serarnbi ekonorni bisnis - serambimekkah.ac.id filelembaga keuangan mikro terhadap volume usaha...
TRANSCRIPT
JSEEs ISSN e35q-17UX
Serarnbi Ekonorni & BisnisVolume 1 Nomor 1 Februari 2014
i | Salam Redaksi ISSN 2354-970X
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
SALAM REDAKSI
Krue seumangat! Telah terbit edisi perdanaJurnal Serambi Ekonomi dan Bisnis Vol. 1No.1 Februari 2014. Jurnal ini diterbitkan olehProdi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan Universitas SerambiMekkah. Jurnal ini terbit dua kali dalamsetahun (Februari dan Agustus) yang memuatberbagai hasil penelitian dan ide konseptualdalam bidang ekonomi dan bisnis. Edisiperdana jurnal ini hadir dengan sepuluh tulisanhasil penelitian di bidang ekonomi dan bisnis.
Penelitian pertama ditulis oleh Murtala yangmengkaji mengenai isu pengaruh modal usahalembaga keuangan mikro terhadap volumeusaha kecil. Tulisan ini menghasilkan duatemuan, yaitu meningkatnya penyaluran kreditdari lembaga keuangan mikro, danbertambahnya volume usaha kecil dari tahunke tahun di Kabupaten Aceh Besar.
Selanjutnya tulisan kedua ditulis oleh Mahdi
menemukan bahwa bahwa investasi swastabaik PMDN maupun PMA di Indonesia adalahbersifat tidak elastis.
Untuk melihat potensi ekonomi daerah dimuatpada tulisan ketiga yang ditulis Martahadi.
Hasil penelitian menemukan bahwa strukturekonomi Kabupaten Aceh Utara mengalamipergeseran dalam sektor pertanian, yangbergeser menjadi memiliki keunggulankompetitif dan berspesialisasi. Di KotaLhokseumawe hanya sektor jasa-jasa yangmengalami pergeseran menjadi tidakkompetitif dan tidak berspesialisasi pada akhirtahun observasi. Sebaliknya, di KabupatenBireuen tidak ada sektor ekonomi yangmengalami pergeseran posisi dari efek alokasi.
Berbeda dengan tulisan sebelumnya, tulisan inimengkaji pentingnya pemanfaatan limbahindustri dalam pemeliharaan lingkungan hidup.Tulisan keempat ini ditulis oleh Syaifuddin
Yana yang merekomendasikan agarPemerintah Aceh memberikan perhatianterhadap industri pengolahan limbah plastik inidengan cara mendukung industri pengolahanlimbah plastik ini, khususnya pada kegiatanusaha swasta, tidak hanya pada pengolahanplastik cacahan (plastic chips), akan tetapisampai menjadi produk plastik yang memilikimemiliki value added.
Masih mengenai kajian pemeliharan lingkung-an, tulisan kelima yang ditulis oleh Armi ini
menyarankan agar masyarakat dapatmemanfaatkan limbah cair industri tahudengan mengembangkan produksi nata,dimana selain dapat mengurangi pencemaranlingkungan juga dapat menghasilkan nilaiekonomis.
Terkait dengan distribusi pendapatan antardaerah dimuat dalam tulisan keenam yangditulis oleh Khairul aswadi. Penelitian inimenemukan bahwa ketimpangan pendapatandi Kabupaten Aceh Tengah dan KabupatenBener Meriah baik yang dibandingkan denganProvinsi Aceh maupun yang dibandingkandengan Kabupaten Induk menunjukkanketimpangan yang rendah. Hal inimenunjukkan bahwa distribusi pendapatanmerata di kabupaten tersebut.
Tulisan ketujuh ditulis oleh Badaruddin yangmengkaji tentang pengaruh kompensasiterhadap kinerja karyawan menemukan bahwakompensasi finansial dan kompensasi nonfinansial berpengaruh positif terhadap kinerjakaryawan.
Isu mengenai pendapatan petani terdapatdalam tulisan kedelapan yang ditulis olehAnwar. Hasil kajian ini menemukan bahwatingkat pendapatan bersih rata-rata petanikakao di Kecamatan Peusangan Selatandipengaruhi oleh harga jual di pasaran.
Mengenai Derajat Desentralisasi Fiskal dimuatdalam tulisan kesembilan yang ditulis olehMarlina menemukan bahwa efektifitasrealisasi PAD di Provinsi Aceh adalah sangatefektif. Namun, derajat desentralisasi fiskalPemerintah Aceh selalu berada pada dalamkategori sangat kurang baik. Hal inidisebabkan PAD tidak pernah melebihi 10persen dari penerimaan Pemerintah Aceh.
Dan tulisan kesepuluh ditulis oleh Nasir
mengani isu kemiskinan menunjukkan bahwaPDRB perkapita, Pengangguran, dan Inflasisecara bersama-sama berpengaruh terhadapjumlah penduduk miskin di Provinsi Aceh.
Demikian ulasan singkat redaksi. Semoga hasilpenelitan di atas dapat bermanfaat bagipembaca.
Banda Aceh, Februari 2014Salam Redaksi
ISSN: 2354-970X Daftar Isi | ii
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
DAFTAR ISI
SALAM REDAKSI ......................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
Pengaruh Modal Usaha Lembaga Keuangan Mikro terhadap Volume Usaha Kecil diKabupaten Aceh Besar
Murtala .................................................................................................. 1-4
Elastisitas Investasi dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian diIndonesia
Mahdi ��� ......................................................................................... 5-10
Perubahan Struktur Ekonomi Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Bireuen dan KotaLhokseumawe
Martahadi ��.. .................................................................................. 1 11-18
Optimalisasi Pengolahan Limbah Plastik dengan Simulasi dan Analisis KelayakanInvestasinya di Kota Lhokseumawe
Syaifuddin Yana �..1 ............................................................................ 19-26
Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu dengan menggunakan Acetobakter Xylinummenjadi Nata De Soya dan Masa Inkubasi terhadap Karakteristik Nata
Armi �................................................................................................... 27-34
Ketimpangan Pendapatan antara Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten BenerMeriah
Khairul Aswadi ���.......................................................................... 35-40
Pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Pertamina (Persero) UnitPemasaran I Cabang Banda Aceh
Badaruddin ���.. .............................................................................. 41-46
Analisis Tingkat Pendapatan Petani Kakao di Kecamatan Peusangan SelatanKabupaten Bireuen
Anwar ..................................................................................................... 47-51
Analisis Derajat Desentralisasi Fiskal, Elastisitas, Efisiensi, dan EfektifitasPendapatan Asli Daerah Aceh
Marlina................................................................................................... 52-58
Pengaruh PDRB, Inflasi dan Pengangguran terhadap Jumlah Penduduk Miskin diProvinsi Aceh
Nasir ....................................................................................................... 59-64
INDEKS PENGARANG ................................................................................. 65
PANDUAN PENULISAN ................................................................................ 66
Jurnal Serambi Ekonomi & Bisnis│Vol. 1 No.1 (2014) : 1 – 4 ISSN 2354-970X
* Korespondensi Pengarang:
Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
Kampus Utama Cot Tengku Nie Reuleut, Muara Batu, Aceh UtaraE-mail: [email protected]
PENGARUH MODAL USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO TERHADAP
VOLUME USAHA KECIL DI KABUPATEN ACEH BESAR
Murtala
Program Studi Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh
Abstrak
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh modalusaha Lembaga Keuangan Mikro terhadap volume usaha kecil di Aceh Besar. Penelitian
ini dilakukan di kabupaten Aceh Besar, variabel dalam penelitian ini dibatasi hanya
variabel jumlah dana yang disalurkan oleh lembaga keuangan mikro kepada usaha kecildan mikro dan variabel total penerimaan untuk semua usaha kecil dan mikro yang
terdapat di kabupaten Aceh Besar dari tahun 2000-2006. Dari hasil penelitian diperoleh
perkembangan Lembaga Keuangan Mikro di Kabupaten Aceh Besar dari tahun 2000-2006 menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Jumlah Lembaga keuanganMikro dari tahun 2000 sebanyak 2 unit kemudian bertambah menjadi 3 unit pada tahun
2001 dan 2002, sampai tahun 2006 jumlah Lembaga keuangan Mikro menjadi 8 unit.
Dari hasil penelitian diperoleh koefisien determinan (R2) bernilai 0,881 atau 88,1 persen
menunjukkan bahwa determinan variabel modal usaha untuk pengembangan usaha kecil
berpengaruh terhadap volume usaha kecil di Kabupaten Aceh Besar sebesar 88,1 persen,sedangkan sisanya sebesar 11,9 persen adalah faktor-faktor lain yang tidak dimasukan
dalam penelitian ini yang mempengaruhi volume usaha kecil di Kabupaten Aceh Besar.Diharapkan kepada pengusaha kecil dan menengah di Kabupaten Aceh Besar dapat terus
meningkatkan kinerjanya, yang pada akhirnya dapat meningkatkan volume usaha, hal ini
dapat dilakukan dengan menambah modal, dan strategi pemasaran untuk menarik minatbeli dari konsumen.
Kata Kunci:Modal usaha, lembaga keuangan mikro, volume usaha kecil
PENDAHULUAN
Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,
sektor UMKM harus lebih diperhatikanmengingat masih banyak masyarakat Aceh
khususnya masyarakat di pedesaan yang belum
bisa mengakses jasa perbankan, untuk itusektor UMKM sangat perlu untuk terusdikembangkan. Pentingnya pengembangan
sektor UMKM di Aceh terutama pascatsunami. Di mana akibat terjadinya bencana
gempa bumi dan gelombang tsunami pada
tanggal 26 Desember 2004 telah
mengakibatkan sebanyak 20,88 persen (5.176unit) sektor UMKM hancur, sehinggamenyebabkan 170 ribu orang kehilangan
pekerjaan. Angka yang sebenarnya mungkinlebih tinggi karena bencana ini menimpa
wilayah Kotamadya Banda Aceh. Pasca
bencana alam tersebut, kegiatan produksi
beralih pada sektor UMKM. Hal ini
dikarenakan sektor UMKM mampu bertahandalam setiap kondisi apapun. Di mana data
BPS menunjukkan bahwa besaran ProdukDomestik Regional Bruto (PDRB) yang
diciptakan UMKM di Kota Banda Aceh dari
tahun 2000-2005 mengalami kenaikan yangsangat berarti. Pada tahun 2001, PDRB KotaBanda Aceh mencapai Rp 1.318.011,26 juta,
naik ketimbang tahun 2000 yang hanya Rp1.216.609,86 juta. PDRB ini terus meningkat
menjadi Rp 1.493.057,77 juta di tahun 2002,
kemudian di tahun 2003 menjadi Rp
1.644.289,23 juta, selanjutnya pada tahun 2004menjadi Rp 1.811.553,74 juta dan pada tahun2005 meningkat lagi menjadi Rp 1.962.127,97
juta (BPS, 2006).
Di Kabupaten Aceh Besar sekarang telah ada 8
LKM yang ikut serta dalam memberdayakan
2 | Murtala
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
UMKM. Lembaga keuangan mikro berperan
penting terhadap perkembangan UMKM di
Kabupaten Aceh Besar karena hampirsebahagian besar pekerja adalah wiraswastayang terlibat dalam kegiatan ekonomi
informal, yang sangat tergantung terhadap
sektor UMKM. Oleh karena itu,pengembangan sektor UMKM menjadi faktor
penting dalam pengembangan ekonomi diKabupaten Aceh Besar. Guna memberdayakankembali perekonomian di Kabupaten Aceh
Besar, khususnya sektor UMKM, perlu
dilakukan pembenahan secara menyeluruh,
baik di sisi penyedia jasa keuangan dalam halini lembaga keuangan mikro maupun di sisipenerimanya yakni UMKM.
Winardi (2002 : 181) mendefinisikan industri
sebagai suatu usaha produktif, terutama dalam
bidang produksi atau perusahaan tertentu yangmenyelenggarakan jasa-jasa. Misalnyatransportasi yang menggunakan modal dan
tenaga kerja. Menurut BPS “Industri Kecil
adalah usaha yang melakukan kegiatanmengubah barang dasar menjadi barang
jadi/setengah jadi dan atau barang yang kurang
nilainya menjadi barang yang lebih tingginilainya dengan jumlah tenaga kerja 5-19
orang. Bila tenaga kerjanya antara 20-100
orang disebut usaha sedang dan lebih dari 100
orang disebut usaha besar.
Pengertian Industri Kecil menurut Tugiman(2005:6) perlu adanya beberapa pendekatanuntuk membuktikan suatu usaha tergolong
kedalam usaha kecil. Pendekatan-pendekatan
tersebut yaitu : pendekatan tenaga kerja ,pendekatan omzet dan assets, dan pendekatan
asset. Undang-undang No 9 tahun 1995
tentang Industri Kecil memberikan pengertianIndustri Kecil sebagai suatu kegiatan ekonomirakyat yang berskala kecil dan memenuhi
kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan serta kepemilikannya sebagaimanadiatur undang-undang ini, pasal 1 ayat 2 yang
berbunyi: ”memiliki kekayaaan bersih palingbanyak Rp 200.000.000 (Dua Ratus jutarupiah), tidak termasuk tanah dan tempat
usaha; atau Memiliki hasil penjualan tahunan
paling banyak Rp. 1.000.000.000 (Satu milyar
Rupiah;Milik warga negara RepublikIndonesia. Berdiri sendiri, bukan merupakananak perusahaan atau cabang langsung
maupun tidak langsung dengan usahamenengah atau usaha besar; Berbentuk usaha
perseorangan, usaha yang tidak berbadan
hukum, berbadan hukum yang tidak termasuk
koperasi.”
Badan Pusat Statistik (BPS, 1998: 71)memberikan pengertian tentang Indutri Kecil
yaitu usaha yang melakukan kegiatan usaha
mengubah barang dasar menjadi barangsetengah jadi/barang jadi atau barang yang
kurang nilainya menjadi barang yang lebihtinggi nilainya, dengan jumlah tenaga kerja 5-19 orang.
Dilihat dari berbagai kriteria, suatu industri
dapat diklasifikasikan ke dalam tingkatan-tingkatan tertentu. Secara umum penggolonganindustri didasarkan pada kriteria-kriteria fisik
yaitu banyak modal yamg digunakan sertajumlah karyawan atau tenaga kerja yang
diperkerjakan dalam kegiatan industri tersebut,
baik dengan menggunakan mesin maupuntanpa menggunakan mesin.
Hadi (1995 : 20), mengkategorikan industri ke
dalam tiga ukuran yaitu, (1) Industri besaryaitu industri yang mempekerjakan buruh 100
orang atau lebih tanpa menggunakan mesin
atau industri yang mempekerjakan buruh 50orang atau lebih tetapi menggunakan mesin;
(2) industri sedang yaitu industri yang
mempekerjakan buruh 10 sampai 99 orang
tanpa menggunakan mesin ataumemperkerjakan 5 sampai 49 orang dengan
menggunakan mesin; dan (3) industri kecilyaitu industri yang memperkerjakan buruh 1sampai 9 orang tanpa menggunakan mesin atau
industri yang memperkerjakan buruh 1 sampai
4 orang dengan menggunakan mesin.
Menurut definisi yang dipakai dalam
Microcredit Summit (1997), kredit mikroadalah program pemberian kredit berjumlahkecil yang diberikan bagi warga paling miskin
untuk membiayai proyek yang dia kerjakan
sendiri agar menghasil-kan pendapatan, yangmemungkinkan mereka peduli terhadap diri
sendiri dan keluarganya. Sedangkan BankIndonesia mendefinisikan kredit mikromerupakan kredit yang diberikan kepada para
pelaku usaha produktif baik perorangan
maupun kelompok yang mempunyai hasil
penjualan paling banyak Rp 100 juta per tahun.Sementara di BRI, keuangan mikrodidefinisikan sebagai pelayanan kredit di
bawah Rp 50 juta (Wijono, 2005: 90).Lembaga keuangan mempunyai fungsi sebagai
intermediasi dalam aktifitas suatu
Pengaruh Modal Usaha Lembaga Keuangan Mikro terhadap Volume Usaha Kecil di Kabupaten Aceh Besar | 3
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
perekonomian. Jika fungsi ini berjalan baik,
maka lembaga keuangan tersebut dapat
menghasilkan nilai tambah. Banyaknya jenislembaga keuangan mikro yang tumbuh danberkembang di Indonesia menunjukkan bahwa
lembaga keuangan mikro sangat dibutuhkan
oleh masyarakat, terutama kelompokmasyarakat berpeng-hasilan rendah, pengusaha
kecil dan mikro yang selama ini belumterjangkau oleh jasa pelayanan keuanganperbankan khususnya bank umum. Pada
lembaga keuangan mikro ini dapat
menumbuhkan minat masyarakat terutama di
pedesaan untuk berusaha atau menumbuhkanpengusaha-pengusaha kecil, yang padaakhirnya dapat membantu program pemerintah
untuk meningkatkan produktivitas usahamasyarakat kecil di pedesaan, meningkatkan
pendapatan pen-duduk desa, menciptakan
lapangan kerja baru di pedesaan, sertamenunjang program pemerintah dalammengupayakan pemera-taan pendapatan
penduduk desa dan upaya pengentasan
kemiskinan (Rudjito, 2003).
Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu
kabupaten di Provinsi Nanggroe AcehDarussalam, memiliki luas wilayah 2.974,12
km2 dengan jumlah penduduk sebesar 263.403
jiwa di tahun 2004, yang tersebar di 22
kecamatan. Sumber utama penghasilanpenduduknya adalah sebagai petani, dengan
mengarap tanaman pangan. Disegi taraf danpola konsumsi penduduknya, lebih besar untukmengkonsumsi bahan makanan sebesar 64,76
persen dan 35,24 persen untuk mengkonsumsi
non-makanan dari pengeluarannya(BPS.2004). Hal tersebut merupakan kategori
penduduk miskin, jumlah penduduk miskin di
Kabupaten Aceh Besar yaitu, sebesar 89.646jiwa di tahun 2003 dan 91.576 jiwa di tahun2004, keadaan ini mengalami peningkatan
sebesar 1.930 jiwa atau 97,892 persen di tahun
2004. Dengan jumlah penduduk miskindemikian, Kabupaten Aceh Besar berada pada
tingkat nomor 5 dari urutan Kabupaten-Kabupaten yang memiliki penduduk miskin diProvinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh modalusaha Lembaga Keuangan Mikro terhadapvolume usaha kecil di Aceh Besar. Dari latar
belakang dan landasan teoritis serta penelitianterkait yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka dapat dibuat suatu hipotesis dalam
penelitian ini yaitu modal usaha dari Lembaga
Keuangan Mikro berpengaruh signifikan
terhadap volume usaha kecil di Aceh Besar.
METODE PENELITIAN
Ruang Lingkup PenelitianPenelitian ini dilakukan di kabupaten Aceh
Besar, untuk mengetahui pengaruh modalusaha Lembaga Keuangan Mikro terhadap
volume usaha kecil di Aceh Besar maka
variabel dalam penelitian ini dibatasi hanyavariabel jumlah dana yang disalurkan oleh
lembaga keuangan mikro yang merupakan
modal usaha bagi usaha kecil dan variabelvolume usaha kecil di kabupaten Aceh Besardari tahun 2000-2007.
Sumber DataData yang digunakan di dalam penelitian ini
adalah data sekunder, yaitu total dana yangdisalurkan Lembaga keuangan Mikro kepadaUsaha kecil dan total penerimaan Usaha kecil
yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik
Kabupaten Aceh Besar, Departemen
Perindustrian dan Perdagangan, dan instansiterkait lainnya yang berkaitan dengan topikskripsi ini. Data yang dianalisis adalah dari
tahun 2000 sampai tahun 2007.
Model Analisis DataUntuk mengetahui pengaruh modal terhadappenerimaan sektor usaha kecil di Aceh Besarperiode 2000-2007 maka dilakukan dengan
menggunakan regresi linear sederhana menurut
Gujarati, (1999:24) sebagai berikut:
Y = α + βX + eidi mana:Y = Dependent variable
α = Interceptβ = Koefisien regresiX = Independent variable
ei = Faktor pengganggu
Kemudian model tersebut diformulasikan ke
dalam model sebagai berikut:
V = a + bM + eidi mana :
V = Volume usaha
a = Interceptb = Koefisien regresi dari variabel
modal usaha
M = Variabel modal usahaei = Variabel pengganggu
4 | Murtala
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Modal Usaha Lembaga
Keuangan Mikro Terhadap Volume Usahakecil Di Aceh BesarUntuk menganalisis pengaruh kredit kelayakan
usaha terhadap kelangsungan usaha kecil di
Kabupaten Aceh Besar akan dianalisis dengan
menggunakan analisis Regresi Linear
Sederhana, dimana yang mejadi variabel
dependen dalam penelitian ini adalahkeuntungan usaha kecil, dan variabelindependen yaitu modal usaha untuk usaha
kecil, hasil perhitungan akhir adalah
sebagaimana ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Perhitungan Regresi
Keterangan Nilai Sig
R Korelasi 0,938
R Square 0,881
Adjusted R Square 0,861Constanta -91,419
Koefisien regresi volume usaha 9,437
F-hitung
0,004
0,001
44,250
T-hitung
6,652Sumber Hasil Pengolahan Data (diolah), 2007
KESIMPULAN
Perkembangan saluran dana dari Lembaga
keuangan Mikro kepada usaha kecil diKabupaten Aceh Besar pada tahun 2000mencapai 13,24 milyar rupiah. Pada tahun
2001 meningkat sebesar 15,25 persen atau
sebesar 13,41 milyar rupiah, sampai tahun2007 mencapai 14,98 milyar, fenomana ini
memberikan gambaran bahwa perhatianpemerintah terhadap perkembangan usaha
kecil di Kabupaten Aceh Besar semakin besarsehingga harus diberdayakan.
Perkembangan volume usaha dari usaha kecildi Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2000
sebesar Rp. 30,143 milyar. Pada tahun 2001meningkat menjadi Rp. 35,251 milyar, pada
tahun 2002 volume usaha kecil di KabupatenAceh Besar kembali meningkat sebesar 8,77
persen atau menjadi Rp. 38,34 milyar,volume
usaha dari usaha kecil di Kabupaten AcehBesar terus meningkat sampai tahun 2007yaitu mencapai Rp. 47,024 milyar.
REFERENSI
Badan Pusat Statistik. 1994. Statistik Industri
Kecil. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 1998. Aceh DalamAngka. Banda Aceh.
Badan Pusat Statistik. 2005. Indiktor MakroEkonomi. Nanggroe Aceh Darussalam.
Kakisina, Stephen. 2003. Posisi StrategikPerbankan Mikro dalam PembiayaanUsaha Mikro Kecil, dan Menengah di
Provinsi Papua. Jurnal Studi
Pembangunan Interdisiplin. EdisiDesember. Vol: 15. No: 3. Hal: 333 –
347.
Rudjito. 2003. Peran Lembaga Keuangan
Mikro Dalam Otonomi Daerah GunaMenggerakkan Ekonomi Rakyat dan
Menanggulangi Kemiskinan: Studi
Kasus Bank Rakyat Indonesia”. Jurnal
Keuangan Rakyat. Tahun II, No. 1Maret 2003.
Tugiman, Hiro. 1995. Peranan Usaha Kecil
dan Koperasi dalam Memamfaatkan
Sisa Laba BUMN. Jakarta: Jakarta
UU RI No. 9 Tahun 1999 Tentang Usaha
Kecil. Direktorat Jendral PembinaanPengusaha Kecil.
Winardi. 1992. Beberapa Aspek Industri
Dalam Pembangunan Regional.Prisma, No.5. LP3ES, Jakarta.
Wijono, Wiloejo Wirjo. 2005. “PemberdayaanLembaga Keuangan Mikro Sebagai
Salah Satu Pilar Sistem Keuangan
Nasional: Upaya Konkrit Memutus
Mata Rantai Kemiskinan”. KajianEkonomi dan Keuangan. Edisi KhususNovember 2005.
Jurnal Serambi Ekonomi & Bisnis│ Vol. 1 No. 1 (2014): 5 – 10 ISSN 2354-970X
* Korespondensi Pengarang:Biro Pembangunan Setda Aceh, Komplek Kantor Gubernur Aceh
Jl. Tengku Nyak Arif No. 219E-mail: [email protected]
ELASTISITAS INVESTASI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN
PDB SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA
Mahdi
Biro Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Aceh
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dan besarnya elastisitas investasiterhadap pertumbuhan PDB sektor pertanian di Indonesia. Alat ukur yang digunakan
dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda. Ruang lingkup penelitian mencakup
perkembangan investasi dalam pembangunan nasional di Indonesia, dibatasi tahun 1994–
2003. Mengingat luasnya aspek analisis maka akan dibatas hanya pada analisis investasidalam negeri dan investasi luar negeri terhadap PDB sektor pertanian di Indonesia.Analisis pengaruh investasi terhadap pertumbuhan PDB sektor pertanian di Indonesia
dilakukan dengan menggunakan regresi linear berganda yang diolah melalui bantuankomputer pada Program SPSS. Dari hasil penelitian diperoleh kedua koefisien elastisitas
untuk variabel bebas dalam peneltian bersifat elstisitas, untuk variabel investasi luar
negeri lebih elastis dari pada variabel investasi dalam negeri. Koefisien determinan (R2)
bernilai 87,5 % atau 0,875 menunjukkan variabel investasi dalam negeri dan investasiluar negeri mempengaruhi variabel pertumbuhan PDB sektor pertanian sebesar 87,5 %,
sedangkan sisanya 12,5 % dipengaruhi oleh faktor lainnya. Sesuai dengan hasil estimasi
dapat menjelaskan bahwa investasi swasta baik PMDN maupun PMA di Indonesia adalahbersifat tidak elastis. Maka diharapkan supaya kondisi perekonomian dan keamanan bisa
lebih bagus di masa yanag akan datang sehingga keinginan untuk berinvestasi lebih besar
baik investasi dari dalam negeri maupun luar negeri.
Kata Kunci: Investasi, Pertumbuhan Ekonomi, Sektor Pertanian
PENDAHULUAN
Suatu perekonomian dikatakan mengalami
pertumbuhan apabila tingkat kegiatan ekonomi
yang dicapai sekarang lebih tinggi daripadayang dicapai pada masa sebelumnya.
Pertumbuhan tercapai apabila jumlah fisik
barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkandalam perekonomian tersebut bertambah besardari tahun-tahun sebelumnya.
Dalam teori ekonomi pembangunan, Kuznetsmenunjukkan enam ciri-ciri pertumbuhan
ekonomi, yaitu: (1) terdapatnya laju kenaikan
produk perkapita yang tinggi untukmengimbangi laju pertumbuhan penduduk
yang cepat; (2) semakin meningkatnya laju
produk perkapita terutama akibat adanyaperbaikan teknologi dan kualitas input yang
digunakan; (3) adanya perubahan struktur
ekonomi dari sektor pertanian ke sektorindustri dan jasa; (4) meningkatnya jumlah
penduduk yang berpindah dari pedesaan kedaerah perkotaan (urbanisasi); (5)pertumbuhan ekonomi terjadi akibat adanya
ekspansi negara maju dan adanya kekuatan
hubungan internacional; dan (6) Meningkatnyaarus barang dan modal dalam hubungan
perdagangan internasional (Jhingan, 1988 : 73-
90).
Para ahli ekonomi pembangunan berpendapat
bahwa proses pertumbuhan ekonomi
dipengaruhi oleh dua macam faktor, yaitufaktor ekonomi dan faktor non ekonomi.
Beberapa faktor ekonomi yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi, diantaranya adalah :sumber daya alam dan tenaga kerja, akumulasi
modal, organisasi. Kemajuan teknologi dan
pembagian kerja serta skala produksi.Sedangkan faktor non ekonomi, seperti:
organisasi sosial, agama, budaya, politik dan
psikologis mempengaruhi tinggi rendahnyafaktor ekonomi. Faktor non ekonomi
6 | Mahdi
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
mempunyai arti penting dalam analisis kajian
dinamika pertumbuhan di luar analisis faktor
ekonomi. (Jhingan, 1988 : 85).
Todaro (1998:121) mengatakan bahwa
keberhasilan pembangunan ekonomi
ditunjukkan oleh tiga nilai pokok yaitu (1)
berkembangnya kemampuan masyarakatuntuk memenuhi kebutuhan pokoknya
(basic needs), (2) meningkatnya rasa hargadiri (self-esteem) masyarakat sebagai
manusia, dan (3) meningkatnyakemampuan masyarakat untuk memilih
(freedom from servitute) yang merupakansalah satu dari hak asasi manusia.
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor
yang mampu bertahan dalam masa krisis
ekonomi dan sektor yang mampu tumbuhpositif sebesar 0,26% dan memberikankontribusi sebesar 17,28% pada akhir tahun
1998. Kontribusi ini meningkat 2,40% dari
tahun sebelumnya (1997) yaitu sebesar14,88%.
Meskipun sektor pertanian mampu bertahanpada masa krisis (tahun 1998 dan 1999),
namun Tabel 1 juga menunjukkan adanya
kecenderungan penurunan kontribusi relatif
sektor pertanian terhadap PDB pada masasebelum krisis. Keadaan ini menurut
Soekartawi (1995), merupakan salah satu ciritransformasi srtuktural yang telah terjadi padaperekonomian Indonesia di mana peran relatif
sektor pertanian dan sumbangannya pada PDB
serta penyerapan tenaga kerja semakinmenurun.
Agar sektor pertanian dapat berkontribusidalam perekonomian nasional, menghadapidinamika globalisasi dan perdagangan bebas
diperlukan suatu perencanaan nasional dengan
pemilihan atas dasar prioritas dan sasaran dariprogram pembangunan pertanian. Salah satu
aspek yang cukup menentukan keberhasilanpembangunan adalah penyebaran investasi.
Investasi yang ditanamkan pada sektor
pertanian diharapkan mampu mendorong
kenaikan output dan permintaan input sehinggaberpengaruh terhadap kenaikan pendapatandan perluasan kesempatan kerja yang
selanjutnya dapat mendorong pertumbuhanekonomi dan mempercepat pemulihan
ekonomi.
Pengaruh proses transformasi struktural pada
perekonomian Indonesia semasa Orde Baru
telah menggeser struktur ekonomi daridominan pertanian menjadi dominan industri.Prioritas pembangunan ekonomi nasional yang
sebelumnya lebih dititikberatkan pada sektor
pertanian, mulai dikurangi, sedangkan peranansektor-sektor pertanian khususunya industri
dan jasa semakin ditingkatkan. Prosestransformasi ini dilakukan dengan tergesa-gesa, sehingga ada tahapan yang terlewati dan
berpengaruh negatif pada kondisi
perekonomian nasional.
Risiko dan ketidakpastian serta strukturkepemilikan asset yang kurang
menguntungkan terutama akibat tingginyasuku bunga pinjaman, juga berpengaruh
negatif terhadap investasi di sektor pertanian,
sehingga nilai investasi di sektor pertanianmasih sangat rendah dibandingkan sektorlainnya. Nilai investasi di Indonesia tahun
1999 untuk PMDN mencapai Rp 53,6 triliun
dengan jumlah proyek 237 buah dan untukPMA tercatat sebanyak 1.164 proyek dengan
nilai Rp 10,9 triliun.
