sintacandra20.files.wordpress.com · web viewuntuk mengetahui bagaimana konsep askep urolitiasis...
TRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangBatu ureter atau urolitiasis merupakan suatu keadaan terdapatnya
batu (kalkuli) di ureter. Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal
kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan
bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal.
Penyakit batu pada saluran ginjal maupun di ginjal ini menyebar
hampir di seluruh penjuru dunia dimana pada negara berkembang
lebih dominan di temukan batu buli-buli sedangkan pada negar maju
lebih dominan ke batu saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter).
Hal ini di karenakan pengaruh stetus gizi dan mobilisasi aktivitas
sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1%-
12% penduduk menderita batu saluran kemih.
Penyebab terbentukya batu saluran kemih ini bermacam-macam
seperti akibat statis urin, hiperkalsiuria, infeksi saluran kemih dan
masih banyak lagi.
Berdasarkan uraian di atas maka kami ingin menguraikan secara
tuntans mengenai gangguan sistem urinaria yaitu urolitiasis.
1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana konsep teori tentang urolitiasis?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien urolitiasis?
1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mengerti konsep dan asuhan keperawatan pada
pasien urolitiasis.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu memahami tentang konsep teori dan asuhan
keperawatan pada pasien urolitiasis.
1. Untuk mengetahui pengertian urolitiasis
2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi sistem urinaria
3. Untuk mengetahui etiologi urolitiasis
4. Untuk mengetahui patofisioligi urolitiasis
1
5. Untuk mengetahui pathway urolitiasis
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis urolitiasis
7. Untuk mengetahui komplikasi urolitiasis
8. Untuk mengetahui bagaimana konsep askep urolitiasis
1.4 ManfaatPenulis berharapkan makalah ini dapat dapat menambah
pengetahuan bagi mahasiswa poltekkes RS dr. Soepraoen Malang.
2
BAB IITINJAUAN TEORI
2.1 Anatomi Dan Fisiologi Ginjal1. Struktur Ginjal
Ginjal ditutup oleh kapsul tunika fibrosa yang kuat.
Apabila kapsul dibuka terlihat permukaan ginjal dengan warna
merah tua. Ginjal terdiri atas medula (bagian dalam): substansi
medularis terdiri atas pyramid renalis, jumlahnya ntara 8-16
buah yang mempunyai basis sepanjang ginjal, sedangkan
apeksnya menghadap ke sinus renalis. Korteks (bagian luar):
substansi korteks berwarna coklat merah, konsistensi lunak,
dan bergranula. Substansi tepat berada dibaeah fibrosa
melengkung sepanjang basis piramid berdekatan dengan sinus
renalis. Bagian dalam antara piramid disebut kolumna renalis.
Ginjal dibungkus oleh masa jaringan lemak yang
disebut kapsula adiposa (peritonial feet). Ginjal dan kapsula
adiposa tertutup olehlamina khusus dari fasia subserosa yang
di sebutt fasia renalis yang terdapat di antaranlapisan dalam
dari fasia profunda dan stratum fasia subserosa internus.
3
2. Bagian-Bagian Dari Nefron
Bagian-bagian dari nefron adalah sebagai berikut.
A. Glomerulus
Merupakan gulungan atau anyaman kapiler yang
terletak di dalam kapsula Bowmenmenerima darah dari
arteriole aferen dan meneruskan ke sistem vena melalui
arteriol aferen. Natrium secara bebas di filtrasi ke dalam
glomerulus sesuai dengan konsentrasi dalam plasma.
Kalium juga di filtrasi secara bebas.
a. Elektro mikroskopis glomerulus
Glomerulus berdiameter 200 µm, di bentuk
oleh invaginasi atau anyaman kapiler yang
menempati kapsula bowmen glomerulus mempunyai
2 lapisan yang memisahkan darah dari dalam kapiler
glomerulus dan filtrat dalam kapsula bowmen. Kedua
lapisan ini di batasi oleh lamina basalis dan terdapat
4
sel-sel stelata. Sel ini mirip sel parasit yang
terdapatpada dinding kapiler seluruh tubuh.
b. Aparatus junkta glomerulus
Arteri aferen dan ujung akhir ansa henle
asendens tebal, nefron yang sama bersentuhan
untuk jarak yang pendek. Pada titik persentuhan, sel
tubulus (ansa henle) asenden menjadi tinggi disebut
makula densa. Dinding arteriol bersentuhan dengan
ansa henle menjadi tebal karena sel-selnya
mengandung butiran sekresi renin yang besar. Sel
ini di sebut sel jungta glomerulus. Makula densa dan
sel junkta glomerulus erat kaitannya dengan
pengaturan volume cairan ekstrasel dan tekanan
darah.
c. Sawar ginjal
Adalah istilah yang di gunakan untuk bangunan
yang memisahkan darah kapiler glomerulus dari
filtrat dalam rongga kapsula bowmen. Partikel ini di
hubungkan dengan membran celah lapisan yang
utuh sebagai saringan utama yang mencegah
lewatnya molekul besar. Partikel yang lebih halus
mampu masuk sampai ke rongga kapsula. Filtrasi
halus memlalui sawar dan tergantung pada tekanan
hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus. Pada
umumnya tekanan hidrostatik darah adalah 75
mmHg.
B. Tubulus proksimal konvulta
Tubulus ginjal yang langsung berhubungan dengan
kapsula bowmen dengan panjang 15mm dan diameter
55 µm. Bentuknya berkelok.kelok berjalan dari koteks ke
bagian medula lalu kembali ke korteks, sekitar 2/3dari
5
natrium yang terfilttrasi akan di absorbsi secara isotonik
bersama klorida.
