07_bab iv mpr

Upload: nenden-prabu

Post on 19-Jul-2015

264 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

BAB IVTAHAPAN KEGI ATAN OPERASIONAL PENAMBANGAN4.1. TAHAP PRA KONSTRUKSI 4.1.1.Perizinan dan Koordinasi Dalam rangka melaksanakan kegiatan penambangan dan pengolahan bijih nikel, PT. MULIA PACIFIC RESOURCES akan dan sedang melakukan proses-proses perizinan dan koordinasi dengan pihak-pihak yang berwenang. Proses perizinan akan dilakukan melalui lembaga-lembaga terkait, hingga mendapatkan izin sebagai aspek legal dalam melaksanakan kegiatan penambangan.

4.1.2.Pembebasan Lahan Pada lokasi penambangan dan pengolahan terdapat lahan-lahan milik warga masyarakat yang ditanami dengan tanaman produktif. Proses pemberian kompensasi sewa lahan dan pembebasan tanam tumbuh akan dilaksanakan secara langsung melalui musyawarah untuk mufakat yang bisa diterima oleh kedua belah pihak berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yakni antara PT. MULIA PACIFIC RESOURCES dengan para pemilik lahan dengan disaksikan oleh aparat pemerintah setempat. Akibat dari proses pembebasan lahan akan menyebabkan dampak penting terhadap komponen lingkungan sosial ekonomi dan sosial budaya, dimana terjadi perubahan hak dan fungsi lahan yang biasa digunakan penduduk sebagai pencaharian mereka berubah menjadi lahan tambang. Pembebasan lahan yang ditempuh oleh PT. MULIA PACIFIC RESOURCES akan dilakukan dua alternatif terbaik sesuai dengan penguasaan lahan-lahan di tapak proyek. Untuk tanah negara pengusaannya oleh Negara (Institusi Pemerintah) seperti : Departemen Kehutanan, Departemen Pertanian (Direktorat jenderal Perkebunan), jalan yang diambil adalah negosiasi dengan didasari KeputusanHal. IV-1

RENCANA KERJA OPERASI PRODUKSI NIKELKABUPATEN MOROWALI, SULAWESI TENGAH

Bersama (SKB) antara Menteri Kehutanan dengan Menteri Pertambangan dan Energi Sumber Daya Mineral Nomor. 969/K/05/M.PE/1989 dan Nomor: 429/KPTSII/1989 tentang Pedoman Pengaturan Pelaksanaan Pertambangan dan Energi Dalam Kawasan Hutan. Sebagai pengganti lahan kompensasi, PT. MULIA PACIFIC RESOURCES bersedia untuk membayar dana PNBP Penggunaan Kawasan Hutan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2008 tentang Jenis Dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berasal Dari Penggunaan Kawasan Hutan Untuk Kepentingan Pembangunan Di Luar Kegiatan Kehutanan Yang Berlaku Pada Departemen Kehutanan beserta aturan-aturan lain yang berlaku. Berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut setiap pemegang ijin pinjam pakai kawasan hutan wajib memenuhi kewajiban berupa kompensasi lahan untuk provinsi dengan luas kawasan hutan kurang 30 % dari luas daratan provinsi tersebut atau membayar dana Penggunaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Penggunaan Kawasan Hutan untuk provinsi dengan luas kawasan hutan kurang dari 30 % dari luas daratan provinsi tersebut. Provinsi Sulawesi Tengah merupakan salah satu provinsi dengan luas wilayah kawasan hutan lebih dari 30 % dari luas daratan provinsi, maka pinjam pakai kawasan hutan di provinsi ini wajib membayar PNBP Penggunaan Kawasan Hutan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dimana Luasan L1, L2 dan L3 akan ditentukan kemudian. Dikarenakan areal penambangan nikel dmp berada di Kawasan Hutan Produksi dan sistem penambangannya adalah penambangan terbuka horizontal maka besarnya tarif PNBP Penggunaan Kawasan Hutan adalah sebesar Rp. 2.400.000,00/Ha/Tahun. Sedang tanah adat, hak ulayat dinegosiasikan untuk diganti rugi (ganti untung) berdasarkan musyawarah dan mufakat antara masyarakat adat, pemegang hak ulayat dengan PT. MULIA PACIFIC RESOURCES secara langsung tanpa perantara dengan diketahui oleh kepala adat, Pemerintah Daerah dan masyarakat setempat. Proses ganti rugi (ganti untung) mengacu pada Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan (BPN) Nomor. 1 Tahun 1994.

