draft topik/judul kajian pusjakum berdasarkan … filedirumuskan dalam konstruksi hukum sebagai...

14
No JUDUL RUU/PROLEGNAS/ SUBSTANSI MATERI SITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN Pengetahuan Yang Dihasilkan TOPIK/JUDUL Pelaksanaan Tugas DPD Jenis Kajian Alat Kelengkapan Pengusul Keterangan Usulan Mitra Lembaga Riset 1 RUU tentang Wawasan Nusantara Problematic Situation : Wawasan Nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia dalam melihat diri dan lingkungannya sebenarnya pernah dirumuskan dalam konteks hukum dan Peraturan Perundang-undangan ketika UUD 1945 belum diamandemen. Konsepsi Wawasan Nusantara pada waktu itu telah diterima dan dirumuskan dalam konstruksi hukum sebagai konsepsi politik ketatanegaraan melalui Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1973 dan dinyatakan kembali dalam Tap MPR Nomor IV/MPR/1978, serta yang terakhir dalam Tap MPR Nomor II/MPR/1983 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara. Tujuan Kajian : 1) Merumuskan permasalahan yang dihadapi terkait dengan wawasan nusantara serta cara-cara mengatasinya dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. 2) Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi sebagai alasan pembentukan Rancangan Undang-Undang tentang Wawasan Nusantara sebagai dasar hukum penyelesaian atau solusi permasalahan dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. 3) Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis pembentukan Rancangan Undang-Undang tentang Wawasan Nusantara. 4) Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dalam Rancangan Undang-Undang tentang Wawasan Nusantara. Kajian Latar Belakang Kebijakan (Policy Background Paper ) Kajian Latar Belakang Kebijakan (Policy Background Paper) Wawasan Nusantara sebagai Starategi Pembangunan Maritim Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia. Pembahas Utama Madya 60 juta PPUU DPD Prioritas tahun 2015, NA ada, RUU sedang Proses DRAFT TOPIK/JUDUL KAJIAN PUSJAKUM BERDASARKAN USUL PROLEGNAS PRIORITAS DPD-RI TAHUN 2015-2019 Page 1 of 14

Upload: lamkhue

Post on 28-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL

Pelaksanaan

Tugas DPD

Jenis

Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

Usulan Mitra

Lembaga Riset

1 RUU tentang Wawasan

Nusantara

Problematic Situation :

Wawasan Nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia dalam melihat diri dan lingkungannya

sebenarnya pernah dirumuskan dalam konteks hukum dan Peraturan Perundang-undangan ketika

UUD 1945 belum diamandemen. Konsepsi Wawasan Nusantara pada waktu itu telah diterima dan

dirumuskan dalam konstruksi hukum sebagai konsepsi politik ketatanegaraan melalui Ketetapan

MPR Nomor IV/MPR/1973 dan dinyatakan kembali dalam Tap MPR Nomor IV/MPR/1978, serta yang

terakhir dalam Tap MPR Nomor II/MPR/1983 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara.

Tujuan Kajian :

1) Merumuskan permasalahan yang dihadapi terkait dengan wawasan nusantara serta cara-cara

mengatasinya dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

2) Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi sebagai alasan pembentukan Rancangan

Undang-Undang tentang Wawasan Nusantara sebagai dasar hukum penyelesaian atau solusi

permasalahan dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

3) Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis pembentukan

Rancangan Undang-Undang tentang Wawasan Nusantara.

4) Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan, dan

arah pengaturan dalam Rancangan Undang-Undang tentang Wawasan Nusantara.

Kajian Latar

Belakang

Kebijakan

(Policy

Background

Paper )

Kajian Latar Belakang Kebijakan

(Policy Background Paper)

Wawasan Nusantara sebagai

Starategi Pembangunan Maritim

Indonesia Menuju Poros Maritim

Dunia.

Pembahas

Utama

Madya 60

juta

PPUU DPD Prioritas tahun

2015, NA ada,

RUU sedang

Proses

DRAFT TOPIK/JUDUL KAJIAN PUSJAKUM

BERDASARKAN USUL PROLEGNAS PRIORITAS DPD-RI TAHUN 2015-2019

Page 1 of 14

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL

Pelaksanaan

Tugas DPD

Jenis

Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

Usulan Mitra

Lembaga Riset

2 RUU tentang Perlindungan

dan Pemberdayaan

Nelayan

Problematic Situation :

Dibutuhkan pemenuhan hak-hak ekonomi dan sosial warga negara serta adanya perlindungan nelayan tradisional yang

mencakup hak-hak nelayan tradisional melalui instrumen perlindungan nelayan.

Sekitar 90% sumberdaya manusia perikanan terjun pada usaha penangkapan, namun memiliki skala usaha kecil atau

subsisten serta berpendidikan rendah. Pada tahun 2006 jumlah sumberdaya manusia yang bekerja menangkap ikan (nelayan)

diperkirakan 4 juta orang atau sekitar 4,21% dari total tenaga kerja produktif. Kualitas sumberdaya manusia nelayan masih

sangat memprihatinkan karena 70% berpendidikan rendah (tidak tamat SD dan tidak sekolah), 20% tamat sekolah dasar dan

hanya 0,03% yang memiliki pendidikan sampai jenjang diploma dan sarjana.

Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia nelayan diperlukan langkah-langkah strategis melalui kegiatan pendidikan,

pelatihan dan penyuluhan.Mengingat pada masa mendatang pembangunan perikanan membutuhkan sumberdaya manusia

yang handal dan profesional. Sumberdaya manusia nelayan yang berkualitas dapat mewujudkan pembangunan perikanan

bertanggungjawab, keberlanjutan usaha dan peningkatan daya saing produk perikanan baik di dalam maupun di luar negeri.

Apalagi di era globalisasi saat ini, persaingan ekonomi akan semakin kompetitif. Oleh karena itu dukungan sumberdaya

manusia nelayan yang profesional sangat diperlukan.Profesionalisme sangat penting bukan hanya untuk pengembangan dunia

usaha dan industri perikanan di Indonesia tetapi juga memberikan keunggulan dan daya saing bagi sumberdaya manusia itu

sendiri karena sumberdaya manusia tersebut akan lebih dibutuhkan dan dihargai, disamping secara langsung akan

meningkatkan kesejahteraan.

Tujuan Kajian :

1) Tersedianya dan terpenuhinya kebutuhan dasar nelayan, termasuk keluarga nelayan, yang terdiri atas sandang, pangan,

papan, kesehatan dan pendidikan.

2) Tersedianya prasarana dan sarana produksi secara lokal yang memungkinkan masyarakat nelayan dapat memperolehnya

dengan harga murah dan kualitas yang baik.

3) Meningkatnya peran kelembagaan masyarakat sebagai wadah aksi kolektif (collective action) untuk mencapai tujuan-tujuan

individu.