Selain itu, sektor industri yang berkembang
dengan teknologi modern dan memiliki
kemampuan yang tinggi untuk memproduksi
barang dan jasa ternyata tidak disertai denganperluasan lapangan kerja produktif secara
memadai sesuai dengan jumlah tenaga kerjatersedia. Atas dasar itu, tulisan ini akanmenganalisis dampak investasi dan tenaga
kerja terhadap sektor pertanian.
Hampir seluruh ahli ekonomi menekankan arti
penting penanaman modal (investasi) sebagai
salah satu faktor dan penentu utamapertumbuhan ekonomi. Investasi, di satu pihakmencerminkan permintaan efektif, dan di
pihak lain ia mencerminkan kemampuan
penawaran menciptakan efisiensi produktifbagi produksi di masa depan. Bahkan Rostow
mengemukakan bahwa investasi merupakansalah satu kondisi penting yang harus dipenuhidalam memasuki tahap proses tinggal landas
(Jhingan, 1988 : 172).
Investasi berarti fungsinya menempatkan
sejumlah modal untuk tujuan produksi dan
pengeluaran yang digunakan untukmempertahankan barang-barang modal.
Kaum klasik berpendapat bahwa investasi
Elastisitas Investasi dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian di Indonesia | 7
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
merupakan suatu pengeluaran yang akan
menambah kapasitas produksi masyarakat
yang pada akhirnya akan meningkatkan
pendapatan nasional dan pertumbuhan
ekonomi (Dombusch dan Fisher, 1994 :
236). Dengan investasi berarti akan
menambah jumlah stok modal dan
penggunaan tenaga kerja bagi peningkatan
kapasitas produksi dan ekspansi pasar.
Peningkatan pendapatan masyarakat akan
menaikkan konsumsi masyarakat
(permintaan efektif), sehingga parapengusaha akan terdorong untuk
memperbesar produksinya danmemperluas perusahaan dengan
menambah material, tenaga kerja maupunperalatan lainnya (Sobri, 1997 : 13).
Ahli-ahli ekonomi klasik, seperti Smith,Ricardo, Malthus, Mill dan Schumpeter,
mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi
suatu negara tercapai secara otomatis melaluimekanisme pasar, yang bergantung pada
investasi (Hasibuan, 1988 : 12). Perubahan
investasi (∆I) akan meningkatkan pendapatan
(∆Y) sebesar koefisien pengganda (multiplier,k = l/s, s= hasrat untuk menabung) dikali
perubahan investasi tersebut. Sedangkan
berapa besar tambahan modal (I = ∆K = Kt-Kt-
1) bergantung pada besarnya rasio tambahanmodal terhadap tambahan output (w = ICOR),
atau dapat dinyatakan, ∆K = w VY. Semakintinggi ICOR semakin kecil tingkat
pertumbuhan ekonomi yang dapat dicapai dan
semakin tidak efisien penggunaan kapital.Setiap penambahan stok kapital masyarakat
(K) meningkatkan pula kemampuan
masyarakat untuk menghasilkan output (Qp).
Harrord-Domar menggambarkan hubungan
antara K dan Qpsebagai : (Boediono, 1992 :
60-69).
Qp= hK ………………………….(1)
Hubungan antara K dan Qp
adalah
proporsional : apabila misalnya K naik dua kalilipat maka Qp juga naik dua kali lipat. Jadi
apabila dalam suatu tahun ada investasisebesar I, maka stock kapital pada akhir tahun
tersebut akan bertambah sebesar ∆ K = I,dengan demikian:
∆Qp= h ∆ K = hI ………………...(2)
Jika pengeluaran investasi sebesar I rupiah,
maka (dengan anggapan perekonomian
tertutup dan tanpa ada sektor pemerintah)permintaan agregat adalah Z = C + I. Denganteori multplier tingkat investasi I menimbulkan
tingkat permintaan agregat sebesar :
∆Z = IS
IC
1
1
1=
−…………(3)
Dari persamaan (2) diketahui ∆Qp= hI.
Apabila syarat ∆Z = ∆ Qp harus dipenuhi maka
ini berarti ∆Z = hI. Dari persamaan (3) kita
mempunyai Z = IS
1Kalau persamaa ∆Z = hI
dibagi dengan persamaan (3) diperoleh :
∆Z ∆Qp
= sh = gw………(4)
Z Qp
dalam hal ini s adalah hasrat menabung, dan gwadalah tingkat pertumbuhan yang diinginkan.
Laju pertumbuhan yang menjamin
keseimbangan antara output potensial dan
permintaan agregat dalam jangka panjangadalah gw. Dalam posisi keseimbangan (gw)tingkat investasi harus tumbuh sebesar sh. Jadi
posisi keseimbangan di pasar barang, Qp, Z, K,
dan I harus tumbuh dengan laju yang sama,yaitu sh (tingkat pertumbuhan yang diinginkan
= warranted rate of growth). Dalam posisi ini :
I
I
K
K
Z
Z
Q
Qp
p∆
=∆
=∆
=∆
………(5)
Apabila laju pertumbuhan lebih kecil daripada
warranted rate of growth, maka perekonomian
akan mengalami kelebihan kapasitas (kapasitaspabrik menganggur). Sebaliknya, apabila lajupertumbuhan perekonomian lebih tinggi dari
warranted rate of growth maka akan adakecenderungan bagi permintaan agregat untuk
semakin melebihi output potensial sehingga
menimbulkan tekanan inflasi.
Secara ekonomi makro, investasi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu :(1) investasi
otonom (autonomous investment) dan (2)investasi yang diinginkan (induced
investement). Investasi otonom adalah
investasi yang berdasarkan tabungan nyata.Investasi ini dipengaruhi oleh tingkat bunga,kemajuan teknologi, ramalan keuntungan,
pertambahan penduduk, pembukaan daerah
baru, dan penemuan kekayaan alam baru.
8 | Mahdi
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
Sedangkan investasi yang diinginkan adalah
investasi yang besarnya dipengaruhi oleh
pendapatan nasional dan pertambahanpendapatan uang masyarakat (ataupertambahan permintan efektif) (Sukirno,
2001: 117). Pertambahan permintaan efektif,
mula-mula ditujukan kepada barang-barangkonsumsi yang akhirnya menimbulkan
kenaikan permintaan barang-barang modalsehingga mendorong naiknya kegiataninvestasi. Dengan kata lain, investasi adalah
fungsi dari pendapatan nasional, tingkat bunga,
kemajuan teknologi, ramalan keuntungan,
pertambahan penduduk dan penemuan sumberdaya baru.
Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui
pengaruh investasi terhadap pertumbuhan
PDB sektor pertanian di Indonesia. Dan
untuk mengetahui elastisitas investasi
terhadap pertumbuhan PDB sektor
pertanian di Indonesia.
Sejalan dengan permasalahan, tujuan
penelitian dan teori yang telah diuraikan di
atas, maka dapat dirumuskan hipotesispenelitian ini adalah investasi berpengaruhpositif terhadap pertumbuhan PDB sektor
pertanian di Indonesia. Dan koefisienelastisitas investasi adalah bersifat inelastis.
METODE PENELITIAN
Untuk keperluan analisis data, akan
digunakan pendekatan kuantitatif dan
kualitatif. Pendekatan kualitatif deskriptif
meliputi pembahasan perkembangan
investasi dan pengaruhnya terhadap
pertumbuhan PDB sektor pertanian di
Indonesia.
Analisis pengaruh investasi terhadap
pertumbuhan PDB sektor pertanian diIndonesia dilakukan dengan menggunakan
regresi linear berganda yang diolah melaluibantuan komputer pada Program SPSS.
Persamaan regresi linear berganda menurutGujarati (1999 : 24) sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + et
di mana:
Y = Dependent variabel
α = Intercept
β1 β2 = Koefisien regresiX1 X2=Independent variabel
ei = Faktor pengganggu
Kemudian model tersebut diformulasikan ke
dalam model sebagai berikut:
PDB = a + b1 IVD + b2 IVL + ei
di mana :PDB = Pertumbuhan PDB sektor
pertanian
a = Intercept
b1,b2 = Koefisien elastisitas dari veriabel
investasi dalam dan luar NegeriNegeri
IVD = Investasi dalam Negeri
IVL = Investasi luar Negeriei = Variabel pengganggu
Operasional VariabelBatasan operasional variabel-variabel yangdiamati adalah sebagai berikut :
a. Produk Domestik Bruto (PDB), adalah
keseluruhan nilai produksi barang dan jasayang dihasilkan masyarakat suatu negara
berdasarkan harga kostan yang dihitung
dalam jangka waktu tertentu.b. Investasi adalah penanaman modal yang
dilakukan oleh pihak swasta di Indonesia
baik yang berasal dari PMDN maupun
PMA yang dihitung berdasrkan hargakonstan tahun 1993. Dalam penelitian ini
pengertian investasi termasuk:a) Investasi dalam negeri, yaitu
pengeluaran investasi yang dilakukan
oleh masyarakat Indonesia khususnya
swasta atas dasar harga konstan tahun1993 dari tahun 1994-2003
b) Investasi luar negeri, yaitu penanaman
modal yang bersumber pihak swastaasing yang diukur berdasarkan hargakonstan tahun 1993, dari tahun 1994-
2003
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Elastitas Investasi Terhadap
Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian di
IndonesiaUntuk melihat berapa besar elastisitas danpengaruh investasi terhadap pertumbuhan PDBsektor pertanian di Indonesia maka akan
dilakukan pengujian dengan menggunakan alatukur regresi linear berganda. Hasil perhitungan
Elastisitas Investasi dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian di Indonesia | 9
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
menghasilkan persaman akhir estimasi sebagai
berikut :
PDB = 10,629 + 0,00932 IVD + 0,073 IVL
Persamaan di atas mengandung pengertian
bahwa, konstanta sebesar 10,629 berarti tanpaadanya investasi swasta baik investasi dalam
negeri maupun investasi luar negeri makainvestasi 10,63 persen. Koefisisen elastisitasuntuk variabel IVD (Variabel Investasi Dalam
Negeri) diperoleh sebesar 0,93 persen, hal ini
menggambarkan bahwa apabila variabel IVD
mengalami perubahan 1 % maka akanberpengaruh positif terhadap pertumbuhanPDB sektor pertanian sebesar 0,0093 persen
dengan asumsi variabel investasi luar negeridianggap tetap. Koefisisen elastisitas untuk
variabel Investasi Dalam Negeri memiliki
elastisitas < 1 artinya persentase perubahaninvestasi dalam negeri yang lebih besar hanyamengakibatkan sedikitnya perubahan PDB di
sektor pertanian.
Apabila variabel IVL (Variabel Investasi Luar
Negeri) mengalami perubahan 1% maka akan
berpengaruh positif terhadap PDB sektorpertanian sebesar 0,0731 persen dengan asumsi
variabel investasi dalam negeri dianggap tetap.
Koefisien elastisitas Investasi Luar Negeri < 1
artinya persentase perubahan investasi luarnegeri yang lebih besar hanya mengakibatkan
perubahan yang sedikit terhadap pertumbuhanPDB sektor pertanian. Namun Apabila dilihatdari kedua koefisien elastisitas tersebut
ternyata koefisien elstisitas investasi luar
negeri lebih elastis.
Koefisien determinan (R2) bernilai 87,5 % atau
0,875 menunjukkan variabel investasi dalamnegeri dan investasi luar negeri mempengaruhivariabel pertumbuhan PDB sektor pertanian
sebesar 87,5 % sedangkan sisanya 12,5 %
dipengaruhi oleh faktor lainnya. Koefisienkorelasi (R) sebesar 93,5% menggambarkan
bahwa variabel investasi dalam negeri daninvestasi luar negeri sangat erat hubungannyaterhadap variabel pertumbuhan PDB sektor
pertanian sebesar 93,5 %.
Pembuktian bahwa variabel variabel investasidalam negeri dan investasi luar negeriberpengaruh positif dan harga berpengaruh
positif variabel PDB sektor pertaniandilakukan pengujian tersendiri secara partial
dengan uji-t pada tingkat kepercayaan
(Convidence Interval 95%) yaitu: untuk
variabel investasi dalam negeri diperoleh t-hitsebesar 5,603 lebih besar dari t-tabel sebesar3.628. Hal ini menunjukkan bahwa secarapartial variabel variabel investasi dalam negeri
mempengaruhi variabel PDB sektor pertanian.
Sedangkan variabel investasi luar negeridiperoleh t-hit sebesar 6,038 lebih besar dari t-
tabel sebesar 3.628 artinya variabel variabelinvestasi luar negeri secara partialmempengaruhi variabel PDB sektor pertanian.
Pembuktian terhadap keakuratan variabel
investasi dalam negeri dan investasi luar negeriterhadap variabel PDB sektor pertanian dengan
menggunakan uji-F. F-hit dalam persamaan ini
adalah sebesar 24,416 lebih besar dari F- tabelsebesar 1,20, hal ini menggambarkan bahwavariabel investasi dalam negeri dan investasi
luar negeri secara bersama-samamempengaruhi signifikan variabel PDB sektor
pertanian.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukanmaka dapat di ambil kesimpulan yaitu:
hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini
bahwa variabel investasi dalam negeri daninvestasi luar negeri terhadap variabel PDBsektor pertanian berpengaruh signifikan
terhadap variabel PDB sektor pertanian
terbukti kebenarannya. Koefisien determinan(R
2) bernilai 87,5 % atau 0,875 menunjukkan
variabel investasi dalam negeri dan investasiluar negeri mempengaruhi variabelpertumbuhan PDB sektor pertanian sebesar
87,5 % sedangkan sisanya 12,5 % dipengaruhi
oleh faktor lainnya. Secara parsial variabel
investasi dalam negeri dan luar negeriberpengaruh signifikan terhadap PDB sektor
pertanian.
REFERENSI
Boediono, 1992. Teori Pertumbuhan
Ekonomi. Yogyakarta: BPFE-
UGM.
Dornbusch. R and Fisher Stanley,
diterjemahkan oleh Rudy Sitompul,
1994. Makro Ekonomi. Jakarta:
Erlangga
10 | Mahdi
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
Jhingan M.L. 1988. Ekonomi
Pembangunan dan Perencanaan.
Jakarta: Rajawali Pers.
Sobri, H. 1997. Ekonomi Makro.
Yogyakarta: BPFE-UGM.
Sukrino, Sadono. 2001. Ekonomi
Pembangunan. Jakarta: LPFE-UI.
Todaro, MP. 1998. PembangunanEkonomi di Dunia Ketiga, Edisi
Keenam. Jakarta: Erlangga.
Jurnal Serambi Ekonomi & Bisnis│Vol. 1 No. 1 (2014): 11 – 18 ISSN 2354-970X
* Korespondensi Pengarang:Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Serambi Mekkah
Jl. Tengku Imum Lueng Bata, Bathoh, Banda AcehE-mail: [email protected]
PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI KABUPATEN ACEH UTARA,
KABUPATEN BIREUEN DAN KOTA LHOKSEUMAWE
Martahadi
Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Serambi Mekkah
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi regionalKabupaten Aceh Utara, Kabupaten Bireuen dan Kota Lhokseumawe yang diindikasikan
dengan pergeseran posisi keunggulan kompetitif dan spesialisasi daerah. Penelitian ini
menggunakan formula shift-share Esteban Marquilas. Hasil penelitian menemukanbahwa selama periode 2002-2008 struktur ekonomi Kabupaten Aceh Utara mengalami
pergeseran dalam sektor pertanian, yang bergeser dari posisi keunggulan kompetitif dan
tidak berspesialisasi pada awal tahun observasi menjadi memiliki keunggulan kompetitifdan berspesialisasi pada tahun akhir observasi. Sedangkan pada tingkat sub sektorterdapat 6 (enam) sub sektor yang mengalami pergeseran posisi serupa, yaitu: sub sektor
kehutanan, sub sektor perikanan, sub sektor air bersih, sub sektor bank, sub sektor jasa
penunjang angkutan dan sub sektor jasa perorangan dan rumah tangga. Di KotaLhokseumawe hanya sektor jasa-jasa yang mengalami pergeseran dari posisi tidak
kompetitif dan berspesialisasi pada awal tahun observasi menjadi tidak kompetitif dantidak berspesialisasi pada akhir tahun observasi. Sebaliknya, sektor-sektor ekonomi di
Kabupaten Bireuen tidak mengalami pergeseran posisi dari efek alokasi, tetapi padatingkat sub sektor terjadi pergeseran posisi pada sub sektor jasa perusahaan dari posisi
tidak memiliki keunggulan kompetitif dan berspesialisasi menjadi tidak memiliki
keunggulan kompetitif dan tidak berspesialisasi.
Kata Kunci: Perubahan struktur ekonomi, keunggulan kompetitif, spesialisasi, efek
alokasi
PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi suatu daerah
merupakan suatu kegiatan yang harus
dilaksanakan secara sistematis dan berkelan-jutan untuk mewujudkan perekonomian yang
lebih baik. Pembangunan yang berkelanjutan
dilakukan agar dapat memacu pemerataanpembangunan di setiap daerah/wilayah gunameningkatkan kesejahteraan rakyat. Dengan
membaiknya perekonomian daerah akan
mempercepat perubahan struktur ekonomidaerah ke posisi yang lebih baik. Terutama
dalam sektor industri manufaktur dan jasa.Dengan berkembangnya sektor industrimanufaktur dan jasa akan dapat memacu
pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan
berdampak bagi meningkatnya pendapatanmasyarakat, sehingga dapat meningkatkan
taraf hidupnya. Selama pembangunan ekonomi
daerah belum merata, maka akan terus terjadi
ketimpangan distribusi pendapatan. Olehkarena itu, perlu dibangun infrastruktur
perekonomian yang baik guna mendorong
pertumbuhan ekonomi daerah.
Tingkat pertumbuhan dari perekonomian
adalah tingkat di mana PDB meningkat. Secararata-rata, kebanyakan perekonomian tumbuhbeberapa poin persentase per tahun selama
beberapa periode yang panjang (Dornbusch,
dkk, 2004:10). Selanjutnya Dornbusch, dkk,(2004:10-11) mengemukakan dua alasan yang
menyebabkan PDB tumbuh/berubah. Pertama,perubahan PDB adalah tersedianya sejumlahsumber daya sejalan dengan perubahan
perekonomian. Yang dimaksud sumber daya di
sini adalah modal dan tenaga kerja. Angkatan
kerja yaitu orang yang sedang atau tengahmencari pekerjaan, tumbuh sepanjang waktu
dan menyediakan satu sumber untuk
12 | Martahadi
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
meningkatkan produksi. Persediaan modal,
termasuk gedung-gedung dan mesin, mening-
kat pula sepanjang waktu, menyediakansumber lain untuk meningkatkan output.Kenaikan persediaan faktor produksi– tenaga
kerja dan modal yang digunakan untuk
memproduksi barang dan jasa – karenanyadiperhitungkan menjadi bagian dari kenaikan
dalam PDB. Kedua, berubahnya PDB karenaperubahan efisiensi penggunaan faktorproduksi. Peningkatan efisiensi disebut
peningkatan produktivitas. Sepanjang waktu,
jumlah faktor produksi yang sama akan
menghasilkan output yang lebih besar.Peningkatan produktivitas terjadi akibatperubahan dalam teknologi.
PDB adalah nilai output yang diproduksi di
dalam negeri dalam suatu periode tertentu.
PDB berbeda dengan Produk Nasional Bruto(PNB) karena sebagian dari PNB kita
dihasilkan di luar negeri dan karena beberapadari hasil dalam negeri kita diproduksi olehfaktor produksi pihak asing (Dornbusch dan
Stanley Fischer, 1997:73; Dornbusch, dkk,
2004:39).
Sjafrizal (1997:27-38) mengemukakan bahwa
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomidaerah, kebijakan utama yang perlu dilakukan
adalah mengusahakan semaksimal mungkin
potensi yang dimiliki oleh propinsi yang
bersangkutan, mengingat potensi masing-masing daerah bervariasi maka sebaiknya
masing-masing daerah harus menentukankegiatan sektor dominan.
Dalam menggali dan mengembangkan potensi
ekonomi, pemerintah daerah harusmemfokuskan pembangunan ekonomi daerah
untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang
tinggi. Pembangunan ekonomi daerahmempunyai tujuan utama yaitu meningkatkandan memperluas peluang kerja bagi
masyarakat yang ada di daerah. Untuk
mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerahdan masyarakatnya harus bersama-sama
mengambil inisiatif memanfaatkanseluruh potensi yang ada secara optimal dalammembangun daerah untuk kesejahteraan
masyarakat.
Menurut Tambunan (2001:37), walaupun
bukan suatu indikator yang bagus,
kesejahteraan masyarakat, dilihat dari aspekekonominya, dapat diukur dengan tingkatpendapatan per kapita. Lebih lanjut Tambunan
(2001:38) mengatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan prosesnya
berkelanjutan merupakan kondisi utama bagikelangsungan pembangunan ekonomi. Karenapenduduk bertambah terus dan berarti
kebutuhan ekonomi juga bertambah terus,
maka dibutuhkan penambahan pendapatansetiap tahun. Hal ini hanya bisa didapat lewat
peningkatan output agregat (barang dan jasa)atau produk domestik bruto (PDB) setiaptahun.
Perubahan struktural adalah aspek yang palingkontroversial dalam pertumbuhan ekonomi.
Perubahan struktural dalam perekonomian
telah mempengaruhi cara orang hidup dalambanyak hal. Mungkin yang paling nyataperubahan gaya hidup telah meningkat tajam
dalam proporsi penduduk yang tinggal di
daerah perkotaan (Berg, 2005:14). Pasinetti(1981) dalam Memedovic dan Lelio Iapdre
(2010:4), mengatakan bahwa pertumbuhanekonomi terkait dengan perubahan dalamtransformasi struktural yang berkelanjutan.
Analisis perubahan struktural mengasumsikan
bahwa dinamika ekonomi dapat dipelajari
dengan memfokuskan pada kelompok yangrelatif kecil atau kegiatan yang terdiri darisistem ekonomi dengan membentuk struktur
ekonomi (Silva dan Teixeira, 2008: 273).
Teori perubahan struktural menitikberatkan
pembahasan pada mekanisme transformasiekonomi yang dialami oleh negara sedang
berkembang, yang semula lebih bersifatsubsisten dan menitikberatkan pada sektorpertanian menuju ke struktur perekonomian
yang lebih modern, dan sangat didominasi oleh
sektor industri dan jasa (Todaro, 1998:89).
Dua teori utama yang menggunakanpendekatan perubahan struktural, yaitu teoripembangunan yang dikemukakan oleh Arthur
Lewis dengan teori migrasinya, dan HollisChenery dengan teori transformasi
strukturalnya (Kuncoro, 2006:57).
Teori Lewis ini banyak dikritik karena asumsi-
asumsinya yang menyimpulkan bahwapertumbuhan sektor industri hanya akanmenguntungkan para pengusaha, sementara
pendapatan pekerja relatif tetap, dan baru dapat
mengalami peningkatan jika penawaran tenaga
kerja di daerah perdesaan mengalamipenurunan (Kuncoro, 2006:63).
Kuncoro (2006:65) mengatakan bahwatransformasi struktural hanya akan berjalan
Perubahan Struktur Ekonomi Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Bireuen dan Kota Lhokseumawe | 13
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
dengan baik jika diikuti dengan pemerataan
kesempatan belajar, penurunan laju
pertumbuhan penduduk, dan penurunan derajatdualisme ekonomi antara kota dan desa. Jikahal tersebut dipenuhi maka proses transformasi
struktural akan diikuti oleh peningkatan
pendapatan dan pemerataan pendapatan yangterjadi secara simultan.
Analisis shift-share dapat menjelaskanperubahan suatu variabel regional suatu sektor
di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu
yang dipengaruhi oleh pertumbuhan nasional,bauran industri, dan keunggulan kompetitif
(Avrom, 1991:67). Formula shift-share dapat
menggambarkan pertumbuhan dari suatukegiatan ekonomi, terutama melihat perbedaanpertumbuhan baik dalam skala yang lebih luas
sebagai wilayah referensi maupun skala yang
lebih kecil sebagai wilayah kajian. (Yusuf,1999:219-233).
Analisis shift-share adalah suatu metode yangdapat memberikan gambaran perubahan
struktur produksi regional dalam proses
pertumbuhan ekonomi nasional. Metode iniberangkat dari anggapan dasar bahwa
pertumbuhan ekonomi (D) dipengaruhi oleh
tiga komponen utama, yaitu pengaruhpertumbuhan nasional (national growth
effect=G), pengaruh pertumbuhan sektoral atau
disebut juga pengaruh bauran industri (industry
mix effect=M) dan pengaruh daya saingregional atau disebut juga pengaruh posisi
kompetitif (competitive position effect=C)(Herzog dan Olsen, 1977) (Ahmad, 2001:15).
Perubahan politik sejak era reformasi telah
menciptakan peluang-peluang baru untukterciptanya kehidupan sosial ekonomi
masyarakat yang lebih baik. Hal ini tercermin
dari lahirnya Undang-undang nomor 22 tahun1999 tentang pemerintahan daerah danUndang-undang nomor 25 tahun 1999 tentang
perimbangan keuangan antara pemerintah
pusat dan daerah. Selanjutnya, perundang-undangan tersebut direvisi dengan Undang-
undang nomor 32 tahun 2004 tentangpemerintahan daerah dan Undang-undangnomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.
Di samping itu, lahirnya undang-undang
otonomi khusus bagi daerah-daerah penghasil
sumber daya alam, seperti Aceh dan Papua.Khusus di Aceh telah lahir Undang-undangNomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan
Aceh, di mana pemerintah pusat memberikan
kewenangan yang semakin luas bagi Provinsi
Aceh untuk mengatur rumah tangganyasendiri. Dengan lahirnya undang-undangotonomi khusus tersebut diharapkan semakin
meningkatnya pelayanan publik di Aceh.
Dampak dari diberlakukannya Undang-undang
otonomi khusus tersebut adalah Provinsi Aceh
memiliki wewenang dan tanggungjawab yanglebih luas untuk mengatur, mengelola dan
mengembangkan potensi ekonomi di daerah
secara mandiri, sehingga ketimpangandistribusi pendapatan antar kabupaten/kota
dapat diperkecil secara bertahab. Di era
desentralisasi ini daerah memiliki wewenangdan memikul tanggungjawab yang besar yangharus diimbangi dengan sumber pendapatan
daerah yang memadai agar sejumlah urusan
yang dibebankan dapat dilaksanakan denganbaik. Dengan demikian diharapkan pelayanan
publik semakin maksimal, sehingga dapatmeningkatkan kemakmuran dan kesejahteraanbagi masyarakat.
Provinsi Aceh yang terdiri dari 23kabupaten/kota, yang di antaranya termasuk
Kabupaten Aceh Utara, Kota Lhokseumawe
dan kabupaten Bireuen. Kota Lhokseumawedan kabupaten Bireuen merupakan daerah
pemekaran dari kabupaten induk yaitu
Kabupaten Aceh Utara. Kabupaten Aceh Utara
merupakan salah satu daerah daerahpenyumbang utama kekayaan alam bagi
pemerintah pusat dan Provinsi Aceh.
Kota Lhokseumawe dibentuk berdasarkan
Undang-undang No. 2 tahun 2001 tentang
Pembentukan Kota Lhokseumawe. SedangkanKabupaten Bireuen dibentuk berdasarkan
Undang-undang No. 48 tahun 1999 tentang
Pembentukan Kabupaten Bireuen danKabupaten Simeulu.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas,maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui sektor-sektor basis ekonomi yang
memiliki keunggulan kompetitif di Kabupaten
Aceh Utara, Kabupaten Bireuen dan KotaLhokseumawe.
METODE PENELITIAN
Ruang Lingkup PenelitianRuang lingkup penelitian ini adalah di bidang
ekonomi regional dengan pembahasan
mengenai perubahan struktur ekonomi regional
14 | Martahadi
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
di Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Bireuen
dan Kota Lhokseumawe yang diindikasikan
dengan pergeseran posisi keunggulankompetitif dan spesialisasi daerah selamaperiode 2002-2008 yang diperbandingkan
dengan Kabupaten Induk (integrasi dari tiga
kabupaten/kota tersebut) sebagai wilayahreferensi. Objek yang diteliti dilihat dengan
menggunakan data PDRB dengan migasmenurut lapangan usaha atas dasar hargakonstan tahun 2000.
Sumber dan Jenis DataDalam penelitian ini menggunakan data timeseries mengenai PDRB dengan migas menurutlapangan usaha atas dasar harga konstan tahun
2000 Kabupaten Aceh Utara, KabupatenBireuen dan Kota Lhokseumawe selama enam
tahun terakhir. Data tersebut diperoleh dari
publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) ProvinsiAceh, BPS Kabupaten Aceh Utara, BPSKabupaten Bireuen dan BPS Kota
Lhokseumawe dan sumber-sumber lainnya
yang berhubungan dengan penelitian ini.
Model AnalisisUntuk menghitung pergeseran struktur
ekonomi Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten
Bireuen dan Kota Lhokseumawemenggunakan analisis Shift-Share Estaban-
Marquillas (E-M) (Ahmad, 2001:17) yaitu:
Dij = Qij rn + Qij (rij – rin) + hQij.(rij – rin)
+ (Qij – hQij) . (rij – rin) ….…… (1)
Dij = Gij+ Mij + hCij + Aij…………… (2)
Dimana:
Dij : Perubahan PDRB di sektor i padakabupaten j
Qij : PDRB di sektor i kabupaten j pada
tahun dasar analisis
hQij : PDRB di sektor i kabupaten j padatahun akhir analisis
rij : laju pertumbuhan sektor i di
kabupaten j
rin : laju pertumbuhan sektor i di tingkatkabupaten induk
rn : laju pertumbuhan ekonomi kabupaten
induk
Gij : Pengaruh pertumbuhan ekonomireferensi
Mij : Pergeseran proporsionalhCij : Keunggulan atau ketidakunggulan
kompetitif sektor i di wilayah j bila
komponen homothetic peubah Q
tumbuh LQ=1
Aij : Pengaruh alokasi untuk sektor i dikabupaten j
Dari hasil analisis dapat diketahui posisisektor-sektor pada masing-masing kabupaten.
Terdapat dua tipe yang spesifik dari perubahan
tanda yang dihasilkan terhadap komponenpengaruh alokasi, yaitu:
Perubahan dari kode 1 kepada kode 2, jika:
(rij – rin) < 0 ; (Qij – hQij) > 0 ; (Q*ij –
hQ*ij) < 0 …………….. (3)
Perubahan dari kode 3 kepada kode 4, jika:
(rij – rin) > 0 ; (Qij – hQij) < 0 ; (Q*ij –
hQ*ij) > 0 …………….. (4)
Perubahan dari negatif ke positif dalam keduaformula dari pengaruh alokasi (allocation
effect) berarti adanya perubahan strukturaldalam kondisi yang sesuai dengan spesialisasidan keunggulan kompetitif suatu daerah.
