alinahrowi4.files.wordpress.com file · web viewmakalah singkat ini kami susun untuk memenuhi tugas...
TRANSCRIPT
SUNAN AT TIRMIDZIKarakteristik dan Metode Penulisan
MAKALAHDibuat dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah ulumul hadits
Semester III Tahun Akademik 2014-2015 Jurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Dosen Pembimbing: Muhammad Robith Fuadi, M.Th.I
Oleh: Ali nahrowi (13220214)
MALANG 2014
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Dengan rahmad Tuhan yang maha Esa Allah SWT Untaian kalimat
yang senantiasa melimpahkan karuniadan nikmat yang tak terhingga.serta
Sholawat dan salam tak pernah henti mengalir kepada Revolusi Islam Nabi
Muhammad S.A.W.
Makalah singkat ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Bapak
Muhammad Robith fuadi, M.Th.I selaku Dosen pendamping mata kuliah Ulumul
Hadits. Kami tidak menjadikan penugasan ini sebagai beban, namun kami jadikan
sebagai tahap pembelajaran yang pada akhirnya kami bisa ambil sebuah
kemanfaatan. Objek pembahasan pada makalah ini adalah kitab karya Imam
Tirmidzi yaitu Sunan at Tirmidzi atau Jami’ at Tirmidzi. Salah satu kitab pokok
hadits.
Semoga akalah yang kami susun ini bisa memberi manfaat bagi kami
selaku penyusun dan bagi para pembacanya. Namun kami menyadari bahwa
“tiada gading yang tak retak” begitu pula dengan makalah ini. Oleh sebab itu,
kami sebagai penyusun membuka lebar tangan kritikan dan saran dari para
pembaca khususnya Dosen Pembimbing, agar pada akhirnya makalah ini menjadi
lebih baik dan memberi manfaat.
Wa’alaikumussalam Wr.Wb
Malang, 13 September 2014
Penyusun
i
DAFRAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFRAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................4
A. Biografi Imam Tirmidzi.......................................................................................4
B. Guru dan Muridnya.............................................................................................5
C. Karya-karya Imam Tirmidzi...............................................................................6
D. Pandangan Para Ahli Hadits Tentang Imam At-Tirmidzi................................7
E. Metode Penyusunan Kitab Al Jami’...................................................................7
F. Isi kitab Jami’ al-Shahih....................................................................................12
G. Sistematika Penulisan Kitab Jami’...................................................................13
H. Pandangan Para Ahli Mengenai Kitab Jami’...................................................14
BAB III PENUTUP..............................................................................................................17
A. Simpulan.............................................................................................................17
B. Kritik dan Saran................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadits Nabawi adalah sumber kedua setelah al Quran yang diikuti oleh
Ijma’ dan juga Qiyas. Hadits tak bisa dipungkiri memiliki peranan yang urgent
sebagai sumber terhadap hukum-hukum Islam. Al Quran bisa difahami dan
didekati melalui hadits sehingga hadits berperan sebagai Mubayin, Muqoyyid,
Muwaddih al Musykil, Nasikh dan lain-lain bagi al Quran.
Lain halnya dengan al Quran yang sejak awal sudah menjadi perhatian
banyak kalangan sahabat, hadits pada masa Rosulullah hidup hanya diriwayatkan
secara lisan tanpa menggunakan tulisan. Sebab, saat itu jika hadits ditulis
dihawatirkan redaksi-redaksinya tercampur dengan ayat al Quran. Meskipun
demikian, ada beberapa sahabat yang tetap menulis redaksi hadits untuk
kepentingan pribadinya bukan rujukan umum. Sebut saja Abdullah ‘Amr bin al
‘Ash.
Setelah Rosulullah wafat, dan banyak para sahabat penghafal hadits yang
meninggal. Khalifah Umar bin Abdul Aziz mulai merasa hawatir dan prihatin
terhadap hadits yang belum sepenuhnya ditulis. Kehawatiran inilah yang menjadi
langkah awal untuk pengkodifikasian hadits. Muhammad bin Syihab al Zuhri
bertugas sebagai koordinator pengumpul hadits. Hadits yang terkumpul pada saat
itu belum terklasifikasi berdasarkann bab, kwalitas dll namun masih bercampur
dalam satu buku kumpulan hadits-hadits Nabi yang disebut al Jawami’.
Seiring tersebarnya Islam, maka perhatian penuh terhadap Hadits mulai
tampak. Lahirlah rumusan-rumusan kaidah yang berkaitan dengan hadits seperti
penerimaan hadits, kwalisifikasi hadits dll. Rumusan kaidah inilah yang kemudian
pada masa Tabi’ Tabi’in dibukukan ke dalam satu disiplin ilmu yang disebut Ilmu
hadits. Di samping kitab yang berkaitan dengan Ilmu Hadits, kitab-kitab hadits
Nabi juga mulai marak ditulis. Kitab-kitab ini yang kemudian dijadikan kitab
induk hadits Nabi.
