kelompok 2 3b vitamin c
DESCRIPTION
kfaTRANSCRIPT
GOLONGAN VITAMIN
VITAMIN C (ASAM ASKORBAT)
LAPORAN
Oleh :
Kelompok 5sampel 10D
Dameria S ( 31112066 )
Desi Nur Alfi Yani ( 31112071 )
Lisma Rahmawati (31112090)
FARMASI 3B
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2015
I. Tujuan Praktikum
Untuk menentukan kadar vitamin C (Asam Askorbat) dalam sediaan
tablet dengan metode iodimetri.
II. Dasar Teori
1. Asam Askorbat (vitamin C)
Struktur kimia :
BM : 176
Kelarutan : mudah larut dalam air, larut dalam etanol, praktis tidak larut
dalam kloroform dan eter.
Sifat fisika dan kimia vitamin C :
1) Sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam.
2) Reduktor kuat
3) Asam askorbat merupakan derivat monosakarida yang mempunyai gugus
enediol dan mempunyai 2 rumus bangun yang erat yaitu sebagai asam
askorbat dan dehidroasam askorbat.
4) Stabil dalam pH asam namun tida.k pada pH netral dan alkali
2. Titrasi Redoks
Titrasi redoks adalah metode penentuan kuantitatif yang reaksi
utamanya adalah reaksi redoks, reaksi ini hanya dapat berlangsung kalau
terjadi interaksi dari senyawa/ unsure/ ion yang bersifat oksidator dengan
unsure/ senyawa/ ion bersifat reduktor. Jadi kalau larutan bakunya
oksidator, maka analat harus bersifat reduktor atau sebaliknya. Berdasarkan
sifat larutan bakunya maka titrasi redoks dibagi atas oksidimetri dan
reduksimetri.
a. Oksidimetri adalah metode titrasi redoks dengan larutan baku yang
bersifat sebagai 0ksidator berdasarkan jenis oksidatornya maka
oksidimetri dibagi menjadi 4 yaitu :
1) Permanganometri, larutan baku yang digunakan larutan KMnO4, ini
selau di;laksanakan dalam suasana asam dimana KMnO4 mengalami
reaksi reduksi.
Mn04- + 8H+ + 5e- —–> Mn2+ + 4H2O
2) Dikhrometri, larutan baku yang digunakan adalah larutan K2Cr2O7
sepanjang titrasi dalam suasana asam K2Cr2O7 mengalami reduksi.
Cr2O72- + 14H+ + 6e- ——> 2Cr3+ + 7H2O
3) Serimetri, larutan baku yang digunakan adalah larutan Ce(SO4)2 reaksi
reduksi yang dialaminya adalah :
Ce4+ + e- ——> Ce3+
4) Iodimetri, larutan yang digunakan adalah I2 dimana pada titrasi
mengalami reduksi.
I2 + 2e- ——> 2I-
b. Reduksimetri adalah metode titrasi redoks dengan larutan baku yang
bersifat sebagai reduktor dan salah satu metode reduksimetri yang
terkenal adalah iodometri, pada iodometri larutan baku yang digunakan
adalah larutan Natrium tiosulfat yang pada titrasinya mengalami oksidasi.
2S2O32- ——> S4O6
2- + 2e-
3. Tirasi Iodimetri
Iodimetri adalah analisa titrimetri untuk zat-zat reduktor seperti
natrium tiosulfat, arsenat dengan menggunakan larutan iodin baku secara
langsung. Iodometri adalah analisa titrimetri untuk zat-zat reduktor dengan
penambahan dengan penambahan larutan iodin baku berlebihan dan
kelebihannya dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat baku. Pada titrasi
iodimetri titrasi oksidasi reduksinya menggunakan larutan iodum. Artinya
titrasi iodometri suatu larutan oksidator ditambahkan dengan kalium iodida
berlebih dan iodium yang dilepaskan (setara dengan jumlah oksidator)
ditirasi dengan larutan baku natrium tiosulfat (Rivai, 1995).
Titrasi dapat dilakukan tanpa indikator dari luar karena larutan iodium
yang berwarna khas dapat hilang pada titik akhir titrasi hingga titik akhir
tercapai. Tetapi pengamatan titik akhir titrasi akan lebih mudah dengan
penambahan larutan kanji sebagai indikator, karena amilum akan
membentuk kompleks dengan I2yang berwarna biru sangat jelas.
Penambahan amilum harus pada saat mendekati titik akhir titrasi. Hal ini
dilakukan agar amilum tidak membungkus I2 yang menyebabkan sukar lepas
kembali, dan ini akan menyebabkan warna biru sukar hilang, sehingga titik
akhir titrasi tidak terlihat tajam (Said, 1986).
