kordents vol. 4 edisi 11 - 24 april 2016

2
LEMBAGA PERS MAHASISWA EDENTS Dari Redaksi Kordents Volume 4 Edisi 11 – 24 April 2016 Diterbitkan Oleh Lembaga Pers Mahasiswa Edents Pemimpin Umum : Akbar Sih Pambudhi; Pemimpin Redaksi : Nur Wahidin; Pemimpin Artistik : Anastania Shafira; Editor : Adhevyo Reza; Reporter : Fana Insanu, Veronica, Anum Anindita, Abdan Husnan; Layouter : Filza Bazlina E Sekretariat : Gedung PKM Lt. 1 FEB Undip, Tembalang Edents Call Center : 024-91181513 Volume 4 Edisi 11 April 2016 - 24 April 2016 Minggu Ini lpmedents.com di KORAN EDENTS www.lpmedents.com Dinamika Intelektual Mahasiswa Munculnya isu kenaikan UKT dan pengenaan SPI bagi Mahasiswa Baru 2016 akhirnya telah sampai pada puncaknya. Atas nama Aliansi Mahasiswa Undip ratusan mahasiswa dari berbagai fakultas melakukan aksi tolak kenaikan UKT dan SPI Selasa (5/4) lalu. Aksi yang dimotori oleh BEM Undip ini dilaksanakan di lapangan Widya Puraya dengan dihadiri sejumlah pegawai rektorat dan pihak-pihak terkait. Namun aksi Aliansi Mahasiswa Undip ini menuai kekecewaan, Rektor dan Pembantu Rektor Undip tidak hadir menemui ratusan mahasiswa tersebut. Selain itu adanya ketegangan di pihak Aliansi Mahasiswa Undip juga turut menjadi bumbu hangat atas aksi tersebut. Untuk mengetahui ketegangan saat pelaksanaan aksi ratusan mahasiswa tersebut, sahabat Edents sekalian dapat membacanya di Koran Edents Volume 4 edisi 11 sampai 24 April 2016. Adanya aksi Aliansi Mahasiswa Undip tersebut menuai tanggapan dari beberapa mahasiswa. Opini terkait aksi ratusan mahasiswa muncul dari Ketua BEM FEB Undip periode 2015. Pada kesempatan ini Muhammad Naufal Thaha turut menyuarakan aspirasinya atas isu kenaikan UKT dan SPI. Koran edisi ini juga menyajikan laporan utama terkait Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa tingkat Dasar FEB Undip. Selain itu, Ajeng Hilarysa selaku mahasiswa berprestasi FEB Undip kembali membawa nama harum FEB dan Undip di kancah Internasional. Sekian dari dapur Redaksi LPM Edents. Selamat membaca bagi para sahabat sekalian. Ekonomi jaya!! Mahasiswa Undip Gelar Aksi Tolak Kenaikan UKT dan SPI (5/4) – Menanggapi isu terkait kenaikan UKT dan pemungutan SPI, aliansi mahasiswa Universitas Diponegoro menggelar aksi penolakan kebijakan tersebut di depan Gedung Widya Puraya (Rektorat). Aksi yang berlangsung dari pukul 15.30 hingga 17.30 WIB ini, menyuarakan tiga tuntutan mahasiswa yaitu menolak kenaikan UKT, menolak pemungutan SPI bagi mahasiswa baru via Ujian Mandiri, serta transparansi pengelolaan dana. Koordinator Lapangan Salah Ucap, Aksi Penolakan Kenaikan UKT dan SPI Sempat Diwarnai Ketegangan (5/4) – Ketegangan sempat mewarnai jalannya aksi penolakan kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan Sumbangan Pembangunan Institusi (SPI) di depan Gedung Widya Puraya. Hal ini bermula saat Koordinator Lapangan Aksi, Rionaldo Erland Pamungkas, mengatakan suatu hal yang dianggap salah oleh peserta aksi. Mahasiswa FEB Undip Raih Gelar Putra Batik Indonesia 2016 - Satu lagi kabar membanggakan datang dari mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Undip. Frans Elkana, mahasiswa Manajemen 2012 terpilih menjadi Putra Batik Indonesia 2016. Putra Batik Indonesia adalah ajang pemilihan yang diselenggarakan untuk mencari anak-anak muda yang berpotensi menjadi duta batik Jawa Tengah. Gelar Aksi Tolak Kenaikan UKT dan SPI, Aliansi Mahasiswa Undip Getarkan Widya Puraya Undip (5/4) ― Sepenggal kor “Katanya kau peduli, nyatanya kok begini? Lawan! Lawan! Lawan penindasan!” terdengar Selasa sore kemarin. Ratusan Mahasiswa Universitas Diponegoro menggelar aksi terkait penolakan terhadap kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan Sumbangan Pembangunan Institusi (SPI) di depan Gedung Widya Puraya. Penolakan ini dimulai sejak awal bulan Februari. BEM Undip dan BEM Fakultas membentuk satuan tugas guna mengawal isu kenaikan UKT dan SPI. Selain itu, minggu lalu juga telah diadakan forum terbuka untuk menyampaikan aspirasi terkait isu tersebut. Jalannya aksi Aksi dihadiri ratusan mahasiwa dari berbagai fakultas, diwadahi BEM Fakultas. Massa berkumpul di Lapangan Widya Puraya dengan spanduk penolakan kenaikan UKT dan SPI. Berbagai macam orasi diteriakkan oleh masing- masing Ketua BEM Fakultas. Disajikan juga beberapa aksi teatrikal untuk ‘menyindir’ pihak rektorat Setelah beberapa saat, pihak Rektorat pun keluar dari gedung Widya Puraya. Namun, Rektor Universitas Diponegoro berhalangan hadir dan tidak satupun Pembantu Rektor yang hadir di sore itu. Kemudian yang angkat bicara mengenai Isu kenaikan UKT dan SPI adalah Ratna, Kepala Biro Keuangan Universitas Diponegoro. Tanggapan rektorat Ratna menjelaskan bahwa prosedur penetapan besaran UKT telah diatur dalam Permenristekdikti no. 5 Tahun 2016. Sebelum menetapkan besaran Uang Kuliah tunggal (UKT), pihak Universitas harus menentukan terlebih dahulu besaran Biaya Kuliah Tunggal (BKT), dalam penetapan BKT tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut ialah Akreditasi Institusi, Akreditasi Instansi atau Program Studi, dan tingkat kemahalan wilayah. Ratna mengutarakan bahwa besaran UKT tidak boleh melebihi BKT, karena selisihnya nanti akan disubsidi oleh Pemerintah sebagai bantuan Pendanaan Operasional Perguruan Tinggi Berbadan Hukum. Ratna juga menyatakan bahwa UKT belum mencukupi untuk proses belajar mengajar. “ Jadi, uang UKT yang selama ini kita gunakan itu memang belum mencukupi untuk proses belajar mengajar. Jadi kita masih menerima pemberian dari pemerintah, dan kita pasti diberikan dana bantuan operasional perguruan tinggi,” tutur Ratna. Ketegangan Setelah penjelasan dari beberapa pihak rektorat, aksi kian menegang ketika Rionaldo Erland Pamungkas, Koordinator Lapangan Aksi mengatakan bahwa kenaikan UKT dan pengadaan SPI bukanlah suatu masalah asalkan dapat membuat Undip menjadi lebih baik. Pernyataan Rionaldo tersebut menuai kekecewaan dan emosi dari aliansi mahasiswa. Namun setelah diklarifikasi, Rionaldo tidak bermaksud mengatakan demikian. “Jadi gini, sebenarnya saya tadi mau bilang kalau memang rektorat berdalih ingin memelihara, Ya sudah pelihara. Tapi nggak usah naik (UKT). Aku pingin mahasiswa (mengerti) seperti itu. Tapi mungkin penangkapan mahasiswa beda,” ujar Rionaldo. Harapan Dengan diadakannya aksi ini, para peserta aksi berharap agar pihak rektorat tidak bersifat apatis. Muhammad Rigo, salah satu peserta aksi dari bagian sosial politik BEM Fakultas Hukum, mengharapkan transparansi pengolahan dana dan juga bukti nyata. “Dan jika mau menaikan UKT dan menerapkan SPI, harus ada aksi nyata dan bukti kenaikan UKT ini untuk hal-hal yang bermanfaat untuk mahasiswa sendiri,” jelasnya. Luthfi Rahman, selaku Wakil Ketua BEM Undip 2016 menyatakan bahwa pihak rektorat belum mencapai kesepakatan dengan Mahasiswa. Oleh karena itu diberikan tenggat waktu 7 hari bagi pihak rektorat untuk memberikan jawaban. “Jadi, hari ini kita menyampaikan tuntutan. Berhubung bapak rektornya nggak ada, minggu depan baru ada nanti itu disampaikan. Kita kasih masa tenggat sekitar tujuh hari, kalo misalkan nggak ada jawaban juga kemungkinan ada aksi selanjutnya. Jadi ini bukan aksi puncak, tapi sebagai awal,” tutup Luthfi. (nw). “Katanya kau peduli, nyatanya kok begini? Lawan! Lawan! Lawan penindasan!” Panas Dingin SPI dan UKT “Ada ruang diskusi yang sangat terbuka antara rektorat dan pihak mahasiswa mengenai sistem verifikasi guna memperkecil terjadinya kekeliruan. Di sini mahasiswa ikut andil dalam memastikan keadilan.” - M. Naufal Thaha Akhir-akhir ini mahasiswa Undip disibukkan dengan sebuah isu yang begitu 'seksi' dan sensitif. 