Peningkatan reabsorbsi natrium akan mengurangi
pengeluaran air dan natrium. Hal ini akan mengganggu
pencernaan dan memekatkan urin. Lebih dari 70%
kalium di reabsorbsi dan dengan mekanisme transport
aktif akan terpisah dari reabsorbsi natrium.
C. Gelung henle (ansa henle)
Bentuknya lurus dan tebal di teruskan ke segmen
tipis selanjutnya ke segmen tebal, panjangnya 12mm,
total panjang ansa henle 2-14 mm. Sekitr 25% natrium
yang di filtrasi di serap kembali karena darah nefron tidak
permeable terhadap air.
D. Tubulus distal konvulta
Bagian ini adalah bagian ginjal yang berkelok-kelok
dan letaknya jauh dari kapsula bowman, panjangnya 5
mm. Tubulus distal dari masing-masing duktus
kolingentis yang panjangnya 20 mm.
E. Duktus kolingentis medula
Saluran yang secara metabolik tidak aktif.
Pengaturan scara halus dari ekskresi urin terjadi di sini
dengan aldosteron yang paling berperan trhadap
reabsorbsi natrium. Duktus ini mempunyai kemampuan
mereabsorbsi dan menyekresi kalium. Ekskresi aktif
kalium terjadi dalam duktus koligen medula.
6
3. Ureter
Ureter terdiri atas 2 buah saluran masing-masing
bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria),
panjangnya 20-30 cm, penampang 0,5 cm, dan memp[unyai 3
jepitan sepanjang jalan. Lapisan dinding ureter menimbulkan
grakan peristaltik setiap 5 mnit sekali untuk mendorong air kemih
masuk ke dalam kandung kemih.
Lapisan pada ureter yaitu dinding luar jaringan ikat
(jaringan fibrosa), lapisan tengah (otot polos), lapisan sebelah
dalam (lapisan mukosa).
4. Kandung Kemih (Vesika Urinaria)
Terletak tepat di belakang os pubis dan terletak di dalam
panggul besar. Vesika urinaria berfungsi sebagai penampung urin
dan berbentuk seperti buah pir (kendi). Pada waktu kosong terletak
di dalam rongga pelvis, sedangkan ketika penuh dinding atas
terangkat masuk kedalam region hipogastrika.
Dinding kandung kencing terdiri atas sebuah lapisan serus
sebelah luar, lapisan berotot, lapisan submukosa, lapisan
mukosa dari epitelium transisional (peralihan)
7
5. Uretra
Uretra merupakan alur sempit yang berpangkal pada
kandung kemih yang berfungsi menyalurkan urine ke luar
6. Fungsi ginjal
Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan
kompsisi ECF dalam batas-batas normal. Komposisi dan cairan
ekstrasel ini di kontrol oleh filtrasi glomerulus, reabsorbsi, dan
sekresi tubulus.
a. Mempertahankan osmolaritas plasma sekitar 285 mosmol
dengan mengubah-ubah eksresi air
b. Mempertahankan volume ECF dan tekanan darah dengan
mengubah-ubah eksresi natrium
c. Mempertahankan konsentrasi plasma masing-masing
elektrolit individu dalam rentan normal
d. Mempertahankan Ph plasma sekitar 7,4 dengan
mengeluarkan kelebihan H+ dan membentuk kembali HCO3-
e. Mengeksresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme
protein (terutama urea, asam urat dan kreatinin)
f. Bekerja sebagai jalur eksretori untuk sebagian besar obat
g. Menyintesis dan mengaktifkan hormon renin (penting dalam
mengatur tekanan darah (eritropoetin) merangsang produk
sel darah merah oleh sumsum tulang
2.2 Anatimi Dan Fisiologi
8
Urolitiasis merujuk pada penyakit batu ginjal. Batu atau kalkuli
dibentuk didalam saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih
oleh kristalisasi dari substansi ekskresi didalam urine.Urolitiasis
merujuk pada adanya batu dalam sistem perkemihan. Sebanyak 60%
kandungan batu ginjal terdiri atas kalsium oksalat,asam urat,
magnesium amonium, dan fosfat atau gelembung asam amino.
Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di
kaliks, infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta
seluruh kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua
kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga
disebut batu staghorn. Kelainan atau obstruksi pada sistem
pelvikalises ginjal (penyempitan infundibulum dan stenosis
ureteropelvik) mempermudah timbulnya batu saluran kemih. Jika
disertai dengan infeksi sekunder dapat menimbulkan pionefrosis,
urosepsis, abses ginjal, abses perinefrik, abses paranefrik, ataupun
pielonefritis.
2.3 EtiologiPenyebab dan faktor predisposisi terjadinya urolitiasis adalah
sebagaii berikut.
9
1. Hiperkalsiuria adalah kelainan metabolik yang paling umum.
Beberapa kasus hiperkalsiuria berhubungan dengan gangguan
usus meningkatkan penyerapan kalsium (dikaitkan dengan
kelebihan diet kalsium dan /mekanisme penyerapan kalsium
terlalu aktif), beberapa kelebihan terkait dengan resorpsi kalsium
dari tulang (yaitu hiperparatiroidisme), dan beberapa yang
berhubungan dengan ketidakmampuan dari tubulus ginjal untuk
merebut kembali kalsium dalam fitrat glomerulus (ginjal-
kebocoran hiperkalsiuria)
2. Dehidrasi kronis, asupan cairan yang buruk dan imobilitas.
3. Diet tinggi purin dan abnormalitas metabolisme purin
(hiperuremia)
4. Infeksi kronis dengan urea mengandung bakteri (proteus vulgaris)
5. Sumbatan kronis dimana urine tertahan akibat benda asing dalam
saluran kemih
6. Kelebihan absorpsi oksalat pada penyakit imflamasi usus dan
reseksi atau ileostomi
7. Tinggal didaerah yang beriklim panas dan lembab
8. Pelepasan ADH yang menurun dan peningkatan konsentrasi,
kelarutan, dan PH urine.
