agriunsil.weebly.comagriunsil.weebly.com/.../7/7/0/9/77099529/all_in_one.docx · web viewjudul...

37
MODUL/BAHAN KULIAH METODE ILMIAH Kolektor SUPRIANTO JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI 1 Untuk Kepentingan Sendiri

Upload: others

Post on 29-Dec-2019

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: agriunsil.weebly.comagriunsil.weebly.com/.../7/7/0/9/77099529/all_in_one.docx · Web viewJudul penelitian itu penting tetapi tidak menentukan. Setelah topik yang akan diteliti dalam

MODUL/BAHAN KULIAH METODE ILMIAH

KolektorSUPRIANTO

JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS SILIWANGI

1

Untuk Kepentingan Sendiri

Page 2: agriunsil.weebly.comagriunsil.weebly.com/.../7/7/0/9/77099529/all_in_one.docx · Web viewJudul penelitian itu penting tetapi tidak menentukan. Setelah topik yang akan diteliti dalam

I. PENDAHULUAN

Metode ilmiah merupakan suatu prosedur atau urutan langkah yang harus

dilaksanakan dalam melakukan suatu proyek ilmiah (science project). Secara

umum metode ilmiah meliputi lima langkah sebagai berikut:

a. Observasi Awal

b. Mengidentifikasi Masalah

c. Merumuskan/Menyatakan Hipotesis

d. Melakukan Eksperimen

e. Menyimpulkan Hasil Eksperimen

Observasi awal. Langkan awal ini merupakan langkah pemilihan topik atau

bidang yang akan diteliti. Coba perhatikan! suatu masalah bisa dilihat dari

berbagai sudut kajian. Tingkah laku manusia misalnya, bisa diamati bedasarkan

sudut kajian ekonomi, politik, atau sosial budayanya. Kalau perspektif kajian itu

sudah kita tetapkan, cobalah diikuti dengan penentuan topiknya. Tertarik untuk

melihat masalah sektor informal misalnya atau upacara sosial yang penuh dengan

perlambang. Dari topik bisa ditingkatkan kepada judul. Tetapi masalah penentuan

judul, sebetulnya bisa bongkar pasang. Artinya, judul penelitian bisa diubah-ubah

sepanjang masih relevan dengan topik yang dipilihnya itu. Judul bagaikan nama.

Judul penelitian itu penting tetapi tidak menentukan.

Setelah topik yang akan diteliti dalam proyek ilmiah ditentukan, langkah pertama

untuk melakukan proyek ilmiah adalah melakukan observasi awal, yaitu

mengumpulkan informasi segala sesuatu yang berhubungan dengan topik yang

akan diteliti tersebut. Observasi awal bisa dilakukan melalui pengalaman,

berbagai sumber ilmu pengetahuan, berkonsultasi dengan ahli yang relevan.

Observasi awal dapat dilakukan dengan

a. Membaca sebanyak mungkin referensi yang berkaitan dengan topik penelitian,

baik berupa buku, jurnal, majalah, koran, internet dan lain-lain;

b. Mengumpulkan informasi dari para ahli: instruktur, peneliti, dan narasumber

lainnya.

c. Melakukan eksplorasi lain yang berhubungan dengan topik.

2

Page 3: agriunsil.weebly.comagriunsil.weebly.com/.../7/7/0/9/77099529/all_in_one.docx · Web viewJudul penelitian itu penting tetapi tidak menentukan. Setelah topik yang akan diteliti dalam

Mengidentifikasi Masalah. Masalah adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan

harapan. Rumput di musim hujan selayaknya berwarna hijau, maka menjadi suatu

masalah manakali berwarna kuning. Merumuskan masalah yaitu merumuskan isue

penting yang akan diangkat dalam penelitian. Untuk mempermudah memilih

permasalahan atau menangkap isue, kadang-kadang perlu dibantu dengan

melakukan pengamatan, survei awal, maupun dengan membaca ulang berbagai

bahan bacaan. Hasil dari perumusan masalah ini berupa identifikasi masalah yaitu

biasanya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan ilmiah yang harus dijawab.

Permasalahan dinyatakan dalam pertanyaan terbuka. Sebagai contoh: Bagaimana

dampak krisis ekonomi terhadap daya beli masyarakat petani di perdesaan ?

Bagaimana pengaruh kenaikan harga cabe terhadap inflasi di Kota Tasikmalaya?

Masalah menyatakan adanya keterkaitan antara beberapa variabel atau lebih,

dapat diuji dan dapat dipecahkan, disusun dalam bentuk pertanyaan yang singkat,

padat dan jelas. Perlu diperhatikan dalam perumusan masalah ini:

a. Batasi permasalahan seperlunya agar tidak terlalu luas.

b. Pilih permasalahan yang penting dan menarik untuk diteliti.

c. Pilih permasalahan yang dapat diselesaikan.

Merumuskan/Menyatakan Hipotesis. Hipotesis merupakan suatu ide atau

dugaan sementara tentang penyelesaian masalah yang diajukan dalam proyek

ilmiah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan hipotesis:

Nyatakan dalam bentuk kalimat yang sederhana dan jelas,

Apabila identifikasi masalah diitulis dalam bentuk pertanyaan, namun

hipotesis dinyatakan dalam bentuk pernyataan.

Berdasarkan keterangan-keterangan atau informasi yang dikaji baik dari

sumber bacaan maupun fakta

Hipotesis dirumuskan atau dinyatakan sebelum penelitian yang seksama atas

topik proyek ilmiah dilakukan, karenanya kebenaran hipotesis ini perlu diuji lebih

lanjut melalui penelitian yang seksama. Perlu diingat, jika menurut hasil

pengujian ternyata hipotesis ditolak bukan berarti penelitian yang dilakukan

salah. Perlu diperhatikan

3

Page 4: agriunsil.weebly.comagriunsil.weebly.com/.../7/7/0/9/77099529/all_in_one.docx · Web viewJudul penelitian itu penting tetapi tidak menentukan. Setelah topik yang akan diteliti dalam

Gunakan kerangka teori, pengalaman atau pengamatan sebagai dasar untuk

menyusun hipotesis,

Hipotesis dirumuskan sebelum memulai proyek eksperimen

Melakukan Eksperimen. Eksperimen dirancang dan dilakukan untuk menguji

hipotesis yang diajukan. Perhitungkan semua variabel, yaitu semua yang

berpengaruh pada eksperimen. Ada tiga jenis variabel yang perlu diperhatikan

pada eksperimen: variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol.

Varibel bebas merupakan variabel yang dapat diubah secara bebas. Variabel

terikat adalah variabel yang diteliti, yang perubahannya bergantung pada variabel

bebas. Variabel kontrol adalah variabel yang selama eksperimen dipertahankan

tetap. 

Usahakan hanya satu variabel bebas selama eksperimen.

Pertahankan kondisi yang tetap pada variabel-variabel yang diasumsikan

konstan.

Lakukan eksperimen berulang kali untuk membuat variasi hasil.

Catat hasil eksperimen secara lengkap dan seksama.

