rosalia.mercubuana-yogya.ac.idrosalia.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2019/... · web...

28
LOBBI DAN NEGOSIASI “Persuasi dan Propaganda: Indoktrinasi dan Etika Persuasi” Dosen Pengampu : Rosalia Prismarini N, S.Sos., M.A. oleh : 1. NOVIA METTA DEVI (17071027) 2. ZHAJANA LA RISKY ARNOLDY (17071051) 3. BIMA LAKSAMANA (17071052) 4. M. HENGETO HONGGO PRIBADI (17071101) 5. SILAS ELFISTER RAUNSAI (17071108) FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI DAN MULTIMEDIA

Upload: others

Post on 02-Feb-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: rosalia.mercubuana-yogya.ac.idrosalia.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2019/... · Web viewUpaya persuasi dianggap sangat wajar dalam proses komunikasi, guna melancarkan

LOBBI DAN NEGOSIASI

“Persuasi dan Propaganda: Indoktrinasi dan Etika Persuasi”

Dosen Pengampu : Rosalia Prismarini N, S.Sos., M.A.

oleh :

1. NOVIA METTA DEVI (17071027)2. ZHAJANA LA RISKY ARNOLDY (17071051)3. BIMA LAKSAMANA (17071052)4. M. HENGETO HONGGO PRIBADI (17071101)5. SILAS ELFISTER RAUNSAI (17071108)

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI DAN MULTIMEDIAUNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

YOGYAKARTA2019

Page 2: rosalia.mercubuana-yogya.ac.idrosalia.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2019/... · Web viewUpaya persuasi dianggap sangat wajar dalam proses komunikasi, guna melancarkan

BAB I

PENDAHULUAN

Manusia sebagai makhluk sosial tentunya akan menitikberatkan pada proses

komunikasi yang akan ia jalin dengan sesamanya. Proses komunikasi dan interaksi akan

terus terjadi dalam setiap lini kehidupan masyarakat dengan lingkungan sosialnya. Upaya

untuk menjaga keefektifan proses komunikasi tersebut akan didukung oleh beberapa unsur

didalamnya. Unsur yang mendukung proses komunikasi juga ditentukan oleh bentuk

komunikasi yang akan dilakukan. Tetapi walaupun bentuk komunikasi terjadi secara

beragam, esensi dari komunikasi hanyalah sebagai suatu proses interaksi dalam bertukar

atau menyampaikan pesan, serta hal yang diperhatikan dari proses komunikasi itu sendiri

ialah bagaimana tanggapan, dampak, dan efek yang dihasilkan setelah penyampaian pesan.

Merujuk dari penjabaran seperti diatas maka efek atau dampak dari penyampaian

pesan dapat digarisbawahi sebagai tujuan utama dari adanya proses komunikasi tersebut.

Tujuan ini dapat dirancang dan dibuat oleh komunikator atau seseorang yang bertindak

sebagai penyampai pesan pertama. Maka dari itu tak jarang pula beragam bentuk

komunikasi akan dilakukan guna untuk melancarkan tindakan komunikasi itu sendiri, salah

satunya ialah upaya mempersuasi atau mempengaruhi sasaran dari proses komunikasi

tersebut.

Upaya persuasi dianggap sangat wajar dalam proses komunikasi, guna melancarkan

tindakan komunikasi diperlukan adanya langkah mempengaruhi satu sama lain. Di lain sisi

tindakan persuasi juga menjadi langkah awal dalam pengambilan keputusan ketika menjalin

suatu komitmen ataupun kerjasama. Implementasi upaya persuasi perlu dilaksanakan

dengan berhati-hati dimana nantinya tindakan persuasi akan beralih jalur ke ranah

propaganda yang bertentangan langsung dengan etika persuasi itu sendiri. Maka dari itu

dalam penulisan makalah kali ini akan membahas secara langsung mengenai upaya

tindakan persuasi melalui sudut pandang etika persuasif itu sendiri. Secara keterkaitan

dengan mata kuliah Lobi dan Negosiasi peran persuasif sangat dibutuhkan sebagai langkah

awal yang perlu diperhatikan ketika kita akan menjalin kerjasama dan membangun

Page 3: rosalia.mercubuana-yogya.ac.idrosalia.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2019/... · Web viewUpaya persuasi dianggap sangat wajar dalam proses komunikasi, guna melancarkan

komunikasi dengan lawan bicara kita yang dimana nantinya akan berperan sebagai mitra

lobi dan negosiasi.

Page 4: rosalia.mercubuana-yogya.ac.idrosalia.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2019/... · Web viewUpaya persuasi dianggap sangat wajar dalam proses komunikasi, guna melancarkan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Persuasi

a. Definisi

Persuasi secara bahasa berasal dari istilah ‘persuation’ yang juga

berasal dari bahasa latin yaitu ‘persuasio’ yang mengandung unsur bujukan,

merayu, meyakinkan, dan lain sebagainya. Secara epistemologis maka

persuasi bermakna sebagai suatu upaya untuk membujuk, mengajak, dan

meyakinkan seseorang agar mengikuti dan memahami atas apa yang kita

tujukan sejak awal. Persuasi disampaikan melalui metode komunikasi yang

menyasar langsung pada kondisi psikologis seseorang. Persuasi sendiri secara

umum dikemukakan sebagai upaya mengubah sikap dan perilaku seseorang

berdasarkan dengan apa yang ia sampaikan secara lisan maupun tertulis.

