viskositas.pdf

115
 Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yan g Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Put aran, 2009. USU Repository © 2009 ANALISA TEKANAN PADA BANTALAN LUNCUR YANG MENGGUNAKAN MINYAK PELUMAS MULTIGRADE DENGAN DAN TANPA ADITIF DENGAN VARIASI PUTARAN SKRIPSI Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik N I M : 0 4 0 4 0 1 0 4 5 FRANS EDO ADHINATA PASARIBU DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2009

Upload: rahmat-mubarok

Post on 06-Oct-2015

29 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    ANALISA TEKANAN PADA BANTALAN LUNCUR

    YANG MENGGUNAKAN MINYAK PELUMAS

    MULTIGRADE DENGAN DAN TANPA ADITIF

    DENGAN VARIASI PUTARAN

    SKRIPSI

    Yang Diajukan Untuk Melengkapi

    Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

    N I M : 0 4 0 4 0 1 0 4 5

    FRANS EDO ADHINATA PASARIBU

    DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

    FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    M E D A N 2009

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    KATA PENGANTAR

    Pujian dan rasa syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa

    karena atas berkat karunia-Nya, Skripsi ini dapat selesai dengan baik. Skripsi ini

    diajukan untuk melengkapi syarat dan melengkapi studi untuk memperoleh gelar

    Sarjana Teknik pada jenjang pendidikan sarjana (S1) menurut kurikulum

    Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

    Skripsi ini membahas tentang teknik pelumasan pada bantalan luncur yang

    dilumasi dengan minyak pelumas multigrade, berjudul , Analisa Tekanan Pada

    Bantalan Luncur Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa

    Aditif Dengan Variasi Putaran.

    Dengan terselesainya Skripsi ini, pada kesempatan ini Penulis

    mengucapkan terima-kasih yang sebesar-besarnya kepada :

    1. Orang Tua dan seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan

    baik moril maupun materil kepada penulis tanpa pamrih.

    2. Bapak Ir. H. A Halim Nasution, M.Sc. selaku dosen pembimbing Skripsi

    yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis

    dalam menyelesaikan Skripsi ini.

    3. Bapak Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri selaku Ketua Departemen Teknik

    Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

    4. Bapak Tulus Burhanuddin Sitorus, ST, MT selaku Sekretaris Departemen

    Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, dan sebagai

    dosen penguji 2

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    5. Bapak Ir. Mulfi Hazwi, M.Sc, sebagai dosen penguji 1.

    6. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai di Lingkungan Departemen Teknik

    Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

    7. Kepada Fransiskus ciscus Purba, Adileo Panjaitan, Fernando Manurung,

    Satria Sagala, Marulitua Sidauruk, David Tambunan, Mangatas, Fazar dan

    Sura Baik Sitepu yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

    8. Semua mahasiswa Teknik Mesin umumnya, dan khususnya sesama rekan-

    rekan stambuk 2004.

    Penulis telah mencoba semaksimal mungkin guna tersusunnya Skripsi ini

    dengan baik. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang

    bersifat membangun. Akhir kata, Penulis mengharapkan semoga Skripsi ini dapat

    bermanfaat bagi pembaca.

    Medan, Maret 2009

    Penulis

    NIM : 040401045 Frans Edo Adhinata Pasaribu

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK USU M E D A N

    TUGAS SARJANA

    N A M A : FRANS EDO ADHINATA PASARIBU

    N I M : 0 4 0 4 0 1 0 4 5

    MATA PELAJARAN : TEKNIK PELUMASAN

    SPESIFIKASI :

    DIBERIKAN TANGGAL : 27 / 11 / 2008 SELESAI TANGGAL : 06 / 03 / 2009

    MEDAN, 27 / 11 / 2008

    KETUA DEPARTEMEN TEKNIK MESIN, DOSEN PEMBIMBING,

    DR.ING IR.IKHWANSYAH ISRANURI IR.A.HALIM NASUTION, M.Sc

    AGENDA : 844/TS/2008 DITERIMA TGL : PARAF :

    Buatlah analisa tekanan pada bantalan luncur pada mesin percobaan di Laboratorium Teknik Mesin FT USU dengan menggunakan minyak pelumas multigrade SAE 15W/50 dengan penambahan aditif, kemudian bandingkan dengan percobaan yang menggunakan minyak pelumas SAE 15W/50 tanpa penambahan aditif.

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    NIP. 132 018 668 NIP. 130 900 682 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK U.S.U.

    KARTU BIMBINGAN MEDAN

    No. : 844 / TS / 2008 TUGAS SARJANA MAHASISWA

    Sub. Program Studi : Konversi Energi / Teknik Produksi Bidang Studi : Teknik Pelumasan Judul Tugas : Diberikan Tgl. : 27 November 2008 Selesai Tgl: 06 Maret 2009 Dosen Pembimbing : Ir.A.Halim Nasution, M.Sc Nama Mhs:Frans Edo A.P N.I.M : 040401045

    NO Tanggal KEGIATAN ASISTENSI BIMBINGAN Tanda Tangan

    Dosen Pemb. 1. 27-11-2008 Konsultasi penetapan tugas 2. 07-01-2009 Perbaiki bab 1 (latar belakang) dan bab 2 3. 23-012009 Perbaiki persamaan tekanan 4. 30-01 2009 Diagram alir pengujian

    5. 10-02-2009 Pengujian kekentalan minyak pelumas dan analisa

    6. 24-02-2009 Pengujian karakteristik bantalan luncur 7. 03-03-2009 Lanjutkan analisa tekanan 8. 05-03-2009 Penbahasan pada kesimpulan 9. 06-03-2009 ACC diseminarkan 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. CATATAN : Diketahui, 1. Kartu ini harus diperlihatkan kepada Dosen Ketua Jurusan Teknik Mesin

    Pembimbing setiap Asistensi F.T U.S.U 2. Kartu ini harus dijaga bersih dan rapi. 3. Kartu ini harus dikembalikan ke Jurusan,

    bila kegiatan Asistensi telah selesai. Dr.Ing.Ir.Ikhwansyah Isranuri NIP.132 018 668

    .

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ................................................................................... i

    SPESIFIKASI TUGAS ................................................................................. iii

    KARTU BIMBINGAN ................................................................................. iv

    EVALUASI SEMINAR ................................................................................ v

    DAFTAR ISI ................................................................................................. viii

    DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xii

    DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvii

    DAFTAR NOTASI ....................................................................................... xix

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

    1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

    1.2 Maksud dan Tujuan ..................................................................... 3

    1.3 Batasan Masalah ......................................................................... 4

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 5

    2.1 Gesekan dan Keausan .................................................................. 5

    2.2 Pengertian Pelumasan .................................................................. 5

    2.3 Fungsi Bahan Pelumas.................................................................. 6

    2.4 Tipe-tipe Pelumasan ..................................................................... 8

    2.4.1 Pelumasan hidrodinamis ...................................................... 8

    2.4.2 Pelumasan elastohidrodinamis ............................................. 10

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    2.4.3 Pelumasan bidang batas.......................................................... 10

    2.4.4 Pelumasan tekanan ekstrim .................................................. 11

    2.4.5 Pelumasan padat .................................................................. 11

    2.4.6 Pelumasan hidrostatis........................................................... 13

    2.5 Kekentalan (Viscosity) ................................................................. 14

    2.5.1 Kekentalan dinamik dan kekentalan kinematik .................... 14

    2.5.2 Klasifikasi kekentalan minyak pelumas ............................... 18

    2.5.3 Minyak pelumas multigrade ................................................ 21

    2.5.4 Pengaruh temperatur dan tekanan terhadap kekentalan ........ 23

    2.6 Pengukuran/Pengujian Kekentalan Minyak Pelumas .................... 26

    2.6.1 Viskometer bola jatuh (Falling Sphere Viscometers) .......... 26

    2.6.1.1 Viscometer Bola Jatuh Yang Memenuhi Hukum

    Stokes................................................................... 26

    2.6.1.2 Viskometer Bola Jatuh Menurut Hoeppler ............ 28

    2.6.2 Viskometer rotasional ......................................................... 29

    2.6.3 Viskometer pipa kapiler ...................................................... 30

    2.6.4 Viskometer cone and plate .................................................. 31

    2.6.5 Viskometer Tipe lain........................................................... 32

    2.7 Aditif minyak Pelumas ................................................................. 33

    2.7.1 Tujuan penambahan aditif terhadap minyak pelumas .......... 34

    2.7.2 Pengaruh penambahan aditif terhadap minyak pelumas ....... 34

    2.7.3 Tipe aditif dan penggunaannya ........................................... 35

    2.8 Bantalan Luncur dan Pelumasan pada Bantalan Luncur .............. 39

    2.8.1 Bantalan Luncur ................................................................. 39

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    2.8.2 Pelumasan hidrodinamis pada bantalan luncur .................... 41

    2.8.2.1 Teori aliran hidrodinamis fluida diantara dua plat/

    permukaan datar ................................................... 41

    2.8.2.2 Persamaan tekanan Sommerfeld untuk pelumasan

    Hidodinamis pada bantalan luncur ......................... 43

    BAB III METODE PENGUJIAN .............................................................. 46

    3.1 Diagram Alir Pengujian ............................................................... 46

    3.2 Variabel Pengujian ..................................................................... 47

    3.3 Peralatan Pengujian .................................................................... 47

    3.4 Pengisian Minyak Pelumas dan Pemanasan ................................ 51

    3.5 Pengujian Karakteristik Bantalan Luncur .................................... 51

    3.6 Pengujian Kekentalan Minyak Pelumas ...................................... 52

    3.7 Minyak Pelumas dan Aditif yang Digunakan .............................. 53

    BAB IV DATA PENGUJIAN DAN ANALISA .......................................... 54

    4.1 Data hasil pengujian kekentalan minyak pelumas ........................ 54

    4.2 Data pengujian distribusi tekanan ................................................ 55

    4.3 Analisa hasil pengujian kekentalan minyak pelumas .................... 58

    4.4 Analisa pengujian distribusi tekanan pada bantalan ..................... 59

    4.5 Analisa Tekanan pada bantalan menggunakan persamaan

    Sommerfeld ................................................................................ 71