4.2. TAHAP KONSTRUKSI

Hal. IV-2

RENCANA KERJA OPERASI PRODUKSI NIKELKABUPATEN MOROWALI, SULAWESI TENGAH

Poda tahap konstruksi rencana kegiatan yang akan dilaksanakan adalah kegiatan pengangkutan alat/bahan, penerimaan tenaga kerja, pembukaan dan penyiapan lahan, pembangunan fasilitas penunjang termasuk fasilitas dermaga. 4.2.1. Mobil isa si dan Demobil isasi Peralatan dan Material Kegiatan mobilisasi peralatan alat berat dan material akan dilakukan secara bertahap sesuai kebutuhan operasional. Untuk tahap awal, peralatan alat berat yang dimobilisasi seperti Excavator, Buldozer, Dump Truck, Whell Loader, Genset dll. Sedangkan mobilisasi material meliputi pasir, batu kali, semen, besi, kayu dan bahan bangunan lainnya akan dimobilisasi pada saat kegiatan pembangunan mess karyawan, kantor, gudang spare part, bengkel dan fasilitas pendukung lainnya. Secara umum peralatan yang akan digunakan untuk kegiatan penambangan bijih nikel sebagai berikut: Tabel IV-1. Jenis, Tipe dan Jumlah Peralatan Yang Akan Digunakan Pada Kegiatan Penambanqan Bijih NikelNo 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Nama alat Bulldozer Wheel Loader Grader Hydrotic Exavator Dump truck Truck Loader BARGE & Tug Boat Genset Pompa Air Pompa pasir Peralatan Bengkel - Mesin las - Mesin Bor tangan - Mesin bor portable - Mesin gurinda 12 Peralatan Kantor - Komputer - Meja Giro - Lemari berkas - Lemari sample 13 KendaraanHal. IV-3

Merek Komatsu Komatsu Komatsu Komatsu Nissan Komatsu Merci Honda Cina Nantong Booh Wipro Makita Samsung Olympic Olympic Olympic

Tipe/Spesifikasi D 65,105 WA 30,350,163 HP GD.613 R-1 PC 650 HP 20 Ton 2,8 M 900 KVA GX 160 TH 100 SX1.500 Gwss 100 12 speet 2414 NB 502 g

Jumlah unit 3 Unit 2 Unit 1 Unit 7 unit 31 Unit 3 Unit 3 Unit 1 Unit 10 Unit 6 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 1 Unit 2 Unit 2 unit 5 buah 1 buah 1 buah

RENCANA KERJA OPERASI PRODUKSI NIKELKABUPATEN MOROWALI, SULAWESI TENGAH

No - Tamu

Nama alat - Karyawan - Logistic

Merek Toyota Toyota Toyota

Tipe/Spesifikasi Bus Kijang Kijang

Jumlah unit 1 Unit 1 Unit I Unit

4.2.2. Ren cana Pen ggun aan Lah an dan Lan dscappin g Kegiatan penataan batas dan areal kerja (landscaping) adalah salah satu komponen kegiatan yang penting dalam pengelolaan usaha pertambangan. Urgensi kegiatan ini diperlukan untuk memperoleh kepastian hukum dan aspek legal atas luas dan batas yang menjadi areal kerja perusahaan, juga penegasan atas kewenangan yang dimiliki perusahaan dalam pengelolaan wilayah kerjanya, terutama terhadap klaim masyarakat atas sebagian areal kerja perusahaan. Melalui kegiatan ini juga dapat diperoleh perhitungan yang tepat tentang ketersediaan lahan yang dapat dikelola untuk areal penambangan (pit), tapak jalan dan infrastruktur, instalasi pengolahan, serta penggunaan lainnya seperti areal tidak terganggu. Kegiatan penataan di areal PT. MULIA PACIFIC RESOURCES secara ringkas menghasilkan alokasi penggunaan ruang/lahan sebagaimana tersaji pada Tabel IV-2. Tabel IV-2. Rencana Penggunaan Lahan (Land Scaping) Areal Kerja UR AIAN 1. Luas areal IUP LUAS 3.000,00 Ha KET

RENCANA PENGGUNAAN LAHAN 2. Areal Penambangan ( Pit ) 3. Areal Sarana dan Prasarana a. Base camp b. Waste dump c. Stockpile Sementara d. Stockpile Pelabuhan e. Settling pond g. Jalan Tambang diluar area bukaan tambang h. Jalan Tambang diluar area Kawasan Hutan 869,06 Ha 219,77 Ha 33,99 Ha 35,16 Ha 7,45 Ha 37,67 Ha 3,50 Ha 26,61 Ha 76,89 Ha APL APL APL APL HP HP APL HP

Hal. IV-4

RENCANA KERJA OPERASI PRODUKSI NIKELKABUPATEN MOROWALI, SULAWESI TENGAH

UR AIAN JUMLAH

LUAS 678,53 Ha

KET

Dari table tersebut areal yang dimohon rekomendasi teknis pada kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas 898,28 Ha Dari kegiatan penataan batas dan landscaping ini selanjutnya dapat disusun rencana blocking area atau penataan blok-blok penambangan (pit) dengan rancang bangun yang disesuaikan dengan kondisi tapak lokasi. Pada areal penambangan nikel dmp di areal Operasi Produksi akan dibuat 7 buah bukaan tambang (pit) yang direncanakan untuk ditambang selama 7 tahun dengan total jumlah cadangan tertambang sebanyak 1.350.000 ton. Penyusunan desain tambang dilakukan dengan mempertimbangkan metode penambangan dan batasan-batasan desain yang ditetapkan seperti batasan-batasan desain tambang dan geometri lereng penambangan. Pembangunan sarana prasarana penunjang seperti ; perumahan/mess, bangunan pembuatan jaringan jalan,

