07_andito nindyo n_resume the role of auditing in peblic sector governance
DESCRIPTION
tugas resume Audit InternalTRANSCRIPT
1
Tugas Resume
The Rule of Auditing in Public Sector Governance
A. Pendahuluan
1. Konteks Audit Internal dan Eksternal pada Sektor Publik
The Rule of Auditing in Public Sector Governance berisi pedoman yang ditujukan
terhadap peran audit pada sektor publik. Poin kunci dari audit sektor publik adalah
pelaksanaan yang harus dikonfigurasikan sedemikian rupa sehingga memungkinkan
entitas sektor publik untuk menyelesaikan tugas mereka secara akuntabel dan transparan
bagi masyarakat disertai pencapaian target secara efektif, efisien, ekonomis, dan etis.
2. Public Sector Governance
Governance atau tata kelola didefinisikan sebagai kombinasi antara proses dan
struktur yang diimplementasikan oleh board (dewan) untuk menginformasikan,
mengarahkan, dan memonitor aktivitas organisasi untuk mencapai tujuan.
3. Peran Audit Sektor Publik
Dengan menyediakan penilaian yang objektif dan tidak bias terkait apakah sumber
daya publik dikelola secara bertanggung jawab dan efektif untuk mencapai hasil yang
diinginkan, auditor membantu organisasi sektor publik mencapai akuntabilitas dan
integritas, meningkatkan operasional, dan menjaga kepercayaan masyarakat dan
stakeholders. Peran auditor sektor publik adalah mendukung tanggungjawab pengelolaan
berupa oversight (pengawasan), insight (pemahaman), dan foresight (perkiraan).
Oversight melihat apakah entitas sektor publik melakukan apa yang seharusnya
dilakukan dan dimaksudkan untuk mendeteksi dan menghalangi terjadinya korupsi.
Insight membantu pangambil keputusan dengan menyediakan penilaian yang independen
atas program, kebijakan, operasi, dan hasil suatu sektor publik. Foresight mengidentifikasi
tren dan tantangan yang muncul. Auditor menggunakan alat seperti audit keuangan, audit
kinerja, investigasi, dan pelayanan konsultasi untuk memenuhi peran tersebut.
4. Key Elements Kegiatan Audit Sektor Publik yang Efektif
Pelaksanaan audit harus dibekali untuk bertindak dengan integritas dan menghasilkan
pelayanan yang handal. Setidaknya pelaksanaan audit sekor publik memerlukan:
a. Organizational Independence
Organisasi yang independen akan memungkinkan pelaksanaan audit bebas dari
intervensi entitas yang diaudit. Independensi tergantung dari bagaimana chief audit
executive (CAE) ditunjuk dan diberhentikan. Dalam IPPF Practice Adversory 1110-1
menyebutkan bahwa “CAE melaporkan fungsinya kepada dewan dan administrasinya
kepada CEO organisasi”. Sehingga CAE terlindung dari intervensi manajemen dan
politik.
b. A formal Mandate
Wewenang pelaksanaan audit harus ditetapkan dengan konstitusi sektor publik,
peraturan, atau dokumen legal lainnya. Dokumen ini berisi prosedur dan keperluan
pelaporan serta kewajiban pihak yang diaudit untuk bekerjasama dengan auditor.
Tugas Audit Internal Nama : Andito Nindyo Nurharyanto NPM : 144060005867 Kelas : 9E D-IV Akuntansi Khusus No.Absen : 07
2
c. Unrestricted Access
Audit harus dilakukan dengan akses yang lengkap dan tanpa batas terhadap pegawai,
properti, dan catatan-catatan terkait dengan audit yang dilakukan.
d. Sufficient Funding
Pelaksanaan audit harus mempunyai pendanaan yang cukup sebanding dengan
ukuran tanggung jawab audit tersebut.
e. Competent Leadership
Pimpinan pelaksanaan audit harus bisa secara independen dan efektif merekrut,
mempertahankan, dan mengelola staf yang berkemampuan tinggi tanpa pengaruh
manajerial maupun politik. Pimpinan harus mengetahui standar audit yang berlaku,
berkualifikasi profesional (bersertifikat) dan kompeten untuk melihat dan mengelola
fungsi audit.
f. Objective Staff
Staf audit harus bersikap tidak memihak dan menghindari segala benturan
kepentingan. Benturan kepentingan adalah situasi dimana auditor internal yang diberi
kepercayaan, mempunyai kepentingan pribadi.
g. Competent Staff
Kegiatan audit memerlukan staf profesional yang secara keseluruhan memiliki
kualifikasi yang dibutuhkan dan kompetensi untuk melaksanakan keseluruhan audit
yang diperlukan dalam penugasan.
h. Stakeholder Support
Keabsahan kegiatan audit dan tujuan pelaksanaannya harus dipahami dan didukung
oleh berbagai pejabat sektor publik yang telah dipilih atau diangkat, juga termasuk
media dan melibatkan masyarakat.
i. Professional Audit Standards
Standar audit profesional seperti International Professional Practices Framework
(IPPF) yang dibuat The Institute of Internal Auditor, mendukung implementasi elemen
sebelumnya dan menyediakan framework untuk meningkatkan kualitas audit yang
sistematis, objektif, dan berdasarkan pada bukti.
