02.pengawasan instalasi lift

Download 02.pengawasan instalasi lift

If you can't read please download the document

Upload: firmansyah-kusasi

Post on 12-Aug-2015

57 views

Category:

Engineering


2 download

TRANSCRIPT

  1. 1. PELATIHAN PENGAWAS LAPANGAN INSTALASI LIFT & ESKALATOR Judul Modul : Peraturan dan Standard Nasional Medan, tanggal 23 April 2012 Paparan oleh : Ir. SAWONO KUSASI A2K3 Nakertrans SELAMAT DATANG SALAM SEJAHTERA
  2. 2. URAIAN MATERI Pelatihan ini membahas Pengetahuan peraturan umum Peraturan khusus, dan Standar nasional untuk para pengawas lapangan (site supervisor) pemasangan instalasi lift dan eskalator.
  3. 3. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah mempelajari modul, peserta mampu memahami peraturan dan SNI, Guna pelaksanaan pengawasan pemasangan instalasi lift dan eskalator, Sesuai ketentuan dokumen kontrak, Dan sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan agar hasilnya layak difungsikan.
  4. 4. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) Pada akhir pelatihan ini peserta mampu : 1. Mengenali sumber-sumber bahaya 2. Menerapkan sistem manajemen K3 3. Menerapkan organisasi perencanaan dan pelaksanaan 4. Melaksanakan tugas-tugas P2K3 dan tanggung jawab managerial.
  5. 5. LANDASAN HUKUM 1. Undang-undang No.01 tahun 1970 tentang keselamatan kerja dan usaha mencegah kecelakaan maupun bahaya. 2. Peraturan menteri Nakertrans No.01/MEN/1980 K3, Konstruksi Bangunan. 3. Peraturan menteri Nakertrans No.03/MEN/1999, Syarat-syarat K3 lift. 4. Peraturan menteri Nakertrans No.05/MEN/1996, Sistem manajemen K3.
  6. 6. Pasal-3 : Kapasitas lift sesuai SNI : 68 kg per orang. Pasal-5 : Mesin traksi harus sesuai dengan SNI : Rem adalah bagian dari mesin. Pasal-6 : Kamar mesin dan pintu harus tahan api 1 jam. Pintu masuk KM min.0.7 m x 2.0 m membuka arah keluar. Permen no.03/MEN/1999 K3 Lift
  7. 7. FAKTOR KEAMANAN Pasal-7 : Kecepatan tali Faktor keamanan 20 m/m 59 m/m 8.0 59 m/m 90 m/m 9.5 105 m/m 180 m/m 10.5 210 m/m 300 m/m 11.5 300 m/m keatas 12.0 Diameter tali minimal = 10 mm Jumlah lembar minimal = 3
  8. 8. RUANG LUNCUR (hoistway) Pasal-9 : Ruang luncur express (lift non-stop) minimal satu pintu darurat setiap 3 lantai (setiap 11.0 meter). Dimensi pintu darurat min 70 cm x 140 cm Tahan api (sesuai peraturan bangunan) Overhead : Ruang bebas aman minimal 50 cm (SNI 60 cm) Pit (lekuk dasar) : Ruang bebas aman minimal 50 cm
  9. 9. LEKUK DASAR ATAU PIT Pasal 10 : Lantai dasar pit kekuatannya 5000 N/m2. Jika pit tidak langsung disangga tanah (pondasi), maka: Bobot imbang harus dilengkapi alat pengaman (safety device). Ruangan bagian bawah pit dilarang untuk kegiatan (demi keselamatan).
  10. 10. KERETA Pasal-11 : Pintu darurat pada atap kereta minimal 0.35 x 0.45 m (membuka arah keatas). Pintu darurat dinding samping kereta, dilengkapi saklar pengaman, kunci dan handel pada sisi luar. Luas kereta sesuai dengan jumlah maximum penumpang (lihat lampiran). Luas 1.6 x 1.5 = 2.4 m2 = 1000kg (= 15P) Rata-rata IP = 2.4/15 = 0.16 m2.
  11. 11. KECEPATAN LEBIH (overspeed) Pasal-13 : Kecepatan lebih (%) saat governor bekerja s/d 42 m/m = 150% s/d 90 m/m = 140% s/d 120 m/m = 135% > 120 m/m = 130 % Saklar pengaman (stop switch) pada governor untuk lift-lift berkecepatan 60 m/m dan lebih.