kantor, settling pond, pelabuhan dan instalasi

pengolahan serta sarana umum lainnya akan direalisasikan secara bertahap, khususnya seperti pembuatan jaringan jalan yang akan disesuaikan dengan kemajuan penambangan. Proses perencanaan penataan areal kerja yang akan diikuti oleh kegiatan blocking area untuk mendukung rencana penyiapan lahan dan penambangan nikel dmp memegang peranan penting, tidak saja dalam konteks kepastian status hukum secara legal formal juga secara sosial-politik yang ditandai oleh kurang atau tidak adanya klaim/gugatan dari kelompok masyarakat atau pihak lain.

4.2.3. Pembangun an Infrastruktur Rencana pembangunan fasilitas untuk penambangan dan pengolahan bijih nikel PT. MULIA PACIFIC RESOURCES meliputi : Tahap awal akan dibangun terlebih dahulu infrastruktur sesuai dengan aktifitas proyek yang meliputi: akses jalan yang menghubungkan jalan umum sampai keHal. IV-5

RENCANA KERJA OPERASI PRODUKSI NIKELKABUPATEN MOROWALI, SULAWESI TENGAH

lokasi kegiatan proyek, kantor, bengkel, unit laboratorium, sarana air bersih, tanki bahan bakar, listrik dan mess untuk karyawan pimpinan, base camp untuk tenaga kerja operator serta poliklinik. Perencanaan proyek penambangan bijih nikel di Kolonedale ditentukan oleh umur tambang, jumlah/tonase produksi yang ditambang dan dikapalkan per tahun, serta lingkungan setempat. Tahap awal akan dibangun terlebih dahulu infra struktur sesuai dengan tahap aktifitas proyek yang meliputi : akses jalan yang menghubungkan jalan umum sampai ke lokasi kegiatan proyek, kantor, bengkel, unit laboratarium, sarana air bersih, tanki bahan bakar, listrik don mess untuk karyawan pimpinan serta base camp untuk tenaga kerja operator serta poliklinik. Tenaga kerja tidak terampil (unskill) diambil dari masyarakat setempat. a. Konstruksi jalan/akses jalan

Jalan yang perlu dibangun adalah jalan yang menghubungkan : 1) 2) Tambang stockpile sementara, jalan ini disebut jalan produksi. Stockpile sementara - kantor, laboratorium, workshop - pemukiman - jalan umum. Jalan ini merupakan akses keluar - masuk daerah kegiatan proyek.

Parameter pembuatan jalan produksi: beban berat kendaraan 70.000 lb. lapisan dasar jalan adalah tanah nikel laterit, CBR t 0. material penimbunan atau pelapis jalan adalah batu split, CBR 80 (CBR = California Bearing Ratio; 1 CBR -= 1.000 Ib/ft2 ). Dari tabel CBR diperoleh tebal lapisan tanah nikel laterit untuk konstruksi jalan 24 inci atau 60 cm. Artinya lapisan pondosi (base course) jalan adalah tanah nikel laterit yang dipadatkan setebal 60 cm. Pada bagian ruas jalan yang lunak akan diperkeras dengan lapisan batu split/kerikil setebal 7 inci atau 17,5 cm. PT. MULIA PACIFIC RESOURCES merencanakan akan membangunan jalan sepanjang total 38.218 m dengan rata-rata lebar jalan 40 m (152,87 Ha). Berikut ini disajikan secara ringkas rencana pembangunan jalan PT. MULIA PACIFIC RESOURCES : 1. Jalan tambang dalam pit area dalam kawasan hutan sepanjang 12.343 mHal. IV-6

RENCANA KERJA OPERASI PRODUKSI NIKELKABUPATEN MOROWALI, SULAWESI TENGAH

2. Jalan tambang diluar areal pit dalam kawasan hutan sepanjang 6.653 m (26,61 Ha) 3. Jalan tambang diluar kawasan hutan sepanjang 19.222 m (76,89 Ha) b. Settling pond dan sistem drainase: Penirisan tambang diperlukan agar pada masa musim penghujan tidak terjadi genangan air di lokasi kegiatan yang bisa menurunkan tingkat produktivitas tambang. Untuk itu sejalan dengan pembuatan jalan tambang, juga dilakukan pembuatan parit di kiri - kanan jaian tambang menggunakan grader yang berfiungsi mengalirkan limpasan air hujan secara terkendali menuju ke tempat lebih rendah. Selanjutnya di tepi/batas kegiatan penambangan dibuat kolam pengendap (settling pond), diusahakan seluruh limpasan air hujan yang berasal dari front penambangan akan masuk ke kolam pengendap serta diberi waktu untuk terjadi proses pengendapan. Air yang keluar dari kolam pengendapan diharapkan sudah tidak mengandung lumpur lagi sehingga dapat dibuang ke perairan pelabuhan tanpa merusak kualitas air pelabuhan yang ada. Ukuran parit dan settling pond disesuaikan dengan debit limpasan. Kolam pengendapan yang sudah penuh dikosongkan dengan menggunakan excavator (backhoe). Keberadaan settling pond akan ditempatkan pada setiap blok penambangan dengan luasan masing-masing 0,5 Ha, sehingga total penggunaan lahan untuk settling pond adalah seluas 3,50 Ha. c. Waste dump