'Seksi' karena mampu membuat hampir semua lini masa media sosial dipenuhi propaganda yang persuasif, menolak isu tersebut dan menyebabkan terjadinya perang argumen mahasiswa yang pro dan kontra. Dikatakan isu sensisif karena berbicara tentang nominal uang yang akan dikeluarkan setiap semester, dan tentang kemampuan orangtua mahasiswa dalam menanggung biaya tersebut. Isu tersebut adalah Isu kenaikan UKT dan SPI (Sumbangan Pembangunan Institusi) yang “katanya” akan kembali diberlakukan untuk mahasiswa baru tahun 2016. Hal ini menimbulkan kegerahan dikalangan mahasiswa. Mahasiswa lalu mengkaji dan melakukan konsolidasikan kekuatan untuk melawan apa yang disebut sebagai kebijakan yang tidak pro rakyat miskin. Menurut saya, pemberlakuan UKT sejak 2013 tidak perlu dihapuskan. UKT sebenarnya bertujuan baik dan setiap mahasiswa membayar sesuai dengan kemampuan orang tua masing - masing. Masalahnya, banyak mahasiswa yang terkena dampak ketidaksempurnaan sistem, Salah golongan contohnya. Mahasiswa yang orangtuanya tidak mampu mendapatkan golongan yang tinggi, sebaliknya ada orang kaya yang mendapat UKT rendah. Sebenarnya hal ini lah yang menjadi peluang bagi para aktivis mahasiswa untuk membantu pihak rektorat dalam proses dan verifikasi UKT. Solusi Ada ruang diskusi yang sangat terbuka antara rektorat dan pihak mahasiswa mengenai sistem verifikasi guna memperkecil terjadinya kekeliruan. Di sini mahasiswa ikut andil dalam memastikan keadilan. Selain itu, pihak kampus juga harus berani memberikan sanksi kepada mahasiswa yang ternyata berbukti berbohong saat pengumpulan syarat UKT. Bisa drop out atau hukuman berat lain. Hal ini mungkin bisa dibicarakan antara para aktivis dan kampus untuk menentukan bagaimana sanksi yang pantas. Namun dalam hal kenaikan UKT menurut saya pihak rektorat harus menjelaskan alasan kenaikan disertai data pendukungnya. Perlu diadakan diskusi intelektual dari mahasiswa dan pihak rektorat sehingga tidak ada kecurigaan dari kedua belah pihak. Harapannya setelah saling paham, kedua belah pihak mampu mendapatkan win win solution dari permasalahan ini. Dari sudut pemberlakuan, menurut saya kecil kemungkinan pemberlakuan ini dibatalkan. Berdasarkan rilis yang diterima dan juga klarifikasi pihak rektorat kepada salah satu media cetak, Undip memiliki kekurangan 320 milyar untuk subsidi dikarenakan Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) hanya 80 milyar. SPI setidaknya mampu menutupi kekurangan yang ada. Kita tidak bisa kita memungkiri bahwa pihak universitas membutuhkan biaya untuk peningkatan dan pengembangan operasionalnya PTN-BH Universitas Diponegoro sudah resmi berbadan hukum, memungkinkan untuk memperoleh sumber pendanaan dari banyak pilihan. Namun kita tak boleh selalu bergantung pada dana pihak luar. Undip harus bisa mandiri namun tidak mengorbankan mahasiswa. Salah satunya adalah pembangunan Badan Usaha. Untuk membangun dan mengembangkannya, Undip membutuhkan modal dan biaya pengembangan awal. Oleh karenanya, diawal dalam pengembangan universitas memang membutuhkan modal yang cukup besar tapi seiring berjalannya waktu , badan usaha yang sudah mapan akan menutupi kekurangan sumber pendanaan. Mengenai mahasiswa yang tidak mampu membayar UKT dan SPI, kita harus meminta pihak rektorat untuk menjamin bahwa tidak akan ada siswa yang mundur masuk UNDIP hanya karena tak mampu membayarnya. Karenanya, peran mahasiswa sangat penting untuk bekerja sama merumuskan verifikasi yang baik. (nw) Kabar Kampus Opini

