sistem pengawasan otoritas jasa keuangan...

23
120 SISTEM PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DALAM PENERAPAN PRINSIP PRUDENTIAL STANDARD Ikhsan Fajri Dosen Fakultas Syariah dan Dakwah Universitas Serambi Mekkah JL. Teungku Imum Lueng Bata, Banda, Batoh, Banda Aceh, Aceh (0651) 23245 [email protected] Abstract Financial Services Authority becomes the only supervisor of banking institutions and non-banking which works independently. The research problems are how the monitoring system conducted Financial Service Authority to Prudential standard on Syari’a Banking finance and which instruments are focused by OJK on monitoring the implementation of prudential standard principle in Syari’a Banking. Writer used qualitative research methods and normative juridical. As the results, it showed that OJK’s limitation in the operation and management system internally, affecting the distribution financing offense mudharabah , musyarakah , dan murabahah . As for the 20 components of the OJK supervision of prudence in 2014, it turned out that OJK tighten and focus its authority on the instrument point 1. Key Words : Efectivity, Prudential Standards Principal, Funding Monitoring of Syari’a Banking. Abstrak Otoritas Jasa Keuangan merupakan lembaga pengawas perbankan dan non bank di Aceh. Dasar hukum OJK adalah UU No. 21 Tahun 2011. Rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut, bagaimana sistem pengawasan OJK terhadap prudential standard pada pembiayaan bank syariah, dan instrumen mana menjadi fokus OJK dalam mengawasi perbankan syariah. Metode penelitian kualitatif penulis gunakan dan pendekatan yuridis normative. Hasil dari penelitian ini bahwa keterbatasan OJK dalam sistem operasional dan manajemen secara internal, memberi dampak pada pelanggaran penyaluran pembiayaan mudharabah, musyarakah, dan murabahah. Adapun dari 20 komponen pengawasan OJK tentang kehati-hatian bank tahun 2014, ternyata OJK memperketat pengawasan pada instrumen 1.

Upload: buituyen

Post on 06-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SISTEM PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN …jurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/05/SISTEM... · Pengukuran kualitas aset dan liabilitas adalah bagaimana bank ... manajemen

120

SISTEM PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP

PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DALAM PENERAPAN PRINSIP

PRUDENTIAL STANDARD

Ikhsan Fajri

Dosen Fakultas Syariah dan Dakwah Universitas Serambi Mekkah

JL. Teungku Imum Lueng Bata, Banda, Batoh, Banda Aceh, Aceh (0651) 23245

[email protected]

Abstract

Financial Services Authority becomes the only supervisor of banking institutions

and non-banking which works independently. The research problems are how the

monitoring system conducted Financial Service Authority to Prudential standard

on Syari’a Banking finance and which instruments are focused by OJK on

monitoring the implementation of prudential standard principle in Syari’a

Banking. Writer used qualitative research methods and normative juridical. As

the results, it showed that OJK’s limitation in the operation and management

system internally, affecting the distribution financing offense mudharabah,

musyarakah, dan murabahah. As for the 20 components of the OJK supervision of

prudence in 2014, it turned out that OJK tighten and focus its authority on the

instrument point 1.

Key Words : Efectivity, Prudential Standards Principal, Funding Monitoring of

Syari’a Banking.

Abstrak

Otoritas Jasa Keuangan merupakan lembaga pengawas perbankan dan non bank di

Aceh. Dasar hukum OJK adalah UU No. 21 Tahun 2011. Rumusan masalah

penelitian ini sebagai berikut, bagaimana sistem pengawasan OJK terhadap

prudential standard pada pembiayaan bank syariah, dan instrumen mana menjadi

fokus OJK dalam mengawasi perbankan syariah. Metode penelitian kualitatif

penulis gunakan dan pendekatan yuridis normative. Hasil dari penelitian ini

bahwa keterbatasan OJK dalam sistem operasional dan manajemen secara

internal, memberi dampak pada pelanggaran penyaluran pembiayaan

mudharabah, musyarakah, dan murabahah. Adapun dari 20 komponen

pengawasan OJK tentang kehati-hatian bank tahun 2014, ternyata OJK

memperketat pengawasan pada instrumen 1.

Page 2: SISTEM PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN …jurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/05/SISTEM... · Pengukuran kualitas aset dan liabilitas adalah bagaimana bank ... manajemen

121

Kata Kunci : Efektivitas, Prinsip prudential standards, Pengawasan

Pembiayaan Bank Syari’ah.

PENDAHULUAN

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjadi lembaga pengawasan perbankan

baru di Indonesia, (UU No. 21 Tahun 2011) yang berfungsi mengawasi

keseluruhan sektor perbankan dan non bank serta jasa keuangan lainnya agar

teratur, adil, transparan, dan akuntabel. Dengan keberadaan OJK harus mampu

mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara prudent, kokoh dan stabil serta

dapat melindungi kepentingan masyarakat dan konsumen, sehingga akan dapat

melahirkan suasana perbankan yang sehat dan kuat. Peran independen yang

diberikan pemerintah kepada OJK tentu sangat strategis karena hampir semua

sektor keuangan diawasi OJK secara micro prudential dan komprehensif,

sehingga perbankan dan lembaga keuangan akan lebih berhati-hati dalam

menjalankan operasional institusinya dan melakukan aktivitas perbankan.

