alinahrowi4.files.wordpress.com file · web viewmakalah singkat ini kami susun untuk memenuhi tugas...

33
SUNAN AT TIRMIDZI Karakteristik dan Metode Penulisan MAKALAH Dibuat dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah ulumul hadits Semester III Tahun Akademik 2014-2015 Jurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Dosen Pembimbing: Muhammad Robith Fuadi, M.Th.I Oleh: Ali nahrowi (13220214)

Upload: nguyendung

Post on 02-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: alinahrowi4.files.wordpress.com file · Web viewMakalah singkat ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Bapak Muhammad Robith fuadi, M.Th.I selaku Dosen pendamping mata kuliah Ulumul

SUNAN AT TIRMIDZIKarakteristik dan Metode Penulisan

MAKALAHDibuat dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah ulumul hadits

Semester III Tahun Akademik 2014-2015 Jurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Dosen Pembimbing: Muhammad Robith Fuadi, M.Th.I

Oleh: Ali nahrowi (13220214)

MALANG 2014

Page 2: alinahrowi4.files.wordpress.com file · Web viewMakalah singkat ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Bapak Muhammad Robith fuadi, M.Th.I selaku Dosen pendamping mata kuliah Ulumul

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dengan rahmad Tuhan yang maha Esa Allah SWT Untaian kalimat

yang senantiasa melimpahkan karuniadan nikmat yang tak terhingga.serta

Sholawat dan salam tak pernah henti mengalir kepada Revolusi Islam Nabi

Muhammad S.A.W.

Makalah singkat ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Bapak

Muhammad Robith fuadi, M.Th.I selaku Dosen pendamping mata kuliah Ulumul

Hadits. Kami tidak menjadikan penugasan ini sebagai beban, namun kami jadikan

sebagai tahap pembelajaran yang pada akhirnya kami bisa ambil sebuah

kemanfaatan. Objek pembahasan pada makalah ini adalah kitab karya Imam

Tirmidzi yaitu Sunan at Tirmidzi atau Jami’ at Tirmidzi. Salah satu kitab pokok

hadits.

Semoga akalah yang kami susun ini bisa memberi manfaat bagi kami

selaku penyusun dan bagi para pembacanya. Namun kami menyadari bahwa

“tiada gading yang tak retak” begitu pula dengan makalah ini. Oleh sebab itu,

kami sebagai penyusun membuka lebar tangan kritikan dan saran dari para

pembaca khususnya Dosen Pembimbing, agar pada akhirnya makalah ini menjadi

lebih baik dan memberi manfaat.

Wa’alaikumussalam Wr.Wb

Malang, 13 September 2014

Penyusun

i

Page 3: alinahrowi4.files.wordpress.com file · Web viewMakalah singkat ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Bapak Muhammad Robith fuadi, M.Th.I selaku Dosen pendamping mata kuliah Ulumul

DAFRAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i

DAFRAR ISI......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................................2

C. Tujuan...................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................4

A. Biografi Imam Tirmidzi.......................................................................................4

B. Guru dan Muridnya.............................................................................................5

C. Karya-karya Imam Tirmidzi...............................................................................6

D. Pandangan Para Ahli Hadits Tentang Imam At-Tirmidzi................................7

E. Metode Penyusunan Kitab Al Jami’...................................................................7

F. Isi kitab Jami’ al-Shahih....................................................................................12

G. Sistematika Penulisan Kitab Jami’...................................................................13

H. Pandangan Para Ahli Mengenai Kitab Jami’...................................................14

BAB III PENUTUP..............................................................................................................17

A. Simpulan.............................................................................................................17

B. Kritik dan Saran................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................19

ii

Page 4: alinahrowi4.files.wordpress.com file · Web viewMakalah singkat ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Bapak Muhammad Robith fuadi, M.Th.I selaku Dosen pendamping mata kuliah Ulumul

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hadits Nabawi adalah sumber kedua setelah al Quran yang diikuti oleh

Ijma’ dan juga Qiyas. Hadits tak bisa dipungkiri memiliki peranan yang urgent

sebagai sumber terhadap hukum-hukum Islam. Al Quran bisa difahami dan

didekati melalui hadits sehingga hadits berperan sebagai Mubayin, Muqoyyid,

Muwaddih al Musykil, Nasikh dan lain-lain bagi al Quran.

Lain halnya dengan al Quran yang sejak awal sudah menjadi perhatian

banyak kalangan sahabat, hadits pada masa Rosulullah hidup hanya diriwayatkan

secara lisan tanpa menggunakan tulisan. Sebab, saat itu jika hadits ditulis

dihawatirkan redaksi-redaksinya tercampur dengan ayat al Quran. Meskipun

demikian, ada beberapa sahabat yang tetap menulis redaksi hadits untuk

kepentingan pribadinya bukan rujukan umum. Sebut saja Abdullah ‘Amr bin al

‘Ash.

Setelah Rosulullah wafat, dan banyak para sahabat penghafal hadits yang

meninggal. Khalifah Umar bin Abdul Aziz mulai merasa hawatir dan prihatin

terhadap hadits yang belum sepenuhnya ditulis. Kehawatiran inilah yang menjadi

langkah awal untuk pengkodifikasian hadits. Muhammad bin Syihab al Zuhri

bertugas sebagai koordinator pengumpul hadits. Hadits yang terkumpul pada saat

itu belum terklasifikasi berdasarkann bab, kwalitas dll namun masih bercampur

dalam satu buku kumpulan hadits-hadits Nabi yang disebut al Jawami’.