4) Terciptanya kegiatan-kegiatan ekonomi produktif di daerah yang memiliki ciri-ciri berbasis sumberdaya lokal (resource-

based), memiliki pasar yang jelas (market-based), dilakukan secara berkelanjutan dengan memperhatikan kapasitas

lingkungan (environmental-based), dimiliki dan dilaksanakan serta berdampak bagi masyarakat lokal (local society-based), dan

dengan menggunakan teknologi maju tepat guna yang berasal dari proses pengkajian dan penelitian (scientific-based).

5) Terciptanya hubungan transportasi dan komunikasi sebagai basis atau dasar hubungan ekonomi antar kawasan pesisir

serta antara pesisir dan pedalaman.

6) Terwujudnya struktur ekonomi Indonesia yang berbasis pada kegiatan ekonomi di wilayah pesisir dan laut sebagai wujud

pemanfaatan dan pendayagunaan sumberdaya alam laut.

Socio Legal

Analysis

Socio Legal Analysis

Pengembangan Nelayan

Berbasis Kearifan Lokal dan

Sustainable Development dalam

Pemberdayaan dan

Perlindungan Nelayan

Ikut Membahas Madya 60

juta

Komisi IV DPR

dan Komite II

DPD

Prioritas tahun

2015

Ada NA dan

RUU dari DPD

3 RUU tentang Perubahan

atas UU No.25 tahun 2007

Tentang Penanaman Modal

Problematic Situation :

Kebijakan pokok mengenai hukum penanaman modal di Indonesia dimaksudkan untuk menarik

jumlah modal asing dengan harapan, usaha ini akan menghasilkan kebangkitan ekonomi nasional.

Masih tingginya tingkat pengangguran, rendahnya pendapatn perkapita serta lebarnya ketimpangan

ekonomi masyarakat menjadi bukti bahwa perekonomian Indonesia saat ini masih berada dalam

situasi stagnan. Hal ini sangat ironis jika dibandingkan dengan potensi sumber daya alam maupun

manusia yang besar di negara ini. Penanaman modal diharapkan memainkan peran dengan

mengolah potensi ekonomi yang besar menjadi kekuatan ekonomi riil. Peningkatan penanaman

modal di Indonesia diharapkan menjadi penting dalam hal m,empercepat pembangunan ekonomi

nasional dan perwujudan kedaulatan politik serta ekonomi Indonesia.

Tujuan :

Adanya regulasi nasional mengenai penanaman modal yang mempertimbang-kan aspek

pembangunan berkelanjutan sekaligus sebagai jawaban atas konsep pasar bebas yang tetap

berpedoman pada filosofi ekonomi Indonesia yang mengarahkan negara pada bentuk negara

kesejahteraan.

Evaluasi

Kebijakan

(Policy

Evaluation ) dan

Legal Analysis

Kajian Yuridis Empiris dan

Socio Legal Analysis Kebijakan

Penanaman Modal di Daerah

guna Penyempurnaan UU No.

25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal

Ikut Membahas Madya 60

juta

Long List 2015-

2019

Page 2 of 14

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL

Pelaksanaan

Tugas DPD

Jenis

Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

Usulan Mitra

Lembaga Riset

4 RUU Perubahan atas UU

No. 4 tahun 2009 Tentang

Pertambangan Mineral dan

Batubara

Problematic Situation :

Setidaknya ada tiga masalah utama yang diidentifikasi dalam pengaturan pertambangan mineral dan

batubara yang ada saat ini, yaitu menyangkut konsep ideal bahwa kekayaan alam mineral dan

batubara sebagai modal kemakmuran, ambigu persepsi terhadap pengertian “dikuasai” dalam pasal

33 ayat (3) UUD 1945 dan optimasi penerimaan negara dari pengelolaan kekayaan alam mineral dan

batubara.

Tujuan :

1) adanya pengaturan mengenai politik pertambangan dan ekonomi pertambangan.

2) Politik pertambangan harus mencerminkan kedaulatan usaha sesuai jiwa pasal 33 UUD 1945.

3) Pengaturan ekonomi pertambangan harus mencerminkan peningkatan bagian bagian yang

imbang (benefit share) bagi bangsa Indonesia.

Kajian Yuridis

Empiris dan

Sosio Legal

Analysis

Kajian Yuridis Empiris dan

Socio Legal Analisis

Kesejahteraan Masyrakat dan

Konservasi Lingkungan guna

Penyempurnaan UU No.4 tahun

2009 tentang Pertambangan

Mineral dan Batu Bara

Ikut Membahas Muda 40

juta

Komisi VII DPR

dan Komite II

DPD

Prioritas tahun

2015

Ada NA+RUU

5 RUU tentang Pengelolaan

Terpadu Kawasan

Megapolitan Jakarta, Bogor,

Depok, Tangerang, Bekasi

dan Cianjur

Problematic Situation :

Jakarta sebagai Ibukota Negara telah menjadi sebuah kota metropolitan dan sebagai salah satu pusat bisnis dengan jumlah

penduduk terpadat di Indonesia. Luas wilayah Jakarta hanya mencapai 650 km2, namun pertambahan penduduknya dari

tahun ke tahun amat cepat, hingga kini tercatat penduduk Jakarta telah mencapai 9 juta jiwa dengan kepadatan 13.667,01 jiwa

per km2. Itu pun belum termasuk mobilitas sekitar 2 juta jiwa penduduk dari kota tetangga, seperti Bogor, Tangerang, Bekasi,

Depok, dan Cianjur yang setiap harinya turut melakukan berbagai aktivitas di Jakarta.

Tingginya pertambahan penduduk baik secara alamiah maupun migrasi sangat rentan terhadap masalah sosial, ekonomi, dan

demografis yang sangat kompleks. Belum lagi dengan minimnya kondisi sumber daya alam wilayah Jakarta. Ada korelasi

antara tingginya tingkat kepadatan penduduk kota dengan tingginya tingkat tantangan dan masalah-masalah sosial kota

Jakarta dan kota penyangga.

Dengan kondisi seperti itu maka sudah dipastikan daya dukung dan daya tampung wilayah Jakarta untuk menopang

pembangunan sudah tidak mampu lagi. Untuk itu, diperlukan kebijakan penyatuan dan perencanaan tata ruang kawasan

penyangga berupa kawasan terpadu dalam satu kesatuan rencana induk (master plan) yang terintegrasi meliputi Jakarta,

Bogor, Tangerang, Bekasi, Depok, dan Cianjur.

Keterlibatan wilayah-wilayah tersebut tetap harus memperhatikan segala aspek dan faktor dalam satu rangkaian yang

komprehensif. Karena itu, menyatunya wilayah tersebut dapat dikoordinasikan sebagai satu wilayah terpadu untuk

membangun rencana induk (master plan) Megapolitan Jabodetabekjur.

Pentingnya wilayah Jakarta baik sebagai Ibukota Negara maupun sebagai kawasan perekonomian nasional sejatinya telah

diupayakan pengaturannya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Nasional, Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur (Jabodetabekpunjur) dan Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi,

Puncak, Cianjur. Kawasan tersebut ditetapkan sebagai kawasan strategis nasional yang memerlukan perencanaan tata ruang,

pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang secara terpadu.

