artificial lift om rudy

Upload: andri-putra

Post on 02-Mar-2016

495 views

Category:

Documents


62 download

DESCRIPTION

Art Om Rudy

TRANSCRIPT

  • DHEQ-005 Artificial Lift 1

    AAArrrtttiiifffiiiccciiiaaalll LLLiiifffttt

    TUJUAN

    Artificial Lift Instrument

    Electric Submersible Pump

    Gas Lift Equipment

    Hydraulic Pump Equipment

    Sucker Rod Pump Equipment

  • 2 DHEQ-005 Artificial Lift

    1. Artificial Lift Equipment

    Peralatan bawah permukaan dari Artificial Lift akan dibahas hanya 3 peralatan

    produksi pembantu, yang terdiri dari :

    Electrical Submersible Pump (ESP) Equipment

    Gas Lift Equipment

    Hydraulic Pump Equipment

    Peralatan-peralatan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

    1.1. Electrical Submersible Pump (ESP)

    ESP yang biasa disebut Reda-pump, karena pembuat pompa yang paling

    terkenal adalah dari Reda ini menggunakan prinsip sentrifugal, dimana rotor

    melemparkan fluida ke samping, kemudian ditangkap oleh sudu-sudu stator yang

    diarahkan kembali ke bagian tengah yang diterima oleh rotor berikutnya di sebelah atas.

    Demikian seterusnya, sehingga fluida tersebut mempunyai energi untuk mengalir ke

    permukaan, Gambar 1 &2.

    Gambar 1. Electrical Submersible Pump (ESP)

  • DHEQ-005 Artificial Lift 3

    Gambar 2. Electrical Submersible Pump (ESP) Semakin banyak tingkatan stator-stator maka semakin tinggi head pompanya

    dan semakin banyak laju yang dapat diperoleh.

    Akan tetapi untuk suatu susunan pompa tertentu kemampuan laju produksi dan

    head akan dibatasi oleh besarnya daya motor yang terpasang, sehingga semakin besar

    laju produksi yang dipakai, maka akan menurunkan headnya, begitu pula sebaliknya,

    Gambar 3

    Gambar 3. Kurva Kelakuan ESP

  • 4 DHEQ-005 Artificial Lift

    Besarnya head yang dibutuhkan merupakan fungsi dari kedalaman pompa dan

    densitas fluida, semakin dalam dan semakin berat fluidanya maka head yang diperlukan

    pun akan semakin besar, Gambar 4.

    Gambar 19. Head Fungsi Dari Kedalaman Pompa dan Densitas Fluida Besarnya laju yang direncanakan harus sesuai dengan kemampuan reservoir

    untuk memproduksi (PI) sehingga tidak terjadi Downthrust dimana laju terlalu kecil

    dengan head terlalu besar atau terjadi Upthrust karena laju yang telah didesain, Gambar

    5.

    Gambar 5. Efisiensi Fungsi dari Laju

  • DHEQ-005 Artificial Lift 5

    Konfigurasi dari ESP seperti terlihat pada Gambar 6 terdiri dari motor, seal

    protector, intake, pump, well head, junction box, switchboard, tranformers.

    Gambar 6. Konfiguras Dari ESP Motor sebagai penggerak utama diletakkan di bawah dan terendam oleh fluida

    agar terdinginkan, begitu pula panasnya motor akan membuat fluida menjadi lebih

    panas dan menurunkan vis-kositasnya. Bentuk motor listrik yang umum dipakai terlihat

    pada Gambar 7.

  • 6 DHEQ-005 Artificial Lift

    Gambar 7. Bentuk Motor Listrik Yang Umum Dipakai Seal Protector (Gambar 8) adalah bagian penghubung putaran motor ke pompa

    serta berfungsi memisahkan motor dari fluida agar motor tetap dalam keadaan kering.

    Gambar 8. Seal Protector Lubang intake adalah tempat masuknya fluida untuk diisap pompa.

    Kadangkadang dipasang juga gas separator agar gas yang terkandung terlepaskan ke

    anulus lubang dan hanya fluida yang dapat diisap pompa, Gambar 9.

  • DHEQ-005 Artificial Lift 7

    Gambar 9. Lubang Intake Bentuk dari pompa yang merupakan serangkaian susunan sudu-sudu stator dan

    rotor yang disebut sebagai diffuser dan impeller terlihat pada Gambar 10.

    Gambar 10. Diffuser Dan Impeller

    Hal sangat penting dalam ESP adalah kabel, dimana selain mampu mengalirkan

    arus sebesar yang diperlukan oleh motor, kabel tersebut harus dijaga dan dlindungi agar

    tidak rusak akibat benturan dan pekerjan-pekerjaan mekanik lainnya. Bentuk kabel

    terlihat pada Gambar 11 dan protectornya pada Gambar 12.

  • 8 DHEQ-005 Artificial Lift

    Gambar 11. Bentuk Kabel Pompa ESP

    Gambar127. Protector Pada pompa ESP Peralatan pendukung lainnya seperti amp-meter, junction box dan transformer

    bank memiliki bentuk yang umum.

    1.1.1. Pendesainan ESP

    Dalam mendesain suatu ESP dapat dilakukan dengan urut-urutan

    sederhana sbb :

    1. Tentukan Pwf lebih besar 100 psi dari Pb

  • DHEQ-005 Artificial Lift 9

    2. Berdasarkan Pwf dan PI tentukan laju alir fluida total (BPD)

    Q = (Ps Pwf ) PI

    dimana :

    Ps = Tekanan statik sumur, psi

    Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psi

    PI = Productivty Index, bbl/psi

    3.Pilih pompa yang sesuai dengan laju produksi (Q), catat :

    type pompa, Head/stage, HP/stage, Efisiensi

    4. Tentukan SGrata-rata fluida

    WOR

    SGxWORSGxSG woratarata

    1

    1

    SG rata-rata = Wc * SGW + ( 1 - WC ) SGO

    5. Menentukan gradient tekanan sepanjang tubing Gradient = SGrata-rata x

    0.433

    6. Berdasarkan setting depth pump, tentukan pump intake pressure (PIP) atau

    tekanan di suction

    PIP = Pwf - Gradient (D - Dsetting)

    dimana :

    PIP = pump intake pressure, psi

    Gradient = gradent tekanan sepanjang tubing, psi/ft

    D = kedalaman lubang perforasi, ft (dari permukaan)

