pednis tam 2007 lkp

70
  DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR DEPARTEMEN PERTANIAN 2007 PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TATA AIR MIKRO (TAM) PT-PLA C3.2-2007

Upload: hanoman-wendit

Post on 12-Jul-2015

139 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 1/70

 

 

DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIRDEPARTEMEN PERTANIAN 2007

PEDOMAN TEKNIS

PENGEMBANGANTATA AIR MIKRO (TAM)

PT-PLA C3.2-2007

Page 2: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 2/70

 

 

KATA PENGANTAR 

Dalam pemanfaatan lahan rawa kendala yang ditemui antara laintingkat produktivitas rendah yang diakibatkan oleh adanya zat-zat /senyawa beracun (pirit) karena drainase yang buruk. Salah satuteknologi untuk mengatasi hal ini adalah dengan pengaturan tataair tingkat usahatani, yang lebih dikenal dengan teknologi ”Tata Air Mikro" (TAM).

Untuk memberikan petunjuk secara teknis kepada daerah di dalam

pelaksanaannya, maka Pedoman Teknis ini perlu dijabarkan dalambentuk buku petunjuk pelaksanaan untuk Dinas Pertanian Propinsidan buku petunjuk teknis untuk Dinas Pertanian Kabupaten dalamrangka arahan dan acuan pengembangan lahan rawa di daerah.

Kami menyadari bahwa buku Pedoman Teknis ini masih jauh darisempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifatmembangun dari para pembaca akan sangat kami hargai.

 Akhirnya kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat.

Jakarta, Januari 2007Direktur Pengelolaan Air,

Dr. Ir. S. Gatot IriantoNIP. 080 085 357

Page 3: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 3/70

 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR 

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN 1

  A. Latar Belakang B. Tujuan dan Sasaran 4

C. Istilah 5

II. PELAKSANAAN 10

  A. Lokasi

B. Survey, Investigasi dan Desain 10

C. Konstruksi 14

D. Partisipasi 19

E. Pengawasan 19

F. Pembiayaan 19

III. INDIKATOR KINERJA 21

  A. Keluaran (Output)

B. Hasil (Outcome) 21

C. Manfaat (Benefit) 21

D. Dampak (Impact) 22

Page 4: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 4/70

 

IV. MONITORING DAN EVALUASI 23

  A. Monitoring

B. Evaluasi 24C. Perkembangan Realisasi Pelaksanaan Kegiatan

Fisik dan Keuangan

24

D. Laporan Akhir 25

Page 5: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 5/70

 

 

I. PENDAHULUAN

 A. Latar Belakang

Tantangan tanaman pangan khususnya padi dihadapkan

pada kendala ketersediaan lahan dan air. Lahan yang

tersedia cenderung marginal dengan berbagai kendala,

demikian halnya dengan kualitas airnya. Peningkatan

kebutuhan pangan dengan pertumbuhan laju jumlah

penduduk 1,47 % per tahun terbukti belum proporsional

dengan pertumbuhan produksi padi dekade 5 tahun terakhir

hanya 0.69 %. Beberapa kendala yang dihadapi dalam

peningkatan produksi pangan antara lain: (1) keterbatasan

penyediaan air akibat kompetisi antar sektor (2) penyusutanlahan produktif akibat alih fungsi (3) terjadinya pelandaian

produksi akibat levelling off (4) degradasi lingkungan dan

(5) deteorisasi infrastruktur irigasi sehingga menyebabkan

stagnasi produktivitas di P. Jawa. Kompetisi air antara

sektor domistik, munisipal dan industri dengan sektor

pertanian seringkali diakhiri dengan sektor pertanian

sebagai korbannya akibat keterbatasan akses birokrasi,

teknologi dan finansial.

Page 6: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 6/70

 

Lahan rawa saat ini merupakan alternatif pilihan dalam

perluasan areal baru dan optimasi sistem produksi

pertanian yang sangat potensial setelah lahan sawah irigasi,

dan lahan kering. Investasi pemerintah pada lahan rawa

meskipun relatif besar, namun belum proporsional

dibandingkan dengan investasi lahan rawa dan lahan kering

terutama ditinjau dari segi infrastrukturnya. Tingkat

produktivitas, luas tanam, Indeks Pertanaman (IP) lahan

rawa masih relatif sangat rendah, sehingga dengan

sentuhan teknologi, maka kinerja lahan rawa dapat

dioptimalkan. Investasi pemerintah di lahan rawa sudah

cukup besar dalam penempatan sejumlah transmigran

dengan tingkat kehidupan dan kesejahteraan yang belum

memadai perlu didukung dengan upaya nyata

pendayagunaan lahan rawa di tingkat usaha tani.

Meskipun disadari sepenuhnya bahwa, lahan rawa bukanlah

lahan yang terbaik untuk usaha pertanian dibandingkan

lahan pertanian lainnya, namun apabila digarap dengan

teknologi yang sesuai kinerja lahan rawa dapat sejajar

dengan lahan pertanian lainnya. Pandangan para pakar

yang menggolongkan lahan rawa sebagai sumber daya yang

Page 7: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 7/70

 

kurang sesuai, (less favorable ) atau sumber daya yang

rapuh (vulnerable ) merupakan tantangan bagi kita semua

untuk membuktikan sebaliknya. Berdasarkan ilustrasi

tersebut, maka pemanfaatan lahan rawa bukanlah

pekerjaan mudah, karena tantangannya sungguh berat,

dengan kunci utama pengelolaan sistim pengairan, mulai

dari sistim Tata Air Makro sampai dengan Tata Air Mikro di

petakan.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka Direktorat

Jenderal Bina Sarana Pertanian (BSP) melaksanakan

kegiatan pengembangan Tata Air Mikro (TAM). Pada TA.

2004 telah dikembangkan TAM seluas 21.705 Ha di 11

Propinsi, 29 Kabupaten yang merupakan kelanjutan dari

pengembangan TAM TA. 2002 seluas 4.500 Ha (3 Propinsi)

dan TA. 2003 seluas 9.100 Ha (7 Propinsi) serta TA. 2005

seluas 26.300 Ha (14 propinsi). Pada tahun 2006 Direktorat

Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air telah mengembangkan

TAM seluas 43.772 Ha (16 propinsi) dan selanjutnya pada

tahun 2007, merencanakan pengembangan TAM seluas

22.889 hektar di 13 propinsi.

Page 8: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 8/70

 

B. Tujuan dan Sasaran 

1. Tujuan

Kegiatan Pengembangan Tata Air Mikro (TAM) di lahan

rawa bertujuan sebagai berikut :

a.  Meningkatkan Perluasan Areal Tanam melalui

Penambahan Indeks Pertanaman (IP) dan

Penambahan Baku Lahan (PLB) dan produktivitas

lahan.

b.  Membangun rasa memiliki petani terhadap

 jaringan irigasi yang sudah dibangun.

c.  Membuka lapangan kerja di pedesaan melalui

partisipasi masyarakat penerima bantuan dalam

kegiatan padat karya.

2. Sasaran

Sasaran yang akan dicapai dengan dilaksanakannya

program ini antara lain :

a.  Meningkatnya Perluasan Areal Tanam (PAT)

melalui Penambahan Indeks Pertanaman (IP) dan

Penambahan Baku Lahan (PBL).

Page 9: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 9/70

 

b.  Meningkatnya produktivitas lahan, melalui

perbaikan tata air..

c.  Terciptanya rasa memiliki petani terhadap

 jaringan irigasi yang sudah dibangun.

d.  Tersedianya lapangan kerja di pedesaan melalui

partisipasi masyarakat.

  Apabila faktor-faktor lain yang mempengaruhi sistem

produksi pertanian cukup kondusif, maka

pengembangan TAM ini diharapkan dapat :

a.  Meningkatan produksi pangan terutama padi,

khususnya di 13 propinsi pengembangan yang

diharapkan dapat mendukung / menyangga

kebutuhan pangan nasional.

b.  Menguatnya ketahanan pangan nasional melalui

pemanfaatan lahan-lahan rawa dengan tingkat

produksi optimal yang berkesinambungan.