Menyimpulkan Hasil Eksperimen. Kesimpulan proyek merupakan ringkasan

hasil proyek eksperimen dan pernyataan bagaimana hubungan antara hasil

eksperimen dengan hipotesis. Alasan-alasan untuk hasil eksperimen yang

bertentangan dengan hipotesis termasuk di dalamnya. Jika dapat dilakukan,

kesimpulan dapat diakhiri dengan memberikan pemikiran untuk penelitian lebih

lanjut. Jika hasil eksperimen tidak sesuai dengan hipotesis:

Jangan ubah hipotesis

Jangan abaikan hasil eksperimen

Berikan alasan yang masuk akal mengapa tidak sesuai

Berikan cara-cara yang mungkin dilakukan selanjutnya untuk menemukan

penyebab ketidaksesuaian

Bila cukup waktu lakukan eksperimen sekali lagi atau susun ulang

eksperimen.

Berdasaran uraian tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa Metode ilmiah atau

proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara

4

Page 5: agriunsil.weebly.comagriunsil.weebly.com/.../7/7/0/9/77099529/all_in_one.docx · Web viewJudul penelitian itu penting tetapi tidak menentukan. Setelah topik yang akan diteliti dalam

sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta

membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam.

Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan

eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat

menjadi suatu teori ilmiah

II. ILMU DAN PENGETAHUAN

Ilmu adalah pengetahuan tetapi tidak semua pengetahuan adalah ilmu.

Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran asosiatif yang menghubungkan atau

menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan atau dengan pikiran lain berdasarkan

pengalaman yang berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai kausalitas (sebab-

akibat) yang hakiki dan universal. Sedangkan ilmu adalah akumulasi pengetahuan

yang menjelaskan kausalitas (hubungan sebab akibat) dari suatu objek menurut

metode-metode tertentu yang merupakan satu kesatuan yang sistematis.

Pengetahuan merupakan bahan utama bagi ilmu. Pengetahuan baru dapat

menjawab pertanyaan tentang “apa” (what); sedangkan ilmu dapat menjawab

pertanyaan tentang “mengapa” (why) dari suaru kenyataan atau kejadian.Ilmu

berusaha memahami alam sebagaimana adanya ; hasil-hasil kegiatan keilmuan

merupakan alat untuk meramalkan (perdiksi) dan mengendalikan (control) gejala-

gejala alam. Hal ini mudah dimengerti karena pengetahuan keilmuan merupakan

seri penjelasan mengenai kejadian-kejadian di alam, yang bersifat umum dan

impersonal.

Gejala-gejala yang terdapat dialam semesta ditangkap oleh manusia melalui

pancaindera. Segala yang ditangkap melalui indra-indranya dimasukan kedalam

pikiran dan perasaan manusia. Dengan segala keyakinan atau kepercayaannya

ditariklah keseimpulan yang benar. Kesimpulan yang benar ini akan merupakan

pengetahuan.

Dalam upaya mendapatkan pengetahuan itu dapat dibedakan antara upaya yang

bersifat aktif dan pasif. Upaya aktif yaitu upaya melalui penalaran pikiran dan

perasaan, sedangkan upaya pasif yaitu upaya melalui keyakinan atau kepercayaan

5

Page 6: agriunsil.weebly.comagriunsil.weebly.com/.../7/7/0/9/77099529/all_in_one.docx · Web viewJudul penelitian itu penting tetapi tidak menentukan. Setelah topik yang akan diteliti dalam

terhadap kebenaran sesuatu yang ditawarkan (misalnya Wahyu Tuhan melalui

Nabi, ataupun pengetahuan dan ilmu yang lainnya).

Baik secara aktif maupun pasif keyakinan atau kepercayaan itu memegang

peranan penting untuk menyatakan dan menerima kebenaran (kesimpulan itu);

bedanya dalam upaya aktif orang harus yakin atau percaya terlebih dahulu,

sedangkan dalam upaya pasif tidak perlu yakin atau percaya terlebih dahu.

Kesimpulan yang benar yang diperoleh melalui alur kerangka pikiran logis

(penalaran) adalah bersifat logis dan analitis; sedangkan yang diperoleh melalui

perasaan dan yang hanya melalui keyakinan atau kepercayaan bersifat tidak logis

dan tidak analitis. Dari hasil penalaran logis dan analitis diperoleh pengertahuan

yang disebut ilmu, sedangkan dari perasaan dan keyakinan atau kepercayaan

disebut pengetahuan seni dan agama.

Dari uraian tersebut diatas dapatlah diketahui tentang kedudukan ilmu dalam

pengetahuan, dan perbedaan ilmu dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya.

Keterangan lain menyatakan bahwa upaya aktif untuk memperoleh pengetahuan

keilmuan (pengetahuan ilmiah atau ilmu itu), tidak dilakukan dengan semena-

mena,melainkan menurut aturan-aturan atau metode-metode dan teknik-teknik

tertentu.upaya semacam ini disebut penyelidikan (inquiry) baik empirik maupun

non-empirik. Secara empirik dapat dilakukan dengan penelitian (research) atau

dengan pemeriksaan (investigation); dimana kedua-duanya mempergunakan

prinsip-prinsip observasi (pengamatan).

Sebelum mengurangi metode-metode dan teknik-teknik penelitian itu, perlu

diketahui sebagai dasar-dasar dari sifat-sifat dan asumsi dasar ilmu serta

komponen-komponen yang membangun ilmu itu sendiri.

III. SIFAT-SIFAT DAN ASUMSI DASAR ILMU

Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa ilmu bertujuan untuk menjelaskan

tentang segala sesuatu yang ada pada alam semesta, maka oleh sebab itu sifat dari

ilmu paling tidak meliputi tiga hal berikut:

a. menjelajah dunia empirik tanpa batas (sejauh dapat ditangkap oleh

pancaindra),

6

Page 7: agriunsil.weebly.comagriunsil.weebly.com/.../7/7/0/9/77099529/all_in_one.docx · Web viewJudul penelitian itu penting tetapi tidak menentukan. Setelah topik yang akan diteliti dalam

b. tingkat kebenaran yang dicapainya adalah relatif (tidak sampai pada tingkat

kebenaran yang mutlak),

c. ilmu merupakan proposisi-proposisi (hubungan sebab akibat) yang teruji

secara empirik.

Sebagai asumsi-asumsi dasar dari ilmu sehubungan dengan ketiga sifat yang telah

diuraikan di atas ialah:

a. dunia ini adalah (manipulable);

b. fenomena-fenomena yang ditangkap oleh indra manusia itu memiliki

hubungan satu sama lain;

c. percaya akan kemampuan indra-indra yang menangkap fenomenan-fenomena

itu;

Lebih jauh dapat dikatakan bahwa ilmu itu merupakan “belief system” artinya

ilmu itu kebenarannya didasarkan kepada keyakinan atau kepercayaan, meskipun

kebenarannya bersifat relatif.

Ilmu adalah pengetahuan yang sistematis; atau ilmu itu merupakan suatu sistem;

Maka ilmu mempunyai unsur atau elemen yang sistematik berupa tindakan-

tindakan fingsional: merumuskan masalah, mengamati dan mendeskripsi,

menjelaskan, meramalkan dan mengontrol gejala-gejala yang ada dialam semesta

ini.

