visi · visi menjadi kantor ... sumber: bps provinsi aceh, diolah kota kelompok (%, yoy) bahan...

77

Upload: lethuy

Post on 26-Apr-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018

VISI

Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun

nasional.

MISI

Menjalankan kebijakan BI dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang dan

kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif

dan berkesinambungan.

FUNGSI

1. Fungsi Advisory Kebijakan 2. Fungsi Regional Financial Surveillance (RFS)

3. Fungsi Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah 4. Fungsi Pengelolaan Uang Rupiah (PUR)

5. Fungsi Sistem Pembayaran 6. Fungsi Sistem Pembayaran

7. Fungsi pengembangan UMKM dan Keuangan Inklusif 8. Fungsi komunikasi kebijakan

9. Melaksanakan dan mengelola fungsi enabler (pendukung)

TUGAS POKOK

1. Memberikan masukan kepada Dewan Gubernur kondisi ekonomi dan keuangan daerah di wilayah kerjanya;

2. Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan ekonomi dan keuangan daerah, yang didukung dengan

penyediaan informasi berdasarkan hasil kajian/riset serta memfasilitasi pengendalian inflasi, pemberdayaan sektor riil dan

UMKM.

3. Melaksanakan kegiatan perizinan dan pengawasan serta operasionalisasi sistem pembayaran tunai dan non tunai sesuai dengan

kebutuhan ekonomi daerah di wilayah kerjanya

4. Melaksanakan kebijakan stabilitas keuangan , program perluasan dan pemerataan akses dan keterjangkauan keuangan untuk

mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif

5. Mengelola sumber daya internal yang dibutuhkan sebagai faktor pendukung fungsi-fungsi utama.

Kalender Publikasi KEKR

Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

Mei Agustus November Februari

Penerbit :

Fungsi Asesmen Ekonomi dan Keuangan - Tim Ekonomi Moneter

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh

Jl. Cut Meutia No.15, Banda Aceh - Indonesia

Telp : 0651-33200 / Fax : 0651-34116

Publikasi KER secara online dapat diperoleh di:http://www.bi.go.id/web/id/DIBI1/Regional/Publikasi/

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018 ii

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat dan karuniaNya sehingga buku “Kajian

Ekonomi Dan Keuangan Regional Provinsi Aceh Periode November 2017” ini akhirnya dapat dipublikasikan. Buku ini memaparkan

informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah, diantaranya pertumbuhan ekonomi, perbankan,

sistem pembayaran dan keuangan daerah yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan informasi internal maupun eksternal

Bank Indonesia. Secara umum, hasil kajian atas perkembangan ekonomi regional Provinsi Aceh periode triwulan laporan

mendeskripsikan bahwa perekonomian Aceh menunjukkan kecenderungan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Dalam kesempatan ini, kami menghaturkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan buku ini.

Harapan kami, kerja sama yang telah tercipta dapat terus berlanjut dan ditingkatkan pada masa yang akan datang.

Kami menyadari bahwa kualitas dan informasi yang disajikan masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat

mengharapkan kritik dan saran membangun dari seluruh pihak yang berkepentingan dengan buku ini.

Kami berharap, semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa

melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua.

Banda Aceh, Februari 2018

Kepala Perwakilan,

Z. Arifin Lubis

Deputi Direktur

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018 viii

A. PDRB

PDRB Berdasarkan Lapangan Usaha (Sektoral)

Sektoral

(Dalam Triliun)

2014 2015 2016 2017

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Pertanian, Kehutanan,

& Perikanan 8.24 8.64 8.89 8.59 9.12 9.25 9.82 9.40 9.83 9.75 10.30 10.37 10.82 10.71 11.05 10.82

Pertambangan

& Penggalian 3.76 3.73 3.28 2.81 2.07 2.06 1.82 1.55 1.70 1.40 1.68 1.61 1.78 1.67 1.73 1.61

Industri Pengolahan 2.52 2.53 2.34 2.08 1.89 2.00 2.04 1.80 1.82 1.72 2.02 1.80 1.91 1.89 1.84 1.90

Pengadaan Listrik, Gas 0.03 0.03 0.03 0.04 0.03 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.05 0.05 0.05 0.05

Pengadaan Air 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.02 0.01 0.02 0.02 0.02

Konstruksi 2.71 2.78 2.93 3.06 2.77 2.85 2.99 3.71 3.29 3.36 3.58 3.86 3.23 2.92 3.75 3.87

Perdagangan Besar

& Eceran, & Reparasi Mobil &

Sepeda Motor

4.49 4.69 4.92 4.87 4.86 5.05 5.28 5.15 5.36 5.44 5.68 5.93 5.87 5.92 6.01 6.04

Transportasi

& Pergudangan 2.33 2.37 2.55 2.60 2.45 2.51 2.61 2.61 2.40 2.43 2.45 2.46 2.42 2.57 2.52 2.68

Penyediaan Akomodasi

& Makan Minum 0.35 0.36 0.37 0.39 0.39 0.40 0.41 0.43 0.44 0.45 0.48 0.50 0.51 0.57 0.56 0.59

Informasi & Komunikasi 0.99 0.98 0.99 1.01 1.01 1.02 1.03 1.04 1.04 1.05 1.06 1.07 1.08 1.10 1.08 1.09

Jasa Keuangan 0.54 0.56 0.57 0.57 0.59 0.55 0.61 0.65 0.64 0.66 0.75 0.65 0.71 0.78 0.71 0.73

Real Estate 1.06 1.08 1.11 1.14 1.19 1.21 1.24 1.26 1.29 1.33 1.34 1.37 1.43 1.48 1.51 1.56

Jasa Perusahaan 0.18 0.18 0.18 0.19 0.18 0.19 0.19 0.20 0.20 0.20 0.22 0.22 0.22 0.22 0.23 0.24

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan & Jaminan Sosial

Wajib

2.35 2.36 2.67 2.75 2.69 2.79 3.06 3.09 2.89 3.64 3.33 3.34 3.12 3.66 3.89 3.97

Jasa Pendidikan 0.58 0.60 0.67 0.70 0.66 0.69 0.76 0.79 0.76 0.86 0.82 0.90 0.83 0.94 0.97 1.04

Jasa Kesehatan & Kegiatan

Sosial 0.70 0.73 0.75 0.81 0.78 0.80 0.82 0.84 0.84 0.92 0.85 0.91 0.87 0.96 0.97 1.05

Jasa lainnya 0.37 0.38 0.39 0.40 0.41 0.42 0.41 0.43 0.44 0.45 0.46 0.48 0.49 0.51 0.52 0.52

PDRB 31.21 32.01 32.64 32.03 31.09 31.85 33.15 33.00 32.98 33.72 35.07 35.53 35.33 35.96 37.42 37.77

PDRB Non-Migas 27.42 28.32 29.53 29.69 29.68 30.45 31.89 32.06 31.77 32.80 33.95 34.54 34.04 34.76 36.21 36.72

Sumber: BPS Provinsi Aceh, Diolah

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

ix Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018

PDRB Berdasarkan Pengeluaran

Komponen (Rp Triliun)

2014 2015 2016 2017

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Pengeluaran Konsumsi

Rumah Tangga 15,34 15,45 15,73 15,83 19.45 19.64 20.30 20.46 20.77 21.14 21.84 21.88 22.18 22.76 23.19 23.63

Pengeluaran Konsumsi

LNPRT 0,53 0,54 0,49 0,50 0.61 0.62 0.63 0.64 0.66 0.68 0.71 0.74 0.78 0.77 0.79 0.78

Pengeluaran Konsumsi

Pemerintah 4,53 5,08 5,73 7,82 5.84 7.30 8.96 13.07 6.16 8.36 8.14 11.53 6.04 8.29 9.33 12.11

Pembentukan Modal Tetap

Bruto 9,23 9,07 9,27 9,36 10.90 10.96 11.44 12.76 12.01 12.41 13.12 13.77 12.72 12.25 14.57 14.72

Perubahan Inventori -0,09 0,12 -0,04 0,05 -0.07 0.02 -0.06 0.00 0.01 0.01 0.01 0.01 -0.04 -0.02 -0.04 -0.02

Ekspor Luar Negeri 0,81 1,53 1,11 1,26 0.58 0.39 0.71 0.46 0.54 0.24 0.27 0.49 0.59 0.52 0.44 0.61

Impor Luar Negeri 0,28 0,33 0,26 0,37 1.19 0.93 0.73 0.69 0.55 0.67 0.56 0.54 0.51 0.75 0.61 0.67

Net Ekspor Antar Daerah -1,99 -2,98 -3,07 -6,15 -5.03 -6.15 -8.10 -13.70 -6.62 -8.46 -8.47 -12.34 -6.43 -7.85 -10.24 -13.39

P D R B 31.21 32.01 32.64 32.03 31.09 31.85 33.15 33.00 32.98 33.72 35.07 35.53 35.33 35.96 37.42 37.77

PDRB Non-Migas 27.42 28.32 29.53 29.69 29.68 30.45 31.89 32.06 31.77 32.80 33.95 34.54 34.04 34.76 36.21 36.72

Sumber: BPS Provinsi Aceh, Diolah

B. Inflasi

Inflasi (% YoY)

2014 2015 2016 2017

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Banda Aceh 5,40 6,12 4,30 1,27 5,40 6,12 4,30 1,27 3,10 2,01 3,17 3,13 3,08 3,94 4,14 4,86

Lhokseumawe 5,44 6,36 4,55 2,44 5,44 6,36 4,55 2,44 4,63 3,03 4,79 5,60 3,61 4,10 3,59 2,87

Meulaboh 5,67 6,47 2,86 0,58 5,67 6,47 2,86 0,58 3,12 2,19 3,81 3,77 4,72 4,32 3,15 4,76

Aceh 5,45 6,24 4,19 1,53 5,45 6,24 4,19 1,53 4,45 2,34 3,73 3,95 3,45 4,03 3,85 4,25

Sumber: BPS Provinsi Aceh, Diolah

Kota

Kelompok (%, yoy)

Bahan

Makanan Kesehatan

Makanan Jadi,

Minuman,

Rokok dan

Tembakau

Pendidikan,

Rekreasi dan

Olah Raga

Perumahan, Air,

Listrik, Gas dan

Bahan Bakar

Sandang Transpor, Komunikasi dan

Jasa Keuangan Total

Banda Aceh 3,99 1,44 5,30 1,54 6,54 5,33 4,60 4,86

Lhokseumawe -0,43 2,57 2,70 2,24 6,28 6,26 3,58 2,87

Meulaboh 2,84 3,57 5,43 3,08 9,46 1,20 5,14 4,76

Aceh 2,47 2,05 4,56 1,94 6,84 5,07 4,38 4,25

Sumber: BPS Provinsi Aceh, Diolah

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018 x

C. Perbankan (Berdasarkan Lokasi Bank)

Indikator Umum

Indikator 2015 2016 2017

I II III IV I II III IV I II III IV

Total Aset (Rp Triliun) 41,27 45,79 48,70 43,49 45,76 46,75 43,65 45,23 45,25 51,22 50,52 51,63

Pertumbuhan (yoy)% 9,66 9,64 8,82 3,04 10,88 2,09 -10,37 4,01 -1,14 9,55 15,73 14,14

Pertumbuhan (mtm)% 4,46 1,09 13,36 (9,51) 4,31 -8,98 -10,66 -1,09 6,37 2,09 8,29 1,83

DPK (Rp Triliun) 27,84 31,42 34,62 31,05 31,65 33,27 33,41 32,37 31,12 36,93 38,39 38,59

Pertumbuhan (yoy)% 19,85 19,78 23,10 16,34 13,66 5,87 -3,49 4,24 -1,67 10,98 14,90 19,22

Pertumbuhan (mtm)% 5,59 3,20 15,15 (9,11) 3,09 -4,36 -3,88 -7,02 2,85 2,33 10,56 1,68

Pembiayaan (Rp Triliun) 25,37 26,35 26,37 27,22 27,54 28,62 29,09 29,95 30,74 31,88 31,96 33,16

Pertumbuhan (yoy)% 6,52 6,68 7,06 7,92 8,53 8,60 10,31 10,01 11,61 11,39 9,86 10,71

Pertumbuhan (mtm)% 1,45 2,00 0,80 1,92 1,78 1,60 0,96 0,66 2,76 1,29 0,53 3,10

FDR % 91,14 83,88 76,18 87,68 87,03 86,04 87,07 92,53 98,78 86,35 83,25 85,93

NPL-gross % 4,62 4,38 4,30 3,64 3,84 3,72 3,48 2,63 2,66 2,53 2,29 1,91

NPL-Nominal (Rp Triliun) 1,17 1,15 1,13 0,99 1,06 1,06 1,01 0,79 0,82 0,81 0,72 0,63

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, Diolah

Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Simpanan)

SIMPANAN 2015 2016 2017

I II III IV I II III IV I II III IV

Total (Rp Triliun) 27,84 31,42 34,62 31,05 31,65 33,27 33,41 32,37 31,12 36,93 38,39 38,59

Pertumbuhan (yoy)% 19,85 19,78 23,1 16,34 13,66 5,87 -3,49 4,24 -1,67 10,98 14,90 19,22

Giro (Rp Triliun) 7,00 9,07 11,12 6,10 7,30 7,27 7,91 5,51 6,82 9,75 10,47 6,35

Pertumbuhan (yoy)% 4,86 12,32 17,4 10,07 4,2 -19,83 -

28,88 -9,72 -6,59 33,96 32,38 15,14

Tabungan (Rp Triliun) 12,57 12,64 13,65 17,02 14,56 15,65 15,73 18,51 16,06 16,98 17,40 21,32

Pertumbuhan (yoy)% 12,11 12,33 16,31 15,91 15,84 23,75 15,20 8,75 10,32 8,49 10,63 15,17

Deposito (Rp Triliun) 8,27 9,70 9,84 7,92 9,78 10,34 9,77 8,35 8,24 10,20 10,52 10,92

Pertumbuhan (yoy)% 54,86 40,71 42,47 22,69 18,37 6,61 -0,72 5,32 -15,85 -1,41 7,63 30,88

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, Diolah

Kredit Berdasarkan Tujuan Penggunaan

PINJAMAN 2015 2016 2017

I II III IV I II III IV I II III IV

Total Kredit (Rp Triliun) 25,37 26,35 26,37 27,22 27,54 28,62 29,09 29,95 30,74 31,89 31,96 33,16

Pertumbuhan (yoy) % 6,52 6,68 7,06 7,92 8,53 8,6 10,31 10,01 11,61 11,39 9,86 10,71

Modal Kerja (Rp Triliun) 7,41 7,80 7,64 8,04 7,97 8,45 8,57 8,84 9,09 9,97 9,81 10,13

Pertumbuhan (yoy)% -5,77 -3,48 -2,04 2,08 7,44 8,31 12,18 9,93 13,99 17,92 14,41 14,54

Investasi (Rp Triliun) 2,67 2,90 2,90 3,10 3,24 3,43 3,67 3,81 3,91 3,76 3,75 3,79

Pertumbuhan (yoy)% 17,86 23,22 24,41 24,39 21,12 18,01 26,53 22,79 20,62 9,68 1,98 -0,38

Konsumsi (Rp Triliun) 15,28 15,64 15,82 16,07 16,33 16,74 16,83 17,30 17,75 18,16 18,39 19,23

Pertumbuhan (yoy)% 11,70 9,70 9,17 8,26 6,86 7,00 6,60 7,58 8,66 8,44 9,27 11,19

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Diolah

xi Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018

Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi

Indikator (Dalam Triliun)

2015 2016 2017

I II III IV I II III IV I II III IV

Pertanian 1,64 1,91 1,89 2,05 2,12 2,21 2,27 2,36 2,39 2,51 2,50 2,56

Pertambangan 0,03 0,04 0,04 0,04 0,04 0,03 0,03 0,03 0,03 0,02 0,03 0,03

Industri Pengolahan 1,27 1,27 1,26 1,38 1,47 1,48 1,75 1.93 2,22 2,63 2,44 2,72

Listrik Gas dan Air 0,11 0,10 0,09 0,19 0,19 0,19 0,19 0,19 0,19 0,17 0,17 0,16

Konstruksi 0,65 0,82 0,86 0,90 0,74 0,78 0,78 0,78 0,66 0,76 0,82 0,83

76Perdagangan 5,49 5,65 5,55 5,74 5,79 6,11 6,10 6,15 6,14 6,31 6,26 6,19

Pengangkutan 0,09 0,10 0,10 0,10 0,12 0,13 0,14 0,14 0,15 0,17 0,18 0,19

Jasa Dunia Usaha 0,23 0,22 0,20 0,20 0,22 0,26 0,31 0,30 0,29 0,30 0,28 0,32

Jasa Sosial Masy. 0,53 0,54 0,51 0,49 0,49 0,65 0,67 0,74 0,91 0,83 0,89 0,93

Lainnya 15,32 15,70 15,86 16,11 16,36 16,76 16,85 17,31 17,76 18,16 18,40 19,24

Total 25,37 26,35 26,37 27,22 27,54 28,62 29,09 29,95 30,74 31,89 31,96 33,16

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum Diolah

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah xii

Ringkasan Eksekutif

Gambaran Umum Perekonomian Aceh

• Secara umum pertumbuhan ekonomi tahun 2017 sesuai dengan proyeksi

Bank Indonesia yang berada pada kisaran 3,75%(yoy) – 4,75%(yoy).

Kinerja ekonomi tahun 2017 yang berhasil tumbuh sebesar 4,19%(yoy)

merupakan capaian kinerja ekonomi Aceh paling tinggi sejak sepuluh

(10) tahun terakhir.

• Realisasi pendapatan terhadap pagu Anggaran Pendapatan Belanja

Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Aceh pada Triwulan IV 2017 lebih

tinggi dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun

sebelumnya. Sementara itu, realisasi belanja terhadap pagu APBD

mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama pada tahun

sebelumnya.

• Tekanan inflasi tahunan Provinsi Aceh pada akhir Triwulan-IV 2017

tercatat mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan periode

triwulan III-2017, dan masih lebih tinggi apabila dibandingkan dengan

inflasi pada periode yang sama di tahun sebelumnya. Inflasi tahunan

Aceh sepanjang Triwulan-IV 2017 disumbang oleh kelompok

administered prices dan volatile food.

• Perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2017 tidak

sepenuhnya berimbas pada kinerja penyaluran kredit di kelompok

korporasi. Penyaluran kredit kelompok korporasi mengalami

peningkatan kinerja setelah mulai tertekan pada triwulan sebelumnya,

kemudian terjadi penurunan risiko yang tercermin dari penurunan non

performing loan (NPL).

• Pengedaran Uang Kartal Di Provinsi Aceh Mengalami Net Cash Outflow,

sedangkan transaksi ritel melalui SKNBI mengalami peningkatan

• Tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi Aceh hingga bulan Agustus

2017 mencapai 63,74%, atau menurun dibanding bulan Agustus 2016

xiii Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018

yang mencapai 64,26%. Kemudian, pada bulan Agustus 2017 Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) di Aceh berada pada level 6,57%, menurun

dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang sebesar

7,57%.

• Perekonomian Aceh pada tahun 2018 diperkirakan tumbuh lebih baik

dibandingkan tahun 2017. Namun pada triwulan I-2018 pertumbuhan

ekonomi diperkirakan menurun dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya.

Asesmen Makro Ekonomi Regional

Kinerja ekonomi Aceh

selama tahun 2017 tercatat

tumbuh sebesar

4,19%(yoy), lebih baik

dibandingkan tahun

sebelumnya yang tumbuh

sebesar 3,30%(yoy).

• Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2017 tercatat tumbuh sebesar

4,19%(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang

tumbuh sebesar 3,30%(yoy). Sementara itu, perekonomian pada triwulan

IV-2017 tumbuh sebesar 3,58%(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,78%(yoy).

• Dari sisi pengeluaran, komponen konsumsi rumah dan konsumsi

pemerintahan masih menjadi lokomotif utama perekonomian. Sesuai

dengan pola historisnya, pengeluaran dan belanja pemerintah paling

besar selalu tertumpuk pada triwulan akhir sehingga menyebabkan

komponen konsumsi pemerintah mengalami peningkatan pertumbuhan

yang signifikan. Di sisi lain, adanya peningkatan daya beli masyarakat

yang didorong oleh realisasi APBA (Anggaran Pendapatan dan Belanja

Aceh) serta berbagai event tingkat nasional dan internasional ikut

membantu mendorong pertumbuhan komponen konsumsi rumah

tangga.

• Dilihat dari sisi sektoral, kinerja ekonomi pada triwulan laporan didorong

oleh kenaikan yang cukup signifikan dari sektor administrasi

pemerintahan dan sektor transportasi dan logistik. Kedua sektor tersebut

secara berturut-turut memberikan kontribusi ekonomi sebesar 1,17% dan

0,76%. Sementara itu, sektor pertanian sebagai sektor dengan proporsi

terbesar di Aceh memberikan kontribusi sebesar 0,57%. Peningkatan

yang terajdi pada sektor administrasi pemerintahan seiring dengan

peningkatan realisasi belanja pegawai di akhir triwulan laporan.

