dewisejangela.files.wordpress.com€¦ · web viewauthor: kurikulum created date: 11/14/2016...

22
PERADABAN AWAL DI KEPULAUAN NUSANTARA A. KOMPETENSI DASAR Mengevaluasi kehidupan awal manusia Indonesia di bidang kepercayaan, sosial, ekonomi, ilmu, teknologi dan pengaruh dari kebudayaan lain di Asia, serta unsur-unsur yang diwariskannya dalam kehidupan manusia masa kini. B. POKOK BAHASAN Kehidupan masyarakat pra-aksara di Indonesia dan pengaruh budaya Hoa-bin, Bacson, Dongson dan Sahyunh MATERI MODUL Proses terbentuknya bumi dbagi menjadi 4 bagian yaitu Zaman Arkeozoikum, Paleozoikum .Mesozoikum, dan Neozoikum Arkeozoikum Arkeozoikum adalah zaman tertua (zaman awal atau permulaan) Dalam sejarah pekembangan bumi yang berlangsung kira – kira 2500 juta tahun yang lalu. Pada zaman itu keadaan bumi belum stabil, kulit bumi masih dalam proses pembentukan dan udara masih sangat panas sehingga belum tampak tanda – tanda kehidupan

Upload: lamkhanh

Post on 23-Aug-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERADABAN AWAL DI KEPULAUAN NUSANTARA

A. KOMPETENSI DASARMengevaluasi kehidupan awal manusia Indonesia di bidang kepercayaan, sosial, ekonomi, ilmu, teknologi dan pengaruh dari kebudayaan lain di Asia, serta unsur-unsur yang diwariskannya dalam kehidupan manusia masa kini.

B. POKOK BAHASAN

Kehidupan masyarakat pra-aksara di Indonesia dan pengaruh budaya Hoa-bin, Bacson, Dongson dan Sahyunh

MATERI MODUL

Proses terbentuknya bumi dbagi menjadi 4 bagian yaitu Zaman Arkeozoikum,

Paleozoikum .Mesozoikum, dan Neozoikum

Arkeozoikum

Arkeozoikum adalah zaman tertua (zaman awal atau permulaan)

Dalam sejarah pekembangan bumi yang berlangsung kira – kira 2500 juta tahun yang

lalu. Pada zaman itu keadaan bumi belum stabil, kulit bumi masih dalam proses

pembentukan dan udara masih sangat panas sehingga belum tampak tanda – tanda

kehidupan

Paleozaikum

Paleozaikum merupakan zaman primer kelanjutan dari Arkeozoikum.

Diperkirakan berlangsung sekitar 340 juta tahun yang lalu.

Pada masa itu, terjadi penurunan suhu yang mengakibatkan bumi lambat laun menjadi

dingin.Adanya tanda – tanda kehidupan yang semakin jelas, yakni dengan munculnya

makhluk bersel satu seperti bakteri dan sejenis amfibi

Mesozoikum

Mesozoikum disebut pula dengan zaman sekunder atau zaman reptil.

Berlangsung kira – kira 140 juta tahun yang lalu.

Pada masa ini, terjadi pertumbuhan kedua dalam tingkat kehidupan makhluk hidup. Pada

zaman ini muncul pula reptil raksasa (dinosaurus) dan Atlantosaurus serta jenis burung

dan binatang menyusui tingkat rendah

Neozoikum

Neozoikum atau kainozoikum diperkirakan berusia 60 juta tahun yang lalu.

Pada masa tersebut, keadaan bumi sudah mulai stabil kehidupan semakin berkembang

dan beraneka ragam.

Pembagian zaman neozoikum antara lain sebagai berikut :

1. Zaman tersier

Zaman tersier dapat disebut sebagai zaman ketiga.

Jenis – jenis binatang besar mulai berkurang dan telah hidup dari binatang jenis –

jenis binatang menyusui, seperti kera dan monyet

2. Zaman Kuarter

Zaman kuarter dapat disebut sebagai zaman keempat, Mulai muncul tanda – tanda

kehidupan manusia purba. Zaman kuarter dibagi menjadi dua masa yaitu, masa

pleistosen dan masa holosen

Masa pleistosen atau dilivum adalah zaman es atau glasial. Berlangsung sekitar kira –

kira 600.000 tahun yang lalu. Pada masa inilah kehidupan manusia mulai ada. Masa ini

ditandai dengan mulai mencairnya es yang bertumpuk di Kutub Utara karena terjadi

perubahan iklim yang terus menerus.

