vol. v, no. 07 i p3di april 2013

Download Vol. V, No. 07 I P3DI April 2013

If you can't read please download the document

Upload: yulia-indahri

Post on 05-Dec-2014

65 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Proses Hukum terhadap Penyerangan Lembaga Permasyarakatan Cebongan (Luthvi Febryka Nola)Keberadaan BRICS dan Implikasinya bagi Indonesia (Lisbet)Problem Air Bersih di Perkotaan (Rohani Budi Prihatin)Subsidi BBM sebagai Penyebab Defisit Neraca Perdagangan (Niken Paramita Purwanto)Beberapa Masalah dalam Regulasi Tahapan Pencalonan Pemilu 2014 (Aryojati Ardipandanto)

TRANSCRIPT

Vol.V, No. 07/I/P3DI/April/2013

PROSES HUKUM TERHADAP PENYERANGAN LEMBAGA PERMASYARAKATAN CEBONGANLuthvi Febryka Nola*)

H U K U M

AbstrakPenyerangan terhadap Lembaga Permasyarakatan Cebongan telah mengancam eksistensi Indonesia sebagai negara hukum sehingga Polri, Tim Investigasi TNI dan Komnas HAM berusaha melakukan penyelidikan. Tim Investigasi TNI berhasil mengungkap keterlibatan oknum prajurit TNI dalam peristiwa ini. Menurut UU No. 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer, penyidikan dan persidangan terhadap prajurit yang melakukan tindak pidana umum akan dilaksanakan secara militer. Proses penyidikan dan peradilan militer terhadap kasus ini hendaknya dilaksanakan secara terbuka sehingga dapat dipantau oleh semua pihak. Kasus ini juga merupakan momentum untuk melakukan revisi terhadap UU Peradilan Militer terkait yurisdiksi peradilan militer dalam menangani perkara pidana umum.

A. PendahuluanBerdasarkan Indeks Negara Gagal atau Failed States Index (FSI) Tahun 2012, Indonesia termasuk kategori negara dalam bahaya menuju negara gagal. Indikator penilaian FSI adalah adanya peningkatan ketegangan dan kekerasan antarkelompok; dirusak atau dikuranginya kemampuan negara memberi keamanan; serta adanya pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan aturan hukum. Penyerangan ke Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cebongan, menunjukkan penguatan indikator tersebut.

Penyerangan terhadap Lapas Cebongan terjadi pada 23 Maret 2013, oleh sekelompok orang bersenjata yang menyebabkan tewasnya 4 tahanan dan melukai penjaga Lapas. Tahanan yang tewas adalah Gameliel Yermiyanto Rohi Riwu, Adrianus Candra Galaja, Hendrik Angel Sahetapi, dan Yohanes Juan Manbait. Keempatnya merupakan tersangka pelaku pengeroyokan hingga tewas terhadap Heru Santoso yang merupakan prajurit Kopassus yang baru pindah menjadi anggota Intel Kodam IV Diponegoro. Peristiwa ini apabila dibiarkan tidak hanya membuat Indonesia menjadi negara gagal akan tetapi juga mengancam eksistensi Indonesia sebagai negara hukum.

*)

Peneliti Muda bidang Hukum pada Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI, e-mail: [email protected]

Info Singkat 2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI www.dpr.go.id ISSN 2088-2351 -1-

B. Penyelidikan terhadap PenyeranganPascapenyerangan, Polri langsung melakukan penyelidikan. Penyelidikan juga dilakukan oleh Komnas HAM, karena ada indikasi pelanggaran HAM berupa penghilangan nyawa secara paksa dan penyiksaan terhadap penjaga Lapas. Penyelidikan Polri dan Komnas HAM telah berhasil mengumpulkan keterangan dari para saksi. Berdasarkan keterangan saksi, Polri membuat sketsa wajah pelaku. Polri dan Komnas HAM juga menemukan 31 butir peluru yang kemudian diperiksa oleh tim ahli Laboratorium Forensik (Labfor) Polri. Menurut informasi awal Polri, beberapa peluru merupakan kaliber 7,62 milimeter. Peluru jenis ini masih dipergunakan oleh TNI. Temuan ini memperkuat indikasi keterlibatan TNI. Karena itu, TNI segera membentuk tim investigasi. Tim terdiri dari sembilan orang dari unsur-unsur komando daerah militer, komando resor militer, komando distrik militer, polisi militer daerah, dan Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Tim ini kemudian berhasil menemukan bukti berupa keterangan dari 11 oknum Kopassus yang mengaku sebagai pelaku penembakan. Oknum Koppasus ini selanjutnya akan diproses berdasarkan UU No. 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer (UU Peradilan Militer). Menurut Pasal 9 UU Peradilan Militer, prajurit yang melakukan tindakan pidana akan diadili oleh peradilan militer dan proses penyidikan dilakukan oleh penyidik militer. Penyidik militer adalah atasan yang berhak menghukum, pejabat polisi militer tertentu dan oditur. Karena itu, Polri menghentikan penyelidikan dan menyerahkan segala hasil penyelidikan ke penyidik militer yang menangani kasus ini. Sedangkan penyelidikan Komnas HAM masih terus berlangsung. Komnas HAM sedang menyelidiki masukan dari Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) yang menyatakan kemungkinan adanya pelanggaran HAM berat dalam kasus ini karena adanya proses pemindahan tahanan yang janggal. Keempat korban penyerangan memang tidak sejak awal ditahan di Lapas Cebongan, sebelumnya mereka ditahan di rumah tahanan Polda Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan

keterangan para saksi, penyerbuan tersebut seperti terencana, terlihat dari kesiapan persenjatan, target pembunuhan, perusakan CCTV dan aktivitas penjagaan oleh penyerang di sekitar penjara. Selain itu, beberapa hari sebelum penyerangan juga terjadi pertemuan antara perwira TNI dengan Polri, sehingga ada indikasi telah terjadi suatu perencanaan yang matang sebelum terjadi penyerangan. Perencanaan ini jika terbukti dilakukan secara sistematis, maka berdasarkan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, dapat dikategorikan sebagai pelanggaran HAM berat berupa kejahatan terhadap kemanusiaan. Menurut Pasal 104 ayat (1) UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yang berhak mengadili kasus pelanggaran HAM berat adalah Pengadilan Hak Asasi Manusia di lingkungan peradilan umum.

C. Peradilan Militer terhadap Pelaku PenyeranganPasal 65 ayat (2) UU No. 34 Tahun 2004 tentang TNI (UU TNI) menyatakan Prajurit tunduk kepada kekuasaan peradilan militer dalam hal pelanggaran hukum pidana militer dan tunduk pada kekuasaan peradilan umum dalam hal pelanggaran hukum pidana umum yang diatur dengan undang-undang. Berdasarkan ketentuan ini maka prajurit Kopassus yang melakukan penyerangan terhadap Lapas Cebongan harusnya diadili di peradilan umum. Akan tetapi karena Pasal 65 ayat (2) UU TNI ini mengamanatkan pengaturan pada undang-undang, maka undang-undang yang secara khusus mengatur mengenai tindak pidana yang dilakukan oleh militer adalah UU Peradilan Militer. Pasal 9 dan Pasal 10 UU Peradilan Militer masih mengatur bahwa tindak pidana yang dilakukan prajurit diadili di peradilan militer. UU Peradilan Militer sampai saat ini belum mengalami perubahan. Pada tahun 2004, revisi terhadap UU Peradilan Militer sempat dibahas oleh pemerintah dan DPR. Akan tetapi pemerintah menarik usulan revisi tersebut. Sehingga saat ini UU Peradilan Militer tetap berlaku. Yurisdiksi peradilan militer memang menjadi salah satu topik yang menarik ketika RUU Perubahan Peradilan Militer dibahas.

-2-

Tabel Perbandingan Vonis Pengadilan Militer dengan Pengadilan UmumNo. 1. Kasus Penganiayaan Vonis Pengadilan Militer 3 orang prajurit melakukan penganiayaan terhadap sipil di Puncak Jaya pada 24 Januari 2011 di vonis 810 bulan penjara (Pasal 103 ayat 1 junto ayat 3 KUHP Militer) Pembunuhahan dengan mutilasi seorang warga bandung oleh Pratu Midad, vonis 17 tahun penjara Pembunuhan terhadap mahasiswi UIN Walisongo Semarang Serda Yusuf Harnawan, vonis 13 tahun penjara Pembunuhan seorang dokter di Madiun Prada Wendi Pradita, vonis 7 tahun penjara Percobaan pembunuhan seorang warga di Menado oleh Pratu Faisal, vonis 18 bulan penjara dan dipecat Penyiksaan mengakibatkan kematian terhadap seorang warga di Atambua oleh 23 anggota batalyon Infantri (Yonif ) 744, vonis 3 orang dipecat dan20 orang lainnya dihukum 59 bulan penjara

2.

Pembunuhan dengan mutilasi

3.

Pembunuhan

4.

Pencurian yang disertai pemberatan

5.

Percobaan pembunuhan

6.