Sementara itu, adanya kegiatan internasional Sail Sabang dan Pentas

Keterampilan dan Seni Pendidikan Agama Islam (Pentas PAI) Nasional

VIII menjadi pendorong utama pertumbuhan sektor transportasi dan

logistik. Di sisi lain, kontribusi sektor pertanian yang menurun pada

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah xiv

triwulan laporan disebabkan oleh adanya gagal panen di beberapa

sentra padi Aceh, seperti Aceh Utara, Aceh Besar, dan Aceh Barat akibat

kondisi cuaca.

Asesmen Keuangan Daerah

Realisasi pendapatan

Pemerintah Provinsi Aceh

terhadap APBD mengalami

peningkatan dibandingkan

periode yang sama di tahun

sebelumnya, sedangkan

dari sisi realisasi belanja

yang mengalami penurunan

• Tingkat realisasi pendapatan terhadap pagu Anggaran Pendapatan

Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Aceh pada Triwulan IV 2017

lebih tinggi dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun

sebelumnya. Peningkatan realisasi pendapatan tersebut bersumber dari

peningkatan nominal Pendapatan Perimbangan/Transfer dan Pendapatan

Lain-Lain yang Sah.

• Realisasi belanja terhadap pagu APBD mengalami penurunan

dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Penurunan

realisasi belanja APBD terutama didorong oleh penurunan realisasi Belanja

Operasi dan Belanja Tidak Terduga. Begitupun dengan belanja APBN yang

mengalami penurunan dan bersumber dari pos Belanja Bantuan Sosial dan

Dana Otsus & Penyesuaian.

Asesmen Inflasi Daerah

Tekanan inflasi tahunan

Provinsi Aceh pada

Triwulan-IV 2017

mengalami peningkatan

dan masih berada dalam

kisaran target

• Tekanan inflasi tahunan Provinsi Aceh pada Triwulan-IV 2017 mencapai

4,25%(yoy) atau mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan inflasi

pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,85%(yoy) dan masih lebih

tinggi dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang

mencapai 3,95%(yoy).

• Pada Triwulan-IV 2017, laju inflasi untuk komponen administered price secara

year on year tercatat mengalami inflasi sebesar 11,17%(yoy) atau menurun

apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi

sebesar 12,17%(yoy).

• Berturut-turut kelompok barang dan jasa yang memiliki andil terbesar

terhadap inflasi tahunan pada Tw IV 2017 yaitu kelompok Perumahan, Air,

Listrik, Gas dan Bahan Bakar (1,75%), kelompok Makanan Jadi, Minuman,

Rokok dan Tembakau (0,79%), dan kelompok Transpor, Komunikasi dan

Jasa Keuangan (0,65%).

Asesmen Perbankan, Stabilitas Keuangan Daerah, dan Pengembangan UMKM

Risiko Stabilitas Keuangan

Daerah di Aceh Relatif

Mengalami Penurunan

• Perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2017 tidak

sepenuhnya berimbas pada kinerja penyaluran kredit di kelompok korporasi.

Penyaluran kredit kelompok korporasi mengalami peningkatan kinerja

xv Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018

setelah mulai tertekan pada triwulan sebelumnya, kemudian terjadi

penurunan risiko yang tercermin dari penurunan non performing loan (NPL).

• Kinerja penyaluran kredit kelompok rumah tangga Kinerja penyaluran kredit

kelompok rumah tangga pada triwulan IV-2017 mengalami peningkatan. Hal

tersebut didukung oleh Dana Pihak Ketiga (DPK) Perseorangan di Perbankan

yang mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya dan risiko

kredit rumah tangga yang tercatat menurun dan masih di bawah ambang

batas NPL 5%.

• Pertumbuhan penyaluran kredit UMKM sedikit meningkat jika dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Dilihat dari resikonya, NPL kredit UMKM

mengalami penurunan, namun masih berada di atas 5%.

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Dan Pengelolaan Uang Rupiah

Transaksi ritel melalui

SKNBI mengalami

peningkatan.

• Net cash outflow pada Triwulan IV 2017 mencapai Rp 3,61 triliun, searah

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami net cash

outflow sebesar Rp 1,16 triliun dikarenakan pemenuhan uang kartal di

menjelang libur akhir tahun dan peringatan meulid nabi.

• Pada triwulan IV-2017 penyelesaian transaksi ritel melalui SKNBI tercatat

sebesar 104.670. Data Keuangan Elektronik (DKE) meningkat sebesar

21,26%(qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 86.317 DKE.

Nilai transaksi yang diproses melalui SKNBI sebesar Rp 4,04 triliun atau

meningkat 13,48%(qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp 3,56

triliun.

Asesmen Ketenagakerjaan Dan

Kesejahteraan

Tingkat Pengangguran

Terbuka (TPT) dan Tingkat

Kemiskinan Aceh menurun

dibandingkan periode yang

sama di tahun sebelumnya.

• Tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi Aceh hingga bulan Agustus

2017 mencapai 63,74%, atau menurun dibanding bulan Agustus 2016 yang

mencapai 64,26%. Kemudian, pada bulan Agustus 2017 Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) di Aceh berada pada level 6,57%, menurun

dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang sebesar 7,57%.

Tingkat Kemiskinan di Provinsi Aceh mengalami penurunan dibandingkan

dengan tahun sebelumnya.

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah xvi

Prospek Perekonomian

Perekonomian Aceh pada

tahun 2018 diperkirakan

tumbuh lebih tinggi

dibandingkan dengan tahun

sebelumnya dengan risiko

inflasi yang mengalami

penurunan.

• Perekonomian Aceh sepanjang tahun 2018 diperkirakan tumbuh pada kisaran

3,73%(yoy) – 4,73%(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan capaian tahun

2017 yang sebesar 4,19%(yoy). Namun demikian, pada triwulan I-2018 tingkat

pertumbuhan ekonomi Aceh diperkirakan akan berada pada kisaran

2,92%(yoy) – 3,92%(yoy).

• Pada akhir tahun 2018, inflasi di Aceh diperkirakan akan lebih stabil

dibandingkan dengan tahun 2017. Inflasi Aceh diperkirakan berada pada

kisaran 3,09%(yoy)-4,09%(yoy), menurun dibandingkan dengan realiasi pada

tahun 2017 yang sebesar 4,25%(yoy).

1 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah Kinerja perekonomian Aceh secara umum pada tahun 2017 tercatat lebih

baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

• Kinerja ekonomi Aceh selama tahun 2017 tercatat tumbuh sebesar 4,19%(yoy), lebih baik

dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,30%(yoy). Namun demikian, pertumbuhan

ekonomi pada triwulan IV-2017 yang sebesar 3,58%(yoy) tercatat lebih rendah dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang sebesar 4,78%(yoy) .

• Dari sisi pengeluaran, komponen konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah menjadi

lokomotif utama pendorong pertumbuhan. Sementara itu, dari sisi sektoral kinerja perekonomian

ditopang oleh peningkatan kinerja sektor pertanian dan administrasi pemerintahan.

1. Gambaran Umum

Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2017 tercatat

tumbuh sebesar 4,19%(yoy), lebih tinggi

dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang

tumbuh sebesar 3,30%(yoy). Sementara itu,

perekonomian pada triwulan IV-2017 tumbuh sebesar

3,58%(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

4,78%(yoy)

ertumbuhan ekonomi tahun 2017 sesuai

dengan proyeksi Bank Indonesia yang berada

pada kisaran 3,75%(yoy) – 4,75%(yoy). Kinerja

ekonomi tahun 2017 yang berhasil tumbuh sebesar

4,19%(yoy) merupakan capaian kinerja ekonomi Aceh

paling tinggi sejak sepuluh (10) tahun terakhir.

Dilihat dari sisi sektoral, kinerja ekonomi pada triwulan

laporan didorong oleh kenaikan yang cukup signifikan

dari sektor administrasi pemerintahan dan sektor

transportasi dan logistik. Kedua sektor tersebut secara

berturut-turut memberikan kontribusi ekonomi

sebesar 1,17% dan 0,76%. Sementara itu, sektor

pertanian sebagai sektor dengan proporsi terbesar di

Aceh memberikan kontribusi sebesar 0,57%.

Peningkatan yang terajdi pada sektor administrasi

pemerintahan seiring dengan peningkatan realisasi

belanja pegawai di akhir triwulan laporan. Sementara

itu, adanya kegiatan internasional Sail Sabang dan

Pentas Keterampilan dan Seni Pendidikan Agama

Islam (Pentas PAI) Nasional VIII menjadi pendorong

utama pertumbuhan sektor transportasi dan logistik.

Di sisi lain, kontribusi sektor pertanian yang menurun

pada triwulan laporan disebabkan oleh adanya gagal

panen di beberapa sentra padi Aceh, seperti Aceh

Utara, Aceh Besar, dan Aceh Barat akibat kondisi

cuaca.

Dari sisi pengeluaran, komponen konsumsi rumah dan

konsumsi pemerintahan masih menjadi lokomotif

utama perekonomian. Sesuai dengan pola historisnya,

pengeluaran dan belanja pemerintah paling besar

selalu tertumpuk pada triwulan akhir sehingga

menyebabkan komponen konsumsi pemerintah

mengalami peningkatan pertumbuhan yang

signifikan. Di sisi lain, adanya peningkatan daya beli

P

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 2

masyarakat yang didorong oleh realisasi APBA

(Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh) serta

berbagai event tingkat nasional dan internasional ikut

membantu mendorong pertumbuhan komponen

konsumsi rumah tangga.

Dengan capaian pertumbuhan sebesar 3,58% pada

triwulan laporan, kinerja perekonomian Aceh tercatat

masih berada di bawah pertumbuhan ekonomi

Nasional dan Sumatera (Grafik 1.1.)

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi

Sumber: Badan Pusat Statistik

Memasuki triwulan I-2018, berbagai indikator

ekonomi terkini memperlihatkan adanya risiko

penurunan kinerja ekonomi dibandingkan triwulan

sebelumnya.

Penurunan tersebut terindikasi dari hasil Indeks

Ekspektasi Konsumsi dan Indeks Daya Beli masyarakat

hingga bulan Februari 2018 yang tercatat mengalami

penurunan. Di samping itu, adanya faktor

keterlambatan persetujuan APBA diperkirakan dapat

mengurangi pertumbuhan konsumsi masyarakat dan

pemerintah pada triwulan I-2018. Adanya gagal panen

padi pada bulan Februari 2018 di sejumlah sentra padi

serta kondisi harga komoditas pertanian yang turun

juga diperkirakan menjadi faktor yang dapat

memperlambat kinerja perekonomian.

Namun demikian, indikasi penurunan kinerja tersebut

diperkirakan dapat tertahan oleh perbaikan kinerja

sektor pertambangan. Tren kenaikan harga komoditas

di kedua sektor tersebut diperkirakan masih akan

terus berlangsung pada triwulan I-2018.

2. Sisi Pengeluaran

Dari sisi pengeluaran, perekonomian Aceh baik

sepanjang tahun 2017 maupun triwulan IV-2017

masih ditopang oleh dua komponen utamanya, yakni

konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintahan.

Konsumsi pemerintah dan rumah tangga pada

triwulan laporan tercatat masing-masing memberikan

kontribusi sebesar 2,88% dan 1,87% pada

pertumbuhan ekonomi. Di samping kedua komponen

tersebut, adanya peningkatan ekspor pada triwulan

laporan juga memberikan kontribusi bagi

pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan.

Pertumbuhan konsumsi pemerintah dan konsumsi

rumah tangga tercatat tumbuh sebesar 11,08%(yoy)

dan 3,33%(yoy). Sementara itu, ekspor tercatat

tumbuh sebesar 33,86%(yoy).

Grafik 1.2. Pertumbuhan dan Kontribusi

Ekonomi Aceh dari Sisi Pengeluaran

Sumber: BPS Aceh

Konsumsi Rumah Tangga

Sepanjang tahun 2017, konsumsi rumah tangga

tumbuh sebesar 3,15%(yoy), menurun dibandingkan

dengan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar

3,32%(yoy). Kondisi yang sama juga terjadi pada

triwulan IV-2017 konsumsi Rumah Tangga tumbuh

3,58

4,43

5,19

-2

0

2

4

6

8

I II III IV

2013 2014 2015 2016 2017

gAceh (%, yoy, kiri) gSumatera (%, yoy, kiri)

gNasional (%, yoy, kiri)

1,87

0,04

2,88

0,21 0,37 0,34

-1,37-2

0

2

4

-20

0

20

40

60

Ko

ns.

RT

Ko

ns.

LN

PR

T

Ko

ns.

Pe

mer

inta

h

Inve

stas

i

Eksp

or

Imp

or

Eksp

or-

Imp

or

Dae

rah

Pertumbuhan (%, yoy, kanan)

Kontribusi Pertumbuhan (%, kiri)

3 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018

3,33%(yoy), meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 2,75%(yoy).

Membaiknya daya beli didorong oleh peningkatan

pendapatan masyarakat sebagai dampak dari efek

multiplier dari realisasi APBA dan berbagai event

tingkat nasional dan internasional ikut membantu

mendorong pertumbuhan komponen konsumsi

rumah tangga, yakni Sail Sabang dan Pentas

Keterampilan dan Seni Pendidikan Agama Islam

(Pentas PAI) Nasional VIII (Grafik 1.3).

Grafik 1.3 Pertumbuhan Konsumsi

Rumah Tangga

Sumber: Badan Pusat Statistik

Peningkatan yang terjadi pada triwulan laporan

tersebut juga didukung oleh konsumsi masyarakat di

daerah pedesaan. Tercatat, terdapat peningkatan Nilai

Tukar Petani (NTP) pada triwulan IV-2017 yang tercatat

sebesar 103,60 atau lebih tinggi dibandingkan NTP

triwulan sebelumnya sebesar 94,18.

Naiknya NTP di subsektor tanaman pangan dan

perkebunan rakyat menjadi salah satu faktor

pendorong kenaikan NTP total. Kenaikan NTP

tanaman pangan seiring dengan menurunnya

pasokan padi akibat kondisi cuaca buruk yang

menyebabkan kegagalan panen sehingga harga

komoditas tersebut kembali mengalami peningkatan

(Grafik 1.4).

Grafik 1.4 Nilai Tukar Petani

Sumber: Badan Pusat Statistik

Peningkatan yang terjadi pada NTP tersebut juga

terkait dengan pergerakan harga-harga komoditas di

subsektor perkebunan yang menunjukkan tren

peningkatan, khususnya komoditas kelapa sawit

sebagai komoditas perkebunan utama Aceh. Sampai

dengan triwulan IV-2017, harga kelapa sawit tercatat

mengalami peningkatan dari 628,66 USD/Metric ton

pada triwulan sebelumnya menjadi 632,65 USD/Metric

ton pada triwulan laporan (Grafik 1.5).

Grafik 1.5 Harga Komoditas (USD/Metric

ton)

Sumber: Bank Indonesia

Pertumbuhan yang positif pada komponen konsumsi

rumah tangga juga didukung oleh hasil Survei

Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada

triwulan IV-2017 yang menunjukkan bahwa Indeks

Penghasilan tercatat mengalami peningkatan pada

triwulan laporan. Peningkatan Indeks Penghasilan

tersebut dapat mencerminkan adanya peningkatan

daya beli masyarakat pada triwulan laporan (Grafik

1.6).

15

16

16

17

17

18

0

1

2

3

4

5

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Konsumsi RT (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)

85

90

95

100

105

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

0

100

200

300

400

500

600

700

800

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Harga Sawit (USD/metric ton, kiri)

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 4

Grafik 1.6 Indeks Penghasilan

Sumber: Bank Indonesia

Pada triwulan I-2018, konsumsi rumah tangga

diperkirakan masih akan mengalami peningkatan.

Grafik 1.7 Proyeksi Pertumbuhan

Konsumsi Rumah Tangga

Sumber: Bank Indonesia

Pada triwulan I-2018, diperkirakan komponen

konsumsi rumah tangga dapat tumbuh sebesar

3,75%(yoy) atau meningkat dibandingkan dengan

capaian triwulan laporan yang sebesar 3,33%(yoy).

Peningkatan konsumsi masyarakat pada triwulan I

tahun 2018 diperkirakan akan didukung oleh

peningkatan penghasilan sebagai akibat dari adanya

peningkata upah minimum provinsi dari Rp2,5 juta

pada tahun 2017 menjadi Rp2,7 juta pada tahun 2018.

Namun demikian, beberapa kondisi di lapangan perlu

untuk diperhatikan mengingat ekspektasi Konsumsi

Masyarakat pada bulan kedua di triwulan I tahun 2018

menunjukkan adanya penurunan. Indeks Ekspektasi

Konsumen rata-rata pada bulan Februari tahun 2017

tercatat lebih kecil dibandingkan dengan posisi

triwulan IV-2017. Angka Indeks Ekspektasi pada bulan

Februari tahun 2018 tercatat sebesar 107,00, lebih

rendah dari rata-rata pada triwulan IV-2017 yang

sebesar 123,80 (Grafik 1.8).

Grafik 1.8 Indeks Ekspektasi Konsumen

Sumber: Bank Indonesia

Hal lain yang perlu untuk diperhatikan adalah adanya

penurunan proporsi penghasilan masyarakat yang

digunakan untuk konsumsi. Hasil Survei Konsumen

Bank Indonesia mencatat bahwa sebesar 74,80%

penghasilan masyarakat digunakan untuk konsumsi.

Angka tersebut juga tercatat menurun jika

dibandingkan dengan proporsi rata-rata pada 3 (tiga)

bulan di triwulan IV-2017 yang sebesar 78,60%.

Grafik 1.9 Indeks Penghasilan, Kondisi

Usaha, dan Ketersediaan Tenaga Kerja

Sumber: Bank Indonesia

Hasil Survei Bank Indonesia Provinsi Aceh pada bulan

Februari 2018 juga mengindikasikan adanya

penurunan penghasilan, kinerja usaha, dan kondisi

lapangan kerja. Hasil survei tersebut memperlihatkan

adanya penurunan Indeks Penghasilan dan Indeks

Ketersediaan Lapangan Usaha (Grafik 1.9).

100,0

110,0

120,0

130,0

140,0

I II III IV I II III IV

2016 2017

Indeks Penghasilan

15

15

16

16

17

17

18

18

0

1

2

3

4

5

I II III IV I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017 2018

Konsumsi RT (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)

122,97 128,00 128,93 128,87 128,76 126,95 127,52 123,80

107,00

0,00

25,00

50,00

75,00

100,00

125,00

150,00

I II III IV I II III IV Feb

2016 2017 2018

50

70

90

110

130

150

170

I II III IV I II III IV Feb

2016 2017 2018

Indeks Penghasilan

Indeks Kinerja Usaha

Indeks Ketersediaan Tenaga Kerja

5 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018

Konsumsi Pemerintah

Kinerja komponen konsumsi pemerintah pada

triwulan laporan tercatat mengalami penurunan.

Setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar

18,29%(yoy), pada triwulan laporan komponen ini

berhasil tumbuh sebesar 11,08%(yoy).

Namun demikian, capaian pertumbuhan pada triwulan

laporan tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan

capaian pertumbuhan pada periode yang sama di

tahun sebelumnya yang tercatat terkontraksi sebesar

10,22%(yoy) (Grafik 1.10).

Grafik 1.10 Pertumbuhan Konsumsi

Pemerintah Daerah

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pertumbuhan belanja pemerintah pada triwulan

laporan sebagian besar disebabkan oleh adanya

realisasi dari APBA yang sebesar pada triwulan

laporan. Selain disalurkan pada bidang kesehatan,

pendidikan, dan sosial, realisasi APBA juga disalurkan

untuk pembangunan fisik di Aceh. Sementara itu,

realisasi total belanja APBA hingga akhir tahun 2017

tercatat sebesar 93% dari total seluruh APBA tahun

2017 sebesar Rp14,7 triliun.

Pada triwulan I-2018, konsumsi pemerintah

diperkirakan akan terus mengalami penurunan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Jumlah APBA Aceh selaku pendorong utama ekonomi

Aceh pada tahun 2018 diperkirakan akan lebih besar

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun

demikian, dengan belum disahkannya APBA hingga

akhir minggu ketiga bulan Februari 2018 memberikan

risiko yang lebih besar bagi perlambatan

pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan I-

2018 (Grafik 1.11).

Grafik 1.11 Proyeksi Pertumbuhan

Konsumsi Pemerintah

Sumber: Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia

Pembentukan Modal Tetap Bruto (Investasi)

Komponen PMTB pada triwulan laporan tumbuh

sebesar 0,57%(yoy), lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar

5,45%(yoy).

Capaian tersebut tercatat masih lebih tinggi

dibandingkan dengan capaian di triwulan yang sama

di tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,76%(yoy)

(Grafik 1.12). Menurunnya pertumbuhan investasi

tersebut seiring dengan telah selesainya berbagai

proyek infrastruktur multiyear di Aceh seperti

jembatan fly over Simpang Surabaya dan Jembatan

Lamnyong 1 dan Jembatan Lamnyong 2.

Grafik 1.12 Pertumbuhan Investasi

Sumber: Badan Pusat Statistik

0

2

4

6

8

10

-21

-14

-7

0

7

14

21

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Konsumsi Pemerintah (triliun,kanan )

Pertumbuhan (%,yoy, kiri)

0

2

4

6

8

10

-21

-14

-7

0

7

14

21

I II III IV I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017 2018

Konsumsi Pemerintah (triliun,kanan ) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)

0

2

4

6

8

10

12

-7

0

7

14

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Investasi (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 6

Berdasarkan sumbernya, peningkatan pertumbuhan

investasi pada triwulan IV-2017 terlihat dari jumlah

PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) dan PMA

(Penanaman Modal Asing) yang terealisasi di Aceh.