Upload: lpm-edents

Post on 31-Jul-2016

226 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Slogan "Undip Bukan Lagi Kampus Rakyat" yang dilantunkan oleh Aliansi Mahasiswa Undip beberapa waktu lalu getarkan lapangan Widya Puraya. Gelaran aksi tersebut kami sajikan dalam rubrik kabar kampus. Sedangkan untuk laporan utama, kami membahas tentang LKMMD FEB Undip yang telah memasuki tahun ketiganya. Selanjutnya, kabar prestasi kembali datang dari mahasiswi Akuntansi yang berhasil membawa kreasi batik Indonesia di kancah internasional. Sebagai penutup Koran Edents Vol 4 edisi 11-24 April 2016, kami menyajikan opini dari mantan Ketua BEM FEB Undip periode 2015 terkait isu UKT dan SPI. Terakhir, dapur redaksi mengucapkan selamat membaca bagi sahabat sekalian. Ekonomi Jaya!

TRANSCRIPT

Page 1: Kordents Vol. 4 Edisi 11 - 24 April 2016

LEMBAGA PERS MAHASISWA EDENTS

Dari Redaksi

Kordents Volume 4Edisi 11 – 24 April 2016

Diterbitkan OlehLembaga Pers Mahasiswa Edents

Pemimpin Umum : Akbar Sih Pambudhi;

Pemimpin Redaksi : Nur Wahidin;Pemimpin Artistik : Anastania

Shafira;Editor : Adhevyo Reza;

Reporter : Fana Insanu, Veronica, Anum Anindita, Abdan Husnan;

Layouter : Filza Bazlina E

Sekretariat : Gedung PKM Lt. 1 FEB Undip, Tembalang

Edents Call Center : 024-91181513

Volume 4 Edisi 11 April 2016 - 24 April 2016

Minggu Ini

lpmedents.comdi

KORAN EDENTSwww.lpmedents.comDinamika Intelektual Mahasiswa

Munculnya isu kenaikan UKT dan pengenaan SPI bagi Mahasiswa Baru 2016 akhirnya telah sampai pada puncaknya. Atas nama Aliansi Mahasiswa Undip ratusan mahasiswa dari berbagai fakultas melakukan aksi tolak kenaikan UKT dan SPI Selasa (5/4) lalu. Aksi yang dimotori oleh BEM Undip ini dilaksanakan di lapangan Widya Puraya dengan dihadiri sejumlah pegawai rektorat dan pihak-pihak terkait. Namun aksi Aliansi Mahasiswa Undip ini menuai kekecewaan, Rektor dan Pembantu Rektor Undip tidak hadir menemui ratusan mahasiswa tersebut. Selain itu adanya ketegangan di pihak Aliansi Mahasiswa Undip juga turut menjadi bumbu hangat atas aksi tersebut. Untuk mengetahui ketegangan saat pelaksanaan aksi ratusan mahasiswa tersebut, sahabat Edents sekalian dapat membacanya di Koran Edents Volume 4 edisi 11 sampai 24 April 2016. Adanya aksi Aliansi Mahasiswa Undip tersebut menuai tanggapan dari beberapa mahasiswa. Opini terkait aksi ratusan mahasiswa muncul dari Ketua BEM FEB Undip periode 2015. Pada kesempatan ini Muhammad Naufal Thaha turut menyuarakan aspirasinya atas isu kenaikan UKT dan SPI.

Koran edisi ini juga menyajikan laporan utama terkait Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa tingkat Dasar FEB Undip. Selain itu, Ajeng Hilarysa selaku mahasiswa berprestasi FEB Undip kembali membawa nama harum FEB dan Undip di kancah Internasional. Sekian dari dapur Redaksi LPM Edents. Selamat membaca bagi para sahabat sekalian. Ekonomi jaya!!

Mahasiswa Undip Gelar Aksi Tolak Kenaikan UKT dan SPI (5/4) – Menanggapi isu terkait kenaikan UKT dan pemungutan SPI, aliansi mahasiswa Universitas Diponegoro menggelar aksi penolakan kebijakan tersebut di depan Gedung Widya Puraya (Rektorat). Aksi yang berlangsung dari pukul 15.30 hingga 17.30 WIB ini, menyuarakan tiga tuntutan mahasiswa yaitu menolak kenaikan UKT, menolak pemungutan SPI bagi mahasiswa baru via Ujian Mandiri, serta transparansi pengelolaan dana.

Koordinator Lapangan Salah Ucap, Aksi Penolakan Kenaikan UKT dan SPI Sempat Diwarnai Ketegangan (5/4) – Ketegangan sempat mewarnai jalannya aksi penolakan kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan Sumbangan Pembangunan Institusi (SPI) di depan Gedung Widya Puraya. Hal ini bermula saat Koordinator Lapangan Aksi, Rionaldo Erland Pamungkas, mengatakan suatu hal yang dianggap salah oleh peserta aksi.

Mahasiswa FEB Undip Raih Gelar Putra Batik Indonesia 2016 - Satu lagi kabar membanggakan datang dari mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Undip. Frans Elkana, mahasiswa Manajemen 2012 terpilih menjadi Putra Batik Indonesia 2016. Putra Batik Indonesia adalah ajang pemilihan yang diselenggarakan untuk mencari anak-anak muda yang berpotensi menjadi duta batik Jawa Tengah.

Gelar Aksi Tolak Kenaikan UKT dan SPI, Aliansi Mahasiswa Undip Getarkan

Widya Puraya

Undip (5/4) ― Sepenggal kor “Katanya kau peduli, nyatanya kok begini? Lawan! Lawan! Lawan penindasan!” terdengar Selasa sore kemarin. Ratusan Mahasiswa Universitas Diponegoro menggelar aksi terkait penolakan terhadap kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan Sumbangan Pembangunan Institusi (SPI) di depan Gedung Widya Puraya. Penolakan ini dimulai sejak awal bulan Februari. BEM Undip dan BEM Fakultas membentuk satuan tugas guna mengawal isu kenaikan UKT dan SPI. Selain itu, minggu lalu juga telah diadakan forum terbuka untuk menyampaikan aspirasi terkait isu tersebut.

