alinahrowi4.files.wordpress.com · web viewmudlÂrabah makalah dibuat dalam rangka memenuhi tugas...

27
MUDLÂRABAH MAKALAH Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Muamalat I Semester II Tahun Akademik 2013-2014 Jurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Dosen DR. H. Abbas Arfan. Lc, M.HI Oleh T. AgusArgaSetiaji : 13220208 Mohamad Mafrukhi : 13220211 Ali Nahrowi : 13220214

Upload: lamkhuong

Post on 18-Jun-2018

233 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: alinahrowi4.files.wordpress.com · Web viewMUDLÂRABAH MAKALAH Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Muamalat I Semester II Tahun Akademik 2013-2014 Jurusan Hukum Bisnis

MUDLÂRABAH

MAKALAH

Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Muamalat I

Semester II Tahun Akademik 2013-2014

Jurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Dosen

DR. H. Abbas Arfan. Lc, M.HI

Oleh

T. AgusArgaSetiaji : 13220208

Mohamad Mafrukhi : 13220211

Ali Nahrowi : 13220214

Heri Sutrisno : 13220212

MALANG

2014

Page 2: alinahrowi4.files.wordpress.com · Web viewMUDLÂRABAH MAKALAH Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Muamalat I Semester II Tahun Akademik 2013-2014 Jurusan Hukum Bisnis

KATA PENGANTAR

الرحيم الرحمن الله بسم

Al hamdulillah puja dan puji syukur kami panjatkan kepada Alloh SWT

yang telah memberikan kita rahmat dan kesehatan, sehingga kami bisa

menyelesaikan makalah Fiqih Muamalat I yang berjudul “MUDLÂRABAH”.

Adapun mudlârabah, hemat kami merupakan hal yang perlu diketahui.

Karena pada pembahasan makalah ini membahas akad mudlârabah persepektif

kitab klasik yang menjadi rujukan utama mudlârabah pada zaman modern seperti

sekarang ini sehingga kita dapat mengetahui bagaimana hukum, mekanisme, dan

yang lainya yang benar akan mudlârabah yang berkembang saat ini. Oleh

karenanya kita dapat terhindar dari keraguan mengerjakan akad mudlârabah yang

telah berkembang pada saat sekarang ini.

Adapun makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata

kuliah Fiqih Muamalat I yang diampu oleh Bapak DR. H. Abbas Arfan, Lc. M.HI.

Kemudian kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini bisa di selesaikan

tepat pada waktunya. Kami menyadari betul bahwa dalam makalah ini masih jauh

dari kata sempurna, oleh karena itu kami mohon saran yang membangun sehingga

nantinya kami bisa berbuat lebih baik selanjutnya.

Dan semoga makalah ini dapat memberikan manfa’at kepada kita semua,

dan dapat menambah wawasan keilmuan kita.

Aamiin yaa Rabbal Aalamiin.

Malang, 17 Mei 2014

Penyusun

i

Page 3: alinahrowi4.files.wordpress.com · Web viewMUDLÂRABAH MAKALAH Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Muamalat I Semester II Tahun Akademik 2013-2014 Jurusan Hukum Bisnis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................1

C. Tujuan..........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................3

A. Pengertian Mudlârabah...............................................................3

B. Landasan Hukum dan Hukum Mudlârabah................................4

1. Landasan Hukum...................................................................4

2. Hukum...................................................................................6

C. Rukun dan Syarat Mudlârabah...................................................7

D. Macam-Macam Mudlârabah.......................................................10

E. Berakhirnya Mudlârabah............................................................11

F. Hikmah Akad Mudlârabah.........................................................12

BAB III PENUTUP.................................................................................14

A. Simpulan......................................................................................14

B. Saran............................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................15

ii

Page 4: alinahrowi4.files.wordpress.com · Web viewMUDLÂRABAH MAKALAH Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Muamalat I Semester II Tahun Akademik 2013-2014 Jurusan Hukum Bisnis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan nasib para

pemeluknya, sehingga setiap transaksi diatur sedemikian rupa sehingga tidak ada

pihak yang dirugikan sedikitpun. Dalam kehidupan nyata banyak di sekitar kita

orang yang masih membutuhkan pekerjaan, di sisi lain terdapat pula orang yang

memiliki banyak uang. Islam dalam hal ini memberikan solusi agar pihak yang

membutuhkan pekerjaan mendapatkan uang untuk bisa bertahan hidup dan orang

yang memiliki uang dapat mengembangkanya, yakni dengan membolehkan

transaksi mudlârabah dengan orang yang memiliki cukup uang sehingga diantara

kedua pihak mendapat keuntungan dalam mengembangkan uang tersebut.