9. Lamanya kristal terbentuk di dalam urine, dipengaruhi mobilisasi
rutin
10.Gangguan reabsorbsi ginjal dan gangguan aliran urine.
11. Infeksi saluran kemih
12.Kurangnya asupan air dan diet yang tinggi mengandung zat
penghasil batu
13. Idiopatik
Batu dapat ditemukan diberbagai sistem perkemihan dan ukuranya
bervariasi Sekitar tiga atau empat persen dengan batu ginjal adalah laki
laki dengan rentang umur 20-30 tahun. Banyak batu berpindah dari atas
kebawah, (menyebabkan kolik hebat) dan ditemukan disaluran kemih
bawah. Batu secara spontan pada saluran dapat diantisipasi 80% pada
10
pasien urolitiasis. Batu bisa ditinggal didalam pelvis ginjal,ureter atau leher
kandung kemih,yang menyebabkan sumbatan,edema,infeksi
sekunder,dan berbagai kasus,kerusakan nefrom. Orang yang pernah
mendrita batu ginjal cenderung untuk kambuh.
2.4 PatofisiologiZat pembentuk batu dapat mengendap di urine jika ambang
kelarutannya terlampaui. Pada rentang yang disebut rentang
metastabil, pembentukan kristal mungkin tidak terjadi sama sekali atau
hanya berjalan dengan sangat lambat, meskipun larutan sangat jenuh.
Namun, jika konsentrasinya meningkat melebihi rentang metastabil,
maka terjadilah kristalisasi. Pelarutan kristal yang telah terbentuk hanya
dapat terjjadi dengan menurunkan konsentrasi di bawah rentang
metastabil.
Senyawa yang paling sering ditemukan dalam batu ginjal
adalah kalsium oksalat (sekitar 70%), kalsium fosfat atau magnesium-
amonium fosfat (sekitar 30%), asam urat atau garam asam urat (sekitar
30%), serta xantin atau sistin (<5%). Beberapa zat bisa terdapat di
dalam satu batu karena kristal yang telah terbentuk sebelumnya
berperan sebagai inti kristalisasi dan memudahkan pengendapan bagi
zat metastabil terlarut lainnya (oleh karena itu, totalnya adalah >100%).
Pada peningkatan filtrasi dan ekskresi zat penghasil batu akan
membuat peningkatan konsentrasi di dalam plasma.
Jadi, hiperkalsiuria dan fosturia terjadi akibat peningkatan
absorpsi di usus dan metabolisasi dari tulang, contohnya jika terdapat
kelebihan PTH atau kalsitriol. Hiperurisemia terjadi akibat suplai yang
berlebih, sintesis baru yang meningkat, atau peningkatan pemecahan
purin. Batu xantin dapat terjadi jika pembentukan purin sangat
meningkat dari pemecahan purin xantin menjadi asam urat. Namun,
xantin lebih mudah larut daripada asam urat sehingga batu xantin lebih
jarang ditemukan.
Gangguan reabsorpsi ginjal merupakan penyebab yang sering
dari peningkatan eksresi ginjal pada hiperkalsiuria dan merupakan
11
penyebab tetap pada sistinuria. Konsentrasi Ca2+¿ ¿ di dalam darah
dipertahankan melalui absorpsi di usus dan mobilisasi mineral tulang,
sementara konsentrasi sistin dipertahankan dengan mengurangi
pemecahannya.
Pelepasan ADH (pada situasi volume yang berkurang pada
saat dehidrasi, kondisi stres, dan lainnya) menyebabkan peningkatan
konsentrasi zat pembentuk batu melalui peningkatan konsentrasi urine.
Kelarutan beberapa zat bergantung pada pH urine. Fosfat mudah larut
dalam urine yang asam, tetapi sukar larut pada urine yang alkalis. Jadi,
fosfat baru biasanya hanya ditemukan pada urine yang alkalis.
Sebaliknya, asam urat (garam asam urat) lebih mudah larut jika
terdisosiasi daripada yang tidak terdisosiasi, dan asam urat baru lebih
cepat terbentuk pada urine yang asam. Jika pembentukan NH 3
berkurang, urine harus lebih asam untuk dapat mengeluarkan asam,
dan hal ini meningkatkan pembentukan batu garam asam urat. Faktor
lain yang juga penting adalah berapa lama sebenarnya kristal yang
telah terbentuk tetap berada di dalam urine yang sangat jenuh. Lama
waktu bergantung pada diuresis dan kondisi aliran dari saluran kemih
bagian bawah, misalnya dapat menyebabkan kristal menjadi
terperangkap.
Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di
kaliks, infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis, serta
seluruh kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks
ginjjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa.
Batu yang tidak terlalu besar didorong oleh peristaltik otot-otot
sistem pelvikalises dan turun ke ureter menjadi batu ureter. Tenaga
peristaltik urete mencoba untuk mengeluarkan batu hingga turun ke
kandung kemih. Batu yang ukurannya kecil (<5mm) pada umumnya
dapat keluar spontan, sedangkan yang lebih besar sering kali tetap
berada di urete dan menyebabkan reaksi peradangan, serta
menimbulkan obstruksi kronis berupa hidronefrosis.