Seiring tersebarnya Islam, maka perhatian penuh terhadap Hadits mulai

tampak. Lahirlah rumusan-rumusan kaidah yang berkaitan dengan hadits seperti

penerimaan hadits, kwalisifikasi hadits dll. Rumusan kaidah inilah yang kemudian

pada masa Tabi’ Tabi’in dibukukan ke dalam satu disiplin ilmu yang disebut Ilmu

hadits. Di samping kitab yang berkaitan dengan Ilmu Hadits, kitab-kitab hadits

Nabi juga mulai marak ditulis. Kitab-kitab ini yang kemudian dijadikan kitab

induk hadits Nabi.

1

Page 5: alinahrowi4.files.wordpress.com file · Web viewMakalah singkat ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Bapak Muhammad Robith fuadi, M.Th.I selaku Dosen pendamping mata kuliah Ulumul

Ada enam kitab induk hadits yang terkenal, yaitu:

Sohih al Bukhori

Sohih Muslim

Sunan Abi Dawud

Sunan at Tirmidzi

Sunan an Nasa’i

Sunan Ibnu Majah

Keenam kitab ini disebut dengan Kutub as Sittah (enam kitab pokok

hadits). Selanjutnya, kitab-kitab ini disempurnakan lagi menjadi Kutub at Tis’ah

(sembilan kitab pokok hadits) dengan menambahkan: Sunan ad Daruquthni,

Sunan ad Daromi, Sunan al Baihaqi.

Masing-masing kitab ini memiliki karakteristik dan metode tersendiri

dalam pengumpulan hadits. Pada makalah ini, penulis mencoba menelaah apa

yang ada di dalam kitab Jami’ imam Tirmidzi atau yang dikenal dengan Sunan at

Tirmidzi. Sebab, kitab ini tidak hanya memuat hadits-hadits yang berkualitas

sohih saja, melainkan hadits hasan, dhaif dan selainnya juga ia himpun dalam

kitab ini. Bahkan, imam Tirmidzi juga memberikan komentar akan status hukum

atau kualitas suatu hadits.

B. Rumusan Masalah

Pada Makalah ini penulis akan membahas:

1. Siapakah Imam Tirmidzi?

2. Siapakah guru dan murid-muridnya?

3. Apa saja karya-karyanya?

4. Bagaimana pandangan para ahli hadits tentangnya ?

5. Bagaimana karakteristik kitab Jami’ at Tirmidzi?

6. Metode apakah yang digunakan imam Tirmidzi dalam menyusun kitab

Jami’nya?

7. Bagaimana pandangan para ahli tentang kitab Jami’ nya ?

C. Tujuan

2

Page 6: alinahrowi4.files.wordpress.com file · Web viewMakalah singkat ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Bapak Muhammad Robith fuadi, M.Th.I selaku Dosen pendamping mata kuliah Ulumul

1. Mengenal Imam Tirmidzi

2. Mengenal guru dan murid-muridnya

3. Mengetahui karya-karyannya

4. Mengetahui karakteristik kitab Jami’ at Tirmidzi

5. Mengetahui Metode yang digunakan imam Tirmidzi dalam menyusun

kitab Jami’nya.

3

Page 7: alinahrowi4.files.wordpress.com file · Web viewMakalah singkat ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Bapak Muhammad Robith fuadi, M.Th.I selaku Dosen pendamping mata kuliah Ulumul

BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Imam Tirmidzi

Beliau adalah Imam al Hafidz Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah

bin Musa bin Dahhak as Sulami at Tirmidzi1, salah seorang ahli hadits yang

terkenal dan memiliki berbagai karya. Kakeknya Abu ‘Isa at Tirmidzi

berkebangsaan Mirwaz, kemudian pindah ke Tirmidz dan menetap disana. Dan

pada tahun 209 H, Imam Tirmidzi lahir tepat di daerah Bau’ dekat dengan sungai

Jihun. Penyebutan nama bisa الترمذي dibaca dengan tiga versi: Dikasroh

semuanya at Tirmidzi, didlommah at Turmudzi dan difathah at Tarmadzi. Tidak

ada bacaan fathah dan kasroh at Tarmidzi2.

Imam Tirmidzi disamping dikenal sebagai ahli dan penghafal hadits yang

mengetahui kelemahan-kelemahan dan perawi-perawinya, ia juga dikenal sebagai

ahli fiqh yang memiliki wawasan dan pandangan luas. Kitab Jami’nya adalah

bukti bahwa ia memiliki ketinggian ilmu dan penguasaan terhadap berbagai

madzhab fiqih.

Setelah menjalani perjalanan panjang untuk belajar, mencatat, berdiskusi

dan tukar pikiran serta mengarang, ia pada akhir kehidupannya mendapat musibah

kebutaan, dan beberapa tahun lamanya ia hidup sebagai tuna netra; dalam keadaan

seperti inilah akhirnya at-Tirmizi meninggal dunia. Ia wafat di Tirmiz pada malam

Senin 13 Rajab tahun 279 H (8 Oktober 892) dalam usia 70 tahun.

Kecintaannya pada ilmu telah ia tunjukkan sejak masih kecil. Ia

mengunjungi ulama-ulama besar dan guru-guru hadits untuk mendengar hadits

yang kemudian dihafal dan dicatatnya dengan baik. Negri-negri yang pernah

beliau masuki adalah:

1. Khurasan

2. Bashrah

1 Muhammad bin ‘Alwi al Maliki, Al Manhal al Latif fi Ushul al Hadits, (Surabaya: Dar ar Rahmah), 132. 2 Zeid B. Smeer, Ulumul Hadits Pengantar Studi Hadits Praktis, (Malang: UIN Malang Press), 2008, 113.

