library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2doc/2013-1... · web viewbusiness...

53
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Hotel Hotel, dijabarkan dalam kamus besar bahasa Indonesia sebagai bangunan berkamar banyak yang disewakan sebagai tempat untuk menginap dan tempat makan orang yang sedang dl perjalanan; bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan, penginapan, makan dan minum. Endar Sri (1996:8) menjelaskan bahwa Hotel adalah bangunan yang dikelola secara komersil dengan memberikan fasilitas penginapan untuk masyarakat umum dengan fasilitas sebagai berikut : 1) Jasa penginapan 2) Pelayanan makanan dan minuman 3) Pelayanan barang bawaan 4) Pencucian pakaian 5) Penggunaan fasilitas perabot dan hiasan- hiasan yang ada di dalamnya. 9

Upload: vonguyet

Post on 02-Jun-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Hotel

Hotel, dijabarkan dalam kamus besar bahasa Indonesia sebagai

bangunan berkamar banyak yang disewakan sebagai tempat untuk menginap

dan tempat makan orang yang sedang dl perjalanan; bentuk akomodasi yang

dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh

pelayanan, penginapan, makan dan minum.

Endar Sri (1996:8) menjelaskan bahwa Hotel adalah bangunan yang

dikelola secara komersil dengan memberikan fasilitas penginapan untuk

masyarakat umum dengan fasilitas sebagai berikut :

1) Jasa penginapan

2) Pelayanan makanan dan minuman

3) Pelayanan barang bawaan

4) Pencucian pakaian

5) Penggunaan fasilitas perabot dan hiasan-hiasan yang ada di

dalamnya.

2.1.1 Klasifikasi Hotel

Hotel secara umum dapat dikelompokan dalam berbagai kategori,

Suwithi & Boham(2008) menjelaskan bahwa klasifikasi hotel dibagi

berdasar kelas, plan (peruntukkan), ukuran, lokasi, area, maksud kunjungan,

maupun lamanya tamu menginap.

9

10

Terdapat berbagai macam tipe klasifikasi pada hotel, penulis

menggunakan klasifikasi terhadap lokasi hotel untuk menentukan jenisnya,

yaitu city hotel.

Klasifikasi hotel berdasarkan faktor lokasi dapat dibagi menjadi:

a. City hotel

Hotel yang terletak di dalam kota, di mana sebagaian besar tamunya

yang menginap adalah memiliki kegiatan berbisnis.

b. Resort Hotel

Adalah hotel yang terletak di kawasan wisata, di mana sebagian besar

tamunya tidak melakukan kegiatan bisnis, tetapi lebih banyak rekreasi

Berikut adalah Klasifikasi hotel bintang 4 menurut SK Menparpostel:

Jumlah minimal kamar : 50 Kamar, 3 Suite

Luas Kamar : 18-28 m2

Restauran / Ruang Makan : Wajib, minimal 2

Bar dan Coffee Shop : Wajib, minimal 1

Rekreasi dan Olahraga : Kolam Renang wajib, perlu + 2 jenis

sarana

Function Room : Wajib minimal 1

Ruang yang disewakan: Perlu Minimal 3

Lounge : Wajib

Taman : Perlu

Penulis meneliti tentang hotel bintang 4 karena belum adanya hotel

bintang 4 di daerah SCBD, selain itu dengan ketentuan luas lahan proyek

akan membuat desain hotel menggunakan perancangan vertikal bagi

11

bangunan. Untuk meminimalisir pengulangan pola yang terlalu banyak pada

fasad, penulis tidak membuat bangunan tingkat tinggi.

2.1.2 Fungsi City Hotel

Dalam perancangan city hotel, dibuat satu hotel dengan rentang

layanan yang lebar. Secara keseluruhan, hotel dan fasilitasnya dirancang

menurut standar klasifikasi hotel bintang empat.

City hotel merupakan hotel yang terletak di dalam kota, di mana

sebagaian besar tamunya yang menginap memiliki kegiatan berbisnis.

Sehingga penulis menggunakan standar fasilitas yang dibutuhkan di

dalamnya.

Kamar hotel, merupakan fasilitas utama untuk penjualan atau

penyewaan kamar. Berbagai tipe kamar ditawarkan kepada tamu hotel

termasuk fasilitas didalamnya.

Lobby hotel, merupakan sebuah area dimana tamu yang datang

melakukan proses registrasi, sebuah area dimana tamu hotel bertemu

satu dengan pengunjung yang lain dan merupakan sebuah area dimana

tamu melakukan proses keberangkatan (check-out) dari hotel. Lobby

hotel juga berfungsi sebagai area untuk aktifitas yang lain seperti area

membaca, pertunjukan musik atau karya seni lokal untuk menyambut

tamu dan lainnya.

Restoran, merupakan tempat penjualan makanan dan minuman.