Menurut Olsen dan Herzog (Ahmad, 2001:18)
perubahan tanda dari pengaruh alokasimemiliki empat kemungkinan. Kemungkinan-kemungkinan pengaruh alokasi disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Kemungkinan Posisi Pengaruh Alokasi
Kode Definisi
Pengaruh
AlokasiSpesialisasi
Keunggulan
Kompetitif
Aij (Qij-hQij) (rij - rin)
1 Ketidakunggulan kompetitif dan
berspesialisasi
- + -
2 Ketidakunggulan kompetitif dan tidak
berspesialisasi
+ - -
3 Keunggulan kompetitif dan tidak
berspesialisasi
- - +
4 Keunggulan kompetitif dan berspesialisasi + + +
Sumber: Ahmad (2001)
Perubahan Struktur Ekonomi Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Bireuen dan Kota Lhokseumawe | 15
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Shift-Share E-M Kabupaten Aceh
UtaraPerubahan struktur ekonomi Kabupaten Aceh
Utara yang dibandingkan dengan KabupatenInduk dianalisis dengan menggunakan metode
shift-share E-M. Berdasarkan Tabel 2, dariempat kemungkinan efek alokasi dapatdiamati, bahwa pada akhir periode di
Kabupaten Aceh Utara terdapat dua sektor
yang berspesialisasi dan memiliki keunggulan
kompetitif (kuadran 4), yaitu: sektor pertanian
dan sektor bangunan. Sektor yang memiliki
keunggulan kompetitif tetapi tidakberspesialisasi (kuadran 3) adalah sektorkeuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan
sektor jasa-jasa. Selanjutnya, sektor yang tidak
berspesialisasi dan tidak kompetitif terdiri dari(kuadran 2): sektor industri pengolahan, sektor
listrik, gas, dan air bersih, sektor perdagangan,hotel dan restoran dan sektor angkutan dankomunikasi. Kemudian sektor yang tidak
memiliki keunggulan kompetitif namun
berspesialisasi (kuadran 1), yakni: sektor
pertambangan dan penggalian.
Tabel 2. Perubahan Pengaruh Alokasi Sektor-sektor Ekonomi dalam Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten Aceh Utara
LAPANGAN USAHA
KOMPONEN KUADRAN
Pengaruh
Alokasi
Spesialisasi
Tahun Dasar
Keunggula
n
Kompetitif
Spesialisasi
Tahun
Terminal 2002 2008
(Aij) (Qij - hQ ij) rij - rin (Q*ij - hQ*ij)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Pertanian (27,285.50) (361,222.81) 0.08 54,743.85 3 4
2. Pertambangan dan Penggalian (11,419.65) 4,243,510.57 (0.00) 1,847,316.28 1 1
3. Industri Pengolahan 420,064.72 (3,039,417.31) (0.14) (1,339,372.56) 2 2
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 411.78 (2,864.28) (0.14) (2,456.00) 2 2
5. Bangunan 3,596.31 18,825.62 0.19 68,510.10 4 4
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 55,292.41 (627,928.99) (0.09) (510,708.72) 2 2
7. Angkutan dan Komunikasi 9,685.02 (101,525.93) (0.10) (37,074.94) 2 2
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (55,961.06) (18,660.10) 3.00 (3,708.80) 3 3
9. Jasa-jasa (55,400.11) (110,716.77) 0.50 (77,249.20) 3 3
Sumber: BPS, (Hasil Analisis Shift-Share E-M)
Jika dilihat berdasarkan sub sektor, makaterdapat sembilan sektor yang berada dalam
keunggulan kompetitif dan berspesialisasi(kuadran 4), yakni: sub sektor kehutanan, subsektor perikanan, sub sektor pertambangan
migas, sub sektor air bersih, sub sektor
bangunan, sub sektor angkutan udara, sub
sektor jasa penunjang angkutan, sub sektorbank dan sub sektor Jasa perorangan danrumah tangga.
Sub sektor yang berada dalam keunggulankompetitif tetapi tidak berspesialisasi (kuadran
3) adalah: sub sektor tanaman bahan makanan,
sub sektor sewa bangunan, sub sektor jasaperusahaan dan sub sektor pemerintahan
umum. Sub sektor yang masuk dalam kuadran
1 (tidak memiliki keunggulan kompetitif danberspesialisasi) yaitu: sub sektor tanaman
perkebunan, sub sektor makanan, minuman,
dan tembakau, sub sektor jasa sosialmasyarakat dan sub sektor jasa hiburan dan
kebudayaan.
Selama kurun waktu 2002-2008, hanya sektorpertanian yang mengalami pergeseran. Namun
secara sub sektor terdapat 6 (enam) sub sektoryang mengalami pergeseran yaitu: sub sektorkehutanan, sub sektor perikanan, sub sektor air
bersih, sub sektor bank, sub sektor jasa
penunjang angkutan dan sub sektor jasa
perorangan dan rumah tangga.
Sektor pertanian merupakan satu-satunya
sektor yang mengalami pergeseran darimemiliki keunggulan kompetitif namun tidak
berspesialisasi (kuadran 3) menjadi memiliki
keunggulan kompetitif dan berspesialisasi(kuadran 4). Sedangkan pada tingkat subsektor terdapat 6 (enam) sektor yang
mengalami pergeseran posisi dari dari kuadran
3 menjadi kuadran 4, yaitu: sub sektorkehutanan, sub sektor perikanan, sub sektor air
bersih, sub sektor bank, sub sektor jasa
penunjang angkutan dan sub sektor jasaperorangan dan rumah tangga.
16 | Martahadi
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
Analisis Shift-Share E-M Kota Lhokseumawe
Perubahan pengaruh alokasi sektor-sektorEkonomi dalam Pertumbuhan Ekonomi Kota
Lhokseumawe selama periode 2002-2008dapat damati pada Tabel 3. Terdapat 3 (tiga)
sektor yang memiliki keunggulan kompetitifdan berspesialisasi (kuadran 4), yakni: sektor
industri pengolahan, sektor bangunan, dan
sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Sektor yang berada dalam keunggulan
kompetitif dan tidak berspesialisasi (kuadran
3) yaitu: sektor keuangan, persewaan dan jasaperusahaan. Selanjutnya sektor yang tidakmemiliki keunggulan kompetitif dan tidak
berspesialisasi (kuadran 2) adalah sektor
pertanian, sektor listrik, gas dan air bersih,sektor jasa-jasa.
Tabel 3. Perubahan Pengaruh Alokasi Sektor-sektor Ekonomi dalam Pertumbuhan Ekonomi KotaLhokseumawe
LAPANGAN USAHA
KOMPONEN KUADRAN
Pengaruh AlokasiSpesialisasi
Tahun Dasar
Keunggu-
lan
Kompetitif
Spesialisasi
Tahun
Terminal 2002 2008
(Aij) (Qij - hQij) rij - rin (Q*ij - hQ*ij)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Pertanian 18,183.61 (264,399.19) (0.07) (549,065.62) 2 2
2. Pertambangan dan Penggalian (3,415,846.13) (3,436,374.88) 0.99 (1,320,070.08) 3 3
3. Industri Pengolahan 31,065.10 3,348,821.91 0.01 1,792,866.05 4 4
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 289.44 (546.55) (0.53) (3,327.78) 2 2
5. Bangunan 0.00 84,791.28 0.00 92,771.91 4 4
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,217.47 225,770.22 0.03 139,878.46 4 4
7. Angkutan dan Komunikasi 321.79 8,174.14 0.04 (41,276.09) 4 3
8. Keuangan, Persewaan dan JasaPerusahaan
(2,396.98) (1,768.94) 1.36 (7,655.98) 3 3
9. Jasa-jasa (32,769.54) 35,532.01 (0.92) (104,120.88) 1 2
Sumber: BPS, (Hasil Analisis Shift-Share E-M)
Berdasarkan sub sektor, terdapat 5 (lima) sub
sektor yang berada pada posisi keunggulankompetitif dan berspesialisasi (kuadran 4).
Kelima sub sektor itu adalah sub sektor gas
alam cair, sub sektor perdagangan, sub sektorhotel, dan sub sektor angkutan laut, sub sektor
jasa perusahaan. Sub sektor yang berada dalam
keunggulan kompetitif dan tidakberspesialisasi (kuadran 3) adalah sub sektormakanan, minuman dan tembakau, sub sektor
barang lainnya, sub sektor bank, sub sektor
sewa bangunan, sub sektor jasa sosialmasyarakat, dan sub sektor jasa hiburan dan
kebudayaan.
Selanjutnya yang tidak memiliki keunggulan
kompetitif dan tidak berspesialisasi (kuadran
2) adalah sektor pertanian, sektor listrik, gas
dan air bersih, sektor jasa-jasa. Sedangkanpada tingkat sub sektor terdiri dari sub sektortanaman bahan makanan, sub sektor tanaman
perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektorkehutanan, sub sektor perikanan, sub sektor
penggalian, sub sektor listrik, sub sektor
restoran, sub sektor jasa penunjang angkutan,
dan sub sektor pemerintahan umum.
Di Kota Lhokseumawe tidak terdapat sektor
yang berada dalam posisi ketidakunggulankompetitif dan berspesialisasi (kuadran 1).
Namun demikian terdapat beberapa sub sektor
yang berada dalam posisi tersebut, yaitu: subsektor air bersih, sub sektor lembaga keuanganbukan bank dan sub sektor jasa perorangan dan
rumah tangga. Selama periode observasi hanya
satu sektor ekonomi yang mengalami perge-seran, yaitu sektor jasa-jasa yang bergeser dari
posisi tidak kompetitif dan berspesialisasi(kuadran 1) menjadi tidak kompetitif dan tidakberspesialisasi (kuadran 2).
Analisis Shift-Share E-M Kabupaten Bireuen
Perubahan struktur ekonomi Kabupaten
Bireuen yang dibandingkan dengan KabupatenInduk terhadap perubahan struktur ekonomi
Kota Lhokseumawe selama kurun waktu 2002-
2008 disajikan dalam Tabel 4. Dari efekalokasi, spesialisasi dan posisi kompetitif
Perubahan Struktur Ekonomi Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Bireuen dan Kota Lhokseumawe | 17
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Bireuen
pada akhir periode observasi terdapat 5 (lima)
sektor yang berspesialisasi dan memilikikeunggulan kompetitif (kuadran 4), yaitu:sektor listrik, gas dan air bersih, sektor
bangunan, sektor perdagangan, hotel dan
restoran, sektor angkutan dan komunikasi,sektor jasa-jasa. Sedangkan sub sektor yang
berada dalam posisi tersebut sebanyak 13 (tigabelas) sub sektor, yaitu: sub sektor tanamanperkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor
penggalian, sub sektor listrik, sub sektor air
bersih, sub sektor perdagangan, sub sektor
hotel, sub sektor restoran, sub sektor angkutan
jalan raya, sub sektor komunikasi, sub sektor
lembaga keuangan bukan bank, sub sektor dansub sektor pemerintahan umum. Di KabupatenBireuen tidak terdapat sektor yang berada
dalam posisi keunggulan kompetitif tetapi
tidak berspesialisasi (kuadran 3). Namun, padatingkat sub sektor terdapat 5 (lima) sub sektor
yang berada pada posisi tersebut, yakni: subsektor makanan, minuman, dan tembakau, subsektor bank, sub sektor jasa sosial masyarakat,
sub sektor jasa hiburan dan kebudayaan dan
sub sektor jasa perorangan dan rumah tangga.
Tabel 4. Perubahan Pengaruh Alokasi Sektor-sektor Ekonomi dalam Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten Bireuen
LAPANGAN USAHA
KOMPONEN KUADRAN
Pengaruh
Alokasi
Spesialisasi
Tahun Dasar
Keunggula
n
Kompetitif
Spesialisasi
Tahun
Terminal 2002 2008
(Aij) (Qij - hQij) rij - rin(Q*ij -
hQ*ij)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Pertanian (42,533.41) 608,188.26 (0.07) 443,994.45 1 1
2. Pertambangan dan Penggalian (1,292,941.72) (924,557.69) 1.40(608,019.37
)3 3
3. Industri Pengolahan (254,816.78) (357,014.27) 0.71(523,729.37
)3 3
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,219.51 3,327.77 0.37 5,451.79 4 4
5. Bangunan 6,702.12 99,779.92 0.07 117,807.02 4 4
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,116.94 389,204.37 0.02 329,964.95 4 4
7. Angkutan dan Komunikasi 11,366.98 88,912.53 0.13 65,066.85 4 4
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (41,021.31) 20,020.45 (2.05) 7,828.28 1 1
9. Jasa-jasa 43,838.03 72,138.66 0.61 161,635.39 4 4
Sumber: BPS, (Hasil Analisis Shift-Share E-M)
Selanjutnya, sektor yang tidak berada dalamposisi keunggulan kompetitif tetapi
berspesialisasi adalah sektor pertanian dan
sektor keuangan, persewaan dan jasaperusahaan.
Di samping itu, juga terdapat 5 (lima) subsektor yang berada pada posisi yang sama (sub
sektor tanaman bahan makanan, sub sektor
kehutanan, sub sektor perikanan, sub sektor
jasa penunjang angkutan, dan sub sektor sewabangunan.
Secara umum sektor ekonomi KabupatenBireuen belum mengalami pergeseran posisi
dari efek alokasi, tetapi pada tingkat sub sektor
terjadi pergeseran efek alokasi pada sub sektorjasa perusahaan dari posisi tidak memiliki
keunggulan kompetitif dan berspesialisasi(kuadran 1) menjadi tidak memiliki
keunggulan kompetitif dan tidakberspesialisasi (kuadran 2).
KESIMPULAN
Perubahan struktur ekonomi Kabupaten AcehUtara dalam kurun waktu 2002-2008memperlihatkan bahwa sektor pertanian
merupakan satu-satunya sektor yang
mengalami pergeseran (memiliki keunggulankompetitif namun tidak berspesialisasi menjadi
memiliki keunggulan kompetitif danberspesialisasi). Sedangkan pada tingkat sub
sektor terdapat 6 (enam) sub sektor yangmengalami pergeseran posisi yang sama (sub
sektor kehutanan, sub sektor perikanan, sub
sektor air bersih, sub sektor bank, sub sektorjasa penunjang angkutan dan sub sektor jasa
perorangan dan rumah tangga). Kondisi inidipengaruhi oleh efek positif pengaruh alokasi,efek positif spesialisasi dan efek positif
keunggulan kompetitif.
Secara umum perekonomian di KotaLhokseumawe tidak mengalami perubahan
18 | Martahadi
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
struktural, hanya sektor jasa-jasa yang
mengalami pergeseran posisi (dari posisi tidak
kompetitif dan berspesialisasi menjadi tidakkompetitif dan tidak berspesialisasi). Artinya,kondisi ini dipengaruhi oleh efek positif
pengaruh alokasi, efek negatif spesialisasi dan
efek negatif keunggulan kompetitif.
Perekonomian Kabupaten Bireuen pada akhirperiode observasi juga tidak mengalamipergeseran posisi dari efek alokasi, tetapi pada
tingkat sub sektor terjadi pergeseran efek
alokasi pada sub sektor jasa perusahaan dari
posisi tidak memiliki keunggulan kompetitifdan berspesialisasi menjadi tidak memilikikeunggulan kompetitif dan tidak
berspesialisasi. Artinya, kondisi inidipengaruhi oleh efek positif pengaruh alokasi,
efek negatif spesialisasi dan efek negatif
keunggulan kompetitif.
REFERENSI
Ahmad, Djakfar. 2001. “Pergeseran Posisi
Kompetitif dan Spesialisasi dalam
Perubahan Struktur Produksi RegionalAceh”. Mon Mata, No.43 h. 13-26
Avrom, Bendavid-Val. 1991. Regional andLocal Economic Analysis for
Practitioners. Fourth Edition. Wesport,
Connecticut: Praeger.
BPS. 2006. Produk Domestik Regional BrutoKabupaten Aceh Utara Tahun 2000-2004. BPS dan Bappeda Kabupaten
Aceh Utara.
-------------------. 2009. Produk Domestik
Regional Bruto Kabupaten Aceh Utara
Tahun 2000-2007. BPS dan BappedaKabupaten Aceh Utara.
BPS. 2008. Produk Domestik Regional Bruto(Menurut Lapangan Usaha) 2002-2006.
BPS dan Bappeda Kabupaten Bireuen.
-------------------. 2009. Produk Domestik
Regional Bruto (Menurut LapanganUsaha) 2003-2007. BPS dan BappedaKabupaten Bireuen.
BPS. 2006. Produk Domestik Regional Brutodan Analisis Indikator Ekonomi Kota
Lhokseumawe Tahun 2000-2004. BPS
dan Bappeda Kota Lhokseumawe.
-------------------. 2010. Produk Domestik
Regional Bruto dan Analisis Indikator
Ekonomi Kota Lhokseumawe Tahun2005-2008. BPS dan Bappeda KotaLhokseumawe
Dornbusch dan Stanley Fischer. 1997.
Ekonomi Makro. Edisi Kelima. Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta.
Dornbusch, dkk. 2004. Makroekonomi. EdisiBahasa Indonesia. Jakarta: Media
Global Edukasi.
Kuncoro, Mudrajad. 2006. EkonomiPembangunan: Teori, Masalah danKebijakan. Edisi Keempat. Yogyakarta:
Penerbit UUP STIM YKPN.
Memedovic, O dan Lelio Iapdre. 2010.“Structural Change in the WorldEconomy: Main Features and Trends”.
UNIDO, Research and Statistics
Branch, Working Paper No. 24/2009.
Silva E. G. and A.C. Teixeira. 2008.“Surveying structural change: Seminal
contributions and a bibliometricaccount.” Structural Change and
Economic Dynamics, No 19.
Sjafrizal. 1997. Pertumbuhan Ekonomi danKetimpangan Regional Wilayah
Indonesia Bagian Barat. Prisma, III(3):35-36.
Tambunan, Tulus T.H. 2001. PerekonomianIndonesia: Teori dan Temuan Empiris.
Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.
Todaro, Michael P. 1997. Economic
Development. Sixth Edition. London and
New York: Longman.
------------------. 1998. Pembangunan Ekonomi
di Dunia Ketiga. Edisi Keenam Jilid 1.Jakarta: Erlangga.
Berg, Hendrik Van Den. 2005. EconomicGrowth and Development. International
Edition. New York: McGraw-Hill/Irwin.
Yusuf, Maulana. 1999. “Model Rasio
Pertumbuhan (MRP) sebagai salah satu
alat Analisis Alternatif DalamPerencanaan Wilayah dan Kota,
Aplikasi Modal: Wilayah Bangka
Balitung”. EKI, Volume XLVII (2):219-
233.
Jurnal Serambi Ekonomi & Bisnis│Vol. 1 No. 1 (2014): 19 – 26 ISSN 2354-970X
* Korespondensi Pengarang:Fakultas Teknik Universitas Serambi Mekkah
Jl. Tengku Imum Lueng Bata, Bathoh, Banda AcehE-mail: [email protected]
OPTIMASI PENGOLAHAN LIMBAH PLASTIK DENGAN SIMULASI DAN ANALISIS
KELAYAKAN INVESTASINYA DI KOTA LHOKSEUMAWE
Syaifuddin YanaFakultas Teknik Universitas Serambi Mekkah
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis optimasi dan kelayakan pengolahan
limbah plastik menjadi produk plastik cacahan (chips) dengan menggunakan mesin
grinding sederhana sehingga diperoleh hasil olahan yang bernilai ekonomis. Riset ini jugaingin melihat bagaimana kemungkinan peluang yang dilakukan oleh industri kecil untuk
tetap eksis dalam melakukan kegiatan mereka dalam perubahan fluktuasi harga dan
permintaan terhadap limbah plastik setelah masa krisis. Kajian pengolahan limbah plastikini dilakukan di Kota Lhokseumawe Provinsi Aceh. Penelitian ini menggunakan model
maksimasi keuntungan berdasarkan asumsi dengan menggunakan simulasi dari rencana
pengolahan limbah plastik dalam kurun waktu setahun dengan mempertimbangkanmengikuti harga yang berlaku dipasar dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir.Disamping itu, untuk menilai kelayakan pengolahan limbah plastik yaitu dengan
menggunakan parameter investasi seperti Benefit Cost Ratio (BCR), Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP) dan Profitabilitas Index (PI).Hasil dari pengolahan data yang diperoleh menunjukkan bahwa optimalisasi pengolahan
limbah plastik menjadi plastik cacah berdasarkan simulasi dari 3 (tiga) variabel simulasi
yaitu X1, X2 dan X3 yaitu pada kondisi dimana i = 18% dimana X1 = 100% dan X2 danX3 = 0%, dengan keuntungan yang diperoleh yaitu sebesar Rp 127.604.565.
Kata Kunci : Optimasi, simulasi pengolahan limbah plastik, parameter investasi, benefit
cost ratio, net present value, internal rate of return, payback period danprofitabilitas index, mesin grinding.
PENDAHULUAN
Industri pengolahan sampah atau limbahplastik yang berada di sekitar kita saat ini
adalah suatu kegiatan yang sudah banyak
dilakukan oleh kelompok usaha kecil untukmenghasilkan suatu income yang bernilai
ekonomi bagi si pelaku usaha tersebut. Industri
pengolahan limbah plastik tergolong kepada
salah satu industri pengolahan yang sangatsederhana, namun dapat meningkatkan taraf
hidup masyarakat kelompok kecil yangmencari nafkah melalui limbah plastik atauplastik bekas. Disamping itu juga, kegiatan ini
dapat menciptakan nilai tambah dan dapat
menciptakan lapangan kerja yang berantaidimulai dari kelompok terkecil yaitu
pemulung, pengumpul dan agen sampaikesentra industri pengolahan baik pengolahan
sederhana sampai kepada industri pengolahanplastik jadi yang bernilai ekonomi tinggi.
Kondisi tersebut di atas menjadi sangat kontras
ketika sebagian besar masyarakat kita
menganggap bahwa limbah atau sampahplastik dewasa ini menjadi permasalahan atau
momok bagi masyarakat, dimana
keberadaannya jika tidak dapat ditanggulangidengan metode yang benar dan komprehensif
maka dapat menyebabkan berbagai
permasalahan seperti yang paling sederhana
yaitu tersumbatnya selokan yang dapatmenyebabkan banjir, menimbulkan berbagai
macam penyakit dan dapat menyebabkankerusakan nyata terhadap lingkungan sepertipencemaran di darat, pada air dan udara
seperti: CO2 (karbon dioksida), NO
(nitrogenmonoksida), S2 (gas belerang),amoniak, dan lainnya. Pencemaran ini tentunya
sangat berbahaya bagi kehidupan manusia danmahluk hidup secara keseluruhan.
Berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang
20 | Syaifuddin Yana
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
Pengelolaan Lingkungan Hidup; pada Bab III
Hak, Kewajiban, Dan Peran Masyarakat; Pasal
6.1: Setiap orang berkewajiban memeliharakelestarian fungsi lingkungan hidup sertamencegah dan menanggulangi pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup.
Selanjutnya Pasal 7.1: Masyarakat mempunyai
kesempatan yang sama dan seluas luasnyauntuk berperan dalam pengelolaan lingkunganhidup. Berdasarkan Undang-undang tertera di
atas jelas bahwa baik individu maupun
masyarakat wajib untuk menjaga kelestarian
lingkungan hidup yang dapat berdampak luaskepada masyarakat apabila diabaikan dan tidakmenjadi perhatian bersama dalam
penanggulangan terhadap dampak lingkungan.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 18
tahun 2008 Tentang Pengolahan Sampah; BabII Asas dan Tujuan; pasal 3 berbunyi:Pengelolaan sampah diselenggarakan
berdasarkan asas tanggung jawab, asas
berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan,asas kesadaran, asas kebersamaan, asas
keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai
ekonomi. Dan pasal 4 berbunyi: Pengelolaansampah bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan
serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.
Pada saat ini, hampir sebagian besar baik
sampah non plastik dan juga termasuk plastik,baik itu bahan baku limbah plastik dan jugaproduk setengah jadi seperti plastik cacahan
mengalir ke Medan yang disebabkan dengan
ketidak hadirannya atau ketidakadaan industripengolahan limbah plastik menjadi suatu
produk plastik jadi di daerah Aceh.
Keterbatasan industri yang ada saat ini adalahpengolahan limbah plastik menjadi plastikcacah (chips) yang di olah dengan
menggunakan mesin grinding sederhana.
Jumlah industri pengolahan limbah plastik
dengan menggunakan mesin grinding tersebutjuga jumlahnya masih sangat sedikit jikadibandingkan dengan kuantitas jumlah limbah
plastik yang ada di seluruh kabupaten/kota
yang ada di Aceh saat ini.
Sedangkan gambaran kebutuhan akan plastikbaik harian maupun tahunan di beberapa
industri pengolahan limbah plastik di KotaMedan Sumatra Utara adalah dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 1. Jumlah Produksi Plastik oleh
Beberapa Industri Plastik di
Medan Tahun 2008
Nama PabrikJumlah
(kg/hari)
Jumlah
(kg/bulan)
Jumlah
(kg/tahun)
Duta Plastik 14.000 350.000 4.200.000Maju Plastik 2.000 50.000 600.000
Sabang Plastik 16.000 400.000 4.800.000Jakarta Plastik 20.000 500.000 6.000.000
Golgon 30.000 750.000 9.000.000Makmur Plastik 2.000 50.000 600.000Dunia Plastik 13.000 325.000 3.900.000
Pentaco Plastik 9.000 225.000 2.700.000
Jumlah Total 106.000 2.650.000 31.800.000
Sumber: Data Survey oleh Palapa Plastic Recycledi Beberapa Industri Plastik Recycle di
Medan (Diolah)
Berdasarkan gambaran Tabel 1 di atas,besarnya jumlah kebutuhan limbah plastik di
kawasan industri pengolahan limbah plastik di
Medan menunjukkan potensi permintaan pasarindustri yang relatif besar, menurut lembaga
Palapa Plastic Recycle trend permintaan
limbah plastik cenderung meningkat pada
tahun-tahun berikutnya. Beberapa alasanmengapa banyak limbah plastik yang berasal
dari Aceh mengalir ke Medan (Sumatra Utara)dan sekitarnya diantaranya adalah karena hargajual yang ditawarkan oleh industri Medan
tersebut relatif lebih baik harganya
dibandingkan dengan di Aceh.
Dengan berubahnya waktu, tahun demi tahundan perbaikan ekonomi secara menyeluruh,
perubahan iklim usaha limbah plastik danpengolahannya masih sangat diharapkan oleh
pelaku usaha limbah plastik pada tahun
mendatang. Untuk penyelesaian permasalahandi atas, dapat dilakukan beberapa pendekatan
pemecahan permasalahan yaitu denganestimasi sumberdaya, analisis fungsi produksi,optimasi produksi dan analisis kelayakan
usaha.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihatkelayakan usaha industri pengolahan limbahplastik menjadi plastik cacahan (plastik chips)
di Kota Lhokseumawe dan mendapatkan hasilyang optimal dari pengolahan industri limbah
plastik ini.
METODE PENELITIAN
Sumber informasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah menggunakan data
Optimalisasi Pengolahan Limbah Plastik dengan Simulasi dan Analisis Kelayakan Investasinya | 21
ISSN: 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
sekunder. Data sekunder tersebut didapat dari
hasil survey oleh lembaga Palapa Plastic
Recycle Foundation (PPRF) terhadap limbahplastik di beberapa wilayah NAD dan industriplastik baik di Aceh maupun di Provinsi
Sumatra Utara, data internal PPRF, Sea
Defend Consultant tahun 2008, BPS, observasiyaitu melihat secara langsung terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan penelitian dan data-datalainnya yang terkait baik yang berada di KotaLhokseumawe, Banda Aceh, NAD, data
nasional dan lainnya. Disamping itu
dikumpulkan informasi kepustakaan dan
referensi-referensi lain yang berkaitan denganmasalah yang akan diteliti dan dapatmenunjang terlaksananya penelitian.
Metode AnalisisSebagaimana yang telah dijelaskan dalam
konsep teoritis, strategi pengolahan plastikcacahan melalui urutan proses tertentu danproses produksi. Pada bagian analisis akan
dilakukan analisis terhadap faktor-faktor
produksi dan analisa kelayakan usaha
pengolahan limbah plastik yang menghasilkanplastik cacahan. Sedangkan analisis kelayakanusaha menggunakan perhitungan Net B/C
ratio, Net Present Value (NPV), Break Event
Point (BEP) dan Pay back Period (PP).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Net Present Value (NPV)NPVadalah merupakan kriteria yang paling
sederhana dibandingkan kriteria lainnya, NPV= PV Benefit – PV Cost
NPV =( )
Hasil pengolahan data untuk
perhitungan NPV dapat dilihat pada Tabel 2berikut ini
Tabel 2. Tabel Perhitungan Net Present Value (i = 18%)
Tahun PF Ct Bt PF (Ct) PF (Bt) NPV
(1) (2) (3) (4) (5)= (2) (3) (6) = (2) (4) (7) = (6) - (5)
0 1 200.000.000 0 200.000.000 0 -200.000.000
1 0,8475 1.133.424.668 1.245.234.500 960.577.406 1.055.336.239 94.758.833
2 0,7182 1.239.869.884 1.325.742.300 890.474.551 952.148.120 61.673.569
3 0,6086 1.758.404.904 1.793.087.800 1.070.165.225 1.091.273.235 21.108.011
4 0,5158 1.267.150.899 1.247.306.047 653.596.434 643.360.459 -10.235.975
5 0,4371 2.046.048.025 2.148.350.426 894.327.592 939.043.971 44.716.379
NPV(i=18%) =NPVt = 12.020.817
Berdasarkan hasil pengolahan pada NPV pada
tabel 1 di atas, maka NPV diperoleh sebagai
berikut:
NPV = Rp 12.020.817,- (NPV ≥ 0)
Maknanya yaitu usaha industri pengolahan
limbah plastik menjadi plastik cacahan (chips)
di Kota Lhokseumawe yang dilakukan olehPalapa Plastic Recycle Foundation adalahlayak (bermanfaat) untuk dilaksanakan.
Dimana industri pengolahan limbah plastik ini
mengembalikan lebih besar dari socialopportunity cost of capital. Dengan demikian
usaha industri pengolahan limbah plastik
menjadi plastik cacahan oleh Palapa PlasticRecycle adalah dapat diterima.
Benefit Cost Ratio (BCR)Rasio manfaat usaha industri pengolahan
limbah plastik bersih (discount net benefit)dengan discount net cost:
NetBCratio =
∑(B − C )(1 + i)
∑(C − B )
(1 + 1)
Kriteria, jika Net BCR > 1, berarti NPV ≥ 0 maknanya adalah pekerjaan layak untuk
dilaksanakan. Jika Net BCR <1, maknanya
pekerjaan ditolak dimana NPV <0. Lebih
lanjut Suryana (2006: 196), menjabarkandengan formulasi sebagai berikut:
( ) =∑ ( )
∑ ( ); BCR(i) = 1,002574524;
BCR(i) > 1, ini berarti investasi pengolahan
limbah plastik ini layak secara ekonomis.
22 | Syaifuddin Yana
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
Internal Rate of Return (IRR)IRR dari usaha industri pengolahan limbah
plastik adalah tingkat diskonto untuk mencapaiNPV =0 atau PV Benefit =PV Cost. IRR
menggambarkan kemampuan modal untuk
menghasilkan (earning power of capital).