    4.6 Analisa Beban Bantalan Luncur ................................................... 88

    4.7 Pembahasan Terhadap Grafik Distribusi Tekanan ........................ 90

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 93

    5.1 Kesimpulan ................................................................................ 93

    5.2 Saran ........................................................................................... 95

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 96

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Pelumasan hidrodinamis untuk gerakan meluncur pada

    bidang rata 9

    Gambar 2.2 Pelumasan hidrodinamis pada roller yang bergerak relatif

    pada bidang rata 9

    Gambar 2.3 Pendefenisian kekentalan dinamik menurut hukum Newton

    tentang aliran viskos 15

    Gambar 2.4 Pengaruh tekanan terhadap kekentalan, persamaan Barus

    dan persamaan Roeland 24

    Gambar 2.5 Pengaruh temperatur terhadap minyak pelumas SAE pada

    tekanan atmosfer 25

    Gambar 2.6 Viskometer bola jatuh yang memenuhi hukum Stokes 27

    Gambar 2.7 Viskometer bola jatuh menurut Hoeppler 28

    Gambar 2.8 Viskometer rotasional 29

    Gambar 2.9 Beberapa jenis tipe viskometer pipa kapiler 30

    Gambar 2.10 Viskometer Ferranti Cone and Plate 31

    Gambar 2.11 Prinsip kerja cone and plate viscometer 31

    Gambar 2.12 Viskometer Stormer 32

    Gambar 2.13 Viskometer Saybolt 32

    Gambar 2.14 Viskometer MacMichael 33

    Gambar 2.15 Bantalan luncur 40

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    Gambar 2.16 Aliran hidrodinamis fluida diantara dua plat/permukaan

    datar 41

    Gambar 2.17 Mekanisme pelumasan hidrodinamis pada bantalan luncur 43

    Gambar 2.18 Distribusi tekanan dan geometri bantalan luncur 44

    Gambar 3.1 Diagram alir Pengujian 46

    Gambar 3.2 Alat uji Bantalan Luncur TecQuipment TM25 48

    Gambar 3.3 Pandangan assembling peralatan bantalan luncur TM25 49

    Gambar 3.4 Viskometer HAAKE Fissons 52

    Gambar 3.5 Minyak pelumas yang miltigrade SAE 15W/50 53

    Gambar 3.6 Aditif yang digunakan 53

    Gambar 4.1 Grafik distribusi tekanan lapisan minyak pelumas pada

    bantalan luncur menggunakan minyak pelunas multigrade

    SAE 15W/50 tanpa aditif 63

    Gambar 4.2 Grafik distribusi tekanan lapisan minyak pelumas pada

    bantalan luncur menggunakan minyka pelumas multigrade

    SAE 15W/50 dengan penambahan aditif 64

    Gambar 4.3 Grafik distribusi tekanan lapisan minyak pelumas pada arah

    aksial bantalan luncur menggunakan minyak pelumas

    multigrade SAE 15W/50 tanpa aditif 65

    Gambar 4.4 Grafik distribusi tekanan lapisan minyak pelumas pada arah

    aksial bantalan luncur menggunakan minyak pelumas

    multigrade SAE 15W/50 dengan penambahan aditif 65

    Gambar 4.5 Grafik perbandingan distribusi tekanan lapisan pada bantalan

    luncur menggunakan minyak pelumas multigrade dengan dan

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    tanpa aditif pada 1000 rpm 66

    Gambar 4.6 Grafik perbandingan distribusi tekanan lapisan pada bantalan

    luncur menggunakan minyak pelumas multigrade dengan dan

    tanpa aditif pada 1250 rpm 67

    Gambar 4.7 Grafik perbandingan distribusi tekanan lapisan pada bantalan

    luncur menggunakan minyak pelumas multigrade dengan dan

    tanpa aditif pada 1500 rpm 68

    Gambar 4.8 Grafik perbandingan distribusi tekanan lapisan pada bantalan

    luncur menggunakan minyak pelumas multigrade dengan dan

    tanpa aditif pada 1750 rpm 69

    Gambar 4.9 Grafik perbandingan distribusi tekanan lapisan pada bantalan

    luncur menggunakan minyak pelumas multigrade dengan dan

    tanpa aditif pada 2000 rpm 70

    Gambar 4.10 Prosedur penggambaran kurva teoritis Sommerfeld pada

    putaran 1000 rpm 73

    Gambar 4.11 Grafik perbandingan distribusi tekanan teoritis Sommerfeld

    dan hasil eksperimen pada bantalan luncur menggunakan

    pelumas multigrade tanpa aditif pada putaran 1000 rpm 78

    Gambar 4.12 Grafik perbandingan distribusi tekanan teoritis Sommerfeld

    dan hasil eksperimen pada bantalan luncur menggunakan

    pelumas multigrade dengan penambahan aditif pada putaran

    1000 rpm 79

    Gambar 4.13 Grafik perbandingan distribusi tekanan teoritis Sommerfeld

    dan hasil eksperimen pada bantalan luncur menggunakan

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    pelumas multigrade tanpa aditif pada putaran 1250 rpm 80

    Gambar 4.14 Grafik perbandingan distribusi tekanan teoritis Sommerfeld

    dan hasil eksperimen pada bantalan luncur menggunakan

    pelumas multigrade dengan penambahan aditif pada putaran

    1250 rpm 81

    Gambar 4.15 Grafik perbandingan distribusi tekanan teoritis Sommerfeld

    dan hasil eksperimen pada bantalan luncur menggunakan

    pelumas multigrade tanpa aditif pada putaran 1500 rpm 82

    Gambar 4.16 Grafik perbandingan distribusi tekanan teoritis Sommerfeld

    dan hasil eksperimen pada bantalan luncur menggunakan

    pelumas multigrade dengan penambahan aditif pada putaran

    1500 rpm 83

    Gambar 4.17 Grafik perbandingan distribusi tekanan teoritis Sommerfeld

    dan hasil eksperimen pada bantalan luncur menggunakan

    pelumas multigrade tanpa aditif pada putaran 1750 rpm 84

    Gambar 4.18 Grafik perbandingan distribusi tekanan teoritis Sommerfeld

    dan hasil eksperimen pada bantalan luncur menggunakan

    pelumas multigrade dengan penambahan aditif pada putaran

    1750 rpm 85

    Gambar 4.19 Grafik perbandingan distribusi tekanan teoritis Sommerfeld

    dan hasil eksperimen pada bantalan luncur menggunakan

    pelumas multigrade tanpa aditif pada putaran 2000 rpm 86

    Gambar 4.20 Grafik perbandingan distribusi tekanan teoritis Sommerfeld

    dan hasil eksperimen pada bantalan luncur menggunakan

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    pelumas multigrade dengan penambahan aditif pada putaran

    2000 rpm 87

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 2.1 Material yang digunakan sebagai bahan pelumas padat 13

    Tabel 2.2 Klasifikasi kekentalan ISO minyak pelumas pada suhu 40 C 19

    Tabel 2.3 Derajat kekentalan SAE untuk minyak pelumas mesin

    (SAE J300 Engine Oil Viscosity Clssification) 21

    Tabel 2.4 Klasifikasi SAE Crankcase Oil Viscosity 22

    Tabel 4.1 Data pengujian rapat massa minyak pelumas SAE 15W/50 54

    Tabel 4.2 Data hasil pengujian kekentalan minyak pelumas SAE 15W/50

    tanpa aditif 54

    Tabel 4.3 Data hasil pengujian kekentalan minyak pelumas SAE 15W/50

    dengan penambahan aditif. 55

    Tabel 4.4 Data pembacaan manometer pengujian distribusi tekanan pada

    bantalan luncur menggunakan minyak pelumas SAE 15W/50

    tanpa aditif 56

    Tabel 4.5 Data pembacaan manometer pengujian distribusi tekanan pada

    bantalan luncur menggunakan minyak pelumas SAE 15W/50

    Dengan penambahan aditif 57

    Tabel 4.6 Data tekanan yang terjadi di sekeliling bantalan dengan minyak

    pelumas multigrade SAE 10W/50 tanpa aditif 61

    Tabel 4.7 Data tekanan yang terjadi di sekeliling bantalan dengan minyak

    pelumas multigrade SAE 10W/50 dengan penambahan aditif 62

    Tabel 4.8 Nilai eksentrisitas( ) dan bilangan Sommerfeld (k) terhadap

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    minyak pelumas multigrade tanpa aditif 75

    Tabel 4.9 Nilai eksentrisitas dan bilangan Sommerfeld terhadap minyak

    pelumas multigrade dengan penambahan aditif 75

    Tabel 4.10 Beban total pada bantalan luncur terhadap minyak pelumas

    multigrade tanpa aditif 90

    Tabel 4.11 Beban total pada bantalan luncur terhadap minyak pelumas 90

    multigrade dengan aditif

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    DAFTAR NOTASI

    Notasi Arti Satuan

    A Luas permukaan m2

    D Diameter bantalan m

    d Dimeter poros/journal m

    e Eksentrisitas m

    g gravitasi bumi m/s2

    h, dy Tebal lapisan minyak pelumas m

    hm Tebal minimum lapisan minyak pelumas m

    K Konstanta bola uji viskometer Haake

    k Angka Sommerfeld untuk bantalan luncur Pa

    l Lebar efektif bantalan m

    Ob Titik pusat bantalan -

    Oj Titik pusat poros -

    P Beban pada bantalan N

    p Tekanan minyak pelumas Pa

    po Tekanan suplai Pa

    R Jari-jari bantalan m

    r jari-jari poros / journal m

    t Waktu detik (s)

    t Waktu rata-rata detik (s)

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    Kelonggaran radial m

    Perbandingan Eksentrisitas -

    Tegangan geser fluida N/m2

    Sudut pengukuran radial/angular derajat ( )

    m Sudut pengukuran radial/angular pada tekanan derajat ( )

    maksimum

    u Kecepatan relatif permukaan m/s

    Kekentalan dinamik Poise (P)

    Kekentalan kinematik Stokes (S)

    Rapat massa kg/m3

    Kecepatan putaran poros / journal rpm

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Dalam sistem perawatan elemen mesin telah dikenal luas teknik

    pelumasan, yang berperan penting dalam mengendalikan gesekan dan keausan.