Yurisdiksi OJK melalui UU No. 21 Tahun 2011 menjadi dasar bagi OJK

untuk menjalankan semua fungsinya secara profesional dalam mengawasi seluruh

bank yang ada di Indonesia baik bank konvensional maupun bank syariah. OJK

menjadi lembaga independen dan satu-satunya institusi yang kini mengawasi

perbankan menjadi bukti bahwa pemerintah Indonesia serius dalam

memperhatikan sektor perbankan dan stabilitasnya. Hal ini disebabkan bank

secara langsung mempengaruhi stabilitas perekonomian dalam negeri.

Fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan yang selama ini

dilakukan oleh Bank Indonesia, telah dialihkan kepada OJK sehingga lembaga ini

Page 3: SISTEM PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN …jurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/05/SISTEM... · Pengukuran kualitas aset dan liabilitas adalah bagaimana bank ... manajemen

122

memiliki fungsi dalam menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan

yang terintegrasi secara keseluruhan serta kegiatan di dalam sektor jasa keuangan

yang meliputi sektor perbankan, pasar modal, dan industri keuangan non bank

yang terdiri dari perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga

jasa keuangan. Risiko penyaluran pembiayaan yang tidak pruden akan

menyebabkan manajemen bank berhadapan dengan kondisi finansial yang

destruktif, sehingga dapat berakibat fatal tentunya bagi bank.

Pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam bentuk

macroprudential tentu akan berdampak pada tupoksi kerja yang dilakukan oleh

OJK juga, sehingga diharapkan akan lahir sebuah koordinasi yang baik antara

kedua lembaga ini untuk dapat memaksimalkan perannya secara penuh dan tidak

tumpang tindih terhadap pengawasan yang akan dilakukan pada sektor perbankan

dan lembaga keuangan lainnya baik bank syariah, maupun bank konvensional,

sehingga akan terciptanya suasana kinerja yang kondusif dan tepat pada sasaran.

OJK juga memiliki tugas dan wewenang melaksanakan pengaturan dan

pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan, pasar modal,

dan industri keuangan non bank. “OJK berkewajiban melakukan perlindungan

konsumen dan masyarakat melalui pemberian informasi dan edukasi kepada

masyarakat serta pelayanan pengaduan konsumen dan melakukan pembelaan

hukum”. (Burhanuddin Harahap, 2003: 1)

Pengawasan mengenai kesehatan bank dan unsur-unsur prudential

standards meliputi, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio

kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman

Page 4: SISTEM PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN …jurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/05/SISTEM... · Pengukuran kualitas aset dan liabilitas adalah bagaimana bank ... manajemen

123

terhadap simpanan, dan pencadangan bank, laporan bank yang terkait dengan

kesehatan dan kinerja bank, sistem informasi debitur, pengujian kredit (credit

testing); dan standar akuntansi bank; Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek

kehati-hatian bank, meliputi manajemen risiko, tata kelola bank, prinsip mengenal

nasabah dan anti pencucian uang dan pencegahan pembiayaan terorisme dan

kejahatan perbankan. (Tim Fokus Media, 2012: 54)

Di sisi lain tentunya pengawasan yang dilakukan oleh OJK secara

microprudential meliputi pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan,

kesehatan, aspek prudential atau kehati-hatian, dan pemeriksaan bank merupakan

lingkup pengaturan dan pengawasan microprudential yang menjadi tugas dan

wewenang OJK. Adapun lingkup pengaturan dan pengawasan macroprudential,

yakni pengaturan dan pengawasan selain hal yang diatur dalam pasal ini,

merupakan tugas dan wewenang Bank Indonesia. Dalam rangka pengaturan dan

pengawasan macroprudential, OJK membantu Bank Indonesia untuk melakukan

himbauan moral (moral suasion) kepada Perbankan. (Adrian Sutedi, 2014: 144)

Dalam Pasal 6 huruf a, terlihat jelas bahwa OJK mempunyai wewenang

dalam pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi,

(1) perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar,

rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger,

konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank dan (2) kegiatan

usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan

aktivitas di bidang jasa.

Standar pengaturan dan pengawasan yang sangat penting dilihat lagi oleh OJK

Page 5: SISTEM PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN …jurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/05/SISTEM... · Pengukuran kualitas aset dan liabilitas adalah bagaimana bank ... manajemen

124

harus diterapkan oleh bank syariah mengenai aspek kehati-hatian bank, meliputi, (1)

manajemen risiko, (2) tata kelola bank, (3). prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian

uang, dan (4), pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan, di sisi lain

kondisi modal dan finansial, kinerja bank dalam pengelolaan dana pihak ketiga dan rasio

dana yang memiliki jumlah pembiayaan yang dikucurkan (loan deficit ratio) juga perlu

diperhatikan oleh OJK, serta implementasi kebijakan dan prosedur pada aktivitas

pembiayaan dan operasional. ( Undang Undang Nomor 21 Tahun 2011, 2014)

Dalam hal ini, tentunya bank syari’ah harus mempersiapkan dari awal SDM yang

kompeten dan perangkat sistem informasi manajemen risiko yang baik agar terciptanya

bank yang sehat, bank syari’ah harus mengoptimalkan sistem pengendalian intern. OJK

tentu harus mengontrol dengan baik terhadap aplikasi peraturan yang telah ditetapkan

terhadap bank umum syari’ah agar bank syariah mematuhi dan menjalankan fungsinya

sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pada penyaluran pembiayaan bank syari’ah

potensi penyelewengan terhadap berbagai produk pembiayaan lebih besar terjadi, hal ini

disebabkan karena bank syari’ah memiliki 2 standar yang harus dilaksanakan dan

dipatuhi yaitu substansi fiqhnya dan operasional yang ditetapkan oleh pemerintah

(Muchdarsyah Sinungan, 199).

