jurnal pendidikan -...

138
JURNAL PENDIDIKAN SERAMBI ILMU ISSN 1693- 4849 (Wadah Informasi Ilmiah dan Kreativitas Intelektual Pendidikan) VOLUME 24 NOMOR 1 MARET 2016 Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Sistem Ekskresi dengan Menggunakan Metode Peta Konsep Di SMPN 2 Banda Aceh Anita Noviyanti (1-7) Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa Kelas XII TKJ.2 SMK Negeri 1 Bireuen Bima Albert (8-17) Meningkatkan Hasil Belajar Tekanan Hidrostatis melalui NHT Siswa Kelas X TPTU SMK Negeri 1 Bireuen Fatimah Abubakar (18-27) Perkembangan Budaya Politik Di Indonesia M. Yusuf (28-34) Meningkatkan Hasil Belajar Norma Masyarakat Indonesia melalui STAD Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Jeumpa Yusrawati (35-44) Meningkatkan Ketrampilan Menyusun RPP Berbasis K13 melalui Modeling KKKS Gugus III SD Negeri 28 Peusangan Kabupaten Bireuen Zainuddin (45-55) Antisipasi Lembaga Perbankan Di Kota Banda Aceh dalam Mencegah Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) yang Dilakukan oleh Nasabah dan Korporasi Zulfan Yusuf (56-66) Kajian Pedagogical Content Knowledge Calon Guru Rini Sulastri (67-70) Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX-2 Semester I Tahun 2013/2014 Materi Sejarah Terjadinya Uang dan Pengertian Uang melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Di SMP Negeri 1 Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya Usmayani (71-87) Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Teks Teks Iklan dalam Surat Kabar melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Kelas IX-2 Semester I Tahun Ajaran 2014/2015 SMP Babul Istiqamah Susoh A.Rani (88-105) Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Materi Organ Pernafasan melalui Metode Alat Peraga Kelas V Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016 pada SD Negeri 12 Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya Aidar (106-119) Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Penulisan Laporan Perjalanan dengan Menggunakan Metode Penugasan Di Kelas VIII-1 Semester I Tahun 2014/2015 SMP Negeri Tunas Nusa Kabupaten Aceh Barat Daya Hasmanidar (120-132) Pengembangan Model Pelatihan Olimpiade Sains Nasional (OSN) Bidang Fisika Sekolah Menengah Pertama (SMP) Di Kota Sabang Abdul Hamid (133-137) Diterbit Oleh FKIP Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu Volume 24 Nomor 1 Hal 1-137 Banda Aceh Maret 2016 Publikasi Online: jurnal.serambimekkah.ac.id/jurnal-fkip/

Upload: vanbao

Post on 01-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

JURNAL PENDIDIKANSERAMBI ILMU

ISSN 1693-4849

(Wadah Informasi Ilmiah dan Kreativitas Intelektual Pendidikan)

VOLUME 24 NOMOR 1 MARET 2016

Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Sistem Ekskresi dengan Menggunakan Metode PetaKonsep Di SMPN 2 Banda AcehAnita Noviyanti (1-7)

Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa Kelas XII TKJ.2 SMK Negeri 1BireuenBima Albert (8-17)

Meningkatkan Hasil Belajar Tekanan Hidrostatis melalui NHT Siswa Kelas X TPTU SMK Negeri 1BireuenFatimah Abubakar (18-27)

Perkembangan Budaya Politik Di IndonesiaM. Yusuf (28-34)

Meningkatkan Hasil Belajar Norma Masyarakat Indonesia melalui STAD Siswa Kelas VIII SMPNegeri 1 JeumpaYusrawati (35-44)

Meningkatkan Ketrampilan Menyusun RPP Berbasis K13 melalui Modeling KKKS Gugus III SDNegeri 28 Peusangan Kabupaten BireuenZainuddin (45-55)

Antisipasi Lembaga Perbankan Di Kota Banda Aceh dalam Mencegah Tindak Pidana Pencucian Uang(TPPU) yang Dilakukan oleh Nasabah dan KorporasiZulfan Yusuf (56-66)

Kajian Pedagogical Content Knowledge Calon GuruRini Sulastri (67-70)

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX-2 Semester I Tahun 2013/2014 Materi Sejarah TerjadinyaUang dan Pengertian Uang melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Di SMP Negeri1 Susoh Kabupaten Aceh Barat DayaUsmayani (71-87)

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Teks Teks Iklan dalam Surat Kabar melalui PenggunaanModel Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Kelas IX-2 Semester I Tahun Ajaran 2014/2015 SMP BabulIstiqamah SusohA.Rani (88-105)

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Materi Organ Pernafasan melalui Metode Alat Peraga Kelas VSemester I Tahun Pelajaran 2015/2016 pada SD Negeri 12 Blangpidie Kabupaten Aceh Barat DayaAidar (106-119)

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Penulisan Laporan Perjalanan dengan Menggunakan MetodePenugasan Di Kelas VIII-1 Semester I Tahun 2014/2015 SMP Negeri Tunas Nusa Kabupaten Aceh BaratDayaHasmanidar (120-132)

Pengembangan Model Pelatihan Olimpiade Sains Nasional (OSN) Bidang Fisika Sekolah MenengahPertama (SMP) Di Kota SabangAbdul Hamid (133-137)

Diterbit OlehFKIP Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

JurnalPendidikan

Serambi IlmuVolume 24 Nomor 1 Hal

1-137

Banda AcehMaret2016

Publikasi Online: jurnal.serambimekkah.ac.id/jurnal-fkip/

Page 2: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

1

Anita Noviyanti, S.Pd, M.Pd* adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

AKTIVITAS GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI DENGANMENGGUNAKAN METODE PETA KONSEP DI SMPN 2 BANDA ACEH

OlehAnita Noviyanti*

AbstrakPenelitian pada Materi Sistem ekskresi Manusia ini dilakukan dengan tujuan untukmengetahui aktivitas belajar siswa melalui metode peta konsep. Design penelitian yangdigunakan “one group pretest-postest design”. Penelitian dilaksanakan di kelas IX padaSMPN 2 Kota Banda Aceh tahun Akademik 2013/2014 di semester ganjil. Sampel dipilihsecara random dari 5 kelas IX yang ada, dan terpilih satu kelas yaitu kelas IX/1 sebanyak24 siswa. Instrumen berupa lembar observasi pengamatan guru dan siswa padapembelajaran. Dari hasil penelitian sebanyak dua kali pertemuan pada proses pembelajaran,menunjukkan aktivitas belajar siswa terjadi peningkatan pada pembelajaran dua yaitudengan pencapaian hasil aktivitas guru sebanyak 85,15% dan aktivitas siswa meningkatsebanyak 87,5%. Hasil observasi menunjukkan, meskipun ada kendala waktu danketerbatasan dalam pembelajaran, siswa terlibat aktif dalam pembelajaran sistem ekskresidengan menggunakan metode peta konsep.

Kata Kunci: aktivitas Guru Dan Siswa, Materi Sistem Ekskresi, Peta Konsep

PENDAHULUANPendidikan merupakan salah satu faktor

yang sangat penting dalam kehidupanmanusia, baik sebagai makhluk individumaupun sebagai anggota masyaraka, sebabpendidikan merupakan suatu bentuk prosespembentukkan yang memungkinkan tumbuhdan berkembang potensi dan kemauannya.Oleh karena itu, tidak seorang pun yang luputdari pendidikan sekalipun ia telah dewasa.Seseorang tidak dapat menghindari daripendidikan, malah selalu terlibat di dalamnya,apakah untuk memperoleh ataupun memberipendidikan. Kepribadian manusia serta nilai-nilai budaya di sekitarnya dapat di bina, dan dikembangkan agar menjadi maju dan dapathidup sejahtera. Semakin maju suatumasyarakat atau bangsa, semakin pula telahterasa kebutuhan akan pendidikan, karenasudah menjadi kebutuhan dasar dari manusia.

Menurut Nurhadi (2004: 7) “Selama inihasil pendidikan hanya tampak darikemampuan siswa menghafal fakta-fakta.Walaupun banyak siswa mampu menyajikantingkat hafalan yang baik terhadap materi yangdi terimanya, tetapi pada kenyataanya merekasering kali memahami secara mendalamsubtansi materinya.” Untuk mengatasi masalahdi atas perlu di lakukan upaya penerapan

program pembelajaran yang dapatmeningkatkan aktifitas siswa selama prosesbelajar mengajar berlangsung. Dengan adanyaaktifitas siswa di harapkan materi yang diajarkan lebih bermakna sehingga dapatmeningkatkan mutu pembelajaran siswa itusendiri.

Agar siswa belajar lebih aktif, guru perlumemunculkan strategi yang tepat dalammemotivasi siswa. Guru harus memfasilitasisiswa agar siswa mendapatkan informasi yangbermakna, sehingga memberikan kesempatankepada siswa untuk menemukan danmenerapkan ide mereka sendiri (Guntur,2004).

Hasil studi pendahuluan, pembelajaran diSMP dalam kota Banda Aceh telah banyakmenggunakan berbagai metode pembelajaran,di antaranya adalah metode ceramah, diskusi,tanya- jawab, eksperimen, dan observasi.Tetapi masih jarang ditemukan pembelajarandi SMP yang menggunakan pembelajaranmenggunakan metode peta konsep, khususnyadi SMPN 2 Banda Aceh. Guru pada umumnyabelajar dengan menggunakan metode ceramahdan diskusi sebagai jembatan agar siswa-siswinya memahami konsep-konsep yang didiajarkan.

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 3: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

2

Anita Noviyanti, S.Pd, M.Pd* adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

Novak (1985:15) mendefinisikan konsepsebagai keteraturan (regularity) dalamkejadian-kejadian atau objek-objek yangditandai dengan beberapa label, contohnyakursi adalah label yang digunakan untukmenggambarkan suatu objek dengan kaki,tempat duduk dan tempat bersandar yangkeseluruhannya dipakai sebagai tempat untukduduk. Konsep-konsep dapat disusun dalamsuatu bentuk peta konsep atas dasar teoriausubel. Novak mengemukakan gagasan petakonsep yang menyatakan hubungan antarkonsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi dapat menolong guru mengetahuikonsep-konsep yang telah dimiliki para siswaagar belajar bermakna dapat berlangsung,untuk mengetahui penguasaan konsep-konseppada siswa dan untuk menolong para siswamempelajari cara belajar.

Dalam hal ini konsep sangatberhubungan dengan hasil belajar karenadisiplin ilmu biologi tersusun olehserangakaian konsep dengan berbagai tingkatkekomplekan, keabstrakan dan kebermaknaan.Konsep-konsep ini merupakan unit pelajaranyang penting. Seorang guru biologi dalammengajarkan konsep-konsep biologi sebaiknyadapat dipahami suatu konsep dan mengetahuibagaimana caranya agar kegiatan belajar danmengajar di dalam kelas, siswa yangditampilkan di depan penuh gairah dan dapatmeningkatkan prestasi belajar siswa dalamproses belajar biologi yang aktif dan kreatif.

Dalam penelitian ini materi yang diaplikasikan pada metode peta konsep, adalahsistem ekskresi pada manusia. Pada konsep inimembahas tentang proses pengeluaran zat-zatsisa hasil metabolisme yang sudah tidakdigunakan lagi oleh tubuh. Dengan menyusunmateri-materi sistem ekskresi dalam bentukpeta konsep, diharapkan aktivitas siswaterhadap pembelajaran lebih baik. Oleh sebabitu peneliti tertarik untuk membuat penelitianyang berjudul “Aktivitas Siswa dalamPembelajaran Sistem ekskresi denganMenggunakan Metode Peta Konsep di SMPN2 Kota Banda Aceh”.

Permasalahan dalam penelitian iniadalah Bagaimanakah akitivitas belajar siswapada materi sistem Ekskresi melalui penerapanmetode peta konsep di SMP Negeri 2 BandaAceh?

Tujuan penelitian dapat dirumuskansebagai berikut: yaitu untuk mengetahui

peningkatan aktivitas belajar siswa kelas IXpada konsep sistem ekskresi melalui metodepeta konsep di SMPN 2 Banda Aceh.

TINJAUAN PUSTAKA1. Penguasaan Konsep

Penguasaan konsep merupakankemampuan siswa dalam memahami konsepsecara ilmiah baik yang berupa teori maupunpenerapannya dalam kehidupan sehari-hari(Dahar, 1996). Konsep yang perlu dikuasaioleh siswa merupakan gambaran mental darigejala alam yang mempunyai lingkup yangluas mengenai keteraturan kejadian atau objekyang dinyatakan dalam label (Novak dalamLiliasari, 2002). Untuk menguasai suatukonsep seseorang membutuhkan prosesbelajar, sehingga dengan belajar sejumlahkonsep bisa meringankan beban memorikarena dapat mengelompokkan peristiwa ataukejadian, objek dan kegiatan sehari-hari(Dahar, 1996).

Namun demikian, Munandar (1992)menyatakan bahwa dalam pengajaran sainstidak dapat terlalu ditekankan berlebihan padakonsep sebagai produk tanpamempertimbangkan proses demikian pulasebaliknya, karena sains merupakan saranauntuk melatih kebiasaan berpikir, melakukaninquiri dalam memahami dan memecahkansuatu permasalahan yang ada di lingkungan.Untuk memahami sejumlah konsep sainsdengan lebih menekankan pada aspek proses,Sumaji (1998) mengemukakan agar siswaperlu diberi keterampilan seperti mengamati,menggolongkan, mengukur, berkomunikasi,bereksperimen, dan sebagainya secarabertahap sesuai dengan tingkat kemampuanberpikir anak dan materi pelajaran yang sesuaidengan kurikulum.

2. Prestasi BelajarBelajar adalah suatu proses perubahan

tingkah laku melalui pendidikan. Perubahanini tidak hanya mengenai sejumlahpengetahuan, melainkan juga dalam bentukpercakapan, kebiasaan, sikap, pengertian,penghargaan, minat, penyesuaian diri danmengenai segala aspek organisme atau pribadiseseorang. Sedangkan prestasi belajarmerupakan hal yang tidak dapat dipisahkandengan proses belajar, karena prestasi belajaritu merupakan hasil dari proses belajar.Berdasarkan pengertian belajar tersebut,

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 4: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

3

Anita Noviyanti, S.Pd, M.Pd* adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

terdapat beberapa yang berbeda satu sama lain,tergantung dari jenis sumbernya dan akhiryang di kemukakannya. Namun, secara umumdapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatuproses perubahan dalam diri manusia.

Belajar merupakan kegiatan anak didikuntuk menerima, menanggapi sertamenganalisa bahan pembelajaran yangdiberikan oleh guru. Perbuatan belajar diakhiridengan kemampuan siswa menguasai bahanpelajaran yang telah diberikan, atau ditandaidengan adanya perubahan sikap para siswa.Dengan kata lain, belajar menurut Ibrahim(2001:2) adalah Suatu rangkain proses belajaryang berakhir dengan terjadinya perubahantingkah laku pada diri siswa.

Kegiatan belajar merupakan kegiatanyang paling pokok dari keseluruhan prosesbelajar mengajar, yang berarti berhasil atautidaknya pencapain tujuan pendidikan sangattergatung kepada bagaimana proses belajar ituberlangsung. setelah suatu proses belajarselesai dilaksanakan, maka perlu diadakanevaluasi ini akan di peroleh data tentangprestasi belajar yang telah dicapai, dalam halini prestasi belajar tidak dapat dipisahkan darikegiatan belajar mengajar yang merupakansuatu proses untuk memperoleh prestasibelajar.

3. Peta Konsep3.1 Pengertian Peta Konsep

Slameto (2003) yang dimaksud denganpeta konsep adalah buah pikiran seseorangatau sekumpulan orang yang timbul sebagaihasil pengalaman dengan berbagai benda,peristiwa atau kejadian. Melalui pengalamantersebut diperoleh fakta-fakta yang merupakanlabel atau simbol. Menurut Novak (1985: 15)mendefinisikan konsep sebagai keteraturandalam kejadian atau objek-objek yang ditandaidengan beberapa label. Berdasarkan duapendapat di atas dapat disimpulkan bahwakonsep merupakan keteraturan dalam kejadianyang ditandai beberapa label sebagai hasilpengalaman.

Peta konsep digunakan untukmenyatakan hubungan yang bermakna antarakonsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi merupakan dua atau lebihkonsep-konsep yabg dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik. Dalam bentukyang paling sederhana, suatu peta konsephanya terdiri atas dua konsep yangdihubungkan oleh satu kata penghubung untukmembentuk suatu proposisi. Misalnya “Langititu biru” akan merupakan sebuah peta konsepyang sederhana sekali terdiri atas dua konsep,yaitu langit dan biru, dihubungkan oleh kataitu (Novak, 1986:15).

Gambar 1. Contoh Peta Konsep

Tree

Oxigen Wood

Human Plant Animal House Paper Furniture

Anita Noviyanti, Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Sistem Ekskresi

Page 5: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

4

Anita Noviyanti, S.Pd, M.Pd* adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

Belajar bermakna lebih mudahberlangsung bila konsep baru dikaitkan padakonsep yang lebih inklusif (lebih umum),maka peta konsep harus disusun secarahierarki, ini berarti bahwa konsep yang lebihinklusif ada di puncak peta konsep. Makin kebawah konsep-konsep diurutkan makinmenjadi lebih khusus (Novak, 1985:15). Dibawah ini ditunjukkan suatu peta konsep,disajikan pada Gambar 1.

3.2 Ciri-ciri Peta KonsepDahar (1996:125) mengemukakan ciri-

ciri peta konsep adalah sebagai berikut:a. Peta konsep merupakan suatu cara

untuk memperlihatkan setiap konsepatau proposisi suatu bidang studi.Dengan membuat sendiri peta konsepsiswa melihat bidang studi itu jelas danlebih bermakna.

b. Peta konsep merupakan suatu gambardua dimensi dari suatu bidang studiatau bagian dari bidang studi. Petakonsep juga dapat memperlihatkanhubungan proporsional antara setiapkonsep.

METODE PENELITIAN1. Tempat dan Subyek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMPN 2 KotaBanda Aceh. Subyek penelitian adalah siswakelas IX/1 yang terpilih berdasarkan randomdari 5 kelas IX yang ada. Alasan memilihkelas IX/1 karena berdasarkan informasi yangdiberikan oleh guru, kelas IX/1 adalah kelasyang memiliki kemampuan siswa bervariasiyaitu memiliki kemampuan Tinggi, sedang,dan rendah, dengan jumlah siswa sebanyak 24orang.

2. Instrumen PenelitianInstrumen penelitian terdiri dari soal tes

(tertulis) dan peta konsep. Yang diperlukanuntuk:1. Soal tes

Tes yang di gunakan adalah tes tertulisuntuk mengukur pemahaman konsepsiswa sebelum dan sesudahpembelajaran. Soal tes sebanyak 30,yang merupakan soal pilihan bergandadengan menggunakan 4 option jawabanyang telah disediakan.

2. Lembar ObservasiLembar observasi yang digunakan dikembangkan oleh guru untuk melihatobservasi guru dan siswa, pada saatpembelajaran berlangsung yang diamatioleh 2 orang pengamat.

3. Teknik Pengolahan Data3.1 Pengolahan Data Hasil Tes

Data yang diperoleh dari hasil observasiselama proses belajar mengajar selanjutnyadianalisis secara deskriptif sehingga dapatdiketahui apakah tujuan pembelajaran yangdigunakan sudah mencapai sasaran ataubahkan tidak mencapai sasaran.

Analisis data dilakukan denganmenggunakan rumus:

P = x 100%

Keterangan:P = Persentase capaianF = Skor yang dicapaiN = Skor ideal

HASIL DAN PEMBAHASANHasil penelitian mengenai aktivitas

guru dan siswa pada konsep sistem ekskresidiperoleh dari aktivitas pembelajaran I danpembelajaran 2. Aktivitas guru siswa yangmenunjukkan kegiatan siswa pada kelaspenelitian ditampilkan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Aktivitas Guru dalam Menerapkan Metode Peta Konsep pada Pembelajaran Idan II

No Aktivitas GuruPembelajar

an Rata-rata

Kriteria

I II1. Kemampuan dalam membuka pelajaran

pelajaran.3 3 3 Baik

2. Kemampuan memotivasi atau membangkitkanminat siswa.

3 4 3,5 Baik

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 6: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

5

Anita Noviyanti, S.Pd, M.Pd* adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

3. Kemampuan memberikan apersepsi. 4 3 3,5 Baik4. Kemampuan menjelaskan materi. 3 4 3,5 Baik5. Kemampuan guru membagikan kelompok. 3 3 3 Baik

6. Menunjukkan bahan-bahan percobaan bendacair.

3 4 3,5 Baik

7. Melibatkan siswa dalam melaksanakanpercobaan benda cair.

3 3 3 Baik

8. Mengembangkan diskusi kelas denganmendorong keaktifan siswa.

3 4 3,5 Cukup

9. Memberi petunjuk dan membimbing siswamelakukan percobaan sesuai LKS.

3 4 3,5 Cukup

10. Mengamati kegiatan siswa. 3 4 3,5 Baik11. Memanggil kelompok untuk mempresentasikan

hasil diskusi.3 4 3,5 Baik

12. Menyimpulkan pelajaran. 3 3 3 Baik13. Memberikan latihan mandiri. 3 3 3 Baik14. Menginformasi materi selanjutnya. 4 3 3,5 Baik15. Memberi pesan moral. 4 4 4 SangatBaik

Jumlah Skor 51 54 54,5Sumber: Data Siswa Kelas IX/1 SMPN 2 Banda Aceh (2013)

Dari hasil observasi aktivitas guru padapertemuan I dan II di atas bahwa skor rata-rataaktivitas guru yaitu 54,5 dari skor ideal 64.Maka persentase aktivitas guru adalah sebagaiberikut:

P = X 100%

P =,

X 100%

P = 85,15%

Tabel 2. Aktivitas Siswa pada Pembelajaran I Dan II pada Sistem Ekskresi

No Aktivitas SiswaPembelajar

an Rata-rata

Kriteria

I II1. Memperhatikan guru ketika membuka pelajaran. 4 4 4 SangatBaik2. Mendengarkan guru dalam Memotivasi/

membangkitkan minat siwa.4 3 3,5 Cukup

3. Mendengarkan guru memberikan apersepsi. 4 3 3,5 Baik4. Memperhatikan guru ketika memberikan

penjelasan singkat tentang materi sifat bendacair.

3 4 3,5 Baik

5. Mendengarkan guru membagikan kelompok. 3 3 3 Baik

6. Mengamati bahan-bahan percobaan benda cair.4 3 3,5 Baik

7. Memperhatikan guru melibatkan siswa denganmelaksanakan percobaan benda cair.

3 3 3 Baik

8. Keaktifan siswa dalam melaksanakan diskusi. 3 3 3 Baik9. Mendengarkan guru memanggil kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi3 4 3,5 Baik

10. Mengerjakan latihan. 3 4 4 Baik

11. Mendengarkan guru memberi pesan moral.4 3 3,5

Baik

Anita Noviyanti, Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Sistem Ekskresi

Page 7: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

6

Anita Noviyanti, S.Pd, M.Pd* adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

Jumlah Skor 53 51 52,5

Sumber: Data Siswa Kelas IX/1 SMPN 2 Banda Aceh (2013)

Dari hasil observasi aktivitas siswa padapertemuan I dan II di atas bahwa skor rata-rataaktivitas siswa yaitu 52,5 dari skor ideal 60.Maka persentase aktivitas siswa adalahsebagai berikut:

P = X 100%

P =,

X 100%

P = 87,5%

PembahasanAktivitas siswa pada pembelajaran 1 dan

2 mengalami peningkatan. Dengan demikian,dapat dikatakan bahwa penerapan metode petakonsep dapat meningkatkan aktivitas siswapada materi sistem ekskresi dan dengandemikian dapat meningkatkan aktivitas siswadi SMPN 2 Banda Aceh.1. Aktivitas Siswa Selama Penerapan

Metode Peta Konsep pada SistemEkskresiHasil observasi aktivitas siswa pada

pembelajaran dengan menggunakan metodepeta konsep dalam setiap pembelajaran terlihatlebih aktif khususnya pada pembelajaran 2.Siswa dibimbing oleh guru membuat petakonsep selanjutnya melakukan diskusikelompok. Dari proses-proses belajar yangdilakukan siswa di ajak membuat kesimpulandan hasil peta konsep yang telah dikembangkan memudahkan siswa memahamimateri sistem ekskresi, sehingga persentaseaktivitas siswa mengalami peningkatanmenjadi 87,5 %. Hal ini menunjukkan bahwametode peta konsep baik digunakan dalampembelajaran biologi sistem ekskresi manusia.

2. Aktivitas Guru Selama PenerapanMetode Peta Konsep Sistem EkskresiManusiaData observasi aktivitas guru dalam

pembelajaran juga mengalami peningkatan.Pada pertemuan 1 terlihat guru kurang mampudalam hal menjelaskan metode peta konsepkepada siswa, guru masih kurang dalammenjelaskan materi sistem ekskresi, dan belumbaik dalam mengamati aktivitas kelompokserta diskusi. Selanjutnya pada pertemuan ke 2guru sudah lebih baik dalam menerapkanmetode peta konsep pada pelajaran sistemekskresi dengan menggunakan berbagai

strategi seperti menguatkan konsep siswamelalui peta konsep yang dikembangkansendiri, berdiskusi, mempresentasikan,menanggapi, danmembuat kesimpulan. Hal inidapat dilihat dari observasi aktivitas gurudengan persentase yang dicapai yaitu 85,15% .

Secara keseluruhan semua siswamengalami peningkatan keaktifannya padasaat PBM berlangsung yang selanjutnyameningkatkan pula skor pada pemahamankonsepnya.. Dengan demikian ditemukanbahwa pembelajaran sistem ekskresimenggunakan metode peta konsep baikdigunakan dalam pembelajaran-pembelajarankhususnya pada mata pelajaran sistem ekskresiataupun yang relevan dengan pembelajaranbiologi.

KESIMPULANPertama, hasil analisis data dan

pembahasan yang diperoleh dalam penelitian,maka dapat disimpulkan bahwa pembelajarandengan menggunakan metode peta konsepdapat meningkatkan aktivitas belajar siswakelas IX SMPN 2 Kota Banda Aceh padamateri sistem ekskresi manusia. Kedua,Peningkatan aktivitas belajar ditemukanberdasarkan pengamatan langsung pada prosespembelajaran. Hasil aktivitas siswa dan guruyang ditemukan dalam dua kali pertemuanyaitu aktivitas guru meningkat 85.15%sedangkan aktivitas siswa meningkat hingga87,5% .

DAFTAR PUSTAKABNSP. (2006). Ujian Nasional Tahun

Pelajaran 2006/2007 dan StandarKompetensi. Jakarta: Depdiknas

Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar,Jakarta: Erlangga.

Guntur, M. (2004). Efektivitas ModelPembelajaran Latihan Inquiri DalamMeningkatkan Keterampilan ProsesSains Pada Konsep Ekologi SiswaKelas I SMU. Tesis S2 UPI.Bandung: Tidak diterbitkan.

Ibrahim. (2001). Beberapa Kendala Yangdapat Mempengaruhi PresstasiBelajar dalam Upaya PeningkatanKualitas Sumber Daya Manusia.Banda Aceh. Depdiknas.

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 8: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

7

Anita Noviyanti, S.Pd, M.Pd* adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

Liliasari. (1999). Pengembangan ModelPembelajaran BerdasarkanKonstruktivisme untuk MeningkatkanKeterampilan Berpikir TingkatTinggi. Makalah: Pusat StudiKomputer Sains IKIP Bandung:Tidak diterbitkan.

Munandar, A. (1992). Dasar-dasar PendidikanMIPA. IKIP Bandung. Diktat Kuliah.

Nurhadi. (2004). Kurikulum 2004. Pertanyaandan Jawaban. Jakarta: PT. Grasindo.

Novak, J.D & Gowin, L.B. (1985). LearningHow to Learn. University Tress.Gambridge.

Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktoryang mempengaruhi. Edisi. Ke-4. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Anita Noviyanti, Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Sistem Ekskresi

Page 9: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

8

Bima Albert, S.T, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANGKAIAN R-L-CMELALUI JIGSAW SISWA KELAS XII TKJ.2

SMK NEGERI 1 BIREUEN

OlehBima Albert*

AbstrakPenelitian Tindakan Kelas (PTK) ini untuk meningkatkan hasil belajar rangkaian R-L-Cmelalui Jigsaw siswa kelas XII TKJ.2 SMK Negri 1 Bireuen, subyek penelitian ini adalahsiswa kelas XII TKJ.2 SMK Negeri 1 Bireuen, bertujuan untuk mengetahui cara, efektifitasdan tingkat keberhasilan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswakelas XII XII TKJ.2 SMK Negeri 1 Bireuen. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2siklus. Setiap siklus terdiri perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisadata dan refleksi. Data yang terkumpul mengunakan analisis kuantitatif dan analisiskualitatif. Untuk analisis kuantitatif digunakan analisis deskriptif yaitu skor rata-rata danpersentase, nilai minimum dan maksimum, ketuntasan dan persentase pada setiap siklus.Sedangkan untuk analisis kualitatif dengan mengolah nilai berdasarkan rentangan nilai danKKM dengan tes tertulis, terdiri atas 6 soal pilihan ganda rangkaian R-L-C, sedangkanmengobservasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan mengunakan skor totalaspek, skor setiap indikator, rata-rata dan kualifikasi pada setiap siklus. Salah satualternatif pembelajaran fisika yang inovatif dan kreaktif adalah dengan mengunakan modelpembelajaran Jigsaw (maju mundur seperti gergaji). Model ini yang dikembangkan olehElliot Aronson’s didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadappembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajarimateri yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materitersebut kepada kelompoknya. Hasil penelitian berdasarkan nilai KKM, dari hasil belajarsejumlah 27 siswa mencapai ketuntasan berdasarkan nilai KKM 76, pada pra siklus 13siswa (48,1%) tuntas dan 14 siswa (51,9%) tidak tuntas, sedangkan pada siklus I siswamencapai ketuntasan belajar sebanyak 18 siswa (66,67%) dan tidak tuntas 9 siswa (33,33%)serta pada siklus II semua siswa berjumlah 27 siswa (100%) tuntas belajar.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Rangkaian R-L-C, Jigsaw.

PENDAHULUANAda kalanya dalam proses pembelajaran

perlu diamati, baik tentang persiapanperangkat pembelajaran, interaksi guru dengansiswa, daya pikir siswa yang berbeda, minatbelajar siswa, serta cara guru mengelola kelasyang baik sehingga tercapai tujuanpembelajaran dalam proses pembelajaran.Kenyataannya setelah diadakan penilaian akhirpembelajaran Fisika tepatnya materi rangkaianR-L-C pada kelas XII TKJ.2 dari 27 siswahanya 5 siswa (18,5%) memperoleh baik , 8siswa (29,6%) memperoleh nilai cukup dan 14siswa (51,9%) lagi memperoleh nilai kurang,ini berarti siswa tidak tuntas belajar 51,9% darisiswa yang jumlahnya 27 orang. Mengingatpembelajaran fisika pada siswa jurusan Teknik

Komputer Jaringan (TKJ) 2 pada prosespembelajaran konsep rangkaian R-L-C hasilbelajar tidak memenuhi target yangdiharapkan, hal ini perlu perbaikan yangterarah baik dalam perangkat pembelajaran,model pembelajaran yang sesuai danpengelolaan kelas yang baik. Hal ini dapatmembangkitan motivasi belajar dan percayadiri dalam belajar.

Solusinya adalah guru mempunyai suatuupaya untuk memperbaiki cara mengajardalam proses pembelajaran, baik dalammenerapkan suatu model pembelajaran,mengelola kelas yang tepat danmenyenangkan, interaksi guru dan siswa yangbaik dan interaksi siswa dengan temansekelasnya yang baik dan tenang, sehingga

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 10: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

9

Bima Albert, S.T, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen

hasil belajar siswa dapat tercapai dengan apayang diharapkan.

Salah satu alternatif pembelajaran fisikayang inovatif dan kreaktif adalah denganmenggunakan model pembelajaran Jigsaw(maju mundur seperti gergaji), model inididesain untuk meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap pembelajarannya sendiridan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidakhanya mempelajari materi yang diberikan,tetapi mereka juga harus siap memberikan danmengajarkan materi tersebut kepadakelompoknya, dimana sistem belajar danbekerja dalam kelompok belajar untukmengambil solusi dalam diskusi.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti sangattertarik untuk mengadakan penelitian denganjudul “ Meningkatkan Hasil BelajarRangkaian R-L-C Melalui Jigsaw Siswa KelasXII TKJ.2 SMK Negeri 1 Bireuen”.

Adapun yang menjadi rumusan masalahdalam penelitian ini adalah :a. Bagaimana meningkatkan hasil belajar

rangkaian R-L-C pada siswa kelas XIITKJ.2 SMK Negeri 1 Bireuen?.

b. Apakah melalui Jigsaw dapatmeningkatkan hasil belajar rangkaian R-L-C pada siswa kelas XII TKJ.2 SMK Negeri1 Bireuen?.

c. Bagaimana tingkat hasil belajar rangkaianR-L-C melalui Jigsaw pada siswa kelasXII TKJ.2 SMK Negeri 1 Bireuen?.Tujuan dari penelitian ini yaitu :

a. Untuk mengetahui cara melakukanpeningkatan hasil belajar rangkaian R-L-Cpada siswa kelas XII TKJ.2 SMK Negeri 1Bireuen.

b. Untuk mengetahui efektifitas Jigsaw dalammeningkatkan hasil belajar rangkaian R-L-C pada siswa kelas XII TKJ.2 SMK Negeri1 Bireuen.

c. Untuk mengetahui tingkat keberhasilanbelajar rangkaian R-L-C melalui Jigsawpada siswa kelas XII TKJ.2 SMK Negeri 1Bireuen.

Manfaat yang diharapkan dari hasilpenelitian ini adalah, antara lain :a) Bagi siswa, mampu meningkatkan motivasi

dan kreatifitas dalam belajar konseprangkaian R-L-C dan mampu melatihkepemimpinan siswa dalam kelompoknya.

b) Bagi guru, sebagai wahana memperolehpengalaman dan latihan terhadap

pelaksanaan Jigsaw dalam materirangkaian R-L-C serta sebagai metodeuntuk meningkatkan motivasi, kreatifitasdan percaya diri siswa dalam mengemukakan pendapat.

c) Bagi sekolah, Sebagai bahan informasidalam upaya meningkatkan mutupendidikan

TINJAUAN PUSTAKAHasil belajar

Bagian terpenting dalam prosespembelajaran adalah hasil belajar, karenakeberhasilan guru dalam proses pembelajarandapat diukur dari hasil belajar, menurutHamalik (2006: 30): “Hasil belajar adalah bilaseseorang telah belajar akan terjadi perubahantingkah laku pada orang tersebut”, dalam halini siswa akan terjadi perubahan pada dirinyabaik sadar maupun tidak sadar setelah siswamengikuti proses pembelajaran. SedangkanSudjana (2005: 22) mendifinisikan: “Hasilbelajar adalah kemampuan-kemampuan yangdimiliki oleh siswa setelah ia mengalamipengalaman belajar ”. Jadi hasil belajarmerupakan terjadi proses perubahan dalam diriseseorang setelah belajar.

Aspek-aspek yang Mempengaruhi HasilBelajar.

Interaksi dalam proses pembelajaran sangatpenngaruh dalam perkembangan hasil belajarsiswa. S.Nasution (2006 : 360) menyatakan:“Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksitindak belajar mengajar dan biasanyaditunjukkan dengan nilai tes yang diberikanguru”, hal ini interaksi guru dengan siswa,siswa dengan teman sekelasnya maupunsebaiknya perlu diterapkan dalam prosespembelajaran untuk membangkitkan rasapercaya diri dan prestasi belajar siswa,sehingga hasil belajar dapat menghasilkansesuai dengan harapan.

Minat belajar siswa sangat dominanmempengaruhi hasil belajar siswa, baik dalamhal kemampuan daya pikir yang beda,lingkungan, kejenuhan belajar dan metodepembelajaran yang kurang minat diterima olehsiswa. Selanjutnya Hamalik (1992: 173)menyatakan bahwa: “Suatu masalah didalamkelas, motivasi adalah proses membangkitkan,mempertahankan dan mengontrol minat-minat”, Dalam hal ini peran guru disinimampu pendekatan moral dan membimbing

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 11: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

10

Bima Albert, S.T, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen

siswa secara kekeluargaan, serta guru mampumengkaitkan pengetahuan kedalamperkembangan anak didik, mengetahui tentangminat belajar siswa dan dapat mengambilsolusi yang tepat sehingga siswa dapatmotivasi dan kreatif dalam prosespembelajaran.

Persiapan guru dalam pembelajaranmerupakan salah satu faktor mempengaruhihasil belajar siswa. Menurut Slameto (1991:84) menyatakan bahwa “Mengajar adalahkegiatan mengorganisasi yang bertujuan untukmembantu dan menggairahkan siswa belajar”,dalam hal ini bukan saja ilmu yang ada perludisiapkan namun perlu juga perangkatpembelajaran yang terarah dan terprogram,pengelolaan kelas yang aman, tertib danmenyenangkan serta mampu membimbingsiswa dalam proses pembelajaran. Sarana danprasarana yang mendukung kelengkapanpembelajaran mempunyai nilai tersendiridalam meningkatkan prestasi siswa, kemauanguru untuk mau mengubah dan memperbaikidari yang tidak ada ke ada perlu diberipenghargaan.

Prestasi Belajar SiswaBelajar akan mendapat prestasi yang baik

apabila belajar tersebut dilakukan denganadanya dukungan, sarana dan prasaranapengajaran, dengan demikian dapatmendorongmotivasi belajar siswa dalam meningkatprestasi belajar. Motivasi belajar untuk prestasijuga dikemukakan oleh Mangkunegara(2001:103) adalah: “Motivasi berprestasi dapatdiartikan sebagai suatu dorongan dalam diriseseorang untuk melakukan atau mengerjakansuatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya guna mencapai prestasi denganprediket terpuji” Dalam hal ini prestasi yangtelah dicapai dari serangkaian kegiatan yangdilakukan secara sadar oleh siswa yangmengakibatkan perubahan pengetahuan ataukemahiran yang ada didalam dirinya yangdicapai oleh masing-masing individu siswaberbeda satu sama lainnya. Prestasi belajarjuga dapat disebut sebagai tingkat keberhasilansiswa didalam proses pembelajaran.

Pendekatan JigsawModel Pembelajaran Jigsaw (maju mundur

seperti gergaji) adalah tipe pembelajarankooperatif yang dikembangkan oleh Elliot

Aronson’s. Model pembelajaran ini didesainuntuk meningkatkan rasa tanggung jawabsiswa terhadap pembelajarannya sendiri danjuga pembelajaran orang lain. Siswa tidakhanya mempelajari materi yang diberikan,tetapi mereka juga harus siap memberikan danmengajarkan materi tersebut kepadakelompoknya.

Menurut Sugiyanto (2008: 41)menyatakan:“Pembelajaran kooperatifmempunyai beberapa keuntungan diantaranyamemungkinkan para siswa saling belajarmengenai sikap, keterampilan, informasi,perilaku sosial dan pandangan-pandangan”,halini sejalan dengan Mulyana (2005: 4)menyatakan: “Pembelajaran kooperatif adalahsuatu sikap atau prilaku bersama dalambekerja atau membantu diantara sesama dalamstuktur kerja sama yang teratur dalamkelompok”,dalam hal ini siswa belajar melaluitim ahli sehingga pembelajaran lebih efektifdan siswa lebih mudah mendeskripsikankonsep rangkaian R-L-C, dimana sistembelajar dan bekerja dalam kelompok-kelompokkecil yang berjumlah 4-6 siswa secarakolaboratif sehingga dapat merangsang siswalebih bergairah dalam belajar.

Selain itu, menurut Lie (2010: 18)menyatakan bahwa : “Berbagai dampaknegatif dalam menggunakan metode kerjakelompok tersebut seharusnya bisa dihindari,jika saja guru mau meluangkan lebih banyakwaktu dan perhatian dalam persiapan danpenyusunan metode kerja kelompok”, guruharus pandai menciptakan suasana kelas yangmenggairahkan agar siswa yang cerdastertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.Untuk mengantisipasi hal ini guru harusmemilih tenaga ahli secara tepat, kemudianmemonitor kinerja mereka dalam menjelaskanmateri, agar materi dapat tersampaikan secaraakurat dan para anggota kelompok menyimakterlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli,sehingga setiap siswa anggota kelompokmenerima informasi yang diperlukan untukmemahaminya dan berdiskusi. Pada materirangkaian R-L-C pelajaran fisika ini, modelpendekatan Jigsaw merupakan suatu metodependekatan yang baik diterapkan, dimanasiswa tidak jenuh dalam belajar, dikarenakanadanya permainan diskusi didalampembelajaran yang positif.

Kooperatif Jigsaw dikembangkan olehElliot Aronson dan kawan-kawan dari

Bima Albert, Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C Melalui JIGSAW

Page 12: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

11

Bima Albert, S.T, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen

Universitas Texas, dan kemudian diadaptasioleh Slavin dan kawan-kawan. Sintakspembelajaran kooperatif Jigsaw sebagaiberikut :1. Kelas dibagi menjadi beberapa tim, yang

anggotanya terdiri dari 4 atau 5 siswadengan karakteristik yang heterogen.

2. Bahan akademik disajikan kepada siswadalam bentuk teks dan setiap siswabertanggung jawab untuk mempelajarisuatu bagian dari bahan akademik tersebut.

3. Para anggota dari beberapa tim yangberbeda memiliki tanggung jawab untukmempelajari suatu bagian akademik yangsama dan selanjutnya berkumpul untuksaling membantu mengkaji bagian bahantersebut.Kumpulan siswa semacam itudisebut `kelompok pakar` atau expertgroup.

4. Selanjutnya para siswa yang beradadalam kelompok pakar kembalikekelompok semula atau home teamsuntuk mengajar anggota lain mengenaimateri yang telah dipelajari dalamkelompok pakar.

5. Setelah diadakan pertemuan dan diskusidalam home teams, para siswa dievaluasisecara individual mengenai bahan yangtelah dipelajari.

Sudah tentu dalam pelaksanaan setiapmodel pembelajaran mempunyai kelebihandan kekurangannya, begitu juga denganJigsaw. Adapun kelebihan dan kekuranganpada Jigsaw adalah sebagai berikut:

Kelebihan Jigsaw1. Menciptakan suasana interaksi guru

dengan siswa dan interaksi siswa dengansiswa yang baik.

2. Melatih kepemimpinan siswa dalamkelompoknya

3. Melatih siswa dalam memberi informasidan solusi masalah dalam diskusi.

4. Mendorong siswa untuk lebih aktif dankreatif dalam pembelajaran.

5. Melatih percaya diri siswa dalammengemukakan pendapat.

6. Meningkatkan hasil belajar siswa baiksecara individu maupun kelompok.

7. Meningkatkan efesiensi guru dalammengelola kelas yang kreatif, danmenyenangkan sehingga tujuanpembelajaran sesuai dengan harapan.

Kekurangan Jigsaw1. Memerlukan kecermatan dalam memilih

kelompok ahli2. Memerlukan buku panduan/LKS untuk

siswa agar informasi tidak salah.3. Memerlukan kesiapan dalam mengelola

kelas yang tepat.

Pembelajaran Fisika tentang Rangkaian R-L-C

Rangkaian hambatan R-L-C merupakanmateri pelajaran fisika yang diajar pada kelasXII TKJ.2 semester genap untuk kurikulumKTSP di SMK Negeri 1 Bireuen. Dalam halini siswa mampu menerapkan konseprangkaian R-L-C dan mampu menyelesaiakanbentuk-bentuk soal hitungan dalam rangkaianR-L-C, Rangkaian R-L-C arus bolak balikyang mempunyai hambatan (R), induktor (L)dan kapasitor (C) yang disusun secara seri,besarnya tegangan pada ujung-ujung R, L danC sesuai dengan hukum ohm.

Gambar 1. Rangkain R-L-C Seri

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 13: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

12

Bima Albert, S.T, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen

Kerangka BerpikirPeningkatan keberhasilan belajar siswa

terhadap materi pelajaran fisika khususnyarangkaian R-L-C dengan menggunakan modelpembelajaran Jigsaw yang relevan.Penggunaan model pembelajaran yangterprogam dan terarah dapat meningkatkanmotivasi siswa untuk belajar lebih aktif,dalam proses ini, akan terjadi kegiatanketerampilan memahami konsep materirangkaian R-L-C pada siswa, dimana siswa diajak untuk bergotong royong dalammenemukan suatu konsep. akan mengarahkansiswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanyajawab, mencari jawaban, menjelaskan dan jugamampu memahami materi yang dijelaskanoleh teman, sehingga tingkat keberhasilanbelajar siswa akan tercapai sesuai denganharapan.

Hipotesis TindakanBerdasarkan berbagai teori yang telah

dikumpulkan, maka peneliti merumuskanhipotesis tindakan yaitu “Melalui Jigsaw dapatmeningkatkan hasil belajar rangkaian R-L-Cpada siswa kelas XII TKJ.2 SMK Negeri 1Bireuen ”.

METODE PENELITIANPenelitian yang dilakukan oleh peneliti

merupakan penelitian tindakan kelas (PTK)atau “Classroom Action Reserh”, lokasipenelitian dilaksanakan adalah Kelas XII TKJ.2 SMK Negeri 1 Bireuen jalan Taman Siswano. 2, Telp. (0644)21558, Fax. (0644)21358,Kode Pos 24251 desa Geulanggang BaroKecamatan Kota Juang Kabupaten BireuenProvinsi Aceh.Penelitian dilaksanakan selama3 bulan, mulai dari tanggal 12 Januari s.d 30Maret 2015. Subyek penelitian ini adalahsiswa kelas XII TKJ.2 SMK Negeri 1 Bireuensemester genap tahun pelajaran 2014/2015yang berjumlah 27 orang siswa, dimana terdiridari 20 orang siswa laki-laki dan 7 orang siswaperempuan.

Sumber data dalam penelitian ini adalahsiswa sebagai subyek penelitian. Data darihasil tes tertulis. Tes tertulis dengan materirangkaian R-L-C dilaksanakan pada setiapakhir siklus. Selain siswa sebagai sumber data,peneliti juga menggunakan dua teman sejawat

sesama guru kelas sebagai sumber data dalammengobservasi keaktifan siswa dalampembelajaran setiap siklus.

Teknik dan alat pengumpulan data,Teknik pengumpulan data mengenaipeningkatan penguasaan materi diambil darites hasil belajar setiap siklus. Data tentangkeaktifan siswa diambil dengan menggunakanlembar observasi. Alat pengumpulan data padapenelitian ini meliputi : Tes tertulis, terdiri atas6 soal pilihan ganda rangkaian R-L-C. Lembarobservasi dan dokumen.

Teknik Analisis DataData yang terkumpul mengunakan analisis

kuantitatif dan analisis kualitatif. Untukanalisis kuantitatif digunakan analisisdeskriptif yaitu skor rata-rata dan persentase,nilai minimum dan maksimum, ketuntasan danpersentase pada setiap siklus. Sedangkan untukanalisis kualitatif dengan mengolah nilaiberdasarkan rentangan nilai dan KKM. Datahasil observasi (pengamatan) yang dibantuoleh dua teman sejawat guru yangmengobservasi keaktifan siswa dalam prosespembelajaran dengan mengunakan skor totalaspek, skor setiap indikator, rata-rata dankualifikasi pada setiap siklus.

Indikator KeberhasilanIndikator keberhasilan proses tindakan

adalah apabila kemampuan siswa kelas XIITKJ.2 memenuhi nilai kriteria ketuntasanminimal (KKM) sebesar 76 (C),

Observasi keaktifan siswa belajar dalamsetiap siklus perlu dilakukan sebagaiperbandingan dalam keberhasilanpembelajaran yang akan menghasilkan hasilbelajar sesuai harapan. Observasi dilaksanakanoleh dua teman sejawat dalam pembelajaransetiap siklus.

Prosedur PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian

tindakan kelas yang ditandai dengan adanyasiklus, adapun dalam penelitian ini terdiri atas2 siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaantindakan, pelaksanaan tindakan, observasi,analisa data dan refleksi. hal ini terlihat sepertipada gambar alur penelitian sebagai berikut:

Bima Albert, Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C Melalui JIGSAW

Page 14: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

13

Bima Albert, S.T, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen

Gambar 2. Alur Penelitian

Siklus IPermasalahan; setelah diadakan penilaian

akhir pembelajaran Fisika tepatnya materirangkaian R-L-C pada kelas XII TKJ.2 dari27 siswa hanya 5 siswa (18,5%) memperolehbaik , 8 siswa (29,6%) memperoleh nilaicukup dan 14 siswa (51,9%) lagi memperolehnilai kurang. Permasalahan ini akan dianalisissebagai kondisi awal (pra siklus).

Perencanaan tindakan I, terdiri ataskegiatan; Penyusunan rencana pelaksanaanpembelajaran (RPP) materi rangkaian R-L-Cdisesuaikan dengan model pembelajaranJigsaw, Penyiapan skenario pembelajarandengan model Jigsaw. Menyiapkan buku/LKSrangkaian R-L-C.Pada siklus I, 27 siswa dibagimenjadi 5 kelompok. Pelaksanaan tindakan I,terdiri atas kegiatan; Pelaksanaan programpembelajaran sesuai dengan jadwal,Melaksanakan kegiatan proses pembelajaran,menyajikan dan menjelaskan materi danpenyelesaian bentuk-bentuk soal rangkaian R-L-C dan diskusi sesuai dengan sintak modelJiwsaw. serta tes akhir.

Observasi I; Observasi (pengamatan) yangdibantu oleh dua teman sejawat guru yangmengobservasi keaktifan siswa dalam prosespembelajaran dengan mengunakan skor totalaspek, skor setiap indikator, rata-rata dankualifikasi pada siklus I. Analisa data I yangdiperoleh dari hasil tes dan data hasil observasipada siklus I

Refleksi I; Dalam tahap ini, merefleksiseluruh kegiatan atau peristiwa selamapelaksanaan tindakan berlangsung,membandingkan hasil pra siklus dengan siklusI dan mengidentifikasi kembali hal-hal yangmasih kurang dan mempertahankan hal yangdianggap baik. Dan apabila pelaksanaan

tindakan pada siklus I belum memuaskan,maka akan ditindak lanjut lagi pada siklus IIsampai tujuan berhasil,

Siklus IIPerencanaan tindakan II, terdiri atas

kegiatan: enyusunan rencana pelaksanaanpembelajaran (RPP). Penyusunan RPPpembelajaran fisika untuk materi rangkaian R-L-C disesuaikan dengan model pembelajaranJigsaw. Penyiapan skenario pembelajarandengan model Jigsaw. Menyiapkan buku/LKSrangkaian R-L-C. Pada siklus II, 27 siswadibagi menjadi 4 kelompok dimana masing-masing kelompok ada dua siswa yangberprestasi .

Pelaksanaan tindakan II, terdiri ataskegiatan; Melaksanakan kegiatan prosespembelajaran, menyajikan dan menjelaskanmateri dan penyelesaian bentuk-bentuk soalrangkaian R-L-C dan diskusi sesuai dengansintak model Jiwsaw, serta tes akhir.

Observasi II; Observasi (pengamatan) yangdibantu oleh dua teman sejawat guru yangmengobservasi keaktifan siswa dalam prosespembelajaran dengan mengunakan skor totalaspek, skor setiap indikator, rata-rata dankualifikasi pada siklus II. Analisa data II yangdiperoleh dari hasil tes dan data hasil observasipada siklus II dan mengambil kesimpulan.

Refleksi II; Refleksi dalam tahap ini,membandingkan hasil belajar pada siklus Idengan siklus II dimana penelitimengharapkan siswa dapat meningkatkan hasilbelajar rangkaian R-L-C sesuai denganharapan.

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 15: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

14

Bima Albert, S.T, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen

HASIL DAN PEMBAHASANHasil Penelitian

Hasil kondisi awal (pra siklus) setelahdiadakan penilaian akhir pembelajaran Fisikatepatnya materi rangkaian R-L-C pada kelasXII TKJ.2 dari 27 siswa hanya 5 siswa(18,5%) memperoleh baik, 8 siswa (29,6%)memperoleh nilai cukup dan 14 siswa (51,9%)lagi memperoleh nilai kurang. Berdasarkanhasil tes pra siklus yang kurang memuaskansesuai dengan harapan dengan ketuntasanbelajar dari 27 siswa hanya 13 siswa yangtuntas (48,1%) dan belum tuntas 14 siswa(51,9%) serta nilai rata-rata 71 masih dibawahnilai KKM , dipadukan lagi dengan hasilobservasi pra siklus dengan kualifikasi kurangaktif (C). Maka perlu tindakkan untukperbaikan perangkat pembelajaran, modelpembelajaran dan mendorong siswa agar lebihaktif lagi dalam pembelajaran.

Data yang diperoleh dari hasil tes dan datahasil observasi pada siklus I. Hasil siklus Isetelah diadakan penilaian akhir pembelajaranFisika tepatnya materi rangkaian R-L-C padakelas XII TKJ.2 dari 27 siswa hanya 8 siswa(29,63%) memperoleh baik , 10 siswa(37,04%) memperoleh nilai cukup dan 9 siswa(33,33%) lagi memperoleh nilai kurang.Berdasarkan hasil tes pra siklus dengan hasiltes siklus I dapat dilihat adanya penguranganjumlah siswa yang masih di bawah KKM.Pada pra siklus dibawah KKM sebanyak 14siswa dan pada akhir siklus I berkurangmenjadi 9 siswa. Nilai rata-rata kelasmeningkat dari 71 menjadi 77. Jumlah siswayang mencapai ketuntasan belajar mengalamipeningkatan jika dibandingkan dengan siklus I.Menurut gambaran yang ada, bahwakeberhasilan belajar pada siklus I lebih baikdari pra siklus , namun demikian hasilpembelajaran belum semaksimal mungkinyang sesuai dengan harapan. Denganmemperhatikan hasil observasi keaktifanmasih ada siswa yang kurang aktif dalamproses pembelajaran, oleh karena itudiperlukan perbaikan pada pembelajaran siklusII.

Data yang diperoleh dari hasil tes dan datahasil observasi pada siklus II Hasil siklus IIsetelah diadakan penilaian akhir pembelajaranFisika tepatnya materi rangkaian R-L-C pada

kelas XII TKJ.2 dari 27 siswa hanya 10 siswa(37,04%) memperoleh baik , 17 siswa(62,96%) memperoleh nilai cukup. Refleksidalam tahap ini, membandingkan hasil belajarpada siklus I dengan siklus II dimana penelitimengharapkan siswa dapat meningkatkan hasilbelajar rangkaian R-L-C melalui Jigsaw sesuaidengan harapan. Berdasarkan hasil siklus Idengan hasil tes siklus II dapat dilihat adanyapengurangan jumlah siswa yang masih dibawah KKM. Pada siklus I dibawah KKMsebanyak 9 siswa dan pada akhir siklus IIsemua lulus sesuai dengan nilai KKM. Nilairata-rata kelas meningkat dari 77 menjadi 82.Jumlah siswa yang mencapai ketuntasanbelajar mengalami peningkatan jikadibandingkan dengan siklus I. Disamping hasiltes pada siklus II sangat memuaskan, jugakeberhasilan keaktifan siswa dalam prosespembelajaran sisklus II ada peningkatandibandingankan dengan proses pembelajaranpada siklus I, dari kualifikasi B (Aktif) denganskor nilai rata-rata 66 pada siklus I meningkatmenjadi B (Aktif) dengan skor nilai rata-rata81,75. Menurut gambaran yang ada, bahwakeberhasilan belajar pada siklus II lebih baikdari siklus I maupun pada pra siklus, dengandemikian hasil pembelajaran sudahsemaksimal mungkin yang sesuai denganharapan.

PembahasanBerdasarkan hasil penelitian dapat

dinyatakan bahwa pendekatan pembelajaranJigsaw dapat meningkatkan hasil belajarrangkaian R-L-C pada siswa kelas XII TKJ.2SMK Negeri 1 Bireuen untuk pembelajaransemester genap tahun pelajaran 2014/2015.Hal tersebut hasil analisis dibahas dalam datadengan perbandingan pembelajaran pada prasiklus, siklus I dan siklus II. Dengan melihatperbandingan hasil tes pra siklus, siklus I dansiklus II ada peningkatan yang cukupsignifikan, baik dilihat dari ketuntasan belajarmaupun hasil perolehan nilai rata- rata siswameningkat 8,11% dari nilai rata-rata 71 padapra siklus menjadi 77 pada siklus I , danmeningkat 6,29% dari nilai rata-rata 77 padasiklus I menjadi 82 pada siklus II. Selain itudapat dilihat pada data dan diagram nilai rata-rata, nilai tertinggi dan nilai terendah padasetiap siklus dibawah ini :

Bima Albert, Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C Melalui JIGSAW

Page 16: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

15

Bima Albert, S.T, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen

Tabel 1. Hasil Belajar Berdasarkan Nilai SiswaNo Keterangan Pra Siklus Siklus I Siklus II1 Nilai tertinggi 82 86 882 Nilai Terendah 60 68 76

Nilai Rata-rata 71 77 82

Gambar 3. Diagram Hasil Belajar Berdasarkan Nilai Siswa

Dari hasil belajar sejumlah 27 siswamencapai ketuntasan berdasarkan nilai KKM76, pada pra siklus 13 siswa (48,1%) tuntasdan 14 siswa (51,9%) tidak tuntas, sedangkanpada siklus I siswa mencapai ketuntasanbelajar sebanyak 18 siswa (66,67%) dan tidak

tuntas 9 siswa (33,33%) serta pada siklus IIsemua siswa berjumlah 27 siswa (100%)tuntas, berikut data dan diagram ketuntasanpada pra siklus, siklus I dan siklus II sebagaiberikut :

Tabel 2. Hasil Belajar Siswa Berdasarkan KKM

No.Ketuntasan

Belajar

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Jlh.Siswa

PersenJlh.

SiswaPersen

Jlh.Siswa

Persen

1. Tuntas 13 41,1% 18 66,67% 27 100%

2. Belum Tuntas 14 51,9% 9 33,33% 0 0%

Jumlah 27 100% 27 100% 27 100%

Gambar 4. Diagram Hasil Belajar Siswa Berdasarkan KKM

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 17: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

16

Bima Albert, S.T, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen

Sedangkan keaktifan siswa dalam prosespembelajaran juga mengalami peningkatan,dimana keaktifan siswa mempunyaipeningkatan sebesar 29,07% dari pra siklus kesiklus I dan 21,32% dari siklus I ke siklus II,

sehingga mendukung keberhasilan siswadalam proses pembelajaran. Berikut data dandiagram observasi keaktifan siswa mulai daripra siklus, siklus I dan siklus II.

Tabel 3. Hasil Observasi Keaktifan Siswa

Keaktifan Siswa Pra Siklus Siklus I Siklus II

a . Skor rata-rata 49,25 66 81,75

b. Kualifikasi Kurang aktif (C) Aktif (B) Aktif (B)

Gambar 5. Diagram Hasil Observasi Keaktifan Siswa

Dari hasil penelitian dan pembahasan yangada, dapatlah dikatakan bahwa denganmenerapkan model pembelajaran Jigsaw padapembelajaran fisika dalam materi rangkaian R-L-C pada siswa XII TKJ.2 SMK Negeri 1Bireuen dapat meningkatkan hasil belajarnyasesuai dengan harapan.

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

Berdasarkan penelitian ini dapatdisimpulkan bahwa :1. Cara melakukan peningkatan hasil belajar

rangkaian R-L-C pada siswa kelas XIITKJ.2 SMK Negeri 1 Bireuen, dimanamelalui Jigsaw siswa belajar denganadanya kelompok ahli untuk meningkatkanrasa tanggung jawab siswa, melatihkepemimpinan siswa dalam kelompoknya,bekerja sama, motivasi, kreatifitas dalambelajar sehingga meningkatkan hasilbelajar.

2. Efektifitas Jigsaw dalam meningkatkanhasil belajar rangkaian R-L-C pada siswakelas XII TKJ.2 SMK Negeri 1 Bireuen,keaktifan siswa dalam proses pembelajaranmeningkat sebesar 21,32% dari siklus Idengan skor 66 kualifikasi B (Aktif) kesiklus II skor 81,75 kualifikasi B (Aktif),

sehingga membuat efektifitas dalambelajar.

3. Tingkat keberhasilan belajar rangkaian R-L-C melalui Jigsaw siswa kelas XII TKJ.2SMK Negeri 1 Bireuen. Tingkat hasilbelajar pada siklus I ketuntasan belajarsebanyak 18 siswa (66,67%) dan tidaktuntas 9 siswa (33,33%) sedangkan padasiklus II semua siswa berjumlah 27 siswa(100%) tuntas belajar.

SaranBerkaitan dengan kesimpulan hasil

penelitian di atas, maka dikemukakan saranbahwa guru hendaknya menerapkan modelJigsaw sesuai dengan materi yang diajarkan,untuk efektifitas belajar dan meningkatkanhasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKAAri Kunto, Suharsimi. 2008. Penelitian

Tindakan Kelas, cet VI. Jakarta : PTBumi Aksara.

Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning.Jakarta: PT. Gramedia WidiasaranaIndonesia.

