tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/bismillah-skripsi.docx · web...

118
SEKTOR INFORMAL DI SEKITAR LOKALISASI PASAR KEMBANG INFORMAL SECTOR AROUND PASAR KEMBANG LOCALIZATION SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar kesarjanaan S1 pada Fakultas Geografi UGM Oleh Galang Topan Paderi 11/316486/GE/07065 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS GADJAH MADA i

Upload: trinhthu

Post on 02-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

SEKTOR INFORMAL DI SEKITAR LOKALISASI

PASAR KEMBANG

INFORMAL SECTOR AROUND PASAR KEMBANG

LOCALIZATION

SKRIPSIDiajukan untuk memenuhi syarat

memperoleh gelar kesarjanaan S1 pada

Fakultas Geografi UGM

Oleh

Galang Topan Paderi

11/316486/GE/07065

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

FAKULTAS GEOGRAFI

YOGYAKARTA

2018

i

Page 2: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

ii

Page 3: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

iii

Page 4: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

SEKTOR INFORMAL DI SEKITAR LOKALISASIPASAR KEMBANG

OlehGalang Topan Paderi11/316486/GE/07065

INTISARI

Kawasan sekitar lokalisasi Pasar Kembang menjadi salah satu tempat aktivitas perekonomian pada sektor informal yang cukup tinggi di Yogyakarta. Banyaknya pengunjung yang datang membuka peluang usaha bagi masyarakat Sosrowijayan dan warga di sepanjang jalan Pasar Kembang untuk mendapat keuntungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pekerja sektor informal serta menganalisis faktor – faktor yang memengaruhi pendapatan pekerja sektor informal.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode sensus, yaitu mencatat semua elemen yang dikaji. Semua data yang diperoleh dan terkumpul dari lapangan akan dituangkan dalam bentuk tertulis dan dianalisis dengan metode kuantitatif dan kualitatif. Data yang bersifat kuantitatif akan dianalisis dengan tabel frekuensi dan persentase untuk mengetahui kecenderungannya, serta tabel silang, korelasi, dan regresi untuk analisis pendapatan. Sedangkan data yang bersifat kualitatif akan dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif untuk mengetahui karakteristik pekerja.

Hasil penelitian menunjukkan karakteristik pekerja sektor informal berdasarkan usia mayoritas berusia produktif (25 – 54 tahun), jenis kelamin pekerja didominasi laki – laki, rata – rata pendidikan SMA, jumlah tanggungan keluarga pekerja rata – rata 1 orang, jenis usaha pekerja didominasi oleh kios/warung, jam kerja berkisar 10 jam, rata – rata jumlah modal Rp 2.154.167, masa kerja rata – rata 11 tahun, dan pendapatan rata – rata Rp 1.015.556. Hasil analisis uji korelasi dan regresi dalam penelitian ini menunjukkan adanya hubungan pengaruh yang signifikan antara jam kerja dengan jumlah pendapatan. Sedangkan tingkat pendidikan, jumlah modal, lama kerja, dan usia teruji tidak berhubungan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama jam kerja maka semakin tinggi pula pendapatan. Namun, tingkat pendidikan, jumlah modal, lama kerja, dan usia tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa tingkat pendidikan serta modal tidak terlalu berpengaruh dalam sektor informal.Kaca Kunci: sektor informal, pasar kembang, karakteristik, pendapatan.

iv

Page 5: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

INFORMAL SECTOR AROUND PASAR KEMBANG LOCALIZATION

ByGalang Topan Paderi11/316486/GE/07065

ABSTRACT

Pasar Kembang becomes one of the places in Yogyakarta with quite high economic activity in the informal sector. The high number of visitors creating business opportunities for the Sosrowijayan people and residents along the Pasar Kembang street to make profit. This study aims to determine the characteristics of informal sector workers and analyze the factors that affect the informal sector workers' income.

Data collection techniques in this study using the census method, which records all elements studied. All data obtained and collected from the field will be poured in written form and analyzed by quantitative and qualitative methods. Quantitative data will be analyzed by frequency tables and percentages to determine trends, as well as cross-charts, correlations, and regressions for income analysis. While the qualitative data will be analyzed by qualitative descriptive method to know the characteristics of workers.

The results showed that the characteristics of informal sector workers based on age are productive (25- 54 years old), male-dominated, averaged high school education, total number of worker's family burden averaged 1 person, business type of worker dominated by kiosk / stalls, working hours ranging from 10 hours, average amount of capital Rp 2.154.167, average service life 11 years, and average income Rp 1.015.556. The results of correlation and regression test analysis in this study indicate a significant influence relationship between working hours and the amount of income. While the level of education, the amount of capital, duration of work, and age tested not related. This shows that the longer the working hours the higher the income. However, the level of education, the amount of capital, the length of work, and age did not show any significant effect. This is consistent with the theory that educational and capital levels are not very influential in the informal sector.Key words: informal sector, pasar kembang, characteristics, income.

v

Page 6: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan

pencipta dan pemilik alam semesta beserta seluruh isinya atas banyak nikmat yang

telah dilimpahkan kepada kita yang tidak terkira jumlahnya. Sholawat serta salam

selalu tercurah dan terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah

memberikan teladan dalam setiap kehidupan sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Sektor Informal di Sekitar

Lokalisasi Pasar Kembang”.

Penulisan skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan untuk dapat

menyelesaikan proses pembelajaran dalam jenjang Strata-1 pada program studi

Geografi dan Ilmu Lingkungan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan

berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr.rer.nat. Muh Aris Marfa’i, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Geografi

Universitas Gadjah Mada yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dan studi dengan baik.

2. Dr. Rika Harini, S.Si., M.P., selaku Ketua Departemen Geografi

Lingkungan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan

penelitian.

3. Dr. RR. Wiwik Puji Mulyani, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan arahan, kritik, dan saran dalam proses penyelesaian skripsi.

4. Prof. Dr. Ig.L. Setyawan Purnama, M.Si., selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama menjani

perkuliahan.

vi

Page 7: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

5. Seluruh Dosen Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada yang telah

memberikan ilmu dan pengetahuan selama perkuliahan.

6. Orang tua tercinta Ayah Restu dan Ibu Karlinda, serta Abang Muhammad

Haikal Arisyi yang telah memberikan kasih sayang, semangat, motivasi,

doa, serta dukungan moril maupun materil yang terus diberikan untuk

senantiasa semangat dalam menyelesaikan skripsi.

7. Wahyu Fahreza, Sendi Permana, dan Andi Panca Putra yang telah

membantu dalam proses pengambilan dan pengumpulan data.

8. Para Pekerja Sektor Informal di lokasi penelitian yang sudah bersedia

memberikan informasi terkait penelitian ini.

9. Semua pihak yang terkait yang tidak mungkin disebutkan satu per satu yang

telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna, namun penyusun berharap kritik dan saran yang membangun dapat

disampaikan kepada penyusun agar menjadi bahan renungan dan perbaikan untuk

penyusun ke depannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

pada umumnya dan bagi mahasiswa geografi dan ilmu lingkungan khususnya.

Yogyakarta, Maret 2018

Penyusun

Galang Topan Paderi

vii

Page 8: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii

ORISINALITAS PENELITIAN.........................................................................iii

INTISARI..............................................................................................................iv

ABSTRACT............................................................................................................v

KATA PENGANTAR...........................................................................................vi

DAFTAR ISI.......................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................11.1. PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1.1. Latar Belakang...................................................................................11.1.2. Rumusan Masalah.............................................................................61.1.3. Tujuan Penelitian...............................................................................71.1.4. Manfaat Penelitian.............................................................................8

1.2. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................81.2.1. Tenaga Kerja......................................................................................81.2.2. Sektor Informal................................................................................101.2.3. Lokalisasi Prostitusi.........................................................................131.2.4. Karakteristik....................................................................................141.2.5. Pendapatan.......................................................................................151.2.6. Umur/Usia.........................................................................................161.2.7. Pendidikan........................................................................................161.2.8. Jam/Waktu Kerja............................................................................161.2.9. Lama Kerja.......................................................................................171.2.10. Modal............................................................................................18

1.3. PENELİTİAN TERKAİT TERDAHULU.....................................................181.4. KERANGKA PEMIKIRAN........................................................................201.5. HUBUNGAN ANTARA VARIABEL INDEPENDEN TERHADAP VARIABEL DEPENDEN.........................................................................................................21

1.5.1. Hubungan Umur Terhadap Pendapatan.......................................221.5.2. Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap Pendapatan...............221.5.3. Hubungan Jumlah Jam Kerja Terhadap Pendapatan.................221.5.4. Hubungan Lama Usaha Terhadap Pendapatan...........................231.5.5. Hubungan Modal Terhadap Pendapatan......................................23

BAB II METODE PENELITIAN............................................................242.1. PEMILIHAN WILAYAH PENELITIAN.....................................................242.2. POPULASI DAN SAMPEL........................................................................242.3. JENIS DAN SUMBER DATA....................................................................252.4. PENGUMPULAN DATA...........................................................................25

2.4.1. Observasi..........................................................................................252.4.2. Wawancara.......................................................................................26

2.5. VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL........................262.6. ANALISIS DATA.....................................................................................28

viii

Page 9: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

BAB III DESKRIPSI WILAYAH...........................................................293.1 SEJARAH PASAR KEMBANG.................................................................293.2 ADMINISTRATIF.....................................................................................303.3 LETAK DAN BATAS................................................................................303.4 KONDISI KEPENDUDUKAN....................................................................313.5 KONDISI SOSIAL EKONOMI..................................................................31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................334.1. KARAKTERISTIK PEKERJA...................................................................34

4.1.1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin....................................354.1.2. Karakteristik Berdasarkan Usia....................................................364.1.3. Karakteristik Berdasarkan Pendidikan........................................374.1.4. Karakteristik Berdasarkan Tanggungan......................................394.1.5. Karakteristik Berdasarkan Jenis Usaha........................................404.1.6. Karakteristik Berdasarkan Waktu Kerja.....................................424.1.7. Karakteristik Berdasarkan Lama Kerja.......................................444.1.8. Karakteristik Berdasarkan Modal.................................................454.1.9. Karakteristik Berdasarkan Pendapatan........................................47

4.2. ANALISIS PENDAPATAN........................................................................494.2.1. Tabel Silang......................................................................................514.2.2. Hasil Analisis Korelasi.....................................................................594.2.3. Hasil Analisis Regresi......................................................................61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................645.1. KESIMPULAN.........................................................................................645.2. SARAN....................................................................................................64

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................66

ix

Page 10: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Pendahuluan

1.1.1.Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang tingkat

urbanisasinya tertinggi di Asia Tenggara, dengan 32 persen orang miskin tinggal

di daerah kota (Morrell dkk, 2008). Todaro dan Stilkind (1981) mengatakan

bahwa ada beberapa gejala yang dihadapi oleh negara berkembang, gejala tersebut

adalah jumlah pengangguran dan setengah pengangguran yang besar dan semakin

meningkat, cadangan tenaga kerja yang berkurang, dan selanjutnya adalah jumlah

penduduk dan tingkat pertumbuhannya sudah begitu pesat, sehingga pemerintah

tidak mampu memberikan layanan kesehatan, perumahan, pendidikan, dan

transportasi yang memadai. Simanjuntak (1985) mengungkapkan secara umum

ada beberapa faktor yang memengaruhi penyediaan tenaga kerja, seperti jam

kerja, pendidikan, produktivitas, dan lain-lain.

Berdasarkan data oleh Badan Pusat Statistik (2016), Indonesia memiliki

tingkat pengangguran terbuka sebesar 5,61%. Untuk mengatasi masalah ini,

pemerintah Indonesia telah menerapkan beberapa strategi prioritas untuk

mengurangi tingkat pengangguran. Sebagai contoh, pemerintah telah membuka

banyak bidang pengembangan tenaga kerja, membangun program penanganan

pengangguran, menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan produktif dan job fair

baik oleh perusahaan publik maupun perusahaan swasta, mengembangkan

koperasi serta UKM (Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2014).

1

Page 11: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Sektor informal menjadi pilihan alternatif warga urban (kota) maupun

tenaga kerja luar kota yang tidak berpendidikan dan tidak terampil yang tidak

diserap di sektor formal (Bhowmik, 2005; Effendi, 2005). Sebagian penduduk

miskin kota bekerja pada sektor informal, yang pertumbuhannya sudah melebihi

sektor formal (Manning & Roesad, 2006). Menurut Sethurahman (dalam Manning

& Effendi, 1985), kesempatan kerja dari sektor informal masih terbuka luas yakni

sekitar 20 - 70 %.

Keadaan ini dalam jangka pendek akan dapat membantu mengurangi angka

pengangguran di Indonesia (Muzakir, 2010). Kesempatan kerja di bidang sektor

informal ini berperan dalam penyediaan kebutuhan barang dan jasa, termasuk

sektor informal PKL. Perkembangan atau pertumbuhan sektor informal di

Indonesia sendiri berlangsung pesat mulai tahun 1990-an. Kondisi

ketenagakerjaan di Indonesia saat itu tidak menguntungkan bagi angkatan kerja,

karena ketidakmampuan sektor formal dalam menyerap angkatan kerja (Suharto,

2008).

Sektor informal menjadi katup pengaman dalam menghadapi masalah

angkatan kerja yang tidak terserap ke sektor maupun yang terlempar dari sektor

formal sejak terjadinya krisis ekonomi. Sektor informal yang bersifat adaptif dan

lentur dalam periode krisis perekonomian nasional masih tetap bertahan bahkan

mampu mengembangkan peluang-peluang usaha dibandingkan dengan

perusahaan besar (Muzakir, 2010). Hal ini terjadi karena selama krisis

berlangsung, para pekerja sektor konstruksi, perdagangan, industri, dan keuangan,

banyak yang keluar atau meninggalkan pekerjaan, karena mereka diberhentikan

atau perusahaan tidak beroperasi lagi karena bangkrut (Effendi, 2005).