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian, Tempat, Sumber data Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan studi

dokumentasi, dalam penulisan ini penulis menggunakan metode penelitian

kualitatif, (qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk

mendetesiskan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,

persepsi, pemikiran orang secara individual atau kelompok dan studi kepustakaan

(library research). Pada tahapan ini peneliti menggali informasi dari OJK dengan

Page 6: SISTEM PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN …jurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/05/SISTEM... · Pengukuran kualitas aset dan liabilitas adalah bagaimana bank ... manajemen

125

melihat dan menganalisis, peristiwa, aktivitas, sikap, kepercayaan, persepsi,

pemikiran orang secara individual, selanjutnya peneliti juga menggali informasi

dari OJK Cabang Banda Aceh, dan Bank Syariah yang beroperasi di Banda Aceh.

Penelitian ini dilakukan di OJK Aceh Provinsi Aceh, serta ingin melihat

bagaimana otoritas OJK dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga

pengawasan. Objek penelitian ini adalah sumber-sumber yang memungkinkan

untuk memperoleh keterangan penelitian atau data. Adapun yang menjadi objek

penelitian dalam penelitian ini adalah pihak OJK yang membidangi bagian

pengawasan Bank Syariah, sedangkan objek penelitian ini adalah dampak adanya

OJK apakah mampu mengoptimalkan peran perbankan syariah demi

terlaksananya bank yang sehat dan bersih.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Regulasi Prudential standards pada Perbankan Syari’ah di Indonesia

Dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan pada Pasal

29 ayat (2), menentukan bahwa “bank wajib memelihara tingkat kesehatan sesuai

dengan ketentuan dan kecukupan modal, kualitas manajemen, likuiditas,

rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan bank, dan

wajib melakukan kegiatan usaha dengan prinsip kehati-hatian”.( Zubairi Hasan,

2009: 151).

Apabila bank melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah dan tidak

mematuhi rambu-rambu kesehatan bank tentu akan memberikan dampak kerugian

yang jauh lebih besar daripada hal itu dilakukan oleh bank konvensional. Ada dua

alasan mengapa dampak tersebut lebih besar, alasan pertama ialah karena risiko

Page 7: SISTEM PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN …jurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/05/SISTEM... · Pengukuran kualitas aset dan liabilitas adalah bagaimana bank ... manajemen

126

yang dihadapi oleh bank syariah, dalam hal pembiayaan diberikan berdasarkan

akad mudharabah (investasi tidak terikat) kepada nasabahnya, jauh lebih besar

daripada risiko yang dihadapi oleh bank konvensional yang pemberian kreditnya

dengan jaminan.”( M. Bahsan, 2007: 96).

Alasan kedua, apabila terjadi kegagalan pada pembiayaan yang diberikan

oleh bank syariah, antara lain dalam bentuk mudharabah dan musyarakah (akad

kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu), nasabah tidak

berkewajiban untuk mengembalikan dana bank tersebut. Sebagaimana telah

diuraikan di atas tadi, misalnya pada transaksi mudharabah, bank syariah yang

harus memikul risiko kehilangan dana yang telah diberikan oleh bank syariah

kepada nasabah atau mudharib (pengelola) untuk diputarkan dalam kegiatan usaha

nasabah, sedangkan risiko yang dipikul mudharib hanya berupa tidak memperoleh

keuntungan dan remunerasi (imbalan) dari jerih payahnya dalam menjalankan dan

mengelola usaha itu.

2. Prinsip Prudential Standards yang Diimplementasikan pada

Perbankan Syariah di Indonesia

Salah satu jenis bank yang ada di kalangan masyarakat Indonesia yang

mempunyai sistem atau tata cara operasionalnya berlandaskan pada nilai-nilai

syariat Islam adalah bank syariah. Bank syariah sebagai bank yang menerapkan

nilai-nilai syariah juga mempunyai prinsip yang sama dengan bank konvensional

Page 8: SISTEM PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN …jurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/05/SISTEM... · Pengukuran kualitas aset dan liabilitas adalah bagaimana bank ... manajemen

127

dalam melakukan aktivitas perbankan, adapun prinsip-prinsip tersebut di

antaranya :

a. Kecukupan modal

Lembaga keuangan yang sehat dan kuat tidak dapat dikembangkan tanpa

disertai dengan terciptanya iklim saling percaya antara penyedia dan pengguna

dana, sementara itu di sisi lain, return atas ekuitas semakin meningkat seiring

dengan bertambahnya proporsi dana dari para deposan yang mereka pergunakan.(

Muhammad Syafi’i Antonio, 2002: 45).