Mudlârabah ini merupakan salah satu akad tolong menolong dalam hal

kebaikan karena pada hakikatnya akad ini memberikan bantuan kepada orang

yang tidak memiliki penghasilan sehingga ia mendapat penghasilan. Dan hal ini

diperbolehkan dalam Islam sendiri.

Maka dari itu perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan

mudlârabah, dengan memberikan penjelasan akad mudlârabah yang ada dalam

kitab-kitab klasik seperti yang ada dalam makalah ini. Dengan mempelajarinya

kita dapat terhindar dari hal-hal yang tidak diperkenankan. sehingga tidak ada

pihak yang dirugikan dan jauh dari dosa diakibatkan melakukan hal-hal yang

tidak diperkenankan oleh Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan mudlârabah?

2. Bagaimanakah landasan hukum mudlârabah?

3. Bagaimana hukum mudlârabah menurut 4 madzhab dan menurut

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah?

4. Apa hikmah disyariatkanya mudlârabah?

C. Tujuan

1. Mengetahui definisi mudlârabah.

1

Page 5: alinahrowi4.files.wordpress.com · Web viewMUDLÂRABAH MAKALAH Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Muamalat I Semester II Tahun Akademik 2013-2014 Jurusan Hukum Bisnis

2. Mengetahui landasan hukum akad mudlârabah.

3. Mengetahui hukum mudlârabah menurut 4 madzhab dan Kompilasi

Hukum Ekonomi Syariah.

4. Mengetahui hikmah disyariatkanya mudlârabah.

2

Page 6: alinahrowi4.files.wordpress.com · Web viewMUDLÂRABAH MAKALAH Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Muamalat I Semester II Tahun Akademik 2013-2014 Jurusan Hukum Bisnis

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Mudlârabah

Kata mudlârabah itu diambil dari kata al-dlarbu fi al-ardli bermakna al-

safru li al-tijârah yaitu usaha dalam perdagangan (perniagaan). Hal ini sesuai

dengan firman Allah SWT:

Artinya: “dan yang lain lagi, mereka berpergian dimuka bumi mencari

karunia Allah SWT”.

Terkadang mudlârabah disebut juga dengan mu’âmalah. Sedangkan

mudlârabah itu sendiri yakni: akad diantara dua pihak yang mana salah satu pihak

mengeluarkan sejumlah uang kepada yang lainya untuk diperniagakan, dan laba

dibagi diantara keduanya sesuai dengan kesepakatan.1

Mudlârabah dikenal dikalangan ahlu al-madînah (penduduk madinah)

sebagai Al-Qirâdh.2 Al-Qirâdh sendiri menurut bahasa adalah berasal dari kata al-

qardlu yang berarti al-qat’u yaitu memutus, dikatakan demikian dikarenakan

pemilik modal memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan untuk

mendapatkan keuntungan (laba).3

Syaikh al-Imam al-Alim al-Alamah Syamsudin Abu Abdillah Muhammad

bin Qashim As-Syafi’i mendefinisikan mudlârabah dengan suatu akad

penyerahan harta yang dilakukan oleh pemiliknya kepada seseorang supaya

memperdagangkan harta tersebut dan keuntunganya dibagi dua.4

1 Sayid Sabiq, Fiqhu al-Sunnah, Juz III (Bairut: al-Maktabah al-Ashriyah, 2012), h.1542 Abi Abdillah Shadru Al-Din Muhammad Ibn Abdi Al-Rahman Ibn Al-Husain, Rahmatu Al-‘Ummah fî Ikhtilâfi Al-A’imah, (Bairut: Dâru Al-Kutub Al-‘Ilmiah, 2012), h. 1483 Sabiq, Fiqhu, h. 1544 Syaikh Al-Imam Syamsudin Abu Abdillah Muhammad bin Qashim As-Syafi’i, fathu al-qarîb al-mujîb, terj. Imron Abu Amar, (Kudus: Menara Kudus, tt), h. 290-291