Overburden akan diletakan di suatu tempat yang terpisah. Penimbunan overburdenakan dialokasikan pada beberapa areal dengan mempertimbangkan jarak yang relatif dekat, lokasi yang datar, serta mudah dikembalikan pada saat reklamasi lahan. Luas untuk lokasi waste dump ini direncanakan seluas 35,16 Ha. d. Pembangunan stockpile sementara

Stockpile sementara dibangun seluas 7,45 Ha, untuk menampung tumpukan bijihnikel kualitas pasar sebanyak 200.000 wet metric ton. Lokasi stockpile sementara ini berada di luar kawasan hutan dan terletak sekitar 1 km dari lokasi pelabuhan. Manfaat keberadaan

stockpile

sementara

adalah:

(a).

pada

hari

hujan

penambangan tetap beroperasi menggunakan Articulated Dump Truck (ATD); (b).Hal. IV-7

RENCANA KERJA OPERASI PRODUKSI NIKELKABUPATEN MOROWALI, SULAWESI TENGAH

kadar produksi harian selalu dapat diawasi. Jika kadar jatuh, maka pada saat diangkut ke grizzly ada kesempatan memperbaiki kadar dengan cara bending. e. Pembangunan stockpile pelabuhan

Stockpile pelabuhan dibangun seluas pada areal seluas 37,67 Ha, untuk menyimpanbijih nikel 150.000 wet metric ton. Lokasi stockpile ini berada di luar kawasan hutan dan terletak di pantai sebelah timur di sekitar Desa Ganda-ganda dan di utara di sekitar Desa Kampung Tengah. Manfaat keberadaan stockpile ini agar nikel dapat dikumpulkan terlebih dahulu sebelum diangkut oleh tongkang. f. Pembangunan Basecamp Kegiatan pembangunan sarana dan prasarana penunjang (emplasement)

disesuaikan dengan kebutuhan proyek, sehingga diharapkan fasilitas-fasilitas tersebut berguna untuk memperlancar kegiatan operasional tambang. Salah satu pembangunan emplasement adalah pembangunan sarana dan prasarana penunjang basecamp yang terdiri atas kantor, perumahan karyawan (mess), gudang dan klinik dan beberapa fasilitas penunjang lainnya seperti ; (1) Pembangunan tangki minyak, tempat penimbunan bahan bakar, (2) Pembangunan rumah genset, (3) Pembangunan sarana MCK, dan sarana air bersih, dan (4) Pembangunan pos keamanan. Pembangunan fasilitas-fasilitas tersebut merupakan bangunan konstruksi yang di desain sesuai kondisi tanah di lokasi tapak proyek, don sebelumnya dengan proses pematangan fahan (cut and fill). Selain itu yang akan dibangun adalah fasilitas pengolahan air bersih (air baku untuk air minum), sistem drainase, dan tempat pengolahan sampah sementara. Kebutuhan air bersih untuk kegiatan penambangan akan diambil dari air sungai atau dari air sumur. Apabila kuantitas air sumur yang ada tidak dapat memenuhi kebutuhan air bersih, maka perlu penyediaan air bersih dengan cara lain. Air limbah dan sampah yang akan dihasilkan oleh kegiatan konstruksi juga akan diolah didekat lokasi tapak proyek.

Hal. IV-8

RENCANA KERJA OPERASI PRODUKSI NIKELKABUPATEN MOROWALI, SULAWESI TENGAH

Lahan yang akan direncanakan untuk pembangunan sarana dan prasarana tersebut berada di sekitar Desa Kolonodale (APL) dengan luas keseluruhan sekitar 33,99 Ha.

4.3. TAHAP OPERASI (PENAMBANGAN) Tahap ini dimaksudkan selain pengoperasian tambang juga pengoperasian sarana dan prasarana penunjang dalam kegiatan penambangan. Secara teknis pengoperasian tambang ditakukan dengan beberapa tahap. Namun secara umum kegiatan penambangan meliputi pembersihan lahan, penggalian termasuk pembukaan tanah pucuk dan overbuden, penimbunan di stockpile , pengangkutandan penyaring (screening). 4. 3. 1. Mobil isa si Ten a ga Ker j a. Tenaga kerja konstruksi adalah tenaga kerja lokal, dengan pengecualian yang sangat terbatas dimana diperlukan kecakapan spesialis yang tidak tersedia di lokasi proyek. Pelaksanaan rekruitmen tenaga kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ada kemungkinan sejumlah tenaga kerja akan didatangkan dari luar daerah bila tenaga kerja dengan kualifikasi yang sama tidak dipenuhi dari penduduk lokal. Selama masa konstruksi akan dibangun dan dioperasikan basecamp untuk menyediakan tempat tinggal, makanan, air bersih, perawatan medis dan kebutuhan penting pekerja lainnya. Rekruitmen tenaga kerja dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang sedang berjalan. Tahap selanjutnya pada kegiatan penambangan bijih Nikel direncanakan akan menggunakan tenaga kerja sebanyak 164 orang yang terdiri atas tenaga kerja tetap 119 orang dan tenaga kerja tidak tetap sebanyak 45 orang.

