library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2doc/2013-1... · web viewsumber daya...
TRANSCRIPT
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Green Computing
2.1.1 Pengertian Green Computing
Green computing bukan masalah memperkenalkan perubahan dalam
lingkungan kerja yang statis. Sebaliknya, green computing adalah menangani
variabel terbaru untuk persamaan di bisnis TI. Terdapat tiga karakteristik
utama dari green computing: (1) peralatan TI harus efisien, (2) kapasitas
peralatan TI harus sesuai dengan tugasnya, dan (3) biaya kepemilikan
peralatan TI harus sudah termasuk biaya pengolahan ulang yang tepat
(Webber, 2009:29).
Green technology adalah mengurangi dampak lingkungan dari
departemen Teknologi Informasi (TI). Green hanya istilah lain untuk efisiensi
penggunaan teknologi. Green IT adalah agenda efisiensi, tujuannya untuk
mengurangi limbah dan pengeluaran yang tidak perlu. Pada beberapa titik,
teknologi hemat energi akan dibutuhkan untuk menjangkau lebih dalam
mengenai biaya pengeluaran (Lawrence, 2009:1).
Green IT merupakan istilah umum yang mengacu pada lingkungan TI
dan sistem serta aplikasi dan praktiknya. Green IT tidak hanya melakukan
penghematan energi pada subsistem yang terkait (hardware, software,
perangkat penyimpanan, jaringan dan sistem komunikasi) tetapi juga dengan
meminimalkan emisi karbon atau tidak memiliki dampak buruk pada
lingkungan (San Murugesan, 2012:1).
Green IT berarah pada dua aspek kunci: internal dan eksternal. Pada
awalnya hal ini mengacu dengan penurunan konsumsi energi dan emisi karbon
dari proses TI itu sendiri. Sedangkan yang kedua mengacu pada penggunaan TI
untuk menurunkan konsumsi energi dan emisi karbon dari seluruh organisasi
(Unhelkar, 2011:4).
Dalam jurnal yang berjudul Green Computing: Practice of Efficient and
Eco Friendly Computing Resources, green computing adalah studi dan praktik
7
8
sumber daya komputasi yang efisien dan ramah lingkungan, kini tidak hanya
di bawah perhatian organisasi lingkungan, tetapi juga bisnis dari industri
lainnya. Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan dalam industri komputer
telah menyadari bahwa going green adalah kepentingan terbaik bagi
organisasi, baik dalam hal hubungan masyarakat maupun mengurangi biaya
(Chakraborty, 2009:33).
Green IT adalah kemampuan organisasi secara sistematis dalam
menerapkan kriteria kelestarian lingkungan untuk desain, produksi,
pengadaan, penggunaan dan pembuangan infrastruktur teknis TI dan
manajerial dari infrastruktur TI yang ada (Molla, Cooper, and Pittayachawan,
2009:5).
Green ICT dapat diartikan sebagai cara mengembangkan industri TI
secara berkelanjutan. Green ICT mempunyai manfaat dalam area ekonomi
dan lingkungan. Selain itu juga membantu mengurangi dampak e-waste,
memungkinkan desain interaksi berkelanjutan, dan mengurangi konsumsi
energi dengan sistem komputerisasi (Tomlinson, 2010:3).
Green ICT tidak hanya sekedar mengurangi emisi karbon ataupun
mengurangi konsumsi energi ICT perusahaan. Green ICT adalah pusat
teknologi yang berkelanjutan. Green IT menyediakan: (1) alat pengukuran, (2)
tempat penyimpanan data, dan (3) mekanisme pelaporan (Philipson, 2010:4).
Dalam artikel yang berjudul How the Earth Can Benefit From Green ICT,
Green ICT adalah hal penting untuk pengembangan ekonomi lebih lanjut
(Stollenmayer, 2011:8).
2.1.2 Manfaat Green Computing
Manfaat Green ICT adalah: (1) pengurangan konsumsi energi, (2)
pengurangan penggunaan bahan baku, (3) pengurangan penggunaan air, (4)
pengurangan jumlah sampah, dan peningkatan jumlah daur ulang, dan (5)
pengurangan polusi (Stollenmayer, 2011:8).
Manfaat dari green
computing adalah: (1) tanggung jawab sosial dan praktik etis, (2) penghematan
biaya, (3) kekuatan dalam persaingan, (4) mentaati peraturan pemerintah dan
programnya, (5) green consumer demands (Speshock, 2010:4).
2.1.3 Taksonomi Green ICT
Green IT dapat dibedakan menjadi dua, yaitu melakukan penghijauan
menggunakan TI atau melakukan penghijauan pada TI itu sendiri (Lilius, 2012:
4). Lilius menyimpulkan hal yang sama dengan Visser pada artikelnya.
Terdapat 5 masalah pada green computing yang telah dirumuskan sejak tahun
2009 yakni: (1) e-waste, (2) data-centers dan servers, (3) PC, monitor, dan
workstation, (4) software, (5) telekomunikasi (Viser, 2011:9).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013), taksonomi adalah (1)
klasifikasi bidang ilmu; kaidah dan prinsip yang meliputi pengklasifikasian
objek; (2) cabang biologi yang menelaah penamaan, perincian, dan
pengelompokan makhluk hidup berdasarkan persamaan dan pembedaan
sifatnya; (3) Ling klasifikasi unsur bahasa menurut hubungan hierarkis; urutan
satuan fonologis atau gramatikal yang dimungkinkan dalam satuan bahasa.
Gambar 2.1 Manfaat Green Computing
Sumber: Speshock (2010)
9
10
2.2 Data Center
2.2.1 Pengertian Data Center
Data center adalah detak jantung dari setiap organisasi dan juga salah
satu konsumen energi terbesar di perusahaan. Green Data Center tidak hanya
memberikan organisasi keuntungan strategis kuat dengan efisiensi baru, tetapi
juga membantu menyelaraskan lingkungan dengan tujuan mentaati peraturan
pemerintah (Newcombe, 2010:2).
