serarnbi ekonorni bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha...

68
JSEEs ISSN e35q-17UX Serarnbi Ekonorni & Bisnis Volume 1 Nomor 1 Februari 2014

Upload: phamtuong

Post on 22-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

JSEEs ISSN e35q-17UX

Serarnbi Ekonorni & BisnisVolume 1 Nomor 1 Februari 2014

Page 2: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

i | Salam Redaksi ISSN 2354-970X

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

SALAM REDAKSI

Krue seumangat! Telah terbit edisi perdanaJurnal Serambi Ekonomi dan Bisnis Vol. 1No.1 Februari 2014. Jurnal ini diterbitkan olehProdi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan Universitas SerambiMekkah. Jurnal ini terbit dua kali dalamsetahun (Februari dan Agustus) yang memuatberbagai hasil penelitian dan ide konseptualdalam bidang ekonomi dan bisnis. Edisiperdana jurnal ini hadir dengan sepuluh tulisanhasil penelitian di bidang ekonomi dan bisnis.

Penelitian pertama ditulis oleh Murtala yangmengkaji mengenai isu pengaruh modal usahalembaga keuangan mikro terhadap volumeusaha kecil. Tulisan ini menghasilkan duatemuan, yaitu meningkatnya penyaluran kreditdari lembaga keuangan mikro, danbertambahnya volume usaha kecil dari tahunke tahun di Kabupaten Aceh Besar.

Selanjutnya tulisan kedua ditulis oleh Mahdi

menemukan bahwa bahwa investasi swastabaik PMDN maupun PMA di Indonesia adalahbersifat tidak elastis.

Untuk melihat potensi ekonomi daerah dimuatpada tulisan ketiga yang ditulis Martahadi.

Hasil penelitian menemukan bahwa strukturekonomi Kabupaten Aceh Utara mengalamipergeseran dalam sektor pertanian, yangbergeser menjadi memiliki keunggulankompetitif dan berspesialisasi. Di KotaLhokseumawe hanya sektor jasa-jasa yangmengalami pergeseran menjadi tidakkompetitif dan tidak berspesialisasi pada akhirtahun observasi. Sebaliknya, di KabupatenBireuen tidak ada sektor ekonomi yangmengalami pergeseran posisi dari efek alokasi.

Berbeda dengan tulisan sebelumnya, tulisan inimengkaji pentingnya pemanfaatan limbahindustri dalam pemeliharaan lingkungan hidup.Tulisan keempat ini ditulis oleh Syaifuddin

Yana yang merekomendasikan agarPemerintah Aceh memberikan perhatianterhadap industri pengolahan limbah plastik inidengan cara mendukung industri pengolahanlimbah plastik ini, khususnya pada kegiatanusaha swasta, tidak hanya pada pengolahanplastik cacahan (plastic chips), akan tetapisampai menjadi produk plastik yang memilikimemiliki value added.

Masih mengenai kajian pemeliharan lingkung-an, tulisan kelima yang ditulis oleh Armi ini

menyarankan agar masyarakat dapatmemanfaatkan limbah cair industri tahudengan mengembangkan produksi nata,dimana selain dapat mengurangi pencemaranlingkungan juga dapat menghasilkan nilaiekonomis.

Terkait dengan distribusi pendapatan antardaerah dimuat dalam tulisan keenam yangditulis oleh Khairul aswadi. Penelitian inimenemukan bahwa ketimpangan pendapatandi Kabupaten Aceh Tengah dan KabupatenBener Meriah baik yang dibandingkan denganProvinsi Aceh maupun yang dibandingkandengan Kabupaten Induk menunjukkanketimpangan yang rendah. Hal inimenunjukkan bahwa distribusi pendapatanmerata di kabupaten tersebut.

Tulisan ketujuh ditulis oleh Badaruddin yangmengkaji tentang pengaruh kompensasiterhadap kinerja karyawan menemukan bahwakompensasi finansial dan kompensasi nonfinansial berpengaruh positif terhadap kinerjakaryawan.

Isu mengenai pendapatan petani terdapatdalam tulisan kedelapan yang ditulis olehAnwar. Hasil kajian ini menemukan bahwatingkat pendapatan bersih rata-rata petanikakao di Kecamatan Peusangan Selatandipengaruhi oleh harga jual di pasaran.

Mengenai Derajat Desentralisasi Fiskal dimuatdalam tulisan kesembilan yang ditulis olehMarlina menemukan bahwa efektifitasrealisasi PAD di Provinsi Aceh adalah sangatefektif. Namun, derajat desentralisasi fiskalPemerintah Aceh selalu berada pada dalamkategori sangat kurang baik. Hal inidisebabkan PAD tidak pernah melebihi 10persen dari penerimaan Pemerintah Aceh.

Dan tulisan kesepuluh ditulis oleh Nasir

mengani isu kemiskinan menunjukkan bahwaPDRB perkapita, Pengangguran, dan Inflasisecara bersama-sama berpengaruh terhadapjumlah penduduk miskin di Provinsi Aceh.

Demikian ulasan singkat redaksi. Semoga hasilpenelitan di atas dapat bermanfaat bagipembaca.

Banda Aceh, Februari 2014Salam Redaksi

Page 3: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

ISSN: 2354-970X Daftar Isi | ii

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

DAFTAR ISI

SALAM REDAKSI ......................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

Pengaruh Modal Usaha Lembaga Keuangan Mikro terhadap Volume Usaha Kecil diKabupaten Aceh Besar

Murtala .................................................................................................. 1-4

Elastisitas Investasi dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian diIndonesia

Mahdi ��� ......................................................................................... 5-10

Perubahan Struktur Ekonomi Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Bireuen dan KotaLhokseumawe

Martahadi ��.. .................................................................................. 1 11-18

Optimalisasi Pengolahan Limbah Plastik dengan Simulasi dan Analisis KelayakanInvestasinya di Kota Lhokseumawe

Syaifuddin Yana �..1 ............................................................................ 19-26

Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu dengan menggunakan Acetobakter Xylinummenjadi Nata De Soya dan Masa Inkubasi terhadap Karakteristik Nata

Armi �................................................................................................... 27-34

Ketimpangan Pendapatan antara Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten BenerMeriah

Khairul Aswadi ���.......................................................................... 35-40

Pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Pertamina (Persero) UnitPemasaran I Cabang Banda Aceh

Badaruddin ���.. .............................................................................. 41-46

Analisis Tingkat Pendapatan Petani Kakao di Kecamatan Peusangan SelatanKabupaten Bireuen

Anwar ..................................................................................................... 47-51

Analisis Derajat Desentralisasi Fiskal, Elastisitas, Efisiensi, dan EfektifitasPendapatan Asli Daerah Aceh

Marlina................................................................................................... 52-58

Pengaruh PDRB, Inflasi dan Pengangguran terhadap Jumlah Penduduk Miskin diProvinsi Aceh

Nasir ....................................................................................................... 59-64

INDEKS PENGARANG ................................................................................. 65

PANDUAN PENULISAN ................................................................................ 66

Page 4: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Jurnal Serambi Ekonomi & Bisnis│Vol. 1 No.1 (2014) : 1 – 4 ISSN 2354-970X

* Korespondensi Pengarang:

Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh

Kampus Utama Cot Tengku Nie Reuleut, Muara Batu, Aceh UtaraE-mail: [email protected]

PENGARUH MODAL USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO TERHADAP

VOLUME USAHA KECIL DI KABUPATEN ACEH BESAR

Murtala

Program Studi Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh

Abstrak

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh modalusaha Lembaga Keuangan Mikro terhadap volume usaha kecil di Aceh Besar. Penelitian

ini dilakukan di kabupaten Aceh Besar, variabel dalam penelitian ini dibatasi hanya

variabel jumlah dana yang disalurkan oleh lembaga keuangan mikro kepada usaha kecildan mikro dan variabel total penerimaan untuk semua usaha kecil dan mikro yang

terdapat di kabupaten Aceh Besar dari tahun 2000-2006. Dari hasil penelitian diperoleh

perkembangan Lembaga Keuangan Mikro di Kabupaten Aceh Besar dari tahun 2000-2006 menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Jumlah Lembaga keuanganMikro dari tahun 2000 sebanyak 2 unit kemudian bertambah menjadi 3 unit pada tahun

2001 dan 2002, sampai tahun 2006 jumlah Lembaga keuangan Mikro menjadi 8 unit.

Dari hasil penelitian diperoleh koefisien determinan (R2) bernilai 0,881 atau 88,1 persen

menunjukkan bahwa determinan variabel modal usaha untuk pengembangan usaha kecil

berpengaruh terhadap volume usaha kecil di Kabupaten Aceh Besar sebesar 88,1 persen,sedangkan sisanya sebesar 11,9 persen adalah faktor-faktor lain yang tidak dimasukan

dalam penelitian ini yang mempengaruhi volume usaha kecil di Kabupaten Aceh Besar.Diharapkan kepada pengusaha kecil dan menengah di Kabupaten Aceh Besar dapat terus

meningkatkan kinerjanya, yang pada akhirnya dapat meningkatkan volume usaha, hal ini

dapat dilakukan dengan menambah modal, dan strategi pemasaran untuk menarik minatbeli dari konsumen.

Kata Kunci:Modal usaha, lembaga keuangan mikro, volume usaha kecil

PENDAHULUAN

Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,

sektor UMKM harus lebih diperhatikanmengingat masih banyak masyarakat Aceh

khususnya masyarakat di pedesaan yang belum

bisa mengakses jasa perbankan, untuk itusektor UMKM sangat perlu untuk terusdikembangkan. Pentingnya pengembangan

sektor UMKM di Aceh terutama pascatsunami. Di mana akibat terjadinya bencana

gempa bumi dan gelombang tsunami pada

tanggal 26 Desember 2004 telah

mengakibatkan sebanyak 20,88 persen (5.176unit) sektor UMKM hancur, sehinggamenyebabkan 170 ribu orang kehilangan

pekerjaan. Angka yang sebenarnya mungkinlebih tinggi karena bencana ini menimpa

wilayah Kotamadya Banda Aceh. Pasca

bencana alam tersebut, kegiatan produksi

beralih pada sektor UMKM. Hal ini

dikarenakan sektor UMKM mampu bertahandalam setiap kondisi apapun. Di mana data

BPS menunjukkan bahwa besaran ProdukDomestik Regional Bruto (PDRB) yang

diciptakan UMKM di Kota Banda Aceh dari

tahun 2000-2005 mengalami kenaikan yangsangat berarti. Pada tahun 2001, PDRB KotaBanda Aceh mencapai Rp 1.318.011,26 juta,

naik ketimbang tahun 2000 yang hanya Rp1.216.609,86 juta. PDRB ini terus meningkat

menjadi Rp 1.493.057,77 juta di tahun 2002,

kemudian di tahun 2003 menjadi Rp

1.644.289,23 juta, selanjutnya pada tahun 2004menjadi Rp 1.811.553,74 juta dan pada tahun2005 meningkat lagi menjadi Rp 1.962.127,97

juta (BPS, 2006).

Di Kabupaten Aceh Besar sekarang telah ada 8

LKM yang ikut serta dalam memberdayakan

Page 5: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

2 | Murtala

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

UMKM. Lembaga keuangan mikro berperan

penting terhadap perkembangan UMKM di

Kabupaten Aceh Besar karena hampirsebahagian besar pekerja adalah wiraswastayang terlibat dalam kegiatan ekonomi

informal, yang sangat tergantung terhadap

sektor UMKM. Oleh karena itu,pengembangan sektor UMKM menjadi faktor

penting dalam pengembangan ekonomi diKabupaten Aceh Besar. Guna memberdayakankembali perekonomian di Kabupaten Aceh

Besar, khususnya sektor UMKM, perlu

dilakukan pembenahan secara menyeluruh,

baik di sisi penyedia jasa keuangan dalam halini lembaga keuangan mikro maupun di sisipenerimanya yakni UMKM.

Winardi (2002 : 181) mendefinisikan industri

sebagai suatu usaha produktif, terutama dalam

bidang produksi atau perusahaan tertentu yangmenyelenggarakan jasa-jasa. Misalnyatransportasi yang menggunakan modal dan

tenaga kerja. Menurut BPS “Industri Kecil

adalah usaha yang melakukan kegiatanmengubah barang dasar menjadi barang

jadi/setengah jadi dan atau barang yang kurang

nilainya menjadi barang yang lebih tingginilainya dengan jumlah tenaga kerja 5-19

orang. Bila tenaga kerjanya antara 20-100

orang disebut usaha sedang dan lebih dari 100

orang disebut usaha besar.

Pengertian Industri Kecil menurut Tugiman(2005:6) perlu adanya beberapa pendekatanuntuk membuktikan suatu usaha tergolong

kedalam usaha kecil. Pendekatan-pendekatan

tersebut yaitu : pendekatan tenaga kerja ,pendekatan omzet dan assets, dan pendekatan

asset. Undang-undang No 9 tahun 1995

tentang Industri Kecil memberikan pengertianIndustri Kecil sebagai suatu kegiatan ekonomirakyat yang berskala kecil dan memenuhi

kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan

tahunan serta kepemilikannya sebagaimanadiatur undang-undang ini, pasal 1 ayat 2 yang

berbunyi: ”memiliki kekayaaan bersih palingbanyak Rp 200.000.000 (Dua Ratus jutarupiah), tidak termasuk tanah dan tempat

usaha; atau Memiliki hasil penjualan tahunan

paling banyak Rp. 1.000.000.000 (Satu milyar

Rupiah;Milik warga negara RepublikIndonesia. Berdiri sendiri, bukan merupakananak perusahaan atau cabang langsung

maupun tidak langsung dengan usahamenengah atau usaha besar; Berbentuk usaha

perseorangan, usaha yang tidak berbadan

hukum, berbadan hukum yang tidak termasuk

koperasi.”

Badan Pusat Statistik (BPS, 1998: 71)memberikan pengertian tentang Indutri Kecil

yaitu usaha yang melakukan kegiatan usaha

mengubah barang dasar menjadi barangsetengah jadi/barang jadi atau barang yang

kurang nilainya menjadi barang yang lebihtinggi nilainya, dengan jumlah tenaga kerja 5-19 orang.

Dilihat dari berbagai kriteria, suatu industri

dapat diklasifikasikan ke dalam tingkatan-tingkatan tertentu. Secara umum penggolonganindustri didasarkan pada kriteria-kriteria fisik

yaitu banyak modal yamg digunakan sertajumlah karyawan atau tenaga kerja yang

diperkerjakan dalam kegiatan industri tersebut,

baik dengan menggunakan mesin maupuntanpa menggunakan mesin.

Hadi (1995 : 20), mengkategorikan industri ke

dalam tiga ukuran yaitu, (1) Industri besaryaitu industri yang mempekerjakan buruh 100

orang atau lebih tanpa menggunakan mesin

atau industri yang mempekerjakan buruh 50orang atau lebih tetapi menggunakan mesin;

(2) industri sedang yaitu industri yang

mempekerjakan buruh 10 sampai 99 orang

tanpa menggunakan mesin ataumemperkerjakan 5 sampai 49 orang dengan

menggunakan mesin; dan (3) industri kecilyaitu industri yang memperkerjakan buruh 1sampai 9 orang tanpa menggunakan mesin atau

industri yang memperkerjakan buruh 1 sampai

4 orang dengan menggunakan mesin.

Menurut definisi yang dipakai dalam

Microcredit Summit (1997), kredit mikroadalah program pemberian kredit berjumlahkecil yang diberikan bagi warga paling miskin

untuk membiayai proyek yang dia kerjakan

sendiri agar menghasil-kan pendapatan, yangmemungkinkan mereka peduli terhadap diri

sendiri dan keluarganya. Sedangkan BankIndonesia mendefinisikan kredit mikromerupakan kredit yang diberikan kepada para

pelaku usaha produktif baik perorangan

maupun kelompok yang mempunyai hasil

penjualan paling banyak Rp 100 juta per tahun.Sementara di BRI, keuangan mikrodidefinisikan sebagai pelayanan kredit di

bawah Rp 50 juta (Wijono, 2005: 90).Lembaga keuangan mempunyai fungsi sebagai

intermediasi dalam aktifitas suatu

Page 6: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Pengaruh Modal Usaha Lembaga Keuangan Mikro terhadap Volume Usaha Kecil di Kabupaten Aceh Besar | 3

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

perekonomian. Jika fungsi ini berjalan baik,

maka lembaga keuangan tersebut dapat

menghasilkan nilai tambah. Banyaknya jenislembaga keuangan mikro yang tumbuh danberkembang di Indonesia menunjukkan bahwa

lembaga keuangan mikro sangat dibutuhkan

oleh masyarakat, terutama kelompokmasyarakat berpeng-hasilan rendah, pengusaha

kecil dan mikro yang selama ini belumterjangkau oleh jasa pelayanan keuanganperbankan khususnya bank umum. Pada

lembaga keuangan mikro ini dapat

menumbuhkan minat masyarakat terutama di

pedesaan untuk berusaha atau menumbuhkanpengusaha-pengusaha kecil, yang padaakhirnya dapat membantu program pemerintah

untuk meningkatkan produktivitas usahamasyarakat kecil di pedesaan, meningkatkan

pendapatan pen-duduk desa, menciptakan

lapangan kerja baru di pedesaan, sertamenunjang program pemerintah dalammengupayakan pemera-taan pendapatan

penduduk desa dan upaya pengentasan

kemiskinan (Rudjito, 2003).

Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu

kabupaten di Provinsi Nanggroe AcehDarussalam, memiliki luas wilayah 2.974,12

km2 dengan jumlah penduduk sebesar 263.403

jiwa di tahun 2004, yang tersebar di 22

kecamatan. Sumber utama penghasilanpenduduknya adalah sebagai petani, dengan

mengarap tanaman pangan. Disegi taraf danpola konsumsi penduduknya, lebih besar untukmengkonsumsi bahan makanan sebesar 64,76

persen dan 35,24 persen untuk mengkonsumsi

non-makanan dari pengeluarannya(BPS.2004). Hal tersebut merupakan kategori

penduduk miskin, jumlah penduduk miskin di

Kabupaten Aceh Besar yaitu, sebesar 89.646jiwa di tahun 2003 dan 91.576 jiwa di tahun2004, keadaan ini mengalami peningkatan

sebesar 1.930 jiwa atau 97,892 persen di tahun

2004. Dengan jumlah penduduk miskindemikian, Kabupaten Aceh Besar berada pada

tingkat nomor 5 dari urutan Kabupaten-Kabupaten yang memiliki penduduk miskin diProvinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini

adalah untuk mengetahui pengaruh modalusaha Lembaga Keuangan Mikro terhadapvolume usaha kecil di Aceh Besar. Dari latar

belakang dan landasan teoritis serta penelitianterkait yang telah dikemukakan sebelumnya,

maka dapat dibuat suatu hipotesis dalam

penelitian ini yaitu modal usaha dari Lembaga

Keuangan Mikro berpengaruh signifikan

terhadap volume usaha kecil di Aceh Besar.

METODE PENELITIAN

Ruang Lingkup PenelitianPenelitian ini dilakukan di kabupaten Aceh

Besar, untuk mengetahui pengaruh modalusaha Lembaga Keuangan Mikro terhadap

volume usaha kecil di Aceh Besar maka

variabel dalam penelitian ini dibatasi hanyavariabel jumlah dana yang disalurkan oleh

lembaga keuangan mikro yang merupakan

modal usaha bagi usaha kecil dan variabelvolume usaha kecil di kabupaten Aceh Besardari tahun 2000-2007.

Sumber DataData yang digunakan di dalam penelitian ini

adalah data sekunder, yaitu total dana yangdisalurkan Lembaga keuangan Mikro kepadaUsaha kecil dan total penerimaan Usaha kecil

yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik

Kabupaten Aceh Besar, Departemen

Perindustrian dan Perdagangan, dan instansiterkait lainnya yang berkaitan dengan topikskripsi ini. Data yang dianalisis adalah dari

tahun 2000 sampai tahun 2007.

Model Analisis DataUntuk mengetahui pengaruh modal terhadappenerimaan sektor usaha kecil di Aceh Besarperiode 2000-2007 maka dilakukan dengan

menggunakan regresi linear sederhana menurut

Gujarati, (1999:24) sebagai berikut:

Y = α + βX + eidi mana:Y = Dependent variable

α = Interceptβ = Koefisien regresiX = Independent variable

ei = Faktor pengganggu

Kemudian model tersebut diformulasikan ke

dalam model sebagai berikut:

V = a + bM + eidi mana :

V = Volume usaha

a = Interceptb = Koefisien regresi dari variabel

modal usaha

M = Variabel modal usahaei = Variabel pengganggu

Page 7: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

4 | Murtala

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Modal Usaha Lembaga

Keuangan Mikro Terhadap Volume Usahakecil Di Aceh BesarUntuk menganalisis pengaruh kredit kelayakan

usaha terhadap kelangsungan usaha kecil di

Kabupaten Aceh Besar akan dianalisis dengan

menggunakan analisis Regresi Linear

Sederhana, dimana yang mejadi variabel

dependen dalam penelitian ini adalahkeuntungan usaha kecil, dan variabelindependen yaitu modal usaha untuk usaha

kecil, hasil perhitungan akhir adalah

sebagaimana ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Perhitungan Regresi

Keterangan Nilai Sig

R Korelasi 0,938

R Square 0,881

Adjusted R Square 0,861Constanta -91,419

Koefisien regresi volume usaha 9,437

F-hitung

0,004

0,001

44,250

T-hitung

6,652Sumber Hasil Pengolahan Data (diolah), 2007

KESIMPULAN

Perkembangan saluran dana dari Lembaga

keuangan Mikro kepada usaha kecil diKabupaten Aceh Besar pada tahun 2000mencapai 13,24 milyar rupiah. Pada tahun

2001 meningkat sebesar 15,25 persen atau

sebesar 13,41 milyar rupiah, sampai tahun2007 mencapai 14,98 milyar, fenomana ini

memberikan gambaran bahwa perhatianpemerintah terhadap perkembangan usaha

kecil di Kabupaten Aceh Besar semakin besarsehingga harus diberdayakan.

Perkembangan volume usaha dari usaha kecildi Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2000

sebesar Rp. 30,143 milyar. Pada tahun 2001meningkat menjadi Rp. 35,251 milyar, pada

tahun 2002 volume usaha kecil di KabupatenAceh Besar kembali meningkat sebesar 8,77

persen atau menjadi Rp. 38,34 milyar,volume

usaha dari usaha kecil di Kabupaten AcehBesar terus meningkat sampai tahun 2007yaitu mencapai Rp. 47,024 milyar.

REFERENSI

Badan Pusat Statistik. 1994. Statistik Industri

Kecil. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 1998. Aceh DalamAngka. Banda Aceh.

Badan Pusat Statistik. 2005. Indiktor MakroEkonomi. Nanggroe Aceh Darussalam.

Kakisina, Stephen. 2003. Posisi StrategikPerbankan Mikro dalam PembiayaanUsaha Mikro Kecil, dan Menengah di

Provinsi Papua. Jurnal Studi

Pembangunan Interdisiplin. EdisiDesember. Vol: 15. No: 3. Hal: 333 –

347.

Rudjito. 2003. Peran Lembaga Keuangan

Mikro Dalam Otonomi Daerah GunaMenggerakkan Ekonomi Rakyat dan

Menanggulangi Kemiskinan: Studi

Kasus Bank Rakyat Indonesia”. Jurnal

Keuangan Rakyat. Tahun II, No. 1Maret 2003.

Tugiman, Hiro. 1995. Peranan Usaha Kecil

dan Koperasi dalam Memamfaatkan

Sisa Laba BUMN. Jakarta: Jakarta

UU RI No. 9 Tahun 1999 Tentang Usaha

Kecil. Direktorat Jendral PembinaanPengusaha Kecil.

Winardi. 1992. Beberapa Aspek Industri

Dalam Pembangunan Regional.Prisma, No.5. LP3ES, Jakarta.

Wijono, Wiloejo Wirjo. 2005. “PemberdayaanLembaga Keuangan Mikro Sebagai

Salah Satu Pilar Sistem Keuangan

Nasional: Upaya Konkrit Memutus

Mata Rantai Kemiskinan”. KajianEkonomi dan Keuangan. Edisi KhususNovember 2005.

Page 8: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Jurnal Serambi Ekonomi & Bisnis│ Vol. 1 No. 1 (2014): 5 – 10 ISSN 2354-970X

* Korespondensi Pengarang:Biro Pembangunan Setda Aceh, Komplek Kantor Gubernur Aceh

Jl. Tengku Nyak Arif No. 219E-mail: [email protected]

ELASTISITAS INVESTASI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN

PDB SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA

Mahdi

Biro Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Aceh

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dan besarnya elastisitas investasiterhadap pertumbuhan PDB sektor pertanian di Indonesia. Alat ukur yang digunakan

dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda. Ruang lingkup penelitian mencakup

perkembangan investasi dalam pembangunan nasional di Indonesia, dibatasi tahun 1994–

2003. Mengingat luasnya aspek analisis maka akan dibatas hanya pada analisis investasidalam negeri dan investasi luar negeri terhadap PDB sektor pertanian di Indonesia.Analisis pengaruh investasi terhadap pertumbuhan PDB sektor pertanian di Indonesia

dilakukan dengan menggunakan regresi linear berganda yang diolah melalui bantuankomputer pada Program SPSS. Dari hasil penelitian diperoleh kedua koefisien elastisitas

untuk variabel bebas dalam peneltian bersifat elstisitas, untuk variabel investasi luar

negeri lebih elastis dari pada variabel investasi dalam negeri. Koefisien determinan (R2)

bernilai 87,5 % atau 0,875 menunjukkan variabel investasi dalam negeri dan investasiluar negeri mempengaruhi variabel pertumbuhan PDB sektor pertanian sebesar 87,5 %,

sedangkan sisanya 12,5 % dipengaruhi oleh faktor lainnya. Sesuai dengan hasil estimasi

dapat menjelaskan bahwa investasi swasta baik PMDN maupun PMA di Indonesia adalahbersifat tidak elastis. Maka diharapkan supaya kondisi perekonomian dan keamanan bisa

lebih bagus di masa yanag akan datang sehingga keinginan untuk berinvestasi lebih besar

baik investasi dari dalam negeri maupun luar negeri.

Kata Kunci: Investasi, Pertumbuhan Ekonomi, Sektor Pertanian

PENDAHULUAN

Suatu perekonomian dikatakan mengalami

pertumbuhan apabila tingkat kegiatan ekonomi

yang dicapai sekarang lebih tinggi daripadayang dicapai pada masa sebelumnya.

Pertumbuhan tercapai apabila jumlah fisik

barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkandalam perekonomian tersebut bertambah besardari tahun-tahun sebelumnya.

Dalam teori ekonomi pembangunan, Kuznetsmenunjukkan enam ciri-ciri pertumbuhan

ekonomi, yaitu: (1) terdapatnya laju kenaikan

produk perkapita yang tinggi untukmengimbangi laju pertumbuhan penduduk

yang cepat; (2) semakin meningkatnya laju

produk perkapita terutama akibat adanyaperbaikan teknologi dan kualitas input yang

digunakan; (3) adanya perubahan struktur

ekonomi dari sektor pertanian ke sektorindustri dan jasa; (4) meningkatnya jumlah

penduduk yang berpindah dari pedesaan kedaerah perkotaan (urbanisasi); (5)pertumbuhan ekonomi terjadi akibat adanya

ekspansi negara maju dan adanya kekuatan

hubungan internacional; dan (6) Meningkatnyaarus barang dan modal dalam hubungan

perdagangan internasional (Jhingan, 1988 : 73-

90).

Para ahli ekonomi pembangunan berpendapat

bahwa proses pertumbuhan ekonomi

dipengaruhi oleh dua macam faktor, yaitufaktor ekonomi dan faktor non ekonomi.

Beberapa faktor ekonomi yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi, diantaranya adalah :sumber daya alam dan tenaga kerja, akumulasi

modal, organisasi. Kemajuan teknologi dan

pembagian kerja serta skala produksi.Sedangkan faktor non ekonomi, seperti:

organisasi sosial, agama, budaya, politik dan

psikologis mempengaruhi tinggi rendahnyafaktor ekonomi. Faktor non ekonomi

Page 9: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

6 | Mahdi

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

mempunyai arti penting dalam analisis kajian

dinamika pertumbuhan di luar analisis faktor

ekonomi. (Jhingan, 1988 : 85).

Todaro (1998:121) mengatakan bahwa

keberhasilan pembangunan ekonomi

ditunjukkan oleh tiga nilai pokok yaitu (1)

berkembangnya kemampuan masyarakatuntuk memenuhi kebutuhan pokoknya

(basic needs), (2) meningkatnya rasa hargadiri (self-esteem) masyarakat sebagai

manusia, dan (3) meningkatnyakemampuan masyarakat untuk memilih

(freedom from servitute) yang merupakansalah satu dari hak asasi manusia.

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor

yang mampu bertahan dalam masa krisis

ekonomi dan sektor yang mampu tumbuhpositif sebesar 0,26% dan memberikankontribusi sebesar 17,28% pada akhir tahun

1998. Kontribusi ini meningkat 2,40% dari

tahun sebelumnya (1997) yaitu sebesar14,88%.

Meskipun sektor pertanian mampu bertahanpada masa krisis (tahun 1998 dan 1999),

namun Tabel 1 juga menunjukkan adanya

kecenderungan penurunan kontribusi relatif

sektor pertanian terhadap PDB pada masasebelum krisis. Keadaan ini menurut

Soekartawi (1995), merupakan salah satu ciritransformasi srtuktural yang telah terjadi padaperekonomian Indonesia di mana peran relatif

sektor pertanian dan sumbangannya pada PDB

serta penyerapan tenaga kerja semakinmenurun.

Agar sektor pertanian dapat berkontribusidalam perekonomian nasional, menghadapidinamika globalisasi dan perdagangan bebas

diperlukan suatu perencanaan nasional dengan

pemilihan atas dasar prioritas dan sasaran dariprogram pembangunan pertanian. Salah satu

aspek yang cukup menentukan keberhasilanpembangunan adalah penyebaran investasi.

Investasi yang ditanamkan pada sektor

pertanian diharapkan mampu mendorong

kenaikan output dan permintaan input sehinggaberpengaruh terhadap kenaikan pendapatandan perluasan kesempatan kerja yang

selanjutnya dapat mendorong pertumbuhanekonomi dan mempercepat pemulihan

ekonomi.

Pengaruh proses transformasi struktural pada

perekonomian Indonesia semasa Orde Baru

telah menggeser struktur ekonomi daridominan pertanian menjadi dominan industri.Prioritas pembangunan ekonomi nasional yang

sebelumnya lebih dititikberatkan pada sektor

pertanian, mulai dikurangi, sedangkan peranansektor-sektor pertanian khususunya industri

dan jasa semakin ditingkatkan. Prosestransformasi ini dilakukan dengan tergesa-gesa, sehingga ada tahapan yang terlewati dan

berpengaruh negatif pada kondisi

perekonomian nasional.

Risiko dan ketidakpastian serta strukturkepemilikan asset yang kurang

menguntungkan terutama akibat tingginyasuku bunga pinjaman, juga berpengaruh

negatif terhadap investasi di sektor pertanian,

sehingga nilai investasi di sektor pertanianmasih sangat rendah dibandingkan sektorlainnya. Nilai investasi di Indonesia tahun

1999 untuk PMDN mencapai Rp 53,6 triliun

dengan jumlah proyek 237 buah dan untukPMA tercatat sebanyak 1.164 proyek dengan

nilai Rp 10,9 triliun.

