file · web viewuniversitas negeri surabaya. kata pengantar. puji syukur kami panjatkan...

24
LAPORAN PLK HUKUM ADAT HTN ADAT BALI PUTRI ASHARDHITA 13040704014 DONNY CHRISTOPHER 13040704015 AHMAD KAROMI 13040704047 NISYA SEPTIK PRIANDA 13040704051 HERNY WINDHA 13040704053 SEPTIAN EKA 13040704055 PRODI S1 ILMU HUKUM FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Upload: builiem

Post on 03-Mar-2018

221 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: file · Web viewUNIVERSITAS NEGERI SURABAYA. KATA PENGANTAR. Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang Maha Esa,

LAPORAN PLK HUKUM ADAT

HTN ADAT BALI

PUTRI ASHARDHITA 13040704014

DONNY CHRISTOPHER 13040704015

AHMAD KAROMI 13040704047

NISYA SEPTIK PRIANDA 13040704051

HERNY WINDHA 13040704053

SEPTIAN EKA 13040704055

PRODI S1 ILMU HUKUM

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Page 2: file · Web viewUNIVERSITAS NEGERI SURABAYA. KATA PENGANTAR. Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang Maha Esa,

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang Maha Esa, karena atas

limpahan rahmat serta hidayah nya sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada

waktunya.

Makalah ini dibuat dalam rangka melengkapi tugas mata kuliah Hukum

Adat.Selain itu juga untuk megetahui bagaimana PENGATURAN htn (Hukum

Tatanegara) desa adat Bali Aga.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.Penulis tahu bahwa

dalam penulisan ini masih banyak kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan

kritik dan saran dari pembaca.

Terima Kasih.

Surabaya, 08 November 2014

Penulis

Page 3: file · Web viewUNIVERSITAS NEGERI SURABAYA. KATA PENGANTAR. Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang Maha Esa,

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................... i

Daftar Isi ................................................................................... ii

Pendahuluan ................................................................................... 1

Pembahasan ................................................................................... 3

Penutup .................................................................................... 7

Daftar Pustaka

Page 4: file · Web viewUNIVERSITAS NEGERI SURABAYA. KATA PENGANTAR. Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang Maha Esa,

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hukum adat saat ini sedang populer dibicarakan karena eksistensinya

sebagai salah satu hukum yang hidup di negara kita karena keunikannya. Hukum

adat meski tidak tertulis secara sistematis namun sangat ditaati oleh anggota

masyarakatnya. Sementara hukum positif atau hukum nasional kita yang sangat

rinci itu banyak sekali penyelewengan dan pelanggaran yang dilakukan

masyarakat meski aturannya jelas-jelas sudah ada.

Merujuk dari PLK (Perkuliahan Luar Kelas) yang telah dilakukan di Bali

sebagai salah satu provinsi atau daerah di Indonesia yang hukum adatnya masih

sangat kental dan masih dipegang teguh oleh anggota masyarakatnya, maka

makalah ini akan membahas mengenai cara penyelesaian masalah didalam adat.

Keunikan di desa adat Bali Aga terlihat dari sistem pemerintahan di desa

adatnya. Berbeda dengan sistem pemerintahan desa dinas, desa adat memiliki

pengaturan yang luar biasa berbeda dan mencangkup dalam berbagai aspek.

Rumusan Masalah

- Seperti apa sistem pemerintahan di desa adat Bali Aga (Terunyan dan

Tenganan)

- Apa saja organ-organ pemerintahan dalam desa adat Bali (Terunyan dan

Tenganan)

- Bagaimana cara pemilihan pendesa adat dimasing-masing desa (Terunyan

dan Tenganan)

- Seperti apa sistem musyawarah di tiap-tiap desa adat tersebut (Terunyan

dan Tenganan)

- Seperti apa masyarakat Kusamba beradaptasi dengan lingkungan

masyarakat bali, sementara mereka adalah kaum minoritas?