    Dseting = letak kedalaman pompa, ft (dari permukaan)

    Gambar 13. Reda Pump Performance Curve

  • 10 DHEQ-005 Artificial Lift

    7. Tentukan harga Total Dynamic Head (TDH)

    f

    wft ZGradien

    PD

    Gradien

    PTDH

    Atau

    fsettingt Z

    Gradien

    PIPD

    Gradien

    P

    Pt = tekanan kepala tubing, psi

    Zf = friction loss sepanjang pipa, psi (lihat gambar 29)

    Gambar 14. Friction Loss 8. Tentukan jumlah tingkat pompa (N):

    StageHead

    TDHN

    /

    9. Tentukan Horse Power fluida,

    xeff

    ratataQxTDHxSGraHPpump

    1357

    10. Dari Tabel 1 diambil satu jenis motor yang mewakili syaratsyarat di atas.

    11. Check Pendinginan

  • DHEQ-005 Artificial Lift 11

    220119.0

    ODmotorIDC

    QxV

    sg

    s

    Vs = kecepatan lebih besar dari 1 ft / detik

    12. Check Travo

    1000

    73.13

    IxVxKVA totalfasa

    Kehilangan tegangan dikabel diplih sekitar 30 volt / 1000 ft atau kurang

    lihat gambar 15

    30

    1000

    100x

    DDikabelTotalLoss sett

    (penambahan 100 ft untuk di permukaan)

    13.Maka berdasarkan Tabel 2 untuk pemilihan travo dan Tabel 3 untuk

    pemilihan swicthboard.

    14. Untuk bisa distart motor membutuhkan 35% voltage rating, tetapi delivery-

    nya (Ampere) tiga kali nameplate voltage sehingga lossnya tiga kalinya pula.

    35% namepltae voltage = 0.35 x nameplate voltage

    loss 3x = 3 (tegangan total - nameplate voltage)

    Gambar 15. Pemilihan Tegangan Kabel

  • 12 DHEQ-005 Artificial Lift

    Tabel 1. Jenis Motor

  • DHEQ-005 Artificial Lift 13

    Tabel 2. Pemilihan travo

  • 14 DHEQ-005 Artificial Lift

    Tabel 3. Pemilihan Switchboard

    Jadi sisa tegangan di motor = tegangan total - loss 3x

    Bila sisa tegangan di motor lebih besar 35% nameplate voltage, maka

    motor bisa distart.

  • DHEQ-005 Artificial Lift 15

    1.1.2. Contoh Soal

    Contoh 1.

    Suatu sumur di Minas dengan data sebagai berikut :

    Casing 7" 2 # (I.D.6276" ) 6000 T.D.

    Tubing 3 1/2 " O.D. Listrik 60 Cycle

    Perforasi 5800 - 5850

    PS = 1800 psi @ 5800

    PI = 5 BPD/PSI

    WOR = 50 %

    THP = 100 psi

    BHT = 160 oF

    GOR = 100 SCF/STB

    Sg oil = 0.86,

    water = 1.02

    Bubble point pressure = 600 psi (Bpp)

    Sejarah sumur menunjukkan bahwa WOR tidak dipengaruhi oleh rate.

  • 16 DHEQ-005 Artificial Lift

    Contoh 2.

    Dalam beberapa hal ahli produksi ingin mengadakan pemilihan alat dari ESP yang

    sudah tersedia.

    Misalnya di gudang telah tersedia pompa dari seri 540 :

    1. G-110 19 tingkat, Motor 30 HP

    2. G-110 86 tingkat, Motor 120 HP

    3. G-180 62 tingkat, Motor 120 HP

    Bila akan dipakai satu satu dari pompa ini untuk sumur :

    Casing : 7 " - 23 lb, 2450

    Tubing : 3 1/2 " OD, EUE

    Perforasi : 2250 - 2300

    Produksi : Test terakhir 2000 BOPD, )% air dengan pompa

    angguk

    Tekanan statik : 500 psi @ 2200

    Gradient : 0.350 psi/ft

    P.I : 32 BPD/psi

    Temperatur dasar sumur : 200 oF

    THP : 20 psi @ 2000 BPD

    GOR 50 SCF/STB

    BPP, Buble point : 200 psi

  • DHEQ-005 Artificial Lift 17

    1.2. Gas Lift Equipment

    Gas lift pada prinsipnya mencampurkan gas ke dalam sistim fluida agar didapat

    densitas sistem yang lebih ringan sehingga memberikan Pwf yang kecil agar didapat

    drawdown yang besar.

    Cara memasukkannya ke dalam sistem bagian bawah lubang produksi bisa

    melalui tubing atau melalui anulus seperti terlihat pada Gambar 16.

    Gambar 16. Jenis Gas Lift Karena gas yang tersebar di dalam fluida adalah cara menurunkan densitas yang

    terbaik, maka di bagian pelepasan gas diperlukan alat khusus yang disebut port atau

    operating valves. Beberapa prinsip yang dikenal adalah :

    Brear Oil Ejector, Gambar 16

    Frizell Method, Gambar 17

    Pohle Process of Elevating Liquids, Gambar 17

    Fertig Ejector, gambar 18

    Harris Air, gambar 18

    Orifice Inserts 18

  • 18 DHEQ-005 Artificial Lift

    Gambar 17. Jenis Injector Gas

    Gambar 18. Jenis Injector Gas

  • DHEQ-005 Artificial Lift 19

    Gambar 19. Konfigurasi Gas Lift Gambaran sederhana bagaimana gas lift akan merubah static fluid level

    menjadi working fluid level yang diakibatkan oleh adanya drawdown, dimana

    drawdown tersebut merupakan perbedaan antara static submergence dengan working

    submergence Gambar 20.

    Gambar 20. Working dan Static Submergence Fluid Level

  • 20 DHEQ-005 Artificial Lift

    Karena diperlukan kompresor yang cukup besar pada saat unloading, sedangkan

    pada saat operating diperlukan tenaga yang tidak terlalu besar, maka kita dapat

    memasang kompresor kecil saja tetapi dilengkapi unloading valve 4-5 buah di atas

    operating valve yang dapat mengalirkan gas dan menutup secara otomatis bila gas di

    tubing sudah cukup bercampur. Valve ini disebut sebagai kick-off valve atau unloading

    valve.