3

Page 7: alinahrowi4.files.wordpress.com · Web viewMUDLÂRABAH MAKALAH Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Muamalat I Semester II Tahun Akademik 2013-2014 Jurusan Hukum Bisnis

Maka dapat ditari.k kesimpulan bahwa akad mudlârabah adalah akad

dimana salah satu pihak memberikan modal kepada pihak lain, sedangkan pihak

lain tersebut berkontribusi dengan kemampuan dalam mengelola suatu

pekerjaan/bisnis dengan keuntungan dibagi dua sesuai dengan perjanjian pada

awal transaksi.

Adapun skema mudlârabah dapat dilihat sebagai berikut:

Adapun untuk contoh mengenai akad mudlârabah ini yaitu: seorang kaya

bernama Pak Joko yang memiliki modal, akan tetapi ia tidak bisa

mengembangkan uangnya melalui beberapa bisnis karena kesibukanya kemudian

ia melihat seorang kawanya bernama Pak Jusuf yang sedang menganggur padahal

ia memiliki kemampuan dalam suatu bidang bisnis. Karena kasihan melihatnya,

Pak Joko melakukan kerja sama dengan Pak Jusuf dalam suatu usaha yang

dimampuinya dengan mekanisme, modal yang dibutuhkan untuk berbisnis berasal

dari Pak Joko sepenuhnya dan untuk pekerjaan ditanggung sepenuhnya oleh Pak

Jusuf, dan dalam hal keuntungan mereka sepakat untuk dibagi rata diantara

keduanya. maka ketika terdapat keuntungan maka bagi Pak Joko 50% dan untuk

Pak Jusuf 50%.

B. Landasan Hukum Dan Hukum Mudlârabah

1. Landasan Hukum

Adapun landasan atau dasar mudlârabah adalah sebagai berikut:

a. Al-Quran

4

MUDLÂRIB/PENGELOLA

MÂLIK/PEMILIK HARTA

KEUNTUNGAN

KEMAMPUAN/SKILLMODAL 100%

PROYEK

Page 8: alinahrowi4.files.wordpress.com · Web viewMUDLÂRABAH MAKALAH Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Muamalat I Semester II Tahun Akademik 2013-2014 Jurusan Hukum Bisnis

Dalam al-quran jenis akad mudharabah atau pembiayaan yad al-

amanah ini dijelaskan dalam al-qur’an:

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan

amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)

apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu

menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi

pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah

adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.”5

b. Hadits

ن البركة: البيع إ�لى أجل، ثالث ف�يه�, ال ع�ير� ل�لبيت� والمقارضة، وخلط البر ب�الش

ل�لبيع�Artinya: “tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan yaitu jual

beli bertempo, qiradl, dan mencampur gandum dengan syair untuk

makanan di rumah bukan untuk dijual”

Diriwayatkan dari Daruquthni, bahwa hakim Ibnu Haizam

apabila memberi modal kepada seseorang, dia mensyaratkan:“

harta jangan digunakan untuk membeli binatang, jangan kamu

bawa ke laut, dan jangan dibawa menyeberangi sungai, apabila

kamu lakukan salah satu dari larangan-larangan itu maka kamu

harus bertanggung jawab pada hartaku”. Dalam al-Muatho’ Imam

Malik dari Al-A’la Ibnu A’la Ibnu Abdu Al-Rahman Ibnu Ya’qub

5 QS. al-Nisa (4):58.

5

Page 9: alinahrowi4.files.wordpress.com · Web viewMUDLÂRABAH MAKALAH Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Muamalat I Semester II Tahun Akademik 2013-2014 Jurusan Hukum Bisnis