1
Ada enam kitab induk hadits yang terkenal, yaitu:
Sohih al Bukhori
Sohih Muslim
Sunan Abi Dawud
Sunan at Tirmidzi
Sunan an Nasa’i
Sunan Ibnu Majah
Keenam kitab ini disebut dengan Kutub as Sittah (enam kitab pokok
hadits). Selanjutnya, kitab-kitab ini disempurnakan lagi menjadi Kutub at Tis’ah
(sembilan kitab pokok hadits) dengan menambahkan: Sunan ad Daruquthni,
Sunan ad Daromi, Sunan al Baihaqi.
Masing-masing kitab ini memiliki karakteristik dan metode tersendiri
dalam pengumpulan hadits. Pada makalah ini, penulis mencoba menelaah apa
yang ada di dalam kitab Jami’ imam Tirmidzi atau yang dikenal dengan Sunan at
Tirmidzi. Sebab, kitab ini tidak hanya memuat hadits-hadits yang berkualitas
sohih saja, melainkan hadits hasan, dhaif dan selainnya juga ia himpun dalam
kitab ini. Bahkan, imam Tirmidzi juga memberikan komentar akan status hukum
atau kualitas suatu hadits.
B. Rumusan Masalah
Pada Makalah ini penulis akan membahas:
1. Siapakah Imam Tirmidzi?
2. Siapakah guru dan murid-muridnya?
3. Apa saja karya-karyanya?
4. Bagaimana pandangan para ahli hadits tentangnya ?
5. Bagaimana karakteristik kitab Jami’ at Tirmidzi?
6. Metode apakah yang digunakan imam Tirmidzi dalam menyusun kitab
Jami’nya?
7. Bagaimana pandangan para ahli tentang kitab Jami’ nya ?
C. Tujuan
2
1. Mengenal Imam Tirmidzi
2. Mengenal guru dan murid-muridnya
3. Mengetahui karya-karyannya
4. Mengetahui karakteristik kitab Jami’ at Tirmidzi
5. Mengetahui Metode yang digunakan imam Tirmidzi dalam menyusun
kitab Jami’nya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Imam Tirmidzi
Beliau adalah Imam al Hafidz Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah
bin Musa bin Dahhak as Sulami at Tirmidzi1, salah seorang ahli hadits yang
terkenal dan memiliki berbagai karya. Kakeknya Abu ‘Isa at Tirmidzi
berkebangsaan Mirwaz, kemudian pindah ke Tirmidz dan menetap disana. Dan
pada tahun 209 H, Imam Tirmidzi lahir tepat di daerah Bau’ dekat dengan sungai
Jihun. Penyebutan nama bisa الترمذي dibaca dengan tiga versi: Dikasroh
semuanya at Tirmidzi, didlommah at Turmudzi dan difathah at Tarmadzi. Tidak
ada bacaan fathah dan kasroh at Tarmidzi2.
Imam Tirmidzi disamping dikenal sebagai ahli dan penghafal hadits yang
mengetahui kelemahan-kelemahan dan perawi-perawinya, ia juga dikenal sebagai
ahli fiqh yang memiliki wawasan dan pandangan luas. Kitab Jami’nya adalah
bukti bahwa ia memiliki ketinggian ilmu dan penguasaan terhadap berbagai
madzhab fiqih.
Setelah menjalani perjalanan panjang untuk belajar, mencatat, berdiskusi
dan tukar pikiran serta mengarang, ia pada akhir kehidupannya mendapat musibah
kebutaan, dan beberapa tahun lamanya ia hidup sebagai tuna netra; dalam keadaan
seperti inilah akhirnya at-Tirmizi meninggal dunia. Ia wafat di Tirmiz pada malam
Senin 13 Rajab tahun 279 H (8 Oktober 892) dalam usia 70 tahun.
Kecintaannya pada ilmu telah ia tunjukkan sejak masih kecil. Ia
mengunjungi ulama-ulama besar dan guru-guru hadits untuk mendengar hadits
yang kemudian dihafal dan dicatatnya dengan baik. Negri-negri yang pernah
beliau masuki adalah:
1. Khurasan
2. Bashrah
1 Muhammad bin ‘Alwi al Maliki, Al Manhal al Latif fi Ushul al Hadits, (Surabaya: Dar ar Rahmah), 132. 2 Zeid B. Smeer, Ulumul Hadits Pengantar Studi Hadits Praktis, (Malang: UIN Malang Press), 2008, 113.
4
3. Kufah
4. Wasith
5. Baghdad
6. Makkah
7. Madinah
8. Ar Ray
Para ahli sejarah menyatakan bahwa dimasa hidup Imam
Tirmidzi merupakan masa keemasan ilmu Hadits, dan sebagai penggeraknya
adalah Imam Muhammad bin Idris as -Syafi'i al-Muthalibi (Imam Syafi'i), yang
hidup antara tahun 150 Hijriah - 204 Hijriah.