    Beberapa unloading valves yang dikenal adalah :

    Kick-off Valves, Gambar 21

    Teather Kick-off Valve, Gambar 21

    Taylor Kick-off Valve, Gamber 21

    Gambar 21. Jenis Valve Dalam pemakaian unloading valve sekarang, dikenal istilah "Tubing Operated"

    dan "Casing Operated".

    Tubing operated valve (Gambar 22 & 23) adalah valve yang akan membuka pada

    saat dipompakan gas di anulus, kemudian akan tertutup bila tekanan di casing telah

    mengecil.

  • DHEQ-005 Artificial Lift 21

    Gambar 22. Tubing Operated Valve

    Gambar 23. Tubing Operated Valve Kedua-duanya berfungsi sama, hanya berbeda dalam mendesain dome pressure

    dan kedalaman pemasangan valvenya.

  • 22 DHEQ-005 Artificial Lift

    Dalam memasang gas lift valve, pada saat ini sudah bisa pada rangkaian tubing

    telah disediakan Gaslift Mandreal yang berfungsi sebagai rumah gas lift valve.

    Bentuknya adalah tubing yang mempunyai perut dimana berdiameter sebesar

    tubing ditambah diameter gas lift valve. Perut tersebut harus diisi gas lift Dummy agar

    lubang yang tersedia tertutup pada saat sumur belum memerlukan gas lift. Gambar 24

    & 25 menunjukkan gas lift mandreal

    Gambar 24. Gas Lif Mandreal

  • DHEQ-005 Artificial Lift 23

    Gambar 25. Gas Lift Mandreal Gambar 26 menunjukkan gas lift Dummy.

    Gambar 26. Gas Lift Dummy

  • 24 DHEQ-005 Artificial Lift

    1.2.1 cara mendesain gas lift

    Gas injeksi pada sumur sembur buatan kontinyu mempunyai dua fungsi, yaitu

    pertama, gas yang tercampur dengan fluida formasi dapat meringankan beban diatas

    titik injeksi, kedua, sebagai akibatnya mengurangi densitas fluida sehingga

    memungkinkan tekanan reservoir maupun mendorong fluida produksi ke permukaan.

    Ke dalam penempatan katup operasi tergantung pada banyak faktor yang

    terpenting adalah bersama tekanan gas injeksi yang tersedia serta jumlah gas yang

    diinjeksikan. Faktor-faktor yang membatasi atau menghalangi ketepatgunaan sembur

    buatan adalah adanya minyak dengan viskositas tinggi.

    Hal-hal yang perlu ditentukan dalam perencanaan sembur buatan kontinyu

    adalah :

    1. Kedalaman titik injeksi optimum

    2. GLR injeksi optimum

    3. tekanan gas injeksi yang diperlukan, dan

    4. pemilihan ukuran port katup sembur buatan yang tepat.

    Sembur buatan kontinyu diterapkan pada sumur-sumur dengan tekanan statik

    dasar sumur (Ps) cukup tinggi dan indeks produktivitas (J) kurang lebih 0.50 bbl

    cairan/hari/psi (juga dapat diterapkan untuk J sekitar 0.20 jika tekanan gas injeksi yang

    tersedia cukup tinggi).

    Sebelum perencanaan instalasi sembur buatan kontinyu, informasi berikut perlu

    disediakan :

    1. Kedalaman sumur

    2. Ukuran tubing dan casing

    3. Kondisi produksi, seperti adanya pasir, parafin dan sebagainya.

    4. Ukuran dan panjang flow-line di permukaan

    5. Tekanan kepala sumur

    6. Laju produksi yang diinginkan

    7. Kadar air

    8. Spesifik gravity gas injeksi

    9. Tekanan dan volume gas injeksi

    10. Karakteristik sumur (inflow performance)

    11. Temperatur dasar sumur dan gradien geothermal

    12. Temperatur alir permukaan

    13. API gravity minyak

    14. Berat jenis air

    15. Berat jenis dan jumlah gas

    16. Tekanan statik

    17. Faktor volume formasi minyak

    18. Viscositas, tegangan permukaan minyak

  • DHEQ-005 Artificial Lift 25

    1.2.2. Penentuan Kedalaman Titik Injeksi

    Perencanaan kedalaman titik injeksi dengan metoda grafis didasarkan

    pada kurva pressure traverse dan gradien tekanan gas dalam anulus. Untuk itu

    harus tersedia kurva pressure traverse dan gradien tekanan gas yang sesuai

    dengan kondisi lapangan setempat.

    Jika hal tersebut tidak memungkinkan, untuk keperluan praktis, dapat

    digunakan kurva pressure traverse dari pustaka atau dengan menganggap

    gradien tekanan aliran sebesar 0.075 psi/ft bila laju produksi lebih kecil dari 1000

    bbl/hari atau 0.15 psi/ft bila laju produksi lebih besar dari 1000 bbl/cairan untuk

    segala ukuran tubinmg).

    Sedangkan gradien tekanan gas ditentukan dengan menggunakan grafik

    yang tersedia.

    Prosedur penentuan kedalaman titik injeksi adalah sebagai berikut:

    1. Siapkan kertas trnsparan. Buat sumbu kartesian yang bersekala sesuai

    dengan skala kurva pressure traverse, gambarkan tekanan pada

    sumbu datar dan kedalaman pada sumbu vertikal dengan titik asal

    disudut kiri atas.

    2. Berdasarkan laju aliran yang diinginkan (ql) hitung tekanan alir dasar

    sumur (Pwf) dengan menggunakan persamaan berikut :

    Untuk aliran satu fasa :

    PI

    QIPP swf

    Untuk aliran dua fasa dapat digunakan Persamaan kurva IPR yang

    sesuai.

    3. Plot titik (PwfD)

    4. Berdasarkan qL, kadar air, dan diameter tubing yang digunakan, pilih

    kurva pressure traverse yang sesuai, Gambar 27

  • 26 DHEQ-005 Artificial Lift

    Gambar 27. Kurva Pressure Traverse 5. Pilih garis gradien alir yang sesuai dengan GLRf Apabila kurva GLRf

    tidak terdapat pada pressure traverse, maka perlu dilakukan

    interpolasi.