Penyiksaan mengakibatkan kematian

Berdasarkan aturan militer yang berlaku universal maka peradilan terhadap militer baik yang melakukan tindak pidana umum maupun militer, diadili di peradilan militer. Akan tetapi dengan semakin berkembangnya pandangan masyarakat sehubungan HAM, pandangan ini mulai ditinggalkan.Hal ini terlihat pada kasus peradilan terhadap prajurit Amerika Serikat yang melakukan pemerkosaan terhadap wanita Jepang di Okinawa. Prajurit tersebut akhirnya diadili di peradilan sipil Jepang dan dikenakan hukuman yang cukup berat. Pasal 28D ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan, Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Pasal ini merupakan

penegasan tentang adanya perlakuan yang sama di hadapan hukum tanpa Vonis pembedaan sipil, militer Pengadilan Umum maupun polisi. Bahkan Penganiayaan terhadap saat ini, menurut UU No. kekasih di Bojonegoro pada 2 Tahun 2002, polisi yang 20 Maret 2013 di vonis melakukan tindak pidana pidana 9 bulan penjara umum diadili di peradilan (351 ayat 1 KUHP) umum. Munculnya keinginan Pembunuhan dengan untuk mengadili militer mutilasi oleh Muryani, di peradilan umum juga vonis 15 tahun penjara dikarenakan adanya anggapan bahwa proses Pembunuhan oleh penyidikan oleh penyidik Desmi Panca Satria bin militer kurang trasparan. Muhammad Kamsori di Anggapan ini kembali Palembang, vonis 12 tahun mengemuka sehubungan penjara akan dilakukan penyidikan Pembunuhan Naek L oleh militer karena bukti Gonggom yang melibatkan artis lidya pratiwi, vonis 14 sementara yang dipublikasi tahun diperingan menjadi oleh tim investigasi TNI 10 tahun penjara berbeda jauh dengan yang Percobaan pembunuhan ditemukan oleh penyelidik oleh Hendra Subrata, vonis lainnya. Perbedaan tersebut 4 tahun penjara (korban misalnya terkait dengan cacat) jumlah penyerang, jumlah Putusan terhadap 6 orang dan jenis persenjataan Polisi Polsekta Bukittinggi, yang digunakan dan motif yang melakukan penyerangan. Perbedaan penyiksaan terhadap Erik Alamsyah hingga tersebut meningkatkan meninggal dunia, vonis 10 kekawatiran terancamnya bulan1 tahun penjara proses penegakan hukum yang adil. Untuk meredakan kekawatiran tersebut petinggi TNI telah menegaskan bahwa proses penyidikan dan peradilan akan dijalankan secara transparan. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) pun telah memutuskan untuk tetap memberikan perlindungan kepada 42 orang saksi kasus ini. Keputusan LPSK ini setidaknya dapat mendukung agar proses pemeriksaan terhadap para saksi berjalan transpran. Kontroversi terhadap peradilan militer dalam penanganan kasus Lapas Cebongan ini juga muncul karena beberapa pihak menganggap vonis yang dijatuhkan peradilan militer kepada prajurit yang bersalah melakukan tindak pidana umum jauh lebih rendah apabila dibandingkan dengan putusan peradilan umum.

-3-

Berdasarkan Tabel di atas terlihat ada keputusan yang beragam antara pengadilan umum dengan militer. Pada kasus pembunuhan dengan mutilasi terlihat bahwa putusan pengadilan militer lebih tinggi di bandingkan pengadilan umum akan tetapi pada kasus pencurian dengan pemberatan, putusan pengadilan umum lebih berat di bandingkan militer. Oleh sebab itu, keputusan pengadilan memang sangat kasuistik karena banyak faktor yang dapat jadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan vonis, baik yang memberatkan maupun yang meringankan

Rujukan:

D. PenutupPengungkapan keterlibatan Kopassus dalam penyerangan Lapas Cebongan oleh tim investigasi TNI menunjukkan arah penegakan hukum yang positif. Namun kedepan, LPSK dan DPR tetap perlu melakukan pengawalan terhadap perkembangan kasus ini supaya proses penyidikan dan peradilan militer berjalan transparan. Kasus ini hendaknya juga dapat menjadi jalan untuk melakukan revisi terhadap UU Peradilan Militer sebagaimana diamanatkan oleh UU TNI terutama terkait yurisdiksi peradilan militer dalam menangani tindak pidana umum karena merupakan amanat konstitusi, hasil perkembangan pemikiran tentang HAM dan merupakan jawab terhadap tuntutan penegakan hukum yang transparan bagi militer yang melakukan tindak pidana umum. Komnas HAM hendaknya juga segera mengeluarkan rekomendasi sehubungan ada atau tidaknya pelanggaran HAM berat dalam kasus Cebongan ini.

1. Kata Presiden, Negara Tidak Boleh Kalah, http://nasional.kompas.com, diakses 6 April 2013. 2. 11 Penyerang LP Cebongan Diadili secara Terbuka, http://nasional.kompas.com, diakses 6 April 2013. 3. Hanya TNI atau Polri yang Bisa Melakukan, Majalah Detik, Edisi 70, 17 April 2013. 4. Peradilan Militer Diragukan, Republika, 8 April 2013. 5. Kronologi Bolong Tim Sembilan, Majalah Tempo, Edisi 814 April 2013. 6. Tentara AS Dibui karena Perkosa Perempuan Jepang, http://www. beritakriminal.net, diakses 9 April 2013. 7. LPSK Putuskan 42 Saksi Mendapat Perlindungan, http://nasional.kompas.com, diakses 9 April 2013. 8. Penyerangan Cebongan Lakukan Pelanggaran HAM Berat, http://kabar11. com, diakses 10 April 2013.

-4-

Vol.V, No. 07/I/P3DI/April/2013

KEBERADAAN BRICS DAN IMPLIKASINYA BAGI INDONESIALisbet*)

HUBUNGAN INTERNASIONALAbstrakPosisi BRICS di dunia internasional semakin lama semakin menguat. Bahkan, pada saat terjadi krisis keuangan yang melanda Eropa, negara anggota BRICS justru tampil mendongkrak perekonomian global dan mencegah dunia terpuruk ke dalam depresi ekonomi. Kendati demikian, Indonesia kurang tertarik untuk masuk menjadi negara anggotanya. Hal in karena posisi tawar BRICS yang masih kurang kuat bila berhadapan dengan kelompok negara maju. Selain itu, keberadaan BRICS juga dapat membawa dampak negatif bagi perekonomian Indonesia.

A. PendahuluanPada 2627 Maret 2013, Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan/South Africa (BRICS) mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi ke-4 di Durban, Afrika Selatan. Posisi BRICS di dunia internasional dewasa ini semakin menguat, karena BRICS memberi sumbangan 50% terhadap pertumbuhan ekonomi dunia, dan memberi proposal bantuan kepada Eropa saat krisis. Selain itu, BRICS juga telah menanamkan investasi di sektor finansial dan produksi guna meningkatkan roda perekonomian negara-negara di Eropa. Indonesia, sebagai negara berkembang dengan potensi pertumbuhan ekonomi yang tinggi tampaknya perlu menyikapi secara serius keberadaan BRICS.

B. Latar Belakang Kehadiran BRICSIstilah BRIC pertama kali diperkenalkan tahun 2001 oleh Jim ONeill, yang pada tahun itu memperkirakan akan muncul negara-negara pengganti negara kaya di Eropa dan Amerika Utara. Negara-negara pengganti itu adalah Brazil, Rusia, India dan China. Meskipun keempat negara tersebut diprediksi menjadi pengganti negara-negara yang kaya, bukan lantas berarti negara-negara ini pun akan menjadi negara yang dominan di dunia internasional karena tujuan pembentukan BRIC adalah terciptanya perdamaian, keamanan, dan kemajuan bersama. Keempat negara anggota BRIC mempunyai ciri-ciri hampir sama yakni: Jumlah penduduk yang besar; tanah yang luas; dan pertumbuhan

Peneliti bidang Bidang Masalah-masalah Hubungan Internasional pada Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI, e-mail: lisbet.sihombing@dpr. go.id Info Singkat 2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI www.dpr.go.id ISSN 2088-2351*)

-5-

ekonomi di atas rata-rata negara berkembang. Jika digabung, BRIC memiliki luas melebihi seperempat luas tanah di dunia, 40% jumlah penduduk dunia, dan memberikan kontribusi sekitar 18% ekonomi dunia. Dari segi luas wilayah maupun jumlah penduduk yang hanya sekitar 50 juta orang, sebenarnya Afrika Selatan tidak termasuk dalam ciri-ciri anggota BRIC. Afrika Selatan masuk menjadi anggota BRIC karena China menganggap, secara politik posisi Afrika Selatan penting, karena Afrika Selatan merupakan negara termaju di Benua Afrika. BRIC berharap, dengan masuknya Afrika Selatan maka setiap ide maupun pemikiran yang telah disepakati pada KTT BRIC akan dapat diterima negara-negara berkembang termasuk di Benua Afrika dan dunia internasional. Karena itu, BRIC pun berganti nama menjadi BRICS.