2

Page 12: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Informalitas mencirikan semua aspek kehidupan kota di seluruh dunia, dan

berkorelasi erat dengan kemiskinan perkotaan (Beall, Guha-Khasnobis, & Kanbur,

2010). Pekerjaan di sektor informal sendiri adalah jenis pekerjaan yang tidak

menuntut adanya latar belakang pendidikan tertentu, artinya siapa saja dapat

melakukan pekerjaan ini. Jumlah pekerja yang berada di sektor informal relatif

stabil. Sekitar 58 persen dari keseluruhan pekerja berada di dalam ekonomi formal

pada periode 2016. Namun, tren dalam kurun waktu tiga tahun (2014-2016)

memperlihatkan adanya pergeseran ke arah formalitas dalam perekonomian

Indonesia (BPS, 2016).

Berdasarkan tabel 1.1, pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan

dibantu buruh tetap/buruh dibayar dan kategori buruh/karyawan/pegawai,

sementara sisanya termasuk pekerja informal. Pada Agustus 2016, sekitar 50,2

juta orang (42,40 persen) bekerja pada kegiatan formal dan 68,2 juta orang (57,60

persen) bekerja pada kegiatan informal. Selama Agustus 2014-Agustus 2016,

pekerja dengan status berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar bertambah

sekitar 203 ribu orang dan pekerja berstatus buruh/karyawan/pegawai bertambah

sekitar 3,4 juta orang. Peningkatan ini menyebabkan jumlah pekerja formal

bertambah sebesar 3,6 juta orang dan persentase pekerja formal naik dari 40,62

persen pada Agustus 2014 menjadi 42,40 persen pada Agustus 2016. Komponen

pekerja informal terdiri dari pekerja dengan status berusaha sendiri, berusaha

dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar, pekerja bebas di pertanian, pekerja

bebas di non pertanian, dan pekerja keluarga/tak dibayar.

3

Page 13: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Selama kurun waktu dua tahun (Agustus 2014-Agustus 2016), pekerja

informal bertambah sebesar 135 ribu orang tetapi persentase pekerja informal

berkurang dari 59,38 persen pada Agustus 2014 menjadi 57,60 persen pada

Agustus 2016.

Tabel 1.1 Penduduk Indonesia 15 Tahun Ke Atas Menurut Status Pekerjaan Utama 2014 – 2016 (juta orang)

Status Pekerjaan

Utama

2014 2015 2016

Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus

Berusaha Sendiri 20,321 20,487 21,653 19,530 20,392 20,015

Berusaha Dibantu

Buruh Tidak Tetap/Buruh

Tidak Dibayar

19,735 19,276 18,799 18,188 20,998 19,451

Berusaha Dibantu

Buruh Tetap / Buruh Dibayar

4,144 4,177 4,211 4,072 4,024 4,380

Buruh / Karyawan /

Pegawai43,349 42,382 46,618 44,434 46,301 45,828

Pekerja Bebas di Pertanian

4,739 5,094 5,076 5,086 5,240 5,500

Pekerja Bebas di

Non Pertanian

6,750 6,406 6,803 7,449 7,002 6,966

Pekerja Keluarga /

Tak Dibayar19,132 16,806 17,688 16,060 16,690 16,273

Tak Terjawab - - - - - -

Total 118,17 114,63 120,85 114,82 120,65 118,41

Sumber: Badan Pusat Statistik (2016)

4

Page 14: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota tujuan bagi orang-orang luar

daerah dalam mencari pekerjaan. Karena sarana prasarana perekonomian di Kota

Yogyakarta lebih berkembang dibandingkan dengan daerah lain. Namun, hal ini

belum diimbangi dengan tersedianya lapangan kerja yang memadai sehingga

kesejahteraan masyarakat menjadi kurang merata akibat terdapatnya ketimpangan

pada tingkat pendapatan.

Ketatnya persaingan dalam memperoleh pekerjaan di sektor formal, yaitu

sektor pekerjaan yang membutuhkan latar belakang pendidikan tertentu, dan juga

impitan ekonomi yang dialami oleh masyarakat Yogyakarta, membuat pekerjaan-

pekerjaan di sektor informal tumbuh subur. Aktivitas atau kegiatan di sektor

informal sering juga dikenal sebagai underground economy (Gerxhani, 2004).

Kata underground di sini dapat dimaknai bahwa sektor informal tidak hanya

berbentuk aktivitas atau kegiatan yang bersifat legal saja, akan tetapi bisa juga

mencakup aktivitas atau kegiatan yang bersifat ilegal. Contoh bentuk pekerjaan di

sektor informal yang bersifat ilegal adalah prostitusi.

Tergolong dalam sektor informal yang tidak legal, keberadaan Sarkem

sebagai forum untuk kegiatan sektor informal menjadi dilema bagi pemerintah.

Kehadiran PSK dan sektor informal lainnya seperti kios dan parkir liar yang

menjamur di pinggiran jalan Pasar Kembang sering dianggap sebagai masalah dan

mengganggu tata ruang kota. Persaingan di sektor formal yang sengit menjadi

kendala bagi sebagian besar pekerja sektor informal di Sarkem karena tidak

memiliki keterampilan dan pendidikan yang tinggi. Berdasarkan kondisi tersebut,

serta hubungan antara prostitusi dan ekonomi informal yang belum banyak diteliti

(Boels, 2015), menjadikan hal ini menarik untuk dikaji.

5

Page 15: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Asumsi bahwa pertumbuhan sektor informal yang akan terus meningkat

melatarbelakangi penulis untuk mengkaji tingkat pendapatan serta karakteristik

pekerja sektor informal di sekitar lokalisasi prostitusi Pasar Kembang. Maka dari

itu penulis berkeinginan untuk melaksanakan penelitian dengan mengambil judul

“Sektor Informal di Sekitar Kawasan Lokalisasi Prostitusi Pasar Kembang”.

1.1.2.Rumusan Masalah

Lokasi Pasar Kembang yang strategis terletak di jantung kota Yogyakarta

dan tidak jauh dari pusat pariwisata Kota Yogyakarta membuat lokalisasi Pasar

Kembang atau yang lebih akrab disapa Sarkem ini tidak pernah sepi pelanggan.

Namanya juga sudah cukup populer, baik di lingkungan warga Yogyakarta sendiri

maupun di tingkat nasional. Banyaknya pengunjung yang datang membuka

peluang usaha bagi masyarakat Sosrowijayan dan warga di sepanjang jalan Pasar

Kembang untuk mendapat keuntungan. Seperti menyewakan kamar kepada

pengunjung, menjual makanan, minuman, dan rokok, baik asongan keliling

maupun gerobak angkringan.

Kendaraan bermotor yang dibawa oleh para pengunjung juga melahirkan

jasa parkir. Kebutuhan akan jasa transportasi yang terbilang tinggi membuat

banyak dijumpai tukang becak, ojek, dan taksi di sekitar lokalisasi. Belum lagi

toko yang menjual produk berkaitan dengan aktivitas seks seperti jamu atau obat

kuat, serta alat kontrasepsi. Pekerja Seks Komersial (PSK) dan penyalur (germo)

di dalam lokalisasi juga termasuk ke dalam pekerjaan sektor informal, meskipun

dapat dikatakan pekerjaan ini termasuk ke dalam sektor informal yang terbilang

ilegal. Setiap pekerja memiliki karakteristik dan latar belakang demografi,

ekonomi, dan sosial yang berbeda-beda (Nisjar, 1997).

6

Page 16: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Pendapatan para pekerja di sektor informal ini, selain dari pengunjung

stasiun Tugu dan Malioboro, juga dipengaruhi oleh keberadaan lokalisasi ini. Hal

tersebut menjadikan banyak orang yang menggantungkan hidupnya dari

keberadaan lokalisasi tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung.

Keberadaan lokalisasi yang telah berdiri sejak lama tersebut tentunya sangat

memiliki pengaruh terhadap lingkungan sekitar lokalisasi dan juga Kota

Yogyakarta itu sendiri baik itu pengaruh positif maupun negatif. Berdasarkan latar

belakang dan rumusan masalah di atas, terdapat pokok-pokok masalah yang dapat

diajukan pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik pekerja sektor informal di sekitar Lokalisasi Pasar

Kembang?

2. Bagaimana pendapatan pekerja sektor informal di sekitar Lokalisasi Pasar

Kembang?

1.1.3.Tujuan Penelitian

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, maka tujuan dari penelitian

ini adalah:

1. Mengetahui karakteristik pekerja sektor informal di sekitar Lokalisasi Pasar

Kembang.

2. Menganalisis pendapatan pekerja sektor informal di sekitar Lokalisasi Pasar

Kembang.

7

Page 17: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

1.1.4.Manfaat Penelitian

Secara akademis atau teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

sebagai masukan, perbandingan, dan pertimbangan bagi penelitian sejenis dan

lanjutan di masa yang akan datang, khususnya penelitian di bidang sosial. Selain

itu, penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai gambaran yang jelas

mengenai peran sektor informal di sekitar Lokalisasi Pasar Kembang. Secara

nyata atau praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui

dampak Lokalisasi Pasar Kembang bagi perubahan perilaku ekonomi, sosial, dan

budaya masyarakat setempat, serta menambah wawasan bagi masyarakat

khususnya masyarakat Yogyakarta.

1.2. Tinjauan Pustaka

1.2.1.Tenaga Kerja

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan, yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah “setiap

orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa,

baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat”. Penduduk

usia kerja menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dan sesuai dengan yang

direkomendasikan oleh International Labor Organization (ILO) adalah penduduk

usia 15 tahun ke atas yang dikumpulkan ke dalam angkatan kerja dan bukan

angkatan kerja. Seseorang yang masuk dalam umur kerja dianggap mampu

bekerja (Putri, 2012). Pada dasarnya tenaga kerja dibagi ke dalam kelompok

angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

8

Page 18: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Tenaga kerja yang termasuk dalam angkatan kerja adalah (1) golongan yang

bekerja dan (2) golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. Angkatan

kerja yang digolongkan bekerja menurut BPS (2013) adalah:

1. Angkatan kerja yang digolongkan bekerja adalah:

a. Mereka yang dalam seminggu sebelum pencacahan melakukan pekerjaan

dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau

keuntungan yang lamanya bekerja paling sedikit selama satu jam dalam

seminggu yang lalu.

b. Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan tidak melakukan

pekerjaan atau bekerja kurang dari satu jam tetapi mereka adalah:

1) Pekerja tetap, pegawai pemerintah/swasta yang sedang tidak masuk kerja

karena cuti, sakit, mogok, mangkir, ataupun perusahaan menghentikan

kegiatan sementara.

2) Petani yang mengusahakan tanah pertanian yang tidak bekerja karena

menunggu hujan untuk menggarap sawah.

3) Orang yang bekerja di bidang keahlian sepeti dokter, dalang, dan lain-

lain.

2. Angkatan kerja yang digolongkan menganggur dan sedang mencari pekerjaan

yaitu:

a. Mereka yang belum pernah bekerja, tetapi saat ini sednag berusaha mencari

pekerjaan.

b. Mereka yang sudah pernah bekerja, tetapi pada saat pencacahan

menganggur dan berusaha mendapatkan pekerjaan.

c. Mereka yang dibebastugaskan dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.

9

Page 19: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Sedangkan yang termasuk dalam kelompok bukan angkatan kerja adalah

tenaga kerja atau penduduk usia kerja yang tidak bekerja dan tidak mempunyai

pekerjaan, yaitu orang-orang yang kegiatannya bersekolah (pelajar dan

mahasiswa), mengurus rumah tangga (ibu-ibu yang bukan merupakan wanita

karier atau bekerja), serta penerimaan pendapatan tapi bukan merupakan imbalan

langsung dari jasa kerjanya (pensiun, penderita cacat) (Simanjuntak, 1985).

Pendapat yang dikemukakan oleh Wauran (2012) bahwa tenaga kerja adalah

semua orang yang mampu dan bersedia untuk bekerja termasuk mereka yang

menganggur akibat kurangnya kesempatan kerja sehingga dapat menghasilkan

barang maupun jasa. Mulyadi (2003) menyatakan bahwa tenaga kerja adalah

penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah penduduk di suatu

negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap

tenaga kerja dan jika mereka ingin berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

Menurut Simanjuntak (1985), tenaga kerja termasuk penduduk yang sedang atau

sudah pernah bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang sedang

melakukan aktivitas lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.

1.2.2.Sektor Informal

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1995 tentang

Usaha Kecil, yang dimaksud dengan sektor informal adalah “kegiatan ekonomi

rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil

penjualan tahunan serta kepemilikan”. Istilah sektor informal sendiri awal

mulanya pertama kali diperkenalkan oleh Keith Hart pada tahun 1970-an yang

merupakan hasil kajian atau studi mengenai aktivitas perekonomian perkotaan

yang unik di Accra, Ghana. Dalam penelitiannya itu, dia menemukan adanya

10

Page 20: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

variasi yang besar dalam hal tersedianya peluang pendapatan legal dan ilegal pada

kelompok miskin perkotaan (Gilbert & Gugler, 1996). Keberadaan sektor

informal sampai saat ini masih cukup mendominasi di berbagai negara

berkembang. Wirosardjono (1985) mendefinisikan sektor informal sebagai sektor

kegiatan ekonomi marjinal (kecil-kecilan) yang mempunyai cirri-ciri sebagai

berikut:

1. Pola kegiatan tidak teratur, baik dalam arti waktu, permodalan, maupun

penerimaannya.

2. Tidak tersentuh oleh ketentuan atau peraturan yang diterapkan oleh

pemerintah.

3. Modal, peralatan dan perlengkapan maupun omzetnya biasanya kecil dan

diusahakan atas dasar hitungan harian.

4. Umumnya tidak mempunyai tempat usaha yang permanen dan terpisah dari

tempat tinggalnya.

5. Tidak mempunyai keterikatan (linkeges) dengan usaha lain yang besar.

6. Umumnya dilakukan oleh dan melayani golongan masyarakat yang

berpendapatan rendah.

7. Tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus, sehingga secara luwes

dapat menyerap bermacam-macaam tingkat pendidikan tenaga kerja.

8. Tidak mengenal sistem perbankan, pembukuan, dan lain sebagainya.

9. Umumnya tiap-tiap satuan usaha mempekerjakan tenaga yang sedikit dan dari

lingkungan hubungan keluarga, atau dari daerah yang sama.