IRR dengan formulasi:
IRR = +( ")
( " − ′)
Tabel 3: Tabel Perhitungan Net Present Value (i = 21%)
Tahun PF Ct Bt PF (Ct) PF (Bt) NPV
(1) (2) (3) (4) (5)= (2) (3) (6) = (2) (4) (7) = (6) - (5)
0 1 200.000.000 0 200.000.000 0 -200.000.000
1 0,8264 1.133.424.668 1.245.234.500 936.662.146 1.029.061.791 92.399.645
2 0,6830 1.239.869.884 1.325.742.300 846.831.131 905.481.991 58.650.860
3 0,5644 1.758.404.904 1.793.087.800 992.443.728 1.012.018.754 19.575.027
4 0,4665 1.267.150.899 1.247.306.047 591.125.894 581.868.271 -9.257.623
5 0,3855 2.046.048.025 2.148.350.426 788.751.514 828.189.089 39.437.576
NPV(i=21%) =NPVt = 805.484
Tabel 4: Tabel Perhitungan Net Present Value (i = 24%)
Tahun PF Ct Bt PF (Ct) PF (Bt) NPV
(1) (2) (3) (4) (5)= (2) (3) (6) = (2) (4) (7) = (6) - (5)
0 1 200.000.000 0 200.000.000 0 -200.000.000
1 0,8065 1.133.424.668 1.245.234.500 914.106.995 1.004.281.624 90.174.630
2 0,6504 1.239.869.884 1.325.742.300 806.411.373 862.262.792 55.851.419
3 0,5245 1.758.404.904 1.793.087.800 922.283.372 940.474.551 18.191.179
4 0,4230 1.267.150.899 1.247.306.047 536.004.830 527.610.458 -8.394.372
5 0,3411 2.046.048.025 2.148.350.426 697.906.981 732.802.330 34.895.349
NPV(i=24%) =NPVt = -9.281.796
NPV(i=18%)= 12.020.817
NPV(i=21%)= 805.484
NPV(i=24%)= - 9.281.796
NPV = 0, terletak antara tingkat suku bunga
21% dan 24%. Selain diantara angka-angkatersebut NPV tidak sama dengan nol.
Dengan menggunakan interpolasi, maka:
i = 21% NPV = 805.484
i = 24% NPV = -9,281,796I R R = 0,2124
Karena pada tingkat suku bunga 21,24% nilaiNPV = 0, maka industri pengolahan limbahplastik ini adalah layak secara ekonomis.
Payback PeriodTotal Investasi modal = Rp 200.000.000. Jadi
pada tahun ke 3 investasi sudah kembali,
industri pengolahan limbah plastik sudah dapatmengembalikan modal usaha dan memperoleh
keuntungan dalam kegiatan usaha tersebut.
Disamping itu juga suatu usaha dapatdikatakan memiliki keuntungan ekonomis
apabila:
= − > 0
= − ( + ) > 0
= = ∑
( + )> 0
= 1,02> 0
Profitability Index (PI)
= ℎ
ℎ PI = 1,0626; PI > 1, Investasi ini layak untukdilaksanakan
Optimasi Pengolahan Limbah PlastikOptimasi pengolahan limbah plastik padabagian ini yaitu dengan menggunakan simulasi
dengan menggunakan tiga variabel yaitu X1,X2 dan X3. Dari tujuh jenis limbah plastik
Optimalisasi Pengolahan Limbah Plastik dengan Simulasi dan Analisis Kelayakan Investasinya | 23
ISSN: 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
yang diproduksi dikelompokkan berdasarkan
menjadi tiga variabel tersebut dengan asumsi
dalam satu variabel memiliki harga jual yangrelatif sama dan pada umumnya dalampengolahan dan penjualan dari setiap plastik
cacah tersebut secara bersamaan. Asumsi
ketiga variabel tersebut yaitu: X1 untuk limbahplastik jenis PP gelas dan HDPE, X2 untuk
limbah plastik jenis PP injeksi dan PE,sedangkan X3 limbah plastik jenis PET, PCdan PS.
Simulasi yang dimaksudkan dalam
pengolahan data ini adalah dengan
menggunakan ketiga variabel tersebut, baiksecara sendiri maupun dengan caramengkombinasikan dengan memberikan porsi
yaitu 100%, 75%, 50% dan 25% dari setiapkombinasinya yaitu X1 terhadap X2 dan X3
dan demikian sebaliknya. Optimasi dari setiap
kombinasi tersebut akan dapat dilihat denganpendekatan indikator NPV (Net PresentValue), BCR (Benefit Cost Ratio), PI
(Profitability Index) dan PP (Payback Period).
Dari percobaan dengan kombinasi pada 3
(tiga) variabel tersebut, maka akan didapatkan
kombinasi yang memberikan optimasi dengan
pendekatan indikator sebagaimana yangtersebut di atas.
Simulasi yang dilakukan ini adalah
mengambil asumsi yaitu produksi untuk tiga
variabel X1, X2 dan X3 selama satu tahundengan input produksi rata-rata sebesar 25.000
kg (25 ton) dari ketiga jenis limbah plastiktersebut. Optimasi yang diperoleh dengankombinasi persentasi dari masing-masing
variabel X1 terhadap X2 dan X3, seterusnya
dan sebaliknya.
Hasil Pengolahan Simulasi Produksi
Limbah Plastik
Perhitungan Kombinasi X1 terhadap X2
dan X3Kombinasi X1 terhadap X2 dan X3 untuk i =
18%, 21%, 24% dan 48%, maka NPV dapatdiperoleh melalui pendekatan matematisdengan hasil akhir perhitungan dapat dilihat
melalui tabel berikut.
Tabel 5: Tabel Perhitungan NPV Pada Kombinasi Variabel X1 Terhadap X2 dan X3 (i = 18%, 21%,
24% dan 48%)
No.Komposisi
Variabel
NPVX2 dan X3
18% 21% 24% 48%
1 X1 (100%) 127,604,565 116,778,103 107,723,921 68,888,277 0%
2 X1 (75%) 122,287,708 111,912,349 103,235,425 66,017,602 25% (50 : 50)
3 X1 (50%) 116,970,851 107,046,594 98,746,928 63,147,271 50% (50 : 50)
4 X1 (25%) 111,653,994 102,180,840 94,258,431 60,276,941 75% (50 : 50)
Kombinasi X1 terhadap X2 dan X3 untuk i =18%, 21%, 24% dan 48%, maka BCR, PI dan
PP dapat diperoleh melalui pendekatan
matematis dengan hasil akhir perhitungandapat dilihat melalui tabel berikut.
Tabel 6: Tabel Perhitungan BCR, PI dan PP Pada Kombinasi Variabel X1 Terhadap X2 dan X3 ( i =
18%, 21%, 24% dan 48%)
No.KomposisiVariabel
BCRPI PP X2 dan X3
18% 21% 24% 48%
1 X1 (100%) 1.1765 1.1765 1.1765 1.1765 1.0521 Bulan ke-7 0%
2 X1 (75%) 1.1830 1.1830 1.1830 1.1830 1.0970 Bulan ke-7 25% (50 : 50)
3 X1 (50%) 1.1908 1.1908 1.1908 1.1908 1.1492 Bulan ke-7 50% (50 : 50)
4 X1 (25%) 1.2000 1.2000 1.2000 1.2000 1.0369 Bulan ke-6 75% (50 : 50)
Perhitungan Kombinasi X2 terhadap X1
dan X3Kombinasi X2 terhadap X1 dan X3 untuk i =18%, 21%, 24% dan 48%, maka NPV dapat
diperoleh melalui pendekatan matematis
dengan hasil akhir yaitu dapat dilihat melalui
tabel berikut.
24 | Syaifuddin Yana
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
Tabel 7. Tabel Perhitungan NPV Pada Kombinasi Variabel X2 Terhadap X1 dan
X3 (i = 18%, 21%, 24% dan 48%)
No. Komposisi VariabelNPV
X1 dan X318% 21% 24% 48%
1 X2 (100%) 113,426,280 103,802,758 95,754,597 61,233,718 0%
2 X2 (75%) 113,426,280 103,802,758 95,754,597 61,233,718 25% (50 : 50)
3 X2 (50%) 113,426,280 103,802,758 95,754,597 61,233,718 50% (50 : 50)
4 X2 (25%) 113,426,280 103,802,758 95,754,597 61,233,718 75% (50 : 50)
Kombinasi X2 terhadap X1 dan X3 untuk i =
18%, 21%, 24% dan 48%, maka BCR, PI danPP dapat diperoleh melalui pendekatan
matematis dengan hasil akhir perhitungan
dapat dilihat melalui tabel berikut.
Tabel 8. Tabel Perhitungan BCR, PI dan PP Pada Kombinasi Variabel X2 Terhadap X1 dan X3 ( i =18%, 21%, 24% dan 48%)
No.Komposisi
Variabel
BCRPI PP X1 dan X3
18% 21% 24% 48%
1 X2 (100%) 1.2051 1.2051 1.2051 1.2051 1.0544 Bulan ke-6 0%
2 X2 (75%) 1.2019 1.2019 1.2019 1.2019 1.0405 Bulan ke-6 25% (50 : 50)
3 X2 (50%) 1.1988 1.1988 1.1988 1.1988 1.0271 Bulan ke-6 50% (50 : 50)
4 X2 (25%) 1.1957 1.0000 1.1957 1.1957 1.0139 Bulan ke-6 75% (50 : 50)
Perhitungan Kombinasi X3 terhadap X1
dan X2Kombinasi X3 terhadap X1 dan X2 untuk i =18%, 21%, 24% dan 48%, maka NPV dapat
diperoleh melalui pendekatan matematis
dengan hasil akhir yaitu dapat dilihat melalui
tabel berikut.
Tabel 9. Tabel Perhitungan NPV Pada Kombinasi Variabel X3 Terhadap X1 danX2 (i = 18%, 21%, 24% dan 48%)
No. Komposisi VariabelNPV
X1 dan X218% 21% 24% 48%
1 X3 (100%) 99,247,995 90,827,413 83,785,272 53,579,503 0%
2 X3 (75%) 104,564,852 95,693,168 88,273,769 56,449,834 25% (50 : 50)
3 X3 (50%) 109,881,709 100,558,922 92,762,266 59,320,164 50% (50 : 50)
4 X3 (25%) 115,198,566 105,424,676 97,250,762 62,190,495 75% (50 : 50)
Kombinasi X3 terhadap X1 dan X2 untuk i =
18%, 21%, 24% dan 48%, maka BCR, PI danPP dapat diperoleh melalui pendekatan
matematis dengan hasil akhir perhitungan
dapat dilihat melalui tabel berikut.
Tabel 10. Tabel Perhitungan BCR, PI dan PP Pada Kombinasi Variabel X3 Terhadap X1 dan X2 ( i =
18%, 21%, 24% dan 48%)
No. Komposisi VariabelBCR
PI PP X1 dan X218% 21% 24% 48%
1 X3 (100%) 1.2188 1.2188 1.2188 1.2188 1.1551 Bulan ke-6 0%
2 X3 (75%) 1.2092 1.2092 1.2092 1.2092 1.0965 Bulan ke-6 25% (50 : 50)
3 X3 (50%) 1.2013 1.2013 1.2013 1.2013 1.0471 Bulan ke-6 50% (50 : 50)
4 X3 (25%) 1.1946 1.1946 1.1946 1.1946 1.0049 Bulan ke-6 75% (50 : 50)
Berdasarkan hasil pengolahan data yang
diperoleh di atas, maka optimasi keuntungan
maksimum yang diperoleh dari simulasi ketiga
variabel X1, X2 dan X3 pada kondisi dimana i
Optimalisasi Pengolahan Limbah Plastik dengan Simulasi dan Analisis Kelayakan Investasinya | 25
ISSN: 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
= 18%, X1 =100%, X2 dan X3 sebesar 0%
dengan keuntungan yang diperoleh yaitu
sebesar Rp127.604.565. Pada kondisi simulasiini, maka parameter investasi lainnya diperolehyaitu BCR = 1.1765, PI = 1,0521 dan PP jatuh
pada bulan ke-7.
Sensitivitas Terhadap HargaDari hasil pengolahan data, pada kondisikeuntungan minimum penjualan yang masih
layak (diperbolehkan) adalah sebagai berikut:
X1 yaitu Rp 5.200 per kg, X2 yaitu Rp 4.000
per kg, dan X3 yaitu Rp 3.300,- per kg. Rata-rata keuntungan penjualan adalah Rp 100 perkg atau dua persen dari harga penjualan
normal. Tabel di bawah, memperlihatkan
perolehan produksi plastik cacah untuk input25 ton per bulan selama setahun dari variabel
X1, X2 dan X3.
Tabel 11: Tabel Perbandingan Pendapatan Terhadap Ketiga Variabel X1, X2 dan X3 (Pendapatan
Pada Harga Normal Terhadap Pendapatan Pada Harga minimum)
Bulan ke- X1_Normal X1_Minimum X2_Normal X2_Minimum X3_Normal X3_Minimum
1 150,000,000 130,000,000 117,500,000 100,000,000 97,500,000 82,500,000
2 151,050,000 130,910,000 118,322,500 100,700,000 98,182,500 83,077,500
3 149,895,000 129,909,000 117,417,750 99,930,000 97,431,750 82,442,250
4 150,120,000 130,104,000 117,594,000 100,080,000 97,578,000 82,566,000
5 150,075,000 130,065,000 117,558,750 100,050,000 97,548,750 82,541,250
6 149,865,000 129,883,000 117,394,250 99,910,000 97,412,250 82,425,750
7 151,125,000 130,975,000 118,381,250 100,750,000 98,231,250 83,118,750
8 150,450,000 130,390,000 117,852,500 100,300,000 97,792,500 82,747,500
9 151,245,000 131,079,000 118,475,250 100,830,000 98,309,250 83,184,750
10 150,825,000 130,715,000 118,146,250 100,550,000 98,036,250 82,953,750
11 151,005,000 130,871,000 118,287,250 100,670,000 98,153,250 83,052,750
12 151,005,000 130,871,000 118,287,250 100,670,000 98,153,250 83,052,750
Sensitivitas Terhadap Kapasitas (Tonase
Limbah Plastik)Produksi limbah plastik dengan input 2
ton, maka rata-rata keuntungan yang diperoleh
oleh ketiga variabel X1, X2 dan X3 per
bulannya adalah sebagai berikut: untukvariabel X1 sebesar Rp 12.044.400 atau 15%,
variabel X2 sebesar Rp 9.434.780 atau 13%,
dan variabel X3 sebesar Rp 7.828.860 atau
12% dari keuntungan pada harga normal.Tabel di bawah memperlihatkan perbandingan
perolehan keuntungan produksi plastik cacah
antara input 25 ton dengan 2 ton per bulan
selama setahun dari ketiga variabel X1, X2 danX3.
Tabel 12: Tabel Perbandingan Perolehan Dari Tiga Variabel X1, X2 dan X3 Pada Kapasitas
Produksi Normal Terhadap Produksi Minimum yang Masih Dibenarkan (25 ton Terhadap 2 ton)
Bulan ke- X1 (25 ton) X1 (2 ton) X2 (25 ton) X2 (2 ton) X3 (25 ton) X3 (2 ton)
1 150,000,000 12,000,000 117,500,000 9,400,000 97,500,000 7,800,000
2 151,050,000 12,084,000 118,322,500 9,465,800 98,182,500 7,854,600
3 149,895,000 11,991,600 117,417,750 9,393,420 97,431,750 7,794,540
4 150,120,000 12,009,600 117,594,000 9,407,520 97,578,000 7,806,240
5 150,075,000 12,006,000 117,558,750 9,404,700 97,548,750 7,803,900
6 149,865,000 11,989,200 117,394,250 9,391,540 97,412,250 7,792,980
7 151,125,000 12,090,000 118,381,250 9,470,500 98,231,250 7,858,500
8 150,450,000 12,036,000 117,852,500 9,428,200 97,792,500 7,823,400
9 151,245,000 12,099,600 118,475,250 9,478,020 98,309,250 7,864,740
10 150,825,000 12,066,000 118,146,250 9,451,700 98,036,250 7,842,900
11 151,005,000 12,080,400 118,287,250 9,462,980 98,153,250 7,852,260
12 151,005,000 12,080,400 118,287,250 9,462,980 98,153,250 7,852,260
26 | Syaifuddin Yana
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
KESIMPULAN
Berdasarkan Analisa Kriteria Investasi/Analisa Biaya Manfaat (Benefit CostAnalysis), maka dapat disimpulkan bahwa
usaha industri pengolahan limbah plastik yang
dijalankan industri kecil seperti lembagaPalapa Plastic Recycle di Kota Lhokseumawe
(dengan pendekatan simulasi yang diperoleh)adalah layak diusahakan, Karena dengantingkat suku bunga 18% setelah 3 tahun (pada
periode tahun perhitungan 2006 – 2009)
keuntungan dapat diperoleh: Net Present Value
(NPV) = Rp 12.020.817, (NPV ≥ 0). Maknanya yaitu usaha industri pengolahanlimbah plastik menjadi plastik cacahan di Kota
Lhokseumawe yang dilakukan oleh PalapaPlastic Recycle Foundation adalah layak
(bermanfaat) untuk dilaksanakan. Benefit Cost
Ration (BCR) = 1,00257. Nilai perhitunganBCR ≥ 1 (1,00257 ≥ 1). Maknanya investasipengolahan limbah plastik oleh Palapa Plastic
Recycle di Kota Lhokseumawe pada periode
2005-2009 adalah layak secara ekonomis.Internal Rate of Return (IRR) = 0,2124 atau
21,24%. IRR yang diperoleh > tingkat bunga
berlaku. Karena pada tingkat suku bunga21,24% nilai NPV = 0, maka industri
pengolahan limbah plastik ini adalah layak
secara ekonomis. Payback Period (PP) = pada
tahun ketiga. Pada tahun ketiga dari usahaindustri pengolahan limbah plastik telah
memperoleh keuntungan sebesar Rp32.365.144. Profitabilitas Index (PI) = 1,0626PI > 1, maka investasi ini layak untuk
dilaksanakan.
Optimasi keuntungan maksimum produksi
limbah plastik Palapa Plastic Recycle di Kota
Lhokseumawe berdasarkan simulasi padaketiga variabel X1, X2 dan X3 yaitu padakondisi dimana i = 18%, X1 = 100%, X2 dan
X3 sebesar 0% dengan keuntungan yang
diperoleh yaitu sebesar Rp127.604.565. Padakondisi simulasi ini, maka parameter investasi
lainnya diperoleh yaitu BCR = 1.1765, PI =
1,0521 dan PP jatuh pada bulan ke-7.
Sensitivitas pada harga minimum untuk input
25 ton, diperoleh pada kondisi keuntunganminimum penjualan yang masih layak
(diperbolehkan) adalah: X1 yaitu Rp 5.200
(biaya produksi Rp 5.100) per kg, X2 yaitu Rp4.000 (biaya produksi Rp 3.900) per kg, danX3 yaitu Rp 3.300 (biaya produksi Rp 3.200)
per kg. Rata-rata keuntungan penjualan adalah
Rp 100 per kg atau dua persen dari harga
penjualan normal. Sensitivitas pada kapasitas
produksi minimum diperoleh pada produksi
limbah plastik dengan input 2 ton. Rata-ratakeuntungan yang diperoleh oleh ketigavariabel X1, X2 dan X3 per bulannya: variabel
X1 sebesar Rp 12.044.400 atau 15%, variabel
X2 sebesar Rp 9.434.780 atau 13%, danvariabel X3 sebesar Rp 7.828.860 atau 12%
dari keuntungan pada harga normal.
Sebaiknya, Pemerintah Aceh memberikan
perhatian terhadap industri pengolahan limbah
plastik ini dengan cara mendukung atau
meningkatkan industri pengolahan limbahplastik ini, khususnya pada kegiatan usahaswasta tidak hanya pada pengolahan sampai
menjadi plastik cacahan (plastic chips), akantetapi lebih jauh lagi yaitu menjadi produk
plastik jadi. Jika pengolahan dari limbah
plastik menjadi produk plastik jadi berada diwilayah Aceh, maka dapat menguntungkanPemerintah Aceh, yaitu melalui penyerapan
tenaga kerja yang relatif besar, pendapatan
pemerintah daerah melalui pajak dankentungan lainnya yang dapat diperoleh.
REFERENSI
Harahap, Sofyan Safri. 2001. Budgeting
Peranggaran Perencanaan Lengkap,Untuk Membantu Manajemen. Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada.
Jakarta Post 29 September 2009 Selasa 13.15wib, Plastics Makers Expect Zero
Growth in Sales.
Kadariah L, Karlina, Clive G. 1999. Pengantar
Evaluasi Proyek. Jakarta: LembagaPenerbit Ekonomi UniversitasIndonesia.
Suryana. 2006. Kewirausahaan. PedomanPraktis: Kiat dan Proses MenujuSukses. Bandung: Salemba Empat.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor18 Tahun 2008, Tentang Pengelolaan
Sampah, Bab II Asas dan Tujuan; pasal3 dan 4.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup; Bab III Hak,Kewajiban, dan Peran Masyarakat;
pasal 6.1 dan 7.1.
Optimalisasi Pengolahan Limbah Plastik dengan Simulasi dan Analisis Kelayakan Investasinya | 27
ISSN: 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
Jurnal Serambi Ekonomi & Bisnis│Vol. 1 No. 1 (2014): 27 – 34 ISSN 2354-970X
* Korespondensi Pengarang:
Laboratorium Pendidikan Biologi Universitas Serambi MekkahJl. Tengku Imum Lueng Bata, Bathoh, Banda AcehE-mail: [email protected]
PEMANFAATAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU DENGAN MENGGUNAKAN
ACETOBAKTER XYLINUMMENJADI NATA DE SOYA DAN MASA INKUBASI
TERHADAP KARAKTERISTIK NATA
Armi
Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Serambi Mekkah
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pemanfaatan limbah cair industri tahu dengan
menggunakan Acetobakter xylinum dapat dijadikan nata de soya dan pengaruh ketinggian
media dalam loyang serta masa inkubasinya. produk yang lebih bermanfaat merupakanalternatif terbaik yang dapat ditawarkan kepada pengusaha tahu dan masyarakat. Cairanlimbah pembuatan tahu biasanya dibuang dan menjadi bahan pencemar lingkungan baik
pada tanah, kolam disekitar pabrik tahu, dan sungai tempat membuang limbah cairtersebut. Air limbah masih mengandung beberapa bahan organik, salah satunya adalah
protein dari kedelai. Pada pembuatan nata jumlah cairan media akan mempengaruhi hasil
nata, demikian juga waktu inkubasi media akan mempengaruhi ketebalan nata. Metodepercobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan 3 taraf.Faktor ketinggian media cairan terdiri atas 1, 1/2, 2/3 dari tinggi wadah inkubasi. Sedang
faktor inkubasi terdiri atas 8, 10 dan 12 hari. Pengamatan dilakukan terhadap nata de soya
yang dihasilkan meliputi: ketebalan dan uji organoleptik (kekenyalan dan warna). Hasilpercobaan menunjukkan nata de soya paling tebal (10,8 mm) dihasilkan pada perlakuan
ketinggian cairan 2/3 dan waktu inkubasi 12 hari. Untuk kekenyalan juga pada interaksi
perlakuan yang sama. Sedangkan warna nata pada penelitian ini hanya pada masainkubasi yang berpengaruh nyata, sedangkan ketinggian medianya tidak berpengaruh.
Kata Kunci: Limbah tahu, inkubasi, nata de soya
PENDAHULUAN
Tahu merupakan makanan sumber protein
yang sangat populer di masyarakat. Bahan
baku pembuatan tahu adalah kedelai.Komponen terpenting dari tahu yang
menentukan kualitas tahu adalah protein. Tahu
merupakan salah satu makanan tradisionalyang populer. Selain rasanya enak, harganyamurah dan nilai gizinya pun tinggi. Bahan
makanan ini diolah dari kacang kedelai.
Meskipun berharga murah dan bentuknyasederhana, ternyata tahu mempunyai mutu
yang istimewa dilihat dari segi gizi. Hasil studi
menunjukkan bahwa tahu kaya proteinbermutu tinggi, tinggi sifat komplementasi
proteinnya, ideal untuk makanan diet, rendah
kandungan lemak jenuh dan bebas kolesterol,kaya mineral dan vitamin (Koswara, 2006).
Industri pembuatan tahu tersebar dimasyarakat. Proses pembuatan tahu yang
dilakukan industri masyarakat sangatsederhana. Pada proses pembuatan tahudidapat hasil samping berupa limbah padat
(ampas tahu) dan limbah cair (whey tahu). Air
limbah tahu merupakan masalah utama yangmengganggu kesehatan lingkungan, khususnya
pada musim kemarau. Air limbah tahu
adalah air sisa penggumpalan tahu (whey tofu)yang dihasilkan selama proses pembuatantahu (Lestari, 1994).
Nata merupakan jenis makanan yang diperolehdari hasil fermentasi oleh bakteri Acetobacter
xylinum. Makanan ini berbentuk padat, putih,
kenyal,dan transparan. Produksi ini biasanyadijual dalam kemasan plastik. Kandungan
terbesarnya adalah air, karena itu produk ini
dipakai sebagi sumber makanan rendah kaloriuntuk program diet. Selain itu nata juga
mengandung serat yang sangat diperlukan oleh
tubuh. Pembuatan nata pada prinsipnya adalahpembentukan selulosa sintesis melalui
28 | Armi
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
fermentasi gula oleh bakteri Acetobacter
xylinum. Untuk hidup, semua organisme
membutuhkan sumber energi, yang diperolehdari metabolisme bahan pangan tempatorganisme hidup di dalamnya.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan olehNadiyah (2002), menunjukkan bahwa
bakteri Acetobacter xylinum memilikikemampuan mengubah karbohidrat bekatulmenjadi selulosa. Bakteri Acetobacter
xylinum yang difermentasikan di dalam
medium dengan suasana asam (pH 4) dan
kadar gula yang tinggi akan membentuk nata(Anonim, 2002).
Limbah cair industri tahu yang akan dijadikansampel adalah limbah cair yang di peroleh dari
home industri tahu produksi M. Nasir Jln. Tgk
Lampoh bungoeng Banda Aceh. Berdasarkanobservasi pada home industri tahu tersebutsetiap harinya mengolah 100 kg kedelai untuk
dijadikan tahu. Untuk mengolah 100 kg
kedelai akan menghasilkan limbah cairsebanyak 150 - 430 liter dengan nilai
Biochemical Oxygen Demand (BOD) 2.800 –
4.300 mg/l, Total Suspended Solid (TSS) 615 –629 mg/l, PH 3,4 – 3,8 dan Dissolved Oxygen
(DO) 1,5 – 2,2 mg/l (Musanif dan sulaeman,
2009).
Limbah cair yang dihasilkan dari pengolahan
tahu tersebut dibuang bebas kesungai tanpaada pengolahan sebelumnya. Limbah cair tahumengandung bahan organik yang tinggi, jika
terurai akan menimbulkan bau busuk sehingga
akan mengurangi nilai estestika lingkungan.Untuk mengurangi kuantitas air limbah tahu
yang dibuang bebas keperairan, maka upaya
peningkatan nilai ekonomis air limbah tahumenjadi produk nata de soya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pemanfaatan limbah cair industri tahu denganmenggunakan Acetobakter xylinum dapat
dijadikan nata de soya, dan untuk mengetahuipengaruh ketinggian media dan masa inkubasiterhadap karakteristik nata de soya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di LaboratoriumSMK-SMTI Kecamatan Kuta Alam BandaAceh.
Alat dan Bahan PenelitianAlat dan bahan yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain:a. Alat
1. Alat untuk Penyiapan Biakan
Murni:Alat pensteril, Tabung reaksi,
kapas, Jarum ose, Kotak inokulasi,
Lampu spritus, Gelas piala, Kompor,Kotak inkubasi, Lemari pendingin(kulkas), Timbangan, pH meter.
(Solechan, 2013)2. Pembuatan Starter: Botol bermulut
lebar, Kertas koran, Ruang inkubasi,
Wadah perebus media, Timbangan, pHmeter.
b. Bahan
Bahan baku yang digunakan dalampercobaan ini adalah whey tahu (segar)
yang diperoleh dari home industri tahu
produksi M. Nasir Jln.Tgk LampohBungoeng, bathoh Banda Aceh. Sebagai
bahan pelengkap meliputi: gula pasir,
asam cuka glasial, (NH4)2SO4, serta cairan
starter (bibit) yang mengandung biakanAcetobacter xylinum yang diperoleh dari
SMK-SMTI Negeri Banda Aceh.
Rancangan Percobaan PenelitianPenelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) faktorial, dengan faktor Aadalah ketinggian cairan media dan faktor B
adalah waktu inkubasi. Faktor ketinggian
cairan media (A) sebanyak 3 taraf yaitu 1, 1/2dan 2/3 wadah (loyang) untuk inkubasi.Sedang taraf waktu inkubasi (B) terdiri atas 3
taraf, yaitu 8, 10 dan 12 hari.
Sehingga diperoleh 9 kombinasi perlakuan
dengan 2 kali ulangan sehingga menjadi 18unit percobaan. Adapun susunan kombinasiperlakuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu dengan menggunakan Acetobakter Xylinum menjadi Nata De Soya | 29
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
Tabel 1 Susunan Kombinasi Perlakuan
Jenis bahan
baku (J) Ulangan
Massa inkubasi
(B)
Ketinggian media
(A)
A1=1
loyang
A2=1/2
loyang
A3=2/3
loyang
J
I B1=8 Hari B1A1 B1A2 B1A3II B1A1 B1A2 B1A3I B2=10 Hari B2A1 B2A2 B2A3II B2A1 B2A2 B2A3I B3= 12 Hari B3A1 B3A2 B3A3II B3A1 B3A2 B3A3
Ket: J= Limbah Air Tahu
B1= 8 hari A1= 1 loyang I= Loyang ke- 1
B2= 10 hari A2= 1/2 loyang II= Loyang ke- 2
B3= 12 hari A3= 2/3 loyang
Model matematika untuk melihat variasi
respon pada rancangan acak lengkap faktorian
yang digunakan adalah:Yijk = µ + Ai + Bj + (AB)i j + Σk(ij)
Dimana:Yijk = Hasil pengamatan observasi ke-k
yang terjadi karena pengaruh taraf
ke-i faktor ketinggian media (A)
dan taraf ke-j faktor inkubasi (B).µ = Nilai tengah atau pengaruh rata-rata
yang sebenarnyaAi = pengaruh faktor A pada taraf ke-i
Bj = pengaruh faktor B pada taraf ke-j(AB)ij = pengaruh interaksi antara faktor A
taraf ke-i dan faktor B taraf ke-j
Σk(ij) = pengaruh dari taraf ke-k dalamkombinasi perlakuan Σ.
Apabila terdapat pengaruh yang nyata antaraperlakuan maka akan diteruskan dengan uji
lanjut Beda Nyata BNJα = qα (v) x√
Keterangan:
qα : nilai baku pada taraf uji α dan derajat bebas galat v
KT : kuadrat tengah galat baku derajatdevisiasi
R : jumlah ulangan
Prosedur Penelitian1. Pembuatan biakan murni (Solechan, 2013,
yang dimodifikasi)
2. Pembuatan starter :a) Air tahu disaring sebanyak 500 ml,
untuk satuan unit percobaan.b) Ditambahkan gula pasir sebanyak 250
gram, dan ZA sebanyak 50 gram
kedalamnya, untuk setiap unit
percobaan.
c) Lalu dipanaskan pada suhu 100ºC
selama 30 menit sambil diaduk hingga
larut.d) Didalam keadaan panas, media
dituangkan kedalam botol kaca yang
telah disterilkan dan ditutup dengankertas koran.
e) Setelah media dingin, ditambahkan 50
ml suspense Acetobakter xylinum
kedalam masing-masing botol kaca.f) Kemudian difermentasikan pada suhu
kamar selama 4-7 hari sampai terlihatpadatan memutih.