Dalam hal tersebut persuasi akan mencoba menanamkan opini baru ke dalam

benak pemikiran target persuasi itu sendiri. Persuasi secara langsung oleh

kedua belah pihak dimana pihak yang melakukan atau menyampaikan pesan

persuasi disebut sebagai persuader, sedangkan sasaran dari pesan persuasi itu

sendiri disebut sebagai persuadee.

Persuasi sendiri banyak atau kerap kali dilaksanakan dalam kegiatan

politik, dimana persuasi merupakan kunci besar dalam proses politisasi massa.

Upaya mengerahkan massa menjadi bagian dari tindakan persuasi itu sendiri

yang dimana persuasi kerap kali diidentikkan dengan upaya retorikanya.

Retorika di hadapan publik dengan tujuan mengarahkan simpati khalayak agar

tertarik dan terpengaruh oleh gagasan yang disampaikan merupakan salah satu

misi dari upaya persuasi itu sendiri. Disamping itu upaya persuasi juga dapat

diimplementasikan melalui suatu iklan komersial ataupun layanan masyarakat.

Iklan dengan tujuannya untuk mempengaruhi publik menjadi bagian dari

bentuk implikasi langsung proses persuasi kepada khalayak. Sehingga secara

benang merah pun dapat dilihat bahwa persuasi merupakan suatu bentuk

komunikasi yang menitikberatkan pada suatu tujuan kepentingan tertentu.

Page 5: rosalia.mercubuana-yogya.ac.idrosalia.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2019/... · Web viewUpaya persuasi dianggap sangat wajar dalam proses komunikasi, guna melancarkan

b. Karakterisasi Persuasi

1. Persuasi Melibatkan Tujuan

Tindakan persuasi menitikberatkan pada suatu tujuan ataupun

kepentingan tertentu. Proses interaksi dengan latar belakang persuasi

akan sangat menentukan indikator keberhasilan komunikasi yang

didasari pada tercapainya tujuan awal proses itu sendiri. Ditinjau lebih

dalam maka makna dari karakterisasi yang pertama ialah komunikasi

dan persuasi akan dilaksanakan secara khusus dan terstruktur agar

mewujudkan rancangan tujuan yang telah ditetapkan sejak awal.

Tindakan perumusan tujuan ini merupakan langkah awal dalam proses

persuasi yang dirancang seirama dengan bentuk komunikasi yang akan

digunakan. Berangkat dari perumusan tujuan utama inilah yang akan

melancarkan tahapan persuasi dalam melangkah ke tahap selanjutnya,

yang dimana akan melihat bagaimana bentuk tanggapan atau respon

yang diberikan oleh persuadee terhadap persuader.

2. Persuasi Bersifat Dialektis

Dialektis yang dimaknai sebagai proses interaksi antara dua belah pihak

atau dapat dikatakan seperti komunikasi dua arah. Persuasi dituntut

untuk bersifat dialektis agar proses mempengaruhi satu sama lain dalam

hal saling meyakini baik antara persuader ke persuadee maupun

sebaliknya dapat berjalan dengan baik. Selain itu proses dialektis dalam

tindakan persuasi sudah sewajarnya untuk dilakukan, dimana kunci

keberhasilan dari proses persuasi apabila jalannya dialek antara dua

belah pihak berjalan dengan baik. Banyak pendukung untuk menjaga

keefektifan proses persuasi yang bersifat dialektis ini, salah satunya

ialah pesan yang ingin disampaikan. Pesan akan menjadi kunci dalam

suatu proses interaksi, yang dimana ketertarikan antara persuader dan

persuadee dalam membahas topik atau pesan itu sendiri. Maka dari itu

berangkat dari karakterisasi inilah, proses persuasi dapat dilanjutkan

hingga ke tahap selanjutnya yaitu umpan balik yang diberikan.

Page 6: rosalia.mercubuana-yogya.ac.idrosalia.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2019/... · Web viewUpaya persuasi dianggap sangat wajar dalam proses komunikasi, guna melancarkan

3. Persuasi Menimbulkan Responsif

Respon atau umpan balik atau juga dapat dikatakan sebagai tanggapan

merupakan salah satu faktor pendukung utama dari keberlangsungan

proses komunikasi yang efektif. Komunikasi dapat dikatakan menjadi

efektif apabila kedua belah pihak telah mampu memberikan tanggapan

masing-masing. Dimana tanggapan tersebutlah yang akan berpengaruh

dalam langkah atau tahapan selanjutnya dari konteks kali ini yaitu

persuasi. Persuasi akan menimbulkan responsif sebagai lanjutan dari

adanya dialektis yang telah dilakukan sebelumnya. Responsif disini

akan diwujudkan dari beragam tingkah laku dan tindakan yang

diimplementasikan langsung setelah mengolah informasi atau pesan

yang didapat dari persuader. Para persuadee secara langsung akan

memberikan tanggapan mereka seperti tindakan langsung, opini,

pembentukan persepsi, dan lain sebagainya.