    Pada mesin-mesin yang yang mempunyai bagian-bagian bergerak relatif satu

    sama lain dan saling bergesekan hampir selalu dibubuhkan bahan pelumas ke

    bagian yang bergesekan tersebut untuk membuat gesekan dan keausan sekecil

    mungkin. Gesekan yang tidak dikendalikan tidak saja memberi kerugian langsung

    dalam energi dan material, juga karena kerja gesekan yang terjadi diubah menjadi

    kalor, yang menyebabkan temperatur bagian yang bergesekan menjadi lebih tinggi

    dari lingkungan sekitar dan akan semakin tinggi. Jika gesekan tersebut tidak

    dikendalikan, akan mengganggu operasi mesin dan dapat berakibat pada

    kegagalan mesin. Hal tersebut mengakibatkan bertambahnya biaya yang

    diperlukan untuk mereparasi mesin.

    Dengan mengendalikan gesekan dan keausan tersebut diharapkan dapat

    memperpanjang umur dari elemen mesin dan mencegah kegagalan dari elemen

    mesin tersebut. Oleh karena itu teknik atau sistem pelumasan harus

    dipertimbangkan dalam setiap rancangan mesin khususnya yang memiliki bagian

    bergerak atau bergesekan.

    Fenomena pelumasan dapat dilihat pada hampir semua jenis bantalan yang

    berfungsi menumpu poros. Tipe yang paling umum digunakan adalah bantalan

    gelinding (roller bearing) dan bantalan luncur (journal bearing), sebab

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    konstruksinya sederhana, mudah dalam pekerjaan bongkar-pasang, harga relatif

    murah dan mudah dalam pelumasannya.

    Pada bantalan luncur, tipe pelumasan yang biasa dijumpai adalah

    pelumasan hidrodinamis. Bantalan luncur merupakan tipe bantalan hidrodinamis

    yang paling banyak digunakan dalam praktek.

    Penelitian mengenai bantalan luncur telah banyak dilakukan, baik analitis

    dan experimental, untuk mempelajari dan mengetahui karakteristik bantalan

    luncur. Peneliti pertama yang tercatat dalam sejarah yang meneliti bantalan luncur

    adalah Beauchamp Tower, saat meneliti bantalan luncur roda kereta api di

    laboratoriumnya pada awal tahun 1980-an untuk mengetahui metode pelumasan

    terbaik pada bantalan tersebut. Bermula pada suatu kejadian error, saat melakukan

    penelitian tersebut Beauchamp Tower terkejut saat minyak pelumas pada bantalan

    menyembur keluar melalui lubang pada bagian atas yang dibuat sendiri pada

    peralatan bantalan uji miliknya. Diambil kesimpulan bahwa minyak pelumas

    diantara poros (journal) dan bantalan berada di bawah tekanan, dan distribusi

    tekanan tersebut dapat mengangkat/mendukung poros pada bantalan. Tercatat

    Tower melaporkan hasil penelitiannya empat kali, namun yang paling terkenal

    adalah pada tahun 1883 dan 1885.

    Kemudian hasil eksperimen Beauchamp Tower dianalisa dan dijelaskan secara

    teoritis oleh Osborne Reynolds, yang kemudian melaporkan tulisannya pada tahun

    1886. Didalam laporan tersebut juga dijelaskan mengenai adanya distribusi

    tekanan pada lapisan pelumas yang memisahkan poros dan bantalan.

    Distribusi tekanan yang terjadi pada bantalan luncur juga telah dianalisa A.J.W

    Sommerfeld, dan solusinya diberikan dalam persamaan Sommerfeld. Persamaan

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    tekanan Sommerfeld juga memberikan solusi dalam bentuk grafik, sehingga

    mudah dalam menganalisa fenomena tekanan pada bantalan luncur.

    Namun untuk memperoleh prediksi yang akurat tentang performa dan

    karakteristik bantalan luncur di bawah berbagai kondisi operasi sangat sulit

    diperoleh, hal tersebut terjadi seiring dengan perkembangan teknologi bantalan,

    variasi kecepatan dan beban serta peningkatan kualitas bahan pelumas, misalnya

    minyak pelumas multigrade.

    Penelitian ini adalah lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh

    Amechrisler Sinurat (2003), yang menguji karakteristik bantalan luncur terhadap

    minyak pelumas multigrade. Pada penelitian tersebut Amechrisler Sinurat

    menggunakan 3 sampel pelumas multigrade. Dari ketiga sampel tersebut tercatat

    pelumas SAE 15W/50 memiliki karakteristik yang lebih baik dari ketiga pelumas

    tersebut. Oleh karena itu penulis terdorong untuk melakukan penelitian atau

    pengujian terhadap karakteristik bantalan luncur terhadap kecepatan putaran poros

    dan minyak pelumas multigrade dengan dan tanpa aditif tambahan (oil additives /

    oil treatment). Penulis juga menggunakan persamaan tekanan Sommerfeld untuk

    menganalisa hasil percobaan secara teoritis.

    1.2 Maksud dan Tujuan

    Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah:

    Mengetahui perubahan kekentalan minyak pelumas terhadap penambahan

    aditif.

    Mengetahui karakteristik bantalan luncur, yaitu distribusi tekanan pada

    lapisan minyak pelumas bantalan luncur terhadap perubahan kecepatan

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    poros atau journal.

    Memperoleh karakteristik distibusi tekanan bantalan luncur terhadap

    minyak pelumas multigrade dengan dan tanpa penambahan aditif (oil

    additives / oil treatment).

    Menggambarkan kurva tekanan menurut teori tekanan atau persamaan

    tekanan Sommerfeld untuk bantalan luncur.

    1.3 Batasan Masalah

    Pembatasan masalah penelitian ini adalah untuk memperoleh karakteristik

    bantalan luncur terhadap perubahan kecepatan menggunakan minyak pelumas

    multigrade. Karakteristik bantalan luncur yang dianalisa pada penelitian ini adalah

    distribusi tekanan lapisan minyak pelumas pada bantalan luncur.

    Sifat atau karakteristik minyak pelumas yang diperlukan dalam penelitian

    ini adalah sifat fisika yaitu kekentalan minyak pelumas.

    Minyak pelumas yang digunakan dalam percobaan ini adalah minyak

    pelumas multigrade SAE 15W/50. Sedangkan zat aditif tambahan yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah zat aditif tipe viscosity index improver, sebagai sifat

    utamanya, yang dapat meningkatkan kekentalan dan lapisan tipis minyak pelumas

    pada bantalan (increase oil film thickness). Selain itu zat aditif ini juga

    ditambahkan sifat anti-wear oleh produsennya.

    Putaran poros yang dipilih pada penelitian ini adalah putaran 1000 rpm.

    1250 rpm, 1500 rpm, 1750 rpm dan 2000 rpm.

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Gesekan dan Keausan

    Ketika suatu permukaan bergerak relatif terhadap permukaan lainnya di

    bawah pengaruh tekanan yang diberikan maka gaya yang bekerja pada kedua

    permukaan bersinggungan tersebut akan timbul tahanan tehadap gerakan,

    fenomena ini menunjukkan adanya gesekan. Ada tiga tipe dasar gesekan yakni,

    gesekan luncur, gesekan menngelinding dan gesekan fluida. Gesekan meluncur

    dan gesekan menggelinding adalah gesekan kering, sedangkan gesekan fluida

    adalah gesekan basah. Disebut gesekan basah karena ada lapisan fluida yang

    memisahkan secara sempurna pada salah satu atau kedua permukaan bergesekan.

    Ketika dua atau lebih permukaan mengalami gesekan, maka ada kecenderungan

    kedua permukaan tersebut akan mengalami keausan. Gesekan juga dapat merusak

    komponen mesin karena adanya energi gesekan tersebut yang diubah menjadi

    kalor. Fenomena tersebut banyak ditemukan pada elemen-elemen mesin, baik

    yang bergerak translasi, rotasi maupun gabungan keduanya. Ring piston dan

    slinder, poros dan bantalan, roda gigi, sabuk dan puli adalah contoh elemen mesin

    yang saling bergesekan.

    2.2 Pengertian Pelumasan

    Gesekan dan keausan dalam elemen mesin harus dikendalikan, supaya

    mesin tersebut dapat bekerja optimal baik pada saat stasioner maupun pada saat

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    beban puncak/maksimum. Dengan mengendalikan gesekan pada elemen juga

    dapat memperpanjang masa hidup atau masa pakai mesin tersebut. Cara yang

    paling efektif dan banyak digunakan untuk mengendalikan gesekan tersebut

    adalah dengan suatu teknik yang disebut pelumasan.

    Pelumasan adalah suatu cara untuk mengurangi dan memperkecil

    gesekan dan keausan diantara permukaan-permukaan yang bergerak relatif satu

    sama lain dengan menempatkan bahan pelumas diantara kedua permukaan yang

    bergerak tersebut.Bahan pelumas yang umum adalah berupa cairan (liquids) dan

    semi-liquid, tapi dapat juga berupa padat atau gas, atau kombinasi cair, padat dan

    gas. Bahan pelumas dalam wujud cairan sering disebut dengan minyak pelumas.

    2.3 Fungsi Bahan Pelumas

    Bahan pelumas banyak digunakan seperti pada motor bakar, baik untuk

    pembakaran dengan busi (siklus Otto) maupun untuk pembakaran dengan tekanan

    (siklus Diesel dan siklus Dual).