Tujuan Kajian :

1) Dibutuhkan sebuah peraturan perundang-undangan yang bersifat lex specialist menjadi payung hukum dalam pengelolaan

kawasan Jakarta dan kota-kota penyangganya melalui RUU tentang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan

Cianjur (RUU Jabodetabekjur).

2) Perlu peraturan perundang-undangan yang cukup kuat untuk menata kawasan Jakarta sebagaimana layaknya kota-kota

metropolitan di dunia.

3) Kompilasi materi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah kedalam undang-undang yang baru

mengingat beberapa kota penyangga Jakarta seperti Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi Puncak, dan Cianjur masih

menggunakan Undang-Undang Pemerintahan Daerah dalam melaksanakan kebijakan dan perencanaan daerahnya.

Socio Legal

Analysis

Kajian Latar Belakang Kebijakan

dan Socio Legal Analysis

Pengaturan Pengelolaan

Terpadu Kawasan Megapolitan

Jakarta, Bogor, Depok,

Tangerang, Bekasi dan Cianjur

(Jabodetabekjur)

Pembahas

Utama

Muda 40

juta

Long List 2015-

2019

Page 3 of 14

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL

Pelaksanaan

Tugas DPD

Jenis

Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

Usulan Mitra

Lembaga Riset

6 RUU tentang Perubahan

Atas UU Nomor 26 Tahun

2007 tentang Penataan

Ruang

Problematic Situation :

Berbicara masalah tata ruang masih banyak ditemukan permasalahan dan kendala pembangunan,

terutama dalam kerangka pembangunan wilayah. Permasalahan umum yang masih ditemukan

antara lain : (1) Kesenjangan dalam dan antarwilayah, (2) Keterbatasan akses ke kawasan

terpencil/tertinggal dan akses ke pasar, (3) Sistem pembangunan yang masih sentralistik dan

sektoral, (4) Lemahnya keterpaduan program yang berbeda sumber pendanaannya, (5) Belum

efektifnya pemanfaatan rencana tata ruang sebagai alat keterpaduan pembangunan (wilayah/

sektoral), (6) Pengelolaan pembangunan di daerah belum optimal dalam menunjang upaya

pengembangan wilayah, dan (7) Terakumulasi¬nya modal di kawasan perkotaan.

Keberhasilan kombinasi beberapa pendekatan seperti ini membutuhkan partisipasi politik yang tinggi

dari masyarakat adat dalam proses penataan ruang dan penentuan kebijakan pengelolaan SDA di

wilayah ekosistem. Semakin tinggi partisipasi politik dari pihak-pihak berkepentingan akan

menghasilkan rencana tata ruang yang lebih akomodatif terhadap kepentingan bersama yang

"intangible" yang dinikmati bersama oleh banyak komunitas yang tersebar di seluruh wilayah

ekosistem tersebut, seperti jasa hidrologis. Dalam konteks ini maka membangun kapasitas

masyarakat adat yang berdaulat (mandiri) harus diimbangi dengan jaringan kesaling-tergantungan

(interdependency) antar komunitas dan antar para pihak. Untuk bisa mengelola dinamika politik di

antar para pihak yang berbeda kepentingan seperti ini dibutuhkan tatanan organisasi birokrasi dan

politik yang partisipatif demokrasi (participatory democracy).

Tujuan Kajian :

1) Memperkuat aspek penegakan hukum terhadap pelanggaran-pelanggaran pemanfaatan ruang,

khususnya pelanggaran yang terjadi pada masa transisi. Satu dan lain hal, karena selama ini betapa

sulitnya menjerat pelaku-pelaku pelanggaran pemanfaatan ruang.

2) Penyederhanaan proses dan prosedur penyusunan rencana tata ruang wilayah, khususnya

wilayah kabupaten. Penyederhanaan ini dimaksudkan sebagai upaya mempercepat proses

pengesahan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah demi percepatan

penyelenggaraan pembangunan di daerah.

Socio Legal

Analysis

Kajian Latar Belakang Kebijakan

dan Socio Legal Analysis guna

Pengaturan Penataan Ruang

Berbasis Kerja sama antar-

daerah

Pembahas

utama

Muda, 40

Juta

7 RUU tentang Badan Usaha

Milik Daerah

Problematic Situation :

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah masih berlaku sampai dengan

disahkannya undang-undang penggantinya. Namunsampai saatini belum ada undang-undang

pengantinya, sedangkan materi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah

memiliki semangat berbeda dengan situasi dan kondisi sekarang. Oleh karena itu, dalam

implementasinya undang-undang tersebut sudah tidak relevan dan kurang mampu mengakomodasi

penyelenggaraan BUMD serta tidak dapat menjawab dinamika manajemen perusahaan yang

menyangkut berbagi aspek antara lain personil kelembagaan, tata kerja yang tidak dapat

mengemban fungsi dan perannya dalam mendukung fungsi perusaha-an sebagai kontributor PAD.

Tujuan Kajian :

1) Adanya pengaturan tentang pengelolaan BUMD secara profesional dan sesuai dengan prinsip-

prinsip good corporate governance serta sesuai dengan tujuan didirikanya sebuah badan usaha

yang berorentasi pada profit oriented.

2) Merupakan tuntutan sebagai sebuah badan usaha yang didirikan untuk melayani kepentingan

publik atau masyarakat.

Evaluasi

Kebijakan

(Policy

Evaluation) dan

Legal Analysis

Kajian Yuridis Empiris dan

Socio Legal Analysis

Pengelolaan BUMD secara

Profesional guna

Penyempurnaan/Penggantian

UU No. 5 Tahun 1962 tentang

Perusahaan Daerah

Pembahas

utama

Muda 40

juta

Long List 2015-

2019

Page 4 of 14

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL

Pelaksanaan

Tugas DPD

Jenis

Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

Usulan Mitra

Lembaga Riset

8 RUU tentang Partisipasi

Masyarakat

Problematic Situation :

Sesuai dengan ide negara hukum, maka partisipasi publik dalam penyusunan RUU mesti diatur

secara jelas dalam suatu aturan hukum tertentu. Sendi utama negara hukum, menurut adalah

hukum merupakan sumber tertinggi (supremasi hukum) dalam mengatur dan menentukan

mekanisme hubungan hukum antara negara dan masyarakat atau antar-anggota masyarakat yang

satu dengan yang lainnya. Hukum mempunyai dua pengertian, yakni hukum tertulis dan hukum tidak

tertulis. Dalam hal inilah di Indonesia sudah saatnya partisipasi itu sudah dalam konteks partisipasi

otentik, bukan semua sehingga perlu dijamin dalam sebuah undang-undang.

Tujuan Kajian :

Terciptanya sebuah mekanisme kelembagaan yang menempatkan masyarakat pada posisi yang

jelas dan strategis dalam kerangka pembentukan kebijakan pemerintahan dalam sebuah payung

hukum.