c. Etika dalam Persuasi

Dalam berkomunikasi terdapat banyak unsur pendukung maupun etika dalam

berkomunikasi, bahkan di era teknologi serba modern saat ini, yang salah satu

bentuk implisitnya berdekatan dengan lingkungan masyarakat sosial yaitu

penggunaan media sosial. Berkaitan dengan penggunaan media sosial

sejatinya masyarakat telah mengetahui bahwa terdapat aturan yang harus

ditaati dan dipatuhi dalam menggunakan media sosial ataupun berselancar di

dunia maya pada umumnya yaitu nettiquette. Maka dari itu tentunya tindakan

persuasi juga memiliki etika dalam penyampaiannya guna menghindari

adanya unsur kesalahpahaman yang dapat berujung pada timbulnya

propaganda ddalam penyampaian pesan. Disamping itu pula melalui

pemahaman etika dalam mempersuasi publik, seseorang akan jauh merasa

bertanggungjawab atas apa yang ia sampaikan ke hadapan publik, sesuai

dengan status, kedudukan, dan kekuatan yang ia peroleh dari apa yang ia

sampaikan tersebut. Berikut ini adalah beberapa aspek etika dalam persuasi:

Page 7: rosalia.mercubuana-yogya.ac.idrosalia.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2019/... · Web viewUpaya persuasi dianggap sangat wajar dalam proses komunikasi, guna melancarkan

1. Dilarang menggunakan data palsu yang sengaja dibuat untuk menonjolkan kesan tertentu, dibelokkan, atau bukti yang benar tapi tidak ada hubungannya untuk mendukung suatu pernyataan atau mengesahkan sesuatu, melalui aspek pertama ini dapat kita ketahui bahwa untuk mempersuasi publik maupun seseorang individu dibutuhkan adanya data pendukung yang secara valid dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini guna ditujukan agar upaya persuasi bersifat jauh lebih objektif dibandingkan dengan data yang diperoleh hanya melalui perkiraan semata. Maka dari itu dalam melakukan tindakan persuasi juga dibutuhkan suatu riset mendasar sebagai bekal ketika menyampaikan pesan kepada publik, sehingga muatan pesan akan jauh lebih berbobot nantinya.

2. Menggunakan alasan yang tidak logis, pada aspek kedua ini secara tidak langsung menindaklanjuti dari aspek yang diatas dimana pesan atau upaya persuasi harus bersifat objektif. Penggunaan alasan yang tidak logis kerap kali disama artikan dengan upaya penyampaian informasi dan pesan secara subyektif oleh beberapa pihak terkait. Alasan yang tidak logis disini akan ditinjau melalui seberapa jauh pentingnya pesan yang akan disampaikan, alasan akan menjadi acuan dasar bagi seseorang untuk meyakini dan mempercayai atas pesan yang sedang disampaikan. Publik dewasa kini dianggap semakin cerdas dalam hal menangkap logis atau tidaknya atas suatu informasi yang disampaikan kepada mereka.

Page 8: rosalia.mercubuana-yogya.ac.idrosalia.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2019/... · Web viewUpaya persuasi dianggap sangat wajar dalam proses komunikasi, guna melancarkan

3. Mengakui mendapatkan informasi dari ahlinya, akan tetapi kenyataannya tidak, hal ini sejatinya masih berkaitan dengan beberapa aspek etika persuasi sebelumnya dimana data awal ataupun juga alasan penyampaian upaya persuasi ke hadapan publik harus dipersiapkan secara matang dan hati-hati. Persiapan dalam menghimpun informasi akan menjadi acuan lain sebagai upaya kertarikan publik untuk meyakini pesan yang sedang disampaikan, termasuk juga didalamnya ialah narasumber yang memuat atau merancang informasi tersebut. Persuader harus secara yakin menyampaikan bahwa narasumber yang didapat ialah seorang narasumber yang telah memiliki jam terbang tinggi atau berkaitan penuh dengan informasi yang ia sampaikan kepada publik pada umumnya, dimana pencantuman narasumber dalam setiap informasi yang dihimpun sudah merupakan kewajiban dalam tindakan mempengaruhi orang lain.