Selain itu, sektor industri yang berkembang

dengan teknologi modern dan memiliki

kemampuan yang tinggi untuk memproduksi

barang dan jasa ternyata tidak disertai denganperluasan lapangan kerja produktif secara

memadai sesuai dengan jumlah tenaga kerjatersedia. Atas dasar itu, tulisan ini akanmenganalisis dampak investasi dan tenaga

kerja terhadap sektor pertanian.

Hampir seluruh ahli ekonomi menekankan arti

penting penanaman modal (investasi) sebagai

salah satu faktor dan penentu utamapertumbuhan ekonomi. Investasi, di satu pihakmencerminkan permintaan efektif, dan di

pihak lain ia mencerminkan kemampuan

penawaran menciptakan efisiensi produktifbagi produksi di masa depan. Bahkan Rostow

mengemukakan bahwa investasi merupakansalah satu kondisi penting yang harus dipenuhidalam memasuki tahap proses tinggal landas

(Jhingan, 1988 : 172).

Investasi berarti fungsinya menempatkan

sejumlah modal untuk tujuan produksi dan

pengeluaran yang digunakan untukmempertahankan barang-barang modal.

Kaum klasik berpendapat bahwa investasi

Page 10: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Elastisitas Investasi dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian di Indonesia | 7

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

merupakan suatu pengeluaran yang akan

menambah kapasitas produksi masyarakat

yang pada akhirnya akan meningkatkan

pendapatan nasional dan pertumbuhan

ekonomi (Dombusch dan Fisher, 1994 :

236). Dengan investasi berarti akan

menambah jumlah stok modal dan

penggunaan tenaga kerja bagi peningkatan

kapasitas produksi dan ekspansi pasar.

Peningkatan pendapatan masyarakat akan

menaikkan konsumsi masyarakat

(permintaan efektif), sehingga parapengusaha akan terdorong untuk

memperbesar produksinya danmemperluas perusahaan dengan

menambah material, tenaga kerja maupunperalatan lainnya (Sobri, 1997 : 13).

Ahli-ahli ekonomi klasik, seperti Smith,Ricardo, Malthus, Mill dan Schumpeter,

mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi

suatu negara tercapai secara otomatis melaluimekanisme pasar, yang bergantung pada

investasi (Hasibuan, 1988 : 12). Perubahan

investasi (∆I) akan meningkatkan pendapatan

(∆Y) sebesar koefisien pengganda (multiplier,k = l/s, s= hasrat untuk menabung) dikali

perubahan investasi tersebut. Sedangkan

berapa besar tambahan modal (I = ∆K = Kt-Kt-

1) bergantung pada besarnya rasio tambahanmodal terhadap tambahan output (w = ICOR),

atau dapat dinyatakan, ∆K = w VY. Semakintinggi ICOR semakin kecil tingkat

pertumbuhan ekonomi yang dapat dicapai dan

semakin tidak efisien penggunaan kapital.Setiap penambahan stok kapital masyarakat

(K) meningkatkan pula kemampuan

masyarakat untuk menghasilkan output (Qp).

Harrord-Domar menggambarkan hubungan

antara K dan Qpsebagai : (Boediono, 1992 :

60-69).

Qp= hK ………………………….(1)

Hubungan antara K dan Qp

adalah

proporsional : apabila misalnya K naik dua kalilipat maka Qp juga naik dua kali lipat. Jadi

apabila dalam suatu tahun ada investasisebesar I, maka stock kapital pada akhir tahun

tersebut akan bertambah sebesar ∆ K = I,dengan demikian:

∆Qp= h ∆ K = hI ………………...(2)

Jika pengeluaran investasi sebesar I rupiah,

maka (dengan anggapan perekonomian

tertutup dan tanpa ada sektor pemerintah)permintaan agregat adalah Z = C + I. Denganteori multplier tingkat investasi I menimbulkan

tingkat permintaan agregat sebesar :

∆Z = IS

IC

1

1

1=

−…………(3)

Dari persamaan (2) diketahui ∆Qp= hI.

Apabila syarat ∆Z = ∆ Qp harus dipenuhi maka

ini berarti ∆Z = hI. Dari persamaan (3) kita

mempunyai Z = IS

1Kalau persamaa ∆Z = hI

dibagi dengan persamaan (3) diperoleh :

∆Z ∆Qp

= sh = gw………(4)

Z Qp

dalam hal ini s adalah hasrat menabung, dan gwadalah tingkat pertumbuhan yang diinginkan.

Laju pertumbuhan yang menjamin

keseimbangan antara output potensial dan

permintaan agregat dalam jangka panjangadalah gw. Dalam posisi keseimbangan (gw)tingkat investasi harus tumbuh sebesar sh. Jadi

posisi keseimbangan di pasar barang, Qp, Z, K,

dan I harus tumbuh dengan laju yang sama,yaitu sh (tingkat pertumbuhan yang diinginkan

= warranted rate of growth). Dalam posisi ini :

I

I

K

K

Z

Z

Q

Qp

p∆

=∆

=∆

=∆

………(5)

Apabila laju pertumbuhan lebih kecil daripada

warranted rate of growth, maka perekonomian

akan mengalami kelebihan kapasitas (kapasitaspabrik menganggur). Sebaliknya, apabila lajupertumbuhan perekonomian lebih tinggi dari

warranted rate of growth maka akan adakecenderungan bagi permintaan agregat untuk

semakin melebihi output potensial sehingga

menimbulkan tekanan inflasi.

Secara ekonomi makro, investasi dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu :(1) investasi

otonom (autonomous investment) dan (2)investasi yang diinginkan (induced

investement). Investasi otonom adalah

investasi yang berdasarkan tabungan nyata.Investasi ini dipengaruhi oleh tingkat bunga,kemajuan teknologi, ramalan keuntungan,

pertambahan penduduk, pembukaan daerah

baru, dan penemuan kekayaan alam baru.

Page 11: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

8 | Mahdi

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

Sedangkan investasi yang diinginkan adalah

investasi yang besarnya dipengaruhi oleh

pendapatan nasional dan pertambahanpendapatan uang masyarakat (ataupertambahan permintan efektif) (Sukirno,

2001: 117). Pertambahan permintaan efektif,

mula-mula ditujukan kepada barang-barangkonsumsi yang akhirnya menimbulkan

kenaikan permintaan barang-barang modalsehingga mendorong naiknya kegiataninvestasi. Dengan kata lain, investasi adalah

fungsi dari pendapatan nasional, tingkat bunga,

kemajuan teknologi, ramalan keuntungan,

pertambahan penduduk dan penemuan sumberdaya baru.

Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui

pengaruh investasi terhadap pertumbuhan

PDB sektor pertanian di Indonesia. Dan

untuk mengetahui elastisitas investasi

terhadap pertumbuhan PDB sektor

pertanian di Indonesia.

Sejalan dengan permasalahan, tujuan

penelitian dan teori yang telah diuraikan di

atas, maka dapat dirumuskan hipotesispenelitian ini adalah investasi berpengaruhpositif terhadap pertumbuhan PDB sektor

pertanian di Indonesia. Dan koefisienelastisitas investasi adalah bersifat inelastis.

METODE PENELITIAN

Untuk keperluan analisis data, akan

digunakan pendekatan kuantitatif dan

kualitatif. Pendekatan kualitatif deskriptif

meliputi pembahasan perkembangan

investasi dan pengaruhnya terhadap

pertumbuhan PDB sektor pertanian di

Indonesia.

Analisis pengaruh investasi terhadap

pertumbuhan PDB sektor pertanian diIndonesia dilakukan dengan menggunakan

regresi linear berganda yang diolah melaluibantuan komputer pada Program SPSS.

Persamaan regresi linear berganda menurutGujarati (1999 : 24) sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + et

di mana:

Y = Dependent variabel

α = Intercept

β1 β2 = Koefisien regresiX1 X2=Independent variabel

ei = Faktor pengganggu

Kemudian model tersebut diformulasikan ke

dalam model sebagai berikut:

PDB = a + b1 IVD + b2 IVL + ei

di mana :PDB = Pertumbuhan PDB sektor

pertanian

a = Intercept

b1,b2 = Koefisien elastisitas dari veriabel

investasi dalam dan luar NegeriNegeri

IVD = Investasi dalam Negeri

IVL = Investasi luar Negeriei = Variabel pengganggu

Operasional VariabelBatasan operasional variabel-variabel yangdiamati adalah sebagai berikut :

a. Produk Domestik Bruto (PDB), adalah

keseluruhan nilai produksi barang dan jasayang dihasilkan masyarakat suatu negara

berdasarkan harga kostan yang dihitung

dalam jangka waktu tertentu.b. Investasi adalah penanaman modal yang

dilakukan oleh pihak swasta di Indonesia

baik yang berasal dari PMDN maupun

PMA yang dihitung berdasrkan hargakonstan tahun 1993. Dalam penelitian ini

pengertian investasi termasuk:a) Investasi dalam negeri, yaitu

pengeluaran investasi yang dilakukan

oleh masyarakat Indonesia khususnya

swasta atas dasar harga konstan tahun1993 dari tahun 1994-2003

b) Investasi luar negeri, yaitu penanaman

modal yang bersumber pihak swastaasing yang diukur berdasarkan hargakonstan tahun 1993, dari tahun 1994-

2003

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Elastitas Investasi Terhadap

Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian di

IndonesiaUntuk melihat berapa besar elastisitas danpengaruh investasi terhadap pertumbuhan PDBsektor pertanian di Indonesia maka akan

dilakukan pengujian dengan menggunakan alatukur regresi linear berganda. Hasil perhitungan

Page 12: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Elastisitas Investasi dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian di Indonesia | 9

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

menghasilkan persaman akhir estimasi sebagai

berikut :

PDB = 10,629 + 0,00932 IVD + 0,073 IVL

Persamaan di atas mengandung pengertian

bahwa, konstanta sebesar 10,629 berarti tanpaadanya investasi swasta baik investasi dalam

negeri maupun investasi luar negeri makainvestasi 10,63 persen. Koefisisen elastisitasuntuk variabel IVD (Variabel Investasi Dalam

Negeri) diperoleh sebesar 0,93 persen, hal ini

menggambarkan bahwa apabila variabel IVD

mengalami perubahan 1 % maka akanberpengaruh positif terhadap pertumbuhanPDB sektor pertanian sebesar 0,0093 persen

dengan asumsi variabel investasi luar negeridianggap tetap. Koefisisen elastisitas untuk

variabel Investasi Dalam Negeri memiliki

elastisitas < 1 artinya persentase perubahaninvestasi dalam negeri yang lebih besar hanyamengakibatkan sedikitnya perubahan PDB di

sektor pertanian.

Apabila variabel IVL (Variabel Investasi Luar

Negeri) mengalami perubahan 1% maka akan

berpengaruh positif terhadap PDB sektorpertanian sebesar 0,0731 persen dengan asumsi

variabel investasi dalam negeri dianggap tetap.

Koefisien elastisitas Investasi Luar Negeri < 1

artinya persentase perubahan investasi luarnegeri yang lebih besar hanya mengakibatkan

perubahan yang sedikit terhadap pertumbuhanPDB sektor pertanian. Namun Apabila dilihatdari kedua koefisien elastisitas tersebut

ternyata koefisien elstisitas investasi luar

negeri lebih elastis.

Koefisien determinan (R2) bernilai 87,5 % atau

0,875 menunjukkan variabel investasi dalamnegeri dan investasi luar negeri mempengaruhivariabel pertumbuhan PDB sektor pertanian

sebesar 87,5 % sedangkan sisanya 12,5 %

dipengaruhi oleh faktor lainnya. Koefisienkorelasi (R) sebesar 93,5% menggambarkan

bahwa variabel investasi dalam negeri daninvestasi luar negeri sangat erat hubungannyaterhadap variabel pertumbuhan PDB sektor

pertanian sebesar 93,5 %.

Pembuktian bahwa variabel variabel investasidalam negeri dan investasi luar negeriberpengaruh positif dan harga berpengaruh

positif variabel PDB sektor pertaniandilakukan pengujian tersendiri secara partial

dengan uji-t pada tingkat kepercayaan

(Convidence Interval 95%) yaitu: untuk

variabel investasi dalam negeri diperoleh t-hitsebesar 5,603 lebih besar dari t-tabel sebesar3.628. Hal ini menunjukkan bahwa secarapartial variabel variabel investasi dalam negeri

mempengaruhi variabel PDB sektor pertanian.

Sedangkan variabel investasi luar negeridiperoleh t-hit sebesar 6,038 lebih besar dari t-

tabel sebesar 3.628 artinya variabel variabelinvestasi luar negeri secara partialmempengaruhi variabel PDB sektor pertanian.

Pembuktian terhadap keakuratan variabel

investasi dalam negeri dan investasi luar negeriterhadap variabel PDB sektor pertanian dengan

menggunakan uji-F. F-hit dalam persamaan ini

adalah sebesar 24,416 lebih besar dari F- tabelsebesar 1,20, hal ini menggambarkan bahwavariabel investasi dalam negeri dan investasi

luar negeri secara bersama-samamempengaruhi signifikan variabel PDB sektor

pertanian.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukanmaka dapat di ambil kesimpulan yaitu:

hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini

bahwa variabel investasi dalam negeri daninvestasi luar negeri terhadap variabel PDBsektor pertanian berpengaruh signifikan

terhadap variabel PDB sektor pertanian

terbukti kebenarannya. Koefisien determinan(R

2) bernilai 87,5 % atau 0,875 menunjukkan

variabel investasi dalam negeri dan investasiluar negeri mempengaruhi variabelpertumbuhan PDB sektor pertanian sebesar

87,5 % sedangkan sisanya 12,5 % dipengaruhi

oleh faktor lainnya. Secara parsial variabel

investasi dalam negeri dan luar negeriberpengaruh signifikan terhadap PDB sektor

pertanian.

REFERENSI

Boediono, 1992. Teori Pertumbuhan

Ekonomi. Yogyakarta: BPFE-

UGM.

Dornbusch. R and Fisher Stanley,

diterjemahkan oleh Rudy Sitompul,

1994. Makro Ekonomi. Jakarta:

Erlangga

Page 13: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

10 | Mahdi

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

Jhingan M.L. 1988. Ekonomi

Pembangunan dan Perencanaan.

Jakarta: Rajawali Pers.

Sobri, H. 1997. Ekonomi Makro.

Yogyakarta: BPFE-UGM.

Sukrino, Sadono. 2001. Ekonomi

Pembangunan. Jakarta: LPFE-UI.

Todaro, MP. 1998. PembangunanEkonomi di Dunia Ketiga, Edisi

Keenam. Jakarta: Erlangga.

Page 14: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Jurnal Serambi Ekonomi & Bisnis│Vol. 1 No. 1 (2014): 11 – 18 ISSN 2354-970X

* Korespondensi Pengarang:Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Serambi Mekkah

Jl. Tengku Imum Lueng Bata, Bathoh, Banda AcehE-mail: [email protected]

PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI KABUPATEN ACEH UTARA,

KABUPATEN BIREUEN DAN KOTA LHOKSEUMAWE

Martahadi

Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Serambi Mekkah

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi regionalKabupaten Aceh Utara, Kabupaten Bireuen dan Kota Lhokseumawe yang diindikasikan

dengan pergeseran posisi keunggulan kompetitif dan spesialisasi daerah. Penelitian ini

menggunakan formula shift-share Esteban Marquilas. Hasil penelitian menemukanbahwa selama periode 2002-2008 struktur ekonomi Kabupaten Aceh Utara mengalami

pergeseran dalam sektor pertanian, yang bergeser dari posisi keunggulan kompetitif dan

tidak berspesialisasi pada awal tahun observasi menjadi memiliki keunggulan kompetitifdan berspesialisasi pada tahun akhir observasi. Sedangkan pada tingkat sub sektorterdapat 6 (enam) sub sektor yang mengalami pergeseran posisi serupa, yaitu: sub sektor

kehutanan, sub sektor perikanan, sub sektor air bersih, sub sektor bank, sub sektor jasa

penunjang angkutan dan sub sektor jasa perorangan dan rumah tangga. Di KotaLhokseumawe hanya sektor jasa-jasa yang mengalami pergeseran dari posisi tidak

kompetitif dan berspesialisasi pada awal tahun observasi menjadi tidak kompetitif dantidak berspesialisasi pada akhir tahun observasi. Sebaliknya, sektor-sektor ekonomi di

Kabupaten Bireuen tidak mengalami pergeseran posisi dari efek alokasi, tetapi padatingkat sub sektor terjadi pergeseran posisi pada sub sektor jasa perusahaan dari posisi

tidak memiliki keunggulan kompetitif dan berspesialisasi menjadi tidak memiliki

keunggulan kompetitif dan tidak berspesialisasi.

Kata Kunci: Perubahan struktur ekonomi, keunggulan kompetitif, spesialisasi, efek

alokasi

PENDAHULUAN

Pembangunan ekonomi suatu daerah

merupakan suatu kegiatan yang harus

dilaksanakan secara sistematis dan berkelan-jutan untuk mewujudkan perekonomian yang

lebih baik. Pembangunan yang berkelanjutan

dilakukan agar dapat memacu pemerataanpembangunan di setiap daerah/wilayah gunameningkatkan kesejahteraan rakyat. Dengan

membaiknya perekonomian daerah akan

mempercepat perubahan struktur ekonomidaerah ke posisi yang lebih baik. Terutama

dalam sektor industri manufaktur dan jasa.Dengan berkembangnya sektor industrimanufaktur dan jasa akan dapat memacu

pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan

berdampak bagi meningkatnya pendapatanmasyarakat, sehingga dapat meningkatkan

taraf hidupnya. Selama pembangunan ekonomi

daerah belum merata, maka akan terus terjadi

ketimpangan distribusi pendapatan. Olehkarena itu, perlu dibangun infrastruktur

perekonomian yang baik guna mendorong

pertumbuhan ekonomi daerah.

Tingkat pertumbuhan dari perekonomian

adalah tingkat di mana PDB meningkat. Secararata-rata, kebanyakan perekonomian tumbuhbeberapa poin persentase per tahun selama

beberapa periode yang panjang (Dornbusch,

dkk, 2004:10). Selanjutnya Dornbusch, dkk,(2004:10-11) mengemukakan dua alasan yang

menyebabkan PDB tumbuh/berubah. Pertama,perubahan PDB adalah tersedianya sejumlahsumber daya sejalan dengan perubahan

perekonomian. Yang dimaksud sumber daya di

sini adalah modal dan tenaga kerja. Angkatan

kerja yaitu orang yang sedang atau tengahmencari pekerjaan, tumbuh sepanjang waktu

dan menyediakan satu sumber untuk

Page 15: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

12 | Martahadi

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

meningkatkan produksi. Persediaan modal,

termasuk gedung-gedung dan mesin, mening-

kat pula sepanjang waktu, menyediakansumber lain untuk meningkatkan output.Kenaikan persediaan faktor produksi– tenaga

kerja dan modal yang digunakan untuk

memproduksi barang dan jasa – karenanyadiperhitungkan menjadi bagian dari kenaikan

dalam PDB. Kedua, berubahnya PDB karenaperubahan efisiensi penggunaan faktorproduksi. Peningkatan efisiensi disebut

peningkatan produktivitas. Sepanjang waktu,

jumlah faktor produksi yang sama akan

menghasilkan output yang lebih besar.Peningkatan produktivitas terjadi akibatperubahan dalam teknologi.

PDB adalah nilai output yang diproduksi di

dalam negeri dalam suatu periode tertentu.

PDB berbeda dengan Produk Nasional Bruto(PNB) karena sebagian dari PNB kita

dihasilkan di luar negeri dan karena beberapadari hasil dalam negeri kita diproduksi olehfaktor produksi pihak asing (Dornbusch dan

Stanley Fischer, 1997:73; Dornbusch, dkk,

2004:39).

Sjafrizal (1997:27-38) mengemukakan bahwa

untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomidaerah, kebijakan utama yang perlu dilakukan

adalah mengusahakan semaksimal mungkin

potensi yang dimiliki oleh propinsi yang

bersangkutan, mengingat potensi masing-masing daerah bervariasi maka sebaiknya

masing-masing daerah harus menentukankegiatan sektor dominan.

Dalam menggali dan mengembangkan potensi

ekonomi, pemerintah daerah harusmemfokuskan pembangunan ekonomi daerah

untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang

tinggi. Pembangunan ekonomi daerahmempunyai tujuan utama yaitu meningkatkandan memperluas peluang kerja bagi

masyarakat yang ada di daerah. Untuk

mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerahdan masyarakatnya harus bersama-sama

mengambil inisiatif memanfaatkanseluruh potensi yang ada secara optimal dalammembangun daerah untuk kesejahteraan

masyarakat.

Menurut Tambunan (2001:37), walaupun

bukan suatu indikator yang bagus,

kesejahteraan masyarakat, dilihat dari aspekekonominya, dapat diukur dengan tingkatpendapatan per kapita. Lebih lanjut Tambunan

(2001:38) mengatakan bahwa pertumbuhan

ekonomi yang tinggi dan prosesnya

berkelanjutan merupakan kondisi utama bagikelangsungan pembangunan ekonomi. Karenapenduduk bertambah terus dan berarti

kebutuhan ekonomi juga bertambah terus,

maka dibutuhkan penambahan pendapatansetiap tahun. Hal ini hanya bisa didapat lewat

peningkatan output agregat (barang dan jasa)atau produk domestik bruto (PDB) setiaptahun.

Perubahan struktural adalah aspek yang palingkontroversial dalam pertumbuhan ekonomi.

Perubahan struktural dalam perekonomian

telah mempengaruhi cara orang hidup dalambanyak hal. Mungkin yang paling nyataperubahan gaya hidup telah meningkat tajam

dalam proporsi penduduk yang tinggal di

daerah perkotaan (Berg, 2005:14). Pasinetti(1981) dalam Memedovic dan Lelio Iapdre

(2010:4), mengatakan bahwa pertumbuhanekonomi terkait dengan perubahan dalamtransformasi struktural yang berkelanjutan.

Analisis perubahan struktural mengasumsikan

bahwa dinamika ekonomi dapat dipelajari

dengan memfokuskan pada kelompok yangrelatif kecil atau kegiatan yang terdiri darisistem ekonomi dengan membentuk struktur

ekonomi (Silva dan Teixeira, 2008: 273).

Teori perubahan struktural menitikberatkan

pembahasan pada mekanisme transformasiekonomi yang dialami oleh negara sedang

berkembang, yang semula lebih bersifatsubsisten dan menitikberatkan pada sektorpertanian menuju ke struktur perekonomian

yang lebih modern, dan sangat didominasi oleh

sektor industri dan jasa (Todaro, 1998:89).

Dua teori utama yang menggunakanpendekatan perubahan struktural, yaitu teoripembangunan yang dikemukakan oleh Arthur

Lewis dengan teori migrasinya, dan HollisChenery dengan teori transformasi

strukturalnya (Kuncoro, 2006:57).

Teori Lewis ini banyak dikritik karena asumsi-

asumsinya yang menyimpulkan bahwapertumbuhan sektor industri hanya akanmenguntungkan para pengusaha, sementara

pendapatan pekerja relatif tetap, dan baru dapat

mengalami peningkatan jika penawaran tenaga

kerja di daerah perdesaan mengalamipenurunan (Kuncoro, 2006:63).

Kuncoro (2006:65) mengatakan bahwatransformasi struktural hanya akan berjalan

Page 16: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Perubahan Struktur Ekonomi Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Bireuen dan Kota Lhokseumawe | 13

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

dengan baik jika diikuti dengan pemerataan

kesempatan belajar, penurunan laju

pertumbuhan penduduk, dan penurunan derajatdualisme ekonomi antara kota dan desa. Jikahal tersebut dipenuhi maka proses transformasi

struktural akan diikuti oleh peningkatan

pendapatan dan pemerataan pendapatan yangterjadi secara simultan.

Analisis shift-share dapat menjelaskanperubahan suatu variabel regional suatu sektor

di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu

yang dipengaruhi oleh pertumbuhan nasional,bauran industri, dan keunggulan kompetitif

(Avrom, 1991:67). Formula shift-share dapat

menggambarkan pertumbuhan dari suatukegiatan ekonomi, terutama melihat perbedaanpertumbuhan baik dalam skala yang lebih luas

sebagai wilayah referensi maupun skala yang

lebih kecil sebagai wilayah kajian. (Yusuf,1999:219-233).

Analisis shift-share adalah suatu metode yangdapat memberikan gambaran perubahan

struktur produksi regional dalam proses

pertumbuhan ekonomi nasional. Metode iniberangkat dari anggapan dasar bahwa

pertumbuhan ekonomi (D) dipengaruhi oleh

tiga komponen utama, yaitu pengaruhpertumbuhan nasional (national growth

effect=G), pengaruh pertumbuhan sektoral atau

disebut juga pengaruh bauran industri (industry

mix effect=M) dan pengaruh daya saingregional atau disebut juga pengaruh posisi

kompetitif (competitive position effect=C)(Herzog dan Olsen, 1977) (Ahmad, 2001:15).

Perubahan politik sejak era reformasi telah

menciptakan peluang-peluang baru untukterciptanya kehidupan sosial ekonomi

masyarakat yang lebih baik. Hal ini tercermin

dari lahirnya Undang-undang nomor 22 tahun1999 tentang pemerintahan daerah danUndang-undang nomor 25 tahun 1999 tentang

perimbangan keuangan antara pemerintah

pusat dan daerah. Selanjutnya, perundang-undangan tersebut direvisi dengan Undang-

undang nomor 32 tahun 2004 tentangpemerintahan daerah dan Undang-undangnomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan

keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.

Di samping itu, lahirnya undang-undang

otonomi khusus bagi daerah-daerah penghasil

sumber daya alam, seperti Aceh dan Papua.Khusus di Aceh telah lahir Undang-undangNomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan

Aceh, di mana pemerintah pusat memberikan

kewenangan yang semakin luas bagi Provinsi

Aceh untuk mengatur rumah tangganyasendiri. Dengan lahirnya undang-undangotonomi khusus tersebut diharapkan semakin

meningkatnya pelayanan publik di Aceh.

Dampak dari diberlakukannya Undang-undang

otonomi khusus tersebut adalah Provinsi Aceh

memiliki wewenang dan tanggungjawab yanglebih luas untuk mengatur, mengelola dan

mengembangkan potensi ekonomi di daerah

secara mandiri, sehingga ketimpangandistribusi pendapatan antar kabupaten/kota

dapat diperkecil secara bertahab. Di era

desentralisasi ini daerah memiliki wewenangdan memikul tanggungjawab yang besar yangharus diimbangi dengan sumber pendapatan

daerah yang memadai agar sejumlah urusan

yang dibebankan dapat dilaksanakan denganbaik. Dengan demikian diharapkan pelayanan

publik semakin maksimal, sehingga dapatmeningkatkan kemakmuran dan kesejahteraanbagi masyarakat.

Provinsi Aceh yang terdiri dari 23kabupaten/kota, yang di antaranya termasuk

Kabupaten Aceh Utara, Kota Lhokseumawe

dan kabupaten Bireuen. Kota Lhokseumawedan kabupaten Bireuen merupakan daerah

pemekaran dari kabupaten induk yaitu

Kabupaten Aceh Utara. Kabupaten Aceh Utara

merupakan salah satu daerah daerahpenyumbang utama kekayaan alam bagi

pemerintah pusat dan Provinsi Aceh.

Kota Lhokseumawe dibentuk berdasarkan

Undang-undang No. 2 tahun 2001 tentang

Pembentukan Kota Lhokseumawe. SedangkanKabupaten Bireuen dibentuk berdasarkan

Undang-undang No. 48 tahun 1999 tentang

Pembentukan Kabupaten Bireuen danKabupaten Simeulu.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas,maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui sektor-sektor basis ekonomi yang

memiliki keunggulan kompetitif di Kabupaten

Aceh Utara, Kabupaten Bireuen dan KotaLhokseumawe.

METODE PENELITIAN

Ruang Lingkup PenelitianRuang lingkup penelitian ini adalah di bidang

ekonomi regional dengan pembahasan

mengenai perubahan struktur ekonomi regional

Page 17: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

14 | Martahadi

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

di Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Bireuen

dan Kota Lhokseumawe yang diindikasikan

dengan pergeseran posisi keunggulankompetitif dan spesialisasi daerah selamaperiode 2002-2008 yang diperbandingkan

dengan Kabupaten Induk (integrasi dari tiga

kabupaten/kota tersebut) sebagai wilayahreferensi. Objek yang diteliti dilihat dengan

menggunakan data PDRB dengan migasmenurut lapangan usaha atas dasar hargakonstan tahun 2000.

Sumber dan Jenis DataDalam penelitian ini menggunakan data timeseries mengenai PDRB dengan migas menurutlapangan usaha atas dasar harga konstan tahun

2000 Kabupaten Aceh Utara, KabupatenBireuen dan Kota Lhokseumawe selama enam

tahun terakhir. Data tersebut diperoleh dari

publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) ProvinsiAceh, BPS Kabupaten Aceh Utara, BPSKabupaten Bireuen dan BPS Kota

Lhokseumawe dan sumber-sumber lainnya

yang berhubungan dengan penelitian ini.

Model AnalisisUntuk menghitung pergeseran struktur

ekonomi Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten

Bireuen dan Kota Lhokseumawemenggunakan analisis Shift-Share Estaban-

Marquillas (E-M) (Ahmad, 2001:17) yaitu:

Dij = Qij rn + Qij (rij – rin) + hQij.(rij – rin)

+ (Qij – hQij) . (rij – rin) ….…… (1)

Dij = Gij+ Mij + hCij + Aij…………… (2)

Dimana:

Dij : Perubahan PDRB di sektor i padakabupaten j

Qij : PDRB di sektor i kabupaten j pada

tahun dasar analisis

hQij : PDRB di sektor i kabupaten j padatahun akhir analisis

rij : laju pertumbuhan sektor i di

kabupaten j

rin : laju pertumbuhan sektor i di tingkatkabupaten induk

rn : laju pertumbuhan ekonomi kabupaten

induk

Gij : Pengaruh pertumbuhan ekonomireferensi

Mij : Pergeseran proporsionalhCij : Keunggulan atau ketidakunggulan

kompetitif sektor i di wilayah j bila

komponen homothetic peubah Q

tumbuh LQ=1

Aij : Pengaruh alokasi untuk sektor i dikabupaten j

Dari hasil analisis dapat diketahui posisisektor-sektor pada masing-masing kabupaten.

Terdapat dua tipe yang spesifik dari perubahan

tanda yang dihasilkan terhadap komponenpengaruh alokasi, yaitu:

Perubahan dari kode 1 kepada kode 2, jika:

(rij – rin) < 0 ; (Qij – hQij) > 0 ; (Q*ij –

hQ*ij) < 0 …………….. (3)

Perubahan dari kode 3 kepada kode 4, jika:

(rij – rin) > 0 ; (Qij – hQij) < 0 ; (Q*ij –

hQ*ij) > 0 …………….. (4)

Perubahan dari negatif ke positif dalam keduaformula dari pengaruh alokasi (allocation

effect) berarti adanya perubahan strukturaldalam kondisi yang sesuai dengan spesialisasidan keunggulan kompetitif suatu daerah.

Menurut Olsen dan Herzog (Ahmad, 2001:18)

perubahan tanda dari pengaruh alokasimemiliki empat kemungkinan. Kemungkinan-kemungkinan pengaruh alokasi disajikan pada

Tabel 1.