11

Page 21: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Karakteristik sektor informal sangat bervariasi dalam bidang kegiatan

produksi barang dan jasa berskala kecil, unit produksi yang dimiliki secara

perorangan atau kelompok, banyak menggunakan tenaga kerja (padat karya),

teknologi yang dipakai relatif sederhana, dan para pekerjanya sendiri biasanya

tidak memiliki pendidikan formal serta umumnya tidak memiliki keterampilan

dan modal kerja (Todaro, 1998). Sektor informal muncul dalam kegiatan

perdagangan yang bersifat kompleks oleh karena menyangkut jenis barang, tata

ruang, dan waktu. Berkebalikan dengan sektor formal yang umumnya

menggunakan teknologi maju, bersifat padat modal, dan mendapat perlindungan

pemerintah, sektor informal lebih banyak ditangani oleh masyarakat golongan

bawah.

Sektor informal ini umumnya berupa usaha berskala kecil, dengan modal,

ruang lingkup, dan pengembangan yang terbatas (Harsiwi, 2002). Sektor informal

adalah suatu bidang kegiatan ekonomi yang untuk memasukinya tidak selalu

memerlukan pendidikan formal dan keterampilan yang tinggi, serta tidak

memerlukan surat-surat izin serta modal yang besar untuk memproduksi barang

dan jasa (Hutajulu, 2004). Sektor informal adalah sektor yang tidak terorganisasi

(unorganized), tidak teratur (unregulated), dan tidak terdaftar (unregistered)

(Widodo, 2005). Sifat usaha sektor informal cenderung bermodal kecil, teknologi

yang sederhana, dan relatif tidak terorganisasi (Pitoyo, 2007). Ekonomi informal

terdiri dari semua kegiatan ekonomi yang tidak diatur dan terdaftar secara resmi,

sehingga tidak dikenakan pajak (Ponsaers dkk, 2008). Akibatnya, penegakan

regulasi memiliki peran penting dalam menentukan batas-batas antara formalitas

dan informalitas.

12

Page 22: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Sektor informal mempunyai peran penting dalam mewujudkan tujuan

pemerataan pembangunan (Muzakir, 2010). Munculnya sektor informal sebagai

alternatif disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya jumlah penduduk yang

semakin banyak dan kepadatan penduduk yang semakin tinggi seiring dengan

bertambahnya jumlah pengangguran dan juga tingkat kemiskinan. Usaha kecil dan

usaha informal menawarkan kesempatan penting untuk menghasilkan pendapatan.

Namun, dengan investasi modal yang terbatas, portofolio produk yang sempit,

kejenuhan pasar, serta keterampilan kewirausahaan dan pengalaman yang

terbatas, akan membatasi potensi keuntungan (Gindling & Newhouse, 2014).

Pendapatan beberapa pedagang sektor informal lebih besar dibandingkan dengan

tenaga kerja yang tidak terampil (Rothenberg dkk, 2016).

1.2.3.Lokalisasi Prostitusi

Sihombing (1997) mengatakan bahwa “prostitusi pada hakikatnya adalah

perilaku seksual berganti-ganti pasangan, dapat dilakukan oleh pria dan wanita”.

Praktik prostitusi banyak dilakukan oleh perempuan. Alasan utama seseorang

terjun dalam prostitusi adalah masalah ekonomi. Perempuan yang terjun ke sektor

informal menjadi pekerja seks umumnya mencari penghasilan yang lebih tinggi

(Mahdavi, 2013). Definisi prostitusi itu sendiri berasal dari bahasa latin yakni pro

stituere yang berarti memungkinkan diri untuk melakukan perzinahan. Sementara

pelacur atau Pekerja Seks Komersial (PSK) atau Wanita Tuna Susila (WTS)

adalah wanita yang tidak pantas perilakunya dan dapat membawa penyakit, baik

untuk orang lain yang bergaul dengan dia ataupun untuk dirinya sendiri. Pelacur

adalah profesi yang menjual jasa untuk memenuhi kebutuhan seksual pelanggan.

13

Page 23: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Pelayanan jasa ini biasanya berlangsung dengan cara menyewakan

tubuhnya. Prostitusi bersifat negatif dan dapat diklasifikasikan sebagai kejahatan

terhadap masyarakat (Zulfiqar, 2014). Prostitusi adalah salah satu bentuk penyakit

sosial (Kartono, 2005).

Selalu ada saja resistensi serta tekanan dari pihak-pihak seperti alim ulama

dan tokoh masyarakat, namun tidak sedikit lokalisasi yang masih beroperasi

seperti lokalisasi Pasar Kembang di Yogyakarta (Hull dkk, 1997). Hal ini karena

ada orang-orang yang mengambil keuntungan dari prostitusi. Beberapa di

antaranya seperti jasa menjaga parkir kendaraan, jasa transportasi, warung

makanan dan minuman, hingga menjual alat pengaman seks. Berdasarkan definisi

di atas, dalam konteks penelitian ini, semua bentuk prostitusi yang tidak diatur,

tidak terdaftar, dan tidak dikenai pajak, merupakan bagian dari ekonomi informal

(Weinstein, 2016).

1.2.4.Karakteristik

Karakteristik demografi adalah ciri yang menggambarkan perbedaan

masyarakat berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama, suku

bangsa, pendapatan, jenis keluarga, status pernikahan, lokasi geografi, dan kelas

sosial. Karakteristik ekonomi adalah hal yang menggambarkan pendapat,

pengeluaran rumah tangga, serta penggunaan kredit dan kartu kredit sebagai

sumber daya ekonomi. Karakteristik sosial adalah status yang menunjukkan

kedudukan pekerja dalam kelas sosial pekerja tertentu, dipengaruhi oleh faktor

ekonomi, interaksi, dan politis (Sunyoto, 2013).

14

Page 24: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

1.2.5.Pendapatan

Pendapatan dapat diartikan sebagai jumlah keseluruhan uang yang diterima

oleh individu atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu

tahun), pendapatan terdiri dari upah, bonus, pendapatan dari kekayaan seperti

bunga, dividen, dan sewa, serta pembayaran atau penerimaan dari pemerintah

seperti asuransi atau tunjangan sosial (Samuelson dkk, 1995). Pendapatan adalah

suatu hasil yang diperoleh dari penggunaan kapital dan pemberian jasa individu

atau keduanya berupa uang, barang bahan atau jasa selama jangka panjang waktu

tertentu. Pendapatan dapat diketahui dari total penerimaan (total revenue) pekerja

atau pelaku usaha itu sendiri (Soekartawi, 2000). Pendapatan bersih merupakan

pendapatan bruto setelah dikurangi biaya - biaya dalam proses produksi.

Secara garis besar pendapatan digolongkan menjadi tiga golongan yaitu:

1. Gaji dan Upah, yaitu imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut melakukan

pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu minggu

atau satu bulan.

2. Pendapatan dari Usaha Sendiri, yaitu merupakan nilai total dari hasil produksi

yang dikurangi dengan biaya-biaya yang dibayar dan usaha ini merupakan

usaha milik sendiri atau keluarga sendiri, nilai sewa kapital milik sendiri, dan

semua biaya ini biasanya tidak diperhitungkan.

3. Pendapatan dari Usaha Lain, yaitu pendapatan yang diperoleh tanpa

mencurahkan tenaga kerja dan ini merupakan pendapatan sampingan antara

lain: pendapatan dari hasil menyewakan aset yang dimiliki, bunga dari uang,

sumbangan dari pihak lain, pendapatan pensiun, dan lain-lain.

15

Page 25: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

1.2.6.Umur/Usia

Umur atau usia seseorang dapat menggambarkan produktivitas sehingga

mempengaruhi pendapatannya (Fiess dkk, 2010). Meiners dan Miller (2004)

menyatakan bahwa "pendapatan meningkat sejalan dengan bertambahnya usia dan

lama kerja; lewat dari batas titik puncak, pertambahan usia akan diiringi dengan

penurunan pendapatan. Batas itu diperkirakan ada pada umur empat puluh lima

sampai lima puluh lima tahun".

1.2.7.Pendidikan

Koto (2015) telah menyimpulkan bahwa latar belakang pendidikan

seseorang yang bekerja akan mempengaruhi pendapatannya. Adanya hubungan

antara pendidikan dengan pendapatan juga dikemukakan oleh Todaro (1998) yang

menyatakan bahwa ada pengaruh pendidikan formal terhadap distribusi

pendapatan yaitu adanya korelasi positif antara pendidikan seseorang dengan

pendapatan yang akan diperolehnya. Menurut Carter (dalam Darmansjah, 2004),

mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan proses perkembangan kecakapan

individu dalam bentuk sikap dan perilaku yang terjadi dalam kehidupan

masyarakat, serta proses sosial yang mana seseorang dipengaruhi oleh suatu

lingkungan yang terpimpin (misalnya sekolah) sehingga mereka dapat mencapai

efisiensi sosial dan mengembangkan pribadinya.

1.2.8.Jam/Waktu Kerja

Jam kerja adalah waktu yang dialokasikan atau dijadwalkan bagi pekerja

untuk bekerja. Waktu kerja dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah waktu untuk melakukan pekerjaan.

16

Page 26: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Siang hari adalah waktu antara pukul 06.00 sampai pukul 18.00, sehari adalah

waktu selama 24 jam, dan seminggu adalah waktu selama 7 hari (pasal 1 ayat 27-

29). 7 jam/hari untuk 6 hari kerja dalam seminggu (pasal 77 ayat 2 poin a), atau 8

jam/hari untuk 5 hari kerja dalam seminggu (pasal 77 ayat 2 poin b). Jones G dan

Bondan Suprapto telah membagi lama jam kerja seseorang dalam satu minggu

menjadi tiga kategori, yaitu (Ananta dan Hatmaji, 1985):

1. Seseorang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu. Jika seseorang bekerja

dibawah 35 jam per minggu, maka ia dikategorikan bekerja dibawah jam

normal.

2. Seseorang yang bekerja antara 35 sampai 44 jam per minggu. Di sini seseorang

dikategorikan bekerja pada jam kerja normal.

3. Seseorang yang bekerja di atas 45 jam per minggu. Bila seseorang dalam satu

minggu bekerja di atas 45 jam, maka ia dikategorikan bekerja dengan jam kerja

panjang.

1.2.9.Lama Kerja

Lamanya seorang pelaku bisnis atau usaha menekuni bidang usahanya akan

dapat mempengaruhi tingkat produktivitas (kemampuan / keahliannya), sehingga

dapat menambah efisiensi dan mampu mengurangi biaya produksi lebih kecil dari

pada hasil penjualan. Keterampilan kewirausahawaan merupakan kemampuan

yang dimiliki seseorang untuk menyusun dan menggunakan faktor-faktor lain

dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat

(Sukirno, 1994).

17

Page 27: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

1.2.10. Modal

Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan secara

langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi untuk menambah output.

Modal adalah barang atau uang yang bersama-sama dengan faktor-faktor produksi

dan tenaga kerja untuk menghasilkan barang dan jasa baru. Modal adalah faktor

yang sangat penting bagi setiap usaha, baik skala kecil, menengah maupun besar

(Tambunan, 2002). Sinaga (2013), Wauran (2012), dan Lamba & Mace (2011)

dalam penelitiannya menjelaskan adanya pengaruh positif yang signifikan antara

modal yang dikeluarkan terhadap pendapatan. Pebisnis atau pengusaha informal

kecil seperti pedagang kaki lima sering menghadapi kendala dalam memperoleh

modal yang cukup untuk produksi. Modal terdiri dari:

1. Modal usaha adalah kapital semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan

langsung maupun tidak langsung, untuk menambah output. Modal usaha ini

sendiri dari modal tetap seperti bangunan, peralatan dan modal bergerak seperti

uang kas dan barang dagangan.

2. Modal kerja adalah kapital yang diperlukan untuk membelanjai operasi sehari -

hari atau disebut biaya tetap suatu usaha. Contoh: uang muka dan gaji pegawai.

Di mana uang tersebut akan kembali lagi masuk ke perusahaan melalui hasil

penjualan.

1.3. Penelitian Terkait Terdahulu

Berdasarkan hasil penelusuran terkait tema penelitian yang peneliti lakukan,

setidaknya ada enam referensi yang bisa dijadikan rujukan. Terdapat kemiripan

dengan penelitian ketiga yakni lokasi penelitian yang akan dilakukan merupakan

lokalisasi prostitusi. Perbedaannya, referensi tersebut belum mengkaji secara

18

Page 28: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

detail bagaimana pendapatan pekerja sektor informal di sekitar lokalisasi

sebagaimana penelitian yang penulis lakukan. Lima penelitian lainnya

mempunyai topik yang mirip yakni mengenai pedagang yang termasuk pekerja

sektor informal. Perbedaannya adalah selain analisis pendapatan, penelitian ini

juga ingin melihat karakteristik pekerja sektor informal di sekitar lokalisasi

prostitusi.

