zulfan yusuf jurnal -...

75
Jurnal MANAJEMEN DAN BISNIS Volume 4, Nomor. 4, September 2015 Penanggung Jawab Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Serambi Mekkah Ketua Redaksi Saiful Amri , SE,M.Si Wakil Ketua Redaksi Nasir Ibrahim,SE,M.Si Arsyad SE,M.Si Redaktur Pelaksana M Ridha Siregar ,SE MM Samsul Ikhbar, SE, MM Muzakkir , SE, M.Si Muddasir , SE,MM Mitra Reviuwer Dr. Amri, SE,M.Si (Universitas Syiah Kuala) Dr. Mahdani Ibrahim, MM (STIE Banda Aceh) Tarmizi Gadeng, SE, M,Si (Universitas Muhammadiyah Aceh) Saiful Hurri, SE, MM (Universitas Al-Muslim) Tata Usaha Mursal, SE Marlina , SE Sri Wahyuni,SE Tata Letak Ilyas Harun, SE, MM Cut Hamdiah, Se M.Si GEDUNG FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH BANDA ACEH TELP. (0651) 26160 FAX (0651) 22471 E-MAIL : [email protected] DITERBITKAN OLEH FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH

Upload: danghanh

Post on 02-Feb-2018

271 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

Jurnal MANAJEMEN DAN BISNIS

Volume 4, Nomor. 4, September 2015

Penanggung Jawab Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Serambi Mekkah

Ketua Redaksi

Saiful Amri , SE,M.Si

Wakil Ketua Redaksi Nasir Ibrahim,SE,M.Si

Arsyad SE,M.Si

Redaktur Pelaksana M Ridha Siregar ,SE MM Samsul Ikhbar, SE, MM

Muzakkir , SE, M.Si Muddasir , SE,MM

Mitra Reviuwer

Dr. Amri, SE,M.Si (Universitas Syiah Kuala) Dr. Mahdani Ibrahim, MM (STIE Banda Aceh)

Tarmizi Gadeng, SE, M,Si (Universitas Muhammadiyah Aceh) Saiful Hurri, SE, MM (Universitas Al-Muslim)

Tata Usaha Mursal, SE

Marlina , SE Sri Wahyuni,SE

Tata Letak

Ilyas Harun, SE, MM Cut Hamdiah, Se M.Si

GEDUNG FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH BANDA ACEH

TELP. (0651) 26160 FAX (0651) 22471 E-MAIL : [email protected]

DITERBITKAN OLEH

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH

Page 2: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI I Analisis Hubungan Tingkat Upah Minimun Terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Nanggroe Aceh Darussalam, 1996- 2006

Fanny Nailufar 221-225

Sistem Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Pembiayaan Bank Syariah Dalam Penerapan Prinsip Prudential Standard

Muzakkir 226-239 Pengaruh Pengembangan Karir Berbasis Kompetensi dan Praktek Manajeman Kinerja Terhadap Kualitas Layanan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Banda Aceh

Nelly 240-244

Pengaruh Komunikasi Atasan-Bawahan dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Dinas Pertanian di Kabupaten Pidie Jaya.

Saiful Amri 245-257

Pengaruh Leader Member Exchange (LMX) Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada Taman Rusa Lamtanjong Aceh Besar Samsul Ikhbar 258-265

Pengaruh Tingkat Modal Kerja, Struktur Modal dan Skala Perusahaan Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 – 2014

Radhiana 266-275

Kepuasan Mahasiswa Terhadap Pelayanan Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia (LP3I) di Kota Banda Aceh

Rahmi 276-281

Kejahatan Perbankan Ditinjau dari Undang – Undang Nomor 10 Tahun 1998 Zulfan Yusuf 282-289 INDEKS PENGARANG 29 PANDUAN PENULISAN 30

Page 3: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

INDEKS PENGARANG

F Fanny Nailufar, “

Page 4: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

PANDUAN PENULISAN

A. PEDOMAN UMUM a. Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris, merupakan

karya orisinil penulis yang berupa hasil penelitian, gagasan konseptual, serta tinjauan kepustakaan yang belum pernah dimuat di media cetak atau publikasi lainnya.

b. Naskah artikel ilmiah diketik dalam format Ms. Word pada kertas HVS ukuran A4 minimal 10 halaman dan maksimal 20 halaman dengan jarak baris 1 spasi.

c. Kata dalam bahasa asing ditulis dengan huruf miring. d. Naskah artikel penelitian memuat ditulis dengan sistematika : (a) Judul, (b) Nama

Penulis, (c) Abstrak dan kata-kata kunci, (d) Pendahuluan (tanpa sub judul) yang berisi latar belakang, kajian teori, masalah, tujuan dan hipotesis, (e) Metode Penelitian dan Pembahasan, (g) Kesimpulan, (h) Daftar pustaka.

e. Naskah artikel konseptual ditulis dengan sistematika : (a) Judul, (b) Nama Penulis, (c) Abstrak dan kata-kata kunci, (d) Pendahuluan (tanpa sub judul) (e) Bagian inti, (f) Kesimpulan, (h) Daftar Pustaka.

f. Hasil Penelitian dan Pembahasan, harus diuraikan dan bila perlu disajikan gambar, grafil diagram, dan hasil analisa statistik yang menggambarkan proses pemecahan masalah penelitian.

g. Daftar pustaka, ditulis sesuai dengan aturan penulisan yang disususn berdasarkan urutan abjad. Untuk rujukan buku urutannya sebagai berikut: Nama penulis, editor (bila ada), tahun terbit, judul buku, kota penerbit, dan penerbit. Untuk rujukan jurnal ditulis dengan urutan: nama penulis, tahun terbit, judul jurnal, judul terbitan, volume, edisi, dan nomor halaman.

h. Semua kutipan, data, ide, gagasan atau persyaratan yang terdapat pada naskah merupakan tanggungjawab penulis.

B. SISTEMATIKA PENULISAN a. Bagian awal : judul, nama penulis, abstrak b. Bagian inti : berisi pendahuluan, kajian teori dan hipotesis (jika ada), metode

penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan dan saran. c. Bagian akhir : daftar pustaka.

C. JUDUL DAN NAMA PENULISAN a. Judul naskah maksimum 12 kata, ditulis dalam bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris

sesuai dengan bahasa yang digunakan untuk menulis naskah lengkapnya. b. Nama penulis ditulis di bawah judul tanpa disertai dengan gelar akademik maupun

jabatan. Di bawah nama penulis dicantumkan instansi tempat penulis bekerja.

Page 5: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

D. ABSTRAK a. Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris tidak lebih dari 250 kata. b. Abstrak harus meliputi instasi seluruh tulisan, masalah, tujuan, metode, hasil analisis dan

kesimpulan. c. Di bawah abstrak disertakan minimal 3 dan maksimal 5 kata kunci.

E. PENGIRIMAN NASKAH & BERLANGGANAN

a. Naskah dikirim sebanyak 1 eksemplar ke alamat email redaksi: [email protected]

b. Naskah yang tidak sesuai dengan ketentuan redaksi akan dikembalikan setelah di-review oleh dewan redaksi.

c. Penulis yang artikelnya dimuat wajib menjadi pelangan minimal satu tahun, dan membeli kontribusi biaya layout dan biaya cetak minimal Rp. 450.000,- dilunasi setelah naskah dinyatakan layak publikasi oleh dewan redaksi, dan mendapatkan imbalan berupa nomor bukti publikasi sebanyak 2 (dua) eksemplar.

Page 6: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

Jurnal MANAJEMEN DAN BISNIS

Terbit 2 kali setahun (September dan Februari)

FORMULIR BERLANGGANAN

Nama : Alamat : Kota :

: Kode Pos

Telp./HP : Instansi :

Biaya berlangganan: a. Satu nomor penerbitan Rp. 35.000.- b. Satu tahun Rp. 70.000.-

Note: harga belum termasuk ongkos kirim Tranfer via: BRI Cabang Banda Aceh a.n Samsul Ihkbar No. Rekening: 3918-01-003313-53-7

Page 7: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS ISSN 2088-6217 VOL 4, NOMOR 4 September 2015 : 221 - 225

Analisis Hubungan Tingkat Upah Minimun Terhadap Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja di Nanggroe Aceh Darussalam, 1996- 2006

Fanny Nailufar1 1) Dosen Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

Abstrak: Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui berapa besar hubungan

tingkat Upah Minimum Regional (UMR) terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK) di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Penelitian ini dilakukan di Provinsi NAD

periode 1996-2006 dengan menggunakan data sekunder yang diambil dari Badan Pusat

Statistik (BPS) dan instansi yang terkait serta literature lainnya yang terkait dengan

penelitian ini. Data dianalisis dengan pendekatan deskriptif dan kuantitatif, yaitu melalui

penyajian dan penyusunan data ke dalam tabel dan juga dianalisis secara ekonometrika.

Dalam mengestimasi model yang ditaksir, digunakan model Ordinary Least Square (OLS)

atau pendekatan kuadrat terkecil dengan menggunakan metode kuantitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh persamaan sebagai berikut:

TPAK = 1,079 + 12,926 UMR. Hal ini menunjukkan bahwa selama periode 1996-2006

variabel tingkat Upah Minimum Regional UMR berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja. Konstanta sebesar 1,079 artinya tanpa adanya

variabel UMR, maka TPAK di Provinsi NAD sebesar 1,079 jiwa. Koefisien variabel UMR

sebesar 12,926 artinya apabila terjadi perubahan UMR sebesar Rp 100 ribu, maka akan

menyebabkan perubahan TPAK sebesar 12,926 jiwa. Koefisien determinasi adalah sebesar

0,429(R-squared ) dan 0,358 (Adjusted R-square). Pengujian hipotesis dengan uji t

menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel tersebut secara parsial dengan tingkat

keyakinan sebesar 95 persen. Dari hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai t hitung (2,454)

lebih besar dari t tabel (2,22).

Kata kunci : Tingkat Upah dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

PENDAHULUAN Jumlah penduduk Nanggroe Aceh

Darussalam pada tahun 2006 telah mencapai

4.115.153. Dibandingkan dengan jumlah

penduduk pada tahun 2004 sebanyak 4.075.600

jiwa (sebelum terjadinya tsunami) dan pada

tahun 2005 sebanyak 4.031.600 jiwa. Tingginya

tingkat pertumbuhan penduduk berimplikasi

pada tingginya tingkat pertumbuhan angkatan

kerja, karena pada gilirannya akan menimbulkan

permasalahan ketenagakerjaan di daerah ini.

Meski pada tahun 2004 yang lalu di

Nanggroe Aceh Darussalam telah terjadi

peristiwa yang maha dahsyat tetapi tetap saja

jumlah penduduk di daerah ini terus bertambah,

walaupun mereka hanya pendatang tetap saja hal

tersebut akan berpengaruh terhadap angkatan

kerja dan lapangan pekerjaan yang tersedia di

Nanggroe Aceh Darussalam. Meskipun setelah

kejadian tersebut banyak tercipta lapangan

pekerjaan di Nanggroe Aceh Darussalam tetapi

jumlah pengangguran tidak kalah banyaknya.

Hal ini terlihat jelas dari perbedaan jumlah

angkatan kerja tahun 1996-2006. Dimana

angkatan kerjanya yang terus meningkat yang

diiringi dengan peningkatan pengangguran juga.

Untuk lebih jelasnya dapat ditunjukan pada Tabel

1.1 berikut di bawah ini:

Tabel 1.1

Jumlah Angkatan Kerja Provinsi Nanggroe

Aceh Darussalam Tahun 1996 – 2006

Kategori Sensus

Penduduk

1996

Sensus

Penduduk

2006

Angkatan Kerja

a. Bekerja

b. Pencari

kerja

1.650.028

1.541.198

108.830

1.804.225

1.744.611

59.614

Sumber : BPS, SAKERNAS 2006

Tabel 1.1 menjelaskan bahwa jumlah penduduk

yang bekerja di Nanggroe Aceh Darussalam pada

tahun 1996 sebanyak 1.541.198 orang sementara

yang masih mencari kerja sebanyak 108.830

orang. Sedangkan pada tahun 2006 jumlah

penduduk yang bekerja sebanyak 1.744.611

orang sementara yang masih mencari kerja

sebanyak 59.614 orang. Kita dapat melihat

Page 8: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

Volume 4, No. 4, September 2015

bahwa terjadi penurunan tingkat pengangguran

dari tahun 1996 ke tahun 2006, hal ini terjadi

karena banyaknya LSM-LSM asing yang berada

di NAD yang menyebabkan banyaknya tersedia

lapangan pekerjaan di NAD.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan data sekunder

yang dianalisa secara kuantitatif. Data tersebut

dalam bentuk tahunan (time series) dari tahun

1996 sampai dengan tahun 2006. Adapun

sumber-sumber data sekunder tersebut diperoleh

dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Untuk mengetahui hubungan Tingkat

Upah Minimum Regional (UMR) terhadap

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, digunakan

fungsi regresi linear sederhana. Untuk menguji

hipotesis penulis menggunakan persamaan

regresi linear sederhana (Gujarati, 2001: 286)

sebagai berikut :

Y = a + biXi + ei Dimana:

Y = Variabel Independent

A = Konstanta

bi = Parameter

Xi = Variabel Dependent ei = Error Term

Model di atas diformulasikan lagi dalam

bentuk sebagai berikut :

TPAK = a + bi UMR + ei Dimana:

TPAK = Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

UMR = Upah Minimum Regional

a = Konstanta

bi = Parameter

ei = Error Term

KAJIAN PUSTAKA

Angkatan Kerja

Menurut Hasibuan (1987:91) bahwa

angkatan kerja adalah setiap orang yang

termasuk dalam kelompok umur kerja sesuai

dengan undang-undang perburuhan negara yang

bersangkutan. Konsep tenaga kerja (The Labor

Concept) yang digunakan di Indonesia sesuai

dengan konsep yang disarankan oleh ILO

(International Labor Organization), yaitu

dengan membagikan penduduk menjadi dua

kelompok yaitu kelompok usia kerja dan

kelompok penduduk bukan usia kerja.

Selanjutnya penduduk usia kerja dibedakan pula

menjadi kerja dan bukan angkatan kerja.

Menurut Simanjuntak dalam bukunya

Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia,

membuat definisi angkatan kerja sebagai berikut:

Angkatan kerja adalah penduduk yang sudah

aktif dalam kegiatannya yang menghasilkan

barang atau jasa. Mereka dinamakan golongan

yang bekerja atau employment persons. Serta

penduduk yang siap bekerja dan sedang berusaha

mencari pekerjaan. Mereka ini dinamakan

golongan pencari kerja atau penganggur

(Simanjuntak, 1985:3).

Dari berbagai pendapat diatas mengenai

angkatan kerja maupun pengangguran dapat

disimpulkan bahwa:

1. Angkatan kerja adalah jumlah penduduk

yang termasuk dalam usia kerja, baik yang

bekerja maupun yang sedang bekerja secara

aktif.

2. Penganggur adalah seseorang yang tidak

mempunyai pekerjaan pada masa kerja.

Konsep tenaga kerja (the labor concept) yang

digunakan di Indonesia sesuai dengan konsep

yang disarankan oleh ILO (International Labor

Organization), yaitu dengan membagikan

penduduk menjadi dua kelompok yaitu usia kerja

dan penduduk bukan usia kerja. Penduduk usia

kerja dibedakan menjadi dua kelompok

berdasarkan kegiatan yang sedang dilakukan,

yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

Di Indonesia secara umum yang dimaksud

dengan tenaga kerja adalah penduduk yang

berumur 15-64 tahun. Menurut Badan Pusat

Statistik (BPS), tenaga kerja adalah penduduk

yang berumur 10 tahun keatas.

Angkatan kerja adalah setiap orang yang

termasuk dalam kelompok kerja sesuai dengan

UU perburuhan negara yang bersangkutan

(Hasibuan, 1987:91). Sedangkan menurut Suroto

(1992:28), angkatan kerja yaitu sebagian dari

jumlah penduduk dalam usia kerja yang

mempunyai pekerjaan dan yang tidak

mempunyai pekerjaan tetapi secara efektif atau

pasif mencari pekerjaan.

Angkatan kerja atau labor force yaitu jumlah

penduduk yang bekerja dan pencari kerja

(Simajuntak, 1998:3).

Penyediaan TK = Angkatan Kerja = Supply TK

Angkatan Kerja = Yang Bekerja + Pengangguran

Menurut Sumarsono (2003:115), angkatan

kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang benar-

benar mau bekerja memproduksi barang dan

jasa. Di Indonesia angkatan kerja adalah

penduduk usia 10 tahun ke atas yang benar-benar

mau bekerja. Mereka yang mau bekerja ini

terdiri dari yang benar-benar bekerja dan mereka

yang tidak bekerja tetapi sedang mencari

pekerjaan.

Page 9: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Angkatan kerja sangat bergantung kepada

tingkat partisipasi angkatan kerja. Yang

dimaksud dengan TPAK adalah presentase

jumlah angkatan kerja dibandingkan dengan

jumlah tenaga kerja dalam kelompok yang sama.

Dapat dirumuskan sebagai berikut :

100KerjaTenagaJumlah

KerjaAngkatanJumlahTPAK ×=

Makin besar jumlah TPAK maka semakin

besar jumlah angkatan kerja dalam kelompok

yang sama, dan semakin besar jumlah yang

tergolong bukan angkatan kerja akan semakin

kecil TPAK (Simanjuntak, 1985:36).

Tinggi rendahnya tingkat TPAK

dipengaruhi oleh tingkat umur, jenis kelamin dan

kesempatan untuk memperoleh pekerjaan, dari

sisi usia, TPAK usia muda biasanya rendah

karena pada masa-masa tersebut umumnya

mereka banyak yang masih menjalani proses

pendidikan dan merasa belum memiliki

kewajiban untuk mencari nafkah. (Susanti,

1995:75).

Simanjuntak (1985:37) juga mengatakan

bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja

dipengaruhi juga oleh tingkat upah minimum.

Dimana pada saat tingkat upah tinggi di dalam

masyarakat, semakin banyak anggota keluarga

yang tertarik untuk masuk pasar kerja yang

berarti semakin tinggi tingkat partisipasi

angkatan kerja.

Upah

Mengenai pengupahan berlaku dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993

mendefinisikan upah adalah sebagai berikut :

“Upah merupakan suatu penerimaan sebagai

imbalan dari pengusaha kepada buruh untuk

suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan

dilakukannya, dinyatakan atau dinilai dalam

bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu

proses tujuan atau peraturan perundang-

undangan dan dibayar atas dasar suatu perjanjian

kerja antara pengusaha dan buruh, termasuk

tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun

untuk keluarganya”.

Undang-undang Kecelakaan Kerja Tahun

1992 Nomor 3 mendefinisikan upah sebagai

pembayaran berupa uang yang diterima oleh

buruh sebagai ganti pekerjaan. Sementara itu

menurut Poerwono (1994:32), upah adalah

jumlah keseluruhan yang ditetapkan sebagai

pengganti jasa yang telah dikeluarkan oleh

tenaga kerja meliputi masa atau syarat-syarat

tertentu. Upah atau gaji dapat dipandang sebagai

imbalan atau balas jasa kepada para pekerja

terhadap output produksi yang telah dihasilkan.

Imbalan atau balas jasa ini disatu sisi merupakan

hak yang harus didapat oleh para pekerja, namun

di sisi lain merupakan perangsang untuk

meningkatkan produktivitas (Tjiptoherijanto,

1996:79).

Ahli ekonomi membedakan pengertian upah

yaitu upah uang dan upah riil. Upah uang adalah

jumlah uang yang diterima para pekerja dari para

pengusaha sebagai bayaran ke atas tenaga mental

atau tenaga fisik para pekerja yang digunakan

dalam proses produksi. Sedangkan upah riil

adalah tingkat upah pekerja yang diukur dari

sudut kemampuan upah tersebut membeli

barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan para pekerja

(Sukirno, 2005: 351).

Berdasarkan Undang- undang

Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003 (2003: 5),

upah merupakan hak pekerja/buruh yang

diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang

sebagai imbalan dari pengusahan atau pemberi

kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan

dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja,

kesepakatan, atau peraturan perundang-

undangan, termasuk tunjangan bagi

pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu

pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan

dilakukan.

Menurut Dewan Penelitian Pengupahan

Nasional (Badan Pusat Industri dan

Perdagangan, 1996 : 20), upah merupakan suatau

penerimaan sebagai suatu imbalan dari

pemberian kerja kepada penerimaan kerja untuk

suatu pekerjaan atau jasa yang telah dan akan

dilakukan, berfungsi sebagai jaminan

kelangsungan kehidupan yang layak bagi

kemanusiaan dan produksi dinyatakan atau

dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan

menurut suatu persetujuan, undang-undang dan

peraturan-peraturan serta dibayar atas dasar suatu

perjanjian kerja antara pemberi kerja dengan

penerima kerja.

HASIL PEMBAHASAN

Untuk menganalisis hubungan tingkat Upah

Minimum Regional (UMR) terhadap Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja di Provinsi NAD

dilakukan analisis regresi linier sederhana. Data-

data yang telah dikumpulkan diproses dan di

print out hasil yang ditabelkan pada tabel berikut

ini:

Tabel 4.3

Hasil Estimasi Persamaan Regresi Linier

Sederhana

Page 10: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

Volume 4, No. 4, September 2015

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2008

Dari tabel di atas diperoleh persamaan akhir

estimasi yaitu:

TPAK = 1,079 + 12,926 UMR

Hasil estimasi tabel di atas dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Konstanta sebesar 1,079 berarti tanpa adanya

variabel UMR maka Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi NAD

sebesar 1,079 jiwa.

2. Koefisien variabel UMR sebesar 12,926,

artinya apabila terjadi perubahan UMR

sebesar Rp 100 ribu, maka akan

menyebabkan perubahan TPAK sebesar Rp

12,926 jiwa.

3. Koefisien korelasi (R) sebesar 0,655

menggambarkan bahwa variabel TPAK

sangat erat hubungannya terhadap variabel

UMR di Provinsi NAD yaitu sebesar 65,5

persen, sedangkan sisanya sebesar 34,5

persen berhubungan dengan faktor lain di

luar penelitian ini.

4. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,429

menunjukkan bahwa variabel UMR dapat

dijelaskan oleh variabel TPAK sebesar 42,9

persen dan selebihnya sebesar 57,1 persen

dijelaskan oleh variabel lain di luar model

penelitian ini.

5. Pada tingkat kepercayaan 95 persen,

pengujian hipotesis secara parsial dengan uji

t menunjukkan bahwa thitung > ttabel yaitu 2,454

> 2,22. Hal ini berarti bahwa variabel UMR

secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap TPAK di Provinsi NAD.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah

dilakukan dalam penelitian ini dapat disimpulkan

bahwa:

1. Tingkat upah minimum regional selama dua

belas tahun terakhir di Nanggroe Aceh

Darussalam mengalami peningkatan untuk

setiap tahunnya. Diharapkan dengan adanya

peningkatan upah ini akan meningkatkan

pendapatan tenaga kerja di daerah ini, dan

pada akhirnya dapat menciptakan

kesejahteraan yang merata bagi masyarakat

Nanggroe Aceh Darussalam.

2. Konstanta sebesar 1,079 berarti tanpa

adanya variabel UMR maka Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di

Provinsi NAD sebesar 1,079 jiwa.

3. Koefisien variabel UMR sebesar 12,926,

artinya apabila terjadi perubahan UMR

sebesar Rp 100 ribu, maka akan

menyebabkan perubahan TPAK sebesar

12,926 jiwa.

4. Koefisien korelasi (R) sebesar 0,655

menggambarkan bahwa variabel TPAK

sangat erat hubungannya terhadap variabel

UMR di Provinsi NAD yaitu sebesar 65,5

persen, sedangkan sisanya sebesar 34,5

persen berhubungan dengan faktor lain di

luar penelitian ini.

5. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,429

menunjukkan bahwa variabel UMR dapat

dijelaskan oleh variabel TPAK sebesar 42,9

persen dan selebihnya sebesar 57,1 persen

dijelaskan oleh variabel lain di luar model

penelitian ini.

6. Pada tingkat kepercayaan 95 persen,

pengujian hipotesis secara parsial dengan uji

t menunjukkan bahwa thitung > ttabel yaitu

2,454 < 2,22. Hal ini berarti bahwa variabel

UMR secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap TPAK di Provinsi NAD.

REFERENSI

Gujarati, D. (2001). Ekonometrika Dasar.

Erlangga. Jakarta.

Hasibuan, M.S.P. (1987). Ekonomi

Pembangunan dan Perekonomian

Indonesia. CV. Armico. Bandung.

Poerwono, Hadi. (1984). Manajemen

Personalia, Edisi 3, Fakultas Ekonomi,

Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Simanjuntak, Payaman J (1985). Pengantar

Ekonomi Sumber Daya Manusia. LP3ES. Jakarta.

Sukirno, Sardono (1981). Pengantar Teori

Makro Ekonomi. Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia. Jakarta.

Sumarsono, Sony. (2003). Ekonomi

Manajemen Sumber Daya Manusia

dan Ketenagakerjaan. Graha Ilmu.

Yogyakarta.

Suroto. (1992). Strategi Pembangunan dan

Perencanaan Kesempatan Kerja. Gajah Mada University Press,

Yogyakarta.

Variabel Koefisien

Estimasi Sig

t-

hitung

Konstanta

UMR

1,079

12,926

0,189

0,040

-1,437

2,454

R : 0,655

R2 : 0,429

Adj. R2 : 0,358

Page 11: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

Susanti, Hera, dkk. (1995). Indikator-indikator

Makroekonomi. Penerbit LPFEUI,.

Jakarta.

Undang-undang Ketenagakerjaan, (2003).

Undang-undang Ketenagakerjaan

Lengkap UU No.13 Tahun 2003 dan

UU No.21 tahun 2003, Sinar Grafika,

Jakarta.

Tjiptoherianto, Prijono. (1996). Sumber Daya

Manusia Dalam Pembangunan

Nasional. Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia.

Page 12: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS ISSN 2088-6217 VOL 4, NOMOR 4 September 2015 : 226 - 239

Sistem Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Pembiayaan

Bank Syariah Dalam Penerapan Prinsip Prudential Standard

Muzakkir1 1) Dosen Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

Abstrak: Otoritas Jasa Keuangan menjadi satu satunya pengawas lembaga perbankan

dan non bank yang bekerja secara independen. OJK berkewajiban mengawasi seluruh

perbankan yang masuk dalam otoritasnya agar patuh, dan menjalankan aspek kesehatan

dan kehati-hatian perbankan dengan baik sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan

oleh OJK. Dasar hukum pembentukannya adalah UU No. 21 Tahun 2011 tentang

Otoritas Jasa Keuangan. Secara yurisdiksi OJK mengawasi, dan menyelidiki aktivitas

perbankan yang berada dalam ranah kerjanya. Fungsi ini diberikan agar OJK bekerja

secara terukur, dan tepat sasaran, namun dalam realitasnya banyak problema yang

ditemui OJK. Penelitian ini memformat untuk menganalisis sistem pengawasan yang

diterapkan oleh OJK dalam mengawasi penerapan prinsip prudential standard, dengan

rumusan masalah sebagai berikut bagaimana sistem pengawasan terhadap prudential

standard pada pembiayaan bank syariah, dan dari 5 Instrumen kesehatan bank,

instrumen yang mana menjadi fokus OJK dalam mengawasi penerapan prudential

standard pada perbankan syariah. Metode penelitian kualitatif penulis disain untuk

menjawab permasalahan ini dengan menggunakan pendekatan yuridis normative dan

fenomena. Untuk proses pemaparan dan analisis data digunakan metode deskriptif. Data

penelitian diperoleh melalui data pustaka dan data lapangan. Untuk mendapatkan

informasi komprehensif tentang penerapan sistem pengawasan OJK dilakukan melalui

wawancara yang diformat dalam bentuk un-guiden interview dengan responden para

peneliti OJK yang khusus mengawasi tentang perbankan syariah. Keterbatasan OJK

dalam sistem operasional dan manajemen secara internal, dapat memberi dampak pada

kelemahan OJK dalam mengawasi operasional perbankan sehingga bisa terjadi

pelanggaran pada penyaluran pembiayaan mudharabah, musyarakah, dan murabahah.

Maka oleh itu dibutuhkan penyegaran secara terstruktur dalam sistem operasional OJK

untuk menjawab segala permasalahan yang ada dalam bentuk pembiayaan pada dunia

perbankan. Adapun dari 20 komponen pengawasan OJK tentang kehati-hatian pada

tahun 2014, ternyata OJK sangat memperketat dan memfokuskan pengawasannya pada

instrumen 1, yaitu tentang aspek Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio

kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, instrument ini menjadi

alat OJK dalam melakukan pengawasan micro prudential pada bank umum syariah.

Instrumen 1 ini menjadi aspek terpenting dalam melihat kemampuan bank dalam

mengelola risiko sehingga kualitas bank tersebut dinilai mampu menjadi institusi

finansial yang beroperasi secara baik dengan mematuhi segala ketentuan yang telah

ditetapkan oleh OJK sehingga sesuai dengan ketentuan yurisdiksi perbankan nasional

yang harus dijalankan oleh seluruh perbankan syariah di Indonesia dengan

memperhatikan prinsip prudential standard secara baik.

Kata Kunci : Efektivitas, Prinsip prudential standards, Pengawasan Pembiayaan

Bank Syari’ah.

PENDAHULUAN Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjadi

lembaga pengawasan perbankan baru di

Indonesia, yang berfungsi mengawasi

keseluruhan sektor perbankan dan non bank serta

Page 13: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

jasa keuangan lainnya agar teratur, adil,

transparan, dan akuntabel. Dengan keberadaan

OJK harus mampu mewujudkan sistem keuangan

yang tumbuh secara prudent, kokoh dan stabil

serta dapat melindungi kepentingan masyarakat

dan konsumen, sehingga akan dapat melahirkan

suasana perbankan yang sehat dan kuat. Peran

independen yang diberikan pemerintah kepada

OJK tentu sangat strategis karena hampir semua

sektor keuangan diawasi OJK secara micro

prudential dan komprehensif, sehingga

perbankan dan lembaga keuangan akan lebih

berhati-hati dalam menjalankan operasional

institusinya dan melakukan aktivitas perbankan.

Yurisdiksi OJK melalui UU No. 21 Tahun

2011 menjadi dasar bagi OJK untuk menjalankan

semua fungsinya secara profesional dalam

mengawasi seluruh bank yang ada di Indonesia

baik bank konvensional maupun bank syariah.

OJK menjadi lembaga independen dan satu-

satunya institusi yang kini mengawasi perbankan

menjadi bukti bahwa pemerintah Indonesia

serius dalam memperhatikan sektor perbankan

dan stabilitasnya. Hal ini disebabkan bank secara

langsung mempengaruhi stabilitas perekonomian

dalam negeri, dan juga menjadi indikator

penentu dalam.

Fungsi pengaturan dan pengawasan

perbankan yang selama ini dilakukan oleh Bank

Indonesia, telah dialihkan kepada OJK sehingga

lembaga ini memiliki fungsi dalam

menyelenggarakan sistem pengaturan dan

pengawasan yang terintegrasi secara keseluruhan

serta kegiatan di dalam sektor jasa keuangan

yang meliputi sektor perbankan, pasar modal,

dan industri keuangan non bank yang terdiri dari

perasuransian, dana pensiun, lembaga

pembiayaan dan lembaga jasa keuangan.

Risiko penyaluran pembiayaan yang tidak

pruden akan menyebabkan manajemen bank

berhadapan dengan kondisi finansial yang

destruktif, sehingga dapat berakibat fatal

tentunya bagi bank. Maka oleh itu kehadiran

OJK sangat diharapkan oleh semua pihak agar

lembaga ini mampu menjalankan tugasnya

dengan baik, di sisi lain keterbatasan OJK dalam

melakukan pengawasan dan pengaturan tentang

lembaga keuangan seperti tercermin dalam UUD

No 21 Tahun 2011 tentang OJK dalam Pasal 69

Huruf, a dijelaskan bahwa Tugas Bank Indonesia

dalam mengatur dan mengawasi bank

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c

yang dialihkan ke OJK adalah “tugas pengaturan

dan pengawasan yang berkaitan microprudential,

sebagaimana dimaksud UUD ini. Bank

Indonesia tetap memiliki tugas pengaturan

perbankan terkait macroprudential”.

Pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia

dalam bentuk macroprudential tentu akan

berdampak pada tupoksi kerja yang dilakukan

oleh OJK juga, sehingga diharapkan akan lahir

sebuah koordinasi yang baik antara kedua

lembaga ini untuk dapat memaksimalkan

perannya secara penuh dan tidak tumpang tindih

terhadap pengawasan yang akan dilakukan pada

sektor perbankan dan lembaga keuangan lainnya

baik bank syariah, maupun bank konvensional,

sehingga akan terciptanya suasana kinerja yang

kondusif dan tepat pada sasaran.

Tugas OJK dalam pengaturan dan

pengawasan kegiatan jasa keuangan baik pada

bank syariah maupun bank konvensional,

meliputi perizinan untuk pendirian bank,

pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana

kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber

daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi

bank, serta pencabutan izin usaha bank; dan

kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana,

penyediaan dana, produk hibridasi, dan aktivitas

di bidang jasa. Selain itu, OJK juga memiliki

tugas dan wewenang melaksanakan pengaturan

dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan

di sektor perbankan, pasar modal, dan industri

keuangan non bank. “OJK berkewajiban

melakukan perlindungan konsumen dan

masyarakat melalui pemberian informasi dan

edukasi kepada masyarakat serta pelayanan

pengaduan konsumen dan melakukan pembelaan

hukum”.

Pengawasan mengenai kesehatan bank dan

unsur-unsur prudential standards meliputi,

likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset,

rasio kecukupan modal minimum, batas

maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman

terhadap simpanan, dan pencadangan bank,

laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan

kinerja bank, sistem informasi debitur, pengujian

kredit (credit testing); dan standar akuntansi

bank; Pengaturan dan pengawasan mengenai

aspek kehati-hatian bank, meliputi manajemen

risiko, tata kelola bank, prinsip mengenal

nasabah dan anti pencucian uang dan

pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan

perbankan.Pengawasan yang diterapkan oleh

OJK terhadap penyaluran pembiayaan bank-bank

Syari’ah dengan memperhitungkan risiko

melekat (inherent risk) dari aktivitas pembiayaan

bank syari’ah, melingkupi pembiayaan

murabahah, musyarakah, mudharabah dan

ijarah multi jasa. Produk pembiayaan ini

memiliki tingkat risiko yang berbeda-beda yang

tidak mungkin hanya ditanggulangi dengan

sistem penjaminan saja, namun dibutuhkan

penilaian feasibilitasnya oleh manajemen bank

syari’ah sebelum pembiayaan tersebut

dikucurkan.

Di sisi lain tentunya pengawasan yang

dilakukan oleh OJK secara microprudential

meliputi pengaturan dan pengawasan mengenai

kelembagaan, kesehatan, aspek prudential atau

Page 14: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

kehati-hatian, dan pemeriksaan bank merupakan

lingkup pengaturan dan pengawasan

microprudential yang menjadi tugas dan

wewenang OJK. Adapun lingkup pengaturan dan

pengawasan macroprudential, yakni pengaturan

dan pengawasan selain hal yang diatur dalam

pasal ini, merupakan tugas dan wewenang Bank

Indonesia. Dalam rangka pengaturan dan

pengawasan macroprudential, OJK membantu

Bank Indonesia untuk melakukan himbauan

moral (moral suasion) kepada Perbankan.

Terkait tugas dan fungsi OJK sebagai

lembaga pengawasan, maka OJK dengan

berdasarkan kepada kerangka kerja pengawasan

berdasarkan risiko sesuai Pasal 6 OJK

melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan

terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor

Perbankan serta bunyi Pasal 7 OJK

melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan

di sektor perbankan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 6 huruf a, OJK mempunyai

wewenang dalam pengaturan dan pengawasan

mengenai kelembagaan bank yang meliputi, (1)

perizinan untuk pendirian bank, pembukaan

kantor bank, anggaran dasar, rencana kerja,

kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya

manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank,

serta pencabutan izin usaha bank dan (2)

kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana,

penyediaan dana, produk hibridasi, dan aktivitas

di bidang jasa.

Standar pengaturan dan pengawasan yang

sangat penting dilihat lagi oleh OJK harus

diterapkan oleh bank syariah mengenai aspek

kehati-hatian bank, meliputi, (1) manajemen

risiko, (2) tata kelola bank, (3). prinsip mengenal

nasabah dan anti pencucian uang, dan (4),

pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan

perbankan, di sisi lain kondisi modal dan

finansial, kinerja bank dalam pengelolaan dana

pihak ketiga dan rasio dana yang memiliki

jumlah pembiayaan yang dikucurkan (loan

deficit ratio) juga perlu diperhatikan oleh OJK,

serta implementasi kebijakan dan prosedur pada

aktivitas pembiayaan dan operasional.

Dalam hal ini, tentunya bank syari’ah harus

mempersiapkan dari awal SDM yang kompeten

dan perangkat sistem informasi manajemen

risiko yang baik agar terciptanya bank yang sehat,

bank syari’ah harus mengoptimalkan sistem

pengendalian intern. OJK tentu harus mengontrol

dengan baik terhadap aplikasi peraturan yang

telah ditetapkan terhadap bank umum syari’ah

agar bank syariah mematuhi dan menjalankan

fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pada penyaluran pembiayaan bank syari’ah

potensi penyelewengan terhadap berbagai

produk pembiayaan lebih besar terjadi, hal ini

disebabkan karena bank syari’ah memiliki 2

standar yang harus dilaksanakan dan dipatuhi

yaitu substansi fiqhnya dan operasional yang

ditetapkan oleh pemerintah.

Bank syari’ah berupaya melakukan

perbaikan antara lain melalui proses

restrukturisasi dan pencarian investor baru dalam

rangka memperkuat struktur keuangan debitur

bermasalah, namun demikian, upaya tersebut

belum sepenuhnya dapat menekan rasio NPF

(non performing financing) ke level minimal

mengingat beberapa bank syari’ah memiliki

permasalahan debitur yang bersifat struktural,

sehingga upaya perbaikan belum dapat

menunjukkan hasil optimal dalam jangka pendek.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian, Tempat, Sumber data

Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan

menggunakan studi dokumentasi, dalam

penulisan ini penulis menggunakan metode

penelitian kualitatif, (qualitative research)

adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk

mendetesiskan dan menganalisis fenomena,

peristiwa, aktivitas sosial, sikap, persepsi,

pemikiran orang secara individual atau kelompok

dan studi kepustakaan (library research). Pada

tahapan ini peneliti menggali informasi dari OJK

dengan melihat dan menganalisis, peristiwa,

aktivitas, sikap, kepercayaan, persepsi,

pemikiran orang secara individual, selanjutnya

peneliti juga menggali informasi dari OJK

Cabang Banda Aceh, dan Bank Syariah yang

beroperasi di Banda Aceh. Penelitian ini

dilakukan di OJK Aceh Provinsi Aceh, serta

ingin melihat bagaimana otoritas OJK dalam

menjalankan fungsinya sebagai lembaga

pengawasan. Objek penelitian ini adalah sumber-

sumber yang memungkinkan untuk memperoleh

keterangan penelitian atau data. Adapun yang

menjadi objek penelitian dalam penelitian ini

adalah pihak OJK yang membidangi bagian

pengawasan Bank Syariah, sedangkan objek

penelitian ini adalah dampak adanya OJK apakah

mampu mengoptimalkan peran perbankan

syariah demi terlaksananya bank yang sehat dan

bersih.

Teknik pengumpulan data dan analisis data

Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan

data adalah sebagai berikut:

a. Observasi merupakan salah satu metode

pengumpulan data di mana peneliti melihat

dan mengamati langsung secara visual di

lokasi penelitian. Dalam hal ini, peneliti

melihat bagaimana dampak terhadap

pengawasan OJK dalam mengawasi seluruh

bank syariah yang ada di Banda Aceh.