Socio Legal

Analysis

Kajian Latar Belakang Kebijakan

dan Socio Legal Analysis

Pengaturan Partisipasi Publik

dalam Penyusunan RUU

Partisipasi Masyarakat

Pembahas

Utama

Pendek 25

Juta

Long List 2015-

2019

9 RUU tentang

Penyelenggaraan

Pemerintah di Wilayah

Kepulauan

Problematic Situation :

- Wilayah Kesatuan Republik Indonesia dibagi menjadi Daerah besar dan daerah kecil. Pembagian

tersebut pada intinya merupakan implementasi dari desentralisasi teritorial. Sehubungan dengan hal

ini, maka ketika pembagian tersebut dilakukan dalam konteks administratif membuka kemungkinan

terjadinya terjadinya penggabungan beberapa pulau ke dalam satu provinsi;

- Pembagian beberapa pulau dalam satu provinsi saat ini sering menimbulkan berbagai persoalan

termasuk keinginan pulau-pulau yang bergabung ini untuk memisahkan diri dengan Provinsi induk

(pemekaran);dan

- Kehendak untuk memisahkan diri tersebut sering tidak diikuti dengan pengkajian yang mendalam

menyangkut keadaan, kemampuan, dan kebutuhan yang rasional. Bahkan hanya semata-mata

dilandasi oleh adanya berbagai konflik baik yang bedimensi kultural maupun politis.

Tujuan Kajian :

1) Mempertegas kriteria tentang provinsi kepulauan, agar tetap terjaga dalam satu wilayah

administratif guna mensinergikan berbagai potensi yang dimiliki;

2) Memperkuat desentralisasi teritorial berbasis kepulauan guna mewujudkan prinsip kenusantaraan;

3) Meningkatkan kemampuan otonomi provinsi kepulauan guna menunjang pembangunan nasional;

dan

4) Memperkuat integrasi bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Socio Legal

Analysis

Kajian Latar Belakang Kebijakan

dan Socio Legal Analysis Pokok-

Pokok Pengaturan/tata kelola

dalam Penyusunan RUU

Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah di Wilayah Kepulauan

Ikut Membahas Pendek,

25 Juta

Long List 2015-

2019

Page 5 of 14

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL

Pelaksanaan

Tugas DPD

Jenis

Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

Usulan Mitra

Lembaga Riset

10 RUU tentang Ekonomi

Kreatif

Problematic Situation :

Dalam rencana strategis pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia 2012-2014, yang disusun

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, telah ditegaskan bahwa

Kemenparekraf akan mengembangkan 15 subsektor industri kreatif yang dikelompokkan sebagai 9

kelompok sektor ekonomi kreatif sesuai dengan pembagian tugas serta fungsi unit kerja dalam

Kemenparekraf, meliputi:

1. Desain yang meliputi: desain komunikasi visual, desain produk, desain kemasan, desain grafis,

dan desain industri;

2. Arsitektur, meliputi: arsitektur bangunan, lansekap, interior, dan arsitektur kota;

3. Media konten, meliputi konten: permainan interaktif, periklanan, audio dan video, tulisan fiksi dan

nonfiksi, animasi dan komik, web dan mobile;

4. Fesyen, meliputi: busana, alas kaki, dan aksesoris;

5. Perfilman, meliputi: film layar lebar, film iklan, film animasi, video, dan film TV,

6. Seni pertunjukan, meliputi tari, sastra, teater, dan musik;

7. Seni rupa, meliputi: seni instalasi, seni keramik, kriya, seni patung, seni lukis, fotografi, dan seni

grafis;

8. Industri musik; dan

9. Kuliner sebagai bagian dari pariwisata.

Dengan begitu luasnya wilayah/cakupan ekonomi kreatif dan begitu besarnya peluang untuk

meningkatkan kesejahteraan melalui ekonomi kreatif ini maka sewajarnya Indonesia memberi

perhatian yang besar terhadap eknomi kreatif ini. Salah satu bentuk pengembangan ekonomi kreatif

itu adalah dengan membuat regulasi yang tegas yang mengatur kegiatan tersebut dalam masyarakat

berbangsa dan bernegara.

Tujuan Kajian :

1) Supaya ada payung hukum yang tegas untuk mengatur kegiatan yang berhubungan dengan

kreatifitas di Indonesia.

2) Agar regulasi yang terpisah dan berada dalam berbagai Undang-Undang lain bisa menjadi satu.

3) Agar bisa pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia bisa dilaksanakan dengan landasan

hukum yang kuat, terstruktur secara baik dan memiliki penangggung jawab yang jelas.

Meta Study

Analysis dan

Socio Legal

Analysis

Meta Study Analysis dan Socio

Legal Analysis Pengembangan

Ekonomi Kreatif Berbasis

Budaya Lokal

Ikut Membahas Pendek 25

Juta

Long List 2015-

2019

Page 6 of 14

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL

Pelaksanaan

Tugas DPD

Jenis

Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

Usulan Mitra

Lembaga Riset

11 RUU Tentang Pendapatan

Asli Daerah (RUU Tentang

Peningkatan Pendapatan

Asli Daerah)

Problematic Situation :

a. Otonomi daerah terbagi atas otonomi provinsi dan kabupaten/kota, namun disisi lain

pemerintahan desa juga diberikan sebagian kewenangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri

sehingga dari aspek pendapatan asli daerah dan desa sering mengalami permasalahan antara batas

kewenangan dalam pengelolaan PAD.

b. Pendapatan asli daerah adalah salah satu dari berbagai sumber pendapatan daerah namun

seharusnya lebih besar dibanding bagi hasil dari pemerintah pusat sebab akan mencerminkan

kapasitas keuangan daerah dalam berotonomi. namun kenyataannya sebagian besar pemerintah

provinsi dan kabupaten/kota,masih sangat kecil kontribusi PAD dalam pendapatan daerah. apakah

karena pembagian kewenangan pengelolaan PAD atau SDM dan sarana prasarana yang kurang

memadai sehingga potensi mungkin saja besar namun belum menghasilkan PAD yang signifikan

bagi daerah.

c. Kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak sumber PAD yang seharusnya dikelola oleh

daerah, namun masih dikelola pemerintah pusat sehingga jenis‐jenis sumber PAD berkurang.

misalnya PBB pertambangan dan migas, yang potensinya cukup besar justru di pungut pusat dan

pemerintah daerah hanya menerima bagi hasil dari pemerintah pusat. disisi lain pajak bbm misalnya

dipungut berulang antara pemerintah pusat dan daerah provinsi. bahkan masih juga tarik menarik

kewenangan antara pemerintah.

d. Menemukan kesenjangan antara potensi pendapatan dengan hasil yang dicapai dalam

mendukung alokasi belanja pada APBD, sehingga dapat dirumuskan peraturan

perundangan‐undangan yang secara tegas memperjelas potensi PAD antara pemerintah provinsi

dan kabupaten/kota sesuai kewenangan yang dimilikinya.

