ikma10fkmua.files.wordpress.com … · web viewbab 1. pendahuluan. latar. belakang. masalah....
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Penggarisan GBHN pada tahap konsumsi dan sosial budaya dapat dilihat di pasal
kesehatan dan kependudukan antara lain berbunyi sebagai berikut :
a. Dalam rangka mempertinggi taraf kesehatan dan kecerdasan rakyat,
pembangunan kesehatan termasuk perbaikan mutu gizi perlu semakin
ditingkatkan dengan mengembangkan sstem ketahanan nasional. Peningkatan
kesehatan dilakukan dengan partisipasi aktif masyarakat dan diarahkan terutama
kepada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah.
b. Perbaikan kesehatan rakyat dilakukan melalui upaya pencegahan dan
penyembuhan dengan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada rakyat.
Pembangunan kesehatan salah satunya ditujukan untuk peningkatan keadaan gizi
rakyat.
c. Kebijakan kependudukan yang menyeluruh dan terpadu perlu dilanjutkan dan
makin ditingkatkan, serta diarahkan untuk menunjang peningkatan taraf hidup,
kesejahteraan dan kecerdasan bangsa serta tujuan pembangunan lainnya.
Salah satu upaya di dalam meningkatkan kesehatan masyarakat terutama dari
aspek gizi masyarakat adalah melalui Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang
sebagian kegiatannya dilaksanakan di Posyandu dengan tujuan akhir menuju keluarga
kecil, bahagia, sehat dan sejahtera. Dalam kegiatanya UPGK di jalankan sepenuhnya
dengan bantuan kader. UPGK selama ini dititik beratkan pada kegiatan penyuluhan
gizi dengan menggunakan pesan-pesan gizi sederhana, pelayanan gizi, pemanfaatan
lahan pekarangan yang secara keseluruhan kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh
masyarakat (Depkes RI, 2006).
Hakikatnya UPGK adalah upaya merubah tingkah laku anggota keluarga dan
masyarakat yang dilaksanakan melalui alih teknologi gizi. Dengan adanya beberapa
faktor penentu pemecahan masalah gizi melalui program UPGK tidak hanya
dilakukan oleh sektor kesehatan saja tetapi dari berbagai sudut sehingga program
UPGK merupakan salah satu paket kerja sama lintas sektoral. Kegiatan UPGK pada
dasarnya dilakukan sendiri oleh masyarakat dan dikembangkan sedemikian rupa
sehingga menjadi milik masyarakat untuk mengatasi masalah gizi serta meningkatkan
status gizi (Depkes RI, 2006).
1
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,terutama pada aspek
masalah Gizi?
b. Apa definisi UPGK?
c. Bagaimana para kader Posyandu melaksanakan perannya dalam usaha perbaikan
gizi keluarga (UPGK)?
d. Upaya apa saja yang telah dilakukan oleh para anggota Posyandu dalam usaha
memperbaiki gizi dalam keluarganya?
1.3 Tujuan
a. Mahasiswa mampu memahami definisi UPGK serta kegiatan yang dilaksanakan
dalam program UPGK.
b. Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan upaya program UPGK di lingkup
masyarakat baik tingkat internal maupun sektoral pada aspek kesehatan
masyarakat.
c. Mahasiswa dan civitas akademika fakultas kesehatan masyarakat mampu untuk
mengevaluasi dan memecahkan masalah yang timbul akibat permasalahan gizi
yang ada di masyarakat agar dapat meningkatkan derajat kesehatan pada
masyarakat.
2
BAB 2
TEORI DAN PEMBAHASAN
2.1 Definisi UPGK
Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) adalah gerakan sadar gizi yang bertujuan
mengacu upaya masyarakat terutama di desa agar mencukupi kebutuhan gizinya
melalui pemanfaatan keanekaragaman pangan sesuai kebutuhan gizinya melalui
pemanfaatan penganekaragaman pangan sesuai dengan kemampuan ekonomi
keluarga dan keadaan lingkungan setempat. Jadi, secara rinci Usaha Perbaikan Gizi
Keluarga ialah (Tim Pengelola UPGK, 1999) :
a. Merupakan usaha keluarga atau masyarakat untuk memperbaiki gizi pada semua
anggota keluarga/masyarakat.
b. Dilaksanakan oleh keluarga atau masyarakat dengan kader sebagai penggerak
masyarakat dan petugas beberapa sektor sebagai pembimbing dan pembina.
c. Merupakan bagian dari kehidupan keluarga sehari-hari dan bagian integral dari
pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
d. Secara operasional ialah rangkaian kegiatan yang saling mendukung untuk
melaksanakan alih teknologi sederhana pada keluarga atau masyarakat.
