polmas perspektif adr lkp

73

Upload: agunkz-damsevenfoldism

Post on 26-Jul-2015

255 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Polmas Perspektif Adr Lkp
Page 2: Polmas Perspektif Adr Lkp

OLEH

I GUSTI NGURAH SUTARKA,SH.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS DWIJENDRA

DENPASARNOP 2011

Page 3: Polmas Perspektif Adr Lkp

UU No. 2 thn 2002

Psl 15 huruf f :

Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagaibagian dari tindakan kepolisian dalam rangkapencegahan.

Tindakan kepoolisian > upayapaksa/tindakan lain mnrt hukum yg bertggjwb> tegaknya hkm & terbinanya tentram masy.

Page 4: Polmas Perspektif Adr Lkp

UU No. 2 thn 2002

> Psl 18 ayat 1 :

Untuk kepentingan umum pejabat KepolisianNegara RI dalam melaksanakan tugas danwewnangnya dapat bertindak menurutpenilaiannya sendiri.

bertindak menurut penilaiannya sendiri > tindakan Polri harus mempertimbangkanmanfaat serta resiko dari tindakannya danbetul-betul untuk kepentingan umum.

Page 5: Polmas Perspektif Adr Lkp

Pasal 14 huruf f :

penerapan Konsep Alternatif DisputeResolution (pola penyelesaian masalah sosialmelalui jalur alternatif yang lebih efektifberupa upaya menetralisir masalah selainmelalui proses hukum atau non litigasi),misalnya melalui perdamaian.

Page 6: Polmas Perspektif Adr Lkp

Konflik terjadi ketika dua orang atau lebihberlomba untuk mencapai tujuan yang samaatau memperoleh sumber yang jumlahnyaterbatas.

Pada umumnya, masyarakat berpandanganbahwa sengketa (konflik) hanya bisadiselesaikan melalui jalur Pengadilan, bahkankalangan profesional hukumpunberpandangan yang sama.

Sampai saat ini, banyak dari kalangan merekahanya terpaku memilih jalur litigasi danmelupakan serta mengabaikan cara-carapenyelesaian sengketa melalui jalur non-litigasi.

Page 7: Polmas Perspektif Adr Lkp

Mekanisme pengendali sosial (Friedman)

Sarana rekayasa sosial (Roscoe Pound)

Sarana integrasi sosial

Sebagai Dispute Settlement (sbg

penyelesaian sengketa) (Vago)

Page 8: Polmas Perspektif Adr Lkp

PENAL : STRUKTUR LEMBAGA : POLRI,JAKSA ,PENGADILAN, LBH DLL

NON PENAL : USAHA PENANGGULANGAN KEJAHATAN DI MASYARAKAT BERUPA :

- kebijakan kesejahteraan masyarakat (SosialWelfore Policy),

- kebijakan sosial (Sosial Policy) dan

- kebijakan perlindungan masyarakat (SosialDefence Policy).

Page 9: Polmas Perspektif Adr Lkp

PETUGAS POLMAS WAJIB DIBEKALI KETRAMPILAN NONLITIGASI

DASAR HUKUM DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN

Page 10: Polmas Perspektif Adr Lkp

pengertian praksis bersangkutpaut dengan kepribadian seseorang ditunjang olehakal lazimnya ada pada bidang ilmu terapan (murni), misalnya teknologi.

Keterampilan dalam bidang hukum (ilmuhumaniora) adalah berbeda dengan bidang praksisteknologi yang hanya mengandalkanakal/intelektual/pikiran yang berhubungan denganfisik.

Lawan dari litigasi(pengadilan) > di luarpengadilan

KETRAMPILAN

NONLITIGASI

MEMUAT 2 PENGERTIAN

Page 11: Polmas Perspektif Adr Lkp

Keterampilan Nonlitigasi ataupunketerampilan litigasi justru terlepasdari faktor fisik. Kalau teknologiketerampilan lahir antara hubunganfisik dan intelektualitas, makaketerampilan hukum justru lahir darihubungan antara intelektualitas dannurani.

Terma lain nurani : budi, batin,pikiran bawah sadar (di wilayah inilahpersoalan hukum dapat selesai tuntas)

HUKUM PERSPEKTIF KEBUDAYAAN

Page 12: Polmas Perspektif Adr Lkp

Adagium hukum dibidangketerampilan nonlitigasi yang cukup terkenal mengatakan

“perdebatan dapatdimenangkan, tetapi nuraniorang belum tentu tunduk”.