Tabel 1. Kemungkinan Posisi Pengaruh Alokasi

Kode Definisi

Pengaruh

AlokasiSpesialisasi

Keunggulan

Kompetitif

Aij (Qij-hQij) (rij - rin)

1 Ketidakunggulan kompetitif dan

berspesialisasi

- + -

2 Ketidakunggulan kompetitif dan tidak

berspesialisasi

+ - -

3 Keunggulan kompetitif dan tidak

berspesialisasi

- - +

4 Keunggulan kompetitif dan berspesialisasi + + +

Sumber: Ahmad (2001)

Page 18: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Perubahan Struktur Ekonomi Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Bireuen dan Kota Lhokseumawe | 15

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Shift-Share E-M Kabupaten Aceh

UtaraPerubahan struktur ekonomi Kabupaten Aceh

Utara yang dibandingkan dengan KabupatenInduk dianalisis dengan menggunakan metode

shift-share E-M. Berdasarkan Tabel 2, dariempat kemungkinan efek alokasi dapatdiamati, bahwa pada akhir periode di

Kabupaten Aceh Utara terdapat dua sektor

yang berspesialisasi dan memiliki keunggulan

kompetitif (kuadran 4), yaitu: sektor pertanian

dan sektor bangunan. Sektor yang memiliki

keunggulan kompetitif tetapi tidakberspesialisasi (kuadran 3) adalah sektorkeuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan

sektor jasa-jasa. Selanjutnya, sektor yang tidak

berspesialisasi dan tidak kompetitif terdiri dari(kuadran 2): sektor industri pengolahan, sektor

listrik, gas, dan air bersih, sektor perdagangan,hotel dan restoran dan sektor angkutan dankomunikasi. Kemudian sektor yang tidak

memiliki keunggulan kompetitif namun

berspesialisasi (kuadran 1), yakni: sektor

pertambangan dan penggalian.

Tabel 2. Perubahan Pengaruh Alokasi Sektor-sektor Ekonomi dalam Pertumbuhan Ekonomi

Kabupaten Aceh Utara

LAPANGAN USAHA

KOMPONEN KUADRAN

Pengaruh

Alokasi

Spesialisasi

Tahun Dasar

Keunggula

n

Kompetitif

Spesialisasi

Tahun

Terminal 2002 2008

(Aij) (Qij - hQ ij) rij - rin (Q*ij - hQ*ij)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Pertanian (27,285.50) (361,222.81) 0.08 54,743.85 3 4

2. Pertambangan dan Penggalian (11,419.65) 4,243,510.57 (0.00) 1,847,316.28 1 1

3. Industri Pengolahan 420,064.72 (3,039,417.31) (0.14) (1,339,372.56) 2 2

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 411.78 (2,864.28) (0.14) (2,456.00) 2 2

5. Bangunan 3,596.31 18,825.62 0.19 68,510.10 4 4

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 55,292.41 (627,928.99) (0.09) (510,708.72) 2 2

7. Angkutan dan Komunikasi 9,685.02 (101,525.93) (0.10) (37,074.94) 2 2

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (55,961.06) (18,660.10) 3.00 (3,708.80) 3 3

9. Jasa-jasa (55,400.11) (110,716.77) 0.50 (77,249.20) 3 3

Sumber: BPS, (Hasil Analisis Shift-Share E-M)

Jika dilihat berdasarkan sub sektor, makaterdapat sembilan sektor yang berada dalam

keunggulan kompetitif dan berspesialisasi(kuadran 4), yakni: sub sektor kehutanan, subsektor perikanan, sub sektor pertambangan

migas, sub sektor air bersih, sub sektor

bangunan, sub sektor angkutan udara, sub

sektor jasa penunjang angkutan, sub sektorbank dan sub sektor Jasa perorangan danrumah tangga.

Sub sektor yang berada dalam keunggulankompetitif tetapi tidak berspesialisasi (kuadran

3) adalah: sub sektor tanaman bahan makanan,

sub sektor sewa bangunan, sub sektor jasaperusahaan dan sub sektor pemerintahan

umum. Sub sektor yang masuk dalam kuadran

1 (tidak memiliki keunggulan kompetitif danberspesialisasi) yaitu: sub sektor tanaman

perkebunan, sub sektor makanan, minuman,

dan tembakau, sub sektor jasa sosialmasyarakat dan sub sektor jasa hiburan dan

kebudayaan.

Selama kurun waktu 2002-2008, hanya sektorpertanian yang mengalami pergeseran. Namun

secara sub sektor terdapat 6 (enam) sub sektoryang mengalami pergeseran yaitu: sub sektorkehutanan, sub sektor perikanan, sub sektor air

bersih, sub sektor bank, sub sektor jasa

penunjang angkutan dan sub sektor jasa

perorangan dan rumah tangga.

Sektor pertanian merupakan satu-satunya

sektor yang mengalami pergeseran darimemiliki keunggulan kompetitif namun tidak

berspesialisasi (kuadran 3) menjadi memiliki

keunggulan kompetitif dan berspesialisasi(kuadran 4). Sedangkan pada tingkat subsektor terdapat 6 (enam) sektor yang

mengalami pergeseran posisi dari dari kuadran

3 menjadi kuadran 4, yaitu: sub sektorkehutanan, sub sektor perikanan, sub sektor air

bersih, sub sektor bank, sub sektor jasa

penunjang angkutan dan sub sektor jasaperorangan dan rumah tangga.

Page 19: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

16 | Martahadi

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

Analisis Shift-Share E-M Kota Lhokseumawe

Perubahan pengaruh alokasi sektor-sektorEkonomi dalam Pertumbuhan Ekonomi Kota

Lhokseumawe selama periode 2002-2008dapat damati pada Tabel 3. Terdapat 3 (tiga)

sektor yang memiliki keunggulan kompetitifdan berspesialisasi (kuadran 4), yakni: sektor

industri pengolahan, sektor bangunan, dan

sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Sektor yang berada dalam keunggulan

kompetitif dan tidak berspesialisasi (kuadran

3) yaitu: sektor keuangan, persewaan dan jasaperusahaan. Selanjutnya sektor yang tidakmemiliki keunggulan kompetitif dan tidak

berspesialisasi (kuadran 2) adalah sektor

pertanian, sektor listrik, gas dan air bersih,sektor jasa-jasa.

Tabel 3. Perubahan Pengaruh Alokasi Sektor-sektor Ekonomi dalam Pertumbuhan Ekonomi KotaLhokseumawe

LAPANGAN USAHA

KOMPONEN KUADRAN

Pengaruh AlokasiSpesialisasi

Tahun Dasar

Keunggu-

lan

Kompetitif

Spesialisasi

Tahun

Terminal 2002 2008

(Aij) (Qij - hQij) rij - rin (Q*ij - hQ*ij)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Pertanian 18,183.61 (264,399.19) (0.07) (549,065.62) 2 2

2. Pertambangan dan Penggalian (3,415,846.13) (3,436,374.88) 0.99 (1,320,070.08) 3 3

3. Industri Pengolahan 31,065.10 3,348,821.91 0.01 1,792,866.05 4 4

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 289.44 (546.55) (0.53) (3,327.78) 2 2

5. Bangunan 0.00 84,791.28 0.00 92,771.91 4 4

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,217.47 225,770.22 0.03 139,878.46 4 4

7. Angkutan dan Komunikasi 321.79 8,174.14 0.04 (41,276.09) 4 3

8. Keuangan, Persewaan dan JasaPerusahaan

(2,396.98) (1,768.94) 1.36 (7,655.98) 3 3

9. Jasa-jasa (32,769.54) 35,532.01 (0.92) (104,120.88) 1 2

Sumber: BPS, (Hasil Analisis Shift-Share E-M)

Berdasarkan sub sektor, terdapat 5 (lima) sub

sektor yang berada pada posisi keunggulankompetitif dan berspesialisasi (kuadran 4).

Kelima sub sektor itu adalah sub sektor gas

alam cair, sub sektor perdagangan, sub sektorhotel, dan sub sektor angkutan laut, sub sektor

jasa perusahaan. Sub sektor yang berada dalam

keunggulan kompetitif dan tidakberspesialisasi (kuadran 3) adalah sub sektormakanan, minuman dan tembakau, sub sektor

barang lainnya, sub sektor bank, sub sektor

sewa bangunan, sub sektor jasa sosialmasyarakat, dan sub sektor jasa hiburan dan

kebudayaan.

Selanjutnya yang tidak memiliki keunggulan

kompetitif dan tidak berspesialisasi (kuadran

2) adalah sektor pertanian, sektor listrik, gas

dan air bersih, sektor jasa-jasa. Sedangkanpada tingkat sub sektor terdiri dari sub sektortanaman bahan makanan, sub sektor tanaman

perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektorkehutanan, sub sektor perikanan, sub sektor

penggalian, sub sektor listrik, sub sektor

restoran, sub sektor jasa penunjang angkutan,

dan sub sektor pemerintahan umum.

Di Kota Lhokseumawe tidak terdapat sektor

yang berada dalam posisi ketidakunggulankompetitif dan berspesialisasi (kuadran 1).

Namun demikian terdapat beberapa sub sektor

yang berada dalam posisi tersebut, yaitu: subsektor air bersih, sub sektor lembaga keuanganbukan bank dan sub sektor jasa perorangan dan

rumah tangga. Selama periode observasi hanya

satu sektor ekonomi yang mengalami perge-seran, yaitu sektor jasa-jasa yang bergeser dari

posisi tidak kompetitif dan berspesialisasi(kuadran 1) menjadi tidak kompetitif dan tidakberspesialisasi (kuadran 2).

Analisis Shift-Share E-M Kabupaten Bireuen

Perubahan struktur ekonomi Kabupaten

Bireuen yang dibandingkan dengan KabupatenInduk terhadap perubahan struktur ekonomi

Kota Lhokseumawe selama kurun waktu 2002-

2008 disajikan dalam Tabel 4. Dari efekalokasi, spesialisasi dan posisi kompetitif

Page 20: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Perubahan Struktur Ekonomi Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Bireuen dan Kota Lhokseumawe | 17

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Bireuen

pada akhir periode observasi terdapat 5 (lima)

sektor yang berspesialisasi dan memilikikeunggulan kompetitif (kuadran 4), yaitu:sektor listrik, gas dan air bersih, sektor

bangunan, sektor perdagangan, hotel dan

restoran, sektor angkutan dan komunikasi,sektor jasa-jasa. Sedangkan sub sektor yang

berada dalam posisi tersebut sebanyak 13 (tigabelas) sub sektor, yaitu: sub sektor tanamanperkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor

penggalian, sub sektor listrik, sub sektor air

bersih, sub sektor perdagangan, sub sektor

hotel, sub sektor restoran, sub sektor angkutan

jalan raya, sub sektor komunikasi, sub sektor

lembaga keuangan bukan bank, sub sektor dansub sektor pemerintahan umum. Di KabupatenBireuen tidak terdapat sektor yang berada

dalam posisi keunggulan kompetitif tetapi

tidak berspesialisasi (kuadran 3). Namun, padatingkat sub sektor terdapat 5 (lima) sub sektor

yang berada pada posisi tersebut, yakni: subsektor makanan, minuman, dan tembakau, subsektor bank, sub sektor jasa sosial masyarakat,

sub sektor jasa hiburan dan kebudayaan dan

sub sektor jasa perorangan dan rumah tangga.

Tabel 4. Perubahan Pengaruh Alokasi Sektor-sektor Ekonomi dalam Pertumbuhan Ekonomi

Kabupaten Bireuen

LAPANGAN USAHA

KOMPONEN KUADRAN

Pengaruh

Alokasi

Spesialisasi

Tahun Dasar

Keunggula

n

Kompetitif

Spesialisasi

Tahun

Terminal 2002 2008

(Aij) (Qij - hQij) rij - rin(Q*ij -

hQ*ij)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Pertanian (42,533.41) 608,188.26 (0.07) 443,994.45 1 1

2. Pertambangan dan Penggalian (1,292,941.72) (924,557.69) 1.40(608,019.37

)3 3

3. Industri Pengolahan (254,816.78) (357,014.27) 0.71(523,729.37

)3 3

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,219.51 3,327.77 0.37 5,451.79 4 4

5. Bangunan 6,702.12 99,779.92 0.07 117,807.02 4 4

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,116.94 389,204.37 0.02 329,964.95 4 4

7. Angkutan dan Komunikasi 11,366.98 88,912.53 0.13 65,066.85 4 4

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (41,021.31) 20,020.45 (2.05) 7,828.28 1 1

9. Jasa-jasa 43,838.03 72,138.66 0.61 161,635.39 4 4

Sumber: BPS, (Hasil Analisis Shift-Share E-M)

Selanjutnya, sektor yang tidak berada dalamposisi keunggulan kompetitif tetapi

berspesialisasi adalah sektor pertanian dan

sektor keuangan, persewaan dan jasaperusahaan.

Di samping itu, juga terdapat 5 (lima) subsektor yang berada pada posisi yang sama (sub

sektor tanaman bahan makanan, sub sektor

kehutanan, sub sektor perikanan, sub sektor

jasa penunjang angkutan, dan sub sektor sewabangunan.

Secara umum sektor ekonomi KabupatenBireuen belum mengalami pergeseran posisi

dari efek alokasi, tetapi pada tingkat sub sektor

terjadi pergeseran efek alokasi pada sub sektorjasa perusahaan dari posisi tidak memiliki

keunggulan kompetitif dan berspesialisasi(kuadran 1) menjadi tidak memiliki

keunggulan kompetitif dan tidakberspesialisasi (kuadran 2).

KESIMPULAN

Perubahan struktur ekonomi Kabupaten AcehUtara dalam kurun waktu 2002-2008memperlihatkan bahwa sektor pertanian

merupakan satu-satunya sektor yang

mengalami pergeseran (memiliki keunggulankompetitif namun tidak berspesialisasi menjadi

memiliki keunggulan kompetitif danberspesialisasi). Sedangkan pada tingkat sub

sektor terdapat 6 (enam) sub sektor yangmengalami pergeseran posisi yang sama (sub

sektor kehutanan, sub sektor perikanan, sub

sektor air bersih, sub sektor bank, sub sektorjasa penunjang angkutan dan sub sektor jasa

perorangan dan rumah tangga). Kondisi inidipengaruhi oleh efek positif pengaruh alokasi,efek positif spesialisasi dan efek positif

keunggulan kompetitif.

Secara umum perekonomian di KotaLhokseumawe tidak mengalami perubahan

Page 21: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

18 | Martahadi

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

struktural, hanya sektor jasa-jasa yang

mengalami pergeseran posisi (dari posisi tidak

kompetitif dan berspesialisasi menjadi tidakkompetitif dan tidak berspesialisasi). Artinya,kondisi ini dipengaruhi oleh efek positif

pengaruh alokasi, efek negatif spesialisasi dan

efek negatif keunggulan kompetitif.

Perekonomian Kabupaten Bireuen pada akhirperiode observasi juga tidak mengalamipergeseran posisi dari efek alokasi, tetapi pada

tingkat sub sektor terjadi pergeseran efek

alokasi pada sub sektor jasa perusahaan dari

posisi tidak memiliki keunggulan kompetitifdan berspesialisasi menjadi tidak memilikikeunggulan kompetitif dan tidak

berspesialisasi. Artinya, kondisi inidipengaruhi oleh efek positif pengaruh alokasi,

efek negatif spesialisasi dan efek negatif

keunggulan kompetitif.

REFERENSI

Ahmad, Djakfar. 2001. “Pergeseran Posisi

Kompetitif dan Spesialisasi dalam

Perubahan Struktur Produksi RegionalAceh”. Mon Mata, No.43 h. 13-26

Avrom, Bendavid-Val. 1991. Regional andLocal Economic Analysis for

Practitioners. Fourth Edition. Wesport,

Connecticut: Praeger.

BPS. 2006. Produk Domestik Regional BrutoKabupaten Aceh Utara Tahun 2000-2004. BPS dan Bappeda Kabupaten

Aceh Utara.

-------------------. 2009. Produk Domestik

Regional Bruto Kabupaten Aceh Utara

Tahun 2000-2007. BPS dan BappedaKabupaten Aceh Utara.

BPS. 2008. Produk Domestik Regional Bruto(Menurut Lapangan Usaha) 2002-2006.

BPS dan Bappeda Kabupaten Bireuen.

-------------------. 2009. Produk Domestik

Regional Bruto (Menurut LapanganUsaha) 2003-2007. BPS dan BappedaKabupaten Bireuen.

BPS. 2006. Produk Domestik Regional Brutodan Analisis Indikator Ekonomi Kota

Lhokseumawe Tahun 2000-2004. BPS

dan Bappeda Kota Lhokseumawe.

-------------------. 2010. Produk Domestik

Regional Bruto dan Analisis Indikator

Ekonomi Kota Lhokseumawe Tahun2005-2008. BPS dan Bappeda KotaLhokseumawe

Dornbusch dan Stanley Fischer. 1997.

Ekonomi Makro. Edisi Kelima. Jakarta:

Penerbit Rineka Cipta.

Dornbusch, dkk. 2004. Makroekonomi. EdisiBahasa Indonesia. Jakarta: Media

Global Edukasi.

Kuncoro, Mudrajad. 2006. EkonomiPembangunan: Teori, Masalah danKebijakan. Edisi Keempat. Yogyakarta:

Penerbit UUP STIM YKPN.

Memedovic, O dan Lelio Iapdre. 2010.“Structural Change in the WorldEconomy: Main Features and Trends”.

UNIDO, Research and Statistics

Branch, Working Paper No. 24/2009.

Silva E. G. and A.C. Teixeira. 2008.“Surveying structural change: Seminal

contributions and a bibliometricaccount.” Structural Change and

Economic Dynamics, No 19.

Sjafrizal. 1997. Pertumbuhan Ekonomi danKetimpangan Regional Wilayah

Indonesia Bagian Barat. Prisma, III(3):35-36.

Tambunan, Tulus T.H. 2001. PerekonomianIndonesia: Teori dan Temuan Empiris.

Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.

Todaro, Michael P. 1997. Economic

Development. Sixth Edition. London and

New York: Longman.

------------------. 1998. Pembangunan Ekonomi

di Dunia Ketiga. Edisi Keenam Jilid 1.Jakarta: Erlangga.

Berg, Hendrik Van Den. 2005. EconomicGrowth and Development. International

Edition. New York: McGraw-Hill/Irwin.

Yusuf, Maulana. 1999. “Model Rasio

Pertumbuhan (MRP) sebagai salah satu

alat Analisis Alternatif DalamPerencanaan Wilayah dan Kota,

Aplikasi Modal: Wilayah Bangka

Balitung”. EKI, Volume XLVII (2):219-

233.

Page 22: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Jurnal Serambi Ekonomi & Bisnis│Vol. 1 No. 1 (2014): 19 – 26 ISSN 2354-970X

* Korespondensi Pengarang:Fakultas Teknik Universitas Serambi Mekkah

Jl. Tengku Imum Lueng Bata, Bathoh, Banda AcehE-mail: [email protected]

OPTIMASI PENGOLAHAN LIMBAH PLASTIK DENGAN SIMULASI DAN ANALISIS

KELAYAKAN INVESTASINYA DI KOTA LHOKSEUMAWE

Syaifuddin YanaFakultas Teknik Universitas Serambi Mekkah

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis optimasi dan kelayakan pengolahan

limbah plastik menjadi produk plastik cacahan (chips) dengan menggunakan mesin

grinding sederhana sehingga diperoleh hasil olahan yang bernilai ekonomis. Riset ini jugaingin melihat bagaimana kemungkinan peluang yang dilakukan oleh industri kecil untuk

tetap eksis dalam melakukan kegiatan mereka dalam perubahan fluktuasi harga dan

permintaan terhadap limbah plastik setelah masa krisis. Kajian pengolahan limbah plastikini dilakukan di Kota Lhokseumawe Provinsi Aceh. Penelitian ini menggunakan model

maksimasi keuntungan berdasarkan asumsi dengan menggunakan simulasi dari rencana

pengolahan limbah plastik dalam kurun waktu setahun dengan mempertimbangkanmengikuti harga yang berlaku dipasar dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir.Disamping itu, untuk menilai kelayakan pengolahan limbah plastik yaitu dengan

menggunakan parameter investasi seperti Benefit Cost Ratio (BCR), Net Present Value

(NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP) dan Profitabilitas Index (PI).Hasil dari pengolahan data yang diperoleh menunjukkan bahwa optimalisasi pengolahan

limbah plastik menjadi plastik cacah berdasarkan simulasi dari 3 (tiga) variabel simulasi

yaitu X1, X2 dan X3 yaitu pada kondisi dimana i = 18% dimana X1 = 100% dan X2 danX3 = 0%, dengan keuntungan yang diperoleh yaitu sebesar Rp 127.604.565.

Kata Kunci : Optimasi, simulasi pengolahan limbah plastik, parameter investasi, benefit

cost ratio, net present value, internal rate of return, payback period danprofitabilitas index, mesin grinding.

PENDAHULUAN

Industri pengolahan sampah atau limbahplastik yang berada di sekitar kita saat ini

adalah suatu kegiatan yang sudah banyak

dilakukan oleh kelompok usaha kecil untukmenghasilkan suatu income yang bernilai

ekonomi bagi si pelaku usaha tersebut. Industri

pengolahan limbah plastik tergolong kepada

salah satu industri pengolahan yang sangatsederhana, namun dapat meningkatkan taraf

hidup masyarakat kelompok kecil yangmencari nafkah melalui limbah plastik atauplastik bekas. Disamping itu juga, kegiatan ini

dapat menciptakan nilai tambah dan dapat

menciptakan lapangan kerja yang berantaidimulai dari kelompok terkecil yaitu

pemulung, pengumpul dan agen sampaikesentra industri pengolahan baik pengolahan

sederhana sampai kepada industri pengolahanplastik jadi yang bernilai ekonomi tinggi.

Kondisi tersebut di atas menjadi sangat kontras

ketika sebagian besar masyarakat kita

menganggap bahwa limbah atau sampahplastik dewasa ini menjadi permasalahan atau

momok bagi masyarakat, dimana

keberadaannya jika tidak dapat ditanggulangidengan metode yang benar dan komprehensif

maka dapat menyebabkan berbagai

permasalahan seperti yang paling sederhana

yaitu tersumbatnya selokan yang dapatmenyebabkan banjir, menimbulkan berbagai

macam penyakit dan dapat menyebabkankerusakan nyata terhadap lingkungan sepertipencemaran di darat, pada air dan udara

seperti: CO2 (karbon dioksida), NO

(nitrogenmonoksida), S2 (gas belerang),amoniak, dan lainnya. Pencemaran ini tentunya

sangat berbahaya bagi kehidupan manusia danmahluk hidup secara keseluruhan.

Berdasarkan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang

Page 23: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

20 | Syaifuddin Yana

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

Pengelolaan Lingkungan Hidup; pada Bab III

Hak, Kewajiban, Dan Peran Masyarakat; Pasal

6.1: Setiap orang berkewajiban memeliharakelestarian fungsi lingkungan hidup sertamencegah dan menanggulangi pencemaran dan

perusakan lingkungan hidup.

Selanjutnya Pasal 7.1: Masyarakat mempunyai

kesempatan yang sama dan seluas luasnyauntuk berperan dalam pengelolaan lingkunganhidup. Berdasarkan Undang-undang tertera di

atas jelas bahwa baik individu maupun

masyarakat wajib untuk menjaga kelestarian

lingkungan hidup yang dapat berdampak luaskepada masyarakat apabila diabaikan dan tidakmenjadi perhatian bersama dalam

penanggulangan terhadap dampak lingkungan.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 18

tahun 2008 Tentang Pengolahan Sampah; BabII Asas dan Tujuan; pasal 3 berbunyi:Pengelolaan sampah diselenggarakan

berdasarkan asas tanggung jawab, asas

berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan,asas kesadaran, asas kebersamaan, asas

keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai

ekonomi. Dan pasal 4 berbunyi: Pengelolaansampah bertujuan untuk meningkatkan

kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan

serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.

Pada saat ini, hampir sebagian besar baik

sampah non plastik dan juga termasuk plastik,baik itu bahan baku limbah plastik dan jugaproduk setengah jadi seperti plastik cacahan

mengalir ke Medan yang disebabkan dengan

ketidak hadirannya atau ketidakadaan industripengolahan limbah plastik menjadi suatu

produk plastik jadi di daerah Aceh.

Keterbatasan industri yang ada saat ini adalahpengolahan limbah plastik menjadi plastikcacah (chips) yang di olah dengan

menggunakan mesin grinding sederhana.

Jumlah industri pengolahan limbah plastik

dengan menggunakan mesin grinding tersebutjuga jumlahnya masih sangat sedikit jikadibandingkan dengan kuantitas jumlah limbah

plastik yang ada di seluruh kabupaten/kota

yang ada di Aceh saat ini.

Sedangkan gambaran kebutuhan akan plastikbaik harian maupun tahunan di beberapa

industri pengolahan limbah plastik di KotaMedan Sumatra Utara adalah dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 1. Jumlah Produksi Plastik oleh

Beberapa Industri Plastik di

Medan Tahun 2008

Nama PabrikJumlah

(kg/hari)

Jumlah

(kg/bulan)

Jumlah

(kg/tahun)

Duta Plastik 14.000 350.000 4.200.000Maju Plastik 2.000 50.000 600.000

Sabang Plastik 16.000 400.000 4.800.000Jakarta Plastik 20.000 500.000 6.000.000

Golgon 30.000 750.000 9.000.000Makmur Plastik 2.000 50.000 600.000Dunia Plastik 13.000 325.000 3.900.000

Pentaco Plastik 9.000 225.000 2.700.000

Jumlah Total 106.000 2.650.000 31.800.000

Sumber: Data Survey oleh Palapa Plastic Recycledi Beberapa Industri Plastik Recycle di

Medan (Diolah)

Berdasarkan gambaran Tabel 1 di atas,besarnya jumlah kebutuhan limbah plastik di

kawasan industri pengolahan limbah plastik di

Medan menunjukkan potensi permintaan pasarindustri yang relatif besar, menurut lembaga

Palapa Plastic Recycle trend permintaan

limbah plastik cenderung meningkat pada

tahun-tahun berikutnya. Beberapa alasanmengapa banyak limbah plastik yang berasal

dari Aceh mengalir ke Medan (Sumatra Utara)dan sekitarnya diantaranya adalah karena hargajual yang ditawarkan oleh industri Medan

tersebut relatif lebih baik harganya

dibandingkan dengan di Aceh.

Dengan berubahnya waktu, tahun demi tahundan perbaikan ekonomi secara menyeluruh,

perubahan iklim usaha limbah plastik danpengolahannya masih sangat diharapkan oleh

pelaku usaha limbah plastik pada tahun

mendatang. Untuk penyelesaian permasalahandi atas, dapat dilakukan beberapa pendekatan

pemecahan permasalahan yaitu denganestimasi sumberdaya, analisis fungsi produksi,optimasi produksi dan analisis kelayakan

usaha.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihatkelayakan usaha industri pengolahan limbahplastik menjadi plastik cacahan (plastik chips)

di Kota Lhokseumawe dan mendapatkan hasilyang optimal dari pengolahan industri limbah

plastik ini.

METODE PENELITIAN

Sumber informasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah menggunakan data

Page 24: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Optimalisasi Pengolahan Limbah Plastik dengan Simulasi dan Analisis Kelayakan Investasinya | 21

ISSN: 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

sekunder. Data sekunder tersebut didapat dari

hasil survey oleh lembaga Palapa Plastic

Recycle Foundation (PPRF) terhadap limbahplastik di beberapa wilayah NAD dan industriplastik baik di Aceh maupun di Provinsi

Sumatra Utara, data internal PPRF, Sea

Defend Consultant tahun 2008, BPS, observasiyaitu melihat secara langsung terhadap hal-hal

yang berkaitan dengan penelitian dan data-datalainnya yang terkait baik yang berada di KotaLhokseumawe, Banda Aceh, NAD, data

nasional dan lainnya. Disamping itu

dikumpulkan informasi kepustakaan dan

referensi-referensi lain yang berkaitan denganmasalah yang akan diteliti dan dapatmenunjang terlaksananya penelitian.

Metode AnalisisSebagaimana yang telah dijelaskan dalam

konsep teoritis, strategi pengolahan plastikcacahan melalui urutan proses tertentu danproses produksi. Pada bagian analisis akan

dilakukan analisis terhadap faktor-faktor

produksi dan analisa kelayakan usaha

pengolahan limbah plastik yang menghasilkanplastik cacahan. Sedangkan analisis kelayakanusaha menggunakan perhitungan Net B/C

ratio, Net Present Value (NPV), Break Event

Point (BEP) dan Pay back Period (PP).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Net Present Value (NPV)NPVadalah merupakan kriteria yang paling

sederhana dibandingkan kriteria lainnya, NPV= PV Benefit – PV Cost

NPV =( )

Hasil pengolahan data untuk

perhitungan NPV dapat dilihat pada Tabel 2berikut ini

Tabel 2. Tabel Perhitungan Net Present Value (i = 18%)

Tahun PF Ct Bt PF (Ct) PF (Bt) NPV

(1) (2) (3) (4) (5)= (2) (3) (6) = (2) (4) (7) = (6) - (5)

0 1 200.000.000 0 200.000.000 0 -200.000.000

1 0,8475 1.133.424.668 1.245.234.500 960.577.406 1.055.336.239 94.758.833

2 0,7182 1.239.869.884 1.325.742.300 890.474.551 952.148.120 61.673.569

3 0,6086 1.758.404.904 1.793.087.800 1.070.165.225 1.091.273.235 21.108.011

4 0,5158 1.267.150.899 1.247.306.047 653.596.434 643.360.459 -10.235.975

5 0,4371 2.046.048.025 2.148.350.426 894.327.592 939.043.971 44.716.379

NPV(i=18%) =NPVt = 12.020.817

Berdasarkan hasil pengolahan pada NPV pada

tabel 1 di atas, maka NPV diperoleh sebagai

berikut:

NPV = Rp 12.020.817,- (NPV ≥ 0)

Maknanya yaitu usaha industri pengolahan

limbah plastik menjadi plastik cacahan (chips)

di Kota Lhokseumawe yang dilakukan olehPalapa Plastic Recycle Foundation adalahlayak (bermanfaat) untuk dilaksanakan.

Dimana industri pengolahan limbah plastik ini

mengembalikan lebih besar dari socialopportunity cost of capital. Dengan demikian

usaha industri pengolahan limbah plastik

menjadi plastik cacahan oleh Palapa PlasticRecycle adalah dapat diterima.

Benefit Cost Ratio (BCR)Rasio manfaat usaha industri pengolahan

limbah plastik bersih (discount net benefit)dengan discount net cost:

NetBCratio =

∑(B − C )(1 + i)

∑(C − B )

(1 + 1)

Kriteria, jika Net BCR > 1, berarti NPV ≥ 0 maknanya adalah pekerjaan layak untuk

dilaksanakan. Jika Net BCR <1, maknanya

pekerjaan ditolak dimana NPV <0. Lebih

lanjut Suryana (2006: 196), menjabarkandengan formulasi sebagai berikut:

( ) =∑ ( )

∑ ( ); BCR(i) = 1,002574524;

BCR(i) > 1, ini berarti investasi pengolahan

limbah plastik ini layak secara ekonomis.

Page 25: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

22 | Syaifuddin Yana

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

Internal Rate of Return (IRR)IRR dari usaha industri pengolahan limbah

plastik adalah tingkat diskonto untuk mencapaiNPV =0 atau PV Benefit =PV Cost. IRR

menggambarkan kemampuan modal untuk

menghasilkan (earning power of capital).