Pembuatan Nata De Soya1. Air tahu disaring sebanyak 15 liter.
2. Larutan yang sudah tersedia dipanaskanpada suhu 100ºC selama 15 menit sambildiaduk hingga larut.
3. Ditambahkan gula sebanyak 1500 gramdan ZA 75 gram , dan ditambahkan asam
asetat CH3COO 75 ml.
4. Dalam keadaan mendidih media
dituangkan ke dalam wadah fermentasiyang telah disterilkan sesuai dengan
perlakuan tinggi cairan media yaitu (1
loyang, 1/2 loyang, dan 2/3 loyang).5. Setelah media dingin, ditambahkan cairan
starter (Axetobacter xylinum) sebanyak
200 ml ke dalam wadah, lalu ditutupkembali.
6. Media yang telah mengandung
Acetobacter xylinum kemudian diinkubasi
selama 8, 10 dan 12 hari.7. Nata yang terbentuk kemudian dipanen
dan dilakukan pengamatan terhadap sifatfisiknya.
Diagram Alir Pembuatan Starter Air kelapa/
Air Tahu (Solechan, 2013. Yang
dimodifikasikan).
30 | Armi
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Nata De Soya
Disaring sebanyak 5 liter Ampas
Dipanaskan
Dituangkan dan didinginkanselama 5 jam
Media yang sudah dingin
Ditutup dan diikat
Difermentasi
Starter
Acetobacter
xylinum 50 mL
Ditambahkan gula 500 gAmonium sulfat (ZA) 100 g
Asam cuka glasial
T = 100 0C
T = 15
Air tahu 5 liter
Air tahu 15 liter
Disaring sebanyak 15 liter Ampas
Dipanaskan
Dituangkan ke dalam loyang(1, 1/2, 2/3 loyang) dandidinginkan selama 12 jam
Media yang sudah dingin
Ditutup dan diikat
Difermentasi
Nata de Soya
Acetobacter
xylinum 200 mL
Ditambahkan gula 1500 gAmonium sulfat (ZA) 75 g
Asam Cuka glasial secukupnya
Analisis :1. Ketebalan2. Uji Organoleptik (warna
dan kekenyalan)
Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu dengan menggunakan Acetobakter Xylinum menjadi Nata De Soya | 31
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
Analisis Data
Parameter yang dianalisis meliputi,ketebalan, masa inkubasi dan organoleptik(warna dan kekenyalan). Proseduranalisisnya seperti dibawah ini:
1. Analisis Ketebalan Nata De Soya(mm).
2. Analisis Masa Inkubasi Nata De Soya
• Masa Inkubasi 8 hari (ketebalan,warna, dan kekenyalan)
• Masa Inkubasi 10 hari (ketebalan,warna, dan kekenyalan)
• Masa Inkubasi 12 hari (ketebalan,warna, dan kekenyalan)
3. Uji organoleptikUji organoleptik yang dilakukan padaproduk berupa nata de soya adalah ujihedonik. Uji hedonik merupakan ujiberdasarkan atas tingkat kesukaankonsumen terhadap warna dankekenyalan. Pengujian dilakukan oleh20 siswa sebagai pinalis semi terlatih.Tingkat kesukaan terhadap warna natade soya menggunakan 3 skala skoryaitu putih 3 skor, putih keabu-abuan 2skor dan putih kekuningan 1skor,
sedangkan untuk tingkat kesukaanterhadap kekenyalan nata adalah
dengan cara di makan, jika kenyalmaka diberi nilai skonya 2 dan jika
tidak kenyal maka diberi skornya 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ketebalan Nata De Soya
Ketebalan nata bisa digunakan sebagaiacuan dari sempurnanya proses fermentasioleh starter (Acetobacter xylinum) yangmenentukan kualitas nata de soya yangdihasilkan. Ketebalan nata diukur denganmenggunakan jangka sorong.
Dari hasil penelitian ketebalan nata de soya
dapat ditunjukkan pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2 Data Analisis ketebalan Nata de Soya
PerlakuanUlangan
TotalRata-rataI II
A1B1 5 mm 5.7 mm 10.7 5.35A1B2 5.9 mm 6.2 mm 12.1 6.05A1B3 6.5 mm 6.9 mm 13.4 6.7A2B1 6 mm 6.2 mm 12.2 6.1A2B2 7.3 mm 7.2 mm 14.5 7.25A2B3 7.8 mm 8 mm 15.8 7.9A3B1 8.1 mm 8 mm 16.1 8.05A3B2 9.6 mm 9.4 mm 19 9.5A3B3 10.8 mm 10.9 mm 21.7 10.85
Total 67 68.5 135.5 7.53
Tabel 2 Hasil analisis nata de soyamenunjukkan bahwa ketebalan nata yangdiperoleh berkisar antara 5-10.9 mm denganrata-rata 7.53 mm.
Analisis varian (ANAVA) terhadap ketebalannata de soya dapat disajikan pada tabel 4.2sebagai berikut.
Tabel 3. Uji Anava terhadap Ketinggian Mediadan Masa Inkubasi terhadapKetebalan Nata De Soya.
Sidik
KeragamanJK Db KT F-hitung
F-tabel
5% 1%
Perlakuan 50.131 8 6.266 113.92 3.23 5.47
A 37.141 2 18.571 375.58 4.26 8.02
B 11.848 2 5.924 119.809 4.26 8.02
Galat 0.445 8 0.05
Total 50.576 17
Keterangan:Db: Derajat bebasJk: jumlah kuadrat
KT: Kuadrat Tengah
Berdasarkan analisis varian ketebalan natamenunjukkan bahwa ketinggian media danmasa inkubasi berpengaruh nyata terhadapketebalan nata de soya yang terbentuk, dimanaF hitung perlakuan > F tabel yaitu F hitung113.92 dan F tabel 3.23, sedangkan padaketinggian media F tabel > F hitung yaitu375.58 dan F tabel 4.26 dan masa inkubasijuga F hitung > F tabel yaitu 119.809 dan Ftabel 4.26 Hal ini karena jumlah media padawadah lebih banyak sehingga jumlah bakteripembentuk nata dan sumber makanan untukpertumbuhan juga lebih banyak. Dari Tabel 3,tampak bahwa semakin lama waktu inkubasi,nata yang terbentuk semakin tebal. Hal inidapat diterima karena, dengan waktu inkubasi
32 | Armi
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
yang lebih lama, pembentukan lapisan nataoleh bakteri masih berlangsung.
Karena terdapat perbedaan yang nyataterhadap ketebalan nata di setiap perlakuan,maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur(BNJ), sebagai berikut:
2
049,06,5)9;9(%5 ⋅==
Ulangan
KTGqBNJ
88,01572,06,5%5 =⋅=BNJ
Tabel 2. Hasil Uji Lanjut Interaksi denganBNJ 5%
Perlakuan A1 A2 A3
B1 5,35a 6,1ab 8,05c
B2 6,05ab 7,25bc 9,5d
B3 6,7b 7,9c 10,85e
Uji Organoleptik Nata De SoyaNilai organoleptik merupakan faktor yangpenting untuk menguji penerimaankonsumen terhadap produk makanan. Ujiorganoleptik yang dilakukan adalah ujihedonik atau uji kesukaan. Penilaian ujiorganoleptik yang dilakukan terhadap natade soya meliputi uji hedonik terhadapwarna, dan kekenyalan. Pengujian
dilakukan oleh 20 siswa SMK-SMTI KutaAlam Banda Aceh untuk warna nata
menggunakan 3 skala (skor 1= PutihKekuningan, skor 2= Putih keabu-abuan,
skor 3=Putih bening). Sedangkan untukkekenyalan dilakukan dengan cara digigit
natanya, kekenyalan nata menggunakan 2skala (1= tidak kenyal, 2= kenyal).
KESIMPULAN
Ketinggian media dan waktu inkubasi sertainteraksi keduanya berpengaruh nyataterhadap ketebalan nata de soya yangterbentuk. Nilai nata de soya paling tebaldiperoleh pada ketinggian media 2/3 daritinggi wadah dan waktu inkubasi 12 hari(10,9 mm) serta interaksi keduanya 10,85mm. Masa inkubasi berpengaruh nyata
terhadap warna nata de soya yang
terbentuk, tetapi tidak dipengaruhi secaranyata oleh ketinggian medianya, nata desoya paling bagus warnanya padaketinggian media 2/3 dengan masainkubasi 10 hari (putih bening).
Masa inkubasi dan ketinggian medianyaberpengaruh tidak nyata terhadapkekenyalan nata de soya yang terbentuk.Kekenyalan yang di sukai yaitu A2B3dengan masa inkubasi 12 hari dan
ketinggian medianya 1/2 Loyang. Nata desoya pada masa inkubasi lebih baik
disimpan pada keadaan gelap atau tidakterkena cahaya matahari langsung, jika
ditempat gelap maka pertumbuhan bakteriakan lebih cepat berlangsung. Pada masa
inkubasi nata de soya sedang berlangsungmaka nata tidak boleh ada sentuhan karena
akan mengganggu proses pertumbuhannata. Diharapkan bagi masyarakat agardapat mengembangkan produksi nata,selain dapat mengurangi pencemaranlingkungan juga dapat menghasilkan nilaiekonomis.
REFERENSI
Anonim. 2011. Pengaruh Jenis BahanBaku Konsentrasi Gula dan ZA
dalam Perbanyakan Starter NataTerhadap Kualitas Nata De Soya.
Skripsi. Fakultas Pertanian,Universitas Syiah Kuala.
Anonim, 2011. Nata De soya. http://warintek.progression.or.id./by.rans
[10 maret 2013]
Darsono. 2007. Pemanfaatan Air LimbahIndustri Tahu. http://www.
teknologi/natadesoya.html [8 maret2013]
Elradhie Nour Ambiya, 2009. ProsesPengolahan Nata De Soya. BeritaPeluang Bisnis Air Limbah TahuMampu Selamatkan Lingkungan.
Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu dengan menggunakan Acetobakter Xylinum menjadi Nata De Soya | 33
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
Emma, S. 2010. Pengaruh Media StarterAntara Air Kelapa Dengan AirNira Aren Terhadap Kualitas NataDe Arenga. Skripsi. FakultasMatematika dan Ilmu Sains,Universitas Sumatra utara.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan.Jakarta: Gramedia.
Hasbunallah, 2001. Teknologi Tepat Guna
Agroindustri Kecil Sumatra Barat.Dewan Ilmu Pengetahuan,
Teknologi dan Industri, SumatraBarat.
Jenie, Betty Sri Laksmi dan Rahayu,
Winalti Pudji. 1993. PenangananLimbah Industri pangan.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Kurniadi, A. D. 1990. Pertumbuhan StarterNata De Coco (acetobacterxylinum) pada Medium Sari Buah.Skripsi Jurusan Teknologi Pangandan Gizi. Fakultas TeknologiPertanian, Bogor.
Lingga, P., dan Marsono. 2005. PetunjukPenggunaan Pupuk. Jakarta:Penebar Swadaya.
Mashudi, 1993. Mempelajari Pengaruh
Penambahan Amonium Sulfat danWaktu Penundaan Bahan Baku Air
Kelapa Terhadap LajuPertumbuhan dan Struktur Gel Nata
De Coco. Skripsi. JurusanTeknologi Pertanian IPB, Bogor.
Nisa, 2002. Pengaruh PenambahanSukrosa dan Asam Asetat GlasialTerhadap Kualitas NataDari WheyTahu dan Subtrat Air Kelapa.Jurnal Industri Nata Whey Tahu,Teknologi Industri Pertanian FTB-UB.
Noffiar, 2009. Pemanfaatan Limbah TahuMenjadi Produk Nata De Soya,Solusi Penanganan Pencemaran
Lingkungan. Skripsi. Fakultas IlmuKesehatan, Pekalongan.
Nurosid, 2008. Pelatihan Pembuatan NataDe Soya dari Limbah Tempe DiDesa Pliken, Kecamatan KembaranBanyumas. Jurnal Ilmiah
Indonesia.
Pembanyun, R. 2002. Teknologi
Pengolahan Nata De coco.
Yogyakarta: Kanasius.
Sadzali, 2010. Pemanfaatan Limbah TahuSebagai Selulosa Mikrobial Untuk
Pembuatan Selulosa Asetat.Proposal Teknologi Kimia. Syiah
Kuala, Banda Aceh
Safriani, 2000. Pemanfaatan Limbah TahuSebagai Selulosa Mikrobial UntukPembuatan Selulosa Asetat.Proposal Teknologi Kimia. SyiahKuala, Banda Aceh
Sarwono, B dan Y.P Saragih. 2001.Membuat Aneka Tahu. Jakarta:Penebar Swadaya.
SNI. 1992. Standarisasi Mutu Nata DalamKemasan. 01 – 281 – 1992.
Saragih, Y.P. 2004. Membuat Nata De
Coco. Jakarta: Puspa Swara.
Soepardi, 1984. Sifat dan Gizi Tanah.Jurusan Tanah. Fakultas
Pertanian IPB, Bogor.
Suryani, A., E. Hambali, dan P.Suryadarma.2005. Membuat AnekaNata. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sutarminingsih, C.L. 2004. Peluang UsahaNata de Coco. Yogyakarta:Kanisius.
Wahyudi, A., E. Hambali dan A.Suryadarma. 2005. Membuat AnekaNata. Jakarta: Penebar Swadaya.
34 | Armi
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
Waluyo Lud, 2004. Mikro Biologi Umum.Universitas Muhammadiyah,Malang.
Warisno.2004. Mudah dan praktis
Membuat Nata De coco.Jakarta: Agromedia Pustaka.
Winarno, F. G. 1992. Pangan Gizi.
Teknologi dan Konsumen. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Jurnal Serambi Ekonomi & Bisnis│Vol. 1 No. 1 (2014): 35 – 40 ISSN 2354-970X
* Korespondensi Pengarang:Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Serambi MekkahJl. Tengku Imum Lueng Bata, Bathoh, Banda AcehE-mail: [email protected]
KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTARA KABUPATEN ACEH TENGAH
DAN KABUPATEN BENER MERIAH
Khairul Aswadi
Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Serambi Mekkah
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketimpangan pendapatan antara KabupatenAceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah dan pergeseran kompetitif sektor-sektorekonomi unggulan. Penelitian ini menggunakan Indeks Williamson dan Analisis Shift-Share Esteban Marquilas. Hasil penelitian selama kurun waktu 2003-2009 menunjukkanbahwa Koefisien Indeks Williamson di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten BenerMeriah baik yang dibandingkan dengan Provinsi Aceh maupun yang dibandingkandengan Kabupaten Induk menunjukkan ketimpangan yang rendah. Hal ini menunjukkanbahwa distribusi pendapatan merata di kabupaten hasil pemekaran Kabupaten AcehTengah. Selanjutnya hasil analisis shift share Kabupaten Aceh Tengah yangdibandingkan dengan Provinsi memperlihatkan bahwa pada akhir periode observasiterdapat dua sektor yang yang berspesialisasi dan memiliki keunggulan kompetitif yaitusektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Sedangkan di Kabupaten Bener Meriah hanyasektor bangunan yang berspesialisasi dan memiliki keunggulan kompetitif. Sedangkanhasil analisis shift share Kabupaten Aceh Tengah yang dibandingkan dengan KabupatenInduk memperlihatkan bahwa pada akhir periode observasi terdapat satu sektor yangberada dalam posisi keunggulan kompetitif tetapi tidak berspesialisasi yaitu sektorpertanian. Sedangkan di Kabupaten Bener Meriah pada akhir periode observasi terdapattiga sektor yang yang berspesialisasi dan memiliki keunggulan kompetitif yaitu sektorindustri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih dan sektor keuangan, persewaan danjasa perusahaan.
Kata Kunci: Ketimpangan pendapatan, index williamson, shift-share esteban marquilas
PENDAHULUAN
Distribusi pendapatan ini tidak hanya padatingkat nasional saja, tetapi juga pada tingkatdaerah. Keberhasilan pembangunan daerahmenjadi landasan yang baik bagi keberhasilanpembangunan nasional. Hal ini karenapembangunan nasional tidak terlepas darikinerja pembangunan daerah. Keberhasilanpembangunan daerah mempunyai korelasiyang cukup erat dengan peningkatan hasilpembangunan nasional.
Pembangunan ekonomi suatu daerah adalahprogram kerja yang harus dilaksanakanberkesinambungan untuk mewujudkanpembangunan ekonomi yang lebih baik.Dengan semakin baiknya perekonomiandaerah maka akan terwujudnya pemerataanpembangunan yang akan berpengaruh dalam
meningkatkan kesejahteraan rakyat.Meningkatnya kesejahteraan rakyat merupakansalah satu indikator terjadinya pertumbuhanekonomi yang semakin baik.
Menurut Arsyad (2002:7) pertumbuhanekonomi diartikan sebagai kenaikan GrossDomestik Produk (GDP) dan Gross NationalProduk (GNP) tanpa memandang kenaikan itulebih besar atau lebih kecil dari tingkatpertumbuhan penduduk, atau terjadi perubahanstruktur ekonomi maupun tidak. Sedangkanmenurut Boediono (1992: 1) pertumbuhanekonoomi merupakan suatu proses kenaikanoutput perkapita dalam jangka panjang.
Ada tiga faktor utama dalam pertumbuhanekonomi setiap negara (Todaro, 2006:118)yaitu (1) Akumulasi modal yang meliputisemua bentuk atau jenis investasi baru yang
36 | Khairul Aswadi
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
ditanamkan pada tanah, peralatan fisik danmodal atau sumber daya manusia; (2)Pertumbuhan penduduk yang beberapa tahunselanjutnya akan memperbanyak jumlahangkatan kerja; dan (3) Kemajuan teknologi.
Dalam pembangunan ekonomi regionalterdapat beberapa teori yang penting, yaitu:teori basis ekspor dan model pertumbuhaninterregional. Kedua teori ini terkait langsungdengan ekonomi regional dan aslidikembangkan dalam ekonomi regional(Tarigan, 2005:47).
Untuk mengukur perubahan struktur ekonomidalam kajian ini menggunakan pendekan shift-share analysis Metode shift-share adalah salahsatu teknik analisis dalam Ilmu EkonomiRegional yang bertujuan untuk mengetahuifaktor-faktor utama yang mempengaruhipertumbuhan ekonomi suatu daerah (Sjafrizal,2009:179).
Metode analisis ini bertitik tolak dari anggapandasar bahwa pertumbuhan ekonomi suatudaerah dipengaruhi oleh tiga komponen utamayang saling berhubungan satu sama lainnya,yakni pertumbuhan ekonomi (national growthcomponent), pertumbuhan sektoral (indus-trialmix component), dan pertumbuhan daya saingwilayah (competitive effect component)(Tambunan, 2001:291).
Sedangkan untuk menentukan tingkatketimpangan pendapatan antar wilayah/regional lazimnya oleh para ahli di bidangekonomi regional biasanya menggunakanIndeks ketimpangan Williamson dan IndeksEntropi Theil, sedangkan Indeks Gini dandistribusi pendapatan menurut Bank Duniabiasanya digunakan dalam mengukur distribusipendapatan perorangann dan antar kelompokmasyarakat (Sjafrizal, 2008:108).
Perubahan tatanan politik sejak terjadinyapenandatanganan MoU Helsinki telah memberiruang bagi pemulihan ekonomi Aceh yangsempat terpuruk akibat perang antaraPemerintah Indonesia dengan GerilyawanGerakan Aceh Merdeka selama hampir 30tahun. Hal ini diwujudkan melalui lahirnyaUndang-undang Nomor 11 tahun 2006 tentangPemerintahan Aceh, di mana pemerintah pusatmemberikan kewenangan yang semakin luasbagi Provinsi Aceh untuk mengatur rumahtangganya sendiri.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuitingkat ketimpangan pendapatan dan untukmengetahui sektor-sektor ekonomi yangmemiliki potensi keunggulan kompetitif untukdikembangkan guna mengurangi ketimpanganpendapatan antara Kabupaten Aceh Tengahdan Kabupaten Bener Meriah.
METODE PENELITIAN
Ruang Lingkup PenelitianRuang lingkup penelitian ini adalah di bidangekonomi pembangunan dan ekonomi regionaldengan pembahasan mengenai ketimpanganpendapatan antara kabupaten Aceh Tengah danKabupaten Bener Meriah. Objek yang ditelitidilihat dengan menggunakan data ProdukDomestik Regional Bruto (PDRB), PendapatanPer Kapita dan jumlah penduduk masing-masing kabupaten yang diukur mulai periode2003-2009.
Sumber dan Jenis DataData yang digunakan di dalam penelitian iniberupa data time series, yaitu data PendapatanPer Kapita, jumlah penduduk dan PDRBmenurut lapangan usaha atas harga konstantahun 2000 Kabupaten Aceh Tengah danKabupaten Bener Meriah selama sembilantahun terakhir yaitu periode 2003-2009. Datatersebut diperoleh dari publikasi Badan PusatStatistik (BPS) Provinsi Aceh, BPS KabupatenAceh Tengah, BPS Kabupaten Bener Meriahdan sumber-sumber lainnya yang berhubungandengan penelitian ini.
Model AnalisisMetode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk melihat tingkat ketimpanganPendapatan antara Kabupaten AcehTengah dan Kabupaten Bener Meriahdigunakan Formula Koefisien Williamson,yaitu (Sjafrizal, 2008 : 108):
Vw =∑ ( )
Keterangan :Vw = Koefisien Williamson, nilai berkisar
antara 0 dan 1Yi = Pendapatan perkapita kabupaten i
Y = Pendapatan perkapita Provinsi Acehfi = Jumlah populasi kabupaten in = Jumlah populasi Provinsi Aceh
Ketimpangan Pendapatan antara Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah | 37
ISSN: 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
Dengan indikator bahwa apabila angka indeksketimpangan Williamson semakin mendekatinol maka menunjukkan ketimpangan yangsemakin kecil dan bila angka indeksmenunjukkan semakin jauh dari nol makamenunjukkan ketimpangan yang semakinmelebar.
b. Analisis Shift-shareUntuk menghitung pergeseran strukturekonomi dan sektor-sektor yang memilikikeunggulan kompetitif dan berspesialisasi diKabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten BenerMeriah meng-gunakan analisis Shift-ShareEstaban-Marquillas (E-M) (Ahmad, 2001:17)yaitu:
Dij = Qij rn + Qij (rij – rin) + hQij(rij – rin) +(Qij – hQij) . (rij – rin) .….…....(3.1)
Dij= Gij+ Mij + hCij + Aij …………(3.2)
Keterangan:Dij : Perubahan PDRB di sektor i pada
kabupaten jQij : PDRB di sektor i kabupaten j pada
tahun dasar analisishQij : PDRB di sektor i kabupaten j pada
tahun akhir analisisrij : Laju pertumbuhan sektor i di kabupaten j
rin : Laju pertumbuhan sektor i di tingkatnasional (Provinsi Aceh)
rn :Laju pertumbuhan ekonomi nasional(Provinsi Aceh)
Gij : Pengaruh pertumbuhan ekonominasioanal/referensi
Mij : Pergeseran proporsionalhCij : Keunggulan atau ketidakunggulan
kompetitif sektor i di wilayah j bilakomponen homothetic peubah Q tumbuhdengan LQ=1
Aij : Pengaruh alokasi untuk sektor i dikabupaten j
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ketimpangan Pendapatan antara
Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten
Bener Meriah
Untuk mengetahui ketimpangan pendapatanantara Kabupaten Aceh Tengah dan KabupatenBener Meriah di Provinsi Aceh digunakanformula Koefisien Williamson, dari hasilpeneliti-an yang dilakukan maka diperolehKoefisien Williamson yang tertera dalamTabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Koefisien Williamson Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah, Periode 2003-2009 di bandingkan dengan Provinsi Aceh
TahunKoefisien Williamson
Aceh Tengah Bener Meriah
2003 0.0136 0.01712004 0.0028 0.0081
2005 0.0030 0.0063
2006 0.0015 0.00202007 0.0088 0.00532008 0.0134 0.00112009 0.0052 0.0002
Rata-rata 0.0069 0.0057
Sumber: BPS (data diolah, 2011)
Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapatdigambarkan bahwa angka KoefisienWilliamson di Kabupaten Aceh Tengahcenderung berfluktuasi sedangkan diKabupaten Bener Meriah memperlihatkankecenderungan menurun. Pada tahun 2003angka Koefisien Williamson untuk KabupatenAceh Tengah adalah sebesar 0.0136,selanjutnya pada tahun 2004 KoefisienWilliamson di Aceh Tengah turun menjadi0.0028, yang dipengaruhi oleh kenaikanpendapatan per kapita sebesar 10.77 persen.
Tahun 2005 Koefisien Williamson di AcehTengah naik menjadi 0.0030 seiring denganbertambahnya jumlah penduduk sebesar 2.39persen. Berikutnya tahun 2006 KoefisienWilliamson di Aceh Tengah kembali turunmenjadi 0.0015 karena meningkatnyapendapatan perkapita sebesar 3.79 persen.Sementara itu pada tahun 2007 dan 2008Koefisien Williamson di Aceh Tengah kembalimemperlihatkan kecenderungan kenaikan,masing-masing sebesar 0.0088 pada tahun2007 dan sebesar 0.0134 pada tahun 2008,
38 | Khairul Aswadi
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
seiring dengan bertambahnya jumlahpenduduk sebesar 4.74 persen pada tahun 2007dan menurunnya tingkat pendapatan per kapitasebesar minus -2.06 persen pada tahun 2008.Pada tahun 2009 sebagai tahun terakhirobservasi Koefisien Williamson di AcehTengah kembali memperlihatkankecenderungan menurun sebesar 0.0052seiring kenaikan pendapatan per kapita sebesar0.79 persen.
Analisis Shift-Share Esteban Marquilas
Kabupaten Aceh TengahPergeseran struktur ekonomi Kabupaten AcehTengah yang dibandingkan dengan strukturekonomi Provinsi Aceh dianalisis denganmenggunakan metode shift-share E-M. Hasilanalisis shihft-share E-M terhadap perubahanstruktur ekonomi Kabupaten Aceh Tengahselama kurun waktu 2003-2009 disajikandalam Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Hasil Analisis Shift-Share E-M Perubahan Pengaruh Alokasi Sektor Ekonomi KabupatenAceh Tengah Dibandingkan dengan Sektor Ekonomi Provinsi Aceh
LAPANGAN USAHA
KOMPONEN KUADRAN
PengaruhAlokasi
SpesialisasiTahunDasar
Keunggulan
Kompetitif
SpesialisasiTahun
Terminal 20032009
(Aij) (Qij - hQij) rij - rin (Q*ij - hQ*ij)
1. Pertanian + + + + 4 4
2. Pertambangan dan Penggalian + - - - 2 2
3. Industri Pengolahan - - + - 3 3
4. Listrik, Gas dan Air Bersih - + - - 1 2
5. Bangunan - + - + 1 1
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran - - + - 3 3
7. Angkutan dan Komunikasi + - - - 2 2
8. Keuangan, Persewaan dan JasaPerusahaan - - + -
3 3
9. Jasa-Jasa - - + + 3 4Sumber: BPS (diolah, 2011)
Berdasarkan Tabel 2 di atas dapatdideskripsikan perubahan pengaruh alokasidari sektor-sektor ekonomi dalampertumbuhan ekonomi Kabupaten AcehTengah selama tahun 2003 dan 2009. JikaAij<0 diikuti oleh (rij-rin)<0 dan (Qij-hQij)>0,berarti sektor i di daerah j berada dalam posisiketidakunggulan kompetitif, namun daerah jberspesialisasi pada sektor tersebut (kuadran1). Hasil analiis pengaruh alokasi di KabupatenAceh Tengah menunjukkan bahwa pada awalperiode terlihat dua sektor berada dalam tipeini yaitu; sektor gas, listrik dan air bersih dansektor bangunan. Pada akhir periode observasihanya satu sektor yang mengalami pergeseranposisi yaitu sektor listrik, gas dan air bersih.Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh alokasikurang menguntungkan, karena daerah j belumberspesialisasi pada sektor i, artinya sektor i didaerah j belum berkembang secara lebihmeluas, walaupun sektor i berada dalam posisikeunggulan kompetitif.
Selanjutnya, jika Aij>0 diikuti oleh rij-rin<0dan Qij-hQij<0, berarti sektor i berada dalamposisi ketidakunggulan kompetitif dan daerah j
tidak berspesialisasi pada sektor i tersebut(kuadran 2). Dalam hal ini pengaruh alokasibertanda positif menunjukkan daerah j sudahlebih rasionil, karena tidak berspesialisasi padasektor yang tidak unggul. Bila sektor-sektorserupa ini lebih dominan di daerah j, makadaerah j cenderung kurang berkembang,walaupun Aij>0. Di Kabupaten Aceh Tengahpada awal periode terdapat dua sektor yangberada dalam tipe ini yaitu sektorpertambangan dan penggalian dan sektorangkutan dan komunikasi, dan hingga akhirperiode observasi sektor tersebut masih belummenunjukkan perubahannya yang cukupberarti.
Jika Aij<0 diikuti oleh (rij-rin)>0 dan (Qij-hQi)<0. Ini menunjukkan bahwa pengaruhalokasi kurang menguntungkan, karena daerahj belum berspesialisasi pada sektor i, artinyasektor i di daerah j belum berkembang secaralebih meluas, walaupun sektor i berada dalamposisi keunggulan kompetitif (kuadran 3). DiKabupaten Aceh Tengah pada awal periodeterdapat empat sektor berada dalam tipe iniyaitu: sektor industri pengolahan, sektor
Ketimpangan Pendapatan antara Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah | 39
ISSN: 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
perdagangan, hotel dan restoran, sektorkeuangan, persewaan dan jasa perusahaan dansektor jasa-jasa dan pada akhir periode hanyatiga sektor yang masih tetap bertahan, yaitusektor industri pengolahan, sektorperdagangan, hotel dan restoran, sektorkeuangan, persewaan dan jasa perusahaan.Jika Aij>0 diikuti oleh rij-rin>0 dan Qij-hQij>0, artinya sektor i berada dalam posisikeunggulan kompetitif serta daerah jberspesialisasi dalam sektor i tersebut (kuadran4). Di Kabupaten Aceh Tengah pada awalperiode terlihat satu sektor yang berada dalamtipe ini, yaitu sektor pertanian. Pada akhir
periode observasi sektor-sektor tersebut tetapberada dalam posisi keunggulan kompetitif.
