obvious2011.files.wordpress.com · web viewdesain dan pendekatan kurikulum. disampaikan untuk...
TRANSCRIPT
MAKALAH KELOMPOK
DESAIN DAN PENDEKATAN KURIKULUM
Disampaikan untuk memenuhi sebagian tugas
Pada Mata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran semester genap
DosenPengampu: Badarudin, S.Pd
Disusun oleh :
Annisa Agus .S 1001100080
Nur Aini A. 1001100090
Winda Ayu 1001100093
Ichwanul M. 1001100101
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2012
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat kesehatan dan
petunjuk, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kurikulum dan
Pembelajaran”. Makalah ini membahas Desain dan pendekatan kurikulum.
Rasa hormat pun tidak lupa penulis tujukan kepada Muhammad SAW, Nabi Agung
yang mempunyai pribadi gigih dan tekun serta suri tauladan yang menjadi inspirasi dan
sumber semangat penulis untuk mengikuti jejaknya.Makalah ini disusun sebagai Tugas
Kelompok dalam mata kuliah Kurikulum dan Pembelajaran, Prodi PGSD Semester IV.
Penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan, petunjuk, dan bimbingan
sehingga Makalah ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima
kasih kepada :
1. Bapak Badarudin,S.Pd, selaku Dosen Mata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran yang
telah senantiasa memberikan bimbingan dalam menyelesaikan Makalah ini.
2. Orang Tua yang selalu memberikan do’a dan dukungan.
3. Semua pihak yang telah memberikan bantuan sehingga terselesaikannya Makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca
pada umumnya dan dunia pendidikan pada khususnya. Amin.
Purwokerto, Maret 2012
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................... 1
C. Tujuan .................................................................................................................... 2
D. Manfaat .................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 3
A. Pengertian Dasar Kurikulum.................................................................................. 3
B. Desain Kurikulum Disiplin Ilmu ........................................................................... 3
C. Desain Kurikulum Berorientasi pada Masyarakat ................................................. 5
D. Desain Kurikulum berorientasi pada Siswa ........................................................... 7
E. Desain Kurikulum Teknologis ............................................................................... 9
F. Pendekatan Pengembangan Kurikulum ................................................................. 10
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 13
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 13
B. Saran ...................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum dan pembelajaran, merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai
suatu rencana atau program, kurikulum tidak akan bermakna manakala tidak diimplementasikan
dalam bentuk pembelajaran. Demikian juga sebaliknya, tanpa kurikulum yang jelas sebagai
acuan, maka pembelajaran tidak akan berlangsung secara efektif.
Persoalan bagaimana mengembangkan kurikulum, ternyata bukanlah hal yang mudah,
serta tidak sederhana yang kita bayangkan. Dalam skala makro, kurikulum berfungsi sebagai
suatu alat dan pedoman untuk mengantar peserta didik sesuai dengan harapan dan cita-cita
masyarakat. Oleh karena itu, proses mendisain dan merancang suatu kurikulum mesti harus
memperhatikan system nilai yang berlaku beserta perubahan-perubahan yang terjadi di
masyarakat itu. Di samping itu, oleh karena kurikulum juga harus berfungsi mengembangkan
seluruh potensi yang dimiliki oleh anak didik sesuai dengan bakat dan minatnya, maka proses
pengembangannya harus memperhatikan segala aspek yang terdapat pada peserta didik.
Kurikulum harus terus menerus di evaluasi dan dikembangkan agar isi dan muatannya
selalu relevan dengan tuntutan masyarakat yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Desain Kurikulum ?
2. Apa saja model Desain Kurikulum tersebut ?
3. Apa saja perspektif dari masing-masing model Disain Kurikulum ?
4. Apa yang dimaksud dengan Pendekatan Pengembangan Kurikulum?
5. Pendekatan apa saja dalam Pengembangan Kurikulum ?
4
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Desain Kurikulum
2. Mengetahui model Desaian Kurikulum
3. Memahami perspektif dari masing masing disain kurikulum
4. Mengetahui dan memahami Pendekatan Pengembangan Kurikulum
D. Manfaat
1. Kita dapat mengetahui apa itu Desain Kurikulum
2. Kita dapat mengetahui macam-macam desain Kurikulum
3. Kita dapat memahami dan membedakan dari masing-masing desain
4. Mengetahui bagaimana merancang dan menyusun kurikulum sesuai dengan visi dan
misi sekolah
5. Kita dapat mengetahui dan memahami Pendekatan Pengembangan Kurikulum
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Desain Kurikulum
Yang dimaksud dengan desain adalah rancangan, pola atau model. Mendisain
kurikulum berarti menyusun rancangan atau menyusun model kurikulum sesuai dengan
misi dan visi sekolah. Tugas dan peran seorang desainer kurikulum, sama seperti seorang
arsitek. Sebelum menentukan bahan dan cara mengkontruksi bangunan terlebih dahulu
seorang arsitek harus merancang model bangunan yang akan dibangun.