Mangkunegara, AA, Anwar Prabu. 2001.Manajemen Sumber Daya

Bima Albert, Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C Melalui JIGSAW

Page 18: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

17

Bima Albert, S.T, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen

Perusahaan. Bandung : PT RemejaRosdakarya Offset.

M. Suratman. 2001. Buku Fisika 2 SMK.Bandung: Armico.

Mulyana, Etin Solihatin. 2005. Menjadi GuruProfesional, MemciptakanPembelajaran Kreatif danMenyenangkan. Bandung: PT RemejaRosdakarya Offset.

Oemar, Hamalik. 1992. Psikologi Belajar danMengajar. Bandung: Sinar Baru.

Oemar, Hamalik. 2006. Proses BelajarMengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Slameto. 1991. Proses Belajar MengajarDalam Sistem Kredit Semester (SKS).Jakarta : Bumi Aksara.

S. Nasution. 2006. Berbagai PendekatanDalam Proses Belajar & Mengajar.Bandung: PT Bumi Aksara.

Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil ProsesBelajar Mengajar. Bandung: Tarsito.

Suharjono. 2009. Penelitian Tindakan. Malang: LP3UM.

Sugiyanto. 2008. Model-model PembelajaranInovatif. Surakarta: PanitiaSertifikasi Guru Rayon 13.

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative LearningTeori & Apilkasi Paikem.Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 19: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

18

Fatimah Abubakar, S.Pd* adalah Guru Mapel Fisika SMK Negeri 1 Bireuen

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEKANAN HIDROSTATIS MELALUI NHT SISWAKELAS X TPTU

SMK NEGERI 1 BIREUEN

OlehFatimah Abubakar*

AbstrakPenelitian Tindakan Kelas (PTK) ini untuk meningkatkan hasil belajar tekanan hidrostatismelalui Numbered Head Together (NHT) siswa kelas X TPTU SMK Negri 1 Bireuen,subyek penelitian ini adalah siswa kelas X TPTU SMK Negeri 1 Bireuen, bertujuan untukmengetahui cara, efektifitas dan tingkat keberhasilan melalui model pembelajarankooperatif tipe NHT pada siswa kelas X TPTU SMK Negri 1 Bireuen. Penelitian tindakankelas ini terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdiri perencanaan tindakan, pelaksanaantindakan, observasi, analisa data dan refleksi. Data yang terkumpul mengunakan analisiskuantitatif dan analisis kualitatif. Untuk analisis kuantitatif digunakan analisis deskriptifyaitu skor rata-rata dan persentase, nilai minimum dan maksimum, ketuntasan danpersentase pada setiap siklus. Sedangkan untuk analisis kualitatif dengan mengolah nilaiberdasarkan rentangan nilai dan KKM dengan tes tertulis, terdiri atas 6 soal pilihan gandamateri tekanan hidrostatis, sedangkan mengobservasi keaktifan siswa dalam prosespembelajaran dengan mengunakan skor total aspek, skor setiap indikator, rata-rata dankualifikasi pada setiap siklus. Salah satu alternatif pembelajaran fisika yang inovatif dankreaktif adalah dengan mengunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT)atau Penomoran Berpikir Bersama. NHT dapat digunakan untuk meningkatkan kinerjasiswa dalam tugas-tugas akademik, rasa percaya diri menjadi lebih tinggi, pemahaman yanglebih mendalam, penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, terampil dalammenjawab, melatih untuk memberi pendapat dan membuat siswa lebih aktif dan kreatif.Hasil penelitian berdasarkan nilai KKM, dari hasil belajar sejumlah 29 siswa mencapaiketuntasan berdasarkan nilai KKM 76 (2,66), pada pra siklus 14 siswa (48,28%) tuntas dan15 siswa (51,72%) tidak tuntas, sedangkan pada siklus I siswa mencapai ketuntasan belajarsebanyak 21 siswa (72,41%) dan tidak tuntas 8 siswa (27,59%) serta pada siklus II semuasiswa berjumlah 29 siswa (100%) tuntas belajar.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Tekanan Hidrostatis, NHT.

PENDAHULUANKeberhasilan siswa belajar fisika

khususnya materi tekanan hidrostatisditentukan oleh besarnya partisipasi siswadalam mengikuti pembelajaran, makin aktifsiswa mengambil bagian dalam kegiatanpembelajaran, maka makin berhasil kegiatanpembelajaran tersebut. Tanpa aktifitas belajartidak akan memberikan hasil yang baik,apalagi tidak minatnya siswa belajar,pengelolaan kelas yang tidak tepat dankemauan siswa untuk belajar kurang ,sehingga hasil belajar siswa tidak memenuhitarget yang sesuai dengan harapan.Kenyataannya pada penilaian akhirpembelajaran Fisika tepatnya materi tekanan

hidrostatis pada kelas X TPTU dari 29 siswahanya 3 siswa (10,35%) memperoleh baik, 11siswa (37,93%) memperoleh nilai cukup, 13siswa (44,82%) lagi memperoleh nilai belumlulus dan 2 siswa (6,90%) tidak lulus, iniberarti siswa tidak tuntas belajar 51,72% darisiswa yang jumlahnya 29 orang. Mengingathasil belajar tidak memenuhi target yangsesuai harapan, perlu adanya perbaikan yangterarah baik dalam perangkat pembelajaran,model pembelajaran yang sesuai danpengelolaan kelas yang baik, hal ini dapatmembangkitan motivasi belajar dan percayadiri siswa dalam belajar.

Solusinya adalah guru mempunyai suatuupaya untuk memperbaiki cara mengajar

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 20: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

19

Fatimah Abubakar, S.Pd* adalah Guru Mapel Fisika SMK Negeri 1 Bireuen

dalam proses pembelajaran, baik dalammengelola kelas yang tepat, metode belajaryang tidak menjenuhkan siswa dalam belajar,adanya interaksi siswa dengan temansekelasnya yang baik dan tenang, keterampilanuntuk menjawab, menghargai pendapat oranglain, mau menjelaskan ide atau pendapat,bekerja dalam kelompok .

Salah satu alternatif pembelajaran fisikayang inovatif dan kreaktif adalah denganmengunakan model pembelajaraan NumberedHead Together (NHT), model ini termasuksalah satu tipe model pembelajaran kooperatif,yang menekankan pada struktur khusus yangdirancang untuk mempengaruhi pola interaksisiswa dan memiliki tujuan untukmeningkatkan hasil pembelajaran, strategipembelajaran yang mengutamakan adanyakerjasama antar siswa dalam kelompok untukmencapai tujuan pembelajaran. Para siswadibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil danpemberian nomor (pertanyaan/materi) yangdiarahkan untuk mempelajari materi pelajaranyang telah ditentukan. Tujuan dibentuknyakelompok adalah untuk memberikankesempatan kepada siswa agar dapat terlibatsecara aktif dalam proses berpikir dan dalamkegiatan-kegiatan belajar. Dengan adanyauraian yang ada, peneliti sangat tertarik untukmengadakan penelitian dengan judul:Meningkatkan Hasil Belajar TekananHidrostatis Melalui NHT Siswa Kelas X TPTUSMK Negeri 1 Bireuen”.

Rumusan MasalahBerdasarkan identifikasi masalah yang

telah diungkapkan diatas, maka rumusanmasalah dalam penelitian ini adalah :1. Bagaimana meningkatkan hasil belajar

tekanan hidrostatis pada siswa kelas XTPTU SMK Negeri 1 Bireuen?

2. Apakah melalui NHT dapat meningkatkanhasil belajar tekanan hidrostatis padasiswa kelas X TPTU SMK Negeri 1Bireuen ?

3. Bagaimana tingkat hasil belajar tekananhidrostatis melalui NHT pada siswa kelasX TPTU SMK Negeri 1 Bireuen?

Tujuan PenelitianAdapun tujuan penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui cara melakukanpeningkatan hasil belajar tekanan

hidrostatis pada siswa kelas X TPTUSMK Negeri 1 Bireuen.

2. Untuk mengetahui efektifitas NHT dalammeningkatkan hasil belajar tekananhidrostatis pada siswa kelas X TPTUSMK Negeri 1 Bireuen.

3. Untuk mengetahui tingkat keberhasilanbelajar tekanan hidrostatis melalui NHTpada siswa kelas X TPTU SMK Negeri 1Bireuen.

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitianini adalah, antara lain:a. Bagi siswa, mampu berkompetensi,

terampil menjawab dan percaya diri dalambelajar dan mampu mengemukakan hasilpendapatnya didepan kelas, baik secaraindividu maupun secara kelompok

b. Bagi guru, sebagai referensi perbaikandalam proses pembelajaran fisika untukmeningkatkan hasil belajar materi yanglain.

c. Bagi sekolah, sebagai wahana dalamrangka perbaikan pembelajaran fisikapada khususnya maupun pembelajaranlainnya pada umumnya.

TINJAUAN PUSTAKAHasil Belajar

S. Nasution (2006:36) mendifinisikan:“Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksitindak belajar mengajar dan biasanyaditunjukkan dengan nilai tes yang diberikanguru”, sedsangkan menurut Sudjana (2009: 3)mendefinisikan hasil belajar siswa padahakikatnya adalah perubahan tingkah lakusebagai hasil belajar dalam pengertian yanglebih luas mencakup bidang kognitif, afektifdan psikomotorik. Dalam hal ini bahwa hasilbelajar siswa mempunyai tiga aspek yangperlu diterapkan yaitu pengetahuan, sikap danketerampilan. Jadi hasil belajar merupakan halyang terpenting dalam proses pembelajaransehingga terjadi proses perubahan dalam diriseseorang siswa setelah mendapat nilai belajaryang sesuai harapannya.

Aspek-aspek yang Mempengaruhi HasilBelajar

Keaktifan siswa, menurut Moh UserUsman (2002: 26) cara yang dapat dilakukanguru untuk memperbaiki keterlibatan siswaantara lain sebagai berikut :

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 21: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

20

Fatimah Abubakar, S.Pd* adalah Guru Mapel Fisika SMK Negeri 1 Bireuen

1) Tingkatkan persepsi siswa secara aktifdalam kegiatan belajar mengajar yangmembuat respon yang aktif dari siswa

2) Masa transisi antara kegiatan dalammengajar hendaknya dilakukan secaracepat dan luwes

3) Berikan pengajaran yang jelas dan tepatsesuai dengan tujuan mengajar yang akandicapai.

4) Usahakan agar pengajaran dapat lebihmemacu minat siswa.

Dalam hal ini peran guru disini mampupendekatan moral dan membimbing siswasecara kekeluargaan, serta guru mampumengkaitkan pengetahuan kedalamperkembangan anak didik, mengambil solusiyang tepat sehingga siswa dapat aktif dankreatif dalam proses pembelajaran.

Motivasi belajar, menurut Hamalik (1992:173) menyebutkan tentang motivasi bahwa“Suatu masalah didalam kelas, motivasi adalahproses membangkitkan, mempertahankan danmengontrol minat-minat”, dimana motivasibelajar sangat mempengaruhi keberhasilansiswa dalam proses pembelajaran.Membangkitkan motivasi siswa merupakantugas seorang guru dalam proses pembelajaranbaik dari segi perangkat sarana pembelajaran,metode pembelajaran, pendekatan moral,mengembangkan dan mengontrol minat siswayang ada, sehingga menghasilkanpembelajaran yang sesuai harapan.

Interaksi, motivasi dan keaktifan siswadalam proses pembelajaran baru lengkapjikalau adanya interaksi dalam prosespembelajaran., menurut Nasution (2006 :360)menyatakan: “Hasil belajar adalah hasil darisuatu interaksi tindak belajar mengajar danbiasanya ditunjukkan dengan nilai tes yangdiberikan guru”, hal ini interaksi siswa denganteman sekelasnya dan guru, perlu diterapkandalam proses pembelajaran untukmembangkitkan rasa percaya diri, saling kerjasama dalam diskusi kelompok sehinggaterbentuknya interaksi antar siswa yang dapatmenghasilkan hasil belajar, setelah mendapatnilai belajar yang sesuai harapannya.

Prestasi Belajar SiswaMenurut Saifuddin Azwar (1998: 45)

adalah: “Prestasi merupakan hasil yang telahdicapai dari apa yang telah dilakukan dandikerjakan secara optimal”. Prestasi belajarsiswa akan tercapai bila pembelajaran tersebut

dilakukan dengan adanya dukungan, saranadan prasarana pengajaran, dengan demikiandapat mendorong siswa dalam meningkatkanprestasi belajar, Dalam hal ini prestasi yangtelah dicapai dari serangkaian kegiatan yangdilakukan secara sadar oleh siswa yangmengakibatkan perubahan pengetahuan yangada didalam dirinya yang dicapai oleh masing-masing individu siswa berbeda satu samalainnya. Prestasi belajar juga dapat disebutsebagai tingkat keberhasilan siswa didalamproses pembelajaran.

Pendekatan Numbered Head Together(NHT)

Numbered Head Together (NHT) atauPenomoran Berpikir Bersama termasuk salahsatu tipe model pembelajaran kooperatif yangpertama kali diperkenalkan oleh SpenserKagen. Penerapan pembelajaran kooperatifNHT merujuk pada konsep Kagen dalamIbrahim (2000: 29), yang menekankan padastruktur khusus yang dirancang untukmempengaruh pola interaksi siswa danmemiliki tujuan meningkatkan hasilpembelajaran. Menurut Sugiyanto (2008: 41)menyatakan:“Pembelajaran kooperatifmempunyai beberapa keuntungan diantaranyamemungkinkan para siswa saling belajarmengenai sikap, ketrampilan, informasi,perilaku sosial dan pandangan-pandangan”,sedangkan menurut Mulyana (2005: 4)menyatakan: “Pembelajaran kooperatif adalahsuatu sikap atau prilaku bersama dalambekerja atau membantu diantara sesama dalamstuktur kerja sama yang teratur dalamkelompok”, dalam hal ini siswa dapatmengembangkan sikap sosial, salingmenghargai dan memberi informasi dalamkelompok. Model NHT merupakan strategipembelajaran yang mengutamakan adanyakerjasama antar siswa dalam kelompok untukmencapai tujuan pembelajaran. Para siswadibagi kedalam kelompok-kelompok kecil dandiarahkan untuk mempelajari materi pelajaranyang telah ditentukan. Tujuan dibentuknyakelompok kooperatif tipe NHT adalah untukmemberikan kesempatan kepada siswa agardapat terlibat secara aktif dalam prosesberpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar.Dalam hal ini sebagian besar aktifitaspembelajaran berpusat pada siswa, yaknimempelajari materi pelajaran serta berdiskusiuntuk memecahkan masalah.

Fatimah Abubakar, Meningkatkan Hasil Belajar Tekanan Hidrostatis Melalui NHT

Page 22: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

21

Fatimah Abubakar, S.Pd* adalah Guru Mapel Fisika SMK Negeri 1 Bireuen

Menurut Ibrahim (200: 29) langkah-langkah model pembelajaran Numbered HeadTogether (NHT) sebagai berikut :1. Persiapan.

Dalam tahap ini guru mempersiapkanrancangan pelajaran dengan membuatperangkat pembelajaran, yang sesuaidengan model pembelajaran kooperatiftipe NHT

2. Menyajikan dan menjelaskan materipembelajaran.

3. Pembentukan kelompokGuru membagi para siswa menjadibeberapa kelompok yang beranggotakan3-5 orang siswa. Guru memberi nomorkepada setiap siswa dalam kelompok dannama kelompok yang berbeda. Tiapkelompok harus memiliki buku panduan

4. Diskusi masalahDalam kerja kelompok setiap siswaberpikir bersama. Pertanyaan dapatbervariasi, dari yang bersifat spesifiksampai yang bersifat umum.

5. Memanggil nomor anggota ataupemberian jawaban.Dalam tahap ini, guru menyebut satunomor dan para siswa dari tiap kelompokdengan nomor yang sama mengangkattangan dan menyiapkan jawaban kepadasiswa dikelas.

6. Memberi kesimpulanGuru bersama siswa menyimpulkanjawaban akhir dari semua pertanyaan yangberhubungan dengan materi yangdisajikan.

7. Evaluasi dan penilaianSudah tentu dalam pelaksanaan setiapmodel pembelajaran mempunyaikelebihan dan kekurangannya, begitu jugadengan NHT. Adapun kelebihan dankekurangan pada NHT adalah sebagaiberikut:

Kelebihan NHTa. Melatih percaya diri siswa dalam

menjawab pertanyaan yang ada.b. Melatih untuk bekerja sama dalam diskusi

kelompok.c. Menciptakan suasana interaksi sesama

siswa dan guru dengan baik.d. Mendorong siswa untuk lebih aktif dan

kreatif dalam pembelajaran.e. Melatih keberanian siswa mengemukakan

pendapatf. Meningkatkan efesiensi guru dalam

mengelola kelas yang kreatif, danmenyenangkan sehingga tujuanpembelajaran diharapkan tercapai

g. Meningkatkan hasil belajar siswa baiksecara individu maupun kelompok.

Kekurangan NHTa. Memerlukan persiapan buku paduan

pembelajaran.b. Memerlukan persiapan mental siswa

untuk menjawab

Pembelajaran Fisika tentang TekananHidrostatis

Tekanan hidrostatis merupakan materipelajaran fisika yang diajarkan pada kelas XTPTU SMK Negeri 1 Bireuen pada semestergenap tahun pembelajaran 2014/2015, dalamhal ini siswa harus mampu memahami konseptekanan hidrostatis dan mampu mengerjakanbentuk-bentuk soal perhitungan tekananhidrostatis. Tekanan (p) didefinisikan sebagaigaya yang bekerja tegak lurus (F) pada suatubidang benda persatuan luas bidang itu (A).Fluida yang berada dalam suatu wadahmemiliki gaya berat, akibat pengaruh grafitasi(g). Gaya berat fluida menimbulkan tekanan,tekanan didalam fluida tak mengalir yangdiakibatkan oleh adanya gaya grafitasi inidisebut tekanan hirostatis. Dari Gambar 1.Sebuah bak berisi air yang beratnya (m.g),dimana luas penampang bak (A) dengan gaya(F) tinggi kedalaman air (h) , maka besarnyatekanan hidrostatis di titik S adalah :

Gambar 1. Tekanan Hidrostatis

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 23: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

22

Fatimah Abubakar, S.Pd* adalah Guru Mapel Fisika SMK Negeri 1 Bireuen

Prinsipnya kerja dari tekanan hidrostatisadalah dengan memakai hukum Pascal yangmenyatakan bahwa tekanan yang diadakan dariluar zat cair didalam ruang tertutup diteruskanoleh zat itu kesegala arah dengan sama rata,hal ini dapat dicontohkan terjadinya tekananhidrostatis pada alat penyemprot.

Kerangka BerpikirPeningkatan keberhasilan belajar siswa

terhadap pembelajaran fisika khususnya materitekanan hidrostatis dengan menggunakanmodel pembelajaran Numbered Head Together(NHT) yang relevan. Penggunaan modelpembelajaran yang terprogam, terarah dapatmeningkatkan motivasi siswa yang terlibatlangsung secara aktif dalam proses berpikirdan dalam kegiatan-kegiatan belajar di kelas,sehingga tingkat keberhasilan belajar siswaakan tercapai sesuai dengan harapan.

Hipotesis TindakanBerdasarkan berbagai teori yang telah

dikumpulkan, maka peneliti merumuskanhipotesis tindakan yaitu “Melalui NHT dapatmeningkatkan hasil belajar tekanan hidrostatispada siswa kelas X TPTU SMK Negeri 1Bireuen”.

METODE PENELITIANPenelitian yang dilakukan oleh peneliti

merupakan penelitian tindakan kelas (PTK)atau “Classroom Action Reserh”Lokasipenelitian dilaksanakan adalah Kelas X TeknikPendingin dan Tata Udara (TPTU) SMKNegeri 1 Bireuen jalan Taman Siswa No. 2,Telp. (0644) 21558, Fax. (0644) 21358, KodePos 24251 desa Geulanggang Baro KecamatanKota Juang Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh.Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, mulaidari tanggal 13 Januari s.d 31 Maret 2015.Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XTPTU SMK Negeri 1 Bireuen semester genaptahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 29orang siswa, dimana 29 orang siswa semuanyalaki-laki.

Sumber data dalam penelitian ini adalahsiswa sebagai subyek penelitian. Data darihasil tes tertulis. Tes tertulis dengan materitekanan hidrostatis dilaksanakan pada setiap

akhir siklus. Selain siswa sebagai sumber data,peneliti juga menggunakan dua teman sejawatsesama guru kelas sebagai sumber data dalammengobservasi keaktifan siswa dalampembelajaran setiap siklus.

Teknik pengumpul data meliputi datamengenai peningkatan penguasaan materidiambil dari tes hasil belajar setiap siklus. Datatentang keaktifan siswa diambil denganmenggunakan lembar observasi. Alatpengumpul data meliputi: Tes tertulis, terdiriatas 6 soal pilihan ganda materi tekananhidrostatis. Lembar observasi dan dokumen.

Teknik Analisis DataData yang terkumpul mengunakan analisis

kuantitatif dan analisis kualitatif. Untukanalisis kuantitatif digunakan analisisdeskriptif yaitu skor rata-rata dan persentase,nilai minimum dan maksimum, ketuntasan danpersentase pada setiap siklus. Sedangkan untukanalisis kualitatif dengan mengolah nilaiberdasarkan rentangan nilai dan KKM. Datahasil observasi (pengamatan) yang dibantuoleh dua teman sejawat guru yangmengobservasi keaktifan siswa dalam prosespembelajaran dengan mengunakan skor totalaspek, skor setiap indikator, rata-rata dankualifikasi pada setiap siklus.

Indikator KeberhasilanIndikator keberhasilan proses tindakan

adalah apabila kemampuan siswa kelas XTPTU memenuhi nilai kriteria ketuntasanminimal (KKM) sebesar 2,66 (76) C,Observasi keaktifan siswa belajar dalam setiapsiklus perlu dilakukan sebagai perbandingandalam keberhasilan pembelajaran. Observasidilaksanakan oleh dua teman sejawat dalampembelajaran setiap siklus.

Prosedur PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian

tindakan kelas yang ditandai dengan adanyasiklus, adapun dalam penelitian ini terdiri atas2 siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaantindakan, pelaksanaan tindakan, observasi,analisa data dan refleksi, hal ini terlihat sepertipada gambar alur penelitian sebagai berikut:

Fatimah Abubakar, Meningkatkan Hasil Belajar Tekanan Hidrostatis Melalui NHT

Page 24: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

23

Fatimah Abubakar, S.Pd* adalah Guru Mapel Fisika SMK Negeri 1 Bireuen

Gambar 2. Alur Penelitian

Siklus IPermasalahan; Hasil kondisi awal (pra

siklus) setelah diadakan penilaian akhirpembelajaran Fisika tepatnya materi tekananhirostatis pada kelas X TPTU dari 29 siswahanya 3 siswa (10,35%) memperoleh baik , 11siswa (37,93%) memperoleh nilai cukup, 13siswa (44,82%) lagi memperoleh nilai belumlulus dan 2 siswa (6,90%) tidak lulus, iniberarti siswa tidak tuntas belajar 51,72% darisiswa yang jumlahnya 29 orang. Permasalahanini akan dianalisis pada kondisi awal (prasiklus).

Perencanaan tindakan I terdiri ataskegiatan: Penyusunan rencana pelaksanaanpembelajaran (RPP). Penyusunan RPPpembelajaran fisika untuk materi tekananhidrostatis disesuaikan dengan modelpembelajaran NHT. Penyiapan skenariopembelajaran dengan model NHT.Menyiapkan nomor (pertanyaan/materi), Bukupanduan/ LKS, lembaran tes tertulis tekananhirostatis. Pada siklus I, 29 siswa dibagimenjadi 5 kelompok

Pelaksanaan tindakan I; Pelaksanaanprogram pembelajaran sesuai dengan jadwal.Proses pembelajaran dengan menggunakanmodel pembelajaran NHT pada materitekanan hirostatis. Melaksanakan kegiatanproses pembelajaran, menyajikan danmenjelaskan materi tekanan hirostatis denganpendekatan NHT. Mengadakan tes tertulis danpenilaian hasil tes tertulis.

Observasi I; Observasi (pengamatan) yangdibantu oleh dua teman sejawat guru yangmengobservasi keaktifan siswa dalam prosespembelajaran dengan mengunakan skor total

aspek, skor setiap indikator, rata-rata dankualifikasi pada siklus I. Analisa data I yangdiperoleh dari hasil tes dan data hasil observasipada siklus I.

Refleksi I; Dalam tahap ini, merefleksiseluruh kegiatan atau peristiwa selamapelaksanaan tindakan berlangsung,membandingkan hasil pra siklus dengan siklusI dan mengidentifikasi kembali hal-hal yangmasih kurang dan mempertahankan hal yangdianggap baik. Dan apabila pelaksanaantindakan pada siklus I belum memuaskan,maka akan ditindak lanjut lagi pada siklus IIsampai tujuan berhasil.

Siklus IIPerencanaan tindakan II; Penyusunan

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).Penyusunan RPP pembelajaran fisika untukmateri tekanan hidrostatis disesuaikan denganmodel pembelajaran NHT. Penyiapan skenariopembelajaran dengan model NHT.Menyiapkan nomor (pertanyaan/materi), Bukupanduan/ LKS, lembaran tes tertulis tekananhirostatis. Pada siklus II, 29 siswa dibagimenjadi 4 kelompok, dimana pada setiapkelompok ada dua siswa yang berprestasi.

Pelaksanaan tindakan II; Pelaksanaanprogram pembelajaran sesuai dengan jadwal.Proses pembelajaran dengan menggunakanmodel pembelajaran NHT pada materitekanan hirostatis. Melaksanakan kegiatanproses pembelajaran, menyajikan danmenjelaskan materi tekanan hirostatis denganpendekatan NHT. Mengadakan tes tertulis danpenilaian hasil tes tertulis.

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 25: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

24

Fatimah Abubakar, S.Pd* adalah Guru Mapel Fisika SMK Negeri 1 Bireuen

Observasi II; Observasi (pengamatan)yang dibantu oleh dua teman sejawat guruyang mengobservasi keaktifan siswa dalamproses pembelajaran dengan mengunakan skortotal aspek, skor setiap indikator, rata-rata dankualifikasi pada siklus II. Analisa Data IIyang diperoleh dari hasil tes dan data hasilobservasi pada siklus II dan mengambilkesimpulan

Refleksi II; Refleksi dalam tahap ini,membandingkan hasil belajar pada siklus Idengan siklus II dimana penelitimengharapkan siswa dapat meningkatkan hasilbelajar tekanan hidrostatis sesuai denganharapan.

HASIL DAN PEMBAHASANHasil Penelitian

Hasil kondisi awal (pra siklus) setelahdiadakan penilaian akhir pembelajaran Fisikatepatnya materi tekanan hirostatis pada kelas XTPTU dari 29 siswa hanya 3 siswa (10,35%)memperoleh baik , 11 siswa (37,93%)memperoleh nilai cukup, 13 siswa (44,82%)lagi memperoleh nilai belum lulus dan 2 siswa(6,90%) tidak lulus, ini berarti siswa tidaktuntas belajar 51,72 % dari siswa yangjumlahnya 29 orang. Berdasarkan hasil tes prasiklus yang tidak sesuai dengan harapandengan ketuntasan belajar dari 29 siswahanya 14 siswa yang tuntas (48,28%) danbelum tuntas 15 siswa (51,72%) serta nilairata-rata 71 masih dibawah nilai KKM,dipadukan lagi dengan hasil observasi prasiklus dengan kualifikasi kurang aktif (C).Maka perlu tindakkan untuk perbaikan agarsiswa lebih aktif lagi dalam pembelajaran.

Data yang diperoleh dari hasil tes dan datahasil observasi pada siklus I. Hasil siklus Isetelah diadakan penilaian akhir pembelajaranFisika tepatnya materi tekanan hidrostatis padakelas X TPTU dari 29 siswa hanya 6 siswa(20,69%) memperoleh baik, 15 siswa(51,72%) memperoleh nilai cukup dan 8 siswa(27,59%) lagi memperoleh nilai belum lulus.Pada pra siklus dibawah KKM sebanyak 15siswa dan pada akhir siklus I berkurangmenjadi 8 siswa. Nilai rata-rata kelasmeningkat dari 71 menjadi 76. Jumlah siswayang mencapai ketuntasan belajar mengalamipeningkatan jika dibandingkan dengan siklus I.Menurut gambaran yang ada , bahwakeberhasilan belajar pada siklus I lebih baikdari pra siklus, namun demikian hasil

pembelajaran belum semaksimal mungkinyang sesuai dengan harapan. Denganmemperhatikan hasil observasi keaktifanmasih ada siswa yang kurang aktif dalamproses pembelajaran, oleh karena itudiperlukan perbaikan pada pembelajaran siklusII.

Data yang diperoleh dari hasil tes dan datahasil observasi pada siklus II. Hasil siklus IIsetelah diadakan penilaian akhir pembelajaranFisika tepatnya materi tekanan hidrostatis padakelas X TPTU dari 29 siswa hanya 9 siswa(31,03%) memperoleh baik, 20 siswa(68,97%) memperoleh nilai cukup. Refleksidalam tahap ini, membandingkan hasil belajarpada siklus I dengan siklus II dimana penelitimengharapkan siswa dapat meningkatkan hasilbelajar tekanan hidrostatis melalui NHT sesuaidengan harapan. Berdasarkan hasil siklus Idengan hasil tes siklus II dapat dilihat adanyapengurangan jumlah siswa yang masih dibawah KKM. Pada siklus I dibawah KKMsebanyak 8 siswa dan pada akhir siklus IIsemua lulus sesuai dengan nilai KKM. Nilairata-rata kelas meningkat dari 76 menjadi 82.Jumlah siswa yang mencapai ketuntasanbelajar mengalami peningkatan jikadibandingkan dengan siklus I. Disamping hasiltes pada siklus II sangat memuaskan, jugakeberhasilan keaktifan siswa dalam prosespembelajaran sisklus II ada peningkatandibandingankan dengan proses pembelajaranpada siklus I, dari kualifikasi B (Aktif) denganskor nilai rata-rata 60 pada siklus I meningkatmenjadi B (Aktif) dengan skor nilai rata-rata70. Menurut data yang ada, bahwakeberhasilan belajar pada siklus II lebih baikdari siklus I maupun pada pra siklus, dengandemikian hasil pembelajaran sudahsemaksimal mungkin yang sesuai denganharapan.

PembahasanBerdasarkan hasil penelitian dapat

dinyatakan bahwa pendekatan pembelajaranNHT dapat meningkatkan hasil belajar tekananhidrostatis pada siswa kelas X TPTU SMKNegeri 1 Bireuen semester genap tahunpelajaran 2014/2015, bahwa perbandinganhasil tes pra siklus (kondisi awal), siklus I dansiklus II ada peningkatan yang cukupsignifikan, baik dilihat dari ketuntasan belajarmaupun hasil perolehan nilai rata- rata siswameningkat 6,80% dari nilai rata-rata 71 pada

Fatimah Abubakar, Meningkatkan Hasil Belajar Tekanan Hidrostatis Melalui NHT

Page 26: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

25

Fatimah Abubakar, S.Pd* adalah Guru Mapel Fisika SMK Negeri 1 Bireuen

pra siklus menjadi 76 pada siklus I , danmeningkat 7,59% dari nilai rata-rata 76 padasiklus I menjadi 82 pada siklus II. Selain itu

dapat dilihat pada data dan diagram nilai rata-rata, nilai tertinggi dan nilai terendah padasetiap siklus dibawah ini :

Tabel 1. Hasil Belajar Berdasarkan Nilai SiswaNo Keterangan Pra Siklus Siklus I Siklus II1 Nilai tertinggi 84 86 882 Nilai Terendah 58 66 76

Nilai Rata-rata 71 76 82

Gambar 3. Diagram Hasil Belajar Berdasarkan Nilai Siswa

Dari hasil belajar sejumlah 29 siswa mencapaiketuntasan berdasarkan nilai KKM 76 (2,66),pada pra siklus 14 siswa (48,28 %) tuntas dan15 siswa (51,72%) tidak tuntas, sedangkanpada siklus I siswa mencapai ketuntasanbelajar sebanyak 21 siswa (72,41%) dan tidak

tuntas 8 siswa (27,59%) serta pada siklus IIsemua siswa berjumlah 29 siswa (100%)tuntas, berikut data dan diagram ketuntasanpada pra siklus, siklus I dan siklus II sebagaiberikut :

Tabel 2. Hasil Belajar Siswa Berdasarkan KKM

No.KetuntasanBelajar

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Jlh.Siswa

PersenJlh.

SiswaPersen

Jlh.Siswa

Persen

1. Tuntas 14 48,28 % 21 72,41 % 29 100%

2. Belum Tuntas 15 51,72 % 8 27,59 % 0 0%

Jumlah 29 100% 29 100% 29 100%

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 27: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

26

Fatimah Abubakar, S.Pd* adalah Guru Mapel Fisika SMK Negeri 1 Bireuen

Gambar 4. Diagram Hasil Belajar Siswa Berdasarkan KKM

Keaktifan siswa dalam prosespembelajaran juga mengalami peningkatan,dimana keaktifan siswa mempunyaipeningkatan sebesar 30,8% dari keaktifansiswa pada pra siklus ke siklus I dan 15,38%

dari siklus I ke siklus II, sehingga mendukungkeberhasilan siswa dalam proses pembelajaran.Berikut data dan diagram observasi keaktifansiswa mulai dari pra siklus, siklus I dan siklusII.

Tabel 3. Hasil Observasi Keaktifan Siswa

Keaktifan Siswa Pra Siklus Siklus I Siklus II

a . Skor rata-rata 44 60 70

b. Kualifikasi Kurang aktif (C) Aktif (B) Aktif (B)

Gambar 5. Diagram Hasil Observasi Keaktifan Siswa

Dari hasil penelitian dan pembahasan yangada, dapatlah dikatakan bahwa denganmenerapkan model pembelajaran NHT padapembelajaran fisika dalam materi tekananhidrostatis, siswa X TPTU SMK Negeri 1Bireuen dapat meningkatkan hasil belajarnyasesuai dengan harapan.

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

Berdasarkan penelitian ini dapatdisimpulkan bahwa :1. Cara melakukan peningkatan hasil belajar

tekanan hidrostatis pada siswa kelas X

TPTU SMK Negeri 1 Bireuen, dimanamelalui NHT kepercayaan diri siswamenjadi lebih tinggi, penerimaan terhadapindividu menjadi lebih besar, pemahamanyang lebih mendalam dan keterampilanmenjawab pertanyaan, sehinggamendapatkan hasil belajar sesuai harapan.

2. Efektifitas NHT dalam meningkatkanhasil belajar tekanan hidrostatis padasiswa kelas X TPTU SMK Negeri 1Bireuen, dimana keaktifan siswameningkat sebesar 30,8% dari keaktifansiswa pada pra siklus ke siklus I dan15,38% dari siklus I ke siklus II, sehingga

Fatimah Abubakar, Meningkatkan Hasil Belajar Tekanan Hidrostatis Melalui NHT

Page 28: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

27

Fatimah Abubakar, S.Pd* adalah Guru Mapel Fisika SMK Negeri 1 Bireuen

dengan adanya keaktifan siswa membuatefektifitas belajar dalam prosespembelajaran.

3. Tingkat keberhasilan belajar tekananhidrostatis melalui NHT pada siswa kelasX TPTU SMK Negeri 1 Bireuen, dimanatingkat hasil belajar pada siklus I siswamencapai ketuntasan belajar sebanyak 21siswa (72,41%) dan tidak tuntas 8 siswa(27,59%) sedangkan pada siklus II semuasiswa berjumlah 29 siswa (100%) tuntasbelajar .

SaranBerkaitan dengan kesimpulan hasil

penelitian di atas, maka dikemukakan saranbahwa guru hendaknya menerapkan modelNHT sesuai dengan materi yangdiajarkan, untuk efektifitas dan meningkatakanhasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKAAri Kunto, Suharsimi. 2008. Penelitian

Tindakan Kelas, cet VI. Jakarta : PTBumi Aksara.

Ibrahim, M. dkk. 2000. PembelajaranKooperatif. Surabaya: UniversitasNegeri Surabaya.

M. Suratman. 2001. Buku Fisika 2 SMK.Bandung: Armico.

Mulyana, Etin Solihatin. 2005. Menjadi GuruProfesional, MemciptakanPembelajaran Kreatif danMenyenangkan. Bandung : PTRemeja Rosdakarya Offset.

Moh User Usman. 2002. Menjadi GuruProfesional. Bandung: RemajaRosdakarya.

Nasution. 2006. Berbagai Pendekatan DalamProses Belajar & Mengajar.Bandung: PT Bumi Aksara.

Oemar, Hamalik. 1992. Psikologi Belajar danMengajar. Bandung: Sinar Baru.

Saifudin Azwar. 1998. Tes Prestasi II.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sudjana, Nana. 2009. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta: Rineka Cipta.

Suharjono. 2009. Penelitian Tindakan. Malang: LP3UM.

Sugiyanto. 2008. Model-Model PembelajaranInovatif. Surakarta: PSG Rayon 13.

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative LearningTeori & Apilkasi Paikem.Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 29: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

28

M. Yusuf, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen

PERKEMBANGAN BUDAYA POLITIK DI INDONESIA

OlehM. Yusuf*

AbstrakPerkembangan budaya politik di Indonesia merupakan bagian dari kebudayaan masyarakatdengan ciri-ciri yang lebih khas. Istilah budaya politik meliputi masalah legitimasi,pengaturan kekuasaan, proses gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang memerintah.Dengan demikian, budaya politik langsung mempengaruhi kehidupan politik danmenentukan keputusan nasional yang menyangkut pola pengalokasian sumber-sumber dayamasyrakat. Almond dan verba mendefinisikan budaya politik sebagai suatu siap orientasiyang khas warga Negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikapterhadap peranan warga Negara yang ada didalam sistem itu. Dengan kata lain bagaimanadistribusi pola-pola orientasi khusus menuju tujuan politik diantara masyarakat bangsa itu.Budaya Politik Indonesia saat ini adalah Campuran dari Parokial, Kaula, dan Partisipan,dari segi budaya Politik Partisipan, Semua ciri-cirinya telah terjadi di Indonesia dan ciri-ciribudaya politik Parokial juga ada yang memenuhi yaitu seperti berlangsungnya padamasyarakat tradisional dan pada budaya politik kaula ada yang memenuhi seperti wargamenyadari sepenuhnya otoritas pemerintah. Kecendrungan Neo-patrimonisalistik dimanasalah satu kecendrungan dalam kehidupan politik di Indonesia adalah adanya kecendrunganmunculnya budaya politik yang bersifat neo-patrimonisalistik; artinya meskipun memilikiatribut yang bersifat modern dan rasionalistik seperti birokrasi, perilaku negara masihmemperlihatkan tradisi dan budaya politik yang berkarakter patrimonial. Perkembanganbudaya politik di Indonesia tidak terlepas dari peradaban budaya politik yang terjadi diIndonesia.

Kata Kunci : Budaya Politik dan Perkembangannya di Indonesia

PENDAHULUANSetiap warga Negara Indonesia dalam

kesehariannya hampir selalu bersentuhandengan aspek-aspek politik praktis baik yangbersimbol maupun tidak. Prosespelaksanaanya dapat terjadi secara langsungatau tidak langsung. Secara tidak langsung,berarti sebatas mendengar informasi atauberita-berita tentang peristiwa politik yangterjadi. Secara langsung , berarti orang tersebutterlibat dalam peristiwa politik tertentu.Kehidupan politik yang merupakan bagian darikeseharian dalam interaksi antar warga Negaradengan pemerintah institusi-institusi di luarpemerintah (non-formal) telah menghasilkandan membentuk variasi pendapat, pandangandan pengetahuan tentang praktik-praktikperilaku politik dalam semua system politik.

Perkembangan budaya politik diIndonesia merupakan bagian dari kebudayaanmasyarakat dengan ciri-ciri yang lebih khas.Istilah budaya politik meliputi masalah

legitimasi, pengaturan kekuasaan, prosesgejolak masyarakat terhadap kekuasaan yangmemerintah. Dengan demikian, budaya politiklangsung mempengaruhi kehidupan politik danmenentukan keputusan nasional yangmenyangkut pola pengalokasian sumber-sumber daya masyrakat. Budaya politikmerupakan sistem nilai dan keyakinan dimilikibersama oleh masyarakat. Almond dan verbamendefinisikan budaya politik sebagai suatusiap orientasi yang khas warga Negaraterhadap sistem politik dan aneka ragambagiannya, dan sikap terhadap peranan wargaNegara yang ada didalam sistem itu. Dengankata lain bagaimana distribusi pola-polaorientasi khusus menuju tujuan politik diantaramasyarakat bangsa itu.

Budaya Politik Indonesia saat ini adalahCampuran dari Parokial, Kaula, dan Partisipan,dari segi budaya Politik Partisipan, Semua ciri-cirinya telah terjadi di Indonesia dan ciri-ciribudaya politik Parokial juga ada yang

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 30: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

29

M. Yusuf, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen

memenuhi yaitu seperti berlangsungnya padamasyarakat tradisional dan pada budaya politikkaula ada yang memenuhi seperti wargamenyadari sepenuhnya otoritas pemerintah.Setelah era reformasi memang orang menyebutIndonesia telah menggunakan budaya Politikpartisipan karena telah bebasnya Demokrasi,partisipatifnya masyarakat dan tidak tundukakan keputusan atau kinerja pemerintah baru .

Adapun rumusan masalah dalammakalah ini, antara lain:1. Bagaimana pengertian dari budaya

politik?2. Apa saja komponen dan tipe budaya

politik?3. Bagaimana perkembangan budaya politik

di Indonesia?

Makalah ini dibuat dengan tujuan untukmenjelaskan dan meningkatkan pemahamanpeserta didik tentang budaya politik, sertamengetahui proses perkembangan budayapolitik di Indonesia1. Peserta didik memahami dan mengerti

konsep budaya politik2. Peserta didik mengetahui komponen dan

tipe budaya politik3. Peserta didik mampu meningkatkan

motivasi belajar konsep budaya politik danmengetahui proses perkembangan budayapolitik di Indonesia serta dapat diterapkandalam kehidupan sehari-hari.

PEMBAHASANPengertian Budaya Politik

Budaya politik merupakan pola perilakusuatu masyarakat dalam kehidupan bernegara,penyelenggaraan administrasi negara, politikpemerintahan, hukum, adat istiadat, dan normakebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggotamasyarakat setiap harinya. Budaya politik jugadapat di artikan sebagai suatu sistem nilaibersama suatu masyarakat yang memilikikesadaran untuk berpartisipasi dalampengambilan keputusan kolektif dan penentuankebijakan publik untuk masyarakatseluruhnya.

Ada banyak sarjana ilmu politik yangtelah mengkaji tema budaya politik sehinggaterdapat variasi konsep tentang budaya politikyang kita ketahui. Namun bila diamati dandikaji lebih jauh, derajat/tingkat perbedaankonsep tersebut tidaklah begitu besar sehinggatetap dalam satu pemahaman dan rambu-

rambu yang sama. Berikut ini merupakanpengertian budaya politik menurut beberapaahli ilmu politik. Berikut ini merupakanpengertian budaya politik menurut beberapaahli ilmu politik adalah sebagai berikut :a. Rusadi Sumintapura

Budaya politik tidak lain adalah polatingkah laku individu dan orientasinyaterhadap kehidupan poltik yang dihayati olehpara anggota suatu system politik.b. Sidney Verba

Budaya politik adalah suatu systemkepercayaan empirik, symbol-symbol eksresif,dan nilai-nilai yang menegaskan suatu situasidi mana tindakan politik dilakukan.c. Alan R. Ball

Budaya politik adalah suatu susunanyang terdiri dari sikap, kepercayaan, emosi dannilai-nilai masyarakat yang berhubungandengan sIstem politik dan isu-isu politik.d. Austin ranney

Budaya politik adalah seperangkatpandangan tentang politik dan pemerintahanyang dipegang secara bersama-sama, sebuahpola orientasi terhadap objek-objek politik.e. Gabriel A. Almond dan G. Binghampowell, Jr.

Budaya politik berisikan sikap,keyakinan, nilai, dan keterampilan yangberlaku bagi seluruh populasi, jugakecenderungan dan pola- pola khusus yangterdapat pada bagian-bagian tertentu daripopulasi.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebutdiatas (dalam arti umum atau menurut paraahli), dapat ditarik beberapa batasankonseptual tentang budaya politik sebagaiberikut:1). Bahwa konsep budaya politik lebih

memberikan penekanan pada perilaku-perilaku nonaktual seperti orientasi,sikap, nilai-nilai dan kepercayaan-kepercayaan.

2). Hal-hal yang diorientasikan dalambudaya politik adalah sisitem politik,artinya pembicaraan tentang budayapolitik tidak pernah lepas daripembicaraan tentang sistem politik.

3). Budaya politik merupakan deskripsikonseptual yang menggambarkankomponen-komponen budaya politikdalam tataran massif, ataumendeskripsikan masyarakat di suatuNegara atau wilayah, bukan per individu.

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 31: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

30

M. Yusuf, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen

Dengan memahami pengertian budaya politik,kita akan memperoleh paling tidak duamannfaat, yakni:a. Sikap warga Negara terhadap system

politik akan mempengaruhi tuntutan,tanggapan, dukungan, serta orientasinyaterhadap sistem politik itu.

b. Hubungan antara budaya politik dengansystem politik atau factor-factor apa yangmenyebabkan terjadinya pergeseranpolitik dapat dimengerti.

Komponen-komponen Budaya PolitikMenurut Ranney, budaya politik

memiliki dua komponen utama, yaitu orientasikognitif (cognitive orientations )dan orientasiafektif (affective orientation). Sementara itu,Almond dan Verba dengan lebihkomprehensif mengacu pada apa yangdirumuskan Parsons dan Shils tentangklasifikasi tipe – tipe orientasi, bahwa budayapolitik mengandung tiga komponen objekpolitik berikut:a. Orientasi kognitif : berupa pengetahuan

tentang kepercayaan pada politik,peranan, dan segala kewajiban serta inputdan outputnya.

b. Orientasi afektif : berupa perasaan terhadapsistem politik, peranannya, para actor,dan penampilannya.

c. Orientasi evaluatif: berupa keputusan danpendapat tentang objek- objek politik yangsecara tipikal melibatkan standar nilai dankriteria informasi dan perasaan.

Secara umum budaya politik terbagi atastiga :1. Budaya politik apatis (acuh, masa bodoh,

dan pasif)2. Budaya politik mobilisasi (didorong atau

sengaja dimobilisasi)3. Budaya politik partisipatif (aktif)

Tipe-tipe Budaya Politik· Budaya politik parokial yaitu budayapolitik yang tingkat partisipasi politiknyasangat rendah. Budaya politik suatumasyarakat dapat di katakan Parokial apabilafrekuensi orientasi mereka terhadap empatdimensi penentu budaya politik mendekati nolatau tidak memiliki perhatian sama sekaliterhadap keempat dimensi tersebut. Tipebudaya politik ini umumnya terdapat padamasyarakat suku Afrika atau masyarakat

pedalaman di Indonesia. dalam masyarakat initidak ada peran politik yang bersifat khusus.Kepala suku, kepala kampung, kyai, ataudukun,yang biasanya merangkum semua peranyang ada, baik peran yang bersifat politis,ekonomis atau religius.· Budaya politik kaula (subjek),yaitubudaya politik yang masyarakat yangbersangkutan sudah relatif maju baik sosialmaupun ekonominya tetapi masih bersifatpasif. Budaya politik suatu masyarakat dapatdikatakan subyek jika terdapat frekuensiorientasi yang tinggi terhadap pengetahuansistem politik secara umum dan objek outputatau terdapat pemahaman mengenai penguatankebijakan yang di buat oleh pemerintah.Namun frekuensi orientasi mengenai strukturdan peranan dalam pembuatan kebijakan yangdilakukan pemerintah tidak terlaludiperhatikan. Para subyek menyadari akanotoritas pemerintah dan secara efektif merekadi arahkan pada otoritas tersebut. Sikapmasyarakat terhadap sistem politik yang adaditunjukkan melalui rasa bangga atau malahrasa tidak suka. Intinya, dalam kebudayaanpolitik subyek, sudah ada pengetahuan yangmemadai tentang sistem politik secara umumserta proses penguatan kebijakan yang di buatoleh pemerintah.· Budaya politik partisipan,yaitu budayapolitik yang ditandai dengan kesadaran politikyang sangat tinggi. Masyarakat mampumemberikan opininya dan aktif dalam kegiatanpolitik. Dan juga merupakan suatu bentukbudaya politik yang anggota masyarakatnyasudah memiliki pemahaman yang baikmengenai empat dimensi penentu budayapolitik. Mereka memiliki pengetahuan yangmemadai mengenai sistem politik secaraumum, tentang peran pemerintah dalammembuat kebijakan beserta penguatan, danberpartisipasi aktif dalam proses politik yangberlangsung. Masyarakat cenderung di arahkanpada peran pribadi yang aktif dalam semuadimensi di atas, meskipun perasaan danevaluasi mereka terhadap peran tersebut bisasaja bersifat menerima atau menolak.

Budaya Politik yang Berkembang diIndonesia

Gambaran sementara tentang budayapolitik Indonesia, yang tentunya harus ditelaah dan di buktikan lebih lanjut, adalahpengamatan tentang variabel sebagai berikut :

M. Yusuf, Perkembangan Budaya Politik Di Indonesia

Page 32: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

31

M. Yusuf, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen

a. Konfigurasi subkultur di Indonesia masihaneka ragam, walaupun tidak sekompleksyang dihadapi oleh India misalnya, yangmenghadapi masalah perbedaan bahasa,agama, kelas, kasta yang semuanya relatifmasih rawan/rentan.

b. Budaya politik Indonesia yang bersifatParokial-kaula di satu pihak dan budayapolitik partisipan di lain pihak, di satu segimasa masih ketinggalan dalammempergunakan hak dan dalam memikultanggung jawab politiknya yang mungkindi sebabkan oleh isolasi dari kebudayaanluar, pengaruh penjajahan, feodalisme,bapakisme, dan ikatan primordial.

c. Sikap ikatan primordial yang masih kuatberakar, yang di kenal melalui indikatornyaberupa sentimen kedaerahan, kesukaan,keagamaan, perbedaan pendekatanterhadap keagamaan tertentu; purutanismedan non puritanisme dan lain-lain.

d. Kecendrungan budaya politik Indonesiayang masih mengukuhi sikap paternalismedan sifat patrimonial; sebagai indikatornyadapat di sebutkan antara lain bapakisme,sikap asal bapak senang.

e. Dilema interaksi tentang introduksimodernisasi (dengan segalakonsekuensinya) dengan pola-pola yangtelah lama berakar sebagai tradisi dalammasyarakat.

Hirarki yang tegar/ketat dimanamasyarakat Jawa, dan sebagian besarmasyarakat lain di Indonesia, pada dasarnyabersifat hirarkis. Stratifikasi sosial yanghirarkis ini tampak dari adanya pemilahantegas antara penguasa (wong gedhe) denganrakyat kebanyakan (wong cilik). Masing-masing terpisah melalui tatanan hirarkis yangsangat ketat. Alam pikiran dan tatacara sopansantun diekspresikan sedemikian rupa sesuaidengan asal usul kelas masing-masing.Penguasa dapat menggunakan bahasa 'kasar'kepada rakyat kebanyakan. Sebaliknya, rakyatharus mengekspresikan diri kepada penguasadalam bahasa 'halus'. Dalam kehidupan politik,pengaruh stratifikasi sosial semacam itu antaralain tercemin pada cara penguasa memandangdiri dan rakyatnya.·

Kecendrungan Patronage dimana polahubungan Patronage merupakan salah satubudaya politik yang menonjol di Indonesia.Pola hubungan ini bersifat individual. Dalamkehidupan politik, tumbuhnya budaya politik

semacam ini tampak misalnya di kalanganpelaku politik. Mereka lebih memilih mencaridukungan dari atas daripada menggalidukungn dari basisnya.

Kecendrungan Neo-patrimonisalistikdimana salah satu kecendrungan dalamkehidupan politik di Indonesia adalah adanyakecendrungan munculnya budaya politik yangbersifat neo-patrimonisalistik; artinyameskipun memiliki atribut yang bersifatmodern dan rasionalistik seperti birokrasi,perilaku negara masih memperlihatkan tradisidan budaya politik yang berkarakterpatrimonial.Ciri-ciri birokrasi modern: Adanya suatu struktur hirarkis yang

melibatkan pendelegasian wewenang dariatas ke bawah dalam organisasi

Adanya posisi-posisi atau jabatan-jabatanyang masing-masing mempunyai tugasdan tanggung jawab yang tegas

Adanya aturan-aturan, regulasi-regulasi,dan standar-standar formalyang mengaturbekerjanya organisasi dan tingkah lakuanggotanya

Adanya personel yang secara teknismemenuhi syarat, yang dipekerjakan atasdasar karier, dengan promosi yangdidasarkan pada kualifikasi danpenampilan.

Budaya Politik di IndonesiaBudaya politik di Indonesia merupakan

perwujudan nilai-nilai yang dianut olehmasyarakat Indonesia yang diyakini sebagaipedoman dalam melaksanakan kegiatankegiatan polituk kenegaraan. Budaya politikIndonesia selalu berubah mengikutiperkembangan zaman. Tetapi itu hanya terjadipada daerah perkotaan dan pedesaan yangtelah maju, sedangkan pada daerah-daerahterpencil itu tidak terjadi perubahan karenakurangnya pendidikan dan informasi

Indonesia menjalankan pemerintahanrepublik presidensial multipartai yangdemokratis. Seperti juga di negara-negarademokrasi lainnya, sistem politik di Indonesiadidasarkan pada Trias Politika yaitu kekuasaanlegislatif, eksekutif dan yudikatif. Kekuasaanlegislatif dipegang oleh sebuah lembagabernama Majelis Permusyawaratan Rakyat(MPR) yang terdiri dari dua badan yaitu DPRyang anggota-anggotanya terdiri dari wakil-wakil Partai Politik dan DPD yang anggota-

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 33: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

32

M. Yusuf, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen

anggotanya mewakili provinsi yang ada diIndonesia. Setiap daerah diwakili oleh 4 orangyang dipilih langsung oleh rakyat di daerahnyamasing-masing. MPR dulunya adalah lembagatertinggi negara. Namun setelah amandemenke-4 MPR bukanlah lembaga tertinggi lagi.Keanggotaan MPR berubah setelahAmandemen UUD 1945 pada periode 1999-2004. Seluruh anggota MPR adalah anggotaDPR, ditambah dengan anggota DPD (DewanPerwakilan Daerah). Anggota DPR dan DPDdipilih melalui pemilu dan dilantik dalam masajabatan lima tahun. Anggota MPR saat terdiridari 560 anggota DPR dan 132 anggota DPD.

Lembaga eksekutif berpusat padapresiden, wakil presiden, dan kabinet. Kabinetdi Indonesia adalah Kabinet Presidensialsehingga para menteri bertanggung jawabkepada presiden dan tidak mewakili partaipolitik yang ada di parlemen. LembagaYudikatif sejak masa reformasi dan adanyaamandemen UUD 1945 dijalankan olehMahkamah Agung, Komisi Yudisial, danMahkamah Konstitusi, termasuk pengaturanadministrasi para hakim. Meskipun demikiankeberadaan Menteri Hukum dan Hak AsasiManusia tetap dipertahankan.

Peradaban Budaya Politik di IndonesiaBudaya Politik Indonesia saat ini adalah

Campuran dari Parokial, Kaula, dan Partisipan,dari segi budaya Politik Partisipan , Semuaciri- cirinya telah terjadi di Indonesia dan ciri-ciri budaya politik Parokial juga ada yangmemenuhi yaitu seperti berlangsungnya padamasyarakat tradisional dan pada budaya politikkaula ada yang memenuhi seperti wargamenyadari sepenuhnya otoritas pemerintah.

Setelah era reformasi memang orangmenyebut Indonesia telah menggunakanbudaya Politik partisipan karena telahbebasnya Demokrasi, partisipatifnyamasyarakat dan tidak tunduk akan keputusanatau kinerja pemerintah baru . Perlu diketahuiketika era orde baru Demokrasi dikekang.Segala bentuk media dikontrol/diawasi olehpemerintah lewat Departemen Penerangansupaya tidak mempublikasikan kebobrokanpemerintah.

Peradaban budaya politik di Indonesiaterbagi kedalam beberapa zaman yaitu sebagaiberikut:1. Zaman Penjajahan Belanda

Zaman ini partai-partai politik tidak dapathidup damai dan tentram.Hal ini disebabkansetiap partai yang menentang akanditangkap,diasingkan, dipenjarakan ataudisingkirkan.Partai-partai yang pernah adapada zaman belanda diantaranya adalahIndische Partij (1912), National Indische Partij(1919), Indische Social DemokratischeVeriniging (ISDV) Tahun 1915, PartaiKomunis Indonesia(1920), Partai Serikat Islam(1923), Partai Nasional Indonesia(1927),Permufakatan Perhimpunan PolitikKebangsaan Indonesia (1927), Partai SerikatIslam Indonesia (1930), Partai Indonesia(1931), Partai Indonesia Raya (1935), GerakanRakyat Indonesia (1937), Gabungan PolitikIndonesia (1939).

2. Zaman Penjajahan JepangPada masa awal pendudukan, Jepang

menyebarkan propaganda yang menarik. SikapJepang pada awalnya menunjukkan kelunakan,misalnya: a) mengizinkan bendera MerahPutih dikibarkan di samping benderaJepang, b)melarang penggunaan bahasa Belanda, c)mengizinkan penggunaan bahasa Indonesiadalam kehidupan sehari-hari, dan d)mengizinkan menyanyikan lagu IndonesiaRaya. Kebijakan Jepang yang lunak ternyatatidak berjalan lama. Jenderal Imamuramengubah semua kebijakannya. Kegiatanpolitik dilarang dansemua organisasi politikyang ada dibubarkan. Sebagai gantinya Jepangmembentuk organisasi-organisasi baru.Tentunya untuk kepentingan Jepang itusendiri. Organisasi-organisasi yang didirikanJepang antara lain Gerakan Tiga A, Putera, danJawa Hokokai.

3. Zaman Orde LamaBudaya politik yang berkembang pada

era ini masih diwarnai dengansifatprimordialisme. Tokoh politikmemperkenalkan gagasan Nasionalisme,Agama, dan Komunisme (Nasakom). Gagasantersebut menjadi patokan bagi partai-partaiyang berkembang pada era DemorasiTerpimpin. Dalam kondisi tersebut tokohpolitik dapat memelihara keseimbanganpolitik.Selain itu, paternalisme juga bahkandapat hidup lebih subur di kalanganelit-elitpolitiknya. Pengaturan soal-soalkemasyaraktan lebih cenderung dilakukansecarapaksaan. Hal ini bisa dilihat dari adanya

M. Yusuf, Perkembangan Budaya Politik Di Indonesia

Page 34: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

33

M. Yusuf, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen

teror mental yang dilakukan kepadakelompok-kelompok atau orang-orang yangkontrarevolusi ataupun kepada aliran-aliranyang tidak setuju dengan nilai-nilaimutlakyang telah ditetapkan oleh penguasa.

Dari masyarakatnya sendiri, besarnyapartisipasi berupa tuntutan yangdiajukankepada pemerintah juga masih melebihikapasitas sistem yangada. Namun, saluraninputnya dibatasi, yaitu hanya melalui FrontNasional. Input-input yang masuk melaluiFront Nasional tersebut menghasilkan outputyang berupa output simbolik melalui bentukrapat-rapat raksasa yang hanyamenguntungkan rezim yang sedangberkuasa.Jadi masyarakat berada pada tingkatbudaya politik kaula, karena diciptakan atasusaha dari rezim Zaman Orde Lama.

4. Zaman Orde BaruGaya politik yang didasarkan

primordialisme pada era Orde Baru sudahmulai ditinggalkan. Sifat birokrasi yangbercirikan patron-klien melahirkan tipebirokrasi patrimonial.Dari penjelasan diatas,mengindikasikan bahwa budaya politikyangberkembang pada era Orde Baru adalahbudaya politik subjek. Dimanasemuakeputusan dibuat oleh pemerintah, sedangkanrakyat hanya bisatunduk di bawahpemerintahan otoriterianisme Soeharto.Kalaupun adaproses pengambilan keputusanhanya sebagai formalitas karena keputusankebijakan publik yang hanya diformulasikandalam lingkaran elit birokrasi dan militer.

5. Zaman ReformasiPada masa ini masyarakat mampu

memberikan opininya dan aktif dalam kegiatanpolitik. Dan juga merupakan suatu bentukbudaya politik yang anggota masyarakatnyasudah memiliki pemahaman yang baikmengenai dimensi penentu budayapolitik.Mereka memiliki pengetahuan yangmemadai mengenai sistem politik secaraumum, tentang peran pemerintah dalammembuat kebijakan beserta penguatan, danberpartisipasi aktif dalam proses politik yangberlangsung. Masyarakat cenderung di arahkanpada peran pribadi yangaktif dalam semuadimensi di atas, meskipun perasaan danevaluasi mereka terhadap peran tersebut bisasaja bersifat menerima atau menolak.

