zemi polmas chuzaiso

23
PERGURUAN TINGGI ILMU KEPOLISIAN MAHASISWA ANGKATAN LV LAPORAN PELAKSANAAN ZEMI POLMAS PERTEMUAN KEEMPAT “TEORI CHUZAISHO” BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sistem kepolisian Jepang merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah panjang Kekaisaran Jepang. Dalam perkembangan sejarah Jepang tersebut, terutama pada masa pemerintahan Shogun di jaman Edo, fungsi- fungsi kepolisian diemban oleh para Samurai. Mereka membawahi badan-badan pemerintahan yang melakukan kegiatan dan tindakan- tindakan kepolisian, sedangkan aktifitasnya dikendalikan oleh para pejabat yang ditugaskan pada kota atau Ibukota. Sejarah kepolisian modern di Jepang sendiri mulai dapat dipelajari sejak Restorasi Meiji (1868). Pada saat itu Jepang memulai era baru setelah sekian lama pemerintah melakukan politik isolasi dengan mengurung diri dari pengaruh dan hubungan dengan negara-negara lain, kecuali Belanda dan China.

Upload: setyo-bimo

Post on 13-Jun-2015

629 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Zemi Polmas Chuzaiso

PERGURUAN TINGGI ILMU KEPOLISIAN

MAHASISWA ANGKATAN LV

LAPORAN PELAKSANAAN

ZEMI POLMAS PERTEMUAN KEEMPAT

“TEORI CHUZAISHO”

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan sistem kepolisian Jepang merupakan salah satu bagian yang

tidak dapat dipisahkan dari sejarah panjang Kekaisaran Jepang. Dalam

perkembangan sejarah Jepang tersebut, terutama pada masa pemerintahan Shogun

di jaman Edo, fungsi-fungsi kepolisian diemban oleh para Samurai. Mereka

membawahi badan-badan pemerintahan yang melakukan kegiatan dan tindakan-

tindakan kepolisian, sedangkan aktifitasnya dikendalikan oleh para pejabat yang

ditugaskan pada kota atau Ibukota. Sejarah kepolisian modern di Jepang sendiri

mulai dapat dipelajari sejak Restorasi Meiji (1868). Pada saat itu Jepang memulai

era baru setelah sekian lama pemerintah melakukan politik isolasi dengan

mengurung diri dari pengaruh dan hubungan dengan negara-negara lain, kecuali

Belanda dan China.

Penggunaan isitilah “Community Police” atau “Polisi Masyarakat” pada

Kepolisian Jepang dimulai pada tahun 1993. Istilah tersebut diilhami dari tulisan

David Bayley yang berisi tentang hasil penelitian mengenai sistem Koban dan

Chuzaisho di Jepang. Dalam tulisannya ia menggambarkan bahwa misi utama

Koban dan Chuzaisho adalah memecahkan permasalahan penduduk serta melayani

masyarakat. Kedua hal tersebut lebih diutamakan dari pada menangani kejahatan.

Page 2: Zemi Polmas Chuzaiso

Dengan community policing maka Kepolisian Jepang lebih menitik beratkan

pada kegiatan-kegiatan prefentif dibandingkan tindakan represif. Dengan

mengedepankan kegiatan-kegiatan yang mengutamakan problem solving,

pelayanan masyarakat, pembangunan hubungan baik dengan masyarakat serta

berbagai kegiatan yang secara nyata dapat mendekati perwujudan rasa aman dalam

masyarakat. Tindakan yang dilakukan antara lain : patroli, melakukan kunjungan

kepada masyarakat , memberikan pengarahan atau konseling dan mengusahakan

partisipasi masyarakat di wilayahnya untuk berpran aktif dan bekerja sama dengan

petugas polisi di Koban atau Chuzaisho. Penindakan hukum dilakukan secara

terbatas, yaitu : mendatangi tempat kejadian perkara, melakukan penindakan hukum

terhadap pelanggar lalu lintas dan menangkap orang pada perkara yang

tersangkanya tertangkap tangan dan segera menyerahkan kepada kantor polisi

setingkat Polres (police station).

Bentuk interaksi dan partisipasi masyarakat dalam membantu tugas polisi

(Koban atau Chuzaiso), salah satunya adalah Dewan Koban atau Dewan Chuzaiso,

yaitu sejumlah masyarakat yang mempunyai perhatian tertentu terhadap masalah-

masalah sosial yang terjadi di lingkungannya. Mereka secara aktif memberikan

informasi tentang berbagai hal yang dianggap meresahkan dan membahayakan

masyarakat, selain itu mereka juga memberikan saran penanggulangan dan

pencegahannya serta bersama–sama dengan petugas polisi di Koban dan

Chuzaisho melakukan kegiatan kampanye pencegahan kejahatan seperti

pencegahan penggunaan obat bius, pencegahan terjadinya penjambretan atau

kejahatan perampasan tas. Koban dan Chuzaisho senantiasa diupayakan agar

benar–benar menjadi tempat bagi masyarakat Jepang menyampaikan berbagai

permasalahan. Dan juga senantiasa menumbuhkembangkan kepercayaan

masyarakat terhadap Polisi.