Page 5: file · Web viewUNIVERSITAS NEGERI SURABAYA. KATA PENGANTAR. Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang Maha Esa,

Tujuan

- Mengetahui Sistem Pemerintahan di tiap-tiap desa adat (Terunyan dan

Tenganan)

- Mengetahui Organ-organ pemerintahan tiap-tiap desa adat (Terunyan dan

Tenganan)

- Mengetahui Cara pemelihin pendesa adat ditiap-tiap desa adat (Terunyan

dan Tenganan)

- Mengetahui sistem musyawarah ditiap-tiap desa adat (Terunyan dan

Tenganan)

- Mengetahui cara masyarakat Kumsamba bertahan dalam kondisi sebagai

kaum minoritas

- Memenuhi tugas laporan kelompok PLK Hukum Adat

Manfaat

- Implikasi dari sistem tata pemerintahan desa adat dengan perkembangan

jaman saat ini.

- Mempertahankan budaya arif lokal agar tidak tergerus oleh perkembangan

jaman

Page 6: file · Web viewUNIVERSITAS NEGERI SURABAYA. KATA PENGANTAR. Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang Maha Esa,

BAB II

PEMBAHASAN

Hukum adat memiliki nilai-nilai tradisional yang universal yang sampai

sekarang masih sangat dipegang teguh oleh masyarakatnya. Nilai-nilai tersebut

adalah a. Asas gotong royong, b. Fungsi sosial manusia dan milik dalam

masyawarakt, c. Asas persetujuan sebagai dasar kekuasaan umum, d. Asas

perwakilan dan permusyawaratan dalam sistem pemeritahan.

Asas gotong royong jelas nampak dalam kehidupan sehari-hari masyarakat

hukum adat. Seperti kebiasaan saat pengerjaan sawah atau ketika ada resepsi

dalam satu keluarga didesa adat, maka warga lain akan gotong royong membantu.

Fungsi sosial manusia dan milik damal masyarakat dicerminkan dengan

saling memberi hasil bumi yang dimiliki warga satu kepada warga yang lain, atau

mungkin ketika warga lain sedang membutuhkan sebuah kebutuhan yang hanya

dimiliki oleh beberapa warga dan sipemilik mengizinkan warga tersebut

mengambilnya.

Asas persetujuan sebagai dasar kekuasaan umum nampak dalam

pelaksanaan pamong desa. Dimana sudah menjadi kebiasaan bahwa kepala desa

dalam mengambil keputusan-keputusan yang penting yang menyangkut

kepentingan kehidupan desanya, selalu terlebih dahulu membicarakan masalahnya

dalam balai desa.

Asas perwakilan dan permusyawaratan dalam sistem pemerintahan dimana

penuangannya dalam kehidupan sehari-hari di desa adat berwujud dalam lembaga

balai desa yang dimaksud pada asas sebelumnya.

Page 7: file · Web viewUNIVERSITAS NEGERI SURABAYA. KATA PENGANTAR. Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang Maha Esa,

1. Desa Adat Terunyan

Sistem Pemerintahan didesa adat Terunyan terbagi atas beberapa organ

pemerintahan didesa adat. Yaitu antara lain

◦ Pendesa Adat

◦ Kepala Desa

◦ Klian

◦ Kaur

◦ Tempek

◦ Pecalang

a. Pendesa adat

Dipilih secara keturunan, dipilih apabila sudah berkeluarga, tugasnya

sebagai pemangku adat saat upacara adat.Apabila pendesa adat meninggal

akan dipilih pendesa adat sementara sambil menunggu pemilihan pendesa

adat yang selanjutnya. Waktu pemilihan maksimal 3 bulan. Yang

membedakan pendesa adat didesa ini dengan desa lain adalah Pendesa adat

mendapatkan gaji. Pendesa adat juga yang memegang Awg-aweg desa.

Sebagai undang-undang desa adat yg Berisi seluruh aturan desa adat.

