potensiometri vitamin c

24
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS Penetapan Kadar Vitamin C Secara Potensiometri Asisten : Catherine Caroline, S.Si., M.Si., Apt. Golongan : Q / 3 Anggota: Helsa Septiana (2443011082) Cynthia Devina (2443012023) Septin Putri A. (2443012061) Seraviani C. (2443012243)

Upload: septin-putri-abriyanti

Post on 13-Jul-2016

327 views

Category:

Documents


45 download

DESCRIPTION

Potensiometri Vitamin C

TRANSCRIPT

Page 1: Potensiometri Vitamin c

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS

Penetapan Kadar Vitamin CSecara Potensiometri

Asisten :Catherine Caroline, S.Si., M.Si., Apt.

Golongan : Q / 3

Anggota:Helsa Septiana (2443011082)Cynthia Devina (2443012023)Septin Putri A. (2443012061)Seraviani C. (2443012243)

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA

SURABAYA2014

Page 2: Potensiometri Vitamin c

I. DASAR TEORI

Potensial sel galvanik tergantung pada aktivitas zat-zat ionik tertentu di dalam

larutan sel, maka pengukuran potensial sel merupakan hal yang sangat penting dalam

kimia analitik. Dalam banyak hal suatu sel dapat disusun yang potensialnya tergantung

pada aktivitas suatu macam zat ionik tunggal dalam larutan. Salah satu elektroda sel

harus sedemikian rupa hingga potensialnya tergantung pada aktivitas ion yang akan

ditentukan; ini disebut elektroda indikator. Elektroda yang lainnya merupakan sebuah

pembanding, seperti kalomel, yang potensialnya diketahui dan tetap selama pengukuran

(Underwood, 1986).

Suatu eksperimen dapat diukur dengan menggunakan dua metode yaitu, pertama

(potensiometri langsung) yaitu pengukuran tunggal terhadap potensial dari suatu aktivitas

ion yang diamati, hal ini terutama diterapkan dalam pengukuran pH larutan air. Kedua

(titrasi langsung), ion dapat dititrasi dan potensialnya  diukur sebagai fungsi volume

titran.  Potensial sel, diukur sehingga dapat digunakan untuk menentukan titik ekuivalen.

Suatu petensial sel galvani bergantung pada aktifitas spesies ion tertentu dalam larutan

sel, pengukuran potensial sel menjadi penting dalam banyak analisis kimia (Basset, J.

dkk., 1994).

Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan bantuan elektroda indikator dan

elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva titrasi yang diperoleh

dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter yang ditambahkan,

mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Dari grafik itu dapat

diperkirakan titik akhir titrasi. Elektroda indikator adalah elektroda yang potensialnya

bergantung pada konsentrasi ion yang akan ditetapkan dan dipilih berdasarkan jenis

senyawa yang hendak ditentukan. Sedangkan elektroda pembanding adalah elektroda

yang potensialnya diketahui dan selama pengukuran tetap konstan. Elektroda

pembanding yang banyak digunakan adalah elektroda kalomel karena konstannya

potensial yang dihasilkan. Antara elekroda pengukur (elektroda indikator) dan elektroda

pembanding terdapat jembatan arus atau garam dengan larutan elektrolit yang di

dalamnya terdapat transport ion arus (Widjaja dkk., 2008).  Cara potensiometri ini

bermanfaat bila tidak ada indikator yang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi,

misalnya dalam hal larutan keruh atau bila daerah kesetaran sangat pendek dan tidak

cocok untuk penetapan titik akhir titrasi dengan indikator (Rivai, 1995).