Analisis Shift Share Esteban Marquilas
Kabupaten Bener Meriah
Perubahan struktur ekonomi Kabupaten BenerMeriah yang dibandingkan dengan ProvinsiAceh dianalisis dengan menggunakan metodeshift-share E-M. Hasil analisis shihft-share E-M terhadap perubahan struktur ekonomiKabupaten Bener Meriah selama kurun waktu2003-2009 disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3 Hasil Analisis Shift Share E-M Perubahan Pengaruh Alokasi Sektor Ekonomi KabupatenBener Meriah Dibandingkan dengan Sektor Ekonomi Provinsi Aceh
LAPANGAN USAHA
KOMPONEN KUADRAN
PengaruhAlokasi
SpesialisasiTahun Dasar
KeunggulanKompetitif
SpesialisasiTahun
Terminal 2003 2009
(Aij) (Qij - hQij) rij - rin (Q*ij - hQ*ij)
1. Pertanian - + - + 1 1
2. Pertambangan dan Penggalian + - - - 2 2
3. Industri Pengolahan - - + - 3 3
4. Listrik, Gas dan Air Bersih - + - + 1 1
5. Bangunan + + + + 4 4
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran - - + - 3 3
7. Angkutan dan Komunikasi + - - - 2 2
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan - - + - 3 3
9. Jasa-Jasa - - + - 3 3
Sumber: BPS, 2011 (diolah)
Berdasarkan Tabel 3 di atas dapatdideskripsikan perubahan pengaruh alokasidari sektor-sektor ekonomi dalampertumbuhan ekonomi Kabupaten BenerMeriah selama tahun 2003 dan 2009. JikaAij<0 diikuti oleh (rij-rin)<0 dan (Qij-hQij)>0,berarti sektor i di daerah j berada dalam posisiketidakunggulan kompetitif, namun daerah jberspesialisasi pada sektor tersebut (kuadran1). Hasil analiis pengaruh alokasi di KabupatenBener Meriah menunjukkan bahwa pada awalperiode terdapat dua sektor berada dalam tipeini yaitu; sektor pertanian, sektor listrik, gasdan air bersih. Sampai dengan akhir periodekedua sektor tersebut masih tetap bertahanberada dalam tipe ini.Selanjutnya, jika Aij>0 diikuti oleh rij-rin<0dan Qij-hQij<0, berarti sektor i berada dalamposisi ketidakunggulan kompetitif dan daerah jtidak berspesialisasi pada sektor i tersebut(kuadran 2). Dalam hal ini pengaruh alokasibertanda positif menunjukkan daerah j sudahlebih rasionil, karena tidak berspesialisasi pada
sektor yang tidak unggul. Bila sektor-selaorserupa ini lebih dominan didaerah j, makadaerah j cenderung kurang berkembang,walaupun Aij>0. Di Kabupaten Bener Meriahpada awal periode terlihat dua sektor yangberada dalam tipe ini yaitu sektorpertambangan dan penggalian dan sektorangkutan dan komunikasi, dan sampai denganakhir periode observasi sektor tersebut masihbelum menunjukkan perubahannya.
Jika Aij<0 diikuti oleh (rij-rin)>0 dan (Qij-hQi)<0. Ini menunjukkan bahwa pengaruhalokasi kurang menguntungkan,karena daerah jbelum berspesialisasi pada sektor i, artinyasektor i di daerah j belum berkembang secaralebih meluas, walaupun sektor i berada dalamposisi keunggulan kompetitif (kuadran 3). DiKabupaten Bener Meriah pada awal periodeterlihat satu sektor berada dalam tipe ini yaitu:sektor industri pengolahan, sektorperdagangan, hotel dan restoran, sektorkeuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan
40 | Khairul Aswadi
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
sektor jasa-jasa. Pada akhir periode keempatsektpr tersebut masih tetap bertahan dalam tipeini.
Jika Aij>0 diikuti oleh rij-rin>0 dan Qij-hQij>0, artinya sektor i berada dalam posisikeunggulan kompetitif serta daerah jberspesialisasi dalam sektor i tersebut. DiKabupaten Bener Meriah pada awal periodeterdapat satu sektor yang berada dalam tipe ini,yaitu sektor bangunan. Pada akhir periodeobservasi sektor tersebut masih tetap beradadalam posisi keunggulan kompetitif.
KESIMPULAN
Koefisien Indeks Williamson di KabupatenAceh Tengah dan Kabupaten BenerMeriah baik yang dibandingkan denganProvinsi Aceh maupun yang dibandingkandengan Kabupaten Induk menunjukkanketimpangan yang rendah. Hal inimenunjukkan bahwa distribusi pendapatandi dua Kabupaten hasil pemekaran dariKabupaten Aceh Tengah itu merata.
Hasil analisis shift share Kabupaten Aceh
Tengah yang dibandingkan denganProvinsi memperlihatkan bahwa pada akhir
periode observasi terdapat dua sektor yangyang berspesialisasi dan memiliki
keunggulan kompetitif yaitu sektorpertanian dan sektor jasa-jasa. Sedangkan
di Kabupaten Bener Meriah hanya sektorbangunan yang berspesialisasi dan
memiliki keunggulan kompetitif.Sedangkan hasil analisis shift shareKabupaten Aceh Tengah yangdibandingkan dengan Kabupaten Indukmemperlihatkan bahwa pada akhir periodeobservasi terdapat satu sektor yang beradadalam posisi keunggulan kompetitif tetapitidak berspesialisasi yaitu sektor pertanian.Sedangkan di Kabupaten Bener Meriahpada akhir periode observasi terdapat tigasektor yang yang berspesialisasi danmemiliki keunggulan kompetitif yaitu
sektor industri pengolahan, sektor listrikgas dan air bersih, sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan.
REFERENSI
Ahmad, Djakfar. 2001. Pergeseran PosisiKompetitif dan Spesialisasi dalamPerubahan Struktur ProduksiRegional Aceh. Mon Mata, No.43h.13-26.
Arsyad, Lincolin. 2002. PengantarPerencanaan PembangunanEkonomi Daerah. Edisi 2,Yogyakarta: BPFE.
Boediono. 1992. Teori Pertumbuhan Ekonomi.Edisi 1. Yogyakarta: BPFE
BPS. 2010. Produk Domestik Regional BrutoKabupaten Aceh Tengah Tahun
2000-2008. BPS dan BappedaKabupaten Aceh Tengah.
BPS. 2010. Produk Domestik Regional BrutoKabupaten Bener Meriah Tahun
2000-2008. BPS dan BappedaKabupaten Bener Meriah.
Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional: Teori danAplikasi. Jakarta: Baduose Madia.
Sjafrizal. 2009. Teknik Praktis PenyusunanPerencanaan Pemerintah Daerah.Jakarta: Baduose Madia.
Sjafrizal. 1997. Pertumbuhan Ekonomi danKetimpangan Regional WilayahIndonesia Bagian Barat. Prisma, III(3):35-36.
Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional:Teori dan Aplikasi. Edisi revisi.Jakarta: Bumi Aksara.
Todaro, M.P. 2006. Pembangunan Ekonomi.Edisi Kesembilan. Jakarta: PenerbitErlangga.
Tambunan, Tulus T.H . 2001. PerekonomianIndonesia: Teori dan Temuan
Empiris. Jakarta: Penerbit GhaliaIndonesia.
Jurnal Serambi Ekonomi & Bisnis│Vol.1 No.1 (2014) 41 – 46 ISSN 2354-970X
* Korespondensi Pengarang:
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Serambi MekkahJl. Tengku Imum Lueng Bata, Bathoh, Banda Aceh
E-mail: [email protected]
PENGARUH KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA
PT. PERTAMINA (PERSERO) UNIT PEMASARAN I CABANG BANDA ACEH
Badaruddin
Program Studi Manajemen Fakultas EkonomiUniversitas Serambi Mekkah
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompensasi terhadap kinerjakaryawan pada PT. Pertamina (persero) Unit Pemasaran I Cabang Banda Aceh baiksecara parsial dan simultan. Responden penelitian sebanyak 54 orang karyawan instansitersebut yang diambil dengan menggunakan metode sensus. Pengumpulan datamenggunakan kuesioner dan selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan peralatanstatistik regresi linier berganda. Penelitian menemukan bahwa kompensasi finansial dankompensasi non finansial berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan pada PT.Pertamina (persero) Unit Pemasaran I Cabang Banda Aceh. Semakin baik kompensasifinansial dan kompensasi non finansial semakin tinggi pula kinerja kerja karyawantersebut. Diantara dua variabel independen tersebut, variabel kompensasi non finansialmemiliki pengaruh paling dominan terhadap kinerja karyawan, kemudian diikuti olehvariabel kompensasi finansial. Hasil penggujian statistik menunjukkan nilai F hitung > Ftabel (18.512>3.183), dan nilai t hitung > t tabel kompensasi finansial sebesar(3.324>2.005) dan kompensai non finansial nilai t hitung>t tabel sebesar (4.502>2.005).Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kompensasi finansial dan kompensasi nonfinansial secara simultan maupun parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerjakaryawan pada PT. Pertamina (persero) Unit Pemasaran I Cabang Banda Aceh. Maka,hipotesis Ha diterima dan sebaliknya hipotesis Ho ditolak. Kesimpulan yang dapatdiambil dari penelitian ini adalah kinerja karyawan pada PT. Pertamina (persero) UnitPemasaran I Cabang Banda Aceh secara nyata dipengaruhi oleh kompensasi finansial dankompensasi non finansial. Karena itu, PT. Pertamina (persero) Unit Pemasaran I CabangBanda Aceh sebaiknya lebih memperhatikan kompensasi yang diberikan kepadakaryawan dan kenyamanan lingkungan kerja perlu ditingkatkan lagi agar kinerjakaryawan dapat meningkat.
Kata Kunci: Kompensasi finansial, kompensasi non finansial, kinerja
PENDAHULUAN
Sumber daya manusia (SDM) merupakan
modal utama dalam menunjangkeberhasilan organisasi apabila dikelola
dengan baik dan pengelolaan tersebutsudah dimulai semenjak mereka akandibutuhkan, diperkerjakan sampai dengandiberhentikan. Sebagaimana diketahuibahwa Manajemen Sumber Daya Manusiamerupakan suatu proses perencanaan,pengorganisasian, pengkoordinasian,pelaksanaan dan pengawasan terhadappengadaan, pengembangan, pemberian
balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaandan pemisahan tenaga kerja dalam rangka
mencapai tujuan organisasi(Mangkunegara, 2005:2).
Bekerja pada suatu perusahaan/organisasi
dengan memperoleh imbalan juga biasanyadidasarkan keyakinan bahwa denganbekerja pada perusahaan/ organisasi ituseseorang akan dapat memuaskan berbagaikebutuhannya, tidak hanya dibidangmaterial, seperti sandang, pangan, papandan kebutuhan kebendaan lainnya, akantetapi juga berbagai kebutuhan lainnya
42 | Badaruddin
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
yang bersifat sosial, prestise, kebutuhanpsikologis dan intelektual (Siagian, 2000).Organisasi pada umumnya percaya bahwauntuk mencapai keunggulan harusmengusahakan kinerja individual yangsetinggi-tingginya, karena pada dasarnyakinerja individu mempengaruhi kinerja timatau kelompok kerja pada akhirnya akanmempengaruhi kinerja organisasi secarakeseluruhan. Kinerja menurutPrawirosentono (Purnomo 2008:71) adalah
hasil kerja yang dapat dicapai olehseseorang atau sekelompok orang dalam
organisasi, sesuai dengan wewenangnyadan tanggung jawabnya masing- masing
untuk mencapai tujuan organisasibersangkutan secara illegal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moraletika.
Menurut Susanto (2003:7) kinerja diartikansebagai hasil karya seorang tenaga kerjaselama periode tertentu dibandingkan denganberbagai kemungkinan, misalnya standar,target/sasaran atau kriteria yang telahditentukan terlebih dahulu dan telah disepakatibersama. Kinerja merupakan sistem yangmemuat pengelolaan kinerja satuan kerjahingga ke individu dalam suatu organisasi atauinstitusi. Proses pengelolaan itu dapatdiintegrasikan dalam sistem BusinessIntelligent untuk tujuan menggambarkanpenyelarasan beban tugas antar bagian danmenilai kinerja setiap bagian dalam mencapaitarget yang ditetapkan untuk setiap tahunberjalan (Nitisemito, 2005:4).
Terpenuhinya kompensasi yang baik tentu sajaakan meningkatkan produktivitas serta kinerjapara karyawan. Sedangkan menurut MarihotTua E.H. (2002) kinerja adalah hasil kerjayang dihasilkan oleh pegawai atau perilakunyata yang ditampilkan sesuai denganperannya di organisasi. Kinerja karyawanmerupakan suatu hal yang sangat pentingdalam usaha organisasi untuk mencapaiusahanya.
Menurut Handoko (1992), yang dimaksuddengan kompensasi adalah segala sesuatu yangditerima oleh karyawan sebagai balas jasauntuk kerja mereka. Kompensasi dapatdiberikan dalam berbagai macam bentuk,seperti: dalam bentuk pemberian uang,
pemberian material dan fasilitas dan dalambentuk pemberian kesempatan berkarir(Singodimedjo, 2000). Menurut Mangkunegara(2005:83) bahwa kompensasi adalah prosesadministrasi upah atau gaji yang melibatkanpertimbangan atau keseimbangan perhitungan.Kompensasi acap kali juga disebutpenghargaan dan dapat didefinisikan sebagaisetiap bentuk penghargaan yang diberikankepada karyawan sebagai balas jasa ataskontribusi yang mereka berikan kepadaorganisasi (Mutiara S.Panggabean, 2002).
Menurut Bejo Siswanto (2003) kmpensasimerupakan istilah luas yang berkaitan denganimbalan- imbalan finansial yang diterima olehorang- orang melalui hubungan kepengawaianmereka dengan organisasi. Menurut Dessler(1997) kompensasi karyawan adalah setiapbentuk pembayaran atau imbalan yangdiberikan kepada karyawan dan timbul daridipekerjakannya karyawan itu. Menurut HaniHandoko (1993) kompensasi adalah segalasesuau yang diterima para karyawan sebagaibalas jasa untuk kerja mereka.
Kinerja karyawan merupakan aspek yangpenting dalam manajemen sumber dayamanusia. Sedarmayanti (2007:18) menyatakanbahwa kinerja merupakan sistem yangdigunakan untuk menilai dan mengetahuiapakah seorang karyawan telah melaksanakanpekerjaannya secara keseluruhan ataumerupakan perpaduan dari hasil kerja (apayang harus dicapai seseorang) dan kompetensi(bagaimana seseorang mencapainya).
Mangkunegara (2005:67) menyatakan kinerjaadalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitasyang dicapai oleh seseorang pengawai dalamkemampuan melaksanakan tugas- tugas sesuaidengan tanggung jawab yang diberikan olehatasan kepadanya.Selain itu, kinerja dapat jugadiartikan sebagai suatu hasil dan usahaseseorang yang dicapai dengan adanyakemampuan dan perbuatan dalam situasitertentu.
Dari pendapat di atas dapat diambilkesimpulan bahwa kinerja merupakan suatusikap optimis yang mengharapkan adanya hasilperbandingan antara output dengan input yanglebih baik di masa yang akan datang, sehinggadituntut keterlibatan semua pihak dalamorganisasi untuk memanfaatkan tenaga dansumber daya secara optimal.
Pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Pertamina (Persero) Cabang Banda Aceh | 43
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
Oleh karena itu, salah satu cara terbaik untukmeningkatkan kapasitas kinerja karyawanadalah dengan menghubungkan kompensasidengan perkembangan karyawan. Jika programkompensasi dirasakan adil dan kompetitif olehpengawai, maka kantor atau perusahaan akanlebih mudah untuk menarikpengawai/karyawan yang potensial,mempertahankannya agar lebih meningkatkankinerjanya, sehingga produktivitasmeningkatkan dan kantor/perusahaan mampumenghasilkan produk dengan harga yangkompetitif. Pada akhirnya, kantor/perusahaanbukan hanya unggul dalam persaingan, namunjuga mampu mempertahankan kelangsunganhidupnya, bahkan mampu meningkatkanprofitabilitas dan mengembangkan usahanya(Triyono Nugroho, 2009).
PT. Pertamina Unit pemasaran 1 CabangBanda Aceh sebagai sebuah cabang pemasaranperusahaan milik negara yang bergerakdibidang usaha minyak dan gas bumi besertakegiatan usaha terkait lainnya baik di dalammaupun luar negeri. PT. Pertamina senantiasaberupaya untuk memberikan yang terbaik sertakontribusi nyata bagi kesejahteraan bangsa dannegara dalam memanfaatkan setiap potensiyang dimiliki Indonesia. Dengan inisiatifdalam memanfaaatkan sumber daya danpotensi yang dimiliki untuk mendapatkansumber energi baru dan disamping bisnisutama yang saat ini dijalankannya, PT.Pertamina bergerak maju dengan mantap untukmewujudkan visi perusahaan, menjadiperusahaan energi nasional kelas dunia.
METODE PENELITIAN
Populasi dan sampelPopulasi dalam penelitian ini adalah seluruhkaryawan kantor PT. Pertamina (persero) unitpemasaran 1 Cabang Banda Aceh denganjumlah keseluruhan populasi sebanyak 54orang berdasarkan golongan atau pangkat.Karena semua populasi dijadikan sampel makapenelitian ini termasuk sensus.
Skala PengukuranVariabel dalam penelitian ini diukur denganmodel skala interval. Data yang diperolehmelalui kuesioner dalam bentuk kualitatifdikomposisikan terlebih dahulu agar menjadidata yang kuantitatif. Adapun nilai kuantitatifdikomposisikan dengan menggunakan skala
likert untuk semua variabel dan untuk satupilihan nilai (skor) dengan jarak interval. Skordari pilihan tersebut menggunakan skala modellikert yang berisi lima pilihan yaitu sepertidalam Tabel 1:
Tabel 1. Skala PengukuranAlternatif Jawaban Singkatan Nilai
Sangat Tidak Puas STP 1Tidak Puas TP 2Kurang Puas KP 3Puas P 4Sangat Puas SP 5
Responden diminta untuk memberikanjawaban sampai seberapa puas atau tidakpuasnya atas sejumlah pertanyaan yangberhubungan dengan pengaruh kompensasiterhadap kinerja karyawan PT. Pertamina(persero) Unit Pemasaran 1 Cabang BandaAceh.
Metode Analisis DataUntuk menjawab permasalahan dalampenelitian ini akan dianalisis denganmenggunakan alat ukur regresi linearberganda. Secara matematis alat ukur regresilinear berganda diformulasikan sebagai berikut(Gujarati, 2001 :24).
Y=a+b1x1+b2x2+eKeterangan:Y = kinerjaa = constantb1 = koefisien regresi kompensasi finansialb2 = koefisien regresi kompensasi non
finansialx1 = kompensasi finansial
x2 = kompensasi non finansiale = error
Untuk mempermudah pengolahan dan analisis,maka dalam penelitian ini digunakan programSPSS. Data yang dikumpulkan dalampenelitian ini merupakan data yang memilikipengukuran ordinal, sedangkan syarat dalamuji regresi linier adalah data sekurang-kurangnya berskala interval, maka untukkeperluan analisis regresi linier data harusdinaikkan skala pengukurannya dari skalaordinal menjadi skala interval.
Analisis Pengaruh Kompensasi Terhadap
Kinerja Karyawan Pada PT. Pertamina
(Persero) Unit Pemasaran I Cabang Banda
Aceh
Untuk melihat kinerja karyawan pada PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I
44 | Badaruddin
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
Cabang Banda Aceh, maka perlumengetahui pengaruh kompensasi terhadapkinerja karyawan pada PT. Pertamina(Persero) Unit Pemasaran I Cabang Banda
Aceh. Hal ini ditunjukkan oleh nilaikoefisien regresi masing-masing variabelseperti terlihat dalam bagian output SPSSberikut.
Tabel 2. Nilai Koefisien Regresi Masing-masing Variabel Independen
Coefficientsa
Model
UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients
t Sig.
CollinearityStatistics
B Std. Error BetaTolerance VIF
1 (Constant) 9.403 5.592 1.681 .099
KompensasiFinansial
.366 .110 .359 3.324 .002 .975 1.026
Kompensasi NonFinansial
1.109 .246 .486 4.502 .000 .975 1.026
a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan
Sumber: Data Primer (Diolah), 2014.
Berdasarkan bagian output SPSS di atas makapersamaan regresi yang memperlihatkankinerja karyawan pada PT. Pertamina (Persero)Unit Pemasaran I Cabang Banda Aceh sebagaifungsi dari kompensasi finansial dankompensasi non finansial dapat diformulasikandalam persamaan berikut:
Y = 9.403+ 0.366X1+ 1.109X2
Dari persamaan regresi diatas dapat diketahuibahwa hasil penelitian sebagai berikut :
Koefisien Regrisi (β)
Konstanta sebesar 9.403 artinya jikakompensasi finansial (X1) dan kompensasinon finansial (X2) dianggap konstan, makabesarnya kinerja karyawan pada PT.Pertamina (Persero) Unit Pemasaran ICabang Banda Aceh adalah sebesar 9.403pada satuan skala. Koefisien regresikompensasi finansial (X1) sebesar 0.366,
artinya bahwa setiap 100% perubahandalam variabel kompensasi finansial, maka
secara relatif akan mempengaruhi kinerjakaryawan pada PT. Pertamina (Persero)Unit Pemasaran I Cabang Banda Acehsebesar 36.6% dengan demikian semakintinggi pengaruh kompensasi finansial akansemakin mempengaruhi kinerja karyawanpada PT. Pertamina (Persero) Unit
Pemasaran I Cabang Banda Aceh.
Koefisien regresi kompensasi non finansial
(X2) sebesar 1.109, artinya bahwa setiap100% perubahan dalam variabel
kompensasi non finasial, maka secararelatif akan mempengaruhi kinerja
karyawan pada PT. Pertamina (Persero)Unit Pemasaran I Cabang Banda Aceh
sebesar 110,9% dengan demikian semakintinggi pengaruh kompensasi non finansial
akan semakin mempengaruhi kinerjakaryawan pada PT. Pertamina (Persero)Unit Pemasaran I Cabang Banda Aceh
Berdasarkan hasil analisis diatas dapatdiketahui bahwa dari kedua variabel yangditeliti, ternyata variabel kompensasi nonfinansial (X2) mempunyai pengaruhdominan terhadap kinerja karyawan padaPT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran ICabang Banda Aceh, dengan nilaikoefisien sebesar 1.109, kemudian diikuti
oleh variabel kompensasi finansial (X1)dengan nilai koefisien sebesar 0.366.
Koefisien Korelasi dan DeterminasiUntuk melihat hubungan dan pengaruh darivariabel bebas terhadap kinerja karyawan padaPT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran ICabang Banda Aceh berdasarkan korelasi dandeterminasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Pertamina (Persero) Cabang Banda Aceh | 45
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
Tabel 3. Nilai Koefisien Korelasi (R) dan Nilai Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model RRSquare
AdjustedR Square
Std. Errorof theEstimate
Change Statistics
Durbin-Watson
R SquareChange
FChange df1 df2
Sig. FChange
1 .649a .421 .398 1.883 .421 18.512 2 51 .000 1.787
a. Predictors: (Constant), Kompensasi Non Finansial, Kompensasi Finansial
b. Dependent Variable: Kinerja Karyawan
Sumber: Data Primer (Diolah), 2014.
Koefisien korelasi (r) sebesar 0.649 yangmenunjukkan bahwa derajat hubungan
(korelasi) antara variabel bebas denganvariabel terikat sebesar 64.9%, artinya
kinerja karyawan pada PT. Pertamina(Persero) Unit Pemasaran I Cabang BandaAceh mempunyai hubungan yang cukuperat dan positif dengan kompensasifinansial (X1) dan kompensasi nonfinansial (X2).
Korelasi determinasi (r2) sebesar 0.421,artinya sebesar 42.1% perubahan-perubahan dalam variabel terikat (kinerja)dapat dijelaskan oleh perubahan-perubahandalam kompensasi finansial (X1) dan
kompensasi non finansial (X2). Sedangkanselebihnya yaitu sebesar 57.9% dijelaskan
oleh variabel lain diluar dari padapenelitian ini, artinya kinerja karyawan
pada PT. Pertamina (Persero) UnitPemasaran I Cabang Banda Aceh masih
banyak dipengaruhi oleh faktor lain darivariabel yang diteliti.
Pembuktian HipotesisHasil pengujian statistik menunjukkan nilai Fhitung sebesar 18.512 Nilai F tabel padatingkat keyakinan 95 persen menunjukkanangka sebesar 3,183. Karena nilai F hitung > Ftabel (18.512>3.183) dapat diartikan secarasimultan kedua variabel independen
(kompensasi finansial dan kompensasi nonfinansial) berpengaruh signifikan terhadapkinerja karyawan pada PT. Pertamina (Persero)Unit Pemasaran I Cabang Banda Aceh,sehingga hipotesis Ha diterima dan sebaliknyahipotesis Ho ditolak.
Selanjutnya untuk menguji signifikansipengaruh masing-masing variabel independenterhadap kinerja karyawan digunakan statistikuji t. Hasil pengujian statistik menunjukkannilai t hitung sebesar 3.324 untuk variabelkompensasi financial (X1). Nilai t tabel padatingkat keyakinan 95 persen menunjukkanangka sebesar 2,005. Karena nilai t hitung> ttabel dapat diartikan secara parsial kompensasifinansial berpengaruh signifikan terhadapkinerja karyawan pada PT. Pertamina (Persero)Unit Pemasaran I Cabang Banda Aceh
Selanjutnya nilai t hitung untuk variabelkompensasi non finansial (X2) menunjukkanangka sebesar 4.502, juga lebih besar biladibandingkan dengan nilai t tabel pada tingkatkeyakinan 95 persen menunjukkan angkasebesar 2,005. Dengan demikian dapatdiartikan secara parsial kompensasi nonfinansial juga berpengaruh signifikan terhadapterhadap kinerja karyawan pada PT. Pertamina(Persero) Unit Pemasaran I Cabang BandaAceh. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil ujiF dan uji t sebagai tolok ukur pengujianhipotesis dapat dilihat Tabel 4 berikut:
Tabel 4. Ringkasan Pengujian Hipotesis
Bentuk PengujianNilai Statistik
KeteranganF-hitung F-tabel
Pengujian secara simultan 18.512 3,183 Kedua variabel berpengaruh signifikan(hipotesis Ha diterima, hipotesis Ho ditolak).
Pengujian secara parsial t-hitung t-tabel
Kompensasi Finansial 3.324 2,005 Kompensai Finansial berpengaruh signifikan
Kompensasi Non Finansial 4.502 2,005 Kompensasi Non Finasial berpengaruh signifikan
Sumber: Data Primer (Diolah), 2014.
46 | Badaruddin
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
Berdasarkan Tabel 4 di atas jelaslah bahwabaik secara simultan maupun secara parsialkompensasi finansial dan Kompensasi nonfinansial berpengaruh signifikan terhadapkinerja karyawan pada PT. Pertamina (Persero)Unit Pemasaran I Cabang Banda Aceh. Hal iniberarti bahwa kompensasi finansial dankompensasi non finansial, secara nyata dapatmeningkatkan kinerja Karyawan tersebut.
KESIMPULAN
Kompensasi finansial berpengaruhsignifikan terhadap kinerja karyawan pada
PT. Pertamina (persero) Unit Pemasaran ICabang Banda Aceh. Hal ini berarti bahwa
untuk meningkatkan kinerja karyawandapat dilakukan dengan lebih
memperhatikan pemberian kompensasifinansialnya. Kompensasi non finansial
berpengaruh signifikan terhadap kinerjakaryawan pada PT. Pertamina (persero)Unit Pemasaran I Cabang Banda Aceh. Halini berarti bahwa untuk meningkatkankinerja karyawan dapat dilakukan denganlebih memperhatikan kompensasi nonfinansial karena dapat meningkatkankinerja karyawan pada PT. Pertamina(persero) Unit Pemasaran I Cabang BandaAceh .
Kompensasi finansial dan Kompensasi non
finansial berpengaruh signifikan terhadapterhadap kinerja karyawan pada PT.
Pertamina (persero) Unit Pemasaran ICabang Banda Aceh. Semakin baik
kompensasi finansial dan kompensasi nonfinansial karyawan semakin tinggi pula
kinerja karyawan tersebut. Diantara duavariabel independen tersebut, variabel
kompensasi non finansial memilikipengaruh paling dominan terhadap kinerjakaryawan, kemudian diikuti oleh variabelkompensasi finansial. Hasil penggujianstatistik menunjukkan nilai F hitung > Ftabel (18.512>3.183), dan nilai t hitung > ttabel kompensasi finansial sebesar(3.324>2.005) dan kompensai nonfinansial nilai t hitung>t tabel sebesar(4.502>2.005). Dengan demikian dapatdisimpulkan bahwa kompensasi finansial
dan kompensasi non finansial secarasimultan maupun parsial berpengaruhsignifikan terhadap kinerja karyawan padaPT. Pertamina (persero) Unit Pemasaran ICabang Banda Aceh. Dengan demikianhipotesis Ha diterima dan sebaliknyahipotesis Ho ditolak.
REFERENSI
Dessler, Gary. 1997. Manajemen Sumber DayaManusia Edisi Bahasa Indonesia Jilid
2. Jakarta: Prenhallindo.
Handoko, Hani. 2002. Manajemen personaliadan Sumber Daya Manusia.Jogyakarta: BFPE.
Mangkuprawira. 2004. Manajemen SumberDaya Manusia. Bandung: RefikaAditama.
Mangkunegara Anwar Prabu. 2005.Manajemen Sumber Daya
Manusia Perusahaan. Bandung :PT Remaja Rosda karya.
Nitisemito, Alek.S. 2005. Manajemenpersonalia. Jakarta: GhaliaIndonesia.
Panggabean, Mutiara S. 2002. ManajemenSumber Daya Manusia. Jakarta:Ghalia Indonesia.
Prawirosentono. 2008. Manajemen SumberDaya Manusia. Jakarta: PenerbitBumi Aksara.
Sedarmayanti. 2007. Sumber Daya Manusiadan Produktivitas Kerja. Bandung:
Mandar Maju.
Singodimedjo, Markum. 2000. ManajemenSumber Daya Manusia. Surabaya:SMMAS.
Siagian, Sondang P. 2006. Manajemen SumberDaya Manusia. Ed.1. Cet.13. Jakarta:Jakarta.
__________. 2000. Audit manajemen. Jakarta:Bumi Aksara.
77
Jurnal Serambi Ekonomi & Bisnis│Vol. 1 No. 1 (2014): 47 – 51 ISSN 2354-970X
* Korespondensi Pengarang:Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Serambi MekkahJl. Tengku Imum Lueng Bata, Bathoh, Banda AcehE-mail: [email protected]
ANALISIS TINGKAT PENDAPATAN PETANI KAKAO DI KECAMATAN
PEUSANGAN SELATAN KABUPATEN BIREUEN
Anwar
Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Serambi Mekkah
Abstrak
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan rata-rata setiap bulan dankendala yang dialami oleh petani kakao di Kecamatan Peusangan Selatan KabupatenBireuen. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan deskriptif kualitatif dengan metodepenelitian survei. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani kakao di KecamatanPeusangan Selatan kabupaten Bireuen yang berjumlah 215 orang. Teknik pengambilansampel menggunakan simple random sampling, dimana prosedur pengambilan sampelsecara acak sederhana. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 34 orangpetani kakao di Kecamatan Peusangan Selatan kabupaten Bireuen. Analisis datamenggunakan rumus rata-rata dan persentase. Dari hasil penelitian dapat disimpulkanbahwa tingkat pendapatan bersih rata-rata petani kakao per bulan adalah Rp.1.245.000,-per hektar luas lahan yang cenderung dipengaruhi oleh harga jual per kilo di pasaran.Sedangkan yang menjadi kendala para petani kakao antara lain: gagal panen, harga pupukyang cenderung mahal, tingginya biaya produksi dan operasional buruh tani dalam masapanen, hama dan penyakit tanaman kakao yang menyebabkan tanaman kakao tidak mauberbuah.