dari ayahnaya dari kakeknya bahwa ia pernah mengerjakan harta

Usman r.a, sedangkan keuntungannya dibagi dua.6

2. Hukum

Mudharabah adalah suatu akad yang apabila rukun dan

syaratnya terpenuhi maka mudlârabah yang semacam ini diperbolekan

dalam islam. Sayid Sabiq menerangkan dalam kitabnya bahwa

hukum mudlârabah adalah boleh sesuai konsensus Ulama’ karena

Rasulullah sendiri pernah melakukan transaksi mudlârabah ini dengan

modalnya Khadijah ia pergi ke Syam dengan membawa modal

tersebut untuk diperdagangkan, yang mana peristiwa ini terjadi pada

masa sebelum kenabian. Mudlârabah telah ada sejak masa jahiliyah

dan ada masa Islam tetap dibenarkan sebagai praktek. Ibnu Majah

menyebutkan mudlârabah telah berlaku dalam masa Rasululllah yang

diketahui dan ditetapkannya. Jika tidak, tentu Rasulullah tidak

membiarkannya menjadi praktek dalam masyarakat.7

Akan tetapi Ulama 4 madzhab berbeda pendapat mengenai

hukum dari pembagian mudlârabah yang dibagi dua yakni muthlaq

dan muqayaad yakni di dalam mudlârabah muthlaq tidak adanya

ta’yîn dan taqît dan di dalam mudlârabah terdapat adanya ta’yîn dan

taqît maka hal itu menurut Imam Malik dan Imam Syafi’i tidak

diperbolehkan. akan tetapi, menurut Abu Hanifah dan Imam Ahmad

diperbolehkan. Pendapat dari Abu Hanifah dan Imam Ahmad ini

diadopsi dalam hukum ekonomi syariah Indonesia yang mana hal itu

terlihat dalam KHES pasal 233 yang berbunyi “kesepakatan bidang

usaha yang akan dilakukan dapat bersifat mutlak/bebas dan

muqayyad/terbatas pada bidang usaha tertentu, tempat tertentu, dan

waktu tertentu.

6Sohari Sahrani, Ru’fah Abdullah, Fikih Muamalah Untuk Mahasiswa UIN/IAIN/STAIN/PTAIS dan Umum, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h.1917Syabiq, fiqhu, h.154

6

Page 10: alinahrowi4.files.wordpress.com · Web viewMUDLÂRABAH MAKALAH Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Muamalat I Semester II Tahun Akademik 2013-2014 Jurusan Hukum Bisnis

C. Rukun Dan Syarat Mudlârabah

Adapun rukun-rukun mudlârabah ada empat, yaitu sebagai berikut:8

1. Al-mâl (Harta / modal)

2. Al-‘amal (Pekerjaan)

3. Al- Ribhu (Keuntungan)

4. Sîghat (ucapan serah terima)

5. Âqidâni (dua orang yang bertransaksi)

Akan tetapi menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah dalam pasal 232,

ada tiga rukun mudlârabah yakni: shâhibu al-mâl/pemilik modal, mudlârib/

pelaku usaha, dan akad.9

Adapun syarat sahnya mudlârabah itu terpenuhi ketika rukun-rukun

mudlârabah itu sendiri terpenuhi, yakni syarat sahnya mudlârabah itu merupakan

penjelasan yang lebih rinci dari rukun-rukun syarat sahnya mudlârabah itu

sendiri, yaitu sebagai berikut:

1. Syarat yang berkaitan dengan Âqidâni

a. Cakap melakukan hukum dan mampu diangkat menjadi orang yang

bertransaksi atau disebut ahliyau al-ada’ di dalam ilmu Ushûl Fiqh.

b. Pemilik modal tidak boleh mengikat dan campur tangan kepada

pengelola modal dalam mengelola dananya. Maka pemilik modal

memberikan kebebasan kepada pengelola modal terhadap apa-apa

yang telah disepakati.10 Pemilik modal tidak boleh mempersempit

pengelola dalam mentasharufkan modalnya.

2. Syarat yang berkaitan dengan harta/modal

a. Harta atau modal harus berupa uang (baik dirham atau dinar) yang

murni, maka dari itu tidak sah tibr yakni emas murni, emas

8 Syekh Syamsuddin Muhammad bin Al-Khatib As-Syarbini, Mughni Al-Muhtâj, (Beirut: Dâru Al-Ma’rifah, 1997), h. 1999 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, (Cet. I; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h.7110 Ibrahim Al-Bajuri , Hâsyiatu Al-Baijûri ‘Ala Ibn Al-Qasim, Juz II (Surabaya; Nurul Huda, tt) h: 22