Observasi juga dapat dipahami sebagai

proses “pemeran serta sebagai pengamat”,

artinya peneliti hanya berperan sebagai

pengamat dan menafsirkan atas apa yang

Page 15: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

terjadi dalam sebuah fenomena. Pada tahapan

ini peneliti mencoba mencermati kondisi

OJK Aceh penelitian agar apa yang ingin

peneliti berjalan dengan baik. Observasi ini

meliputi gambaran umum lokasi penelitian,

partisipan (aktor yang terlibat) dalam

lembaga OJK dan melihat aktivitas serta

respon perbankan syariah dalam menjaga

kesehatan perbankannya. Dalam konteks

penelitian ini, observasi awal yang peneliti

lakukan adalah mengamati gambaran umum

lokasi penelitian.

b. Wawancara (interview)

Wawancara dilakukan dengan para informan

yang telah dipilih dari unsur yang menjadi

objek penelitian. Mengingat penelitian

dilakukan di OJK Aceh maka informan yang

dimaksud adalah Kepala Bidang

Pengawasan OJK Aceh. Informasi yang

diperoleh dari pihak OJK kabupaten adalah

mendapatkan informasi tentang pengawasan

OJK terhadap produk pembiayaan di Banda

Aceh.

c. Informan

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif,

dengan teknik yang digunakan tidak

berdasarkan persentase sebagaimana sering

digunakan dalam penelitian kualitatif.

Penelitian ini hanya menjaring sebanyak

mungkin informasi yang mendalam dari

berbagai sumber tanpa berpatokan kepada

besarnya jumlah informan yang digali.

Dengan demikian, tujuannya bukanlah

memusatkan diri pada adanya perbedaan-

perbedaan yang nantinya dikembangkan ke

dalam generalisasi. Tujuannya adalah untuk

merinci kekhususan yang ada dalam ramuan

konteks yang unik. Untuk memperoleh

gambaran menyeluruh tentang objek

penelitian, peneliti menggunakan teknik

analisis deskriptif kualitatif. Data yang

diperoleh melalui observasi, dokumentasi,

wawancara dan pencatatan di lapangan,

selanjutnya diolah dan diinterpretasikan

dengan memfokuskan makna yang

diinterpretasikan dalam bentuk kata-kata dari

pada angka-angka sejauh mungkin dalam

bentuk aslinya.

Dalam penelitian kualitatif yakni adanya: (1)

reduksi data, (2) display data, (3) mengambil

kesimpulan verifikasi.

Tahapan di atas untuk lebih jelasnya dapat

dijabarkan sebagai berikut:

a. Reduksi data, diartikan sebagai proses

pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan data kasar

dan transformasi data kasar yang muncul dari

beberapa catatan yang berhasil dihimpun.

Proses reduksi data mengacu pada

pengelompokkan data yang dipilih untuk

menjawab permasalahan yang sedang diteliti.

b. Display data adalah penyajian data dan

informasi yang telah terkumpul dalam bentuk

matriks atau uraian yang memberikan

kemudahan dalam memberikan kemungkinan

penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan yang diperlukan.

c. Penarikan kesimpulan (verifikasi), proses

pencarian data/makna dari data yang

terkumpul, memberikan catatan keteraturan,

pola-pola yang dapat digunakan untuk

menjelaskan, konfigurasi yang mungkin

digunakan, sebab akibat serta proposisi.

Kesimpulan yang diperoleh juga memerlukan

verifikasi selama penelitian dilakukan.

Pada proses analisis data, penelitian ini

dilakukan juga proses komparasi. Komparasi

dilakukan dengan cara membandingkan dan

menguji kembali antara data yang diperoleh di

lapangan dari hasil observasi dan berbagai data

atau keterangan ilmiah lainnya yang relevan.

Keterangan ilmiah tersebut diperoleh dari

berbagai referensi pustaka yang sempat dikaji

dengan data yang berdasarkan hasil wawancara

yang dilakukan.

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian dan Regulasi Prudential standards

pada Perbankan Syariah di Indonesia

Pengertian Prudential standards merupakan

gabungan dari dua kata yaitu Prudential dan

standards dalam kamus besar bahasa Inggris

prudential berarti kehati-hatian sedangkan

standards memiliki arti “standar”, prinsip kehati-

hatian yang secara istilah prudent diartikan

sebagai pengawasan, kata prudent itu sendiri

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan

arti bijaksana, namun dalam dunia perbankan

istilah ini digunakan untuk kehati-hatian.

Prudential standards bertujuan agar bank dapat

melakukan kegiatan usahanya dengan aman

sehingga bank selalu berada dalam keadaan

sehat. Prinsip kehati-hatian tersebut

mengharuskan pihak bank selalu teliti dan

waspada dalam menjalankan kegiatan usahanya,

dalam arti harus selalu konsisten dalam

melaksanakan peraturan perundang-undangan di

bidang perbankan berdasarkan profesionalisme

dan itikad baik. Pengertian prinsip kehati-hatian

sendiri adalah prinsip pengendalian risiko

melalui penerapan perundang-undangan sebagai

ketentuan yang harus diterapkan secara

konsisten. Tujuan dari penerapan prinsip kehati-

hatian ini adalah untuk menjaga keamanan,

kesehatan, dan kestabilan sistem perbankan.

Prudential standards juga didefinisikan

sebagai “nasihat Tuhan” bahwa setiap makhluk

harus bersikap hati-hati. Nasihat itu sama persis

dengan nasihat setiap orang tua kepada anaknya,

Page 16: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

setiap atasan pada bawahannya, setiap bawahan

kepada atasannya, setiap kawan yang satu

dengan kawan yang lainnya. Tegasnya, nasihat

untuk bersikap hati-hati adalah nasihat antara

manusia yang satu dengan yang lain, antara

institusi dengan pihak lain, bahkan antara polisi

dengan pengguna jalan. Dengan demikian,

tidaklah tepat jika seorang yang melanggar

“nasihat” harus dianggap sebagai pelanggaran

normatif hukum karena suatu nasihat bukanlah

norma hukum, tetapi merupakan tingkat tertinggi

dari suatu nilai idealisme. Oleh karena suatu

nasihat masih merupakan prinsip idealisme

tertinggi, maka kesimpulan bahwa pelanggaran

nasihat termasuk pelanggaran prinsip kehati-

hatian tidak dapat secara serta merta dianggap

sebagai norma hukum sebab pelanggaran norma

hukum adalah pelanggaran terhadap hukum

positif dan bukan pada pelanggaran idealisme.

Menurut Ibrahim Warde, prudential standards

adalah kehati-hatian dalam memastikan bahwa

institusi-institusi keuangan beroperasi dalam

sikap yang hati-hati. Kepercayaan ditanamkan

dengan membangun jaminan keamanan yang

benar dan pelaksanaan pengawasan yang ketat.

Sejumlah mekanisme pengawasan, rasio kehati-

hatian, akuntansi, audit, dan aturan-aturan

keterbukaan siap digunakan dan memiliki

implikasi-implikasi yang luas. Liberalisasi secara

tiba-tiba di bidang keuangan telah melahirkan

situasi yang sulit bagi para regulator.

Di sisi yang lain, iklim bisnis yang bergulir

tanpa batasan akan rawan terhadap penipuan,

terutama pertumbuhan ekonomi palsu yang

spekulatif dan skema-skema piramida, institusi-

institusi membayar deviden (keuntungan)

bukannya dari keuntungan-keuntungan yang

dihasilkan dari operasi-operasi bisnis yang sah,

melainkan dari deposito-deposito baru. Dari

beberapa definisi di atas dapat disimpulkan

bahwa prudential standards (prinsip kehati-

hatian) adalah salah satu asas terpenting yang

wajib diterapkan atau dilaksanakan oleh bank

dalam menjalankan kegiatan usahanya. Prinsip

kehati-hatian tersebut mengharuskan pihak bank

untuk selalu berhati-hati dalam menjalankan

kegiatan usahanya, dalam arti harus selalu

konsisten dalam melaksanakan peraturan

perundang-undangan di bidang perbankan

berdasarkan profesionalisme dan itikad baik.

Regulasi Prudential standards pada

Perbankan Syari’ah di Indonesia

Prudential standards merupakan salah satu

standar kehati-hatian yang ditetapkan oleh

pemerintah sebagai ketentuan hukum untuk

memastikan bahwa bank yang beroperasi di

Indonesia mampu mengoptimalkan perannya

sebagai institusi finansial yang kuat dan

bertanggungjawab terhadap pengelolaan

tabungan dan sumber finansial lainnya yang

diinvestasikan oleh nasabah krediturnya.

Prudential standards sebagai salah satu bentuk

rambu-rambu kesehatan perbankan di Indonesia

bertujuan agar bank termasuk bank syari’ah

sebagai penghimpun dan pengelola dana

masyarakat dalam operasionalnya mampu

berperan optimal sebagai institusi yang mapan

dan tangguh serta bebas dari risiko sehingga

dapat mendatangkan keuntungan yang

diharapkan oleh semua pihak yang terkait.

Dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998

tentang Perbankan pada Pasal 29 ayat (2),

menentukan bahwa “bank wajib memelihara

tingkat kesehatan sesuai dengan ketentuan dan

kecukupan modal, kualitas manajemen,

likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek

lain yang berhubungan dengan bank, dan wajib

melakukan kegiatan usaha dengan prinsip kehati-

hatian”.

Apabila bank melakukan kegiatan

berdasarkan prinsip syariah dan tidak mematuhi

rambu-rambu kesehatan bank tentu akan

memberikan dampak kerugian yang jauh lebih

besar daripada hal itu dilakukan oleh bank

konvensional. Ada dua alasan mengapa dampak

tersebut lebih besar, alasan pertama ialah karena

risiko yang dihadapi oleh bank syariah, dalam

hal pembiayaan diberikan berdasarkan akad

mudharabah (investasi tidak terikat) kepada

nasabahnya, jauh lebih besar daripada risiko

yang dihadapi oleh bank konvensional yang

pemberian kreditnya dengan jaminan. Pada

pembiayaan mudharabah, bank syariah sebagai

mana ketentuan atau prinsip syariahnya tidak

boleh meminta agunan dari nasabah yang diberi

pembiayaan. Dengan kata lain, bank syariah

semata-mata hanya dapat mengandalkan first

way out (jaminan utama) sebagai sumber

pengembalian dana yang diinvestasikan oleh

bank dalam bentuk pembiayaan mudharabah,

yang notabene dana tersebut berasal dari

simpanan para nasabah bank tersebut. Sedangkan

pada pemberian kredit oleh bank konvensional,

penyerahan agunan oleh nasabah debitur

merupakan unsur penting sebagai second way

out (jaminan tambahan). Dengan kata lain,

sumber pelunasan kredit bagi bank konvensional

selain berupa first way out, juga bank

konvensional masih dapat mengandalkan second

way out berupa agunan kredit dan penjaminan

apabila first way out mengalami kegagalan.

Alasan kedua, apabila terjadi kegagalan pada

pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah,

antara lain dalam bentuk mudharabah dan

musyarakah (akad kerja sama antara dua pihak

atau lebih untuk suatu usaha tertentu), nasabah

tidak berkewajiban untuk mengembalikan dana

bank tersebut. Sebagaimana telah diuraikan di

atas tadi, misalnya pada transaksi mudharabah,

bank syariah yang harus memikul risiko

Page 17: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

kehilangan dana yang telah diberikan oleh bank

syariah kepada nasabah atau mudharib

(pengelola) untuk diputarkan dalam kegiatan

usaha nasabah, sedangkan risiko yang dipikul

mudharib hanya berupa tidak memperoleh

keuntungan dan remunerasi (imbalan) dari jerih

payahnya dalam menjalankan dan mengelola

usaha itu. Dengan demikian bank syariah harus

mampu memikul risiko finansial sedangkan

nasabah hanya memikul risiko non-finansial.

Prinsip kehati-hatian adalah salah satu asas atau

prinsip yang menyatakan bahwa bank dalam

menjalankan fungsi dan kegiatan usaha wajib

bersikap hati-hati (prudent) dalam rangka

melindungi dana masyarakat yang dipercayakan

pada bank. Hal ini disebut dalam Pasal 2 UU

Nomor 10 Tahun 1998 sebagai perubahan atas

No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, bahwa

perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya

berasaskan demokrasi, ekonomi dengan

menggunakan prinsip kehati-hatian.

Prinsip Prudential Standards yang

Diimplementasikan pada Perbankan Syariah

di Indonesia

Salah satu jenis bank yang ada di kalangan

masyarakat Indonesia yang mempunyai sistem

atau tata cara operasionalnya berlandaskan pada

nilai-nilai syariat Islam adalah bank syariah.

Bank syariah adalah suatu lembaga yang usaha

pokoknya tidak jauh berbeda dengan bank

konvensional menarik dan memberikan kredit

(pembiayaan) dan jasa-jasa dalam lalulintas

pembayaran serta peredaran uang yang

pengoperasionalannya disesuaikan dengan nilai-

nilai syariat Islam. Bank syariah sebagai bank

yang menerapkan nilai-nilai syariah juga

mempunyai prinsip yang sama dengan bank

konvensional dalam melakukan aktivitas

perbankan, adapun prinsip-prinsip tersebut di

antaranya :

Kecukupan modal

Lembaga keuangan yang sehat dan kuat tidak

dapat dikembangkan tanpa disertai dengan

terciptanya iklim saling percaya antara penyedia

dan pengguna dana. Untuk menciptakan iklim

saling percaya tersebut tidaklah mudah karena di

satu sisi bank menerima dana dari para deposan

sekaligus bertindak sebagai pengguna dan

penyedia dana, sementara itu di sisi lain, return

atas ekuitas semakin meningkat seiring dengan

bertambahnya proporsi dana dari para deposan

yang mereka pergunakan.

Rekening giro, yang merupakan bagian

penting dari total dana bank syariah, adalah

utang yang harus dibayar meskipun rekening

investasi secara kontraktual tidak diperlakukan

demikian, pada umumnya bank tidak dapat

mencegah adanya penarikan dana sebelum jatuh

tempo. Ketika rekening investasi bisa menjadi

objek penarikan pada saat para deposan sudah

tidak percaya lagi terhadap bank, atau

dimungkinkan adanya kondisi di mana nasabah

akan meninggalkan bank (bank-run), maka bank

harus memperkuat permodalan dan membuat

pencadangan atas kerugian. Bank selaku

lembaga keuangan harus mampu memulihkan

kepercayaan nasabah dan mencegah terjadinya

penarikan masal, kebutuhan modal minimum

yang berfungsi sebagai dana jaminan internal

(internal insurance fund). Persoalan ini tentu

tidak dapat terselesaikan dengan mudah apabila

bank tidak mengetahui standar internasional

untuk mencapai maksud tersebut. Standar

permodalan dalam ketentuan Basel dibagi

menjadi tiga bentuk, yaitu tier-1 capital atau

modal inti, tier-2 capital atau modal pelengkap,

dan tier-3 capital. Ditentukan tier-1 capital tidak

boleh kurang dari 50% dari total modal (tier-1

capital + tier-2 capital), sedangkan tier-2 capital

juga tidak dibolehkan lebih dari 50% dari total

modal. Selain itu, juga ditentukan bahwa bank

minimal harus menjaga tier-1 capital sebesar 4%

dan total modal sebesar 8% dari aset tertimbang

menurut risiko (risk weighted asset). Karena

ketika bobot risiko (risk-weight) adalah nol,

maka bank dituntut untuk menyediakan modal

inti yang minimal equivalen dengan 3% dari total

aset mereka.

Kualitas Aset bank Dalam mengukur kualitas aset, bank harus

menilai jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank.

Pengukuran kualitas aset dan liabilitas adalah

bagaimana bank mampu mengkoordinasikan

portofolio aset/liabilitas guna memaksimalkan

profit bagi bank dan hasil yang dibagikan kepada

para pemegang saham dalam jangka panjang

dengan tetap memperhatikan kebutuhan

likuiditas dan prinsip kehati-hatian. Pengukuran

aset meliputi koordinasi karakteristik keuntungan

(return) dan risiko atas portofolio aset dan

liabilitas bank. Setiap keputusan investasi yang

dilakukan bank memerlukan keputusan simultan

tentang bagaimana mendanai investasi tersebut.

Risiko pada bank tidak hanya tergantung pada

karakteristik aset melainkan juga pada

karakteristik liabilitas yang digunakan untuk

menandai aset tersebut.

Kualitas manajemen bank Penilaian kualitas manajemen bank dapat

dilihat dari kapasitas manusianya dalam

mengelola bank, di samping itu Kualitas

manajemen bank juga dapat dilihat dari segi

pendidikannya serta pengalaman para

karyawannya dalam menangani berbagai kasus

yang terjadi. Aspek yang dinilai di antaranya

manajemen permodalan, manajemen aktiva

umum, manajemen rentabilitas dan manajemen

likuiditas. Pemerintah dan Bank Indonesia telah

mengatur dalam ketentuannya sebagai mana

tertuang dalam surat keputusan bersama antara

Page 18: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

menteri keuangan dan Gubernur Otoritas Jasa

Keuangan No. 52/KMK.017/ 1999 dan No.

31//11/KEP/ GBI tanggal 8 Februari 1999, di

antaranya isinya adalah sebagai berikut.

Ketentuan tentang penilaian pemenuhan fit and

proper test dari pemegang saham, komisaris dan

dewan direksi BU. Kedua penilaian terhadap

pemegang saham yang memiliki saham lebih

dari 25% atau dapat dibuktikan menjadi

pemegang saham pengendali berkaitan dengan

pemenuhan komitmen tertulis kepada BI.

Masalah integrasi, melibatkan operasional bank

dan penilaian terhadap komisaris dan direksi

menyangkut pemenuhan komitmen tertulis

kepada BI. Di samping perangkat organisasi,

yaitu dewan komisaris, direksi, pejabat lainnya

serta satuan-satuan kerja dalam organisasi

operasional bank yang terkait dengan proses

kegiatan pembiayaan, maka untuk mendukung

pemberian pembiayaan yang sehat, organisasi

pembiayaan perlu dilengkapi dengan unsur-unsur

struktur pengendalian internal yang memadai,

mulai dari awal proses kegiatan pembiayaan dan

pengawasan sampai penyelesaian. Untuk

menerapkan hal itu antara lain bank memiliki

komite kebijakan pembiayaan dan komite

pembiayaan.

Adapun penyebab sering terjadinya

pembiayaan bermasalah dikarenakan kesulitan-

kesulitan yang dihadapi oleh nasabah. Penyebab

kesulitan keuangan perusahaan nasabah dapat

dibagi dalam dua faktor di antaranya faktor

internal dan faktor eksternal.

a. Faktor internal merupakan faktor yang ada di

dalam perusahaan sendiri dan faktor utama

yang paling dominan merupakan faktor

manajerial. Timbulnya kesulitan-kesulitan

keuangan perusahaan yang disebabkan oleh

faktor manajerial dapat dilihat dari beberapa

hal, seperti kelemahan dalam kebijakan

pembelian dan penjualan, lemahnya

pengawasan biaya dan pengeluaran,

kebijakan piutang yang kurang tepat,

penempatan yang berlebihan pada aktiva

tetap, permodalan yang tidak cukup.

b. Faktor Eksternal merupakan faktor-faktor

yang berada di luar kekuasaan manajemen

perusahaan, seperti bencana alam,

peperangan, perubahan kondisi

perekonomian dan perdagangan, perubahan

teknologi, dan lain-lain.

Likuiditas

Likuiditas pada umumnya merupakan posisi

uang kas suatu perusahaan dan kemampuannya

untuk memenuhi kewajiban (membayar utang)

yang jatuh tempo tepat pada waktunya. Apabila

dikaitkan dengan lembaga keuangan lembaga

bank, berarti kemampuan bank setiap waktu

untuk membayar utang jangka pendek apabila

tiba-tiba ditagih oleh nasabah atau pihak-pihak

terkait, yang dimaksud dengan likuiditas

bagaimana kemudahan mengubah aset menjadi

uang tunai dari masing-masing bank yang

bersangkutan. Dalam pengelolaan dana, bank

akan mengalami salah satu dari tiga hal berikut

ini:

a. Posisi seimbang (square) di mana persediaan

dana sama dengan kebutuhan dana yang

tersedia.

b. Posisi lebih (long), di mana persediaan dana

lebih dari kebutuhan dana yang tersedia

c. Posisi kurang (short), di mana persediaan

dana kurang dari kebutuhan dana

Dalam kegiatan operasional, bank dapat

mengalami kelebihan atau kekurangan likuiditas.

Apabila terjadi kelebihan, maka hal itu dianggap

sebagai keuntungan bank. Sedangkan jika terjadi

kekurangan likuiditas, maka bank memerlukan

sarana untuk menutupi kekurangan tersebut.

Transaksi pembayaran dalam aktivitas perbankan

dilakukan melalui mekanisme kliring dengan

membebankan rekening giro bank yang

bersangkutan pada Otoritas Jasa Keuangan.

Apabila dalam pelaksanaan saldo bank menjadi

kurang dari giro wajib minimum (GWM), maka

bank atau kantor cabangnya dikenakan

kewajiban membayar. Untuk ketentuan

mengenai besarnya mata uang dan mekanisme

GWM bagi bank umum syariah, kini telah ada

pengaturannya tersendiri yaitu PBI No.

6/21/PBI/2004 tentang giro wajib minimum

dalam rupiah dan valuta asing bagi bank umum

yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan

prinsip syariah. Bagi bank syariah yang

mengalami kekurangan dana dapat menerbitkan

sertifikat investasi mudharabah antar bank (IMA)

yang merupakan sarana penanaman modal bagi

bank syariah maupun bank konvensional.

Berdasarkan ketentuan Pasal 3 PBI No

2/8/PBI/2000, sertifikat IMA adalah satu-satunya

yang digunakan dalam operasional pasar uang

antar bank berdasarkan prinsip syariah (PUAS).

Rentabilitas

Rentabilitas merupakan salah satu sistem

yang paling penting dalam bank, rentabilitas

merupakan alat untuk menganalisa atau

mengukur tingkat efisiensi usaha dan

profitabilitas yang dicapai oleh bank yang

bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio dalam

kategori ini dapat pula digunakan untuk

mengukur tingkat kesehatan bank. Dalam

perhitungan rasio-rasio rentabilitas ini biasanya

dicari hubungan timbal balik antara pos yang

terdapat pada laporan laba rugi bank dengan pos-

pos pada neraca bank guna memperoleh berbagai

indikasi yang bermanfaat dalam mengukur

tingkat efisiensi dan profitabilitas bank yang

bersangkutan.

Page 19: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

Rasio rentabilitas terdiri atas :

Return on asset (ROA), yaitu rasio yang

digunakan untuk mengukur kemampuan

manajemen bank dalam memperoleh keuntungan

(laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA

suatu bank, semakin besar pula posisi bank

tersebut dalam penggunaan asset.

Return on equity (ROE), yaitu perbandingan di

antara laba bersih bank dengan modal sendiri.

ROE ini merupakan indikator yang amat penting

bagi para pemegang saham dan calon investor

untuk mengukur kemampuan bank dalam

memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan

pembagian deviden. Kenaikan dalam rasio ini

berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank

yang bersangkutan selanjutnya, kenaikan

tersebut akan menyebabkan kenaikan harga

saham. Perlu diperhatikan, bahwa dalam

penentuan tingkat kesehatan bank, Otoritas Jasa

Keuangan lebih mementingkan penilaian

besarnya ROA dan tidak memasukkan unsur

ROE. Hal ini dikarenakan Otoritas Jasa

Keuangan selaku pembina dan pengawas

perbankan lebih mengutamakan nilai

profitabilitas suatu bank yang diukur dengan

asset dana sebagian besar berasal dari simpanan

masyarakat.

a. Rasio beban operasional (BOPO), merupakan

perbandingan antara beban operasional

dengan pendapatan operasional. Rasio ini

digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi

bank dalam melakukan kegiatan operasinya.

Untuk bank syariah pendapatan operasional

bank terdiri atas pendapatan bagi hasil,

keuntungan atas kontrak jual beli, fee, biaya

administrasi, Net profit margin (NPM) adalah

rasio yang menggambarkan tingkat

keuntungan bank, dibandingkan dengan

pendapatan yang diterima dari kegiatan

operasionalnya. Sebagaimana halnya dengan

perhitungan rasio sebelumnya. Rasio NPM

pun mengacu kepada pendapatan operasional

bank yang terutama berasal dari kegiatan

pemberian kredit yang dalam praktiknya

memiliki berbagai risiko seperti risiko kredit

(kredit bermasalah dan kredit macet), serta

kurs valas (jika kredit diberikan dalam bentuk

valas).

b. Prinsip keseimbangan/keadilan yang

dimaksud orang-orang yang curang di sini

ialah orang-orang yang curang dalam

menakar dan menimbang. Meskipun bank

syariah itu dapat bersifat universal banking,

namun mereka tidak akan dapat menghindari

dari keharusan memilih segmen pasar

tertentu, pemilihan itu tidak saja ditentukan

oleh adanya potensi pasar yang dapat mereka

jangkau tetapi juga dipengaruhi oleh

kapasitas masing-masing bank, seperti

permodalan, kapasitas sumberdaya manusia

(SDM), sistem dan teknologi yang mereka

miliki dan sebagainya. Bank syariah wajib

memiliki sistem organisasi, sistem

administrasi dan manajemen yang baik, serta

sumberdaya manusia yang berakhlak baik

(siddiq), Amanah, dan fatanah (profesional).

Bank wajib melakukan analisa dan penilaian

yang terus menerus mengenai sektor

ekonomi, segmen pasar, kegiatan usaha dan

nasabah yang berisiko tinggi, bank harus

menghindari melakukan kegiatan

pembiayaan dan investasi pada:

a. Usaha yang tidak sesuai dengan prinsip

syariah

b. Usaha yang bersifat spekulatif dan

mengandung ketidakpastian yang tinggi

usaha yang tidak mempunyai informasi

keuangan yang memadai

c. Bidang usaha yang memerlukan keahlian

khusus, sedang aparat bank tidak

memiliki keahlian khusus.

d. Pengusaha yang bermasalah

Jika dilakukan perbandingan, maka

perbankan syariah akan lebih safe dan

terjamin kemampuan berusahanya karena

operasional bank terikat oleh ketentuan-

ketentuan prinsip-prinsip syariah. Prinsip-

prinsip syariah sebagai dasar operasionalnya

sekaligus merupakan dan menjadi prinsip

kehati-hatian bagi bank Syariah.

Solvabilitas

Analisis solvabilitas sering digunakan untuk

mengukur kemampuan bank dalam memenuhi

kewajiban jangka panjang atau kemampuan bank

untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya jika

terjadi likuiditas bank. Di samping itu rasio ini

digunakan untuk mengetahui perbandingan

antara volume (jumlah) dana yang diperoleh dari

berbagai hutang (jangka pendek dan jangka

panjang) serta sumber-sumber lain di luar modal

bank sendiri dengan volume penanaman dana

tersebut pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki

bank. Rasio solvabilitas ini terdiri atas:

a. Capital adequacy ratio (CAR), adalah rasio

yang memperlihatkan seberapa jauh aktiva

bank yang mengandung risiko kredit,

penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank

lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri

bank di samping memperoleh dana-dana dari

sumber di luar bank, seperti dana masyarakat,

pinjaman hutang, dengan kata lain CAR

adalah rasio untuk mengukur kecukupan

modal yang dimiliki bank untuk menunjang

aktiva yang mengandung atau menghasilkan

risiko, misalnya kredit yang diberikan CAR

merupakan indikator terhadap kemampuan

bank untuk menutupi penurunan aktivanya

sebagai akibat dari kerugian bank yang

disebabkan oleh aktiva berisiko. Berdasarkan

regulasi BI tertanggal 29 Februari 1993, bank

Page 20: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

yang dinyatakan termasuk bank sehat

(berkinerja baik) apabila memiliki CAR

paling sedikit sebesar 8% sesuai dengan

ketentuan yang ditetapkan oleh BI for

international settlements (BIS)

b. Debt to equity ratio (DER), yaitu rasio yang

digunakan untuk mengukur kemampuan bank

dalam menutup sebagian atau seluruh

hutangnya, baik dalam jangka panjang

maupun jangka pendek, dengan dana yang

berasal dari dana bank sendiri. Dengan kata

lain, rasio ini mengukur seberapa besar

pasiva yang terdiri atas persentase modal

bank sendiri dibandingkan dengan besarnya

hutang. Dalam bisnis perbankan, sebagian

besar dana yang ada pada suatu bank berasal

dari simpanan masyarakat, baik berupa

simpanan giro, tabungan ataupun deposito.

Oleh karena itu hanya sebagian kecil saja

dana yang berasal dari modal sendiri. Selain

memperoleh hutang (kewajiban) dari deposan

(penyimpanan dana), pada umumnya bank

juga bisa memperoleh pinjaman dari

lembaga-lembaga perbankan, baik lembaga

bank yang berada di dalam negeri yaitu BI

maupun pinjaman kepada bank yang berada

di luar yaitu KLBI, BLBI, dan fasilitas

lainnya).

Ketentuan di atas yang perlu digarisbawahi

bahwa hukum Islam hanya mengatur secara

umum konseptual transaksi dan perjanjian seperti

disebutkan di atas. Dalam operasional konsep

yang ada dalam hukum Islam tersebut perlu

dijabarkan kembali secara lebih detail dan

sistematis dalam perjanjiannya sebagaimana

telah dijelaskan di atas. Produk-produk bank

syariah tersebut merupakan produk pilihan yang

dirancang secara prudent yang di dalamnya juga

mengandung prinsip-prinsip perlindungan bagi

nasabahnya. Secara historis produk-produk

tersebut telah dipraktikkan dalam dunia

perniagaan di masa Nabi dan para sahabatnya, di

samping produk-produk lain yang dalam

pengembangannya diawasi oleh Dewan

Pengawas syariah dari masing-masing bank yang

dikendalikan oleh Dewan Syariah Nasional yang

dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Regulasi dan Wewenang OJK dalam

Pengawasan Prudential standards pada

Perbankan Syariah di Indonesia

Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga

pengawasan bank memiliki regulasi dalam

menjalankan aktivitasnya, salah satu regulasi

yang terapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan

adalah tentang ketentuan kesehatan bank baik

bank konvensional maupun bank syariah yang

terdiri dari BUS dan BPRS, dimaksud untuk

dipergunakan sebagai tolak ukuran bagi

manajemen bank dalam menilai apakah

pengelolaan bank telah dilakukan sesuai dengan

asas-asas perbankan yang sehat dan sesuai

dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dan (2)

sebagai tolak ukur untuk menetapkan arah

pembinaan dan pengembangan bank, secara

sendiri atau keseluruhan. Khusus untuk

perbankan syariah, ketentuan tentang kesehatan

bank dipergunakan sebagai tolak ukur bagi

manajemen, Dewan Pengawas syariah, Otoritas

Jasa Keuangan, dan bahkan nasabah dalam

menilai apakah pengelolaan bank telah dilakukan

sesuai dengan Prinsip syariah.

Dalam pengawasan bank dan lembaga

keuangan lainnya OJK tentunya dapat merujuk

pada teori pengawasan yang dikemukakan oleh

Henry Fayol dalam menjalankan sistem

pengawasan terhadap bank, di mana dalam

konsep Henry Fayol menjelaskan bahwa fungsi

Controlling atau pengendalian atau pengawasan

adalah suatu kegiatan untuk memantau,

membuktikan, dan memastikan seluruh kegiatan

yang telah direncanakan, diorganisasikan,

diperintahkan, dan dikondisikan sebelumnya

dapat berjalan sesuai target atau tujuan tertentu,

dalam teori ini Henry Fayol mengklasifikasikan

instrumen penting yang harus diperhatikan di

antaranya:

1. Prinsip-prinsip controlling: Pengawasan yang

dilakukan oleh pimpinan dapat dimengerti

oleh pekerja dan hasilnya mudah diukur.

2. Pimpinan harus memahami bahwa fungsi

pengawasan sebagai kegiatan yang sangat

penting dalam upaya mencapai tujuan

organisasi.

3. Standar kerja harus dijelaskan kepada seluruh

pekerja karena kinerja pekerja terus dinilai

oleh pimpinan sebagai pertimbangan untuk

memberikan penghargaan kepada yang

dianggap mampu memenuhi target.

4. Proses controlling, mengukur hasil atau

prestasi yang telah dicapai oleh para pekerja

atau perusahaan, dan kemudian

membandingkan hasil yang telah dicapai

dengan tolak ukur yang sudah ditetapkan,

serta memperbaiki penyimpangan-

penyimpangan yang terjadi sesuai dengan

penyebabnya, kemudian menggunakan faktor

penyebab tersebut untuk menetapkan

langkah-langkah ke depannya.

Selanjutnya dalam teori yang dikemukakan

oleh George R. Terry, dia menjelaskan

bahwa Controlling atau pengendalian atau

pengawasan adalah suatu kegiatan untuk

memantau, membuktikan, dan memastikan

seluruh kegiatan yang telah direncanakan,

diorganisasikan, diperintahkan, dan dikondisikan

sebelumnya dapat berjalan sesuai target atau

tujuan tertentu. Prinsip dan proses controlling

menurut George R. Terry sama dengan prinsip

dan proses controlling menurut Henry Fayol.

Dalam pengawasannya OJK juga masih

Page 21: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

menggunakan standar yang diterapkan oleh Bank

Indonesia penilaian tingkat kesehatan bank

mencakup penilaian terhadap faktor-faktor

sebagai berikut:

a. Permodalan (capital);

b. Kualitas aset (asset quality);

c. Manajemen (manajemen);

d. Rentabilitas (earning);

e. Likuiditas (liquidity); dan

f. Sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity

to market risk), Pasal 3 PBI No.

9/1/PBI/2007).

Penilaian terhadap faktor permodalan

meliputi penilaian terhadap komponen-

komponen sebagai berikut: a. Kecukupan,

proyeksi (trend ke depan) permodalan dan

kemampuan permodalan dalam mengcover

risiko; b. Kemampuan memelihara kebutuhan

penambahan modal yang berasal dari keuntungan,

rencana permodalan untuk mendukung

pertumbuhan usaha, akses kepada sumber

permodalan dan kinerja keuangan pemegang

saham (Pasal 4 ayat 1 No. 9/1/PBI/2007).

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.

9/24/DPbS kepada semua bank umum yang

melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan

prinsip syariah, Bab II angka 1, penilaian

permodalan dimaksudkan untuk menilai

kecukupan modal bank dalam mengamankan

eksposur risiko posisi dan mengantisipasi

eksposur risiko yang akan muncul. Penilaian

kuantitatif faktor permodalan bank dalam

menjalankan usaha sesuai dengan prinsip

manajemen umum, kecukupan manajemen risiko

dan kepatuhan bank terhadap ketentuan baik

yang terkait dengan prinsip kehati-hatian

maupun kepatuhan terhadap prinsip syariah dan

komitmen bank kepada Otoritas Jasa Keuangan.

Penilaian kualitatif faktor manajemen dilakukan

dengan penilaian terhadap komponen-komponen

sebagai berikut: a. Kualitas manajemen umum

terkait dengan penerapan good corporate

governance (tata kelola perusahaan); b. Kualitas

penerapan manajemen risiko; c. Kepatuhan

terhadap ketentuan baik yang terkait dengan

prinsip kehati-hatian maupun kepatuhan terhadap

prinsip syariah serta komitmen kepada Otoritas

Jasa Keuangan.

Menurut Surat Edaran Otoritas Jasa

Keuangan No. 9/24/DPpbS kepada semua bank

umum yang melaksanakan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip syariah, Bab 2 angka 3,

penilaian rentabilitas dimaksudkan untuk menilai

kemampuan bank dalam menghasilkan laba.

Penilaian kuantitatif faktor rentabilitas dilakukan

dengan melakukan penilaian terhadap

komponen-komponen sebagai berikut:

1. Net operating margin (NOM), merupakan

rasio utama.

2. Return on assets (ROA), merupakan rasio

penunjang.

3. Rasio efisiensi kegiatan operasional (REO),

merupakan rasio penunjang.

4. Rasio aktiva yang dapat menghasilkan

pendapatan, merupakan rasio penunjang.

5. Diversifikasi pendapatan, merupakan rasio

penunjang.

6. Proyeksi pendapatan bersih Operasional

utama (PPBO) merupakan rasio penunjang

7. Net structural operating margin, merupakan

rasio pengamatan (observed)

8. Return on equity (ROE), merupakan rasio

pengamatan (observed)

9. Komposisi penempatan dana pada surat

berharga/pasar keuangan, merupakan rasio

pengamatan (observed)

10. Disparitas imbalan jasa tertinggi dengan

terendah, merupakan rasio pengamatan

(observed)

11. Pelaksanaan fungsi edukasi, merupakan

rasio pengamatan (observed)

12. Pelaksanaan fungsi sosial, merupakan rasio

pengamatan (observed)

13. Korelasi antara tingkat bunga di pasar

dengan return/bagi hasil yang diberikan

oleh bank syariah, merupakan rasio

pengamatan (observed)

14. Rasio bagi hasil dana investasi, merupakan

rasio pengamatan (observed)

15. Penyaluran dana yang di-write-off

dibandingkan dengan biaya operasional,

merupakan rasio pengamatan (observed)

Penilaian kuantitatif yang akan muncul.

Penilaian kuantitatif faktor likuiditas dilakukan

dengan melakukan penilaian terhadap

komponen-komponen sebagai berikut:

1. Besarnya aset jangka pendek dibandingkan

dengan kewajiban jangka pendek, merupakan

rasio utama.

2. Kemampuan aset jangka pendek, kas dan

secondary reserve dalam memenuhi

kewajiban jangka pendek, merupakan rasio

penunjang.

3. Ketergantungan kepada dana deposan inti,

merupakan rasio penunjang.

4. Pertumbuhan dana deposan inti terhadap total

dana pihak ketiga, merupakan rasio

penunjang.

5. Kemampuan bank dalam memperoleh dana

dari pihak lain.

6. Apabila terjadi mismatch, merupakan rasio

pengamatan (observed).

7. Ketergantungan pada dana antar bank,

merupakan rasio pengamatan (observed).

HASIL PEMBAHASAN

Prudential standards untuk mewujudkan

Stabilitas Operasional Perbankan Syariah

Page 22: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

Berdasarkan dengan standar kehati-hatian,

dalam Pasal 35 UU perbankan syariah,

menentukan bahwa perbankan syariah dalam

melakukan kegiatan usahanya wajib menerapkan

prinsip kehati-hatian. Oleh karena itu perbankan

syariah wajib menyampaikan kepada Otoritas

Jasa Keuangan laporan keuangan berupa neraca

tahunan dan perhitungan laba rugi tahunan serta

penjelasannya yang disusun berdasarkan prinsip

akuntansi syariah yang berlaku umum, serta

laporan berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk

yang diatur dengan peraturan Otoritas Jasa

Keuangan.

Otoritas Jasa Keuangan sebagai pengontrol

kebijakan seluruh perbankan yang ada di

Indonesia telah menetapkan ketentuan mengenai

batas maksimum penyaluran dana berdasarkan

prinsip syariah, pemberian jaminan, penetapan

investasi surat berharga, atau hal lain yang

serupa yang dapat dilakukan oleh bank syariah.

Penyaluran dana berdasarkan prinsip syariah

oleh bank syariah dan UUS mengandung risiko

kegagalan atau kemacetan dalam pelunasannya

sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan

bank syariah dan UUS.

Mengingat bahwa penyaluran dana dimaksud

bersumber dari dana masyarakat yang disimpan

pada bank syariah, risiko yang dihadapi bank

syariah dapat berpengaruh pula kepada

keamanan dana masyarakat. Untuk memelihara

kesehatan dan meningkatkan daya tahannya,

bank syariah diwajibkan membayar risiko

dengan mengatur penyaluran atau pemberian

pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.

Makna penting dari prinsip kehati-hatian

tersebut di atas adalah perbankan syariah harus

dikelola dengan baik. Pembiayaan yang

dilakukan harus berdasarkan pertimbangan

ekonomis dan profesional, bukan pertimbangan

lain di luar kepentingan ekonomi. Berkaitan

dengan pengelolaan perbankan syariah

berdasarkan prinsip transparansi, akuntabilitas,

pertanggungjawaban, profesional, dan kewajaran

dalam menjalankan kegiatan usahanya, UU

Perbankan Syariah menekankan bahwa

pengabaian prinsip transparansi, akuntabilitas,

pertanggungjawaban, profesional, dan kewajaran

dalam menjalankan kegiatan usahanya

mempunyai risiko yang berat, karena pelakunya

harus bertanggungjawab di dunia dan di akhirat

sekaligus.