Kata Kunci: Pendapatan petani, tanaman kakao, peusangan selatan
PENDAHULUAN
Tanaman kakao (coklat) berasal dari hutan-hutan tropis di Amerika Tengah dan AmerikaSelatan bagian utara. Kenyataannya, para ahlibotani berpendapat bahwa pohon kakao ataucoklat (Theobroma cacao) sudah tumbuh didaerah Amazon dan lembah Orinoko sejakribuan tahun yang lalu.
Penduduk yang pertama kali mengolah coklatdan mengusahakannya sebagai bahan makananatau minuman adalah suku Indian Maya dansuku Astek (Aztec) yang hidup di wilayahAmerika Tengah. Mereka memanfaatkankakao sebelum orang-orang kulit putih dibawah pimpinan Christopher Colombusmenemukan Amerika. Kedatangan suku Astekdari utara kemudian menaklukkan suku Mayadan menguasai kebun-kebun kakao milik sukuMaya. Mereka mulai belajar menanam sertamengolah kakao menjadi makanan danminuman cokelat. (Azwar, 2008)Tanaman kakao di Indonesia pertama kalidibudidayakan pada tahun 1921 dan
berkembang pesat di daerah-daerah pulauJawa. Dewasa ini tanaman kakao sudahmenyebar ke seluruh wilayah Indonesia. Halini dikarenakan semakin meningkatnyakebutuhan terhadap tanaman jenis tersebut,baik untuk konsumsi dalam negeri maupunekspor luar negeri.
Kakao merupakan salah satu komoditiunggulan pertanian Indonesia. Kakao berperandalam pembangunan perekonomian Indonesiadengan nilai devisa sebesar US$ 574 juta padatahun 2004. Pendapatan nasional tidak hanyaditingkatkan melalui komoditinya. Penyerapantenaga kerja sekitar 800.000 kepala keluargapada tahun 2004 (Herman, Wahyudi, 2006).
Kakao merupakan salah satu komoditi yangmempunyai prospek yang cukup cerah untukmenambah pendapatan para petani kakao diIndonesia. Demikian juga dengan para petanidi kecamatan Peusangan Selatan kabupatenBireuen. Dengan tingginya pendapatan darihasil panen kakao, dapat meningkatkanmotivasi tersendiri bagi petani untuk lebih
48 | Anwar
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
mengembangkan dan meningkatkan produksi-nya dengan harapan agar pada saat panen,memperoleh hasil penjualan tinggi gunamemenuhi kebutuhannya. Dumairy (1999:56)menambahkan bahwa, “pendapatan adalahjumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang turut serta dalam prosesproduksi meliputi upah (gaji), sewa tanah,bunga dan keuntungan.
Disamping itu, Simangunsong (2004:6)mengemukakan bahwa, “pendapatan adalahbertambahnya aktiva perusahaan atau uangtunai, piutang, kekayaan lain yang berasal daripenjualan barang atau jasa yangmengakibatkan modal bertambah”. MenurutBasu Swastha (1990:86), pendapatan adalahsemua penghasilan yang diterima oleh setiapindividu atau orang dalam kegiatanperekonomian pada suatu periode tertentu.Setiap orang dalam melakukan aktivitasekonomi termasuk dalam hal ini petani kakaoselalu mengharapkan hasil yang maksimal.Kemudian pendapatan yang diperolehseseorang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki seperti jumlahmodal, luas areal, tingkat kecakapan yangdimiliki. Berkaitan dengan hal tersebutmenurut Komarudin (1990:25), pendapatandapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antaralain: besar kecilnya usaha, kuantitas dankualitas produksi, modal yang digunakan dantingkat pengetahuan masyarakat. Selain daripada itu, Sueharjo (2005:69), terdapatbeberapa faktor yang mempengaruhipendapatan seseorang yaitu: luas lahan, biayaproduksi dan tenaga kerja.
Dengan demikian, tingkat pendapatan petanisecara umum dipengaruhi oleh beberapakomponen yaitu: jumlah produksi, harga jual,dan biaya-biaya yang dikeluarkan petani dalampertaniannya. Setiap petani tanaman kakaomengharapkan hasil panen yangmenguntungkan untuk memenuhi kebutuhanhidup baik untuk dirinya maupun untukkeluarganya.
Namun, seringkali pada kenyataannya ketikapanen, harga mendadak turun, dan diperparahlagi dengan hasil produksi yang tidak sesuaidengan yang telah direncanakan oleh petaniakibat dari berbagai macam masalahdiantaranya yaitu timbulnya berbagai macampenyakit/hama tanaman kakao.
Untuk memperoleh pendapatan yangmemuaskan, petani dituntut agar cermat dalammempelajari perkembangan harga sebagaisolusi dalam menentukan pilihan, apakah iamemutuskan untuk menjual atau menahanhasil produksinya. Namun bagi petani kakao dikecamatan Peusangan Selatan kabupatenBireuen yang secara umumnyamenggantungkan hidupnya dari bertani,mereka senantiasa tidak memiliki kemampuanuntuk menahan hasil panen kecuali sekedaruntuk konsumsi sehari-hari dan membayarbiaya produksi yang telah dikeluarkan.
Namun kondisi pendapatan nominal yangdapat diperoleh petani coklat setiap bulan tidakdiketahui secara pasti karena sepanjangpengetahuan peneliti belum ada yang meneliti.Padahal gambaran umum tentang tingkatpendapatan suatu masyarakat sangat pentinguntuk diketahui karena tingkat pendapatantersebut dapat dijadikan sebagai salah satutolok ukur untuk menentukan tingkatkesejahteraan masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuitingkat pendapatan rata-rata setiap bulan dankendala-kendala yang dihadapi petani kakao dikecamatan Peusangan Selatan kabupatenBireuen.
METODE PENELITIAN
Populasi dan SampelPopulasi adalah keseluruhan subjek yang akanditeliti. Yang menjadi populasi dalampenelitian ini adalah seluruh petani kakao dikecamatan Peusangan Selatan kabupatenBireuen yang berjumlah 215 orang. Teknikpengambilan sampel dalam penelitian iniadalah menggunakan simple random sampling,dimana prosedur pengambilan sampel adalahsecara acak sederhana.
Adapun yang menjadi sampel dalam penelitianini yaitu sebanyak 15% dari jumlahkeseluruhan 215 orang petani kakao di wilayahkecamatan Peusangan Selatan kabupatenBireuen yang memiliki lahan perkebunanmasyarakat dengan status milik sendiri.Dengan demikian jumlah sampel dalampenelitian ini yaitu sebanyak 34 orang yangterdiri dari 3 desa dengan perincian; desa DarulAman sebanyak 12 orang, Desa Tanjong
Analisis Tingkat Pendapatan Petani Kakao di Kecamatan Peusangan Selatan Kabupaten Bireuen | 49
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
Beuridi sebanyak 12 orang dan Desa BlangMane sebanyak 10 orang petani kakao.
Teknik Analisis DataUntuk menganalisis pendapatan rata-rata setiappetani kakao secara perorangan di wilayahkecamatan Peusangan Selatan kabupatenBireuen, dihitung menggunakan rumus rata-rata: (Sudjana, 2002:54)
x =n
xi∑
Keterangan:
x = Pendapatan rata-rata petanisetiap bulanxi = Pendapatan petani yang diamatiuntuk bulan tertentun = Jumlah bulan pengamatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut ini adalah data pendapatan rata-ratapetani kakao yang dapat diamati pada Tabel 1.
Tabel 1. Pendapatan Rata-rata Petani Kakao per Bulan
Nama Desa No.
Pendapatan Kotor Rata-rata per Bulan per Ha
Luas Lahan(Rupiah)
Biaya OperasionalRata-rata per Bulanper Ha Luas Lahan
(Rupiah)
Pendapatan BersihRata-rata per Bulanper Ha Luas Lahan
(Rupiah)
Darul Aman
1. 1.700.000,- 500.000,- 1.200.000,-2. 1.555.000,- 600.000,- 955.000,-3. 1.900.000,- 500.000,- 1.400.000,-
4. 1.650.000,- 500.000,- 1.150.000,-5. 1.300.000,- 600.000,- 700.000,-6. 1.350.000,- 500.000,- 850.000,-7. 1.725.000,- 500.000,- 1.225.000,-8. 1.425.000,- 500.000,- 925.000,-9. 1.575.000,- 600.000,- 975.000,-10. 2.000.000,- 500.000,- 1.500.000,-11. 1.925.000,- 500.000,- 1.425.000,-
12. 1.400.000,- 550.000,- 850.000,-
Tanjung Beuridi
1. 2.000.000,- 600.000,- 1.400.000,-2. 1.900.000,- 500.000,- 1.400.000,-3. 2.000.000,- 600.000,- 1.400.000,-4. 1.500.000,- 500.000,- 1.000.000,-5. 1.750.000,- 500.000,- 1.250.000,-6. 2.000.000,- 500.000,- 1.500.000,-7. 2.000.000,- 600.000,- 1.400.000,-8. 1.600.000,- 500.000,- 1.100.000,-
9. 1.600.000,- 500.000,- 1.100.000,-10. 1.700.000,- 500.000,- 1.200.000,-11. 1.575.000,- 600.000,- 975.000,-12. 2.000.000,- 500.000,- 1.500.000,-
Blang Mane
1. 1.800.000,- 600.000,- 1.200.000,-
2. 1.950.000,- 500.000,- 1.450.000,-
3. 2.500.000,- 500.000,- 2.000.000,-
4. 1.800.000,- 500.000,- 1.300.000,-
5. 1.900.000,- 600.000,- 1.300.000,-
6. 2.000.000,- 500.000,- 1.500.000,-
7. 1.500.000,- 500.000,- 1.000.000,-
8. 1.500.000,- 500.000,- 1.000.000,-
9. 2.200.000,- 500.000,- 1.700.000,-
10. 2.000.000,- 500.000,- 1.500.000,-
Jumlah 60.280.000,- 17.950.000,- 42.330.000,-
Rata-rata 1.772.941,- 527.941,- 1.245.000,-
Sumber: Data Hasil Penelitian, Tahun 2012
50 | Anwar
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
Secara grafik (bar-graphic) pendapatan rata-rata para petani untuk masing-masing wilayahdesa yang menjadi sampel penelitian dapatdiperlihat sebagai berikut.
Gambar 1. Pendapatan Rata-rata Petani di DesaDarul Aman
Gambar 2. Pendapatan Rata-rata Petani di DesaTanjung Beuridi
Gambar 3. Pendapatan Rata-rata Petani di DesaBlang Mane
Jadi, dapat disimpulkan bahwa rata-ratapendapatan bersih sejumlah petani kakao perbulan yang dijadikan sampel di wilayahpenelitian adalah Rp.1.245.000,- per hektarluas lahan. Penghasilan para petani kakaotersebut cenderung sangat dipengaruhi olehfaktor harga jual per kilo di pasaran yangberkisar antara Rp.10.000,- (harga terendah)sampai Rp.16.000,- (harga tertinggi).
Disamping itu, banyak faktor-faktor lainnyayang menjadi kendala para petani dalammemperoleh penghasilan per bulannya antaralain: gagal panen, harga pupuk yang cenderung
mahal, tingginya biaya produksi danoperasional buruh tani dalam masa panen,hama dan penyakit tanaman kakao yangmenyebabkan tanaman kakao tidak mauberbuah.
Dari hasil survei dan observasi lapangandiketahui bahwa sejauh ini peran pemerintahdan dinas pertanian (dinas terkait) cenderungsudah optimal terutama untuk mengatasipermasalahan-permasalahan para petanimelalui bimbingan dan penyuluhan pertanian.Akan tetapi peran pemerintah dari aspekpenyediaan pupuk murah di pasaran danpenentuan stabilitas harga jual kakao dipasaran masih belum maksimal.
KESIMPULAN
Tingkat pendapatan bersih rata-rata petanikakao per bulan di wilayah kecamatanPeusangan Selatan kabupaten Bireuen yangdijadikan sampel adalah Rp.1.245.000,- perhektar luas lahan. Penghasilan para petanikakao tersebut cenderung sangat dipengaruhioleh faktor harga jual per kilo di pasaran yangberkisar antara Rp.10.000,- (harga terendah)sampai Rp.16.000,- (harga tertinggi).
Faktor-faktor yang menjadi kendala parapetani kakao di wilayah kecamatan PeusanganSelatan kabupaten Bireuen dalam memperolehpenghasilan per bulannya antara lain: gagalpanen, harga pupuk yang cenderung mahal,tingginya biaya produksi dan operasionalburuh tani dalam masa panen, hama danpenyakit tanaman kakao yang menyebabkantanaman kakao tidak mau berbuah. Bimbingandan penyuluhan yang menjadi program DinasPertanian secara rutin agar dapat lebihdimaksimalkan, terutama untuk menjawabkendala-kendala yang dialami oleh petanikakao di wilayah Kecamatan PeusanganSelatan Kabupaten Bireuen.
REFERENSI
Azwar, Hasan. 2008. Sejarah Tanaman Kakaodi Indonesia. Bandung: Sinar BaruAlgensindo.
Swastha, Basu & Irwan. 2000. ManajemenPemasaran Modern. Liberty:Yogyakarta.
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
PendapatanKotor
BiayaOperasional
PendapatanBersih
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
PendapatanKotor
BiayaOperasional
PendapatanBersih
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PendapatanKotor
BiayaOperasional
PendapatanBersih
Analisis Tingkat Pendapatan Petani Kakao di Kecamatan Peusangan Selatan Kabupaten Bireuen | 51
ISSN 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
Dumairy. 1999. Statistik Ekonomi. Bandung:Sinar Baru Algensindo.
Herman, Wahyudi. 2006. Teori PendapatanPetani Indonesia. Yogyakarta: RinekaCipta.
Simangunsong, M.P. 2004. Ekonomi Makro.Jakarta: Gramedia.
Sudjana, Nana dkk. 2002. Media Pengajaran.Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Soekarwati, 2003. Teori Ekonomi Produksi.Jakarta: Rajawali Press.
________. 2006. Analisis Usaha Tani. Jakarta:UI Press.
Supriyono. 2002. Ilmu Ekonomi Perusahaan.Yogyakarta: Kanisius.
Swastha, Basu. 1984. Economic Growth inDeveloping Country. Jakarta:Gramedia.
Jurnal Serambi Ekonomi & Bisnis│Vol. 1 No. 1 (2014): 52 – 58 ISSN 2354-970X
* Korespondensi Pengarang:Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Serambi MekkahJl. Tengku Imum Lueng Bata, Bathoh, Banda AcehE-mail: [email protected]
ANALISIS DERAJAT DESENTRALISASI FISKAL, ELASTISITAS, EFISIENSI,
DAN EFEKTIFITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH ACEH
Marlina
Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Serambi Mekkah
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui elastisitas PAD terhadap PDRB, efisiensi danefektifitas PAD, dan derajat Desentralisasi fiskal di Aceh. Penelitian ini dilakukan denganmenggunakan data sekunder periode 2000 sampai 2010 yang bersumber dari BadanPusat Statistik. Penelitian ini menggunakan model regresi linier untuk menghitungelastisitas PAD terhadap PDRB Aceh dan formula yang telah distandarkan digunakanuntuk menghitung nilai efisiensi, efektifitas, dan derajat Desentralisasi fiskal. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa perubahan PAD tidak elastis terhadap perolehan PDRBAceh. Nilai efektifitas PAD rata-rata sebesar 106,71 persen dan tergolong sangat efektif.Nilai efisiensi rata-rata sebesar 9,34 dan tergolong sangat tidak efisien. Derajatdesentralisasi fiskal Pemerintah Aceh selalu berada dalam kategori sangat kurang.Pemerintah Aceh diharapkan mampu meningkatkan efisiensi dan mempertahankanefektifitas pencapaian PAD setiap tahunnya.
Kata Kunci: Efisiensi, efektifitas, elastisitas, desentralisasi fiskal
PENDAHULUAN
Daerah-daerah di Indonesia mendapatkebebasan dalam menjalankan dan mengelolakeuangan daerahnya. Hal ini diatur dalamUndang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan Antara PemerintahPusat dan Pemerintahan Daerah. Dalamundang-undang tersebut dijelaskan bahwamendukung pendanaan atas penyerahan urusankepada pemerintah daerah dan pendanaan inimenganut prinsip money flows function yaitupendanaan mengikuti fungsi pemerintah yangmengikuti fungsi pemerintah yang menjadikewajiban dan tanggung jawab masing-masing. Dalam mengimplementasikan otonomidaerah, maka menurut undang-undang tersebutpemerintah pusat akan mengalokasikan sumberpenerimaan daerah terdiri atas pendapatandaerah yang bersumber dari pendapatan aslidaerah, dana perimbangan dan pendapatanlain-lain. Kebijakan tersebut diharapkanmampu menciptakan penyelanggaraan yanglebih efektif .
Kebutuhan dana untuk melaksanakan tugasdan fungsi pemerintahan secara optimal dapat
diperoleh dari sumber-sumber yang dimiliki.Kebutuhan dana untuk menjalankan tugas danpemerintahan tersebut dikenal sebagaikebutuhan fiskal (fiscal need). Sedangkan danayang dapat diperoleh dari sumber-sumber yangdimiliki dan dilimpahkan kepada unitpemerintah dalam pengertian akademis disebutsebagai kapasitas fiskal (fiscal capacity). Jikadibandingkan kapasitas fiskal dengankebutuhan fiskal disebut sebagai posisi fiskal(fiscal position). Unit pemerintahan akan dapatmenjalankan tugas dan fungsinya jika posisifiskalnya lebih besar dari satu (> 1). Artinyaharuslah tersedia penerimaan yang lebih besaratau paling sedikit sama dengan jumlahpengeluaran yang akan diperlukan untukmembayar belanja rutin dan pembangunan.
Dalam sejarah pemerintahan daerah diIndonesia sejak kemerdekaan sampai sekarang,posisi fiskal daerah provinsi dankabupaten/kota secara rata-rata tidak lebih dari20 persen, ini berarti daerah-daerah diIndonesia belum mampu memenuhi 20 persenpengeluarannya melalui pendapatan asli daerah(PAD). Hal ini terjadi karena sumber-sumberyang dimiliki dan dilimpahkan kepada
Analisis Derajat Desentralisasi Fiskal, Elastisitas, Efisiensi, dan Efektifitas Pendapatan Asli Daerah Aceh | 53
ISSN: 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
pemerintah daerah oleh pemerintah pusatkapasitasnya sangat kecil. Baik kerena jenissumber yang dilimpahkan jumlahnya terbatasmaupun karena potensi masing-masingjenisnya yang relatif kecil. Kondisi tersebutmenunjukkan bahwa otonomi daerah belumsepenuhnya berhasil meningkatkan efektifitas,efisiensi, dan elastisitas daerah.
Efektiftas PAD dapat diukur dengan melihatrealisasi pencapaian PAD setiap tahunnya.Realisasi PAD menunjukkan keseriusan daerahdalam menciptakan dan mengelola sumber-sumber PAD daerah. Selain melihat efektifitasPAD, suatu daerah yang dikatakan telahmencapai kemandirian juga dapat dilihat dariefisiensi PAD daerahnya. Untuk mengukurefsiensi daerah maka dapat digunakanpersentase pengeluaran daerah terhadap nilairealisasi PAD setiap tahunnya.
Dalam menganalisis elastisitas (kepekaan)PAD terhadap PDRB adalah denganmenggunakan konsep koefisien elastisitas yangdapat mendukung perubahan PAD (buoyancyof tax). Dalam hal ini koefisien elastisitasdipengaruhi oleh perubahan PAD danperubahan PDRB. Elastisitas PAD terhadapPDRB di daerah tersebut merupakan salah satucara untuk memdeteksi struktur pajak di suatudaerah atau suatu jenis pajak tertentu. Dengandiketahuinya elastisitas PAD dapat diketahuikepekaan perubahan pajak terhadap PDRB.Jika lebih besar atau sama dengan satu berartitiap perubahan dalam PDRB sebesar satupersenakan mengakibatkan perubahandalampenerimaan PAD lebih besar dari satu.Ini mengandung arti PAD daerah tersebutelastis, atau struktur pajak daerah tersebutkuat.
Provinsi Aceh sebagai salah satu provinsi diIndonesia tidak terlepas dari permasalahanPAD yaitu belum mampu memenuhi 20 persenpengeluaran pemerintah. Pada tahun 2010,pendapatan Pemerintah Aceh sebesar Rp 6.697miliar yang terbagi ke dalam tiga kelompokyaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesarRp 796 miliar, Pendapatan transfer sebesar Rp6.139 miliar, dan lain-lain pendapatan yangsah sebesar Rp 31 miliar.
Pada tahun 2010, efisiensi keuanganpemerintah Aceh dapat dikatakan rendah. Jikadilihat dari ratio pengeluaran belanja pegawaidengan PAD, Pemerintah Aceh dapat
dikatakan sangat boros dalam hal pengeluaranbelanja pegawai. PAD yang diperoleh sangatrendah jika dibandingkan pengeluaran bagiaparatur dalam upaya perolehan PAD. PADyang dihasilkan dari pengeluaran aparatursangat tidak seimbang. PAD yang dihasilkantidak lebih kecil dibandingkan belanjaaparatur.
Berdasarkan latar belakang di atas mengenaikondisi kemandirian keuangan PemerintahAceh pasca diberlakukannya otonomi daerahmaka penulis tertarik untuk melakukan kajiantentang PAD Aceh dengan judul ”AnalisisDerajat Desentralisasi Fiskal, Elastisitas,Efisiensi, dan Efektifitas Pendapatan AsliDaerah Aceh”.
Tujuan penelitian ini adalah sebagai untukmengetahui elastisitas, efisiensi, efektivitasPAD terhadap PDRB Aceh dan derajatdesentralisasi fiskal Aceh.
METODE PENELITIAN
Jenis PenelitianBerdasarkan pada tujuan penelitian makabentuk penelitian yang digunakan dalampenelitian ini adalah penelitian deskriptifkuantitatif. Penelitian deskriptif mencobamemaparkan posisi fiskal daerah dan jugakondisi keuangan Aceh. Penelitian kuantitatifdalam studi ini mencoba untuk menghitungkekuatan elastisitas, efisiensi dan efektifitasPAD dalam mendukung otonomi daerah Aceh.Metodologi diuraikan berdasarkan modelempiris yang diestimasi dan teknikekonometrik yang digunakan dalam estimasi.Pengamatan empiris dilakukan denganmenggunakan data time series dari tahun 2000sampai 2010.
Model Analisis DataDalam menganalisis data sekunder yang telahdikumpulkan akan digunakan model-modelsebagai berikut:
1. Elastisitas
Koefisien elastisitas PAD terhadap PDRB akandijadikan salah satu ukuran untuk menentukanstruktur PAD di daerah Aceh. Semakin elastisPAD, maka semakin baik struktur PAD didaerah. Perhitungan elastisitas menggunakanteknik regresi sederhana, yang secaramatematis dapat ditafsirkan sebagai koefisienelastis dengan formula sebagai berikut:
54 |Marlina
ISSN: 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
LnPAD = Lna + b LnPDRB + u
Di mana:PAD = Total pendapatan asli daerahPDRB = PDRB menurut harga berlakua = Konstantab = Koefisien Elastisitasu = kesalahan pengganggu (term of
error)
2. Efesiensi
Untuk melihat upaya mengoptimalkankombinasi penggunaan input, atau untukmenghasilkan tingkat output tertentu denganjumlah ongkos yang minimum, ataukemampuan untuk menghasilkan outputsebesar mungkin dari jumlah input tertentu.
Formula yang digunakan untuk menghitungefisiensi PAD adalah:
Efisiensi =Biaya Pungutan
100
Biaya pengumpulan pajak = biaya untukmemperoleh PAD yang didekati melaluianggaran yang dialokasikan pada pendapatandaerah untuk kegiatan-kegiatan rutin.
3. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal
Derajat desentralisasi fiskal atau otonomifiskal daerah adalah kemampuan pemerintahdaerah dalam rangka meningkatkanpendapatan asli daerah guna membiayaipembangunan.
Derajat Desentralisasi Fiskal dapat dihitungdengan menggunakan rumus sebagai berikut:
= 100
Dimana:DDF = Derajat Desentralisasi FiskalPAD = Total Pendapatan Asli Daerah tahun tTPD = Total Pendapatan Daerah tahun t
4. Efektifitas
Untuk menganalisis produktifitas dari hasilyang diinginkan, dilihat dari hubungan antarahasil penerimaan PAD dengan anggapansemua kewajiban pajak/retribusi dapat dibayar.Untuk melihat efektifitas dapat digunakanformula sebagai berikut:
Efektivitas
100
Dimana realisasi = hasil penerimaan PADmaksimal yang mampu dikumpulkan dalamsatu tahun anggaran tertentu. Sedangkan targetPAD = nilai objek × tarif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Efektifitas Pendapatan Asli Daerah AcehAnalisis efektifitas merupakan hubunganantara realisasi penerimaan yang bersumberdari komponen PAD terhadap targetpenerimaan dari komponen PAD yangdigunakan untuk menghitung besarnyapenerimaan dari komponen-komponen PADsesuai dengan target yang ada. Analisisefektivitas keuangan daerah otonommenunjukkan kemampuan pemerintahandaerah dalam merealisasikan pendapatan aslidaerah yang direncanakan dibandingkandengan target yang ditetapkan berdasarkanpotensi riil daerah.
Perhitungan PAD Aceh selama tahun 2000sampai 2010 dapat diperhatikan pada Tabel 1.Berdasarkan Tabel 1 di bawah dapat diketahuibahwa realisasi PAD Aceh berfluktuasi. Padatahun 2000, realisasi PAD Aceh menunjukkannilai yang sangat baik yaitu mampu mencapai113,43 persen, dari target PAD sebesar 28.290miliar, Pemerintah Aceh mampumerealisasikan PAD sebesar 32,090 miliar.Pada tahun 2001, Pemerintah Aceh mengalamikelemahan dalam mencapai PAD yang telahditargetkan. Pencapaian realisasi PAD yanghanya mampu mencapai 81,26 persenmerupakan pencapaian terendah yang terjadiselama periode 2000-2010.
Setelah tahun 2001, realisasi PAD Aceh terusmeningkat dan selalu berada pada levelpencapaian 100 persen. Pada tahun 2004,target PAD yang ditetapkan sangat tinggi daritahun sebeblmunya. Pada tahun 2003,Pemerintah menetapkan target PAD sebesarRp 97.020 dan tahun 2004, target meningkattinggi menjadi Rp 182.250. target yang tinggitersebut berhasil direalisasikan sebesar Rp198.403 atau 108,86 persen.
Analisis Derajat Desentralisasi Fiskal, Elastisitas, Efisiensi, dan Efektifitas Pendapatan Asli Daerah Aceh | 55
ISSN: 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
Tabel 1. Efektiftas PAD Aceh
TahunTarget PAD
(miliar Rupiah)
Realisasi PAD
(miliar Rupiah)
Efektifitas
(persen)
2000 28.290 32.090 113,43
2001 39.490 32.090 81,26
2002 86.490 92.800 107,30
2003 97.020 105.500 108,74
2004 182.250 198.403 108,86
2005 151.476 211.188 139,42
2006 366.629 473.226 129,07
2007 563.106 587.487 104,33
2008 795.708 717.977 90,23
2009 795.872 724.090 90,98
2010 795.487 796.949 100,18
Rata-rata 354.710,73 361072,73 106,71Sumber: BPS, Aceh Dalam Angka, 2012 (diolah)
Berdasarkan perhitungan dan nilai rata-ratarealisasi yang sebesar 106,71 persen makadapat dikatakan bahwa efektifitas realisasiPAD di Provinsi Aceh selama periode 2000-2010 adalah sangat efektif. Hal iniditungjukkan nilai realiasi PAD yang mampumencapai angka 100 persen
Efisiensi Upaya Perolehan Pendapatan Asli
Daerah AcehEfisiensi anggaran merupakan amanatpemerintah terhadap Pemerintah Daerah, tidakterkecuali Aceh. Efisiensi daerah merupakanwujud dari keseriusan pemerintah daerahdalam mencapai PAD dengan biaya yangsyang proporsional. Pemerintah yang memilikiefisiensi yang tinggi menunjukkan pemerintahbekerja optimal dan maksimal.
Perhitungan efisiensi anggaran PemrintahAceh dapat dilakukan dengan membagi nilairealisasi PAD dengan total belanja, ataudengan kata lain, efisiensi anggaran adalahpersentase PAD terhadap total pengeluaandaerah. Perhitungan efisiensi Pemerintah Acehdapat diperhatikan pada Tabel 2. BerdasarkanTabel 2 di bawah ini dapat diketahui bahwabesar realisasi PAD selama tahun 2000-2010tidak pernah melampui 20 persen daripengeluaran Pemerintah Aceh. Pengeluaranpada tahun 2000 yang sebesar Rp 963,360miliar tidak dibarengi kemampuan Pemerintahuntuk menghasilkan PAD yang besar.
Pemerintah Aceh hanya mampu menghasilkanPAD Rp 32,090 miliar atau hanya 3,33 persendari pengeluaran pemerintah.
Persentase PAD tidak menunjukkan perbaikanyang signifikan pada tahun 2001, bahkanpersentase PAD lebih rendah. Pada tahun2001, PAD hanya 2,82 persen dari pengeluaranPemerintah Aceh. Efisiensi pada tahun inimenunjukkan nilai yang sangat rendah selamaperiode 2000-2010. Dari total belanja yangsebesar Rp 1.137 miliar, pemerintah hanyamampu memperoleh PAD sebesar Rp 32,090miliar. Pada tahun 2002, terdapat kenaikanpersentase PAD dari pengeluaran yaitumenjadi 6,70 persen.
Persentase terbesar terjadi pada tahun 2006yaitu sebesar 19,37 persen. Pada tahuntersebut, pengeluaran pemerintah sebesar Rp2.442 miliar dengan nilai realisasi PADsebesar Rp 473 miliar. Kondisi efisiensi padatahun 2006 lebih baik dibandingkan dengantahun-tahun sebelum dan sesudahnya teramsuktahun 2010 yang hanya 10,59 persen. Rata-ratapersentase PAD terhadap pengeluaranPemerintah Aceh selama priode 2000-2010adalah 9,34. Dari perhitungan diatas dapatdisumpulkan bahwa efisiensi Pemerintah Acehdalam menjalankan kegiatan pemerintahadalah sangat rendah atau dengan kata lainsangat tidak efisien.