B. Public Sector Governance
1. Prinsip Tata Kelola
Prinsip tata kelola dasar berikut ini dijelaskan menurut berlakunya di sektor publik
a. Setting Direction
Tata kelola yang baik membuat kebijakan untuk memandu kegiatan organisasi. Pada
sektor publik, kebijakan dibuat melalui tujuan nasiional yang luas, rencana strtegis,
tujuan kinerja, petunjuk legislatif, pengawas yang ditunjuk organisasi, atau komite
pengawas legislatif.
b. Instilling Ethics
Tata kelola yang baik mencakup nilai etika, tujuan, dan strategi yang diungkapkan
dengan jelas; penyampaian yang tepat di tingkat atas; dan pengendalian internal.
Elemen penting yang diperlukan untuk mencapai perilaku yang konsisten dengan etika
adalah pengaturan dan penegakan akuntabilitas yang jelas yang menahan orang-
orang untuk bertanggung jawab dalam melakukan pekerjaan yang benar.
3
c. Overseeing Result
Tata kelola yang baik membutuhkan pemantauan yang berkelanjutan untuk
memastikan kebijakan diterapkan sesuai yang diinginkan, strategi terpenuhi, dan
kinerja secara keseluruhan pada sektor publik sesuai dengan harapan sejalan dengan
kebijakan, hukum, dan peraturan.
d. Accountability Reporting
Karena sektor publik berperan sebagai “agent”, untuk menggunakan sumber daya dan
wewenang untuk mencapai tujuan yang diharapkan, entitas sektor publik harus
melakukan perhitungan bagaimana mereka menggunakan sumber daya dan hasil
yang dicapai. Sehingga, tata kelola yang baik memerlukan pelaporan keuangan dan
kinerja secara reguler yang divalidasi untuk memastikan keakuratannya oleh auditor
independen.
e. Correcting Course
Pada saat organisasi tidak mencapai target keuangan atau target kinerja operasional,
atau ketika masalah ditemukan pada kegiatan operasi atau penggunaan dana, sistem
tata kelola yang baik akan mengidentifikasi akar penyebab permasalahan,
menentukan tindakan koreksi yang diperlukan, dan menindaklanjuti untuk menentukan
apakah tindakan tersebut sudah diterapkan dengan efektif.
2. Prinsip Tata Kelola yang Penting bagi Sektor Publik
Keunikan prinsip tata kelola muncul dari keunikan sifat pada sektor publik. Sebagai
tambahan dari prinsip tata kelola yang telah dijelaskan sebelumnya, menegakkan prinsip
akuntabilitas, transparansi, integritas, dan ekuitas penting bagi sektor publik.
a. Accountability
Akuntabilitas adalah proses dimana entitas sektor publik, dan individu di dalamnya
bertanggungjawab atas pilihan dan kegiatan, termasuk pengelolaan dana publik dan
seluruh aspek kinerja dan menyerahkannya kepada pengawas eksternal yang tepat.
Hal ini dapat dicapai apabila semua pihak memahami tanggungjawabnya secara jelas
dan mempunyai tugas yang jelas melalui struktur yang kuat. Sebagai dampaknya,
akuntabilitas adalah kewajiban untuk menjawab tanggungjawab yang diberikan.
b. Transparency
Prinsip transparansi berkaitan dengan keterbukaan sektor publik terhadap unsur-
unsurnya. Tata kelola yang baik memasukkan pengungkapan yang cukup atas
informasi-informasi utama kepada stakeholder sehingga mereka mempunyai fakta
yang relevan terkait kinerja dan operasi entitas sektor publik yang diperlukan untuk
memahami dengan jelas motif dan menyimpulkan dengan tepat dampak dari kegiatan
yang dilakukan.
c. Integrity
Prinsip integritas mengharuskan pejabat publik untuk bertindak secara konsisten
terhadap prinsip etika dan nilai-nilai, ekspektasi, kebijakan, dan hasil akhir dari entitas
sektor publik.
d. Equity
Prinsip ekuitas berkaitan dengan bagaimana pejabat sektor publik secara adil
menggunakan wewenang yang diberikan kepada mereka.