Tabel 1.2 Penelitian Terkait Terdahulu

Peneliti Judul Tujuan

Liza Febriani (2006)

Analisis Pendapatan Pedagang Sepatu Sektor Informal di Kota Bengkulu (Studi Kasus Pasar Minggu)

Mengetahui pengaruh modal, jam kerja dan umur terhadap pendapatan pedagang sepatu sektor informal di Kota Bengkulu

Endang Hariningsih dan Rintar Simafupang (2013)

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Pedagang Eceran (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Yograkarta)

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pedagang eceran

Liska Rahayu (2014)

Modal Sosial Sebagai Strategi Kelangsungan Hidup Perempuan Pekerja Seks

(Studi Kasus Wilayah Transaksi Seksual Teluk Bintuni, Papua Barat dan Pasar Kembang, Kota Yogyakarta)

1. Menganalisis karakteristik wilayah transaksi seksual dan profil perempuan pekerja seks di Distrik Bintuni, Teluk Bintuni serta Pasar Kembang, Kota Yogyakarta

2. Menganalisis karakteristik bentuk pemanfaatan modal sosial sebagai upaya strategi kelangsungan hidup perempuan pekerja seks di wilayah transaksi seksual Distrik Bintuni, Teluk Bintuni & Pasar Kembang, Kota Yogyakarta

19

Page 29: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Agus Winoto (2016)

Kajian Karakteristik dan Faktor Pemilihan Lokasi Pedagang Kaki Lima di Kota Yogyakarta

1. Mengidentifikasi karakteristik sosial, ekonomi, dan demografi pedagang kaki lima

2. Mengetahui faktor pemilihan lokasi berdagang

3. Mengetahui dampak positif dan negatif keberadaan pedagang kaki lima di Kota Yogyakarta

Heti Nurwinda (2016)

Mobilitas Vertikal Dan Horisontal

(Studi Kasus Pedagang Bubur Kacang Hijau di Kecamatan Mergangsan Yogyakarta)

Mengetahui peranan mobilitas vertikal (dinamika ketenagakerjaan) dan mobilitas horisontal (cakupan ruang gerak) terhadap keberhasilan pedagang bubur kacang hijau

Neily Nurul Isti’Any (2016)

Partisipasi Perempuan dalam Sektor Informal di Daerah Istimewa Yogyakarta

(Analisis Susenas Kor Tahun 2014)

Mengetahui pengaruh umur, tingkat pendidikan, status perkawinan, dan jumlah anak terhadap partisipasi perempuan dalam sektor informal di Daerah Istimewa Yogyakarta

1.4. Kerangka Pemikiran

Pendapatan merupakan hasil akhir yang ingin dicapai oleh pekerja sektor

informal. Pendapatan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor

umur/usia, pendidikan, waktu kerja, lama kerja, dan modal. Kerangka pemikiran

dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

20

Page 30: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

1.5. Hubungan Antara Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen

Secara umum, jenis variabel (dilihat dari sifat hubungan antar variabel)

dapat dibedakan pada variabel bebas dan variabel dependen. Istilah variabel bebas

dan variabel dependen berasal dari logika matematika, di mana X dinyatakan

sebagai 'sebab' dan Y sebagai 'akibat'. Namun pemahaman ini tentu saja tidak

mencerminkan sifat sebenarnya dari konsep variabel independen dan dependen.

Karena pada kenyataannya, terutama dalam penelitian ilmu sosial, hubungan antar

variabel tidak selalu merupakan hubungan kausal. Yang bisa dipastikan adalah

adanya variabel yang saling terkait, di satu sisi ada yang disebut variabel bebas

dan di sisi lain ada yang disebut variabel dependen. Kedua variabel ini dibutuhkan

oleh masing-masing studi kuantitatif. Ada sifat kausal dari hubungan, dan ada

juga yang tidak.

Pendapatan (Y)

Waktu Kerja (X1)

Lama Kerja (X2)

Modal (X3)

Pendidikan (X4)

Umur / Usia (X5)

21

Page 31: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

1.5.1.Hubungan Umur Terhadap Pendapatan

Penelitian yang dilakukan oleh Endang Hariningsih dan Rintar Agus

Simatupang (2008) menyimpulkan adanya pengaruh positif hubungan umur

dengan tingkat pendapatan yang diperoleh. Hal ini berbeda dengan penelitian

yang dilakukan oleh Liza Febriani (2006), di mana variabel umur tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan.

1.5.2.Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap Pendapatan

Endang Hariningsih dan Rintar Agus Simatupang (2008) dalam

penelitiannya mengatakan tingginya tingkat pendidikan dapat dimungkinkan

memengaruhi pola pikir seseorang dalam pengambilan keputusan bisnis, yang

akhirnya berdampak pada perolehan pendapatan bersih yang lebih tinggi

dibandingkan pedagang kaki lima yang hanya berpendidikan rendah.

1.5.3.Hubungan Jumlah Jam Kerja Terhadap Pendapatan

Hasil Penelitian Endang Hariningsih dan Rintar Agus Simatupang (2008)

membuktikan adanya hubungan langsung antara jam kerja dengan tingkat

pendapatan. Penentuan jam kerja dalam memasarkan barang dagangan

berpengaruh terhadap pendapatan bersih yang akan diterima. Pedagang kaki lima

harus menetapkan jam kerja yang tepat sesuai dengan karakteristik produk mereka

agar dapat menjual barang dagangannya.

22

Page 32: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

1.5.4.Hubungan Lama Usaha Terhadap Pendapatan

Lamanya suatu usaha dapat menimbulkan pengalaman berusaha, di mana

pengalaman dapat memengaruhi pengamatan seseorang dalam bertingkah laku

(Sukirno, 1994). Lama pembukaan usaha dapat mempengaruhi tingkat

pendapatan, lama seorang pelaku bisnis menekuni bidang usahanya akan

memengaruhi produktivitasnya (kemampuan profesionalnya/keahliannya),

sehingga dapat menambah efisiensi dan mampu menekan biaya produksi lebih

kecil dari pada hasil penjualan. Lama usaha akan menentukan keterampilan dalam

melaksanakan suatu tugas tertentu. Lama usaha dan pengalaman setiap individu

dapat berdampak positif terhadap kemampuan kerja seseorang.

1.5.5.Hubungan Modal Terhadap Pendapatan

Modal merupakan input (faktor produksi) yang sangat penting dalam

menentukan tinggi rendahnya pendapatan. Tetapi bukan berarti merupakan faktor

satu-satunya yang dapat meningkatkan pendapatan (Suparmoko dalam Firdausa,

2012). Sehingga dalam hal ini modal bagi pedagang juga merupakan salah satu

faktor produksi yang memengaruhi tingkat pendapatan.

23

Page 33: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1. Pemilihan Wilayah Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Pasar Kembang Yogyakarta. Keputusan

peneliti untuk memilih lokasi penelitian di Pasar Kembang ini didasari oleh dua

pertimbangan. Pertimbangan tersebut meliputi pertimbangan secara teoritis

maupun secara praktis. Secara teoritis, peneliti memilih lokasi penelitian di

wilayah Pasar Kembang karena menurut peneliti wilayah ini memenuhi kriteria

sebagai sebuah wilayah dengan aktivitas atau kegiatan manusianya di sektor

informal yang khas dan layak untuk dijadikan sebagai sebuah objek penelitian

geografi. Sedangkan secara praktis, karena peneliti menganggap kondisi geografis

wilayah mudah dijangkau dengan pertimbangan akses, tenaga, dan waktu.

2.2. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian merupakan para pekerja serta pelaku usaha sektor

informal, baik di bidang jasa maupun perdagangan, yang bekerja atau berusaha di

sekitar lokalisasi Pasar Kembang. Jika populasi kurang dari 100, maka populasi

menjadi sampel atau penelitian populasi (Singarimbun dan Efendi, 1989).

Menurut Arikunto (2006) apabila subjeknya kurang dari seratus, lebih baik

diambil semuanya sehingga penelitian yang dilakukan adalah penelitian populasi.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan metode sensus, yaitu mencatat semua elemen yang

diselidiki, jadi menyelidiki semua objek, semua gejala, semua kejadian atau

peristiwa (Marzuki, 1977). Roscoe (1975) yang dikutip Sekaran (2006)

24

Page 34: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

memberikan acuan umum untuk menentukan ukuran jumlah sampel minimal demi

memperoleh hasil penelitian korelasional yang baik adalah 30. Leedy (1980)

dalam Yunus (2016) menegaskan mengenai hal tersebut sebagai berikut: …the

sampling distribution of means is very nearly normal for N > 30 even when the

population may be non-normal.

2.3. Jenis dan Sumber Data

Kajian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh

dari hasil wawancara dengan pekerja yang masuk ke dalam kriteria penelitian.

Data primer diperoleh berdasarkan hasil pertanyaan menggunakan kuesioner yang

telah dipersiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder yang digunakan berasal

dari data kelurahan dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Yogyakarta serta

sumber-sumber lain yang terkait dengan penelitian ini berupa literatur, publikasi,

dan sumber pendukung lainnya.

2.4. Pengumpulan Data

2.4.1.Observasi

Observasi pada dasarnya dapat dikatakan sebagai suatu metode dengan cara

mengamati dan mencatat secara langsung fenomena-fenomena yang diteliti

(Mardalis, 2003). Metode observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan

pengamatan langsung kondisi lapangan di sekitar Lokalisasi Pasar Kembang. Hal

ini dilakukan karena dengan mengamati aktivitas dan kegiatan pekerja sektor

informal di sekitar lokalisasi, penulis dapat memahami dan menginterpretasikan

bagaimana perilaku pekerja sektor informal di sekitar lokalisasi. Hasil

pengamatan berupa pemahaman dan interpretasi penulis digunakan sebagai data

dasar untuk penelitian atau pengumpulan data lebih lanjut.

25

Page 35: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

2.4.2.Wawancara

Metode wawancara adalah proses memperoleh informasi untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab tatap muka antara pewawancara dan orang

yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara

(Bungin, 2001). Wawancara ini dilakukan oleh dua pihak, pihak pertama adalah

pewawancara yang menanyakan pertanyaan dan pihak kedua adalah terwawancara

yang memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan oleh

pewawancara (Maleong, 2006). Bentuk wawancara yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah wawancara terlibat yang dilakukan dalam situasi informal,

santai, dan spontan tanpa kuesioner, sehingga memungkinkan peneliti untuk

mengajukan pertanyaan di luar pedoman untuk wawancara (Patilimia, 2007).

Metode wawancara digunakan secara kondisional untuk meningkatkan keakraban

antara peneliti dan subjek penelitian. Keakraban dimaksudkan agar timbul

keterbukaan dan rasa saling percaya. Peneliti juga menggunakan bantuan aplikasi

perekam telefon genggam untuk membantu kelancaran analisis hasil wawancara.

2.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Variabel Dependen (Terikat), adalah pendapatan pekerja sektor informal.

2. Variabel Independen (Bebas), adalah waktu kerja, lama kerja, modal,

pendidikan, dan umur/usia.

Definisi operasional masing-masing variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:

26

Page 36: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

1. Pendapatan (Y)

Pendapatan merupakan penghasilan dari usaha berupa uang yang

didapatkan dalam satu hari kerja, yang dinyatakan dalam satuan rupiah

dengan akumulasi selama satu bulan.

2. Waktu Kerja (X1)

Waktu kerja merupakan lamanya waktu yang digunakan untuk bekerja

atau menjalankan usaha, dimulai sejak mulai atau buka hingga selesai atau

tutup. Waktu kerja dihitung dalam satuan jam setiap harinya.

3. Lama Kerja (X2)

Lama kerja merupakan lamanya bekerja pada pekerjaan atau usaha yang

sedang digeluti atau dijalani saat ini. Lama kerja diukur dengan satuan

tahun.

4. Modal (X3)

Modal atau biaya yang digunakan dalam konteks ini merupakan biaya

variabel dan biaya tetap, yang pada kenyataannya digunakan untuk

menyelenggarakan kegiatan produksi sehari-hari yang selalu berputar.

Biaya-biaya ini dinyatakan dalam bentuk rupiah yang dikeluarkan setiap

harinya dengan akumulasi selama satu bulan.

5. Pendidikan (X4)

Pendidikan merupakan jenjang yang berhasil ditempuh dan ditamatkan

pada pendidikan formal. Ukuran yang dipakai dalam variabel ini yaitu

tingkat pendidikan terakhir yang sukses ditempuh.

27

Page 37: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

6. Umur (X5)

Umur merupakan data variabel metris dan diukur menggunakan ukuran

rasio dengan satuan tahun.

2.6. Analisis Data

Semua data yang diperoleh dan terkumpul dari lapangan akan dituangkan

dalam bentuk tertulis dan dianalisis dengan metode kuantitatif dan kualitatif

(Nasution, 1996). Data yang bersifat kuantitatif akan dianalisis dengan tabel

frekuensi dan persentase untuk mengetahui kecenderungannya, serta tabel silang,

korelasi, dan regresi untuk analisis pendapatan. Sedangkan data yang bersifat

kualitatif akan dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif untuk mengetahui

karakteristik pekerja.

28

Page 38: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

BAB III

DESKRIPSI WILAYAH

Deskripsi wilayah berisi informasi deskriptif mengenai lokasi penelitian

yang bertujuan untuk memberi gambaran mengenai lokasi penelitian. Bab ini juga

dimaksudkan sebagai informasi tentang batasan wilayah penelitian. Salah satu

kawasan yang menjadi pusat kegiatan sektor informal di Yogyakarta adalah

kawasan di sekitar Stasiun Tugu dan Malioboro, yang di dalamnya terdapat lokasi

lokalisasi prostitusi Pasar Kembang, yang sebenarnya adalah nama jalan yang

berada tepat di bagian Selatan Stasiun Tugu Yogyakarta.

3.1 Sejarah Pasar Kembang

Pasar Kembang memiliki sejarah yang panjang dari masa terbentuknya

hingga sampai saat ini. Daerah Sosrowijayan Kulon dikenal sebagai tempat

prostitusi kurang lebih sejak 125 tahun yang lalu, yaitu seiring dengan proses

pembangunan rel kereta api yang menghubungkan kota-kota di Jawa seperti

Jakarta, Bogor, Cianjur, Bandung, Cilacap, Yogyakarta, dan Surabaya pada tahun

1884. Sejalan dengan peningkatan aktivitas pembangunan rel kereta api,

berkembang juga berbagai macam fasilitas seperti penginapan dan mulai

bermunculan perempuan-perempuan yang bekerja untuk melayani pekerja

bangunan di masing-masing daerah yang dilalui kereta api, termasuk Yogyakarta

(Prastya & Darma, 2011). Keramaian di lokalisasi prostitusi memberikan

keuntungan bagi masyarakat sekitar kawasan (Amalia, 2013).

29

Page 39: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

3.2 Administratif

Secara administratif, wilayah ini merupakan bagian dari Kecamatan

Gedongtengen Kelurahan Sosromenduran, tepatnya berada di RW Sosrowijayan

Kulon. Tetapi kemudian masyarakat lebih mengenal RW Sosrowijayan Kulon ini

dengan sebutan Sarkem yang merupakan singkatan dari Pasar Kembang. Sarkem

adalah gang ketiga dari arah Timur Jalan Pasar Kembang.

