kode/nama rumpun ilmu : 622/ilmu komunikasi laporan...
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN DOSEN PEMULA
Strategi Marketing Politik Calon Independen Dalam Pemilihan Walikota
Yogyakarta Tahun 2017
(Studi Kasus Pada Pasangan Calon Garin Nugroho – Rommy Heryanto)
Tahun ke-1 dari rencana 1 tahun
Ketua / Anggota Tim :
Kristina Andryani, S.Sos., M.Ikom (Ketua), NIDN. 0514018301
Arif Kusumawardhani, S.Sos.,M.A (Anggota), NIDN. 0524078601
Dibiayai Oleh :
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat
Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Sesuai dengan Kontrak Penelitian Tahun Anggaran 2017
Nomor : 118/SP2H/LT/DRPM/2017, tanggal 3 April 2017
FAKULTAS KOMUNIKASI & MULTIMEDIA
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
OKTOBER 2017
Kode/Nama Rumpun Ilmu : 622/Ilmu Komunikasi
2
3
RINGKASAN
Tujuan Jangka Pangjang
Melalui penelitian tentang strategi marketing politik yang dilakukan calon
dari partai politik ini, tujuan yang hendak dicapai adalah :
1. Memberikan edukasi politik pada masyarakat di Yogyakarta, secara khusus
terkait strategi marketing politik.
2. Memberi ruang pada setiap elemen masyarakat untuk terlibat dalam
pemilihan kepemimpinan publik melalui pemilihan Walikota Yogyakarta.
3. Merumuskan kebijakan dan program terkait marketing politik yang
bermartabat. Artinya tanpa money politic, konvoi dan sampah visual di ruang
publik.
Target Khusus
Target khusus yang hendak dicapai dalam penelitian ini, mengingat subyek risetnya
berubah karena perkembangan situasi politik Yogyakarta maka target khususnya
adalah :
1. Memahami dan mengkaji strategi marketing politik yang dilakukan oleh
pasangan Imam –Fadli dan Haryadi-Heroe
2. Memetakan dan mengembangkan strategi marketing politik yang dilakukan
tim sukses Imam –Fadli dan Haryadi-Heroe dalam proses kampanye Pilwali
DIY
3. Untuk mendorong berkembangnya calon pemimpin publik yang benar –
benar muncul dari grass root, sehingga diharapkan mampu mengakomodir
aspirasi, kebutuhan dan pembangunan masyarakat yang lebih humanis.
Metode yang dipakai dalam pencapaian tujuan
Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisa studi yang dilakukan
dengan dua tahap yaitu:
1. Tahap Pertama dengan menggunakan pendekatan studi kasus, melalui metode
pengumpulan data wawancara mendalam pada tim sukses. Hasil wawancara
tersebut akan digunakan sebagai bahan analisis terhadap strategi marketing
politik dalam kerangka komunikasi politik pada para konstituen.
2. Tahap Kedua dari penelitian ini adalah membuat proyeksi strategi, metode
dan konsep marketik politik yang bisa dipakai oleh pasangan calon, yang
pada periode berikutnya akan mengikuti proses pemilihan, secara khusus di
Yogyakarta.
Rencana Kegiatan yang Diusulkan
Adapun rencana kerja yang diusulkan dalam penelitian ini adalah :
1. Mengajukan draft usulan pada pemerintah Kota Yogyakarta untuk
menyelenggarakan program pendidikan politik, bagi masyarakat di tingkat
RW. Secara khusus materi tentang strategi marketing politik yang
bermartabat, adil dan sesuai dengan kondisi sosial budaya Yogyakarta.
2. Merekomendasikan agar rumusan – rumusan hasil penelitian disosialisasikan
kepada masyarakat, serta diproyeksikan agar mampu menjadi model bagi
pencalonan melalui jalur partai ke depan.
3. Menyelenggarakan workshop pada calon pemilih pemula, tentang seluk-beluk
Pilwali DIY. Materi yang diberikan bisa meliputi komunikasi politik, strategi
marketing politik dan memahami aktor – aktor yang terlibat dalam Pilkada.
4
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkatnya yang telah
memberikan kelancaran dan berkat, atas terselenggaranya penelitian pada Semester
Genap T.A. 2016 / 2017 ini. Dalam prosesnya penelitian ini mengalami beberapa
penyesuaian, dari tema awal tentang kontestasi Pilwali Yogyakarta pada calon
independen yang diusung oleh JOINT (―Jogja Independet‖), berganti menjadi Pilwali
Yogyakarta pada pasangan Haryadi-Heroe dan Imam- Fadhli. Pergantian ini
dikarenakan kurangnya syarat pada pengajuan calon independen, yakni jumlah KTP
yang tidak memenuhi kriteria dari KPUD Yogyakarta.
Meskipun mengalami perubahan, tema awal terkait strategi marketing politik
tetap menjadi locus yang akan dikaji dan dianalisis. Perubahan hanya terjadi pada
subyek materiil, yakni pasangan calon walikota Yogyakarta. Ketika kami
mewawancara beberapa inisiator JOINT, mereka mengatakan bahwa ada beberapa
kendala di lapangan ketika pengumpulan KTP, masyarakat ada yang menaruh curiga
ketika mereka dihimbau untuk pengumpulan fotocopy KTP. Terlepas dari kendala
tersebut, inisiatif untuk menghadirkan calon independent dalam kontestasi Pilwali
Yogyakarta, menjadi pembelajaran politik tersendiri bagi masyarakat.
Pemilihan Walikota Yogyakarta beberapa waktu lalu sempat diwarnai oleh
ketegangan ketika ada salah satu pihak merasa dicurangi oleh hasi perolehan suara.
Kejadian ini sempat diserahkan pada Mahkamah Konstitusi (MK), sehingga proses
penetapan menunggu hasil keputusan MK. Selisih suara yang tidak signifikan
ternyata menjadi salah satu pemicu untuk dilakukan penghitungan ulang. Bagian
tersebut, nantinya juga akan menjadi catatan tersendiri dalam proses penelitian ini.
Akhirnya, kami mengucapakan terimakasih atas kepercayaan Dikti yang telah
memberikan dukungan pada Penelitian Dosen Pemula ini. Kami menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam proses penelitian pada semester
genap ini. Oleh karena itu, kami terbuka pada segala masukan, kritik dan usul yang
konstruktif, sebagai bagian dari proses pembelajaran dan refleksi kritis bagi proses
penelitian berikutnya.
Tim Peneliti
5
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL …………………………………………………………… 1
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………….. 2
RINGKASAN …………………………………………………………………… 3
PRAKATA …………………………………………………………………….. 4
DAFTAR ISI………………………………………………………………… 5
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................... 6
1.1. Latar Belakang Masalah................................... 8
1.2. Rumusan Masalah.............................................. 13
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................ 14
2.1. Hasil dan Temuan Penelitian Terdahulu………………….. 12
2.2. Marketing Politik dalam Pilwali Yogyakarta…….. 16
BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN…………………. 18
BAB 4 METODE PENELITIAN.............................................. 19
4.1. Metode dan Desain Penelitian....................................... 19
4.2. Subyek dan Lokasi Penelitian....................................... 19
4.3. Tahapan dan Teknik Pengumpulan Data...................... 20
4.4. Analisa Data dan Penarikan Kesimpulan...................... 21
BAB 5 HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI........................ 23
5.1. Hasil Penelitian............................................................. 23
5.1.1. Penyajian data : Marketing Politik………………….. 25
5.1.2. Analisis Hasil Penelitian…………………………………. 28
5.2. Luaran yang Dicapai.................................................... 32
BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA……………………… 34
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………. 35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 36
LAMPIRAN................................................................................ 38
Lampiran Surat Keterangan Penerimaan Artikel
Transkrip Wawancara Narasumber
6
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.1.1. JOINT dan Perkembangan Politik Yogyakarta1
Jogja Independent merupakan salah satu gerakan yang diawali sekitar Maret
2016, untuk menyertai pemilihan walikota Yogyakarta. Dalam gerakan tersebut
mengusung calon independen yang akan mengikuti kontestasi Pilwali Yogyakarta.
Menurut salah satu penggagasnya, momen ini dijadikan wadah untuk warga bisa
terlibat dalam membangun demokrasi yang menyenangkan. Gerakan ini diinisiasi
oleh beberapa kalangan, dari berbagai latar belakang baik akademisi, budayawan, eks
anggota partai politik, komunitas periklanan (industri kreatif lain) dan pengusaha.
Kehadiran JOINT juga sebagai sarana berlatih warga untuk secara langsung terlibat
dalam proses pemilihan melalui jalur independen (baik mencalonkan maupun
dicalonkan oleh perorangan atau kelompok).
Kegelisahan dari beberapa orang ini atas kondisi Yogyakarta yang selama ini
diwakili oleh Partai dalam konteks Pilkada, menjadi daya gerak tersendiri. Mereka
berpikir daripada berkoar-koar di media sosial dan juga menghujat sistem yang ada,
lebih baik jika mereka berbuat sesuatu dan membangkitkan kesadaran masyarakat
bahwa pemilihan kepala daerah tidak melulu melalui sistem kepartaian. Calon yang
kemudian dipilih dalam sebuah partai politik disangsikan apakah telah melewati
proses demokrasi yang sehat. Kadang masyarakat tidak tahu bagaimana asal-
muasalnya seorang terpilih, karena biasanya melewati mekanisme yang tertutup di
partai. Kemudian melalui JOINT inilah, dibuka kran lebar bagi siapa yang akan
mendaftar sebagai calon walikota. Proses seleksi dan fit and proper test dilewati
dengan sepengetahuan publik, hingga akhirya diperoleh hasil konvensi yang
mengusung Garin Nugroho dan Rommy Heryanto.
Dalam perjalanannya, JOINT mengumpulkan relawan-relawan lain untuk
membantu mendukung gerak mereka selama kurang lebih satu tahun. Banyak elemen
mahasiswa yang kemudian membantu sebagai relawan. Mereka menyumbangkan
1 Data adalah olahan peneliti dari hasil wawancara dengan Yustina Neni , Koordinator JOINT, 23
Januari 2017 di Kedai Kebun
7
seluruh sumber daya yang mereka miliki, baik materiil maupun moril untuk
mendukung kerja-kerja tim dalam mengusung pasangan independen tersebut. Selain
itu pedagang, pekerja kreatif dan masyarakat awam juga turut membantu di bagian
sekretariat maupun di lapangan. Beberapa bantuan yang diberikan seperti kebutuhan
alat-alat kantor, kaos, mesin fotocopy, kertas, dan hal-hal lain terkait yang diperlukan
selama momen Pilkada berlangsung. Dari keterlibatan tersebut terasa bahwa mereka
menginginkan perubahan dan suasana baru pada Pilwali Yogyakarta.
Dari beberapa penggagas JOINT berpendapat bahwa generasi muda perlu
belajar untuk rendah hati dan belajar menjadi pemimpin. Selama ini proses
pengkaderan di Partai tidak cukup transparan, sehingga publik tidak mengetahui
bagaimana proses terpilihnya calon-calon tersebut. Sistem partai juga memungkinkan
terjadi koalisi atau deal-deal politik untuk mengusung pasangan calon dalam sebuah
Pilkada/Pilwali. Salah satu mekanisme inilah yang mendorong munculnya gerakan
JOINT. Hingga akhir jadwal yang ditentukan oleh KPUD Kota Yogyakarta, ternyata
dukungan yang diperoleh melalui jalur independen ini dinyatakan tidak memenuhi
syarat, sehingga apa yang sudah diputuskan dalam konvensi JOINT tidak bisa
bergabung atau mendaftar dalam bursa pencalonan walikota Yogyakarta.
Dari salah satu informan2 yang menggalang para relawan menyatakan bahwa
masyarakat Yogyakarta masih sulit untuk menerima hal baru dalam proses Pilwali.
Hal penting dalam hal ini adalah terkait pengumpulan KTP. Dalam proses
penggalangan dan pengumpulannya, beberapa warga masih mempunyai persepsi
tentang ―politik elit‖, artinya mereka mengharapkan imbalan dari pemberian
dukungan itu. Nampaknya hal ini menjadi ―wajar‖, saat sebelum-sebelumnya partai
politik juga menawarkan ―balas jasa‖ ketika warga menyatakan dukungan mereka
pada calon yang diusung. Hal lain, adalah masih adanya keengganan atau bahkan
kecurigaan ketika akan memberikan dukungan berupa KTP, mereka menyangsikan
dan menganggap bahwa hal tersebut akan disalahgunakan. Beberapa juga masih
menanyakan perihal alasan dibalik pengumpulan fotocopy KTP mereka.
Di sisi lain, hal yang membuat pengumpulan dukungan masih kurang atau
belum memenuhi syarat KPUD, karena gerakan JOINT bersifat sukarela. Individu-
2 Koordinator Relawan, Lukas Ispandriarno, wawancara 27 Januari 2017, FISIP Atma Jaya
Yogyakarta
8
individu yang bergabung di dalamnya mempunyai semangat dan militansi yang
berbeda. Secara materiil mereka perlu dana untuk mensupport gerak mereka, tetapi
selama ini yang terjadi, ketika ―label‖ relawan dilekatkan, maka yang dilakukan
adalah menyumbang dengan sukarela untuk mendukung gerakan mereka.
―Kesukarelaan‖ ini juga masih belum mampu menggerakkan roda JOINT ketika
konsistensi dan juga besaran materi tidak dapat kita abaikan begitu saja. Pada aspek
pasangan calon yang diusung, tingkat kepopuleran keduanya juga turut
mempengaruhi. Garin hanya dikenal di kalangan budayawan dan seniman, begitupun
Rommy yang dikenal di kalangan pegiat UMKM. Sisi kepemimpinan publik dan
track record dalam pemerintahan di Yogyakarata ternyata turut berpengaruh pada
dukungan warga. Meski kiprah Garin cukup banyak di nasional maupun
internasional, tetapi karya – karyanya tidak cukup untuk mempertebal kepercayaan
publik padanya.
Dari perjalanan JOINT itu, akhirnya berhenti pada kurun waktu kurang lebih
satu tahun karena tidak terpenuhinya dukungan berupa KTP. Seluruh hasil deklarasi
dan juga kesepakatan – kesepakatan yang dihasilkan oleh JOINT, dikembalikan
kepada publik melalui pernyataan dan publikasi melalui media massa sebagai bentuk
pertanggungjawaban mereka. Akhirnya, Pilwali Yogyakarta kembali pada sistem
kepartaian yang calon-calonnya sudah terbentuk dari hasil koalisi. Dua pasang calon
tersebut adalah Imam Priyono dan Haryadi Suyuti yang sebelumnya pernah menjabat
sebagai walikota dan wakil walikota. Akhirnya mereka ―pecah kongsi‖ dan memilih
pasangan masing- masing sesuai dengan kesepakatan dan rapat-rapat dari partai.
Imam Priyono, menggandeng Achmad Fadli, sedangkan Haryadi memilih Heru
Purwadi sebagai calon wakilnya. Keterpilihan pasangan tersebut juga melewati
beberapa proses setelah beberapa kandidat lain dinyatakan gugur oleh partai. Berkaca
dari perjalanan itulah, akhirnya kami memutuskan untuk mengalihkan penelitian
pada pasangan calon tersebut dalam kontestasi Pilwali Yogyakarta.
1.1.2. Imam-Fadli dan Haryadi-Heroe dalam Kontestasi Pilwali Yogyakarta
Proses demokrasi di Indonesia mulai bergeliat. Banyak orang berharap dari
perjalanan demokrasi, dimana proses ini akan mengurangi ketidakadilan, melindungi
ruang kebebasan dan mendorong partisipasi, representasi serta akuntabilitas publik.
9
Tetapi, melalui perjalanan panjang sistem demokrasi di Indonesia dapat dilihat
bahwa prosesnya tidak cukup mulus. Pelbagai coreng – moreng masih saja mewarnai
kehidupan bangsa. Korupsi yang paling mencolok, karena Indonesia termasuk dalam
sepuluh besar negara paling korup di dunia (Firmanzah, 2012 : xxiv). Masyarakat
kecewa ketika menyaksikan dan mengalami bahwa demokrasi tidak menghasilkan
yang diharapkan. Kebanyakan negara demokrasi cenderung meminggirkan kelompok
minoritas yang pada dasarnya sudah dalam posisi rentan.
Representativitas yang menjadi suatu mekanisme demokrasi menuai
ketidakjelasan. Terkait dengan hal ini Przreworski menegaskan dua hal, pertama,
para politikus sebagai wakil rakyat itu sangat mungkin mempunyai tujuan,
kepentingan atau nilai tersendiri. Kedua, para politikus ini tentu ingin terpilih
kembali karena dengan jabatan itu mereka memperoleh keuntungan bagi kepentingan
mereka, tetapi sering tujuan mereka berbeda dengan kepentingan rakyat yang
diwakilinya. Motivasi seperti itu mendorong mereka melakukan sesuatu yang kadang
tidak mencerminkan aspirasi yang diwakilinya (Haryatmoko, 2014 : 101 – 102).
Maka di satu sisi, kredibilitas demokrasi pada tingkat tertentu bergantung pada
bagaimana berbagai lembaga bekerja, sehingga lingkungan politik akan lebih terbuka
dan warga bisa berpartisipasi aktif dalam proses demokrasi.
Melalui pendekatan institut, parlemen dan partai politik (parpol) merupakan
lembaga yang memasukkan peran penting dalam menghubungkan warga dan
pemerintah. Parpol sangatlah terkait dengan kekuasaan untuk membentuk dan
mengontrol kebijakan publik, serta menghubungkan lembaga – lembaga pemerintah
dengan kelompok masyarakat. Dia akan efektif ketika mampu mengumpulkan
kepentingan dan menempatkan kepentingan warga lokal pada konteks nasional.
Selain itu, parpol juga diharapkan independen dari pengaruh pemerintah. Hal ini
bertujuan agar parpol bisa mengkritisi setiap kebijakan dan tidak bergantung pada
pemerintah yang dikritisi (Firmanzah, 2008 : Kelly & Ashiagbor, 2011). Parpol juga
berperan sebagai organisasi yang terus melahirkan program politik, yang tidak hanya
diproduksi dan dikomunikasikan menjelang Pemilu. Tetapi perlu secara kontinyu
memperhatikan dan mengawal setiap perubahan dan perkembangan dalam
masyarakat.