4

Page 8: alinahrowi4.files.wordpress.com file · Web viewMakalah singkat ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Bapak Muhammad Robith fuadi, M.Th.I selaku Dosen pendamping mata kuliah Ulumul

3. Kufah

4. Wasith

5. Baghdad

6. Makkah

7. Madinah

8. Ar Ray

Para ahli sejarah menyatakan bahwa dimasa hidup Imam

Tirmidzi merupakan masa keemasan  ilmu Hadits, dan sebagai penggeraknya

adalah Imam Muhammad bin Idris as -Syafi'i al-Muthalibi (Imam Syafi'i), yang

hidup antara tahun 150 Hijriah - 204 Hijriah.

Banyak kalangan ulama dan ahli hadits mengakui kekuatan dan

kelebihan dalam diri imam Tirmidzi. Selain itu, kesalehan dan ketakwaannyapun

tidak dapat diragukan lagi. Salah satu ulama yang memujinya adalah Ibnu Hibban

al Busti seorang pakar hadits, ia menilai bahwa imam Tirmidzi memiliki

kemampuan luar biasa dalam menghafal, menghimpun, menyusun dan meneliti

hadits. Sehingga menjadikan dirinya sebagai sumber pengambilan hadits.

Setelah menjalani perjalanan panjang untuk belajar, mencatat, berdiskusi

dan tukar pikiran serta mengarang, pada akhirnya beliau mengalami kebutaan dan

hidup sebagai tuna netra. Beliau wafat pada malam Senin 13 Rojab tahun 279 H

dalam usia 70 tahun3.

B. Guru dan Muridnya

Ia meriwayatkan hadits dari ulama-ulama kenamaan. Diantaranya adalah

Imam Bukhori, kepadanya ia belajar hadits dan fiqh. Ia juga belajar kepada Imam

Muslim dan Abu Dawud. Guru beliau lainnya adalah:

Qutaibah bin Said

Suwaid din Nashor

Mush’ab az Zuhri

Ibrahim bin ‘Abdillah al Harowi

3 Suyuthi Abd Manas, Isma’il Abdullah, Manahijul Muhadditsin, (Malasyia: Al Jami’ah al Islamiyah al ‘Alamiyah), 2006,85.

5

Page 9: alinahrowi4.files.wordpress.com file · Web viewMakalah singkat ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Bapak Muhammad Robith fuadi, M.Th.I selaku Dosen pendamping mata kuliah Ulumul

‘Ali bin Hajar al Mirwazi

Muhammad bin Basyar Bandar

Mu’ayyad bin Nashor al Mirwazi

Ishaq bin Musa

Sa’id bin ‘Abdurrahman

Ahmad bin Muni’

Muhammad bin al Mutsanna

Hadits-hadits dan ilmu-ilmunya dipelajari dan diriwayatkan oleh banyak

ulama yang mayoritas mereka adalah murid-muridnya. Diantaranya adalah:

Makhul bin Fadl, Muhammad bin Mahmud ‘Anbar, Hammad bin Syakir, Ai-bd

bin Muhammad an Nasfiyyun, al Haisam bin Kulaib asy Syasyi, Ahmad bin

Yusuf an Nasa’I, Abul ‘Abbas Muhammad bin Mahbub al Mahbubi. Mereka

meriwayatkan kitab Jami’nya dan kitab-kitab yang lain4.

C. Karya-karya Imam Tirmidzi

Imam Tirmidzi banyak menulis kitab-kitab, diantaranya:

1. Al Jami’ as Sohihain, yang terkenal dengan sebutan Sunan at Tirmidzi

2. Asyama’il al Muhammadiyyah

3. Al ‘Ilal al Kabir

4. Al ‘Ilal as Shoghir

5. Azuhd

6. Al Asma’ wal-kuna

7. At Tarikh

8. Kitab Tasmiyyatu ashhabi rasulillah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

9. Dan lain-lain

Diantara kitab-kitab diatas, yang paling terkenal adalah Al Jami’ as Sohihain atau

Sunan at Tirmidzi.

4 Zeid B. Smeera, Ulumul Hadits Pengantar Studi Hadits Praktis, (Malang: UIN Malang Press), 2008, 113.

6

Page 10: alinahrowi4.files.wordpress.com file · Web viewMakalah singkat ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Bapak Muhammad Robith fuadi, M.Th.I selaku Dosen pendamping mata kuliah Ulumul

D. Pandangan Para Ahli Hadits Tentang Imam At-Tirmidzi

Para ulama besar telah memuji dan menyanjungnya, dan mengakui akan

kemuliaan dan keilmuannya. Al-Hafiz Abu Hatim Muhammad ibn Hibban,

kritikus hadits, menggolangkan Tirmizi ke dalam kelompok "Siqat" atau orang-

orang yang dapat dipercayai dan kokoh hafalannya, dan berkata: "Tirmizi adalah

salah seorang ulama yang mengumpulkan hadits, menyusun kitab, menghafal

hadits dan bermuzakarah (berdiskusi) dengan para ulama."

Abu Ya’la al-Khalili dalam kitabnya ‘Ulumul Hadits menerangkan;

Muhammad bin ‘Isa at-Tirmizi adalah seorang penghafal dan ahli hadits yang baik

yang telah diakui oleh para ulama. Ia memiliki kitab Sunan dan kitab Al-Jarh wat-

Ta’dil. Hadits-haditsnya diriwayatkan oleh Abu Mahbub dan banyak ulama lain.

Ia terkenal sebagai seorang yang dapat dipercaya, seorang ulama dan imam yang

menjadi ikutan dan yang berilmu luas. Kitabnya Al-Jami’us Sahih sebagai bukti

atas keagungan derajatnya, keluasan hafalannya, banyak bacaannya dan

pengetahuannya tentang hadits yang sangat mendalam.