4. Mengajukan hal-hal yang tidak berkaitan untuk mengalihkan perhatian dari isu yang sedang menjadi perhatian, pada aspek ini dimaksudkan bahwa seorang persuader harus memiliki jiwa professional tinggi ketika tampil ataupun berupaya meyakini publik atas informasi yang ia sampaikan. Dimana pada aspek ini sangat ditekankan untuk seorang persuader menyampaikan pesan persuasi berdasar data yang ia himpun dan tidak melenceng jauh dari apa pesan yang ia rancang ke hadapan publik. Hal ini diisyaratkan seperti upaya menyerang informasi pribadi yang dimiliki lawan atau

Page 9: rosalia.mercubuana-yogya.ac.idrosalia.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2019/... · Web viewUpaya persuasi dianggap sangat wajar dalam proses komunikasi, guna melancarkan

kompetitor persuader ketika ia berupaya untuk mempersuasi targetnya masing-masing yang dimana dapat memicu ketegangan diantara kedua belah pihak persuader.

5. Meminta kepada target sasaran (publik) untuk mengaitkan ide atau proposal yang diajukan dengan nilai-nilai yang emosional, motif-motif tertentu, atau tujuan-tujuan yang sebenarnya tidak ada kaitannya, hal ini masih memiliki keterkaitan dengan aspek sebelumnya namun secara gamblang disini dijelaskan bahwa upaya mengaitkan informasi dengan perihal lainnya yang tidak memiliki keterkaitan dengan pesan persuasi yang akan disampaikan sangatlah dilarang untuk dilakukan. Terlebih lagi tindakan tersebut harus dikaitkan dengan nilai-nilai emosional yang begitu intim dimiliki oleh setiap individu. Nilai emosional atau perasaan seseorang akan jauh lebih mudah terperdaya ketika kita berusaha untuk mengguncangnya agar memiliki pemahaman yang sama dengan kita. Penyampaian pesan persuasi melalui aspek ini tidak sepenuhnya dilarang, melainkan seorang persuader tidak boleh terlalu dalam untuk menyentuh unsur keintiman pribadi seseorang. Hal ini disebabkan oleh nilai emosional ketika telah terpengaruhi akan begitu sulit untuk dikontrol atas segala tindakan yang dilakukan, dimana hal tersebut juga dapat memicu ketegangan maupun konflik nantinya.

6. Menipu khalayak dengan menyembunyikan tujuan sebenarnya, atau kepentingan pribadi/ kelompok yang

Page 10: rosalia.mercubuana-yogya.ac.idrosalia.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2019/... · Web viewUpaya persuasi dianggap sangat wajar dalam proses komunikasi, guna melancarkan

diwakilkan, atau menggunakan posisi pribadi saat memberikan sisi pandang tertentu, hal ini dimaksudkan bahwa latar belakang alasan mempersuasi seseorang ataupun publik harus secara transparansi dilakukan. Upaya tersebut dilakukan sebagai bentuk professionalitas seorang persuader ketika bertanggungjawab atas apa yang akan ia sampaikan ke hadapan publik. Apabila seorang persuader ataupun gerakan persuasi memiliki unsur lain yang melatarbelakangi tindakan mereka, tentunya akan mendapat kecaman publik yang berdampak pada turunnya kepercayaan publik terhadap persuader ataupun gerakan tersebut.

7. Menutup-nutupi, membelokkan, atau sengaja menafsirkan yang mungkin diakibatkan di masa depan, pada aspek ini dimaksudkan bahwa tindakan persuasi ataupun perubahan pola pikir dan cara pandang tentunya akan memiliki konsekuensi tersendiri di masa mendatang. Seorang persuader tidak boleh menutupi segala kemungkinan terburuk yang akan terjadi sebagai dampak upaya persuasi yang ia lakukan. Persuader dilarang keras menjual suatu informasi dengan membeberkan dampak positifnya saja ke hadapan publik taupun bahkan bermuluk-muluk untuk memperdaya seseorang dengan ekspektasi yang begitu tinggi guna meraup simpati publik. Dirinya juga harus menyampaikan apa saja dampak terburuk atas tindakan persuasi yang ia lakukan saat itu, guna menjadi

Page 11: rosalia.mercubuana-yogya.ac.idrosalia.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2019/... · Web viewUpaya persuasi dianggap sangat wajar dalam proses komunikasi, guna melancarkan

pertimbangan seseorang dalam mengikuti langkah dan upaya pesan persuasi yang ia sampaikan.

8. Dilarang menggunakan pembelaan emosional yang tidak disertai bukti, latar belakang, atau alasan yang tidak dapat diterima, hal ini ditujukan apabila seorang target atau sasaran persuasi mencari tahu mengenai kebenaran atas pesan persuasi yang disampaikan dan kemungkinan besar bertentangan dengan apa yang persuader tersebut sampaikan maka penyelesaiannya ialah, persuader dilarang menggunakan pembelaan emosional. Inilah alasan kuat mengapa upaya persuasi harus dilandasi latar belakang yang kuat, riset yang mendasar, dan pesan yang bersifat objektif. Dengan memenuhi landasan tersebutlah maka seorang persuader akan memiliki bekal yang matang ketika seorang target ataupun kompetitor lainnya mencoba untuk menyerang informasi yang ia sampaikan. Sehingga nantinya ketika seseorang akan berusaha menentang informasi atau pesan persuasi yang disampaikan, persuader dapat secara konsisten mempertahankan argumen dan tindakan yang ia lakukan saat itu sebagai suatu langkah yang benar dan memang dibutuhkan suatu perubahan kedepannya.