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan yang akan dijawab

dalam pembahasan penulisan ini adalah :

ZEMI POLMAS Angkatan V / 2009 Page 2

Page 3: Zemi Polmas Chuzaiso

“Bagaimana mahasiswa dapat menjelaskan tentang sistem Chuzaisho dengan

menjelaskan keunggulan (strenght) dan kendala (constraint) untuk menerapkan

konsep Chuzaisho di Indonesia ?”

BAB II

PRESENTASI

A. Pengertian dan Konsep Umum Chuzaisho

Community Police merupakan bagian atau Seksi dari organisasi Kepolisian

Republik Indonesia yang mewadahi kegiatan Community policing . Misi utama dari

Community Police adalah menjaga keamanan dan ketentraman masyarakat, namun

demikian tugas tersebut bukan untuk sekedar menjaga masyarakat dari segala

ancaman, tetapi juga mendengar segala keluhan atau keinginan masyarakat.

Dengan demikian, polisi harus melakukan berbagai kegiatan semaksimal mungkin

sehingga dapat memenuhi harapan dan keinginan masyarakat tersebut.

Pengorganisasian pelaksana fungsi Community Police pada hakekatnya

disusun untuk memenuhi misi tersebut di atas. Secara umum pengorganisasian

fungsi community police pada setiap Polda maupun satuan di bawahnya disesuaikan

dengan karakteristik kerawanan daerah yang bersangkutan. Sehingga apabila

dicermati lebih mendetil maka tidak akan dapat ditemukan pengorganisasian fungsi

community police yang betul-betul sama dari dua markas kepolisian yang berbeda.

Walaupun Kepolisian Jepang memiliki organisasi kepolisian pada tingkat

nasional, namun pada hakekatnya tugas-tugas operasional kepolisian dilaksanakan

oleh organisasi kepolisian pada tingkat Markas Besar Kepolisian Prefektur

(Prefectural Police Headquarter) atau PPH. National Police Agency (NPA) sebagai

Markas Besar Kepolisian Nasional Jepang tidak bersifat operasional karena

tugasnya lebih dititikberatkan pada perumusan-perumusan kebijakan yang bersifat

makro. Pada Markas Besar NPA fungsi community police ditangani oleh Divisi

Community Police yang berada di bawah Direktorat Keselamatan Masyarakat. Dari

data yang ada diketahui bahwa 36 % atau 83.000 dari 230.000 anggota Kepolisian

Jepang melaksanakan tugas pada fungsi community police baik di tingkat NPA,

PPH, Kantor Polisi maupun di Koban dan Chuzaisho. Komposisi penugasan anggota

ZEMI POLMAS Angkatan V / 2009 Page 3

Page 4: Zemi Polmas Chuzaiso

polisi tersebut memberikan gambaran bahwa community police merupakan fungsi

yang utama bagi Kepolisian Jepang.

Dasar hukum penerapan Chuzaisho di Indonesia adalah Peraturan Kapolri

No. 7 tahun 2008 tentang Pedoman Dasar Strategi Dan Implementasi Pemolisian

Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Tugas Polri, pada pasal 18 huruf b ke-2 Sistem

Chuzaisho (Model C22). Dijelaskan bahwa Chuzaisho merupakan rumah polisi

sebagai pos polisi di pedesaan, pos polisi dimana seorang polisi ada di tengah-

tengah masyarakat selama 24 jam sehari dengan melakukan kegiatan yang sama

dengan Koban yaitu pemolisian dengan penuh kepada masyarakat.

Sedangkan pengertian Chuzaisho secara harifiah adalah berasal dari kata

`Chuzai` yang berarti tinggal atau diam di suatu tempat dan `Sho` yang berarti pos,

jadi secara harfiah berarti pos yang juga berfungsi sebagai tempat tinggal.

Chuzaisho adalah sebuah residential police post, pos polisi seperti koban yang

berada di wilayah perkampungan atau pedesaan. Dimana merupakan suatu kantor

petugas Polmas yang didesain sedemikian rupa di bagian depan adalah kantor

petugas Polmas sedangkan di bagian samping atau belakang adalah kamar-kamar

tempat tinggal keluarga petugas Polmas tersebut.

Chuzaisho pertama kali didirikan pada tahun 1881, saat itu kepolisian berada

di bawah Departemen Dalam negeri yang membagi wilayah hukum kepolisian pada

kabupaten dan kota madya, setiap kota dibagi dalam beberapa wilayah kecil yang

harus diawasi oleh seorang petugas polisi per wilayah kecil dan petugas polisi

tersebut diharuskan tinggal di daerah tersebut sehingga dinamakan ` Chuzaisho `.