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

Dari penulisan dan pembahasan yangada dapat disimpulkan bahwa:1. Budaya politik merupakan pola perilaku

suatu masyarakat dalam kehidupanbernegara, penyelenggaraan administrasinegara, politik pemerintahan, hukum,adat istiadat, dan norma kebiasaan yangdihayati oleh seluruh anggota masyarakatsetiap harinya. Budaya politik juga dapatdi artikan sebagai suatu sistem nilaibersama suatu masyarakat yang memilikikesadaran untuk berpartisipasi dalampengambilan keputusan kolektif danpenentuan kebijakan publik untukmasyarakat seluruhnya.

2. Menurut Ranney, budaya politikmemiliki dua komponen utama, yaituorientasi kognitif (cognitive orientations)dan orientasi afektif (affectiveorientation). Sementara itu, Almond danVerba dengan lebih komprehensifmengacu pada apa yang dirumuskanParsons dan Shils tentang klasifikasitipe-tipe orientasi.

3. Budaya politik Indonesia yang bersifatParokial-kaula di satu pihak dan budayapolitik partisipan di lain pihak, di satusegi masa masih ketinggalan dalammempergunakan hak dan dalam memikultanggung jawab politiknya yang mungkindi sebabkan oleh isolasi dari kebudayaanluar, pengaruh penjajahan, feodalisme,bapakisme, dan ikatan primordial.

4. Budaya politik di Indonesia merupakanperwujudan nilai-nilai yang dianut olehmasyarakat Indonesia yang diyakinisebagai pedoman dalam melaksanakankegiatan kegiatan polituk kenegaraan.Budaya politik Indonesia selalu berubahmengikuti perkembangan zaman. Tetapiitu hanya terjadi pada daerah perkotaandan pedesaan yang telah maju, sedangkanpada daerah-daerah terpencil itu tidakterjadi perubahan karena kurangnyapendidikan dan informasi.

5. Kecendrungan Neo-patrimonisalistikdimana salah satu kecendrungan dalamkehidupan politik di Indonesia adalahadanya kecendrungan munculnya budayapolitik yang bersifat neo-patrimonisalistik; artinya meskipunmemiliki atribut yang bersifat modern

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 35: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

34

M. Yusuf, S.Pd* adalah Guru SMK Negeri 1 Bireuen

dan rasionalistik seperti birokrasi,perilaku negara masih memperlihatkantradisi dan budaya politik yangberkarakter patrimonial.

SaranBerkaitan dengan kesimpulan di atas,

maka dikemukakan saran bahwa peserta didikhendaknya dapat membaca dan memahamisekaligus dapat mempelajari perkembanganbudaya politik di Indonesia lainnya, hal iniuntuk mendorong motivasi dan kreatifitassiswa dalam mempelajari dan memahamisemua aspek budaya politik dalam kehidupansehari-hari

DAFTAR PUSTAKAElly M. Setiadi. 2002. PPKn . Jakarta : PT.

Sarana Panca Karya Nusa.http://pelajaran-lengkap.blogspot.com/

pengertian-macam-macam-budaya-politik.html

Error! Hyperlink reference not valid.http://menarailmuku.blogspot.com/budaya-

politik.htmlhttp://www.indonesia.go.id/in/sekilas-

indonesia/politik-dan-pemerintahanhttp://www.indonesia.go.id/in/sekilas-

indonesia/peradapan-politik.htmlhttp://www.slideshare.net/nisakhairani/ciri-

ciri-budaya-politik-yang-berkembang- di-indonesia?related=1

Retno Listyarti. 2013. Pendidikan Pancasiladan Kewarganegaraan. Jakarta:Penerbit Erlangga.

M. Yusuf, Perkembangan Budaya Politik Di Indonesia

Page 36: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

35

Yusrawati, S.Pd* adalah Guru SMP Negeri 1 Jeumpa

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR NORMA MASYARAKAT INDONESIA MELALUISTAD SISWA KELAS VIIISMP NEGERI 1 JEUMPA

OlehYusrawati*

AbstrakPenelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul: Meningkatkan HasilBelajar Norma Masyarakat Indonesia Melalui STAD Siswa Kelas VIII SMP Negri 1Jeumpa, subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jeumpa, bertujuanuntuk mengetahui cara, efektifitas dan tingkat keberhasilan melalui model pembelajarankooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada siswa kelas VIII SMPNegeri 1 Jeumpa. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdiriperencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisa data dan refleksi. Data yangterkumpul mengunakan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Untuk analisis kuantitatifdigunakan analisis deskriptif yaitu skor rata-rata dan persentase, nilai minimum danmaksimum, ketuntasan dan persentase pada setiap siklus. Sedangkan untuk analisiskualitatif dengan mengolah nilai berdasarkan rentangan nilai dan KKM dengan tes tertulis,terdiri atas 6 soal pilihan ganda materi norma masyarakat Indonesia, sedangkanmengobservasi keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan mengunakan skor totalaspek, skor setiap indikator, rata-rata dan kualifikasi pada setiap siklus. Salah satualternatif pembelajaran PPKn yang inovatif dan kreaktif adalah dengan mengunakan modelpembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD). STAD dapat digunakan untukmeningkatkan interaksi atau kerja sama dalam aktivitas siswa dan guru selama kegiatanbelajar mengajar kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, dapat meningkatkanpemahaman siswa terhadap konsep, meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugasakademik dan membantu siswa menumbuhkan cara berpikir kritis, melatih untuk memberipendapat dan membuat siswa lebih aktif dan kreatif. Hasil penelitian berdasarkan nilaiKKM, dari hasil belajar sejumlah 25 siswa mencapai ketuntasan berdasarkan nilai KKM 75pada pra siklus 12 siswa (48%) tuntas dan 13 siswa (52%) tidak tuntas, sedangkan padasiklus I siswa mencapai ketuntasan belajar sebanyak 17 siswa (68%) dan tidak tuntas 8siswa (32%) serta pada siklus II semua siswa berjumlah 25 siswa (100%) tuntas belajar.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Norma Masyarakat Indonesia, STAD.

PENDAHULUANKegiatan pembelajaran dalam dunia

pendidikan bertujuan untuk memenuhi amanahdari Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mampumencerdaskan kehidupan kehidupan bangsa,karena itu setiap guru berkewajiban untukmemenuhi tuntutan tersebut. Para guruhendaknya selalu berusaha menciptakan suatukondisi yang ideal dalam setiap kegiatanpembelajaran di kelas, komunikasi dua arahsecara timbal balik sangat diharapkan dalamproses pembelajaran. Selain itu juga semakinaktif guru dan siswa mengambil bagian dalamkegiatan pembelajaran, maka makin besarkeberhasilan kegiatan pembelajaran tersebut,

sehimgga hasil belajar siswa sesuai denganharapan.

Kenyataannya pada penilaian akhirpembelajaran PPKn tepatnya materi normamasyarakat Indonesia pada kelas VIII dari 25siswa hanya 2 siswa (8 %) memperoleh baik,10 siswa (40 %) memperoleh nilai cukup, 11siswa (44 %) lagi memperoleh nilai kurangdan 2 siswa (8 %) tidak lulus, ini berarti siswatidak tuntas belajar 52 % dari jumlah 25 siswa.Melihat data yang ada, hasil belajar tidaksesuai harapan, perlu adanya perbaikan yangterarah baik dalam perangkat pembelajaran,model pembelajaran yang sesuai danpengelolaan kelas yang baik, hal ini dapat

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 37: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

36

Yusrawati, S.Pd* adalah Guru SMP Negeri 1 Jeumpa

membangkitan motivasi belajar dan percayadiri siswa dalam belajar sehinga menghasilkanhasil belajar yang baik.

Solusinya adalah guru memilikikemampuan untuk menciptakan situasi belajaryang merlibatkan siswa secara aktif sekaligusmembangun motivasi siswa, mampumemperbaiki cara mengajar dalam prosespembelajaran. Salah satu alternatifpembelajaran PPKn yang inovatif dan kreaktifadalah dengan mengunakan modelpembelajaraan Student Teams AchievementDivisions (STAD), model ini termasuk salahsatu tipe model pembelajaran kooperatif, yangmenekankan pada struktur khusus yangdirancang untuk mempengaruhi pola belajarmandiri dalam kelompok, mempunyai strategipembelajaran yang mengutamakan adanyakerjasama antar siswa dalam kelompok untukmencapai tujuan pembelajaran yang telahdiarahkan untuk mempelajari materimenjelajah masyarakat Indonesia. Tujuandibentuknya kelompok adalah untukmemberikan kesempatan kepada siswa agardapat terlibat secara aktif dalam prosesberpikir dan menumbuhkan rasa tanggungjawab siswa sehingga siswa mampu aktifdalam memahami suatu persoalan danmenyelesaikan secara kelompok.

Berdasarkan uraian yang ada, penelitisangat tertarik untuk mengadakan penelitiandengan judul: “Meningkatkan Hasil BelajarNorma Masyarakat Indonesia Melalui STADSiswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Jeumpa”.

Rumusan MasalahBerdasarkan identifikasi masalah yang

telah diungkapkan diatas, maka rumusanmasalah dalam penelitian ini adalah :a. Bagaimana meningkatkan hasil belajar

norma masyarakat Indonesia pada siswakelas VIII SMP Negeri 1 Jeumpa?.

b. Apakah melalui STAD dapatmeningkatkan hasil belajar normamasyarakat Indonesia pada siswa kelasVIII SMP Negeri 1 Jeumpa ?.

c. Bagaimana tingkat hasil belajar normamasyarakat Indonesia melalui STAD padasiswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jeumpa?.

Tujuan PenelitianAdapun tujuan penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui cara melakukanpeningkatan hasil belajar norma

masyarakat Indonesia pada siswa kelasVIII SMP Negeri 1 Jeumpa.

2. Untuk mengetahui efektifitas STAD dalammeningkatkan hasil belajar normamasyarakat Indonesia pada siswa kelasVIII SMP Negeri 1 Jeumpa.

3. Untuk mengetahui tingkat keberhasilanbelajar norma masyarakat Indonesiamelalui STAD pada siswa kelas VIII SMPNegeri 1 Jeumpa

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitianini adalah, antara lain :

a) Bagi siswa, Mampu meningkatkanmotivasi dan kreatifitas dalam belajarkonsep norma masyarakat Indonesia

b) Bagi guru, sebagai Sebagai pengalaman danlatihan terhadap pelaksanaan STAD dalammateri norma masyarakat Indonesia

c). Bagi sekolah, Sebagai referensi bacaanpenggunaan model STAD untukmeningkatkan hasil belajar siswadiperpustakaan sekolah

TINJAUAN PUSTAKAHasil belajar

Pengertian hasil belajar menurut Slameto(2003:10) yaitu: “Sebagai perubahan yangdicapai seseorang setelah mengikuti prosesbelajar”, dimana dalam hal ini prosespembelajaran merupakan proses belajarmengajar yang mengharapkan suatu hasilbelajar yang baik. Sedangkan menurut Sudjana(2009:3) mendefinisikan:”Hasil belajar siswapada hakikatnya adalah perubahan tingkahlaku sebagai hasil belajar dalam pengertianyang lebih luas mencakup bidang kognitif,afektif dan psikomotorik”. Dalam hal inibahwa hasil belajar siswa mempunyai tigaaspek yang perlu diterapkan yaitupengetahuan, sikap dan keterampilan. Dimanabelajar merupakan suatu aktivistas mental ataupsikis yang berlangsung dalam interaksi aktifdengan lingkungan yang menghasilkanperubahan-perubahan dalam pengetahuan,pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.Perubahan itu bersifat relative konstan danberbekas, ini menunjukkan bahwa perubahanyang terjadi karena belajar tidak timbul begitusaja sehingga belajar lebih banyakmembutuhkan kegiatan yang disadari suatuaktivitas psikis dan latihan-latihan Prosesbelajar terjadi karena adanya perangsang-perangsang dari luar individu yang

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 38: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

37

Yusrawati, S.Pd* adalah Guru SMP Negeri 1 Jeumpa

mengakibatkan perubahan dalam hubunganaspek kepribadian Jadi hasil belajar merupakanhal yang terpenting dalam proses pembelajaransehingga terjadi proses perubahan dalam diriseseorang siswa setelah mendapat nilai belajaryang sesuai harapannya.

Aspek-aspek yang Mempengaruhi HasilBelajar.

Motivasi belajar, Kegiatan prosespembelajaran tanpa adanya motivasi siswadalam kegiatan belajar mengajar, bolehdikatakan proses pembelajaran tersebut tidakmemenuhi target yang diharapkan. Motivasibelajar siswa perlu dibangkitkan, sehinggapada kegiatan proses pembelajaran berjalanseperti apa yang diharapkan guru. MenurutHamalik (1992:173) menyebutkan tentangmotivasi bahwa “Suatu masalah didalam kelas,motivasi adalah proses membangkitkan,mempertahankan dan mengontrol minat-minat”, dimana motivasi belajar sangatmempengaruhi keberhasilan siswa dalamproses pembelajaran. Membangkitkanmotivasi siswa merupakan tugas seorang gurudalam proses pembelajaran baik dari segiperangkat sarana pembelajaran, metodepembelajaran, pendekatan moral,mengembangkan dan mengontrol minat siswayang ada, sehingga menghasilkanpembelajaran yang sesuai harapan.

Keaktifan Siswa, Kegiatan dalam prosespembelajaran selain motivasi siswa adalahkeaktifan siswa dalam mengikuti semuakegiatan proses pembelajaran. Dimana dalamhal ini motivasi dan keaktifan siswa berjalanseiring bersama-sama dalam prosespembelajaran, sehingga hasil belajar siswasesuai dengan harapan. Menurut Moh UserUsman (2002:26) cara yang dapat dilakukanguru untuk memperbaiki keterlibatan siswaantara lain sebagai berikut:1) Tingkatkan persepsi siswa secara aktif

dalam kegiatan belajar mengajar yangmembuat respon yang aktif dari siswa

2) Masa transisi antara kegiatan dalammengajar hendaknya dilakukan secaracepat dan luwes

3) Berikan pengajaran yang jelas dan tepatsesuai dengan tujuan mengajar yang akandicapai.

4) Usahakan agar pengajaran dapat lebihmemacu minat siswa.

Dalam hal ini peran guru disini mampupendekatan moral dan membimbing siswasecara kekeluargaan, serta guru mampumengkaitkan pengetahuan kedalamperkembangan anak didik, mengambil solusiyang tepat sehingga siswa dapat aktif dankreatif dalam proses pembelajaran.

Interaksi ,Interaksi guru dengan siswa,siswa dengan siswa maupun sebaliknya perludibina dalam proses pembelajaran. Adanyainteraksi dalam proses pembelajaran membuatsiswa percaya diri dalam setiap kegiatanproses pembelajaran. Menurut S. Nasution(2006:360) menyatakan: “Hasil belajar adalahhasil dari suatu interaksi tindak belajarmengajar dan biasanya ditunjukkan dengannilai tes yang diberikan guru”, hal ini interaksisiswa dengan teman sekelasnya dan guru,perlu diterapkan dalam proses pembelajaranuntuk membangkitkan rasa percaya diri, salingkerja sama dalam diskusi kelompok sehinggaterbentuknya interaksi antar siswa yang dapatmenghasilkan hasil belajar, setelah mendapatnilai belajar yang sesuai harapannya. MenurutWinkel (2004:34) menyatakan: ” Hasil belajaradalah perubahan pengetahuan, keterampilandan sikap darlam diri siswa sebagai akibatinteraksi aktif dengan lingkungannya”.Dimana dalam hal ini interaksi harus dibinaoleh guru dalam proses pembelajaran sehinggatujuan pembelajaran akan tercapai sesuaidengan harapan.

Prestasi Belajar SiswaHasil akhir proses pembelajaran yang

diharapkan guru adalah prestasi belajar siswa,prestasi belajar merupakan suatu hal yangdiharapkan siswa yang belajar serta guru yangmengajar dalam proses pembelajaran, MenurutWinkel (2004:34) menyatakan: ”Hasil belajarseseorang sesuai dengan tingkat keberhasilansesuatu dalam mempelajari materi pelajaranyang dinyatakan dalam nilai atau rapor setiapbidang studi setelah mengalami prosespembelajaran dan dapat diketahui setelahdiadakan evaluasi”, sedangkan menurutSaifuddin Azwar (1998:45) adalah: “Prestasimerupakan hasil yang telah dicapai dari apayang telah dilakukan dan dikerjakan secaraoptimal”, Prestasi belajar siswa akan tercapaibila pembelajaran tersebut dilakukan denganadanya dukungan, sarana dan prasaranapengajaran, situasi yang aman dan tertib,dengan demikian dapat mendorong siswa

Yusrawati, Meningkatkan Hasil Belajar Norma Masyarakat Indonesia

Page 39: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

38

Yusrawati, S.Pd* adalah Guru SMP Negeri 1 Jeumpa

dalam meningkatkan prestasi belajar. Prestasibelajar juga dapat disebut sebagai tingkatkeberhasilan siswa didalam prosespembelajaran.Pendekatan Student Teams Achievement

Divisions (STAD)Pendekatan Student Teams Achievement

Divisions (STAD) termasuk salah satu tipemodel pembelajaran kooperatif yang pertamakali dikembangkan oleh Slavin di UniversitasJohn Hopkin Amirika Serikat. Modelpembelajaran STAD merupakan salah satupenerapan pembelajaran tipe kooperatif.Menurut Slavin (Trianto 2007:52) modelpembelajaran kooperatif tipe STAD adalahsuatu model pembelajaran kooperatif dimanasiswa belajar dalam kelompok yangbeanggotakan 4-5 orang secera heterogendengan memperhatikan tingkat prestasi siswa,jenis kelamin dan suku. Apabila dalam kelasterdiri atas jenis kelamin, ras dan latarbelakang yang relative sama, makapembentukan kelompok hanya didasarkanpada prestasi akademik siswa. MenurutSugiyanto (2008:41)menyatakan:“Pembelajaran kooperatifmempunyai beberapa keuntungan diantaranyamemungkinkan para siswa saling belajarmengenai sikap, ketrampilan, informasi,perilaku sosial dan pandangan-pandangan”,sedangkan menurut Mulyana (2005: 4)menyatakan: “Pembelajaran kooperatif adalahsuatu sikap atau prilaku bersama dalambekerja atau membantu diantara sesama dalamstuktur kerja sama yang teratur dalamkelompok”, dalam hal ini siswa dapatmengembangkan sikap sosial, salingmenghargai dan memberi informasi dalamkelompok. Model STAD merupakan strategipembelajaran yang mengutamakan adanyakerjasama antar siswa dalam kelompok untukmencapai tujuan pembelajaran. Para siswadibagi kedalam kelompok-kelompok kecil dandiarahkan untuk mempelajari materi pelajaranyang telah ditentukan. Tujuan dibentuknyakelompok kooperatif tipe STAD adalah untukmemberikan kesempatan kepada siswa agardapat terlibat secara aktif dalam prosesberpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar.

Menurut Slavin (Trianto 2007:52)langkah-langkah model pembelajaran StudentTeams Achievement Divisions (STAD) sebagaiberikut :

1. Persiapan, dalam tahap ini gurumempersiapkan rancangan pelajarandengan membuat perangkat pembelajaran,yang sesuai dengan model pembelajarankooperatif tipe STAD

2. Menyajikan informasi, Guru menyajikandan menjelaskan materi pembelajaran.

3. Mengorganisir siswa kedalam tim belajarSTAD, Guru menjelaskan kepada siswabagaimana caranya membentuk kelompokbelajar dan membantu setiap kelompokagar melakukan transisi secara efisienmembagi para siswa menjadi beberapakelompok yang beranggotakan 4-5 orangsiswa

4. Membantu kerja tim dan belajar, Gurumembimbing kelompok-kelompok belajarpada saat siswa mengerjakan tugas maupndiskusi

5. Mengevaluasi. Guru mengevaluasi hasilbelajar tentang materi yang telahdipelajari atau masing-masing kelompokmempresentasikan hasil kerjanya

6. Memberi pengakuan atau penghargaan,Guru mencari cara-cara untuk menghargaibaik upaya maupun hasil nilai belajarindividu dan kelompok

Sudah tentu dalam pelaksanaan setiapmodel pembelajaran mempunyai kelebihandan kekurangannya, begitu juga dengan STAD.Adapun kelebihan dan kekurangan pada STADadalah sebagai berikut:Kelebihan STAD1. Adanya interaksi atau kerja sama dalam

aktivitas siswa dan guru selama kegiatanbelajar mengajar.

2. Siswa cenderung aktif dalam pembelajarandan kemampuan kerjasama siswaterbangun

3. Dapat meningkatkan pemahaman siswaterhadap konsep

4. Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik dan membantu siswamenumbuhkan cara berpikir kritis

Kekurangan STAD1. Sejumlah siswa mungkin bingung karena

belum terbiasa dengan perlakuan metodeSTAD.

2. Alokasi waktu kurang mencukupi

Norma Masyarakat Indonesia

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 40: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

39

Yusrawati, S.Pd* adalah Guru SMP Negeri 1 Jeumpa

Menurut Kemdikbud (2010:79) NegaraIndonesia merupakan potret sebuah negarayang memiliki keragaman budaya yanglengkap dan bervariasi. Bangsa Indonesiamemiliki bermacam-macam suku bangsa dansetiap suku bangsa memiliki ciri-cirikebudayaannya sendiri sesuai dengan latarbelakang masing-masing. Keragaman bangsaIndonesia merupakan anugerah dengankeberagaman maka membuat hidup bangsaIndonesia menjadi indah.a). Norma dan kebiasaan antar daerah di

IndonesiaTiap daerah memiliki corak dan budayamasing-masing yang menjadi ciri khasmasyarakat tersebut. Contoh adat istiadat;rambu tuka ditanah Toraja, ngaben di Balidan pendaan tubuh suku Dayak

b). Arti penting keberagaman konteks normadan kebiasaan antar daerah di Indonesia

1. Bagi diri sendiriDalam konstek pribadi, manusia sebagai

mahkluk ciptaan Tuhan terlahir sebagaimahkluk individu. Namun sering denganperubahannya, kodrat manusia bergesermenjadi mahkluk sosial. Hal ini disebabkansejak lahir sampai meninggal manusiasenantiasa membutuhkan pertolongan danbantuan-bantuan lainnya. Dalam pergaulandengan manusia lainnya, tiap-tiap manusiamempunyai keinginan atau kepentingansendi-sendi memori, ada manusia yangmempunyai kepentingan yang sama dan adapula yang mempunyai kepentingan yangberbeda.

2. Bagi MasyarakatDalam kehidupan bermasyarakat norma

memiliki arti yang sangat penting, normamengatur kehidupan masyarakat agar menjaditertib dan damai. Keinginan setiap orangdalam masyarakat pasti berbeda. Adanyaberbagai keinginan dan lebih jauhnyakepentingan dalam masyarakat inimenyebabkan dalam masyarakat mudahmenjadi pertentangan. Agar pemenuhankebutuhan setiap manusia itu berjalan secarateratur, tidak terjadi benturan-benturan antarakepentingan manusia yang satu dengankepentingan sesama diperlukan pengaturanpetunjuk hidup , aturan atau patokan yangbiasa disebut norma.

Kerangka BerpikirPeningkatan keberhasilan belajar siswa

terhadap pembelajaran PPKn khususnyamateri menjelajah masyarakat Indonesiadengan menggunakan model pembelajaranStudent Teams Achievement Divisions (STAD)yang relevan. Penggunaan model pembelajaranyang terprogam, terarah dapat meningkatkanmotivasi siswa yang terlibat langsung secaraaktif dalam proses berpikir dan dalamkegiatan-kegiatan belajar di kelas, sehinggatingkat keberhasilan belajar siswa akantercapai sesuai dengan harapan

Hipotesis TindakanBerdasarkan berbagai teori yang telah

dikumpulkan, maka peneliti merumuskanhipotesis tindakan yaitu: “Melalui STAD dapatmeningkatkan hasil belajar norma masyarakatIndonesia pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1Jeumpa”.

METODE PENELITIANPenelitian yang dilakukan oleh peneliti

merupakan penelitian tindakan kelas (PTK)atau “Classroom Action Reserh”, lokasipenelitian dilaksanakan adalah Kelas VIIISMP Negeri 1 Jeumpa jalan Banda Aceh-Medan Km 211-212 Kode Pos 24251Kecamatan Jeumpa Kabupaten BireuenProvinsi Aceh. Penelitian dilaksanakan selama3 bulan, mulai dari tanggal 24 Juli s.d 22Oktober 2015. Subyek penelitian ini adalahsiswa kelas VIII/4 SMP Negeri 1 Jeumpasemester ganjil tahun pelajaran 2015/2016yang berjumlah 25 siswa, dimana 13 siswalaki-laki dan 12 siswa perempuan. Sumberdata dalam penelitian ini adalah siswa sebagaisubyek penelitian. Data dari hasil tes tertulis.Tes tertulis dengan materi norma masyarakatIndonesia dilaksanakan pada setiap akhirsiklus. Selain siswa sebagai sumber data,peneliti juga menggunakan dua teman sejawatsesama guru kelas sebagai sumber data dalammengobservasi keaktifan siswa dalampembelajaran setiap siklus. Teknik dan alatpengumpulan data, Teknik pengumpulan datamengenai peningkatan penguasaan materidiambil dari tes hasil belajar setiap siklus. Datatentang keaktifan siswa diambil denganmenggunakan lembar observasi. Alatpengumpulan data pada penelitian ini meliputi:Tes tertulis, terdiri atas 6 soal pilihan ganda

Yusrawati, Meningkatkan Hasil Belajar Norma Masyarakat Indonesia

Page 41: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

40

Yusrawati, S.Pd* adalah Guru SMP Negeri 1 Jeumpa

materi norma masyarakat Indonesia. Lembarobservasi dan dokumen.

Teknik Analisis DataData yang terkumpul mengunakan

analisis kuantitatif dan analisis kualitatif.Untuk analisis kuantitatif digunakan analisisdeskriptif yaitu skor rata-rata dan persentase,nilai minimum dan maksimum, ketuntasan danpersentase pada setiap siklus. Sedangkan untukanalisis kualitatif dengan mengolah nilaiberdasarkan rentangan nilai dan kriteriaketuntasan minimal (KKM). Data hasilobservasi (pengamatan) yang dibantu oleh duateman sejawat guru yang mengobservasikeaktifan siswa dalam proses pembelajarandengan mengunakan skor total aspek, skorsetiap indikator, rata-rata dan kualifikasi padasetiap siklus.

Indikator KeberhasilanIndikator keberhasilan proses tindakan

adalah apabila kemampuan siswa kelas VIIImemenuhi nilai kriteria ketuntasan minimal(KKM) sebesar 75 (C). Observasi keaktifansiswa belajar dalam setiap siklus perludilakukan sebagai perbandingan dalamkeberhasilan pembelajaran yang akanmenghasilkan hasil belajar sesuai harapan.Observasi dilaksanakan oleh dua temansejawat dalam pembelajaran setiap siklus.

Prosedur PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian

tindakan kelas yang ditandai dengan adanyasiklus, adapun dalam penelitian ini terdiri atas2 siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaantindakan, pelaksanaan tindakan, observasi,analisa data dan refleksi. hal ini terlihat sepertipada gambar alur penelitian sebagai berikut:

Gambar 1. Alur Penelitian

Siklus IHasil kondisi awal (pra siklus) setelah

diadakan penilaian akhir pembelajaran materinorma masyarakat Indonesia pada kelas VIIdari 25 siswa hanya 2 siswa (8%) memperolehbaik, 10 siswa (40%) memperoleh nilai cukup,11 siswa (44%) lagi memperoleh nilai kurangdan 2 siswa (8%) tidak lulus, ini berarti siswatidak tuntas belajar 52 % dari jumlah 25 siswa.Permasalahan ini akan dianalisis pada kondisiawal (pra siklus).

Perencanaan tindakan I, Penyusunan RPPmateri dengan model pembelajaran STAD.

Penyiapan skenario pembelajaran denganmodel STAD. 25 siswa dibagi menjadi 6kelompok. Pelaksanaan tindakan I,Pelaksanaan proses pembelajaran denganmenggunakan model pembelajaran STAD.Observasi I; Observasi yang dibantu oleh duateman sejawat guru yang mengobservasikeaktifan siswa dalam proses pembelajarandengan mengunakan skor total aspek, skorsetiap indikator, rata-rata dan kualifikasi padasiklus I. Analisa data I yang diperoleh darihasil tes dan data hasil observasi pada siklus I.Refleksi I; Dalam tahap ini, merefleksi seluruh

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 42: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

41

Yusrawati, S.Pd* adalah Guru SMP Negeri 1 Jeumpa

kegiatan atau peristiwa selama pelaksanaantindakan berlangsung, membandingkan hasilpra siklus dengan siklus I dan mengidentifikasikembali hal-hal yang masih kurang danmempertahankan hal yang dianggap baik. Danapabila pelaksanaan tindakan pada siklus Ibelum memuaskan, maka akan ditindak lanjutlagi pada siklus II sampai tujuan berhasil.

Siklus IIPerencanaan tindakan II, Penyusunan

RPP untuk materi norma masyarakat Indonesiadisesuaikan dengan model pembelajaranSTAD. Penyiapan skenario pembelajarandengan model STAD, 25 siswa dibagi menjadi4 kelompok, dimana pada setiap kelompok adadua siswa yang berprestasi. Pelaksanaantindakan II, Melaksanakan Prosespembelajaran dengan menggunakan modelpembelajaran STAD pada materi normamasyarakat Indonesia. Observasi II; Observasiyang dibantu oleh dua teman sejawat guruyang mengobservasi keaktifan siswa dalamproses pembelajaran dengan mengunakan skortotal aspek, skor setiap indikator, rata-rata dankualifikasi pada siklus II. Analisa data II yangdiperoleh dari hasil tes dan data hasil observasipada siklus II dan mengambil kesimpulan.Refleksi dalam tahap ini, membandingkanhasil belajar pada siklus I dengan siklus IIdimana peneliti mengharapkan siswa dapatmeningkatkan hasil belajar norma masyarakatIndonesia sesuai dengan harapan.

HASIL DAN PEMBAHASANHasil Penelitian

Hasil kondisi awal (pra siklus) setelahdiadakan penilaian akhir pembelajaran materinorma masyarakat Indonesia pada kelas VIIIdari 25 siswa hanya 2 siswa (8%) memperolehbaik, 10 siswa (40%) memperoleh nilai cukup,11 siswa (44%) lagi memperoleh nilai kurangdan 2 siswa (8%) tidak lulus, ini berarti siswatidak tuntas belajar 52% dari jumlah 25 siswa..Berdasarkan hasil tes pra siklus yang tidaksesuai dengan harapan dengan ketuntasanbelajar dari 25 siswa hanya 12 siswa yangtuntas (48%) dan tidak tuntas 13 siswa (52%)serta nilai rata-rata 67 masih dibawah nilaiKKM, dipadukan lagi dengan hasil observasipra siklus dengan kualifikasi kurang aktif (C).Maka perlu tindakkan untuk perbaikan agarsiswa lebih aktif lagi dalam pembelajaran.

Data yang diperoleh dari hasil tes dan datahasil observasi pada siklus I. Hasil siklus Ipada kelas VIII dari 25 siswa hanya 8 siswa(32%) memperoleh baik, 9 siswa (36%)memperoleh nilai cukup dan 8 siswa (32%)lagi memperoleh nilai kurang. Pada pra siklusdibawah KKM sebanyak 13 siswa dan padaakhir siklus I berkurang menjadi 8 siswa.Nilai rata-rata kelas meningkat dari 67 menjadi73. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasanbelajar mengalami peningkatan jikadibandingkan dengan siklus I. Refleksi dalamtahap ini, keberhasilan belajar pada siklus Ilebih baik dari pra siklus, namun demikianhasil pembelajaran belum semaksimalmungkin yang sesuai dengan harapan. Denganmemperhatikan hasil observasi keaktifanmasih ada siswa yang kurang aktif dalamproses pembelajaran, oleh karena itudiperlukan perbaikan pada pembelajaran siklusII.

Data yang diperoleh dari hasil tes dan datahasil observasi pada siklus II Hasil siklus IIpada kelas VIII dari 25 siswa hanya 10 siswa(40%) memperoleh baik, 15 siswa (60%)memperoleh nilai cukup, Refleksi dalam tahapini, hasil siklus I dengan hasil tes siklus IIdapat dilihat adanya pengurangan jumlahsiswa yang masih di bawah KKM. Pada siklusI dibawah KKM sebanyak 8 siswa dan padaakhir siklus II semua lulus sesuai dengan nilaiKKM. Nilai rata-rata kelas meningkat dari 73menjadi 82. Jumlah siswa yang mencapaiketuntasan belajar mengalami peningkatan jikadibandingkan dengan siklus I. Disampinghasil tes pada siklus II sangat memuaskan,juga keberhasilan keaktifan siswa dalamproses pembelajaran sisklus II ada peningkatandibandingkan dengan proses pembelajaranpada siklus I, dari kualifikasi C (kurang aktif)dengan skor nilai rata-rata 54,78 pada siklusI meningkat menjadi B (Aktif) dengan skornilai rata-rata 67,89. Menurut data yang ada,bahwa keberhasilan belajar pada siklus II lebihbaik dari siklus I maupun pada pra siklus,dengan demikian hasil pembelajaran sudahsemaksimal mungkin yang sesuai denganharapan.

PembahasanDengan melihat perbandingan hasil tes pra

siklus (kondisi awal), siklus I dan siklus II adapeningkatan yang cukup signifikan, baikdilihat dari ketuntasan belajar maupun hasil

Yusrawati, Meningkatkan Hasil Belajar Norma Masyarakat Indonesia

Page 43: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

42

Yusrawati, S.Pd* adalah Guru SMP Negeri 1 Jeumpa

perolehan nilai rata- rata siswa meningkat8,57% dari nilai rata-rata 67 pada pra siklusmenjadi 73 pada siklus I , dan meningkat7,59% dari nilai rata-rata 76 pada siklus I

menjadi 82 pada siklus II. Selain itu dapatdilihat pada data dan diagram nilai rata-rata,nilai tertinggi dan nilai terendah pada setiapsiklus dibawah ini :

.Tabel 1. Hasil Belajar Berdasarkan Nilai SiswaNo Keterangan Pra Siklus Siklus I Siklus II

1 Nilai tertinggi 84 86 88

2 Nilai Terendah 50 60 76

Nilai Rata-rata 67 73 82

Gambar 2. Diagram Hasil Belajar Berdasarkan Nilai Siswa

Dari hasil belajar sejumlah 25 siswamencapai ketuntasan berdasarkan nilai KKM75 (C), pada pra siklus 12 siswa (48%) tuntasdan 13 siswa (52%) tidak tuntas, sedangkanpada siklus I siswa mencapai ketuntasanbelajar sebanyak 17 siswa (68%) dan tidak

tuntas 8 siswa (32%) serta pada siklus IIsemua siswa berjumlah 25 siswa (100%)tuntas, berikut data dan diagram ketuntasanpada pra siklus, siklus I dan siklus II sebagaiberikut :

Tabel 2. Hasil Belajar Siswa Berdasarkan KKM

No.KetuntasanBelajar

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Jlh.Siswa

Persen(%)

Jlh.Siswa

Persen(%)

Jlh.Siswa

Persen(%)

1. Tuntas 12 48 17 68 25 1002. Tidak Tuntas 13 52 8 32 - -

Jumlah 25 100 25 100 25 100

Gambar 3. Diagram Hasil Belajar Siswa Berdasarkan KKM

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 44: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

43

Yusrawati, S.Pd* adalah Guru SMP Negeri 1 Jeumpa

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaranjuga mengalami peningkatan, dimanakeaktifan siswa mempunyai peningkatansebesar 19,60% dari keaktifan siswa pada prasiklus ke siklus I dan 21,37% dari siklus I ke

siklus II, sehingga mendukung keberhasilansiswa dalam proses pembelajaran. Berikut datadan diagram observasi keaktifan siswa mulaidari pra siklus, siklus I dan siklus II

Tabel 3. Hasil Observasi Keaktifan Siswa

Keaktifan Siswa Pra Siklus Siklus I Siklus II

a . Skor rata-rata 45,00 54,78 67,89

b. Kualifikasi Kurang aktif (C) Kurang aktif (C) Aktif (B)

Gambar 4. Diagram Hasil Observasi Keaktifan Siswa

Dari hasil penelitian dan pembahasan yangada, dapatlah dikatakan bahwa denganmenerapkan model pembelajaran STAD padapembelajaran PPKn dalam materi normamasyarakat Indonesia siswa kelas VIII SMPNegeri 1 Jeumpa dapat meningkatkan hasilbelajarnya sesuai dengan harapan.

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

Berdasarkan penelitian ini dapatdisimpulkan bahwa :1. Meningkatkan hasil belajar norma

masyarakat Indonesia pada siswa kelasVIII SMP Negeri 1 Jeumpa, dimanamelalui STAD mempunyai strategipembelajaran yang mengutamakan adanyakerjasama antar siswa dalam kelompokuntuk memberikan kesempatan kepadasiswa terlibat secara aktif dalam prosesberpikir dan menumbuhkan rasa tanggungjawab siswa sehingga siswa mampu aktifdalam memahami suatu persoalan danmenyelesaikan secara kelompok, sehinggamendapatkan hasil belajar sesuai harapan.

2. Efektifitas STAD dalam meningkatkanhasil belajar norma masyarakat Indonesia

pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1Jeumpa, dimana keaktifan siswamempunyai peningkatan sebesar 19,60%dari keaktifan siswa pada pra siklus kesiklus I dan 21,37% dari siklus I ke siklusII, sehingga dengan adanya keaktifansiswa membuat efektifitas belajar dalamproses pembelajaran.

3. Tingkat keberhasilan belajar normamasyarakat Indonesia melalui STAD padasiswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jeumpa,dimana tingkat hasil belajar sejumlah 25siswa mencapai ketuntasan berdasarkannilai KKM 75 (C), pada pra siklus 12siswa (48%) tuntas dan 13 siswa (52%)tidak tuntas, sedangkan pada siklus Isiswa mencapai ketuntasan belajarsebanyak 17 siswa (68%) dan tidak tuntas8 siswa (32%) serta pada siklus II semuasiswa berjumlah 25 siswa (100%) tuntasbelajar.

SaranBerkaitan dengan kesimpulan hasil

penelitian di atas, maka dikemukakan saranbahwa guru hendaknya menerapkan modelSTAD sesuai dengan materi yang diajarkan,

Yusrawati, Meningkatkan Hasil Belajar Norma Masyarakat Indonesia

Page 45: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

44

Yusrawati, S.Pd* adalah Guru SMP Negeri 1 Jeumpa

untuk efektifitas dan meningkatkan hasilbelajar siswa.

DAFTAR PUSTAKAAri Kunto, Suharsimi. 2008. Penelitian

Tindakan Kelas, cet VI. Jakarta: PTBumi Aksara.

Kemendikbud. 2014. Pendidikan Pancasiladan Kewarganegaraan. Jakarta: PusatKurikulum dan PembukuanBalitbang.

Ibrahim, M. dkk. 2000. PembelajaranKooperatif. Surabaya: UniversitasNegeri Surabaya.

Mulyana, Etin Solihatin. 2005. Menjadi GuruProfesional, MemciptakanPembelajaran Kreatif danMenyenangkan. Bandung: PT RemejaRosdakarya Offset.

Moh User Usman. 2002. Menjadi GuruProfesional. Bandung: RemajaRosdakarya.

Oemar, Hamalik. 1992. Psikologi Belajar danMengajar. Bandung: Sinar Baru.

Saifudin Azwar. 1998. Tes Prestasi II.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktoryang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta.

S. Nasution. 2006. Berbagai PendekatanDalam Proses Belajar & Mengajar.Bandung: PT Bumi Aksara.

Sudjana, Nana. 2009. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta: Rineka Cipta.

Suharjono. 2009. Penelitian Tindakan. Malang: LP3UM.

Sugiyanto, 2008. Model-Model PembelajaranInovatif. Surakarta: PSG Rayon 13.

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative LearningTeori & Apilkasi Paikem.Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Trianto. 2009. Mendesaian ModelPembelajaran Inovatif Progresif.Surabaya:Kencana.

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 46: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

45

Zainuddin* adalah Guru SD Negeri 28 Peusangan Bireuen

MENINGKATKAN KETRAMPILAN MENYUSUN RPP BERBASIS K13 MELALUIMODELING KKKS GUGUS III SD NEGERI 28 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN

OlehZainuddin*

AbstrakHasil pemantauan, penilaian, pendampingan, pembinaan, supervisi dan pengembangankeprofesian berkelanjutan, bagi 7 orang kepala sekolah binaan gugus III SD Negeri 28Peusangan masih belum melaksanakan tugasnya sebagai guru dalam melaksanakan prosespembelajaran. Ternyata kepala sekolah masih kurang mampu menyusun RPP, menerapkanRPP yang berbasis saintifik, dan kepala sekolah masih kurang mampu menilaipembelajaran siswa secara otentik. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui carameningkatkan ketrampilan kepala sekolah menyusun RPP dengan pemberian model danuntuk mengetahui tingkat ketrampilan kepala sekolah dalam menyusun RPP berbasiskuirkulum nasional. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan sejak 01 September s/d 30November 2015 semester II, tahun pelajaran 2015/2016. Dengan Penelitian Tindakansekolah, melalui tahap perencanaan, tindakan, obsevasi dan refleksi. Hasil penelitianmenunjukan bahwa pemberian model efektif dapat meningkatkan ketrampilan kepalasekolah dalam menyusun RPP berbasis kurikulum nasional, dengan hasilnya adalah tingkatketrampilan kepala sekolah dalam menyusun RPP berbasis kurikulum nasionalmemperoleh nilai rata-rata adalah pada pra siklus yaitu 67, kualifikasi C. Hasil siklus 1dengan memperoleh nilai rata-rata 72,77, kualifikasi B, dan hasil peningkatan kemampuankepala sekolah pada siklus 2 yaitu 77,38 dengan kualifikasi B.

Kata kunci : Kepala Sekolah, Ketrampilan, dan Menyusun RPP

PENDAHULUANPeraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 28 tahun 2010, tentang penugasan gurusebagai kepala sekolah, kepala sekolahtuganya adalah mengelola kegiatanadministrasi yang berhubungan denganmanajemen sekolah dengan beban kerja setara18 jam pelajaran, disamping itu sebagai gurumasih wajib melaksanakan tugas pembelajarandi kelas dengan beban tugas 6 jam pelajaran,sehingga tugasnya mencapai 24 jam pelajaran.Sebagaimana tugas pokok guru yaitumerencanakan, melaksanakan, mengevaluasidan menindaklanjuti hasil evaluasi sertamembimbing siswa dalam prosespembelajaran. Kepala sekolah idealnya dapatmenjadi contoh bagi para guru bawahannyadalam merencanakan, melaksanakan, evaluasi,dan seluruh kegiatan rangkaian tugasnyasecara akademik di kelas.

Hasil pemantauan, penilaian,pendampingan, pembinaan, supervisi danpengembangan keprofesian berkelanjutan,kepala sekolah belum melaksanakan tugas

pokoknya di kelas sebagai guru dalammelaksanakan proses pembelajaran. Setelahmelalui pengkajian yang mendalam, ternyatakepala sekolah masih kurang mampumenyusun dan menerapkan RPP yang berbasissaintifik, masih kurang mampu menilaipembelajaran siswa secara otentik. Sebanyak 7orang kepala sekolah dalam gugus III SDN 28Peusangan gagal menjadi contoh bagi gurubawahannya dalam merencanakan danmelaksanakan PBM di kelas. Hal ini sangatberpengaruh negatif terhadap pelaksanaanpenilaian kinerja guru dengan orientasipenilaian perangkat pembelajaran dalamperencanaan dan RPP, pengembangan strategisaintifik, dan kegiatan menilai PBM siswayang berbasis kurikulum nasional.

Pengawas sekolah adalah berusahamembantu kepala sekolah untuk dapatmelaksanakan tugas pokoknya sebagai gurudalam kegiatan akademik dengan membina,dan meningkatkan kemampuan danketrampilan kepala sekolah dalammerencanakan, melaksanakan, dan

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 47: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

46

Zainuddin* adalah Guru SD Negeri 28 Peusangan Bireuen

mengevaluasi PBM siswa, sertamenindaklanjuti hasil pembelajaran di kelas.Dengan melaksanakan pendidikan dan latihan,berkolaborasi dengan teman pengawas lainnyamembina ketrampilan kepala sekolah baikdalam menyusun, menerapkan, dan menilaiRPP kepala sekolah binaan dalam mencapaimeningkatnya kompetensi kepala sekolahdapat melaksanakan tugas mengajar di kelasmencapai tujuan pendidikan, mampumengangkat mutu kelas, mutu sekolah danmutu pendidikan.

TINJAUAN PUSTAKAA. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran yangdiwujudkan dengan kegiatan penyusunanrencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).RPP merupakan rencana pembelajaran yangdikembangkan secara rinci mengacu padasilabus, buku teks pelajaran, dan bukupanduan guru. RPP mencakup: (1) identitassekolah/madrasah, mata pelajaran, dankelas/semester; (2) alokasi waktu; (3) KI, KD,indikator pencapaian kompetensi; (4) materipembelajaran; (5) kegiatan pembelajaran; (6)penilaian; dan (7) media/alat, bahan, dansumber belajar.1. Prinsip Penyusunan RPP

a. Setiap RPP harus secara utuhmemuat kompetensi dasar sikapspiritual (KD dari KI-1), sosial (KDdari KI-2), pengetahuan (KD dariKI-3), dan keterampilan (KD dariKI-4).

b. Satu RPP dapat dilaksanakan dalamsatu kali pertemuan atau lebih.

c. Memperhatikan perbedaan individupeserta didikRPP disusun denganmemperhatikan perbedaankemampuan awal, tingkatintelektual, minat, motivasi belajar,bakat, potensi, kemampuan sosial,emosi, gaya belajar, kebutuhankhusus, kecepatan belajar, latarbelakang budaya, norma, nilai,dan/atau lingkungan peserta didik)

d. Berpusat pada peserta didike. Proses pembelajaran dirancang

dengan berpusat pada peserta didikuntuk mendorong motivasi, minat,kreativitas, inisiatif, inspirasi,kemandirian, dan semangat belajar,

menggunakan pendekatan saintifikmeliputi mengamati, menanya,mengumpulkan informasi,menalar/mengasosiasi, danmengomunikasikan.

f. Berbasis konteksProses pembelajaran yangmenjadikan lingkungan sekitarnyasebagai sumber belajar.

g. Berorientasi kekinianh. Pembelajaran yang berorientasi

pada pengembangan ilmupengetahuan dan teknologi, dannilai-nilai kehidupan masa kini.

i. Mengembangkan kemandirianbelajar

Pembelajaran yang memfasilitasi pesertadidik untuk belajar secara mandiri.Memberikan umpan balik dan tindak lanjutpembelajaran RPP memuat rancanganprogram pemberian umpan balik positif,penguatan, pengayaan, dan remedi. Memilikiketerkaitan dan keterpaduan antar kompetensidan/atau antar muatan ;a. RPP disusun dengan memperhatikan

keterkaitan dan keterpaduan antara KI,KD, indikator pencapaian kompetensi,materi pembelajaran, kegiatanpembelajaran, penilaian, dan sumberbelajar dalam satu keutuhan pengalamanbelajar. RPP disusun denganmengakomodasikan pembelajarantematik, keterpaduan lintas matapelajaran, lintas aspek belajar, dankeragaman budaya.

b. RPP disusun dengan mempertimbangkanpenerapan teknologi informasi dankomunikasi secara terintegrasi,sistematis, dan efektif sesuai dengansituasi dan kondisi.

c. Komponen dan Sistematika RPP

B. Menyusun RPP (Rencana PelaksanaanPembelajaran)

Rencana pelaksanaan pembelajaranadalah rencana yang menggambarkan prosedurdan pengorganisasian pembelajaran untukmencapai satu kompetensi dasar yangditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkandalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaranpaling luas mencakup 1 (satu) kompetensidasar yang terdiri atas 1 (satu) indicator atau

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 48: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

47

Zainuddin* adalah Guru SD Negeri 28 Peusangan Bireuen

beberapa indicator untuk 1 (satu) kalipertemuan atau lebih.1. Unsur pokok dalam RPP

a. Identitas mata pelajaran (tema,nama mata pelajaran, kelas,semester, dan waktu/banyaknya jampertemuan yang dialokasikan).

b. Kompetensi dasar dan indikator-indikator yang hendak tercapai.

c. Materi pokok beserta uraiannyayang perlu dipelajari siswa dalamrangka mencapai kompetensi dasardan indicator.

d. Kegiatan pembelajaran (kegiatanpembelajaran secara konkret yangharus dilakukan siswa dalamberinteraksi dengan materipembelajaran dan sumber belajaruntuk menguasai kompetensi dasardan indicator).

e. Alat dan media yang digunakanuntuk memperlancar pencapaiankompetensi dasar, serta sumberbahan yang digunakan dalamkegiatan pembelajaran sesuaidengan kompetensi dasar yangharus dikuasai.

f. Penilaian dan tinddak lanjut(prosedur dan instrument yang akandigunakan untuk menilaipencapaian belajar siswa sertatindak lanjut hasil penilaian).

2. Prinsip-Prinsip Penyusunan RPPRPP pada dasarnya merupakan

kurikulum mikro yang menggambarkantujuan/kompetensi, materi/isi pembelajaran,kegiatan belajar, dan alat evaluasi yangdigunakan. Efektifitas RPP tersebut sangatdipengaruhi beberapa prinsip perencanaanpembelajaran berikut:1. Perencanaan pembelajaran harus

berdasarkan kondisi siswa.2. Perencanaan pembelajaran harus

berdasarkan kurikulum yang berlaku.3. Perencanaan pembelajaran harus

memperhitungkan waktu yang tersedia.4. Perencanaan pembelajaran harus

merupakan urutan kegiatan pembelajaranyang sistematis.

5. Perencanaan pembelajaran bila perludilengkapi dengan lembaran kerja/tugasdan atau lembar observasi.

6. Perencanaan pembelajaran harus bersifatfleksibel.

7. Perencanaan pembelajaran harusberdasarkan pada pendekatan systemyeng mengutamakan keterpaduan antaratujuan/kompetensi, materi, kegiatanbelajar dan evaluasi.

3. Langkah-langkah Penyusunan RPP1. Mengisi kolom identitas2. Menentukan alokasi waktu yang

dibutuhkan untuk pertemuan yang telahditetapkan

3. Menentukan SK, KD, KI, dan indicatoryang akan digunakan yang terdapat padasilabus yang telah disusun.

4. Merumuskan tujuan pembelajaranberdasarkan SK, KS, dan indicator yangtelah ditentukan(lebih rinci dari KD danindikator, pada saat-saat tertentu rumusanindikator sama dengan tujuanpembelajaran, karena indicator sudahsangat rinci sehingga tidak dapatdijabarkan lagi).

5. Mengidentifikasi materi ajar berdasarkanmateri pokok/pembelajaran yang terdapatdalam silabus. Materi ajar merupakanuraian dari materi pokok/pembelajarana. Menentukan metode pembelajaran

yang akan digunakanb. Merumuskan langkah-langkah

pembelajaran yang terdiri darikegiatan awal, inti, dan akhir.

c. Dalam merumuskan langkah-langkahpembelajaran juga harusmencerminkan proses eksplorasi,elaborasi dan konfirmasi.

d. Menentukan alat/bahan/sumberbelajar yang digunakan.

e. Menyusun kriteria penilaian, lembarpengamatan, contoh soal, teknikperskoran, dan lain-lain.

C. Pengertian PembelajaranPerencanaan adalah suatu cara yang

memuaskan untuk membuat kegiatan dapatberjalan dengan baik, disertai dengan berbagailangkah yang antisipatif guna memperkecilkesenjangan yang terjadi sehingga kegiatantersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan(Uno, 2008:2). Sedangkan yang dimaksudpembelajaran memiliki hakikat perencanaanatau perancangan (desain) sebagai upaya untukmembelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam

Zainuddin, Meningkatkan Ketrampilan Menyusun RPP Berbasis K13

Page 49: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

48

Zainuddin* adalah Guru SD Negeri 28 Peusangan Bireuen

belajar, siswa tidak hanya berinteraksi denganguru sebagai salah satu sumber belajar, tetapimungkin berinteraksi dengan keseluruhansumber belajar yang dipakai untuk mencapaitujuan pembelajaran yang diinginkan. Olehkarena itu, pembelajaran memusatkanperhatian pada “bagaimana membelajarkansiswa”, dan bukan pada “apa yangdipelajarisiswa”.

Belajar adalah proses perubahan perilakusecara aktif, proses mereaksi terhadap semuasituasi yang ada di sekitar individu, prosesyang diarahkan pada suatu tujuan, prosesberbuat melalui berbagai pengalaman, prosesmelihat, mengamati, dan memahami sesuatuyang dipelajari. Sedangkan mengajar sendirimemiliki pengertian upaya guru untuk“membangkitkan” yang berarti menyebabkanatau mendorong seseorang (siswa) belajar.(Rochman Nata Wijaya, 1992 dalamhttp://krisna1.blog.uns.ac.id/2009/10/19/pengertian dan-ciri-ciri-pembelajaran).

Menciptakan lingkungan yangmemungkinkan terjdinya proses belajar.(Hasibuan J.J,1992) Suatu usaha untukmembuat siswa belajar, yaitu usaha untukterjadinya perubahan tingkah laku. (Gagne)Dan Pembelajaran yang diidentikkan dengankata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar”yang berarti petunjuk yang diberikan kepadaorang supaya diketahui (diturut) ditambahdengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi“pembelajaran”, yang berarti proses,perbuatan, cara mengajar atau mengajarkansehingga anak didik mau belajar.

Pembelajaran adalah proses interaksipeserta didik dengan pendidik dan sumberbelajar pada suatu lingkungan belajar.Pembelajaran merupakan bantuan yangdiberikan pendidik agar dapat terjadi prosespemerolehan ilmu dan pengetahuan,penguasaan kemahiran dan tabiat, sertapembentukan sikap dan kepercayaan padapeserta didik. Dengan kata lain, pembelajaranadalah proses untuk membantu peserta didikagar dapat belajar dengan baik.(Wikipedia.com).

Instruction atau pembelajaran adalahsuatu sistem yang bertujuan untuk membantuproses belajar siswa, yang berisi serangkaianperistiwa yang dirancang, disusun sedemikianrupa untuk mempengaruhi dan mendukungterjadinya proses belajar siswa yang bersifatinternal. Gagne dan Briggs (1979:3)

.Pembelajaran adalah Proses interaksi pesertadidik dengan pendidik dan sumber belajarpada suatu lingkungan belajar. (UU No.20/2003, Bab I Pasal Ayat 20). Istilah“pembelajaran” sama dengan “instruction atau“pengajaran”.

Pengajaran mempunyai arti caramengajar atau mengajarkan. (Purwadinata,1967, hal 22). Dengan demikian pengajarandiartikan sama dengan perbuatan belajar (olehsiswa) dan Mengajar (oleh guru). Kegiatanbelajar mengajar adalah satu kesatuan dari duakegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalahkegiatan primer, sedangkan mengajar adalahkegiatan sekunder yang dimaksudkan agarterjadi kegiatan secara optimal. Pembelajaranadalah usaha sadar dari guru untuk membuatsiswa belajar, yaitu terjadinya perubahantingkah laku pada diri siswa yang belajar,dimana perubahan itu dengan didapatkannyakemampuan baru yang berlaku dalam waktuyang relative lama dan karena adanya usaha.

D. Proses PembelajaranPelaksanaan pembelajaran merupakan

kompetensi yang wajib dimiliki guru, dalambahan ajar ini dibahas tentang hal-hal yangberkaitan dengan konsep dasar prosespembelajaran dan pelaksanaannya baik didalam kelas, di laboratorium serta di lapangan.Mengajar sebagai proses menyampaikanmateri pelajaran dan mengajar sebagai prosesmengatur lingkungan. Kedua konsep tersebutmemiliki konsekuaensi yang berbeda terhadappelaksanaan proses pembelajaran.1. Mengajar sebagai Proses MenyampaikanMateri Pelajaran

Mengajar diartikan sebagai prosespenyampaian informasi dari guru kepadasiswa. Proses penyampaian itu sering jugadianggap sebagai proses mentransfer ilmu.Dalam konteks ini, mentransfer ti-dakdiartikan dengan memindahkan, sepertimisalnya mentransfer uang. Se-bab, kalau kitaanalogikan dengan mentransfer uang, makajumlah uang yang dimiliki oleh seseorang akanberkurang bahkan hilang setelah ditransfer padaorang lain. Apakah mengajar juga demikian?Apakah ilmu pengetahuan yang dimiliki olehseorang guru, akan menjadi berkurang setelahdilakukan proses mentransfer? Tidak bukan?Bahkan mungkin saja ilmu yang dimiliki guruakan semakin bertambah.

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 50: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

49

Zainuddin* adalah Guru SD Negeri 28 Peusangan Bireuen

Karena itu kata mentransfer dalamkonteks ini diartikan sebagai prosesmenyebarluaskan, seperti menyebarluaskanatau memindahkan materi pelajaran. Ketikamateri dipindahkan atau disebarluaskan, makamateri itu akan berkembang dan semakinbermanfaat. Untuk proses mengajar, sebagaiproses menyampaikan pengetahuan akan lebihtepat jika diartikan dengan menanamkan ilmupengetahuan seperti yang dikemukakan Smith(1987) bahwa mengajar adalah menanamkanpengetahuan atau keterampilan (teaching isimparting knowledge or skill).

2. Mengajar sebagai Proses MengaturLingkungan

Pandangan lain mengajar dianggapsebagai proses mengatur lingkungan denganharapan agar siswa belajar. Dalam konsep iniyang penting adalah belajarnya siswa. Untukapa menyampaikan materi pelajaran kalausiswa tidak berubah tingkah lakunya? Untukapa siswa menguasai materi pelajaransebanyak-banyaknya kalau ternyata materiyang dikuasainya itu tidak berdam-pakterhadap perubahan perilaku dan kemampuansiswa. Dengan demikian yang penting dalammengajar adalah proses merubah perilaku.

Dalam kontek ini mengajar tidakditentukan oleh lamanya serta banyaknyamateri yang di-sampaikan, akan tetapi daridampak proses pembelajaran itu sendiri. Bisater-jadi guru hanya beberapa menit saja dimuka kelas, namun dari waktu yang sangatsingkat itu membuat siswa sibuk melakukanproses belajar, itu sudah dikatakan mengajar.

E. Kompetensi Guru1. Pengertian

Robbins (2001:37) menyebut kompetensisebagai ability, yaitu kapasitas seseorangindivide untuk mengerjakan berbagai tugasdlam suatu pekerjaan. Selanjutnya dikatakanbahwa kemampuan individu dibentuk oleh 2faktor, yaitu faktor kemampuan intelektual dankemampuan fisik. Kemampuan intelektualadalah kemampuan yang diperlukan untukmelakukan kegiatan mental sedangkankemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yangmenuntut stamina, kecekatan, kekuatan, danketerampilan.

Muhaimin (2004:151) menjelaskankompetensi adalah seperangkat tindakan

intelegen penuh tanggung jawab yang harusdimiliki seseorang sebagai syarat untukdianggap mampu melaksanakan tugas-tugasdalam bidang pekerjaan tertentu. Sifatintelegen harus ditunjukkan sebagaikemahiran, ketetapan, dan keberhasilanbertindak. Sifat tanggung jawabharusditunjukkan sebagai kebenaran tindakan baikdipandang dari sudut ilmu pengetahuan,teknologi maupun etika.

2. Kompetensi PedagogikMenurut Undang-Undang No. 14 tahun

2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10 ayat(1)kompetensi guru meliputi kompetensipedagogic, kompetensi kepribadian,kompetensi social, dan kompetensiprofessional yang diperoleh melaluipendidikan profesi. Salah satu kompetensiyang wajib dimiliki oleh seorang guru sepertidiamanatkan dalam Peraturan pemerintahdiatas adalah kompetensi pedagogik.

Dalam Undang-Undang N0.14 Tahun2005 tentang Guru Dan Dosen dikemukakankompetensi pedagogik adalah “kemampuanmengelola pembelajaran peserta didik”.Depdiknas (2004:9) menyebut kompetensi inidengan “kompetensi pengelolaanpembelajaran. Kompetensi ini dapat dilihatdari kemampuan merencanakan programbelajar mengajar, kemampuan melaksanakaninteriksi atau mengelola proses belajarmengajar, dan kemampuan melaksanakanpenilaian.

Jurnal terkemuka manajemen pendidikan,Educational Leadership edisi Maret 1933menurunkan laporan mengenai tuntutan guruprofessional, menurut jurnal tersebut, untukmenjadi professional, seorang guru dituntutmemiliki lima hal yaitu:a. Guru mempunyai komitmen pada siswa

dan proses belajarnya. Ini berarti bahwakomitmen tertinggi guru adalah kepadakepentingan siswanya.

b. Guru menguasai secara mendalambahan/mata pelajaran yang diajarkan sertacara mengajarkannya kepada siswa. Bagiguru, hal ini merupakan dua hal yang tidakdapat dipisahkan.

c. Guru bertanggung jawab memantau hasilbelajar siswa melalui berbagai teknikevaluasi, mulai cara pengamatan dalamperilaku siswa sampai tes hasil belajar.