HUKUM PERSPEKTIF KEBUDAYAAN

Page 13: Polmas Perspektif Adr Lkp

1. FAKTOR KEPRIBADIAN > KEMATANGAN PRIBADI :A. PENDIDIKAN

B. PRESTASI

C. PRESTISE

D. KOMUNIKASI

E. ORGANISASI

2. PENGUASAAN PENGETAHUAN HUKUM.

Page 14: Polmas Perspektif Adr Lkp

Ad. A. PENDIDIKAN

orang berpendidikan adalah orangberakal/intelektual. Akal adalah faktordominan tingkah laku bermoral. Orangpandai tidak akan mau melakukan hal-halyang tidak masuk akal

Ad. B. PRESTASI

untuk dihargai dan diterima olehorang lain, pendidikan saja tidakcukup, harus disertai dengan prestasidibidangnya (bidang hukum) dan dibidang lain yang berkaitan dengan itu.

Page 15: Polmas Perspektif Adr Lkp

Ad. C. PRESTISE

prestise pribadi harus dijaga, tidakjarang terjadi penerimaan pribadikita oleh orang lain diawali oleh carakita berpakaian, cara bertegur sapa,cara memandang orang lain, caraberbasa-basi dan kualitas harmonisyang kita pakai sebagai pembukajalan.

Page 16: Polmas Perspektif Adr Lkp

Ad. D. KOMUNIKASIkomunikasi adalah faktor utama dalamaplikasi nonlitigasi. Kualitas komunikasiadalah kualitas nonlitigasi, semakin rendahkualitas kominikasi kita, semakin rendahmemungkinkan dapat suksesnya aplikasinonlitigasi.Komunikasi yang berhasil harus diawalidengan rasa simpati, dan diselami denganempati, sehingga apa yang kita ucapkan tepatmengenai pada situasi sosial yang kita ajakkomunikasi, yang menyebabkan kitaditerima. Komunikasi yang wajar danterpelajar, universal dapat diterima.

Page 17: Polmas Perspektif Adr Lkp

Ad. E. ORGANISASI

Organisasi adalah langkah nyata untukmemasuki kualitas diri berhargasehingga dihargai oleh orang lain.Hendaknya kesukaan untukberorganisasi dimulai atau janganditolak sebagai ciri harga diri dandihargai orang lain.

Page 18: Polmas Perspektif Adr Lkp

Tingkatan pembangunan sosial

Perhitungan untung-rugi oleh para pihak

Pengembangan hak-hak secara hukum

[Sheldon Goldman & Austin Sarat]

Page 19: Polmas Perspektif Adr Lkp

Tingkat perkembangan masyarakat

Persepsi masyarakat tentang ‘hukum’

Tingkat efektivitas masing-masing mekanisme

penyelesaian

Tingkat kepercayaan pada lembaga hukum

Pengetahuan para pihak yang bermasalah

Kesadaran para pihak yang bermasalah

Keterlibatan ‘ahli hukum’ dalam kasus

Page 20: Polmas Perspektif Adr Lkp
Page 21: Polmas Perspektif Adr Lkp

Kekuatan Kekuatan Restorative JusticeRestorative Justice

Mampu memulihkan hubungan antar pihak yang Mampu memulihkan hubungan antar pihak yang

menjadi pelaku dan yang menjadi korbanmenjadi pelaku dan yang menjadi korban

Mencegah adanya permusuhan lebih mendalam Mencegah adanya permusuhan lebih mendalam

antar para pihakantar para pihak

Mendorong rekonsiliasi antara pihak pelaku dan Mendorong rekonsiliasi antara pihak pelaku dan

korban secara sukarelakorban secara sukarela

Mendorong adanya partisipasi warga masyarakat Mendorong adanya partisipasi warga masyarakat

lainnya, misalnya anggota keluarga atau tetanggalainnya, misalnya anggota keluarga atau tetangga

Menekankan pentingnya peran korban dalam suatu Menekankan pentingnya peran korban dalam suatu

proses menuju keadilanproses menuju keadilan

Page 22: Polmas Perspektif Adr Lkp

• Memberi kesempatan pada pelaku untuk mengungkapkan rasa sesalnya pada korban dan;

• Leih baik bila difasilitasi bertemu dalam pertemuan yang dilakukan secara profesional

• Bergeser dari lex talionis atau retributive justice, dengan menekankan pada upaya pemulihan (restorative)

• Berpotensi mencuatkan rasa keadilan masyarakat (yang dipuaskan bukan lagi pembalasan, akan tetapi pemulihan)