E. Metode Penyusunan Kitab Al Jami’

Penamaan kitab ini dinisbatkan atau disandarkan pada nama beliau yaitu at

Tirmidzi. Ada beragam sebutan untuk kitab beliau ini, diantaranya: “ Al Jami’ as

Sohihain”, “Jami’ at Tirmidzi”, “ Sunan at Tirmidzi”, “ Al Hakim” sebutan dari

Abu Abdullah al Khotib al Baghdadi, “As Sohih”5. Dari nama-nama diatas, yang

lebih popular adalah nama yang pertama atau Al Jami’6.

Penyebutan As Sohih atau Shohih Tirmidzi kurang begitu sesuai, sebab

dalam kitab ini terdapat hadits yang dikategorikan dha’if.

5 Muhammad bin ‘Alwi al Maliki, Al Manhal al Latif fi Ushul al Hadits, (Surabaya: Dar ar Rahmah), 132. 6 Zeid B. Smeer, Ulumul Hadits Pengantar Studi Hadits Praktis, (Malang: UIN Malang Press), 2008, 117.

7

Page 11: alinahrowi4.files.wordpress.com file · Web viewMakalah singkat ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Bapak Muhammad Robith fuadi, M.Th.I selaku Dosen pendamping mata kuliah Ulumul

Menurut al Hafidz Abi al Fadl Muhammad bin Tohir al Qoisaroni dalam

kitabnya Al Mausum bi madzhabi al A’immah fi tashihi al hadits, kitab imam

Tirmidzi terbagi menjadi empat macam, yaitu:

1. Bagian Sohih, yaitu hadits yang disepakati oleh imam Bukhori dan imam

Muslim.

2. Bagian dengan syarat selain imam Bukhori dan imam Muslim, yaitu Abu

Dawud, an Nasa’I dan Ibnu Majah.

3. Bagian lain untuk perbandingan, maka imam Tirmidzi menjelaskan

kecacatannya.

4. Bagian hadits yang diamalkan oleh para ahli fiqih7.

Imam Tirmidzi dalam kitab Jami’nya telah mengumpulkan antara hadits

dan atsar, fiqh dan pemikiran yang mudah difahami (tidak menggunakan ibarat

yang sulit). Abu Isma’il Abdullah bin Muhammad al Anshori menilai bahwa kitab

imam Tirmidzi lebih bermanfaat di kalangan masyarakat daripada kitab imam

Bukhori dan imam Muslim. Sebab mayoritas orang bisa mengambil faedah dari isi

yang terkandung di dalam Jami’nya. Lain halnya dengan kitab imam Bukhori dan

Muslim yang hanya tersebar secara luas saja.

Imam majduddin Ibnul Atsir -rahimahullah- dalam muqodimah kitabnya,

Jamiul Ushul Beliau berkata," Kitab Shahih Tirmidzi merupakan kitab yang baik,

banyak faedahnya, bagus sistematika pembahasannya dan sedikit pengulangan

isinya. didalamnya banyak keteangan penting yang tidak ditemukan pada kitab-

kitab hadits lainnya, seperti pembahasan tentang madzab-madzab, cara

beristidlal dan penjelsan tentang hadits shahih, hasan dan gharib. Juga

pembahasan mengenai Jarh wa Ta'dil dan di akhir kitab jami ini dilengkapi

dengan kitab Al Ilal, secara umum kitab ini sangat berharga dan berfaedah bagi

yang mempelajarinya."8

Hadits yang berada dalam kitab ini, disusun berdasarkan bab-bab fiqh. Hal

ini menunjukkan bahwa beliau tidak hanya ahli hadits, namun juga ahli fiqh9.

7 Suyuthi Abd Manas, Isma’il Abdullah, Manahijul Muhadditsin, (Malasyia: Al Jami’ah al Islamiyah al ‘Alamiyah), 2006,88. 8 www.al-aisar.com9 Muhammad bin Shalih al Utsaimin, Musthalah Hadits, (Media hidayah), 2008, 109.

8

Page 12: alinahrowi4.files.wordpress.com file · Web viewMakalah singkat ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Bapak Muhammad Robith fuadi, M.Th.I selaku Dosen pendamping mata kuliah Ulumul

Imam Tirmidzi juga mengurutkan isi kitab Jami’nya dengan mengikuti cara imam

Muslim dalam beberapa karyanya. Yaitu dengan menyebutkan judul utama secara

global, seperti الطّهارة kemudian أبواب membagi menjadi beberapa cabang

dengan menyertakan kata باب. Contoh:

شيئ ينّجسه ال الماء أّن جاء ما باب الجنب مصاحفة في جاء ما 10 باب

Klasifikasi terhadap perowi yang adil dan tidak, beliau lakukan melalui

ijthadnya. Setelah itu beliau menyebutkan biografi masing-masing perowi sesuai

dengan literature yang beliau punya, diawali dengan sejarah hidup, guru dan

murid, serta pujian para imam terhadap perowi tersebut. Serta tidak lupa

menjelaskan pendapat-pendapat para sahabat, tabi’in dan ahli fiqih baik

kesepakatan maupun perbedaan mereka. Serta menjelaskan lafadz yang asing.

Imam Tirmidzi –rahimahullah- menyusun kitab Jami’nya berdasarkan

dengan bab-bab fiqih. Beliau menjelaskan derajat shahih, hasan, atau dla’if setiap

hadits pada tempatnya masing-masing dan menjelaskan sisi kelemahannya. Beliau

juga menjelaskan ulama yang beliau ambil pendapatnya baik dari kalangan

sahabat atau selainnya. Di akhir kitab tersebut, beliau menyusun sebuah kitab

yang membahas tentang ilmu ’ilal dan di dalamnya beliau mengumpulkan

berbagai faedah yang penting.