Keuntungan dari metode potensiometri adalah biayanya yang relatif murah dan

sederhana. Voltameter dan elektroda jauh lebih murah daripada instrumen saintifik yang 2

Page 3: Potensiometri Vitamin c

paling modern. Selain itu kelebihan dari metode potensiometri yaitu pada saat potensial

sel dibaca tidak ada arus yang mengalir dalam larutan (arus residual tatanan sel dan efek

polarisasi dapat diabaikan). Manfaat potensiometri juga untuk menetapkan tetapan

kesetimbangan. Potensial-potensial yang stabil sering diperoleh dengan cukup cepat dan

tegangan yang mudah dicatat sebagai fungsi waktu, sehingga potensiometri kadang juga

bermanfaat untuk pemantauan yang kontinyu dan tidak diawasi (Skoog dkk., 1998).

Potensiometri pada dasarnya bersifat nondestruktif terhadap sampel, dalam

pengertian bahwa penyisipan elektroda tidak megubah komposisi larutan uji (kecuali

untuk sedikit kebocoran elektrolit dari elektroda acuan) (Khopkar, 1990). Metode

potensiometri merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk menentukan

kandungan ion-ion tertentu dalam suatu larutan, titrasi terhadap vitamin c (bersifat asam)

mungkin juga bersifat basa. Selain itu, metode potensiometri dapat juga digunakan dalam

penetapan nikel dan kobal dengan pengkomlekskan denga sianida, penetapan flourida

dengan metode titik nol, penetapan besi (III) dengan EDTA dan standarisasi larutan

kalium permanganate dengan kalium iodide (Vogel, 1994).

Titik akhir dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan menetapkan volume

pada mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan titran.

Dalam titrasi secara manual, potensial diukur setelah penambahan titran secara berurutan,

dan hasil pengamatan digambarkan pada suatu kertas grafik terhadap volum titran untuk

diperoleh suatu kurva titrasi. Dalam banyak hal, suatu potensiometer sederhana dapat

digunakan, namun jika tersangkut elektroda gelas, maka akan digunakan pH meter

khusus.  Karena pH meter ini telah menjadi demikian biasa, maka pH meter ini

dipergunakan untuk semua jenis titrasi, bahkan apabila penggunaannya tidak diwajibkan

(Basset, J. dkk., 1994).

Bermacam reaksi titrasi dapat diikuti dengan pengukuran potensiometri. Reaksinya

harus meliputi penambahan atau pengurangan beberapa ion yang sesuai dengan jenis

elektrodanya. Potensial diukur sesudah penambahan sejumlah kecil volume titran secara

berturut-turut atau secara kontinyu dengan perangkat automatik. Presisi dapat dipertinggi

dengan sel konsentrasi (Khopkar, 2003).

a)      Reaksi netralisasi: Titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda

indikatornya elektroda gelas. Tetapan ionisasi harus kurang dari 10-8.

b)      Reaksi pembentukan kompleks dan pengendapan: Pembentukan endapan atau

kompleks akan membebaskan ion terhidrasi dari larutan. Biasanya digunakan elektroda

Ag dan Hg. Berbagai logam dapat dititrasi dengan EDTA.

3

Page 4: Potensiometri Vitamin c

c)      Reaksi redoks: Elektroda Pt atau elektroda inert dapat digunakan pada titrasi

redoks. Oksidator kuat (KMnO4, K2Cr2O7, Co(NH3)3) membentuk lapisan logam-oksida

yang harus dibebaskan dengan reduksi secara katoda dalam larutan encer (Khopkar,

2003).

Semua potensial elektroda dikutip relatif terhadap potensial elektroda hidrogen

standar. Jadi, elektroda hidrogen haruslah dianggap sebagai elektroda rujukan primer.

Elektroda yang paling meluas penggunaannya adalah elektroda kalomel, disebabkan oleh

mudahnya pembuatan dan konstan potensial. Sebuah sel-paruh kalomel adalah sel paruh

dalam mana merkurium dan kalomel (merkurium(I) klorida) ditutup dengan konsentrasi

tertentu; dapat 0,1 N; 1,0 N; 3,5 N; atau jenuh. Larutan kalium klorida haruslah dijenuhi

oleh kalomel. Potensial elektroda kalomel pada 25OC relatif terhadap elektroda hidrogen

normal untuk 0,1 N; 1,0 N dan jenuh masing-masing adalah 0,3371; 0,2846; dan 0,2458

volt (Bassett, J. dkk., 1994).