10
Fenomena peta politik di atas memicu dan membuka ruang bagi munculnya
jalur independen di beberapa daerah di Indonesia. Peristiwa yang masih hangat
terkait jalur independen ini adalah kontestasi pencalonan Gubernur DKI Jakarta
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Kehadirannya didukung oleh militansi ―Teman
Ahok‖ sebagai salah satu bentuk wadah untuk menggalang partisipasi masyarakat.
Sementara itu di Yogya beberap waktu lalu sempat tercetus ―Jogja Independent‖
(JOINT) untuk mengusung calon di luar partai. Pemilukada merupakan bentuk
demokrasi lokal dan merupakan lompatan sejarah dalam politik lokal. Jabatan kepala
daerah secara umum, menggunakan dua jalur sesuai ketentuan Undang -Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pertama, diajukan dari parpol
tertentu atau beberapa parpol yang berkoalisi. Kedua, melalui calon independen atau
perseorangan (Novita, 2014 : 60-61).
Melihat pada kondisi Yogya, setelah beberapa waktu berjalan ternyata
pasangan calon independen yang diusung oleh JOINT mengundurkan diri pada
pertengahan Juli, mengingat baru sanggup mengumpulkan empat ribu KTP3 dari
minimal 26.374 KTP yang disyaratkan oleh KPUD. Akhirnya pada 24 Oktober 2016,
KPUD menetapkan 2 pasang calon walikota yakni Imam Priyono - Achmad Fadhli
(nomor urut 1) dan Haryadi Suyuti-Heroe Poerwadi (nomor urut 2)4. Sebagaimana
diketahui Haryadi dan Imam adalah walikota dan wakil walikota periode
sebelumnya. Dalam kesempatan itu, kedua pasangan calon juga menandatangani
deklarasi Pemilukada berintegritas dan damai. Pengesahan kedua pasangan calon
tersebut sebagai calon walikota, semakin menguatkan bahwa peran partai politik
masih cukup penting dan signifikan dalam sebuah pemilihan di daerah.
Jika ditilik lebih jauh, partai – partai yang mendukung kedua pasang calon
tersebut, adalah partai yang sudah memiliki bargaining dan memiliki basis massa
masing – masing pada tingkat lokal. Calon Wali Kota Yogyakarta Imam Priyono dan
wakilnya Achmad Fadli disokong oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kota
Yogyakarta yang meraih 15 kursi dan Partai Nasdem sebanyak satu kursi.
Sedangkan, calon Wali Kota Haryadi Suyuti dan wakilnya Heroe Purwadi didukung
3 http://jogja.tribunnews.com/2016/08/10/pilkada-yogyakarta-tanpa-calon-independen?page=2 akses
17 Januari 2017 4 http://jogja.tribunnews.com/2016/10/24/sah-dua-pasang-balon-wali-kota-yogya-resmi-bertarung-di-
pilkada-2017 akses 17 Januari 2017
11
Partai Amanat Nasional yang punya lima kursi, PKS empat kursi, Demokrat satu
kursi, dan Gerindra lima kursi5. Namun demikian, masih ada warga yang memiliki
hak pilih belum mengenal dengan baik calon mereka yang akan maju pada pemilihan
walikota Yogya.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Atma Jaya Yogya6,
pada 21 Oktober hingga 2 November 2016, yang melibatkan 70 warga Kota Jogja
berusia 18-75 tahun dan 80 pemilih pemula (16-19 tahun) menunjukkan bahwa
sebagain besar responden tidak mengenal dan tidak tahu calon dalam pilwali.
Dikatakan, dari total responden yang diwawancarai, 35 orang di antaranya mengaku
tidak kenal Imam-Fadli. Lalu 51 responden lainnya tidak tahu Haryadi-Heroe.
Sementara di kalangan pemilih pemula, 53 responden menyatakan tidak tahu Imam-
Fadly dan 51 lainnya tidak kenal Haryadi-Heroe. Meskipun begitu, 57 persen
responden umum menyatakan akan menggunakan hak pilih di pilwali. Demikian pula
70 persen responden pemilih pemula.
Dari hasil tersebut, ada dua sudut pandang dari kedua pasangan calon7.
Menurut Fadhli, hal tersebut dikarenakan kurang gencarnya sosialisasi yang
dilakukan. Selain itu juga Karen janji – janji politik para calon sering tidak terpenuhi.
Sementara itu, Haryadi berpandangan bahwa ada warga yang tidak tertarik pada
Pilwali, karena beranggapan politik hanya berorientasi kekuasaan yang penuh intrik,
saling jegal dan ejek. Penelitian yang dilakukan pada awal masa kampanye tersebut
patut menjadi catatan bagi kedua calon. Mengingat di sisi lain pendidikan politik dan
juga animo warga Yogya atas sebuah proses pemilihan kepala daerah perlu untuk
dicermati dan digali lebih jauh. Yogya sebagai salah satu kota mutkultur, seharusnya
mampu menjadi pemicu sekaligus tantangan bagi para calon untuk meraih dukungan
penuh dari warga Yogya. Bagaimana melakukan pendekatan pada masyarakat
menjadi bagian yang substansial tidak hanya semata demi kemenangan, tetapi
5 https://m.tempo.co/read/news/2017/01/15/058836214/jakarta-ada-agus-yogya-ada-haryadi-hanya-
hadir-debat-kpud akses 17 Januari 2017 6 https://www.radarjogja.co.id/peserta-pilwali-belum-membumi/ akses 17 Januari 2017 7 https://www.radarjogja.co.id/peserta-pilwali-belum-membumi/ akses 17 Januari 2017
12
mendapatkan kepercayaan publik untuk mengelola tata pemerintahan demi
melahirkan kebijakan serta implementasi yang populis.
Oleh karenanya penting untuk membaca dan memahami visi misi serta
program – program apa saja yang diusung oleh kedua pasang calon tersebut. Poin –
poin tersebut dikerangkai dalam sebuah konsep marketing politik dimana orientasi
kegiatan marketing politik tidak semata-mata pada bagaimana mereka
mempengaruhi khalayak untuk memilih dan ―mencoblos‖ sang kandidat, namun
lebih dari itu yang terpenting justru bagaimana masyarakat memiliki responsibilitas
yang tinggi terhadap kegiatan-kegiatan partai secara umum dan kandidat secara
khusus. Dengan demikian, pemasaran politik lebih mengedepankan aspek
pemahaman visi, misi dan program partai dalam jangka panjang agar dibenak
khalayak timbul kesadaran, pemahaman, pengetahuan, dan perilaku yang positif
terhadap citra partai secara umum. Dalam konteks ini, memang bisa dikatakan
kampanye politik merupakan salah satu bagian terkecil dari marketing politik secara
keseluruhan (Prasetyo & Saleh :2).
Dua pasangan calon yang tampil pada Pilwali kali ini adalah petahana
sekaligus wakil walikota yang ―pecah kongsi‖ dan memilih berpartner dengan orang
baru yang juga masih mempunyai pengalaman di birokrasi. Menarik untuk
mencermati bagaimana para pasangan yang saling memiliki rekam jejak di
pemerintahan bersaing untuk ―memperebutkan‖ suara dari konstituen mereka. Imam-
Fadhli berkomitmen ingin mewujudkan pendidikan dan kesehatan gratis bagi
masyarakat seyogyanya mampu menjadi magnet tersendiri bagi pemilih rasional
yang ada di Yogya. Sementara itu, Haryadi-Heroe, berkomitmen ingin merawat
kebhinekaan, memperbaiki kualitas pendidikan dan daya jangkau yang mudah dan
murah bagi masyarakat. Keduanya sama – sama memiliki janji yang berpihak pada
warga Yogyakarta.
Kedua janji politik dari kedua pasangan calon menarik untuk dicermati,
mengingat bagaimana keterlibatan dan rekam jejak mereka sebelumnya di dalam
birokrasi dan tata kelola pemerintahan. Bagaimana mengemumakakan gagasan dan
melakukan sosialisasi agar warga Yogya sadar akan program dan pembaharuan
mereka penting untuk dipahami, untuk memberikan edukasi dan partisipasi warga
atas kehidupan demokrasi di Yogyakarta. Proses kampanye yang dilakukan tentunya
13
tidak hanya yang artifisial, tetapi bagaimana kedua pasangan ini beserta timnya
mampu memberikan kesadaran pada warga Yogya atas visi misi yang diusung serta
program – program yang telah direncanakan dalam pemerintahan ke depan.
Marketing politik bukanlah proses yang instan, tetapi bertolak pada optimalisasi
humas partai dan tim sukses kandidat yang dilakukan secara terus- menerus dan
sistematis serta berkelanjutan dalam memberikan pendidikan dan kesadaran politik
secara khusus pada warga Yogya.
Ketika era persaingan politik semakin terbuka dan transparan, persaingan
dalm memasarkan ide, figur, gagasan dan pencalonan diri juga tak terelakkan. Maka,
strategi-strategi marketing politik semakin diperlukan dengan meletakkan bahwa
pemilih adalah subyek, bukan objek manipulasi dan eksploitasi. Melalui pemikiran
tersebut, penelitian ini hendak mempelajari dan mengkaji bagaimana pendekatan dan
strategi marketing politik yang dilakukan Imam-Fadli dan Haryadi-Heroe untuk
merebut hati dan memperoleh simpati dari warga Yogyakarta. Mereka sudah terpilih
melalui konvensi partai, merupakan representasi aspirasi masyarakat Yogya. Di sisi
lain, perlu dipahami lebih dalam terkait konsep dan metode strategi marketing politik
untuk mensosialisasikan program – program Imam-Fadli dan Haryadi-Heroe yang
mampu meyakinkan publik atas harapan dan perjuangan masyarakat Yogya.
1.2. Rumusan Masalah
Bertolak dari data dan fakta di atas, penelitian ini mengerucut pada sebuah
rumusan masalah : Bagaimana strategi marketing politik Imam - Fadli dan
Haryadi-Heroe dalam pemilihan Walikota DIY Tahun 2017 ?. Dalam konteks ini
tentunya tanpa mengabaikan peran dari tim sukses, yang telah mendukung pasangan
calon tersebut dalam proses Pilwali DIY 2017. Batasan masalah dalam penelitian ini,
mengkaji strategi marketing politik yang digunakan, tanpa melihat secara khusus
karakteristik pemilih. Sebagai data pendukung, juga menggali data dari tim sukses
inti yang turut merencanakan strategi marketing politik Imam-Fadli (IF) dan
Haryadi-Heroe (HH).
14
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil dan Temuan Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait marketing politik, turut
memberikan spektrum baru dan pengayaan pada permasalahan yang diangkat.
Penelitian Andries Kango (2014) tentang ―Marketing Politik Dalam Komunikasi
Politik‖, melihat dominasi ekonomi semakin berperan penting dalam kancah
perpolitikan. Politik sudah menjadi suatu ―industri raksasa‖ yang butuh banyak
modal untuk investasi. Konsekuensi logis yang harus diterima dari semua itu adalah,
hanya beberapa individu dan kelompok yang mampu dan dapat bermain dalam
memenangkan transaksi demokrasi. Kesimpulan riset ini menyatakan, paradigma
marketing politik dalam komunikasi politik adalah seperangkat metode dari berbagai
aspek dalam pemasaran politik untuk mencapai tujuan politik.
Berikutnya penelitian dengan judul ―Perang Tema dan Psikologi Publik :
Analisis Strategi Komunikasi Pemasaran Politik Pilkada DKI Jakarta 2007‖. Riset
yang dilakukan oleh Bambang Sukma (2012) ini, menganalisis komunikasi
pemasaran politik yang dilakukan oleh Fauzi - Prijanto, dengan mengkaji anatomi
khalayak konsumen pemilih. Hasilnya menemukan bahwa pemilih Jakarta cenderung
lebih rasional. Hal ini kemungkinan karena akses informasi yang terbuka dan luas,
persaingan hidup yang kuat dan kesadaran hukum yang lebih baik membuat warga
metropolitan cenderung lebih berani dan kritis menyuarakan aspirasinya. Bambang
menyimpulkan, lambat-laun, konsiderasi-konsiderasi emosional dalam Pemilu akan
terkikis dengan semakin meningkatnya pendidikan, ekonomi dan perubahan zaman
yang mengarah pada digital dan cyber life ke depan.
Sebuah penelitian yang dilakukan Christiany Juditha (2014), dengan tema
―Political Marketing dan Media Sosial (Studi Political Marketing Capres RI 2014
melalui Facebook). Metode analisis isi kualitatif digunakan untuk mendapatkan
gambaran political marketing Capres Prabowo – Jokowi melalui facebook. Political
Marketing dikategorikan dalam empat hal, yakni terkait kebijakan, figur, partai dan
pencitraan. Kebijakan publik meliputi isu dan program kerja. Figur, termasuk di
dalamnya figure kandidat dan pendukung. Partai meliputi ideologi, struktur, visi –
15
misi dari partai yang mencalonkan. Pencitraan (presentation) meliputi, medium
komunikasi atau kontak simbolis. Dari riset tersebut juga menyatakan bahwa
political marketing merupakan upaya untuk memberikan pendidikan politik dengan
menawrkan produk berkualitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Capres perlu
memahami dan cermat menawarkan dalam menawarkan produk kebijakan.
Masyarakat membutuhkan Capres yang mampu menyelesaikan persoalan negara,
bukan hanya sekedar retorika.
Penelitian tentang pasangan dari jalur independen, dikaji oleh Handayani,
Utomo dan Purwoko (2013). Riset mengangkat tema tentang ―Strategi Pemenangan
Faisal-Biem dalam Pemilukada Gubernur Provinsi DKI Jakarta 2012‖. Riset tersebut
menggunakan metode kualitatif deskriftif. Sedangkan, pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara mendalam terhadap beberapa informan yang representatif dan
dokumentasi. Hasilnya menyimpulkan, strategi pemenangan Faisal-Biem
menggunakan inovasi-inovasi baru dalam berkampanye yaitu adanya saweran untuk
mengumpulkan dana, menggunakan media internet, membuat JELITA (Jejaring
Peduli Jakarata) yang bertugas mengumpulkan KTP. Selain itu terdapat faktor yang
mempengaruhi kekalahan pasangan tersebut yaitu, kurangnya popularitas Faisal-
Biem, serta tidak adanya basis massa yang terstruktur dan terorganisisr seperti partai
politik.
―Profil Kontestan Pilkada DKI 2012‖, adalah penelitian yang dilakukan oleh
Natalia, Tintri dan Widya (2013). Penelitian ini bertujuan melakukan analisis profil
kontestan Pilkada DKI dalam tiga tahap. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, riset
ini menjelaskan strategi pemasaran politik yang dapat digunakan oleh kandidat untuk
memenangkan pemilihan. Hasilnya menyimpulkan, para kontestan menggunakan
teori manajemen citra dalam kampanye untuk memperoleh reputasi yang bagus.
Selanjutnya Persaingan dalam politik dianalogikan dengani medan pertempuran yang
membutuhkan strategi dan manajemen krisis. Maka para pemasar menggunakan teori
militer dalam memperoleh dan mempertahankan pangsa pasar. para ahli guna
merumuskan strategi pemasaran politik dalam memetakan profil peserta Pilkada
maupun calon pemilihnya.
16
2.2. Marketing Politik dalam Pemilihan Walikota Yogyakarta
Beberapa hasil riset terdahulu menunjukkan bahwa marketing politik
perlu dilihat secara komprehensif. Seperti yang dikemukakan Lees-Marshmant
(Firmanzah, 2012 : 198-199). Pertama, marketing politik lebih daripada sekedar
komunikasi politik. Kedua, marketing politik diaplikasikan dalam seluruh proses
dan organisasi partai politik. Tidak hanya kampanye politik, tapi sampai pada
tahap bagaimana memformulasikan produk politik melalui pembagunan simbol,
image, platform dan program yang ditawarkan. Ketiga, marketing politik
menggunakan konsep marketing secara luas, dari teknik publikasi, desain produk
sampai market intelligent dan pemrosesan informasi. Keempat, marketing politik
melibatkan banyak disiplin ilmu seperti sosiologi dan psikologi dalam
pembahasannya. Kelima, konsep marketing politik bisa diterapkan dalam berbagai
situasi politik, mulai dari pemilu sampai proses lobi di parlemen.
Penelitian sebelumnya menggunakan beberapa perspektif dan objek
(subyek) serta metode yang berbeda. Titik beda yang unik dari penelitian terkait
Pemilihan Walikota Yogya tahun 2017 ini adalah, adanya gerakan politik yang
sempat dibangun dan dibentuk secara mandiri oleh masyarakat dengan nama
―Jogja Independent‖ (JOINT). Calon pasangan jalur independen ini dipilih
berdasarkan hasil konvensi dalam penentuan kriteria calon, uji publik dan
pemilihan yang langsung dilakukan oleh para ketua RW, Ormas dan masyarakat.
Kemudian dalam proses dan perjalanannya, calon yang diusung JOINT tidak lagi
berpartisipasi dalam Pilwali karena kurangnya dukungan KTP. Sehingga hal
ini memberikan gambaran bahwa pencalonan melalui jalur partai masih
dianggap sebagai hal yang dapat membawa aspirasi masyarakat. Dalam
konteks ini kiranya perlu dipahami lebih jauh bagaimana strategi marketing
politik Imam- Fadhli dan Haryadi-Heroe yang digunakan untuk memperjuangkan
aspirasi dan dukungan dari warga Yogyakarta.
Dalam proses marketing politik, ada beragam pendekatan yang dipakai.
Salah satunya adalah Niffenneger, yang menyatakan bahwa karakteristik dan
konten marketing politik berbeda dengan marketing komersial. Dalam hal strategi
komunikasi politik, marketing mengajarkan bagaimana partai politik bisa
mendiferensiasikan produk dan image politiknya. Dengan begitu masyarakat luas
17
akan dapat mengenali identitas masing – masing partai poliik dan kontestan
perorangan. Berikut bagan proses marketing politik yang digagas oleh
Niffenneger (Firmanzah, 2012 : 199)
Dari bagan tersebut dapat dicermati sebuah 4P bauran marketing. 4P dalam
dunia politik memiliki nuansa yang berbeda. Produk utama dari sebuah insitusi
politik adalah platform partai yang berisikan konsep, identitas, ideologi dan program
kerja sebuah institusi politik. Dalam hal promosi, pemilihan media perlu
dipertimbangan karena tidak semua media tepat untuk menjadi ajang promosi.
Promosi juga bisa dilakukan melalui debat TV, karena melaluinya publik bisa
melihat pertarungan program kerja dari masing – masing institusi politik. Pada sisi
harga psikologis, mngacu pada harga persepsi psikologis. Selain itu juga berusaha
meminimalisasi resiko dan meningkatkan harga produk politik lawan. Place,
berkaitan dengan cara hadir atau distribusi sebuah institusi politik dan
kemampuannya dalam berkomunikasi dengan pemilih atau calon pemilih.