Aweg-aweg dapat diubah sesuai dengan perkembangan zaman, Perubahan

dilakukan dengan cara musyawarah desa Setiap 5 tahun sekali.

b. Kepeala Desa Adat

Dipilih dengan cara musyawarah. Musyawarah dilakukan oleh setiap kepala

keluarga. Tugasnya untuk mengurusi kegiatan administrasi desa. Periode

jabatannya adalah selama 8 tahun

c. Klian Adat

Setiap banjar disetiap desa selalu ada Klian. Kewenangannya dibawah Pendesa

Adat. Dipilih dari musyawarah desa, Tugasnya adalah untuk membantu Jero

Pendesa Adat.

d. Kaur Adat

Adalah yang mengurusi urusan-urusan yang bersifat administrasi seperti

keuangan desa dan lain-lain. Dipilih dengan musyawarah desa.

e. Tempek Adat

Page 8: file · Web viewUNIVERSITAS NEGERI SURABAYA. KATA PENGANTAR. Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang Maha Esa,

Adalah orang yang mengurusi segala sesuatu kebutuhan upacara adat.

Bertindak seperti panitia kegiatan upacara adat. Dipilih juga dengan

musyawarah.Jumlah nya banyak.

f. Pecalang Adat

Disebut dengan Polisi Desa Adat. Dipilih secara musyawarah.Periode nya 2-5

tahun. Tidak ada syarat khusus untuk menjadi Pecalang. Pecalang tidak

mendapat gaji (Sukarela)

g. Penjaga Pura

Tugasnya untuk merawat Pura, Menjaga pura. Tidak mendapat gaji. Dipilih

secara keturunan .

Didesa Terunyan terlihat sekali bahwa sistem musyawarah sebagai salah satu

bentuk penyelesaian masalah masih digunakan hingga sekarang. Terbukti

dengan Musyawarah sealu rutin dilakukan setiap bulan sekali sesuai dengan

kalender Saka tepat pada bulan Purnama. Membahas segala urusan desa baik

pembangunan dll. Keanggotaan musyawarah desa adalah setiap kepala

keluarga

2. Desa Tenganan

Sistem Pemerintahan didesa adat Terunyan terbagi atas beberapa organ

pemerintahan didesa adat. Keanggotaan desa adat dapat dibedakan menjadi 3

bagian, yaitu:

1) krama desa (keanggotaan inti), adalah sepasang suami istri yang baik dari

desa adat Tenganan. Berjumlah 27 anggota.

2) krama bumi, adalah berupa sepasang suami istri yang salah satu dari

mereka berasal dari luar desa adat Tenganan.

3) krama bumi pulangan, adalah orang-orang yang melakukan kesalahan

dengan sanksi hak atas tanah dicabut.

Sistem keorganisasian mereka adalah senioritas, mana yang menikah paling

dulu dia akan menempati tempat paling atas.

Page 9: file · Web viewUNIVERSITAS NEGERI SURABAYA. KATA PENGANTAR. Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang Maha Esa,

Beberapa perangkat desa dari ke 27 orang anggota inti itu adalah:

1. Luanan jumlahnya 5 orang Bertugas sebagai Dewan Pertimbangan Agung

atau sebagai sesepuh desa adat Tenganan

2. Klian Desa yang berjumlah 6 orang. Mereka bertugas sebagai Majelis

Hakim. Semua permasalahan yang ada di Desa Adat Tenganan

Pegringsingan diputuskan melalui Sangkep (pertemuan/rapat) yang

dipimpin oleh “Klian Desa” dengan mengundang krama desa muani

(anggota krama desa laki-laki).

3. Tambalapu (Menyampaikan informasi kepada warga lainnya, berjumlah 6

orang), dan

4. Pengluduan (Pelaksana kegiatan).

Hal ini sesuai dengan corak dari hukum adat itu sendiri yaitau hukum adat

mempunyai sifat kebersamaan atau komunal yang kuat, artinya manusia menurut

hukum adat merupakan makhluk dalam ikatan kemasyarakatan yang erat, rasa

kebersamaan ini meliputi seluruh lapangan hukum adat.

Dari kebiasaan para pemimpin adat desa Tenganan (6 Klien adat) tersebut

terlihat jelas corak hukum adat tersebut masih dipertahankan sampai sekarang.

Sendir-sendi hukum adat yang merupakan landasan yang sangat penting dan

fundamental bagi kehidupan masyarakat hukum adat tersebut sendiri.

6 Klien adat yang ada di desa adat Tenganan bali ini merupakan

representatif dari pemimpin adat. Mereka yang bertugas menyelesaikan segala

jenis permasalahan desa. Karena dalam kehidupan bermasyarakat pasti akan

menemui berbagai masalah. Mereka sebagai pemimpin adat diharapkan bisa

menyelesaiakan permasalah yang terjadi.