Sistem Pengawasan OJK Terhadap

Implementasi Prudential standards oleh

bank-bank Umum Syari’ah

Pada tahun 2013 sektor keuangan Indonesia

mengalami pembaharuan yang sangat signifikan,

hal ini ditandai dengan hadirnya lembaga baru

yaitu Otoritas Jasa Keuangan yang mengambil

alih sebahagian fungsi strategis Bank Indonesia

sebagai lembaga pengawas perbankan dan

lembaga keuangan lainnya yang beroperasi di

Indonesia.Di sisi lain semangat pemerintah

dalam membentuk lembaga OJK merupakan

wujud dari keseriusan dalam merespon segala

permasalahan-permasalahan yang timbul di

sektor perbankan dan non bank di Indonesia, hal

ini diperkuat dengan fungsi OJK secara

kelembagaan bahwa OJK berada di luar

pemerintahan, yang dimaksud dengan di luar

pemerintahan di sini adalah bahwa OJK tidak

menjadi bagian dari kekuasaan Pemerintah,

namun dalam pelaksanaannya OJ menjelaskan

tidak menutup kemungkinan adanya unsur-unsur

perwakilan pemerintah ke depan karena pada

hakikatnya OJK merupakan lembaga yang

beraktivitas di sektor keuangan yang memiliki

relasi baik dengan otoritas lain yang mengurus

kebijakan fiskal dan moneter hal ini dilakukan

secara Ex-officio.

Fungsi pengawasan terhadap dunia

perbankan tentu sudah lama dijalankan oleh

lembaga pengawas, dulu kita mengenal Bank

Indonesia yang fokus serta serius serta

berkewajiban untuk memastikan bahwa Bank

Umum Syariah agar tetap dalam keadaan

prudent, aspek yang diawasi oleh Bank

Indonesia pada waktu itu khusus bagi lembaga

perbankan dan keuangan lain yang ada di

Indonesia serta mengelola stabilitas moneter dan

menjaga peredaran uang, namun dalam

pelaksanaannya BI juga mengalami

keterbatasan-keterbatasan dalam melakukan

fungsinya sehingga banyak permasalahan-

permasalahan yang muncul dalam bentuk

pembiayaan baik mudharabah, murabahah, dan

musyarakah dalam skala serius, dan ini

merupakan keterbatasan bagi Bank Indonesia.

Kondisi ini menunjukkan bahwa lembaga

perbankan memiliki perputaran aktivitas

kegiatan yang sangat tajam, serta membuktikan

bahwa lembaga perbankan tidak berjalan lambat,

maka oleh itu dibutuhkan pengawasan yang

ekstra dalam aktivitas pembiayaan serta

pemerintah mengharapkan peran yang sangat

maksimal dari OJK, untuk menjawab segala

permasalahan yang selama ini menjadi

keterbatasan Bank Indonesia dalam melakukan

pengawasan di dunia perbankan.

Mekanisme Kerja OJK dalam Pengawasan 5

Instrumen Prudential Standards Serta

Bagaimana Tingkat Fokusnya Terhadap

Masing-masing Instrumen

Dalam Aplikasi pengawasan terhadap

bank yang dilakukan oleh OJK, pihak OJK

mengakui bahwa sampai saat ini mereka masih

menggunakan sistem operasional Bank Indonesia,

namun dalam melakukan pemeriksaan OJK

menjelaskan bahwa OJK memiliki standar

operasional dalam melakukan pengawasan

dengan menggunakan sistem standar operasional

Page 23: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

pengawasan yang pernah digunakan oleh Bank

Indonesia terhadap pengawasan untuk Bank

konvensional maupun Bank syariah. Untuk

melakukan pemeriksaan terhadap bank syariah,

mekanisme pemeriksaan yang dilakukan OJK

sebelum masuk ke BUS terlebih dahulu OJK

memberikan surat pemberitahuan akan

memeriksa terhadap BUS paling cepat selama 5

hari dan paling lambat selama 7 hari sebelum

pemeriksaan dilakukan, OJK memberikan

tenggang waktu paling kurang selama 5 hari

kepada BUS untuk mempersiapkan segala

dokumen yang dibutuhkan oleh OJK dalam

pemeriksaan. Pemeriksaan ini bertujuan untuk

melakukan pengawasan tentang standar

operasional yang harus diterapkan oleh setiap

bank yang beroperasi di seluruh Indonesia.

Dalam pelaksanaan penerapan prinsip

prudential standards terhadap kesehatan bank,

berpedoman pada ketentuan perundang-

undangan pengawasan pasal 7 huruf b, di mana

OJK harus memperhatikan beberapa faktor di

antaranya, 1. Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas,

kualitas asset, rasio kecukupan modal minimum,

batas maksimum pemberian kredit, rasio

penjamin terhadap simpanan, dan pencadangan

bank; 2. Laporan bank yang terkait dengan

kesehatan dan kinerja bank; 3. Sistem informasi

debitur; 4. Pengujian kredit (credit testing); dan 5.

Standar akuntansi bank. Ketentuan ini

merupakan ketentuan yang selama ini digunakan

oleh Bank Indonesia dalam mengawasi seluruh

bank yang ada di Indonesia.

Bank wajib menetapkan kualitas yang sama

terhadap beberapa rekening AP yang digunakan

untuk membiayai 1 nasabah, dalam 1 satu bank

yang sama, penetapan kualitas ini juga berlaku

sama terhadap AP berupa penyediaan dana atau

tagihan yang diberikan oleh lebih dari 1 bank

yang dilaksanakan berdasarkan perjanjian

pembiayaan bersama atau sindikasi. Selanjutnya

poin 9 (Sembilan), Giro Wajib Minimum di

mana bank wajib memelihara GWM dalam

rupiah dan sedangkan bank devisa selain wajib

memenuhi GWM dalam rupiah juga wajib

memenuhi GWM dalam valuta asing. GWM

dalam rupiah ditetapkan sebesar 5% dari DPK

dalam rupiah dan GWM dalam valas diterapkan

sebesar 1% dari DPK valas. Selain memenuhi

ketentuan tersebut, bank yang memiliki rasio

pembiayaan dalam Rupiah terhadap DPK dalam

Rupiah Kurang dari 80% dan memiliki DPK

rupiah Rp 1 Trilyun s/d Rp 10 trilyun wajib

memelihara tambahan GWM Rupiah sebesar 1%

dari DPK dalam rupiah. Pada poin 12, OJK

menjelaskan dalam implementasi bahwa bank

wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam

penyertaan modal bank, dalam hal ini pihak bank

wajib memperoleh persetujuan OJK untuk setiap

penyertaan modal selanjutnya poin 13,

merupakan prinsip kehati-hatian dalam Aktivitas

Sekuritisasi Aset bagi Bank Umum pada poin ini

OJK mewajibkan kepada bank agar

memperhatikan Aset keuangan yang dialihkan

dalam rangka sekuritisasi aset wajib berupa aset

keuangan yang terdiri dari, tagihan yang timbul

dari surat berharga, tagihan yang timbul di

kemudian hari (future receivables ) dan aset

keuangan lain yang setara.

Maka dapat disimpulkan bahwa instrumen

yang menjadi fokus penilaian utama OJK dalam

melakukan pengawasan terhadap BUS yang

berdasarkan prinsip kehati-hatian agar

terwujudnya bank yang sehat Adalah instrument

1, yaitu tentang aspek Likuiditas, rentabilitas,

solvabilitas, kualitas asset, rasio kecukupan

modal minimum, batas maksimum pemberian

kredit, rasio penjamin terhadap simpanan dan

pencadangan bank, hal ini juga dipertegas

kembali oleh Pemimpin Cabang PT. Bank BRI

syariah Akhyar Sulhan yang menjelaskan bahwa

hampir semua aktivitas yang dinilai dari bank

masuk ke dalam Instrumen 1, sedangkan

instrument yang lain tidak begitu fokus. Pada

instrument 1, beliau menekan bahwa 90%

pekerjaan bank sudah masuk ke dalam

instrument 1 dan ini merupakan fokus utama

OJK dalam melaksanakan fungsi pengawasannya.

Tindakan OJK terhadap Penurunan Kualitas

Prudential Standards yang diterapkan oleh

Bank Umum Syari’ah

Di sisi lain OJK juga harus melihat pada

penilaian tingkat komponen pembentukan

manajemen, penilaian ini dilakukan oleh OJK

dengan berdasarkan analisis dengan

mempertimbangkan indikator pendukung dan

unsure judgment, hal ini dilakukan oleh OJK

untuk memastikan bahwa sumber daya manusia

yang ada dalam suatu bank umum syariah benar-

benar memahami dan mengerti akan mekanisme

sistem operasional yang ada dalam suatu

perbankan serta patuh dan taat akan regulasi

yang telah ditetapkan oleh bank sehingga

perbankan akan dapat beroperasi dengan baik

dan sehat. OJK mengakui bahwa banyak terjadi

pelanggaran di produk pembiayaan dalam bentuk

mudharabah dan murabahah, Musyarakah Hal

ini disebabkan karena lemahnya manajemen

bank dalam menjaga kesehatan bank serta

Page 24: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

mengelola dana bank dan mengabaikan prinsip

kehati-hatian prudential standards.

Dalam pelaksanaannya apabila bank syariah

tidak melaporkan kualitas aktiva secara bulanan

maka BI akan memberikan sanksi berupa teguran

maupun denda membayar bagi bank syariah

yang mengabaikan ketentuan yang telah

ditetapkan oleh OJK, di sisi lain OJK juga

memiliki ketentuan yang lebih di mana OJK

memiliki fungsi sebagai penyidik yang fungsi ini

tidak ada selama ini pada BI, dalam ketentuan

perundang-undangan lembaga ini dapat

mengeksekusi secara langsung apabila bank

melakukan tindak pidana dalam aktivitas

perbankannya, fungsi ini tentu sangat strategis

bagi OJK dalam menjalankan tugasnya ke depan,

namun dalam aplikasinya OJK mengakui sedang

memaksimalkan ke arah yang lebih baik

sehingga terwujudnya cita-cita yang diharapkan

oleh rakyat dan pemerintah supaya lembaga OJK

dapat berdiri secara Independen serta kokoh

dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga

Negara.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan Sebagai akhir dari pembahasan ini, maka

akan dikemukakan beberapa kesimpulan dan

saran-saran demi lengkapnya penulisan ini:

1. Dalam pelaksanaan sistem pengawasan yang

dilakukan oleh OJK terhadap penerapan

prudential standards pada pembiayaan

perbankan syariah, saat ini OJK sedang

mengalami masa transisi baik secara sistem

operasional, dan sistem internal. OJK sedang

memaksimalkan fungsi pengawasannya pada

penyiapan infrastruktur operasional micro

prudential secara terpisah dengan Bank

Indonesia, hal ini mengingat bahwa sampai

saat ini OJK masih menggunakan sistem

operasional Bank Indonesia dalam

melakukan pengawasan secara umum dan

masih terbatasnya manajemen internal pada

lembaga ini, keterbatasan secara sistem

operasional dan manajemen internal

berdampak pada ketidakjelasan pelaporan

yang akan dilaporkan oleh terhadap OJK ke

depan.

2. Dari 20 implementasi pengawasan kehati-

hatian yang baru saja dikeluarkan oleh OJK

pada tahun 2014, dapat disimpulkan bahwa

OJK lebih banyak memfokuskan

pengawasannya pada Instrumen 1, yaitu

tentang aspek Likuiditas, rentabilitas,

solvabilitas, kualitas asset, rasio kecukupan

modal minimum, batas maksimum pemberian

kredit, rasio penjamin terhadap simpanan dan

pencadangan bank. Hal ini dapat dilihat

dengan masuknya 9 poin implementasi ke

dalam instrument ini, dan jumlah poin ini

sangat mendominasi pada implementasi dan

aplikasi kerja OJK. Selanjutnya diikuti oleh

instrumen ke 2, 3, 4 dan instrumen ke 5.

Pihak OJK mengakui bahwa masih banyak

pelanggaran yang dilakukan oleh perbankan

syariah pada pembiayaan mudharabah,

musyarakah, dan murabah kondisi ini

menunjukkan bahwa OJK sedang berupaya

maksimalkan fungsi pengawasan dan

pemeriksaannya lebih ketat sehingga akan

memperkecil pelanggaran ke depannya.

Saran

1. Berhubung dengan yang penulis kaji

tentang pengawasan perbankan syariah, dari

literature serta dari mekanisme yang ada

pada OJK, penulis tidak menemukan

adanya mekanisme yang membendung

risiko syariah yang terapkan oleh OJK

kepada bank syariah, hal ini mengingat

banyak komplain Risiko syariah yang

muncul di tengah masyarakat Indonesia.

Maka dalam hal ini penulis menyarankan

kepada OJK agar memasukkan Instrumen

Risiko Syariah ke dalam mekanisme

operasional pengawasan syariah terhadap

Bank Syariah yang ada di Indonesia. disisi

lain OJK perlu memperbaiki sistem dan

mekanisme pelayanan terhadap lembaga

keuangan syariah, Serta perlu menambah

SDM yang berkompeten bertanggungjawab

dalam menangani lembaga keuangan

syariah sehingga ketika terjadi complain

dari pihak masyarakat, maka OJK cepat

merespon dan mengerti subtansi

permasalahan yang menjadi keluhan

masyarakat dan pihak bank.

2. Diharapkan kepada OJK agar dapat

menerapkan prinsip prudential standards

secara maksimal terhadap Bank Umum

Syariah, hal ini mengingat bahwa lembaga

keuangan memiliki tingkat risiko tinggi

sehingga apabila peran ini tidak

dimaksimalkan maka pelanggaran-

pelanggaran akan menjadi masalah serius

bagi lembaga bank syariah yang ada di

Indonesia ke depan, dan OJK harus mampu

mewujudkan fungsinya sebagai lembaga

Independen yang mampu berdiri sendiri dan

memiliki sistem operasional terpisah

dengan Bank Indonesia sehingga dapat

fokus menjalakan fungsinya sebagai

lembaga pengawasan yang mengawasi

lembaga perbankan dan non bank secara

micro prudential standards.

3. Diharapkan kepada OJK agar segera

melaksanakan fungsi sebagai penyidik, hal

ini mengingat bahwa kasus pelanggaran

dalam dunia perbankan sangat rentan terjadi

di Indonesia, hal ini disebabkan karena

Page 25: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

kondisi perekonomian di Indonesia yang

berubah- berubah, dan sektor perekonomian

yang menghasilkan sangat kurang, di mana

pemerintah hanya memfokuskan pada

sektor pembangunan dan infrastruktur.

REFERENSI

Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, Ekonomi Islam

(Prinsip, Dasar dan Tujuan),

Yogyakarta: Magistra Insania Press,

2004.

Adrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa

Keuangan, (Jakarta Timur: Ras,

2014).hlm. 144.

Ahmad Yani, Gunawan Widjaja, Jaminan

Fidusia, Jakarta: PT.Raja Grafindo

Persada, 2007.

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2007.

Dewan Syariah Nasional, Majelis Ulama

Indonesia, Bank Indonesia, Himpunan

Fatwa Dewan Syariah Nasional,

Jakarta: DSN-MUI BI, 2001.

Gunawan Widjaja, Kartini Muljadi,

Penanggungan Utang dan Perikatan

Tanggung Menanggung, Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2005.

J Satrio, Hukum Jaminan, Hak Jaminan

Kebendaan, Jakarta: Citra Aditya Bakti,

2002.

Kartini Muljadi, Gunawan Widjaja, Kebendaan

Pada Umumnya, Jakarta: Kencana,

2003.

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

1998.

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi

Dalam Islam (Fiqh Muamalah), Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit

Perbankan Indonesia, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2007.

Mufti Muhammad Taqi Usmani, An Introduction

To Islamic Finance, Pakistan: Maktaba

Ma’ariful Qur’an 2002,

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah, dari

Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani

Press, 2002.

Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian

Ekonomi (Teori dan aplikasi), Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2005.

Muhammad, Etika Bisnis Islami, Yogyakarta:

Akademik Manajemen Perusahaan

YKPN, 2002.

Muhammad, Kebijakan Fiskal Dan Moneter

Dalam Ekonomi Islam, Jakarta: PT.

Salemba Emban Patria, 2002.

Muhammad, Manajemen Pembiayaan

Mudharabah di Bank Syariah, Jakarta:

Rajawali, 2008.

Munir Fuady, Hukum Tentang Pembiayaan,

Jakarta: Citra Aditya Bakti, 2006.

Otoritas Jasa Keuangan, Booklet Perbankan

Indonesia 2014, (Jakarta Menara Radius

Prawiro; 2014)

Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum

Perbankan di Indonesia, Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2003

Ridwan Nurdin, Akad-akad Fiqh pada

Perbankan Syariah di Indonesia

(Sejarah, Konsep, dan

Perkembangannya), Banda Aceh:

Yayasan Pena Banda Aceh, 2010.

Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2008.

Sutan Remi Sjahdeini, Perbankan Islam Dan

Kedudukannya Dalam Tata Hukum

Indonesia, Jakarta: Grafiti, 2005.

Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy,

Pengantar Fiqh Muamalah,

Semarang: Pustaka Riski Putra, 1999.

Undang-undang-nomor-21-tahun-2011-tentang-

otoritas-jasa-keuangan,diakses tanggal

25-Januari-2014

Warkum Samitro, Asas-asas Perbankan Islam

dan Lembaga-lembaga terkait (BAMUI,

Tafakul, dan Pasar Modal Syariah,

Jakarta: PT. Raja Grafindo, 20.

Perkreditan Rakyat/Bank Pembiayaan

Rakyat Syari’ah

Peraturan Bank Indonesia (PBI), No.

11/28/PBI/2009, Tanggal 1 Juli

2009, tentang Anti Pencucian

Uang dan Pencegahan

Pendanaan Terorisme Bagi

Bank Umum Konvensional dan

Syari’ah

Jimly Asshiddiqie, Penegakan Hukum di

Indonesia, Http;//Jimly,

Multiply. Com/ diakses bulan

Februari, 2012

Page 26: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS ISSN 2088-6217 VOL 4, NOMOR 4 September 2015 : 240 - 244

Pengaruh Pengembangan Karir Berbasis Kompetensi dan Praktek

Manajeman Kinerja Terhadap Kualitas Layanan Pada PT. Bank

Rakyat Indonesia Cabang Banda Aceh

Nelly1

1) Dosen Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

Abstrack: This study aims to determine the effect of a competency-based career development and

performance management practices for service quality, as well as to seek the most dominant influence

among the independent variables which will then be prioritized improvements in the company's efforts to

improve service quality. Data taken using cluster random sampling method. The study population was the

employees PT.Bank Rakyat Indonesia Cabang Banda Aceh, the number of employees is 114 employees

and in this study the authors take a sample of 53 employees of the total population, the determination of

sampling by using the formula slovin. Primary data collection is done by spreading a structured

questionnaire using Likert scale and subsequently analyzed using multiple linear regression analysis

techniques. Testing the hypothesis obtained results simultaneously showed that counted> Ftable, can take

the conclusion that accepting the alternative hypothesis (Ha) and refused hipotesi zero (Ho), meaning

progress career competency-based and practice of performance management together influential

siqnifikan to quality services. Partial test (t test) Given also tcount for competency-based career

development amounted to 3,707 to 2,015 t table so count> ttable with a significant level of 0.001 or> 0.05

it can be concluded that the H01 is rejected dah Ha1 accepted, which means career development

competency-based significant effect on the Quality of Service In PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang

Banda Aceh. While known also tcount for performance management practices amounted to 3,263 to

2,015 t table so counted > t table with a significant level of 0.002 or> 0.05 it can be concluded that the

H01 is rejected dah Ha1 accepted, which means that performance management practices significantly

influence the Quality In PT. Bank Rakyat Indonesia Banda Aceh.

Keywords :Competency-Based Career,Practice Performance Management, and Quality of Service.

PENDAHULUAN

PT. Bank Rakyat Indonesia cabang Banda

Aceh merupakan salah satu Bank pemerintah

yang bertujuan untuk melayani kebutuhan

masyarakat yang berhubungan dengan jasa

perbankan yang selalu mengutamakan kepuasan

nasabah, sehingga sangat memerlukan sumber

daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu

kinerja karyawan telah menjadi pusat perhatian

yang utama dalam perusahaan tersebut. Perhatian

yang begitu besar terhadap masalah kinerja dapat

dipahami karena menyangkut efesiensi dan

efektivitas penggunaan sumber daya manusia

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan

oleh perusahaan tersebut. Dari beberapa sistem

yang dapat mempengaruhi pengembangan

sumber daya manusia,diantaranya adalah sistem

pengembangan karir berbasis kompetensi dan

sistem manejemen kinerja.

Penyempurnan manajemen sumber daya

manusia PT. Bank Rakyat Indonesia merupakan

persyaratan menuju profesionalisme, demi

perwujdan dari bagian visinya untuk menjadi

bank terkemuka yang selalu mengutamakan

kepuasan nasabah. Oleh karena itu, PT. Bank

Rakyat Indonesia cabang Banda Aceh terus

berbenah diri dalam hal penambahan prasarana

pendukung maupun upaya peningkatan proses

pengembangan karyawan seperti pengembangan

karir berbasis kompetensi dan penerapan

manajemen kinerja. Dengan adanya program

pengembangan tersebut di harapkan karyawan

memiliki semangat dan motivasi yang tinggi

karena merasa di hargai dan di perhatikan.

Pengembangan karir (career development)

berbasis kompetensi adalah suatu perencanaan

yang dapat diimplementasikan melalui

pendidikan, pelatihan, pencarian dan perolehan

kerja, serta pengelaman kerja Mutiara (2004:63).

Dalam proses pengembangan karir berbasis

kompetensi, perusahaan memberikan

kesempatan yang sebesar-besarnya pada pegawai

untuk mempunyai pekerjaan yang berarti bagi

pegawai, dan memberikan kesempatan untuk

berpatisipasi dalam struktur kerja perusahaan

Adapun program pengembangan karir berbasis

kompetensi merupakan hal yang perlu dilakukan

oleh seorang pegawai yang berkerja dalam suatu

Page 27: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

organisasi tak hanya ingin memperoleh apa yang

di upaya hari ini, tetapi juga mengharapkan

adanya perubahan,ada kemajuan,ada kesempatan

yang diberikan kepadanya untuk maju ke tingkat

yang lebih tinggi dan lebih baik.

Manajemen kinerja merupakan gaya

manajemen dalam mengelola sumber daya yang

berorientasi pada kinerja yang melakukan proses

komunikasi secara terbuka dan berkelanjutan

dengan menciptakan misi bersama dan pendekata

strategis serta terpadu sebagai kekuatan

pendorong untuk mencapai tujuan organisasi

Wibowo (2007:9).

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Objek Penelitian

Penelitian ini di lakukan pada P.T Bank

Rakyat Indonesia Cabang Banda Aceh Jln. Cut

Meutia No.17 Banda aceh.

Populasi dan Penarikan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah para

karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang

Banda Aceh yang berjumlah 114 orang karyawan.

Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah

para karyawan perusahaan PT. Bank Rakyat

Indonesia Cabang Banda Aceh yang berjumlah

53 orang karyawan dari jumlah populasi.

Penentuan sampel ini di gunakan rumus slovin

(Husein Umar, 2004) sebagai berikut:

N

n =

1+ Ne2

114

n = = 53

1+114 (0,1)2

Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data primer yang

merupakan data penelitian yang di peroleh

langsung dari sumber aslinya. Data diambil

dengan menyebar kuesioner atau angket kepada

para karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia

Cabang Banda Aceh. Mengingat peneliti

mempunyai keterbatasan baik dalam

keterbatasan waktu, dana dan ruang lingkup.

Setiap responden di minta untuk memberikan

penilaian atas pertayaan yang di ajukan dengan

pilihan jawaban dalam bentuk tingkat kesetujuan

yang akan dipilih oleh responden.

Skala Pengukuran Data yang diperoleh berhubungan dengan

pengaruh pengembangan karir berbasis

kompetensi dan praktek manajemen kinerja

terhadap kualitas layanan. Data tersebut masih

berupa data kualitatif, sehingga belum bisa

dianalisis secara statistik. Karena itu di perlukan

adanya skala pengukuran guna

mengkuantitatifkan data kualitatif tersebut. Skala

pengukuran yang di gunakan adalah skala Likert

(Likert Scala) dengan interval 1-5.

Operasional Variabel Penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu

pengembangan karir berbasis kompetensi (X1),

praktek manajemen kinerja (X2), sebagai variabel

indenpenden dan kualitas layanan (Y) sebagai

variabel denpenden.

Peralatan Analisis Data Sesuai dengan tuuan dan hepotisis penelitian,

pengembangan karir berbasis kompetensi dan

praktek manajemen kinerja berpengaruh positif

terhadap kualiatas pelayanan. Oleh karena itu,

model analisa kasus yang digunakan untuk

menganalisis dan menjawab permasalahan

tersebut adalah peralatan statistik regresi linear

berganda, yang di rumuskan sebagai berikut :

Y= a + b1X1 + b2X2 + e

Dimana:

Y = Kualitas pelayan

A = Kostanta

X1 = Pengaruh pengembangan karir

berbasis kompetensi

X2 = Praktek manajemen kinerja

B1 dan b2 = Koefisien regresi X1 dan X2

E = Error term

Untuk mencri hubungan antara kedua variabel

indenpenden ( pengembangan karir berbasis

kompetensi dan praktek manajemen kinerja)

terhadap kualitas pelayanan, digunakan peralatan

statistik koefisien korelasi (r). Selanjutnya untuk

mengatahui besarnya kedua variabel

indenpenden tersebut terhadap kualitas

pelayanan yang digunakan koefisien determinasi

(R2).

Pengujian Validitas Dan Uji Reabilitas

Validitas atau tingkat ketetapan, kejituan atau

keakuratan adalahkemampuan suatu alat untuk

mengukur apa yang seharusnya di ukur

(Mas’ud,2004:68). Dengan kata lain instrumen

tersebut dapat mengukur variabel (konstruk)

yang diinginkan oleh periset. Menurut suliyanto

(2006:194) penentuan validitas dapat di lakukan

dengan memcari nilai korelasi skor masing-

masing item dengan skor total item untuk setiap

variabel. Kemudian nilai r hitung yang di peroleh

dari kolerasi tersebut di bandingkan dengan r

tabel pada tingkat keyakinan 95 persen, dengan

ketentuan apabila r hitung > r tabel item

pernyataan tersebut dinyatakan valid. Sebaliknya

apabila r hitung < r tabel maka item pernyataan

tersebut tidak valid

Reabilitas atau tingakat keandalan, ketatapan

atau konsistensi adalah tingkat kemampuan

instrukmen riset untuk mengumpulkan data

secara konsistem dari sekelompok individu.

Page 28: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

Instrumen yang mempunyai tingkat rehabilitas

tinggi cenderung menghasilkan data yang sama

tentang status variabel atau unsur-unsurnya. Jika

di ulangi pada waktu yang berbeda pada

sekelompok individu yang sama. Sehingga

instrumen tersebut dapat dinilai realible atau

dapat di andalkan (Mas’ud, 2004:69), tolak ukur

reliabiliti kuesioner di dasarkan pada nilai

cronbach alpha, Menurut Malhotra (2005 : 236)

koefisien minimun yang dapat diterima di atas

0,60

Uji Asumsi Klasik Sebelum melakukan pengujian hipotesis atau

regresi maka di lakukan pengujian sumsi klasik

terlebih dahulu untuk mengatahui apakah model

persamaan regresi yang di gunakan memenuhi

asumsi linear klasik. Hal ini penting di lakukan

agar diperoleh parameter yang andal dan valid.

Uji asumsi klasik terdiri dari: uji normalitas, uji

multikolinearitas, uji heterokedatisitas, dan uji

autokorelasi (Ghozali,2006:55)

Pengujian Hipotesis

Pengujian Secara Silmultan (Uji F)

Untuk mengatahui pengaruh variabel

independen secara bersama-sama terhadap

variabel dependen dan apakah model dapat diterima digunakan uji F. Keputusan yang

diambil berdasarkan tingkat siqnifikansi 5%

atau 0,05. Apabila diperoleh tingkat siqnifikansi dibawah 5% atau 0,05 maka

dapat di simpulkan bahwa secara bersama-

sama variabel indenpenden berpengruh terhadap variabel dependen. Jika di peroleh

tingkat siqnifikansi di atas 5% atau 0,05

maka dapat di simpulkan bahwa variabel

indenpenden tidak berpengaruh terhadap

variabel dependen. Kriteria pengambilan

keputusan adalah: Ho : Apabila nilai Fhitung > Ftabel, maka Ho

diterima dan sebaliknya Ha ditolak

yang bermakna secara silmutan variabel

pengembangan karir berbasis

kompetensi dan praktek manajemen

kinerja, tidak berpengaruh siqnifikansi

terhadap kualitas pelayanan.

Ha : Apabila nilai Fhitung > Ftabel, maka Ha

diterima, sebaliknya Ho di tolak yang

bermakna secara silmutan variabel pengembangan karir berbasis

kompetensi dan praktek manajemen

kinerja berpengaruh siqnifikansi terhadap kualitas pelayanan

Pengujian Secara Parsial (Uji T) Untuk mengatahui pengaruh variabel

indenpenden secara paesial terhadap variabel

dependen di gunakan uji t. Keputusan yang di

ambil berdasarkan tingkat siqnifikansi 5% atau

0,05. Apabila di peroleh tingkat siqtifikansi

dibawah 5% atau 0,05 maka dapat di simpulkan

bahwa secara parsial variabel indenpenden

berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika di

peroleh tingkat siqnifikansi di atas 5% atau 0,05

maka dapat di simpulkan bahwa bahwa variabel

indenpenden tidak berpengaruh terhadap variabel

dependen. Kriteria pengambilan keputusan

adalah sebagai berikut:

Ho : Apabila nilai Thitung pengembangan

karir berbasis kompetensi > Ttabel,

Artinya variabel tersebut di nyatakan berpengaruh signifikan.Sebaliknya

apabila thitung pengembangan karir

berbasis kompetensi < ttabel maka variable tersebutt di nyatakan tidak

berpengaruh siqnifikansi terhadap

kualitas layanan.

Ha : Apabila nilai Thitung praktek manajemen

kinerja > Ttabel, Artinya variabel tersebut di

nyatakan berpengaruh

signifikan.Sebaliknya apabila thitung pengembangan karir berbasis kompetensi <

ttabel maka variable tersebutt di nyatakan

tidak berpengaruh siqnifikansi terhadap

kualitas layanan.

HASIL PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis dapat dijelaskan bahwa

semua variabel yang digunakan dalam peelitian

ini semuanya dinyatakan valid, karena

mempunyai koefisien korelasi di atas dari nilai

kritis korelasi product moment yaitu sebesar

0,224 dengan demikian dapat di simpulkan

bahwa semua pertanyaan yang terkandung dalam

kuesioner peelitian ini dinyatakan valid untuk

dilanjutkan penelitian yang lebih mendalam.

Hasil uji reabilitas menunjukkan bahwa

Koefisien alpha untuk variabel (Y) diperoleh

sebesar 0,849, koefisien alpha untuk variabel

(X1) diperoleh sebesar 0,821, dan koefisien

alpha untuk variabel (X2) diperoleh sebesar

0,799. Sesuai dengan pendapat Ghozali (2005)

bahwa pernyataan dinyatakan reliabel (handal)

jika nilai Cronbach Alpha lebih besar atau sama

dengan 0,60. Dengan demikian dapat dinyatakan

bahwa seluruh pernyataan dalam kuesioner

adalah reliabel (dapat diandalkan).

Pengujian Asumsi Klasik

Uji Normalitas Untuk menguji apakah data yang digunakan

dalam penelitian sifatnya normal atau tidak,

maka perlu dilakukan analisis grafik dengan

melihat normal probability plot. Uji Normalitas

dilakukan dengan membandingkan distribusi

Page 29: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

kumulatif data sesungguhnya dengan distribusi

kumulatif data normal. Jika distribusi data adalah

normal maka garis yang menggambarkan data

sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

Sebaliknya, jika distribusi data sesungguhnya

yang digunakan dalam penelitian,maka garis dari

data sesungguhnya akan melenceng menjauhi

garis digonal dari data tersebut.

Pengujian Multikolinieritas

Pengujian multikolinieritas yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah dengan

membangdingkan antara nilai Toleramce dan

nilai VIF (Variance Inflation Factor). Jika nilai

Tolerance-nya yang diperoleh lebih kecil dari

0,10dan nilai VIF lebih besar dari 10 maka

terjadi masalah multikolinieritas. Sabaliknya,

apabila nilai pengujian yang diperoleh

menunjukkan bahwa nilai Tolerance lebih besar

dari 0,10 dan nilai VIF lebih kecil dari 10 dapat

diartikan tidak terdapat multikolinieritas. Tabel

4.4 menunjukkan bahwa tidak terjadi masalah

multikolinieritas dalam penelitian yang

dilakukan, hal ini karena nilai Tolerance yang

diperoleh adalah sebesar 0,918 atau > dari 0,10

dan nilai VIF yang diperoleh adalah sebesar

1,090 atau < dari 10.

Dari hasil persamaan regresi diatas, maka

dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Jika Pengembangan Karir Berbasis

Kompetensi (X1), Praktek Manajemen Kinerja

(X2) dianggap tetap dengan nilai konstanta

sebesar 9.148 Maka Kualitas Layanan Pada

PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Banda

Aceh adalah 9.148.

2. Koefisien regresi Pengembangan Karir

Berbasis Kompetensi (X1) sebesar 0, 313 pada

taraf signifikan sebesar 0,001 yang lebih kecil

dari pada 0,05. Angka ini dapat diartikan

bahwa setiap perubahan dalam satu unit

variabel Pengembangan Karir Berbasis

Kompetensi dapat meningkatkan Kualitas

Layanan sebesar 31,3%. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa Pengembangan Karir

Berbasis Kompetensi berpengaruh signifikan

terhadap Kualitas Layanan Pada PT.Bank

Rakyat Indonesia Banda Aceh.

3. Koefisien regresi Praktek Manajemen Kinerja

(X2) sebesar 0, 264 pada taraf signifikan

sebesar 0,002 yang lebih kecil dari pada 0,05.

Angka ini dapat diartikan bahwa setiap

perubahan dalam satu unit variabel Praktek

Manajemen Kinerja dapat meningkatkan

Kualitas Layanan sebesar 26,4%. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa Praktek

Manajemen Kinerja berpengaruh signifikan

terhadap Kualitas Layanan Pada PT. Bank

Rakyat Indonesia Banda Aceh.

Pembahasan Hasil Analisis

Berdasarkan dari pembahasan di atas

membuktikan pengujian ANOVA diatas,

diperoleh nilai Fhitung sebesar 22.004. Untuk nilai

Ftabel sebesar 3,183 pada tingkat keyakinan 5%.

Hal ini menunjukkan bahwa nilai F hitung > F

tabel dengan tingkat siqnifikansi sebesar 0,000.

Maka sesuai dengan ketentuan yang telah

disampaikan bahwa jika diperoleh tingkat

siqnifikansi dibawah 5% atau 0,05 dapat

disimpulkan bahwa variabel independen

berpengaruh terhadap variabel dependen.

Fhitung > Ftabel, maka menerima hipotesis

alternatif dan menolak hipotesis nol, artinya

bahwa variabel pengembangan karir berbasis

kompetensi (X1), dan praktek manajemen kinerja

(X2) secara bersama-sama berpengaruh secara

siqnifikan terhadap variabel kualitas pelayanan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan Dari uraian pembahasan hasil penelitian yang

telah dilakukan mengenai Pengembangan Karir

Berbasis Kompetensi dan Praktek Manajemen

Kinerja Terhadap Kualitas Layanan Pada

PT.Bank Rakyat Indonesia Banda Aceh.

Diperoleh hasil Uji F nilai Fhitung sebesar 22.004.

Untuk nilai Ftabel sebesar 3,183 pada tingkat

keyakinan 5%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai

Fhitung > Ftabel dengan tingkat siqnifikansi sebesar

0,000. Maka sesuai dengan ketentuan yang telah

disampaikan bahwa jika diperoleh tingkat

siqnifikansi dibawah 5% atau 0,05 dapat

disimpulkan bahwa variabel independen

berpengaruh terhadap variabel dependen. Fhitung >

Ftabel, maka menerima hipotesis alternatif dan

menolak hipotesis nol, artinya bahwa variabel

pengembangan karir berbasis kompetensi (X1),

dan praktek manajemen kinerja (X2) secara

bersama-sama berpengaruh secara siqnifikan

terhadap variabel kualitas pelayanan. Sedangkan

Uji T (secara parsial Variabel Pengembangan

Karir Berbasis Kompetensi (X1) adalah thitung

sebesar 3.707 dengan ttabel sebesar 2.015

sehingga thitung > ttabel dengan tingkat signifikan

0,001 atau > 0,05 dapat disimpulkan bahwa H01 ditolak dah Ha1 diterima, yang berarti

pengembangan karir berbasis kompetensi

berpengaruh signifikan terhadap Terhadap

Kualitas Layanan Pada PT.Bank Rakyat

Indonesia Banda Aceh. untuk variabel Praktek

Manajemen Kinerja (X2) thitung adalah sebesar

3.263 dengan ttabel sebesar 2.015 sehingga thitung >

ttabel dengan tingkat signifikan 0,002 atau > 0,05

dapat disimpulkan bahwa H01 ditolak dah Ha1 diterima, yang berarti praktek manajemen kinerja

berpengaruh signifikan terhadap Terhadap

Kualitas Layanan Pada PT. Bank Rakyat

Indonesia Banda Aceh

Page 30: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

Saran

Disarankan kepada karyawan PT.Bank Rakyat

Indonesia Cabang Banda Aceh untuk

meningkatan kualitas pelayanan dapat dilakukan

dengan cara pola pengembangan karir yang

terprogram dan berjenjang yang disediakan

perusahaan untuk karyawannya yang betul-betul

memiliki potensi sehingga hal ini akan

meningkatkan mutu pelayanan maka tujuan

perusahaan yang tertuang dalam visi dan misi

perusahaan akan tercapai. Sumber Daya Manusia

PT. Bank Rakyat Indonesia Banda Aceh

diharapkan memiliki kemampuan mengantisipasi

persaingan, kemampuan profesional yang tinggi,

proaktif, inovatif, disiplin, berintegrasi tinggi,

jujur, berwawasan bisnis, dan mampu

menyesuaikan diri terhadap kemajuan teknologi

dan persaingan bisnis.

REFERENSI

Bacal, R. (2001). Performance Management.

Jakarta: Pustaka Indonesia

Dharma, Agus (2005). Manajemen Kinerja.

Pustaka Belajar: Yogyakarta..

Gujarati, D. N. (2005). Basis Econometrics, 4th

International Edition. New York,

McGraw-Hill.

Ghozali, Imam (2006). Aplikasi Analisis

Multivariate Lanjutan dengan Program

SPPS. Semarang: Badan Penerbit

Universitas Diponegoro.

Handoko, H, (2003). Manajemen Pemasaran.

Analisis Perilaku Konsumen. Liberty:

Yogyakarta.

Haneman et all, (2000). Multivariate Data

Analiysis With Reading. (4 ch ed).

Homewood : Irwin.

Kotler, 2003). Marketing Management: An Asian

Perpective, Singapore, Prentice Hall.

Malhotra (2005). Marketing Resech. New York :

Mc. Graw Hill Book Company.

Mangkunegara, A, P (2005). Manajemen Sumber

Daya Manusia Perusahaan. PT.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mas’ud, Fuad (2004). Survei Diagnosis

Organisasional : Konsep dan Aplikasi.

Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

Mutiara (2004). Manajemen Sumber Daya

Manusia. Bogor Selatan: Ghalia

Indonesia.

Robbins, Stephen (2006). Orgnization Behavior.

Edisi 10. New Jersey. Pratince Hall.

Sekaran, umar (2006). Research Methods for

Business. Metodelogi Penelitian Untuk

Bisnis. Edisi ke 4. Jakarta: Salemba

Empat.

Setyowati, Endah (2005). Pengembangan

Sumber Daya Manusia Berbasis

Kompetensi: Solusi Untuk

Meningkatkan Kinerja Organisasi.

Jurnal Ekonomi dan Bisnis. No. 2. Jilid

5.

Simamora, H, (2004). Manajemen Sumber Daya

Manusia. Edisi III. Jakarta: Salemba

Empat.

Sugiono (2003). Metode Penelitian Bisnis.

Bandung: Penerbit Alfabeta.

Suliyanto (2006). Metode Riset Bisnis.

Yoqyakarta: Penerbit Andi.

Tjiptono, Fandy. (2003). Prinsip-Prinsip Total

Quality Service. Yoqyakarta: Andi

Offset.

Wibowo, (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada.

Widodo, Djoko. (2005). Analisis Pengembangan

Karir Pada Kantor PT. Bank Mandiri

Wilayah Jakarta. Tesis: Institut

Pertanian Bogor.