Dalam white paper yang berjudul Data Center Operational Effeciency
Best Practices, data center adalah kompilasi dari server, penyimpanan, sistem
jaringan, sistem mekanikal/elektrikal, aplikasi dan alat-alat, prosedur tata
kelola dan staf. Terdapat 4 tahap yang mencirikan data center berdasarkan
kombinasi efisiensi, ketersediaan dan fleksibilitas di antaranya (1) Basic, (2)
Consolidated, (3) Available, dan (4) Strategic (IBM, 2012:1).
Data center adalah penyimpanan pusat, baik fisik maupun virtual untuk
media penyimpanan, manajemen, dan penghapusan data serta informasi dari
bagian pengetahuan tertentu. Data center dikenal sebagai kumpulan server
atau ruang komputer ( Bullock, 2009:1). Data center adalah ruangan di mana
sebagian besar server dan penyimpanan data perusahaan berada, beroperasi,
dan diatur (Milojkovic, 2010:3).
Gambar 2.2 Taksonomi Green TI
Sumber: Visser (2011)
Dalam journal yang berjudul Recommendations for Measuring and
Reporting Overall Data Center Efficiency, data center adalah merupakan
bangunan yang berdiri bebas di mana semua ruang dan infrastruktur
pendukung (HVAC, penerangan, listrik) secara langsung berhubungan dengan
pengoperasian data center (Energy Star, 2011:2). Dalam white paper yang
berjudul Data Centre Life Cycle Assessment Guidelines, data center adalah
struktur, atau kelompok struktur yang didedikasikan untuk akomodasi terpusat,
interkoneksi, operasi TI dan peralatan telekomunikasi jaringan yang
menyediakan penyimpanan data, pengolahan, dan jasa transportasi (Green
Grid, 2011:10).
2.2.2 Komponen Data Center
Dalam white paper yang berjudul Classification of Data Center
Infrastructure Management (DCIM) Tools, Data Center memiliki istilah untuk
menggambarkan dan membedakan pusat infrastruktur, sistem dan klasifikasi
manajemen data (Schneider Electric, 2012:3).
Tabel 2.1 Terminology Definition and Examples Data Center
Term Definition Data Center Examples
Facility and IT
Infrastructure
Totalitas sistem material dan
peralatan fisik dasar yang
diperlukan untuk memfasilitasi
operasi yang handal, terkontrol dan
lingkungan TI yang aman.
Power System
Cooling System
Security System
IT Seluruh spektrum teknologi untuk
pengolahan informasi, termasuk
perangkat lunak, perangkat keras,
teknologi komunikasi dan layanan
terkait.
Servers
Storage System
Network System
Environment Lingkungan fisik dalam bangunan IT Room
11
12
atau fasilitas perangkat keras dan
piranti lunak data center Electrical Room
Mechanical Room
Subset Sebuah pengelompokan dari
subsistem fisik sebagai fungsi
utama
Monitoring &
Automation
Planning &
Implementation
Data Collection
Subsystem Sebuah piranti lunak yang
dirancang khusus membahas
kebutuhan secara spesifik
Facility Power
Device Monitoring
IT Room Security
Monitoring
Primary
Function
Fungsi pertama piranti lunak dalam
rangka pembangunan dan bernilai
penting dibandingkan dengan
fungsi subsistem tertentu.
Piranti perusahaan
yang menganalisis
fungsi daya
Secondary
Function
Fungsi kedua piranti lunak pada
subsistem
Piranti perusahaan
yang menganalisis
fasilitas HVAC
Sumber: Scheinder Electric (2012)
Tabel 2.2 Komponen Data Center
Sub Component Core Distributor
Facility
Power
Transfer Switch
UPS
DC Batteries / Rectifiers (non-UPS – Telco
Nodes)
Generator
Transformer (step down)
Power Distribution Unit (PDU)
Rack Distribution Unit (RDU)
Breakers Panels
Distribution Wiring
Lightning
Heating Ventilation and Air Conditioning
(HVAC)
Cooling Tower
Condenser Water Pumps
Chillers
Chilled Water Pumps
Computer Room Air Conditioner (CRAC’s)
Computer Room Air Handlers (CRAH’s)
Dry Cooler
Supply Fans
Return Fans
Air Economizer
Water-side Economizer
Humidifier
Physical Security
Fire Suppression
Water Detection
Physical Security Servers/Devices
Building Management System
13
14
Probes / Sensors
IT Equipment
Compute Devices
Server
Network Devices
Switches
Routers
IT Support Systems
Printers
PC’s / workstations
Remote Management (KVM / console / etc.)
Miscellaneous Devices
Security encryption, Storage encryption,
Appliances, etc
Storage
Storage Devices – Switches, Storage Array
Backup Devices – Media Libraries, Virtual
Media Libraries
Telecommunication
All Telco Devices
Others
Rack Server
Cables
Cable Tie
Sumber: The Green Grid (2008)
Tabel 2.3 Definisi Komponen Data Center
15
Nama Definisi
Power
Siklus daya yang mengubah daya pada perangkat
off dan kemudian membuat perangkat berfungsi lagi
(on).
Transfer Switch Saklar listrik yang beralih beban antara dua sumber.
Uninterruptible Power
Supply (UPS)
Catu daya seperti baterai untuk mempertahankan
daya dalam hal pemadaman listrik. UPS menjaga
komputer berjalan selama beberapa menit setelah
pemadaman listrik, sehingga memungkinkan untuk
menyimpan data yang ada di RAM dan mematikan
komputer dengan aman.