56 |Marlina
ISSN: 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
Tabel 2. Pengeluaran, PAD, dan Persentase PAD terhadap Pengeluaran Pemerintah Aceh
TahunPengeluaran APBA
(miliar Rupiah)
PAD
(miliar Rupiah)Persentase
2000 963,36 32,090 3,33
2001 1.137,38 32,090 2,82
2002 1.384,49 92,800 6,70
2003 2.906,07 105,500 3,63
2004 1.610,54 198,403 12,32
2005 2.173,12 211,188 9,72
2006 2.442,72 473,226 19,37
2007 4.823,77 587,487 12,18
2008 5.715,62 717,977 12,56
2009 7.642,81 724,090 9,47
2010 7.528,52 796,949 10,59
Rata-rata 3.484,40 361,070 9,34
Sumber: BPS, 2012 (diolah)
Derajat Desentralisasi Fiskal AcehDerajat desentralisasi merupakan ukurankeberhasilan pemerintah daerah dalammemenuhi kebutuhan pembangunan daerah.Pengukuran derajat desentralisasi menjadi halyang penting untuk melihat keberhasilanprogram desentralisasi pemerintah Indonesiayang diberikan ke pada pemerintah daerah.Nilai derajat desentralisasi fiskal di Acehselama tahun 2000 samapi 2010 sangatfluktuasi. Setelah diberlakukannya
desentralisasi fiskal pada tahun 2001, nilaiderajat desentralisasi fiskal Indonesia belumpernah menunjukkan angka 2 digit. Hal inimembuktikan bahwa Aceh belum mampumemberikan kontribusi yang besar terhadapupaya pemenuhan kebutuhan daerah denganupaya pemerintah Aceh sendiri. Untuk lebihjelas mengenai perubahan derajatdesentralisasi fiskal dapat diperhatikan padaTabel 3.
Tabel 3. Kontribusi PAD terhadap Penerimaan Aceh
TahunPendapatan
(juta)
PAD
(juta)
Derajat
Kontribusi
2000 269.180 32.090 11,92
2001 515.722 32.090 6,22
2002 1.533.687 92.800 6,05
2003 2.061.070 105.500 5,12
2004 2.257.960 198.403 8,79
2005 4.322.510 211.188 4,89
2006 5.891.260 473.226 8,03
2007 6.434.360 587.487 9,13
2008 10.041.180 717.977 7,15
2009 11.162.810 724.090 6,49
2010 10.374.036 796.949 7,68
Rata-rata 4.987.615 361.072 7,41
Sumber: BPS, 2012 (data diolah)
Pendapatan pemerintah Aceh selama tahun2000 sampai 2010 terus mengalamipeningkatan. Peningkatan terjadi diketigakomponen besar pembentuk pendapatandaerah yaitu PAD, dana bagi hasil, dan
pendapatan sah lainnya. Pada tahun-tahuntertentu, pendapatan pemerintah Aceh jugadiperoleh melalui sisa dana pada tahunsebelumnya. Selama periode 2001-2010,derajat desentralisasi terbesar terjadi pada
Analisis Derajat Desentralisasi Fiskal, Elastisitas, Efisiensi, dan Efektifitas Pendapatan Asli Daerah Aceh | 57
ISSN: 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
tahun 2006 yaitu mencapai 9,13 persen.Peningkatan pendapatan pada tahun 2006 daritahunn 2007 yang lebih dari 100 persen (dariRp 211.118 juta menjadi Rp 473.226 juta)menaikan nilai derajat desentralisasi fiskal.Walaupun pada tahun 2009 Aceh mencapaiderajat desentralisasi tertinggi, nilai ini masihdalam kategori sangat kurang. Nilai terendahterjadi pada tahun 2005 yang mana nilaiderajat desentralisasi hanya mencapai 4,89persen. Kondisi ini disebabkan terganggunyatata kelola pemerintahan akibat terjadinyabencana tsunami di akhir tahun 2004 yangtelah menggangu pemerintahan termasukpenerimaan-penerimaan daerah.
Elastisitas Pendapatan Asli Daerah AcehKoefisien elastisitas PAD terhadap PDRB akandijadikan salah satu ukuran untuk menentukanstruktur PAD di daerah Aceh. Semakin elastisPAD, maka semakin baik struktur PAD didaerah. Perhitungan elastisitas menggunakanteknik regresi sederhana dalam bentuk lndengan bilangan pokok e, yang secaramatematis dapat ditafsirkan sebagai koefisienelastis dengan formula sebagai berikut:
Ln PDRB = Ln a + b Ln PAD + uHasil uji dengan SPSS ditunjukkan pada tabeldi bawah ini:
Tabel 4. Hasil Uji Elastisitas PDRB terhadap PAD Aceh
ModelUnstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 9,673 0,276 35,103 0,000
LnPAD 0,343 0,024 0,978 14,107 0,000
a. Dependent Variable: LnPDRB
Hasil uji dapat diintepretasikan bahwa,koefisien PAD (b) sebesar 0,343 memilikimakna bahwa peningkatan PAD sebesar 1persen dapat menaikan PDRB daerah sebesar0,343 persen dengan asumsi faktor lain di luarpenelitian ini tetap. Hasil uji-t dengan tingkatkeyakinan 99 persen (α=0,01) menunjukkan
hasil bahwa PAD Aceh mempengaruhi secarasignifikann terhadap PDRB Aceh. Nilaiditerminasi (R) sebesar 0,978 menunjukkanhasil bahwa PAD mampu menjelaskanperubahan nilai PDRB sebesar 97,8 persen,sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel laindi luar penelitian ini. Dengan kata lain, PDRBAceh dipengaruhi sebesar 97,8 persen olehPAD. Koefisien elastisitas PAD terhadapPDRB adalah sebesar 0,343. Hal ini bermaknabahwa PAD tidak elastis terhadap PDRBProvinsi Aceh.
KESIMPULAN
Selama periode 2000-2010 nilai rata-ratarealisasi PAD sebesar 106,71 persen, olehsebab itu dapat dikatakan bahwa efektifitasrealisasi PAD di Provinsi Aceh adalah sangatefektif. Rata-rata persentase PAD terhadappengeluaran Pemerintah Aceh selama priode2000-2010 adalah 9,34, oleh karenanya dapat
dikatakan bahwa efisiensi Pemerintah Acehdalam menjalankan kegiatan pemerintahadalah sangat rendah atau dengan kata lainsangat tidak efisien. Derajat desentralisasifiskal Pemerintah Aceh selama periode 2001-2010 selalu berada pada dalam kategori sangatkurang. Hal ini disebabkan nilai PAD tidakpernah melebihi 10 persen dari nilaipenerimaan Pemerintah Aceh. Berdasarkan ujiregresi linear pengaruh PAD terhadap PDRBmaka dapat disimpulkan bahwa nilai PADtidak elastis terhadap perolehan PDRB Aceh.Koefisien PAD (b) sebesar 0,343 memilikimakna bahwa peningkatan PAD sebesar 1persen dapat menaikan PDRB daerah sebesar0,343 persen dengan asumsi faktor lain di luarpenelitian ini tetap.
REFERENSI
Adi, Priyo Hari. 2006. Dampak DesentralisasiFiskal terhadap PertumbuhanEkonomi. Jurnal Kritis. Salatiga:Universitas Kristen Satya Wacana.
Brodjonegoro, Bambang dan Jorge MartinesVasques. 2002. An Analysis ofIndonesia’s Transfer-System: RecentPerformance and Future Prospect.
58 | Marlina
ISSN: 2354-970X © JSEB Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
Working Paper. George State
University. Andrew Young School of
Policy Studies.
Halim, Abdul. 2004. Bunga Rampai
Manajemen Keuangan Daerah. Edisi
Revisi. Jakarta: UPP AMP YKPN.
Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi &Pembangunan Daerah. Jakarta:Erlangga.
Badan Pusat Statistik. 2005. Produk Domestik
Regional Bruto Aceh 1999-2003.Banda Aceh: BPS dan Bappeda NAD
Badan Pusat Statistik. 2005. Aceh dalamAngka. Banda Aceh: BPS dan
Bappeda NAD.
Saragih, Juli Panglima. 2003. DesentralisasiFiskal dan Keuangan daerah dalam
Otonomi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Stine, William. 1994. Is the Local Government
Revenue Response to Federal Aid
Symmetrical? Evidence FromPennsylvania County Government in
an Era of Retrenchment. National Tax
Journal. Vol. 47. No. 4. Hal : 799-816
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
34 Tahun 2000, Tentang Perubahanatas Undang-undang RI Nomor 18Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan Nomor 33 Tahun 2004tentang Perimbangan KeuanganAntara Pusat dan Daerah beserta
Penjelasannya. Bandung: Citra
Umbara.
Jurnal Serambi Ekonomi dan Bisnis│ Vol. 1 No. 1 (2014): 59 – 64 ISSN: 2354-970X
* Korespondensi Pengarang:
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Serambi MekkahJl. Tengku Imum Lueng Bata, Bathoh, Banda Aceh
E-mail: [email protected]
PENGARUH PDRB, INFLASI DAN PENGANGGURAN TERHADAP
JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI ACEH
Nasir
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Serambi Mekkah
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengaruh PDRB perkapita,pengangguran dan inflasi terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Aceh. Penelitian
ini menggunakan data time series yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu
tahun 2003-2012. Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah OrdinaryLeast Square dengan menggunakan metode regresi linear berganda dan alat yang dipakai
untuk mengololah data yaitu SAZHAM 9.0. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa PDRB perkapita, Pengangguran, dan Inflasi secara bersama-sama berpengaruhnyata terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Aceh.
Kata Kunci: Kemiskinan, PDRB perkapita, inflasi, pengangguran
PENDAHULUAN
Kemiskinan merupakan momok yang selalu
dibicarakan di sejumlah negara sedangberkembang separti negara kita RepublikIndonesia tercinta, salah satu tujuan
pembangunan nasional adalah meningkatkankinerja perekonomian agar mampu
menciptakan lapangan kerja dan kehidupan
yang layak bagi seluruh rakyat yang padagilirannya akan mewujudkan kesejahteraanpenduduk. Jika salah satu sasaran
pembangunan nasional adalah menurunkan
tingkat kemiskinan dimana seolah kemiskinanmerupakan warisan yang telah ada dari tempo
dulu maka masalah kemiskinan memang
masalah yang paling dihindari oleh negara-negara maju. Ada perbedaan kemiskinan masa
lalu dengan kemiskinan kekinian yaitu ; jika
masa lalu umumnya masyarakat menjadi
miskin bukan karena kurang pangan, tetapimiskin dalam bentuk minimnya kemudahan
atau materi. Namun jika ditinjau dari sisikehidupan modern pada masa kekinianmereka-mereka yang tidak menikmati fasilitas
pendidikan, pelayanan kesehatan, dan
kemudahan- kemudahan lainnya yang tersedia
pada jaman modern. Penduduk miskin akanlebih banyak atau bahkan seluruhpendapatannya digunakan untuk kebutuhan
makanan, dibandingkan penduduk kaya.Akibatnya penduduk miskin tidak memiliki
kesempatan untuk mendapatkan pendidikandan pelayanan kesehatan yang layak jika hanya
mengandalkan pendapatannya. para ekonom
Bank Dunia seperti, Ahluwalia, Carter, danChenery menyimpulkan bahwa, hampir 40persen dari penduduk di negara negara sedang
berkembang termasuk Indonesia hidup dalamtingkat kemiskinan absolut yang dibatasi
pengertiannya dalam hubungannya dengan
tingkat pendapatan yang kurang mencukupiuntuk menyediakan kebutuhan gizi makananyang memadai. Istilah kemiskinan muncul
ketika seseorang atau sekelompok orang tidak
mampu mencukupi tingkat kemakmuranekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan
minimal dari standar hidup tertentu. Dalam arti
proper, kemiskinan dipahami sebagai keadaankekurangan uang dan barang untuk menjamin
kelangsungan hidup. Dalam arti luas, Chamber
(Suryawati, 2005) mengemukakan bahwa
kemiskinan adalah suatu intergrated conceptyang memiliki lima dimensi, yaitu: 1)
kemiskinan (proper), 2) ketidakberdayaan(powerless), 3) kerentanan menghadapi situasidarurat (state of emergency), 4)ketergantungan
(dependence), dan 5) keterasingan (isolation)
baik secara geografis maupun sosiologis.
Kemiskinan merupakan masalah pembangunanmanusia di negara-negara berkembang. Jutaan
orang di dunia hidup di bawah gariskemiskinan. Untuk memberdayakan masyara-
60 | Nasir
ISSN: 2354-970X © Jurnal Serambi Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
kat miskin dari perangkap kemiskinan, banyak
kebijakan dari semua dimensi harus dilaksana-
kan secara bersamaan. Tapi pembuat kebijakanyang paling tidak memahami multidimensikemiskinan. Pemahaman kemiskinan multi-
dimensi akan mengakibatkan pengaturan
kebijakan yang lebih berpihak pada orangmiskin (Suryawati, 2005).
Nanga (2001 : 249) mengemukakan bahwapengangguran sebagai suatu keadaan dimana
seseorang yang tergolong dalam kategori
angkatan kerja (labor force) tidak memilikipekerjaan dan secara aktif sedang mencari
pekerjaan. Seseorang yang tidak bekerja, tetapi
secara aktif mencari pekerjaan tidak dapatdigolongkan sebagai penganggur. Untuk
mengukur pengangguran dalam suatu negara
biasanya digunakan apa yang dinamakantingkat pengangguran (unemployment rate).Yaitu jumlah penganggur dinyatakan sebagai
persentase dari total angkatan kerja (labor
force). Sedangkan angkatan kerja itu sendiriadalah jumlah orang yang bekerja dan tidak
bekerja, yang berada dalam kelompok umurtertentu.
Edwards (Todaro;1995) membedakan lima
bentuk kurangnya pemanfaatan tenaga kerja:
(1) Pemekerja terbuka, baik yang sukarela(Yaitu orang –orang yang tidak dimasukkan
kedalam pertimbangan beberapa pekerjaanyang dapat dipakai untuk mengklasifikasikanmereka, termasuk beberapa sarana pendukung
lain dari aspek pemekerjaan) dan yang tidak
sukarela; (2) Semi Pengangguran. Mereka
yang bekerja sedikit (perharinya, per Minggu-nya atau permusimnya) padahal mereka inginbekerja lebih banyak dan lebih lama; dan (3)
Tampaknya aktif tapi kurang dimanfaatkan,yaitu mereka yang tidak tergolong sebagai
pengangguran maupun semi pengangguran
berdasarkan batasan tersebut diatas. Merekasebenarnya bekerja tetapi berdasarkanalternatif yang berkaitan denga waktu tertentu
(marking time).
Senada dengan pendapat di atas, Octaviani
(2001) mengatakan jumlah pengangguran erat
kaitanya dengan kemiskinan di Indonesia yangpenduduknya memiliki ketergantungan yang
sangat besar atas pendapatan gaji atau upah
yang diperoleh saat ini. Hilangnya lapangan
pekerjaan menyebabkan berkurangnya sebagi-an besar penerimaan yang digunakan untuk
membeli kebutuhan sehari-hari. Yang artinya
bahwa semakin tinggi pengangguran maka
akan meningkatkan kemiskinan.
Jika pengangguran tinggi maka akammenyebabkan berkurangnya daya beli
masyarakat. Apalagi jika diikuti inflasi tinggi
dimana banyak tenaga kerja yang diputuskanhubungan kerja (PHK) karena dapat
berdampak pada tidak efisiennya perusahaan.Menurut Boediono (1982) inflasi merupakankecenderungan harga-harga naik secara umum
dan terus menerus. Hal yang sama juga
diungkapkan Khalwaty (2000) yang
menyatakan bahwa inflasi merupakan suatukeadaan dimana terjadi kenaikan harga secaratajam (absolut) yang berlangsung terus
menerus dalam jangka waktu yang lama.Seirama dengan kenaikan harga-harga tersebut
nilai uang turun secara tajam pula sebanding
dengan kenaikan harga tersebut.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerahmempunyai tujuan memberdayakan dan
meningkatkan kemampuan perekonomian
daerah, menciptakan sistem pembiayaandaerah yang adil, proporsional,rasional,
transparan, partisipatif, bertanggung jawab
serta mengurangi kesenjangan pembangunan
antar daerah. Dengan kebijaksanaan otonomidaerah diikuti oleh kebijaksanaan
desentralisasi fiskal diharapkan akan terjadipemerataan dan pertumbuhan ekonomi daerahsehingga kesejahteraan masyarakat meningkat.
Dalam konteks otonomi tersebut mungkin sajakendala-kendala yang dihadapi oleh masing-
masing daerah jelas berbeda, di Aceh
khususnya permasalahan kemiskinan tidakluput dari konflik yang berkepanjangandisamping itu gempa dan tsunami juga telah
meluluhlantakkan bumi serambi mekkah juga
merupakan kendala besar dalam mewujudkanpertumbuhan ekonomi sehingga juga akan
berimbas pada jumlah penduduk miskin yangada di Bumi Serambi Mekkah. Namundemikian rasanya tidak adil jika kita menoleh
kemiskinan yang diakibatkan oleh bencana
semata karena hal ini bersifat uncontrollable
yakni diluar kendala yang sanggup di pikirkanoleh manusia, karenanya banyak faktor-faktorlain yang mengkibatkan negeri ini miskin
selain kebejatan aparatur yang korup jugadipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan, yang
tentunya berimbas terhadap variabel-varibel
Pengaruh PDRB, Inflasi dan Pengangguran terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Aceh | 61
ISSN: 2354-970X © Jurnal Serambi Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
lain yang keberadaannya akan mengakibatkan
peningkatan atau kenaikan jumlah penduduk
miskin di suatu daerah, seperti ukuran tingkatpertumbuhan Ekonomi, tingkat inflasi dan jugajumlah manusia yang menganggur
Dari beberapa permasalahan diatas tentunyakita berharap memiliki formulasi untuk
mengatasi kemiskinan yang terjadi di bumiiskandarmuda ini dengan melihat latarbelakang yang menyebakan terjadinya
kemiskinan di Aceh, berikut dapat dilhat
persentase jumlah penduduk miskin dalam
kurun waktu sepuluh tahun terakhir.
Bila kita menilik lebih jauh maka sebenarnya
angka kemiskinan di propinsi Aceh biladibandingkan dengan daerah lainnya masih
menduduki posisi sepuluh besar ditinaju dari
persentase kemiskinan, namun jika ditinjaudari sebaran berdasarkan jumlah pendudukmungkin saja masih relative sedikit karena
jumlah pendudk Propinsi Aceh lebih sedikit
dibandingkan daerah lainnya seperti di pulauJawa.
Provinsi Aceh merupakan salah satu daerahyang memiliki jumlah penduduk miskin yang
tinggi, jumlah penduduk miskin saat ini di
Provinsi Aceh berjumlah 909,04 ribu jiwa.
Akan tetapi jumlah ini relatif mengalamipenurunan. Seperti telah diungkap diatas
banyak faktor penyebab terjadinya penurunantersebut tentunya pelaksanaan programpengentasan kemiskinan yang dilakukan
pemerintah. seperti bantuan instan berupa
kebutuhan dasar hidup, pelayanankesehatan,Jaminan Kesehatan Aceh (JKA),
pendidikan gratis, dan pemberdayaan
masyarakat lainnya layaknya berupa programkemanfaatan kredit usaha mikro, kecil danmenengah dan lain sebagainya yang tentunya
berpola pada kebijakan kebijakan daerah
dengan otonomi khususnya di propinsi Aceh.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipengaruh pengaruh PDRB perkapita,pengangguran dan inflasi terhadap jumlah
penduduk miskin di Provinsi Aceh.
Berdasarkan landasan teori di atas maka,hipotesis penelitian ini adalah PDRB, tingkatpengangguran dan inflasi berpengaruh
signifikan terhadap jumlah penduduk Miskindiprovinsi Aceh
METODE PENELITIAN
Ruang Lingkup Daerah PenelitianDalam menentukan suatu lokasi penelitian,maka sangat diperlukan suatu lokasi yang
sesuai dengan keperluan sipeneliti. Dalam hal
ini penelitian dilakukan di Provinsi Aceh.
Jenis dan Sumber DataJenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data ata sekunder yang diperoleh dari
Biro Pusat Statistik (BPS) pada kurun waktu2000- 2012.
Metode dan Teknik Pengumpulan DataDalam riset ini digunakan suatu metode
penelitian yaitu penelitian kepustakaan
(Library research) yaitu penelitian yangdilakukan melalui bahan-bahan kepustakaanberupa buku-buku literature,tulisan-tulisan
ilmiah,dan laporanyang berkaitan dengan topikyang akan diteliti. Teknik pengumpulan data
yang dipergunakan adalah dengan melakukan
pencatatan langsung berupa data time series
yaitu tahun 2002 - 2012.
Model Analisa DataModel analisis yang digunakan dalam
menganalisa data adalah regresi berganda.
Adapun model persamaannya adalah sebagaiberikut:
Y= f (X1, X2 X3, ,)……………...(1)
Kemudian fungsi diatas ditransformasikan kedalam model ekonometrika dengan persamaan
regresi linear berganda sebagai berikut :
= ..................(2)
LnY = Lnβ0+β1 LnX1+β3LnX3+β2 X2+ µ ...(3)
Dimana :Y = Jumlah Penduduk Miskin
β0 = Intercept (konstanta)X1 = PDRB perkapita
X2 = Pengangguran
X3 = Inflasi
β1 β2 β3 = Koefisien regresiµ = Term of error
Bentuk hipotesanya adalah sebagai berikut :
₁ < 0 Artinya terjadi kenaikan pada X 1
(PDRB perkapita) maka Y(Jumlah penduduk miskin ) akan
mengalami penurunan, ceteris
paribus.
62 | Nasir
ISSN: 2354-970X © Jurnal Serambi Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
₂ > 0 Artinya, jika terjadi kenaikan pada
X2 (Pengangguran Inflasi) maka Y
(jumlah penduduk miskin) akanmengalami kenaikan, caterisparibus.
₃ > 0 Artinya jika terjadi kenaikan pada X3
(Inflasi) maka Y(Jumlah pendudukmiskin) akan mengalami kenaikan,
cateris paribus.
PEMBAHASAN
Koefisien determinasi ( R²)Berdasarkan hasil output program SHAZAM
9.0, diperoleh nilai koefisien determinasi (R²)
sebesar 0.9437 yang berarti bahwa variabel-
variabel bebas yaitu PDRB perkapita,
Pengangguran, Inflasi, dan Pengeluaran
perkapita secara bersama-sama berpengaruhnyata terhadap jumlah penduduk miskinsebesar 94,37 persen sedangkan sisanya
sebesar 5,63 persen dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak dimasukkan dalam modelestimasi.
Uji Statistik FPengujian terhadap pengaruh semua variabel
independen di dalam model dapat dilakukan
dengan uji simultan (uji F). Uji statistik F pada
dasarnya menunjukkan apakah semua variabelindependen yang dimasukkan dalam modelmempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen.
Tabel 1. Analisis Varian Faktor- faktor yang Mempengaruhi Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi
AcehANALYSIS OF VARIANCE - FROM ZERO
SS DF MS F
REGRESSION 0.10847E+08 4. 0.27118E+07 2321.656
ERROR 7008.2 6. 1168.0 P-VALUE
TOTAL 0.10854E+08 10. 0.10854E+07 0.000
Sumber : Hasil pengolahan data (2014)
Dari regresi pengaruh PDRB perkapita,Pengangguran, Inflasi, dan Pengeluaran
perkapita terhadap jumlah penduduk miskin di
Provinsi Aceh, maka diperoleh F-Tabel
sebesar 4,53 (α: 5% dan df: 10-4 = 6).Sedangkan f-statistik/F hitung sebesar
2321,656 dan nilai probabilitas F-Statistik
0.000. Maka dapat disimpulkan bahwa variabelindependen secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel dependen ( F-hitung > F-
tabel).
Uji Statistik TUji statistik t pada dasarnya menunjukkan
seberapa jauh pengaruh masing-masingvariabel independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen.
Dalam regeresi pengaruh PDRB perkapita,Pengangguran, Inflasi, dan Pengeluaran
perkapita terhadap jumlah penduduk miskin
Provinsi Aceh dengan α; 5% dan df = 6 (n-k=
10-4), maka diperoleh nilai t- tabel sebesar2,447. Berdasarkan nilai t- tabel tersebut dan
dengan asumsi t-statistik/t hitung > t–tabel,
variabel independen yang signifikan terhadapjumlah penduduk miskin di Provinsi Aceh
adalah variabel PDRB (t-hitung 9.871) dan
variabel pengangguran ( t- hitung 3.909).
Uji Analisis Regresi BergandaBerdasarkan hasil pengolahan data yang telah
diperpoleh Dari hasil penelitian,maka hasiltersebut dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 2. Output Regresi Linear Berganda Secara Parsial Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi
jumlah penduduk Miskin di Provinsi AcehVARIABLE ESTIMATED STANDARD T-RATIO PARTIAL STANDARDIZED ELASTICITY
NAME COEFFICIENT ERROR 6 DF P-VALUE CORR. COEFFICIENT AT MEANS
PDRB 0.31389E-01 0.3180E-02 9.871 0.000 0.971 0.7910 1.1088
U 51.026 13.05 3.909 0.008 0.847 0.6680 0.4838
I -1.9181 2.533 -0.7573 0.478-0.295 -0.1297 -0.0168
CONSTANT -594.73 147.2 -4.040 0.007-0.855 0.0000 -0.5758
Sumber: Hasil pengolahan data (2014)
Pengaruh PDRB, Inflasi dan Pengangguran terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Aceh | 63
ISSN: 2354-970X © Jurnal Serambi Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
Berdasarkan tabel diatas dapat dibuat hasil
model estimasi sebagai berikut :
Y= -594,73 + 0,31389PDRB + 51.026U + -1,9181I
Dari hasil regresi ditemukan bahwa tingkat
pengangguran memberikan pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap jumlahpenduduk miskin di Provinsi Aceh. Kenaikan
tingkat pengangguran sebesar satu persen akanmenyebabkan jumlah penduduk miskin akannaik sebesar 51.026 persen. Hasil ini sesuai
dengan pendapat Sukirno (2004), yang
menyatakan bahwa dampak buruk daripengangguran adalah mengurangi pendapatan
masyarakat, dan ini mengurangi tingkat
kemakmuran yang mereka capai. Ditinjau darisudut individu, pengangguran menimbulkanberbagai masalah ekonomi dan sosial kepada
yang mengalaminya. Keadaan pendapatan
menyebabkan para penganggur harusmengurangi pengeluaran konsumsinya.
Apabila pengangguran di suatu negara sangatburuk, kekacauan politik dan social selalu
berlaku dan menimbulkan efek yang burukbagi kepada kesejahteraan masyarakat dan
prospek pembangunan ekonomi dalam jangka
panjang. Semakin turunnya kesejahteraanmasyarakat karena menganggur tentunya akanmeningkatkan peluang mereka terjebak dalam
kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan.
Variabel inflasi tidak signifikan terhadap
jumlah penduduk miskin di Provinsi Aceh. Hal
ini dibuktikan dari nilai t hitung sebesar -0.7573 dengan nilai signifikansi sebesar 0.478
dan koefisien regresi memiliki arah negative
sebesar -1,9181. Dengan demikian dapatdinyatakan bahwa dalam penelitian ini inflasi
tidak berpengaruh terhadap jumlah penduduk
miskin di Provinsi Aceh. Hal tersebut terjadikarena adanya keadaan daya beli antaragolongan yang ada di masyarakat tidak sama
(heterogen), maka selanjutnya akan terjadi
realokasi barang-barang yang tersedia darigolongan masyarakat yang memiliki daya beli
yang relatif rendah kepada masyarakat yangmemiliki daya beli yang lebih besar. Kejadianini akan terus terjadi di masyarakat. Sehingga,
laju inflasi akan berhenti hanya apabila salah
satu golongan masyarakat tidak bisa lagi
memperoleh dana (tidak lagi memiliki dayabeli) untuk membiayai pembelian barang pada
tingkat harga yang berlaku, sehinggapermintaan efektif masyarakat secarakeseluruhan tidak lagi melebihi supply barang.
Variabel PDRB Perkapita berpengaruh
signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di
Provinsi Aceh dengan arah yang negatif.Artinya setiap kenaikan satu persen PDRBperkapita akan menyebabkan jumlah penduduk
di Provinsi Aceh menurun sebesar 0,31389
persen. Pertumbuhan ekonomi suatu daerahdapat dilihat peningkatan PDRB perkapita di
setiap daerah.
KESIMPULAN
PDRB Perkapita berpengaruh negatif dansignifikan terhadap jumlah penduduk miskin diProvinsi Aceh pada tingkat kepercayaan 95
persen. Artinya jika PDRB perkapita naikmaka jumlah penduduk miskin di Provinsi
Aceh menurun. Variabel Pengangguran
berpengaruh positif dan signifikan terhadapjumlah penduduk miskin di Provinsi Acehpada tingkat kepercayaan 95 persen. Artinya
jika pengangguran naik maka jumlah
penduduk miskin akan naik. Sedangkan inflasitidak berpengaruh jumlah penduduk miskin di
Provinsi Aceh. Dalam mengurangi angka
kemiskinan, Pemerintah Provinsi Aceh harusmampu membuka lapangan pekerjaan yang
baru guna menyerap tenaga kerja yang terus
menerus tumbuh, sehingga dampak dari
masalah pengangguran dapat diatasi ataudikurangi, karena tingkat pengangguran juga
memberikan kontribusi terhadap meningkatnyajumlah penduduk miskin di Provinsi Aceh.
REFERENSI
Badan Pusat Statistik. 2009. Aceh Dalam
Angka. Banda Aceh: BPS Aceh dan
Bappeda Aceh.
…………,2012 Statistik Sosial EkonomiRumah Tangga Provinsi Aceh.
Banda Aceh: BPS Aceh dan
Bappeda Aceh.
………….,2013 Indikator Sosial Ekonomi
Provinsi Aceh 2010. Banda Aceh:
BPS Aceh dan Bappeda Aceh.
…………..2012 Produk Domestik Regional
Bruto Provinsi Aceh. Banda Aceh:
BPS Aceh dan Bappeda Aceh.
64 | Nasir
ISSN: 2354-970X © Jurnal Serambi Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 1 Tahun 2014
Bank Indonesia. 2013. Kajian Ekonomi
Regional Provinsi Provins Aceh
Triwulan 2013.
Boediono. 2001, Seri sinopsis Pengantar
Ilmu Ekonomi 2. Pengantar
Ekonomi Makro. Yogyakarta:
BPFE-UGM.
Octaviani, Dian. 2001. Inflasi, Pengangguran,
dan Kemiskinan di Indonesia: Analisis
Indeks Forrester Greer &Horbecke. Media
Ekonomi, Vol. 7, No. 8 Hal. 100-118.
Khalwaty, Tajul. 2000. Inflasi dan Solusinya.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Nanga Muana. 2001. Makroekonomi, Teori,Masalah, dan Kebijakan. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Sukirno, Sadono. 2004. Makro ekonomiModern. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Todaro,Michael P,1995, Ekonomi UntukNegara Berkembang; Suatu
Pengantar Tentang Prinsip-Prinsip,
Masalah, dan, Kebijakan Pemba-ngunan, Edisi Ketiga. Jakarta: Bumi
Aksara.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan KeuanganAntara Pusat dan Daerah besertaPenjelasannya. Bandung: Citra
Umbara.