Dalam kitab ini terdapat berbagai faedah dalam bidang fiqih dan hadits

yang tidak ada dalam kitab yang lain. Para ulama dari Hijaz, ‘Iraq dan Khurasan

menilainya sebagai kitab yang bagus tatkala penyusunnya menyodorkan kitab ini

kepada mereka. Kitab Jami’ atau Sunan Tirmidzi dianggap sangat penting,

lantaran kitab ini betul-betul memperhatikan ta’lil (penentuan nilai) hadits dengan

menyebutkan secara eksplisit hadits yang sahih11. Itu sebabnya kitab ini

menduduki peringkat ke-empat dalam urutan kutub at tis’ah. Sedangkan menurut

10 Suyuthi Abd Manas, Isma’il Abdullah, Manahijul Muhadditsin, (Malasyia: Al Jami’ah al Islamiyah al ‘Alamiyah), 2006,89.

11 Muhammad bin ‘Alwi al Maliki, Al Manhal al Latif fi Ushul al Hadits, (Surabaya: Dar ar Rahmah), 133.

9

Page 13: alinahrowi4.files.wordpress.com file · Web viewMakalah singkat ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Bapak Muhammad Robith fuadi, M.Th.I selaku Dosen pendamping mata kuliah Ulumul

Hajji Khalfah penulis buku Kasyf az Zunun, kitab Jami’ Imam Tirmidzi berada

pada tingkat ketiga dalam hierarki kutub at Tis’ah.

Tidak seperti hadits Imam Bukhori, atau yang ditulis imam Muslim dan

lainnya, kitab Jami’ Tirmidzi dapat difahami oleh siapa saja yang memahami

bahasa Arab. Dalam menyeleksi hadits untuk kitabnya, beliau bertolak dasar

apakah hadits itu dipakai oleh ahli fikih sebagai hujjah atau tidak. Sebaliknya,

Imam Tirmidzi tidak menyaring hadits dari aspek kwalitas sohih atau tidaknya.

Oleh sebab itu, beliau memberikan uraian tentang nilai hadits, bahkan uraian

perbandingan dan kesimpulannya.

Hadits-hadits dha’if dan munkar dalam kitab ini pada umumnya hanya

menyangkut Fadhailul a’mal, manaqib, adab dan menyinggung juga hadits yang

terkait dengan tafsir. Hal ini dapat dimengerti karena persyaratan-persyaratan bagi

hadits semacam ini masih longgar dibandingkan dengan persyaratan bagi hadits-

hadits tentang halal haram.

Perowi hadits yang dipakai oleh Imam Tirmidzi bervariasi. Adapun

tingkatan-tingkatan mereka adalah12:

1. Perowi yang tsiqoh dan kuat hafalannya, pada tingkat ini mayoritas hadits-

hadits mereka sesuai dengan imam Bukhori dan imam Muslim.

2. Perowi yang kualitas hafalannya berada di bawah tingkat pertama, hadits-

hadits mereka kemungkinan dinilai sohih dan kemungkinan dinilai hasan.

3. Perowi yang tidak diketahui identitasnya, jujur dan bukan dari golongan

penghafal hadits, jika mereka meriwayatkan hadits, maka ada hadits

pendukung untuk menguatkan periwayatannya.

4. Perowi dloif yang indipenden dalam meriwayatkan hadits dan tidak ada

hadits lain yang menguatkan periwayatannya.

5. Perowi yang lemah (dalam kualitas, baik kejujuran, hafalan dll) dan perowi

hadits matruk. Imam Tirmidzi dalam kitab al Ilal menyebutkan, jika ia

mengambil hadits dari perowi ini, maka hal tersebut semata-mata bertujuan

untuk memulyakan perowi tersebut.

12 Suyuthi Abd Manas, Isma’il Abdullah, Manahijul Muhadditsin, (Malasyia: Al Jami’ah al Islamiyah al ‘Alamiyah), 2006,92.

10

Page 14: alinahrowi4.files.wordpress.com file · Web viewMakalah singkat ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Bapak Muhammad Robith fuadi, M.Th.I selaku Dosen pendamping mata kuliah Ulumul

Selain keberagaman perowi yang beliau gunakan, imam Tirmidzi juga

menggunakan istilah-istilah baru dalam pengklasifikasian haditsnya. Istilah ini

ada yang sudah terkenal di kalangan para ahli hadits sehingga tidak membutuhkan

penjelasan, di sisi lain ada yang masih harus dijelaskan. Istilah-istilah imam

Tirmidzi dibagi menjadi dua:

Istilah-istilah Tunggal :

1. Hadits Sohih, yaitu hadits yang memenuhi syarat sohih yang ditentukan

para ahli hadits, baik sohih li dzatih maupun sohih li ghoirih.

2. Hadits Hasan, Hadits yang menurut imam Tirmidzi telah memenuhi

syarat:

1. Dalam sanadnya tidak ada perowi yang berdusta

2. Bukan hadits Syadz

3. Ada hadits lain yang meriwayatkan dengan jalur periawayatan lain.

3. Hadits Ghorib, Hadits yang diriwayatkan dengan satu jalur dan tidak

sampai pada tingakatan maqbul, serta tidak ada hadits lain yang

menguatkannya.

Istilah Ganda :

1. Hadits Sohih Ghorib, Hadits yang memenuhi syarat sohih dan hanya

memiliki satu bentuk periwayatan. Hadits ini juga disebut Sohih li

Dzatih.