C.  Istilah

Beberapa istilah yang dipergunakan dalam buku pedoman ini

mempunyai pengertian sebagai berikut :

Page 10: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 10/70

 

  Enclove adalah : Keadaan sebidang lahan yang karena

satu dan lain hal tidak termasuk dalam pengembangan

TAM, tetapi masuk dalam lokasi pengembangan.

  Gorong-Gorong adalah : Bangunan fisik yang

dibangun memotong jalan / galengan yang berfungsi

untuk penyaluran air.

  Indeks Pertanaman/IP (Croping Intensity)  

adalah: Suatu ukuran pemanfaatan lahan atau

frekuensi tanam dalam luasan tertentu dalam kurun

waktu satu tahun.

  Lahan Rawa Lebak  adalah : Lahan rawa yang

tergenang air hujan dalam kurun waktu relative lama.

  Lahan Rawa Pasang Surut adalah : Lahan rawa

yang dipengaruhi oleh pasang naik dan pasang surut air

laut secara nyata.

  Padat Karya Pertanian adalah suatu kegiatan padat

karya yang melibatkan atau mempekerjakan petani,

buruh tani atau warga perdesaan miskin lainnya pada

kegiatan pembangunan infrastruktur pengelolaan lahan

dan air untuk tujuan produktif di sektor pertanian.

Page 11: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 11/70

 

  Peta Kepemilikan Lahan adalah : gambaran situasi

dalam SID yang mencantumkan luas lahan dan nama

pemilik yang terkena kegiatan TAM.

  Pintu Air adalah : Bangunan fisik yang dapat mengatur

keluar masuk air pasang / surut sesuai dengan

kebutuhan tanaman yang diusahakan.

  Produktivitas adalah : Tingkat hasil / produksi yang

didapatkan per hektar tanam dalam satu kali

penanaman.

  Rehabilitasi adalah : Perbaikan infrastruktur yang

sudah pernah ada yang karena sesuatu dan lain hal

keadaannya kurang berfungsi.

  Saluran Cacing adalah : saluran menyilang dan

membujur di petakan sawah

  Saluran Keliling Petakan adalah : saluran air yang

dibuat mengelilingi petakan sawah dalam luasan

maximum 1 ha.

  Saluran Kwarter adalah : saluran air yang

menghubungkan sub tersier ke saluran keliling.

Page 12: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 12/70

 

  Saluran Sub Tersier adalah : saluran air yang

menghubungkan tersier ke kwarter.

  Sosialisasi adalah : Pemberitahuan sesuatu rencana

kegiatan dalam hal ini TAM kepada semua pihak terkait

secara runut, transparan, dalam bentuk urun rembuk,

diskusi mulai dari perencanaan sampai dengan

pelaksanaan.

  Stimulan adalah : Bantuan dalam bentuk rangsangan

pengadaan bahan dan alat untuk mempercepat,

mempermudah, menyempurnakan kegiatan fisik TAM.

  Survey Investigasi Desain (SID) adalah :

Penentuan / penetapan lokasi dan jenis, spesifikasi

infrastruktur, perhitungan RAB yang akan dilaksanakan

pembangunannya.

  Swakelola adalah : Pelaksanaan pekerjaan yang

direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri, yang

dapat dilaksanakan oleh pengguna barang/jasa, instansi

pemerintah, kelompok masyarakat dan LSM.

  Tata Air Makro adalah : Penguasaan air di tingkat

kawasan / areal reklamasi yang bertujuan mengelola

Page 13: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 13/70

 

berfungsinya jaringan drainase irigasi seperti navigasi,

sekunder, tersier, kawasan retarder, dan sepadan

sungai atau laut, saluran intersepsi dan kawasan

tampung hujan.

  Tata Air Mikro (TAM) adalah : Pengaturan atau

penguasaan air di tingkat usaha tani yang berfungsi

untuk mencukupi kebutuhan evaporasi tanaman,

mencegah / mengurangi pertumbuhan gulma dan kadarzat beracun, mengatur tinggi muka air melalui

pengaturan pintu air dan menjaga kualitas air.

Page 14: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 14/70

 

II. PELAKSANAAN

Beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian didalam

pelaksanaan pengembangan tata air mikro (TAM), adalah :

(a). lokasi (b). SID, (c). Kontruksi (d). partisipasi petani (e).

pengawasan dan (f). Pembiayaan.

  A. LokasiKegiatan pengembangan tata air mikro (TAM) dilaksanakan

pada lokasi yang memerlukan pengaturan tata air mikro di

daerah irigasi rawa pasang surut atau rawa non pasang surut

(lebak).

B. Survey, Investigasi dan Desain

Kegiatan Survey, Investigasi dan Desain (SID) dilaksanakan

meliputi Survey Investigasi (CP/CL), dan Desain (pengukuran,

penggambaran dan penyusunan RAB) untuk mendapatkan

lokasi pengembangan Tata Air Mikro (TAM).

  Survey Investigasi (CP/CL)

-  Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendapatkan calon

lokasi pengembangan tata air mikro (TAM) yang

memerlukan perbaikan atau rehabilitasi/peningkatan.

Page 15: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 15/70

 

-  Demikian juga untuk mengidentifikasi calon petani

yang akan mengerjakan pelaksanaan kegiatan,

apabila kegiatan ini dilakukan dengan sistem padat

karya.

-  Pelaksanaan kegiatan SI (CP/CL) ini dilakukan secara

swakelola oleh petugas Dinas Pertanian.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Syarat Calon Lokasi (CL)

Lokasi yang dinyatakan layak untuk diikutkan dalam

program pengembangan TAM adalah lokasi yang

memenuhi persyaratan sebagai berikut :

-  Sistem Tata Air Makro (saluran primer dan

sekunder) berfungsi dengan baik, khusus untuk 

tipologi lahan rawa pasang surut.

-  Sistem Tata Air Makro (saluran primer dan

sekunder) tidak harus ada, khusus untuk tipologi

lahan rawa non pasang surut (lebak).

-  Lokasi pengembangan adalah rawa pasang

surut atau non pasang surut/lebak yang telah

dikembangkan oleh Departemen Pekerjaan

Page 16: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 16/70

 

Umum atau merupakan lokasi yang telah

dikembangkan oleh desa/dusun.

-  Potensi untuk dapat ditingkatkan menjadi 200

%.

-  Transportasi dari dan ke lokasi relatif lancar.

-  Lokasi terletak pada satu hamparan blok tersier,

dan tidak ada enclove.

-  Di lokasi pilihan tersedia petani penggarap, dan

atau pemilik penggarap dengan standard

kepemilikan maksimum 2 ha/ KK.

-  Usulan calon lokasi dilengkapi dengan peta

DASIRA (Daerah Irigasi Rawa) yang diterbitkan

oleh Dinas Pengairan setempat.

-  Lokasi yang diusulkan tidak terkena banjir yang

dapat mengancam keberhasilan pertanaman.

-  Lokasi harus didelinasi dengan menunjukan

posisi koordinatnya (LU/LS – BT/BB)

2. Syarat Calon Petani (CP)

Page 17: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 17/70

 

Petani yang dinyatakan layak untuk diikutkan

dalam program pengembangan TAM adalah

petani yang memenuhi persyaratan sebagai

berikut :

-  Para petani calon pemanfaat telah tergabung

dalam kelompok tani/Perkumpulan Petani

Pemakai Air (P3A).

-  Para petani/kelompok tani/P3A bersedia

berpartisipasi atau memberikan sharing dalam

pelaksanaan kegiatan tersebut.

-  Mempunyai keyakinan bahwa TAM

bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas

dan indeks pertanaman.

-  Membutuhkan dan mau membangun serta

memelihara TAM.

-  Sanggup menanam varietas unggul sesuai

rekomendasi BPTP setempat.

-  Sanggup mengusahakan lahan minimal 2X

tanam dalam 1 tahun.

Page 18: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 18/70

 

-  Tidak selalu mengharapkan bantuan

pemerintah, bersedia memberikan kontribusi /

partisipasi dalam pengembangan TAM.

  Desain (rancangan teknis)

-  Rancangan teknis atau desain sederhana

dilaksanakan setelah CPCL ditetapkan.

-  Rancangan teknis ini meliputi pengukuran dan

penggambaran rencana pengembangan Tata Air

Mikro.

-  Rancangan atau desain sederhana dapat

dilaksanakan secara swakelola (sesuai ketentuan

yang berlaku).