Berbagai macam jenis restaurant disuguhkan untuk memenuhi

kebutuhan tamu seperti coffee shop, special restaurant (Indonesia, cina,

12

jepang dan western), dan lainnya. Biasanya semakin banyak jumlah

kamar hotel, semakin banyak restaurant yang tersedia.

Bar, merupakan tempat untuk menjual minuman. Bar dibagi menjadi

dua kategori, yaitu public bar dan service bar. Public bar merupakan

bar dimana tamu dapat memesan langsung di tempat kepada bar

attendant. Sedangkan service bar merupakan bar dimana tamu

memesan minuman dari tempat lain seperti room service.

Meeting room atau function room, adalah tempat yang disewakan untuk

berbagai macam kebutuhan seperti meeting, pesta, seminar dan lainnya.

Ruangan ini juga dikenal dengan sebutan banquet room atau convention

room

Tempat untuk entertainment dan olah raga

Laundry dan dry cleaning, merupakan fasilitas untuk mencuci,

pengeringan dan penyetrikaan pakaian tamu.

Area parkir pangunjung yang berlokasi di depan pintu masuk lobby

hotel. area parkir ini harus mampu menampung kendaraan tamu

berdasarkan kebutuhan

Fasilitas penunjang lainnya di dalam hotel, yaitu telex, faksimile,

telephone, e-mail, post service, business center, gift shop, drug store,

dan lainnya.

Selain itu juga terdapat beberapa fasilitas pendukung yang menunjang

kegiatan dalam hotel, contohnya adalah

Area parkir untuk kendaraan karyawan.

Tempat atau area untuk karyawan seperti EDR (employees dining

room), loker, toilet, mushola, dll.

13

Ruang penyimpanan atau gudang material untuk proses operasional

seperti makanan, minuman, perlengkapan gudang dan lainnya.

Kantor untuk berbagai jenis aktifitas di dalam hotel dimulai dari general

manager, front office manager, F & B manager, chief accounting,

personel manager sampai bagian yang paling bawah.

Ruangan dan tempat lain yang digunakan untuk berbagai maksud

seperti koridor, tangga, lift, pos security, ruang perbaikan dan

perawatan, dll.

2.2 Kantor

Kantor, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah balai

(gedung, rumah, atau ruang) tempat mengurus suatu pekerjaan atau juga

disebut tempat bekerja.

2.2.1 Klasifikasi Kantor

a. Perbandingan kantor berdasarkan fungsinya

Secara garis besar, menurut L. Manaseh dan R.Cunliffe, jenis kantor

dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:

Commercial office

Jenis perkantoran yang termasuk golongan ini adalah perkantoran

(untuk toko, disewakan), perusahaan (trading company), asuransi dan

transportasi.

Industrial office

Jenis perkantoran ini terikat harus mempunyai hubungan fisik dengan

pabriknya.

Professional office

14

Jenis perkantoran ini tidak dipakai dalam waktu yang panjang dan

merupakan perkantoran yang jumlah modal yang digunakan relatif

kecil.

Institutional/ Governmental office

Jenis perkantoran ini bersifat usaha yang teratur dalam bentuk

lembaga yang berpedoman pokok untuk hidup lama dan kokoh.

Biasanya digunakan dalam waktu yang lama atau panjang.

b. Perbandingan kantor berdasarkan kelas

Berdasarkan kelasnya, gedung perkantoran dibedakan menjadi

beberapa kelas, antara lain:

Kelas Premium (dengan luas gedung minimal 20.000 m2 serta terletak

di Central Business District)

Kelas A (Luas minimum gedung 6.000 m2 serta terletak di daerah

pusat bisnis)

Kelas B (dengan luas berapa saja dan terletak dilokasai mana saja

namun memiliki kualitas material yang baik dan cukup modern)

Dilihat dari segi kelas, yang lebih diperhatikan adalah dalam hal luas

gedung perkantoran, lokasi, fasilitas serta kualitas material bangunan

yang digunakan.

b. Berdasarkan kepemilikannya, gedung perkantoran terbagi menjadi 2

macam yaitu:

Gedung perkantoran sewa

Pada tipe gedung perkantoran sewa, yang disewakan adalah besaran

atau luasan tertentu dari gedung perkantoran tersebut. Penyewaan

dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang disepakati bersama. Biaya

15

yang harus dikeluarkan bagi penyewa adalah biaya sewa dan service

charge kepada pengelola yang biasanya dihitung berdasarkan luas

ruangan yang disewa dan dibayar per bulan.

Gedung perkantoran Strata Title (milik)

Pada tipe gedung perkantoran Strata Title (milik), ruang bangunan

gedung perkantoran dapat dimiliki seperti rumah tinggal ataupun

apartemen strata title. Namun pemiliknya harus tetap membayar

service charge per bulan sebagai biaya perawatan dan pemeliharaan

gedung.