Beberapa ahli merumuskan macam-macam desain kurikulum. Eisner dan Vallance
(1974) membagi desain menjadi lima jenis, yaitu model pengembangan proses kognitif,
kurikulum sebagai teknologi, kurikulum aktualisasi diri, kurikulum rekontruksi social,
dan kurikulum rasionalisasi akademis. McNeil (1977) membagi desain kurikulum
menjadi empat model, yaitu model kurikulum humanistis, kurikulum rekonstruksi social,
kurikulum teknologi, dan kurikulum subjek akqademik. Saylor Alexqander dan Lewis
(1981) membagi desain kurikulum menjadi menjadi kurikulum subject matter disiplin,
kompetisi yang bersifat spesifik atau kurikulum teknologi, kurikulum sebagi proses,
kurikulum sebagai fungsi social dan kurikulum yang berdasarkan minat individu.
B. Desain Kurikulum Disiplin Ilmu
Menurut Longstreet (1993) desain kurikulum ini merupakan desain kurikulum yang
berpusat kepada pengetahuan (the knowledge centered desain) yang dirancang
berdasarkan struktur disiplin ilmu, oleh karena itu model desain ini dinamakan juga
model kurikulum subjek akademis yang penekanannya diarahkan untuk pembagian
intelektual siswa. Para ahli memandang desain ini berfungsi untuk mengembangkan
proses kognitif atau pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui latihan
menggunakan gagasan dan melakukan proses penelitian ilmiah (McNeil, 1990).
Model kurikulum yang berorientasi pada pengembangan intelektual siswa,
dikembangkan oleh para ahli mata pelajaran sesuai dengan disiplin ilmu masing masing.
Mereka menyusun materi pembelajaran apa yang harus dikuasai siswa baik menyangkut
6
fakta, konsep maupun teori yang ada dalam setiap disiplin ilmu merka masing-
masing.Selain menentukan materi kurikulum, juga para pengembang kurikulum
menyusun bagaimana melakukuan pengkajian materi pembelajaran melalui proses
penelitian ilmiah sesuai dengan corak masalah yang terkandung dalam disiplin ilmu. Jadi,
dengan demikian dalam desain model ini bukan hanya diharapkan siswa semata-mata
dapat menguasai materi pelajaran sesuai dengan disiplin ilmu, akan tetapi juga menguasai
proses berpikir melalui proses penelitian ilmiah yang sistematis.
Dalam implementasinya, strategi yang banyak digunakan adalah strategi ekspositori.
Melalui strategi ini, gagasan atau informasi disampaikan oleh guru secara langsung
kepada siswa. Evaluasi yang digunakan bervariasi sesuai dengan tujuan pelajaran.
Taerdapat tiga bentuk organisasi kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu,
yaitu: subject centered curriculum, correlated curriculum, dan integrated curriculum.
1. Subject Centered Curriculum
Pada subject centered curriculum, bahan atau isi kurikulum disusun dalam bentuk
mata pelajaran yang terpisah-pisah, misalnya : mata pelajaran sejarah, ilmu bumi,
kimia, fisika, berhitung, dan lain sebagainya. Mata pelajaran-mata pelajaran itu tidak
berhubungan satu sama lain. Pada pengembangan kurikulum di kelas atau pada
kebiasaan belajar mengajar, setiap guru hanya bertanggung jawab pada mata
pelajaran yang diberikan. Kalapun mata pelajaran itu diberikan oleh guru yang
sama,maka hal ini juag dilaksanakan secara terpisah-pisah. Oleh karena organisasi
bahan atau isi kurikulum berpusat pada mata pelajarn secaraterpisah-pisah, maka
kurikulum ini juga dinamakn sparated subject curriculum.