C. Posisi BRICS di Dunia InternasionalMasuknya Afrika Selatan secara otomatis semakin memperkuat posisi BRICS di mata internasional. Selain memiliki populasi 42% penduduk dunia, BRICS telah menyumbang PDB sebesar 18% PDB dunia, 15% perdagangan internasional, dan 40% arus kapital global. Bahkan pada tahun 2035 diperkirakan besarnya gabungan ekonomi BRICS akan sampai mengalahkan gabungan ekonomi negara maju G-7 yang terdiri dari Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Perancis, Inggris, Kanada, dan Italia. Posisi BRICS di dunia internasional semakin menguat pada saat BRICS memberikan proposal bantuan kepada Eropa ketika krisis, dengan cara meningkatkan kepemilikan aset seperti membeli surat berharga di negara yang paling solid di Eropa seperti Jerman dan membeli obligasi yang dikeluarkan Inggris. Kendati proposal bantuan ini tidak dapat sepenuhnya menyelesaikan masalah, namun setidaknya dapat membantu mengurangi gejolak yang terjadi di Eropa. BRICS juga telah membantu negaranegara Eropa melalui investasi-investasi di sektor finansial Eropa dan di sektor produksi. Penguatan posisi BRICS juga disertai tantangan-tantangan antara lain naik-turunnya harga komoditas dan nilai tukar dolar, yang dapat

berdampak luas pada perekonomian domestik. Tantangan lain adalah keinginan BRICS untuk menjadi kelompok ekonomi formal seperti Uni Eropa serta semakin kentaranya perbedaan kepentingan di antara sesama anggota. Negaranegara anggota BRICS memang memiliki tujuan yang sama, akan tetapi di antara mereka juga terdapat perbedaan kepentingan. Misal, perbedaan kepentingan antara India dan China. Kedua negara ini akan terus bersaing menimbun migas dan bahan mentah lain untuk keperluan domestik dan ekspor di masa depan. Sementara Brazil dan Rusia sama-sama memiliki kepentingan menjual hidrokarbon dan barang tambang ke negara-negara lain. Apabila BRICS ingin semakin memperkuat posisinya sebagai pengganti dari negara-negara maju maka ke depan, BRICS perlu mengakomodir perbedaan kepentingan yang dimiliki masing-masing negara sehingga dapat memberikan dampak positif bagi setiap anggota. Tidak hanya memberikan dampak positif bagi dunia, sesama anggota BRICS pun mendapatkan keuntungan dari kerja sama anggotanya. Pada tahun 2002, omzet perdagangan sesama anggota BRICS mencapai US$20 miliar. Jumlah ini mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2012, omzet perdagangan sesama anggota BRICS mencapai US$282 miliar. Untuk semakin memperkuat kerja sama, BRICS akan memperluas kerja sama ke bidang-bidang energi, industri penerbangan, telekomunikasi, pangan, statistik, antimonopoli, penelitian, keuangan, koperasi, perkotaan, kepemerintahan lokal, kesehatan, kebudayaan, olahraga, lingkungan, inovasi, farmasi, perdagangan, investasi, dll. Selain itu, BRICS juga akan membangun sistem perdagangan dan cadangan devisa multicurrency dan berusaha mengurangi penggunaan dolar dalam transaksi keuangan internasional. Ini berarti BRICS akan menggunakan mata uang mereka sendiri dalam melakukan perdagangan, menyalurkan hutang maupun hibah di antara negara anggota BRICS. Penggunaan mata uang sendiri dalam perdagangan telah dilakukan oleh China dan Brasil. Menjelang pembukaan resmi KTT BRICS di Durban, Afrika Selatan pada Maret 2013, menteri-menteri keuangan dari China dan Brazil telah menandatangani kesepakatan

-6-

untuk menggunakan mata uang mereka sendiri dalam perdagangan bilateral. Dengan demikian penggunaan dolar akan semakin berkurang.

D. Hasil KTT BRICS di DurbanPada 2627 Maret 2013, BRICS mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi ke-4 di Durban, Afrika Selatan. Salah satu keputusannya adalah pembentukan bank pembangunan bersama yang nantinya akan berfungsi sebagai alat pembangunan proyek-proyek infrastruktur di masing-masing negara anggota maupun di negara-negara miskin. Rencana pendirian bank pembangunan ini sudah berlangsung sejak KTT BRICS di New Delhi, Maret 2012. Saat itu, para pemimpin BRICS mengarahkan para menteri keuangannya untuk memeriksa kelayakan dan kelangsungan hidup pendirian bank pembangunan baru guna memobilisasi sumber daya terhadap infrastruktur dan proyek-proyek pembangunan berkelanjutan di negara anggota BRICS dan negara-negara berkembang lainnya. BRICS menghendaki sebuah bank pembangunan baru berskala dunia dengan alasan ingin menghindari indoktrinasi seperti yang selama ini dijalankan oleh negara-negara donor utama dari Bank Dunia (World Bank) dan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF). Model bisnis IMF dan Bank Dunia perlu direformasi total karena dianggap kurang memberi perhatian pada kepentingan negara-negara berkembang. Pada tahun 2010, Amerika gagal meratifikasi aturan main untuk memberikan kesempatan lebih besar kepada negara-negara berkembang di IMF. Oleh karena itu, bank ini diharapkan nantinya dapat menjadi alternatif terhadap Bank Dunia dan IMF. Namun, pada KTT tersebut rencana pendirian bank belum mencapai kesepakatan, karena adanya keinginan China dan Afrika Selatan untuk mendirikan kantor pusat bank tersebut di negaranya. Alasan lainnya, jumlah besaran kontribusi masing-masing negara anggota untuk pendirian bank dinilai tidak mencukupi kebutuhan dana pinjaman untuk proyek infrastruktur. Sebelumnya, setiap anggota telah sepakat berkontribusi US$50 miliar sebagai modal awal. Namun ternyata jumlahnya tidak

mencukupi. Kebutuhan pinjaman untuk proyek infrastruktur lima tahun ke depan diperkirakan bisa mencapai US$4,5 triliun. Pada KTT tersebut juga dibahas pembentukan cadangan devisa sebesar US$240 juta. Besarnya dana cadangan ini nantinya akan dijadikan dana tanggap darurat apabila terjadi krisis keuangan di negara anggota BRICS.

E. BRICS dan Implikasinya bagi IndonesiaMengapa Indonesia tidak ingin menjadi anggota BRICS? Kendati memiliki posisi yang bagus di dunia internasional, namun Indonesia merasa kurang tertarik untuk bergabung dengan BRICS, karena posisi tawar (bargaining position) BRICS masih kurang kuat bila berhadapan dengan kelompok negara maju lainnya. Selain itu, keberadaan BRICS juga dapat berdampak negatif bagi perekonomian Indonesia, karena dengan meningkatnya perdagangan dan investasi di antara negara-negara BRICS, maka perdagangan dan investasi ke negara-negara berkembang lainnya seperti Indonesia otomatis akan semakin berkurang. Misal, ekspor Indonesia ke China dapat mengalami penurunan karena Brazil dan Rusia dapat menggantikan Indonesia memasok bahan mentah yang akan diolah China sebelum dijual ke negara-negara lain. Demikian halnya, investasi China ke Indonesia juga akan menurun karena China lebih mengutamakan investasi ke India, Brazil atau Afrika Selatan.

F. PenutupMeskipun tidak masuk dalam BRICS, potensi ekonomi Indonesia juga telah diakui dunia internasional. Indonesia merupakan salah satu dari negara anggota G-20 yang saat ini menjadi penentu arah governance ekonomi makro global dan sektor keuangan dunia. Perusahaan konsultan Pricewaterhouse Coopers (PwC) tahun 2006 (The World in 2050) pun memprediksikan, pertumbuhan ekonomi tujuh negara berkembang (E-7) pada 2050 akan 50% lebih besar daripada tujuh negara maju (G-7). E-7 terdiri dari negara anggota BRIC ditambah dengan Meksiko, Indonesia, dan Turki.

-7-

Selain itu, Indonesia juga dapat melakukan langkah antisipastif terhadap peningkatan perdagangan dan investasi di antara negara-negara BRICS. Indonesia perlu semakin memperkuat hubungan bilateralnya dengan masing-masing negara anggota BRICS selaku negara-negara mitra strategisnya. Penguatan kerja sama ekonomi Indonesia dan Brasil dapat dilakukan melalui peningkatan jumlah investor Brasil ke Indonesia di sektor pertambangan atau kesepakatan memperbesar volume perdagangan kedua negara menjadi US$35 miliar. Sementara penguatan kerja sama juga terjadi antara Indonesia dan Rusia yang sama-sama menaruh perhatian khusus pada isu Financial Inclusion dan stimulus ekonomi untuk pembangunan infrastruktur. Kedua negara sengaja memberi perhatian khusus terhadap isu tersebut karena lemahnya aturan hukum, ketidakefisienan pembangunan infrastruktur, dan adanya ketimpangan pendapatan antara masyarakat ekonomi kuat dan masyarakat ekonomi lemah. Untuk itu, keduanya sepakat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat, berkelanjutan (sustainable) dan seimbang. Kerja sama Indonesia dengan India dapat dilakukan dengan cara berinvestasi di industri makanan olahan. Investasi ini menguntungkan kedua negara karena besarnya potensi konsumen di kedua negara. Pada tahun 2012, total volume perdagangan Indonesia dan China mencapai sebesar US$66 miliar atau naik sekitar US$6 miliar dari tahun 2011. Selain fokus pada peningkatan volume perdagangan, kedua negara saat ini juga fokus pada pembangunan infrastruktur di sejumlah daerah di Indonesia. Hal ini karena Indonesia sedang membutuhkan investasi infrastruktur sebesar Rp1.626 triliun untuk mencapai target rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3% pada tahun 20102014 apalagi pemerintah hanya mampu membiayai

7% dari total kebutuhan. Sedang peluang peningkatan kerja sama Indonesia dan Afrika Selatan antara lain menyiapkan sarana logistic storage yang berlokasi di Richards Bay Harbour agar dapat dimanfaatkan pengusaha Indonesia untuk ekspor ke Afrika Selatan dan menawarkan investasi di bidang perkebunan kapas di Afrika Selatan, dengan harapan adanya peningkatan nilai tambah produk tekstil supaya dapat diekspor kembali ke negara-negara Afrika lainnya, serta pengadaan alat-alat pertanian dari Indonesia.