  12. 12. KINERJA PESAWAT PENGAMAN Pasal-15 : Jarak kemerosotan kereta saat rem (alat) pengaman bekerja. Kecepatan kereta Jarak min dan max s/d 105 m/m 0.25 m, 1.10 m s/d 150 m/m 0.59 m, 1.80 m s/d 210 m/m 1.00 m, 3.00 m s/d 300 m/m 2.00 m, 5.60 m
  13. 13. REL PEMANDU Pasal-20 : Rel pemandu harus kuat atas tekanan kereta saat rem pesawat pengaman bekerja dengan beban penuh didalam kereta. Contoh gaya reaksi : g = gravitasi bumi F = g x (P+Q) x P = berat kereta kosong Q = beban kapasitas = faktor tekuk A = luas penampang rel (mm2) T = F/A < 140 N/mm2
  14. 14. PEREDAM (penyangga) Pasal-21 : Peredam (penyangga) dan jarak langkah (stroke) Kecepatan lift Jarak langkah (stroke) s/d 45 m/m 4 cm, (karet masif kenyal) s/d 60 m/m 6 cm, jenis pegas s/d 90 m/m 15 cm, jenis hidrolik s/d 150 m/m 43 cm, jenis hidrolik s/d 180 m/m 63 cm, jenis hidrolik s/d 210 m/m 84 cm, jenis hidrolik s/d 300 m/m 74 cm, jenis hidrolik s/d 360 m/m 250 cm, jenis hidrolik
  15. 15. DOKUMEN Pasal-24 : Gambar rencana pemasangan harus sesuai dengan SNI dan disahkan oleh pejabat yang ditunjuk, meliputi: Kamar mesin Ruang luncur Pintu-pintu Rel pemandu, dan penguatnya (separator beam) Perhitungan tali baja, dan sertifikat tali.
  16. 16. IZIN PEMASANGAN Pasal-25 : Pengurus (kontraktor) lift harus mendapat Izin memasang atau merubah Izin menggunakan operasi lift (layak fungsi) Perusahaan Jasa K3 : a) harus mendapat izin operasi b) keputusan penunjukan oleh menteri
  17. 17. SERTIFIKAT TEKNISI Pasal-27 : SIO bagi teknisi setelah lulus dari bimbingan teknis (teknis lapangan dan teori). SIO berlaku untuk 5 tahun. Penjelasan SIO = Surat Izin Operasi
  18. 18. DAFTAR ISTILAH 1. bahaya (hazards) suatu kondisi dan atau sikap yang berlaku ditempat kerja yang berpotensi terhadap terjadinya suatu kecelakaan. 2. kecelakaan (accident) suatu peristiwa yang tidak dikehendaki datangnya secara tiba-tiba, yang dapat mengakibatkan kerusakan harta benda gangguan lingkungan dan atau mengakibatkan cedera, bahkan kehilangan nyawa.
  19. 19. DAFTAR ISTILAH 3. kejadian (Incident) suatu peristiwa yang nyaris dapat menyebabkan atau menimbulkan terjadinya suatu kecelakaan. 4. sumber bahaya segala faktor yang dapat menimbulkan atau membantu adanya suatu bahaya. 5. resiko suatu kemungkinan terjadinya kerugian yang diperkirakan dapat terjadi, akibat adanya bahaya, dalam suatu kegiatan atau dalam satuan waktu
  20. 20. DAFTAR ISTILAH 6. keselamatan kerja (occupational safety) tindakan sesuai prosedur baku, untuk menghindari diri dari bahaya kecelakaan kerja dan resiko. 7. kesalahan manusiawi (human error) suatu gejala akibat dari beberapa faktor yang mempengaruhi unjuk kerja seseorang pada situasi tertentu.
  21. 21. DAFTAR ISTILAH 8. faktor manusia (human factor) faktor badaniah atau rohaniah pada diri siapapun dapat mempengaruhi langsung atau tidak langsung suatu unjuk kerja. Hal ini penyebab kesalahan menilai dan atau bertindak, dan mengakibatkan kecelakaan. Menilai disini berarti membuat keputusan. 9. ceroboh (negligent act) suatu tindakan direncanakan ataupun tidak, yang tidak semestinya, dan mengandung bahaya.