9. Dilarang menyederhanakan sebuah situasi yang yang sebenarnya kompleks, sehingga hanya memiliki dua pilihan atau pandangan, aspek ini dimaksudkan bahwa tindakan persuasi tidak boleh hanya secara umum dilaksanakan semata-mata untuk meraup simpati publik lantas mengenyampingkan situasi sosial yang begitu

Page 12: rosalia.mercubuana-yogya.ac.idrosalia.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2019/... · Web viewUpaya persuasi dianggap sangat wajar dalam proses komunikasi, guna melancarkan

kompleks adanya. Melainkan tindakan persuasi seharusnya menjawab kompleksnya situasi tersebut dengan penyelesaian kasus berupa perubahan yang ditawarkan jauh lebih efektif dan relevan. Penyelesaian kasus ini haruslah dilampirkan paparan hasil riset yang telah dihimpun oleh persuader sebelumnya. Selain itu itu persuader juga wajib menyampaikan pandangan ketiga disamping adanya unsur pro dan kontra atas isu yang sedang diselesaikan. Dimana dengan pandangan ketiga tersebutlah akan menjadi pertimbangan publik dalam turut aktif menyelesaikan permasalahan yang ada.

10. Dilarang untuk mengakui sebuah kepastian sudah dibuat padahal situasinya masih sementara, dan dapat berubah sebenarnya lebih akurat, melalui aspek ke-sepuluh ini, seorang persuader kerap kali menjual kepastian berupa pengambilan keputusan yang sudah bulat dan tidak dapat diganggu gugat guna meyakinkan publik untuk turut aktif dalam tindakan persuasi yang ia lakukan. Namun sewajarnya, seorang persuader haruslah berhati-hati ketika menyampaikan suatu keputusan kepada publik yang tidak akan menggiring suatu opini baru dan memicu ketegangan di lingkungan sosial masyarakat. Seorang persuader wajib menyampaikan pesan persuasi seakurat mungkin dan setransparan mungkin ketika berhubungan dengan publik.

11. Tidak meyakini apa yang sebenarnya ia tidak yakini, aspek terakhir dalam penyampaian pesan persuasi ini

Page 13: rosalia.mercubuana-yogya.ac.idrosalia.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2019/... · Web viewUpaya persuasi dianggap sangat wajar dalam proses komunikasi, guna melancarkan

harus dilakukan dengan kepastian. Alangkah baiknya tindakan seorang persuader ketika menyarankan gerakan perubahan harus selaras dengan pemikirannya serta kemungkinan bahwa tindakan tersebut benar adanya, tidak akan memicu konflik maupun gesekan di masyarakat, dan tidak akan menimbulkan baik itu kesalahpahaman maupun mispersepsi atas pesan persuasi yang ia sampaikan. Seorang persuader merupakan orang pertama yang secara objektif yakin bahwa langkah perubahan tersebut memang dibutuhkan sesuai atas riset yang melatarbelakanginya.

B. Propaganda dan Indoktrinasi

Propaganda dianggap sebagai suatu alat terakhir dalam memobilisasi massa

agar terperdaya dan dapat dipersuasi oleh seseorang yang berawal disebut

persuader. Tindakan persuader apabila telah melanggar etika persuasi yang ada

maka ia dapat disebut sebagai propagandis. Propagandis merupakan seseorang

yang menginisiasi adanya tindakan propaganda. Propaganda sendiri secara

etimologis yang dilansir dari Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan penerangan

(paham, pendapat, dan sebagainya) yang benar atau yang salah, yang dikembangkan

dengan tujuan meyakinkan orang banyak agar menganut suatu aliran paham, sikap

atau arah tindakan tertentu, biasanya disertai dengan janji yang muluk-muluk.

Propaganda sendiri memiliki kaitan erat sebagai bentuk komunikasi yang

menitikberatkan pada tindakan persuasi didalamnya. Segala bentuk bujukan, rayuan,

dan meyakinkan seseorang merupakan beberapa intisari dari upaya persuasi itu

sendiri. Pada awal mulanya propaganda dilaksanakan guna menumbuhkan

keimanan serta keyakinan seseorang terhadap suatu agama ataupun kepercayaan

tertentu, namun seiring berputarnya waktu propaganda dialihkan lebih ke arah

kepentingan politik dan ekonomi.