IV. KOMPONEN PEMBANGUN ILMU

Sebenarnya komponen ilmu yang hakiki adalah fakta dan teori. Namun terdapat

komponen lain yang disebut fenomena dan konsep. Bagaman kedudukannya

dalam ilmu itu akan dijelaskan secara proseduril.

Fenomena (gejala atau kejadian) yang ditangkap indra manusia (karena dijadikan

masalah yang ingin diketahui) diabstrasikan dengan konsep-konsep. Konsep ialah

istilah atau simbul-simbul yang mengandung pengertian singkat dati fenomena.

Konsep itu penyederhanaan dari penomena. Konsep yang semakin mendasar akan

sampai kepada variabel-veriabel. Variabel adalah suatu sifat atau jumlah yang

mempunyai nilai “katagori” baik kualitatif maupun kuantitatif. Makin

berkembang suatu ilmu makin berkembang pula konsep-konsepnya untuk sampai

kepada variabel-variabel dasar itu.

7

Page 8: agriunsil.weebly.comagriunsil.weebly.com/.../7/7/0/9/77099529/all_in_one.docx · Web viewJudul penelitian itu penting tetapi tidak menentukan. Setelah topik yang akan diteliti dalam

Melalui penelaahan yang terus menerus ilmu itu akan sampai kepada hubungan-

hubungan (relationship) yang akan merupakan hasil akhir dari ilmu itu.

Hubungan-hubungan yang telah ditemukan dan ditunjang oleh data empirik

disebut fakta. Ilmu memunjukan fakta-fakta; sedangkan jalinan fakta-fakta

keseluruhan disebut teori. Lebih jelasnya, dinyatakan bahwa teori adalah jalinan

fakta-fakta menurut “meaningfull-canstruct”. Ini berarti bahwa teori itu adalah

seperangkat konsep, definisi, dan proposisi-prosposisi yang berhubungan satu

sama lain, yang menunjukan fenomena secara sistematis, dan bertujuan untuk

menjelaskan (explanation) dan meramalkan (prerdiction) fenomena-fenomena itu.

Dengan demikian jelas bahwa teori itu bukan suatu spekulasi melainkan suatu

konstruksi yang jelas, yang dibangun atas jalinan fakta-fakta. Memang demikian,

bahwa fakta mempunyai peranan dalam pijakan, formulasi dan penjelasan teori,

dengan perincian sebagai berikut.

1. Fakta memulai teori : teori berpijak pada satu dua fakta hasil penemuan

(discovery); kadang-kadang dari fakta hasil penemuan yang tidak disengaja

(secara kebetulan). Contoh fakta-fakta hasil penemuan yang tidak disengaja

diantaranya adalah:

Penemuan cendawan fenicillium yang dapat mencegah pertumbuhan

bakteri fenicilin;

Keluarnya cairan pancreas anjing menunjukan simton diabetes;

Raidum akan menyingkapkan cahaya film bila ditembuskan pada objek

yang tidak tembus cahaya.

2. Fakta menolak dan mereformulasi teori yang telah ada : bila ada fakta yang

belum terjelaskan oleh teori, kita dapat menolak ataupun merepormulasi teori

itu sedemikian rupa sehingga dapat menjelaskan fakta tersebut.

3. “Facts Redefine And Clarify Theori”: Fakta-fakta juga dapat mendefinisikan

kembali atau memperjelas definisi-definisi yang ada dalam teori sebelumnya.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, tergambarkan hubungan atau peranan fakta

dalam teori. Teoripun mempunyai peranan dalam mengembangkan ilmu, yaitu

sebagai orientasi, sebagai konseptualisasi dan klasifikasi, sebagai generalisasi,

sebagai peramal fakta dan sebagai “points to gaps in our knowledge”.

8

Page 9: agriunsil.weebly.comagriunsil.weebly.com/.../7/7/0/9/77099529/all_in_one.docx · Web viewJudul penelitian itu penting tetapi tidak menentukan. Setelah topik yang akan diteliti dalam

Gambar 1. Bagan dari Fenomena ke Ilmu

a. Teori sebagai orientasi. Teori memberikan suatu orientasi kepada para

ilmuwan, sehingga dengan teori tersebut dapat mempersempit cakupan yang

akan ditelaah, sedemikian rupa sehingga dapat menentukan fakta-fakta mana

yang diperlukan.

b. Teori sebagai konseptual dan klasifikasi. Teori dapat memberikan petunjuk

tentang kejelasan hubungan diantara konsep-konsep fenomena, atas dasar

klasifikasi tertentu.

c. Teori sebagai generalisasi (summarizing). Teori memberikan rangkuman

terhadap generalisasi empirik dan antar hubungan dari berbagai proposisi

(teorama : kesimpulan umum yang didasarkan pada asumsi-asumsi tertentu,

baik yang akan diuji maupun yang telah diterima).

d. Teori sebagai peramal fakta : yang dimaksud dengan meramal adalah

berpikir dedukatif dengan konsekuensi-konsekuensi logis (baik menurut waktu

maupun tempat); jadi dengan teori membuat prediksi-prediksi tentang adanya

fakta, dengan cara membuat “ekstrapolasi” dari yang sudah diketahi kepada

yang belum diketahui.

e. Theory points to gaps in our knowledge. Teori menunjukan adanya celah

dalam pengetahuan kita. Sepandai-pandainya akhli teori tentu tidak dapat

9

Page 10: agriunsil.weebly.comagriunsil.weebly.com/.../7/7/0/9/77099529/all_in_one.docx · Web viewJudul penelitian itu penting tetapi tidak menentukan. Setelah topik yang akan diteliti dalam

secara lengkap menyusun teori yang telah menjadi pengetahuan itu ; dengan

demikian memberi kesempatan untuk menutup celah tadi, dengan melengkapi,

menjelaskan dan mempertajamnya.

Dari keterangan-keterangan tersebut diatas ternyata jalinan antara fakta dan teori

(dan juga sebaliknya) dan antara teori dengan ilmu merupakan jalinan yang erat,

menurut keteraturan suatu sistem.

V. PROPOSISI SEBAGAI BANGUN TEORI/ILMU

Pekerjaan yang bersifat teoritis adalah pekerjaan yang melangkah dari fakta

kepada teori. Hal ini berarti bahwa kita akan mengungkapkan hubungan

(relationship) yang berlaku umum. Relationship yang dimaksud ialah hubungan

sebab akibat (kausalitas); dan hubungan sebab akibat yang berlaku umum ini

disebut proposisi. Proposisi wujudnya berupa ungkapan/kalimat yang terdiri dari

dua variabel atau lebih, merupakan bangun dari teori atau ilmu.

Proposisi berbeda dengan definisi. Jika definisi menjawab pertanyaan apa (what),

maka proposisi menjawab pertanyaan mengapa (why). Baik didalam proposisi

maupun didalam definisi terdapat lebih dari stu variabel; bedanya didalam

proposisi, hubungan antara variabel-variabel itu bersifat tegas, baik menurut

norma (bersifat normatif) maupun tidak menurut norma (bersifat monologis).