  22. 22. DAFTAR ISTILAH 10. derita (severity) suatu ukuran derajat kemalangan akibat kecelakaan, seperti kehilangan jumlah jam kerja akibat kecelakaan. 11. domino effect suatu istilah yang dipakai untuk menggambarkan hubungan sebab dan akibat suatu peristiwa terhadap peristiwa lain. Suatu peristiwa kegagalan (atau kecelakaan) dapat mengakibatkan tambahan kegagalan (kecelakaan) yang lain dan seterusnya.
  23. 23. DAFTAR ISTILAH 12. audit pemeriksaan secara sistimatis dan independent untuk mencari fakta hasil kegiatan, apakah sesuai dengan rencana, dan apakah kebijakan/tujuan perusahaan tercapai. 13. penyelidikan kecelakaan upaya terarah untuk mengumpulkan dan menafsirkan serta menganalisa fakta meliputi suatu pencarian secara sistimatis sifat dan luasnya kejadian kecelakaan, termasuk resiko yang (telah) diambil, dan jumlah kerugian yang diambil.
  24. 24. DAFTAR ISTILAH 14. APD = alat pelindung diri 15. safety switches sakelar-sakelar pengaman dipasang secara serie (berderet), jika salah satu terbuka/putus, lift akan berhenti bekerja. 16. proaktif ikut melaksanakan suatu tugas karena sesuai dengan kehendak
  25. 25. DAFTAR ISTILAH 17. disiplin (discipline) status dimana seorang dapat menguasai dirinya sendiri untuk bersikap sesuai aturan. 18. sikap (aptitude) kesanggupan seseorang menghadapi atau mempelajari masalah. 19. tanggap (respons) reaksi positip terhadap suatu perubahan (pekerjaan atau lingkungan).
  26. 26. KESELAMATAN KERJA Undang-undang No.1 tahun 1970 Pasal 1 : Definisi : 1. Tempat Kerja 2. Pengurus 3. Pengusaha 4. Direktur 5. Pegawai Pengawas 6. Ahli Keselamatan Kerja (A2K3) Pasal 2 : Ruang Lingkup Segala tempat kerja : didarat, didalam tanah, dipermukaan air, didalam air, dan diudara.
  27. 27. Pasal 3 : Syarat-syarat Keselamatan : 1. Mencegah dan mengendalikan timbulnya kecelakaan. 2. Mengurangi resiko kecelakaan. 3. Menanggulangi (memadamkan, dan sebagainya). 4. Memberi pertolongan pada kecelakaan. 5. Memelihara lingkungan dan kesehatan. 6. dsb.
  28. 28. Pasal 4 : Proses terjadinya kecelakaan, dalam : 1. Perencanaan (hubungan dengan SNI) 2. Pembuatan (proses) pengolahan material dan limbah. 3. Transportasi (handling), pengangkutan produk 4. Peredaran, perdagangan 5. Instalasi, proses pekerjaan 6. Pemakaian, oleh masyarakat umum 7. Pemeliharaan 8. Penyimpanan bahan, produk dan material
  29. 29. Pasal 5 : Pengawasan Tugas dan wewenang direktur Pelaksanaan langsung oleh AK3 Pasal 6 : Panitia banding Diatur oleh kementerian Nakertrans Pasal 7 : Restribusi
  30. 30. Pasal 9 : Pembinaan Kewajiban pengurus menyelenggarakan latihan Menyediakan APD (hal pekerja) Pasal 10 : Panitia Pembina K3 Wewenang menteri Nakertrans Pasal 11 : Laporan kecelakaan Kewajiban pengurus, laporan dalam tempo 2 x 24 jam
  31. 31. Pasal 12, 13 : Kewajiban & Hak tenaga kerja Laporan dan Alat-alat Pelindungan Diri (APD) Pasal 14 : Kewajiban pengurus Membuat syarat-syarat kerja (peraturan perusahaan) Memasang tanda peringatan, label, penerangan Pasal 15 : Pelaksanaan dan ancaman pidana Pasal 16, 17, 18 : Mulai diundangkan
