vitamin c di pake.doc
DESCRIPTION
vit cTRANSCRIPT
Vitamin C
Deskripsi singkat
Vitamin C atau asam askorbat merupakan kelompok vitamin yang larut dalam air. Vitamin C
bekerja sebagai suatu koenzim dan pada keadaan tertentu merupakan reduktor dan antioksidan.
Vitamin ini dapat secara langsung atau tidak langsung memberikan elektron ke enzim yang
membutuhkan ion-ion logam tereduksi dan bekerja sebagai kofaktor untuk prolil dan lisil
hidroksilase dalam biosintesis kolagen. Zat ini berbentuk kristal dan bubuk putih kekuningan,
stabil pada keadaan kering dan tidak stabil pada cahaya (Dewoto 2007).
Disintesa dari D-glucose-o-galactase atau gula yang lain. Dapat diisolasi dari citrus dan
daun mahkota bunga mawar. Terdapat dalam keadaan seimbang dengan dehidro-l-ascorbic acid,
suatu bentuk teroksidasi dari vitamin C, berfungsi sebagai antiskorbut (pendarahan pada gusi)
(Tim Penyusun, 2008).
Fungsi
Vitamin ini digunakan dalam metabolisme karbohidrat dan sintesis protein, lipid, dan
kolagen. Vitamin C juga dibutuhkan oleh endotel kapiler dan untuk perbaikan jaringan. Vitamin
C bermanfaat dalam absorpsi zat besi dan metabolisme asam folat (Kamiensky, 2006). Vitamin
C berperan sebagai kofaktor dalam sejumlah reaksi hidroksilasi dan amidasi dengan
memindahkan elektron ke enzim yang ion logamnya harus berada dalam keadaan tereduksi; dan
dalam keadaan tertentu bersifat sebagai antioksidan. Vitamin C dibutuhkan untuk mempercepat
perubahan residu prolin dan lisin pada prokolagen menjadi hidroksiprolin dan hidroksilisin pada
sintesis kolagen. Perubahan asam folat menjadi asam folinat, metabolisme obat oleh mikrosom
dan hidroksilasi dopamine menjadi norepinefrin juga membutuhkan vitamin C. Asam askorbat
meningkatkkan aktivitas enzim amidase yang berperan dalam pembentukan hormon oksitosin
dan hormon diuretik. Vitamin C juga meningkatkan absorpsi besi dengan mereduksi ion feri
menjadi fero di lambung.Peran vitamin C juga didapatkan dalam pembentukan steroid adrenal
(Kamiensky, 2006; Dewoto 2007).
Fungsi utama vitamin C pada jaringan adalah dalam sintesis kolagen, proteoglikan zat
organik matriks antarsel lain misalnya pada tulang, gigi, dan endotel kapiler. Peran vitamin C
dalam sintesis kolagen selain pada hidroksilasi prolin juga berperan pada stimulasi langsung
sintesis peptide kolagen. Gangguan sintesis kolagen terjadi pada pasien skorbut. Hal ini tampak
pada kesulitan dalam penyembuhan luka, gangguan pembentukan gigi, dan pecahnya kapiler
yang mengakibatkan petechiae dan echimosis. Perdarahan tersebut disebabkan oleh kebocoran
kapiler akibat adhesi sel-sel endotel yang kurang baik dan mungkin juga karena gangguan pada
jaringan ikat perikapiler sehingga kapiler mudah pecah oleh penekanan (Kamiensky, 2006;
Dewoto 2007).
Defisiensi
Tanda dari defisiensi vitamin C adalah pembesaran atau keratosis dari folikel-folikel
rambut, melemahnya proses penyembuhan luka, anemia, latergi, letih, sakit pada otot, daya tahan
terhadap infeksi menurun, stress, luka, lecet pada kulit, pendaran pada gusi dan degenerasi
kollagen. Pengujian laroratorium yang dapat dilakukan untuk memastikan terjadinya defisiensi
vitamin C adalah dengan mengukur kadar plasma vitamin C (Dipiro et al., 2008; Tim Penyusun
2008).
Defisiensi atau kekurangan asam askorbat menyebabkan penyakit skorbut, penyakit ini
berhubungan dengan gangguan sintesis kolagen yang diperlihatkan dalam bentuk perdarahan
subkutan serta perdarahan lainnya, kelemahan otot, gusi yang bengkak dan menjadi lunak dan
tanggalnya gigi (Triana, 2006).
Sumber vitamin C
Sumber alami vitamin C dapat diperoleh dari mengkonsumsi buah-buah segar dan sayuran hijau
seperti jeruk, citrus, sayuran hijau, tomat, strawberi, paprika, kembang kol, brokoli, dan peterseli.
Vitamin C 50% akan hilang atau rusak dalam proses pemasakan (Dewanto, 2007; Tim Penyusun
2008).