Zeihhaml, Valarie. A: Bery, L.L. : Parasuraman,

A (2001). Five Imperatives for

Improving Service Quality. Sloan

Management Review. Vol. 31 : 29-38.

Page 31: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS ISSN 2088-6217 VOL 4, NOMOR 4 September 2015 : 245 - 257

Pengaruh Komunikasi Atasan-Bawahan dan Motivasi Terhadap

Kinerja Pegawai Pada Kantor Dinas Pertanian di

Kabupaten Pidie Jaya.

Saiful Amri1 1) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

Abstrak: Kinerja pegawai dapat dipengaruhi oleh kelancara komunikasi dalam

lingkungan organisasi tempat pegawai tersebut bekerja, terutama komunikasi antara

atasan dan bawahan. Selain itu, motivasi kerja juga menentukan keinginan pegawai

dalam bekerja yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kinerja. Penelitian itu bertujuan

untuk mengetahui pengaruh komunikasi atasan-bawahan dan motivasi terhadap kinerja

Pegawai Kantor Dinas Pertanian Kab. Pidie Jaya. Responden penelitian sebanyak 54

orang pegawai instansi tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan mengedarkan

kuesioner. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan peralatan statistik regresi

linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi atasan-bawahan dan

motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai Kantor Dinas Pertanian

Kab. Pidie Jaya. Diantara kedua variabel tersebut , variabel yang paling besar

pengaruhnya terhadap kinerja pegawai adalah motivasi kerja. Sebesar 66,7% kinerja

pegawai Kantor Dinas Pertanian Kab. Pidie Jaya dipengaruhi oleh komunikasi atasan-

bawahan dan motivasi kerja. Sisanya 33,3% lagi dipengaruhi oleh variabel lain selain

variabel tersebut. Berdasarkan hasil pengujian statistik diketahui nilai F hitung > F tabel,

dan nilai t hitung > t tabel, dapat diartikan baik secara simultan maupun secara parsial,

komunikasi atasan-bawahan dan motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja

pegawai Kantor Dinas Pertanian Kab. Pidie Jaya, sehingga hipotesis Ha diterima dan

sebaliknya hipotesis Ho ditolak. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini

adalah, tinggi rendahnya kinerja pegawai Kantor Dinas Pertanian Kab. Pidie Jaya

dipengaruhi komunikasi atasan-bawahan dan motivasi kerja pegawai.

Kata kunci : Komunikasi, Motivasi, Kinerja

PENDAHULUAN Kantor dan pegawai merupakan dua hal

yang saling membutuhkan. Jika pegawai berhasil

membawa kemajuan bagi kantor, keuntungan

yang diperoleh akan dipetik oleh kedua belah

pihak. Bagi pegawai keberhasilan merupakan

aktualisasi potensi diri sekaligus peluang untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan bagi

kantor keberhasilan merupakan sarana menuju

pertumbuhan dan perkembangan kantor.

Kinerja sebagai hasil-hasil fungsi

pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok

dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh

berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi

dalam periode waktu tertentu (Tika, 2006).

Menurut Rivai dan Basri (2005) pengertian

kinerja adalah kesediaan seseorang atau

kelompok orang untuk melakukan sesuatu

kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan

tanggung jawab dengan hasil seperti yang

diharapkan.

Menurut Bambang Guritno dan Waridin

(2005) kinerja merupakan perbandingan hasil

kerja yang dicapai oleh karyawan dengan standar

yang telah ditentukan. Sedangkan menurut

Hakim (2006) mendefinisikan kinerja sebagai

hasil kerja yang dicapai oleh individu yang

disesuaikan dengan peran atau tugas individu

tersebut dalam suatu perusahaan pada suatu

periode waktu tertentu, yang dihubungkan

dengan suatu ukuran nilai atau standar tertentu

dari perusahaan dimana individu tersebut bekerja.

Kinerja merupakan perbandingan hasil kerja

yang dicapai oleh pegawai dengan standar yang

telah ditentukan (Masrukhin dan Waridin, 2004).

Page 32: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

Penilaian kinerja pegawai sebagai

pelaku dalam organisasi dengan membuat ukuran

kinerja yang sesuai dengan tujuan organisasi.

Standar penilaian kinerja suatu organisasi harus

dapat diproyeksikan kedalam standar kinerja

para pegawai sesuai dengan unit kerjanya.

Evaluasi kinerja harus dilakukan secara terus

menerus agar tujuan organisasi dapat tercapai

secara efektif dan efisien.

Setiap organisasi seperti halnya Kantor

Dinas Pertanian di Kab. Pidie Jaya, berupaya

meningkatkan kinerja pegawainya dengan cara

adanya komunikasi yang baik antara atasan dan

bawahan. Komunikasi adalah Suatu proses

penyampaian pesan atau informasi dari suatu

pihak ke pihak yang lain dengan tujuan tercapai

persepsi atau pengertian yang sama.

Menurut Deni Darmawan (2007)

komunikasi itu sendiri dapat terjadi dalam

beberapa bentuk, diantaranya dalam bentuk

komunikasi personal (personal communiaction)

dan komunikasi kelompok (group

communication). Selain itu komunikasi juga

dapat bersifat tatap muka (face–to–face) dan

melalui perantara media lain (mediated).

Komunikasi diantara sesama pegawai

dalam suatu instansi sangat penting artinya bagi

pencapaian visi organisasi. Tanpa adanya

komunikasi antara atasan dan bawahan, maka

organisasi akan kesulitan untuk mencapai tujuan

yang di tentukan. Hal ini di sebabkan, tanpa

adanya komunikasi yang baik dan efektif, maka

antara atasan dan bawahan akan mengalami

kesulitan untuk bekerja sama menjalankan

kegiatan operasional organisasi..

Sebaliknya komunikasi yang kurang

lancar dapat berdampak pada kurangnya

harmonisasi hubungan diantara sesama anggota

organisasi, yang pada akhirnya dapat

berpengaruh pada penurunan kinerja. Karena itu,

dalam melaksanakan tugas sesuai dengan bidang

pekerjaan yang telah di tetapkan, setiap pegawai

di tuntut untuk selalu berinteraksi baik dengan

atasan maupun sesama pegawai.

Selama ini pegawai yang bekerja pada

tingkat jabatan yang tinggi seperti Kasubbag

misalnya, selalu mengembangkan komunikasi

dengan para bawahannya, sehingga terjalin

interaksi yang baik diantara sesama pegawai

dalam melaksanakan pekerjaan. Sebagian besar

pegawai Kantor Dinas Pertanian di Kab, Pidie

Jaya juga dimintai pendapat oleh atasannya

tentang cara pelaksanaan pekerjaan, kendala

yang mereka hadapi dan kemajuan yang mereka

capai sesuai dengan bidang pekerjaan dan

tanggung jawab masing-masing.

Upaya untuk meningkatkan kinerja

pegawai tentunya tidak hanya di lakukan dengan

mengembangkan komunikasi antara atasan-

bawahan. Akan tetapi juga diwujudkan dalam

bentuk adanya upaya atasan untuk mendorong

munculnya motivasi pegawai dalam bekerja.

Pemberian motivasi bagi pegawai pada Kantor

Dinas Pertanian di Kab, Pidie Jaya, antara lain

diwujudkan dalam bentuk adanya pemberian gaji

bagi setiap pegawai, baik pegawai dengan status

PNS maupun tenaga honorer.

Untuk memberikan dorongan dan

menggerakkan orang-orang agar bersedia bekerja

semaksimal mungkin, perlu diusahakan adanya

komunikasi dan peran serta dari semua pihak

yang bersangkutan. Motivasi menunjukkan agar

pimpinan mengetahui bagaimana memberikan

informasi yang tepat kepada bawahannya agar

mereka menyediakan waktunya guna melakukan

usaha yang diperlukan untuk memperoleh saran-

saran dan rekomendasi-rekomendasi mengenai

masalah yang dihadapi. Untuk itu diperlukan

keahlian pimpinan untuk memberikan motivasi

kepada bawahannya agar bisa bekerja sesuai

dengan pengarahan yang diberikan.

Menurut Hasibuan (2008 : 141) Motivasi

adalah pemberian daya penggerak yang

menciptakan kegairahan kerja seseorang agar

mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan

terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk

mencapai kepuasan. Menurut Sutrisno (2011 :

109) Motivasi adalah suatu faktor yang

mendorong seseorang untuk melakukan suatu

aktivitas tertentu.

Robbins (2008) mendifinisikan motivasi

(motivation) sebagai proses yang menjelaskan

intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu

untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama

dalam definisi tersebut adalah intensitas, arah,

dan ketekunan. Intensitas berhubungan dengan

seberapa giat seseorang berusaha. Ini adalah

elemen yang paling banyak mendapat perhatian

ketika membicarakan tentang motivasi. Namun,

intensitas yang tinggi sepertinya tidak akan

menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan

kacuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah

yang menguntungkan organisasi.

Dengan demikian, kita harus

mempertimbangkan kualitas serta intensitas

upaya secara bersamaan. Upaya yang diarahkan

dan konsisten dengan tujuan-tujuan organisasi

merupakan jenis upaya yang seharusnya kita

lakukan. Terakhir, motivasi memiliki dimensi

ketekunan. Dimensi ini merupakan ukuran

mengenai berapa lama seseorang bisa

mempertahankan usahanya. Individu-individu

yang termotivasi bertahan melakukan suatu tugas

dalam waktu yang cukup lama demi mencapai

tujuan mereka. (Robbins, 2008). Motivasi

kerja memegang peranan penting dalam

menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam

melaksanakan tugas yang di bebankan

kepadanya.

Sekalipun komunikasi atasan-bawahan pada

Page 33: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

Kantor Dinas Pertanian di Kab, Pidie Jaya sudah

berjalan dengan baik, dan pemberian motivasi

sudah diwujudkan dalam bentuk adanya

kompensasi seperti gaji, tunjangan dan

kompensasi materil lainnya, namun tak dapat di

pungkiri bahwa tidak semua pegawai instansi

tersebut memperlihatkan kinerja yang baik dalam

melaksanakan tugas. Adanya pegawai yang

kurang mematuhi peraturan terlihat dari

kedisiplinan dalam bekerja.

Sebagian kecil diantara instansi tersebut

terlalu santai dalam menyelesaikan pekerjaan

yang telah menjadi tanggung jawabnya.

Sehingga dapat di buat asumsi sementara bahwa

tidak semua pegawai Kantor Dinas Pertanian di

Kab, Pidie Jaya memiliki kinerja yang baik

dalam bekerja. Karena itu, kajian terhadap

keterkaitan antara kinerja pegawai dengan

komunikasi atasan-bawahan dan motivasi kerja

dinilai perlu untuk dilakukan.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Objek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada kantor Dinas

Pertanian Di Kabupaten Pidie Jaya yang

berlokasi di jalan Banda Aceh – Medan Km 160.

Objek penelitian berhubungan dengan kinerja

pegawai yang dikaitkan dengan komunikasi

atasan-bawahan dan motivasi kerja pegawai pada

instansi tersebut.

Populasi dan Teknik Penarikan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek atau subjek yang memiliki

kualitas dan karakteristik tertentu yang di

tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono

2008: 117). Nawawi (2003) menyebutkan bahwa

“Populasi adalah totalitas semua nilai yang

mungkin, baik hasil menghitung ataupun

pengukuran kuantitatif maupun kualitatif pada

karakteristik tertentu mengenai sekumpulan

objek yang lengkap.”

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit

analisis. Populasi dari penelitian ini adalah

jumlah seluruh karyawan yang ada pada Kantor

Dinas Pertanian di Kab. Pidie Jaya. Jadi,

populasi dalam penelitian ini adalah 116 orang

karyawan.

Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini

teknik pengambilan data yang digunakan adalah

penelitian lapangan yaitu melalui penyebaran

kuesioner. Kuesioner tersebut berisi

pernyataan/pertanyaan yang berhubungan

dengan kinerja pegawai, komunikasi atasan-

bawahan dan motivasi kerja pegawai. Responden

diminta untuk menentukan tingkat kesetujuan

mereka pada masing-masing pernyataan terkait.

Skala Pengukuran Data

Untuk mengukur variabel-variabel penelitian

ini digunakan skala likert dengan lima rentangan.

Menurut Usman (2008:65) penggunaan skala ini

untuk mengukur item-item pernyataan positif

(favourable) terhadap masalah yang akan diteliti

maupun pernyataan yang bersifat sederhana.

Skala yang digunakan itu masing-masing diberi

skor sebagai berikut:

Peralatan Analisis Instrumen yang digunakan untuk dapat

menjelaskan hubungan fungsional antara kinerja

karyawan sebagai dependent variabel dengan

komunikasi atasan-bawahan dan motivasi kerja

sebagai independent variabel adalah regresi linier

berganda. Secara matematis, hubungan

fungsional tersebut dalam bentuk regresi linier

berganda dapat formulasikan sebagai berikut

Gujarati, (2006:130)

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Dimana:

Y = Kinerja Pegawai

a = Konstanta

X1 = Komunikasi Atasan-bawahan

X2 = Motivasi kerja

b1, dan b2, = Koefisien regresi X1, dan X2

e = Error term

Untuk mengetahui besarnya keeratan

hubungan antara kedua variabel independent

(komunikasi atasan-bawahan dan motivasi kerja)

dengan kinerja pegawai digunakan koefisien

korelasi (R). Selanjutnya untuk mengetahui

besarnya variasi kinerja yang dapat dijelaskan

oleh kedua variabel independent tersebut

digunakan koefisien determinasi ( ).

Statistik Uji F

Statistik uji F digunakan untuk mengetahui

apakah kedua variabel independen (komunikasi

atasan-bawahan dan motivasi) secara simultan

berpengaruh terhadap kinerja pegawai, dengan

ketrentuan sebagai berikut.

- Apabila nilai F hitung > F tabel, maka

hipotesis (Ha) diterima, hipotesis (Ho)

ditolak yang bermakna secara simultan

komunikasi atasan-bawahan dan motivasi

tidak berpengaruh signifikan terhadap

kinerja pegawai Kantor Dinas Pertanian

Kab, Pidie Jaya.

- Apabila nilai F < F tabel, maka hipotesis

(Ha) ditolak, hipotesis (Ho) diterima yang

bermakna secara simultan komunikasi

atasan-bawahan dan motivasi tidak

berpengaruh signifikan terhadap kinerja

pegawai Kantor Dinas Pertanian Kab, Pidie

Jaya.

Statistik Uji t Selanjutnya t digunakan untuk mengetahui

apakah masing-masing variabel independen

(komunikasi atasan-bawahan dan motivasi)

secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

kinerja pegawai, dengan ketentuan sebagai

berikut :

Page 34: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

- Apabila nilai t hitung > t tabel dapat di

artikan variabel terkait berpengaruh

signifikan.

- Apabila nilai t hitung < t tabel dapat

diartikan bahwa variabel terkait tidak

berpengaruh signifikan.

Pengujian Reliabilitas dan Validitas

Pengujian reliabilitas digunakan untuk

mengetahui apakah alat pengumpulan data telah

menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan, atau

konsistensi alat tersebut dalam mengungkapkan

gejala tertentu dari sekelompok individu,

walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda.

Menurut Malhotra (2005:256) koefisien

minimum yang dapat diterima di atas 0,60.

Pengujian Validitas

Pengertian uji validitas adalah tingkat

keandalan dan kesahihan alat ukur yang

digunakan. Instrumen dikatakan valid berarti

menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk

mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan

untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur.

Penentuan validitas didasarkan atas

perbandingan nilai korelasi yang diperoleh antara

nilai skor item dengan skor total item,dengan

nilai kritis korelasi product moment (r tabel).

Apabila nilai korelasi hitung (r hitung) lebih

besar bila dibandingkan dengan nilai r tabel pada

tingkat keyakinan 95 persen dapat diartikan

bahwa item-item pernyataan tersebut vali

(Suliyanto, 2006:149).

Pengujian Normalitas

Pengujian normalitas digunakan untuk

melihat distribusi data. Apakah data yang

diperoleh mempunyai distribusi normal atau

tidak. Uji normalitas bertujuan untuk mengukur

apakah di dalam model regresi variabel

independen dan variabel dependen keduanya

mempunyai distribusi normal atau mendekati

normal.

Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji

apakah model regresi ditemukan adanya korelasi

antar variabel independen. Uji multikolonieritas

dilihat dari nilai tolerance dan Variance

Inflantion Factor (VIF) (Ghozali, 2009:95). Jika

terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat

problem multikoliniearitas (multiko). Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi di antara variabel independen. Uji

multikolonieritas dilihat dari

nilai tolerance dan Variance Inflantion Factor

(VIF) serta besaran korelasi antar variabel

independen (Ghozali, 2009:95).

Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk

menguji apakah dalam suatu model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali,

2009:125). Uji heteroskedastisitas dapat dilihat

dengan menggunakan grafik plotantara nilai

prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan

residual(SRESID). Jika grafik plot menunjukkan

suatu pola titik seperti titik yang bergelombang

atau melebar kemudian menyempit, maka dapat

disimpulkan bahwa telah terjadi

heteroskedastisitas. Tetapi jika grafik plot tidak

membentuk pola yang jelas, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas (Ghozali, 2009:125-126).

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Kinerja

Kinerja adalah hasil yang dicapai melalui

serangkaian kegiatan dan tata cara tertentu

dengan menggunakan sumber daya perusahaan

untuk mencapai sasaran perusahaan yang

ditetapkan (Mangkunegara 2005:43). Kinerja

juga dikenal dengan istilah karya, dimana

pengertiannya yang dikemukakan oleh Cantika

(2005:114): “Hasil pelaksanaan suatu pekerjaan,

baik bersifat fisik ataupun material dan non fisik

ataupun non material.

Faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor

internal dan faktor eksternal (Mangkunegara,

2005:67). Faktor internal (disposisional) yaitu

faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat

seseorang. Misalnya, kinerja karyawan baik

disebabkan karena mempunyai kemampuan

tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras,

sedangkan jika karyawan mempunyai kinerja

yang buruk disebabkan karena orang tersebut

mempunyai kemampuan rendah dan orang

tersebut tidak memiliki upaya-upaya untuk

memperbaiki kemampuannya.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

kinerja merupakan hasil yang dapat ditunjukkan

oleh seseorang didalam pelaksanaan tugas

pekerjaan. Seseorang dapat dikatakan

mempunyai kinerja yang baik manakala mereka

dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik,

artinya mencapai standar kerja yang telah

ditetapkan sebelumnya dan atau bahkan melebihi

standar yang telah ditentukan.

Apabila seseorang mempunyai perasaan

berprestasi atau memiliki kinerja yang baik,

maka ia harus mempunyai cara untuk mengukur

kemajuan yang dilakukannya. Mereka

menginginkan umpan balik meskipun mereka

tidak mendapat hadiah untuk keberhasilan

pekerjaan dan hukuman untuk kegagalan mereka.

Adapun secara terperinci manfaat penilaian

kinerja bagi organisasi adalah:

Penyesuaian kompensasi.

1. Perbaikan kinerja.

2. Kebutuhan latihan dan pengembangan.

3. Pengambilan keputusan dan penempatan

promosi, motivasi, pemecatan dan

perencanaan tenaga kerja.

4. Membantu diagnosis terhadap kesalahan

desain pegawai.

Page 35: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

Indikator Kinerja Karyawan

Indikator untuk mengukur kinerja karyawan

secara individu ada enam indikator, yaitu

(Robbins, 2006:260).

1. Kualitas. Kualitas kerja diukur dari persepsi

karyawan terhadap kualitas pekerjaan yang

dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap

keterampilan dan kemampuan karyawan.

2. Kuantitas. Merupakan jumlah yang

dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti

jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang

diselesaikan.

3. Ketepatan waktu. Merupakan tingkat

aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang

dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi

dengan hasil output serta memaksimalkan

waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.

4. Efektivitas. Merupakan tingkat penggunaan

sumber daya organisasi (tenaga, uang,

teknologi, bahan baku) dimaksimalkan

dengan maksud menaikkan hasil dari setiap

unit dalam penggunaan sumber daya.

5. Kemandirian. Merupakan tingkat seorang

karyawan yang nantinya akan dapat

menjalankan fungsi kerjanya Komitmen

kerja. Merupakan suatu tingkat dimana

karyawan mempunyai komitmen kerja

dengan instansi dan tanggung jawab

karyawan terhadap kantor.

Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan

seseorang secara keseluruhan selama periode

tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan

dengan berbagai kemungkinan, seperti standar

hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang

telah ditentukan terlebih dahulu telah disepakati

bersama (Rivai dan Basri, 2005:50).

Sedangkan Mathis dan Jackson (2006:65)

menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah

apa yang dilakukan atau tidak dilakukan pegawai.

Manajemen kinerja adalah keseluruhan kegiatan

yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja

perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja

masing-masing individu dan kelompok kerja di

perusahaan tersebut.

Loyalitas Dalam Bekerja

Menurut kamus bahasa Indonesia, loyal

berarti patuh, setia. Sedangkan loyalitas

sesungguhnya adalah kesediaan dengan

sungguh-sungguh oleh karena kesadaran bahwa

ada otoritas yang harus dipatuhi. Loyalitas

dipahami sebagai bentuk kesetiaan dan

keberpihakan seseorang di tempat ia beraktivitas.

Kesetiaan mengandung pengertian bahwa

seseorang telah merasakan bahwa di samping

kita telah memberikan kontribusi, organisasi juga

telah memberikan kompensasi.

Seseorang yang sudah loyal kepada

organisasi, maka ia akan bekerja tanpa terlebih

dahulu ada komando atau instruksi, ia lebih

berinisiatif melakukan berbagai hal demi

kepentingan organisasi. Seseorang yang

memiliki kesetiaan biasanya juga lebih reaktif,

banyak melakukan kritik, saran dan hal-hal

lainnya yang bersifat menakar kedalaman

substansi dari suatu program atau kebijakan

organisasi. Jadi sesungguhnya seseorang yang

banyak melakukan kritik dan saran kepada

organisasi, jangan dipahami sebagai bentuk

kecintaannya (sense of belonging) terhadap

organisasi tempat di mana ia bekerja. Lain soal

memang jika kritik, masukan dan berbagai

kontribusi yang lain dilakukan secara destruktif.

Hal itu bukanlah menunjukkan keadaan di mana

orang tersebut memiliki loyalitas terhadap

organisasi di tempat ia bekerja, justru orang

tersebut adalah merupakan kanker bagi

organisasi. Organisasi harus tegas ketika

menghadapi orang-orang seperti ini, jika perlu

dikeluarkan.

Keterampilan Dalam Bekerja Keterampilan adalah kelebihan atau

kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk

mampu menggunakan akal, fikiran, ide dan

kreatifitasnya dalam mengerjakan atau

menyelesaikan sesuatu. sumber lain mengatakan

keterampilan yaitu kemampuan seseorang untuk

menggunakan akal, fikiran, ide dan kreatifitasnya

dalam mengerjakan, mengubah, menyelesaikan

ataupun membuat sesuatu menjadi lebih

bermakna sehngga menghasilkan sebuah nilai

dari hasil pekerjaan tersebut. Keterampilan/

kemampuan tersebut pada dasarnya akan lebih

baik bila terus diasah dan dilatih untuk

menaikkan kemampuan sehingga akan menjadi

ahli atau menguasai dari salah satu bidang

keterampilan yang ada.

Komunikasi Atasan-Bawahan Menurut Mardianto (2005) komunikasi

atasan-bawahan adalah “proses komunikasi baik

komunikasi informasi maupun komunikasi

penugasanantara atasan dan bawahan yang

mampu memberikan hasil suatu kinerja tertentu”.

Komunikasi atasan-bawahan diukur berdasarkan

aspek, yaitu: (1) Intensitas pertemuan pegawai

dengan pimpinan, (2) Kerjasama pegawai

dengan pimpinan, dan (3) Media komunikasi.

Berdasarkan pendapat diatas jelaslah bahwa

komunikasi atasan bawahan merupakan

komunikasi yang berhubungan dengan informasi

penugasan antara atasan dan bawahan yang

mampu memberikan kontribusi bagi pencapaian

tujuan perusahaan. Baik atasan maupun

merupakan sumber daya utama dalam organisasi,

yangdituntut untuk bekerja sama dengan baik

guna mencapai tujuan organisasi secara

keseluruhan.

Komunikasi antara atasan dan bawahan dapat

di ukur berdasarkan intensitas pertemuan

bawahan dengan atasan, adanya kerjasama yang

baik antara kedua belah pihak dan tersedianya

Page 36: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

media komunikasi yang dapat mempermudahkan

proses komunikasi itu sendiri.

Fungsi Komunikasi William I. Gorden (dalam Deddy Mulyana,

2005:5-30) mengkategorikan fungsi komunikasi

menjadi empat, yaitu:

1. Sebagai komunikasi sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi

sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa

komunikasi itu penting untuk membangun

konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk

kelangsungan hidup, untuk memperoleh

kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan

ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang

bersifat menghibur, dan memupuk hubungan

hubungan orang lain.

2. Sebagai komunikasi ekspresif

Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan

perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-

perasaan tersebut terutama dikomunikasikan

melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan sayang,

peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut,

prihatin, marah dan benci dapat disampaikan

lewat kata-kata, namun bisa disampaikan secara

lebih ekpresif lewat perilaku nonverbal. Seorang

ibu menunjukkan kasih sayangnya dengan

membelai kepala anaknya. Orang dapat

menyalurkan kemarahannya dengan mengumpat,

mengepalkan tangan seraya melototkan matanya,

mahasiswa memprotes kebijakan penguasa

negara atau penguasa kampus dengan melakukan

demontrasi.

3. Sebagai komunikasi ritual

Suatu komunitas sering melakukan upacara-

upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang

hidup, yang disebut para antropolog sebaga rites

of passage, mulai dari upacara kelahiran,

sunatan, ulang tahun, pertunangan, siraman,

pernikahan, dan lain-lain. Dalam acara-acara itu

orang mengucapkan kata-kata atau perilaku-

perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritus-

ritus lain seperti berdoa (salat, sembahyang,

misa), membaca kitab suci, naik haji, upacara

bendera (termasuk menyanyikan lagu

kebangsaan), upacara wisuda, perayaan lebaran

(Idul Fitri) atau Natal, juga adalah komunikasi

ritual. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk

komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali

komitmen mereka kepada tradisi keluarga,

suku, bangsa. Negara, ideologi, atau agama

mereka.

4. Sebagai komunikasi instrumental

Komunikasi instrumental mempunyai beberapa

tujuan umum, yaitu: menginformasikan,

mengajar, mendorong, mengubah sikap,

menggerakkan tindakan, dan juga menghibur.

Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita

gunakan untuk menciptakan dan membangun

hubungan, namun juga untuk menghancurkan

hubungan tersebut. Studi komunika membuat

kita peka terhadap berbagai strategi yang dapat

kita gunakan dalam komunikasi kita untuk

bekerja lebih baik dengan orang lain demi

keuntungan bersama.

Hubungan Komunikasi Atasan-Bawahan

Dengan Kinerja Karyawan Robbins (2008:392) menyatakan,

“komunikasi menjalankan empat fungsi di dalam

kelompok atau organisasi: yaitu pengendalian,

motivasi, pengungkapan emosi, dan informasi”.

Komunikasiberfungsi mengendalikan perilaku

anggota dengan beberapa cara. Setiap organisasi

mempunyai hirarki wewenang dan garis panduan

formal yang harus dipatuhi oleh karyawan.

Komunikasi memperkuat motivasi dengan

menjelaskan ke para karyawan apa yang harus di

lakukan, seberapa baik mereka bekerja, apa yang

dapat dikerjakan untuk memperbaiki kinerja

dibawah standar. Komunikasi berhubungan

dengan perannya dalam mempermudah

pengambilan keputusan. Komunikasi

memberikan informasi yang diperlukan individu

dan kelompok untuk pengambilan keputusan

melalui penyampaian data guna mengenali dan

mengevaluasi pilihan-pilihan alternatif.

Selanjutnya Robbins (2008:293) menjelaskan

bahwa tidak satu pun dari empat fungsi

komunikasi yang harus dipandang sebagai hal

yang lebih penting daripadayang lain. Agar

berkinerja lebih efektif, kelompok/organisasi

perlu mempertahankan beberapa macam

pengendalian terhadap anggotanya, merangsang

para anggota untuk berkinerja, menyedikan sara

pengungkapan emosi seperti terjalinnya

komunikasi antara atasan dan bawahan, dan

membuat pilihan-pilihan keputusan.

Berdasarkan pendapat di atas jelaslah bahwa

komunikasi antara bawahan-atasan dapat

mempengaruhi kinerja karyawan. Hal ini

disebabkan komunikasi yang baik akan dapat di

jadikan sarana pengendalian motivasi,

pengungkapan emosi karyawan tentang

pekerjaan dan adanya informasi mengenai segala

sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan.

Motivasi Kerja

Untuk memberikan dorongan dan

menggerakkan orang-orang agar bersedia bekerja

semaksimal mungkin, perlu diusahakan adanya

komunikasi dan peran serta dari semua pihak

yang bersangkutan. Motivasi menunjukkan agar

pimpinan mengetahui bagaimana memberikan

informasi yang tepat kepada bawahannya agar

mereka menyediakan waktunya guna melakukan

usaha yang diperlukan untuk memperoleh saran-

saran dan rekomendasi-rekomendasi mengenai

masalah yang dihadapi. Untuk itu diperlukan

keahlian pimpinan untuk memberikan motivasi

kepada bawahannya agar bisa bekerja sesuai

dengan pengarahan yang diberikan.

Robbins (2008) mendifinisikan motivasi

Page 37: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

(motivation) sebagai proses yang menjelaskan

intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu

untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama

dalam definisi tersebut adalah intensitas, arah,

dan ketekunan. Intensitas berhubungan dengan

seberapa giat seseorang berusaha. Ini adalah

elemen yang paling banyak mendapat perhatian

ketika membicarakan tentang motivasi.

Namun, intensitas yang tinggi sepertinya tidak

akan menghasilkan prestasi kerja yang

memuaskan kacuali upaya tersebut dikaitkan

dengan arah yang menguntungkan organisasi.

Dengan demikian, kita harus

mempertimbangkan kualitas serta intensitas

upaya secara bersamaan. Upaya yang diarahkan

dan konsisten dengan tujuan-tujuan organisasi

merupakan jenis upaya yang seharusnya kita

lakukan. Terakhir, motivasi memiliki dimensi

ketekunan. Dimensi ini merupakan ukuran

mengenai berapa lama seseorang bisa

mempertahankan usahanya. Individu-individu

yang termotivasi bertahan melakukan suatu tugas

dalam waktu yang cukup lama demi mencapai

tujuan mereka. (Robbins, 2008).

Motivasi kerja memegang peranan penting

dalam menentukan berhasil tidaknya seseorang

dalam melaksanakan tugas yang di bebankan

kepadanya. Menyadari akan pentingnya

pengaruh motivasi terhadap prilaku manusia,

beberapa ahli telah mengadakan berbagai

penelitian tentang motivasi. Adapun penelitian

yang telah dilakukan menghasilkan berbagai

pengertian tentang motivasi. Mc Gregor dalam

Robbins dan Judge (2008:225) menjelaskan teori

motivasi dengan teori X dan teori Y. Menurut

Teori X, empat asumsi yang dimiliki oleh

manajer adalah:

1. Karyawan pada dasarnya tidak menyukai

pekerjaan dan sebisa mungkin berusaha

untuk menghindarinya;

2. Karena karyawan tidak menyukai pekerjaan,

mereka harus dipaksa, dikendalikan, atau

diancam dengan hukuman untuk mencapai

tujuan-tujuan.

3. Karyawan akan menghindari tanggung

jawab dan mencari perintah formal bila

mungkin.

4. Sebagian karyawan menempatkan

keamanan di atas semua faktor lain terkait

pekerjaan dan menunjukkan sedikit ambisi.

(Robbins dan Judge, 2008:226).

Bertentangan dengan pandangan-

pandangan negatif mengenai sifat-sifat manusia

dalam Teori X, MC Gregor dalam Robbins dan

Judge (2008:226) menyebutkan empat asumsi

asumsi positif yang disebutnya sebagai Teori Y,

yang antara lain :

- Karyawan menganggap kerja sebagai hal yang

menyenangkan seperti halnya istirahat dan

bermain.

- Karyawan akan berlatih mengendalikan diri

dan emosi untuk mencapai berbagai tujuan.

- Karyawan bersedia belajar untuk menerima,

bahkan mencari tanggung jawab.

- Karyawan mampu membuat berbagai

keputusan inovatif yang diedarkan ke seluruh

populasi dan bukan hanya bagi mereka yang

menduduki posisi manajemen.

Teori X ini untuk memotivasi pegawai

hendaknya dilakukan dengan cara peningkatan

partisipasi pegawai, kerjasama dan keterikatan

pada keputusan. Jenis motivasi yang diterapkan

adalah motivasi positif. Untuk itu seorang kepala

sekolah dituntut konsisten dan melaksanakan apa

yang menjadi keputusan bersama dan

menggalang partisipasi bawahan. (Robbins dan

Judge, 2008:226).

Selanjutnya Flippo (2002:117) menyatakan

“tanggung jawab managerial untuk memperoleh

perilaku biasanya disebut “pengarahan” atau

motivasi, yaitu suatu keterampilan dalam

memadukan kepentingan karyawan dan

kepentingan organisasi sehingga keinginan-

keinginan dipuaskan bersama dengan

tercapainya tujuan organisasi”.

Dengan demikian karyawan sebagai manusia

memiliki keinginan-keinginan yang perlu

diperhatikan oleh pimpinan. Mereka dalam

bekerja mengaktualisasikan keinginan tersebut,

sehingga perusahaan perlu memperhatikan

kepentingan karyawan dalam perusahaan. Jika

kepentingan karyawan tidak diperhatikan maka

tujuan-tujuan perusahaan tidak dapat tercapai

secara efektif dan dapat merugikan perusahaan.

Karena besarnya biaya yang dikeluarkan akibat

ketiadak efektifan pelaksanaaan suatu pekerjaan

akan lebih besar bila dibandingkan dengan biaya

yang seharusnya tertanam untuk meningkatkan

motivasi karyawan.

Tinggi rendahnya motivasi kerja dari seorang

karyawan dapat dilihat dari perilakunya terhadap

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Perilaku yang diwujudkan juga dapat

menunjukkan motivasi yang bagaimana yang

sesuai bagi setiap individu. Suatu bentuk atau

model motivasi akan efektif bagi seseorang

tetapi belum tentu efektif bagi orang lain. Hal ini

disebabkan kebutuhan yang ingin dipuaskan

dengan bekerja antara individu yang satu dengan

yang lainnya berbeda. Jadi perusahaan/instansi

melalui manajemennya harus mampu

menyesuaikan kebutuhan-kebutuhan karyawan

dalam usaha memberikan motivasi yang tepat.

Hubungan Motivasi Dengan Kinerja

Karyawan

Kismono (2003:190) menyatakan, “motivasi

dipercaya memiliki hubungan yang erat dengan

semangat kerja. Karyawan yang memiliki

motivasi tinggi akan dicerminkan pada semangat

kerja yang tinggi. Selanjutnya semangat kerja

Page 38: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

yang tinggi akan mempengaruhi prestasi kerja

karyawan yang bersangkutan.

Lebih lanjut (Kismono, 2003:190)

menyatakan bahwa motivasi juga memiliki

hubungan yang erat dengan prestasi kerja

karyawan. Karyawan yang memiliki motivasi

tinggi memiliki kemungkinan yang lebih besar

untuk berprestasi lebih baik bila dibandingkan

dengan karyawan yang memiliki motivasi

rendah”. Dengan demikian, motivasi memiliki

hubungan yang positif dengan prestasi kerja

karyawan.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa

motivasi dapat mempengaruhi kinerja atau

prestasi kerja seorang karyawan. Hal ini

disebabkan motivasi pada dasarnya dapat

dicerminkan oleh semangat kerja karyawan yang

memiliki motivasi kerja yang tinggi akan

cenderung memiliki semangat yang tinggi pula

dalam bekerja, yang pada akhirnya dapat

meningkatkan prestasi kerja. Sebaliknya,

karyawan yang memiliki motivasi kerja rendah

juga akan cenderung kurang bersemangat dalam

bekerja yang pada akhirnya berdampak pada

penurunan prestasi kerja.

HASIL PEMBAHASAN

Karakteristik responden dalam penelitian ini

adalah keadaan atau ciri-ciri pegawai pada

Kantor Dinas Pertanian Kab, Pidie Jaya, yang

terpilih sebagai sampel sebanyak 54 orang

pegawai. Pegawai yang menggambarkan

identitas mereka yang terlihat dari usia,

pendidikan, status perkawinan, jenis kelamin,

dan umur. ditinjau dari jenis kelamin, hasil

pengolahan data menunjukkan , sebagian besar

responden penelitian adalah Laki-laki yaitu

sebanyak 34 orang atau sebesar 63,0 persen dari

jumlah keseluruhan sampel. Dengan demikian

perempuan hanya 20 orang atau sebesar 37,0

persen dari jumlah keseluruhan sampel.

Selanjutnya dari segi usia, sebanyak 9 orang

responden dibawah 30 tahun. Sebanyak 21 orang

responden dengan usia berkisar 30-40 tahun, 16

orang responden dengan usia berkisar 41-50

tahun, dan sisanya sebanyak 8 orang lagi dengan

usia relatif tua diatas 50 tahun.Sesuai dengan

tingkatan usia, sebagian besar responden sudah

berkeluarga yaitu sebanyak 30 orang atau sebesar

55,6 persen dari jumlah keseluruhan sampel.

Sebanyak 24 orang dengan status belum

menikah.Responden dengan tingkat pendidikan

SMA sebanyak 5 orang. Selanjutnya mereka

dengan tingkat pendidikan D-III sebanyak 21

orang. Sebanyak 25 orang berlatar belakang S-1,

3 orang dengan latar belakang pendidikan pasca

sarjana (S2).

Karakteristik responden yang terakhir adalah

sesuai dengan tahun masuk menjadi pegawai

negeri sipil, responden penelitian juga memiliki

pengalaman kerja yang berbeda satu sama lain.

Mereka dengan pengalaman kerja belum terlalu

lama yaitu dibawah 1 tahun sebanyak 4 orang.

Sebanyak 13 orang dengan pengalaman kerja

berkisar 1-2 tahun, sebanyak 18 orang dengan

pengalaman kerja berkisar antara 2-3 tahun, dan

19 orang lagi dengan pengalaman kerja relatif

lama di atas 3 tahun.Berdasarkan uraian diatas

jelaslah bahwa pegawai Kantor Dinas Pertanian

Kab, Pidie Jaya memiliki karakteristik yang

berbeda satu sama lain, baik jenis kelamin, usia,

tingkat pendidikan, maupun status perkawinan.

Hasil Uji Reabilitas dan Validitas

Reabilitas adalah alat untuk mengukur suatu

kuesioner yang merupakan indikator dari

variabel atau konstruk (Ghozali, 2010:41). Suatu

kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika

jawaban seorang terhadap pernyataan adalah

konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Menurut Malhotra ( 2005:67) koefisien tersebut

minimum yang dapat diterima diatas 0,60 suatu

reliabel, apabila hasil Alpha Cronbach >0,60 =

reliabel hasil Apha Cronbach <0,60 = tidak

reliabel (Ghozali, 2010:42). Berdasarkan hasil

reabilitas dapat diketahu bahwa alpha untuk

masing-masing variabel dapat dilihat dari

beberapa variabel yaitu variabel komunikasi (X1)

diperoleh nilai Apha Cronbach sebesar 0,845,

variabel motivasi (X2) diperoleh nilai Apha

Cronbach 0,648 dan kinerja (Y) diperoleh nilai

Apha Cronbach 0,698. Dengan demikian

pengukuran reliabilitas terhadap variabel

penelitian menunjukkan bahwa pengukuran

kehandalan memenuhi kredibilitas Apha

Cronbach dimana nilai Apha Cronbach diatas

0,60.