Indikator kanji merupakan indikator yang sangat lazim digunakan,
namun indikator kanji yang digunakan harus selalu dalam keadaan segar
dan baru karena larutan kanji mudah terurai oleh bakteri sehingga untuk
membuat larutan indikator yang tahan lama hendaknya dilakukan sterilisasi
atau penambahan suatu pengawet. Pengawet yang biasa digunakan adalah
merkurium (II) iodida, asam borat atau asam formiat. Kepekatan indikator
juga berkurang dengan naiknya temperatur dan oleh beberapa bahan organik
seperti metil dan etil alcohol (Underwood, 1993).
Iodimetri adalah oksidasi kuantitatif dari senyawa pereduksi dengan
menggunakan iodium. Iodimetri ini terdiri dari 2, yaitu :
a. Iodimetri metode langsung, bahan pereduksi langsung dioksidasi dengan
larutan baku Iodium. Contohnya pada penetapan kadar Asam Askorbat.
b. Iodimetri metode residual ( titrasi balik), bahan pereduksi dioksidasi
dengan larutan baku iodium dalam jumlah berlebih, dan kelebihan iod
akan dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat. Contohnya pada
penetapan kadar Natrium Bisulfit.
Dalam titrasi iodimetri, iodin dipergunakan sebagai sebuah agen
pengoksidasi, namun dapat dikatakan bahwa hanya sedikit saja substansi
yang cukup kuat sebagai unsur reduksi yang dititrasi langsung dengan iodin.
Karena itu jumlah dari penentuan-penentuan iodimetrik adalah sedikit.
Substansi-substansi penting yang cukup kuat sebagai unsur-unsur reduksi
untuk dititrasi langsung dengan iodin yaitu zat-zat dengan potensial reduksi
yang jauh lebih rendah adalah tiosulfat, arsenik (III), antimon (III), sulfida,
sulfit, timah (II) dan ferosianida, zat-zat ini bereaksi lengkap dan cepat
dengan iod bahkan dalam larutan asam. Dengan zat pereduksi yang agak
lemah, misal arsen trivalen atau stibium trivalen, reaksi yang lengkap hanya
akan terjadi bila larutan dijaga tetap netral atau sangat sedikit asam, pada
kondisi ini potensial reduksi dari zat pereduksi adalah minimum atau daya
mereduksinya adalah maksimum.
III. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Gelas kimia
2) Gelas ukur
3) Kaca arloji
4) Statif
5) Buret coklat
6) Buret biasa
7) Spatula
8) Batang pengaduk
9) Corong
10) Bunsen
11) Pipet tetes
12) Pipet volume
13) bulf
b. Bahan
1) Indicator amilum
2) Na2S2O3 0,1 N
3) I2 0,1 N
4) H2SO4 6N
5) KI
IV. Prosedur Kerja
a. Isolasi
-
b. Pembakuan Na2S2O3 dengan K2Cr2O7
c. Pembakuan I2 dengan Na2S2O3 yang telah distandarisasi
d. Penetapan Kadar vitamin C
V. Hasil Pengamatan
1. Standarisasi Na2S2O3 0,1 N dengan K2Cr2O7
K2Cr2O7 (mg) Volume Na2S2O3 (ml)
60 mg 11,4mL
60 mg 11,4 mL
60 mg 11,5 mL
Rata - rata 11,43 mL
N Na2S2O3
N Na2S2O3
= 0,1071 N
2. Standarisasi I2 0,1 N dengan Na2S2O3 yang telah baku
No I2 (ml) Volume Na2S2O3 (ml)
1 10 ml 10,3 ml
2 10 ml 10,3 ml
3 10 ml 10,3 ml
rata-rata 10 ml 10,3 ml
N I2 =
=
= 0,1103 N
3. Penetapan kadar asam askorbat
No Volume sampel (ml) Volume I2 (ml)
1 10 ml 1,5 ml
2 10 ml 1,5 ml
3 10 ml 1,4 ml
rata-rata 10 ml 1,467 ml
N as. Askorbat =
=
= 0,0161 N
BM asam askorbat = 176, Ekivalen (E) asam askorbat = 2
BE asam askorbat =
Gram asam askorbat = BE asam askorbat x N as.askorbat x V
= 88 x 0,0161 N x 0,1 mL
= 0,14168 gram
% kadar as.askorbat =
=
= 25,19 %
VI. Pembahasan
Pada praktikum analisis kuantitatif golongan vitamin ini, sampel vitamin
C ditetapkan kadarnya menggunakan metode iodimetri. Dimana prinsip
iodimetri adalah oksidasi kuantitatif dari senyawa pereduksi dengan
menggunakan iodium atau terjadinya reaksi oksidasi reduksi. Deskripsi dari
vitamin C merupakan salah satu vitamin yang larut dalam air dan memiliki
nama kimia asam askorbat. Adapun struktur kimia dari vitamin C yaitu :
Struktur Vitamin C
Dilihat dari struktur kimia dan gugus fungsi, asam askorbat memiliki
gugus OH yang akan teroksidasi oleh I2 dan asam askorbat ini bersifat reduktor
kuat.