Rekening giro, yang merupakan bagian penting dari total dana bank

syariah, adalah utang yang harus dibayar meskipun rekening investasi secara

kontraktual tidak diperlakukan demikian, pada umumnya bank tidak dapat

mencegah adanya penarikan dana sebelum jatuh tempo. Ketika rekening investasi

bisa menjadi objek penarikan pada saat para deposan sudah tidak percaya lagi

terhadap bank, atau dimungkinkan adanya kondisi di mana nasabah akan

meninggalkan bank (bank-run), maka bank harus memperkuat permodalan dan

membuat pencadangan atas kerugian. Bank selaku lembaga keuangan harus

mampu memulihkan kepercayaan nasabah dan mencegah terjadinya penarikan

masal, kebutuhan modal minimum yang berfungsi sebagai dana jaminan internal

(internal insurance fund).

b. Kualitas Aset bank

Dalam mengukur kualitas aset, bank harus menilai jenis-jenis aset yang

dimiliki oleh bank. Pengukuran kualitas aset dan liabilitas adalah bagaimana bank

mampu mengkoordinasikan portofolio aset/liabilitas guna memaksimalkan profit

Page 9: SISTEM PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN …jurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/05/SISTEM... · Pengukuran kualitas aset dan liabilitas adalah bagaimana bank ... manajemen

128

bagi bank dan hasil yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam jangka

panjang dengan tetap memperhatikan kebutuhan likuiditas dan prinsip kehati-

hatian. Pengukuran aset meliputi koordinasi karakteristik keuntungan (return) dan

risiko atas portofolio aset dan liabilitas bank. ( Sumitro, Warkum, 2002: 98)

c. Kualitas manajemen bank

Penilaian kualitas manajemen bank dapat dilihat dari kapasitas

manusianya dalam mengelola bank, di samping itu Kualitas manajemen bank juga

dapat dilihat dari segi pendidikannya serta pengalaman para karyawannya dalam

menangani berbagai kasus yang terjadi. Aspek yang dinilai di antaranya

manajemen permodalan, manajemen aktiva umum, manajemen rentabilitas dan

manajemen likuiditas. Pemerintah dan Bank Indonesia telah mengatur dalam

ketentuannya sebagai mana tertuang dalam surat keputusan bersama antara

menteri keuangan dan Gubernur Otoritas Jasa Keuangan No. 52/KMK.017/ 1999

dan No. 31//11/KEP/ GBI tanggal 8 Februari 1999, di antaranya isinya adalah

sebagai berikut. Ketentuan tentang penilaian pemenuhan fit and proper test dari

pemegang saham, komisaris dan dewan direksi BU. Kedua penilaian terhadap

pemegang saham yang memiliki saham lebih dari 25% atau dapat dibuktikan

menjadi pemegang saham pengendali berkaitan dengan pemenuhan komitmen

tertulis kepada BI. ( Gerald O. Hatler, 1991: 30)

Adapun penyebab sering terjadinya pembiayaan bermasalah dikarenakan

kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh nasabah. Penyebab kesulitan keuangan

perusahaan nasabah dapat dibagi dalam dua faktor di antaranya faktor internal dan

faktor eksternal.

Page 10: SISTEM PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN …jurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/05/SISTEM... · Pengukuran kualitas aset dan liabilitas adalah bagaimana bank ... manajemen

129

a. Faktor internal merupakan faktor yang ada di dalam perusahaan sendiri dan

faktor utama yang paling dominan merupakan faktor manajerial.

b. Faktor Eksternal merupakan faktor-faktor yang berada di luar kekuasaan

manajemen perusahaan, seperti bencana alam, peperangan, perubahan kondisi

perekonomian dan perdagangan, perubahan teknologi, dan lain-lain.

d. Likuiditas

Likuiditas pada umumnya merupakan posisi uang kas suatu perusahaan

dan kemampuannya untuk memenuhi kewajiban (membayar utang) yang jatuh

tempo tepat pada waktunya. Dalam pengelolaan dana, bank akan mengalami salah

satu dari tiga hal berikut ini:

a. Posisi seimbang (square) di mana persediaan dana sama dengan kebutuhan

dana yang tersedia.

b. Posisi lebih (long), di mana persediaan dana lebih dari kebutuhan dana yang

tersedia

Posisi kurang (short), di mana persediaan dana kurang dari kebutuhan dana .

(Wirdyaningsih, 2005: 140)

e. Rentabilitas

Rentabilitas merupakan salah satu sistem yang paling penting dalam bank,

rentabilitas merupakan alat untuk menganalisa atau mengukur tingkat efisiensi

usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Rasio

rentabilitas terdiri atas :

a. Return on asset (ROA)

Page 11: SISTEM PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN …jurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/05/SISTEM... · Pengukuran kualitas aset dan liabilitas adalah bagaimana bank ... manajemen

130

b. Return on equity (ROE)

c. Rasio beban operasional (BOPO).( Zainul Arifin,, 2000: 48)

f. Solvabilitas

Analisis solvabilitas sering digunakan untuk mengukur kemampuan bank

dalam memenuhi kewajiban jangka panjang atau kemampuan bank untuk

memenuhi kewajiban-kewajibannya jika terjadi likuiditas bank. Di samping itu

rasio ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara volume (jumlah) dana

yang diperoleh dari berbagai hutang (jangka pendek dan jangka panjang) serta

sumber-sumber lain di luar modal bank sendiri dengan volume penanaman dana

tersebut pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki bank. Rasio solvabilitas ini

terdiri atas:

a. Capital adequacy ratio (CAR)

b. Debt to equity ratio (DER). (Mulhadi, 2005: 9)

3. Regulasi dan Wewenang OJK dalam Pengawasan Prudential

standards pada Perbankan Syariah di Indonesia

Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga pengawasan bank memiliki

regulasi dalam menjalankan aktivitasnya, salah satu regulasi yang terapkan oleh

Otoritas Jasa Keuangan adalah tentang ketentuan kesehatan bank baik bank

konvensional maupun bank syariah yang terdiri dari BUS dan BPRS, dimaksud

untuk dipergunakan sebagai tolak ukuran bagi manajemen bank dalam menilai

apakah pengelolaan bank telah dilakukan sesuai dengan asas-asas perbankan yang

sehat dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dan (2) sebagai tolak

ukur untuk menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank, secara sendiri

Page 12: SISTEM PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN …jurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/05/SISTEM... · Pengukuran kualitas aset dan liabilitas adalah bagaimana bank ... manajemen

131

atau keseluruhan. Khusus untuk perbankan syariah, ketentuan tentang kesehatan

bank dipergunakan sebagai tolak ukur bagi manajemen, Dewan Pengawas syariah,

Otoritas Jasa Keuangan, dan bahkan nasabah dalam menilai apakah pengelolaan

bank telah dilakukan sesuai dengan Prinsip syariah.