Program Marketing
Produk - Platform Partai
- Masa lalu - Karakteristik
personal
Promosi - Advertising - Publikasi,
Event, Debat
Harga - Biaya Ekonomi
- Biaya psikologis - Efek image
nasional
―Place‖ - Program
marketing personal
- Program
volunteer
Lingkungan
Segemen Pemilih
Segmen 1 Isu Politik / Kesempatan
Segmen 2 Isu Politik /
Kesempatan Segmen 3 Isu Politik /
Kesempatan Segmen 4 Isu Politik /
Kesempatan Kandidat
18
BAB 3
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan, untuk memahami dan mengkaji strategi marketing
politik Imam-Fadli dan Haryadi-Heroe dalam pemilihan Walikota DIY tahun 2017.
Selain itu juga untuk menganalisis strategi pendekatan marketing politik yang
dilakukan Imam-Fadli dan Haryadi-Heroe dalam menarik calon pemilih (konstituen),
tanpa melihat secara khusus karakteristik pemilih.
3.2. Manfaat Penelitian
3.2.1. Manfaat Akademis :
Kajian marketing politik termasuk kajian yang relatif baru dengan
menggabungkan disiplin ilmu marketing. Melalui penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi positif bagi perkembangan kajian komunikasi politik secara
umum. Marketing politik dalam konteks Pilwali Yogyakarta, juga diharapkan
mampu memberikan landskap baru terkait strategi kampanye dan pendekatan calon
pemimpin daerah yang dilakukan kepada konstituen mereka. Di sisi lain, juga turut
mempekaya analisis tentang perkembangan partai politik hari ini ketika mereka
mensosialisasikan program serta visi misi mereka untuk pembangunan daerah.
3.2.2. Manfaat Praktis :
Bagi mahasiswa, penelitian marketing politik ini diharapkan mampu
menstimulus mereka untuk berkecimpung di dunia politik baik dalam proses
kaderisasi kepemimpinan maupun belajar dalam program-program yang terkait
kebijakan publik. Di sisi lain, bagi partai politik, riset ini diharapkan mampu menjadi
bahan evaluasi atas strategi marketing politik yang telah dan yang akan dilakukan
pada proses Pilwali berikutnya. Bagi masyarakat, memberikan edukasi terkait
strategi marketing partai politik dan calon pemimpin dalam mensosialisasikan
program mereka, serta visi misi yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat.
19
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan
melihat secara khusus pada kasus pemilihan Walikota Yogyakarta tahun 2017.
Metode studi kasus ini diterapkan untuk memberikan penekanan pada spesifikasi
dari unit – unit atau kasus yang diteliti, dengan melihat pada sifat unik dan
permasalahan yang menjadi fokus penelitian (Pawito, 2008 : 141). Secara umum
tidak semua peristiwa merupakan studi kasus. Studi kasus memiliki karakter yang
dinamis dan digunakan untuk meneliti gejala – gejala humaniora. Louis Smith
menyatakan bahwa kasus adalah ―sistem yang terbatas‖ (a bounded system), spesifik
dan perilku kasus memiliki pola, konsistensi dan spesifikasi yang menonjol (Denzin
& Lincoln, 2009 : 300).
Studi kasus berarti ―proses pengkajian kasus‖ sekaligus ―hasil dari proses
pengkajian‖ tersebut. Penelitian ini menggunakan salah satu jenis dari studi kasus
yakni intrinsic case study. Jenis ini ditempuh karena ingin memahami lebih dalam
dari kasus pencalonan jalur independen dalam pemilihan Walikota Yogyakarta.
Menurut Denzin & Lincoln (2009 : 301), jenis intrinsic case study bukan karena
kasus ini mewakili kasus – kasus yang lain, tapi lebih pada seluruh aspek kekhususan
dan kesederhanannya, kasus ini menarik minat. Peneliti sementara akan mengabaikan
rasa keingintahuannya agar kasusnya dapat memunculkan kisah uniknya sendiri. Jadi
metode ini diambil karena minat intrinsik pada pasangan Imam-Fadli dan Haryadi-
Heroe yang lahir dari hasil konvensi partai politik.
3.3. Subyek dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Yogyakarta, secara khusus di Sekretariat
masing – masing kedua pasangan calon sebagai tempat untuk menggali data dan
melakukan proses wawancara melalui wawancara mendalam. Sekeretariat Imam-
Fadhli bertempat di ―Rumah Aspirasi‖ Gondokusuman Yogyakarta. Sementara
sekretarian Haryadi-Heroe berada di ―Omah Putih‖ Jl. Brigjend Katamso,
Yogyakarta. Riset ini memilih di kedua sekretariat tersebut untuk mempermudah
20
akses kepada narasumber utama tim sukses kedua pasang calon dan narasumber
pendukung, juga akses data berupa dokumentasi maupun data sekunder lain.
Tim sukses dari kedua pasang calon tersebut, kami mengambil informan
kunci untuk memberikan keterangan dan data-data terkait psangan calon :
1. Tim Pasangan Imam Priyono dan Achmad Fadli (nomor urut 1) :
a. Fokki Ardianto sebagai badan pemenangan pemilu
b. Danang Rudyatmoko sebagai ketua tim pemenangan
c. Sutaryo sebagai Ketua koordinator program kampanye
d. Dimas Wijtaksana sebagai tim media centre
2. Tim pasangan Haryadi Purnomo dan Heroe Poerwadi (nomor urut 2) :
a. John Keban sebagai wakil koalisi Partai Golkar
b. Sofyan sebagai ketua stering commite tim sukses
c. Rifki sebagai ketua koalisi Partai Amanat Nasional
d. Hartono sebagai badan pemenangan pemilu
Para narasumber tersebut menjadi informan utama dari masing- masing pasangan
calon yang akan memeberikan data dan keterangan terkait proses marketing politik
dalam Pilwali Yogyakarta 2017. Selain itu keterlibatan para informan tersebut cukup
intensif dan menjadi selayaknya motor penggerak dalam keseluruhan proses
kampanye Pilwali Yogyakarta 2017
3.3. Tahapan dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data dan fakta yang
dibutuhkan, maka ada beberapa tahap dan teknik dalam pengumpulan data. Beberapa
tahapan dan teknik diuraikan sebagai berikut :
1. Observasi : pengamatan dilakukan untuk melacak secara sistematis dan
langsung gejala – gejala terkait strategi marketing politik yang dilakukan oleh
Imam-Fadhli dan Haryadi-Heroe. Seperti yang disarankan Weick dan Lindlof
(Pawito, 2008 : 111 – 113), ―sistematis‖ merujuk pada pengamatan yang terus
– menerus dalam waktu yang relatif lama. Peneliti membuat catatan - catatan
lapangan yang jelas selama pengamatan berlangsung. Peneliti juga
memberikan latarbelakang situasi sosial dan memberikan keterangan pada
subyek yang menjadi fokus penelitian sehingga dapat bekerja secara obyekif.
21
2. Wawancara mendalam : Wawancara ini sebagai alat pengumpulan data
penting yang melibatkan subyek (pelaku, aktor) sehubungan dengan realitas
atau gejala yang dipilih untuk diteliti. Wawancara akan dilakukan dua kali.
Pertama, melakukan wawancara dengan tim sukses inti dari kedua pasangan
calon. Kedua, melakukan wawancaa kepada tim pendukung kedua pasangan
calon dalam proses kampanye
Metode wawancara mendalam lazim digunakan untuk melacak
berbagai gejala tertentu dari perspektif orang – orang yang terlibat. Pada
metode wawancara ini, pada umumnya menggunakan interview guide untuk
kepentingan wawancara yang lebih mendalam dan memfokuskan pada
persoalan yang menjadi pokok dan minat penelitian. Dengan demikian akan
mempermudah dalam sistematisasi data. Pedoman wawancara lebih berisi
pertanyaan secara garis besar tentang informasi yang ingin didapatkan dari
informan, yang nanti akan dikembangan dengan memperhatikan
perkembangan, konteks dan situasi wawancara (Pawito, 2008 : 132 – 133).
3. Dokumen : Dokumen diperlukan untuk mengungkapkan bagaimana subyek
mendefinisikan dirinya, lingkungan dan situasi yang dihadapinya pada suatu
waktu. Hal ini ditegaskan oleh Schatman dan Strauss, bahwa dokumen
historis penting dalam penelitian kualitatif karena kebanyakan situasi yang
dikaji mempunyai sejarah dan dokumen itu sering menjelaskan aspek situasi
tersebut (Moleong, 2013 : 195 – 196). Berkait dengan hal tersebut, penelitian
ini akan merujuk pada catatan perjalanan proses dukungan dan konvensi
partai yang mengusung Imam-Fadhli dan Haryadi-Heroe. Data tersebut akan
diperoleh melalui data dari media sosial masing – masing timses, leaflet
kampanye, surat keterangan, maupun pemberitaan di media massa. Dokumen
juga bisa berupa biografi dari pasangan Imam-Fadhli dan Haryadi-Heroe,
serta catatan kisah mereka hingga sampai pada pencalonan tersebut.
3.4. Analisis Data dan Penarikan Kesimpulan
Teknik analisis yang digunakan, menggunakan pemikiran Miles dan
Huberman yang disebut interactive model. Teknik ini pada dasarnya terdiri dari tiga
komponen (Pawito, 2008 : 104-106) :
22
1. Reduksi data (data reduction) ; melibatkan langkah editing, pengelompokan
dan meringkas. Tahap selanjutnya, menyusun kode dan catatan mengenai
berbagai hal termasuk yang berkenaa dengan aktivitas dan proses dari
narasumber. Kemudian menyusun rancangan konsep, penjelasan berkenaan
dengan tema, pola dan kelompok data yang bersangkutan
2. Penyajian data (display data) : melibatkan langkah mengorganisasikan data,
menjalin kelompok data yang satu dengan yang lain, sehingga seluruh data
yang dianalisis, benar – benar dilibatkan dalam satu kesatuan. Data biasanya
beraneka ragam perspektif, sehingga membantu proses analisis. Dalam
hubungan ini, data yang tersaji akan dielaborasikn dengan teori – teori yang
digunakan.
3. Penarikan kesimpulan (drawing and verifying conclusion) : Peneliti pada
dasarnya akan mengimplementasikan prinsip induktif, dengan
mempertimbangkan pola data yang ada atau kecenderungan dari penyajian
data yang telah dibuat. Kesimpulan akan diambil ketika peneliti sudah
melakukan analisis terhadap seluruh data yang ada. Sehubungan dengan ini,
peneliti masih harus mengkonfirmasi, mempertajam atau merevisi
kesimpulan yang telah dibuat, untuk sampai pada kesimpulan final.
23
BAB 5
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
5.1. Hasil yang Dicapai
5.1.1. Profil Pasangan Imam Priyono (IP) dan Achmad Fadli (AF)8
Dilihat dari bibit, Lahir dari keluarga sederhana di Kemetiran Kidul, IP
tumbuh menjadi orang yang juga bersahaja, bahkan karena tidak punya biaya, IP
sempat dibiayai Romo Mangun dalam melanjutkan studinya. Poin plusnya IP
mempunyai jiwa toleransi yang tinggi, mampu merangkum keberagaman, dan
memahami betul ragam permasalahan masyarakat. Sedang AF lahir dari keluarga
Kyai di Bangkalan, Madura, saudara sekandung AF ada yang menjadi Dosen,
Mantan Wakil Bupati Bangkalan, dan juga anggota DPR-RI.
Hanya berbicara dan berkata apa yang sedang atau sudah dilakukan. Selalu
berusaha menepati janji. Tegas, sedikit bicara, banyak bekerja. Tapi entah kenapa,
jarang terekspos media. Amanah dan berbobot, selama menjabat terbukti jauh dari
KKN, bahkan sejak awal menjabat, hak gaji IP selalu teralokasikan untuk membantu
kegiatan-kegiatan masyarakat. IP mengandalkan pemasukan dari usaha-usahanya
diluar Jogja sebagai sumber pemasukannya, tanpa memanfaatkan amanah jabatannya
sebagai Wakil Walikota. Sedang AF, memilih mewakafkan jiwa & raganya dengan
mengasuh Pondok Pesantren Miftahussalam di rumahnya.
Fathonah (Cerdas) dan Ber-Bobot, IP sejak muda selalu menonjol dalam
prestasi akademik, dimulai dari menjadi Asisten Dosen, hingga menjadi Dosen
sendiri, dan menempuh studi S2 di UGM sebelum diberi amanah Pak Herry
Zudianto. Untuk memajukan PDAM. IP juga mempunyai gelar Ak.(Akuntan) dan
C.A.(Chartered Accountant), yang jarang dipublikasikan. Ketika ditanya IP
menjawab: Tidak penting gelar yang penting istiqomah belajar. Dalam Sekolah
Partai beberapa waktu yang lalu IP masuk 10 siswa terbaik, dari lebih kurang 100
8https://www.facebook.com/search/top/?q=imam%20priyono%20achmad%20fadli&ref=eyJzaWQiOi
IwLjIwNzIwNTIwNTQ0MTkxNzQ1IiwicXMiOiJKVFZDSlRJeWFXMWhiU1V5TUhCeWFYbHZibThsT
WpCaFkyaHRZV1FsTWpCbVlXUnNhU1V5TWlVMVJBIiwiZ3YiOiJiZWUwOWY5M2ZhNzMyY2ZhN
TlhMWNiNmQ5ZjQ1MGQzODkyNDI0ZTQ5In0 akses 24 Januari 2017
24
siswa Sekolah yang notabene hampir semua adalah Calon Kepala Daerah dari
seluruh Indonesia.
Sedangkan AF juga saat ini menjabat sebagai Penasihat ISNU DIY, Dan
Menwa Mahakarta DIY, Ketua PERCASI Kota Jogja, Ketua Kwarcab Pramuka Kota
Jogja,dan Ketua KAGAMA KotaJogja. Nasionalis danAgamis. Perpaduan yang ideal
dan sangat manis, mengingat Jogja sangat kaya dengan keberagaman latar belakang
masyarakatnya. Membuat saya haru biru membayangkan jaman perjuangan lahir
batin Soekarno dan Tokoh-Tokoh Agama, seperti KH Hasyim Asy'ari dan KH
Ahmad Dahlan dahulu. Al Fatihah. Cepat tanggap terhadap permasalahan mendasar
masyarakat, dari mulai membantu menyelesaikan kesulitan masyarakat dari hulu ke
hilir bidang Kesehatan, hingga membantu mengambilkan ijazah-ijazah yang tertahan
di Sekolah, dan berbagai permasalahan sosial lainnya. IP, jemput bola melalui
tenaga-tenaga teknisnya.
Problem Solver, dapat mengidentifikasi masalah, mengkoordinasikan dengan
pihak terkait dan mengambil langkah-langkah penyelesaian, terutama terhadap hal-
hal darurat(bencana alam). Walaupun IP dan AF menyadari, tidak semua
permasalahan bisa IP tangani karena sebagai Wakil Kepala Daerah, ada kewenangan
yang dibatasi. Tanpa Sekat Dengan Rakyat, baik IP maupun AF dikenal sangat dekat
dengan masyarakat, untuk IP, hobi "blusukan" yang sudah menjadi agenda wajibnya
sejak lama. Begitu pula dengan AF, bahkan ketika AF dipromosikan menjadi Asek 1
karena dinilai berprestasi memajukan pasar ketika menjabat sbg Kepala Dinas Pasar,
para pedagang pasar ikut "nguntapke" dengan berjalan kaki dari pasar-pasar sampai
ke Balai Kota.
Minim Koalisi Partai, Memilih Koalisi Rakyat. Ketika ada deal politik yang
dirumuskan dengan begitu banyak partai, yang juga otomatis akan banyak
kepentingan. Alih-alih mengambil wakil dari partai sebagai penguat dukungan
politik, IP malah "nggandeng" orang yg piawai di birokrasi sebagai pendampingnya.
Secara logika, niatnya berarti memajukan memajukan kinerja pemerintah kota, yang
pada akhirnya akan lebih mensejahterakan masyarakat Jogja. Duet Imam dan Fadli
ini diprediksi mampu menjalankan roda pemerintahan dengan baik, karena keduanya
memiliki track record dan berproses cukup lama di Pemerintahan.
25
5.1.2. Profil Haryadi Suyuti dan Heroe Poerwadi
Haryadi Suyuti lahir di Yogyakarta pada 09 Februari 1964. Ia adalah anak
pertama dari pasangan Dr. HC. H. Zarkowi Soejoeti dan Hj. Yayah Maskiyah.
Ayahnya pernah menjadi Rektor IAIN Walisongo Semarang, Sekretaris Jenderal
Departemen Agama Republik Indonesia, Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Arab
Saudi, Duta Besar Indonesia untuk Republik Arab Suriah, dan juga aktif pada
organisasi Muhammadiyah (antara lain Ketua Muhammadiyah Daerah Serang tahun
1965 - 1969) dan Ketua Dewan Pengawas Baitul Mal PP Muhammadiyah Tahun
1996-1997).
Sedangkan ibunya pernah menjadi DPRD Provinsi Jawa Tengah.
Haryadi Suyuti menikah dengan Hj. Tri Kirana Muslidatun, S.Psi yang banyak aktif
di berbagai kegiatan social. Saat ini dikaruniai 2 orang anak, Karina Arifiani anak
pertamanya kuliah di Fak. Kedokteran UGM dan anak kedua Kartika Zahra Salsabila
bersekolah di SD Muh. Sapen Yogyakarta. Sedangkan Heroe Poerwadi adalah
politikus senior PAN di Kota Yogya (Ketua DPP PAN Kota Yogya). Ia pernah
menjadi staf ahli wali kota Hery Zudianto dan pernah menjabat sebagai direktur
AKINDO. Pasangan calon ini didukung oleh empat partai dengan total 15 kursi
DPRD Kota Yogyakarta. Partai tersebut adalah Demokrat, Gerindra, Golkar, PKS
dan PAN.
Haryadi- Heroe beserta koalisi partai tersebut, mengusung visi meneguhkan
kota Yogyakarta sebagai kota nyaman huni dan pusat pelayanan jasa yang berdaya
saing kuat untuk keberdayaan masyarakat dengan berpijak pada nilai keistimewaan.