2.2 Tujuan UPGK
a. Tujuan Umum: Mendorong perubahan sikap dan perilaku yang mendukung
perbaikan gizi anak balita dan keluarga melalui peningkatan pengertian,
partisipasi dan pemerataan hasil kegiatan untuk mencapai keluarga sadar gizi
menuju terjadinya manusia berkualitas.
b. Tujuan Khusus
1) Partisipasi dan pemerataan kegiatan:
a) Semua anggota masyarakat ikut serta aktif dalam penyelenggaraan
kegiatan. Penanggungjawab kegiatan adalah anggota masyarakat setempat
yang telah mendapat latihan.
b) Pada daerah UPGK, kegiatan meluas ke semua RW
c) Pada setiap RW, semua balita (anak dibawah 5 tahun), ibu hamil dan ibu
menyusui tercakup dalam kegiatan.
2) Perubahan tingkah laku yang mendukung tercapainya perbaikan gizi.
3
a) Semua balita ditimbang setiap bulan, dan hasil timbangannya dicatat di
KMS
b) Semua bayi disusui ibunya sampai usia 2 tahun atau lebih dan mendapat
makanan lain yang sesuai dengan kebutuhannya
c) Semua anak yang berumur 1-4 tahun mendapat 1 kapsul vitamin A dosis
tinggi setiap 6 bulan
d) Semua anak yang mencret segera diberi minum larutan gula garam atau
larutan oralit.
2.3 Kegiatan Pokok UPGK
Adapun kegiatan pokok UPGK meliputi :
a. Penyuluhan Gizi Masyarakat
Penyuluhan dengan menggunakan pesan-pesan gizi sederhana, Pemberian
bimbingan dan nasihat pada Ibu dalam usaha menumbuhkan perilaku gizi yang
positif. Dalam memberikan bimbingan dan nasihat, ada enam pesan gizi pokok
yang menjadi titik berat penyuluhan, yaitu sebagai berikut :
1) Anak yang sehat, berat badannya akan selalu bertambah
2) Sampai usia 4 bulan, bayi cukup diberi ASI saja.
3) Mulai usia bulan ke-5, anak harus sudah mulai diberi makanan pendamping
ASI
4) Memasuki usia tahun ke-2, anak dapat diberi makanan biasa. Susuilah anak
selama mungkin selagi ASI masih ada
5) Ibu hamil harus makan lebih banyak dari biasanya
6) Ibu menyusui harus minum air 8 gelas sehari.
b. Pelayanan Gizi di Posyandu
Pelayanan Gizi di Posyandu seperti penimbangan gizi anak balita yang teratur dan
berkala menggunakan KMS, Imunisasi, Pemberian Makanan Tambahan (PMT),
Pemberian paket pertolongan gizi
c. Pemanfaatan Pekarangan
Pemanfaatan pekarangan sangat baik untuk membantu meningkatkan gizi
keluarga dan mendorong tumbuhnya swadaya keluarga untuk perbaikan gizi.
Makanan yang dimakan anak akan sangat ditentukan oleh macam makanan yang
disajikan ibunya di meja makan, dan makanan yang disajikan ibu juga tergantung
pada bahan makanan apa yang tersedia dan dapat dimasak oleh ibu.
4
Dari beberapa macam kegiatan pokok UPGK tersebut, dalam pelaksanaannya UPGK
diperlukan adanya kerjasama yang baik antara kader, masyarakat dan petugas lainnya
yang sebagian besar dilakukan di posyandu dengan tujuan akhir menuju keluarga
kecil, bahagia, sehat dan sejahtera.
2.4 Faktor yang mempengaruhi UPGK
a. Cakupan pelayanan kegiatan UPGK
Cakupan pelayanan kegiatan UPGK dirasakan masih belum maksimal. Hal ini
terlihat dari masih rendahnya tingkat kunjungan Balita ke Posyandu (D/S).