Hubungan tegas antara fakta-fakta atau variabel-variabel didalam proposisi itu,

kemudian harus diuji tingkat kebenarannya atau validitas dan reliabilitasnya.

Namun demikian dalam tulisan ini yang dibahas hanya akan menjelaskan

(mendeskripsi) proposisi, sedang menguji validasi dan reabilitas akan dibicarakan

pada bagian lain. Deskripsi proposisi terdiri dari tiga langkah.

1. menentukan “determinant and result” kausalitas variabel (dari fakta);

2. memperhatikan keeratan hubungan (linkage) diantara “determinant dan result”

3. menelaah nilai informatif dari variabel-variabel itu.

Determinant and result: berarti menentukan fakta-fakta mana yang tegolong

sebagai penentu (determinant) dan mana yang tegolong ditentukan (result). Pada

kenyatannya tidak selalu terdapat hubungan yang sederhana (misalnya hubungan

hanya dua variabel), kadang-kadang terdapat hubungan yang kompleks (misalnya

10

Page 11: agriunsil.weebly.comagriunsil.weebly.com/.../7/7/0/9/77099529/all_in_one.docx · Web viewJudul penelitian itu penting tetapi tidak menentukan. Setelah topik yang akan diteliti dalam

tiga variabel lebih). Dalam kegiatan ilmu menentukan hubungan ini merupakan

yang terpenting.

Memperhatikan “linkage” : berarti memperhatikan berbagai ragam emungkinan

keeratan hubungan antara varibel-variabel yang membangun proposisi itu. Rumus

umum proposisi dinyatakan dengan ungkapan “jika x maka y” (x = determinant,

y= result), akan terdapat berbagai kemungkinan keeratan hubungan variabel x

dengan y itu.

a. mungkinkah “jika x maka y” dan “jika y maka x”;

bila mungkin ini berarti variabel x yang berfungsi sebagai “determinant”,

dapat pula sebagai “result”; demikian pula variabel y yang befungsi

sebagai “result” dapat berfungsi sebagai “determinant”.

Keeratan hubungannya disebut berlaku bolak-balik (reversible linkage).

Apabila proposisi itu tidak bolak-balik, artinya x sebagai “determinant”

tidak dapat berfungsi sebagai “result”, demikian pula varibel y tetap

berfungsi sebagai “result”, dikatakan keeratan yang tidak dapat bolak-balik

(irreversible linkage).

Dari proposisi “irreversible” ini akan diperoleh keeratan-keeratan

hubungan sebagai berikut :

b. Apabila y itu sudah pasti / selalu / sudah barang tentu disebabkan oleh x ;

Jika benar maka keeratan hubungannya disebut “deterministic lingkage”;

jika tidak artinya belum pasti, baru merupakan kemungkinan (jika x

mungkin y), maka keeratan hubungannya disebut “stochastic lingkage”;

(hubungan kecenderungan).

c. Apakah y itu dengan sendirinya ditentukan oleh x, atau bersamaan dengan

x maka y terjadi; hubungannya disebut “contingensive lingkage”.

Tetapi jika terjadinya y itu pada suatu waktu tertentu (nantinya / kelak),

disebut “sequential lingkage”

d. Mungkin pula y itu dapat terjadi karena x, tetapi dengan suatu syarat

tertentu; keeratan hubungan tersebut “contingency linkage”. Tetapi

mungkin pula tanpa syarat apapun y akan terjadi karena x, artinya sudah

cukup pada keadaan itu, keeratan hubungannya disebut “sufficient

linkage”.

11

Page 12: agriunsil.weebly.comagriunsil.weebly.com/.../7/7/0/9/77099529/all_in_one.docx · Web viewJudul penelitian itu penting tetapi tidak menentukan. Setelah topik yang akan diteliti dalam

e. Ada kemungkinan bahwa seharusnya y terjadi karena x (jika x seharusnya

y); keeratan hubungannya disebut “substitutable linkage”

Demikianlah hubungan-hubungan diantara variabel-veriabel dalam proposisi

itu beserta kemungkinan “lingkage-nya”. Hal ini menunjukan kepada

kemungkinan kebenaran proposisi dalam tingkat kebenaran tertentu.

2. Menelaah nilai informatif (informative value) proposisi : sebagai hasil

berpikir deduktif ataupun induktif, proposisi itu mengandung variasi nilai

informasi (informasi sebagai bahan eksplanasi) dari rendah (low informative

value). Sampai kepada yang tinggi (high informative value) hal ini berkaitan

dengan kemampuan berpikir. Makin tinggi kemampuan berpikir, makin tinggi

pula nilai informatif yang dicapai. Fakta (proposisi) yang mencapai nilai

informatif tinggi disebut hukum dalil; proposisinya disebut “theoritical

proposition”. Proposisi yang derajat keberlakuannya tergantung kepada waktu

atau tempat (dan atau kondisi tertentu pada umumnya merupakan “low

informative proposition”. Misalnya proposisi yang berbunyi “jika status posisi

orang dalam masyarakat tinggi, maka taat terhadap norma”. Dari proposisi

tersebut memberikan informasi kita untuk membuat tindakan supaya orang

taat pada norma maka status posisi status posisi orang itu dalam masyarakat

harus dipertinggi (?)

Misalnya lain proposisi dari teknik pertaniaan berbunyi “jika satu hetar tanah

sawah dipupuk dengan satu kuintal urea, maka dapat memberikan hasil 6 ton

gabah kering panen”. Kenyataanya hanya memberi hasil tiga ton saja. Ini

berarti nilai informatif x (satu kuintal urea itu) adalah rendah. Sebab memang

dalam prosisi tadi bukan soal kuantum urea yang mementukan produktifitas

padi, melainkan kuantum unsur nitrogen (N) nya yang harus tetap; nilai

nitrogen yang tepat untuk padi belum tentu 100 kilogram (satu kuintal ) urea

mungkin kurang atau mungkin lebih dari satu kuintal urea, tergantung kepada

kondisi tanah sawah itu. Ilmuwan dapat meningkatkan nilai informasi

proposisinya, dengan cara meningkatkan kemampuan berpikirnya, baik

deduktif maupun induktif.

VI. BERPIKIR INDUKTIF DAN DEDUKTIF

12

Page 13: agriunsil.weebly.comagriunsil.weebly.com/.../7/7/0/9/77099529/all_in_one.docx · Web viewJudul penelitian itu penting tetapi tidak menentukan. Setelah topik yang akan diteliti dalam

Seperti telah diketahi, ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang tersusun secara

sistematis. Pengetahuan yang dipikirkan adalah suatu fenomena yang ditangkap

oleh indra manusia. Menangkap, secara aktip dikatakan mengamati atau

mengobserpasi; sedangkan hal-hal yang diamati dari penomena itu tidak lain ialah

fakta-fakta.

Didalam observasi itu fakta fakta dari fenomena dikumpulkan, diamati,

diklasifikasikan dan diklarifikasikan, disusun secara sistematis kemudian ditarik

generalisasi sebagai kesimpulannya, maka terwujudlah hukum-hukum, dalil-dalil

atau teori dasar suatu ilmu itu. Pekerjaan semacam itu tidak lain adalah pekerjaan

induktif. Berpikir induktif ini dimulai dari hal-hal yang khusus menuju kepada

generalisasi.