DC Batteries / Rectifiers
(non-UPS – Telco Nodes)
Sebuah komponen dari sirkuit yang memungkinkan
arus dilalui dalam satu arah namun menghambat
aliran arus ke arah lain. Rectifier digunakan untuk
mengubah AC ke DC.
GeneratorSebuah alat yang mengubah energi mekanik
menjadi energi listrik.
Transformer (step down)Komponen elektromagnet yang dapat mengubah
taraf suatu tegangan AC ke taraf lainnya.
Power Distribution Unit
(PDU)
Perangkat listrik yang digunakan untuk mengontrol
distribusi listrik ke beban individu. PDU dapat
terintegrasi langsung ke UPS.
Rack Distribution Unit
(RDU)
Bingkai logam digunakan untuk menahan berbagai
perangkat keras seperti server, router, switch dan
peralatan elektronik lainnya.
Breakers Panels
Komponen dari sistem pasokan listrik yang
membagi daya listrik ke sirkuit anak perusahaan,
dan memberikan perlindungan sekring atau
pemutus sirkuit untuk setiap rangkaian, pada
penutup yang sama.
Distribution WiringKomponen dari sistem pasokan listrik yang
dilengkapi dengan kabel.
Lightning Berfungsi menerangi ruangan
Heating Ventilation and
Air Conditioning (HVAC)
Sistem HVAC mengendalikan lingkungan sekitar
(suhu, kelembaban, aliran udara, dan penyaringan
udara) dan harus direncanakan dan dioperasikan
bersama dengan komponen data center lainnya
seperti hardware, kabel manajemen, penyimpanan
data, , sistem keamanan fisik dan daya.
Cooling Tower
Sebuah menara besar biasanya melekat pada
pembangkit listrik di mana air beredar untuk
16
Sumber: Computer’s Dictionary
2.2.3 Konsumsi Dalam Data Center
Menurut Nanyang Technological University (2013:2) dalam journal
yang berjudul Green Mark Assessment Framework for New Data Centres,
aliran distribusi energi pada data center digambarkan sebagai berikut
2.2.3.1 Konsumsi Daya IT
Permintaan konsumsi daya pada data center menjadi persaingan
dengan konsumen listrik lainnya, hal ini menyebabkan kekurangan dan
pemadaman secara periode. Ada juga peningkatan persyaratan fisik untuk
pertumbuhan data center dalam bentuk server, penyimpanan, dan
jaringan komponen-komponen untuk mendukung TI lebih lanjut dan
layanan terkait untuk kebutuhan bisnis. Masalah lain untuk data center
adalah pendinginan dan raised floor di mana hal tersebut dapat
mendukung kinerja lebih dan kapasitas penyimpanan tanpa
mengorbankan ketersediaan maupun security data (IBM Online).
Gambar 2.3 Data Center Power Distribution
Sumber: Nanyang Technological University
Dalam journal yang berjudul Existing And Proposed Metrics to
Provide Effective Understanding and Reporting of Data Centre Energy
menjelaskan bahwa listrik yang memasuki data center harus melewati
sejumlah tahapan tegangan transformasi, distribusi dan pembersihan
sebelum akhirnya dikirim ke peralatan IT. Sebagian besar daya dalam
fasilitas data center diubah menjadi panas, sehingga membutuhkan
kapasitas sistem pendinginan yang signifikan untuk menarik beban
tambahan dan sirkulasi udara data center tradisional (Newcombe,
2010:15). Gambar 2.5 adalah jalur mengalir dan kerugian aliran listrik di
data center.
Gambar 2.5 Jalur listrik data center
17
18
Sumber: Newcombe (2010)
Dalam white paper yang berjudul R&M Data Center Handbook
V2.0 mengungkapkan bahwa menurut analis, kepadatan akan meningkat
setidaknya sepuluh kali lipat dalam sepuluh tahun ke depan. Mendorong
konsumsi energi, baik untuk operasi dan pendinginan ke tingkat lebih
tinggi, terutama hal ini berlaku untuk data center yang telah beroperasi
selama jangka waktu yang lama dan menggunakan teknologi usang
(Reichle and De-Massari AG, 2011:13). Perhatikan Gambar 2.6 dalam
beberapa hal tersebut, sebanyak ±30% dari konsumsi energi yang
dibutuhkan hanya untuk pendinginan
Pada tahun 2003, konsumsi energi rata-rata per kabinet server sebesar 1,7
kW, sedangkan 2006 sudah mencapai 6,0 kW dan pada tahun 2008
adalah 8,0 kW. Saat ini, konsumsi energi adalah 15 kW untuk sebuah
lemari yang berisi server dan 20 kW dengan jumlah maksimum blade
server.
2.2.3.2 Konsumsi daya server
Dalam journal yang berjudul A Taxonomy and Survey of Energy-
Efficient Data Centers and Cloud Computing Systems, konsumsi daya
dalam satu server terbagi ke dalam beberapa bagian, diantaranya: (1)
CPU quadcore, (2) Memory, (3) PSU, (4) Disk, (5) PCI Slots, (6)
Motherboard, (7) Fan, (8) NIC (Wang, 2012:4).
Gambar 2.6 Konsumsi daya data center
Sumber : EYP Mission Critical Facilities Inc.,
2.2.4 Tier Data Center
Dalam white paper yang berjudul R&M Data Center Handbook V2.0
menyatakan terdapat empat tier dalam data center dengan spesifikasi seperti
berikut (Reichle and De-Massari AG, 2011:23).