Hasil Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah

atau valid tidaknya suatu kuesiner (Ghozali,

2010:45). Suatu kuesiner dikatakan valid jika

pertanyaan pada kuesioner mampu untuk

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

kuesioner tersebut. Uji validitas instrumen dalam

penelitian ini menggunakan metode pengujian

validitas isi dengan analisis item, yaitu dengan

mengkolerasi antara skor tiap instrumen dengan

skor total yang merupakan jumlah dari skor butir

Hasil Uji Asumsi Klasi Uji normalitas bertujuan untuk menguji

apakah data yang akan digunakan dalam model

regresi berdistribusi normal atau tidak (Ghozali,

2010:110). Untuk menguji suatu data

berdistribusi normal atau tidak, dapat diketahui

dengan menggunakan grafik normal plot

(Ghozali, 2010:112). Hasil pengolahan data

menghasilkan normal normal probability plot

yang memperlihatkan bahwa garis yang

menggambarkan data sesungguhnya mengikuti

garis diagonal.

Page 39: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

Pengujian Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji

apakah model regresi ditemukan adanya korelasi

antar variabel bebas. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi di antara

variabel bebas. Menurut Ghozali (2010:92) cara

mengetahui ada atau tidaknya gejala

multikolinearitas antara lain dengan melihat nilai

Varian Inflation Factor (VIF) dan Tolerance,

apabila nilai VIF kurang dari 10 dan Tolerance

lebih dari 0,1 maka dinyatakan tidak terjadi

multikolinearitas. Hasil pengujian menunjukkan

bahwa nilai VIF masing-masing variabel

independen yang digunakan dalam model regresi

kurang dari 10 dan Tolerance lebih dari 0,1.

Pengujian Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji

apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika

variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka disebut

homokedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik

adalah homokedastisitas atau tidak terjadi

homokedastisitas (Ghozali, 2010:105). Deteksi

ada tidaknya problem heteroskedastisitas adalah

dengan media grafik, apabila grafik membentuk

pola khusus maka model terdapat

heteroskedastisitas (Ghozali, 2010:105).

Persepsi Pegawai Terhadap Variabel Kinerja

Variabel dijabarkan dalan dalam 5 (lima)

pernyataan positif. Indikator yang digunakan

meliputi loyalitas terhadap instansi kemampuan

menyelesaikan pekerjaan, kemampuan dan

keterampilan kualitas pekerjaan, kemampuan

bekerja sama, dan efesiensi pelaksaan pekerjaan.

Tinggi rendahnya kinerja pegawai diukur

berdasarkan tingkat kesetujuan mereka terhadap

masing-masing pernyataan.Hasil pengolahan

data menunjukkan, masing-masing sebanyak 10

orang kurang setuju, dan sebanyak 20 orang dan

24 orang responden menyatakan setuju dan

sangat setuju bahwa keterampilan yang dimiliki

karyawan mempercepat waktu penyelesaian

pekerjaan mereka. Sebaliknya satupun diantara

mereka yang memilih alternatif pilihan jawaban

sangat tidak setuju dan tidak setuju. Nilai rata-

rata skor tingkat kurang setuju dan kesetujuan

untuk pernyataan tersebut menunjukkan angka

4,31 dapat diartikan secara umum responden

setuju bahwa keterampilan yang mereka miliki

mempercepat waktu penyelesaian pekerjaan.

Selanjutnya masing-masing sebanyak 4 orang

kurang setuju dan sebanyak 30 orang dan 20

orang responden setuju dan sangat setuju bahwa

pengetahuan yang dimiliki mereka mampu

mempercepat waktu penyelesaian pekerjaan,

pernyataan tersebut menunjukkan angka 4,19

dapat diartikan secara umum responden setuju

bahwa pengetahuan yang dimiliki mereka

mampu mempercepat waktu penyelesaian

pekerjaan.

Indikator berikutnya dari kinerja pegawai

adalah kinerja tim sangat mendukung dalam

meningkatkan produktivitas. Masing-masing

sebanyak 36 dan 16 orang responden

menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa

kinerja tim sangat mendukung dalam

meningkatkan produktivitas, dan sisanya 2 orang

menyatakan kurang setuju. Nilai rata-rata skor

tingkat kesetujuan untuk pernyatan tersebut

menunjukkan angka sebesar 4,54, dapat diartikan

secara umum responden menyatakan setuju dan

sangat setuju bahwa kinerja tim sangat

mendukung dalam meningkatkan produktivitas.

Persepsi Pegawai Variabel Komunikasi

Atasan-Bawahan

Variabel komunikasi atasan-bawahan juga

dijabarkan dalam bentuk pernyataan positif.

Indikator yang digunakan meliputi keseringan

atasan berkomunikasi dengan bawahan tentang

pekerjaan, keseringan bawahan diminta pendapat

oleh atasan, kemauan atasan memberikan arahan

kepada bawahannya, kemudahan dalam interaksi

antara atasan dan bawahan, terjalinnya

komunikasi yang tidak kaku, dan kemampuan

bawahan berkomunikasi dengan baik.Masing-

masing sebanyak 2 orang kurang setuju, 34

orang dan 18 orang responden menyatakan

setuju dan sangat setuju bahwa atasan tergolong

sering berkomunikasi dengan bawahan hanya

sebatas pekerjaan, pernyataan tersebut

menunjukkan angka sebesar 4,26 (skor untuk

pilihan setuju) dapat diartikan secara umum

responden menyatakan setuju bahwa atasan

tergolong sering berkomunikasi dengan bawahan

hanya sebatas pekerjaan. Selanjutnya

masing-masing sebanyak 5 orang kurang setuju

dan 10 orang kurang setuju, sedangkan 33 orang

dan 6 orang responden menyatakan setuju dan

sangat setuju bahwa atasan sering memberikan

pengarahan/bimbingan dalam bekerja. Nilai rata-

rata skor tingkat kesetujuan untuk pernyataan

tersebut menunjukkan angka sebesar 4,28 (skor

untuk pilihan setuju) dapat diartikan secara

umum responden memilih alternatif pilihan

jawaban setuju.

Persepsi Pegawai Variabel Motivasi Kerja

Variabel motivasi dijabarrkan dalam 5 (lima)

item pernyataan positif. Indikator yang

digunakan meliputi kemampuan menyesuaikan

diri dengan lingkungan kerja, situasi lingkungan

kerja baik dan menyenangkan, sarana pendukung

dan peralatan bekerja sangat memadai, kemauan

untuk mengeluarkan keterampilan maksimal

dalam menyelesaikan pekerjaan, dan keinginan

untuk mencapai prestasi terbaik diantara rekan-

rekan sekerja. Masing-masing sebanyak 1 orang

tidak setuju, dan 3orang kurang setuju,

Page 40: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

sedangkan 28 dan 22 menyatakan setuju dan

sangat setuju bahwa mereka dapat menyesuaikan

diri dengan lingkungan kerja. Nilai rata-rata skor

tingkat kesetujuan untuk pernyataan tersebut

menunjukkan angka sebesar 4,30 (skor untuk

pilhan jawaban setuju) dapat diartikan secara

umum responden dapat menyesuaikan diri

dengan lingkungan kerja mereka.

Selanjutnya, masing-masing sebanyak 4 orang

kurang setuju, dan 36 dan 14 orang responden

menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa

situasi lingkungan kerja baik dan menyenangkan.

Nilai rata-rata skor tingkat kesetujuan sebesar

3,74 (skor untuk pilhan jawaban setuju) dapat

diartikan secara umum responden cenderung

menyatakan setuju bahwa situasi lingkungan

kerja baik dan menyenangkan. Untuk lebih

jelasnya mengenai distribusi frekuensi responden

berdasarkan tingkat kesetujuan terhadap

pernyataan terhadap motivasi kerja.

Analisis Pengaruh Komunikasi Atasan-

Bawahan Dan Motivasi Kerja Terhadap

Kinerja Pegawai Kantor Dinas Pertanian Kab.

Pidie Jaya.

Secara teoritis, komunikasi atasan-bawahan

dan motivasi kerja berpengaruh pada kepuasan

kerja pegawai. Pada umumnya semakin baik

persepsi mereka terhadap komunikasi atasan-

bawahan maka mereka akan semakin senang

dalam bekerja dan selanjutnya dapat

mempengaruhi kinerja mereka. Demikian pula

halnya dengan motivasi kerja. Motivasi kerja

yang tinggi akan membuat seorang pegawai mau

mengeluarkan tenaga dan pikirannya untuk

menyelesaikan pekerjaan yang di bebankan. hasil

pengolahan data dengan menggunakan peralatan

statistik regresi linier berganda memperlihatkan

bahwa komunikasi atasan-bawahan dan motivasi

kerja berpengaruh positif terhadap kinerja

pegawai Kantor Dinas Pertanian Kab. Pidie Jaya.

Hal ini berarti bahwa semakin baik komunikasi

atasan bawahan dan semakin tinggi motivasi

kerja, akan semakin tinggi pula kinerja pegawai.

Adanya pengaruh positif tersebut diketahui dari

nilai koefisien regresi masing-masing variabel

tersebut.

Dari persamaan regresi diatas dapat

diketahui bahwa hasil penelitian sebagai berikut :

1. Konstanta sebesar 11,854 artinya jika

komunikasi (X1) dan motivasi (X2) di

anggap konstan, maka besarnya kinerja

pegawai pada Kantor Dinas Pertanian Kab,

Pidie Jaya adalah sebesar 11,854

padasatuan skala likert atau kinerja pegawai

pada Kantor Dinas Pertanian Kab, Pidie

Jaya di pengaruhi oleh variabel komunikasi

dan motivasi.

2. Koefisien komunikasi (X1) sebesar 0,962,

artinya bahwa setiap 100% perubahan

dalam variabel komunikasi, maka secara

relatif akan mempengaruhi kinerja pegawai

pada Kantor Dinas Pertanian Kab, Pidie

Jaya sebesar 96,2%, dengan demikian

semakin sering atasan berkomunikasi

dengan bawahan semakin mempengaruhi

kinerja pegawai pada Kantor Dinas

Pertanian Kab, Pidie Jaya.

3. Koefisien motivasi (X2) sebesar -0,299

artinya bahwa setiap 100% perubahan

dalam variabel motivasi, maka kinerja

pegawai pada Kantor Dinas Pertanian Kab,

Pidie Jaya meningkat sebesar -29,9%

dengan asumsi variabel lainnya tetap.

Berdasarkan hasil analisis regresi linier

berganda dapat diketahui bahwa dari kedua

variabel yang diteliti, ternyata komunikasi (X1)

lebih dominan terhadap kinerja pegawai pada

Kantor Dinas Pertanian Kab, Pidie Jaya, dengan

nilai koefisien sebesar 0,962, kemudian diikuti

oleh variabel motivasi (X2) dengan nilai sebesar

-0,299.

Selanjutnya untuk mengetahui keeratan

hubungan antara kinerja pegawai dengan

komunikasi atasan-bawahan dan motivasi kerja

dapat digunakan koefisien korelasi (R). Hasil

pengolahan data dengan menggunakan software

SPSS, memperlihatkan nilai koefisien korelasi

(R) dapat dilihat pada tabel 5.2 dibawah ini.

1. Koefisien korelasi ( r ) sebesar 0,817 yang

menunjukkan bahwa derajat hubungan

(korelasi) antara variabel bebas dengan

variabel terikat sebesar 81,7%, artinya

kinerja pegawai pada Kantor Dinas

Pertanian Kab, Pidie Jaya mempunyai

hubungan yang cukup erat dan positif

dengan komunikasi (X1) dan motivasi (X2).

2. Korelasi determinasi (r2) sebesar 0,667,

artinya sebesar 66,7% perubahan-

perubahan dalam variabel terikat (kinerja)

dapat dijelaskan oleh perubahan-perubahan

dalam komunikasi (X1) dan motivasi (X2).

Sedangkan selebihnya yaitu sebesar 33,3%

dijelaskan oleh variabel lain diluar dari

variabel komunikasi dan motivasi.

Uji Simultan (Uji F) Variabel Kinerja (Y)

Hasil pengujian statistik menunjukkan nilai

Fhitung sebesar 51,069 nilai Ftabel pada tingkat

keyakinan 95 persen menunjukkan angka

sebesar 3,183. Karena nilai Fhitung> Ftabel

(51,069>3,183) dapat diartikan secara simultan

kedua variabel independent komunikasi (X1) dan

motivasi (X2) berpengaruh signifikan terhadap

kinerja pegawai pada Kantor Dinas Pertanian

Kab, Pidie Jaya, sehingga hipotesis Ha diterima.

Uji Parsial (Uji T) Variabel Komunikasi (X1)

Hasil pengujian uji t pada variabel komunikasi

(X1), pengujian statistik menunjukkan nilai

thitung sebesar 10,006 untuk variabel sistem

komunikasi (X1). Nilai ttabel pada tingkat

keyakinan 95 persen menunjukkan angka sebesar

Page 41: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

2,006. Karena nilai thitung> ttabel

(10,006>2,006) secara parsial komunikasi

berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai

pada Kantor Dinas Pertanian Kab, Pidie Jaya,

sehingga hipotesis Ha diterima.

Uji Parsial (Uji T) Motivasi (X2) Hasil pengujian uji t pada variabel motivasi

(X2), dengan nilai thitung menunjukkan angka

sebesar 2,507, juga lebih besar bila dibandingkan

dengan nilai ttabel pada tingkat keyakinan 95

persen menunjukkan angka sebesar 2,006.

Karena thitung> ttabel (2,507>2,006) dapat

diartikan secara parsial motivasi juga

berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai

pada Kantor Dinas Pertanian Kab, Pidie Jaya,

sehingga hipotesis Ha diterima.

KESIMPULAN DAN SARAN

Simpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah

dilakukan dalam penelitian ini dapat disimpulkan

bahwa:

1. Komunikasi atasan-bawahan dan motivasi

kerja berpengaruh positif terhadap kinerja

pegawai Kantor Dinas Pertanian Kab, Pidie

Jaya. Diantara kedua variabel tersebut,

variabel yang paling besar pengaruhnya

terhadap kinerja pegawai adalah komunikasi.

2. Hubungan antara komunikasi atasan-

bawahan dan motivasi kerja dengan kinerja

pegawai Kantor Dinas Pertanian Kab, Pidie

Jaya tergolong sangat erat, ditunjukkan oleh

nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,817.

Selanjutnya sebesar 6,67% kinerja pegawai

Kantor Dinas Pertanian Kab, Pidie Jaya di

pengaruhi oleh komunikasi atasan –bawahan

dan motivasi kerja. Sisanya sebesar 33,3%

lagi dipengaruhi oleh variabel lain selain

variabel tersebut.

3. Hasil pengujian statistik menunjukkan nilai F

hitung sebesar 51,069, lebih besar bila

dibandingkan dengan nilai F tabel sebesar

3,183. Dengan demikianhipotesis Ha diterima

sebaliknya hipotesis Ho ditolak yang berarti

komunikasi atasan-bawahan dan motivasi

kerja berpengaruh signifikan terhadap

kinerja pegawai Kantor Dinas Pertanian Kab,

Pidie Jaya. Selanjutnya nilai t hitung masing-

masing variabel juga lebih besar bila

dibandingkan dengan t tabel, sehingga dapat

disimpulkan bahwa secara parsial kedua

variabel tersebut juga berpengaruh signifikan

terhadap kinerja pegawai Kantor Dinas

Pertanian Kab, Pidie Jaya.

Saran

1. Kepala Dinas Pertanian Kab, Pidie Jaya

dipandang perlu untuk mengembangkan

komunikasi atasan-bawahan yang lebih baik

dalam lingkungan kerjanya. Hal ini

disebabkan, komunikasi atasan-bawahan

dapat meningkatkan kinerja pegawai

dilingkungan instansi tersebut. Kembangkan

rasa kebersamaan, pupuk rasa hormat-

menghormati diantara sesama pegawai dan

tingkatkan efektivitas komunikasi yang

mengarah pada kelancaran kegiatan

operasional instansi. Pada akhirnya

komunikasi tersebutdapat meningkatkan

kinerja pegawai.

2. Sebaliknya kepala Dinas Pertanian Kab, Pidie

Jaya meningkatkan motivasi kerja

pegawainya. Upaya peningkatan motivasi

kerja pegawai dapat dilakukan dengan

memenuhi kebutuhan pegawai,

sepertiperbaikan lingkungan kerja,

peningkatan kompensasi seperti tunjangan

prestasi kerja (TPK) dan lain sebagainya.

3. Bagi peneliti lain agar dapat menambah

variabel lain sehingga kinerja di lingkungan

Dinas Pertanian Kab, Pidie Jaya dapat lebih

di tingkatkan.

REFERENSI

Cantika, Yuli, 2005, Manajemen

Sunber Daya Manusia,

Penerbit Universitas

Muhammaadiyah, Malang

Deni Darmawan (2007), Pengantar

Ilmu Komunikasi, Jakarta:PT

RajaGrafindo Persada

Dessler, Gary (2002) Manajemen

Sumber Daya Manusia, Edisi

Bahasa Indonesia, Jilid 2,

Prenhaiiindo, Jakarta

Flippo, Edwin, B (2002) Manajemen

Personalia, Edisi Bahasa

Indonesia. Jakarta

Gujarati, Damodar (2006)

Ekonometrika Dasar, Alih

Bahasa: Sumarno Zain, Penerbit

Erlangga Jakarta

Guritno, Bambang dan Waridin. 2005.

Pengaruh Persepsi Karyawan

Mengenai Perilaku

Kepemimpinan, Kepuasan

Page 42: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

Kerja Dan Motivasi Terhadap

Kinerja. JRBI. Vol 1. No 1.

Hal: 63-74.

Hasibuan, Malayu S.P.

2008. Manajemen Sumber

Daya Manusia. Jakarta :

Penerbit Bumi Aksara.

Kismono, Gugup (2003) Pengantar

Bisnis, BPFE UGM, Yogyakarta

Mathis, R.L. & J.H. Jackson. 2006.

Human Resource

Management: Manajemen

Sumber Daya Manusia.

Terjemahan Dian Angelia.

Jakarta: Salemba Empat.

Malhotra (2005) Marketing Research,

New York, Mc. Graw Hill Book

Company.

Mardianto, Anang (2005) Pengaruh

Komunikasi Atasan Bawahan

Dan Motivasi Terhadap

Kinerja Di PT Bank

Pembangunan Daerah Jawa

Tengah Cabang Surakarta,

Program Pasca Sarjana

Universitas Muhammaddiyah

Surakarta.

Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu

Komunikasi: Suatu

Pengantar. Bandung: Rosda.

Rivai, Vethzal & Basri.

2005. Peformance Appraisal:

Sistem yang tepat untuk

Menilai Kinerja Karyawan dan

Meningkatkan Daya Saing

Perusahan. Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada.

Robbins, S., dan Timothy A. J., 2008,

“Perilaku Organisasi,

Organizational Behaviour,

Buku Terjemahan, Jakarta :

Gramedia.

Robbin, S. P (2001) Perilaku

Organisasi: Konsep

Kontropersi, Aplikasi, Edisi

Bahasa Indonesia, Jilid 2,

Jakarta

Sastrohadiwiryo, Siswanto (2002)

Manajemen Tenaga Kerja

Indonesia Pendekatan

Administratif Dan

Operasional, Bumi Aksara,

Jakarta.

Schuler Dan Jackson (2001) Human

Resource Manajemen, 8ᵗᴴ

Edition, (Terjemahan), Salemba

Empat, Jakarta.

Siagian, Sondang P (2002) Teknik

Menumbuhkan Dan

Memelihara Prilaku

Organisasi, CV. Haji Mas

Agung Jakarta.

Sutrisno, Edy. 2011. Manajemen

Sumber Daya

Manusia. Cetakan Ketiga.

Jakarta: Kencana Prenada

Media Group

Sugiono :2005. Metode Penelitian

Bisnis, Bandung: Alfabeta.CV,

Suliyanto (2006) Metode Riset Bisnis,

Penerbit Andi, Yogyakarta.

Tika, P. 2006. Budaya Organisasi Dan

Peningkatan Kinerja

Perusahaan. PT Bumi Aksara.

Jakarta.

Umar, Husein (2005) Metode

Penelitian Untuk Skripsi Dan

Tesis Bisnis, PT. Gramedia,

Jakarta

Page 43: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

Usman, Husaini (2008) Manajemen:

Teori Praktek, Dan Riset

Pendidikan. Edisi Kedua.

Jakarta: PT. Raja Grapindo

Persada

Page 44: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS ISSN 2088-6217 VOL 4, NOMOR 4 September 2015 : 258 - 265

Pengaruh Leader Member Exchange (LMX) Terhadap Kepuasan Kerja

Karyawan Pada Taman Rusa Lamtanjong Aceh Besar

Samsul Ikhbar1

1) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

Abstrak: Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah Pengaruh Leader Member Exchange

(LMX) terhadap kepuasan kerja karyawan pada Taman Rusa Lamtanjong Aceh Besar. Tujuan penelitian

ini untuk mengetahui pengaruh antara variabel Leader Member Exchange dengan variabel kepuasan kerja

karyawan pada Taman Rusa Lamtanjong Aceh Besar. Ukuran sampel penelitian ini sebanyak 70 Pegawai.

Data penelitian dikumpulkan melalui wawancara, daftar pertanyaan dan studi dokumentasi. Pengujian

hipotesis menggunakan uji t (parsial) dimaksud untuk mengetahui secara parsial pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0.05). Hasil penelitian

menunjukan bahwa yaitu Leader Member Exchange (LMX) (4,179) berpengaruh signifikan terhadap

kepuasan kerja karyawan pada Taman Rusa Lamtanjong Aceh Besar. Nilai koefisien determinasi (R2)

menunjukkan bahwa independen yang diteliti mampu menjelaskan 20,4 % terhadap kepuasan kerja

karyawan sedangkan sisanya 79,6 % dijelaskan oleh variabel independen lainnya yang tidak termasuk

dalam penelitian ini.

Kata kunci : Leader Member Exchange (LMX), Kepuasan Kerja.

PENDAHULUAN

Sumber daya manusia merupakan asset yang

paling penting bagi organisasi, dimana pada

hakekatnya berfungsi sebagai faktor penggerak

bagi setiap kegiatan di dalam perusahaan.

Kepuasan kerja merupakan suatu sikap karyawan

terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan

situasi kerja, kerja sama antar karyawan, imbalan

yang diterima dalam kerja, dan hal-hal yang

menyangkut tentang fisik dan psikologi. Sikap

terhadap pekerjaan merupakan hasil dari

sejumlah sikap khusus individu terhadap faktor-

faktor pekerjaan, penyesuaian diri individu dan

hubungan sosial individu diluar pekerjaan

sehingga menimbulkan sikap umum individu

terhadap pekerjaan yang dihadapi.Kepuasan

kerja menjadi masalah yang cukup menarik dan

penting, karena sangat besar manfaatnya baik

kepentingan individu, industri dan masyarakat.

Kepentingan individu, penelitian tentang sebab-

sebab dan sumber-sumber kepuasan kerja

kemungkinan timbulnya usaha-usaha

peningkatan kebahagian hidup mereka.

Kepentingan Industri, penelitian mengenai

kepuasan kerja dilakukan dalam usaha

meningkatkan produksi dan pengurangan biaya

melalui perbaikan sikap dan tingkah laku

karyawan. Selanjutnya kepentingan masyarakat

tentu akan menikmati kapasitas maksimun dari

industri serta naiknya nilai manusia di dalam

konteks pekerjaan.

Ada beberapa alasan karyawan tidak betah

bekerja (melaksanakan tugas-tugasnya) atau

tidak puas diantara apabila hubungan atasan

dengan bawahan kurang baik maka tentu saja

karyawan(bawahan) tidak akan mempunyai

motivasi dalam melaksanakan tugasnya,

kemudian apabila gaji mereka tidak sesuai yang

diingin kan oleh karyawan atau tidak sesuai

dengan kebutuhan mereka masing-masing atau

gaji yang diberikan tidak sesuai dengan kinerja

mereka maka akan membuat meraka kurang

semangat, selain itu faktor lingkungan kerja juga

akan berpengaruh terhadap kepuasan kerja

karyawan karena apabila fasilitas-fasilitas

lingkuangan kerja karyawan kurang atau tidak

sesuai dengan yang diinginkan oleh karyawan,

tentu saja akan membuat mereka kurang

semangat dalam melaksanakan tugasnya masing-

masing. Misalnya apabila di ruangan kerja

karyawan tidak memiliki AC atau sejenisnya di

saat cuaca yang sangat panas maka akan

membuat karyawan tidak tertib dalam

melaksanakan tugasnya karena mereka harus

keluar masuk dari ruang tersebut hanya karena

mereka membutuhkan udara yang dingin agar

mereka tidak berkeringat maaupun hal-hal

lainnya disaat jam-jam kerja mereka yang akan

berlangsung waktu yang masih lama.

Orang yang pertama kalinya mereka

bekerja pada suatu perusahaan atau Perusahaan

maka mereka pasti akan melakukan hal apa saja

yang yang diinginkan oleh mereka, akan tetapi

setelah menjadi karyawan atau sudah

mempunyai kemampuan maka mereka harus

belajar disiplin dan menghargai waktu dan

mereka pun harus mengikuti segala aturan-aturan

yang ada di Perusahaan Perusahaan.

Taman Rusa ini terletak di Desa Lamtanjong,

Sibreh, Aceh Besar, kurang lebih 20 menit

perjalanan dari Universitas Serambi Mekkah.

Page 45: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

Tempat ini bisa dijadikan alternatif sebagai

tempat rekreasi bersama teman atau keluarga di

akhir pekan. Setelah resmi dibuka ternyata telah

banyak mengundang pengunjung untuk datang

ke Taman Rusa. Ada beberapa wahana di taman

seluas 3 hektar ini seperti kolam renang, kolam

bebek, kolam pancing, area bersepeda.

Dilengkapi dengan warung kopi, mushola, dan

toilet tentunya. Selain itu pengunjung bisa

berkeliling dengan menggunakan andong

ataupun odong-odong yang didesain lucu.

Sehingga banyak membutuhkan karyawan untuk

melayani semua pelanggan-pelanggan yang ada

di Taman Rusa.

Berdasarkan observasi peneliti saat ini sering

sekali karyawan Taman Rusa keluar bekerja dari

karyawan Taman Rusa dan lebih meilih berkerja

ditempat lain. Padahal gaji sebagai karyawan

Taman Rusa tersebut sudah lumayan untuk

kebutuhan sehari-hari ataupu kebutuhan keluarga

apalagi lingkungan kerja sangat baik dan

mempunyai fasilitas kerja yang lengkap. Dengan

melihat fenomena ini, maka peneliti sangat

tertarik untuk meneliti di Taman Rusa, karena

peneliti ingin mengetahui apa penyebab

sebenarnya karyawan tidak bertahan lama

bekerja Taman Rusa! Apakah hubungan atasan

dengan bawahan atau sesama karyawan yang

kurang harmonis. Atau apakah pemimpin Taman

Rusa tersebut terlalu tegas dalam memberikan

pekerjaanya terhadap karyawan, sehingga

karyawan merasa terbebankan dan tidak puas

dalam melaksanakan kinerjanya. Atau mungkin

ada hubungan lain yang menyebabkan karyawan

merasa tidak puas.

Hubungan atasan dengan bawahan dapat

mempengaruhi dengan kepuasan kerja karyawan

Taman Rusa, karena selain gaji atau bonus dan

lain-lain yang harus diterima oleh karyawan

mereka juga menginginkan kekompakkan antara

bawahan dengan atasan. Begitu juga dengan cara

mereka berkomunikasi yang sopan antara sesama

karyawan maupun dengan atasan.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Objek Penelitian Sebagai lokasi penelitian untuk memperoleh

data dan keperluan lainnya, peneliti mengadakan

penelitian langsung pada Taman Rusa

Lamtanjong Aceh Besar beralamat Sibreh Pekan

biluy Gampong Lamtanjong Kecamatan

Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar, Aceh Besar.

Objek penelitian ini adalah Kepuasan Kerja

Karyawan Kerja Karyawan Taman Rusa

Lamtanjong Aceh Besar.

Populasi dan Teknik Penarikan Sampel Populasi merupakan keseluruhan subjek yang

dikenakan dalam penelitian. Populasi menurut

Arikunto (2010:175) adalah keseluruhan subjek

penelitian. Sampel adalah bagian dari populasi

yang dianggap dapat mewakili dari populasi

yang memiliki cirri-ciri atau keadaan tertentu

yang akan diteliti. Jumlah populasi dalam

penelitian ini adalah 70 karyawan Taman Rusa

Lamtanjong Aceh Besar. Hal ini sesuai dengan

pendapat Sugiyono (2009: 57) yang menyatakan

bahwa sampel merupakan bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut. Apabila jumlah populasi atau subjek

peneltitian kurang dari 100, maka untuk sampel

penelitiannya sebaiknya diambil semua, sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi

atau sensus. Dalam penelitian ini, Sampel

penelitian ini adalah seluruh Karyawan Taman

Rusa Lamtanjong Aceh Besar dengan jumlah 70

karyawan.

Data dan Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data mengenai kepuasan

kerja dilakukan pengumpulan data dengan

menggunakan Kuesioner. Kuesioner terdiri dari 5

(lima) item pertanyaan untuk Leader Member

Exchange (LMX) dan 5 (lima) pertanyaan

tentang kepuasan kerja. Kuesioner yang

digunakan dalam penelitian ini adalah tertutup

yaitu pertanyaan yang di rancang berbentuk

pilihan yang telah disediakan.

Skala Pengukuran

Kategori pertanyaan yang dirancang dalam

kuesioner diberi nilai skor 1-5 dengan kategori

menurut Arikunto (2010:66) adalah seperti

terlihat pada tabel berikut :

Tabel

Skala Likert

No Pilihan Jawaban Skor

1 Sangat Setuju 5

2 Setuju 4

3 Kurang Setuju 3

4 Tidak Setuju 2

5 Sangat Tidak Setuju 1

Sumber : Arikunto (2010)

Teknik Analisis Data

Data penelitian dianalisis dengan

menggunakan model regresi linier sederhana dan

diolah dengan menggunakan program bantuan

SPSS (Statistic Pagcket for Social Saince) versi

15.0. Adapun persamaan model regresi linear

sederhana dalam penelitian ini dapat

diformulasikan sebagai berikut:

Y = a + b X + e

Keterangan :

Y = Kepuasan Kerja

X = LMX (Leader Member

Exchange)

a = Konstanta

b = Parameter Regresi

e = Error Term

Page 46: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan secara

serantak dengan menggunakan secara partial

dengan menggunakan uji t (t-test) pada tingkat

keyakinan (confident interval) 95% dengan

kriteria pengambilan keputusan uji t, digunakan

untuk menguji tingkat signifikansi variabel bebas

secara individual terhadap variabel terikat (Y)

yaitu pengaruh X terhadap Y. Dengan kriteria

pengujian :

Jika t hitung ≥ t tabel, maka menerima Ha

dan menolak Ho

Jika t hitung < t tabel, maka menolak Ha

dan menerima Ho.

Ho1 = LMX tidak berpengaruh Terhadap

Kepuasan Kerja Karyawan Taman Rusa

Lamtanjong Aceh Besar.

Ha1 = LMX berpengaruh terhadap Kepuasan

Kerja Karyawan Taman Rusa

Lamtanjong Aceh Besar

Uji Reliabilitas dan Validitas Uji reliabilitas dan validitas adalah uji

terhadap instrumen penelitian yang akan

menyajikan data kualitatif. Instrumen dalam

penelitian ini adalah kuesioner yang digunakan

untuk mengumpulkan data primer yang bersifat

kualitatif sehingga harus dapat memberikan

kebenaran dan kepercayaan melalui suatu set uji

kehandalan dan validitas.

Uji Kehandalan (Reliability)

Reliabilitas instrument adalah tingkat

konsistensi hasil yang dicapai oleh kuesioner,

meskipun digunakan secara berulang-ulang.

Pendekatan yang digunakan adalah dengan cara

menghitung Cronbach Alpha masing-masing

variabel yang terlibat. Cronbach Alpha

menafsirkan korelasi antara skala yang dibuat

dengan semua skala variabel yang ada. Uji ini

dimaksudkan untuk menunjukkan banyaknya

variansi atau perbedaan yang diharapkan pada

seperangkat pengukuran yang dilakukan secara

berulang-ulang terhadap suatu objek. Ukuran

reliabilitas dianggap handal berdasarkan

Cronbach Alpha adalah sebesar 0,60 (Ghozali,

2009).

Uji Validitas Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur

apa yang seharusnya diukur menurut situasi,

keperluan dan tujuan tertentu. Dengan kata lain

bahwa kuesioner dianggap valid jika kuesioner

tersebut benar-benar dapat menyajikan suatu set

data mengenai perilaku dan aktivitas responden

sebagaimana yang diharapkan. Uji validitas

dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan analysis corelation yang

menjelaskan korelasi (hubungan) diantara

sejumlah variabel dengan menggunakan satu set

dimensi yang disebut faktor. Ukuran data

dianggap valid apabila korelasi hitung lebih

besar dari angka kritis nilai – r dengan tingkat

keyakinan 95 % (table product moment).

menurut Sugiyono (2010:267) adalah : “

Validitas merupakan derajat ketetapan antara

data yang terjadi pada objek penelitian dengan

daya yang dapat dilaporkan oleh penelitian.

Dengan demikian data yang valid adalah data

“yang tidak berbeda” antara data yang

dilaporkan oleh peneliti dengan data yang

sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian.”

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Manajemen Sumber Daya

Manusia Manajemen merupakan proses untuk

mencapai tujuan organisasi. Manajemen bisa

sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang logis

dan sistematis juga sebagai suatu kreativitas

pribadi yang disertai suatu keterampilan.

Menurut Garry (2011:5), manajemen sumber

daya manusia adalah kebijakan dan praktik

menentukan aspek “manusia” atau sumber daya

manusia dalam posisi manajemen, termasuk

merekrut, menyaring, melatih, memberi

penghargaan, dan penilaian. Menurut Veithzal

(2010:13), manajemen SDM merupakan bagian

dari manajemen umum yang memfokuskan dari

pada SDM. Adapun fungsi - fungsi manajemen

SDM, seperti halnya fungsi manajemen umum,

yaitu :

1. Fungsi Manajerial

2. Fungsi Operasional

Sedangkan tujuan umum manajemen sumber

daya manusia menurut Malayu S.P Hasibuan

(2009 : 250) adalah sebagai berikut :

1. Untuk menentukan kualitas pegawai

yang akan mengisi semua jabatan dalam

perusahaan.

2. Untuk menjamin tersedianya tenaga

kerja masa kini ataupun masa depan

3. Untuk mempermudah koordinasi

sehingga produktivitas kerja meningkat.

4. Untuk menghindari kekurangan atau

kelebihan pegawai.

Kepuasan Kerja Menurut Wijono (2010:97), kepuasan kerja

adalah suatu perasaan menyenangkan merupakan

hasil dari persepsi individu dalam rangka

menyelesaikan tugas atau memenuhi

kebutuhannya untuk memperoleh nilai - nilai

kerja yang penting bagi dirinya.

Pengertian yang menyatakan kepuasan kerja

Menurut Edy (2010:74) suatu sikap karyawan

terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan

situasi kerja, kerjasama antar karyawan, imbalan

yang diterima dalam kerja, dan hal-hal yang

menyangkut faktor fisik dan psikologis. Menurut

Mangkunegara (2009:117), Kepuasan kerja

adalah suatu perasaan yang menyokong atau

tidak menyokong diri pegawai yang

berhubungan dengan pekerjaanya maupun

Page 47: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

dengan kondisi dirinya .Berdasarkan pengertian

beberapa ahli diatas maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa: pengertian kepuasan kerja

adalah perasaan senang dan puas yang dialami

seseorang dalam melakukan pekerjaanya.

Menurut Waskito (2009:265), karyawan adalah

orang dalam sebuah lembaga (kantor, perusahaan

dan sebagainya) dengan mendapat gaji (upah),

karyawan juga disebut sebagai pegawai, buruh,

pekerja. Sedangkan Menurut Kreitner dan

Kinicki (2008:36), kinerja adalah nilai dari

sekelompok perilaku karyawan yang

berkontribusi, baik positif atau negatif, terhadap

pencapaian tujuan organisasi.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan

bahwa kinerja tidak berdiri sendiri tapi

berhubungan dengan kepuasan kerja dan

dipengaruhi oleh keterampilan,kemampuan dan

sifat – sifat individu. Dengan kata lain kinerja

ditentukan oleh kemampuan, keinginan dan

lingkungan. Oleh karena itu agar mempunyai

kinerja yang baik, seseorang harus mempunyai

keinginan yang tinggi untuk mengerjakan dan

mengetahui pekerjaannya serta dapat

ditingkatkan apabila ada kesesuaian antara

pekerjaan dan kemampuan.

Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan tulang punggung

pengembangan organisasi, karena tanpa

kepemimpinan yang baik akan sulit untuk

mencapai tujuan organisasi. Pola kepemimpinan

memainkan peranan penting, dalam

meningkatkan kinerja karyawan. Konsep

kepemimpinan merupakan komponen

fundamental di dalam menganalisis proses dan

dinamika di dalam organisasi. Untuk itu banyak

kajian dan diskusi yang membahas definisi

kepemimpinan yang justru membingungkan.

Menurut Miftah (2010: 9) kepemimpinan

adalah kegiatan untuk memengaruhi perilaku

orang lain, atau seni memengaruhi perilaku

manusia baik perorangan maupun kelompok.

Sedangkan menurut Martinis dan Maisah (2010:

74) mandefinisikan kepemimpinan sebagai suatu

group proses yang dilakukan oleh seseorang

dalam mengelola dan menginspirasikan sejumlah

pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi

melalui aplikasi teknik- teknik manajemen.

Miftah (2010: 5) mengartikan bahwa

Kepemimpinan adalah aktivitas untuk

mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan

mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan

meliputi proses mempengaruhi dalam

menentukan tujuan organisasi, memotivasi

perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,

mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok

dan budayanya.

Menurut Mifta (2010: 50) yang mengatakan

gaya kepemimpinan demokratis dikaitkan

dengan kekuatan personal dan keikut sertaan

para pengikut dalam proses pemecahan masalah

dan pengambilan keputusan.

Leader Member Exchange (LMX)

Menurut Morrow (2005: 682) bahwa:

“pengertian dari leader member exchange adalah

peningkatan kualitas hubungan antara supervisi

dengan karyawan akan mampu meningkatkan

kerja keduanya. Namun realitasnya, hubungan

antara karyawan dan supervisi dapat

dikelompokkan pada dua hubungan yaitu

hubungan yang baik dan hubungan yang buruk.

Hubungan yang baik akan menciptakan

kepercayaan karyawan, sikap positif, dan

loyalitas, namun hubungan yang buruk

berpengaruh sebaliknya.”

Sehubungan dengan definisi tersebut, dapat

dilihat bahwa dalam LMX ditemukan perbedaan

sikap yang diterima bawahan dari atasannya.

Perbedaan itu membentuk kelompok terpisah

yang menerangkan hubungan antara atasan dan

bawahan yang disebut dengan in-group dan out-

group. Pada in-group, pemimpin lebih

mempercayakan penyelesaian tugas kepada

mereka, berinteraksi lebih sering misalnya

apabila ada suatu berita atau kejadian penting,

bawahan yang termasuk dalam in-group yang

akan dipanggil terlebih dahulu dan memberikan

banyak dispensasi terhadap ketentuan-ketentuan

yang sudah ada. Hal ini cenderung dilakukan

oleh atasan dikarenakan bawahan memiliki

persamaan sikap dan karakteristik pribadi dengan

atasan atau bawahan yang tergabung dalam in-

group ini memiliki kompetensi yang lebih baik

dibandingkan dengan bawahan yang tergabung

dalam out-group. Pada in-group, bawahan lebih

dipercaya, mendapatkan perhatian dalam porsi

yang lebih besar dari atasan, dan mendapatkan

hak-hak khusus (Robbins, 2007: 368).

Dalam Leader Member Exchange (LMX),

supervisor mengembangkan tipe hubungan yang

berbeda dengan bawahannya. Konsekuensinya,

atasan dengan sepuluh bawahan akan memiliki

sepuluh hubungan Leader Member Exchange

(LMX) yang berbeda. Pada gilirannya ke depan,

jenis hubungan yang berkembang antara

pemimpin dan karyawan akan berpengaruh

terhadap berbagai faktor-faktor penting untuk

individu dan organisasi (misalnya, komitmen

organisasi, kepuasan kerja karyawan dan lain-

lain). Peran pemimpin dalam sebuah organisasi

tidak hanya memerintah bawahannya begitu saja

tetapi diperlukan hubungan yang baik antara

atasan dengan bawahan untuk mengoptimalkan

sumber daya manusia yang ada. Hubungan

atasan dan bawahan (LMX) yang kurang baik

dapat menyebabkan loyalitas karyawan rendah.