Rujukan:

1. BRICS Makin Mendunia, Kompas, 28 Maret 2013, hal 10. 2. Rene L Pattiradjawane, Bebas Aktif dalam Kerja Sama Ekonomi, Kompas, 31 Maret 2013, hal 10. 3. BRICS dan Harapan Tatanan Baru, http:// www.berdikarionline.com, diakses 4 April 2013. 4. Bank Pembangunan BRICS terkendala Masalah Susbtansial, http://koran-jakarta. com, diakses 5 April 2013. 5. Alasan BRICS Siapkan IMF dan Bank Dunia Tandingan, http://id.berita.yahoo. com, diakses 4 April 2013. 6. Hendrajit, Indonesia-Rusia Harus Kerja Sama Dorong Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur oleh Negara-Negara G-20, http://www.theglobal-review.com, diakses 8 April 2013. 7. Kerja Sama Ekonomi: India ajak Indonesia investasi pengolahan makanan, http://www. bisnis.com, diakses 8 April 2013. 8. Kerja Sama Ekonomi Indonesia-China akan Fokus Pembangunan Infrastruktur, http:// www.antaranews.com, diakses 8 April 2013. 9. Indonesia-Afsel akan Perkuat Kerja sama Ekonomi, http://ekbis.sindonews.com, diakses 8 April 2013.

-8-

Vol.V, No. 07/I/P3DI/April/2013

KESEJAHTERAAN SOSIAL

PROBLEM AIR BERSIH DI PERKOTAANRohani Budi Prihatin*) Abstrak

Kerusakan lingkungan telah menyebabkan sumber daya air di perkotaan makin tercemar. Krisis air disebabkan pertumbuhan penduduk, lemahnya pelayanan PDAM, dan pergantian musim yang kontras. Krisis air bersih berpotensi menyebabkan konflik sosial, terutama ketika semakin banyak warga miskin yang kehilangan akses terhadap air. Oleh karena itu, Pemerintah harus melakukan intervensi yang tegas dengan melakukan pengawasan pemanfaatan air tanah yang ketat, pembangunan, perbaikan kualitas dan tata guna air, mendorong pengguna air membiayai pengadaan air bersih dan mewajibkan pembuatan sumur resapan di setiap bangunan.

A. PendahuluanKrisis air bersih mulai mencuat 6 bulan belakangan ketika pasokan air tidak memenuhi kebutuhan warga di Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Tidak hanya warga pengguna dan pemerintah, namun juga PDAM selaku penyedia yang direpotkan. Pedagang keliling juga mengalami kesulitan karena permintaan terus melonjak, sementara sumber air justru terbatas. Cadangan air Indonesia mencapai 2.530 km3/tahun yang termasuk dalam salah satu negara yang memiliki cadangan air terkaya di dunia. Dalam data lain menunjukkan, ketersediaan air di Indonesia mencapai 15.500 m3 per kapita per tahun. Angka ini masih jauh di*)

atas ketersediaan air rata-rata di dunia yang hanya 8.000 m3 per tahun. Meskipun begitu, Indonesia masih mengalami kelangkaan air bersih, terutama di kota-kota besar. Menurut Pakar hidrologi dari Universitas Indonesia, Firdaus Ali, Jakarta sudah mengalami krisis air bersih sejak 18 tahun yang lalu, dan saat ini kondisinya semakin parah. Jakarta memerlukan sekitar 26.938 liter air per detik, namun yang tersedia hanya 17.700 liter air per detik. Selain itu, menurut laporan Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Indonesia, ketersediaan air di Pulau Jawa hanya 1.750 m3 per kapita per tahun pada tahun 2000 dan akan terus menurun hingga 1.200 m3 per kapita per tahun pada tahun 2020. Padahal standar kecukupan minimal adalah 2.000 m3 per kapita per tahun.

Peneliti bidang Studi Masyarakat dan Sosiologi Perkotaan pada Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI, e-mail: rohbudbud@gmail. com Info Singkat 2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI www.dpr.go.id ISSN 2088-2351 -9-

Berbagai masalah yang dihadapi dalam pengelolaan sumber daya air, dari sisi kualitas, kuantitas dan kontinuitas, akhirnya menempatkan Indonesia pada kelompok peringkat rendah dalam pencapaian Millennium Development Goals (MDGs).

B. Penyebab Krisis Air BersihAda berbagai penyebab krisis air bersih di kota-kota besar di Indonesia. Pertama, permasalahan kependudukan. Faktor-faktor yang terkait dengan penurunan kualitas air di antaranya: (1) Laju pertambahan dan perpindahan penduduk ke perkotaan yang cukup tinggi; (2) Penggunaan lahan yang tidak memperhatikan konservasi tanah dan air. Pembangunan gedung-gedung di kota besar banyak yang tidak mematuhi perbandingan lahan terpakai dan lahan terbuka, sehingga mengganggu proses penyerapan air hujan ke dalam tanah; (3) Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dan aktivitas domestik, industri, erosi, dan pertanian; dan (4) Eksploitasi air tanah yang berlebihan yang dilakukan oleh gedung-gedung perkantoran, rumah sakit, pusat perbelanjaan, apartemen, pengusaha laundry, dan bangunan lainnya. Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali berpotensi pula menambah kotoran dan polusi terhadap sumber-sumber air bersih yang ada, seperti air tanah dan air permukaan di perkotaan (Uitto dan Biswas, 2000). Badan air seperti sungai, selokan, rawa, dan danau di kota besar masih terus-menerus dijadikan lokasi akhir pembuangan sampah dan mengalirkan limbah yang pada akhirnya terakumulasi di laut. Di kotakota besar, sumber air baku umumnya dicemari oleh limbah industri. Ekspedisi Kompas (2009) yang menyusuri Sungai Ciliwung misalnya, menemukan fakta bahwa industri tumbuh subur di sepanjang tepian Ciliwung dan sejumlah percabangannya. Akibatnya kualitas air Ciliwung menurun dan tidak bisa digunakan sebagai air baku untuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Jelas bahwa perilaku manusia yang kurang terarah dan kurang bersahabat dengan lingkungan berpengaruh terhadap kualitas air. Kedua, masih kecilnya cakupan pelayanan PDAM keseluruh pelosok Indonesia. Secara umum, pelayanan air bersih di perkotaan di

Indonesia sampai tahun 2000 baru mencapai 39% atau 33 juta penduduk, yang berarti bahwa sekitar 119 juta penduduk belum memiliki akses terhadap air bersih. Pada saat ini, kinerja pelayanan air bersih di kawasan perkotaan masih sangat kurang terutama di kota metropolitan, kota besar, kota sedang dan kota kecil. Sebagai contoh, Provinsi DKI Jakarta yang merupakan kota metropolitan, pada tahun 2012 jumlah penduduk yang terlayani air bersih baru sekitar 61,06% (PDAM Provinsi DKI Jakarta, 2012). Ketiga, pengaruh pergantian musim yang menyebabkan pasokan air tidak merata. Pergantian antara musim hujan dan musim kemarau di Indonesia terlihat menjadi sangat kontras di mana pada musim hujan terjadi banjir tapi pada saat musim kemarau krisis air bersih. Jakarta merupakan salah satu contoh kawasan perkotaan yang kontras pada kedua musimnya. Tingginya pertumbuhan penduduk menuntut besarnya penyediaan air bersih. Ironisnya, di tengah ancaman kelangkaan air tersebut, potensi air hujan di Jakarta yang mencapai 2.000 juta m3/tahun tidak teresap optimal karena hanya 26,6% yang teresap ke dalam tanah dan sisanya 73,4% terbuang sia-sia ke laut.