Jenis bangunan perkantoran yang akan digunakan adalah gedung

perkantoran sewa dengan pasar utama bagi commercial office.

2.3 Fasad

Kata fasad berasal dari bahasa Latin facies, yang berarti muka / wajah

dari suatu bangunan. Pada awalnya, fasad identik dengan sisi yang disajikan

untuk publik, sisi di mana terdapat pintu masuk ke suatu bangunan atau sisi

yang berhadapan dengan muka jalan. Definisi ini mulai ditinggalkan pada saat

zaman pergerakan modern. Arsitektur pada zaman modernisme memungkinkan

suatu bangunan yang berdiri sendiri dan membutuhkan pengolahan spesial

pada tiap sisi bangunannya. Jadi, definisi fasad adalah sekeliling bangunannya,

bukan lagi hanya bagian depannya saja.

Selain itu juga mulai timbul pemikiran mengenai hubungan antara

konfigurasi ruang dalam (internal) dengan tampak bangunan secara

keseluruhan dari luar (eksternal).

16

Fasad bangunan memegang peran yang cukup penting pada sebuah

bangunan. Berikut adalah beberapa fungsinya:

Melindungi bangunan tersebut dari panas dan hujan

Sebagai batas antara ruang dalam dan ruang luar ( menjadi kulit

bangunan)

Menciptakan kesan suatu bangunan

Sebagai struktur

Sebagai unsur estetis

Penulis merumuskan Menurut Poirazis (2004), fasad memiliki fungsi

pada iklim indoor sebagai berikut:

a. Kenyamanan Thermal

• Kemungkinan untuk menggunakan kontrol surya sepanjang tahun

• Menghindari panas berlebih didalam

b. Visual

• Kemungkinan untuk menggunakan kontrol surya semua-yang-

sepanjang tahun

• Peningkatan kenyamanan visual (seperti menghindari silau)

c. Akustik

• Peningkatan kerja akustik selubung bangunan

d. Ventilasi

• Penggunaan ventilasi alami bukan mekanik bila

memungkinkan, dengan menggunakan rongga Kulit Fasad

ganda

Berbagai macam warna, material, teknologi dan unsur-unsur lainnya

dapat dimanfaatkan untuk menciptakan fasad yang dapat menjawab tuntutan-

17

tuntutan dari perkembangan yang ada. Salah satu tuntutan yang dialami,

misalnya fasad tidak lagi menjadi sesuatu yang bersifat statis, namun dapat

pula bersifat dinamis. Fasad yang dinamis ini dapat diwujudkan dengan

menggunakan teknologi (sistem mekanik), maupun dengan memanfaatkan

teknologi sederhana, seperti warna maupun ilusi optik.

Orientasi bangunan terhadap matahari akan menentukan besarnya

radiasi matahari yang diterima bangunan. Semakin luas bidang yang menerima

radiasi matahari secara langsung, semakin besar juga panas yang diterima

bangunan. Dengan demikian, bagian bidang bangunan yang terluas (misal:

bangunan yang bentuknya memanjang) sebaiknya mempunyai orientasi ke arah

Utara-Selatan sehingga sisi bangunan yang pendek, (menghadap Timur –

Barat) yang menerima radiasi matahari langsung.

Selain orientasi, besar dan jenis bukaan juga berpengaruh terhadap

kualitas cahaya dan radiasi dari matahari. Shading device juga dapat menjadi

solusi alternatif untuk kontrol masuknya cahaya matahari.

18

2.3.1 Cahaya

Cahaya adalah salah satu bentuk gelombang. Cahaya dapat merambat

di ruang hampa udara karena termasuk jenis gelombang elektromagnetik.

Jika cahaya mengenai suatu benda (yang dapat merefleksikan), seperti

halnya gelombang mekanik, cahaya tersebut dapat dipantulkan dan

dibiaskan.

Peran cahaya dalam arsitektur dijabarkan sebagai berikut:

Penerangan ruang

Kesehatan

Kenyamanan, keamanan

Penampilan, dekorasi, prestise

Cahaya dapat berasal dari berbagai macam sumber, salah satunya

adalah cahaya matahari alami. Cahaya ini memilikikeuntungan dan kerugian

dalam pengaplikasiannya pada bangunan. Berikut adalah keuntungan dan

kerugiannya

Keuntungan:

+ Cahaya terang, daerah tropis, bebas biaya

+ Sinar Infra Merah: kalor matahari, syarat mutlak bagi kehidupan

makhluk di bumi, pertumbuhan tanaman.

+ Ultra Violet (U.V): membunuh bakteri,virus

Kerugian :

- Silau, panas, merusak warna, retakkan material.