Pada dasarnya manusia mudah untuk dimotivasi

dengan memberikan apa yang menjadi

keinginannya. Bila seorang karyawan termotivasi

maka karyawan tersebut akan sekuat tenaga

Page 48: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

bekerja keras melakukan pekerjaannya dengan

baik untuk keberhasilan perusahaan. Kepuasan

kerja dan motivasi kerja sangat berkaitan

langsung dengan loyalitas karyawan.

Kepuasan kerja dan motivasi kerja yang

dirasakan oleh karyawan dapat menurunkan

loyalitas ataupun meningkatkan loyalitas

karyawan. Karyawan yang merasa puas dengan

pekerjaan yang diperoleh akan termotivasi untuk

meningkatkan kinerja sehingga akan berdampak

pada meningkatnya keberhasilan perusahaan.

Karyawan yang bekerja dengan senang hati dan

tanpa adanya paksaan akan memberikan hasil

yang baik dan akan menumbuhkan loyalitas yang

tinggi kepada perusahaan dengan karyawan

tersebut terbeban memberikan yang terbaik bagi

perusahaan dan kesetiaannya terhadap

perusahaan (Mahesa, 2010).

Leader Member Exchange merupakan salah

satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan

kerja karyawan. Kepuasan kerja merupakan

fungsi dari jumlah absolut dari gaji yang

diterima, derajat sejauh mana gaji memenuhi

harapan-harapan tenaga kerja, dan bagaimana

gaji diberikan. Yang penting ialah sejauh mana

gaji yang diterima dirasakan adil. Jika gaji di

persepsikan sebagai adil didasarkan tuntutan-

tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan

individu, dan standar gaji yang berlaku untuk

kelompok pekerjaan tertentu, maka akan ada

kepuasan kerja. Hubungan antara atasan dan

bawahan bisa disebut dengan hubungan

fungsional dan keseluruhan (entity).

Hubungan fungsional mencerminkan sejauh

mana atasan membantu bawahan, untuk

memuaskan nilai-nilai pekerjaan yang penting

bagi karyawan, misalnya dengan memberikan

pekerjaan yang menantang. Hubungan

keseluruhan didasarkan pada ketertarikan

antarpribadi yang mencerminkan sikap dasar dan

nilai-nilai yang serupa. Hubungan yang ada antar

pekerja adalah hubungan ketergantungan

sepihak, yang bercorak fungsional.

Kepuasan kerja yang ada pada para pekerja

timbul karena mereka, dalam jumlah tertentu,

berada dalam satu ruangan, sehingga mereka

dapat saling berinteraksi, dalam artian kebutuhan

sosialnya terpenuhi. Rekan kerja memberikan

sumbersumber semangat, kenyamanan, nasihat,

dan bantuan kepada karyawan individu.

Kelompok kerja yang baik dapat membuat

pekerjaan menjadi menyenangkan. Keadaan atau

suasana di tempat kerja merupakan faktor lain

yang mempengaruhi kepuasan kerja. Bila kondisi

kerjanya baik, bersih, atraktif, dan nyaman, maka

karyawan akan merasa mudah dalam

menjalankan pekerjaannya. Dalam kondisi kerja

seperti itu kebutuhan-kebutuhan fisik dipenuhi

dan memuaskan tenaga kerja.

HASIL PEMBAHASAN

Gambaran Umum Taman Rusa Sejarah berdirinya Taman Rusa yaitu pada

bulan juni tahun 2013 yang didirikan oleh T

Nara. Biaya yang dikluarkan untuk membuat

Taman Rusa mencapai Rp. 1.000.000.000 lebih

seperti pembangunan kolam renang, kolam ikan,

supermarkit mini, tempat istirahat, kebun

binatang dan lain-lain. Awalnya hanya beberapa

fasilitas yang ada di Taman Rusa, Tapi dalam

waktu singkat jumlah pengunjung semakin lama

semakin banyak kemudian pihak Taman Rusa

menambahkan beberapa fasilitas lainnya seperti

permainan anak-anak, kereta api, sepeda santai

untuk anak-anak dan lain-lain sehingga

membutuhkan karyawan yang banyak untuk

memposisikan dimana tempat yang dibutuhkan

oleh Taman Rusa Aceh Besar. Sampai saat ini

jumlah karyawan Taman Rusa Lamtanjong Aceh

Besar mencapai 70 orang atau karyawan.Taman

Rusa ini terletak di Desa Lamtanjong, Sibreh,

Aceh Besar, kurang lebih 20 menit perjalanan

dari Universitas Serambi Mekkah. Tempat ini

bisa dijadikan alternatif sebagai tempat rekreasi

bersama teman atau keluarga di akhir pekan.

Setelah resmi dibuka ternyata telah banyak

mengundang pengunjung untuk datang ke Taman

Rusa. Ada beberapa wahana di taman seluas 3

hektar ini seperti kolam renang, kolam bebek,

kolam pancing, area bersepeda. Dilengkapi

dengan warung kopi, mushola, dan toilet dan

dengan keindahan panorama alam ala pedesaan,

digabungkan dengan beraneka ragam wahana

bermain yang menarik dan modern, seperti

kolam renang, sepeda bebek, bola udara, sekuter,

kereta api, mandi bola dan lain-lain

Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Berdasarkan output komputer seluruh

pernyataan dinyatakan valid karena memiliki

tingkat signifikansi dibawah 5 % sedangkan jika

dilakukan secara manual maka nilai korelasi

yang diperoleh masing-masing pernyataan harus

dibandingkan dengan nilai kritis korelasi product

moment dimana hasilnya menunjukkan bahwa

semua penyataan mempunayai nilai korelasi

diatas nilai kritis 5 % yaitu di atas 0,235 dan

pada nilai kritis 1 % , sehingga pernyataan-

pernyataan tersebut adalah signifikan dan

memiliki validitas kontras. Atau dalam bahasa

statistik terdapat konsistensi (internal

consistence) yang berarti pernyataan-pernyataan

tersebut mengukur aspek yang sama. Ini berarti

data yang diperoleh adalah valid dan dapat

dipergunakan untuk penelitian.Berdasarkan

dapat dijelaskan bahwa semua variabel yang

digunakan dalam penelitian ini dinyatakan

semuanya valid, karena mempunyai koefisien

kerelasi diatas dari nilai kritis kerelasi product

moment yaitu sebesar 0,235 sehingga semua

pertanyaan yang terkandung dalam kuesioner

Page 49: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

penelitian ini dinyatakan valid untuk dilanjutkan

penelitian yang lebih mendalam

Uji Reliabilitas Instrumen

Pengujian Reliabilitas dilakukan dengan

internal consistency atau derajat ketepatan

jawaban. Untuk pengujian ini digunakan

Statistical Packaged for Social Sciences (SPSS).

Setelah melakukan pengujian reliabilitas untuk

mengetahui konsistensi hasil sebuah jawaban

tentang tanggapan responden. Untuk melakukan

pengujian reliabilitas penulis menggunakan

program SPSS versi 15,0. Reliabilitas yang

kurang dari 0,60 adalah kurang baik, dan apabila

lebih besar dari 0,60 dan mendekati angka 1

berarti reliabilitas instrumen adalah baik.Dari

hasil pengujian reliabilitas diatas dapat diketahui

bahwa relialibilitas variabel keputusan

pembelian berdasarkan pengujian reliabilitas dari

instrumen, diketahui bahwa hasil pengujian

Leader Member Exchange (LMX) seluruhnya

adalah reliabel karena melebihi dari 0,60.

Analisis Deskriptif

Penelitian ini mengamati satu variabel bebas

(indenpendent variabel) yaitu variabel Leader

Member Exchange (X) dan juga mengamati satu

variabel terikat (dependent variable) yaitu

variabel Y, Kepuasan Kerja.

Pembahasan Kinerja yang dicapai karyawan merupakan

suatu hal yang sangat penting dalam menjamin

kelangsungan hidup organisasi. Dalam mencapai

kinerja yang tinggi beberapa faktor yang

mempengaruhi, menjadi pemicu apakah kinerja

pegawai tinggi atau rendah. kepuasan kerja

adalah suatu perasaan menyenangkan merupakan

hasil dari persepsi individu dalam rangka

menyelesaikan tugas atau memenuhi

kebutuhannya untuk memperoleh nilai - nilai

kerja yang penting bagi dirinya. Dalam

penelitian ini akan membahas tentang pengaruh

hubungan atatsan dengan bawahan atau pengaruh

Leader member Exchange (LMX) terhadap

kepuasan kerja karyawan pada Taman Rusa

Lamtanjong Aceh Besar dengan menggunakan

pengujian secara parsial.

Pengujian Hipotesis

Hipotesis menyatakan bahwa Leader

Member Exchange (X) Sebagai sumber daya

manusia berpengaruh terhadap Kepuasan Kerja

Karyawan Pada Taman Rusa Lamtanjong Aceh

Besar. Model yang digunakan untuk menduga

pengaruh tersebut adalah:

Berdasarkan hasil ouput melalui data seperti

terlihat diatas, maka diperoleh persamaan regresi

sederhana sebagai berikut,

Y = 12,472 + 0,401x Dari persamaan regresi di atas dapat

diketahui hasil penelitian sebagai berikut

1) Koefesien Regresi (β )

Dalam penelitian nilai konstanta adalah

12,472 artinya bila mana Leader Member

Exchange (X) dianggap konstan, maka

Kepuasan Kerja Karyawan Pada Taman Rusa

Lamtanjong Aceh Besar , adalah sebesar

12,472 pada satuan skala likert atau

Kepuasan Kerja masih rendah.

Koefisien regresi Leader Member Exchange

(X) sebesar 0,401. Artinya setiap 100%

perubahan dalam variabel Leader Member

Exchange (LMX) secara relatif akan

berpengaruh terhadap Kepuasan Kerja

Karyawan Pada Taman Rusa Lamtanjong

Aceh Besar sebesar 40,1 % dianggap

konstan.

2) Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien

Determinasi (R2 )

Untuk mengetahui seberapa besar kenaikan

suatu linier dapat dijelaskan melalui

hubungan antara veriabel-variabel (korelasi).

Jika seluruh nilai dari variabel-variabel

tersebut dapat memenuhi suatu persamaan

dengan benar, maka dapat dikatakan terdapat

korelasi yang sempurna dalam model

analisis ini. Dari output SPSS dapat

diketahui tingkat hubungan variabel bebas

dengan variabel terikat antara lain:

Berdasarkan dari output diatas maka

diperoleh koefisien korelasi dalam penelitian

diperoleh nilai sebesar 0,452 dimana dengan

nilai tersebut 45,2 %. Artinya variabel

Leader Member Exchange (X) mempunyai

hubungan yang lemah terhadap Kepuasan

Kerja Karyawan Pada Taman Rusa

Lamtanjong Aceh Besar. Hal ini disebabkan

mempunyai hubungan yang sedang karena

peneliti hanya meneliti satu variabel saja

yaitu Leader Member Exchange.

Sementara itu koefisien determinasi

yang diperoleh dengan nilai sebesar 0,204

artinya bahwa sebesar 20,4 % perubahan-

perubahan dalam variabel terikat (Kepuasan

Kerja Karyawan Pada Taman Rusa

Lamtanjong Aceh Besar) dapat dijelaskan

oleh perubahan-perubahan dalam faktor

Leader Member Exchange (X). Sedangkan

selebihnya sebesar 79,6 % dijelaskan oleh

faktor-faktor lain diluar satu variabel seperti

dijelaskan diatas seperti motivasi kerja,

disiplin kerja, kompensasi, lingkungan kerja

dan lain-lain

Uji Parsial Untuk menguji pengaruh Leader Member

Exchange (LMX) terhadap Kepuasan Kerja

Karyawan Pada Taman Rusa Lamtanjong Aceh

Besar, digunakan uji Statistik t (uji t). Apabila

nilai thitung > nilai ttabel, maka H0 ditolak dan Ha

diterima, sebaliknya apabila nilai thitung < nilai

ttabel , maka H0 diterima dan Ha ditolak. Hasil

pengujian hipotesis secara parsial dapat dilihat

Page 50: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

pada Tabel 4.5 Dapat ketahui besarnya nilai

thitung dari setiap variable independen dalam

penelitian ini. Nilai thitung dari setiap variabel

independen akan dibandingkan dengan nilai ttabel

dengan menggunakan tingkat kepercayaan

(confidence interval) 95% atau α = 0,05.

Pengaruh Leader Member Exchange

(LMX)terhadap variabel Kepuasan Kerja (Y)

secara parsial dapat dilihat pada Tabel 4.5 nilai

thitung sebesar 4,179 dan nilai signifikansi 0,000

sedangkan nilai ttabel pada tingkat kepercayaan

0.95% adalah 1,995. oleh karena thitung (4,179 )

lebih besar dari ttabel (1,995) maka HO ditolak dan

Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa Leader Member Exchange (LMX)

berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja

Karyawan Pada Taman Rusa Lamtanjong Aceh

Besar.

KESIMPULAN DAN SARAN

Simpulan Berdasarkan hasil pengujian,

pengelohan, dan analisis data yang telah

dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Berdasarkan uji t bahwa thitung > ttabel (4,179 >

1,995) Leader Member Exchange (LMX)

berpengaruh atau signifikan terhadap

Kepuasan Kerja Karyawan Pada Taman Rusa

Lamtanjong Aceh Besar. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa hubungan atasan dengan

bawahan pada karyawan Taman Rusa

Lamtanjong Aceh Besar terjalin dengan baik

atau harmonis sehingga karyawan merasa

puas bekerja di Taman Rusa Lamtanjong

Aceh Besar

2. Nilai Koefesien korelasi Leader Member

Exchange (LMX) sebesar 45,2%, artinya

mempunyai hubungan yang rendah terhadap

Kepuasan Kerja. Hal ini disebabkan karena

peneliti hanya meneliti satu variabel saja

yaitu variabel LMX sehingga mempunyai

pengaruh yang rendah, Apabila diteliti

dengan variabel lain seperti motivasi

karyawan, kompensasi, kedisiplinan

karyawan dalan lain-lain maka akan

mempunyai pengaruh yang kuat terhadap

kepuasan kerja karyawan Taman Rusa

Lamtanjong Aceh Besar.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti ingin

menyampaikan saran kepada perusahaan Taman

Rusa yaitu:

1. Agar pimpinan tetap bersikap ramah maupun

berkomunikasi dengan baik terhadap

karyawannya agar karyawan tetap semangat

dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Begitu

juga dengan pihak atasan (yang memiliki

jabatan yang lebih tinggi) dengan

bawahannya dan tetap bekerja sama karena

apabila hubungan atasan dengan bawahan

terjalin dengan baik maka karyawan akan

mempunyai semangat yang tinggi

(termotivasi) dalam melaksanakan tugasnya

masing-masing sehingga mereka puas

menjadi karyawan di Taman Rusa tersebut

2. Untuk penelitian selanjutnya mengenai LMX

terhadap kepuasan kerja karyawan pada

Taman Rusa Lamtanjong Aceh Besar agar

tidak meneliti hanya satu variabel saja tapi

juga dengan menambahkan variabel yang

lainnya seperti Motivasi kerja, kedisiplinan

kerja, kompensasi, lingkungan kerja dan lain-

lain yang berhubungan dengan Sumber Daya

Manusia.

REFERENSI

A.A Waskito. (2009). Kamus Praktis

Bahasa Indonesia. Jakarta:

Wahyu Media

Arikunto, S, (2010), Prosedur Suatu

Penelitian (Cetakan Kelima). Jakarta: Rineka Cipta

Dessler, Gary. (2011). Manajemen

Sumber Daya Manusia.

Penerbit Indeks. Jakarta

Erin, Anggreani Wijanto. (2013)

Pengaruh Leader Member

Exchange Terhadap

Kepuasan Kerja, Motivasi

Kerja Dan Komitmen

Organisasional Karywan

Departemen Penjualan Pada PT. X. Program

Manajemen Bisnis, Program

Studi Manajemen, Universitas

Kristen Petra. Skripsi tidak

dipublikasikan, Surabaya

Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis

Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit

Universitas Diponegoro ,

Semarang

Page 51: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

Hasibuan, Malayu S.P. 2009.

Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi. Bumi

Aksara, Jakarta

Kertajaya, Hermawan. 2009. New Wave

Marketing. Jakarta: Gramedia

Pustaka.

Kreitner & Kinicki. (2008).

Organizational Behavior. 8th

Edition. McGraw Hill

International Edition.

Mangkunegara AA. Anwar Prabu. 2009.

Evaluasi Kinerja SDM.

Bandung: rafika ADITAMA

Miftah, Huda (2010) Cooperatif

Learning. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Rivai, H. Veithzal dan Sagala, Ella

Jauvani. (2009). Manajemen

Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan Edisi 2. Jakarta: PT.

Raja Grafindo.

Rivai, Veithzal. & Sagala, Ella Jauvani.

(2010). Manajemen Sumber

Daya Manusia untuk perusahaan. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Robbins, S. (2008). Organizational

Behavior. New Jersey: Prentice

Hall.

Robbins, S., and Judge, T. (2007).

Organizational Behavior (12th

ed.). New Jersey: Prentice

Rohimat, Apep (2013) Pengaruh

Pelatihan Terhadap Motivasi

Kerja Serta Implikasinya

Pada Kinerja Karyawan Geulis

Boutique Hotel & Café

Bandung. Universitas

Pendidikan Indonesia. Skripsi

tidak dipublikasikan, Bandung

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian

Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta

Sutrisno, Edy. 2011. Manajemen

Sumber Daya Manusia. Jakarta:

Prenada Media Group.

Wibowo, Jeffry (2013) Pengaruh

Leader Member Exchange

Motivasi Kerja Dan Kepuasan

Kerja Terhadap Loyalitas

Karyawan pada Departemen

Penjualan Pada CV. Pratama

Jaya Di Mediun. Program

Manajemen Bisnis, Program

Studi Manajemen, UKP:

Surabaya. Skripsi Tidak

Dipublikasikan, Surabaya.

Wijono, Sutarto. 2010. Psikologi

Industri dan Organisasi.

Kencana : Jakarta.

Yono, Saputro Herlim(2007) Pengaruh

Kompensasi Finansial

Terhadap Motivasi Kerja (Studi pada Karyawan Hotel Montana Dua Malang). Skripsi

tidak dipublikasikan, Malang

Page 52: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS ISSN 2088-6217 VOL 4, NOMOR 4 September 2015 : 266 - 275

Pengaruh Tingkat Modal Kerja, Struktur Modal dan Skala

Perusahaan Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Pertambangan

di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 - 2014

Radhiana1

1) Dosen Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat modal kerja, Struktur Modal dan Skala Perusahaan terhadap Profitabilitas pada perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 – 2014. Sampel perusahaan pertambangan yang diambil dalam penelitian ini ada 6 perusahaan dengan menggunakan teknik penetapan sampel metode Sensus, sedangkan diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dan pengujian hipotesis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan secara simultan, modal kerja, struktur modal dan skala perusahaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2010 – 2014 dengan nilai β= 2,010. Secara parsial tingkat modal kerja berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas dengan nilai β = 0.369, Struktur modal berpengaruh signifikan terhadap

profitabilitas dengan nilai β 0.103 dan skala perusahaan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas dengan nilai β=0,159, R= 0,434 dan R Square = 0.188

Kata kunci : Tingkat Modal Kerja, Struktur Modal, Skala Perusahaan dan Profitabilitas

PENDAHULUAN Pasar Modal merupakan sarana pembentuk

modal dan akumulasi dana yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengarahan dana untuk menunjang pembiayaan pembangunan nasional. Pasar modal memiliki

peran penting bagi perekonomian suatu Negara karena dapat menjalankan dua fungsi yaitu: pertama, sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan guna

mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan sebagainya. Kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksadana dan sebagainya. Dengan demikian

masyarakat dapat menempatkan dananya sesuai karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrument tersebut.

Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

laba selama periode tertentu dapat diukur dengan melihat kesuksesasn dan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktivanya secara produktif, karenanya harus dikelola dan dimanfaatkan

secara efektif dan produktif sehingga akan dapat meningkatkan profitabilitas bagi perusahaan.

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Ukuran

profitabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan membandingkan antara laba

dengan modal yang digunakan dalam operasionalnya factor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas diantaranya modal kerja, struktur modal dan skala perusahaan. Modal kerja merupakan kelebihan nilai aktiva yang dimiliki

suatu perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya. Modal kerja yang cukup sangat penting untuk kelangsungan hidup perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka

panjang. Apabila suatu perusahaan kekurangan modal dalam menjalankan usahanya, maka perusahaan tersebut akan kehilangan pendapatan dan keuntungan, karenanya modal kerja yang baik akan lebih mendorong pencapaian kemajuan bagi kegiatan operasional perusahaannya.

Struktur modal suatu perusahaan merupakan masalah yang sangat penting, karena baik

buruknya struktur modal akan berdampak langsung terhadap posisi keuangan perusahaan. Kesalahan dalam penentuan struktur modal akan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup

perusahaan terutama dengan adanya hutang yang sangat besar akan memberikan beban yang berat bagi perusahaan. Struktur modal tercermin pada hutang jangka panjang dan unsur-unsur modal

sendiri dimana kedua golongan tersebut merupakan dana permanen atau dana jangka panjang.

Skala perusahaan/ukuran perusahaan yang

tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Semakin besar ukuran suatu perusahaan , maka frofitabilitas

Page 53: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 3, No. 3, September 2015

diharapkan juga akan meningkat, tetapi pada titik atau jumlah tertenti, ukuran perusahaan akhirnya akan menurunkan keuntungan perusahaan. Perusahaan yang berhasil meningkatkan profitabilitasnya, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut mampu mengelola sumber

daya yang dimilikinya secara efektif dan efisien sehingga mampu menghasilkan laba yang tinggi.

Perusahaan pertambangan memiliki regulasi yang besar dalam pengelolaan modal kerja yang

dimiliki. Sector pertambangan di Indonesia merupakan terbesar ke 4 didunia yaitu subsector batu bara, minyak dan gas bumi. Melonjaknya harga komoditas pertambangan menyebabkan saham perusahaan tambang yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi primadona. Para pelaku bursa semakin yakin akan prospek perusahaan tambang. Sector pertambangan

merupakan salah satu sector penyumbang devisa Negara yang dominan. Pada tahun 2008 Sector ini menyumbang 36% dari pendapatan Negara. Salah satu komoditi unggulan pada sector

pertambangan adalah batu bara yang menyumbang sebesar Rp. 2.57 trilyun bagi penerimaan Negara pada tahun 2008 dan meningkat menjadi Rp. 8.7 trilyun pada tahun

2009. Tahun 2010 industri pertambangan menyumbang pendapatan Negara US$ 73 miliar dan menyumbang sekitar 11% terhadap produk bruto Indonesia. Diakhir tahun 2013

menyumbang ke devisa Negara sebesar US$ 31,315 miliar ( kompas.com).

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data sekunder berupa Laporan Keuangan semua variabel yaitu tingkat modal kerja, struktur modal dan skala perusahaan terhadap profitabilitas yang listed

pada perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode 2010 - 2014.

Teknik Pengumpulan Data

Metode penelitian yang penulis terapkan dalam menyusun penelitian ini menggunakan 2 (dua) metode yaitu: 1. Penelitian kepustakaan (Library Research)

Menggunakan buku-buku, jurnal-jurnal untuk memperoleh landasan teoritis yang memadai untuk melakukan pembahasan.

2. Mengakses Web dan situs-situs terkait yang

digunakan untuk mencari informasi terkait yang digunakan untuk mencari informasi terkait dengan masalah yang diteliti.

Metode Analisa Data

Untuk menganalisa data yang diperoleh, penulis menggunakan data sekunder dan juga data kuantitatif pada laporan keuangan

perusahaan pertambangan di bursa efek

Indonesia periode 2010-2014. Data diperoleh dari www.idx.co.id. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampling jenuh (sensus), dimana semua anggota populasi dijadikan sampel, hal ini dilakukan karena jumlah populasi relativ kecil.

Populasi dan sampel penelitian :

No Kode saham Nama Perusahaan

1. ADRO Adaro Energy Tbk

2. ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk

3. CITA Citra Mineral Investindo Tbk

4. INCO Vale Indonesia Tbk

5. PSAB J Resources Asia Pasifik Tbk

6. TINS Timah (Persero) Tbk

Sumber : www.idx.com

Kriteria Populasi :

No Kriteria Jumlah

1.

Jumlah perusahaan pertambangan yang terdaftar

di BEI periode 2010-2014

9

2.

Perusahaan pertambangan yang tidak menyediakan laporan keuangan lengkap selama periode 2010-2014

( 3 )

3

.

Perusahaan pertambangan

yang menghasilkan laba negative selama periode 2010-2014

-

Jumlah 6

Peralatan Analisis Data

Analisa data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul (Sugiyono, 2011;147). Kegiatan dalam analisa data adalah mengelompokkan data

berdasarkan variable dan jenis responden, menstabulasi data berdasarkan variable dari seluruh responden, menyajikan data tiap variable yang diteliti, melakukan perhitungan untuk rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan

Metode analisis yang digunakan adalah model regresi linier berganda yang persamaannya dapat

ditulis sebagai berikut :

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + €

Keterangan:

Y = Gross Profit Margin X1 = Modal Kerja X2 = Struktur Modal X3 = Skala Pengukuran β1-β3 = Koefisien regresi α = konstanta

Page 54: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 3, No. 3, September 2015

€ = error

Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis merupakan pengujian yang apabila uji nilai statistiknya berada dalam daerah kritis dimana Ho ditolak disebut ada

signifikan, sebaliknya apabila uji nilai statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima disebut signifikan.

Uji Simultan

Uji simultan digunakan untuk mengetahui apakah variable independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variable dependen Jika β1 = β2 = β3 = β4 = 0, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tingkat modal kerja, struktur modal dan skala perusahaan secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap

profitabilitas pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. Jika β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ 0 ( β1 ≠ 0 ), maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya tingkat modal

kerja, struktur modal dan skala perusahaan secara bersama sama berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan pertambangan di bursa efek Indonesia periode 2010 – 2014.

Uji Parsial

Untuk menguji kebenaran hipotesis secara parsial adalah sebagai berikut:

Jika β1 = 0; maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tingkat modal kerja secara parsial berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek

Indonesia periode 2010 – 2014. Jika β1 ≠ 0; maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya tingkat modal kerja secara parsial berpengaruh terhadap profitabilitas pada

perusahaan pertambangan di bursa efek Indonesia periode 2010-2014. Jika β2 = 0 ; maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya struktur modal secara parsial tidak berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode 2010 – 2014. Jika β2 ≠ 0; maka Ho ditolak dan Ha diterima,

artinya modal secara parsial berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014.

Jika β3 = 0; maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya skala perusahaan secara parsial tidak berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode 2010 – 2014. Jika β3 ≠ 0; maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya skala perusahaan secara parsial berpengaruh terhadap profitabilitas pada

perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia periode 2010- 2014.

Deskripsi variable penelitian

Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh laba atau nilai akhir dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Profitabilitas dalam penelitian ini

menggunakan Gross Profit Margin. Gross Profit Margin adalah rasio yang membandingkan antara laba kotor (gross profit) dengan penjualan bersih. Profitabilitas pada perusahaan pertambangan

selama periode 2010 – 2014 yang menjadi sampel untuk variable dependen dalam penelitian ini.

KAJIAN PUSTAKA

Modal Kerja

Modal Kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan atau sebagai dana yang

harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Menurut Kasmir (2010:210) modal kerja merupakan modal yang digunakan untuk membiayai operasional

perusahaan sehari-hari. Menurut Sundjaja dan Barlian (2002:155) modal kerja adalah aktiva lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari satu bentuk ke bentuk lainnya

dalam melaksanakan suatu usaha. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa modal kerja merupakan sejumlah dana atau investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva

jangka pendek untuk membiayai kegiatan operasional keseharian perusahaan.

Sumber Dana Modal Kerja

Menurut Kasmir (2010:219-221) Sumber dana untuk modal kerja dapat diperoleh dari penurunan jumlah aktiva dan kenaikan passive. Ada beberapa sumber modal kerja yang dapat

digunakan yaitu: a. Hasil Operasi perusahaan

Pendapatan atau laba yang diperoleh pada periode tertentu. Pendapatan atau laba yang diperoleh perusahaan ditambah dengan penyusutan, misalnya cadangan laba atau laba yang belum dibagi.

b. Keuntungan penjualan surat berharga

Dapat digunakan untuk keperlun modal kerja, yaitu besarnya selisih antara harga beli dengan harga jual surat berharga tersebut.

c. Penjualan saham.

Perusahaan melepas sejumlah saham yang masih dimiliki untuk dijual kepada berbagai pihak. Hasil penjualan saham ini dapat digunakan sebagai modal kerja, sekalipun kebiasaan dalam manajemen keuangan hasil penjualan saham lebih ditekankan untuk kebutuhan investasi jangka panjang.

d. Penjualan aktiva tetap.

Aktiva tetap yang kurang produktif atau masih menganggur dapat dijual/dijadikan

Page 55: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 3, No. 3, September 2015

uang kas atau piutang sebesar harga jual e. Penjualan obligasi.

Perusahaan mengeluarkan sejumlah obligasi untuk dijual kepada pihak lainnya. Hasil penjualan ini dapat dijadikan modal kerja

f. Memperoleh pinjaman dari kreditor

Pinjaman ke bank atau lembaga keuangan lainnya terutama pinjaman jangka pendek,.

g. Dana hibah Dana hibah yang diperoleh dari berbagai

lembaga dapat digunakan sebagai modal kerja.

h. Sumber-sumber lainnya.

Penggunaan Modal Kerja

Penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, namun tidak selalu penggunaan aktiva lancar diikuti

dengan perubahan dan penurunan total modal kerja. Menurut Sawir (2005:141) penggunaan modal kerja yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah sebagai berikut:

a. Berkurangnya modal sendiri karena kerugian maupun pengambilan provisi oleh pemilik perusahaan.

b. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang.

c. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap.

Perputaran Modal Kerja

Suatu perusahaan yang dalam keadaan beroperasi, maka modal kerjanya akan selalu berputar. Periode perputaran modal kerja (working capital turnover period) dimulai saat

kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja hingga kas kembali lagi menjadi kas perusahaan. Semakin pendek periode tersebut, maka makin cepat perputarannya atau semakin tinggi tingkat

perputarannya. Lamanya periode perputaran modal kerja tergantung kepada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut

(Komaruddin, 2005:62). Untuk menilai keefektifan modal kerja dapat digunakan ratio antara total penjualan dengan jumlah modal kerja rata-rata (Komaruddin,2005:80). Ratio ini

menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan akan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (dalam jumlah rupiah) untuk tiap modak kerja. Untuk menentukan besarnya angka perputaran modal kerja dalam penelitian ini adalah (Kasmir, 2010:225).

Penjualan Bersih Perputaran Modal Kerja = --------------------

Modal Rata-Rata

Struktur Modal

Beberapa ahli memberikan pengertian struktur modal sebagai berikut : Menurut Sawir (2005;10), Struktur Modal merupakan pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham. Nilai buku dari modal

pemegang saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau surplus, modal dan akumulasi ditahan. Menurut Weston dan Brigham (2005;5) struktur modal yang ditargetkan adalah bauran

atau perpaduan dari hutang, saham preferen, saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur modalnya. Struktur modal yang optimal adalah gabungan ekuitas yang memaksimumkan harga saham perusahaan. Struktur modal adalah hasil atau akibat dari keputusan pendanaan yang intinya memilih apakah menggunakan hutang atau ekuitas untuk mendanai operasi perusahaan.

Menurut Agus Sartono (2008;225) struktur modal adalah perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa.

Teori Struktur Modal

Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap

nilai perusahaan apabila keputusan investasi dan kebijakan deviden dipegang konstan. Teori struktur modal adalah teori yang menjelaskan bahwa kebijakan pendanaan perusahaan dalam

menentukan bauran antara hutang dan ekuitas yang bertujuan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Setiap keputusan pendanaan mengharuskan manajer keuangan untuk dapat

mempertimbangkan manfaat dan biaya dari sumber-sumber dana yang akan dipilih.

Factor yang mempengaruhi struktur Modal

Weston dan Bringham (2001;39-41) menjelaskan beberapa factor yang dapat mempengaruhi struktur modal sebagai berikut : a. Tingkat Penjualan

Perusahaan dengan penjualan yang relative stabil lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menggunakan beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan

yang penjualannya tidak stabil b. Struktur Aktiva Perusahaan yang aktivanya sesuai dijadikan

jaminan kredit cenderung lebih banyak

menggunakan hutang. Aktiva multiguna yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan merupakan jaminan yang baik, sedangkan aktiva yang hanya digunakan untuk tujuan tertentu tidak begitu baik untuk dijadikan jaminan.

c. Profitabilitas Salah satu cara untuk mengukur profitabilitas

adalah dengan menggunakan ROI (Return on Invesment) yang berguna untuk mengetahui

Page 56: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 3, No. 3, September 2015

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan menggunakan aktiva yang ada, selain itu ROI juga bisa digunakan untuk menunjukkan kemampan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan.

d. Leverage Operasi Perusahaan dengan tingkat leverage operasi yang lebih kecil cenderung rasio bisnis yang lebih kecil

e. Pajak Bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan untuk tujuan perpajakan dan pengurangan tersebut sangatlah bernilai bagi perusahaan yang terkena tariff pajak tinggi, karenanya semakin tinggi tariff pajak semakin besar pemanfaatan penggunaan hutang.

f. Sikap manajemen Sikap yang diambil manajemen perusahaan mempuyai pengaruh langsung dalam pengambilan keputusan mengenai cara

pemenuhan keputusan dana. g. Sikap Pemberi Pinjaman dan Lembaga

Penilai Peringkat Sikap dari pemberi pinjaman dan lembaga

penilai peringkat (rating agency) sering kali mempengaruhi struktur keuangan. Jika perusahaan membicarakan struktur modalnya dengan pemberi pinjaman dan lembaga

penilai peringkat sebaiknya memperhatikan masukan yang diterima dari pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat.

h. Pengendalian (control)

Dalam beberapa peristiwa, perusahaan mungkin memilih menggunakan leverage yang agak tinggi dari mengeluarkan saham baru lagi walaupun mungkin pengeluaran

saham baru lebih menguntungkan, mereka tetap memilih penggunaan hutang. Hal ini disebabkan karena pemilik modal enggan membagi kepemilikan perusahaan dengan orang lain

i. Keadaan Pasar Modal Keadaan pasar modal yang sering mengalami perubahan disebabkan oleh adanya

gelombang konjungtor yang pada umumnya bila gelombang tinggi (Up-Swing) para investor lebih tertarik untuk menanamkan modalnya dalam saham. Berhubung dengan

hal itu, maka perusahaan dalam usahanya untuk mengeluarkan/menjual sekuritas harus menyesuaikan dengan keadaan pasar modal tersebut.

Sruktur modal dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Darsono dan Ashari, 2005;54).

Total Kewajiban Debt to Equity Ratio = --------------------

Total Equitas

Skala Perusahaan

Skala perusahaan atau ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya perusahaan ditentukan oleh total asset. Besar kecilnya perusahaan

merupakan salah satu factor yang dapat dipertimbangkan investor dalam melakukan investasi. Perusahaan yang memiliki ukuran besar akan lebih mudah memasuki pasar modal

sehingga dengan kesempatan ini perusahaan membayar dividen besar kepada pemegang saham. Sementara perusahaan yang baru dan masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal sehingga kemampuannya untuk mendapatkan modal dan memperoleh pinjaman dari pasar modal juga terbatas, karenanya mereka cenderung untuk

menahan labanya guna membiayai operasinya dan ini berarti dividen yang akan diterima oleh pemegang saham akan semakin kecil (Handayani dan Hadinugroho, 2009;66)

Menurut Brigham dan Houston 2001;40) Perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Biaya pengembangan untuk penjualan saham

biasa lebih besar daripada biaya untuk penerbitan surat hutang yang mendorong perusahaan untuk lebih banyak mengandalhan hutang.

Sedangkan menurut Riyanto (2001;299) suatu

perusahaan besar yang sahamnya tersebar luas, dimana setiap perluasan modal saham hanya akan mempuyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya pengendalian dari pihak

yang lebih dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan yaitu pihak pemegang saham pengendali dimana pemegang saham pengendali tersebut memiliki keputusan yang lebih besar

dalam mengendalikan manajemen perusahaan dibandingkan dengan pemegang saham minoritas sehingga keputusan yang diambil sering mengabaikan keputusan kelompok pemegang saham. Sebaliknya perusahaan kecil dimana sahamnya tersebar hanya dilingkungan kecil, maka penambahan jumlah saham akan mempuyai pengaruh besar terhadap

kemungkinan hilangnya control dari pihak pemegang saham pengendali terhadap perusahaan yang bersangkutan, karenanya perusahaan besar akan lebih berani untuk

mengeluarkan atau menerbitkan saham baru dalam pemenuhan kebutuhan dananya jika dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan perusahaan dibandingkan dengan perusahaan yang kecil

dimana sahamnya tersebar dilingkungan kecil (Riyanto, 2001;296)

Page 57: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 3, No. 3, September 2015

Menurut Riyanto (2002;22) kebanyakan perusahaan industry sebagian besar dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap (fixed asset) akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal permanen yaitu modal sendiri, sedangkan hutang sifatnya sebagai

pelengkap. Hal ini dapat dihubungkan dengan adanya aturan struktur financial konservatif horizontal yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat

menutup jumlah aktiva tetap plus aktiva lain yang sifatnya permanen. Perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya terdiri atas aktiva lancar akan mengutamakan kebutuhan dananya dengan hutang. Untuk menghitung variable ukuran perusahaan dapat digunakan rumus sebagai berikut (Hadri Kusuma, 2005;83)

SIZEt = Ln Tottal Assets Dimana:

SIZEt = ukuran perusahaan periode tahun t

Ln Total Assets = Total asset yang dilogaritma naturalkan

Profitabilitas

Profitabilitas merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis kinerja manajemen. Para investor dipasar modal sangat memperhatikan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

dan meningkatkan profit, hal ini daya tarik bagi investor dalam melakukan jual beli saham, karenanya manajemen harus mampu memenuhi target yang telah ditetapkan. Tingkat

profitabilitas akan menggambarkan posisi laba perusahaan.

Menurut Kasmir (2008;196) “Rasio profitabilitas adalah rasio untuk menilai

kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan”. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan.

Menurut Munawir (2002;246) Profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh besar kecilnya keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan

penjualan dan investasi. Profitabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesasn perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif. Produktifitas suatu

perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan

Manfaat dan tujuan Profitabilitas

Manfaat rasio profitabilitas tidak terbatas hanya pada pemilik usaha atau manajemen saja,

tetapi juga bagi pihak luar perusahaan terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan atau

kepentingan dengan perusahaan. Kasmir (2008;197), menerangkan bahwa manfaat dan tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan adalah: a. Mengukur/menghitung laba yang diperoleh

perusahaan dalam satu periode tertentu. b. Menilai posisi laba perusahaan tahun

sebelumnya dengan tahun sekarang. c. Menilai perkembangan laba dari waktu ke

waktu. d. Menilai besarnya laba bersih sesudah pajak

dengan modal sendiri. e. Mengukur produktivitas seluruh dana

perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

f. Mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal

sendiri.

Jenis-jenis Rasio Profitabilitas

Secara umum ada 4 jenis analisis utama yang

digunakan untuk menilai tingkat profitabilitas yaitu terdiri dari (Kasmir, 2008;199) : a. Margin (Net Profit Margin, Gross Profit

Margin)

b. Gross Profit Margin (GPM) c. Return On Assets (ROA) d. Earning Per Share Share (EPS)

Namun dari ke empat rasio profitabilitas

tersebut, analisis rasio profitabilitas dalam penelitian ini diwakili oleh rasio Gross Profit Margin (GPM) Gross Profit Margin adalah rasio yang digunakan untuk mengukur laba kotor yang

dihasilkan dari setiap rupiah penjualan. Laba kotor berguna untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual. Gross profit margin sangat dipengaruhi oleh

harga pokok penjualan. Apabila harga pokok penjualan meningkat, maka Gross Profit Margin akan menurun, begitu juga sebaliknya. Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Semakin tinggi margin laba kotor perusahaan, semakin bagus karena artinya biaya

produksi perusahaan itu rendah, sebaliknya semakin rendah margin laba kotor semakin tinggi biaya produksi yang ditanggung perusahaan.