Pada triwulan laporan, investasi PMDN mengalami

peniurunan dari Rp3,7 triliun pada triwulan yang sama

di tahun sebelumnya menjadi Rp450 miliar pada

triwulan laporan. Proporsi PMDN sebesar 94,73%

sedangkan sisanya dimiliki oleh PMA dengan proporsi

sebesar 5,27% terhadap total investasi. Kondisi

peningkatan pada PMDN juga terjadi pada kinerja

PMA yang turun dari Rp1,2 triliun pada triwulan yang

sama di tahun sebelumnya menjadi sebesar Rp25

miliar pada triwulan laporan (Grafik 1.13).

Grafik 1.13 Realisasi Investasi Aceh

Sumber: Badan Investasi Aceh

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank

Indonesia juga ikut mengonfirmasi adanya penurunan

investasi yang tercermin dari kinerja perusahaan

konstruksi. Pada triwulan IV-2017 kinerja perusahaan

konstruksi mengalami penurunan dari 2,52%(yoy)

pada triwulan sebelumnya menjadi tumbuh sebesar

1,89%(yoy) (Grafik 1.14).

Grafik 1.14 SKDU Konstrksi

Sumber: Bank Indonesia

Selain itu, indikator utama sektor konstruksi lainnya,

yakni konsumsi semen juga tercatat mengalami

penurunan pertumbuhan dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Laju pertumbuhan konsumsi

semen pada triwulan laporan tercatat terkontraksi

sebesar 6,49%(yoy), lebih rendah dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

9,76%(yoy) (Grafik 1.15).

Grafik 1.15 Konsumsi Semen

Sumber: Kemenperin dan Kemendag

Dari sisi dukungan pembiayaan, tercatat pertumbuhan

kredit untuk sektor konstruksi juga masih mengalami

penurunan. Kredit konstruksi tumbuh sebesar

4,38%(yoy) pada triwulan laporan, lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 5,20%(yoy) (Grafik 1.16).

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Mili

ar (

Rp

)

PMA PMDN TOTAL INVESTASI

-2,00

0,00

2,00

4,00

6,00

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

350.000

-50%

-25%

0%

25%

50%

75%

100%

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Konsumsi Semen (Ton, kanan) Pertumbuhan (%,yoy,kiri)

7 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018

Grafik 1.16 Kredit Konstruksi

Sumber: Bank Indonesia

Memasuki triwulan I tahun 2018, investasi di Aceh

diperkirakan masih akan berada dalam tren

peningkatan.

Komponen investasi diperkirakan akan tumbuh pada

angka 2,92%(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

0,57%(yoy). Peningkatan tersebut diperkirakan masih

akan berasal dari dana pemerintah dalam APBA serta

PMDN yang terealisasi dalam bentuk investasi fisik

atau infrastruktur (Grafik 1.17).

Grafik 1.17. Proyeksi Pertumbuhan

Investasi

Sumber: Bank Indonesia

Beberapa faktor utama peningkatan tersebut adanya

kegiatan investasi dari pihak swasta dalam negeri yang

bergerak di sektor industri pengolahan dan sektor

energi.

Ekspor-Impor

Kinerja ekspor pada triwulan laporan tercatat

mengalami peningkatan dibandingkan dengan

triwulan yang sama di tahun sebelumnya.

Setelah pada triwulan sebelumnya tercatat tumbuh

sebesar 60,20%(yoy), kinerja ekspor pada triwulan

laporan tumbuh sebesar 33,86%(yoy). Capaian

pertumbuhan tersebut tercatat jauh lebih baik

dibandingkan dengan periode yang sama di tahun

sebelumnya yang terkontraksi sebesar 33,06%(yoy)

(Grafik 1.18).

Grafik 1.18. Pertumbuhan Nilai Ekspor

Sumber: Badan Pusat Statistik

Berdasarkan komoditasnya, lebih dari 90% total nilai

ekspor Aceh pada triwulan laporan berasal dari sektor

pertambangan dan penggalian, khususnya dari

subsektor nonmigas, yaitu batu bara. Sementara itu,

sisanya adalah ekspor komoditas bahan kimia, ikan

tuna, lobster dan udang.

Komoditas batu bara menjadi satu-satunya lokomotif

peningkatan ekspor Aceh seiring dengan peningkatan

permintaan komoditas tersebut dari India dan Cina

pada triwulan laporan. Pada tahun ini tercatat nilai

total batu bara yang diekspor sebesar USD14,77 juta,

naik signifikan dibandingkan dengan triwulan yang

sama pada tahun sebelumnya yang tidak mengirimkan

ekspor komoditas tersebut.

Peningkatan ekspor batu bara tersebut tidak terlepas

dari adanya peningkatan harga komoditas tersebut.

Sampai dengan triwulan IV-2017, harga batu bara di

pasar internasional tercatat USD 52,99/metric ton atau

naik dibandingkan dengan posisi triwulan yang sama

di tahun sebelumnya yang berada pada level 54,99

USD/metric ton (Grafik 1.20).

-20,00

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

0

200

400

600

800

1000

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017Kredit Konstruksi (Miliar, kiri)

0

4

8

12

-7

0

7

14

I II III IV I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017 2018

Investasi (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)

0

0

0

1

1

-100

0

100

200

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Ekspor (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy,kiri)

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 8

Grafik 1.20. Harga Batubara (USD/Metric

Ton)

Sumber: Bank Indonesia

Kinerja pertumbuhan impor sampai dengan triwulan

IV-2017 tercatat kembali mengalami peningkatan.

Grafik 1.21 Pertumbuhan Nilai Impor

Sumber: Badan Pusat Statistik

Jenis barang impor yang mendominasi pada triwulan

laporan masih didominasi oleh peralatan listrik dan

mesin-mesin. Impor barang-barang tersebut masih

digunakan untuk keperluan pada industri pengolahan.

Pada triwulan laporan, impor Aceh tumbuh sebesar

34,38%(yoy), naik dibandingkan dengan periode

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

13,87%(yoy). Capaian pertumbuhan tersebut juga

tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan

yang sama di tahun sebelumnya yang terkontraksi

sebesar 33,06%(yoy). Tren peningkatan impor tercatat

terus terjadi sejak triwulan I-2016. Peningkatan impor

tersebut perlu untuk terus dicermati di tengah

ketergantungan Aceh terhadap berbagai produk yang

berasal dari luar negeri maupun luar daerah agar net

ekspor Aceh berada dalam kondisi yang sehat bagi

perekonomian.

Pada triwulan I-2018, pertumbuhan ekspor

diperkirakan akan terus mengalami peningkatan

sedangkan impor diproyeksikan akan sedikit

mengalami penurunan.

Peningkatan ekspor tersebut masih didorong proyeksi

peningkatan permintaan akan komoditas

pertambangan nonmigas (batu bara). Permintaan

ekspor batu bara tersebut tercatat sebesar 5 juta

metric ton sampai akhir tahun 2017 untuk dikirim ke

India dan Cina. Sementara itu, sepanjang tahun 2017

telah diekspor batu bara sebanyak 2,7 juta metric ton

telah dikirim sebanyak 1,9 juta ton ekspor batu bara.

Namun demikian, kondisi tersebut perlu untuk

mendapat perhatian mengingat adanya tendensi

penurunan harga komoditas perkebunan dan batu

bara di pasar internasional.

Tabel 1.2. Proyeksi Harga Komoditas Batu Bara

Komoditas Satuan 2017Q1 2018Q1*

Batu Bara $/MT 87,90 82,30

Sumber: IMF

Proyeksi dari International Monetary Fund (IMF)

memperlihatkan masih akan adanya penurunan harga

batu bara serta berbagai macam komoditas

perkebunan hingga triwulan IV-2017. Tren penurunan

harga masih akan berpengaruh terhadap kenaikan

ekspor Aceh pada triwulan IV-2017 (Grafik 1.22 dan

Grafik 1.23).

Grafik 1.22 Proyeksi Pertumbuhan Ekspor

Sumber: Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia

30

35

40

45

50

55

60

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

-

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

-80

-40

0

40

80

120

160

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017Impor (triliun, kanan)

-

0,20

0,40

0,60

0,80

-100

-50

0

50

100

150

I II III IV I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017 2018

Ekspor (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy,kiri)

9 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018

Grafik 1.23 Proyeksi Pertumbuhan Impor

Sumber: Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia

3. Sisi Sektoral

Sektor administrasi pemerintahan, transportasi dan

logistik, dan pertanian menjadi lokomotif pendorong

pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan.

Sektor pertanian sebagai sektor paling besar dalam

perekonomian masih memberikan kontribusi paling

sebesar 0,57% terhadap kinerja ekonomi Aceh pada

triwulan laporan. Kontribusi tersebut mengalami

penurunan dibandingkan dengan triwulan yang sama

di tahun sebelumnya yang meberikan kontribusi

sebesar 1,48%.

Namun demikian, kontribusi sektor pertanian berada

di bawah kontribusi sektor administrasi pemerintahan

dan sektor transportasi dan logistik. Pada triwulan

laporan, sektor administrasi pemerintahan

memberikan kontribusi pertumbuhan sebesar 1,17%,

sedangkan sektor transportasi dan pergudangan

memberikan andil sebesar 0,76% (Grafik 1.24).

Grafik 1.24 Pertumbuhan dan Kontribusi

Ekonomi Aceh dari Sisi Sektoral

Sumber: Badan Pusat Statistik

Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Secara tahunan kinerja sektor pertanian pada

triwulan IV-2017 menurun dibandingkan triwulan

yang sama di tahun sebelumnya.

Sektor pertanian pada triwulan I-2017 tumbuh sebesar

2,08%(yoy) atau menurun dibandingkan dengan

triwulan IV tahun 2016 yang tumbuh sebesar

5,44%(yoy). Capaian tersebut juga tercatat lebih

rendah dibandingkan dengan capaian pada triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,71%(yoy) (Grafik

1.25).

Grafik 1.25 Pertumbuhan Sektor

Pertanian

Sumber: Badan Pusat Statistik

Menurunnya pertumbuhan sektor pertanian tersebut

juga dikonfirmasi oleh hasil SKDU di sektor pertanian

yang menunjukan penurunan kinerja usaha.

Adanya penurunan kapasitas utilisasi akibat

terganggunya hasil produksi panen padi akibat hama

dan cuaca buruk hingga banjir pada subsektor bahan

pangan menjadi salah satu faktor menurunnya kinerja

sektor pertanian. Sementara itu, tren penurunan harga

komoditas perkebunan di akhir tahun 2017

menyebabkan adanya penurunan hasil output dari

subsektor perkebunan.

Menurunnya kinerja sektor pertanian ini diikuti oleh

pemberian kredit dari industri keuangan kepada

sektor tersebut. Kredit sektor pertanian pada triwulan

I-2017 tercatat tumbuh sebesar 8,78%(yoy), lebih

-

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

-80

-40

0

40

80

120

160

I II III IV I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017 2018

Impor (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)

0,57

-0,320,040,010,00

-0,28

0,13

0,76

0,170,070,130,31

0,03

1,17

0,290,420,09

-1

0

1

2

-5

0

5

10

Pe

rtan

ian

Pe

rtam

ban

gan

Ind

ust

ri

List

rik

Pe

nga

daa

n A

ir

Ko

nst

ruks

i

Pe

rdag

anga

n

Tran

spo

rtas

i

Ako

mo

das

i

Ilko

m

Keu

anga

n

Rea

l Est

ate

Jasa

Per

usa

haa

n

Pe

mer

inta

han

Jasa

Pen

did

ikan

Kee

hat

an s

osi

al

Jasa

lain

nya

Pertumbuhan (%, yoy, kiri) Kontribusi Pertumbuhan (%, kanan)

7

8

8

9

9

0

2

4

6

8

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Pertanian (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 10

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

9,52%(yoy) (Grafik 1.27). Industri keuangan masih

dapat melakukan ekspansi ke sektor pertanian

mengingat adanya tren penurunan jumlah Non-

Performing Loan (NPL) pada sektor ini. NPL sektor

pertanian tercatat sebesar 1,35%, lebih rendah

dibandingkan dengan NPL triwulan sebelumnya yang

sebesar 1,53%.

Grafik 1.26 Kredit Sektor Pertanian

Sumber: Bank Indonesia

Pada triwulan I-2018, sektor pertanian diproyeksikan

akan mengalami peningkatan dari 2,08%(yoy)

menjadi 2,58%(yoy).

Grafik 1.27 Proyeksi Pertumbuhan Sektor

Pertanian

Sumber: Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia

Peningkatan di sektor pertanian diperkirakan

bersumber dari adanya peningkatan di subsektor

tanaman pangan (Padi dan holtikultura) serta

perkebunan (kelapa Sawit dan karet)

Namun demikian, kekeringan yang melanda beberapa

kabupaten sentra padi di awal tahun 2018 perlu untuk

menjadi perhatian khusus bagi perkembangan di

sektor ini, khususnya untuk tanaman pangan seperti

padi. Risiko kekeringan tinggi dikhawatirkan

mengganggu hasil panen para petani. Tidak hanya itu,

serangan hama juga ditemukan di beberapa sentra

pangan Aceh sehingga perlu untuk terus diantisipasi

berbagai kemungkinan alam yang mengganggu

hingga akhir tahun 2018. Untuk perkebunan,

permasalahan yang perlu untuk menjadi perhatian

karena berpeluang menjadi risiko adalah kondisi

tanaman yang sudah tidak produktif atau tua. Kondisi

tersebut ditemukan pada komoditas kelapa sawit dan

kopi.

Di samping itu, risiko lain pada akhir tahun 2018 yang

perlu diantisipasi adalah adanya tendensi penurunan

harga dari beberapa komoditas perkebunan utama di

Aceh, khususnya dari komoditas kopi, kelapa sawit,

dan karet.

Berdasarkan hasil proyeksi dari IMF (International

Monetary Fund), harga berbagai komoditas

perkebunan pada triwulan I-2018 diperkirakan akan

mengalami penurunan sebagai akibat dari

peningkatan kinerja produksi dari Malaysia pasca

menurunnya produksi akibat curah hujan yang

menerpa kawasan perkebunannya.

Tabel 1.3 Proyeksi Harga Komoditas

Pertanian

Kopi

(cts/lb)

CPO

($/MT)

Karet

(cts/lb)

2017Q1 105,5 677,00 87,30

2018Q1 104,0 599,00 77,80

Sumber : IMF

Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Sektor perdagangan pada triwulan laporan tercatat

mengalami penurunan kinerja usaha dibandingkan

dengan periode triwulan sebelumnya.

0

20

40

60

80

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Kredit Pertanian (Miliar, kanan) Pertumbuhan (%, yoy, kiri)

7

8

8

9

9

0

2

4

6

8

I II III IV I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017 2018

Pertanian (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)

11 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018

Pada periode laporan ini, sektor perdagangan tumbuh

sebesar 0,83%(yoy), menurun dibandingkan dengan

pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar

3,46%(yoy). Namun demikian, angka tersebut tercatat

lebih tinggi dibandingkan dengan capaian di periode

yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar

6,50%(yoy).

Penurunan di sektor perdagangan tersebut dapat

sejalan dengan terjadinya penurunan konsumsi rumah

tangga pada triwulan laporan akibat menurunnya

daya beli masyarakat. Penurunan daya beli tersebut

tercermin dari hasil Indeks Penghasilan yang

mengalami penurunan pada triwulan laporan (Grafik

1.29).

Grafik 1.28 Pertumbuhan Sektor

Perdagangan

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pada triwulan I-2018 sektor perdagangan

diperkirakan akan tumbuh sebesar 1,99%(yoy),

lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,83%(yoy).

Grafik 1.29 Proyeksi Pertumbuhan Sektor Perdagangan

Sumber: Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia

Adanya perayaan Maulid Nabi selama 2-3 bulan

hingga triwulan I-2018 diperkirakan mampu

mendorong konsumsi masyarakat pada triwulan I-

2017. Adanya peningkatan konsumsi dan daya beli

masyarakat tersebut diperkirakan akan didukung oleh

adanya peningkatan realisasi anggaran pendapatan

dan belanja pemerintah meskipun mengalami sedikit

keterlambatan.

Sektor Konstruksi

Secara tahunan, pertumbuhan sektor konstruksi

menurun secara signifikan baik dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya maupun dengan periode yang

sama di tahun sebelumnya.

Kinerja sektor konstruksi pada triwulan laporan

tercatat terkontraksi sebesar 2,55%(yoy) atau lebih

rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang tumbuh sebesar 4,88%(yoy)

Capaian tersebut juga tercatat lebih rendah

dibandingkan dengan kinerja di triwulan yang sama

tahun sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar

2,71%(yoy). Dengan pertumbuhan tersebut, sektor

konstruksi dapat memberikan kontribusi sebesar -

0,28%(yoy) (Grafik 1.31).

Grafik 1.30 Pertumbuhan Sektor

Konstruksi

Sumber: Badan Pusat Statistik

Faktor utama yang menyebakan penurunan sektor ini

adalah karena telah berakhirnya berbagai proyek

infrastruktur yang bersifat multiyears maupun

nonmultiyears.

Kondisi penurunan sektor konstruksi ini juga

terkonfirmasi dari meningkatnya pertumbuhan

konsumsi semen pada triwulan IV-2017 dibandingkan

4

5

5

0

2

4

6

8

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Perdagangan (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)

4

5

5

0

2

4

6

8

I II III IV I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017 2018

Perdagangan (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)

0

1

2

3

4

-20

-10

0

10

20

30

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Konstruksi (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy, kiri)

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 12

dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Konsumsi semen pada triwulan laporan tercatat

terkontraksi sebesar 6,49%(yoy), lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

terkontraksi sebesar 9,76%(yoy) (Grafik 1.32).

Grafik 1.31 Pertumbuhan Konsumsi

Semen

Sumber: Kementerian Perindustrian

Sektor Konstruksi pada triwulan I-2018 diperkirakan

akan mengalami sedikit perbaikan.

Pada triwulan I-2018, sektor konstruksi diperkirakan

akan terkontraksi sebesar 1,81%(yoy), lebih tinggi

dibandingkan realisasi pada triwulan sebelumnya yang

terkontraksi sebesar 6,49%(yoy).

Grafik 1.32 Proyeksi Pertumbuhan Sektor

Konstruksi

Sumber: Badan Pusat Statistik dan Bank Indonesia

Peningkatan capaian pertumbuhan tersebut terutama

didorong oleh adanya proyek pemeliharaan dan

perbaikan jembatan serta jalan nasional di Aceh dari

dana APBN sebesar Rp800 miliar yang telah dimulai

sejak triwulan I-2018.

Sektor Pertambangan Dan Penggalian

Pada triwulan laporan, kinerja sektor Pertambangan

dan Penggalian tercatat terkontruksi sebesar

4,63%(yoy) atau lebih rendah dibandingkan dengan

periode yang sama di tahun sebelumnya yang

terkontraksi sebesar 1,65%(yoy).

Capaian angka tersebut juga tercatat lebih rendah

dibandingkan dengan capaian triwulan sebelumnya

yang tercatat tumbuh sebesar 2,14%(yoy). Berdasarkan

komponen penyusunnya, penurunan sektor ini berasal

dari adanya penurunan komoditas migas, sementara

itu, komoditas nonmigas masih mengalami

pertumbuhan positif sebesar 0,16%(yoy).

Sementara itu, subsektor komoditas migas tercatat

terkonstraksi sebesar 0,03%(yoy), naik dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

0,24 (Grafik 1.34).

Grafik 1.33 Pertumbuhan Sektor

Pertambangan

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 1.34 Harga Batubara (USD/Metric

Ton)

Sumber: Bank Indonesia

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

350.000

-50%

-25%

0%

25%

50%

75%

100%

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Konsumsi Semen (Ton, kanan) Pertumbuhan (%,yoy,kiri)

0

1

2

3

4

-20

-10

0

10

20

30

I II III IV I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017 2018Konstruksi…

0

1

2

3

-45

-30

-15

0

15

30

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Pertambangan (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy,kiri)

30

35

40

45

50

55

60

65

I II III IV I II III IV I II III IV Feb

2015 2016 2017 2018

13 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018

Peningkatan kinerja sektor pertambangan dan

penggalian non migas terutama didorong oleh adanya

peningkatan produksi batu bara. Hal tersebut sejalan

dengan hasil liaison ke perusahaan penghasil batu

bara yang menginformasikan akan adanya ekspor

sampai dengan akhir tahun 2017 sebanyak 800 ribu

ton ke Cina dan India.

Total ekspor batu bara hingga akhir tahun 2017

sebanyak 2,7 juta metric ton. Angka ekspor tersebut

meningkat signifikan dibandingkan dengan realisasi

ekspor tahun 2015 yang sebanyak 55 ribu metric ton

dan tahun 2016 yang tercatat sebesar 1,08 juta metric

ton. Ekspor komoditas batu bara menjadi komoditas

non-pertanian yang menjadi andalan Aceh pasca

habisnya gas Arun pada akhir tahun 2014 dengan

proporsi terhadap total ekspor aceh mencapai lebih

dari 90%.