Banyak kalangan ulama dan ahli hadits mengakui kekuatan dan
kelebihan dalam diri imam Tirmidzi. Selain itu, kesalehan dan ketakwaannyapun
tidak dapat diragukan lagi. Salah satu ulama yang memujinya adalah Ibnu Hibban
al Busti seorang pakar hadits, ia menilai bahwa imam Tirmidzi memiliki
kemampuan luar biasa dalam menghafal, menghimpun, menyusun dan meneliti
hadits. Sehingga menjadikan dirinya sebagai sumber pengambilan hadits.
Setelah menjalani perjalanan panjang untuk belajar, mencatat, berdiskusi
dan tukar pikiran serta mengarang, pada akhirnya beliau mengalami kebutaan dan
hidup sebagai tuna netra. Beliau wafat pada malam Senin 13 Rojab tahun 279 H
dalam usia 70 tahun3.
B. Guru dan Muridnya
Ia meriwayatkan hadits dari ulama-ulama kenamaan. Diantaranya adalah
Imam Bukhori, kepadanya ia belajar hadits dan fiqh. Ia juga belajar kepada Imam
Muslim dan Abu Dawud. Guru beliau lainnya adalah:
Qutaibah bin Said
Suwaid din Nashor
Mush’ab az Zuhri
Ibrahim bin ‘Abdillah al Harowi
3 Suyuthi Abd Manas, Isma’il Abdullah, Manahijul Muhadditsin, (Malasyia: Al Jami’ah al Islamiyah al ‘Alamiyah), 2006,85.
5
‘Ali bin Hajar al Mirwazi
Muhammad bin Basyar Bandar
Mu’ayyad bin Nashor al Mirwazi
Ishaq bin Musa
Sa’id bin ‘Abdurrahman
Ahmad bin Muni’
Muhammad bin al Mutsanna
Hadits-hadits dan ilmu-ilmunya dipelajari dan diriwayatkan oleh banyak
ulama yang mayoritas mereka adalah murid-muridnya. Diantaranya adalah:
Makhul bin Fadl, Muhammad bin Mahmud ‘Anbar, Hammad bin Syakir, Ai-bd
bin Muhammad an Nasfiyyun, al Haisam bin Kulaib asy Syasyi, Ahmad bin
Yusuf an Nasa’I, Abul ‘Abbas Muhammad bin Mahbub al Mahbubi. Mereka
meriwayatkan kitab Jami’nya dan kitab-kitab yang lain4.
C. Karya-karya Imam Tirmidzi
Imam Tirmidzi banyak menulis kitab-kitab, diantaranya:
1. Al Jami’ as Sohihain, yang terkenal dengan sebutan Sunan at Tirmidzi
2. Asyama’il al Muhammadiyyah
3. Al ‘Ilal al Kabir
4. Al ‘Ilal as Shoghir
5. Azuhd
6. Al Asma’ wal-kuna
7. At Tarikh
8. Kitab Tasmiyyatu ashhabi rasulillah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
9. Dan lain-lain
Diantara kitab-kitab diatas, yang paling terkenal adalah Al Jami’ as Sohihain atau
Sunan at Tirmidzi.
4 Zeid B. Smeera, Ulumul Hadits Pengantar Studi Hadits Praktis, (Malang: UIN Malang Press), 2008, 113.
6
D. Pandangan Para Ahli Hadits Tentang Imam At-Tirmidzi
Para ulama besar telah memuji dan menyanjungnya, dan mengakui akan
kemuliaan dan keilmuannya. Al-Hafiz Abu Hatim Muhammad ibn Hibban,
kritikus hadits, menggolangkan Tirmizi ke dalam kelompok "Siqat" atau orang-
orang yang dapat dipercayai dan kokoh hafalannya, dan berkata: "Tirmizi adalah
salah seorang ulama yang mengumpulkan hadits, menyusun kitab, menghafal
hadits dan bermuzakarah (berdiskusi) dengan para ulama."
Abu Ya’la al-Khalili dalam kitabnya ‘Ulumul Hadits menerangkan;
Muhammad bin ‘Isa at-Tirmizi adalah seorang penghafal dan ahli hadits yang baik
yang telah diakui oleh para ulama. Ia memiliki kitab Sunan dan kitab Al-Jarh wat-
Ta’dil. Hadits-haditsnya diriwayatkan oleh Abu Mahbub dan banyak ulama lain.
Ia terkenal sebagai seorang yang dapat dipercaya, seorang ulama dan imam yang
menjadi ikutan dan yang berilmu luas. Kitabnya Al-Jami’us Sahih sebagai bukti
atas keagungan derajatnya, keluasan hafalannya, banyak bacaannya dan
pengetahuannya tentang hadits yang sangat mendalam.
E. Metode Penyusunan Kitab Al Jami’
Penamaan kitab ini dinisbatkan atau disandarkan pada nama beliau yaitu at
Tirmidzi. Ada beragam sebutan untuk kitab beliau ini, diantaranya: “ Al Jami’ as
Sohihain”, “Jami’ at Tirmidzi”, “ Sunan at Tirmidzi”, “ Al Hakim” sebutan dari
Abu Abdullah al Khotib al Baghdadi, “As Sohih”5. Dari nama-nama diatas, yang
lebih popular adalah nama yang pertama atau Al Jami’6.