Elektroda indikator suatu sel adalah elektroda yang potensialnya bergantung pada

aktivitas (dan karena itu pada konsentrasi) spesi ion tertentu yang konsentrasinya akan

ditentukan. Dalam potensiometri langsung atau titrasi potensiometri suatu ion logam,

sebuah elektroda indikator sederhana biasanya akan terdiri dari batang atau kawat yang

dibersihkan dengan seksama yang terbuat dari logam yang tepat; paling penting adalah

permukaan logam yang akan dicelupkan ke dalam larutan itu bebas dari lapisan tipis

oksida atau hasil korosi apa saja. Dalam beberapa kasus elektroda yang lebih memuaskan

dapat disiapkan dengan menggunakan kawat platinum yang telah disalut dengan lapisan

tipis logam yang tepat dengan cara pengendapan secara listrik (Bassett, J. dkk., 1994).

Bila dilibatkan ion hidrogen, sebuah elektroda hidrogen dapat jelas digunakan

sebagai elektroda indikator, namun peran itu dapat juga dilakukan oleh elektroda lain,

yang terkemuka adalah elektroda kaca. Inilah contoh elektroda membran dalam mana

potensial yang dikembangkan antara suatu selaput kaca dan larutan merupakan suatu

fungsi linier pH larutan, dan karena itu dapat untuk mengukur konsentrasi ion hidrogen

dari larutan itu. Karena selaput kaca itu mengandung ion logam alkali, juga mungkin

untuk mengembangkan elektroda kaca yang dapat digunakan untuk menetapkan

konsentrasi ion-ion ini dalam larutan, dan dari pengembangan ini (yang didasarkan pada

mekanisme pertukaran ion), sederetan lengkap elektoda membran telah dikembangkan

berdasarkan baik pada bahan pertukaran ion zat padat maupun cairan: elektroda-elektroda

ini merupakan bagian deret yang penting dari elektroda peka-ion yang sekarang tersedia

untuk banyak macam ion (Bassett, J. dkk., 1994).

4

Page 5: Potensiometri Vitamin c

Persamaan Nernst memberikan hubungan antara potensial relatif suatu elektroda

dan konsentrasi spesies ioniknya yang sesuai dalam larutan. Potensiometri merupakan

aplikasi langsung dari persaman Nernst dengan cara pengukuran potensial dua elektroda

tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol. Dengan pengukuran pengukuran potensial

reversibel suatu elektroda, maka perhitungan aktivitas atau konsentrasi suatu komponen

dapat dilakukan (Rivai, 1995).

Potensial dalam titrasi potensiometri dapat diukur sesudah penambahan sejumlah

kecil volume titran secara berturut-turut atau secara kontinu dengan perangkat automatik.

Presisi dapat dipertinggi dengan sel konsentrasi. Elektroda indikator yang digunakan

dalam titrasi potensiometri tentu saja akan bergantung pada macam reaksi yang sedang

diselidiki. Jadi untuk suatu titrasi asam basa, elektroda indikator dapat berupa elektroda

hidrogen atau sesuatu elektroda lain yang peka akan ion hidrogen, untuk titrasi

pengendapan halida dengan perak nitrat, atau perak dengan klorida akan digunakan

elektroda perak, dan untuk titrasi redoks (misalnya, besi(II)) dengan dikromat digunakan

kawat platinum semata-mata sebagai elektroda redoks (Khopkar, 1990).