12
Batu yang terletak pada ureter maupun sistern pelvikalises
mampu menimbulkan obstruksi saluran kemih dan menimbulkan
kelainan struktur saluran kemih sebelah atas. Obstruksi di ureter
menimbulkan hidroureter dan hidronefrosis, batu di pielum dapat
menimbulkan hidronefrosis, dan batu di kaliks mayor dapat
menimbulkan kaliekstasis pada kaliks yang bersangkutan. Jika disertai
dengan infeksi sekunder dapat menimbulkan pielonefritis. Pada
keadaan yang lanjut dapat terjadi kerusakan ginjal dan jika mengenai
kedua sisi dapat mengakibatkan gagal ginjal permanen.
Kondisi adanya batu pada ginjal memberikan masalah
keperawatan pada pasien dengan adanya berbagai respons obstruksi,
infeksi, dan peradangan.
13
2.5 Pathway
14
↑ absorbsi di usus dan mobilisasi dari tulang
Hiperkalemia dan hiperuremia
↑ filtrasi dan ekskresi zat penghasil batu
Konsentrasi zat pembentuk batu ↑
Respon obstruksi
Kelainan metabolik, pemecahan purin ↑
Pelepasan ADH ↑
Konsentrasi kelarutan dan pH urin
Faktor mobilitas urin
Hormon paratiroid dan kalsitrol ↑
Pemekatan urin ↑ dan perubahan pH
Proses kristalisasi
Larutan metastabil
Lamanya kristal terbentuk dalam urin
Stagnasi urin
Pengendapan batu
Pembentukan batu ginjal
Infeksi saluran kemih
Respon infeksi akibat iritasi batu
Respon odema:- Peningkatan
tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal, serta ureter
Nyeri akut
Perubahan pola miksi
Hematuria, piuria, nyeri kolik dan respon sistemiknya (mual, muntah)
Prognosis pembedahan
Ansietas Defisit pengetahuan
Nyeri kolik dan respon sitemiknya (mual muntah), sering miksi
Gannguan eliminasi urin
Tidakseimbangan nutrisi kurang dari krbutuhan tubuh
2.6 Manifestasi KlinisManifestasi klinis yang timbul akibar urolitiasis yaitu sebagai
berikut.
1. Nyeri, pola tergantung pada lokasi sumbatan
2. Batu ginjal menimbulkan menimbulkan peningkatan tekanan
hidrostatik dan distensi pelvis ginjal serta ureter proksimal
yang menyebabkan klonik, nyeri hilang setelah batu keluar
3. Batu ureter yang besar menimbulkan gejala atau sumbatan
seperti saat turun keureter (kolik uretra)
4. Batu kandung kemih menimbulkan gejala yang mirip sistitits
5. Batu menutup aliran urine akan menimbulkan gejala infeksi
saluran kemih sehingga timbul demam dan menggigil.
6. Gejala gastrointestinal meliputi mual, muntah, diare, dan
perasaan tidak mual diperut berhubungan refluks
reonintestinal dan penyebaran syaraf (ganglion celiac) antara
ureter dan intestin.
2.7 Komplikasi Komplikasi yang di timbuklkan dari urolitiasis yaitu sebagi berikut
1. Sumbatan akibat pecahan batu
2. Infeksi:akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat
obstruksi
3. Kerusakan fungsi ginjal:Akibat sumbatan yang lama sebelum
pengobatan dan pengangkatan batu ginjal
2.8 Pemeriksaan DiagnostikPemeriksaan diagnostik yang dapat di lakukan pada urolitiasis
adalah sebagai berikut.
1. IVP untuk mengetahui bentuk dan mengevaluasi derajat sumbatan
2. Urinalisis hematuria dan pyiuria, kultur urine dan sensitivitas obat.
3. Pemeriksaan sedimen urin menunjukkan adanya leukosituria,
hematuria, dan di jumpai kristal pembentuk batu
4. Pemeriksaan kultur urin menunjukkan adanya pertumbuhan kuman
pemecah urea
15
5. Pemeriksaan fungsi ginja untuk monitor penurunan fungsi
6. Pemeriksaan elektrolit untuk keterlibatan peningkatan kalsium
dalam darah
7. Pemeriksaan foto polos abdomrn, PIV, urogram, dan USG untuk
menilai posisi, besar, serta bentuk batu pada saluran kemih.
2.9 Penatalaksanaan MedisTujuan penatalaksanaan medis adalah untuk menurunkan
nkomplikasi pada ginjaldan menghilangkan keluhan.
1. Medikamentosa
2. Di pecahkan dengan ESWL
3. Tindakan endurologi atau bedah laparoskopi
4. Pembedahan terbuka
16
BAB IIIKONSEP ASKE
3.1 Pengkajian KeperawatanKeluhan yang didapat dari pasien bergantung pada posisi
atau letak batu, besar batu, dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan
utama yang lazim didapatkan adalah nyeri pada pinggang. Untuk
lebih komprehensifnya, pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan
pendekatan PQRST.
Pengkajian anamnesis lainnya yang diperlukan perawat
pada saat anamnesis, meliputi hal-hal berikut.
1. Apakah pasien mengeluh tidak nafsu makan, mual, atau
muntah ?
2. Bagaimana keluhan terjadi ? pada waktu kapan saja,
sebelum atau sesudah makan, setelah mencerna makanan
pedas atau pengiritasi, atau setelah mencerna obat tertentu
atau alkohol ?
3. Bagaimana cara pasien untuk menurunkan keluhan ? Minta
pertolongan kesehatan atau berupaya untuk mengobati
sendiri ?
4. Apakah keluhan yang ada berhubungan dengan perubahan
posisi, beraktifitas, ansietas, stres, makan atau minum terlalu
banyak, atau makan terlalu cepat ?