IRR dengan formulasi:

IRR = +( ")

( " − ′)

Tabel 3: Tabel Perhitungan Net Present Value (i = 21%)

Tahun PF Ct Bt PF (Ct) PF (Bt) NPV

(1) (2) (3) (4) (5)= (2) (3) (6) = (2) (4) (7) = (6) - (5)

0 1 200.000.000 0 200.000.000 0 -200.000.000

1 0,8264 1.133.424.668 1.245.234.500 936.662.146 1.029.061.791 92.399.645

2 0,6830 1.239.869.884 1.325.742.300 846.831.131 905.481.991 58.650.860

3 0,5644 1.758.404.904 1.793.087.800 992.443.728 1.012.018.754 19.575.027

4 0,4665 1.267.150.899 1.247.306.047 591.125.894 581.868.271 -9.257.623

5 0,3855 2.046.048.025 2.148.350.426 788.751.514 828.189.089 39.437.576

NPV(i=21%) =NPVt = 805.484

Tabel 4: Tabel Perhitungan Net Present Value (i = 24%)

Tahun PF Ct Bt PF (Ct) PF (Bt) NPV

(1) (2) (3) (4) (5)= (2) (3) (6) = (2) (4) (7) = (6) - (5)

0 1 200.000.000 0 200.000.000 0 -200.000.000

1 0,8065 1.133.424.668 1.245.234.500 914.106.995 1.004.281.624 90.174.630

2 0,6504 1.239.869.884 1.325.742.300 806.411.373 862.262.792 55.851.419

3 0,5245 1.758.404.904 1.793.087.800 922.283.372 940.474.551 18.191.179

4 0,4230 1.267.150.899 1.247.306.047 536.004.830 527.610.458 -8.394.372

5 0,3411 2.046.048.025 2.148.350.426 697.906.981 732.802.330 34.895.349

NPV(i=24%) =NPVt = -9.281.796

NPV(i=18%)= 12.020.817

NPV(i=21%)= 805.484

NPV(i=24%)= - 9.281.796

NPV = 0, terletak antara tingkat suku bunga

21% dan 24%. Selain diantara angka-angkatersebut NPV tidak sama dengan nol.

Dengan menggunakan interpolasi, maka:

i = 21% NPV = 805.484

i = 24% NPV = -9,281,796I R R = 0,2124

Karena pada tingkat suku bunga 21,24% nilaiNPV = 0, maka industri pengolahan limbahplastik ini adalah layak secara ekonomis.

Payback PeriodTotal Investasi modal = Rp 200.000.000. Jadi

pada tahun ke 3 investasi sudah kembali,

industri pengolahan limbah plastik sudah dapatmengembalikan modal usaha dan memperoleh

keuntungan dalam kegiatan usaha tersebut.

Disamping itu juga suatu usaha dapatdikatakan memiliki keuntungan ekonomis

apabila:

= − > 0

= − ( + ) > 0

= = ∑

( + )> 0

= 1,02> 0

Profitability Index (PI)

= ℎ

ℎ PI = 1,0626; PI > 1, Investasi ini layak untukdilaksanakan

Optimasi Pengolahan Limbah PlastikOptimasi pengolahan limbah plastik padabagian ini yaitu dengan menggunakan simulasi

dengan menggunakan tiga variabel yaitu X1,X2 dan X3. Dari tujuh jenis limbah plastik

Page 26: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Optimalisasi Pengolahan Limbah Plastik dengan Simulasi dan Analisis Kelayakan Investasinya | 23

ISSN: 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

yang diproduksi dikelompokkan berdasarkan

menjadi tiga variabel tersebut dengan asumsi

dalam satu variabel memiliki harga jual yangrelatif sama dan pada umumnya dalampengolahan dan penjualan dari setiap plastik

cacah tersebut secara bersamaan. Asumsi

ketiga variabel tersebut yaitu: X1 untuk limbahplastik jenis PP gelas dan HDPE, X2 untuk

limbah plastik jenis PP injeksi dan PE,sedangkan X3 limbah plastik jenis PET, PCdan PS.

Simulasi yang dimaksudkan dalam

pengolahan data ini adalah dengan

menggunakan ketiga variabel tersebut, baiksecara sendiri maupun dengan caramengkombinasikan dengan memberikan porsi

yaitu 100%, 75%, 50% dan 25% dari setiapkombinasinya yaitu X1 terhadap X2 dan X3

dan demikian sebaliknya. Optimasi dari setiap

kombinasi tersebut akan dapat dilihat denganpendekatan indikator NPV (Net PresentValue), BCR (Benefit Cost Ratio), PI

(Profitability Index) dan PP (Payback Period).

Dari percobaan dengan kombinasi pada 3

(tiga) variabel tersebut, maka akan didapatkan

kombinasi yang memberikan optimasi dengan

pendekatan indikator sebagaimana yangtersebut di atas.

Simulasi yang dilakukan ini adalah

mengambil asumsi yaitu produksi untuk tiga

variabel X1, X2 dan X3 selama satu tahundengan input produksi rata-rata sebesar 25.000

kg (25 ton) dari ketiga jenis limbah plastiktersebut. Optimasi yang diperoleh dengankombinasi persentasi dari masing-masing

variabel X1 terhadap X2 dan X3, seterusnya

dan sebaliknya.

Hasil Pengolahan Simulasi Produksi

Limbah Plastik

Perhitungan Kombinasi X1 terhadap X2

dan X3Kombinasi X1 terhadap X2 dan X3 untuk i =

18%, 21%, 24% dan 48%, maka NPV dapatdiperoleh melalui pendekatan matematisdengan hasil akhir perhitungan dapat dilihat

melalui tabel berikut.

Tabel 5: Tabel Perhitungan NPV Pada Kombinasi Variabel X1 Terhadap X2 dan X3 (i = 18%, 21%,

24% dan 48%)

No.Komposisi

Variabel

NPVX2 dan X3

18% 21% 24% 48%

1 X1 (100%) 127,604,565 116,778,103 107,723,921 68,888,277 0%

2 X1 (75%) 122,287,708 111,912,349 103,235,425 66,017,602 25% (50 : 50)

3 X1 (50%) 116,970,851 107,046,594 98,746,928 63,147,271 50% (50 : 50)

4 X1 (25%) 111,653,994 102,180,840 94,258,431 60,276,941 75% (50 : 50)

Kombinasi X1 terhadap X2 dan X3 untuk i =18%, 21%, 24% dan 48%, maka BCR, PI dan

PP dapat diperoleh melalui pendekatan

matematis dengan hasil akhir perhitungandapat dilihat melalui tabel berikut.

Tabel 6: Tabel Perhitungan BCR, PI dan PP Pada Kombinasi Variabel X1 Terhadap X2 dan X3 ( i =

18%, 21%, 24% dan 48%)

No.KomposisiVariabel

BCRPI PP X2 dan X3

18% 21% 24% 48%

1 X1 (100%) 1.1765 1.1765 1.1765 1.1765 1.0521 Bulan ke-7 0%

2 X1 (75%) 1.1830 1.1830 1.1830 1.1830 1.0970 Bulan ke-7 25% (50 : 50)

3 X1 (50%) 1.1908 1.1908 1.1908 1.1908 1.1492 Bulan ke-7 50% (50 : 50)

4 X1 (25%) 1.2000 1.2000 1.2000 1.2000 1.0369 Bulan ke-6 75% (50 : 50)

Perhitungan Kombinasi X2 terhadap X1

dan X3Kombinasi X2 terhadap X1 dan X3 untuk i =18%, 21%, 24% dan 48%, maka NPV dapat

diperoleh melalui pendekatan matematis

dengan hasil akhir yaitu dapat dilihat melalui

tabel berikut.

Page 27: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

24 | Syaifuddin Yana

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

Tabel 7. Tabel Perhitungan NPV Pada Kombinasi Variabel X2 Terhadap X1 dan

X3 (i = 18%, 21%, 24% dan 48%)

No. Komposisi VariabelNPV

X1 dan X318% 21% 24% 48%

1 X2 (100%) 113,426,280 103,802,758 95,754,597 61,233,718 0%

2 X2 (75%) 113,426,280 103,802,758 95,754,597 61,233,718 25% (50 : 50)

3 X2 (50%) 113,426,280 103,802,758 95,754,597 61,233,718 50% (50 : 50)

4 X2 (25%) 113,426,280 103,802,758 95,754,597 61,233,718 75% (50 : 50)

Kombinasi X2 terhadap X1 dan X3 untuk i =

18%, 21%, 24% dan 48%, maka BCR, PI danPP dapat diperoleh melalui pendekatan

matematis dengan hasil akhir perhitungan

dapat dilihat melalui tabel berikut.

Tabel 8. Tabel Perhitungan BCR, PI dan PP Pada Kombinasi Variabel X2 Terhadap X1 dan X3 ( i =18%, 21%, 24% dan 48%)

No.Komposisi

Variabel

BCRPI PP X1 dan X3

18% 21% 24% 48%

1 X2 (100%) 1.2051 1.2051 1.2051 1.2051 1.0544 Bulan ke-6 0%

2 X2 (75%) 1.2019 1.2019 1.2019 1.2019 1.0405 Bulan ke-6 25% (50 : 50)

3 X2 (50%) 1.1988 1.1988 1.1988 1.1988 1.0271 Bulan ke-6 50% (50 : 50)

4 X2 (25%) 1.1957 1.0000 1.1957 1.1957 1.0139 Bulan ke-6 75% (50 : 50)

Perhitungan Kombinasi X3 terhadap X1

dan X2Kombinasi X3 terhadap X1 dan X2 untuk i =18%, 21%, 24% dan 48%, maka NPV dapat

diperoleh melalui pendekatan matematis

dengan hasil akhir yaitu dapat dilihat melalui

tabel berikut.

Tabel 9. Tabel Perhitungan NPV Pada Kombinasi Variabel X3 Terhadap X1 danX2 (i = 18%, 21%, 24% dan 48%)

No. Komposisi VariabelNPV

X1 dan X218% 21% 24% 48%

1 X3 (100%) 99,247,995 90,827,413 83,785,272 53,579,503 0%

2 X3 (75%) 104,564,852 95,693,168 88,273,769 56,449,834 25% (50 : 50)

3 X3 (50%) 109,881,709 100,558,922 92,762,266 59,320,164 50% (50 : 50)

4 X3 (25%) 115,198,566 105,424,676 97,250,762 62,190,495 75% (50 : 50)

Kombinasi X3 terhadap X1 dan X2 untuk i =

18%, 21%, 24% dan 48%, maka BCR, PI danPP dapat diperoleh melalui pendekatan

matematis dengan hasil akhir perhitungan

dapat dilihat melalui tabel berikut.

Tabel 10. Tabel Perhitungan BCR, PI dan PP Pada Kombinasi Variabel X3 Terhadap X1 dan X2 ( i =

18%, 21%, 24% dan 48%)

No. Komposisi VariabelBCR

PI PP X1 dan X218% 21% 24% 48%

1 X3 (100%) 1.2188 1.2188 1.2188 1.2188 1.1551 Bulan ke-6 0%

2 X3 (75%) 1.2092 1.2092 1.2092 1.2092 1.0965 Bulan ke-6 25% (50 : 50)

3 X3 (50%) 1.2013 1.2013 1.2013 1.2013 1.0471 Bulan ke-6 50% (50 : 50)

4 X3 (25%) 1.1946 1.1946 1.1946 1.1946 1.0049 Bulan ke-6 75% (50 : 50)

Berdasarkan hasil pengolahan data yang

diperoleh di atas, maka optimasi keuntungan

maksimum yang diperoleh dari simulasi ketiga

variabel X1, X2 dan X3 pada kondisi dimana i

Page 28: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Optimalisasi Pengolahan Limbah Plastik dengan Simulasi dan Analisis Kelayakan Investasinya | 25

ISSN: 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

= 18%, X1 =100%, X2 dan X3 sebesar 0%

dengan keuntungan yang diperoleh yaitu

sebesar Rp127.604.565. Pada kondisi simulasiini, maka parameter investasi lainnya diperolehyaitu BCR = 1.1765, PI = 1,0521 dan PP jatuh

pada bulan ke-7.

Sensitivitas Terhadap HargaDari hasil pengolahan data, pada kondisikeuntungan minimum penjualan yang masih

layak (diperbolehkan) adalah sebagai berikut:

X1 yaitu Rp 5.200 per kg, X2 yaitu Rp 4.000

per kg, dan X3 yaitu Rp 3.300,- per kg. Rata-rata keuntungan penjualan adalah Rp 100 perkg atau dua persen dari harga penjualan

normal. Tabel di bawah, memperlihatkan

perolehan produksi plastik cacah untuk input25 ton per bulan selama setahun dari variabel

X1, X2 dan X3.

Tabel 11: Tabel Perbandingan Pendapatan Terhadap Ketiga Variabel X1, X2 dan X3 (Pendapatan

Pada Harga Normal Terhadap Pendapatan Pada Harga minimum)

Bulan ke- X1_Normal X1_Minimum X2_Normal X2_Minimum X3_Normal X3_Minimum

1 150,000,000 130,000,000 117,500,000 100,000,000 97,500,000 82,500,000

2 151,050,000 130,910,000 118,322,500 100,700,000 98,182,500 83,077,500

3 149,895,000 129,909,000 117,417,750 99,930,000 97,431,750 82,442,250

4 150,120,000 130,104,000 117,594,000 100,080,000 97,578,000 82,566,000

5 150,075,000 130,065,000 117,558,750 100,050,000 97,548,750 82,541,250

6 149,865,000 129,883,000 117,394,250 99,910,000 97,412,250 82,425,750

7 151,125,000 130,975,000 118,381,250 100,750,000 98,231,250 83,118,750

8 150,450,000 130,390,000 117,852,500 100,300,000 97,792,500 82,747,500

9 151,245,000 131,079,000 118,475,250 100,830,000 98,309,250 83,184,750

10 150,825,000 130,715,000 118,146,250 100,550,000 98,036,250 82,953,750

11 151,005,000 130,871,000 118,287,250 100,670,000 98,153,250 83,052,750

12 151,005,000 130,871,000 118,287,250 100,670,000 98,153,250 83,052,750

Sensitivitas Terhadap Kapasitas (Tonase

Limbah Plastik)Produksi limbah plastik dengan input 2

ton, maka rata-rata keuntungan yang diperoleh

oleh ketiga variabel X1, X2 dan X3 per

bulannya adalah sebagai berikut: untukvariabel X1 sebesar Rp 12.044.400 atau 15%,

variabel X2 sebesar Rp 9.434.780 atau 13%,

dan variabel X3 sebesar Rp 7.828.860 atau

12% dari keuntungan pada harga normal.Tabel di bawah memperlihatkan perbandingan

perolehan keuntungan produksi plastik cacah

antara input 25 ton dengan 2 ton per bulan

selama setahun dari ketiga variabel X1, X2 danX3.

Tabel 12: Tabel Perbandingan Perolehan Dari Tiga Variabel X1, X2 dan X3 Pada Kapasitas

Produksi Normal Terhadap Produksi Minimum yang Masih Dibenarkan (25 ton Terhadap 2 ton)

Bulan ke- X1 (25 ton) X1 (2 ton) X2 (25 ton) X2 (2 ton) X3 (25 ton) X3 (2 ton)

1 150,000,000 12,000,000 117,500,000 9,400,000 97,500,000 7,800,000

2 151,050,000 12,084,000 118,322,500 9,465,800 98,182,500 7,854,600

3 149,895,000 11,991,600 117,417,750 9,393,420 97,431,750 7,794,540

4 150,120,000 12,009,600 117,594,000 9,407,520 97,578,000 7,806,240

5 150,075,000 12,006,000 117,558,750 9,404,700 97,548,750 7,803,900

6 149,865,000 11,989,200 117,394,250 9,391,540 97,412,250 7,792,980

7 151,125,000 12,090,000 118,381,250 9,470,500 98,231,250 7,858,500

8 150,450,000 12,036,000 117,852,500 9,428,200 97,792,500 7,823,400

9 151,245,000 12,099,600 118,475,250 9,478,020 98,309,250 7,864,740

10 150,825,000 12,066,000 118,146,250 9,451,700 98,036,250 7,842,900

11 151,005,000 12,080,400 118,287,250 9,462,980 98,153,250 7,852,260

12 151,005,000 12,080,400 118,287,250 9,462,980 98,153,250 7,852,260

Page 29: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

26 | Syaifuddin Yana

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

KESIMPULAN

Berdasarkan Analisa Kriteria Investasi/Analisa Biaya Manfaat (Benefit CostAnalysis), maka dapat disimpulkan bahwa

usaha industri pengolahan limbah plastik yang

dijalankan industri kecil seperti lembagaPalapa Plastic Recycle di Kota Lhokseumawe

(dengan pendekatan simulasi yang diperoleh)adalah layak diusahakan, Karena dengantingkat suku bunga 18% setelah 3 tahun (pada

periode tahun perhitungan 2006 – 2009)

keuntungan dapat diperoleh: Net Present Value

(NPV) = Rp 12.020.817, (NPV ≥ 0). Maknanya yaitu usaha industri pengolahanlimbah plastik menjadi plastik cacahan di Kota

Lhokseumawe yang dilakukan oleh PalapaPlastic Recycle Foundation adalah layak

(bermanfaat) untuk dilaksanakan. Benefit Cost

Ration (BCR) = 1,00257. Nilai perhitunganBCR ≥ 1 (1,00257 ≥ 1). Maknanya investasipengolahan limbah plastik oleh Palapa Plastic

Recycle di Kota Lhokseumawe pada periode

2005-2009 adalah layak secara ekonomis.Internal Rate of Return (IRR) = 0,2124 atau

21,24%. IRR yang diperoleh > tingkat bunga

berlaku. Karena pada tingkat suku bunga21,24% nilai NPV = 0, maka industri

pengolahan limbah plastik ini adalah layak

secara ekonomis. Payback Period (PP) = pada

tahun ketiga. Pada tahun ketiga dari usahaindustri pengolahan limbah plastik telah

memperoleh keuntungan sebesar Rp32.365.144. Profitabilitas Index (PI) = 1,0626PI > 1, maka investasi ini layak untuk

dilaksanakan.

Optimasi keuntungan maksimum produksi

limbah plastik Palapa Plastic Recycle di Kota

Lhokseumawe berdasarkan simulasi padaketiga variabel X1, X2 dan X3 yaitu padakondisi dimana i = 18%, X1 = 100%, X2 dan

X3 sebesar 0% dengan keuntungan yang

diperoleh yaitu sebesar Rp127.604.565. Padakondisi simulasi ini, maka parameter investasi

lainnya diperoleh yaitu BCR = 1.1765, PI =

1,0521 dan PP jatuh pada bulan ke-7.

Sensitivitas pada harga minimum untuk input

25 ton, diperoleh pada kondisi keuntunganminimum penjualan yang masih layak

(diperbolehkan) adalah: X1 yaitu Rp 5.200

(biaya produksi Rp 5.100) per kg, X2 yaitu Rp4.000 (biaya produksi Rp 3.900) per kg, danX3 yaitu Rp 3.300 (biaya produksi Rp 3.200)

per kg. Rata-rata keuntungan penjualan adalah

Rp 100 per kg atau dua persen dari harga

penjualan normal. Sensitivitas pada kapasitas

produksi minimum diperoleh pada produksi

limbah plastik dengan input 2 ton. Rata-ratakeuntungan yang diperoleh oleh ketigavariabel X1, X2 dan X3 per bulannya: variabel

X1 sebesar Rp 12.044.400 atau 15%, variabel

X2 sebesar Rp 9.434.780 atau 13%, danvariabel X3 sebesar Rp 7.828.860 atau 12%

dari keuntungan pada harga normal.

Sebaiknya, Pemerintah Aceh memberikan

perhatian terhadap industri pengolahan limbah

plastik ini dengan cara mendukung atau

meningkatkan industri pengolahan limbahplastik ini, khususnya pada kegiatan usahaswasta tidak hanya pada pengolahan sampai

menjadi plastik cacahan (plastic chips), akantetapi lebih jauh lagi yaitu menjadi produk

plastik jadi. Jika pengolahan dari limbah

plastik menjadi produk plastik jadi berada diwilayah Aceh, maka dapat menguntungkanPemerintah Aceh, yaitu melalui penyerapan

tenaga kerja yang relatif besar, pendapatan

pemerintah daerah melalui pajak dankentungan lainnya yang dapat diperoleh.

REFERENSI

Harahap, Sofyan Safri. 2001. Budgeting

Peranggaran Perencanaan Lengkap,Untuk Membantu Manajemen. Jakarta:

PT. RajaGrafindo Persada.

Jakarta Post 29 September 2009 Selasa 13.15wib, Plastics Makers Expect Zero

Growth in Sales.

Kadariah L, Karlina, Clive G. 1999. Pengantar

Evaluasi Proyek. Jakarta: LembagaPenerbit Ekonomi UniversitasIndonesia.

Suryana. 2006. Kewirausahaan. PedomanPraktis: Kiat dan Proses MenujuSukses. Bandung: Salemba Empat.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor18 Tahun 2008, Tentang Pengelolaan

Sampah, Bab II Asas dan Tujuan; pasal3 dan 4.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup; Bab III Hak,Kewajiban, dan Peran Masyarakat;

pasal 6.1 dan 7.1.

Page 30: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Optimalisasi Pengolahan Limbah Plastik dengan Simulasi dan Analisis Kelayakan Investasinya | 27

ISSN: 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

Page 31: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Jurnal Serambi Ekonomi & Bisnis│Vol. 1 No. 1 (2014): 27 – 34 ISSN 2354-970X

* Korespondensi Pengarang:

Laboratorium Pendidikan Biologi Universitas Serambi MekkahJl. Tengku Imum Lueng Bata, Bathoh, Banda AcehE-mail: [email protected]

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU DENGAN MENGGUNAKAN

ACETOBAKTER XYLINUMMENJADI NATA DE SOYA DAN MASA INKUBASI

TERHADAP KARAKTERISTIK NATA

Armi

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Serambi Mekkah

Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pemanfaatan limbah cair industri tahu dengan

menggunakan Acetobakter xylinum dapat dijadikan nata de soya dan pengaruh ketinggian

media dalam loyang serta masa inkubasinya. produk yang lebih bermanfaat merupakanalternatif terbaik yang dapat ditawarkan kepada pengusaha tahu dan masyarakat. Cairanlimbah pembuatan tahu biasanya dibuang dan menjadi bahan pencemar lingkungan baik

pada tanah, kolam disekitar pabrik tahu, dan sungai tempat membuang limbah cairtersebut. Air limbah masih mengandung beberapa bahan organik, salah satunya adalah

protein dari kedelai. Pada pembuatan nata jumlah cairan media akan mempengaruhi hasil

nata, demikian juga waktu inkubasi media akan mempengaruhi ketebalan nata. Metodepercobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan 3 taraf.Faktor ketinggian media cairan terdiri atas 1, 1/2, 2/3 dari tinggi wadah inkubasi. Sedang

faktor inkubasi terdiri atas 8, 10 dan 12 hari. Pengamatan dilakukan terhadap nata de soya

yang dihasilkan meliputi: ketebalan dan uji organoleptik (kekenyalan dan warna). Hasilpercobaan menunjukkan nata de soya paling tebal (10,8 mm) dihasilkan pada perlakuan

ketinggian cairan 2/3 dan waktu inkubasi 12 hari. Untuk kekenyalan juga pada interaksi

perlakuan yang sama. Sedangkan warna nata pada penelitian ini hanya pada masainkubasi yang berpengaruh nyata, sedangkan ketinggian medianya tidak berpengaruh.

Kata Kunci: Limbah tahu, inkubasi, nata de soya

PENDAHULUAN

Tahu merupakan makanan sumber protein

yang sangat populer di masyarakat. Bahan

baku pembuatan tahu adalah kedelai.Komponen terpenting dari tahu yang

menentukan kualitas tahu adalah protein. Tahu

merupakan salah satu makanan tradisionalyang populer. Selain rasanya enak, harganyamurah dan nilai gizinya pun tinggi. Bahan

makanan ini diolah dari kacang kedelai.

Meskipun berharga murah dan bentuknyasederhana, ternyata tahu mempunyai mutu

yang istimewa dilihat dari segi gizi. Hasil studi

menunjukkan bahwa tahu kaya proteinbermutu tinggi, tinggi sifat komplementasi

proteinnya, ideal untuk makanan diet, rendah

kandungan lemak jenuh dan bebas kolesterol,kaya mineral dan vitamin (Koswara, 2006).

Industri pembuatan tahu tersebar dimasyarakat. Proses pembuatan tahu yang

dilakukan industri masyarakat sangatsederhana. Pada proses pembuatan tahudidapat hasil samping berupa limbah padat

(ampas tahu) dan limbah cair (whey tahu). Air

limbah tahu merupakan masalah utama yangmengganggu kesehatan lingkungan, khususnya

pada musim kemarau. Air limbah tahu

adalah air sisa penggumpalan tahu (whey tofu)yang dihasilkan selama proses pembuatantahu (Lestari, 1994).

Nata merupakan jenis makanan yang diperolehdari hasil fermentasi oleh bakteri Acetobacter

xylinum. Makanan ini berbentuk padat, putih,

kenyal,dan transparan. Produksi ini biasanyadijual dalam kemasan plastik. Kandungan

terbesarnya adalah air, karena itu produk ini

dipakai sebagi sumber makanan rendah kaloriuntuk program diet. Selain itu nata juga

mengandung serat yang sangat diperlukan oleh

tubuh. Pembuatan nata pada prinsipnya adalahpembentukan selulosa sintesis melalui

Page 32: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

28 | Armi

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

fermentasi gula oleh bakteri Acetobacter

xylinum. Untuk hidup, semua organisme

membutuhkan sumber energi, yang diperolehdari metabolisme bahan pangan tempatorganisme hidup di dalamnya.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan olehNadiyah (2002), menunjukkan bahwa

bakteri Acetobacter xylinum memilikikemampuan mengubah karbohidrat bekatulmenjadi selulosa. Bakteri Acetobacter

xylinum yang difermentasikan di dalam

medium dengan suasana asam (pH 4) dan

kadar gula yang tinggi akan membentuk nata(Anonim, 2002).

Limbah cair industri tahu yang akan dijadikansampel adalah limbah cair yang di peroleh dari

home industri tahu produksi M. Nasir Jln. Tgk

Lampoh bungoeng Banda Aceh. Berdasarkanobservasi pada home industri tahu tersebutsetiap harinya mengolah 100 kg kedelai untuk

dijadikan tahu. Untuk mengolah 100 kg

kedelai akan menghasilkan limbah cairsebanyak 150 - 430 liter dengan nilai

Biochemical Oxygen Demand (BOD) 2.800 –

4.300 mg/l, Total Suspended Solid (TSS) 615 –629 mg/l, PH 3,4 – 3,8 dan Dissolved Oxygen

(DO) 1,5 – 2,2 mg/l (Musanif dan sulaeman,

2009).

Limbah cair yang dihasilkan dari pengolahan

tahu tersebut dibuang bebas kesungai tanpaada pengolahan sebelumnya. Limbah cair tahumengandung bahan organik yang tinggi, jika

terurai akan menimbulkan bau busuk sehingga

akan mengurangi nilai estestika lingkungan.Untuk mengurangi kuantitas air limbah tahu

yang dibuang bebas keperairan, maka upaya

peningkatan nilai ekonomis air limbah tahumenjadi produk nata de soya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

pemanfaatan limbah cair industri tahu denganmenggunakan Acetobakter xylinum dapat

dijadikan nata de soya, dan untuk mengetahuipengaruh ketinggian media dan masa inkubasiterhadap karakteristik nata de soya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di LaboratoriumSMK-SMTI Kecamatan Kuta Alam BandaAceh.

Alat dan Bahan PenelitianAlat dan bahan yang digunakan dalam

penelitian ini antara lain:a. Alat

1. Alat untuk Penyiapan Biakan

Murni:Alat pensteril, Tabung reaksi,

kapas, Jarum ose, Kotak inokulasi,

Lampu spritus, Gelas piala, Kompor,Kotak inkubasi, Lemari pendingin(kulkas), Timbangan, pH meter.

(Solechan, 2013)2. Pembuatan Starter: Botol bermulut

lebar, Kertas koran, Ruang inkubasi,

Wadah perebus media, Timbangan, pHmeter.

b. Bahan

Bahan baku yang digunakan dalampercobaan ini adalah whey tahu (segar)

yang diperoleh dari home industri tahu

produksi M. Nasir Jln.Tgk LampohBungoeng, bathoh Banda Aceh. Sebagai

bahan pelengkap meliputi: gula pasir,

asam cuka glasial, (NH4)2SO4, serta cairan

starter (bibit) yang mengandung biakanAcetobacter xylinum yang diperoleh dari

SMK-SMTI Negeri Banda Aceh.

Rancangan Percobaan PenelitianPenelitian ini menggunakan Rancangan Acak

Lengkap (RAL) faktorial, dengan faktor Aadalah ketinggian cairan media dan faktor B

adalah waktu inkubasi. Faktor ketinggian

cairan media (A) sebanyak 3 taraf yaitu 1, 1/2dan 2/3 wadah (loyang) untuk inkubasi.Sedang taraf waktu inkubasi (B) terdiri atas 3

taraf, yaitu 8, 10 dan 12 hari.

Sehingga diperoleh 9 kombinasi perlakuan

dengan 2 kali ulangan sehingga menjadi 18unit percobaan. Adapun susunan kombinasiperlakuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Page 33: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu dengan menggunakan Acetobakter Xylinum menjadi Nata De Soya | 29

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

Tabel 1 Susunan Kombinasi Perlakuan

Jenis bahan

baku (J) Ulangan

Massa inkubasi

(B)

Ketinggian media

(A)

A1=1

loyang

A2=1/2

loyang

A3=2/3

loyang

J

I B1=8 Hari B1A1 B1A2 B1A3II B1A1 B1A2 B1A3I B2=10 Hari B2A1 B2A2 B2A3II B2A1 B2A2 B2A3I B3= 12 Hari B3A1 B3A2 B3A3II B3A1 B3A2 B3A3

Ket: J= Limbah Air Tahu

B1= 8 hari A1= 1 loyang I= Loyang ke- 1

B2= 10 hari A2= 1/2 loyang II= Loyang ke- 2

B3= 12 hari A3= 2/3 loyang

Model matematika untuk melihat variasi

respon pada rancangan acak lengkap faktorian

yang digunakan adalah:Yijk = µ + Ai + Bj + (AB)i j + Σk(ij)

Dimana:Yijk = Hasil pengamatan observasi ke-k

yang terjadi karena pengaruh taraf

ke-i faktor ketinggian media (A)

dan taraf ke-j faktor inkubasi (B).µ = Nilai tengah atau pengaruh rata-rata

yang sebenarnyaAi = pengaruh faktor A pada taraf ke-i

Bj = pengaruh faktor B pada taraf ke-j(AB)ij = pengaruh interaksi antara faktor A

taraf ke-i dan faktor B taraf ke-j

Σk(ij) = pengaruh dari taraf ke-k dalamkombinasi perlakuan Σ.