Prinsip induktif : jika sejumlah besar A yang diamati pada pada variasi kondisi

yang luas, menunjukan adanya sifat B, maka semua A (termasuk yang tidak

diamati) akan memiliki sifat B pula. “secara general dikatakan bahwa “semua A

memiliki sifat B”.

Selintas nampak, bahwa pekerjaan induktif itu mudah dan sederhana. Namun pada

kenyataannya tidak demikian. Coba perhatikan prinsip dasar induktif itu, yaitu

tentang “Sejumlah besar A (fakta-fakta dari fenomena itu) “dan “variasi kondisi

yang luas”.dari prinsip tersebut dapat ditanggapi bahwa makin besar A yang

diamati (seyogyanya semua A pada fenomena), dan makin luas variasi kondisi

dimana pengamatan itu dilakukan, maka makin mantap hukum /dalil / teori yang

dibangunnya. Tetapi timbul suatu pertanyaan (masalah induksi), mampukah

pengamat mengamati seluruh A dari fenomena itu dan melakukannya pada variasi

kondisi yang lengkap (completely induction) dan induksi yang lengkap

(incompletely induction), namun orang lebih sering melakukan induksi tidak

lengkap itu, yang disebut “sampel study”, daripada induksi lengkap.

Dalam melaksanakan “sampel study” ini masih tetap mempertanyakan tentang

tiga hal, yaitu : 1) besar kecilnya sampel, 2) representatifnya sampel dan 3)

homogenitas sampel. Oleh karena itu dalam induksi tidak lengkap dengan “sample

study” ini siobserver tidak bersikeras berkeyakinan bahwa hasilnya akan

memperoleh kebenaran dari kesimpulannya yang berlaku mutlak untuk

generalisasi populasinya, melainkan hanya berlaku pada taraf-taraf tertentu saja.

13

Page 14: agriunsil.weebly.comagriunsil.weebly.com/.../7/7/0/9/77099529/all_in_one.docx · Web viewJudul penelitian itu penting tetapi tidak menentukan. Setelah topik yang akan diteliti dalam

Ini berarti pula bahwa pada taraf-taraf tertentu juga akan mengalami kesalahan /

penyimpanan.

Dalam hal memperluas variasi kondisi. Francis Bakon mengajukan tiga prinsip

(selanjutnya disebut prinsip bacon) untuk mencapai hakekat induktif itu, ialah :

1. Tabulasi / pencatatan ciri-ciri positip : yaitu pencatatan mengenai apa yang

terjadi dalam suatu kondisi.

2. tabulasi / pencatatan ciri-ciri negatip : yaitu pencatatan pada kondisi-kondisi

mana suatu kejadian itu timbul.

3. tabulasi / pencatatan variasi kondisi : yaitu pencatatan ada tidaknya perubahan

ciri-ciri pada kondisi-kondisi yang berubah-ubah.

Dengan ketiga tabulasi / pencatatan tersebut barulah dapat ditetapkan tentang ciri-

ciri, sifat-sifat atau unsur-unsur mana yang harus ada, yang tidak dapat dipisahkan

dari fenomena itu.

Kebalikan dari berpikir induktif ialah berpikir deduktif. Pekerjaannya berangkat

dari hal yang umum (dari induksi / teori / dalil /hukum) kepada hal-hal yang

khusus. Prinsip dasarnya ialah “segala yang dipandang benar pada semua

peristiwa dalam satu kelas / jenis, berlaku pula sebagai hal yang benar pada semua

peristiwa yang terjadi pada hal yang khusus, asal hal yang khusus ini benar-benar

merupakan bagian / unsur dari hal yang umum itu “.

Penalaran deduktif biasanya mempergunakan silogisme dalam menarik

kesimpulannya itu. Silogisme adalah suatu argumentasi yang terdiri dari tiga buah

proposisi. Proposisi yang pertama disebut premis major ; yang kedua disebut

premis minor ; dan yang ketiga disebut konklusi / konsekuen / kesimpulan. Sesuai

dengan sebutannya premis major (PMj) adalah proposisi yang bersifat umum

(general) berupa teori, hukum ataupun dalil dari suatu ilmu ; sedangkan permis

minor (PMn) adalah proposisi yang disusun dari fenomena khusus yang ditangkap

indra, yaitu yang ingin diketahui ; dan konklusi (K) atau konsekuensi /

kesimpulan adalah jawaban logis bagi permis minor itu. Misalnya : ingin

diketahui tentang sifat dari besi dalam peristiwa pemanasan (ini ditetapkan untuk

permis minor). Selanjutnya dicari suatu generalisasi dari peristiwa pemanasan itu

(untuk permis mayornya). Silogismenya adalah sebagai berikut :

Proposisi 1 (PMj) : semua logam jika dipanaskan akan memuai Proposisi 2 (PMn) : besi adalah logam

14

Page 15: agriunsil.weebly.comagriunsil.weebly.com/.../7/7/0/9/77099529/all_in_one.docx · Web viewJudul penelitian itu penting tetapi tidak menentukan. Setelah topik yang akan diteliti dalam

Proposisi 3 (K) : jika besi dipanaskan, maka akan memuai

Proposisi 1 (PMj) : jika dalam keadaan P logam dipanaskan akan memuai Proposisi 2 (PMn) : besi dalam keadaan PProposisi 3 (K) : besi jika dipanaskan akan memuai

Proposisi 1 (PMj) : baik dalam keadaan P maupun S logam dipanaskan tak

mungkin akan memuai Proposisi 2 (PMn) : besi dalam keadaan P/SProposisi 3 (K) : besi jika dipanaskan tak mungkin akan memuai Seperi juga dalam penalatan induktif, dalam penalaran deduktif pun selintas

seperti terlihat sederhana dan mudah, namun dalam kenyataannya tidaklah

demikian. Bagaimana kesulitan yang harus diatasi agar dapat tingkat kebenaran

yang lebih tinggi. Misalnya :

Bayangkan, keterampilan apa yang harus dikuasai oleh para penalar untuk

dapat mencari atau menentukan generalisasi (teori / dalil / hukum) yang akan

dijadikan premis mayor itu (ada juga yang menyebut postulat dan atau

anggapan dasar / asumsi )

Selain itu, juga keterampilan dalam merumuskan proposisi faktual (dan

fenomena) untuk menentukan premis minornya

Setelah dapat menentukan premis major dan minor itu kemudian menghadapi

persoalan “conception”, yaitu mengkaji konsep-konsep yang membangun

proposisi-proposisi (baik sebagai permis major maupun minor ): misalnya apa

sebenarnya konsep logam, konsep besi, konsep pemanasan, konsep memuai

dan sebagainya itu.

Setelah kelas konsep-konsepnya menghadapi lagi persoalan “judgement” yaitu

menentukan kebenaran hubungan antara satu konsep dengan konsep yang

lainnya pada setiap proposisi itu, misalnya : benarkah / cocokkan hubungan

konsep logam dengan konsep pemanasan dan pemuaian itu, dan antara konsep

besi dengan logam dan seterusnya.