7

Page 11: alinahrowi4.files.wordpress.com · Web viewMUDLÂRABAH MAKALAH Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Muamalat I Semester II Tahun Akademik 2013-2014 Jurusan Hukum Bisnis

perhiasaan, emas campuran dan juga tidak sah harta seperti uang

emas atau perak yang tercetak. 11

b. Besarnya ditentukan secara jelas. Modal harus diketahui secara

pasti oleh pihak-pihak terkait dan harus ada saat akad

dilangsungkan.

c. Modal bukan merupakan pinjaman (hutang). Modal yang berupa

pinjaman secara hakiki bukan merupakan harta dari pemilik modal.

d. Modal diserahkan langsung kepada mudlârib (pengelola modal)

dan tunai. Jika masih ada sebagian modal yang dipegang shâhib al-

mâl/ mâlik (pemilik modal), maka menurut Ulama Syafi’i, Maliki,

dan Hanafi tidak boleh. Akan tetapi menurut Ulama Hanbali boleh

asalkan tidak mengganggu kelancaran usaha.

e. Modal digunakan sesuai dengan syarat-syarat akad yang disepakati.

mudlârib (pengelola modal) tidak bisa menggunakan modal di luar

persyaratan yang telah menjadi kesepakatan. Kecuali, jika shâhib

al-mâl/ mâlik (pemilik modal) memberikan kebebasan kepada

mudlârib (pengelola modal) untuk mengelola hartanya. Jika hal ini

terjadi maka mudlârib memiliki modal sesuai dengan yang

dikehendakinya meski tetap harus bertanggung jawab.

f. Pengembalian modal dapt dilakukan bersamaan dengan waktu

penyerahan bagi hasil atau pada saat berakhirnya masa

mudlârabah. 12

Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, syarat yang berkenaan

dengan modal menyebutkan hanya ada tiga, sebagaimana yang

tertuang dalam pasal 235, sebagai berikut13:

a. Modal harus berupa barang, uang dan/atau barang yang berharga.

b. Modal harus diserahkan kepada pelaku usaha/ mudlârib.

11 As-Syarbini, Mughni, h. 19912 Yazid Afandi, Fiqih Muamalah dan implementasinya dalam lembaga keuangan syari’ah, (Yogyakarta: logung pustaka, 2009), h. 107-108 13 Kompilasi, h.72

8

Page 12: alinahrowi4.files.wordpress.com · Web viewMUDLÂRABAH MAKALAH Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Muamalat I Semester II Tahun Akademik 2013-2014 Jurusan Hukum Bisnis

c. Jumlah modal dalam suatu akad mudlârabah harus dinyatakan

dengan pasti.

3. Syarat yang berkaitan dengan keutungan.

a. Keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan.

b. Shâhibu al-mâl siap mengambil resiko rugi dari modal, sedangkan

mudlârib mengambil resiko tidak memperoleh apa-apa.

c. Sebelum mengambil jumlah keuntungan, usaha mudlârabah harus

dikonversi ke dalam mata uang dan modalnya disisihkan.

d. Mudlârib berhak memotong biaya yang berkaitan dengan usaha

yang diambil dari modal mudlârabah.14

4. Syarat yang berhubungan dengan pekerjaan pengelola modal

a. Pekerjaan tidak dibatasi dengan ta’yîn (penentuan pekerjaan) dan

ta’qît (ada batas waktu) secara berbarengan

b. Pekerjaan tidak dibatasi dengan ta’yîn (penentuan pekerjaan)

c. Pekerjaan tidak dibatasi dengan ta’qît (ada batas waktu)15

Dapat disimpulkan bahwa tidak boleh di dalam akad mudlârabah

terdapat ta’yîn dan ta’qît. Berbeda dengan akad mutsâqah yang

memperbolehkan adanya ta’qît atau pemberian batas waktu.

5. Syarat yang berhubungan dengan sîghat

Yaitu disyaratkan adanya îjab (ucapan penyerahan yang dilakukan

pemilik modal) dan qabûl (ucapan penerimaan dari pengelola modal).