Dalam pengawasan bank dan lembaga keuangan lainnya OJK tentunya

dapat merujuk pada teori pengawasan yang dikemukakan oleh Henry Fayol dalam

menjalankan sistem pengawasan terhadap bank, di mana dalam konsep Henry Fayol

menjelaskan bahwa fungsi Controlling atau pengendalian atau pengawasan adalah suatu

kegiatan untuk memantau, membuktikan, dan memastikan seluruh kegiatan yang telah

direncanakan, diorganisasikan, diperintahkan, dan dikondisikan sebelumnya dapat

berjalan sesuai target atau tujuan tertentu, dalam teori ini Henry Fayol mengklasifikasikan

instrumen penting yang harus diperhatikan di antaranya:

1. Prinsip-prinsip controlling: Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan dapat

dimengerti oleh pekerja dan hasilnya mudah diukur.

2. Pimpinan harus memahami bahwa fungsi pengawasan sebagai kegiatan yang sangat

penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

3. Standar kerja harus dijelaskan kepada seluruh pekerja karena kinerja pekerja terus

dinilai oleh pimpinan sebagai pertimbangan untuk memberikan penghargaan kepada

yang dianggap mampu memenuhi target.

4. Proses controlling, mengukur hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh para pekerja

atau perusahaan, dan kemudian membandingkan hasil yang telah dicapai dengan

tolak ukur yang sudah ditetapkan, serta memperbaiki penyimpangan-

penyimpangan yang terjadi sesuai dengan penyebabnya, kemudian

Page 13: SISTEM PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN …jurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/05/SISTEM... · Pengukuran kualitas aset dan liabilitas adalah bagaimana bank ... manajemen

132

menggunakan faktor penyebab tersebut untuk menetapkan langkah-langkah ke

depannya. ( Terry, George, 2004: 55)

Selanjutnya dalam teori yang dikemukakan oleh George R. Terry, dia

menjelaskan bahwa Controlling atau pengendalian atau pengawasan adalah suatu

kegiatan untuk memantau, membuktikan, dan memastikan seluruh kegiatan yang

telah direncanakan, diorganisasikan, diperintahkan, dan dikondisikan sebelumnya

dapat berjalan sesuai target atau tujuan tertentu. Prinsip dan proses controlling

menurut George R. Terry sama dengan prinsip dan proses controlling menurut

Henry Fayol. (Henry Fayol, 2000: 89)

Dalam pengawasannya OJK juga masih menggunakan standar yang

diterapkan oleh Bank Indonesia penilaian tingkat kesehatan bank mencakup

penilaian terhadap faktor-faktor sebagai berikut:

a. Permodalan (capital);

b. Kualitas aset (asset quality);

c. Manajemen (manajemen);

d. Rentabilitas (earning);

e. Likuiditas (liquidity); dan

f. Sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk), Pasal 3 PBI No.

9/1/PBI/2007).

Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi penilaian terhadap

komponen-komponen sebagai berikut: a. Kecukupan, proyeksi (trend ke depan)

permodalan dan kemampuan permodalan dalam mengcover risiko; b. Kemampuan

memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan, rencana

Page 14: SISTEM PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN …jurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/05/SISTEM... · Pengukuran kualitas aset dan liabilitas adalah bagaimana bank ... manajemen

133

permodalan untuk mendukung pertumbuhan usaha, akses kepada sumber

permodalan dan kinerja keuangan pemegang saham (Pasal 4 ayat 1 No.

9/1/PBI/2007). ( Zubairi Hasan, 2009: 151)

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/24/DPbS kepada semua

bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, Bab

II angka 1, penilaian permodalan dimaksudkan untuk menilai kecukupan modal

bank dalam mengamankan eksposur risiko posisi dan mengantisipasi eksposur

risiko yang akan muncul. Penilaian kuantitatif faktor permodalan bank dalam

menjalankan usaha sesuai dengan prinsip manajemen umum, kecukupan

manajemen risiko dan kepatuhan bank terhadap ketentuan baik yang terkait

dengan prinsip kehati-hatian maupun kepatuhan terhadap prinsip syariah dan

komitmen bank kepada Otoritas Jasa Keuangan. Penilaian kualitatif faktor

manajemen dilakukan dengan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai

berikut: a. Kualitas manajemen umum terkait dengan penerapan good corporate

governance (tata kelola perusahaan); b. Kualitas penerapan manajemen risiko; c.

Kepatuhan terhadap ketentuan baik yang terkait dengan prinsip kehati-hatian

maupun kepatuhan terhadap prinsip syariah serta komitmen kepada Otoritas Jasa

Keuangan.