- Kuat cahaya berubah sesuai cuaca, waktu, lingkungan

- U.V. dapat timbulkan tumor, kanker kulit, alergi, akibat terkikisnya

lapisan ozon.

19

Kuat cahaya pada tiap belahan bumi berbeda-beda. Berikut adalah

beberapa pengetahuan mengenai besaran kuat pencahayaan.

Bright Sunshine : 100.000 Lux

Internasional : 3.000 –5.000 Lux

Indonesia : 10.000 Lux

Bulan Purnama penuh : 0.1 Lux

Daylight Factor, biasa diterjemahkan menjadi Faktor Cahaya Siang

Hari / Faktor Langit memiliki beberapa faktor dalam kuat cahaya yang

masuk ke dalam bangunan. Dalam perancangan, pengetahuan mengenai

daylight factor ini penting untuk menentukan elemen, bentuk dan besar

bukaan yang diperlukan bagi bangunan. Dibawah adalah gambar

penggunaan cahaya matahari pada suatu bangunan.

Gambar 2.1 Model Daylight FactorSumber : http://personal.cityu.edu.hk,dilihat 19 April 2013

SC : Sky Component–Cahaya Langsung Pada Bidang Kerja

ERC : Externally Sky Component - Cahaya Pantulan dari Benda Sekitar

IRC : Internally Reflected Component – Cahaya pantulan permukaan

dalam ruang

20

2.3.1.1 Satuan Cahaya

Pada Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia dijabarkan

pengetahuan mengenai satuan cahaya dan pengertian yang perlu diketahui

dalam telaah mengenai cahaya, penulis memberikan sebagian gambaran

mengenai standar tersebut, yaitu

Lumen: Satuan flux cahaya; flux dipancarkan didalam satuan unit

sudut padatan oleh suatu sumber dengan intensitas cahaya yang

seragam satu candela.

Satu lux adalah satu lumen per meter persegi. Lumen (lm) adalah

kesetaraan fotometrik dari watt, yang memadukan respon mata

“pengamat standar”.

1 watt = 683 lumens pada panjang gelombang 555 nm.

Efficacy Beban Terpasang: Merupakan iluminasi/terang rata-rata

yang dicapai pada suatu bidang kerja yang datar per watt pada

pencahayaan umum didalam ruangan yang dinyatakan dalam

lux/W/m².

Luminaire: Luminaire adalah satuan cahaya yang lengkap, terdiri

dari sebuah lampu atau beberapa lampu, termasuk rancangan

pendistribusian cahaya, penempatan dan perlindungan lampu-

lampu, dan dihubungkannya lampu ke pasokan daya.

Lux: Merupakan satuan metrik ukuran cahaya pada suatu

permukaan. Cahaya rata-rata yang dicapai adalah rata-rata tingkat

lux pada berbagai titik pada area yang sudah ditentukan. Satu lux

setara dengan satu lumen per meter persegi.

21

Intensitas Cahaya dan Flux: Satuan intensitas cahaya I adalah

candela (cd) juga dikenal dengan international candle. Satu lumen

setara dengan flux cahaya, yang jatuh pada setiap meter persegi

(m2) pada lingkaran dengan radius satu meter (1m) jika sumber

cahayanya isotropik 1-candela (yang bersinar sama ke seluruh

arah) merupakan pusat isotropik lingkaran. Dikarenakan luas

lingkaran dengan jari-jari r adalah 4πr2, maka lingkaran dengan

jari-jari 1m memiliki luas 4πm2, dan oleh karena itu flux cahaya

total yang dipancarkan oleh sumber 1- cd adalah 4π1m. Jadi flux

cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya isotropik dengan

intensitas I adalah:

Perbedaan antara lux dan lumen adalah bahwa lux berkenaan

dengan luas areal pada mana flux menyebar 1000 lumens, terpusat

pada satu areal dengan luas satu meter persegi, menerangi meter

persegi tersebut dengan cahaya 1000 lux. Hal yang sama untuk

1000 lumens, yang menyebar ke sepuluh meter persegi, hanya

menghasilkan cahaya suram 100 lux.