Pada triwulan I-2018 sektor pertambangan dan

penggalian diperkirakan akan mengalami perbaikan

kinerja di tengah tendensi penurunan harga

komoditas batu bara di pasar internasional.

Pada triwulan awal tahun 2018, sektor ini diperkirakan

tumbuh pada angka 6,21%(yoy), atau lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

terkonstraksi sebesar 4,63%(yoy). Peningkatan kinerja

ini khususnya diperkirakan akan bersumber dari

produksi batu bara untuk memenuhi permintaan dari

India dan Cina sesuai dengan kontrak perjanjian pada

awal tahun 2018.

Grafik 1.35 Proyeksi Pertumbuhan

Sektor Pertambangan

Sumber: Bank Indonesia

Namun demikian, peningkatan tersebut perlu untuk

dicermati mengingat tren kondisi harga komoditas

batu bara yang masih berada dalam tren penurunan.

IMF memperkirakan bahwa pada tahun 2018 tren

harga batu bara akan mengalami penurunan

dibandingkan tahun sebeumnya.

Tabel 1.4. Proyeksi Harga Komoditas Batu

Bara

Komoditas Satuan 2017Q1 2018Q1*

Batu Bara $/MT 87,90 82,30

Sumber: IMF

0

1

2

3

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

I II III IV I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017 2018

Pertambangan (triliun, kanan) Pertumbuhan (%,yoy,kiri)

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 14

PERKEMBANGAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS LHOSKEUMAWE

Kawasan Ekonomi Khusus Lhokseumawe (KEK Lhokseumawe) adalah sebuah kawasan khusus yang

direncanakan dibangun di Kota Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Utara dimana ide untuk membangun

kawasan tersebut terjadi saat Presiden RI berkunjung ke Aceh pada tahun 2015 yang kemudian

menginstruksikan Kemenko Kemaritiman untuk melakukan revitalisasi aset yang berada di Lhokseumawe dan

secara khusus ditugaskan untuk membangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) berbasis kawasan industri.

KEK Lhokseumawe direncanakan berdiri di lahan seluas 2.622,48 Ha dengan pengelola utama adalah PT.

Patriot Nusantara Aceh (PT. Patna), sebuah konsorsium dari empat perusahaan besar nasional yaitu PT.

Pertamina, PT Pupuk Iskandar Muda, Pelindo 1, serta Perusahaan Daerah Pembangunan Aceh (PDPA).

Gambar 1. Rencana Bisnis KEK Arun Lhokseumawe

Sumber Badan Sekretariat KEK Nasional

Gambar 2 : Kegiatan Utama KEK Arun Lhokseumawe

Sumber Badan Sekretariat KEK Nasional

Selanjutnya saat KEK Lhokseumawe telah beroperasi, terdapat beberapa sektor utama yang akan

dikembangkan, diantaranya adalah industri minyak, gas, dan energi (produk hasil pengolahan minyak dan

gas); industri petrokimia (produk turunan minyak dan gas), energi primer dan alternatif (pengembangan dan

15 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018

PERKEMBANGAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS LHOSKEUMAWE

pengelolaan utilitas dengan memanfaatkan sumber-sumber energi primer dan alternatif lainnya); logistik

(penyimpanan, perakitan, penyortiran, pengepakan, pendistribusian, perbaikan, dan perekondisian &

pengolahan ekspor) serta industri kreatif (industri terkait unsur kreatif dan unsur digital pada produk dan

jasadnya seperti data center). Berbagai projek tersebut diperkirakan akan menghasilkan nilai investasi sebesar

3,8 miliar dolar AS untuk 10 tahun dengan proyeksi penyerapan tenaga kerja sebanyak 40.000 orang.

KEK Lhokseumawe sendiri dibentuk untuk membuat lingkungan usaha yang kondusif bagi berbagai aktivitas

perekonomian, diantaranya adalah investasi, ekspor, dan perdagangan. Oleh karena itu, KEK Lhokseumawe

menawarkan berbagai kemudahan dan fasilitas kepada calon investor, diantaranya adalah:

• Tax Holiday

• Tax Allowance

• Bebas PPN dan PPnBM

• Penangguhan bea masuk dan pembebasan cukai

• Terdapat Dewan Pengupahan dan LKS Triparti Khusus

• Kemudahan perizinan keimigrasian

• Pemilikan properti bagi orang asing di KEK Pariwisata

• Pemerintah daerah memberikan keringanan pajak dan retribusi daerah

Selain hal tersebut diatas, KEK Lhokseumawe pun menawarkan upaya percepatan pelaksanaan berusaha yang

terdiri dari tiga aspek.

1. Kemudahan Perizinan Berusaha

• Administrator berwenang menerbitkan izin prinsip dan izin usaha melalui pelayanan

terpadu satu pintu di KEK.

• Percepatan penerbitan izin selambat-lambatnya 3 jam (dalam hal persyaratan terpenuhi).

• Penerapan perizinan dan nonperizinan daftar pemenuhan persyaratan (checklist).

• Proses dan penyelesaian perizinan dan non perizinan keimigrasian, ketenagakerjaan, dan

pertanahan di Administrator KEK.

2. Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi (KLIK)

• Badan Usaha atau Pelaku Usaha dapat melakukan kegiatan konstruksi setelah mendapat

izin investasi dan secara paralel mengurus perizinan lain yang dilakukan.

3. Checklist

• Percepatan Pelaksanaan berusaha di KEK dilaksanakan dalam bentuk pemenuhan

persayaratan (checklist).

• Formulir checklist yang telah diregister oleh Administrator KEK menjadi izin sementara

dan telah mempunyai dasar hukum untuk memulai kegiatan yang diperlukan dalam

pelaksanaan berusaha.

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah 16

PERKEMBANGAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS LHOSKEUMAWE

• Dalam hal Pelaku Usaha telah memenuhi seluruh persayaratan yang dimuat dalam

checklist, Administrator wajib menerbitkan Perizinan Berusaha.

Dengan adanya KEK Lhokseumawe ini diharapkan akan menjadi salah satu mesin pendorong perekonomian

serta sebagai katalis reformasi ekonomi Aceh. Berdasarkan hasil riset Growth Diagnostic Bank Indonesia

dengan menggunakan CGE Model, operasional dari KEK Lhokseumawe ini akan berdampak sebesar 0,63%

terhadap perekonomian Aceh. Untuk itu, percepatan operasional KEK Lhokseumawe akan sangat esensial

dalam membantu akselerasi pertumbuhan ekonomi Aceh yang lebih sustainable ke depannya.

Keuangan Pemerintah 20

KEUANGAN PEMERINTAH Realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Aceh terhadap APBD mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, sedangkan dari sisi realisasi belanja yang mengalami penurunan.

• Tingkat realisasi pendapatan terhadap pagu Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Aceh pada Triwulan IV 2017 lebih tinggi dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan realisasi pendapatan tersebut bersumber dari peningkatan nominal Pendapatan Perimbangan/Transfer dan Pendapatan Lain-Lain yang Sah.

• Realisasi belanja terhadap pagu APBD mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Penurunan realisasi belanja APBD terutama didorong oleh penurunan realisasi Belanja Operasi dan Belanja Tidak Terduga. Begitupun dengan belanja APBN yang mengalami penurunan dan bersumber dari pos Belanja Bantuan Sosial dan Dana Otsus & Penyesuaian.

2.1. Penerimaan Pemerintah Provinsi

Persentase realisasi pendapatan daerah terhadap

target APBA pada Triwulan IV 2017 mencapai

99.06%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama

pada tahun 2016 yang mencapai 98,51%.

ealisasi pendapatan pada Triwulan IV 2017

mencapai Rp 14.312,54 milyar atau mencapai

99,06% dari target pendapatan APDB senilai Rp

14.448,90 milyar. Sementara pada triwulan IV 2016,

realisasi pendapatan tercatat sebesar Rp 12.364,57

milyar atau 98,51% dari pagu Rp 12.551 milyar.

Peningkatan realisasi pendapatan APBA terutama

bersumber dari nominal realisasi Pendapatan

Perimbangan/Transfer dan Lain-Lain Pendapatan

yang Sah. Sementara Pendapatan Asli Daerah

menurun dibandingkan periode yang sama pada

tahun sebelumnya.

Realisasi Pendapatan Perimbangan/Transfer mencapai

99,05% dari pagu, lebih tinggi dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 98,23%

dari pagu. Begitu juga dengan realisasi Lain-Lain

Pendapatan yang Sah mencapai 82,29% dari pagu,

lebih tinggi dibandingkan triwulan IV tahun 2016 yang

hanya 52,83%.

Realisasi PAD berada di posisi 99,66% dari pagu,

menurun dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya yaitu 100,13%. Penurunan realisasi PAD

terutama terjadi pada pos Pendapatan Hasil

Pengelolaan Kekayaan yang mencapai 79,69% atau

menurun sebesar 8,24% dibandingkan periode yang

sama tahun 2016.

REALISASI PENDAPATAN APBA

Pendapatan Asli Daerah 99,66%

Transfer Pusat 99,05%

Lain-Lain 82,29%

R

21 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018

Tabel 2.1 Pendapatan APBA Triwulan IV 2017 (Milyar Rupiah)

Sumber : Dinas Keuangan Aceh

Berdasarkan struktur APBA 2017, porsi Pendapatan

Perimbangan/Transfer mendominasi pendapatan

APBA Pemerintah Provinsi.

Hal ini tercermin dari porsi Pendapatan

Perimbangan/Transfer sebesar 83,91% dibandingkan

Pendapatan Asli Daerah yang hanya sebesar 15,55%.

2.2.Belanja Pemerintahan Provinsi

Persentase Belanja Pemerintah Provinsi Aceh pada

Triwulan IV 2017 lebih rendah dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya.

Realisasi belanja APBA mencapai Rp 13.834,78 milyar

atau 92,78% dari pagu anggaran tahunan 2017 senilai

Rp 14.911,63 milyar. Walaupun secara nominal lebih

besar, namun tingkat realisasi triwulan IV tahun 2017

lebih rendah bila dibandingkan dengan periode yang

sama tahun sebelumnya yang mencapai 94,14% dari

pagu anggaran.

REALISASI BELANJA APBA

Belanja Operasi 91,28%

Belanja Tidak Terduga 1,02%

Penurunan persentase realisasi belanja APBD

terutama bersumber dari Belanja Operasi dan

Belanja Tidak Terduga.

Realisasi belanja operasi tercatat sebesar 91,28%, lebih

rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun

2016 sebesar 93,31%. Penurunan tersebut terutama

bersumber dari Belanja Pegawai.

Realisasi Belanja Pegawai tercatat sebesar 92,60% atau

lebih rendah sebesar 4,74% dibandingkan periode yang

sama tahun lalu yang mencapai 97,34%. Sedangkan

tingkat realisasi Belanja Tidak Terduga triwulan IV 2017

hanya 1,02%, menurun signifikan dibandingkan periode

yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat

sebesar 44,45%.

PAGU REALISASI % PAGU REALISASI %

2,057.48 2,060.18 100.13 2,247.27 2,239.62 99.66

Pendapatan Pajak Daerah 1,219.99 1,252.75 102.69 1,299.74 1,315.39 101.20

Pendapatan Retribusi Daerah 11.80 9.50 80.51 11.65 11.47 98.45

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan 201.08 176.80 87.93 226.98 180.89 79.69

Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 624.61 621.13 99.44 708.90 731.87 103.24

10,484.85 10,299.72 98.23 12,123.98 12,009.02 99.05

8.84 4.67 52.83 77.65 63.90 82.29

12,551.17 12,364.57 98.51 14,448.90 14,312.54 99.06

Pendapatan Perimbangan/Transfer

Lain-Lain Pendapatan yang Sah

Total Pendapatan

PENDAPATAN APBD PROVINSI ACEHTriwulan IV 2016 Triwulan IV 2017

Pendapatan Asli Daerah

Keuangan Pemerintah 22

Tabel 2.1 Belanja APBA Triwulan IV 2017 (Milyar Rupiah)

Sumber : Dinas Keuangan Aceh

Penurunan realisasi Belanja Pegawai dan Belanja Tidak

Terduga mendorong penurunan realisasi Belanja

Operasi secara umum.

Grafik 2.1. Struktur Belanja Daerah

Pemerintah Provinsi Aceh

Sumber: Dinas Keuangan Aceh

Berdasarkan strukturnya, belanja daerah Pemerintah

Provinsi Aceh didominasi oleh Belanja Operasi/Rutin.

Hal ini ditunjukkan oleh tingginya pangsa Belanja

Operasi (55,28%) dibandingkan Belanja Modal (15,67%).

Adapun porsi pagu Belanja Modal telah menunjukkan

penurunan pada tahun 2017 yaitu sebesar Rp 2,48 triliun

dibandingkan tahun 2016 yang sebesar Rp 2,58 triliun.

2.3.Belanja Pemerintah Pusat

Realisasi belanja APBN Provinsi Aceh pada Triwulan

IV 2017 lebih rendah dibandingkan periode yang

sama pada tahun sebelumnya.

Pada Triwulan IV 2017, penyerapan APBN mencapai Rp

13.509,86 milyar yaitu 27,99% terhadap target belanja

APBN tahunan senilai Rp 48.267,07 milyar, lebih

rendah dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya sebesar 29,03% dari target belanja APBN

senilai Rp 47.288,91 milyar.

Menurunnya realisasi APBN pada triwulan laporan

disebabkan oleh menurunnya realisasi Belanja

Bantuan Sosial dan Dana Otsus & Penyesuaian, yang

masing-masing turun sebesar 14,16% dan 13,46%.

REALISASI BELANJA APBN

Belanja Negara 32,93%

Transfer 26,12%

Pada Tw IV 2017, terdapat penurunan realisasi

anggaran pada mayoritas komponen/pos belanja

negara. Namun demikian ada beberapa

komponen/pos belanja mengalami peningkatan yang

signifikan dibandingkan periode yang sama tahun

2016, yaitu realisasi Transfer Dana Desa dan Dana

Perimbangan DBH.

Apabila dibandingkan dengan triwulan IV tahun tahun

sebelumnya, pos Transfer Dana Desa mengalami

peningkatan sebesar 15,47%. Adapun Dana

Perimbangan DBH meningkat sebesar 10,01%.

PAGU REALISASI % PAGU REALISASI %

6,571.02 6,131.38 93.31 8,377.29 7,647.20 91.28

Belanja Pegawai 971.68 945.82 97.34 2,451.73 2,270.32 92.60

Belanja Barang dan Jasa 4,176.26 3,789.41 90.74 4,976.42 4,466.26 89.75

Belanja Hibah 1,182.15 1,167.16 98.73 680.89 661.02 97.08

Belanja Bantuan Sosial 240.93 228.99 95.04 268.25 249.60 93.05

2,578.25 2,284.85 88.62 2,475.10 2,168.29 87.60

20.00 8.89 44.45 40.14 0.41 1.02

3,705.36 3,694.58 99.71 4,019.10 4,018.88 99.99

12,874.63 12,119.70 94.14 14,911.63 13,834.78 92.78

BELANJA APBD PROVINSI ACEH

Total Belanja dan Transfer

Transfer

Triwulan IV 2016 Triwulan IV 2017

Belanja Operasi

Belanja Modal

Belanja Tidak Terduga

56,18

16,60

0,27

26,95

Belanja Operasi Belanja Modal Belanja Tak Terduga Transfer

Keuangan Pemerintah

Tabel 2.3 Pengeluaran APBN Di Provinsi Aceh Triwulan IV 2017 (Milyar Rupiah)

*Pagu merupakan alokasi dana dalam 1 tahun anggaran

Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Aceh

Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

A. Pendapatan Negara

Pendapatan Pajak - 1,833.43 - 1,864.12 -

PNBP - 204.65 - 269.10 -

Hibah 548.68 325.84 59.39 514.36 188.05 36.56

548.68 2,363.91 514.36 2,321.27

Belanja Pusat 12,747.70 4,217.93 33.09 13,228.94 4,356.61 32.93

Belanja Pegawai 5,396.61 1,456.79 26.99 5,618.83 1,450.79 25.82

Belanja Barang 4,450.53 1,563.67 35.13 4,512.42 1,651.42 36.60

Belanja Modal 2,833.70 1,155.58 40.78 3,025.95 1,219.61 40.30

Belanja Bantuan Sosial 66.86 41.89 62.66 71.74 34.80 48.50

Transfer ke Daerah dan Dana Desa 34,541.21 9,509.94 27.53 35,038.13 9,153.25 26.12

Dana Perimbangan 22,703.88 5,703.93 25.12 21,396.65 5,241.52 24.50

DBH 1,282.64 395.05 30.80 1,118.92 456.68 40.81

DAU 14,065.94 2,502.66 17.79 14,887.11 2,419.35 16.25

DAK 7,355.30 2,806.21 38.15 5,390.62 2,365.48 43.88

Dana Otsus dan Penyesuaian 8,007.58 2,866.41 35.80 8,748.91 1,954.70 22.34

Dana Desa 3,829.75 939.60 24.53 4,892.57 1,957.03 40.00

47,288.91 13,727.87 29.03 48,267.07 13,509.86 27.99

(46,740.23) (11,363.96) (47,752.71) (11,188.59)

Total Belanja Negara

C. Surplus/Defisit APBN

UraianTriwulan IV 2016 Triwulan IV 2017

Total Pendapatan Negara

B. Belanja Negara

Perkembangan Inflasi Daerah 20

Perkembangan Inflasi Daerah Tekanan inflasi tahunan Provinsi Aceh pada Triwulan-IV 2017 mengalami peningkatan dan masih berada dalam kisaran target.

• Tekanan inflasi tahunan Provinsi Aceh pada akhir Triwulan-IV 2017 tercatat mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan periode triwulan III-2017, dan masih lebih tinggi apabila dibandingkan dengan inflasi pada periode yang sama di tahun sebelumnya. Inflasi tahunan Aceh sepanjang Triwulan-IV 2017 disumbang oleh kelompok administered prices, core, dan volatile food.

• Tren perkembangan inflasi bulanan Aceh pada Triwulan-IV 2017 sedikit meningkat dibandingkan rata-rata inflasi bulanan di periode yang sama pada tahun sebelumnya maupun dibandingkan rata-rata inflasi bulanan pada triwulan sebelumnya.

• Pada Triwulan-IV 2017 telah dilaksanakan High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah

(TPID) Provinsi Aceh yang terus menghimbau dan menekankan berbagai upaya untuk meredam dan menjaga stabilitas inflasi. Beberapa upaya yang masih terus dilakukan antara lain meliputi strategi intervensi pasar, distribusi barang, komunikasi kebijakan, koordinasi, dan menjaga kecukupan pasokan.

3.1. Inflasi Tahunan

Tekanan inflasi tahunan Provinsi Aceh pada Triwulan-

IV 2017 mencapai 4,25%(yoy) atau mengalami

peningkatan bila dibandingkan dengan inflasi pada

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

3,85%(yoy) dan masih lebih tinggi dibandingkan

periode yang sama di tahun sebelumnya yang

mencapai 3,95%(yoy).

ekanan inflasi secara tahunan pada periode ini

didorong oleh peningkatan harga pada tarip

listrik, nasi dengan lauk, dan komoditas

tongkol/ambu-ambu yang disebabkan oleh

penghapusan subsidi listrik bagi pelanggan Rumah

Tangga Mampu (RTM) golongan 900 Volt Ampere

(VA), berlangsungya kegiatan berskala nasional yang

menyebabkan ribuan orang hadir ke Aceh, serta

kondisi cuaca ekstrim yang terjadi yang memaksa para

nelayan untuk membatasi kegiatan usahanya.

Inflasi Aceh dihitung berdasarkan kenaikan Indeks

Harga Konsumen (IHK) di tiga kota pantauan inflasi,

yaitu Banda Aceh, Lhokseumawe, dan Meulaboh

dengan nilai masing-masing sebesar 4,86%(yoy),

2,87%, dan 4,76 % pada Triwulan-IV 2017.

Grafik 3.1. Pergerakan Laju Inflasi

Tahunan Kota Pantauan Aceh

Sumber: BPS, diolah

Laju inflasi tersebut lebih tinggi dengan realisasi inflasi

tahunan Sumatera di triwulan yang sama yang tercatat

sebesar 3,30%(yoy). Jika dibandingkan dengan kondisi

23 kota pantauan inflasi di kawasan Sumatera, secara

tahunan angka inflasi di Kota Banda Aceh, Kota

Meulaboh, dan Kota Lhokseumawe masing masing

tercatat berada pada peringkat 1, 3, dan 16.

0

1

2

3

4

5

6

7

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

% Y

oY

Meulaboh Banda Aceh Lhokseumawe AcehT

21 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018

Capaian inflasi tahunan kota Banda Aceh pada

Triwulan-IV 2017 tersebut meningkat bila

dibandingkan dengan inflasi tahunan kota tersebut di

periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 3,13 %

(yoy). Pencapaian Inflasi tahunan kota Meulaboh di

Triwulan-IV 2017 juga tercatat meningkat bila

dibandingkan dengan inflasi tahunan kota tersebut

pada periode yang sama di tahun sebelumnya yaitu

3.77%. Sementara itu, inflasi kota Lhokseumawe

mengalami penurunan signifikan dibandingkan

dengan inflasi tahunan kota tersebut di periode yang

sama di tahun sebelumnya sebesar 5,60 % (yoy).