Akhirnya bagaimana memberi “reasoning” (argumentasi) atau pertimbangan

terhadap duduk perkara premis minor pada permis major; misalnya bagaimana

pertimbangannya / argumentasinya alasannya bahwa besi itu bagian / unsur

dari kelas / jenis dan logam itu dan seterusnya.

15

Page 16: agriunsil.weebly.comagriunsil.weebly.com/.../7/7/0/9/77099529/all_in_one.docx · Web viewJudul penelitian itu penting tetapi tidak menentukan. Setelah topik yang akan diteliti dalam

Setelah memperhatikan hal-hal tersebut diatas, barulah penalaran dapat menarik

kesimpulan deduktifnya secara benar. Tanpa memperhatikan sesungguhnya atau

tanpa dimilikinya keterampilan dari hal-hal tersebut tadi, akan merupakan

sumber-sumber kelamahan dari penalaran deduktif. Secara logika kelemahan-

kelamahan yang disebabkan oleh hal-hal tadi, terwujud pada dua macam

kesalahan silogismik yaitu kesalahan isi (material) dan kesalahan bentuk (format).

Kesalahan ini yaitu kesalahan meterial dari premis-premisnya ; meskipun satu-

satu permisnya benar maka kesimpulannya akan salah ; misalnya :

Kesalahan isi yaitu kesalah materi dari permis-permisnya ; meskipun salah satu

permisnya benar maka kesimpulannya akan salah ; misalnya :

PMj : Semua logam jika dipanaskan akan menciut (salah) PMn: Besi adalah logam (benar) K : besi jika dipanaskan akan menciut (salah) Pmj: kedinamisan kelembagaan sosial di tentukan oleh kepemimpinan

pemimpinnya (benar) PMn: perguruan tinggi tidak termasuk kelembagaan sosial (salah) K : kedinamisan pergurunan tinggi tidak ditentukan kepeminpinan

pimpinannya (salah) Sedangkan yang dimaksud dengan kesalahan bentuk (format) adalah kesalahan jalannya deduksi ; meskipun materi (isi) pada premis major dan premis minor adalah benar, tetapi karena jalannya salah maka konklusi / kesimpulan akan salah 1. PMj : Besi termasuk barang murah (benar) PMn: Besi termasuk barang yang berguna (benar) K : barang yang berguna adalah barang murah ( ? )

2. PMj : Burung beo jika dididik dapat bicara (benar) PMj : Burung beo termasuk unggas (benar) K : Maka unggas jika dididik dapat bicara ( ? )

3. Mj : Semua kara bermata dua (benar) Mn : Semua wanita bernata dua (benar) K : maka wanita adalah ........ ( ? )

VII. SIKAP ILMIAH

Paling tidak terdapat lima sikap ilmiah (scientific attitude) yang harus dimiliki

oleh peneliti, yaitu sikap ingin tahu, skeptik, kritik, obyektif, free from etik.

16

Page 17: agriunsil.weebly.comagriunsil.weebly.com/.../7/7/0/9/77099529/all_in_one.docx · Web viewJudul penelitian itu penting tetapi tidak menentukan. Setelah topik yang akan diteliti dalam

Adapula yang menambahkan budi pekerti kedalam sikap tersebut. Kelima hal

tersebut adalah sebagai berikut.

1. Sikap ingin tahu : sikap bertanya/penasaran (bukan so’tahu) terhadap

sesuatu, karena mungkin ada hal-hal/ bagian-bagian/

unsur –unsur yang gelap, yang tidak wajar atau ada

kesenjangan.

Hal ini bersambung dengan sikap-sikap skeptik, kritik

tetapi obyektif dan “free or not from etique?”

2. Skeptik : bersikap ragu-ragu terhadap pernyataan-pernyataan yang

belum cukup kuat dasar-dasar pembuktiannya.

3. Kritik : cakap menunjukan batas-batas suatu soal, maupun

membuat perumusan masalah, maupun menunjukan

perbedaan dan persamaan sesuatu hal dibanding dengan

yang lainnya (komparatif), cakap menempatkan suatu

pengertian didalam kedudukannya yang tepat.

4. Obyektif : mementingkan peninjauan tentang obyeknya; pengaruh

subyek perlu dikesampingkan meskipun tidak

sepenuhnya, dengan lain perkataan memang tidak

mungkin mencapai obyektifitas yang mutlak.

5. “Free from etique?”: ilmu itu monologis, artinya bebas nilai apa yang benar dan

apa yang salah; namun tidakah sebaiknya memperhatikan

etika ? artinya memperhatikan pula apa yang baik dan apa

yang buruk bagi kemanusiaan (kehidupan

Selain itu banyak pula ilmuan yang menambahkan lagi seperangkat budi pekerti

yang melengkapi sikap ilmiah itu seperti : tabah hati, sadar dan tawakal dalam

menghadapi segala kesukaran, keras hati berminat / berhasrat gigih dan

bersemangat, rendah hati : tidak sombong, kian berisi kian merunduk, jujur

toleran menghargai pandangan / pikiran orang lain meski bertentangan dengan

pendiriannya, kemudian berupaya untuk mencapai mufakat / kesamaan pandang.

Mungkinkah perlu ditambahkan lagi dengan rajin dan tekun, riang dan gembira,

suci dalam pikiran, perkataan, perbuatan; dan atau sehat rokhani dan jasmani?

yang biasanya mudah diucapkan tapi kurang dirasakan dan sulit dilaksanakan.

17

Page 18: agriunsil.weebly.comagriunsil.weebly.com/.../7/7/0/9/77099529/all_in_one.docx · Web viewJudul penelitian itu penting tetapi tidak menentukan. Setelah topik yang akan diteliti dalam

VIII. PENELITIAN

8.1. Hakekat Meneliti

Orang yang ingin bisa mengendarai mobil, apalagi bercita-cita menjadi tukang

bengkel mobil yang baik, dia harus tahu komponen-komponen penting mobil dan

mengetahui fungsi-fungsinya, termasuk mengetahui keterkaitan antara satu

komponen dengan komponen lainnya. Tahu komponen dan fungsi pedal gas, rem,

kopling, dan sebagainya. Setelah itu, diapun dipersyaratkan untuk tahu

mengoperasikan secara baik. Akan lebih baik lagi kalau tahu bagaimana mengatur

dan memperlakukan komponen-komponen itu sehingga menghasilkan laju mobil

tadi sesuai dengan yang diinginkan. Selebihnya dari itu ialah merawat dan

memperbaiki ketika mobil mogok atau tidak mau hidup mesinnya. Demikian

halnya bagi seorang peneliti. Sebelum masuk ke dalam dunia penelitian, berbagai

istilah-istilah kunci dan bagaimana keterkaitan antar istilah-istilah kunci itu perlu

dipahami supaya tidak mengalami kesalahan dalam pekerjaannya. Dalam hal ini,

peneliti harus tahu arah pada saat melakukan penelitian.