-  Hasil rancangan/desain sederhana ini berupa sket

lokasi, gambar rancangan teknis sederhana kegiatan

rehabilitasi, perkiraan kebutuhan bahan, peralatan

dan biaya.

C. Konstruksi

Kegiatan pengembangan tata air mikro (TAM) yang akan

dilaksanakan pada lahan rawa pasang surut dan non pasang

surut (lebak) antara lain meliputi :

Page 19: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 19/70

 

1.  Normalisasi dan peningkatan saluran-saluran tersier, sub

tersier dan kuarter yang telah mengalami kerusakan atau

sedimentasi.

-  Memperdalam dan memperlebar saluran yang

mengalami pendangkalan/ penyempitan sebagai

akibat sedimentasi

-  Memperbaiki saluran yang bocor

-  Mengembalikan bentuk dan dimensi saluran

seperti kondisi semula (reshaping)  

-  Memperkuat dan menstabilkan tanggul saluran,

dengan cara pemlesteran (lining), pengisian pasir

dalam karung untuk membentengi tanggul.

2.  Membuat atau melengkapi saluran sub tersier, kuarter,

sub kuarter dan melining saluran.

-  Menggali saluran dan memanfaatkan tanah hasil

galian

-  Memperdalam dan memperlebar saluran yangmengalami pendangkalan/ penyempitan sebagai

akibat sedimentasi

Page 20: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 20/70

 

-  Mengembalikan bentuk dan dimensi saluran

seperti kondisi semula (reshaping) 

-  Memperbaiki saluran yang bocor.

-  Memperkuat dan menstabilkan tanggul saluran,

dengan cara pemlesteran (lining), pengisian pasir

dalam karung untuk membentengi tanggul.

3.  Membuat saluran sudetan (drainase).

4.  Membuat tanggul keliling yang dilengkapi pintu-pintu air.

5.  Membuat bangunan bagi, pintu air (stoplog), gorong-

gorong dan siphon.

Pintu air dibangun untuk menghubungkan air dari

saluran tersier ke sub tersier/kwarter, dan dari sub

tersier/kwarter ke petakan sawah.

Jumlah dan spesifikasinya disesuaikan dengan keadaan

lokasi.

-  Bahan pintu diusahakan dari bahan fiber glass yang

cukup tahan terhadap air masam dan berkadar

garam tinggi, yang sudah banyak beredar di pasaran.

Page 21: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 21/70

 

Pintu air tersebut diletakkan pada dudukan yang

permanen dan kuat (dicor/di semen).

-  Gorong-gorong dibangun untuk menghubungkan

saluran tersier ke sub tersier / kwarter.

-  Menggunakan bahan yang mudah didapat, murah

dan tahan lama, antara lain pipa pralon (PVC), bis

beton.

-  Dalam membangun gorong-gorong dan pintu air

dimungkinkan digabung agar dapat menghemat

biaya.

6.  Membuat area water retensi (area penyimpanan air)

terutama pada lebak pematang dan lebak tengahan,

sehingga pada musim kemarau airnya dapat

dimanfaatkan.

7.  Pemasangan pompa-pompa air yang berfungsi untuk 

mengeluarkan air lebih di musim hujan dan memasukkan

air suplesi di musim kemarau. Sistem pengelolaan air ini

dikenal dengan sistem “Polder”.

Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara swakelola, dengan

cara sebagai berikut:

Page 22: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 22/70

 

-  Untuk komponen biaya Belanja Uang Honor Tidak Tetap

agar digunakan untuk membiayai tenaga kerja pada

kegiatan konstruksi dengan pola padat karya.

-  Untuk komponen biaya Belanja Lembaga Sosial Lainnya

agar digunakan untuk pengadaan bahan-bahan maupun

peralatan yang dibutuhkan untuk keperluan konstruksi

misalnya semen, pasir, besi beton, plat besi, pintu air,

alat ukur debit, dsb sesuai dengan kebutuhan. BiayaBelanja Lembaga Sosial Lainnya tersebut diiberikan

kepada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), setelah

P3A tersebut menyerahkan proposal kegiatan yang akan

dilaksanakan kepada Dinas Pertanian Kabupaten.

Proposal tersebut harus mendapatkan persetujuan dari

Kepala Desa, Camat, dan Kepala Dinas Pertanian

Kabupaten yang bersangkutan. Dalam proposal harus

memuat rencana kerja yang akan dilakukan beserta

sumber biayanya. Sumber biaya tersebut disamping

berasal dari pemerintah juga dari sharing/ partisipasi

petani/ P3A. Pemberian biaya kepada P3A dilakukan

dengan cara ditransfer melalui Bank yang telah ditunjuk 

ke rekening P3A. Setelah menerima biaya, P3A 

Page 23: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 23/70

 

berkewajiban melakukan konstruksi sesuai dengan yang

telah diusulkan dalam proposal.

D. Partisipasi

Kelompok tani/P3A diwajibkan untuk berpartisipasi dalam

kegiatan ini sejak dari proses perencanaan sampai dengan

pelaksanaan. Partisipasi tersebut dapat diwujudkan dalam

bentuk tenaga kerja, bahan bangunan, dana dan sebagainya.

E. Pengawasan

Untuk menjamin agar pelaksanaan pekerjaan konstruksi

dapat sesuai dengan yang telah direncanakan diperlukan

pengawasan yang ketat.

F. Pembiayaan

Biaya yang tersedia untuk melaksanakan kegiatan ini berasal

dari DIPA TA. 2007 Satker Dinas Pertanian masing-masing

Kabupaten.

Komponen biaya untuk kegiatan ini terdiri dari:

-  Kegiatan SID (survey investigasi desain) sebesar 10 %

untuk jenis belanja: belanja jasa lainnya, konstruksi

sebesar 90 % yang meliputi: belanja uang honor tidak 

Page 24: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 24/70

 

tetap 35 % dan belanja lembaga sosial lainnya sebesar

55 %.

-  Sedangkan untuk rincian biaya CPCL, sosialisasi,

pembinaan, monitoring dan evaluasi dibiayai dari dana

pendamping/sharing yang berasal dari APBD I atau

 APBD II.

Page 25: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 25/70

 

III. INDIKATOR KINERJA

Indikator kinerja dari kegiatan ini meliputi: keluaran, hasil, manfaat,

dan dampak. Uraian rinci dari indikator kinerja disajikan sebagai

berikut :

  A. Keluaran (Output)

-  Terbangunnya jaringan TAM, sesuai target yaitu seluas

22.589 Ha (13 Propinsi).

-  Meningkatnya rasa memiliki petani terhadap jaringan

irigasi yang sudah dibangun / direhab.

B. Hasil (Outcome)

-  Berfungsinya jaringan tata air mikro (TAM) untuk 

mendukung pengembangan pertanian.

C. Manfaat (Benefit)

-  Meningkatnya luas areal tanam akibat penambahan

Indeks Pertanaman dan Penambahan Baku Lahan.

Page 26: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 26/70

 

-  Meningkatnya produktivitas akibat Peningkatan Mutu

Intensifikasi.

D. Dampak (Impact)

-  Meningkatnya pendapatan petani di lokasi

pengembangan tata air mikro (TAM).

Disadari sepenuhnya bahwa pencapaian indikator kinerja ini

merupakan sistim yang saling terkait yang ditentukan oleh banyak 

faktor penentu lainnya, yang berjalan secara proses dan

membutuhkan waktu. Namun demikian hendaknya indikator ini

dijadikan patokan dalam melakukan penilaian terhadap hasil

kinerja, sehingga seluruh proses kegiatan harus mengacu pada

sasaran indikator tersebut.

Page 27: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 27/70

 

 

IV. MONITORING DAN EVALUASI

 A. Monitoring

Monitoring dilakukan terhadap pelaksanaan pengembangan

TAM TA. 2007.

-  Monitoring dititik beratkan pada pelaksanaan

rehab/penggalian saluran tersier, sub tersier, kwarter,

saluran keliling, saluran cacing, JUT, gorong-gorong,

pintu air dengan menggunakan Form Laporan

Perkembangan Kegiatan Pengembangan TAM TA. 2007

pada lampiran 2.