Tabel 2.4 Tier Data Center R&M
Tier Requirement Tier I Tier II Tier III Tier IV
Distribution
paths power and
cooling
1 11 active/1
alternate2 active
Redudancy active
componentsN N+1 N+1 2(N+1)
Redudancy
backboneno no yes yes
Redudancy
horizontalno no no optional
Raised floors 12” 18” 30-36” 30-36”
UPS/Generator optional yes yes dual
Concurrently
maintainableno no yes yes
Fault tolerant no no no yes
Gambar 2.7 Power Consumption in one Server
Sumber: Leping Wang
19
20
Availability 99.671% 99.749% 99.982% 99.995%
Sumber: Reichle & De-Massari AG (2011)
Pengertian N di atas mengacu kepada komponen yang diperlukan agar seluruh
data center dapat beroperasi pada beban penuh. Sebagai contoh, apabila
pusat data pada beban penuh memerlukan 7 unit AC, maka pusat data tier-4
mempersyaratkan total 2(7+1)= 16 unit AC, 9 diantaranya sebagai cadangan.
Untuk tier-3, maka hanya diperlukan 8 unit AC, hanya 1 sebagai cadangan.
Dalam jurnal yang berjudul Green Data Center Design, menyatakan
terdapat empat tier dalam data center dengan klasifikasi seperti berikut
(Milojkovic, 2011:11).
Tabel 2.5 Klasifikasi Tier Data Center
Tier I Tier II Tier III Tier IV
Number of
delivery paths1 1
1 active
1 passive2 active
Redudant
componentN N+1 N+1 2(N+1) or S+S
Support space to
raised floor
ratio
20% 30% 80-90% 100%
Initial
watts/sq.ft20-30 40-50 40-60 50-80
Ultimate
watts/sq.ft20-30 40-50 100-150 150+
Raised floor
height12” 18” 30-36” 30-36”
Floor loading
pounds/sq.ft85 100 150 150+
Utility voltage 208,480 208,480 12-15kV 12-15kV
Months to
implement3 3 to 6 15 to 20 15 to 20
Year first
deployed1965 1970 1985 1995
Construction
$/sq.ft Raised
floor
$450 $600 $900 $1,100+
Site availability 99.671% 99.749% 99.982% 99.995%
Sumber: Milojkovic (2011)
2.2.5 Service di data center
Dalam journal yang berjudul “Perancangan Jaringan Komputer - Data
Center” mengungkapkan bahwa servis utama yang secara umum diberikan oleh
data center sebagai berikut (Dewannata, 2012:1):
1. Infrastruktur yang menjamin kelangsungan bisnis (Business Continuance
Infrastructure)
Aspek-aspek yang mendukung kelangsungan bisnis ketika terjadi
suatu kondisi kritis terhadap data center diantaranya kriteria pemilihan
lokasi data center, kuantifikasi ruang data center, laying-out ruang dan
instalasi data center, sistem elektrik yang dibutuhkan, pengaturan
infrastruktur jaringan yang scalable, dan pengaturan sistem pendingin.
2. Infrastruktur Keamanan Data Center (Data Center Security)
Terdiri dari sistem pengamanan fisik dan non-fisik pada data center.
Fitur sistem pengamanan fisik meliputi akses user ke data center berupa
kunci akses memasuki ruangan (kartu akses atau biometrik) dan segenap
petugas keamanan yang mengawasi keadaan ruangan (baik didalam
maupun diluar), pengamanan fisik juga dapat diterapkan pada seperangkat
infrastruktur dengan melakukan penguncian dengan kunci gembok
21
22
tertentu. Pengamanan non fisik dilakukan terhadap bagian software atau
sistem yang berjalan pada perangkat tersebut, antara lain dengan
memasang beberapa piranti lunak keamanan seperti access control list,
firewall, IDS dan host IDS, fitur keamanan pada layer 2 (data link layer)
dan layer 3 (network layer) disertain dengan manajemen keamanan.
3. Optimasi Aplikasi (Application Optimization)
Akan berkaitan dengan layer 4 (transport layer) dan layer 5 (session layer)
untuk meningkatkan waktu respon suatu server. Layer 4 adalah layer end-
to-end antara aplikasi sumber dan tujuan, menyediakan end-to-end flow
control, end-to-end error detection and correction, dan mungkin juga
menyediakan congestion control tambahan. Sedangkan layer 5
menyediakan riteri dialog (siapa yang memiliki akses ke resource
bersama) serta sinkronisasi data. Berbagai isu yang terkait dengan hal ini
adalah load balancing, caching, dan terminasi SSL, yang bertujuan untuk
mengoptimalkan jalannya suatu aplikasi dalam suatu sistem.
4. Infrastruktur IP
Infrastuktur IP menjadi servis utama pada data center. Service ini
disediakan pada layer 2 dan 3. Isu yang harus diperhatikan terkait dengan
layer 2 adalah hubungan antara server dan perangkat layanan,
memungkinkan akses media, mendukung sentralisasi yang reliable, loop-
free, predictable dan scalable. Sedangkan pada layer 3, isu yang terkait
adalah memungkinkan fast-convergence routed network (seperti dukungan
terhadap default gateway). Kemudian juga tersedia layanan tambahan yang
disebut Intelligent Network Services, meliputi fitur-fitur yang
memungkinkan application servive network-wide, fitur yang paling umum
adalah mengenai Quality of Service (QoS), multicast, private LANS dan
policy-based routing.
5. Media Penyimpanan (Storage).
Terkait dengan segala infrastruktur penyimpanan. Isu yang diangkat antara
lain adalah arsitektur SAN, fibre channel switching, replikasi, backup serta
archival.
2.2.6 Suhu dan Kelembaban Data Center
Dalam jurnal yang berjudul Best Practice Perancangan Fasilitas Data
Center menjelaskan sistem pendingin dibuat untuk menjaga kestabilan
temperatur yang cocok untuk data center (Yulianti, 2008:33). Keadaan
temperatur dan kelembaban yang harus dijaga di dalam data center:
Temperatur kering: 200C - 250C (680F-770F), dengan rata-rata keadaan
temperatur normal diset menjadi 220C ±10C.