    6. Tentukan kedalaman ekivalen Pwf pada kurva langkah 5

    7. Letakan kertas transparan diatas kertas pressure traverse yang dipilih

    dengan titik ( Pwf, D ) tepat di atas Pwf langkah 6.

  • DHEQ-005 Artificial Lift 27

    8. Jiplak kurva pilihan di langkah 5 pada kertas trnsparan.

    9. Tentukan gradien tekanan gas (Ggi) berdasarkan spesifik gas injeksi

    (gi) dan tekanan injeksi gas (Pso), 28.

    10.Plot Pso dikedalaman 0 pada kertas transparan

    11.Hitung tekanan gas pada kedalaman X ft, (Px) menurut persamaan:

    Px= Pso + X Ggi

    12.Plot titik (Px, X).

    13.Hubungkan titik (Pso,0) dengan titik (Px,X) sampai memotong kurva

    langkah 8.

    14.Titik injeksi ditentukan dengan menelusuri kurva langkah 8 keatas

    dimulai dari titik perpotongan langkah 13 sejarak 50-100 psi. Titik

    injeksi berkoordinat pada, (Pi,Di).

    Gambar 28. Traverse Pressure

  • 28 DHEQ-005 Artificial Lift

    Gambar 29. Kurva Tekanan VS Kedalaman

    Gambar 30. Weight Of Gas Column

  • DHEQ-005 Artificial Lift 29

    Gambar 31. Tekanan Gas VS Kedalaman 10.2.3 Pene ntuan Kedalaman Katup Unloading Sembur Buatan Kontinyu

    Prosedur penentuan kedalaman katup-katup ini adalah sebagai berikut :

    1. Siapkan data dan grafik penunjang

    o Kertas transparan hasil perhitungan titik injeksi

    o Tekanan diferensial

    o Tekanan "Kick off" (Pko)

  • 30 DHEQ-005 Artificial Lift

    o Gradien statik fluida dalam sumur

    2. Hitung jarak katup maksimum disekitar titik injeksi menurut persamaan :

    s

    d

    vG

    PD

    3. Gambarkan garis perencanaan tekanan tubing (design tubing line), yaitu

    sebagai berikut :

    a. Hitung P1 = Pwh + 0.20 Pso

    P2 = Pwh + 200

    b. Pilih harga terbesar dari P1 dan P2 (misalkan P1). Plot (P1,0) pada

    kertas transparan. Hubungkan titik (P1,0) dengan titik injeksi

    (P1,D1). Garis ini disebut garis pe-rencanaan tekanan tubung.

    4. Berdasarkan harga Pko dan dpesifik garvity gas injeksi tentukan gradien

    tekanan gas.

    5. Plot titik (Pko,O) pada kertas transparan dan buat garis gradien tekanan gas yang diperoleh dari langkah 4

    6. Plot titik (Pso,O) pada kertas transparan. Mulai dari(Pso,O) buat garis gradien tekanan yang sejajar dengan garis gradien tekanan pada langkah 5.

    7. Dari titik (Pwh,O) buat garis gradien statik dalam sumur berdasarkan harga gradien statik yang diketahui.

    8. Penentuan letak katup sembur buatan pertama.

    a. Perpanjang garis gradien statik dalam sumur memotong garis

    gradien tekanan gas yang melewati titik (Pko,O) pada langkah 5.

    b. Letakan katup injeksi pertama ditentukan dengan menelusuri garis

    gradien statik diatas mulai dari titik potong langkah 8a sejauh 50

    psi. Titik katup injeksi pertama berkoordinat (P1,D1).

    9. Penentuan letak katup sembur buatan berikutnya.

    a. Buat garis horizontal kekiri dari titik (P1,D1) sampai memotong garis

    perencanaan tekanan tubing dilangkah 3.

    b. Dari perpotongan tersebut buat garis gradien tekanan statik yaitu

    garis yang sejajar dengan garis gradien statik dilangkah 7.

    c. Perpanjang garis dilangkah 9b sampai memotong garis gradien

    tekanan gas dibuat titik (Pso,O)

    d. Titik potong tersebut adalah letak katup dengan koordinat (P2,D2)

    e. Kembali kelangkah 9a dan ulangi langkah kerja sampai 9d untuk

    memperoleh letak katup berikutnya. Pengulangan kerja ini

    dihentikan setelah diperoleh letak katup yang lebih dalam dari titik

    injeksi (Pi,Di)

    10. Penentuan letak katup didaerah bracketing envelope :

    a. Plot titik ((Pso-Pd),O)

    b. Dari titik tersebut buat garis yang sejajar dengan garis gradien

    tekanan gas yang melalui (Pso,O) dari langkah 6.

    c. Perpanjang garis tersebut sampai memotong kurva yang terpilih

    pada langkah 3 pada titik (Pbe,Y).

  • DHEQ-005 Artificial Lift 31

    d. Hitung Pss = (1 + BE)Pbe

    Pbb = (1-BE) Pbe

    BE = % Bracketing Envelope = 10 - 20%

    e. Berdasarkan harga Pwh hitung :

    Pa = (1+BE)Pwh

    Pb = (1-BE)Pwh

    f. Hubungkan titk (Paa,Y) dengan titik (Ps,O). Titik potong antara garis

    ini dengan gradien gas dari langkah 10b adalah batas atas dari

    "bracketing envelope".

    g. Hubungkan titik (Pbb,Y) dengan titik (Pb,O). Perpanjang garis ini sampai memotong garis gradien gas langkah 10b. Titik potong ini adalah batas bawah dari "bracketing envelope".

    h. Dari langkah 2 telah dihitung jarak maksimum antar katup gas lift (Dv). Berdasarkan harga ini, mulai dari batas atas bracketing envelope, katup-katup gas lift dapat dipasang sejarak Dv sampai batas bawah bracketing envelope.

    Prosedur penentuan jumlah gas injeksi yang diperlukan adalah sebagai

    berikut :

    1. Plot titik (Pwh,O)

    2. Letakan kertas transparan di atas grafik pressure traverse terpilih

    sehingga ordinat berimpit. Geser sumbu datar pada kertas

    transparan keatas atau kebawah sampai diperoleh kurva pada

    pressure traverse yang melalui (Pwh,O) dan titik injeksi (Pi,Di). Bila

    perlu lakukan interpolasi kurva.