Hal. IV-9

RENCANA KERJA OPERASI PRODUKSI NIKELKABUPATEN MOROWALI, SULAWESI TENGAH

Tabel IV-3. Rencana Formasi/Kebutuhan RESOURCES No. A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. B. 1. 2. 3. 4, 5. 6. 7. 8. 9.

Tenaga Kerja PT.

MULIA

PACIFIC

Jabatan/Posisi INTERNAL PERUSAHAAN Dewan Komisaris Dewan Direksi Staff KantorPusat Kuasa Direksi Staff Kuasa Direksi Kep. K3 dan Lingk. Pertamb. Staff K3 dan Lingk. Pertamb. Kepala Produksi Staff Produksi Kepala Keuangan dan SDM Staff Keuangan dan SDM Kepala Shift Tambang Kepala Eksplorasi dan Ukur Kepala Pengapalan Kepala Laboratorium Pencatat Rit Juru Gambar Juru Ukur Pembantu Juru Ukur Tenaga Pemboran Preparasi dan analisis Pengadaan Keuangan SDM dan Komdev. Satpam Jumlah TENAGA OUTSOURCING/KONTRAKTOR Sopirdump truck (j#hmaks.) Operator excavator Operator wheel loader Operator bulldozer Optr grader & vibrafor/vibro Optrgrizzly & Jetty rampdoor Awak tongkang Awak tug boats Operator vessel crane Jumlah

Jumlah (Org) 3 3 15 1 2 1 4 1 2 1 2 3 1 i 1 9 2 1 1 20 15 6 4 10 10 119 11 8 4 5 2 2 3 2 8 45

Hal. IV-10

RENCANA KERJA OPERASI PRODUKSI NIKELKABUPATEN MOROWALI, SULAWESI TENGAH

Dalam struktur organisasi perusahaan, dilengkapi dengan Dewan Komisaris sebagai pengawas dan Dewan Direksi sebagai pelaksana. Untuk menekan biaya tetap (fixed cost ), sejak tahap awal sudah harus dibuat formasi kerja yang sangat efisien. Kuasa Direksi merangkap Kepala Teknik Tambang membawahi : Kepala Produksi dan Kepala Keuangan Sumber Daya Manusia (SDM). Kepala Produksi membawahi : Kepala Shift Tambang, Kepala Laboratorium, Kepala Eksplorasi-Ukur dan Kepala Pengapalan. Kepala Keuangan SDM membidangi : pengadaan, keuangan, SDM dan Komdev serta Satpam. Kepala K3 dan Lingkungan Pertambangan setingkat Kepala Shift Tambang langsung di bawah Kuasa Direksi dengan pertimbangan agar K-3 dan Lingkungan Pertambangan menjadi prioritas pertama. Tenaga inti yang sudah memiliki keahlian (skill) diambil dari mantan karyawan yang pernah bekerja di tambang bijih nikel, diterima sebagai pegawai melalui seleksi/test. Untuk tenaga non skill diambil dari penduduk setempat di sekitar wilayah penambangan. Dengan melalui pelatihan yang baik sesuai dengan bidang pekerjaan yang dibutuhkan, diharapkan akan diperoleh tenaga kerja yang handal. Ruang lingkup pekerjaan meliputi reklamasi dan rehabilitasi lahan bekas tambang, eksplorasi, perencanaan penambangan, perizinan, administrasi teknis kepegawaian, koordinator kontraktor pengangkutan bijih nikei tambang stockpile sementara - stockpile pelabuhan - tongkang untuk pengapalan serta pengawasan mutu.

Hal. IV-11

RENCANA KERJA OPERASI PRODUKSI NIKELKABUPATEN MOROWALI, SULAWESI TENGAH

Gambar IV-1. Struktur Manajemen PT. MULIA PACIFIC RESOURCES

4. 3. 2. Pember sih an L ah an Pembersihan lahan mencakup penebangan vegetasi yang berada pada lokasi rencana penggalian bijih Nikel. Pembersihan lahan dilakukan secara bertahap yang akan disesuaikan dengan rencana penggalian bijih nikel menggunakan bulldozer, excavator dan dump truk. Kegiatan ini merupakan persiapan awal dari setiap kegiatan penggalian dengan tujuan untuk membersihkan areal yang akan digali dari vegetasi yang menutupinya.