3.3 Letak dan Batas

Lokasi penelitian termasuk ke dalam Kecamatan Gedongtengen, tepatnya

Kelurahan Sosromenduran. Jaraknya sekitar 1,5 kilometer ke utara dari titik nol

Kota Yogyakarta. Sebagian besar merupakan daerah pemukiman dan penginapan,

mulai hotel-hotel kelas melati hingga berbintang. Banyaknya penginapan karena

lokasinya yang terletak tepat di sisi barat bagian utara Jalan Malioboro, sehingga

banyak wisatawan dari dalam maupun luar negeri (Statistik Daerah Kecamatan

Gedongtengen, 2016). Lokasi penelitian merupakan daerah yang strategis di

bidang transportasi karena terletak tepat di sebelah selatan dari Stasiun Tugu Kota

Yogyakarta. Stasiun ini merupakan andalan utama bagi para pengguna layanan

kereta api. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1. Batasan lokasi

penelitian lebih jelasnya sebagai berikut:

Sebelah Utara : Jalan Pasar Kembang dan Stasiun Tugu Kota Yogyakarta.

Sebelah Timur : Jalan Malioboro dan Kecamatan Danurejan.

Sebelah Selatan : Jalan Sosrowijayan (Kawasan Wisata Sosromenduran).

Sebelah Barat : Jalan Gandekan.

30

Page 40: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

3.4 Kondisi Kependudukan

Berdasarkan data Dinas Dukcapil Kota Yogyakarta, penduduk Kelurahan

Sosromenduran pada tahun 2015 tercatat sebanyak 7.791 orang dengan jumlah

penduduk laki-laki sebanyak 3.793 orang dan penduduk perempuan sebanyak

3.998 orang. Pada tahun 2015, kepadatan penduduk Kelurahan Sosromenduran

adalah 15.582 orang per Km2. Jumlah mutasi di Kelurahan Sosromenduran dari

sisi kedatangan lebih rendah dari sisi kepergian.

3.5 Kondisi Sosial Ekonomi

Berdasarkan data Monografi se Kecamatan Gedongtengen, terakhir tercatat

jumlah kedatangan di Kelurahan Sosromenduran tahun 2015 mencapai 185 orang

dan jumlah kepergian di Kelurahan Sosromenduran mencapai 205 orang.

Berdasarkan data yang tersedia dari subdin pariwisata, Kelurahan Sosromenduran

memiliki 97 unit hotel non bintang dan 29 unit asrama/pondokan. Hal ini tidak

terlepas dari tingginya jumlah wisatawan, sehingga penginapan-penginapan

murah tumbuh subur. Selain penginapan, terdapat juga fasilitas atau sarana

perekonomian seperti toko kelontong, restoran, kedai makan, dan minimarket.

Fasilitas atau sarana terbanyak adalah toko kelontong sebanyak 33 unit, restoran

sebanyak 8 unit, kedai makan sebanyak 16 unit, dan minimarket sebanyak 5 unit

(Laporan Tahunan Kecamatan dalam Statistik Daerah Kecamatan Gedongtengen,

2016). Secara tidak langsung, aktivitas sektor informal di sekitar lokalisasi

prostitusi Pasar Kembang (Sarkem) dapat menciptakan lapangan kerja dalam

jumlah besar, terutama bagi perempuan dan mencegah mereka dari kemiskinan.

31

Page 41: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian

32

Page 42: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Gedongtengen, Kelurahan

Sosromenduran. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik

pekerja sektor informal di sekitar Lokalisasi Pasar Kembang serta menganalisis

faktor – faktor yang memengaruhi pendapatan pekerja sektor informal di sekitar

Lokalisasi Pasar Kembang dan. Pertumbuhan sektor informal adalah salah satu

fenomena yang harus dimanfaatkan oleh pemerintah daerah dalam rangka

mengurangi angka pengangguran.

Sektor informal menjadi solusi dalam menghadapi masalah angkatan kerja

yang tidak dapat ditampung oleh sektor formal. Hasil yang diperoleh dalam

penelitian ini adalah hasil pengolahan data primer yang diperoleh dari hasil

wawancara dengan responden yang telah masuk kriteria penelitian dan data

sekunder berasal dari instansi-instansi terkait. Pembahasan akan disajikan dalam

bentuk tertulis dan grafis melalui analisis deskriptif antara variabel terikat dan

variabel - variabel bebas, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Data yang bersifat kuantitatif akan dianalisis dengan tabel frekuensi dan

persentase untuk mengetahui kecenderungannya, serta tabel silang, korelasi, dan

regresi untuk analisis pendapatan. Sedangkan data yang bersifat kualitatif akan

dianalisis dengan metode deskriptif antara variabel terikat dan variabel – variabel

bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pendapatan pekerja sektor

informal, sedangkan variabel bebas adalah waktu kerja, lama kerja, modal,

pendidikan, dan umur/usia.

33

Page 43: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Analisis karakteristik tenaga kerja juga menggunakan tambahan data

variabel jenis kelamin, tanggungan, serta jenis usaha. Data yang digunakan untuk

analisis ini adalah 36 pekerja di mana pekerja tersebut yaitu pelaku usaha sektor

informal bidang perdagangan dan jasa yang berlokasi di sekitar lokalisasi Pasar

Kembang yang memenuhi kriteria sesuai yang dengan batasan-batasan yang telah

ditentukan oleh peneliti. Setelah dilakukan pengolahan data, hasil statistik

deskriptif data dari variabel - variabel yang digunakan dalam analisis pendapatan

adalah sebagai berikut.

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel

Variabel N Minimum Maksimum Mean Modus

Jam Kerja 36 6 jam 14 jam 10 jam 9 jam

Lama Kerja 36 1 minggu 40 tahun 11 tahun 4 tahun

Modal 36 Rp 0 Rp 15.000.000 Rp 2.154.167 Rp 0

Pendidikan 36 Tak Sekolah S1 - SMA

Umur/Usia 36 19 tahun 73 tahun 51 tahun 42 tahun

Pendapatan 36 - Rp 400.000 Rp 4.000.000 Rp 1.015.556 Rp 300.000

Sumber: olahan data primer (2018)

4.1. Karakteristik Pekerja

Sub-bab ini berisi analisis deskriptif mengenai karakteristik pekerja sektor

informal dan variabel-variabel yang diteliti. Deskripsi akan mencoba

menggambarkan karakteristik pekerja berdasarkan gender, usia, pendidikan

terakhir, tanggungan, jenis usaha, jam operasional usaha, lama usaha, modal

usaha, dan pendapatan yang diperoleh. Adapun deskripsi dari beberapa

karakteristik pekerja sektor informal tersebut adalah sebagai berikut.

34

Page 44: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

4.1.1.Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil survei lapangan, didapatkan data mengenai persentase

jenis kelamin pada perkerja sektor informal. Perbedaan persentase jenis kelamin

pekerja sektor informal tidak terlalu besar, dengan persentase gender pria lebih

dominan dibandingkan persentase gender perempuan. Hal tersebut terjadi karena

salah satunya dikarenakan ada kecenderungan pria menjadi pencari nafkah utama

guna memenuhi kebutuhan rumah tangga dalam keluarga. Sedangkan untuk

wanita seringkali bekerja hanya untuk membantu suami mendapatkan uang

tambahan. Persentase gender pria adalah 56% atau sebanyak 20 orang pekerja,

sementara untuk gender wanita sebesar 44% atau sebanyak 16 orang pekerja.

56%44%

Gambar 4.1 Persentase Gender

PriaWanita

Sumber: olahan data primer (2018)

35

Page 45: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Tabel 4.2 Frekuensi dan Persentase Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1 Pria 20 55.6

2 Wanita 16 44.4

Total 36 100.0

Sumber: olahan data primer (2018)

4.1.2.Karakteristik Berdasarkan Usia

Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa jumlah pekerja sektor

informal dengan usia produktif di wilayah penelitian menjadi mayoritas. Hal ini

dapat dilihat dari besarnya persentase pekerja dengan usia antara 25 – 54 tahun di

wilayah tersebut dengan frekuensi 21 pekerja atau 58.3%. Sementara itu,

sebanyak 38,9% atau 14 pekerja merupakan pekerja usia 55 tahun ke atas dan

2,8% atau hanya 1 pekerja dari total pekerja yang berusia 15 – 24 tahun.

Umur seseorang dapat mencerminkan kemampuan dan kondisi seseorang

secara fisik, yang memungkinkan menjadi pertimbangan dalam pasar tenaga kerja.

Adapun pekerja sektor informal dengan usia termuda yaitu 19 tahun dengan jenis

usaha kuliner sate. Artinya tidak ada pekerja sektor informal berusia sekolah yang

ditemui.

Sedangkan pekerja sektor informal dengan usia tertua yaitu 73 tahun dengan

jenis usaha kios/warung. Berdasarkan sebaran data didapati rata-rata usia pekerja

sektor informal yaitu 51 tahun dan modus atau freskuensi tertinggi usia pekerja

yaitu 42 tahun. Berdasarkan gambar 4.2 dapat dilihat persentase pengelompokan

pekerja sektor informal berdasarkan umur/usia mayoritas pada usia produktif 25 –

54 sebesar 58% atau sebanyak 21 orang pekerja, diikuti oleh usia 55 tahun ke atas

36

Page 46: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

sebesar 39%, sedangkan persentase terendah yaitu sebesar 3% yang berada pada

usia 15-24 tahun.

Tabel 4.3 Frekuensi dan Persentase Usia

No. Usia (Tahun) Frekuensi Persentase

1 15 – 24 1 2.8

2 25 – 54 21 58.3

3 55 + 14 38.9

Total 36 100.0

Sumber: olahan data primer (2018)

3%

58%

39%

Gambar 4.2 Persentase Umur / Usia

15 - 2425 - 5455 +

Sumber: olahan data primer (2018)

4.1.3.Karakteristik Berdasarkan Pendidikan

Berdasarkan tabel 4.4, peneliti mengelompokkan tingkat pendidikan ke

dalam 4 kategori, yaitu tidak sekolah, SD, SMP, dan SMA ke atas. Pekerja

dengan tingkat pendidikan SMA ke atas menduduki posisi terbanyak di antara

kategori yang lain dengan jumlah 17 pekerja diikuti dengan tingkat pendidikan

37

Page 47: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

SMP 12 pekerja, lalu SD 16 pekerja, dan kategori tidak sekolah hanya 1 pekerja.

Artinya, walaupun pekerja di wilayah tersebut kebanyakan berasal dari

masyarakat menengah, namun memiliki latar belakang pendidikan yang cukup

tinggi yaitu SMA ke atas sebanyak 47,2% dari total pekerja dan hanya 2,8% atau

1 pekerja saja yang tidak sekolah.

Adapun sebaran tingkat pendidikan pekerja sektor informal yang tertinggi

adalah S1, sedangkan yang terendah adalah tidak sekolah. Berdasarkan sebaran

data didapati bahwa modus tingkat pendidikan pekerja sektor informal yaitu

SMA. Jenis usaha pekerja sektor informal yang menamatkan sampai jenjang S1

memiliki usaha jahit (tailor), sedangkan jenis usaha pekerja sektor informal yang

tidak mengenyam pendidikan berprofesi sebagai juru parkir. Berdasarkan gambar

diagram 4.3, dapat dilihat bahwa pendidikan pekerja sektor infornal mayoritas

pada jenjang pendidikan SMA ke atas dengan persentase 47% atau sebanyak 17

orang pekerja. Hal ini dapat menunjukkan bahwa pekerja sektor informal yang

kedudukannya sekunder dalam perekonomian kota namun tingkat kesadaran para

pekerja sektor informal akan pentingnya pendidikan cukup tinggi. Walaupun,

masih adanya pekerja yang tidak sekolah sebanyak 3% atau 1 orang pekerja.

Tabel 4.4 Frekuensi dan Persentase Pendidikan

No Pendidikan Frekuensi Persentase

1 Tidak Sekolah 1 2.8

2 SD 6 16.7

3 SMP 12 33.3

4 SMA ke Atas 17 47.2

Total 36 100.0

Sumber: olahan data primer (2018)

38

Page 48: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

3%17%

33%

47%

Gambar 4.3 Persentase Pendidikan

Tidak SekolahSDSMPSMA ke atas

Sumber: olahan data primer (2018)

4.1.4.Karakteristik Berdasarkan Tanggungan

Pada gambar 4.4 dan tabel 4.5 dapat dilihat jumlah tanggungan pekerja

sektor informal yang menjadi pekerja di sekitar lokalisasi Pasar Kembang terdapat

pada tanggungan 1 orang sebesar 36% atau 13 pekerja. Kelompok pekerja ini

didominasi kepala rumah tangga yang hanya menanggung seorang pasangan yang

relatif sudah masuk usia lanjut dan sudah tidak menanggung anaknya lagi.

Kemudiaan diikuti jumlah tanggungan 2 orang sebesar 28% atau 10 pekerja.

Kelompok pekerja ini didominasi pasangan suami istri dengan tanggungan 1 anak.

Kemudian diikuti jumlah tanggungan keluarga 3, 0, 4, dan 5 orang masing-masing

sebesar 14%, 11%, 8%, dan 3%.

39

Page 49: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

11%

36%

28%

14%

8%3%

Gambar 4.4 Persentase Tanggungan

012345

Sumber: olahan data primer (2018)

Tabel 4.5 Frekuensi dan Persentase Tanggungan

No Tanggungan Frekuensi Persentase1 0 4 11,12 1 13 36,13 2 10 27,84 3 5 13,95 4 3 8,36 5 1 2,8

Total 36 100

Sumber: olahan data primer (2018)

4.1.5.Karakteristik Berdasarkan Jenis Usaha

Usaha merupakan setiap aktivitas yang dilakukan manusia untuk

mendapatkan apa yang diinginkan. Jenis - jenis usaha yang ditemui di sekitar

lokalisasi Pasar Kembang antara lain angkringan, kios/warung, kuliner, laundry,

parkir, rental, dan usaha lainnya. Variasi jenis usaha pekerja didominasi oleh

usaha kios/warung sebesar 31%, kemudian diikuti jenis usaha angkringan dan

kuliner yang mempunyai persentase sama sebesar 17%.