Pemimpin adat bertugas memelihara jalannya hukum adat sebagaimana

mestinya. Sebagai pemimpin desa, mereka memiliki 3 aktifitas pokok sebagai

pemimpin adat.

1. Tindakan-tindakan mengenai urusan tanah berhubungan dengan

adanya pertalian yang erat antara tanah dan persekutuan yang

mengusai tanah itu

Page 10: file · Web viewUNIVERSITAS NEGERI SURABAYA. KATA PENGANTAR. Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang Maha Esa,

2. Penyelenggara hukum sebagai usaha mencegah adanya pelanggaran

hukum

3. Menyelenggarakan hukum sebagai pembetulan hukum setelah hukum

itu dilanggar

Musyawarah yang dilakukan di desa adat Tenganan Bali setiap harinya itu

dapat diartikan sebagai 2 dari 3 aktifitas pokok pemimpin desa seperti yang

diuraikan diatas yaitu sebagai tindakan pencegahan adanya pelanggaran hukum

adat dan tindakan represif dari pelanggaran hukum adat yang terjadi di desa

terebut.

Kewajiban pemimpin adat dalam menyelenggarakan hukum adat itu

adalah sepenuhnya untuk memperhatikan adanya perubahan-perubahan

pertumbuhan hukum adat, perubahan keadaan-keadaan yang timbul,

memperhatikan lahirnya kebutuhan-kebutuhan baru dari masyarakat hukum adat

itu sendiri.

Apabila ada perselisihan antara masyarakat desa adat, perbuatan-perbuatan

yang bertentangan dengan hukum adat, tugas dari pemimpin adat ini adalah

mendamaikan dan mngembalikan keseimbangan hubungan dalam masyarakat.

Para pemimin adat ketika akan mengambil sebuah keputusan atas sebuah

permasalahan selalu bermusyawarah dengan anggota yang lain yang ikut duduk

dalam pemerintahan desa. Di desa adat Tenganan ada beberapa struktur

pemerintahan desa. Selain 6 Klian desa ada struktur yang lain. Dan ketika 6 Klian

adat ini tidak dapat mencapai kesepakatan dan menyelesaikan permasalahan maka

organ desa yang lain akan ikut menyelesaikan permasalahan.

Musyawarah di desa adat Tenganan dilakukan setiap harinya agar masalah

yang setiap hari terjadi diantara masyarakat desa tersebut dapat diselesaikan. Hal

ini untuk menjaga keseimbangan kehidupan bermasyarakat. Desa adat memang

masih menjunjung tinggi musyawarah ini. Tidak hanya Tenganan namun desa

Terunyan juga melakukannya namun waktunya saja yang berbeda. Di Terunyan

musyawarah desa dilakukan setiap bulannya saat bulan purnama.

Sebenarnya yang melakukan musyawarah di desa adat tenganan ini tidak

hanya 6 Klian desa ini saja, namuan 27 Kerame Desa yang dipilih dari warga desa

Page 11: file · Web viewUNIVERSITAS NEGERI SURABAYA. KATA PENGANTAR. Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang Maha Esa,

Tenganan yang menikah juga dengan warga desa Tenganan. Namun dari ke 27

Kerame desa ini 6 Klian desa inilah yang bertugas layaknya DPR di negara kita.

Sehingga musyawarah hanya dilakukan oleh 6 Klian desa ini saja.

Mekanisme musyawarah di desa adat Tenganan ini seperti musyawarah

desa pada umumnya. Setiap harinya 6 Klian desa ini berkumpul di balai desa,

pada pukul 20.30 malam untuk membahas semua urusan desa. Pokok bahasan

setiap harinya berbeda-beda. Hal ini karena setiap harinya pasti ada permasalahan

desa yang dihadapi, selain itu jika mendekati upacara suci atau ritual lainnya, 6

Klian ini akan membahasnya pada musyawarah setiap malamnya itu.