-  Monitoring tersebut dilakukan oleh Dinas Pertanian

Kabupaten

-  Hasil Monitoring dilaporkan ke Dinas Pertanian Propinsi,

dengan tembusan ke Dirjen PLA c.q Direktur

Pengelolaan Air (PA) via Fax. Nomor : 021 – 7823975.

-  Dinas Pertanian Propinsi menyampaikan rekapitulasi

hasil monitoring Kabupaten ke Dirjen PLA c.q Direktur

Page 28: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 28/70

 

Pengelolaan Air (PA) setiap 3 bulan sekali (Juli, Oktober,

Januari)

B.  Evaluasi

Evaluasi dilakukan terhadap pelaksanaan pengembangan

TAM TA. 2002, TA. 2003, TA. 2004, TA. 2005, TA. 2006 dan

TA. 2007. Evaluasi tersebut dilakukan pada akhir TA. 2007.

Selanjutnya hasil monitoring dan evaluasi dibahas dalam

Workshop secara berjenjang, mulai dari tingkat propinsi

sampai tingkat nasional.

C. Perkembangan Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Fisik 

dan Keuangan

Dalam melakukan penilaian/ pembobotan kemajuan

pelaksanaan pekerjaan fisik dan keuangan yaitu dengan

melihat Jadwal Pelaksanaan Kegiatan TAM

(lampiran 1) dan mengacu pada tabel dibawah ini :

Page 29: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 29/70

 

 

Tabel Tahapan Kegiatan dan PembobotanPelaksanaan Kegiatan Fisik dan Keuangan

No. Komponen/TahapanKegiatan

BobotRealisasi Fisik 

(%)

BobotRealisasiKeuangan

(%)

1. Sosialisasi 0 0

2. Penyampaian Proposal 0 0

3. Persetujuan Proposal 0 0

4. SID

-  Persiapan

-  CPCL

-  Pengukuran & 

Penggambaran

-  Penyusunan RAB

10 10

5. Konstruksi

-  Persiapan

-  Transfer dana ke rekening

kelompok 

-  Pelaksanaan Padat Karya

5

15

70

-

55

35

6. Pengawasan 0 0

7. Monitoring & Evaluasi 0 0

8. Pelaporan 0 0

Page 30: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 30/70

 

D. Laporan Akhir

-  Setelah pelaksanaan pengembangan TAM selesai,

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten selaku penanggung

 jawab kegiatan di tingkat Kabupaten wajib menyiapkan

dan menyampaikan laporan akhir pelaksanaan program

pengembangan TAM, baik dari segi fisik maupun

keuangan.

-    Agar lebih informatif dan komunikatif, Laporan Akhir

dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi pada kondisi

awal pekerjaan, sedang dalam pelaksanaan, dan

setelah pekerjaan selesai 100%

-  Kerangka Pelaporan (out line) dari laporan akhir

tersebut seperti pada lampiran 3.

-  Laporan akhir tersebut disampaikan kepada Kepala

Dinas Pertanian Propinsi dan Dirjen Pengelolaan Lahan

dan Air c.q Direktur Pengelolaan Air dengan alamat :

Direktorat Pengelolaan Air Jl. Taman Margasatwa No. 3

Ragunan, Pasar Minggu - Jakarta Selatan 12550.

Page 31: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 31/70

 

Lampiran 1

JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

PENGEMBANGAN TATA AIR MIKRO TA. 2007

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Sosialisasi

2 Penyampaian Proposal

3 Persetujuan Proposal

4 SID

- Survey Investigasi (CP/CL)

- Desain (Rancangan Teknis Sederhana)

5 Kontruksi

- Persiapan

- Transfer Dana Ke Rekening Kelompok 

- Pelaksanaan Padat Karya

6 Pengawasan

7 Monitorng dan evaluasi

8 Penyusunan Laporan

No. KegiatanBulan

 

Page 32: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 32/70

 

Lampiran 2

Form Laporan Bulanan Perkembangan

Kegiatan Pengembangan TAM TA. 2007

Propinsi :

Kab. :

Kec. :

Desa :

Koordinat : LU/LS, BT/BB

No.Komponen/Tahapan

Kegiatan

BobotRealisasi Fisik 

(%)

BobotRealisasiKeuangan

(%)

1. Sosialisasi Sudah/Belum Sudah/Belum

2. Penyampaian Proposal Sudah/Belum Sudah/Belum

3. Persetujuan Proposal Sudah/Belum Sudah/Belum

4. SID-  Persiapan-  CPCL-  Pengukuran & 

Penggambaran-  Penyusunan RAB

10 10

5. Konstruksi-  Persiapan-  Transfer dana ke rekening

kelompok -  Pelaksanaan Padat Karya

515

70

-55

35

6. Pengawasan Sudah/Belum Sudah/Belum

7. Monitoring & Evaluasi Sudah/Belum Sudah/Belum

8. Pelaporan Sudah/Belum Sudah/Belum

Page 33: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 33/70

 

Lampiran 3

OUTLINE LAPORAN AKHIR 

I. PENDAHULUAN

  A. Latar Belakang

B. Tujuan dan Sasaran

II. PELAKSANAAN

  A. Masukan

B. Lokasi

C. Tahap Pelaksanaan

D. Permasalahan

E. Pemecahan Masalah

III. HASIL

IV. MANFAAT

  V. DAMPAK 

  VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Page 34: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 34/70

 

Lampiran 4

KETENTUAN TEKNIS

  A. Survey Investigasi Desain (SID)

1.  Metodologi

  Penyiapan kuisioner

Survei investegasi desain (SID) dilaksanakan

setelah dilakukan survei inventarisasi, sehingga

calon lokasi pengembangan sudah dipilih. Untuk 

memperoleh data primer dan sekunder dari lokasi

lahan pengembangan TAM, maka survei

investigasi dilakukan dengan menggunakan

metode Rural Rapid Appraisal  (Penyelidikan

Pedesaan Secara Cepat). Oleh karena itu perlu

disiapkan kuisioner yang ringkas tetapi jelas untuk 

memperoleh data yang dibutuhkan. Pengisian

kuisioner dapat dilakukan melalui wawancara

dengan petani dan observasi langsung dilapangan.

Kuisioner yang dibuat berisikan data-data sebagai

berikut:

Page 35: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 35/70

 

a.  Keadaan umum lahan calon lokasi

pengembangan TAM

  Tata letak lokasi, yang didelineasi dengan

menunjukkan posisi koordinatnya (LS/LU,

BB/BT).

  Keadaan jalan dan jembatan

  Iklim

  Tipe luapan air pasang/pasang surut

(petak)

  Prasarana usahatani (jalan usahatani,

 jembatan, jalan dan gorong-gorong)

  Keadaan tanah/ tipologi lahan, tekstur, pH

tanah, ketebalan gambut, kedalaman pirit,

kedalaman air tanah, lahan terlantar

(lahan tidur)

  Kelembagaan pertanian (BPP, P3A, PPL,

KUD, dan kelompok tani)

  Potensi lahan usahatani (luas, pola tanam,

IP, jenis tanaman, produktivitas)

Page 36: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 36/70

 

  Sosial ekonomi (pemasaran hasil, harga,

status pemilikan lahan, kependudukan,

angkatan kerja )

  Penyiapan peta dan gambar

Bila dana yang tersedia mencukupi, peta-peta

yang perlu disiapkan dalam membuat desain tata

air mikro adalah:

a.  Peta situasi lokasi skala 1 : 5000 dan 1 :

10.000.

b.  Peta skema jaringan reklamasi rawa.

c.  Peta dasar teknis diatas kertas millimeter

dengan skala 1 : 2.000

d.  Peta rancangan (desain) pembuatan/

rehabilitasi tata air mikro skala 1 : 2000

Bila dana untuk kegiatan ini tidak tersedia,

maka yang perlu disiapkan adalah peta

rancangan teknis sederhana, namun semuadimensinya terukur, sehingga bisa

digunakan sebagai dasar pelaksanaan

Page 37: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 37/70

 

konstruksi maupun penyusunan rencana

anggaran biaya (RAB).