Pada awalnya jumlah Chuzaisho sangat banyak di Jepang, dewasa ini jumlahnya

semakin berkurang, hal ini seiring dengan kemajuan ekonomi dan pembangunan

yang menyebabkan beberapa desa berkembang menjadi kota dan jumlah penduduk

di wilayah tersebut menjadi bertambah dan padat. Melalui berbagai pertimbangan

dan penilaian serta meningkatnya angka kriminalitas di wilayah tersebut

menyebabkan perubahan Chuzaisho menjadi Koban.

Chuzaisho adalah sub-ordinat Kantor Polisi dalam pelaksanaan tugas

community policing yang berada di daerah pedesaan yaitu penugasan seorang

petugas Polisi dan keluarganya yang bertempat tinggal dan berkantor di rumahnya

ZEMI POLMAS Angkatan V / 2009 Page 4

Page 5: Zemi Polmas Chuzaiso

untuk menjalankan tugas-tugas kepolisian di suatu desa yang menjadi wilayah

administrasinya. Dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari Chuzaisan (petugas

Chuzaisho) dibantu oleh istrinya. Ia akan melaksanakan tugas-tugas pelayanan

masyarakat seperti menerima dan mencatat laporan kehilangan serta identitas

pelapor, menjawab pertanyaan-pertanyaan masyarakat baik yang datang langsung

maupun melalui telepon serta memberikan saran-saran kepada anggota masyarakat

yang datang untuk berkonsultasi. Akan tetapi apabila masalah yang dikonsultasikan

berkaitan dengan suatu kejahatan maka permasalahan itu tetap menjadi tugas

suaminya atau akan menyampaikan ke Kantor Polisi.

Kegiatan istri Chuzaisan di atas dilakukan pada saat suaminya sedang

melaksanakan tugas di luar kantor seperti berpatroli atau melakukan kunjungan ke

rumah-rumah penduduk maupun disaat suami sedang mengikuti pendidikan. Dan,

untuk menjalankan tugas tersebut ia akan mendapatkan tunjangan kurang lebih

sebesar 80.000 Yen setiap bulan termasuk bonus yang akan diterima setiap enam

bulan. Besarnya bonus tersebut sama dengan tunjangan yang diterima setiap bulan.

Kemampuan istri Chuzaishan dalam mendampingi tugas suami diperoleh dari

pengalamannya selama menjadi istri polisi. Dan sebelum mendampingi suami

bertugas di Chuzaisho, istri Chuzaisan akan mendapatkan kursus yang dilakukan

selama satu hari di Kantor Polisi pada saat suaminya dilantik menjadi petugas di

Chuzaisho.

Fasilitas pendukung bagi petugas Chuzaisho adalah : sebuah bangunan yang

terbagi menjadi dua bagian. Bagian depan merupakan kantor tempat melaksanakan

tugas-tugas kepolisian sehari-hari, bagian belakang adalah tempat tinggal keluarga

yang ditempati oleh anak-anak dan istrinya. Namun kadang-kadang di ruangan

tempat tinggal ini juga chuzaisan menerima anggota masyarakat di luar jam dinas.

Ruangan kantor atau ruang kerja chuzaisho dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : ruang

pelayanan masyarakat, ruang tamu dan kamar kecil / toilet. Pada ruang kerja

tersebut terdapat beberapa peralatan yang digunakan untuk mendukung

pelaksanaan tugas, antara lain : 1). Sebuah alat sensor infra merah yang diletakkan

di dekat pintu depan Chuzaisho. Alat ini akan bekerja pada saat ada orang masuk ke

dalam kantor Chuzaisho pada saat Chuzaisan tidak berada di tempat. Istri petugas

Chuzaisho akan mengetahui kedatangan orang tersebut dari kamera monitor yang

ZEMI POLMAS Angkatan V / 2009 Page 5

Page 6: Zemi Polmas Chuzaiso

berada di dalam rumah. Dan apabila Chuzaisan maupun istrinya sedang tidak ada di

tempat, maka kedatangan orang ke kantor Chuzaisho akan diketahui secara

langsung dari layar monitor yang ada di Kantor Polisi. 3).Sebuah pesawat telepon

dilengkapi dengan mesin faksimili yang digunakan untuk menerima telepon dari

masyarakat atau untuk kepentingan dinas berupa laporan ke kantor Polisi. 4).Satu

buah pesawat telepon antar-ruang (intercom). Pesawat ini digunakan oleh anggota

masyarakat bila hendak menemui Chuzaisan pada saat kantor sudah tutup. Alat

tersebut diletakkan dibagian luar kantor Chuzaisho dan dapat ditemukan dengan

mudah oleh setiap anggota masyarakat yang datang. Dengan mengangkat gagang

telepon maka gambar wajah si pendatang akan terlihat dalam layar monitor pada

pesawat telepon yang diletakkan di bagian rumah tempat tinggal keluarga.

5).Seperangkat alat komunikasi berupa Pesawat Radio maupun HT. 6).Satu set

peralatan penindakan huru-hara berupa tameng dan sasumata (telah dijelaskan di

atas).7)Kendaraan patroli berupa sepeda angin dan sepeda motor, namun pada

beberapa Chuzaisho terdapat juga kendaraan roda empat untuk patroli.8). Satu set

peralatan komputer lengkap dilengkapi mesin pencetak.9). Satu buah meja

pelayanan masyarakat serta 3 ( tiga ) buah almari arsip.10).Seperangkat kursi tamu

di ruangan tamu.