Bagaimana jika ke 6 Klian desa itu tidak dapat menyelesaikan

permasalahan yang terjadi? Maka ke 27 Kerame desa itu akan bermusyawarah

bersama untuk membahas permasalahan yang terjadi. Dicontohkan jika terjadi

sengketa waris dalam sebuah keluarga, jika 6 Klian desa tidak dapat menemukan

pemecahan masalah dari musyawarah yang mereka lakukan karena pihak yang

bersengketa tidak menyetujuinya maka masalah ini akan ditangani oleh 27 kerame

desa. Namun jika musyawarah kerame desa ini juga tidak menemukan

kesepakatan untuk para pihak yang bersengketa, maka para pemimpin adat akan

mencari alternatif pemecahan masalah dari aweg-aweg desa yang berada dibalai

agung. Namun jika ternyata para pihak masih bersikukuh tidak ingin berdamai

dan melanjutkan permasalahannya maka jalan terakhir yang ditempuh adalah

dengan sumpah di balai agung. Akan tetapi hal ini hampir tidak pernah terjadi.

Biasanya masyarakat dapat menyelesaikan setiap masalahnya hanya sampai tahap

musyawarah para kerame desa. Hal ini karena menurut kepercayaan masyarakat

Tenganan, jika mereka bersumpah di balai agung, akibatnya tidak akan menimpa

mereka namun akan menimpa keturunan mereka.

Hal ini karena dalam awal perkembangannya faktor magis dan animisme

masih sangat kuat bahkan hal itu masih dipertahankan sampai sekarang. Terbukti

dengan hal itu, ketika masyarakat sedang menghadapi permasalahan yang tidak

kunjung mendapatkan jalan keluar, maka penyelesaian akhirnya adalah dengan

sumpah, namun akibat dari sumpah itu entah baik dan buruk akan menimpa

kepada keturunan-keturunan selanjutnya dari mereka yang bersumpah.

Page 12: file · Web viewUNIVERSITAS NEGERI SURABAYA. KATA PENGANTAR. Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang Maha Esa,

Masyarakat Bali mayoritas menganut agama Hindu yang datang pada awal

abad ke 8 yang dibawa oleh orang-orang India ke Indonesia. Namun sebenarnya

dalam hukum adat bali sendiri pengaruh agama Hindu ini tidak terlalu banyak,

bahkan cenderung sedikit.

3. Kusamba (Kampung Muslim)

Kampung ini dikenal sebagai salah satu kampung Muslim di Kabupaten

Klungkung. Ia juga dikenal sebagai kampung pertama Islam di kabupaten

tersebut. Di tempat ini terdapat makam seorang ulama penyebar Islam di Bali

bernama Habib Ali Bin Abubakar Bin Umar Bin Abubakar Al Khamid. Habib Ali

inilah yang pertama menyebarkan Islam di kerajaan Klungkung. Makamnya

berada di Kampung Islam Kusumba. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat

kampung Islam ini melakukan aktivitas rutin dengan lancar tanpa ada gangguan

dan intimidasi dari pihak mana pun. Banyak ibu-ibu dan remaja putri yang

memakai jilbab. Sedang laki-lakinya bersongkok. Ini menjadi simbol bahwa

perkampungan tersebut adalah perkampungan Muslim.

Simbol ini sangat penting di Bali, untuk membedakan mana masyarakat

yang beragama Islam dan yang bukan. Hubungan masyarakat kampung yang

mayoritas keturunan Banjar ini dengan kampung lainnya yang beragama Hindu

sangat baik. Masyarakat Hindu bersikap toleran terhadap warga Muslim. Mereka

memberi kebebasan kepada warga Muslim untuk menjalankan ritual keagamaan

yang diyakininya. Terbukti di kampung ini terdapat masjid yang cukup besar,

bernama Masjid Al-Huda. Juga sarana pendidikan berupa sekolah Islam. Yang

menarik, ternyata masyarakat Klungkung mengakui bahwa hubungan masyarakat

Muslim di kampung tersebut dengan pihak kerajaan sangat baik. Dalam

kaitannya dengan pemerintahan setempat, umat Muslim yang jumlahnya relatif

sedikit itu sudah dilibatkan dalam pengambilan kebijakan yang menyangkut hajat

orang banyak. Dalam pertemuan yang diselenggarakan lembaga pemerintahan

misalnya, umat Islam dengan segala aturan yang sudah ditetapkan oleh Islam, juga

diperlakukan sebagaimana mestinya. Walaupun umat Islam di Kampung

Kusamba tergolong minoritas, namun bukan berarti selalu dipandang miring oleh

Page 13: file · Web viewUNIVERSITAS NEGERI SURABAYA. KATA PENGANTAR. Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang Maha Esa,