Beberapa misi yang diusung adalah meningkatkan kesejahteraan dan daya saing kota,
memperkuat ekonomi kerakyatan, memperkuat moral, memperkuat tata kota,
meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, sosial dan budaya. Membangun sarana
dan prasarana publik dan pemukiman. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang
baik dan bersih.
5.1.3. Penyajian Data : Proses Marketing Politik.
Data awal diperoleh dari tim sukses pasangan nomor urut satu, yakni Imam
Priyono dan Achmad Fadli. Salah satu yang diwawancara adalah Pak Sutaryo,
anggota tim sukses yang berperan sebagai koordinator program kampanye. Beberapa
26
hal yang disampaikan terkait proses kampanye, Imam- Fadli mengusung kampanye
damai, nyaman bagi masyarakat dan pengguna jalan. Cara paslon berkampanye
adalah dengan menangkap aspirasi dari bawah.
“mereka melakukan sambang kampung dengan warga masyarakat sekitar. Ada
inisiatif dari komunitas untuk mengundang, diantaranya Posyandu dan PKK yang
terdiri dari 44 kelompok” (Sutaryo, 17 Februari 2017, DPC PDIP)
Konten dalam proses kampanye yang menjadi keunggulan pasangan ini adalah Kartu
Jogja Cerdas yang diberikan berkait dengan keinginan untuk menyetarakan
penduduk. Mereka ingin agar semua anak memperoleh biaya untuk sekolah, tidak
ada lagi istilah SD favorit atau embel-embel favorit lain agar semua orang bisa
mengakses sekolah tersebut. Dengan dihilangkannya sekolah favorit maka akan
membuka peluang bagi siapa saja, arinya masing-masing sekolah adalah sekolah
favorit di kampungnya.
Program unggulan berikutnya ketika kampanye adalah Kartu Jogja Sehat,
karena masih ada delapan ribu masyarakat di bawah standar kemiskinan. Nantinya
program ini akan bekerjasama dengan dinas kesehatan. Salah satu masalah yang akan
diselesaikan adalah terkait dengan moratorium hotel, akan ditata kembali
perijinannya. Persoalan tata kota juga menjadi sorotan, salah satunya adalah
lingkungan hijau 32 km persegi. Mengadakan kampung free wifi supaya anak – anak
tidak keluyuran kemana-mana, junga sebagai sarana edukasi bagi mereka. Di sisi lain
juga peningkatan faktor ekonomi dengan memakai batik sebagai ―seragam‖
kampanye mereka.
Dilihat dari karakter personal, Imam adalah seorang pembuat keputusan dan
Fadli adalah tipe yang mengorganisir, dengan pengalaman menjabat di pemerintahan
dari tingkat yang paling rendah. Beberapa kampanye yang dilakukan adalah dengan
serangan udara, yakni melalui media sosial, media elektronik. Seragan darat dengan
media cetak dan sambang kampung. Pada sesi debat di media sedikit banyak
memberikan pengaruh. Maka ada persiapan yang dilakukan untuk menghadapi debat
tersebut. Pada segmen masyarakat tertentu (LSM, akademisi, aktivis) yang belum
terpapar kampanye darat, bisa melihat gesture, fisik yang lebih ekstrem bisa
mengubah pilihan – pilihan dari audiens. Segmentasi pemiih pemula, merea
27
membidik anak – anak dari kelompok pengajian dan relawan – relawan dari
komunitas.
Dari pasangan nomor urut dua, Haryadi- Heroe, dapat dilihat bahwa proses
kampanye yang dilakukan dengan melakukan temu warga dan dengan menggunakan
alat peraga kampanye. Berikut pernyataan dari ketua stering committee tim
pemenangan Haryadi Heroe :
―kampanye kalau dari, bentuk kampanye kan seperti yang ditentukan. Satu saja
yang kita gunakan adalah kampanye terbuka. kampanye dengan temu warga,
dialog, itu kan sudah kita lakukan. Banyak kunjungan, dialog, temu warga itu yang
banyak kita lakukan kemarin. Yang umum kemudian kita lakukan juga pemasangan
alat-alat peraga, alat kampanye dalam bentuk spanduk, baliho dan pamphlet.
Kemudian penyebaran leaflet. Jadi yang dilakukan sebenarnya ya standar ya
sesuai ketentuan. Jadi itu pamphlet, leaflet, sosialisasi kemudian baliho. banyak
juga kita lakukan temu warga, dialog”. (Sofyan, ketua SC, 17 Maret 2017, Omah
Putih).
Menurut Sofyan, dalam temu warga tersebut tidak hanya proses dialog untuk
menampung aspirasi, permasalahan dan masukan dari warga. Tetapi juga
kegiatan rangkaian kegiatan yang lain, seperti senam, pemeriksaan kesehatan
menjadi rangkaian dari keseluruhan dialog tersebut.
Beberapa persoalan yang ditangkap dari warga, ketika tim Haryadi-
Heroe turun ke kecamatan adalah ada keluhan yang bersifat personal, lalu soal
tata ruang kota, berikutnya terkait pelayanan BPJS. Di sisi lain, aspek ekonomi
juga menjadi permasalahan yang mengemuka, diantaranya terkait dengan
peningkatan kesejahteraan, dan juga bagaimana para pelaku ekonomi industri
kecil mampu berdaya dan bersaing bersama industri lain di Yogya. Segala
problem yang ditangkap, dijadikan sebagai masukan dan pertimbangan, tim juga
melihat sejauh mana implementasi program yang akan dijalankan sesuai dengan
visi misi.
Sofyan menegaskan konsep program dan visi misi dalam pernyataan
berikut :
“Ya, jadi kami ingin mengemas, Yogya ini dikelola secara transparan ke depan ya
sebetulnya. Tapi itu kan terlalu elitis ya, dengan smart city itu kan tidak kurang
membumi ya, ini evaluasi buat kami. Jogja smart city itu, unggulan kami nantinya,
salah satunya. Bagaimana Jogja dikelola lebih secara transparan, efisien, efektif,
28
semua bisa mengakses dengan mudah, pelayanan juga tidak pake ribet kan gitu”.
(Sofyan, ketua SC, 17 Maret 2017, Omah Putih).
Melihat pernyataan tersebut, secara gamblang disebutkan tentang konsep Yogya
sebagai smart city, hal ini sekaligus sebagai evaluasi ketika konsep ini pada
masa jabatan sebelumnya masih kurang membumi. Implementasi dari konsep ini
adalah terkait dengan bagaimana kota Yogya dikelola secara transparan, efektif
dan efisien. Konsep ini berbasis pada perkembangan teknologi, dimana semua
pelayanan terintegrasi dan online, sehingga bisa diakses dengan mudah tanpa
harus berbelit-belit. Pemerintah dalam hal ini dituntut untuk memahami fungsi
pelayanan publik dan meningkatkan proses pelayanan.
5.1.4. Analisis Hasil Penelitian
Strategi marketing politik pada kedua pasang calon tersebut, akan
dianalisis dengan menggunakan perspektif Niffenneger. Dua kandidat yang
bersaing dalam Pilwali Yogya, dilihat dengan menggunakan program marketing
mereka. Program tersebut akan dianalisis dari aspek produk, yang terdiri dari
platform partai, catatan tentang hal- hal yang dilakukan pada masa lalu dan
kemudian personal karakter dari masing – masing Paslon. Aspek kedua, melihat
pada strategi promosi mereka, yakni dari advertisingnya, publikasi, event
maupun debat yang dilakukan di televisi (TVRI Jogja). Aspek ketiga adalah
harga, yang dimaksud di sini adalah, biaya ekonomi dan biaya psikologis yang
dikelurkan selama kampanye, juga terkait dengan efek image nasional. Keempat,
“place” berkaitan dengan program marketing personal dan program volunteer.
1. Produk : Platform, Masa lalu dan Karakter paslon
Pada pasangan Imam – Fadhli, beberapa program yang menjadi unggulan
adalah : kartu Jogja Cerdas, yang dimaksud di sini, kartu tersebut sebagai sarana
menyetarakan pendidikan, tidak ada lagi sekolah favorit agar semua orang bisa
mengakses. Peluang bagi siapa saja. Sekolah – sekolah tersebut merupakan yang
favorit di kampungnya. Selain itu, mereka juga membawa Kartu Jogja Sehat,
pengadaan dan pelayanan kartu ini, akan bekerjasama dengan dinsos dan dinas
pendidikan. Mereka melihat bahwa delapan ribu ribu masyarakat masih di bawah
29
standar, miskin. Pada sisi lingkungan, ada program unggulan lingkungan hijau seluas
32 km persegi. Tata ruang kota, mengupayakan hotel yang sudah berdiri ditata lagi.
Kampung free wifi, sebagai sarana edukasi dan agar warga (anak – anak) tidak
keluyuran kemana-mana.
Dari beberapa narsumber menyampaikan terkait kekuatan yang dimiliki oleh
keduanya, yakni : apa adanya, merakyat, sederhana, rasa sosial dan kepedulian
terhadap sesama. Imam seorang decision maker. Fadli, tipe yang mengorganisir,
pengalaman di pemerintahan berawal dari tingkat yang paling rendah. Terdorong
mencalonkan diri, secara alami, orang yang belum mendapatkan ingin mendapatkan
kekuasan. Cita – cita membangun kota, menyejahterakan. Menampilkan kader
dengan fit & proper test di DPP agar kepala daerah sesuai dengan visi misi
masyarakat. Imam ini orang yang meraih sukses bener-bener dari bawah, dari sejak
beliau sekolah merasakan kesulitan sekolah sampai lulus kuliah, berkarir dan lain
sebagainya. Itu dari kekuatan itu sendiri.
Sedangkan sosok Haryadi digambarkan sangat sederhana, tidak pencitraan,
bukan pencitraan ya. haryadi seorang yang bersih, bebas korupsi, simbol bebas
korupsi. hanya lepas apakah dari branding itu kesampaian ke masyarakat, nah itu
persoalan lain. Haryadi sosok yang bukan pencitraan. Bukan sosok yang memang
ingin memberikan pencitraan. Tapi ternyata satu sisi ini menjadi kelemahan untuk
tim ini. Ketika menampilkan itu sosok kesederhanaan, tidak butuh pencitraan. tapi di
dalam kampanye hal itu ternyata tidak selalu positif. Hal tersebut menjadi bahan
evaluasi.. Saat kampanye tim low profile, mengedepankan kampanye yang santun,
tidak melakukan black campaign dan menjatuhkan pasangan lain.
Program yang diunggulkan hampir sama, yakni terkait masalah pendidikan
dan kesehatan. Selain itu mereka mengusung ―Jogja Smart City‖. Mereka membuat
bagaimana fungsi dan proses pelayanan terintegrasi dengan pekembangan teknologi
informasi. Informasi bisa diakses dengan beberapa program aplikasi. Program-
program itu kemudian diadopsi di seluruh kegiatan, aktivitas di pemerintahan. Jadi
informasi apa saja tentang jogja, bagaimana pelayanan pemerintah kota yogya,
bagaimana proses, proses pelayanan itu sendiri, penganggaran, penggunaan
anggaran, semua bisa diakses, sampai di tingkat kabupaten. kemudian masalah
30
administrasi kependudukan itu juga secara online juga, semua serba online, semua
aktivitas pemerintahan akan diarahkan supaya berbasis online.
2. Promosi : Publikasi, event dan Debat
Pada pasangan Imam – Fadhli, tim mereka membudayakan kampanye damai,
nyaman bagi pengguna jalan dan masyarakat. Menggunakan kampanye budaya, naik
odong- odong dan becak. Menangkap aspirasi dari bawah, menggunakan kegiatan
sambang kampung. Di beberapa kantong – kantong kegiatan, pengajian, PKK,
Posyandu. Kampanye di 415 titik RW. Setiap kampanye selalu membawa kartu Jogja
Cerdas dan Kartu Jogja Sehat. Mereka juga tidak memakai panggung rakyat, hanya
akustikan sebagai alat pengundang. Inisiatif mengundang dari warga. Dari segi
kostum, seragam batik motif Yogya sido asih dipilih sebagai bukti kesederhanaan,
sekaligus sebagai tindak lanjut kampanye budaya. Hal tersebut berpengruh ke
ekonomi, meningkatkan pendapatan pedagang batik. Kampanye melalui media –
mengangkat persoalan UMKM, masuk dipasar, mengundang media.
Publikasi yang dilakukan salah satunya melalui debat. Debat melalui media
dalam hal ini hanya sedikit memberi pengaruh. Tetapi pada segmen masyarakat
tertentu (LSM, akademisi, aktivis) yang belum terpapar kampanye darat, bisa melihat
gesture. Debat pertama, menghadirkan tim intern. Debat kedua, mendudukkan tokoh-
tokoh tertentu di dalam studio. Debat ketiga, mengundang dosen – dosen yang
berpengaruh di lingkungan keagamaan, NU, dan komunitas yang lain. Pengaruh
debat yang tidak terlalu signifikan beberapa diantaranya dikarenaan medianya
menggunakan televisi lokal serta jam tayang yang bukan pada waktu prime time.
Dari sisi tim pemenangan Haryadi-Heroe, bentuk kampanyenya seperti yang
ditentukan oleh KPU. Satu saja yang digunakan adalah kampanye terbuka. kampanye
dengan temu warga, dialog, itu kan sudah kita lakukan. Banyak kunjungan, dialog,
temu warga itu yang banyak dilakukan kemarin. Kemudian, mereka melakukan
pemasangan alat-alat peraga, alat kampanye dalam bentuk spanduk, baliho dan
pamphlet-leaflet. Selain itu merek juga melakukan temu warga dan dialog. Sebagai
petahana, timses Haryadi-Heroe juga mengcounter isu-isu negatif yang ada selama
pemerintahan Haryadi- Imam. Di sisi lain, mereka juga mensosialisasikan ratusan
31
penghargaan yang diperoleh Haryadi selama menjabat. Hal ini untuk semakin
meyakinkan para calon pemilih mereka.
3. Biaya dan “Place”
Pasangan Imam-Fadhli mempunyai partai pengusung (hanya yang punya
perwakilan di DPRD, minimal 1 kursi). Partai pendukung mereka, Hanura, PKB,
tidak ada kontrak – kontrak politik. Pengeluaran terbesar di sambang kampung,
kebutuhan saksi (150 rb per orang). Hasil hitungan dikirim ke ranting- ranting, baru
ke call centre DPC PDIP. Mereka juga membuat satgas anti money politics. Selain itu
biaya diperoleh dari paslon dan sumbangan masyarakat. Menurut satu narasumber,
dananya hanya satu juta, untuk memfasilitasi kampung tersebut, jadi mereka
memberikan subsidi untuk melaksanakan kampanye itu. Inisiatif warga,
menyediakan bukan satu angkringan saja, mereka memasang tenda atau menyewa
kursi untuk kegiatan sambang kampung.
Penerimaan warga cukup besar, karena mereka melihat Walikota sebelumnya
yang banyak mendapat beberapa catatan soal Jogja Asat, Jogja Ora didol dan Jogja
tanam beton. kampanye melalui facebook, twitter, jumpa pers. Dari soal biaya, Kita
gotong-royong semuanya, jadi ada DPP nyumbang, yang pasangan calon nyumbang,
anggota sini juga nyumbang, nyumbangnya bukan dalam bentuk tunai, tapi
nyumbangnya dalam bentuk kegiatan, atau subsidi barang – barang untuk kebutuhan
kampanye, kursi, deklit, pertunjukkan untuk rakyat. Paslon Imam-Fadhli melaporkan
penggunaan dana selama kampanye 500 juta. Kegunaan, salah satunya untuk biaya
saksi. Adapula dana gotong-royong 150 ribu satu orang saksi, masing-masing TPS,
kita dua saksi. Jumlah total saksi kita itu 2072 kayaknya, sama buat membelikan
snack dan makan siang saksi.
Dana tersebut juga berasal dari partai di tingkat Kecamatan sama di Ranting
untuk menutupi atau memenuhi kebutuhan operasional, serta untuk menggerakkan
posko. Pada tingkat ranting itu mereka berinisiatif mengumpulkan koran-koran, jadi
mengumpulkan di kampungnya masing-masing untuk di jual sehingga hasilnya juga
bisa untuk kegiatan operasional. Pasangan Haryadi- Heroe, memperoleh dana mereka
dari Paslon sendiri lalu ditambah dengan mesin – mesin partai. Dukungan dari koalisi
partai cukup solid dalam memberikan dukungan materi mereka, selain juga memang
32
ada kewajiban untuk iuran dari masing- masing anggotanya. Selain materi ada
beberapa komunitas yang menyumbang dalam bentuk non materiil. Hal tersebut juga
dialami oleh pasangan Imam – Fadhli, dimana dukungan komunitas juga yang
menjadi salah satu kekuatan.
Pada aspek ―place‖, jika dilihat dari basis partai pengusung Imam- Fdhli
(PDIP dan Nasdem), beberapa daerah seperti kecamatan Gondokusuman, Tegalrejo,
Danurejan, Gedongtengen, Jetis, Mergangsan (Parakan & wirogunan), Ngampilan
dan Mantrijeron. Segmentasi pemilih, pemula, kelompok pengajian, relawan,
komunitas – komunitas yang dimiliki oleh paslon. Jika dilihat ada sekitar 321 RW
dari 600 RW yang sudah mendapatkan sosialisasi dari pasangan Imam- Fadhli.
Kedua paslon juga mendapat dukungan dari berbagai komunitas, pedagang kaki
lima, tukang becak, dan juga gerakan – gerakan masyarakat yang lain yang
mendeklarasikan diri mereka. Sedangkan basis massa Haryadi – Heroe lebih
mengarah pada pendukung yang intelektual dan religius.Dari beberapa aspek strategi
marketing tersebut, dapat dilihat jika masing- masing mengunggulkan apa yang
menjadi kebijakan ke depan untuk mengatur kota Yogya ini.
5.2. Luaran Penelitian
No. Jenis Luaran Indikator
Capaian
Kategori SubKategori Wajib Tambahan TS
1 Artikel ilmiah dimuat
di jurnal
Internasional
bereputasi
Nasional
Terakreditasi
Submitted
Nasional tidak
terakreditasi
wajib
2 Artikel ilmiah dimuat
di prosiding
Internasional
Terindeks
Nasional tambahan Accepted
3 Invited speaker dalam
temu ilmiah
Internasional
Nasional Accepted
4 Visiting Lecture Internasionl
5 Hak Kekayaan
Intelektual (HKI)
Paten
Paten sederhana
33
Hak Cipta
Merek dagang
Rahasia dagang
Desain Porduk
Industri
Indikasi Geografis
Perlindungan
Varietas Tanaman
Perlindungan
Topografi Sirkuit
Terpadu
6 Teknologi Tepat Guna
7 Metode/Purwarupa/De
sain/ Karya seni/
Rekayasa Sosial
8 Modul
9 Tingkat Kesiapan
Teknologi (TKT)
1
34
BAB 6
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
No Nama Kegiatan Bulan Pelaksanaan Keterangan
1. Pengolahan data primer
September 2017 reduksi data dan
mempertajam analisis
2.