Zainuddin, Meningkatkan Ketrampilan Menyusun RPP Berbasis K13

Page 51: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

50

Zainuddin* adalah Guru SD Negeri 28 Peusangan Bireuen

d. Guru mampu berpikir sistematis tentangapa yang dilakukannya, dan belajar daripengalamannya,. Artinya, harus selalu adawaktu untuk guru guna mengadakanrefleksi dan koreksi terhadap apa yangtelah dilakukannya. Untuk bisa belajar daripengalaman, ia harustahu mana yang benardan salah,serta baik dan buruk dampaknyapada proses belajar siswa.

Seperti uraian diatas, unsur pertamadalam kompetensi pedagogik seorang guruadalah kemampuan merencanakan programbelajar mengajar. Menurut Joni (1984:12),kemampuan merencanakan program belajarmengajar mencakup kemampuan:

1). Merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaran,

2). Merencanakan pengelolaan kegiatanbelajar mengajar,

3). Merencanakan pengelolaan kelas,4). Merencanakan penggunaan media dan

sumber pengajaran,dan5). Merencanakan penilaian prestasi siswa

untuk kepentingan pengajaran.Depdiknas (2004:9) bahwa kompetensi

penyusunan rencana pembelajaran:1). Mampu mendeskripsikan tujuan,2). Mampu memilih materi,3). Mampu mengorganisir materi,4). Mampu menentukan metode/strategi

pembelajaran,5). Mampu menentukan sumber

belajar/media/alat peraga pembelajaran,6). Mampu meyusun perangkat penilaian,7). Mampu menentukan teknik penilaian,

dan8). Mampu mengalokasikan waktu.

Berdasarkan uaraian diatas,merencanakan program belajar mengajarmerupakan proyeksi guru mengenai kegiatanyang harus dilakukan siswa selamapembelajaran berlangsung, yang mencakup:merumuskan tujuan, menguraikan deskripsisatuan bahaan, merancang kegiatan belajarmengajar, memilih berbagai media dansumber belajar, dan merencanakan penilaianpenguasaan tujuan. Perangkat perencanaanpembelajaran yang mengandung unsur-unsurtersebut diatas dan merupakan perangkatpembelajaran paling utama adalah silabuspembelajaran dan Rencana PelaksanaanPembelajaran.

F. Peran Kepala SekolahPeraturan Menteri Pendidikan Nasional

nomor 28 tahun 2010, tentang penugasan gurusebagai kepala sekolah, kepala sekolahtuganya adalah mengelola kegiatanadministrasi yang berhubungan denganmanajemen sekolah dengan beban kerja setara18 jam pelajaran, disamping itu sebagai gurumasih wajib melaksanakan tugas pembelajarandi kelas dengan beban tugas 6 jam pelajaran,sehingga tugasnya mencapai 24 jam pelajaran.Tugas ini sebagaimana tugas pokok guru yaitumerencanakan, melaksanakan, mengevaluasidan menindaklanjuti hasil evaluasi sertamembimbing siswa dalam prosespembelajaran di kelas. Sebagai kepala sekolahidealnya adalah dapat menjadi contoh bagipara guru bawahannya dalam merencanakan,melaksanakan, evaluasi, dan seluruh kegiatanrangkaian tugasnya secara akademik di kelas.

Peraturan Menteri Pendidikan NasionalNomor 13 Tahun 2007 tentang Standar KepalaSekolah menegaskan bahwa seorang kepalasekolah harus memiliki 5 (lima) dimensikompetensi minimal yaitu: kompetensikepribadian, manajerial, kewirausahaan,supervisi, dan sosial. Kompetensi supervisikepala sekolah perlu dikembangkan dalamusaha membantu guru mengembangkankemampuannya mengelola prosespembelajaran untuk mencapai tujuanpembelajaran.

Salah satu tugas kepala sekolah adalahmelaksanakan supervisi akademik. Setiapkepala sekolah harus memiliki dan menguasaikonsep supervisi akademik yang meliputi:pengertian, tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip,dan dimensi-dimensi substansi supervisiakademik. Sasaran supervisi akademik adalahguru dalam melaksanakan prosespembelajaran, yang terdiri dari materi pokokdalam proses pembelajaran, penyusunansilabus dan RPP, pemilihanstrategi/metode/teknik pembelajaran,penggunaan media dan teknologi informasidalam pembelajaran, menilai proses dan hasilpembelajaran.

Supervisi akademik oleh kepala sekolahadalah: (a) membimbing guru dalam memilihdan menggunakan strategi/metode/teknikpembelajaran/bimbingan yang dapatmengembangkan berbagai potensi siswa, (b)membimbing guru dalam melaksanakan

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 52: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

51

Zainuddin* adalah Guru SD Negeri 28 Peusangan Bireuen

kegiatan pembelajaran/bimbingan (di kelas,laboratorium, dan/atau di lapangan) untukmengembangkan potensi siswa, (c)membimbing guru dalam mengelola, merawat,mengembangkan dan menggunakan mediapendidikan dan fasilitas pembelajaran, dan (d)memotivasi guru untuk memanfaatkanteknologi informasi untuk pembelajaran.

METODE PENELITIANPenelitian tindakan sekolah (PTS) ini

dirancang dengan tindakan secara berulangsebanyak dua kali (2 siklus), denganprosedure perencanaan, tindakan, observasi,dan refleksi, dengan rincian kegiatan sebagaiberikut ;Kegiatan awal ;

a. Melaksanakan supervisi kelaskhususnya kepala sekolah.

b. Melaksanakan pemantauan PBMkepala sekolah.

c. Mengidentifikasi kelemahan kepalasekolah dalam melakukan tugaspembelajaran selama 6 jampelajaran di kelas.

d. Mengkomunikasikan kelemahan inidengan sesama pengawas sekolah.

e. Mengambil kesimpulan bahwakepala sekolah tidak melaksanakantugasnya sebagai guru dalammelaksanakan pembelajaran dikelas.

f. Mengadakan pendekatan dengansupervisi akademik keberadaanadministrasi dan perangkatpembelajaran kepala sekolah.

g. Menganalisis kelengkapan-kelengkapan administrasi perangkatpembelajaran (PBM) kepalasekolah khususnya dalammenyusun dan menilai RPPberbasis Kurikulum nasional.

h. Mendiskusikan strategi tindakanyang tepat dengan pengurus KKKSgugus, dan Kepala UPTD agarkelemahan kepala sekolah dapatditindaklanjuti dengan pembinaandan peningkatan kompetensi kepalasekolah dalam menyusun danmenilai RPP serta menerapkannyadi PBM kelas.

i. Melakukan kolaborasi penulis,teman-teman pengawas, pengurusKKKS gugus dengan kepala

sekolah dan penentuan kegiatanpembinaan.

j. Menentukan kebijakan untukpembinaan dan peningkatankompetensi kepala sekolah dalammerencanakan dan menilai RPPguru.

Kegiatan inti ;a. Melaksanakan pertemuan dengan

kepala sekolah menyangkuttanggung jawab, strategipeningkatan mutu, dan penilaiankinerja serta pengembangan tugaspokok kepala sekolah.

b. Membicarakan bersama kepalasekolah pentingnya tehnikmenyusun dan menilai RPP yangbenar sesuai tuntutan instrumen PKGuru.

c. Menetapkan cara menyusun danmenilai RPP berbasis kurikulumnasional sebagai materi pembinaankepala sekolah.

d. Menetapkan rencana kegiatan danjadwal pembinaan kepala sekolahsebagai guru dalam melaksanakanpembelajaran di kelas.

e. Menetapkan efektifitas pertemuandan pembinaan dengan modeling.

f. Menetapkan tehnik pengumpulandata dengan observasi.

g. Menetapkan siklus I, (penyusunanjadwal/rencana kegiatan).

h. Menetapkan siklus II, (pelaksanaansupervisi akademik).

i. Melaksanakan pembinaan denganjadwal yang disepakati.

j. Melaksanakan kegiatan, observasidan refleksi secara baik.

Kegiatan akhir ;a. Memberikan motivasi kepada

kepala sekolah untuk mampumengajar.

b. Mendorong kepala sekolah untukmenjadi contoh bagi gurunya disekolah.

c. Bertekat menjadi model dalamperencanaan, pelaksanaan, danpenilaian pembelajaran di kelas.

d. Memberikan model RPP kepadakepala sekolah untuk mencobamenyusun RPP

Zainuddin, Meningkatkan Ketrampilan Menyusun RPP Berbasis K13

Page 53: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

52

Zainuddin* adalah Guru SD Negeri 28 Peusangan Bireuen

e. Melakukan pendampingan kepadakepala sekolah dengan kunjunganke sekolah, dalam hal ini sebagaipengawas dapat melakukanpendampingan.

f. Melakukan pembinaanberkelanjutan kepada kepalasekolah agar mampu menyusunRPP dengan baik dan mampumenilai kinerja guru serta mampumelaksanakan supervisi akademikdengan baik.

g. Menganalisis perkembangan kepalasekolah dalam menyusun RPP danmelaksanakan pembelajaran dikelas.

h. Menindaklajuti hasil pembelajaranoleh kepala sekolah denganmengajak diskusi menemukankelemahan dan kekurangannya.

i. Menyusun rencana / umpan balik.

HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil penelitian pra siklus

Tabel 1 Format Observasi Dalam Menyusun dan Menilai RPP

No ASPEK YANG DIAMATIKEMAMPUAN

NILAIBAIK SEDANG KURANG

1.Mampu menentukan Identitas dalamRPP

√ 80

2.Paham dalam menentukanKompetensi Inti (KI 1, 2, 3, 4)

√ 68

3.Memahami cara memilih KD dari KI1 dan KI 2

√ 65

4.Mampu merumuskan indikator untukKD dari KI 1 dan KI 2.

√ 63

5.Mampu mengidentifikasi KD dari KI3 dan KI 4.

√ 65

6.Mampu merumuskan Indikator untukKD dari KI 3 dan KI 4

√ 60

7.Mampu merumuskan materipembelajaran

√ 73

8.Mampu merumuskan langkah-langkahpembelajaran saintifik

√ 70

9.Mampu / paham menerapkanpembelajaran saintifik

√ 68

10.Paham cara mengembangkanPembelajaran Terpadu (TematikIntegratif)

√ 67

11.Mampu menyusun RPP dengan baikdan benar

√ 65

12.Mampu menilai RPP yang baik danbenar

√ 67

13.Mampu / paham melaksanakanpenilaian autentik

√ 60

Jumlah 1 1 11 13Jumlah Nilai 80 73 718 871Rata-rata 67Kualifikasi C

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 54: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

53

Zainuddin* adalah Guru SD Negeri 28 Peusangan Bireuen

B. Hasil penelitian siklus 1Tabel 2 Format Observasi Dalam Menyusun dan Menilai RPP

No ASPEK YANG DIAMATIKEMAMPUAN

NILAIBAIK SEDANG KURANG

1.Mampu menentukan Identitas dalamRPP

√ 88

2.Paham dalam menentukanKompetensi Inti (KI 1, 2, 3, 4)

√ 75

3.Memahami cara memilih KD dari KI1 dan KI 2

√ 73

4.Mampu merumuskan indikator untukKD dari KI 1 dan KI 2.

√ 70

5.Mampu mengidentifikasi KD dari KI3 dan KI 4.

√ 72

6.Mampu merumuskan Indikator untukKD dari KI 3 dan KI 4

√ 65

7.Mampu merumuskan materipembelajaran

√ 75

8.Mampu merumuskan langkah-langkahpembelajaran saintifik

√ 73

9.Mampu / paham menerapkanpembelajaran saintifik

√ 68

10.Paham cara mengembangkanPembelajaran Terpadu (TematikIntegratif)

√ 70

11.Mampu menyusun RPP dengan baikdan benar

√ 75

12.Mampu menilai RPP yang baik danbenar

√ 77

13.Mampu / paham melaksanakanpenilaian autentik

√ 65

Jumlah 1 7 5 13Jumlah Nilai 88 520 338 946Rata-rata 72,77Kualifikasi B

C. Hasil penelitian siklus 2Tabel 3 Format Observasi Dalam Menyusun dan Menilai RPP

No ASPEK YANG DIAMATIKEMAMPUAN

NILAIBAIK SEDANG KURANG

1.Mampu menentukan Identitas dalamRPP

√ 90

2.Paham dalam menentukanKompetensi Inti (KI 1, 2, 3, 4)

√ 78

3.Memahami cara memilih KD dari KI1 dan KI 2

√ 75

4.Mampu merumuskan indikator untukKD dari KI 1 dan KI 2.

√ 72

5.Mampu mengidentifikasi KD dari KI3 dan KI 4.

√ 75

6. Mampu merumuskan Indikator untuk √ 72

Zainuddin, Meningkatkan Ketrampilan Menyusun RPP Berbasis K13

Page 55: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

54

Zainuddin* adalah Guru SD Negeri 28 Peusangan Bireuen

KD dari KI 3 dan KI 4

7.Mampu merumuskan materipembelajaran

√ 80

8.Mampu merumuskan langkah-langkahpembelajaran saintifik

√ 73

9.Mampu / paham menerapkanpembelajaran saintifik

√ 75

10.Paham cara mengembangkanPembelajaran Terpadu (TematikIntegratif)

√ 87

11.Mampu menyusun RPP dengan baikdan benar

√ 80

12.Mampu menilai RPP yang baik danbenar

√ 87

13.Mampu / paham melaksanakanpenilaian autentik

√ 75

Jumlah 3 10 0 13Jumlah Nilai 264 755 0 1019Rata-rata 78,38Kualifikasi B

PembahasanPeningkapan kemampuan kepala sekolah

dalam menyusun perangkat pembelajarandapat menginspirasi guru binaannyameningkatkan kinerja melaksanakanpembelajaran, sehubungan dengan hasilpembinaan kepala sekolah sebagai gurudengan jadwal waktu selama 3 bulan,peningkatkan kemampuan sesuai data hasilkerja, dapat dilaporkan hasilnya,sebagaaimana gambaran dalam perolehantabel-tabel hasil pembinaan, dari tindakan prasiklus, siklus 1 dan siklus 2.

Kemampuan kepala sekolah dalammenentukan identitas pada RPP tidakditemukan masalah, namun masih mengalamikekurangan dalam menentukan KompetensiInti, KI 1, 2, 3, 4 pada setiap materi, tema,kurang memahami cara memilih KD dari KI 1dan KI 2, masih kurang mampu merumuskanindikator untuk KD dari KI 1 dan KI 2, masihmampu dalam mengidentifikasi KD dari KI 3dan KI 4, dan yang tampak kekurangmampuankepala sekolah merumuskan Indikator untukKD dari KI 3 dan KI 4, masih ada kendaladalam merumuskan materi pembelajaran,masih perlu merumuskan langkah-langkahpembelajaran saintifik, kurang dalammenerapkan pembelajaran saintifik, kurangdapat mengembangkan pembelajaran terpadu(Tematik Integratif), masih kurang benardalam menyusun RPP, masih belum tepatdalam menilai RPP yang baik dan benar,

masih terkendalanya dalam merancang danmelaksanakan penilaian autentik.

Tahapan pra siklus para kepala sekolahbinaan masih belum memahami tentang tehnismenyusun perangkat pembelajaran yangberbasis kurikulum 2013 atau kurikulumnasional, pada tahap ini kepala sekolah kurangmemiliki kemampuan dalam menyusun RPPyang hanya memperoleh data hasil pembinaanyaitu memperoleh nilai rata hasilnya adalah 67dengan kualifikasi kurang, dengan nilai C.Sedangkan pada tahap berikutnya adalahsiklus 1 kemampuan kepala sekolah dapatmeningkat dengan memperoleh angka rata-ratayaitu 72, 77 dengan kualifikasi Baik, dan nilaiB. serta kemampuan kepala sekolah lebihmeningkat pada tahapan siklus 2 denganmemperoleh nilai rata-rata yaitu 78,38 dengankualifikasi Baik dengan nilai B.

Pengawas memberikan pembinaan rutindengan pendampingan, memfasilitasi danmelatih kepala sekolah dengan tindakanmodeling, maka kemampuan kepala sekolahdalam menyusun perangkat pembelajarandapat ditingkatkan dengan perlahan-lahan,sebagaimana gambaran peningkatan nilaikemampuan siklus diatas. Peningkatankemampuan menyusun perangkat pembelajaraini diharapkan meningkatnya kemampuankepala sekolah dalam melaksanakan prosespembelajarannya di kelas, serta dapat menjadidorongan guru bawahannya untukmeningkatkan kualitas pembelajarannya di

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 56: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

55

Zainuddin* adalah Guru SD Negeri 28 Peusangan Bireuen

kelas, sehingga tercapainya kualitaspendidikan yang dicapai anak-anak bangsa di

sekolah sebagai wujud peningkatan mutupendidikan secara merata.

Tabel 4 Hasil Pemberian TindakanTindakan Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

Nilai 67 72,77 78,38Kualifikasi C B B

KESIMPULAN1. Meningkatkan ketrampilan kepala

sekolah dalam menyusun RPP berbasisKurikulum nasional forum K3S gugus IIISDN 28 Peusangan Kabupaten Bireuenadalah dengan melakukan pembinaanrutin dan berkelanjutan.

2. Melalui Modeling Pada K3S Gugus IIISDN Peusangan dapat meningkatkanketrampilan kepala sekolah dalammenyusun RPP berbasis Kurikulumnasional sehingga kepala sekolah yangjuga sebagai guru dapatmelaksanakankegiatan belajar mengajar di kelas.

3. Tingkat ketrampilan kepala sekolahdalam menyusun RPP berbasisKurikulum nasional memperoleh nilairata-rata pada tindakan pra siklus yaitu67, kualifikasi C. Hasil siklus 1 denganmemperoleh nilai rata-rata 72,77,kualifikasi B, dan hasil peningkatakankemampuan kepala sekolah pad siklus 2yaitu 77,38 kualifikasi B.

Zainuddin, Meningkatkan Ketrampilan Menyusun RPP Berbasis K13

Page 57: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

56

Zulfan Yusuf, SH, MH* adalah Dosen Universitas Seambi Mekkah Banda Aceh

ANTISIPASI LEMBAGA PERBANKAN DI KOTA BANDA ACEH DALAM MENCEGAHTINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (TPPU) YANG DILAKUKAN

OLEH NASABAH DAN KORPORASI

OlehZulfan Yusuf*

AbstrakPasal 2 ayat (1) PBI No. 11/28/PBI/2009, tanggal 1 Juli 2009, menegaskan bahwa Bankumum konvensional/Syari’ah dan/atau BPR/BPRS wajib memiliki Sistem operasionalprosedur (SOP) tantang Anti pencucian uang (APU) dan Pencegahan pendanaan terorisme(PPT) dan selanjutnya menerapkannya dalam operasional bank sehari-hari. Adapun tujuandari penerapan program APU dan PPT sebagai antisipasi Lembaga perbankan dalammencegah terjadinya Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) yang dilakukan oleh orangperseorangan dan/atau korporasi tertentu untuk tujuan organisasinya yang illegal. Ditinjaudari sisi kepentingan nasabah Program APU dan PPT dinilai bertentangan dengan prinsipperbankan Indonesia, pada program APU dan PPT mewajibkan nasabah memberitahukanasal usul dari dana yang akan disimpan dan tujuan dari penyimpanan tersebut di bank,sementara pada prinsip perbankan Indonesia mewajibkan lembaga perbankan merahasiakandata nasabah, baik untuk kepentingan bank sendiri maupun terhadap kepentingan pihakketiga lainnya. Dalam operasional bank program APU dan PPT hendaknya dijalankansecara bertahap, hal ini dimaksudkan agar tidak mempengaruhi trend penghimpunan danamasyarakat, selanjutnya bank berkepentingan menyelenggarakan sosialisasi dan training,baik diberikan kepada petugas khusus yang menangani program tersebut maupun kepadamasyarakat luas, sehingga mudah dipahami bahwa keberadaan program APU dan PPTsemata-mata hanya melindungi dana masyarakat selama diinvestasikan disuatu bank.Disarankan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar meningkatkan pengawasan danpembinaan terhadap Lembaga Perbankan agar bersungguh-sungguh melaksanakan programAPU dan PPT, selanjutnya memberikan sanksi hokum yang tegas kepada bank yang tidakmenjalankan program APU dan PPT dalam operasional banknya. Terakhir diminta kepadaPemerintah sebelum memberikan sanksi hokum kepada bank berupa pemberhentianpengurus dari kegiatan bank dan/atau mencabut izin operasional suatu bank, agar lebihmengedepankan segi edukasi, dalam artian bahwa bank – bank tersebut diberi kesempatanuntuk melakukan introspeksi kelembagaan, sehingga kepercayaan masyarakat terhadapLembaga perbankan tetap dapat dijaga dan dipertahankan dari waktu kewaktu.

Kata Kunci: Bank dan Anti Pencucian Uang

PENDAHULUANKejahatan pencucian uang (money

laundering) merupakan salah satu jeniskejahatan white collar crime di lapanganekonomi dan perdagangan. Dalam banyakkasus yang terjadi di Indonesia akhir-akhir inipelaku kejahatan pencucian uang sebahagianbesar dilakukan oleh orang-orang yangmemiliki jabatan public dan/atau dilakukanoleh pengusaha yang dalam aktivitas usahanyamendapat dukungan financial dari pemerintahpusat dan setempat, sehingga tidak berlebihankalau kejahatan tersebut juga disebut kejahatankhusus (special crime), oleh karenanya dalam

penanganannya harus dilakukan secara khususpula.

Kejahatan pencucian uang merupakankejahatan yang sangat berbahaya, sebabkejahatan tersebut secara structural dapatmengancam stabilitas ekonomi dan systemmoneter Negara, disamping juga sifatnyasangat lincah dan fleksibel, karena denganmudah dapat melintasi batas-batas Negara,jika ditinjau dari sisi historis pada mulanyakejahatan pencucian uang dilakukan secaratradisional oleh mafia Amerika denganmembeli perusahaan-perusahaan pencucianpakaian dengan cara illegal, namun seiring

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 58: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

57

Zulfan Yusuf, SH, MH* adalah Dosen Universitas Seambi Mekkah Banda Aceh

dengan meningkatnya ilmu pengetahuan danteknologi dibidang transportasi dankomunikasi secara langsung mempengaruhimodus operandi kejahatan pencucian uang,yaitu yang awalnya dilakukan secara manualdan saat ini dilakukan dengan cara E.-Commerce dan Banking of TechnologiSystem, dimana antara para pihak dalammelakukan transaksi perdagangan tidak salingbertemu secara face to face, namun cukupdengan menggunakan jasa internet dantelekomunikasi, sementara kata sepakatdicapai ketika para pihak menyatakankeinginannya dan berkomitmen untukmengimplementasikan dalam transaksiperdagangan dan usahanya secara bersama-sama.

Sebagai antisipasi dimanfaatkannyalembaga perbankan sebagai tempat pencucianuang, maka berdasarkan Pasal 2 ayat (1) PBINo. 11/28/PBI/2009, tanggal 1 Juli 2009menegaskan bahwa bank umum dan/atauBPR/BPRS wajib memiliki system operasionalprocedure (SOP) tentang anti pencucian uang(APU) dan pencegahan pendanaan terorisme(PPT)

Program APU dan PPT secara tidaklangsung bertentangan dengan prinsipperbankan Indonesia, yang mana padaprogram APU dan PPT mengedepankanprinsip transparansi dan keterbukaan, denganmewajibkan nasabah memberitahukan asalusul dana simpanan dan tujuan menyimpanuang di bank, sementara prinsip perbankanIndonesia mewajibkan lembaga perbankanmerahasiakan data keuangan nasabahnya darikepentingan pihak ketiga dan/atau patutdiduga akan diketahui dan dapat disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak berhakuntuk kepentingan dirinya dan/atau orang lain.

Berdasarkan penjelasan tersebut diatas,maka yang menjadi dasar kajian dalam KaryaIlmiah ini adalah, sebagai berikut :1. Apakah PBI No. 11/28/PBI/2009, tanggal

1 Juli 2009 dan PBI No. 10/20/PBI/2010,tanggal 1 Desember 2010 tidakbertentangan dengan prinsip perbankanIndonesia

2. Sejauhmana pengaruh program APU danPPT terhadap trend penghimpunan danamasyarakat di lembaga perbankan

3. Apa antisipasi Lembaga Perbankan dalammemberantas terjadinya Pencucian Uang diKota Banda Aceh

PEMBAHASAN1. Pengertian APU dan PPT

Pengertian program APU dan PPT tidakditemukan dalam literature manapun,disamping juga belum ada pakar danpemerhati masalah hukum yang membahaskhusus tentang program APU dan PPT,sehingga sulit diberikan definisi berkaitandengan anti pencucian uang, namun demikianuntuk memberikan pemahaman awal tentangprogram APU dan PPT tersebut, makaberdasarkan penjelasan peraturan BankIndonesia (PBI) Nomor. 11/28/PBI/2009,tanggal 1 Juli 2009 dan PBI No.10/20/PBI/2010, tanggal 1 Desember 2010adalah suatu tindakan pencegahan (preventif)yang dilakukan oleh bank umum konvensionaldan/atau syari’ah dan BPR/BPRS dalammengantisipasi kemungkinan terjadinyakejahatan pencucian uang, baik yangdilakukan oleh orang perseorangan untukmemperkaya dirinya maupun korporasitertentu untuk kepentingan organisasinya.

Selanjutnya pengertian pencucian uangsebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (1) UUNo. 8 Tahun 2010, tentang pemberantasantindak pidana pencucian uang (TPPU), adalahPerbuatan menempatkan, mentransfer,membayarkan, membelanjakan,menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan,membawa keluar negeri, menukarkan dan/atauperbuatan lainnya atas harta kekayaan yangdiketahuinya ataupun patut diduga merupakanhasil tindak pidana, dengan maksud untukmenyembunyikan atau manyamarkan asal usulharta kekayaan , sehingga seolah-olah menjadiharta kekayaan yang sah.

Kejahatan pencucian uang merupakansalah satu bentuk kejahatan kerah putih (whitecollar crime), pertama sekali dikemukakanoleh kriminolog dari Amerika Serikat yangbernama Edwin H. Sutherland, melaluibukunya berjudul White collar crime yangditerbitkan pada tanggal 27 Desember 1939.Berbeda dengan kejahatan konvensionallainnya yang melibatkan pelaku kejahatanjalanan (street crime, blue crime, jeans crime),sebaliknya kejahatan kerah putih dalamprakteknya sebahagian besar dilakukan olehmereka yang memiliki jabatan tertentu dipemerintahan dan/atau pejabat swasta yangdalam aktivitasnya mendapat fasilitas tertentudari pemerintah pusat dan pemerintah

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 59: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

58

Zulfan Yusuf, SH, MH* adalah Dosen Universitas Seambi Mekkah Banda Aceh

setempat dan dilakukan secara terorganisir(organized crime).

Dalam prakteknya kejahatan pencucianuang menggunakan transaksi secara tunai,namun dewasa ini dengan kemajuan ilmupengetahuan dan teknologi dibidangtransportasi dan informasi, secara langsungberimplikasi terhadap modus operandikejahatan bank, yang tadinya dilakukan secaramanual berubah dapat dilakukan tanpa harusdatang ke bank, yaitu dengan cara E-Commerce atau Phone banking, yang dapatdiakses secara luas tanpa dibatasi oleh ruangdan waktu.

Berdasarkan penjelasan tersebutmemberikan pemahaman kepada kita bahwaantara program APU dan PPT memiliki kaitanyang sangat erat dengan Kejahatan PencucianUang. Kejahatan pencucian uang (moneylaundering) sebagaimana diatur dalam UUNo. 8 Tahun 2010 mengatur tentang kejahatanpencucian uang dalam arti sempit dan luas,dalam arti sempit adalah setiap tindakan yangberusaha menjadikan pendapatan dan/ataukekayaan yang diperoleh secara illegal seolah-olah menjadi kekayaan yang sah, sedangkankejahatan pencucian uang dalam arti luasadalah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1ayat (1) UU No. 8 Tahun 2010, tentangpemberantasan tindak pidana pencucian uang.

Perbedaan yang sangat prinsip tersebutdalam hal pertanggungjawaban pidanamemberikan keleluasaan kepada aparatpenegak hukum dalam menafsirkan sifat danbentuk kejahatan yang terjadi di lembagaperbankan dan/atau lembaga ekonomi lainnyasecara lebih tajam dan obyektif, sehinggadengan cepat dan tepat dapat diformulasikanpenanganannya dalam bentuk tindakan nyata.

2. Pengaturan Program APU dan PPTProgram APU dan PPT diatur melalui

peraturan Bank Indonesia, antara lain sebagaiberikut :1. PBI No. 11/28/PBI/2009, tanggal 1 Juli

2009, mengatur tentang program APU danPPT bagi bank umum konvensionaldan/atau syari’ah

2. PBI No. 10/20/PBI/2010, tanggal 1Desember 2010, mengatur tentang programAPU dan PPT bagi BPR/BPRS

Pasal 3 ayat (1) PBI No. 11/28/PBI/2009,tanggal 1 Juli 2009, menegaskan bahwaprogram APU dan PPT merupakan bagian dari

pengelolaan risiko kepatuhan dan operasionalbank secara keseluruhan. Lebih lanjut Pasal 3ayat (2) menegaskan bahwa penerapanprogram APU dan PPT sebagaimana maksuddari Pasal 2 ayat (1) PBI No. 11/28/PBI/2009,tanggal 1 Juli 2009 mencakup, antara lain :1. Adanya pengawasan aktif dari DewanKomisaris dan Direksi2. Kebijakan dan prosedur3. Pengendalian intern4. System informasi manajemen5. SDM dan Pelatihan

Berdasarkan penjelasan dari Pasal 3 ayat(2) PBI No. 11/28/PBI/2009, tanggal 1 Juli2009, dapat dipahami, bahwa :a. Program APU dan PPT merupakan

bahagian dari pengelolaan risiko bank,selain risiko operasional, reputasi, risikohukum dan risiko pasar

b. Program APU dan PPT bertujuan untukmengamankan lembaga perbankan dariupaya pihak-pihak tertentu untukmemanfaatkan bank sebagai media untukpencucian uang

c. Program APU dan PPT bertujuan untukmeningkatkan daya saing lembagaperbankan menjadi industri yangdiperhitungkan dalam pembangunanekonomi Nasional.

3. Manfaat Diterapkannya Program APUdan PPT dalam Operasional Perbankan.

Berbicara tentang manfaat atau kegunaandari program APU dan PPT ada baiknyaterlebih dahulu kita menelaah teori efektivitasyang dikemukakan oleh Soerjono soekanto,yang mengemukakan setidaknya terdapat 5faktor untuk menilai efektif tidaknya suatuaturan hukum, antara lain :1. Factor hukumnya sendiri (Undang –

undang)2. Factor penegak hokum (membentuk dan

menjalankan hokum)3. Factor sarana dan fasilitas yang

mendukung penegakan hokum4. Factor masyarakat (lingkungan dimana

aturan hokum tersebut berlaku atauditerapkan)

5. Factor budaya, yakni sebagai hasil karya,cipta dan karsa yang didasarkan kepadaprakarsa manusia dalam pergaulanhidupnya sehari-hari.

Relevan dengan teori efektivitas hukumyang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto,

Zulfan Yusuf, Antisipasi Lembaga Perbankan Di Kota Banda Aceh

Page 60: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

59

Zulfan Yusuf, SH, MH* adalah Dosen Universitas Seambi Mekkah Banda Aceh

maka Romli Atmasasmita mengatakan faktor –faktor yang dapat menghambat efektivitaspenegak hokum tidak hanya terletak padasikap mental dari aparat penegak hokum(Hakim, jaksa, polisi dan pengacara), akantetapi juga terletak pada factor sosialisasihukum yang sering dilakukan

Agar terwujudnya suatu penegakanhukum yang responsive dibutuhkan hukumprogresif, kata progresif berasal dari bahasaInggris, yaitu “ Progressive” yang berartimaju, kata progresif menurut bahasa Indonesiaberarti kearah kemajuan, berhaluan kearahperbaikan. Berdasarkan pengertian tersebutSatjipto Raharjo menawarkan teori progresif,yang mana inti dari hokum progresif terletakpada berfikir dan bertindak, progresifmembebaskan dari teks hokum, karena padaakhirnya hokum itu bukan untuk dokumensemata, melainkan untuk kebahagiaan dankesejahteraan manusia.

Lebih lanjut Satjipto Raharjomenjelaskan bahwa pemikiran hokum perlukembali kepada filosofi dasarnya, yaitu hokumuntuk manusia, dengan filosofi tersebut makamanusia menjadi penentu dari titik orientasihokum, hokum bertugas melayani manusiadan bukan sebaliknya. Oleh karena itu hukumbukan merupakan institusi yang lepas darikepentingan manusia, mutu hukum ditentukanoleh kemampuannya untuk mengabdi kepadakesejahteraan manusia, sebab itu hukumprogresif menganut idiologi “ Hukum yangpro keadilan dan pro rakyat”

Hukum progresif berangkat dari asumsidasar bahwa hukum adalah untuk manusia,hukum bukan sebagai institusi yang bersifatmuthlak dan final, melainkan sebagai institusibermoral dan bernurani karena sangatditentukan oleh kemampuannya untukmengabdi dan mengantarkan manusia kepadakehidupan yang adil, sejahtera dan membuatmanusia bahagia.

Dalam perkembangan hokum setidaknyadapat diidentifikasi beberapa karakter hokumprogresif yang diharapkan menjadi tipe hokumyang mampu memberi jalan bagipembangunan hokum di Indonesia pada masamendatang, dimana hokum progresifmenganut paradigma, yaitu :1. Hukum diciptakan untuk kesejahteraan

manusia2. Pluralisme hokum3. Sinergi atas kepentingan pusat dan daerah

4. Koordinasi5. Harmonisasi hukum

Sementara asas yang menjadi dasardalam penerapan hukum adalah, sebagaiberikut :1. Asas persatuan2. Asas kesamaan derajat3. Asas desentralisasi4. Asas otonomi5. Asas fungsional.

Hukum progresif tidak berpikir semata-mata menurut Legal way, tetapi lebih dari ituatau disebut Reasunable way, yaitu apabilaterjadi kebuntuan, maka hokum progresifmelakukan cara alternative yang kreatif diatasmenjalankan Law to the Letter.

Menurut Zudan Arif Fakhrullah,penegakan hukum merupakan pusat dariseluruh aktivitas kehidupan, hukum dimulaidari perencanaan hukum, pembentukanhukum, menegakkan hukum dan evaluasihukum. Penegakan hukum pada hakekatnyamerupakan interaksi antara berbagai perilakumanusia yang mewakili kepentingan –kepentingan yang berbeda dalam bingkai akaryang telah disepakati bersama.

Oleh karenanya penegakan hukum tidakdapat semata-mata dianggap sebagai prosesmenerapkan hukum sebagaimana pendapatkaum Legalistic, namun proses penegakanhukum mempunyai dimensi yang lebih luas.Dalam penegakan hukum akan melibatkandimensi perilaku manusia, dengan pemahamantersebut maka kita dapat mengetahui bahwamasalah hukum yang selalu menonjol adalahmasalah Law in Action dan bukan pada Lawin the Books.

Berdasarkan penjelasan dari teoriEfektivitas yang dikemukakan oleh SoerjonoSoekanto dan teori Progresif yangdisampaikan oleh Satjipto Raharjo dapatdipahami bahwa ketentuan APU dan PPTmerupakan langkah preventif yang wajibdimiliki oleh setiap lembaga perbankan dalammenyikapi kemungkinan dimanfaatkannyalembaga perbankan dan/atau lembagakeuangan non bank lainnya oleh orangperseorangan dan/atau badan sebagai mediapencucian uang. Tentunya ketentuan tersebuttidak hanya membantu lembaga perbankandalam mendeteksi setiap terjadinya TindakPidana Pencucian Uang, namun yang lebihpenting bermanfaat bagi masyarakat luasdalam menginvestasikan uangnya di Lembaga

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 61: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

60

Zulfan Yusuf, SH, MH* adalah Dosen Universitas Seambi Mekkah Banda Aceh

Perbankan yang benar-benar sehat dan taatasas serta komitmen melindungi kepentingannasabahnya. Karenanya program APU danPPT pada dasarnya semata-mata bertujuanuntuk melindungi dana-dana masyarakat yangdiinvestasikan disebuah bank, disamping itujuga sebagai antisipasi lembaga perbankanmendeteksi masuknya dana-dana illegal dariorang perseorangan dan/atau korporasitertentu, dengan demikian daya saing lembagaperbankan dapat terus ditingkatkan danmenjadi salah satu media berinvestasi yangaman dan menguntungkan.

4. Pengaruh Program APU dan PPTTerhadap Peningkatan DanaMasyarakat.

Banyak factor menyebabkan kurangpercayanya nasabah terhadap lembagaperbankan, dalam hal ini Sutan RemySjahdeini menyatakan bahwa “ Hubunganantara bank dan nasabah penyimpan danaadalah hubungan pinjam – meminjam uangantara debitor dan kreditor yang dilandasi olehasas kepercayaan “

Menurut Undang-undang perbankan No.10 Tahun 1998 menegaskan bahwa hubunganantara bank dan nasabah penyimpan danabukan sekedar hubungan kontraktual biasaantara debitor dan kreditor yang diliputi olehasas – asas umum dari hokum perjanjian,tetapi juga hubungan kepercayaan yangdiliputi asas kepercayaan.

Secara eksplisit Undang-undangmengakui bahwa hubungan antara bank dannasabah penyimpan dana adalah hubungankepercayaan, yang membawa konsekwensibank tidak boleh hanya memperhatikankepentingan nasabah penyimpan dana, namunhubungan antara bank dan nasabah penyimpandana adalah hubungan kepercayaan yangmembebankan kewajiban-kewajibankepercayaan (fiduciary obligations) kepadabank terhadap nasabahnya. Oleh karena itumasyarakat bisnis dan perbankan Indonesiaberpendapat bahwa hubungan antara bank dannasabah adalah juga hubungan yangberlandaskan kepercayaan.

Berkenaan dengan seberapa jauhhubungan antara bank dan nasabahpenyimpan, ada baiknya dilihat beberapaprinsip perbankan sebagai landasanfundamental Lembaga Perbankan di Indonesia,sebagai berikut :

a. Asas Kepercayaan (fiduciary principles)Asas kepercayaan adalah suatu asas yang

menyatakan bahwa usaha bank dilandasi olehhubungan kepercayaan antara bank dannasabahnya, disini bank menjalankanoperasionalnya dengan mengandalkan danadari masyarakat yang disimpan di banktersebut atas dasar kepercayaan, sehinggasetiap lembaga perbankan wajib menjagatingkat kesehatannya dengan tetap memeliharadan mempertahankan kepercayaan masyarakatpadanya.

Kemauan masyarakat menyimpanuangnya di bank semata-mata dilandasi olehkeyakinan bahwa uangnya akan dapatdiperoleh kembali pada waktu yang diinginkanatau sesuai dengan yang diperjanjikan dandisertai dengan imbalan. Apabila kepercayaannasabah penyimpan terhadap suatu bank telahberkurang, tidak tertutup kemungkinan akanterjadi rush terhadap bank tersebut dan rushdapat menjadi factor awal hancurnya suatubank.

b. Asas Kerahasiaan (confidentialprinciple)

Asas kerahasiaan adalah suatu asas yangmengharuskan atau mewajibkan bankmerahasiakan segala sesuatu yangberhubungan dengan keuangan dan lain-laindari nasabah bank yang menurut kelazimandalam dunia perbankan wajib dirahasiakan.Kerahasiaan ini adalah untuk kepentinganbank sendiri, bank memerlukan kepercayaanmasyarakat yang menyimpan uangnya di bank,masyarakat hanya akan mempercayakanuangnya pada bank atau memanfaatkan jasabank. Apabila bank menjamin bahwa tidakakan ada penyalahgunaan terhadap dana-dananya, baik langsung maupun tidaklangsung yang dapat merugikan nasabahpenyimpan dana, untuk itu bank senantiasamemegang teguh janji termasuk didalamnyakerahasiaan dana nasabah.

Undang-undang No. 10 Tahun 1998tentang perbankan menjamin kerahasiaannasabah penyimpan disuatu bank, dalam halini semua rahasia keuangan nasabah, namundemikian kerahasiaan nasabah ini dapatdikecualikan dalam hal-hal tertentu, yakniuntuk kepentingan perpajakan, penyelesaianpiutang bank, peradilan pidana, korupsi,pencucian uang dan kejahatan khusus lainnyayang dalam prakteknya melibatkan nasabah

Zulfan Yusuf, Antisipasi Lembaga Perbankan Di Kota Banda Aceh

Page 62: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

61

Zulfan Yusuf, SH, MH* adalah Dosen Universitas Seambi Mekkah Banda Aceh

bank, baik sebagai pelaku maupun sebagaipihak yang membantu terjadinya kejahatan.Dengan demikian rahasia bank merupakansalah satu unsur yang harus dimiliki olehsetiap bank dalam menjalankan fungsinyasebagai lembaga kepercayaan masyarakat.

Keterikatan suatu bank terhadapketentuan atau kewajiban merahasiakankeadaan keuangan nasabahnya menunjukkanbahwa hubungan antara bank dan nasabahpenyimpan dana dilandasi oleh asaskerahasiaan, oleh karena itu hubungan antarabank dan nasabah penyimpan adalah hubungankerahasiaan, dalam artian bank ,menjaminbahwa dana dan/atau simpanan nasabah akandirahasiakan dari pihak-pihak yang tidakberhak dalam kondisi dan situasi apapun.

c. Asas kehati-hatian (prudential principle)Asas kehati-hatian adalah suatu asas yang

menyatakan bahwa bank dalam menjalankanfungsi dan kegiatan usahanya wajibmenerapkan prinsip kehati-hatian dalamrangka melindungi dana masyarakat yangdipercayakan kepadanya. Hal ini diatur dalamPasal 2 UU No. 10 Tahun 1998, yang secarategas menyatakan bahwa perbankan Indonesiadalam melakukan usahanya berasaskandemokrasi ekonomi dengan menggunakanprinsip kehati-hatian.

Selanjutnya Pasal 29 ayat (2) UU No. 10Tahun 1998 menegaskan bahwa bank wajibmelaksanakan kegiatan usaha sesuai denganprinsip kehati-hatian. Sementara dalam ayat(3) juga menegaskan bahwa bank dalammenyalurkan pembiayaan dan kegiatan usahalainnya wajib menempuh cara-cara yang tidakmerugikan bank dan kepentingan nasabahyang mempercayakan dananya dikelola olehbank tersebut.

Tujuan diberlakukannya prinsip kehati-hatian tidak lain agar bank selalu dalamkondisi sehat, dengan perkataan lain agarselalu dalam keadaan likuid dan solvent,dengan prinsip kehati-hatian diharapkantingkat kepercayaan masyarakat terhadapperbankan tetap tinggi, sehingga masyarakatbersedia dan tidak ragu-ragu menyimpandananya di bank.

Prinsip kehati-hatian ini harus dijalankanoleh bank bukan hanya karena dihubungkandengan kewajiban bank agar tidak merugikankepentingan nasabah yang mempercayakandananya kepada masyarakat, namun yang

lebih penting adalah sebagai bagian darisystem moneter yang menyangkut kepentingansemua anggota masyarakat luas, disampingtentunya nasabah penyimpan sendiri. Dengandemikian prinsip kehati-hatian bertujuan agarbank menjalankan usahanya secara baik danbenar, dengan tetap mempedomani norma-norma hokum yang berlaku dalam duniaperbankan, tentunya masyarakat senantiasatetap mempercayai dananya dikelola olehbank, yang pada gilirannya akan menciptakansystem perbankan yang sehat dan efisien,dimana dalam arti sempit dapat memeliharakepentingan masyarakat dengan baik,berkembang secara wajar serta bermanfaatbagi perkembangan ekonomi nasional.

Dalam penjelasan umum UU No. 10Tahun 1998 mengamanatkan agar prinsipkehati-hatian tersebut dipegang teguh,selanjutnya ketentuan mengenai kegiatanusaha bank perlu disempurnakan, terutamayang berkaitan dengan penyaluran danakepada masyarakat, sehingga tidak timbulkredit bermasalah dan/atau macet yangnantinya dapat mempengaruhi tingkatkesehatan bank sendiri.

Berdasarkan beberapa prinsip perbankansebagaimana telah dikemukakan di atas biladikaitkan dengan ketentuan APU dan PPTdalam hal peningkatan dana masyarakat dapatdisimpulkan, sebagai berikut :a. Bahwa program APU dan PPT bertujuan

untuk melindungi dana-dana nasabahpenyimpan yang dipercayakanpengelolaannya di Lembaga Perbankan,sehingga keamanan dana nasabah tetapterpelihara dengan baik.

b. Meningkatkan daya saing dan ketahananbank, mengingat persaingan bank semakinkompetitif, dengan demikian kredibilitaslembaga perbankan diharapkan mampumenjadi pioneer diantara kompetitorlainnya.

c. Menjadikan lembaga perbankan sebagailembaga keuangan yang kokoh, tahan uji,mandiri dan professional, sehinggalembaga perbankan dengan mudah danleluasa dapat melakukan mobilisasi dana-dana masyarakat, dengan demikian peranbank sebagai penyangga pembiayaanpembangunan bangsa dan Negara dapatterus ditingkatkan.

d. Membentuk lembaga perbankan sebagailembaga keuangan yang aman dan

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 63: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

62

Zulfan Yusuf, SH, MH* adalah Dosen Universitas Seambi Mekkah Banda Aceh

menguntungkan dalam berinvestasi. Amandalam artian bahwa semua dana yangdisimpan bukan berasal dari hasilkejahatan pencucian uang (moneylaundering), sementara menguntungkanbank akan memberikan bunga dan/ataubagi hasil kepada setiap pemilik dana,sehingga kebijakan tersebut dapatmerangsang masyarakat untuk menjadikanlembaga perbankan sebagai tempatberinvestasi yang aman danmenguntungkan.

e. Membentuk lembaga perbankan menjadilembaga keuangan yang bersih dan sterildari orang-orang yang memiliki latarbelakang kriminal, yang dalammendapatkan keuntungan denganmelakukan spekulasi yang merugikanorang lain dan menjadi ancaman terbesarbagi bangsa dan Negara.

5. Antisipasi Lembaga Perbankan di KotaBanda Aceh Dalam Menekan KejahatanPencucian Uang (Money Laundering)

Sebagaimana telah dijelaskan padabahagian terdahulu bahwa program APU danPPT dibentuk untuk mengantisipasidijadikannya lembaga perbankan sebagaimedia pencucian uang, baik yang dilakukanoleh orang perseorangan maupun korporasitertentu untuk memperkaya diri dan organisasiterlarang lainnya. Hal ini sejalan denganketentuan Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) PBINo. 11/28/PBI/2009, tanggal 1 Juli 2009menjelaskan bahwa bank umum konvensionaldan/atau syari’ah wajib menerapkan programanti pencucian uang dan pencegahanpendanaan terorisme dan dalam pelaksanaanprogram dimaksud wajib berpedoman kepadaketentuan yang telah ditetapkan dalamPeraturan Bank Indonesia yang mengaturtentang APU dan PPT.

Mengingat pentingnya ketentuantersebut, maka keberadaan peraturan APU danPPT di Lembaga Perbankan tidak sekedarhanya memenuhi kewajiban semata, namunlebih jauh dapat dijadikan indicator patuhtidaknya bank terhadap peraturan pemerintahsecara umum, khususnya menyangkut denganpengamanan terhadap system Moneter,Keuangan dan Perbankan.

Oleh karenanya bank yang tidakmenjalankan program APU dan PPT dinilaitidak taat asas dan memungkinkan dapat

diturunkannya tingkat kesehatan bank tersebutdari sehat menjadi cukup sehat atau dari cukupsehat menjadi kurang sehat, begitu seterusnyasebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (2) PBINo. 11/28/PBI/2009, tanggal 1 Juli 2009.

Pelaksanaan program APU dan PPTdalam operasional bank sekurang-kurangnyamencakup 5 (lima) hal, sebagai berikut :1. Pengawasan aktif Direksi dan Dewan

Komisaris2. Kebijakan dan prosedur3. Pengendalian intern4. System informasi manajemen5. SDM dan Pelatihan.

Pengenaan sanksi kepada LembagaPerbankan yang tidak menjalankan programAPU dan PPT diatur dalam Pasal 50 ayat (1),(2), (3) dan ayat (4) PBI No. 11/28/PBI/2009,tanggal 1 Juli 2009 adalah, sebagai berikut :(1) Terlambat menyampaikan laporan

pelaksanaan program APU dan PPT dantransaksi keuangan yang mencurigakansebagaimana maksud Pasal 46 ayat (1)dikenakan sanksi administrative berupakewajiban membayar denda sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah)

(2) Belum menyampaikan program APU danPPT atau laporan transaksi yangmencurigakan sebagaimana maksud dariPasal 50 ayat (1) dalam waktu lebih 1bulan, sejak batas akhir penyampaianlaporan, dikenakan sanksi administrativeberupa pembayaran denda sebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)

(3) Tidak melaksanakan komitmen, antara lain:a. Penyelesaian hasil temuan pemeriksaan

Bank Indonesia dalam kurun waktu 2kali pemeriksaan

b. Telah dituangkan dalam rencanakegiatan pengkinian data sebagaimanamaksud dari Pasal 27 ayat (2) huruf b,dikenakan sanksi administrative berupapengenaan denda sebesarRp.100.000.000,- (seratus juta rupiah)

(4) Bank tidak melaksanakan program APUdan PPT dan Pasal 52 UU No. 10 Tahun1998, Pasal 58 UU No. 21 Tahun 2008,tentang Bank Syari’ah, terdiri dari :a. Teguran tertulisb. Penurunan tingkat kesehatan bank

dan/atau pembekuan kegiatan usahatertentu

Zulfan Yusuf, Antisipasi Lembaga Perbankan Di Kota Banda Aceh

Page 64: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

63

Zulfan Yusuf, SH, MH* adalah Dosen Universitas Seambi Mekkah Banda Aceh

c. Pencantuman anggota pengurus,pegawai bank dan/atau pemegangsaham dalam daftar pihak-pihak yangmendapat predikat tidak lulus dalampenilaian kemampuan dan kepatutanatau dalam catatan administrasi BankIndonesia sebagaimana diatur dalamketentuan Bank Indonesia.

d. Pemberhentian pengurus bank.1

Dari penjelasan Pasal 50 Peraturan BankIndonesia sebagaimana tersebut di atas dapatdipahami bahwa sebahagian besar sanksi yangdapat dijatuhkan kepada lembaga perbankanhanya berbentuk administrasi, berupakewajiban membayar denda kepada Negara,dalam artian bank-bank tersebut masihdimungkinkan untuk menjalankan operasionalseperti biasanya. Selanjutnya bank umumkonvensional dan/atau syari’ah tidak memilikisystem operasional prosedur (SOP) tentangAPU dan PPT dipandang tidak taat asasdan/atau tidak mendukung programpemerintah dalam memberantas kejahatanpencucian uang, maka terhadap bank-banktersebut dapat dikenakan sanksi administratifsecara berjenjang, yang dimulai daripemberian surat peringatan secara tertulisdengan pemberian kesempatan terhadap bank-bank tersebut untuk memperbaikikesalahannya.

Selanjutnya apabila bank umumkonvensional dan/atau syari’ah tidak berupayauntuk memperbaiki kesalahannya atau tidakmengindahkan seruan dari Bank Indonesiauntuk menjalankan program APU dan PPTdalam operasionalnya sehari-hari, makaterhadap bank-bank tersebut dapatditingkatkan sanksi administratifnya, yaituberupa pencabutan sebahagian izin operasionalbank sampai kepada dimasukkannyakaryawan, pengurus dan pemilik bank dalamdaftar orang-orang yang dianggap tidak luluskelayakan dan kepatutan (fit and profert test)yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia.

Pengenaan sanksi administratif denganmemasukkan pengurus, staff dan pemilik bankkedalam orang-orang yang tidak luluskelayakan dan kepatutan dinilai sangat tepat,karena menurut ketentuan Bank Indonesia

1 Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.11/28/PBI/2009, Sekretariat Gubernur BankIndonesia, Jakarta Pusat, 2011.

mereka akan kehilangan kesempatan untukdapat bekerja dan menempati posisi pentingdilembaga perbankan dalam kurun waktuantara 3, 5 bahkan 20 tahun, tergantungseberapa besar tingkat kesalahan yangdilakukan sehingga bank dianggap tidak taatasas.

Adapun tujuan dikenakannya sanksitersebut agar pengurus, pemegang sahampengendali dan pihak terkait lainnya lebihserius dalam bekerja dan komitmen memegangamanah dan professional dalam mengelolabank, sehingga daya saing bank dapat terusditingkatkan dari waktu kewaktu. Selanjutnyasanksi administrative terakhir yang dapatdijatuhkan kepada bank umum konvensionaldan/atau syari’ah sebagaimana diatur dalamPasal 50 ayat (3) PBI No. 11/28/PBI/2009,tanggal 1 Juli 2009 adalah denganmemberhentikan pengurus bank dari jabatanaktif, pengurus disini terdiri dari jajaranDireksi dan Dewan Komisaris sebagaimanaditegaskan dalam UU No. 40 Tahun 2007,tentang Perseroan Terbatas dan/atau UU No.10 Tahun 1998, tentang Perbankan sebagaipejabat yang sangat bertanggung jawabterhadap kelangsungan usaha bank.

Berdasarkan penjelasan pasal tersebutdapat disimpulkan, sebagai berikut :1. Bank umum konvensional/syari’ah

dan/atau BPR/BPRS wajib memilikisystem operasional prosedur (SOP) tentanganti pencucian uang (APU) danpencegahan pendanaan terorisme (PPT)dan dijalankan dalam operasional banksehari-hari sebagai upaya mencegahterjadinya Tindak Pidana Pencucian Uang(Money laundering), baik dilakukan olehorang perseorangan maupun korporasitertentu.

2. Pelaksanaan peraturan Bank Indonesia(PBI) No. 11/28/PBI/2009 tanggal 1 Juli2009 dan/atau PBI No. 12/20/PBI/2010, 1Desember 2010 dinilai sebagai bahagiandari penerapan Manajemen Risiko banksecara keseluruhan dan sekaligus dijadikanindicator bank taat asas terhadap PeraturanPemerintah.

3. Terhadap bank yang tidak taat asassebagaimana maksud dari Peraturan BankIndonesia (PBI) No. 11/28/PBI/2009,tanggal 1 Juli 2009 dan/atau PBI No.12/20/PBI/2010, tanggal 1 Desember 2010dapat dikenakan sanksi hokum

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 65: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

64

Zulfan Yusuf, SH, MH* adalah Dosen Universitas Seambi Mekkah Banda Aceh

sebagaimana telah diatur dalam Pasal 50ketentuan tersebut di atas berupa, antaralain :a. Teguran tertulisb. Penurunan tingkat kesehatanc. Pembekuan kegiatan usaha tertentud. Pencantuman pengurus, pemegang

saham pengendali (PSP) dan Staffbank sebagai orang yang tidak lulusFit Profert Test, dengan konsekwensihokum yang bersangkutan tidak dapatmelakukan akses dengan LembagaPerbankan antara 3, 5 dan 20 tahun.

e. Pemberhentian pengurus bank.

KESIMPULAN DAN SARANBerdasarkan uraian dan pembahasan

dalam beberapa bahagian sebelumnya, makaberikut ini dapat disampaikan kesimpulan dansaran adalah, sebagai berikut :A. Kesimpulan1. Ketentuan APU dan PPT pada prinsipnya

bertentangan dengan Sistem perbankansecara umum, yang mana pada APU danPPT menuntut adanya keterbukaan dantransparansi terhadap asal usul danasimpanan nasabah, sementara pada prinsipperbankan Indonesia mewajibkan lembagaperbankan menjaga kerahasiaan dananasabah, namun dalam upaya mencegahdijadikannya lembaga perbankan sebagaimedia Tindak Pidana Pencucian Uang(TPPU) yang dilakukan oleh orangperseorangan maupun korporasi tertentu,maka berdasarkan Pasal 2 ayat (1) dan ayat(2) PBI No. 11/28/PBI/2009, tanggal 1 Juli2009 dan/atau PBI No. 12/20/PBI/2010,tanggal 1 Desember 2010 semua lembagaperbankan wajib memiliki systemoperasional procedure (SOP) APU danPPT dan menjalankannya dalam kegiatanbank sehari-hari.

2. Dalam praktek perbankan ketentuan APUdan PPT dilaksanakan secara bertahap, halini dimaksudkan agar tidak mengganggutrend penghimpunan dana masyarakat.Selanjutnya lembaga perbankan dan/ataulembaga keuangan lainnya dalammendeteksi kemungkinan terjadinyaTindak Pidana Pencucian Uang (TPPU)senantiasa berkoordinasi dengan pihakPPATK , Kepolisian dan Kejaksaan,sehingga setiap terjadinya Kejahatan White

Collar Crime segera dapat diselesaikandengan cepat, tepat dan terukur.

3. Lembaga perbankan yang tidak memilikisystem operasional procedure APU danPPT dan/atau memiliki ketentuan APU danPPT terapi tidak dijalankan dalamoperasional bank sehari-hari, makaberdasarkan ketentuan Pasal 50 ayat (1),(20, (3) dan ayat (4) PBINo.11/28/PBI/2009, tanggal 1 Juli 2009,tanggal 1 Juli 2009 dapat dikenakan sanksiadministratif adalah, sebagai berikut :a. Terlambat menyampaikan laporan

pelaksanaan program APU dan PPTdan transaksi keuangan yangmencurigakan sebagaimana maksudPasal 46 ayat (1) dikenakan sanksiadministratif berupa kewajibanmembayar denda sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah)

b. Belum menyampaikan program APUdan PPT atau laporan transaksi yangmencurigakan sebagaimana maksuddari Pasal 50 ayat (1) dalam waktulebih 1 bulan, sejak batas akhirpenyampaian laporan, dikenakan sanksiadministratif berupa pembayaran dendasebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluhjuta rupiah)

c. Tidak melaksanakan komitmen, antaralain :1. Penyelesaian hasil temuan

pemeriksaan Bank Indonesia dalamkurun waktu 2 kali pemeriksaan

2. Telah dituangkan dalam rencanakegiatan pengkinian datasebagaimana maksud dari Pasal 27ayat (2) huruf b, dikenakan sanksiadministratif berupa pengenaandenda sebesar Rp. 100.000.000,-(seratus juta rupiah)

d. Bank tidak melaksanakan programAPU dan PPT dan Pasal 52 UU No. 10Tahun 1998, Pasal 58 UU No. 21Tahun 2008, tentang bank syari’ah,terdiri dari :1. Teguran tertulis2. Penurunan tingkat kesehatan bank

dan/atau pembekuan kegiatan usahatertentu

3. Pencantuman anggota pengurus,pegawai bank dan/atau pemegangsaham dalam daftar pihak-pihakyang mendapat predikat tidak lulus

Zulfan Yusuf, Antisipasi Lembaga Perbankan Di Kota Banda Aceh

Page 66: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

65

Zulfan Yusuf, SH, MH* adalah Dosen Universitas Seambi Mekkah Banda Aceh

dalam penilaian kemampuan dankepatutan atau kegiatan dalamcatatan administrasi BankIndonesia/Otoritas Jasa Keuangansebagaimana diatur dalam ketentuanBank Indonesia

4. Pemberhentian pengurus bank darikegiatan operasional bank.

B. Saran1. Dalam menjalankan ketentuan APU dan

PPT lembaga perbankan hendaknyaberkoordinasi dengan PPATK, Kepolisiandan Kejaksaan sehingga setiap terjadinyaTindak Pidana Pencucian Uang (Moneylaundering) dan actor intelektualnya dapatsegera diungkap dan diusut secara tuntas,cepat dan terukur.

2. Kepada otoritas jasa keuangan (OJK)sebagai pengganti dari Bank Indonesiaagar melakukan pengawasan yang lebihketat dan tidak segan – segan memberikansanksi yang tegas terhadap lembagaperbankan yang tidak menjalankanketentuan APU dan PPT dalam kegiatanoperasional banknya sehari – hari.

3. Disarankan dalam penjatuhan sanksikepada lembaga perbankan yang tidakmemiliki system operasional prosedur(SOP) tentang APU dan PPT dan/ataumemiliki ketentuan APU dan PPT tetapitidak dijalankan sebagaimana mestinya,lebih mengedepankan segi edukasi, dalamartian bank – bank tersebut diberikesempatan untuk melakukan introspeksikelembagaan, sehingga kepercayaanmasyarakat terhadap lembaga perbankantetap dapat dipertahankan dari waktukewaktu.

DAFTAR PUSTAKAAbdurrahman. 2003. Ensiklopedi Ekonomi

Keuangan dan Perdagangan. PradnyaParamitha, Jakarta.

Achmad Ali. 2008. Menguak Realitas Hukum,Kencana Prenada Media Group,Jakarta.

Barda Nawawi Arief. 2008. MasalahPenegakan Hukum dan KebijakanHukum Pidana DalamPenanggulangan Kejahatan. KencanaPrenada Media Group, Jakarta.

Irman, TB. 2007. Praktek Pencucian UangDalam Teori dan Fakta. MQS

Publishing & Ayyccs Group,Bandung.

-------------. 2008. Pembuktian Tindak PidanaPencucian Uang (TPPU). MQSPublishing & Ayyccs Group,Bandung.

Jimly Asshiddiqie, Penegakan Hukum diIndonesia, Http;//Jimly, Multiply.Com/ diakses bulan Februari 2012

Kasmir. 2000. Bank dan Lembaga KeuanganLainnya. Raja Grafindo Persada,Jakarta.