Page 23: Polmas Perspektif Adr Lkp

Pendekatan yang lebih retributif dan legalistik sulit

untuk mengobati ‘luka’ korban

Berupaya menekankan tanggung jawab pelaku atas

perilakunya yang menyebabkan kerugian orang lain

Page 24: Polmas Perspektif Adr Lkp

Beban kerja pranata hukum formal yang sudah

berlebihan

Tingginya pemanfaatan pranata hukum formal yang

cenderung tidak difahami orang awam

Penyelesaian hukum tidak selalu memuaskan para

pihak, masih meninggalkan rasa ‘permusuhan’ antar

para pihak

Biaya tinggi untuk mengoperasikan pranata hukum

formal

ANTASEDEN/PREMIS >PROPOSISI YG MENJADI DASAR PENYIMPULAN > PROPOSISI : PERNYTAAN YG DPT DIBUKTIKAN KEBENARANNYA / DITOLAK KESALAHANNYA > REF >

LOGIKA > KARONAMI

Page 25: Polmas Perspektif Adr Lkp

Waktu yang lama untuk menuntaskan masalah

melalui proses hukum formal

Proses hukum formal yang acap dianggap berbelit-

belit oleh masyarakat awam

Menurunnya tingkat kepercayaan pada pranata hukum

formal

Bantuan hukum yang tidak selalu tersedia, atau

kalaupun tersedia, biayanya tidak murah

Kesadaran akan peran para pihak sendiri dalam

menentukan keputusan

Page 26: Polmas Perspektif Adr Lkp

Model klasikModel Restorative/

Traditional

Keadilan diperoleh melalui

penghukuman pihak yang

bersalah

Mencari keadilan yang

‘menyembuhkan’ luka pada

suatu hubungan sosial

Backward-looking dalam arti

mencari keadilan dengan

bertanya ‘siapa yang bersalah

Forward-looking dengan

memandang konflik sebagai

suatu masalah sosial yang

harus dipecahkan

Menempatkan Negara dan

pelaku di pusat perhatian

mekanisme hukum

Mengupayakan akuntabilitas

penuh dan langsung dari

pelaku terhadap korban

Page 27: Polmas Perspektif Adr Lkp

Tidak percaya pada sistem

keadilan tradisional dan

yang berlandaskan

komunitas

Mengupayakan partisipasi penuh

dan konsensus antara korban dan

pelaku. Dialog ditujukan untuk

memulihkan kondisi, memahami

dan menyelesaikan.

Pelaku ‘membayar’ pada

Negara kerugian yang

diakibatkannya pada

korban

Korban dan pelaku diupayakan

untuk sepakat pada bentuk

penggantian terhadap kerugian

yang terjadi

Berangkat dari asumsi

bahwa Negara adalah

‘korban’ yang dirugikan

pelaku

Mengupayakan penyelesaian yang

memuaskan antara pelaku dan

korban

Page 28: Polmas Perspektif Adr Lkp

Memandang keadilan

sebagai hasil dari ketentuan

hukum yang telah dilanggar

Ketidakadilan dipandang

sebagai pelanggaran

hubungan manusiawi

Page 29: Polmas Perspektif Adr Lkp

Melalu diversi, yakni upaya untuk menghindari

masuknya pelaku ke dalam Sistem Peradilan Pidana,

dengan mengalihkannya ke luar SPP

Mencegah stigmatisasi yang tidak perlu

Menekankan sense of responsibility (tanggung jawab)pada pelaku atas perilakunya yang tidak terpuji

Sekaligus memberikan tempat dan apresiasi padakorban

Membutuhkan aparat hukum yang peka dan handalkarena besarnya discretionary power yang diberikankepadanya

Page 30: Polmas Perspektif Adr Lkp

Berkurangnya jumlah orang yang masuk dalam proses

peradilan pidana, khususnya dalam lembaga

pemasyarakatan

Berkurangnya beban Sistem Peradilan Pidana

Meningkatnya partisipasi publik dalam membantu

penyelesaian kasus hukum

Page 31: Polmas Perspektif Adr Lkp

Diversi sebagai bentuk Diversi sebagai bentuk

Restorative JusticeRestorative Justice

Merupakan upaya khusus;Merupakan upaya khusus;

Ekuivalen dari ADR untuk kasusEkuivalen dari ADR untuk kasus--kasus kasus

perdata;perdata;

Dapat dilakukan untuk kasus pidana;Dapat dilakukan untuk kasus pidana;

Dapat dibatasi untuk diberlakukan terhadap Dapat dibatasi untuk diberlakukan terhadap

tindak pidana yang sangat serius.tindak pidana yang sangat serius.