Proses awal ada sampel di isolasi dengan tujuan memisahkan analit
Vitamin C dari matriksnya dengan proses filtrasi. Sesuai FI IV bahwasannya
untuk menetapkan kadar Vitamin C perlu penimbangan sebanyak 400 mg.
Sampel diisolasi berdasarkan kelarutannya. Vitamin C larut dalam air
sedangkan zat pengisi tablet sebagian besar tidak larut dalam air namun larut
dalam pelarut non polar. Berdasarkan kelarutannya vitamin C dilarutkan dalam
air. Sebelum difiltrasi terlebih dahulu dilakukan vortex, ini bertujuan untuk
menarik analit dari matriksnya dengan memperluas kontak antara pelarut
dengan zat yang terlarut. Sampel di pindahkan ke dalam tabung sentrifuga
untuk dilakukan sentrifuga selama 10 menit. Pemisahan sentrifuga
menggunakan prinsip dimana objek diputar secara horizontal pada jarak
tertentu yang menyebabkan partikel-partikel menuju dinding tanbung dan
terakumulasi membentuk endapan. Setelah itu dilakukan proses dekantasi
sehingga di dapatkan filtrat vitamin C dalam fasa air atau pelarut nya. Untuk
menguji masih ada atau tidaknya analit dalam residu maka di uji kualitatif
dengan AgNO3 yang akan terbentuk endapan hitam jika masih terdapat vitamin
C dalam residu. Dalam percobaan ini terjadi reaksi negative sehingga dapat
disimpulkan bahwa didalam residu sudah tidak terdapat analit.
Dalam metode iodimetri dilakukan pembakuan terhadap Na2S2O4 dan I2
terlebih dahulu karena merupakan baku sekunder. Pada pembakuan larutan
Na2S2O4 ini dibakukan menggunakan K2Cr2O7, prosesnya K2Cr2O7
ditambahkan aquadest , H2SO4 dan KI yang kemudian ditritrasi hingga kuning
jerami dan baru dilakukan penambahan amilum sebagai indikator dan dititrasi
kembali hingga berwarna hijau. Pada reaksi yang terjadi, kalium dikromat
direduksi oleh larutan kalium iodida yang asam dan ion dibebaskan.
Cr₂O₇²¯ + 6I¯ + 14H⁺ → 2Cr³⁺ + 3I₂ + &H₂O
Selanjutnya yaitu pembakuan larutan I2 dengan larutan Na2S2O4 yang
telah dibakukan. Buret yang digunakan pada titrasi ini adalah buret coklat
karena larutan I2 akan mudah terurai oleh adanya cahaya. Perlakuannya yaitu
dengan memipet larutan I2 sebanyak 10 mL dan dititrasi dengan larutan baku
Na2S2O4 hingga berwarna kuning muda dan kemudian ditambahkan amilum
dan titrasi kembali hingga bening atau tidak berwarna. Reaksi antara iodium
dengan tiosulfat yang mana tiosulfat dioksidasi oleh iodium menjadi tetrationat
menurut reaksi :
2S2O32- + I2 → 2I- + S4O6
2-
Untuk penetapan kadar sampel vitamin C ini yaitu dengan memasukkan
10 mL sampel yang telah diisolasi dan titrasi dengan menggunakan larutan I2,
pada perlakuannya titrasi ini juga menggunakan buret coklat karena untuk
menghindari terurainya larutan I2 oleh cahaya. Titrasi dilakukan dengan
menggunakan amilum sebagai indikator dimana titik akhir titrasi diketahui
dengan terjadinya kompleks amilum-I2 yang berwarna biru tua. Hal ini
disebabkan karena dalam larutan pati, terdapat unti-unit glukosa membentuk
rantai heliks karena adanya ikatan konfigurasi pada tiap unit glukosanya.
Bentuk ini menybabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul
iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya., sehingga menyebabkan warna
biru tua pada kompleks tersebut(Khopkar, 2002).
Reaksi pada penentuan Vitamin C dengan iodimetri:
H2S + I2→ S + 2I- + 2H+
SO32- + I2 + H2O → SO4
2- + 2I- + 2H+
Sn2+ + I2 →Sn4+ + 2IH2
AsO3 + I2 + H2O HAsO42- + 2I- + 3H+
(Underwood, 2002).
VII. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa:
a. Penentuan kadar vitamin C dapat digunakan metode Iodimetri
b. Kadar sampel vitamin C dalam 400 mg adalah 25,19 %
VIII. Daftar Pustaka
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Depkes RI.
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT. Gramedia.
Higuchi, Takeru and E.B. Hanssen. 1961. Pharmaceutical Analysis. New
York: London.
Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Riswiyanto. 2009. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Tadjuddin, Naid. Penuntun Praktikum Analisa Farmasi. UNHAS:
Makassar.2001.P.22, 23
Vogel. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Makro. Jakarta:
Kalman Media Pustaka.
Day RA. Jr dan Al Underwood.1992. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta :
Erlangga.