Apabila terdapat pengaruh yang nyata antaraperlakuan maka akan diteruskan dengan uji

lanjut Beda Nyata BNJα = qα (v) x√

Keterangan:

qα : nilai baku pada taraf uji α dan derajat bebas galat v

KT : kuadrat tengah galat baku derajatdevisiasi

R : jumlah ulangan

Prosedur Penelitian1. Pembuatan biakan murni (Solechan, 2013,

yang dimodifikasi)

2. Pembuatan starter :a) Air tahu disaring sebanyak 500 ml,

untuk satuan unit percobaan.b) Ditambahkan gula pasir sebanyak 250

gram, dan ZA sebanyak 50 gram

kedalamnya, untuk setiap unit

percobaan.

c) Lalu dipanaskan pada suhu 100ºC

selama 30 menit sambil diaduk hingga

larut.d) Didalam keadaan panas, media

dituangkan kedalam botol kaca yang

telah disterilkan dan ditutup dengankertas koran.

e) Setelah media dingin, ditambahkan 50

ml suspense Acetobakter xylinum

kedalam masing-masing botol kaca.f) Kemudian difermentasikan pada suhu

kamar selama 4-7 hari sampai terlihatpadatan memutih.

Pembuatan Nata De Soya1. Air tahu disaring sebanyak 15 liter.

2. Larutan yang sudah tersedia dipanaskanpada suhu 100ºC selama 15 menit sambildiaduk hingga larut.

3. Ditambahkan gula sebanyak 1500 gramdan ZA 75 gram , dan ditambahkan asam

asetat CH3COO 75 ml.

4. Dalam keadaan mendidih media

dituangkan ke dalam wadah fermentasiyang telah disterilkan sesuai dengan

perlakuan tinggi cairan media yaitu (1

loyang, 1/2 loyang, dan 2/3 loyang).5. Setelah media dingin, ditambahkan cairan

starter (Axetobacter xylinum) sebanyak

200 ml ke dalam wadah, lalu ditutupkembali.

6. Media yang telah mengandung

Acetobacter xylinum kemudian diinkubasi

selama 8, 10 dan 12 hari.7. Nata yang terbentuk kemudian dipanen

dan dilakukan pengamatan terhadap sifatfisiknya.

Diagram Alir Pembuatan Starter Air kelapa/

Air Tahu (Solechan, 2013. Yang

dimodifikasikan).

Page 34: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

30 | Armi

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Nata De Soya

Disaring sebanyak 5 liter Ampas

Dipanaskan

Dituangkan dan didinginkanselama 5 jam

Media yang sudah dingin

Ditutup dan diikat

Difermentasi

Starter

Acetobacter

xylinum 50 mL

Ditambahkan gula 500 gAmonium sulfat (ZA) 100 g

Asam cuka glasial

T = 100 0C

T = 15

Air tahu 5 liter

Air tahu 15 liter

Disaring sebanyak 15 liter Ampas

Dipanaskan

Dituangkan ke dalam loyang(1, 1/2, 2/3 loyang) dandidinginkan selama 12 jam

Media yang sudah dingin

Ditutup dan diikat

Difermentasi

Nata de Soya

Acetobacter

xylinum 200 mL

Ditambahkan gula 1500 gAmonium sulfat (ZA) 75 g

Asam Cuka glasial secukupnya

Analisis :1. Ketebalan2. Uji Organoleptik (warna

dan kekenyalan)

Page 35: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu dengan menggunakan Acetobakter Xylinum menjadi Nata De Soya | 31

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

Analisis Data

Parameter yang dianalisis meliputi,ketebalan, masa inkubasi dan organoleptik(warna dan kekenyalan). Proseduranalisisnya seperti dibawah ini:

1. Analisis Ketebalan Nata De Soya(mm).

2. Analisis Masa Inkubasi Nata De Soya

• Masa Inkubasi 8 hari (ketebalan,warna, dan kekenyalan)

• Masa Inkubasi 10 hari (ketebalan,warna, dan kekenyalan)

• Masa Inkubasi 12 hari (ketebalan,warna, dan kekenyalan)

3. Uji organoleptikUji organoleptik yang dilakukan padaproduk berupa nata de soya adalah ujihedonik. Uji hedonik merupakan ujiberdasarkan atas tingkat kesukaankonsumen terhadap warna dankekenyalan. Pengujian dilakukan oleh20 siswa sebagai pinalis semi terlatih.Tingkat kesukaan terhadap warna natade soya menggunakan 3 skala skoryaitu putih 3 skor, putih keabu-abuan 2skor dan putih kekuningan 1skor,

sedangkan untuk tingkat kesukaanterhadap kekenyalan nata adalah

dengan cara di makan, jika kenyalmaka diberi nilai skonya 2 dan jika

tidak kenyal maka diberi skornya 1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ketebalan Nata De Soya

Ketebalan nata bisa digunakan sebagaiacuan dari sempurnanya proses fermentasioleh starter (Acetobacter xylinum) yangmenentukan kualitas nata de soya yangdihasilkan. Ketebalan nata diukur denganmenggunakan jangka sorong.

Dari hasil penelitian ketebalan nata de soya

dapat ditunjukkan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2 Data Analisis ketebalan Nata de Soya

PerlakuanUlangan

TotalRata-rataI II

A1B1 5 mm 5.7 mm 10.7 5.35A1B2 5.9 mm 6.2 mm 12.1 6.05A1B3 6.5 mm 6.9 mm 13.4 6.7A2B1 6 mm 6.2 mm 12.2 6.1A2B2 7.3 mm 7.2 mm 14.5 7.25A2B3 7.8 mm 8 mm 15.8 7.9A3B1 8.1 mm 8 mm 16.1 8.05A3B2 9.6 mm 9.4 mm 19 9.5A3B3 10.8 mm 10.9 mm 21.7 10.85

Total 67 68.5 135.5 7.53

Tabel 2 Hasil analisis nata de soyamenunjukkan bahwa ketebalan nata yangdiperoleh berkisar antara 5-10.9 mm denganrata-rata 7.53 mm.

Analisis varian (ANAVA) terhadap ketebalannata de soya dapat disajikan pada tabel 4.2sebagai berikut.

Tabel 3. Uji Anava terhadap Ketinggian Mediadan Masa Inkubasi terhadapKetebalan Nata De Soya.

Sidik

KeragamanJK Db KT F-hitung

F-tabel

5% 1%

Perlakuan 50.131 8 6.266 113.92 3.23 5.47

A 37.141 2 18.571 375.58 4.26 8.02

B 11.848 2 5.924 119.809 4.26 8.02

Galat 0.445 8 0.05

Total 50.576 17

Keterangan:Db: Derajat bebasJk: jumlah kuadrat

KT: Kuadrat Tengah

Berdasarkan analisis varian ketebalan natamenunjukkan bahwa ketinggian media danmasa inkubasi berpengaruh nyata terhadapketebalan nata de soya yang terbentuk, dimanaF hitung perlakuan > F tabel yaitu F hitung113.92 dan F tabel 3.23, sedangkan padaketinggian media F tabel > F hitung yaitu375.58 dan F tabel 4.26 dan masa inkubasijuga F hitung > F tabel yaitu 119.809 dan Ftabel 4.26 Hal ini karena jumlah media padawadah lebih banyak sehingga jumlah bakteripembentuk nata dan sumber makanan untukpertumbuhan juga lebih banyak. Dari Tabel 3,tampak bahwa semakin lama waktu inkubasi,nata yang terbentuk semakin tebal. Hal inidapat diterima karena, dengan waktu inkubasi

Page 36: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

32 | Armi

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

yang lebih lama, pembentukan lapisan nataoleh bakteri masih berlangsung.

Karena terdapat perbedaan yang nyataterhadap ketebalan nata di setiap perlakuan,maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur(BNJ), sebagai berikut:

2

049,06,5)9;9(%5 ⋅==

Ulangan

KTGqBNJ

88,01572,06,5%5 =⋅=BNJ

Tabel 2. Hasil Uji Lanjut Interaksi denganBNJ 5%

Perlakuan A1 A2 A3

B1 5,35a 6,1ab 8,05c

B2 6,05ab 7,25bc 9,5d

B3 6,7b 7,9c 10,85e

Uji Organoleptik Nata De SoyaNilai organoleptik merupakan faktor yangpenting untuk menguji penerimaankonsumen terhadap produk makanan. Ujiorganoleptik yang dilakukan adalah ujihedonik atau uji kesukaan. Penilaian ujiorganoleptik yang dilakukan terhadap natade soya meliputi uji hedonik terhadapwarna, dan kekenyalan. Pengujian

dilakukan oleh 20 siswa SMK-SMTI KutaAlam Banda Aceh untuk warna nata

menggunakan 3 skala (skor 1= PutihKekuningan, skor 2= Putih keabu-abuan,

skor 3=Putih bening). Sedangkan untukkekenyalan dilakukan dengan cara digigit

natanya, kekenyalan nata menggunakan 2skala (1= tidak kenyal, 2= kenyal).

KESIMPULAN

Ketinggian media dan waktu inkubasi sertainteraksi keduanya berpengaruh nyataterhadap ketebalan nata de soya yangterbentuk. Nilai nata de soya paling tebaldiperoleh pada ketinggian media 2/3 daritinggi wadah dan waktu inkubasi 12 hari(10,9 mm) serta interaksi keduanya 10,85mm. Masa inkubasi berpengaruh nyata

terhadap warna nata de soya yang

terbentuk, tetapi tidak dipengaruhi secaranyata oleh ketinggian medianya, nata desoya paling bagus warnanya padaketinggian media 2/3 dengan masainkubasi 10 hari (putih bening).

Masa inkubasi dan ketinggian medianyaberpengaruh tidak nyata terhadapkekenyalan nata de soya yang terbentuk.Kekenyalan yang di sukai yaitu A2B3dengan masa inkubasi 12 hari dan

ketinggian medianya 1/2 Loyang. Nata desoya pada masa inkubasi lebih baik

disimpan pada keadaan gelap atau tidakterkena cahaya matahari langsung, jika

ditempat gelap maka pertumbuhan bakteriakan lebih cepat berlangsung. Pada masa

inkubasi nata de soya sedang berlangsungmaka nata tidak boleh ada sentuhan karena

akan mengganggu proses pertumbuhannata. Diharapkan bagi masyarakat agardapat mengembangkan produksi nata,selain dapat mengurangi pencemaranlingkungan juga dapat menghasilkan nilaiekonomis.

REFERENSI

Anonim. 2011. Pengaruh Jenis BahanBaku Konsentrasi Gula dan ZA

dalam Perbanyakan Starter NataTerhadap Kualitas Nata De Soya.

Skripsi. Fakultas Pertanian,Universitas Syiah Kuala.

Anonim, 2011. Nata De soya. http://warintek.progression.or.id./by.rans

[10 maret 2013]

Darsono. 2007. Pemanfaatan Air LimbahIndustri Tahu. http://www.

teknologi/natadesoya.html [8 maret2013]

Elradhie Nour Ambiya, 2009. ProsesPengolahan Nata De Soya. BeritaPeluang Bisnis Air Limbah TahuMampu Selamatkan Lingkungan.

Page 37: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu dengan menggunakan Acetobakter Xylinum menjadi Nata De Soya | 33

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

Emma, S. 2010. Pengaruh Media StarterAntara Air Kelapa Dengan AirNira Aren Terhadap Kualitas NataDe Arenga. Skripsi. FakultasMatematika dan Ilmu Sains,Universitas Sumatra utara.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan.Jakarta: Gramedia.

Hasbunallah, 2001. Teknologi Tepat Guna

Agroindustri Kecil Sumatra Barat.Dewan Ilmu Pengetahuan,

Teknologi dan Industri, SumatraBarat.

Jenie, Betty Sri Laksmi dan Rahayu,

Winalti Pudji. 1993. PenangananLimbah Industri pangan.

Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Kurniadi, A. D. 1990. Pertumbuhan StarterNata De Coco (acetobacterxylinum) pada Medium Sari Buah.Skripsi Jurusan Teknologi Pangandan Gizi. Fakultas TeknologiPertanian, Bogor.

Lingga, P., dan Marsono. 2005. PetunjukPenggunaan Pupuk. Jakarta:Penebar Swadaya.

Mashudi, 1993. Mempelajari Pengaruh

Penambahan Amonium Sulfat danWaktu Penundaan Bahan Baku Air

Kelapa Terhadap LajuPertumbuhan dan Struktur Gel Nata

De Coco. Skripsi. JurusanTeknologi Pertanian IPB, Bogor.

Nisa, 2002. Pengaruh PenambahanSukrosa dan Asam Asetat GlasialTerhadap Kualitas NataDari WheyTahu dan Subtrat Air Kelapa.Jurnal Industri Nata Whey Tahu,Teknologi Industri Pertanian FTB-UB.

Noffiar, 2009. Pemanfaatan Limbah TahuMenjadi Produk Nata De Soya,Solusi Penanganan Pencemaran

Lingkungan. Skripsi. Fakultas IlmuKesehatan, Pekalongan.

Nurosid, 2008. Pelatihan Pembuatan NataDe Soya dari Limbah Tempe DiDesa Pliken, Kecamatan KembaranBanyumas. Jurnal Ilmiah

Indonesia.

Pembanyun, R. 2002. Teknologi

Pengolahan Nata De coco.

Yogyakarta: Kanasius.

Sadzali, 2010. Pemanfaatan Limbah TahuSebagai Selulosa Mikrobial Untuk

Pembuatan Selulosa Asetat.Proposal Teknologi Kimia. Syiah

Kuala, Banda Aceh

Safriani, 2000. Pemanfaatan Limbah TahuSebagai Selulosa Mikrobial UntukPembuatan Selulosa Asetat.Proposal Teknologi Kimia. SyiahKuala, Banda Aceh

Sarwono, B dan Y.P Saragih. 2001.Membuat Aneka Tahu. Jakarta:Penebar Swadaya.

SNI. 1992. Standarisasi Mutu Nata DalamKemasan. 01 – 281 – 1992.

Saragih, Y.P. 2004. Membuat Nata De

Coco. Jakarta: Puspa Swara.

Soepardi, 1984. Sifat dan Gizi Tanah.Jurusan Tanah. Fakultas

Pertanian IPB, Bogor.

Suryani, A., E. Hambali, dan P.Suryadarma.2005. Membuat AnekaNata. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sutarminingsih, C.L. 2004. Peluang UsahaNata de Coco. Yogyakarta:Kanisius.

Wahyudi, A., E. Hambali dan A.Suryadarma. 2005. Membuat AnekaNata. Jakarta: Penebar Swadaya.

Page 38: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

34 | Armi

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

Waluyo Lud, 2004. Mikro Biologi Umum.Universitas Muhammadiyah,Malang.

Warisno.2004. Mudah dan praktis

Membuat Nata De coco.Jakarta: Agromedia Pustaka.

Winarno, F. G. 1992. Pangan Gizi.

Teknologi dan Konsumen. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Page 39: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Jurnal Serambi Ekonomi & Bisnis│Vol. 1 No. 1 (2014): 35 – 40 ISSN 2354-970X

* Korespondensi Pengarang:Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Serambi MekkahJl. Tengku Imum Lueng Bata, Bathoh, Banda AcehE-mail: [email protected]

KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTARA KABUPATEN ACEH TENGAH

DAN KABUPATEN BENER MERIAH

Khairul Aswadi

Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Serambi Mekkah

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketimpangan pendapatan antara KabupatenAceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah dan pergeseran kompetitif sektor-sektorekonomi unggulan. Penelitian ini menggunakan Indeks Williamson dan Analisis Shift-Share Esteban Marquilas. Hasil penelitian selama kurun waktu 2003-2009 menunjukkanbahwa Koefisien Indeks Williamson di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten BenerMeriah baik yang dibandingkan dengan Provinsi Aceh maupun yang dibandingkandengan Kabupaten Induk menunjukkan ketimpangan yang rendah. Hal ini menunjukkanbahwa distribusi pendapatan merata di kabupaten hasil pemekaran Kabupaten AcehTengah. Selanjutnya hasil analisis shift share Kabupaten Aceh Tengah yangdibandingkan dengan Provinsi memperlihatkan bahwa pada akhir periode observasiterdapat dua sektor yang yang berspesialisasi dan memiliki keunggulan kompetitif yaitusektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Sedangkan di Kabupaten Bener Meriah hanyasektor bangunan yang berspesialisasi dan memiliki keunggulan kompetitif. Sedangkanhasil analisis shift share Kabupaten Aceh Tengah yang dibandingkan dengan KabupatenInduk memperlihatkan bahwa pada akhir periode observasi terdapat satu sektor yangberada dalam posisi keunggulan kompetitif tetapi tidak berspesialisasi yaitu sektorpertanian. Sedangkan di Kabupaten Bener Meriah pada akhir periode observasi terdapattiga sektor yang yang berspesialisasi dan memiliki keunggulan kompetitif yaitu sektorindustri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor keuangan, persewaan danjasa perusahaan.

Kata Kunci: Ketimpangan pendapatan, index williamson, shift-share esteban marquilas

PENDAHULUAN

Distribusi pendapatan ini tidak hanya padatingkat nasional saja, tetapi juga pada tingkatdaerah. Keberhasilan pembangunan daerahmenjadi landasan yang baik bagi keberhasilanpembangunan nasional. Hal ini karenapembangunan nasional tidak terlepas darikinerja pembangunan daerah. Keberhasilanpembangunan daerah mempunyai korelasiyang cukup erat dengan peningkatan hasilpembangunan nasional.

Pembangunan ekonomi suatu daerah adalahprogram kerja yang harus dilaksanakanberkesinambungan untuk mewujudkanpembangunan ekonomi yang lebih baik.Dengan semakin baiknya perekonomiandaerah maka akan terwujudnya pemerataanpembangunan yang akan berpengaruh dalam

meningkatkan kesejahteraan rakyat.Meningkatnya kesejahteraan rakyat merupakansalah satu indikator terjadinya pertumbuhanekonomi yang semakin baik.

Menurut Arsyad (2002:7) pertumbuhanekonomi diartikan sebagai kenaikan GrossDomestik Produk (GDP) dan Gross NationalProduk (GNP) tanpa memandang kenaikan itulebih besar atau lebih kecil dari tingkatpertumbuhan penduduk, atau terjadi perubahanstruktur ekonomi maupun tidak. Sedangkanmenurut Boediono (1992: 1) pertumbuhanekonoomi merupakan suatu proses kenaikanoutput perkapita dalam jangka panjang.

Ada tiga faktor utama dalam pertumbuhanekonomi setiap negara (Todaro, 2006:118)yaitu (1) Akumulasi modal yang meliputisemua bentuk atau jenis investasi baru yang

Page 40: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

36 | Khairul Aswadi

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

ditanamkan pada tanah, peralatan fisik danmodal atau sumber daya manusia; (2)Pertumbuhan penduduk yang beberapa tahunselanjutnya akan memperbanyak jumlahangkatan kerja; dan (3) Kemajuan teknologi.

Dalam pembangunan ekonomi regionalterdapat beberapa teori yang penting, yaitu:teori basis ekspor dan model pertumbuhaninterregional. Kedua teori ini terkait langsungdengan ekonomi regional dan aslidikembangkan dalam ekonomi regional(Tarigan, 2005:47).

Untuk mengukur perubahan struktur ekonomidalam kajian ini menggunakan pendekan shift-share analysis Metode shift-share adalah salahsatu teknik analisis dalam Ilmu EkonomiRegional yang bertujuan untuk mengetahuifaktor-faktor utama yang mempengaruhipertumbuhan ekonomi suatu daerah (Sjafrizal,2009:179).

Metode analisis ini bertitik tolak dari anggapandasar bahwa pertumbuhan ekonomi suatudaerah dipengaruhi oleh tiga komponen utamayang saling berhubungan satu sama lainnya,yakni pertumbuhan ekonomi (national growthcomponent), pertumbuhan sektoral (indus-trialmix component), dan pertumbuhan daya saingwilayah (competitive effect component)(Tambunan, 2001:291).

Sedangkan untuk menentukan tingkatketimpangan pendapatan antar wilayah/regional lazimnya oleh para ahli di bidangekonomi regional biasanya menggunakanIndeks ketimpangan Williamson dan IndeksEntropi Theil, sedangkan Indeks Gini dandistribusi pendapatan menurut Bank Duniabiasanya digunakan dalam mengukur distribusipendapatan perorangann dan antar kelompokmasyarakat (Sjafrizal, 2008:108).

Perubahan tatanan politik sejak terjadinyapenandatanganan MoU Helsinki telah memberiruang bagi pemulihan ekonomi Aceh yangsempat terpuruk akibat perang antaraPemerintah Indonesia dengan GerilyawanGerakan Aceh Merdeka selama hampir 30tahun. Hal ini diwujudkan melalui lahirnyaUndang-undang Nomor 11 tahun 2006 tentangPemerintahan Aceh, di mana pemerintah pusatmemberikan kewenangan yang semakin luasbagi Provinsi Aceh untuk mengatur rumahtangganya sendiri.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuitingkat ketimpangan pendapatan dan untukmengetahui sektor-sektor ekonomi yangmemiliki potensi keunggulan kompetitif untukdikembangkan guna mengurangi ketimpanganpendapatan antara Kabupaten Aceh Tengahdan Kabupaten Bener Meriah.

METODE PENELITIAN

Ruang Lingkup PenelitianRuang lingkup penelitian ini adalah di bidangekonomi pembangunan dan ekonomi regionaldengan pembahasan mengenai ketimpanganpendapatan antara kabupaten Aceh Tengah danKabupaten Bener Meriah. Objek yang ditelitidilihat dengan menggunakan data ProdukDomestik Regional Bruto (PDRB), PendapatanPer Kapita dan jumlah penduduk masing-masing kabupaten yang diukur mulai periode2003-2009.

Sumber dan Jenis DataData yang digunakan di dalam penelitian iniberupa data time series, yaitu data PendapatanPer Kapita, jumlah penduduk dan PDRBmenurut lapangan usaha atas harga konstantahun 2000 Kabupaten Aceh Tengah danKabupaten Bener Meriah selama sembilantahun terakhir yaitu periode 2003-2009. Datatersebut diperoleh dari publikasi Badan PusatStatistik (BPS) Provinsi Aceh, BPS KabupatenAceh Tengah, BPS Kabupaten Bener Meriahdan sumber-sumber lainnya yang berhubungandengan penelitian ini.

Model AnalisisMetode analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk melihat tingkat ketimpanganPendapatan antara Kabupaten AcehTengah dan Kabupaten Bener Meriahdigunakan Formula Koefisien Williamson,yaitu (Sjafrizal, 2008 : 108):

Vw =∑ ( )

Keterangan :Vw = Koefisien Williamson, nilai berkisar

antara 0 dan 1Yi = Pendapatan perkapita kabupaten i

Y = Pendapatan perkapita Provinsi Acehfi = Jumlah populasi kabupaten in = Jumlah populasi Provinsi Aceh

Page 41: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Ketimpangan Pendapatan antara Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah | 37

ISSN: 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

Dengan indikator bahwa apabila angka indeksketimpangan Williamson semakin mendekatinol maka menunjukkan ketimpangan yangsemakin kecil dan bila angka indeksmenunjukkan semakin jauh dari nol makamenunjukkan ketimpangan yang semakinmelebar.

b. Analisis Shift-shareUntuk menghitung pergeseran strukturekonomi dan sektor-sektor yang memilikikeunggulan kompetitif dan berspesialisasi diKabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten BenerMeriah meng-gunakan analisis Shift-ShareEstaban-Marquillas (E-M) (Ahmad, 2001:17)yaitu:

Dij = Qij rn + Qij (rij – rin) + hQij(rij – rin) +(Qij – hQij) . (rij – rin) .….…....(3.1)

Dij= Gij+ Mij + hCij + Aij …………(3.2)

Keterangan:Dij : Perubahan PDRB di sektor i pada

kabupaten jQij : PDRB di sektor i kabupaten j pada

tahun dasar analisishQij : PDRB di sektor i kabupaten j pada

tahun akhir analisisrij : Laju pertumbuhan sektor i di kabupaten j

rin : Laju pertumbuhan sektor i di tingkatnasional (Provinsi Aceh)

rn :Laju pertumbuhan ekonomi nasional(Provinsi Aceh)

Gij : Pengaruh pertumbuhan ekonominasioanal/referensi

Mij : Pergeseran proporsionalhCij : Keunggulan atau ketidakunggulan

kompetitif sektor i di wilayah j bilakomponen homothetic peubah Q tumbuhdengan LQ=1

Aij : Pengaruh alokasi untuk sektor i dikabupaten j

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ketimpangan Pendapatan antara

Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten

Bener Meriah

Untuk mengetahui ketimpangan pendapatanantara Kabupaten Aceh Tengah dan KabupatenBener Meriah di Provinsi Aceh digunakanformula Koefisien Williamson, dari hasilpeneliti-an yang dilakukan maka diperolehKoefisien Williamson yang tertera dalamTabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Koefisien Williamson Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah, Periode 2003-2009 di bandingkan dengan Provinsi Aceh

TahunKoefisien Williamson

Aceh Tengah Bener Meriah

2003 0.0136 0.01712004 0.0028 0.0081

2005 0.0030 0.0063

2006 0.0015 0.00202007 0.0088 0.00532008 0.0134 0.00112009 0.0052 0.0002

Rata-rata 0.0069 0.0057

Sumber: BPS (data diolah, 2011)

Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapatdigambarkan bahwa angka KoefisienWilliamson di Kabupaten Aceh Tengahcenderung berfluktuasi sedangkan diKabupaten Bener Meriah memperlihatkankecenderungan menurun. Pada tahun 2003angka Koefisien Williamson untuk KabupatenAceh Tengah adalah sebesar 0.0136,selanjutnya pada tahun 2004 KoefisienWilliamson di Aceh Tengah turun menjadi0.0028, yang dipengaruhi oleh kenaikanpendapatan per kapita sebesar 10.77 persen.

Tahun 2005 Koefisien Williamson di AcehTengah naik menjadi 0.0030 seiring denganbertambahnya jumlah penduduk sebesar 2.39persen. Berikutnya tahun 2006 KoefisienWilliamson di Aceh Tengah kembali turunmenjadi 0.0015 karena meningkatnyapendapatan perkapita sebesar 3.79 persen.Sementara itu pada tahun 2007 dan 2008Koefisien Williamson di Aceh Tengah kembalimemperlihatkan kecenderungan kenaikan,masing-masing sebesar 0.0088 pada tahun2007 dan sebesar 0.0134 pada tahun 2008,

Page 42: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

38 | Khairul Aswadi

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

seiring dengan bertambahnya jumlahpenduduk sebesar 4.74 persen pada tahun 2007dan menurunnya tingkat pendapatan per kapitasebesar minus -2.06 persen pada tahun 2008.Pada tahun 2009 sebagai tahun terakhirobservasi Koefisien Williamson di AcehTengah kembali memperlihatkankecenderungan menurun sebesar 0.0052seiring kenaikan pendapatan per kapita sebesar0.79 persen.

Analisis Shift-Share Esteban Marquilas

Kabupaten Aceh TengahPergeseran struktur ekonomi Kabupaten AcehTengah yang dibandingkan dengan strukturekonomi Provinsi Aceh dianalisis denganmenggunakan metode shift-share E-M. Hasilanalisis shihft-share E-M terhadap perubahanstruktur ekonomi Kabupaten Aceh Tengahselama kurun waktu 2003-2009 disajikandalam Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Hasil Analisis Shift-Share E-M Perubahan Pengaruh Alokasi Sektor Ekonomi KabupatenAceh Tengah Dibandingkan dengan Sektor Ekonomi Provinsi Aceh

LAPANGAN USAHA

KOMPONEN KUADRAN

PengaruhAlokasi

SpesialisasiTahunDasar

Keunggulan

Kompetitif

SpesialisasiTahun

Terminal 20032009

(Aij) (Qij - hQij) rij - rin (Q*ij - hQ*ij)

1. Pertanian + + + + 4 4

2. Pertambangan dan Penggalian + - - - 2 2

3. Industri Pengolahan - - + - 3 3

4. Listrik, Gas dan Air Bersih - + - - 1 2

5. Bangunan - + - + 1 1

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran - - + - 3 3

7. Angkutan dan Komunikasi + - - - 2 2

8. Keuangan, Persewaan dan JasaPerusahaan - - + -

3 3

9. Jasa-Jasa - - + + 3 4Sumber: BPS (diolah, 2011)

Berdasarkan Tabel 2 di atas dapatdideskripsikan perubahan pengaruh alokasidari sektor-sektor ekonomi dalampertumbuhan ekonomi Kabupaten AcehTengah selama tahun 2003 dan 2009. JikaAij<0 diikuti oleh (rij-rin)<0 dan (Qij-hQij)>0,berarti sektor i di daerah j berada dalam posisiketidakunggulan kompetitif, namun daerah jberspesialisasi pada sektor tersebut (kuadran1). Hasil analiis pengaruh alokasi di KabupatenAceh Tengah menunjukkan bahwa pada awalperiode terlihat dua sektor berada dalam tipeini yaitu; sektor gas, listrik dan air bersih dansektor bangunan. Pada akhir periode observasihanya satu sektor yang mengalami pergeseranposisi yaitu sektor listrik, gas dan air bersih.Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh alokasikurang menguntungkan, karena daerah j belumberspesialisasi pada sektor i, artinya sektor i didaerah j belum berkembang secara lebihmeluas, walaupun sektor i berada dalam posisikeunggulan kompetitif.

Selanjutnya, jika Aij>0 diikuti oleh rij-rin<0dan Qij-hQij<0, berarti sektor i berada dalamposisi ketidakunggulan kompetitif dan daerah j

tidak berspesialisasi pada sektor i tersebut(kuadran 2). Dalam hal ini pengaruh alokasibertanda positif menunjukkan daerah j sudahlebih rasionil, karena tidak berspesialisasi padasektor yang tidak unggul. Bila sektor-sektorserupa ini lebih dominan di daerah j, makadaerah j cenderung kurang berkembang,walaupun Aij>0. Di Kabupaten Aceh Tengahpada awal periode terdapat dua sektor yangberada dalam tipe ini yaitu sektorpertambangan dan penggalian dan sektorangkutan dan komunikasi, dan hingga akhirperiode observasi sektor tersebut masih belummenunjukkan perubahannya yang cukupberarti.

Jika Aij<0 diikuti oleh (rij-rin)>0 dan (Qij-hQi)<0. Ini menunjukkan bahwa pengaruhalokasi kurang menguntungkan, karena daerahj belum berspesialisasi pada sektor i, artinyasektor i di daerah j belum berkembang secaralebih meluas, walaupun sektor i berada dalamposisi keunggulan kompetitif (kuadran 3). DiKabupaten Aceh Tengah pada awal periodeterdapat empat sektor berada dalam tipe iniyaitu: sektor industri pengolahan, sektor

Page 43: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Ketimpangan Pendapatan antara Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah | 39

ISSN: 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

perdagangan, hotel dan restoran, sektorkeuangan, persewaan dan jasa perusahaan dansektor jasa-jasa dan pada akhir periode hanyatiga sektor yang masih tetap bertahan, yaitusektor industri pengolahan, sektorperdagangan, hotel dan restoran, sektorkeuangan, persewaan dan jasa perusahaan.Jika Aij>0 diikuti oleh rij-rin>0 dan Qij-hQij>0, artinya sektor i berada dalam posisikeunggulan kompetitif serta daerah jberspesialisasi dalam sektor i tersebut (kuadran4). Di Kabupaten Aceh Tengah pada awalperiode terlihat satu sektor yang berada dalamtipe ini, yaitu sektor pertanian. Pada akhir

periode observasi sektor-sektor tersebut tetapberada dalam posisi keunggulan kompetitif.