    3. Jiplak kurva terpilih dilangkah 2 dan catat GLRnya (GLRt)

    4. Hitung jumlah gas injeksi yaitu :

    qgi = qL (GLRt - GLRf)

    5. Koreksi harga qgi pada temperatur titik injeksi adalah :

    a. Tentukan temperatur di titik injeksi :

    Tpoi = [Ts + GtDi)] + 460

    b. Hitung faktor koreksi menurut :

    Corr = 0.0544 (gi Tpoi)0.5

    c. Volume gas injeksi terkoreksi sebesar :

    qgi Corr = qgi x Corr

    4. Penentuan GLR optimum

    a. Menyediakan kurva IPR untuk aliran dua fasa

    b.Memplot Pwf vs q pada kurva IPR untuk masing-masing GLR

    dan ditentukan perpotongannya dengan kurva IPR yaitu suatu

    titik (GLR,q)

    c. Memplot GLR vs q

    d. Menentukan qmax (q yang maksimum) untuk memperoleh GLR

    optimum pada kurva GLR vs q.

  • 32 DHEQ-005 Artificial Lift

    1.2.5 Contoh Soal

    Diketahui :

    Kedalaman sumur =8000.00 psi

    Laju Produksi yang diinginkan =1000.00 stb/dK

    Kadar air = 0.00 %

    Ukuran Tubing = 2.375 inch

    Tekanan kepala sumur = 100.00 psi

    Tekanan statik sumur = 2650.00 psi

    Indeks produktivitas = 2.00 STB/d/psi

    GLR-Formasi = 200.00 scf/stb

    SG gas injeksi = 0.70

    Tekanan "kick of" = 1000.00 psi

    Tekanan Injeksi Operasi = 900.00 psi

    Bracketing Envelope = 10.00 %

    API Gravity minyak = 40.00 psi

    Temperatur Dasar Sumur = 200.00 oF

    Temperatur permukaan = 120.00 oF

  • DHEQ-005 Artificial Lift 33

    1.3. Hydraulic Pump Equipment

    Yang dimaksud dengan Hydraulic pumping adalah usaha pengangkatan fluida

    dengan bantuan fluida lain yang disebut sebagai power fluid.

    Prinsipnya adalah power fluid dengan bantuan fluida tersebut dapat

    menggerakkan piston dan piston menggerakkan pompa, sistem ini disebut juga

    Hydraulic Pistom Pump. Sedangkan bila power fluid tersebut dipakai untuk

    mempercepat production fluid dengan sistem Nozzle, maka disebut sebagai jet

    pumping.

    Bentuk sederhana dari hydraulic pump terlihat pada Gambar 32.

    Gambar 32. Subsurface Hydraulic Pump Piston Type Cara kerja dari hydraulic pump ini terdiri dari 2 bagian utama, yaitu : engine dan

    pump yang kedua-duanya mengguanakan piston, Gambar 33.

    Gambar 33. Cara Kerja Hydraulic Pump

  • 34 DHEQ-005 Artificial Lift

    Engine berfungsi untuk mengubah aliran power fluid menjadi gerakan naik turun

    seperti diperlihatkan, Gambar 34, sedangkan pump mengubah piston yang bergerak

    untuk memompa production fluid, Gambar 35.

    Gambar 49. Aliran Power Fluid

    Gambar 50. Production Fluid

  • DHEQ-005 Artificial Lift 35

    Cara memasang dan melepas rangkaian hydraulic pump dapat dilihat pada

    Gambar 36.

    Gambar 36. Cara Memasang Dan Melepas Rangkaian Hydraulic Pump Sedangkan penggunaan power fluid dapat secara tertutup yang artinya power

    fluid tidak bercampur dengan production fluid (close power fluid, Gambar 7) atau secara

    terbuka yaitu power fluid bercampur dengan production fluid (open power fluid,

    Gambar 38).

    Gambar 37. Close Power Fluid

  • 36 DHEQ-005 Artificial Lift

    Gambar 38. Open Power Fluid

    Cara pemasangan hydraulic pump dapat bervariasi sbb :

    Fixed Insert Tubing (OPF), Gambar.39

    Fixed Casing Tubing, Gambar 39

    Fixed Casing with Gas Vent (OPF), Gambar 39

    Paralel Free Tubing, Gambar 40

    Casing Free Tubing, Gambar 41

    Reverse Circulation Tubing, Gambar 42

    Dual Well Tubing, Gambar 43

    Tandem Pump, Gambar 44

  • DHEQ-005 Artificial Lift 37

    Gambar 39. Fixed Tubing

    Gambar 40. Paralel Free Tubing

  • 38 DHEQ-005 Artificial Lift

    Gambar 41. Casing Free Tubing

    Gambar 42 Reserve Circulating Tubing

  • DHEQ-005 Artificial Lift 39

    Gambar 43. Dual Well Tubing, Tandem Pump Untuk menjelaskan jet pump, dapat dilihat skematik Gambar 44 yang

    menunjukkan Nozzle sebagai penyemprot pada throat kemudian mengalir pada diffuser.

    Gambar 44. Skematik Jet Pump Cara kerja dari jet pump ini ada tiga jenis sbb :

    Type A Jet Free Pump, Casing Type, Gambar 45

    Type B Jet Free Pump, Casing Type, Gambar 45

    Fluid Packed Pump Oilmaster Jet Pump, Gambar 46

  • 40 DHEQ-005 Artificial Lift

    Gambar 45. Type A Jet Free Pump, Casing Type

    Gambar 46. Fluid Packed Pump Oil Master Jet Pump 1.3.1 Langkah Perhitungan Jet Pump

    Persamaan-persamaan yang digunakan berikut ini diperlukan dalam

    program desain jet pump dengan menggunkan Hand Held Program Computer.

    Sebenarnya persamaan-persamaan ini merupakan fundamental saja, tapi

    sangat bermanfaat untuk evaluasi operasi jet pump.

  • DHEQ-005 Artificial Lift 41

    Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut :

    1. Hitung Gradient suction pompa (GS)

    SG rata-rata = (SGW x WC ) + ( 1 - WC ) SGO

    GS = 0,433 * SG rata-rata

    2. Data dari sumur Q (production rate), PIP (pump intake pressure) dan

    GOR (Gas Oil Ratio), hitung luas annulus minimum dengan

    menggunkan persamaan SG rata-rata.