Perkembangan Inflasi Berdasarkan Disagregasi

Secara tahunan, inflasi Aceh pada Triwulan-IV 2017

disumbang oleh seluruh komponen inflasi, yaitu

administered price, core , dan volatile food.

Pada Triwulan-IV 2017, laju inflasi untuk komponen

administered price secara year on year tercatat

mengalami inflasi sebesar 11,17%(yoy) atau menurun

apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang mengalami inflasi sebesar 12,17%(yoy).

Inflasi tersebut disebabkan oleh peningkatan tarip

listrik pada sebagian pelanggan rumah tangga 900 VA

dikarenakan terdapat penghapusan subsidi bagi

rumah tangga yang dianggap sebagai Rumah Tangga

Mampu (RTM). Serta akibat adanya peningkatan harga

pada komoditas angkutan udara dikarenakan adanya

peningkatan permintaan tiket pesawat di masa liburan.

Adanya tekanan inflasi komponen core tercatat

sebesar 3,45%(yoy) di triwulan laporan, atau

mengalami penurunan dibandingkan periode

sebelumnya yang tercatat sebesar 3,86%(yoy).

Inflasi komponen core tersebut dipengaruhi oleh

kenaikan harga pada komoditas nasi dengan lauk

yang disebabkan oleh permintaan yang meningkat

seiring dilaksanakanannya berbagai kegiatan berskala

nasional di Aceh. Kenaikan upah tukang bukan

mandor pun turut mendorong terjadinya peningkatan

pada inflasi inti.

Grafik 3.2. Perkembangan Inflasi

Tahunan

Sumber: BPS, diolah

Sedangkan untuk kelompok volatile food tercatat

mengalami inflasi sebesar 1,84%(yoy) atau mengalami

peningkatan dibandingkan Triwulan III-2017 yang

sebesar 0,74%(yoy).

Inflasi volatile food tersebut disebabkan oleh kenaikan

harga komoditas tongkol/ambu-ambu sebagai

pengaruh dari cuaca ekstrim yang terjadi sehingga

menyebabkan nelayan terpaksa membatasi kegiatan

usahanya yang pada akhirnya berdampak pada jumlah

pasokan ikan yang menurun.

Tabel 3.1: Komoditas Inflatoir (Andil %

yoy)

No Inflatoir Yoy (%)

Andil (%)

Volatile foods

1 Tongkol/Ambu-ambu 11,95 0,22

2 Daging Ayam Ras 10,69 0,12

3 Dencis 26,90 0,11

Administered Prices

1 Tarip Listrik 31,68 0,80

2 Angkutan Udara 30,82 0,22

3 Bensin 4,79 0,19

Core

1 Nasi dengan Lauk 15,91 0,23

2 Tukang bukan Mandor 6,49 0,18

3 Besi Beton 18,67 0,14

Sumber: BPS, diolah

-4,00

-2,00

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

(% Y

oY

)

IHK Core Volatile Adm Price

Perkembangan Inflasi Daerah 22

Menurut kontribusinya tekanan inflasi tertinggi

disumbang oleh kelompok volatile food dengan andil

sebesar 1,02%(yoy).

Tiga komoditas pada kelompok volatile food yang

memberikan andil inflasi tertinggi secara year on year

antara lain Ikan Tongkol/Amu-Ambu (0,22%), Daging

Ayam Ras (0,12%), dan Dencis (0,11%).

Selanjutnya, inflasi tahunan Aceh pada triwulan

laporan juga disumbang beberapa komoditas dari

kelompok core yaitu Nasi dengan Lauk (0,23%),

Tukang bukan Mandor (0,18%) dan Besi Beton (0,14%).

Tabel 3.2. Komoditas Deflatoir (Andil %yoy)

No Deflatoir Yoy (%)

Andil (%)

Volatile foods

1 Cabai Merah (31,64) (0,21)

2 Bawang Merah (18,42) (0,09)

3 Cabai Rawit (20,04) (0,08)

Administered Prices

1 Tarip Air Minum PAM (0,00) (0,00)

2 Tarip Puskesmas (0,00) (0,00)

3 Angkutan Dalam Kota (0,00) (0,00)

Core

1 Gula Pasir (11,36) (0,06)

2 Televisi Berwarna (5,40) (0,01)

3 SMA (2,75) (0,01)

Sumber: BPS, diolah.

Berdasarkan Kelompok Barang

Komoditas kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan

Bahan Bakar memberikan andil terbesar pada inflasi

di Triwulan-IV 2017

Berturut-turut kelompok barang dan jasa yang

memiliki andil terbesar terhadap inflasi tahunan pada

Tw IV 2017 yaitu kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas

dan Bahan Bakar (1,75%), kelompok Makanan Jadi,

Minuman, Rokok dan Tembakau (0,79%), dan

kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

(0,65%).

Tabel 3.3. Inflasi Kelompok Barang

Tw III 2017 Tw IV 2017

Kelompok Barang dan

Jasa

Inflasi

(%

yoy)

Andil

(%

yoy)

Inflasi

(%

yoy)

Andil

(%

yoy)

Bahan Makanan 0,93 0,23 2,47 0,63

Makanan Jadi,

Minuman, Rokok dan

Tembakau

4,36 0,75 4,56 0,79

Sandang 3,59 0,28 5,07 0,38

Pendidikan, Rekreasi,

dan Olahraga 1,55 0,08 1,94 0,09

Kesehatan 2,28 0,09 2,05 0,08

Perumahan, Air, Listrik,

Gas dan Bahan Bakar 6,78 1,75 6,84 1,75

Transport, Komunikasi,

dan Jasa Keuangan 4,87 0,72 4,38 0,65

Inflasi Umum 3,85 4,25

Sumber: BPS, diolah

Inflasi Kelompok Bahan Makanan meningkat dari

0,93%(yoy) pada Triwulan-III 2017 menjadi 2,47%(yoy)

pada Triwulan-IV 2017, dengan andil inflasi yang

mengalami peningkatan yaitu dari 0,23%(yoy) pada

Triwulan-III 2017 menjadi 0,63%(yoy) pada triwulan

laporan.

Tabel 3.4. Inflasi Bahan Makanan

Kelompok Bahan

Makanan

Tw III 2017 Tw IV 2017 Inflasi

(% yoy)

Andil

(% yoy)

Inflasi (%

yoy)

Andil

(% yoy)

Padi-padian, Umbi-

umbian, dan Hasilnya

1,19 0,05 0,79 0,04

Daging dan hasil-

hasilnya

8,88 0,26 7,74 0,23

Ikan Segar 3,66 0,25 9,84 0,70

Ikan Diawetkan 9,45 0,04 3,91 0,02

Telur, Susu, dan Hasil-

hasilnya

-1,68 -0,03 1,46 0,02

Sayur-sayuran 0,25 0,00 (5,39) (0,11)

Kacang-kacangan 0,07 0,00 (0,20) 0,00

Buah-buahan -3,50 -0,09 (2,39) (0,06)

Bumbu-bumbuan -16,47) -0,37 (13,97) (0,32)

BAHAN MAKANAN INFLASI TAHUNAN (% yoy)

TW III 2017 0,93 TW IV 2017 2,47

Komoditas Bahan

Makanan

Ikan Tongkol

Daging Ayam Ras

Dencis

Tw III 2017 Tw IV 2017 Inflasi (%

yoy)

Andil (%

yoy)

Inflasi (%

yoy)

Andil

(% yoy)

(6,59)

15,56

28,09

(0,12)

0,15

0,10

11,95 0,22

10,69

26,90

0,12

0,11

Tembakau dan

Minuman

Beralkohol

Tw III 2017 Tw IV 2017

Inflasi

(%

yoy)

Andil

(%

yoy)

Inflasi

(%

yoy)

Andil

(%

yoy)

Rokok Kretek Filter

Rokok Kretek

Rokok Putih

9,38

6,58

8,51

0,25

0,11

0,05

6,52

6,43

5,59

0,18

0,11

0,03

23 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018

Kelompok Bahan

Makanan

Tw III 2017 Tw IV 2017 Inflasi

(% yoy)

Andil

(% yoy)

Inflasi (%

yoy)

Andil

(% yoy)

Lemak dan Minyak 6,53 0,09 5,02 0,07

Bahan Makanan

Lainnya

3,27 0,01 8,46 0,02

Inflasi Kelompok 0,93 0,23 2,47 0,63

Sumber: BPS, diolah

Berdasarkan andilnya, sumber inflasi kelompok bahan

makanan terutama bersumber dari sub kelompok ikan

segar. Komoditas utama yang meningkatkan inflasi

tahunan yaitu Ikan Tongkol.

Harga ikan tongkol pada Tw IV 2017 mengalami

peningkatan karena pasokan ikan yang menurun

dikarenakan cuaca yang kurang baik serta gelombang

tinggi yang melanda perairan sekitar Aceh.

Tabel 3.5. Inflasi Kelompok Makanan

Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau

Kelompok Makanan

Jadi, Minuman, Rokok

dan Tembakau

Tw III 2017 Tw IV 2017

Inflasi

(%

yoy)

Andil

(%

yoy)

Inflasi

(%

yoy)

Andil

(%

yoy)

Tembakau dan

Minuman Beralkohol

8,27 0,41 6,41 0,32

Makanan Jadi 4,35 0,37 5,60 0,48

Minuman yang Tidak

Beralkohol

(0,74) (0,03) (0,44) (0,02)

Inflasi Kelompok 4,36 0,75 4,56 0,79

Di sisi lain, inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman,

Rokok, dan Tembakau meningkat tipis dari 4,36%(yoy)

pada triwulan III 2017 menjadi 4,56%(yoy) pada

triwulan laporan dengan andil inflasi yang juga

meningkat dari 0,75% menjadi 0,79%.

MAKANAN JADI,

MINUMAN, ROKOK,

DAN TEMBAKAU INFLASI TAHUNAN (% yoy)

TW III 2017 4,36 TW IV 2017 4,56

Peningkatan andil tersebut terjadi karena adanya

peningkatan andil pada sub kelompok Makanan Jadi.

Komoditas yang menyebabkan peningkatan andil

inflasi kelompok tersebut yaitu nasi dengan lauk.

PERUMAHAN, AIR,

LISTRIK, GAS DAN

BAHAN BAKAR INFLASI TAHUNAN (% yoy)

TW III 2017 6,78 TW IV 2017 6,84

Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas Dan

Bahan Bakar meningkat dari 6,78%(yoy) pada Triwulan

III-2017 menjadi 6,84%(yoy) di Triwulan laporan.

Peningkatan andil terjadi pada sub kelompok Tukang

Bukan Mandor yaitu dari 0,08 di triwulan III 2017

menjadi 0,18 di triwulan laporan, sedangkan tarip listrik

mengalami penurunan andil menjadi 0,80 pada

triwulan laporan atau menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 0,87.

Komoditas yang menyebabkan peningkatan andil

inflasi pada kelompok tersebut yaitu Tukang Bukan

Mandor. Tekanan inflasi tersebut merupakan dampak

dari meningkatnya Upah Minimum Regional di Aceh

sebesar 18%, dari sebelumnya Rp2.118.500 menjadi

Rp2.500.000 per bulan.

SANDANG INFLASI TAHUNAN (% yoy)

TW III 2017 3,59 TW IV 2017 5,07

Secara agregat Inflasi Kelompok Sandang mengalami

peningkatan dari 3,59%(yoy) pada triwulan III-2017

menjadi 5,07%(yoy) di Triwulan laporan dengan andil

inflasi yang menurun dari 0,32%(yoy) ke 0,28%(yoy).

Perumahan, Air,

Listrik, Gas Dan

Bahan Bakar

Tw III 2017 Tw IV 2017

Inflasi

(% yoy)

Andil

(% yoy)

Inflasi (%

yoy)

Andil

(%

yoy)

Tarip Listrik

Tukang Bukan

Mandor

Sewa Rumah

34,44

2,89

0,87

0,87

0,08

0,04

31,68

6,49

0,87

0,80

0,18

0,04

Inflasi Kelompok 0,93 1,75 2,47 1,75

Perkembangan Inflasi Daerah 24

Komoditas Sandang

Tw III 2017 Tw IV 2017 Inflasi

(% yoy)

Andil (% yoy)

Inflasi (% yoy)

Andil (% yoy)

Baju Kaos Berkerah 5,17 0,02 2,03 0,02

Blus 4,99 0,01 4,99 0,01

Baju Anak Stelan 8,09 0,03 7,62 0,03

Penurunan andil inflasi tersebut bersumber dari

stabilnya andil yang diberikan oleh sub kelompok blus,

baju kaos berkerah, serta baju stelan anak yaitu

sebesar 0.01% (yoy), 0,02% (yoy), dan 0,03% (yoy) pada

Triwulan laporan.

TRANSPOR,

KOMUNIKASI DAN

JASA KEUANGAN INFLASI TAHUNAN (% yoy)

TW III 2017 4,87 TW IV 2017 4,38

Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

mengalami penurunan dari sebesar 4,87%(yoy) di

triwulan III 2017 menjadi 4,38%(yoy) di triwulan

laporan dengan andil inflasi yang mengalami

penurunan pula dari 0,72% menjadi 0,65%.

Penurunan andil inflasi terbesar bersumber dari sub

komoditas Komunikasi dan Pengiriman yaitu dari

0,14%(yoy) pada triwulan III 2017 menjadi 0,09%(yoy)

di Triwulan laporan.

Komoditas yang menyebabkan penurunan andil inflasi

pada kelompok tersebut yaitu Angkutan Udara,

Bensin, dan Tarip Pulsa.

Pada triwulan I-2018, inflasi Aceh diproyeksikan akan

mencapai 3,24%- 4,24%(yoy). Proyeksi inflasi tersebut

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya

dikarenakan terdapat panen raya dan curah hujan

yang menurun.

3.2. Inflasi Bulanan

Tren rata-rata IHK bulanan Aceh pada Triwulan-IV

2017 mengalami inflasi sebesar 0,60%(mtm),

meningkat dibandingkan rata-rata inflasi bulanan di

triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar

0,45%(mtm).

Faktor utama penyebab inflasi selama triwulan IV-2017

adalah meningkatnya permintaan barang diakibatkan

oleh adanya perayaan hari raya Idul Adha serta

pelaksanaan beberapa kegiatan berskala nasional

yang menghadirkan ribuan orang ke Aceh selama

berlangsungnya acara. Sementara itu, efek dari

terhentinya kegiatan penggalian pasir ilegal

berdampak pada berkurangnya pasokan pasir di lokasi

penjualan. Di sisi lain, kondisi gelombang yang tinggi

pada akhir tahun memaksa para nelayan untuk

membatasi kegiatan usahanya sehingga berdampak

pada naiknya harga komoditas ikan, khususnya

tongkol yang sering dikonsumsi masyarakat. Efek

realisasi anggaran pemerintah pada akhir tahun

terhadap proyek konstruksi pun ikut memberikan andil

pada inflasi di triwulan laporan.

INFLASI OKTOBER 2017

0,16 % KOMODITAS INFLATOIR (Andil %mtm)

- Nasi dengan Lauk 0,08 - Tongkol 0,05 - Cumi-cumi 0,04

Tekanan inflasi pada bulan Oktober 2017 mengalami

penurunan dibandingkan bulan sebelumnya yang

mengalami inflasi sebesar 0,45%(mtm) namun

mengalami peningkatan jika dibandingkan inflasi pada

periode yang sama tahun sebelumnya yang

mengalami inflasi sebesar 0,10%(mtm).

Sumber terjadinya inflasi pada bulan laporan berasal

dari kelompok core yang memberikan andil inflasi

Transpor,

Komunikasi dan

Jasa Keuangan

Tw III 2017 Tw IV 2017

Inflasi

(% yoy)

Andil

(% yoy)

Inflasi (%

yoy)

Andil

(%

yoy)

Angkutan Udara

Bensin

Tarip Pulsa Ponsel

34,19

5,19

8,01

0,23

0,21

0,14

30,82

4,79

4,81

0,22

0,19

0,09

25 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018

bulanan (mtm) sebesar 0,12% kemudian diikuti oleh

kelompok volatile food yang memberikan andil inflasi

sebesar 0,01%.

Adapun komoditas utama yang mendorong tekanan

inflasi adalah dari kelompok core yang memberikan

andil inflasi bulanan sebesar 0,02%, khususnya pada

komoditas nasi dengan lauk dan tukang bukan

mandor.

Peningkatan harga komoditas nasi dan lauk tersebut

disebabkan oleh adanya peningkatan konsumsi akan

nasi dan lauk didorng oleh adanya kegiatan skala

nasional, yakni Pekan Keterampilan dan Seni

Pendidikan Agama Islam (Pentas PAI) tingkat Nasional

ke VIII tahun 2017 pada tanggal 9 s.d. 13 Oktober yang

dihadiri oleh lebih dari 1.200 peserta.

Secara bulanan angka capaian inflasi volatile food

tercatat menurun dari inflasi pada periode yang sama

di tahun sebelumnya yang sebesar 0,28%(mtm)

menjadi 0,06% (mtm) pada Oktober 2017. Penyebab

inflasi bulanan komoditas volatile food pada periode

ini adalah karena berkurangnya pasokan ikan

terutama ikan tongkol dan cumi-cumi yang

diakibatkan oleh gelombang tinggi yang terjadi di

perairan wilayah barat, utara, dan timur Aceh sehingga

menyebabkan sedikitnya nelayan yang melaut dan

berdampak pada jumlah pasokan yang menurun.

INFLASI NOVEMBER 2017

0,38% KOMODITAS INFLATOIR (Andil %mtm)

- Tongkol 0,07 - Beras 0,05 - Udang Basah 0,04

Secara bulanan, capaian inflasi di Aceh pada bulan

November 2017 tercatat meningkat apabila

dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami

inflasi sebesar 0,16%(mtm) dan lebih tinggi daripada

inflasi bulanan periode yang sama tahun sebelumnya

sebesar 0,20% (mtm).

Sumber inflasi bulanan tersebut berasal dari

komponen volatile food yang memberikan andil inflasi

sebesar 0,26%(mtm) kemudian diikuti oleh komponen

core yang memberikan andil sebesar 0,07%(yoy) dan

komponen administered prices yang memberikan andil

sebesar 0,03%(yoy).

Sumber inflasi bulanan pada komponen volatile food

bersumber dari kenaikan berbagai komoditas ikan

serta beras. Pengaruh cuaca buruk akibat siklus tropis

berpengaruh terhadap kondisi gelombang tinggi yang

dapat mencapai level 5 meter masih terjadi di perairan

wilayah Barat, Utara, dan Timur Aceh. Kondisi tersebut

menyebabkan sedikitnya nelayan yang melaut dan

berdampak pada jumlah pasokan yang menurun,

khususnya untuk komoditas ikan tongkol, udang, dan

ikan kembung. Selain itu, cuaca buruk pun

menyebabkan banjir di beberapa sentra penghasil

beras utama di Aceh seperti di wilayah Aceh Tenggara

dan Pidie.

Sedangkan sumber inflasi bulanan pada komponen

core bersumber dari kenaikan harga dari berbagai

komoditas barang dan jasa di sektor konstruksi,

khususnya komoditas pasir, batu bata, dan seng.

Realisasi berbagai proyek baik pemerintah maupun

swasta di akhir tahun membuat harga bahan baku

konstruksi meningkat.

INLASI DESEMBER 2017

1,26%

KOMODITAS INFLATOIR (Andil %mtm)

- Tongkol 0,36 - Cabai Rawit 0,10 - Beras 0,09

Secara bulanan, tingkat inflasi di Aceh pada bulan

Desember 2017 tercatat sedikit lebih tinggi apabila

dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami

inflasi sebesar 0,38% (mtm) dan juga lebih tinggi

Perkembangan Inflasi Daerah 26

daripada capaian inflasi pada bulan Desember tahun

sebelumnya yang sebesar 1,12%(mtm).

Sumber inflasi bulanan tersebut berasal dari

komponen volatile foods yang memberikan andil

inflasi bulanan sebesar 1,02%(mtm). Sementara itu

komponen core dan administered prices memberikan

andil sebesar 0,14% dan 0,11%(mtm).

Sumber inflasi bulanan pada komponen volatile food

bersumber dari peningkatan harga pada komoditas

ikan tongkol/ambu-ambu, cabai rawit, beras, serta

daging ayam ras dan dencis.

Peningkatan harga akan komoditas-komoditas

tersebut bersumber dari faktor berkurangnya pasokan

bahan baku dari wilayah penghasil ikan di wilayah

Aceh, antara lain di kawasan Aceh bagian Barat dan

Utara. Pengaruh cuaca akibat hujan berpengaruh

terhadap kondisi gelombang tinggi yang berada pada

level medium (3 meter) masih terjadi di perairan

wilayah Barat, Utara, dan Timur Aceh. Kondisi tersebut

menyebabkan sedikitnya nelayan yang melaut dan

berdampak pada jumlah pasokan yang menurun,

khususnya untuk komoditas ikan tongkol. Di samping

itu, harga komoditas mengalami peningkatan

bersamaan dengan peringatan Maulid Nabi

Muhammad saw di Aceh yang berlangsung selama

lebih kurang 3 bulan serta menjelang libur panjang

natal dan tahun baru.