4
Ekuitas sektor publik dapat diukur dan dievaluasi melalui 4 dimensi:
1) Service costs, yaitu biaya pelayanan yang dibayar menggunakan pajak dan
pungutan dari entitas sektor publik dan dana pinjaman yang akan dibayar melalui
pajak di masa yang akan datang. Biaya pelayanan termasuk biaya tidak langsung
atau biaya masa depan yang diakibatkan tindakan yang dilakukan atau tidak
dilakukan oleh sektor publik.
2) Service delivery, penyampaian layanan meliputi pelayanan langsung, seperti
infrastruktur transportasi, pendidikan publik, dan kesehatan, termasuk pelayanan
tidak langsung seperti financial stewardship dan manajemen sumber daya
manusia.
3) Police and regulatory power, menyangkut penggunaan kekuasaan yang memaksa
dari entitas sektor publik seperti penangkapan, penyitaan properti, wilayah utama,
dan proses regulasi seperti pemberian izin atas minuman keras atau perizinan
pembangunan.
4) Exchange of Information, berkaitan dengan pembuatan keputusan yang
transparan, termasuk akses ke pejabat dan catatan sektor publik, dan hak untuk
menyampaikan pendapat.
C. Public Sector Auditing
1. Definisi dan Latar Belakang
Dibutuhkannya pihak ketiga untuk manguji kredibilitas laporan keuangan, kinerja,
kepatuhan dan pengukuran lainnya muncul dari beberapa faktor yang melekat pada
hubungan prinipal dan agent:
a. Conflicts of interest
Agent mungkin menggunakan sumber daya dan wewenangnya untuk keuntungan
pribadai daripada kepetingan principal.
b. Remoteness
Kegiatan mungkin dapat dihilangkan secara fisik dari pengawasn langsung principal
c. Complexity
Princippal mungkin tidak memiliki kemampuan teknis yang dibutuhkan untuk
mengawasi kegiatan
d. Consequence of error
Kesalahan dapat menimbulkan biaya ketika agent adalah penanggungjawab sumber
daya berjumlah besar dan bertanggungjawab atas program yang mempengaruhi
kehidupan dan kesehatan masyarakat.
Meskipun audit telah memperluas fokusnya dari transaksi individu menjadi
pengendalian sistem dan operasi program, audit sektor publik harus mempertahankan
karakteristik yang menjadi dasar atas kredibilitasnya yaitu nilai yang disediakan untuk
proses pengelolaan, termasuk:
Independensi dari pihak yang diaudit dan objektifitas
Menggunakan proses sistematis untuk mengumpulkan dan menganalisis bukti
yang penting dan relevan
Membandingkan kriteria-kriteria untuk mengambil kesimpulan
Menggunakan standar audit yang berlaku umum
5
2. Peran Audit
Audit berperan sebagai elemen yang esensial bagi struktur pengelolaan sektor publik
yang kuat, audit mendukung peran pengawasan, pemahaman, dan foresight. Audit sektor
publik harus memiliki wewenang dan kompetensi untuk mengevaluasi ketaatan program
dan keuangan, efektifitas, ekonomis dan efisiensi. Terlebih lagi auditor harus menjaga nilai
dasar dari sektor publik yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat.
a. Oversight (Pengawasan)
Auditor membantu pengambil keputusan dalam hal pengawasan dengan
mengevaluasi apakah entitas sektor publik melakukan hal yang seharusnya dilakukan,
menggunakan dana sesuai dengan tujuan yang diharapkan, dan mematuhi hukun dan
peraturan. Pengawasan juga menjelaskan peran auditor sektor publik dalam
mendeteksi dan mencegah terjadinya korupsi, termasuk fraud, pemborosan, atau
penyalahgunaan wewenang dan sumber daya yang diberikan kepada pejabat publik.
b. Detection (Deteksi)
Deteksi bertujuan untuk mengidentifikasi ketidakwajaran, ketidakefisienan, tindakan
ilegal, kecurangan, atau penyalahgunaan wewenang yang telah terjadi dan untuk
mengumpulkan bukti untuk mendukung kebijakan terkait penuntutan atas tinadak
kriminal, tindakan disiplin, atau solusi lainnya. Upaya deteksi dapat dilakukan dengan
cara antara lain:
1) Audit atau investigasi berdasarkan kondisi yang mencurigakan atau komplain
termasuk prosedur spesifik dan pengujian untuk mengidentifikasi kecurangan,
pemborosan, atau penyalahgunaan wewenang.