    PIP

    GORWC

    PIP

    GSQASM

    .24650

    .1

    691

    1.

    3. Pilih Kombinasi nozzle dan throat yang annulus areanya lebih besar

    dari ASM (lihat tabel dibawah ini)

    Tabel Throat annulus area (sq in) for National Pump

    4. Ambil tekanan operasi (PT) antara 2000 s/d 4000 psi. Tekanan tinggi

    diperlukan untuk sumur dalam dan R (perbandingan luas nozzle

    dengan throat). Dengan diketahui batas-batas PT akan bermanfaat

    dalam memilih harga PT tertentu.

    5. Hitung tekanan di nozell (PN)

    PN = PT + (GN x D ) - PF

    PF = pressure loss di anulus, dapat dilihat pada gambar 47.

    dimana :

    D1 = Casing ID untuk anular flow atau tubing ID untuk tubing flow

    D2 = tubing OD untuk anular flow atau O untuk tubing flow

    6. Hitung laju alir di nozel (QN)

    GN

    PIPPNANQN

    832

    7. Hitung Laju Pompa Discharge (QD)

  • 42 DHEQ-005 Artificial Lift

    QD = QN + Q

    8. Hitung Gradient Fluida Discharge (GD)

    QD

    QNxGNQSxSGGD ratarata

    9. Hitung Water Cut Discharge (WCD)

    FluidPowerOil

    QD

    WCxQWCD

    FluidPowerWater

    QD

    WCxQQNWCD

    Gambar 47.Pressure Loss In Pipes And Annuli 10. Hitung Gas liquid Ratio Discharge (GLR)

    QD

    GORWCQGLR

    1

    11. Jika GLR > 10, disarankan untuk menggunakan vertikal multiphase

    flow pressure gradien corelation untuk menentulkan pump discharge

    pressure dengan menggunakan harga-harga persamaan No 5

    sampai dengan Nomor 10.

    12. Jika GLR < 10, hitung

    D = (WCD x W) + (1 WCD) O

    13. Hitung Tekanan Discharge (PD)

  • DHEQ-005 Artificial Lift 43

    PD = (GD x D) + PFD + PWH

    14. Hitung M

    GNxQN

    SGxWCWC

    PIP

    GORQSM ratarata18.21

    2,1

    15. Hitung N dari persamaan :

    numeratorKN

    MRKTDR

    RMR

    N

    1

    111

    .212 22

    2

    22

    dengan R yang dipilih, dengan menggunakan harga M dari

    langkah 14. Dimana KN untuk Guiberson = 0,03; National KN = 0,06,

    dan Kobe KN = 0,07. KTD = 0,2

    16. Langkah ini merupakan langkah kunci dalam perhitungan ulang

    (iteration). Harga N akan digunakan untuk menghitung kembaliPN

    atau PS. Ini akan menghasilkan harga N baru dalam langkah 15 pada

    iteration berikutnya. Harga N baru dibandingkan dengan N lama. jika

    keduanya berada pada perbedaan 1 %, iteration selesai, teruskan ke

    langkah 19. Persoalan akan timbul jika terdapat gas dan pump intake

    pressure yang rendah. Suatu kompromi yang palin baik untuk

    mengatasi hal itu dan untuk mengurangi iteration adalah merata-

    ratakan harga N.

    3

    Nbaru (2xNlama) rata-rata N

    N rata-rata ini akan mengganti N lama dalam storage, dan pada

    iteration berikutnya N baru dibandingkan dengan N lama (yang sudah

    diganti dengan N rata-rata itu ), hingga mencapai perbedaan 1 %.

    17. Hitung Tekanan Suction (PS)

    PS = PD - N ( PN - PD )

    18. Hitung tekanan pompa triplex (PT)

    PT = PN - (GN x D ) + PFN

    19. Hitung Laju alir Kritis (QSC)

    ASM

    AN) - (AT QS QSC

    20. Hitung Daya Pompa

    52910

    PT) x (QN HP

    21. Tampilkan : PT, QN, HP, QSC , QS, PS dan PD

  • 44 DHEQ-005 Artificial Lift

    1.3.2 Contoh Soal

    Dari suatu sumur diketahui data-datanya sebagai berikut :

    Casing 7" (26 lb/ft)

    Tubing 2 1/2 in. Nom.

    Kedalaman Pompa 7000 ft

    tekanan Statik 1600 psi

    Tekanan aliran (intake) pompa = 800 psig pada 7000 ft tersebut dari IPR

    Laju produksi 800 STBPD

    W.C. = 0 %

    GOR = 7 SCF/STB (abaikan untuk mempermudah hitungan)

    WHP = 100 psi

    Tekanan Triplex 3500

    SG minyak produksi = SG minyak power fluid = 0,85

    Viscositas minyak = 45 SSU

  • DHEQ-005 Artificial Lift 45

    1.4. Sucker Rod Pump Equipment

    Sumur dengan laju produksi dari yang sangat rendah sampai menengah

    (moderate) (lebih rendah dari 2000 bpd, 320 m3/d) sangat cocok menggunakan pompa

    SRP dalam pengangkatan fluida produksi ke permukaan. Hal ini disebabkan pompa jenis

    ini mampu membentuk drawdown yang sangat tinggi disekitar lubang bor.

    Gambar 1 memperlihatkan skematik dari komplesi dengan menggunakan pompa

    sucker rod. Dapat dilihat bahwa terdapat tiga hal pokok dalam elemen pompa sucker

    rod, yaitu :

    Bottomhole Pump

    Rod string

    Pumping unit

    Sucker rod mentransmisikan beban tensional dari plunger ke unit pompa. Maka

    kriteria desain utama adalah efek dinamik termasuk kelelahan (fatigue), strecth dan rod

    fall.

    Panjang dari sucker rod umumnya 25 ft dengan diameter dari 5/8 inch sampai 1-

    1/8 inch. Kombinasi dari ukuran-ukuran string ini sering digunakan.

    Terdapat 2 (dua) jenis grade steel sucker rod yaitu :

    Grade C dengan tensile strength 90 000 psi (0.6 GPa), digunakan untuk

    sumur-sumur yang dangkal.

    Grade D, dengan tensile strength 115 000 psi (0.8 GPa), yang digunakan

    untuk sumur-sumur dalam, fiber glass rod juga sering digunakan untuk

    sumur-sumur dalam atau lingkungan yang sangat korosif.