Flux cahaya (lm) = 4π × intensitas cahaya (cd)

22

2.3.1.2 Standar Pencahayaan Ruang

Indonesia telah memiliki standar penerangan ruang yang ditetapkan

dalam Standar Nasional Indonesia SNI 03-6197-2000. berikut adalah

beberapa standar yang dapat menjadi acuan bagi sebuah hotel

Tabel 2.1 Standar Penerangan 1

Fungsi ruanganTingkat

Pencahayaan(lux)

Kelompokrenderasi

warnaKeterangan

Rumah Tinggal :Teras 60 1 atau 2

Ruang tamu 120~250 1 atau 2Ruang makan 120~250 1 atau 2Ruang kerja 120~250 1Kamar tidur 120~250 1 atau 2

Kamar mandi 250 1 atau 2Dapur 250 1 atau 2Garasi 60 3 atau 4

Perkantoran :Ruang Direktur 350 1 atau 2

Ruang kerja 350 1 atau 2Ruang komputer 350 1 atau 2

Ruang rapat 300 1 atau 2Ruang gambar

750 1 atau 2Gunakan pencahayaan setempat pada meja

gambar.Gudang arsip 150 3 atau 4

Ruang arsip aktif. 300 1 atau 2

Lembaga Pendidikan :Ruang kelas 250 1 atau 2Perpustakaan 300 1 atau 2Laboratorium 500 1Ruang gambar

750 1 atau 2Gunakan pencahayaan setempat pada meja

gambar.Kantin 200 1

Hotel dan Restauran :

Lobby, koridor 100 1

Pencahayaan pada bidang vertikal sangat penting

untuk menciptakan suasana/kesan ruang yang

baik.Ballroom/ruang sidang. 200 1 Sistem pencahayaan harus

23

di rancang untuk menciptakan suasana yang

sesuai. Sistem pengendalian “switching”

dan “dimming” dapat digunakan untuk

memperoleh berbagai efek pencahayaan.

Ruang makan. 250 1Cafetaria. 250 1

Kamar tidur. 150 1 atau 2Diperlukan lampu

tambahan pada bagian kepala tempat tidur dan

cermin. Dapur. 300 1

Rumah Sakit/Balai pengobatan:Ruang rawat inap. 250 1 atau 2

Ruang operasi, ruang bersalin. 300 1

Gunakan pencahayaan setempat pada tempat

yang diperlukan.Laboratorium 500 1 atau 2

Ruang rekreasi dan rehabilitasi. 250 1

Pertokoan/Ruang pamer:

Ruang pamer dengan obyek

berukuran besar (misal:mobil).

500 1

Tingkat pencahayaan ini harus di-penuhi pada

lantai. Untuk beberapa produk tingkat

pencahayaan pada bidang vertikal juga penting.

Toko kue dan makanan. 250 1Toko buku dan alat

tulis/gambar. 300 1

Toko perhiasan, arloji. 500 1Toko Barang kulit dan

sepatu. 500 1

Toko pakaian. 500 1

Pasar Swalayan. 500 1 atau 2 Pencahayaan pada bidang vertical pada rak barang.

Toko alat listrik (TV, 250 1 atau 2

24

Radio/tape, mesin cuci, dan

lain-lain).

Industri (Umum):Ruang Parkir 50 3

Gudang 100 3Pekerjaan kasar. 100~200 2 atau 3Pekerjaan sedang 200~500 1 atau 2Pekerjaan halus 500~1000 1

Pekerjaan amat halus 1000~2000 1Pemeriksaan warna. 750 1

Rumah ibadah:

Mesjid 200 1 atau 2

Untuk tempat-tempat yang mem butuhkan tingkat

pencahayaan yang lebih tinggi dapat digunakan pencahayaan setempat.

Gereja 200 1 atau 2 Idem Vihara 200 1 atau 2 idem

Sumber : SNI Pencahayaan buatan, 2001

Terdapat pula standar pada ruang servis dari Pedoman Efisiensi Energi

untuk Industri di Asia untuk memperkaya ilmu dalam standar penerangan

ruang seperti terlihat di tabel bawah.

25

2.3.2 Jenis bukaan

Terdapat berbagai sumber bukaan pada suatu bangunan, umumnya bukaan

untuk memasukan cahaya terdapat pada dinding bangunan (sisi vertikal), akan tetapi

dapat juga terdapat pada atap atau bagian horizontal dari bangunan. Dibawah ini

merupakan beberapa macam bukaan dan hasil pencahayaannya pada bangunan

secara umum.

Gambar 2.2 Efek pencahayaan dari jenis bukaan pada ruangSumber : Lighting Modern Buildings

26

Model bukaan pada gambar dibawah adalah model bukaan pada fasad dan

atap. Terlihat sudut refleksi yang dihasilkan dari bukaan tersebut.

Gambar 2.3 Model bukaan Roof MonitorsSumber : http://agm2d.wordpress.com dibuka pada April 2013

Pada mdoel diatas , cahaya dari skylight langsung masuk ke ruangan. Cahaya

dengan model ini tajam dan fokus

Gambar 2.4 Model bukaan AtriumSumber : http://agm2d.wordpress.com dibuka pada April 2013

Model atrium sama seperti roof monitors. Pada keduanya dapat diaplikasikan

sistem agar cahaya tidak langsung masuk melainkan dibiaskan dahulu.

Gambar 2.5 Model bukaan Light WellSumber : http://agm2d.wordpress.com dibuka pada April 2013

27

Cahaya pada model lightwell dapat terbagi antara cahaya langsung dan tidak

langsung.