Masa holosen berlangsung sekitar 20.000 tahun yang lalu. Pada masa ini, mulai muncul

Homo Sapiens atau manusia cerdas, seperti Homo Wajakensis. Spesies tersebut

merupakan nenek moyang dari manusia modern saat ini

TEORI MANUSIA PURBA DI INDONESIA

1. Teori Yunnan

Teori ini menyatakan bahwa asal-usul nenek moyang kita berasal dari Yunnan, China.

Teori ini didukung oleh Moh. Ali, yang berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari

daerah Mongol yang terdesak oleh bangsa-bangsa yang lebih kuat sehingga melakukan

migrasi menuju ke selatan. Ada pula R.H Geldern dan J.H.C. Kern yang juga mendukung

teori ini. Dasar pendapat mereka berdua adalah :

Ditemukannya kapak tua di wilayah Nusantara yang memiliki kemiripan dengan

kapak tua yang ada di kawasan Asia Tengah. Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa telah tejadi migrasi penduduk dari Asia Tengah ke Kepulauan Nusantara.

Bahasa melayu yang berkembang di Nusantara memiliki kemiripan dengan  bahasa

champa yang ada di Kamboja. Hal ini membuka kemungkinan bahwa penduduk

champa yang ada di Kamboja berasal dari dataran Yunnan dengan menyusuri sungai

Mekong. Arus perpindahan ini selanjutnya diteruskan ketika sebagian dari mereka

melanjutkan perpindahan dan sampai ke wilayah Nusantara.

Menurut teori ini, migrasi penduduk dari Yunnan menuju Kepulauan Nusantara ini melalui

tiga gelombang, yaitu ; perpindahan orang negrito, proto melayu dan juga deutro Melayu

1. Orang Negrito Orang negrito diperkirakan sudah memasuki Kepulauan Nusantara

sejak 1000 SM. Mereka diyakini sebagai penduduk paling awal Kepulauan Nusantara.

Hal ini dibuktikan dengan penemuan arkeologi di gua Cha, Malaysia. Pada

perkembangannya, orang Negrito menurunkan orang Semang. Cirri-ciri fisik orang

Negrito yaitu berkulit gelap, rambut keriting, hidung lebar dan bibir tebal.Di

Indonesia, ras ini sebagian besar mendiami daerah Papua. Keturunan ras ini terdapat

di Riau (pedalaman) yaitu suku Siak (Sakai), serta suku Papua melanosoid mendiami

Pulau Papua dan Pulau Melanesia.

2. Proto Melayu Migrasi orang proto Melayu ke Kepulauan Nusantara diperkirakan

memasuki wilayah Nusantara pada 2500 SM. Sebutan Proto Melayu adalah untuk

menyebutkan orang-orang yang melakukan migrasi pada gelombang pertama ke

Nusantara. Yang termasuk orang-orang Proto Melayu adalah suku Toraja, Dayak,

Sasak, Nias, Rejang, dan Batak. Orang proto Melayu memiliki keahlian lebih baik

dalam hal bercocok tanam bila dibandingkan dengan orang Negrito.

3. Deutro Melayu Deutro Melayu adalah sebutan untuk orang-orang yang melakukan

gelombang migrasi pada gelombang kedua ke Nusantara. Kedatangan Deutro

Melayu ke Nusantara diperkirakan pada 1500 SM. Suku bangsa yang termasuk

Deutro Melayu di Indonesia, antara lain Minangkabau, Aceh, Sunda, Jawa, Melayu,

Betawi, dan Manado.

2. Teori Nusantara

Teori Nusantara menyatakan bahwa asal usul bangsa Indonesia berasal dari Indonesia

sendiri, bukan dari luar. Teori ini didukung antara lain oleh Muhammad Yamin, Gorys Keraf,

dan J.Crawford. Teori ini dilandasi oleh beberapa argument, antara lain :

Bangsa Melayu merupakan bangsa yang berperadaban tinggi. Peradaban ini tidak

mungkin dapat dicapai apabila tidak melalui proses perkembangan dari kebudayaan

sebelumnya.

Bahasa Melayu memang memiliki kesamaan dengan bahasa Champa (Kamboja),

namun persamaan ini hanyalah suatu kebetulan saja.

Adanya kemungkinan bahwa orang Melayu adalah keturunan dari Homon soloensis

dan Homo wjakensis.

Adanya perbedaan bahasa antara bahasa Austronesia yang berkembang di Nusantara

dengan bahsa Indo-eropa yang berkembang di Asia Tengah.