C. Potensi Konflik SosialMenurut Swyngedouw (2004), kesuksesan sebuah kota sangat tergantung dari kemampuannya mengatasi problem lingkungan hidup, khususnya dalam penyediaan air bersih. Tanpa peran campur tangan Pemerintah maupun Pemerintah Daerah dalam pengelolaan akses terhadap air bersih, maka dipastikan nasib kotakota besar akan berpotensi konflik sosial yang diakibatkan akses air bersih. Kekhawatiran semacam ini tidak hanya didasari oleh asumsi semata. Studi yang dilakukan Wirsing, Stoll, dan Jasparro (2013) berjudul International Conflict over Water Resources in Himalayan Asia menyimpulkan bahwa sumber mata air di Pegunungan Himalaya yang mengalir ke beberapa negara di Asia Tengah akan berpotensi memunculkan konflik antarnegara. Studi ini juga sekaligus memperkuat studi Stoll (1988) sebelumya, yang menyimpulkan bahwa di masa depan negara-negara Timur Tengah yang

- 10 -

dilalui oleh Sungai Efrat dan Tigris berpotensi saling konflik untuk memperebutkan air bersih pada kedua sungai tersebut. Berdasarkan hal tersebut, ketidakseimbangan jumlah penduduk dan ketersediaan air berpeluang menjadi babak baru konflik global dan lokal pada abad ini. Sebagaimana bahan bakar minyak, sumber daya air juga tidak ada substitusinya. Selain itu, kekhawatiran global terhadap kelangkaan air juga karena adanya prediksi Gardner-Outlaw and Engelman (1997) bahwa pada tahun 2050 diprediksikan 1 dari 4 orang akan terkena dampak dari kekurangan air bersih. Selama ini masyarakat miskin perkotaan telah menjadi korban ketidakadilan dalam akses terhadap air bersih. Air bersih yang harusnya menjadi benda atau barang publik, justru bagi kaum miskin perkotaan menjadi barang mewah. Bahkan dibandingkan dengan kalangan yang mampu, kaum miskin kota membayar lebih mahal. Pelanggan PDAM di perkotaan misalnya, hanya membayar air minum antara Rp7.000Rp8.000 per m3. Sementara masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) atau masyarakat miskin harus membayar sekitar yakni Rp20.000 per m3 yang mereka beli dari pedagang air pikulan ataupun gerobak. Fenomena ini umum terjadi di wilayah yang air tanahnya sudah tercemar air laut (intrusi).

D. Kisah Sukses Kota PayakumbuhSudah saatnya, pengelolaan air bersih di perkotaan dilakukan secara integratif. Bank Dunia misalnya, memperkenalkan pendekatan manajemen air perkotaan terintegrasi (integrated urban water management/IUWM), di mana para pembuat kebijakan didorong untuk mengadopsi pandangan yang holistik, seperti apakah penggunaan air dan irigasi di hulu berdampak kepada ketersediaan dan kualitas air di hilir. Kota Payakumbuh, Provinsi Sumatera Barat menjadi contoh keberhasilan pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi di Indonesia. Karena prestasinya itu, kota ini mendapatkan anugerah Indonesia Millennium Development Goals Awards 2011 kategori akses ke air minum layak dan sanitasi dasar. Sebagai daerah yang sangat peduli dengan air bersih

dan sanitasi, Payakumbuh mampu melampaui target pencapaian MDGs yang telah disepakati 190 negara anggota PBB, 2009 lalu. Akhir Desember 2011, cakupan pelayanan air bersih di Payakumbuh dari PDAM mencapai 93,4%. Padahal, target air bersih perkotaan dalam MDGs 2015 hanya 80%. Dalam beberapa tahun terakhir, Payakumbuh di bawah Walikota Josrizal Zain berkomitmen dalam mewujudkan pembangunan air minum dan sanitasi. Sejak 2006 Payakumbuh menjadi salah satu kota yang mengikuti program ISSDP (Indonesia Sanitation Sector Development Program). Di samping itu, Payakumbuh juga menjadi salah satu inisiator terbentuknya Aliansi Kota Peduli Sanitasi (AKOPSI). Belajar dari pengalaman Kota Payakumbuh, ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan oleh pemerintah daerah lainnya di Indonesia, di antaranya: (1) Pengaturan pemanfaatan air tanah yang disertai dengan pengawasan yang ketat; (2) Pemberian surat IMB (izin mendirikan bangunan) harus disertai kewajiban penyediaan lahan terbuka; (3) Kewajiban memperbaiki kualitas dan mengembalikan tata guna air sesuai pemanfaatan sebagaimana yang telah dimanfaatkan oleh setiap pengguna air; (4) Setiap pengguna air harus diwajibkan membiayai pengadaan air bersih; dan (5) Setiap bangunan harus diwajibkan membuat sumur resapan sehingga dapat meningkatkan cadangan air tanah.

E. PenutupKetersediaan air bersih merupakan kebutuhan mendesak bagi setiap individu manusia, terlebih yang tinggal di perkotaan yang dihadapkan pada ancaman kelangkaan air akibat ketidakseimbangan pembangunan. Krisis air ini disebabkan pertumbuhan penduduk, lemahnya pelayanan PDAM, dan pergantian musim yang kontras. Data yang ada selama ini telah menunjukkan, sebagian kota-kota di dunia, khususnya di Indonesia sedang bergerak memasuki tahapan krisis sumber daya air. Perlu langkah-langkah persiapan dan pencegahan agar permasalahan ini ke depan dapat diminimalisasi. Bercermin dari keberhasilan kota Payakumbuh yang mendapatkan anugerah

- 11 -

Indonesia Millennium Development Goals Awards 2011, Pemerintah harus melakukan intervensi yang tegas dengan melakukan pengawasan pemanfaatan air tanah yang ketat, pembangunan, perbaikan kualitas dan tata guna air, mendorong pengguna air membiayai pengadaan air bersih dan mewajibkan pembuatan sumur resapan di setiap bangunan. Dalam hal ini DPR RI dituntut untuk menjalankan fungsi pengawasannya untuk melindungi kesejahteraan masyarakat sesuai dengan amanat Pasal 37 ayat (1) UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang menyebutkan, air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit dilakukan.

Rujukan:

1. Juha I. Uitto dan Asit K. Biswas. 2000. Water for Urban Areas: Challenges and Perspectives. Tokyo: United Nations University Press. 2. Clive Agnew and Philip Woodhouse. 2011. Water Resources and Development. Routledge: New York. 3. Erik Swyngedouw. 2004. Social Power and the Urbanization of Water: Flow of Power. Oxford University Press. 4. Gatut Susanta dan Hari Sutjahjo. 2007. Akankah Indonesia Tenggelam Akibat Pemanasan Global?. Jakarta: Niaga Swadaya.

5. Akhmad Solihin, Bencana Kelangkaan Air di Perkotaan, Media Indonesia, 17 Maret 2010. 6. Mulyawan Karim (editor). 2009. Ekspedisi Ciliwung: Laporan Jurnalistik Kompas. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. 7. Tom Gardner-Outlaw and Robert Engelman, Sustaining Water, Easing Scarcity: A Second Update. 1997. Washington DC: Population Action International Population and Environment Program. 8. PDAM Provinsi DKI Jakarta, Pemenuhan Kebutuhan Air Perpipaan Masyarakat Jakarta, Makalah dalam Seminar Pembinaan dan Pemanfaatan Sumber Daya Perkotaan di BPLHD Provinsi DKI Jakarta, 20 November 2012. 9. Robert J. Kodoatie dan Roestam Sjarief. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta: CV Andi Offset. 10. Enam Bulan Pasokan Air Bersih Terganggu, http://regional.kompas.com, diakses 9 April 2013. 11. Krisis Air Belum Tertangani, Pedagang Air Kerepotan, http://regional.kompas.com, diakses 9 April 2013. 12. Krisis Air Baku di DKI Menanti Aksi Nyata, http://regional.kompas.com, diakses 9 April 2013. 13. Krisis Air Buah Kapitalisasi Pelayanan Air Bersih (Catatan Terkait Hari Air Sedunia 2013), http://www.globalmuslim.web.id, diakses 9 April 2013.

- 12 -

Vol.V, No. 07/I/P3DI/April/2013

E KO N O M I D A N KEBIJAKAN PUBLIK

SUBSIDI BBM SEBAGAI PENYEBAB DEFISIT NERACA PERDAGANGANNiken Paramita Purwanto*)

AbstrakNeraca Perdagangan Indonesia mengalami defisit di Bulan Februari 2013 sebesar US$327,4 juta. Salah satu sebabnya adalah defisit neraca perdagangan migas yang cukup besar. Tahun ini merupakan titik terendah produksi minyak, sekitar 840.000850.000 barrel per hari (BPH). Sedang kebutuhan BBM bersubsidi tahun 2013 diprediksi 50 juta kl hingga akhir tahun. Kebutuhan energi yang besar di dalam negeri harus dikompensasi dengan mendatangkan minyak dari luar yang cukup besar. Beragam cara pengendalian dilakukan pemerintah untuk menekan konsumsi BBM, namun tidak membuahkan hasil maksimal. Bila melihat pengalaman solusi mekanisme harga melalui penyesuaian harga BBM dan dampak turunannya, serta konstelasi ekonomi global yang kurang menggembirakan, tampaknya pengendalian BBM bersubsidi menjadi opsi yang paling tepat untuk solusi jangka pendek.