Page 14: rosalia.mercubuana-yogya.ac.idrosalia.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2019/... · Web viewUpaya persuasi dianggap sangat wajar dalam proses komunikasi, guna melancarkan

Upaya propaganda yang kerap kali menuai citra negatif di masyarakat

disebabkan oleh dua faktor buruk yang mendasarinya yaitu propaganda akan

mencoba menebarkan informasi bohong ke hadapan publik, selagi publik tidak

mengetahuinya maka kebohongan tersebut dianggap tidak masalah. Lalu faktor lain

yang mendasari citra buruk propaganda ialah kebohongan yang terus diulang-ulang

di hadapan publik, sehingga membuat publik terkecoh dan percaya akan

kebohongan tersebut. Kedua langkah tersebut apabila kita telisik kerap kali

dikaitkan dengan tindakan politisasi yang dilakukan oleh elit pimpinan bangsa

ataupun organisasi dalam mencari simpati publik dengan cara yang dianggap

‘mudah’. Propaganda dan persuasi memiliki beberapa pendekatan yang serupa

dimana kedua tindakan tersebut sama-sama memiliki tujuan, dilakukan secara

disengaja, dan melibatkan pengaruh yang didasari atas hubungan timbal balik

selama proses interaksi berlangsung. Secara tidak langsung tindakan persuasi dan

propaganda memiliki suatu tujuan yang sama yaitu dalam hal mengindoktrinasi

pemahaman atau pemikiran seseorang maupun khalayak seuai dengan apa yang

telah dirancang sejak awal.

Indoktrinasi yang merupakan suatu upaya dalam berkomunikasi dengan

seseorang dimaknai secara literatur sebagai langkah untuk menyampaikan sesuatu

yang diajarkan. Berangkat dari hal tersebut maka kalimat indoktrinasi tidak

terbentuk sebagai suatu hal yang berkonotasi negatif. Namun proses indoktrinasi

yang dapat dianggap sebagai bagian propaganda diawalmulakan oleh kesamaan

pada zaman dahulu kala yang menjadi media penyampaian ajaran bagi suatu

kelompok atau golongan untuk meyakini dan mengikuti kepercayaan agama

tertentu. Proses indoktrinasi dan propaganda kerap kali diberangkatkan secara

bersamaan dimana keduanya bertujuan untuk sama-sama mempersuasi khalayak

publik secara keseluruhan agar turut aktif atas gerakan yang disebarkan. Lebih

lanjutnya lagi proses indoktrinasi memiliki esensi sebagai suatu hal yang akan

mengontrol pemikiran seseorang, dimana pemikiran dibentuk atas keyakinan

seseorang yang diperoleh dari proses alamiah kebudayaan, sosialisasi, pendidikan,

serta interaksi. Merujuk dari hal tersebut indoktrinasi dapat dikatakan sebagai

Page 15: rosalia.mercubuana-yogya.ac.idrosalia.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2019/... · Web viewUpaya persuasi dianggap sangat wajar dalam proses komunikasi, guna melancarkan

bentuk dari tujuan propaganda itu sendiri. Maka apabila kita kerap menilai upaya

propaganda yang penyampaian pesannya dilakukan secara berulang dan terus-

menerus hal tersebut untuk menekan pemikiran seseorang melalui apa yang mereka

lihat dan dengar.

Propaganda sendiri dapat dilakukan secara terang-terangan ataupun

sebaliknya. Propaganda yang dilakukan seara terang-terangan akan menghasilkan

beragam reaksi publik, ada yang langsung menyetujui dan pro atas tindakan

tersebut, namun di lain sisi ada juga yang akan menganggap tindakan tersebut

sebagai langkah yang salah. Propaganda secara bebas akan lebih mudah

mempengaruhi pemahaman publik karena publik secara kasat mata pun telah

memahami arah dan tujuan pesan yang disampaikan, hal ini dapat dicontohkan

ketika masa kampanye kontestasi politik berlangsung. Para pelaku politik akan

meningkatkan intensitas interaksi mereka dengan lingkungan sekitarnya guna

menanamkan ke benak masyarakat mengenai identitas ataupun citra dirinya. Selain

itu propaganda secara terang-terangan juga disebut sebagai white propaganda,

dimana penyampaian proapaganda ini menyasar tujuan yang jelas, informasi serta

narasumber yang jelas asal-usulnya.

Selain itu terdapat juga propaganda yang dilakukan secara tertutup atau

terselubung atau juga tersembunyi. Tindakan propaganda ini dapat dilihat melalui

bagaimana bentuk kurikulum ataupun metode pembelajaran bagi pelajar di suatu

negara. Setiap negara tentunya memiliki kepentingan dan ideologinya masing-

masing, apabila para generasi mereka tidak didoktrin oleh pemahaman yang serupa

dengan arah tujuan pergerakan bangsa, maka kelak para generasi penerus tersebut

akan berjalan melewati arus visi misi bangsa. Disinilah peran propaganda tertutup

dilancarkan, pemerintah akan merancang kurikulum pelajaran dengan

menyelaraskan arah tujuan pergerakan bangsa mereka masing-masing, tak

terkecuali pun di Indonesia. Propaganda tertutup dilangsungkan secara tidak terang-

terangan dan akan bersinggungan langsung dengan beberapa objek vital target atau

sasaran propagandis tersebut. Namun propaganda tertutup memiliki celah yang

begitu lebar untuk disusupi tindakan black propaganda maupun grey propaganda.