-------------. 2008. Manajemen Perbankan,Edisi Revisi. Raja Grafindo Perkasa,Jakarta.

Munir Fuady. 2003. Hukum PerbankanModern. Edisi Pertama. PT. CitraAditya Bakti, Bandung.

-------------. Hukum Perbankan Modern, Edisikedua, PT. Citra Aditya Bakti,Bandung, 2004

Moelyatno. 2006. Bagaimana MengungkapKejahatan Perbankan di Indonesia.Gramedia Pustaka, Jakarta.

Ninik, Suparni. 2007. Eksistensi HukumDalam Sistem Pidana danPemidanaan. Cetakan kedua. SinarGrafika, Jakarta.

Peraturan Bank Indonesia (PBI), No.12/20/PBI/2010, Tanggal 1 Desember2010, tentang Anti Pencucian Uang(APU) dan Pencegahan PendanaanTerorisme (PPT), Bagi BankPerkreditan Rakyat/Bank PembiayaanRakyat Syari’ah.

Peraturan Bank Indonesia (PBI), No.11/14/PBI/2009, Tanggal 1 Juli 2009,tentang Anti Pencucian Uang danPencegahan Pendanaan TerorismeBagi Bank Umum.

Rachmadi, Usman. 2001. Aspek-AspekHukum Perbankan di Indonesia. PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Romli Atmasasmita. 2003. Pengantar HukumKejahatan Bank. Edisi kedua. PrenadaMedia, Jakarta.

Satya Arinanta dan Ninuk Triyanti. 2011.Memahami Hukum Dari KonstruksiSampai Implementasi. Raja GrafindoPersada, Jakarta.

Simanjuntak, B. 1981. Pengantar Kriminologidan Patologi Sosial. Tarsito,Bandung.

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 67: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

66

Zulfan Yusuf, SH, MH* adalah Dosen Universitas Seambi Mekkah Banda Aceh

Soerjono Soekanto. 1981. Penelitian IlmuHukum. Universitas Indonesia,Jakarta.

Soerdjono Dirdjosisworo. 1984. RuangLingkup Kriminologi. RemadjaKarya, Bandung.

---------------------------------.1984. KejahatanMafia. Armico, Bandung.

Undang-Undang Dasar Republik IndonesiaTahun 1945.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor10 Tahun 1998, tentang PerubahanAtas Undang-Undang Nomor 7Tahun 1992 tentang Perbankan,Lembaran Negara Tahun 1998,Nomor 182.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8Tahun 2010, tentang Perubahan AtasUndang-Undang Nomor 25 Tahun2003, tentang Pemberantasan TindakPidana Pencucian Uang, LembaranNegara Tahun 2010, Nomor 364.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3Tahun 2004, tentang Perubahan AtasUndang-Undang Nomor 23 Tahun1999 tentang Bank Indonesia,Lembaran Negara Tahun 2004,Nomor 7.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor40 Tahun 2007, tentang PerseroanTerbatas, Lembaran Negara Tahun2007, Nomor 106.

Zulfan Yusuf, Antisipasi Lembaga Perbankan Di Kota Banda Aceh

Page 68: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

67

Rini Sulastri, S.Pd, M.Pd * adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

KAJIAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE CALON GURU

OlehRini Sulastri*

AbstrakPedagogigal Content Knowledge (PCK) merupakan kombinasi dari dua unsur yaitu contentknowledge dan pedagogical knowledge. Kedua unsur tersebut terkait dengan empat tuntutankompetensi yang harus dimiliki guru dan dosen di Indonesia, dua diantaranya adalahkompetensi profesional dan pedagogik. Tujuan penulisan artikel ini adalah untukmemamparkan kajian tentang PCK sehingga diharapkan pendidik dapat memahami danmelakukan evaluasi terhadap PCK yang dimiliki.

Kata kunci: content knowledge, pedagogical knowledge, PCK, guru, calon guru

PENDAHULUANPedagogigal Content Knowledge

Pedagogigal Content Knowledge(PCK) guru menurut Shulman (1986)merupakan kombinasi dari dua kompetensiyaitu content knowledge dan pedagogicalknowledge. Content Knowledge guru yangbagus, baik dalam penguasaaan konsep yangdiajarkan maupun keterkaitan materi denganpermasalahan kehidupan nyata sangatmendukung dalam membentuk danmempengaruhi pengetahuan serta prosesberpikir siswa. Akan tetapi, hal ini dapatterjadi apabila pedagogical knowledge gurumisalnya dalam mengorganisasikanpembelajaran juga bagus. Hubungan antarakomponen pembentuk PCK dalam kerangka

konsep Sorto, et al., (2009) didasarkan padateori tentang persiapan guru, kemampuanguru, dan praktik mengajar (Shulman, 1986;Stein, et al., 2000; Ball & Bass, 2000), yangdapat dilihat pada Gambar 1.

PCK merupakan kemampuan gurudalam menghubungkan pengetahuan tentangmateri yang akan diajarkan dengankemampuan mereka mengajar, dimana contentknowledge tidak dapat dipisahkan dari prosespembelajaran (Cochran, et al., 1993). Dalamhal ini, content dibagi menjadi dua bagianyaitu lower and higher elements. Lowercontent mengacu pada materi prasyarat danmateri yang sedang diajarkan, sedangkanhigher content mengacu pada materi yangakan diajarkan pada tingkat selanjutnya.

Gambar 1. Komponen Pembentuk PCK (Sumber: Sorto, et al., 2009)

PCK sangat terkait dengan tuntutanterhadap kompetensi guru di Indonesiamenurut UU Nomor 14 Tahun 2005 TentangGuru dan Dosen. Hal ini meliputi empatkompetensi: 1) kompetensi pedagogik yaitupemahaman terhadap siswa, perancangan danpelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasilbelajar, serta pengembangan siswa untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yangdimilikinya, 2) kompetensi professional yaitupenguasaan materi pembelajaran secara luasdan mendalam, 3) kompetensi kepribadianyaitu kemampuan personal yangmencerminkan kepribadian yang mantap,stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjaditeladan bagi siswa, dan berakhlak mulia, dan

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 69: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

68

Rini Sulastri, S.Pd, M.Pd * adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

4) kompetensi sosial yaitu kemampuan guruuntuk berkomunikasi dan bergaul secaraefektif dengan siswa, sesama guru, tenagakependidikan, orang tua/wali siswa, danmasyarakat sekitar.

Berdasarkan tuntutan kompetensi diatas maka setiap lembaga pendidikan yangmendidik calon guru harus dapat membentukmahasiswa calon guru dengan PCK yang baikdan tepat dalam meningkatkan pembelajarandan hasil belajar siswa. Sebagai calon guru,pedagogical knowledge atau kompetensipedagogik mempunyai peran yang sangatpenting dalam menciptakan mahasiswa calonguru sebagai tenaga profesional kependidikanketika terlibat dalam proses belajar mengajar.Oleh karena itu, pada setiap Program StudiPendidikan terdapat mata kuliah kependidikandan bidang studi. Shulman (1986) menyatakanbahwa pedagogical knowledge merupakankemampuan guru dalam mengelola kelas,mengatur kegiatan, mengalokasikan waktu,menyusun tugas terstruktur, memberi pujiandan hukuman, merumuskan tingkat pertanyaansiswa, merencanakan pelajaran, dan menilaipemahaman siswa. Hal yang sama jugadinyatakan oleh Koehler dan Mishra (2009)bahwa pedagogical knowledge adalah cara danproses mengajar serta pengetahuan tentangmanajemen kelas, tugas, perencanaanpembelajaran, dan pembelajaran siswa.

Selain pedagogical knowledge, contentknowledge atau dikenal dengan kompetensiprofesional juga dapat menunjang prosespembelajaran untuk hasil yang lebih baik.Koehler dan Mishra (2009) menyatakan bahwa“Content knowledge is the knowledge aboutactual subject matter that is to be learned ortaught”. Dengan memiliki content knowledgeyang baik, seorang guru dapat meningkatkanpengetahuan siswa menjadi lebih baik.

Tidak hanya pedagogical knowledgedan content knowledge yang harus dimilikioleh calon guru, melainkan juga gabungan darikedua komponen tersebut yaitu PCK. Seorangguru profesional harus memiliki pengetahuandan kemampuan PCK yang baik karenasebagai agen perubahan, mereka harus terusmengembangkan proses mengajarnya di kelas.PCK muncul di dalam kelas dengan berbagaicara karena mengacu pada penerapan

pembelajaran untuk mengajarkan orang lain(Sorto, et al., 2009). Sama halnya dengan Hill& Ball (2004) yang menyatakan bahwaberbagai macam keterampilan dalampembelajaran didapat melalui praktek danpelatihan khusus.

PCK merupakan pengetahuan yangharus dipahami oleh seorang guru dan calonguru karena seorang guru harus familiardengan konsep alternatif dan kesulitan yangdihadapi siswa dengan beragam latar belakangserta dapat mengorganisasikan, menyusun,menjalankan dan menilai materi subjek, yangsemuanya itu terangkum dalam PCK(Shulman, 1986). Hal ini dikarenakan PCKmerupakan pengetahuan, pengalaman dankeahlian yang diperoleh melalui pengalamandi kelas (Baxter and Lederman, 1999; vanDriel, et al., 2001).

Komponen PCKSalah satu cara yang dapat dilakukan

untuk mengetahui kemampuan calon guruadalah dengan menganalisis kemampuanmereka dalam menganalisis hasil kerja siswasehingga dapat diketahui thinking knowledgesiswa dalam menyelesaikan soal. Dengandemikian, calon guru dapat mengetahui danmenyarankan jenis bantuan yang sesuai untuksetiap siswa yang mengalami kesulitan dankendala dalam menyelesaikan soal.

Aspek penilaian PCK yang terdapatpada rubrik untuk menganalisis hasil kerjasiswa menurut Koirala, et al (2007) yaitu 1)content knowledge and skill, 2) analysis ofstudent work, dan 3) feedback to students.Sedangkan delapan komponen PCK menurutDepaepe, et al (2013) adalah (1) knowledge ofstudents’ (mis)conceptions and difficulties, (2)knowledge of instructional strategies, (3)knowledge of mathematical tasks andcognitive demands, (4) knowledge ofeducational ends, (5) knowledge of curriculumand media, (6) context knowledge, (7) contentknowledge, and (8) pedagogical knowledge”.

Pedoman rubrik penilaian hasil analisiscalon guru terhadap hasil kerja siswaberdasarkan komponen PCK yang dikutip dariSulastri, Johar, dan Munzir (2014), dapatdilihat pada Tabel 1.

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 70: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

69

Rini Sulastri, S.Pd, M.Pd * adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

Tabel 1. Rubrik Penilaian Hasil Analisis Calon Guru (Sumber: Sulastri, dkk, 2014)

Aspek Analisis Skala 4 Skala 3 Skala 2 Skala 1

Penilaianketepatananalisis yangdilakukanterhadap hasilkerja siswa

Menilaikeseluruhan aspekanalisis dengantepat

Menilai sebagianbesar aspekanalisis dengantepat

Menilai sebagiankecil aspek analisisdengan tepat

Menilai kurang tepatsetiap aspek analisis

Kemampuanmemahamipemikiran siswatentangmiskonsepsi

Mampumengenali danmemahami setiapkesalahan konsepdari hasil kerjasiswa dgn tepat

Mampumengenalisebagian besarkesalahan konsepdari hasil kerjasiswa dengantepat

Mampu mengenalisebagian kecilkesalahan konsepdari hasil kerjasiswa dengan tepat

Mampu mengenalisebagian kecilkesalahan konsep darihasil kerja siswatetapi tidak tepat

Kemampuanmemberipenilaian sesuaidengan rubrik

Mampumemberikanpenilaian untuksetiap aspek dgtepat dan sesuai

Mampumemberikanpenilaian sebagianbesar aspekdengan tepat

Mampumemberikanpenilaian sebagiankecil aspek dengantepat

Mampu memberikanpenilaian sebagiankecil aspek tetapitidak tepat

Ketepatanstrategi/bantuan yangdisarankan

Menyarankanbantuan/ strategitepat dan sesuaidengan seluruhpermasalahanpada soal

Menyarankanbantuan/ strategihanya tepat untuksebagian besarpermasalahanpada soal

Menyarankanbantuan/strategihanya tepat untuksebagian kecilpermasalahan padasoal

Menyarankanbantuan/strategitetapi tidak tepat dantidak sesuai denganpermasalahan padasoal

KESIMPULANBerdasarkan pemaparan tentang PCK,

dapat disimpulkan bahwa seorang guruprofessional harus mempunyai danmengetahui kemampuan PCK yang dimiliki.PCK yang baik mempunyai dampak terhadapketercapaian konsep dan peningkatankemampuan siswa. Kemampuan PCK guruterbentuk tidak hanya ketika sudah menjadiguru, tetapi juga dipengaruhi pada awalpembentukan yaitu masa pendidikan. Olehkarena itu, calon guru atau mahasiswa harusdibentuk untuk mempunyai PCK yang baikdimulai sejak awal pendidikan.

DAFTAR PUSTAKABall, D. L. & Bass, H. (2000). Interweaving

Content and Pedagogy in Teaching andLearning to Teach: Knowing and UsingMathematics. In J. Boaler (ed.),Multiples Perspectives on the Teaching

and Learning of Mathematics.Westport, CT: Ablex.

Baxter, J. A., & Lederman, N. G. (1999).Assessment and Measurement ofPedagogical Content Knowledge. In J.Gess-Newsome & N. G. Lederman(Eds.), Examining Pedagogical ContentKnowledge (pp. 147–161). Boston:Kluwer Academic Publishers.

Depaepe, F., Verschaffel, L,. andKelchtermans, G. (2013). PedagogicalContent Knowledge: A SystematicReview of the Way in Which theConcept has Pervaded MathematicsEducation Research. Teaching andTeacher Education. 34 (2013) 12e25

Hill, H., and Ball, D.L. (2004). LearningMathematics for Teaching: Resultsfrom California’s MathematicsProfessional Development Institutes.

Rini Sulastri, Kajian Pedagogical Content Knowledge Calon Guru

Page 71: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

70

Rini Sulastri, S.Pd, M.Pd * adalah Dosen Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh

Journal for Research in MathematicsEducation, 35(5), 330-351.

Koehler, M. J., & Mishra, P. (2009). What IsTechnological Pedagogical ContentKnowledge?. Contemporary Issues inTechnology and Teacher Education,9(1).

Koirala, H.P., Davis, M., and Johnson, P.(2007). Development of A PerformanceAssessment Task and Rubric toMeasure Prospective Secondary SchoolMathematics Teachers’ PedagogicalContent Knowledge and Skill. J MathTeacher Educ. (2008)/11:127-138. DOI10.1007/s10857-007-9067-3.

Shulman, L. S. (1986). Those WhoUnderstand: Knowledge Growth inTeaching. Educational Researcher,15(2), pp. 4-14.

Sorto, M.A., Marshall, J.H., Luschei, T.F.,Camoy, M. (2009). Teacher Knowledgeand Teaching in Panama and CostaRica: A Comparati Ve Study inPrimary and Secondary Education.Revista Latinoamericana deInvestigación en Matemática Educativa(2009) 12(2): 251-290. Recepción:Septiembre 5, 2008 / Aceptación: Abril30, 2009.

Stein M.K., Smith M.S., Henningsen M.A. andE.A. Silver. (2000). ImplementingStandards-Based MathematicsInstruction: A Casebook forProfessional Development. New York:Teachers College Press.

Sulastri, R., Johar, R., dan Munzir, S. (2014).Analisis Pedagogical ContentKnowledge (PCK) Mahasiswa ProgramStudi Pendidikan Matematika FKIPUnsyiah terhadap Hasil Kerja SiswaSMP Menyelesaikan Soal PISA. Tesis.Pascasarjana Universitas Syiah Kuala.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor14 Tahun 2005 Tentang Guru danDosen.

van Driel, J. H., Beijaard, D., & Verloop, N.(2001). Professional Development andReform in Science Education: The RoleOf Teachers’ Practical Knowledge.Journal of Research in ScienceTeaching. 38(2), 137-158.

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 72: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

71

Usmayani, S.Pd* adalah Guru SMP Negeri 1 Susoh

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IX-2 SEMESTER I TAHUN 2013/2014MATERI SEJARAH TERJADINYA UANG DAN PENGERTIAN UANG MELALUI

PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)DI SMP NEGERI 1 SUSOH KABUPATEN

ACEH BARAT DAYA

OlehUsmayani*

AbstrakSejauh ini mata pelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggab sulitoleh sebagian siswa termasuk siswa SMP Negeri 1 Susoh. Hasil belajar yang dicapai siswapada tahun-tahun sebelumnya selalu dibawah kriteria ketuntasan Minimal (KKM).Rendahnya hasil belajar yang dicapai disebabkan oleh minat siswa untuk materi sejarahterjadinya uang dan pengertian uang kurang, proses pembelajaran kurang memadai, Salahsatu upaya untuk meningkatkan hasil belajar yaitu dengan menggunakan pendekatancontextual teaching and learning (CTL). Hal ini bertujuan untuk meningkatkan hasil danminat siswa sehingga memudahkan siswa memahami pembelajaran materi sejarahterjadinya uang dan pengertian uang. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus, masing-masingsiklus dilakukan 2 kali pertemuan. Pada siklus I menunjukkan peningkatan rata-rataaktivitas siswa pada siklus pertama 12,38% dan siklus kedua 18,09%. Hasil ketuntasanbelajar siswapun mengalami peningkatan di siklus I ketuntasan belajar 38,09 sedangkan disiklus II ketuntasan belajar 90,48% disamping itu tanggapan siswa juga positif terhadappendekatan contextual teaching and learning (CTL) ini terlihat dari angket yang dijawabsiswa yang merasa senang dengan pendekatan metode ini 83% setuju dengan pendekatancontextual teaching and learning (CTL).

Kata kunci: Hasil belajar, Minat belajar: pendekatan CTL.

PENDAHULUANPendidikan berkualitas merupakan

perolehan nilai hasil belajar siswa.Nilai hasilbelajar siswa dapat lebih ditingkatkan apabilapembelajaran berlangsung secara aktif danefisien dan ditunjang oleh tersedianya sarandan prasarana pendukung serta kecakapanguru dalam pengelolaan kelas dan penguasaanmateri yang memadai.

Tolak ukur keberhasilan pembelajaranpada umumnya adalah prestasi belajar.Prestasi belajar Ilmu pengetahuan Sosial (IPS)di SMP Negeri 1 Susoh untuk beberapakompetensi dasar umumnya menunjukan nilaiyang rendah. Hal ini standar kompetensi dankompetensi dasar Mendiskripsikan uang danlembaga keuangan memang sarat akan materiSejarah terjadinya uang dan pengertian uang,di samping cakupannya luas dan perlu hafalan.Jika dilihat dari hasil ulangan harian sebagianbesar masih di bawah kriteria ketuntasanminimal (KKM) yaitu sebesar 83,34%, hanya

16,67% siswa yang telah memenuhi standarketuntasan minimal rata–rata kelas sebesar4,83.

Rendahnya prestasi belajar IPS di kelasIX-2 SMP Negeri 1 Susoh dimungkinkan jugakarena guru belum menggunakan metode ataupun media pembelajaran serta mendesainskenario pembelajaran yang disesuaikandengan karakteristik materi maupun kondisisiswa sehingga memungkinkan siswa aktif dankreatif. Namun sebaliknya kecenderunganguru menggunakan model pembelajarankonvensional yang bersifat satu arah,cenderung kering dan membosankan. Kegiatanpembelajaran masih didominasi guru. Siswasebagai obyek bukan subyek bahkan gurucenderung membatasi partisipasi dankreatifitas siswa selama proses pembelajaran.

Bertumpu pada kenyataan tersebut untukmerangsang dan meningkatkan peran aktifsiswa baik secara individual dan kelompokterhadap proses pembelajaran IPS maka

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 73: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

72

Usmayani, S.Pd* adalah Guru SMP Negeri 1 Susoh

masalah ini harus ditangani dengan mencarimodel pembelajaran yang tepat dan sesuaidengan materi yang diajarkan. Guru sebagaipengajar dan fasilitator yang harus mampumelakukan pembelajaran yang menyenangkan,menggairahkan sehingga akan diperoleh hasilyang maksimal. Kenyataan selama ini kegiatanbelajar mengajar masih didominasi guru yaitukegiatan satu arah dimana penuanganinformasi dari guru ke siswa dan hanyadilaksanakan dan berlangsung di sekolah,sehingga hasil yang dicapai siswa hanyamampu menghafal fakta, konsep, prinsip,hukum-hukum, teori hanya pada tingkatingatan..

Upaya harus dilakukan untuk memulaituntutan lulusan yang kompetitif di erapembangunan yang berbasis ekonomi danglobalisasi adalah menyelaraskan kegiatanpembelajaran dengan nuansa KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yangdiindikasikan dengan keterlibatan siswa secaraaktif dalam membangun gagasan/pengetahuanoleh masing-masing individu baik di dalammaupun diluar lingkungan sekolah denganmetode mengajar yang dapat membuat siswakreatif dalam proses pembelajaran. Salah satudiantaranya adalah melalui pendekatanContextual Tearching and Learning (CTL).Dengan pendekatan Contextual Tearching andLearning (CTL) diharapkan siswa dapatmenggali dan menemukan pokok materi secarabersama-sama dalam kelompok atau secaraindivuidu.

Penerapan Contextual Tearching andLearning (CTL), merupakan tindakanpemecahan masalah yang ditetapkan dalamupaya meningkatkan hasil belajar IPSkhususnya kompetensi dasar Mendiskripsikanuang dan lembaga keuangan, bagi siswa kelasIX-2 semester I SMP Negeri 1 Susoh tahunPelajaran 2013/2014. sehingga diharapkandapat membantu para guru untukmengembangkan gagasan tentang strategikegiatan pembelajaran yang efektif daninovatif serta mengacu pada pencapaiankompetensi individual masing-masing pesertadidik.

Untuk mengatasi permasalahan tersebutdi atas, diperlukan strategi pembelajaran yangberguna untuk meningkatkan hasil dan hasilbelajar siswa secara optimal yaitu denganmenggunakan pendekatan kontekstual atauContextual Teaching and Learning (CTL).

Pembelajaran yang terjadi secara langsungdalam kehidupan keseharian. Dengan strategiini, diharapkan proses pembelajaran dikelasberlangsung alamiah dalam bentuk kegiatansiswa bekerja dan mengalami bukan transferpengetahuan dari guru ke siswa (Nurhadi,2002: 1).

Dengan melihat kondisi yang ada,memungkinkan jika pendekatan kontekstualatau Contextual Teaching and Learning (CTL)diterapkan di kelas IX-2 SMP Negeri 1 Susoh.Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhadi (2002:27) yang menyatakan bahwa pendekatankontekstual (CTL) dapat diterapkan di kelas.Karena pendekatan kontekstual atauContextual Teaching and Learning (CTL) jugamelibatkan tujuh komponen utamapembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme,inkuiri, bertanya, masyarakat belajar,pemodelan dan penilaian yang sebenarnya.Sehingga, melalui pendekatan kontekstual atauContextual Teaching and Learning (CTL) ini,diharapkan siswa memiliki hasil belajar yangtinggi terhadap mata pelajran IPS khususnyapada kompetensi dasar Mendiskripsikan uangdan lembaga keuangan agar memperoleh hasilbelajar yang optimal.

Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskandi atas, maka penulis perlu untuk mengadakanpenelitian dengan judul “Meningkatkan hasilbelajar siswa kelas IX-2 semister I tahun2013/2014 materi sejarah terjadinya uang danpengertian uang melalui pendekatancontextual teaching and learning (CTL) diSMP Negeri 1 Susoh Kabupaten Aceh BaratDaya”

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikandi atas, maka permasalahan yang timbuladalah:1. Apakah dengan menggunakan

pendekatan Contextual Teaching andLearning (CTL) pada materi Sejarahterjadinya uang dan pengertian uangdapat meningkatkan hasil belajar siswakelas IX-2 SMP Negeri 1 Susoh

2. Apakah dengan menggunakanpendekatan Contextual Teaching andLearning (CTL) pada materi Sejarahterjadinya uang dan pengertian uangdapat meningkatkan aktifitas belajarsiswa kelas IX-2 SMP Negeri 1 Susoh ”Tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah:

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 74: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

73

Usmayani, S.Pd* adalah Guru SMP Negeri 1 Susoh

1. Meningkatkan hasil belajar pada materisejarah terjadinya uang Dan pengertianuang melalui pendekatan ContextualTeaching and Learning (CTL) pada siswakelas IX-2 SMP Negeri 1 Susoh ”

2. Meningkatkan aktifitas belajar padamateri sejarah terjadinya uang danpengertian uang melalui pendekatanContextual Teaching and Learning (CTL)pada siswa kelas IX-2 SMP Negeri 1Susoh ”

Adapun yang menjadi mamfaatpenelitian ini adalah sebagai berikut:1. Bagi Guru. pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) dapatmenciptakan situasi belajar mengajaryang efektif dan efesien dan suasanabelajar yang konduktif. Mengetahuistrategis pembelajaran yang kreatif yangmemungkinkan terjadinya interaksi dannegoisasi untuk penciptaan arti dankontruksif makna dalam diri tenagapengajar (guru) sehingga dicapaipembelajaran yang bermakna.

2. Bagi Siswa, pendekatan ContextualTeaching and Learning (CTL) dapatmeningkatkan partisipasi belajar danmeningkatkan hasil dan kegairahanbelajar karena dapat menarik perhatiansiswa dengan anggota kelompoknya yangakan menimbulkan suasana belajar,partisipasi belajar menjadi lebih hidupsehingga hasil belajarnya meningkat.

3. Bagi Sekolah, penelitian ini dapatmembantu memperbaiki prosespembelajaran dan akan memberikansumbangan yang baik bagi sekolah dalamrangka perbaikan pembelajaran danpeningkatan mutu sekolah yangbersangkutan.

METODE PENELITIANPenelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1

Susoh. Siswa kelas IX-2 semister I SMPNegeri 1 Susoh. Penelitian ini dilaksanakanpada kelas IX-2 semister I. Alasan penetapankelas IX-2 semister I sebagai tempat penelitianadalah masalah ketidak mampuan siswa dalammemahami materi sejarah terjadinya uang danpengertian uang siswa di kelas tersebut.Dengan tujuan penelitian ini adalah untukmemperbaiki proses pembelajaran matapelajaran Ilmu Pengethuan Ssosial (IPS),

khususnya pada Kompetensi dasarMendiskripsikan uang dan lembaga keuangan.

Subjek PenelitianBerdasarkan judul penelitian yaitu

“Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX-2semister I tahun 2013/2014 materi sejarahterjadinya uang dan pengertian uang melaluipendekatan contextual teaching and learning(CTL) di SMP Negeri 1 Susoh KabupatenAceh Barat Daya” maka subyek penelitiannyaadalah siswa kelas IX-2 SMP Negeri 1Susoh.tahun pelajaran 2013/2014 yangberjumlah 21 siswa.A. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalahsiswa, sebagai subyek penelitian. Data yangdikumpulkan dari siswa meliputi data hasil testertulis. Tes tertulisdilaksanakan pada setiap akhir siklus yangterdiri atas materi sejarah terjadinya uang danpengertian uang. Selain siswa sebagai sumberdata, penulis juga menggunakan teman sejawatsesama guru mata pelajaran sebagai sumberdata.

B. Teknik dan Alat Pengumpulan Data1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan datamenggunakan teknik tes dan non tes. Testertulis digunakan pada akhir siklus I dansiklus II, yang terdiri atas materi sejarahterjadinya uang dan pengertian uang.Sedangkan Teknik non tes meliputi teknikobservasi dan dokumentasi. Observasidigunakan pada saat pelaksanaan penelitiantindakan kelas kemampuan memahami materisejarah terjadinya uang dan pengertian uang,pada siklus I dan siklus II. Sedangkan teknikdokumentasi digunakan untuk mengumpulkandata khususnya nilai mata pelajaran IPS.

2. Alat Pengumpulan DataAlat pengumpulan data meliputi:

a. Tes tertulis, terdiri atas 10 butir soal.b. Non tes, meliputi lembar observasi dan

dokumen.

C. Validasi DataValidasi data meliputi validasi hasil

belajar dan validasi proses pembelajaran.1. Validasi hasil belajar

Validasi hasil belajar dikenakan padainstrumen penelitian yang berupa tes. Validasi

Usmayani, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX-2 Semester I

Page 75: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

74

Usmayani, S.Pd* adalah Guru SMP Negeri 1 Susoh

ini meliputi validasi teoretis dan validasiempiris. Validasi teoretis artinya mengadakananalisis instrumen yang terdiri atas facevalidity (tampilan tes), content validity(validitas isi) dan construct validity (validitaskostruksi).

Validitas empiris artinya analisisterhadap butir-butir tes, yang dimulai daripembuatan kisi-kisi soal, penulisan butir-butissoal, kunci jawaban dan kriteria pemberianskor.

2. Validasi proses pembelajaranValidasi proses pembelajaran dilakukan

dengan teknik triangulasi yang meliputi yaitutriangulasi sumber dan triangulasi metode.Triangulasi sumber dilakukan denganobservasi terhadap subyek penelitian yaitusiswa Kelas IX-2 SMP Negeri 1 Susoh dankolaborasi dengan guru Mata Pelajaran yangmengajar mata pelajaran IPS.

Triangulasi metode dilakukan denganpenggunaan metode dokumentasi selainmetode observasi. Metode dokumentasidigunakan untuk memperoleh data pendukungyang diperlukan dalam proses mata pelajaranIPS.

D. Analisis DataAnalisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik analisisdekskriptif, yang meliputi:1. Analisis deskriptif komparatif hasil

belajar dengan cara membandingkanhasil belajar pada siklus I dengan siklusII dan membandingkan hasil belajardengan indikator pada siklus I dan siklusII.

2. Analisis deskriptif kualitatif hasilobservasi dengan cara membandingkanhasil observasi dan refleksi pada siklus Idan siklus II.

E. Prosedur PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian

tindakan kelas (classroom action research)yang ditandai dengan adanya siklus, adapundalam penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Setiapsiklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan,pengamatan dan refleksi.1. Pra Siklus

1. Perencanaan Menyusun rencana

pembelajaran IPS tentang materi

sejarah terjadinya uang danpengertian uang

Merencanakan pembelajarandengan membentuk kelompok

Menyusun lembar kegiatansiswa (LKS).

Merencanakan tempat dudukantar kelompok dalam satukelompok.

Merencanakan tugas dan skoruntuk individual atau skorkelompok.

2. Pelaksanaan Tindakan Guru mengucapkan salam untuk

membuka pelajaran Guru mengecek kehadiran

siswa. Guru memastikan siswa siap

menerima pelajaran Guru memberitahukan tujuan

pembelajaran Guru membagi siswa menjadi

kelompok – kelompok Guru membagi lembar kegiatan

siswa (LKS). Guru meminta agar semua

anggota kelompok bekerja sama. Guru berkeliling mengarahkan

dan membimbing bila adakelompok yang mengalamikesulitan

Guru berkeliling di dalam kelasdan memberikan pujian kepadakelompok yang bekerja denganbaik.

Siswa bersama guru membahassoal yang ada di LKS

Guru menunjuk salah satu namadari setiap kelompok mewakilikelompoknya untukmemprsentasikan tugas di depankelas.

Kelompok lain memperhatikandan bila kurang jelas siswadiberi kesempatan bertanya, jikaterjadi perbedaan pendapat makakelompok lain diberikesempatan untuk menanggapi(memberi masukan).

Siswa kembali ke tempat duduksemula

Guru memberikan PR Guru mengadakan evaluasi

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 76: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

75

Usmayani, S.Pd* adalah Guru SMP Negeri 1 Susoh

3. PengamatanDalam penelitian tindakan kelas ini,pengamatan dilakukan terhadap siswayaitu : Kehadiran siswa. Perhatian siswa terhadap guru

yang menerangkan. Jumlah siswa yang bertanya. Aktivitas siswa bekerja sama

dalam satu kelompok. Antusias siswa untuk bekerja

secara individual ataubekerjasama.

4. RefleksiSetelah siswa benar-benar

menguasai pelajaran IPS tentangmateri sejarah terjadinya uang danpengertian uang, kemudian Gurumengadakan kuis. Kuis tersebutuntuk perorangan/individu.Penghargaan pada kelompok yangbaik kerja samanya harus diberikanagar mereka betul-betul dihargai.Setiap akhir kegiatan makadiadakan evaluasi.

2. Siklus I1. Perencanaan

Menyusun rencanapembelajaran IPS tentang materisejarah terjadinya uang danpengertian uang

Merencanakan pembelajarandengan membentuk kelompok

Menyusun lembar kegiatansiswa (LKS).

Merencanakan tempat dudukantar kelompok dalam satukelompok.

Merencanakan tugas dan skoruntuk individual atau skorkelompok.

2. Pelaksanaan Tindakan Guru mengucapkan salam untuk

membuka pelajaran Guru mengecek kehadiran

siswa. Guru memastikan siswa siap

menerima pelajaran Guru memberitahukan tujuan

pembelajaran Guru membagi siswa menjadi

kelompok- kelompok

Guru membagi lembar kegiatansiswa (LKS).

Guru meminta agar semuaanggota kelompok bekerja sama.

Guru berkeliling mengarahkandan membimbing bila adakelompok yang mengalamikesulitan

Guru berkeliling di dalam kelasdan memberikan pujian kepadakelompok yang bekerja denganbaik.

Siswa bersama guru membahassoal yang ada di LKS

Guru menunjuk salah satu namadari setiap kelompok mewakilikelompoknya untukmemprsentasikan tugas di depankelas.

Kelompok lain memperhatikandan bila kurang jelas siswadiberi kesempatan bertanya, jikaterjadi perbedaan pendapat makakelompok lain diberikesempatan untuk menanggapi(memberi masukan).

Siswa kembali ke tempat duduksemula

Guru memberikan PR Guru mengadakan evaluasi

3. Pengamatan

Dalam penelitian tindakan kelas ini,pengamatan dilakukan terhadapsiswa yaitu :

Kehadiran siswa. Perhatian siswa terhadap guru

yang menerangkan. .Jumlah siswa yang bertanya. Aktivitas siswa bekerja sama

dalam satu kelompok. Antusias siswa untuk bekerja

secara individual ataubekerjasama.

4. RefleksiSetelah siswa benar-benar

menguasai IPS tentang materi sejarahterjadinya uang dan pengertian uangkemudian Guru mengadakan kuis.Kuis tersebut untukperorangan/individu. Penghargaanpada kelompok yang baik kerjasamanya harus diberikan agar mereka

Usmayani, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX-2 Semester I

Page 77: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

76

Usmayani, S.Pd* adalah Guru SMP Negeri 1 Susoh

betul-betul dihargai. Setiap akhirkegiatan maka diadakan evaluasi.

3. Siklus II1. Perencanaan

Mengidentifikasi masalah danperumusan masalah yangdidasarkan pada siklus PraSiklus dan siklus I.

Melaksanakan skenario yangtelah disusun dengan perbaikanmetode.

Menyusun lembar kegiatansiswa (LKS).

Merencanakan tempat dudukantar kelompok dalam satukelompok.

Merencanakan tugas dan skoruntuk individual atau skorkelompok.

2. Pelaksanaan Melaksanakan skenario yang

telah disusun dengan perbaikanmetode.

Menjelaskan kembali konsepyang kurang dipahami siswa.

Memberikan tugas.

3. PengamatanKegiatan pengamatan dilakukan

untuk mengadakan pendataan ulanguntuk mengetahui hasil dari tindakansiklus II.

4. RefleksiMenganalisis semua tindakan

pada Pra Siklus, siklus I, dan SiklusII. Pada akhir siklus II, gurumelakukan penelitian dengan adanyapenerapan metode pendekatankontekstual atau contextual teachingand learning (CTL).yang dilakukandalam tindakan kelas ini. Bilahasilnya meningkat artinya modelpembelajaran yang diterapkan dalamtindakan ini berhasil meningkatkanprestasi belajar siswa.

HASIL DAN PEMBAHASANPembelajaran sebelum pelaksanaan

tindakan kelas, guru mengajar secarakonvensional. Guru cenderung mentransferilmu pada siswa, sehingga siswa pasif, kurangkreatif, bahkan cenderung bosan. Di sampingitu dalam menyampaikan materi guru tidakmenggunakan CTL yang tepat

Gambar 1. kondisi pembelajaran pada Pra Siklus

Melihat kondisi pembelajaran yangmonoton, suasana pembelajaran tampak kaku,berdampak pada nilai yang diperoleh siswakelas IX-2 pada kompetensi dasarMendeskripsikan uang dan lembaga keuangansebelum siklus I (pra siklus) seperti pada Tabel

1 berikut ini. Banyak siswa belum mencapaiketuntasan belajar minimal dalam mempelajarikompetensi dasar tersebut. Hal inidiindikasikan pada capaian nilai hasil belajardi bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM)70.

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 78: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

77

Usmayani, S.Pd* adalah Guru SMP Negeri 1 Susoh

Tabel 1. Nilai Tes Pra Siklus

NoHasil

(angka)Hasil (huruf)

ArtiLambang

JumlahSiswa

Persen

1. 85-100 A Sangat baik - 0%2. 75-84 B Baik - 0%3. 65-74 C Cukup 3 14,29%4. 55-64 D Kurang 10 47,62%5. < 54 E Sangat Kurang 8 38,09%

Jumlah 21 100%Gambar : Hasil tabulasi data September 2013

Berdasarkan hasil analisis yang digambarkandalan Tabel 1 di atas diketahui bahwa jumlahsiswa yang mendapat nilai A (sangat baik)sejumlah 0% atau tidak ada, yang mendapatnilai B (Baik) 0% atau tiak ada, dan yangmendapat nilai C (Cukup) sebanyak 14,29%atau 3 siswa dan nilai D (kurang) 47,62% atausebanyak 10 siswa, sedangkan yang mendapat

nilai E (sangat kurang) 38,09% atau sebanyak8 siswa. Dari hasil tes seperti tersebut di atas,sebagaian besar siswa belum mencapaiketuntasan belajar, hanya sebagian kecil yangtelah mencapai ketuntasan belajar. Dataketuntasan belajar pada kondisi awal dapatdiketahui pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Ketuntasan Belajar Hasil Tes Pra Siklus

No Ketuntasan BelajarJumlah Siswa

Pra SiklusJumlah Persen

1. Tuntas 3 14,29%2. Belum Tuntas 18 85,71%

Jumlah 21 100%Sumber : Hasil tabulasi data September 2013

Berdasarkan data pada Tabel 2 tersebutdi atas, diketahui bahwa siswa kelas IX-2 yangmemiliki nilai kurang dari KKM 70, sebanyak21 siswa. Dengan demikian, jumlah siswayang belum mencapai ketuntasan belajarminimum untuk kompetensi dasarMendeskripsikan uang dan lembaga

keuangan.18 siswa (85,71%), sedangkan yangtelah mencapai ketuntasan sebanyak 3 siswa(14,29%).

Hasil nilai pra sklus I yang diperoleh darihasil tes awal dapat ditunjukkan seperti dalamtabel berikut ini.

Tabel 3. Rata-rata Hasil Tes Pra SiklusNo Keterangan Nilai1. Nilai Tertinggi 702. Nilai Terendah 353. Nilai Rata-rata 53,33

Sumber : Hasil tabulasi September 2013

A. Deskripsi Hasil Siklus I1. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan dalam siklus Idapat diuraikan sebagai berikut :a. Pemilihan materi dan penyusunan

rencana pelaksanaan pembelajaran.Materi yang dipilih dalam penelitian

ini adalah materi sejarah terjadinya uang

dan pengertian uang. Berdasarkan materiyang dipilih tersebut, kemudian disusundalam rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP). Tema yang dipilih dalam siklus Itentang materi sejarah terjadinya uangdan pengertian uang. Berdasarkan temayang ditulis tersebut kemudiandilanjutkan dengan penyusunan rencana

Usmayani, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX-2 Semester I

Page 79: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

78

Usmayani, S.Pd* adalah Guru SMP Negeri 1 Susoh

pelaksanaan pembelajaran (RPP).Masing-masing RPP diberikan alokasiwaktu sebanyak 4 x 40 menit, artinyasetiap RPP disampaikan dalam 2 x tatapmuka. Dengan demikian, selama siklus Iterjadi 2 x tatap muka.

b. Pembentukan kelompok-kelompokbelajar

Pada siklus I, siswa dalam satukelas menjadi 5 kelompok kecil denganmemperhatikan kemampuan siswa yangberbeda.

2. Pelaksanaan TindakanPelaksanaan tindakan pada siklus I dapat

dideskripsikan sebagai berikut :a. Pelaksanaan Tatap Muka

Tatap muka I dan II dengan RPP tentangmateri sejarah terjadinya uang danpengertian uang. Media pembelajaranyang digunakan adalah uang denganpanduan Adapun langkah-langkahnyasebagai berikut.1. Guru secara klasikal menyampaikan

tujuan pembelajaran tentang materi

sejarah terjadinya uang danpengertian uang.

2. Mehasil siswa dengan menyebutkansejarah terjadinya uang danpengertian uang.

3. Guru dan siswa berdiskusi tentangsejarah terjadinya uang danpengertian uang..

3. Melakukan diskusi tentang sejarahterjadinya uang dan pengertianuang.secara sederhana.

4. Secara kelompok siswa berdiskusitentang sejarah terjadinya uang danpengertian uang.secara sederhana.

5. Membimbing siswa berdiri tentangmateri sejarah terjadinya uang danpengertian uang. secara sederhana.

6. .Secara kelompok siswamempresentasikan hasil kerjanya

7. Guru memberi umpan balik hasilpemahaman siswa terhadap materiyang dipelajari dengan mengadakanevaluasi berupa tes.

8. Guru menilai hasil evaluasi9. Guru memberikan tindak lanjut

Gambar 2. proses pembelajaran pada siklus I

Sekilas gambaran proses pembelajaranpada siklus I, guru tidak lagi mentransfermateri pada siswa, tapi siswa secara aktifdan bekerja sama dalam kelompok untukmencari materi dan mempresentasikanhasil kerjanya. Suasana pembelajaranmenjadi lebih menyenangkan, nampaksemua siswa bergairah dalam mengikutipelajaran.a. Wawancara dilaksanakan setelah

selesai proses diskusi. Kegiatanwawancara dilaksanakan oleh guruterhadap beberapa anggotakelompok. Wawancara diperlukanuntuk mengetahui sejauh mana

pemahaman siswa dalammemahami materi sejarah terjadinyauang dan pengertian uang.Pertanyaan-pertanyaan yang telahdipersiapkan akan berkembangketika wawancara berlangsung.Hasil wawancara dijadikan sebagaibahan refleksi.

b. Observasi1. Lembar pengamatan yang

dimaksudkan disini adalahpedoman pengamatan untukmemperoleh gambaran prosespembelajaran yang sedangberlangsung. Observasi

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 80: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

79

Usmayani, S.Pd* adalah Guru SMP Negeri 1 Susoh

dilaksanakan pada keseluruhankegiatan tatap muka, dalam halini dilakukan oleh dua orangteman guru bidang studi IPSpada SMP Negeri 1 Susohyang bertindak sebagaiobserver. Observasidilaksanakan untukmengetahui secara detailkeaktifan, kerjasama,kecepatan dan ketepatan siswa

dalam memahami materisejarah terjadinya uang danpengertian uang,

2. Hasil observasi digunakansebagai bahan refleksi danuntuk merencanakan rencanatindakan pada siklus II.

3. Hasil PengamatanHasil pengamatan pada siklus I dapat

dideskripsikan pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Hasil Rekap Nilai Tes Siklus INo Hasil

(angka)Hasil

(huruf)Arti Lambang

JumlahSiswa

Persen

1. 85 – 100 A Sangat Baik 2 9,52%2. 75 – 84 B Baik 5 23,81%3. 65 - 74 C Cukup 2 9,52%4. 55 – 64 D Kurang 9 42,86%5. < 54 E Sangat Kurang 3 14,29%

Jumlah 21 100%Sumber : Hasil tabulasi data Oktober 2013

Berdasarkan data tabel di atas tergambar hasiltes siklus I, menunjukkan bahwa hasil yangmencapai nilai A (sangat baik) adalah 2 siswa(9,52%), sedangkan yang mendapat nilai B(baik) adalah 5 siswa atau (23,81%),sedangkan dari jumlah 21 siswa yang masih

mendapat nilai C (cukup) sebanyak 2 siswa(9,52%), sedangkan yang mendapat nilai D(kurang) ada 9 siswa (42,86%), sedangkanyang mendapat nilai E (sangat kurang) 3 siswaatau 14,29%.

Tabel 5. Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus I

No KetuntasanJumlah Siswa

Jumlah Persen1. Tuntas 8 38,10%2 Belum Tuntas 13 61,90%

Jumlah 21 100%

Berdasarkan Tabel 5 ketuntasan belajarsiswa dari sejumlah 21 siswa terdapat 8 atau38,10% yang sudah mencapai ketuntasanbelajar. Sedangkan 13 siswa atau 61,90%belum mencapai ketuntasan. Adapun dari hasil

nilai siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehannilai tertinggi adalah 85, sedangkan nilairendah 50, dengan nilai rata-rata kelas sebesar65,71 seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Rata-rata Hasil Tes Siklus INo Keterangan Nilai1. Nilai Tertinggi 852. Nilai Terendah 503. Nialai Rata-rata 65,71

Sumber : Data yang diolah Oktober 2013

Usmayani, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX-2 Semester I

Page 81: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

80

Usmayani, S.Pd* adalah Guru SMP Negeri 1 Susoh

4. RefleksiBerdasarkan hasil tes kemampuan awal

dengan hasil tes kemampuan siklus I dapatdilihat adanya pengurangan jumlah siswa yangmasih di bawah kriteria ketuntasan minimal.Pada pra siklus jumlah siswa yang di bawahKKM sebanyak 21 siswa dan pada akhir siklus

I berkurang menjadi 14 siswa, nilai rata-ratakelas meningkat dari 53,33 menjadi 65,71.Jumlah siswa yang mencapai ketuntasanbelajar mengalami peningkatan jikadibandingkan siklus I, seperti pada tabeldibawah ini.

Tabel 7. Perbandingan Hasil Nilai Tes Pra Siklus dan Siklus I

NoHasil Tes (dalam

huruf)Jumlah Siswa yang Berhasil

Pra siklus Siklus I1. A (85 – 100) - 22. B (75 – 84) - 53. C (65 – 74) 3 24. D (55 – 64) 10 95. E ( < 54 ) 8 3

Jumlah 21 21Sumber : Hasil tabulasi data Oktober 2013

Peningkatan ketuntasan belajar siswatampak pada tabel di bawah ini, jika

dibandingkan hasil pra siklus dan siklus Idapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 8. Perbandingan Ketuntasan Belajar antara Pra Siklus dengan Siklus I

No KetuntasanJumlah Siswa

Pra Siklus Siklus IJumlah Persen Jumlah Persen

1. Tuntas 3 14,29% 8 38,10%

2. BelumTuntas 18 85,71% 13 61,90%

Jumlah 21 100% 21 100%

Peningkatan hasil rata- rata kelas nampak ada perubahan pra siklus dengan siklus I.

Tabel 9. Perbandingan Nilai Rata-Rata Pra Siklus dan Siklus INo Keterangan Pra siklus Siklus I

1 Nilai tertinggi 70 85

2 Nilai terendah 35 50

3 Nilai rata- rata 53,33 65,71

Berdasarkan data pada Tabel 9 di atas,dapat disimpulkan bahwa pelajaran IPS,khususnya pada kompetensi dasarMendeskripsikan uang dan lembaga keuangan.Oleh karena itu, rata-rata kelas pun mengalamikenaikan menjadi 12,38%. Walaupun sudahterjadi kenaikan seperti tersebut di atas, namunhasil tersebut belum optimal. Hal ini dapatterlihat dari hasil observasi bahwa dalamkegiatan pembelajaran masih terdapat

beberapa siswa yang kurang aktif dalammelakukan kegiatan pembelajaran, karenasebagian siswa beranggapan bahwa kegiatansecara kelompok akan mendapat prestasi yangsama. Oleh karena itu, diperlukan upayaperbaikan pembelajaran pada siklus II.

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 82: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

81

Usmayani, S.Pd* adalah Guru SMP Negeri 1 Susoh

B. Deskripsi Hasil Siklus IIBerdasarkan hasil refleksi pada siklus I,

maka pelaksanaan tindakan pada siklus IIdapat dideskripsikan sebagai berikut.1. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan dalam siklus IIdapat diuraikan sebagai berikut:Pemilihan materi dan penyusunan rencanapelasaksanaan pembelajaran dalam siklus II,pada hakikatnya merupakan perbaikan ataskondisi siklusI Materi pelajaran dalam siklusII adalah mata uang asing.a. Atas dasar materi pelajaran tersebut

kemudian dilanjutkan dengan pembuatanrencana pelaksanaan pembelajaran(RPP). Tema yang dipilih pada siklus IIkompetensi dasar Mendeskripsikan uangdan lembaga keuangan. Alokasi waktuyang dibutuhkan untuk kegiatan tersebutadalah 4 x 40 menit dengan 2 kali tatapmuka.

b. Pembentukan kelompok belajar siswa.Siswa dalam satu kelas dibagi atas 5kelompok belajar untuk Mendeskripsikanuang dan lembaga keuangan.

2. Pelaksanaan TindakanPelaksanaan tindakan pada siklus II dapat

dideskripsikan sebagai berikut:a. Pelaksanaan Tatap Muka

Tatap muka I dan II dengan RPP tentangmateri mata uang asing.Media pembelajaran yang digunakanadalah gitar. Adapun langkah-langkahnyasebagai berikut.1) Guru memberikan evaluasi atas

kegiatan pembelajaran pada siklus1.Menyampaikan tujuan pembelajarandengan materi mata uang asing.

2) Mehasil siswa dengan materi matauang asing..

3) Membagi kelompok belajar untukmengerjakan LKS

4) Siswa secara kelompok ditugaskanmendeskripsikan materi mata uangasing..

5) Siswa berdiskusi secara kelompokmenentukan Fungsi, tujuanperbakan di Indonesia

6) Secara kelompok siswamempresentasikan hasil kerjakelompoknya di depan kelas materimenentukan Fungsi, tujuanperbakan di Indonesia

7) Guru menyimpulkan kegiatan danhasil yang didapat.

8) Guru memberikan tes akhir secaratertulis

9) Guru menilai hasil evaluasi.

10)

Gambar 3. Kondisi Pelaksanaan Pembelajaran pada Siklus II

Pada pelaksanaan pembelajaran padasiklus II siswa masih belajar secara kelompok,namun dalam kegiatan kelompok ini siswatertantang untuk lebih mandiri dalam

menguasai materi. Karena disamping belajarsecara kelompok namun siswa berkompetesisecara pribadi.a. Wawancara

Usmayani, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX-2 Semester I

Page 83: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

82

Usmayani, S.Pd* adalah Guru SMP Negeri 1 Susoh

Wawancara dilaksanakan pada saatsiswa melakukan kegiatan pembelajaran.Wawancara diperlukan untuk mengetahuisejauh mana kemampuan siswa dalammemahami, memadukan dengan matapelajaran lain. Disamping itu, wawancaradigunakan untuk mengidentifikasikesulitan-kesulitan yang dialami olehsiswa. Hasil wawancara digunakan sebagaibahan refleksi.

b. ObservasiObservasi dilaksanakan pada

keseluruhan kegiatan tatap muka, dalam

hal ini observasi dilakukan oleh 2 (dua)observer yaitu bidang studi IPS kelas IX-2SMP Negeri 1 Susoh. Observasidilaksanakan untuk mengetahui aktivitassiswa secara langsung dalam prosespembelajaran. Hasil observasi digunakansebagai bahan refleksi.

3. Hasil PengamatanHasil pengamatan pada siklus II dapat

dideskripsikan seperti pada Tabel 11 berikutini.

Tabel 10. Rekap Hasil Nilai Tes Siklus II

NoHasil

(Angka)Hasil

(Huruf)Arti Lambang

JumlahSiswa

Persen

1 85-100 A Sangat Baik 13 61,90%2 75-84 B Baik 4 19,05%3 65-74 C Cukup 2 9,52%

4 55-64 D Kurang 2 9,52%5 <54 E Sangat Kurang - -

Jumlah 21 100%Sumber : Tabulasi Data Oktober 2013

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa yangmendapatkan nilai sangat baik (A) 61,90%atau 13 siswa, sedangkan yang mendapat nilaibaik (B) adalah 19,05% atau 4 siswa. Danyang mendapat nilai C (cukup) adalah 9,52%atau sebanyak 2 siswa. Sedangkan yang

mendapat nilai D (kurang) adalah 9,52% atausebanyak 2 siswa dan E tidak ada. Jadi nilairata-rata kelas 83,80.Ketuntasan belajar pada siklus II dapatditabulasikan seperti pada tabel 4.12 di bawahini.

Tabel 11. Ketuntasan Belajar Siklus II

No Ketuntasan BelajarJumlah Siswa

Jumlah Persen1. Tuntas 19 90,48%

2. Belum Tuntas 2 9,52%

Jumlah 21 100%

Berdasarkan data tersebut di atasdiketahui bahwa siswa yang mencapaiketuntasan sebanyak 19 siswa (90,48%) yang

berarti sudah ada peningkatan. Rata-rata kelaspun menjadi meningkat. Hasil Nilai Rata- rataSiklus II dapat diperjelas di bawah ini.

Tabel 12. Rata-rata Hasil Tes siklus IINo Keterangan Nilai1 Nilai tertinggi 952 Nilai Terendah 653 Nilai Rata-rata 83,80

Sumber : Data yang diolah November 2013

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 84: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

83

Usmayani, S.Pd* adalah Guru SMP Negeri 1 Susoh

4. RefleksiBerdasarkan nilai hasil siklus I dan nilai

hasil siklus II dapat diketahui bahwapembelajaran dengan pendekatan contextualteaching and learning (CTL) dapat

meningkatkan hasil belajar IPS, khususnyakompetensi dasar Mendeskripsikan uang danlembaga keuangan.. Untuk lebih jelasnya padaTabel 13 berikut dipaparkan hasil refleksi padasiklus II.

Tabel 13. Perbandingan Hasil Nilai Tes Model Siklus I dan Siklus II

No Hasil TesJumlah Siswa yang BerhasilSiklus I Siklus II

1. A (85 -100) 2 132. B (75-84) 5 43. C (65-74) 2 24. D (55-64) 9 25. E (< 54) 3 -

Jumlah 21 21Sumber : Hasil Tabulasi Data November 2013

Jika dibandingkan antara keadaan kondisiawal, siklus I dan siklus II dapat dilihat bahwasaat kondisi awal rata- rata kelas sebesar53,33, sedangkan nilai rata- rata kelas siklus II

sudah ada peningkatan menjadi 83,80. Adapunkenaikan rata – rata pada siklus II menjadi30,47%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihatpada tabel di bawah ini :

Tabel 14 Perbandingan Hasil Tes Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

NoHasil

LambangAngka

HasilEvaluasi

Arti LambangPra

TindakanModel

Siklus IModel Siklus

II

1. 85-100 A Sangat Baik - 2 132. 75-84 B Baik - 5 43. 65-74 C Cukup 3 2 24. 55-64 D Kurang 10 9 25. <54 E Sangat Kurang 8 3 -

Jumlah 21 21 21

Tabel 15. Perbandingan Ketuntasan Nilai Rata-Rata Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

No UraianJumlah siswa Rata-

rataTuntas Belum tuntas

1. Kondisi Awal 3 siswa 18 siswa 53,332. Siklus I 8 siswa 13 siswa 65,713. Siklus II 19 siswa 2 siswa 83,80

Atas dasar informasi pada tabel di atas,dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPSkhususnya pada penguasaan kompetensi dasarMendeskripsikan uang dan lembagakeuangan.ada peningkatan.

C. Pembahasan Tiap Siklus dan AntarSiklus

Berdasarkan hasil penelitian dapatdinyatakan bahwa pembelajaran denganmenggunakan pendekatan contextual teaching

and learning (CTL).dapat meningkatkan hasilbelajar IPS khususnya penguasaan kompetensidasar Mendeskripsikan uang dan lembagakeuangan. pada siswa kelas IX-2 semester Itahun pelajaran 2013/2014. Hal tersebut dapatdianalisis dan dibahas sebagai berikut.

D. Pembahasan Pra Siklusa) Hasil Belajar

Pada awalnya siswa kelas IX-2, nilairata-rata mata pelajaran IPS masih rendah,

Usmayani, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX-2 Semester I

Page 85: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

84

Usmayani, S.Pd* adalah Guru SMP Negeri 1 Susoh

khususnya pada kompetensi dasarMendeskripsikan uang dan lembaga keuangan.Yang jelas salah satunya disebabkan karenaluasnya kompetensi yang harus dikuasai danperlu daya ingat yang kuat. Sebelum dilakukantindakan guru memberi tes. Berdasarkanketuntasan belajar siswa dari sejumlah 21siswa terdapat 3 atau 14,29% yang barumencapai ketuntasan belajar dengan skorstandar Kriteria Ketuntasan Minimal 70.Sedangkan 18 siswa atau 85,71% belummencapai kriteria ketuntasan minimal untukkompetensi dasar Mendeskripsikan uang danlembaga keuangan, yang telah ditentukan yaitusebesar 70. Sedangkan hasil nilai pra siklusterdapat nilai tertinggi adalah 70, nilaiterendah 35, dengan rata-rata kelas 53,33.

b) Proses PembelajaranProses pembelajaran pada pra siklus

menunjukkan bahwa siswa masih pasif, karenatidak diberi respon yang menantang. Siswaterlihat jenuh dan bosan tanpa gairah karenapembelajaran selalu monoton.

a. Pembahasan Siklus IHasil Tindakan pembelajaran pada siklus

I, berupa hasil tes dan non tes. Berdasarkanhasil observasi yang dilakukan oleh penelititerhadap pelaksanaan siklus I diperolehketerangan sebagai berikut :1) Hasil Belajar

Dari hasil tes siklus I, menunjukkanbahwa hasil yang mencapai nilai A (sangatbaik) adalah 2 siswa (9,52%), sedangkan yangmendapat nilai B (baik) adalah 5 siswa atau(23,81%), sedangkan dari jumlah 21 siswa

yang masih mendapatkan nilai C (cukup)sebanyak 2 siswa (9,52%), sedangkan yangmendapat nilai D (kurang) ada 9 siswa(42,86%), sedangkan yang mendapat nilai E(sangat kurang) 3 atau 14,29%.

Berdasarkan ketuntasan belajar siswadari sejumlah 21 siswa terdapat 8 atau 38,09%yang sudah mencapai ketuntasan belajar.Sedangkan 13 siswa atau 61,90% belummencapai ketuntasan. Adapun dari Hasil nilaisiklus I dapat dijelaskan bahwa perolehannilai tertinggi adalah 85, nilai terendah 50,dengan nilai rata-rata kelas sebesar 65,71.2) Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran pada siklus I sudahmenunjukkan adanya perubahan, meskipunbelum semua siswa terlibat aktif dalamkegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakankegiatan yang bersifat kelompok ada anggapanbahwa prestasi maupun nilai yang didapatsecara kelompok. Dari hasil pengamatan telahterjadi kreatifitas dan keaktifan siswa secaramental maupun motorik, karena kegiatanpembelajaran yang dilakukan dengan materisejarah terjadinya uang dan pengertian uangsehingga siswa harus lebih aktif dan perlukecermatan serta ketepatan.

Hasil antara kondisi awal dengan siklus Imenyebabkan adanya perubahan walau belumbisa optimal, hal ini ditandai denganpeningkatan jumlah siswa yang mencapaiketuntasan belajar. Dari hasil tes akhir siklus Iternyata lebih baik dibandingkan dengantingkat ketuntasan belajar siswa pada kondisiawal atau sebelum dilakukan tindakan.Perbandingan tersebut dapat disajikan padatabel berikut.

Tabel 16. Perbandingan Kegiatan dan Hasil Pada Pra Siklus dan Siklus INO PRA SIKLUS SIKLUS I

1 Tindakan TindakanPembelajaran konvensional , tanpamenggunakan media pembelajaran.

Penerapan Pembelajaran denganmenggunakan contextual teaching andlearning (CTL).

2 Hasil Belajar Hasil Belajar Ketuntasan Ketuntasan

Tuntas : 3 ( 14,29%) Tuntas : 8 ( 38,09%)

Belum tuntas : 18 ( 85,71%) Belum tuntas : 13 ( 61,90%)

Nilai Tertinggi : 70 Nilai Tertinggi : 85 Nilai terendah : 35 Nilai terendah : 50 Nilai rata- rata : 53,33 Nilai rata- rata : 65,71

Refleksi

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 86: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

85

Usmayani, S.Pd* adalah Guru SMP Negeri 1 Susoh

Nilai rata- rata meningkat 12,38%= 12,38/53,33 x100% = 23,21%

2 Proses belajar Proses belajar Proses pembelajaran pasif Proses pembelajaran ada perubahan, siswa

mulai aktif Siswa kurang terlibat dalam proses

pembelajaran Siswa terlibat langsung dalam proses

pembelajaran Siswa hanya mendengarkan , kadang

mencatat Siswa mencari dan menemukan

materi,mencatat hal-hal penting danmengkomunikasikan antar teman .