2. Correlated Curriculum
Pada organisasi kurikulum ini, mata pelajaran tidak disajikan secara terpisah, akan
tetapi mata pelajaran-mata pelajaran yang memiliki kedakatan ataun mata pelajaran
sejenis dikelompokan sehinggan menjadi satu bidang studi (broad field), seperti
misalnya mata pelajaran geografi, sejarah, ekonomi dikelompokan dalam bidang studi
IPS. Demikian juga dengan mata pelajaran biologi, kimia, fisika, dikelompokkan
menjadi bidang studi IPA.
7
Mengorelasikan bahan atau isi materi kurikulum dapat dilakukan dengan
beberapa cara :
a) Pendekatan Struktual
Dalam pendekatan ini, kajian suatu kelompok bahasan ditinjau dari
beberapa mata pelajaran sejenis. Seperti misalnya, kajian suatu topic tentang
geografi tidak senata-mata ditinjau dari satu sudut saja, akan tetapi juga ditinjau
dari sejarah, ekonomi atau mungkin budaya.
b) Pendekatan Fungsional
Pendekatan ini didasarkan kepada pengkajian masalah yang berarti dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, suatu topic tidak diambil dari mata
pelajaran tertentu akan tetapi diambil dariapa yang dirasakan perlu untuk anak,
selanjutnya topikitu dikaji oleh berbagai mata pelajaran yang memiliki ketrkaitan.
Contohnya masalah “kemiskinan” ditinjau dari sudut ekonomi, geografi, dan
sejarah.
c) Pendekatan Daerah
Pendekatan ini materi pelajaran ditentukan berdasarkan lokasi atau tempat.
Seperti mengkaji daerah ibu kota ditinjau dari keadaan iklim, sejarah, social
budayanya, ekonominya dan lain sebagainya.
3. Integrated Curriculum
Pada organisasi kurikulum yang menggunakan model integrated, tidak lagi
menampakan nama-nama mata pelajaran atau bidang studi. Belajar berangkat dari
suatu pokok masalah yang harus dipecahkan. Masalah tersebut kemudian dinamakan
unit. Belajar berdasarkan unit bukan hanya menghafal sejumlah fakta, akan tetapi
juga mencari dan menganalisis fakta sebagai bahan untuk memecahkan masalah.
Belajar melalui pemecahan masalah itu diharapkan perkembangan siswa tidak hanya
terjadi pada segi intlektual saja akan tetapi seluruh aspek seperti sikap, emosi, atau
keterampilan.
8
C. Desain Kurikulum Berorientasi pada Masyarakat
Asumsi yang mendasari bentuk rancangan kurikulum ini adalah, untuk melayani
kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, kebutuhan masyarakat harus dijadikan dasar
menentukan isi kurikulum. Ada tiga perspektif desain kurikulum yang berorientasi pada
kehidupan masyarakat, yaitu perspektif status quo (the status quo perspective), perspektif
reformis (the reformist perspektive),dan perspektif masa depan (the futurist perspective).
1. Perspektif Status Quo (the status quo perspective)
Rancangan kurikulum ini diarahkan untuk melestarikan nilai-nilai budaya
mastyarakat. Dalam perspektif ini kurikulum merupakan perencanaan untuk
memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada anak didik sebagai persiapan
menjadi orang dewasa yang dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat. Yang dijadikan
dasar oleh para perancang kurikulum adalah aspek-aspek penting kehidupan
masyarakat. Menurut Bobbit, kegiatan utama dalam kehidupan masyarakat yang
disarankan untuk menjadi isi kurikulum sebagai berikut :
Kegiatan berbahasa atau komunikasi social
Kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan
Kegiatan dalam kehidupan social seperti bergau dan berkelompok dengan
orang lain
Kegiatan menggunakan waktu senggang dan menikmati rekreasi
Usaha mejaga kesegaran jasmani dan rohani
Kegiatan yang berhubungan dengan religious
Kegiatan yang berhubungan dengan peran orang ua seperti membesarkan
anak, memelihara kehidupan keluarga yang harmonis
Kegiatan praktis yang bersifat vocasional atau keterampilan tertentu
Melakukan pekerjaan sesuai dengan dengan bakat seseorang
Tiap kegiatan menurut Bobbit dapat dirinci lagi dalam kegiatan-kegiatan yang lebih
khusus untuk lebih mengarahkan tujuan dan kegiatan siswa di sekolah. Disamping
kegiatan-kegiatan yang harus dikuasai seperti apa yang dilakukan oleh orang dewasa
dalam perspective ini juga menyangkut desain kurikulum untuk memberikan
keterampilan sebagai persiapan untuk bekerja (profesi). Oleh sebab itu sebelum
9
merancang isi kurikulum, para perancang perlu terlebih dahulu menganalisis kemampuan
apa yang harus dimiliki anak didik sehubungan dengan tugas atau profesi tertentu. Dari
hasil analisis itu kemudian dirancang isi kurikulum yang diharapkan lebih efektif dan
sesuai dengan kebutuhan lapangan pekerjaan.