Page 16: rosalia.mercubuana-yogya.ac.idrosalia.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2019/... · Web viewUpaya persuasi dianggap sangat wajar dalam proses komunikasi, guna melancarkan

Black propaganda akan menyampaikan

informasi berupa kesesatan dan tindakan yang

tidak bertanggungjawab mengenai asal mula

narasumbernya. Sedangkan grey propaganda

merupakan tindakan propaganda yang selaras

dengan propaganda tertutup namun

disampaikan secara jauh lebih samar-samar dan abu-abu arah tujuannya.

Indoktrinasi akan bergerak sesuai langkah propaganda maupun persuasi, baik

secara terbuka maupun tertutup. Indoktrinasi akan menjadi bahan pokok bentuk

implementasi dari propaganda yang telah dirancang secara matang dan terstruktur.

Indoktrinasi juga akan jauh lebih mudah menjangkau pemikiran dan pemahaman

masyarakat publik pada umumnya karena sifatnya yang langsung mengontrol

pikiran dan keyakinan seseorang. Melalui proses indoktrinasi yang terdapat juga

upaya persuasi di dalamnya para target dan sasaran akan jauh lebih mudah memilah

satu atau dua hal yang akan diambil sebagai jawaban atas tindakan propaganda yang

ada.

C. Studi Kasus

Secara umum dapat kita ketahui bahwa tindakan persuasi, propaganda, dan

indoktrinasi begitu dekat dengan kehidupan kita. Disamping langkah pencitraan

politik yang dilakukan para politisi, penyampaian suatu iklan maupun retorika

publik ialah langkah dari implementasi ketiga hal tersebut. Dari sudut pandang

kacamata politik hal yang begitu santer dibahas melalui media massa ialah upaya

persuasi Calon Ketua MPR, Bambang Soesatyo yang mengajak seluruh Sekretaris

Jenderal Fraksi untuk melakukan makan siang bersama. Media begitu gencar

menginformasikan hal tersebut mengingat saat itu Bambang Soesatyo menjadi salah

seorang kandidat terkuat untuk menjadi pucuk pimpinan MPR. Tindakan mengajak

makan siang bersama dapat dianggap sebagai langkah persuasi seorang Bambang

Soesatyo untuk mempengaruhi pemikiran masing-masing Sekretaris Jenderal Fraksi

agar memberikan suara yang sama guna mendukungnya menjadi Ketua MPR

Page 17: rosalia.mercubuana-yogya.ac.idrosalia.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2019/... · Web viewUpaya persuasi dianggap sangat wajar dalam proses komunikasi, guna melancarkan

nantinya. Langkah Bambang Soesatyo dianggap berhasil karena dirinya kini telah

ditetapkan sebagai Ketua MPR RI Periode 2019-2024. Dirinya pulalah yang nanti di

Tanggal 20 Oktober 2019 akan melantik Presiden dan Wakil Presiden Indonesia

Terpilih untuk kepemimpinan lima tahun mendatang.

Hal lain yang masih melekat di benak kita ialah kampanye aksi

#GejayanMemanggil yang begitu ramai di sosial media dan diwujudkan dengan aksi

damai di Jalan Gejayan, Yogyakarta pada Senin, 23 September 2019 lalu. Aksi ini

bahkan berlanjut hingga jilid kedua yang dilangsungkan pada 30 September 2019.

Aksi kampanye #GejayanMemanggil dapat dikategorisasikan sebagai upaya

indoktrinasi yang dilakukan oleh mahasiswa dan publik melalui media sosial. Sehari

sebelum aksi tersebut dan sewaktu Hari H berlangsung tagar dengan nama

#GejayanMemanggil berhasil memuncaki trending topic di linimasa Twitter. Begitu

banyak masyarakat yang terpanggil

dengan tagar tersebut dan memuatnya

melalui cuitan di media sosial mereka

masing-masing. Indoktrinasi disini

dapat dilihat dari bagaimana

gencarnya kampanye mengenai seruan

aksi tersebut sehingga menarik simpati masyarakat baik yang berdomisili di

Yogyakarta maupun di luar Kota Pelajar tersebut. Secara sekilas seruan aksi ini juga

dapat dikatakan sebagai upaya propaganda karena tindakan memobilisasi massa

guna kepentingan tertentu dengan cara-cara persuasi yang begitu kencang terlihat.

Secara lebih lanjut seruan aksi ini juga dapat digolongkan sebagai tindakan persuasi

yang telah sesuai dengan etika persuasi. Latar belakang kegiatan ini jelas adanya,

hal ini dibuktikan oleh adanya E-Book yang berjudul Kajian, Sikap, dan Press Rilis

Aliansi Rakyat Bergerak 23 September 2019. Didalam e-book tersebut dimuat

beberapa riset mengenai alasan diperlukannya gerakan aksi tersebut, lalu memuat

juga mengenai sasaran dan tujuan aksi tersebut melalui tujuh poin desakan yang

dimuat mereka, serta mencantumkan beberapa sumber yang ditulis kedalam daftar

pustaka. Penggunaan kalimat didalam e-book tersebut pun disusun dengan diksi

Page 18: rosalia.mercubuana-yogya.ac.idrosalia.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2019/... · Web viewUpaya persuasi dianggap sangat wajar dalam proses komunikasi, guna melancarkan

yang memenuhi unsur persuasi didalamnya, dimana bertujuan untuk mempengaruhi

pemikiran publik agar bersimpati terhadap aksi #GejayanMemanggil.