Page 32: Polmas Perspektif Adr Lkp

Penyelesaian sengketa pidana telah diselesaikan tanpamelalui proses hukum, misalnya melalui

Upaya ‘damai’

Penarikan ‘laporan’ dari kepolisian

Akan tetapi tidak ada dasar hukumnya dan karenanyabanyak menimbulkan syak wasangka di kalanganmasyarakat

Secara tradisional, upaya perdamaian danpenggantian kerugian telah menjadi bagian darihukum adat

Page 33: Polmas Perspektif Adr Lkp

Penanganan kasus-kasus anak yang berhadapan dengan hukum di Bandung

Untuk kepolisian telah dikeluarkan STR Kapolri yang mendorong diversi dalam kasus anak yang berhadapan dengan hukum

Kejaksaan dan Pengadilan di Bandung juga telah menerapkan

Diversi juga telah diinkorporasikan ke dalam RUU Peradilan Pidana Anak yang tengah disusun

Page 34: Polmas Perspektif Adr Lkp

Tergantung pada pemahaman dan visi pembuathukum

Seyogyanya merupakan hasil urun rembug parapetinggi hukum

Sudah difasilitasi dalam instrumen internasional

Sudah dimulai dalam skala kecil

Perlu difikirkan mekanisme yang tidak justrumenimbulkan beban pada sistem

Perlu dibangun mekanisme kontrol yang efektifuntuk menghindari adanya penyalahgunaankekuasaan

Page 35: Polmas Perspektif Adr Lkp

Pemahaman para penegak hukum mengenaisignifikasi dari pendekatan restorative justice

Komitmen para petinggi di lembaga penegak hukum

Monitoring dan evaluasi dari pimpinan lembagapenegak hukum terhadap kinerja jajarannya, agar tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan

Awareness raising (meningkatkan kesadaran) bagimasyarakat, yang merupakan wadah dimana pelakudan korban berasal

Page 36: Polmas Perspektif Adr Lkp

KORBAN

MASYA-RAKAT

NEGARA

PELANG-GAR

1

2

3

4

5

6

7

8

1. Keseimbangan perhatian

2. Penyelesaian konflik

3. Tangungjawab sosial

4. Pencegahan kejahatan

5. Penegakan hukum dan keadilan

6. Pemberdayaan yg mutual dan proses yg adil

7. Resosialisasi

8. Resintegrasi

Page 37: Polmas Perspektif Adr Lkp

MEKANISME HUKUM

Pengadilan

MEKANISME NON

HK/ KUASA

HUKUM/ADR

Negosiasi

Mediasi

Arbitrasi

Konsiliasi

Konsultasi

Page 38: Polmas Perspektif Adr Lkp

NegosiasiNegosiasi (berunding) berasal daribahasa inggris “Negotiation” yang berati perundingan. Namun secaraumum negosiasi dapat diartikansebagai upaya penyelesaian sengketapara pihak dengan cara berhadapanlangsung mendiskusikan secaratransparan, harmonis suatu masalahatau sengketa untuk mencapaikesepakatan bersama.

Page 39: Polmas Perspektif Adr Lkp

MediasiMediasi berasal dari bahasa inggris yaitu “Mediation” artinya “menengahi”, “penengah”. Jadi, Penengah (Mediator) adalah orang yang memediasi suatu kegiatan. Dalam kontek penyelesaian sengketa, Pola mediasi adalah upaya penyelesaian sengketa dengan cara menengahi para pihak yang bersengketa. Fungsi Mediator adalah sebagai Wasit, yang memutuskan sengketa adalah para pihak yang berperkara. Karenaitu Mediator harus benar-benar orang yang bersikap“Netral” dan dapat diterima oleh pihak yang bersengketa. Mediator dapat dipilih dari tokohmasyarakat, tokoh pendidik, tokoh perempuan, tokohagama, dll yang mengetahui, memahami dan mengertipokok masalah yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa. Mediator yang dipilih bisa bersifat tetapatau ad hoc.

Page 40: Polmas Perspektif Adr Lkp

ArbitraseArbitrase berasal dari bahasa latin arbitrareyang berarti kekuasaan untuk menyelesaikansuatu perkara menurut kebijaksanaan. Dalamhal ini ditunjuk satu atau beberapa orangyang diberi kewenangan untuk memutuskansuatu perkara. Hampir sama dengan mediasidimana penyelesaian perkara melibatkanpihak ketiga. Namun bila dalam mediasimediator tidak berhak memutus perkarasedang arbitrator memiliki kewenanganuntuk memutuskan suatu perkara.