Belum memanfaatkan modelpembelajaran yang tepat

Sudah memanfaatkan media pembelajaransesuai materi

Belum tumbuh kreatifitas dan kerjasamaantar teman

Kreatifitas, kerjasama, tanggung jawabmulai tampak

Sebagian kecil indera yang aktif Sebagian besar alat indera aktif

Dari hasil refleksi siklus I dapatdisimpulkan bahwa melalui pendekatancontextual teaching and learning (CTL)., siswamengalami peningkatan baik dalam mencapaiketuntasan belajar yaitu dari 18 siswa belumtuntas pada pra siklus, mengalami peningkatanpada siklus I menjadi 13 siswa yang belumtuntas. Sedangkan nilai rata – rata kelas adakenaikan sebesar 12,38%. Pada siklus I inibelum semua siswa mencapai ketuntasan.b. Pembahasan Siklus II

Hasil tindakan pembelajaran pada siklusII berupa hasil tes dan non tes, Berdasarkanhasil observasi yang dilaksanakan oleh penelititerhadap pelaksanaan siklus II diperolehketerangan sebagai berikut.1. Hasil Belajar

Dari pelaksanan tindakan siklus II dapatdiketahui bahwa yang mendapatkan nilaisangat baik (A) adalah 61,90 atau 13 siswa,sedangkan yang mendapat nilai baik (B)adalah 19,05% atau 3 siswa. Dan yangmendapat nilai C (cukup) adalah 9,52% atausebanyak 2 siswa. Sedangkan yang mendapatnilai D sebanyak 2 siswa atau (9,52) dan Etidak ada. Sedangkan nilai rata-rata kelas83,80.

2. Proses PembelajaranProses pembelajaran pada siklus II sudah

menunjukkan semua siswa terlibat aktif dalam

kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakansekalipun kegiatan bersifat kelompok namunada tugas individual yang harus dipertanggungjawabkan, karena hasil kemampuan siswadipresentasikan di muka kelas antar kelompokDari hasil pengamatan telah terjadi kreatifitasdan keaktifan siswa secara mental maupunmotorik, karena kegiatan pembelajaran yangdilakukan dengan menggunakan pendekatancontextual teaching and learning (CTL).dapatmeningkatkan hasil belajar siswa. Adainteraksi antar siswa secara individu maupunkelompok, serta antar kelompok. Masing-masing siswa ada peningkatan latihanberdiskusi dan bisa mengkaitkan dengan matapelajaran lain maupun pengetahuan umum,sehingga siswa terlatih ketrampilan berdiskusi.Ada persaingan positif antar kelompok danindividu untuk mendapatkan penghargaan danmenunjukkan jati diri siswa.

Hasil antara siklus I dengan siklus II adaperubahan secara signifikan , hal ini ditandaidengan peningkatan jumlah siswa yangmencapai ketuntasan belajar. Dari hasil tesakhir siklus II ternyata lebih baikdibandingkan dengan tingkat ketuntasanbelajar siswa pada siklus I.Peningkatan hasil belajar maupun ketuntasantersebut dapat disajikan pada tabel 4.18 dibawah ini.

Tabel 17. Perbandingan Kegiatan dan Hasil pada Siklus I dan Siklus IINO Siklus I Siklus II

1 Tindakan TindakanPembelajaran dengan tampamenggunakan pendekatan contextual

Pembelajaran dengan menggunakanpendekatan contextual teaching and learning

Usmayani, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX-2 Semester I

Page 87: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

86

Usmayani, S.Pd* adalah Guru SMP Negeri 1 Susoh

teaching and learning (CTL).. (CTL).2 Hasil Belajar Hasil Belajar

Ketuntasan Ketuntasan Tuntas : 8 (38,09%) Tuntas : 19 (90,48%) Belum tuntas : 13 ( 61,90%) Belum tuntas : 2 (9,52%)

Nilai Tertinggi : 85 Nilai Tertinggi : 95 Nilai terendah : 50 Nilai terendah : 60

Nilai rata- rata : 65,71 Nilai rata- rata : 83,80 Refleksi

Nilai rata- rata meningkat 18.09= 18.09/65,71 x100% = 27,53%

2 Proses belajar Proses belajar Proses pembelajaran ada perubahan,

siswa mulai aktif Proses pembelajaran siswa aktif dan kreatif

serta cekatan Siswa terlibat langsung dalam proses

pembelajaran Siswa terlibat langsung dalam proses

pembelajaran, dan masing- masing siswapunya tugas mandiri

Siswa mencari dan menemukanmateri, mencatat sertamengkomunikasikan antar temandalam kelompok maupun antarkelompok

Siswa mencari dan menemukanmateri,mencatat dan mengkomunikasikandan mempresentasikan hasil penyelesaianantar kelompok maupun individu.

Belum memanfaatkan mediapembelajaran sesuai materi

Sudah memanfaatkan media pembelajaransesuai materi.

Kreatifitas, kerjasama ,tanggungjawab mulai tampak.

Kreatifitas, kerjasama, tanggung jawab danide, kecermatan, ketepatan dan kecepatanmuncul

Sebagian besar alat indera aktif Semua alat alat indera aktif, baik mentalmaupun fisik

Dengan melihat perbandingan hasil tessiklus I dan siklus II ada peningkatan yangcukup signifikan, baik dilihat dari ketuntasanbelajar maupun hasil perolehan nilai rata- ratakelas. Dari sejumlah 21 siswa masih ada 2siswa yang belum mencapai ketuntasan, hal inimemang 2 siswa tersebut harus mendapatkanpelayanan khusus, namun sekalipun 2 siswaini belum mencapai ketuntasan, di sisi laintetap bergairah dalam belajar. Sedangkanketuntasan ada peningkatan sebesar 27,53%dibandingkan pada siklus I.

Sedangkan nilai tertinggi pada siklus IIsudah ada peningkatan dengan mendapat nilai85-100 sebanyak 19 siswa, hal ini karena ke-19 siswa tersebut disamping mempunyaikemampuan cukup, didukung rasa senang dandalam belajar, sehingga mereka dapat nilaiyang optimal. Dari nilai rata- rata kelas yangdicapai pada siklus II ada peningkatan sebesar27,53% dibandingkan nilai rata- rata kelas

pada siklus I. Secara umum dari hasilpengamatan dan tes sebelum pra siklus, hinggasiklus II, dapat disimpulkan bahwa melaluipendekatan contextual teaching and learning(CTL) pada kompetensi dasarMendeskripsikan uang dan lembaga keuangandapat meningkatkan hasil belajar IPS sebesar30,38%.

c. Hasil PenelitianDari hasil penelitian, dapat dilihat dan

telah terjadi peningkatan pemahaman materisejarah terjadinya uangDan pengertian uangpada siswa kelas IX-2 SMP Negeri 1 Susoh,pada semester I tahun pelajaran 2013/2014,melalui pendekatan contextual teaching andlearning (CTL). Peningkatan nilai rata-ratayaitu 53,33 pada kondisi awal menjadi 65,71pada siklus I, dan menjadi 83,80 pada siklus II.Nilai rata-rata siklus I meningkat 12,38% darikondisi awal, nilai rata-rata siklus II

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 88: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

87

Usmayani, S.Pd* adalah Guru SMP Negeri 1 Susoh

meningkat 18,09% dari siklus I. Sedangkanketuntasan belajar pada siklus I adapeningkatan sebesar 28,8% dari kondisi awal,siklus II meningkat 52,39% dari siklus I.Peningkatan nilai rata-rata kelas secarakeseluruhan sebesar 76,19%

Pada akhir pembelajaran terdapatperubahan positif pada siswa mengenaipemahaman materi sejarah terjadinya uangDanpengertian uang ternyata mampumeningkatkan hasil belajar IPS adakompetensi dasar Mendeskripsikan uang danlembaga keuangan.

KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini dapatdisimpulkan bahwa melalui pendekatan (CTL)dapat meningkatkan hasil belajar siswa matapelajaran IPS khususnya kompetensi dasarMendeskripsikan uang dan lembaga keuanganmelalui pendekatan (CTL) pada siswa kelasIX-2 SMP Negeri 1 Susoh, tahun pelajaran2013/2014. Pada akhir siklus I, siswa yangmencapai ketuntasan belajar sebanyak 38,09%(8 siswa), dan siswa yang belum tuntassebanyak 61,90% (13 siswa), sedangkan padaakhir siklus II, sebanyak 90,48% (19 siswa)dan sebanyak 9,52% (2 siswa) belummencapai ketuntasan belajar. Dengan nilairata-rata kelas siklus I 65,71 dan rata-ratakelas siklus II 83,80. Adapun hasil non tespengamatan proses belajar menunjukkanperubahan siswa lebih aktif selama prosespembelajaran berlangsung. Secara keseluruhanrata-rata kelas mencapai kenaikan sebesar76,19%, dan ketuntasan belajar siswa secarakeseluruhan mencapai peningkatan sebesar76,19%, jika dibandingkan dengan kondisiawal.

B. SaranBerkaitan dengan simpulan hasil

penelitian di atas, maka dikemukakan saranadalah:1. Mengingat pembelajaran melalui

pendekatan (CTL) efektif digunakanpada mata pelajaran seni IPS makadisarankan kepada guru IPS untukmenggunakan pendekatan (CTL) padapada mata pelajaran IPS yang dianggapsesuai.

2. Keterampilan penerapan pembelajarandengan menggunakan melalui

pendekatan (CTL).dalam pembelajaranperlu dilatih pada siswa dengan lebihkontinu, agar siswa menjadi lebihpercaya diri.

DAFTAR PUSTAKAAnni, Catharina Tri. 2004. Psikologi Belajar.Semarang: UPT MKK UNNES.Asri Budiningsih Tahun 2004. Belajar danPembelajaran .Yokjakarta PT Rineka Cipta.Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual

(Contextual Teaching andLearning(CTL). Jakarta: Depdiknas.

Nurhayati, Nunung. 2006. Ringkasan danBank Soal SAINS. Bandung: YramaWidya.

Drs. Slameto. 1998, Evaluasi Pendidikan.Jakrta Bumi Aksara . Jaaln SawoRaya No. 18

Priatiningsih, Titi. 2004. PengembanganInstrumen Penilaian Biologi.DinasPendidikan dan Kebudayaan PropinsiJawa Tengah.

Sulistyanto, Heli, dkk. 2008. Asyik BelajarSainsV. Jakarta: Depdinas.

Sarjan, dkk. 2004. Sains 5. Klaten: CV.Sahabat.

Suwandi, Sarwiji. 2008. Penelitian TindakanKelas. Jakarta: Depdiknas.

Nurhadi, dkk.2004. Pembelajaran Kontekstual(Contextual Teaching AndLearning/CTL) dan PenerapanDalam KBK. Malang: UniversitasNegeri Malang (UM Press).

Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar danModel Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, universitas Terbuka.

Sukidin, dkk. 2002. Manajemen PenelitianTindakan Kelas. Surabaya: InsanCendikia.

Surakhmad, Winarno, 1990. MetodePengajaran Nasional. Bandung :Jemmars.

Suryosubroto, B. 1997. Proses BelajarMengajar di Sekolah. Jakarta: PT.Rineksa Cipta.

Syah, Muhibbin, 1995. Psikologi Pendidikan ,Suatu Pendekatan Baru. Bandung;Remaja Rosdakarya.

Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi GuruProfesional. Bandung. RemajaRosdakarya.

Usmayani, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX-2 Semester I

Page 89: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

88

A.rani, S.Pd* adalah Guru SMP Babul Istiqamah Susoh

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI TEKS TEKSIKLAN DALAM SURAT KABAR MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STAD KELAS IX-2SEMESTER I TAHUN AJARAN 2014/2015

SMP BABUL ISTIQAMAH SUSOH

OlehA. Rani*

AbstrakPenelitian ini berjudul “Peningkatan hasil belajar siswa materi teks teks iklan dalam suratkabar melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD kelas IX-2 semister Itahun ajaran 2014/2015 SMP Babul Istiqamah Susoh” Penelitian ini bertujuan untukmengetahui apakah penggunaan model STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelasIX-2 dalam membedakan fakta dan opini dalam teks iklan melalui penggunaan modelpembelajaran kooperatif Tipe STAD pada SMP Babul Istiqamah Susoh. Tahun pelajaran2014/2015. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yangterdiri atas 2 siklus. Subyek penelitian adalah siswa kelas IX-2 SMP Babul IstiqamahSusoh tahun pelajaran 2014/2015 sebanyak 23 siswa. Analisis data menggunakan teknikanalisis deskriptif dengan membandingkan kondisi awal dengan hasil-hasil yang dicapaipada setiap siklus, dan analisis deskriptif kualitatif hasil observasi dengan membandingkanhasil observasi dan refleksi pada siklus I dan siklus II. Dengan menggunakan modelpembelajaran kooperatif Tipe STAD pada kompetensi dasar membedakan fakta dan opinidalam teks iklan di surat kabar melalui kegiatan membaca intensif pada siswa kelas IX-2.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model STAD dapat meningkatkan hasilbelajar siswa pada kompetensi dasar membedakan fakta dan opini dalam teks iklan di suratkabar melalui kegiatan membaca intensif. Pada siklus I, siswa yang mencapai ketuntasanbelajar sebanyak 43,48% (10 siswa), dan siswa yang belum tuntas sebanyak 56,52% (13siswa), sedangkan pada akhir siklus II, siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 86,95%(20 siswa) dan sebanyak 13,1% (3 siswa) belum mencapai ketuntasan belajar. Dengan nilairata- rata kelas siklus I 69,13 dan rata-rata kelas siklus II 84,35. Adapun hasil non tespengamatan proses belajar menunjukkan perubahan siswa lebih aktif selama prosespembelajaran berlangsung. Secara keseluruhan rata-rata kelas mencapai kenaikan sebesar28,05 %, dan ketuntasan belajar siswa secara keseluruhan mencapai peningkatan sebesar69,57%, jika dibandingkan dengan kondis awal. Dengan demikian dapat disimpulkanbahwa model pembelajaran kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswakelas IX-2 SMP Negeri1 Susoh pada kompetensi dasar membedakan fakta dan opini dalamteks iklan di Surat kabar melalui kegiatan membaca intensif.

Kata Kunci: Hasil Belajar, teks teks iklan dalam surat kabar, Model Tipe STAD.

PENDAHULUANPara partisipasi (penutur dan mitra tutur,

pembicara dan mitra bicara) berkomunikasimerealisasikan ide, pendapat dan perasaanmelalui bahasa. Bahasa memiliki peran sentraldalam perkembangan intelektual, sosial, danemosional siswa dan merupakan penunjangkeberhasilan dalam mempelajari semua bidangstudi. Pembelajaran bahasa diharapkanmembantu siswa mengenal dirinya,

budayanya, dan budaya orang lain,mengemukakan gagasan dan perasaan,berpatisipasi dalam masyarakat yangmenggunakan bahasa tersebut, danmenemukan serta menggunakan kemampuananalitis dan imaginative yang ada dalamdirinya.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkanuntuk meningkatkan kemampuan siswa untukberkomunikasi dalam bahasa Indonesia yang

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 90: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

89

A.rani, S.Pd* adalah Guru SMP Babul Istiqamah Susoh

baik dan benar baik secara lisan dan tulis, sertamenumbuhkan apresiasi terhadap hasil karyakesastraan manusia Indonesia.

Membaca merupakan salah satu aspekdari keempat berbahasa yang harusdikembangkan di sekolah dan merupakanaspek penting dalam kehidupan manusia.Manusia memperoleh berbagai informasi danpengetahuan melalui aktifitas membaca. Padaumumnya, informasi disampaikan melaluimedia tulisan sehingga hanya melalui kegiatanmembacalah manusia dapat menyerapinformasi yang disampaikan.

Kemampuan membaca merupakansesuatu yang vital dalam masyarakat pelajar.Siswa yang tidak memahami pentingnyabelajar membaca tidak akan termotivasi untukbelajar. Belajar membaca merupakan usahayang kontinyu dan siswa yang melihattingginya nilai (Value) membaca dalamkegiatan priadinya akan lebih giat belajardibandingkan siswa yang tidak menemukankeuntungan dari kegiatan membaca, (Burns,dkk. Dalam Rahim, 2005).

Berdasarkan pendapat di atas, dapatdisimpulkan bahwa keterampilan membacamerupakan bagian fundamental dalam duniapendidikan. Sebagian proses pemerolehanpengetahuan dilakukan melalui aktivitasmembaca. Oleh sebab itu siswa dapatmeningkatkan kemampuan dan peningkatanketerampilan berbahasa melalui kegiatanmembaca.

Pembelajaran membaca, khususnyamembaca intensif dan membaca memindaidengan kompetensi dasar membedakan faktadengan opini dalam teks iklan di surat kabarmelalui kegiatan membaca intensif, selama iniberlangsung kurang efektif. Guru masihmengajar dengan menggunakan sistem dancara- cara yang lama (konvensional), siswamenjadi jenuh dan bosan sehingga prosespembelajaran di kelas menjemukan. Padaakhirnya hasil yang diharapkan tidak tercapai.Disamping itu guru belum memanfaatkanmodel-model pembelajaran yang menarik dancocok dengan materi pembelajaran.

Sehubungan dengan hal tersebut, penulisakan melakukan penelitian tindakan kelasyang berhubungan dengan peningkatan hasilbelajar siswa kelas IX-2 membedakan faktadan opini dalam teks iklan melaluipenggunaan model pembelajaran kooperatifTipe STAD.

Pembelajaran kooperatif Tipe STADmerupakan salah satu tipe pembelajarankooperatif yang sederhana, sehingga cocokbagi guru yang baru mulai menggunakanpembelajaran kooperatif. Menurut Ibrahimdkk, (2000:35) dalam pembelajaran kooperatifTipe STAD siswa ditempatkan dalamkelompok belajar beranggotakan 4-5 orangyang merupakan campuran menurut tingkatkinerja jenis kelamin dan suku. Gurumenyediakan pelajaran kemudian siswabekerja dalam kelompok mereka untukmemastikan bahwa seluruh anggota kelompoktelah menguasai materi pelajaran tersebut.Pada akhirnya siswa diberikan tes, pada saattes mereka tidak dapat saling membantu. Poinsetiap anggota tim ini selanjutnya dijumlahkanuntuk mendapatkan skor kelompok, tim yangmencapai kriteria tersebut diberikan sertifikatatau penghargaan lain.

Depdiknas, (2006: 41) menetapkanbahwa salah satu standar kompetensi matapelajaran Bahasa Indoesia pada SMP kelas IX-2 adalah memahami ragam wacana tulisdengan membaca intensif dan membacamemindai. Kompetensi dasarnya adalahmembedakan antara fakta dan opini dalam teksiklan di surat kabar melalui kegiatan membacaintensif. Sedangkan indikator yag diharapkanadalah siswa mampu mendata fakta, mendataopini dan mampu membedakan fakta denganopini yang ada dalam teks iklan.

Pemuatan iklan di surat kabar ataumajalah bertujuan menginformasikan suatuproduk kepada pembaca (khalayak ramai).Iklan yang baik akan menginformasikanproduknya secara lengkap, jujur, jelas, danberimbang. Iklan yang sukses adalah iklanyang berhasil membujuk dan menggerakkankonsumen untuk membeli produk yangditawarkan. Namun, pengiklan tidak bolehmenyajikan opini yang berlebihan, Nurhadidkk, (2007:81).

Kemampuan membedakan fakta denganopini dalam teks iklan bagi siswa sangatpenting. Sebagai pembaca, siswa tidak sekedarmenyerap apa yang ada, tetapi jugamemikirkan masalah yang dibahas. Artinya,ketika membaca seseorang harus berfikir,menilai, membuat batasan-batasan terhadapyang disampaikan, baik yang berupa faktamaupun opini yang terdapat dalam teks iklandi surat kabar.

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 91: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

90

A.rani, S.Pd* adalah Guru SMP Babul Istiqamah Susoh

Beranjak dari permasalahan di atas,penulis tertarik untuk mengadakan penelitiantindakan kelas dengan judul “PeningkatanHasil Belajar Siswa Kelas IX-2 MembedakanFakta dengan Opini dalam Teks Iklan melaluiPenggunaan Model Pembelajaran KooperatifTipe STAD Pada SMP Babul Istiqamah Susoh“.

Berdasarkan uraikan di atas maka yangmenjadi permasalahan dalam penelitiantindakan kelas (PTK) ini adalah sebagaiberikut.1. Apakah penggunaan model pembelajaran

Koopertif Tipe STAD dapat meningkatkanhasil belajar siswa kelas IX-2 membedakanfakta dengan opini dalam teks iklan padaSMP Babul Istiqamah Susoh?

2. Apakah penggunaan model pembelajaranKoopertif Tipe STAD dapat meningkatkanmotivasi belajar siswa hasil belajar siswakelas IX-2 membedakan fakta denganopini dalam teks iklan pada SMP BabulIstiqamah Susoh?

Tujuan penelitian tindakan kelas iniadalah untuk mengetahui dapat meningkatkan:1. Model pembelajaran Koopertif Tipe STAD

dapat meningkatkan hasil belajar siswakelas IX-2 membedakan fakta denganopini dalam teks iklan pada SMP BabulIstiqamah Susoh.

2. Model pembelajaran Koopertif Tipe STADdapat meningkatkan motivasi belajar siswahasil belajar siswa kelas IX-2 membedakanfakta dengan opini dalam teks iklan padaSMP Babul Istiqamah Susoh ?

Penelitian ini bermanfaat untukbeberapa hal.1. Bagi guru.

Penelitian ini diharapkan memilikikontribusi sebagai salah satu alternatifpemilihan metode atau strategipembelajaran bahasa Indonesia aspekmembaca yang dapat diterapkan oleh gurudalam pembelajaran di kelas. Selain itu,dengan mencermati hasil penelitian inidiharapkan para guru dapat memperluaswawasannya tentang strategi pembelajaranyang kreatif, inovatif, efektif danmenyenangkan.

2. Bagi siswa.Penelitian ini diharapkan dapat menjadirefleksi pelajaran bahasa Indonesia,khususnya materi membedakan fakta danopini dalam teks iklan.

3. Bagi sekolahHasil penelitian ini diharapkan dapatbermamfaat bagi sekolah terutama dalamupaya peningkatan kinerja guru di sekolah.Peningkatan kinerja guru terutama dalamperencanaan pembelajaran, penyiapanmedia pembelajaran, dan implementasinyadi kelas secara tepat akan memberikanpengaruh yang positif terhadap proses danhasil pembelajaran. Di samping itu, hasilpenelitian ini dapat menjadi salah satudokumentasi sekolah yang akanbermanfaat bagi guru-guru yang lain yangberencana melaksanakan penelitiantindakan kelas.

METODE PENELITIANPenelitian dilaksanakan di SMP Babul

Istiqamah Susoh, siswa kelas IX-2 SMP BabulIstiqamah Susoh. Penelitian ini dilaksanakanpada kelas IX-2. Alasan penetapan kelas IX-2sebagai tempat penelitian adalah masalahketidakmampuan siswa dalam membedakanfakta dan opini dalam teks iklan di surat kabar,dialami oleh sebagian besar siswa di kelastersebut, selain itu salah satu tujuan yang daripenelitian ini adalah untuk memperbaikiproses pembelajaran mata pelajaran bahasaIndonesia, khususnya pada kompetensi dasarmembedakan fakta dengan opini dalam teksiklan di Surat Kabar melalui kegiatanmembaca intensif.

A. Subyek PenelitianBerdasarkan judul penelitian yaitu”

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IX-2Membedakan Fakta dengan Opini dalam TeksIklan Melalui Penggunaan ModelPembelajaran Kooperatif Tipe STAD padaSMP Babul Istiqamah Susoh” tahun pelajaran2014/2015, maka subjek penelitiannya adalahsiswa kelas IX-2, SMP Babul IstiqamahSusoh, tahun pelajaran 2014/2015 yangberjumlah 23 orang.

B. Sumber DataSumber data dalam penelitian ini adalah

siswa kelas IX-2 sebagai subyek penelitian.Data yang dikumpulkan dari siswa meliputidata hasil tes tertulis. Tes tertulis dilaksanakanpada setiap akhir siklus yang terdiri atas materiTeks tek iklan dalam surat kabar. Selain siswasebagai sumber data, penulis juga

A.Rani, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Teks Teks Iklan

Page 92: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

91

A.rani, S.Pd* adalah Guru SMP Babul Istiqamah Susoh

menggunakan teman sejawat sesama gurubahasa Indonesia sebagai sumber data.

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan datamenggunakan teknik tes dan non tes. Testertulis digunakan pada akhir siklus I dansiklus II, yang terdiri atas materi Cara menulisiklan baris. Sedangkan Teknik non tes meliputiteknik observasi dan dokumentasi. Observasidigunakan pada saat pelaksanaan penelitiantindakan kelas kemampuan memahami materiCara menulis iklan baris, pada siklus I dansiklus II. Sedangkan teknik dokumentasidigunakan untuk mengumpulkan datakhususnya nilai mata pelajaran bahasaIndonesia.2. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data meliputi:a. Tes tertulis, terdiri atas 10 butir soal.b. Non tes, meliputi lembar observasi dandokumen.

D. Analisis DataAnalisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik analisisdekskriptif, yang meliputi:1. Analisis deskriptif komparatif hasil belajar

dengan cara membandingkan hasil belajarpada siklus I dengan siklus II danmembandingkan hasil belajar denganindikator pada siklus I dan siklus II.

2. Analisis deskriptif kualitatif hasil observasidengan cara membandingkan hasilobservasi dan refleksi pada siklus I dansiklus II.

E. Prosedur PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian

tindakan kelas (classroom action research)yang ditandai dengan adanya siklus, adapundalam penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Setiapsiklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan,pengamatan dan refleksi.1. Siklus I

a. Perencanaan (planning), terdiri ataskegiatan:1) Penyusunan rencana pelaksanaanpembelajaran (RPP);2) Penyiapan skenario pembelajaran.

b. Pelaksanaan (acting), terdiri ataskegiatan;

1) Pelaksanaan program pembelajaransesuai dengan jadwal,

2) Proses pembelajaran dengan materiTeks-teks Iklan dalam surat kabardengan menggunakan modelpembelajaran kooperatif TipeSTAD.

3) Secara kelompok siswa berdiskusiuntuk menentukan fakta dan opinidari teks iklan yang dibagikan.

4) Tugas diberikan secara kelompok,tiap anggota menjelaskan kepadaanggota lainnya sampai semuaanggota kelompok itu mengerti.

5) Masing-masing siswa diberi kuis,dan pada saat menjawab tidak bolehdibantu sehingga diperoleh skorkelompok berdasarkan jawabananggotanya.

6) Mengadakan observasi tentangproses pembelajaran,

7) Mengadakan tes tertulis,c. Pengamatan (observing), yaitu

mengamati proses pembelajaran danmenilai hasil tes sehingga diketahuihasilnya. Atas dasar hasil tersebutdigunakan untuk merencanakan tindaklanjut pada siklus berikutnya.

d. Refleksi (reflecting), yaitumenyimpulkan pelaksanaan hasiltindakan pada siklus I.

2. Siklus II1. Perencanaan (planning), terdiri atas

kegiatan:a. Penyusunan rencana pelaksanaanpembelajaran (RPP);b. Penyiapan skenario pembelajaran.

2. Pelaksanaan (acting), terdiri ataskegiatan;a. Pelaksanaan program pembelajaran

sesuai dengan jadwal Pembelajarandengan menggunakan modelPembelajaran kooperatif TipeSTAD pada kompetensi dasarMenulis iklan baris dengan bahasasingkat, padat dan jelas

b. Secara kelompok siswa berdiskusitentang perbedaan fakta denganopini yang terdapat dalam teks iklandi surat kabar.

c. Masing-masing kelompokdifasilitasi ke depan untuk

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 93: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

92

A.rani, S.Pd* adalah Guru SMP Babul Istiqamah Susoh

mempresentasikan hasil kerjakelompoknya.

d. Mengadakan observasi tentangproses pembelajaran,

e. Mengadakan tes tertulis,f. Penilaian hasil tes tertulis.

3. Pengamatan (observing), yaitumengamati proses pembelajaran danmenilai hasil tes sehingga diketahuihasilnya,

4. Refleksi (reflecting), yaitumenyimpulkan pelaksanaan hasiltindakan pada siklus I.

HASIL DAN PEMBAHASANA. Deskripsi Kondisi Awal

Pembelajaran sebelum pelaksanaantindakan kelas, guru mengajar secarakonvensional. Guru cenderung mentransferilmu pada siswa, sehingga siswa pasif, kurangkreatif, bahkan cenderung bosan. Di sampingitu dalam menyampaikan materi guru tidakmenggunakan model pembelajaran yang tepat.

Gambar 1. Kondisi Pembelajaran Pada Pra Siklus

Melihat kondisi pembelajaran yang monoton,suasana pembelajaran tampak kaku,berdampak pada nilai yang diperoleh siswakelas IX-2 pada kompetensi dasarmembedakan fakta dengan opini dalam teksiklan di surat kabar melalui kegiatan membacaintensif (pra siklus) seperti pada Tabel 1

berikut ini. Banyak siswa belum mencapaiketuntasan belajar minimal dalam mempelajarikompetensi dasar tersebut. Hal inidiindikasikan pada capaian nilai hasil belajardi bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM)70.

Tabel 1. Nilai Tes Pra Siklus

NO Hasil (Angka) Hasil (Huruf) Arti LambangJumlahSiswa

Persen

1 85-10 A Sangat baik - 0%2 75-84 B Baik 4 17,39%3 65-74 C Cukup 6 26,09%4 55-64 D Kurang 8 34,78%5 <54 E Sangat Kurang 5 21,74%

Jumlah 23 100%Gambar : Hasil tabulasi data September 2014

Untuk memperjelas data dari Tabel 2 dapatdibuat histogram sebagai berikut :

A.Rani, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Teks Teks Iklan

Page 94: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

93

A.rani, S.Pd* adalah Guru SMP Babul Istiqamah Susoh

Hasil nilai

Gambar 2. Grafik Hasil Tes Pra siklus

Berdasarkan hasil analisis yang digambarkandalam Gambar 1 di atas diketahui bahwajumlah siswa yang mendapat nilai A (sangatbaik) sejumlah 0% atau tidak ada, yangmendapat nilai B (Baik) 17,39% atau sebanyak4 siswa dan yang mendapat nilai C (Cukup)sebanyak 26,09% atau 6 siswa dan nilaikurang 34,78% atau sebanyak 8 siswa,

sedangkan yang mendapat nilai sangat kurang21,74% atau sebanyak 5 siswa.

Dari hasil tes seperti tersebut di atas,sebagaian besar siswa belum mencapaiketuntasan belajar, hanya sebagian kecil yangtelah mencapai ketuntasan belajar. Dataketuntasan belajar pada kondisi awal dapatdiketahui pada 93embe di bawah ini.

Tabel 2. Ketuntasan Belajar Hasil Tes Pra Siklus

No Ketuntasan Belajar

Jumlah Siswa

Pra Siklus

Jumlah Persen

1. Tuntas 4 17,39%2. Belum Tuntas 19 82,61%

Jumlah 23 100%Sumber : Hasil tabulasi data September 2014

Berdasarkan data pada Tabel 2 tersebut di atas,diketahui bahwa siswa kelas IX-2 yangmemiliki nilai kurang dari KKM 70, sebanyak19 siswa. Dengan demikian jumlah siswa yangbelum mencapai ketuntasan belajar minimumuntuk kompetensi dasar membedakan faktadengan opini dalam teks iklan di surat kabar

melalui kegiatan membaca intensif adalah 19siswa (82,61%), sedangkan yang telahmencapai ketuntasan sebanyak 4 siswa(17,39%).

Hasil nilai pra siklus I yang diperolehdari hasil tes awal dapat ditunjukkan sepertidalam tabel berikut ini.

Tabel 3. Rata-rata Hasil Tes Pra SiklusNo Keterangan Nilai1 Nilai tertinggi 802 Nilai Terendah 403 Nilai Rata-rata 56,30

Sumber : Hasil tabulasi September 2014

0

1

2

3

4

5

6

<54 55-64 65-74 75-84 85-100

Banyak…

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 95: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

94

A.rani, S.Pd* adalah Guru SMP Babul Istiqamah Susoh

B. DESKRIPSI HASIL SIKLUS I1. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan dalam siklus I dapatdiuraikan sebagai berikut :

a. Pemilihan materi dan penyusunanrencana pelaksanaan pembelajaran.

Materi yang dipilih dalam penelitian iniadalah kompetensi dasar Membedakanantara fakta dan opini dalam teks iklandi surat kabar dan mendata fakta yangada. Berdasarkan materi yang dipilihtersebut, kemudian disusun dalamrencana pelaksanaan pembelajaran(RPP).Tema yang dipilih dalam siklus Itentang Teks tek iklan dalam suratkabar. Berdasarkan tema yang ditulistersebut kemudian dilanjutkan denganpenyusunan rencana pelaksanaanpembelajaran (RPP).Masing-masingRPP diberikan alokasi waktu sebanyak2 x 40 menit artinya setiap RPPdisampaikan dalam 1 x tatap muka.Dengan demikian, selama siklus Iterjadi 2 x tatap muka.

b. Pembentukan kelompok-kelompokbelajarPada siklus I, siswa dalam satu kelasmenjadi 5 kelompok kecil denganmemperhatikan kemampuan siswa yangberbeda.

2. Pelaksanaan TindakanPelaksanaan tindakan pada siklus I dapat

dideskripsikan sebagai berikut :

a. Pelaksanaan Tatap MukaTatap muka I dan II dengan RPPtentang materi Teks tek iklan dalamsurat kabar. Model pembelajaran yangdigunakan adalah model pembelajarankooperatif Tipe STAD dengan panduanLKS. Adapun langkah-langkahnyasebagai berikut.1. Guru secara klasikal menyampaikan

tujuan dan kompetensi dasar yangakan dipelajari siswa.

2. Guru membentuk kelompok belajarsecara hiterogen.

3. Guru membagikan contoh-contohteks iklan di surat kabar kepadakelompok belajar.

4. Secara kelompok siswa mendatafakta dan opini yang ada dalam teksiklan yang dibagikan.

5. Secara kelompok siswa berdiskusiuntuk menentukan fakta dan opinidalam teks iklan yang dibagikan, dipandu dengan LKS.

6. Secara kelompok siswa bertanyajawab antar kelompok dan masing-masing kelompokmempresentasikan hasil kerjanya didepan kelas.

7. Guru memberi umpan balik hasilpemahaman siswa terhadap materiyang dipelajari dengan mengadakanevaluasi berupa tes.

8. Guru menilai hasil evaluasi9. Guru memberikan tindak lanjut

Gambar 3. Kondisi Pembelajaran Pada Siklus I

Sekilas gambaran proses pembelajaranpada siklus I, guru tidak lagimentransfer materi pada siswa, tapi

siswa secara aktif dan bekerja samadalam kelompok untuk mencari materidan mempresentasikan hasil kerjanya.

A.Rani, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Teks Teks Iklan

Page 96: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

95

A.rani, S.Pd* adalah Guru SMP Babul Istiqamah Susoh

Suasana pembelajaran menjadi lebihmenyenangkan, nampak semua siswabergairah dalam mengikuti pelajaran.

b. Wawancara dilaksanakan setelahselesai proses diskusi. Kegiatanwawancara dilaksanakan oleh guruterhadap beberapa anggota kelompok.Wawancara diperlukan untukmengetahui sejauh mana pemahamansiswa dalam memahami materi Tekstek iklan dalam surat kabar denganmodel pembelajaran kooperatif STAD.Pertanyaan-pertanyaan yang telahdipersiapkan akan berkembang ketikawawancara berlangsung. Hasilwawancara dijadikan sebagai bahanrefleksi.

c. ObservasiLembar pengamatan yang dimaksudkandi sini adalah pedoman pengamatanuntuk memperoleh gambaran proses

pembelajaran yang sedang berlansung.Observasi dilaksanakan padakeseluruhan kegiatan tatap muka,dalam hal ini dilakukan oleh dua orangteman guru bidang studi bahasaIndonesia pada SMP Babul IstiqamahSusoh yang bertindak sebagai observer.Observasi dilaksanakan untukmengetahui secara detail keaktifan,kerjasama, kecepatan dan ketepatansiswa dalam mendata fakta dan opinidalam teks iklan di surat kabar, dipandudengan LKS.

Hasil observasi digunakan sebagaibahan refleksi dan untuk merencanakanrencana tindakan pada siklus II.

3. Hasil PengamatanHasil pengamatan pada siklus I dapatdideskripsikan pada Tabel.4 di bawah ini.

Tabel 4. Hasil Rekap Nilai Tes Siklus I

NoHasil(Angka)

Hasil( Huruf)

Arti Lambang JumlahSiswa

Persen

1 85-100 A Sangat baik 2 11,1%2 75-84 B Baik 9 50,0%3 65-74 C Cukup 6 33,3%4 55-64 D Kurang 1 5,6%5 <54 E Sangat Kurang - -

Jumlah 100%Sumber : Hasil tabulasi data September 2014

Berdasarkan data Tabel 5 di atas, dapatdigambarkan dengan grafikdibawah ini :

Gambar 4. Grafik Hasil Tes Siklus I

Berdasarkan data tabel di atas tergambar hasiltes siklus I, menunjukkan bahwa hasil yang

mencapai nilai A (sangat baik) adalah 2 siswa(8,70%), sedangkan yang mendapat nilai B

0123456789

<54 55-64 65-74 75-84 85-100

Banyak siswa

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 97: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

96

A.rani, S.Pd* adalah Guru SMP Babul Istiqamah Susoh

(baik) adalah 8 siswa atau (34,78%),sedangkan dari jumlah 23 siswa yang masihmendapat nilai C (cukup) sebanyak 10 siswa(43,48%), sedangkan yang mendapat nilai D

(kurang) ada 3 siswa (13,04%), sedangkanyang mendapat nilai E (sangat kurang) tidakada atau 0%.

Tabel 5. Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus I

No KetuntasanJumlah Siswa

Jumlah Persen1. Tuntas 10 43,48%

2. Belum Tuntas 13 56,52%Jumlah 23 100%

Berdasarkan tabel 4,5 ketuntasan belajar siswadari sejumlah 23 siswa terdapat 10 atau43,48% yang sudah mencapai ketuntasanbelajar. Sedangkan 13 siswa atau 56,52%belum mencapai ketuntasan. Adapun dari hasil

nilai siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehannilai tertinggi adalah 90, sedangkan nilai terrendah 55, dengan nilai rata-rata kelas sebesar68,47 seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 6. Rata-rata Hasil Tes Siklus INo Keterangan Nilai1 Nilai tertinggi 902 Nilai Terendah 503 Nilai Rata-rata 69,13Sumber : Hasil tabulasi September 2014

4. RefleksiBerdasarkan hasil tes kemampuan awal

dengan hasil tes kemampuan siklus I dapatdilihat adanya pengurangan jumlah siswa yangmasih di bawah kriteria ketuntasan minimal.Pada pra siklus jumlah siswa yang di bawahKKM sebanyak 19 siswa dan pada akhir siklus

I berkurang menjadi 13 siswa, nilai rata-ratakelas meningkat dari 56,30 menjadi 69,13Jumlah siswa yang mencapai ketuntasanbelajar mengalami peningkatan jikadibandingkan siklus I, seperti pada tabeldibawah ini.

Tabel 7. Perbandingan Hasil Nilai Tes Pra Siklus dan Siklus INo Hasil tes

(dalam huruf )Jumlah siswa yang berhasil

Pra siklus Siklus I1 A (85 -100) - 22 B (75-84) 4 83 C (65-74) 6 104 D (55-64) 8 35 E (< 54) 5 -

Jumlah 23 23Sumber : Hasil tabulasi data Oktober 2014

Peningkatan ketuntasan belajar siswa tampakpada tabel di bawah ini, jika dibandingkan

hasil pra siklus dan siklus I dapat dilihat padatabel berikut ini.

A.Rani, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Teks Teks Iklan

Page 98: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

97

A.rani, S.Pd* adalah Guru SMP Babul Istiqamah Susoh

Tabel 8. Perbandingan Ketuntasan Belajar antara Pra Siklus dengan Siklus I

No KetuntasanJumlah Siswa

Pra Siklus Siklus IJumlah Persen Jumlah Persen

1. Tuntas 4 17,39% 10 43,48%2. Belum Tuntas 19 82,61% 13 56,52%

Jumlah 23 100% 23 100%

Gambar 5. Grafik Ketuntasan Pra Siklus dan Siklus I

Peningkatan hasil rata- rata kelas nampak ada perubahan pra siklus dengan siklus I

Tabel 9. Perbandingan nilai rata-rata Pra Siklus dan Siklus INo Keterangan Pra siklus Siklus I1 Nilai tertinggi 80 902 Nilai terendah 40 503 Nilai rata- rata 56,30 69,13

Berdasarkan data pada Tabel 9 di atas, dapatdisimpulkan bahwa pembelajaran denganmenggunakan model pembelajaran kooperatifTipe STAD mampu meningkatkan hasilbelajar, khususnya pada kompetensi dasarmembedakan fakta dengan opini dalam teksiklan di surat kabar. Oleh karena itu, rata-ratakelas pun mengalami kenaikan menjadi69,13%. Walaupun sudah terjadi kenaikanseperti tersebut di atas, namun hasil tersebutbelum optimal. Hal ini dapat terlihat dari hasilobservasi bahwa dalam kegiatan pembelajaranmasih terdapat beberapa siswa yang kurangaktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran,karena sebagian siswa beranggapan bahwakegiatan secara kelompok akan mendapatprestasi yang sama. Oleh karena itu,diperlukan upaya perbaikan pembelajaran padasiklus II.

C. Deskripsi Hasil Siklus IIBerdasarkan hasil refleksi pada siklus I,

maka pelaksanaan tindakan pada siklus IIdapat dideskripsikan sebagai berikut.1. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan dalam siklus II dapatdiuraikan sebagai berikut:

a. Pemilihan materi dan penyusunanrencana pelasaksanaan pembelajaranDalam siklus II, merupakan perbaikanatas kondisi siklus I. Materi pelajarandalam siklus II adalah Cara menulisiklan baris. Atas dasar materi pelajarantersebut kemudian dilanjutkan denganpembuatan rencana pelaksanaanpembelajaran (RPP). Tema yang dipilihpada siklus II Cara menulis iklan baris.Alokasi waktu yang dibutuhkan untukkegiatan tersebut adalah 2 x 40 menitdengan 2 kali tatap muka.

b. Pembentukan kelompok belajar siswa.

02468

10121416

Pra siklus Siklus I

TuntasBelum Tuntas

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 99: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

98

A.rani, S.Pd* adalah Guru SMP Babul Istiqamah Susoh

Siswa dalam satu kelas dibagi atas 6kelompok belajar untuk mendiskusikanperbedaan fakta dengan opini dalamteks iklan di surat kabar.

2. Pelaksanaan TindakanPelaksanaan tindakan pada siklus II dapat

dideskripsikan sebagai berikut:a. Pelaksanaan Tatap Muka

Tatap muka I dan II dengan RPPtentang materi. Model pembelajaranyang digunakan adalah pembelajarandengan menggunakan modelpembelajaran kooperatif Tipe STAD.Adapun langkah-langkahnya sebagaiberikut.1) Guru memberikan evaluasi atas

kegiatan pembelajaran padasiklus1

2) Guru memberikan motivasi bagisiswa untuk membedakan faktadengan opini dalam teks iklanyang di bagikan.

3) Guru membimbing siswa untukmembedakan fakta dan opinidalam teks iklan yang dibagikanberdasarkan ciri-cirinya

4) Siswa ditugaskan mencari faktadan opini dalam teks iklan yangdibagikan.

5) Membimbing siswa menemukanfakta dan opini dalam teks iklanyang dibagikan

6) Guru memberikan evaluasidengan tes.

7) Guru menilai hasil evaluasi.

Gambar 6. Kondisi pelaksanaan pembelajaran pada siklus II

Pada pelaksanaan pembelajaranpada siklus II siswa masih belajarsecara kelompok, namun dalamkegiatan kelompok ini siswa tertantanguntuk lebih mandiri dalam menguasaimateri. Karena disamping belajarsecara kelompok namun siswaberkompetesi secara pribadi.

b. WawancaraWawancara dilaksanakan pada saatsiswa melakukan kegiatanpembelajaran. Wawancara diperlukanuntuk mengetahui sejauh manakemampuan siswa dalam memahami,memadukan dengan mata pelajaranlain. Disamping itu, wawancaradigunakan untuk mengidentifikasikesulitan-kesulitan yang dialami oleh

siswa. Hasil wawancara digunakansebagai bahan refleksi.

c. ObservasiObservasi dilaksanakan padakeseluruhan kegiatan tatap muka,dalam hal ini observasi dilakukan oleh2 (dua) observer yaitu bidang studibahasa Indonesia kelas VIII SMP BabulIstiqamah Susoh. Observasidilaksanakan untuk mengetahuiaktivitas siswa secara langsung dalamproses pembelajaran. Hasil observasidigunakan sebagai bahan refleksi.

3. Hasil PengamatanHasil pengamatan pada siklus II dapatdideskripsikan seperti pada Tabel 10 berikutini.

A.Rani, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Teks Teks Iklan

Page 100: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

99

A.rani, S.Pd* adalah Guru SMP Babul Istiqamah Susoh

Tabel 10. Rekap Hasil Nilai Tes Siklus IINo Hasil

(Angka)Hasil

(Huruf)Arti Lambang Jumlah

SiswaPersen

1 85-100 A Sangat Baik 5 21,74%2 75-84 B Baik 15 65,22%3 65-74 C Cukup 3 13,04%4 55-64 D Kurang - -5 <54 E Sangat Kurang - -

Jumlah 23 100%Sumber : Tabulasi Data Oktober 2014

Dari Tabel 11 tersebut dapat dibuathistogram sebagai berikut :

Gambar 7. Diagram hasil nilai siklus IIDari tabel di atas dapat diketahui bahwa

yang mendapatkan nilai sangat baik (A)21,74% atau 5 siswa, sedangkan yangterbanyak yaitu yang mendapat nilai baik (B)adalah 65,22% atau 15 siswa. Dan yangmendapat nilai C (cukup) adalah 13,04% atau

sebanyak 3 siswa.Sedangkan yang mendapatnilai D (kurang) dan E (sangat kurang) tidakada. Jadi nilai rata-rata kelas 84,35.Ketuntasan belajar pada siklus II dapatditabulasikan seperti pada Tabel 11 di bawahini.

Tabel 11. Ketuntasan Belajar Siklus II

NoKetuntasanBel;ajar

Jumlah Siswa

Jumlah Persen1. Tuntas 20 86,95%

2. Belum Tuntas 3 13,1%Jumlah 18 23

Berdasarkan data tersebut di atasdiketahui bahwa siswa yang mencapaiketuntasan sebanyak 21 siswa ( 91,30%) yang

berarti sudah ada peningkatan . Rata-rata kelaspun menjadi meningkat. Hasil Nilai Rata- rataSiklus II dapat diperjelas di bawah ini.

Tabel 12. Rata-rata Hasil Tes siklus IINo Keterangan Nilai1 Nilai tertinggi 1002 Nilai Terendah 603 Nilai Rata-rata 84,35Sumber : Data yang diolah Oktober 2014

0

2

4

6

8

10

12

<54 55-64 65-74 75-84 85-100

Siklus II

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 101: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

100

A.rani, S.Pd* adalah Guru SMP Babul Istiqamah Susoh

4. RefleksiBerdasarkan nilai hasil siklus I dan nilai

hasil siklus II dapat diketahui bahwapembelajaran dengan menggunakan modelpembelajaran kooperatif Tipe STAD dapatmeningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia,

khususnya kompetensi dasar membedakanfakta dengan opini dalam teks iklan di suratkabar melalui kegiatan dengan menggunakanmodel pembelajaran kooperatif Tipe STAD.Untuk lebih jelasnya pada Tabel 13 berikutdipaparkan hasil refleksi pada siklus II.

Tabel 13. Perbandingan Hasil Nilai Tes Model Siklus I dan Siklus II

No Hasil TesJumlah Siswa yang BerhasilSiklus I Siklus II

1 A (85 -100) 2 52 B (75-84) 8 153 C (65-74) 10 34 D (55-64) 3 -5 E (< 54) - -

Jumlah 23 23Sumber : Hasil Tabulasi Data November2014

Jika dibandingkan antara keadaan kondisiawal, siklus I dan siklus II dapat dilihat bahwasaat kondisi awal rata- rata kelas sebesar56,30, sedangkan nilai rata-rata kelas siklus I

sudah ada peningkatan menjadi 69,13. Adapunkenaikan rata–rata pada siklus II menjadi84,35. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat padatabel dibawah ini :

Tabel 14. Perbandingan Hasil Tes Pra siklus, siklus I dan Siklus II

NO

HasilLambangAngka

HasilEvaluasi

Arti LambangPra

tindakanModel

Siklus IModel

Siklus II

1 85-100 A Sangat Baik - 2 52 75-84 B Baik 4 8 153 65-74 C Cukup 6 10 34 55-64 D Kurang 8 3 -5 <54 E Sangat Kurang 5 - -

Jumlah 23 23 23

Tabel 15. Perbandingan Ketuntasan Nilai Rata-Rata Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

No UraianJumlah siswa

Rata-RataTuntas Belum Tuntas

1 Kondisi Awal 4 siswa 19 siswa 56,302 Siklus I 10 siswa 13 siswa 69,133 Siklus II 20 siswa 3 siswa 84,35

Atas dasar informasi pada tabel di atas, dapatdisimpulkan bahwa pembelajaran denganmenggunakan model pembelajaran kooperatifTipe STAD khususnya pada penguasaankompetensi dasar membedakan fakta denganopini dalam teks iklan di surat kabar melaluikegiatan membaca intensif ada peningkatan.

D. Pembahasan Tiap siklus dan Antarsiklus

Berdasarkan hasil penelitian dapatdinyatakan bahwa pembelajaran denganmenggunakan model pembelajaran kooperatifTipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar

A.Rani, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Teks Teks Iklan

Page 102: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

101

A.rani, S.Pd* adalah Guru SMP Babul Istiqamah Susoh

bahasa Indonesia khususnya penguasaankompetensi dasar membedakan fakta denganopini dalam teks iklan di surat kabar, padasiswa kelas X-3 semester I tahun pelajaran2014/2015. Hal tersebut dapat dianalisis dandibahas sebagai berikut.1. Pembahasan Pra Siklus I1) Hasil Belajar

Pada awalnya siswa kelas IX-2, nilairata- rata mata pelajaran bahasa Indonesiarendah, khususnya pada kompetensi dasarmembedakan fakta dengan opini dalam teksiklan di surat kabar melalui kegiatan denganmenggunakan model pembelajaran kooperatifTipe STAD. Yang jelas salah satunyadisebabkan karena sulitnya menentukan faktadan opini sehingga siswa tidak mampumembedakan antara fakta dengan opini dalamteks iklan dengan benar. Sebelum dilakukantindakan guru memberi tes. Berdasarkanketuntasan belajar siswa dari sejumlah 23siswa terdapat 4 atau 17,39% yang barumencapai ketuntasan belajar dengan skorstandar Kriteria Ketuntasan Minimal.Sedangkan 19 siswa atau 82,61% belummencapai kriteria ketuntasan minimal untukkompetensi dasar membedakan fakta denganopini dalam teks iklan di surat kabar yangtelah ditentukan yaitu sebesar 80. Sedangkanhasil nilai pra siklus terdapat nilai tertinggiadalah 80, nilai terendah 40, dengan rata-ratakelas sebesar 56,30.

2) Proses PembelajaranProses pembelajaran pada pra siklus

menunjukkan bahwa siswa masih pasif, karenatidak diberi respon yang menantang. Siswaterlihat jenuh dan bosan tanpa gairah karenapembelajaran selalu monoton.

2. Pembahasan Siklus IHasil Tindakan pembelajaran pada siklus

I, berupa hasil tes dan non tes. Berdasarkanhasil observasi yang dilakukan oleh peneliti

terhadap pelaksanaan siklus I diperolehketerangan sebagai berikut :1) Hasil Belajar

Dari hasil tes siklus I, menunjukkanbahwa hasil yang mencapai nilai A (sangatbaik) adalah 2 siswa (8,70%), sedangkan yangmendapat nilai B (baik) adalah 8 siswa atau(34,78%), sedangkan dari jumlah 23 siswayang masih mendapatkan nilai C (cukup)sebanyak 10 siswa (43,48%) , sedangkan yangmendapat nilai D (kurang) ada 3 siswa (13,04%), sedangkan yang mendapat nilai E (sangatkurang) tidak ada atau tidak ada.

Berdasarkan ketuntasan belajar siswadari sejumlah 23 siswa terdapat 10 atau43,48% yang sudah mencapai ketuntasanbelajar. Sedangkan 13 siswa atau 56,52%belum mencapai ketuntasan. Adapun dariHasil nilai siklus I dapat dijelaskan bahwaperolehan nilai tertinggi adalah 90, nilaiterendah 50, dengan nilai rata-rata kelassebesar 69,13.2) Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran pada siklus I sudahmenunjukkan adanya perubahan, meskipunbelum semua siswa terlibat aktif dalamkegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakankegiatan yang bersifat kelompok ada anggapanbahwa prestasi maupun nilai yang didapatsecara kelompok. Dari hasil pengamatan telahterjadi kreatifitas dan keaktifan siswa secaramental maupun motorik, karena kegiatanpembelajaran yang dilakukan dengan modelpembelajaran kooperatif Tipe STAD perlukecermatan dan ketepatan.

Hasil antara kondisi awal dengan siklus Imenyebabkan adanya perubahan walau belumbisa optimal, hal ini ditandai denganpeningkatan jumlah siswa yang mencapaiketuntasan belajar . Dari hasil tes akhir siklus Iternyata lebih baik dibandingkan dengantingkat ketuntasan belajar siswa pada kondisiawal atau sebelum dilakukan tindakan.Perbandingan tersebut dapat disajikan padatabel berikut.

Tabel 16. Perbandingan Kegiatan dan Hasil Pada Pra Siklus dan Siklus INO Pra Siklus Siklus I1 Tindakan Tindakan

Pembelajaran konvensional , tanpamenggunakan model pembelajaran yangcocok

Penerapan Pembelajaran dengan menggunakanmodel pembelajaran kooperatif Tipe STADdipandu dengan LKS.

1 Hasil Belajar Hasil Belajar Ketuntasan Ketuntasan Tuntas : 4 (17,39%) Tuntas : 10 (43,48%)

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 103: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

102

A.rani, S.Pd* adalah Guru SMP Babul Istiqamah Susoh

Belum tuntas : 19 (82,61%) Belum tuntas : 13 ( 56,52%) Nilai Tertinggi :80 Nilai Tertinggi : 90 Nilai terendah :40 Nilai terendah : 50 Nilai rata- rata : 56,30 Nilai rata- rata : 69,13

RefleksiNilai rata- rata meningkat 12,83%

= 12,83/56,30 x100% =22,79%2 Proses belajar Proses belajar

Proses pembelajaran pasif Proses pembelajaran ada perubahan , siswa mulaiaktif

Siswa kurang terlibat dalam prosespembelajaran

Siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran

Siswa hanya mendengarkan , kadangmencatat

Siswa mencari dan menemukan materi,mencatathal-hal penting dan mengkomunikasikan antarteman .

Belum memanfaatkan modelpembelajaran yang tepat

Sudah memanfaatkan metode pembelajaran sesuaimateri

Belum tumbuh kreatifitas dan kerjasamaantar teman

Kreatifitas, kerjasama, tanggung jawab mulaitampak

Sebagian kecil indera yang aktif Sebagian besar alat indera aktif

Dari hasil refleksi siklus I dapat disimpulkanbahwa melalui penerapan pembelajarandengan menggunakan model pembelajarankooperatif Tipe STAD, hasil belajar siswamengalami peningkatan baik dalam mencapaiketuntasan belajar yaitu dari 19 siswa belumtuntas pada pra siklus, mengalami peningkatanpada siklus I menjadi 13 siswa yang belumtuntas. Sedangkan nilai rata–rata kelas adakenaikan sebesar 22,79%. Pada siklus I inibelum semua siswa mencapai ketuntasan.

Pembahasan Siklus IIHasil tindakan pembelajaran pada siklus

II berupa hasil tes dan non tes, Berdasarkanhasil observasi yang dilaksanakan oleh penelititerhadap pelaksanaan siklus II diperolehketerangan sebagai berikut.1. Hasil Belajar

Dari pelaksanan tindakan siklus II dapatdiketahui bahwa yang mendapatkan nilaisangat baik (A) adalah 21,74% atau 5 siswa,sedangkan yang mendapat nilai baik (B)adalah 65,22% atau 15 siswa. Dan yangmendapat nilai C (cukup) adalah 13,04% atausebanyak 3 siswa.Sedangkan yang mendapatnilai D dan E tidak ada. Sedangkan nilai rata-rata kelas 84,35.2. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran pada siklus II sudahmenunjukkan semua siswa terlibat aktif dalam

kegiatan pembelajaran. Hal ini dikarenakansekalipun kegiatan bersifat kelompok namunada tugas individual yang harus dipertanggungjawabkan, karena hasil kemampuan siswadipresentasikan di muka kelas antar kelompok.Dari hasil pengamatan telah terjadi kreatifitasdan keaktifan siswa secara mental maupunmotorik, karena kegiatan pembelajaran yangdilakukan dengan menggunakan modelpembelajaran kooperatif Tipe STAD dapatmeningkatkan hasil belajar siswa. Adainteraksi antar siswa secara individu maupunkelompok , serta antar kelompok. Masing-masing siswa ada peningkatan latihanberdiskusi dan bisa mengkaitkan dengan matapelajaran lain maupun pengetahuan umum,sehingga siswa terlatih ketrampilan berdiskusi.Ada persaingan positif antar kelompok danindividu untuk mendapatkan penghargaan danmenunjukkan jati diri siswa.

Hasil antara siklus I dengan siklus II adaperubahan secara signifikan, hal ini ditandaidengan peningkatan jumlah siswa yangmencapai ketuntasan belajar, dari hasil tesakhir siklus II ternyata lebih baikdibandingkan dengan tingkat ketuntasanbelajar siswa pada siklus I.Peningkatan hasil belajar maupun ketuntasan

tersebut dapat disajikan pada Tabel18 dibawahini.

A.Rani, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Teks Teks Iklan

Page 104: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

103

A.rani, S.Pd* adalah Guru SMP Babul Istiqamah Susoh

Tabel 17. Perbandingan kegiatan dan hasil pada siklus I dan siklus IINO Siklus I Siklus II1 Tindakan Tindakan

Pembelajaran dengan menggunakanmodel pembelajaran kooperatif TipeSTAD dengan panduan teks iklan.

Pembelajaran dengan menggunakan modelpembelajaran kooperatif Tipe STAD denganpanduan LKS

2 Hasil Belajar Hasil Belajar Ketuntasan Ketuntasan Tuntas : 10 (43,48%) Tuntas : 20 (86,96%) Belum tuntas :13 (56,52%) Belum tuntas : 3 (13,04%)

Nilai Tertinggi : 90 Nilai Tertinggi : 100 Nilai terendah : 50 Nilai terendah : 60 Nilai rata- rata : 69,13 Nilai rata- rata : 84,35

RefleksiNilai rata - rata meningkat 15,22%= 15,22/69,13 x100% =22,02%

2 Proses belajar Proses belajar Proses pembelajaran ada perubahan, siswa

mulai aktif Proses pembelajaran siswa aktif dan kreatif

serta cekatan Siswa terlibat langsung dalam proses

pembelajaran Siswa terlibat langsung dalam proses

pembelajaran, dan masing- masing siswapunya tugas mandiri

Siswa mencari dan menemukan materi,mencatat serta mengkomunikasikan antarteman dalam kelompok maupun antarkelompok

Siswa mencari dan menemukanmateri,mencatat dan mengkomunikasikandan mendemontrasikan hasil penyelesaiansecara kompetitif antar teman dalamkelompok maupun antar kelompok

Belum memanfaatkan mediapembelajaran sesuai materi

Sudah memanfaatkan media pembelajaransesuai materi yaitu pias- pias peta yangdiperagakan

Kreatifitas, kerjasama ,tanggung jawabmulai tampak.

Kreatifitas, kerjasama, tanggung jawab danide, kecermatan, ketepatan dan kecepatanmuncul

Sebagian besar alat indera aktif Semua alat alat indera aktif, baik mentalmaupun fisik

Dengan melihat perbandingan hasil tes siklus Idan siklus II ada peningkatan yang cukupsignifikan, baik dilihat dari ketuntasan belajarmaupun hasil perolehan nilai rata-rata kelas.Dari sejumlah 23 siswa masih ada 3 siswayang belum mencapai ketuntasan, hal inimemang 3 siswa tersebut harus mendapatkanpelayanan khusus, namun sekalipun 3 siswaini belum mencapai ketuntasan, di sisi laintetap bergairah dalam belajar. Sedangkanketuntasan ada peningkatan sebesar 26,09%dibandingkan pada siklus I

Sedangkan nilai tertinggi pada siklus IIsudah ada peningkatan dengan mendapat nilai85-100 sebanyak 8 siswa, hal ini karena ke-8

siswa tersebut di samping mempunyaikemampuan cukup, didukung rasa senang dandalam belajar, sehingga mereka dapat nilaiyang optimal. Dari nilai rata-rata kelas yangdicapai pada siklus II ada peningkatan sebesar15,22% dibandingkan nilai rata- rata kelaspada siklus I. Secara umum dari hasilpengamatan dan tes sebelum pra siklus, hinggasiklus II, dapat disimpulkan bahwa melaluipenerapan model pembelajaran kooperatifTipe STAD pada kompetensi dasarmembedakan fakta dengan opini dalam teksiklan di surat kabar melalui kegiatan membacaintensif dapat meningkatkan hasil belajarbahasa Indonesia sebesar 28,05%.