Menurut data sampai bulan September 2004 tingkat kunjungan baru mencapai
49,1 %. Hasil studi dan pengalaman dari propinsi diketahui bahwa yang selalu
berkunjung ke Posyandu dan mau ditimbang umumnya anak batita (bawah 3
tahun), sedangkan anak berumur diatas 3 tahun sudah sulit untuk diajak ke
Posyandu.
b. Sarana penunjang UPGK
Sarana untuk menunjang kegiatan UPGK masih dirasakan sangat kurang terutama
sarana untuk kegiatan penyuluhan. Demikian juga sarana untuk kegiatan UPGK
yang lain masih ditemui adanya hambatan terutama dalam segi manajemen suplai
dan pengendalianya.
c. Kuantitas dan kualitas petugas Gizi
Kuantitas dan kualitas petugas gizi di tingkat Puskesmas di beberapa daerah
dirasakan masih sangat kurang.
Tenaga Gizi yang ada masih perlu memperoleh pelatiahan atau pembinaan yang
intensif. Hal ini disebabkan antara lain karena :
1) Terbatasnya tenaga yang ada
2) Tingginya mutasi petugas
3) Besarnya cakupan Posyandu yang perlu dibina
4) Terbatasnya biaya operasional untuk kegiatan UPGK
5) Belum semua petugas mengetahui/dilatih tentang program Gizi.
d. Kerja sama lintas sektoral dan lintas program
Kerja sama lintas sektoral dan lintas program belum berjalan secara terpadu.
Setiap kegiatan masih bejalan sendiri sesuai dengan target yang telah ditetapkan
oleh sektornya. Kegiatan koordinasi hanya terlihat pada waktu pertemuan/rapat,
belum dilaksanakan di lapangan. Demikian pula BPGD (Badan Perbaikan Gizi
5
Daerah). Belum banyak menunjukan peran yang dominan dalam kegiatan
perbaikan gizi di daerah.
e. Kurangnya pengertian masyarakat
Masih kurangnya pengertian masyarakat akan pentingnya kegiatan UPGK,
sehingga peran serta mereka masih sulit diwujudkan. Disamping itu pembinaan
dari pemerintah daerah maupun dari pemuka masyarakat juga belum terlihat
nyata. Daerah sebagian besar masih tergantung dengan kebijaksanaan di tingkat
pusat, terutama dalam hal pendanaan untuk kegiatan UPGK tersebut. Oleh karena
itu untuk dapat menciptakan kegiatan UPGK yang mandiri masih perlu dicarikan
upaya terobosan lain, walaupun ada beberapa daerah yang bisa melaksanakan
kegiatan UPGK secara mandiri. (Benny Kodyat,1992).
2.5 Contoh pelaksanaan UPGK
Contoh pelaksanaan UPGK mengambil tesis yang berjudul “Penanggulangan Gizi
Buruk di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang”.
Masalah: Penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Pakam, kasus
gizi buruk untuk Deli Serdang pada tahun 2005 sebesar 88 kasus, tahun 2006 sebesar
32 kasus, dan pada tahun 2007 menurun dengan cepat dimana dilaporkan hanya ada 3
kasus gizi buruk. Dari laporan yang sama juga diketahui bahwa ada sebesar 3060 orang
balita yang BGM dan tahun 2008 Puskesmas Lubuk Pakam mendapat alokasi PMT-P
untuk 12 orang balita penderita gizi buruk. Kasus-kasus ini tidak terungkap ke
permukaan, selama balita penderita gizi buruk itu belum dirawat dirumah sakit atau
orang tuanya melaporkan ke petugas kesehatan setempat, sehingga perlunya ada
penanggulangan gizi untuk mengatsi gizi buruk di daerah tersebut.
2.6 Analisis
Dari masalah yang didapat di daerah tersebut salah satu penanggulangannya adalah
melalui cara UPGK. UPGK tersebut dilaksanakan debgan cara memanfaatkan dan
mengembangkan pekarangan rumah dan lahan tidur untuk menambah sumber pangan
keluarga, memacu kegiatan industry pangan rumah tangga dan kegiatan lain untuk
meningkatkan pendapatan keluarga, memberikan perhatian pada pemenuhan kecukupan
gizi anak balita, ibu hamil dan ibu menyesui, memberikan ASI, MP-ASI dan makanan
secara benar, serta menimbang semua balita setiap bulan di Posyandu (Depkes, 199:4).