2. Perspektif Pembaharuan (the reformist perspective)
Dalam perspektif ini, kurikulum dikembangkan untuk lebih meningkatkann
kualitas masyarakat itu sendiri.Menurut aliran reformis, pendidikan harus mampu
mengubah keadaan masyarakat itu. Baik pendidikan formal maupun pendidikan
nonformal harus mengabdikan diri demi tercapainya orde social baru berdasarkan
pembagian kekuasaan dan kekayaan yang lebih adil dan merata.
3. Perspektif Masa Depan (the futurist perspective)
Model kurikulum ini lebih mengutamakan pada kepentikan social dari pada
kepentingan individu. Setiap individu harus mampu mengenali berbagai
permasalahan yang ada dalam masyarakat yang senantiasa mengalami perubahan
yang sangat cepat. Dengan pemahaman tersebut akan memungkinkan setiap individu
dapat mengembangkan masyarakatnya sendiri.
Ada 3 kriteria yang harus diperhatikan dal proses mengimplementasikan
kurikulum ini. Ketiganya menurut pembelajaran nyata (real), berdasarkan pada
tindakan (action),dan mengundang nilai (values). Ketiga criteria tersebut adalah
pertama, siswa harus memfokuskan kepada salah satu aspek yang ada di masyarakat
yang dianggapnya perlu untuk diubah, kedua siswa harusb melakukan tindakan
terhadap masalah yang dihadapi masyarakat itu, dann ketiga, tindakan siswa harus
didasarkan kepada nilai (values), apakah tindakan itu patut dilaksanakn atau tidak ,
apakah memerlukan kerja individual atau kelompok atau bahkan keduanya.
D. Desain Kurikulum berorientasi pada Siswa
Asumsi yang mendasari desain ini adalah bahwa pendidikan deselenggarakan untuk
membantu anak didik. Oleh karenanya, pendidikan tidak boleh terlepas dari kehidupan
anak didik. Kurikulum yang berorientasi pada siswa menekankan kepada siswa sebagai
sumber isi kurikulum. Segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum tidak boleh terlepas
dari kehidupan siswa sebagai peserta didik. Dalam mendesain kurikulum yang
10
berorientasi pada siswa, Alice Crow (Crow & crow, 1955) menyarankan hal-hal sebagai
berikut :
1. Kurikulum harus disesuaikan dengan perkembangan anak
2. Isi kurikulum harus mencakup keterampilan, pengetahuan dan sikap yang dianggap
berguana untuk masa sekarang dan masa yang akan dating.
3. Anak hendaknya ditempatkan sebagai subjek belajar yang berusaha unuk belajat
sendiri. Artinya, siswa harus didorong untuk melakukan berbagai aktivitas belajar,
bukan hanya sekedar menerima informasi dari guru
4. Diusahakan apa yang dipelajari siswa sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat
perkembangan mereka. Artinya, apa yang seharusnya dipelajari bukan ditentukan dan
dipandang baik dari sudut guru atau dari sudut orang lain akan tetapi ditentukan dari
sudut anak itu sendiri.
Desain kurikulum yang berorientasi pada anak didik, dapat dilihat minimal dari dua
perspektif, yaitu perspektif kehidupan anak di masyarakat (the child-in-society
perspective) dan perspektif psikologi (the psychological curriculum perspective).
1. Perspektif Kehidupan Anak di Masyarakat
Francis Parker, seorang tokoh yang menganjurkan siswa sebagai sumber
kurikulum, menurutnyakurikulum harus dimulai dariapa yang pernah dialami siswa
seperti pengalaman dalam keluarga, lingkungan fisik dan lingkungan social mereka,
serta dari hal-hal yang ada di sekeliling mereka.