Workshop
September 2017
workshop untuk
mahasiswa terkait
komunikasi politik
dan strategi marketing
politik
3.
Publikasi
Oktober 2017
Pemakalah dalam
seminar nasional
Publikasi jurnal
nasional
4.
Penyusunan laporan akhir
penelitian Oktober 2017
Penyerahan laporan
lengkap ke LPPM
UMBY
35
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Dalam dunia politik, setiap kandidat memiliki ide, gagasan, pesan politik
yang harus tersampaikan kepada konstituen, sehingga berbagai hal yang ditawarkan
bisa diserap dan dipahami dengan baik, dan hal ini dapat disebut sebagai aktivitas
marketing politik. Dalam pemilihan pasangan calon Wali Kota DIY, masing-masing
calon telah membeberkan semua produk politiknya dengan cara tersendiri. Dan hasil
akhir yang menjadi pemenang dalam pemilihan tersebut adalah pasangan calon
dengan nomor urut 2, Haryadi Suyuti – Heroe Purwadi dengan perolehan prosentasi
suara 50,30 persen dan berbeda tipis dengan prosentasi yang didapat oleh pasangan
calon pesaing dengan prosentase sekitar 49,70 persen. Meskipun kemenangan sudah
ditentukan, tetapi terdapat sedikit permasalahan dalam pemilihan calon Wali Kota
Yogyakarta periode 2017-2021 yaitu pasangan calon nomor urut 1 merasa terdapat
sedikit penyimpangan dalam proses pemilihan yang ditandai dengan adanya suara
dari ASN (Aparat Sipil Negara), sehingga hal ini menjadi keganjalan tersendiri bagi
pasangan calon nomor urut 1. Dan pada akhirnya kasus tersebut dapat diselesaikan
dengan baik sesuai dengan prosedur dan melibatkan pihak yang berwajib, sehingga
pasangan yang menjadi calon Wali Kota ditetapkan secara sah oleh KPU adalah
Haryadi Suyuti – Heroe Purwadi.
7.2. Saran
Sebuah kontestasi politik yang selama ini identik dengan black campaign
atau money politic dan intrik, sejatinya bisa dimaknai secara berbeda ketika partai
politik sebagai bagian dari demokrasi cukup transparan dan konsisten dalam
mensosialisasikan visi misi serta programnya kepada masyarakat. Sehingga ketika
berlangsung proses pemilihan kepala daerah maupun kepala negara, masyarakat
benar- benar tahu dan mengenal seperti apa sosok calon pemimpin mereka.
Perjalanan politik di Yogyakarta satu tahun terakhir, menjadi pembelajaran sendiri,
dimana diwarnai dengan moment hadirnya calon independen yang turut meramaikan
bursa pemilihan calon walikota. Langkah selanjutnya, hal ini bisa sebagai bagian dari
evaluasi bagaimana sebuah produk- produk politik mampu menjadi pijakan bagi
lahirnya sebuah kebijakan publik yang berkeadilan dan menyejahterakan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Denzin, N dan Lincoln, Y. 2009. Handbook of Qualitative Research (terj.). Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
Firmanzah. 2008. Mengelola Partai Politik, Komunikasi dan Positioning Ideologi
Politik di Era Demokrasi. Obor. Jakarta.
Firmanzah. 2012. Marketing Politik, Antara Pemahaman dan Realitas. Obor. Jakarta
Haryatmoko. 2014. Etika Politik dan Kekuasaan. Gramedia. Jakarta.
Kelly, N. dan Ashiagbor, S. 2011. Partai Politik Dalam Perspektif Teoritis dan
Praktis (terj.). National Democratic Institute. Washington.
Moleong, L. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Pawito. 2008. Penelitian Komunikasi Kualitatif. LKiS. Yogyakarta
Jurnal
Andries, K. 2014. Marketing Politik Dalam Komunikasi Politik. Jurnal Farabi. II(1)
: 52-65.
Handayani, S. Susilo, U dan Purwoko. 2013. Strategi Pemenangan Faisal-Biem
dalam Pemilukada Gubernur DKI Jakarta 2012. Jurnal Ilmu Pemerintahan
UNDIP. 2(3) : 97-110.
Juditha, K. 2015. Political Marketing dan Media Sosial (Studi Political Marketing
Capres RI 2014 melalui facebook. Jurnal Studi Komunikasi dan Media. 19(2) :
225-241.
Natalia, A. Tintri, D dan Widya, W. 2013. Profil Kontestan Pilkada DKI 2012.
Universitas Gunadarma Jurnal. 7(8) : 18-23.
Novita, A. 2014. Eksistensi Calon Independen Pemilihan Kepala Daerah Kota
Malang Tahun 2013 (Studi Kasus Pasangan Dwi –Uddin). Jurnal Mahasiswa Ilmu
Pemerintahan UB. 1(1) : 20-37
Wijaya, B. 2012. Perang Tema dan Psikologi Publik : Analisis Strategi Komunikasi
Politik Pilkada DKI Jakarta 2007. Jurnal Komunikologi. 9(2) : 83-88.
37
Media Online
http://regional.kompas.com/read/2016/03/28/13213001/Jogja.Independent.untuk.Cal
on.Independen.?utm_source=RD&utm_medium=box&utm_campaign=Kaitrd
akses 28 April 2016
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/03/160313_indonesia_pilkada
akses 28 April 2016
http://krjogja.com/web/news/read/294928/Wakil_Rektor_UIN_Maju_Konvensi_Joint
akses 28 April 2016
http://www.kompasiana.com/aniskurniawan/menakar-masa-depan-jalur-
perseorangan_56fbdecb86afbd5e068b458e akses 30 April 2016
http://regional.kompas.com/read/2016/03/29/13055911/.Jogja.Independent.Dinilai.L
ebih.Menarik.daripada.Teman.Ahok.?utm_source=RD&utm_medium=box&utm_c
ampaign=Kaitrd akses 30 April 2016
https://beritagar.id/artikel/laporan-khas/joint-ikhtiar-mengusung-calon-independen-
di-yogyakarta akses 30 April 2016
http://jateng.tribunnews.com/2016/04/18/daulat-joint-untuk-pilkada-di-yogyakarta
akses 30 April 2016
http://www.trendezia.com/Trendz/read/4332/ini-efek-double-calon-independent-
wali-kota-yogyakarta akses 3 Mei 2016
http://jogja.tribunnews.com/2016/08/10/pilkada-yogyakarta-tanpa-calon-
independen?page=2 akses 17 Januari 2017
http://jogja.tribunnews.com/2016/10/24/sah-dua-pasang-balon-wali-kota-yogya-
resmi-bertarung-di-pilkada-2017 akses 17 Januari 2017
https://m.tempo.co/read/news/2017/01/15/058836214/jakarta-ada-agus-yogya-ada-
haryadi-hanya-hadir-debat-kpud akses 17 Januari 2017
https://www.radarjogja.co.id/peserta-pilwali-belum-membumi/ akses 17 Januari
2017
Wawancara
Yustina Neni, Koordinator JOINT, Kedai Kebun Yogyakarta, 23 Januari 2017
Lukas Ispandriarno, Koordinator Relawan JOINT, FISIP Univ. Atma Jaya
Yogyakarta, 27 Januari 2017
38
Tim Pasangan Imam Priyono dan Achmad Fadli (nomor urut 1) :
a. Fokki Ardianto, badan pemenangan pemilu, 13 Februari 2017
b. Danang Rudyatmoko, ketua tim pemenangan, Kantor DPRD Kota
Yogyakarta, 14 Februari 2017
c. Sutaryo, Ketua koordinator program kampanye, Kantor PDIP Yogyakarta, 17
Februari 2017
d. Dimas Wijtaksana, tim media centre, Rumah Aspirasi, 14 Februari 2017
Tim pasangan Haryadi Purnomo dan Heroe Poerwadi (nomor urut 2) :
a. John Keban, wakil koalisi Partai Golkar, Kantor Golkar Yogyakarta, 13
Februari 2017
b. Sofyan, stering commite tim sukses, Omah Putih Yogyakarta, 3 Maret 2017
c. Rifki, ketua koalisi Partai Amanat Nasional, Rumah Patehan Yogyakarta, 16
Februari 2017
d. Hartono, badan pemenangan pemilu, Omah Putih Yogyakarta, 28 Februari
2017
39
Lampiran 1.
40
Lampiran 2.
JOINT—Yustina Neni – Kedai Kebun—23 Januari 2017
Rosa : saya mulai ya mbak, e…mau tanya awalnya ketika itu sudah tidak berlanjut lagi,
kalau saya baca dari bbrp berita kan itu ada relawan yang apa mereka itu menyewakan
printernya atau seperti apa para relawan itu, apakah mereka juga pada waktu itu berhenti atau
gimana mbak ?
Neni : ee.. ya.. jadi begini, semuanya yang terlibat di dalam aktivitas itu, itu secara spontan.
Keterlibatannya juga bersifat sangat pribadi. Kemudian sumbangan – sumbangannya, itu
juga sumbangan yang kemudian sifatnya perhatian terhadap fenomena yang terjadi di Yogya
juga sifatnya kemudian sangat pribadi. Jadi ada yang menyumbangkan printernya untuk
kemudian digunakan, jadi itu tidak disewakan, jadi itu semua digunakan. Kemudian seperti
saya, sebagai pemilik ini yang punya ruang di atas, ya itu, silakan digunakan untuk
sekretariat. Yang mempunyai kertas sisa, ya kemudian menyumbangkan kertasnya, yang
kemudian mempunyai usaha kaos, ya menyumbangkan kaosnya 20, 30, naa itu relawan-
relawan. Naa itu sudah selesai, ya barang-barangnya dikembalikan ke pemiliknya. Jadi itu ga
disewakan, ho-oh itu ga disewakan, karena itu semua kan pribadi. Ada yang meminjam
fotokopinya untuk digunakan sampai selesai. Naa begitu sudah selesai, ya udah. Udah selesai
kok, y owes tak jupuke meneh, diambil.
Rosa : itu berlangsung berapa lama ya mbak dari awal konvensi ?
Neni : itu kan mulainya, itu kan kita berkumpul februari, terus tanggal 20 maret itu,
deklarasi, kemudian dilanjutkan konvensi. Tapi tanggal-tanggalnya saya agak lupa.
Kemudian berakhir itu tanggal, secara resmi KPUD, itu tanggal 10 agustus, itu merupakan
hari terakhir untuk pendaftaran calon independen. Naa, dua minggu sebelum tanggal 10, itu
kami mengumumkan jumlah perolehan KTP, yak an, perolehan KTP pada waktu itu, kalau
tidak salah kami mengumpulkan, e..berapa ya.. saya lupa e, tapi mungkin di berita2 ada ya,
bisa dilihat di sana. Na itu kemudian, ee.. kalau tidak mencapai persyaratan, persyaratannya
kan sampai mencapai berapa ? 26 ribu, dua puluh.. enam ribu suara atau berapa gitu kan ga
mencapai itu, ya udah kemudian, ini kita umumkan bahwa ini tidak mencapai, ee.. suara itu,
kemudian selesai. Naa… begitu selesai ya udah, trus kita ya selesai. Itu gitu.
Rosa : itu berarti berawalnya karena KTP yang tidak memenuhi untuk persyaratan di KPUD
Neni : ho-oh.. iya kan itu sulit ya. Itu sulit sekali, berat, juga apa namanya, dimulai dari
bulan februari saja untuk memenuhi persyaratan itu dan itu kan persyaratan yang ga masuk
akal sebetulnya, karena sebetulnya.. e.. apa namanya, demokrasi di Indonesia itu kan
sebetulnya demokrasi yang tidak, tidak secara benar-benar ingin dijalankan sebagai satu
usaha yang memberi kemerdekaan pada setiap warga negara untuk e..menunjukkan diri
menjadi pemimpin yang baru, itu begitu. Jadi ya dipersulit aja gitu.
Rosa : karena berasal dari independen itu mungkin mbak, jadi ada persyaratan yang begitu
ketat ?
41
Neni : itu kan salah satunya ya, tapi sebetulnya kan cita-citanya, cita-citanya adalah ee..
supaya kelompok-kelompok tertentu itu yang selalu langgeng dalam berkuasa. Padahal
sebetulnya kan, apa namanya, seperti kamu sekarang misalnya sedang mahasiswa, kamu
sekarang mempunyai tugas untuk ini, itu gitu, kan ga tahu lagi, setelah ini kamu mau
ngapain kan juga ga tahu, karena memang tidak mempunyai satu pandangan yang visi ke
depan bahwa seseorang itu akan menjadi calon pemimpin, karena memang rambu-rambunya
itu tidak memerdekakan warga negara untuk itu. Itu, jadi mahasiswa ya bertugas untuk itu,
selesai, sesuk eneh, lha wes rampung tugase kok, sesuk eneh, liyane opo meneh ? itu kan
gitu. Bahkan partai politikpun, misalnya seperti partai yang sudah ada, itu sistem
kaderisasinya juga mandeg. Jadi tidak menarik, itu begitu. Sebetulnya partai politik sebagai
pilar demokrasi dan independen yang dijamin Undang-undang, seandainya itu dijalankan itu
bagus sekali. Platform partai politik itu tidak ada yang buruk, semuanya baik. Itu begitu. Jadi
kaderisasi, misalnya ada, ee.. remaja yang berusia, artinya sudah bukan remaja lagi, remaja
itu kan dimulai sampai dengan umur 18 tahun. Nah setelah umur 18, bahwa dia ingin
berkarir di bidang politik menjadi misalnya ketua karang taruna, dimulai dari kampungnya.
Masuk dalam partai politik yang menurut dia menarik, entah itu PDI, entah itu PPP, entah itu
Golkar, Demokrat, Nasdem, dan sebagainya. Itu sebagai salah satu bagian dari hak warga
negara untuk ikut terlibat di dalam ee.. kemajuan bangsa ini gitu. Nah tapi parati politik itu,
dalam sistem kaderisasinya juga tidak mendorong e apa namanya pemuda-pemuda dan
pemudi-pemudi itu untuk berpikir maju menjadi seorang pemimpin. Nah jadi pada males,
lebih suka pada kelompok hura-huranya aja. pawai war- wer seperti itu.
Rosa : dulu spiritnya mengusung Garin-Romy itu ada latar belakang khusus atau ?
Neni : ya karena mereka menang konvensi.. ya karena mereka menang konvensi, jadinya itu
adalah satu cara yang paling terbuka dan demokratis dalam konteks pemilihan versi JOINT.
Jadi kita tidak mengusung satu calon tertentu ketika berangkat, tapi membuka peluang,
siapapun untuk mendaftar, na kemudian mereka menjalani berbagai macam tes, terus tesnya
juga bersifat publik, dan publik juga terlibat untuk memilih, dan waktu itu penjurian dan
publiknya juga memilih Garin dan Romy, ya sudah jadi mereka yang apa namanya, ee..
secara demokratis terpilih, ee. sebagai pemimpin yang diusung JOINT, versi JOINT. Naa itu
kan begitu.
Rosa : Itu di awal dari JOINT ini sebetulnya berangkatnya dari apa mbak ?
Neni : Dari males aja, dari males aja, wong Jogjanya sendiri tidak menarik, itu kan gitu,
daripada cerewet di facebook, cerewet di facebook kan aktivismenya apa, nge-like, nge-like
apa ngelike ngelike itu juga sudah akan membuat perubahan, kan ga juga. Lalu, itu kan
Maret 2016, terus Pemilunya nanti, 17, ee.. 15 Februari 2017 dan itu kan ada rentang waktu
satu tahun. Jadi memang Pilkada 2017 ini dijadikan momen untuk kita, ee.. mencoba untuk
terlibat di dalam, di dalam membangun demokrasi yang menyenangkan. Itu begitu. Jadi itu
adalah cara kita bersenang-senang di dalam alam demokrasi yang tidak menarik di sini. Jadi
itu adalah media bersenang-senang, ga dilarang hukum to ? jadi ya bersenang-senang aja,
gitu ya. Ya kemudian kok terus berhenti kenapa ? ya capek, kan waktunya, mosok kita akan
mengubah, mengubah sistem yang sudah berlangsung berpuuh-puluh tahun dalam waktu
empat bulan. Jadi ya, kita gunakan waktu itu untuk bersenang-senang. Siapapun boleh
42
terlibat, siapapun boleh urun, naa itu kan begitu, jadi itu suasana yang menyenangkan, untuk
belajar, siapapun. Kemudian juga wartawan pada datang, kawan-kawan media di sini juga
kita semua bersenang-senang, itu saja.
Rosa : saya lihat ada yang menginisiasi, itu ada beberapa ya, maksudnya dari akademisi,
budayawan juga, memang awalnya dari komunitas ini ?
Neni : nggak, per orang, jadi kita cuman jawil-jawilan, piye, sebel ra kowe ? yo.. yo.. melu
yo, nggawe-nggawe ki. Ya, tapi kan kita bermacam-macam, dari, dari apa namanya berbagai
latarbelakang. Naa, akhirnya kan karena Yogya itu kan sebetulnya kecil, jadi kita nyari
saling kenal, temannya teman, mahasiswanya kawan, karena kebanyakan dari kami tuh
dosen ada, terus kemudian eks, partai politik-anggota partai politik juga ada, jadi gitu, jadi
kita bermacam- macam, bersenang-senang demokrasi.
Rosa : Ketika, ee.. JOINT itu tidak berlanjut lagi, kemudian apakah kemudian masing-
masing orang yang menginisiasi itu kembali lagi ke aktivitasnya, atau masih, apa istilahnya
memantau Pilkada hari ini ? atau justru ada yang berkecimpung lagi di sana
Neni : nggak tahu, nggak tahu, yang jelas bahwa kami kembali ke masing- masing. Naa,
paling kita juga e.. dengan urusan masing-masing, karena keterlibatan itu semua bersifat
personal. Urusannya sendiri-sendiri.
Rosa : bisa disebut volunteer gitu mbak ?