Analisis Shift Share Esteban Marquilas

Kabupaten Bener Meriah

Perubahan struktur ekonomi Kabupaten BenerMeriah yang dibandingkan dengan ProvinsiAceh dianalisis dengan menggunakan metodeshift-share E-M. Hasil analisis shihft-share E-M terhadap perubahan struktur ekonomiKabupaten Bener Meriah selama kurun waktu2003-2009 disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3 Hasil Analisis Shift Share E-M Perubahan Pengaruh Alokasi Sektor Ekonomi KabupatenBener Meriah Dibandingkan dengan Sektor Ekonomi Provinsi Aceh

LAPANGAN USAHA

KOMPONEN KUADRAN

PengaruhAlokasi

SpesialisasiTahun Dasar

KeunggulanKompetitif

SpesialisasiTahun

Terminal 2003 2009

(Aij) (Qij - hQij) rij - rin (Q*ij - hQ*ij)

1. Pertanian - + - + 1 1

2. Pertambangan dan Penggalian + - - - 2 2

3. Industri Pengolahan - - + - 3 3

4. Listrik, Gas dan Air Bersih - + - + 1 1

5. Bangunan + + + + 4 4

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran - - + - 3 3

7. Angkutan dan Komunikasi + - - - 2 2

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan - - + - 3 3

9. Jasa-Jasa - - + - 3 3

Sumber: BPS, 2011 (diolah)

Berdasarkan Tabel 3 di atas dapatdideskripsikan perubahan pengaruh alokasidari sektor-sektor ekonomi dalampertumbuhan ekonomi Kabupaten BenerMeriah selama tahun 2003 dan 2009. JikaAij<0 diikuti oleh (rij-rin)<0 dan (Qij-hQij)>0,berarti sektor i di daerah j berada dalam posisiketidakunggulan kompetitif, namun daerah jberspesialisasi pada sektor tersebut (kuadran1). Hasil analiis pengaruh alokasi di KabupatenBener Meriah menunjukkan bahwa pada awalperiode terdapat dua sektor berada dalam tipeini yaitu; sektor pertanian, sektor listrik, gasdan air bersih. Sampai dengan akhir periodekedua sektor tersebut masih tetap bertahanberada dalam tipe ini.Selanjutnya, jika Aij>0 diikuti oleh rij-rin<0dan Qij-hQij<0, berarti sektor i berada dalamposisi ketidakunggulan kompetitif dan daerah jtidak berspesialisasi pada sektor i tersebut(kuadran 2). Dalam hal ini pengaruh alokasibertanda positif menunjukkan daerah j sudahlebih rasionil, karena tidak berspesialisasi pada

sektor yang tidak unggul. Bila sektor-selaorserupa ini lebih dominan didaerah j, makadaerah j cenderung kurang berkembang,walaupun Aij>0. Di Kabupaten Bener Meriahpada awal periode terlihat dua sektor yangberada dalam tipe ini yaitu sektorpertambangan dan penggalian dan sektorangkutan dan komunikasi, dan sampai denganakhir periode observasi sektor tersebut masihbelum menunjukkan perubahannya.

Jika Aij<0 diikuti oleh (rij-rin)>0 dan (Qij-hQi)<0. Ini menunjukkan bahwa pengaruhalokasi kurang menguntungkan,karena daerah jbelum berspesialisasi pada sektor i, artinyasektor i di daerah j belum berkembang secaralebih meluas, walaupun sektor i berada dalamposisi keunggulan kompetitif (kuadran 3). DiKabupaten Bener Meriah pada awal periodeterlihat satu sektor berada dalam tipe ini yaitu:sektor industri pengolahan, sektorperdagangan, hotel dan restoran, sektorkeuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan

Page 44: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

40 | Khairul Aswadi

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

sektor jasa-jasa. Pada akhir periode keempatsektpr tersebut masih tetap bertahan dalam tipeini.

Jika Aij>0 diikuti oleh rij-rin>0 dan Qij-hQij>0, artinya sektor i berada dalam posisikeunggulan kompetitif serta daerah jberspesialisasi dalam sektor i tersebut. DiKabupaten Bener Meriah pada awal periodeterdapat satu sektor yang berada dalam tipe ini,yaitu sektor bangunan. Pada akhir periodeobservasi sektor tersebut masih tetap beradadalam posisi keunggulan kompetitif.

KESIMPULAN

Koefisien Indeks Williamson di KabupatenAceh Tengah dan Kabupaten BenerMeriah baik yang dibandingkan denganProvinsi Aceh maupun yang dibandingkandengan Kabupaten Induk menunjukkanketimpangan yang rendah. Hal inimenunjukkan bahwa distribusi pendapatandi dua Kabupaten hasil pemekaran dariKabupaten Aceh Tengah itu merata.

Hasil analisis shift share Kabupaten Aceh

Tengah yang dibandingkan denganProvinsi memperlihatkan bahwa pada akhir

periode observasi terdapat dua sektor yangyang berspesialisasi dan memiliki

keunggulan kompetitif yaitu sektorpertanian dan sektor jasa-jasa. Sedangkan

di Kabupaten Bener Meriah hanya sektorbangunan yang berspesialisasi dan

memiliki keunggulan kompetitif.Sedangkan hasil analisis shift shareKabupaten Aceh Tengah yangdibandingkan dengan Kabupaten Indukmemperlihatkan bahwa pada akhir periodeobservasi terdapat satu sektor yang beradadalam posisi keunggulan kompetitif tetapitidak berspesialisasi yaitu sektor pertanian.Sedangkan di Kabupaten Bener Meriahpada akhir periode observasi terdapat tigasektor yang yang berspesialisasi danmemiliki keunggulan kompetitif yaitu

sektor industri pengolahan, sektor listrikgas dan air bersih, sektor keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan.

REFERENSI

Ahmad, Djakfar. 2001. Pergeseran PosisiKompetitif dan Spesialisasi dalamPerubahan Struktur ProduksiRegional Aceh. Mon Mata, No.43h.13-26.

Arsyad, Lincolin. 2002. PengantarPerencanaan PembangunanEkonomi Daerah. Edisi 2,Yogyakarta: BPFE.

Boediono. 1992. Teori Pertumbuhan Ekonomi.Edisi 1. Yogyakarta: BPFE

BPS. 2010. Produk Domestik Regional BrutoKabupaten Aceh Tengah Tahun

2000-2008. BPS dan BappedaKabupaten Aceh Tengah.

BPS. 2010. Produk Domestik Regional BrutoKabupaten Bener Meriah Tahun

2000-2008. BPS dan BappedaKabupaten Bener Meriah.

Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional: Teori danAplikasi. Jakarta: Baduose Madia.

Sjafrizal. 2009. Teknik Praktis PenyusunanPerencanaan Pemerintah Daerah.Jakarta: Baduose Madia.

Sjafrizal. 1997. Pertumbuhan Ekonomi danKetimpangan Regional WilayahIndonesia Bagian Barat. Prisma, III(3):35-36.

Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional:Teori dan Aplikasi. Edisi revisi.Jakarta: Bumi Aksara.

Todaro, M.P. 2006. Pembangunan Ekonomi.Edisi Kesembilan. Jakarta: PenerbitErlangga.

Tambunan, Tulus T.H . 2001. PerekonomianIndonesia: Teori dan Temuan

Empiris. Jakarta: Penerbit GhaliaIndonesia.

Page 45: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Jurnal Serambi Ekonomi & Bisnis│Vol.1 No.1 (2014) 41 – 46 ISSN 2354-970X

* Korespondensi Pengarang:

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Serambi MekkahJl. Tengku Imum Lueng Bata, Bathoh, Banda Aceh

E-mail: [email protected]

PENGARUH KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA

PT. PERTAMINA (PERSERO) UNIT PEMASARAN I CABANG BANDA ACEH

Badaruddin

Program Studi Manajemen Fakultas EkonomiUniversitas Serambi Mekkah

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompensasi terhadap kinerjakaryawan pada PT. Pertamina (persero) Unit Pemasaran I Cabang Banda Aceh baiksecara parsial dan simultan. Responden penelitian sebanyak 54 orang karyawan instansitersebut yang diambil dengan menggunakan metode sensus. Pengumpulan datamenggunakan kuesioner dan selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan peralatanstatistik regresi linier berganda. Penelitian menemukan bahwa kompensasi finansial dankompensasi non finansial berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan pada PT.Pertamina (persero) Unit Pemasaran I Cabang Banda Aceh. Semakin baik kompensasifinansial dan kompensasi non finansial semakin tinggi pula kinerja kerja karyawantersebut. Diantara dua variabel independen tersebut, variabel kompensasi non finansialmemiliki pengaruh paling dominan terhadap kinerja karyawan, kemudian diikuti olehvariabel kompensasi finansial. Hasil penggujian statistik menunjukkan nilai F hitung > Ftabel (18.512>3.183), dan nilai t hitung > t tabel kompensasi finansial sebesar(3.324>2.005) dan kompensai non finansial nilai t hitung>t tabel sebesar (4.502>2.005).Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kompensasi finansial dan kompensasi nonfinansial secara simultan maupun parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerjakaryawan pada PT. Pertamina (persero) Unit Pemasaran I Cabang Banda Aceh. Maka,hipotesis Ha diterima dan sebaliknya hipotesis Ho ditolak. Kesimpulan yang dapatdiambil dari penelitian ini adalah kinerja karyawan pada PT. Pertamina (persero) UnitPemasaran I Cabang Banda Aceh secara nyata dipengaruhi oleh kompensasi finansial dankompensasi non finansial. Karena itu, PT. Pertamina (persero) Unit Pemasaran I CabangBanda Aceh sebaiknya lebih memperhatikan kompensasi yang diberikan kepadakaryawan dan kenyamanan lingkungan kerja perlu ditingkatkan lagi agar kinerjakaryawan dapat meningkat.

Kata Kunci: Kompensasi finansial, kompensasi non finansial, kinerja

PENDAHULUAN

Sumber daya manusia (SDM) merupakan

modal utama dalam menunjangkeberhasilan organisasi apabila dikelola

dengan baik dan pengelolaan tersebutsudah dimulai semenjak mereka akandibutuhkan, diperkerjakan sampai dengandiberhentikan. Sebagaimana diketahuibahwa Manajemen Sumber Daya Manusiamerupakan suatu proses perencanaan,pengorganisasian, pengkoordinasian,pelaksanaan dan pengawasan terhadappengadaan, pengembangan, pemberian

balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaandan pemisahan tenaga kerja dalam rangka

mencapai tujuan organisasi(Mangkunegara, 2005:2).

Bekerja pada suatu perusahaan/organisasi

dengan memperoleh imbalan juga biasanyadidasarkan keyakinan bahwa denganbekerja pada perusahaan/ organisasi ituseseorang akan dapat memuaskan berbagaikebutuhannya, tidak hanya dibidangmaterial, seperti sandang, pangan, papandan kebutuhan kebendaan lainnya, akantetapi juga berbagai kebutuhan lainnya

Page 46: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

42 | Badaruddin

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

yang bersifat sosial, prestise, kebutuhanpsikologis dan intelektual (Siagian, 2000).Organisasi pada umumnya percaya bahwauntuk mencapai keunggulan harusmengusahakan kinerja individual yangsetinggi-tingginya, karena pada dasarnyakinerja individu mempengaruhi kinerja timatau kelompok kerja pada akhirnya akanmempengaruhi kinerja organisasi secarakeseluruhan. Kinerja menurutPrawirosentono (Purnomo 2008:71) adalah

hasil kerja yang dapat dicapai olehseseorang atau sekelompok orang dalam

organisasi, sesuai dengan wewenangnyadan tanggung jawabnya masing- masing

untuk mencapai tujuan organisasibersangkutan secara illegal, tidak

melanggar hukum dan sesuai dengan moraletika.

Menurut Susanto (2003:7) kinerja diartikansebagai hasil karya seorang tenaga kerjaselama periode tertentu dibandingkan denganberbagai kemungkinan, misalnya standar,target/sasaran atau kriteria yang telahditentukan terlebih dahulu dan telah disepakatibersama. Kinerja merupakan sistem yangmemuat pengelolaan kinerja satuan kerjahingga ke individu dalam suatu organisasi atauinstitusi. Proses pengelolaan itu dapatdiintegrasikan dalam sistem BusinessIntelligent untuk tujuan menggambarkanpenyelarasan beban tugas antar bagian danmenilai kinerja setiap bagian dalam mencapaitarget yang ditetapkan untuk setiap tahunberjalan (Nitisemito, 2005:4).

Terpenuhinya kompensasi yang baik tentu sajaakan meningkatkan produktivitas serta kinerjapara karyawan. Sedangkan menurut MarihotTua E.H. (2002) kinerja adalah hasil kerjayang dihasilkan oleh pegawai atau perilakunyata yang ditampilkan sesuai denganperannya di organisasi. Kinerja karyawanmerupakan suatu hal yang sangat pentingdalam usaha organisasi untuk mencapaiusahanya.

Menurut Handoko (1992), yang dimaksuddengan kompensasi adalah segala sesuatu yangditerima oleh karyawan sebagai balas jasauntuk kerja mereka. Kompensasi dapatdiberikan dalam berbagai macam bentuk,seperti: dalam bentuk pemberian uang,

pemberian material dan fasilitas dan dalambentuk pemberian kesempatan berkarir(Singodimedjo, 2000). Menurut Mangkunegara(2005:83) bahwa kompensasi adalah prosesadministrasi upah atau gaji yang melibatkanpertimbangan atau keseimbangan perhitungan.Kompensasi acap kali juga disebutpenghargaan dan dapat didefinisikan sebagaisetiap bentuk penghargaan yang diberikankepada karyawan sebagai balas jasa ataskontribusi yang mereka berikan kepadaorganisasi (Mutiara S.Panggabean, 2002).

Menurut Bejo Siswanto (2003) kmpensasimerupakan istilah luas yang berkaitan denganimbalan- imbalan finansial yang diterima olehorang- orang melalui hubungan kepengawaianmereka dengan organisasi. Menurut Dessler(1997) kompensasi karyawan adalah setiapbentuk pembayaran atau imbalan yangdiberikan kepada karyawan dan timbul daridipekerjakannya karyawan itu. Menurut HaniHandoko (1993) kompensasi adalah segalasesuau yang diterima para karyawan sebagaibalas jasa untuk kerja mereka.

Kinerja karyawan merupakan aspek yangpenting dalam manajemen sumber dayamanusia. Sedarmayanti (2007:18) menyatakanbahwa kinerja merupakan sistem yangdigunakan untuk menilai dan mengetahuiapakah seorang karyawan telah melaksanakanpekerjaannya secara keseluruhan ataumerupakan perpaduan dari hasil kerja (apayang harus dicapai seseorang) dan kompetensi(bagaimana seseorang mencapainya).

Mangkunegara (2005:67) menyatakan kinerjaadalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitasyang dicapai oleh seseorang pengawai dalamkemampuan melaksanakan tugas- tugas sesuaidengan tanggung jawab yang diberikan olehatasan kepadanya.Selain itu, kinerja dapat jugadiartikan sebagai suatu hasil dan usahaseseorang yang dicapai dengan adanyakemampuan dan perbuatan dalam situasitertentu.

Dari pendapat di atas dapat diambilkesimpulan bahwa kinerja merupakan suatusikap optimis yang mengharapkan adanya hasilperbandingan antara output dengan input yanglebih baik di masa yang akan datang, sehinggadituntut keterlibatan semua pihak dalamorganisasi untuk memanfaatkan tenaga dansumber daya secara optimal.

Page 47: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Pertamina (Persero) Cabang Banda Aceh | 43

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

Oleh karena itu, salah satu cara terbaik untukmeningkatkan kapasitas kinerja karyawanadalah dengan menghubungkan kompensasidengan perkembangan karyawan. Jika programkompensasi dirasakan adil dan kompetitif olehpengawai, maka kantor atau perusahaan akanlebih mudah untuk menarikpengawai/karyawan yang potensial,mempertahankannya agar lebih meningkatkankinerjanya, sehingga produktivitasmeningkatkan dan kantor/perusahaan mampumenghasilkan produk dengan harga yangkompetitif. Pada akhirnya, kantor/perusahaanbukan hanya unggul dalam persaingan, namunjuga mampu mempertahankan kelangsunganhidupnya, bahkan mampu meningkatkanprofitabilitas dan mengembangkan usahanya(Triyono Nugroho, 2009).

PT. Pertamina Unit pemasaran 1 CabangBanda Aceh sebagai sebuah cabang pemasaranperusahaan milik negara yang bergerakdibidang usaha minyak dan gas bumi besertakegiatan usaha terkait lainnya baik di dalammaupun luar negeri. PT. Pertamina senantiasaberupaya untuk memberikan yang terbaik sertakontribusi nyata bagi kesejahteraan bangsa dannegara dalam memanfaatkan setiap potensiyang dimiliki Indonesia. Dengan inisiatifdalam memanfaaatkan sumber daya danpotensi yang dimiliki untuk mendapatkansumber energi baru dan disamping bisnisutama yang saat ini dijalankannya, PT.Pertamina bergerak maju dengan mantap untukmewujudkan visi perusahaan, menjadiperusahaan energi nasional kelas dunia.

METODE PENELITIAN

Populasi dan sampelPopulasi dalam penelitian ini adalah seluruhkaryawan kantor PT. Pertamina (persero) unitpemasaran 1 Cabang Banda Aceh denganjumlah keseluruhan populasi sebanyak 54orang berdasarkan golongan atau pangkat.Karena semua populasi dijadikan sampel makapenelitian ini termasuk sensus.

Skala PengukuranVariabel dalam penelitian ini diukur denganmodel skala interval. Data yang diperolehmelalui kuesioner dalam bentuk kualitatifdikomposisikan terlebih dahulu agar menjadidata yang kuantitatif. Adapun nilai kuantitatifdikomposisikan dengan menggunakan skala

likert untuk semua variabel dan untuk satupilihan nilai (skor) dengan jarak interval. Skordari pilihan tersebut menggunakan skala modellikert yang berisi lima pilihan yaitu sepertidalam Tabel 1:

Tabel 1. Skala PengukuranAlternatif Jawaban Singkatan Nilai

Sangat Tidak Puas STP 1Tidak Puas TP 2Kurang Puas KP 3Puas P 4Sangat Puas SP 5

Responden diminta untuk memberikanjawaban sampai seberapa puas atau tidakpuasnya atas sejumlah pertanyaan yangberhubungan dengan pengaruh kompensasiterhadap kinerja karyawan PT. Pertamina(persero) Unit Pemasaran 1 Cabang BandaAceh.

Metode Analisis DataUntuk menjawab permasalahan dalampenelitian ini akan dianalisis denganmenggunakan alat ukur regresi linearberganda. Secara matematis alat ukur regresilinear berganda diformulasikan sebagai berikut(Gujarati, 2001 :24).

Y=a+b1x1+b2x2+eKeterangan:Y = kinerjaa = constantb1 = koefisien regresi kompensasi finansialb2 = koefisien regresi kompensasi non

finansialx1 = kompensasi finansial

x2 = kompensasi non finansiale = error

Untuk mempermudah pengolahan dan analisis,maka dalam penelitian ini digunakan programSPSS. Data yang dikumpulkan dalampenelitian ini merupakan data yang memilikipengukuran ordinal, sedangkan syarat dalamuji regresi linier adalah data sekurang-kurangnya berskala interval, maka untukkeperluan analisis regresi linier data harusdinaikkan skala pengukurannya dari skalaordinal menjadi skala interval.

Analisis Pengaruh Kompensasi Terhadap

Kinerja Karyawan Pada PT. Pertamina

(Persero) Unit Pemasaran I Cabang Banda

Aceh

Untuk melihat kinerja karyawan pada PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I

Page 48: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

44 | Badaruddin

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

Cabang Banda Aceh, maka perlumengetahui pengaruh kompensasi terhadapkinerja karyawan pada PT. Pertamina(Persero) Unit Pemasaran I Cabang Banda

Aceh. Hal ini ditunjukkan oleh nilaikoefisien regresi masing-masing variabelseperti terlihat dalam bagian output SPSSberikut.

Tabel 2. Nilai Koefisien Regresi Masing-masing Variabel Independen

Coefficientsa

Model

UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

t Sig.

CollinearityStatistics

B Std. Error BetaTolerance VIF

1 (Constant) 9.403 5.592 1.681 .099

KompensasiFinansial

.366 .110 .359 3.324 .002 .975 1.026

Kompensasi NonFinansial

1.109 .246 .486 4.502 .000 .975 1.026

a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan

Sumber: Data Primer (Diolah), 2014.

Berdasarkan bagian output SPSS di atas makapersamaan regresi yang memperlihatkankinerja karyawan pada PT. Pertamina (Persero)Unit Pemasaran I Cabang Banda Aceh sebagaifungsi dari kompensasi finansial dankompensasi non finansial dapat diformulasikandalam persamaan berikut:

Y = 9.403+ 0.366X1+ 1.109X2

Dari persamaan regresi diatas dapat diketahuibahwa hasil penelitian sebagai berikut :

Koefisien Regrisi (β)

Konstanta sebesar 9.403 artinya jikakompensasi finansial (X1) dan kompensasinon finansial (X2) dianggap konstan, makabesarnya kinerja karyawan pada PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran ICabang Banda Aceh adalah sebesar 9.403pada satuan skala. Koefisien regresikompensasi finansial (X1) sebesar 0.366,

artinya bahwa setiap 100% perubahandalam variabel kompensasi finansial, maka

secara relatif akan mempengaruhi kinerjakaryawan pada PT. Pertamina (Persero)Unit Pemasaran I Cabang Banda Acehsebesar 36.6% dengan demikian semakintinggi pengaruh kompensasi finansial akansemakin mempengaruhi kinerja karyawanpada PT. Pertamina (Persero) Unit

Pemasaran I Cabang Banda Aceh.

Koefisien regresi kompensasi non finansial

(X2) sebesar 1.109, artinya bahwa setiap100% perubahan dalam variabel

kompensasi non finasial, maka secararelatif akan mempengaruhi kinerja

karyawan pada PT. Pertamina (Persero)Unit Pemasaran I Cabang Banda Aceh

sebesar 110,9% dengan demikian semakintinggi pengaruh kompensasi non finansial

akan semakin mempengaruhi kinerjakaryawan pada PT. Pertamina (Persero)Unit Pemasaran I Cabang Banda Aceh

Berdasarkan hasil analisis diatas dapatdiketahui bahwa dari kedua variabel yangditeliti, ternyata variabel kompensasi nonfinansial (X2) mempunyai pengaruhdominan terhadap kinerja karyawan padaPT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran ICabang Banda Aceh, dengan nilaikoefisien sebesar 1.109, kemudian diikuti

oleh variabel kompensasi finansial (X1)dengan nilai koefisien sebesar 0.366.

Koefisien Korelasi dan DeterminasiUntuk melihat hubungan dan pengaruh darivariabel bebas terhadap kinerja karyawan padaPT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran ICabang Banda Aceh berdasarkan korelasi dandeterminasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Page 49: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Pertamina (Persero) Cabang Banda Aceh | 45

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

Tabel 3. Nilai Koefisien Korelasi (R) dan Nilai Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model RRSquare

AdjustedR Square

Std. Errorof theEstimate

Change Statistics

Durbin-Watson

R SquareChange

FChange df1 df2

Sig. FChange

1 .649a .421 .398 1.883 .421 18.512 2 51 .000 1.787

a. Predictors: (Constant), Kompensasi Non Finansial, Kompensasi Finansial

b. Dependent Variable: Kinerja Karyawan

Sumber: Data Primer (Diolah), 2014.

Koefisien korelasi (r) sebesar 0.649 yangmenunjukkan bahwa derajat hubungan

(korelasi) antara variabel bebas denganvariabel terikat sebesar 64.9%, artinya

kinerja karyawan pada PT. Pertamina(Persero) Unit Pemasaran I Cabang BandaAceh mempunyai hubungan yang cukuperat dan positif dengan kompensasifinansial (X1) dan kompensasi nonfinansial (X2).

Korelasi determinasi (r2) sebesar 0.421,artinya sebesar 42.1% perubahan-perubahan dalam variabel terikat (kinerja)dapat dijelaskan oleh perubahan-perubahandalam kompensasi finansial (X1) dan

kompensasi non finansial (X2). Sedangkanselebihnya yaitu sebesar 57.9% dijelaskan

oleh variabel lain diluar dari padapenelitian ini, artinya kinerja karyawan

pada PT. Pertamina (Persero) UnitPemasaran I Cabang Banda Aceh masih

banyak dipengaruhi oleh faktor lain darivariabel yang diteliti.

Pembuktian HipotesisHasil pengujian statistik menunjukkan nilai Fhitung sebesar 18.512 Nilai F tabel padatingkat keyakinan 95 persen menunjukkanangka sebesar 3,183. Karena nilai F hitung > Ftabel (18.512>3.183) dapat diartikan secarasimultan kedua variabel independen

(kompensasi finansial dan kompensasi nonfinansial) berpengaruh signifikan terhadapkinerja karyawan pada PT. Pertamina (Persero)Unit Pemasaran I Cabang Banda Aceh,sehingga hipotesis Ha diterima dan sebaliknyahipotesis Ho ditolak.

Selanjutnya untuk menguji signifikansipengaruh masing-masing variabel independenterhadap kinerja karyawan digunakan statistikuji t. Hasil pengujian statistik menunjukkannilai t hitung sebesar 3.324 untuk variabelkompensasi financial (X1). Nilai t tabel padatingkat keyakinan 95 persen menunjukkanangka sebesar 2,005. Karena nilai t hitung> ttabel dapat diartikan secara parsial kompensasifinansial berpengaruh signifikan terhadapkinerja karyawan pada PT. Pertamina (Persero)Unit Pemasaran I Cabang Banda Aceh

Selanjutnya nilai t hitung untuk variabelkompensasi non finansial (X2) menunjukkanangka sebesar 4.502, juga lebih besar biladibandingkan dengan nilai t tabel pada tingkatkeyakinan 95 persen menunjukkan angkasebesar 2,005. Dengan demikian dapatdiartikan secara parsial kompensasi nonfinansial juga berpengaruh signifikan terhadapterhadap kinerja karyawan pada PT. Pertamina(Persero) Unit Pemasaran I Cabang BandaAceh. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil ujiF dan uji t sebagai tolok ukur pengujianhipotesis dapat dilihat Tabel 4 berikut:

Tabel 4. Ringkasan Pengujian Hipotesis

Bentuk PengujianNilai Statistik

KeteranganF-hitung F-tabel

Pengujian secara simultan 18.512 3,183 Kedua variabel berpengaruh signifikan(hipotesis Ha diterima, hipotesis Ho ditolak).

Pengujian secara parsial t-hitung t-tabel

Kompensasi Finansial 3.324 2,005 Kompensai Finansial berpengaruh signifikan

Kompensasi Non Finansial 4.502 2,005 Kompensasi Non Finasial berpengaruh signifikan

Sumber: Data Primer (Diolah), 2014.

Page 50: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

46 | Badaruddin

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

Berdasarkan Tabel 4 di atas jelaslah bahwabaik secara simultan maupun secara parsialkompensasi finansial dan Kompensasi nonfinansial berpengaruh signifikan terhadapkinerja karyawan pada PT. Pertamina (Persero)Unit Pemasaran I Cabang Banda Aceh. Hal iniberarti bahwa kompensasi finansial dankompensasi non finansial, secara nyata dapatmeningkatkan kinerja Karyawan tersebut.

KESIMPULAN

Kompensasi finansial berpengaruhsignifikan terhadap kinerja karyawan pada

PT. Pertamina (persero) Unit Pemasaran ICabang Banda Aceh. Hal ini berarti bahwa

untuk meningkatkan kinerja karyawandapat dilakukan dengan lebih

memperhatikan pemberian kompensasifinansialnya. Kompensasi non finansial

berpengaruh signifikan terhadap kinerjakaryawan pada PT. Pertamina (persero)Unit Pemasaran I Cabang Banda Aceh. Halini berarti bahwa untuk meningkatkankinerja karyawan dapat dilakukan denganlebih memperhatikan kompensasi nonfinansial karena dapat meningkatkankinerja karyawan pada PT. Pertamina(persero) Unit Pemasaran I Cabang BandaAceh .

Kompensasi finansial dan Kompensasi non

finansial berpengaruh signifikan terhadapterhadap kinerja karyawan pada PT.

Pertamina (persero) Unit Pemasaran ICabang Banda Aceh. Semakin baik

kompensasi finansial dan kompensasi nonfinansial karyawan semakin tinggi pula

kinerja karyawan tersebut. Diantara duavariabel independen tersebut, variabel

kompensasi non finansial memilikipengaruh paling dominan terhadap kinerjakaryawan, kemudian diikuti oleh variabelkompensasi finansial. Hasil penggujianstatistik menunjukkan nilai F hitung > Ftabel (18.512>3.183), dan nilai t hitung > ttabel kompensasi finansial sebesar(3.324>2.005) dan kompensai nonfinansial nilai t hitung>t tabel sebesar(4.502>2.005). Dengan demikian dapatdisimpulkan bahwa kompensasi finansial

dan kompensasi non finansial secarasimultan maupun parsial berpengaruhsignifikan terhadap kinerja karyawan padaPT. Pertamina (persero) Unit Pemasaran ICabang Banda Aceh. Dengan demikianhipotesis Ha diterima dan sebaliknyahipotesis Ho ditolak.

REFERENSI

Dessler, Gary. 1997. Manajemen Sumber DayaManusia Edisi Bahasa Indonesia Jilid

2. Jakarta: Prenhallindo.

Handoko, Hani. 2002. Manajemen personaliadan Sumber Daya Manusia.Jogyakarta: BFPE.

Mangkuprawira. 2004. Manajemen SumberDaya Manusia. Bandung: RefikaAditama.

Mangkunegara Anwar Prabu. 2005.Manajemen Sumber Daya

Manusia Perusahaan. Bandung :PT Remaja Rosda karya.

Nitisemito, Alek.S. 2005. Manajemenpersonalia. Jakarta: GhaliaIndonesia.

Panggabean, Mutiara S. 2002. ManajemenSumber Daya Manusia. Jakarta:Ghalia Indonesia.

Prawirosentono. 2008. Manajemen SumberDaya Manusia. Jakarta: PenerbitBumi Aksara.

Sedarmayanti. 2007. Sumber Daya Manusiadan Produktivitas Kerja. Bandung:

Mandar Maju.

Singodimedjo, Markum. 2000. ManajemenSumber Daya Manusia. Surabaya:SMMAS.

Siagian, Sondang P. 2006. Manajemen SumberDaya Manusia. Ed.1. Cet.13. Jakarta:Jakarta.

__________. 2000. Audit manajemen. Jakarta:Bumi Aksara.

77

Page 51: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Jurnal Serambi Ekonomi & Bisnis│Vol. 1 No. 1 (2014): 47 – 51 ISSN 2354-970X

* Korespondensi Pengarang:Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Serambi MekkahJl. Tengku Imum Lueng Bata, Bathoh, Banda AcehE-mail: [email protected]

ANALISIS TINGKAT PENDAPATAN PETANI KAKAO DI KECAMATAN

PEUSANGAN SELATAN KABUPATEN BIREUEN

Anwar

Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Serambi Mekkah

Abstrak

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan rata-rata setiap bulan dankendala yang dialami oleh petani kakao di Kecamatan Peusangan Selatan KabupatenBireuen. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan deskriptif kualitatif dengan metodepenelitian survei. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani kakao di KecamatanPeusangan Selatan kabupaten Bireuen yang berjumlah 215 orang. Teknik pengambilansampel menggunakan simple random sampling, dimana prosedur pengambilan sampelsecara acak sederhana. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 34 orangpetani kakao di Kecamatan Peusangan Selatan kabupaten Bireuen. Analisis datamenggunakan rumus rata-rata dan persentase. Dari hasil penelitian dapat disimpulkanbahwa tingkat pendapatan bersih rata-rata petani kakao per bulan adalah Rp.1.245.000,-per hektar luas lahan yang cenderung dipengaruhi oleh harga jual per kilo di pasaran.Sedangkan yang menjadi kendala para petani kakao antara lain: gagal panen, harga pupukyang cenderung mahal, tingginya biaya produksi dan operasional buruh tani dalam masapanen, hama dan penyakit tanaman kakao yang menyebabkan tanaman kakao tidak mauberbuah.