Hal. IV-12

RENCANA KERJA OPERASI PRODUKSI NIKELKABUPATEN MOROWALI, SULAWESI TENGAH

4. 3. 3. Pen gupa sa n Ta n ah Pu cu k da n Ta n ah Pen u tu p Kegiatan ini akan dilakukan sebelum penggalian bijih nikel pada lapisan bawah permukaan. Lapisan tanah pucuk atau lazim dikenal sebagai topsoil adalah lapisan tanah atas yang umumnya memiliki karakteristik fisik, kimia dan biologi yang baik untuk pertumbuhan tanaman dengan ketebatan 0 - 30 cm. Lapisan tanah pucuk tersebut akan dipindahkan dan ditumpuk pada lokasi yang telah disediakan yang nantinya akan dikembalikan pada saat reklamasi dilakukan. Sehingga areal tersebut dapat kembali menjadi media tumbuh yang baik bagi pertumbuhan tanaman/vegetasi. Ketebalan tanah pucuk dan tanah penutup rata-rata 7 m. Pengupasan overburden dengan menggunakan hydraulic excavator kapasitas 4,5 m3 dan alat angkut berupa dump truck berkapasitas 30 ton. Jika rata-rata ketebalan overburden yang akan dikupas adalah 7 m maka volume tanah yang akan dibuka dan disiapkan tempatnya adalah 7 m x 32.123.000 m2 = 256.984.000 m3. Sedangkan untuk tanah pucuk dengan ketebalan 0-30 cm dengan rata 15 cm, maka volume tanah pucuk yang akan diukupas adalah 0,15 m x 32.123.000 m2 = 4.818.450 m3. Volume material yang cukup besar, namun kegiatan yang akan ditakukan secara bertahap dengan sistem compartement dimana lahan yang akan ditambang tidak sekaligus dikupas tetapi dengan luasan tertentu. Jumlah material yang cukup besar akan digati dan ditempatkan atau dipindahkan secara bertahap pada lokasi yang sesuai dengan mempertimbangkan kemungkinan erosinya.

4. 3. 4. Pen ggal ia n /Pen a mba n gan B ij ih Nik el Penambangan dilakukan dengan metode tambang terbuka, dengan bantuan peralatan yang dioperasikan oleh Operator yang terlatih untuk memproduksi Bijih Nikel dengan menggunakan Excavator Merk Caterpilar, Bulldozer, dan beberapa buah Dump truck. Lokasi penambangan di Blok Kolonodale dibagi atas beberapa sub blok berdasarkan rencana tahun penambangan.

Hal. IV-13

RENCANA KERJA OPERASI PRODUKSI NIKELKABUPATEN MOROWALI, SULAWESI TENGAH

Tabel IV-4. Rencana Produksi Penambangan Bijih Nikel Tahun Penambangan Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun 1 2 3 4 5 6 7 Area yang Ditambang(Ha) 117,25 111,87 113,51 116,13 130,37 169,94 109,99 869,06 Produksi Ore (WMT) 3.420.000 3.255.000 3.300.000 3.375.000 3.782.000 3.928.000 3.180.000 24.240.000 Sisa Ore Akhir Tahun (WMT) 20.820.000 17.565.000 14.265.000 10.890.000 7.108.000 3.180.000 -

Jumlah

Tahap selanjutnya menambang bijih nikel yang telah terkupas (tersingkap). Penambangan dilakukan dengan sistem truck and excavator, dimulai dari elevasi paling atas, dilakukan berjenjang ( bench system) dengan tinggi jenjang sesuai dengan peraturan K-3 Pertambangan Umum yaitu maksimum 6 m. Bijih nikel diangkut dan disimpan di stockpile sementara tambang. Di stockpile sementara bijih nikel mengalami perlakukan khusus, yaitu dibalik-balik, kemudian disusun menggunakan wheel loader atau track dozer atau bulldozer don terakhir ditutup terpal agar tidak kehujanan, tujuannya adalah agar air dalam bijih nikel mengalir keluar dan bijih menjadi tidak lengket. Dari stockpile sementara bijih nikel diangkut ke stockpile pelabuhan. Di stockpile pelabuhan juga dilakukan treatment terhadap tumpukan bijih nikel dengan tujuan memperbaiki kadar bijih di tiap tumpukan dan mengurangi kadar air ( moister

content). Di stockpile sementara dan stockpile pelabuhan bijih nikel disimpanberdasarkon kadar Ni dengan membuat tumpukan-tumpukan, masing-masing tumpukan mempunyai cadar Ni berbeda. Diusahakan bijih nikel yang akan dikapalkan berasat dari tumpukan - tumpukan yang sudah tersimpan lebih dari 2 minggu dan tidak terlalu lengket. Kemajuan front tambang dan tumpukan bijih nikel di stockpile sementara dan stockpile pelabuhan diukur menggunakan alat ukur.