    Bahan pelumas juga digunakan pada sektor industri, misalnya untuk bantalan,

    roda gigi pompa maupun kompresor, turbin dan lain-lain. Dalam hal ini termasuk

    pemanasan dan pendinginan pada industri baja, pertambangan, industri kertas,

    industri tekstil, dan sebagai pendingin dan pelumas untuk mata pahat mesin

    perkakas.

    Pada beberapa penggunaan diperlukan minyak pelumas yang dapat bekerja pada

    interval temperatur yang besar, dengan kata lain diperlukan indeks kekentalan

    minyak pelumas yang besar, misalnya pada turbin gas.

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    Fungsi utama dari bahan pelumas yang umum digunakan peralatan

    permesinan adalah sebagai berikut :

    a. Mengurangi gesekan dan keausan

    Mengurangi gesekan dan keausan adalah fungsi primer dari bahan

    pelumas. Bahan pelumas harus mampu mencegah persinggungan langsung

    antara permukaan yang bergesekan pada temperatur kerja, daerah pembebanan

    dan kondisi lainnya. Sifat ini didapat dari kekentalan yang dimiliki minyak

    pelumas (viscosity)

    b. Memindahkan panas

    Panas yang ditimbulkan oleh elemen mesin yang bergerakan (misalnya:

    bantalan dan roda gigi) dipindahkan oleh minyak pelumas, asalkan terjadi

    aliran yang mencukupi.

    c. Menjaga sistem tetap bersih

    Bahan pelumas harus dapat menghindarkan kontaminasi sistem dari

    komponen-komponen bergerak yang bisa merusak sistem tersebut. Partikel-

    partikel logam akibat keausan, abu yang berasal dari luar dan sisa hasil

    pembakaran dapat memasuki sistem dan menghalangi operasi yang efisien.

    d. Melindungi sistem

    Karat bisa disebabkan kehadiran udara dan air, serta keausan korosif

    dapat dikarenakan asam-asam mineral yang terbentuk secara kimiawi selama

    pembakaran bahan bakar. Karat dapat menyebabkan kerusakan komponen,

    sehingga komponen tersebut tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya.

    Karena hal itulah bahan pelumas harus direncanakan untuk melindungi sistem

    terhadap serangan korosif.

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    Bahan pelumas umumnya mempunyai kekentalan yang relatif tinggi, karenanya

    fluiditas atau kemampuannya untuk mengalir relatif rendah. Dengan demikian

    sifat ini dapat dimanfaatkan untuk melindungi sistem dari kontaminasi udara luar.

    Dengan kata lain, bahan pelumas dapat berperan sebagai paking (seal).

    2.4 Tipe-Tipe Pelumasan

    2.4.1 Pelumasan Hidrodinamis

    Pelumasan hidrodinamis (Hydrodynamic Lubrication) adalah tipe

    pelumasan dimana gerakan relatif dari gerakan meluncur pada sebuah permukaan

    menyebabkan formasi tekanan lapisan pelumas memisahkan sepenuhnya

    permukaan yang bergesekan. Dengan kata lain lapisan tipis pelumas dibangkitkan

    oleh gerakan relatif dari salah satu atau kedua permukaan itu sendiri.

    Penggambaran dari prinsip pelumasan hidroinamis dapat dilihat pada gambar 2.1.

    Pada gambar 2.1, salah satu permukaan (slider) bergerak relatif terhadap suatu

    permuakan yang diam, gerakannya disebut gerakan meluncur. Lapisan tipis

    minyak pelumas (oil film) terbentuk akibat adanya gerakan meluncur dari slider

    terhadap permukaan yang diam yang membangkitkan pressure wedge. Begitu

    juga halnya dengan roller yang bergerak pada relatif pada permukaan rata

    (gambar 2.2)

    Pelumasan hidrodinamis umumnya diaplikasikan pada permukaan bidang dengan

    gerakan meluncur, misalnya poros yang menggunakan bantalan luncur (journal

    bearing).

    Teori pelumasan hidrodinamis yang sekarang berkembang adalah hasil penelitian

    Beauchamp Tower pada awal tahun 1880-an di Inggris, yang menyelidiki gesekan

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    pada bantalan luncur pada roda kereta api dan mempelajari tipe pelumasan yang

    terbaik pada bantalan luncur tersebut. Hasil yang diperoleh oleh Beauchamp

    Tower mempunyai keteraturan dan kesamaan karakteristik seperti yang

    disimpulkan Osborne Reynolds bahwa harus ada persamaan defenitif yang

    terbatas dalam hubungan gesekan, tekanan dan kecepatan. Berdasarkan penelitian

    Beauchamp Tower tersebut, Osborne Reynolds mengembangkan teori matematis

    untuk menjelaskan eksperimen yang dilakukan Beauchamp Tower, dan

    dipublikasikan pada tahun 1886.

    Gambar 2.1 Pelumasan hidrodinamis untuk gerakan meluncur pada bidang rata

    Gambar 2.2 Pelumasan hidrodinamis pada roller yang bergerak relatif pada bidang rata

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    2.4.2 Pelumasan Elastohidrodinamis

    Pelumasan elastohidrodinamis (Elastohydrodynamic Lubrication) juga

    merupakan bentuk dari pelumasan hidrodinamis, tetapi pada pelumasan

    elastohidrodinamis deformasi elastis dari permukaan yang dilumasi menjadi

    sangat besar. Artinya terjadi kontak bidang permukaan yang bergesekan sangat

    kecil, sehingga timbul tekanan yang demikian besar pada lapisan tipis minyak

    pelumas yang membatasi kedua permukaan itu. Misalnya pada bantalan gelinding

    (roller bearing), mimis (ball/roller) akan menekan cincin sehingga terjadi

    deformasi elastis biarpun gaya yang diberikan demikian kecilnya.

    2.4.3 Pelumasan Bidang Batas

    Pelumasan bidang batas (Boundary Lubrication) mengacu pada situasi

    kombinasi geometri kontak, beban relatif besar, kecepatan rendah , kuantitas

    pelumas yang tidak cukup sehingga tidak dimungkinkan untuk membangkitkan

    lapisan tipis minyak pelumas yang sempurna pada bagian yang bersinggungan.

    Pada beberapa kasus pelumasan bidang batas masih terjadi kontak asperity

    (permukaan kasar pada suatu permukaan yang dilihat di bawah mikroskop). Pada

    situasi normal, asperity setiap logam dilapisi oleh lapisan oksida, misalnya besi

    oksida pada besi atau baja, aluminium oksida (alumina) pada aluminium dan

    sebagainya. Ketika asperities tersebut saling bergesekan, kecenderungan

    asperities tersebut untuk melekat relatif lembut. Namun, bila lapisan oksida

    tersebut aus/habis akibat gesekan yang berat maka permukaan-permukaan yang

    bersinggungan memiliki kecenderungan untuk melakukan kontak langsung. Maka

    sangat penting untuk mempertahankan lapisan oksida tersebut, agar terjadi

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    gesekan yang relatif lembut. Dan jika permukaan logam tersebut kehilangan

    lapisan oksidanya maka akan terjadi gesekan dan keausan yang parah. Dan pada

    kasus tersebut diatas pelumasan bidang batas dapat mengurangi gesekan dan

    keausan yang terjadi. Mekanisme dari pelumasan bidang batas sendiri adalah

    misalnya dengan physical adsorption, chemical adsorption, maupun chemical

    reaction.

    2.4.4 Pelumasan Tekanan Ekstrim

    Pelumasan tekanan ekstrim mengacu pada kondisi apabila kontak yang

    terjadi di bawah pengaruh kerja paling hebat/ekstrim, seperti pada pemotongan

    logam atau roda gigi yang mengalami beban kejut, sehingga aditif tekanan ekstrim

    (EP additive) digunakan untuk melumasi. EP (Extreem Pressure) additive ini

    merupakan sennyawa minyak yang dapat larut dan biasanya mengandung zat

    belerang, chlorin atau fosfor yang bereaksi dengan permukaan bantalan pada

    temperatur tinggi yang timbul dimana lapisan tipis minyak pelumas pecah,

    membentuk zat lapisan tipis yang titik cairnya tinggi antara permukaan-

    permukaan yang berkontak.

    2.4.5 Pelumasan Padat

    Pelumasan padat (Solid Lubrication) adalah sistem pelumasan dimana

    diantara permukaan kontak saling melumasi sendiri oleh bahan padat yang

    dilapisi dan kadang menyatu pada elemen tersebut.

    Pelumasan padat dapat dipahami misalnya pada sebuah contoh, misalnya debu

    pasir dan kerikil pada permukaan jalan dapat menyebabkan kendaraan tergelincir

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    karena debu, pasir dan kerikil mengurangi gesekan antara ban dan permukaan

    jalan. Teknisnya, debu, pasir dan kerikil tersebut bertindak sebagai pelumas,

    namun tentu saja tidak ada yang merekomendasikan debu, pasir dan kerikil

    sebagai pelumas padat pada elemen mesin.

    Walaupun telah banyak dikembangkan bahan inorganik untuk pelumasan padat,

    seperti misalnya mica, talc, dan chalk namun sangat sedikit yang digunakan

    secara umum untuk permesinan. Bahan-bahan yang umum dan paling banyak

    digunakan sebagai pelumas padat adalah grafit dan molybdenum disulfida dan

    PTFE (Polytetrafluoroethylene) / teflon.

    Adapun karakterisitik bahan yang baik digunakan sebagai pelumas padat adalah

    sebagai berikut :

    Mempunyai koefisien gesek rendah namun konstan dan terkendali

    Memiliki stabilitas kimia yang baik sepanjang temperatur yang diperlukan

    Tidak memiliki kecenderungan untuk merusak permukaan bantalan

    Lebih diutamakan yang memiliki daya adhesi yang kuat terhadap

    permukaan bantalan, sehingga tidak mudah hilang/aus dari permukaan

    bantalan.