Kelembapan relatif: 40%-50%, dengan titik normal berada pada 45%
±5%.
Titik embun maksimum: 210C (69.80F).
Perubahan maksimum yang boleh terjadi dari batas suhu sekarang adalah
sebesar 50C (90F) per jam.
2.3 Green Data Center
2.3.1 Pengertian Green Data Center
Dalam jurnal yang berjudul Building The Green Data Center, green
data center adalah gudang untuk penyimpanan, manajemen, dan penyebaran
data di mana mekanikal, pencahayaan, listrik dan sistem komputer yang
dirancang untuk melakukan efisiensi energi secara maksimum dan
menghasilkan dampak lingkungan seminimal mungkin (SNIA, 2008:20).
Green data center berarti data center berkelanjutan secara efisien dalam
proses, energi, dan peralatan yang digunakan (Bauer, 2008:20). Green data
center adalah tempat penyimpanan, manajemen, dan penyebaran data di mana
mesin, cahaya, listrik, dan sistem komputer dirancang untuk memaksimalkan
efisiensi energi dan meminimalkan dampak ke lingkungannya (Milojkovic,
2010:4).
Green data center serupa dengan data center biasa yang digunakan
23
24
untuk media penyimpanan, manajemen, dan distribusi data. Yang
membedakannya adalah hardware, elektrisitas, dan sistem komputer.
Semuanya didesain untuk mencapai efisiensi maksimal, dan dampak
lingkungan minimal (Toledo, 2011:2).
Green data center serupa dengan data center yang dapat beroperasi
dengan efisiensi energi maksimal dan dampak lingkungan minimal. Termasuk
mesin, listrik, pencahayaan, elektrisitas, dan peralatan TI (server, jaringan,
media penyimpanan). Perusahaan mulai beralih ke green data center
dikarenakan tingginya biaya listrik sehubungan dengan operasional data
center. Ini adalah cara untuk mengurangi biaya operasional perusahaan dalam
infrastruktur (Bullock, 2009:2).
Dalam white paper yang berjudul Managing The Data Center By
Efficient Use of IT Resouces, green data center ditentukan oleh efisiensi di
mana data center mengubah sumber daya ke dalam perhitungan. Pengelolaan
fasilitas ini akan fokus dalam meminimalkan limbah TI dan memecahkan
masalah buruknya pemanfaatan TI dan alokasi sumber daya untuk peralatan
yang relatif kurang produktif (Dell, 2012:2).
2.4 Kerangka Pikir
Gambar 2.8 Proses Penelitian
Rekomendasi
Choice Phase
Analisis
Study Literatur
Pengumpulan Data
Desain Alternatif
Rumusan Masalah
25
26
2.5 Metodologi Green Data Center
Gambar 2.9 Green Data Center Methodology
Sumber: HCL Technology Online
HCL Technology Metodologi memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:
Pertama di India yang melaksanakan ISO 14001.
Leadership In Energy and Environmental Design (LEED) HCL Technology
terakreditasi menyediakan pengkajian profesional dan konsultan fasilitas data
center dibawah layanan DGQ. LEED adalah alat penilaian praktis untuk desain
green building dan konstruksi yang memberikan hasil secara langsung dan
terukur untuk pemilik bangunan.
Partner Global System Integrator (GSI) dari VMware.
Memenangkan Golden Peacock for Eco Innovation untuk penawaran Green
Data Center.
2.5.1 Facility Assessment
2.5.1.1 Floor plan and layout
Floor plan data center mencakup tata letak batasan ruang dan tata
letak peralatan TI dalam ruangan. Kebanyakan pengguna tidak
memahami betapa pentingnya tata letak lantai untuk performa data
center. Terdapat dua metodologi utama untuk floor plan data center yaitu
tampilan "top down" dan "elevation" (Rasmussen, 2011:4).
2.5.1.1.1 Top Down View
Melibatkan analisis melalui pemodelan Computational Fluid
Dinamic (CFD), yang dapat dilakukan untuk wilayah udara raised
floor serta area di atas lantai (Energy Star, 2010:3).
2.5.1.1.2 Elevation View
Elevation view mengevaluasi desain floor plan data center dalam
tiga tingkatan: layout below the raised floor, layout above the raised
floor, and layout above the dropped ceiling. Desainer harus
memperhatikan kekuatan kabel dan pipa untuk cooling system (The
Green Grid, 2011:12).
2.5.1.2 Power and Cooling
Manajemen aliran udara yang baik sangat penting untuk
operasional data center yang efisien, selain itu memerlukan rincian
desain dan konfigurasi untuk meminimalisir udara panas dan
pencampuran udara dingin. Pencegahan pencampuran dapat dilakukan
dengan menggunakan containment yang dirancang berdasarkan kondisi
ruangan server (Energy Star, 2011:6).
2.5.1.3 Security
27
28
Data center berisi aset yang sangat penting seperti data perusahaan
dan mesin yang membuat perusahaan dapat beroperasional. Beberapa
komponen yang dapat meningkatkan sekuritas data center adalah
Perimeter control, Access control, Community Antenna Television or
cable TV (CATV), Biometrics, Centralized monitoring (Gartner,
2005:11).
2.5.2 Technology Assessment
2.5.2.1 IT Asset Utilization
Rasio yang mengukur pemanfaatan aset IT untuk memanfaatkannya
sebaik mungkin agar menghasilkan pendapatan. Hal ini sangat berarti
dalam manufaktur, di mana modal aset yang digunakan lebih sedikit
untuk menghasilkan produk. Dan semakin efektif apabila peralatan IT
yang digunakan, menciptakan keuntungan yang lebih untuk perusahaan,
daripada memperoleh peralatan tambahan dan menimbulkan biaya
produksi tambahan, IT asset utilization lebih berfokus dengan
memanfaatkan kapasitas yang ada (Anurag, 2008:5).