4. Prudential standards untuk mewujudkan Stabilitas Operasional

Perbankan Syariah

Berdasarkan dengan standar kehati-hatian, dalam Pasal 35 UU perbankan

syariah, menentukan bahwa perbankan syariah dalam melakukan kegiatan

usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian. Oleh karena itu perbankan

Page 15: SISTEM PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN …jurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/05/SISTEM... · Pengukuran kualitas aset dan liabilitas adalah bagaimana bank ... manajemen

134

syariah wajib menyampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan laporan keuangan

berupa neraca tahunan dan perhitungan laba rugi tahunan serta penjelasannya

yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi syariah yang berlaku umum, serta

laporan berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk yang diatur dengan peraturan

Otoritas Jasa Keuangan.

Otoritas Jasa Keuangan sebagai pengontrol kebijakan seluruh perbankan

yang ada di Indonesia telah menetapkan ketentuan mengenai batas maksimum

penyaluran dana berdasarkan prinsip syariah, pemberian jaminan, penetapan

investasi surat berharga, atau hal lain yang serupa yang dapat dilakukan oleh bank

syariah. Penyaluran dana berdasarkan prinsip syariah oleh bank syariah dan UUS

mengandung risiko kegagalan atau kemacetan dalam pelunasannya sehingga dapat

berpengaruh terhadap kesehatan bank syariah dan UUS.

Untuk memelihara kesehatan dan meningkatkan daya tahannya, bank syariah

diwajibkan membayar risiko dengan mengatur penyaluran atau pemberian

pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.

a. Sistem Pengawasan OJK Terhadap Implementasi Prudential

standards oleh bank-bank Umum Syari’ah

Pada tahun 2013 sektor keuangan Indonesia mengalami pembaharuan

yang sangat signifikan, hal ini ditandai dengan hadirnya lembaga baru yaitu

Otoritas Jasa Keuangan yang mengambil alih sebahagian fungsi strategis Bank

Indonesia sebagai lembaga pengawas perbankan dan lembaga keuangan lainnya

yang beroperasi di Indonesia.(Data Pengawasan,2015)

Kondisi ini menunjukkan bahwa lembaga perbankan memiliki perputaran

Page 16: SISTEM PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN …jurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/05/SISTEM... · Pengukuran kualitas aset dan liabilitas adalah bagaimana bank ... manajemen

135

aktivitas kegiatan yang sangat tajam, serta membuktikan bahwa lembaga

perbankan tidak berjalan lambat, maka oleh itu dibutuhkan pengawasan yang

ekstra dalam aktivitas pembiayaan serta pemerintah mengharapkan peran yang

sangat maksimal dari OJK, untuk menjawab segala permasalahan yang selama ini

menjadi keterbatasan Bank Indonesia dalam melakukan pengawasan di dunia

perbankan. (Rika Baitina, 2007: 1)

5. Mekanisme Kerja OJK dalam Pengawasan 5 Instrumen Prudential

Standards Serta Bagaimana Tingkat Fokusnya Terhadap Masing-

masing Instrumen

Dalam Aplikasi pengawasan terhadap bank yang dilakukan oleh OJK,

pihak OJK mengakui bahwa sampai saat ini mereka masih menggunakan sistem

operasional Bank Indonesia, namun dalam melakukan pemeriksaan OJK

menjelaskan bahwa OJK memiliki standar operasional dalam melakukan

pengawasan dengan menggunakan sistem standar operasional pengawasan yang

pernah digunakan oleh Bank Indonesia terhadap pengawasan untuk Bank

konvensional maupun Bank syariah.(Wawancara dengan Muhammad Iqbal, 2014)

Untuk melakukan pemeriksaan terhadap bank syariah, mekanisme

pemeriksaan yang dilakukan OJK sebelum masuk ke BUS terlebih dahulu OJK

memberikan surat pemberitahuan akan memeriksa terhadap BUS paling cepat

selama 5 hari dan paling lambat selama 7 hari sebelum pemeriksaan dilakukan,

OJK memberikan tenggang waktu paling kurang selama 5 hari kepada BUS untuk

mempersiapkan segala dokumen yang dibutuhkan oleh OJK dalam pemeriksaan.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melakukan pengawasan tentang standar

Page 17: SISTEM PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN …jurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/05/SISTEM... · Pengukuran kualitas aset dan liabilitas adalah bagaimana bank ... manajemen

136

operasional yang harus diterapkan oleh setiap bank yang beroperasi di seluruh

Indonesia. ( Wawancara dengan Lia Sari Oktara, 2012)

Dalam pelaksanaan penerapan prinsip prudential standards terhadap

kesehatan bank, OJK berpedoman pada ketentuan perundang-undangan

pengawasan pasal 7 huruf b, di mana OJK harus memperhatikan beberapa faktor

di antaranya, 1. Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas asset, rasio

kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio penjamin

terhadap simpanan, dan pencadangan bank; 2. Laporan bank yang terkait dengan

kesehatan dan kinerja bank; 3. Sistem informasi debitur; 4. Pengujian kredit

(credit testing); dan 5. Standar akuntansi bank. Ketentuan ini merupakan

ketentuan yang selama ini digunakan oleh Bank Indonesia dalam mengawasi

seluruh bank yang ada di Indonesia.