Penyebutan As Sohih atau Shohih Tirmidzi kurang begitu sesuai, sebab
dalam kitab ini terdapat hadits yang dikategorikan dha’if.
5 Muhammad bin ‘Alwi al Maliki, Al Manhal al Latif fi Ushul al Hadits, (Surabaya: Dar ar Rahmah), 132. 6 Zeid B. Smeer, Ulumul Hadits Pengantar Studi Hadits Praktis, (Malang: UIN Malang Press), 2008, 117.
7
Menurut al Hafidz Abi al Fadl Muhammad bin Tohir al Qoisaroni dalam
kitabnya Al Mausum bi madzhabi al A’immah fi tashihi al hadits, kitab imam
Tirmidzi terbagi menjadi empat macam, yaitu:
1. Bagian Sohih, yaitu hadits yang disepakati oleh imam Bukhori dan imam
Muslim.
2. Bagian dengan syarat selain imam Bukhori dan imam Muslim, yaitu Abu
Dawud, an Nasa’I dan Ibnu Majah.
3. Bagian lain untuk perbandingan, maka imam Tirmidzi menjelaskan
kecacatannya.
4. Bagian hadits yang diamalkan oleh para ahli fiqih7.
Imam Tirmidzi dalam kitab Jami’nya telah mengumpulkan antara hadits
dan atsar, fiqh dan pemikiran yang mudah difahami (tidak menggunakan ibarat
yang sulit). Abu Isma’il Abdullah bin Muhammad al Anshori menilai bahwa kitab
imam Tirmidzi lebih bermanfaat di kalangan masyarakat daripada kitab imam
Bukhori dan imam Muslim. Sebab mayoritas orang bisa mengambil faedah dari isi
yang terkandung di dalam Jami’nya. Lain halnya dengan kitab imam Bukhori dan
Muslim yang hanya tersebar secara luas saja.
Imam majduddin Ibnul Atsir -rahimahullah- dalam muqodimah kitabnya,
Jamiul Ushul Beliau berkata," Kitab Shahih Tirmidzi merupakan kitab yang baik,
banyak faedahnya, bagus sistematika pembahasannya dan sedikit pengulangan
isinya. didalamnya banyak keteangan penting yang tidak ditemukan pada kitab-
kitab hadits lainnya, seperti pembahasan tentang madzab-madzab, cara
beristidlal dan penjelsan tentang hadits shahih, hasan dan gharib. Juga
pembahasan mengenai Jarh wa Ta'dil dan di akhir kitab jami ini dilengkapi
dengan kitab Al Ilal, secara umum kitab ini sangat berharga dan berfaedah bagi
yang mempelajarinya."8
Hadits yang berada dalam kitab ini, disusun berdasarkan bab-bab fiqh. Hal
ini menunjukkan bahwa beliau tidak hanya ahli hadits, namun juga ahli fiqh9.
7 Suyuthi Abd Manas, Isma’il Abdullah, Manahijul Muhadditsin, (Malasyia: Al Jami’ah al Islamiyah al ‘Alamiyah), 2006,88. 8 www.al-aisar.com9 Muhammad bin Shalih al Utsaimin, Musthalah Hadits, (Media hidayah), 2008, 109.
8
Imam Tirmidzi juga mengurutkan isi kitab Jami’nya dengan mengikuti cara imam
Muslim dalam beberapa karyanya. Yaitu dengan menyebutkan judul utama secara
global, seperti الطّهارة kemudian أبواب membagi menjadi beberapa cabang
dengan menyertakan kata باب. Contoh:
شيئ ينّجسه ال الماء أّن جاء ما باب الجنب مصاحفة في جاء ما 10 باب
Klasifikasi terhadap perowi yang adil dan tidak, beliau lakukan melalui
ijthadnya. Setelah itu beliau menyebutkan biografi masing-masing perowi sesuai
dengan literature yang beliau punya, diawali dengan sejarah hidup, guru dan
murid, serta pujian para imam terhadap perowi tersebut. Serta tidak lupa
menjelaskan pendapat-pendapat para sahabat, tabi’in dan ahli fiqih baik
kesepakatan maupun perbedaan mereka. Serta menjelaskan lafadz yang asing.
Imam Tirmidzi –rahimahullah- menyusun kitab Jami’nya berdasarkan
dengan bab-bab fiqih. Beliau menjelaskan derajat shahih, hasan, atau dla’if setiap
hadits pada tempatnya masing-masing dan menjelaskan sisi kelemahannya. Beliau
juga menjelaskan ulama yang beliau ambil pendapatnya baik dari kalangan
sahabat atau selainnya. Di akhir kitab tersebut, beliau menyusun sebuah kitab
yang membahas tentang ilmu ’ilal dan di dalamnya beliau mengumpulkan
berbagai faedah yang penting.