5. Bagaimana keluhan berkurang atau bisa hilang ? Apakah
dengan obat-obatan atau sembuh dengan sendirinya ?
6. Adakah riwayat keluarnya batu bersama urine sebelumnya
atau pembedahan ginjal ?
7. Bagaimana riwayat diet yang baru dimakan selama 72 jam ?
8. Apakah ada orang lain pada lingkungan pasien yang
mempunyai gejjala serupa?
Pengkajian batu ginjal dengan menggunakan pendekatan PQRST.
a. P (provoking incident) : tidak ada penyebab spesifik yang
menyebabkan nyeri, tetapi pada beberapa kasus di
17
dapatkan bahwa pada perubahan posisi secara tiba-tiba dari
berdiri atau berbaringberubah ke posis duduk atau
melakukan fleksi pada badan biasanya menyebabkan
keluhan nyeri
b. Q (quality of pain): kualitas nyeri batu ginjal dapat berupa
nyeri kolik maupun non kolik. Nyeri kolik terjadi akibat
aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter
meningkat dalam usaha u ntuk meningkatkan batu dario
saluran kemih. Penigkatan peristaltik tersebut menyebabkan
tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi
peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau
ninfeksi pada ginjal. Bila nyeri mendadak menjadi akut, di
sertai keluhan nyeri di seluruh area kostovertebral dan
keluhan gastrointestinal seperti mual dan muntah. Diare dan
ketidaknyamanan abdominal dapat pula terjadi akibat dari
refleks retrointestinal dan proksimitas anatomik ginjal ke
lambung, pankreas, dan usus besar.
c. R (region, radiation, relief): batu ginjal yang terjebak di ureter
menyebabkan keluhan nyeri yang luar biasa, akut , dan kolik
yang menyebar ke paha dan genetalia. Pasien merasa ingin
berkemih, namun hanya sedikit urin yang keluar, dan
biasanya mengandung darah akibat aksi abrasif
batu.keluhan ini di sebut kolik ureteral. Nyeri yang berasal
dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita
ke bawah mendekati kandung kemih, sedangkan pada pria
mendekati testis.
d. S (scale of pain): pasien biasa di tanya dengan
menggunakan rentan 0-4 dan pasien akan menilai seberapa
jauh rasa nyeri yang di rasakan. Skala nyeri pada kolik batu
ginjal secara lazim berada pada posisi 3 pada rentan 0-4
pengkajian skala nyeri.
18
e. T (time): sifat mula timbulnya (onset), tentukan apakah
gejala timbul mendadak, perlahan-lahan atau seketika itu
juga. Tanyakan apakah gejala timbul terus menerus atau
kah hilang timbul, tanyakan juga lama timbulnya.
Kaji riwayat penggunaan obat-obatan khususnya pada
pasien yang mempunyai penyakit radang sendi akan menggunakan
OAINS (obat anti inflamasi non streroid), riwayat adanya penurunan
imunitas seperti kanker, luka bakar, sepsis, dan kerusakan susunan
saraf pusat dapat menjadi faktor penyebab gastritis akut.
Kaji riwayat sanitasi lingkungan, penggunaan air minum dan
cara pengolahan makanan untuik mengkaji kemuingkina invasi
infeksi helicobakter pylori.
Kaji psikologis pasien mengenai status emosi, kohnitif dan
perilaku pasien.
Kaji status pendidikan karena status pendidikan yang rendah
dapat mempengaruhi persepsi pasien dalam menanggulangi
penyakit sitem perkemihan.
pemeriksaan fisik fokus
a. Terdapatnya perubahan TTV sekunder dari nyeri kolik.
b. Pasien terlihat kesakitan, keringat dingin dan lemah
c. Inspeksi pola eliminasi urin terjadi perubahan akibat
hematuria, retansi urin, dan sering miksi, neri kolik yang
membuat pasien mual dan muntah.
d. Palpasi ginjal di lakukan untuk mengidentifikasi massa. Pada
bebrapa kasus dapat teraba ginjal yang sakit akibat
hidronefrosis
Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal di lakukan dengan
memberikan ketokan pada sudut kostovertebra dan di dapatkan
respon nyeri
3.2 Diagnosis KeperawatanDiagnosa yang muncul pada pasien dengan urolitiasis
adalah sebagai berikut.
19
1. Nyeri kolik b.d aktifitas peristaltik otot polos sistem kalises,
peregangan dari terminal saraf sekunder dari adanya batu pada
ginjal
2. Perubahan pola miksi b.d retensi urine, sering BAK, hematuria
sekunder dari iritasi saluran kemih
3. Risiko tidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.d mual, muntah efek sekunder dari nyeri kolik
4. Kecemasan b.d prognosis pembedahan, tindakan infasif
diagnostik
5. Pemenuhan informasi b.d prognosis pembedahan, tindakan
diagnostik invasif (ESWL).
3.3 Intervensi Keprawatan Nyeri kolik b.d aktifitas peristaltik otot polos sistem kalises, peregangan dari
terminal saraf sekunder dari adanyan batu pada ginjal
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam nyeri berkurang atau hilang atau teradaptasi.
Kriteria evaluasi: secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atua dapat di
adaptasi, skala nyeri 0-1, dapat mengidentifikasi aktivitas yang
nmeningkatkan atau menurunkan nyeri, ekspresi pasien releks.
intervensi rasional
Jelaskan dan bantu pasien
melakukan tindakan pereda nyeri
secara nin farmalkologi dan non
invasif.
Pendekatan dengan menggunakan
relaksais damn non
farmakologimlainnya telah
menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri.