Ruangan tempat tinggal berada di bagian belakang ruangan kantor

Chuzaisho. Ruangan tempat tinggal dilengkapi dengan ruangan-ruangan

sebagaimana layaknya rumah-rumah keluarga di Jepang. Perlengkapan rumah

tangga yang utama seperti tempat tidur, mesin cuci, AC, pesawat telepon dan lain-

lain dilengkapi oleh pihak kantor sedangkan perlengkapan tambahan seperti

pesawat televisi, radio, perlengkapan makan dan lain-lain dibeli sendiri oleh petugas

Chuzaisho. Meskipun ruangan tempat tinggal dan ruangan kerja bergabung dalam

satu bangunan tetapi penggunaan telepon maupun pipa saluran air dan listrik

dipisahkan sedemikian rupa. Masing-masing terdapat dua saluran telepon, listrik

maupun air. Dengan demikian Chuzaisan dapat membedakan rekening pembayaran

yang harus dibayar oleh dinas serta rekening yang harus dibayar secara pribadi.

Kerusakan bangunan tempat tinggal menjadi tanggung jawab dinas, sehingga

apabila hal tersebut terjadi maka Chuzaisan hanya membuat pengajuan perbaikan

ke Kantor Polisi. Selanjutnya petugas yang mengurusi logistik atau perusahaan yang

ZEMI POLMAS Angkatan V / 2009 Page 6

Page 7: Zemi Polmas Chuzaiso

ditunjuk akan melakukan perbaikan kerusakan-kerusakan tersebut. Perlengkapan

tugas perorangan seorang petugas Cuzaisho tidak jauh berbeda dengan

perlengkapan petugas yang ada di Koban atau anggota community police lainnya.

Jenis-jenis perlengkapan tersebut telah diterangkan dalam penjelasan mengenai

koban. Pada dasarnya kantor Chuzaisho dibuka selama 24 jam, namun secara

formal kantor tersebut akan buka sesuai jam kerja resmi petugas Chuzaisho yaitu

dari jam 07.20 sampai dengan jam 17.15. Pembatasan waktu tersebut tidak secara

kaku diterapkan. Bagi kantor Chuzaisho yang berdekatan dengan sekolah, jam kerja

akan dimulai lebih awal, sedangkan jam tutup kantor biasanya bergantung kepada

ada atau tidak adanya anggota masyarakat yang datang ke Chuzaisho pada jam

tersebut.

Kesadaran yang dimiliki Chuzaisan akan “kesendiriannya” di daerah tersebut

telah mendorong dirinya untuk merencanakan segala kegiatan secara mandiri dan

secermat mungkin. Sedangkan untuk menghindari timbulnya kebosanan, Chuzaisan

selalu menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan yang telah direncanakannya

berupa patroli, membuat pamflet atau buletin, mengunjungi rumah-rumah penduduk

atau tempat-tempat bekerja serta sekolah-sekolah. Kegiatan pelayanan masyarakat

yang bersifat administrasi biasanya dilakukan pada pagi sampai siang hari di kantor

Chuzaisho. Pada siang sampai sore hari petugas Chuzaisho melakukan kunjungan

ke rumah-rumah penduduk, sedangkan pada malam hari melakukan patroli dengan

menggunakan kendaraan sepeda motor roda dua atau kendaraan roda empat.

Sehubungan dengan luasnya wilayah Chuzaisho, kadang-kadang

pelaksanaan kegiatan patroli dilakukan secara bersama-sama dengan petugas

Chuzaisho lain yang wilayahnya berdampingan. Dengan demikian apabila

menghadapi permasalahan-permasalahan yang cukup berat maka akan dapat saling

membantu diantara keduanya. Agar masyarakat mengetahui perkembangan situasi

di wilayahnya maka Chuzaisan secara rutin menerbitkan pamflet maupun buletin

yang berisi berita-berita aktual tentang situasi dan kondisi keamanan lingkungan.

Proses desain pamflet tersebut melibatkan istrinya sedangkan pencetakannya

melibatkan anggota masyarakat. Setiap terjadi kasus atau kejadian yang menonjol

seorang Chuzaisho menerbitkan berita Chuzaisho yang dibagikan kepada

masyarakat atau kepada sekolah - sekolah untuk kreasi penulisan dibuat oleh

ZEMI POLMAS Angkatan V / 2009 Page 7

Page 8: Zemi Polmas Chuzaiso

seorang Chuzaisho dibantu oleh istri dan masyarakat sedangkan untuk dana

pembuatan meminta kepada Kantor Kepolisian.