3. Teori Out of Taiwan

Teori ini berpandangan bahwa bangsa yang ada di Nusantara ini berasal dari Taiwan

bukan Daratan Cina. Teori ini didukung oleh Harry Truman Simanjuntak. Menurut

pendekatan linguistic, dijelaskan bahwa dari keseluruhan bahasa yang dipergunakan suku-

suku di Nusantara memiliki rumpun yang sama, yaitu rumpun Austronesia. Akar dari

keseluruhan cabang bahasa yang dipergunakan leluhur yang menetap di Nusantara berasal

dari rumpun Austronesia di Formosa atau dikenal dengan rumpun Taiwan. Selain itu,

menurut riset genetika yang dilakukan pada ribuan kromosom tidak menemukan kecocokan

pola genetika dengan wilayah Cina. 

4. Teori Out of Africa

Teori ini menyatakan bahwa manusia modern yang hidup sekarang berasal dari

Afrika. Dasar dari teori ini adalah berdasarkan ilmu genetika melalui penelitian DNA

mitokondria gen perempuan dan gen laki-laki. Menurut ahli dari Amerika Serikat, Max

Ingman, manusia modern yang ada sekarang ini berasal dari Afrika antara kurun waktu 100-

200 ribu tahun lalu. Dari Afrika, mereka menyabar ke luar Afrika. Dari hasil penelitian

Ingman, tidak ada bukti yang menunjukan bahwa gen manusia modern bercampur dengan

gen spesies manusia purba.

Manusia Afrika melakukan migrasi ke luar Afrika diperkirakan berlangsung sekitar

50.000-70.000 tahun silam. Tujuannya adalah menuju Asia Barat. Jalur yang mereka tempuh

ada dua, yaitu mengarah ke Lembah Sungai Nil, melintasi Semenanjung Sinai lalu ke utara

melewati Arab Levant dan yang kedua melewati Laut Merah. Pada 70.000 tahun yang lalu

bumi memasuki zaman glasial terakhir dan permukaan air laut menjadi lebih dangkal karena

air masih berbentuk gletser. Dengan keadaan seperti ini mereka sangat memungkinkan

menyeberangi lautan hanya dengan menggunakan perahu primitif. Setelah memasuki Asia,

beberapa kelompok tinggal sementara di Timur Tengah, sedangkan kelompok lainnya

melanjutkan perjalanan dengan menyusuri pantai Semenanjung Arab menuju ke India, Asia

Timur, Indonesia, dan bahkan sampai ke Barat Daya Australia, yaitu dengan ditemukannya

fosil laki-laki di Lake Mungo. Jejak paling kuat untuk membuktikan bahwa manusia Afrika

telah bermigrasi hingga ke Australia adalah jejak genetika.

JENIS MANUSIA PURBA DI INDONESIA

Penelitian tentang manusia purba atau fosil manusia sebenarnya merupakan bidang

kajian bagian antropologi ragawi, yaitu paleoantropologi. Di Indonesia, fosil manusia purba

sebagian besar ditemukan di Jawa. Temuan-temuan di Jawa memiliki arti penting karena

berasal dari segala zaman atau lapisan Pleistosen sehingga tampak jelas perkembangan

badaniah manusia tersebut. Penemuan Manusia Purba di Jawa canthropus sampai dengan

Homo sapiens. Karena lamanya waktu, sisa-sisa manusia itu sudah membatu menjadi fosil.

Manusia purba disebut manusia fosil. Berdasarkan temuannya manusia purba di Indonesia

digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu jenis Meganthropus, jenis Pithecanthropus, dan jenis

Homo.

Dari hasil penelitian dan penggalian, manusia purba di Indonesia ternyata banyak

ditemukan di lembah Sungai Bengawan Solo, lembah Sungai Brantas, serta daerah Wajak,

Tulungagung. Jadi, pada masa purba manusia hidup di sekitar sungai bahkan menjadi daerah

perkampungan sebab menyediakan kehidupan yang melimpah. Untuk mengetahui keadaan

manusia secara biologis di masa purba, kita perlu mengetahui bagaimana dan di mana

kedudukan manusia dalam alam dan hubungannya dengan yang lain. Sistem yang

dipergunakan dalam penggolongan makhluk hidup adalah sistem yang berdasarkan evolusi.

Evolusi biologis yang berlangsung berjuta tahun tidak meninggalkan bukti secara

lengkap dan jelas. Oleh karena itu, harus diadakan pilihan berbagai teori yang dikemukakan

banyak ahli. Evolusi biologis bukanlah perubahan suatu organisme dari tahapan telur – lahir –

dewasa – tua – mati. Evolusi biologis adalah perubahan satu takson menjadi takson lain atau

takson lama berubah sedikit. Jadi, sudut pandang evolusi bukanlah individu, tetapi populasi.