Hal. IV-14

RENCANA KERJA OPERASI PRODUKSI NIKELKABUPATEN MOROWALI, SULAWESI TENGAH

4. 3. 5. Pen gan gk u ta n dan Pen ga pa la n B ij ih Nik el Ha sil Pen gga l ia n . a. Pen ga n gku tan Ov er bu r den da r i Ta mban g ke Pembu a n gan (O B Disposa l ) Pengangkutan overburden dari tambang ke lokasi pembuangan memakai articulated dump truck (ADT) 40 ton. Untuk kelancaran transportasi di musim hujan dipakai dump truck jenis ATD. Untuk memuat dan menggali dipergunakan hydraulic excavator sekelas 300 HP dengan kapasitas bucket 3,8 m3. Jarak terjauh 1,0 km, kecepatan rata-rata 15 km per jam. b. Pen ga n gku tan B ij ih Nik el da r i Ta mban g ke S tock pil e Semen tar a Bijih nikel mempunyai nilai ekonomis disimpan di stockpile sementara ETO (exportable transitory ores) dengan jarak dari front tambang 1 - 2 km. Untuk mengangkut bijih nikel dari tambang ke stockpile sementara dipergunakan articulated dump truck 40 ton atau ATD. Untuk memuat dan menggali dipergunakan hydraulic excavator dengan kapasitas bucket 3,8 m3. Untuk keperluan blending akan dilakukan penambangan di dua front tambang sehingga perlu penambahan 1 unit excavator menjadi 2 unit. Untuk menyusun tumpukan bijih nikel disediakan wheel loader 1 unit. c. Pen ga n gku tan B ij ih Nik el da r i S tock pil e S emen tar a k e Stock p il e Pel a buh an Dari stockpile sementara crusher bijih nikel diangkut menggunakan transportasi darat menuju stockpile pelabuhan EFO (Exportable Feed Ore). Di pelabuhan di sediakan 1 unit bulldozer dan 1 unit wheel loader untuk membolik-balik, menyusun dan merapihkan tumpukan bijih nikel. Pada saat ada pemuatan bijih nikel ke tongkang untuk trimmning pemuatan bijih nikel ke tongkang disediakan bulldozer 1 unit. d. Pen ga n gku tan B ij ih Nik el da r i S tock pil e Pel a bu h a n ke Ton gk an g Pengangkutan bijih nikel ke tongkang menggunakan dump truck CWB kapasitas 20 ton, sedangkan pemuatan ke dump truck menggunakan alat muat hydraulic excavator 3,8 m3. Untuk target ekspor 1 juta wmton per tahun diperlukan 1 dermaga/jetty muat. Jarak angkut 500 m. Dipergunakan 3 unit tongkang dan

Hal. IV-15

RENCANA KERJA OPERASI PRODUKSI NIKELKABUPATEN MOROWALI, SULAWESI TENGAH

1 dermaga/jetty muat dengan loading rate 10.000 ton per satu dermaga muat per hari. e. Pemu a tan B ij ih Nik el dar i Ton gk an g k e Ka pa l Ek spor Kapal ekspor 40.000 - 60.000 ton mempunyai 3 - 4 palka dan dilengkapi dengan 3 - 4 crane per vessel. Waktu edar tongkang terdiri dari : muat di darat - tarik ke kapal; tarik ke darat - muat ke kapal. Waktu pemuatan 1 hari = 20 jam efektif. Karena pengaruh angin barat kegiatan pengapalan hanya selama 10 bulan per tahun. Pada kondisi demikian untuk kelancaran pengapalan diperlukan tongkang 8.000 ton sebanyak 3 unit, tug boat 3.000 Hp sebanyak 2 unit dan dermaga muat/jetty jenis rampdoor 2 unit.

4.4. TAHAP PASCA OPERASI 4.4.1. Reklamasi dan Revegetasi Lahan Bersamaan dengan berlangsungnya kegiatan penambangan, PT. MULIA PACIFIC RESOURCES akan segera melakukan reklamasi yang disertai dengan revegetasi lahan ditempat-tempat yang memungkinkan, seperti Iokasi bekas bukaan tambang, sekitar pemukiman karyawan, kantor, bengkel, sepanjang jalan angkut dan lain-lain. Kegiatan rekalamasi diiakukan dengan maksud memanfaatkan tanah hasil pengupasan tanah penutup untuk menimbun daerah-daerah depresi yang bukan merupakan target Operasi Produksi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memulihkan kondisi lahan yang telah dikupas dalam waktu tidak terlalu lama terbuka. Dengan demikian kegiatan ini akan memberikan dampak perbaikan mutu lingkungan berupa kualitas udara, hidrologi, kualitas air, bentangan lahan, erosi don sedimentasi. Selain itu itu juga estetika dari gundul menjadi bervegetasi, serta persepsi yang positif dan kesehatan masyarakat menjadi lebih baik. Kegiatan reklamasi pasca tambang ini harus mengaju pada Permen ESDM No. 18 Tahun 2008 tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang. Dalam melaksanakan reklamasi PT. MULIA PACIFIC RESOURCES akan

melanjutkan metode yang diterapkan pada saat ini. Kegiatan reklamasi iniHal. IV-16