Proses pembelajaran bukan hanya mengembangkan kemampuan intelektual
dengan memahami sejumlah teori dan fakta saja, akan tetapi beberapa prose belajar
itu dapat mengembangkan seluruh aspek kehidupan siswa
Kurikulum berorientasi pada anak dalam perspektif kehidupan di masyarakat,
mengharapkan materi kurikulumyang dipelajari di sekolahserta pengalaman belajar,
di desain sesuai dengankebutuhan anak sebagai persiapan agar mereka dapat hidup di
masyarakat. Anak dituntut bukan mempelajari berbagai macam teori atau berbagai
konsep yang dihubungkan dengan kehidupan nyata. Dengan demikian, apa yang
dipelajari di sekolah relevan dengan kehidupan yang nyata.
11
2. Perspektif Psikologi
Menturut para pengembang kurikulum dan perspektif ini, tugas dan tanggung
jawab pendidikan di sekolah bukan hanya mengembangkan segi intelektual siswa
saja, akan tetapi mengembangkan seluruh pribadi siswa sehingga dapat membentuk
manusia yang utuh. Tujuan pendidikan adalah proses perkembangan pribadi secara
dinamis, yaitu perkembangan ideal, integritas, dan otonomi pribadi. Inti dari
kurikulum humanis adalah aktualisasi diri.Manusia yang memiliki kualitas dan
kemampuan seperti itu, bukan hanya ditandai dengan perkembangan kognitif saja,
akan tetapi perkembangan dalam estetika dan perkembangan moral.Kurikulum
humanistic sangat menekankan kepada adanya hubungan emosional yang baik antara
guru dengan siswa. Melalui situasi dan kondisi yang demikian, diharapkan guru dapat
mendorong serta membantu mereka mengaktualisasikan diri.Kurikulum humanistic
menekan kepada integrasi, yaitu kesatuan pribadi secara utuh antara intelektual,
emosional, dan tindakan.
Kriteria keberhasilan ditentukan oleh perkembangan anak supaya menjadi
manusia yang terbuka berdiri dendiri. Proses pembelakaran yang bagus menurut
kurikulum ini adalah manakala memberikan kesempatan kepada siswa untuk tumbuh
berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
E. Desain Kurikulum Teknologis
Model desain kurikulum teknologi difokuskan kepade efektivitas program, metode
dan bahan-bahan yang dianggap dapat mencapai tujuan. Teknologi mempengaruhi
kurikulum dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi penerapan hasil-hasil teknologi dan
penerapan teknologi sebagai suatu system.
Sisi pertama yang berhubungan dengan penerapan teknologi adalah perencanaan yang
sistematis dengan menggunakan media atau alat dalam kegiatan pembelajaran.
Sedangkan teknologi sebagai suatu system, menekankan kepada penyusunan program
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan system yang ditandai dengan perumusan
tujuan khusus sebagai tujuan tingkah laku yang harus dicapai.Akhir dari suatu proses
pembelajaran adalah ketercapaian tujuan yang dirumuskan sebelumnya.
12
Kurikulum ini memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Belajar dipandang sebagai proses-respon terhadap rangsangan
2. Belajar diatur berdasarkan langkah-langkah tertentu dengan sejumlah tugas yang
harus dipelajari.
3. Secara khusus siswa belajar secara individual, meskipun dalam hal-hal tertentu bisa
saja belajar secara kelompok.
Organisasi bahan pelajaran dalam kurikulum teknologis memiliki cirri-ciri : Pertama,
pengorganisasian materi kurikulum berpatokan pada rumusan tujuan ; kedua, materi
kurikulum disusun secara berjenjang, dan ketiga, materi kurikulum disusun dari mulai
yang sederhana menuju yang kompleks.
Selanjutnya untuk evektifitas dan keberhasilan implementasi kurikulum teknologi
hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Kesadaran akan tujuan, artinya siswa perlu memahami bahwa pembelajaran
diarahkan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, siswa perlu diberi penjelasan
tujuan apa yang harus dicapai.
2. Dalam pembelajaran siswa diberi kesempatan mempraktikan kecakapan sesuai
dengan tujuan yang harus dicapai.
3. Siswa perlu diberi tahu hasil yang dicapai. Dengan demikian, siswa perlu menyadari
apakah pembelajaran sudah dianggap cukup atau masih perlu bantuan.
F. Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap
suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian, pendekatan
pengembangan kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum
tentang proses pengembangan kurikulum.