Darwin pada abad ke-19 mengemukakan teori evolusi biologinya yang cukup terkenal. Teori

evolusi tersebut mencetuskan pola pikir baru, yaitu bahwa takson itu tidak statis, melainkan

dinamis, melalui masa yang panjang, dan semua makhluk hidup ini berkerabat.

Darwin dalam bukunya The Origin of Species mengemukakan teori bahwa spesies

yang hidup sekarang ini berasal dari spesies-spesies yang hidup di masa-masa yang silam dan

terjadi melalui seleksi alam. Salah satu teori yang banyak diterima adalah evolusi manusia

dari Australopithecus melalui Homo erectus ke Homo sapiens. Australopithecus yang

berperan dalam hal ini adalah Australopithecus africanus, kemudian melalui Australopithecus

habilis (disebut pula Homo habilis). Antara Homo erectus dan Homo sapiens terdapat Homo

neaderthalensis, lagi pula telah ada manusia yang lebih umum cirinya dari Neanderthal yang

mendekati jenis Homo sapiens. Jika kita membedakan manusia purba dengan Homo sapiens,

akan terlihat jelas bahwa:

o rongga otak manusia purba lebih kecil daripada Homo sapiens,

o tulang kening manusia purba menonjol ke depan,

o tulang rahang bawah lurus ke belakang sehingga tak berdagu,

o tulang rahang manusia purba lebih kuat dan besar, dan

o manusia purba tidak bertempat tinggal tetap dan selalu berpindah-pindah.

Oleh karena itu, Homo sapiens dianggap sebagai jenis yang paling sempurna yang menjadi

nenek moyang manusia dan kemudian menyebar ke seluruh bumi kita ini. Menurut pakar

antropologi Prof. Dr. T. Jacob, manusia purba (manusia yang memfosil) telah punah. Di

Indonesia, fosil manusia purba banyak ditemukan di Jawa. Para tokoh peneliti manusia purba,

antara lain, Dokter Eugene Dubois yang meneliti di Trinil dan Ny. Selenka yang banyak

menemukan fosil hewan dan tumbuhan di zaman Pleistosen Tengah di Jawa. Tokoh lain

adalah C. Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koenigswald yang meneliti di daerah Ngandong,

Ngawi, Mojokerto, dan Sangiran, Sragen (Jawa Tengah).

Adapun fosil-fosil manusia purba yang ditemukan itu sebagai berikut.

1. Meganthropus

Meganthropus paleojavanicus adalah fosil yang pernah ditemukan di Sangiran oleh Von

Koenigswald pada tahun 1936 dan 1941, berupa bagian rahang bawah dan tiga buah gigi

terdiri atas gigi taring dan dua geraham. Makanan jenis manusia purba ini adalah tumbuhan.

Makhluk ini hidup kira-kira 2 juta hingga 1 juta tahun yang lalu. Meganthropus berasal dari

lapisan Pleistosen Bawah yang sampai sekarang belum ditemukan perkakasnya.

Ciri dari Meganthropus palaeojavanicus adalah 

memiliki tulang pipi yang tebal,

memiliki otot rahang yang kuat,

tidak memiliki dagu,

memiliki tonjolan belakang yang tajam,           

memiliki tulang kening yang menonjol,           

memiliki perawakan yang tegap, rahang bawah Meganthropus, Sangiran

memakan tumbuh-tumbuhan, dan hidup berkelompok dan berpindah-pindah.

2. Pithecanthropus

Pithecanthropus artinya manusia kera. Fosilnya banyak ditemukan di daerah Trinil (Ngawi),

Perning daerah Mojokerto, Sangiran (Sragen, Jawa Tengah), dan Kedungbrubus (Madiun,

Jawa Timur). Seorang peneliti manusia purba Tjokrohandojo bersama ahli purbakala Duyfjes

menemukan fosil tengkorak anak di lapisan Pucangan, yakni pada lapisan Pleistosen Bawah

di daerah Kepuhlagen, sebelah utara Perning daerah Mojokerto. Mereka memberikan nama

jenis Pithecanthropus mojokertensis, yang merupakan jenis Pithecanthropus paling tua. Jenis

Pithecanthropus memiliki ciri-ciri tubuh dan kehidupan sebagai berikut.

Memiliki rahang bawah yang kuat.

Memiliki tulang pipi yang tebal.

Keningnya menonjol.

Tulang belakang menonjol dan tajam.

Tidak berdagu.

Perawakannya tegap, mempunyai tempat perlekatan otot tengkuk yang besar dan kuat.

Memakan jenis tumbuhan.

Jenis Pithecanthropus ini paling banyak jenisnya ditemukan di Indonesia.