Jalannya aksiAksi dihadiri ratusan mahasiwa dari berbagai fakultas, diwadahi BEM Fakultas. Massa berkumpul di Lapangan Widya Puraya dengan spanduk penolakan kenaikan UKT dan SPI. Berbagai macam orasi diteriakkan oleh masing-masing Ketua BEM Fakultas. Disajikan juga beberapa aksi teatrikal untuk ‘menyindir’ pihak rektorat

Setelah beberapa saat, pihak Rektorat pun keluar dari gedung Widya Puraya. Namun, Rektor Universitas Diponegoro berhalangan hadir dan tidak satupun Pembantu Rektor yang hadir di sore itu. Kemudian yang angkat bicara mengenai Isu kenaikan UKT dan SPI adalah Ratna, Kepala Biro Keuangan Universitas Diponegoro.

Tanggapan rektoratRatna menjelaskan bahwa prosedur penetapan besaran UKT telah diatur dalam Permenristekdikti no. 5 Tahun 2016. Sebelum menetapkan besaran Uang Kuliah tunggal (UKT), pihak Universitas harus menentukan terlebih dahulu besaran Biaya Kuliah Tunggal (BKT), dalam penetapan BKT tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut ialah Akreditasi Institusi, Akreditasi Instansi atau Program Studi, dan tingkat kemahalan wilayah. Ratna mengutarakan bahwa besaran UKT tidak boleh melebihi BKT, karena selisihnya nanti akan disubsidi oleh Pemerintah sebagai bantuan Pendanaan Operasional Perguruan Tinggi Berbadan Hukum.

Ratna juga menyatakan bahwa UKT belum mencukupi untuk proses belajar mengajar. “ Jadi, uang

UKT yang selama ini kita gunakan itu memang belum mencukupi untuk proses belajar mengajar. Jadi kita masih menerima pemberian dari pemerintah, dan kita pasti diberikan dana bantuan operasional perguruan tinggi,” tutur Ratna.

KeteganganSetelah penjelasan dari beberapa pihak rektorat, aksi kian menegang ketika Rionaldo Erland Pamungkas, Koordinator Lapangan Aksi mengatakan bahwa kenaikan UKT dan pengadaan SPI bukanlah suatu masalah asalkan dapat membuat Undip menjadi lebih baik. Pernyataan Rionaldo tersebut menuai kekecewaan dan emosi dari aliansi mahasiswa. Namun setelah diklarifikasi, Rionaldo tidak bermaksud mengatakan demikian. “Jadi gini, sebenarnya saya tadi mau bilang kalau memang rektorat berdalih ingin memelihara, Ya sudah pelihara. Tapi nggak usah naik (UKT). Aku pingin mahasiswa (mengerti) seperti itu. Tapi mungkin penangkapan mahasiswa beda,” ujar Rionaldo.

HarapanDengan diadakannya aksi ini, para peserta aksi berharap agar pihak rektorat tidak bersifat apatis. Muhammad Rigo, salah satu peserta aksi dari bagian sosial politik BEM Fakultas Hukum, mengharapkan transparansi pengolahan dana dan juga bukti nyata. “Dan jika mau menaikan UKT dan menerapkan SPI, harus ada aksi nyata dan bukti kenaikan UKT ini untuk hal-hal yang bermanfaat untuk mahasiswa sendiri,” jelasnya.

Luthfi Rahman, selaku Wakil Ketua BEM Undip 2016 menyatakan bahwa pihak rektorat belum mencapai kesepakatan dengan Mahasiswa. Oleh karena itu diberikan tenggat waktu 7 hari bagi pihak rektorat untuk memberikan jawaban. “Jadi, hari ini kita menyampaikan tuntutan. Berhubung bapak rektornya nggak ada, minggu depan baru ada nanti itu disampaikan. Kita kasih masa tenggat sekitar tujuh hari, kalo misalkan nggak ada jawaban juga kemungkinan ada aksi selanjutnya. Jadi ini bukan aksi puncak, tapi sebagai awal,” tutup Luthfi. (nw).

“Katanya kau peduli, nyatanya kok begini? Lawan! Lawan! Lawan penindasan!”

Panas Dingin SPI dan UKT“Ada ruang diskusi yang sangat terbuka antara rektorat dan pihak mahasiswa mengenai sistem verifikasi guna

memperkecil terjadinya kekeliruan. Di sini mahasiswa ikut andil dalam memastikan keadilan.” - M. Naufal Thaha

Akhir-akhir ini mahasiswa Undip disibukkan dengan sebuah isu yang begitu 'seksi' dan sensitif. 'Seksi' karena mampu membuat hampir semua lini masa media sosial dipenuhi propaganda yang persuasif, menolak isu tersebut dan menyebabkan terjadinya perang argumen mahasiswa yang pro dan kontra. Dikatakan isu sensisif karena berbicara tentang nominal uang yang akan dikeluarkan setiap semester, dan tentang kemampuan orangtua mahasiswa dalam menanggung biaya tersebut.

