laporan zemi_teori kegiatan polmas

27
LAPORAN ZEMI TEORI KEGIATAN PETUGAS POLMAS I. PENDAHULAN 1. Latar Belakang Polri sebagai ujung tombak dalam menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat di era globalisasi ini telah menyadari betapa perlunya suatu strategi yang efektif dan efisien guna mendukung pelaksanaan tugas-tugas pokoknya sebagaimana yang tercantum dalam pasal 13 UU RI No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dalam atmosfer masyarakat yang kia berkembang saat ini, Polri tidak dapat hanya dengan mengandalkan metode mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat dengan menggunakan crime control model yang hanya mengandalkan upaya-upaya yang bersifat represif dalam rangka menekan berbagai gangguan keamanan dan ketertiban di dalam masyarakat tanpa memperhatikan efek-efek yang ditimbulkannya. Dengan semakin meningkatnya ancaman gangguan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat sementara penggunaan crime control model dianggap tidak efektif lagi, mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki Polri, baik dalam hal ketersediaan personel (men), anggaran (money), sarana dan prasarana (materials) serta teknik dan taktik kepolisian (methodes), maka Polri pun mencari bentuk baru upaya pengendalian kemananan dan ketertiban masyarakat yang lebih dapat menyesuaikan

Upload: handik-zusen

Post on 13-Jun-2015

1.291 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Uraian Kegiatan Petugas Polmas dalam tataran teoritis

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Zemi_Teori Kegiatan Polmas

LAPORAN ZEMI

TEORI KEGIATAN PETUGAS POLMAS

I. PENDAHULAN

1. Latar Belakang

Polri sebagai ujung tombak dalam menciptakan keamanan dan ketertiban

masyarakat di era globalisasi ini telah menyadari betapa perlunya suatu

strategi yang efektif dan efisien guna mendukung pelaksanaan tugas-tugas

pokoknya sebagaimana yang tercantum dalam pasal 13 UU RI No. 2 Tahun

2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dalam atmosfer

masyarakat yang kia berkembang saat ini, Polri tidak dapat hanya dengan

mengandalkan metode mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat

dengan menggunakan crime control model yang hanya mengandalkan

upaya-upaya yang bersifat represif dalam rangka menekan berbagai

gangguan keamanan dan ketertiban di dalam masyarakat tanpa

memperhatikan efek-efek yang ditimbulkannya. Dengan semakin

meningkatnya ancaman gangguan keamanan dan ketertiban dalam

masyarakat sementara penggunaan crime control model dianggap tidak

efektif lagi, mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki Polri, baik dalam

hal ketersediaan personel (men), anggaran (money), sarana dan prasarana

(materials) serta teknik dan taktik kepolisian (methodes), maka Polri pun

mencari bentuk baru upaya pengendalian kemananan dan ketertiban

masyarakat yang lebih dapat menyesuaikan dengan tuntutan situasi dan

kondisi masyarakat saat ini. Salah satunya yang telah ditempuh Polri adalah

dengan meluncurkan Polmas sebagai paradigma baru upaya Polri dalam

rangka pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, yang dituangkan

secara formil dalam Surat Keputusan Kapolri Nomor Polisi :

SKEP/737/VII/2005, tanggal 13 Oktober 2005, tentang Kebijakan dan Strategi

Penerapan Model Perpolisian Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Tugas

Polri.

Berdasarkan Surat Keputusan Kapolri Nomor Polisi : SKEP/737/VII/2005,

tanggal 13 Oktober 2005, tentang Kebijakan dan Strategi Penerapan Model

Perpolisian Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Tugas Polri tersebut, setiap

Page 2: Laporan Zemi_Teori Kegiatan Polmas

satuan wilayah Polri khususnya pada level KOD (Komando Operasional

Dasar) yaitu Polres/Polresta/Polrestro telah berupaya semaksimal mungkin

menjabarkan Polmas dalam tataran operasional kepolisian bahkan hingga

terjadi salah kaprah dalam mengimplementasikan Polmas dengan

memandangnya sebagai ”proyek” dengan ukuran-ukuran keberhasilan yang

bersifat kantitatif. Padahal seharusnya, Polmas diimplementasikan sebagai

falsafah yang melandasi kebijakan operasional Polri di lapangan. Sebagai

contohnya, jika di suatu daerah tertentu terdapat institusi tradisonal yang telah

berfungsi sebagai lembaga keamanan lingkungan setempat, maka secara

struktural lembaga seperti FKPM/BKPM tidak perlu dibentuk lagi. Satuan

kewilayahan Polri setempat cukup mendorong pemberdayaan (empowering)

lembaga-lembaga yang sudah ada di dalam masyarakat tersebut tanpa perlu

menggunakan nama FKPM.

Tidak dapat dipungkiri bahwa operasionalisasi Polmas saat ini,

khususnya di tingkat KOD masih banyak mengalami kerancuan dengan tidak

adanya keseragaman model Polmas yang diterapkan oleh masing-masing

kesatuan kewilayahan tersebut. Terkait dengan anggota Polri yang ditugaskan

untuk melaksanakan kegiatan Polmas pun, hingga saat ini belum ada

kesatuan operasionalisasi, baik pada level praktik maupun secara teoritis.

Oleh karena itu, melalui laporan ini akan disajikan hasil diskusi yang

membahas tentang ”Kegiatan Petugas Polmas” dari sisi teori terkait dengan

permasalahan-permasalahan yang ada hingga saat ini sampai dengan

konsepsi pemecahan permasalahan-permasalahan dimaksud oleh para

Mahasiswa PTIK Angkatan 55 yang termasuk dalam kelas Zemi Polmas

Angkatan kelima, yang telah dilaksanakan pada pertemuan ketiga, tanggal 20

Oktober 2009.

2. Permasalahan

Permasalahan teoritis yang telah dibahas pada pertemuan ketiga

dimaksud yaitu sebagai berikut :

”Babinkamtibmas, Petugas Polmas, Petugas BKPM di Bekasi dan Petugas

Polpos di Jakarta tugasnya bekerja di dalam masyarakat dan melayani

masyarakat secara langsung. Mahasiswa diharapkan menganalisa dan

menjelaskan beberapa kegiatan mereka misalnya patroli, kunjungan ke

rumah-rumah, konsultan, menyelesaikan masalah. Bagaimana kegiatan ini

harus dilaksanakan ? Untuk apa kegiatan ini dilaksanakan ? Melalui kegiatan

2

Page 3: Laporan Zemi_Teori Kegiatan Polmas

ini apa sebenarnya yang dapat diperoleh ? Mahasiswa juga diharapkan dapat

menjelaskan pengalaman pribadi sendiri di lapangan mengenai kerja masing-

masing.”

II. PRESENTASI

1. Langkah-Langkah Manajerial

Dalam rangka pelaksanaan kegiatan Polmas oleh para petugas Polmas

diperlukan mekanisme yang tepat sehingga kegiatan dimaksud dapat berjalan

dengan efektif dan efisien serta tercapai tujuan maupun hasil yang diharapkan.

Oleh karena itu, diperlukan suatu langkah-langkah manajerial tertentu sebagai

kerangka utama bagi berjalannya kegiatan Polmas tersebut oleh para

petugasnya. Langkah-langkah manajerial tersebut, adalah sebagai berikut :

a. Kegiatan Perencanaan

Pertama, perencanaan menitikberatkan pada penataan,

pemutakhiran dan pengolahan data secara berlanjut, yang meliputi :

1) Data internal tentang kondisi kesatuan diperoleh dari fungsi-fungsi

operasional dan pembinaan sesuai tugas pokok masing-masing

fungsi yang berkaitan dengan program kegiatan Polmas.

2) Data eksternal tentang kondisi situasi masyarakat/komunitas (profil

komunitas) pemerintah, swasta dan masyarakat setempat yang

berpotensi mendukung Polmas.

Kedua, pemetaan kondisi internal, meliputi :

1) Pemetaan kualitas dan kuantitas kondisi personel pelaksana

Polmas.

2) Penyiapan dukungan materiil, logistik dan dukungan anggaran

pelaksanaan Polmas.

3) Pembinaan dan pelatihan kepada anggota yang ditempatkan pada

lini terdepan pelayanan masyarakat dan personil pelaksana Polmas.

4) Pembinaan karir bagi pelaksana Polmas dalam rangka penempatan,

perawatan maupun promosi pagkat/jabatan.

e) Pengembangan sistem informasi dengan pemanfaatan jalur

komunikasi dan transportasi yang ada.

Ketiga, pemetaan situasi dan kondisi eksternal, meliputi : geografi,

demografi, sumberdaya alam dan/atau buatan, bidang politik, sosial

ekonomi, sosial budaya, keamanan, kalender kamtibmas.

3

Page 4: Laporan Zemi_Teori Kegiatan Polmas

Setelah pemetaan dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah

penilaian situasi, melalui identifikasi dan analisa hal-hal sebagai berikut :

1) Struktur sosial masyarakat (suku, agama, adat istiadat/kebiasaan,

pekerjaan/profesi).

2) Sistem nilai dan infrastruktur penanggulangan kriminalitas (IPK) dan

mekanisme penyelesaian konflik yang ada di dalam masyarakat

setempat.

3) Tokoh-tokoh yang berpengaruh dan dihormati masyarakat.

4) Lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada, berkembang dan

dihormati masyarakat.

5) Potensi gangguan kamtibmas.

6) Sikap penerimaan masyarakat terhadap Polri termasuk pemerintah.

Pemutakhiran dan penilaian situasi harus dilakukan secara berlanjut

agar penentuan prioritas sasaran pencegahan dan penangkalan

gangguan kamtibmas dan masalah sosial ditangani oleh Polri dan

masyarakat.

b. Penyusunan Rencana Kegiatan

Berdasarkan penilaian situasi, perkembangan dan tuntutan/harapan

masyarakat, penyusunan rencana kegiatan meliputi :

1) Rencana kegiatan tahunan disusun oleh tim manajemen dan

Kapolsek untuk memadukan rencana kerja tahunan dalam DIPA

KOD.

2) Rencana kegiatan bulanan disususn oleh tim manajemen,

selanjutnya dijabarkan dalam rencana kegiatan mingguan pada

tingkat Polsek.

3) Rencana kegiatan harian dibuat oleh pelaksana terdepan Polmas.

c. Pola Penerapan

Pola kegiatan Polmas dirumuskan berdasarkan pola yang pernah

dan sedang dilaksanakan di satuan kewilayahan Polri, antara lain

sebagai berikut :

1) Pola Umum, yaitu Polmas yang melekat pada setiap kegiatan

anggota Polri dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

2) Pola Babinkamtibmas, yaitu setiap anggota Polri, yang karena

penugasannya, bertempat tinggal menetap atau tidak menetap di

rumah dinas/rumah pribadi, rumah hibah/pinjaman

4

Page 5: Laporan Zemi_Teori Kegiatan Polmas

masyarakat/rumah yang disewa/balai desa/kelurahan atau

bangunan/kantor pada komunitas tertentu, Balai-balai Polmas yang

dibangun oleh dinas atau tempat/bangunan lainnya atas persetujuan

masyarakat pada wilayah desa/kelurahan/komunitas yang menjadi

tempat penugasannya dalam melaksanakan kegiatan Polmas.

Babinkamtibmas yang tinggal di wilayah tersebut di atas dapat

mengembangkan dan menerapkan bentuk-bentuk kegiatan Polmas

pada Desa/Kelurahan/Komunitas tertentu :

a) Binaan, yaitu apabila upaya pencegahan kejahatan dan

pemecahan masalah sosial yang dilakukan oleh

masyaraka/komunitas tertentu secara mandiri belum terbentuk,

maka wilayah tersebut menjadi prioritas kegiatan Polmas.

Kehadiran petugas Polmas harus selalu menetap di wilayah

tersebut.

b) Sentuhan, yaitu apabila upaya pencegahan kejahatan dan

pemecahan masalah sosial yang dilakukan oleh

masyarakat/komunitas secara mandiri telah terbentuk, maka

kegiatan Polmas dilakukan melalui kunjungan/sambang.

Kehadiran petugas Polmas pada daerah tersebut dilakukan

secara menetap disesuaikan dengan perkembangan situasi.

c) Pantauan, yaitu apabila upaya pencegahan dan penangkalan

kejahatan serta pemecahan masalah sosial yang dilakukan

oleh masyarakat/komunitas secara mandiri telah berjalan

dengan baik dan menjadi nilai-nilai yang dipatuhi oleh

masyarakat, maka kegiatan Polmas dilakukan melalui

kunjungan/sambang bersifat sewaktu-waktu dan tidak

menetap. Kehadiran petugas Polmas dalam rangka upaya

memelihara dan meningkatkan mekanisme penanggulangan

kejahatan yang telah ada di masyarakat tersebut.

3) Pola Pos Pol/Pol Pos; secara struktur berfungsi sebagai pelayanan

kepolisian terdepan dan dalam rangka Polmas dapat berfungsi

sebagai BKPM.

4) Pola Balai Kemitraan Polisi dan Masyarakat (BKPM) yaitu

Babinkamtibmas atau anggota Polri karena penugasannya sebagai

pelaksana terdepan Polmas menjadi anggota dari BKPM, bertempat

5

Page 6: Laporan Zemi_Teori Kegiatan Polmas

tinggal menetap/tidak menetap pada balai tersebut yang dibangun

oleh Polri atau swadaya masyarakat/komunitas sebagai tempat

kegiatan forum kemitraan polisi dan masyarakat yang ada di wilayah

tersebut.

5) Pola Bimmas Lingkungan; yaitu setiap anggota Polri yang bertempat

tinggal di masyarakat/komunitas tertentu untuk melaksanakan

kegiatan Polmas.

6) Pola Forum Kemitraan Polri dan Masyarakat (FKPM); yaitu kegiatan

yang dilakukan oleh anggota Polri/Babinkamtibmas dan masyarakat

dengan membudayakan institusi masyarakat/pranata sosial yang

telah ada dan dibentuk oleh masyarakat setempat, dalam rangka

pencegahan dan penangkalan kejahatan, maupun pemecahan

masalah sosial.

d. Pelaksanaan

Pelaksanaan Polmas melekat pada tampilan sikap dan perilaku

setiap anggota Polri yang dapat memberikan teladan. Pelaksana Polmas

berperan sebagai tokoh masyarakat, guru, sahabat, seorang yang bijak

dan pemimpin Polri yang mampu memberikan perlindungan,

pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat, serta praktek

penegakan hukum non diskriminatif yang mampu memancing rasa

kepercayaan masyarakat untuk mematuhi hukum sesuai amanah rakyat

dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1) Pola penerapan umum, merupakan kegiatan pokok Polmas yang

melekat pada setiap anggota Polri dalam menjalankan tugas dan

fungsinya untuk memberikan pelayanan kepolisian sesuai standar

bidang tugasnya, di kantor, di lapangan maupun di luar kedinasan.

Kegiatan pokok tersebut :

a) Patroli diikuti dengan kegiatan kunjungan, sambang dan tatap

muka dengan warga masyarakat, serta dengan segera

mendatangi dan melakukan tindakan pertama di tempat

kejadian.

b) Ikut serta secara aktif dalam kegiatan masyarakat untuk

Harkamtibmas serta untuk menampung dan menindaklanjuti

keluhan dan aduan masyarakat yang berkaitan dengan

masalah-masalah kamtibmas serta pelayanan kepolisian.

6

Page 7: Laporan Zemi_Teori Kegiatan Polmas

c) Membina kemitraan dengan masyarakat untuk meningkatkan

kesadaran dan ketaatan warga terhadap hukum.

d) Membangun partisipasi aktif masyarakat dalam rangka

pemecahan masalah-masalah sosial di lingkungannya yang

berkaitan dengan masalah-masalah sosial sebelum ditangani

oleh instansi dan/atau pihak yang berwajib.

e) Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan

kepentingannya yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi

kepolisian.

2) Pola penerapan Polmas, yaitu bentuk-bentuk kegiatan dalam rangka

percepatan dan pemantapan implementasi Polmas KOD yang

disesuaikan dan/atau dapat dikembangkan sesuai situasi

masyarakat setempat, dengan kegiatan antara lain :

a) Bimmas Lingkungan. Pertama, memperkenalkan diri dan

melakukan silaturrahmi dengan warga masyarakat setempat.

Kedua, mengenal secara individu warga masyarakat yang

bertempat tinggal di sekitarnya, minimal radius 200 meter

dan/atau disesuaikan dengan kondisi pemukiman warga

masyarakat serta menyerap segala informasi yang berkenaan

dengan kamtibmas. Ketiga, secara aktif ikut serta dalam

kegiatan masyarakat dalam rangka pencegahan kejahatan,

pemeliharaan kamtibmas maupun pemecahan masalah-

masalah sosial budaya lainnya, seperti : kekerasan dalam

rumah tangga (KDRT), musibah bencana alam, wabah

penyakit dan lain-lain serta melaporkan pada Baninkamtibmas

atau satuan Polri terdekat. Keempat, membantu masyarakat

secara langsung maupun tidak langsung yang berkaitan

dengan pelayanan kepolisian, seperti : memberikan informasi

pengurusan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK),

STNK, SIM, laporan polisi, perijinan keramaian, dll.

b) Babinkamtibmas

(1) Memperkenalkan diri dan melakukan silaturrahmi dengan

masyarakat setempat.

(2) Membantu masyarakat dalam pemberian informasi

maupun bantuan pengurusan yang berkaitan dengan

7

Page 8: Laporan Zemi_Teori Kegiatan Polmas

pelayanan kepolisian kepada masyarakat yang

membutuhkan, dalam bentuk penerimaan dan

penanganan laporan/pengaduan dan permintaan

bantuan/pertolongan, pengaduan atas tindakan anggota

Polri dan pelayanan surat-surat ijin/keterangan sesuai

ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku dalm

organisasi Polri.

(3) Bekerja sama dan koordinasi dengan Kades, Lurah,

Badan Permusayawaratan Desa (BPD) dalam rangka

Harkamtibmas dan peningkatan kepatuhan hukum warga

masyarakat.

(4) Tatap muka dengan tokoh masyarakat adat, tokoh agama

dan komponen masyarakat lainnya dalam rangka

Harkamtibmas.

(5) Sambang dan kunjungan ke RT/RW, proyek-proyek

pembangunan, obyek wisata, tempat ibadah, kawasan

industri, sentra ekonomi dan lain-lain.

(6) Mendatangi dan membantu warga masyarakat yang

menjadi korban kejahatan dan terkena musibah.

(7) Memfasilitasi pertemuan dengan warga, untuk identifikasi

dan pemecahan masalah sosial secara bersama-sama.

(8) Menerima dan menindaklanjuti informasi,

laporan/pengaduan masyarakat terkait masalah

kamtibmas.

c) Pos Pol/ Pol Pos

(1) Tempat pelayanan kepolisian terbatas untuk membantu

masyarakat dalam pemberian informasi maupun

pengurusan yang berkaitan dengan pelayanan kepolisian

kepada masyarakat yang membutuhkan, dalam bentuk

penerimaan dan penanganan laporan/pengaduan dan

permintaan bantuan/pertolongan, pengaduan atas

tindakan anggota Polri dan pelayanan surat-surat

ijin/keterangan sesuai ketentuan hukum dan peraturan

yang berlaku dalam organisasi Polri.

8

Page 9: Laporan Zemi_Teori Kegiatan Polmas

(2) Menjadikan Pospol/Polpos sebagai tempat pertemuan

bersama warga untuk menyampaikan pesan kamtibmas,

koordinasi dan pemecahan masalah di lingkungan

masyarakat/komunitas setempat.

(3) Bekerja sama dengan pemerintahan desa dan warga

masyarakat/komunitas, membuat dan mensosialisasikan

pamflet, leaflet, brosur atau spanduk tentang pesan-

pesan dan himbauan kamtibmas.

(4) Bersama masyarakat setempat menjaga ketertiban setiap

kegiatan pemerintahan maupun kegiatan masyarakat

tersebut sendiri.

(5) Merespon secara cepat setiap

keluhan/pengaduan/laporan masyarakat.

(6) Anggota Pospol/Polpos juga melaksanakan kegiatan

dengan pola Babinkamtibmas, baik karena pengawasan

maupun kegiatan-kegiatan lain di bidang operasional.

d) Balai Kemitraan Polisi dan Masyarakat

(1) Menyediakan pelayanan kepada masyarakat yang

memerlukan pertolongan, bantuan, konsultasi dan/atau

informasi.

(2) Melakukan patroli sambang, berdialog dengan

masyarakat, menyerap informasi, memberikan informasi

pesan dan himbauan Kamtibmas sesuai dengan

kerawanan lingkungan.

(3) Melakukan kunjungan ke pemukiman warga, kawasan

bisnis, sekolah dan instansi pemerintahan untuk

mengidentifikasi dan mendokumentasi data sosial yang

berkaitan dengan kamtibmas.

(4) Bekerja sama dengan warga, media massa, pemerintah

daerah setempat dan kelompok-kelompok masyarakat

dalam kegiatan pencegahan kejahatan, Harkamtibmas

maupun pemecahan-pemecahan masalah sosial.

e) Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM)

(1) Mendorong dan meningkatkan berlakunya adat istiadat,

norma, nilai-nilai serta secara efektif mengikuti

9

Page 10: Laporan Zemi_Teori Kegiatan Polmas

pertemuan-pertemuan yang dilakukan oleh lembaga adat

dalam proses pemecahan masalah secara adat agar

proses dan keputusan yang ditetapkan tidak bertentangan

dengan hukum dan hak sasi manusia.

(2) Memfasilitasi pertemuan warga untuk mengidentifikasi

masalah, membahas dan mencari alternatifpenyelesaian

bersama.

(3) Mendorong warga masyarakat untuk lebih aktif

menyelenggarakan pertemuan dalam rangka musyawarah

dengan melibatkan berbagai unsur masyarakat/komunitas

dalam rangka pencegahan dan penangkalan kejahatan.

(4) Secara rutin mengunjungi warga dalam rangka

pemutakhiran data dan informasi yang berkembang di

masyarakat yang berkaitan dengan masalah-masalah

kamtibmas dan masalah-masalah sosial budaya lainnya.

(5) Mendorong masyarakat untuk membangun dan

meningkatkan sistem keamanan swakarsa yang berbasis

komunitas masyarakat.

(6) Memberikan suri tauladan kepada masyarakat untuk

berperilaku tertib dan tidak menyimpang dari aturan

hukum, adat istiadat, norma dan nilai-nilai lokal yang

berlaku dalam komunitas setempat.

(7) Melibatkan tokoh masyarakat, adat, agama, pemuda,

perempuan, anak, manula, orang dengan kebutuhan

khusus (cacat) dan kelompok masyarakat lainnya dalam

proses identifikasi dan pemecahan masalah.

(8) Menampung keluhan/pengaduan masyarakat yang

berkaitan dengan masalah kejahatan/pelanggaran dan

masalah sosial lainnya untuk membahas, mencari jalan

keluarnya dan berkoordinasi dengan instansi terkait.

e. Sosialisasi dan Koordinasi

1) Koordinasi, bekerja sama dengan dengan pemerintah

daerah/instansi-instansi pemerintah, tokoh-tokoh

masyarakat/komunitas/lembaga pendidikan/lembaga sosial

kemasyarakatan dalam rangka membuat kesepakatan (MoU) antara

10

Page 11: Laporan Zemi_Teori Kegiatan Polmas

elemen Polri dan pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan

Polmas.

2) Mensosialisasikan ke seluruh masyarakat tentang kegiatan-kegiatan

Polmas, termasuk di dalamnya yaitu percepatan dan implemantasi

Polmas.

3) Membuka akses seluas-luasnya bagi masyarakat dalam

berpartisipasi terhadap kegiatan-kegiatan Polmas.

f. Dukungan Personel dan Materiil Logistik

1) Personel : yang disiapkan/ditunjuk

a) Personel Polri sebagai petugas Polmas didasari pada

ketentuan/petunjuk yang berlaku di internal Polri.

b) Penunjukan personel Polri sebagai petugas Polmas pada

wilayah/kawasan tertentu terlebih dahulu mendapat

rekomendasi dari pimpinan satuan kewilayahan Polri setempat.

2) Materiil dan Logistik menggunakan dukungan :

a) Material dan logistik, sarana alat komunikasi, fasilitas

perkantoran/perumahan yang menjadi milik KOD dan yang

bersumber dari pemerintah daerah dan masyarakat setempat.

b) materiil/alat-alat khusus yang diperuntukkan khusus pada

personel pelaksana Polmas.

c) Pengadaan baru sesuai dengan anggaran KOD.

g. Dukungan Anggaran

1) Sumber dukungan anggaran :

a) Dari anggaran operasional masing-masing KOD.

b) Dari pemerintah daerah setempat.

c) Dari masyarakat yang bersifat tidak mengikat.

2) Sumber dukungan anggaran :

a) Mempedomani ketentuan perundang-undangan yang berlaku

dalam penggunaan anggaran Polmas.

b) Mensinkronkan dukungan anggaran kegiatan Polmas sesuai

daftar penggunaan anggaran KOD dengan anggaran yang

bersumber dari non Polri (dari Pemda atau masyarakat).

c) Prioritas dukungan anggaran pada kegiatan nyata Polmas.

h. Monitoring dan Evaluasi

1) Aspek Manajerial

11

Page 12: Laporan Zemi_Teori Kegiatan Polmas

a) Situasi internal dan situasi eksternal berkaitan dengan

dinamika kehidupan masyarakat setempat.

b) Penyusunan Rencana Kegiatan dan pelaksanaannya..

c) Penyusunan penggelaran kekuatan pelaksanaan Polmas.

d) Penyusunan alokasi dukungan anggaran dan material serta

logistik.

2) Aspek Pelaksanaan :

a) Perilaku personel pelaksanaan kegiatan Polmas.

b) Dukungan dan kesiapan masyarakat terhadap kegiatan

Polmas.

c) Permasalahan yang menonjol berkaitan dengan situasi

kamtibmas dan masalah sosial yang menonjol dan memerlukan

penanganan segera termasuk perilaku personel pelaksanan

Polmas.

d) Menerima masukan berkaitan dengan kendala atau masalah

yang menjadi hambatan bagi unsur pelaksana Polmas dan

memerlukan penanganan segera.

3) Sistem pelaporan pelaksanaan memedomani petunjuk yang ada

dan dapat dikembangkan sesuai dengan sistem pelaporan dan

komunikasi yang ada di KOD.

a) Tingkat Polsek : Laporan dihimpun oleh Perwira / Bintara tata

urusan dalam (bagian administrasi) selanjutnya dilaporkan

kepada Kapolsek.

b) Tingkat KOD : (1) Laporan pelaksanaan kegiatan Polmas

setiap bulan dievaluasi dan dilaporkan kepada pimpinan KOD

dengan disertai pemberitahuan (tembusan) kepada

Bupati/Walikota setempat; (2) Laporan kegiatan Polmas KOD

ke Polda dilaksanakan minimal tiga bulan sekali, disertai

evaluasi dan rencana tindak lanjut tiga bulan yang akan

datang.

4) Evaluasi percepatan dan pemantapan implementasi Polmas.

Evaluasi percepatan dan pemantapan implementasi Polmas

dilakukan dalam rangka untuk mengukur tingkat keberhasilan

kegiatan nyata maupun tanggapan masyarakat terhadap

pelaksanaan Polmas, dengan kegiatan yaitu :

12

Page 13: Laporan Zemi_Teori Kegiatan Polmas

a) Analisa dan evaluasi dilaksanakan pada setiap 6 (enam) bulan

sekali berdasarkan laporan hasil kegiatan dan persepsi

berdasarkan laporan hasil kegiatan dan persepsi masyarakat,

diikuti oleh unsur pimpinan KOD, perwakilan Polda serta

perwakilan pemerintah daerah setempat.

b) Pelaksanaan gelar operasional dalam rangka memecahkan

permasalahan-permasalahan tertentu yang memerlukan

penanaganan melalui kegiatan Polmas.

c) Melakukan penelitian dan pengembangan sekurang-kurangnya

satu tahun sekali untuk meningkatkan efektifitas Polmas untuk

menyesuaikan perkembangan tantangan yang dihadapi.

2. Penguatan Kapasitas Pelayanan Kepada Masyarakat

Esensi dari pelaksanaan kegiatan Polmas sebenarnya yaitu

mendekatkan pelayanan Polri kepada masyarakat. Dengan kehadiran petugas

Polmas sepanjang waktu secara langsung di tengah masyarakat, misalnya

pada komunitas industri, komunitas pekerja, komunitas adat, instansi

pemerintah daerah maupun warga masyarakat pada umumnya, akan semakin

mendorong terjalin hubungan dan komunikasi yang baik antara petugas

Polmas dan masyarakat setempat sehingga melalui kedekatan antara petugas

Polmas dengan masyarakat tersebut akan dapat memacu partisipasi

masyarakat dalam hal pencegaham kejahatan, pemeliharaan kamtibmas serta

penyelesaian permasalahan-permasalahan sosial.

3. Hasil Pelaksanaan Polmas

Pelaksanaan kegiatan-kegiatan Polmas yang dilakukan dengan

dukungan aspek manajerial yang tepat akan dapat mendorong keberhasilan

implementasi Polmas. Keberhasilan itu dapat diketahui dengan indikator-

indikator tertentu, khususnya perubahan budaya pelayanan Polri, yang selama

ini bercorak militeristik yang dikarenakan pengaruh dari masa lalu sewaktu

Polri masih bergabung dengan TNI dalam wadah ABRI menuju budaya

pelayanan Polri yang baru dengan paradigma civillian police. Perubahan

positif atas budaya pelayanan Polri melalui implementasi Polmas tersebut

akan merubah juga pola upaya Polri dalam menanggulangi kejahatan maupun

permasalahan lainnya dari upaya-upaya yang cenderung represif semakin

berkurang dan lebih menekankan pada penggunaan soft power melalui

implementasi upaya-upaya preventif maupun pre-emtif. Perubahan pola upaya

13

Page 14: Laporan Zemi_Teori Kegiatan Polmas

penanggulangan kejahatan memberikan keuntungan dan efektivitas kegiatan

kepolisian secara umum dan Polmas pada khususnya, yaitu :

a. Keuntungan

1) Polri mudah mendapatkan berbagai informasi dalam masyarakat.

2) Polri memperoleh kepercayaan dari masyarakat

3) Terjadi kerja sama antara Polri dan masyarakat dalam menciptakan

Kamtibmas.

4) Masyarakat secara sukarela memberikan bantuan moril maupun

materiil dalam pelaksanaan tugas polisi.

a. Efektivitas

1) Pelaksanaan identifikasi dan pembuatan skala prioritas penanganan

masalah-masalah yang sering terjadi di masyarakat dapaqt

dilaksanakan dengan baik.

2) Pengembangan dan pemberian tanggapan yang inovatif dan efektif

terhadap masalah-masalah tersebut, baik oleh petugas Polmas

maupun pihak-pihak lain yang terkait..

3) Pengalokasian sumberdaya secara tepat.

4) Evaluasi dan modifikasi respon, sesuai keperluan, untuk mencapai

hasil-hasil yang diinginkan.

III. DISKUSI

1. Diskusi I

a. Pertanyaan

Mahasiswa AGUNG NUGROHO

Sebagai seorang Kepala Satuan Wilayah (Kapolres/Kapolsek dll) dengan

rasio polisi dan masyarakat yang belum ideal, apa strategi untuk

menjalankan program Polmas agar terjadi kedekatan antara polisi

dengan masyarakat selama 1 x 24 jam ?

b. Jawaban

Mahasiswa HANDIK ZUSEN

Agar tercapai kondisi dimana polisi, khususnya petugas Polmas dekat

dengan masyarakat selama 1 x 24 jam, walaupun rasio polisi dan

masyarakat belum ideal, maka dapat ditempuh upaya dengan melakukan

pemetaan wilayah berdasarkan karakteristik kerawanan daerah

(Kakerda) tersebut, agar kehadiran petugas Polmas dapat diprioritaskan

14

Page 15: Laporan Zemi_Teori Kegiatan Polmas

pada daerah-daerah tertentu yang tingkat kerawanannya lebih tinggi

daripada daerah-daerah lainnya yang dinilai stabil tingkat keamanannya.

Strategi yang dapat ditempuh, antara lain adalah sebagaimana yang

ditentukan oleh Tim Perumus Polmas Mabes Polri, yang membagi

kategori daerah operasional Polmas ke dalam 3 (tiga) kategori, sebagai

berikut :

d) Daerah Binaan, yaitu apabila upaya pencegahan kejahatan dan

pemecahan masalah sosial yang dilakukan oleh

masyaraka/komunitas tertentu secara mandiri belum terbentuk, maka

wilayah tersebut menjadi prioritas kegiatan Polmas. Kehadiran

petugas Polmas harus selalu menetap di wilayah tersebut.

e) Daerah Sentuhan, yaitu apabila upaya pencegahan kejahatan dan

pemecahan masalah sosial yang dilakukan oleh

masyarakat/komunitas secara mandiri telah terbentuk, maka kegiatan

Polmas dilakukan melalui kunjungan/sambang. Kehadiran petugas

Polmas pada daerah tersebut dilakukan secara menetap disesuaikan

dengan perkembangan situasi.

f) Daerah Pantauan, yaitu apabila upaya pencegahan dan penangkalan

kejahatan serta pemecahan masalah sosial yang dilakukan oleh

masyarakat/komunitas secara mandiri telah berjalan dengan baik dan

menjadi nilai-nilai yang dipatuhi oleh masyarakat, maka kegiatan

Polmas dilakukan melalui kunjungan/sambang bersifat sewaktu-waktu

dan tidak menetap. Kehadiran petugas Polmas dalam rangka upaya

memelihara dan meningkatkan mekanisme penanggulangan

kejahatan yang telah ada di masyarakat tersebut.

c. Tanggapan

Mahasiswa Ronaldo MTPPS

Sebenarnya Polmas merupakan strategi yang digunakan oleh berbagai

organisasi kepolisian di dunia saat ini untuk mengatasi adanya

keterbatasan jumlah personil polisi, sehingga dengan strategi Polmas

tersebut tidak dibutuhkan jumlah personil yang besar tetapi cukup dengan

personil yang tersedia namun memiliki kemampuan yang handal tentang

pelaksanaan tugas-tugas Polmas maupun tugas-tugas kepolisian lainnya

secara umum.

15

Page 16: Laporan Zemi_Teori Kegiatan Polmas

2. Diskusi II

a. Pertanyaan

Mahasiswa ANDI CHANDRA

Bagaimana menanggulangi kekurangan/keterbatasan dukungan logistik

dalam rangka pelaksanaan kegiatan Polmas oleh petugas Polmas ?

b. Jawaban

Mahasiswa HANDIK ZUSEN

Realita dalam organisasi Polri saat ini memang belum memungkinkan

terlaksananya dukungan logistik secara maksimal bagi petugas Polmas

dalam rangka pelaksanaan kegiatan Polmas sehingga perlu ditempuh

upaya-upaya alternatif, antara lain dengan melibatkan partisipasi

masyarakat. Misalnya, dengan melalui mekanisme hibah, yaitu

masyarakat memberikan sumbangsih berupa dukungan logistik bagi

satuan kewilayahan Polri setempat dalam rangka mendukung kegiatan

Polmas. Mekanisme hibah ini dilakukan agar dalam tidak terjadi

penyimpangan hukum karena mekanisme tersebut sah sacara hukum.

3. Diskusi III

a. Pertanyaan

Mahasiswa YULIAN PERDANA

Bagaimana hubungan tata cara kerja (HTCK) yang berlaku bagi petugas

Polmas beserta parameter keberhasilan pelaksanaan tugasnya ?

b. Jawaban

Mahasiswa HANDIK ZUSEN

Sampai dengan saat ini belum terdapat HTCK maupun parameter

keberhasilan yang jelas dan seragam dalam rangka pelaksanaan

kegiatan Polmas di dalam organisasi Polri. HTCK kegiatan Polmas

masih rancu dengan HTCK dalam fungsi Binamitra, termasuk parameter

keberhasilannya pun tidak menjangkau sampai dengan tataran kuantitatif.

Hal-hal tersebut menyebabkan pelaksanaan kegiatan Polmas menjadi

tidak maksimal. Oleh karena itu, diharapkan, melalui kegiatan-kegiatan

akademis, antara lain seperti kelas Zemi Polmas ini diaharapkan dapat

membuahkan konsep-konsep baru dan riil tentang hal-hal yang berkaitan

dengan pelaksanaan kegiatan Polmas, termasuk di dalamnya terkait

dengan HTCK dan parameter keberhasilan kegiatan Polmas.

16

Page 17: Laporan Zemi_Teori Kegiatan Polmas

4. Diskusi IV

a. Pertanyaan

Mahasiswa RICKO A. A. TARUNA

Bagaimana kategori kasus yang dapat diselesaikan oleh petugas Polmas

secara langsung di lapangan ?

b. Jawaban

Mahasiswa HANDIK ZUSEN

Di dalam organisasi Polri, hingga saat ini belum terdapat petunjuk

pelaksanaan khusus untuk hal tersebut. Yang terjadi di Indonesia,

kegiatan Polmas dilakukan dengan tidak adanya kesamaan persepsi di

antara berbagai kesatuan kewilayahan Polri di seluruh Indonesia, mulai

Polda sampai Polsek. Sehingga banyak terjadi kesalahan persepsi juga

di dalam masyarakat, bahwa perkara-perkara yang merupakan tindak

pidana (kejahatan) dapat diselesaikan oleh petugas Polmas, padahal

sebenarnya tidak demikian. Yang ada saat ini, hanya ketentuan-

ketentuan general terkait penangnan suatu perkara, misalnya terhadap

perkara-perkara pidana tetap harus diteruskan penangannnya oleh

petugas Polmas kepada petugas Polri yang berwenang di bidang

penegakan hukum, yaitu petugas pada fungsi Reskrim-jika terkait dengan

berbagai tindak pidana umum maupun khusus; fungsi Lantas-jika terkait

dengan kecelakaan lalu lintas; dan/atau fungsi Samapta-jika terkait

dengan tindak pidana ringan. Oleh karena itu, seharusnya Mabes Polri

merumuskan lebih detail tentang kewenangan-kewenangan administratif

kepolisian bagi petugas Polmas, seperti misalnya di organisasi kepolisian

Jepang, seorang pertugas Polmas memiliki wewenang multi fungsi, yaitu

dapat melakukan berbagai kewenangan kepolisian, baik yang termasuk

dalam ruang lingkup wewenang fungsi Reskrim, fungsi Lantas, fungsi

Samapta, dll.

3. Diskusi V

Pembulatan dari Bapak SUZUKI Motoyuki

Di dalam organisasi kepolisian Jepang, sekitar 60% dari jumlah personil polisi

adalah anggota Polmas sedangkan di Indonesia, petugas Polmas masih

terbatas jumlahnya, sehingga kemungkinan dapat diatasi dengan

mengoptimalkan fungsi dari anggota Polri yang bertugas pada fungsi Samapta

dan/atau petugas SPK. Para petugas tersebut dapat melaksanakan patroli

17

Page 18: Laporan Zemi_Teori Kegiatan Polmas

rutin sambil menjalankan kegiatan-kegiatan Polmas, antara lain dengan

memberikan bantuan/pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan

kehadiran petugas Polri untuk mengatasi permasalahan yang sedang terjadi.

IV. KESIMPULAN

Agar kegiatan Polmas dapat terlaksana secara maksimal, maka diperlukan

suatu langkah-langkah manajerial tertentu dengan pendekatan fungsi manajemen,

yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian yang baik.

Dengan langkah-langkah manajerial tersebut, kegiatan Polmas akan dapat

terlaksana secara transparan dan akuntabel sehingga legitimasinya pun dapat

dipertanggungjawabkan di hadapan publik.

Dengan tingkat transparansi dan akuntabilitas yang tinggi, maka melalui

kegiatan Polmas tesebut akan didapatkan kepercayaan masyarakat terhadap Polri

dikarenakan masyarakat puas dengan pelayanan yang diberikan Polri melalui

kegiatan-kegiatan Polmas sehingga partisipasi masyarakat pun akan dapat timbul

dalam rangka mengatasi permasalahan-permasalahan di lingkungannya masing-

masing, termasuk dalam hal pencegahan kriminalitas bahkan turut serta dalam

penanggulangan kriminalitas.

18