Ada beberapa jenis Pithecanthropus yang diketahui, antara lain, sebagai berikut.

a. Pithecanthropus erectus (manusia kera berjalan tegak) adalah fosil yang paling terkenal

temuan Dr. Eugene Dubois tahun 1890, 1891, dan 1892 di Kedungbrubus (Madiun) dan

Trinil (Ngawi). Temuannya berupa rahang bawah, tempurung kepala, tulang paha, serta

geraham atas dan bawah. Berdasarkan penelitian para ahli, Pithecanthropus erectus memiliki

ciri tubuh sebagai berikut.

Berjalan tegak.

Volume otaknya melebihi 900 cc.

Berbadan tegap dengan alat pengunyah yang kuat.

Tinggi badannya sekitar 165 – 170 cm.

Berat badannya sekitar 100 kg.

Makanannya masih kasar dengan sedikit dikunyah.

Hidupnya diperkirakan satu juta sampai setengah juta tahun yang lalu.

Hasil temuan Pithecanthropus erectus ini oleh para ahli purbakala dianggap sebagai temuan

yang amat penting, yaitu sebagai revolusi temuan-temuan fosil manusia purba yang sejenis.

Jenis fosil Pithecanthropus erectus ini diyakini sebagai missing link, yakni makhluk yang

kedudukannya antara kera dan manusia. Penemuan ini menggemparkan dunia ilmu

pengetahuan sebab seakan-akan dapat membuktikan teori yang dikemukakan oleh Charles

Darwin dalam teori evolusinya. Darwin dalam bukunya yang berjudul The Descent of Man

(Asal Usul Manusia) menerapkan teori berupa perkembangan binatang menuju manusia dan

binatang yang paling mendekati adalah kera. Hal ini diperkuat penemuan manusia

Neanderthal di Jerman yang menyerupai kera maupun manusia.

b. Pithecanthropus robustus/MOOJOKERTENSIS

artinya manusia kera berahang besar. Fosilnya ditemukan di Sangiran tahun 1939

oleh Weidenreich. Von Koenigswald menyebutnya dengan nama Pithecanthropus

mojokertensis, penemuannya pada lapisan Pleistosen Bawah yang ditemukan di Mojokerto

antara tahun 1936 – 1941. Pithecanthropus mojokertensis artinya manusia kera dari

Mojokerto. Fosilnya berupa tengkorak anak berumur 5 tahun. Jenis ini memiliki ciri hidung

lebar, tulang pipi kuat, tubuhnya tinggi, dan hidupnya masih dari mengumpulkan makanan 

(food gathering). Berdasarkan banyaknya temuan di lembah Sungai Bengawan Solo maka Dr.

Von Koenigswald membagi lapisan Diluvium lembah Sungai Bengawan Solo menjadi tiga.

1) Lapisan Jetis (Pleistosen Bawah) ditemukan jenis Pithecanthropus robustus.

2) Lapisan Trinil (Pleistosen Tengah) ditemukan jenis Pithecanthropus erectus.

3) Lapisan Ngandong (Pleistosen Atas) ditemukan jenis Homo soloensis.

c. Pithecanthropus dubuis (dubuis artinya meragukan), fosil ini ditemukan di Sangiran pada

tahun 1939 oleh Von Koenigswald yang berasal dari lapisan Pleistosen Bawah.

d. Pithecanthropus soloensis adalah manusia kera dari Solo yang ditemukan oleh Von

Koenigswald, Oppennoorth, dan Ter Haar pada tahun 1931 – 1933 di Ngandong, tepi Sungai

Bengawan Solo. Hasil temuannya ini memiliki peranan penting karena menghasilkan satu

seri tengkorak dan tulang kening.

Homo

Homoartinya manusia, merupakan jenis manusia purba yang paling maju dibandingkan yang

lain. Ciri jenis manusia ini adalah

a. berat badan kira-kira 30 sampai 150 kg,

b. volume otaknya lebih dari 1.350 cc,

c. alatnya dari batu dan tulang,

d. berjalan tegak,

e. muka dan hidung lebar, dan

f. mulut masih menonjol.

Adapun temuan jenis Homo sebagai berikut.

Homo wajakensis (manusia dari Wajak). Jenis ini ditemukan di Wajak,

Tulungagung pada tahun 1889 ketika Von Rietschoten menemukan beberapa bagian

tengkorak. Temuan ini kemudian diselidiki oleh Dr. Eugene Dubois yang kemudian disebut

Homo wajakensis. Lapisan asalnya adalah Pleistosen Atas, termasuk ras Australoid dan

bernenek moyang Homo soloensis  serta menurunkan penduduk asli Australia. Oleh Von

Koenigswald, Homo wajakensis dimasukkan dalam Homo sapiens (manusia cerdas) sebab

sudah mengenal upacara penguburan.