2.5.2.2 IT Power Consumption
Pada umumnya data center memiliki sistem pendingin yang sangat
efisien, tetapi banyak peralatan TI yang menggunakan energi lebih dari
setengah penggunaan seluruh fasilitas. Penggunaan peralatan TI yang
efisien akan secara signifikan mengurangi beban ini dalam data center,
yang tentunya akan menghemat peralatan yang dibutuhkan untuk
mendinginkan mereka (Energy Star, 2011:1).
2.5.2.3 Hardware Acquisition and lifecycle
Sangatlah penting untuk secara jelas mendefinisikan dan
menyatakan di mana pengkajian siklus hidup komponen dimulai dan
berakhir yang nantinya berkaitan dengan dampak lingkungan data center.
Dengan membeli perlengkapan yang memiliki siklus hidup lebih panjang
dan merawat dengan praktik terbaik, maka pengurangan biaya dalam
membangun data center dapat dicapai (GreenGrid, 2011:14).
2.5.3 Management Assessment
2.5.3.1 Capacity Forecast
Capacity Forecast adalah proses pemodelan dan peramalan kapasitas
yang dibutuhkan oleh sebuah organisasi untuk memenuhi kebutuhan
layanan TI, infrastruktur, fasilitas, dan orang-orang, dan menghasilkan
rencana kapasitas. Proses Capacity Forecast mengumpulkan informasi
strategis dan operasional kapasitas yang dimasukkan ke dalam sebuah
model peramalan kapasitas. Output dari model peramalan membangun
dasar dari rencana kapasitas, yang dikomunikasikan kepada semua
stakeholders (Innovation Value Institute Online).
2.5.3.2 Asset Disposal/Asset Discovery
IT Asset Lifecycle Management (ITALM) adalah proses inti dari IT
Asset Management(ITAM),ITALM membantu peningkatan produktivitas
organisasi dengan membantu membuat keputusan mengenai kebutuhan
dan layanan TI. ITALM juga dapat membuat keputusan pembelian yang
lebih baik dengan melihat berbagai sumber daya dan tahap siklus
hidupnya (ManageEngine Online).
2.5.4 Planning and Design
2.5.4.1 Setting Green Procurement Policies
29
30
Green procurement diatur dalam konteks pencapaian value for
money. Hal ini membutuhkan integrasi pertimbangan kinerja lingkungan
ke dalam proses pengadaan termasuk perencanaan, akuisisi, penggunaan
dan pembuangan. Dalam konteks ini, value for money mencakup
pertimbangan banyak faktor seperti biaya, kinerja, ketersediaan, kualitas
dan kinerja lingkungan. Green procurement juga memerlukan
pemahaman tentang aspek lingkungan dan dampak potensial dan biaya,
terkait dengan penilaian siklus hidup barang dan jasa yang diperoleh.
Selain itu, proses administrasi pendukung dan metode pengadaan juga
dapat menawarkan peluang untuk mengurangi dampak lingkungan dari
kegiatan pemerintah (Perera, 2010:2).
2.5.4.2 E-Waste Recycling Program
Menggunakan produk elektronik menjadi bagian dari kegiatan
sehari-hari. Tetapi produk tersebut menjadi usang dengan cepat,
masalahnya adalah bahwa limbah elektronik (E-Waste), seperti televisi,
komputer dan monitor komputer, mengandung zat beracun, termasuk
timah, merkuri, kadmium, lithium, brominated flame, pelapis fosfor, dan
plastik PVC yang menciptakan dioksin ketika dibakar. Meskipun
perangkat ini aman untuk digunakan, ketika dibuang mereka dapat
melepaskan racun ini, berpotensi menajdi ancaman bagi kesehatan
manusia dan lingkungan. Solusi terbaik adalah untuk memastikan E-
Waste didaur ulang (Maine Governor Online).
2.5.4.3 Optimizing Existing Data Center
Banyak organisasi saat ini ditugaskan untuk meningkatkan kapasitas
komputasi untuk memenuhi kebutuhan bisnis yang berkembang. Tapi
peningkatan ini dalam daya sering mengarah ke peningkatan konsumsi
energi, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan tuntutan pendinginan
yang lebih besar dan biaya. Data Center Optimization menggunakan
infrastruktur dan analisis termal untuk memberikan diagnosis
menyeluruh dan rekomendasi, yang dirancang untuk membantu
memaksimalkan efisiensi data center dan biaya pendinginan berpotensi
lebih rendah dalam prosesnya (Dell, 2009:1).
2.5.4.4 Designing a New Data Center
Pastikan bahwa para wakil TI dan engineer berpartisipasi dalam
pemilihan arsitektur dan konstruksi perusahaan yang akan merancang
data center baru. Fokus pada kualifikasi, pengalaman dan referensi dari
arsitektur pemimpin proyek. Beberapa komponen yang mendukung
dalam pembangungan data center diantaranya: Space design, Electrical,
Mechanical, Fire Protection, Raised Floor dan Security System (Gartner,
2005:11).
2.5.4.5 Positioning DC initiatives to Support Green Business Practices
Untuk memposisikan data center sebagai inisiatif dalam
mendukung green business, yaitu: (1) mengurangi jejak karbon dengan
memangkas infrastruktur dan mengkonsolidasikan data, (2) membentuk
tim Green IT untuk menentukan kebijakan green computing dan
mengimplementasikan proses peningkatan, (3) melakukan uji coba
teknologi untuk meningkatkan kepadatan dan ketersediaan, (4)
menerapkan perubahan organisasi dan operasional, (5) melakukan
transisi terhadap penerapan produksi menjadi lingkungan yang lebih
ramah (Sabel System Online).