Imam Ghazali berkata sîghat adalah apabila seseorang mengucapkan saya

berakad mudlârabah dengan kamu atas dasar keuntungan dibagi dua

diantara kita, kemudian seorang yang lain berkata: saya terima. akan tetapi

apabila seseorang lain tersebut diam maka itu fasad(rusak).16

Apabila pengelola modal bekerja setelah rusaknya mudlârabah/qirâdl

dan kemudian ia menghasilkan keuntungan maka baginya upah sesuai

14 Afandi, Fiqih. h. 108-109 15 Al-Imam Abi Al-Qashim Abd Al-Karim Bin Muhammad Bin Abd Al-Karim Al-Rafi’I Al-Qazwaini, Al-Azîz Syarhu al-Wajîz al-Ma’ruf Bi Syarh al-Kabîr. Juz 6 (Beirut; Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiah, 1997), h. 1116Qazwaini, Al-Azîz. h. 17

9

Page 13: alinahrowi4.files.wordpress.com · Web viewMUDLÂRABAH MAKALAH Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Muamalat I Semester II Tahun Akademik 2013-2014 Jurusan Hukum Bisnis

dengan kerjanya sedangkan keuntungan milik pemilik modal dan

kekurangan merupakan tanggungan pemilik modal demikian menurut Abi

Hanifah dan Imam As-Syafi’i.17

D. Macam-Macam Mudlârabah

Adapun mudlârabah terbagi dalam dua bagian yaitu :

1. Mudlârabah muthlaq

Mudlârabah muthlaq adalah akad mudlârabah dimana pemilik modal

memberikan modal kepada mudlârib (pengelola) tanpa disertai dengan

pembatasan (qayid).

Contoh mudlârabah mutlaq adalah sebagai berikut : seperti halnya

pemilik modal berkata : “ saya berikan modal ini kepada anda dengan

mudharabah, dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi dua atau dibagi

tiga”. Didalam akad tersebut tidak ada ketentuan atau pembatasan

mengenai tempat kegiatan usaha, jenis usaha, barang yang diajadikan

objek usaha, dan ketentuan-ketentuan yang lain.

2. Mudlârabah Muqayyad

Mudlârabah muqayyad adalah suatu akad mudlârabah dimana pemilik

modal memberikan ketentuan atau batasan-batasan yang berkaitan dengan

tempat kegiatan usaha, jenis usaha, barang yang menjadi objek usaha,

waktu, dan dari siapa barang tersebut dibeli. Pembatasan dengan waktu

dan orang yang menjadi sumber pembelian barang dibolehkan menurut

Abu Hanifah dan Imam Ahmad. Sedangkan menurut Maliki dan Syafi’I

tidak diperbolehkan. demikian pula menyandarkan akad kepada waktu

yang akan datang dibolehkan menurut Abu Hanifah dan Imam Ahmad,

dan tidak dibolehkan menurut Imam Malik dan Syafi’i18.

E. Berakhirnya Mudlârabah17 Al-Husain, Rahmatu, h. 14818 Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2010), h.372

10

Page 14: alinahrowi4.files.wordpress.com · Web viewMUDLÂRABAH MAKALAH Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Muamalat I Semester II Tahun Akademik 2013-2014 Jurusan Hukum Bisnis

Akad mudlârabah akan berahir apabila terpenuhi unsur-unsur berikut:

a. Salah seorang yang berakad gila.19

b. Tidak terpenuhinya salah satu atau beberapa syarat mudlârabah. Hal

tersebut dijelaskan dalam pasal 237 KHES yang menyatakan bahwa

“akad mudlârabah yang tidak memenuhi syarat, adalah batal”.20 Jika

salah satu syarat mudlârabah tidak terpenuhi sudah modal dipegang

oleh pengelola dan sudah diperdangkan maka pengelola mendapatkan

sebagian keuntunganya sebagai upah karena tindakanya atas izin

pemilik modal dan ia berhak menerima upah. Jika terdapat

keuntungan, keuntungan tersebut menjadi tanggung jawab pemilik

modal, karena pengelola adalah sebagai buruh yang hanya berhak

menerima upah dan tidak bertanggung jawab sesuatu apapun kecuali

atas kelalainya.