    Gambar 2, 3 dan 4 memperlihatkan gambar dari unit permukaan ketiga

    macam SRP, yaitu :

    1. Conventional Unit

    2. Air Balance

    3. Mark II

  • 46 DHEQ-005 Artificial Lift

    Gambar 48.Pompa Angguk (SRP)

    Gambar 49.Pompa Angguk Konvensional

  • DHEQ-005 Artificial Lift 47

    Gambar 50. Konfigurasi Pompa Angguk Air Balanced

    Gambar 51. Pompa Angguk Jenis Mark II 1.4.1. Komponen Alat Sucker Rod Pump

    Komponen dari SRP adalah:

    Mesin

    Alat-Alat di permukaan

    Alat-Alat di bawah permukaan

    Sucker Rod (Stang)

  • 48 DHEQ-005 Artificial Lift

    11.4.1.1. Mesin

    Penggerak mula pada SRP dapat mesin gas (langsung dari casing

    anulus), diesel, motor bakar, dan listrik. Penggerak mula ini disesuaikan

    dengan tempat dan tersedianya sumber tenaga tersebut.

    Mesin dalam hal ini hanya digunakan untuk mendapatkan energi

    langsung. Dalam hal mesin listrik, analisa dapat dilakukan untuk keperluan

    energi yang efisien dan perhitungan-perhitungan lain.

    1.4.2. Alat-Alat di Permukaan

    Gambar 52 memperlihatkan alat-alat dipermukaan. Alat ini meneruskan

    energi dari mesin ke alat bawah permukaan. Dalam melakukan hal ini, maka

    gerak putar harus diubah keturun naik di rodnya, dan kecepatan rpm mesin

    harus dikurangi supaya sesuai dengan kecepatan pompa tertentu dengan

    menggunakan gear reducer. Antara rod dengan alat permukaan terdapat

    polished rod yang dapat melaluinya tetapi keluar di polished rod. Dibagian atas

    polished rod, polished rod diklem pada carrier bar, yang mana dihubungkan

    dengan Horsehead melalui wireline hanger yang fleksibel.

    Desain diatas diperlukan agar polished rod tetap bergerak naik turun

    secara vertikal supaya tak ada friksi besar di stuffing box. Walking beam

    ditunjang dekjat titik beratnya oleh Sampson Post. Gerak diteruskan ke walking

    beam melalui pitman, gerak mana diberikan oleh crank. Panjang langkah

    polished rod ditentukan oleh jarak dari pitman bearing ke crank shaft. Umumnya

    ada 3 posisi atau lebih untuk mengatur panjang langkah polished rod tersebut.

  • DHEQ-005 Artificial Lift 49

    Gambar.52. Komponen SRP Hal lain yang penting adalah mendisain counterbalance. Semua gerak

    menaikkan fluida keatas dilakukan oleh gerakan ke atas dengan berat fluida dan

    rod ditanggung oleh unit pompa. Pada saat ke bawah, tidak ada beban, tetapi

    rod malah bergerak dipercepat ke bawah. Bila beban ke atas dan ke bawah ini

    tidak diimbangi maka unit pompa akan mudah rusak dan keseimbangan pada

    mesin tidak ada, yaitu besar-kecil-besar dan seterusnya. Untuk ini dipasang

    counterbalance untuk memberikan distribusi merata pada pembebanan.

    Efek counterbalance tergantung dari beratnya, posisinya, dan geometri

    alat-alatnya. API membuat standardisasi mengenai tipe pompa, misalnya:

    C - 160D - 173 - 64, yang artinya;

    C: Conventional (A=air balanced, B=beam counterbalance, M=Mark II)

    160: Peak torque rating - ribuan in-lb

    d: Double reduction gear reducer

    173: Polished Rod Load rating, ratusan lb

    64: Panjang langkah stroke maksimum, in

  • 50 DHEQ-005 Artificial Lift

    1.4.3. ALAT-ALAT DIBAWAH PERMUKAAN

    Gambar 53 meperlihatkan gerakan keatas dan kebawah pompa. Pada

    gerak plunger ke bawah, standing valve tertutup, travelling terbuka, fluida

    bergerak masuk dari barrel ke plunger. Pada gerak ke atas standing valve

    terbuka karena pengisapan, dan traveling tertutup akibat beban fluida di atasnya.

    Working barrel digunakan untuk tempat naik turunnya plunger dan sebagai

    tempat pengumpul cairan.

    Gambar 53. Gerakan Pemompaan Ada 2 macam pompa, tubing pump dan rod pump. Gambar 54

    memperlihatkan perbedaan antara keduanya. Pada tubing pump working barrel

    melekat di tubing dan harus di pasang dengan tubing. Pada Rod Pump Working

    barrel dan Plunger dapat diangkat dari rodnya saja tanpa mengang kat tubing.

    Tubing Pump lebih luas tabungnya dari rod. Api telah membuat

    standardisasi dari pompa sucker rod ini. Gambar 55 memperlihatkan bermacam-

    macam alat pompa ini. Gambar 56 adalah kode huruf menurut API untuk

    pompa-pompa tersebut.

  • DHEQ-005 Artificial Lift 51

    Gambar.54. Tubing Pump and Rod Pump

    Gambar 55. Klasifikasi Pompa dari API

  • 52 DHEQ-005 Artificial Lift

    Gambar56.Pump Designation Dalam gambar 9 tersebut sebagai contoh, 20 - 150 - RWBC - 20 - 4 - 2

    artinya pompa untuk tubing 2 3/8 in dengan diameter plunger 1 1/2 in. Pompa

    type rod (insert), dengan barrel berdinding tipis, bottom holed down (dipegang

    dibawah dan menggunakan type mangkok (cup) untuk kedudukannya panjang

  • DHEQ-005 Artificial Lift 53

    pompa 20", dengan plunger 4 ft dan extension 2 ft. diagram pompa di atas

    (Gambar 6) digunakan sebagai berikut :

    a. Travelling barrel :

    pump-barrel yang bergerak naik turun dengan tavelling valve pada

    bagian atas barrel.

    Keuntungan :

    1. Trav barrel menyebabkan fluida terus bergerak dan bergerak

    sampai dekat seating

    2. Pompa secara berkala (intermittent) tidak menyebabkan pasir

    menutup di barrel.