2. Hadits Hasan Ghorib, Hadits riwayat perowi yang kekuatan

hafalannya kurang kuat namun dari kategori perowi sohih, dan melalui

satu jalur. Hadits ini disebut juga dengan Hadits Hasan li Dzatih.

3. Hadits Hasan Sohih, Hadits yang memiliki dua jalur periwayatan, satu

sohih dan lainnya hasan atau ditemukan kebingungan imam Tirmidzi

dalam pengklasifikasian.

4. Hadits Hasan Sohih ghorib, Hadits yang penilaiannya diambil dari

beberapa aspek, contoh: Isnadnya Hasan, matannya Sohih, dll namun

ia dianggap hadits ghorib.

Jumlah Hadits yang terhimpun dalam kitab ini adalah 3.956 hadits dengan

memuat berbagai bidang keagamaan. Tujuan penulisan kitab ini antara lain: 1)

11

Page 15: alinahrowi4.files.wordpress.com file · Web viewMakalah singkat ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Bapak Muhammad Robith fuadi, M.Th.I selaku Dosen pendamping mata kuliah Ulumul

mengumpulkan hadis-hadis Nabi secara sistematis, 2) mendiskusikan opini

hukum dari imam-imam berdasarkan subjek yang memang dicantumkan oleh para

ulama terdahulu sebagai dasar pemikiran hukum, dan 3) mendiskusikan tingkat

kualitas hadis dan jika di sana ditemukan illat, kelemahan akan dijelaskan13.

Diantara para ulama yang mensyarah Jami’ at-Turmudzi adalah al-

Hafizh Abu Bakar Muhammad bin Abdillah al-Isybili yang lebih dikenal dengan

Ibnul Arabi al-Maliki (w. 543) yang berjudul Aridatul Ahwadzi fi Syarhi Sunanit

Tirmidzi. Jalaludin as-Suyuthi juga mensyarah dengan judul Qutul Mughtazi ’ala

Jami’it Tirmidzi. Kitab syarah terbaik adalah yang ditulis oleh al-Allamah al-

Abdurrahman al-Mabarkapuri (w. 1353) yang berjudul Tuhfatul Ahwadzi14.

F. Isi kitab Jami’ al-Shahih.

Kitab al-Jami’ al-Shahih ini memuat berbagai permasalahan pokok

agama, di antaranya yaitu; al-aqa’id (tentang tauhid), al-ahkam (tentang hukum),

al-riqaq (tentang budi luhur), adab (tentang etika), al-tafsir (tentang tafsir al-

Qur’an), al-tarikh wa al-siyar (tentang sejarah dan sejarah jihad Nabi SAW.), al-

syama’il (tabi’t), al-fitan (tentang terjadinya fitnah dan malapetaka), dan al-

manaqib wa al-masalib (tentang biografi sahabat dan tabi’in)15. Oleh sebab itu

kitab hadis ini disebut dengan al-Jami’.

Secara keseluruhan, kitab al-Jami’ al-Shahih atau Sunan al-Tirmidzi ini

terdiri dari 5 juz, 2375 bab dan 3956 hadis.

Menurut al-Tirmidzi, isi hadis-hadis dalam al-Jami’ al-Shahih, telah

diamalkan ulama’ Hijaz, Iraq, Khurasan dan daerah lain (dalam kitab Tarikh-nya,

Ibnu Katsir meriwayatkan dari al-Tirmidzi, dia berkata: “Aku telah menyusun

kitab Musnad yang shahih ini dan telah aku tunjukkan kepada para ulama Hijaz,

Iraq, Khurasan dan mereka menyenanginya. Barangsiapa di rumahnya terdapat

kitab ini, maka seakan-akan di rumahnya ada seorang Nabi yang bersabda)16, 13 Maizuddin.wordpress.com14 ahlulhadits.wordpress.com/2007

15 Ahmad Sutarmadi, al-Imam al-Tirmidzi, hlm. 57.16 Muhammad Alawi al-Maliki, Ilmu Ushul Hadis, terj. Adnan Qohar (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 281. Lihat juga Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 263.

12

Page 16: alinahrowi4.files.wordpress.com file · Web viewMakalah singkat ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Bapak Muhammad Robith fuadi, M.Th.I selaku Dosen pendamping mata kuliah Ulumul

kecuali dua hadis (yang telah dibahas dimuka). Hadis ini diperselisihkan ulama

baik segi sanad maupun dari segi matan, sehingga sebagian ulama ada yang

menerima dan ada yang menolak dengan alasan-alasan yang berdasarkan naql

maupun akal.

G. Sistematika Penulisan Kitab Jami’

Kitab al-Jami’ al-Shahih ini disusun berdasarkan urutan bab fiqih, dari

bab thaharah seterusnya sampai dengan bab akhlaq, do’a, tafsir, fadha’il dan

lain-lain. Dengan kata lain al-Tirmidzi dalam menulis hadis dengan

mengklasifikasi sistematikanya dengan model juz, kitab, bab dan sub bab. Kitab

ini ditahqiq dan dita’liq oleh tiga ulama kenamaan pada generasi sekarang

(modern), yakni Ahmad Muhammad Syakir (sebagai Qadhi Syar’i), Muhammad

Fu’ad Abdul Baqi’ (sebagai penulis dan pengarang terkenal), dan Ibrahim ‘Adwah

‘Aud (sebagai dosen pada Universitas al-Azhar Kairo Mesir).

Secara rinci sistematika kitab al-Jami’ al-Shahih akan dijelaskan sebagai berikut:

Juz I terdiri dari 2 kitab, tentang Thaharah dan Shalat yang meliputi 184 bab 237

hadis.