Pada praktikum kali ini metode yang akan kita gunakan adalah titrasi potensiometri

tepatnya titrasi asam basa, ketetapan untuk dapat menemukan titik akhir pada titrasi asam

basa secara potensiometri tergantung dari konsentrasi dan kekuatan asam serta basa. Agar

metode ini berhasil baik, kedua asam atau basa hendaknya kekuatannya berbanding

sekurangnya 10-5: 1. Metode ini dapat digunakan untuk titrasi asam atau basa bervalensi

banyak, tetapi hanya dapat dilakukan untuk masing-masing senyawa jika harga pKa atau

pKb berbeda minimal 2 satuan (Widjaja dkk., 2008).  

Pada titrasi asam basa, elektroda indikator yang digunakan adalah  elektroda

membran gelas yang sensitif terhadap perubahan jumlah ion hidrogen (H+)dan elektroda

pembanding  yang digunakan adalah Elektroda Kalomel, (Khopkar, 2003) seperti yang

terlihat pada gambar dibawah. Untuk titrasi asam basa, setiap perubahan ion hidrogen

tersebut diamati. Pada elektrode membran gelas, tidak ada elektron yang diberikan

kepada membran. Justru sebuah membran membiarkan ion H+ untuk menembusnya,

tetapi menahan ion  yang lain. Dengan demikian akan timbul beda potensial yang cukup

besar untuk mencegah terjadinya migrasi lebih lanjut. Kelebihan dari elektroda membran

gelas adalah tidak terjadinya kontaminasi sehingga tidak ada permukaan katalis yang

kehilangan aktivitasnya. Nilai-nilai pH dari suatu larutan yang kurang tersangga bisa

diukur secara akurat dan akhirnya elektroda jenis ini sangat cocok digunakan untuk

memonitor pH secara kontinu pada rentang waktu yang lama (Day dan Underwood,

1981). Melalui kurva hubungan antara volume pentiter vs pH dapat ditentukan titik akhir 5

Page 6: Potensiometri Vitamin c

titrasinya. Titik akhir titrasi dideteksi dengan menetapkan volume di mana terjadi

perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan peniter (Widjaja dan

Laksmiani, 2009).

II. TUJUAN

Memahami prosedur penetapan kadar secara Potensiometri

III. SIFAT BAHAN

Sampel

Vitamin C / Asam Askorbat (BM 176,13)

Pemerian

Hablur atau serbuk putih atau agak kuning. Oleh pengaruh cahaya lambat laun

menjadi berwarna gelap. Dalam keadaan kering stabil di udara, dalam larutan

cepat teroksidasi. Melebur pada suhu lebih kurang 1900

Kelarutan

Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform,

dalam eter dan dalam benzena.

Penetapan Kadar

Timbang seksama lebih kurang 400 mg, larutkan dalam campuran 100 ml air dan

25 ml asam sulfat 2 N, tambahkan 3 ml kanji LP. Titrasi segera dengan Iodium

0,1 N LV.

“1 mL NaOH 0,1 N setara dengan 17,61 mg C6H8O6”

IV. ALAT DAN BAHAN

Alat:

1. Botol timbang

2. Labu takar

3. Beaker glass

4. Erlenmeyer

5. Gelas ukur6

Page 7: Potensiometri Vitamin c

6. Potensiometer

7. Batang pengaduk

8. Pipet volume

9. Filler

10. Sendok tanduk

Bahan:

1. Sampel yang mengandung Vitamin C

2. NaOH 0,1 N

3. Asam oksalat

4. Aquadest

V. DASAR REAKSI

VI. CARA KERJA

Pembakuan asam oksalat dengan NaOH

1. Memipet 3 mL larutan baku asam oksalat

2. Memasukkan ke dalam beaker glass

3. Menambahkan akuades sampai elektroda tercelup

4. Memasukkan NaOH ke potensiometer

5. Melakukan titrasi

Preparasi sampel (3x replikasi)