Lakukan manajemen nyeri
keperawatan:
Istirahatkan pasien
Manajemen
lingkungantenang dan
Istirahan akan menurunkan kebutuhan
Oksigen jaringan perifer sehingga akan
meningkatkan suplai darahnke jaringan.
Lingkungan tenang akan menurunkan
stimulus nyeri eksternal dan
menganjurkan pasien untuk beristirahar
20
batasi pengunjung
Beri kompres hangat pada
pinggang
Lakukan teknik stimulasi
perkutaneus
Lakukan masase sekitar
nyeri
Dekatkan orang terdekat
Tingkatakn pengetahuan
tentang sebab nyeri dan
menghubungkan berapa
lama nyeri berlangsung
dan pembatasan pengunjang akan
membantu meningkatkan kondisi
moksigen ruangan yang akan
berkurang bila banyak pengunjung dan
jaga privasi pasien
Vasodilatasi dapat menurunkan spasme
otot dan kintraksi otot pinggang
sehingga menurunkan stimulus nyeri
Salah satu metode distraksi untuk
menstimulasi pengeluaran endofrin-
enkefalin sebagai analgesik internal
untuk memblok rasa nyeri.
Meningkatkan suplai darah untuk
menurunkan iskemi
Eksplorasi stimulus ekstrnal untuk
menurunkan stimukus nyeri
Pengetahuan akan di rasa membantu
mengurangi nyerinya dan dapat
membantu mengembangkan
kapatuhan dalam terapi
Perubahan pola miksi b.d retensi urine, sering BAK,,hematuria sekunder dari
iritasi saluran kemih
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam pola eliminasi optimal sesuai kondisi pasien
Kriteria evaluasi:
frekuensi miksi dalam batas 5-8x/ 24 jam
21
pasien mampu minum 2000cc/24 jam dan kooperatif untuk menghindari
cairan yang mengiritasi kandung kemih
intervensi rasional
Kaji pola berkemih dan catat
produksi urin tiap 6 jam
Mengetahui pengaruh iritasi kandung
kemih dengan frekuensi miksi
Anjurkan pasien unt=uk minum
200cc/hari
Membantu mempertahankan fungsi
ginjal dan merupakan pemilihan
terbaik unti=uk mendukuing aliran
darah renal dan untuk mibilitas
baktridari traktus urinariun
Kolaborasi:
Pemberian medikamentosa
Tindakan ESWL
(extracorporeal shockwave
lithotripsy)
Tindakan endurologi
Terapi medikamentosa di tujukan
untuk batu yang ukurannya kurang
dari 5mm karena di harapkan batu
dapat keluar spontan, terapi yang di
berikan bertujuan y=untuk mengurangi
nyari, memperlancar aliran urin
dengan pemberian diuretkum, dan
minum banyak supaya dapat
mendorong batu keluar dari dsaluran
kemih
Alat ini dapat memecah batu ginjal,
batu ureter proksimal, atau batu
kandung kemih tanpa melalui tindakan
invasif. Batu di pecah me njadi
fragmen-fragmen kecih sehingga
mudah di keluarkan dalam saluran
kencing namun terkadang pacahan
batu yang keluar menimbulkan nyeri
dan hematuri
Tindakan invasif minimakl untuk
mengeluarkan batu saluran kemih
yang terdiri atas memecah batui
22
Pembedahan terbuka
kemudian mengeluarkannya dari
saluran kemih melalui alat yang di
masukkan langsung melalui uretra
lewat insisi kecil pada kulit.
Pembedahan terbuka ini di lakukan
atas pertimbangan medis dimana
adanya komplikasi secara klinis yang
mengharuskan di adakan
pembedahan
Risiko tidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b,d mual,
muntah efek sekunder dari nyarimkolik
Tujuan: setelah tindakan 1x24 jam diharapkan asupan nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil: klien dapat mempertahankan asupan nutrisi yang adekuat
Pernyataan motivasui kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
intervensi rasional
Kaji status nutrisi kien, turgor, BB
dan derajat menuruna BB,
kemampuan menelan, integritas
mukosa oral. Riwayat mual muntah
dan diare
Memvalidasi dan memetapkan derajat
masalah untukmenetapkan pilihan
intervensi yang tepat
Fasilitasi klien memperoleh diet
biasa yang di sukai klien dan
sesuai indikasi.
Memperhitungkan keinginan individu
dalam memperbaiki nutrisi
Pantau intake dan output, anjurkan
timbang berat badan secara
periodik (sekali seminggu)
Berguna dalam mengukur keefektifan
nutrisi dan dukungan cairan
Lakukan dan ajarkan perawatan
mulut sebelum dan sesudah
makan serta sebelum dan sesudah
pemeriksaan per oral
Menurunkan rasa tak enak karena sisa
makanan atau bau obat yang
merangsang pusat muntah
Fasilitasi klien memperoleh diit
sesuai indikasi dan anjurkan
menghindari asupan dari agen
iritan
Intake minuman berkafein di hindari
karena kafein mengandung stimulus
peningkat saraf pusat yang
meningkatkan aktivitas lambung dan
23
sekresi pepsin.hindari konsumsi
alkohol, rokok, minuman
berkarbonat,dan nikotin.
Kolaborasui dengan ahli gizi untuk
menetapkan program diit yang
tepat
Merencanakan diit dengan kandunga
nutrisi yang adekuat untuk memenuhi
peningkatan kebutuhan energi dan
lkalori ehubungan dengan status
peningkatan metabolik klien
Kolaborasi pemberian anti muntah
dengan tim medis
Meningkatkan rasa nyaman
gastrointestinal dan meningkatkan
kemauan asupan nutrisi dan cairan per
oral.