Juz II terdiri dari kitab Witir, Jumu’ah, Idayn dan Safar, meliputi 260 bab dan 355

hadis.

Juz III terdiri dari kitab Zakat, Shiyam, Haji, Janazah, Nikah, Rada’, Thalaq dan

Li’an, Buyu’ dan al-Ahkam, meliputi 516 bab dan 781 hadis.

Juz IV terdiri dari kitab Diyat, Hudud, Sa’id, Dzaba’ih, Ahkam dan Sa’id, Dahi,

Siyar, Fadhilah Jihad, Libas, Ath’imah, Asyribah, Birr wa Shilah, al-Thibb, Fara’id,

Washaya, Wali dan Hibbah, Fitan, al-Ra’yu, Syahadah, Zuhud, Qiyamah, Raqa’iq

dan Wara’, Jannah dan Jahannam, meliputi 734 bab dan 997 hadis.

Juz V terdiri dari 10 pembahasan, tentang Iman, ‘Ilm, Isti’dzan, Adab, al-Nisa’,

Fadha’il al-Qur’an, Qira’ah, Tafsir al-Qur’an, Da’awat, Manaqib, yang meliputi

474 bab dan 773 hadis, di tambah tentang pembahasan ‘Ilal.

13

Page 17: alinahrowi4.files.wordpress.com file · Web viewMakalah singkat ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Bapak Muhammad Robith fuadi, M.Th.I selaku Dosen pendamping mata kuliah Ulumul

H. Pandangan Para Ahli Mengenai Kitab Jami’

Terlepas dari kebesaran dan kontribusi yang telah diberikan oleh al-

Tirmidzi melalui kitabnya, tetap muncul pelbagai pandangan kontroversial antara

yang memuji dan mengkritik karya tersebut. Di antaranya adalah al-Hafiz

al-‘Alim al-Idrisi, yang menyatakan bahwa al-Tirmidzi adalah seorang dari para

Imam yang memberikan tuntunan kepada mereka dalam ilmu hadis, mengarang

al-Jami’, Tarikh, ‘Ilal, sebagai seorang penulis yang ‘alim yang meyakinkan, ia

seorang contoh dalam hafalan.

Lain halnya dengan al-Hafiz Ibn Asihr (w. 524 H), yang menyatakan

bahwa kitab al-Tirmidzi adalah kitab shahih, juga sebaik-baiknya kitab, banyak

kegunaannya, baik sistematika penyajiannya dan sedikit sekali hadis-hadis yang

terulang. Di dalamnya juga dijelaskan pula hadis-hadis yang menjadi amalan

suatu mazhab disertai argumentasinya. Di samping itu al-Timidzi juga

menjelaskan kualitas hadis, yaitu shahih, saqim dan gharib. Dalam kitab tersebut

juga dikemukakan kelemahan dan keutamaan (al-Jarh wa al-Ta’dil) para perawi

hadis. Ilmu tersebut sangat berguna untuk mengetahui keadaan perawi hadis yang

menetukan apakah dia diterima atau ditolak.

Sementara Abu Isma’il al-Harawi (w. 581 H) berpendapat, bahwa kitab al-

Tirmidzi lebih banyak memberikan faedah dari pada kitab Shahih Bukhari dan

Shahih Muslim, sebab hadis yang termuat dalam kitab al-Jami’ al-Shahih al-

Tirmidzi diterangkan kualitasnya, demikian juga dijelaskan sebab-sebab

kelemahannya, sehingga orang dapat lebih mudah mengambil faedah kitab itu,

baik dari kalangan fuqaha’, muhadditsin, dan lainnya.

Al-‘Allamah al-Syaikh’ Abd al-‘Aziz berpendapat, bahwa kitab al-Jami’

al-Shahih al-Tirmidzi adalah kitab yang terbaik, sebab sistematika penulisannya

baik, yaitu sedikit hadis-hadis yang disebutkan berulang-ulang, diterangkan

mengenai mazhab-mazhab fuqaha’ serta cara istidlal yang mereka tempuh,

14

Page 18: alinahrowi4.files.wordpress.com file · Web viewMakalah singkat ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Bapak Muhammad Robith fuadi, M.Th.I selaku Dosen pendamping mata kuliah Ulumul

dijelaskan kualitas hadisnya, dan disebutkan pula nama-nama perawi, baik gelar

maupun kunyahnya.

Seorang orientalis Jerman, Brockelman menyatakan ada sekitar 40 hadis

yang tidak diketahui secara pasti apakah hadis-hadis itu termasuk hadis Abi Isa

al-Tirmidzi. Sekumpulan hadis itu dipertanyakan apakah kitab yang berjudul al-

Zuhud atau al-Asma’ wa al-Kunya. Ada dugaan keras bahwa kumpulan hadis itu

adalah al-Fiqh atau al-Tarikh, tetapi masih diragukan.

Ignaz Goldziher dengan mengutip pendapat al-Zahabi telah memuji kitab

al-Jami’ al-Shahih dengan memberikan penjelasan bahwa kitab ini terdapat

perubahan penetapan isnad hadis, meskipun tidak menyebabkan penjelasan secara

rinci, tetapi hanya garis besarnya. Di samping itu, di dalam kitab al-Jami’ al-

Shahih ini ada kemudahan dengan memperpendek sanad.

Kendati banyak yang memuji kitab al-Jami’ al-Tirmidzi, namun bukan

berarti kemudian luput dari kritikan. Al-Hafiz Ibn al-Jauzi (w. 751 H)

mengemukakan, bahwa dalam kitab al-Jami’ al-Shahih li al-Tirmidzi terdapat 30

hadis maudu’ (palsu), meskipun pada akhirnya pendapat tersebut dibantah oleh

Jalaluddin al-Suyuti (w. 911 H) dengan mengemukakan, bahwa hadis-hadis yang

dinilai palsu tersebut sebenarnya bukan palsu, sebagaimana yang terjadi dalam

kitab Shahih Muslim yang telah dinilainya palsu, namun ternyata bukan palsu.