Tujuan Kajian :

1) Menemukan kesenjangan antara potensi pendapatan dengan hasil yang dicapai dalam

mendukung alokasi belanja pada APBD.

2) Merumuskan peraturan perundangan‐undangan yang secara tegas memperjelas potensi PAD

antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota sesuai kewenangan yang dimilikinya.

Socio Legal

Analysis

Socio Legal Analysis

Peningkatan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) untuk

kemandirian daerah

Ikut Membahas Singkat 10

juta

Usulan Wakil

Ketua Komite

IV

12 RUU Tentang Ketentuan

Umum Perpajakan

(RUU tentang Perubahan

Kelima Atas UU No.6 Tahun

1983 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara

Perpajakan)

Problematic Situation :

a. PAJAK DAERAH adalah sumber utama pendapatan asli daerah,namundalam berbagai

peraturannya sangat tergantung pada pemerintah pusat,bahkan pengesahan PERDA juga oleh

pemerintah pusat. Pemisahan antara kewenangan di bidang pajak nasional dan pajak daerah,

cenderung ditentukan sepihak oleh pemerintah pusat.Seharusnya dalam membagi jenis pajak yang

dikelola pusat dan daerah, dimusyawarahkan dengan baik bahkan daerah dapat diberikan

kewenangan menentukan jenis pajak yang dapat dipungut sepanjang tidak tumpang tindih dengan

pajak nasional.

b. Pengelolaan PAJAK yang menggunakan system self assessment (Penghitungan dan pembayaran

sendiri), disatu sisi sangat baik dalam kaitan transparansi pengelolaan pajak namun dalam aspek

akuntabilitasnya masih lemah sebab kejujuran wajib pajak masih harus dievaluasi setiap saat.

c. Penerimaan negara dan daerah dari sektor pajak masih kurang dibanding dengan potensi yang

ada. Masalahnya selalu dikaitkan dengan SDM, Sarana Prasarana serta kesadaran wajib pajak.

d. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),digagas akan dihapus oleh pemerintah pusat padahal menjadi

sumber utama PAD Kabupaten/Kota. Apakah ada jenis pajak lain yang dapat menjadi pengganti

PBB yang diserahkan pada daerah pengelolaannya sehingga sumber utama PAD bagi

Kabupaten/Kota tidak berkurang, jika perlu makin memberi peluang daerah makin meningkatkan

pendapatannya.

Tujuan Kajian :

Mengkaji kewenangan pengelolaan perpajakan antara pemerintah pusat dan daerah, potensi dan

masalah pengelolaan pajak daerah khususnya pajak bumi dan bangunan sehingga dapat menjadi

bahan rumusan RUU oleh DPD RI.

Socio Legal

Analysis

Socio Legal Analysis Sistem

Pengelolaan Perpajakan

Nasional guna Perubahan

Kelima atas Undang-Undang

No.6 Tahun 1983 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan

Memberi

Pertimbangan

Singkat 10

juta

Usulan Wakil

Ketua Komite

IV

Page 7 of 14

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL

Pelaksanaan

Tugas DPD

Jenis

Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

Usulan Mitra

Lembaga Riset

13 RUU tentang Perubahan

Atas UU No. 1 tahun 2015

tentang Penetapan Perpu

Nomor 1 Tahun 2014

tentang Pemilihan

Gubernur, Bupati, dan

Walikota menjadi Undang-

Undang

Problematic Situation : Kondisi politik

pelaksanaan pemilihan kepala daerah yang selama ini berjalan perlu dielaborasi secara mendalam

agar tercapai pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah yang sesuai dengan aspirasi dan keinginan

daerah.

Tujuan :

Terbentuknya payung hukum pelaksanaan pemilihan kepala daerah yang sesuai dengan keinginan

masyarakat dan daerah.

Kajian Yuridis

Empirik dan

Sosio Legal

Analysis

Kajian Yuridis Empiris dan

Socio Legal Analysis

mekanisme Pemilihan Kepala

Daerah berlandaskan prinsip-

prinsip demokrasi guna

Penggantian/Penyempurnaan

atas UU No.1 tahun 2015

tentang Penetapan Perppu No.

1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur, Bupati dan Walikota

menjadi UU

Ikut Membahas Singkat 10

juta

Komisi II DPR Prioritas tahun

2015

Ada NA+RUU

14 RUU tentang Perubahan

Atas Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2014

tentang MPR, DPR, DPD,

dan DPRD / RUU tentang

DPD.

Problematic Situation :

UU No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, DAN DPRD (UU MD3) yang terbit pasca Putusan

Mahkamah Konstitusi dan menggantikan UU No. 27 Tahun 2009, memuat ketentuan Pasal-pasal

yang mereduksi, menegasikan, bahkan mengikis kewenangan konstitusional DPD sebagaimana

telah ditegaskan oleh Mahkamah Konstitusi. Hal ini menunjukkan bahwa pembentuk UU MD3 nyata-

nyata tidak menghargai putusan Mahkamah Konstitusi No. 92/PUU-X/2012 tersebut. Kondisi yang

demikian ini jelas-jelas tidak memberikan teladan bagi rakyat Indonesia dalam melaksanakan

penegakan hukum, karena justru Lembaga Negara setingkat pembentuk UU juga tidak

mengindahkan keputusan lembaga yang diberi kewenangan konstitusi untuk memutuskan

permohonan pengujian UU terhadap UUD 1945, yakni Mahkamah Konstitusi.

Berdasarkan Putusan MK tersebut, DPD berpandangan perlunya dilakukan penyesuaian dan

perubahan terhadap UU MD3 terutama kaitannya dengan pelaksanaan kewenangan kelembagaan

DPD serta mekanisme pelaksanaan pembahasan legislasi yang konstitusional.

Tujuan Kajian :

1) Merumuskan permasalahan yang dihadapi oleh DPD sebagai lembaga perwakilan daerah dalam

proses legislasi khususnya dalam rangka mengemban visi dan misi memperjuangkan kepentingan

daerah dalam penentuan kebijakan nasional;

2) Merumuskan permasalahan hukum yang terkait dengan penentuan norma-norma hukum

kewenangan DPD sebagaimana telah ditegaskan dalam UUD 1945 yang kemudian didelegasikan ke

undang-undang pelaksanaannya, yaini UU MD3;

3) Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis pembentukan

Rancangan Undang-undang tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR,

DPD, dan DPRD; dan

4) Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan dan arah

pengaturan dalam Rancangan Undang-Undang Tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 17

Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD.

Socio Legal

Analysis

Socio Legal Analysis Fungsi

Representasi DPD RI untuk

Penyempurnaan Undang-

Undang Nomor 17 Tahun 2014

tentang MD3

Ikut Membahas Singkat 10

juta

Long List 2015-

2019

Page 8 of 14

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL

Pelaksanaan

Tugas DPD

Jenis

Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

Usulan Mitra

Lembaga Riset

15 RUU tentang Perubahan

Atas Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2011

tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-

undangan

Problematic Situation :

Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 92/PUU-X/2012 beberapa ketentuan

dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5234) dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan beberapa ketentuan yang lain dinyatakan tidak

mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai sebagaimana yang telah

diputuskan oleh MK (unconstitutional conditional/tidak konstitusional bersyarat).