A. PendahuluanNeraca Perdagangan Indonesia kembali mengalami defisit di Bulan Februari 2013 sebesar US$327,4 juta. Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin, penyebab defisit neraca perdagangan adalah karena migas masih defisit cukup tinggi. Komoditas non-migas pada bulan Februari surplus US$777,9 juta. Namun komoditas migas defisit US$1,1 miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan defisit US$327,4 juta atau lebih besar jika dibandingkan bulan Januari sebesar US$171 juta. Defisit terjadi pada perdagangan minyak mentah dan produk minyak. Masing-masing defisit senilai US$12,8*)

juta dan US$2,26 juta. Sementara perdagangan non-migas mengalami surplus US$1,16 milliar. Secara kumulatif (JanuariFebruari 2013) jumlah defisit perdagangan Indonesia mencapai US$402,1 juta. Neraca komoditas Januari Februari migas mengalami defisit senilai US$2,42 milliar, sedangkan komoditas non-migas mengalami surplus US$2,012 milliar. Defisit neraca perdagangan Februari makin menunjukkan bahwa tidak ada pilihan lain untuk menyelamatkan neraca perdagangan selain mengendalikan impor migas. Bentuk konsumsi BBM domestik harus dikendalikan. Sudah banyak cara yang diwacanakan oleh pemerintah seperti pembatasan pembelian BBM bersubsidi

Peneliti bidang Ekonomi Kebijakan Publik pada Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI, e-mail: [email protected]

Info Singkat 2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI www.dpr.go.id ISSN 2088-2351 - 13 -

Grafik Neraca Perdagangan 20082012ekspor impor157,78 137,02 129,2 116,51 96,83 7,82 19,68 22,12 26,06 135,66 203,5 190,04 191,67 177,44

Tabel 1. Neraca Pembayaran Indonesia 20112012 (US$)2011 Transaksi Berjalan Barang Jasa Pendapatan Transfer Berjalan Transaksi Modal & Finansial 1.685 34.783 -10.632 -26.676 4.211 13.567 33 13.534 15.252 3.395 11.857 -11.857 110.123 6.6 2012 -24.183 8.417 -10.770 -25.839 4.009 24.911 37 24.873 728 -563 165 -165 112.781 6.1

2008

2009

2010

2011

2012*

-1,63

Transaksi Modal Transaksi Finansial Total Selisih Perhitungan Bersih Neraca Keseluruhan Cadangan Devisa (*) Posisi Cadangan Devisa Dalam bulan impor

2012* Sampai dengan November Sumber: Badan Pusat Statistik

di antaranya dengan mengeluarkan Peraturan Menteri ESDM No. 01 Tahun 2013 tentang Pengendalian Penggunaan Bahan Bakar Minyak. Peraturan ini memuat tambahan pengendalian BBM jenis premium dan solar untuk kendaraan dinas, pengendalian BBM untuk sektor kehutanan, serta sektor transportasi laut.

* negatif berarti surplus, positif berarti defisit Sumber: Bank Indonesia

B. Pengaruh Subsidi BBM terhadap Neraca PerdaganganPengertian subsidi BBM berdasarkan RAPBN dan Nota Keuangan adalah pembayaran yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia kepada Pertamina dalam situasi di mana pendapatan yang diperoleh Pertamina dari tugas menyediakan BBM di tanah air lebih rendah dibanding biaya yang dikeluarkannya untuk menyediakan BBM tersebut. Membaiknya perekonomian Indonesia diiringi membaiknya kehidupan masyarakat, terlihat dari bertambahnya jumlah kendaraan bermotor setiap bulan. Untuk mempertahankan kuota BBM bersubsidi yang disetujui oleh pemerintah dan DPR maksimal sebesar 46 juta kiloliter (kl) dirasakan sangat berat oleh Menteri ESDM. Konsumsi BBM subsidi pada Januari 2013 untuk Premium mencapai 2.391.418 kl, solar mencapai 1.277.670 kl, dan minyak tanah/ kerosin mencapai 95.075 kl. Pada Februari, konsumsi BBM subsidi mencapai 2.192.430 kl, solar mencapai 1.165.267 kl, dan minyak tanah mencapai 89.641 kl. Konsumsi BBM bersubsidi yang berlebih ini disebabkan kebijakan

pembatasan BBM bersubsidi kalah cepat dibanding pertumbuhan jumlah mobil di Tanah Air. Kendaraan-kendaraan pribadi ini juga lebih sering memakai BBM bersubsidi dibanding BBM non-subsidi. Data lebih detail mengenai jumlah kuota dan subsidi BBM dapat dilihat pada Tabel. Menurut Kepala BPS, tahun 2012 merupakan titik terendah produksi gas, diperkirakan tahun ini merupakan titik terendah produksi minyak, sekitar 840.000850.000 barrel per hari (BPH). Sedang kebutuhan BBM bersubsidi tahun 2013 diprediksi 50 juta kl hingga akhir tahun. Kebutuhan energi yang besar di dalam negeri harus dikompensasi dengan mendatangkan migas dari luar yang cukup besar. Jika pola ini diteruskan di tengah situasi ekonomi dan energi dunia yang kompetitif akan sulit mencapai peningkatan perekonomian yang lebih

Tabel 2. Kuota dan Realisasi BBM tahun 20122013 (Juta kl)Bahan Bakar Premium Solar Minyak Tanah 2012 Kuota Realisasi 28,31 15,6 1,2 28,24 15,56 1,1 2013 Kuota Realisasi 29,20 15,11 1,7 31,46* 16,99* 1,2*

* prediksi realisasi BBM Sumber: Badan Pusat Statistik - 14 -

tinggi. Beragam cara pengendalian dilakukan pemerintah untuk menekan konsumsi BBM, namun tidak membuahkan hasil maksimal. Keterdesakan penyediaan BBM dilakukan dengan melakuan importasi minyak yang semakin tinggi dari tahun ke tahun. Dibutuhkan keseriusan bukan hanya di sektor kebijakan, namun juga pada kemampuan mengeksekusi dan implementasi kebijakan tersebut. Bank Indonesia mencatat, tingginya impor migas tersebut diperkirakan akan meningkatkan kebutuhan likuiditas valas domestik. Melihat kondisi seperti ini pemerintah harus segera melakukan upaya penyelamatan bagi neraca perdagangan khususnya dalam jangka pendek, yakni dengan cara mengurangi ekspor minyak mentah dan mengurangi subsidi bahan bakar minyak yang angkanya terus meningkat tajam. Dalam jangka menengah dan panjang pemerintah harus mengoptimalkan pasar Asia, seperti China dan India, untuk tujuan ekspor produk non-migas di mana angka konsumsi di negara-negara itu masih tumbuh tinggi. Selain itu, ekspor sektor industri harus digenjot dan jangan terlalu tergantung pada ekspor komoditas yang sangat rentan terhadap gejolak luar negeri.

C. Strategi Subsidi BBM untuk Mengurangi Defisit Neraca PerdaganganBeberapa cara mengatasi defisit yaitu dengan menghapus subsidi atau menaikkan harga BBM bersubsidi. Hal tersebut akan berdampak pada ketidakstabilan harga hingga meningkatnya inflasi. Tindakan yang harus dilakukan Pemerintah adalah merumuskan subsidi agar tepat sasaran, sehingga pada saat pendistribusian subsidi BBM tidak menimbulkan ketidakadilan. Pengalaman menunjukan, masih ada BBM bersubsidi yang digunakan oleh kalangan menegah ke atas. Menurut Menteri Perekonomian, ada tiga opsi yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penggunaan BBM yaitu opsi pertama dengan menggunakan IT (information teknology). Caranya dengan memasang chip di setiap mobil. Melalui sistem yang online secara nasional maka setiap mobil yang telah dipasangi chip akan terpantau penggunaan BBM-nya. Data megenai jumlah penggunaan BBM dalam satu bulan akan

terpantau secara otomatis. Begitu pun ketika ada mobil pribadi yang menggunakan BBM subsidi maka chip itu akan mengunci secara otomatis sehingga mesin pengisian SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) tidak dapat melakukan pengisian dengan BBM bersubsidi. Menurut perkiraan, anggaran yang diperlukan untuk menjalankan sistem IT ini mencapai Rp800 miliar per tahun. Pertamina tidak perlu khawatir akan anggaran untuk sistem ini, karena bisa diambilkan dari deviden. Dengan chip ini mobil juga tidak bisa membeli BBM melebihi kuota yang sudah ditetapkan. Opsi kedua, dengan melakukan konversi, opsi ini akan sangat mengurangi konsumsi BBM. Untuk mengurangi konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, pemerintah menawarkan konversi pemakaian BBM ke bahan bakar gas (BBG). Opsi ketiga, Indonesia memberlakukan Nilai Oktan 90. Saat ini premium menggunakan Nilai Oktan 80 sementara pertamax memiliki Nilai Oktan 92. Jika Nilai Oktan 90 diberlakukan maka kelasnya bisa di atas premium tetapi masih di bawah premium sehingga bisa ditawarkan di kisaran Rp7.000. Pemerintah pernah melakukan tiga kali penyesuaian harga yaitu pada 2005 (Maret dan Oktober) dan 2008 (Oktober), di mana dalam perjalanan penyesuaian harga BBM bersubsidi berdampak luas kepada perekonomian nasional. Penyesuaian harga memiliki efek langsung maupun tidak langsung, antara lain terkait dengan peningkatan jumlah masyarakat miskin, inflasi, beban biaya produksi nasional, biaya transportasi, serta daya beli masyarakat. Menjaga daya beli masyarakat untuk menopang pertumbuhan ekonomi nasional semakin dibutuhkan ketika melesunya perekonomian global. Selain itu, kenaikan sejumlah kebutuhan pokok seperti daging, bawang merah dan bawang putih telah mendorong inflasi JanuariFebruari 2013 mencapai 1,79 persen. Kalau penyesuaian harga BBM bersubsidi dilakukan maka tekanan inflasi untuk 2013 akan menjadi lebih besar lagi, demikian pula dampak turunannya terhadap perekonomian nasional. Bila melihat pengalaman solusi mekanisme harga melalui penyesuaian harga BBM dan dampak turunannya, serta konstelasi ekonomi global yang kurang mengembirakan, tampaknya pengendalian BBM bersubsidi menjadi opsi yang paling tepat sebagai solusi jangka pendek.