Gambar 2.6 Model bukaan Light DuctSumber : http://agm2d.wordpress.com dibuka pada April 2013

Gambar 2.7 Model bukaan Light ShelfSumber : http://agm2d.wordpress.com dibuka pada April 2013

Pemantulan pada light duct dan light shelf membuat cahaya terlihat lebih

lembut pada mata

Gambar 2.8 Model bukaan External ReflectorsSumber : http://agm2d.wordpress.com dibuka pada April 2013

reflektor eksternal dan reflective blinds merupakan pemantulan yang dilakukan pada

fasad untuk memperluas bidang yang terkena cahaya tidak langsung dalam ruangan.

28

Gambar 2.9 Model bukaan Reflective blindsSumber : http://agm2d.wordpress.com dibuka pada April 2013

Gambar 2.10 Model bukaan ClerestorySumber : http://agm2d.wordpress.com dibuka pada April 2013

Gambar diatas memperlihatkan bermacam bentuk bukaan yang akan

menghasilkan jenis impresi cahaya yang berbeda-beda. Aliran cahaya secara

langsung akan berbeda dengan aliran pada cahaya difusi ataupun cahaya pantulan.

Pada bangunan hotel ini, akan diaplikasikan model bukaan atrium yang menerangi

bagian podium yang memiliki bentang lebar.

2.3.3 Jenis Shading device

Pada umumnya sun-shading dibagi menjadi pembayangan horizontal dan

vertikal. Dibawah adalah tabel untuk menjelaskan perbedaan kedua jenis

pembayangan tersebut.

Tabel 2.3 Jenis sun-shading

29

Sumber : Heating Cooling Lighting

30

Selain dari bukaan,bahan juga mempengaruhi kualitas pencahayaan

dalam ruang. Berikut adalah beberapa contoh bahan yang mempengaruhi

pencahayaan.

Tabel 2.4 Perbandingan nilai pemantulan pada materia

Material Pemantulan (%)

Alumunium, dipelitur 70-85

Aspal 10

Batu bata merah 25-45

Beton 30-50

Kaca

Bening atau berwarna 7

Reflektif 20-40

Hijau Gelap 10

Kering 35

Cermin (kaca) 80-90

Hitam 4

Putih 70-90

Glasir Porselen (putih) 60-90

Batu 5-50

Tanaman 25

Kayu 5-40

Sumber : Heating, Cooling, Lighting

2.3.4 Shading device Angle

Cahaya memiliki sudut tertentu dalam 1 waktu. Cara untuk

menentukannya adalah dengan mengetahui longitude dan altitude dari

matahari. Hal ini dipengaruhi dari waktu pada saat pengukuran dan tempat

pengukuran. Misal, pengukuran dilakukan di Jakarta, dengan titik pada

31

lokasi -6.227315, 106.808454. maka hasil dari diagram alur matahari yang

didapat adalah :

32

Gambar 2.14 Alur matahari sepanjang tahunSumber : Ecotect dan olahan pribadi

Gambar 2.15 Alur matahari sepanjang tahun di IndonesiaSumber : Ecotect dan olahan pribadi

Terlihat dari gambar diatas beberapa titik kritis matahari pada area

Indonesia. Sebuah bukaan akan lebih optimal apabila berdasarkan data dari

sudut datang matahari secara presisi. Sudut ini dipengaruhi dari posisi tapak

dan waktu penelitian. Terdapat 2 sudut pembayangan yang dapat membantu

menentukan jenis dan sudut bukaan yang optimal, yaitu horizontal shading

angle dan verticcal shading angle (hsa/vsa). Dibawah akan dijelaskan

bagaimana pengaruh HSA VSA tersebut.

33

Gambar 2.16 Horizontal Shading AngleSumber : Pablo La Roche

horizontal shading angle dapat dirumuskan sebagai berikut.

HSA = AZI – ORI

AZI = Azimuth dari matahari

ORI = Orientasi dari fasad yang sedang diteliti

HSA positif apabila mengarah searah jarum jam (ke kanan) dan negatif

apabila berlawanan arah dengan arah jarum jam (ke kiri). Semakin kecil

sudut hsa, semakin panjang sirip yang harus digunakan

Gambar 2.17 Vertical Shading AngleSumber : Pablo La Roche

vertical shading angle dapat dirumuskan sebagai berikut.

VSA = arctan (tan ALT / Cos HSA)

ALT = altitude matahari

HSA = Horizontal shading angle

VSA merupakan pengukuran yang berasal dari proyeksi altitude

matahari terhadap bidang tegak lurus dari fasad yang sedang di teliti.

Semakin kecil sudut vsa, semakin panjang overhang yang harus digunakan.