Page 41: Polmas Perspektif Adr Lkp

KonsultasiKonsultasi adalah upaya penyelesaiansengketa dengan cara memintamasukan dari pihak yang diyakinisebagai Narasumber berdasarkanpengetahuan dan pengalaman dapatmemfasilitasi penyelesaian sengketauntuk mencapai tujuan bersama. Biasanya, Narasumber yang dimintaikonsultasi oleh para pihak adalahNarasumber yang levelnya lebih tinggidan memiliki kompetensi yang jelas.

Page 42: Polmas Perspektif Adr Lkp

KonsiliasiKonsiliasi dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai usahamempertemukan pihak yang berselisihuntuk mencapai persetujuan dalamrangka penyelesaian sengketa. Konsiliasi dapat diserahkan kepadasebuah Tim (Konsiliator) yang berfungsi menjelaskan fakta-fakta, membuat usulan-usulan penyelesaian, tetapi sifatnya tidak mengikat. Konsiliator dapat dibentuk bersifattetap dan ad hoc.

Page 43: Polmas Perspektif Adr Lkp

DASAR HUKUM DALAM

TINDAKAN KEPOLISIAN

Page 44: Polmas Perspektif Adr Lkp

ADR lembaga yang resmi/sah sebagai lembagapenyelesaian sengketa. UU No. 30 / 1999

ADR dikenal pada cabang hukum perdata dan hukumketenagakerjaan atau non-pidana

ADR tidak dikenal dalam hukum pidana, karenapelanggaran hukum pidana tidak termasuk sengketahukum.

Hukum pidana mengenal istilah “penyelesaian perkaradi luar pengadilan”.

Page 45: Polmas Perspektif Adr Lkp

Pelanggaran hukum pidana tersebut termasuk kategori delik aduan, baik aduan yang bersifat absolut maupun aduan yang bersifat relatif.

Pelanggaran hukum pidana tersebut ancaman pidananya hanya pidana denda dan pelanggar telah membayar denda (Pasal 82 KUHP).

Pelanggaran hukum pidana tersebut termasuk kategori ”pelanggaran”, bukan ”kejahatan”, yang hanya diancam dengan pidana denda.

Page 46: Polmas Perspektif Adr Lkp

Pelanggaran hukum pidana tersebut termasuk tindak pidana di bidang hukum administrasi yang menempatkan sanksi pidana sebagai ultimum remedium.

Pelanggaran hukum pidana tersebut termasuk kategori ringan/serba ringan dan aparat penegak hukum menggunakan wewenangnya untuk melakukan diskresi.

Pelanggaran hukum pidana biasa yang dihentikan atau tidak diproses ke pengadilan (deponir) oleh Jaksa Agung sesuai dengan wewenang hukum yang dimilikinya.

Pelanggaran hukum pidana tersebut termasuk kategori pelanggaran hukum pidana adat yang diselesaikan melalui lembaga adat.

Page 47: Polmas Perspektif Adr Lkp

DALAM PERKARA PIDANA:

Tidak ditetapkan bagaimana cara atau mekanismemenyelesaikan perkara pidana di luar pengadilan(perdamaian).

Mekanisme penyelesaiannya tergantung kepada

kebijakan aparat penegak hukum.

Page 48: Polmas Perspektif Adr Lkp

Polisi (diskresi)

Jaksa Penuntut Umum dan Jaksa Agung(deponer)

Korban dan pelanggar hukum (tidak laporkepada polisi atau delik aduan)

Masyarakat, korban, dan pelanggar.

Page 49: Polmas Perspektif Adr Lkp

MELAKUKAN DISKRESI: PENYELESAIAN PERKARA DI LUAR PENGADILAN

Tidak ada cara penyelesaian yang baku Bentuknya bisa mengembangkan model ADR Mengggunakan kebijakan cara penyelesaian lain

yang tepat dan relevan dengan materi perkaraMELAKUKAN PENEGAKAN HUKUM PIDANA MEMPROSES PERKARA PIDANA MELALUI

LEMBAGA PERADILAN

Page 50: Polmas Perspektif Adr Lkp

Pertama, dalam hal perkara pidana yangpenyelesaian dapat dilakukan di luar pengadilan,polisi mengembangkan model-model ADR yangdiintegrasikan ke dalam wewenang polisi sebagaibagian dari (sub-sistem) sistem peradilan pidana.Jika menjadi pilihan, maka polisi wajib untukmembekali diri pengetahuan tentang ADR, filsafatdan asas-asasnya, mengusai keterampilan danteknik penyelesaian perkara melalui ADR baikpolisi bertindak sebagai mediator, rekonsiliator,maupun sebagai arbitrator.