  Personil

Bila dananya memungkinkan, personil tenaga

yang perlu disediakan dalam pelaksanaan survei

inventarisasi adalah tenaga-tenaga yang telah

berpengalaman bekerja di lahan rawa. Bidang

keahlian yang harus diikutsertakan dalam tim

adalah :

a.   Ahli pengairan/irigasi berpendidikan sarjana

teknik sipil/pengairan

b.    Ahli pertanian dari bidang keahlian sosial

ekonomi, tanah dan agronomi serta ahli

hama penyakit tanaman.

c.  Surveyor (tenaga teknis) STM/SPMA. Jumlah

tenaga yang dibutuhkan sangat relatif 

tergantung dari luas lahan yang akan

disurvei, tetapi minimal setiap satu orang

tenaga ahli di dampingi satu orang tenaga

teknis.

Page 38: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 38/70

 

 

2.  Pelaksanaan Survei

Pelaksanaan survei untuk memperoleh data primer

dilakukan dengan metode wawancara dengan petani

atau masyarakat setempat dan observasi langsung fisik 

lapangan.

Wawancara umumnya dilakukan untuk memperoleh

data sosial yang meliputi:

a.  Kondisi usahatani secara umum, yaitu

menyangkut luas areal persawahan pola tanam,

produktivitas dan intensitas pertanaman (IP).

b.  Tenaga kerja keluarga petani.

c.  Nama pemilik lahan dan penggarapnya.

d.  Fasilitas penunjang ekonomi pertanian, yaitu

termasuk kondisi dan peranan kelembagaan,

seperti: lembaga penyediaan sarana produksi

(saprodi), pemasaran dan tingkat harga di petani,dan peranan PPL.

Page 39: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 39/70

 

Pengamatan langsung terhadap kondisi fisik lapangan

adalah meliputi:

a.  Topografi/hidrotopografi.

b.  Pengukuran ketinggian/ elevasi lahan dan tinggi

luapan maksimum perlu untuk menentukan tipe

luapan air pasang.

c.  Keadaan tanah, meliputi data-data jenis tanah,

tekstur, pH tanah dan air, ketebalan gambut.

Kedalaman lapisan pirit, kedalam air tanah, dan

pengelolaan tanah.

d.  Keadaan jalan dan jembatan (perhubungan dan

transportasi).

e.  Ketersediaan jalan usahatani, meliputi dimensi

dan kondisinya.

f.  Kondisi jaringan tata air makro (meliputi

ketersediaan pintu-pintu air, dan fasilitas lainnya).

g.  Jenis vegetasi yang tumbuh dilapangan.

Data-data sekunder perlu diambil adalah:

a.  Data curah hujan, temperatur dan hari hujan

Page 40: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 40/70

 

b.  Data kependudukan

c.  Data potensi desa dan kecamatan

d.  Daftar harga satuan dan bahan upah setempat

e.  Data laporan kegiatan terdahulu (bila ada)

f.  Informasi kegiatan fisik yang dikerjakan oleh

Dinas Pekerjaan Umum (P2DR) termasuk keadaan

 jaringan tata air.

3.  Investigasi karakteristik lahan

Karakteristik lahan yang diperlukan adalah :

a.  Keadaan agroklimat seperti tipe agroklimat. Data

iklim dapat diperoleh dari Dinas Pertanian atau

instansi yang terkait. Data ini diperlukan dalam

penentuan pola tanam dan penataan lahan

usahatani.

b.  Jenis dan sifat-sifat tanah baik fisik maupun sifat

kimianya. Sifat kimia antara lain pH, kadar bahan

organik, kadar N, C/N ratio, kadar hara makro P

dan K, basa-basa, kadar Al, kadar besi, dan kadar

pirit. Untuk sifat fisik yang diamati adalah tekstur,

Page 41: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 41/70

 

struktur dan konsistensi. Pada tanah mineral perlu

dilakukan pengecekan keberadaan pirit dengan

menggunakan larutan peroksida (H2O2).

Kadalaman pirit perlu dicatat untuk menentukan

  jenis tanah (tipologi lahan). Untuk mengetahui

karakteristik tanah tersebut dilakukan melalui

pengamatan profil tanah dan pengambilan contoh

tanah dari masing-masing kedalaman untuk 

dianalisis dilaboratorium. Selain itu perlu diambil

contoh tanah komposit, untuk mengetahui

kesuburan tanah pada lahan yang disurvei.

Pada lahan rawa pasang surut secara umum dapat

dibedakan 4 tipologi lahan, yaitu:

-  Lahan potensial, yaitu terdiri dari tanah aluvial

yang tidak mempunyai lapisan pirit (FeS2) sampai

kedalaman 50 cm dari permukaan. Dapat

dibedakan menjadi lahan potensial-1 bila

kedalaman pirit > 100 cm dan potensial-2 bila

kedalaman pirit antara 51 – 60 cm. Kemasaman

tanah pada tipologi ini agak masam (pH > 4).

Kadar P dan K potensial biasanya sedang sampai

Page 42: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 42/70

 

tinggi, P tersedia rendah, kandungan Al rendah

dan C-organik tinggi (3 – 5%).

-  Lahan sulfat masam, yaitu lapisan pirit (FeS2)

berada pada kedalaman 0 – 50 cm, bila piritnya

belum teroksidasi disebut lahan sulfat masam

potensial dan bila piritnya sudah teroksidasi maka

disebut lahan sulfat masam aktual. Lahan sulfat

masam potensial dicirikan oleh pH tanah masih 4atau lebih, Aldd dan kadar sulfat rendah.

Sedangkan sulfat masam aktual pH umumnya <

3,5, kadar Al dan sulfat tinggi.

-  Lahan gambut. Puslittanak (1997) membedakan

kedalaman beberapa macam lahan gambut, yaitugambut dangkal bila ketebalan gambut antara 50

  – 100 cm, gambut sedang bila ketebalan 100 –

200 cm, dan gambut sangat dalam bila ketebalan

gambut > 300 cm. Menurut kematangannya

gambut dibedakan kedalaman fibrik, hemist  dan

saprist . Bila dilapangan diketemukan laham

gambut maka desain TAM akan berbeda dengan

tanah mineral.

Page 43: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 43/70

 

-  Lahan salin. Lahan salin adalah bila pada lahan

tersebut mengandung kadar Na 8 – 15%. Di

Indonesia tidak diketemukan lahan salin, kalau

ada umumnya hanya bersifat sementara pada

musim kemarau akibat intrusi air laut ke lahan

pertanian yang biasanya lebih dari 3 bulan dalam

satu tahun.

-  Kualitas air. Kualitas air yang dapat diukur adalah

pH air dan kadar garam. Kadar garam sangat

penting karena mempengaruhi pertumbuhan

tanaman khususnya padi sawah. Contoh air perlu

diambil dari saluran air di lahan usaha (sawah)

dan ditempat sumber air. Analisis air dan tanah

harus dilakukan pada laboratorium yang sudah

terakreditasi (diakui kualitas hasilnya).

4.  Hidrotopografi

Data hidrotopografi lahan diperlukan untuk mengetahui

tipe luapan dari air pasang yang terjadi dilahan itu.Penggunaan Theodolite untuk mengukur ketinggian

lahan perlu dilakukan dan alat pengukur ketinggian air

pasang juga diperlukan untuk mengetahui karakteristik 

Page 44: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 44/70

 

air dilahan yang disurvei. Dengan menginterpretasi data

ketinggian lahan dan data tinggi pasang surut air maka

dapat ditentukan tipe luapan pada daerah tersebut. Bila

rata-rata tinggi air pasang terbesar (maksimum) lebih

tinggi dari ketinggian lahan maka dapat diklasifikasikan

lahan tersebut termasuk tipe luapan A. sedangkan bila

lebih rendah maka diklasifikasikan tipe luapan B. Bila

ternyata tidak terjadi air pasang maka daerah survei

dapat diduga sebagai tipe luapan C/D. Selanjutnya

untuk membedakan tipe luapan C dan D dapat diukur

kedalaman air tanah. Bila kedalaman air tanah terletak 

diatas 50 cm dari permukaan tanah maka termasuk tipe

luapan C dan bila kedalaman air tanah < dari 50 cm

dari permukaan tanah maka termasuk tipe luapan D.