Neni : kami semua volunteer, kami semua volunteer. karena ga ada struktur organisasi di
dalamnya. Ga ada ketua, sekretaris, atau bendahara gitu ga ada. Jadi semuanya volunteer.
Termasuk yang kemudian menyumbangkan KTPnya itu juga mereka volunteer. Volunter kan
sukarela karen ga ada imbalan. Kasih KTP bayar 10 ribu, kasih KTP ga ada imbalan, jadi
sifatnya semua sukarela. Jadi ketika ini selesai, ya sifatnya sukarela, ya kita umumkan
kepada pemberi KTP, kita laporkan kepada mereka perolehan KTPnya berapa terus ya
kenapa ini tidak diteruskan, karena syaratnya terlalu jauh, gini-gini, ya sudah selesai. dah
gitu aja.
Rosa : dari yang memberi KTP itu tidak ada apa, kalau di Jawa, semacam gerundelan gitu
mungkin, ga ada atau?
Neni : ya mungkin mereka nggrundel-nggrundel sendiri, ya gapapa, kan ya capek. mereka
juga menyadari, oya gapapa mbak, gapapa mas, kan gitu, toh ini sedang usaha, ya kita
berusaha kan gitu. Kita semua menyadari ini sebagai proses yang berat ya, itu gitu.
Rosa : ketika awal mengumpulkan KTP itu darimana ? media sosial atau ?
Neni : macem-macem, karena kawan-kawan media juga di sini setiap saat, jadi setiap kali
kami mengumumkan, itu juga diumumkan lewat media. Media cetak, elektronik, ee..lewat
sosial media, lewat facebook, grup whatsaap, kemudian njawil-njawili.
Rosa : Ada sampai ratusan ribu mungkin ? KTPnya
43
Neni : saya lupa deh, kamu cari aja deh. JOINT gitu nanti pasti ketemu.
Rosa sampai hari ini, ee… saya sih dua bulan lalu saya lihat masih ada webnya walaupun
tidak update dan mengatakan kalau mandeg ya. e..untuk beberapa orang itu, adakah yang
masih mensupport calon sekarang ?
Neni : ga tahu ya, karena saya sendiri juga ga memantau (rosa : mbak sendiri ?) nggak, yang
di sini ya karena dulu ini sekeretariatnya ya seperti kamu datang ke sini. Jadi kan sebetulnya
kamu bisa menemui siapa saja yang ada diwebsite itu. Tapi karena aku sudah terlanjur
melekat di situ, ya sampai sekarang mahasiswa-mahasiswa itu ya datang ke saya. Ya kamu
cari siapa lagi ya nanti, saya cari kontaknya ke siapa, itu gitu. Kalau misalnya masih mencari
informasi yang lain, itu gitu.
Rosa : berarti itu, kalau tadi dikatakan oya mereka warga akhirnya sadar atas itu, berarti
dalam JOINT sendiri tidak ada semacam pertanggungjawaban ke publik gitu ?
Neni : pertanggungjawaban publiknya konferensi pers. Jadi pas dua minggu sebelum, itu kita
mengadakan konferensi pers.. (Rosa : sebelum 2 minggu ?) dua minggu ditutup itu, kan itu
kan itu kita umumkan berapa jumlah KTP yang diperoleh, naa itu bentuknya konferensi pers,
pertanggungjawaban publiknya bentuknya seperti itu.
Rosa : Kalau tadi dilihat spiritny adalah, apa, membuka alam demokrasi hari ini. Kalau ini,
pendapat pribadi mbak. Menurut mbak neni sendiri, untuk calon-calonnya hari ini tuh
diusung partai ya. Apakah tidak ada, apa misalnya jawil-jawilan lagi untuk mesupport salah
satu dari mereka atau ? (Neni : ga, ga ada). Keterlibatan dalam Pilkadanya sendiri ?
Neni : ga tahu, mungkin mereka mau nyoblos atau ga, ga tahu juga.
Rosa : Ok, berarti istilahnya berhenti ketika beberapa persyaratan administrative itu sudah
tidak terpenuhi ?
Neni : ya, ya, pokoknya kami selesai, itu gitu. Nah kemudian urusannya dikembalikan pada
masing-masing pribadi. Jadi kalau ada yang mau ikut jadi kampanyenya siapa-siapa ya itu
sudah bukan urusan, kita ga ngurusi. saya juga ga urusan
Rosa : lalu kalau saya lihat di beritanya, itu ada beberapa hasil konvensi yang sempat
dipublish dan juga sempat disepakati. Itu akhirnya menjadi dokumentasi dari JOINT sendiri
atau ?
Neni : iya, itu direkomendasikan dalam bentuk koferensi pers, jadi langsung. Jadi setiap kita
mengadakan kegiatan-kegiatan itu selalu kemudian diikuti dengan konferensi pers. Jadi
media selalu bersama dalam setiap kegiatan publik kita. Jadi misalnya, ee.. bentuk-
bentuknya kan macam-macam ya. Jadi ketika para calon itu sudah menjadi lima, itu ada tes
dari Badan Narkotika Nasional. Naaa itu kan ada tes untuk narkoba, naa itu wartwan juga
diundang, untuk kemudian mengikuti smeua prose situ. Kemudian, pra konvensi, naa pra
konvensi itu kita juga, kemudian hasilnya diumumkan kepada media, untuk kemudian
mengikuti proses situ. Kemudian konvensinya sendiri itu ketika di JEC, itu wartawan juga
44
mengikuti karena itu siatnya terbuka, itu gitu. Jadi semua bisa langsung bisa diketahui
prosesnya, bentuknya seprti itu.
Rosa : pada waktu proses situ, ketika itu, bagaimana keterlibatan mas Garin dan Mas
Rommy untuk mensupport ? apakah mereka selalu hadir ketika konferensi pers ? atau
mengikuti semacam briefing atau ? (Neni : ya, semuanya, semua ikut) dan ketika dipilih
beliau berdua memang istilahnya ga ada rasa keberatan atau giman ?
Neni : ga, kalau keberatan, mereka sudah mengundurkan diri sebelumnya. itu kan sudah
diusung sampai, kita mencari KTP kan itu juga, ee.. mereka mencari KTP juga secara
pribadi. mengikuti acara – acara publik dimana mereka diundang, semuanya aktif.
Rosa calon-calon yang mendaftar ketika itu, atas dorongan pribadi atau ada yang
mendukung?
Neni : Ada, ad, jadi misalnya saya. Saya waktu itu kan juga didorong kawan-kawan, sudah
ikut ndaftar aja. O yo, trus saya ikut gitu. Waktu itu kan ada 30 nama, naa 30 nama itu ada
yang ikutnya secara pribadi. Terus ada yang didorong kawan-kawannya. Memang kita apa
namanya mengajak setiap, niy kita mau bikin niy. Kan itu kan semangatnya bersenang-
senang dengan demokrasi. Jadi siapa nih yang mau. Naa kita kan sebetulnya, senang
seandainya orang mau apa namanya merendahkan diri. Merendahkan diri menjadi
pemimpin, karena selama ini kan nggak mau. Surung-surungan kan gitu. Jadi siapapun yang
mau menunjukkan dirinya, ee.. sukarela, merendahkan hati menjadi pemimpin. Itu kami
bangga sekali menerima. Itu begitu, jadi selain 30 nama yang digelar pada waktu deklarasi,
itu hari berikutnya kita sudah membuka pendaftaran baru di sini. Kemudian itu tambah nama
lagi, ada yang mau isi formulir segala macam. Ada pedagang yang, saya mau njajal
mendaftar jadi walikota. Oyaa.. kita senang sekali itu ya, kita layani sama dengan yang lain-
lain, sama seperti itu. Kemudian ada yang pengusaha, pedagang, itu, macam-macam. Mas
Rommy itu termasuk nama yang muncul kemudian, jadi dia mendaftar atas kenginannya
sendiri, jadi ee.. kami senang menerima kehadiran pribadi-pribadi itu, hadir mendaftarkan
dirinya.
Rosa : mereka-mereka itu tahunya dari media sosial, yang mendafatar itu ?
Neni : dari Koran, kan cuma media sosial. Kan kita langsung ke publik dalam arti yang
sebenarnya. Jadi media sosial iya, kemudian lewat media massa, baik cetak maupu
elektronik. Naaa itu kan waktu itu beritanya sangat panas ya, setiap hari tu muncul terus. Jadi
awareness masyarakat terhadap ee.. geliat JOINT pada waktu itu diapresiasi sangat baik
kalau menurut saya. Gitu, jadi semuanya ikut gitu. Kan orang Yogya itu ga terlatih, ga
terlatih, gubernurnya ga bisa dipilih, jadi kita ga punya latihan, kita ga punya latihan sama
sekali. Nah kesempatan berlatih itu kan pada waktu pemilihan walikota, naa sekarang
mending ya, beberapa tahun terakhir ini kan pemilihan RT, itu sudah dengan pemilu kecil-
kecilan tingkat RT misalnya kan gitu. Tapi kalau untuk camat, lurah kan belum. Itu sudah
mending kalau menurut saya pada tingkat organisasi kemasyarakatan pada tingkat yang
paing rendah. RT, RW itu kan sudah dipilih langsung bersama masyarakat, nah dari situ. Itu
mending.
45
Rosa : Yang terakhir mbak, karena pada akhirnya kembali lagi pada sistem kepartaian ya,
ada perasaan apa, atau ada rasa apa, ketika ohh kita sudah menjalani proses panjang
kemudian itu nggak tercapai dan akhirnya harus balik lagi mengikuti sistem yang ada tuh
gimana mbak ?
Neni : ngga papa, karena pada dasarnya sistem yang ada itu baik kok. Sistem itu baik. Partai
politik adalah pilar demokrasi tu benar, ngga ada yang harus disayangkan dari itu, ngga ada,
ngga ada. Bahwa apa namanya, ee.. pemilihan pemimpin melalui jalur independen, itu yang
belum menjadi suatu budaya atau basis pemikiran bahkan dari masyarakatnya sendiri, bahwa
ini ada satu jalur lain yang bisa ditempuh untuk memilih pemimpin yang baik melalui cara
kita sendiri, itulah seperti itu. Itu kan yang belum dilatih, dan itu sebagai latihan menurut
saya bagus. Itu begitu, jadi ngga ada yang perlu disesali. Ini adalah tahapan-tahapan lain aja.
Nah perkara bahwa calonnya, jadi kalau partai politik ada itu baik, itu baik, wong pilar
demokrasinya itu itu kok, nggaka da yang perlu disesai dari sana. Persoalan bahwa calonnya
asal-muasalnya kenapa bisa dipilih itu bahkan partai politik, atau anggota partai yang
bersangkutan tu ngga tahu kok bisa tiba- tiba itu. Maka kemudian misalnya Pak Haryadi atau
Pak Imam gitu, tu apakah juga melalui proses yang demokratis juga di dalamnya, nah yang
menjadi persoalan adalah itu bukan partai politiknya. Tetapi apa yang berada di dalam partai
politik itu yang menjadi masalah. Kalau partai politiknya ngga masalah. Itu begitu, itu harus
hanya kemudian apa namnya dikritisi terus-menerus. Ya jadi yang dilakukan oleh kamu
waktu itu, itu adalah satu cara untuk melakukan evaluasi terhadap cara partai politik bekerja,
itu saja. waktu itu, ditanya, gimana mbak, kecewa ga, kalau kecewanya jelas kecewa tentu
saja. Tetapi bahwa kita tidak bisa, misalnya itu seperti bisa dikatakan David melawan
Goliath. Jadi ya untuk itu kan kita membutuhkan rentang waktu yang lebih panjang. Karena
apa yang terjadi dalam partai politik ini adalah yang sudah terbangun puluhan tahun. Kita
tidak bisa membalikkan seperti membalik telapak tangan itu kan. Tapi sebagai bagian dari
latihan itu penting sekali, dan kami bangga sekali berani melakukan itu, daripada orang yang
cuma klak-klik klak klik di facebook, bilang-bilang begini begitu tapi ngga ngapa-ngapain,
naa itu mending kan kami dulu pernah mencari, kalau sekarang ada yang itu ya, kenapa dulu
ngga setor KTP, kita bisa mengatakan seperti itu. Tetapi bahwa apapun yang terjadi, bahwa
apa yang kami lakukan itu cukup membangggakan, dan kami senang sekali pernah terlibat di
dalam usaha mencari pemimpin kota yang baik melalui cara- cara yang demokratis, melalui
konvensi JOINT itu, begitu. Partai politik ngga ada yang salah, partai politik dibubarkan itu
ya ngga bisa, bagaimanapun cara itu adalah metode kok, cuma metode masing- masing itu
bagaimana dijalankan, nah itu yang problematic, gitu aja.
Rosa : kalau dulu, selain mbak, mas rifki itu sebagai yang mengkoordinir apa, relawan itu.
mas rifki srengenge
Neni : Ngga, ngga yang mengkoordinir relawan itu namanya, pak Lukas, dosen atma jaya.
itu koordinir, koordinator untuk relawannya itu pak Lukas sama mas made
46
3 Maret 2017 (Omah Putih) Pk. 12.30 – 13.10 – Pak Sofyan- Koordinator SC Haryadi-
Heroe
Rosa : Ini kilas balik dulu yang kemarin terkait proses kampanye pak haryadi, itu yang
dilakukan apa saja bentuknya pak ? mungkin bisa lebih spesifik
Sofyan : kampanye kalau dari, bentuk kampanye kan seperti yang ditentukan. Satu saja yang
kita gunakan adalah kampanye terbuka. kampanye dengan temu warga, dialog, itu kan sudah
kita lakukan. Banyak kunjungan, dialog, temu warga itu yang banyak kita lakukan kemarin.
Yang umum kemudian kita lakukan juga pemasangan alat2 peraga, alat kampanye dalam
bentuk spanduk, baliho dan pamphlet. Kemudian penyebaran leaflet. Jadi yang dilakukan
sebenarnya ya standar ya sesuai ketentuan. Jadi itu pamphlet, leaflet, sosialisasi kemudian
baliho. banyak juga kita lakukan temu warga, dialog.
Rosa : Kalau temu warga itu yang paling antusias di daerah mana Pak, atau tanggapannya
hampir sama ?
Sofyan : eee…jadi kalau antusiasmenya dalam bentuk jumlah, itu, hampir, kan kita punya
target, kalau temu warga ada yang kita memang ingin menghadirkan tidak banyak orang,
hanya.. karena ada ketentuan ya, bagaimana kita hanya dibatasi, kalaupun terbuka 10 ribu
orang kemudian kampanye dialog tertutup itu hanya 1000 orang. Sehingga dengan batasan2
itu kita juga tidak ingin, apa ya terlalu membuat, mengganggu aktivitas warga. Itulah
pertimbangan kami mengapa kita banyak melakukan dialog dengan sejumlah 300 ya. Tapi
untuk konsolidasi di akhir kita mendatangkan jumlah yang besar ya 3000 orang ya, itu untuk
konsolidasi di akhir, para kader terutama para saksi. Kalau dialog, temu warga itu, maksimal
300 orang. Itu bentuknya, ada yang sifatnya dialog, tapi kan ada rangkaian kegiatan itu kan
biasa. Kalau bentuk kampanyenya kita dialogis, tapi rangkaian, biasanyan kan ga mungkin
diaog cuma 5 menit selesai, atau 10 menit, 30 menit ya, dialognya 30 menit, tapi rangkaian
dari itu yang lebih lama, misalnya senam, pemeriksaaan kesehatan, itu kan rangkaian. Tetapi
itu sebetulnya substansinya adalah dialog, jadi kita ingin dialog, ingin mendengarkan
permasalahan dari warga.
Rosa : yang sering didengar dari warga ketika njenengan dan juga tim menyambangi itu apa
?
Sofyan : ya intinya mereka ingin Yogya dikelola dan ditata lebih baik. kan seperti itu,
normatiflah, kebanyakan mereka ya ada tuntutan yang sifatnya personal, ya lucu2 ndak papa
ya, kan sifatnya personal. Pak, saya ingin supaya saya nanti ada santunan, misalnya, kan
muncul spontan itu. Tapi ini representasi daripada kondisi warga kita yang harus kita eee,
apa namanya tampung ya, untuk menjadi bahan pertimbangan kita kedepan. Karena memang
program kita kan salah satunya adalah program2 yang ada di visi misi kita itu. Jadi
kebanyakan dari mereka ya satu, ya memang Yogya akan ditata yang lebih baik lagi,
kemudian kesejahteraan, dari pelaku ekonomi, ya apa pelaku ekonomi lebih diperhatikan.
Pelaku ekonomi lemah, kebanyakan dari mereka2lah, suara2 dari bawah. Kemudian tingkat
47
kesejahteraan, kalau kita tangkap adalah mereka ingin kesejahteraan warga lebih baik. Ada
jaminan pelayanan kesehatan BPJS ini lebih mudah.
Rosa : itu menggunakan personal branding nggak Pak Haryadi itu ?
Sofyan : Maksudnya ?
Rosa artinya ee.. ada sesuatu yang ingin ditonjolkan dari beliau yang menjadi kekuatan ?
Sofyan : Ya, pasti dong ya, sebenarnya kita ini ingin menampilkan sosok pak haryadi, karena
pilkada itu kan kekuatan figur. Jadi sosok Pak Haryadi itu sosok yang ya sebenarnya sangat
sederhana, tidak pencitraan, bukan pencitraan ya. Jadi yang akan kita sampaikan itu bahwa
pak haryadi itu clear ya, clear artinya, nuwun sewu, tidak, kita bebas korupsi, simbol bebas
korupsi. hanya lepas apakah dari branding itu kesampaian ke masyarakat, nah itu persoalan
lain. Jadi yang kita branding itu pak haryadi clear kemudian pak haryadi yang orangnya
sederhana. Pak haryadi sosok yang bukan pencitraan. Bukan sosok yang memang ingin
memberikan pencitraan. Tapi ternyata itu menjadikan nganu ya, satu sisi itu kelemahan juga
buat kita. Kita ingin menampilkan itu sosok kesederhanaan, tidak butuh pencitraan. tapi di
dalam kampanye hal itu ternyata tidak selalu positif ya. Maka itu buat evaluasi buat kami.
Kita kan low profile kemarin, kampanye kita yang santun, kita gak mau black campaign. Itu
kan ga senang, itu kan ga menjatuhkan, menjatuhkan pasangan lain, baik program maupun,
secara personal, saya larang tim untuk menjelek-jelekkan, menjatuhkan. Jadi satu sisi
personal branding pak haryadi adalah sosok yang sederhana. Sederhana, kemudian yang
memang tidak senang pencitraan dan bersih pak haryadi itu.