2.5.4.6 Total Cost of Ownership + Total Cost of Operations
Total biaya operasi/kepemilikan, kinerja, dan biaya perolehan
seharusnya tidak mengejutkan karena biaya selalu menjadi faktor utama
ketika sebuah perusahaan mempertimbangkan pembelian apapun. Total
biaya kepemilikan diakui lebih penting daripada biaya perolehan, dan
pelanggan juga dianggap kinerja nyata sehingga menjadi lebih penting
daripada benchmark, meskipun yang terakhir sering digunakan untuk
31
32
tujuan ukuran dan berkontribusi terhadap biaya yang dirasakan ketika
membuat keputusan pembelian (Orcinternational Online).
2.5.5 Adopting
2.5.5.1 Power and Cooling Best Practices
Setiap data center memerlukan Heating, Ventilation, Air
Conditioning (HVAC) untuk menentukan suhu dan kelembaban udara
dalam suatu ruangan dan memerlukan biaya sekitar 30-70% dalam
penggunaan energi. Tetapi saat ini beberapa data center telah
memanfaatkan alam sebagai pengganti penghematan energi dalam
mendinginkan ruangan (ASHRAE, 2009:13).
2.5.5.2 Virtualization
Kebanyakan data center telah menemukan manfaat virtualisasi. Hal
ini juga meningkatkan kemampuan staf TI untuk merespon perubahan
kebutuhan bisnis dan kebutuhan komputasi. Sifat statis dari sebuah
server fisik membuat sulit untuk merespon berbagai beban IT. Dengan
memungkinkan beberapa aplikasi pada server yang sama, ukuran
kapasitas TI dapat lebih akurat untuk permintaan yang sebenarnya, secara
signifikan mengurangi jumlah server yang dibutuhkan untuk mendukung
permintaan (Emerson Network Power, 2010:19).
2.5.5.3 Power Management
Sistem listrik untuk sebuah data center merupakan sumber energi
utama sampai saat ini (baik untuk operasional utama dan back-up). Oleh
karenanya perancangan sistem listrik harus sebaik mungkin untuk dapat
memenuhi kebutuhan listrik data center dan ketika sewaktu-waktu terjadi
gangguan listrik yang telah atau tidak diprediksi sebelumnya, hal tersebut
dapat diantisipasi. Daya yang berada di data center mengalir untuk
beberapa fasilitas, kebutuhan daya terbesar terletak pada sistem
pendingin, sehingga hal ini akan menjadi titik utama dalam mencapai
efisiensi energi (PG&E, 2012:3).
2.5.5.4 DC Consolodation
Konsolidasi data center adalah pertimbangan umum untuk
organisasi yang berencana untuk mengurangi ukuran fasilitas tunggal
atau menggabungkan satu atau lebih fasilitas dalam rangka untuk
mengurangi biaya operasional secara keseluruhan dan mengurangi jejak
TI. mengacu pada strategi organisasi untuk mengurangi aset TI dengan
menggunakan teknologi yang lebih efisien.
Beberapa teknologi yang digunakan dalam konsolidasi data center
saat ini termasuk virtualisasi server, virtualisasi storage, menggantikan
mainframe dengan sistem server blade yang lebih kecil, cloud computing,
perencanaan kapasitas yang lebih baik dan menggunakan alat-alat untuk
otomatisasi proses (Leopoldi, 2009:3).
2.5.5.5 Continuous Monitoring through energy efficiency metric
Metrik efisiensi energi dan tolak ukur dapat digunakan untuk
melacak kinerja dan mengidentifikasi peluang potensial untuk
mengurangi penggunaan energi di pusat data. Untuk setiap metrik yang
tercantum dalam bagian ini, nilai-nilai benchmarking disediakan untuk
referensi. Metode ini didasarkan pada pusat studi pembandingan data
yang dilakukan oleh LBNL (Energy Star, 2011:17).
2.5.5.6 Reporting energy efficiency result
Laporan hasil efisiensi energi menghitung penggunaan daya total
server data center, fasilitas, jaringan, dan penyimpanan. Laporan
menghitung DCiE, PUE, dan CUE data center berdasarkan daya total
fasilitas yang digunakan oleh peralatan IT dipilih untuk laporan. Tujuan
dari laporan ini adalah untuk menunjukkan Data Center Infrastructure
33
34
Efficiency (DCiE), Power Usage Efektivitas (PUE), dan Carbon Usage
Effectiviness (CUE) untuk data center (Energy Star, 2012:9).
2.6 Virtualisasi
Virtualisasi merupakan strategi untuk mengurangi konsumsi daya data center.
Dengan virtualisasi, satu host server fisik memiliki banyak server virtual. Virtualisasi
memungkinkan data center untuk mengkonsolidasikan infrastruktur server fisik
dengan menempatkan server virtual pada sejumlah kecil server fisik yang lebih kuat,
sehingga menggunakan energi listrik yang lebih sedikit di data center.
Secara umum ada 4 teknik untuk menangani suatu instruksi sensitif tersebut
agar dapat berjalan pada CPU virtual dalam artsitektur x86 yaitu dengan Full
Virtualization, Operating System Virtualization, Paravirtualization dan Hardware
Assisted Virtualization (VMware Online).
Gambar 2.10 Taxonomy Virtualization
Sumber: Cubrid Online
2.6.1 Full Virtualization
Menerjemahkan kode kernel untuk menggantikan insturksi–instruksi
yang tidak dapat divirtualisasikan dengan instruksi baru untuk perangkat keras
virtual. Instruksi yang diberikan pada tingkat user akan langsung dieksekusi
oleh processor agar dapat memproses virtualiasi yang cepat. Setiap mesin
virtual nantinya akan diberikan seluruh fitur seperti yang ada pada komputer
fisik seperti virtual BIOS, virtual devices dan virtual memori manajemen
(VMware, 2007).