    Memiliki daya tahan terhadap keausan dan umur yang relatif panjang

    Mudah diaplikasikan pada permukaan yang bergesekan terutama bantalan

    Tidak beracun dan ekonomis

    Bahan inorganik seperti grafit dan molybdenum disulfida memiliki sifat mampu

    membentuk lapisan tipis pada permukaan logam yang bergeser dengan mudah dan

    menahan penetrasi oleh permukaan-permukaan yang bergesek. Senyawa-senyawa

    demikian dapat digunakan sendiri-sendiri atau disuspensikan dalam tempat cairan

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    atau minyak gemuk. Jenis plastik/polimer seperti PTFE dapat digunakan sebagai

    permukaan bantalan yang dalam penggunaan tidak menggunakan atau

    membutuhkan pelumasan lanjutan ataupun lainnya.

    Beberapa bahan yang digunakasebagai pelumas padat dapat dilihat pada tabel 2.1

    Tabel 2.1 Beberapa material yang digunakan sebagai bahan pelumas padat

    Kelompok Bahan Nama Bahan

    Layer-lattice compounds

    Molybdenum disulphide Graphite Tungsten diselenide Tungsten disulphide Niobium diselenide Tantalum disulphide Calcium fluoride Graphite fluoride

    Polymers

    PTFE Nylon PTFCE Acetal PVF2 Polyimide FEP Polyphenylene sulphide PEEK

    Metals Lead Tin Gold Silver Indium

    Other Inorganics Molybdic oxide Boron trioxide Lead monoxide Boron nitride

    (sumber : Lubrication and Lubricant Selection :A Practical Guide, Third Edition by A.R. Lansdown)

    2.4.6 Pelumasan Hidrostatis

    Pada pelumasan hidrodinamis, seperti pada penjelasan diatas permukaan

    yang bergesekan dipisahkan secara sempurna oleh lapisan tipis pelumas. Lapisan

    tipis pelumasn tersebut dicapai dengan akibat gerakan luncuran, yang

    membangkitkan lapisan baji minyak pelumas (oil-wedge) untuk membangkitkan

    tekanan minyak pelumas di dalam bantalan misalnya. Namun pada mesin-mesin

    yang mempunyai beban besar dan kecepatan putaran rendah tidak dimungkinkan

    lagi terjadi pelumasan hirodinamis pada saat start. Untuk itu diperlukan tekanan

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    yang lebih besar agar terjadi lapisan tipis minyak pelumas diantaraporos dan

    bantalan misalnya. Tekanan demikian diperoleh dengan menggunakan pompa

    tekanan tingi yang akan menekan minyak pelumas ke bagian-bagian yang bergesek,

    bukan sekedar pompa tekanan rendah yang berfungsi hanya sebagai pendistribusi

    atau pensirkulasi minyak pelumas. Pelumasan sedemikian disebut pelumasan

    hidrostatis (Hidrostatic Lubrication).

    Pelumasan hidrostatis disebut juga pelumasan tekanan luar (externally pressurized)

    karena tekanan yang timbul diakibatkan pengaruh kerja dari luar sistem. Dalam

    beberapa kasus, setelah poros berputar dengan kecepatan tinggi biasanya pompa

    tekanan tinggi yang digunakan dapat dihentikan sementara pompa tekanan rendah

    sebagai pensuplai minyak pelumas tetap difungsikan. Dalam kasus ini, pada operasi

    normal yang terjadi bukan pelumasan hidrostatis lagi, melainkan pelumasan

    hidrodinamis.

    2.5 Kekentalan Minyak Pelumas(Viscosity)

    2.5.1 Kekentalan Dinamik dan Kekentalan Kinematik

    Dalam industri perminyakan khususnya minyak pelumas dikenal istilah

    kekentalan, karena kekentalan merupakan sifat paling penting bagi minyak

    pelumas khususnya dan bahan pelumas umumnya, karena sifat ini menunjukkan

    kemampuan untuk melumasi sesuatu dan kemampuan suatu fluida untuk

    mengalir. Pada gambar 2.3 menunjukkan pendefenisian kekentalan dinamik

    menurut Hukum Newton tentang aliran viskos. Suatu permukaan bergerak relatif

    dengan kecepatan u terhadap permukaan lain dimana diantara kedua permukaan

    ditempatkan suatu lapisan tipis fluida. Kekentalan didefenisikan sebagai besarnya

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    tahanan fluida untuk mengalir di bawah pengaruh tekanan yang dikenakan dan

    besarnya harga kekentalan merupakan perbandingan antara tegangan geser yang

    bekerja dengan kadar geseran (rate of shear).

    diam

    y

    uh

    u

    Gambar 2.3 Pendefenisian kekentalan dinamik menurut hukum Newton tentang aliran viskos

    Dari gambar 2.3 secara matematis dapat ditulis:

    hu

    dydu == (2.1)

    dimana: = tegangan geser fluida (N/m2)

    = kekentalan dinamik (Poise, P)

    u = kecepatan relatif permukaan (m/det)

    h = tebal lapisan pelumasan (m)

    Sehingga kekentalan dinamik dapat ditulis:

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    dy

    du = (2.2)

    Kekentalan dinamik disebut juga dengan kekentalan absolut, sementara kadar

    geseran adalah du/dy. Jika kekentalan dinamik dibagi dengan rapat massa pada

    temperatur yang sama hasilnya disebut kekentalan kinematik. Secara matematis

    ditulis:

    = (2.3)

    dimana: = kekentalan kinematik (Stokes, S)

    = rapat massa (gram/cm3)

    Dalam satuan cgs, tegangan geser adalah dalam dyne/cm2 dan kadar geseran

    dalam det-1, maka satuan kekentalan dinamik adalah poise disingkat P. Sedangkan

    satuan rapat massa gram/cm3 sehingga satuan kekentalan kinemati adalah stokes

    disingkat St.

    Satuan yang paling umum dalam industri perminyakan adalah centipoise

    disingkat cP dan centistoke disingkat cSt, dimana 1 P = 100 cP dan 1 St =100 cSt.

    Dalam satuan SI, untuk kekentalan dinamis adalah N det/m2 atau kg/m det dan

    satuan kekentalan kinematik adalah m2/det. Dengan demikian diperoleh hubungan

    satuan-satuan:

    1 P = 10-1 N det/m2

    1 cP = 10-3 N det/m2

    1 St = 10-4 m2/det

    1cSt = 10-6 m2/det

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    Dalam satuan British untuk kekentalan dinamik dikenal satuan lbf.s/in2 (pound-

    force second per square inch) yang disebut juga dengan reyn, yang diberikan

    untuk penghormatan terhadap Sir Osborne Reynolds.

    Hubungan antara reyn dan centipoise:

    1 reyn = 1 lbf.s/in2 = 7,03 kgf.s/m2

    1 reyn = 6,9 . 106 cP

    Kekentalan juga dapat/pernah dinyatakan dengan unit sebagai berikut:

    Kekentalan Redwood (Redwood viscosity)

    Secara teknis Redwood viscosity bukanlah satuan untuk kekentalan

    melainkan waktu alir. Itu adalah jumlah waktu yang diperlukan 50 ml

    minyak untuk mengalir melalui cerobong saluran berbentuk mangkuk

    (cup-shaped funnel) akibat gaya beratnya sendiri.

    Kekentalan Saybolt (Saybolt viscosity)

    Saybolt viscosity secara teknis adalah waktu alir dan hal tersebut juga

    bukan satuan kekentalan, karena memiliki cara yang sama dalam

    pengukurannya dengan Redwood viscosity. Metode ini pernah menjadi

    metode standar pada ASTM.

    Kekentalan Engler (Engler viscosity)

    Engler viscosity juga merupakan waktu alir dengan metode hampir sama

    dengan Redwood viscosity, tetapi hasilnya dinyatakan dengan derajat,

    waktu alir sampel minyak terhadap yang diukur air pada temperatur

    yang sama. Hal ini diterapkan hanya di hampir seluruh Eropa, tetapi secara

    berangsur-angsur mulai ditinggalkan.

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    2.5.2 Klasifikasi Kekentalan Minyak Pelumas

    Kekentalan minyak pelumas perlu distandarkan dan diklasifikasikan agar

    penggunaannya sesuai dengan kebutuhan. Kekentalan minyak pelumas untuk

    keperluan teknik dan industri telah diklasifikasikan oleh beberapa organisasi

    standarisasi seperti ISO, SAE, ASTM, DIN, AGMA, dan lain sebagainya.

    Klasifikasi yang paling banyak digunakan dalam dunia industri adalah klasifikasi

    menurut ISO dan SAE.

    1.Klasifikasi Kekentalan Menurut ISO

    Sistem klasifikasi kekentalan minyak pelumas menurut ISO

    (International Standard Organization) adalah berdasarkan kekentalan kinematik,

    dalam satuan centistokes (cSt), pada daerah (range) kekentalan pada temperatur

    40 C . Setiap daerah kekentalan diidentifikasi dengan angka ISO VG (Viscosity

    Grade) atau derajat kekentalan ISO, dimana kekentalan tersebut merupakan

    kekentalan kinematik rata-rata pada daerah tersebut (midpoint kinematic

    viscosity). Untuk mendapatkan nilai kekentalannya , harus dihitung 10% dari nilai

    rata-rata kekentalan kinematiknya. Misalnya ISO VG 100 mempunyai kekentalan

    rata-rata 100 cSt, dimana batas kekentalannya adalah 90 cSt untuk minimum dan

    110 cSt untuk maksimum.

    Nilai kekentalan menurut ISO untuk minyak pelumas dapat dilihat pada gambar

    grafik dan tabel berikut, yang dikutip dari dokumen ISO 3448 Industrial Liquid

    Lubricants ISO Viscosity Classification.

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    Nilai kekentalan standar ISO dapat dilihat pada tabel di bawah, untuk nilai

    kekentalan pada suhu 40 C. Nilai untuk harga kekentalan kinematik minyak

    pelumas pada 40 C menurut dokumen ISO 3448.