13
Dilihat dari cakupan pengembangannya, ada dua pendekatan yang dapat diterapkan
dalam pengambangan kurikulum, yaitu :
1. Pendekatan Top Down
Dikatakan pendekatan Top Down, disebabkan pengembangan kurikulum muncul
atas inisiatif para pejabat atau para administrator atau para pemegang kebijakan
(pejabat) pendidikan seperti dirjen atau para kepala Kantor Wilayah. Selanjutnya
dengan menggunakan semacam garis komando, pengembangan kurikulum menetes
kebawah .Oleh karena dimulai dari atas itulah, pendekatan ini juga dinamakan line
staff model.Biasanya pendekatan ini banyak dipakai di Negara-negara yang memiliki
system pendidikan sentralisasi.
Prosedur kerja atau proses pengembangan kurikulum model ini dilakukan kira-
kira sebagai berikut :
Langkah pertama, dimulai dengan pembentukan tim pengarah oleh pejabat
pendidikan. Tugasnya adalah merumuskan konsep dasar, garis-garis besar kebijakan,
menyiapkan rumusan falsafah, dan tujuan umum pendidikan.
Langkah Kedua, menyusun tim atau kelompok kerja untuk menjabarkan
kebijakan atau rumusan-rumusan yang telah disusun oleh tim pengarah.
Ketiga, apabila kurikulum sudah selesai disusun oleh tim atau kelompok kerja,
selanjutnya hasilya diserahkan kepada tim perumus untuk dikaji dan diberi catatan-
catatan dan direvisi
Keempat, para administrator selanjutnya memerintahkan kepada etiap sekolah
untuk mengimplementasikan kurikulum yang telah tersusun itu.
2. Pendekatan Grass Roots
Model Grass Roots, inisiatif pengembangan kurikulum berasal dari lapangan atau
dari guru-guru sebagai implementator, kemudian menyebar pada lingkungan yang
lebih luas, makanya pendekatan ini dinamakan juga pengembangan kurikulum dari
bawah ke atas. Kondisi yang memungkinkan pendekatan grass roots berlangsung
yaitu :
14
Peratama, manakala kurikulum itu bersifat lentur sehingga memberikan kesempatan
kepada setiap guru secara lebih terbuka untuk memperbarui atau menyempurnakan
kurikulum yang sedang diberlakukan.
Kedua, hanya mungkin terjadi manakala guru memiliki sikap professional yang tinggi
disertai kemampuan yang memadai.
Ada beberapa langkah penyempurnaan kurikulum yang dapat kita lakukan manakala
menggunakan pendekatan gross roots ini, yaitu :
Pertama, menyadari adanya masalah, biasanya diawali dari keresahan guru tentang
kurikulum yang berlaku. Kedua, mengadakan refleksi. Refleksi dilakukan dengan
mengkaji literature yang relevan misalnya dengan membaca buku, jurnal hasil
penelitian yang relevan dengan masalah yang kita hadapi atau mengkaji sumber
informasi lain. Ketiga, mengajukan hipotesis atau jawaban sementara, selanjutnya
guru memetakan berbagai kemungkinan munculnya masalah dan cara
penanggulangannya.Keempat, menentukan hipotesis yang sangat mungkin dekat dan
dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan. Kelima,
mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya secara terus menerus
hingga terpecahkan masalah yang dihadapi. Keenam, membuat dan menyusun
laporan hasil pelaksanaan pengembangan lelalui grass roots.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persoalan bagaimana mengembangkan suatu kurikulum, ternyata bukanlah hal yang
mudah, serta tidak sesederhana yang kita bayangkan. Dalam skala makro, kurikulum
berfungsi sebagai suatu alat dan pedoman untuk mengantar peserta didik sesuai dengan
harapan dan cita-cita masyarakat. Oleh karena itu, proses mendisain dan merancang suatu
kurikulum mesti memerhatikan system nilai yang berlaku beserta perubahan-perubahan
yang terjadi di masyarakat itu. Di samping itu, oleh karena kurikulum juga harus
berfungsi mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh anak didik. Persolan-
persoalan tersebut, yang mendorong begitu kompleksnya proses pengembangan
kurikulum. Kurikulum harus terus menerus dievaluasi dan dikembangkan agar isi dan
muatannya selalu relevan dengan tuntutan masyarakat yang selalu berubah sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
16
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal (Ed.), 1980, Pengembangan Program Pembelajaran, Jakarta; Depdikbud
PP3G
Depdikbud. (1998). Kurikulum Pendidikan Dasar 1998.
Sukmadinata, N. Sy. (1987). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek.
Bandunosdakarya.
Hamalik, Oemar, 1995, Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung: Bumi Aksara.
17