Sumber inflasi bulanan pada komponen core terjadi

akibat adanya kenaikan dari komoditas sektor di

kontruksi, khususnya harga tukang bukan mandor

yang memberikan andil sebesar 0,03%. Peningkatan

harga komoditas ini seiring dengan meningkatnya

kegiatan pembangunan fisik pemerintah pada akhir

tahun 2017.

3.3.Aktivitas Tim Pengendalian Inflasi (TPID)

Untuk menyusun program pengendalian inflasi Aceh

menghadapi risiko inflasi di akhir tahun serta

menyusun strategi pengendalian inflasi tahun 2018,

telah dilaksanakan kegiatan High Level Meeting TPID

pada tanggal 13 Desember 2017 bertempat di Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh. Forum

tersebut menekankan pada pentingnya upaya untuk

memitigasi inflasi akibat cuaca yang kurang baik di

akhir tahun 2017 serta pembahasan program kerja

TPID Aceh tahun 2018.

Ada beberapa program yang dilaksanakan TPID Aceh

di akhir tahun 2017. Pertama, program Diseminasi

Data & Informasi yang meliputi kegiatan monitoring

data & harga pangan melalui pengembangan situs

hargapanganaceh.com, pembuatan iklan layanan

masyarakat, pelaksanaan himbauan keagamaan

berkoordinasi dengan Majelis Permusyawaratan

Ulama (MPU), dan konferensi pers pengendalian

inflasi. Kedua, TPID Aceh melakukan Koordinasi Antar

Institusi seperti melakukan kajian terhadap draft

perdagangan antar daerah dengan Provinsi Sumatera

Utara, melaksanakan kegiatan studi banding ke TPID

Kota Padang dan TPID Kota Bukit Tinggi, menjajaki

kerjasama perdagangan antar wilayah baik antar

provinsi maupun intra provinsi, melaksanakan rapat

high level TPID, berkoordinasi dengan satgas pangan

Aceh untuk memonitor kecukupan stok barang

kebutuhan pokok dan meningkatkan komitmen

pelaporan TPID Kabupaten / Kota.

Program TPID Aceh yang ketiga adalah Menjaga

Kelancaran Distribusi dengan cara menjaga dan

mempertahankan kualitas kualitas jalan dan

melakukan monitoring lalu lintas barang yang dibantu

oleh Dinas Perhubungan Provinsi Aceh. Selanjutnya

program keempat TPID Aceh juga Memastikan

27 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018

Kecukupan Pasokan dengan melaksanakan kegiatan

inspeksi pasar, pedagang besar & gudang distributo

serta melaksanakan Operasi Pasar. Kelima, dalam

rangka Menjaga Stabilitas Harga, TPID Aceh

menyelenggarakan program pasar murah dan

program Toko Tani Indonesia.

Beberapa program TPID Aceh di tahun 2018 yang

potensial untuk dilaksanakan diantaranya yaitu

meliputi Toko Tani Indonesia Center, MoU

Perdagangan antardaerah di wilayah Provinsi Aceh,

benih padi (Desa Mandiri Benih), percepatan sistem

resi gudang, pengawasan bersama LPG 3 kg, subsidi

stagnasi transportasi, memperlancar/mempersingkat

konektivitas antardaerah (jalur distribusi), pengawasan

stok pangan, dan pengawasan distribusi antarpulau.

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018

Stabilitas Keuangan Daerah &

Pengembangan Akses Keuangan Dan UMKM Risiko Stabilitas Keuangan Daerah di Aceh Relatif Mengalami Penurunan

• Perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2017 tidak sepenuhnya berimbas pada kinerja penyaluran kredit di kelompok korporasi. Penyaluran kredit kelompok korporasi mengalami peningkatan kinerja setelah mulai tertekan pada triwulan sebelumnya, kemudian terjadi penurunan risiko yang tercermin dari penurunan non performing loan (NPL).

• Kinerja penyaluran kredit kelompok rumah tangga pada triwulan IV-2017 mengalami peningkatan. Hal tersebut didukung oleh Dana Pihak Ketiga (DPK) Perseorangan di Perbankan yang mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya dan risiko kredit rumah tangga yang tercatat menurun dan masih di bawah ambang batas NPL 5%.

• Pertumbuhan penyaluran kredit UMKM sedikit meningkat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dilihat dari resikonya, NPL kredit UMKM mengalami penurunan, namun masih berada di atas 5%.

4.1.Ketahanan Sektor Korporasi

Perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-

2017 belum berimbas pada melambatnya kinerja

sektor korporasi.

asil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang

dilakukan oleh Bank Indonesia menunjukkan

perlambatan kinerja korporasi di sektor

pertanian sebagai sektor paling besar di Aceh.

Hasil SKDU sektor pertanian menunjukkan adanya

penurunan hasil usaha dari terkontraksi 1,95%(yoy)

pada triwulan sebelumnya menjadi terkontraksi

4,03%(yoy), pada triwulan laporan.

Penurunan ini terutama didorong oleh adanya

menurunnya kapasitas utilisasi hampir di seluruh

subsektor bahan pangan dan perikanan. Penurunan

kapasitas utilisasi tersebut didorong oleh cuaca buruk

yang melanda wilayah Aceh pada akhir tahun

sehingga menyebabkan petani dan nelayan tidak

dapat melakukan kegiatan secara optimal. Curah

hujan yang tinggi menyebabkan petani mengalami

gagal panen, kemudian gelombang tinggi yang terjadi

di wilayah perairan sekitar Aceh menyebabkan nelayan

tidak dapat melaut.

Menurunnya kinerja sektor pertanian juga terindikasi

dari melambatnya kredit pada sektor tersebut. Kredit

sektor pertanian pada triwulan IV-2017 tercatat

tumbuh sebesar 36,45%(yoy), mengalami penurunan

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar

38,45%(yoy).

Grafik 4.1. Realisasi SKDU Pertanian

Sumber: Bank Indonesia

Kondisi kinerja korporasi di sektor kedua terbesar di

Aceh, yakni sektor perdagangan mengalami

penurunan. Tercatat kinerja sektor perdagangan

berdasarkan hasil SKDU mengalami penurunan

menjadi sebesar 0,13%(yoy) dibandingkan periode

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

2,05%(yoy).

-8,00

-6,00

-4,00

-2,00

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

SKDU Sektor Pertanian (%,yoy)Pertumbuhan Sektor Pertanian (%,yoy)

H

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018 28

Grafik 4.2. Realisasi SKDU Perdagangan

Sumber: Bank Indonesia

Selain hal tersebut di atas, kinerja sektor korporasi juga

dapat dilihat dari hasil SKDU Bank Indonesia terkait

dengan akses kredit. Responden SKDU yang

menyatakan bahwa akses kredit yang berkategori

‘Baik’ dan ‘Cukup’ sedikit menurun dari total 94,12%

pada triwulan sebelumnya menjadi 91,66% pada

triwulan laporan.

Sedikit menurunnya kondisi akses kredit tersebut, juga

cukup membawa pengaruh terhadap kondisi

keuangan korporasi, khususnya di sisi kemampuan

likuiditas. Kemampuan likuiditas tersebut

menunjukkan ketahanan korporasi dalam hal

pembiayaan kegiatan korporasi dalam jangka pendek.

Hasil SKDU mencatat penurunan penilaian likuiditas

yang memiliki predikat ‘Baik’ dari 76,36% pada

triwulan sebelumnya menjadi 71,65% pada triwulan

laporan.

Sementara itu, dari sisi kemampuan rentabilitas yang

menggambarkan kemampuan korporasi dalam hal

pembiayaan kegiatan perusahaan dalam jangka

panjang tercatat mengalami sedikit penurunan.

Tercatat sebanyak 75,00% responden menyampaikan

bahwa kondisi rentabilitas berada dalam predikat

1 Indikator SKDU Akses kredit tidak mencerminkan pertumbuhan

kredit yang diterima korporasi namun lebih ke arah jumlah nominal

korporasi yang menerima kredit.

‘Baik’, lebih rendah dibandingkan dengan kondisi

triwulan sebelumnya yang sebesar 79,09%

Grafik 4.3. Realisasi SKDU Kondisi

Keuangan

Sumber: Bank Indonesia

Eksposur Perbankan di Sektor Korporasi

Kredit perbankan kepada sektor korporasi di Aceh

mengalami penurunan risiko yang tercermin dari

penurunan rasio Non Performing Loan (NPL), disisi

lain pertumbuhan penyalurannya mengalami

perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Kredit korporasi triwulan IV-2017 mengalami

perbaikan yang signifikan menjadi 33,35% (yoy) jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

sebesar -1,25% (yoy).

Dilihat dari strukturnya, kredit korporasi Aceh

terkonsentrasi pada tiga sektor utama yaitu sektor

Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (43%), sektor

Perdagangan Besar dan Eceran (14%), dan sektor

Industri Pengolahan (14%). Secara sektoral, perbaikan

pertumbuhan penyaluran kredit korporasi terutama

didorong oleh peningkatan kredit pada sektor industri

pengolahan, dan perdagangan, namun sedikit

tertahan akibat perlambatan penyaluran kredit pada

sektor pertanian.

-4,00

-2,00

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

SKDU Sektor Perdagangan (%,yoy)

Pertumbuhan Sektor Perdagangan (%,yoy)

0

20

40

60

80

100

Akses Kredit Kondisi LikuiditasPerusahaan

Kondisi RentabilitasPerusahaan

Tw III-17 Tw IV-17

29 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018

Grafik 4.4. Pangsa Kredit Korporasi

Sektoral

Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia

Pertumbuhan kredit korporasi di sektor perdagangan

meningkat cukup signifikan, yaitu tumbuh sebesar

9,17%(yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang

terkontraksi 15,40%(yoy). Peningkatan kredit di sektor

ini terjadi seiring pelaku usaha memerlukan dana

untuk berinvestasi.

Grafik 4.5. Kredit Korporasi Sektoral

Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia

Kredit korporasi sektor Industri Pengolahan

mengalami pertumbuhan sebesar 294,54%(yoy),

kondisi ini mencerminkan kenaikan dibandingkan

triwulan sebelumnya yang sebesar 294,54%(yoy).

Berdasarkan hasil liaison KPw BI Provinsi Aceh, salah

satu faktor yang mendorong peningkatan

pertumbuhan kredit sektor industri adalah beberapa

aktivitas investasi di perusahaan pada sektor industri

manufaktur yang digunakan untuk pembelian unit

kendaraan serta pengadaan bahan baku produksi.

Selanjutnya, kredit korporasi di Sektor Pertanian

mengalami pertumbuhan sebesar 36,45%(yoy), atau

mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

38,50%(yoy).

Berlawanan dengan peningkatan penyaluran kredit

korporasi, risiko kredit tercatat mengalami penurunan.

Rasio Non Performing Loan (NPL) kredit korporasi

berada di bawah ambang batas NPL 5%, yaitu berada

di angka 3,24% atau menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 4,29%.

Grafik 4.6. NPL Kredit Korporasi

Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia

Penurunan risiko kredit korporasi terjadi didorong

oleh penurunan NPL pada sektor perdagangan dan

sektor pertanian, dimana pada triwulan sebelumnya

NPL di sektor perdagangan mencapai 3,32%, namun

pada triwulan IV-2017 menurun hingga mencapai

0,15%. Sementara itu pada sektor pertanian NPL turun

ke level 0,39% setelah pada triwulan sebelumnya

berada pada level 0,69%. Di sisi lain, satu sektor lainnya

yaitu sektor industri pengolahan mengalami sedikit

peningkatan NPL menjadi 2,17% dari 1,62% pada

triwulan sebelumnya. Meskipun demikian, NPL pada

sektor Industri Pengolahan tersebut masih sehat

karena masih berada di bawah ambang batas NPL,

yaitu sebesar 5%.

Tren penurunan suku bunga kredit korporasi yang

terjadi sejak awal tahun 2016 kembali terjadi, karena

14%

12%

43%

31%

PERDAGANGAN

INDUSTRI

PERTANIAN

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Rp

Milia

r

Kredit Ke Perdagangan

Kredit Ke Industri Pengolahan

Kredit Ke Pertanian

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

%

NPL PHR NPL Industri Pengolahan

NPL Pertanian

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018 30

pada triwulan laporan, suku bunga kredit korporasi

berada pada level 11,55% atau sedikit menurun

dibandingkan suku bunga triwulan sebelumnya

sebesar 11,75%.

4.2.Ketahanan Sektor Rumah Tangga

Konsumsi rumah tangga pada triwulan IV-2017

mengalami peningkatan sebagai penahan

melambatnya pertumbuhan ekonomi Aceh.

Meningkatnya daya beli masyarakat secara umum di

triwulan IV-2017 tercermin dari hasil Survei Konsumen

yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Dalam survei

tersebut Indeks Penghasilan tercatat mengalami

peningkatan di triwulan IV-2017.

Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut

didorong oleh perayaan Maulid Nabi Muhammad

SAW dan banyaknya long weekend di akhir tahun.

Menggeliatnya aktivitas ekonomi memasuki perayaan

hari keagamaan ini cukup mampu menstimulus

konsumsi masyarakat Aceh.

Namun demikian, peningkatan konsumsi tersebut

belum mampu mengangkat nilai Indeks Kondisi

Ekonomi (IKE) pada triwulan laporan. IKE periode

Desember 2017 menurun 2,4 poin dibandingkan

triwulan lalu, yaitu tercatat berada pada level 115,0.

Penurunan ini tidak lepas dari performa dua indeks

pendukung IKE, yaitu Indeks Ketersediaan Lapangan

Kerja serta Indeks Kegiatan Usaha. Indeks Ketersediaan

Lapangan Kerja menurun signifikan sebesar 9,1 poin

sehingga tercatat pada level 100,0 pada triwulan

laporan. Sementara Indeks Kegiatan Usaha turun 4

poin dari 124,6 pada triwulan sebelumnya menjadi

120,6 pada triwulan laporan.

Sementara itu, meningkatnya 1 (satu) indeks

pendukung lainnya secara kumulatif menahan nilai IKE

untuk tidak turun lebih besar lagi. Indeks Penghasilan

Konsumen tercatat meningkat dari 124,6 di triwulan

sebelumnya menjadi 130,6 pada triwulan laporan. Di

sisi lain, Indeks Keyakinan Konsumen turun dari 122,5

pada triwulan sebelumnya menjadi 119,4 pada triwulan

laporan. (Grafik 4.7, Adapun detail penjelasan tentang

Perkembangan Sektor Rumah Tangga dijelaskan pada

bab 1).

Grafik 4.7 Indeks Keyakinan Konsumen,

Kondisi Ekonomi, dan Penghasilan

Sumber: Bank Indonesia

DPK Perseorangan di Perbankan

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Perseorangan

di Perbankan mengalami peningkatan.

DPK perseorangan tercatat tumbuh sebesar

0,60%(yoy), meningkat signifikan dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat terkontraksi

sebesar 9,23%(yoy). Pertumbuhan bersumber dari

peningkatan tabungan.

Grafik 4.8. Komposisi DPK Perseorangan

Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia

Dengan pangsa sebesar 78,95% dari total DPK

perseorangan, pertumbuhan tabungan pada triwulan

100

110

120

130

140

I II III IV I II III IV

2016 2017

Indeks Penghasilan Indeks Ekonomi Saat Ini (IKE)Indeks Keyakikan Konsumen

5,01

%

78,9

5%

16,0

4%

GIRO

TABUNGA

31 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018

IV-2017 tercatat sebesar 15,00%(yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 9,50%(yoy). Deposito mengalami kontraksi

sebesar 33,50%(yoy), sedikit meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar

42,03%. Sedangkan giro terkontraksi sebesar

24,48%(yoy), atau mengalami penurunan kontraksi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi

35,01%(yoy). Namun demikian, pangsa deposito serta

giro terhadap total DPK perorangan hanya sebesar

16,04% dan 5,01%.

Grafik 4.9. Pertumbuhan DPK

Perseorangan

Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia

Seiring dengan perlambatan pertumbuhan

perekonomian Aceh di akhir tahun, beberapa Rumah

Tangga Aceh diindikasikan cenderung merubah

preferensi DPKnya dari investasi (produk deposito)

menjadi DPK untuk berjaga-jaga (produk tabungan).

Kredit Perseorangan di Perbankan

Penyaluran kredit kepada sektor perseorangan di

Aceh mengalami peningkatan pertumbuhan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, adapun

tingkat risiko yang tercermin dari NPL masih relatif

terjaga.

Grafik 4.10. Pangsa Kredit Perseorangan

Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia

Grafik 4.11. Pertumbuhan Kredit

Perseorangan

Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia

Kredit rumah tangga tumbuh sebesar 10,60%(yoy)

pada triwulan IV-2017, meningkat dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

7,80%(yoy). Kredit perseorangan yang menunjukkan

peningkatan pertumbuhan yaitu kredit multiguna,

sementara pertumbuhan kredit KKB serta KPR

mengalami kontraksi.

Kredit multiguna tercatat tumbuh sebesar 11,11%(yoy),

naik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

8,52%(yoy). Di sisi lain, kredit KKB dan KPR tercatat

mengalami kontraksi sebesar -3,34% dan -23,71%.

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Giro Perseorangan (%YoY)

Tabungan Perseorangan (%YoY)

14%

10%

73%

3%

MULTIGUNAKPRKKB

0%

200%

0

50

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Rp

Tri

liu

n

Kredit Perorangan Kredit Total

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018 32

Grafik 4.12. Pertumbuhan Kredit

Perseorangan Berdasarkan Jenis

Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia

Risiko kredit rumah tangga relatif terjaga. Risiko kredit

rumah tangga pada triwulan IV-2017 tercatat membaik

ke level 0,62% dari triwulan sebelumnya yang berada

di level 0,76%. Angka tersebut masuk ke dalam

kategori baik karena masih jauh berada dibawah

ambang batas NPL yaitu 5%.

Grafik 4.13. NPL Kredit Perseorangan

Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia

Kondisi tersebut ditopang oleh stabilnya risiko kredit

diseluruh sektor (KPR, KKB, Multiguna, lainnya). NPL

KPR tercatat sebesar 1,36%, selanjutnya NPL KKB, dan

Multiguna masing-masing tercatat sebesar 0,86% dan

0,39%.

4.3. Eksposur Perbankan Di Sektor UMKM

Pertumbuhan penyaluran kredit UMKM mengalami

peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Dilihat dari resikonya, NPL kredit UMKM

mengalami penurunan, namun berada di atas level

wajar 5%.

Grafik 4.14. Pangsa Kredit UMKM

Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia

Berdasarkan skala usahanya, pangsa penyaluran kredit

sektor UMKM didominasi oleh kredit UMKM skala kecil

dengan penyaluran mencapai Rp5,01 Triliun (48%),

diikuti oleh UMKM skala mikro sebesar Rp3,36 Triliun

(32%), dan skala menengah Rp2,08 Triliun (20%),

sehingga secara total eksposur UMKM mencapai

27,89% dari total kredit.

Grafik 4.15. Pertumbuhan Kredit UMKM

Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia

Kredit UMKM tercatat tumbuh sebesar 6,79%(yoy),

mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,77%(yoy).

Komposisi kredit UMKM terbesar pada posisi kredit

kecil sebesar Rp5,01 Triliun pada triwulan laporan.

Grafik 4.16. NPL Kredit UMKM

-0,4

-0,2

0

0,2

0,4

0,6

0,8

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Pertumbuhan yoy KPR (%)

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

NPL KPR NPL KKB NPL Multiguna

20%

48%

32%

MIKRO

KECIL

MENENGAH

0%

5%

10%

15%

20%

0

5

10

15

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

Rp

Tri

liu

n

Total Pembiayaan UMKM (triliun) Pertumbuhan (yoy)

33 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018

Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia

NPL UMKM pada triwulan IV-2017 tercatat sebesar

5,30%, turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang

sebesar 6,10%. Penurunan NPL UMKM terjadi pada

seluruh skala Kredit UMKM, yaitu pada skala mikro,

kecil dan menengah. Walaupun mengalami

penurunan, NPL kredit UMKM masih berada di atas

level wajar 5%.

NPL kredit UMKM skala mikro pada triwulan IV-2017

tercatat sebesar 2,07%, lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 2,84%. Sedangkan NPL

kredit UMKM skala kecil turun dari 7,31% pada triwulan

sebelumnya menjadi 6,50% pada triwulan laporan dan

NPL kredit skala menengah pun menurun menjadi

7,64% dari 8,61% pada triwulan sebelumnya.

Pada triwulan laporan, outstanding Kredit Untuk

Rakyat (KUR) tercatat sebesar Rp1,88 triliun dengan

jumlah debitur sebanyak 97.487 debitur. Angka

outstanding KUR tersebut meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar Rp1,83 triliun dengan

jumlah debitur sebanyak 97.036 debitur.

4.4. Pengembangan UMKM

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh (KPw

BI Prov. Aceh) selain melaksanakan pengembangan

UMKM unggulan dengan pendekatan pengembangan

ekonomi lokal (Local Economic Development atau LED)

dalam rangka menumbuhkan/menciptakan pusat-

pusat aktivitas ekonomi baru ditahun 2017 juga

melaksanakan pengembangan UMKM Ketahanan

Pangan kepada 3 komoditas yaitu cabai merah,

bawang merah dan sapi dalam rangka mendukung

program pengendalian inflasi daerah.