Isu tersebut adalah Isu kenaikan UKT dan SPI (Sumbangan Pembangunan Institusi) yang “katanya” akan kembali diberlakukan untuk mahasiswa baru tahun 2016. Hal ini menimbulkan kegerahan dikalangan mahasiswa. Mahasiswa lalu mengkaji dan melakukan konsolidasikan kekuatan untuk melawan apa yang disebut sebagai kebijakan yang tidak pro rakyat miskin.

Menurut saya, pemberlakuan UKT sejak 2013 tidak perlu dihapuskan. UKT sebenarnya bertujuan baik dan setiap mahasiswa membayar sesuai dengan kemampuan orang tua masing - masing. Masalahnya, banyak mahasiswa yang terkena dampak ketidaksempurnaan sistem, Salah golongan contohnya. Mahasiswa yang orangtuanya tidak mampu mendapatkan golongan yang tinggi, sebaliknya ada orang

kaya yang mendapat UKT rendah. Sebenarnya hal ini lah yang menjadi peluang bagi para aktivis mahasiswa untuk membantu pihak rektorat dalam proses dan verifikasi UKT.

SolusiAda ruang diskusi yang sangat terbuka antara rektorat dan pihak mahasiswa mengenai sistem verifikasi guna memperkecil terjadinya kekeliruan. Di sini mahasiswa ikut andil dalam memastikan keadilan. Selain itu, pihak kampus juga harus berani memberikan sanksi kepada mahasiswa yang ternyata berbukti berbohong saat pengumpulan syarat UKT. Bisa drop out atau hukuman berat lain. Hal ini mungkin bisa dibicarakan antara para aktivis dan kampus untuk menentukan bagaimana sanksi yang pantas.

Namun dalam hal kenaikan UKT menurut saya pihak rektorat harus menjelaskan alasan kenaikan disertai data pendukungnya. Perlu diadakan diskusi intelektual dari mahasiswa dan pihak rektorat sehingga tidak ada kecurigaan dari kedua belah pihak. Harapannya setelah saling paham, kedua belah pihak mampu mendapatkan win win solution dari permasalahan ini.

Dari sudut pemberlakuan, menurut saya kecil kemungkinan pemberlakuan ini dibatalkan. Berdasarkan rilis yang diterima dan juga klarifikasi pihak rektorat kepada salah satu media cetak, Undip memiliki kekurangan 320 milyar untuk subsidi dikarenakan

Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) hanya 80 milyar. SPI setidaknya mampu menutupi kekurangan yang ada. Kita tidak bisa kita memungkiri bahwa pihak universitas membutuhkan biaya untuk peningkatan dan pengembangan operasionalnya

PTN-BHUniversitas Diponegoro sudah resmi berbadan hukum, memungkinkan untuk memperoleh sumber pendanaan dari banyak pilihan. Namun kita tak boleh selalu bergantung pada dana pihak luar. Undip harus bisa mandiri namun tidak mengorbankan mahasiswa. Salah satunya adalah pembangunan Badan Usaha. Untuk membangun dan mengembangkannya, Undip membutuhkan modal dan biaya pengembangan awal. Oleh karenanya, diawal dalam pengembangan universitas memang membutuhkan modal yang cukup besar tapi seiring berjalannya waktu , badan usaha yang sudah mapan akan menutupi kekurangan sumber pendanaan.

Mengenai mahasiswa yang tidak mampu membayar UKT dan SPI, kita harus meminta pihak rektorat untuk menjamin bahwa tidak akan ada siswa yang mundur masuk UNDIP hanya karena tak mampu membayarnya. Karenanya, peran mahasiswa sangat penting untuk bekerja sama merumuskan verifikasi yang baik. (nw)

Kabar Kampus

Opini

Page 2: Kordents Vol. 4 Edisi 11 - 24 April 2016

Kordents. 4 Edisi 11-24 April 2016www.lpmedents.comKunjungi !

Top 15 International Young Sociopreneur, Buktikan Prestasi Lewat Limbah Batik

limbah batik berhasil membawa Ajeng lolos dalam 15 besar. Melalui jenis usaha ini, Ajeng ingin memberdayakan para ibu rumah tangga dengan perekonomian yang kurang di Desa Jenggot untuk mengolah limbah – limbah batik. Limbah batik tersebut dapat diolah menjadi berbagai aksesoris seperti dompet, penjepit rambut, dan berbagai produk lain.