34

2.4 Studi Banding

2.4.1 Studi Banding Fasad HotelTa

bel 2

.2St

udi B

andi

ng F

asad

e H

otel

35

Tabe

l 2.2

Stud

i Ban

ding

Fas

ade

Hot

el

Sum

ber :

dok

. pri

badi

Tabe

l 2.2

Stud

i Ban

ding

Fas

ade

Hot

el

36

37

2.4.2 Studi Banding Fasad Kantor

1. Studi Banding pada bangunan Kantor di Hydrabad, India

Lokasi proyek ini berada di Hydrabad, India. Desain proyek ini

berpusat pada respon fasad terhadap radiasi matahari untuk memimalisasi

panas. Pada desain, core bangunan menghadap timur dan barat dimana

dapat mereduksi kebutuhan akan jendela pada orientasi tersebut.

Pencahayaan alami diperoleh melalui sisi utara dan selatan. Perancang

menggunakan selfshading untuk mengurangi radiasi pada bangunan.

Gambar 2.18 Radiasi pada Fasad Bangunan

Sumber : http://www.holcimfoundation.org

Gambar 2.19 Gambar Parameter tuntunan Desain FasadSumber : http://www.holcimfoundation.org

38

Gambar 2.20 Analisis Tipe Fasad

39

Gambar 2.21 Desain Akhir Kantor 1Sumber : : http://www.holcimfoundation.org

Gambar 2.22 Desain Akhir Kantor 2Sumber : http://www.holcimfoundation.org

40

2.4.3 Studi Banding Pencahayaan pada Hotel

Berikut adalah penjabaran pencahayaan pada hotel di Jakarta

1. Hotel Amoz Cozy (bintang 4)

Tabel 2.3 Data Pencahayaan Hotel 1

Jenis Ruang Lux ruang dalam Hotel

Standar Lux

Keterangan

Lobi, Resepsionis 80 100 Cahaya alami + buatan

Koridor kamar 26 100 Cahaya alami + buatan

Kamar Diamond 600 150 Cahaya alami + buatan

Family Suite 600 Cahaya alami + buatan

StandarTanpa jendela

30 Cahaya buatan

Deluxe 480- 1400 Cahaya alami

Ballroom 2 200 Cahaya alami

Restoran 45-60 250 Cahaya alami

Lounge 1000 200 Cahaya alami + buatan

Sumber : dok. pribadi

Hotel ini telah memiliki pencahayaan alami yang cukup bagus, di

ujung koridor terdapat jendela yang menjadi sumber masuknya cahaya

alami, lounge, restoran dan tiap kamar suite juga memiliki pencahayaan

alami yang baik. Meskipun pada kamar standar tidak terdapat jendela,

41

tetapi pencahayaan buatannya cukup baik. Pada kamar deluxe

pencahayaan sangat baik. tetapi pada ballroom, cahaya alami tidak

sampai ke ujung ruangan sehingga membuat sebagian ruangnya gelap.

2. Hotel Dharmawangsa (bintang 5)

Tabel 2.4 Data Pencahayaan Hotel 2

Jenis Ruang Lux ruang dalam Hotel

Standar Lux

Keterangan

Lobi 9 100 Cahaya alami + buatan

Resepsionis 9-14 Cahaya buatan

Koridor kamar 65-100 100 Cahaya buatan

K

amar

Excecutive Suite

208-328 150 Cahaya alami + buatan

Lounge 77 200 Cahaya buatan

Sumber : dok. pribadi

Hotel Dharmawangsa merupakan hotel bintang 5 yang menjadi salah

satu hotel untuk pebisnis sekaligus rekreasi bagi orang yang datang ke

Jakarta. Hotel ini menggunakan cahaya buatan yang cukup banyak untuk

memberikan kesan dramatis pada tiap ruangnya. Tiap kamar memiliki

pencahayaan alami dan view langsung menuju fasilitas pendukung dalam

lingkup hotel, seperti kolam ataupun taman dalam.

42

2.5 Hipotesa

Dalam landasan teori diatas, disebutkan bahwa pencahayaan alami

pada bangunan dapat memiliki berbagai sistem, seperti pemantulan maupun

shading. Hal ini juga diperkuat dari studi banding yang dilakukan baik

secara online pada hotel luar negeri maupun secara langsung terhadap hotel

di Jakarta.

Pada hotel Omm di Barcelona, pencahayaan alami menggunakan

sistem pemantulan pada fasad untuk memasukan cahaya secara menyebar

kedalam ruangan. Hal ini juga menyebabkan orientasi terhadap bukaan

terbatas, sesuai dengan ide desain awalnya yang menginginkan bukan view

terhadap Passeig de Gràcia tanpa harus terlihat langsung dari lingkungan

sekitarnya.