umat Hindu. Umat Islam di mata umat Hindu dan umat yang beragama lain

dikenal sebagai umat yang jujur dan teguh memegang janji. Anggapan ini sudah

ada sejak zaman nenek moyang mereka. Misalnya, dalam hal perjanjian untuk

tidak saling mengganggu, atau menyakiti antar umat yang berkeyakinan lain, umat

Islam adalah kelompok yang belum pernah mengingkari perjanjian-perjanjian

seperti ini. Selain itu, umat Hindu Klungkung juga melihat kaum Muslim sebagai

masyarakat yang memiliki aturan lengkap.

Misalnya aturan dalam kehidupan sehari-hari, dan lain-lain. Pada dasarnya

umat Hindu memandang positif terhadap Islam. Hal ini karena sudah terbukti

bahwa Islam bisa hidup berdampingan dengan masyarakat sekitarnya.

Masyarakat Muslim juga menunjukkan respon positif terhadap aktivitas

keseharian umat Hindu Bali. Selama hidup berdampingan dalam masyarakat umat

Hindu dan Muslim masing-masing memberi kebebasan beraktivitas sesuai dengan

keyakinannya. Buktinya, setiap adanya perayaan nyepi yang bersamaan dengan

shalat Jumat, bisa berjalan beriringan. Pada saat Nyepi, meski umat Hindu

melaksanakan catur berata panyepian (mati karya, mati lelangunan, mati geni, dan

mati lelungan), namun umat Islam juga menunaikan shalat Jumat di masjid.

Warga Hindu yang mengetahui umat Islam keluar untuk shalat Jumat pun dapat

memakluminya. Kaum Muslimin juga ketika berlangsung shalat Jumat tidak

menggunakan pengeras suara ke luar, tapi ke dalam agar tidak mengganggu umat

Hindu yang sedang merayakan hari besarnya.

Bahkan, di kalangan umat Islam sendiri ada yang memakai nama Wayan,

Ketut, Nengah dan berbahasa Bali halus. Dalam catatan sejarah disebutkan bahwa

Desa Kusamba, Klungkung memiliki ikatan sejarah yang sangat besar atas

perkembangan Islam di Tanah Dewata. Bukti sejarah tersebut ditandai adanya

makam Habib Ali Bin Abubakar Bin Umar Bin Abubakar Al Khamid. Letaknya

tepat di pesisir pantai Kusamba, Klungkung. Menurut tokoh masyarakat

Kampung Islam Kusamba, Mugeni, semasa hidupnya Habib Ali dikenal sangat

dekat dengan keluarga Kerajaan Gel-Gel, Klungkung. Bahkan, ia ditunjuk

menduduki jabatan sebagai penerjemah atau ahli bahasa yang bertugas

Page 14: file · Web viewUNIVERSITAS NEGERI SURABAYA. KATA PENGANTAR. Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang Maha Esa,

mengajarkan bahasa Melayu kepada Raja yang saat itu dipimpin oleh Raja Dewa

Agung Jambe. Karena hal ini Habib Ali mendapat perlakuan yang istimewa dari

Raja. Ia diberi seekor kuda jantan putih yang gagah perkasa untuk melakukan

tugas kerajaan. Tak hanya itu, ia merupakan satu-satunya rakyat biasa yang bebas

keluar-masuk kerajaan.

Sayangnya, menurut Mugeni perlakuan istimewa itu ternyata membawa

angin permusuhan di internal kerajaan. Apalagi ia seorang Muslim yang menurut

mereka tidak sesuai dengan keyakinan yang dianut waktu itu. Kedekatannya

dengan Raja Dewa Agung Jambe akhirnya menuai petaka. Usai menghadap sang

Raja Klungkung, Habib Ali dihadang oleh sekelompok pasukan tak dikenal.