Meneliti pada dasarnya adalah seni memanfaatkan anugrah Tuhan berupa pikiran,

perasaan, kemauan serta kesanggupan untuk berfikir sistematis mengenai apa

yang sesungguhnya terjadi, di mana dan kapan kejadian-kejadian itu berlangsung,

dengan cara bagaimana kelangsungan kejadiannya itu dan atas alasan apa saja

menjadikan semuanya terjadi guna memperoleh pengertian yang komprehensif

atas apa yang diamati. Ini artinya, ketika dan selama kita melakukan penelitian,

terdapat sejumlah aktivitas otak, hati, dan indrawi yang berjalan dan dijalankan

secara bertahap atau secara bersama-sama untuk alasan menemukan jawaban

terhadap fenomena alam atau fenomena sosial-budaya yang hendak kita pelajari.

Otak kita bekerja yaitu mensortir (memilah dan memilih) masalah-masalah untuk

kemudian mencari solusi dengan cara mengumpulkan data atau informasi yang

representatif, lalu menganalisis dan menafsirkannya. Mencari data artinya melihat,

mengamati, dan menanyakan sejumlah hal kepada orang-orang yang memiliki

pengetahuan tentang hal-hal itu. Neuman (1994), menyatakan bahwa research is a

18

Page 19: agriunsil.weebly.comagriunsil.weebly.com/.../7/7/0/9/77099529/all_in_one.docx · Web viewJudul penelitian itu penting tetapi tidak menentukan. Setelah topik yang akan diteliti dalam

way of going about finding answers to questions. Meneliti sama artinya dengan

mencari temuan jawaban-jawaban terhadap masalah yang diajukan.

8.2. Kategori Penelitian

Penelitian atau riset (research), kendatipun secara umum berada dalam wacana

keilmuan, tetapi tidak berarti hanya kaum akademisi saja yang mempraktikkan

kegiatan tersebut. Ada kalanya di kalangan awam terlibat kepada kegiatan

penelitian, meskipun prosedur yang dilakukan seringkali belum tentu taat azas.

Hal ini tidak lalu berarti bahwa kegiatan penelitian di kalangan ilmuwan selalu

berada dalam taat azas. Oleh karena itu, tidak setiap penelitian dapat

dikategorikan sebagai penelitian ilmiah. Begitu pula, tidak setiap kegiatan

penelitian ilmiah, dapat dikategorikan sahih.

Kegiatan penelitian tidak hanya dilakukan oleh para ahli, dalam arti para

akademisi, para peneliti profesional, tetapi juga bisa dilakukan oleh orang awam.

Hanya saja, dari ketiga golongan itu, diasumsi akan memberi bobot keilmiahan

yang berbeda. Itulah sebabnya, suatu penelitian dapat dikategorikan sebagai tidak

ilmiah, atau sudah bisa dikategorikan sebagai penelitian ilmiah tetapi tidak sahih,

atau memang berkategori ilmiah yang sahih. Jadi, dalam bobot penelitian

sebetulnya dapat dibuat kategorisasi sbb:

a. Penelitian non ilmiah dan Penelitian Ilmiah

b. Penelitian Sahih dan Penelitian Tidak sahih

a. Penelitian non ilmiah

Suatu kegiatan penelitian ada kalanya menjadi bersifat tidak ilmiah ketika syarat-

syarat dasar keilmiahan itu tidak tercapai atau dihindari, baik karena

ketidaktahuan maupun karena penyalahgunaan. Hal ini, ada kaitannya dengan soal

gairah meneliti.

Dalam gairah meneliti itu, arti rasa ingin tahu mengenai jawaban suatu masalah

atau beberapa masalah yang dihadapi atau yang diramalkan bisa terjadi, juga

tumbuh di kalangan masyarakat umum. Hanya saja, bagaimana cara memahami

masalah yang diajukan bisa jadi tidak bersifat sistematis, tidak objektif, dan tidak

menggunakan metode ilmiah. Kondisi itu bisa terjadi karena mereka

19

Page 20: agriunsil.weebly.comagriunsil.weebly.com/.../7/7/0/9/77099529/all_in_one.docx · Web viewJudul penelitian itu penting tetapi tidak menentukan. Setelah topik yang akan diteliti dalam

mengandalkan kepada misalnya common sense, bersifat intuitif, atau bersifat

pilih-pilih (subjektif) dalam kaitannya dengan data apa yang harus dikumpulkan

dan bagaimana data itu dikumpulkan, serta dianalisis dan diinterpretasi. Tujuan

dari kegiatan penelitian demikian ini biasanya bersifat praktis dan sepihak dalam

arti sepanjang jawaban yang ingin ditemukan sudah tercapai — terlepas dari

apakah jawabannya itu sahih atau tidak sahih — bukanlah masalah yang

dipentingkan. Kalau kondisi itu terjadi di kalangan masyarakat awam, mungkin

masih bisa dipahami. Tetapi kalau yang melakukan penelitian tersebut pada

dasarnya sudah memahami prosedur penelitian berdasar metode ilmiah, menurut

Knafl (1991: 360) sikap seperti itu dapat dikategorikan sebagai “perbuatan jahat di

dalam ilmu pengetahuan” (misconduct in science). Perbuatan jahat itu bisa

berupa: pemalsuan, penjiplakan, atau praktik-praktik lain yang menyimpang dari

“norma” yang telah disepakati dalam komuniti ilmiah..

Perbuatan jahat di dalam dunia ilmu pengetahuan (kegiatan penelitian), bisa

terjadi karena paling tidak dua alasan yang saling mempengaruhi. Pertama,

adanya kekuatan luar yang memaksakan agar hasil penelitian nantinya bisa

menyimpulkan sesuai dengan yang diharapkan oleh pihak luar seperti misalnya

penguasa atau penyandang dana, sementara penelitinya sendiri merasa takut

terhadap “ancaman” itu. Kedua, karena moralitas peneliti itu sendiri yang rendah,

sehingga lebih mementingkan “penghasilan” daripada kebenaran. Kalau tidak

hati-hati, penelitian pesanan atau penelitian sebagai pembelaan (research as

advocacy) terkadang terjebak ke arah ini.

b. Penelitian Ilmiah yang tidak Sahih

Penelitian ilmiah adalah suatu kegiatan yang sistematis dan objektif untuk

mengkaji suatu atau beberapa masalah dalam usaha mencapai pengertian

mengenai prinsip-prinsip yang mendasar dan umum berkenaan dengan landasan

atau inti perwujudan masalah tersebut (Suparlan, 1994). Penelitin itu dilakukan

dengan berpedoman pada berbagai informasi (yang terwujud sebagai teori-teori)

yang telah dihasilkan dalam penelitian-penelitian yang terdahulu. Secara teoritis,

suatu penelitian dalam kerangka mengkaji masalah untuk mencapai pengertian

mengenai prinsip-prinsip yang mendasar dan umum, dapat dikategorikan ilmiah

20

Page 21: agriunsil.weebly.comagriunsil.weebly.com/.../7/7/0/9/77099529/all_in_one.docx · Web viewJudul penelitian itu penting tetapi tidak menentukan. Setelah topik yang akan diteliti dalam

kalau penelitian itu dilakukan secara sistematis, objektif, dan menggunakan

metode ilmiah,

Objektivitas antara lain bisa ditempuh kalau prosedur penelitiannya terbuka, dan

definisi-definisi yang digunakan tepat dan berdasarkan atas konsep-konsep dan

teori-teori yang sudah ada. Begitu pula data. Data dikumpulkan secara objektif

sehingga temuan-temuannya bisa ditemukan ulang oleh peneliti lain yang meneliti

dan menggunakan pendekatan serta prosedur yang sama (Suparlan, 1994) Tetapi

di dalam praktiknya, persyaratan keilmiahan seperti itu, belum tentu secara tepat

dan cermat dijalankan. Kalau kita telusuri, hal itu bisa terjadi berakar atau

bermula dari epistemologi, teori, dan metodologi, yang digunakan tidak

dijalankan secara konsisten oleh peneliti yang bersangkutan.