  32. 32. SNI (Standard Nasional Indonesia) SNI diterbitkan oleh : BSN : Badan Standardisasi Nasional Gedung Manggala Wana Bhakti Lt.4 Blok IV Jl. Gatot Subroto No.1 Jakarta 10270 Telp : (021) 574.7043 SNI 03-2190-1999 : Syarat-syarat Umum Konstruksi Lift Penumpang dengan Motor Traksi. SNI 03-6573-2001 : Tata cara Perancangan Sistem Transportasi Vertikal dalam Gedung. SNI 03-7017-2004 : Pemeriksaan dan Pengujian Lift Traksi Listrik pada Bangunan Gedung.
  33. 33. Daftar Isi SNI 03-6573-2001 Bab-4. Ketentuan Teknik Bab-5. Perancangan Bab-6. Sistem Pelayanan Bab-7. Konstruksi Lift Bab-8. Pemasangan Lift Tali Baja 8.4. Bab-9. Instalasi Listrik Bab-10. Pemeriksaan dan Pengujian Bab-11. Pemeliharaan
  34. 34. Daftar Isi SNI 03-6573-2001 Bab-7. 7.1. Umum 7.2. Tata Letak 7.3. Penerapan atas Bentuk Bangunan 7.4. Susunan kelompok lift 7.5. Ruang Luncur 7.6. Kereta Lift 7.7. Pintu 7.8. Motor dan Mesin 7.9. Pesawat Pengaman 7.10. Sinyal 7.11. Lift pelayanan khusus
  35. 35. MESIN BOR
  36. 36. PERATURAN KHUSUS Peraturan Keselamatan Khusus yang perlu diperhatikan bagi seorang Pengawas Lapangan (Site Supervisor) Pemasangan Instalasi Lift dan Eskalator meliputi: Bekerja di Kamar Mesin Bekerja di Lekuk Dasar (pit) Bekerja di Ruang Luncur (Hoistway) Pintu-pintu Lantai (landing doors) dan Bekerja di atas atap kereta
  37. 37. ALAT PELINDUNG DIRI
  38. 38. SAFETY HARNESS
  39. 39. GAMBAR-GAMBAR
  40. 40. GAMBAR-GAMBAR
  41. 41. POLA PENGAWASAN K3 (1) POLA PENGAWASAN DIBAGI 3 TAHAP 1. RENCANA K3 SEBELUM KONSTRUKSI, MENCAKUP : PERENCANAAN : METODE KERJA, URUTAN KERJA, SARANA K3, PELAYANAN KESEHATAN. ORGANISASI : UNIT K3 DALAM STRUKTUR ORGANISASI POLA EVALUASI
  42. 42. POLA PENGAWASAN k3 (2) POLA PENGAWASAN DIBAGI 3 TAHAP 2. K3 PAD AFASE KONSTRUKSI KONTRAKTOR UTAMA PERLU MENGAMBIL LANGKAH PENGAMAN AREAL KERJA, SELAMATAN, PENYULUHAN K3, PEMERIKSAAN KESEHATAN, PEMBERSIHAN AREA/LINGKUNGAN KERJA, PELAYANAN KESEHATAN, KERAPIAN, EVALUASI MINGGUAN & BULANAN DAN PENGGOLONGAN KECELAKAAN KERJA : MENINGGAL DUNIA CACAT PERMANEN TOTAL CACATPERMANEN SEBAGIAN TIDAK MAMPU BEKERJA SEMENTARA
  43. 43. POLA PENGAWASAN K3 (3) POLA PENGAWASAN DIBAGI 3 TAHAP 3. FASE PENYERAHAN PROYEK PROSEDUR PENYERAHAN BAIK & MUDAH DIMENGERTI DITENTUKAN BATAS PEKERJAAN SECARA JELAS.
  44. 44. AUDIT INTERNAL K3 ADALAH PEMERIKSAAN BERKALA SECARA TERENCANA YANG DILAKUKAN TERHADAP PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN K3 DIPERLUKAN AGAR SEMANGAT K3 TERPELIHARA & BAHKAN PERBAIKAN SECARA TERUS MENERUS YANG MELAKUKAN AUDIT ADALAH PETUGAS YANG BERSERTIFIKAT SPT : SAFETY INSPECTOR (PEM), SAFETY OFFICER (PEMILIK PEKERJAAN), SAFETY ENGINEER (PELAKSANA PEKERJAAN)
  45. 45. MASALAH PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI PEKERJA TIDAK MAU MEMAKAI PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA PERUSAHAAN TIDAK MENYEDIAKAN PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA JENIS PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA TIDAK SESUAI DENGAN JENIS BAHAYA YANG DIHADAPI PEKERJA PERUSAHAAN MENGADAKAN PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA HANYA SEKEDAR MEMENUHI PERSYARATAN FORMAL TANPA MEMPERTIMBANGKAN KESESEUAIANNYA DENGAN MAKSUD PEMAKAIANNYA. MASKER ALAT PELINDUNG TELINGA SARUNG TANGAN KACA MATA KESELAMATAN
  46. 46. TERIMA KASIH atas PERHATIAN PARA HADIRIN Untuk Tanya Jawab, hubungi : Ir. Sarwono Kusasi Hp.0818.0615.5187