40

Page 50: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Selanjutnya ada usaha laundry, parkir, usaha lainnya, dan rental di mana

persentase masing - masing sebesar 14%, 8%, 8%, dan 5%. Jenis usaha informal

yang mendominasi di sekitar lokalisasi Pasar Kembang yaitu kios/warung. Hal ini

tidak terlepas dari lokasi Pasar Kembang yang berada dekat dengan stasiun Tugu

dan Malioboro, yang menjadi peluang usaha masyarakat sekitar untuk mencari

penghasilan dengan melakakukan aktivitas usaha warung/kios, angkringan, dan

kuliner lainnya.

Usaha laundry merupakan usaha yang membuka kesempatan bagi pelaku

usaha di mana wisatawan yang datang dan menetap beberapa hari akan

mengambil pilihan untuk memilih jasa laundry. Usaha parkir cenderung semakin

berkurang karena adanya penertiban parkir liar di Selatan Stasiun Tugu dan

kebijakan relokasi pemusatan tempat parkir di taman parkir Abu Bakar Ali.

Adapun pengguna jasa rental motor sebagian besar merupakan wisatawan asing.

17%

31%

17%

14%

8%6%

8%

Gambar 4.5 Jenis Usaha

AngkringanKios / WarungKulinerLaundryParkirRentalLainnya

Sumber: olahan data primer (2018)

41

Page 51: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Tabel 4.6 Frekuensi dan Persentase Jenis Usaha

No Jenis Usaha Frekuensi Persentase

1 Angkringan 6 16,7

2 Kios / Warung 11 30,6

3 Kuliner 6 16,7

4 Laundry 5 13,9

5 Parkir 3 8,3

6 Rental 2 5,6

7 Lainnya 3 8,3

Total 36 100

Sumber: olahan data primer (2018)

4.1.6.Karakteristik Berdasarkan Waktu Kerja

Berdasarkan hasil data yang didapat dari lapangan, infografis persentase

waktu kerja pekerja informal dapat dilihat pada gambar 4.6. Berdasarkan tabel 4.7

diketahui bahwa dari 36 pekerja terdapat 17 pekerja atau 47,2 % yang masuk ke

dalam waktu kerja 10 jam, dan 19 pekerja masuk ke dalam waktu > 10 jam.

Artinya, selisih antara pekerja yang bekerja 10 jam dengan pekerja yang

bekerja >10 jam tidak terlalu besar yaitu hanya sekitar 5,6 %. Adapun sebaran

waktu pekerja sektor informal yang terlama adalah 14 jam dengan jenis usaha

rental motor. Lamanya durasi kerja karena jenis usaha ini karena sifatnya yang

fleksibel. Pekerja berasumsi bahwa durasi kerjanya sepanjang hari kecuali saat

mereka tidur. Sedangkan yang tersingkat adalah 6 jam, dengan jenis usaha

angkringan yang buka dari setelah maghrib sampai tengah malam hari.

42

Page 52: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Berdasarkan sebaran data didapati bahwa rata-rata waktu kerja pekerja

selama 10 jam per hari, dan modus waktu kerja pekerja sektor informal yaitu 9

jam. Waktu kerja pekerja sektor informal berbeda-beda, dimulai dari pagi hari

hingga tutup sore hari atau malam hari dan ada juga yang buka siang hari dan

tutup dini hari. Hal ini berbeda dengan ketetapan Undang-undang No. 13 Tahun

2003, tentang ketenagakerjaan adalah waktu bekerja selama 7 jam/hari untuk 6

hari kerja dalam seminggu (pasal 77 ayat 2 poin a), atau 8 jam/hari untuk 5 hari

kerja dalam seminggu (pasal 77 ayat 2 poin b). Kondisi ini menggambarkan

sektor informal tidak terikat waktu dalam menjalankan usahanya.

47%53%

Gambar 4.6 Persentase Waktu Kerja

≤ 10 Jam> 10 Jam

Sumber: olahan data primer (2018)

Tabel 4.7 Frekuensi dan Persentase Waktu Kerja

No. Waktu Kerja (Jam) Frekuensi Persentase

1 10 17 47.2

2 > 10 19 52.8

Total 36 100.0

Sumber: olahan data primer (2018)

43

Page 53: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

4.1.7.Karakteristik Berdasarkan Lama Kerja

Berdasarkan hasil data yang didapat dari lapangan, diketahui bahwa dari 36

jumlah pekerja hanya sekitar 7 orang pekerja yang merupakan pekerja baru di

wilayah tersebut atau hanya 19,4% dari total pekerja. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa keberadaan pekerja informal di wilayah tersebut terbilang sudah cukup

lama yang dapat ditunjukkan dari persentase yang lebih besar terhadap pekerja

sektor informal yang masa kerjanya sudah lebih dari 3 tahun. Ringkasan

karakteristik pekerja berdasarkan lama kerja dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah.

Tabel 4.8 Frekuensi dan Persentase Lama Kerja

No. Lama Kerja (Tahun) Frekuensi Persentase

1 3 7 19.4

2 > 3 29 80.6

Total 36 100.0

Sumber: olahan data primer (2018)

19%

81%

Gambar 4.7 Persentase Lama Kerja

≤ 3 Tahun> 3 Tahun

Sumber: olahan data primer (2018)

44

Page 54: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Pada gambar diagram di atas dapat dilihat persentase perbandingan antara

lama kerja dari pekerja sektor informal. Dapat diketahui dari keseluruhan jumlah

pekerja sektor informal dengan lama kerja > 3 tahun menjadi yang terbanyak

dengan persentase 81% atau sebanyak 29 orang dan hanya 19% atau sebanyak 7

orang pekerja yang merupakan pekerja baru ( 3 tahun). Dapat disimpulkan

bahwa pekerja atau pengusaha lama lebih mendominasi dibandingkan pekerja atau

pengusaha baru.

Hal ini juga menunjukkan bahwa aktivitas atau kegiatan sektor informal di

sekitar lokalisasi Pasar Kembang sudah berlangsung lama. Berdasarkan hasil olah

data dari 36 orang pekerja informal, dapat diketahui bahwa rata - rata lama kerja

atau usaha adalah 11 tahun. Pengusaha paling lama adalah seorang pedagang yang

telah membuka kios atau warungnya selama 40 tahun. Sementara pengusaha

paling baru adalah sepasang suami istri paruh baya yang baru membuka usaha

gado – gado mereka selama seminggu.

4.1.8.Karakteristik Berdasarkan Modal

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, diketahui frekuensi dan persentase

modal pekerja informal yang dapat dilihat pada tabel 4.9. Pada tabel di bawah,

diketahui ada 16 pekerja yang mengeluarkan modal ratusan ribu untuk usaha

informalnya, dilanjutkaan dengan 15 pekerja dengan modal jutaan, lalu tanpa

modal. Data tersebut menunjukkan bahwa lebih banyaknya persentase pekerja

sektor informal yang modalnya berkisar antara ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Tabel 4.9 Frekuensi dan Persentase Modal

No. Modal Frekuensi Persentase

45

Page 55: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

1 Tanpa Modal 5 13.9

2 Ratusan Ribu 16 44.4

3 Jutaan 15 41.7

Total 36 100.0

Sumber: olahan data primer (2018)

Hal ini mengindikasikan bahwa ukuran usaha atau pekerjaan di wilayah

tersebut cukup besar mengingat jumlah modal yang dibutuhkan untuk membuat

usaha atau pekerjaan tersebut cukup tinggi dan besar yaitu antara ratusan ribu

hingga jutaan rupiah dibandingkan jumlah pekerja yang bekerja tanpa modal.

Adapun sebaran modal pekerja sektor informal yang terbanyak adalah Rp

15.000.000 dengan jenis usaha kuliner sate. Berdasarkan data pekerja, masih

didapati pekerja dengan tanpa modal dengan jenis pekerjaan sebagai juru parkir

yang notabene tidak membutuhkan modal untuk bekerja.

14%

44%

42%

Gambar 4.8 Persentase Modal

Tanpa ModalRatusan RibuJutaan

Sumber: olahan data primer (2018)

46

Page 56: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Berdasarkan gambar 4.8 di atas, dapat dilihat persentase tingkatan modal

para pekerja sektor informal. Selisih Persentase antara modal ratusan ribu dan

modal jutaan tidak terlalu besar, hanya 2 % yang artinya bahwa ukuran usaha atau

pekerjaan di wilayah tersebut cukup besar untuk ekonomi kelas menengah

mengingat jumlah modal yang dibutuhkan untuk membuat usaha atau pekerjaan

tersebut cukup tinggi dan besar yaitu antara ratusan ribu hingga jutaan. Dapat

dilihat juga ada 14% atau 5 orang pekerja sektor informal dengan tanpa modal, hal

itu mungkin saja terjadi melihat pekerjaannya adalah seorang juru parkir.

4.1.9.Karakteristik Berdasarkan Pendapatan

Tabel 4.10 menyajikan mengenai jumlah pekerja menurut pendapatan.

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, pendapatan merupakan penghasilan

dari usaha berupa uang yang didapatkan oleh pedagang dalam satu hari kerja,

yang dinyatakan dalam satuan rupiah dengan akumulasi selama satu bulan.

Berdasarkan gambar 4.9 di bawah dapat dilihat dari segi pendapatan, mayoritas

pekerja sektor informal di wilayah tersebut memiliki pendapatan di bawah Rp

1.500.000 yaitu sebanyak 72,2% atau 26 pekerja dari total jumlah pekerja.

Tabel 4.10 Frekuensi dan Persentase Pendapatan

No Pendapatan (Rupiah) Frekuensi Persentase

1 < 1.500.000 26 72.2

2 1.500.000 - 2.500.000 5 13.9

3 2.500.000 - 3.500.000 3 8.3

> 3.500.000 2 5.6

Total 36 100.0

Sumber: olahan data primer (2018)

47

Page 57: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

72%

14%

8%6%

Gambar 4.9 Pendapatan

< 1.500.0001.500.000 - 2.500.0002.500.001 - 3.500.000> 3.500.000

Sumber: olahan data primer (2018)

Artinya jika dilihat dari sisi ekonomi, menjadi pekerja sektor informal di

wilayah tersebut adalah kurang menjanjikan dari segi ekonomi, namun mungkin

akibat dari tuntutan hidup sehingga banyak masyarakat yang memilih mengais

rezeki di sektor informal wilayah tersebut walaupun dengan pendapatan yang ala

kadarnya. Pendapatan dari 36 pekerja selama sebulan terakhir memiliki rata - rata

sebesar Rp 1.015.556. Rata - rata pendapatan tersebut menunjukkan bahwa

pendapatan keseluruhan tersebut masih berada di bawah Upah Minimum Kota

(UMK) Yogyakarta tahun 2018 sebesar Rp 1.709.150.

Pendapatan terendah berupa kerugian senilai minus Rp 400.000 yang

dialami oleh seorang pengusaha roti. Sementara pendapatan tertinggi Rp

4.000.000 didapatkan oleh seorang pengusaha rental motor. Hal ini menunjukkan

gap atau perbedaan pendapatan yang sangat jauh dan mencolok antara dua jenis

usaha ini.

48

Page 58: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Data juga menunjukkan bahwa semakin besar atau tinggi kategori

pendapatan maka semakin sedikit frekuensi pekerja yang masuk ke dalam

kategori tersebut. Pendapatan kategori Rp 1.500.000 – Rp 2.500.000 berjumlah 5

pekerja atau 13,9%, lalu di bawahnya Rp 2.500.001 – Rp 3.500.000 dengan 3

pekerja atau 8.3% dan terakhir kategori lebih dari 3.500.000 dengan 2 pekerja atau

5.6%.

4.2. Analisis Pendapatan

Analisis data dilakukan setelah semua data dari observasi lapangan sudah

terkumpul, dan setelah itu data yang didapat diolah dari perangkat lunak yang

mendukung (SPSS). Analisis data terdiri dari tabel silang, korelasi, dan regresi

untuk analisis pendapatan. Hubungan antara variabel dependen dengan variabel

independen menjelaskan tentang adanya kemungkinan keterkaitan antara variabel

dependen dengan variabel independen. Rata - rata pendapatan tenaga kerja sektor

informal berdasarkan jenis kelamin, tanggungan, dan jenis usaha ditunjukan pada

gambar 4.10 hingga 4.12.

Rupiah0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000 1108750

899063

Gambar 4.10 Rata - Rata Pendapatan Berdasarkan Jenis Kelamin

Pria Wanita

Sumber: olahan data primer (2018)

49

Page 59: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

0 1 2 3 4 50

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

1400000

1600000

575000

794615

1395000

11460001300000

350000

Gambar 4.11 Rata - Rata Pendapatan Berdasarkan Tang-gungan

Rupiah Tren

Sumber: olahan data primer (2018)

Gambar 4.10 di atas menunjukan bahwa rata-rata tingkat pendapatan pria

pada pekerja sektor informal lebih tinggi dibandingkan rata-rata tingkat

pendapatan wanita pada pekerja sektor informal. Hal ini wajar saja terjadi

mengingat pria cenderung lebih kuat untuk mencari uang sebagai nafkah guna

memenuhi kebutuhan keluarga sedangkan wanita biasanya hanya mencari uang

tambahan saja dan alasan lain adalah fleksibilitas waktu yang fokusnya terbagi

mengurus keluarga sebagai seorang istri dan/atau ibu. Berdasarkan grafik 4.11 di

atas dapat dilihat rata-rata pendapatan berdasarkan tanggungan dalam keluarga.

Terihat bahwa jumlah tanggungan tidak ada hubungannya dengan rata-rata jumlah

pendapatan. Rata-rata pendapatan tertinggi terdapat pada tanggungan 2 orang

yang memiliki rata-rata pendapatan Rp 1.395. 000, dan rata-rata pendapatan

terendah berada pada jumlah tanggungan 5 dengan rata-rata pendapatan Rp

350.000.

50

Page 60: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Rupiah0

50000010000001500000200000025000003000000350000040000004500000

1225000778636

1117500

368000 200000

3875000

1250000

Gambar 4.12 Rata - Rata Pendapatan Berdasarkan Jenis Usaha

Angkringan Kios / Warung Kuliner LaundryParkir Rental Lainnya

Sumber: olahan data primer (2018)

Berdasarkan gambar 4.12 di atas dapat dilihat variasi tingkat rata-rata

pendapatan berdasarkan jenis usaha. Terlihat perbedaan pendapatan yang sangat

jauh dari jenis usaha rental terhadap jenis usaha lainnya. Jenis usaha rental

memiliki rata-rata pendapatan tertinggi dengan rata-rata pendapatan Rp 3.875.000

dikarenakan jenis usaha rental tidak banyak mengeluarkan biaya yang akan

mengurangi pendapatannya. Sedangkan yang paling rendah ada pada jenis usaha

parkir yang memiliki rata-rata pendapatan Rp 200.000.