1. Menghomogenkan sampel terlebih dahulu

2. Menimbang sampel sebanyak 400 mg

3. Memasukkan ke dalam beaker glass

4. Menambahkan 50 mL akuades

5. Melakukan titrasi dengan NaOH 0,1 N

7

Page 8: Potensiometri Vitamin c

VII. PERHITUNGAN

Teoritis

Larutan Baku asam oksalat 0,1 N – 25 mL

N = 0,1576 gram

Cara :

1. Menimbang 0,1576 gram asam oksalat dengan botol timbang

2. Memasukkan dalam labu takar 25 mL

3. Menambahkan akuadest sampai 25 mL

4. Mengocok sampai homogen

Larutan baku sekunder NaOH 0,1 N – 100 mL

N = 0,4 gram

Cara :

1. Menimbang 0,4 gram NaOH dengan kaca arloji

2. Memasukkan dalam beaker glass

3. Menambahkan akuadest sampai 100 mL

4. Mengocok sampai homogen

Praktik

N = 0,1 N8

Page 9: Potensiometri Vitamin c

End Point

Baku 1 Baku 2 Baku 3Sampel

1

Sampel

2

Sampel

3

pH 7,493 7,532 7,532 7,755 7,827 7,802

V (ml) 3,2216 3,2318 3,2282 4,9284 4,9561 4,9013

Baku 1

V (ml) PH ΔV ΔPH ΔPH / ΔV Δ2PH / ΔV2

3,1000 6,070

0,1 0,959 9,59

3,2000 7,029 + 118,6

0,1 2,145 21,45

3,3000 9,174 -165,1

0,1 0,494 4,94

3,4000 9,668 -21,8

0,1 0,276 2,76

3,5000 9,944

V TE = 3,24180 mL

Baku II

9

Page 10: Potensiometri Vitamin c

V (ml) PH ΔV ΔPH ΔPH / ΔV Δ2PH / ΔV2

3,1000 5,980

0,1 0,835 8,35

3,2000 6,815 + 141,9

0,1 2,254 22,54

3,3000 9,069 -168,6

0,1 0,568 5,68

3,4000 9,637 -27,1

0,1 0,297 2,97

3,5000 9,935

V TE = 3,2457 mL

10

Page 11: Potensiometri Vitamin c

Baku III

V (ml) PH ΔV ΔPH ΔPH / ΔV Δ2PH / ΔV2

3,1000 6,013

0,1 0,884 8,84

3,2000 6,896 + 137,1

0,1 2,255 22,55

3,3000 9,151 -170,7

0,1 0,548 5,48

3,4000 9,699 -24,6

0,1 0,302 3,02

3,5000 10,001

V TE = 3,2445 mL

V1 (ml) N1 V2 (ml) N2

3,0 0,1 3,2418 0,0925

3,0 0,1 3,2457 0,0924

3,0 0,1 3,2445 0,0925

Rata - rata 0,09248

11

Page 12: Potensiometri Vitamin c

Sampel I

V (ml) PH ΔV ΔPH ΔPH / ΔV Δ2PH / ΔV2

4,800 6,613

0,1 0,783 7,83

4,900 7,396 +47,9

0,1 1,262 12,62

5,000 8,658 -71,9

0,1 0,543 5,43

5,100 9,201 -23,7

0,1 0,306 3,06

5,200 9,507

V TE = 4,9399 mL

12

Page 13: Potensiometri Vitamin c

Sampel II

V (ml) PH ΔV ΔPH ΔPH / ΔV Δ2PH / ΔV2

4,800 6,518

0,1 0,638 6,38

4,900 7,157 + 55,7

0,1 1,195 11,95

5,000 8,352 -49,9

0,1 0,696 6,96

5,100 9,048 -33.2

0,1 0,364 3,64

5,200 9,411

V TE = 4,9527 mL

13

Page 14: Potensiometri Vitamin c

Sampel III

V (ml) PH ΔV ΔPH ΔPH / ΔV Δ2PH / ΔV2

4,700 6,290

0,1 0,492 4,92

4,800 6,781 + 51,6

0,1 1,008 10,08

4,900 7,789 + 5,3

0,1 1,061 10,61

5,000 8,850 -60,2

0,1 0,459 4,59

5,100 9,309

V TE = 4,9080 mL

14

Page 15: Potensiometri Vitamin c

Perhitungan kadar :

Penolakan hasil pengukuran (4d):

Data Rata-rata tanpa * (y) Selisih data dengan y d 4d

19,968 * 20,06 - 0,0065 0,026

20,054 0,0065

20,067 0,0065

d* = 20,06 – 19,968 = 0,092

4d d*

0,0,26 < 0,092

Data yang dicurigai dibuang.