Bank wajib menetapkan kualitas yang sama terhadap beberapa rekening

AP yang digunakan untuk membiayai 1 nasabah, dalam 1 satu bank yang sama,

penetapan kualitas ini juga berlaku sama terhadap AP berupa penyediaan dana

atau tagihan yang diberikan oleh lebih dari 1 bank yang dilaksanakan berdasarkan

perjanjian pembiayaan bersama atau sindikasi. Selanjutnya poin 9 (Sembilan),

Giro Wajib Minimum di mana bank wajib memelihara GWM dalam rupiah dan

sedangkan bank devisa selain wajib memenuhi GWM dalam rupiah juga wajib

memenuhi GWM dalam valuta asing. GWM dalam rupiah ditetapkan sebesar 5%

dari DPK dalam rupiah dan GWM dalam valas diterapkan sebesar 1% dari DPK

valas. Selain memenuhi ketentuan tersebut, bank yang memiliki rasio pembiayaan

dalam Rupiah terhadap DPK dalam Rupiah Kurang dari 80% dan memiliki DPK

Page 18: SISTEM PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN …jurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/05/SISTEM... · Pengukuran kualitas aset dan liabilitas adalah bagaimana bank ... manajemen

137

rupiah Rp 1 Trilyun s/d Rp 10 trilyun wajib memelihara tambahan GWM Rupiah

sebesar 1% dari DPK dalam rupiah. Pada poin 12, OJK menjelaskan dalam

implementasi bahwa bank wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam

penyertaan modal bank, dalam hal ini pihak bank wajib memperoleh persetujuan

OJK untuk setiap penyertaan modal selanjutnya poin 13, merupakan prinsip

kehati-hatian dalam Aktivitas Sekuritisasi Aset bagi Bank Umum pada poin ini

OJK mewajibkan kepada bank agar memperhatikan Aset keuangan yang dialihkan

dalam rangka sekuritisasi aset wajib berupa aset keuangan yang terdiri dari,

tagihan yang timbul dari surat berharga, tagihan yang timbul di kemudian hari

(future receivables ) dan aset keuangan lain yang setara. (Wawancara dengan

Akhyar Sulhan, 2014)

Maka dapat disimpulkan bahwa instrumen yang menjadi fokus penilaian

utama OJK dalam melakukan pengawasan terhadap BUS yang berdasarkan

prinsip kehati-hatian agar terwujudnya bank yang sehat Adalah instrument 1, yaitu

tentang aspek Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas asset, rasio kecukupan

modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio penjamin terhadap

simpanan dan pencadangan bank, hal ini juga dipertegas kembali oleh Pemimpin

Cabang PT. Bank BRI syariah Akhyar Sulhan yang menjelaskan bahwa hampir

semua aktivitas yang dinilai dari bank masuk ke dalam Instrumen 1, sedangkan

instrument yang lain tidak begitu fokus. Pada instrument 1, beliau menekan

bahwa 90% pekerjaan bank sudah masuk ke dalam instrument 1 dan ini

merupakan fokus utama OJK dalam melaksanakan fungsi pengawasannya.

6. Tindakan OJK terhadap Penurunan Kualitas Prudential Standards

Page 19: SISTEM PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN …jurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/05/SISTEM... · Pengukuran kualitas aset dan liabilitas adalah bagaimana bank ... manajemen

138

yang diterapkan oleh Bank Umum Syari’ah

Di sisi lain OJK juga harus melihat pada penilaian tingkat komponen

pembentukan manajemen, penilaian ini dilakukan oleh OJK dengan berdasarkan

analisis dengan mempertimbangkan indikator pendukung dan unsure judgment,

hal ini dilakukan oleh OJK untuk memastikan bahwa sumber daya manusia yang

ada dalam suatu bank umum syariah benar-benar memahami dan mengerti akan

mekanisme sistem operasional yang ada dalam suatu perbankan serta patuh dan

taat akan regulasi yang telah ditetapkan oleh bank sehingga perbankan akan dapat

beroperasi dengan baik dan sehat. OJK mengakui bahwa banyak terjadi

pelanggaran di produk pembiayaan dalam bentuk mudharabah dan murabahah,

Musyarakah Hal ini disebabkan karena lemahnya manajemen bank dalam

menjaga kesehatan bank serta mengelola dana bank dan mengabaikan prinsip

kehati-hatian prudential standards.

Dalam pelaksanaannya apabila bank syariah tidak melaporkan kualitas

aktiva secara bulanan maka BI akan memberikan sanksi berupa teguran maupun

denda membayar bagi bank syariah yang mengabaikan ketentuan yang telah

ditetapkan oleh OJK, di sisi lain OJK juga memiliki ketentuan yang lebih di mana

OJK memiliki fungsi sebagai penyidik yang fungsi ini tidak ada selama ini pada

BI, dalam ketentuan perundang-undangan lembaga ini dapat mengeksekusi secara

langsung apabila bank melakukan tindak pidana dalam aktivitas perbankannya,

fungsi ini tentu sangat strategis bagi OJK dalam menjalankan tugasnya ke depan,

namun dalam aplikasinya OJK mengakui sedang memaksimalkan ke arah yang

lebih baik sehingga terwujudnya cita-cita yang diharapkan oleh rakyat dan

Page 20: SISTEM PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN …jurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/05/SISTEM... · Pengukuran kualitas aset dan liabilitas adalah bagaimana bank ... manajemen

139

pemerintah supaya lembaga OJK dapat berdiri secara Independen serta kokoh

dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga Negara. ( Wawancara dengan

Nidia Riska Suari, 2014).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Sebagai akhir dari pembahasan penulisan karya ilmiah ini, maka akan

dikemukakan beberapa kesimpulan dan saran-saran demi lengkapnya penulisan

karya ilmiah ini:

1. Dalam pelaksanaan sistem pengawasan yang dilakukan oleh OJK terhadap

penerapan prudential standards pada pembiayaan perbankan syariah, saat ini

OJK sedang mengalami masa transisi baik secara sistem operasional, dan

sistem internal. OJK sedang memaksimalkan fungsi pengawasannya pada

penyiapan infrastruktur operasional micro prudential secara terpisah dengan

Bank Indonesia, hal ini mengingat bahwa sampai saat ini OJK masih

menggunakan sistem operasional Bank Indonesia dalam melakukan

pengawasan secara umum dan masih terbatasnya manajemen internal pada

lembaga ini, keterbatasan secara sistem operasional dan manajemen internal

berdampak pada ketidakjelasan pelaporan yang akan dilaporkan oleh bank

terhadap OJK ke depan.