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 105: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

104

A.rani, S.Pd* adalah Guru SMP Babul Istiqamah Susoh

C. Hasil PenelitianDari hasil penelitian, dapat dilihat dan

telah terjadi peningkatan pemahamanmembedakan fakta dengan opini dalam teksiklan di surat kabar pada siswa kelas IX-2SMP Babul Istiqamah Susoh pada semester I(ganjil) tahun pelajaran 2014/2015, melaluipenerapan model pembelajaran kooperatifTipe STAD. Peningkatan nilai rata-rata yaitu56,30 pada kondisi awal menjadi 69,13 padasiklus I dan menjadi 84,35 pada siklus II. Nilairata-rata siklus I meningkat 12,83% darikondisi awal, nilai rata-rata siklus IImeningkat 15,22% dari siklus I. Sedangkanketuntasan belajar pada siklus I adapeningkatan sebesar 26,09% dari kondisi awal,siklus II meningkat 43,48% dari siklus I.Peningkatan nilai rata-rata kelas secarakeseluruhan sebesar 69,57%

Pada akhir pembelajaran terdapatperubahan positif pada siswa mengenaipemahaman membedakan fakta dengan opinidalam teks iklan dengan menggunakan modelpembelajaran kooperatif Tipe STAD, ternyatamampu meningkatkan hasil belajar bahasaIndonesia pada kompetensi dasar membedakanfakta dengan opini dalam teks iklan di suratkabar melalui kegiatan membaca intensif.

KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini dapatdisimpulkan bahwa penggunaan modelpembelajaran kooperatif Tipe STAD dapatmeningkatkan hasil belajar siswa matapelajaran bahasa Indonesia, khususnyakompetensi dasar membedakan fakta denganopini dalam teks iklan di surat kabar melaluikegiatan membaca intensif pada siswa kelasIX-2 SMP Babul Istiqamah Susoh, tahunpelajaran 2014/2015. Pada akhir siklus I, siswayang mencapai ketuntasan belajar sebanyak43,48% (10 siswa) dan siswa yang belumtuntas sebanyak 56,52% (13 siswa), sedangkanpada akhir siklus II sebanyak 86,96% (20siswa) dan sebanyak 13,04% (3 siswa) belummencapai ketuntasan belajar. Dengan nilairata-rata kelas siklus I 69,13 dan rata-ratakelas siklus II 84,35. Adapun hasil non tespengamatan proses belajar menunjukkanperubahan siswa lebih aktif selama prosespembelajaran berlangsung. Secara keseluruhanrata-rata kelas mencapai kenaikan sebesar28,05%, dan ketuntasan belajar siswa secara

keseluruhan mencapai peningkatan sebesar69,57% jika dibandingkan dengan kondisiawal.

B. SaranBerkaitan dengan simpulan hasil

penelitian di atas, maka dikemukakan saranbahwa guru hendaknya menerapkan modelpembelajaran kooperatif Tipe STAD sesuaidengan materi yang diajarkan, untukmeningkatkan hasil belajar dengan kompetensidasar membedakan fakta dengan opini dalamteks iklan di surat kabar melalui kegiatanmembaca intensif. Selain itu guru hendaknyadapat menggunakan model pembelajaran yangsesuai dengan materi ajar dengan bantuan teksiklan yang dipilih dan LKS.

DAFTAR PUSTAKAAnitah, 2008. Strategi Pembelajaran di SMP .

Jakarata: Universitas TerbukaArikunto, Suharsini, 1991. Prosedur

Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta.

BNSP , 2007. Pedoman Penilaian HasilBelajar di SMP. Jakarta: Depdiknas.

Budimansyah, Dasim. 2002. ModelPembelajaran dan Penilaian. Siliwangi:HDB.

Dahar, RW. 1998. Teori – teori Belajar.Jakarta: Depdikbud

Depdiknas. 2005. Kamus Besar BahasaIndonesia. Jakarta : Edisi ke- 3: BalaiPusataka.

Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi danKompetensi Dasar Mata pelajaranBahasa Indonesia. Jakarta:Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono.1992. Strategi BelajarMengajar. Jakarta: Depdikbud.

Dinas Prop Jateng, 2004. Model- ModelPembelajaran dan Penilaian.Makalah disampaikan pada BintekGuru SMP bidang studi Fisika

Hidayat,Komarudin.2002.Active Learning.Yogyakarta: Yappendi.

Pahyono, dkk. 2005. Strategi Pembelajaranefektif , Model pembelajaran Nurhadi,dkk. 2002. Bahasa Indonesia untukSMP Kelas IX. Jakarta: Erlangga.

Oemar, Hamalik.1993.Metode Mengajar danKesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung:Tarsito.

A.Rani, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Teks Teks Iklan

Page 106: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

105

A.rani, S.Pd* adalah Guru SMP Babul Istiqamah Susoh

Rahim, Farida. 2005. Pengajaran Membaca diSekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudjana,Nana. 2005. Cara Belajar Siswa Aktifdalam Proses Belajar Mengajar.Bandung: Sinar Bumi Algesindo.

Sudikin, dkk. 2002. Manajemen TindakanKelas. Surabaya: Insan Cendekia.

Suryabrata, Sumadi. 1989. PysikologiPendidikan. Yokyakarta: Andi Offset.Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan

Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 107: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

106

Aidar, S.Pd* adalah Guru SD Negeri 12 Blangpidie

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATERI ORGAN PERNAFASANMELALUI METODE ALAT PERAGA KELAS V

SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PADA SDNEGERI 12 BLANGPIDIE KABUPATEN

ACEH BARAT DAYA

OlehAidar*

AbstrakBerdasarkan pengalaman di lapangan, pembelajaran IPA secara konvensional kurangmendapat perhatian dan simpati dari peserta didik dibanding dengan mata pelajaran olahraga, kesenian atau ketrampilan. Waktu pelajaran berlangsung banyak peserta didik yangkurang memperhatikan dengan sungguh-sungguh, berbicara dengan temannya, ataumelakukan kegiatan-kegiatan lain yang tidak terfokus pada mata pelajaran. Hal ini sangatmerepotkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran, sebab guru disibukkan denganurusan penertiban suasana kelas yang kurang mendukung. Sehingga penyampaian materikurang maksimal dan siswa juga tidak bisa memahami materi pelajaran secara maksimalpula. Karena itu penulis berinisiatif melakukan perbaikan pembelajaran melalui PenelitianTindakan Kelas (Classroom Action Research). Di samping memperbaiki pemahaan siswapenelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar melalui alat peraga pada siswakelas V SD Negeri 12 Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya. Metode alat peraga dipilihuntuk memperbaiki pembelajaran karena terbukti mampu membangkitkan hasil belajarsiswa dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian berdampak pada peningkatanpemahaman materi dan peningkatan prestasi belajar siswa. Terbukti sebelum menggunakanalat peraga diperoleh data awal hasil tes akhir siswa dari 15 siswa kelas V semester I SDNegeri 12 Blangpidie masih jauh dari harapan yaitu kurang dari 50 % ketuntasan belajaryang seharusnya 85%. Keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan jugarendah hanya 32% targetnya adalah 80% sampai 90%. Setelah menggunakan media gambarpada siklus II perbaikan pembelajaran menunjukkan 85% siswa mencapai ketuntasanbelajar dan tingkat keaktifan siswa dalam bertanya 75% kemampuan menjawab pertanyaan83% itu merupakan pencapaian yang memuaskan penulis. Dengan demikian apa yangpenulis harapkan telah tercapai dengan melakukan perbaikan pembelajaran melaluipenelitian tindakan kelas ini yaitu suatu peningkatan prestasi belajar.

Kata Kunci : Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa, Metode Alat Peraga.

PENDAHULUANPendidikan di Indonesia mempunyai arah

dan tujuan yang sesuai dengan falsafah bangsaIndonesia yaitu pancasila. Tujuan PendidikanNasional adalah untuk meningkatkanketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,Kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budipekerti, Memperkuat kepribadian dan cintatanah air, dapat menumbuhkan manusiapembangunan yang dapat membangun dirinyasendiri serta bertanggung jawab ataspembangunan bangsa. Setiap warga NegaraIndonesia berhak memperoleh pendidikan

yang baik dan berkesinambungan sesuaidengan tingkat perkembangannya.

Menurut Imanuddin (1990:40)pendidikan merupakan salah satu faktor bagikehidupan suatu bangsa, karena pendidikandapat menciptakan manusia yang terampildalam pembangunan serta mampu berpikirkritis. Pendidikan dapat menentukan majumundurnya proses pembangunan suatu bangsa.Pendidikan merupakan faktor yang palingbesar peranannya dalam kehidupan danperkembangan suatu bangsa. Denganpendidikan dapat mendorong dan menentukanmaju mundurnya pelaksanaan pembangunan

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 108: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

107

Aidar, S.Pd* adalah Guru SD Negeri 12 Blangpidie

bangsa dalam segala bidang. Oleh karena itu,pemerintah berupaya terus untuk pemerataanpendidikan dan peningkatan mutunya. Olehkarena itu, pelaksanaan program pengajaranmerupakan salah satu faktor yang sangatmenentukan terhadap keberhasilan pengajaran.Sebab bagaimanapun baiknyaperencanaan/penyusunan yang dibuat tanpaditunjang oleh pelaksanaan yang baik makatujuan yang akan diharapkan relatif kurangsempurna.

Disadari atau tidak penggunaan satuanpelajaran dalam pelaksanaan pendidikanformal disekolah-sekolah sangat menunjangkeberhasilan proses belajar mengajar dalamjangka waktu yang ditentukan sebelumnya.Penggunaan dan penerapan satuan pelajaransangat membantu seorang guru dalammempersiapkan berbagai macam kebutuhanyang menyangkut dengan proses belajarmengajar yang akan berlangsung seperti,pemilihan alat, bahan-bahan, media, sumberdan materi pelajaran sesuai dengan waktuyang telah ditetapkan dan dapat dijalankanseefektif dan seefesien mungkin.

Sebenarnya ada banyak faktor penyebabyang dapat mempengaruhi keberhasilan studimurid dan faktor-faktor tersebut dapatdigolongkan kedalam dua macam yaitu faktoryang berasal dari dalam murid (internal) danfaktor yang berasal dari luar diri murid(eksternal). Adapun faktor yang berasal darimurid adalah Bakat, minat, intelegensi,motivasi. Adapun faktor yang berasal dari luarmurid (eksternal) adalah : lingkungan sekolah,masyarakat dan keluarga.

Misalnya dalam materi Organ Pernafasanpada kompetensi Dasar Organ Pernafasan padamanusia siswa lebih cepat mengerti danmemahami dengan cara langsung melihat cartapernafasan tersebut. Contohnya :hidung,batang tenggorokan dan paru-paru dansebagainya. Siswa SD kelas V lebih mudahmemahami segala sesuatu yang berhubungandengan pernafasan tersebut, dibandingkanhanya dengan melihat gambar yang disajikandipapan tulis atau buku saja.

Mereka lebih termotivasi untukmengetahui lebih dengan melihat sekaligusmemegang langsung. Dan memudahkanseorang guru dalam mengajar ataupunmenjelaskan pelajaran.

Berdasarkan latar belakang danpermasalahan yang dipaparkan diatas, maka

kajian tentang pemanfaatan Alat peraga dalamproses pengajaran IPA sangat penting diteletiuntuk mengetahui pengaruhnya terhadapprestasi belajar siswa. Atas dasar itulah, makapenulis tertarik untuk mengadakan penelitianyang berjudul “ Pengaruh alat peraga terhadappemahaman siswa dalam materi organpernafasan siswa kelas V pada SD Negeri 12Blangpidie Kecamatan Blangpidie KabupatenAceh Barat Daya.

Berdasarkan latar belakang masalah yangtelah diungkapkan diatas, maka yang menjadirumusan dalam penelitian ini adalah sebagaiberikut “Apakah prestasi belajar kelas V SDNegeri 12 Blangpidie yang menggunakan alatperaga lebih baik dari pada prestasi belajarsiswa yang tidak menggunakan alat peraga?”.

Adapun yang menjadi Tujuan penelitianini adalah untuk:1. Mengetahui pengaruh penggunakan alat

peraga dalam bidang studi IPA terhadappeningkatan prestasi belajar IPA padamateri organ pernafasan di Kelas V SDNegeri 12 Blangpidie KecamatanBlangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya.

2. Meningkatkan prestasi belajar siswa IPApada konsep organ pernafasan melaluiproses pembelajaran alat peraga pada siswakelas V SD Negeri 12 Blangpidie.

3. Meningkatkan hasil belajar IPA padakonsep organ pernafasan melalui prosespembelajaran alat peraga pada siswa kelasV SD Negeri 12 Blangpidie KecamatanBlangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya.

METODE PENELITIANA. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 12Blangpidie, siswa kelas V semester I SDNegeri 12 Blangpidie. Alasan penetapan kelasV semester I sebagai tempat penelitian adalahmasalah ketidak mampuan siswa dalammemahami materi organ pernafasan padamanuasia pada siswa di kelas tersebut. Dengantujuan penelitian ini adalah untukmemperbaiki proses pembelajaran matapelajaran IPA, khususnya pada kompotensidasar Mengindentifikasikanmengindentifikasikan fungsi organ pernafasanpada manusia

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 109: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

108

Aidar, S.Pd* adalah Guru SD Negeri 12 Blangpidie

B. Subjek PenelitianBerdasarkan judul penelitian yaitu

“Meningkatkan hasil belajar siswa kelas Vsemester I tahun 2015/2016 materi OrganPernafasan Manusia melalui metode alatperaga.di SD Negeri 12 Blangpidie“ makasubyek penelitiannya adalah siswa kelas V SDNegeri 12 Blangpidie tahun pelajaran2015/2016 yang berjumlah 15 siswa.

C. Sumber DataSumber data dalam penelitian ini adalah

siswa sebagai subjek penelitian data yangdikumpulkan dari siswa meliputi tes tertulis,Tes tertulis dilaksanakan pada setiap akhirsiklus yang terdiri atas Materi Organpernafasan, selain siswa sebagai sumber datapenulis juga menggunakan teman-temansejawat sesama guru kelas sebagai sumberdata.

D. Tehnik Pengumpulan DataDalam penelitian ini penulis

menggunakan beberapa tehnik penelitian,adapun tehnik penelitian yang penulis gunakandalam penelitian ini yaitu diantaranya:Observasi, Angket, Pretes dan Postes.1. Observasi dilakukan untuk mengamati

aktivitas siswa selama kegiatan belajarmengajar berlansung. Dari observasitersebut dapat dilihat peningkatan minatbelajar dan peningkatan kerjasama antarsiswa dalam pelaksanaan pembelajaran.Observasi dilakukan melalui pengamatandisertai penelitian secara sistimatisterhadap fnomena yang diselidiki. Tehnikini dimaksudkan untuk mendekatikenyataan praktis yang berlangsungdilokasi penelitian, karena itu tehnik iniakan diarahkan untuk melihat gambaranumum lokasi penelitian. Selain itu akanditeliti pula berbagai masalah berkaitandengan pembahasan penelitian ini. StudiKepustakaan . Studi Kepustakaan inidigunakan sebagai data pelengkap primeruntuk memperoleh pembendaharaankerangka pemikiran dengan caramengutip langsung atau menyimpulkanlangsung dari buku yang berkaitan judulproposal ini.

2. Angket merupakan tehnik pengumpulandata dengan menggunakan daftarpertanyaan yang harus dijawab ataudikerjakan oleh objek penelitian.Sebab

angket menurut Suharsini Arikunto(1992: 124) adalah sejumlah pertanyaantertulis yang digunakan untukmemperoleh imformasi dari tanggapansiswa dan merupakan laporan tentang halyang diketahuinya. Dengan demikianangket bisa berupa pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataanPelaksanaannya dengan caramenyandarkan suatu daftar pertanyaandan jawaban kepada sejumlah siswauntuk mendapatkan tanggapan mengenaiminat siswa dalam belajar khususnyabidang studi IPA.

3. Jurnal harian (catatan Harian). Seluruhkegiatan dalam proses pembelajarantidak semuanya tercantum dalamlembaran observasi. Oleh karena itudilengkapi lagi dengan jurnalharian/catatan harian yang merupakanalat bantu perekam yang palingsederhana dan memuat prilaku khusussiswa maupun permasaalahan yang dapatdi jadikan pertimbangan bagipelaksanaan langkah-langkah berikutnya.

4. Tehnik Analisis. Data setelah datatentang minat dalam belajar siswa matapelajaran Pendidikan IPA, maka akandiadakan analisis data, Sehubungandengan penelitian ini melibatkan duavariabel sehingga penyusun mengadakananalisis data secara logika sertamengadakan analisis denganmenggunakan pendekatan sistimatisdengan langkah-langkah sebagai berikut:XY: Angka indeks kolerasi antaravariabel X dan variabel Y : jumlah darihasil perkalian antara deviasi dari skor-skor variabel X (yaituX) dan deviasi dariskor-skor variabel Y (yaitu Y) SDx :deviasi standar dari variabel XSDy:deviasi standar dari variable YN:Numberofehase.

E. Validasi DataValidasi data meliputi validasi hasil

belajar dan validasi proses pembelajaran.1. Validasi hasil belajar

Validasi hasil belajar dikenakan padainstrumemn yang berupa tes. Validasi inimeliputi validasi teoritis dan validasiempiris. Validasi teoritis artinyamengadakan analisis instrumen yang terdiriatas fase validaty (tampilan tes), content

Aidar, Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Materi Organ Pernapasan

Page 110: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

109

Aidar, S.Pd* adalah Guru SD Negeri 12 Blangpidie

validaty (validasi isi) dan contruct validaty(validasi kontruksi).

Validasi empiris artinya analisisterhadap butir-butir tes,yang dimulai dariperbuatan kisi-kisi soal, penulisan butir-butir soal, kunci jawaban dan kriteriapemberian skor.

2. Validasi proses pembelajaranValidasi proses pembelajaran

dilakukan dengan tehnik tringulasi yangmeliputi yaitu tringulasi sumber dantringulasi metode. Tringulasi sumberdilakukan dengan observasi te8 rhadapsubjek penelitian yaitu siswa kelas V SDNegeri 12 Blangpidie KecamatanBlangpidie Kabupaten Aceh Barat Dayadan kolaborasi dengan guru kelas yangmengajar mata pelajaran IPA.

Tringulasi metode dilakukan denganpenggunaan metode alat peraga. Metodealat peraga digunakan untuk memperolehdata pendukung yang diperlukan dalamproses pembelajaran Pendidikan IPA.

F. Analisis DataAnalisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tehnik analisis dekskriptifyang meliputi:1. Analisis deskriptif komperatif hasil belajar

dengan cara membandingkan hasil belajarpada siklus I dengan siklus II danmembandingkan hasil belajar denganindikator pada siklus I dan siklus II.

2. Analisis deskriptif kualitatif hasil observasidengan cara membandingkan hasilobservasi dan repleksi pada siklus I danSiklus II.

G. Prosedur PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian

tindakan kelas (classroom action research)yang ditandai dengan adanya siklus, adapundalam penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Setiapsiklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan,pengamatan dan refleksi.

1. SIKLUS Ia. Perencanaan ( planning)

Untuk mengatasi masalah yang telah teridentifikasi pada Bab I Pendahuluanpenulis merencanakan perbaikanpembelajaran sebagai berikut :

1. Bagaimana upaya guru untukmeningkatkan minat siswadalam pembelajaran secaraklasikal, kelompok dan individu.

2. Bagaimana upaya guru memperbaiki cara mengajarnya denganmenggunan metode penguasaanyang bervariasi.

3. Bagaimana upaya guru untukmeningkatkan tingkatpenguasaan siswa terhadapmateri pelajaran IPA melaluipenggunaan LKS dan lembarevaluasi.

4. Bagaimana penyusunan rencanapelaksanaan pembelajaran (RPP)

b. Pelaksanaan (acting)Pada PTK ini peneliti merencanakantindakan sebanyak 2 siklus terdiri darirangkaian kegiatan :

1. Pelaksanaan programpembelajaran sesuaindenganjadwal.

2. Proses pembelalajaran denganmenerapkan pembelajaranmetode alat peraga padakompotensi dasarMengindentifikasikanmengindentifikasikan fungsiorgan pernafasan pada manusia

3. Secara klasikal menjelaskanstrategi dalam pembelajaranmetode alat peraga dilengkapilembar kerja siswa (LKS)

4. Memotodekan strategi danlangkah-langkah pembelajaranmetode alat peraga

5. Mengadakan observasi tentangproses pembelajaran.

6. Mengadakan tes tertulis.7. Penilaian hasil tes tertulis.

c. Pengamatan (Observing), yaitumengamati proses pembelajaran danmenilai hasil tes sehingga diketahuihasilnya. Atas dasar hasil tersebutdigunakan untuk merencanakan tindaklanjut pada siklus berikutnya.

d. Repleksi (reflecting) yaitumenyampaikan pelaksanaan hasiltindakan pada siklus I.

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 111: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

110

Aidar, S.Pd* adalah Guru SD Negeri 12 Blangpidie

2. SIKLUS IIa. Perencanaan (planning), terdiri atas

kegiatan:1. Penyusunan rencana pelaksanaanpembelajaran (RPP).2. Penyiapan skenario pembelajaran.b. Pelaksanaan (acting), terdiri atas

kegiatan:1. Pelaksanaan program pembelajaran

sesuai dengan jadwal.2. Pembelajaran metode alat peraga

pada kompotensi dasarMengindentifikasikanmengindentifikasikan fungsi organpernafasan pada manusia.

3. Siswa untuk menerapkan strategipembelajaran Metode alat peraga.

4. Mengadakan observasi tentangproses pembelajaran.

5. Mengadakan tes tertulis.6. Penilaian hasil tes tertulis.

c. Pengamatan (observing), yaitumengamati proses pembelajaran dan

menilai hasil tes serta hasil prakteksehingga diketahuiu hasilnya.

d. Refleksi (reflecting), yaitumenyimpulkan pelaksanaan hasiltindakan pada siklus II.

HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian1. Deskripsi Awal Kemampuan (pra siklus)

Pembelajaran sebelum pelaksanaantindakan kelas, guru mengajar secarakonvensional. Guru cenderung mentransferilmu pada siswa, sehingga siswa pasif ,kurangkreatif, bahkan cendrung bosan. Disamping itudalam menyampaikan materi guru tampamelibatkan siswa dalam proses pembelajarandan kurang memberikan contoh-contoh soaldan latihan-latihan pada siswa serta belajarkurang menarik minat belajar siswa.Disamping itu dalam menyampaikan materiguru tidak pernah menugaskan siswa untukmaju kedepan secara individual atau secaraklasikal. Proses kegiatan pembelajaran dapatdigambarkan pada pembelajaran dibawah ini.

Gambar 1. Kegiatan Pembelajaran pada Pra Siklus

Melihat kondisi pembelajaran yangmenonton, suasana pembelajaran tampakkaku, berdampak pada nilai yang diperolehsiswa kelas V pada kompetensi dasarmengurutkan kalimat sebelum siklus I (prasiklus) seperti pada Tabel 2. Banyak siswa

belum mencapai ketuntasan belajar minimaldalam mempelajari kompetensi dasar tersebut.Hal ini diindenfikasikan pada nilai hasilbelajar di bawah kriteria ketuntasan minimal(KKM) sebesar 70.

Tabel 1. Nilai Tes Pra Siklus

NOHasil

(Angka)Hasil

(Huruf)Arti Lambang Jumlah Siswa Persen

1 85 - 10 A Sangat Baik - -

2 75 - 84 B Baik 2 13,33%

Aidar, Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Materi Organ Pernapasan

Page 112: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

111

Aidar, S.Pd* adalah Guru SD Negeri 12 Blangpidie

3 65 - 74 C Cukup 4 26,67%4 55 - 64 D Kurang 4 26,67%

5 < 54 E Sangat Kurang 5 33,33%

Jumlah Siswa 15 100%Sumber : Hasil data September 2015

Berdasarkan hasil analisis yang digambarkandalan Tabel 1 di atas diketahui bahwa jumlahsiswa yang mendapat nilai A (sangat baik)sejumlah 0% atau tidak ada, yang mendapatnilai B (Baik) 13,33% sebanyak 2 siswa danyang mendapat nilai C (Cukup) sebanyak26,67% atau 4 siswa dan nilai kurang 26,67%atau sebanyak 2 siswa, sedangkan yangmendapat nilai sangat kurang 33,33% atausebanyak 5 siswa.

Dari hasil tes seperti tersebut di atas,sebagaian besar siswa belum mencapaiketuntasan belajar hanya sebagian kecil yangtelah mencapai ketuntasan belajar. Dataketuntasan belajar pada kondisi awal dapatdiketahui pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Ketuntasan Belajar Pra Siklus

NoKetuntasan

Belajar

Jumlah Siswa

Jumlah Persen

1. Tuntas 2 13,33%2. Belum Tuntas 13 86,67%

Jumlah 15 100%Sumber : Hasil data September 2015

Berdasarkan data pada Tabel 2 tersebut di atas,diketahui bahwa siswa kelas VIII-2 yangmemiliki nilai kurang dari KKM 70, sebanyak20 siswa. Dengan demikian, jumlah siswayang belum mencapai ketuntasan belajarminimum untuk kompotensi dasarMengindentifikasikan mengindentifikasikanfungsi organ pernafasan.4 siswa (16,67%),sedangkan yang telah mencapai ketuntasansebanyak 20 siswa (83,33%).

Hasil nilai pra siklus I yang diperolehdari hasil tes awal dapat ditunjukkan sepertidalam tabel berikut ini :

Tabel 3. Rata-rata Hasil Tes Pra Siklus

NoKetuntasan

BelajarNilai

1. Nilai Trtinggi 80

2. Nilai Terendah 40Rata-Rata 60,67

Sumber : Hasil data September 2015

B. Deskripsi Hasil Siklus Ia. Perencanaan tindakan

Perencanaan tindakan dalam siklus I dapatdiuraikan sebagai berikut:Pemilihan materi dan penyusunan rencanapelaksanaan pembelajaran materi yangdipilih dalam penelitian ini adalah Organpernafasan. Berdasarkan materi yangdipilih tersebut kemudian disusun ke dalamrencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),Kompetensi dasar yang dipilih dalamsiklus I adalah tentang Mengindenfikasimengindentifikasikan fungsi organpernafasan manusia. Berdasarkan temayang telah dipilih tersebut kemudiandilanjutkan dengan perencanaanpelaksanaan pembelajaran (RPP). Masing-masing RPP diberikan alokasi waktusebanyak 4x35 menit, artinya setiap RPdisampaikan dalam 2 kali tatap muka.Dengan demikian selama siklus I terjadi 2kali tatap muka.

b. Pembentukan kelompok-kelompok belajarPada siklus 1,siswa dalam satu kelas dibagimenjadi 4 (empat) kelompok kecil denganmemperhatikan heterogenitas baikkemampuan,gender.

c. Pelaksanaan tindakanPelaksanaan Tindakan pada Siklus 1 dapatdideskripsikan sebagai berikut:1) Pelaksanaan Tatap Muka

Tatap muka 1 dan II dengan RPPdengan materi organ pernafasan.Metode pembelajaran yang digunakanadalah pembelajaran melalui model alatperaga dengan panduan LembaranKerja Siswa (LKS).ada pun langkah-langkah sebagai berikut:1. Guru secara klasikal menjelaskan

srategi pembelajaran yang harusdilaksanakan siswa.

2. secara kelompok siswa berkopetensimengambarkan organ pernafasan

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 113: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

112

Aidar, S.Pd* adalah Guru SD Negeri 12 Blangpidie

yang telah didesain.kelompok yangselesai terlebih dahulu bolehmemperagakan yel-yel atau punmenyanyikan aku sehat-aku pastisehat,aku tak mau putus asa-akupasti sehat.

3. Secara kelompok siswa mencari danmenemukan cara menyebutkanorgan pernafasan manusia.

4. Secara kelompok siswa berdikusimenyelesaikan LKS.

5. Secara kelompok siswa bertanyajawab antar kelompok untukmempresentasikan hasil kerjanya.

6. kelompok yang mendapat skorpaling tinggi mendapat hadiah.

7. Guru bmemberi umpan balek hasilpemahaman siswa terhadap materiyang dipelajari dengan mengadakanevaluasi berupa tes.

8. Guru menilai hasil evaluasi.9. Guru memberi tindak lanjut.

Gambar 2. Proses pembelajaran pada siklus I

Sekilas gambaran prosespembelajaran pada siklus I, guru tidaklagi menstrasfer materi pada siswa,tapisiswa secara aktif bekerja sama dalamkelompok untuk mecari materi sertamendiskusikanya.Siswa tampak aktifdan bergairah dalampembelajaran.dalam kegiatan inimereka saling bekerja sama danbertanggung jawab untuk berkompetisidengan kelompok lain dalammenyelesaikan Lembaran Kerja Siswasuasana pembelejaran lebihmenyenangkan nampak semua siswabergairah mengikuti pelajaran.

2) Wawancara

Wawancara dilaksanakan padasaat kegiatan tatap muka setelah selesaidiskusi.Kegiatan wawancaradilaksanakan oleh guru terhadapbeberapa anggota kelompok.wawancaradiperlukan untuk mengetahui sejauhmana perasaan siswa dalam memahamimateri organ pernafasan. Hasilwawancara juga digunakan sebagaibahan refleksi.

3) ObservasiObservasi dilakukan pada

keseluruhan kegiatan tatap muka,dalam hal ini observasi dilakukan olehobserver yaitu guru kelas (temansejawat) pada SD Negeri 12Blangpidie. Observasi dilaksanakanuntuk mengetahui secara detailkeaktifan, kerja sama, kecepatan danketepatan siswa dalam memahamimateri organ pernafasan. hasilobservasi digunakan sebagai bahanrefleksi dan untuk merencanakanrencana tindakan pada siklus II.

d. Hasil PengamatanHasil pengamatan pada siklus I dapat

dideskripsikan seperti pada tabel berikutini untuk memper jelas data hasil tes siklusI dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4. Nilai Tes Siklus I

NOHasil

(Angka)Hasil

(Huruf)Arti Lambang

JumlahSiswa

Persen

1 85 - 10 A Sangat Baik 3 20,00%2 75 - 84 B Baik 3 20,00%3 65 - 74 C Cukup 6 40,00%4 55 - 64 D Kurang 3 20,00%

5 < 54 E Sangat Kurang - -Jumlah Siswa 15 100%

Sumber : Hasil data Oktober 2015

Aidar, Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Materi Organ Pernapasan

Page 114: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

113

Berdasarkan data tabel di atas tergambarhasil tes siklus I, menunjukkan bahwa hasilyang mencapai nilai A (sangat baik) adalah 3siswa (20,00%), sedangkan yang mendapatnilai B (baik) adalah 3 siswa atau (20,00%),sedangkan dari jumlah 15 siswa yang masihmendapat nilai C (cukup) sebanyak 6 siswa(40,00%), sedangkan yang mendapat nilai D(kurang) ada 3 siswa (20,00%), sedangkanyang mendapat nilai D (sangat kurang) tidakada atau 0%.

Tabel 5. Ketuntasan Belajar Siklus I

NoKetuntasan

Belajar

Jumlah Siswa

Jumlah Persen

1. Tuntas 8 53,33%2. Belum

Tuntas7 46,67%

Jumlah 15 100 %Sumber : Hasil data Oktober 2015

Berdasarkan Tabel 5 ketuntasan belajar siswadari sejumlah 15 siswa terdapat 8 atau 53,33%yang sudah mencapai ketuntasan belajar.Sedangkan 7 siswa atau 46,67% belummencapai ketuntasan. Adapun dari hasil nilaisiklus I dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai

tertinggi adalah 90, nilai rendah 50, dengannilai rata-rata kelas sebesar 67,3 seperti padatabel dibawah ini :

Tabel 6. Rata-rata Hasil Tes Siklus I

NoKetuntasan

Belajar Nilai

1. Nilai Trtinggi 902. Nilai Terendah 503 Rata-Rata 67,3

Sumber : Data yang diolah Oktober 2015

e. RefleksiBerdasarkan hasil tes kemampuan awal

dengan hasil tes kemampuan siklus I dapatdilihat adanya pengurangan jumlah siswa yangmasih dibawah kriteria ketuntasan minimal.Pada pra siklus jumlah siswa yang di bawahKKM sebanyak 13 siswa dan pada akhir siklusI berkurang menjadi 7 siswa, nilai rata-ratakelas meningkat dari 60,67 menjadi 67,3.Jumlah siswa yang mencapai ketuntasanbelajar mengalami peningkatan jikadibandingkan siklus I, seperti pada tabel dibawah ini :

Tabel 7. Perbandingan Hasil Nilai Tes Pra Siklus dan Nilai Tes Siklus I

NOHasil

(Angka)Hasil

(Huruf)Arti Lambang

Jumlah Siswa yang Berhasil

Pra Siklus Siklus I1 85 - 10 A Sangat Baik - 32 75 - 84 B Baik 2 33 65 - 74 C Cukup 4 64 55 - 64 D Kurang 4 35 < 54 E Sangat Kurang -5 -

Jumlah Siswa 15 15Sumber : Hasil data Oktober 2015

Peningkatan ketuntasan belajar siswa tampakpada tabel dibawah ini, jika dibandingkan hasil

pra siklus dan siklus I dapat dilihat pada tabelberikut ini.

Tabel 8. Perbandingan Ketuntasan Belajar antara Pra Siklus dengan Siklus I

No Ketuntasan BelajarJumlah Siswa

Pra Siklus Siklus IJumlah Persen Jumlah Persen

1. Tuntas 2 13,33 8 53,332. Belum Tuntas 13 86,67 7 46,67

Jumlah 15 100% 15 100%

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 115: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

114

Aidar, S.Pd* adalah Guru SD Negeri 12 Blangpidie

Sumber : Hasil data Oktober 2015

Peningkatan hasil rata- rata kelas nampak ada perubahan pra siklus dengan siklus.Tabel 9. Perbandingan nilai rata-rata Pra Siklus dan Siklus I Rata-rata Hasil Tes Siklus I

No Ketuntasan Belajar Pra Siklus Siklus I

1. Nilai Trtinggi 80 902. Nilai Terendah 40 503 Rata-Rata 60,67 67,3

Sumber : Data yang diolah Oktober 2015

Berdasarkan data pada Tabel 9 di atas, dapatdisimpulkan bahwa pembelajaran denganmenggunakan metode penugasan mampumeningkatkan hasil belajar, khususnya padakompotensi dasar Mengindentifikasikanmengindentifikasikan fungsi organ pernafasan.Oleh karena itu, rata-rata kelaspun mengalamikenaikan menjadi 67,3. Walaupun sudahterjadi kenaikan seperti tersebut di atas, namunhasil tersebut belum optimal. Hal ini dapatterlihat dari hasil observasi bahwa dalamkegiatan pembelajaran masih terdapatbeberapa siswa yang kurang aktif dalammelakukan kegiatan pembelajaran, karenasebagian siswa karena sebagian siswa kurangmenguasai pembendaharaan kata, sehinggahasil kerjanya kurang maksimal. Oleh karenaitu, diperlukan upaya perbaikan pembelajaranpada siklus II.

C. DESKRIPSI HASIL SIKLUS IIBerdasarkan hasil Refleksi pada siklus I

maka pelaksanaan tindakan pada siklus IIdapat dideskripsikan sebagai berikut :1. Perencanaan tindakanPerencanaan tindakan dalam siklus II dapatdiuraikans sebagai berikut:a. Pemilihan materi dan penyusunan

rencana pelaksanaan pembelajaranDalam siklus II pada hakikatnyamerupakan perbaikan atas kondisi siklusI. materi pelajaran dalam siklus II adalahorgan pernafasan. Atas dasar materipelajaran tersebut kemudian dilanjutkandengan pembuatan rencana pelaksanaanpembelajaran (RPP). Alokasi waktu yangdibutuhkan untuk kegiatan tersebutadalah 4 x 35 menit dengan 2 kali tatapmuka

b. Pembentukkan kelompok siswa.Pada siklus II strategi pembelajaran yangdigunakan adalah pembelajaran dengan

menggunakan metode alat peragadikemas dalam bentuk kerja kelompok,sehingga dibagi menjadi 4 kelompokuntuk memperebutkan caramengambarkan carta organ pernafasan.

2. Pelaksanaan TindakanPelaksanaan tindakan pada siklus II dapatdideskripsikan sebagai berikut:a. Pelaksanaan tatap muka

Tatap muka I dan II dengan RPP tentangmateri pembelajaran yang gunakan adalahmetoda alat peraga. Adapun langkah-langkahnnya ada sebagai berikut;

1. Guru memberikan evaluasi atas kegiatanpembelajaran pada siklus I

2. Guru memberikan motivasi pentingnyastrategi alat peraga.

3. Guru melatih siswa untuk menggunakanmetode alat peraga

4. Mengevaluasi tugas latihan membuatcarta organ pernafasan dengan metodealat peraga.

5. Membimbing siswa untuk merangkumpelajaran

6. Guru memberikan evaluasi dengan tes7. Guru menilai hasil evaluasi

Gambar 3. Kondisi pembelajaran pada siklusII

Aidar, Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Materi Organ Pernapasan

Page 116: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

115

Aidar, S.Pd* adalah Guru SD Negeri 12 Blangpidie

b. WawancaraWawancara dilaksanakan pada saat siswamelakukan kegiatan pembelajaran.Wawancara diperlukan untuk mengetahuisejauh mana kemampuan siswa dalammemahami, memadukan dengan matapelajaran lain. Disamping itu wawancaradigunakan untuk mengidentifikasikesulitan-kesulitan yang dialami olehsiswa. Hasil wawancara digunakan sebagaibahan refleksi.

c. ObservasiObservasi dilaksanakan pada keseluruhankegiatan tatap muka. Dalam hal ini

observasi dilakukan oleh observer (temansejawat) yaitu guru kelas V SD Negeri 12Blangpidie. Observasi dilaksanakan untukmengetahui aktifitas siswa secara langsungdalam proses pembelajaran. Hasilobservasi digunakan sebagai bahanrefleksi.

3. Hasil PengamatanHasil pengamatan pada siklus II dapatdideskrketrampilanikan seperti pada Tabel 11berikut ini.

Tabel 10. Nilai Tes Siklus II

NOHasil

(Angka)Hasil

(Huruf)Arti Lambang Jumlah Siswa Persen

1 85 - 10 A Sangat Baik 6 40,00%

2 75 - 84 B Baik 5 33,33%3 65 - 74 C Cukup 4 26,67%4 55 - 64 D Kurang

5 < 54 E Sangat Kurang - -Jumlah Siswa 15 100%

Sumber : Hasil data November 2015

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa yangmendapatkan nilai sangat baik (A) adalah40,00% atau 6 siswa, sedangkan yangterbanyak yaitu yang mendapat nilai baik (B)adalah 33,33% atau 5 siswa. Dan yangmendapat nilai C (cukup) adalah 26,67% atausebanyak 4 siswa. Sedangkan yang mendapatnilai D dan E tidak ada. Jadi nilai rata-ratakelas 78,68. Ketuntasan belajar pada siklus IIdapat ditabulasikan seperti pada Tabel 12 dibawah ini.

Tabel 11. Ketuntasan Belajar Siklus II

NoKetuntasan

Belajar

Jumlah Siswa

Jumlah Persen

1. Tuntas 14 93,33%

2. Belum Tuntas 1 6,67%Jumlah 15 100%

Sumber : Hasil data November 2015

Berdasarkan data tersebut di atas diketahuibahwa siswa yang mencapai ketuntasansebanyak 15 siswa (93,33%) yang berartisudah ada peningkatan. Rata-rata kelas pun

menjadi meningkat Hasil Nilai Rata-rataSiklus II dapat diperjelas di bawah ini :

Tabel 12. Rata-rata Hasil Tes Siklus II

NoKetuntasan

BelajarNilai

1. Nilai Trtinggi 1002. Nilai Terendah 603 Rata-Rata 78,68

Sumber : Data yang diolah Oktober 2015

4. RefleksiBerdasarkan nilai hasil siklus I dan

nilai hasil siklus II dapat diketahui bahwapembelajaran dengan metode penugasan.dapatmeningkatkan hasil belajar ketrampilan,khususnya kompotensi dasarmengindentifikasikan fungsi organ pernafasanpada manusia Untuk lebih jelasnya pada Tabel13 berikut dipaparkan hasil refleksi padasiklus II.

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 117: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

116

Tabel 13. Perbandingan Hasil Nilai Tes Siklus I dan Siklus II

NO Hasil(Angka)

Hasil(Huruf)

Arti LambangJumlah Siswa yang Berhasil

Siklus I Siklus II1 85 - 10 A Sangat Baik 3 62 75 - 84 B Baik 3 53 65 - 74 C Cukup 6 44 55 - 64 D Kurang 3 -5 < 54 E Sangat Kurang - -

Jumlah Siswa 15 15Sumber : Hasil data November2015

Peningkatan ketuntasan belajar siswa tampakpada tabel dibawah ini, jika dibandingkan hasil

pra siklus dan siklus I dapat dilihat pada tabelberikut ini.

Tabel 14. Perbandingan Ketuntasan Belajar antara Siklus I dengan Siklus II

No Ketuntasan BelajarJumlah Siswa

Siklus I Siklus IIJumlah Persen Jumlah Persen

1. Tuntas 8 53,33 14 93,332. Belum Tuntas 7 46,67 1 6,67

Jumlah 15 100 % 15 100 %Sumber : Hasil data Oktober 2015

Peningkatan hasil rata- rata kelas nampakada perubahan siklus I dengan siklus II.Tabel 15. Perbandingan nilai rata-rataSiklus I dan Siklus II

NoKetuntasan

BelajarPra

SiklusSiklus I

1. Nilai Trtinggi 90 1002. Nilai Terendah 50 603 Rata-Rata 67,3 78,68

Jika dibandingkan antara keadaan kondisiawal, siklus I dan siklus II dapat dilihat bahwasaat kondisi awal rata- rata kelas sebesar 57,8,sedangkan nilai rata-rata kelas siklus I sudahada peningkatan menjadi 68,2 Adapunkenaikan rata–rata pada siklus II menjadi 81,8.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Sumber : Data yang diolah November 2015

Tabel 16. Perbandingan Hasil Tes Pra siklus, siklus I dan Siklus II

NO Hasil(Angka)

Hasil(Huruf)

Arti LambangJumlah Siswa yang Berhasil

Pra Siklus Siklus I Siklus II1 85 - 10 A Sangat Baik - 3 62 75 - 84 B Baik 2 3 53 65 - 74 C Cukup 4 6 44 55 - 64 D Kurang 4 3 -5 < 54 E Sangat Kurang 5 - -

Jumlah Siswa 15 15 15

Aidar, Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Materi Organ Pernapasan

Page 118: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

117

Aidar, S.Pd* adalah Guru SD Negeri 12 Blangpidie

Tabel 17. Perbandingan ketuntasan nilai rata-rata Pra siklus,siklus I dan siklus II

Sumber : Hasil data Nopember 2015

Atas dasar informasi pada tabel di atas, dapatdisimpulkan bahwa pembelajaran denganmenerapkan metode penugasan khususnyapada penguasaan kompotensi dasarmengindentifikasikan fungsi organ pernafasanpada manusia ada peningkatan.

D. Pembahasan Per Siklus1. Pembahasan Pra Siklus I

1) Hasil BelajarPada awalnya siswa kelas V, nilairata-rata pelajaran IPA rendahkhususnya kepada kompetensi organpernafasan. Yang jelas salah satunyadisebabkan karena luasnyakompetensi yang harus dikuasainyadan perlu daya ingat yang setiasehingga mampu menghafal dalamjangka waktu yang lama. Sebelumdilakukan tindakan guru memberi tes.Berdasarkan ketuntasan belajar siswadari sejumlah 15 siswa terdapat 2 atau13,33% yang baru mencapaiketuntasan belajar dengan skorstandar Kriteria Ketuntasan Minimal.Sedangkan 13 siswa 86,67% belummencapai Kriteria KetuntasanMinimal untuk kompetensi dasarmengindenfikasimengindentifikasikan fungsi organpernafasan manusia yang telahditentukan yaitu sebesar 70sedangkan hasil nilai pra siklusterdapat nilai rata-rata kelas 60,67.

2) Proses pembelajaranProses pembelajaran pada prasiklusmenunjukkan bahwa siswa masihpasif karena tidak diberi respon yangmenantang. Siswa masih bekerjasecara individual, tidak tampakkreatifitas siswa maupun gagasanyang muncul. Siswa terlihat jenuh

dan bosan tanpa gairah karenapembelajaran selalu menonton.

2. Pembahasan Siklus IHasil tindakan pembelajaran pada

siklus I, berupa hasil tes dan non tes.Berdasarkan hasil observasi yangdilakukan oleh peneliti terhadappelaksanaan siklus I diperoleh keterangansebagai berikut :

1) Hasil belajarDari hasil tes siklus I menunjukkanbahwa hasil yang mencapai nilai Asangat baik adalah 0 siswa (0%),sedangkan yang mendapat nilai B(baik) adalah 2 siswa (13,33%),sedangkan dari jumlah 15 siswa yangmasih mendapat nilai C (cukup)sebanyak 4 siswa (26,67%),sedangkan nilai D (kurang) 4 siswa(26,67%), sedangkan nilai E (sangatkurang) 5 siswa (33,33%).Berdasarkan ketuntasan belajar darisejumlah 15 siswa terdapat 8 atau53,33% yang sudah mencapaiketuntasan belajar. Sedangkan 7siswa atau 46,67% belum mencapatketuntasan. Adapun dari hasil nilaisiklus I dapat dijelaskan bahwaperolehan nilai rata-rata kelas 67,3

2) Proses pembelajaranProses pembelajaran pada siklus Isudah menunjukkan adanyaperubahan, meskipun belum semuasiswa belum terlibat aktif dalamkegiatan pembelajaran. Hal inidikarenakan kegiatan yang bersifatkelompok ada anggapan bahwaprestasi maupun nilai yang didapatsecara kelompok. Dari hasilpengamatan telah terjadi kreatifitiasdan keaktifan siswa secara mentalmaupun motorik, karena kegiatan

No UraianJumlah Siswa

Rata-RataTuntas

BelumTuntas

1. Pra Siklus 2 13 60,672. Siklus I 8 7 67,33 Siklus II 14 1 78,68

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 119: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

118

Aidar, S.Pd* adalah Guru SD Negeri 12 Blangpidie

pembelajaran yang dilakukan denganmenggambar perlu kecermatan danketrampilan. Ada interaksi siswasecara individu maupun kelompok,serta antar kelompok. Masing-masingsiswa ada peningkatan latihanbertanya dan menjawab antarkelompok, sehingga terlatihketrampilan bertanya jawab. Terjalinkerja sama inter dan antar kelompok.Ada persaingan positif antarkelompok mereka salingberkompetisi untuk memperolehpenghargaan dan menunjukkan untukjati diri pada siswa. Hasil antarakondisi awal dengan siklus Imenyebabkan adanya perubahanwalau belum bisa optimal, hal iniditandai dengan peningkatan jumlahsiswa yang mencapai ketuntasanbelajar. Dari hasil tes akhir siklus Iternyata lebih baik dibandingkandengan tingkat ketuntasan belajarsiswa pada kondisi awal atau sebelumdilakukan tindakan.

3. Pembahasan Siklus IIHasil tindakan pembelajaran pada siklus

II berupa hasil tes, Berdasarkan hasil observasiyang dilaksanakan oleh peneliti terhadappelaksanaan siklus I diperoleh keterangansebagai berikut:1). Hasil Belajar

Dari pelaksanaan tindakan siklus II dapatdiketahui bahwa yang mendapatkan nilaisangat baik (A) adalah 40,00% atau 6 siswa,sedangkan yang terbanyak yaitu yangmendapat nilai baik (B) adalah 26,67% atau 5siswa. Dan yang mendapat nilai cukup (C)adalah 20,00% atau 4 siswa. Sedangkan yangmendapat nilai D (kurang) dan E tidak ada.Sedangkan nilai rata-rata kelas 78,68.

2). Proses PembelajaranProses pembelajaran pada siklus II sudah

menunjukkan semua siswa terlibat aktif dalamkegiatan pembelajara. Hal ini dikarenakansekalipun kegiatan bersifat kelompok namunada tugas individu yang dipertanggungjawabkan, karena ada kompetisi kelompokmaupun kompetisi individu. Dari hasilpengamatan telah terjadi kreatifitas dankeaktifan siswa secara mental atau motorik.Karena kegiatan pembelajaran yang dilakukandengan alat peraga perlu kecermatan dan

ketrampilan. Ada interaksi antar siswa secaraindividu maupun kelompok, serta antarkelompok, Masing-masing siswa adapeningkatan latihan bertanya jawab dan bisamengkaitkan dengan mata pelajaran lainmaupun pengetahuan umum, sehinggadisamping terlatih ketrampilan bertanya jawab,siswa terlatih berargumentasi. Ada persainganpositif antar kelompok untuk penghargaan danmenunjukkan jati diri pada siswa, hasil antarasiklus I dengan siklus II ada perubahan secarasignifikan, hal ini ditandai dengan adanyapeningkatan jumlah siswa yang mencapaiketuntasan belajar, dari hasil tes siklus IIternyata lebih baik dibandingkan dengantingkat ketuntasan belajar siswa pada siklus I.

Dari hasil refleksi siklus I dapatdisimpulkan bahwa melalui penerapanpembelajaran alat peraga siswa mengalamipeningkatan baik dalam mencapai ketuntasanbelajar yaitu dari 13 siswa belum tuntas padapra siklus 2 siswa yang sudah tuntas.Sedangkan nilai rata–rata kelas ada kenaikansebesar 6,63%. Pada siklus I ini belum semuasiswa mencapai ketuntasan karena adasebagian siswa berpandangan bahwa kegiatanyang bersifat kelompok, penilaiannya jugakelompok.

Dengan melihat perbandingan hasil tessiklus I dan siklus II ada peningkatan yangcukup signifikan, baik dilihat dari ketuntasanbelajar maupun hasil perolehan nilai rata- ratakelas. Dari sejumlah 15 siswa masih ada 1siswa yang belum mencapai ketuntasan, hal inimemang kedua siswa tersebut harusmendapatkan pelayanan khusus, namunsekalipun 1 siswa ini belum mencapaiketuntasan, di sisi lain tetap bergairah dalambelajar. Sedangkan ketuntasan adapeningkatan sebesar 40% dibandingkan padasiklus I

C. Hasil PenelitianDari hasil penelitian, dapat dilihat dan

telah terjadi peningkatan pemahaman organpernafasanpada manusia. kelas V SD Negeri12 Blangpidie pada semester I tahun pelajaran2015/2016 melalui penerapan pembelajaranalat peraga. Peningkatan nilai rata- rata yaitu60,67 pada kondisi awal menjadi 67,3 padasiklus I dan menjadi 78,68 pada siklus II. Nilairata-rata siklus I meningkat 6,63 % darikondisi awal, nilai rata-rata siklus IImeningkat 11,38 % dari siklus I..

Aidar, Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Materi Organ Pernapasan

Page 120: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

119

Aidar, S.Pd* adalah Guru SD Negeri 12 Blangpidie

Pada akhir pembelajaran terdapatperubahan positif pada siswa mengenaiMengindentifikasikan fungsi organ pernafasanmanusia Dengan menggunakan pembelajaranAlat peraga ternyata mampu meningkatkanhasil belajar IPA pada kompetensi dasarmengindentifikasikan fungsi organ pernafasanmanusia ada peningkatan..

KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakankelas dengan menggunakan modelpembelajaran alat peraga dapat meningkatkanminat atau motivasi belajar siswa, yang manasebelum dilakukan tindakan kelas pasif danproses pembelajaran disominasi oleh guru.Setelah dilakukan tindakan kelas siswa sudahaktif dan guru hanya sebagai fasilisator. Dalamproses belajar mengajar siswa sudah aktifbertanya dan memberi tanggapan, sebelumnyasiswa kurang bertanya dan memberitanggapan. Hasil berlajar siswa jugamengalami peningkatan yang mana sebelumdilakukan tindakan siswa yang memperolehnilai 70 tidak sampai 60% setelah dilakukantindakan mencapai 78,68%. Hal inimenunjukakkan keberhasilan dalam prosesbelajar mengajar.

B. SaranPenulis berharap dengan menggunakan

model pembelajaran alat peraga dapatmeningkatkan hasil atau keaktifan belajarsiswa dan memberikan yang terbaik kembalibagi sekolah. Berdasarkan hasil penelitianyang telah dilakukan diharapkan kepada guru-guru IPA agar menggunakan metode alatperaga.

DAFTAR PUSTAKAAhmadi, Abu. 1984. Didaktik Metodik.

Semarang, CV. Toha Putera.Anita Lie. 2004. Cooperative Learning.

Jakarta, Grasindo.Dimyati. 1999. Belajar dan Pembelajaran.

Jakarta, PT. Rineka Cipta.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.

1982. Alat Penilaian KemampuanGuru I. Jakarta: ProyekPengembangan Pendidikan Guru.

Boediono. 2002. Kegiatan Belajar Mengajar.Jakarta: Puskur. Balitbang Depdiknas: dalam

Makalah Kurikulum Berbasis Kompetensi.http://www.or.id/data/BukuKBM.Pdf.

De Porter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2000.Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.

------------. Quantum Learnin. 2000. Bandung:Kaifa.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru danAnak Didik dalam Interaksi Edukatif.Jakarta: PT. Rineka Cipta.

E. Mulyasa. 2002. Kurikulum BerbasisKompetensi Konsep, Karakteristik,Implementasi dan Inovasi. Bandung:PT. Remaja Rosda Karya.

Ibrahim, Nurdin. 2003. Pemanfaatan TutorialAudio Interaktif. Jurnal Pendidikandan Kebudayaan, No. 044, Tahun Ke-9.

------------. 2001. Hasil Belajar Fisika SLTPTerbuka Tanjung Sari SumedangJawa Barat. Jurnal Pendidikan danKebudayaan, No. 031, Tahun Ke. 7.

Kartono, Kartini. 2000. Bimbingan Belajar diSMA dan Perguruan Tinggi. Jakarta:CV. Rajawali.

Kountor Rony. 2003. Metode Penelitian untukPenulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta:Penerbit PPM.

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 121: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

120

Hasmanidar, S.Pd* adalah Guru SMP Tunas Nusa Susoh

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI PENULISAN LAPORANPERJALANAN DENGAN MENGGUNAKAN

METODE PENUGASAN DI KELAS VIII-1 SEMESTER ITAHUN 2014/2015 SMP NEGERI TUNAS NUSA

KABUPATEN ACEH BARAT DAYA

OlehHasmanidar*

AbstrakPenelitian ini berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII dalam Menulis laporanperjalanan dengan Menggunakan Metode Penugasan pada SMP Tunas Nusa. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan metode penugasan dapat meningkatkanhasil belajar siswa pada kompetensi dasar menganalisis laporan, pada siswa kelas VIII SMPTunas Nusa, tahun pelajaran 2011-2012. Metode penelitian yang digunakan adalahpenelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas 2 siklus. Subyek penelitian adalah siswakelas VIII-2 SMP Tunas Nusa, tahun pelajaran 2011-2012 sebanyak 25 siswa. Analisisdata menggunakan teknik analisis deskriptif dengan membandingkan kondisi awal denganhasil-hasil yang dicapai pada setiap siklus, dan analisis deskriptif kualitatif hasil observasidengan membandingkan hasil observasi dan refleksi pada siklus I dan siklus II. Denganmenggunakan metode penugasan pada kompetensi dasar menganalisis laporan pada siswakelas VIII-2 SMP Tunas Nusa, tahun pelajaran 2011-2012. Hasil penelitian menunjukkanbahwa penerapan metode pemberian tugas dapat meningkatkan hasil belajar siswa padakompetensi dasar menganalisis laporan. Pada akhir siklus I, siswa yang mencapaiketuntasan belajar sebanyak 44% (11 siswa), dan siswa yang belum tuntas sebanyak 56%(14 siswa), sedangkan pada akhir siklus II, sebanyak 92% (23 siswa) sudah mencapaiketuntasan belajar dan sebanyak 8% (2 siswa) belum mencapai ketuntasan belajar. Dengannilai rata- rata kelas siklus I, 68,2 dan rata- rata kelas siklus II, 81,8. Adapun hasil non tespengamatan proses belajar menunjukkan perubahan siswa lebih aktif selama prosespembelajaran berlangsung. Secara keseluruhan rata-rata kelas mencapai kenaikan sebesar37,93%, dan ketuntasan belajar siswa secara keseluruhan mencapai peningkatan sebesar28% jika dibandingkan dengan kondisi awal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwametode penugasan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-2 SMP Tunas Nusapada kompetensi dasar menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikankeaslian ide.

Kata Kunci: Hasil Belajar , Menulis laporan perjalanan, Metode Penugasan

PENDAHULUANBahasa Indonesia di Sekolah Dasar

adalah pondasi pertama yang harus diajarkanguru karena dengan bahasalah mata pelajaranlainnya bisa tersampaikan dengan baik. Fungsibahasa sebagai alat komunikasi dapatdilakukan secara lisan atau tulisan.

Pembelajaran bahasa Indonesia diSekolah Menengah Pertama saat ini banyakmengalami masalah karena guru kelas bukanguru bidang studi. Hal ini mengakibatkanterlalu beratnya beban guru yang harusditanggung, sehingga guru kurang

memperhatikan hasil pendidikan yang pentingadalah, bagaimana guru menyelesaikan.Standar Kompetensi yang ada dalamkurikulum.

Selain hal di atas yang menjadipersoalan saat ini adalah guru kurangmemahami metode, teknik, dan evaluasipembelajaran bahasa yang efektif. misalnyadalam pembelajaran menulis laporanperjalanan siswa sulit menuangkan ide-idenyadan kurang kreatif dalam pemilihan kata danpenentuan tema. dalam pembelajaran menulislaporan perjalanan pelaksanaannya sering

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 122: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

121

Hasmanidar, S.Pd* adalah Guru SMP Tunas Nusa Susoh

hanya dilaksanakan di kelas bersifat monotonyang mengakibatkan siswa bosan dancenderung tidak mau belajar dan hasilnyamenunjukkan kurang memuaskan.

Dalam kurukulum tingkat satuanpendidikan (KTSP) guru dituntut mengubahpola pikir dari Teacher Oriented(Pembelajaran Berpusat Guru) menjadiStudent Oriented (Pembelajaran Berpusat padaSiswa). Jadi fungsi guru adalah sebagaifasilitator bukan sebagai seseorang yangdominan di dalam kelas. Selain itu KTSPmenuntut guru kreatif dan inovatif dalammenentukan model-model pembelajaran, baiksegi bahan ajar, media, teknik, maupunevaluasi.

Pembelajaran yang efektif adalahpembelajaran yang harus diberangkatkan darilingkungan yang paling dekat dengan dirisiswa agar mudah memahaminya yang seringjuga disebut dengan metode penugasan.

Metode penugasan merupakan metodepembelajaran yang mengaitkan antara materiyang sedang dipelajari siswa dengankehidupan dunia nyata siswa.

Metode penugasan ini dapat diterapkandalam pembelajaran bahasa Indonesia salahsatunya adalah pembelajaran menulis laporanperjalanan. Pembelajaran menulis laporanperjalanan juga dapat diterapkan di SMPdengan menggunakan metode penugasan.

Bahasa memungkinkan manusia untuksaling berhubungan (berkomunikasi) salingberbagi pengalaman, saling belajar dari yanglain, dan meningkatkan kemampuan intelektualdan kesusasteraan salah satu sarana untukmenuju pemahaman tersebut. Tujuanpengajaran bahasa Indonesia adalah agar siswamampu memahami gejala lingkungan alam dankehidupan di muka bumi, cirri khas satuanwilayah serta permasalahan yang dihadapisebagai akibat adanya saling pengaruh antaradan lingkungannya.

Pendidikan adalah merupakan usahasadar yang bertujuan untuk mengembangkanpotensi manusia, maka pelaksanaanpendidikan berada dalam suatu proses yangberkesinambungan dalam setiap jenis danjenjang pendidikan. Oleh karena itupembangunan Nasional di bidang pendidikanadalah terpadu dalam mencerdaskankehidupan bangsa dan meningkatkan kualitasmanusia Indonesia seutuhnya. Selama iniperhatian sangat besar ditujukan pada upaya

memberikan materi sebanyak-banyaknyakepada siswa, sangat jarang diperhatikanperbedaan-perbedaan individu dan suasanakelas yang sesungguhnya sangatmempengaruhi proses belajar mengajar.

Berdasarkan pengamatan di lapangan,proses pembelajaran di sekolah dewasa inikurang meningkatkan hasil dan aktivitas siswa.Masih banyak tenaga pendidik yangmenggunakan tipe konvensional secaramonoton dalam kegiatan pembelajaran dikelas, sehingga suasana belajar terkesan kakudan didominasi oleh guru. Dalampenyampaian materi biasanya gurumenggunakan tipe ceramah dimana siswahanya duduk, mencatat dan mendengarkan apayang disampaikan guru dan sedikit peluangbagi siswa untuk bertanya. Dengan demikiansuasana pembelajaran menjadi tidak kondusifsehingga siswa menjadi pasif.