24
BAB IVTINJAUAN KASUS
4.1 Pengkajian1. Identitas klien
Nama klien : Tn. M
Usia : 47 tahun
Pekerjaan : TNI AD
Agama : Islam
Alamat : Graha Prima, Blok F5 nomor 5, tambun, bekasi.
Waktu Masuk Rumah Sakit : Tgl 10 maret 2011, jam 13.29.27 WIB
Tanggal pengkajian 11 maret 2011
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 150/90 mmhg
Nadi : 78 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 36ºC
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan datang ke rumah sakit dengan keluhan
sakit daerah punggung dan perut sejak 2 hari yang lalu dan tidak
sembuh-sembuh.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan pernah di rawat di rumahsakit karena
batu saluran kemih.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami
sakit seperti yang dialami klien.
d. Keluhan saat pengkajian awal tanggal 11 maret 2011
Pasien mengatakan terasa sakit daerah punggung dan
perut.
3. Pengkajian Kebutuhan Kenyamanan
Nyeri / tidak nyaman : Ya
25
Deskripsi nyeri :
P : Nyeri terasa di daerah punggung
Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R : Nyeri pada bagian punggung kiri sampai perut
S : Nyeri skala 4-5
T : nyeri bertambah saat beraktifitas secara tiba-tiba saat kencing
kadang nyeri kadang tidak
4. Aktivitas
Pasien mengatakan dapat beraktifitas secara mandiri
5. Oksigenasi
Pasien tidak menggunakan oksigen tambahan
6. Nutrisi
Pasien dapat makan seperti biasa
7. Eliminasi
Pasien selama perawatan BAB satu kali.
8. Reprodukksi Dan Seksual
Tidak ada keluhan
9. Komunikasi
Pasien tidak ada masalah dengan komunikasi.
10.Pemeriksaan Fisik
a. Kardiovaskuler
Inspeksi : tidak ada benjolan, bentuk simetris, konjungtiva tidak
anemis
Palpasi : ekspansi dada sama, tidak ada nyeri tekan pada daerah
dada
Perkusi : bunyi ketuk jantung dullness
Auskultasi : bunyi jantung I dan II, tidak ada gallop dan murmur
b. Respirasi
nspeksi : Ekspansi dada simetri
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, vokalis vomitus seimbang
Perkusi : Terdengar sonor
26
Auskultasi : Terdengar vesikuler tidak adasuara tambahan seperti
ronkhi
c. Pencernaan
Pengkajian Oral
Inspeksi dan Palpasi: Pada saat dikaji terlihat bibir klien simetris,
bersih, jumlah gigi lengkap, tidak ada nyeri tekan
Pengkajian Abdomen
Inspeksi : Tidak ada benjolan, simetris kanan kiri
Auskultasi : Bunyi bising usus normal 5x/ menit
Perkusi : Pada saat di ketuk terdapat bunyi tympani
Palpasi : Terdapat nyeri tekan di area punggung kiri sampai
abdomen bagian bawah
d. Perkemihan
Inspeksi : Tidak terpasang kateter
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada area ginjala atau punggung
kiri
Perkusi : Terdapat nyeri ketukan pada area ginjal dan perut
sebelah kiri
e. Endokrin Dan Metabolik
Inspeksi : Pada saat dikaji tidak ada pembesaran kelenjar typoid
dan tidak ada pembesaran vena jugularis
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran vena
jugularis
f. Integumen
Inspeksi : Kulit sawo matang, bersih, tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, integritas kulit baik
g. Muskuloskeletal
Inspeksi
Ekstermitas atas : Pergerakan tangan klien baik, tidak ada lesi,
tidak ada udem, jari tangan lengkap
Ekstermitas bawah : Pergerakan kaki baik, tidak ada lesi, tidak
ada nyeri
27
Palpasi
Ekstermitas atas : Tidak ada nyeri tekan, kekuatan otot 5, reflek
bisep dan trisep positif
Ekstermitas bawah : Tidak ada nyeri tekan, kekuatan otot 5, reflek
patella positif, reflek babinski negative.
h. Persarafan
Pemeriksaan syaraf kranial
Nervus I : klien dapat mengenali bau minyak kayu putih
Nervus II : klien dapat membaca papan nama perawat dari jarak
kurang lebih 60 cm
Nervus III : rangsangan cahaya pada pupil: miosis
Nervus IV : tidak terdapat defisiasi mata
Nervus V : mata klien berkedip saat di beri rangsangan
Nervus VI : klien dapat menggerakan bola mata
Nervus VII : klien dapat tersenyun
Nervus VIII : klien dapat menjawab pertanyaan dengan baik.
Nervus IX : pergerakan lidah kea arah depan dan belakang baik
Nervus X : klien dapat menelan dengan baik
Nervus XI : klien dapat mengangkat bahau dengan tahanan
Nervus XII : klien dapat menggerakan lidah ke segala arah
Pemeriksaan reflek patologis
Reflek bisep positif
Reflek trisep positif
Reflek patella positif
28
11.Pemeriksaan Hasil Laboratoorium
Tangga
l
Nama pemeriksaan Hasil Nilai normal Interpretasi
hasil lab
10/03/1
1
11-03-
2011
pemeriksaan
hematologi
Darah rutin:
Hb
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Pemeriksaan kimia
ureum
keratin
natrium
USG abdomen
16, 2 g/dl
48 %
5,5 jt/µl
10.600 µl
24mg/dl
146meq/l
1,4mg/dl
Negative
Positif
13-18 g/dl
40-52 %
4,3-6,0jt/ µl
4800-10.800/ µl
20-50mg/dl
139-145meq/l
0,5-1,5mg/dl
Negative
Negative
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Terdapat
peningkata
n natrium
Negative
Positif
1.1 Analisa Data
No Analisa Data Etiologi Masalah
1 DS:
-Pasien mengatakan sakit
daerah punggung dan
perut sejak 2 hari yang
lalu.