Dalam mengikuti International Young Sociopreneur, Ajeng menuturkan bahwa tidak ada persiapan khusus yang dilakukan “Untuk persiapan khusus, nggak ada sih. Ya soalnya mepet sama sidang. Jadi persiapannya campur sama persiapan sidang,” tutur mahasiswi Akuntansi angkatan 2012 tersebut. Keikutsertaannya

dalam ajang International Young Sociopreneur mendapat dukungan penuh dari pihak baik dari kampus maupun keluarga.

Aspek penilaianCreativity, sustainability, sampai dengan cara bagaimana setiap peserta memberikan proyeksi dari masa depan bisnis yang telah

dibuat merupakan beberapa aspek penilaian untuk 15 besar peserta terbaik. Tetap percaya diri dan jangan mudah putus asa menjadi kiat sukses dari Ajeng. “Yang pasti tetap percaya diri, jangan putus asa, jangan rendah diri. Tetap percaya sama apa yang kita buat dan buat orang terkesima dengan cara kita sendiri, nggak perlu meniru,” ujarnya

KendalaDibalik kesuksesan yang diraih Ajeng, dirinya pun mendapati sejumlah kendala. Kendala utama yang dialaminya adalah masalah pembagian waktu. Batas waktu pengumpulan yang bersamaan dengan berbagai kegiatan yang diikuti Ajeng menuntutnya berfikir dengan keras terkait pembagian waktu. Menurut Ajeng banyak peserta – peserta dari negara lain yang dinilainya sebagai kompetitor berat. “Banyak banget terutama peserta dari UK (Inggris), karena mereka anak S-2. Ada juga dari Malaysia yang ternyata lagi menempuh S-3, bahkan ada juga yang ternyata dosen,” tutur Ajeng.

Setelah keberhasilannya masuk top 15 International Young Sociopreneur, dalam waktu dekat ini Ajeng tengah sibuk mempersiapkan diri untuk masuk dan bekerja di beberapa instansi impiannya

serta melanjutkan seleksi selanjutnya dari International Young Sociopreneur. Dirinya pun juga ikut terdaftar dalam program pertukaran pelajar ke Tiongkok. Terakhir Ajeng berpesan, ”Untuk adik-adik jangan lupa buat nerusin prestasi ini supaya FEB Undip bisa terus berprestasi di kancah internasional. Semangat, ya!”, harapnya. (nw)

“Tetap percaya diri, jangan putus asa, jangan rendah diri, tetep percaya sama apa yang kita buat dan buat orang terkesima dengan cara kita sendiri, nggak perlu meniru” – Ajeng Hilarysa P.

Laporan Utama

LKMMD FEB : Dicari Calon Pemimpin Masa DepanSeorang pemimpin harusnya memiliki modal ketrampilan dan pengetahuan yang lebih dibanding anggotanya.

Oleh sebab itu, BEM FEB Undip akan selenggaran LKMMD 2016.

BEM FEB dalam waktu dekat akan menyelenggarakan Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa tingkat Dasar atau yang lebih dikenal dengan LKMMD. Acara yang sudah memasuki tahun ketiganya di FEB ini akan berlangsung pada 14 sampai 15 Mei 2016 mendatang. Setelah mengikuti LKMMD ini para peserta boleh melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi yang bernama dalam LKMM Madya (Latihan Keterampilan Manajemen tingkat Madya). LKMMD merupakan program wajib dari Dirjen Pendidikan Tinggi yang dilaksanakan di masing-masing fakultas.

Tujuan diadakan LKMMD ini adalah mencari bibit-bibit pemimpin untuk FEB kedepannya. “Maksudnya ya LKMMD itu kan fungsinya adalah kita memberikan latihan kepemimpinan kepada teman teman mahasiswa FEB. Di sini kita memfasilitasi teman - teman untuk mengasah softskill dan manajemen mereka untuk nanti kedepannya bisa berkarya lebih baik lagi,” tutur Nurdiana Indah selaku Kepala Departemen PSDM BEM FEB Undip.

Untuk kriteria yang dicari adalah peserta yang memiliki passion guna mengasah softskill mereka. “Jadi kalo mereka nggak punya passion dan nggak tergerak hatinya untuk ikutin LKMMD, dan hanya sekedar ikut aja, itu pasti nggak akan bekerja. Meskipun mereka ikut materi tapi kalau mereka memang tidak tertarik ya bakalan susah. Jadi yang terpenting adalah passion, loyalitas, dan yang memliki karakter seorang pemimpin yang jadi incaran kita,” ungkap Nurdiana.

Rangkaian kegiatanUntuk rangkaian kegiatan LKMMD FEB sudah dimulai dengan proses pendaftaran yang dibuka dari 28 Maret hingga pada 18 April nanti. Calon peserta diwajibkan mengumpulkan berkas seperti curriculum vitae, essay, surat keterangan aktif organisasi, sertifikat LKMM pra Dasar, dan beberapa persyaratan lainya. Nantinya akan diadakan seleksi berkas hingga wawancara. LKMMD FEB Undip tahun ini akan dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama dilaksanakan di minggu pertama, berisi pengenalan mengenai apa itu LKMMD dan sesi ini akan dilaksanakan di gedung C kampus

FEB Undip Tembalang. Dilanjutkan dengan materi inti yang direncanakan berlangsung di luar kampus pada tanggal 14-15 Mei. Kemudian akan diadakan manajemen aksi, mengenai bagaimana melakukan aksi yang benar. LKMMD FEB Undip akan diakhiri dengan praktek aksi di minggu terakhir tanggal 22 Mei 2016.