    Tabel 2.2 Klasifikasi kekentalan ISO minyak pelumas pada suhu 40 C

    Angka derajat kekentalan ISO

    Harga tengah kekentalan, cSt

    pada 40 C

    Batas kekentalan kinematik, cSt pada 40 C

    Minimum Maksimum

    ISO VG2

    ISO VG3

    ISO VG5

    ISO VG7

    ISO VG10

    ISO VG15

    ISO VG22

    ISO VG32

    ISO VG46

    ISO VG68

    ISO VG100

    ISO VG150

    ISO VG220

    ISO VG320

    ISO VG460

    ISO VG680

    ISO VG1000

    ISO VG1500

    2,2

    3,2

    4,6

    6,8

    10

    15

    22

    32

    46

    68

    100

    150

    220

    320

    460

    680

    1000

    1500

    1,98

    2,88

    4,14

    6,12

    9

    13,5

    19,8

    28,8

    41,4

    61,2

    90

    135

    198

    288

    4174

    612

    900

    1350

    2,42

    3,52

    5,06

    7,48

    11

    16,5

    24,2

    35,2

    50,6

    74,8

    110

    165

    242

    352

    506

    748

    1100

    1650

    (sumber: Prinsip pelumasan dan minyak pelumas mineral, A.Halim Nasution)

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    2.Klasifikasi Kekentalan Menurut SAE

    Sistem klasifikasi ini disusun oleh SAE (Society of Automotive

    Engineers), dalam SAE J300 SEP80 pertama kali dilaporkan Divisi Anekaragam

    (Miscellaneous Division), disetujui pada Juni 1911, dan direvisi kembali oleh

    suatu komite September 1980. Walaupun sistem kekentalan ini disusun oleh SAE,

    klasifikasi kekentalan minyak pelumas bukan hanya untuk otomotif, melainkan

    ssemua tipe penggunaan minyak pelumas termasuk industri, kapal laut dan

    pesawat udara. Klasifikasi SAE merupakan klasifikasi untuk minyak pelumas

    mesin-mesin secara rheologi saja. Karakteristik lain dari minyak pelumas tidak

    termasuk. Praktek yang dianjurkan ini ditujukan untuk penggunaan oleh pabrik

    pembuat mesin-mesin dalam menentukan derajat kekentalan minyak pelumas

    yang akan direkomendasikan untuk penggunaan mesin-mesin yang diproduksi,

    dan oleh perusahaan minyak dalam merumuskan dan memberi label produksi

    mereka.

    Dua seri derajat kekentalan diberikan pada tabel 2.2, dimana salah satu

    mengandung letter W dan lainnya tidak. Derajat kekentalan dengan letter W

    didasarkan atas kekentalan maksimum pada temperatur rendah dan temperatur

    pemompaan batas maksimum, sebagaimana kekentalan minimum pada 100 C .

    Minyak pelumas tanpa letter W didasarkan atas kekentalan pada 100 C . Minyak

    yang diklasifikasikan kekentalannya pada temperatur rendah dan temperatur

    pemompaan memenuhi persyaratan untuk derajat W, dan yang mana

    kekentalannya pada 100 C berada dalam daerah yang telah ditentukan dari salah

    satu klasifikasi derajat non-W. Kekentalan pada temperatur rendah diukur sesuai

    dengan prosedur tertentu. Porsedur ini merupakan versi multi-temperatur dari

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    ASTM D 2602, Metode Pengujian Kekentalan Nyata Minyak Pelumas Mesin

    pada Temperatur Rendah dengan mnggunakan Simulator Pengengkolan Dingin

    (Method of Test for Apparent Viscosity of Motor Oils at Low Temperature Using

    the Cold Crancing Simulator), dan hasilnya dilaporkan dalam centipoise (cP).

    Kekentalan diukur dengan metode ini dan telah ditemui hubungannya dengan

    kecepatan putaran yang diberikan selama pengengkolan temperatur rendah.

    Tabel 2.3 Derajat kekentalan SAE untuk minyak pelumas mesin (SAE J300 Engine Oil Visccosity Classification)

    2.5.3 Minyak Pelumas Multigrade

    Minyak pelumas multigrade sering menimbulkan keraguan. Pada

    dasarnya jenis ini merupakan salah satu yang mempunyai indeks kekentalan yang

    bersesuaian dengan persyaratan pada 100 C dan -18 C .

    SAE Viscosity

    Grade

    Viscosity (cP) a at temp ( C ) max.

    Borderline b pumping temp ( C ) max.

    Viscosityc (cSt) at 100 C .

    min max

    0 W 5 W 10 W 15 W 20 W 25 W 20 W 30 W 40 W 50 W 60 W

    3250 at -30 3250 at -30 3250 at -30 3250 at -30 3250 at -30

    - - - - -

    -35 -30 -25 -20 -15 -10 - - - - -

    3,8 3,8 4,1 5,6 5,6 9,3 5,6 9,3 12,5 16,3 21,9

    - - - - - -

    9,3 12,5 16,3 21,9 26,1

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    Tabel 2.4 Klasifikasi Multigarde SAE Crankcase Oil Viscosity

    Nomor SAE Ganda Indeks Kekentalan

    10W/30

    10W/40

    10W/50

    20W/40

    20W/50

    145

    169

    190

    113

    133

    Minyak pelumas mesin otomotif diklasifikasikan oleh SAE seperti tercantum pada

    tabel 2.4. Tabel 2.4 khusus menunjukkan kekentalan minyak pelumas multigrade.

    Ternyata bahwa minyak pelumas jenis ini mempunyai indeks kekntalan yang

    tinggi.

    Seperti diungkapkan sebelumnya bahwa nomor SAE yang diikuti dengan letter W

    (Winter) ditunjukkan sebagai minyak pelumas yang dimaksudkan untuk

    kemudahan dalam menghidupkan mesin selama kondisi cuaca dingin. Misalnya

    SAE 20W/50, artinya bahkan pada saat musim dingin (atau pada pagi hari saat

    bukan musim dingin) nilai kekentalannya akan sama seperti SAE 20, dan pada

    saat udara panas (kondisi operasi) atau bukan musim dingin kekentalan

    maksimalnya adalah akan sama seperti SAE 50.

    Minyak pelumas multigrade pada awalnya dibuat khusus untuk daerah yang

    memiliki empat musim (iklim) dalam satu tahun, termasuk didalamnya musim

    dingin, agar memudahkan pemilihan minyak pelumas untuk pengoperasian mesin

    pada keempat musim tersebut. Namun dalam perkembangannya penggunaan

    minyak pelumas multigrade tidak hanya digunakan pada wilayah yang memiliki

    musim dingin, tetapi juga yang beriklim tropis, sehingga sering menimbulkan

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    keragu-raguan bagi pengguna. Secara teori minyak pelumas SAE 20W/50 tersebut

    dapat diaplikasikan/digunakan pada sistem yang memerlukan minyak pelumas

    SAE 20, SAE 30, SAE 40 dan SAE 50.

    2.5.4 Pengaruh Tekanan dan Temperatur Terhadap Kekentalan

    Tekanan memiliki pengaruh yang kuat terhadap kekentalan pelumas.

    Hal ini sangat penting dalam pelumasan tipe elastohidrodinamis dan bidang

    hidrolika. Minyak pelumas yang menunjukkan perubahan kekentalan yang besar

    terhadap temperatur juga akan menunjukkan perubahan yang besar dengan

    perubahan tekanan.

    Persamaan Barus memberikan solusi hubungan kekentalan dan tekanan, yaitu:

    .0 =p ep (2.4)

    (sumber: Literatur 1, bab 4, hal 29)

    Dimana p dan 0 adalah kekentalan masing-masing pada tekanan p dan tekanan

    atmosfir, adalah koefisien tekanan untuk kekentalan.

    Koefisien tekanan untuk kekentalan () untuk minyak pelumas yang memiliki

    indeks viskositas rendah dan menengah lebih tinggi daripada untuk minyak

    pelumas dengan indeks viskositas tinggi.

    Persamaan kekentalan-tekanan Roeland merupakan persamaan alternatif untuk

    menentukan kekentalan minyak pelumas terhadap perubahan tekanan yang

    dinyatakan dengan:z

    log (1,200 + log ) = log (1,200 + log 0 ) + z log (1+ 2000p ) (2.5)

    dimana:

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    = kekentalan pada tekanan p (cP)

    0 = kekentalan dalam tekanan atmosfer

    z = konstanta yang harganya bergantung pada jenis minyak pelumas

    Gambar. 2.4 Pengaruh tekanan terhadap kekentalan, persamaan Barus dan Persamaan Roeland

    Temperatur memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kekentalan

    minyak pelumas. Pada temperatur rendah molekul-molekul pada cairan sangat

    rapat sekali satu sama lain; dengan kata lain volume bebas terbatas. Pada daerah

    ini tahanan cairan untuk mengalir (kekentalan) bergantung secara kritis pada

    ukuran, bentuk dan fleksibilitas dari molekul-molekul dan gaya tarik molekul-

    molekul tersebut. Pada temperatur tinggi volume bebas bertambah, kekentalan

    fluida turun dan ukuran, bentuk, molekul-molekul dan sebagainya tidak begitu

    penting.

    Persamaan Roeland, Blok dan Vlugter memberikan hubungan antara kekentalan

    minyak pelumas dengan temperatur, dinyatakan sebagai berikut:

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    log (1,200 + log ) = log b S log (1 + 135

    t ) (2.6)

    (sumber: Literatur 1, bab 4, hal.36)

    dimana:

    = kekentalan (cP)

    t = temperatur (C)

    Gambar 2.5 Pengaruh temperatur terhadap minyak pelumas SAE pada tekanan atmosfer

    (sumber: Literatur 1, bab 4, hal.36)

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    2.6 Pengukuran/Pengujian Kekentalan Minyak Pelumas

    Kekentalan fluida/minyak pelumas dapat diukur dengan berbagai metode

    dengan prinsip-prinsip yang berbeda. Misalnya dengan prinsip bola jatuh yang

    memenuhi hukum Stokes atau menurut Hoeppler. Pengujian minyak pelumas

    biasanya dilakukan pada temperatur yang konstan, misalnya -18 C , 10 C ,

    28 C , 40 C , 50 C atau 100 C . Alat untuk mengukur kekentalan minyak

    pelumas disebut dengan viskometer (viscometers).