Akibat kelebihan
Adapun tanda-tanda dari toksisitas vitamin C adalah usus mudah kram, perut kembung dan diare,
meningkatkan ekskresi oksalat pada urin, disertai dengan nyeri pinggang dan pembentukan batu
ginjal, kemungkinan terjadi peningkatan penyerapan aluminium, penghentian tiba-tiba suplemen
vitamin C dapat menyebabkan Rebound.
Indikasi
Pemberian vitamin C pada keadaan normal tidak menunjukkan efek farmakodinamik yang jelas.
Namun pada keadaan defisiensi, pemberian vitamin C akan menghilangkan gejala penyakit
dengan cepat. Vitamin C diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan skorbut. Selain itu,
vitamin C juga digunakan untuk berbagai penyakit yang tidak ada hubungannya dengan
defisiensi vitamin C dan seringkali digunakan dengan dosis besar. Namun, efektivitasnya dari
pengobatan ini belum terbukti. Vitamin C tidak mengurangi insidens common cold tetapi dapat
mengurangi keparahan sakit dan lama masa sakit (Dewoto 2007).
Efek samping, kontra indikasi, interaksi obat
Nyeri kepala, fatigue, drowsiness, mual, dada terbakar, muntah, diare. Vitamin C dengan
aspirin atau sulfonamide dapat menyebabkan pembentukan kristal di urin (crystalluria); dapat
memberikan hasil negative palsu karena adanya darah pada uji feses dan positif palsu pada
pemeriksaan klinik glikosuria.
Dosis besar dapat menurunkan efek antikoagulasi oral, kontrasepsi oral dapat
menurunkan kadar vitamin C dalam tubuh; merokok menurunkan kadar serum vitamin C,
digunakan dengan perhatian pada pasien batu ginjal, gout, anemia, sel sickle, seideroblastik,
thalassemia. Vitamin C juga dapat menurunkan asupan asam askorbat jika digunakan dengan
salisilat; dapat menurunkan efek antikoagulan oral; dapat menurunkan eliminasi aspirin.
Beberapa obat diduga dapat mempercepat ekskresi vitamin C misalnya tetrasiklin dan
fenobarbital (Kamiensky, 2006)
Kebutuhan
Kebutuhan vitamin C berdasarkan U.S. RDA antara lain untuk pria dan wanita sebanyak
60 mg/hari, anak > 4 tahun sebanyak 60 mg/hari, anak < 4 tahun sebanyak 40 mg/hari, bayi
sebanyak 35 mg/hari, ibu hamil sebanyak 70 mg/hari, dan ibu menyusui sebanyak 95 mg/hari.
Kebutuhan vitamin C meningkat 300-500% pada penyakit infeksi, tuberculosis, tukak peptik,
penyakit neoplasma, pasca bedah atau trauma, hipertiroid, kehamilan, dan laktasi. Kebutuhan
vitamin C juga bertambah dalam keadaan pemakaian obat–obatan seperti barbiturat, salisilat dan
tetrasiklin, perokok, penderita penyakit seperti gastrointestinal disease, kanker, peptic ulcer,
hipertiroidism, stress, dan luka bakar (Kamiensky, 2006; Tim Penyusun, 2008).
Dosis
Dosis Profilaksis, 25-75 mg sehari (Joint Formulary Committee, 2011).
Dosis per hari yang direkomendasikan:
untuk dewasa (usia ≥ 19 tahun), pemberian enteral 75-90 mg, parenteral 100 mg.
Untuk pediatric, pemberian parenteral: 80 mg. pemberian enteral untuk usia 0-12 bulan
adalah 40-50 mg, usia 1-8 tahun adalah 15-25 mg, dan usia 9 -18 tahun adalah 45-75 mg
(Dipiro et al., 2008).
Perokok membutuhkan asupan vitamin C 35 mg/hari atau lebih dibandingkan bukan perokok
(Dipiro et al., 2008).
Daftar pustaka
Dewoto HR 2007. Vitamin dan Mineral. dalam Farmakologi dan Terapi edisi
kelima.Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Percetakan Gaya Baru, Jakarta.p.769-92.
Kamiensky M, Keogh J 2006. Vitamins and Minerals. In: Pharmacology Demystified.
Mc.GrawHill Companies Inc.,USA.p.137-54.
Triana, Vivi. 2006. Macam-Macam Vitamin dan Fungsinya Dalam Tubuh Manusia. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. Vol: I (1). Hal: 40-47.
Dipiro, J.T., R.L. Talbert, G.C. Yee, G.R. Matzke, B.G. Wells, and L.M. Posey. 2008.
Pharmacotherapi A Pathophysiologic Approach. 7th edition. New York: The McGraw-Hill
Companies, Inc.
Joint Formulary Committee. 2011. British National Formulary 61. London: British
Medical Association and Royal Pharmaceutical Society of Great Britain.
Tim Penyusun. 2008. Bahan Ajar Farmakognosi. Jimbaran: Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA,
Universitas Udayana.