Dalam kitab ini terdapat berbagai faedah dalam bidang fiqih dan hadits
yang tidak ada dalam kitab yang lain. Para ulama dari Hijaz, ‘Iraq dan Khurasan
menilainya sebagai kitab yang bagus tatkala penyusunnya menyodorkan kitab ini
kepada mereka. Kitab Jami’ atau Sunan Tirmidzi dianggap sangat penting,
lantaran kitab ini betul-betul memperhatikan ta’lil (penentuan nilai) hadits dengan
menyebutkan secara eksplisit hadits yang sahih11. Itu sebabnya kitab ini
menduduki peringkat ke-empat dalam urutan kutub at tis’ah. Sedangkan menurut
10 Suyuthi Abd Manas, Isma’il Abdullah, Manahijul Muhadditsin, (Malasyia: Al Jami’ah al Islamiyah al ‘Alamiyah), 2006,89.
11 Muhammad bin ‘Alwi al Maliki, Al Manhal al Latif fi Ushul al Hadits, (Surabaya: Dar ar Rahmah), 133.
9
Hajji Khalfah penulis buku Kasyf az Zunun, kitab Jami’ Imam Tirmidzi berada
pada tingkat ketiga dalam hierarki kutub at Tis’ah.
Tidak seperti hadits Imam Bukhori, atau yang ditulis imam Muslim dan
lainnya, kitab Jami’ Tirmidzi dapat difahami oleh siapa saja yang memahami
bahasa Arab. Dalam menyeleksi hadits untuk kitabnya, beliau bertolak dasar
apakah hadits itu dipakai oleh ahli fikih sebagai hujjah atau tidak. Sebaliknya,
Imam Tirmidzi tidak menyaring hadits dari aspek kwalitas sohih atau tidaknya.
Oleh sebab itu, beliau memberikan uraian tentang nilai hadits, bahkan uraian
perbandingan dan kesimpulannya.
Hadits-hadits dha’if dan munkar dalam kitab ini pada umumnya hanya
menyangkut Fadhailul a’mal, manaqib, adab dan menyinggung juga hadits yang
terkait dengan tafsir. Hal ini dapat dimengerti karena persyaratan-persyaratan bagi
hadits semacam ini masih longgar dibandingkan dengan persyaratan bagi hadits-
hadits tentang halal haram.
Perowi hadits yang dipakai oleh Imam Tirmidzi bervariasi. Adapun
tingkatan-tingkatan mereka adalah12:
1. Perowi yang tsiqoh dan kuat hafalannya, pada tingkat ini mayoritas hadits-
hadits mereka sesuai dengan imam Bukhori dan imam Muslim.
2. Perowi yang kualitas hafalannya berada di bawah tingkat pertama, hadits-
hadits mereka kemungkinan dinilai sohih dan kemungkinan dinilai hasan.
3. Perowi yang tidak diketahui identitasnya, jujur dan bukan dari golongan
penghafal hadits, jika mereka meriwayatkan hadits, maka ada hadits
pendukung untuk menguatkan periwayatannya.
4. Perowi dloif yang indipenden dalam meriwayatkan hadits dan tidak ada
hadits lain yang menguatkan periwayatannya.
5. Perowi yang lemah (dalam kualitas, baik kejujuran, hafalan dll) dan perowi
hadits matruk. Imam Tirmidzi dalam kitab al Ilal menyebutkan, jika ia
mengambil hadits dari perowi ini, maka hal tersebut semata-mata bertujuan
untuk memulyakan perowi tersebut.
12 Suyuthi Abd Manas, Isma’il Abdullah, Manahijul Muhadditsin, (Malasyia: Al Jami’ah al Islamiyah al ‘Alamiyah), 2006,92.
10
Selain keberagaman perowi yang beliau gunakan, imam Tirmidzi juga
menggunakan istilah-istilah baru dalam pengklasifikasian haditsnya. Istilah ini
ada yang sudah terkenal di kalangan para ahli hadits sehingga tidak membutuhkan
penjelasan, di sisi lain ada yang masih harus dijelaskan. Istilah-istilah imam
Tirmidzi dibagi menjadi dua:
Istilah-istilah Tunggal :
1. Hadits Sohih, yaitu hadits yang memenuhi syarat sohih yang ditentukan
para ahli hadits, baik sohih li dzatih maupun sohih li ghoirih.
2. Hadits Hasan, Hadits yang menurut imam Tirmidzi telah memenuhi
syarat:
1. Dalam sanadnya tidak ada perowi yang berdusta
2. Bukan hadits Syadz
3. Ada hadits lain yang meriwayatkan dengan jalur periawayatan lain.
3. Hadits Ghorib, Hadits yang diriwayatkan dengan satu jalur dan tidak
sampai pada tingakatan maqbul, serta tidak ada hadits lain yang
menguatkannya.
Istilah Ganda :
1. Hadits Sohih Ghorib, Hadits yang memenuhi syarat sohih dan hanya
memiliki satu bentuk periwayatan. Hadits ini juga disebut Sohih li
Dzatih.
2. Hadits Hasan Ghorib, Hadits riwayat perowi yang kekuatan
hafalannya kurang kuat namun dari kategori perowi sohih, dan melalui
satu jalur. Hadits ini disebut juga dengan Hadits Hasan li Dzatih.