Sistem operasi yang dijalankan pada komputer virtual tidak akan
menyadari bahwa sedang berjalan pada sistem virtualisasi karena tidak
diperlukan modifikasi. Metode Full Virtualization tidak memerlukan
perubahan pada sisi hardware atau sistem operasi untuk virtualiasi privileged
dan instruksi sensitif karena piranti lunak virtualisasi (hypervisor) akan
menerjemahkan seluruh instruksi sistem operasi secara langsung (VMware,
2007).
35
36
Gambar 2.11 Full Virtualization
Full Virtualization dapat membuat setiap komputer virtual sangat
fleksibel. Sistem operasi akan mengemulasikan seluruh perangkat keras
menjadi dapat terbaca oleh sistem operasi yang dijalankan komputer virtual.
Software emulator akan membuat lapisan diatas hardware komputer agar
komputer virtual dapat bekerja bersama-sama walaupun dalam server dan
arsitektur yang yang berbeda. Kelebihannya adalah dapat dengan mudah
memindahkan beberapa komputer virtual dari server satu ke server yang
lain.
2.6.2 Paravirtualization
Paravirtualisasi adalah sebuah teknik di mana kumpulan instruksi dari
perangkat keras (yang tidak mendukung virtualisasi) dimodifikasi menjadi
sebuah kumpulan instruksi yang dapat divirtualisasi secara penuh.
Memodifikasi kumpulan instruksi perangkat keras, berarti sistem operasi juga
butuh untuk diarahkan ke kumpulan instruksi baru (VMware, 2007).
Paravirtualization berbeda dengan Full Virtualization karena memerlukan
sistem operasi virtualisasi untuk melihat sumber daya pada server fisik dan
pada server virtual.
Gambar 2.12 VMware’s Paravirtualization
Sumber: Cubrid Online
Metode Paravirtualization ini akan meningkatkan performa yang lebih
baik dan kemudahan dalam hal fleksibilitas.
2.6.3 Host OS Virtualization
Metode ini dapat dianggap sebagai metode yang efisien seperti
lingkungan virtualisasi didukung pada host OS. Namun hampir tidak
digunakan dalam lingkungan server karena kelemahan dalam inter-VM
manajemen sumber daya, kinerja dan keamanan.
37
38
Gambar 2.13 Host OS Virtualization
Sumber: Cubrid Online
Ketika masalah keamanan terjadi pada host OS saat hypervisor berjalan,
keandalan seluruh tamu OS dapat juga memiliki masalah. Namun, hal ini dapat
diantisipasi tanpa masalah ketika digunakannya pada multi OS di PC dan
waktu yang sama (Cubrid Online).
2.7 Green Certification
Program green certification dirancang untuk membantu, mengenali, dan
mempromosikan unit yang mengambil langkah untuk mengurangi emisi lingkungan.
Unit menunjukkan komitmen melalui inisiatif untuk komunikasi, pendidikan,
efisiensi energi, pengurangan limbah, daur ulang, dan pengadaan. Green certification
berusaha untuk memotivasi manusia untuk ramah lingkungan dengan menyediakan
pedoman definitif dan mengurangi kebingungan untuk melakukan praktik terbaik
(Green Certificate Online).
2.7.1 Energy Star
Energy Star adalah program yang dibentuk oleh US Environmental
Protection Agency (EPA) untuk membantu konsumen mengenali produk listrik
hemat energi, seperti peralatan rumah tangga dan konsumen elektronik. Blue
Energy Star label merupakan indikator bahwa suatu produk memenuhi standar
yang lebih tinggi dari efisiensi energi daripada yang lain, dan dapat
mengurangi penggunaan energi secara keseluruhan dan menyimpan emisi gas
rumah kaca. Produk bersertifikat Energy Star banyak tersedia beberapa contoh
yang paling umum adalah PC, lampu, televisi dan beberapa perlengkapan
lainnya (Energy Star Online).
2.7.2 Green-e
Green-e Energy adalah sertifikasi terkemuka dan verifikasi program
mandiri untuk energi terbarukan. Ini adalah program perlindungan sukarela
konsumen yang mengesahkan pilihan energi terbarukan unggul yang
ditawarkan oleh utilitas dan pemasar di pasar energi terbarukan sukarela
(Green-e Online).
Gambar 2.14 Energy Star logo
39
40
2.7.3 EPA
EPA merupakan adalah sebuah lembaga pemerintah Amerika Serikat
yang bertugas melindungi kesehatan manusia dan lingkungan dengan
merumuskan dan menerapkan peraturan berdasarkan undang-undang yang
disahkan oleh Kongres
2.8 Payback Period
Payback Period adalah jangka waktu tertentu yang menunjukan terjadinya arus
penerimaan (cash in flows) secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam
bentuk present value. Analisis Payback Period dalam studi kelayakan perlu juga
ditampilkan untuk mengetahui seberapa lama usaha/proyek yang dikerjakan baru
dapat mengembalikan investasi (Marchewka, 2010:54).
Payback Period = Initial Investment
Net Cash Flow
Gambar 2.16 EPA logo
Rumus periode pengembalian jika arus kas per tahun jumlahnya berbeda
Payback Period = n + a - b x 1 tahun c – b
n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup investasi mula-mulaa = Jumlah investasi mula-mulab = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke – nc = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1
2.9 PUE
Metrik yang menunjukkan hubungan antara energi yang digunakan oleh peralatan IT
dan fasilitas lain, seperti pendingin yang dibutuhkan untuk mengoperasikan peralatan
IT. Metrik ini dikeluarkan oleh Lawrence Berkeley National Laboratory (VanGeet,
2011:17).
PUE= Total Facility Power
IT Equipment Power
2.10 DCiE
Metrik dari total daya yang ditarik oleh semua peralatan IT dengan total daya listrik
untuk menjalankan fasilitas data center.
DciE = IT Equipment Power
Total Facility Power
41