4.2.1.Tabel Silang

Berdasarkan data-data yang dikumpulkan dan didapat di lapangan, data akan

dianalisis dengan menggunakan tabel silang. Data yang akan dianalisis adalah

hubungan Pendapatan (Y) dengan Waktu Kerja (X1), Lama Kerja (X2), Modal

(X3), Pendidikan (X4), dan Usia (X5). Hasil tabel silang dapat dilihat sebagai

berikut.

51

Page 61: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Pada tabel 4.11 dapat dilihat bahwa kategori yang paling banyak terdapat di

waktu kerja 10 jam dengan jumlah 16 pekerja atau 44,4% yang memiliki

pendapatan < Rp 1.500.000. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa

semakin panjang jam kerja para pekerja tersebut maka semakin meningkatkan

jumlah pendapatan mereka. Tabel tersebut juga memberikan informasi bahwa

hanya 2 orang yang bekerja > 10 jam per hari memperoleh pendapatan > Rp

3.500.000 sedangkan tidak ada pekerja yang bekerja < 10 jam per hari yang

memperoleh pendapatan > Rp 3.500.000. Kategori pendapatan 1.500.000 –

2.500.000 di waktu kerja 10 jam terdapat 1 pekerja atau 2.8% dan waktu kerja

> 10 jam terdapat 2 pekerja atau 5.6% dari total pekerja.

Tabel 4.11 Pendapatan Berdasarkan Waktu Kerja

Pendapatan (Rupiah)

Total< 1.500.000

1.500.000 -

2.500.000

2.500.001 -

3.500.000

> 3.500.000

Jam Kerja

10

F 16 0 1 0 20

% 44.4 0.0 2.8 0.0 55.6

> 10

F 10 5 2 2 16

% 27.8 13.9 5.6 5.6 44.4

TotalF 26 5 3 2 36

% 72.2 13.9 8.3 5.6 100.0

Sumber: olahan data primer (2018)

52

Page 62: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Rupiah0

200000400000600000800000

1000000120000014000001600000

746087

1492308

Gambar 4.13 Rata - Rata Pendapatan Berdasarkan Jam Kerja

≤ 10 Jam > 10 Jam

Sumber: olahan data primer (2018)

Berdasarkan gambar 4.13 di atas, dapat dilihat bahwa semakin lama jam

kerja maka semakin meningkat pula pendapatan. Adapun rata – rata pendapatan

pekerja yang bekerja kurang dari 10 jam sebesar Rp 746.087, sedangkan yang

bekerja lebih dari 10 jam sebesar Rp 1.492.308. Hal ini menunjukkan adanya

hubungan antara jam kerja dengan jumlah perolehan pendapatan.

Berdasarkan tabel 4.12 di bawah, terlihat bahwa mayoritas pekerja

merupakan pekerja yang telah bekerja lebih dari 3 tahun namun memiliki

pendapatan di bawah Rp 1.500.000. Kategori ini berjumlah 21 pekerja atau 58.3%

dari total pekerja. Sebaran data ini memperlihatkan bahwa walaupun lama kerja

atau jam terbang tinggi, namun tidak diiringi dengan peningkatan pendapatan.

Hal ini terjadi dikarenakan sektor informal tidak memperhatikan sudah

berapa lamanya seseorang itu bekerja. Sebaliknya, dapat dilihat pada gambar 4.14,

rata - rata pendapatan lama kerja kurang dari 3 tahun justru lebih besar dengan

53

Page 63: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

rata-rata pendapatan Rp. 1.113.571 dibandingkan level rata-rata pendapatan lebih

dari 3 tahun dengan rata-rata pendappatan Rp 991.897.

Tabel 4.12 Pendapatan Berdasarkan Lama Kerja

Pendapatan (Rupiah)

Total< 1.500.000

1.500.000 -

2.500.000

2.500.001 -

3.500.000

> 3.500.000

Lama Kerja

(Tahun)

< 3

F 5 1 0 1 7

% 13.9 2.8 0.0 2.8 19.4

> 3

F 21 4 3 1 29

% 58.3 11.1 8.3 2.8 80.6

TotalF 26 5 3 2 36

% 72.2 13.9 8.3 5.6 100.0

Sumber: olahan data primer (2018)

<= 3 Tahun > 3 Tahun900000

950000

1000000

1050000

1100000

11500001113571

991897

Gambar 4.14 Rata - Rata Pendapatan Berdasarkan Lama Kerja

Rupiah

Sumber: olahan data primer (2018)

54

Page 64: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Berdasarkan tabel 4.13 di bawah, dapat disimpulkan bahwa besarnya modal

tidak berpengaruh terhadap tinggi rendahnya tingkat pendapatan yang diterima

oleh pekerja sektor informal. Hal itu terlihat dengan semakin tingginya modal

yang dikeluarkan tidak diiringi/dibarengi dengan tingginya tingkat pendapatan

pekerja sektor informal. Berdasarkan gambar 4.15 di bawah terlihat pekerja

dengan tanpa modal memiliki rata-rata pendapatan yang terbanyak yaitu Rp

1.670.000 sedangkan pekerja dengan modal jutaan memiliki pendapatan Rp

1.170.000.

Tabel 4.13 Pendapatan Berdasarkan Modal

Pendapatan (Rupiah)

Total< 1.500.000

1.500.000 -

2.500.000

2.500.001 -

3.500.000

> 3.500.000

Modal (Rupiah)

Tanpa Modal

F 3 0 0 2 5

% 8.3 0.0 0.0 5.6 13.9

Ratusan Ribu

F 14 1 1 0 16

% 38.9 2.8 2.8 0.0 44.4

JutaanF 9 4 2 0 15

% 25.0 11.1 5.6 0.0 41.7

TotalF 26 5 3 2 36

% 72.2 13.9 8.3 5.6 100.0

Sumber: olahan data primer (2018)

55

Page 65: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Tanpa Modal Ratusan Ribu Jutaan0

200000400000600000800000

10000001200000140000016000001800000 1670000

666250

1170000

Gambar 4.15 Rata - Rata Pendapatan Berdasarkan Modal

Rupiah

Sumber: olahan data primer (2018)

Tidak Sekolah SD SMP SMA ke Atas0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

1400000

300000

804167913333

1204412

Gambar 4.16 Rata - Rata Pendapatan Berdasarkan Pendidikan

Rupiah Tren

Sumber: olahan data primer (2018)

Berdasarkan tabel 4.14 di bawah dapat diketahui bahwa walaupun sebaran

pekerja mayoritas berpendidikan SMA ke atas (47,4%), namun pendapatannya

masih di bawah Rp 1.500.000 atau sebesar 72,2%. Dapat disimpulkan bahwa

tingkat pendidikan tidak memengaruhi tingkat pendapatan, walaupun trend yang

ditunjukkan pada gambar 4.16 bahwa rata-rata pendapatan pekerja menunjukkan

56

Page 66: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

peningkatan seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan. Untuk rata-rata

pendapatan terendah pekerja sektor informal berada di pendapatan Rp 300.000

yang diterima oleh level pendidikan yang tidak bersekolah dan rata-rata

pendapatan tertinggi pekerja sektor informal adalah dengan pendapatan Rp

1.204.412 pada level pendidikan SMA ke atas.

Tabel 4.14 Pendapatan Berdasarkan Pendidikan

Pendapatan (Rupiah)

< 1.500.000

1.500.000 -

2.500.000

2.500.001 -

3.500.000

> 3.500.000

Pendidikan

Tidak Sekolah

F 1 0 0 0 1

% 2.8 0.0 0.0 0.0 2.8

SDF 5 1 0 0 6

% 13.9 2.8 0.0 0.0 16.7

SMPF 10 0 1 1 12

% 27.8 0.0 2.8 2.8 33.3

SMA ke Atas

F 10 4 2 1 17

% 27.8 11.1 5.6 2.8 47.2

TotalF 26 5 3 2 36

% 72.2 13.9 8.3 5.6 100.0

Sumber: olahan data primer (2018)

Berdasarkan tabel 4.15 di bawah, dapat dilihat bahwa pekerja dengan usia

produktif dengan rentang usia 25 – 54 tahun memperoleh pendapatan lebih besar

dibanding pekerja dengan rentang usia lainnya. Berdasarkan gambar 4.17 di

bawah dapat dilihat rata - rata pendapatan menurut kelompok usia. Kelompok usia

57

Page 67: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

15 - 24 tahun rata – rata pendapatannya paling rendah, yaitu sebesar Rp 350.000.

Kemudian rata – rata pendapatan yang paling tinggi berada pada usia produktif

yaitu 25 - 54 tahun dengan jumlah pendapatan rata - rata yaitu Rp 1.131.905.

Sedangkan pada kelompok usia 55+ didapati rata-rata pendapatan sebesar Rp

888.571. Hal tersebut secara teoritis dikarenakan kekuatan fisik dan semangat

yang lebih prima sehingga pekerja dengan usia produktif dapat bekerja dengan

lebih giat sehingga pendapatan mereka pun lebih besar.

Tabel 4.15 Pendapatan Berdasarkan Usia

Pendapatan (Rupiah)

Total< 1.500.000

1.500.000 -

2.500.000

2.500.000 -

3.500.000

> 3.500.000

Usia (Tahun

)

15 -

24

F 1 0 0 0 1

% 2.8 0.0 0.0 0.0 2.8

25 -

54

F 15 2 2 2 21

% 41.7 5.6 5.6 5.6 58.3

> 55

F 10 3 1 0 14

% 27.8 8.3 2.8 0.0 38.9

TotalF 26 5 3 2 36

% 72.2 13.9 8.3 5.6 100.0

Sumber: olahan data primer (2018)

58

Page 68: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

15 - 24 24 - 54 55 +0

200000

400000

600000

800000

1000000

1200000

350000

1131905

888571

Gambar 4.17 Rata - Rata Pendapatan Berdasarkan Kelompok Umur / Usia

Rupiah Tren

Sumber: olahan data primer (2018)

4.2.2.Hasil Analisis Korelasi

Berdasarkan data-data yang dikumpulkan dan didapat di lapangan, data akan

dianalisis dengan menggunakan tabel korelasi. Data yang akan dianalisis adalah

hubungan Pendapatan (Y) dengan Waktu Kerja (X1), Lama Kerja (X2), Modal

(X3), Pendikan (X4), danUsia (X5) untuk menguji apakah tiap-tiap variabel

independen secara individual berpengaruh / signifikan terhadap variabel

dependen. Dalam pengujian ini menggunakan tingkat signifikansi (α) 0,05. Hasil

tabel uji dapat dilihat sebagai berikut.

59

Page 69: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Tabel 4.16 Korelasi

Pendapatan

Spearman's rho

Jam Kerja

Correlation Coefficient .432**

Sig. (2-tailed) .008

N 36

Lama Kerja

Correlation Coefficient -.021

Sig. (2-tailed) .901

N 36

Modal

Correlation Coefficient .073

Sig. (2-tailed) .674

N 36

Pendidikan

Correlation Coefficient .263

Sig. (2-tailed) .121

N 36

Usia

Correlation Coefficient -.006

Sig. (2-tailed) .974

N 36

Pendapatan

Correlation Coefficient 1.000

Sig. (2-tailed) .

N 36

Sumber: olahan data primer (2018)

60

Page 70: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa yang mempunyai hubungan di

antara variabel pendapatan (y) dan variabel jam kerja, lama kerja, modal,

pendidikan, dan usia (x), hanya antara jam kerja dengan pendapatan karena nilai

sig 0,008 < 0,05. Dapat disimpulkan bahwa variabel independen lain yakni lama

kerja, modal, pendidikan, usia tidak memiliki hubungan dengan variabel

pendapatan. Hal tersebut terlihat dengan nilai uji tiap variabel di atas 0.05.

4.2.3.Hasil Analisis Regresi

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui faktor-faktor

yang memengaruhi pendapatan tenaga kerja informal. Hasil analisis disajikan

pada tabel di bawah ini. Uji F digunakan untuk membuktikan apakah variabel

independen (jam kerja, lama kerja, modal, pendidikan, dan usia) secara bersama-

sama (simultan) mempunyai pengaruh yang signifikan baik positif maupun

negatif terhadap variabel dependennya (pendapatan). Berdasarkan uji ANOVA

atau F test pada tabel di bawah, diperoleh nilai F hitung sebesar 1.598 dengan

probabilitas 0.191. Karena probabilitas lebih besar dari 0,05, maka model regresi

ini tidak dapat digunakan untuk memprediksi pendapatan atau dapat dikatakan

bahwa jam kerja, lama kerja, modal, pendidikan, usia secara bersama-sama tidak

berpengaruh terhadap pendapatan.

Tabel 4.17 Tabel Ringkasan Model

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .459a .210 .079 .843

a. Predictors: (Constant), Usia, Waktu Kerja, Modal, Lama Kerja, Pendidikan

61

Page 71: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Tabel 4.18 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean

Square F Sig.

1

Regression 5.673 5 1.135 1.598 .191b

Residual 21.299 30 .710

Total 26.972 35

a. Dependent Variable: Pendapatan

b. Predictors: (Constant), Usia, Waktu Kerja, Modal, Lama Kerja , Pendidikan

Tabel 4.19 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) .578 1.205 .479 .635

Waktu Kerja .689 .308 .398 2.241 .033

Lama Kerja .031 .371 .014 .084 .934

Modal -.293 .212 -.234 -1.380 .178

Pendidikan .131 .185 .126 .711 .482

Usia .011 .273 .007 .039 .969

a. Dependent Variable: Pendapatan

62

Page 72: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Uji signifikansi parameter individual (uji t) dilakukan untuk melihat

signifikansi dari pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara

individual dan menganggap variabel lain konstan. Berdasarkan tabel di atas

diketahui tingkat signifikansi yang diharapkan adalah < 0.05. Dapat disimpulkan

dari tabel di atas menguatkan tabel korelasi bahwa hanya 1 variabel independen

yaitu jam kerja yang memiliki hubungan dengan variabel dependen yaitu

pendapatan yang memiliki nilai uji variabel jam kerja sebesar 0.033 < 0.05.