HASIL PEMBAHASAN

Sejarah singkat perusahaan-perusahaan

dalam penelitian

1. Adaro Energy ( ADRO ) Adaro Energy Tbk didirikan dengan nama

PT. Padang Karunia pada tanggal 28 Juli 2004, mulai beroperasi secara komersial Juli 2005. Kantor pusat ADRO di Gedung Menara Karya,

lantai 23 Jl. H.R.Rasuna Said Blok X-5, kav 1-2,

Page 58: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 3, No. 3, September 2015

Jakarta Selatan 12950-Indonesia. Pemegang saham lebih dari 5 % antara lain PT.Adaro Strategic Investments (43,91 %) dan Garibaldi Thohir 6.18 % (Presiden Direktur). Pada tanggal 4 Juli 2008, ADRO memperoleh pernyataan efektif dari Bappepam-LK untuk melakukan

penawaran umum perdana saham ADRO (IPO) kepada masyarakat sebanyak 11.139.331.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp.100/lembar saham dan harga penawaran

Rp.1.100/lembar saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 16 Juli 2008.

2. Aneka Tambang (Persero) Tbk ( ANTAM) Aneka Tambang (Persero) Tbk didirikan

dengan nama Perusahaan Negara (PN) Aneka

Tambang tanggal 5 Juli 1968 dan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 5 Juli 1968. Kantor pusat Antam di gedung Aneka Tambang, Jl.Letjen T.B Simatupang No1,

Lingkar Selatan, Tanjung Barat, Jakarta-Indonesia. Pemegang saham pengendali Aneka Tambang (Persero) Tbk adalah pemerintah Republik Indonesia dengan memiliki 1 saham

preferen (saham seri A Dwiwarna dan 65% di saham seri B. pada tangal 27 November 1997, Aneka Tambang memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan penawaran

umum perdana saham Aneka Tambang (IPO) kepada masyarakat sebanyak 430.769.000 saham (seri B) dengan nilai nominal Rp. 500/lambar saham dan harga penawaran perdana sebesar Rp.

1.400/lembar saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 27 November 1997. 3. Citra Mineral Investindo (CITA)

Cita Mineral Investindo Tbk didirikan dengan nama PT. Cipta Penelutama pada tanggal 27 Juni 1992 dan memulai kegiatan operasi komersialnya sejak Juli 1992. Kantor pusat CITA di gedung Ratu Plaza lantai 22 Jl Jenderal Sudurman No.9, Jakarta Pusat. Sejak didirikan sampai pertengahan 2007, CITA bergerak di bidang perdagangan, perindustrian,

pertambangan, pertanian, jasa pengangkutan darat, perbengkelan dan pembangunan. Pada tanggal 22 Februari 2002, CITA memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk

melakukan penawaran umum perdana saham CITA (IPO) kepada masyarakat sebanyak 60.000.000 dengan nilai nominal Rp.100/saham dengan harga penawaran Rp.200/saham dan disertai Waran seri 1 sebanyak 18.000.000 . saham dan waran seri I tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 20 Maret 2002

4. Vale Indonesia Tbk (INCO) Vale Indonesia Tbk (sebelumnya Internasional

Nickel Indonesia Tbk) INCO didirikan pada tanggal 25 Juli 1968 dan memulai kegiatan usaha komersilnya pada tahun 1978. Kantor pusat INCO terletak di plaza Bapindo, Citibank tower, lantai 22, Jl. Jend. Sudirman kav 54-55, Jakarta 12190. Pabrik INCO berlokasi di Sorowako,

Sulawesi Selatan. Pemegang saham lebih dari 5% saham Vale Indonesia Tbk ( 31/05/2015) antara lain: Vale Canada Limited (58,73%) dan Sumitomo Metal Mining Co, Ltd (20,09%). Vale

Canada Limited merupakan induk usaha INCO sedangkan Vale S.A sebuah perusahaan yang didirikan di Brazil merupakan penendali utama INCO. Pada tahun 1990, INCO memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam LK untuk melakukan penawaran umum perdana saham INCO (IPO) kepada masyarakat sebanyak 49.681.694 dengan nilai nominal

Rp.1.000/saham dengan harga penawaran Rp.9.800/saham. Saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 16 Mei 1990.

5. J.Resources Asia Pasifik Tbk (sebelumnya Pelita Sejahtera Abadi Tbk/ PSAB)

didirikan tanggal 14 Januari 2002 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada

tanggal 1 Mei 2002. Kantor pusat J.Resources terletak di Equity Tower Lt.48 SCBD Lot 9, Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53 Jakarta Selatan 12190 – Indonesia. Induk usaha dari J.Resources Asia

Pasifik Tbk adalah J.Resources Mining Limited ( persentase kepemilikan sebesar 92,60%), sedangkan induk usaha terakhir dari PSAB adalah J & Partners LP, berkedudukan di Hong

Kong. Pada tanggal 31 Maret 2003, PSAB memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam – LK untuk melakukan penawaran umum perdana saham (IPO) PSAB kepada masyarakat sebanyak

30.000.000 dengan nilai nominal Rp.100/saham dengan harga penawaran Rp. 250/saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 22 April 2003. 6. Timah (Persero) Tbk (TINS)

Timah ( Persero ) Tbk (TINS) didirikan pada tanggal 2 Agustus 1976. Kantor pusat TINS berlokasi di Jl. Jenderal Sudirman No.51 Pangkal

Pinang 33121, Bangka , Indonesia dan kantor perwakilan (korespondensi ) terletak di jl. Medan Merdeka Timur No. 15 Jakarta 10110 – Indonesia serta memiliki wilayah operasi di

provinsi Kepulauan Bangka Belitung provinsi Riau Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara serta Cilegon Banten. Pemegang saham yang memiliki lebih dari 5% saham Timah (Persero) Tbk antara lain : Pemerintah Negara Republik Indonesia (pengendali) 65 %, dan PT. Prodential Life Assurance-Ref 8.14%. pada tanggal 27 September 1995, TINS memperoleh persetujuan

dari Bapepam – LK untuk melakukan penawaran umum perdana saham TINS sebanyak

Page 59: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 3, No. 3, September 2015

176.155.000 saham seri B dan Global Depositary Receips (GDR) milik perusahaan. Terhitung mulai tanggal 12 oktober 2006, perusahaan melakukan penghentian pencatatan atas GDR milik perusahaan di bursa saham London. Penghentian pencatatan tersebut dilakukan

mengingat jumlah GDR yang beredar semakin kecil dan tidak likuid Berdasarkan profitabilitas keseluruhan secara rata-rata adalah sebesar 25,204 %. Nilai

rata-rata terendah dari seluruh perusahaan sampel dipegang oleh PT. J.Resources Asia Pasifik Tbk sebesar 3.90 %, sedangkan nilai rata-rata tertinggi dipegang oleh PT. Cita Mineral Investindo Tbk dengan rata-rata nilai sebesar 42,56 %.

Rata-rata profitabilitas dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 fluktuasi. Rata-rata

total profitabilitas yang paling tinggi terjadi pada tahun 2013 dengan rata-rata total sebesar 30.42833% , sedangkan rata-rata total terendah terjadi pada tahun 2014 dengan rata-rata total

sebesar 19,52 %.

Tingkat Modal Kerja Tingkat modal kerja sangat penting bagi

perusahaan dalam menentukan tingkat likuiditas perusahaan. Modal kerja dapat terlihat dari bagaimana perusahaan tersebut menjaga keseimbangan jumlah aktiva lancar dan jumlah

hutang lancar agar dapat dipergunakan untuk menunjang operasi perusahaan. Sepanjang keseimbangan tersebut tercapai, maka modal kerja perusahaan tersebut dapat dikatakan baik

dalam menentukan tingkat likuiditas perusahaan. Hal ini berlaku lebih penting bagi perusahaan yang sedang melakukan ekspansi dalam bisnisnya karena manajemen modal kerja yang

baik akan menghasilkan laba yang tinggi. Tingkat modal kerja pada perusahaan pertambangan selama periode 2010-2014.

Berdasarkan tingkat modal kerja keseluruhan secara rata-rata adalah 15.29%. nilai rata-rata terendah dari seluruh perusahaan sampel dipegang oleh PT. Aneka Tambang Tbk sebesar 4.592%. sedangkan nilai rata-rata tertinggi

dipegang oleh PT. J.Resources Asia Pasifik Tbk dengan rata-rata nilai sebesar 39.476%. Rata-rata tingkat modal kerja dari tahun 2010 – 2014 mengalami fluktuasi. Rata-rata total tingkat

modal kerja yang paling tinggi terjadi pada tahun 2010 dengan rata-rata total sebesar 14.19833%, sedangkan rata-rata total terendah terjadi pada tahun 2013 dengan rata-rata total sebesar 17.57%.

Struktur Modal

Struktur modal adalah proporsi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja

perusahaan dengan sumber pendanaan jangka panjang yang berasal dari dana internal dan dana

eksternal, dengan demikian struktur modal adalah struktur keuangan dikurangi hutang jangka pendek. Adapun struktur modal pada perusahaan pertambangan selama periode 2010 – 2014.

Berdasarkan struktur modal, terlihat bahwa

struktur modal keseluruhan secara rata-rata adalah sebesar 8.832933%. nilai rata-rata terendah dari seluruh perusahaan sampel dipegang oleh PT. Aneka Tambang Tbk sebesar

2.5488%. sedangkan nilai rata-rata tertinggi dipegang oleh PT. J. Resources Asia Pasifik Tbk dengan rata-rata nilai sebesar 18.195 %. Rata-rata Struktur Modal dari tahun 2010 – 2014 mengalami fluktuasi. Rata-rata total struktur modal yang paling tinggi terjadi pada tahun 2010 dengan rata-rata total sebesar 10.44033 %, sedangkan rata-rata total terendah terjadi pada

tahun 2013 dengan rata-rata total sebesar 6.6355%.

Skala Perusahaan

Skala perusahaan mempuyai dampak yang signifikan terhadap kelemahan pengendalian internal. Kenyataannya lebih sukar untuk menyusun pemisahan tugas yang memadai dalam

perusahaan kecil. Tidaklah layak mengharapkan perusahaan kecil untuk mempuyai auditor, tetapi jika berbagai sub elemen struktur pengendalian diperhatikan, menjadi lebih jelas bahwa

kebanyakan dapat diterapkan bagi perusahaan besar dan kecil. Meskipun tidak lazim untuk memformalkan kebijakan kedalam bentuk pedoman, pasti dimungkinkan bagi perusahaan

kecil untuk mempuyai pegawai yang kompeten dan dapat dipercaya dengan alur tanggung jawab yang jelas, prosedur otorisasi, pelaksanaan, dan pencatatan transaksi yang pantas, dokumen,

catatan dan laporan yang memadai, pengawasan fisik atas aktiva dan catatan dan sampai tingkat tertentu, pengecekan atas pelaksanaan

Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber sehingga untuk memperoleh pinjaman dari krediturpun akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran

besar memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri.

Berdasarkan Nilai Perusahaan secara

keseluruhan secara rata-rata adalah sebesar 9.611%. nilai rata-rata terendah dari seluruh perusahaan sampel dipegang oleh PT. Timah (Persero) Tbk sebesar 1.68 %. Sedangkan nilai rata-rata tertinggi dipegang oleh PT. Aneka Tambang Tbk dengan rata-rata nilai sebesar 17.18%.

Rata-rata skala perusahaan dari tahun 2010-

2014 mengalami fluktuasi. Rata-rata total skala perusahaan yang paling tinggi terjadi pada tahun

Page 60: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 3, No. 3, September 2015

2012 dengan rata-rata total sebesar 10.04833%. sedangkan rata-rata total terendah terjadi pada tahun 2014 dengan rata-rata total sebesar 9.28333%.

Deskripsi Statistik

Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tingkat Modal Kerja, Struktur Modal dan Skala Perusahaan, sedangkan variable Dependennya adalah Profitabilitas yang

diproksikan dengan Gross Profit Margin. Data untuk variable Tingkat Modal Kerja, Struktur Modal, Skala Perusahaan dan Profitabilitas diperoleh melalui perhitungan yang diolah berdasarkan laporan keuangan tahunan pada perusahaan Pertambangan periode 2010-2014 di Bursa Efek Indonesia.

Berdasarkan data yang diperoleh, maka dapat

dijelaskan sebagai berikut: a. Probabilitas mempuyai nilai minimum 3.90

dan nilai maksimum 53.63 nilai rata-rata 25.2040 standar deviasi 13,04510 artinya:

nilai minimum probabilitas perusahaan pertambangan sector yang menjadi sampel penelitian ini dari tahun 2010 – 2014 adalah: 3.90 dan nilai minimum 53.63 dengan nilai

rata-rata probabilitas perusahaan pertambangan dalam sampel penelitian ini sebesar 25.2010.

b. Tingkat Modal Kerja mempuyai nilai

minimum 1.96 nilai maksimum sebesar 43.22 dengan tingkat rata-rata sebesar 15.2350.

c. Struktur modal memiliki nilai minimum 0.46

dan nilai maksimum 28.54 dengan rata-rata nilai penelitian ini sebesar 8.8007

d. Skala Perusahaan mempuyai nilai minimum 1.68, nilai maksimum 25.17 dengan rata-rata

nya 9.6063.

Pembuktian Hipotesis

a. Pengujian hipotesis secara simultan Berdasarkan hasil analisis secara simultan menunjukkan bahwa nilai B adalah 2.010, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya Tingkat Modal Kerja, Struktur Modal dan

Skala Perusahaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014

b. Pengujian secara parsial Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara parsial bahwa:

B1 = 0.369 maka Ho diterima dan Ha ditolak Artinya: Tingkat Modal Kerja secara parsial berpengaruh terhadap

profitabilitas pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2010-2014 B2 = 0.103 maka Ho ditolak dan Ha diterima

Artinya: Struktur modal secara parsial berpengaruh terhadap

Profitabilitas pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 B3 = 0.159 maka Ho ditolak dan Ha diterima

Artinya Skala Perusahaan secara parsial berpengaruh terhadap Profitabilitas pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di bursa Efek Indonesia periode

2010-2014. Berdasarkan persamaan regresi diatas mempuyai arti bahwa koefisien konstanta = 30.212 yang berarti bahwa jika Tingkat Modal Kerja, Struktur Modal dan Skala Perusahaan dianggap konstan, maka Profitabilitas sebesar 30.212 %. Variabel tingkat modal kerja memiliki koefisien korelasi sebesar 0.369% yang berarti

jika tingkat modal kerja naik 100%, maka profitabilitas akan naik sebesar 36,9% dengan asumsi variable lain tetap. Variable struktur modal memiliki koefisien korelasi sebesar

0.103% yang berarti jika struktur modal naik 100%, maka profitabilitas akan naik 10.3% dengan asumsi variable lain tetap. Variabel Skala perusahaan memiliki koefisien korelasi sebesar

0.159% yang berarti jika skala perusahaan naik 100%, maka profitabilitas akan naik 15,9% dengan asumsi variable lain tetap.

Nilai R sebesar 0.434 artinya variable tingkat

modal kerja, struktur modal dan skala perusahaan mempuyai hubungan sebesar 43.4%. tingkat hubungan yang sedang ini dapat dilihat dari table pedoman untuk memberikan

interpretasi koefisien korelasi. Nilai R Square atau koefisien determinasi adalah sebesar 0.188. angka ini menggambarkan bahwa profitabilitas (variable dependen) mampu dijelaskan oleh

tingkat modal kerja, struktur modal dan skala perusahaan (variable independen) sebesar 18.8% sedangkan sisanya sebesar 81.2 % dijelaskan oleh sebab-sebab lain

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan dalam penelitian ini, maka dihasilkan kesimpulan sebagai berikut: a. Secara simultan tingkat modal kerja, Struktur

modal dan skala perusahaan berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan pertambangan yang terdatar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 dengan nilai B 2.010.

b. Secara parsial tingkat modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonsia periode 2010-2014 dengan nilai B 0,369.

Page 61: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 3, No. 3, September 2015

c. c. Secara parsial struktur modal berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 dengan nilai B adalah 0.103.

d. Secara parsial skala perusahaan berpengaruh

terhadap profitabilitas pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 dengan nilai B 0,159.

Saran

1. Bagi investor yang ingin menginvestasikan dananya sebaiknya mempertimbangkan nilai struktur modal dan skala perusahaan jika ingin meningkatkan profitabilitas sehingga dapat memperoleh gambaran yang nyata perusahaan dimasa yang akan datang

2. Bagi peneliti selanjutnya perlu melakukan

penelitian sejenis dengan memperluas sampel penelitian dengan sedapat mungkin untuk mengakses data-data dan memperluas penelitian.

REFERENSI

Agnes, Sawir, 2005, Analisa Kinerja Keuangan

dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Agus Sartono, 2008, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, BPFE. Yogyakarta

Arifin, Z, 2005. Teori Keuangan dan Pasar Modal. Ekonosia. Yogyakarta

Arikunto, Suharimi, 2002, prosedur penelitian

suatu pendekatan praktek, Rineka Cipta, Jakarta

Bambang Riyanto, 2001, dasar-dasar

Pembelanjaan Perusahaan, edisi keempat, cetakan ketujuh, BPFE, Yogyakarta

Brigham, Eugene F dan Houston, Joel F.2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Salemba Empat, Jakarta

Darsono dan Ashari, 2004, Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, ANDI, Yogyakarta

Handayani,D.R dan Hadinugroho, B. Analisis

Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, ROA, Ukuran Perusahaan tehadap kebijakan

Deviden” Jurnal Fokus Manajerial , Vol 7 , No 1, 64-71, 2009

Kasmir, 2010, Analisis Laporan Keuangan, Edisi

I, Rajawali Pers;Jakarta Komarudin, 2005, Ensiklopedia Manajemen,

Alfabeta, Bandung

Lloyd, Bruce, 1976. The Role of Capital Market in Developing Countries Spring; The Moorgate and Wall Street

Martalena,S.E,MM dan Maya Malinda, SE,M.T,CFP, 2011, Pengantar Pasar Modal, ANDI Yogyakarta

Munawir,S,2002.Akuntansi Keuangan dan

Manajemen . Edisi pertama BPFE, Yogyakarta.

Munawir,2005,Auditing Modern.edisi pertama.catatan keempat,BPFE, Yogyakarta

Ridwan S.Sundjaja dan Inge Barlian, 2002, Manajemen Keuangan Dua, Edisi Keempat, Literata Lintas Media, Jakarta

Sri Rahayu, 2005,Aplikasi SPSS versi 12.00,

Dalam Riset Pemasaran, Alfabeta Indonesia; Jakarta

Suad Husnan, 2004, Manajemen Keuangan Teori

dan Penerapan. BPFE. Yogyakarta

Van Horne, James C & Wachowich, John M.2005. Fundamental of Financial Managemen, New Jersey, Prentice Hall

Wiagustini, Ni Luh Putu.2010. Dasar-dasar

Manajemen Keuangan. Denpasar, Udayana University Press

Yuke Prabansari dan Hadri Kusuma, 2005,

Faktor-faktor yang mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Go

Public di Bursa Efek Jakarta. Jurnal. Dalam Sinergi Kajian Bisnis dan Manajemen

www.idx.co.id. Ringkasan Kinerja Perusahaan Tercatat. (online) www.idx.co.id/idid/beranda/publikasi/ringkasankinerjaperusahaantercatat.aspx.(Diakses tanggal 2 Februari 2013)

Page 62: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS ISSN 2088-6217 VOL 4, NOMOR 4 September 2015 : 276 - 281

Kepuasan Mahasiswa Terhadap Pelayanan Lembaga Pendidikan

Pengembangan dan Profesi Indonesia (LP3I) di Kota Banda Aceh

Rahmi1

1) Dosen Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pelayanan Lembaga Pendidikan dan

Pengembangan Profesi Indonesia Kota Banda Aceh telah diberikan sesuai dengan harapan mahasiswa.

Penelitian ini dilakukan pada Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia di Kota Banda

Aceh, yang menjadi objek penelitian ini adalah tentang kepuasan mahasiswa terhadap pelayanan

Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia di Kota Banda Aceh, dalam penelitian ini

variabel pelayanan hanya akan dibatasi terhadap variabel keandalan, keresponsifan, keyakinan, empati

dan variabel berwujud. Pengambilan sampel mengingat waktu, biaya, dan kemampuan peneliti yang

terbatas maka metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode

(Quota Random Sampling) terhadap 100 orang mahasiswa yang masih aktif pada Lembaga Pendidikan

dan Pengembangan Profesi di Kota Banda Aceh. Berdasarkan hasil uji rata-rata dari tanggapan responden

diperoleh bahwa pelayanan yang diberikan Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia

kepada mahasiswa selama ini relatif sudah memuaskan baik dilihat dari variabel kehandalan,

keresponsifan, keyakinan, empaty maupun variabel berwujud. Berdasarkan hasil penelitian dengan

menggunakan uji T-tes ternyata untuk variabel keandalan, keresponsifan, keyakinan dan variabel

berwujud yang sudah memberikan kepuasan bagi mahasiswa seperti yang diharapkan, sementara untuk

variabel empati ternyata belum memberikan hasil seperti yang diharapkan mahasiswa, hal ini dapat

ditunjukkan dari perbandingan antara nilai t-hitung dan nilai t-tabel.

Kata kunci : Kepuasan Terhadap Pelayanan, efesiensi, dan Pengembangan Profesi

PENDAHULUAN Setiap tahun lulusan dari berbagai macam

perguruan tinggi dihasilkan, namun belum tentu

semuanya dapat langsung memperoleh pekerjaan.

Apalagi saat ini lapangan kerja semakin sempit

sehingga pengangguran semakin meningkat. Gap

antara dunia pendidikan dengan lapangan

pekerjaan semakin nyata, serapan pekerjaan

tidak sebanding dengan lulusan yang dihasilkan

dari perguruan tinggi. Dan harapan untuk meraih

pekerjaan pun sirna. Berawal dari realita itu

maka Lembaga Pendidikan Pengembangan dan

Profesi Indonesia (LP3I) mengembangkan

konsep penyediaan lapangan kerja bagi

lulusannya. Lembaga Pendidikan Pengembangan

dan Profesi Indonesia (LP3I) dikembangkan dan

dikelola oleh tenaga-tenaga yang professional

dibidang pendidikan dan ketrampilan, sehingga

LP3I dapat berkembang dengan pesat sampai

saat ini.

Lembaga Pendidikan Pengembangan dan

Profesi Indonesia (LP3I) di Kota Banda Aceh

berdiri pada tanggal 30 Maret 1998 yang

berlokasi di Peunayong, sampai saat ini jumlah

mahasiswa yang terdaftar di Lembaga

Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia

(LP3I) di Kota Banda Aceh menurut jurusan

tahun ajaran 2010-2011 mencapai 507

mahasiswa.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Lembaga

Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia

di Kota Banda Aceh, yang menjadi objek

penelitian ini adalah tentang kepuasan

mahasiswa terhadap pelayanan Lembaga

Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia

di Kota Banda Aceh, dalam penelitian ini

variabel pelayanan hanya akan dibatasi terhadap

variabel keandalan, keresponsifan, keyakinan,

empati dan variabel berwujud.

Populasi dan Penarikan Sampel

Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh mahasiswa Lembaga Pendidikan

Pengembangan dan Profesi Indonesia di Kota

Banda Aceh yang saat ini berjumlah 507 orang.

Metode pengambilan sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah mengikuti teori

Kuncoro (2003) yang pemilihan desain sampel

berdasarkan desain probabilitas, dimana dalam

penarikan sampel menggunakan metode “Quota

Random Sampling”. Berdasarkan jumlah

populasi 507 mahasiswa maka jumlah sampel

dalam penelitian ini diperoleh sebanyak 100

sampel / responden atau 19,7 persen dari jumlah

populasi.

Page 63: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

Peralatan Analisis Data

Dalam menganalisa permasalahan pertama dalam penelitian ini akan digunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu ditujukan untuk

mendapatkan informasi tentang berbagai kondisi

lapangan yang bersifat tanggapan dan pandangan

terhadap pelayanan yang diberikan oleh

Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Profesi

Indonesia di Kota Banda Aceh. Hasil analisis

kualitatif dalam pembahasannya didasarkan pada

teori-teori yang berkaitan dengan pelayanan yang

diberikan oleh Lembaga Pendidikan

Pengembangan dan Profesi Indonesia di Kota

Banda Aceh.

Untuk mengetahui apakah kepuasan

mahasiswa terhadap pelayanan Lembaga

Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia

Kota Banda Aceh sesuai dengan harapan

mahasiswa maka dalam penelitian ini digunakan

analisis uji beda dengan uji - t. Pengujian ini

dilakukan terhadap pengujian dua sampel yang

berpasangan, dengan mengikuti prosedur

pengujian standar akan ditentukan apakah tingkat

pelayanan Lembaga Pendidikan Pengembangan

dan Profesi Indonesia Kota Banda Aceh sesuai

dengan harapan mahasiswa, maka dapat dibuat

persamaannya sebagi berikut :

1. Pada tingkat significans α = 0,05 dengan n = 100 dan derajat bebas (df) = n - 5.

2.

3. Nilai hitung. t = ( ) ( )

1

2

0

11

1

nS

X

p

µ

Dimana :

µ1 = Beda rata-rata hitung

n1 = Jumlah responden

x1 = Rata-rata tanggapan anggapan

konsumen terhadap pelayanan dan

fasilitas

t = thitung

Sp = Estimasi variasi gabungan

KAJIAN PUSTAKA

Kepuasan Pelanggan

Kepuasan maupun ketidakpuasan konsumen

menjadi topik yang hangat dibicarakan dalam

berbagai lapisan masyarakat juga perusahaan

industri dan jasa karena kepuasan konsumen

ditentukan oleh kualitas barang dan jasa. Pada

dasarnya pengertian kepuasan/ketidakpuasan

merupakan selisih antara harapan dan kinerja

yang dirasakan.

Menurut Supranto (2004 : 224), pengertian

kepuasan konsumen sebagai berikut:

“Kinerja suatu barang sekurang-kurangnya

sama dengan apa yang diharapkan oleh

konsumen, dimana pada hakikatnya pengukuran

kepuasan manyangkut penentuan tiga faktor

yaitu : 1). Pilihan tentang ukurang kinerja yang

tepat, 2).Proses pengukuran secara normatif, dan

Instrumen dan 3). Tehnik pengukuran yang

digunakan untuk menciptakan suatu indikator.”

Pada hakikatnya setiap perusahaan yang

bergerak dalam perusahaan jasa (pelayanan)

mengenal tiga unsur keunggulan daya saing yaitu

(Supranto, 2004 : 281) :

a. Keunggulan sumber: meliputi ketrampilan

dan sumber daya serta dana.

b. Keunggulan posisional; menyangkut nilai

bagi pelanggan dan biaya yang lebih rendah.

c. Keunggulan kinerja meliputi kepuasan dan

kesetiaan pelanggan, pangsa pasar dan

kemampuan berlaba (profitabilitas).

Ketiga hal tersebut di atas dapat menjadi

prioritas khususnya bagi perusahaan yang

bergerak dalam bidang pemasaran jasa baik itu

perusahaan penerbangan, rumah sakit maupun

bidang produk makanan siap saji sehingga

masing-masing perusahaan mampu bersaing

secara sehat dan mampu merebut pangsa pasar

lebih luas.

Pengertian Pelayanan

Pelayanan sering sekali terkait dengan unsur

jasa sehingga sering pula disebut sebagai jasa

pelayanan. Winardi (2003 : 140) memberikan

pengertian tentang pelayanan, adalah :

Pelayanan merupakan suatu kegiatan atau

aktivitas jasa yang diselenggarakan oleh

seseorang ataupun sekelompok orang kepada

orang lain. Dengan manfaat untuk menciptakan

suatu kegiatan dengan jalan menyelenggarakan

jasa perorangan tertentu, misalnya jasa

pengacara, transportasi, dokter, kantor pos,

perhotelan, tontonan (bioskop), telekomunikasi.

Selanjutnya Kotler (2007:126) memberi

definisi pelayanan adalah :

“Setiap kegiatan atau manfaat yang

ditawarkan oleh suatu pihak pada pihak lain dan

pada dasarnya yang tidak berwujud, serta tidak

menghasilkan kepemilikan sesuatu produk fisik”.

Dalam pengertian di atas dapat disimpulkan

bahwa pelayanan adalah kegiatan tidak berwujud,

tetapi terasa dan sangat dibutuhkan/diperlukan

keberadaannya. Pelayanan dan mutu adalah

sarana untuk mencapai kepuasan dan ikatan

antara perusahaan/organisasi dengan pelanggan.

Tujuan dari suatu perusahaan/organisasi

bukanlah untuk menghasilkan produk atau jasa

yang bermutu saja tetapi lebih pada pelayanan

yang prima. Hal ini dimaksudkan agar

menghasilkan pelanggan yang puas dan setia

Page 64: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

yang akan terus menjalin bisnis dengan

perusahaan. Oleh karena itu memberikan

pelayanan yang prima adalah suatu keharusan

apabila anda ingin mencapai tujuan pelanggan

yang puas dan setia.

Baduara dan Sirait (2001 :11) menjelaskan

bahwa : pelayanan atau servis mengandung

esensi, “berikanlah servis (pelayanan) dengan

kualitas (mutu) yang terbaik bagi langganan anda,

sehingga pemasaran akan tampil di depan anda”.

Levitt (2000 : 62) menyatakan bahwa produk

adalah segala sesuatu yang cukup mudah untuk

dilihat dan telah sering kali disaksikan. Produk

dapat berwujud (tangible) dan tidak berwujud

(intangible). Seringkali produk merupakan

kombinasi dari keduanya.

Pengertian Kualitas Pelayanan

Kualitas adalah sebuah kata bagi penyedia

jasa merupakan sesuatu yang dikerjakan dengan

baik aplikasi kualitas sebagai sifat dari

penampilan produk atau kinerja merupakan

bagian utama strategi perusahaan dalam rangka

meraih keunggulan yang berkesinambungan,

baik sebagai pemimpin pasar ataupun sebagai

strategi untuk terus tumbuh.

Persoalan kualitas kini tidak saja menjadi

satu-satunya senjata persaingan tetapi sudah

menjadi “ tiket yang harus dibayar” untuk masuk

kedunia bisnis. Dimana kualitas suatu

produk/jasa adalah sejauh mana produk/jasa

memenuhi spesifikasi-spesifikasinya.

Karakteristik Pelayanan

Menurut Zeithaml, (2002 : 93) ada lima

penentu kualitas jasa yang selalu diperhatikan

oleh pelanggan yang berhubungan dengan faktor

psikologis masyarakat dalam memperoleh

pelayanan didasarkan atas tingkat kepentingan

menurut pelanggan yaitu :

a. Keandalan (reliability) : kemampuan untuk

melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan

terpercaya dan akurat.

b. Ketanggapan (responsiveness) :

kemampuan untuk membantu pelanggan

dan memberikan jasa dengan cepat :

c. Keyakinan (ansurance) : pengetahuan dan

kesopanan karyawan dan kemampuan

mereka untuk menimbulkan kepercayaan

dan keyakinan.

d. Empati (empathy) : kesediaan untuk peduli,

memberikan perhatian secara pribadi

kepada pelanggan.

e. Berwujud (tangible) : penampilan fasilitas

fisik, peralatan, personil dan materi

komunikasi.

Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan landasan

teoritis yang telah dikemukakan diatas maka

hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan

yaitu pelayanan Lembaga Pendidikan

Pengembangan dan Profesi Indonesia Kota

Banda Aceh tidak sesuai dengan harapan

mahasiswa.

HASIL PEMBAHASAN

Analisis Uji T- tes

Untuk mengetahui apakah kepuasan

mahasiswa terhadap pelayanan Lembaga

Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia

Kota Banda Aceh sesuai dengan harapan

mahasiswa maka akan digunakan Uji Beda rata-

rata. Pengujian ini dilakukan terhadap pengujian

dua sampel yang berpasangan. Pengujian

hipotesis akan dilakukan pada tingkat konfident

interval 95 % atau tingkat significans α = 0,05 atau dengan n = 100, adapun hipotesis nya

sebagai berikut :

4. Ho : Pelayanan Lembaga Pendidikan

Pengembangan dan Profesi

Indonesia Kota Banda Aceh

sesuai dengan harapan mahasiswa.

5. Ha : Pelayanan Lembaga Pendidikan

Pengembangan dan Profesi

Indonesia Kota Banda Aceh

belum sesuai dengan harapan

mahasiswa.

Pengambilan keputusan adalah akan

dilakukan dengan membandingkan

statistik hitung dengan statistik tabel, dimana

apabila t- hitung lebih besar dari t-tabel maka

Ha terima, dan jika statistik hitung lebih kecil

dari statistik tabel maka Ha ditolak

Perbedaan Variabel Kehandalan Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pelayanan kehandalan yang diberikan Lembaga

Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia

diperoleh nilai rata-rata untuk kenyataan sebesar

4,110 sedangkan tingkat harapan mahasiswa

diperoleh rata-rata nilai sebesar 4,095. Hasil

korelasi antara kedua variabel tersebut diperoleh

sebesar 0,988, dengan nilai probabilitas jauh

dibawah 0,05 dan nilai signifikansinya sebesar

0,000. Hal ini menggambarkan bahwa korelasi

antara variabel tersebut adalah erat dan benar-

benar berhubungan secara nyata.

Tabel 1

Analisis Uji T Untuk Variabel

Kehandalan

Page 65: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

Sumber : Data Primer (diolah), 2010

Hasil penelitian menunjukkan bahwa t hitung

dari output adalah sebesar 1,616 lebih kecil dari

t tabel sebesar 1,9842 sehingga dapat

disimpulkan bahwa Ho dalam penelitian ini

diterima artinya pelayanan Lembaga Pendidikan

Pengembangan dan Profesi Indonesia Kota

Banda Aceh dilihat dari variabel kehandalan

telah diberikan sesuai dengan harapan

mahasiswa.

Perbedaan Variabel Keresponsifan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pelayanan keresponsifan yang diberikan

Lembaga Pendidikan Pengembangan dan Profesi

Indonesia diperoleh nilai rata-rata untuk

kenyataan 4,055 sedangkan harapan diperoleh

rata-rata nilai sebesar 4,060. Hasil korelasi antara

kedua variabel tersebut diperoleh sebesar 0,978,

dengan nilai probabilitas jauh dibawah 0,05 dan

nilai signifikansinya sebesar 0,000. Hal ini

menggambarkan bahwa korelasi antara variabel

tersebut adalah erat dan benar-benar

berhubungan secara nyata.

Tabel 2

Analisis Uji T Untuk Variabel

Keresponsifan

Sumber : Data Primer (diolah), 2010

Hasil penelitian menunjukkan bahwa t hitung

dari output adalah sebesar 0,391 lebih kecil dari

t tabel sebesar 1,9842 sehingga dapat

disimpulkan bahwa Ho dalam penelitian ini

diterima artinya pelayanan Lembaga Pendidikan

Pengembangan dan Profesi Indonesia Kota

Banda Aceh dilihat dari variabel keresponsifan

juga telah diberikan sesuai dengan harapan

mahasiswa.

Perbedaan Variabel Keyakinan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pelayanan keyakinan yang diberikan Lembaga

Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia

diperoleh nilai rata-rata untuk kenyataan sebesar

4,120 sedangkan rata-rata nilai tingkat harapan

diperoleh sebesar 4,115. Hasil korelasi antara

kedua variabel tersebut diperoleh sebesar 0,985,

dengan nilai probabilitas jauh dibawah 0,05 dan

nilai signifikansinya sebesar 0,000. Hal ini

menggambarkan bahwa korelasi antara variabel

tersebut adalah erat dan benar-benar

berhubungan secara nyata.

Tabel 3

Analisis Uji T Untuk Variabel

Keyakinan

Sumber : Data Primer (diolah), 2010

Hasil penelitian menunjukkan bahwa t hitung

dari output adalah sebesar 0,470 lebih kecil dari

t tabel sebesar 1,9842 sehingga dapat

disimpulkan bahwa Ho dalam penelitian ini

diterima artinya pelayanan Lembaga Pendidikan

Pengembangan dan Profesi Indonesia Kota

Banda Aceh dilihat dari variabel keyakinan juga

telah diberikan sesuai dengan harapan

mahasiswa.

Perbedaan Variabel Empati

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pelayanan empaty yang diberikan Lembaga

Pendidikan Pengembangan dan Profesi Indonesia

diperoleh nilai rata-rata untuk kenyataan sebesar

4,180 sedangkan rata-rata nilai harapan diperoleh

sebesar 4,295. Hasil korelasi antara kedua

variabel tersebut diperoleh sebesar 0,978, dengan

nilai probabilitas jauh dibawah 0,05 dan nilai

signifikansinya sebesar 0,000. Hal ini

menggambarkan bahwa korelasi antara variabel

tersebut adalah erat dan benar-benar

berhubungan secara nyata.

Tabel 4

Analisis Uji T Untuk Variabel Empati

LP3I Mean N Std. Deviation Std. Error

Mean

Kenyataan 4,180 100

2,3010 0,2301

Harapan 4,295 2,4134 0,2413

Test Value (t) 3,156

Sig. (2-tailed 0.002

Df 99 Corellation 0,978

Confidence Interval 95%

LP3I Mean N Std.

Deviation

Std.

Error Mean

Kenyataan 4,110 100

2,3712 0,2371

Harapan 4,095 2,2820 0,2282

Test Value (t) 1,616

Sig. (2-tailed 0.109 Df 99

Corellation 0,988

Confidence Interval 95%

LP3I Mean N Std.

Deviation

Std. Error

Mean

Kenyataan 4,055 100

2,3893 0,2389

Harapan 4,060 2,2344 0,2234

Test Value (t) 0,391

Sig. (2-tailed 0,697 Df 99

Corellation 0,978

Confidence Interval 95%

LP3I Mean N Std.

Deviation

Std. Error Mean

Kenyataan 4,120 50 2,3973 0,2397

Harapan 4,115 50 2,2402 0,2240

Test Value (t) 0,470

Sig. (2-tailed 0,640

Df 99

Corellation 0,985

Confidence Interval 95%

Page 66: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

Sumber : Data Primer (diolah), 2010

Hasil penelitian menunjukkan bahwa t

hitung dari output adalah sebesar 3,156 lebih

besar dari t tabel sebesar 1,9842 sehingga dapat

disimpulkan bahwa Ha dalam penelitian ini

diterima artinya pelayanan Lembaga Pendidikan

Pengembangan dan Profesi Indonesia Kota

Banda Aceh dilihat dari variabel ampaty

diberikan belum sesuai dengan harapan

mahasiswa.

Perbedaan Variabel Berwujud

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan

berwujud yang diberikan Lembaga Pendidikan

Pengembangan dan Profesi Indonesia diperoleh

nilai rata-rata untuk kenyataan sebesar 4,080

sedangkan rata-rata nilai harapan sebesar 4,055.

Hasil korelasi antara kedua variabel tersebut

diperoleh sebesar 0,977, dengan nilai

probabilitas jauh dibawah 0,05 dan nilai

signifikansinya sebesar 0,000. Hal ini

menggambarkan bahwa korelasi antara variabel

tersebut adalah erat dan benar-benar

berhubungan secara nyata.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan dalam penelitian ini, maka

dihasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil uji rata-rata dari tanggapan

responden diperoleh bahwa pelayanan yang

diberikan Lembaga Pendidikan

Pengembangan dan Profesi Indonesia kepada

mahasiswa selama ini relatif sudah

memuaskan baik dilihat dari variabel

kehandalan, keresponsifan, keyakinan,

empaty maupun variabel berwujud.

2. Berdasarkan hasil penelitian dengan

menggunakan uji T-tes ternyata untuk

variabel keandalan, keresponsifan, keyakinan

dan variabel berwujud yang sudah

memberikan kepuasan bagi mahasiswa

seperti yang diharapkan, sementara untuk

variabel empati ternyata belum memberikan

hasil seperti yang diharapkan mahasiswa, hal

ini dapat ditunjukkan dari perbandingan

antara nilai t-hitung dan nilai t-tabel.

Saran

1. Diharapkan kepada lembaga pendidikan

Lembaga Pendidikan Pengembangan dan

Profesi Indonesia tetap dan terus

meningkatkan pelayanannya kepada

mahasiswa sehingga mahasiswa semakin

yakin dan percaya terhadap pelayanan yang

diberikan.

2. Untuk menumbuhkan rasa percaya kepada

mahasiswa, disarankan agar tenaga

pelaksanaan pelayanan dalam hal ini staf

pengajar harus selalu diperhatikan kualitas

SDMnya sehingga benar-benar mampu dan

terampil dalam melaksanankan tugasnya.