Kata Kunci: Pendapatan petani, tanaman kakao, peusangan selatan

PENDAHULUAN

Tanaman kakao (coklat) berasal dari hutan-hutan tropis di Amerika Tengah dan AmerikaSelatan bagian utara. Kenyataannya, para ahlibotani berpendapat bahwa pohon kakao ataucoklat (Theobroma cacao) sudah tumbuh didaerah Amazon dan lembah Orinoko sejakribuan tahun yang lalu.

Penduduk yang pertama kali mengolah coklatdan mengusahakannya sebagai bahan makananatau minuman adalah suku Indian Maya dansuku Astek (Aztec) yang hidup di wilayahAmerika Tengah. Mereka memanfaatkankakao sebelum orang-orang kulit putih dibawah pimpinan Christopher Colombusmenemukan Amerika. Kedatangan suku Astekdari utara kemudian menaklukkan suku Mayadan menguasai kebun-kebun kakao milik sukuMaya. Mereka mulai belajar menanam sertamengolah kakao menjadi makanan danminuman cokelat. (Azwar, 2008)Tanaman kakao di Indonesia pertama kalidibudidayakan pada tahun 1921 dan

berkembang pesat di daerah-daerah pulauJawa. Dewasa ini tanaman kakao sudahmenyebar ke seluruh wilayah Indonesia. Halini dikarenakan semakin meningkatnyakebutuhan terhadap tanaman jenis tersebut,baik untuk konsumsi dalam negeri maupunekspor luar negeri.

Kakao merupakan salah satu komoditiunggulan pertanian Indonesia. Kakao berperandalam pembangunan perekonomian Indonesiadengan nilai devisa sebesar US$ 574 juta padatahun 2004. Pendapatan nasional tidak hanyaditingkatkan melalui komoditinya. Penyerapantenaga kerja sekitar 800.000 kepala keluargapada tahun 2004 (Herman, Wahyudi, 2006).

Kakao merupakan salah satu komoditi yangmempunyai prospek yang cukup cerah untukmenambah pendapatan para petani kakao diIndonesia. Demikian juga dengan para petanidi kecamatan Peusangan Selatan kabupatenBireuen. Dengan tingginya pendapatan darihasil panen kakao, dapat meningkatkanmotivasi tersendiri bagi petani untuk lebih

Page 52: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

48 | Anwar

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

mengembangkan dan meningkatkan produksi-nya dengan harapan agar pada saat panen,memperoleh hasil penjualan tinggi gunamemenuhi kebutuhannya. Dumairy (1999:56)menambahkan bahwa, “pendapatan adalahjumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang turut serta dalam prosesproduksi meliputi upah (gaji), sewa tanah,bunga dan keuntungan.

Disamping itu, Simangunsong (2004:6)mengemukakan bahwa, “pendapatan adalahbertambahnya aktiva perusahaan atau uangtunai, piutang, kekayaan lain yang berasal daripenjualan barang atau jasa yangmengakibatkan modal bertambah”. MenurutBasu Swastha (1990:86), pendapatan adalahsemua penghasilan yang diterima oleh setiapindividu atau orang dalam kegiatanperekonomian pada suatu periode tertentu.Setiap orang dalam melakukan aktivitasekonomi termasuk dalam hal ini petani kakaoselalu mengharapkan hasil yang maksimal.Kemudian pendapatan yang diperolehseseorang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki seperti jumlahmodal, luas areal, tingkat kecakapan yangdimiliki. Berkaitan dengan hal tersebutmenurut Komarudin (1990:25), pendapatandapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antaralain: besar kecilnya usaha, kuantitas dankualitas produksi, modal yang digunakan dantingkat pengetahuan masyarakat. Selain daripada itu, Sueharjo (2005:69), terdapatbeberapa faktor yang mempengaruhipendapatan seseorang yaitu: luas lahan, biayaproduksi dan tenaga kerja.

Dengan demikian, tingkat pendapatan petanisecara umum dipengaruhi oleh beberapakomponen yaitu: jumlah produksi, harga jual,dan biaya-biaya yang dikeluarkan petani dalampertaniannya. Setiap petani tanaman kakaomengharapkan hasil panen yangmenguntungkan untuk memenuhi kebutuhanhidup baik untuk dirinya maupun untukkeluarganya.

Namun, seringkali pada kenyataannya ketikapanen, harga mendadak turun, dan diperparahlagi dengan hasil produksi yang tidak sesuaidengan yang telah direncanakan oleh petaniakibat dari berbagai macam masalahdiantaranya yaitu timbulnya berbagai macampenyakit/hama tanaman kakao.

Untuk memperoleh pendapatan yangmemuaskan, petani dituntut agar cermat dalammempelajari perkembangan harga sebagaisolusi dalam menentukan pilihan, apakah iamemutuskan untuk menjual atau menahanhasil produksinya. Namun bagi petani kakao dikecamatan Peusangan Selatan kabupatenBireuen yang secara umumnyamenggantungkan hidupnya dari bertani,mereka senantiasa tidak memiliki kemampuanuntuk menahan hasil panen kecuali sekedaruntuk konsumsi sehari-hari dan membayarbiaya produksi yang telah dikeluarkan.

Namun kondisi pendapatan nominal yangdapat diperoleh petani coklat setiap bulan tidakdiketahui secara pasti karena sepanjangpengetahuan peneliti belum ada yang meneliti.Padahal gambaran umum tentang tingkatpendapatan suatu masyarakat sangat pentinguntuk diketahui karena tingkat pendapatantersebut dapat dijadikan sebagai salah satutolok ukur untuk menentukan tingkatkesejahteraan masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuitingkat pendapatan rata-rata setiap bulan dankendala-kendala yang dihadapi petani kakao dikecamatan Peusangan Selatan kabupatenBireuen.

METODE PENELITIAN

Populasi dan SampelPopulasi adalah keseluruhan subjek yang akanditeliti. Yang menjadi populasi dalampenelitian ini adalah seluruh petani kakao dikecamatan Peusangan Selatan kabupatenBireuen yang berjumlah 215 orang. Teknikpengambilan sampel dalam penelitian iniadalah menggunakan simple random sampling,dimana prosedur pengambilan sampel adalahsecara acak sederhana.

Adapun yang menjadi sampel dalam penelitianini yaitu sebanyak 15% dari jumlahkeseluruhan 215 orang petani kakao di wilayahkecamatan Peusangan Selatan kabupatenBireuen yang memiliki lahan perkebunanmasyarakat dengan status milik sendiri.Dengan demikian jumlah sampel dalampenelitian ini yaitu sebanyak 34 orang yangterdiri dari 3 desa dengan perincian; desa DarulAman sebanyak 12 orang, Desa Tanjong

Page 53: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Analisis Tingkat Pendapatan Petani Kakao di Kecamatan Peusangan Selatan Kabupaten Bireuen | 49

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

Beuridi sebanyak 12 orang dan Desa BlangMane sebanyak 10 orang petani kakao.

Teknik Analisis DataUntuk menganalisis pendapatan rata-rata setiappetani kakao secara perorangan di wilayahkecamatan Peusangan Selatan kabupatenBireuen, dihitung menggunakan rumus rata-rata: (Sudjana, 2002:54)

x =n

xi∑

Keterangan:

x = Pendapatan rata-rata petanisetiap bulanxi = Pendapatan petani yang diamatiuntuk bulan tertentun = Jumlah bulan pengamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut ini adalah data pendapatan rata-ratapetani kakao yang dapat diamati pada Tabel 1.

Tabel 1. Pendapatan Rata-rata Petani Kakao per Bulan

Nama Desa No.

Pendapatan Kotor Rata-rata per Bulan per Ha

Luas Lahan(Rupiah)

Biaya OperasionalRata-rata per Bulanper Ha Luas Lahan

(Rupiah)

Pendapatan BersihRata-rata per Bulanper Ha Luas Lahan

(Rupiah)

Darul Aman

1. 1.700.000,- 500.000,- 1.200.000,-2. 1.555.000,- 600.000,- 955.000,-3. 1.900.000,- 500.000,- 1.400.000,-

4. 1.650.000,- 500.000,- 1.150.000,-5. 1.300.000,- 600.000,- 700.000,-6. 1.350.000,- 500.000,- 850.000,-7. 1.725.000,- 500.000,- 1.225.000,-8. 1.425.000,- 500.000,- 925.000,-9. 1.575.000,- 600.000,- 975.000,-10. 2.000.000,- 500.000,- 1.500.000,-11. 1.925.000,- 500.000,- 1.425.000,-

12. 1.400.000,- 550.000,- 850.000,-

Tanjung Beuridi

1. 2.000.000,- 600.000,- 1.400.000,-2. 1.900.000,- 500.000,- 1.400.000,-3. 2.000.000,- 600.000,- 1.400.000,-4. 1.500.000,- 500.000,- 1.000.000,-5. 1.750.000,- 500.000,- 1.250.000,-6. 2.000.000,- 500.000,- 1.500.000,-7. 2.000.000,- 600.000,- 1.400.000,-8. 1.600.000,- 500.000,- 1.100.000,-

9. 1.600.000,- 500.000,- 1.100.000,-10. 1.700.000,- 500.000,- 1.200.000,-11. 1.575.000,- 600.000,- 975.000,-12. 2.000.000,- 500.000,- 1.500.000,-

Blang Mane

1. 1.800.000,- 600.000,- 1.200.000,-

2. 1.950.000,- 500.000,- 1.450.000,-

3. 2.500.000,- 500.000,- 2.000.000,-

4. 1.800.000,- 500.000,- 1.300.000,-

5. 1.900.000,- 600.000,- 1.300.000,-

6. 2.000.000,- 500.000,- 1.500.000,-

7. 1.500.000,- 500.000,- 1.000.000,-

8. 1.500.000,- 500.000,- 1.000.000,-

9. 2.200.000,- 500.000,- 1.700.000,-

10. 2.000.000,- 500.000,- 1.500.000,-

Jumlah 60.280.000,- 17.950.000,- 42.330.000,-

Rata-rata 1.772.941,- 527.941,- 1.245.000,-

Sumber: Data Hasil Penelitian, Tahun 2012

Page 54: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

50 | Anwar

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

Secara grafik (bar-graphic) pendapatan rata-rata para petani untuk masing-masing wilayahdesa yang menjadi sampel penelitian dapatdiperlihat sebagai berikut.

Gambar 1. Pendapatan Rata-rata Petani di DesaDarul Aman

Gambar 2. Pendapatan Rata-rata Petani di DesaTanjung Beuridi

Gambar 3. Pendapatan Rata-rata Petani di DesaBlang Mane

Jadi, dapat disimpulkan bahwa rata-ratapendapatan bersih sejumlah petani kakao perbulan yang dijadikan sampel di wilayahpenelitian adalah Rp.1.245.000,- per hektarluas lahan. Penghasilan para petani kakaotersebut cenderung sangat dipengaruhi olehfaktor harga jual per kilo di pasaran yangberkisar antara Rp.10.000,- (harga terendah)sampai Rp.16.000,- (harga tertinggi).

Disamping itu, banyak faktor-faktor lainnyayang menjadi kendala para petani dalammemperoleh penghasilan per bulannya antaralain: gagal panen, harga pupuk yang cenderung

mahal, tingginya biaya produksi danoperasional buruh tani dalam masa panen,hama dan penyakit tanaman kakao yangmenyebabkan tanaman kakao tidak mauberbuah.

Dari hasil survei dan observasi lapangandiketahui bahwa sejauh ini peran pemerintahdan dinas pertanian (dinas terkait) cenderungsudah optimal terutama untuk mengatasipermasalahan-permasalahan para petanimelalui bimbingan dan penyuluhan pertanian.Akan tetapi peran pemerintah dari aspekpenyediaan pupuk murah di pasaran danpenentuan stabilitas harga jual kakao dipasaran masih belum maksimal.

KESIMPULAN

Tingkat pendapatan bersih rata-rata petanikakao per bulan di wilayah kecamatanPeusangan Selatan kabupaten Bireuen yangdijadikan sampel adalah Rp.1.245.000,- perhektar luas lahan. Penghasilan para petanikakao tersebut cenderung sangat dipengaruhioleh faktor harga jual per kilo di pasaran yangberkisar antara Rp.10.000,- (harga terendah)sampai Rp.16.000,- (harga tertinggi).

Faktor-faktor yang menjadi kendala parapetani kakao di wilayah kecamatan PeusanganSelatan kabupaten Bireuen dalam memperolehpenghasilan per bulannya antara lain: gagalpanen, harga pupuk yang cenderung mahal,tingginya biaya produksi dan operasionalburuh tani dalam masa panen, hama danpenyakit tanaman kakao yang menyebabkantanaman kakao tidak mau berbuah. Bimbingandan penyuluhan yang menjadi program DinasPertanian secara rutin agar dapat lebihdimaksimalkan, terutama untuk menjawabkendala-kendala yang dialami oleh petanikakao di wilayah Kecamatan PeusanganSelatan Kabupaten Bireuen.

REFERENSI

Azwar, Hasan. 2008. Sejarah Tanaman Kakaodi Indonesia. Bandung: Sinar BaruAlgensindo.

Swastha, Basu & Irwan. 2000. ManajemenPemasaran Modern. Liberty:Yogyakarta.

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

PendapatanKotor

BiayaOperasional

PendapatanBersih

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

PendapatanKotor

BiayaOperasional

PendapatanBersih

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

PendapatanKotor

BiayaOperasional

PendapatanBersih

Page 55: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Analisis Tingkat Pendapatan Petani Kakao di Kecamatan Peusangan Selatan Kabupaten Bireuen | 51

ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

Dumairy. 1999. Statistik Ekonomi. Bandung:Sinar Baru Algensindo.

Herman, Wahyudi. 2006. Teori PendapatanPetani Indonesia. Yogyakarta: RinekaCipta.

Simangunsong, M.P. 2004. Ekonomi Makro.Jakarta: Gramedia.

Sudjana, Nana dkk. 2002. Media Pengajaran.Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Soekarwati, 2003. Teori Ekonomi Produksi.Jakarta: Rajawali Press.

________. 2006. Analisis Usaha Tani. Jakarta:UI Press.

Supriyono. 2002. Ilmu Ekonomi Perusahaan.Yogyakarta: Kanisius.

Swastha, Basu. 1984. Economic Growth inDeveloping Country. Jakarta:Gramedia.

Page 56: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Jurnal Serambi Ekonomi & Bisnis│Vol. 1 No. 1 (2014): 52 – 58 ISSN 2354-970X

* Korespondensi Pengarang:Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Serambi MekkahJl. Tengku Imum Lueng Bata, Bathoh, Banda AcehE-mail: [email protected]

ANALISIS DERAJAT DESENTRALISASI FISKAL, ELASTISITAS, EFISIENSI,

DAN EFEKTIFITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH ACEH

Marlina

Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Serambi Mekkah

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui elastisitas PAD terhadap PDRB, efisiensi danefektifitas PAD, dan derajat Desentralisasi fiskal di Aceh. Penelitian ini dilakukan denganmenggunakan data sekunder periode 2000 sampai 2010 yang bersumber dari BadanPusat Statistik. Penelitian ini menggunakan model regresi linier untuk menghitungelastisitas PAD terhadap PDRB Aceh dan formula yang telah distandarkan digunakanuntuk menghitung nilai efisiensi, efektifitas, dan derajat Desentralisasi fiskal. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa perubahan PAD tidak elastis terhadap perolehan PDRBAceh. Nilai efektifitas PAD rata-rata sebesar 106,71 persen dan tergolong sangat efektif.Nilai efisiensi rata-rata sebesar 9,34 dan tergolong sangat tidak efisien. Derajatdesentralisasi fiskal Pemerintah Aceh selalu berada dalam kategori sangat kurang.Pemerintah Aceh diharapkan mampu meningkatkan efisiensi dan mempertahankanefektifitas pencapaian PAD setiap tahunnya.

Kata Kunci: Efisiensi, efektifitas, elastisitas, desentralisasi fiskal

PENDAHULUAN

Daerah-daerah di Indonesia mendapatkebebasan dalam menjalankan dan mengelolakeuangan daerahnya. Hal ini diatur dalamUndang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan Antara PemerintahPusat dan Pemerintahan Daerah. Dalamundang-undang tersebut dijelaskan bahwamendukung pendanaan atas penyerahan urusankepada pemerintah daerah dan pendanaan inimenganut prinsip money flows function yaitupendanaan mengikuti fungsi pemerintah yangmengikuti fungsi pemerintah yang menjadikewajiban dan tanggung jawab masing-masing. Dalam mengimplementasikan otonomidaerah, maka menurut undang-undang tersebutpemerintah pusat akan mengalokasikan sumberpenerimaan daerah terdiri atas pendapatandaerah yang bersumber dari pendapatan aslidaerah, dana perimbangan dan pendapatanlain-lain. Kebijakan tersebut diharapkanmampu menciptakan penyelanggaraan yanglebih efektif .

Kebutuhan dana untuk melaksanakan tugasdan fungsi pemerintahan secara optimal dapat

diperoleh dari sumber-sumber yang dimiliki.Kebutuhan dana untuk menjalankan tugas danpemerintahan tersebut dikenal sebagaikebutuhan fiskal (fiscal need). Sedangkan danayang dapat diperoleh dari sumber-sumber yangdimiliki dan dilimpahkan kepada unitpemerintah dalam pengertian akademis disebutsebagai kapasitas fiskal (fiscal capacity). Jikadibandingkan kapasitas fiskal dengankebutuhan fiskal disebut sebagai posisi fiskal(fiscal position). Unit pemerintahan akan dapatmenjalankan tugas dan fungsinya jika posisifiskalnya lebih besar dari satu (> 1). Artinyaharuslah tersedia penerimaan yang lebih besaratau paling sedikit sama dengan jumlahpengeluaran yang akan diperlukan untukmembayar belanja rutin dan pembangunan.

Dalam sejarah pemerintahan daerah diIndonesia sejak kemerdekaan sampai sekarang,posisi fiskal daerah provinsi dankabupaten/kota secara rata-rata tidak lebih dari20 persen, ini berarti daerah-daerah diIndonesia belum mampu memenuhi 20 persenpengeluarannya melalui pendapatan asli daerah(PAD). Hal ini terjadi karena sumber-sumberyang dimiliki dan dilimpahkan kepada

Page 57: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Analisis Derajat Desentralisasi Fiskal, Elastisitas, Efisiensi, dan Efektifitas Pendapatan Asli Daerah Aceh | 53

ISSN: 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

pemerintah daerah oleh pemerintah pusatkapasitasnya sangat kecil. Baik kerena jenissumber yang dilimpahkan jumlahnya terbatasmaupun karena potensi masing-masingjenisnya yang relatif kecil. Kondisi tersebutmenunjukkan bahwa otonomi daerah belumsepenuhnya berhasil meningkatkan efektifitas,efisiensi, dan elastisitas daerah.

Efektiftas PAD dapat diukur dengan melihatrealisasi pencapaian PAD setiap tahunnya.Realisasi PAD menunjukkan keseriusan daerahdalam menciptakan dan mengelola sumber-sumber PAD daerah. Selain melihat efektifitasPAD, suatu daerah yang dikatakan telahmencapai kemandirian juga dapat dilihat dariefisiensi PAD daerahnya. Untuk mengukurefsiensi daerah maka dapat digunakanpersentase pengeluaran daerah terhadap nilairealisasi PAD setiap tahunnya.

Dalam menganalisis elastisitas (kepekaan)PAD terhadap PDRB adalah denganmenggunakan konsep koefisien elastisitas yangdapat mendukung perubahan PAD (buoyancyof tax). Dalam hal ini koefisien elastisitasdipengaruhi oleh perubahan PAD danperubahan PDRB. Elastisitas PAD terhadapPDRB di daerah tersebut merupakan salah satucara untuk memdeteksi struktur pajak di suatudaerah atau suatu jenis pajak tertentu. Dengandiketahuinya elastisitas PAD dapat diketahuikepekaan perubahan pajak terhadap PDRB.Jika lebih besar atau sama dengan satu berartitiap perubahan dalam PDRB sebesar satupersenakan mengakibatkan perubahandalampenerimaan PAD lebih besar dari satu.Ini mengandung arti PAD daerah tersebutelastis, atau struktur pajak daerah tersebutkuat.

Provinsi Aceh sebagai salah satu provinsi diIndonesia tidak terlepas dari permasalahanPAD yaitu belum mampu memenuhi 20 persenpengeluaran pemerintah. Pada tahun 2010,pendapatan Pemerintah Aceh sebesar Rp 6.697miliar yang terbagi ke dalam tiga kelompokyaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesarRp 796 miliar, Pendapatan transfer sebesar Rp6.139 miliar, dan lain-lain pendapatan yangsah sebesar Rp 31 miliar.

Pada tahun 2010, efisiensi keuanganpemerintah Aceh dapat dikatakan rendah. Jikadilihat dari ratio pengeluaran belanja pegawaidengan PAD, Pemerintah Aceh dapat

dikatakan sangat boros dalam hal pengeluaranbelanja pegawai. PAD yang diperoleh sangatrendah jika dibandingkan pengeluaran bagiaparatur dalam upaya perolehan PAD. PADyang dihasilkan dari pengeluaran aparatursangat tidak seimbang. PAD yang dihasilkantidak lebih kecil dibandingkan belanjaaparatur.

Berdasarkan latar belakang di atas mengenaikondisi kemandirian keuangan PemerintahAceh pasca diberlakukannya otonomi daerahmaka penulis tertarik untuk melakukan kajiantentang PAD Aceh dengan judul ”AnalisisDerajat Desentralisasi Fiskal, Elastisitas,Efisiensi, dan Efektifitas Pendapatan AsliDaerah Aceh”.

Tujuan penelitian ini adalah sebagai untukmengetahui elastisitas, efisiensi, efektivitasPAD terhadap PDRB Aceh dan derajatdesentralisasi fiskal Aceh.

METODE PENELITIAN

Jenis PenelitianBerdasarkan pada tujuan penelitian makabentuk penelitian yang digunakan dalampenelitian ini adalah penelitian deskriptifkuantitatif. Penelitian deskriptif mencobamemaparkan posisi fiskal daerah dan jugakondisi keuangan Aceh. Penelitian kuantitatifdalam studi ini mencoba untuk menghitungkekuatan elastisitas, efisiensi dan efektifitasPAD dalam mendukung otonomi daerah Aceh.Metodologi diuraikan berdasarkan modelempiris yang diestimasi dan teknikekonometrik yang digunakan dalam estimasi.Pengamatan empiris dilakukan denganmenggunakan data time series dari tahun 2000sampai 2010.

Model Analisis DataDalam menganalisis data sekunder yang telahdikumpulkan akan digunakan model-modelsebagai berikut:

1. Elastisitas

Koefisien elastisitas PAD terhadap PDRB akandijadikan salah satu ukuran untuk menentukanstruktur PAD di daerah Aceh. Semakin elastisPAD, maka semakin baik struktur PAD didaerah. Perhitungan elastisitas menggunakanteknik regresi sederhana, yang secaramatematis dapat ditafsirkan sebagai koefisienelastis dengan formula sebagai berikut:

Page 58: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

54 |Marlina

ISSN: 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

LnPAD = Lna + b LnPDRB + u

Di mana:PAD = Total pendapatan asli daerahPDRB = PDRB menurut harga berlakua = Konstantab = Koefisien Elastisitasu = kesalahan pengganggu (term of

error)

2. Efesiensi

Untuk melihat upaya mengoptimalkankombinasi penggunaan input, atau untukmenghasilkan tingkat output tertentu denganjumlah ongkos yang minimum, ataukemampuan untuk menghasilkan outputsebesar mungkin dari jumlah input tertentu.

Formula yang digunakan untuk menghitungefisiensi PAD adalah:

Efisiensi =Biaya Pungutan

100

Biaya pengumpulan pajak = biaya untukmemperoleh PAD yang didekati melaluianggaran yang dialokasikan pada pendapatandaerah untuk kegiatan-kegiatan rutin.

3. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal

Derajat desentralisasi fiskal atau otonomifiskal daerah adalah kemampuan pemerintahdaerah dalam rangka meningkatkanpendapatan asli daerah guna membiayaipembangunan.

Derajat Desentralisasi Fiskal dapat dihitungdengan menggunakan rumus sebagai berikut:

= 100

Dimana:DDF = Derajat Desentralisasi FiskalPAD = Total Pendapatan Asli Daerah tahun tTPD = Total Pendapatan Daerah tahun t

4. Efektifitas

Untuk menganalisis produktifitas dari hasilyang diinginkan, dilihat dari hubungan antarahasil penerimaan PAD dengan anggapansemua kewajiban pajak/retribusi dapat dibayar.Untuk melihat efektifitas dapat digunakanformula sebagai berikut:

Efektivitas

100

Dimana realisasi = hasil penerimaan PADmaksimal yang mampu dikumpulkan dalamsatu tahun anggaran tertentu. Sedangkan targetPAD = nilai objek × tarif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Efektifitas Pendapatan Asli Daerah AcehAnalisis efektifitas merupakan hubunganantara realisasi penerimaan yang bersumberdari komponen PAD terhadap targetpenerimaan dari komponen PAD yangdigunakan untuk menghitung besarnyapenerimaan dari komponen-komponen PADsesuai dengan target yang ada. Analisisefektivitas keuangan daerah otonommenunjukkan kemampuan pemerintahandaerah dalam merealisasikan pendapatan aslidaerah yang direncanakan dibandingkandengan target yang ditetapkan berdasarkanpotensi riil daerah.

Perhitungan PAD Aceh selama tahun 2000sampai 2010 dapat diperhatikan pada Tabel 1.Berdasarkan Tabel 1 di bawah dapat diketahuibahwa realisasi PAD Aceh berfluktuasi. Padatahun 2000, realisasi PAD Aceh menunjukkannilai yang sangat baik yaitu mampu mencapai113,43 persen, dari target PAD sebesar 28.290miliar, Pemerintah Aceh mampumerealisasikan PAD sebesar 32,090 miliar.Pada tahun 2001, Pemerintah Aceh mengalamikelemahan dalam mencapai PAD yang telahditargetkan. Pencapaian realisasi PAD yanghanya mampu mencapai 81,26 persenmerupakan pencapaian terendah yang terjadiselama periode 2000-2010.

Setelah tahun 2001, realisasi PAD Aceh terusmeningkat dan selalu berada pada levelpencapaian 100 persen. Pada tahun 2004,target PAD yang ditetapkan sangat tinggi daritahun sebeblmunya. Pada tahun 2003,Pemerintah menetapkan target PAD sebesarRp 97.020 dan tahun 2004, target meningkattinggi menjadi Rp 182.250. target yang tinggitersebut berhasil direalisasikan sebesar Rp198.403 atau 108,86 persen.

Page 59: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Analisis Derajat Desentralisasi Fiskal, Elastisitas, Efisiensi, dan Efektifitas Pendapatan Asli Daerah Aceh | 55

ISSN: 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

Tabel 1. Efektiftas PAD Aceh

TahunTarget PAD

(miliar Rupiah)

Realisasi PAD

(miliar Rupiah)

Efektifitas

(persen)

2000 28.290 32.090 113,43

2001 39.490 32.090 81,26

2002 86.490 92.800 107,30

2003 97.020 105.500 108,74

2004 182.250 198.403 108,86

2005 151.476 211.188 139,42

2006 366.629 473.226 129,07

2007 563.106 587.487 104,33

2008 795.708 717.977 90,23

2009 795.872 724.090 90,98

2010 795.487 796.949 100,18

Rata-rata 354.710,73 361072,73 106,71Sumber: BPS, Aceh Dalam Angka, 2012 (diolah)

Berdasarkan perhitungan dan nilai rata-ratarealisasi yang sebesar 106,71 persen makadapat dikatakan bahwa efektifitas realisasiPAD di Provinsi Aceh selama periode 2000-2010 adalah sangat efektif. Hal iniditungjukkan nilai realiasi PAD yang mampumencapai angka 100 persen

Efisiensi Upaya Perolehan Pendapatan Asli

Daerah AcehEfisiensi anggaran merupakan amanatpemerintah terhadap Pemerintah Daerah, tidakterkecuali Aceh. Efisiensi daerah merupakanwujud dari keseriusan pemerintah daerahdalam mencapai PAD dengan biaya yangsyang proporsional. Pemerintah yang memilikiefisiensi yang tinggi menunjukkan pemerintahbekerja optimal dan maksimal.

Perhitungan efisiensi anggaran PemrintahAceh dapat dilakukan dengan membagi nilairealisasi PAD dengan total belanja, ataudengan kata lain, efisiensi anggaran adalahpersentase PAD terhadap total pengeluaandaerah. Perhitungan efisiensi Pemerintah Acehdapat diperhatikan pada Tabel 2. BerdasarkanTabel 2 di bawah ini dapat diketahui bahwabesar realisasi PAD selama tahun 2000-2010tidak pernah melampui 20 persen daripengeluaran Pemerintah Aceh. Pengeluaranpada tahun 2000 yang sebesar Rp 963,360miliar tidak dibarengi kemampuan Pemerintahuntuk menghasilkan PAD yang besar.

Pemerintah Aceh hanya mampu menghasilkanPAD Rp 32,090 miliar atau hanya 3,33 persendari pengeluaran pemerintah.

Persentase PAD tidak menunjukkan perbaikanyang signifikan pada tahun 2001, bahkanpersentase PAD lebih rendah. Pada tahun2001, PAD hanya 2,82 persen dari pengeluaranPemerintah Aceh. Efisiensi pada tahun inimenunjukkan nilai yang sangat rendah selamaperiode 2000-2010. Dari total belanja yangsebesar Rp 1.137 miliar, pemerintah hanyamampu memperoleh PAD sebesar Rp 32,090miliar. Pada tahun 2002, terdapat kenaikanpersentase PAD dari pengeluaran yaitumenjadi 6,70 persen.

Persentase terbesar terjadi pada tahun 2006yaitu sebesar 19,37 persen. Pada tahuntersebut, pengeluaran pemerintah sebesar Rp2.442 miliar dengan nilai realisasi PADsebesar Rp 473 miliar. Kondisi efisiensi padatahun 2006 lebih baik dibandingkan dengantahun-tahun sebelum dan sesudahnya teramsuktahun 2010 yang hanya 10,59 persen. Rata-ratapersentase PAD terhadap pengeluaranPemerintah Aceh selama priode 2000-2010adalah 9,34. Dari perhitungan diatas dapatdisumpulkan bahwa efisiensi Pemerintah Acehdalam menjalankan kegiatan pemerintahadalah sangat rendah atau dengan kata lainsangat tidak efisien.