Program Pengembangan Kelompok Cabai Merah.

Program pengembangan komoditas cabai merah

tahun 2017 terdiri dari beberapa kegiatan

pengembangan yang dititik beratkan pada

peningkatan soft skill dan sarana budidaya kepada

petani binaan diantaranya kegiatan Pelatihan Sekolah

Lapang “Teknik Budidaya Cabai Merah Profesional”

serta pemberian sarana produksi pertanian cabai

merah yang bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan para petani serta meningkatkan

produktifitas cabai merah untuk kebutuhan di kawasan

Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar serta di daerah

sekitarnya.

Program pembinaan ditujukan kepada dua kelompok

petani binaaan Bank Indonesia yang berada di dua

lokasi yaitu Gapoktan Ladong Makmur, Desa Ladong,

Kecamatan Mesjid Raya dan Kelompok Tani Bunga

Harapan, Desa Lonbaroh, Kecamatan Lembah

Seulawah, Kabupaten Aceh Besar.

Dengan adanya pembinaan kepada petani binaan

diharapkan dapat memberikan motivasi kepada para

petani lainnya guna pentingnya kontinuitas dan

peningkatan produktifitas, efisiensi biaya produksi,

-

5

10

15

20

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

NPL Kredit Mikro NPL Kredit Kecil

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018 34

serta menerapkan manajemen penanaman yang baik

guna menjaga stabilitas harga cabai merah dipasaran.

Sehingga pada akhirnya secara berlahan dan

berkelanjutan pengendalian harga disektor komoditas

cabai merah dapat lebih terkendali dan dapat

mensejahterakan kehidupan para petani.

Program Pengembangan Kelompok Penangkaran

Bibit Bawang Merah

Program Pengembangan Kelompok Penangkaran

Bibit Bawang Merah tahun 2017 merupakan kelanjutan

dari program pengembangan klaster di tahun

sebelumnya, dimana program tersebut dikhususkan

kepada para petani penangkar bibit bawang merah di

Kabupaten Pidie.

Program pengembangan tahun 2017 terdiri dari

beberapa kegiatan pengembangan yang dititik

beratkan pada peningkatan soft skill dan sarana

pembibitan kepada petani binaan diantaranya

kegiatan studi banding ke sentral bawang di

Kabupaten Nganjuk Provinsi Jawa Timur, serta

pemberian sarana gudang penyimpanan bibit bawang

merah yang bertujuan untuk meningkatkan

produktifitas bibit bawang merah untuk kebutuhan

budidaya bawang merah di Kabupaten Pidie maupun

daerah sekitarnya.

Dengan adanya pembinaan kepada petani di tahun

2017 tersebut, diharapkan dapat memberikan motivasi

kepada para petani lainnya guna membangun

kemandirian bibit untuk kebutuhan budidaya

khususnya di Provinsi Aceh.

Selain itu, diharapkan program tersebut juga dapat

meningkatkan produktifitas budidaya, efisiensi biaya

produksi, serta dapat menghasilkan bibit yang

berkualitas. Sehingga, pada akhirnya komoditas

bawang merah dapat mensejahterakan kehidupan

para petani dan harga nya terkendali.

Program Pembinaan Kelompok Peternak Pembibitan

Sapi.

Pada tahun 2017 pengembangan dan pembinaan

kelompok dilakukan baik dengan kelompok-kelompok

binaan eksisting maupun replikasi kelompok binaan

baru yang memiliki potensi untuk dapat

dikembangkan dalam rangka pengendalian inflasi di

daerah.

Sehubungan dengan hal tersebut, pengambangan

klaster sapi di wilayah kerja KPwBI Provinsi Aceh perlu

dilakukan dengan memberikan pembinaan untuk

kelompok-kelompok klaster sapi baru yang memiliki

potensi untuk dilakukan pengembangan lebih lanjut

baik dengan program replikasi maupun dengan

program inovasi baru yang relevan dilakukan.

Adapun kelompok binaan yang dijadikan target

program pengembangan klaster sapi melalui Program

Sosial Bank Indonesia (PSBI) yaitu Rumah Pakan

Ternak kepada Kelompok Peternak Sapi “Aceh Tani

Lestari” di Desa Bak Diliep, Kecamatan Montasik,

Kabupaten Aceh Besar.

35 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018

Dengan pemberian bantuan rumah pakan, peternak

dapat menyimpan bahan baku pembuatan pakan

konsentrat maupun pakan alternatif serta sebagai

sarana pengolahan pembuatan pakan tersebut. Selain

itu rumah pakan ini dapat dijadikan sebagai balai

pelatihan dalam rangka meningkatkan pengetahuan

masyarakat di bidang pembibitan sapi di Aceh Besar

serta cara budidaya sapi yang baik dan benar,

sehingga dapat dicapai suatu efisiensi dalam produksi.

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Dan Pengelolaan Uang Rupiah 42

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran

Dan Pengelolaan Uang Rupiah Pengedaran Uang Kartal Di Provinsi Aceh Mengalami Net Cash Outflow, sedangkan transaksi ritel melalui SKNBI mengalami peningkatan.

• Net cash outflow pada Triwulan IV 2017 mencapai Rp 3,61 triliun, searah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami net cash outflow sebesar Rp 1,16 triliun.

• Pada triwulan IV-2017 penyelesaian transaksi ritel melalui SKNBI tercatat sebesar 104.670. Data Keuangan

Elektronik (DKE) meningkat sebesar 21,26%(qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 86.317 DKE. Nilai transaksi yang diproses melalui SKNBI sebesar Rp 4,04 triliun atau meningkat 13,48%(qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp 3,56 triliun.

5.1. Sistem Pembayaran Tunai

Pada triwulan IV 2017, posisi pengedaran uang kartal

di Bank Indonesia mengalami net cash outflow, atau

aliran uang kartal dari Bank Indonesia ke sistem

perbankan dan pemusnahan uang rusak (outflow)

lebih besar daripada aliran uang kartal dari

perbankan dan masyarakat ke Bank Indonesia

(inflow).

et cash outflow yang terjadi sebesar Rp 3,61

triliun atau naik dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang tercatat net cash outflow

sebesar Rp 1,16 triliun dikarenakan pemenuhan uang

kartal menjelang libur akhir tahun, peringatan maulid

nabi. Pola net cash outflow tersebut merupakan siklus

tahunan seiring dengan pembayaran proyek baik

swasta maupun pemerintah.

Aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia

(inflow) mengalami penurunan yang signifikan yaitu

sebesar 59,80%(qtq) dari sebesar Rp 2,04 triliun pada

triwulan III 2017 menjadi Rp 0,82 triliun pada triwulan

IV 2017.

Sebaliknya, aliran uang kartal dari Bank Indonesia

menuju perbankan dan masyarakat serta pemunahan

uang rusak (outflow) pada triwulan pelaporan tercatat

sebesar Rp 4,43 triliun atau naik sebesar 38,44%(qtq)

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp

3.20 triliun.

Posisi net outflow saat triwulan IV 2017 sejalan dengan

pola historisnya. Hal ini didorong oleh peningkatan

aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke

perbankan/masyarakat seiring dengan aktivitas

ekonomi yang timbul pada peringatan maulid nabi,

libur akhir tahun, penyelenggaraan acara Sail Sabang

serta pembayaran proyek pemerintah dan swasta.

Grafik 5.1. Netflow Kas (Rp Triliun)

Sumber: Bank Indonesia

(1)

-

1

2

3

4

5

6

TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4

2015 2016 2017

Inflow Outflow Netflow

N

43 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018

Secara tahunan, posisi inflow pada triwulan laporan

mengalami kontraksi sebesar 14,80%(yoy) setelah

sebelumnya pada triwulan III 2017 terkontraksi sebesar

8,22%(yoy). Selanjutnya posisi outflow pun secara

tahunan mengalami pertumbuhan sebesar

21,08%(yoy) atau naik signifikan dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

6,05%(yoy).

Tabel 5.1. Netflow Uang Kartal

Tahun 2017

(Rp Milyar) Pertumbuhan

(% yoy)

Triwulan III IV III IV

Inflow 2.041,5 817,0 -8,22 -14,80

Outflow 3.203,5 4.428,3 6,05 21,08

Netflow 1.162,0 3.611,2 45,88 33,83

Sumber: Bank Indonesia

Selain menjaga dan memelihara kestabilan nilai

Rupiah, Bank Indonesia juga berupaya menjaga

kualitas uang yang beredar di masyarakat (clean

money policy and fresh for circulation). Dalam rangka

meningkatkan kualitas uang beredar di masyarakat,

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh secara

rutin melaksanakan kegiatan kas keliling baik di dalam

kota (Banda Aceh dan sekitarnya), luar kota, maupun

remote area (daerah terpencil).

Sepanjang triwulan IV Tahun 2017 telah dilaksanakan

kegiatan kas keliling sebanyak 6 (enam) kali kegiatan

di berbagai wilayah Aceh, yaitu pada tanggal 23

Oktober 2017 di Tapak Tuan, tanggal 25 Oktober 2017

secara simultan di Kabupaten Pidie, tanggal 1

November 2017 di Sabang, tanggal 27 November 2017

di Sigli, tanggal 11 Desember 2017 di Tapak Tuan, dan

tanggal 18 Desember 2017 di Nagan Raya.

Selain itu untuk memenuhi kebutuhan uang layak edar

masyarakat di wilayah selatan Aceh, Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Aceh juga telah membuka kas

titipan sejak 9 Oktober 2017 bertempat di PT. Bank

Aceh Syariah Cabang Subulussalam.

Jumlah uang rupiah palsu yang dilaporkan ke Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh pada triwulan

IV 2017 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Sepanjang triwulan IV 2017, Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Aceh menerima laporan uang palsu

sebanyak 25 lembar, meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebanyak 15 lembar.

Grafik 5.2. Uang Palsu (Lembar)

Sumber: Bank Indonesia

5.2. Sistem Pembayaran Non Tunai

Baik secara triwulanan maupun tahunan,

penyelesaian transaksi ritel melalui SKNBI pada

triwulan IV-2017 tercatat mengalami peningkatan.

Kegiatan sistem pembayaran nontunai yang

diselenggarakan Bank Indonesia melalui Sistem Kliring

Nasional Bank Indonesia (SKNBI) menunjukkan

peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, baik

dari sisi volume maupun nominal (Grafik 5.3).

Grafik 5.3. Volume Kliring

Sumber: Bank Indonesia

27 71 11844 2 10 17

1196

11 12 15 25

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017Lembar

-1

0

1

2

3

0

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

%

Volume (kiri) g_VolKliring(QtQ) g_VolKliring(YoY)

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Dan Pengelolaan Uang Rupiah 44

Secara triwulanan, pada triwulan IV-2017 penyelesaian

transaksi ritel melalui SKNBI tercatat sebesar 104.670

Data Keuangan Elektronik (DKE) atau meningkat

sebesar 21,26% dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya sebesar 86.317 DKE. Nilai transaksi yang

diproses melalui SKNBI sebesar Rp 4,04 triliun atau

meningkat 13,48% dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar Rp 3,56 triliun.

Peningkatan transaksi kliring tersebut didorong oleh

beberapa faktor, diantaranya terdapat realisasi

anggaran pemerintah, khususnya belanja modal dan

pola serapan belanja APBA yang umumnya masih

mulai meningkat di akhir tahun.

Grafik 5.4. Nominal Kliring

Sumber: Bank Indonesia

Secara tahunan, volume transaksi ritel melalui SKNBI

pada periode triwulan IV-2017 tercatat meningkat

sebesar 6,00% dibandingkan dengan periode yang

sama tahun sebelumnya sebesar 98.881 DKE.

Kemudian nilai transaksi yang diproses melalui SKNBI

mengalami peningkatan sebesar 4,0%(yoy)

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

sebesar Rp3,89 triliun.

-1

-0,5

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

5.000

I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017

%

Rp

Mili

ar

Nominal (Kiri) g_NomKliring(QtQ) g_NomKliring(YoY)

45 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Dan Pengelolaan Uang Rupiah 46

47 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018

45 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018

Ketenagakerjaan Dan Kesejahteraan Pada Agustus 2017 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurun dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Berdasarkan data terakhir di Bulan September 2017, Tingkat Kemiskinan Provinsi Aceh juga mengalami penurunan.

• Tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi Aceh hingga bulan Agustus 2017 mencapai 63,74%, atau menurun

dibanding bulan Agustus 2016 yang mencapai 64,26%. Kemudian, pada bulan Agustus 2017 Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) di Aceh berada pada level 6,57%, menurun dibandingkan periode yang sama di

tahun sebelumnya yang sebesar 7,57%.

• Tingkat Kemiskinan di Provinsi Aceh berdasarkan data terakhir bulan September 2017 tercatat sebesar 15,92%.

Angka tersebut mengalami penurunan 0,51% dibandingkan dengan kondisi kemiskinan pada bulan September

2016 yang mencapai 16,43%. Menurunnya tingkat kemiskinan di Aceh tersebut diakibatkan oleh adanya

penurunan tingkat kemiskinan di daerah pedesaan sebesar 2,25%.

6.1. Ketenagakerjaan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Aceh

menurun dibandingkan periode yang sama pada

tahun sebelumnya

ingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi

Aceh pada Agustus 2017 mencapai 6,57%,

menurun dibandingkan TPT bulan Agustus 2016

sebesar 7,57%. Sementara itu, jumlah angkatan kerja

tercatat sebesar 2,289 juta orang, atau meningkat

sebanyak 31 ribu orang dari jumlah angkatan kerja di

bulan Agustus 2016 sebanyak 2,258 juta orang.

TINGKAT PENGANGGURAN

Agustus 2016 7,57

Agustus 2017 6,57

TPT yang menurun tersebut didorong oleh

meningkatnya jumlah angkatan kerja, sementara

jumlah pengangguran menurun. Jumlah angkatan

kerja meningkat sebesar 31 ribu orang sementara

jumlah pengangguran lebih rendah sebesar 11 ribu

orang dibandingkan periode yang sama pada tahun

sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa

pertumbuhan jumlah angkatan kerja selama periode

tahun 2016 hingga tahun 2017 masih dapat diserap

dengan baik oleh pasar tenaga kerja terkait dengan

peningkatan berbagai aktivitas ekonomi dan proyek di

Aceh.

Tabel 6.1. Tingkat Pengangguran Terbuka

PENGANGGURAN 2016 2017

Agustus Agustus

Jumlah Angkatan Kerja (orang, dalam ribuan)

Bekerja 2087 2139

Pengangguran 171 150

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Persentase TPAK (%) 64,62 63,74

Tingkat Pengangguran Terbuka

TPT (%) 7,57 6,57

Perkembangan ketenagakerjaan hingga triwulan III

2017 cenderung positif.

Kondisi ini tercermin dari hasil Liaison Tw III 2017, di

mana jumlah contact yang mengkonfirmasi kenaikan

penggunaan tenaga kerja lebih banyak dari contact

T

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 46

yang mengkonfirmasi penurunan penggunaan tenaga

kerja.

Hasil Likert Scale Liaison mengindikasikan adanya

peningkatan realisasi tenaga kerja dibandingkan

triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut sejalan

dengan hasil SKDU Tw III 2017 yang menunjukkan

peningkatan realisasi tenaga kerja. Realisasi tenaga

kerja tercatat sebesar 3,40% (yoy), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar

1,14% (yoy).

Jika dibandingkan dengan keadaan Agustus 2016,

maka jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus

2017 di Sektor Industri Pengolahan tercatat meningkat

sebanyak 44 ribu jiwa, Sektor Jasa-Jasa tercatat

menurun sebanyak 88 ribu dan Sektor Pertanian,

Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan

tercatat meningkat sebanyak 96 ribu jiwa.

Tabel 6.2. Tenaga Kerja Berdasarkan

Sektor (%)

SEKTOR Agustus

2017

Pertanian 38,84

Industri Pengolahan 15,56

Jasa-jasa 45,58

Sektor Jasa-jasa menyerap tenaga kerja dengan porsi

terbesar yaitu 45,58%, sementara penyerapan tenaga

kerja pada Sektor Industri Pengolahan hanya sebesar

15,56%.

Sebagian besar tenaga kerja di Provinsi Aceh masih

didominasi oleh tenaga kerja dengan pendidikan yang

rendah yaitu setingkat SD ke bawah.

Penduduk yang bekerja di Provinsi Aceh pada Agustus

2017 masih didominasi oleh pekerja yang

berpendidikan SD kebawah yang mencapai 655 ribu

1 Nilai Tukar Petani (NTP) adalah rasio antara indeks harga

yang diterima petani dengan indeks harga yang

dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase. Nilai tukar

orang (30,64%). Jumlah tersebut mengalami

peningkatan apabila melihat periode Februari 2016

yang sebesar 638 ribu orang (30,57%).

Tabel 6.3. Tenaga Kerja Menurut

Pendidikan (%)

Pendidikan Tertinggi

(Agustus) 2016 2017

SD ke bawah 30,57 30,64

Sekolah Menengah Pertama 20,20 20,75

Sekolah Menengah Atas 26,89 27,24

Sekolah Menengah Kejuruan 4,28 4,39

Diploma I/II/III 5,72 4,65

Universitas 12,34 12,34

Berdasarkan status pekerjaannya, sektor

Buruh/Karyawan/Pegawai menyerap tenaga kerja

dengan porsi terbesar yaitu sekitar (36,86%),

Tabel 6.4. Tenaga Kerja Berdasarkan

Pekerjaan

Status

Pekerjaan

Agustus

2016 2017

Porsi (%) Porsi (%)

Berusaha Sendiri 20,20 20,47

Berusaha dibantu

buruh tidak tetap 13,81 14,62

Berusaha dibantu

buruh tetap 4,19 3,57

Buruh/Karyawan 38,64 36,86

Pekerja bebas 9,60 10,69

Pekerja

keluarga/tak

dibayar

13,55 13,80

Nilai Tukar Petani1 pada akhir triwulan IV 2017

mengalami penurunan dibandingkan NTP pada

triwulan sebelumnya.

Nilai Tukar Petani pada akhir triwulan IV 2017 tercatat

sebesar 93,88, atau mengalami penurunan

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat

petani merupakan salah satu indikator dalam menentukan

tingkat kesejahteraan petani.

47 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018

sebesar 94,18. Nilai Tukar Petani pada triwulan laporan

masih berada dalam tekanan (di bawah 100). NTP di

bawah 100 mengindikasikan bahwa petani mengalami

defisit dalam usahanya sebab penerimaan atas hasil

produksi petani lebih rendah dibandingkan dengan

pengeluaran petani. Penurunan NTP bersumber dari

subsektor tanaman pangan, subsektor peternakan dan

subsektor perikanan.

NILAI TUKAR PETANI (NTP)

Triwulan III 2017 94,18

Triwulan IV 2017 93,88

Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya di

wilayah Sumatera, NTP Aceh berada di posisi terendah

kedua setelah Bangka Belitung yang memiliki nilai NTP

sebesar 92,43.

Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) pada Triwulan-IV

2017 tercatat sebesar 102,62, sedikit lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 101,73.

NTUP menggambarkan keuntungan yang diperoleh

petani dari selisih antara indeks harga pengeluaran

yang terkait dengan keperluan produksi dan

penambahan barang modal (BPPBM) dengan indeks

harga yang diterimanya. NTUP di atas 100

menunjukkan bahwa petani telah memperoleh

keuntungan dalam menjalankan usahanya.

6.2. Kemiskinan

Posisi kemiskinan pada September 2017 menurun

dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu menurun dari

16,43% menjadi 15,92%. Penurunan persentase

penduduk miskin tersebut terjadi baik perdesaan

maupun di perkotaan. Secara nominal, jumlah

penduduk miskin di Provinsi Aceh pada September

2017 sebesar 829 ribu orang menurun dibandingkan

periode September 2016 sebesar 841 ribu orang.

Penurunan tingkat kemiskinan ini terutama didorong

oleh lancarnya pendistribusian Beras Sejahtera (Rastra)

dan berjalannya program pemerintah lainnya yang

bersumber dari APBA dan APBK.

Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan

(GK) yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan

(GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM),

terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh

lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan

makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan

kesehatan).

Pada September 2017, sumbangan GKM terhadap GK

sebesar 76,31% sementara sumbangan GKBM

terhadap GK sebesar 23,69%. Beberapa komoditas

utama yang memberikan sumbangan besar terhadap

kenaikan Garis Kemiskinan baik di perdesaan maupun

perkotaan yaitu beras, rokok kretek filter, daging sapi,

perumahan, bensin dan listrik.

KEMISKINAN (%) SEP 2016 16,43

SEP 2017 15,92

INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN SEP 2016 3,06

SEP 2017 2,92

INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN SEP 2016 0,87

SEP 2017 0,78

Sementara itu, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) pada

September 2017 mengalami penurunan

dibandingkan dengan September 2016.

P1 mengalami penurunan dari 3,06% pada September

2016 menjadi 2,92% pada September 2017. Sementara

P2 mengalami penurunan dari 0,87% pada September

2016 menjadi 0,78 pada September 2017. Penurunan

nilai indeks P1 mengindikasikan bahwa rata-rata

pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin

mendekati garis kemiskinan. Sementara penurunan

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 48

nilai indeks P2 menunjukkan bahwa ketimpangan

pengeluaran di antara penduduk miskin semakin kecil.