3. Hadits Hasan Sohih, Hadits yang memiliki dua jalur periwayatan, satu
sohih dan lainnya hasan atau ditemukan kebingungan imam Tirmidzi
dalam pengklasifikasian.
4. Hadits Hasan Sohih ghorib, Hadits yang penilaiannya diambil dari
beberapa aspek, contoh: Isnadnya Hasan, matannya Sohih, dll namun
ia dianggap hadits ghorib.
Jumlah Hadits yang terhimpun dalam kitab ini adalah 3.956 hadits dengan
memuat berbagai bidang keagamaan. Tujuan penulisan kitab ini antara lain: 1)
11
mengumpulkan hadis-hadis Nabi secara sistematis, 2) mendiskusikan opini
hukum dari imam-imam berdasarkan subjek yang memang dicantumkan oleh para
ulama terdahulu sebagai dasar pemikiran hukum, dan 3) mendiskusikan tingkat
kualitas hadis dan jika di sana ditemukan illat, kelemahan akan dijelaskan13.
Diantara para ulama yang mensyarah Jami’ at-Turmudzi adalah al-
Hafizh Abu Bakar Muhammad bin Abdillah al-Isybili yang lebih dikenal dengan
Ibnul Arabi al-Maliki (w. 543) yang berjudul Aridatul Ahwadzi fi Syarhi Sunanit
Tirmidzi. Jalaludin as-Suyuthi juga mensyarah dengan judul Qutul Mughtazi ’ala
Jami’it Tirmidzi. Kitab syarah terbaik adalah yang ditulis oleh al-Allamah al-
Abdurrahman al-Mabarkapuri (w. 1353) yang berjudul Tuhfatul Ahwadzi14.
F. Isi kitab Jami’ al-Shahih.
Kitab al-Jami’ al-Shahih ini memuat berbagai permasalahan pokok
agama, di antaranya yaitu; al-aqa’id (tentang tauhid), al-ahkam (tentang hukum),
al-riqaq (tentang budi luhur), adab (tentang etika), al-tafsir (tentang tafsir al-
Qur’an), al-tarikh wa al-siyar (tentang sejarah dan sejarah jihad Nabi SAW.), al-
syama’il (tabi’t), al-fitan (tentang terjadinya fitnah dan malapetaka), dan al-
manaqib wa al-masalib (tentang biografi sahabat dan tabi’in)15. Oleh sebab itu
kitab hadis ini disebut dengan al-Jami’.
Secara keseluruhan, kitab al-Jami’ al-Shahih atau Sunan al-Tirmidzi ini
terdiri dari 5 juz, 2375 bab dan 3956 hadis.
Menurut al-Tirmidzi, isi hadis-hadis dalam al-Jami’ al-Shahih, telah
diamalkan ulama’ Hijaz, Iraq, Khurasan dan daerah lain (dalam kitab Tarikh-nya,
Ibnu Katsir meriwayatkan dari al-Tirmidzi, dia berkata: “Aku telah menyusun
kitab Musnad yang shahih ini dan telah aku tunjukkan kepada para ulama Hijaz,
Iraq, Khurasan dan mereka menyenanginya. Barangsiapa di rumahnya terdapat
kitab ini, maka seakan-akan di rumahnya ada seorang Nabi yang bersabda)16, 13 Maizuddin.wordpress.com14 ahlulhadits.wordpress.com/2007
15 Ahmad Sutarmadi, al-Imam al-Tirmidzi, hlm. 57.16 Muhammad Alawi al-Maliki, Ilmu Ushul Hadis, terj. Adnan Qohar (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 281. Lihat juga Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 263.
12
kecuali dua hadis (yang telah dibahas dimuka). Hadis ini diperselisihkan ulama
baik segi sanad maupun dari segi matan, sehingga sebagian ulama ada yang
menerima dan ada yang menolak dengan alasan-alasan yang berdasarkan naql
maupun akal.
G. Sistematika Penulisan Kitab Jami’
Kitab al-Jami’ al-Shahih ini disusun berdasarkan urutan bab fiqih, dari
bab thaharah seterusnya sampai dengan bab akhlaq, do’a, tafsir, fadha’il dan
lain-lain. Dengan kata lain al-Tirmidzi dalam menulis hadis dengan
mengklasifikasi sistematikanya dengan model juz, kitab, bab dan sub bab. Kitab
ini ditahqiq dan dita’liq oleh tiga ulama kenamaan pada generasi sekarang
(modern), yakni Ahmad Muhammad Syakir (sebagai Qadhi Syar’i), Muhammad
Fu’ad Abdul Baqi’ (sebagai penulis dan pengarang terkenal), dan Ibrahim ‘Adwah
‘Aud (sebagai dosen pada Universitas al-Azhar Kairo Mesir).
Secara rinci sistematika kitab al-Jami’ al-Shahih akan dijelaskan sebagai berikut:
Juz I terdiri dari 2 kitab, tentang Thaharah dan Shalat yang meliputi 184 bab 237
hadis.