Page 60: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

56 |Marlina

ISSN: 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

Tabel 2. Pengeluaran, PAD, dan Persentase PAD terhadap Pengeluaran Pemerintah Aceh

TahunPengeluaran APBA

(miliar Rupiah)

PAD

(miliar Rupiah)Persentase

2000 963,36 32,090 3,33

2001 1.137,38 32,090 2,82

2002 1.384,49 92,800 6,70

2003 2.906,07 105,500 3,63

2004 1.610,54 198,403 12,32

2005 2.173,12 211,188 9,72

2006 2.442,72 473,226 19,37

2007 4.823,77 587,487 12,18

2008 5.715,62 717,977 12,56

2009 7.642,81 724,090 9,47

2010 7.528,52 796,949 10,59

Rata-rata 3.484,40 361,070 9,34

Sumber: BPS, 2012 (diolah)

Derajat Desentralisasi Fiskal AcehDerajat desentralisasi merupakan ukurankeberhasilan pemerintah daerah dalammemenuhi kebutuhan pembangunan daerah.Pengukuran derajat desentralisasi menjadi halyang penting untuk melihat keberhasilanprogram desentralisasi pemerintah Indonesiayang diberikan ke pada pemerintah daerah.Nilai derajat desentralisasi fiskal di Acehselama tahun 2000 samapi 2010 sangatfluktuasi. Setelah diberlakukannya

desentralisasi fiskal pada tahun 2001, nilaiderajat desentralisasi fiskal Indonesia belumpernah menunjukkan angka 2 digit. Hal inimembuktikan bahwa Aceh belum mampumemberikan kontribusi yang besar terhadapupaya pemenuhan kebutuhan daerah denganupaya pemerintah Aceh sendiri. Untuk lebihjelas mengenai perubahan derajatdesentralisasi fiskal dapat diperhatikan padaTabel 3.

Tabel 3. Kontribusi PAD terhadap Penerimaan Aceh

TahunPendapatan

(juta)

PAD

(juta)

Derajat

Kontribusi

2000 269.180 32.090 11,92

2001 515.722 32.090 6,22

2002 1.533.687 92.800 6,05

2003 2.061.070 105.500 5,12

2004 2.257.960 198.403 8,79

2005 4.322.510 211.188 4,89

2006 5.891.260 473.226 8,03

2007 6.434.360 587.487 9,13

2008 10.041.180 717.977 7,15

2009 11.162.810 724.090 6,49

2010 10.374.036 796.949 7,68

Rata-rata 4.987.615 361.072 7,41

Sumber: BPS, 2012 (data diolah)

Pendapatan pemerintah Aceh selama tahun2000 sampai 2010 terus mengalamipeningkatan. Peningkatan terjadi diketigakomponen besar pembentuk pendapatandaerah yaitu PAD, dana bagi hasil, dan

pendapatan sah lainnya. Pada tahun-tahuntertentu, pendapatan pemerintah Aceh jugadiperoleh melalui sisa dana pada tahunsebelumnya. Selama periode 2001-2010,derajat desentralisasi terbesar terjadi pada

Page 61: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Analisis Derajat Desentralisasi Fiskal, Elastisitas, Efisiensi, dan Efektifitas Pendapatan Asli Daerah Aceh | 57

ISSN: 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

tahun 2006 yaitu mencapai 9,13 persen.Peningkatan pendapatan pada tahun 2006 daritahunn 2007 yang lebih dari 100 persen (dariRp 211.118 juta menjadi Rp 473.226 juta)menaikan nilai derajat desentralisasi fiskal.Walaupun pada tahun 2009 Aceh mencapaiderajat desentralisasi tertinggi, nilai ini masihdalam kategori sangat kurang. Nilai terendahterjadi pada tahun 2005 yang mana nilaiderajat desentralisasi hanya mencapai 4,89persen. Kondisi ini disebabkan terganggunyatata kelola pemerintahan akibat terjadinyabencana tsunami di akhir tahun 2004 yangtelah menggangu pemerintahan termasukpenerimaan-penerimaan daerah.

Elastisitas Pendapatan Asli Daerah AcehKoefisien elastisitas PAD terhadap PDRB akandijadikan salah satu ukuran untuk menentukanstruktur PAD di daerah Aceh. Semakin elastisPAD, maka semakin baik struktur PAD didaerah. Perhitungan elastisitas menggunakanteknik regresi sederhana dalam bentuk lndengan bilangan pokok e, yang secaramatematis dapat ditafsirkan sebagai koefisienelastis dengan formula sebagai berikut:

Ln PDRB = Ln a + b Ln PAD + uHasil uji dengan SPSS ditunjukkan pada tabeldi bawah ini:

Tabel 4. Hasil Uji Elastisitas PDRB terhadap PAD Aceh

ModelUnstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 9,673 0,276 35,103 0,000

LnPAD 0,343 0,024 0,978 14,107 0,000

a. Dependent Variable: LnPDRB

Hasil uji dapat diintepretasikan bahwa,koefisien PAD (b) sebesar 0,343 memilikimakna bahwa peningkatan PAD sebesar 1persen dapat menaikan PDRB daerah sebesar0,343 persen dengan asumsi faktor lain di luarpenelitian ini tetap. Hasil uji-t dengan tingkatkeyakinan 99 persen (α=0,01) menunjukkan

hasil bahwa PAD Aceh mempengaruhi secarasignifikann terhadap PDRB Aceh. Nilaiditerminasi (R) sebesar 0,978 menunjukkanhasil bahwa PAD mampu menjelaskanperubahan nilai PDRB sebesar 97,8 persen,sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel laindi luar penelitian ini. Dengan kata lain, PDRBAceh dipengaruhi sebesar 97,8 persen olehPAD. Koefisien elastisitas PAD terhadapPDRB adalah sebesar 0,343. Hal ini bermaknabahwa PAD tidak elastis terhadap PDRBProvinsi Aceh.

KESIMPULAN

Selama periode 2000-2010 nilai rata-ratarealisasi PAD sebesar 106,71 persen, olehsebab itu dapat dikatakan bahwa efektifitasrealisasi PAD di Provinsi Aceh adalah sangatefektif. Rata-rata persentase PAD terhadappengeluaran Pemerintah Aceh selama priode2000-2010 adalah 9,34, oleh karenanya dapat

dikatakan bahwa efisiensi Pemerintah Acehdalam menjalankan kegiatan pemerintahadalah sangat rendah atau dengan kata lainsangat tidak efisien. Derajat desentralisasifiskal Pemerintah Aceh selama periode 2001-2010 selalu berada pada dalam kategori sangatkurang. Hal ini disebabkan nilai PAD tidakpernah melebihi 10 persen dari nilaipenerimaan Pemerintah Aceh. Berdasarkan ujiregresi linear pengaruh PAD terhadap PDRBmaka dapat disimpulkan bahwa nilai PADtidak elastis terhadap perolehan PDRB Aceh.Koefisien PAD (b) sebesar 0,343 memilikimakna bahwa peningkatan PAD sebesar 1persen dapat menaikan PDRB daerah sebesar0,343 persen dengan asumsi faktor lain di luarpenelitian ini tetap.

REFERENSI

Adi, Priyo Hari. 2006. Dampak DesentralisasiFiskal terhadap PertumbuhanEkonomi. Jurnal Kritis. Salatiga:Universitas Kristen Satya Wacana.

Brodjonegoro, Bambang dan Jorge MartinesVasques. 2002. An Analysis ofIndonesia’s Transfer-System: RecentPerformance and Future Prospect.

Page 62: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

58 | Marlina

ISSN: 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

Working Paper. George State

University. Andrew Young School of

Policy Studies.

Halim, Abdul. 2004. Bunga Rampai

Manajemen Keuangan Daerah. Edisi

Revisi. Jakarta: UPP AMP YKPN.

Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi &Pembangunan Daerah. Jakarta:Erlangga.

Badan Pusat Statistik. 2005. Produk Domestik

Regional Bruto Aceh 1999-2003.Banda Aceh: BPS dan Bappeda NAD

Badan Pusat Statistik. 2005. Aceh dalamAngka. Banda Aceh: BPS dan

Bappeda NAD.

Saragih, Juli Panglima. 2003. DesentralisasiFiskal dan Keuangan daerah dalam

Otonomi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Stine, William. 1994. Is the Local Government

Revenue Response to Federal Aid

Symmetrical? Evidence FromPennsylvania County Government in

an Era of Retrenchment. National Tax

Journal. Vol. 47. No. 4. Hal : 799-816

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

34 Tahun 2000, Tentang Perubahanatas Undang-undang RI Nomor 18Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah dan Nomor 33 Tahun 2004tentang Perimbangan KeuanganAntara Pusat dan Daerah beserta

Penjelasannya. Bandung: Citra

Umbara.

Page 63: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Jurnal Serambi Ekonomi dan Bisnis│ Vol. 1 No. 1 (2014): 59 – 64 ISSN: 2354-970X

* Korespondensi Pengarang:

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Serambi MekkahJl. Tengku Imum Lueng Bata, Bathoh, Banda Aceh

E-mail: [email protected]

PENGARUH PDRB, INFLASI DAN PENGANGGURAN TERHADAP

JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI ACEH

Nasir

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Serambi Mekkah

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengaruh PDRB perkapita,pengangguran dan inflasi terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Aceh. Penelitian

ini menggunakan data time series yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu

tahun 2003-2012. Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah OrdinaryLeast Square dengan menggunakan metode regresi linear berganda dan alat yang dipakai

untuk mengololah data yaitu SAZHAM 9.0. Hasil dari penelitian ini menunjukkan

bahwa PDRB perkapita, Pengangguran, dan Inflasi secara bersama-sama berpengaruhnyata terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Aceh.

Kata Kunci: Kemiskinan, PDRB perkapita, inflasi, pengangguran

PENDAHULUAN

Kemiskinan merupakan momok yang selalu

dibicarakan di sejumlah negara sedangberkembang separti negara kita RepublikIndonesia tercinta, salah satu tujuan

pembangunan nasional adalah meningkatkankinerja perekonomian agar mampu

menciptakan lapangan kerja dan kehidupan

yang layak bagi seluruh rakyat yang padagilirannya akan mewujudkan kesejahteraanpenduduk. Jika salah satu sasaran

pembangunan nasional adalah menurunkan

tingkat kemiskinan dimana seolah kemiskinanmerupakan warisan yang telah ada dari tempo

dulu maka masalah kemiskinan memang

masalah yang paling dihindari oleh negara-negara maju. Ada perbedaan kemiskinan masa

lalu dengan kemiskinan kekinian yaitu ; jika

masa lalu umumnya masyarakat menjadi

miskin bukan karena kurang pangan, tetapimiskin dalam bentuk minimnya kemudahan

atau materi. Namun jika ditinjau dari sisikehidupan modern pada masa kekinianmereka-mereka yang tidak menikmati fasilitas

pendidikan, pelayanan kesehatan, dan

kemudahan- kemudahan lainnya yang tersedia

pada jaman modern. Penduduk miskin akanlebih banyak atau bahkan seluruhpendapatannya digunakan untuk kebutuhan

makanan, dibandingkan penduduk kaya.Akibatnya penduduk miskin tidak memiliki

kesempatan untuk mendapatkan pendidikandan pelayanan kesehatan yang layak jika hanya

mengandalkan pendapatannya. para ekonom

Bank Dunia seperti, Ahluwalia, Carter, danChenery menyimpulkan bahwa, hampir 40persen dari penduduk di negara negara sedang

berkembang termasuk Indonesia hidup dalamtingkat kemiskinan absolut yang dibatasi

pengertiannya dalam hubungannya dengan

tingkat pendapatan yang kurang mencukupiuntuk menyediakan kebutuhan gizi makananyang memadai. Istilah kemiskinan muncul

ketika seseorang atau sekelompok orang tidak

mampu mencukupi tingkat kemakmuranekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan

minimal dari standar hidup tertentu. Dalam arti

proper, kemiskinan dipahami sebagai keadaankekurangan uang dan barang untuk menjamin

kelangsungan hidup. Dalam arti luas, Chamber

(Suryawati, 2005) mengemukakan bahwa

kemiskinan adalah suatu intergrated conceptyang memiliki lima dimensi, yaitu: 1)

kemiskinan (proper), 2) ketidakberdayaan(powerless), 3) kerentanan menghadapi situasidarurat (state of emergency), 4)ketergantungan

(dependence), dan 5) keterasingan (isolation)

baik secara geografis maupun sosiologis.

Kemiskinan merupakan masalah pembangunanmanusia di negara-negara berkembang. Jutaan

orang di dunia hidup di bawah gariskemiskinan. Untuk memberdayakan masyara-

Page 64: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

60 | Nasir

ISSN: 2354-970X © Jurnal Serambi Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

kat miskin dari perangkap kemiskinan, banyak

kebijakan dari semua dimensi harus dilaksana-

kan secara bersamaan. Tapi pembuat kebijakanyang paling tidak memahami multidimensikemiskinan. Pemahaman kemiskinan multi-

dimensi akan mengakibatkan pengaturan

kebijakan yang lebih berpihak pada orangmiskin (Suryawati, 2005).

Nanga (2001 : 249) mengemukakan bahwapengangguran sebagai suatu keadaan dimana

seseorang yang tergolong dalam kategori

angkatan kerja (labor force) tidak memilikipekerjaan dan secara aktif sedang mencari

pekerjaan. Seseorang yang tidak bekerja, tetapi

secara aktif mencari pekerjaan tidak dapatdigolongkan sebagai penganggur. Untuk

mengukur pengangguran dalam suatu negara

biasanya digunakan apa yang dinamakantingkat pengangguran (unemployment rate).Yaitu jumlah penganggur dinyatakan sebagai

persentase dari total angkatan kerja (labor

force). Sedangkan angkatan kerja itu sendiriadalah jumlah orang yang bekerja dan tidak

bekerja, yang berada dalam kelompok umurtertentu.

Edwards (Todaro;1995) membedakan lima

bentuk kurangnya pemanfaatan tenaga kerja:

(1) Pemekerja terbuka, baik yang sukarela(Yaitu orang –orang yang tidak dimasukkan

kedalam pertimbangan beberapa pekerjaanyang dapat dipakai untuk mengklasifikasikanmereka, termasuk beberapa sarana pendukung

lain dari aspek pemekerjaan) dan yang tidak

sukarela; (2) Semi Pengangguran. Mereka

yang bekerja sedikit (perharinya, per Minggu-nya atau permusimnya) padahal mereka inginbekerja lebih banyak dan lebih lama; dan (3)

Tampaknya aktif tapi kurang dimanfaatkan,yaitu mereka yang tidak tergolong sebagai

pengangguran maupun semi pengangguran

berdasarkan batasan tersebut diatas. Merekasebenarnya bekerja tetapi berdasarkanalternatif yang berkaitan denga waktu tertentu

(marking time).

Senada dengan pendapat di atas, Octaviani

(2001) mengatakan jumlah pengangguran erat

kaitanya dengan kemiskinan di Indonesia yangpenduduknya memiliki ketergantungan yang

sangat besar atas pendapatan gaji atau upah

yang diperoleh saat ini. Hilangnya lapangan

pekerjaan menyebabkan berkurangnya sebagi-an besar penerimaan yang digunakan untuk

membeli kebutuhan sehari-hari. Yang artinya

bahwa semakin tinggi pengangguran maka

akan meningkatkan kemiskinan.

Jika pengangguran tinggi maka akammenyebabkan berkurangnya daya beli

masyarakat. Apalagi jika diikuti inflasi tinggi

dimana banyak tenaga kerja yang diputuskanhubungan kerja (PHK) karena dapat

berdampak pada tidak efisiennya perusahaan.Menurut Boediono (1982) inflasi merupakankecenderungan harga-harga naik secara umum

dan terus menerus. Hal yang sama juga

diungkapkan Khalwaty (2000) yang

menyatakan bahwa inflasi merupakan suatukeadaan dimana terjadi kenaikan harga secaratajam (absolut) yang berlangsung terus

menerus dalam jangka waktu yang lama.Seirama dengan kenaikan harga-harga tersebut

nilai uang turun secara tajam pula sebanding

dengan kenaikan harga tersebut.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33

Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Daerahmempunyai tujuan memberdayakan dan

meningkatkan kemampuan perekonomian

daerah, menciptakan sistem pembiayaandaerah yang adil, proporsional,rasional,

transparan, partisipatif, bertanggung jawab

serta mengurangi kesenjangan pembangunan

antar daerah. Dengan kebijaksanaan otonomidaerah diikuti oleh kebijaksanaan

desentralisasi fiskal diharapkan akan terjadipemerataan dan pertumbuhan ekonomi daerahsehingga kesejahteraan masyarakat meningkat.

Dalam konteks otonomi tersebut mungkin sajakendala-kendala yang dihadapi oleh masing-

masing daerah jelas berbeda, di Aceh

khususnya permasalahan kemiskinan tidakluput dari konflik yang berkepanjangandisamping itu gempa dan tsunami juga telah

meluluhlantakkan bumi serambi mekkah juga

merupakan kendala besar dalam mewujudkanpertumbuhan ekonomi sehingga juga akan

berimbas pada jumlah penduduk miskin yangada di Bumi Serambi Mekkah. Namundemikian rasanya tidak adil jika kita menoleh

kemiskinan yang diakibatkan oleh bencana

semata karena hal ini bersifat uncontrollable

yakni diluar kendala yang sanggup di pikirkanoleh manusia, karenanya banyak faktor-faktorlain yang mengkibatkan negeri ini miskin

selain kebejatan aparatur yang korup jugadipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan, yang

tentunya berimbas terhadap variabel-varibel

Page 65: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Pengaruh PDRB, Inflasi dan Pengangguran terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Aceh | 61

ISSN: 2354-970X © Jurnal Serambi Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

lain yang keberadaannya akan mengakibatkan

peningkatan atau kenaikan jumlah penduduk

miskin di suatu daerah, seperti ukuran tingkatpertumbuhan Ekonomi, tingkat inflasi dan jugajumlah manusia yang menganggur

Dari beberapa permasalahan diatas tentunyakita berharap memiliki formulasi untuk

mengatasi kemiskinan yang terjadi di bumiiskandarmuda ini dengan melihat latarbelakang yang menyebakan terjadinya

kemiskinan di Aceh, berikut dapat dilhat

persentase jumlah penduduk miskin dalam

kurun waktu sepuluh tahun terakhir.

Bila kita menilik lebih jauh maka sebenarnya

angka kemiskinan di propinsi Aceh biladibandingkan dengan daerah lainnya masih

menduduki posisi sepuluh besar ditinaju dari

persentase kemiskinan, namun jika ditinjaudari sebaran berdasarkan jumlah pendudukmungkin saja masih relative sedikit karena

jumlah pendudk Propinsi Aceh lebih sedikit

dibandingkan daerah lainnya seperti di pulauJawa.

Provinsi Aceh merupakan salah satu daerahyang memiliki jumlah penduduk miskin yang

tinggi, jumlah penduduk miskin saat ini di

Provinsi Aceh berjumlah 909,04 ribu jiwa.

Akan tetapi jumlah ini relatif mengalamipenurunan. Seperti telah diungkap diatas

banyak faktor penyebab terjadinya penurunantersebut tentunya pelaksanaan programpengentasan kemiskinan yang dilakukan

pemerintah. seperti bantuan instan berupa

kebutuhan dasar hidup, pelayanankesehatan,Jaminan Kesehatan Aceh (JKA),

pendidikan gratis, dan pemberdayaan

masyarakat lainnya layaknya berupa programkemanfaatan kredit usaha mikro, kecil danmenengah dan lain sebagainya yang tentunya

berpola pada kebijakan kebijakan daerah

dengan otonomi khususnya di propinsi Aceh.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipengaruh pengaruh PDRB perkapita,pengangguran dan inflasi terhadap jumlah

penduduk miskin di Provinsi Aceh.

Berdasarkan landasan teori di atas maka,hipotesis penelitian ini adalah PDRB, tingkatpengangguran dan inflasi berpengaruh

signifikan terhadap jumlah penduduk Miskindiprovinsi Aceh

METODE PENELITIAN

Ruang Lingkup Daerah PenelitianDalam menentukan suatu lokasi penelitian,maka sangat diperlukan suatu lokasi yang

sesuai dengan keperluan sipeneliti. Dalam hal

ini penelitian dilakukan di Provinsi Aceh.

Jenis dan Sumber DataJenis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data ata sekunder yang diperoleh dari

Biro Pusat Statistik (BPS) pada kurun waktu2000- 2012.

Metode dan Teknik Pengumpulan DataDalam riset ini digunakan suatu metode

penelitian yaitu penelitian kepustakaan

(Library research) yaitu penelitian yangdilakukan melalui bahan-bahan kepustakaanberupa buku-buku literature,tulisan-tulisan

ilmiah,dan laporanyang berkaitan dengan topikyang akan diteliti. Teknik pengumpulan data

yang dipergunakan adalah dengan melakukan

pencatatan langsung berupa data time series

yaitu tahun 2002 - 2012.

Model Analisa DataModel analisis yang digunakan dalam

menganalisa data adalah regresi berganda.

Adapun model persamaannya adalah sebagaiberikut:

Y= f (X1, X2 X3, ,)……………...(1)

Kemudian fungsi diatas ditransformasikan kedalam model ekonometrika dengan persamaan

regresi linear berganda sebagai berikut :

= ..................(2)

LnY = Lnβ0+β1 LnX1+β3LnX3+β2 X2+ µ ...(3)

Dimana :Y = Jumlah Penduduk Miskin

β0 = Intercept (konstanta)X1 = PDRB perkapita

X2 = Pengangguran

X3 = Inflasi

β1 β2 β3 = Koefisien regresiµ = Term of error

Bentuk hipotesanya adalah sebagai berikut :

₁ < 0 Artinya terjadi kenaikan pada X 1

(PDRB perkapita) maka Y(Jumlah penduduk miskin ) akan

mengalami penurunan, ceteris

paribus.

Page 66: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

62 | Nasir

ISSN: 2354-970X © Jurnal Serambi Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

₂ > 0 Artinya, jika terjadi kenaikan pada

X2 (Pengangguran Inflasi) maka Y

(jumlah penduduk miskin) akanmengalami kenaikan, caterisparibus.

₃ > 0 Artinya jika terjadi kenaikan pada X3

(Inflasi) maka Y(Jumlah pendudukmiskin) akan mengalami kenaikan,

cateris paribus.

PEMBAHASAN

Koefisien determinasi ( R²)Berdasarkan hasil output program SHAZAM

9.0, diperoleh nilai koefisien determinasi (R²)

sebesar 0.9437 yang berarti bahwa variabel-

variabel bebas yaitu PDRB perkapita,

Pengangguran, Inflasi, dan Pengeluaran

perkapita secara bersama-sama berpengaruhnyata terhadap jumlah penduduk miskinsebesar 94,37 persen sedangkan sisanya

sebesar 5,63 persen dijelaskan oleh variabel

lain yang tidak dimasukkan dalam modelestimasi.

Uji Statistik FPengujian terhadap pengaruh semua variabel

independen di dalam model dapat dilakukan

dengan uji simultan (uji F). Uji statistik F pada

dasarnya menunjukkan apakah semua variabelindependen yang dimasukkan dalam modelmempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel dependen.

Tabel 1. Analisis Varian Faktor- faktor yang Mempengaruhi Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi

AcehANALYSIS OF VARIANCE - FROM ZERO

SS DF MS F

REGRESSION 0.10847E+08 4. 0.27118E+07 2321.656

ERROR 7008.2 6. 1168.0 P-VALUE

TOTAL 0.10854E+08 10. 0.10854E+07 0.000

Sumber : Hasil pengolahan data (2014)

Dari regresi pengaruh PDRB perkapita,Pengangguran, Inflasi, dan Pengeluaran

perkapita terhadap jumlah penduduk miskin di

Provinsi Aceh, maka diperoleh F-Tabel

sebesar 4,53 (α: 5% dan df: 10-4 = 6).Sedangkan f-statistik/F hitung sebesar

2321,656 dan nilai probabilitas F-Statistik

0.000. Maka dapat disimpulkan bahwa variabelindependen secara bersama-sama berpengaruh

terhadap variabel dependen ( F-hitung > F-

tabel).

Uji Statistik TUji statistik t pada dasarnya menunjukkan

seberapa jauh pengaruh masing-masingvariabel independen secara individual dalam

menerangkan variasi variabel dependen.

Dalam regeresi pengaruh PDRB perkapita,Pengangguran, Inflasi, dan Pengeluaran

perkapita terhadap jumlah penduduk miskin

Provinsi Aceh dengan α; 5% dan df = 6 (n-k=

10-4), maka diperoleh nilai t- tabel sebesar2,447. Berdasarkan nilai t- tabel tersebut dan

dengan asumsi t-statistik/t hitung > t–tabel,

variabel independen yang signifikan terhadapjumlah penduduk miskin di Provinsi Aceh

adalah variabel PDRB (t-hitung 9.871) dan

variabel pengangguran ( t- hitung 3.909).

Uji Analisis Regresi BergandaBerdasarkan hasil pengolahan data yang telah

diperpoleh Dari hasil penelitian,maka hasiltersebut dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 2. Output Regresi Linear Berganda Secara Parsial Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi

jumlah penduduk Miskin di Provinsi AcehVARIABLE ESTIMATED STANDARD T-RATIO PARTIAL STANDARDIZED ELASTICITY

NAME COEFFICIENT ERROR 6 DF P-VALUE CORR. COEFFICIENT AT MEANS

PDRB 0.31389E-01 0.3180E-02 9.871 0.000 0.971 0.7910 1.1088

U 51.026 13.05 3.909 0.008 0.847 0.6680 0.4838

I -1.9181 2.533 -0.7573 0.478-0.295 -0.1297 -0.0168

CONSTANT -594.73 147.2 -4.040 0.007-0.855 0.0000 -0.5758

Sumber: Hasil pengolahan data (2014)

Page 67: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

Pengaruh PDRB, Inflasi dan Pengangguran terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Aceh | 63

ISSN: 2354-970X © Jurnal Serambi Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

Berdasarkan tabel diatas dapat dibuat hasil

model estimasi sebagai berikut :

Y= -594,73 + 0,31389PDRB + 51.026U + -1,9181I

Dari hasil regresi ditemukan bahwa tingkat

pengangguran memberikan pengaruh yang

positif dan signifikan terhadap jumlahpenduduk miskin di Provinsi Aceh. Kenaikan

tingkat pengangguran sebesar satu persen akanmenyebabkan jumlah penduduk miskin akannaik sebesar 51.026 persen. Hasil ini sesuai

dengan pendapat Sukirno (2004), yang

menyatakan bahwa dampak buruk daripengangguran adalah mengurangi pendapatan

masyarakat, dan ini mengurangi tingkat

kemakmuran yang mereka capai. Ditinjau darisudut individu, pengangguran menimbulkanberbagai masalah ekonomi dan sosial kepada

yang mengalaminya. Keadaan pendapatan

menyebabkan para penganggur harusmengurangi pengeluaran konsumsinya.

Apabila pengangguran di suatu negara sangatburuk, kekacauan politik dan social selalu

berlaku dan menimbulkan efek yang burukbagi kepada kesejahteraan masyarakat dan

prospek pembangunan ekonomi dalam jangka

panjang. Semakin turunnya kesejahteraanmasyarakat karena menganggur tentunya akanmeningkatkan peluang mereka terjebak dalam

kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan.

Variabel inflasi tidak signifikan terhadap

jumlah penduduk miskin di Provinsi Aceh. Hal

ini dibuktikan dari nilai t hitung sebesar -0.7573 dengan nilai signifikansi sebesar 0.478

dan koefisien regresi memiliki arah negative

sebesar -1,9181. Dengan demikian dapatdinyatakan bahwa dalam penelitian ini inflasi

tidak berpengaruh terhadap jumlah penduduk

miskin di Provinsi Aceh. Hal tersebut terjadikarena adanya keadaan daya beli antaragolongan yang ada di masyarakat tidak sama

(heterogen), maka selanjutnya akan terjadi

realokasi barang-barang yang tersedia darigolongan masyarakat yang memiliki daya beli

yang relatif rendah kepada masyarakat yangmemiliki daya beli yang lebih besar. Kejadianini akan terus terjadi di masyarakat. Sehingga,

laju inflasi akan berhenti hanya apabila salah

satu golongan masyarakat tidak bisa lagi

memperoleh dana (tidak lagi memiliki dayabeli) untuk membiayai pembelian barang pada

tingkat harga yang berlaku, sehinggapermintaan efektif masyarakat secarakeseluruhan tidak lagi melebihi supply barang.

Variabel PDRB Perkapita berpengaruh

signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di

Provinsi Aceh dengan arah yang negatif.Artinya setiap kenaikan satu persen PDRBperkapita akan menyebabkan jumlah penduduk

di Provinsi Aceh menurun sebesar 0,31389

persen. Pertumbuhan ekonomi suatu daerahdapat dilihat peningkatan PDRB perkapita di

setiap daerah.

KESIMPULAN

PDRB Perkapita berpengaruh negatif dansignifikan terhadap jumlah penduduk miskin diProvinsi Aceh pada tingkat kepercayaan 95

persen. Artinya jika PDRB perkapita naikmaka jumlah penduduk miskin di Provinsi

Aceh menurun. Variabel Pengangguran

berpengaruh positif dan signifikan terhadapjumlah penduduk miskin di Provinsi Acehpada tingkat kepercayaan 95 persen. Artinya

jika pengangguran naik maka jumlah

penduduk miskin akan naik. Sedangkan inflasitidak berpengaruh jumlah penduduk miskin di

Provinsi Aceh. Dalam mengurangi angka

kemiskinan, Pemerintah Provinsi Aceh harusmampu membuka lapangan pekerjaan yang

baru guna menyerap tenaga kerja yang terus

menerus tumbuh, sehingga dampak dari

masalah pengangguran dapat diatasi ataudikurangi, karena tingkat pengangguran juga

memberikan kontribusi terhadap meningkatnyajumlah penduduk miskin di Provinsi Aceh.

REFERENSI

Badan Pusat Statistik. 2009. Aceh Dalam

Angka. Banda Aceh: BPS Aceh dan

Bappeda Aceh.

…………,2012 Statistik Sosial EkonomiRumah Tangga Provinsi Aceh.

Banda Aceh: BPS Aceh dan

Bappeda Aceh.

………….,2013 Indikator Sosial Ekonomi

Provinsi Aceh 2010. Banda Aceh:

BPS Aceh dan Bappeda Aceh.

…………..2012 Produk Domestik Regional

Bruto Provinsi Aceh. Banda Aceh:

BPS Aceh dan Bappeda Aceh.

Page 68: Serarnbi Ekonorni Bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha kecil. Tulisan ini menghasilkan dua

64 | Nasir

ISSN: 2354-970X © Jurnal Serambi Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 1 Tahun 2014

Bank Indonesia. 2013. Kajian Ekonomi

Regional Provinsi Provins Aceh

Triwulan 2013.

Boediono. 2001, Seri sinopsis Pengantar

Ilmu Ekonomi 2. Pengantar

Ekonomi Makro. Yogyakarta:

BPFE-UGM.

Octaviani, Dian. 2001. Inflasi, Pengangguran,

dan Kemiskinan di Indonesia: Analisis

Indeks Forrester Greer &Horbecke. Media

Ekonomi, Vol. 7, No. 8 Hal. 100-118.

Khalwaty, Tajul. 2000. Inflasi dan Solusinya.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Nanga Muana. 2001. Makroekonomi, Teori,Masalah, dan Kebijakan. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Sukirno, Sadono. 2004. Makro ekonomiModern. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Todaro,Michael P,1995, Ekonomi UntukNegara Berkembang; Suatu

Pengantar Tentang Prinsip-Prinsip,

Masalah, dan, Kebijakan Pemba-ngunan, Edisi Ketiga. Jakarta: Bumi

Aksara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah dan Nomor 33 Tahun 2004

tentang Perimbangan KeuanganAntara Pusat dan Daerah besertaPenjelasannya. Bandung: Citra

Umbara.