Page 51: Polmas Perspektif Adr Lkp

Kedua, dalam perkara pidana lain di mana polisi secarahukum boleh menggunakan wewenang diskresinya, makapenggunaan wewenang diskresi dalam menyelesaikanperkara pidana tersebut dapat dikembangkan melalui inovasihukum dengan mencangkokkan filsafat dan asas-asaspenyelesaian perkara melalui ADR dalam perkara pidana.Melalui pendekatan praktek dan nalar induksi ini,pencangkokan bibit ADR tersebut perlu didukung olehanalisis hukum secara cermat dan hati-hati dengan caramengharmonisasikan dan mensinkronisasikan dengan filsafatdan asas-asas hukum penyelenggaraan peradilan pidanasehingga inovasi hukum tersebut dapat memperkokoh kohesiantar sub-sitem dalam sistem peradilan pidana Indonesia.

Page 52: Polmas Perspektif Adr Lkp

Untuk mencapai maksud tersebut,diperlukan adanya kebijakan bersamaantar lembaga penegak hukum yangmenjadi bagian (sub-sistem) dari sistemperadilan pidana, yaitu kepolisian,kejaksaan dan kehakiman.

Page 53: Polmas Perspektif Adr Lkp

Ketiga, merumuskan kebijakan pembaruan sistemperadilan Indonesia dan hukum pidana materiilIndonesia yang ditindaklanjuti dengan merevisiBuku I KUHP (atau memasukkan ke dalam Buku IRUU KUHP) dan KUHAP (atau RUU KUHAP)yangmemuat dasar-dasar umum di bidang hukumpidana materiil dan hukum pidana formil Indonesiadengan cara memasukkan ketentuan yangmemungkinkan adanya penyelesaian perkarapidana melalui ADR. Oleh sebab itu, kajian ADRdalam hukum pidana harus dilakukan secarakomprehensif dan berkelanjutan serta merumuskanmodel ADR yang cocok dengan sistem peradilanpidana yang berbasis pada budaya masyarakathukum Indonesia.

Page 54: Polmas Perspektif Adr Lkp

A. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana(KUHAP) sebagai produk hukum nasional,memberikan Wewenang penuntut perkarapidana kepada Jaksa selaku penuntut umum.Dalam persidangan Hakim sifatnya penunggupenuntutan yang diajukan oleh Jaksa. Jikamenurutpertimbangan Jaksa dan demikepentingan umum perkara sesudahterselesaikan dengan uang damai, jaksa tidakperlu melakukan penuntutan ke Pengadilan.Inilah asas oportunitas yang dianut diIndonesia.

Page 55: Polmas Perspektif Adr Lkp

B. Oportunitas bisa diartikan sebagai asas danoportunitas sebagai pengecualian. Indonesia sebagaipenganut hukum dasar tertulis dan juga hukum dasartidak tertulis yang berupa adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan yang timbul dalam praktek penyelenggaraanNegara maupun kebiasaan yang diakui dan dihayatirakyat setempat. Setiap pelanggaran/delik pidanatidak semuanya dilakukan penuntutan oleh jaksamengingat jumlah jaksa sangat terbatas, terutamaperkara ringan yang bisa diselesaikan melaluipembayaran uang tebusan/ganti rugi/uang damai bisadilakukan oleh unit-unit keamanan/ketertiban dankepolisian yang mereka wajib lapor ke atasannya.Inilah oportunitas sebagai pengecualian.

Page 56: Polmas Perspektif Adr Lkp

1 52 3 4

PENYELESAIAN DI LUAR PENGADILAN

BISA DALAM BENTUK ADR

HUKUM PIDANANON-HUKUM PIDANA

SAKNSI ADMINISTRASI

SAKNSI PIDANA

Page 57: Polmas Perspektif Adr Lkp

UU No. 2 thn 2002

> Psl 13 :

Tugas pokok Kepolisian Negara RepublikIndonesia adalah:

memelihara keamanan dan ketertibanmasyarakat;

menegakkan hukum; dan

memberikan perlindungan, pengayoman, danpelayanan kepada masyarakat.