- 15 -

Diharapkan dengan kebijakan pengendalian BBM bersubsidi dapat membawa manfaat nyata masyarakat Indonesia. Hal-hal yang harus dilakukan adalah pengendalian BBM bersubsidi agar benar-benar tepat sasaran, dukungan perangkat kebijakan operasional dan pengawasannya yang ketat pada tataran praktis dan serta kesepahaman dan dukungan dari pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya.

D. PenutupDefisit Neraca Perdagangan Indonesia pada bulan Februari disebabkan oleh besarnya defisit sisi neraca perdagangan migas. Defisit neraca perdagangan cukup mengkhawatirkan karena nilainya akan selalu meningkat. Salah satu upaya untuk memangkas defisit adalah dengan menaikan harga BBM bersubsidi karena defisit banyak disumbang oleh transaksi perdagangan migas. Pengendalian BBM bersubsidi merupakan salah satu cara dalam menjembatani kesehatan fiskal tanpa membahayakan perekonomian nasional secara keseluruhan, serta proteksi kepada penduduk miskin dan hampir miskin. Pengendalian BBM bersubsidi juga ditujukan untuk mengurangi risiko terlampauinya kuota BBM bersubidi yang telah disepakati antara Pemerintah dan DPR pada tahun ini.

Untuk mengatasi masalah kelangkaan bahan bakar bersubsidi, pemerintah perlu menganalisa dan memilih strategi mana yang merupakan usaha untuk menjadi jalan keluar dan menentukan tindakan alternatif yang paling baik untuk mengatasi kelangkaan bahan bakar bersubsidi ini. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah dampak penghapusan subsidi BBM terhadap masyarakat, pelaku ekonomi dan keuangan negara, pelaksanaan skenario penghapusan akan dilakukan secara bertahap atau sekaligus, dampak penghapusan BBM terhadap daya saing dan peluang usaha Pertamina serta merumuskan setting pricing policy yang sebaiknya ditempuh pemerintah dalam rangka mencapai kondisi optimal untuk perekonomian.

Rujukan:

1. Defisit Perdagangan Akibat Kegagalan Pengendalian BBM, http://bisniskeuangan. kompas.com, diakses 4 April 2013. 2. Economic Profile, http://www.kemendag. go.id, diakses 4 April 2013. 3. RI Kesulitan Kurangi Impor Migas, http:// www.republika.co.id, diakses 4 April 2013. 4. Impor Migas Kembali buat Defisit Neraca Perdagangan, http://merdeka.com, diakses 4 April 2013.

- 16 -

Vol.V, No. 07/I/P3DI/April/2013

P E M E R I N TA H A N DALAM NEGERI

BEBERAPA MASALAH DALAM REGULASI TAHAPAN PENCALONAN PEMILU 2014Aryojati Ardipandanto*)

AbstrakBeberapa kebijakan KPU yang tertuang dalam Peraturan KPU menuai banyak kritik dari berbagai kalangan. Hal yang menonjol adalah terkait pemunduran jadwal pentahapan pencalonan calon legislatif (caleg), yang berimbas kepada status caleg itu sendiri, di mana para caleg banyak yang terancam gugur karena aturan tertentu yang ada dalam Peraturan KPU. Selain itu, banyaknya perubahan pentahapan pencalonan caleg dalam kurun waktu satu tahun terakhir menimbulkan pandangan negatif bahwa KPU tunduk pada kekuatan politik tertentu. Hal yang direkomendasikan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah, setiap langkah yang akan diambil KPU seharusnya senantiasa dikonsultasikan dahulu terhadap DPR RI dan Pemerintah, dan perlu ada kesadaran dari KPU bahwa kewenangan atributif yang melekat padanya dibatasi oleh UU dan etika politik.

A. PendahuluanMasa-masa perekrutan calon anggota legislatif (caleg) oleh partai-partai politik yang dinyatakan bisa mengikuti Pemilu Legislatif Tahun 2014 telah dilangsungkan. Regulasi yang mengatur masalah pencalonan pemilu legislatif tahun 2014 semakin ketat, setidaknya jika dibandingkan dengan pemilu tahun 2009. Bahkan beberapa ketentuan sempat membuat sejumlah partai politik bekerja keras dalam memformulasikan daftar calon sementara (DCS) yang mulai didaftarkan ke KPU pada tanggal 9 April 2013.*)

Peraturan Komisi Pemilihan Umum (Peraturan KPU) No. 7 Tahun 2013 yang kemudian direvisi menjadi Peraturan KPU No. 13 Tahun 2013 tentang Pencalonan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota masih menyimpan sejumlah kejanggalan. Selain itu, KPU juga mengubah tahapan Pemilu dengan mengubah Peraturan KPU No. 7 Tahun 2012 menjadi Peraturan KPU No. 6 Tahun 2013. Peraturan KPU baru itu tidak saja menimbulkan perubahan tapi tidak sinkron dengan Peraturan KPU No. 7 Tahun 2013 tentang Pencalonan.

Peneliti bidang Politik pada Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI, e-mail: [email protected]

Info Singkat 2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI www.dpr.go.id ISSN 2088-2351 - 17 -

Calon anggota legislatif yang diajukan semua partai peserta Pemilu 2014 terancam tidak dapat memenuhi syarat. Pencalonan berpotensi tidak sah terkait ketentuan Pasal 51 Ayat (1) Huruf i Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU Pemilu) yang mensyaratkan bakal calon anggota legislatif harus terdaftar sebagai pemilih. Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahudin mengatakan, semua bakal caleg belum pernah ditetapkan terdaftar dalam daftar pemilih sementara (DPS) dan/atau daftar pemilih tetap (DPT). Padahal, dalam UU Pemilu, warga negara Indonesia baru bisa dikategorikan terdaftar sebagai pemilih apabila telah ditetapkan dalam DPS/DPT oleh KPU. Adalah pelanggaran terhadap UU Pemilu jika KPU kemudian menetapkan bakal caleg terdaftar sebagai pemilih berdasarkan surat keterangan yang dikeluarkan jajaran KPU. Merujuk pada Peraturan KPU No. 6 Tahun 2013 tentang jadwal tahapan, penetapan DPS baru dilakukan pada Juli 2013 dan penetapan DPT di kabupaten/kota baru mulai September 2013. Adapun batas waktu penyerahan dokumen persyaratan bakal caleg ke KPU pada 22 April. Dengan demikian patut diduga KPU telah melakukan kekeliruan yang cukup fatal dalam menyusun jadwal tahapan Pemilu. Itu karena, menurut Pasal 4 UU Pemilu, tahapan penyusunan daftar pemilih telah ditempatkan sebagai tahapan Pemilu yang kedua, sementara tahapan pencalonan berada pada tahapan keenam.

B. Beberapa MasalahAturan yang dikeluarkan KPU memang terkesan mengada-ada. Alasannya adalah bahwa pada Pasal 51 ayat 1 huruf I dalam UU Pemilu hanya menegaskan bahwa bakal caleg harus memenuhi persyaratan terdaftar sebagai pemilih setelah KPU menetapkan orang tersebut sebagai pemilih dalam DPT. Hal tersebut akan mengundang pertanyaan kritis, mengapa KPU membuat peraturan yang memberatkan kepada caleg. Tindakan KPU yang memperberat caleg ini bisa saja dikualifikasikan