Pada kebalikannya, La Mola Conference Centre memiliki desain

dengan sun-shading yang dapat digerakkan sesuai kebutuhannya. Sun

shading itu sendiri merupakan panel-panel yang warnanya tidak solid

sehingga berkas-berkas cahaya matahari masih dapat masuk ke dalam

ruangan meskipun dengan lebih terbatas.

Kantor di hydrabad telah memperlihatkan hasi desain yang

didasarkan pada penelitian mengenai radiasi matahari. Akan tetapi panel

yang berupa sirip tersebut tidak mengikuti kebutuhan pada setiap waktu

melainkan secara rata-rata.

Pada hotel Amoz Cozy, pencahayaan alami telah cukup baik

digunakan, akan tetapi beberapa kamar hanya terang bila berada di dekat

jendela karena distribusi cahaya tidak diatur secara menyeluruh.

43

Untuk pencahayaan pada bangunan hotel Dharmwangsa, terdapat

beberapa ruang yang menggunakan cahaya alami, tetapi masih banyak

ruangan yang menggunakan cahaya buatan pada siang hari karena

menginginkan pencahayaan dramatis pada tiap ruangnya.

Penulis menyimpulkan pola pencahayaan yang berbeda merupakan

hasil tindakan dari tingkat prioritas pencahayaan alami yang berbeda. Untuk

memasukkan cahaya alami secara menyeluruh, penulis mensimulasikan

ruang dengan pencahayaan yang didukung sistem shading yang baik.

44

2.6 Novelty

Penelitian mengenai gubahan massa awal menggunakan daylight factor

di software ecotect. Setelah itu disesuaikan dengan kebutuhan fungsi

bangunan

Penelitian bukaan fasad dengan sirip yang berasal dari simulasi hsa/vsa

yang dilengkapi dengan modeling menggunakan software rhinoceros dan

grasshopper agar dapat memperlihatkan pergerakan dari matahari yang

mempengaruhi sudut sirip.

Adanya perbandingan kenyamanan visual yang terjadi pada model yang

menggunakan sirip dan yang tidak menggunakan.

45

2.7 Kerangka Berpikir

Gambar 2.23 Bagan Kerangka BerpikirSumber : Dok. Pribadi

Latar Belakang Fasade Hotel-Office di SCBD

Fasade Hotel-Office

Pengendalian masuknya cahaya

matahariHotel-Office di SCBD

PermasalahanPerancangan bukaan pada fasade

untuk mencapai kenyamanan visual

AnalisisMenganalisa rumusan masalah dan

mencari solusi yang akan diterapkan dalam proses perancangan dengan

studi banding dan simulasi

Konsep PerancanganKesimpulan dari penelitian dijadikan

dasar dalam merancang

Skematik Desain

Perancangan

Studi Literatur, Landasan

Teori

Tinjauan

Pustaka

Survey Lapanga

n

Hasil dan Bahasan

46

Gambar 2.1 Model Daylight Factor....................................................................19Gambar 2.2 Efek pencahayaan dari jenis bukaan pada ruang.............................25Gambar 2.3 Model bukaan Roof Monitors...........................................................26Gambar 2.4 Model bukaan Atrium.......................................................................26Gambar 2.5 Model bukaan Light Well..................................................................26Gambar 2.6 Model bukaan Light Duct.................................................................27Gambar 2.7 Model bukaan Light Shelf.................................................................27Gambar 2.8 Model bukaan External Reflectors....................................................27Gambar 2.9 Model bukaan Reflective blinds........................................................27Gambar 2.10 Model bukaan Clerestory.................................................................28Gambar 2.11 Shading Device 1.............................Error! Bookmark not defined.Gambar 2.12 Shading Device 2.............................Error! Bookmark not defined.Gambar 2.13 Shading Device 3.............................Error! Bookmark not defined.Gambar 2.14 Alur matahari sepanjang tahun.........................................................31Gambar 2.15 Alur matahari sepanjang tahun di Indonesia.....................................31Gambar 2.16 Horizontal Shading Angle.................................................................32Gambar 2.17 Vertical Shading Angle.....................................................................32Gambar 2.18 Radiasi pada Fasad Bangunan...........................................................33Gambar 2.19 Gambar Parameter tuntunan Desain Fasad.......................................33Gambar 2.20 Analisis Tipe Fasad...........................................................................33Gambar 2.21 Desain Akhir Kantor 1......................................................................33Gambar 2.22 Desain Akhir Kantor 2......................................................................33Gambar 2.23 Bagan Kerangka Berpikir..................................................................33

47

Tabel 2.1 Standar Penerangan 1........................................................................22Tabel 2.2 Studi Banding Fasad Hotel...............................................................33Tabel 2.3 Data Pencahayaan Hotel 1................................................................33Tabel 2.4 Data Pencahayaan Hotel 2................................................................33