Jadi kegiatan belajar berpusat padasiswa, guru sebagai motivator dan fasilitatordidalamnya agar suasana kelas lebih hidup.Belajar merupakan salah satu upaya untukmewujudkan pembelajaran yang aktif,inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.Belajar penugasan memberikan kesempatanpada siswa untuk saling berinteraksi. Siswayang saling menjelaskan pengertian suatukonsep pada temannya sebenarnya sedangmengalami proses belajar yang sangat efektifyang bisa memberikan hasil belajar yang jauhlebih maksimal dari pada kalau diamendengarkan penjelasan guru.

Pembelajaran bahasa Indonesiadiarahkan untuk meningkatkan kemampuansiswa untuk berkomunikasi dalam bahasaIndonesia yang baik dan benar baik secaralisan maupun tulis, serta menumbuhkanapresiasi terhadap hasil karya kesastraanmanusia Indonesia.

Menulis merupakan salah satu pokokpembahasan yang tercantum dalam rencanapelaksanaan pembelajaran dalam matapelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaranmenulis merupakan salah satu dariketerampilan berbahasa yang perlu dimilikioleh siswa agar mampu berkomunikasi secaratertulis dengan baik.

Proses pembelajaran menulis,khususnya menulis laporan perjalanan yangtermasuk dalam RPP selama ini berlangsungkurang efektif. Akibatnya siswa menjadi objekyang pasif, sedangkan guru menjadi objek

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 123: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

122

Hasmanidar, S.Pd* adalah Guru SMP Tunas Nusa Susoh

yang aktif. Siswa tidak diberi kesempatanuntuk memperbaiki kesalahannya, baik darisegi isi, bahasa maupun segi mekanismepenulisannya. Minat dan kemampuan siswakurang diperhatikan guru sehinggaketerampilan menulis berkembang tidak baik.

Sehubungan dengan hal tersebut penulisakan melakukan penelitian tindakan kelas yangberhubungan dengan peningkatan hasil belajardan aktifitas siswa kelas VIII-2 dalam menulislaporan perjalanan dengan menggunakanmetode penugasan. Metode ini diharapkandapat memberi kesempatan kepada siswadalam mengembangkan kreatifitasnya danmemanfaatkan daya imajinasinya denganwaktu yang lebih banyak. Metode ini jugadapat mengatasi keluhan guru karenakekurangan waktu, sementara materi pelajaranmasih banyak.

Dalam konteks pendidikan formalmenulis laporan perjalanan merupakan proseskreatif yang menjadi salah satu kewajiban guruyang bagaimana cara materi contoh tekslaporan perjalanan. Hal ini termaktup dalamstandar isi kurikulum tingkat satuanpendidikan (KTSP) mata pelajaran bahasaIndonesia kelas VIII-2. Peneliti seorang gurubahasa Indonesia secara langsungmembimbing siswa dan siswi di kelasbertanggung jawab terhadap berhasil atautidaknya siswa menulis laporan perjalanan.

Selama ini hasil belajar siswa,khususnya pada kompetensi dasarmenganalisis laporan, sangat rendah biladibandingkan dengan perolehan nilai padakompetensi dasar yang lain. Banyak siswaberanggapan bahwa menyusun laporanperjalanan merupakan suatu hal yang sulituntuk dikerjakan.

Beranjak dari kenyataan tersebut,penulis mengadakan penelitian TindakanKelas yang berjudul“Peningkatan hasil belajarsiswa materi penulisan teks laporan perjalanansesuai dengan kaidah bahasa Indonesia denganmenggunakan metode penugasan di kelasVIII-2 semister I tahun 2014/2015 SMP TunasNusa

Adapun yang menjadi permasalahandalam penelitian tindakan kelas ini adalah:1. Apakah penggunaan metode penugasan

dapat meningkatkan hasil belajar siswakelas VIII-2 dalam penulisan teks laporanperjalanan pada SMP Tunas Nusa?”.

2. Apakah penggunaan metode penugasandapat meningkatkan aktifitas siswa kelasVIII-2 dalam penulisan teks laporanperjalanan pada SMP Tunas Nusa?”.

Dari permasalahan tersebut, maka yangmenjadi tujuan penelitian tindakan kelas iniadalah,:1. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas

VIII-2 dalam penulisan teks laporanperjalanan pada SMP Tunas Nusa?”.

2. Meningkatkan aktifitas siswa kelas VIII-2dalam penulisan teks laporan perjalananpada SMP Tunas Nusa?”.

METODE PENELITIANA. Setting Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP TunasNusa. Siswa kelas VIII-2. Penelitian inidilaksanakan pada kelas VIII-2. Alasanpenetapan kelas VIII-2 sebagai tempatpenelitian adalah masalah ketidak mampuansiswa dalam menulis laporan perjalanan,dialami oleh sebagaian besar siswa di kelastersebut. Dengan tujuan adalah untukmemperbaiki proses pembelajaran matapelajaran Bahasa Indonesia, khususnya padakompetensi dasar menganalisis laporan.

B. Subyek PenelitianBerdasarkan judul penelitian yaitu

peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII-2dalam menulis laporan perjalanan denganmenggunakan metode penugasan pada SMPTunas Nusa, tahun pelajaran 2014/2015 makasubjek penelitiannya adalah siswa kelas VIII-2SMP Tunas Nusa, tahun pelajaran 2014/2015yang berjumlah 25 orang siswa.

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan datamenggunakan teknik tes unjuk kerja dan nontes. Tes tertulis digunakan pada akhir siklus Idan siklus II, yang terdiri atas materi terdirimateri contoh teks laporan perjalanan.Sedangkan teknik non tes meliputi teknikobservasi dan pedoman wawancara. Observasidigunakan pada saat pelaksanaan penelitiantindakan kelas kemampuan memahami materimenulis laporan perjalanan denganmemperhatikan keaslian ide pada siklus I dansiklus II. Sedangkan pedoman wawancaradigunakan untuk menggali informasi mengenaitanggapan siswa terhadap proses pembelajaran

Hasmanidar, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Penulisan laporan

Page 124: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

123

Hasmanidar, S.Pd* adalah Guru SMP Tunas Nusa Susoh

yang baru saja berlangsung. Penelitimenyiapkan daftar pertanyaan wawancara.Dengan demikian data yang diperoleh darihasil observasi, tes, dan wawancara diharapkanakan dapat saling melengkapi.

2. Alat Pengumpulan DataAlat pengumpulan data meliputi :a. Tes tertulis dalam bentuk tes unjuk kerja,

menyusun laporan perjalanan, denganGambar lokasi/peta

b. Non tes, meliputi lembar observasi danpedoman wawancara.

D. Analisis DataAnalisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik analisisdekskriptif, yang meliputi:1. Analisis deskriptif komparatif hasil belajar

dengan cara membandingkan hasil belajarpada siklus I dengan siklus II danmembandingkan hasil belajar denganindikator pada siklus I dan siklus II.

2. Analisis deskriptif kualitatif hasilobservasi dengan cara membandingkanhasil observasi dan refleksi pada siklus Idan siklus II.

E. Prosedur PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian

tindakan kelas (classroom action research)yang ditandai dengan adanya siklus, adapundalam penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Setiapsiklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan,pengamatan dan refleksi.1. Siklus Ia. Perencanaan (planning), terdiri atas

kegiatan:1) penyusunan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP), berdasarkankompotensi dasar. Menulis laporanperjalanan dengan memperhatikankeaslian ide.

2) Menyiapkan instrumen berupalembar observasi, pedomanwawancara dan butir soal.

3) Menyiapkan media pembelajaran(kertas folio)

4) Menyiapkan sumber belajarb. Pelaksanaan (acting), terdiri atas kegiatan;

1) pelaksanaan program pembelajaransesuai dengan jadwal,

2) Proses pembelajaran diawali denganinformasi dari guru tentang

kompetensi dasar menulis laporanperjalanan dengan memperhatikankeaslian ide.

3) Siswa dan guru terlibat aktif dalamproses tanya jawab tentangkompetensi dasar menulis laporanperjalanan dengan memperhatikankeaslian ide,.

4) Siswa mendata perjalanan untukdiangkat sebagai dasar penulisanlaporan perjalanan.

5) Siswa ditugaskan menyusun laporanperjalanan yang mengandung keaslianide dari perjalanan yang sudahdipilih.

6) Masing-masing siswa ditugaskanmenyusun laporan perjalanan dengantema “Ibu adalah Pahlawan “.

7) Mengadakan observasi terhadapaktivitas siswa dalam menyusunlaporan perjalanan.

8) Mengumpulkan tugas siswa danmemberi penilaian terhadap unjukkerja siswa.

c. Pengamatan (observing), yaitu mengamatiproses pembelajaran dan menilai hasilunjuk kerja sehingga diketahui hasilnya.Atas dasar hasil tersebut digunakan untukmerencanakan tindak lanjut pada siklusberikutnya.

d. Refleksi (reflecting), yaitu menyimpulkanpelaksanaan hasil tindakan pada siklus I.

2. Siklus II1. Perencanaan (planning), terdiri atas

kegiatan:a. penyusunan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP);b. Penyiapan skenario pembelajaran.

2. Pelaksanaan (acting), terdiri atas kegiatan;a. Pelaksanaan program pembelajaran

sesuai dengan jadwal,b. Pembelajaran diawali dengan

membacakan salah satu laporanperjalanan yang telah disusun olehsiswa pada siklus I.

c. Siswa berdiskusi mengenai keaslianide yang ada pada laporan perjalanantersebut dan mengembangkannyamenjadi tema baru.

d. Secara bersama-sama siswamenentukan tema laporan perjalananyang akan disusun yaitu daftar kosakata

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 125: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

124

Hasmanidar, S.Pd* adalah Guru SMP Tunas Nusa Susoh

e. Masing-masing siswa ditugaskanmembuat kerangka dengan daftarkosa kata “.

f. Menulis laporan perjalananberdasarkan kerangka karangan yangtelah dibuat minimal 200 kosa kata.

g. Mengadakan observasi terhadapaktivitas siswa dalam menyusunlaporan perjalanan.

h. Memberi penilaian terhadap unjukkerja siswa.

3. Pengamatan (observing), yaitu mengamatiproses pembelajaran dan menilai hasilunjuk kerja sehingga diketahui hasilnya,

4. Refleksi (reflecting), yaitu menyimpulkanpelaksanaan hasil tindakan pada siklus II.

Gambar 1. Proses pembelajaran Awal Siklus

HASIL DAN PEMBAHASANDeskripsi Kondisi Awal

Pembelajaran sebelum pelaksanaantindakan kelas, guru mengajar secarakonvensional. Guru cenderung mentransferilmu pada siswa, sehingga siswa pasif, kurangkreatif, bahkan cenderung bosan. Disampingitu dalam menyampaikan materi guru tidakmenggunakan metode yang tepat.

Melihat kondisi pembelajaran yangmonoton, suasana pembelajaran tampak kaku,berdampak pada nilai yang diperoleh siswakelas VIII-2 pada kompetensi dasar menulislaporan perjalanan dengan memperhatikankeaslian ide sebelum siklus I (pra siklus)seperti pada Tabel 1. Banyak siswa belummencapai ketuntasan belajar minimal dalammempelajari kompetensi dasar tersebut. Hal inidiindikasikan pada capaian nilai hasil belajardibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM)sebesar 70.

Tabel 1. Nilai Tes Pra Siklus

NoHasil

(angka)Hasil

(huruf)Arti Lambang

JumlahSiswa

Persen

1. 85-100 A Sangat baik - 0%2. 75-84 B Baik 4 16,00%3. 65-74 C Cukup 8 32,00%4. 55-64 D Kurang 8 32,00%5. < 54 E Sangat Kurang 5 20,00%

Jumlah 25 100%Sumber : Hasil tabulasi data September 2014

Berdasarkan hasil analisis yang digambarkandalam Tabel 1 diketahui bahwa jumlah siswayang mendapat nilai A (sangat baik) sejumlah0% atau tidak ada, yang mendapat nilai B(Baik) 16,007% sebanyak 4 siswa dan yangmendapat nilai C (Cukup) sebanyak 32,00%atau 8 siswa dan nilai kurang 32,00% atausebanyak 8 siswa, sedangkan yang mendapatnilai sangat kurang 20,00% atau sebanyak 5siswa.

Dari hasil tes seperti tersebut di atas,sebagaian besar siswa belum mencapaiketuntasan belajar hanya sebagian kecil yangtelah mencapai ketuntasan belajar. Data

ketuntasan belajar pada kondisi awal dapatdiketahui pada tabel di bawah ini.

Tabel 2. Ketuntasan Belajar Hasil Tes PraSiklus

NoKetuntasan

Belajar

Jumlah SiswaPra Sklus

Jumlah Persen1. Tuntas 4 16,00%

2.BelumTuntas

21 84,00%

Jumlah 25 100%Sumber : Hasil tabulasi data September 2014

Hasmanidar, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Penulisan laporan

Page 126: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

125

Hasmanidar, S.Pd* adalah Guru SMP Tunas Nusa Susoh

Berdasarkan data pada Tabel 2 tersebutdi atas, diketahui bahwa siswa kelas VIII-2yang memiliki nilai kurang dari KKM 70,sebanyak 21 siswa. Dengan demikian, jumlahsiswa yang belum mencapai ketuntasan belajarminimum untuk kompetensi dasar menulislaporan perjalanan dengan memperhatikankeaslian ide 21 siswa (84,00%), sedangkanyang telah mencapai ketuntasan sebanyak 4siswa (16,00%).

Hasil nilai pra siklus I yang diperolehdari hasil tes awal dapat ditunjukkan sepertidalam tabel berikut ini :Tabel 3. Rata-Rata Hasil Tes Pra Siklus

No Keterangan Nilai1. Nilai Tertinggi 752. Nilai Terendah 403. Nilai Rata-rata 58,8

Sumber : Hasil tabulasi September 2014A. Deskripsi Hasil Siklus I1. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan dalam siklus Idapat diuraikan sebagai berikut:

a. Pemilihan materi dan penyusunan rencanapelaksanaan pembelajaran.Materi yang dipilih dalam penelitian iniadalah kompetensi dasar menulis laporanperjalanan dengan memperhatikankeaslian ide. Berdasarkan materi yangdipilih tersebut, kemudian disusun dalamrencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).Tema yang dipilih dalam siklus I tentangcontoh teks laporan perjalanan.Berdasarkan tema yang ditulis tersebutkemudian dilanjutkan dengan penyusunanrencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).Masing-masing RPP diberikan alokasiwaktu sebanyak 4 x 40 menit artinyasetiap RPP disampaikan dalam 2 x tatapmuka..

b. Pembentukan kelompok-kelompok belajarPada siklus I, siswa dalam satu kelasmenjadi 6 kelompok kecil denganmemperhatikan kemampuan siswa yangberbeda.

2. Pelaksanaan TindakanPelaksanaan tindakan pada siklus Idapat dideskripsikan sebagai berikut:

a. Pelaksanaan tatap mukaTatap muka I dan II dengan RPP tentangmateri menulis laporan perjalanan.Metode pembelajaran yang digunakanadalah metode penugasan dengan laporan

perjalanan. Adapun langkah-langkahnyasebagai berikut.1. Guru membacakan daftar kosa kata

sebagai contoh panduan pembelajaranbagi siswa.

2. Dari lokasi/kota perjalanan yang telahdibacakan guru, siswa berdiskusiantar kelompok untuk menentukanlaporan perjalanan tersebut.

3. Hasil diskusi siswa ditentukan temayang akan disusun menjadi laporanperjalanan.

4. Secara individual siswa ditugaskanmenyusun laporan perjalanan denganGambar lokasi/peta.

5. Guru memberi umpan balik terhadaphasil unjuk kerja siswa terhadapmateri yang telah dipelajari dari hasilkerjanya.

6. Guru menilai laporan perjalanan yangdisusun siswa.

7. Guru memberikan tindak lanjut.8.

Gambar 2. Proses Pembelajaran Siklus I

Sekilas gambaran proses pembeajaranpada siklus I, guru tidak lagi mentransfermateri pada siswa, tapi siswa secara aktifdan bertanggung jawab menyelesaikantugasnya masing-masing. Siswa nampakaktif dan bergairah dalam pembelajaran.Apalagi hasil kerja mereka. Suasanapembelajaran menjadi lebihmenyenangkan, nampak semua siswabergairah dalam mengikiti pelajaran.

b. Wawancara dilaksanakan dilaksanakansetelah selesai proses diskusi. Kegiatanwawancara dilaksanakan oleh guruterhadap beberapa siswa seputar masalahkesulitan-kesulitan yang dialami siswaketika menyusun laporan perjalananwawancara diperlukan untuk menggali

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 127: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

126

Hasmanidar, S.Pd* adalah Guru SMP Tunas Nusa Susoh

informasi mengenai tanggapan siswadalam memahami materi menulis laporanperjalanan dengan menggunakan metodepenugasan. Pertanyaan-pertanyaan yangtelah dipersiapkan akan berkembangketika wawancara berlangsung. Hasilwawancara dijadikan sebagai bahanrefleksi.

c. OservasiLembar pengamatan yang dimaksudkandisini adalah pedoman pengamatan untukmemperoleh gambaran prosespembelajaran yang sedang berlansung.Observasi dilaksanakan pada keseluruhankegiatan tatap muka, dalam hal ini

dilakukan oleh dua orang teman gurubidang studi bahasa Indonesia pada SMPTunas Nusa, yang bertindak sebagaiobserver. Observasi dilaksanakan untukmengetahui secara detail keaktifan,kerjasama, kecepatan dan ketepatan siswadalam memahami menulis laporanperjalanan.

Hasil obsrvasi digunakan sebagaibahan refleksi dan untuk merencanakanrencana tindakan pada siklus II.

3. Hasil PengamatanHasil pengamatan pada siklus I dapat

dideskripsikan pada tabel 4.4 dibawah ini.

Tabel 4. Hasil Rekap Nilai Tes Siklus INo Hasil (angka) Hasil

(huruf)Arti Lambang Jumlah

SiswaPersen

1. 85 – 100 A Sangat Baik 3 12,00%2. 75 – 84 B Baik 9 36,00%3. 65 - 74 C Cukup 10 40,00%4. 55 – 64 D Kurang 3 12,00%5. < 54 E Sangat Kurang - -

Jumlah 25 100%Sumber : Hasil tabulasi data Oktober 2014

Berdasarkan data tabel di atas tergambar hasiltes siklus I, menunjukkan bahwa hasil yangmencapai nilai A (sangat baik) adalah 3 siswa(12,00%), sedangkan yang mendapat nilai B(baik) adalah 9 siswa atau (36,00%),sedangkan dari jumlah 25 siswa yang masihmendapat nilai C (cukup) sebanyak 10 siswa(40,00%), sedangkan yang mendapat nilai D(kurang) ada 3 siswa (12,00%), sedangkanyang mendapat nilai D (sangat kurang) tidakada atau 0%.Tabel 5. Ketuntasanan Belajar Siswa HasilTes Siklus I

No KetuntasanJumlah Siswa

Jumlah Persen1. Tuntas 12 48,00%2 Belum Tuntas 13 52,00%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan Tabel 5 ketuntasan belajarsiswa dari sejumlah 25 siswa terdapat 12 atau48,00% yang sudah mencapai ketuntasanbelajar. Sedangkan 13 siswa atau 52,00%belum mencapai ketuntasan. Adapun dari hasilnilai siklus I dapat dijelaskan bahwa perolehannilai tertinggi adalah 85, nilai rendah 50,

dengan nilai rata-rata kelas sebesar 68,4 sepertipada tabel dibawah ini :

Tabel 6. Rata-rata Hasil Tes Siklus INo Keterangan Nilai1. Nilai Tertiggi 852. Nilai Terendah 503. Nilai Rata-rata 68,4

4. RefleksiBerdasarkan hasil tes kemampuan awal

dengan hasil tes kemampuan siklus I dapatdilihat adanya pengurangan jumlah siswa yangmasih dibawah kriteria ketuntasan minimal.Pada pra siklus jumlah siswa yang di bawahKKM sebanyak 21 siswa dan pada akhir siklusI berkurang menjadi 13 siswa, nilai rata-ratakelas meningkat dari 58,4 menjadi 68,4.Jumlah siswa yang mencapai ketuntasanbelajar mengalami peningkatan jikadibandingkan siklus I, seperti pada tabeldibawah ini :

Tabel 7. Perbandingan Hasil Nilai Tes PraSiklus dan Siklus I

No Hasil Tes Jumlah Siswa

Hasmanidar, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Penulisan laporan

Page 128: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

127

Hasmanidar, S.Pd* adalah Guru SMP Tunas Nusa Susoh

(dalam huruf) yang BerhasilPra

siklusSiklus I

1. A (85 – 100) - 32. B (75 – 84) 4 93. C (65 – 74) 8 104. D (55 – 64) 8 35. E ( < 54 ) 5 -

Jumlah 25 25Sumber : Hasil tabulasi data Oktober 2014

Peningkatan ketuntasan belajar siswatampak pada tabel dibawah ini, jikadibandingkan hasil pra siklus dan siklus Idapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 8. Perbandingan Ketuntasan Belajar antara Pra Siklus dengan Siklus I

No KetuntasanJumlah Siswa

Pra Siklus Siklus IJumlah Persen Jumlah Persen

1. Tuntas 4 16,00 % 12 48,00%

2. BelumTuntas 21 84,00 % 13 52,00%Jumlah 25 100% 25 100%

Peningkatan hasil rata- rata kelas nampak ada perubahan pra siklus dengan siklus.Tabel 9. Perbandingan nilai rata-rata Pra Siklus dan Siklus I

No Keterangan Pra siklus Siklus I1 Nilai tertinggi 75 85

2 Nilai terendah 40 503 Nilai rata- rata 58,8 68,4

Berdasarkan data pada Tabel 9, dapatdisimpulkan bahwa pembelajaran denganmenggunakan metode penugasan mampumeningkatkan hasil belajar, khususnya padakompetensi dasar menganalisis laporan. Olehkarena itu, rata-rata kelaspun mengalamikenaikan menjadi 68,4. Walaupun sudahterjadi kenaikan seperti tersebut di atas, namunhasil tersebut belum optimal. Hal ini dapatterlihat dari hasil observasi bahwa dalamkegiatan pembelajaran masih terdapatbeberapa siswa yang kurang aktif dalammelakukan kegiatan pembelajaran, karenasebagian siswa karena sebagian siswa kurangmenguasai pembendaharaan kata, sehinggahasil kerjanya kurang maksimal. Oleh karenaitu, diperlukan upaya perbaikan pembelajaranpada siklus II.

B. Deskripsi Hasil Siklus IIBerdasarkan hasil refleksi pada siklus I,

maka pelaksanaan tindakan pada siklus IIdapat dideskripsikan sebagai berikut.1. Perencanaan TindakanPerencanaan tindakan dalam siklus II dapat

diuraikan sebagai berikut :

a. Pemilihan materi dan penyusunan rencanapelasaksanaan pembelajaran Dalam siklusII, pada hakikatnya merupakan perbaikanatas kondisi siklus I. Materi pelajarandalam siklus II materi contoh teks laporanperjalanan. Atas dasar materi pelajarantersebut kemudian dilanjutkan denganpembuatan rencana pelaksanaanpembelajaran (RPP). Tema yang dipilihpada siklus II materi contoh teks laporanperjalanan. Alokasi waktu yangdibutuhkan untuk kegiatan tersebut adalah4 x 40 menit dengan 2 kali tatap muka.

b. Pembentukan kelompok belajar siswa.Siswa dalam satu kelas dibagi atas 6kelompok belajar untuk berdiskusi matericontoh teks laporan perjalanan.

2. Pelaksanaan TindakanPelaksanaan tindakan pada siklus II dapatdideskripsikan sebagai berikut:

a. Pelaksanaan Tatap MukaTatap muka I dan II dengan RPP tentangmateri. pembelajaran yang digunakanadalah pembelajaran dengan laporanperjalanan dengan menggunakan metode

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 129: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

128

Hasmanidar, S.Pd* adalah Guru SMP Tunas Nusa Susoh

penugasan. Adapun langkah-langkahnyasebagai berikut:1) Guru memberikan evaluasi atas

kegiatan pembelajaran pada siklus I.2) Guru memberikan hasil bagi siswa

tentang perlunya membuat langkah-langkah dalam menyusun laporanperjalanan.

3) Guru melatih siswa membuat matericontoh teks laporan perjalanan

4) Mengevaluasi unjuk kerja siswamenyusun laporan perjalanan dengantema ”contoh teks laporanperjalanan”

5) Membimbing siswa untukmerangkum materi pelajaran.

6) Guru memberikan evaluasi terhadapunjuk kerja siswa

7) Guru menilai hasil evaluasi.Pada pelaksanaan pembelajaran

pada siklus II siswa masih belajar secarakelompok, namun dalam kegiatankelompok ini siswa tertantang untuk lebihmandiri dalam menguasai materi. Karenadisamping belajar membuat langkah-langkah penyusunan laporan perjalanan,siswa diharuskan menyelesaikan tugasnya

menjadi laporan perjalanan yangsempurna.

b. WawancaraWawancara dilaksanakan pada saat siswamelakukan kegiatan pembelajaran.Wawancara diperlukan untuk mengetahuisejauh mana kemampuan siswa dalammemahami, memadukan dengan matapelajaran lain. Disamping itu, wawancaradigunakan untuk mengidentifikasikesulitan-kesulitan yang dialami olehsiswa. Hasil wawancara digunakansebagai bahan refleksi.

c. ObservasiObservasi dilaksanakan pada keseluruhankegiatan tatap muka, dalam hal iniobservasi dilakukan oleh 2 (dua) observeryaitu bidang studi bahasa Indonesia kelasVIII-1 dan VIII-2 SMP Tunas Nusa.Observasi dilaksanakan untuk mengetahuiaktivitas siswa secara langsung dalamproses pembelajaran. Hasil observasidigunakan sebagai bahan refleksi.

3. Hasil PengamatanHasil pengamatan pada siklus II dapat

dideskripsikan seperti pada Tabel 10 berikutini.

Gambar 3. Proses Pembelajaran Siklus II

Tabel 10. Rekap Hasil Nilai Tes Siklus II

NoHasil

(Angka)Hasil

(Huruf)Arti Lambang

JumlahSiswa

Persen

1 85-100 A Sangat Baik 11 44,00%2 75-84 B Baik 12 48,00%3 65-74 C Cukup 2 8,00%4 55-64 D Kurang - -5 <54 E Sangat Kurang - -

Jumlah 25 100%Sumber : Tabulasi Data November 2014

Hasmanidar, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Penulisan laporan

Page 130: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

129

Hasmanidar, S.Pd* adalah Guru SMP Tunas Nusa Susoh

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa yangmendapatkan nilai sangat baik (A) adalah44,00% atau 11 siswa, sedangkan yangterbanyak yaitu yang mendapat nilai baik (B)adalah 48,00% atau 12 siswa. Dan yangmendapat nilai C (cukup) adalah 8,00% atausebanyak 2 siswa. Sedangkan yang mendapatnilai D dan E tidak ada. Jadi nilai rata-ratakelas 81,4.Ketuntasan belajar pada siklus II dapatditabulasikan seperti pada Tabel 11 di bawahini.Tabel 11. Ketuntasan Belajar Siklus II

NoKetuntasan

BelajarJumlah Siswa

Jumlah Persen1. Tuntas 23 92,00%

2. BelumTuntas

2 8,00%

Jumlah 25 100%

Berdasarkan data tersebut di atas diketahuibahwa siswa yang mencapai ketuntasansebanyak 23 siswa (92,00%) yang berartisudah ada peningkatan. Rata-rata kelas punmenjadi meningkat Hasil nilai rata- rata siklusII dapat diperjelas di bawah ini :Tabel 12. Rata-rata Hasil Tes siklus II

No Keterangan Nilai

1 Nilai tertinggi 1002 Nilai Terendah 65

Nilai Rata-rata 81,8Sumber : Data yang diolah November 2014

4. RefleksiBerdasarkan nilai hasil siklus I dan

nilai hasil siklus II dapat diketahui bahwapembelajaran dengan menggunakan metodepenugasan dapat meningkatkan hasil belajarbahasa Indonesia, khususnya kompetensi dasarmenganalisis laporan. Untuk lebih jelasnyapada Tabel 13 berikut dipaparkan hasil refleksipada siklus II.

Tabel 13. Perbandingan Hasil Nilai Tes Model Siklus I dan Siklus II

Sumber : Hasil Tabulasi Data November 2014

Jika dibandingkan antara keadaankondisi awal, siklus I dan siklus II dapatdilihat bahwa saat kondisi awal rata- rata kelassebesar 58,8, sedangkan nilai rata-rata kelas

siklus I sudah ada peningkatan menjadi 68,4Adapun kenaikan rata–rata pada siklus IImenjadi 81,8. Untuk lebih jelasnya dapatdilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 14. Perbandingan Hasil Tes Pra siklus, siklus I dan Siklus II

NoHasillambang

angkaHasil

evaluasiArti lambang

Pratindakan

Modelsiklus I

modelsiklus II

1. 85-100 A Sangat Baik - 3 112. 75-84 B Baik 4 9 123. 65-74 C Cukup 8 10 24. 55-64 D Kurang 8 3 -5. <54 E Sangat Kurang 5 - -

Jumlah 25 25 25

No Hasil TesJumlah Siswa yang Berhasil

Siklus I Siklus II

1. A (85 -100) 3 112. B (75-84) 9 123. C (65-74) 10 24. D (55-64) 3 -5. E (< 54) - -

Jumlah 25 25

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 131: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

130

Hasmanidar, S.Pd* adalah Guru SMP Tunas Nusa Susoh

Tabel 15. Perbandingan ketuntasan nilai rata-rata Pra siklus,siklus I dan siklus II

No UraianJumlah siswa

Rata-rataTuntas Belum tuntas

1. Kondisi Awal 4 siswa 21 siswa 58,82. Siklus I 12 siswa 13 siswa 68,43. Siklus II 23 siswa 2 siswa 81,4

Atas dasar informasi pada tabel di atas,dapat disimpulkan bahwa pembelajarandengan menerapkan metode penugasankhususnya pada penguasaan kompetensi dasarmenganalisis laporan ada peningkatan.

C. Pembahasan Tiap Siklus dan AntarSiklus

Berdasarkan hasil penelitian dapatdinyatakan bahwa metode penugasan dapatmeningkatkan hasil belajar bahasa Indonesiakhususnya penguasaan kompetensi dasarmenganalisis laporan pada siswa kelas VIII-2semester I tahun pelajaran 2014/2015. Haltersebut dapat dianalisis dan dibahas sebagaiberikut.1. Pembahasan Pra Siklus I1) Hasil Belajar

Pada awalnya siswa kelas VIII-2, nilairata-rata mata pelajaran bahasa Indonesiarendah khususnya pada kompetensi dasarmenganalisis laporan. Yang jelas salah satunyadisebabkan karena kurangnya penguasaansiswa terhadap kosa kata, sehingga hasilbelajar dalam materi menulis laporanperjalanan rendah.Sebelum dilakukan tindakanguru memberi tes. Berdasarkan ketuntasanbelajar siswa dari sejumlah 25 siswa terdapat 4atau 16,00% yang baru mencapai ketuntasanbelajar dengan skor standar KriteriaKetuntasan Minimal. Sedangkan 21 siswa atau84,00% belum mencapai kriteria ketuntasanminimal untuk menulis laporan perjalananyang telah ditentukan yaitu sebesar 70.Sedangkan hasil nilai pra siklus terdapatnilai tertinggi adalah 75, nilai terendah 40,dengan rata-rata kelas sebesar 58,8.2) Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran pada pra siklusmenunjukkan bahwa siswa masih pasif, karenatidak diberi respon yang menantang. Siswaterlihat jenuh dan bosan tanpa gairah karenapembelajaran selalu monoton.

2. Pembahasan Siklus I

Hasil Tindakan pembelajaran padasiklus I, berupa hasil tes dan non tes.Berdasarkan hasil observasi yang dilakukanoleh peneliti terhadap pelaksanaan siklus Idiperoleh keterangan sebagai berikut :1) Hasil Belajar

Dari hasil tes siklus I, menunjukkanbahwa hasil yang mencapai nilai A(sangat baik) adalah 3 siswa (12,00%),sedangkan yang mendapat nilai B (baik)adalah 9 siswa atau (36,00%), sedangkandari jumlah 25 siswa yang masihmendapatkan nilai C (cukup) sebanyak 10siswa (40,00%) , sedangkan yangmendapat nilai D (kurang) ada 3 siswa(12,00%), sedangkan yang mendapat nilaiD (sangat kurang) tidak ada atau 0%.Berdasarkan ketuntasan belajar siswa darisejumlah 25 siswa terdapat 12 atau48,00% yang sudah mencapai ketuntasanbelajar. Sedangkan 13 siswa (52,00%)belum mencapai ketuntasan. Adapun dariHasil nilai siklus I dapat dijelaskanbahwa perolehan nilai tertinggi adalah 85,nilai terendah 50, dengan nilai rata-ratakelas sebesar 68,4.

2). Proses PembelajaranProses pembelajaran pada siklus I sudahmenunjukkan adanya perubahan,meskipun belum semua siswa terlibat aktifdalam kegiatan pembelajaran. Hal inidikarenakan siswa terhasil bahwapembelajaran menulis laporan perjalanansangat menantang, siswa berusaha untukmenguasai materi contoh teks laporanperjalanan sesuai dengan benar. Dari hasilpengamatan telah terjadi kreatifitas dankeaktifan siswa secara mental maupunmotorik, karena kegiatan pembelajarandisertai dengan kegiatan langsungmembuat materi contoh teks laporanperjalanan dengan Gambar lokasi/peta.

Hasil antara kondisi awal dengan siklusI menyebabkan adanya perubahan walaubelum bisa optimal, hal ini ditandai dengan

Hasmanidar, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Penulisan laporan

Page 132: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

131

Hasmanidar, S.Pd* adalah Guru SMP Tunas Nusa Susoh

peningkatan jumlah siswa yang mencapaiketuntasan belajar. Dari hasil tes unjuk kerjasiklus I ternyata lebih baik dibandingkandengan tingkat ketuntasan belajar siswa padakondisi awal atau sebelum dilakukan tindakan.

Dari hasil refleksi siklus I dapatdisimpulkan bahwa melalui penerapanpembelajaran dengan meggunakan metodepenugasan, siswa mengalami peningkatan baikdalam mencapai ketuntasan belajar yaitu dari21 siswa belum tuntas pada pra siklus,mengalami peningkatan pada siklus I menjadi13 siswa yang belum tuntas. Sedangkan nilairata–rata kelas ada kenaikan sebesar 9,6 %.Pada siklus I ini belum semua siswa mencapaiketuntasan.

3. Pembahasan Siklus IIHasil tindakan pembelajaran pada siklus

II berupa hasil tes dan non tes, Berdasarkanhasil observasi yang dilaksanakan oleh penelititerhadap pelaksanaan siklus II diperolehketerangan sebagai berikut .1. Hasil Belajar

Dari pelaksanan tindakan siklus II dapatdiketahui bahwa yang mendapatkan nilaisangat baik (A) adalah 44,00% atau 11 siswa,sedangkan yang terbanyak yaitu yangmendapat nilai baik (B) adalah 48,00% atau 12siswa. Dan yang mendapat nilai C (cukup)adalah 8,00% atau sebanyak 2siswa.Sedangkan yang mendapat nilai D dan Etidak ada. Sedangkan nilai rata-rata kelas 81,4.2. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran pada siklus IIsudah menunjukkan semua siswa terlibat aktifdalam kegiatan pembelajaran. Hal inidikarenakan sekalipun kegiatan bersifatkelompok namun ada tugas individual yangharus dipertanggung jawabkan, karena hasilunjuk siswa dipresentasikan di muka kelasantar kelompok Dari hasil pengamatan telahterjadi kreatifitas dan keaktifan siswa secaramental maupun motorik, karena kegiatanpembelajaran yang dilakukan dengan metodepenugasan dapat meningkatkan hasil belajarsiswa. Ada interaksi antar siswa secaraindividu maupun kelompok, serta antarkelompok. Masing-masing siswa adapeningkatan latihan berdiskusi dan bisamengkaitkan dengan mata pelajaran lainmaupun pengetahuan umum, sehingga siswaterlatih ketrampilan berdiskusi. Adapersaingan positif antar kelompok dan

individu untuk mendapatkan penghargaan danmenunjukkan jati diri siswa.

Hasil antara siklusI dengan siklus IIada perubahan secara signifikan, hal iniditandai dengan peningkatan jumlah siswayang mencapai ketuntasan belajar dari hasil tesakhir siklus II ternyata lebih baikdibandingkan dengan tingkat ketuntasanbelajar siswa pada siklus I.

Dengan melihat perbandingan hasiltes siklus I dan siklus II ada peningkatan yangcukup signifikan, baik dilihat dari ketuntasanbelajar maupun hasil perolehan nilai rata-ratakelas. Dari sejumlah 25 siswa masih ada 2siswa yang belum mencapai ketuntasan, hal inimemang 2 siswa tersebut harus mendapatkanpelayanan khusus, namun sekalipun 2 siswaini belum mencapai ketuntasan, di sisi laintetap bergairah dalam belajar. Sedangkanketuntasan ada peningkatan sebesar 44,00%dibandingkan pada siklus I.

Sedangkan nilai tertinggi pada siklusII sudah ada peningkatan dengan mendapatnilai 85-100 sebanyak 10 siswa, hal ini karenake-10 siswa tersebut disamping mempunyaikemampuan cukup, didukung rasa senang dandalam belajar, sehingga mereka dapat nilaiyang optimal. Dari nilai rata- rata kelas yangdicapai pada siklus II ada peningkatan sebesar13% dibandingkan nilai rata-rata kelas padasiklus I. Secara umum dari hasil pengamatandan tes sebelum pra siklus, hingga siklus II,dapat disimpulkan bahwa melalui penerapanmetode penugasan materi contoh teks laporanperjalanan dapat meningkatkan hasil belajarbahasa Indonesia pada kompetensi dasarmenganalisis laporan sebesar 22,6%.

C. Hasil PenelitianDari hasil penelitian, dapat dilihat dan

telah terjadi peningkatan pemahaman padakompetensi dasar menganalisis laporan padasiswa kelas VIII-2 SMP Tunas Nusa, padasemester I tahun pelajaran 2014/2015, melaluipenerapan metode penugasan. Peningkatannilai rata-rata yaitu 58,8 pada kondisi awalmenjadi 68,4 pada siklus I dan menjadi 81,4pada siklus II. Nilai rata-rata siklus Imeningkat 9,6% dari kondisi awal, nilai rata-rata siklus II meningkat 13 % dari siklus I.Sedangkan ketuntasan belajar pada siklus I adapeningkatan sebesar 32 % dari kondisi awal,siklus II meningkat 44% dari siklus I.

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 133: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

132

Hasmanidar, S.Pd* adalah Guru SMP Tunas Nusa Susoh

Peningkatan nilai rata-rata kelas secarakeseluruhan sebesar 22,6%.

Pada akhir pembelajaran terdapatperubahan positif pada siswa mengenaipemahaman menulis laporan perjalanan.Dengan menggunakan metode penugasan,ternyata mampu meningkatkan prestasi belajarbahasa Indonesia pada kompetensi dasarmenganalisis laporan.

KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini dapatdisimpulkan bahwa penggunaan metodepenugasan dapat meningkatkan hasil belajarmata pelajaran bahasa Indonesia khususnyakompetensi dasar menganalisis laporan, padasiswa kelas VIII-2 SMP Tunas Nusa. TahunPelajaran 2014/2015. Pada akhir siklus I, siswayang mencapai ketuntasan belajar sebanyak48,00% (12 siswa), dan siswa yang belumtuntas sebanyak 52,00% (13 siswa), sedangkanpada akhir siklus II, sebanyak 92,00% (23siswa) dan sebanyak 8,00% ( 2 siswa) belummencapai ketuntasan belajar. Dengan nilairata-rata kelas siklus I 68,4 dan rata-rata kelassiklus II 81,4. Adapun hasil non tespengamatan proses belajar menunjukkanperubahan siswa lebih aktif selama prosespembelajaran berlangsung. Secara keseluruhanrata-rata kelas mencapai kenaikan sebesar22,6%, dan ketuntasan belajar siswa secarakeseluruhan mencapai peningkatan sebesar76%. jika dibandingkan dengan kondisi awal.

B. SaranBerkaitan dengan simpulan hasil

penelitian di atas, maka dikemukakan saranbahwa guru hendaknya menerapkan metodepenugasan sesuai dengan materi yangdiajarkan. Untuk meningkatkan hasil belajarkompetensi dasar menganalisis laporan. Selainitu guru hendaknya dapat menggunakanmetode dan media pembelajaran contoh-contoh laporan perjalanan yang telah dipilihterlebih dahulu.

DAFTAR PUSTAKAAl wasilah, A. Chaedar. 2003. Pokoknya

Kualitatif: Dasar-Dasar Merancang

dan Melakukan Penelitian Kualitatif.Jakarta: Pustaka Jaya.

Anderson, Ronald. H. 1987. Pemilihan danPengembangan Media UntukPembelajaran. Jakarta: CV. RajawaliPers.

Buchori. 1980. Teknik-Teknik Evaluasi DalamPendidikan. Bandung: Jemmars.

BNSP. 2007. Standar Kompetensi danKompetensi Dasar. Jakarta:Depdiknas

BNSP. 2007. Pedoman Penilaian HasilBelajar di SMP. Jakarta: Depdiknas.

Budimansyah, Dasim. 2002. ModelPembelajaran dan Penilaian.Siliwangi : HDB

Dahar, RW. 1998. Teori-Teori Belajar.Jakarta: Depdikbud.

Depdikbud RI. 1990. Kamus Besar BahasaIndonesia. Jakarta: Edisi ke 6. BalaiPustaka.

Endaswara. Suwardi. 2003. Membaca,Menulis, dan Mengajar Sastra.Yogjakarta: Erlangga.

Harymawan. 1986. Dramatugi. Badung:Rosdakarya.

Kountur, Burhan. 1995. Teori PengkajianFisik. Yogjakarta: Gajah MadaUniversity Press.

Muhammad Suryo. 1996. Beberapa aspekPendidikan Dasar. Jakarta: RinekaCipta.

Oemar, Hamalik. 1993. Metode Mengajar danKesulitan-Kesulitan Belajar.Bandung: Tarsito

Raharjo, J Budi. 1986. Materi PembelajaranPendidikan Seni Teater BerdasarkanKurikulum 1984 untuk SMA Kelas I.Badung: CV Roma.

Sudjana, Nana. 2000. Cara Belajar Siswa Aktifdalam Proses Belajar Mengajar.Bandung: Sinar Bumi Algesindo.

Sumarjo, Jakob dan Saini K M. 1986.Apresiasi Kesusastraan. Jakarta:Gramedia.

Tarigan, Henry Guntur. 1984. Menulis SebagaiSuatu Keterampilan. Bandung:Angkasa.

Waluyo. Herman. J. 2002. Drama TeoriPembelajaran. Yogjakarta:Hanandita.

Hasmanidar, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Penulisan laporan

Page 134: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

133

Abdul Hamid* adalah Dosen FKIP Universitas Syiah Kuala

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN)BIDANG FISIKA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) DI KOTA SABANG

olehAbdul Hamid*

AbstrakPenelitian ini bertujuan mengetahui kemampuan model pelatihan Olimpiade Sains Nasional(OSN) bidang Fisika SMP yang dikembangkan dengan struktur program 20% pemantapanteori, 60% latihan soal, dan 20% wawancara dalam meningkatkan kemampuan akademikguru calon pembina OSN. Penelitian ini merupakan penelitian ex post facto denganpopulasi semua guru SMP/MTs yang mengajar bidang Fisika di Kota Sabang. Sampelpenelitian diambil dengan menggunakan teknik kuota sampling yang dengan jumlah sampel15 orang guru yang berasal dari SMP/MTs negeri dan swasta. Selanjutnya semua sampelpenelitian mengikuti model pelatihan yang telah ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkanbahwa model pelatihan OSN bidang Fisika SMP yang dikembangkan dengan strukturprogram tersebut di atas mampu meningkatkan kemampuan akademik guru calon pembinaOSN bidang Fisika. Disarankan untuk terus mengembangkan model pelatihan berdasarkanstruktur program dengan menambah jangka waktu yang lebih memadai sehingga hasilnyalebih optimal.

Kata kunci: Model pelatihan, OSN bidang Fisika SMP

PENDAHULUANPeningkatan mutu Sumberdaya

Manusia (SDM) melalui pendidikan masihakan terus menjadi tantangan bagipembangunan pendidikan di tanah air danmerupakan bagian dari amanat yang terteradalam Undang-Undang Republik IndonesiaNo 20 tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional. Peningkatan mutu SDM melaluipembangunan pendidikan, dapat dilaksanakanbaik melalui program pengajaran di sekolahdan satuan lainnya, atau dalam bentukprogram lainnya, sebab mutu pendidikan akanmenjadi ujung tombak untuk meningkatkandaya saing bangsa (nation competitiveness)dalam menghadapi persaingan global.

Peningkatan mutu pendidikan harusmenyeluruh yang mencakup semua bidangilmu atau mata pelajaran yang diajarkan disekolah, khususnya di SMP. Akan tetapi untukmenghadapi tantangan khusus makapeningkatan mutu pendidikan dapatdiprioritaskan pada mata pelajaran-matapelajaran tertentu, misalnya yang berkaitandengan ilmu dasar. Adapun mata pelajaranyang mencakup ilmu dasar di tingkat SMPadalah Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam (MIPA). Prioritas kepada mata pelajaranini diberikan karena ilmu dasar memilikiperanan sangat penting dalam pengembangandaya nalar dan kemampuan pemecahanmasalah. Selain itu, ilmu dasar tersebutmerupakan tulang punggung daripengembangan ilmu pengetahuan danteknologi.

Sejalan dengan upaya peningkatan mutupendidikan, maka pemerintah RI telahmenyediakan sarana atau wadah kompetisiatau lomba secara nasional dalam berbagaimata pelajaran dari berbagai jenjangpendidikan (SD sampai SMA) yang dinamaiOlimpiade Sains Nasional (OSN) yang sudahdimulai sejak tahun 2002. Khusus untuktingkat SMP, OSN mulai dirintis sejak tahun2003.

Kegiatan Olimpiade Sains Nasional(OSN) merupakan wadah untuk mencari bibit-bibit siswa yang berprestasi dalam bidangMIPA sebagai calon peserta pada olimpiadeMIPA, karena sejak tahun 1993 Indonesiatelah menjadi anggota dan aktif mengikutikegiatan olimpiade Internasional. Oleh karenaitu siswa pada jenjang SMP perlu didorongagar menyenangi mata pelajaran MIPA,

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 135: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

134

Abdul Hamid* adalah Dosen FKIP Universitas Syiah Kuala

sehingga diharapkan dapat muncul bibit-bibityang baik untuk diikutsertakan dalam kegiatanolimpiade secara berjenjang mulai dari tingkatsekolah, kabupaten/kota, provinsi, nasionaldan internasional. OSN tingkat SMPmerupakan langkah awal bagi siswa SMPyang nantinya diharapkan dapat terusmengikuti olimpiade di tingkat SMA.

Pelaksanaan Olimpiade Sains Nasional(OSN) tingkat SMP mempunyai 2 tujuan,yaitu tujuan umum dan tujuan khusus(Direktorat Pembinaan SMP Depdiknas, 2013)Secara umum, kegiatan OSN tingkat SMPbertujuan untuk meningkatkan mutupendidikan Matematika dan Ilmu PengetahuanAlam secara komprehensif melaluipenumbuhkembangan budaya belajar,kreativitas dan motivasi meraih prestasiterbaik melalui kompetisi yang sehat sertamenjunjung nilai-nilai sportivitas. Sedangkantujuan khusus yang diharapkan daripelaksanaan OSN bidang Fisika antara lainadalah (1) melihat standar mutu pembelajaranfisika SMP secara nasional, (2)mengidentifikasi para siswa berprestasi disetiap kabupaten, provinsi, dan nasional dalambidang fisika, (3) memberikan penghargaankepada siswa yang berprestasi dalam bidangfisika.

Tujuan kegiatan OSN tingkat SMP inisesuai dengan amanat UU No. 20 tahun 2003,mutu pendidikan juga digariskan dalamPeraturan Pemerintah (PP) No. 19 tahun 2005tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalamperaturan pemerintah ini ditegaskan tentangpentingnya mutu pendidikan dan sistempenjaminannya yang memuat hal-hal yangberkaitan dengan standarisasi pendidikansecara nasional. Secara nasional, harus adaacuan tentang standar isi, standar proses,standar pengelolaan, standar keuangan danstandar lainnya yang berkaitan dengan prosespendidikan sebagai suatu sistem. Penetapanstandar secara nasional dimaksudkan sebagaiacuan mutu pengembangan pendidikan didaerah-daerah sehingga dapat dibandingkanantara satu dengan yang lainnya.

Tujuan pelaksanaan OSN bidang Fisikatingkat SMP di atas sejalan dengan tujuan danharapan dari pelaksanaan olimpiade sainstingkat yang lebih tinggi seperti berikut.The science olympiad can be a successfulexperience in many ways:

(1) It can increase student interest inscience

(2) it can enhance student self-esteem bygiving a feeling of belonging andaccomplishment

(3) It can enrich classroom scienceprogram

(4) It can strengthen school spririt(5) It can involve the comuniy(6) It can be fun !!!

(http://www.mysoly.org/elementary/index.htm)

Sesuai dengan tujuan pelaksanaanOlimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat SMPkhususnya untuk bidang Fisika, makainformasi tentang olimpiade tersebut perludisosialisasikan kepada siswa, orangtua siswa,guru, pengawas, Dinas Pendidikan danberbagai pihak yang terkait. Minimnyainformasi tentang OSN mengakibatkan tujuanolimpiade yaitu menjaring siswa yangberbakat dalam bidang Fisika masih belumdapat dilakukan secara optimal.

Sejalan dengan sosialisasi dan kesiapansiswa SMP untuk berlomba mengikuti OSN,maka Dinas Pendidikan Kota Sabangmelaksanakan pelatihan dalam upaya untukmeningkatkan kompetensi guru bidang Fisikadan mempersiapkan guru-guru calon pembinaOSN di sekolahnya masing-masing. Berkaitandengan upaya tersebut maka peneliti telahditunjuk menjadi narasumber untuk pelatihantersebut dan kesempatan ini penelitimanfaatkan juga sebagai bagian dari kegiatanpenelitian ini.

Keberhasilan seorang peserta lombaOSN bidang Fisika pada jenjang SMPditentukan oleh banyak faktor. Salah satunyaadalah kesiapan peserta. Kesiapan ini meliputikesiapan fisik dan kesiapan mental, termasukdi dalamnya adalah kesiapan dalam halkemampuan akademik. Menyadari pentingnyapersiapan diri peserta lomba OSN, maka gurupembina OSN bidang Fisika di tingkat sekolahharus dapat mempersiapkan segala kebutuhanpara siswanya.

Agar guru dapat mempersiapkan siswapeserta OSN bidang Fisika dengan baik, makaguru harus meningkatkan kemampuanakademiknya terutama dalam menyelesaikansoal-soal yang tidak rutin ditemukan dalampembelajaran fisika di sekolah. Salah satu polapelatihan yang dapat meningkatkankemampuan akademik guru calon pembina

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 136: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

135

Abdul Hamid* adalah Dosen FKIP Universitas Syiah Kuala

Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidangFisika SMP maka akan dilaksanakan denganstruktur program 20% pemantapan teori, 60%latihan soal, dan 20% wawancara.

Mengingat waktu pelaksanaan pelatihanyang telah direncanakan maka penelitimelaksanakan dengan program pelatihandengan struktur program 20% pemantapanteori, 60% latihan soal, dan sisanya 20%wawancara. Terkait dengan hal tersebut diatas, permasalahan yang akan dikaji lebihlanjut adalah Apakah model pelatihanOlimpiade Sains Nasional (OSN) bidangFisika SMP yang dilaksanakan dengan strukturprogram 20% pemantapan teori, 60% latihansoal, dan 20% wawancara mampumeningkatkan kemampuan akademik gurucalon pembina olimpiade bidang Fisika?

Dari uraian di atas, dapat diajukanhipotesis yang dapat dijadikan pegangandalam mencari jawaban permasalahan yangdiajukan. Hipotesis penelitian ini dirumuskanyaitu pelatihan Olimpiade Sains Nasional(OSN) bidang Fisika SMP yang dilaksanakandengan struktur program 20% pemantapanteori, 60% latihan soal, dan 20% wawancaramampu meningkatkan kemampuan akademikguru calon pembina olimpiade bidang Fisika.

METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian ex

post facto dengan subjek penelitian semuaguru SMP/MTs yang mengajar bidang Fisikadi Kota Sabang. Sampel penelitian diambildengan menggunakan teknik kuota sampling.Besarnya anggota sampel penelitian adalah 15orang guru yang berasal dari SMP/MTs negeridan swasta.

Data yang diambil dalam penelitian iniadalah data tentang kemampuan akademikguru calon pembina OSN bidang FisikaSMP/MTs di Kota Sabang sebelum dansetelah mengikuti pelatihan peningkatankompetensi guru bidang fisika sertawawancara. Untuk mengumpulkan datatersebut di atas, digunakan standar tesOlimpiade Sains Nasional (OSN) bidangFisika SMP tahun sebelumnya dan wawancaradengan guru peserta pelatihan. Selanjutnyadata dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.Analisis kuantitatif dilakukan dengan mencaripersentase peningkatan/perubahan hasil belajarsebelum dan sesudah mengikuti pelatihan.

Analisis kuantitatif digunakan untukmenjawab permasalahan pertama berupa uji tdari observasi berpasangan, yaitu

ns

Bt

B / (Sudjana, 2002)

Dengan B adalah rerata skor perbedaankemampuan akademik guru pembina OSNbidang Fisika di Kota Sabang sebelum dansetelah mengikuti pelatihan.

HASIL DAN PEMBAHASANHasil Penelitian

Hasil tes para peserta pelatihanpeningkatan kemampuan akademik disajikandalam bentuk persentase. Data untuk seluruhpeserta, berupa rerata dan standar deviasi skortes sebelum dan setelah pelatihan sertapeningkatannya disajikan pada tabel 1.Tabel 1 : Rerata Persentase Skor Tes PesertaPelatihan OSN bidang Fisika Kota SabangTahun 2014

Statistik

Sebelum

SetelahPeningkatan/Pen

urunan

Rerata 58.13 78.67 20.53

Standardeviasi

7.57 6.48 5.82

Hipotesis alternatif untukpermasalahan model pelatihan yangdikembangkan dengan struktur program 20%pemantapan teori, 60% latihan soal, dan 20%wawancara mampu meningkatkan kemampuanakademik guru calon pembina OSN bidangFisika SMP. Perhitungan nilai uji statististikmenunjukkan hasil bahwa thitung = 14,004.Nilai t kritis pada taraf signifikansi 5% dandengan derajat kebebasan 14 adalah sebesar2,145. Dari perhitungan ini terlihat bahwa nilait hitung lebih besar dari nilai kritis 2,145.Dengan demikian, terima hipotesis alternatif.

PembahasanHasil pengujian hipotesis untuk

permasalahan penelitian ini menunjukkanbahwa model pelatihan yang dikembangkandengan struktur program pemantapan teori,latihan soal dan wawancara seperti diuraikansebelumnya mampu meningkatkankemampuan akademik guru calon pembinaOSN bidang Fisika SMP. Hal ini menunjukkan

Abdul Hamid, Pengembangan Model Pelatihan Olimpiade Sains Nasional

Page 137: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

136

Abdul Hamid* adalah Dosen FKIP Universitas Syiah Kuala

bahwa struktur program yang dikembangkanmampu meningkatkan kemampuan pesertapelatihan dalam menyelesaikan soal-soalFisika SMP yang setara dengan soal-soalOlimpiade Sains Nasional (OSN) tingkatkabupaten/kota dan provinsi tahunsebelumnya.

Peningkatan kemampuan akademikpeserta pelatihan OSN dalam menyelesaikansoal-soal Fisika merupakan hasil daripemantapan konsep-konsep dasar Fisika danlatihan-latihan soal Fisika dalam bentukpilihan ganda dan soal isian singkat yangdiselesaikan dalam bentuk uraian. Latihan-latihan soal yang diberikan selama pelatihanmembuat peserta mampu mengembangkanwawasan berpikir kritisnya. Hal ini sejalandengan pendapat Piaget yang menekankanpentingnya latihan-latihan dan lingkungandalam menumbuh kembangkan intelegensipeserta pelatihan (Suparno, 2001).

Peranan lingkungan khususnyalingkungan belajar sangat penting dalammenciptakan suasana yang memungkinkantumbuhnya pengetahuan dan keterampilanbaru pada diri peserta pelatihan (Purwanto,2004). Sejalan dengan hal ini, model pelatihanOSN dilaksanakan untuk menciptakanlingkungan yang sesuai agar mampumenumbuhkan kemampuan-kemampuan yangharus dimiliki oleh guru calon pembina OSNbidang Fisika SMP di sekolahnya masing-masing. Unsur penting yang perlu diperhatikandalam perkembangan pemikiran guru calonpembina OSN adalah latihan dan pengalaman(Suparno, 2001). Latihan berpikir,merumuskan masalah dan memecahkannya,serta mengambil kesimpulan akan membantuguru calon pembina untuk mengembangkanpemikiran dan intelegensinya. Semakinbanyak latihan yang dilakukan semakinberkembanglah cara berfikirnya. Demikianjuga, dengan semakin banyak melakukanlatihan memecahkan soal-soal OSN bidangFisika, maka peserta pelatihan akan semakinmengerti dan berkembang cara berfikirnya.

Selain latihan soal-soal, pengalaman jugamempunyai peranan penting dalamperkembangan peserta pelatihan. Kemampuanakademik peserta pelatihan akan meningkat

dari berbagai fase perkembangan kognitifPiaget bila diciptakan kondisi-kondisilingkungan yang memungkinkan terjadipengalaman fisik, pengalaman logikamatematika, transmisi sosial dan pengaturansendiri (Dahar, 1989). Pengalaman fisikberguna untuk mengabstraksi benda-benda,pengalaman logika matematika berguna untukmengkonstruksi hubungan-hubunganantarobjek, transmisi sosial berasal dari oranglain sebagai motivator atau fasilitator, danpengaturan sendiri berguna untuk memperolehkeseimbangan dengan pengalaman baru yangtelah diperoleh dari lingkungan. Pengalamanfisik, pengalaman logika matematika,transmisi sosial dan pengaturan sendiridikembangkan secara maksimal dalamprogram pelatihan yang dikembangkan.

Aspek penting yang lain yangdikembangkan dalam proses pelatihan adalahmenumbuhkan motivasi. Motivasi inimerupakan dorongan bagi peserta pelatihanuntuk dapat menunjukkan kemampuanterbaiknya. Motivasi yang ditumbuhkanselama dalam proses pelatihan lebih banyakbersifat motivasi ekstrinsik yaitu motivasiyang berasal dari luar diri peserta pelatihan.Motivasi ditumbuhkan dengan caramenumbuhkan kesadaran para pesertapelatihan akan kemampuan dirinya danmenciptakan suasana persaingan yang sehatuntuk menunjukkan kemampuan terbaiknya.

KESIMPULAN DAN SARANBerdasarkan hasil analisis data dan

pembahasan pada bagian sebelumnya dapatdisimpulkan bahwa model pelatihanOlimpiade Sains Nasional (OSN) bidangFisika SMP yang dilaksanakan dengan strukturprogram 20% pemantapan teori, 60% latihansoal, dan 20% wawancara mampumeningkatkan kemampuan akademik gurucalon pembina OSN bidang Fisika.

Berkaitan dengan hasil penelitian ini,disarankan untuk mengembangkan modelpelatihan berdasarkan struktur program, tetapidengan jangka waktu yang lebih lama lagisehingga hasilnya lebih optimal dan diselingidengan waktu jeda untuk menghindarikejenuhan peserta.

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2012. Panduan Olimpiade Sains

Nasional (OSN) dan Lomba SainsTingkat Internasional SekolahMenengah Pertama Tahun 2013.

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Maret 2016 Volume 24 Nomor 1

Page 138: JURNAL PENDIDIKAN - jurnal2.serambimekkah.ac.idjurnal2.serambimekkah.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/serambi... · Meningkatkan Hasil Belajar Rangkaian R-L-C melalui Jigsaw Siswa

137

Abdul Hamid* adalah Dosen FKIP Universitas Syiah Kuala

Jakarta: Direktur Jenderal PendidikanDasar, Direktorat Pembinaan SMP,Kemdikbud.

Dahar, R W 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Naskah Undang-undang No. 20 tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional

Naskah Peraturan Pemerintah No. 19 tahun2005 tentang Standar NasionalPendidikan

Online material available at:http://www.mysoly.org/elmentary/index.htm

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung:Tarsito

Suparno, Paul. 2001. Teori PerkembanganKognitif Jean Piaget . Yogyakarta :Kanisius

Abdul Hamid, Pengembangan Model Pelatihan Olimpiade Sains Nasional