2. Dari 20 implementasi pengawasan kehati-hatian yang baru saja dikeluarkan

oleh OJK pada tahun 2014, dapat disimpulkan bahwa OJK lebih banyak

memfokuskan pengawasannya pada Instrumen 1, yaitu tentang aspek

Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas asset, rasio kecukupan modal

Page 21: SISTEM PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN …jurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/05/SISTEM... · Pengukuran kualitas aset dan liabilitas adalah bagaimana bank ... manajemen

140

minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio penjamin terhadap

simpanan dan pencadangan bank. Hal ini dapat dilihat dengan masuknya 9

poin implementasi ke dalam instrument ini, dan jumlah poin ini sangat

mendominasi pada implementasi dan aplikasi kerja OJK.

Saran

1. Penulis tidak menemukan adanya mekanisme yang membendung risiko

syariah yang terapkan oleh OJK kepada bank syariah, hal ini mengingat

banyak komplain Risiko syariah yang muncul di tengah masyarakat

Indonesia. Maka dalam hal ini penulis menyarankan kepada OJK agar

memasukkan Instrumen Risiko Syariah ke dalam mekanisme operasional

pengawasan syariah terhadap Bank Syariah yang ada di Indonesia. disisi lain

OJK perlu memperbaiki sistem dan mekanisme pelayanan terhadap lembaga

keuangan syariah, Serta perlu menambah SDM .

2. Diharapkan kepada OJK agar dapat menerapkan prinsip prudential standards

secara maksimal terhadap Bank Umum Syariah, hal ini mengingat bahwa

lembaga keuangan memiliki tingkat risiko tinggi sehingga apabila peran ini

tidak dimaksimalkan maka pelanggaran-pelanggaran akan menjadi masalah

serius bagi lembaga bank syariah yang ada di Indonesia ke depan, dan OJK

harus mampu mewujudkan fungsinya sebagai lembaga Independen yang

mampu berdiri sendiri dan memiliki sistem operasional terpisah dengan Bank

Indonesia.

3. Diharapkan kepada OJK agar segera melaksanakan fungsi sebagai penyidik,

hal ini mengingat bahwa kasus pelanggaran dalam dunia perbankan sangat

Page 22: SISTEM PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN …jurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/05/SISTEM... · Pengukuran kualitas aset dan liabilitas adalah bagaimana bank ... manajemen

141

rentan terjadi di Indonesia, hal ini disebabkan karena kondisi perekonomian

di Indonesia yang berubah- berubah, dan sektor perekonomian yang

menghasilkan sangat kurang, di mana pemerintah hanya memfokuskan pada

sektor pembangunan dan infrastruktur

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, Ekonomi Islam (Prinsip, Dasar dan Tujuan),

Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004.

Adrian Sutedi, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, (Jakarta Timur: Ras,

2014).hlm. 144.

Ahmad Yani, Gunawan Widjaja, Jaminan Fidusia, Jakarta: PT.Raja Grafindo

Persada, 2007.

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2007.

Dewan Syariah Nasional, Majelis Ulama Indonesia, Bank Indonesia, Himpunan

Fatwa Dewan Syariah Nasional, Jakarta: DSN-MUI BI, 2001.

Gunawan Widjaja, Kartini Muljadi, Penanggungan Utang dan Perikatan

Tanggung Menanggung, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.

J Satrio, Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Jakarta: Citra Aditya Bakti,

2002.

Kartini Muljadi, Gunawan Widjaja, Kebendaan Pada Umumnya, Jakarta:

Kencana, 2003..

M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqh Muamalah),

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2007.

Mufti Muhammad Taqi Usmani, An Introduction To Islamic Finance, Pakistan:

Maktaba Ma’ariful Qur’an 2002,

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah, dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema

Insani Press, 2002.

Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi (Teori dan aplikasi), Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2005.

Muhammad, Kebijakan Fiskal Dan Moneter Dalam Ekonomi Islam, Jakarta: PT.

Salemba Emban Patria, 2002.

Page 23: SISTEM PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN …jurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/05/SISTEM... · Pengukuran kualitas aset dan liabilitas adalah bagaimana bank ... manajemen

142

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah, Jakarta:

Rajawali, 2008.

Munir Fuady, Hukum Tentang Pembiayaan, Jakarta: Citra Aditya Bakti, 2006.

Otoritas Jasa Keuangan, Booklet Perbankan Indonesia 2014, (Jakarta Menara

Radius Prawiro; 2014)

Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2003

Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2008.

Sutan Remi Sjahdeini, Perbankan Islam Dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum

Indonesia, Jakarta: Grafiti, 2005.

Undang-undang-nomor-21-tahun-2011-tentang-otoritas-jasa-keuangan,diakses

tanggal 25-Januari-2014

Warkum Samitro, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga terkait

(BAMUI, Tafakul, dan Pasar Modal Syariah, Jakarta: PT. Raja Grafindo,

20.