Beberapa ketentuan yang diputus oleh MK tersebut adalah terkait dengan perencanaan

pembentukan undang-undang (prolegnas), pengajuan rancangan undang-undang, dan pembahasan

rancangan undang-undang. Dengan demikian Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 perlu

dilakukan perubahan dan masuk ke dalam program legislasi nasional sebagai RUU kumulatif terbuka

akibat adanya putusan MK.

Tujuan Kajian :

1) Menindaklanjuti Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 92/PUU-X/2012 terkait dengan

dinyatakan tidak bmempunyai kekuatan hukum mengikat dan pertentangan bersyarat dengan UUD

1945 beberapa ketentuan dalam UU 12/2011;

2) Mengatur lebih lanjut mekanisme pelaksanaan pembentukan undang-undang antara DPR,

Presiden, dan DPD sesuai dengan UUD 1945 melalui perubahan UU 12/2011; dan

3) Menyerap aspirasi masyarakat dan stakeholders penyelenggara negara dalam pembentukan

peraturan perundang-undangan.

4) Sasaran yang diharapkan tercapai dengan adanya penyusunan RUU ini adalah terwujudnya

hubungan Presiden, DPR, dan DPD dalam pembentukan undang-undang yang sesuai dengan UUD

1945 sebagaimana diputuskan oleh MK.

Evaluasi

Implementasi

Kebijakan (Policy

Implementation)

dan Legal Analysis

Legal Analysis Mekanisme

Pengawasan Pembentukan

Undang-Undang dari Agenda

Setting sampai Implementasi

Kebijakan Terkait Putusan

Mahkamah Konstitusi (MK) No.

92/PUU-X/2012 tanggal 27

Maret 2013

Ikut Membahas singkat 10

Juta

16 RUU tentang Hak

Keuangan/Administratif

Pimpinan/Anggota Lembaga

Negara Republik Indonesia

serta Mantan Pimpinan dan

Anggota Lembaga Negara

Republik Indonesia.

Problematic Situation :

Sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1980 tentang Hak Keuangan Administratif

Pimpinan dan Anggota Lembaga tertinggi/Tinggi Negara Serta Bekas Pimpinan Lembaga

Tertinggi/Tinggi Negara. Penggantian ini dikarenakan perkembangan dan perubahan ketatanegaraan

seiring dengan adanya amandemen UUD 1945, maka perlu disesuaikan dengan kondisi kekinian.

Dalam hal ini penyebutan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara juga telah diubah menjadi Lembaga

Negara.

Tujuan Kajian :

Pelaksanaan amandemen UUD 1945 telah membawa konsekuensi pada pembentukan lembaga-

lembaga negara baru. Sehubungan dengan hal tersebut perlunya dibentuk sebuah payung hukum

yang mengatur mengenai pemenuhan Hak Keuangan/Administrasi Pimpinan dan Anggota Lembaga

Negara.

Evaluasi

Kebijakan

(Policy

Evaluation ) dan

Legal Analysis

Kajian Yuridis Empiris Hak-Hak

Keuangan/Administratif

Pimpinan/Anggota Lembaga

Negara Republik Indonesia serta

Mantan Pimpinan dan Anggota

Lembaga Negara Republik

Indonesia dalam Perspektif

Good Governance untuk

Penggantian UU No.12 Tahun

1980

Ikut Membahas Singkat 10

Juta

Long List 2015-

2019

Page 9 of 14

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL

Pelaksanaan

Tugas DPD

Jenis

Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

Usulan Mitra

Lembaga Riset

17 RUU tentang Pemerintahan

Otonomi Khusus Bagi

Provinsi di Tanah Papua

Problematic Situation :

UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua merupakan satu langkah

maju yang diambil oleh Pemerintah RI dalam rangka melindungi hak ulayat orang Papua akan tanah,

air, dan kekayaan alam Papua lainnya. Di dalam perkembangannya, keberlangsungan otonomi

khusus di Papua ternyata belum dapat dikatakan berhasil, bila diukur dari 4 (empat) bidang pokok

yang menjadi sasaran yakni pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi kerakyatan, dan

infrastruktur pada kenyataannya masih ditemukan beberapa kekurangan.

Dari berbagai permasalahan tersebut dapat dilihat bahwa keberadaan UU Nomor 21 Tahun 2001

tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua memiliki alasa-alasan untk dilakukan perubahan

sebagai berikut:

- Bahwa UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua sudah tidak

sesuai dengan perkembangan masyarakat;

- Bahwa telah terjadi perubahan tata pemerintahan di Provinsi Papua dengan adanya Provinsi Papua

Barat;

- Adanya DPRP dan MRP di Provinsi Papua Barat;

- Perkembangan konteks, tuntutan, dan kebutuhan masyarakat di Papua; dan

- Mengakomodir kewenangan bidang lain yang diperluas untuk diatur dalam RUU tentang Otonomi

Khusus Papua.

Tujuan Kajian :

Terwujudnya sebuah kepastian hukum dalam kerangka menciptakan masyarakat Papua yang adil

dan sejahtera, dengan meiningkatkan pembangunan disektor pendidikan, ekonomi kerakyatan, dan

infrastruktur.

Evaluasi

Kebijakan

(Policy

Evaluation) dan

Legal Analysis

Kajian Yuridis Empiris dan

Socio Legal Analysis

Kelembagaan Otonomi Khusus

Provinsi Papua dalam rangka

Perubahan dan Penyempurnaan

atas UU No. 21 Tahun 2001

tentang Otsus Papua

Pembahas

Utama

Muda 40

Juta

Long List 2015-

2019

18 RUU tentang Provinsi Bali Problematic Situation :

Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa

Tenggara Timur;

khusus dalam kerangka regulasi nasional.

pariwisata, keadilan dalam perimbangan keuangan sampai dengan kebutuhan “one island, one

management” dalam mengatasi problem Bali.

Tujuan :

1) Terwujudnya pembangunan yang berlandaskan budaya Bali dan berwawasan lingkungan.

2) Terwujudnya pengakuan, penghormatan, dan pemberdayaan kesatuan masyarakat hukum adat

dan hak-hak asal usul untuk memperkokoh ketahanan sosial.

3) Terwujudnya perlindungan, penghormatan, dan pengembangan budaya Bali sebagai warisan

budaya bangsa.