Jadi kadar yang diperoleh 20,06 %

15

Sampel VTE (mL) W (gram) NT Kadar

1 4,9399 0,4009 0,09248 20,067 %

2 4,9527 0,4022 0,09248 20,054 %

3 4,9080 0,4003 0,09248 19,968 %

Page 16: Potensiometri Vitamin c

= 1,27 %

VIII. PEMBAHASAN

Praktikum potensiometri ini dilakukan dengan tujuan untuk untuk membuat

kurva hubungan antara pH dan volume pentiter, menentukan titik akhir titrasi, dan

menentukan kadar sampel yang dianalisis. Potensiometri adalah salah satu metode

penentuan konsentrasi zat melalui pengukuran nilai potensial. Nilai potensial yang

diukur setiap penambahan volume titran tertentu akan diplotkan menjadi kurva titrasi

dan akan didapatkan titik ekuivalen titrasinya. Volume pada titik ekuivalen titrasi

tersebut adalah volume titran yang akan digunakan dalam perhitungan selanjutnya.

Dalam potensiometri ini, tidak digunakan indikator karena dengan pengukuran

potensial larutan sudah bisa didapatkan titik ekuivalennya dari kurva. Titik akhir

titrasi diharapkan mendekati titik ekivalen sehingga data yang dihasilkan dianggap

memiliki kesalahan yang kecil.

Metode yang akan kita gunakan adalah titrasi potensiometri tepatnya titrasi

asam basa, ketetapan untuk dapat menemukan titik akhir pada titrasi asam basa secara

potensiometri tergantung dari konsentrasi dan kekuatan asam serta basa. Elektroda

indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah elektroda membran gelas yang

sensitif terhadap perubahan jumlah ion hidrogen (H+) dan elektroda pembandingnya

adalah Elektroda Kalomel. Dalam titrasi asam basa, diamati setiap perubahan ion H+

atau perubahan pH yang ditunjukkan pada alat pengukur pH. Melalui kurva hubungan

antara volume pentiter vs pH dapat ditentukan titik akhir titrasinya dari sampel. 

Selanjutnya titik akhir titrasi dideteksi dengan menetapkan volume di mana terjadi

perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan volume pentiter yang

sedikit.

Pada titrasi potensiometri ini, digunakan NaOH 0,1 N sebagai titran. Sebanyak

400 mg sampel dilarutkan dalam 50 ml akuades dimasukkan ke dalam beaker glass

100 ml. Magnetic stire dimasukkan ke dalam beaker glass, yang berfungsi untuk

mengaduk larutan yang akan dititrasi.  Titrasi kemudian dimulai dengan

menambahkan sejumlah volume NaOH, dengan alat stire yang terus berputar saat

16

Page 17: Potensiometri Vitamin c

titrasi dilakukan. Setiap penambahan sejumlah larutan titran, pH larutan kemudian

diukur menggunakan potensiometer, yang di dalamnya terdapat elektrode membran

gelas yang sangat sensitif terhadap perubahan jumlah H+.