Sebagai sub-sistem dari sebuah kantor polisi, Petugas Chuzaisho selalu

melaporkan setiap kejadian baik berupa tindak pidana, kecelakaan lalu lintas atau

kegiatan masyarakat yang menonjol ke Kantor Polisi melalui telepon, selanjutnya

laporan tersebut dilengkapi dengan laporan tertulis yang kemudian dikirimkan ke

kantor polisi dalam jangka waktu tidak kurang dari 1 x 24 jam. Pengiriman laporan

tertulis tersebut bisa dilakukan secara langsung dengan menggunakan kendaraan

dinas ataupun melalui mesin faksimili.

B. Keunggulan ( strenght ) Chuzaisho

Dengan konsep umum Chuzaisho yang telah dijelaskan di atas, di Indonesia

dengan kondisi geografis dan kultur kehidupan masyarakat yang heterogen namun

ber-bhineka tunggal ika, dengan nilai musyawarah dan gotong royong yang masih

sangat kental sebenarnya cukup mudah konsep umum Chuzaisho untuk bisa

diterapkan dalam pelaksanaan tugas polmas di Indonesia dan untuk bisa diterima

oleh masyarakat terutama di daerah pedesaan yang sebagian besar berada cukup

jauh dari kantor polisi (Polsek maupun Polres), sehingga dengan adanya petugas

Chuzaisho yang berada dekat dengan masyarakat maka akan memudahkan

penerapan polmas di Indonesia yang benar-benar dapat menyentuh aktivitas

kehidupan masyarakat.

Ditinjau dari segi manajerial terhadap konsep Chuzaisho, maka akan dapat

penulis jabarkan keunggulan dari konsep Chuzaisho ini, diantaranya adalah :

a. Personil

Dari segi personil, penerapan konsep Chuzaisho dapat memberikan

keunggulan diantaranya adalah dengan penggunaan jumlah personil yang minim

yaitu hanya 1 (satu) orang anggota polmas yang ada dalam Chuzaisho

bertanggung jawab terhadap suatu daerah pedesaan dan mampu menguasai

daerah tanggung jawabnya. Bila dibandingkan dengan satuan kantor polisi

setingkat Polsek dengan jumlah personil yang jauh lebih besar daripada

ZEMI POLMAS Angkatan V / 2009 Page 8

Page 9: Zemi Polmas Chuzaiso

Chuzaisho dengan berbagai pembagian tugasnya namun belum tentu mampu

melakukan penguasaan terhadap wilayah suatu pedesaan yang ada di daerah

tugasnya. Dengan demikian penggunaan konsep Chuzaisho akan lebih efektif

dan efisien untuk diterapkan dalam pelaksaan tugas pemolisian masyarakat.

b. Anggaran

Dari segi anggaran, konsep umum Chuzaisho dengan menempatkan

seorang petugas polmas di suatu pedesaan tinggal menetap bersama

keluarganya diharapkan akan mampu memberikan pelayanan kepada

masyarakat di daerah tugasnya selama 1 x 24 jam penuh. Untuk kebutuhan

dukungan bahan bakar kendaraan patroli dan biaya rehabilitasi kerusakan

tempat tinggal atau kantor Chuzaisho, chuzaisan akan mengajukan permohonan

dukungan bahan bakar sesuai kebutuhan ke kantor polisi. Selanjutnya, kantor

polisi akan menunjuk sebuah pom bensin terdekat untuk melayani permintaan

bahan bakar kendaraan dinas Chuzaisho dengan sistem kupon pembayaran.

Sedangkan untuk perbaikan bangunan maka akan ditugaskan pekerja bangunan

untuk melakukan perbaikan tersebut.

Dengan demikian maka dukungan anggaran yang diperlukan tentu akan

lebih minim dibandingkan dengan satuan setingkat Polsek, dalam pelaksanaan

tugas patroli yang dilaksanakan olek Polsek tentu membutuhan dukungan

anggaran untuk bahan bakar kendaraan bermotor yang lebih besar dibandingkan

dengan kebutuhan petugas Chuzaisho yang biasanya hanya menggunakan

sepeda angin atau sepeda motor saja namun lebih efektih dalam menguasai

situasi dan kondisi wilayah pedesaan daerah tugasnya.

Dalam contoh pelaksanaan Chuzaisho di wilayah tugas penulis sebelum

masuk PTIK yaitu di Polres Kediri Jawa Timur, ada sebuah Chuzaisho yang

dibangun dengan bantuan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Kediri.

Pembangunan fasilitas Chuzaisho tersebut diawali dengan pemberian

pemahaman tentang konsep keamanan yang merupakan tanggung jawab

bersama tidak hanya kepolisian saja namun juga merupakan tanggung jawab

pemerintah daerah dalam menjaga dan memelihara keamanan di wilayahnya.

Dengan bantuan pembangunan kantor Chuzaisho tersebut juga merupakan

suatu keuntungan yang bisa didapatkan dari konsep Chuzaisho.