Evaluasi

Kebijakan

(Policy

Evaluation) dan

Legal Analysis

Kajian Yuridis Empiris dan

Socio Legal Analysis Penataan

Ulang Kelembagaan Usaha dan

Investasi di Provinsi Bali, NTB

dan NTT untuk Kesejahteraan

Masyarakat

Pembahas

Utama

Madya 60

juta

Long List 2015-

2019

Page 10 of 14

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL

Pelaksanaan

Tugas DPD

Jenis

Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

Usulan Mitra

Lembaga Riset

19 RUU tentang Perubahan

atas UU No.25 tahun 2007

Tentang Penanaman Modal

Problematic Situation :

Kebijakan pokok mengenai hukum penanaman modal di Indonesia dimaksudkan untuk menarik

jumlah modal asing dengan harapan, usaha ini akan menghasilkan kebangkitan ekonomi nasional.

Masih tingginya tingkat pengangguran, rendahnya pendapatn perkapita serta lebarnya ketimpangan

ekonomi masyarakat menjadi bukti bahwa perekonomian Indonesia saat ini masih berada dalam

situasi stagnan. Hal ini sangat ironis jika dibandingkan dengan potensi sumber daya alam maupun

manusia yang besar di negara ini. Penanaman modal diharapkan memainkan peran dengan

mengolah potensi ekonomi yang besar menjadi kekuatan ekonomi riil. Peningkatan penanaman

modal di Indonesia diharapkan menjadi penting dalam hal m,empercepat pembangunan ekonomi

nasional dan perwujudan kedaulatan politik serta ekonomi Indonesia.

Tujuan :

Adanya regulasi nasional mengenai penanaman modal yang mempertimbang-kan aspek

pembangunan berkelanjutan sekaligus sebagai jawaban atas konsep pasar bebas yang tetap

berpedoman pada filosofi ekonomi Indonesia yang mengarahkan negara pada bentuk negara

kesejahteraan.

Evaluasi

Kebijakan

(Policy

Evaluation) dan

Legal Analysis

Kajian Yuridis Empiris dan Socio

Legal Analysis Pengembangan

Kerjasama Kawasan guna

Penyempurnaan Tata Kelola

dalam Perubahan UU No. 25

Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal

Ikut Membahas Pendek,

25 juta

Long List 2015-

2019

20 RUU tentang

Pengembangan

Pembangunan Daerah

Kepulauan

Problematic Situation :

Pembangunan di provinsi berciri kepulauan berjalan sangat lamban dibandingkan dengan provinsi

berciri daratan karena dalam penetapan DAU dan DAK tidak memperhi-tungkan luas lautan

pedalamannya dan laut teritorialnya.

Tujuan :

mengakomodir konsep pembangunan kontinental yang berorientasi kelautan dan kepulauan yang

mendorong kesejahteraan masyarakat lokal melalui instrumen pendayagunaan sumberdaya maritim

dalam suatu wilayah provinsi atau kabupaten/kota berbasis maritim.

Socio Legal

Analysis

Kajian Latar Belakang Kebijakan

dan Socio Legal Analysis

Strategi Pembangunan dan

Pengembangan Daerah

Kepulauan dalam RUU

Pengembangan Daerah

Kepulauan

Ikut Membahas Pendek,

25 juta

Long List 2015-

2019

21 RUU tentang Pertanahan Problematic Situation :

• Adanya dualisme adminstrasi pertanahan antar sektor, khususnya instansi pertanahan dan

instansi kehutanan

• Memberi tuntutan kebutuhan dasar yang kuat untuk pengadministrasian tanah ulayat.

• Menyelesaikan masalah pertanahan secara lebih berkeadilan dan cepat

• Pengaturan yang baik tentang hak-hak warga Negara yang terkait dengan bidang pertanahan.

Tujuan Kajian :

1) Pengejawantahan penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia, khususnya

dalam bidang pertanahan.

2) Memperkuat kedudukan hak-hak masyarakat, redistribusi tanah, dan penyelesaian konflik

pertanahan dengan mengedepankan keadilan.

Evaluasi

Kebijakan

(Policy

Evaluation ) dan

Legal Analysis

Socio Legal Analysis Hak Tanah

Ulayat dalam Undang-Undang

No. 5 Tahun 1960 Tentang

Pokok-Pokok Agraria untuk

Perubahan dan Penyempurnaan

UU Pertanahan

Ikut Membahas Singkat 10

Juta

Komisi II DPR Prioritas tahun

2015, Ada

NA+RUU

Page 11 of 14

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL

Pelaksanaan

Tugas DPD

Jenis

Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

Usulan Mitra

Lembaga Riset

22 RUU tentang Perkoperasian Problematic Situation :

Permasalahan utama dari UU No 17 Tahun 2012 yang menjadi landasan MK membatalkannya yakni

frasa koperasi adalah “badan hukum” bertentangan dengan tujuan negara untuk memajukan

kesejahteraan umum, jaminan kepastian hukum, asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Bahwa

pengertian “Koperasi adalah Badan Hukum” sesungguhnya hanya kontinum dari pengertian UU No

25 Tahun 1992 yang berlaku sebelumnya yang menyebut pengertian koperasi sebagai “Badan

Usaha”. Koperasi bukanlah Badan Hukum atau Badan Usaha, tapi Koperasi adalah perkumpulan

otonom dari orang-orang dan/atau organisasi rakyat.

Definisi koperasi tersebut juga selaras dengan gerakan koperasi dunia, International Co-operative

Alliance (ICA). Sebab itu, koperasi adalah suatu sistem ekonomi yang bermuatan sosial.

Sebagai suatu sistem ekonomi sosial, koperasi terbangun dari bottom up process kelembagaan

ekonomi, sehingga Koperasi menjadi instrumen kesejahteraan pada kebijakan pro growth, pro poor,

pro job dan pro green atas hasil usaha para anggotanya.

Tujuan Kajian :

1) secara filosofis: mengisi kekosongan ruang hukum pengaturan tentang Koperasi yang selaras

dengan amanat UUD RI Tahun 1945 Pasal 33;

2) secara empiris: memberikan Arah Kebijakan Koperasi yang selaras dengan jati diri Koperasi

Indonesia berdasarkan kekhasan daerah dan wilayah yang mengutamakan kuasa manusia

(kesejahteraan anggota) diatas kuasa modal (kesejahteraan pemilik modal);

3) secara strategis: menjadi rujukan pengembangan Koperasi Indonesia guna memperkuat daya

saing ekonomi nasional.

Evaluasi

Kebijakan

(Policy

Evaluation) dan

Legal Analysis

Kajian Yuridis Empiris dan

Socio Legal Analysis

Perumusan Payung Hukum

Koperasi Menuju Koperasi Yang

Maju dan Modern sebagai

Pengganti UU No.17 Tahun

2012.