Homo soloensis (manusia dari Solo). Pada waktu ahli geologi Belanda, C. Ter Haar,

menemukan lapisan tanah di Ngandong (Ngawi Jawa Timur) bersama Ir. Oppenoorth tahun

1931 – 1932. Mereka menemukan sebelas tengkorak fosil Homo soloensis di lapisan

Pleistosen Atas yang kemudian diselidiki oleh Von Koenigswald dan Weidenreich.

Berdasarkan keadaannya, jenis ini bukan lagi kera, tetapi sudah manusia.

Homo sapiens. Homo sapiens artinya manusia cerdas. Homo sapiens berasal dari

zaman Holosen, bentuk tubuhnya sudah menyerupai manusia sekarang. Mereka sudah

menggunakan akal dan memiliki sifat seperti yang dimiliki manusia sekarang. Kehidupan

Homo sapiens sederhana dan mereka masih mengembara.

Adapun ciri-cirinya adalah

1) volume otaknya antara 1.000 cc – 1.200 cc;

2) tinggi badan antara 130 – 210 m;

3) otot tengkuk mengalami penyusutan;

4) alat kunyah dan gigi mengalami penyusutan;

5) muka tidak menonjol ke depan;

6) berdiri dan berjalan tegak,    

7) berdagu dan tulang rahangnya biasa, tidak sangat kuat.

Jenis Homo sapiens di dunia terdiri dari subspesies yang sampai sekarang dianggap

menurunkan berbagai manusia, yaitu sebagai berikut.

1) Ras Mongoloid, berciri kulit kuning, mata sipit, rambut lurus. Ras Mongoloid ini

menyebar ke Asia Timur, yakni Jepang, Cina, Korea, dan Asia Tenggara.

2) Ras Kaukasoid, merupakan ras yang berkulit putih, tinggi, rambut lurus, dan hidung

mancung. Ras ini penyebarannya ke Eropa, ada yang ke India Utara (ras Arya), ada

yang ke Yahudi (ras Semit), dan ada yang menyebar ke Arab, Turki, dan daerah Asia

Barat lainnya.

3) Ras Negroid, memiliki ciri kulit hitam, rambut keriting, bibir tebal. Penyebaran ras

ini ke Australia (ras Aborigin), ke Papua (ras Papua sebagai penduduk asli), dan ke

Afrika

Kegiatan Masyarakat Pra-Aksara Di Indonesia1) Pengertian Masa Pra-Aksara

Zaman pra-aksara adalah zaman ketika manusia belum mengenal tulisan, ditandai dengan belum ditemukannya keterangan tertulis mengenai kehidupan manusia. Periode ini ditandai dengan cara hidup berburu dan mengambil bahan makanan yang tersedia di alam. Pada zaman pra-aksarapola hidup dan berpikir manusia sangat bergantung dengan alam. Tempat tinggal mereka berpindah-pindah berdasarkan ketersediaan sumber makanan.Zaman pra-aksara sering disebut juga dengan zaman nirleka.Nir artinya tanpa danleka artinya tulisan.Zaman pra-aksara berakhir ketika masyarakatnya sudah mengenal tulisan.

2)Pembabakan Masa Pra-Aksara IndonesiaPembabakan masa pra-aksara Indonesia telah dimulai sejak 1920-an

oleh beberapa peneliti asing seperti P.V. van Stein Callenfels, A.N.J. Th. van der Hoop, dan H.R. van Heekern. Pembabakan masa pra-aksara Indonesia didasarkan pada penemuan-penemuan alat-alat yang digunakan manusia pra-aksara yang tinggal di Kepulauan Nusantara. Para ahli arkeologi dan paleontologi membagi masa pra-aksara Indonesia ke dalam dua zaman, yaitu zaman batu dan zaman logam.Pengetahuan tersebut diperoleh dari penggalian dan benda purbakala dan fosil manusia Para ahli purbakala sepakat untuk membagi zaman pra-aksara di Indonesia menjadi zaman batu dan zaman logam.Zaman batu dibagi kembali dalam beberapa zaman berdasarkan kehalusan, bentuk, jenis, dan ukuran alat batu yang diciptakannya. Pembagian zaman batu tersebut, yaitu sebagai berikut :

a.Zaman Batu Tua (Paleolitikum)Berdasarkan temuan geologis, arkeologis, dan paleontologis, zaman

batu tua diperkirakan berlangsung selama 600.000 tahun.a) Penguasaan Teknologi

Selama kurun waktu tersebut, manusia hanya menggunakan alat-alat yang paling dekat dengan lingkungan hidup mereka seperti kayu, bambu, dan batu. Mereka menggunakan batu yang masih kasar untuk

berburu binatang.Pada saat itu, batu juga berfungsi sebagai kapak yang digenggam untuk memotong kayu atau membunuh binatang buruan.