5.  Kondisi lahan usahatani

 Yang penting diketahui dari kondisi lahan petani adalah,

luas pemilikan dan nama pemiliknya, pola tanam,

produktivitas dan intensitas pertanaman (IP) dan infra

struktur yang ada seperti kondisi jalan usahatani, dan

  jembatan penyebrangan. Vegetasi liar yang tumbuh

dilahan juga perlu diamati seperti purun dan tumbuhan

Page 45: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 45/70

 

semak belukar lainnya. Biasanya vegetasi yang tumbuh

akan mencerminkan tipologi lahan atau jenis tanahnya.

Purun biasa tumbuh pada tanah sulfat masam yang

bongkor dan harendong (Meleuluca  sp) cenderung

banyak ditemukan pada tanah gambut. Model usahatani

yang ada saat itu perlu diamati termasuk komoditas

yang diusahakan, seperti hortikultura dan buah-buahan.

B. Desain Tata Air Mikro

1.  Penataan Lahan

Penataan lahan perlu dilakukan agar lahan dapat

sesuai dengan kebutuhan tanaman yang akan

dikembangkan. Dalam melakukan penataan lahan

perlu diperhatikan hubungan antara tipologi lahan,

type luapan dan pola pemanfaatannya. Tipe luapan A,

maka penataan lahan sebaiknya untuk sawah yang

berpirit akan lebih stabil tidak mengalami oksidasi dan

tanaman padi akan tumbuh dengan baik, sedangkan

tipe luapan B, maka dianjurkan pola pemanfaatanlahan bisa dilakukan dengan system surjan.

Sistem Surjan adalah salah satu contoh usaha

penataan lahan untuk melakukan diversifikasi tanaman

Page 46: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 46/70

 

dilahan rawa. System surjan baik dilakukan di tipe

luapan B. Untuk tanah gambut, tekstur lapisan tanah

dibawahnya sangat menentukan dalam pemanfaatan

lahannya. Bila pada tanah gambut lapisan dibawahnya

berpasir atau pasir kuarsa dan atau lapisan

mengandung pirit maka tanah gambut tersebut jangan

disurjan atau dibuat sawah, tetapi sebaiknya gambut

dipertahankan untuk tanaman padi gogo dan palawija,

sayuran, buah-buahan, dan perkebunan.

Untuk memudahkan klasifikasi pemanfaatan lahan

rawa, di bawah ini diberikan tabel tentang penataan

dan pola pemanfaatan lahan berdasarkan tipologi

lahan dan tipe luapan air pasang surut.

Tabel 1. Penataan dan pola pemanfaatan lahan yang dianjurkan pada setiap 

tipologi lahan dan tipe luapan air di pasang surut.

Tipologi Lahan Tipe luapan air

Kode Tipologi A B C D

SMP-1 Aluvial

bersulfidadangkal

Sawa

h

Sawah Sawah -

SMP-2 Aluvial

bersulfida

dalam

Sawa

h

Sawah/

surjan

Sawah/

surjan

Sawah/

tegalan

 /kebun

Page 47: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 47/70

 

Sumber : Widjaja-Adhi (1995)

2.  Desain Sistem Pengairan/drainase Saluran tersier

Pengelolaan air tingkat tersier ditujukan untuk 

mengatur saluran tersier agar berfungsi :

-  memasukkan air irigasi

-  mengatur tinggi muka air di saluran dan secara

tidak langsung di petakan lahan

SMP-

3/A 

 Aluvial

bersulfida

sangat dalam

- Sawah/

surjan

Sawah/

tegalan/

kebun

Tegalan

 /Kebun

SMA-1 Aluvial

bersulfat 1

- Sawah/

surjan

Sawah/

surjan

Sawah

 /tegalan

 /kebun

SMA-2 Aluvial

bersulfat 2

- Sawah/

surjan

Sawah/

surjan

Sawah/

tegalan

 /kebun

SMA-3 Alluvial

bersulfat 3

- - Sawah/

kebun

Tegalan

 /Kebun

HSM Aluvial

bersulfidadangkal

bergambut

- Sawah Sawah/

tegalan

Tegalan/

Kebun

G-1 Gambut

dangkal

- Sawah Sawah/

tegalan

Tegalan/

Kebun

G-2 Gambut

sedang

- - Kebun/

kebun

Kehutana

n

G-3 Gambut dalam - - Kebun/

kebun

Konserva

si

Page 48: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 48/70

 

-  mengatur kualitas air dengan membuang bahan

beracun yang terbentuk di petakan lahan serta

mencegah masuknya air asin ke petakan lahan.

Sistem pengelolaan air di tingkat tersier dan mikro

tergantung kepada tipe luapan air pasang. Penataan air

pada tingkat ini dapat dilakukan dengan 2 sistem yaitu

sistim aliran satu arah (one-way flow system ) dan

sistim aliran dua arah (two-way flow system ). Hal yangperlu mendapat perhatian dalam pemilihan sistim tata

air mikro adalah sinkronisasi antara tata air makro dan

tata air mikro.

-  Sistem aliran satu arah

Pada system aliran satu arah, saluran irigasi dan

saluran drainase dibuat secara terpisah. Pintu klep

dipasang berlawanan arah. Pada saluran irigasi

pintu klep membuka ke arah dalam sedang pada

saluran drainase pintu klep membuka ke arah luar

sehingga pencucian lahan dapat berlangsungdengan efektif.

Sketsa system tata air aliran satu arah pada tipe

luapan A/B dan tipe luapan C/D dapat dilihat pada

Page 49: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 49/70

 

gambar 1 dan 2.

-  Sistem aliran dua arah

Pada sistim air dua arah, saluran tersier yang

dibuat berfungsi sebagai saluran irigasi dan

drainase. Oleh karena saluran berfungsi sebagai

saluran irigasi dan saluran drainase, pada dua

saluran ini dipasang pintu-pintu. Untu menjaga

agar tidak terjadi over drain, pada pintu-pintu perlu

dipasang over flow/ stoplog. 

Page 50: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 50/70

 

A

A A'

A'

Saluran Primer/Jalur

Saluran Tersier Pengeluaran

Saluran tersier Pemasukan

   S

   a   l   u   r   a   n    S

   e   k   u   n   d   e   r

   S

   a   l   u   r   a   n 

   S

   e   k   u   n   d   e   r

   P

   e   n   g   e   l   u   a   r   a   n

Saluran kuarter pengeluaran

Flapgate (outlet)

Flapgate (outlet)Flapgate (inlet)

Flapgate (inlet)

 

Gambar 1. Jaringan Tata Air Sistem Saluran Satu Arah pada tipe A/B

Page 51: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 51/70

 

 A

A'

Saluran Primer/Jalur

Saluran Tersier Pengeluaran

Saluran tersier Pemasukan

    S

   a    l   u

   r   a   n

     S

   e

    k   u

   n    d   e

   r

    S

   a

    l   u   r   a   n

     S

   e    k   u   n    d   e

   r

    P

   e   n   g   e

    l   u   a

   r   a   n

Saluran kuarter pengeluaran

Stoplog

StoplogStoplog

Stoplog

Saluarn Dangkal IntensifSaluran

Cacing

Saluran Keliling

 

    S

   a    l   u

   r   a   n

     S

   e

    k   u

   n    d   e

   r

    S

   a

    l   u   r   a   n

     S

   e    k   u   n    d   e

   r

    P

   e   n   g   e

    l   u   a

   r   a   n

Saluran kuarter pengeluaran

Stoplog

StoplogStoplog

Stoplog

Saluran Dangkal Intensif

 Gambar 2. Jaringan Tata Air Sistem Tabat untuk Tipe Luapan C dan D

Page 52: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 52/70

 

 

3.  Saluran Kuarter dan Drainase

Sistem pengelolaan tata air mikro mencakup

pengaturan dan pengelolaan tata air di saluran kuarter

dan petakan lahan yang sesuai dengan kebutuhan

tanaman dan sekaligus memperlancar pencucian bahan

beracun. Saluran kuarter biasanya dibuat di setiap

batas pemilikan lahan, sedangkan di dalam petakan

lahan dibuat saluran cacing dengan interval 3 – 12

meter dan disekeliling petakan lahan tergantung pada

kondisi lahannya. Semakin tinggi tingkat masalah

keracunan, semakin rapat pula jarak antar saluran

cacing tersebut. Usaha pencucian ini akan berjalan baik 

apabila terdapat cukup air segar, baik dari hujan

maupun dari air pasang. Oleh Karena itu, air di petakan

lahan perlu diganti setiap dua minggu pada saat pasang

besar.

a. Bentuk dan Ukuran Saluran

Gambar yang harus disiapkan adalah saluran

Page 53: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 53/70

 

drainase dan rancangan bangunan pelengkap

seperti: jalan, gorong-gorong dan jembatan

penyeberangan bila ada.