ZEMI POLMAS Angkatan V / 2009 Page 9

Page 10: Zemi Polmas Chuzaiso

c. Sarana & Prasarana

Dari segi sarana & prasarana, peralatan dan perlengkapan yang

dibutuhkan oleh seorang petugas Chuzaisho tidak jauh berbeda dengan

perlengkapan petugas yang ada di Koban atau anggota community police

lainnya, Setiap petugas Polisi yang bertugas di Chuzaisho mempunyai

kelengkapan berupa sebuah senjata api, tongkat Polisi, alat receiver untuk

menerima instruksi dari Police Station, Alat Komunikasi (HT), sebuah borgol.

Peluit dan catatan Pribadi.

Peralatan yang digunakan oleh petugas Chuzaisho tersebut merupakan

peralatan standar yang digunakan oleh setiap petugas polisi namun yang

membedakan adalah ke-efektifan penggunaan peralatan tersebut, sebagai

ilustrasi adalah setiap petugas yang berdinas di Polsek juga menggunakan

peralatan standar tersebut namun belum tentu perlengkapan tersebut akan

digunakan dengan baik dan secara efektif karena tidak semua petugas yang

berdinas di Polsek secara langsung melaksanakan tugas pelayanan masyarakat,

sedangkan petugas Chuzaisho dengan peralatan standar yang dimiliki akan

dapat digunakan secara optimal dalam pelaksanaan tugas pelayanan kepolisian

karena petugas Chuzaisho setiap harinya berada di tengah-tengah aktivitas

kehidupan masyarakat.

d. Metode

Dari segi metode, konsep Chuzaisho dengan menempatkan seorang

petugas polmas di daerah pedesaan dengan melaksanakan tugas pelayanan

selama 1 x 24 jam penuh kepada masyarakat tentu akan menciptakan suatu rasa

aman dalam kahidupan masyarakat karena masyarakat mengetahui bahwa ada

petugas polisi yang ada di lingkungan mereka dan siap memeberikan pelayanan

kepolisian secara penuh kepada masyarakat. Tentu metode konsep Chuzaisho

ini lebih efektif karena petugas Chuzaisho langsung menyentuh masyarakat dan

tanggap terhadap permasalahan yang dialami warga masyarakat.

Dalam kultur masyarakat saat ini cenderung acuh terhadap keberadaan

orang asing yang memasuki wilayah tempat tinggal mereka dengan alasan tidak

enak untuk menegur dan menanyakan tentang kepentingan atau tujuan orang

ZEMI POLMAS Angkatan V / 2009 Page 10

Page 11: Zemi Polmas Chuzaiso

asing tersebut berada di wilayahnya, dengan adanya petugas Chuzaisho maka

masyarakat bisa melaporkan tentang keberadaan orang asing yang pantas untuk

dicurigai yang kemudian petugas Chuzaisho bisa menghampiri dan menanyakan

identitas dan tujuan keberadaan orang asing tersebut sehingga akan mengurangi

adanya ancaman terjadinya suatu kejahatan terjadi di daerah tugas petugas

Chuzaisho.

C. Kendala ( constraint ) Chuzaisho

Secara global banyak daerah yang melaporkan keberhasilan Polmas di

daerahnya. Seperti di Yogyakarta dengan pola jimpitan pada Polsek yang rawan

tindak kriminalitas, atau di Bekasi yang mengadopsi total konsep Koban dan

Chuzaisho-nya Jepang dengan nama BKPM (Balai Komunikasi Polisi dan

Masyarakat), lalu di NTB dengan pola awig-awig, dan di Bali dengan pola

pemberdayaan pecalang. Namun apabila ditinjau dari sistem pelaporan tiap-tiap

Polda, keberhasilan Polmas di daerahnya masih sebatas bagaimana Polda tersebut

membangun FKPM di desa-desa. Bagaimana masyarakat di daerah tersebut mau

melepaskan tanahnya untuk pembangunan gedung FKPM. Sedangkan secara

substansinya, Polri belum mampu untuk membantu melakukan pemecahan

masalah.

Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakberhasilan konsep

Chuzaisho di daerah, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Kendala Internal

Adalah kendala yang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal organisasi

Polri sendiri, diantaranya adalah :

1. Polisi masih menganggap masyarakat sebagai obyek, bukan sebagai mitra,

selama petugas polisi masih mengaanggap masyarakat hanya sebagai obyek

saja dan bukan sebagai mitra maka tidak akan ada korelasi hubungan

kerjasama yang baik antara polisi dan masyarakat.

2. Kemampuan anggota Chuzaisho menangani permasalahan yang dialami

masyarakat, faktor tersebut merupakan salah satu kemampuan pokok yang

harus dimiliki oleh petugas Chuzaisho bagaimana memiliki pengetahuan dan

ZEMI POLMAS Angkatan V / 2009 Page 11

Page 12: Zemi Polmas Chuzaiso

kemampuan yang memadai sehingga bisa membantu menyelesaikan

permasalahan yang dihadapi masyarakat.

3. Terbatasnya dukungan operasional Polri untuk melaksanakan Chuzaisho,

karena Chuzaisho membutuhkan suatu bentuk bangunan untuk tempat

tinggal petugas polmas dan anggota keluarganya maka tentunya biaya

pembangunan bisa menjadi kendala bagi pelaksanaan program ini.