    2.6.1 Viskometer Bola Jatuh (Falling Sphere Viscometer)

    2.6.1.1 Viskometer Bola Jatuh Yang Memenuhi Hukum Stokes

    Menurut hukum Stokes, sebuah bola dengan jari-jari r yang bergerak

    dengan kecepatan rendah v di dalam fluida akan mengalami gaya gesekan yang

    melawan arah gerakannya akibat kekentalan fluida, dengan suhu dan tekanan

    konstan digambarkan seperti pada gambar di bawah.

    Dalam metode bola jatuh sebuah bola jatuh dijatuhkan ke dalam tabung

    transparan yang berisi fluida. Kecepatan bola jatuh mula-mula rendah, tetapi

    percepatan gravitasi menyebabkan kecepatan bertambah sehingga gaya gesekan

    fluida semakin besar. Gaya yang dialami bola adalah gaya gravitasi gaya apung

    (arahnya ke atas), dan gaya gesekan (arahnya ke atas). Pada suatu kecepatan

    terentu akan terjadi keseimbangan.

    Tabung atau slinder yang digunakan dalam pengujian bola jatuh yang memenuhi

    hukum Stokes ini haruslah tabung transparan, sehingga dapat dengan mudah

    diamati dan dicatat waktu jatuh bola uji.

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    Gambar 2.6 Viskometer bola jatuh yang memenuhi hukum Stokes

    Maka diperoleh kekentalan dinamik () minyak pelumas (fluida) yang diuji:

    gvr

    fbr

    ).(92 2 = (2.7)

    dimana:

    = kekentalan dinamik (N .s/m2)

    vr 2 = perbandingan kuadrat jari-jari bola baja dengan kecepatan

    rata-rata (m/det)

    b = rapat massa bola baja (kg/m3)

    b = rapat massa fluida (kg/m3)

    g = gaya gravitasi = 9,81 (m/s2)

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    2.6.1.2 Viskometer Bola Jatuh Menurut Hoeppler

    Gambar 2.7 Viskometer bola jatuh menurut Hoeppler

    Viskometer bola jatuh menurut Hoeppler dapat dilihat pada gambar

    diatas. Pengaturan suhu dapat dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan

    selimut air (water bath) pada tabung viskometer. Formula untuk pengukuran

    viskositas menurut Hoeppler adalah :

    = tK ).( 21 (2.8)

    Dimana: = kekentalan dinamik (Poise)

    1 = massa jenis bola uji (kg/m3)

    1 = massa jenis fluida (kg/m3)

    K = Konstanta bola uji viskometer

    t = waktu rata-rata (s)

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    2.6.2 Viskometer Rotasional

    Viskometer rotasional (Rotational Cylindrical Viscometer) seperti pada

    gambar 2.2 terdiri dari dua slinder konsentris dengan fluida yang terdapat diantara

    keduanya. Slinder terluar diputar dan torsi diukur pada slinder yang terdapat di

    dalam.

    Jika: ir = jari-jari slinder bagian dalam

    or = jari-jari slinder bagian luar

    al = panjang tabung/slinder

    = radial clearence

    Didapat kekentalan dinamik/absolut:

    aio

    qo lrr

    t22

    = (2.9)

    Gambar 2.8. Viskometer Rotasional

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    2.6.3 Viskometer Pipa Kapiler

    Pengukuran kekentalan pada viskometer pipa kapiler (Capillary

    Viscometers) didasarkan pada pengukuran rata-rata aliran fluida melalui tabung

    berdiameter kecil/pipa kapiler.

    Ada banyak tipe/varian viskometer yang menggunakan prinsip aliran fluida

    melalui pipa kapiler, dan viskometer pipa kapiler merupakan viskometer yang

    memiliki varian paling banyak dibandingkan dengan tipe viskometer yang lain.

    Beberapa diantaranya dapat dilihat seperti pada gambar di bawah.

    Gambar 2.9 Beberapa jenis tipe viskometer pipa kapiler

    JikA o

    ook

    =, adalah kekentalan kinematik pada 0=p dan temperatur tetap,

    serta A* = 4

    _8

    agl t

    , dan mengingat q

    t1 , maka:

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    tBqA

    htok **,

    == (2.10)

    Dimana B* adalah konstanta dari fungsi alat uji tersebut.

    2.6.4 Viskometer Cone and Plate

    Gambar 2.7 menunjukkan prinsip kerja viskometer Cone-and-Plate

    Viscometer.

    Gambar 2.10 Viskometer Ferranti - Cone and Plate Viscometers

    Gambar 2.11. Prinsip kerja cone-and-plate viscometer

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    2.6.5 Viskometer tipe lain

    Selain dari viscometer diatas, masih banyak lagi viscometer tipe lain,

    beberapa diantaranya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

    Gambar 2.12 Viskometer Stormer

    Gambar 2.13 Viskometer Saybolt

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    Gambar 2.14 Viskometer MacMichael

    2.7 Aditif minyak pelumas

    Aditif minyak pelumas (oil additives) atau bahan tambahan minyak

    pelumas, yang sering disebut juga oil treatment, adalah sejenis zat kimia yang jika

    ditambahkan ke dalam minyak pelumas baik yang memiliki bahan dasar (base oil)

    minyak bumi maupun sintetis akan mempertinggi atau memperbaiki sifat yang

    ada dari minyak pelumas tersebut. Atau dapat juga memberikan sifat yang baru

    pada minyak pelumas, yang tidak dimiliki sebelumnya.

    Minyak pelumas awalnya ada yang diberikan aditif, namun dalam jumlah yang

    sangat sedikit, agar terjaga keseimbangan komposisi kimia dalam pelumas.

    Penambahan aditif haruslah dalam takaran yang sesuai dengan rekomendasi

    pabrikan pembuat aditif tersebut.

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    2.7.1 Tujuan Penambahan Terhadap Minyak Pelumas

    Penambahan aditif sering dilakukan pada minyak pelumas, untuk tujuan

    tertentu, misalnya adalah:

    Memperbaiki kualitas/mutu minyak pelumas yang terlalu lama disimpan di

    dalam gudang, sebelum dimasukkan ke dalam mesin atau sistem yang

    memerlukan pelumasan.

    Untuk meningkatkan kembali performa mesin atau sistem yang sudah tua,

    sehingga didapat karakteristik pelumasan yang menuju atau mendekati

    kondisi seperti saat mesin/sistem masih baru atau performa yang dianggap

    baik.

    Memberikan sifat-sifat tertentu pada minyak pelumas awal, yang tidak

    dimiliki minyak pelumas itu sebelumnya. Misalnya anti-korosi, demulsifier,

    dan pour point depresant.

    Manambah daya tahan atau waktu pemakaian minyak pelumas, sehingga

    selang waktu pergantian minyak pelumas bertambah, yang menghemat biaya

    untuk perawatan.

    2.7.2 Pengaruh Penambahan Aditif Terhadap Minyak Pelumas

    Secara umum pengaruh penambahan aditif ke dalam minyak pelumas

    adalah sebagai berikut:

    Peningkatan kekentalan.

    Hampir semua tipe aditif yang ditambahkan ke dalam minyak pelumas

    mengakibatkan peningkatan kekentalan minyak pelumas tersebut, baik tipe

    viscosity index improver, anti-wear, anti-oxidant dll.

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    Peningkatan yang terjadi berkisar antara 5 % - 35 %, peningkatan

    bervariasi tergantung dari jenis bahan dasar pelumas dan komposisi

    kimianya.

    Perubahan warna dan bau.

    Perubahan warna yang terjadi tergantung adalah efek samping dari

    penambahan aditif, yang perubahannya tergantung pada warna aditif yang

    ditambahkan. Perubahan warna yang terjadi mungkin lebih gelap maupun

    lebih terang. Sedangkan perubahan bau yang lebih harum diharapkan

    dapat menambah daya jual produk aditif tersebut.

    Perubahan komposisi kimia.

    Komposisi kimia yang berubah akibat penambahan aditif adalah sangat

    penting untuk meningkatkan kemampuan dari minyak pelumas dalam

    melindungi minyak pelumas itu sendiri, maupun sistem yang dilumasinya.

    Komposisi kimia aditif yang baik dapat merubah komposisi kimia pelumas

    tanpa merusak komposisi kimia awal minyak pelumas tersebut.

    2.7.3 Tipe Aditif dan Penggunaannya

    Beberapa tipe aditif umum yang sering diaplikasikan pada minyak

    pelumas adalah sebagai berikut:

    Alkaline

    Fungsinya adalah mencegah kontaminasi (menetralisir) asam terhadap

    minyak pelumas dan sistem yang dilumasi, sehingga tidak bereaksi dengan

    minyak pelumas maupun mesin. Kontaminasi asam dapat disebabkan

    kontaminasi dari luar sistem maupun akibat dari dalam sistem itu sendiri.

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    Anti-corrosion

    Fungsinya adalah mencegah reaksi kimia yang menyebabkan korosi

    terhadap bantalan/mesin. Aditif anti-corrosion akan memebentuk lapisan

    pelindung pada permukaan yang dilumasi. Biasanya ditambahkan untuk

    sistem yang bekerja pada lingkungan yang korosif.

    Anti-foam

    Fungsinya adalah mencegah terjadinya pembentukan buih (foam) pada

    minyak pelumas saat mesin beroperasi.