2) Audit terkait penggajian, hutang usaha, atau audit sistem keamanan informasi,
yang menguji pengeluaran dan pengendalian internal organisasi.
3) Audit atas permintaan aparat penegak hukum untuk menganalisis dan
menginterpretasikan laporan keuangan dan transaksi yang kompleks untuk
digunakan dalam investigasi dan menyelidiki pembuktian kasus.
4) Review atas poensi benturan kepentingan saat pengembangan dan implementasi
hukum, peraturan, dan prosedur.
c. Deterrence
Pencegahan bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengurangi kondisi yang memberi
kesempatan untuk korupsi. Dapat dilakukan dengan cara:
1) Menilai pengendalian atas fungsi yang ada atau sedang diusulkan.
2) Menilai risiko organisasi atau audit khusus.
3) Meninjau perubahan usulan terhadap hukum, peraturan, dan prosedur
implementasi.
4) Meninjau kontrak untuk menemukan potensi benturan kepentingan.
d. Insight
Auditor memberikan masukan untuk mendukung pembuat keputusan dengan menilai
program atau kebijakan mana yang akan berjalan dan tidak, membagi tolok ukur
informasi dan praktik terbaik, dan melihat secara horisontal antar entitas sektor publik
dan secara vertikal atas tingkatan yanng ada pada sektor publik untuk menemukan
kesempatan untuk meminjam, mengadaptasi, atau menyusun ulang praktik
manajemen.
6
e. Foresight
Auditor juga membantu organisasinya melihat kedepan dengan menngidentifikasi tren
dan memberikan perhatian untuk menghadapi tantangan sebelum menjadi krisis. Audit
yang berfokus pada pendangan kedepan akan membantu untuk menjawab
pertanyaan ”Revisi atau implementasi kebijakan apakah yang akan memenuhi resiko
atau kebutuhan dimasa depan? ” Ketika auditor sektor publik fokus pada tren dan
melihat kedepan, mereka akan mendukung pengambilan keputusan.
Melalui peran-peran tersebut, auditor melindungi nilai pokok dari sektor publik. Dengan
menyediakan pelayanan oversight, insight, dan foresight auditor sektor publik membantu
meyakinkan bahwa manajer dan pejabat melakukan kegiatan publik secara transparan,
adil, dan jujur, dengan ekuitas dan integritas, bersamaan dengan menjalan tugasnya
menggunakan standar integritas tertinggi.
Auditor dapat berperan untuk mengetahui terjadinya penyalahgunaan wewenang.
Auditor sektor publik harus dipersiapkan untuk mengenali dan melaporkan korupsi,
penyalahgunaan wewenang, atau kegagalan menyediakan ekuitas dalam kegiatan
regulasi atau kebijakan pemerintah.
3. Jalur Pelaporan Auditor Sektor Publik
Hubungan pelaporan mempengaruhi independensi kegiatan dan lingkup pekerjaan
audit. Jalur pelaporan menunjuk pada struktur organisasi dibawah penunjukan CAE dan
dikendalikan berdasarkan kegiatan subyek yang diaudit.
Meskipun kegiatan audit internal dapat memberikan nilai tambah yang signifikan bagi
organisasi karena keterbiasaan dan pemahaman yang detil atas kondisi operasional dapat
menghambat penegakan kepercayaan publik jika pengamanan atas independensi tidak
dijalankan. Untuk menjaga independensi auditor dapat dilakukan antara lain dengan:
Mencegah organisasi yang diaudit menginterfensi pelaksanaan audit, pemilihan staf,
dan publikasi laporan audit.
Meyakinkan CAE melaporkan ke level eksekutif tertinggi pada entitas sektor publik
dan pendistribusian laporan tersebut mensyaratkan keyakinan transparansi hasil audit.
Memerlukan pemberitahuan ke entitas pengawas eksternal dalam hal rencana
pemberhentian CAE.
Memerlukan laporan hasil audit yang tersedia untuk publik.
4. Jenis Audit dan Layanan Lainnya
Jenis audit tergantung pada pelayanan yang akan diaksanakan berdasarkan
wewenang dan tujuan kegiatan, termasuk kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi.
a. Risk Management systems and controls
Auditor memeriksa kecukupan tata kelola perusahaan dan lingkungan pengendalian;
keefektifan proses untuk mengidentifikasi, menilai dan mengatur risiko; jaminan yang
disediakan melalui kebijakan pengendalian, prosedur, dan aktivitas; kelengkapan dan
keakurasian sistem dan praktek komunikasi dan informasi; dan efektivitas monitoring
dan evaluasi aktivitas manajemen.
b. Performance
Auditor secara sistematis mengumpulkan bukti untuk menilai aspek dari kinerja
program diluar laporan keuangan. Dengan tergantung pada wilayah hukumnya,
7
jangkauan dan fokus dari audit kinerja dapat bervariasi. Dalam konteks luas, audit
kinerja dapat menilai:
1) Effectiveness – mengevaluasi keberhasilan program.