4. Terbatasnya jumlah polisi untuk menjadi Bintara Polmas, sebagian besar

anggota polisi yang baru lulus dari pendidikan pembentukan pasti ingin

bertugas di fungsi-fungsi seperti lalu lintas atau reserse namun tidak untuk

fungsi Polmas.

5. Kurangnya minat petugas polisi untuk berdinas dan tinggal di desa-desa,

sebagian besar anggota polisi ingin berdinas di daerah perkotaan dengan

segala kemudahan fasilitas yang bisa didapatkan daripada dengan berdinas

di pedesaan yang menurut sebagian besar anggota akan membosankan dan

jauh dari fasilitas perkotaan.

6. Lokasi Chuzaisho di pedesaan yang jauh dari kantor polisi Polsek / Polres

sehingga pengawasan tidak optimal, kondisi geografis sangat mempengaruhi

dalam pelaksanaan pengawasan tugas Chuzaisho karena ditempatkan di

daerah pedesaaan yang tidak bisa dijangkau oleh pengawasan rutin harian.

7. Terjadi tumpang tindih antara tugas Babinkamtimas dengan tugas Chuzaisho,

konsep penerapan polmas pada Polri masih belum menjelaskan tentang

batasan perbedaan tugas antara Babinkamtibmas dan Petugas Polmas

sehingga terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan tugasnya.

b. Kendala Eksternal

Adalah kendala yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dan

masyarakat terhadap pelaksanaan program Chuzaisho, diantaranya adalah :

1. Masih adanya sikap skeptis masyarakat terhadap reformasi Polri, dalam

merubah paradigma Polri dari polisi yang militeristik menjadi polisi sipil.

Penilaian yang tercipta selama puluhan tahun di masa orde lama dan orde

baru dimana polisi merupakan bagian dari militer dan melaksanakan tugasnya

secara militeristik merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pelaksanaan

tugas polisi saat ini terutama dalam penerapan program Polmas karena sikap

ZEMI POLMAS Angkatan V / 2009 Page 12

Page 13: Zemi Polmas Chuzaiso

skeptis masyarakat akan menghambat hubungan antara petugas polmas

dengan masyarakat.

2. Masih kuatnya stigma masyarakat terhadap polisi bahwa menyelesaikan

masalah dengan polisi membutuhkan dana dan waktu, proses berbelit dan

bertele-tele, kultur kerja polisi zaman dulu yang sering menyulitkan

penyelesaian kasus sampai saat ini masih ada sebagian warga masyarakat

yang memilih untuk tidak melaporkan permasalahannya kepada polisi karena

justru akan menambah beban permasalahan yang dihadapi.

3. Anggapan ketidakmampuan petugas Chuzaisho dalam menyelesaikan

permasalahan, kelompok masyarakat menganggap bahwa seorang petugas

Chuzaisho yang bertanggung jawab terhadap suatu pedesaan tidaklah cukup

mampu untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada dalam

kehidupan bermasyarakat karena apabila dilaporkan kepada petugas

Chuzaisho dan ternyata tidak mampu menyelesaikan maka tetap saja akan

dibawa ke kantor polisi satuan atasnya baik Polsek maupun Polres.

4. Kurangnya dukungan pemerintah daerah dalam menunjang konsep

Chuzaisho, konsep pengemban tanggung jawab keamanan yang saat ini

masih bertumpu pada polisi memberikan akses negatif terhadap kepedulian

instansi terkait terutama Pemerintah Daerah untuk ikut bertanggungjawab

terhadap penciptaan dan pemeliharaan situasi keamanan dan ketertiban

masyarakat di wilayahnya.

ZEMI POLMAS Angkatan V / 2009 Page 13

Page 14: Zemi Polmas Chuzaiso

BAB III

D I S K U S I

A. Pertanyaan

Mahasisw a Julian Perdana :

Kenapa minimnya anggota justru menjadi keunggulan, melihat banyaknya tugas

petugas Chuzaisho ?

Mahasiswa Ronaldo Siregar :

1) Petugas Chuzaisho sulit menerima konsep dapat ditempatkan dimana saja, melihat kondisi sekarang apakah mungkin konsep local boy for local job tentang sistem rekruitmen anak daerah khusus petugas Chuzaisho dapat diterapkan ?

2) Rumah anggota Chuzaisho sudah dibuatkan ataukah sudah ada kebijakan tertentu untuk pembangunan fisik bangunan kantor Chuzaisho ?

3) Saat waktu libur, bagaimana sistemn penjagaan Chuzaisho ?

Mr. Chairul Muriman :

Apa yang mendasari pembangunan Chuzaisho di Jepang ? dan antar rumah tiap

keluarga berapa jaraknya ?

Mr. Ermiyadi :

Apa kejelasan perbedaan antara Koban dan Chuzaisho ? dan bagaimana

dengan perbedaan Polmas dan Babinkamtibmas ?

