita Jawa di kecamatan Toili dalam

masyarakat dimaksudkan untuk menciptakan kemitrasejajaran pria dan

wanita dalam kehidupan berkeluarga maupun bermasyarakat. Peran wanita

dalam masyarakat dilakukan melalui peningkatan berbagai aktivitas wanita di

berbagai sektor pembangunan.

Peran dan kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili

dalam masyarakat nampak dari beberapa hal sebagai berikut :

1. Interaksi dengan wanita-wanita lain di kecamatan Toili, gotong royong

dalam pembersihan jalan yang sering berumput dan pembangunan

jalan yang sering berlubang.

2. Bergotong royong dengan kaum pria dalam pembangunan tempat

ibadah dan mereka akan saling bahu membahu dalam kerja.

3. Membantu masyarakat dalam menggarap persawahan dengan warga-

warga setempat.

4. Ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan keagamaan.

Wanita Jawa di kecamatan Toili dalam masyarakat hampir tidak pernah

ada konflik fisik yang terjadi hanya konflik non fisik yang terjadi seperti

perbedaan pendapat yang terjadi dalam suatu musyawarah yang dilakukan.

Contohnnya dalam musyawarah pemilihan kepala desa, pembentukan struktur

organisasi, ,misalnnya organisasi dalam masyarakat untuk pembentukan

kelompok tani, pembagian lahan, untuk sejumlah warga untuk membuat

perumahan dan musawarah lainnya.

77

Peningkatan partisipasi wanita Jawa di kecamatan Toili dalam

pembangunan dapat berhasil bila pengertian akan makna kemitrasejajaran pria

dan wanita dapat dipahami dan diterima oleh masyarakat secara keseluruhan

serta didukung oleh iklim sosial budaya yang mendorong kemajuan wanita Jawa

di kecamatan Toili. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan berbagai

kegiatan yang mencakup penataan hukum dan perundang-undangan dan

kegiatan komunikasi, informasi, sosialisasi mengenai jender, dan sosialisasi

tentang pendidikan.

4.3.2.3 Peran dan kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili dalam organisasi

Kontribusi peran dan kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi

kecamatan Toili dalam organisasi sangatlah berimbang dengan kontribusi wanita-

wanita dari berbagai macam suku di kecamatan Toili seperti, wanita pribumi,

wanita Bali, wanita Bugis. Keikutsertaan wanita Jawa di kecamatan Toli adalah

sebuah bukti bahwa selain berperan dalam keluarga, masayarakat wanita Jawa

juga mampu berkecimpung dalam berbagai macam organisasi kewanitaan di

kecamatan Toili.

Adapun bentuk peran dan kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi

kecamatan Toili dalam organisasi adalah sebagai berikut :

1. Pembinaan kelompok PKK di kecamatan Toili.

2. Ikut serta dalam kelompok wanita tani (KWT).

3. Ikut serta dalam pengelolaan PNPM Mandiri.

78

Bentuk peran dan kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi seperti

yang telah disebutkan di atas tidak lepas dari dukungan pemerintah kecamatan

Toili itu sendiri, akan tetapi dari deskripsi itu sendiri ada beberapa permasalahan

yang seharusnya mendapat soilusi dari pihak pemerintah. Adapaun permasalahan

yang dihadapi dalam pengembangan organisasi wanita di kecamatan Toili adalah

sebagai berikut :

1. Kurangnya sumber daya wanita yang paham akan tugas dan fungsi

dalam berorganisasi.

2. Kurangnya wadah organisasi yang dapat mengasah jiwa berorganisasi

wanita di kecamatan Toili.

3. Adanya asumsi dalam masyarakat yang mengatakan bahwa kodrat

wanita adalah sebagai ibu rumah tangga bukan yang lain-lain.

Berbagai permasalahan yang telah disebutkan, sangatlah perlu untuk

pemerintah kecamatan Toili mencari solusinya. Adapun tawaran solusi dari

masalah yang telah disebutkan di atas adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan sumber daya wanita dengan cara memberi pemahaman

kepada masyarakat akan betapa pentingnya dunia pendidikan bagi

wanita di kecamatan Toili.

2. Membentuk dan menambah wadah-wadah organisasi kewanitaan yang

ada di kecamatan Toili.

3. Memberikan sosialisasi tentang gender dan pentingnya emansipasi

wanita kepada masyarakat di kecamatan Toili.

79

4.4 Pokok Temuan

Deskripsi yang telah di uraikan di atas sangatlah jelas bahwa segala bentuk

aktivitas yang dilakukan oleh wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili

sangat berbanding seimbang dengan segala aktivitas yang dilakukan oleh para pria

yang ada di kecamatan Toili.

Adapun beberapa hal yang menjadi pokok temuan dalam penelitian

tentang aktivitas wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili adalah :

Pertama, bahwa aktivitas wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili

lebih banyak bergerak disektor pertanian, perkebunan, dan perdagangan. Adapun

aktivitas wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili disektor pertanian

yakni lebih banyak terlibat dalam hal tandor atau menanam bibit, maton atau

kegiatan pembersihan lahan sawah, memanen sampai dengan aktivitas

penggilingan hasil pertanian. Aktivitas wanita Jawa di daerah transmigrasi

kecamatan Toili disektor perkebunan adalah lebih banyak berhubungan dengan

perusahaan perkebunan kelapa sawit. Aktivitas wanita Jawa di daerah

transmigrasi kecamatan Toili disektor perdagangan dapat dilihat dari banyaknya

aktivitas wanita Jawa yang berdagang di pasar tradisional, rumah, dan berkeliling

kampung.

Kedua dalam keluarga wanita Jawa di kecamatan Toili melakukan

berbagai pekerjaan baik pekerjaan yang bernilai ekonomis maupun non ekonomis.

Ketiga, Wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili juga banyak

berkecimpung dalam organisasi yang mencakup pembinaan kelompok PKK,

kelompok wanita tani ( KWT) dan PNPM Mandiri. Di samping itu, terus

80

dilanjutkan kegiatan-kegiatan yang mendukung perencanaan pembangunan

yang berwawasan gender, dan partisipasi wanita dalam berbagai kegiatan di

kecamatan Toili. Kegiatan wanita Jawa di kecamatan Toili dalam organisasi

diselenggarakan melalui kelompok pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK).