laporan pelaksanaan kegiatan
DESCRIPTION
tambvangTRANSCRIPT
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN
PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)PT. INDOMINCO MANDIRI BONTANG
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Oleh :
WULANDARI100 500 188
PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGANJURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDASAMARINDA
2013
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktek kerja lapang adalah merupakan konsep utama pelaksanaan pendidikan di Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda. Oleh karena itu disamping teori dan praktikum, juga disediakan waktu
satu semester untuk mendapatkan praktek kerja lapang. Tujuan praktek kerja lapang ini adalah untuk
mendapatkan kemampuan dan keterampilan lanjutan, sehingga mahasiswa tidak asing lagi bila kelak
bekerja di tengah masyarakat.
Lulusan Program Studi Manajemen Lingkungan diharapkan dapat terlibat aktif dalam usaha
pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan di perusahaan maupun di lingkungan secara
umum. Di masa depan Indonesia membutuhkan banyak sumber daya manusia yang dapat mengelola
berbagai sumber daya alamnya dan mampu mengatasi permasalahan lingkungan yang timbul serta
mampu menghasilkan suatu teknologi tepat guna yang dapat diimplementasikan dan bermanfaat
langsung bagi masyarakat.
Kegiatan penambangan batubara yang kini sudah banyak dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan besar baik yang berskala lokal maupun nasional memiliki dua sisi yang saling
berlawanan, disatu sisi penambangan batubara memberikan dampak positif bagi peningkatan
ekonomi negara dan masyarakat di sekitar perusahaan namun disisi lain dampak kegiatan
penambangan batubara menimbulkan adanya penurunan kualitas lingkungan.
Kegiatan penambangan batubara secara terbuka (open pit mining) telah menimbulkan
berbagai macam dampak baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung ke lingkungan serta
masyarakat sekitar. Berbagai upaya telah dilakukan dengan semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, namun upaya tersebut belum dapat secara maksimal dalam memberikan
kontribusinya terhadap pengembalian kualitas lingkungan.
Upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan merupakan hal terpenting yang harus
dilakukan dalam upaya menjaga ekosistem dan proses produksi pada setiap perusahaan sehingga
bagian Quality, Safety and Environment (QSE) memegang peranan penting dalam setiap perusahaan
tambang batubara. Kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian harus segera ditanamkan dari
sekarang terutama bagi para pelaku usaha yang bergerak dalam bidang pertambangan batubara.
B. Tujuan
Tujuan dari kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) yang dilaksanakan di PT. Indominco
Mandiri Bontang ini adalah :
1. Mahasiswa mampu menerapkan dan melakukan komparasi dari teori yang diperoleh di perkuliahan
dengan keadaan di lapangan.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami proses pengelolaan lingkungan yang dilakukan
PT. Indominco Mandiri Bontang
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami proses pemantauan lingkungan yang dilakukan
PT. Indominco Mandiri Bontang.
C. Hasil yang diharapkan
Hasil yang diharapkan dari praktek kerja lapang ini adalah:
1. Mahasiswa mampu mengevaluasi kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan di
perusahaan dan membandingkan dengan teori yang diberikan di bangku kuliah
2. Mahasiswa menjadi terampil dan berdedikasi tinggi dalam mengaplikasikan hasil PKL di
dalam lingkungan kerja perusahaan
II. KEADAAN UMUM PERUSAHAN
A. Tinjauan Umum Perusahaan
PT. Indominco Mandiri (PT. IMM) Bontang Kalimantan Timur merupakan suatu badan usaha
swasta yang bergerak dalam bidang usaha pertambangan batubara, perusahaan ini sebelumnya
berada di bawah naungan kelompok usaha Salim Group, namun mulai Bulan Oktober 2001 semua
saham yang ada diambil alih oleh BANPU yang berpusat di Thailand.Perusahaan ini dibentuk atas
kerjasama antara perusahaan tambang batubara Bukit Asam (persero) dan BKPM (Badan Konstitusi
Penanaman Modal) yang ditandatangani pada tanggal 5 Oktober 1990 dan mendapatkan KP (Kuasa
Penambangan) dengan areal konsesi seluas ± 25.000 Ha. Daerah tersebut terbagi menjadi dua blok,
yaitu blok barat (west block) dengan luas ± 18.000 Ha, dengan jumlah cadangan sebesar 60.000.000
ton dan blok timur (east block) dengan luas ± 7.100 Ha, dengan jumlah cadangan sebesar
106.200.000 ton. Dari perjanjian tersebut kemudian dilakukan realisasi proyek awal dengan
penyelidikkan umum hingga pengapalan pertama.
Adapun urutan sejarah proyek PT. Indominco Mandiri secara singkat adalah sebagai berikut:
1. Pembukaan Area
a. Penyelidikkan Umum (1990 - 1991)
b. Program Eksploitasi (1992 - 1993)
c. Studi Kelayakan (1993 - 1995)
d. Pembangunan Fasilitas Sementara (1995 - 1997)
e. Kontrak Penambangan Batubara yang ditanda tangani tanggal 30 Mei 1996
f. Pengupasan pertama lapisan penutup (15 Juli 1996)
g. Pengapalan pertama batubara (18 April 1997)
h. Pembangunan pertama dengan fasilitas permanen (Januari 1999)
i. Pengapalan pertama dengan fasilitas permanen (Januari 1999)
Secara geografis PT. Indominco Mandiri Bontang terletak pada garis lintang 00˚02'20'' LU-
00˚13'00'' LU dan 117˚12'50'' BT-117˚23'30'' BT. Secara administratif terletak
di KecamatanSangatta, Kotamadya Bontang, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.
B. MANAJEMEN PERUSAHAAN
Jumlah karyawan yang ada di PT. Indominco Mandiri Bontang adalah sebanyak 7640 orang
terhitung selama 4156 hari kerja, dengan rincian sebagai berikut :
a. Karyawan sebanyak : 718 orang
b. Kontraktor sebanyak : 6922 orang
Yang terbagi dalam beberapa Departemen sebagai berikut :
a. Departement Mine Engineering
b. Departement Mine Operation
c. Departement Mine Survey
d. Departement Coal Handling and Procession
e. Departement QSE (Quality, Safety and Environment)
f. Departement Laboratory
g. Departement HRD (Human Resources Dept.)
h. Departement GA (General Affair)
i. Departement Mine Manitenance
j. Departement Port Operation
k. Departement Port Maintenance
l. Departement Utilities
m. Departement Marine
C. Lokasi dan Waktu PKL
Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini dilakukan di PT. Indominco Mandiri Bontang Jl. Pelakan
Km. 30 Bontang, Kalimantan Timur selama 2 bulan mulai tanggal 25 Februari sampai 26 April 2013.
Tabel 1. Jadwal kegiatan PKL di PT. Indominco Mandiri BontangNo Kegiatan/ Uraian Kegiatan Tanggal Pelaksanaan Lokasi Keterangan
Induction Company 25 – 26 Februari 2013Kantor KM. 30 PT. IMM
Teori
A. Persiapan Lahan Tambang Batubaraa. Aspek Legalitas Perusahaan
1.Observasi Perijinan Usaha Tambang
27 Februari 2013Kantor KM. 30 PT. IMM
Teori
2.Informasi Perijinan yang terkait dengan kegiatan penambangan
27 Februari 2013Kantor KM. 30 PT. IMM
Teori
3.Sistem Manajemen Administrasi Perusahaan
27 Februari 2013Kantor KM. 30 PT. IMM
Teori
B. Tahap Konstruksi Pertambangan Batubaraa. Pembersihan Lahan
1.Observasi alat berat yang digunakan
5 Maret 2013 PT. IMMTeori dan
Survei Lapangan
2.Pemantauan Dampak Lingkungan dari Proses Pembersihan Lahan
5 Maret 2013 PT. IMMTeori dan
Survei Lapangan
b. Mobilisasi Peralatan
1.Observasi sistem K3 yang telah ditetapkan
1 – 8 Maret 2013 PT. IMMTeori dan
Survei Lapangan
c. Pembangunan sarana dan Prasarana di Lokasi Tambang
1.Informasi Geografis Lokasi Tambang
1 – 8 Maret 2013Kantor KM. 30 PT. IMM
Teori
2.
Pengelolaan dan Pemantauan Kualitas Air di Settling Pond (Kolam Penampungan)
5 Maret 2013 PT. IMMTeori dan Praktek
Lanjutan Tabel 1C. Tahap Operasi Pertambangan Batubaraa. Proses Penambangan Batubara Konvensional
1.Observasi Pengerukan dan Penimbunan Tanah Pucuk (topsoil)
11 – 22 Maret 2013 PT. IMMTeori dan
Survei Lapangan
2.Observasi Pengerukan dan Penimbunan tanah penutup (overburden)
11– 22 Maret 2013 PT. IMMTeori dan
Survei Lapangan
3.Observasi Pengerukan Batubara
11 – 22 Maret 2013 PT. IMMTeori dan
Survei Lapangan
4.Pengelolaan dan Pemantauan Kualitas Udara
5 Maret – 12 April 2103
PT. IMMTeori dan
Survei Lapangan
5.Pengelolaan dan Pemantauan Kualitas Air
5 Maret – 25 April 2103
PT. IMMTeori dan
Survei Lapangan
6.Pengelolaan dan Pemantauan Kualitas Kebisingan
5 Maret – 12 April 2103
PT. IMMTeori dan
Survei Lapangan
b. Proses Pengangkutan Batubara Ke Stockpile
1.Observasi Jalur Pengangkutan Batubara
3 - 10 April 2013 PT. IMMTeori dan
Survei Lapangan
D. Tahap Pasca Operasi Pertambangan Batubaraa. Kegiatan Revegetasi Lahan
1.Informasi Jenis Tanaman yang digunakan
19 – 28 Maret 2013 PT. IMMTeori dan
Survei Lapangan
2.Informasi Lahan yang Telah dan akan di revegetasi
19 – 28 Maret 2013 PT. IMMTeori dan
Survei Lapangan
3.Observasi Pengelolaan dan Pemanfaatan Lahan Revegetasi
19 – 28 Maret 2013 PT. IMMTeori dan
Survei Lapangan
b. Kegiatan Reklamasi Lahan
1.Informasi Lahan yang Telah dan akan direklamasi
19 – 28 Maret 2013 PT. IMMTeori dan
Survei Lapangan
Lanjutan Tabel 12. Pengelolaan dan 19 – 28 Maret 2013 PT. IMM Teori dan
Pemanfaatan Kolam/ Lubang sisa tambang
Survei Lapangan
c. Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR)
1.Prioritas Program Kemasyarakatan
27– 28 Maret 2013Kantor
Eksternal PT. IMM
Teori
2.Informasi dana CSR rutin ke Masyarakat
27 – 28 Maret 2013Kantor
Eksternal PT. IMM
Teori
3.Observasi Tempat Binaan Perusahaan dari Program CSR
27– 28 Maret 2013Kantor
Eksternal PT. IMM
Teori
Presentasi Hasil Kegiatan PKL di Perusahaan
26 April 2013Kantor KM. 30 PT. IMM
Presentasi
III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)
A. Persiapan Lahan Tambang Batu bara
1. Aspek Legalitas Perusahaan
a. Tujuan
Observasi aspek legalitas perusahaan bertujuan untuk:
1) Mengetahui nomor izin kuasa pertambangan (KP) beserta luasan area yang akan ditambang oleh PT.
Indominco Mandiri Bontang
2) Mengetahui informasi tentang undang-undang yang terkait dengan kegiatan yang dilakukan oleh PT.
Indominco Mandiri Bontang pada instansi/lembaga pemerintah baik di tingkat kabupaten maupun
pusat.
b. Dasar Teori
Aspek hukum dan administrasi yaitu suatu aspek yang terkait dengan aspek legal yang
meliputi ketentuan hukum yang berlaku termasuk izin lokasi dan izin usaha yang meliputi akte
pendirian perusahaan dari notaris setempat PT/CV atau berbentuk badan hukum lainnya, Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP), Surat tanda daftar perusahaan, Surat izin tempat usaha dari pemda
setempat, Surat tanda rekanan dari pemda setempat, Surat Izin Usaha Pertambangan (SIUP)
setempat, Surat tanda terbit yang dikeluarkan oleh Kanwil Departemen Penerangan (Anonim, 2009).
c. Alat dan Bahan
Alat : Buku catatan, Bolpoin.
Bahan : Dokumen AMDAL PT. Indominco Mandiri Bontang
d. Prosedur Kerja
1) Mereview Dokumen AMDAL PT. Indominco Mandiri Bontang.
2) Menulis tentang informasi perijinan PT. Indominco Mandiri Bontang dalam kaitannya dengan kegiatan
penambangan batubara.
e. Hasil Yang Dicapai
Hasil yang dicapai selama mempelajari beberapa dokumen yang dimiliki oleh perusahaan
adalah informasi tentang perijinan pada instansi yang terkait dengan kegiatan yang dilakukan oleh
PT. Indominco Mandiri Bontang, dalam hal ini izin KP eksplorasi dan luasan areal beserta peraturan-
peraturan yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan batubara PT. Indominco Mandiri Bontang.
f. Pembahasan
Aspek legalitas perusahaan terkait dengan kegiatan usaha pertambangan yang dilakukan
oleh PT. Indominco Mandiri Bontang diantaranya diuraikan dalam hal sebagai berikut:
PT. Indominco Mandiri merupakan suatu badan usaha swasta yang bergerak dalam bidang
usaha pertambangan batubara yang memegang Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan
Batubara (PKP2B) No. 097.B.Ji/292/U/90 di daerah Kutai Timur, Kalimantan Timur. PT. Indominco
mandiri didirikan pada 11 November 1988. Perusahaan ini sebelumnya berada dibawah naungan
kelompok usaha Salim Group, mulai bulan Oktober 2001 semua saham yang ada diambil alih oleh
BANPU yang berkedudukan atau berpusat di Thailand. Luas area eksplorasi yang dimiliki oleh PT.
Indominco Mandiri sebesar 100.000 Ha yang sesuai dengan Surat Kuasa Pertambangan (KP) yang
diperoleh dari PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) dan Badan Koordinator Penanaman
Modal (BKPM), penandatanganan kontrak kerjasama dengan PTBA dilakukan pada tanggal 5
Oktober 1990. Berdasarkan hasil eksplorasi yang dilakukan dari luas area 100.000 Ha tersebut, yang
dapat dilakukan eksploitasi hanya seluas 25.000 Ha saja, yang terbagi menjadi dua blok
penambangan yaitu, Blok Barat (West Block) seluas 18.000 Ha dan Blok Timur (East Block) dengan
luas area 7000 Ha. Keseluruhan area tersebut berada di daerah administratif kota Bontang,
kabupaten Kutai Kartanegara dan Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur dengan formasi batubara
Balikpapan Late Miocene dan Pulau Balang. PT Indominco Mandiri adalah salah satu produsen
batubara terbesar dari seluruh anak perusahaan di Indonesia dengan produksi 10,7 juta ton,
menyumbang 61 % dari total produksi batubara untuk tahun 2008. Sedangkan perijinan yang terkait
dengan kegiatan pertambangan dirincikan sebagai berikut :
1) Undang-undang
a) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok Dasar-Dasar Agraria, digunakan
sebagai acuan Karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri ini berhubungan dengan
lahan atau tanah
b) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, digunakan sebagai acuan karena
kegiatan yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri ini ada masuk dalam kawasan Budidaya
Kehutanan (KBK)
c) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, digunakan sebagai acuan karena
kegiatan yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri akan berpengaruh terhadap sumber daya air.
d) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri ini wajib unutk
melakukan upaya untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup.
2) Peraturan pemerintah
a) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang Penggolongan Bahan Galian, digunakan
sebagai acuan karena batubara yang akan diekploitasi oleh PT. Indominco Mandiri adalah termasuk
dalam jenis bahan galian.
b) Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang berdampak besar dan penting sehingga wajib
dilengkapi dengan AMDAL.
c) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, digunakan
sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri ini diprakirakan akan
berdampak terhadap terjadinya pencemaran udara (khususnya terjadi peningkatan debu).
d) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun,
digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri ini ada
menggunakan bahan berbahaya dan beracun (B3) seperti oli/minyak pelumas.
e) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Indominco
Mandiri ini wajib melakukan pengelolaan dan pengendalian pencemaran air akibat limbah cairnya.
f) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2012 tentang Wilayah Pertambangan, digunakan sebagai
acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri ini dilakukan pada wilayah yang
memiliki potensi mineral dan/atau batubara
3) Keputusan, Peraturan dan Instruksi Presiden
a) Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Kawasan Lindung, digunakan sebagai acuan
karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri ini berdekatan/berbatasan langsung
dengan kawasan lindung.
b) Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1999 tentang Perizinan atau Perjanjian di bidang penambangan
yang berada dikawasan hutan, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT.
Indominco Mandiri ini berada dalam kawasan hutan.
4) Keputusan/Peraturan Menteri
a) Peraturan Menteri Perburuan Nomor 7 Tahun 1964 tentang syarat kesehatan, kebersihan serta
penerangan dalam tempat kerja, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT.
Indominco Mandiri untuk memperhatikan faktor kesehatan, kebersihan di tempat kerja.
b) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor : per.VI/Men/1976 tentang wajib
latihan Higiene Perusahaan Ergonomi dan Kesehatan (hiperkes), digunakan sebagai acuan karena
kegiatan yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri untuk melakukan pelatihan Higiene Perusahaan
Ergonomi dan Kesehatan (hiperkes) bagi tenaga kerja.
c) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : per.02/MEN/1980 tentang pemeliharaan
kesehatan tenaga kerja, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT.
Indominco Mandiri ini diprakirakan akan berdampak terhadap kesehatan pekerja.
d) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 718/Menkes/Per/XI/1987 tentang kebisingan yang
berhubungan dengan kesehatan, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT.
Indominco Mandiri ini diprakirakan akan berdampak terhadap terjadinya peningkatan kebisingan yang
berhubungan dengan kesehatan (gangguan fisiologis).
e) Keputusan Menteri Penambangan dan Energi Nomor : 1211.K/26/M.PE/1995 tentang pencegahan
dan penanggulangan perusakan dan pencemaran lingkungan pada kegiatan usaha penambangan
umum, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri ini
diprakirakan akan berdampak terhadap terjadinya perusakan dan pencemaran lingkungan.
f) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : per.05/MEN/1996 tentang Sistem
Managemen K3 dalam penyelenggaraan keselamatan kerja, digunakan sebagai acuan karena
kegiatan yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri ini wajib untuk menjalankan sistim keselamatan
kerja.
g) Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Kep-187/MEN/1999 tentang pengendalian bahan kimia
berbahaya, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri ini
ada menggunakan bahan berbahaya seperti oli/minyak pelumas.
h) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 829 tahun 1999 tentang kesehatan perumahan, digunakan
sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri ini ada melakukan
pembuatan mess untuk karyawannya.
i) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1407/Menkes/SK/XI/2002 tentang persyaratan kesehatan
lingkungan lingkungan kerja dan industri, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan
oleh PT. Indominco Mandiri ini yang menghasilkan dampak debu diprakirakan akan berdampak
terhadap kesehatan di lingkungan kerja.
j) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang baku mutu air limbah domestik
bagi usaha adan atau kegiatan penambangan batubara, digunakan sebagai acuan karena kegiatan
yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri ini diprakiran akan menghasilkan air limbah domestik.
k) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003 tentang baku mutu air limbah bagi
usaha dan atau kegiatan penambangan batubara, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang
dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri ini diprakirakan akan menghasilkan air limbah berupa air larian
permukaan (surface run off) dan air dari proses pencucian batubara.
l) Keputusan Direktur Jenderal Listrik dan Pengembangan Energi Nomor 78-12/008/600.2/1995
lampiran II tentang petunjuk teknis upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan
untuk PLTU, PLTG, PLTD, PLTGU, dan PLTP dan lampiran III tentang petunjuk teknis upaya
pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan untuk transmisi, digunakan sebagai
acuan karena adanya kegiatan pengoperasian power plant/PLTU PT. Indominco Mandiri.
m) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 142 Tahun 2004 tentang pedoman mengenai
syarat dan tata cara perijinan serta pedoman kajian pembuangan air limbah ke air atau sumber air,
digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri ini
diprakirakan akan membuang limbah cairnya ke air atau ke sumber air.
n) Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2008 tentang reklamasi dan
penutupan tambang, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Indominco
Mandiri ini wajib melakukan reklamasi dan penutupan tambang.
o) Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.174/Menhut-II/2009 tentang izin pinjam pakai kawasan
hutan pada kawasan hutan produksi tetap kepada PT. Indominco Mandiri untuk eksploitasi bahan
galian batubara dan sarana penunjangnya seluas 906,10 hektar yang terletak di Kabupaten Kutai
Kartanegara, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri
ini masuk dalam kawasan Budidaya Kehutanan (KBK).
5) Keputusan Dirjen, Kepala Badan dan Surat Edaran
a) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : kep 056 tahun 1994 tentang
pedoman umum mengenai ukuran dampak penting, digunakan sebagai acuan karena dalam
prakiraan tingkat kepentingan dampak dari kegiatan yang dilakukan PT. Indominco Mandiri terhadap
lingkungan hidup menggunakan peraturan tersebut.
b) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : 299/11/1996 tentang pedoman
teknis kajian aspek sosial dalam penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan, digunakan
sebagai acuan karena ada komponen/aspek sosial yang dikaji dalam penyusunan analisis mengenai
dampak lingkungan hidup PT. Indominco Mandiri ini
c) Keputusan Direktor Jendral Penambangan Umum Nomor : 693.K/008/DDJP/1996 tentang pedoman
teknis pengendalian erosi pada kegiatan penambangan umum, digunakan sebagai acuan karena
kegiatan penambangan batubara yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri ini diprakirakan akan
menimbulkan dampak erosi.
d) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 45 Tahun 2005 tentang
pedoman penyusunan laporan pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL) dan
rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL), digunakan sebagai acuan karena ada kewajiban dari
PT. Indominco Mandiri dalam melaporkan hasil pelaksanaan RKL dan RPL dalam pelaksanaan
kegiatannya nanti.
6) Peraturan Daerah
a) Peraturan Daerah Propinsi Kalimantan Timur Nomor 12 Tahun 1993 tentang
RT/RW Propinsi Kalimantan Timur, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh
PT. Indominco Mandiri ini berhubungan rencana tata ruang wilayah.
b) Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Nomor 14 Tahun 2000 tentang pengawasan kualitas air,
digunakan sebagai acuan karena adanya kewajiban dari PT. Indominco Mandiri untuk melakukan
pengawasan kualitas air khususnya pengawasan terhadap kualitas limbah cair yang dihasilkannya
dan dibuang di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara.
c) Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Timur Nomor 6 Tahun 2004 tentang pengelolaan lingkungan hidup
di Kabupaten Kutai Timur, digunakan sebagai acuan karena kegiatan yang dilakukan oleh PT.
Indominco Mandiri ini berhubungan rencana tata ruang wilayah khususnya di Kabupaten KutaiTimur.
d) Peraturan Daerah Kota Bontang Nomor 6 Tahun 2004 tentang perijinan dan retribusi ijin pembuangan
limbah cair, digunakan sebagai acuan karena kegiatan penambangan batubara yang dilakukan oleh
PT. Indominco Mandiri di wilayah Kabupaten Bontang ini nantinya wajib memiliki izin pembuangan air
limbah.
7) Keputusan Gubernur dan Bupati atau Walikota.
a) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Timur Nomor : 339 tahun 1988 tentang
baku mutu lingkungan di Propinsi Daerah Tingkat IKalimantan Timur, digunakan sebagai acuan
karena lingkungan yang terkena dampak dari kegiatan PT. Indominco Mandiri ini adalah
di PropinsiKalimantan Timur.
b) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Timur Nomor 28Tahun 2002 tentang
pengujian lingkungan dan kesehatan kerja, digunakan sebagai acuan karena adanya kewajiban dari
PT. Indominco Mandiri jika nantinya beropersi untuk mengujikan kesehatan karyawan dan lingkungan
kerjanya.
c) Keputusan Bupati Kutai Kartanegara Nomor : 180.188/HK-316/2003 tentang pedoman pencegahan
dan penanggulangan perusakan dan pencemaran lingkungan pada kegiatan usaha pada
penambangan umum di kabupaten kutai kartanegara, digunakan sebagai acuan karena kegiatan
penambangan batubara yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri ini diprakirakan akan berdampak
terhadap terjadinya perusakan dan pencemaran lingkungan di wilayah kabupaten Kutai Kartanegara.
B. Tahap Konstruksi Pertambangan Batubara
1. Observasi sistem K3 pada Contractor Management System (CMS) yang telah diterapkan
a. Tujuan
Observasi mengenai CMS ini bertujuan untuk mempelajari buku panduan yang menjadi pedoman
dalam mengelola Sistem K3L di PT. Indominco Mandiri Bontang.
b. Alat dan Bahan
1) Alat : Buku catatan dan bolpoin
2) Bahan : Buku panduan Pelaksanaan CMS-ITM
c. Prosedur Kerja
1) Mempelajari buku panduan CMS-ITM
2) Mereview dan menuliskan poin-poin penting dalam proses CMS
d. Dasar teori
Bahwa CMS merupakan buku panduan untuk memberikan penjelasan secara rinci mengenai,
teori dasar, pengertian serta langkah melakukan assessmen dimulai dengan adanya komitmen
kebijakan perusahaan serta pelaksanaan secara efektif berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku di Indonesia atau peraturan-peraturan perusahaan sendiri yang bertujuan menciptakan
lingkungan kerja yang aman sehat dan ramah lingkungan serta peningkatan produktivitas kerja yang
tinggi (CMS-ITM, 2010)
e. Hasil yang dicapai
Hasil yang dicapai dalam mempelajari materi mengenai CMS ini adalah informasi dan
pengetahuan mengenai kegiatan dalam CMS oleh PT. ITM
f. Pembahasan
Kegiatan CMS terdiri dari :
1) Perencanaan
a) Leadership and Commitment : EHS Policy
b) Risk Assessment
c) Compliance Management (Legal & Order Reqirements)
d) Penetapan Objective, Target & Program
2) Implementasi
a) Organisasi, penetapan tugas dan tanggung jawab, akuntibilitas dan pendelegasian wewenang
b) Kompetensi, pelatihan dan kesadaran
c) Komunikasi, konsultasi & partisipasi
d) Dokumentasi & pengendalian dokumen
e) Pengendalian operasi
f) Perlindungan mesin (proteksi terhadap potensi bahaya dari mesin
g) Kebisingan dan getaran
h) Pencahayaan
i) Penanganan barang
j) Penanganan bahan peledak
k) Sistem izin kerja dan sistem isolasi – penandaan
l) Instalasi kelistrikan
m) Fasilitas pendukung bagi karyawan
n) Alat pelindung diri
o) Infrastruktur (fasilitas, peralatan dan perlengkapan) & housekeeping
p) Penanganan bahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah B3
q) Pengelolaan limbah padat, limbah cair dn kualitas udara
r) Pengelolaan lingkungan lainnya (merujuk pada kontrak kerja sama)
s) Pengelolaan kesehatan karyawan
t) Kesiapsiagaan dan tanggap darurat
3) Pemeriksaan
a) Pengukuran dan pemantauan
b) Inspeksi dan observasi terencana
c) Pemantauan dan pengukuran kesehatan karyawan
d) Evaluasi pemenuhan terhadap persyaratan legal dan persyaratan lainnya
e) Pelaporan dan penyelidikan insiden
f) Ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan
g) Pengendalian catatan
h) Internal asesmen
4) Evaluasi
Tinjauan manajemen
2. Informasi geografis lokasi tambang
a. Tujuan
Untuk mengetahui letak geografis pertambangan PT. Indominco Mandiri
b. Alat dan bahan
Alat : alat tulis
Bahan : Dokumen RKL-RPL PT. Indominco Mandiri
c. Prosedur Kerja
Mereview dan menuliskan poin-poin penting informasi tentang letak geografis PT. Indominco Mandiri
Bontang
d. Dasar teori
Letak geografis suatu wilayah adalah keberadaan posisi wilayah tersebut sesuai dengan bentuk dan
letaknya di bumi (Anonim, 2008).
e. Hasil yang dicapai
Hasil yang dicapai dalam mereview dokumen RKL-RPL adalah informasi mengenai letak geografis
pertambangan PT.Indominco Mandiri Bontang.
f. Pembahasan
Secara geografis PT. Indominco Mandiri Bontang terletak pada garis lintang 00˚02'20'' LU-
00˚13'00'' LU dan 117˚12'50'' BT-117˚23'30'' BT. Secara administratif terletak dikecamatan sangata,
kotamadya Bontang, kabupaten Kutai Timur, provinsi Kalimantan Timur.
Lokasi pertambangan batubara PT. Indominco Mandiri Bontang berjarak kurang lebih 250 km
dari kota Balikpapan - Samarinda - Bontang. Yang dapat ditempuh melalui jalan darat dengan
menggunakan kendaraan darat dalam waktu ± 6 jam. Untuk mencapai lokasi pusat administrasi PT.
Indominco Mandiri Bontang dapat dicapai dari pusat kota Bontang dengan menggunakan kendaraan
darat melalui jalan beraspal melewati pos penjaga (security gate) di km 10, kemudian sejauh 23 km
menuju mess karyawan PT. Indominco Mandiri Bontang (camp 23), dan sampai di km 30 akan
ditemui bangunan pusat administrasi (mine site) PT. Indominco Mandiri Bontang, mine stockyard dan
instalasi crushing plant yaitu tempat penimbunan dan reduksi batubara sebelum dibawa ke
pelabuhan. Sedangkan untuk menuju ke pelabuhan PT. Indominco Mandiri Bontang, ± 17 km dari km
10, dimana terdapatpermanent dan temporary stockpile sebagai tempat penimbunan sementara
sebelum loading ke kapal.
C. Tahap Operasi Pertambangan Batubara
1. Proses Penambangan Konvensional
a. Tujuan
Untuk mengetahui proses penambangan yang dilakukan PT. Indominco Mandiri Bontang
mulai dari persiapan lahan, pengolahan batubara sampai pengapalan batubara.
b. Dasar Teori
Dalam mengeksploitasi batubara maupun bahan galian lainnya, setiap perusahaan memiliki
metode yang berbeda-beda dalam sistem penambangannya, PT Indominco Mandiri merupakan salah
satu perusahaan yang menggunakan metode sistem penambangan yang dilakukan adalah tambang
terbuka (open pit) kemudian mengisi kembali (back filling) lahan bekas penambangan tersebut
setelah operasi penambangan selesai dilakukan.
c. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan : Dokumen Identifikasi Analisis Dampak Lingkungan PT.
Indominco Mandiri Bontang dan alat tulis menulis.
d. Prosedur kerja
Membaca dan memahami proses penambangan yang dilakukan PT. Indominco secara umum
dan mengamati proses tersebut.
e. Hasil yang dicapai
Tahap-tahap kegiatan penambangan batubara adalah sebagai berikut :
1) Pembersihan Lahan (Land Clearing)
2) Pemindahan Topsoil
3) Pengupasan Over Burden
4) Pengolahan Batubara
5) Kegiatan rehabilitasi lahan
f. Pembahasan
Kegiatan penambangan batubara yang dilaksanakan PT. Indominco Mandiri Bontang berada
di 2 (dua) area penambangan yaitu blok barat (pit - 3S, pit-11SE2, pit 11S, pit L13W1, pit-6SW1, pit-
40, L11N, dan pit 13 exp). di blok timur (pit Seam 10B, Pit 10C & 11A, Pit 19D).
Untuk lebih rinci, sistem penambangan akan dijelaskan sebagai berikut :
1) Land Clearing
Land clearing atau pembersihan lahan merupakan kegiatan untuk membersihkan dan membabat
tumbuhan yang berada di atas lapisan topsoil.Kegiatan land clearing dilakukan bila di bawah lapisan
tanah tersebut terdapat bahan galian yang akan ditambang atau daerah tersebut akan digunakan
untukdumping area. Contoh tumbuhannya adalah rumput, pohon-pohon, dan semak belukar.
Pekerjaan ini dilakukan sebelum tahap pengupasan lapisan tanah penutup dimulai. Pekerjaan ini
meliputi pembabatan dan pengumpulan pohon yang tumbuh pada permukaan daerah yang akan
ditambang dengan tujuan untuk membersihkan daerah tambang tersebut sehingga kegiatan
penambangan dapat dilakukan dengan mudah tanpa harus terganggu dengan adanya gangguan
tumbuh-tumbuhan yang ada di lokasi penambangan.
Pembersihan dilakukan pada daerah yang akan ditambang dengan menggunakan Bulldozer dan
bantuan Backhoe, dilakukan secara bertahap sesuai dengan pengupasan lapisan tanah
penutup. Dalam pembabatan, pohon didorong kearah bawah lereng untuk dikumpulkan, dimana
penanganan selanjutnya diserahkan pada pihak berwenang yang memiliki Izin Pengelolaan Kayu
(IPK).Izin Pengelolaan Kayu (IPK) untuk industri pertambangan diatur oleh Pemerintah melalui
Kementrian Kehutanan.
Untuk PT. Indominco Mandiri , kayu dikelola oleh Puyuh, kontraktor yang ditunjuk pemerintah.
Alat-alat yang digunakan untuk land clearing adalah :
a) Bulldozer Komatsu D85, digunakan untuk membersihkan dan membabat pohon-pohon dan semak
belukar yang memiliki diameter kurang dari 30 cm dan panjang kurang dari 4 meter
b) Gergaji rantai (chainsaw), digunakan untuk memotong pohon-pohon yang relatif besar dengan
diameter lebih dari 30 cm dan panjang lebih dari 4 meter. Pohon-pohon ini selanjutnya diinventarisasi,
diberi nama dan dihitung volumenya kemudian dikumpulkan di Logstock.
2) Pemindahan Topsoil
Kegiatan topsoil removal atau pengupasan lapisan tanah penutup untuk mengupas lapisan
tanah yang paling atas, dimana tanah ini biasanya terdiri dari lapisan humus dan tanah yang
strukturnya tidak keras, sehingga lapisan topsoilberguna sebagai tanah yang akan dipakai kembali
untuk kegiatan reklamasi.Topsoil biasanya terbentuk dari clay atau tanah liat. Pengupasan tanah ini
dilakukan dengan cara menggali, memuat , kemudian mengangkut tanah tersebut ke topsoil stock.
Lapisan topsoil yang diambil adalah dengan ketebalan 30 – 60 cm.
Alat-alat yang digunakan untuk kegiatan topsoil removal adalah :
a) Alat gali muat adalah excavator backhoe PC 300 dengan kapasitas gali 1,8 m3
b) Alat angkut, yaitu Articulated Dump Truck (ADT) tipe Komatsu HM 400 dengan kapasitas 22,3 m3
c) Alat bantu untuk merapikan lapisan topsoil sesudah dikupas, yaitu Bulldozerd155.
Timbunan di lapisan topsoil dipersiapkan untuk melapisi lapisan tanah didumping area.
Setelah dumping area siap untuk direklamasi maka lapisan tersebut di spreading (disebarkan) dahulu
dengan menggunakan lapisan topsoil.Alat yang digunakan untuk spreading tersebut sama dengan
alat yang digunakan untuk topsoil removal yaitu Excavator Backhoe PC 300 dan Articulated Dump
Truck HM 400.
3) Pengupasan Overburden
Tahap pengupasan overburden dilakukan setelah semua proses topsoil removal selesai
dilaksanakan. Lapisan tanah penutup (overburden) dibongkar hingga ditemukan lapisan batubara.
Karakteristik dari berbagai jenis overburdenmenentukan cara untuk mengupasnya,
lapisan overburden ada yang memiliki kekerasan yang ekstrem sehingga perlu dilakukan blasting dan
ada juga yang lunak sehingga cukup digali saja dengan excavator backhoe.
Overburden pada East Block terdiri dari material PAF dan NAF. Komposisi perbandingan
material PAF dan NAF sekitar 60% : 40%. Pada lapisan material pertama overburden biasanya
komposisinya adalah tanah liat dan lapisan berikutnya berupa sandstone. Alat yang biasa digunakan
untuk pengupasanoverburden adalah :
a) Excavator backhoe Komatsu PC 1250 dengan kapasitas bucket 7 m3
b) Excavator backhoe Komatsu PC 2000 dengan kapasitas bucket 12 m3
c) Excavator backhoe Komatsu PC 3000 dengan kapasitas bucket 16 m3
d) Dump truck HD 785 kapasitas bak angkut 48 m3 dan sekarang juga telah digunakan HD1500.
Dalam pembongakaran overburden akan membentuk bench, geometri benchsesuai SOP adalah :
(1) Tinggi jenjang = 8 meter
(2) Single slope = 70 o
(3) Overall slope = 65o (west block)
= 60o (east block)
(4) Lebar jenjang = 1,7 meter (west block)
= 3,8 meter (east block)
4) Proses Pengolahan Batubara
Pada saat pertama kali batubara diangkut oleh Dump Truck menuju mine stockyard masih
berukuran lebih dari > 50 mm, lalu dari mine stockyarddimasukan kedalam hopper dengan alat
angkut truck dan alat muatnya Wheel Loader. Saat pertama kali batubara memasuki hopper, terlebih
dahulu batubara disiram dengan sebuah alat water spray, yang mana penyiraman ini bertujuan untuk
pengikatan material-material batubara yang berbutir halus (fine coal).
Batubara dari lokasi tambang diangkut dengan menggunakan truk pengangkut batubara untuk
selanjutnya diangkut menuju ROM pada coal processing plant, maupun langsung ditumpahkan
ke hopper.
Hopper berkapasitas 200 ton, dilengkapi dengan grizzly berukuran 600 mm x 1200 mm yang
berfungsi untuk menyortir ukuran boulder batubara agar tidak masuk dalam feeder breaker.
Sementara feeder breaker itu sendiri adalah sebuah alat untuk penghancur batubara dari ukuran
yang boulder menjadi – 200 mm.
Produk batubara berukuran -200 mm merupakan tahap awal dari penghancuran batubara yang
berukuran bongkahan boulder. Tahap kedua penghancuran batubara menggunakan
alat crusher yang terhubung dengan belt conveyor dan dilengkapi dengan magnet cathcer dan metal
detector. Magnet catcher adalah alat untuk menangkap besi (metal yang mempunyai sifat magnetik)
yang terkontaminasi dengan batubara pada saat feeding, sedangkanmetal detector berfungsi sebagai
alat untuk mendeteksi adanya material besi/metal yang tidak tertangkap oleh magnet catcher.
Setelah melalui magnet catcher dan metal detector, batubara berukuran -200mm tersebut
masuk dalam tahap penghancuran kedua batubara menjadi ukuran -50 mm dengan crusher.
Pada belt conveyor dari alat crusher menuju twin boom stacker, terdapat sebuah alat
berupa automatic sampler yang berfungsi sebagai pengambil sampel batubara secara otomatis untuk
diuji kualitasnya di laboratorium analisa kualitas batubara.
Produk batubara hasil tahap penghancuran kedua merupakan produk yang sudah siap untuk
dipasarkan. Namun dalam pemuatannya terdapat suatu manajemen untuk mengatur pemuatan
batubara hingga menuju ke pelabuhan, karena produk batubara di CPP 1 mempunyai dua produk,
yaitu Low Total Sulfurdan High Total Sulfur. Oleh karena itu, produk dari crusher akan dibawa dengan
belt conveyor menuju twin boom stacker untuk pemisahan produk Low TS danHigh TS menuju mine
stockyard.
Batubara dengan dua jenis produk yang disimpan di tempat penyimpanan sementara (mine
stock yard), akan dibantu oleh bulldozer untuk didorong menujureclaimer feeder, dimana reclaimer
feeder tersebut adalah alat untuk memindahkan batubara hasil crushing dari mine
stockyard ke loading bin melaluibelt conveyor untuk selanjutnya di kirim
ke port menggunakan double trolley.
Pemindahan hasil produk batubara Lo-TS dapat menggunakan dua cara, yang pertama yaitu
melewati reclaimer feeder melalui belt conveyor menujuloading bin dan yang kedua dengan
menggunakan wheel loader langsung dimuat dari mine stockyard ke double trolley. Batubara yang
telah dimuat oleh doubletrolley selanjutnya siap untuk diangkut menuju pelabuhan.
2. Kegiatan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan PT.Indominco Mandiri
a. Kegiatan Pengelolaan lingkungan
1) Tujuan
Untuk mengetahui kegiatan Pengelolaan Lingkungan yang telah dilakukan oleh PT.Indominco
Mandiri
2) Dasar Teori
Pengelolaan lingkungan adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan yang
meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan,
pengawasan, dan pengendalian lingkungan (Farisyalwan, 2009).
3) Alat dan bahan
Alat tulis menulis dan kamera untuk dokumentasi
4) Prosedur Kerja
Mengamati dan berdiskusi dengan pembimbing lapangan mengenai pengelolaan lingkungan di
beberapa lokasi kegiatan pertambangan PT.Indominco Mandiri.
5) Hasil yang dicapai
Hasil yang dicapai adalah informasi mengenai pengelolaan lingkungan di beberapa lokasi
kegiatan pertambangan PT.Indominco Mandiri
6) Pembahasan
Berikut adalah beberapa lokasi pertambangan batubara PT.Indominco yang berpotensi
menimbulkan pencemaran lingkungan dan upaya pengelolaan yang dilakukan oleh PT.Indominco
Mandiri :
a) Pit
Pit merupakan lahan kegiatan pembukaan lahan batubara dan pengambilan batubara. Beberapa
kegiatan di Pit batubara adalah sebagai berikut :
(1) Pembukaan/penebasan dan persiapan lahan
(2) Pengambilan tanah pucuk dan Over Burden
(3) Pengambilan batu bara
Beberapa dampak yang ditimbulkan serta pengelolaan yang dilakukan dari kegiatan diatas antara lain
:
(a) Hilangnya flora dan fauna
Sejalan dengan kegiatan operasi penambangan, kegiatan pembukaan dan penebasan lahan
yang dilakukan terbatas hanya pada lahan yang dibutuhkan sesuai dengan rencana penambangan.
ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan lingkungan sekaligus memperkecil kerusakan lingkungan
akibat kegiatan penebasan pohon-pohon sehingga berkibat dari hilangnya flora dan fauna. Maka,
kegiatan penebasan telah dilaksanakan secara bertahap, tidak sekaligus membabat habis pohon atau
tanaman-tanaman disekitar lokasi yang akan ditambang, namun dengan tetap membiarkan sebagian
daerah tidak terganggu untuk menjadi jalur-jalur hijau yang berfungsi sebagai penyangga ekologi
dengan harapan kegiatan rehabilitasi lahan lebih cepat berhasil.
Kegiatan penebasan lahan sebagian besar diperuntukkan sebagai lokasi penambangan dan
hanya sebagian kecil yang dibuka sebagai lokasi timbunan tanah/batuan penutup (waste dump).
untuk lokasi pemupukan tanah penutup dan penimbunan tanah/batuan penutup tetap ditempatkan
pada bekas penambangan yang telah selesai diambil batubaranya atau kegiatan back filling.
(b) Debu dan emisi udara jalan tambang
Dalam setiap kegiatannya, pertambangan batubara pasti menghasilkan pencemaran seperti
debu dan emisi jalan tambang yang berasal dari kendaraan tambang, untuk itu kegiatan pengelolaan
yang dilakukan untuk penanganannya adalah penyiraman jalan tambang untuk meminimalisasi debu
serta penanaman disepanjang jalan tambang untuk mengurangi emisi debu dari kendaraan tambang.
(c) Air limbah tambang
Air limbah tambang dihasilkan pada saat kegiatan pembukaan lahan serta pengambilan
batubara. Air limbah yang berpotensi mencemari lingkungan selanjutnya dialirkan ke drainase-
drainase dan settling pond untuk dilakukan pengolahan agar tidak mencemari lingkungan.
(d) Erosi dan sedimentasi
Erosi diakibatkan dari kegiatan penebasan pohon saat pembukaan lahan. Tanaman yang
hilang atau berkurang menyebabkan tanah lebih mudah mengalami erosi dan sedimentasi. Maka
penanganan yang dilakukan adalah :
(i) Penataan dan pembentukan timbunan tanah/batuan penutup berupa teras dengan sudut
kemiringan (slope) yang landai yaitu sekitar 26, membentuk permukaan bidang olah dengan
kemiringan sekitar 3% ke arah kaki lereng, dengan demikian laju erosi yang diakibatkan air limpasan
permukaan yang melalui bidang-bidang lereng dapat terkendali.
(ii) Pengendalian secara vegetatif dilakukan dengan cara menanam tanaman penutup tanah (cover crop)
dan pohon di daerah-daerah terbuka yang sudah selesai ditata bentuk dan permukaannya. dengan
telah dilakukan revegetasi ini, maka dampak erosi akibat air hujan dapat diminimalisasi.
(iii) Membuat kolam-kolam pengendap yang dapat mencakup seluruh areal kegiatan operasional
penambangan. dengan adanya kolam pengendap ini, maka tanah ataupun sedimen-sedimen yang
hanyut telah pendangkalan terhadap badan perairan/sungai disekitar kegiatan penambangan.
(e) Sampah umum
Sampah umum yang dihasilkan dari kegiatan pit berupa sampah umum maupun sampah
berbahaya penanganan yang dilakukan untuk sampah umum dilakukan penimbunan serta untuk
sampah berbahaya dimusnahkan di incinerator.
b) ROM (Run of Mine)
ROM adalah tempat penumpukan batubara sebelum dilakukannya peremukan dan pencucian
batubara.
Beberapa dampak yang ditimbulkan serta pengelolaan dilokasi ROM disajikan dalam tabel
berikut :
Tabel 2. Dampak dan Pengelolaan di ROM
No Dampak Pengelolaan1 Debu/ fine coal Penyiraman dilakukan di sepanjang jalan tambang guna
mengurangi pencemaran debu dijalan tambang.2 Air limpasan Pembuatan drainase bertujuan menampung serta
mengalirkan air limpasan yang diakibatkan dari kegiatan ROM.
3 Sedimen Membuat kolam-kolam pengendap yang dapat mencakup seluruh areal kegiatan operasional penambangan. Dengan adanya kolam pengendap ini, maka tanah ataupun sedimen-sedimen yang hanyut telah pendangkalan terhadap badan perairan/sungai disekitar kegiatan penambangan.
c) Coal Processing Plan
(1) Crusher
Crusher merupakan tempat proses peremukan batubara menjadi ukuran yang lebih kecil. Pada
saat dumping atau penumpahan batubara ke hopper,maka akan menimbulkan dampak berupa
pencemaran debu. Untuk mengurangi pencemaran debu yang dihasilkan maka dilakukan penyiraman
dengan automatic water sprayer.
(2) Washing plan
Washing plan merupakan tempat pencucian batubara. Batubara yang mengandung kotoran
sebelum di crushing maka dilakukan pencucian untuk memisahkan kotoran dari batubara tersebut.
PT. IM mengoperasikan sarana pencucian batubara (washing plant) disekitar mine stockyard
Km. 30. Limbah dari pencucian (tailing) tersebut ditampung dan dikelola dalam kolam pengelolaan
dengan kapasitas sekitar 11.000.000 m. Kolam ini juga sekaligus untuk menampung air limbah
berupa run off dari mine stockyard dan ROM dan dari crusher-2. Adapun sistem penanganan yang
dilakukan adalah dengan sirkulasi tertutup, dimana air limbah dari proses pencucian akan
dimanfaatkan kembali pada proses pencucian selanjutnya setelah mengalami proses pengendapan.
Kolam pengendapan ini di desain sedemikian rupa dengan dimensi dan volume yang cukup besar
sehingga memberi kesempatan terhadap air limbah untuk mengendap sebelum dimanfaatkan
kembali. Air limbah dari aktifitas pencucian ini tidak ada yang mengalir ke luar dan mencemari
lingkungan sekitarnya. Sarana pengelolaan air limpasan permukaan (run off)
disekitar port stockyard dan di pelabuhan tongkang adalah settling pond yang telah beroperasi
beberapa tahun yang lalu. Sarana ini dapat mengantisipasi semua air limpasan permukaan daari
kegiatan penumpukan batubara di area tersebut, sehingga aktifitas di port stockyard dan pelabuhan
tidak mencemari lingkungan. Evaluasi lingkungan berdasarkan hasil pemantauan berupa uji harian
dan mingguan yang dilakukan secara internal maupun dari hasil analisa laboraturium PT. Sucofindo
yang dilaksanakan perbulan dan triwulan menunjukan bahwa kualitas air masih normal dengan nilai
pH sekitar 6.10 - 8.20. Ini dimungkinkan karena konstruksi dasar atau alas daripada struktur material
pengisi/penimbun port stockyard dan pelabuhan tongkang terdiri dari batu gamping dan dari pasir
laut, sehingga pH air dari fasilitas ini tidak ada masalah. Tidak ada menggunakan bahan-bahan kimia
di dalam pengelolaan air limbah. Adapun pengelolaan yang rutin dilakukan adalah mengeruk kolam-
kolam tersebut dan membuang material endapan kelokasi bekas penambangan, serta menimbunnya
dengan tanah/batuan penutup untuk mencegah terjadinya pencemaran.
(3) Loading bin
Loading bin merupakan tempat pemuatan batubara ke double trolley untuk diangkut ke
pelabuhan batubara. Saat kegiatan loading bin, debu dihasilkan disekitar area tersebut. Maka untuk
mengurangi atau meminimalisasi pencemaran debu maka dilakukan penyiraman di sekitar
area loading bin.
(4) MSY (Mine Stock Yard) dan PSY (Port Stock Yard)
MSY merupakan tempat penumpukan batubara sebelum diangkut ke pelabuhan batubara,
sedangkan PSY (Port Stock Yard) merupakan tempat penumpukan batubara sebelum di angkut ke
kapal pengangkut batubara.Blending dilakukan guna memaksimalkan kualitas batubara antara batu
bara berkualitas rendah dan berkualitas tinggi sesuai permintaan konsumen.
Beberapa dampak yang ditimbulkan di area MSY dan PSY serta pengelolaan dampak yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Dampak dan Pengelolaan di MSY dan PSY
No Dampak Pengelolaan1 Debu Penyiraman jalan2 Air limpasan Pembuatan drainase dan pengelolaan air
di settling pond
3 Hidrokarbon Hidrokarbon berupa sisa oli maupun solar dan sampah berbahaya lainnya dikelola pada oil trap dan di insinerasi.
(5) Port (Pelabuhan batubara)
Beberapa dampak yang ditimbulkan di area pelabuhan serta pengelolaannya adalah :
Tabel 4. Dampak dan Pengelolaan di Port BatubaraNo Dampak Pengelolaan1 Debu Dilakukan penyiraman untuk mengurangi debu2 Tumpahan
batubara di lautMengatur tinggi rendahnya boom ship loader
3 Hidrokarbon Sampah yang berupa hidrokarbon dikelola di insinerator
(6) Unit incinerator
Unit incinerator merupakan unit yang berfungsi mengelola sampah berbahaya dan beracun. Pada
unit incinerator sampah dimusnahkan dengan cara dibakar. Beberapa dampak yang ditimbulkan dari
kegiatan insinerasi adalah :Tabel 5. Dampak dan Pengelolaan di Unit Incinerator
No Dampak Pengelolaan1 Emisi udara Pemantauan kualitas emisi udara2 Abu sisa pembakaran Penimbunan abu sisa pembakaran
(7) Unit Perusahaan Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Unit PLTU merupakan unit yang berfungsi sebagai sumber listrik bagi perusahaan .
Beberapa kegiatan yang menyebabkan dampak pada unit PLTU adalah sebagai berikut :
Tabel 6. Dampak dan Pengelolaan di Unit PLTUNo Dampak Pengelolaan1 Emisi udara Pemantauan kualitas emisi
udara2 Batubara sisa bahan bakar Pemanfaatan sebagai bahan
pembuat batako.
8) Kegiatan pengelolaan di Settling Pond
a) Pengelolaan air limbah tambang
Settling Pond adalah suatu penyaluran berbentuk kolam yang berfungsi sebagai kolam
pengendapan semua air dari areal tambang, baik air tanah maupan air hujan dan bertujuan untuk
menjernihkan air yang keluar ke perairan umum.
Kolam pengelolaan yang ada di PT. IM berjumlah 15 kolam, terdiri dari 8 kolam di blok barat (SP-
VII, SP-X, SP-XIII, SP-XIV, SP-XV, SP-XVI, SP-XVII, SP-XVIII), 4 kolam di blok timur (SP-32, SP-34,
SP-35, SP-36) dan 3 kolam di area port stockyard dan pelabuhan (SP-A, SP-C, SP-D). Ini ada 2
kolam yang tutup di area blok timur yaitu SP-30 dan SP-33, dan 1 kolam yang dialihkan dari SP-2C
ke SP-XVII. Semua kolam tersebut merupakan kolam yang keluarannya (out let) berdekatan dengan
titik penataan. Kemudian ada 3 kolam yang dibangun di blok timur yaitu SP-34, SP-35 dan SP-
36. Ukuran luasan kolam berbeda-beda, dengan rata-rata ukuran luas 20 meter, panjang 50 meter,
kedalaman 3-4 meter dan ketebalan tanggu 2-3 meter. Usaha pengendalian terhadap air limbah
tambang yang telah dilakukan oleh PT. IM adalah usaha pencegahan (preventive) dan pengelolaan
(corrective). Usaha pencegahan (preventive) yang dilakukan berfokus pada pencegahan terjadinya air
asam tambang dengan menerapkan sistem manajemen batuan penutup, yaitu penimbunan dan
penataan dilakukan sesuai dengan karakteristik batuannya yang telah dituangkan dalam standar
prosedur (SOP) di PT. IM, disamping itu melakukan segera back filling lahan bekas penambangan
untuk mencegah jangan sampai terjadi oksidasi mineral sulfida pada bekas penambangan yang dapat
berakibat terjadinya air asam tambang. Sedang usaha pengelolaan air limbah tambang (corrective)
yang dilakukan adalah dengan cara mengalirkan semua air limbah tambang kedalam kolam-kolam
untuk di kelola serta melakukan pemantauan rutin (harian) untuk mengetahui kualitasnya. Terjadi air
asam tambang (AAT) di beberapa lokasi penambangan blok timur. Usaha pengelolaan yang
dilakukan adalah menambahkan dan mencampur kapur (hydrated lime) sebagai bahan penetral.
Pengecekan kualitas air dilakukan secara terus-menerus selama proses pengelolaan hinga pH air
menjadi normal. Setelah pH normal, air kemudian dilepas ke perairan umum/lingkungan. Demikian
juga hal nya di area penambangan blok barat, beberapa kolam mempunyai kekeruhan yang tinggi
(TSS) sehingga dilakukan pengelolaan dengan cara menambahkan koagulan dan flokulan. Usaha
perbaikan yang telah dilakukan untuk menanggulangi masalah kualitas air limbah khususnya
parameter TSS adalah pemeliharaan dan pengerukan sedimen dan kolam. Dengan dilakukannya
pengerukan ini maka air limbah mempunyai kesempatan untuk mengendap sebelum mengalir ke
peraiaran umum, kemudian umur kolam juga akan bertambah lama.
9) Lokasi penunjang kegiatan
Beberapa lokasi penunjang kegiatan seperti workshop, office, poliklinik, laboratorium
maupun base camp juga berpotensi menimbulkan pencemaran dari kegiatan yang dihasilkan.
Berikut adalah dampak yang ditimbulkan serta pengelolaan yang dilakukan :
Tabel 7. Dampak dan Pengelolaan Kegiatan di Lokasi Penunjang
No Dampak Contoh Limbah Pengelolan
1 Sampah umum Sisa makanan atau minuman maupun sampah umum biasa
Dikumpulkan dalam bak sampah untuk selanjutnya di timbun di TPA
2 Limbah kegiatan MCK Tinja Dikelola di septic tank3 Limbah B3 dan
sampah medisa. Kemasan/Bahan Kimia &
Pestisidab. Sampah medis seperti bekas
suntik atau alat-alat medis lainnya
c. Cartridge printer & photocopyd. Timah/baterai kering bekase. Filter bekas, majun
terkontaminasi hidrokarbon
Dikumpulkan dalam kanton khusus yang tertutup rapat, diberi label/simbol untuk selanjutnya di musnahkan di Unit Incinerator.
4 Besi, ban bekas dan sampah hidrokarbon
Contoh sampah hidrokarbon :
a. Pelumas Bekasb. Sisa Greasec. Filter oil/solar bekasd. Hose hidrolik bekase. Drum bekas hidrokarbon Majun terkontaminasi
hidrokarbong. Lumpur oil traph. Tanah terkontaminasi
hidrokarbon
1. Untuk besi atau pun ban bekas masih dapat dimanfaatkan kembali.
2. Untuk pelumas bekas, sisa grase, solar bekas atau hose hidrolik bekas disalurkan ke pengumpul
3. Untuk drum bekas di manfaatkan kembali
4. Untuk majun terkontaminasi hidrokarbon dimusnahkan diincinerator
5. Untuk lumpur oil trapdan tanah terkontaminasi hidrokarbon di kumpulkan dalam drum untuk selanjutnya dikelola di lahan bioremediasi ataupun di kirim ke pengelola B3 yang memiliki izin
b. Kegiatan Pemantauan Lingkungan
Pemantauan lingkungan adalah proses pengamatan, pencatatan, pengukuran,
pendokumentasian secara verbal dan visual menurut prosedur standard tertentu terhadap satu atau
beberapa komponen lingkungan dengan menggunakan satu atau beberapa parameter sebagai tolak
ukur yang dilakukan secara terencana, terjadwal dan terkendali dalam satu siklus waktu tertentu.
Dalam Pemantauan lingkungan biasanya di lakukanmonitoring agar dapat menghasilkan data yang
tepat sebagai unsur analisa suatu pengamatan.
1) Pemantauan Perubahan Kualitas Udara
Parameter perubahan kualitas udara yang dipantau adalah sebagai berikut :
Tabel 8. Pemantauan Kualitas Udara
No Parameter Frekuensi1 Kadar Debu 3 Bulan
2 SOx, NOx, CO, dll 3 Bulan
3 Kebisingan 3 Bulan
Tabel 9. Pemantauan Emisi Sumber Tidak Bergerak PLTU
No Parameter Frekuensi1 SOx, NOx, CO, dll 6 Bulan
Tabel 10. Pemantauan Emisi Sumber Bergerak
No Parameter Frekuensi1 Opasitas 6 Bulan
Tabel 11. Standar Baku Mutu Kualitas Udara untuk Parameter Udara
Ambient dan Emisi Gas Buang berdasarkan PP No. 41 Tahun
1999
No Parameter Standar
1 Carbon Monoksida (CO) 30000 ug/m3
2 Nitrogen Oksida (NO2) 400 ug/m3
3 Debu 230 ug/m3
4 Kebisingan 70 dB
5 Sulfur Dioksida (SO2) 900 ug/m3
Tabel 12. Standar Baku Mutu untuk Sumber Emisi tidak Bergerak PLTU
Permen LH No.21 Tahun 2008 (Lampiran 1b)
No Parameter Standar
1 SO2 750 mg/m3
2 Nitrogen Oksida (NO2) 750 mg/m3
3 Partikulat 100 mg/m3
4 Opasitas 20 %
Dampak penting yang menyebabkan perubahan kualitas udara dari aktifitas operasional
penambangan batu bara adalah peningkatan kandungan debu dan kebisingan (udara ambien).
Dari hasil analisis laboratorium yang telah dilakukan, kemudian dibandingkan dengan baku
mutu udara sesuai Perda Kaltim No.339 tahun 1988 ataupun Peraturan Pemerintah No.41 tahun
1999, secara umum memenuhi standar baku mutu. Demikian juga dengan emisi sumber tidak
bergerak (genset), semua parameter memenuhi standar baku mutu KEP-13/MENLH/3/1995. Namun
beberapa parameter seperti debu, kebisingan serta opasitas terlihat hampir mendekati Nilai Ambang
Batas (NAB) yang ditentukan. Hal ini perlu di waspadai agar tidak memicu terjadinya pencemaran
lingkungan.
2) Pemantauan Kualitas Air Limbah
Pemantauan perubahan kualitas air khususnya air limbah dari proses kegiatan dilakukan secara
rutin dengan frekuensi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan. untuk kebutuhan pelaporan
dilakukan perbulan dan pertiga bulan yang dilaksanakan melalui laboratorium PT. Sucofindo
Samarinda, sedang untuk kebutuhan internal perusahaan, dilakukan pemantauan harian dan
mingguan, dan untuk parameter Fe dan Mn dilakukan sekali dalam sebulan sesuai peraturan yang
berlaku.
Beberapa kegiatan dalam pemantauan kualitas air limbah tambang batubara adalah :
a) Pengukuran pH pada setiap settling pond
b) Pencatatan data pH dan debit air pada papan data di setiap settling pond
c) Pengukuran TSS air di Laboratorium Environment
Setelah dilakukan pemantauan maka data-data yang diperoleh tersebut di susun untuk
dilaporkan ke pemerintah .
Berikut adalah beberapa parameter penting dalam kegiatan pemantauan kualitas air limbah
tambang batubara :
Tabel 13. Parameter yang di lakukan Pemantauan Lingkungan
No Parameter Frekuensi
1pH Harian
2 Fe 1 bulan
3Mn 1 bulan
4 TSS 2x seminggu
Tabel 14. Standar Baku Mutu Air Limbah Untuk Kegiatan Pertambangan
Batubara (Perda Kaltim No.2 tahun 2011 dan KepMenLH No.113
tahun 2003)
No ParameterKadar Maksimum
(mg/L)
1 TSS 300
2 Besi Total (Fe) 7
3 Mangan Total (Mn) 4
4 pH 6 - 9
Berdasarkan data yang diperoleh maka diketahui parameter yang di pantau tersebut telah
memenuhi baku mutu lingkungan yang ditetapkan.
D. Tahap Pasca Operasi Pertambangan Batubara
1. Informasi Jenis Tanaman yang digunakan
a. Tujuan
Mengetahui jenis-jenis tanaman yang digunakan oleh PT. Indominco Mandiri dalam kegiatan
revegetasi lahan pasca tambang.
b. Dasar teori
Tanaman untuk reklamasi digunakan untuk kegiatan revegetasi lahan pasca tambang yang jenisnya
disesuaikan dengan kondisi lahan pertambangan.
c. Alat dan bahan
Alat tulis menulis dan kamera untuk dokumentasi.
d. Prosedur kerja
Mereview dokumen SOP Departemen Reklamasi dan Rehabilitasi PT. Indominco Mandiri.
e. Hasil yang dicapai
Mengetahui jenis-jenis tanaman yang digunakan dalam kegiatan revegetasi lahan.
f. Pembahasan
Jenis tanaman yang digunakan adalah tanaman lokal dan non lokal, sebagai berikut :
Tabel 15. Jenis Tanaman Lokal dan Non Lokal
No Tanaman Lokal Tanaman Non Lokal1234567891011121314151617181920212223242526272829303132333435363738394041
Anthoceepalus cinencis (jabon)Aquilaria malacensis (garu)Alstonia agustiloba (pulai)Aleoretus mulukana (kemiri)Archidendron havelandii (k parang)Artocarpus rigidus (terap)Becorea sp (rumbai)Calicarpa (ngayup)Cananga odorata (kenanga)Crotoxylum arborescenCroton argyratum (tembak)Delinia sp (simpur)Delinia sumtrana (simpur)Drakonto melondao (singkuang)Dryobalanop lanciolata (kapur)Dimokarous longan (ihau / mata kucing)Duabanga mullukana (benuang laki)Diospyros macropylla (arang)Durio sp (aglaiya)Eusideroxylon swager (ulin)Fikus madurencis (beringin)Gluta velutina (rengas)Glochidion sp (R.punai)Homolanthus sp (buta-buta)Hibiscus semilis (waru)Illex cinosaKoordersidendron pinatum (T.hitam)Lea (duri)Lansium domissticum (langsat)Lepisanthes alata (klengkeng hutan)Macaranga gigante (mahang)Macaranga triloba (mahang)Miristika maxima (dara 2)Neanuclea sp (merkubung)Nyipah fruticans (nipah)Pomitea sp (rambutan hutan)Piper aduntum (sirih-sirihan)Pterospernum exelsa (T.hitam)Popowia hirta (banitan)Ptrospermum javanicum (bayur)Rizhopoda sp (bakau)
Accasia mangium (akasia)Arenga pinnata (aren)Arocarpus altilis (sukun)Arthocarpus integra (nangka)Annona muricatal (sirsak)Cassia siamea (johar)Cassia suratancisCassurina sp (cemara)Citrus sp (jerok)Caliandra (kaliandra)Ceiba petndra (kapuk)Cassia alata (galinggang)Durio sp (durian)Delonix regia (flamboyan)Elais quineensis (k.sawit)Eugenia polyantha (salam)Euglena glauca (lamtoro)Gmelina arborea (gemalina)Integra (cempedak)Mngifera sp. (mangga)Naphaleum (rambutan)Peronema canescen (sungkai)Persia americana (pepaya)Pithecelobium lobatum (jengkol / pete cina)Psidium quajava (jambu biji)Pterocharpus indicus (angsana)Paraseriantes falkataria (sengon)Pinus mercussi (pinus)Samanea saman (trembesi)Sesbania glandiflora (turi)Swetenia mahagoni (mahoni)Tectona grandis (jati)Terminalia ketappa (ketapang)Parkia roxburghii (kedawung)Anacardiumoccidentale (jambu mete)Kayu putih
42No
4344454647484950515253545556575859
Rutmania escomani (asam hutan)Tanaman Lokal
Sonnetaria caseolaris (pedada)Shorea seminis (meranti)Shorea lamilata (meranti)Shorea leprosula (meranti)Syzygium (jambu 2)Syzygium (krantingan)TubangaTristaniopsis sp (pelawan)Unidentified -3Unidentified -4Unidentified -6Unidentified -7Unidentified -8Vernonea arboreaVitex pubescen (laban)Shorea leavis (bengkirai)Nyatoh
Tanaman Non Lokal
Lanjutan Tabel 15
2. Kegiatan Reklamasi Lahan
a. Tujuan
Mengetahui kegiatan-kegiatan reklamasi yang dilakukan PT. Indominco Mandiri dalam kegiatannya
pasca operasi pertambangan batubara.
b. Dasar teori
Reklamasi adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki lahan bekas tambang
agar sesuai dengan peruntukannya seperti pembuatan sedimen pond, drainase, penataan lahan dan
penanaman.
Revegetasi adalah kegiatan penanaman kembali lahan yang sudah terganggu akibat
kegiatan penambangan dengan tanaman penutup tanah (cover crop), jenis pelindung dan tanaman
jenis lokal yaitu tanaman yang sebelumnya pernah tumbuh di lokasi tersebut.
c. Alat dan bahan
Alat tulis menulis dan kamera untuk dokumentasi.
d. Prosedur kerja
1) Mengamati kegiatan di rumah pembibitan
2) Mengamati hasil revegetasi yang telah dilakukan PT. Indominco Mandiri
e. Hasil yang dicapai
Hasil yang dicapai adalah mengetahui kegiatan reklamasi dari kegiatan penimbunan,
penataan lahan, penyebaran tanah pucuk, penghijauan dan pembibitan yang dilakukan PT.Indominco
Mandiri.
f. Pembahasan
Kegiatan reklamasi yang telah dilakukan pada lahan bekas penambangan maupun lokasi-
lokasi timbunan tanah / batuan penutup meliputi :
1) Penimbunan (backfiling), penataan lahan (re-contouring) dan penyebaran tanah pucuk (topsoiling)
Kegiatan back filling yang merupakan bagian dari kegiatan reklamasi selama tahun 2012 telah
dilakukan pada daerah bekas penambangan di blok barat sekitar 416 Ha terdiri dari S-3S, S-4, S-9-
11, S-16, S-40, S-6sw, S-0 dan L-13, di blok Timur pada S-7 seluas 1.18 Ha. Area tersebut sekaligus
merupakan area untuk aktifitas penataan lahan (recontouring) dan penyebaran tanah pucuk (top
soiling). Kegiatan backfilling tersebut masih terus berlangsung dan akan dilanjutkan hingga
operasional penambangan berakhir.
2) Penghijauan
Realisasi penghijauan atau revegetasi pada daerah yang terbuka / terganggu termasuk bekas
penumpukan topsoil, di daerah blok barat sekitar 497.62 Ha dan blok timur sekitar 35.38 Ha, dengan
jumlah bibit yang ditanam sebanyak 333.125 pohon (625 pohon / Ha) yaitu :
a) Lahan bekas tambang seluas 304.87 Ha
b) Daerah penimbunan tanah / batuan penutup seluas 226.82 Ha
Telah dilakukan kegiatan penyisipan tanaman jenis lokal dari jenis meranti, kapur, durian,
kemiri, langsat, kelengkeng, gaharu, rambutan bayur dan ulin dengan jumlah total bibit local yang
ditanam sebanyak 133.988 pohon pada daerah seluas 428 Ha dengan pola tanam 4 x 8.
3) Pembibitan
Pengembangan bibit untuk keperluan penghijauan dilapangan tetap dilaksanakan secara
kontinyu dirumah pembibitan/nursery. Teknik pengembangan bibit dilakukan secara generatif (melalui
biji, anakan) dan pengembangan secara vegetatif (melalui stek). Karena kebutuhan bibit yang cukup
besar, maka pengembangannya lebih banyak dilakukan secara generatif.
Disamping lebih praktis dan mudah didapat, cara ini juga dapat dilakukan dalam jumlah yang
banyak. Jumlah bibit yang sudah dikembangkan dirumah pembibitan dan siap tanam adalah
sebanyak 707.630 batang yang terdiri dari 102 spesies. Jenis tanaman ini terdiri dari jenis lokal (jenis
tanaman yang berasal dari sekitar areal tambang atau pernah tumbuh sebelum dilakukan
penambangan) 59 spesies jenis lokal dan 43 spesies jenis non lokal (tanaman yang berasal dari luar
daerah). Diantara jenis non lokal ada beberapa jenis buah-buahan yang diharapkan menjadi sumber
makanan satwa liar nantinya. Beberapa hal yang perlu dijelaskan sehubungan dengan pencapaian
target reklamasi adalah sebagai berikut :
a) Kegiatan penyebaran tanah penutup lebih banyak diarahkan ke area lahan bekas penambangan
(backfilling dump)
b) Luasan area penimbunan tanah penutup diluar tambang (out pit dump) dapat diminimalisir.
Revegetasi yang merupakan tahap akhir dari reklamasi dapat dilakukan secara maksimal karena
didukung oleh ketersediaan lahan yang cukup.
4) Pemantauan revegetasi
a) Gangguan hama seperti ulat pengerat daun, batang dan akar tidak ditemukan demikian juga penyakit
tanaman seperti busuk akar batang maupun gangguan fisik tanaman secara keseluruhan sangat
minim sekali. Namun masih ada ditemukan beberapa tanaman yang diganggu oleh Orang
Utan(Pigmoeus pigmoeus), sehingga menyebabkan kematian pada tanaman khusus untuk pohon
akasia dan sengon laut. Sehingga tindakan perbaikan maupun pencegahan dilakukan dengan
mengganti jenis tanaman yang mati.
b) Tanaman merambat yang merupakan tanaman penutup (cover crop) cukup agresif sehingga harus
dipotong secara berkala (minimal 6 bulan sekali), jika tidak akan menghambat pertumbuhan tanaman
pohon yang ada disekitarnya.
c) Tanaman parasite yang dijumpai adalah seperti alang-alang (Imperata Cylindrica) maupun beberapa
jenis tanaman teki-tekian yang tumbuh secara bergerombol dan menyebar dibeberapa lokasi. Namun
belum mempengaruhi pertumbuhan tanaman pokok secara nyata (significant), sehingga juga belum
memerlukan tindakan pemberantsan/pencegahan.
d) Untuk tanaman volunteer atau yang tumbuh secara alami yang dapat meningkatkan keragaman
(diversity) yank kerapatan (density) tanaman masih tetap didominasi jenis Macaranga sp dan Trima
oreintalis, Neanuclea sp(Merkubung), Dilena sp (Simpur) dan Duabanga mollucana.
e) Persentase tumbuh dari tanaman dapat dilaporkan cukup tinggi, dari 333.125 pohon yang ditanam,
yang mati sejumlah 33.312. dengan demikian persentase tumbuh tanaman 3 bulan setelah ditanam
adalah ± 90%. Namun setiap bibit yang mati/tidak tumbuh telah ditanama/disulam kembali sehingga
tota; tanaman tidak berkurang.
3. Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR)
a. Tujuan
Mengetahui program-program CSR yang telah dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri Bontang.
b. Dasar teori
Definisi CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan
oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggungjawab mereka
terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada.
c. Alat dan bahan
Alat tulis menulis, Presentasi Pelaksanaan CSR/Comdev PT. Indominco Mandiri.
d. Prosedur kerja
Berdiskusi dengan karyawan bagian CSR PT. Indominco Mandiri mengenai program-program CSR
yang telah dilakukan oleh PT. Indominco
e. Hasil yang dicapai
Berikut adalah beberapa program-program Comdev yang telah dilakukan oleh PT. IM :
1) Sektor ekonomi
a) Dana bergulir untuk petani, peternak ikan dan unggas
b) Pendidikan dan pelatihan Home Industri untuk pemuda dan ibu PKK
c) Pengembangan agribisnis
d) Pembinaan kelompok tani sampai tahap produksi dan pemasaran
e) Pemberdayaan pengusaha lokal
2) Sektor Sosial (pendidikan, kesehatan, budaya, agama
a) Beasiswa Prestasi ( SD, SMP, SMA, S1, dan honorarium untuk guru honor dan staff desa
b) Sunatan Massal
c) Penyuluhan kesehatan dan peningkatan gizi balita serta kesehatan ibu dan anak
d) Bantuan buku paket TK, SD, MI, SMP, SMA
e) Bantuan untuk pekan olah raga dan seni
f) Safari Ramadhan
g) Perayaan hari keagamaan
3) Sektor Infrastuktur
a) Pembangunan sarana air bersih
b) Rehabilitasi gedung sekolah (TK, SD, SMP, Pesantren dan fasilitas pendidikan lainnya
c) Pembangunan dan pengerasan jalan alternatif
d) Pembangunan rumah ibadah
e) Pembangunan kantor desa
f) Pembangunan MPB
4) Sektor lingkungan
a) Mitra TNK
b) Bantuan bibit tanaman penghijauan
c) Pemberdayaan masyarakat sebagai pelaksana penghijauan
d) Penanaman Mangrove
f. Pembahasan
Dengan adanya program CSR/Comdev yang dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri Bontang,
partisipasi masyarakat sangat baik. Setiap bulan dilakukan Rapat Umum Desa kerjasama Kepala
Desa yang bersangkutan dengan pihak CSR perusahaan, guna mengontrol kegiatan CSR yang telah
dilakukan oleh perusahaan dan manfaatnya bagi masyarakat sekitar. Kegiatan Rapat Umum Desa
tersebut juga bermanfaat menghindari terjadinya salah guna dana yang diusulkan oleh masyarakat
desa.
Anggaran dana CSR/Comdev yang wajib dikeluarkan PT. Indominco setiap tahunnya adalah
sebesar Rp 800.000.000,00 yang terbagi dari ± 20 desa binaan PT. Indominco Mandiri di daerah
sekitar perusahaan dengan rincian sebagai berikut :
1) Pemkab. Kutai Timur (Daerah Tambang)
Desa Teluk Pandan, Desa Suka Rahmat, Desa Kadolo, Desa Martadinata, Desa Suka Damai dan
Desa Danau Redang
2) Pemkot. Bontang (Fasilitas Shiploader)
Kel. Bontang Lestari, Kelurahan Loktuan, Kelurahan Kanaan, Kelurahan Guntung dan desa lain di
sekitar wilayah kota Bontang.
3) Pemkab. Kutai Kartanegara (Fasilitas Port Stockyard)
Desa Santan Tengah, Desa Santan Ilir, Santan Ulu.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Indominco Mandiri ini
adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan pengelolaan lingkungan yang dilakukan PT. Indominco Mandiri telah terlaksana dengan
baik. Hal ini terlihat dari kualitas lingkungan yang memenuhi standar yang ditetapkan.
2. Kegiatan pemantauan lingkungan adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan pemantauan kualitas udara dilakukan dengan frekuensi yang teratur dan hasil analisa
menunjukkan kadar kualitas udara masih dibawah nilai ambang batas yang ditentukan.
2. Kegiatan pemantauan kualitas air limbah dilakukan dengan memantau parameter-parameter air
limbah seperti pengukuran Mn, Fe, TSS dan pH dengan frekuensi sesuai kebutuhan yang diperlukan
agar kualitas yang diinginkan untuk dikembalikan lingkungan tercapai dan tidak mencemari
lingkungan.
3. Pada semua kegiatan yang dilakukan di area pertambangan PT. Indominco Mandiri dalam lingkup K3
telah memenuhi standar K3 yang ditetapkan, hal ini dapat dilihat dari minimnya kecelakaan kerja yang
terjadi. Hal ini tak lepas dari kesadaran personal untuk tetap mengutamakan K3 dalam bekerja.
4. Untuk kegiatan CSR/Comdev PT. Indominco Mandiri telah berjalan dengan baik, partisipasi
masyarakat juga turut mempengaruhi lancarnya kegiatan pertambangan batubara PT.Indominco
Mandiri Bontang.
B. SARAN
Kegiatan PKL ini sangat bermanfaat dan penting bagi mahasiswa/i sehingga sebagaimana telah
disebutkan diatas banyak pelajaran yang didapat maka perlu menambahkan saran demi
meningkatkan efisiensi dan efektifitas demi meraih kinerja yang profesional dimasa mendatang
seperti :
1. Mahasiswa harus lebih aktif dalam menimba informasi agar data yang didapat lebih lengkap.
2. Mahasiswa harus lebih aktif berdiskusi dengan pembimbing lapangan agar segala informasi yang
ingin didapat lebih akurat
3. Mahasiswa dapat memberikan motivasi bagi mahasiswa lainnya dan bertukar pengalaman dari hasil
PKL
4. Perlu mengadakan hubungan kerja sama antara pihak kampus dan perusahaan yang bukan hanya
hubungan praktek kerja namun juga hubungan kerja.
Adapun saran yang diberikan penulis kepada perusahaan tempat melaksanakan PKL di PT.
Indominco Mandiri Bontang adalah sebagai berikut :
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai teknik penambahan kapur yang efisien.
2. Penambahan SDM pada bagian nursery, guna menunjang kegiatan baru dari revegetasi yakni Kultur
Jaringan.
3. Perbaikan akses jalan menuju settling pond guna mempermudah pemantauan kualitas air limbah
pertambangan batubara.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. Letak Geografis. http://pengertian-letak-geografis.html . Diakses tanggal 24 Maret 2013Anonim, 2009. Perijinan Usaha Pertambangan. http://perijinan-usaha-untuk-kegiatan- usaha.html . Diakses tanggal 24
Maret 2013CMS, 2011 Buku Panduan Pelaksanaan CMS-ITM. Indo Tambangraya Megah. JakartaFarisyalwan, 2009. Pengertian Pengelolaan Lingkungan.http://farisyalwan.blogspot.com/2009/5/pengelolaan-
lingkungan-hidup.html . Diakses pada tanggal 24 Maret 2013IPB, 2011. Penanggulangan pencemaran debu batubara. http://repository.ipb.ac.id. Diakses pada tanggal 10 April
2013
Nugeraha, 2010. Pengolahan Air Limbah Kegiatan Pertambangan Batubara menggunakan biokagulan : Studi Penurunan Kadar TSS, Total Fe dan Total Mn Menggunakan Biji Kelor (Moringa oleifera). http://ejournal.ac.id. Diakses pada tanggal 8 April 2013
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Standar Baku Mutu Kualitas Udara untuk Parameter Udara Ambient dan Emisi Gas Buang
Perda Kaltim No.2 tahun 2011 dan KepMenLH No.113 tahun 2003 tentang Standar Baku Mutu Air Limbah Untuk
Kegiatan Pertambangan BatubaraPermen LH No.21 Tahun 2008 (Lampiran 1b) tentang Standar Baku Mutu untuk Sumber Emisi tidak Bergerak PLTU
Putra, 2006. Perancangan unit presipitasi pengolahan air limbah coal processingplant (CPP) Site Lati, PT. BerauCoalhttp://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=20247476&lokasi=lokal. Diakses pada tanggal 8 April 2013
Setya Danurejo. 2013. Laporan Tugas Akhir untuk Skripsi. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Yogyakarta. Tidak Dipublikasikan.
LAMPIRANGambar 1. Peta Lokasi PT. Indominco Mandiri
Gambar 2. Proses Kegiatan Penambangan PT. Indominco Mandiri Bontang
Gambar 3. Struktur Organisasi PT. Indominco Mandiri
Gambar 4. Kantor Km. 30 PT. Indominco Mandiri Bontang
Gambar 5. Land Clearing
Gambar 6. Pemindahan TopsoilGambar 7. Spreading Topsoil
Gambar 8. Pengupasan Overburden
Gambar 9. Pengerukan Batubara
Gambar 10. Settling Pond
Gambar 11. Penumpahan Batubara ke Hopper
Gambar 12. Metal detector dan Magnet Catcher
Gambar 13. Produk Batubara Berukuran -50mm
Gambar 14. Twin Boom Stacker
Gambar 15. Wheel Loader Memuat Batubara ke Double Trolley
Gambar 16. Proses Pemuatan Batubara dari Loading Bin
Gambar 17. Pengangkutan Batubara Menuju Port
Gambar 18. Pelabuhan Batubara (Port)
Gambar 19. Unit Incinerator
Gambar 20. Unir Bioremediasi
Gambar 21. COAL PROCESSING PLANT
Gambar 22. Rumah Pembibitan (Nursery)
Gambar 23. Pengukuran pH Settling Pond
Gambar 25. Pengerukan Settling Pond
Gambar 25. Kegiatan Revegetasi Lahan
Gambar 26. Program CSR/COMDEV PT. INDOMINCO MANDIRI Bontang
Grafik 1. Kualitas Udara Ambien (Debu)
Grafik 2. Kualitas Emisi (SO2)
Grafik 3. Kualitas Air Limbah (pH)
Grafik 4. Curah Hujan PT. Indominco Mandiri