Akhirnya, terjadi pertempuran yang sengit dan tidak imbang yang mengakibatkan

Habib Ali terbunuh. Mendengar penerjemahnya tewas, Raja Klungkung, Dewa

Agung Jambe memerintahkan prajurit kerajaan untuk memakamkan jasad Habib

Ali di tepi pantai Kusamba, tempat dimana ia wafat.

Page 15: file · Web viewUNIVERSITAS NEGERI SURABAYA. KATA PENGANTAR. Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang Maha Esa,

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Hukum adat dan kebiasaan yang masih dipegang teguh oleh masyarakat

desa adat Bali, seperti dalam tata pemerintahan mereka. Organ-organ yang

dibentuk sangatlah beragam dan memiliki TuPokSi yang berbeda-beda setiap

organnya.

Meski tugas mereka berbeda namun semuanya sangat berhubungan satu

sama lain. Meski sudah banyak sistem pemerintahan seperti desa dinas, mereka

tetap memberlakukan sistem lama yang diterapkan oleh nenek moyang mereka

dulu.

Kedua desa adat itu (Terunyan dan Tenganan) sama-sama memiliki ciri

khas sendiri dalam sisitem pemerintahannya. Mulai dari bagaimana pengangkatan

organ desa, sistem pemilihan, sampai pemberhentian, hak-hak para organ dan cara

menyelesaikan masalah.

salah satunya yaitu cara penyelesaian masalah sehari-hari dalam

kehidupan bermasyarakat yaitu dengan musyawarah yang dilakukan oleh 6 Klian

desa yang rutin setiap malam dilaksanakan dibalai desa, menunjukan betapa asas

kekeluargaan diterapkan dalam menyelesaikan setiap masalah.

Musyawarah yang dilakukan diikuti oleh 6 Klian desa sebagai salah satu

dari 3 organ pemerintahan di desa adat Tenganan. Namun jika permasalahan

menjadi semakin rumit, maka 27 Kerame desa dapat ikut bermusyawarah

membantu menyelesaikan masalah.

Mekanisme pelaksanaan musyawarah pun dilakukan sebagaimana

biasanya musyawarah dilakukan. Hanya 6 Klian desa berkumpul di balai desa

setiap malamnya untuk membahas setiap permasalahan desa dan mencari

solusinya.

Jika masalah semakin meluas, 27 Kerame desa yang menjadi organ utama

desa akan ikut campur tangan dalam musyawarah. Dan ketika musyawarah dari

Page 16: file · Web viewUNIVERSITAS NEGERI SURABAYA. KATA PENGANTAR. Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang Maha Esa,

Kerame desa juga tidak dapat menyelesaikan masalah maka solusinya akan

dicarikan di aweg-aweg desa yang berada dibalai agung. Hingga yang terakhir

adalah dengan sumpah di balai agung jika masalah tetap belum menemukan

solusi. Namun sumpah ini hampir tidak pernah terjadi.

Selain itu desa Kusambe yang berada di Klungkung merupakan salah satu

bentuk dari toleransi umat beragama. Mereka dapat hidup saling berdampingan

dengan baik bersama dengan masyarakat hindu Bali meskipun mereka adalah

kaum minoritas.

Saran

Dalam kehidupan kita selalu berubah, dan juga dinamis. Meski seperti itu

setidaknya sebagai generasi muda kita perlu meningkatkan dan melestarikan

kearifan lokal seperti hukum adat. Dalam hukum adat mengatur mengenai sistem

pemerintahan. Mereka memiliki sistem yang sangat baik meski umur hukum adat

jauh lebih tua dari umur manusianya (masyarakat). Namun sampai sekarang masih

dipegang teguh. Kita sebagai mahasiswa hukum haruslah dapat menjaga agar

hukum adat selalu menjadi tonggak aturan dalam hidup bermasyarakat dimana

meski tidak tertulis, hukum itu tetaplah ditegakkan dan ditaati oleh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: file · Web viewUNIVERSITAS NEGERI SURABAYA. KATA PENGANTAR. Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang Maha Esa,

Wignjodipoero Soerojo, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, Jakarta; PT Toko

Gunung Agung, 1967