sebagai upaya menghalangi hak orang untuk menjadi caleg. Selanjutnya, implikasi dari perubahan Peraturan KPU No. 7 Tahun 2012 menjadi Peraturan KPU No. 6 Tahun 2013 adalah bahwa dalam Pasal 21 ayat (1) Peraturan KPU No. 7 Tahun 2013 disebut istilah masa perbaikan DCS, istilah ini tidak dikenal dalam Peraturan KPU No. 6 Tahun 2013. Dengan demikian, istilah itu tentunya akan menimbulkan kebingungan, yaitu apakah istilah tersebut mengacu pada jadwal masa Perbaikan daftar calon dan syarat calon serta pengajuan bakal calon pengganti anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota tanggal 922 Mei 2013, atau pada saat DCS sudah ditetapkan yaitu masa Penyampaian klarifikasi dari partai politik kepada KPU, KPU provinsi, dan KPU kabupaten/kota. Kebingungan yang akan ditimbulkan adalah dikarenakan dalam Peraturan KPU No. 7 Tahun 2013, Pasal 30 ayat (2), Penerimaan masukan dan/atau tanggapan masyarakat terhadap DCS adalah 10 hari sejak DCS diumumkan. Sedangkan dalam Peraturan KPU No. 6 Tahun 2013, jadwal penerimaan masukan dan atau tanggapan masyarakat terhadap DCS adalah tanggal 1427 Juni 2013 atau 14 hari. Selain itu, dalam Peraturan KPU No. 7 Tahun 2013 Pasal 31 ayat (1), Permintaan klarifikasi kepada parpol atas masukan dan atau tanggapan masyarakat terhadap DCS, paling lambat dua hari sejak berakhirnya masa masukan dan tanggapan dari masyarakat. Sedangkan dalam Peraturan KPU No. 6 Tahun 2013, jadwal permintaan klarifikasi kepada parpol adalah tanggal 284 Juli 2013 atau tujuh hari. Hal lain yang dapat dicermati adalah bahwa dalam Peraturan KPU No. 7 Tahun 2013, Pasal 31 ayat (4) terkait Pemberitahuan penggantian calon, paling lambat tiga hari sejak diterimanya hasil klarifikasi. Sedangkan dalam Peraturan KPU No. 6 Tahun 2013, jadwal pemberitahuan penggantian DCS adalah tanggal 1925 Juli 2013 atau tujuh hari. Terkait penggantian calon dalam hal calon dinyatakan TMS (Tidak Memenuhi Syarat) berdasarkan klarifikasi parpol (Pasal 31 ayat 5), pengajuannya adalah tujuh hari. Hal ini berbeda dengan ketentuan pengajuan pengganti bakal calon yang terbukti memalsukan atau menggunakan dokumen palsu sebagaimana

- 18 -

diatur dalam Pasal 37 ayat (2) yang menggunakan ketentuan 14 hari, sedangkan dalam Peraturan KPU No. 6 Tahun 2013 jadwal Pengajuan penggantian bakal calon adalah tanggal 26 Juli sampai dengan 1 Agustus 2013 atau tujuh hari. Hal penting selanjutnya adalah bahwa dalam Pasal 31 ayat (6) Peraturan KPU No. 7 Tahun 2013 KPU melakukan verifikasi terhadap kelengkapan, kebenaran dan keabsahan dokumen pemenuhan persyaratan pengganti calon Anggota selama tiga hari. Sedangkan dalam Peraturan KPU No. 6 Tahun 2013,Verifikasi pengganti DCS adalah tanggal 28 Agustus 2013 atau tujuh hari. Dalam Peraturan KPU No. 6 Tahun 2013 jadwal Penyusunan dan Penetapan Daftar Calon Tetap (DCT) adalah tanggal 922 Agustus 2013 atau 14 hari, sedangkan dalam sosialisasi KPU menyampaikan penyusunan DCT adalah lima hari. Hal membingungkan yang terakhir adalah bahwa masa pengumuman DCT dalam Pasal 35 ayat (2) Peraturan KPU No. 7 Tahun 2013 adalah satu hari, sedangkan dalam Peraturan KPU No. 6 Tahun 2013 adalah tanggal 2325 Agust 2013 atau tiga hari. Bila dicermati, ada beberapa hal yang menyebabkan pemunduran tahapan itu terjadi. Pertama, karena kualitas dari para komisioner yang belum maksimal. Kapasitas mereka masih perlu dipertanyakan. Perubahan demi perubahan atas suatu Peraturan KPU membuktikan hal itu. Belum genap satu tahun mereka menjabat, Peraturan KPU tentang jadwal tahapan saja sudah berubah sebanyak lima kali. Mulai dari Peraturan KPU No. 7 Tahun 2012, No. 11 Tahun 2012, No. 14 Tahun 2012, No. 18 Tahun 2012, dan Peraturan KPU No. 6 Tahun 2013. Padahal, Komisioner KPU pada Pemilu 2009 saja yang oleh banyak kalangan dinilai tidak profesional, tidak pernah merubah satu aturan sebanyak lima kali dalam satu tahun. Kedua, hal itu terjadi karena kemandirian para Komisioner KPU belum begitu kukuh. Di antara perubahan demi perubahan itu justru teridentifikasi karena mereka terkesan tunduk pada kepentingan pihak tertentu. Sebagai contoh, Peraturan KPU No. 6 Tahun 2013 diduga kuat terbit karena adanya permintaan dari parpol tertentu. Di sini kita tidak bisa menyalahkan bila sebagian kalangan menilai KPU telah kehilangan rohnya sebagai lembaga yang mandiri dan profesional.- 19 -

Hal lain yang bisa kita lihat adalah bahwa boleh jadi perubahan yang berulang-ulang itu akibat proses penyusunan Peraturan KPU tidak dilakukan sebagaimana ketentuan yang diatur dalam UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, di mana pelibatan masyarakat dalam proses penyusunannya masih sangat minim.

C. PenutupTerkait tahapan, UU Pemilu khususnya Pasal 4 ayat (2) dengan jelas mengatur bahwa tahapan pemutakhiran data dan daftar pemilih lebih dahulu dari tahapan pencalonan, dimana tahapan pendaftaran pemilih ditempatkan pada urutan dua sementara pencalonan pada urutan enam, maka seharusnya, yang didahulukan adalah tahapan penyusunan daftar pemilih. Terkait perubahan Peraturan KPU (Peraturan KPU) No. 7 Tahun 2012 menjadi Peraturan KPU No. 6 Tahun 2013, khususnya dalam Pasal 21 ayat (1) Peraturan KPU No. 7 Tahun 2013, di mana disebutkan istilah masa perbaikan DCS, maka rekomendasinya adalah bahwa seharusnya dipakai bukan masa perbaikan DCS melainkan Masa Perbaikan daftar calon dan syarat calon serta pengajuan bakal calon pengganti anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota. Adapun rekomendasi yang lebih umum adalah bahwa perubahan Peraturan KPU harusnya dikonsultasikan dengan DPR secara intensif sebagaimana amanat UU agar ada penjelasan yang menyeluruh dan lengkap tentang UU sebelum dijabarkan dalam Peraturan KPU. Selama ini, apabila ada kritik terhadap Peraturan KPU, lembaga penyelenggara pemilu itu selalu berdalih bahwa yang dilakukan sudah dikonsultasikan dengan DPR dan Pemerintah sebagaimana perintah UU Pemilu. Selain itu, KPU selalu berdalih bahwa KPU hanya menjalankan kewenangan atributif yang diberikan oleh UU. Perlu diingat bahwa rapat konsultasi dengan DPR tidak menjadi jaminan adanya kepastian hukum bahwa Peraturan KPU sudah benar dan tidak dapat digugat di lembaga peradilan. Faktanya, KPU dan DPR tidak pernah final membahas materi muatan yang akan diatur dalam Peraturan KPU sebagai tindak lanjut UU. Faktanya pula KPU sering kali terkesan arogan

untuk menerima masukan dari anggota DPR yang bukan pimpinan atas dalih kewenangan atributif. Hal ini tidak boleh terjadi lagi. KPU harus diingatkan bahwa kewenangan atributif yang diberikan oleh UU kepada KPU bukan tanpa batasan melainkan dibatasi oleh UU, etika, dan moral. Terakahir, atas semua proses pencalonan tersebut, terdapat tahapan pengajuan keberatan bagi para calon kepada Bawaslu dan selanjutnya kepada PT TUN dan MA sebagaimana diatur dalam UU Pemilu.

Bagan Penyelesaian Sengketa Pemilu di PT TUN dan Mahkamah AgungKeputusan KPU 1. Verifikasi Parpol 2. Penetapan DCT

Bawaslu (Adjudikasi di Bawaslu s.d. Putusan Bawaslu) 3 hari kerja Gugatan ke PT PTUN Pasal 48 jo Pasal 31 ayat (3) UU Peradilan TUN

Rujukan:

1. Undang-Undang No. 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 2. Peraturan Komisi Pemilihan Umum No. 7 Tahun 2012 tentang Tahapan, Program, dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2014. 3. Peraturan Komisi Pemilihan Umum No. 7 Tahun 2013 tentang Pencalonan Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota. 4. Peraturan Komisi Pemilihan Umum No. 13 Tahun 2013 tentang Pencalonan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota. 5. Regulasi Pencalegan 2014 Lebih Ketat, http://www.suaramerdeka.com, diakses 8 April 2013. 6. Peraturan KPU No. 13 bisa Sebabkan Seluruh Caleg Gugur, http://www. metrotvnews.com, diakses 9 April 2013. 7. Caleg DPR/DPRD 2014 yang diajukan Parpol Terancam, http://www.pikiranrakyat.com, diakses 9 April 2013.

Belum Lengkap

Lengkap

Perbaikan oleh Penggugat 3 hari kerja

Tidak Melengkapi

Dicatat dalam Daftar Perkara 21 hari kerja

Gugatan Tidak Dapat Diterima

Sidang Pemeriksaan

Putusan PT PTUN

7 hari kerja

Permohonan Kasasi ke MA 30 hari kerja Putusan MA

Selesai

Putusan Final dan Mengikat

Pelaksanaan Putusan oleh KPU

- 20 -