Hal lain yang dapat dijadikan studi kasus ialah iklan Shampoo Pantene yang

dibintangi oleh Anggun C. Sasmi. Salah satu unsur ikonik didalam iklan tersebut

ialah kalimat yang diucapkan oleh Anggun yaitu “Aku, jadi duta shampoo lain?

Hahahaha. Ups”. Iklan yang ditampilkan secara bebas di layar kaca televisi

masyarakat dalam beberapa tahun ini

telah tertanam di benak masyarakat,

bahkan tak jarang dijadikan sebagai

bahan parodi bagi masyarakat. Merujuk

dari ucapan ikonik yang disampaikan di

awal iklan tersebut dapat kita lihat

bahwa kalimat tersebut mengandung unsur propaganda. Hal ini dapat ditelisik

sebagai upaya Shampoo Pantene dalam merendahkan kompetitornya yang lain serta

menganggap bahwa Shampoo lain tidak pantas untuk dipakai. Walaupun iklan ini

terkesan subjektif namun upaya propaganda dan persuasi dianggap telah berhasil

melalui ujaran ikonik yang diucapkan Anggun tersebut. Melihat dari kacamata

masyarakat awam, maka penggunaan shampoo ditentukan oleh masing-masing

individu dan disesuaikan dengan aktivitas yang mereka lakukan. Namun dalam

konteks etika persuasi, iklan shampoo milik Pantene ini dianggap telah melanggar

salah satu aspek yang menekankan pada dilarangnya menyerang unsur pribadi dari

kompetitor persuader, dalam hal ini produk shampoo lainnya.

Page 19: rosalia.mercubuana-yogya.ac.idrosalia.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2019/... · Web viewUpaya persuasi dianggap sangat wajar dalam proses komunikasi, guna melancarkan

Studi kasus yang lain yang

dapat dikaitkan dengan topik kali

ini ialah contoh baliho pada

gambar disamping. Dua baliho iklan tersebut menunjukkan bahwa berusaha untuk mempersuasi para pembaca untuk beralih menggunakan provider telkomsel dengan menggunakan kata – kata dan kalimat yang berusaha menggiring opini publik. Para pembaca seolah disuguhkan dengan perang tarif layanan jasa yang saling mengklaim dengan harga paling murah. Penyelesaian dalam kasus ini adalah dengan meluruskan pandangan dan pemahaman publik terhadap perang iklan yang disuguhkan. Perlunya penyajian makna yang sebenarnya oleh konsumen juga penting agar perusahaan layanan jasa telekomunikasi tidak dirugikan dengan adanya sindiran dengan iklan yang dibuat. Lagi dan lagi unsur etika persuasi kembali dilanggar oleh pemuat iklan produk di Tanah Air dan dominannya produksi iklan di Indonesia maupun dunia kerap kali berupaya menjatuhkan kompetitor terkuat sesuai penilaian mereka masing-masing.

BAB III

PENUTUP

Merunut dari apa yang telah diapaparkan sebelumnya maka konklusi dari

pembahasan kali ini ialah keterkaitan mengenai persuasi, propaganda, serta indoktrinasi

yang telah sesuai dengan etika persuasi atau belum. Sejatinya ketiga hal tersebut akan

saling berkaitan satu sama lain, propaganda akan membutuhkan upaya persuasi dan

indoktrinasi dalam pemenuhan tujuannya. Persuasi apabila tidak dijalani dan dikontrol

Page 20: rosalia.mercubuana-yogya.ac.idrosalia.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2019/... · Web viewUpaya persuasi dianggap sangat wajar dalam proses komunikasi, guna melancarkan

dengan baik dapat beralih jalur ke propaganda. Sedangkan indoktrinasi apabila dilihat dari

sudut pandang propaganda maupun persuasi ia akan diibaratkan sebagai dua mata pisau,

terkadang dapat menjadi unsur positif didalamnya, namun juga memicu hal negatif apabila

tidak dimanfaatkan dengan baik. Ketiga hal tersebut akan berjalan dengan baik dan sesuai

esensi positifnya apabila memenuhi unsur dan aspek etika persuasi. Etika persuasi yang

dirancang telah dianggap baik karena mampu memenuhi unsur netralitas dan tanggung

jawab didalamnya. Sehingga segala tindakan nantinya dapat terarah dengan baik dan

mampu menjadi kajian ilmu yang lebih luas lagi tergantung sudut pandang mana yang akan

digali.

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, O. U. (2008). Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Forsyth, P. (1993). Komunikasi Persuasif yang Berhasil. Jakarta: Arcan.

Haryatmoko. (2007). Etika Komunikasi. Yogyakarta. Penerbit Kanisius

Nimmo, Dan. (2005). Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media. Bandung. PT Remaja Rosdakarya