Juz II terdiri dari kitab Witir, Jumu’ah, Idayn dan Safar, meliputi 260 bab dan 355
hadis.
Juz III terdiri dari kitab Zakat, Shiyam, Haji, Janazah, Nikah, Rada’, Thalaq dan
Li’an, Buyu’ dan al-Ahkam, meliputi 516 bab dan 781 hadis.
Juz IV terdiri dari kitab Diyat, Hudud, Sa’id, Dzaba’ih, Ahkam dan Sa’id, Dahi,
Siyar, Fadhilah Jihad, Libas, Ath’imah, Asyribah, Birr wa Shilah, al-Thibb, Fara’id,
Washaya, Wali dan Hibbah, Fitan, al-Ra’yu, Syahadah, Zuhud, Qiyamah, Raqa’iq
dan Wara’, Jannah dan Jahannam, meliputi 734 bab dan 997 hadis.
Juz V terdiri dari 10 pembahasan, tentang Iman, ‘Ilm, Isti’dzan, Adab, al-Nisa’,
Fadha’il al-Qur’an, Qira’ah, Tafsir al-Qur’an, Da’awat, Manaqib, yang meliputi
474 bab dan 773 hadis, di tambah tentang pembahasan ‘Ilal.
13
H. Pandangan Para Ahli Mengenai Kitab Jami’
Terlepas dari kebesaran dan kontribusi yang telah diberikan oleh al-
Tirmidzi melalui kitabnya, tetap muncul pelbagai pandangan kontroversial antara
yang memuji dan mengkritik karya tersebut. Di antaranya adalah al-Hafiz
al-‘Alim al-Idrisi, yang menyatakan bahwa al-Tirmidzi adalah seorang dari para
Imam yang memberikan tuntunan kepada mereka dalam ilmu hadis, mengarang
al-Jami’, Tarikh, ‘Ilal, sebagai seorang penulis yang ‘alim yang meyakinkan, ia
seorang contoh dalam hafalan.
Lain halnya dengan al-Hafiz Ibn Asihr (w. 524 H), yang menyatakan
bahwa kitab al-Tirmidzi adalah kitab shahih, juga sebaik-baiknya kitab, banyak
kegunaannya, baik sistematika penyajiannya dan sedikit sekali hadis-hadis yang
terulang. Di dalamnya juga dijelaskan pula hadis-hadis yang menjadi amalan
suatu mazhab disertai argumentasinya. Di samping itu al-Timidzi juga
menjelaskan kualitas hadis, yaitu shahih, saqim dan gharib. Dalam kitab tersebut
juga dikemukakan kelemahan dan keutamaan (al-Jarh wa al-Ta’dil) para perawi
hadis. Ilmu tersebut sangat berguna untuk mengetahui keadaan perawi hadis yang
menetukan apakah dia diterima atau ditolak.
Sementara Abu Isma’il al-Harawi (w. 581 H) berpendapat, bahwa kitab al-
Tirmidzi lebih banyak memberikan faedah dari pada kitab Shahih Bukhari dan
Shahih Muslim, sebab hadis yang termuat dalam kitab al-Jami’ al-Shahih al-
Tirmidzi diterangkan kualitasnya, demikian juga dijelaskan sebab-sebab
kelemahannya, sehingga orang dapat lebih mudah mengambil faedah kitab itu,
baik dari kalangan fuqaha’, muhadditsin, dan lainnya.
Al-‘Allamah al-Syaikh’ Abd al-‘Aziz berpendapat, bahwa kitab al-Jami’
al-Shahih al-Tirmidzi adalah kitab yang terbaik, sebab sistematika penulisannya
baik, yaitu sedikit hadis-hadis yang disebutkan berulang-ulang, diterangkan
mengenai mazhab-mazhab fuqaha’ serta cara istidlal yang mereka tempuh,
14
dijelaskan kualitas hadisnya, dan disebutkan pula nama-nama perawi, baik gelar
maupun kunyahnya.
Seorang orientalis Jerman, Brockelman menyatakan ada sekitar 40 hadis
yang tidak diketahui secara pasti apakah hadis-hadis itu termasuk hadis Abi Isa
al-Tirmidzi. Sekumpulan hadis itu dipertanyakan apakah kitab yang berjudul al-
Zuhud atau al-Asma’ wa al-Kunya. Ada dugaan keras bahwa kumpulan hadis itu
adalah al-Fiqh atau al-Tarikh, tetapi masih diragukan.
Ignaz Goldziher dengan mengutip pendapat al-Zahabi telah memuji kitab
al-Jami’ al-Shahih dengan memberikan penjelasan bahwa kitab ini terdapat
perubahan penetapan isnad hadis, meskipun tidak menyebabkan penjelasan secara
rinci, tetapi hanya garis besarnya. Di samping itu, di dalam kitab al-Jami’ al-
Shahih ini ada kemudahan dengan memperpendek sanad.