b) Kondisi SosialKehidupan manusia pendukung zaman ini masih nomaden atau berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Kepindahan mereka bergantung pada daya dukung alam berupa tersedianya bahan makanan, terutama binatang buruan. Jika binatang buruan dan bahan makanan yang diambil dari hutan sudah habis, mereka akan mencari dan berpindah ke tempat yang lebih subur.Kegiatan seperti itu disebut peradaban food gathering atau pengumpul makanan tahap awal.

c) Manusia PendukungBerdasarkan temuan arkeologis, beberapa jenis manusia purba yang mendukung peradaban ini, diantaranya Meganthropus Paleojavanicus,Pithecanthropus Robustus, Pithecanthropus Mojokertensis,Pithecanthropus Erectus, Homo Soloensis, dan Homo Wajakensis.

d) Hasil-Hasil KebudayaanBenda-benda yang diperkirakan berasal dari zaman batu tua banyak ditemukan di Pacitan dan Ngandong, Jawa Timur.Ciri utama kebudayaan Pacitan adalah alat-alat dari batu bentuknya tidak bertangkai atau disebut kapak genggam. Kapak tersebut berfungsi sebagai chopper atau alat penetak. Alat-alat tersebut diperkirakan digunakan manusia jenis Pithecan-thropus Erectus. Kebudayaan Ngandong menghasilkan alat-alat yang terbuat dari tulang binatang dan kapak genggam dari batu.

b.Zaman Batu Tengah (Mesolitikum)a)Kehidupan Sosial

Ciri utama peradaban zaman ini adalah manusia pendukungnya telah bertempat tinggal menetap.Diperlukan waktu ribuan tahun untuk mencapai taraf hidup menetap.Para ahli ilmu purbakala menyebutkan bahwa zaman ini berlangsung kurang lebih 20.000 tahun silam.Manusia pendukung zaman ini juga bertempat tinggal di gua yang disebut peradaban abris sous roche dan sudah mengenal pembagian kerja.

b)Hasil KebudayaanAlat-alat yang digunakan manusia pendukung masa mesolitikum mendapat pengaruh dari alat-alat yang sama di daratan Asia. Ciri utama kehidupan zaman ini adalah peninggalan sampah dapur yang disebut kjokkenmoddinger.Peradaban ini ditemukan di sepanjang pantai timur Sumatra, dari Aceh sampai Sumatra bagian tengah. Pada zaman ini makanan sudah di olah( meramu) setelah menemukan api .

c) Keberadaan Teknologi

Dari tempat sampah dapur tersebut, ditemukan juga kapak genggam sumatera yang disebut.Sumateralith Mereka menggunakan batu pipih dan batu landasan untuk menggiling makanan,alat tulang (pebble) ,serta membuat cat yang diperkirakan ada kaitannya dengan kepercayaan mereka. Pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan.Perempuan bekerja di rumah dan mendidik anak serta menyiapkan makanan.Adapun laki-laki dewasa berburu binatang dan menangkap ikan.

d)Manusia PendukungManusia pendukung peradaban mesolitikum merupakan campuran bangsa-bangsa pendatang dari Asia. Manusia pendukung peradaban mesolitikum juga mengunakan flakes dan microlith atau batu-batu pipih, segitiga, dan trapesium yang ukurannya kecil.

c.Zaman Batu Muda (Neolitikum)a)Teknologi

Ciri utama zaman batu muda adalah manusia telah menghasilkan makanan atau food producing. Menurut Dr. R. Soekmono, ahli arkeologi Indonesia, perubahan dari food gathering ke food producing merupakan satu revolusi dalam perkembangan zaman pra-aksara Indonesia.

b)Kehidupan SosialManusia pendukung peradaban ini sudah bertempat tinggal menetap( sedenter), bercocok tanam dengan tehnik Slash and Burn., beternak, mengembangkan perikanan. Dengan kata lain, telah mengembangkan kebudayaan agraris walaupun dalam tingkatan yang masih sangat sederhana. Manusia pendukung zaman ini membuat kerajinan, membuat aturan hidup bersama dalam satu komunitas.

c) Manusia PendukungManusia pendukung kebudayaan neolitikum ialah Proto Melayu.Manusia Proto Melayu ini hidup pada ± 2000 SM. Prototipe manusia Proto Melayu sekarang masih dapatditemukan pada ciri-ciri fisik Suku Sasak, Toraja, Dayak, dan Nias.Hasil kebudayaan dan peradaban manusia ini yang relatif sudah lebih maju daripada zaman mesolitikum.