- pasien mengatakan nyeri
saat beraktivitas dan
teekadang saat kencing
DO:
Agen penyebab cidera biologis (batu ureter)
Nyeri akut
29
-Nyeri: +
-P : Nyeri terasa di daerah
punggung
-Q : Nyeri seperti di tusuk-
tusuk
-R : Nyeri pada bagian
punggung kiri sampai
perut
-S : Nyeri skala 4-5
-T : nyeri bertambah saat
beraktifitas secara tiba-
tiba saat kencing kadang
nyeri kadang tidak
-Terdapat nyeri tekan di
area punggung kiri sampai
abdomen bagian bawah
-TTV
TD : 150/90 mmhg
Nadi : 78 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 36ºC
2 DS
-Pasien mengatakan
terkadang nyeri pada saat
kencing
DO
-Terdapat nyeri tekan
pada area ginjala atau
punggung kiri
-P : Nyeri terasa di daerah
punggung
-Q : Nyeri seperti di tusuk-
Peningkatan kadar
kreatinin dalam darah
Risiko tidak efektifan
perfusi jaringan
perifer
30
tusuk
-R : Nyeri pada bagian
punggung kiri sampai
perut
-S : Nyeri skala 4-5
-T : nyeri bertambah
saat beraktifitas secara
tiba-tiba saat kencing
kadang nyeri kadang tidak
-Kreatinin: 146meq/l
-TTV
TD : 150/90 mmhg
Nadi : 78 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 36ºC
1.2 Daftar Diagnosa Keperawatan1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (batu ureter)
2. Risiko tidak efektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
peningkatan kadar kreatinin dalam darah
31
1.3 Intervensi Keperaweatan
No DX Tujuan Intervensi Rasional
1 Setelah di lakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam di
harapkan nyeri pasien
berkurang dengan kriteria
hasil:
1. Skala nyeri 2
2. Memprlihatkan teknik
relaksasi secara
mandiri
3. Tanda-tanda vital tidak
mengalami gangguan
1. Kendalikan faktor lingkungan yang
dapatmempengaruhi respon pasien terhadap
nyeri (misal suhu ruangan, pencahayaan, dan
kegaduhan)
2. Ukur tanda-tanda vital
3. Ajarkan teknik ditraksi
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian
analgesik sesuai indikasi
1. Lingkungan yang nyaman
membantu mengurangi rasa nyeri
2. Perubahan tanda-tanda vital dapat
menunjukkan respon nyeri tubuh
3. Teknik distraksi membantu
meringankan rasa nyeri
4. Pemberian analgesik sesuai
indikasi dapat membantu
mengurangi nyeri yang timbul
2 Setelah di lakukan
tindakan keperawatan
2x24 jam di harapkan
1. Pantau nadi perifer secara berkala 1. Nadi perifer yang lemah
menunujukkan tidak efektifan
perfusi perifer
32
perfusi jaringan perifer
adekuat dengan kriteria
hasil:
1. Nadi perifer dalam
rentang normal
2. CRT kembali dalam
1-2 detik
3. Akral hangat
2. Periksa CRT secara berkala
3. Ajarkan pasien yang memiliki faktor resiko
untuk membatasi pajanan dingin
(misal mengenakan pakaian hangat)
4. Observasi warna dan suhu kulit
5. Kolaborasi dengan tim medis untuk menangani
penyebab dari risiko tidak efektifan perfusi
jaringan
2. CRT yang lambat menunujukkan
tidak efektifan perfusi perifer
3. Pajanan dingin membuat pembuluh
darah vasokonstriksi sehingga
perfusi tidak adekuat
4. Warna dan suhu dapat menunjukka
keefektifan perfusi
5. Pemberian terapi yang sesuai dapat
membantu memperbaiki perfusu
jaringan
33
BAB IVPENUTUP
4.2 KesimpulanBatu saluran kemih dapat disebabkan oleh berbagai sebab
diantaranya intake cairan yang kurang, aktivitas yang kurang, iklim
yang dingin atau panas serta makanan yang dapat mencetuskan
terbentuknya batu ginjal. tanda dan gejala yang khas pada penyakit ini
tergantung dari letak batu, besarnya batu. Gejala yang tersering
adalah nyeri dan gangguan pola berkemih.
Disamping pengobatan yang diberikan untuk mengurangi nyeri
harus pula diimbangi dengan minum banyak 2-3 liter perhari, banyak
melakukan aktivitas, olahraga secara teratur dan mengurangi
makanan yang tinggi kalsium, purin dan oksalat.
Pada dasarnya penyakit batu saluran kemih dapat disembuhkan
secara total jika cepat mendapat pertolongan dan penanganan dan
juga bisa kambuh apabila tidak merubah kebiasaan yang salah seperti
kurang minum, kurang bergerak/banyak duduk, mengkonsumsi
makanan tinggi kalsium, purin dan oksalat.
4.3 SaranAgar tidak terjadi peningkatan penyakit urolitiasis atau batu
kandung kemih diharapkan melakukan pencegahan sedini mungkin
dengan cara membatasi konsumsi kalsium oksalat, kalsium fosfat dan
memperbanyak minum.
Untuk asuhan keperawatan yang diberikan pada klien urolitiasis
diutamakan pada menghilangkan nyeri, mempertahankan fungsi ginjal
adekuat, mencegah komlikasi dan memberikan informasi tentang
proses penyakit atau prognosis dan kebutuhan pengobatan.
34