Ketidak-konsistenan bisa terjadi karena berbagai alasan, seperti pengetahuan yang

kurang memadai mengenai perspektif epistemologis dan paradigma teoritis,

ketrampilan metodologis, serta penyebab lain yang berkaitan dengan mental.

Kekacauan dalam menseleksi acuan-kepustakaan, terutama ketika mengacu

pemikiran teoritis dengan tanpa mempertimbangkan aliran berdasarkan tradisi-

tradisi keilmuan yang dipakai oleh para ahli yang pikirannya dikutip, dalam

praktiknya sering terjadi di kalangan peneliti kita. Ini sering kita lihat dari

paradigma teoritis yang digunakan bersifat campuran atau gado-gado, padahal

paradigma teoritis harus jelas dan tidak bisa dicampuradukkan. Suatu kelemahan

dari segi berfikir logis dan sistematis.

Persoalan lain yang umum terjadi, menyangkut kebiasaan menyederhanakan

persoalan baik dalam kaitannya dengan metodologi maupun praktik selama proses

penelitian itu berlangsung. Penelitian yang sering dilakukan di luar kepentingan

akademis (penyusunan tesis, atau disertasi) kadang-kadang dilakukan tidak secara

ketat-ilmiah. Begitu pula dari segi management penelitian. Dari proses

pemahaman mengenai data apa yang harus dikumpulkan, bagaimana data itu

dikumpulkan, siapa yang mengolah data itu, termasuk yang menganalisis dan

yang membuat interpretasi, serta penyusunan laporan, tidak terjadi

kesinambungan.

21

Page 22: agriunsil.weebly.comagriunsil.weebly.com/.../7/7/0/9/77099529/all_in_one.docx · Web viewJudul penelitian itu penting tetapi tidak menentukan. Setelah topik yang akan diteliti dalam

Pengumpulan data yang hanya beberapa hari di lapangan, dengan tanpa

mempertimbangkan terjadinya rapport antara peneliti dengan subjek yang diteliti

misalnya, dapat diramalkan bahwa informasi atau data yang diperolehnya, baru

informasi permukaan. Untuk memperoleh temuan yang valid, kita tidak cukup

mengandalkan ukuran analisis data seperti rumus-rumus statistik semata, tetapi

juga harus dipertanyakan bagaimana pula dengan cara memperoleh datanya.

8.3. Penelitian Ilmiah yang Sahih

Kesahihan suatu penelitian tidak dilihat dari persoalan pendekatan kuantitatif atau

kualitatif, tetapi lebih dilihat dari seberapa jauh tingkat konsistensi di dalam

menggunakan paradigma epistemologis, teoritis, dan metodologis, serta teknik-

teknik yang digunakan dalam kerangka melakukan penelitian. Masalahnya seperti

yang dikatakan oleh Masinambow (1996) — pandangan hidup atau worldview

(perspektif epistemologis) menentukan kepada teori yang digunakan. Dari teori

yang digunakan, mempengaruhi kepada metode, teknik, sampai kepada

pemahaman mengenai “gejala” itu sendiri. Pemahaman mengenai gejala atau

realitas, apakah didasarkan kepada pengertian pandangan kaum behaviorisme

(positivisme, materialisme) atau idealisme.

Begitu pula masalah perspektif ontologis dan epistemologis yaitu apa itu yang

disebut “gejala atau realitas” dan bagaimana memahami realitas itu, baru

memberikan kemungkinan kesahihan berfikir logis kalau paradigma teoritis yang

digunakan juga bertolak dari perspektif tersebut.

Di luar hal-hal itu, persyaratan lain untuk mencapai kesahihan dalam penelitian,

juga menyangkut kepada metodologi yang digunakan serta sikap taat azas para

peneliti itu sendiri. Mulai dari proses persiapan penelitian sampai pada

penyusunan pelaporan penelitian.

Unsur metodologis, menyangkut cara bagaimana memahami realitas atau gejala,

bagaimana gejala-gejala itu dilihat, digali, dianalisis dan diinterpretasi, dan

disimpulkan. Semuanya itu perlu dipertimbangkan dan dipertanyakan kembali

dalam hubungannya dengan ukuran validitas penelitian sesuai dengan pendekatan

penelitian yang digunakan, yaitu apakah penelitian kuantitatif atau kualitatif.

Kedua jenis pendekatan itu memiliki ukurannya sendiri-sendiri. Pada penelitian

22

Page 23: agriunsil.weebly.comagriunsil.weebly.com/.../7/7/0/9/77099529/all_in_one.docx · Web viewJudul penelitian itu penting tetapi tidak menentukan. Setelah topik yang akan diteliti dalam

kuantitatif misalnya, pengukuran validitas eksternal (menyangkut: generalisasi

deskriptif, dan generalisasi teoritik) dan validitas internal (menyangkut: validitas

disain dan analisis, serta validitas dan reliabilitas pengukuran). Sedang pada

penelitian kualitatif, validitas suatu penelitian dapat diukur seperti yang

disarankan oleh Parsudi Suparlan (1994: 10-12) antara lain dari, apakah data yang

dihasilkannya itu mencerminkan secara jelas sesuatu situasi tertentu, dan dapat

dilihat sebagai replika dari kenyataan yang ada, serta apakah data yang

dikumpulkannya itu berasal dari pengamatan dan wawancara mendalam kepada

informan yang tepat dan dalam situasi yang tepat pula?

Di sinilah perlunya kita melihat lagi bahwa landasan dasar dari suatu kegiatan

penelitian ilmiah adalah metode ilmiah. Metode ilmiah adalah suatu kerangka

landasan bagi terciptanya pengetahuan ilmiah. Pengetahuan ilmiah itu didapat bisa

melalui pengamatan, eksperimen, generalisasi dan verifikasi. Kalau dalam ilmu-

ilmu sosial dan budaya, pengetahuan ilmiah itu umumnya diperoleh melalui

wawancara dan pengamatan.

Jadi sekali lagi, perlu pemahaman secara tepat berbagai komponen kegiatan

keilmuan. Komponen atau istilah-istilah penting yang terkait dengan dunia

penelitian, secara sederhana dapat dibagi ke dalam tiga bagian. Bagian persiapan,

bagian pelaksanaan, dan bagian penyelesaian tanggungjawab.

23