Oleh karena itu, pemerintah di sana dalam menjalankan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) 2004-2009 di bidang kesehatan. Menutamakan upaya preventif,
promotif, dan pemberdayaan masyarakat. Salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat,
6
yaitu menumbuh kembangkan Posyandu kembali karena sebelumnya sempat atau
belum dimanfaat secara maksimal. Pemberdayaan masyarakat dalam menumbuh
kembangkan Posyandu merupakan upaya fasilitas agar masyarakat mengenali masalah
yang dihadapi, merencanakan dan melakukan upaya pemecahannya dengan
memanfaatkan potensi setempat sesuai situasi, kondisi, dan kebutuhan setempat.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) adalah gerakan yang bertujuan
meningkatkan pemanfaatan keanekaragaman pangan yang ada di lingkunagan, terutama
di pedesaan sesuai dengan kondisi tempat tinggalnya. UPGK merupakan suatu paket
kegiatan yang terpadu guna menanggulangi masalah gizi. Kegiatan ini melibatkan
partisipasi masyarakat untuk turut berperan aktif. UPGK terdiri dari beberapa kegiatan
pokok, antara lain penyuluhan gizi masyarakat, pelayanan gizi di posyandu, dan
pemanfaatan pekarangan.
Pelaksanaan UPGK ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain cakupan
pelayanannya, sarana penunjang, kualitas dan kuantitas petugas kesehatan, kerjasama
lintas sektoral dan lintas program, dan bagaimana pengertian masyarakatnya.
Pelaksanaan UPGK ini melibatkan berbagai pihak antara lain, masyarakat yang
bersangkutan, para kader, dan juga petugas kesehatan. Sehingga berbagai pihak tersebut
harus dapat berperan secara aktif untuk keberhasilan program ini.
4.2 Saran
Program UPGK (Upaya Kesehatan Gizi Keluarga) merupakan salah satu jalan
keluar untuk memperbaiki masalah gizi keluarga. Dengan memahami UPGK
mahasiswa diharapkan mampu menerapkan upaya program UPGK di lingkup
masyarakat sektoral pada aspek kesehatan masyarakat. Berbagai program UPGK
ditujukan kepada masyarakat dan dan menjadi tugas para pelayan kesehatan masyarakat
untuk mengajak swwluruh masyarakat agar ikut berpartisipasi demi meningkatnya
status kesehatan. Dan nantinya mengarah sebagai penunjang peningkatan taraf hidup,
kesejahteraan dan kecerdasan bangsa serta tujuan pembangunan lainnya
7
DAFTAR PUSTAKA
Suhardjo, 2003, ‘Perencanaan Pangan dan Gizi’, viewed 9 Maret 2013, Jakarta: Bumi Aksara, <http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19370/5/Chapter%20I.pdf>.
Depkes RI, 2006., ‘Kebijakan Gizi’, viewed 7 Maret 2013, <http://gizi.depkes.go.id/kebijakan-gizi/download/Panzi-Final.doc>.
Jumiyat, A 2008, viewed 7 Maret 2013, <http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008-arijumiyat-282-3-bab2.pdf>.
Lestrina, D 2009, ‘Penanggulangan Gizi Buruk di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Pakam
Kabupaten Deli Serdang’, Tesis, Universitas Sumatra Utara.
Matasiswa, 2009, ‘Tentang Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (Upgk), Tujuan & Sasaran’, viewed 11 Maret 2013, http://matasiswa.blogspot.com/2009/10/tentang-usaha-perbaikan-gizi-keluarga.html.
Rumniati, N 2012, ‘Upaya Kader PKK Dalam Meningkatkan Gizi Keluarga Melalui Penyuluhan Pencapaian Keluarga Sehat Dan Sejahtera Di Posyandu’, viewed 8 Maret 2013, STKIP, Siliwangi Bandung, <http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2012/09/08030193-Neni-Rumniati.pdf>.
Bappenas, n.d., ‘Pangan dan Perbaikan Gizi’, viewed 7 Maret 2013, <http://www.bappenas.go.id/get-file-server/node/6933/>.
8