RENCANA KERJA OPERASI PRODUKSI NIKELKABUPATEN MOROWALI, SULAWESI TENGAH

meliputi penataan kembali areal bekas tambang dengan cara perataan daerah timbunan dengan batuan penutup dan membentuk kontur seperti kondisi permukaan aslinya, setelah itu permukaannya dilapisi dengan tanah pucuk yang subur dengan ketebalan 0,5 - 0,75 meter. Selanjutnya lokasi yang telah tertutup oleh tanah pucuk akan ditanami dengan tanaman penutup, seperti sungkai, tanaman lokal (insitu), tanaman jarak pagar dan lain-lain dengan memperhatikan sifat-sifat botanis tanaman. Kegiatan revegetasi lahan dilakukan dengan cara menanami kembali lahan-lahan di bekas bukaan tambang dengan tanam-tanaman yang memenuhi syarat agronomi dan menguntungkan dengan secara ekonomis. PT. MULIA berikut PACIFIC ini ; RESOURCES berencana akan menanami kembali (revegetasi) lahan bekas penambangan tanaman dengan jenis-jenis jabon/kalampayan (Anthocephalus cadamba), Nyatoh (Palaquium sp.), Duren (Durio zibefhinus), Jati (Tectona grandis), Akasia Mangium (Acacia mangium), Jambu mete, Sengon laut (Albizzia

falcataria), dan Mahoni (Swietenia

mahagony).Sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan nonor P.43/Menhut-II/2008 pasal 21 ayat (2) bahwa revegetasi dalam kegiatan reklamasi dilakukan dengan jarak tanam 4x4 meter atau lebih rapat dengan jenis tanaman hutan, untuk memenuhi persyaratan tersebut PT. MULIA PACIFIC RESOURCES akan melaksanakan kegiatan revegetasi menggunakan jenis tanaman hutan cepat tumbuh ( fast

growing species), tanaman produktif dan tanaman jenis lokal dengan jaraktanam 3x3 meter, sehingga dalam setiap hektar akan tertanami minimal 1.111 bibit pohon. Untuk luas areal tambang dan sarana pendukungnya (terkecuali untuk areal sarana jalan seluas 26,61 Ha) yang dibuka untuk keperluan penambangan seluas 945,08 hektar akan membutuhkan bibit sebanyak 965.460 batang. Guna meningkatkan tingkat keberhasilan dalam reklamasi lahan, PT. MULIA

PACIFIC RESOURCES akan menggunakan tanaman cover crop, penggunaan mikoriza dan bioenzim lainnya untuk lebih menjamin keberhasilan reklamasi. Daerah yang secara tidak langsung terganggu oleh aktifitas penambangan juga akan ditanami kembali seperti bekas tambang lainnya. Kegiatan reklamasi dan revegetasi areal bekas tambang dan areal lain yang terganggu secara tidak langsung dari penambangan akan dilakukan secara paralel mengikuti reklamasiHal. IV-17

RENCANA KERJA OPERASI PRODUKSI NIKELKABUPATEN MOROWALI, SULAWESI TENGAH

pada area yang lahannya terganggu oleh tambang. Kegiatan penutupan kembali

(backfilling) dilakukan pada bekas bukaan tambang dengan mengisikan tanahpenutup dari bukaan tambang yang masih aktif dengan bantuan alat angkut (dump truck). Selanjutnya diatas tanah penutup tersebut akan dihamparkan tanah pucuk untuk proses revegerasi. selain dibekas bukaan tambang, penebaran tanah pucuk juga dilakukan pada lokasi waste dump area. Tabel IV-5. Rencana Kegiatan Reklamasi dan RevegetasiNo. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Tahun Kegiatan I II III IV V VI VII VIII IX Jumlah Kegiatan Reklamasi & Revegetasi (Ha) 117,25 111,87 113,51 116,13 130,37 169,94 109,99 79,44 948,05 Jumlah Pohon (batang) 130.148 124.176 125.996 128.904 144.711 188.633 122.089 88.178 1.052.835 Keterangan Tidak ada kegiatan Dilakukan pada pit I Dilakukan pada pit II Dilakukan pada pit III Dilakukan pada pit IV Dilakukan pada pit V Dilakukan pada pit VI Dilakukan pada pit VII Dilakukan pada areal sapras

4.4.2. Pemutusan Hubungan Kerja Berakhirnya seluruh aktivitas penambangan nikel dmp di areal PT. MULIA PACIFIC RESOURCES, akan dilakukan relokasi peralatan (demobilisasi) fasilitas, dan tenaga kerja sekaligus terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK). Tenaga kerja yang berhenti seiring dengan habisnya masa kontrak dan operasional, akan berhenti sesuai ketentuan perundang-undangan ketenagakerjaan yang berlaku, pemberian pesangon, serta bila memungkinkan akan terjadi reloksi tenaga kerja dan bila memungkinkan dapat pekerjaan ditempat lain.

4.4.3. Pembon gkaaran Fasilitas dan Demobil isa si PeralatanHal. IV-18

RENCANA KERJA OPERASI PRODUKSI NIKELKABUPATEN MOROWALI, SULAWESI TENGAH

Pada saat seluruh kegiatan penambangan telah selesai, maka akan dilakukan demobilisasi peralatan tambang yang telah digunakan pada tahap operational: tambang seperti alat penambangan, alat angkut, dan peralatan pengolahan nikel dmp. dan fasilitas perusahaan.

Hal. IV-19