Page 58: Polmas Perspektif Adr Lkp

UU No. 2 thn 2002

> Psl 15 huruf f :

Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagaibagian dari tindakan kepolisian dalam rangkapencegahan.

Tindakan kepoolisian > upayapaksa/tindakan lain mnrt hukum yg bertggjwb> tegaknya hkm & terbinanya tentram masy.

Page 59: Polmas Perspektif Adr Lkp

UU No. 2 thn 2002

> Psl 18 ayat 1 :

Untuk kepentingan umum pejabat KepolisianNegara RI dalam melaksanakan tugas danwewnangnya dapat bertindak menurutpenilaiannya sendiri.

bertindak menurut penilaiannya sendiri > tindakan Polri harus mempertimbangkanmanfaat serta resiko dari tindakannya danbetul-betul untuk kepentingan umum.

Page 60: Polmas Perspektif Adr Lkp

> Pasal 14 huruf f :

penerapan Konsep Alternatif DisputeResolution (pola penyelesaian masalah sosialmelalui jalur alternatif yang lebih efektifberupa upaya menetralisir masalah selainmelalui proses hukum atau non litigasi),misalnya melalui perdamaian.

Page 61: Polmas Perspektif Adr Lkp

> SKEP KAPOLRI NO. POL. : SKEP/433/VII/2006 TGL 1 JULI 2006 TTG PANDUAN PEMBENTUKAN OPERASIONALISASI POLMAS, SERI POLMAS 737-3 :“DALAM PENYELESAIAN PERKARA RINGAN/PERTIKAIAN ANTAR WARGA”

NO PASAL KUHP TENTANGANCAMAN < 3

BLN

1 302 PENGANIAYAAN RINGAN THD HEWAN

2 352 PENGANIAYAAN RINGAN THD MANUSIA

3 364 PENCURIAN RINGAN

4 373 PENGGELAPAN RINGAN

5 379 PENIPUAN RINGAN

6 482 PENADAHAN RINGAN

7 315 PENGHINAAN RINGAN

Page 62: Polmas Perspektif Adr Lkp

ADR adalah tindakan polisi sebagai tindakan lain(alternative) dalam rangka menyelesaikan konflik ataumasalah pelanggaran hukum. Tindakan lain tersebut dapatsebagai tindakan di luar aturan hukum (penengakan hukumsecara yuridis) dalam menyelesaikan masalah, konflik atautindak pidana. Tindakan tersebut dapat dibenarkanwalaupun tidak sesuai dengan aturan hukum yang berlakukarena tindakan tersebut bukan demi kepentingan pribadiatau kelompok. Pengambilan tindakan tersebut bukankarena mengharapkan sesuatu (brang,uang, jasa dsb) tetapikarena untuk :

1. Kemanusiaan2. Kepentingan umum3. Mencegah agar tdk terjadi konflik yg lebih luas4. Keadilan5. Edukasi

Page 63: Polmas Perspektif Adr Lkp

Tindakan yang diambil oleh kepolisian tersebutdapat dipertanggung jawabkan secara :

1. Administrasi (ada dokumen-dokumen yang tidakdi manipulasi atau dihilangkan),

2. Secara moral (tidak bertentangan terhadap nilai-nilai, etika, norma yang berlaku dalammasyarakat),

3. Secara hukum, (walaupun tindakannya tidaksesuai dengan hukum ) karena tindakan tersebutmerupakan suatu kebijaksanaan, kedewasaan, kepekaan, kepedulian, kesadaran serta tanggungjawab petugas polisi dalam menyelenggarakantugasnya sebagai penegak hukum.

Page 64: Polmas Perspektif Adr Lkp

Polisi adalah hukum yang hidup, hukum yangdinamis yang menjabarkan law in the bookmenjadi law in action. Polisi adalah simbolhukum, yang berarti simbol dari peradaban.Sejalan dengan pemikiran tersebut polisi sebagaiaparat penegak hukum mempunyai kewenangandiskresi. Kewenangan diskresi inilah sebenarnyayang dapat dipadankan sebagai tindakan ADR,apabila merupakan tindakan lain (sbg alternatif)atas penyelesaian konflik (pelanggaran hukum) diluar aturan hukum. Dasar dan pertimbangan daritindakan diskresi sama dengan pertimbangantindakan ADR.