Rosa : yang menjadi kekuatan dari visi misi secara keseluruhan itu apa ? Sofyan : ee..
visinya.. Rosa : berikut dengan programnya mungkin pak ?
Sofyan : Ya, jadi kami ingin mengemas, Yogya ini dikelola secara transparan ke depan ya
sebetulnya. Tapi itu kan terlalu elitis ya, dengan smart city itu kan tidak kurang membumi
ya, ini evaluasi buat kami. Jogja smart city itu, unggulan kami nantinya, salah satunya.
Bagaimana Jogja dikelola lebih secara transparan, efisien, efektif, semua bisa mengakses
dengan mudah, pelayanan juga tidak pake ribet kan gitu.
Rosa : lebih berbasis elektronik gitu maksudnya ?
Sofyan : Iya, sekarang orang bisa mengakses informasi dengan program2 aplikasi banyak
sekali kan. Nah program2 itu kita akan adopsi di apa, di seluruh kegiatan, aktivitas di
pemerintahan. Ee.. apa khususnya tentang pelayanan, fungsi pelayanan, jadi tentang
informasi apa saja tentang jogja, bagaimana pelayanan pemerintah kota yogya, bagaimana
proses, proses pelayanan itu sendiri, penganggaran, penggunaan anggaran, semua bisa
diakses, sampai di tingkat kabupaten. kemudian masalah administrasi kependudukan itu juga
secara online juga, semua serba online, seperti itulah
Rosa : Itu yang disampaikan ke masyarakat ?
Sofyan : Iya, jd bagaimana membuat KTP, ga ribet harus menunggu pak RT pak RW. Saya
mbayangke juga pak RW ke lur kota, nanti warga akan kerepotan menunggu Pak RW. Bisa
48
ga Pak RW cukup online, bisa ga. Sekarang kan juga sudah ada, kita mulai dari.. jadi smart
city itu sebenarnya unggulan saya. Tapi ya keunggulan itu, itu tidak terkonfirmasi dengan
bahasa yang efektif. Tapi saya, ya alhamdullilah, insya allah kita menang. Ya masyarakat
akan tahu bagaimana kita.
Rosa : Oh iya.. kalau pak Haryadi ini kan Petahana ya, apa yang menjadi evaluasi dari
program kepemimpinan beliau periode yang lalu ?
Sofyan : ee.. programnya adalah mengenai… ee.. (rosa : yang perlu ditingkatkan atau
mungkin ada proses evaluasinya). Tentang pelayanan kesehatan ya, itu pasti, pelayanan
kesehatan yang bagus. Pelayanan kesehatan sudah bagus, akan tetapi terutama akses BPJS,
kita akan membuat, nah bagaimana pengguna BPJS itu bisa mengakses itu akan lebih
mudah. Kemudian akan meningkatkan jaminan2 yang lain.
Sosial-sosial yang lain yang sekarang belum terformulasikan, dan tentang UMKM, akses
perkreditan itu akan kita permudah. (Rosa : oo.. untuk usaha kecil ya?)… Ya.. jadi kita akan
permudah, ke depan, kita akan mempermudah itu, dengan cara bukan memperkecil bunga
ya, tapi kita akan mensubsidi, sehingga pelaku ekonomi itu akan merasa lebih ringan ya
bunganya, akan disubsidi..(Rosa; Oo.. nggih.. nggih…) bunganya akan disubsidi oleh
pemerintah gitu. Itu sebenarnya memang hanya bahasa kita terlalu elitis, terbacanya.. kalau
sudah kampanye itu kan efektif black campaign dan kita ga bisa.. (Rosa : ooya.. bahasa yang
mudah dicerna oleh masyarakat ?)..
iya.. iya..program yang kita evaluasi dan akan kita lakukan adalah program pelayanan
kesehatan.. kita akan tambah..kan masih kurang nih.. jumlah ee.. jumlah kelas, kelas rawat
inap di kelas 3, itu akan kita perbanyak. Kita kan punya Pramita kan di sini.. besok
akan..Pratama kok pramita… besok kita akan tambah di sektor utara, besok lagi akan
ditambah di sektor barat, timur, jadi warga itu akan bisa menikmati tidak hanya di sektor
selatan, Tapi juga merata. Kemudian bagaimana Puskesmas yang tadinya akan kita tuju
mejadi rawat inap. Kita menuju ke semua puskesmas, menuju rawat inap. Jadi pelayanan
kesehatan, pendidikan juga, besok kita, kita punya ikon taman pintar. Kita nanti akan punya
taman pintar 1, 2, dst.
Sungai, yang tadinya hanya semacam revitalisasi sungai, besok ga. Sungai akan menjadi
pusat kegiatan. Ya, insya allah lah nanti (Rosa : konsepnya artinya masyarakat berkegiatan di
situ).. Iya, ya, jadi pusat pelayanan, pusat hiburan, pusat wisata, pusat anak muda, besok
salah satunya akan terpusat di sungai besok. Ini sekarang kan kita sudah punya program
sungai nih, dampak sungai bagus-bagus kan buat wisata. Tapi besok lebih dari itu, besok
akanlebih (Rosa : dioptimalkan lagi) Ya.. jadi bagaimana orang bisa berkuliner di sana,
kuliner Yogya lo ya. jadi Yogya kan punya icon sate klathak, yang terkenal misalnya Pak
Pong. Kita akan hadirkan Pak Pong tidak hanya di sana, bakmi yang terkenal, harus ada di
tempat itu, kuliner Yogyalah, bukan hanya sekedar kuliner. Tapi kita akan seleksi, kuliner
yang ada di temapt itu, kuliner yang representasi Yogya. Kemudian anak muda juga ada di
sana, kita buatlah sungai itu, wisata sungainya. Itu kan yang tidak tersampaikan karena
waktunya pendek.. ya.. alhamdullilah kita sudah unggul lah.
49
Rosa : Kalau yang saya baca beberapa kali di media, itu yang sering digembar-gemborkan
adalah banyaknya mall dan hotel di Yogya, itu menjadi proses evaluasi juga ?
Sofyan : Ga, evaluasinya ini pembodohan publik bisa jadi, kita yakin benar dengan apa yang
kita lakukan. Bukan evauasi, pembangunan hotel itu kan merespon gejolak masyarakat.
Informasi pembangunan hotel itu, kita sudah menghentikan proses perijinan pembangunan
hotel yang kemudian harus kita tegaskan, itu kan ada moratorium. Kemudian nanti akan kita
cerdaskan masyarakat. Yogya itu butuh hotel gitu lo, yogya itu hotel, yogya itu kota wisata,
kita kalau mau sepakat kota wisata, jangan sampai orang nanti marah dengan Yogya karena
tidak ada hotel. Kemudian yang kedua, pembangunan hotel itu sudah ada SOPnya, gitu lo
mbak, jadi tidak sembarangan membuat hotel ngawur gitu lo. Yogya asat ga ada identik
dengan hotel, ga ada hubungannya ini. Itu hanya pembodohan aja, hanya segelintir orang.
Saya siap nanti akn diskusi, saya akan buka selain itu. Jadi ttg black campaign itu akan saya
buka semua itu. Hotel itu, sudah menghsilkan 500 M PAD kita, tambahan, Itu untuk orang
miskin lo, orang2 miskin 500 M itu ambilnya dari hotel. Jangan mereka mau uangnya tapi
kok mengkrtisi hotel terus kan gitu. Beasiswa itu dari hotel itu. Njih jadi intinya besok kita
akan sampaikan ke masyarakat, setelah pelantikan ya, bahwa ada yang salah, info
penyampaian informasi itu pembodohan masyarakat, publik itu, oleh karena itu menjadi
tugas kami itu bagaimana kita sosialisasi sampai ke bawah, Pak RW pak RT. Ya gitu ajalah
kurang lebih hal yang bagus, tapi ga berhasil, ya pasti ga akan, yang memberikan dampak
negative tentu tidak akan kita lanjutkan. Tapi kalau itu positif ya akan kita lanjutkan, kita
akan tingkatkan.
Rosa : yang menjadi motivasi besar dari Pak Haryadi dan Pak Heru untuk mencalonkan
kembali dalam Pilkada ini apa ? kalau menurut Bapak ?
Sofyan : ya soal harmoni, masalah harmoni, mengapa Pak Heru memilih Pak haryadi, Pak
heru adalah masalah harmoni, dan pertimbangan politik. Pertimbangan politik adalah kans.
Kemudian alasannya itu bagaimana pak haryadi jelas, pembangunan yogya yang 5 tahun itu
cukup pendek, dengan visi misi beliau, masih dirasa kurang 5 tahun ini. Kan memang
sebetulnya visi misi beliau 5 tahun yang lalu tidak bisa tercapai semua. Ini yg menjadi salah
satu, hutanghutang inilah yang pengen pak haryadi mencalonkan kembali. Kemudian
mengapa pak heru, ya kita pandang pak heru lebih serasi, karena kepemimpinan itu kan duet
ya, bukan single fighter gitu. Jadi memang kepemimpinan yang dwi tunggal gitu. Pak
haryadi makanya.. nah kita pandang Pak heru bisa mendampingi pak haryadi. Tidak ngrecoki
gitu lho.. wakil mlaku dewe, itu ga boleh. Wakil ya porsinya di wakil (Rosa ; koordinasi).
Mewakili, tidak nyelap-nyelip gitu. Trus saya kira itu, apa lagi ?
Rosa : Ya.. ee..dalam proses, kembali lagi ke proses kampanye itu, apakah juga mengadakan
apa.. seperti akustikan gitu ? atau… (sofyan : akustikan itu apa ?) Rosa :ee.. band..
Sofyan : O ya..salah satunya iya. Ya salah satu di beberapa tempat, Ini kan kearifan lokal, ya
ada beberapa yang ingin menampilkan itu kan muatan lokal masing2 kepanitiaan. Kita
berikan otonomi ya untuk mengelola kampanye di tiap2 daerah ada yang pakai senam, ada
yang pemeriksaan kesehatan. Ada yang menggunakan, karena anak muda, ya akustikan atau
50
band (Rosa : tapi tidak dalam skala besar ya ?) elekton, ya bentuknya seperti itu. Spot2
sehari kan bisa berapa titik, lima titik.
Rosa : Basis massa terbesar dimana ini Pak ?
Sofyan : Yogya selatan, kalau sejak lama, kan kultur ya ini, kita dari lama pendukung kita
kan religius ya. Sehingga basis kita memang di Yogya selatan, terbukti kemarin kan di
Yogya selatan (rosa : ya, banyak menangnya ya di sana)
Rosa : kalau dilihat dari koalisi paratai yang mendukung pak haryadi tu kan ada beberapa, itu
kan ada kontrak-kontrak politik yang dilakukan mungkin pak terkait itu ?
Sofyan : ya pasti ada, jadi seluruh partai politik mau mendukung itu kan pasti, yang jelas
kontrak politiknya sevisi, punya visi misi yang sama. Kemudian dituangkan dengan
bargaining-bargaining itu wajar. Tapi kita tidak yang sifatnya pragmatis. Terutama saya
sebagai ketua tidak meladeni tentang kontrak-kontrak politik yang sifatnya pragmatis, tapi
saya lebih cenderung membangun Yogya bersama-sama gitu. Koalisi itu berdasarkan
kesamaan visi misi, saya kira itu.
Rosa : Kampanye melalui media sosial apakah dilakukan ?
Sofyan : oya, iya, medos yang seru
Rosa : lebih banyak, facebook, tweeter atau hampir semua digunakan ?
Sofyan : saya tweeter ga begitu mengikuti ya. saya facebook ya, WA. yang sekarang efektif
kan dua aja. Instagram saya ga. Tapi teman2, anak2 muda juga melakukan itu.
Rosa : content paling banyak yang menjadi pembicaraan di medsos apa pak ?
Sofyan : kita kan counter, medsos kan kita counter isu negatif. Mereka kan black campaign,
kita counter itu tentang keberhasilan, bagaimana hotel, kita sampaikan di medsos, bagaimana
pemerintahan kota periode pak haryadi itu mendapatkan 100 lebih penghargaan. Masyarakat
ga ngerti gitu, karena bukan pencitraan. Kelemahannya Pak haryadi adalah orang yang tidak
bisa (Rosa: menonjolkan) mengkomunikasikan, mensosialisasikan keberhasilannya. Itu
kesalahannya pak haryadi. Kesalahannya Pak Haryadi selama 5 tahun tidak melakukan, ee…
apa itu update info pada masyarakat tentang apa yang diperoleh. (Rosa : ya capaian2) Baru
100 lebih disampaikan, masyarakat bingung (Rosa: ya say abaca bbrp) ya itu yang ramai,
kemudian profil personal pak haryadi, personal pak Heru, bagaimana keluarganya.
Rosa : kalau tim kampanyenya sendiri, itu terdiri dari, mungkin beberapa divisi atau ?
Sofyan : jadi gini, ada tim pengarah, saya, ketua SC, kemudian ada operasional juga,
pelaksana, juga struktur OC, SC, struktur OC nya juga ada. Kemudian divisinya kalau ga
salah ada 6 apa ya. Divisi kampanye, ada divisi penggalangan massa, divisi advokasi, divisi
kampanye tadi udah ya, Divisi tentang data, data itu hubungannya dengan saksi juga ya,
survey tentang data. Kemudian divisi itu menyangkut saksi juga, ya, logistic. Logistik dan
atribut ya, divisi atribut dan logistic (Rosa : itu ketika pencoblosan) bukan, divisi logistic,
51
kampanye itu kan alat2 peraga, kaos, itu kan mereka yang bertugas untuk pengadaan maupun
pendistribusiannya gitu.
Rosa : ini sedikit terakhir terkait pendanaan pak, sumber dananya boleh tahu darimana saja ?
Sofyan : sumber dananya ini, jujur ya kita serahkan sepenuhnya pada paslon. Ada satu dua
tim bendahara yang donatur ya, jadinya selain pasangan calon, dari donator juga ada (rosa :
kalau teman2 partai ?) ya teman2 partai juga.
Rosa : kalau bentuk penggalangan dana lain, misalnya penjualan merchandise ? souvenir ?
Sofyan : ga, ga ada, (rosa : memang tidak diperbolehkan atau ?) bukan, itu tidak kita
lakukan, tapi, saya tidak tahu apakh panitia memperbolehkan itu. Tapi itu tidak kita lakukan
karena waktunya pendek sangat, dan itu saya pandang tidak efektif. Kalau kita long term
kampanye lima tahun itu efektif. Tapi sekarang kampanye itu malah nuwun sewu,
masyarakat beda ya, sosok yang euphoria dielu-elukan, nah itu beda mereka itu beda. Tapi
kan di kampanye saat ini kan terkesan, (rosa : adem ayem ?) transaksional kecenderungan
pragmatis to sekarang itu, kecenderungan seperti itu, ga bakal masyarakat sekarang mau, ya
to, membeli merchandise yang berlogo partai, berlogo calon, kecuali artis ya.
Rosa : sampai terakhir kampanye kemarin, pengeluarannya sekitar berapa pak ?
Sofyan : Nah ini yang saya, belum terkonfirmasi itu. Belum terkonfirmasi. Mungkin KPU,
saya tidak berandai-andai, itu masalah angka kan, nanti saya tidak berspekulasi, Terakhir
saya belum anu, laporan terakhir kemarin.
Rosa : tapi laporan clear ya pak ?
Sofyan : clear sudah diaudit, diaudit sampai wajar
Rosa : bentuk kerjasama, kalau kemarin saya denger sih ada relawan yang mendukung,
bentuk dukungan relawan itu seperti apa ? materi atau ?
Sofyan : dukungannya itu, salah satunya mungkin dalam pembuatan atribut yang tidak
terpantau, walaupun tidak boleh itu sebenarnya. Semuanya harus didaftarkan ke KPU, tapi
memang loh saya lihat ada atribut yang bukan produk kita, mereka dengan serta merta
membantu kita dengan hal itu. Kemudian yang jelas tenaga, dengan pikiran, mereka
membantu dengan semangat. Karena memang kita tidak ada biaya operasional yang
membiayai mereka secara personal mereka. Nah itu bentuk betul2 relawan.
Rosa : relawannya itu dari elemen mana saja Pak ?
Sofyan : elemen2 komunitas itu, ada berapa ya, banyak sekali sih mbak. komunitas
perempuan juga banyak sekali, kemudian, ada kelompok2 apa tukang becak, kemudian ada
asosiasi pedagang apa, asongan apa, namanya saya ga hafal. Tapi dari elemen2 masyarakat
banyak. Jadi memang saya banyak mengurusi di partai, saya ketua komisi ini memang, saya
mengkoordinasi, saya mengkonsolidasikan, tugas saya mengkoordinasikan dan
mengkonsolidasikan partai2. Namanya banyak sekali ya.
52
Rosa : itu didokumentasikan tersendiri atau lepas ?
Sofyan: insya allah pasti kita akan dokumentasi, jadi kami siapapun seluruh elemen jangan
sampai ada yang tercecer, sesuai dengan pesan pak haryadi, termasuk saksi kita akan
didokumentasikan. Ya insya allah ya.. ya, bagian pemenangan kita, jangan sampai ada orang
yang membantu kita, jangan sampai tidak terdokumentasi. Seluruh tenaga, seluruh elemen,
baik itu relawan, komunitas, saksi, semua akan kita dokumentasikan.
Rosa : kalau menurut njenengan terkait dengan money politic di Yogya ini masih
berlangsung tidak ?
Sofyan : saya ga tahu, tapi nampaknya tidak ada ya. karena sejak pertama saya berkomitmen,
saya ndak mau, selaku ketua, di sini saya melarang di sini, siapapun di internal, itu hukuman.
Akan kita berikan di teman-teman, yang sengaja berkolaborasi dengan pihak – pihak lain, ya
seolah-olah mengatasnamakan kita itu juga, saya, saya mengawasi semua, anak-anak sendiri.
Jadi saya juga mengawasi dari paslon lain, kita juga mengawasi di internal kami, jangan
sampai ada orang yang seolah-olah mengatasnamakan kita, melakukan itu. Kan gitu. Itu bisa
ada konspirasi busuk. Maka saya di medos juga membentuk itu, sehingga saya sejak pertama
membentuk itu, jangan sampai orang nanti pura-pura, (rosa : mengatasnamakan tim
melakukan itu). Mengaku-ngaku, makanya saya ga mau ada konspirasi busuk ya, yang
mengatakan seolah-olah hebat, padahal money politic. Jadi, alhamdulilah saya ga ada, dari
paslon lain, maupun elemen, maupun pihak-pihak tertentu yang menyatakan kita melakukan
itu. Tapi, yang lain saya ga tahu ya, saya belum pernah laporan. Alhamdulilah sangat
mensyukuri, bahwa kami terbukti tidak melakukan itu.