Saat elektrode membrane gelas dicelupkan ke dalam campuran larutan, terjadi

kesetimbangan antara ion-ion hidrogen yang terdapat di bagian tipis bola gelas dan

ion hidrogen yang terletak dalam larutan yang diuji. Elektrode gelas akan membiarkan

ion H+ untuk menembusnya, tetapi menahan ion yang lain. Semakin besar konsentrasi

ion hidrogen dalam larutan sampel, semakin banyak ion hidrogen yang masuk ke

dalam lapisan gelas tadi. Hal ini menyebabkan pada saat awal-awal titrasi, nilai pH

kecil. Semakin banyak pentiter yang ditambahkan, semakin sedikit ion hidrogen yang

terdapat dalam larutan, karena ion hidrogen akan bereaksi dengan ion hidronium (OH)

dan membentuk air. Hal ini akan menyebabkan ion hidrogen yang memasuki lapisan

gelas juga semakin sedikit sehingga muatan elektrode gelas berkurang, maka nilai pH

pun meningkat. Hal ini dapat dilihat pada kurva hubungan antara pH dan volume

pentiter.

Semakin banyak volume larutan pentiter (NaOH) yang ditambahkan ke dalam

larutan titrat, pH larutan menjadi semakin turun (basa). Lonjakan pH secara drastis

terjadi yaitu dari pH ± 7 menjadi ± 8 yaitu saat volume titran 4,900 ml. Lonjakan pH

yang terjadi secara drastis dengan penambahan sedikit volume titran ini menunjukkan

titik akhir titrasi telah terjadi, di mana perubahan pH ini terjadi ketika adanya

penambahan 0,1 ml larutan pentiter NaOH dari volume 4,900 ml menjadi 5,000 ml.

Lonjakan pH terjadi disebabkan terjadinya titik akhir titrasi dimana ion hidrogen (H+)

dari sampel telah habis bereaksi dengan ion hidronium (OH-) dari NaOH.

Sebelum titrasi dilakukan, larutan titrat bersifat asam yang mengandung

banyak ion hidrogen dalam larutan tersebut. Namun setelah titrasi dilakukan, jumlah

ion hidrogen perlahan-lahan berkurang karena telah bereaksi dengan ion hidronium

membentuk air, dan saat terjadi lonjakan pH secara drastis tersebut ion hidrogen (H+)

dari sampel telah habis bereaksi dengan ion hidronium (OH-) dari NaOH. Dengan

demikian, tidak terdapat lagi ion hidrogen dalam bentuk bebas dalam larutan titrat.

Penambahan larutan titrat setelah titik akhir titrasi terjadi menyebabkan jumlah ion

hidronium akan semakin meningkat dan menyebabkan naiknya pH larutan (pH larutan

basa). Tidak adanya ion hidrogen di dalam elektrode gelas secara tiba-tiba akan

membuat arus yang dihasilkan oleh elektrode gelas menjadi meningkat secara tiba-

tiba dan kemudian turun secara tiba-tiba pula. Hal inilah yang memberi sinyal pada

17

Page 18: Potensiometri Vitamin c

pH meter mengenai adanya peningkatan harga pH secara tiba-tiba dari larutan HCl

yang dititrasi oleh pentiter (larutan NaOH 0,1N).

Setelah diperoleh titik akhir titrasi kemudian dilakukan perhitungan kadar

sampel dan praktikan memperoleh kadar vitamin C dalam sampel sebanyak 20,06 %.

IX. KESIMPULAN

1. Dari kurva hubungan antara volume pentiter dan pH terlihat adanya lonjakan pH

yang drastis yaitu dari ± 7  menjadi ± 8 ketika terjadi penambahan 0,1 ml larutan

NaOH  0,1 N dari volume NaOH 4,900 ml menjadi volume NaOH 5,000 ml.

Lonjakan pH titrat ini mengindikasikan tercapainya titik akhir titrasi.

2. Kadar sesungguhnya vitamin C dalam sampel sebanyak 20,32 % namun kadar

yang kami dapat hanya 20,06 % sehingga persen kesalahan yang terjadi 1,27 %.

Hal tersebut terjadi karena sampel kurang homogen, proses pengerjaan yang

kurang teliti.

18