Dalam rangkaian LKMMD tahun ini akan disisipi kegiatan fund rising. Kegiatan fund rising atau pengumpulan dana ini bertujuan untuk menumbuhkan jiwa wirausaha

dan kepemimpinan dalam diri peserta. “Seperti yang kita tahu kita fakultas bisnis, kita ingin mem-branding LKMMD kita seputar bisnis dan ekonomi, meski sebetulnya LKMMD intinya program kaderisasi mahasiswa,” ujar Ali Taufan selaku ketua alumni LKMMD 2015 sekaligus menjabat ketua penyelenggara LKMMD 2016. Untuk pelaksanaan LKMMD 2016 ini panitia terdiri dari 2 kalangan, yang pertama dari BEM FEB dan yang kedua adalah alumni kegiatan LKMMD tahun lalu. Kerjasama dan koordinasi pun sudah berlangsung baik antara kedua pihak tersebut.

KeuntunganKeuntungan dari kegiatan LKMMD ini antara lain dapat menambah wawasan serta pengetahuan mahasiswa dalam bidang manajemen dan kepemimpinan. “Di fakultas lain untuk jadi seorang fungsionaris dari Ormawa itu harus LKMMD. Jadi ketua BEM, ketua UPK, kadep (kepala departemen) BEM, kadep UPK itu sebenarnya harus LKMMD,” tambah Ali Taufan. Meski nyatanya di kalangan ormawa (organisasi mahasiswa) FEB tidak semua UPK dan ormawa menerapkan syarat tersebut. “Sebenarnya kembali ke kebijakan Senat sendiri untuk aturan dan pelaksanaannya seperti apa,” lanjutnya lagi.

Oby Nur selaku ketua Kelompok Mahasiswa Wirausaha (KMW) menyatakan jika KMW akan mengirimkan delegasi untuk mengikuti kegiatan LKMMD FEB. Oby menambahkan jika ia mendorong seluruh anggota KMW untuk ikut serta, sehingga siapa saja boleh mencoba mendaftar dan mengikuti seleksi peserta LKMMD. Begitu juga halnya dengan Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi (HMJA). Menurut Sandhi Yuda selaku ketua bidang penelitian dan pengembangan HMJA, organisasinya akan mengirimkan perwakilan dan saat ini telah tercatat beberapa nama calon untuk dikirim ke LKMMD tersebut. Terakhir Ali Taufan berharap lulusan LKMMD yang sudah dididik lebih memiliki ambisi untuk menjadi ketua serta fungsionaris di Ormawa-ormawa. (nw)

Sebuah prestasi kembali diraih mahasiswi FEB Undip. Ajeng Hilarysa Pramesti berhasil masuk dalam jajaran top 15 ajang International Young Sociopreneur. Dalam ajang tersebut terdapat 52 tim yang diundang ke Singapura sebagai negara penyelenggara untuk mempresentasikan karyanya. Keinginan untuk bisa mendapat pengalaman baru, serta menjadi delegasi Indonesia di kompetisi bertaraf internasional merupakan suatu motivasi bagi Ajeng untuk mengikuti kompetisi ini. Selain itu Ajeng pun ingin membanggakan nama FEB bahkan Undip melalui prestasi yang telah dicapai.

Rangkaian LombaBerawal dari informasi yang diberikan oleh dosen FEB Undip, Ajeng memulai usahanya untuk menikuti ajang International Young Sociopreneur. Sharing bersama alumni yang sudah lebih dahulu mengikuti kompetisi ini membuatnya semakin mantap untuk membuat proposal karya. Proses seleksi dimulai dengan pembuatan Business Model Canvas (BMC) serta sebuah bahan presentasi singkat tentang produk dari masing-masing peserta. Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya pihak Singapore International Foundation sebagai penyelenggara kompetisi memberikan konfirmasi bahwa Ajeng lolos ke babak 52 besar. Keberhasilan ini membuatnya dapat mengikuti workshop di Singapura dari 16 hingga 20 Maret 2016. Melalui workshop tersebut, banyak ilmu yang bisa ia dapatkan dari para ahli, diantaranya adalah business clinic dan business coach. Sebagai akhir dari rangkaian kegiatan dilakukan pitching session, yaitu presentasi akhir dari produk yang dibuat di depan para juri.

Puncak dari acara workshop yang berlangsung di Raffless Convention Center, Singapura berupa pengumuman peserta yang lolos dalam 15 besar. Jenis usaha yang berupa recyling

Kabar Prestasi