Senada dengan syarat yang nomor dua ini Sayid Sabiq

menerangkan bahwa jika dalam akad mudlârabah mendapat

keuntungan, maka keuntungan menjadi pemilik modal dan kerugian

juga menjadi tanggung jawabnya. Karena pengelola modal hanya

sekedar sebagai pekerja sewaan yang tidak wajib

mempertanggungjawabkanya, kecuali apabila pengelola modal

melakukanya dengan sengaja.21

c. Pengelola dengan sengaja meninggalkan tugasnya sebagai pengelola

modal atau pengelola berbuat sesuatu yang bertentangan dengan tujuan

akad. Dalam keadaan seperti ini, pengelola modal bertanggung jawab

jika terjadi kerugian karena dialah penyebab kerugian.

d. Apabila penelola atau pemilik modal meninggal dunia atau salah

seorang pemilik modal meninggal dunia maka mudlârabah menjadi

batal.22

19 Afandi, Fiqih, h. 11020 Kompilasi, h.7221 Sabiq, fiqhu. h.15622 Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik Dan Kontemporer, (Bogor; Ghalia Indonesia, 2012), h. 148-149

11

Page 15: alinahrowi4.files.wordpress.com · Web viewMUDLÂRABAH MAKALAH Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Muamalat I Semester II Tahun Akademik 2013-2014 Jurusan Hukum Bisnis

Dalam kaitanya dengan kematian, apabila yang meninggal

adalah pemilik modal maka menjadi fasakh atau rusak akad

mudlârabah. Maka ketika mudlârabah telah rusak, tidaklah berhak

bagi pengelola modal untuk meneruskan atau mengelola modal

mudlârabah lagi. Dan jika apabila pengelola modal mengetahui akan

kematian pemilik modal dan ia tetap meneruskan dalam pengelolaan

modal dalam akad mudlârabah tanpa seizin ahli warisnya, maka yang

semacam ini ia dianggap ghasab dan ia wajib baginya untuk menjamin

atau mengembalikanya jika modal itu menguntungkan dan

keuntunganya dibagi menjadi dua.23 Dalam Kompilasi Hukum

Ekonomi Syariah pada pasal 250 menambahkan keterangan mengenai

berakhirnya akad mudlârabah yakni “akad mudlârabah selesai apabila

waktu kerjasama yang disepakati dalam akad berakhir.24

F. Hikmah Akad Mudlârabah

Dengan adanya kerja sama dalam akad mudlârabah maka ada hikmah atau

manfaat yang dapat dipetik yaitu:

1. Mendapatkan pahala besar dari Allah SWT, karena ia adalah penyebab

lenyapnya kemiskinan dari orang-orang miskin. Karena kalau tanpa

dia, orang-orang miskin tersebut akan tetap dalam keadaan miskin.

Tetapi orang miskin harus pandai bekerja agar keduanya saling bisa

tukar menukar kepentingan.

2. Berkembangnya harta dan semakin banyaknya kekayaan akibat dari

pengembangan bisnis yang dilakukan sesuai dengan bidangnya

masing-masing.25

3. Dengan melakukan akad mudlârabah akan mendapatkan berkah, hal

ini seperti diterangkan dalam hadis berikut:

23 Sabiq, fiqhu. h.15624 Kompilasi, h.7525 Nawawi, Fikih, h. 149

12

Page 16: alinahrowi4.files.wordpress.com · Web viewMUDLÂRABAH MAKALAH Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Muamalat I Semester II Tahun Akademik 2013-2014 Jurusan Hukum Bisnis

عن صهيب رضي الله عنه أن النب�يو ن يه� صلى الله عليه وسلم قال: ) ثالث ف�

�لى أجل، والمقارضة، وخلط البركة: البيع إ, ال ل�لبيع� ( ع�ير� ل�لبيت� �بن البر ب�الش رواه ا

ماجه ب�إ�سناد ضع�يف

Artinya: “diriwayatkan dari Shuhaib r.a sesungghunya Nabi SAW

bersabda: “tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan yaitu jual

beli bertempo, qiradl, dan mencampur gandum dengan syair untuk

makanan di rumah bukan untuk dijual”. Riwayat Ibnu Majah dengan

sanad yang lemah.26

26 Ibnu Hajar al-Asyqalani, Bulughu al-Maram Min Adillati al-Ahkâm, (‘Azbah Aql; Maktabah fayyâd, 2011), h. 287.

13

Page 17: alinahrowi4.files.wordpress.com · Web viewMUDLÂRABAH MAKALAH Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Muamalat I Semester II Tahun Akademik 2013-2014 Jurusan Hukum Bisnis

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

mudlârabah itu diambil dari kata al-dlarbu fi al-ardli bermakna al-safru li

al-tijârah yaitu usaha dalam perdagangan (perniagaan)sedangkan menurut istilah

yaitu akad diantara dua pihak yang mana salah satu pihak mengeluarkan sejumlah

uang kepada yang lainya untuk diperniagakan, dan laba dibagi diantara keduanya

sesuai dengan kesepakatan. Mudlârabah di kalangan ahl al-madînah disebut juga

dengan al-qiradl.