Kendati banyak yang memuji kitab al-Jami’ al-Tirmidzi, namun bukan
berarti kemudian luput dari kritikan. Al-Hafiz Ibn al-Jauzi (w. 751 H)
mengemukakan, bahwa dalam kitab al-Jami’ al-Shahih li al-Tirmidzi terdapat 30
hadis maudu’ (palsu), meskipun pada akhirnya pendapat tersebut dibantah oleh
Jalaluddin al-Suyuti (w. 911 H) dengan mengemukakan, bahwa hadis-hadis yang
dinilai palsu tersebut sebenarnya bukan palsu, sebagaimana yang terjadi dalam
kitab Shahih Muslim yang telah dinilainya palsu, namun ternyata bukan palsu.
Di kalangan ulama hadis, al-Jauzi memang dikenal terlalu tasahul
(mudah) dalam menilai hadis sebagai hadis palsu. Mengacu kepada pendapat al-
Suyuti, dan didukung oleh pengakuan mayoritas ulama hadis seperti telah
dikemukakan, maka penilaian Ibn al-Jauzi tersebut tidak merendahkan al-Tirmidzi
dan kitab al-Jami’ al-Shahih-nya.
15
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Beliau adalah Imam al Hafidz Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah
bin Musa bin Dahhak as Sulami at Tirmidzi17, salah seorang ahli hadits yang
terkenal dan memiliki berbagai karya. Kakeknya Abu ‘Isa at Tirmidzi
berkebangsaan Mirwaz, kemudian pindah ke Tirmidz dan menetap disana. Dan
pada tahun 209 H, Imam Tirmidzi lahir tepat di daerah Bau’ dekat dengan sungai
Jihun. Beliau wafat pada malam Senin 13 Rojab tahun 279 H dalam usia 70 tahun.
Jami’ as Sohihain atau Sunan Tirmidzi merupakan karya besar dari Abu
‘Isa Muhammad bin Isa at Tirmidzi , salah seorang imam Hadits. Secara hierarki
kitab pokok hadits, maka kitab ini berada di urutan ke-empat, bahkan pendapat
lain memposisikan di urutan ketiga. Banyak pujian ulama terhadap kitab ini.
Mereka menilai kitab ini sangat memberikan faedah bagi pembacannya, sebab
imam Tirmidzi tidak hanya mencantumkan hadits saja, melainkan juga memberi
sumbangsih dalam mengklasifikasikan hadits, menjelaskan lafadz-lafadz yang
asing dll.
Al Jami’ as Sohihain tidak hanya berisikan hadits-hadits yang sohih
maupun hasan saja, namun imam Tirmidzi juga menghimpun hadits-hadits yang
dloif, muallal, dll dan beliau menjelaskan status hukum atau kualitas setiap
haditsnya. Adapun metode yang digunakan dalam penyusunan kitab ini adalah:
1. Hadits yang diriwayatkan adalah hadits yang diamalkan atau menjadi
pegangan ahli fiqh.
2. Hadits yang diriwayatkan tidak sebatas hadits ahkam, namun mencakup
juga hadits-hadits tentang fadlo’il, manaqi, adab dan menyinggung juga
hadits yang terkait dengan tafsir.
3. Penyusunan hadits berdasarkan bab-bab fiqh.
17 Muhammad bin ‘Alwi al Maliki, Al Manhal al Latif fi Ushul al Hadits, (Surabaya: Dar ar Rahmah), 132.
16
4. Imam Tirmidzi memberikan komentar akan status hukum atau kualitas
setiap hadits.
5. Perowi yang dipakai berasal dari beragam tingkatan.
6. Membuat istilah baru bagi klasifikasi hadits ditinjau dari segi kualitas.
7. Mencantumkan kitab al I’lal as Soghir pada pembahasan akhir kitab
Jami’nya.
B. Kritik dan Saran
Kekurangan dalam makalah ini, baik secara tulisan, maupun subtansi isi
semata-mata murni karena kurang maksimal penyusun. Oleh sebab itu, kritik dan
saran yang mengantar pada kesempurnaan atau lebih baik dari makalah ini, selalu
penyusun harap. Terlebih dari Bapak Muhammad Robith Fuadi, M.Th.I selaku
dosen mata kuliah Ulumul Hadits
17
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Manas, Suyuthi dan Isma’il Abdullah. 2006. Manahijul Muhadditsin .
Malasyia. Al Jami’ah al Islamiyyah al ‘Alamiyyah.
Al Maliki, Muhammad bin ‘Alwi. Al Manhal al Lathif fi Ushul al Hadits.
Surabaya. Dar ar Rahmah.
Al Utsaimin, Muhammad bin Shalih. 2008. Musthalah Hadits. Media Hidayah.
Smeer, Zeid B. 2008. Ulumul Hadits. Malang. UIN Malang Press (Anggota
IKAPI).
Alawi al-Maliki,Muhammad. Ilmu Ushul Hadis, terj. Adnan Qohar (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 281. Lihat juga Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Jakarta:
Amzah, 2010)
ahlulhadits.wordpress.com/2007
Maizuddin.wordpress.com
www.al-aisar.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Imam_Tirmidzi?veaction=ed
18