Di kalangan ulama hadis, al-Jauzi memang dikenal terlalu tasahul

(mudah) dalam menilai hadis sebagai hadis palsu. Mengacu kepada pendapat al-

Suyuti, dan didukung oleh pengakuan mayoritas ulama hadis seperti telah

dikemukakan, maka penilaian Ibn al-Jauzi tersebut tidak merendahkan al-Tirmidzi

dan kitab al-Jami’ al-Shahih-nya.

15

Page 19: alinahrowi4.files.wordpress.com file · Web viewMakalah singkat ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Bapak Muhammad Robith fuadi, M.Th.I selaku Dosen pendamping mata kuliah Ulumul

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Beliau adalah Imam al Hafidz Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Saurah

bin Musa bin Dahhak as Sulami at Tirmidzi17, salah seorang ahli hadits yang

terkenal dan memiliki berbagai karya. Kakeknya Abu ‘Isa at Tirmidzi

berkebangsaan Mirwaz, kemudian pindah ke Tirmidz dan menetap disana. Dan

pada tahun 209 H, Imam Tirmidzi lahir tepat di daerah Bau’ dekat dengan sungai

Jihun. Beliau wafat pada malam Senin 13 Rojab tahun 279 H dalam usia 70 tahun.

Jami’ as Sohihain atau Sunan Tirmidzi merupakan karya besar dari Abu

‘Isa Muhammad bin Isa at Tirmidzi , salah seorang imam Hadits. Secara hierarki

kitab pokok hadits, maka kitab ini berada di urutan ke-empat, bahkan pendapat

lain memposisikan di urutan ketiga. Banyak pujian ulama terhadap kitab ini.

Mereka menilai kitab ini sangat memberikan faedah bagi pembacannya, sebab

imam Tirmidzi tidak hanya mencantumkan hadits saja, melainkan juga memberi

sumbangsih dalam mengklasifikasikan hadits, menjelaskan lafadz-lafadz yang

asing dll.

Al Jami’ as Sohihain tidak hanya berisikan hadits-hadits yang sohih

maupun hasan saja, namun imam Tirmidzi juga menghimpun hadits-hadits yang

dloif, muallal, dll dan beliau menjelaskan status hukum atau kualitas setiap

haditsnya. Adapun metode yang digunakan dalam penyusunan kitab ini adalah:

1. Hadits yang diriwayatkan adalah hadits yang diamalkan atau menjadi

pegangan ahli fiqh.

2. Hadits yang diriwayatkan tidak sebatas hadits ahkam, namun mencakup

juga hadits-hadits tentang fadlo’il, manaqi, adab dan menyinggung juga

hadits yang terkait dengan tafsir.

3. Penyusunan hadits berdasarkan bab-bab fiqh.

17 Muhammad bin ‘Alwi al Maliki, Al Manhal al Latif fi Ushul al Hadits, (Surabaya: Dar ar Rahmah), 132.

16

Page 20: alinahrowi4.files.wordpress.com file · Web viewMakalah singkat ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Bapak Muhammad Robith fuadi, M.Th.I selaku Dosen pendamping mata kuliah Ulumul

4. Imam Tirmidzi memberikan komentar akan status hukum atau kualitas

setiap hadits.

5. Perowi yang dipakai berasal dari beragam tingkatan.

6. Membuat istilah baru bagi klasifikasi hadits ditinjau dari segi kualitas.

7. Mencantumkan kitab al I’lal as Soghir pada pembahasan akhir kitab

Jami’nya.

B. Kritik dan Saran

Kekurangan dalam makalah ini, baik secara tulisan, maupun subtansi isi

semata-mata murni karena kurang maksimal penyusun. Oleh sebab itu, kritik dan

saran yang mengantar pada kesempurnaan atau lebih baik dari makalah ini, selalu

penyusun harap. Terlebih dari Bapak Muhammad Robith Fuadi, M.Th.I selaku

dosen mata kuliah Ulumul Hadits

17

Page 21: alinahrowi4.files.wordpress.com file · Web viewMakalah singkat ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Bapak Muhammad Robith fuadi, M.Th.I selaku Dosen pendamping mata kuliah Ulumul

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Manas, Suyuthi dan Isma’il Abdullah. 2006. Manahijul Muhadditsin .

Malasyia. Al Jami’ah al Islamiyyah al ‘Alamiyyah.

Al Maliki, Muhammad bin ‘Alwi. Al Manhal al Lathif fi Ushul al Hadits.

Surabaya. Dar ar Rahmah.

Al Utsaimin, Muhammad bin Shalih. 2008. Musthalah Hadits. Media Hidayah.

Smeer, Zeid B. 2008. Ulumul Hadits. Malang. UIN Malang Press (Anggota

IKAPI).

Alawi al-Maliki,Muhammad. Ilmu Ushul Hadis, terj. Adnan Qohar (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 281. Lihat juga Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Jakarta:

Amzah, 2010)

ahlulhadits.wordpress.com/2007

Maizuddin.wordpress.com

www.al-aisar.com

http://id.wikipedia.org/wiki/Imam_Tirmidzi?veaction=ed

18

Page 22: alinahrowi4.files.wordpress.com file · Web viewMakalah singkat ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Bapak Muhammad Robith fuadi, M.Th.I selaku Dosen pendamping mata kuliah Ulumul