2) Efficiency – memeriksa produktivitas, biaya per unit, atau indikator seperti
utilization rates, backlogs, atau lamanya menunggu layanan.
3) Economy – memeriksa sejauh apa operasi sektor publik meminimalkan
penggunaan input konsisten dengan kualitas yang dibutuhkan program.
4) Compliance – menguji kesesuaian organisasi dengan tujuan, standar, atau kriteria
yang diinginkan.
5) Data Reliability – memeriksa pengendalian internal dan pelaporan untuk kegiatan
nonfinansial seperti pengukuran kinerja
6) Policy and other prospective evaluation – memeriksa alternatif program atau
kebijakan, memperkirakan potensi hasil program dibawah berbagai asumsi, atau
mengevaluasi keuntungan dan kerugian dari berbagai proposal legislatif.
7) Risk Assessment
Mengidentifikasi resiko yang dapat mempengaruhi keberhasilan tujuan strategis
dan finansial organisasi dan menilai respon organisasi atas resiko tersebut.
c. Financial/Regularity
Auditor menyampaikan opini terkait penyajian laporan keuangan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Sebagai tambahan dari opini atas laporan
keuangan, audit keuangan juga memeriksa informasi keuangan spesifik, kepatuhan
dengan prosedur dan aturan atau pengamanan aset.
d. Advisory, assistance, or investigative services
Auditor dapat memberikan saran yang objektif pada lingkup pemahaman yang
dikuasainya. Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman, auditor dapat menyediakan
saran teknis terkait tata kelola yang baik, akuntabilitas, praktik etis, dan program anti-
korupsi; operasi dan pengembangan sistem teknologi informasi; manajemen proyek;
evaluasi program; dan area lain yang mempengaruhi efektivitas, efisiensi, dan
keekonomisan suatu kegiatan.
D. Komite Audit dan Pengawas lainnya pada Sektor Publik
Praktek Tata kelola perusahaan yang umum dilakukan pada sektor swasta adalah
penggunaan komite audit untuk menyediakan pemantauan yang kuat atas integritas
keuangan dan etika pada perusahaan tersebut. Karena pentingnya pemantauan ini, sektor
publik juga dapat memanfaatkan komite ini untuk menjalankan peran yang sama.
1. Peran Komite Audit
Komite audit dapat memperkuat independensi, integritas, dan efektifitas pelaksanaan
audit sektor dengan menyediakan pemantauan yang independen atas perencanaan dan
hasil dari audit internal dan eksternal, menilai kebutuhan sumberdaya audit, dan menjadi
perantara hubungan auditor dengan organisasi.
Kebutuhan dan komposisi dari komite audit tergantung pada kondisi individu, jenis audit
yang dilakukan, serta kebijakan dari pihak legislatif atau pihak pengelola.
8
2. Praktek terbaik Komite Audit
Komite audit yang telah dibentuk sesuai dengan karakteristiknya masing-masing harus
dapat melakukan:
a. Beroperasi atas dasar penugasan formal, diutamakan dari undang-undang, dengan
wewenang yang cukup untuk menyelesaikan penugasan tersebut.
b. Terdiri atas anggota Independen yang secara kolektif memiliki pengetahuan yang
cukup mengenai audit, keuangan, resiko, dan pengendalian.
c. Dipimpin oleh anggota yang bukan merupakan penerima laporan secara administratif
dari CAE.
d. Menilai efektifitas tata kelola organisasi, manajemen resiko, dan kerangka dasar
pengendalian, serta ketaatan akan peraturan dan perundang-undangan.
e. Menyediakan pemantauan terkait audit internal dan organisasi, termasuk memastikan
kecukupan ruang lingkup dan sumber daya, menyetujui proposal dan perencanaan
audit, mereview kinerja pelaksanaan audit, dan menyetujui penunjukan maupun
pemberhentian audit internal dan eksternal.
f. Memantau laporan keuangan organisasi dan standar akuntansi yang digunakan.
g. Menyediakan sambungan langsung dan pelaporan secara reguler kepada pemilik
organisasi, dewan, atau pihak berwenang lainnya.