Page 65: Polmas Perspektif Adr Lkp

Pembatasan tindakan ADR maupun Diskresi sebagaiframe work atau acuan pengambilan keputusan dapatditentukan standar-standar nya yang mencakup :

1. Bentuk tindak pidana yang tergolong tindak pidanaringan atau tidak berdampak luas. Kerugian baikmateriilnya, nama baik atau harga dirinya tidakmenimbulkan tindakan yang kontra produktif apabiladilakukan ADR. Dan apabila ada kerugian jiwa daripihak korban khususnya tindakan ADR tidak bolehdilakukan, kecuali benar-benar ada dampak yang luas(bisa terjadi SARA, konflik antar warga yang dapatmenimbulkan korban yang lebih banyak lagi) apabiladiambil tindakan hukum (penangkapan, penahanandsb).

Page 66: Polmas Perspektif Adr Lkp

2. Antara pihak korban maupun tersangka dapat saling menerimaatau ada kesepakatan untuk menyelesaikan secara kekeluargaan(di luar jalur hukum) yang dibuat atas kesepakatan bersama danbukan rekayasa petugas kepolisian.

3. Petugas polisi yang mengambil keputusan melakukan tindakanADR wajib melaporkan kepada atasannya setidaknya dua tingkatdiatasnya dan membuat pertanggung jawaban baik secaraadministrasi, secara hukum dan secara moral petugas polisitersebut mempunyai track record yang baik dan dapat dipercaya(profesional, cerdas, bermoral dan patuh hukum).

4. Berkas atau data-data hasil pemeriksaan awal ( Laporan polisi,berita acara pemeriksaan, surat perintah, surat pernyataan darikedua belah pihak, surat pernyataan dari petugas polisi yangbertanggung jawab atas tindakan ADR tsb).

Page 67: Polmas Perspektif Adr Lkp

ADR merupakan suatu tindakan polisi sebagai hukumdlm kehidupan yang nyata (law in action). Walaupunberbeda atau bertentangan dengan aturan hukumnamun tindakan ADR tsb tetap memenuhi unsurprinsip-prinsip penegakan hukum oleh polisi baikuntuk :

1. Penyelesaian konflik dengan cara-cara yang beradab.

2. Pencegahan agar tidak terjadi konflik yang lebih luas

3. Perlindungan, pengayoman dan pelayanan bagikorban maupun pencari keadilan.

4. Kepastian

5. Edukasi

Page 68: Polmas Perspektif Adr Lkp

Tentu saja tindakan tersebut bukanlah korupsikarena tetap bertujuan untuk melindungiharkat martabat manusia dan tidak merusakperadaban maupun bukan sebagai tindakanyang kontra produktif.

Bentuk-bentuk tindakan yang dapat diambiladalah : mediasi, negosiasi, konsiliasi,konsultasi

Page 69: Polmas Perspektif Adr Lkp

FAKTOR KEPRIBADIAN SANGAT DIDUKUNG OLEH KEMATANGAN PRIBADI YG MELIPUTI PENDIDIKAN PRESTASI PRESTISE,KOMUNIKASI, ORGANISASI DAN PENGUASAAN PENGETAHUAN HUKUM.

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) sebagai produk hukum nasional, memberikan Wewenangpenuntut perkara pidana kepada Jaksa selaku penuntutumum. Dalam persidangan Hakim sifatnya penunggupenuntutan yang diajukan oleh Jaksa. Jika menurutpertimbangan Jaksa dan demi kepentingan umum perkarasesudah terselesaikan dengan uang damai, jaksa tidak perlumelakukan penuntutan ke Pengadilan. Inilah asasoportunitas yang dianut di Indonesia.

Page 70: Polmas Perspektif Adr Lkp

Oportunitas bisa diartikan sebagai asas dan oportunitassebagai pengecualian. Indonesia sebagai penganut hukumdasar tertulis dan juga hukum dasar tidak tertulis yang berupaadat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan yang timbul dalampraktek penyelenggaraan Negara maupun kebiasaan yang diakui dan dihayati rakyat setempat. Setiap pelanggaran/ delik pidana tidak semuanya dilakukan penuntutan oleh jaksamengingat jumlah jaksa sangat terbatas, terutama perkararingan yang bisa diselesaikan melalui pembayaran uangtebusan/ganti rugi/uang damai bisa dilakukan oleh unit-unit keamanan/ketertiban dan kepolisian yang mereka wajib laporke atasannya. Inilah oportunitas sebagai pengecualian.

Page 71: Polmas Perspektif Adr Lkp
Page 72: Polmas Perspektif Adr Lkp

Selamat BertugasSelamat Bertugas

Sekian & Terima KasihSekian & Terima Kasih

Page 73: Polmas Perspektif Adr Lkp