Ikut Membahas Singkat 10

Juta

Page 12 of 14

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL

Pelaksanaan

Tugas DPD

Jenis

Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

Usulan Mitra

Lembaga Riset

23 APBN dan APBNP Problematic Situation :

a. Wewenang, hak dan Kewajiban DPD R I dibidang anggaran menurut UUD NRI 1945 yang telah

dituangkan dalam UU SUSDUK serta ditindaklanjut dengan TATIB DPD RI beserta PEDOMAN

MEKANISME KERJA, nampaknya belum dapat dipahami secara jelas dan meluas oleh masyarakat,

sebab yang diketahui dan dilihat adalah HAK ANGGARAN DPR dengan kewenangan menetapkan

Undang‐Undang APBN dan APBN Pokok. DPD RI, kurang terekspose kinerjanya dalam

pembahasan anggaran, apalagi karena hanya memberikan PERTIMBANGAN yang sifatnya tidak

mengikat bahkan mungkin saja tidak diperhatikan oleh DPR RI. Apakah karena kewenangan

yanglemahatausubstansipertimbanganyangtidaktajam.

b. PERTIMBANGAN DPD RI ditujukan kepada DPR RI, sedangkan anggota DPR adalah wakil‐wakil

partai yang dipilih juga langsung oleh rakyat bersama anggota DPD RI,

sehinggaaktualisasidiridalampenentuanalokasianggaransangatditonjolkanperan dan fungsi DPR.

Dengan demikian DPD RI, tidak diberi peluang yang juat untuk aktualisasi diri dan kelembagaan.

Apakah karena persasingan aktualisasi diri atau batasan kewenangan dalam undang‐undang yang

secara sengaja dan sistemik dibuat demikian rupa ( Ketika penetapan Undang‐Undang oleh DPR),

agar DPD tidak keliatan fungsi dan peran penganggarannya. Disisi lain, publik hanya mengetahui

selalu dari hasil keputusan,bukan prosesnya.

c. PERTIMBANGAN DPD RI, diasumsikan tidak FOKUS pada kewenangan yang dimiliki sehingga

tidak menarik bagi DPR RI untuk menjadi masukan dalam pembahasan. Karena itu DPD RI, harus

juga memberikan masukan pada pemerintah melalui pokok‐pokok pikiran dalam penyusunan

RENCANA KERJA TAHUNAN PEMERINTAH (RKP, RENJA K/L) DAN PENYERAPAN USULAN

PRIORITAS Pemerintah Daerah ke pemerintahpusatyangdihimpunolehDPD RI.

Tujuan Kajian :

diperlukan adanya kajian atas pertimbangan DPDRI di bidang anggaran untuk mengetahui

efektivitasnya terhadap pembahasan APBN oleh DPR bersama pemerintah sehingga menjadi

perbaikan di tahun – tahun berikutnya.

Evaluasi

Kebijakan

(Policy

Evaluation) dan

Legal Analysis

Analisis Legal Efektivitas

Pertimbangan DPD RI kepada

DPR RI dalam Pembahasan

APBN dan APBNP serta

Persepsi Masyarakat Terhadap

Anggaran DPD RI

Singkat 10

Juta

Usulan Wakil

Ketua Komite

IV

24 RUU Perubahan atas UU

No. 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan

Problematic Situation :

Sesuai Pasal 12 UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan bahwa perencanaan kehutanan meliputi

inventarisasi hutan, pengukuhan kawasan hutan, penatagunaan kawasan hutan, pembentukan

wilayah pengelola hutan, penyusunan rencana kehutanan.

Perencanaan yang banyak menimbulkan masalah di bidang kehutanan adalah pengukuhan kawasan

hutan dimana kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan hutan adalah tempat pemukiman, ibu kota

kabupaten dan lain-lain.

Selama ini pengukuhan kawasan hutan tidak melibatkan pemerintah daerah, oleh karena itu perlu

ada beberapa perubahan menyangkut ketentuan tentang pengukuhan kawasan hutan dengan

melibatkan pemerintah daerah.

Selain itu pelaksanaan UU No. 41 tahun 1999 juga telah menimbulkan beberapa dampak negatif,

diantaranya (1) Ketidakjelasan, ketidakpastian hakdan kewajiban/ tanggung jawab serta

ketidakamanan dalam pengurusanhutan; (2) Berkurangnya akses masyarakat terhadap hutan; (3)

Adanya ketimpangan alokasi hutan yang dikelola masyarakat, perusahaan swastadan negara; dan

(4) Tumpang tindihnya status kawasan.

Tujuan :

1) Diakuinya hak dan keterlibatan masyarakat lokal secara tegas dalam pengelolaan hutan.

2) Peran pemerintah daerah semakin kuat dalam rangka pengukuhan kawasan hutan.

Evaluasi

Kebijakan

(Policy

Evaluation) dan

Legal Analysis

Kajian Yuridis Empiris dan

Socio Legal Analysis Penataan

Kelembagaan dan Tata Kelola

guna Penyempurnaan/

Perubahan UU No. 41 Tahun

1999 tentang Kehutanan

Ikut Membahas Singkat 10

Juta

Long List 2015-

2019

Page 13 of 14

NoJUDUL RUU/PROLEGNAS/

SUBSTANSI MATERISITUASI PROBLEMATIS &TUJUAN KAJIAN

Pengetahuan

Yang DihasilkanTOPIK/JUDUL

Pelaksanaan

Tugas DPD

Jenis

Kajian

Alat Kelengkapan

PengusulKeterangan

Usulan Mitra

Lembaga Riset

25 RUU Perubahan atas UU

No. 38 tahun 2004 tentang

Jalan

Problematic Situation :

Kewenangan pengambil kebijakan antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota yang tidak

tegas khususnya dalam pemberian izin, rekomendasi, dispensasi dan pemanfaatan jalan

menyebabkan terjadinya tumpang tindih. Disamping itu formula dalam pengaturan mengenai jalan

khususnya jaminan peningkatan aksesibilitas wilayah yang sedang dan belum berkembangjuga

masih belum jelas. Begitu juga standar konstruksi jalan yang memadai baik untuk jalan nasional,

provinsi maupun kabupaten/kota. Keseluruhan permasalahan ini merupakan permasalahan

pelaksanaan UU tentang jalan yang perlu diperbaiki.

Tujuan :

Perlunya kejelasan dan ketegasan wewenang antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota

dalam pemberian izin, dispensasi dan pemanfaatan jalan serta adanya standar konstruksi yang

memadai baik untuk jalan nasional, provinsi maupun kabupaten/kota.

Evaluasi

Kebijakan

(Policy

Evaluation) dan

Legal Analysis

Kajian Yuridis Empiris dan

Socio Legal Analysis Kebijakan

Rehabilitasi dan Pembangunan

Infrastruktur guna

Penyempurnaan/ Perubahan

atas UU No.38 tahun 2004

tentang Jalan

Ikut Membahas Singkat 10

juta

Long List 2015-

2019

Berdasarkan Pagu Definitif 2015 dan APBN-P tahun 2015 jumlah Kajian/Penelitian Pusjakum sebagai berikut :

Jenis Kajian/Penelitian Pagu Definitif 2015 APBN-P 2015 Total Kajian

Penelitian Madya 3 1 4

Penelitian Muda 4 1 5

Penelitian Pendek 3 2 5

Penelitian Singkat 6 5 11

Total Kajian 16 9 25 Kajian

Page 14 of 14