3. Untuk menumbuhkan rasa empaty yang lebih

besar kepada mahasiswa disarankan untuk

indikator “adanya rasa penghargaan dan

penghormatan kepada mahasiswa” harus

ditingkatkan lagi dari pihak Lembaga

Pendidikan Pengembangan dan Profesi

Indonesia.

REFERENSI

As'ad, Mohd (2000). Phisikologi Industri.

Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Baduara dan Sirait, (2001). Salesmanship,

Suatu Ilmu dan Seni, Akademika

Presindo, Jakarta.

Barry, Mason and Ezell (2002). Marketing

Principle And strategy. Binarupa

Aksara, Jakarta Barat, Indonesia.

Boone dan Kurtz. (2000). Contemporary

Marketing. Third Edition, The Dryden

Press, USA.

Birn, robin J (2000) “The International

Handbook of Market

Research Technique” In

Association with the Market

Research Society (Kogan Page),

London.

Dabholkar, (2000) Toward An Understanding Of

Loyalty: The Moderating Role Of

Trust”, Journal of Managerial

Issues, Vol. IX no. 3.

Dessler, Gary (2000). Manajemen Personalia.

Terjemahan Agus Darma, Penerbit

Erlangga, Jakarta.

Drucker (2000). Mengelola Untuk Mencapai

Hasil-Hasil Tugas-Tugas Ekonomi

Dan Keputusan Mengambil Resiko. Yayasan Indonesia Emas, Institut

Vincent dan PT. Gramedia Utama,

Jakarta

Engel, James F, (2002). Custumer Behavior.

Jilid satu Edisi keenam. Binarupa

Aksara, Jakarta.

Februardi (2000). Pengukuran Kualitas Jasa

Page 67: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4, September 2015

(Service Quality) Bidang

Pengajaran Yang disediakan oleh

Politeknik Negeri Bandung.

Jurnal Tata Niaga, Vol II, No 1.

April.

Gaspersz, Vincent, (2003) Membangun Tujuh

Kebiasaan Kualitas Dalam Praktek Bisnis Global.Jakarta : Gramedia

Pustaka.

Gujarati, Damodar (2001)

Ekonometrika Dasar. Cetakan

keenam, Alihbahasa Sumarno

Zain. Erlangga, Jakarta.

Handayani (2009) Persepsi Konsumen Apotek

Terhadap Pelayanan Apotek Di Tiga

Kota Di Indonesia. Makara,

Kesehatan, Vol. 13, No. 1, Juni 2009:

22-26.

Kotler Philip, (2007), Manajemen Pemasaran,

Analisa Perencanaan dan Pengendalian, Erlangga Jakarta.

Kotler, Philip dan Gary Armstrong. (2003),

Principles of Marketing. 7th ed.

Prentice Hall. USA..

Kotler, Philip, Adersen Alan R. (2003) Strategi

Pemasaran Untuk Organisasi Nirlaba. Edisi ketiga. Gadjah Mada University

Press.

Levit, (2000), Marketing Imagination,

Terjemahan Agus Maulana. PT.

Gramedia Utama, Jakarta .

Malhotra, Naaresh K.(2005), Marketing

Research. New Jersey: Prentice –

Hall.Inc.

Mangkuprawira, Sjafri. (2003). Manajemen

Sumber Daya Manusia Strategik.

Cetakan Kedua. Ghalia Indonesia.

Jakarta.

Mowen, Jhon C. (2005), Consumer Behavior,

(Fourth Editon) USA Prentice Hall.

Mutia Nanda (2007) Pengukuran Kualitas Jasa

Bidang Pengajaran Politeknik Jakarta.

Jurnal Ekonomi Manajemen. Vol 2,

No 4.

Parasuraman A, V.A. Zeithaml dan L. Berry.

(2001). More On Improving Service

Quality Measurement. Prentice Hall,

New York.

Putra Kurniawan (2007). Pengukuran Kualitas

Jasa Bidang Pengajaran Lembaga

Bimbingan Belajar Prima Gama

Cabang Medan. Jurnal Ekonomi

Bisnis Vol 6 No3.

Prawirosentono (2002) Manajemen Sumber

Daya Manusia. Penerbit Bumi Aksara,

Ruky, Achmad S. (2002). Sistem Manajemen

Kinerja. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

Soeprihanto, J. (2001). Manajemen Sumber

Daya Manusia II. Jakarta: Karunia,

Universitas Terbuka.

Supranto, J. M.A. (2004), Pengukuran Tingkat

Kepuasan Pelanggan, PT. Rineka

Cipta, Jakarta.

Susanti (2007) Analisis Perbandingan Persepsi

Konsumen Minimarket Indomaret

Dengan Alfamart Di Komplek Cahaya

Kemang Permai Kecamatan Pondok

Gede Kota Bekasi”. Jurnal Ekonomi

dan Bisnis, Vol 2 No 3.

Supriyatmini (2005) Pengaruh Persepsi Nasabah

Tentang Kualitas Pelayanan Terhadap

Loyalitas Nasabah Pada Baitul Maal

Wattamwil (Bmt) “Anda” Semarang.

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol 1 No

4.

Tjiptono Fandy, Yanto Chandra, Anastasia Diana

(2004), Marketing Scales, Andi Offset,

Yogyakarta.

Thorpe, (2000) The Management of Customer

Contact Services Employees : An

Empirical Investigation “, Journal

of Marketing, Vol. 69.

Winardi (2003), Marketing dan Perilaku

Konsumen, Jakarta : Mandar Maju.

Wiyono, (2004) Perilaku Konsumen: Analisis

Model Keputusan, Universitas

Atma Jaya, Yogyakarta

Zeithaml, V.A., Parasuraman, A. (2002)

‘Problems and Strategies in Services

Marketing’ Journal of Marketing, 49:

Spring, 33-46.

Page 68: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS ISSN 2088-6217 VOL 4, NOMOR 4 September 2015 : 282 - 289

Kejahatan Perbankan Ditinjau dari Undang – Undang

Nomor 10 Tahun 1998

Zulfan Yusuf1

1) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

Abstrak: Kejahatan perbankan merupakan salah satu Tindak Pidana yang bersifat khusus (Special

crime) yang pengaturannya diatur secara khusus diluar Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(KUHP) tentang Kejahatan pada umumnya (Criminal law) di Indonesia. Kejahatan perbankan diatur

dalam UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, yang dalam konsiderannya terbagi atas 3

bahagian, antara lain pada bahagian pertama mengatur tentang pengertian bank, jenis-jenis bank,

permodalan dan kepemilikan bank. Pada bahagian kedua mengatur tentang produk perbankan,

kerahasiaan dan kesehatan bank, sedangkan pada bahagian ketiga mengatur tentang jenis-jenis

kejahatan bank dan sanksi pidana yang dapat dijatuhkan kepada tersangka dan/atau pelaku kejahatan

bank. Kejahatan bank pada umumnya meliputi 4 bahagian, antara lain Kejahatan yang berkaitan

dengan simpanan pihak ketiga (dana masyarakat), Kejahatan berkaitan dengan pengelolaan bank,

Kejahatan berkaitan dengan kerahasiaan bank dan Kejahatan yang berkaitan dengan pembiayaan

(kredit). Terhadap pelaku Kejahatan bank dapat dikenakan sanksi pidana dan sanksi administrative

(Indisipliner) dari institusi dimana pelaku tersebut bekerja. Sanksi administrative berupa tindakan

skorsing dalam waktu tertentu sampai pemberhentian tidak hormat secara sepihak, tentunya dengan

pertimbangan sejauhmana dampak dari Kejahatan bank terhadap kepercayaan dan kelangsungan

usaha bank, disamping kerugian material yang ditanggung oleh bank. Sanksi pidana berupa

pengekangan diri pelaku dalam penjara untuk jangka waktu tertentu, pidana tambahan berupa

pengenaan denda dan/atau pidana seumur hidup, dengan pertimbangan Kejahatan perbankan yang

dilakukan secara langsung dan/atau tidak langsug dapat merugikan keuangan Negara dan

mengancam stabilitas ekonomi dan moneter Negara.

Kata kunci : Integritas dan Daya saing bank.

PENDAHULUAN Definisi kejahatan bank hampir tidak

ditemukan dalam berbagai buku referensi tentang

Perbankan, namun demikian masalah kejahatan

bank akhir-akhir ini semakin meningkat

intensitasnya dan apabila tidak ditangani secara

cepat dan tepat dapat membahayakan

kelangsungan hidup bank dan tentu saja pada

gilirannya akan mengancam stabilitas ekonomi

dan moneter nasional.

Kejahatan bank adalah “Suatu

perbuatan/tindakan dengan sengaja dilakukan

oleh orang perseorangan/Badan Hukum yang

berkaitan dengan aktivitas/transaksi perbankan,

dengan maksud untuk memperkaya diri/orang

lain secara melawan hukum “ Dari definisi yang

sederhana tersebut dapat disimpulkan bahwa

kejahatan bank dapat terjadi secara internal dan

eksternal, internal dilakukan mulai dari level

karyawan biasa sampai level Dewan Komisaris

sementara secara eksternal dilakukan oleh

nasabah dan masyarakat luas.

Kemajuan Ilmu pengetahuan dan Tehnologi

dibidang Informasi dan Transportasi secara

langsung membawa pengaruh yang sangat besar

terhadap dunia perbankan, melalui produk dan

layanan cepat telah menjadikan lembaga

perbankan sebagai salah satu Industri yang patut

diperhitungkan keberadaannya di Indonesia.

Seiring dengan meningkatnya Ilmu

Pengetahuan dan Tehnologi dibidang perbankan,

maka salah satu yang turut berkembang dengan

pesat adalah masalah kriminalitas, dalam hal ini

kejahatan dibidang perbankan dengan modus

operandi pembobolan bank, dengan korban

bank-bank umum/syari’ah dan BPR/BPRS (

Small bank ) termasuk juga Lembaga Keuangan

Lainnya yang memiliki pola kerja hampir sama

dengan Lembaga Perbankan.

Dalam rangka penegakan Good Corporate

Governance ( GCG ) dibidang perbankan

sebagai pilar kepercayaan masyarakat, maka

penanganan berbagai kasus yang mendera

Lembaga Perbankan harus dilakukan secara dini,

cepat, terukur dan dapat dipertanggung

jawabkan, sehingga kepercayaan masyarakat

terhadap Lembaga Perbankan akan terus tumbuh

dan semakin berkembang sebagaimana

keinginan dari para pemilik ( Share holder )

Page 69: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4 September 2015

bank, masyarakat dan Negara ( Stake holder )

sebagai pengguna jasa bank.

Pengelompokan Kejahatan Bank

Dari beberapa kasus kejahatan bank yang

terjadi di Indonesia akhir-akhir ini setidaknya

dapat dikelompokkan menjadi 5 kelompok besar,

antara lain :

a. Berkaitan dengan aspek legalitas

b. Berkaitan dengan operasional pengelolaan

dana masyarakat atau dana bank

c. Berkaitan dengan aspek pembukuan

d. Berkaitan dengan perkreditan/pembiayaan

e. Berkaitan dengan rahasia bank

Berkaitan dengan aspek legalitas

Kejahatan bank yang menyangkut aspek

hukum terjadi hampir disemua lini kegiatan

bank, hal ini dapat dimaklumi mengingat

masalah hukum tidak dapat dipisahkan dari

semua aktivitas perbankan, sementara hampir

sebagian besar pengelola bank kurang

memahami dan menguasai masalah hukum,

bahkan menganggap sepele dan kurang

memperhatikan aspek hukum dalam setiap

transaksi perbankan.

Kondisi tersebut secara tidak langsung telah

melemahkan posisi bank sebagai lembaga

kepercayaan masyarakat dan penyangga

pembangungan Negara. Akibat dari kelemahan

bank tersebut secara langsung merugikan Negara

dan Bangsa Indonesia, mengingat dapat menjadi

peluang bagi pihak ketiga untuk menjatuhkan

bank.

Berkaitan dengan operasional pengelolaan dana

Masyarakat atau dana bank. Kejahatan bank

yang menyangkut dengan operasional

pengelolaan dana masyarakat atau dana bank

biasanya sering dilakukan oleh internal bank

sendiri, mulai dari level karyawan yang

menangani bidang tabungan, deposito, teller dan

pengerahan dana masyarakat bahkan sampai

kelevel Direksi atau pengelola bank.

Modus operandi kejahatan bank yang

berkaitan dengan pengelolaan dana masyarakat

semata-mata dilakukan untuk memperkaya diri

dengan cara menggandakan saldo tabungan

nasabah atau melakukan penarikan terhadap

saldo tabungan nasabah dengan cara pemalsuan

tanda tangan penabung yang dilakukan oleh

petugas tabungan.

Modus operandi kejahatan bank yang

berkaitan dengan pengelolaan dana masyarakat

atau dana bank yang dilakukan oleh Direksi atau

pengelola bank dengan cara memanfaatkan untuk

kepentingan pribadi dana-dana antar bank diluar

pembukuan bank, hal ini dapat terjadi mengingat

rekening antar bank dapat ditarik dan disetor

setiap saat oleh Direksi atas nama lembaga,

sementara tindakan pencocokan saldo

penempatan bank di lembaga perbankan lainnya

baru dilakukan pada setiap akhir bulan berjalan,

bahkan tidak jarang dilakukan pada saat

menjelang tutup buku tahun berjalan.

Berkaitan dengan aspek pembukuan

Kejahatan perbankan berkaitan dengan aspek

pembukuan biasanya terjadi dalam upaya

menghindari kewajiban pajak, baik Pajak

Penghasilan (PPH) perseorangan maupun Pajak

Penghasilan (PPH) badan, dengan cara

merekayasa Laba/Rugi bank pada tahun berjalan.

Tehnis pembuatan laporan keuangan bank

disiapkan dalam 2 (dua) versi, yaitu satu sisi

Laporan Keuangan dan Neraca Laba/Rugi dibuat

sesuai dengan kondisi riel bank tahun berjalan,

laporan dimaksud untuk disampaikan kepada

pemilik bank ( Share holder ), sementara

Laporan Keuangan dan Neraca Laba/Rugi disisi

yang lain disiapkan dengan merekayasa beberapa

pos disebelah aktiva dan passiva bank, sehingga

tidak menggambarkan kondisi riel keuntungan

bank tahun sebelumnya, dalam perbankan

dikenal dengan istilah Window dressing ( UU

No. 10 Tahun 1998 ).

Modus operandi perekayasaan Laba/Rugi bank

dimaksudkan untuk mengelabui kewajiban pajak

bank kepada Negara, sehingga Pajak Penghasilan

( PPH ) karyawan dan bank lebih kecil dari yang

sebenarnya. Kejahatan perbankan dengan modus

operandi sebagaimana tersebut diatas secara

langsung merugikan keuangan Negara dari

penerimaan pajak (Pendapatan Negara diluar

Minyak dan Gas Bumi)

Berkaitan dengan Perkreditan Aktor intelektual kejahatan perbankan

dibidang perkreditan banyak dilakukan oleh

internal bank sendiri, mulai dari level Dewan

Komisaris, Direksi sampai kelevel Petugas

bidang perkreditan dalam berbagai modus

operandi. Dalam banyak kasus yang terjadi

sering ditemukan kredit fiktif (Rekayasa kredit)

yang dilakukan oleh Pengurus bank, sedangkan

bentuk kejahatan yang dilakukan oleh petugas

kredit lebih dominan salah menganalisa dan

menentukan besarnya nominal kredit yang

diberikan kepada debitur

Modus operandi kejahatan perbankan

dibidang kredit semata-mata untuk memperkaya

diri, dengan cara rekayasa kredit ( Menggunakan

nama debitur palsu ) atau penggelembungan

jumlah kredit debitur. Hasil dari

penggelembungan tersebut dimanfaatkan untuk

memenuhi kebutuhan hidup pelaku atau

diinvestasikan kembali dalam usaha-usaha

tertentu diluar bank, bahkan tidak mustahil

terjadi praktek bank dalam bank.

Page 70: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4 September 2015

Berkaitan dengan rahasia bank

Kejahatan perbankan berkaitan dengan

kerahasiaan bank sering terjadi ketika petugas

bidang tabungan dan deposito secara tidak

sengaja menginformasikan posisi

tabungan/simpanan nasabah kepada orang yang

tidak berhak, padahal tindakan petugas bank

tersebut telah memenuhi unsur melakukan

Tindak Pidana berupa membuka rahasia nasabah,

sebagaimana diatur dalam UU No. 10 Tahun

1998

Modus operandi kejahatan perbankan yang

berkaitan dengan kerahasiaan bank sebagian

besar dilakukan karena unsur ketidak sengajaan

dari petugas tabungan dan deposito, hal ini

disebabkan masih terbatasnya pengetahuan

karyawan bank dalam memahami akibat hukum

dari penginformasian terhadap data-data nasabah

bank, khususnya yang menyangkut tentang

simpanan ( Funding ) nasabah di bank.

METODE PENELITIAN

Teknik Pengumpulan Data Metode penelitian yang penulis terapkan

dalam menyusun penelitian ini menggunakan 2

(dua) metode yaitu:

1. Penelitian kepustakaan (Library Research)

Menggunakan buku-buku, jurnal-jurnal untuk

memperoleh landasan teoritis yang memadai

untuk melakukan pembahasan.

2. Mengakses Web dan situs-situs terkait yang

digunakan untuk mencari informasi terkait

yang digunakan untuk mencari informasi

terkait dengan masalah yang diteliti.

KAJIAN PUSTAKA

ANTISIPASI HUKUM TERHADAP PELAKU

KEJAHATAN BANK

1. Dampak Kejahatan Bank Terhadap

Kelangsungan Usaha Bank

Pada dasarnya Kejahatan Perbankan tidak

dapat ditolerir oleh Pemerintah dan Negara

manapun didunia, sebab kejahatan perbankan

secara bertahap akan merusak sendi-sendi dasar

perekonomian dan moneter Negara yang selama

ini telah memberikan andil penting dalam

membiayai pembangunan Negara dan Bangsa.

Keberadaan Lembaga Perbankan dinilai sangat

penting dalam memobilisasi dana-dana

masyarakat , lembaga perbankan juga berfungsi

sebagai Agen Pembangunan (Agent of

Devolepment), Agen Kepercayaan (Agent of

Trust ) dan Agen Pelayanan (Agent of Services )

dalam rangka memandirikan bangsa ( Bank dan

Lembaga Keuangan Lain, Totok Budisantoso,

hal. 9 ).

Dampak kejahatan bank tidak hanya

dirasakan oleh pemilik bank ( Share holder )

semata, namun berimplikasi luas kepada

Pemerintah dan Masyarakat (Stake holder)

sebagai pengguna jasa utama bank, oleh

karenanya setiap bentuk dan jenis kejahatan bank

dengan berbagai Modus operandi harus

diberantas dan pelakunya dijatuhi hukuman

secara maksimal, sehingga keamanan dan

kenyamanan Lembaga Perbankan sebagai

lembaga penyedia dana (Full Fund) tetap terjaga

dengan baik.

2. Ancaman Pidana Terkait Dengan

Kejahatan Bank

Tindak pidana kejahatan bank termasuk

dalam kelompok hukum publik dan

penanganannya secara langsung dilakukan oleh

Negara, dalam hal ini oleh pihak Kepolisian dan

Kejaksaan sebagai Pengacara Negara. Berkenaan

dengan ancaman pidana kejahatan perbankan

diatur dalam Undang-undang Nomor. 7 Tahun

1992 Jo Undang-undang Nomor. 10 Tahun 1998

tentang perbankan, sementara hukum acaranya

tetap mengacu kepada Kitab undang-undang

hukum acara pidana ( KUHAP ) sebagai Hukum

Subyektif yang berlaku di Indonesia

Ancaman pidana kejahatan bank dalam Undang-

undang Nomor. 7 Tahun 1992 Jo Undang-

undang Nomor.10 Tahun 1998 terdapat dalam

pasal-pasal, antara lain :

a. Pasal 40 ayat 1 UU No. 7 Tahun 1992 Jo UU

No. 10 Tahun 1998, tentang memberi

keterangan mengenai data keuangan nasabah

kepada pihak ketiga

b. Pasal 40 ayat 2 UU No. 7 Tahun 1992 Jo. UU

No. 10 Tahun 1998, tentang pihak-pihak

yang terafiliasi dengan bank

c. Pasal 47 ayat 2 UU No. 7 Tahun 1992 Jo. UU

No. 10 Tahun 1998, tentang larangan

pengelola bank dan karyawan memberi

keterangan yang wajib dirahasiakan kepada

pihak ketiga

d. Pasal 48 ayat 1 dan ayat 2 UU No. 7 Tahun

1992 Jo UU No. 10 Tahun 1998, tentang

tidak memberikan keterangan yang diminta

dalam rangka pengusutan Tindak Pidana

yang dilakukan oleh nasabah

e. Pasal 49 ayat 1 huruf a, b, c dan ayat 2 huruf

a dan b UU No. 7 Tahun 1992 Jo UU No. 10

Tahun 1998 tentang pencatatan palsu yang

dibuat oleh pengelola dan pelaku bank

f. Pasal 50 UU No. 7 Tahun 1992 Jo. UU No.

10 Tahun 1998 tentang tidak melaksanakan

langkah-langkah perbaikan bank.

Selanjutnya dalam Pasal 51 ayat 1 UU

No. 7 Tahun 1992 Jo. UU No. 10 Tahun 1998

menegaskan bahwa Tindak Pidana

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, 47,

48 ayat 1, Pasal 49, Pasal 50 dan Pasal 50 A

adalah Kejahatan, sedangkan Pasal 51 ayat 2

Page 71: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4 September 2015

menegaskan bahwa Tindak Pidana

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat 2

adalah Pelanggaran.

HASIL PEMBAHASAN

PENERAPAN SANKSI ADMINISTRATIF

DAN SANKSI PIDANA TERHADAP

PELAKU KEJAHATAN BANK

1. Motivasi Pelaku Melakukan Kejahatan

Bank

Dari beberapa kasus Tindak Pidana Kejahatan

Bank yang berhasil diungkap oleh aparat

penegak hukum, setidaknya terdapat beberapa

alasan pelaku (Tersangka) melakukan kejahatan

bank, antara lain :

a. Perbuatan Iseng ( Coba-coba )

Pada mulanya kejahatan bank dilakukan

sebagai perbuatan iseng ( Coba-coba ) namun

karena sudah keenakan dan internal control dari

atasan kurang berjalan, maka kondisi tersebut

dijadikan peluang bagi karyawan yang

menangani bidang pendanaan, dalam hal ini

petugas tabungan, deposito dan teller untuk

menarik simpanan nasabah diluar pengetahuan

sipemilik dana dan selanjutnya dimanfaatkan

untuk memperkaya diri atau setidak-tidaknya

untuk mewujudkan impian yang selama ini

belum terpenuhi.

Kepercayaan masyarakat

(Penabung/Deposan) kepada bank sering disalah

gunakan oleh karyawan bank untuk memperkaya

diri secara melawan hukum, disinilah dibutuhkan

seorang karyawan bank yang memiliki Kejujuran

dan Integritas yang tinggi, sebab kejujuran dan

integritas senantiasa menjadi penghalang ketika

nafsu Amarah dan Lauwamah menyesakkan

dada manusia untuk berbuat sesuatu diluar

kontrol iman, sehingga akan melakukan

perbuatan apa saja yang dikehendaki secara

bebas.

b. Tuntutan Lingkungan

Lingkungan tempat tinggal biasanya mampu

membentuk dan mempengaruhi kepribadian

seseorang, dari sebelumnya memiliki prilaku

baik dapat berubah menjadi jelek begitu pula

sebaliknya, demikian juga dalam hal gaya hidup

dapat memaksa seseorang untuk mengikuti trend

yang sedang berkembang, sementara kalau

dilihat dari segi ekonomi masih dibutuhkan

waktu yang relatif lama untuk dapat memiliki

sesuatu yang diinginkan tersebut,

Modus operandi kejahatan bank yang berlatar

belakang karyawan bank dari banyak kasus yang

terjadi sebagian besar dipicu adanya keinginan

untuk memiliki sesuatu jenis barang ( Asset )

secara melawan hukum, hal tersebut dilakukan

untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa dia

mampu memiliki sesuatu barang/benda yang

sebagian orang belum tentu mampu memilikinya

dalam waktu singkat.

Setiap karyawan bank dituntut mampu

mengimplementasikan makna dari QS.

Al’Ankabut 29 : 45 yang penggalan artinya “

Sesungguhnya shalat memiliki kekuatan

mengubah perilaku manusia dari perbuatan keji

dan mungkar “. Apabila iman dan taqwa telah

menyatu dalam diri setiap umat Islam, dalam hal

ini karyawan bank maka keindahan dunia dalam

berbagai bentuk tidak mampu menggoyahkan

dan memalingkan hati mereka untuk melakukan

tindakan atau perbuatan yang tidak terpuji.

c. Kesilafan

Kesilafan sering digunakan untuk menjadi

alasan pembenar dan alasan pemaaf atas suatu

Tindak Pidana yang dilakukan oleh seseorang,

seolah-olah sipelaku tidak dapat dijerat oleh

sanksi pidana dan bahkan dibebaskan dari jeratan

hukum.

Dari sisi hukum pembuktian kesalahan

sipelaku akan dilihat sejauhmana berimplikasi

terhadap Keamanan Negara, apabila dampak

negatifnya lebih kecil dari manfaat yang

dirasakan masyarakat, maka perbuatan atau

tindakan sipelaku dapat dimaafkan, namun

apabila sebaliknya akibat dari tindakan atau

perbuatan tersebut dapat membahayakan

kelangsungan Negara sipelaku dapat dijatuhi

hukuman secara maksimal.

Tujuan pengenaan sanksi Administrasi dan

Pidana kepada pelaku kejahatan bank bukan

sekedar membuat sipelaku jera dan tidak

mengulangi lagi perbuatan tersebut dimasa-masa

mendatang, namun yang lebih penting adalah

bagaimana kepercayaan masyarakat sebagai

pengguna jasa utama bank dapat terpelihara

dengan baik, mengingat salah satu fungsi bank

adalah sebagai Agent of Trust yang dibangun

dengan susah payah oleh para pengelola bank

terdahulu dan agaknya perlu terus dipertahankan

dan dikembangkan secara berkesinambungan (

Suistanable ), sehingga bank mampu memainkan

perannya sebagai Lembaga Intermediary dengan

baik sebagaimana harapan semua pihak.

2. Bentuk-bentuk Sanksi Administratif Yang

Dapat Dijatuhkan Kepada Pelaku

Kejahatan Bank

Dalam praktek perbankan setiap terjadinya

Kejahatan bank yang Aktor Intelektualnya

dilakukan oleh karyawan bank, maka Direksi

sebagai Manajemen bank akan mengambil

langkah-langkah, antara lain :

a. Kejahatan bank yang masuk dalam ruang

lingkup Pasal 48 ayat 2 UU No. 7 Tahun

1992 Jo. UU No. 10 Tahun 1998 (

Pelanggaran ), maka terhadap karyawan bank

dimaksud dapat dikenakan hukuman

administratif dalam bentuk :

b. Memberikan surat peringatan I ( SP I ), disini

karyawan masih dapat menjalankan

Page 72: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4 September 2015

aktivitasnya seperti biasa, namun setiap

tindakan dan perbuatannya mendapat

perhatian khusus dari pihak-pihak tertentu

yang ditugaskan untuk itu.

c. Memberikan surat peringatan II ( SP II ),

disini sipelaku masih diberikan kesempatan

untuk memperbaiki diri, sementara

aktivitasnya sebagai karyawan bank dibatasi

dan hanya melakukan tugas-tugas khusus

yang sifatnya membantu bidang lainnya.

d. Memberikan surat peringatan III ( SP III ),

disini sipelaku sudah dikenakan Tindakan

akhir ( Ended Warning ) dari Manajemen

bank, artinya apabila dalam batas waktu

tertentu tidak mampu memperbaiki diri, maka

terhadap sipelaku dikenakan hukuman badan

berupa dirumahkan untuk jangka waktu

tertentu

e. Pengenaan hukuman badan ( Skorsing )

selama jangka waktu tertentu, disini sipelaku

tidak dapat menjalankan aktivitasnya sebagai

karyawan bank, namun kepadanya tetap

diberlakukan absensi harian sebagaimana

layaknya karyawan aktif, selanjutnya

berkenaan dengan gaji dan penghasilan

lainnya dikenakan pemotongan sebesar 50 %

dari yang diterima setiap bulannya. Hukuman

badan berupa skorsing dimaksudkan untuk

membuat sipelaku jera dan insaf, sehingga

diharapkan tidak akan mengulangi lagi

kesalahan yang sama dimasa-masa

mendatang.

f. Kejahatan bank yang masuk dalam ruang

lingkup Pasal 46, 47, 47 A, 48 ayat 1, Pasal

49, 50 dan Pasal 50 A UU No. 7 Tahun 1992

Jo. UU No. 10 Tahun 1998 ( Kejahatan ) dan

atau Tindak Pidana Pencucian Uang ( Money

Laundering ) akan diproses sesuai dengan

ketentuan Hukum Pidana dengan ancaman

hukuman dapat berbentuk, sebagai berikut :

g. Hukuman mati

h. Hukuman seumur hidup

i. Hukuman penjara

j. Hukuman denda

3. Dampak Hukum Pengenaan Sanksi

Administratif dan Pidana Terhadap

Peningkatan Karier Karyawan Eksistensi dan Integritas senantiasa menjadi

tolok ukur dalam peningkatan karier karyawan

disuatu Lembaga Perbankan, artinya bekerja

tanpa didasari dengan sikap kejujuran, loyalitas

dan kepatuhan yang tinggi karyawan tidak

mungkin dapat dipromosikan dalam suatu

jabatan penting, bahkan kemungkinan besar akan

diberhentikan dengan hormat atau tidak hormat

sebagai karyawan bank, sebab kejujuran,

kepatuhan dan loyalitas menjadi harga mati

untuk suksesnya seseorang bekerja di bank.

Berkenaan dengan peningkatan karier

karyawan yang sebelumnya pernah dikenakan

Sanksi Administratif sehubungan dengan

pelanggaran yang dilakukan, Manajemen bank

akan mempelajari dan mengkaji secara lebih

mendalam apakah pelanggaran yang dilakukan

oleh karyawan berdampak luas terhadap

kelangsungan bank, seperti menurunnya tingkat

kepercayaan masyarakat kepada bank yang

ditandai dengan terjadinya penarikan tabungan

secara besar-besaran ( Rush ). Sekiranya

pelanggaran yang dilakukan tergolong ringan

maka karyawan dimaksud kemungkinan besar

masih dapat dipromosikan untuk menduduki

jabatan tertentu dibank, namun sebaliknya

apabila pelanggaran yang dilakukan berdampak

luas terhadap kelangsungan bank, maka kecil

kemungkinan karyawan dimaksud dipromosikan

untuk menduduki jabatan tertentu bahkan tidak

mustahil yang bersangkutan dapat diberhentikan

dengan tidak hormat sebagai karyawan bank.

Selanjutnya sekiranya Kejahatan bank yang

dilakukan oleh karyawan tergolong kepada

Tindak Pidana sebagaimana maksud dari

ketentuan Pasal 46, 47, 47 A, 48 ayat 1, 49, 50

dan Pasal 50 A UU No. 7 Tahun 1992 Jo UU No

10 Tahun 1998, maka kemungkinan besar

karyawan dimaksud diberhentikan dengan tidak

hormat sebagai karyawan bank dan sekiranya

masa kerjanya sudah diatas 15 tahun dapat

diusulkan untuk diberikan pensiun dini, namun

apabila masa kerjanya dibawah 15 tahun yang

bersangkutan hanya mendapatkan hak pesangon.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan dalam penelitian ini, maka

dihasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada dasarnya Kejahatan bank dapat terjadi

secara internal dan eksternal dilingkungan

bank

2. Kejahatan bank yang terjadi secara internal

dalam banyak kasus dilakukan oleh karyawan

bank sendiri, antara lain yang menangani

bidang teller, tabungan dan deposito,

akuntansi dan pelaporan bahkan tidak

ketinggalan juga dilakukan oleh tenaga

marketing

3. Kejahatan bank yang berkaitan dengan

bidang perkreditan dapat berbentuk kredit

fiktif dan penggelembungan plafond kredit

atau praktek bank dalam bank dengan Modus

operandi untuk memperkaya diri

4. Kejahatan bank pada mulanya dilakukan

karena iseng ( coba-coba ), namun karena

tuntutan lingkungan membentuk jiwa

sipelaku untuk berani dan mencari

Page 73: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4 September 2015

kesempatan untuk mengambil uang nasabah

dalam setiap transaksi keuangan bank

5. Kejahatan bank pada dasarnya terbagi atas 2

bahagian, yaitu yang sebagaimana tergolong

dalam Pasal 48 ayat 2 termasuk pelanggaran

dan yang sebagaimana tergolong dalam pasal

46, 47, 47 A, 48 ayat 1, pasal 49, 50 dan

pasal 50 A UU No. 7 Tahun 1992 Jo. UU No.

10 Tahun 1998 termasuk katagori Kejahatan.

6. Kejahatan bank yang dilakukan oleh

karyawan bank sebagaimana termasuk dalam

pasal 48 ayat 2 UU No. 7 Tahun 1992 Jo UU

No. 10 Tahun 1998, maka sekiranya tidak

berimplikasi luas terhadap kelangsungan

bank kemungkinan besar karyawan masih

dapat dipromosikan untuk menduduki jabatan

tertentu dibank. Namun apabila Kejahatan

bank termasuk dalam pasal 46, 47, 47 A, 48

ayat 1, pasal 49, 50 dan 50 A UU No. 7

Tahun 1992 Jo. UU No. 10 Tahun 1998 maka

karyawan bank dimaksud dapat diberhentikan

dengan tidak hormat sebagai karyawan bank

dan diproses sesuai dengan ketentuan hukum

yang berlaku.

Saran

1. Mengingat fungsi utama bank adalah

menghimpun dana dan menyalurkannya

kembali kepada masyarakat, maka dalam

rangka memelihara kepercayaan

masyarakat setiap bentuk Kejahatan bank,

baik yang dilakukan oleh internal maupun

eksternal bank agar dihukum secara

maksimal

2. Setiap karyawan bank harus memiliki

kompetensi dan integritas yang tinggi

yang diwujudkan dalam bentuk keloyalan,

etos kerja dan sifat kejujuran, karenanya

setiap bentuk Kejahatan bank yang

dilakukan karyawan bank harus dihukum

secara maksimal dan diberhentikan

dengan tidak hormat sebagai karyawan

bank

3. Sebagai agent of Development maka

bisnis usaha bank adalah sebagai mitra

Pemerintah dalam membiayai

pembangunan Bangsa dan Negara, maka

setiap bentuk Kejahatan bank dapat

dikatagorikan sebagai Kejahatan terhadap

Negara dan pelakunya harus dihukum

secara maksimal

4. Untuk menjamin setiap dana masyarakat

aman dibank dipandang perlu menetapkan

jenis dan bentuk sanksi yang lebih khusus

terhadap pelaku Kejahatan bank, sehingga

setiap indikasi yang berpotensi akan

merugikan kelangsungan bank dapat

dikenakan hukuman secara maksimal.

REFERENSI

Abdurrahman, Ensiklopedi Ekonomi

Keuangan dan Perdagangan,

Pradnya Paramitha, Jakarta,

2003

Achmad Ali, Menguak Realitas Hukum,

Kencana Prenada Media

Group, Jakarta, 2008

Barda Nawawi Arief, Masalah

Penegakan Hukum dan

Kebijakan Hukum Pidana

Dalam Penanggulangan

Kejahatan, Kencana Prenada

Media Group, Jakarta, 2008

Bismar Nasution, Rezim Anti Money

Laundering di Indonesia,

(Pusat Informasi Hukum

Indonesia), Bandung, 2008

Chainur Arrasyid, Hukum Pidana

Perbankan, Sinar Grafika,

Jakarta, 2011

Faisal Santiago, Pengembangan Sumber

Daya Manusia (SDM) Dalam

Rangka Pembangunan Hukum,

Disampaikan Dalam Rangka

Ultah Zudan Fakhrullah ke-40,

Rajawali Press, Jakarta, 2009.

Hermansyah, Hukum Perbankan

Nasional Indonesia, Kencana

Predana Media Group, Jakarta,

2005

Ilhami, Sistem Hukum Indonesia

(Prinsip-Prinsip dan

Implementasi Hukum di

Indonesia), Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 2010

Irman, TB, Praktek Pencucian Uang

Dalam Teori dan Fakta, MQS

Publishing & Ayyccs Group,

Bandung, 2007

-------------, Pembuktian Tindak Pidana

Pencucian Uang (TPPU),

MQS Publishing & Ayyccs

Group, Bandung, 2008

Page 74: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4 September 2015

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan

Lainnya, Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 2000

-------------, Manajemen Perbankan,

Edisi Revisi, Raja Grafindo

Perkasa, Jakarta, 2008

Masyhud Ali, Restrukturisasi Perbankan

dan Dunia Usaha, Elex Media

Komputindo, Jakarta, 2011

Moelyatno, Bagaimana Mengungkap

Kejahatan Perbankan di

Indonesia, Gramedia Pustaka ,

Jakarta, 2006

Muchtar Kusumaatmadja, Fungsi dan

Perkembangan Hukum Dalam

Pembangunan Nasional, Bina

Cipta, Bandung, 1990

Munir Fuady, Hukum Perbankan

Moderen, Edisi kedua, PT.

Citra Aditya Bakti, Bandung,

2004

Ninik Suparni, Eksistensi Hukum Dalam

Sistem Pidana dan

Pemidanaan , Cetakan kedua,

Sinar Grafika, Jakarta, 2007

------------------, Eksistensi Pidana Denda

Dalam Sistem Pidana dan

Pemidanaan, Sinar Grafika,

Jakarta, 2007

Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum

Perbankan di Indonesia, PT.

Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta, 2001

Romli Atmasasmita, Pengantar Hukum

Kejahatan Bank, Edisi kedua,

Prenada Media, Jakarta,2003

Salim, Perkembangan Teori Dalam Ilmu

Hukum, Rajawali Press,

Jakarta, 2004

Satya Arinanta dan Ninuk Triyanti,

Memahami Hukum Dari

Konstruksi Sampai

Implementasi, Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 2011

Siahaan, N.H.T., Pencucian Uang dan

Kejahatan Perbankan, Edisi

Revisi, Pustaka Sinar Harapan,

Jakarta, 2005

Simanjuntak, B, Pengantar Kriminologi

dan Patologi Sosial, Tarsito,

Bandung, 1981

Soerjono Soekanto, Penelitian Ilmu

Hukum, Universitas Indonesia,

Jakarta, 1981

------------------------, Penegakan Hukum

dan Keadilan, Ghalia

Indonesia, Jakarta, 1983

Soerdjono Dirdjosisworo, Ruang

Lingkup Kriminologi, Remadja

Karya, Bandung, 1984

---------------------------------, Kejahatan

Mafia, Armico, Bandung, 1984

Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 10 Tahun 1998, tentang

Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1992

tentang Perbankan, (Lembaran

Negara Tahun 1998, Nomor

182)

Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 8 Tahun 2010, tentang

Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 25 Tahun

2003, tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Pencucian

Uang, (Lembaran Negara

Tahun 2010, Nomor 364)

Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 3 Tahun 2004, tentang

Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 1999

tentang Bank Indonesia,

(Lembaran Negara Tahun

2004, Nomor 7)

Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 40 Tahun 2007, tentang

Perseroan Terbatas,

(Lembaran Negara Tahun

2007, Nomor 106)

Peraturan Bank Indonesia (PBI), No.

12/20/PBI/2010, Tanggal 1

Desember 2010, tentang Anti

Pencucian Uang (APU) dan

Page 75: ZULFAN YUSUF JURNAL - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/manajemen... · Naskah artikel ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa

JURNAL MANAJEMEN DAN BISNIS

VOL 4, No. 4 September 2015

Pencegahan Pendanaan

Terorisme (PPT), Bagi Bank

Perkreditan Rakyat/Bank

Pembiayaan Rakyat Syari’ah

Peraturan Bank Indonesia (PBI), No.

11/28/PBI/2009, Tanggal 1 Juli

2009, tentang Anti Pencucian

Uang dan Pencegahan

Pendanaan Terorisme Bagi

Bank Umum Konvensional dan

Syari’ah

Jimly Asshiddiqie, Penegakan Hukum di

Indonesia, Http;//Jimly,

Multiply. Com/ diakses bulan

Februari, 2012