Adapun landasan yang dijadikan dasar mudlârabah adalah Al-Quran surat

al-nisa ayat 58 dan dari hadits yang diriwayatkan oleh Syuhaib yang menerangkan

adanya keberkahan dalam akad mudlârabah ini.

Mudlârabah ketika memenuhi syarat dan rukunya maka hukumnya

menurut jumhur ulama bersepakat membolehkanya. Dalam Kompilasi Hukum

Ekonomi Syariah dijelaskan bahwa mudlârabah dengan kedua pembagianya

diperbolehkan, hal tersebut senada dengan yang dikemukakan oleh Imam Ahmad

dan Imam Hanafi sedangkan menurut Imam Malik dan Imam Syafi’i hanya

membolehkan mudlârabah muthlaq saja yang di dalamnya tidak ada ta’yîn dan

ta’qît.

Hikmah disyariatkanya mudlârabah adalah mendapatkan pahala besar dari

Allah SWT, karena ia adalah penyebab lenyapnya kemiskinan dari orang-orang

miskin, dapat berkembangnya harta, serta mendapat keberkahan dari Allah SWT

yang hal tersebut dijelaskan dari sebuah hadits yang diriwayatkan dari Shuhaib.

B. Saran

Kami sadar betul dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata

sempurna, oleh karena itu kami mengharap kepada pembaca untuk memberikan

saran yang membangun, supaya kami bisa berbuat lebih baik lagi selanjutnya.

14

Page 18: alinahrowi4.files.wordpress.com · Web viewMUDLÂRABAH MAKALAH Dibuat Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Muamalat I Semester II Tahun Akademik 2013-2014 Jurusan Hukum Bisnis

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Karim

Afandi, Yazid Fiqih Muamalah dan implementasinya dalam lembaga keuangan

syari’ah. Yogyakarta: logung pustaka, 2009.

Al-Asyqalani, Ibnu Hajar . Bulughu al-Maram Min Adillati al-Ahkâm. ‘Azbah

Aql: Maktabah fayyâd, 2011.

Al-Bajuri, Ibrahim. Hâsyiatu Al-Baijûri ‘Ala Ibn Al-Qasim. Juz II. Surabaya:

Nurul Huda, t.th.

Al-Husain, Abi Abdillah Shadru Ad-din Muhammad Ibnu Abdi Ar-Rahman

Ibni, Rahmatu Al-‘Ummah fî Ikhtilâfi Al-A’imah. Bairut: Dâru Al-Kutub

Al-‘Ilmiah, 2012.

Al-Qazwaini, Al-Imam Abi Al-Qashim Abd Al-Karim Bin Muhammad Bin Abd

Al-Karim Al-Rafi’i al-Azîz Syarhu al-Wajîz al-Ma’ruf Bi Syarh al-Kabîr.

Juz 6. Beirut: Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiah, 1997.

As-Syafi’i, Syaikh Al-Imam Syamsudin Abu Abdillah Muhammad bin Qashim

fathu al-qarîb al-mujîb, terj. Imron Abu Amar. Kudus: Menara Kudus,

t.th.

As-Syarbini, Syekh Syamsuddin Muhammad bin Al-Khatib. Mughni Al-Muhtâj.

Beirut: Dâru Al-Ma’rifah, 1997.

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah. Cet. I. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2009.

Muslich, Ahmad Wardi. Fiqih Muamalat. Jakarta: Amzah, 2010

Nawawi, Ismail Fikih Muamalah Klasik Dan Kontemporer. Bogor: Ghalia

Indonesia, 2012

Sabiq, Sayid. Fiqhu al-Sunnah, Juz III. Bairut: al-Maktabah al-Ashriyah, 2012

Sohari Sahrani, Ru’fah Abdullah. Fikih Muamalah Untuk Mahasiswa

UIN/IAIN/STAIN/PTAIS dan Umum. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.

15