-  Rancangan pintu airRancangan saluran

kemalir/cacing

Lebar atas = 0.30 cm

Lebar bawah = 0.25 cm

Tinggi = 0.25 cm

Gambar 3. Penampang melintang saluran kemalir

-  Rancangan saluran keliling

Lebar atas = 0.30 meter

Lebar bawah = 0.25 meterTinggi = 0.40 meter

Page 54: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 54/70

 

 

-  Rancangan saluran sub tersier

Lebar atas = 0.80 meter

Lebar bawah = 0.60 meter

Tinggi = 0.80 meter

Gambar 5. Penampang melintang saluran sub tersier

Gambar 4. Penampang melintang saluran keliling 

Page 55: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 55/70

 

 

-  Rancangan Saluran kuarter

o  Lahan Potensial

Lebar atas = 0.60 meter

Lebar bawah = 0.40 meter

Tinggi = 0.60 meter

Gambar 6. Penampang melintang saluran kuarter

pada lahan potensial

o  Lahan Sulfat masam

Lebar atas = 0.60 meter

Lebar bawah = 0.40 meter

Tinggi = 0.50 meter

Page 56: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 56/70

 

 

Gambar 7. Penampang melintang saluran kuarter di

lahan sulfat masam

-  Rancangan Saluran kolektor

Lebar atas = 0.80 meter

Lebar bawah = 0.60 meter

Tinggi = 0.60 meter

Gambar 8. Penampang melintang saluran kolektor

Page 57: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 57/70

 

 

b.  Rancangan pintu air Tersier dan Sekunder

Pintu air untuk saluran tersier sebaiknya dibuat

kombinasi antara flapgate  dan stoplog  terutama

untuk daerah yang bertipe luapan A/B, sedangkan

untuk saluran kuarter dengan pintu flapgate .

Untuk tipe luapan C/D pada saluran tersier

sebaiknya dibuat pintu stoplog, jangan dengan

pintu ulir seperti dilakukan di daerah irigasi, untuk 

saluran kuarter dibuat pintu stoplog  yang

ketinggiannya bisa diatur menurut kebutuhan.

Pintu flapgate  dan stoplog sudah banyak 

dikembangkan oleh Departemen Pekerjaan Umum

dan sekarang ada pintu stoplog yang dibuat dari

fiber.

4.  Kriteria Model Desain TAM

Rencana yang akan diterapkan dalam pembinaan/

pengembangan model pembuatan TAM disusun

berdasarkan kriteria berikut :

Page 58: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 58/70

 

a.  Jarak antara 2 saluran tersier tidak lebih dari 200

m, kalau lebih dari 200 m perlu dibuat saluran

sub-tersier pada bagian tengahnya (efek kuarter

tidak lebih 100 m).

b.  Ujung saluran tersier dalam kondisi buntu, maka

harus dihubungkan dengan saluran sekunder yang

terdekat (dalam kondisi buntu, pengaturan air di

ujung saluran tersier adalah sangat penting).

c.    Aliran satu arah di saluran tersier

direkomendasikan untuk penggelontoran air asam

(bisa satu arah dari SPD ke SDU kalau tidak ada

pintu sekunder, dan apabila ada pintu di SPD

maka aliran satu arah dari SDU ke SPD).

d.  Operasi pintu sorong harus rutin, untuk keperluan

ini maka pembuatan pintu air perlu diletakkan

dekat pemukiman. Hal ini dimaksudkan untuk 

memudahkan dalam menjangkau lokasi pintu

tersebut. Operasi ditujukan untuk suplai(memasukkan air) pada air pasang.

e.  Ditinjau dari tipologi lahan pada daerah rawa

pasang surut, penerapan pengembangan model

Page 59: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 59/70

 

pembangunan jaringan TAM, dibedakan :

1)  Lahan dengan luapan A/B

Untuk tanaman padi pada musim hujan dan

pada musim kemarau, harus dibantu dengan

pompanisasi khususnya pada tipe luapan B.

-  Jika pada lahan tipe luapan A/B belum

ada pintu, maka dibiarkan terbuka

tanpa ada pintu (one-way flow system )

untuk keperluan drainase dan suplai.

-    Apabila sudah ada saluran sub tersier,

maka perlu dibuat gorong-gorong

terbuka (tanpa pintu).

-    Apabila tidak ada pintu air di saluran

sekunder (SPD) maka saluran tersier

perlu dibuat pintu sorong pada saluran

penghubungnya. Jika ada pintu pintu air

di saluran sekunder maka gorong-

gorong pada saluran tersier dapat

dibuka atau dipasang stoplog .

Page 60: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 60/70

 

-  Bila saluran tersier dihubungkan dengan

sekunder (SDU) maka hanya dibuat

gorong-gorong (dengan pipa) untuk 

keperluan aliran satu arah dari SPD ke

SDU.

2)  Lahan dengan tipe luapan C/D

Lahan ini dapat digunakan untuk penanaman

padi pada musim hujan dan palawija pada

musim kemarau. Pengembangan model di

lahan dengan tipe luapan C/D ini

dimaksudkan untuk meningkatkan potensi

drainase untuk keperluan penanaman

palawija di musim kemarau.

Perlu dipertimbangkan antara kebutuhan

untuk pencucian tanah dari racun yang ada

dan penggenangan air untuk penanaman

padi pada musim hujan .

Untuk itu, sub tersier dihubungkan dengan

sekunder SDU perlu dibuat gorong-gorong

(dengan pipa) yang dilengkapi dengan

stoplog . Bila dihubungkan dengan saluran

Page 61: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 61/70

 

SPD hanya perlu gorong-gorong.

Bila tidak ada pintu air di saluran sekunder

(SPD), maka pada saluran tersier perlu dibuat

pintu sorong di ujung saluran penghubung.

Jika saluran tersier sudah dihubungkan

dengan SPD maka tidak perlu dibuat pintu air

atau hanya perbaikan pintu yang ada.

Bila ada pintu air di saluran sekunder (SPD)

maka pada penghubung hanya dibuat

gorong-gorong saja, atau perbaikan pintu

yang sudah ada di tersier.

Pada saluran sekunder (SDU) pada saluran

penghubung (pada tersier) dibuat gorong-

gorong dengan pipa dan stoplog . Bila saluran

sudah ada pintu maka hanya perbaikan saja.

Saluran kuarter dapat dibuat pada batas

kepemilikan lahan saja, tetapi jika terdapat

lapisan pirit (pada sub-soil) atau untuk 

tanaman palawija maka saluran kuarter dapat

dibuat lebih intensif dengan jarak 50 m untuk 

keperluan pencucian sulfat masam atau untuk 

Page 62: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 62/70

 

drainase pada penanaman palawija.

5.  Pelaksanaan Pekerjaan Jaringan Tata Air Mikro

a.  Pembersihan Lapangan

Untuk memperlancar pekerjaan galian maupun

timbunan tanah, di posisi jalur saluran dilakukan

pembersihan lapangan terlebih dahulu sehingga

diperoleh ruang kerja yang leluasa untuk 

melaksanakan pekerjaan galian dan timbunan.

Khususnya untuk pekerjaan timbunan, bahan

timbunan adalah tanah asli setempat yang tidak 

tercampur dengan unsur yang lainnya.

Pekerjaan pembersihan lapangan ini dapat tidak 

dilakukan selama kondisi lapangannya

mendukung, maksudnya sepanjang jalur rencana

saluran kondisinya terbuka, tidak ada penghalang

baik berupa semak atau hal lainnya sehingga

dipastikan dapat langsung mengerjakan pekerjaan

galian atau timbunan. Demikian juga untuk 

saluran keliling dan kemalir yang posisinya ada di

dalam lahan usahatani tidak memerlukan

pembersihan lapangan.