    Pembentukan buih terjadi akibat minyak pelumas mengikat udara,

    misalnya pada bantalan hidrodinamis, sehingga terbentuk gelembung-

    gelembung udara. Jika lapisan bagian yang bergelembung tersebut berada

    pada elemen mesin yang saling bergesekan, maka gelembung-gelembung

    udara pada minyak pelumas tersebut akan pecah dan terjadi kontak

    langsung antar elemen. Buih pada minyak pelumas dapat menyebabkan

    keluarnya minyak pelumas dari kontainernya (overflow). Overflow dapat

    diilustrasikan pada mesin cuci yang tidak menggunakan detergen anti-

    foam, dimana jika tidak menggunakan anti-foam pada detergennya maka

    cairan detergen/buih akan keluar dari kontainernya.

    Anti-oxidant

    Meningkatkan daya tahan minyak pelumas terhadap oksidasi pada

    temperatur tinggi. Oksidasi yang terjadi pada minyak pelumas dapat

    menyebabkan kerusakan pada komposisi kimia minyak, sehingga dapat

    merusak komponen yang dilumasi. Selain temperatur, pengaruh waktu

    operasi juga dapat mempengaruhi tingkat oksidasi minyak pelumas.

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    Anti-Wear

    Lebih tepatnya adalah anti-wear improver, fungsinya mengurangi tingkat

    keausan pada elemen mesin, khususnya yang berada pada pelumasan

    bidang batas (boundary lubrication), seperti kam (cam) dan ring piston.

    Demulsifier

    Fungsi utamanya adalah mencegah kontaminasi air pada minyak pelumas.

    Misalnya pada fluida transmisi, fluida hirolik, maupun roda gigi pada

    industri, dimana kandungan air pada pelumas dapat menimbulkan

    masalah/kegagalan.

    Detergant & Dispersant

    Fungsi utamanya adalah membersihkan dan mencegah kontaminasi jelaga.

    Detergant berguna dalam membersihkan permukaan yng dilumasi,

    sedangkan dispersant mencegah jelaga merusak minyak pelumas, misalnya

    jelaga akibat pembakaran pada motor bakar.

    Metal-deactivator

    Fungsinya mencegah kontaminasi partikel logam merusak permukaan

    yang dilumasi. Cara kerja aditif ini adalah dengan membentuk lapisan

    pelindung jika beinteraksi dengan partikel logam, misalnya dengan

    adsorpsi kimia.

    Pour Point Depresant

    Pada temperatur rendah, misalnya pada musim dingin, minyak

    akan mengental, karena akan terbentuk waxy crystals. Hal tersebut

    dikarenakan minyak pelumas umumnya terdiri dari rantai panjang

    hidrokarbon parafin, yang akan membentuk waxy crystal pada temperatur

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    rendah, sehingga minyak pelumas akan sulit dituang atau mengalir. Oleh

    sebab itu ditambahkan pour point depresant ke dalam minyak pelumas.

    Viscosity Index Improver

    Pertimbangan utama dalam memilih minyak pelumas adalah adalah

    kekentalan dan variasi kekentalan tersebut terhadap temperatur. Semakin

    rendah temperatur maka kekentalan akan semakin tinggi (semakin kental),

    demikian juga jika semakin tinggi temperatur maka kekentalan akan

    semakin rendah (semakin encer). Tujuan dari viscosity index improver ini

    adalah memperkecil pengaruh dari temperatur terhadap kekentalan minyak

    pelumas.

    Selain tipe aditif diatas masih ada lagi aditif khusus yang dapat di tambahkan pada

    minyak pelumas, dengan seperti :

    Extreme-pressure agents, yang dapat meningkatkan kekuatan lapisan

    minyak pelumas pada tekanan yang ekstrim (sangat tinggi).

    Viscosity Improver, berfungsi meningkatkan kekentalan secara ekstrim,

    biasanya dapat meningkatkan kekentalan diatas 30%.

    Colour stabilizers

    Minyak pelumas dan minyak gemuk sering ditambahkan dengan colour

    stabilizers untuk mencegah minyak pelumas ataupun minyak gemuk

    berubah warna (menjadi lebih gelap) dengan cepat, misalnya saat

    berinteraksi dengan panas dan oksidasi. Dengan penambahan colour

    stabilizers, perubahan warna terhadap pelumas dapat ditekan sedemikian

    rupa.

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    Seal-swell agent

    Tujuan utamanya adalah mengisolasi lingkungan yang dilumasi dari

    elemen-elemen berpotensi yang merusak minyak pelumas dan lingkungan

    yang dilumasi.

    Sering ditemukan di pasaran, dalam satu kemasan aditif yang memiliki 2 atau

    lebih sifat tambahan sekaligus. Misalnya pada satu kemasan terdapat aditif

    alkaline dan detergent/dispersant, VI Improver dan anti-wear, atau anti-oxidant

    dan anti-corrosion dan sebagainya.

    2.8 Bantalan Luncur dan Pelumasan pada Bantalan Luncur

    2.8.1 Bantalan Luncur

    Bantalan luncur (journal bearings) sangat luas penggunaannya pada

    mesin-mesin yang memiliki elemen berputar (rotating machines), seperti turbin

    uap, generator, blower, kompresor, motor bakar, poros kapal laut, bahkan sebagai

    bantalan pada elemen yang seharusnya menggunakan bantalan gelinding (rolling

    elements bearing). Hal tersebut karena bantalan luncur lebih baik dari bantalan

    gelinding (pada parameter yang dapat dianggap sama) dalam hal penyerapan

    getaran, tahanan terhadap gaya kejut, relatif tidak bising, dan umurnya lebih

    panjang. Semua karakteristik ini disebabkan oleh prinsip pelumasan bantalan

    luncur yang menggunakan lapisan tipis minyak pelumas saat menumpu

    poros,misalnya. Tentu saja hal tersebut tidak lepas dari teknik desain dan

    pemilihan material yang terus dikembangkan.

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    Bantalan luncur termasuk dari jenis bantalan yang arah pembebanan normalnya

    pada arah radial atau lebih banyak mengarah tegak lurus pada garis sumbu poros.

    Maka bantalan luncur termasuk ke dalam jenis plain bearing atau kadang disebut

    dengan sliding bearing.

    Disebut bantalan luncur (dalam bahasa Indonesia) adalah karena adanya gesekan

    luncur dan gerakan luncuran (sliding) yang terjadi pada bantalan, akibat adanya

    lapisan fluida tipis diantara bantalan dan poros tersebut. Dapat juga dibandingkan

    seperti atlet selancar air yang berselancar/meluncur bebas diatas air, demikian

    juga dengan poros yang dapat meluncur dengan mudah pada bantalan dengan

    bantuan lapisan tipis minyak pelumas.

    Dalam bahasa Inggris disebut journal bearings karena poros ditumpu oleh

    bantalan pada tempat/daerah yang dinamakan tap-poros atau leher-poros (neck),

    dan daerah leher-poros tersebut dinamakan journal.

    Gambar 2.15 Bantalan luncur

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    2.8.2 Pelumasan hidrodinamis pada bantalan luncur

    Ada berbagai jenis bantalan luncur, dan bantalan-bantalan tersebut dapat

    dilumasi dengan minyak pelumas, gas bahkan dengan minyak gemuk. Namun tipe

    pelumasan yang paling efektif dan paling banyak digunakan adalah dengan

    minyak pelumas dengan tipe pelumasan hidrodinamis.

    Seperti yang telah dijelaskan diatas, teori pelumasan hidrodinamis ini berasal dari

    penelitian Beauchamp Tower, yang dianalisa oleh Osborne Reynolds.

    2.8.2.1 Teori aliran hidrodinamis fluida diantara dua plat / permukaan datar

    Gambar 2.16 Aliran hidrodinamis fluida diantara dua plat / permukaan datar

    Lihat lapisan minyak pelumas diantara dua plat AB dan CD, salah satu permukaan

    bergerak dengan kecepatan V, dan permukaan yang satunya (CD) diam, seperti

    pada gambar 2.14. Kecepatan minyak saat kontak dengan CD adalah nol saat CD

    diam. Gaya pada minyak yang digambarkan dalam elemen kubus dx.dy.dz pada

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    setiap titik (xyz) seperti pada diagram, dimana F adalah gaya yang terjadi pada

    gesekan internal dan p adalah tekanan pada titik tersebut (xyz).

    Berdasarkan hukum Newton:

    yvF

    = (2.11)

    Dimana = koefisien kekentalan dan v = kecepatan pada arah x

    Anggap elemen dx.dy.dz berada dalam gerakan seragam pada arah x dan 0=yp

    (p adalah independent terhadap y), sehingga solusi gaya:

    0.,(., =

    ++

    + dzdxdx

    xpppdzdxFdy

    yFF

    (2.12)

    xp

    yF

    =

    Substitusi nilai F:

    xp

    yv

    yF

    == 22

    (2.13)

    Integral persamaan (2.10) terhadap y:

    212

    21 CyCy

    xpv ++=

    (2.14)

    Lalu kita tentukan kondisi v=V ketika y=0 dan v=0 ketika y=h, didapat:

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    hyhy

    xp

    hyVv

    = 1

    211 (2.15)

    catatan: Kondisi yang diterapkan untuk menentukan konstanta C1 dan C2 adalah

    karena y diukur berlawanan dengan arah yang diindikasikan.

    Dari sini fungsi internal pada persamaan (2.9) harus bernilai

    dy

    yFF pengganti

    + dy

    yFF , sehingga :

    xp

    yF

    =

    Atau tanda yF dibuat negatif dan persamaan kecepatan menjadi:

    hyhy

    xp

    hyVv

    +

    = 1

    211 (2.16)

    2.8.2.2 Persamaan tekanan Sommerfeld untuk pelumasan hidrodinamis pada

    bantalan luncur

    Mekanisme pelumasan hidrodinamis pada bantalan luncur dapat dilihat

    pada gambar di bawah ini:

    Gambar 2.17 Mekanisme pelumasan hidrodinamis pada bantalan luncur

  • Frans Edo Adhinata Pasaribu : Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran, 2009. USU Repository 2009

    Gambar 2.18 Distribusi tekanan dan geometri