B. Jawaban & Tanggapan

Mahasiswa Setyo Bimo :

ZEMI POLMAS Angkatan V / 2009 Page 14

Page 15: Zemi Polmas Chuzaiso

1) Konsep menjangkau seluruh wilayah dalam hal pelaksanaan tugas Chuzaisho

bukanlah secara fisik, melainkan jangkauan berupa pengaruh melalui

kegiatan pre-emtif, preventif dan repfresif yang dilakukan secara pro-aktif oleh

petugas Chuzaisho dengan melibatkan peran aktif warga masyarakat dalam

menciptakan, menjaga dan memelihara situasi keamanan dan ketertiban

masyarakat.

2) Perbedaan mendasar antara Koban dan Chuzaisho adalah penempatan

tugas keseharian dimana Koban biasanya ditempatkan di daerah perkotaan

sedangkan Chuzaisho di daerah pedesaan, serta Chuzaisho tinggal di kantor

bersama dengan keluarganya. Namun dalam pelaksanaan tugasnya adalah

sama yaitu dengan melakukan pemolisian masyarakat secara menyeluruh.

3) Sedangkan di Indonesia belum jelas perbedaan antara petugas Polmas

dengan Babinkamtibmas sehingga masih terjadi kerancuan tugas di

lapangan.

Mahasiswa Handik Zusen :

1) Karakteristik wilayah di Indonesia sangat berbeda antara daerah yang satu

dengan yang lainnya, banyak hambatan yang diakibatkan karena infrastruktur

yang kurang mendukung.

2) Perekrutan anggota Polri yang akan diorientasikan sebagai petugas Polmas

sudah diterapkan dalam tataran kebijakan yaitu dengan lulusan Bintara

Polmas setelah lulus dari pendidikan pembentukan dan sebagai contoh dalam

perekrutan Bintara sebagian besar penempatan adalah kembali ke daerah

asal pengiriman.

Mahasiswa Ronaldo Siregar :

Konsep petugas polisi yang enggan berdinas di pedesaan sebenarnya adalah

karen akurangnya kompensasi yang mungkin bisa diterima dengan berdinas di

pedesaan dibandingkan dengan berdinas di daerah perkotaan.

Mr. Suzuki :

1) Wilayah tugas Chuzaisho biasanya mencapai radius 40 KM2, tergantung

kepadatan jumlah penduduk.

2) Fasilitas kantor Chuzaisho sudah dibuatkan kecuali fasilitas yang lainnya.

ZEMI POLMAS Angkatan V / 2009 Page 15

Page 16: Zemi Polmas Chuzaiso

3) Saat petugas Chuzaisho libur atau mengajukan ijin cuti maka pelaksanaan

tugasnya sementara akandih=gantikan oleh petugas Chuzaisho yang terdekat

dengan wilayah tugasnya.

BAB IV

KESIMPULAN

Keberadaan Chuzaisho secara umum dapat melaksanakan tugas dengan

baik dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Dan sudah dikenal serta

mendapat tempat yang baik di hati masyarakat. Hal tersebut dapat ditunjukan

adanya dukungan baik secara internal kepolisian maupun eksternal kepolisian.

Dukungan dari masyarakat juga terlihat dengan adanya asosiasi yang membantu

polisi dengan melakukan berbagai kampanye pencegahan kejahatan, setiap

Chuzaisho mempunyai dewan masyarakat yang terdiri dari unsur–unsur dalam

masyarakat yang ada di wilayahnya yang selalu membantu petugas polisi dalam

menciptakan rasa aman dan tenteram di lingkungannya.

Berbagai keunggulan (strenght) dan kendala (constraint) terhadap penerapan

program Chuzaisho di Indonesia semestinya menjadi suatu sarana untuk melakukan

koreksi dan perbaikan dalam penerapan program Chuzaisho dalam implementasi

tugas Pemolisian Masyarakat oleh petugas Polmas, sehingga pemolisian untuk

menciptakan dan menjaga keamanan dan ketertiban dalam masyarakat yang

dilakukan dengan tindakan-tindakan : 1) Polisi bersama-sama dengan masyarakat

untuk mencari jalan keluar atau menyelesaikan masalah sosial (terutama masalah

keamanan) yang terjadi dalam masyarakat. 2) Polisi senantiasa berupaya untuk

mengurangi rasa ketakutan masyarakan akan adanya gangguan kriminalitas, 3)

Polisi lebih mengutamakan pencegahan kriminalitas (crime prevention), 4) Polisi

senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dan Keberhasilan

tugas polisi bukan hanya pada menekan angka kejahatan tetapi tercipta ketertiban

dan keteraturan yang dapat dirasakan oleh masyarakatnya.

Jakarta, Nopember 2009Penulis

ZEMI POLMAS Angkatan V / 2009 Page 16

Page 17: Zemi Polmas Chuzaiso

SETYO BIMO ANGGORONo. Mhs. 6874

ZEMI POLMAS Angkatan V / 2009 Page 17