    3. Bottom hold down (melekat di bawah) menghindarkan

    kemungkinan barrel pecah akibat tekanan hidrostatik.

    Kerugian:

    1. Karena tabung yang panjang dan jarak tempuh fluida dalam

    barrel yang panjang, maka pompa ini tak cocok untuk level

    statik yang rendah.

    2. Pada sumur-sumur dalam, tabung bisa bengkok karena tekanan

    differensial.

    3. Lubang bengkok sangat merusak barrel.

    b. Stationary Barrel Bottom Anchor.

    Barel dipasang pada seating nipple Plunger di hubungkan dengan rod

    dan fluida dikeluarkan di atas barrel.

    Keuntungan:

    1. Baik untuk statik level rendah. Karena pompa dipegang didasar,

    maka standing valve dapat diletakan dekat dasar sumur.

    2. Gerak fluida di barrel terbatas dan standing valve besar.

    3. Bottom Anchor (dipegang di bawah) baik untuk sumur dalam

    dan sumur dengan fluid pound (pompa menembus fluida).

    Kerugian :

    1. Pasir bisa mengendap disekitar barrel.

    2. Pasir bisa mengendap pada pemompaan berkala.

    c. Stationery barrel Top Anchor.

    Sama seperti (b) tetapi dipegang pada top (atas) dari barrelnya.

    Keuntungan :

    1. Baik untuk sumur berpasir, karena discharge menyebabkan

    pasir tersapu 3 inchi di atas seating nipple.

    Kerugian :

    1. Kemungkinan pecah. Top hold down terbatas 5000 ft untuk thin

    wall dan 7500 untuk dinding tebal.

    d. Tubing Pump

    Keuntungan :

    1. Produksi fluida plunger lebih besar.

    2. Lubang standing valve lebih besar

    Kerugian :

    Harus menarik tubing untuk mengganti barrel

  • 54 DHEQ-005 Artificial Lift

    DAFTAR PUSTAKA 1. Bradley "Petroleum Engineering Handbook", SPE Third Edition, Richardson, Texas, USA,

    1992. 2. M. A. MIAN, Petroleum Engineering Handbook for the Practicing Engineer, Volume 2. 3. Kermit E. Brown, "The Technology of Artificial Lift Methods" Volume 1 "Inflow

    Performance Multiphase Flow in Pipes The Flowing Well". 4. Chi U. Ikoku, "Natural Gas Reservoir Engineering : A System Aproach", Pennwell

    Publishing Co, Tulsa Oklahoma, 1980. 5. Geoege E. King, "An Introduction to the Basics of Well Completions, Stimulation and

    Workover, and Edition, Tulsa, Oklahoma, 1996. 5. Schmidt,. Z., "Gas Lift Design, Optimization and Trouble Shooting", LDI, 1997. 6. Max C.S., "Well Completions", SPE Reprint Series no.5, Tulsa, Oklahoma, 1970. 7. Arnold K, Stewart M., "Surface Production Operations: Design of Gas-Handling Systems

    and Facilities", Vol. 2, Gulf Publishing Company, Houston, 1989. 8. Arnold K, Stewart M., "Surface Production Operations: Design of Oil-Handling Systems

    and Facilities", Vol. 1, Gulf Publishing Company, Houston, 1986. 9. nn., "Artificial Lift", SPE Reprint Series no.12, SPE of AIME, Dallas-Texas, 1975. 10. nn., "Production Facilities", SPE Reprint Series no.25, Society of Petroleum Engineers

    Inc., Richardson TX, 1989. 11. Dale. B.H., "Gas Production Operations", OGCI Publications, Tulsa, 1984. 12. Bradley H.B., "Petroleum Engineering Handbook", Third Printing, Society of Petroleum

    Engineers, Richardson TX, 1987. 13. Brown K.E., "The Technology of Artificial Lift Methods", Vol.1-4, Penn Well Publishing

    Company, Tulsa-Oklahoma, 1984. 14. Pearson R.M., "Well Completion Design and Practices", IHRDC, USA, 1987. 15. nn., "Wireline Courses", Flopetrol-Schlumberger. 16. King G.E., "An Introduction to the Basics of Well Completions, Stimulations and

    Workovers", 2nd Edition, Tulsa-Oklahoma, 1996. 17. Allen T. O., Roberts A.P., "Production Operations : Well Completions, Workover, and

    Stimulation", Vol. 1, OGCI, Tulsa, 1977. 18. nn., "Composite Catalog Of Oil Field Equipment and Services (A thru B)n, 35th revision,

    World Oil, Gulf Pub Co., Houston, Texas, 1983.

  • DHEQ-005 Artificial Lift 55

    DAFTAR PARAMETER DAN SATUAN

    Pb = tekanan gelembung minyak, psia

    Q = laju produksi, BPD

    Ps = tekanan statik sumur, psia

    Pwf = tekanan alir dasar sumur, psia

    PI = productivity Index,STBD/psi

    SG = berat jenis rata-rata fluida, fraksi

    SGo = berat jenis minyak, fraksi

    SGw = berat jenis air, fraksi

    WOR = perbandngan air dan minyak, fraksi

    WC = kandungan air dalam fluida, fraksi atau %

    Gradient = gradien fluida, psi/feet

    PIP = tekanan pada masukan pompa, psia

    D = kedalaman lubang perforasi, feet

    Dsetly = kedalaman pompa, feet

    TDH = total dynamic head, feet

    Pt = tekanan tubing, psia

    Zf = friction loss reparying pipa, psia

    N = jumlah tingkat pompa, integer

    Vs = kecepatan fluida, ft/s

    Vtotal = tegangan total, volts

    I = arus, amphere

    KVA = bila volt amphere

    Pd = tekanan gas di annulus pada kedalaman d, psi

    GS = gradien fluida, psia/feet

    DV = jarak katup, feet

    Pwh = Tekanan kepala sumur, psi

    PsO = tekanan injeksi gas saat operasi, psi

    GOR = gas oil ratio, SCF/STB

    ASM = area suction minimum, m2

    PN = tekanan di nozell, psia

    PF = pressure loss di annulus, psi

    QN = laju alir di nozel, BPD

    AN = Luas Nozell, in2

    QD = laju pompadischarge, psi

    GD = Gradien fluida discharge, psi/feet

    WCD = water cut discharge