Page 63: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 63/70

 

b.  Pemasangan patok Ajir/Bouwplank  

Khususnya untuk saluran sub tersier, kolektor dan

kuarter, untuk mendapatkan kelurusan arah

saluran maka berdasarkan patok-patok bantu

pada pekerjaan uitzet , dipasang patok ajir yang

menunjukkan ujung kiri/ kanan dari lebar atas/

bawah saluran dan pematang/ tanggul dan

dipasang papan bouwplank  untuk menunjukkanketinggian timbunan. Baik patok ajir maupun

papan bouwplank  di pasang pada jalur rencana

saluran per 25 m. Karena tanah asli bahan

timbunan akan mengalami penyusutan maka

untuk ketinggian, ukurannya harus dilebihkan

antara 5 – 10 cm dari tinggi rencana. Demikian

pula dengan kedalaman galian saluran, untuk 

mencapai kestabilan lereng/ talud saluran yang

dibuat baru maka setelah pembentukan saluran

dan dioperasikan nantinya akan mengalami

pengendapan sehingga kedalaman galian saluran

  juga harus dilebihkan antara 5 – 10 cm dari

kedalaman rencana. Baik tinggi timbunan maupun

Page 64: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 64/70

 

kedalaman galian diukur dari permukaan tanah

asli.

c.  Pekerjaan Galian

Setelah patok dan papan bouwplank  terpasang

berjarak 25 m antara satu dengan yang lainnya,

maka untuk mendapatkan kelurusan saluran,

diantara 2 patok ajir (yang berjarak 25 m) yang

menunjukkan ujung kiri/ kanan lebar atas saluran

ditarik garis bantu (bisa berupa tali plastik).

Berpatokan kepada garis bantu tersebut pekerjaan

galian dapat dilakukan dan untuk mendapatkan

bentuk dan kedalaman galian, dibuat dari bahan

kayu ukuran 3/5 rangka bouwplank  berbentuk penampang saluran (segi empat/trapezium)

dengan catatan untuk tingginya sudah

ditambahkan.

d.  Biasanya untuk keperluan timbunan tanggul/

pematang menggunakan bahan hasil galian(dengan memperhatikan faktor susut tanah ± 20

%) sehingga tanah hasil galian diletakkan pada

kedua sisi galian dengan memperhatikan jarak 

Page 65: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 65/70

 

sempadan saluran secara merata.

e.  Pekerjaan Timbunan

Pembentukan timbunan tanggul/ pematang dapat

memanfaatkan bahan hasil galian, akan tetapi jika

tidak mencukupi maka bahan timbunan diambil

dari galian di sisi sebelah luar rencana saluran.

Untuk mendapatkan tinggi timbunan yang

diinginkan ditarik garis bantu dari antara 2 patok 

ajir (yang berjarak 25 m) yang menunjukkan

ujung kiri/ kanan lebar atas timbunan yang

diinginkan ditarik garis bantu dari antara 2 patok 

ajir ( yang berjarak 25 m ) yang menunjukkan

ujung kiri/ kanan lebar bawah timbunan tanggul/pematang. Untuk mendapatkan bentuk timbunan

yang diinginkan, dapat juga dilakukan dengan

membuat rangka bouwplank  dari bahan kayu

ukuran 3/5 berbentuk penampang timbunan

tanggul/pematang (segi empat/trapesium).

f.  Pekerjaan Perapihan

Pekerjaan perapihan dilakukan selama masa

kontrak kerja sampai masa pemeliharaan selesai.

Page 66: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 66/70

 

Maksud perapihan disini adalah untuk 

mempertahankan ukuran penampang galian

maupun timbunan sesuai dengan yang

ditentukan, misalnya pada waktu pekerjaan galian

dilakukan ternyata peletakan tanah timbunannya

belum membentuk seperti yang ditentukan, ada

longsoran di lereng/ talud galian maupun

timbunan, karena kering maka terjadi retakan-

retakan di timbunan tanggul/ pematang maka

harus dilakukan pembentukan kembali

penampang galian atau timbunan

tanggul/pematang.

g.  Untuk dapat memberikan fungsi yang optimal,

  jaringan Tata Air Mikro memerlukan sarana

penunjang yang secara langsung/ tidak langsung

mempengaruhi fungsi Tata Air Mikro dalam satu

kawasan/hamparan lahan usahatani. Sarana

pendukung tersebut terdiri dari :

1. Jalan Usaha Tani

Konstruksi jalan usaha tani berupa timbunan

tanah yang dipadatkan dengan ukuran

Page 67: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 67/70

 

tertentu yang sudah ditetapkan dalam

perencanaan (desain). Untuk memperkokoh

konstruksi, dapat juga di kedua sisi jalan

usaha tani dibuat konstruksi siring (dinding

penahan) dari kayu. Sebagai bangunan

pelengkap jalan usahatani adalah jembatan

yang dapat berupa konstruksi kayu atau

pasangan batu/beton.

2. Bangunan air

Jenis bangunan air yang diperlukan untuk 

melengkapi jaringan TAM adalah : Pintu

Sorong, Pintu Stoplog , Pintu Klep dan

Gorong-gorong

Secara garis besar pekerjaan sarana

penunjang ini meliputi pekerjaan tanah

(galian dan timbunan dan pemadatan),

konstruksi kayu, pasangan batu bata,

pasangan beton.

Page 68: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 68/70

 

C. Pemeliharaan Jaringan Tata Air Mikro

a.  Pemeliharaan Jaringan Drainase

Jaringan drainse perlu dipelihara, agar ; (1) sarana

dan prasarana hidrolik yang telah dibangun tetap

berfungsi sehingga dapat bermanfaat secara

berkelanjutan, dan (2) untuk mengurangi biaya

perbaikan yang lebih tinggi pada masa yang akan

datang.

Kerusakan bangunan air di lahan rawa lebih besar

dibandingkan dengan dilahan sawah irigasi. Beberapa

factor yang menyebabkan kerusakan pada jaringan

drainase adalah : (1) adanya erosi, (2) tumbuhnya

vegetasi rawa, dan (3) akibat terjadinya banjir.

Pemeliharaan saluran harus dilakukan secara rutin.

Pemeliharaan rutin menyangkut pemeliharaan

bangunan pintu air, pembersihan dari kotoran,

pemotongan rumput dan perbaikan tanggul saluran.

Pemeliharaan insidentil mencakup kegiatan-kegiatan

yang sebelumnya tidak diperkirakan atau ditaksir

kuantitasnya, antara lain perbaikan longsor tepi dan

tanggul saluran, endapan lumpur, dan perbaikan

Page 69: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 69/70

 

saluran yang rusak. Sedangkan pemeliharaan darurat

adalah pemeliharaan terhadap kerusakan yang

sifatnya mendadak sehingga diperlukan perbaikan

segera, seperti kerusakan akibat bencana alam, banjir.

b.  Pemeliharaan saluran Tersier

Pemeliharaan saluran tersier meliputi kegiatan sebagai

berikut :

1. Pemotongan rumput pada lereng dan tanggul

saluran

2.  Pembersihan saluran meliputi pengangkatan

kotoran atau rumput ditengah saluran. Kegiatan

ini sebaiknya dilakukan bersamaan dengan

pemotongan rumput ditepi saluran.

3.  Pembentukan dan perapihan tanggul saluran

tersier. Hal ini dilakukan bila terjadi kerusakan

tanggul akibat retakan/longsoran.Selain

memelihara saluran tersier bangunan yang ada

di saluran seperti pintu air yang dipelihara.

Pemeliharaan yang harus dilakukan

adalah :

Page 70: Pednis TAM 2007 Lkp

5/11/2018 Pednis TAM 2007 Lkp - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pednis-tam-2007-lkp 70/70

 

a.  Penimbunan dan pemadatan timbunan

pada bangunan tersier.

b.  Penambahan cerucuk gelam pada sayap

bangunan tersier untuk menahan benturan

langsung pada bagian sayap dan

memperkokoh bangunan tersier.

c.  Penanaman rumput pada lereng bangunan

yang berfungsi sebagai pengaman lereng

dari erosi/ longsor.

d.  Pembersihan rutin sekat blok dan papan

duga. Selanjutnya pengecetan, pelumasan

dan pembersihan pintu ayun dan sponeng.