Proto melayu datang ke Indonesia melalui 2 jalur yaitu dari jalur barat dan jalur timur.

Jalur barat dari yunani menuju Thailand (SIAM) ,semenanjung malaya kemudian ke Sumatera,Jawa dan Flores.

Jalur Timur dari yunan melalui Vietnam menuju Taiwan kelupauan Filiphine kemudian ke kepulauan Maluku,Sulawesi,Halmahera dan Papua

d)Hasil BudayaBenda-benda yang berasal dari zaman batu muda dikembangkan menjadi peralatan yang lebih halus. Pada masa ini sudah mulai muncul

adanya kepercayaan terhadap kekuatan gaib yang disebut animisme dan dinamisme. Hal ini dapat dilihat dari adanya peninggalan yang terkait dengan upacara ritual. Alat yang digunakan pada zaman ini adalah

Beliung Persegi Kapak lonjong Alat-alat obsidian : terbuat dari batu kecubung terdapat di

minahasa,flores ,maluku,flores barat Mata panah :ditemukan di jawabarat dan sulawesi selatan

sebagai alat untuk berburu Gerabah terbuat dari tanah liat pengaruh budaya proto melayu

pembuatannya masuh sangat sederhana. alat pemukul dari kulit kayu

d.Zaman Batu Besar (Megalitikum)a)Bidang Teknologi

Berdasarkan hasil temuan arkeologis, zaman megalitikum diperkirakan berkembang sejak zaman batu muda sampai zaman logam.Ciri terpenting pada zaman ini adalah manusia pendukungnya telah menciptakan bangunan-bangunan besar yang terbuat dari batu.Bangunan-bangunan yang berkaitan dengan sistem kepercayaan mereka, di antaranya menhir, dolmen, sarkofagus (keranda), kubur batu, punden berundak, dan arca.

b)Sistem KepercayaanMasyarakat pendukung peradaban zaman batu besar percaya kepada nenek moyang yang kali pertama mendirikan kampung tempat tinggal mereka.Untuk menghormati para nenek moyang tersebut, mereka mendirikan menhir yang berupa tiang atau tugu. Mereka mendirikan dolmen atau meja batu sebagai tempat meletakkan sesajiuntuk arwah nenek moyang.Meja batu tersebut juga berfungsi sebagai penutup sarkofagus (peti kubur batu).Pemujaan terhadap arwah nenek moyang juga dilakukan pada punden berundak-undak atau bangunan tumpukan batu yang bertingkat. Mereka juga membuat arca batu sebagai simbol nenek moyangnya dengan tujuan yang sama.

e.Zaman Logam (±10.000 Tahun Silam)Setelah melewati tahapan zaman megalitikum, sampailah manusia

pra-aksara Indonesia pada zaman logam.Alat-alat yang terbuat dari batu dianggap tidak efektif lagi untuk menunjang kehidupan sehari-hari.Oleh karena itu, alat-alat tersebut secara bertahap mulai ditinggalkan.Teknologi yang Dihasilkan

Bijih logam mungkin sudah ditemukan pada zaman batu tua.Sementara pengetahuan untuk meleburnya menjadi lempengan logam, baru terbentuk pada zaman berikutnya.Adapun kemampuan melebur serta membuat alat-alat yang lebih fungsional (memiliki kegunaan praktis) baru tercipta setelah kepandaian membuat alat-alat dari batu mencapai puncaknya.Namun, tradisi penggunaan alat dari batu pun terus dipertahankan bersamaan dengan tradisi penggunaan alat dari logam.Peradaban zaman ini menghasilkan kapak corong, candrasa (kapak corong yang salah satu sisinya panjang), nekara berukir yang berfungsi sebagai alat upacara, nekara yang tinggi panjang (moko), alat-alat pertanian, dan perhiasan.Zaman pra-aksara Indonesia tidak mengenal zaman tembaga, tetapi hanya mengalami zaman perunggu dan zaman besi.

Kehidupan Sosial Melalui proses evolusi, peradaban pra-aksara Indonesia mengenal zaman logam, suatu zaman yang lebih maju dibandingkan dengan zaman batu. Dengan peralatan logam, kehidupan bisa berjalan lebih baik, usaha pertanian lebih produktif (memberi hasil).

Manusia PendukungManusia pendukungnya Deutro Melayu yang hidup pada ± 300 SM.