Maka variabel jam kerja berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan

tenaga kerja sektor informal di lokasi penelitian karena nilai sig 0,033 < 0,05. Hal

ini tidak terlepas dari lokasi penelitian yang termasuk ke dalam kawasan wisata

sehingga aktivitas perekonomian di sekitar lokalisasi Pasar Kembang berlangsung

hampir 24 jam, baik siang maupun malam. Konsekuensi logisnya, semakin lama

durasi jam kerja, maka semakin tinggi peluang untuk volume barang atau jasa

yang terjual. Implikasinya adalah peningkatan pendapatan pekerja sektor informal

di sekitar lokalisasi Pasar Kembang.

63

Page 73: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Karakteristik pekerja sektor informal yaitu: (1) usia mayoritas berusia

produktif (25 – 54 tahun), (2) jenis kelamin pekerja didominasi pedagang

laki – laki, (3) rata – rata pendidikan SMA, (4) jumlah tanggungan keluarga

pekerja rata – rata 1 orang, (5) jenis usaha pekerja didominasi oleh

kios/warung, (6) jam kerja berkisar 10 jam, (7) rata – rata jumlah modal Rp

2.154.167, (8) masa kerja rata – rata 11 tahun, dan (9) pendapatan rata – rata

Rp 1.015.556.

2. Hasil analisis uji korelasi dan regresi dalam penelitian ini adalah adanya

hubungan pengaruh yang signifikan antara jam kerja dengan jumlah

pendapatan. Sedangkan tingkat pendidikan, jumlah modal, lama kerja, dan

usia teruji tidak berhubungan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama

jam kerja maka semakin tinggi pula pendapatan. Namun, tingkat

pendidikan, jumlah modal, lama kerja, dan usia tidak menunjukkan

pengaruh yang signifikan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa tingkat

pendidikan serta modal tidak terlalu berpengaruh dalam sektor informal.

5.2. Saran

1. Pemerintah disarankan menciptakan lapangan kerja yang lebih merata di

masing-masing daerah untuk meningkatkan produktivitas ekonomi dan

pendapatan bagi para tenaga kerja yang memiliki keterbatasan untuk masuk

ke dalam sektor formal.

64

Page 74: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

2. Perlunya akan akses tambahan terhadap informasi kewiraswastaan dan

pemberdayaan ekonomi mandiri agar sektor informal lebih produktif,

kreatif, dan inovatif untuk menciptakan ekonomi yang lebih mandiri.

3. Pemerintah kota juga disarankan memiliki langkah-langkah antisipastif

dalam arus urbanisasi agar tidak melebihi daya tampung kota. Perlu adanya

kerjasama dengan daerah sekitar serta pengelolaan sektor informal yang

lebih baik lagi sehingga sektor informal di kota Yogyakarta menjadi bagian

penting dalam sistem ekonomi perkotaan dan bukan sebagai korban

pembangunan.

65

Page 75: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, A. S. (2013). Dampak Lokalisasi Pekerja Seks Komersial (Psk) Terhadap Masyarakat Sekitar: Studi Kasus Di Jalan Soekrno-Hatta Km.10 Desa Purwajaya Kabupaten Kutai Kartanegara. eJournal Administrasi Negara, 1(2), 465–478.

Ananta, A. & Hatmadji, S.H. (1985). Mutu Modal Manusia: Suatu Analisis Pendahuluan. Jakarta: LDFE Universitas Indonesia.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Pusat Statistik (BPS). (2013). Konsep Tenaga Kerja. Jakarta: BPS.

Badan Pusat Statistik (BPS). (2016). Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Status Pekerjaan Utama 1986 – 2016. https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/971 (18 Januari 2017)

Badan Pusat Statistik (BPS). (2016).  Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi, 1986-2016. https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/981 (18 Januari 2017)

Beall, J., Guha-Khasnobis, B., & Kanbur, R. (2010). Introduction: African development in an urban world: Beyond the tipping point. Urban Forum, 21(3), 187–204. https://doi.org/10.1007/s12132-010-9086-5

Bhowmik, S. (2005). Fraternal capital: Peasant‐Workers, Self‐Made men, and globalization in provincial india. by sharad  chari. stanford, calif.: Stanford university press, 1994. pp. xxv+379. American Journal of Sociology, 111(3), 929-931. https://doi.org/10.1086/500767

Boediono. (1982). Ekonomi Mikro. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada.

Boels, D. (2015). The challenges of belgian prostitution markets as legal informal economies: An empirical look behind the scenes at the oldest profession in the world. European Journal on Criminal Policy and Research, 21(4), 485-507. https://doi.org/10.1007/s10610-014-9260-8

Bungin, B. (2001). Metodologi Penelitian Sosial Format-format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press.

Bungin, B. (2003). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Darmansjah, N., & Nasikun, D. J. (2004). Strategi penguatan peran lembaga-lembaga pedesaan untuk meningkatkan ketahanan pangan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Effendi, T. N. (2005). Pengangguran terbuka dan setengah terbuka di Indonesia mengapa tidak meledak saat krisis ekonomi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada.

Febriani, L., & Almahmudi. (2006). Analisis Pendapatan Pedagang Sepatu Sektor Informal di Kota Bengkulu. Tesis. Universitas Negeri Bengkulu.

66

Page 76: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Fiess, N. M., Fugazza, M., & Maloney, W. F. (2010). Informal self-employment and macroeconomic fluctuations. Journal of Development Economics, 91(2), 211-226. https://doi.org/10.1016/j.jdeveco.2009.09.009

Firdausa, R.A. (2012). Pengaruh Modal Awal, Lama Usaha, dan Jam Kerja Terhadap Pendapatan Pedagang Kios di Pasar Bintoro Demak. Semarang: Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Gërxhani, K. (2004). The informal sector in developed and less developed countries: A literature survey. Public Choice, 120(3/4), 267-300. https://doi.org/10.1023/B:PUCH.0000044287.88147.5e

Gilbert, G., & Gugler, J. (1996). Urbanisasi dan Kemiskinan di Dunia Ketiga. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Gindling, T. H., & Newhouse, D. (2014). Self-Employment in the Developing World. World Development, 56, 313–331. https://doi.org/10.1016/j.worlddev.2013.03.003

Hariningsih, E., & Simatupang, R. (2008). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Pedagang Eceran Studi Kasus: Pedagang Kaki Lima di Kota Yogyakarta. Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis, 3(2), 89-108.

Harsiwi, T. A. (2002). Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Keberadaan Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Malioboro. Jurnal Ekonomi dan Bisnis FE Universitas Atma Jaya, 14.

Hull, T., Sulistyaningsih, E., & Jones G. (1997). Pelacuran di Indonesia: Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Hussmanns, R., Mehran, F., & Verma, V. (1990). Surveys of economically active population, employment, unemployment and underemployment: An ILO manual on concepts and methods. Geneva: International Labour Office.

Hutajulu, A. T. (2004). Peranan Wanita Desa dalam Pembangunan pada Masyarakat Batak yang Patrilineal: Studi Kasus di Desa Ompu Raja Hutaea, Kecamatan Laguboti, Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Bogor: Puspa Swara.

Istiany, N.N. (2016). Partisipasi Perempuan dalam Sektor Informal di Daerah Istimewa Yogyakarta.Skripsi. Universitas Gadjah Mada.

Kartono, K. (2007). Patologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. (2014). Situasi Ketenagakerjaan Umum di Indonesia. http://pusdatinaker.balitfo.depnakertrans.go.id/userfiles/l5ru_20140626_jabatan%20fungsional%20umum%20919%20update24juni2014.pdf (17 Januari 2017)

Koto, P. S. (2015). An empirical analysis of the informal sector in ghana. The Journal of Developing Areas, 49(2), 93-108. https://doi.org/10.1353/jda.2015.0038

Lamba, S., & Mace, R. (2011). Demography and ecology drive variation in cooperation across human populations. Proceedings of the National

67

Page 77: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Academy of Sciences of the United States of America, 108(35), 14426-14430. https://doi.org/10.1073/pnas.1105186108

Mahdavi, P. (2013). Gender, labour and the law: The nexus of domestic work, human trafficking and the informal economy in the united arab emirates. Global Networks, 13(4), 425-440. https://doi.org/10.1111/glob.12010

Maleong, L. J. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Manning, C., & Effendi, T. N. (1985). Urbanisasi, pengangguran dan sektor informal di kota. Jakarta: P.T. Gramedia.

Manning, C., & Roesad, K. (2006). Survey of recent developments. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 42(2), 143-170. https://doi.org/10.1080/00074910600873633

Mardalis. (2003). Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara.

Marzuki. (1977). Metodologi Riset. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Meiners, E. B., & Miller, V. D. (2004). The effect of formality and relational tone on supervisor/subordinate negotiation episodes. Western Journal of Communication, 68(3), 302-321. https://doi.org10.1080/10570310409374803

Morrell, E., Sjaifudian Sumarto, H. & Tuerah, N. (2008). Governing the Informal Economy. Australia Indonesia Governance Research Partnership, 11.

Mulyadi & Mahfud, M. (2003). Activity-based cost system: Sistem informasi biaya untuk pengurangan biaya. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Muzakir. (2010). Kajian Persepsi Harapan Sektor Informal Terhadap Kebijakan Pemberdayaan Usaha Pemerintah Daerah Kabupaten Tojo Unauna. Kendari: Media Litbang.

Nasution, S. (1996). Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Nisjar, K. (1997). Manajemen Strategik. Bandung: Mandar Maju.

Nurwinda, H. (2016). Mobilitas Vertikal Dan Horisontal (Studi Kasus Pedagang Bubur Kacang Hijau di Kecamatan Mergangsan Yogyakarta). Skripsi. Universitas Gadjah Mada.

Patilimia, H. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Alfabeta.

Pitoyo, A. J. (2007). Dinamika Sektor Informal di Indonesia Prospek, Perkembangan dan Kedudukannya dalam Sistem Ekonomi Makro, Majalah Populasi, 18(2), 129-146.

Ponsaers, P., Shapland, J., & Williams, C. C. (2008). Does the informal economy link to organised crime? International Journal of Social Economics, 35(9), 644–650. https://doi.org/10.1108/03068290810896262

68

Page 78: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Prastya, R. K. C., & Darma, A. (2011) Dolly: Kisah Pilu yang Terlewatkan. Yogyakarta: Pustaka Pena.

Purnawan, I. D. (2016). Statistik Daerah Kecamatan Gedongtengen 2016. Yogyakarta: Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta.

Putri, N. M., & Purwanti, E.Y. (2012). Analisis Penawaran Tenaga Kerja Wanita Menikah dan Faktor yang Memengaruhinya di Kabupaten Brebes. Diponegoro Journal of Economics, 1(1), 1-11.

Rahayu, L. (2014). Modal Sosial sebagai Strategi Kelangsungan Hidup Perempuan Pekerja Seks. Skripsi. Universitas Gadjah Mada.

Republik Indonesia. (1995). Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil. Lembaran Negara RI Tahun 1995, No. 74. Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Lembaran Negara RI Tahun 2003, No. 39. Sekretariat Negara. Jakarta.

Rothenberg, A. D., Gaduh, A., Burger, N. E., Chazali, C., Tjandraningsih, I., Radikun, R., … Weilant, S. (2016). Rethinking Indonesia’s Informal Sector. World Development, 80, 96–113. https://doi.org/10.1016/j.worlddev.2015.11.005

Samuelson, P. A., Nordhaus, W., & Mandel, M. (1995). microeconomics. New York: McGraw-Hill.

Sekaran, U. (2006). Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Sihombing, G. (1997). Analisis dan evaluasi hukum tentang penanggulangan prostitusi dan pencegahan penyebaran HIV/AIDS. Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI.

Simanjuntak, P. J. (1985). Pengantar ekonomi sumber daya manusia. Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sinaga, S. (2013). management and programs of intellectual property rights for small medium enterprises in indonesia. International Journal of Arts & Sciences, 6(2), 615.

Singarimbun, M., & Effendi, S. (1989). Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.

Soekartawi. (2000). Pengantar agroindustri. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suharto, E. (2008). Kebijakan sosial sebagai kebijakan publik. Bandung: Alfabeta.

Sukirno, S. (1994). Pengantar teori mikro ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sunyoto, D. (2013). Perilaku Konsumen. Yogyakarta: CAPS.

Tambunan, T. T. H. (2002). Usaha kecil dan menengah di Indonesia: Beberapa isu penting. Yogyakarta: Salemba Empat.

69

Page 79: tokopresentasi.comtokopresentasi.com/wp-content/uploads/2018/03/Bismillah-Skripsi.docx · Web viewtokopresentasi.com

Todaro, M. P., & Stilkind, J. (1981). City bias and rural neglect: The dilemma of urban development. The Population Council. https://doi.org/10.2307/1972646

Todaro, M. P., & Sumiharti, Y. (1998). Pembangunan ekonomi di dunia ketiga. Jakarta: Erlangga.

Wauran. (2012). Experian Commercial Risk Database. Costa Mesa: Experian Information Solutions, Inc.

Weinstein, L. (2016). Street corner secrets: Sex, work, and migration in the city of mumbai. Los Angeles, CA: SAGE Publications. https://doi.org/10.1177/0094306116629410eee

Widodo, T. (2006). Peran sektor informal terhadap perekonomian daerah: Teori dan aplikasi. Yogyakarta: Pusat Studi Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada.

Winoto, A. (2016). Kajian Karakteristik dan Faktor Pemilihan Lokasi Pedagang Kaki Lima di Kota Yogyakarta. Skripsi. Universitas Gadjah Mada.

Wirosardjono, S. (1985). Sektor Informal: Katup Pengaman. Jakarta: LDFE Universitas Indonesia.

Yunus, H. S. (2016). Metode Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Zulfiqar, J., Fitriah, N., & Paselle, E. (2015). Analisis Kebijakan Penutupan Lokalisasi Prostitusi Km 17 di Balikpapan. eJournal Administrative Reform, 2(1), 1199–1212.

70