Tabel 6.5. Indeks Kemiskinan (P1 dan P2)

Daerah

2016 2017

SEP SEP

P1 P2 P1 P2

Perkotaan 1,45 0,28 1,67 0,37

Pedesaan 3,74 1,11 3,47 0,96

Perkotaan+Pedesaan 3,06 0,87 2,92 0,78

49 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018

Prospek Perekonomian Daerah Perekonomian Aceh pada tahun 2018 diperkirakan tumbuh lebih baik dibandingkan tahun 2017 dengan capaian inflasi yang lebih stabil

• Perekonomian Aceh sepanjang tahun 2018 diperkirakan tumbuh pada kisaran 3,73%(yoy) – 4,73%(yoy), lebih

tinggi dibandingkan dengan capaian tahun 2017 yang sebesar 4,19%(yoy). Namun demikian, pada triwulan I-2018

tingkat pertumbuhan ekonomi Aceh diperkirakan akan berada pada kisaran 2,92%(yoy) – 3,92%(yoy).

• Pada akhir tahun 2018, inflasi di Aceh diperkirakan akan lebih stabil dibandingkan dengan tahun 2017. Inflasi Aceh

diperkirakan berada pada kisaran 3,09%(yoy)-4,09%(yoy), menurun dibandingkan dengan realiasi pada tahun

2017 yang sebesar 4,25%(yoy). Pada triwulan I-2017, tren inflasi diperkirakan akan menurun. Potensi perlambatan

inflasi tersebut terutama bersumber dari administered price yang diperkirakan akan tetap stabil seiring dengan

tidak adanya rencana kenaikan bahan bakar minyak dan listrik serta dari komoditas volatile foods seiring dengan

masuknya musim panen tabama pada bulan Maret.

7.1. Prospek Makroekonomi

Perekonomian Aceh pada tahun 2018 diperkirakan

tumbuh lebih baik dibandingkan tahun 2017. Namun

pada triwulan I-2018 pertumbuhan ekonomi

diperkirakan menurun dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya.

Tabel 7.1 Perkiraan Pertumbuhan

Ekonomi

YoY 2018Q1p 2018p

2,92%-3,92% 3,73%-4,73%

Sumber: Proyeksi Bank Indonesia

erekonomian Aceh pada akhir tahun 2017

diperkirakan meningkat pada kisaran 3,73%(yoy)-

4,73%(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan

capaian tahun 2017 yang sebesar 4,19%(yoy). Kondisi

perbaikan tersebut diperkirakan didorong oleh

konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah,

investasi, dan ekspor.

Namun demikian pada triwulan I-2018 tingkat

pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan berada

pada kisaran 2,92%(yoy)-3,92%(yoy) atau sedikit

melambat dibandingkan dengan triwulan IV-2017

yang tumbuh sebesar 3,58%(yoy). Penurunan

pertumbuhan tersebut karenakan adanya penurunan

investasi yang bersumber dari pembiayaan

Pemerintah Daerah akibat belum disahkannya APBA

(Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh).

Realisasinya APBA juga diperkirakan akan mulai

berjalan secara optimal pada triwulan II-2018.

Resiko lainnya adalah potensi kekeringan di wilayah

Aceh bagian utara yang menyebabkan kegagalan

panen di awal tahun 2018. serta kondisi curah hujan

di kawasan Aceh bagian tengah dan selatan yang

dikhawatirkan berdampak pada produksi perkebunan.

Sementara itu pada subsektor perikanan, cuaca

ekstrem yang terjadi di sepanjang pantai barat dan

utara Sumatera, khususnya di awal triwulan I-2018

dikhawatirkan berpengaruh pada penurunan produksi

perikanan tangkap di wilayah Aceh bagian bagian

barat, utara, dan timur.

Sepanjang tahun 2018, potensi penurunan harga

komoditas perkebunan diperkirakan akan turut

membayangi perekonomian. Tren penurunan

komoditas juga mulai terjadi sejak pada triwulan I-

P

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018 50

2018 dan diperkirakan akan berlangsung hingga akhir

tahun 2018. Hal tersebut dikhawatirkan dapat

menghambat pertumbuhan perekonomian Aceh,

khususnya pada sektor utama, yakni sektor pertanian.

Harga kopi dunia sejak triwulan I-2018 diperkirakan

terus mengalami penurunan hingga triwulan III-2018.

Penurunan harga tersebut tidak terlepas dari

peningkatan pasokan akibat cuaca yang membaik di

mayoritas negara penghasil kopi. Namun demikian,

pada triwulan IV-2018, harga kopi diperkirakan akan

kembali mengalami peningkatan.

Kondisi yang sama juga terjadi pada komoditas

pertanian utama Aceh, yakni kelapa sawit dan karet.

Namun demikian, membaiknya pasar CPO domestik

untuk permintaan biodiesel B20 diharapkan mampu

menahan laju perlambatan harga CPO, khususnya di

tingkat lokal.. Harga CPO diperkirakan turun dari

608,10 $/MT pada awal tahun 2018 menjadi 596,70

$/MT pada akhir tahun 2018. Adanya perbaikan

pasokan, khususnya supply produksi sawit di Malaysia

menjadi salah satu penyebab adanya penurunan

harga tersebut.

Tabel 7.2 Perkiraan Harga Komoditas

Kopi

(cts/lb)

CPO

($/MT)

Karet

(cts/lb)

2018Q1 104,00 608,10 79,00

2018Q2 103,70 612,30 80,70

2018Q3 104,40 600,90 81,90

2018Q4 105,30 596,70 81,90

Sumber : IMF

Di sisi lain, sampai dengan awal tahun 2018, optimisme

dari dunia usaha masih menunjukkan sentimen

optimois. Hasil liaison pada beberapa korporasi swasta

yang bergerak di bidang usaha perkebunan sawit

mencatat bahwa penjualan, tenaga kerja, dan rencana,

investasi pada awal tahun 2018 masih dalam zona

optimis. Peningkatan tersebut di samping karena

produksi yang akan meningkat dengan adanya hasil

tanaman replanting baru, khususnya dari perkebunan

rakyat, juga didorong oleh adanya peningkatan

permintaan dari pemerintah terkait program biofuel

dari kelapa sawit.

Selain itu, perkiraan membaiknya permintaan pasar

CPO domestik didorong regulasi Permen ESDM No

26/2016 tanggal 12/10/2016 yang menetapkan bahwa

tidak ada lagi pembedaan perlakuan antara biosolar

subsidi maupun non subsidi, sehingga semua solar

yang dicampur biodiesel akan mendapatkan subsidi

yg dikelola BPDP Kelapa Sawit.

Ekspektasi konsumsi rumah tangga pada triwulan I

2018 dan sepanjang tahun 2018 masih terjaga.

Perbaikan pendapatan rumah tangga seiring dengan

kebijakan kenaikan UMP tahun 2018. UMP Aceh tahun

2018 tercatat naik sebesar 8,00% menjadi Rp2.700.000

dari sebelumnya yang sebesar Rp2.500.000. Di

samping itu, adanya kegiatan Pilkada pada tahun 2018

di beberapa kabupaten/kota diharapkan mampu

mendorong usaha perekonomian, khususnya di sektor

perdagangan, administrasi pemerintahan, serta sektor

jasa akomodasi dan makan minum. Di samping itu,

hingga bulan Februari 2018, kondisi harga barang

tambang khususnya batu bara masih mengalami

peningkataan. Harga batubara hingga pertengahan

triwulan I-2018 tercatat sebesar 58,92 (USD/Metric

Ton), meningkat dari 54,99 (USD/Metric Ton) pada

triwulan IV-2017.

Grafik 7.1. Harga Batubara (USD/Metric

Ton)

Sumber: Bank Indonesia

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

I II III IV I II III IV I II III IV Feb

2015 2016 2017 2018

51 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018

Melihat pada risiko dan kondisi tersebut,

perekonomian Aceh sepanjang tahun 2018

diperkirakan tumbuh pada kisaran 3,73%-4,73%(yoy)

atau berpotensi sedikit lebih tinggi dibandingkan

pencapaian tahun 2017 yang tumbuh sebesar

4,19%(yoy). Potensi peningkatan pertumbuhan

perekonomian disebabkan karena perbaikan ekspor di

sektor tambang, khususnya untuk komoditas batu

bara.

7.2. Prospek Inflasi

Pada triwulan I-2018, inflasi Aceh diperkirakan berada

pada level yang lebih rendah dibandingkan dengan

awal tahun 2017 dengan capaian inflasi diperkirakan

berada pada kisaran 3,24%-4,24%(yoy). Sementara

itu, pada tahun 2018 capaian inflasi juga diperkirakan

lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 2017.

Tabel 7.2 Perkiraan Inflasi

YoY

2018Q1p 2018 p

3,24%-4,24% 3,09%-4,09%

Sumber: Proyeksi Bank Indonesia

Perkiraan laju inflasi Provinsi Aceh pada triwulan I-2018

berada pada kisaran 3,24%-4,24%(yoy) dengan

tekanan inflasi bersumber dari komponen volatile

foods (VF).

Harga komoditas dan ikan, sayur mayur, dan beras

diperkirakan menjadi komoditas volatile food yang

mendorong tekanan inflasi pada bulan Januari - Maret

2018.

Sementara itu, tekanan harga dari kelompok

administred prices diperkirakan memiliki potensi yang

lebih kecil seiring dengan tidak adanya rencana

pemerintah pusat untuk menaikkan harga BBM pada

APBN tahun 2018. Namun demikian, potensi kenaikan

harga minyak dunia perlu untuk terus diwaspadai.

Kondisi ini diperkirakan akan memberikan pengaruh

pada kenaikan harga energi domestik maupun pada

komoditas lain yang terkait langsung dengan

penggunaan minyak dan bahan bakar.

Tabel 7.3 Perkiraan Harga Minyak Dunia

USD/bbl 2018Q1p 2018 p

47,80 49,30

Sumber: IMF

Selain itu beberapa komoditas ikan dan bumbu-

bumbuan berdasarkan pola siklus panennya

berpotensi mengalami penurunan pasokan pada

triwulan I-2018. Beberapa komoditas tersebut, yaitu

Tongkol, Cabai Merah dan Bawang Merah. Hal

tersebut terkait dengan kondisi cuaca pada triwulan

pertama yang sering dibarengi dengan curah hujan

yang cukup tinggi.

Sementara itu, laju inflasi inti diperkirakan masih dapat

dikendalikan. Faktor utama pencetus stabilitas inflasi

inti adalah kestabilan kurs Rupiah terhadap Dolar AS

sebagai respon pasar atas predikat investment grade

yang diberikan oleh lembaga rating Standard & Poor

terhadap Indonesia. Namun demikian, beberapa

faktor yang dikhawatirkan dapat memberikan tekanan

terhadap inflasi inti Aceh antara lain: peningkatan

ekspektasi masyarakat seiring dengan kenaikan harga

komoditas, risiko ketidakpastian perekonomian global

yang bersumber dari kebijakan ekonomi Amerika

Serikat yang diperkirakan berdampak pada nilai tukar

Rupiah kedepan dan memberikan dampak pada

perkembangan imported inflation.

Pada akhir tahun 2018, inflasi Aceh diperkirakan akan

berada pada kisaran 3,09%(yoy)-4,09%(yoy), lebih

rendah dibandingkan 2017. Namun pada triwulan II

dan III tahun 2018, tren inflasi Aceh diperkirakan

mengalami peningkatan seiring dengan banyaknya

hari raya keagamaan pada periode-periode tersebut.

Sumber tekanan inflasi Aceh sampai dengan akhir

tahun 2017 diperkirakan berasal dari komoditas

administered price dan volatile food sementara untuk

komoditas inti diperkirakan masih relatif terjaga.

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018 52

Sumber tekanan administered prices yang berpotensi

mendorong tekanan inflasi di tahun 2017 meliputi

kenaikan harga cukai rokok serta peningkatan TDL

sepanjang tahun 2017.

7.3. Rekomendasi Kebijakan

Beberapa rekomendasi kebijakan yang perlu

ditempuh dalam upaya mempertahankan arah

pertumbuhan ekonomi Aceh dan stabilitas inflasi yaitu:

Pertumbuhan Ekonomi

1. Percepatan pembangunan Kawasan Ekonomi

Khusus Lhokseumawe melalui:

• Kemudahan kegiatan perijinan, legalitas, dan

kegiatan administrasi dalam pembentukan

KEK Lhokseumawe yang dapat ditempuh

melalui peningkatan koordinasi antar instansi

dan antarlevel pemerintahan, baik di tingkat

kabupaten, provinsi, hingga tingkat nasional.

• Penyediaan infrastruktur primer khususnya

listrik dan air.

2. Penambahan kapasitas serta percepatan

perbaikan sarana dan prasarana pelabuhan

utama Aceh, seperti pelabuhan Malahayati dan

Pelabuhan Krueng Geukeuh. Perbaikan

pelabuhan tersebut dapat berbentuk program-

program sebagai berikut:

• Perbaikan infrastruktur pelabuhan, termasuk

luas pelabuhan untuk menambah kapasitas

dan menarik para eksportir/importir luar

negeri dan luar daerah.

• Perbaikan konektivitas darat dari dan menuju

ke pelabuhan.

• Penambahan sumber daya manusia untuk

peningkatan service dalam hal dwelling time.

• Promosi penggunaan pelabuhan di Aceh ke

berbagai pelaku usaha di Aceh dan luar Aceh

sebagai pelabuhan alternatif di samping

pelabuhan Belawan di Sumatera Utara.

3. Pembangunan konektivitas darat trans Aceh:

• Pembangunan jalur alternatif baru serta

perbaikan dan perluasan jalan yang

menghubungkan kawasan Aceh bagian

Tengah (Penghasil kopi) dengan wilayah

Aceh bagian Timur (Jalur bisnis utama Aceh).

• Perbaikan jalan yang menghubungkan Aceh

bagian barat (Penghasil kelapa sawit dan

karet) dengan wilayah bagian timur (Jalur

Bisnis Utama Aceh)

4. Pengembangan kualitas sumber daya manusia,

khususnya dalam hal produktivitas dan

kompetensi melalui program wajib wajib belajar

12 tahun, penyediaan beasiswa pendidikan bagi

para siswa kurang mampu, perbaikan fasilitas

sarana dan prasaran pendidikan di daerah

remote, pengembangan Sekolah Menengah

Kejuruan, peningkatan kualitas guru/dosen,

program pelatihan keterampilan, sertifikasi

keahlian.

5. Memberikan stimulus perekonomian berupa

percepatan realisasi APBA, tren peningkatan

pertumbuhan pengeluaran pemerintah terutama

untuk proyek pembangunan harus dipertahankan

karena merupakan sumber utama penopang

pertumbuhan Aceh.

6. Merumuskan kebijakan untuk menurunkan defisit

neraca perdagangan Aceh, diantaranya melalui

upaya pembuatan model kerjasama

perdagangan antar daerah baik di tingkat provinsi

maupun kabupaten / kota yang memprioritaskan

pemenuhan komoditas strategis dari Aceh

sendiri, selain itu percepatan pembangunan

pabrik-pabrik pengolahan harus dilakukan agar

produk dengan nilai tambah yang terbesar

berada di Aceh.

53 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018

7. Melakukan penguatan daya saing daerah. Tren

peningkatan ekspor non migas Aceh saat ini

harus dipertahankan dan bahkan ditingkatkan

melalui upaya: (i) Peningkatan nilai tambah

komoditas pertanian dan perkebunan seperti

gabah, kopi, CPO, karet, dan kokoa melalui

integrasi dengan industri pengolahan pertanian

sebagai sektor unggulan baru Aceh; (ii)

Meningkatkan kemudahan dalam berusaha dan

berinvestasi di Aceh melalui pembentukan

kawasan khusus seperti kawasan industri maupun

kawasan ekonomi khusus; (iii) Menumbuhkan

sektor perdagangan & akomodasi melalui

peningkatan infrastruktur, regulasi maupun tata

kelola pariwisata potensial di Aceh; (iv)

pembentukan forum peningkatan daya saing

daerah dan Regional Investment Relation Unit

untuk meningkatkan awareness Aceh sebagai

daerah berpotensi, baik dan terpercaya; (v)

mengurangi jumlah pungutan liar di Aceh, antara

lain melalui alternatif-alternatif kebijakan dan

program pemberdayaan ekonomi yang bersifat

padat karya pada daerah-daerah perbatasan

dengan Sumatera Utara, antarkabupaten, serta di

wilayah-wilayah yang mengalami dampak konflik

paling besar. Di samping itu, pengurangan

pungutan liar juga dapat dilakukan dengan

alternatif peningkatan kuantitas, kapabilitas, dan

kemampuan dari aparat kemanan baik dari pihak

kepolisian, pengadilan, bahkan apabila diperlukan

mengajak masyarakat untuk dapat bergabung

dalam suatu tim pengawasan yang terpadu dan

bersifat memberdayakan secara ekonomi.

Inflasi

1. Optimalisasi peran dan fungsi Tim Pengendalian

Inflasi Daerah (TPID) melalui pelaksanaan

program:

• Senantiasa memonitor perkembangan

harga, stok dan produksi komoditas bahan

makanan sebagai dasar dalam pelaksanaan

intervensi pengendalian harga melalui

program operasi pasar, beras sejahtera dan

pasar murah.

• Sinergi program kerja SKPA untuk

pengendalian inflasi di Aceh sesuai dengan

dokumen roadmap TPID Aceh.

• Pengalokasian APBN dan APBD dalam

memperbaiki konektivitas perhubungan dan

energi untuk mendukung kelancaran

distribusi barang dan mendukung

peningkatan ketersediaan pasokan.

• Mendorong upaya pengembangan

infrastruktur dan antisipasi kerusakan

infrastruktur khususnya infrastruktur yang

mendukung produksi bahan pangan dan

terkait transportasi untuk menjamin

kelancaran pasokan barang.

• Melakukan diseminasi dan komunikasi terkait

inflasi untuk menjaga ekspektasi harga di

masyarakat.

• Meningkatkan kelancaran distribusi barang

ke masyarakat melalui pasar alternatif,

seperti Toko Tani Indonesia atau optimalisasi

pasar induk.

• Pencegahan upaya penimbunan kebutuhan

pokok melalui koordinasi dengan aparat

penegak hukum.

• Melakukan upaya untuk meningkatkan

kecukupan dan kemandirian pangan Aceh

melalui upaya pengembangan agroindustri,

pemanfaatan bibit unggul, serta aplikasi

metode dan teknologi tepat guna.

• Melaksanakan kerjasama perdagangan antar

provinsi/kabupaten/kota terkait pemenuhan

stok komoditas strategis di Aceh secara tepat

waktu dan tepat guna.

Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018 54

• Mendorong peningkatan stok untuk

menjaga ekspektasi pasar, salah satunya

melalui optimalisasi program Sistem Resi

Gudang (SRG) dan pemanfaatan cold storage

serta cold chain.

• Sepanjang tahun 2018, beberapa program

telah dirancang oleh TPID Provinsi Aceh,

antara lain program Toko Tani Indonesia

Center, MoU Perdagangan antardaerah di

wilayah Provinsi Aceh, benih padi (Desa

Mandiri Benih), percepatan sistem resi

gudang, pengawasan bersama LPG 3 kg,

subsidi stagnasi transportasi,

memperlancar/mempersingkat konektivitas

antardaerah (jalur distribusi), pengawasan

stok pangan, dan pengawasan distribusi

antar pulau.

Lampiran 54

Lampiran

DAFTAR ISTILAH

Administered price Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur oleh

pemerintah.

Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat

inflasi secara keseluruhan.

APBA Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah Aceh yang

dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan

peraturan daerah.

Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi secara

keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap

komoditas tersebut.

Dana Perimbangan Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan

pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.

Faktor Fundamental Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan

moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap, eksternal, serta ekspektasi inflasi

masyarakat

Faktor Non Fundamental Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar kewenangan otoritas

moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan (volatile foods), serta harga barang/jasa

yang ditentukan oleh pemerintah (administered price)

Indeks Ekspektasi Konsumen Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap

ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1–100.

Indeks Harga Konsumen (IHK) Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang

dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi Ekonomi Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi

ekonomi saat ini, dengan skala 1–100.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan

ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1–100.

Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal.

55 Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Aceh Edisi Februari 2018

Inflasi inti Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental

Liaison Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang

dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi mengenai

perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan

dalam bentuk laporan

Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan gas.

Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.

Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan

ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah,

retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.

Perceived risk Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah negara

Qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.

Sektor ekonomi dominan Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan

pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Volatile food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat

bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

Lampiran 56

TIM PENYUSUN

PENANGGUNG JAWAB

Z. Arifin Lubis

KOORDINATOR PENYUSUN

Teuku Munandar

EDITOR

Tutut Tiana

TIM PENULIS

Tutut Tiana

Ridwan Sobirin

Ridha Subagja

Wahyu Munandar

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI ACEH

JL. Cut Mutia No.15, Banda Aceh

Telp. (0651) 32320 ext. 8205| Fax. (0651) 34116

Softcopy dapat diunduh pada tautan:

http://www.bi.go.id/web/id/publikasi/ ekonomi_regional/aceh/