Rosa : Dari proses debat kemarin, itu sejauh mana impactnya menurut Bapak ?
Sofyan : gak, saya, saya memang tidak ada nilai tambah. Saya akui, ya buat kami kurang ya,
tidak, kurang menimbulkan, dari sisi durasi, setting acara, waktu yang diambil, kemudian
tentang TV, TV yang tidak semua, karena terbatas biaya. Harusnya kan semua televisi dan
jam tayangnya juga, yang membuat orang tidak melihat itu, dan materinya, saya sendiri
mengakui dari content yang kami tampilkan memang tidak maksimal ya. Performa dari calon
kami juga, kami akui itu tidak maksimal (Rosa: walaupun sudah dilakukan persiapan ya?)
ya..sifatnya kan pendek durasinya sehingga tidak bisa membedah semua. Dengan durasi
waktu yang sangat pendek, hanya dua menit kalau ngomong. Itu kan hanya orang -orang
yang pinter memanaje. Sejak pertama kita sudah mewanti-wanti. Nha tapi calon kami kan
wes terbiasa, pak haryadi itu kan banyak di benaknya itu banyak yang ingin disampaikan
sehingga kadang – kadang kan tidak muncul, harusnya pointer-pointer, yang muncul itu
pointer, ada pertanyaan ini pointer. Tapi malah ada narasinya, jadi kelamaan. Kita akui
performanya memang kurang maksimal. Soal performa kalau diskusi kemarin itu.
Rosa : kalau terkait dengan baju lurik yang diagem itu, memang idenya ?
Sofyan : branding, ya branding kita ingin menampilkan itu. Kan ini kan ingin mengangkat
ikon baru, kalau batik kan udah lama nih. Ya mengapa batik terus kan gitu, dulu Pak Haryadi
jaman saya sudah mengangkat, ikon batik. Kita ingin mengangkat lagi, produk lurik Yogya
53
Rosa : saya datang yang debat terakhir, nha itu kebetulan Ibu-ibu juga ngagem lurik semua,
itu sponsor atau ? (Sofyan : ibu-ibu rumah tangga atau…?) artinya ada yang mengkoordinir
supaya seragam ?
Sofyan : oya.. ya.. kalau itu teknis sekali (Rosa : karena seragam), karena beda, di awal debat
pertama kan saya ingin menyampaikan elegan, ga usah seragam-seragaman, seolah-olah kita
ini, sebenarnya kita tampil, berangkat ga usah semua-muanya diatur, lega.
Rosa : ya.. ya.. berarti hanya pas debat terakhir itu ya, seragam ?
Sofyan : ya, awalnya ada kan kita evaluasi, banyak kan masukan – masukan, wah kudu ada..
banyak. Saya kan mengkomodir aja, saya sebenernya entheng-enthengan aja, itu ga ngefeklah. Mosok dalam rangka itu, tapi sedikit mungkin ya, ada orang yang berpandangan
kompak dsb, timnya ga solid dsb. Ya dah kita nanti di akhir, Ibu-ibu semua gitu.
Rosa : Ok, ini terkait dengan njenengan sebagai narasumber, bisa menyebutkan
latarbelakang pendidikan pak nuwunsewu ?
Sofyan : Saya di S1, geodesi UGM, Teknik UGM.
Rosa : partai, atau ikut berkecimpung di politik sejak kapan ?
Sofyan : saya politik, sejak SMP kelas 1, sejak tahun 77 saya mbak (Rosa : di partai?) di
partainya mbak itu lo, sejak tahun 77. He.. mbk As, saya di partai sejak tahun 77, kelas 1
SMP, saya di P3, pertama kali berdirinya P3 saya di situ (rosa : ooo… sesepuh berarti). Saya
saksi 4 kali di P3, setelah ada reformasi, ya ada saudara kembarnya, saya baru di PAN. Saya jadi saksi, maka saya mblenger jadi saksi, 4 kali di P3 itu. Jadi saksi
Rosa : yang kalau di timnya pak haryadi sebagai ketua SC ?
Sofyan : ya, saya kemudian masuk PAN, ketua PAN pernah, ketua PAN yogya. Sekarang
dari MPP, Kalau di partai kan ketua MPP PAN Yogya. MPPnya Pak Heru itu, dulu kan saya, diganti Pak Heru. Gitu kalau di partai. Kalau berkecimpung di partai saya sejak kecil saya
seneng gitu. Tapi saya belum tertarik menjadi anggota legislative atau eksekutif, itu juga
belum berminat.
Rosa : padahal ada kans ke sana ? ada potensi ?
Sofyan : yang minang juga ada, tapi saya belum. Saya tak fokus di partai saja, tapi yang galak. Saya berpartai, semoga berpartai yang benerlah. Saya ingin berpartai, politik kan tidak
harus transaksional, idealismelah, kita mempertahankan itu. Ya mudah-mudahan lah di
kemenangan ini saya bisa mendampingi Pak Haryadi sampai lima tahun ke depan. Walaupun tim itu kan tidak boleh pecah, artinya koalisinya harus bisa ngawal Pak Haryadi supaya bisa
bekerja dengan baik. Tapi memang Pak Haryadi yang nggak bisa mengkomunikasikan hasil
jerih payahnya itu kan harus kita bantu. Jadi ga terulang lagi, hotel sak karepe dewe
Rosa : sampai hari ini njenengan masih di Partai ya ? sebagai… ?
Sofyan : Ketua MPP (Majelis Pertimbangan Partai) PAN (rosa : PAN atau P3 ?) PAN, dulu..
dulu saya di P3, makanya teman-teman di P3 kenal
Rosa : Ini, terkait hasil yang digugat di MK itu, itu sampai kapan pak waktunya ?
54
Sofyan : itu kan ada ketentuannya ya, ya sebetulnya kalau final, mei ya. Tapi mudah-
mudahan layu sebelum berkembang. Soalnya MK itu kan belum tentu kan sampai di..MK
mudah-mudahan layu sbeelum berkembang (rosa : soalnya di media heboh sekali). Makanya itu harus diluruskan itu, makanya saya mau mempelajari dulu apa, gugatan mereka itu apa.
Kalau kecurangan, ga ada laporan kecurangan. Saya mau nanya siapa yang punya bukti
kecurangan, saya pengen tahu, ya to ? dari media, saya pengen tahu. Dari temen-temen media, curangnya dimana ? dari pengawas ga ada yang lapor, ya to ? Panwas TPS, Panwas
PPK, Panwas Kota ga ada yang merasa keberatan, ada keberatan kejadian luar biasa, baik di
tingkat TPS maupun PPK tadi, ga ada. Kejadian intimidasi, kecurangan, apa kejadian luar
biasa, ga ada. Kok ujug-ujug kemudian, setelah hari kesekian, setelah dia tahu kalah kok muncul macem-macem, kan gitu. Kan ada upaya-upaya sebelumnya kan, sebelumnya kan
upaya pengintimidasian, di tingkat-tingkat PPK, semua modusnya sama. mobilisasi preman
kan. Mereka memobilisasi preman, kemudian tidak mampu menggagalkan kegitan PPK, kemudian kota jga didema-demo seperti itu. Ini nanti masyarakat tahulah
Rosa : yang dipermasalahkan selalu selisih 14 ribu itu
Sofyan : iya, kan aneh. logikanya mana ? 14 ribu itu kok dianggap sebuah kesalahan. 14 ribu
itu murni golput, ga usah diinterpretasikan macem-macem. Itu murni golput. Mengapa
golput? ya tanyalah TPS, kok kemudian ingin membuka lagi, alasanya karena TPS, ya 14 itu golput kita harus menghormati, faktanya seperti itu. Kok tiba-tiba muncul 14 ribu, aneh kan
itu. Menurut saya, logika apa yang mereka gunakan untuk 14 ribu itu, apakah itu terbukti ga
dari yang sudah dibuka itu ? kan ga terbukti. Dari ratusan, (rosa : ada beberapa) ya itu kan ga representatif, itu hanya bukan karena manipulasi, itu hanya penafsiran, itu penafsiran,
interpretasi teman-teman di TPS. Baik saksi, pengawas, semua, itu yang mengatakan baik itu
sah, sah, itu kan kesepakatan mereka, musyawarah. Kalau kemudian di tingkat KPU dianulir
dengan seperti itu. Itu sebenarnya ga boleh, justru seperti itu, ga boleh menganulir. Loh itu kok menganulir. Harusnya kamu juga ikut di forum demokrasi di tingkat TPS, kan gitu.
Mereka ga ikut forum demokrasi, yang ada di TPS kok mengaku. Ini kesepakatan semua
pihak. Paslon 2 ada di situ, paslon 1 ada di situ. Panwasnya ada di situ, itu mereka menyatakan itu tidak sah, nah mereka menyatakan sah, kan gitu. Ada cctvnya juga, diamati
ya. Jadi semua pelaksanaan pemungutan kan diawasi, kan diawasi banyak pihak, untuk
kemanan, dokumentasi. Nah maksud saya adanya perbedaan angka yang tidak signifikan ini, tidak mewakili, tidak massif, terstruktur, tersistematis, adanya, tidak seperti itu. Itu kan
sangat, sangat kondisional kan gitu. Sehingga menurut saya, itu sesuatu yang gegemongso
(rosa : diada-adakan). Elek, kasare ya abal-abal. Maaf, masyarakat harus tahu. Saya pada
saatnya akan ngomong juga. Saya akan undang media juga.
Rosa : tapi tim advokasi siap ya ?
Sofyan : ya, siap, sebetulnya ringan tugasnya, tugasnya tuh ringan, wong yang digigat tuh
KPU, bukan kita. Mengapa kemudian kita tidak agresif, karena yang digugat kan KPU niy,
kecuali yang digugat kita, nah kita jelas reaktif, kan gitu. Kita selama ini kan cooling down,
kita evaluasi, tetap konsolidasi penuh, itu karena kita ingin ga memperkeruh, mempergaduh suasana. Supaya KPU konsen, bagaimana dia menghadapi gugatan itu aja. Yang jelas kita
siap membantu dengan tepat, bukan membela siapasiapa, tapi kita menyuguhkan data-data
apa adanya di C1 itu, kita punya, dan data itu sudah kita simpan asli, itu aman. Ya kita jadi saksi ya kita akan kawal.
55
Pak Sutaryo (Ketua Koordinator Program Kampanye Imam-Fadli) - DPC PDIP Jl.
HOS Cokroaminoto- Jumat, 17 Februari 2017. (Pk. 12.30 – 13.45) – tidak berkenan
direkam.
Proses kampanye yang dilakukan membudayakan kampanye damai, nyaman bagi
masyarakat, nyaman bagi pengguna jalan. Menggunakan kampanye budaya, pada saat
pendaftaran di KPU naik sepeda, odong – odong, becak ada sekitar 300an. Ketika penutupan
kampanye ada sekitar 100an memakai becak dan sepeda.
Cara paslon berkampanye dnegan menangkap aspirasi dari bawah, di kampung –
kampung (sambang kampung) dengan warga masyarakat sekitar. Waktu kampanye 101 hari
– punya jatah 50 kali setiap 10 hari sekali dievaluasi. Dari hasil evaluasi tersebut cukup
bagus respon masyarakat. Kampanye ada di 415 titik RW dari jumlah 617 – ke pengajian –
pengajian (32 pengajian), ada inisiatif dari komunitas untuk mengundang. Posyandu, PKK
(42 kelompok).
Content yang diunggulkan atau diberikan kepada warga : program unggulan kartu
Jogja Cerdas, diberikan berkait dengan keinginan untuk menyetarakan penduduk dalam
mengikuti jenjang pendidikan semua anak pada tingkat jenjangnya yang terbiayai yang
sekiranya tidak cukup. Tidak ada lagi SD favorit, agar semua orang bisa mengakses sekolah
– sekolah tersebut, karena jika ada perbedaan favorut dan tidak, maka hanya orang2 yang
mampu saja yang bisa ke sekolah favorit. Mereka yang mampu bisa membayar les
(bimbingan belajar) nilainya bagus, lalu masuk sekolah favorit. Dengan ―dihilangkan‖nya
sekolah favorit, maka akan membuka peluang bagi siapa saja. Artinya masing2 sekolah
adalah sekolah favorit di kampungnya / di daerahnya, sehingga mereka tidak perlu ke daerah
lain.
Kartu Jogja Sehat –walaupun ada jamkesda-agar masyarakat yang tidak
berkemampuan tetap bisa opnam dan periksa yang di kelas 3. KMS (kartu menuju sejahtera)
masih 8 ribu masyarakat yang di bawah standar miskin. Nantinya akan bekerjasama dengan
dinsos dan dinas pendidikan. (Ada relevansi dgn penjelasan narsum sebelumnya di timses
Imam- Fadhli). Moratorium- banyak hotel yang berubah fungsi (menjadi pusat belanja, ruang
pertemuan, dll) akan ditata sesuai perijinan. Banyak hotel yang tidak menyediakan 10%
airnya untuk warga. Air bawah tanah – sumur dalam, 120 m – 60m, teknis pemasangan
pompa.
Program unggulan – lingkungan hijau seluan 32 km persegi, idealnya oksigen 20 %,
tapi sekarang hanya 17,8 %. Kedua, tata ruang kota – mengupayakan hotel yang sudah
berdiri agar ditata lagi. Menerapkan konsep homestay. Kampung free wifi, sebagai sarana
edukasi dan agar warga (anak – anak) tidak keluyuran kemana- mana.
Karakter yang kuat dari Imam apa adanya, sederhana, merakyat, rasa sosial dan
kepedulian terhadap sesama. Imam juga seorang decision maker. Fadli : tipe yang
mengorganisir, menjabat di pemerintahan dari tingkat yang paling rendah.
Program yang dievaluasi dari kinerja2 sebelumnya : membentuk tim – tim, tenaga
teknis untuk mengurusi aduan – aduan warga. Misal : pendidikan, ancaman tidak bisa ikut
56
ujian. Tim ini mengurus sampai hal – hal teknis- misal mengurus ijazah yang ditahan sampai
ke sekolah. Memperbaiki sistem jamkesda.
Event – event khusus yang diadakan – setiap kampanye selalu membawa kartu jogja
sehat dan kartu jogja cerdas (baik tim kampanye maupun istri2 paslon). Sebagai komitmen
tidak memakai panggung rakyat. Mereka hanya akustikan sebagai alat pengundang, inisiatif
megundang dari warga. Tentang seragam batik (sebagai personal branding)- itu bukti
kesederhanaan- ssatu kegiatan sambang kampung. Batik dengan motif Yogya – sido asih,
tumuruning wahyu, dll. Branding ini sebagai tindak lanjut dari kampanye budaya, efeknya ke
ekonomi, meningkatkan pendapatan pedagang batik.
Dengan media : setiap kali kampanye dan ada isu yang diangkat, selalu mengundang
media. Misal : penyampaian tentang kartu, mengangkat persoalan UMKM dengan media,
masuk di pasar mengundang media. Dari 50 kampanye, hampir separoh lebih isu itu
diangkat. ―serangan udara : melalui media sosial, media elektronik, cetak. ―Serangan darat‖
sambang kampung. Ada 101 hari kampaye, menjadi 50 hari masing2 calon, yang terakhir
menjadi harinya KPU.
Partai pengusung (hanya yang punya perwakilan di DPRD-minimal 1 kursi) : PDIP
dan Nasdem. Pendukung : Hanura, PKB. Tidak ada kontrak politik, partai – partai yang
mendukung tidak mengajukan syarat apapun, itu komitmen PDIP.
Pengeluaran terbesar : operasional (sambang kampung, dialog), tidak ada bendahara
tim. Kebutuhan saksi ; 1 TPS 2 orang, 150rb per orang, pulsa 10rb, hasil hitungan dikirim ke
ranting – ranting baru ke call centre di DPC PDIP. Soal money politics tahun 2011 ada.
Tahun ini, satgas anti money politic- belum menangkap secara tangkap tangan. Tapi dari
cerita teman – teman di lokasi rt, rw, PPk ada money politics. Pada level atas, untuk saksi
yang dibutuhkan perlu dilindungi. Biaya kampanye dan saksi dana dari paslon. Sumbangan
masyarakat, dari deklarasi di rumah aspirasi – PKL, pedagang pasar. Sumbangan dari tim
partai tidakmasuk laporan.
Prediksi suara : basis partai – kec.gondokusuman, tegalrejo,danurejan, gedong
tengen, jetis, mergangsan (parakan & wirogunan), ngampilan dan mantrijeron. yang bukan
basis : Kota gede, umbulharjo. Segmentasi pemilih pemula – anak – anak dari kelompok
pengajian, ulama mengajak mereka untuk terlibat dalam pengajian. Relawannya ; komunitas
– komunitas punya paslon, mereka mendampingi kampanye
Debat di media, sedikt banyak memberikan pengaruh), maka ada persiapan dalam
menghadapi debat tersebut. Pada segmen masyarakat tertentu (LSM, akademisi, aktivis),
yang belum ―tepapar‖ kampanye darat, bisa meihat gesture, fisik yang lebih ekstrem bisa
mengubah pilihan – pilihan mereka. Tanggapan LSM dan PNS cukup bagus. Debat 1 hanya
dihadirkan tim – tim intern. Debat kedua : mendudukkan tokoh - tokoh tertentu di dalam
studio. Debat ketiga : mengundang dosen – dosen yang berpengaruh di lingkungan
keagamaan, NU, komunitas yang lain.
Yang mendorong pak Imam mencalonkan diri : secara alami, orang yang belum
mendapatkan ingin meraih kembali kekuasaan, karena kemarin tidak bisa 100 % untuk
57
mendapatkan kekuasaan apapun. Cita – cita membangun kota – menyejahterakan. Persoalan
politik PDI – menampilkan kader dengan fit & proper test, di DPP agar menjadi kepala
daerah sesuai dengan visi misi masyarakat.
Pak Sutaryo pengurus dari 1987, mulai dari pengurus kelurahan – ranting (kordes)
kecamatan. Pimpinan Anak Cabang 10 tahun. DPC – sekretaris 3 periode, masa jabatan
berakhir 2019. Dalam timses ; sebagai ketua koordinator program dan kampanye merangkap
sekretaris. Anggota Dewan 1997 – 2004.